LAPORAN USAHA TANI

60
ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI SAWI DI DESA JATIMULYO KECAMATAN JATI AGUNG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN (Laporan Turun Lapang Mata Kuliah Usahatani) Oleh Kelompok 9 Lindasoina F H 1214131056 Maria Christina Pasaribu 1214131059 Ririn Pamuncak 1214131087 0

Transcript of LAPORAN USAHA TANI

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI SAWI DI DESA JATIMULYOKECAMATAN JATI AGUNG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN(Laporan Turun Lapang Mata Kuliah Usahatani)

Oleh

Kelompok 9

Lindasoina F H 1214131056Maria Christina Pasaribu 1214131059

Ririn Pamuncak 1214131087

0

JURUSAN AGRIBISNISFAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG

2014

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia adalah negara agraris yang cocok untuk

dibudidayakan berbagai jenis tanaman termasuk

sayuran.Diantara berbagai bermacam-macam jenis

sayuran yang dapat dibudidayakan tersebut sawi yang

merupakan komoditi yang memliki nilai komersial dan

prospek yang lumayan. Sawi termasuk tanaman sayuran

daun dari keuarga Cruciferae  yang mempunyai nilai

ekonomi tinggi setelah kubis-krop,kibis-bunga, dan

brocolli. Kelayakan pengembangan budidaya sawi

antara lain ditunjukkan oleh adanya keunggulan

komparatif kondisi wilayah tropis Indonesia yang

sangat cocok untuk komoditas tersebut, disamping

itu, umur panen sawi relatif pendek yakni 40-50

hari setelah tanam dan hasilnya memberikan

keuntungan yang memadai. Jenis sayuran ini mudah

tumbuh di dataran rendah maupun dataran tinggi.

1

Budidaya konvensional di lahan meliputi proses

pengolahan lahan, penyiapan benih, teknik

penanaman, penyediaan pupuk dan pestisida, serta

pemeliharaan tanaman.

Menurut Prawirokusumo (1990), Ilmu usahatani

merupakan ilmu terapan yang membahas atau

mempelajari bagaimana membuat atau menggunakan

sumberdaya secara efisien pada suatu usaha

pertanian, peternakan, atau perikanan. Selain itu,

juga dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari

bagaimana membuat dan melaksanakan keputusan pada

usaha pertanian, peternakan, atau perikanan untuk

mencapai tujuan yang telah disepakati oleh

petani/peternak tersebut.Melalui produksi pertanian

petani diharapakan memperoleh pendapatan tinggi.

Dengan demikian, harus

2

dimulai dengan merencanakan untuk menentukan dan

mengkoordinasikan penggunaan faktor-faktor produksi

pada waktu yang akan datang secara efisien sehingga

dapat diperoleh pendapatan yang maksimal. Dalam

makalah ini akan dibahas mengenai analisis

usahatani untuk mengetahui kelayakan usahatani sawi

di Desa Jatimulyo, Kecamatan Jati Agung, Kabupaten

Lampung Selatan.

B. Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah

sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui rata-rata keuntungan petani

dalam berusahatani sawi di Desa Jatimulyo

Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan.

2. Untuk mengetahui nilai R/C Ratio atas biaya

tunai dan total usahatani sawi di Desa Jatimulyo

Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan.

3

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanaman Sawi

1. Deskripsi

Sawi merupakan famili Cruciferae yang mempunyai

banyak kandungan yang sangat bagus untuk tubuh

manusia yang mampu hidup pada daerah ketinggian

500-1000 m dpl. Yang memiliki banyak jenis yang

banyak dibudidayakan ,batang sawi ramping dan

lebih hijau  yang ciri khasnya ialah berdaun

lonjong , halus tidak berbulu  dan tidak berkrop (

Haryanto,2003).

4

Sawi merupakan jenis sayur yang digemari oleh

masyarakat Indonesia.Konsumennya mulai dari

golongan masyarakat kelas bawah hingga golongan

masyarakat kelas atas.Kelebihan lainnya sawi mampu

tumbuh baik di dataran rendah maupun dataran

tinggi.Sawi mempunyai nilai ekonomi tinggi setelah

kubis krop, kubis bunga, dan brokoli. Sawi diduga

berasal dari Tiongkok (Cina), tanaman ini telah

dibudidayakan sejak 2500 tahun lalu, kemudian

menyebar luas ke Filipina dan Taiwan (Rukmana,

2002).

Ditinjau dari aspek klimatologis Indonesia sangat

tepat untuk dikembangkan untuk bisnis sayuran.

Laju pertumbuhan produksi sayuran di Indonesia

berkisar antara 7,7-24,2% /tahun. Beberapa jenis

sayuran, seperti bawang merah, petsai/sawi, dan

mentimun peningkatan produksinya merupakan dampak

dari penerapan teknologi budidaya (Suwandi, 2009).

 Sawi bila ditinjau dari aspek ekonomis dan

bisnisnya layak untuk dikembangkan atau diusahakan

untuk memenuhi permintaan konsumen serta adanya

peluang pasar. Kelayakan pengembangan budidaya

sawi antara lain ditunjukkan oleh adanya

keunggulan komparatif kondisi wilayah tropis

Indonesia yang sangat cocok untuk komoditas

tersebut, disamping itu, umur panen sawi relatif

5

pendekyakni 40-50 hari setelah tanam dan hasilnya

memberikan keuntungan yang memadai (Sitompul,

1995). Menurut Zatnika (2010) kandungan nutrisi

seperti kalsium, asam folat, dan magnesium juga

dapat mendukung kesehatan tulang. Sawi tidak hanya

bisa dimakan sebagai sayur, namun juga diramu

menjadi minuman sehat yang menyegarkan.

2. Budidaya Tanaman Sawi

Sawi dapat ditanam secara monokultur maupun

tunmpang sari. Tanaman yang dapat ditumpangsarikan

antara lain : bawang dau, wortel, bayam, kangkung

darat. Sedangkan menanam benih sawi ada yang

secara langsung tetapi ada juga melalui pembibitan

terlebih dahulu.

Berikut ini akan dibahas mengenai teknik budidaya

sawi secara konvensional di lahan.

a. Benih

Benih merupakan salah satu faktor penentu

keberhasilan usaha tani. Benih yang baik akan

menghasilkan tanaman yang tumbuh dengan bagus.

Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan

tanam sebesar 750 gram.Benih sawi berbentuk

bulat, kecil-kecil.Permukaannya licin mengkilap

dan agak keras.Warna kulit benih coklat

6

kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus

mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli

harus kita perhatikan lama penyimpanan,

varietas, kadar air, suhu dan tempat

menyimpannya.

Selain itu juga harus memperhatikan kemasan

benih harus utuh.kemasan yang baik adalah dengan

alumunium foil.Apabila benih yang kita gunakan

dari hasil pananaman kita harus memperhatikan

kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan

diambil sebagai benih harus berumur lebih dari

70 hari. Dan penanaman sawi yang akan dijadikan

benih terpisah dari tanaman sawi yang lain. Juga

memperhatikan proses yang akan dilakukan

mesilnya dengan dianginkan, tempat penyimpanan

dan diharapkan lama penggunaan benih tidak lebih

dari 3 tahun.

b. Pengolahan Tanah

Pengolahan tanah secara umum melakukan

penggemburan dan pembuatan bedengan. Tahap-tahap

pengemburan yaitu pencangkulan untuk memperbaiki

struktur tanah dan sirkulasi udara dan pemberian

pupuk dasar untuk memperbaiki fisik serta kimia

tanah yang akan menambah kesuburan lahan yang

akan kita gunakan. Tanah yang hendak digemburkan

7

harus dibersihkan dari bebatuan, rerumputan,

semak atau pepohonan yang tumbuh.Dan bebas dari

daerah ternaungi, karena tanaman sawi suka pada

cahaya matahari secara langsung.

