Ijaz revisi

28
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Al-Qur’an sebagai pedoman hidup manusia adalah kalamullah yang sangat indah dan menjadi pengobat setiap hati yang gundah, galau bahkan sakit sekalipun. Dapat dikatakan pula Al-Qur’an adalah obat segala penyakit seperti manfaat madu. Dari multi fungsi Al-Qur’an sebagai sumber ilmu pengetahun dan ajaran-ajaran yang benar serta mempunyai faidah yang banyak dan bermacam-macam itu Al-Qur’an dikatakan sebagai mukjizat yang sangat luar biasa dan oleh karena itu terdapat ilmu i’jaz Al-Qur’an yang terkandung di dalamnya membahas kemukjizatan Al-Qur’an. Kemukjizatan Al-Qur’an sehingga kaum manapun ahli bahasapun tidak dapat membuat semisal dengannya walaupun itu hanya satu surah. Apa yang terkandung dalam kemukjizatan Al-Qur’an dan macam-macam i’jaz yang terdapat dalam Al-Qur’an sangat luar biasa dan kompleks. Untuk itu kami membahas kemukjizatan Al- Qur’an yang sangat luar biasa. B.Rumusan Masalah

Transcript of Ijaz revisi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-Qur’an sebagai pedoman hidup manusia adalah

kalamullah yang sangat indah dan menjadi pengobat

setiap hati yang gundah, galau bahkan sakit

sekalipun. Dapat dikatakan pula Al-Qur’an adalah

obat segala penyakit seperti manfaat madu.

Dari multi fungsi Al-Qur’an sebagai sumber ilmu

pengetahun dan ajaran-ajaran yang benar serta

mempunyai faidah yang banyak dan bermacam-macam itu

Al-Qur’an dikatakan sebagai mukjizat yang sangat

luar biasa dan oleh karena itu terdapat ilmu i’jaz

Al-Qur’an yang terkandung di dalamnya membahas

kemukjizatan Al-Qur’an.

Kemukjizatan Al-Qur’an sehingga kaum manapun

ahli bahasapun tidak dapat membuat semisal dengannya

walaupun itu hanya satu surah. Apa yang terkandung

dalam kemukjizatan Al-Qur’an dan macam-macam i’jaz

yang terdapat dalam Al-Qur’an sangat luar biasa dan

kompleks. Untuk itu kami membahas kemukjizatan Al-

Qur’an yang sangat luar biasa.

B.Rumusan Masalah

1.Apa yang dimaksud dengan i’jaz menurut para tokoh

dan Nasr Hamid Abu Zaid?

2.Bagaimana bentuk kalimat i’jaz ?

3.Apa saja macam-macam i’jaz ?

4.Bagaimana hikmah i’jaz dan segi mukjizatnya dalam

Al-Qur’an ?

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian I’jaz

Dari segi bahasa (etimologi), i’jaz berasal

dari kata a’jaza  yu’jizu  i’jazan  yang artinya

melemahkan, memperlemah, atau menetapkan kelemahan.

Kata i’jaz sendiri awalnya berasal dari kata dasar

a’jaza ya’jizu  yang artinya lemah atau tidak mampu.

Seperti dalam contoh: a’jaztu zaidan “aku mendapati

Zaid tidak mampu”. Sedangkan menurut istilah

(terminologi) i’jaz didefinisikan oleh Manna Khalil

al-Qaththan dalam tulisan Usman. Manna Khalil al-

Qaththan  mendefiniskan i’jaz sebagai “menampakan

kebenaran Nabi saw dalam pengakuan orang lain,

sebagai seorang rasul utusan Allah swt. Dengan

menampakkan kelemahan orang-orang Arab untuk

menandinginya atau menghadapi mukjizat yang abadi,

yaitu al-Quran dan kelemahan-kelemahan generasi-

generasi sesudah mereka.”1

I’jaz Al-Qur’an bermakna pengokohan Al-Qur’an

sebagai sesuatu yang mampu melemahkan berbagai

tantangan untuk penciptaan karya sejenis dimana mu’jiz

berarti melemahkan. I’jaz yang sifatnya Indrawi,

lokal dan temporal dinamakan I’jaz Hissi seperti;1 Manna Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, (Jakarta: Litera

