PENGGUNAAN BOKASHI FESES KUDA UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI TANAMAN BAWANG MERAH ( Allium ascalonicum...

48
PENGGUNAAN BOKASHI FESES KUDA UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI TANAMAN BAWANG MERAH ( Allium ascalonicum L.) LAPORAN PROYEK USAHA MANDIRI OLEH : PENATA PERDANA PUTRA BP. 1101381011 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI HORTIKULTURA JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN POLITEKNIK PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS PAYAKUMBUH 2014

Transcript of PENGGUNAAN BOKASHI FESES KUDA UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI TANAMAN BAWANG MERAH ( Allium ascalonicum...

PENGGUNAAN BOKASHI FESES KUDA UNTUK MENINGKATKAN

PRODUKSI TANAMAN BAWANG MERAH ( Allium ascalonicum L.)

LAPORAN

PROYEK USAHA MANDIRI

OLEH :

PENATA PERDANA PUTRA

BP. 1101381011

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI HORTIKULTURA

JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN

POLITEKNIK PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS

PAYAKUMBUH

2014

PENGGUNAAN BOKASHI FESES KUDA UNTUK MENINGKATKAN

PRODUKSI TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.)

Oleh: Penata Perdana Putra

( Di Bawah Bimbingan: Jonni, A.Md, SP, M.Si )

RINGKASAN

Bawang merah atau brambang (Allium ascalonicum L) adalah nama

tanaman dari familia Alliaceae dan nama dari umbi yang dihasilkan. Umbi dari

tanaman bawang merah merupakan bahan utama untuk bumbu dasar masakan

Indonesia. Disamping itu umbi bawang merah dapat diolah menjadi bawang

goreng, yang pemasarannya sudah menembus pasaran ekspor.

Proyek Usaha Mandiri (PUM) bertujuan untuk melihat pengaruh feses

kuda terhadap produksi tanaman bawang merah, menerapkan sistem pertanian

yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan serta, melakukan analisis dan

evaluasi terhadap proyek usaha mandiri dengan analisa teknis, analisa rugi laba,

analisa profitabilitas dan analisa RC ratio.

Pelaksanaan Proyek Usaha Mandiri (PUM) ini di lakukan selama 4 bulan

yang berlangsung dari September 2013 sampai Desember 2013. Proyek Usaha

Mandiri ini dilakukan di kebun percobaan Politeknik Pertanian Universitas

Andalas. Dari usaha ini didapatkan produksi 130 kg dengan total penerimaan Rp.

2.900.000 dengan keuntungan Rp. 1.224.500.

Dari pelaksanaan Proyek Usaha Mandiri (PUM) dapat disimpulkan bahwa,

penggunaan teknologi bokashi feses kuda sangat baik untuk digunakan pada

budidaya bawang merah, faktor yang mempengaruhi jumlah produksi bawang

merah adalah faktor iklim serta pelaksanaan dalam budidaya. Proyek Usaha

Madiri (PUM) yang telah dilakukan pada tanaman bawang merah dengan luas

lahan 246 m2 menghasilkan R.C ratio 1,7 dengan Profitabilitas 73 % dan usaha ini

layak dilakukan. Disarankan dalam budidaya bawang merah digunakan bokashi

feses kuda terdapat unsur nitrogen (N) dan posfor (P) dalam jumlah banyak,

sehingga pertumbuhan dan hasil produksi dari bawang merah dapat meningkat.

PENGGUNAAN BOKASHI FESES KUDA UNTUK MENINGKATKAN

PRODUKSI TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.)

LAPORAN

PROYEK USAHA MANDIRI

OLEH :

PENATA PERDANA PUTRA

BP. 1101381011

Laporan ini Merupakan Salah Satu Syarat

Untuk Menyelesaikan Mata Ajaran

Proyek Usaha Mandiri di Semester V

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI HORTIKULTURA

JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN

POLITEKNIK PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS

PAYAKUMBUH

2014

PENGGUNAAN BOKASHI FESES KUDA UNTUK MENINGKATKAN

PRODUKSI TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.)

LAPORAN

PROYEK USAHA MANDIRI

OLEH :

PENATA PERDANA PUTRA

BP. 1101381011

Menyetujui :

Ketua Jurusan

Budidaya Tanaman Pangan

Ir. Setya Dharma, M.Si

Nip. 196010061987031003

Dosen Pembimbing

Jonni, A.Md, SP, M.Si

Nip.197706062008111013

Direktur Politeknik Pertanian

Universitas Andalas

Ir. Gusmalini, M.Si

Nip. 195711101987032001

Laporan Proyek Usaha Mandiri Teknologi Produksi Hortikultura

Laporan ini telah di uji dan di pertahankan di depan tim Penguji Proyek

Usaha Mandiri Program Studi Teknologi Produksi Hortikultura Jurusan Budidaya

Tanaman Pangan Politeknik Pertanian Universitas Andalas.

Pada tanggal 27 Januari 2014.

No Nama Jabatan Tanda tangan

1 Jonni, A.Md, SP, M.Si Ketua

2 Ir. Rasdanelwati, MP Anggota

3 Sentot Wahono, SP, M.Si Anggota

Laporan Proyek Usaha Mandiri Teknologi Produksi Hortikultura

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT dimana atas

karuniaNya penulis dapat menyusun dan menyelesaikan Laporan Proyek Usaha

Mandiri (PUM) ini dengan judul “ Penggunaan Bokashi Feses Kuda untuk

Meningkatkan Produksi Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum l.)”.

Dalam pembuatan dan penyelesaian laporan ini mendapatkan bimbingan

dan informasi dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Ir. Gusmalini, M.Si selaku Direktur Politeknik Pertanian Universitas

Andalas

2. Bapak Ir. Setya Dharma, M.Si selaku Ketua Jurusan Budidaya Tanaman

Pangan

3. Bapak Sentot Wahono, SP. M.Si selaku Ketua Program Studi Teknologi

Produksi Hortikultura

4. Bapak Jonni, A.Md, SP. M.Si selaku Dosen pembimbing yang telah

banyak membantu dalam pembuatan laporan ini.

5. Kedua orang tua penulis yang telah memberikan dukungan sepenuhnya

kepada penulis baik secara moril maupun materil.

6. Dan kepada seluruh teman-teman yang telah memberikan dorongan dalam

penyusunan laporan ini.

Semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua.

Tanjung Pati, Januari 2014

PPP

Laporan Proyek Usaha Mandiri Teknologi Produksi Hortikultura

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN ............................................................................................ i

PENGESAHAN ......................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ............................................................................... iii

DAFTAR ISI .............................................................................................. v

DAFTAR TABEL ..................................................................................... vi

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. vii

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang .............................................................................. 1

1.2. Tujuan ........................................................................................... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Aspek Pasar ................................................................................... 5

2.2. Aspek Komoditi ............................................................................ 9

2.3. Aspek Lingkungan ........................................................................ 11

2.4. Aspek Teknologi ........................................................................... 14

III. METODE PELAKSANAAN

3.1. Waktu dan Tempat ....................................................................... 16

3.2. Bahan dan Alat .............................................................................. 16

3.3. Pelaksanaan Proyek ...................................................................... 16

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil .............................................................................................. 22

4.2. Pembahasan................................................................................... 28

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ................................................................................... 32

5.2. Saran ............................................................................................. 32

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 33

LAMPIRAN ............................................................................................... 34

Laporan Proyek Usaha Mandiri Teknologi Produksi Hortikultura

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Jumlah Penduduk Kabupaten Lima Puluh Kota dari

Tahun 2007-2011 ............................................................................... 5

2. Proyeksi jumlah penduduk Kabupaten Lima Puluh Kota

dari Tahun 2013-2017........................................................................ 6

3. Proyeksi Permintaan Bawang Merah di Kabupaten Lima Puluh

Kota dari Tahun 2013- 2017 .............................................................. 6

4 Peningkatan Penawaran (produksi) Bawang Merah untuk daerah

Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2007- 2011 ............................... 7

5 Proyeksi Peningkatan Produksi Bawang Merah di Kabupaten

Lima Puluh Kota Tahun 2013-2017 .................................................. 8

6. Proyeksi Peluang Pasar untuk Bawang Merah di Kabupaten Lima

Puluh Kota tahun 2013-2017 ............................................................. 9

7. Perbandingan Hara Kotoran Kuda dengan Ternak Lainnya .............. 15

8. Rencana Biaya Sarana Produksi Budidaya Bawang Merah untuk

Luas Lahan 300 m2 ............................................................................ 22

9. Realisasi Biaya Sarana Produksi Budidaya Bawang Merah untuk

Luas Lahan 246 m2 ............................................................................ 22

10. Rencana Biaya Tenaga Kerja dari Budidaya Bawang Merah

untuk Luas Lahan 300 m2 .................................................................. 23

