Ijaz revisi
Transcript of Ijaz revisi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur’an sebagai pedoman hidup manusia adalah
kalamullah yang sangat indah dan menjadi pengobat
setiap hati yang gundah, galau bahkan sakit
sekalipun. Dapat dikatakan pula Al-Qur’an adalah
obat segala penyakit seperti manfaat madu.
Dari multi fungsi Al-Qur’an sebagai sumber ilmu
pengetahun dan ajaran-ajaran yang benar serta
mempunyai faidah yang banyak dan bermacam-macam itu
Al-Qur’an dikatakan sebagai mukjizat yang sangat
luar biasa dan oleh karena itu terdapat ilmu i’jaz
Al-Qur’an yang terkandung di dalamnya membahas
kemukjizatan Al-Qur’an.
Kemukjizatan Al-Qur’an sehingga kaum manapun
ahli bahasapun tidak dapat membuat semisal dengannya
walaupun itu hanya satu surah. Apa yang terkandung
dalam kemukjizatan Al-Qur’an dan macam-macam i’jaz
yang terdapat dalam Al-Qur’an sangat luar biasa dan
kompleks. Untuk itu kami membahas kemukjizatan Al-
Qur’an yang sangat luar biasa.
B.Rumusan Masalah
1.Apa yang dimaksud dengan i’jaz menurut para tokoh
dan Nasr Hamid Abu Zaid?
2.Bagaimana bentuk kalimat i’jaz ?
3.Apa saja macam-macam i’jaz ?
4.Bagaimana hikmah i’jaz dan segi mukjizatnya dalam
Al-Qur’an ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian I’jaz
Dari segi bahasa (etimologi), i’jaz berasal
dari kata a’jaza yu’jizu i’jazan yang artinya
melemahkan, memperlemah, atau menetapkan kelemahan.
Kata i’jaz sendiri awalnya berasal dari kata dasar
a’jaza ya’jizu yang artinya lemah atau tidak mampu.
Seperti dalam contoh: a’jaztu zaidan “aku mendapati
Zaid tidak mampu”. Sedangkan menurut istilah
(terminologi) i’jaz didefinisikan oleh Manna Khalil
al-Qaththan dalam tulisan Usman. Manna Khalil al-
Qaththan mendefiniskan i’jaz sebagai “menampakan
kebenaran Nabi saw dalam pengakuan orang lain,
sebagai seorang rasul utusan Allah swt. Dengan
menampakkan kelemahan orang-orang Arab untuk
menandinginya atau menghadapi mukjizat yang abadi,
yaitu al-Quran dan kelemahan-kelemahan generasi-
generasi sesudah mereka.”1
I’jaz Al-Qur’an bermakna pengokohan Al-Qur’an
sebagai sesuatu yang mampu melemahkan berbagai
tantangan untuk penciptaan karya sejenis dimana mu’jiz
berarti melemahkan. I’jaz yang sifatnya Indrawi,
lokal dan temporal dinamakan I’jaz Hissi seperti;1 Manna Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, (Jakarta: Litera
Antar Nusa, 2011), hal. 371
mu’jizat Nabi Musa (membelah lautan), Nabi Isa
(menghidupkan orang yang sudah mati), Nabi Ismail
(keluar air dari jari-jarinya). I’jaz Nabi Muhammad
Saw. Termasuk dalam I’jaz Ma’nawi, yaitu al-Qur’an
al-Karim karena dari segi bahasa dan maknanya yang
sangat indah, tidak terbatas i oleh waktu sehingga
karakter ajarannya dapat melemahkan berbagai
tantangan yang mungkin terus datang pada saat Rasul
pembawa ajarannya telah tiada.2
Sedangkan Menurut Nasr Hamid Abu Zaid sendiri
kajian terhadap masalah i’jaz pada hakikatnya
merupakan kajian akan ciri-ciri teks (al-Qur’an).
Nashr Hamid Abu Zaid merupakan tokoh pemikir
kontemporer, beliau lahir di Thanta Mesir pada 10
juli 1943, dilahirkan dari keluarga taat beragama.