Sedangkan kedalaman tanah yang dicangkul sedalam

20 sampai 40 cm. Pemberian pupuk organik sangat

baik untuk penyiapan tanah.Sebagai contoh

pemberian pupuk kandang yang baik yaitu 10

ton/ha. Pupuk kandang diberikan saat

penggemburan agar cepat merata dan bercampur

dengan tanah yang akan kita gunakan. Bila daerah

yang mempunyai pH terlalu rendah (asam)

sebaiknya dilakukan pengapuran.

Pengapuran ini bertujuan untuk menaikkan derajad

keasam tanah, pengapuran ini dilakukan jauh-jauh

sebelum penanaman benih, yaitu kira-kira 2

sampai 4 minggu sebelumnya.Sehingga waktu yang

baik dalam melakukan penggemburan tanah yaitu 2

– 4 minggu sebelum lahan hendak ditanam. Jenis

kapur yang digunakan adalah kapur kalsit (CaCO3)

atau dolomit (CaMg(CO3)2).

c. Pembibitan

Pembibitan dapat dilakukan bersamaan dengan

pengolahan tanah untuk penanaman. Karena lebih

efisien dan benih akan lebih cepat beradaptasi

8

terhadap lingkungannya. Sedang ukuran bedengan

pembibitan yaitu lebar 80 – 120 cm dan

panjangnya 1 – 3 meter. Curah hujan lebih dari

200 mm/bulan, tinggi bedengan 20 – 30 cm. Dua

minggu sebelum di tabur benih, bedengan

pembibitan ditaburi dengan pupuk kandang lalu

di tambah 20 gram urea, 10 gram TSP, dan 7,5

gram Kcl. Cara melakukan pembibitan ialah

sebagai berikut : benih ditabur, lalu ditutupi

tanah setebal 1 – 2 cm, lalu disiram dengan

sprayer, kemudian diamati 3 – 5 hari benih akan

tumbuh setelah berumur 3 – 4 minggu sejak

disemaikan tanaman dipindahkan ke bedengan.

d. Penanaman

Bedengan dengan ukuran lebar 120 cm dan panjang

sesuai dengan ukuran petak tanah. Tinggi bedeng

20 – 30 cm dengan jarak antar bedeng 30 cm,

seminggu sebelum penanaman dilakukan pemupukan

terlebih dahulu yaitu pupuk kandang 10 ton/ha,

TSP 100 kg/ha, Kcl 75 kg/ha. Sedang jarak tanam

dalam bedengan 40 x 40 cm , 30 x 30 dan 20 x 20

cm.Pilihlah bibit yang baik, pindahkan bibit

dengan hati-hati, lalu membuat lubang dengan

ukuran 4 – 8 x 6 – 10 cm.

e. Pemeliharaan

9

Pemeliharaan adalah hal yang penting. Sehingga

akan sangat berpengaruh terhadap hasil yang

akan didapat. Pertama-tama yang perlu

diperhatikan adalah penyiraman, penyiraman ini

tergantung pada musim, bila musim penghujan

dirasa berlebih maka kita perlu melakukan

pengurangan air yang ada, tetapi sebaliknya

bila musim kemarau tiba kita harus menambah air

demi kecukupan tanaman sawi yang kita

tanam.Bila tidak terlalu panaspenyiraman

dilakukan sehari cukup sekali sore atau pagi

hari.

Tahap selanjutnya yaitu penjarangan,

penjarangan dilakukan 2 minggu setelah

penanaman.Caranya dengan mencabut tanaman yang

tumbuh terlalu rapat.Selanjutnya tahap yang

dilakukan adalah penyulaman, penyulaman ialah

tindakan penggantian tanaman ini dengan tanaman

baru. Caranya sangat mudah yaitu tanaman yang

mati atau terserang hama dan penyakit diganti

dengan tanaman yang baru.Penyiangan biasanya

dilakukan 2 – 4 kali selama masa pertanaman

sawi, disesuaikan dengan kondisi keberadaan

gulma pada bedeng penanaman. Biasanya

penyiangan dilakukan 1 atau 2 minggu setelah

penanaman.Apabila perlu dilakukan penggemburan

10

dan pengguludan bersamaan dengan

penyiangan.Pemupukan tambahan diberikan setelah

3 minggu tanam, yaitu dengan urea 50 kg/ha.

Dapat juga dengan satu sendok the sekitar 25

gram dilarutkan dalam 25 liter air dapat

disiramkan untuk 5 m bedengan.

B. Teori Usaha Tani Secara Umum

Prof. Bachtiar Rivai dalam Hernanto (1988)

mendefinisikan usahatani sebagai organisasi dari

alam, kerja, dan modal yang ditujukan kepada

produksi di lapangan pertanian. Selanjutnya,

Soekartawi (1989) menyatakan bahwa ilmu usahatani

adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang

mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif

dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang

tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif bila

petani dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka

miliki sebaik-baiknya dan dikatakan efisien bila

pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan

keluaran (output) yang melebihi masukan (input).

Menurut Mosher (1987) selain produksi yang tinggi,

petani juga tertarik pada hubungan antara biaya dan

penerimaan dari proses produksi yang diusahakan.

Hubungan antara biaya dan penerimaan usahatani

11

tersebut untuk mengetahui tingkat pendapatan petani

dari usahatani yang bersangkutan.Hal ini menunjukkan

bahwa petani lebih memperhitungkan besarnya

keuntungan dari usahataninya dibandingkan dengan

tingkat produksi.

Selanjutnya Soekartawi (1989) menyatakan bahwa

pendapatan atau keuntungan merupakan selisih antara

penerimaan dengan biaya produksi.Penerimaan

merupakan hasil perkalian antara jumlah produksi

dengan harganya (harga produk tersebut), sedangkan

biaya produksi merupakan hasil perkalian antara

jumlah faktor produksi dengan harganya (harga faktor

produksi tersebut).

Mubyarto (1989), menyatakan bahwa produktivitas dan

produksi pertanian yang lebih tinggi dapat dicapai

melalui dua cara :

a. Perbaikan alokasi sumberdaya yang dimiliki petani

termasuk dalam penggunaan lahan dan tenaga kerja.

Rendahnya produktivitas akan menentukan

pendapatan yang diperoleh petani pada tingkat

biaya dan harga produk yang sama, maka pendapatan

akan lebih tinggi apabila produktivitasnya lebih

tinggi.

b. Memperkenalkan sumberdaya baru dalam bentuk modal

dan teknologi. Teknologi dapat berupa perubahan

cuaca, jenis tanaman, serta sarana lainnya yang

12

dapat digunakan dalam proses produksi. Suatu

teknologi baru dapat diterima petani jika

memberikan keuntungan yang berarti dan dengan

penerapan teknologi akan terjadi peningkatan

pendapatan.