11. Realisasi Biaya Tenaga Kerja dari Budidaya Bawang Merah

untuk Luas Lahan 246 m2 .................................................................. 23

12. Rencana Biaya Penyusutan Alat untuk Budidaya Bawang

Merah dengan Luas Lahan 300 m2 .................................................... 24

13. Realisasi Biaya Penyusutan Alat untuk Budidaya Bawang

Merah dengan Luas Lahan 246 m2 .................................................... 25

14. Perbandingan Biaya Lain-lain dan Biaya Total Pada Budidaya

Tanaman Bawang Merah untuk Luas Lahan 246 m2......................... 26

Laporan Proyek Usaha Mandiri Teknologi Produksi Hortikultura

15. Perencanaan Penerimaan Produksi Bawang Merah pada

Budidaya Tanaman Bawang Merah untuk Luas Lahan 300 m2

Selama 4 Bulan .................................................................................. 26

16. Realisasi Penerimaan Produksi Bawang Merah pada

Budidaya Tanaman Bawang Merah dengan Luas Lahan 246 m2

Selama 4 Bulan .................................................................................. 26

17. Perbandingan Analisis Finansial Perencanaan dengan

Realisasi Budidaya Tanaman Bawang Merah ................................... 28

Laporan Proyek Usaha Mandiri Teknologi Produksi Hortikultura

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Lay Out Proyek Usaha Mandiri .............................................................. 34

2. Data Curah Hujan Bulan September sampai Desember 2013 ................ 35

3. Foto Kegiatan Proyek Usaha Mandiri .................................................... 36

4. Jadwal Kegiatan Proyek Usaha Mandiri ................................................ 38

Laporan Proyek Usaha Mandiri Teknologi Produksi Hortikultura

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Bawang merah atau brambang (Allium ascalonicum L) adalah nama

tanaman dari familia Alliaceae dan nama dari umbi yang dihasilkan. Umbi dari

tanaman bawang merah merupakan bahan utama untuk bumbu dasar masakan

Indonesia. Disamping itu umbi bawang merah dapat diolah menjadi bawang

goreng, juga dapat digunakan untuk bumbu masakan khas Indonesia, serta buah

bawang merah bermanfaat untuk mencegah terjadinya penggumpalan darah

dengan cara perbanyak konsumsi bawang merah mentah secara rutin, untuk

produksi bawang merah pemasarannya sudah menembus pasaran ekspor.

Permintaan bawang merah cukup besar sepanjang tahun dan cenderung

terus meningkat mulai dari pasar dalam negeri maupun pasar luar negeri. Saat ini

sasaran utama pemasaran bawang merah keluar negeri adalah Negara tetangga

seperti Singapura, Malaysia dan Brunei Darusalam (Badan Pusat Statistik

Indonesia, 2011).

Produksi bawang merah Sumatera Barat jika dibandingkan dengan

produksi bawang merah nasional masih sangat rendah. Produksi nasional tahun

2011, tercatat 893,124 ton dengan luas panen 93,667 ha (Badan Statistik

Indonesia, 2011), sementara produksi Sumatera Barat hanya 25,095 ton dengan

luas areal panen 2,699 ha (Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura

Sumbar, 2010). Angka ini menunjukkan bahwa produksi bawang merah Sumatera

Barat hanya 2,25 % dari produksi bawang merah nasional.

Bawang merah (Allium ascolanium L) termasuk salah satu tanaman

hortikultura sayur-sayuran. Pada tingkat harga yang sangat rendah Rp. 500/kg

Laporan Proyek Usaha Mandiri Teknologi Produksi Hortikultura

bawang basah di tingkat petani setiap kali terjadi bilamana jumlah penawaran

(produksi pada waktu-waktu panen besar) jauh melebihi permintaan. Sebaiknya

pada tingkat harga yang relatif tinggi selalu dikaitkan dengan kondisi dimana

penawaran lebih rendah dibandingkan dengan besarnya permintaan pada kondisi

seperti ini harga bawang merah di pasar enceran pernah mencapai tingkat harga

sampai Rp. 80.000/kg kering.

Sejauh harga produksi bawang merah luar negeri (misalnya Taiwan,

Philipina) masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan harga dalam negeri maka

akan terjadi impor bawang merah dikarenakan hanya untuk memenuhi permintaan

dalam negeri pada kurun waktu tertentu. Dengan memperhatikan kondisi rupiah

terhadap dolar Amerika seperti saat-saat ini, dapat menyebabkan impor barang

primer (termasuk bawang) menjadi terasa sangat mahal. Hal ini dapat dikaitkan

dengan tetap tingginya harga bawang merah impor dan harga bawang merah di

pasar enceran di dalam negeri.

Daerah yang mempunyai potensi ditinjau dari wilayah secara hidrologi dan

klimatologi adalah Kabupaten Lima Puluh Kota. Kabupaten Lima Puluh Kota

masih dalam kategori cocok untuk komoditas bawang merah, ini di lihat dari

produksi rata-rata 245,12 ton bawang merah di Kabupaten Limapuluh Kota (BPS

Kabupaten Lima Puluh Kota, 2012). Untuk meningkatkan produksi perlu di

upayakan paket-paket teknologi budidaya bawang merah yang sesuai dengan

kondisi lokal. Tanaman bawang merah memerlukan kondisi tanah yang kaya

bahan organik, seperti dikemukakan oleh Tito (1999), bahwa untuk tumbuh

dengan baik tanaman bawang merah membutuhkan tanah yang gembur dan kaya

bahan organik agar ketersediaan unsur hara dan air bagi tanaman dapat terpenuhi.

2

Laporan Proyek Usaha Mandiri Teknologi Produksi Hortikultura

Mengingat pentingnya fungsi bahan organik di dalam tanah dan makin

intensifnya penggunaan pupuk buatan di zaman modern ini, maka perlu

diperhatikan kebutuhan tanah terhadap bahan organik. Penambahan bahan organik

dapat merubah tanah menjadi gembur, sehingga aerasi dan infiltrasi air lebih baik

karena bahan organik dapat berfungsi sebagai bahan pengikat organik dan dapat

mengabsorsi air. Bahan organik yang sudah umum digunakan seperti pupuk

kandang, pupuk hijau, gulma, sampah kota dan lain-lain. Dengan bio-teknologi

Efektif mikroorganisme (EM-4), bahan-bahan ini dapat difermentasi dalam jangka

waktu yang relatif singkat. Hasil fermentasi yang menggunakan bio-teknologi

Efektif mikroorganisme (EM-4) dikenal dengan Bokashi.

3

Laporan Proyek Usaha Mandiri Teknologi Produksi Hortikultura

1.2. Tujuan

Adapun Tujuan dari penulisan laporan Proyek Usaha Mandiri (PUM) ini

yaitu :

1. Melihat pengaruh bokashi kotoran kuda terhadap produksi tanaman

bawang merah.

2. Menerapkan sistem pertanian yang berwawasan lingkungan dan

berkelanjutan.

3. Untuk mengembangkan jiwa kewirausahaan yang telah diperoleh pada

mata kuliah Eship dari semester I sampai semester IV.

4

Laporan Proyek Usaha Mandiri Teknologi Produksi Hortikultura

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Aspek Pasar

2.1.1. Potensi Permintaan

Bawang merah dijual kepada distributor disekitar Kabupaten Limapuluh

Kota. Agar dapat mengetahui potensi permintaan bawang merah di Kabupaten

Limapuluh Kota, maka dapat diketahui berdasarkan seberapa besar permintaan

konsumen terhadap bawang merah tersebut. Hal ini dapat diproyeksikan

berdasarkan pertumbuhan jumlah penduduk. Untuk mengetahui potensi

permintaan bawang merah di Kabupaten Limapuluh Kota dari tahun 2007-2011

dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Jumlah Penduduk Kabupaten Lima Puluh Kota dari Tahun 2007-

2011

Tahun Jumlah Penduduk Persentase Peningkatan Penduduk

2007 339.022 -

2008 342.914 1,15

2009 346.807 1,14

2010 350.699 1,12

2011 354.627 1,12

Jumlah 1.734.069 4,53

Rata-rata 346.813 0,91

Sumber: BPS Kabupaten Lima Puluh Kota (2012)

Data Tabel 1 menjelaskan bahwa jumlah penduduk Kabupaten Lima Puluh

Kota dari tahun 2007-2011 terus meningkat, dengan rata- rata peningkatan 0,91 %

/ tahun. Peningkatan jumlah penduduk di Kabupaten Lima Puluh Kota harus di

imbangi dengan peningkatan produksi bawang merah di Kabupaten Lima Puluh

Kota, baik kuantitas maupun kualitas, dengan cara intensifikasi maupun

ekstensifikasi. Di Kabupaten Lima Puluh Kota sebagai salah satu sentra penghasil

Laporan Proyek Usaha Mandiri Teknologi Produksi Hortikultura

bawang merah, produksinya mengalami perubahan dari tahun ke tahun, hal ini di

karenakan perubahan luas lahan tanaman dan produktivitas.