Antar Nusa, 2011), hal. 371

mu’jizat Nabi Musa (membelah lautan), Nabi Isa

(menghidupkan orang yang sudah mati), Nabi Ismail

(keluar air dari jari-jarinya). I’jaz Nabi Muhammad

Saw. Termasuk dalam I’jaz Ma’nawi, yaitu al-Qur’an

al-Karim karena dari segi bahasa dan maknanya yang

sangat indah, tidak terbatas i oleh waktu sehingga

karakter ajarannya dapat melemahkan berbagai

tantangan yang mungkin terus datang pada saat Rasul

pembawa ajarannya telah tiada.2

Sedangkan Menurut Nasr Hamid Abu Zaid sendiri

kajian terhadap masalah i’jaz pada hakikatnya

merupakan kajian akan ciri-ciri teks (al-Qur’an).

Nashr Hamid Abu Zaid merupakan tokoh pemikir

kontemporer, beliau lahir di Thanta Mesir pada 10

juli 1943, dilahirkan dari keluarga taat beragama.

Pelajaran agama diterima sejak dini dalam

keluarganya. Lulus dari sekolah tekhnik Thanta pada

tahun 1960. Semenjak mahasiswa pada tahun 1968 di

jurusan bahasa dan sastra arab, Universitas Kairo, ia

telah menunjukkan bakat intelektualnya, menampakkan

diri sebagai mahasiswa kritis dan progresif.3

Teks dipahami sebagai sebuah mukjizat yang di

luar kebiasaan, sama halnya dengan mukjizat yang2 Quraish Shihab dkk., Sejarah dan Ulumul Qur’an, (Jakarta: Pustaka

Firdaus, 2000), hal. 1113 Hilman Latief, Nasr Hamid Abu Zaid: Kritik Teks Keagamaan (Yogyakarta:

Elsaq press, 2003)

dimiliki oleh para Nabi sebelumnya, bahkan teks al-

Qur’an dianggap sebagai mukjizat yang paling agung

bila dibandingkan dengan mukjizat-mukjizat yang

pernah ada sebelumnya.4 Teks bahasa Al-Qur,an adalah

teks sentral dalam sejarah peradapan Arab. Dasar-

dasar ilmu dan budaya arab Islam itu tumbuh dan

berdiri diatas landasan dimana teks sebagai pusatnya

tidak dapat diabaikan. Teks apapun tidak dapat

membangun peradapan dan kebudayaan. Suatu peradapan

dan kebudayaan itu dibangun oleh dialektika manusia

dengan realitas di satu pihak, dan disisi lain

dialognya dengan teks.

Peradaban dan kebudayaan dibentuk oleh interaksi

dan dialektika manusia dengan realitas dan segala

bentuknya baik itu ekonomi, sosial, politik, budaya.

Tantangan kultural dan sosiologis yang tengah

dihadapi oleh bangsa kita ini berbeda dari tantangan

yang pernah dihadapi nenek moyang kita tujuh tahun

yang lalu bahkan berpuluh tahun yang lalu.

Memahami keagamaan dengan berdasar teks itu

salah jika untuk menjalankan suatu ajaran agama.

Menurut Abu Zaid pembacaan teks-teks keagamaan

hingga saat ini masih belum menghasilkan intrepetasi

yang bersifat ilmiah dan objektif. Sedangkan Abu

4 Nashr Hamid Abu Zaid, Tekstualitas Al-Qur’an (Kritik terhadap UlumulQur’an) (Yogyakarta: LKiS, 2001), hal.183

Zaid menawarkan intrepetasi rasional dan menekankan

kesadaran ilmiah bukan mistik dengan menamakan

agama.

Nasr Hamid Abu Zaid lebih mengutamakan realitas

daripada pikiran. Baginya teks adalah realitas, maka

setiap perubahan yang terjadi dalam realitas

menuntut perubahan dalam teks pada akhirnya terjadi

keterpaduan antara teks dan realitas.