Usahatani dapat diketahui menguntungkan atau

tidak secara ekonomi melalui analisis Return Cost

Ratio (R/C rasio).R/C merupakan perbandingan

(nisbah) antara penerimaan dan biaya.Usahatani

dikatakan menguntungkan jika penerimaan yang

diperoleh lebih besar dibandingkan dengan biaya

produksi, dimana perbandingan antara penerimaan

dan biaya produksi selalu lebih besar dari satu

(Mubyarto, 1989).

R/C adalah singkatan dari Return Cost Ratio, atau

dikenal sebagai perbandingan (nisbah) antara

penerimaan dan biaya. Secara matematik hal ini

dituliskan :

a = R/C

Keterangan:

a = pembanding (nisbah) antara penerimaan dan

biaya

R = penerimaan

C = Biaya

13

Kriteria uji: jika R/C > 1, layak untuk

diusahakan

Jika R/C < 1, tidak layak untuk diusahakan

(Soekartawi, 1989).

C. Analisis Usaha Tani

Efisiensi usaha tani dapat dapat diukur dengan cara

menghitung efisiensi teknis, efisiensi harga, dan

efisiensi ekonomis (Soekartawi, 1989).

Produksi usahatani mempergunakan masukan untuk

menghasilkan keluaran. Masukan selalu mencakup tanah

dan tenaga, untuk pertanian maju, masukan ini

mencakupsarana produksi dan peralatan yang

dibeli(Mosher, 1987).

Produksi merupakan hasil akhir dari proses atau

aktivitas eknomi dengan memanfaatkan beberapa

masukan atau input. Dengan pengertian ini dapat

dipahami bahwa kegiatan produksi adalah

mengkombinasi berbagai input. Atau masukan untuk

menghasilakan output.

Biaya usaha tani diklasifikasikan menjadi dua yaitu:

1.Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang relative

tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan walaupun

produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Jadi

14

besar biaya ini tidak tergantung pada besar

kecilnya produksi yang diperoleh.

2.Biaya tidak tetap (variable cost) adalah biaya yang

besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi

Total biaya produksi adalah penjumlahan dari biaya

tetap (fixed cost) dengan biaya tidak tetap (variable

cost), dan dapat ditulis dengan rumus sebagai

berrikut:

TC = FC + VC

Keterangan:

TC = Total Biaya (Rp)

FC = Biaya Tetap (Rp)

VC = Biaya Variabel (Rp)

Penerimaan usaha tani adalah perkalian antara

produksi yang diperoleh dengan harga jual,

pernyataan ini dapat ditulis sebagai berikut:

TR = Y. PY

Keterangan:

TR = total penerimaan (Rp)

Y = produksi yang diperoleh dalam suatu usaha tani

(Rp)

15

PY = Harga Y ( Rp )

Pendapatan usaha tani adalah selisih antara

penerimaan dan semua biaya sehingga dapat ditulis

dengan rumus :

Pd = TR –

TC

Keterangan :

Pd = Pendapatan usaha tani (Rp)

TR = Total Penerimaan ( Rp )

TC = Total Biaya (Rp )

( Soekartawi, 1989).

Untuk meningkatkan produktivitas pertanian, setiap

petani semakin lama semakin bergantung kepada

sumber-sumber dari luar lingkungannya. Ia lengkapi

zat hara tanaman yang terdapat didalam tanah dengan

pupuk yang dibelinya, ia tambah kelembaban tanah

dengan air irigasi yang sering kali diperolehnya

melalui saluran-saluran dari sumber-sumber yang jauh

letaknya, ia beli dan semaikan bibit unggul, ia

berantas penyakit tanaman dan hewan dengan pestisida

dan obat-obatan, ia semakin banyak menjual hasil

pertaniannya ke pasar diluar daerahnya. Bahkan

keterampilan dan pengetahuan yang ia praktekkan

dalam usahataninya semakin bertambah pula dengan

16

pendidikan yang diperolehnya di sekolah-sekolah dan

kadang-kadang di fakultas-fakultas, dan melalui

lembaga-lembaga penyuluhan serta bentuk-bentuk

pendidikan orang dewasa lainnya (Mosher,1987).

17

III. METODOLOGI PERCOBAAN

A. Konsep Dasar

Sawi adalah tanaman semusim dan termasuk jenis

sayuran yang mempunyai akar serabut.Sawi memiliki

kandungan mineral dan vitamin yang tinggi.

Usahatani sawi adalah suatu organisasi produksi yang

dilakukan oleh petani sawi untuk mengelola faktor-

faktor produksi alam, tenaga kerja, dan modal yang

bertujuan untuk menghasilkan produksi dan pendapatan

di sektor pertanian.

Produksi sawi adalah jumlah output/hasil panen sawi

dari luas lahan petani selama satu kali musim tanam

yang diukur pada satuan ikat dan kilogram (kg).

Produktivitas sawi adalah produksi sawi per satuan

luas lahan yang digunakan dalam berusahatani sawi.

Produktivitas diukur dalam satuan kilogram per hektar

(kg/ha).

18

Luas lahan adalah seberapa luas lahan yang digunakan

petani untuk melakukan usahatani sawi selama satu

kali musim tanam yang diukur dalam satuan hektar

(ha).

Jumlah bibit sawi adalah banyaknya bibit sawi yang

digunakan petani sawi pada proses produksi selama

satu musim tanam yang diukur dalam satuan kilogram

(kg).

19

Jumlah pupuk adalah banyaknya pupuk yang digunakan

oleh petani pada proses produksi dalam satu kali

musim tanam. Jumlah pupuk diukur dalam satuan

kilogram (kg).

Jumlah pestisida adalah banyaknya pestisida yang

digunakan petani untuk memberantas hama selama satu

kali musim tanam yang diukur dalam satuan liter (lt)

Jumlah tenaga kerja adalah banyaknya tenaga kerja

yang digunakan dalam proses produksi selama satu kali

musim tanam yang diukur dalam satuan hari orang kerja

(HOK).

Harga input (benih, pupuk, pestisida) adalah harga

input yang ditetapkan oleh kios/toko ditambah dengan

biaya (ongkos) yang dikeluarkan oleh petani untuk

memperoleh input tersebut. Harga input (benih,

pupuk, pestisida) diukur dalam satuan rupiah (Rp) per

satuan input.

Biaya produksi adalah seluruh biaya yang dikeluarkan

untuk kegiatan usahatani dalam satu kali musim tanam

yang diukur dalam satuan rupiah (Rp) per musim

tanam.Biaya produksi terdiri dari biaya tetap dan

biaya variabel.

Biaya tetap merupakan biaya yang secara total tidak

mengalami perubahan, walaupun ada perubahan volume

20

produksi atau penjualan (dalam batas tertentu).

Artinya kita menganggap biaya tetap konstan sampai

kapasitas tertentu saja, biasanya kapasitas produksi

yang dimiliki.

Biaya variabel merupakan biaya yang secara total

berubah-ubah sesuai dengan perubahan volume produksi

atau penjualan.Artinya asumsi kita biaya variabel

berubah-ubah secara sebanding (proporsional) dengan

perubahan volume produksi atau penjualan.