Tabel 2. Proyeksi Jumlah Penduduk Kabupaten Lima Puluh Kota dari

Tahun 2013-2017.

Tahun Jumlah Penduduk

(Jiwa)

2013 362.828

2014 366.964

2015 371.147

2016 375.378

2017 379.657

Jumlah 1.855.974

Rata-rata 371.195

Hasil olahan data BPS

Data Tabel 2 menjelaskan bahwa proyeksi jumlah penduduk Kabupaten

Lima Puluh Kota dari tahun 2013-2017 terus meningkat. Pertumbuhan penduduk

yang semakin meningkat ditambah lagi dengan peningkatan pendapatan, maka

permintaan terhadap bawang merah ini akan juga meningkat. Dari hasil survey

diketahui rata-rata konsumsi bawang merah pada masyarakat pertahunnya adalah

12 kg/jiwa/tahun. Untuk mengetahui potensi permintaan dari tahun 2013-2017

dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Proyeksi Permintaan Bawang Merah di Kabupaten Lima Puluh

Kota dari Tahun 2013-2017

Tahun Jumlah

Penduduk

Rata-rata konsumsi

(kg/jiwa/tahun)

Proyeksi permintaan

(ton/jiwa/tahun)

2013 362.828 12 4.353,94

2014 366.964 12 4.403,57

2015 371.147 12 4.453,76

2016 375.378 12 4.504,54

2017 379.657 12 4.555,88

Jumlah 1.855.974 371.195

Rata-rata 22.271,69 4.454,34

Hasil olahan data BPS

6

Laporan Proyek Usaha Mandiri Teknologi Produksi Hortikultura

7

Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa permintaan bawang merah

meningkat tiap tahun. Hal ini menunjukkan bahwa prospek bawang merah di

Kabupaten Lima Puluh Kota tetap cerah.

2.1.2. Potensi Penawaran (Produksi)

Potensi penawaran yaitu besarnya potensi produksi suatu komoditi pada

suatu daerah yang dapat mengisi kebutuhan konsumen terhadap komoditi tersebut

dengan melihat penawaran suatu produk dari 5 tahun sebelumnya. Adapun tujuan

dari pengumpulan data penawaran adalah untuk melihat perkembangan produk

sehingga penawaran pada tahun berikutnya dapat diprediksi. Persentase

peningkatan penawaran produk dapat dihitung dengan rumus :

Persentase peningkatan = Jumlah penawaran tahun akhir – jumlah penawaran tahun awal x 100 %

Jumlah penawaran tahun awal

Produksi (penawaran) tahun berikutnya =

Produksi tahun sebelumnya + (produksi tahun sebelumhya x % peningkatan).

Penawaran merupakan jumlah produk yang beredar dipasaran yang

tersedia untuk memenuhi permintaan konsumen. Potensi penawaran bawang

merah untuk daerah Kabupaten Lima Puluh Kota dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Peningkatan Penawaran (produksi) Bawang Merah di Kabupaten

Lima Puluh Kota Tahun 2007 – 2011

Tahun Produksi (ton) Peningkatan Produksi (%)

2007 177,82 -

2008 206,47 16.111

2009 239,73 16.108

2010 278,35 16.109

2011 323,19 16.109

Jumlah 1.225,56 64.437

Rata – Rata 245,12 16,11

Sumber : BPS Kabupaten Lima Puluh Kota (2012)

Laporan Proyek Usaha Mandiri Teknologi Produksi Hortikultura

Berdasarkan Tabel 4 dapat terlihat bahwa produksi bawang merah terus

meningkat dengan peningkatan 16,11 % per tahun. Berdasarkan persentase

peningkatan produksi (penawaran) bawang merah tersebut dapat diproyeksikan

untuk beberapa tahun kedepan. Proyeksi peningkatan produksi bawang merah di

Kabupaten Lima Puluh Kota tahun 2013-2017 disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Proyeksi Peningkatan Produksi Bawang Merah di Kabupaten

Lima Puluh Kota Tahun 2013 – 2017.

Tahun Produksi ( ton /ha)

2013 435.70

2014 505.89

2015 587.39

2016 682.02

2017 791.89

Jumlah 3.002,89

Rata-rata 600,578

Hasil olahan data BPS

Berdasarkan Tabel 5 di atas terlihat bahwa proyeksi peningkatan produksi

bawang merah terus meningkat dengan jumlah produksi 3.002,89 ton dan rata-rata

600,578 %. Peningkatan tersebut dikarenakan adanya permintaan dari konsumen

untuk komoditi bawang merah.

2.1.3. Proyeksi Peluang Pasar

Proyeksi peluang pasar merupakan selisih antara besarnya perkiraan

permintaan dengan besarnya potensi penawaran produk yang diusahakan atau :

”Peluang Pasar = Permintaan – Penawaran”. Untuk peluang pasar bawang

merah dari tahun 2013-2017 dapat dilihat pada Table 6.

8

Laporan Proyek Usaha Mandiri Teknologi Produksi Hortikultura

Tabel 6. Proyeksi Peluang Pasar untuk Bawang Merah di Kabupaten Lima

Puluh Kota Tahun 2013 - 2017.

Tahun Permintaan

(Ton/thn)

Produksi

(Ton/thn) Peluang pasar (Ton/thn)

2013 4.353,94 435.70 3.918,24

2014 4.403,57 505.89 3.897,68

2015 4.453,76 587.39 3.866,37

2016 4.504,54 682.02 3.822,52

2017 4.555,88 791.89 3.763,99

Data Tabel 6 memperlihatkan bahwa pada tahun 2013 ada peluang pasar

sebesar 3.918,24 ton. Besarnya peluang pasar ini dikarenakan adanya permintaan

yang tinggi dari konsumen dan produksi yang dihasilkan tidak mencukupi

kebutuhan konsumen sehingga peluang pasar ini dapat dijadikan suatu prospek

usaha yang bisa diisi untuk memenuhi kebutuhan pasar.

2.2. Aspek Komoditi

Berdasarkan klasifikasi secara lengkap, taksonomi bawang merah di

uraikan sebagai berikut ( Rukmana,1994 )

Devisio : Spermatophyta

Sub divisio : Angiospermae

Kelas : Monocotyledonaae

Ordo : Lilialaes (liliflorea)

Famili : Liliales

Genus : Allium

Spesies : Allium cepa L. (Bawang Bombay)

Spesies bawang merah yang banyak di tanam di Indonesia terdiri dari 2 macam,

yaitu bawang merah biasa atau sallot alias syalot ( A. ascalonicum L.), dan

bawang merah sebenarnya atau disebut bawang Bombay, bawang timur alias

”Onion” (A. cepa L.).

9

Laporan Proyek Usaha Mandiri Teknologi Produksi Hortikultura

Bawang merah dikelaskan dalam famili Alliaceae dalam ordo Asparagales.

Nama saintifiknya adalah Allium cepa var. aggregatum. Bawang merah adalah

lebih kecil dan lebih manis dari bawang besar. Bawang merah merupakan sejenis

tanaman semusim, memiliki umbi yang berlapis (bulb), berakar serabut dengan

daun berbentuk silinder berongga. Umbi bawang merah terbentuk dari pada

pangkal daun yang bersatu dan membentuk batang yang berubah bentuk dan

fungsinya, membesar dan akhirnya membentuk umbi berlapis. Umbi bawang

merah terbentuk dari lapisan-lapisan daun yang membesar dan bersatu (Wibowo,

2004).

Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal

dan bercabang terpencar, pada kedalaman antara 15 – 30 cm didalam tanah.

Memiliki batang sejati atau di sebut ”discus” yang bentuknya seperti cakram, tipis

dan pendek sebagai tempat melekat perakaran dan mata tunas (titik tumbuh). Di

bagian atas discus terbentuk batang semu yang tersusun dari pelepah – pelepah

daun. Batang semu yang berada didalam tanah akan berubah bentuk dan

fungsinya menjadi umbi lapis (Rukmana, 1994).

Bentuk daunnya seperti pipa, yakni bulat kecil memanjang antara 50 – 70

cm, berlubang, bagian ujungnya meruncing, berwarna hijau muda sampai hijau

tua dan letak daun melekat pada tangkai yang ukurannya relatif pendek

(Rukmana,1994).

Bunga bawang merah merupakan bunga majemuk yang berbentuk tandan

yang bertangkai dengan 50 – 200 kuntum bunga. Pada ujung dan pangkal tangkai

mengecil dan di bagian tengah menggembung, bentuknya seperti pipa yang

berlubang didalamnya. Tangkai tandan bunga ini sangat panjang, lebih tinggi dari

10

Laporan Proyek Usaha Mandiri Teknologi Produksi Hortikultura

daunnya dan mencapai 30 – 50 cm, sedang kuntumnya bertangkai tetapi pendek,

antara 0,2 – 0,6 cm (Wibowo, 2004).