Dengan demikian interpretasi dan makna teks

tidak pernah berujung, bahkan senantiasa berkembang

seiring berkembangnya realitas. Sebab teks berasal

dari realitas, sehingga makna teks pun harus

mengikuti perubahan realitas. Dengan demikian makna

teks tidak akan pernah mencapai final karena yang

bersifat final dan tetap itu hanya Allah.

Bangsa Arab yang hidup pada masa itu pada

hakikatnya tidak memahami perbedaan antara teks

dengan teks lain. Mereka terkenal dengan keahlian

sastra. Jika konsep wahyu tersebut terkait

komunikasi dan fenomena puisi dan sastra yang lain

maka tentu ada keterkaitan antara teks-teks yang

muncul dari wahyu dengan jiwa dan pikiran

masyarakat.

Al-Qur’an dan puisi sangatlah berbeda karena

puisi adalah pengetahuan orang arab sebelum

datangnya Islam. Hubungan wahyu bersifat vertikal

karena pengirimnya dari Allah sementara puisi

bersifat horizontal karena bangsa Arab hidup pada

suatu komunitas tertentu pada zaman tersebut. Al-

Qur’an adalah teks yang bertujuan untuk merubah

realitas ke kondisi yang lebih baik,sementara puisi

yaitu untuk menyuarakan kepentingan kelompok dalam

menghujat musuh danmembantu sekutunya, dan puisi

menyuarakan kepentingan minoritas atas mayoritas

sedangkan teks yaitu berperan sebagai pedoman hidup

sebagai penyelamat atas hamba Allah sebagai khalifah

fil Ardh yang rahmatan lil ‘alamin.5

I’jaz al-Qur’an terjadi pada aspek: 1) berita/

peristiwa masa lampau dan yang akan datang, 2)

dipalingkannya dorongan untuk mengadakan perlawanan

dan dihilangkannya perhatian bangsa Arab terhadap

hal tersebut.6 I’jaz menurut Nasr Hamid Abu Zaid

sendiri ada 2 macam yaitu: I’jaz di luar teks dan

I’jaz di dalam teks.

I’jaz di luar teks Orang arab tidak mampu

membuat surat semisal al-Qur’an dikarenakan

ketidakmampuannya atas kehendak tuhan. Ibrahim ibn

Sayyar An Nazam pengikut muktazilah dan pemikir

pandangan ini sama sekali tidak menolak I’jaz akan

tetapi merupakan interpretasi terhadap I’jaz diluar

5 Ibid, hal. 1866 Irsyadunnas, Studi Al-Qur’an dan Hadis, (Yogyakarta, Kopertais

Wilayah III UINSUKA, 2012), hal.101

kerangka intertekstualitas. Ketidakmampuan atas

kehendak dan kekuasaan Allah atas diri manusia

karena teks itu sendiri tidak dapat ditandingi.7

I’jaz di dalam teks adalah sisi umum yang

terletak pada susunan dan gaya bahasa Al-Qur’an yang

membedakannya dengan teks lainnya dengan susunannya

yang menakjubkan, kita tidak dapat menemukan

perbedaan dalam taraf susunan dan penyusunannya

walaupun panjang dan bervariasi. Diakui bahwa teks

itu indah karena terdapat makna-makna yang bagus dan

kata yang jernih, penyusunan ungkapan dengan cara

yang khusus. Bahwa hukum-hukum yang

menginterpretasikan fashahah tersebut termasuk di

dalamnya I’jaz apakah ungkapan hakiki atau majazi

yang penting indah.8

B. Bentuk-Bentuk Kalimat I’jaz

I’jaz hanya berdasar pada ketidakmampuan orang

arab pada saat itu untuk menjawab tantangan Al-

Qur’an dan i’jaz membahas kemukjizatan Al-Qur’an.9

Sesungguhnya I’jaz berhubungan dengan apa yang

dipandang oleh orang arab sebagai wilayah yang

istimewa, bidang yang luas dan senjata yang ampuh.