Biaya total adalah total dari biaya tetap dan biaya

variabel. Biaya total diukur dalam satuan rupiah

(Rp).

Penerimaan adalah nilai hasil yang diterima oleh

produsen yang dihitung dengan perkalian antara

produksi yang dihasilkan dengan harga jagung di

tingkat petani, diukur dalam satuan rupiah (Rp).

Keuntungan usahatani jagung adalah penerimaan

usahatani jagung dikurangi dengan biaya produksi

total dalam satu kali periode produksi, diukur dalam

satuan rupiah (Rp).

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama 2 minggu dari tanggal

19-31 mei 2014. Lokasi penelitian kami yaitu petani

sayuran sawi di daerah Desa Jatimulyo, Karang Anyar,

21

dan Karang Sari Kecamatan Jati Agung Kabupaten

Lampung Selatan.Kami mengambil lokasi tersebut karena

masyarakat disana dominan petani sayur khususnya

petani sayuran sawi.

C. Metode Pengambilan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri

dari data primer dan data sekunder.Data Primer

mencakup identitas petani, luas lahan petani, total

biaya yang dikeluarkan dan penerimaan petani yang

kami dapatkan dengan kuesioner.Kuesioner adalah

instrumen pengumpulan data atau informasi

yangdioperasionalisasikan ke dalam bentuk item atau

pertanyaan. Penyusunan kuesioner dilakukan dengan

harapan dapat mengetahui variable-variabel apa saja

yang menurut responden merupakan hal yang penting.

Pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner yang kami

gunakan menggambarkan analisis pendapatan usahatani

jagung di Desa Marga Agung, Kecamatan Jati Agung,

Lampung Selatan. Data sekunder yang diperoleh dari

Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Lampung Selatan

terkait yang mencakup gambaran umum daerah penelitian

dan seluruh data yang dibutuhkan.Sedangkan data

primer kami dapatkan dari kuesioner yang kami gunakan

untuk bertanya langsung kepada para petani responden.

Untuk masalah 1 dan 2 dijelaskan secara deskriptif,

22

untuk masalah 3 dianalisis dengan analisis usahatani

petani sayuran per Ha dengan rumus sebagai berikut:

Biaya: TC = FC +VC

TC : Total Cost

FC : Fixed Cost

VC : Variable Cost

Penerimaaan: TR = Y. PY

TR : Penerimaan Usaha Tani (Rp)

Y : Jumlah Produksi (Kg)

Py : Harga y (Rp/Kg)

Pendapatan: I = TR-TC

I : Income (pendapatan bersih usaha tani)

TR : Total Revenue (penerimaan usaha tani)

TC : Total Cost (total biaya)

R/C =TR/TC

23

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

A. Letak dan Luas Wilayah

Pada mulanya Desa Karang Sari ikiut dalam wilayah

desa Karang Anyar, kemudian pada Tahun 2000

dimekarkan menjadi desa definitive dan diberi nama

Desa Karang Sari, yang terdiri dari lima dusun yaitu:

Dusun IV B, Dusun I, Dusun Warung Gunung, Dusun

Tanjung Raya dan Dusun Tanjung Baru Desa Karang Sari.

Desa karang sari memiliki luas wilayah 500,30Ha, desa

karang sari memiliki lahan pertanian Sawah seluas

95ha, ladang tegalan 260,88 ha, perkantoran 0,080 ha,

sekolahan 0,32 ha, jalan 2,9 ha dan memiliki lapangan

sepak bola seluas 1 ha. Desa karang sari memiliki

letak geografis, desa Karang Sari di sebelah utara

desa berbatasan langsung dengan desa Karang Anyar, di

sebelah selatan dan barat dengan desa Fajar Baru, di

sebelah timur berbatasan dengan Desa Jatimulyo dan

desa Marga Agung.

24

a. Batas Wilayah Desa

Letak geografi Desa Karang Sari,Terletak diantara:

Sebelah Utara  : Desa Karang Anyar

Sebelah Selatan :Desa Fajar Baru

Sebelah Barat : Desa Fajar Baru

Sebelah Timur   : Desa Jati Mulyo dan Desa

Marga Agung

25

b. Luas Wilayah Desa

Pemukiman 500,30 ha

Pertanian Sawah tadah hujan 95 ha

Ladang/tegalan 0,080 ha

Sekolah 0,32ha

Jalan 2,9 ha

Lapangan Sepak Bola 1 ha

c. Orbitasi

Jarak ke Ibu Kota Kecamatan terdekat 13 Km

Lama jarak tempuh ke Ibu Kota kecamatan 0,5 jam

Jarak ke Ibu Kota Kabupaten 60 Km

Lama jarak ke Ibu Kota Kabupaten 2 jam

B. Iklim dan Topografi

Secara topografi wilayah Desa Marga Agung Jatimulyo

Kecamatan Jatiagung Karanganyar Lampung Selatan

sebagian besar bentuk permukaan tanah adalah dataran

rendah dengan ketinggian dari permukaan laut kurang

dari 400 m dan merupakan daerah pertanian padi sawah

tadah hujan, palawija, dan perkebunan rakyat.Iklim

di daerah ini yaitu iklim tropis.Oleh karena itu

sangat baik untuk bercocok tanam atau

26

usahatani.Berdasarkan kondisi topografinya, seluruh

wilayah terbentuk oleh kondisi topografi dengan

kemiringan 0 – 2 %, sehingga membentuk suatu kondisi

fisiografi wilayah berupa dataran dengan kontur yang

relatif rata. Secara administratif, kecamatan ini

terdiri dari 16 Desa,  Mata pencaharian sebagian

besar sebagai petani/ buruh tani selain juga di

sektor jasa dan perdagangan. Berikut adalah letak

topografi Desa Marga Agung Jatimulyo Kecamatan

Jatiagung Karanganyar Lampung Selatan :

Gambar 1. Peta Desa Jatimulyo Kecamatan Jati Agung

C. Kependudukan

Desa Marga Agung merupakan salah satu bagian dari

wilayah Kecamatan Jati Agung, Kabupaten Lampung

Selatan. Dengan luas wilayah 5,76 Km2, Desa Maraga

Agung membawahi 16 Dusun dengan jumlah penduduk

3.906 jiwa, dan di huni oleh berbagai etnis/suku

27

baik penduduk asli maupun pendatang. Terdiri dari

bermacam macam suku antara lain: Suku Lampung, Suku

Jawa, Sunda dan lain lain, dengan mayoritas

masyarakat beragama Islam.Masyarakat di Desa Karang

Sari mayoritas sebagai buruh dan Petani.Bapak Cuhil

merupa kepala desa yang pertama, kemudian secara

demokrasi dilakukan pemilihan kepala desa dan

terpilihlah Bapak Romzi sebagai kepala desa sampai

sekarang.

Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin :

Laki-Laki :2069 orang

Perempuan :1994 Orang

Kepala keluarga :1051 KK

D. Sarana Prasarana

Kabupaten Lampung Selatan merupakan salah satu

Kabupaten di Provinsi Lampung yang jika dilihat dari

keadaan sarana dan prasarana wilayahnya tidak

tertinggal jauh dari Kabupaten/Kota yang lain. Jika

Dilihat dari peta wilayah.Posisi Kabupaten Lampung

Selatan sangat strategis, karena Kabupaten Lampung

Selatan merupakan pintu gerbang Provinsi Lampung

dengan adanya pelabuhan yang memudahkan akses

28

informasi dan transportasi ke wilayah tersebut. Jika

dilihat dari kondisi infrastruktur, secara umum

transformasi antar daerah relatif lancar, kondisi

jalan secara umum relatif baik dengan kondisi aspal,

namun masih terdapat beberapa jalan dengan kondisi

masih berupa tanah dan bebatuan terutama untuk

wilayah-wilayah yang berada di perbukitan dan

pegunungan. Sarana listrik dan telepon cukup merata

untuk beberapa desa, namun untuk desa-desa yang

berada di daratan tinggi, sarana listrik masih belum

merata.

29

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

A. . Letak dan Luas Wilayah

Pada mulanya Desa Jatimulyo ikut dalam wilayah desa

Karang Anyar, kemudian pada Tahun 2000 dimekarkan

menjadi desa definitive dan diberi nama Desa

Jatimulyo, yang terdiri dari lima dusun yaitu: Dusun

IV B, Dusun I, Dusun Warung Gunung, Dusun Tanjung

Raya dan Dusun Tanjung Baru. Desa Karang Sari.

Desa Jatimulyo memiliki luas wilayah 500,30 ha, desa

Jatimulyo memiliki lahan pertanian Sawah seluas

95ha, ladang tegalan 260,88 ha, perkantoran 0,080

ha, sekolahan 0,32 ha, jalan 2,9 ha dan memiliki

lapangan sepak bola seluas 1 ha. Desa

Jatimulyomemiliki letak geografis, desaJatimulyo di

sebelah utara desa berbatasan langsung dengan desa

Karang Anyar, di sebelah selatan dan barat dengan

desa Fajar Baru, di sebelah timur berbatasan dengan

desa Karang Sari dan desa Marga Agung.

a. Batas Wilayah Desa

Letak geografi Desa Karang Sari,Terletak

diantara:

30

Sebelah Utara  : Desa Karang Anyar

Sebelah Selatan : Desa Fajar Baru

Sebelah Barat : Desa Fajar Baru

Sebelah Timur   : Desa Karang Sari dan

Desa Marga Agung

31

b. Luas Wilayah Desa

Pemukiman 500,30 ha

Pertanian Sawah tadah hujan 95 ha

Ladang/tegalan 0,080 ha

Sekolah 0,32ha

Jalan 2,9 ha

Lapangan Sepak Bola 1 ha

c. Orbitasi

Jarak ke Ibu Kota Kecamatan terdekat 13 Km

Lama jarak tempuh ke Ibu Kota kecamatan 0,5

jam

jarak ke Ibu Kota Kabupaten 60 Km

Lama jarak ke Ibu Kota Kabupaten 2 jam

B. Iklim dan Topografi

Secara topografi wilayah Desa Jatimulyo Kecamatan

Jatiagung Karanganyar Lampung Selatan sebagian besar

bentuk permukaan tanah adalah dataran rendah dengan

ketinggian dari permukaan laut kurang dari 400 m dan

merupakan daerah pertanian padi sawah tadah hujan,

palawija, dan perkebunan rakyat.Iklim di daerah ini

yaitu iklim tropis.Oleh karena itu sangat baik untuk

bercocok tanam atau usahatani.Berdasarkan kondisi

32

topografinya, seluruh wilayah terbentuk oleh kondisi

topografi dengan kemiringan 0 – 2 %, sehingga

membentuk suatu kondisi fisiografi wilayah berupa

dataran dengan kontur yang relatif rata. Secara

administratif, Kecamatan ini terdiri dari 16 Desa,

Mata pencaharian sebagian besar sebagai petani/

buruh tani selain juga di sektor jasa dan

perdagangan. Berikut adalah letak topografi Desa

Jatimulyo Kecamatan Jatiagung Karanganyar Lampung

Selatan :

Gambar. Peta Desa Jatimulyo Kecamatan Jati Agung

C. Kependudukan

Desa Jatimulyo merupakan salah satu bagian dari

wilayah Kecamatan Jati Agung, Kabupaten Lampung

Selatan. Dengan luas wilayah 5,76 Km2, Desa

Jatimulyo membawahi 16 Dusun dengan jumlah penduduk

3.906 jiwa, dan di huni oleh berbagai etnis/suku

33

baik penduduk asli maupun pendatang. Terdiri dari

bermacam macam suku antara lain: Suku Lampung, Suku

Jawa, Sunda dan lain lain, dengan mayoritas

masyarakat beragama Islam.Masyarakat di Desa

Jatimulyo mayoritas sebagai buruh dan Petani.Bapak

Cuhil merupa kepala desa yang pertama, kemudian

secara demokrasi dilakukan pemilihan kepala desa dan

terpilihlah Bapak Romzi sebagai kepala desa sampai

sekarang.

Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin :

Laki-Laki :2.069 Orang

Perempuan :1.994 Orang

Kepala keluarga :1.051 KK

D. Sarana dan Prasarana

Kabupaten Lampung Selatan merupakan salah satu

Kabupaten di Propinsi Lampung yang jika dilihat dari

keadaan sarana dan prasarana wilayahnya tidak

tertinggal jauh dari Kabupaten/Kota yang lain. Jika

dilihat dari peta wilayah, posisi Kabupaten Lampung

Selatan sangat strategis, karena Kabupaten Lampung

Selatan merupakan pintu gerbang Propinsi Lampung

dengan adanya pelabuhan yang memudahkan akses

informasi dan transportasi ke wilayah tersebut. Jika

dilihat dari kondisi infrastruktur, secara umum

34

transportasi antar daerah relatif lancar, kondisi

jalan secara umum relatif baik dengan kondisi aspal,

namun masih terdapat beberapa jalan dengan kondisi

masih berupa tanah dan bebatuan terutama untuk

wilayah-wilayah yang berada di perbukitan dan

pegunungan. Sarana listrik dan telepon cukup merata

untuk beberapa desa, namun untuk desa-desa yang

berada di daratan tinggi, sarana listrik masih belum

merata

35

36

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Keadaan Umum Petani Responden

1. Usia

Tabel 1.1. Sebaran responden petanisawi

berdasarkan usia di Propinsi lampung di Desa

Jatimulyo, Kecamatan Jati Agung.No Nama Jenis Umur  Responden Kelamin (thn)1 Marjono L 382 Sudardi L 363 Mahmudin L 464 Temu L 535 Harno L 266 Sugeng L 457 Sarimin L 458 Poniran L 459 Timan L 49

Dari wawancara yang telah dilakukan, diperoleh

data sebagai berikut: Pak Marjono berusia 38

tahun, Pak Sudardi berusia 36 tahun, Pak

Maahmudin berusia 46 tahun, Pak Temu berusia 53

tahun, Pak Harno berusia 26 tahun, Pak Sugeng

berusia 45 tahun, Pak Sarimin berusia 45 tahun,

37

Pak Poniran berusia 45 tahun, dan Pak Timan

berusia 49 tahun.