Bunga bawang merah termasuk bunga sempurna yang tiap bunga terdapat

benang sari dan kepala putik. Biasanya terdiri dari 5 - 6 benang sari, sebuah putik

dengan daun bunga bewarna agak hijau bergaris – garis keputih – putihan atau

putih. Bakal buah ini sebenarnya terbentuk dari tiga daun buah yang disebut

carpel, yang membentuk tiga buah ruang dan didalam tiap ruang tersebut terdapat

dua calon biji. Benang sari nya sendiri tersusun membentuk dua lingkaran, yaitu

lingkaran dalam dan luar. Pada lingkaran luar terdapat tiga benang sari dan

demikian juga pada lingkaran dalam. Dalam 2 – 3 hari semua benan sari menjadi

dewasa, tetapi umumnya benang sari yang terletak dalam lingkaran dalam lebih

cepat dewasa (Wibowo, 2004).

Buah berbentuk bulat dengan ujungnya tumpul membungkus biji

berjumlah 3-2 butir. Bentuk biji agak pipih, sewaktu masih muda bewarna bening

atau putih, tetapi setelah tua menjadi hitam. Biji-biji bawang merah dapat di

pergunakan sebagai bahan perbanyakan tanaman secara generatif (Rukmana,

1994).

2.3. Aspek Lingkungan

2.3.1. Faktor Klimatik

a. Iklim

Bawang merah dapat ditanam dengan baik di daerah dataran rendah dan

dataran tinggi. Pertumbuhanya lebih baik di daerah dataran rendah sampai

ketinggian 30 meter di atas permukaan laut karena suhunya lebih tinggi, yaitu

rata-rata 30oC. Bawang merah termasuk tanaman sayuran yang tidak tahan

11

Laporan Proyek Usaha Mandiri Teknologi Produksi Hortikultura

terhadap air hujan. Bawang merahdapat ditanam pada musim penghujan, asal saja

pembuangan airnya baik dan pemberantasan penyakit di lakukan secara teratur.

Bawang merah bisa berproduksi dengan baik di dataran rendah sampai dengan

dataran tinggi ± 1.100 meter diatas permukaan laut, tetapi produksi terbaik

dihasilkan dari dataran rendah yang di dukung keadaan iklim meliputi: Suhu

udara antara 25º- 32º C dan iklim kering, tempat terbuka dan mendapat sinar

matahari ± 70%, karena bawang merah termasuk tanaman yang memerlukan sinar

matahari cukup panjang, tiupan angin sepoi-sepoi berpengaruh baik terhadap laju

proses fotosintesis dan hasil umbinya akan tinggi, ketinggian tempat paling ideal

antara 0-800 meter di atas permukaan laut (Rukmana, 1994).

b. Curah hujan

Wibowo (2004), Rahayu dan Berlian (2003), menyatakan bahwa tanaman

bawang merah tidak tahan kekeringan karena akarnya yang pendek. Selama

pertumbuhan dan perkembangan umbi dibutuhkan air yang cukup banyak. Curah

hujan yang ideal bagi pertumbuhan tanaman bawang merah berkisar antara 300

mm - 2.500 mm/tahun. Walaupun memerlukan banyak air tetapi tanaman bawang

merah paling tidak tahan terhadap curah hujan yang tinggi atau akhir musim

hujan.

Menurut Wibowo (2004), bawang merah selama hidupnya lebih cocok

pada musim kemarau, dengan disertai pengairan yang baik, bawang merah dapat

ditanam sepanjang tahun, tetapi pada musim penghujan memerlukan pemeliharaan

yang intensif, terutama dalam hal pengaturan drainase dan pengendalian hama

penyakit. Ditambahkan oleh Direktoral Jenderal Bina Produksi Hortikultura

(2003), secara umum tanaman bawang merah lebih cocok diusahakan secara

12

Laporan Proyek Usaha Mandiri Teknologi Produksi Hortikultura

agribisnis/komersil di daerah dataran rendah pada akhir musim penghujan, atau

pada musim kemarau dengan penyediaan air irigasi yang cukup untuk keperluan

tanaman.

2.3.2. Faktor Edafik

Tanaman bawang merah menghendaki tanah yang subur, banyak

mengandung humus, gembur dan pertukaran udaranya baik, serta tidak tergenang.

media tanah yang becek, maka perlu di buatkan saluraan pembuangan air. Tanah

yang di senangi yaitu tanah endapan dan tanah liat berpasir, dengan dukungan

syarat adalah jenis tanah yang paling baik adalah lempung berpasir atau lempung

berdebu, derajat keasaman tanah (pH) tanah untuk bawang merah biasa antara 5,5-

6,5, tata air (drainase) dan tata udara (aerasi) dalam tanah berjalan baik (Wibowo,

2004).

2.3.3. Faktor Biotik

Di dalam tanah, hidup berbagai jenis organisme yang terbagi ke dalam tiga

kelompok besar, yaitu organisme yang menguntungkan, organisme yang tidak

merugikan, serta organisme yang tidak menguntungkan dan merugikan. Jenis-

jenis organisme yang menguntungkan di antaranya, cacing tanah, insekta berupa

belalang, jangkrik, lebah, kumbang, semut, dan rayap. kelabang, protozoa,

nematoda, bakteri Rhizobium sp, Azotobacter sp, Clostridium pasteurianum,

mikoriza, dan algae atau Azolla sp (Samadi dan Cahyono, 2000).

13

Laporan Proyek Usaha Mandiri Teknologi Produksi Hortikultura

2.3.4. Faktor Kebijaksanaan Umum

Berdasarkan pertumbuhan penduduk yang terus meningkat terhadap

kebutuhan bawang merah, pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk

membudidayakan bawang merah dengan peluasan panen baik dan intensif.

Sesuai dengan visi dan misi Pemda Kabupaten Lima Puluh Kota yang

sangat mencanangkan pertanian organik. Undang-undang RI No. 4 Tahun 2006

tentang Pengesahan Perjanjian International Treaty on Plant Genetic Resources

for Food and Agriculture (Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura

Sumbar, 2010).

2.4. Aspek Teknologi

Teknologi yang digunakan adalah pengunaan bokashi kotoran kuda, pada

tanaman bawang merah. Selain teknologi ini mudah di aplikasikan juga ramah

lingkungan. Bokashi adalah merupakan perombakan yang di gunakan dengan

EM-4 yang berkerja secara sinergis untuk menyuburkan tanah dan meningkatkan

pertumbuhan tanaman. Sedangkan bakteri Fotosintetik berfungsi untuk

meningkatkan nitrogen dari udara bebas, mesintesa gas-gas beracun dan panas

dari hasil proses pembusukan sehingga populasi di dalam tanah menjadi

berkurang.

Sebagian besar EM-4 mengandung mikroorganisme Lactobacillus sp,

bakteri penghasil asam laktat, serta bakteri penghasil fotosintetik, Streptomycetes

sp dan ragi. EM-4 mampu meningkatkan dekomposisi limbah dan sampah

organik. Meningkatkan ketersediaan nutrisi tanaman, serta menekan aktifitas

serangan hama dan mikroorganisme pathogen selain itu juga mengurangi

pengunaan pupuk dan pestisida kimia. Dengan tersedianya nutrisi yang di

14

Laporan Proyek Usaha Mandiri Teknologi Produksi Hortikultura

butuhkan tanaman maka pertumbuhan tanaman menjadi lebih baik sehingga

menghasilkan produksi yang maksimal (Wiwik Hartati dan Widowati, 2011).

Salah satu contoh bokashi yang dapat digunakan adalah bokashi dari feses

kuda, kandungan hara dalam kotoran kuda 3 kali lebih tinggi di banding hewan

ternak lainnya. Menurut Suteja (1999), kandungan unsur hara pada kotoran kuda

adalah N 0,70%, P2O5 0,25% dan K2O 0,55%.

Tabel 7. Perbandingan Hara Kotoran Kuda dengan Ternak Lainnya.

Sumber Pukan N P K Ca Mg S Fe

Sapi Perah 0,53 0,35 0,41 0,28 0,11 0,05 0,004

Sapi Daging 0,65 0,15 0,30 0,12 0,10 0,09 0,004

Kuda 0,70 0,25 0,55 0,79 0,14 0,07 0,010

Unggas 1,50 0,77 0,89 0,30 0,88 0,00 0,100

Domba 1,28 0,19 0,93 0,59 0,19 0,09 0,020

Bokashi kotoran kuda juga memperbaiki kondisi tanah sehingga

menguntungkan pertumbuhan tanaman dan dapat mengoptimalisasi ketersediaan

nitrogen yang sangat dibutuhkan oleh tanaman bawang merah. Penambahan bahan

organik (bokashi) ke dalam tanah dapat meningkatkan kadungan bahan organik

dan unsur hara tanah. Hal ini dikarenakan semakin banyak dosis pupuk bokashi

yang biberikan, maka N yang terkandung di dalam pupuk bokashi juga semakin

banyak yang diterima oleh tanah.