Pelajaran agama diterima sejak dini dalam
keluarganya. Lulus dari sekolah tekhnik Thanta pada
tahun 1960. Semenjak mahasiswa pada tahun 1968 di
jurusan bahasa dan sastra arab, Universitas Kairo, ia
telah menunjukkan bakat intelektualnya, menampakkan
diri sebagai mahasiswa kritis dan progresif.3
Teks dipahami sebagai sebuah mukjizat yang di
luar kebiasaan, sama halnya dengan mukjizat yang2 Quraish Shihab dkk., Sejarah dan Ulumul Qur’an, (Jakarta: Pustaka
Firdaus, 2000), hal. 1113 Hilman Latief, Nasr Hamid Abu Zaid: Kritik Teks Keagamaan (Yogyakarta:
Elsaq press, 2003)
dimiliki oleh para Nabi sebelumnya, bahkan teks al-
Qur’an dianggap sebagai mukjizat yang paling agung
bila dibandingkan dengan mukjizat-mukjizat yang
pernah ada sebelumnya.4 Teks bahasa Al-Qur,an adalah
teks sentral dalam sejarah peradapan Arab. Dasar-
dasar ilmu dan budaya arab Islam itu tumbuh dan
berdiri diatas landasan dimana teks sebagai pusatnya
tidak dapat diabaikan. Teks apapun tidak dapat
membangun peradapan dan kebudayaan. Suatu peradapan
dan kebudayaan itu dibangun oleh dialektika manusia
dengan realitas di satu pihak, dan disisi lain
dialognya dengan teks.
Peradaban dan kebudayaan dibentuk oleh interaksi
dan dialektika manusia dengan realitas dan segala
bentuknya baik itu ekonomi, sosial, politik, budaya.
Tantangan kultural dan sosiologis yang tengah
dihadapi oleh bangsa kita ini berbeda dari tantangan
yang pernah dihadapi nenek moyang kita tujuh tahun
yang lalu bahkan berpuluh tahun yang lalu.
Memahami keagamaan dengan berdasar teks itu
salah jika untuk menjalankan suatu ajaran agama.
Menurut Abu Zaid pembacaan teks-teks keagamaan
hingga saat ini masih belum menghasilkan intrepetasi
yang bersifat ilmiah dan objektif. Sedangkan Abu
4 Nashr Hamid Abu Zaid, Tekstualitas Al-Qur’an (Kritik terhadap UlumulQur’an) (Yogyakarta: LKiS, 2001), hal.183
Zaid menawarkan intrepetasi rasional dan menekankan
kesadaran ilmiah bukan mistik dengan menamakan
agama.
Nasr Hamid Abu Zaid lebih mengutamakan realitas
daripada pikiran. Baginya teks adalah realitas, maka
setiap perubahan yang terjadi dalam realitas
menuntut perubahan dalam teks pada akhirnya terjadi
keterpaduan antara teks dan realitas.
Dengan demikian interpretasi dan makna teks
tidak pernah berujung, bahkan senantiasa berkembang
seiring berkembangnya realitas. Sebab teks berasal
dari realitas, sehingga makna teks pun harus
mengikuti perubahan realitas. Dengan demikian makna
teks tidak akan pernah mencapai final karena yang
bersifat final dan tetap itu hanya Allah.
Bangsa Arab yang hidup pada masa itu pada
hakikatnya tidak memahami perbedaan antara teks
dengan teks lain. Mereka terkenal dengan keahlian
sastra. Jika konsep wahyu tersebut terkait
komunikasi dan fenomena puisi dan sastra yang lain
maka tentu ada keterkaitan antara teks-teks yang
muncul dari wahyu dengan jiwa dan pikiran
masyarakat.
Al-Qur’an dan puisi sangatlah berbeda karena
puisi adalah pengetahuan orang arab sebelum
datangnya Islam. Hubungan wahyu bersifat vertikal
karena pengirimnya dari Allah sementara puisi
bersifat horizontal karena bangsa Arab hidup pada
suatu komunitas tertentu pada zaman tersebut. Al-
Qur’an adalah teks yang bertujuan untuk merubah
realitas ke kondisi yang lebih baik,sementara puisi
yaitu untuk menyuarakan kepentingan kelompok dalam
menghujat musuh danmembantu sekutunya, dan puisi
menyuarakan kepentingan minoritas atas mayoritas
sedangkan teks yaitu berperan sebagai pedoman hidup
sebagai penyelamat atas hamba Allah sebagai khalifah
fil Ardh yang rahmatan lil ‘alamin.5
I’jaz al-Qur’an terjadi pada aspek: 1) berita/
peristiwa masa lampau dan yang akan datang, 2)
dipalingkannya dorongan untuk mengadakan perlawanan
dan dihilangkannya perhatian bangsa Arab terhadap
hal tersebut.6 I’jaz menurut Nasr Hamid Abu Zaid
sendiri ada 2 macam yaitu: I’jaz di luar teks dan
I’jaz di dalam teks.