Berdasarkan data yang telah diperoleh diatas,

rata-rata usia responden petani sawi di Desa

Jatimulyo, Kecamatan Jati Agung, Kabupaten

Lampung Selatan adalah 43 tahun. Adapun usia

responden dalam penelitian ini berkisar antara

26 tahun sampai dengan 53 tahun. Ditinjau dari

segi umur, semakin tua akan semakin baik dalam

pengelolaan usahataninya. Namun disisi lain,

semakin tua semakin menurun kegiatan fisiknya

sehingga memerlukan bantuan tenaga kerja, baik

dalam keluarga maupun luar keluarga.

2. Pendidikan

Tabel 1.2. Sebaran responden petanisawi

berdasarkan pendidikan di Propinsi lampung di

Desa Jatimulyo, Kecamatan Jati Agung.

No Nama Jenis Umur SukuPendidik

an

  RespondenKelami

n(thn)   Terakhir

1 Marjono L 38 Jawa SD2 Sudardi L 36 Jawa SMP3 Mahmudin L 46 Jawa SMP4 Temu L 53 Jawa SD5 Harno L 26 Jawa SMP6 Sugeng L 45 Jawa SD7 Sarimin L 45 Jawa SMP8 Poniran L 45 Jawa SD9 Timan L 49 Jawa SD

38

Dari wawancara yang telah dilakukan, diperoleh

data sebagai berikut: Pak Marjono adalah

lulusan SD, Pak Sudardi lulusan SMP, Pak

Maahmudin lulusan SMP, Pak Temu lulusan SD, Pak

Harno lulusan SMP, Pak Sugeng lulusan SD, Pak

Sarimin lulusan SMP, Pak Poniran lulusan SD,

dan Pak Timan lulusan SD. Berdasarkan data yang

telah diperoleh diatas, rata-rata pendidikan

responden petani sawi di Desa Jatimulyo,

Kecamatan Jati Agung, Kabupaten Lampung Selatan

adalah lulusan SD dan SMP.

3. Jumlah Tanggungan Keluarga Petani

Tabel 1.3. Sebaran responden petanisawi

berdasarkan jumlah tanggungan keluarga di

Propinsi lampung di Desa Jatimulyo, Kecamatan

Jati Agung.

No Nama Jenis UmurTanggunga

n

  RespondenKelami

n(thn) Keluarga

1 Marjono L 38 32 Sudardi L 36 33 Mahmudin L 46 24 Temu L 53 25 Harno L 26 26 Sugeng L 45 27 Sarimin L 45 38 Poniran L 45 39 Timan L 49 2

Dari wawancara yang telah dilakukan, responden

petani sawi yaitu Pak Marjono, Pak

39

Sudardi, Pak Maahmudin, Pak Temu, Pak Harno,

Pak Sugeng, Pak Sarimin, Pak Poniran, dan Pak

Timan memiliki jumlah tanggungan keluarga dalam

kisaran 2-3 orang.

4. Pekerjaan Sampingan

Tabel 1.4. Sebaran responden petanisawi

berdasarkan pekerjaan sampingan di Propinsi

lampung di Desa Jatimulyo, Kecamatan Jati

Agung.

No Nama Jenis UmurPendidi

kan Pekerjaan

  Responde

nKelami

n(thn)

Terakhir Sampingan

1 Marjono L 38 SDWarung&ternak

sapi2 Sudardi L 36 SMP Dagang Beras3 Mahmudin L 46 SMP - 4 Temu L 53 SD -5 Harno L 26 SMP Dagang Beras6 Sugeng L 45 SD -7 Sarimin L 45 SMP - 8 Poniran L 45 SD -9 Timan L 49 SD -

Dari sembilan responden petani sawi di Desa

Jatimulyo, Kecamatan Jati Agung, Kabupaten

Lampung Selatan, hanyak ada 3 responden yang

memiliki pekerjaan sampingan.Adapun petani

tersebut adalah Pak Marjono yang memliki usaha

warung dan ternak sapi, serta Pak Sudardi dan

Pak Harno yang berdagang beras.

40

5. Luas lahan dan Status Kepemilikan Lahan

Tabel 1.5. Sebaran responden petanisawi

berdasarkan luas lahan dan status kepemilikan

lahan di Propinsi lampung di Desa Jatimulyo,

Kecamatan Jati Agung.

No 

Nama Responden

Status Lahan 

TotalLuas

Lahan ha

Total LahanUntuk Sawi

(ha)1 Marjono Sakap 1.5 0,12

2 SudardiM.Sendiri&Saka

p0,5 &0,25 0,08

3 Mahmudin Milik Sendiri 0,75 0,084 Temu Milik Sendiri 0,28 0,085 Harno Milik Sendiri 0,40 0,086 Sugeng Milik Sendiri 0,22 0,127 Sarimin Milik Sendiri 0,50 0,128 Poniran Milik Sendiri 0,50 0,089 Timan Milik Sendiri 0,50 0,08

Pak Maahmudin, Pak Temu, Pak Harno, Pak Sugeng,

Pak Sarimin, Pak Poniran, dan Pak Timan

memiliki lahan milik sendiri, sedangkan Pak

Marjono memiliki lahan sakap, dan Pak Sudardi

memiliki lahan sakap serta lahan pribadi.

Adapun rata-rata luas lahan dari 9 responden

ini adalah 0,45 hektar dengan kisaran 0,22-1,5

hektar.

6. Permodalan Petani

41

Modal merupakan salah satu faktor produksi

dalam melakukan usahatani.Tanpa adanya modal,

maka petani tidak mungkin bisa melakukan

usahataninya.Modal digunakan untuk memenuhi

sarana produksi seperti membeli benih, pupuk,

obat dan membayar tenaga kerja. Dar hasil turun

lapang, semua petani yang menjadi responden

menyatakan bahwa modal

B. Analisis Usaha tani

1. Penggunaan Input dan Biaya

Tabel 2.1.Penggunaan input dan biayaresponden

petanisawidi Desa Jatimulyo, Kecamatan Jati

Agung.

No 

NamaResponden

TotalJumlah

obat (kg)Rata-rata

Biaya

TotalBiayaObat-obatan

Total Biaya

Saprodi

1 Marjono0,83

1916666,67

1597222,22

5812222,22

2 Sudardi2,08

1812500,00

3776041,67

8319375,00

3 Mahmudin5,00 500000,00

2187500,00

3060000,00

4 Temu0,50 250000,00 125000,00

5306250,00

42

5 Harno2,50 230000,00 575000,00

3286250,00

6 Sugeng - 250000,00 416666,67

3279166,67

7 Sarimin0,17 250000,00 41666,67

3366666,67

8 Poniran - 0,00 0,00

2550000,00

9 Timan0,75 250000,00 187500,00

4487500,00

Jumlah13,50

2757222,22

51564583,33 39467431

Rata-rata1,48 682395,83

1113324,65

4385270,06

Jumlah benih rata-rata yang digunakan oleh

petani sawi di Desa Jatimulyo, Kecamatan Jati

Agung, Kabupaten Lampung Selatan adalah 3,33 kg

dengan rata-rata harga benih Rp 124444,44. Dari

responden petani sawi yang kami wawancarai,

diketahui bahwa jumlah pupuk dan obat-obatan

yang digunakan oleh petani berbeda-beda.Hal

tersebut terjadi karena intensitas hama dan

penyakit yang menyerang lahan sawi petani tidak

sama, jadi jumlah obat-obatan yang digunakan

akan tergantung dengan intensitas serangan

hama. Pupuk yang digunakan antara lain adalah

urea, NPK, dan kandang. Biaya rata-rata yang

digunakan petani dalam pembelian pupuk adalah

Rp. 29.83.148,15. Adapun obat-obatan yang

digunakan antara lain adalah Starban, Cambrio,

43

Stadium dan Metindo. Biaya rata-rata yang

digunakan petani dalam pembelian obat-obatan

adalah Rp.1.113.324,65. Pada umumnya alat yang

digunakan pada usahatani sawi dari responden

yang kami wawancarai adalah arit, cangkul,

koret, sprayer, pompa air, gembor, dan

golok.Adapun rata-rata total penyusutan

peralatan per musim adalah Rp 22.691,99

sedangkan rata-rata total penyusutan peralatan

per tahun adalah Rp 267.227,92.