Unsur N merupakan unsur hara yang sangat penting karena merupakan

unsur yang paling banyak dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Nitrogen

berfungsi sebagai penyusun asam-asam amino, protein komponen pigmen klorofil

yang penting dalam proses fotosintesis. Sebaliknya jika kekurangan N

menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman terganggu dan hasil

menurun yang disebabkan oleh terganggunya pembentukan klorofil (Suteja, 1999).

15

Laporan Proyek Usaha Mandiri Teknologi Produksi Hortikultura

III. METODE PELAKSANAAN

3.1. Waktu dan Tempat

Proyek Usaha Mandiri ini dilaksanakan mulai dari bulan September 2013

sampai Desember 2013 yang berlangsung dikebun percobaan Politeknik Pertanian

Universitas Andalas, Kecamatan Harau Kabupaten Lima Puluh Kota dengan

ketinggian tempat + 500 meter di atas permukaan laut.

3.2. Bahan dan Alat

Alat yang di gunakan dalam proyek usaha mandiri ini antara lain: cangkul,

koret, garu, meteran, ember dan gembor. Sedangkan bahan adalah bibit bawang

merah varietas Lokal Alahan Panjang, kotoran kuda, dedak, EM-4, gula pasir,

karung, plastik penutup, tali raffia, NPK 1616, sekam dan mulsa plastik perak

hitam (MPPH).

3.3. Pelaksanaan Proyek

3.3.1. Pengadaan Bibit

Bibit yang ditanam adalah jenis bawah merah dengan varietas lokal

Alahan Panjang yang di beli dari Alahan Panjang Sumatera Barat. Jumlah

kebutuhan bibit adalah 13 kg untuk luasan 246 m². Umbi yang digunakan untuk

bibit adalah umbi yang sudah berumur 60-80 hari, berukuran sedang berdiameter

1,5-2 cm, berwarna mengkilap, serta tidak mengandung hama dan penyakit.

3.3.2. Pengolahan Tanah

Pengolahan tanah dilakukan sebanyak 2 kali, pada pengolahan pertama

dilakukan dengan menggunakan cangkul tujuannya adalah untuk membalikan

Laporan Proyek Usaha Mandiri Teknologi Produksi Hortikultura

tanah, setelah itu lahan dibiarkan selama 1 minggu tujuannya untuk membunuh

patogen dan hama yang ada di dalam tanah. Pengolahan ke dua dengan

menggunakan cangkul tujuannya untuk memecahkan bongkahan tanah dan setelah

itu tanah dihaluskan dan diratakan dengan menggunakan garu.

3.3.3. Pembuatan Bedengan

Setelah pengolah tanah, dilakukan pembuatan bedengan dengan lebar 120

cm tinggi bedengan 30 cm dengan drainase 50 cm dan panjang bedengan 41 m.

Dengan jumlah bedengan sebanyak 4 bedengan. Pembuatan bedengan dilakukan 2

minggu menjelang proses penanaman.

Pembuatan bedengan bertujuan sebagai temapat tumbuh tanaman dan

mengatur jalannya air. Dengan bedengan jumlah tanaman bisa dikontrol dan

pemeliharaan lebih mudah. Kemiringan lahan perlu dijadikan acuan dalam

menentukan arah bedengan, hal ini bertujuan agar drainase bisa lancar.

3.3.4. Pembuatan Bokashi

Pembuatan bokashi dilakukan dengan cara : EM-4 dan gula dilarutkan ke

dalam air, pupuk kotoran kuda sebanyak 8 karung, sekam dan dedak sebanyak 20

kg dicampur secara merata, larutan EM-4 disiramkan secara perlahan-lahan ke

dalam canpuran secara merata, sampai kandungan air campuran mencapai 30%.

Bila campuran dikepal dengan tangan, air tidak keluar dari campuran dan

bila kepalan dilepas maka campuran akan segar, campuran digundukkan di atas

ubin / lahan yang kering dengan ketinggian 15-20 cm, kemudian ditutup dengan

karung goni selama 3-5 hari, pertahankan suhu gundukan campuran 40-50 oC,

setelah 5 hari maka karung goni yang digunakan untuk menutupi campuran

17

Laporan Proyek Usaha Mandiri Teknologi Produksi Hortikultura

dibuka. Suhu yang tinggi dapat mengakibatkan bokashi menjadi rusak karena

terjadi proses pembusukkan. Pengecekan suhu dilakukan setiap 5 jam setelah 4

hari, bokashi telah siap di aplikasikan ke lapangan.

3.3.5. Pemberian Bokashi

Bokashi kotoran kuda diberikan setelah pembuatan bedengan dengan dosis

15 ton/ha atau 369 kg/246 m2. Satu minggu sebelum tanam dilakukan pemberian

bokashi kotoran kuda ke lahan dengan cara menyebarkan di atas bedengan.

Setelah tersebar merata langsung diaduk dengan tanah dan ditambahkan juga

Curater 3G untuk mencegah hama dengan dosis 10 kg/ha (1,5 g. plot-1

).

3.3.6. Pemasangan Mulsa

Pemberian mulsa dilakukan setelah satu minggu dari pemberian bokashi.

Mulsa plastik dipasang pada permukaan bedengan. Agar mulsa tidak mudah lepas

jika terkena angin yang kencang, pada bagian tepinya perlu direkatkan dengan

potongan bambu tipis yang pasang pada tanah. Waktu pemasangan mulsa

dilakukan pada saat siang hari. Untuk mempermudah proses penarikan mulsa pada

saat pemasangan.

3.3.7. Pembuatan Lubang Tanam

Sebelum pembuatan lubang tanam terlebih dahulu lubangi mulsa plastik

dengan kaleng susu, kemudian buat lubang tanam dengan menggunakan kored

dengan jarak tanam 20 x 20 cm dan kedalaman 1– 2 cm (disesuaikan dengan

tinggi bibit). Pembuatan lubang tanam bertujuan untuk menyediakan lingkungan

perakaran yang optimal bagi bibit bawang merah, baik secara fisik, kimia,

maupun biologi.

18

Laporan Proyek Usaha Mandiri Teknologi Produksi Hortikultura

3.3.8. Penanaman Bibit

Penanaman dilakukan dengan jarak 20 x 20 cm dengan jumlah bibit 1

umbi/ lobang tanam. Bibit bawang merah di tanam satu persatu sampai 2/3 bagian

siung masuk kedalam tanah dan posisi siung jangan terbalik. Siram bedengan

hingga cukup basah sehingga tanah menjadi lembab. Sebelum bibit ditanam, 1/3

bagian ujung bibit dipotong, untuk merangsang tumbuhnya tunas dan daun.

3.3.9. Pemupukan

Pemupukan di lakukan bersamaan dengan waktu penyiangan. Pemupukan

di lakukan dengan cara di larikan pada sisi kanan tanaman dengan dosis NPK

16.16.16 sebanyak 8,8 kg/246 m2 atau 20 gr untuk 438 tanaman dan diberikan

pada umur empat minggu setelah tanam yang bertujuan untuk memperbanyak

akar, menguatkan tanaman, serta memelihara struktur tanah.

3.3.10. Pemeliharaan

A. Penyulaman

Penyulaman dilakukan pada awal pertumbuhan agar petumbuhan tanaman

seragam pada umur ± 7 hari setelah tanam, dengan cara menanam kembali benih

yang mati atau busuk. Tujuan penyulaman yaitu menjaga populasi tanaman agar

tidak berkurang. Penyulaman tanaman merupakan tindakan pemeliharaan untuk

meningkatkan persentase tanaman hidup dengan cara menanam kembali pada

lubang tanam yang tanamannya mati. Penyulaman dilakukan apabila persentase

hidup tanaman kurang dari 80 %.

19

Laporan Proyek Usaha Mandiri Teknologi Produksi Hortikultura

B. Penyiraman

Penyiraman pada awal pertumbuhan dilakukan secara intensif yaitu dua

kali, yaitu pagi dan sore hari. Penyiraman pagi hari diusahakan sepagi mungkin di

saat daun bawang masih kelihatan basah untuk mengurangi serangan penyakit.

Penyiraman sore hari dihentikan jika persentase tanaman tumbuh telah mencapai

lebih 90 %.

C. Penyapuan

Penyapuan dilakukan dengan menggunakan tangan pada waktu sehabis

turun hujan, karena daun tanaman bawang merah tidak tahan dengan air hujan.

Tujuan dari penyapuan yaitu untuk menghindari dari embun jelaga yang dapat

menyebabkan kerusakan pada daun bawang merah.