I’jaz di luar teks Orang arab tidak mampu
membuat surat semisal al-Qur’an dikarenakan
ketidakmampuannya atas kehendak tuhan. Ibrahim ibn
Sayyar An Nazam pengikut muktazilah dan pemikir
pandangan ini sama sekali tidak menolak I’jaz akan
tetapi merupakan interpretasi terhadap I’jaz diluar
5 Ibid, hal. 1866 Irsyadunnas, Studi Al-Qur’an dan Hadis, (Yogyakarta, Kopertais
Wilayah III UINSUKA, 2012), hal.101
kerangka intertekstualitas. Ketidakmampuan atas
kehendak dan kekuasaan Allah atas diri manusia
karena teks itu sendiri tidak dapat ditandingi.7
I’jaz di dalam teks adalah sisi umum yang
terletak pada susunan dan gaya bahasa Al-Qur’an yang
membedakannya dengan teks lainnya dengan susunannya
yang menakjubkan, kita tidak dapat menemukan
perbedaan dalam taraf susunan dan penyusunannya
walaupun panjang dan bervariasi. Diakui bahwa teks
itu indah karena terdapat makna-makna yang bagus dan
kata yang jernih, penyusunan ungkapan dengan cara
yang khusus. Bahwa hukum-hukum yang
menginterpretasikan fashahah tersebut termasuk di
dalamnya I’jaz apakah ungkapan hakiki atau majazi
yang penting indah.8
B. Bentuk-Bentuk Kalimat I’jaz
I’jaz hanya berdasar pada ketidakmampuan orang
arab pada saat itu untuk menjawab tantangan Al-
Qur’an dan i’jaz membahas kemukjizatan Al-Qur’an.9
Sesungguhnya I’jaz berhubungan dengan apa yang
dipandang oleh orang arab sebagai wilayah yang
istimewa, bidang yang luas dan senjata yang ampuh.
7 Opcit, Nasr Hamid Abu Zaid..., hal. 1948 Opcit, Nasr Hamid Abu Zaid..., hal. 1999 Nashr Hamid Abu Zaid, Hermeneutika Inklusif (Jakarta: ICIP, 2004),
105-106.
Jika orang jahiliyah terpikat oleh bayan Al-Qur’an
dan terbujuk oleh bahasa yang membentuk dan
dibentuknya, maka i’jaz sesungguhnya adalah sesuatu
yang memikat dan membujuknya. Buktinya adalah mereka
tidak mampu membuat semisal Al-Qur’an, itulah i’jaz
bahasa dan estetika.10
Ijaz al-Qur’an dalam melemahkan manusia untuk
mendatangkan sepadan dengan al-Qur’an terdiri dari
aspek lafziah (morfologis), maknawiyah (semantik)
dan ruhiyah (psikologis), semuanya bersandarkan
(interchangeable) dan bersatu, sehingga melemahkan
manusia untuk menandinginya. Ijaz al-Quran
bersifat zaty (essensial), bukan bersifat relatif
(idhafy) dan juga bersifat universal sesuai dengan
universalitas al-Qur’an.11
Berikut ini bentuk-bentuk Ijaz al-Qur’an yang
telah dapat dicapai oleh akal manusia dan telah
diungkapkan para ulama, yaitu Keharmonisan uslub
bahasanya, keindahan dan ketelitian redaksi-redaksinya, maknanya,
hukumnya dan teorinya.
Betapa menakjubkan rangkaian al-Qur’an dan
betapa indah susunannya. Tidak ada kontradiksi dan
perbedaan di dalamnya, padahal al-Qur’an membeberkan
banyak segi yang dikandungnya, seperti kisah dan10 Ali Harb, Hermeneutika Kebenaran (Yogyakarta: LKIS, 2003), hal.