2. Produksi dan Penerimaan

Tabel 2.2.Produksi dan Penerimaanresponden

petanisawidi Desa Jatimulyo, Kecamatan Jati

Agung.

No 

Uraian 

Satuan 

Jumlah 

Harga/ satuan(Rp)

Totalnilai (Rp)

1 Penerimaan      17.384.259

,26

  Produksi Sawi Kg6037,

04 2888,8917384259,2

6   

2 Biaya Produksi      11.687.844

,58

  Biaya Tunai      6.107.226,

66

  Benih Kg 3,33124.444

,44 412.500,00

  Pupuk Urea Kg 66,671.866,6

7 125.277,78

  Pupuk NPK Kg 52,082.850,0

0 154.166,67

  Pupuk Kandang Kg2213,

541.472,5

03.176.562,

50

  Obat-obatan Kg 1,48682.395

,83 1113324,65

  TK Luar Keluarga HOK 2,6730.555,

561.125.000,

00  Pajak (Rp/     395,06

44

MT)   

  Biaya Non Tunai      5.580.617,

92

  TK Dalam Keluarga* HOK 17,0030.555,

565.500.000,

00

  Penyusutan Alat(Rp/MT)     29.691,99

  Sewa Lahan(Rp/MT)     50925,93

           

3Keuntungan Atas Biaya Tunai      

11.277.032,60

  Keuntungan Atas Biaya Total      

5.696.414,68

   

4 R/C Atas Biaya Tunai       2,85

  R/C Atas Biaya Total       1,49

Biaya produksi total rata-rata petani sawi di

Desa Jatimulyo, Kecamatan Jati Agung, Kabupaten

Lampung Selatan adalah Rp 4385270,06. Biaya

tersebut meliputi benih, pupuk, obat-obatan,

tenaga kerja pajak,biaya angkut dan biaya

penyusutan. Sedangkan jumlah produksi rata-rata

sebanyak 6037,64 kg dalam musim panen terakhir.

Sawi dijual dengan harga rata-rata Rp.

2888,89/kg kepada pedagang tengkulak. Jadi

penerimaan petani dalam 1 musim tanam sawi

adalah Rp.17.384.259,26 Penerimaan tersebut

belum dikurangi dengan biaya produksi total dan

biaya produksi diperhitungkan. Rata-rata

pendapatan total petani sawi adalah

5.696.414,68. Uang yang diterima petani lebih

kecil daripada biaya produksi total yang

dikeluarkan, hal ini dikarenakan biaya non

tunai seperti sewa lahan, penyusutan alat, dan

45

tenaga kerja dalam keluarga ikut

diperhitungkan. Sebetulnya biaya-biaya tersebut

tidak secara nyata dikeluarkan petani,

melainkan hanya dimasukan kedalam hitungan.

Biaya tunai yang nyata dikeluarkan petani

adalah 6.107.226,66. Jadi, pendapatan tunai

yang diperoleh adalah 11.227.032,6.

3. Analisis Keuntungan (R/C)

R/C ratio adalah besaran nilai yang menunjukan

perbandingan antara Penerimaan usaha (Revenue =

R) dengan Total Biaya (Cost = C).  Dalam batasan

besaran nilai R/C dapat diketahui apakah suatu

usaha menguntungkan atau tidak menguntungkan. 

Secara garis besar dapat dimengerti bahwa suatu

usaha akan mendapatkan keuntungan apabila

penerimaan lebih besar dibandingkan dengan

biaya usaha. Pada dasarnya, sebuah usaha

dikatakan layak apabila nilai R/C lebih besar

daripada 1 dikarenakan hal ini menggambarkan

semakin tinggi nilai R/Cnya maka tingkat

keuntungan suatu usaha juga akan semakin

tinggi. R/C diketahui dengan memperhitungkan

penerimaan dibagi dengan total biaya. Adapun

total penerimaan per musim tanam petani sawi

adalah Rp 17.384.259,26. Dengan total biaya

46

tunai sebesar Rp 6.107.226,66 maka R/C Atas

Biaya Tunai adalah 2,8. R/C Atas Biaya Total

adalah memperhitungkan biaya non tunai sebesar

Rp 5.580.617,92 sehingga total biaya

11.687.844,58, maka R/C Atas Biaya Total adalah

1,49.

Pada dasarnya, sebuah usaha dikatakan layak

apabila nilai R/C lebih besar daripada 1

dikarenakan hal ini menggambarkan semakin

tinggi nilai R/Cnya maka tingkat keuntungan

suatu usaha juga akan semakin tinggi. Jadi,

dapat disimpulkan bahwa usahatani sawi yang

dilakukan sembilan responden di Desa Jatimulyo,

Kecamatan Jati Agung, Kabupaten Lampung Selatan

layak dilakukan.

4. Analisis BEP

Analisis ini meliputi BEP dalam penerimaan

(Rp), BEP kuantitas Produksi (Kg), dan BEP

harga (Rp/Kg) yang menghasilkan perhitungan

usahatani Sawi sebagai berikut :

a. BEP Penerimaan (Rp) = FC

1− VCS

¿81012,98

1− 9510270,0617384259,26

=178836,6

47

b. BEP Produksi = FCP−AVC

= 81012,982888,89−1575,32

= 61,67

c. BEP Harga = TCY

= 10290357,116037,04

= 1704,53

Dari perhitungan tersebut, tampak bahwa usahatani

sawi mengalami break even atau tidak untung dan

tidak rugi jika penerimaan yang diperoleh petani

sebesar Rp 178836,6per usahatani, produksi 61,67

kg atau harga jual 1704,53/kg.

5. Analisis Resiko

Dalam setiap proses produksi, produsen harus

selalu mempertimbangkan berapa resiko yang

ditanggungya dibandingkan dengan keuntungan

yang akan diperoleh. Terdapat hubungan penting

antara resiko dan keuntungan dalam pengelolaan

suatu usahatani.Hubungan ini biasanya diukur

dangan koefisien variasi (CV) dan batas bawah

keuntungan (L). Apabila nilai CV 0,5 maka nilai

48

L 0, begitu pula bila nilai CV 0,5 maka nilai L

0.

a)Resiko Produksi

Tabel 2.3.Resiko produksiresponden petanisawidi

Desa Jatimulyo, Kecamatan Jati Agung.