D. Penyiangan

Penyiangan pertama dilakukan bersamaan dengan pemberian pupuk, yaitu

pada umur 2 dan 4 minggu setelah tanam dan dilakukan secara mekanik untuk

membuang gulma atau tumbuhan liar yang kemungkinan dijadikan inang hama

ulat bawang. Cara menyiang rumput-rumput liar (gulma) harus hati-hati agar tidak

merusak perakaran bawang merah,sebaiknya di cabut dengan tangan, kalau perlu

dengan alat bantu kored dan cangkul.

E. Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama pada tanaman bawang merah dilakukan secara

kimiawi menggunakan insektisida osada 75% dengan dosis 1-2 g/lt, sedangkan

untuk pengendalian penyakit dilakukan penyiraman pada tanaman setelah

terjadinya hujan. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan untuk menekan

20

Laporan Proyek Usaha Mandiri Teknologi Produksi Hortikultura

populasi hama atau penyakit tanaman agar tidak menimbulkan kerusakan dan

kerugian secara ekonomi.

3.3.11. Panen dan Pasca Panen

Tanaman bawang merah dapat di panen hasil nya setelah berumur 70-71

hari dari saat tanam. Ciri-ciri bawang merah yang siap di panen adalah : 100 %

daun telah rebah, umbi lapis sudah penuh (padat) berisi, warna kulit mengkilap,

panen dilakukan pada pagi hari yang cerah dan tanah tidak becek

Pemanenan dilakukan secara manual, selanjutnya 5-10 rumpun diikat

menjadi satu ikatan. Kemudian dilakukam pasca panen yaitu, pengerigan.

Pengeringan pertama selama 5-7 hari dengan bagian daun menghadap ke atas,

bertujuan untuk mengurangi kadar air pada daun. Pengeringan kedua selama 2-3

hari dengan umbi menghadap ke atas, tujuannya untuk mengurangi kadar air pada

bagian umbi dan sekaligus dilakukan pembersihan umbi dari sisa kotoran atau

kulit terkelupas dan tanah yang terbawa dari lapangan.

3.3.12. Pemasaran

Produksi bawang merah dijual langsung kepada distributor bawang merah

yang ada di daerah Tanjung Pati dan sekitarnya dengan harga Rp 20.000 – Rp.

25.000 /kg dalam bentuk umbi kering. Proses penjualan dilakukan sebanyak 2 kali

yaitu, pada penjualan pertama bawang merah terjual sebanyak 60 kg dan

penjualan kedua sebanyak 70 kg.

21

Laporan Proyek Usaha Mandiri Teknologi Produksi Hortikultura

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

4.1.1. Kebutuhan Biaya

Tabel 8. Rencana Biaya Sarana Produksi Budidaya Bawang Merah untuk

Luas Lahan 300 m2.

No. Nama Bahan Satuan

Rencana (300 m2)

Kebutuhan Harga Satuan

(Rp)

Biaya

(Rp)

1 Bibit Kg 15 25.000 375.000

2 Kotoran Kuda Karung 5 10.000 50.000

3 Dedak Kg 25 2.000 50.000

4 EM-4 Botol 0,2 20.000 4.000

5 Gula Pasir Kg 0,5 8.000 4.000

6 Karung Buah 6 2.000 12.000

7 Plastik

Penutup M 3 2.000 6.000

8 Urea Kg 6 5.000 30.000

9 SP36 Kg 5 7.000 35.000

10 KCL Kg 6 9.000 54.000

11 Tali Rapia Gulungan 1 1.000 1.000

12 MPPH Bal 1 300.000 300.000

Jumlah 921.000

Tabel 9. Realisasi Biaya Sarana Produksi Budidaya Bawang Merah untuk

Luas Lahan 246 m2.

No. Nama Bahan Satuan

Realisasi (246 m2)

Selisih

Biaya

(Rp) Kebutuhan

Harga

Satuan

(Rp)

Biaya

1 Bibit Kg 13 15.000 195.000 180.000

2 Kotoran Kuda Karung 8 8.000 64.000 -14.000

3 Dedak Kg 25 3.000 60.000 -10.000

4 Sekam Kg 25 100 2.500 2.500

5 EM-4 Botol 0,2 20.000 4.000 0

6 Gula Pasir Kg 0,5 8.000 4.000 0

7 Karung Buah 6 2.000 12.000 0

8 Plastik

Penutup M 3 2.000 6.000 0

9 NPK Kg 8,8 9.000 79.200 79.200

10 Tali Rapia Gulungan 1 3.000 3.000 -2.000

Laporan Proyek Usaha Mandiri Teknologi Produksi Hortikultura

23

11 MPPH Bal 1 290,000 290,000 10,000

12 Curater Kg 1 14.000 14.000 14.000

13 Osada Kg 0,5 30.000 15.000 15.000

Jumlah 748.700 274.500

Tabel 10. Rencana Biaya Tenaga Kerja untuk Bawang Merah dengan Luas

Lahan 300 m2.

No. Jenis Kegiatan Satuan

Rencana (300 m2)

Kebutuhan

Harga

Satuan

(Rp)

Biaya

(Rp)

1 Pengolahan Tanah HKP 3 50.000 150.000

2 Pembuatan Bedengan HKP 2 50.000 100.000

3 Pembuatan Bokashi HKP 0,5 50.000 25.000

4 Pemberian Bokashi HKP 0,5 50.000 25.000

5 Pemasangan MPPH HKP 1 50.000 50.000

6 Pembuatan Lubang

Tanam dan Penanaman HKP 2 50.000 100.000

7 Penyiraman HKP 2 50.000 100.000

8 Penyapuan HKP 2 50.000 100.000

9 Penyiangan dan

Penyulaman HKP 1 50.000 50.000

10 Pengendalian Hama dan

Penyakit HKP 0,6 50.000 30.000

11 Panen dan Pasca Panen HKP 1 50.000 50.000

12 Pemasaran HKP 0,4 50.000 20.000

Jumlah 800.000

Tabel 11. Realisasi Biaya Tenaga Kerja untuk Bawang Merah dengan Luas

Lahan 246 m2.

No. Jenis Kegiatan Satuan

Realisasi (246 m2)

Selisih

Biaya

(Rp) Kebutuhan

Harga

Satuan

(Rp)

Biaya

1 Pengolahan Tanah HKP 2 50.000 100.000 50.000

2 Pembuatan Bedengan HKP 2 50.000 50.000 50.000

3 Pembuatan Bokashi HKP 0,5 50.000 25.000 0

4 Pemberian Bokashi HKP 0,5 50.000 25.000 0

5 Pemasangan MPPH HKP 1 50.000 50.000 0

6 Pembuatan Lubang

Tanam dan Penanaman HKP 1 50.000 50.000 50.000

Laporan Proyek Usaha Mandiri Teknologi Produksi Hortikultura

24

7 Penyiraman HKP 2 50.000 100.000 0

8 Penyapuan HKP 1 50.000 50.000 50.000

9 Penyiangan dan

Penyulaman HKP 1 50.000 50.000 0

10 Pengendalian Hama dan

Penyakit HKP 0,5 50.000 25.000 5.000

11 Panen dan Pasca Panen HKP 1 50.000 50.000 0

12 Pemasaran HKP 0,4 50.000 20.000 0

Jumlah 595.000 205.000

Total biaya operasional = Biaya Sarana Produksi + Biaya Kenaga Kerja

= Rp. 748.700 + Rp. 595.000

= Rp. 1.343.000

4.1.2. Biaya Non Operasional

Tabel 12. Rencana Biaya Penyusutan Alat untuk Budidaya Tanaman

Bawang Merah untuk Luas Lahan 300 m2.

No. Nama Alat Satuan Jumlah Usia

Ekonomis

Rencana (300 m2)

Harga

Satuan

(Rp)

Biaya

(Rp)

1 Cangkul Unit 1 5 30.000 2.000

2 Koret Unit 1 2 15.000 2.500

3 Garu Unit 1 2 20.000 3.333

4 Meteran Unit 1 3 15.000 1.666

5 Tugal Unit 1 1 1.000 333,33

6 Gembor Unit 1 2 15.000 2.500

7 Ember Unit 2 1 7.500 2.500

Jumlah 103.500

Laporan Proyek Usaha Mandiri Teknologi Produksi Hortikultura

Tabel 13. Realisasi Biaya Penyusutan Alat untuk Budidaya Tanaman

Bawang Merah untuk Luas Lahan 246 m2.