224.11 Irsyadunnas, Studi Al-Qur’an dan Hadis, (Yogyakarta: Kopertais
Wilayah III UINSUKA, 2012), hal.101
nasehat, argumentasi, hikmah dan hukum, tuntutan dan
peringatan, janji dan ancaman, kabar gembira dan
berita duka serta akhlak mulia dan sebagainya.
Abdurrazaq Nawfal dalam al-Ijaz al-Adaby li al-
Qur’an al-Karim mengemukakan tentang keharmonisan
dan keseimbangan ushlub bahasa al-Qur’an yaitu
Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan antonimnya,
seperti :12
1.Al-hayah (hidup) dan al-mawt (mati) masing-masing
sebanyak 145 kali.
2.Al-Naf’u (manfaat) dan al-madharrah (madarat)
masing-masing sebanyak 50 kali.
3.Al-har (panas) dan al-bard (dingin) masing-masing
sebanyak 4 kali.
4.Al-rahbah (takut) dan al-raghbah (harap) masing-
masing sebanyak 8 kali.
Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan
sinonimnya/makna yang dikandungnya, seperti :
1.Al-harts dan al-zira’ah (membajak/ bertani)
masing-masing sebanyak 14 kali.
2.Al-ushb dan al-dhurur (membanggakan diri/angkuh)
masing-masing sebanyak 27 kali.
3.Al-aql dan al-nur (akal/cahaya) masing-masing
sebanyak 49 kali.
12 http:// mukjizat-al-quran, diakses pada tgl 07 November 2014
4.Al-Qur’an, al-wahyu dan al-islam masing-masing
sebanyak 70 kali.
Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan jumlah
kata yang menunjuk kepada akibatnya, seperti :
1.Al-infaq (infak) dengan al-ridha (kerelaan)
masing-masing sebanyak 73 kali.
2.Al-bukhl (kikir) dengan al-hasarah (penyesalan)
masing-masing sebanyak 12 kali.
3.Al-kafirun (orang-orang kafir) dengan al-nar/al-
ahraq (neraka/pembakaran) masing-masing sebanyak
154 kali.
4.Al-zakat (zakat/penyucian) dengan al-barakah
(kebajikan yang banyak) masing-masing sebanyak
32 kali.
5.Al-fahisyah (kekejian) dengan al-ghadab (murka)
masing-masing sebanyak 26 kali.
Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan kata penyebabnya,
seperti :
1. Al-israf (pemborosan) denan al-sur’ah (ketergesa-
gesaan) masing-masing sebanyak 23 kali.
2. Al-mauidhah (nasihat) dengan al-lisan (lidah)
masing-masing sebanyak 25 kali.
3.Al-asra (tawanan) dengan al-harb (perang) masing-
masing sebanyak 6 kali.
4.Al-salam (kedamaian) dan al-thayyibat (kebajikan)
masing-masing sebanyak 60 kali.
Disamping keseimbangan-keseimbangan tersebut
ditemukan juga keseimbangan khusus , yaitu :
Kata yaum (hari) dalam bentuk tunggal sejumlah 365
kali sebanyak bilangan hari dalam setahun. Sedangkan
kata hari yang menunjuk kepada bentuk plural (ayyam)
atau dua (yaumain) jumlah keseluruhannya hanya 30
kali sama dengan jumlah hari dalam sebulan. Di sisi
lain kata yang berarti bulan (syahr) hanya terdapat
12 kali sama dengan jumlah bulan dalam setahun.
Al-Qur’an menjelaskan bahwa langit ada tujuh.
Penjelasan ini diulangi sebanyak tujuh kali pula
yaitu dalam al-Baqarah : 29, al-Isra : 44, al-
Mu’minun : 86, Fushilat : 12, al-Thalaq : 12, al-
Mulk : 3 dan Nuh : 15.