No NamaRisiko Produksi

Mean(E)

Ragam/Var (V²)

Simp.Baku (V)

Coe.Var (CV)

Bts.Bawah (L)

1 Marjono

5333,333

333333,333 577,350 0,108

4178,633

2 Sudardi

6250,000 0,000 0,000 0,000

6250,000

3 Mahmudin

7166,667

83333,333 288,675 0,040

6589,316

4 Temu6500,0

00187500,0

00 433,013 0,0675633,97

5

5 Harno5833,3

33520833,3

33 721,688 0,1244389,95

8

6 Sugeng5555,5

56231481,4

81 481,125 0,0874593,30

5

7 Sarimin

5000,000 0,000 0,000 0,000

5000,000

8 Poniran

5416,667

520833,333 721,688 0,133

3973,291

9 Timan5416,6

67520833,3

33 721,688 0,1333973,29

1

Jumlah52472,

2222398148,

148 3945,227 0,69244581,7

69

Rata-rata5830,2

47266460,9

05 438,359 0,0774953,53

0

Berdasarkan nilai koefisien variasi (CV)

perusahaan yang selalu di bawah 0,5 yaitu 0,07

dan nilai batas bawah keuntungan (L) yang

selalu di atas 0 yaitu Rp. 4.953,53, maka dapat

disimpulkan bahwa resiko petani sawi dalam

produksi untuk mengalami kerugian adalah sangat

kecil.

49

b) Resiko Harga

Tabel 2.4.Resiko hargaresponden petanisawidi

Desa Jatimulyo, Kecamatan Jati Agung.

No Nama

Risiko Harga

Mean(E)

Ragam/Var(V²)

Simp.Baku(V)

Coe.Var(CV)

Bts.Bawah(L)

1Marjono

2833,333 83333,333 288,675 0,102 2255,983

2Sudardi

3166,667 583333,333 6806,859 2,150

-10447,052

3Mahmudin

2666,667 83333,333 6082,763 2,281 -9498,858

4Temu

2666,667 333333,333 2291,288 0,859 -1915,909

5Harno

3000,000 250000,000 5686,241 1,895 -8372,481

6Sugeng

2333,333 83333,333 2081,666 0,892 -1829,999

7Sarimin

2500,000 250000,000 4041,452 1,617 -5582,904

8Poniran

2666,667 83333,333 1000,000 0,375 666,667

9Timan

2833,333 83333,333 2254,625 0,796 -1675,916

Jumlah

24666,667

1833333,333 30533,568 10,967

-36400,470

Rata-rata

2740,741 203703,704 3392,619 1,219 -4044,497

Berdasarkan nilai koefisien variasi (CV)

perusahaan yang berada di atas 0,5 yaitu 1,21

dan nilai batas bawah keuntungan (L) yang

berada di bawah 0 yaitu Rp. -4.044,497 maka

50

dapat disimpulkan bahwa terdapat resiko petani

sawi dalam mengalami kerugian harga.

c) Resiko Pendapatan

Tabel 2.5.Resiko pendapatanresponden

petanisawidi Desa Jatimulyo, Kecamatan Jati

Agung.

No Nama

Risiko Pendapatan

Mean (E)

Ragam/Var(V²)

Simp.Baku(V)

Coe.Var(CV)

Bts.Bawah(L)

1 Marjono6309870,3

7 0 0 06309870,3

7

2 Sudardi6821087,9

632,28E+1

34773516,3

49 0,7

-2725944,7

35

3Mahmudin

9505277,778

3,15E+12

1773649,721 0,187

5957978,335

4 Temu5097361,1

117,52E+1

22742413,7

79 0,538

-387466,44

6

5 Harno7235509,2

592,47E+1

21572882,1

74 0,2174089744,9

11

6 Sugeng2874074,0

742,26E+1

21502313,0

31 0,523

-130551,98

9

7 Sarimin3467957,2

656,25E+1

2 2500000 0,721

-1532042,7

35

8 Poniran5019888,8

892,73E+1

21653594,5

69 0,3291712699,7

5

9 Timan3930759,2

591,30E+1

1360843,91

8 0,0923209071,4

23

Jumlah50261785,

974,73E+1

316879213,

54 3,30716503358,

89

Rata-rata5584642,8

855,26E+1

21875468,1

71 0,3671833706,5

43

Berdasarkan nilai koefisien variasi (CV)

perusahaan yang selalu di bawah 0,5 yaitu 0,367

dan nilai batas bawah keuntungan (L) yang

selalu di atas 0 yaitu Rp. 1.833.706,543 maka

dapat disimpulkan bahwa resiko petani sawi

51

untuk mengalami kerugian pendapatan adalah

cukup kecil.

52

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan pada bab sebelumya

dapat disimpulkan bahwa:

1. Rata-rata keuntungan usahatani sawi yang diterima

oleh petani di Desa Jatimulyo kecamatan Jati

Agung Lampung Selatan per musim dalam satu hektar

lahan adalah sebesar Rp 7042976,22 dan

keuntungan atas biaya tunai dalam waktu satu

tahun dengan luas lahan satu hektar adalah

Rp6.107.226,66

2. R/C rasio usahatani sawi di Desa Jatimulyo

kecamatan Jati Agung Lampung Selatan atas biaya

tunai adalah sebesar 2,85, sedangkan R/C rasio

atas biaya total adalah sebesar 1,49dan ini

berarti bahwa usahatani sawi layak diusahakan

53

karna R/C rasio atas biaya tunai maupun atas

biaya total lebih dari 1 (R/C > 1).

B. Saran

Adapun saran yang diberikan adalah sebagai berikut :

1. Untuk pemerintah agar dapat mengatasi masalah

fluktuasi harga yang sangat merugikan bagi petani

sawi maupun konsumen.

2. Untuk pemerintah daerah agar dapat memperbaiki

sarana dan prasarana di Desa Jatimulyo agar

kegiatan usahatani yang berlangsung di daerah

tersebut bisa berjalan dengan baik dan lancar.

3. Untuk peneliti selanjutnya agar memperhatikan

aspek-aspek yang belum diperhatikan dalam laporan

ini seperti pengaruh dari aspek kesehatan petani

terhadap kegiatan usahataninya.

54

DAFTAR PUSTAKA

Haryanto, W, T. 2003. Sawi dan Selada edisi revisi. Penebar Swadaya. Jakarta.

55

Hernanto, F. 1993. Ilmu Usahatani. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.

Mosher, AT. 1987. Menciptakan Struktur Pedesaan Progresif. Disunting olehRochim Wirjoniodjojo. Yasagama. Jakarta.

Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta.

Prawirokusumo, S. 1990. Ilmu Usahatani. Universitas Gadjah Mada Press. Yogyakarta.

Rukmana,R. 2002. Bertanam Sayuran Petsai dan Sawi.Kanisius.Yogyakarta

Sitompul, S, M dan Guritno, B. 1995. Analisi Pertumbuhan Tanaman. UGM-Press.Yogyakarta.

Soekartawi. 1989. Analisis Fungsi Cobb-Douglas: Teori dan Aplikasinya. Malang.

Suwandi, 2009.Menakar Kebutuhan Hara Tanaman Dalam Pengembangan Inovasi Budidaya Sayuran Berkelanjutan..Jurnal Pengembangan Inovasi Pertanian 2(2) 131; 147. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Jakarta.

Zatnika, I. 2010. Teknik dan Strategi Budidaya Sawi Hijau. MediaIndonesia. Jakarta.

56

57

FOTO TURUN LAPANG

58

LAMPIRAN

59