No. Nama

Alat Satuan Jumlah

Usia

Ekonomis

Realisasi (246 m2)

Selisih

Biaya

(Rp)

Harga

Satuan

(Rp)

Biaya

(Rp)

1 Cangkul Unit 1 5 30.000 2.000 0

2 Koret Unit 1 2 15.000 2.500 0

3 Garu Unit 1 2 20.000 3.333 0

4 Meteran Unit 1 3 15.000 1.666 0

5 Tugal Unit 1 1 - - -333

6 Gembor Unit 1 2 15.000 2.500 0

7 Ember Unit 2 1 7.500 2.500 0

8 Hand

Sprayer Unit 1 5 230.000 15.334 15.334

Jumlah 332.500 15.001

4.1.3. Biaya lain-lain

Biaya lain-lain meliputi :

a. Sewa Lahan =Luas Lahan x sewa /tahun x lama pemakaian/tahun

1 hektar

= 246 x Rp. 2.000.000 x 4/12

10.000

= Rp. 16.400

b. Biaya Bunga Modal = 15% (Biaya Operasional + Biaya Non

Operasional + Biaya Sewa Lahan + Biaya Tak

Terduga) x Musim Tanam/tahun.

= 15% (Rp. 1.343.000 + Rp. 332.500 + Rp. 16.400 )

x 4/12

= Rp. 84.595

25

Laporan Proyek Usaha Mandiri Teknologi Produksi Hortikultura

c. Total Biaya (TC) = Biaya Operasional + Biaya Non Operasional

= Rp. 1.343.000 + Rp. 332.500

= Rp.1.675.500

Tabel 14. Perbandingan Biaya Lain-lain Pada Budidaya Tanaman Bawang

Merah untuk Luas Lahan 246 m2.

No Biaya Lain-Lain Rencana

(Rp)

Realisasi

(Rp)

Selisih

(Rp)

1 Sewa Lahan 5.000 16.400 11.400

2 Bunga Modal 91.394 84.595 6.799

3 Biaya Tak Terduga 87.042 - -

Jumlah 183.436 100.995 4.601

4.1.4 Penerimaan (TR)

Tabel 15. Perencanaan Penerimaan Produksi Bawang Merah pada

Budidaya Tanaman Bawang Merah untuk Luas Lahan 300 m2

Selama 4 Bulan.

No Jenis Produk Perencanaan

Jumlah

(Kg) Harga/Kg(Rp)

Jumlah

(Rp)

1. Bawang Merah 221 15.000 3.315.000

Jumlah 3.315.000

Tabel 16. Realisasi Penerimaan Produksi Bawang Merah pada Budidaya

Tanaman Bawang Merah dengan Luas Lahan 246 m2

Selama 4

Bulan.

Panen Produksi

(Kg)

Harga rata-rata

(Rp)

Total

(Rp)

1 60 25.000 1.500.000

2 70 20.000 1.400.000

Jumlah 130 22.500 2.900.000

26

Laporan Proyek Usaha Mandiri Teknologi Produksi Hortikultura

4.1.5 Proyeksi Laba Rugi

Proyeksi laba- rugi = Penerimaan Total (TR) – Biaya Total (TC)

= Rp. 2.900.000 - Rp. 1.675.500

= Rp. 1.224.500

4.1.6. Analisis Finansial

a. Profitabilitas = TR – TC x 100%

TC

= Rp. 2.900.000 – Rp. 1.675.500 x 100 %

Rp. 1.675.500

= 73 %

b. R.C ratio = TR

TC

= Rp. 2.900.000

Rp. 1.675.500

= 1,7 (> 1, Proyek layak untuk diusahakan)

c. BEP Harga = TC

Hasil

= Rp. 1.675.500

130 kg

= Rp. 12.888 / kg

d. BEP Hasil = TC

Harga /kg

= Rp. 1.675.500

Rp. 22.500 / kg

= 74 kg

27

Laporan Proyek Usaha Mandiri Teknologi Produksi Hortikultura

e. BEP Lahan = TC x luas lahan

TR

= Rp. 1.675.500 x 246 m2

Rp. 2.900.000

= 142 m2

Tabel 17. Perbandingan Analisis Finansial Perencanaan dengan Realisasi

Budidaya Tanaman Bawang Merah.

No Analisis Finansial Rencana (Rp) Realisasi (Rp) Selisih (Rp)

1 Profitabilitas 81% 73 % 8 %

2 R.C ratio 1,8 1,7 0,1

3 BEP Harga 8.271/kg 12.888/kg 4617 / kg

4 BEP Hasil 122 kg 74 kg 38 kg

5 BEP Lahan 1652 142 m

2 23 m

2

4.2. Pembahasan

4.2.1. Aspek Produksi

Dalam perencanaan suatu proyek di perlukan suatu manajemen yang baik

sehingga dalam pengelolaannya dapat dicapai tingkat efisiensi yang tinggi.

Sebelum melakukan suatu Proyek Usaha Mandiri (PUM) perlu membuat suatu

perencanaan, karena dengan suatu perencanaan yang baik maka dapat di tentukan

usaha yang kita laksanakan tersebut layak atau tidak untuk di laksanakan. Di

samping itu untuk mengetahui kelayakan usaha yang kita lakukan di perlukan

aspek pendukung, berupa aspek pasar, lingkungan, produksi dan aspek finansial.

Pada biaya sarana produksi yang dikeluarkan untuk budidaya tanaman

bawang merah ini adalah Rp. 748.700 dengan perencanaan dana Rp. 921.000 dan

selisih biaya sarana produksi adalah Rp. 274.500. Biaya tenaga kerja yang

dikeluarkan Rp. 595.000 dengan perencanaan Rp. 800.000 dan selisih Rp.

205.000. Biaya penyusutan alat yang dikeluarkan Rp. 332.500 dari perencanaan

28

Laporan Proyek Usaha Mandiri Teknologi Produksi Hortikultura

Rp. 103.500 dan selisih 15.001. Biaya lain-lain yang dikeluarkan Rp. 100.995 dari

perencanaan Rp. 183.436 dan selisih Rp. 4.601. Dan biaya penerimaan Rp.

2.900.000 dari perencanaan Rp. 3.315.000, karena pada realisasi penerimaan hasil

panen 130 kg dengan harga rata-rata Rp. 22.500 / kg, sedangkan pada

perencanaan hasil panen 221 kg dengan harga Rp. 15.000 / kg.

Terjadinya suatu perbedaan dalam jumlah biaya perencanaan dan realisasi

dikarenakan adanya pengurangan luas lahan produksi bawang merah dari 300 m2

menjadi 246 m2, sehingga terjadinya perbedaan biaya dari perencanaan dengan

realisasi. Namun dengan luas area lahan 246 m2, hasil dan produksi bawang

merah mendapatkan keuntungan.

4.2.2. Aspek Finansial

Keuntungan didapatkan dari hasil penjualan setelah dikurangi dengan

biaya produksi (total biaya). Besarnya keuntungan dari hasil budidaya tanaman

bawang merah ini adalah Rp. 1.224.500.

Proyek Usaha Mandiri (PUM) Budidaya bawang merah yang telah

dilakukan, menghasilkan R/C 1,7 dengan profitabilitas 73 %, sehingga budidaya

bawang merah dengan teknologi bokashi ini layak di usahakan. Meskipun telah

terjadi pengurangan lahan dari 300 m2 menjadi 246 m

2, namun R/C pada

perencanaan dan realisasi tidak jauh berbeda, yaitu pada perencanaan R/C 1,8 %

dan realisasi R/C 1,7 %.

Berdasarkan perhitungan pada analisis finansial dapat diketahui Break

Event Point (BEP) budidaya tanaman bawang merah sebagai berikut, BEP harga

Rp. 12.888 / kg, BEP hasil 74 kg dan BEP lahan 142 m2 dengan luas lahan 246 m

2

29

Laporan Proyek Usaha Mandiri Teknologi Produksi Hortikultura

dari perencanaan BEP harga Rp. 8.271 / kg, BEP hasil 122 kg dan BEP lahan 165

m2 dengan luasan lahan 300 m

2.

4.2.3. Aspek Teknis

Faktor penyebab lainnya di karenakan ketidakefektifan dalam penggunaan

lahan, dimana dalam satu plastik mulsa bisa didapatkan 6 baris tanaman,

sedangkan yang dilakukan hanya 4 baris tanaman. Dengan demikian jumlah

populasi berkurang sehingga produksi juga berkurang. Namun jika dilihat dari

kualitas bawang yang dihasilkan cukup bagus, disebabkan jarak tanam yang

terlalu lebar, sehingga tidak terjadi persaingan makanan yang hebat, menyebabkan

pertumbuhan umbi bawang cukup baik.

Produksi bawang merah dari hasil Proyek Usaha Mandiri (PUM) adalah

sebanyak 130 kg dengan luas lahan 246 m2. Dilihat dari hasil Proyek Usaha

Mandiri (PUM) maka teknologi bokashi digunakan dapat memberikan hasil yang

maksimal untuk luas lahan 246 m2, meskipun dalam pelaksanaan budidaya

bawang merah mengalami kendala, seperti curah hujan tinggi, hama dan penyakit

serta juga pemakaian lahan yang kurang efektif.