Al-Qur’an diungkapkan dengan gaya bahasa dan
uslub bermacam-macam dengan pokok bahasan yang
bermacam-macam pula yaitu bidang aqidah, akhlaq dan
pembentukan hukum Islam (syar’iyyah tasyri’iyyah),
yang satu sama lainnya tidak terdapat kontradiksi
dan pertentangan. Allah swt. telah memberi
petunjuknya dalam Q.S. al-Nisa : 82 sebagai
berikut : Maka apakah mereka tidak memperhatikan al-
Qur’an? Kalau kiranya al-Qur’an itu bukan dari sisi
Allah tentulah mereka mendapatkan pertentangan yang
banyak di dalamnya.
Berdasarkan ayat di atas, seandainya kita
temukan ada ayat al-Qur’an yang lahirnya
kontradiktif antara satu ayat dengan ayat lainnya,
maka setelah diadakan pembahasan dan penelitian,
tampaklah keserasian dan keharmonisannya, tidak ada
kontradiksi di dalamnya. Seandainya al-Qur’an itu
datang selain dari Allah, niscaya akan didapatkan
kontradiksi yang banyak di dalamnya.
C. Macam-Macam I’jaz
Kajian terhadap masalah i’jaz pada hakikatnya
merupakan kajian akan ciri-ciri teks Al-Qur’an yang
khas, dan yang membedakannya dari teks-teks lain
dalam sebuah peradaban, dan yang menjadikannya lebih
unggul jika dibandingkan dengan teks tersebut.
I’jaz Al-Qur’an terjadi pada aspek berita
tentang peristiwa masa lampau dan yang akan datang
dan aspek dipalingkannya dorongan-dorongan untuk
mengadakan perlawanan, dan dihilangkannya secara
paksa perhatian bangsa arab terhadap hal itu
sehingga apabila mereka dibebaskan dari semua itu,
niscaya mereka mampu membuat satu surat yang
sepadan, dalam segi balaghah, ketinggian bahasa, dan
susunannya.
Ketidakmampuan menghadapi tantangan tersebut
merupakan ketidakmampuan manusiawi yang disebabkan
oleh kekuasaan Allah, dan kemukjizatan disini
bukanlah “kemukjizatan” atau keunggulan yang
terdapat dalam struktur teks jika dibandingkan
dengan teks-teks lain.
I’jaz hal yang dapat menunjukkan kebenaran nabi
adalah adanya sesuatu yang melemahkan (mu’jiz) pada
dirinya, baik melemahkan perbuatan-perbuatan yang
menyalahi aturan kebiasaan dan alam ataupun
perbuatan-perbuatan biasa alamiah yang dapat
dilakukan oleh manusia13
Dimana macam-macam i’jaz dalam Al-Qur’an yaitu
antara lain:
1.I’jaz Bayani.
Yaitu suatu mukjizat yang tidak ada didalam Al-
Qur’an satu kalimat pun yang dapat ditambahkan oleh
siapapun, ataupun dikurangi selain oleh Allah SWT.
2.I’jazul Ilmiyah
Yaitu suatu Mu’jizat didalam al-Qur’an yang
mengandung ilmu pengetahuan, suatu contoh
bertemunya dua laut, yang disebut dalam Al-Qur’an,
begitupun pertumbuhan janin, menggantungnya janin
dalam rahim, ilmu ini baru ditemukan kebenarannya
dan masih banyak lagi apa-apa yang disebutkan
Seumpama, mengapa diharamkan babi, khamar.
Perbedaan-perbedaan tanah, didalam jenisnya,
13 Ibid, hal. 196.
sebagaimana di dalam Hadist, juga punya I’jaz
ilmiyah, seperti mengapa kita diminta menghindari
diri dari terik mentari, karena akan mengurangi
shahwat. Ternyata setelah diteliti ilmuwan, memang
berjemur di panas terik mentari (siang bolong), ada
zat-zat, atau hormon-hormon seksual yang rusak.
3. I’jazul Maudhu’i
Yaitu bagi siapa saja yang membaca al-Qur’an ini
dan memahaminya, melakukan apa-apa yang
diperintahkan Allah, maka Allah kelak akan
memuliakannya dunia dan akhirat.
Macam-macam I`jaz al-Qur`an ini para ulama
berlainan keterangan. Hal ini disebabkan karena
perbedaan tinjauan masing-masing, diantaranya yaitu:
1. Dr. Abd. Rozzaq Naufal, dalam kitab al-I`jaz al-
Adadi li al-Qur`an al-Karim menerangkan bahwa
I`jazil Qur`an itu ada 4 macam, sebagai berikut: a.