Dengan menggunakan bokashi feses kuda pada tanaman bawang merah

dapat meningkatkan produksi. Hal ini karena kandungan hara feses kuda 3 kali

lebih tinggi dari kotoran hewan lainnya. Kandungan unsur hara pupuk organik

yang berasal dari feses kuda adalah 0,70 % N, 0,25 % P205, dan 0,55 % K20,

sehingga pertumbuhan umbi bawang merah lebih maksimal. (Suteja, 1999).

Pada saat mulai penanaman sampai tanaman menjelang masa panen

keadaan curah hujan yang cukup tinggi, yaitu pada bulan september sampai

desember, curah hujan mencapai 171-600 ml. Hal ini menyebabkan keadaan tanah

30

Laporan Proyek Usaha Mandiri Teknologi Produksi Hortikultura

yang becek sehingga tidak menguntungkan karena dapat mendatangkan penyakit

dan pembusukan pada umbi. Bawang merah dapat tumbuh di daratan tinggi

sampai daratan rendah. Tanaman bawang merah sangat bagus dan memberikan

hasil optimum, baik kualitas maupun kuantitas, apabila di tanam pada daerah

dengan ketinggian sampai dengan 250 m di atas permukaan laut.

Menurut Wibowo (2004), tanaman bawang merah sangat rentan terhadap

curah hujan yang tinggi. Pada curah hujan tinggi daunnya mudah rusak sehingga

menghambat pertumbuhannya serta umbinya yang lunak pun mudah busuk. Hama

yang menyerang tanaman bawang merah adalah ulat daun (Spodoptera exigua)

dan bagian tanaman bawang yang menjadi sasaran serangan ulat penggerek ini

adalah daun. Semua bisa terjadi pada daun tanaman yang masih muda atau yang

sudah tua. Mula- mula ulat ini melubangi bagian ujung daun lalu masuk kedalam

daun bawang. Akibatnya ujung - ujung daun terpotong - potong. Penyakit yang

menyerang tanaman bawang merah adalah bercak ungu atau trotol yang

disebabkan oleh jamur Alternaria porii melalui umbi dan percikan air dari tanah.

Gejala serangan ditandai terdapatnya bintik lingkaran konsentris berwarna ungu

atau putih-kelabu di daun dan di tepi daun kuning serta mongering ujung-

ujungnya. Serangan pada umbi sehabis panen mengakibatkan umbi busuk sampai

berair dengan warna kuning hingga merah kecoklatan. Jika ada hujan rintik-rintik

segera dilakukan penyiraman.

31

Laporan Proyek Usaha Mandiri Teknologi Produksi Hortikultura

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan

sebagai berikut :

1. Penggunaan teknologi bokashi feses kuda sangat baik untuk digunakan

pada budidaya bawang merah.

2. Faktor lain yang mempengaruhi jumlah produksi bawang merah adalah

harga dan proses budidaya yang baik.

3. Dari Proyek Usaha Madiri (PUM) yang telah dilakukan pada tanaman

bawang merah dengan luas lahan 246 m2 diperoleh R.C ratio 1,7 dengan

Profitabilitas 73 % dan usaha ini layak dilakukan.

5.2. Saran

Disarankan dalam budidaya bawang merah digunakan bokashi feses kuda

terdapat unsur nitrogen (N) dan posfor (P) dalam jumlah banyak, sehingga

pertumbuhan dan hasil produksi dari bawang merah dapat meningkat.

Laporan Proyek Usaha Mandiri Teknologi Produksi Hortikultura

DAFTAR PUSTAKA

Anonymus. 2007. Respon Pertumbuhan dan Hasil Bawang merah (Allium

ascalonicum L) terhadap aplikasi Bokashi Pupuk kandang. Jakarta-

Indonesia. 2007.

Badan Pusat Statistik. 2011. Statistik Indonesia BPS. Jakarta-Indonesia. Pp 2011

Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura. Buku Klimatologi Pertanian.

2003. Syarat Tumbuh Tanaman Bawang Merah. Buku Klimatologi

Pertanian. 2003.

Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Propinsi Sumatera Barat.

Buku Statistik Pertanian. 2010. Perkembangan Tanaman Pangan Tahun

2010 di Sumatera Barat. Buku Statistik Pertanian 2010.

Hartatik, Wiwik dan Widowati, L.R. (2011). Pengertian Pupuk Kandang dan

Jumlah Kandungan Pupuk Kandang. Bogor.

Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. 2012. Tinjauan Pasar Bawang

Merah 2012. Buku Ministry Of Trade. 2012.

Rukmana Rahmat. 1994. Budidaya dan Pengolahan Pasca Panen Bawang Merah.

Kanisius.Yogyakarta.

Rahayu, E dan N, Berlian. 2003. Bawang merah. Penebar Swadaya. Jakarta.

Samadi dan. Cahyono. 2000. Intensifikasi budidaya bawang merah. Kanisius.

Yogyakarta.

Suteja, 1999. Pupuk dan Cara Pemupukan.Rineka Cipta.Jakarta

Susila, Eka dan Susena, Weri. (2008). Respon Pertumbuhan dan Hasil Bawang

merah (Allium ascalonicum L) terhadap aplikasi Bokashi Pupuk kandang

pada Berbagai Kondisi Ketersediaan Air.

Tito, 1999. Pengaruh cara dan waktu pemberian pupuk NPK terhadap

pertumbuhan dan produksi bawang merah (Allium ascalonicum L). Tesis

Program Pasca Sarjana KPK IPB-Unand. Padang. 73 hal.

Wibowo. 2004. Budidaya bawang putih, bawang merah dan bawang bombay.

Penebar Swadaya. Jakarta.

Laporan Proyek Usaha Mandiri Teknologi Produksi Hortikultura

Lampiran 1. Lay Out Proyek Usaha Mandiri

Tata letak Proyek Usaha Mandiri komoditi Bawang Merah di lapangan

dengan luasan 246 m2.

Keterangan lahan :

a. Drainase : 50 cm

b. Lebar Bedengan : 1,2 m

c. Tinggi Bedengan : 30 cm

d. Panjang Bedengan : 41 m

e. Jarak Tanam : 20 x 20 cm

f. Jumlah Bedengan : 4 baris

g. Populasi Tanaman : 438 tanaman

h. Luas Lahan : 246 m2

a c

d

h

f

U

B T

S

S

b

34

Laporan Proyek Usaha Mandiri Teknologi Produksi Hortikultura

Lampiran 2. Data Curah Hujan Bulan September sampai Desember 2013

Tanggal Bulan

September Oktober November Desember

1 58 0 4 7

2 12 38 0 8

3 2 0 61 10

4 3 8 3 0

5 8 0 7 0

6 4 0 42 5

7 3 0 2 62

8 46 0 2 64

9 18 27 8 2

10 3 88 7 46

11 4 0 15 0

12 18 82 4 0

13 7 0 0 0

14 23 0 4 0

15 2 83 0 0

16 4 2 4 0

17 18 0 5 0

18 6 0 8 0

19 4 0 6 0

20 7 32 8 27

21 0 16 3 0

22 0 10 10 0

23 0 2 0 4

24 0 16 0 18

25 0 5 2 2

26 0 7 8 0

27 0 40 2 0

28 6 132 18 72

29 7 5 5 8

30 0 4 66 4

31 X 3 X 0

Jumlah 171 600 304 339

Banyak Hari Hujan 21 19 15 15

Sumber : Data BP4K Kabupaten Limapuluh Kota Tahun 2013

Satuan : Mililiter (Ml)

35

Laporan Proyek Usaha Mandiri Teknologi Produksi Hortikultura

Lampiran 3. Foto-Foto Kegiatan di Lapangan

Keterangan : 1. Pengolahan tanah

2. Pembuatan bedengan

3. Pemberian pupuk bokashi

4. Pemasangan MPHP

5. Pembuatan lubang tanam

6. Penanaman

1 2

3 4

5 6

36

Laporan Proyek Usaha Mandiri Teknologi Produksi Hortikultura

Keterangan : 1. Pemupukan 4. Gula Merah

2. Pupuk NPK 16.16.16 5. Hasil Panen

3. EM-4 6. Primadan 3 GR

1 2

3 4

37

5 6

Laporan Proyek Usaha Mandiri Teknologi Produksi Hortikultura

Lampiran 4. Jadwal Kegiatan

No Kegiatan

Bulan

September Oktober November Desember

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Pengukuran lahan

2 Pengolahan Tanah I dan II

3 Pembuatan Bokashi

4 Pembuatan Bedengan

5 Pemberian Pupuk Bokashi

6 Pemasangan MPHP

7 Pembuatan Lubang Tanam

8 Penanaman

9 Pemupukan

10 Pemeliharaan

11 Panen