Al-I`jaz al-Balaghi. b. Al-I`jaz al-Tasyri’i. c.
Al-I`jaz al-Ilmu. d. Al-I`jaz al-Adadi.
2. Al-Khattabi (wafat 388 H.) dalam buku al-Bayan fi
I`jaz al-Qur`an mengatakan, bahwa kemu`jizatan al-
Qur`an itu terfokus pada bidang ke-balagah-an saja.
3. Imam al-Lahid (wafat 255 H.) di dalam kitab Nuzum
al-Qur`an dan Hujaj al-Nabawiyyah serta al-Bayan wa
al-Tabyin menegaskan bahwa kemu`jizatan al-Qur`an
itu terfokus pada bidang susunan lafal-lafalnya
saja.
4. Moh. Ismail Ibrahim dalam buku yang berjudul al-
Qur`an wa I`jazihi al-Ilmi mengatakan, orang yang
mengamati al-Qur`an dengan cermat, meraka akan
mengetahui bahwa kitab itu merupakan gudang
berbagai disiplin ilmu dan pengetahuan. Sehingga
kitab itu dapat menyingkap berbagai problem dan
seluruh masalah, baik masalah kemasyarakatan,
politik, ekonomi, hukum, etika, peperangan, dan
sebagainya, yang semua itu tadinya belum terungkap
ke permukaan ilmu pengetahuan manusia. Karena itu,
Ismail Ibrahim menyimpulkan bahwa fokus
kemu’jizatan al-Quran adalah pada bidang ilmu dan
pengetahuan atau I’jazul Ilmi
Bab I’jaz itu membahas Al-Qur’an dan puisi,
Al-Qur’an dan sajak, I’jaz di luar teks, I’jaz di
dalam teks, I’jaz di dalam bahasa teks.
D. Hikmah I’jaz dan Segi Mukjizat Al-Qur’an
Mukjizat al-Quran terdiri dari berbagai macam
segi mukjizat, antara lain :14
1.Segi bahasa dan susunan redaksinya ( I'jaz
Lughowi)
14 Ibid, hal.102-110
Sejarah telah menyaksikan bahwa bangsa Arab
pada saat turunnya al-Quran telah mencapai tingkat
yang belum pernah dicapai oleh bangsa satu pun
yang ada didunia ini, baik sebelum dan sesudah
mereka dalam bidang kefashihan bahasa (balaghah).
Mereka juga telah meramba jalan yang belum pernah
diinjak orang lain dalam kesempurnaan menyampaikan
penjelasan (al-bayan), keserasian dalam menyusun
kata-kata, serta kelancaran logika.
Oleh karena bangsa Arab telah mencapai taraf
yang begitu jauh dalam bahasa dan seni sastra,
karena sebab itulah al-Quran menantang mereka.
Padahal mereka memiliki kemampuan bahasa yang
tidak bisa dicapai orang lain seperti kemahiran
dalam berpuisi, syi’ir atau prosa (natsar),
memberikan penjelasan dalam langgam sastra yang
tidak sampai oleh selain mereka. Namun walaupun
begitu mereka tetap dalam ketidakberdayaan ketika
dihadapkan dengan al-Quran.
2.Segi isyarat ilmiah ( I'jaz Ilmi)
Pemaknaan kemukjizatan al-Quran dalam segi
ilmiyyah diantaranya :
a. Dorongan serta stimulasi al-Quran kepada
manusia untuk selalu berfikir keras atas dirinya
sendiri dan alam semesta yang mengitarinya.
b. Al-Quran memberikan ruangan sebebas-bebasnya
pada pergulan pemikiran ilmu pengetahuan
sebagaimana halnya tidak ditemukan pada kitab-
kitab agama lainnya yang malah cenderung
restriktif.
c. Al-Quran dalam mengemukakan dalil-dalil,
argument serta penjelasan ayat-ayat ilmiah,
menyebutkan isyarat-isyarat ilmiah yang
sebagaiannya baru terungkap pada zaman atom,
planet dan penaklukan angkasa luar sekarang ini.
Diantaranya adalah Isyarat tentang Sejarah Tata
Surya.
Allah SWT berfirman:
30. Dan Apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui
bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu
yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. dan dari
air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka Mengapakah
mereka tiada juga beriman?
Isyarat tentang Fungsi Angin dalam Penyerbukan
Bunga Allah SWT berfirman :
22. Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan
(tumbuh-tumbuhan) dan Kami turunkan hujan dari langit, lalu
Kami beri minum kamu dengan air itu, dan sekali-kali
bukanlah kamu yang menyimpannya. (QS. Al-Hijr: 22)
Isyarat tentang Sidik Jari manusia Allah SWT
berfirman:
4. Bukan demikian, sebenarnya Kami Kuasa menyusun (kembali)
jari jemarinya dengan sempurna. (QS Al-Qiyamah 4)
3.Segi Sejarah & pemberitaan yang ghaib (I'jaz
tarikhiy)
Surat-surat dalam al-Quran mencakup banyak
berita tentang hal ghaib. Kapabilitas al-Quran
dalam memberikan informasi-informasi tentang hal-
hal yang ghaib seakan menjadi prasyarat utama
penopang eksistensinya sebgai kitab mukjizat.
Diantara contohnya adalah:
a. Sejarah / Keghaiban masa lampau.
Al-Quran sangat jelas dan fasih sekali dalam
menjelaskan cerita masa lalu seakan-akan menjadi
saksi mata yang langsung mengikuti jalannya
cerita. Dan tidak ada satupun dari kisah-kisah
tersebut yang tidak terbukti kebenarannya.
Diantaranya adalah: Kisah nabi Musa & Firaun,
Ibrahim, Nabi Yusuf, bahkan percakapan antara
anak-anak Adam as.
b. Kegaiban Masa Kini
Diantaranya terbukanya niat busuk orang munafik
di masa rasulullah. Allah SWT berfirman :
204. Dan di antara manusia ada orang yang ucapannya
tentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan
dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi
hatinya, Padahal ia adalah penantang yang paling keras.
c. Ramalan kejadian masa mendatang
Diantaranya ramalan kemenangan Romawi atas
Persia di awal surat ar-Ruum.
4.Segi petunjuk penetapan hukum ( I'jaz Tasyri'i)
Diantara hal-hal yang mencengangkan akal dan
tak mungkin dicari penyebabnya selain bahwa al-
Quran adalah wahyu Allah, adalah terkandungnya
syari’at paling ideal bagi umat manusia, undang-
undang yang paling lurus bagi kehidupan, yang
dibawa al-Quran untuk mengatur kehidupan manusia
yang mencakup seluruh aspek kehidupan manusia.
Meskipun memang banyak aturan hukum dari Al-Quran
yang secara 'kasat mata' terlihat tidak adil,
kejam dan sebagainya, tetapi sesungguhnya di balik
itu ada kesempurnaan hukum yang tidak terhingga.
Diantara produk hukum Al-Quran yang
menakjubkan dan penuh hikmah tersebut antara
lain :
a. Hukuman Hudud bagi pelaku Zina, Pencurian (QS
An-Nuur 2-3)
2. Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, Maka
deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus dali dera,
dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu
untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada
Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman
mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman.
3. Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan
perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik; dan
perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-
laki yang berzina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian
itu diharamkan atas orang-orang yang mukmin.
b. Hukuman Qishos bagi Pembunuhan ( QS Al-
Baqoroh 178-180)
178. Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu
qishaash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang
merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita
dengan wanita. Maka Barangsiapa yang mendapat suatu
pema'afan dari saudaranya, hendaklah (yang mema'afkan)
mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi
ma'af) membayar (diat) kepada yang memberi ma'af dengan cara
yang baik (pula). yang demikian itu adalah suatu keringanan
dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa yang melampaui
batas sesudah itu, Maka baginya siksa yang sangat pedih.
c. Hukum Waris yang detil (QS An- Nisa 11-12)
11. Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka
untuk) anak-anakmu. Yaitu : bahagian seorang anak lelaki
sama dengan bagahian dua orang anak perempuan; dan jika anak
itu semuanya perempuan lebih dari dua, Maka bagi mereka dua
pertiga dari harta yang ditinggalkan; jika anak perempuan
itu seorang saja, Maka ia memperoleh separo harta. dan untuk
dua orang ibu-bapa, bagi masing-masingnya seperenam dari
harta yang ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai
anak; jika orang yang meninggal tidak mempunyai anak dan ia
diwarisi oleh ibu-bapanya (saja), Maka ibunya mendapat
sepertiga; jika yang meninggal itu mempunyai beberapa
saudara, Maka ibunya mendapat seperenam. (Pembagian-
pembagian tersebut di atas) sesudah dipenuhi wasiat yang ia
buat atau (dan) sesudah dibayar hutangnya. (Tentang) orang
tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara
mereka yang lebih dekat (banyak) manfaatnya bagimu. ini
adalah ketetapan dari Allah. Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui lagi Maha Bijaksana.
d. Hukum Transaksi Keuangan dan Perdagangan.(QS
Al-Baqoroh 282)
282. Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu
bermu'amalah[179] tidak secara tunai untuk waktu yang
ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. dan hendaklah
seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar.
dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah
mengajarkannya, meka hendaklah ia menulis, dan hendaklah
orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis
itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan
janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. jika
yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah
(keadaannya).
[179] Bermuamalah ialah seperti berjualbeli, hutang piutang,
atau sewa menyewa dan sebagainya.
e. Hukum Perang & Perdamaian. (QS Al-Anfal 61)
61. Dan jika mereka condong kepada perdamaian, Maka condonglah
kepadanya dan bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah
yang Maha mendengar lagi Maha mengetahui.
BAB III
PENUTUP
I’jazul Qur’an adalah kekuatan, keunggulan dan
keistimewaan yang dimiliki Al-Qur’an yang menetapkan
kelemahan manusia, baik secara terpisah maupun
berkelompok-kelompok, untuk bisa mendatangkan minimal
yang menyamainya.
Sedangkan Menurut Nasr Hamid Abu Zaid sendiri
kajian terhadap masalah i’jaz pada hakikatnya
merupakan kajian akan ciri-ciri teks yaitu (al-
Qur’an). Teks dipahami sebagai sebuah mukjizat yang
di luar kebiasaan.
Macam – Macam I’jaz dalam al-Qur’an yaituI’jaz
Bayaani, I’jazul Ilmiyah dan ’jazul Maudhu’i.
Kemu’jizatan al-Qur’an dapat dilihat dari beberapa
segi, yaitu segi bahasa dan susunan redaksinya, segi
isyarat ilmiah, segi pemberitaan yang ghaib dan segi
petunjuk penetapan hukum syara’
Pandangan ulama berbeda-beda dalam meninjau segi
kemu’jizatannya. Segi kemu’jizatan al-Qur’an adalah
sesuatu yang terkandung dalam al-Qur’an itu sendiri.
Terkandung dalam lafadz-lafadznya yang jelas,
redaksinya yang bersastra dan susunannya yang indah.
Terhindar dari adanya pertentangan, serta mengandung
arti-arti yang lembut dan hal-hal yang ghaib di luar
kemampuan manusia dan di luar kekuasaan mereka untuk
mengetahuinya. Adanya keistimewaan-keistimewaan yang
nampak dan keindahan-keindahan yang menarik yang
terkandung dalam al-Qur’an
DAFTAR PUSTAKA
Abu Zaid, Nashr Hamid. Hermeneutika Inklusif. Jakarta:
ICIP, 2004.
Abu Zaid, Nashr Hamid, Tekstualitas Al-Qur’an Kritik terhadap
Ulumul Qur’an. Yogyakarta: LKiS, 2001
Harb, Ali. Hermeneutika Kebenaran. Yogyakarta: LKIS,
2003.
Irsyadunnas, Studi Al-Qur’an dan Hadis, Yogyakarta:
Kopertais Wilayah III UINSUKA, 2012.
Latief Hilman, Nasr Hamid Abu Zaid:Kritik Teks Keagamaan,
Yogyakarta: Elsaq press, 2003.
Manna Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an,
Jakarta: Litera Antar Nusa, 2011.
Syihab, Quraish. Sejarah dan Ulum Al-Qur’an. Jakarta:
Pustaka Firdaus. 2000.
http:// mukjizat-al-quran, diakses pada tgl 07
November 2014