7 Opcit, Nasr Hamid Abu Zaid..., hal. 1948 Opcit, Nasr Hamid Abu Zaid..., hal. 1999 Nashr Hamid Abu Zaid, Hermeneutika Inklusif (Jakarta: ICIP, 2004),

105-106.

Jika orang jahiliyah terpikat oleh bayan Al-Qur’an

dan terbujuk oleh bahasa yang membentuk dan

dibentuknya, maka i’jaz sesungguhnya adalah sesuatu

yang memikat dan membujuknya. Buktinya adalah mereka

tidak mampu membuat semisal Al-Qur’an, itulah i’jaz

bahasa dan estetika.10

Ijaz al-Qur’an dalam melemahkan manusia untuk

mendatangkan sepadan dengan al-Qur’an terdiri dari

aspek lafziah (morfologis), maknawiyah (semantik)

dan ruhiyah (psikologis), semuanya bersandarkan

(interchangeable) dan bersatu, sehingga melemahkan

manusia untuk menandinginya. Ijaz al-Quran

bersifat  zaty (essensial), bukan bersifat relatif

(idhafy) dan juga bersifat universal sesuai dengan

universalitas al-Qur’an.11

Berikut ini bentuk-bentuk Ijaz al-Qur’an yang

telah dapat dicapai oleh akal manusia dan telah

diungkapkan para ulama, yaitu Keharmonisan uslub

bahasanya, keindahan dan ketelitian redaksi-redaksinya, maknanya,

hukumnya dan teorinya.

Betapa menakjubkan rangkaian al-Qur’an dan

betapa indah susunannya. Tidak ada kontradiksi dan

perbedaan di dalamnya, padahal al-Qur’an membeberkan

banyak segi yang dikandungnya, seperti kisah dan10 Ali Harb, Hermeneutika Kebenaran (Yogyakarta: LKIS, 2003), hal.

224.11 Irsyadunnas, Studi Al-Qur’an dan Hadis, (Yogyakarta: Kopertais

Wilayah III UINSUKA, 2012), hal.101

nasehat, argumentasi, hikmah dan hukum, tuntutan dan

peringatan, janji dan ancaman, kabar gembira dan

berita duka serta akhlak mulia dan sebagainya.

Abdurrazaq Nawfal dalam al-Ijaz al-Adaby li al-

Qur’an al-Karim mengemukakan tentang keharmonisan

dan keseimbangan ushlub bahasa al-Qur’an yaitu

Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan antonimnya,

seperti :12

1.Al-hayah (hidup)  dan al-mawt (mati) masing-masing

sebanyak 145 kali.

2.Al-Naf’u (manfaat) dan al-madharrah (madarat)

masing-masing sebanyak 50 kali.

3.Al-har (panas) dan al-bard (dingin) masing-masing

sebanyak 4 kali.

4.Al-rahbah (takut) dan al-raghbah (harap) masing-

masing sebanyak 8 kali.

Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan

sinonimnya/makna yang dikandungnya, seperti :

1.Al-harts dan al-zira’ah (membajak/ bertani)

masing-masing sebanyak 14 kali.

2.Al-ushb dan al-dhurur (membanggakan diri/angkuh)

masing-masing sebanyak 27 kali.

3.Al-aql dan al-nur (akal/cahaya) masing-masing

sebanyak 49 kali.

12 http:// mukjizat-al-quran, diakses pada tgl 07 November 2014

4.Al-Qur’an, al-wahyu dan al-islam masing-masing

sebanyak 70 kali.

Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan jumlah

kata yang menunjuk kepada akibatnya, seperti :

1.Al-infaq (infak)  dengan al-ridha (kerelaan)

masing-masing sebanyak 73 kali.

2.Al-bukhl (kikir) dengan al-hasarah (penyesalan)

masing-masing sebanyak 12 kali.

3.Al-kafirun (orang-orang kafir) dengan al-nar/al-

ahraq (neraka/pembakaran) masing-masing sebanyak

154 kali.

4.Al-zakat (zakat/penyucian) dengan al-barakah

(kebajikan yang banyak) masing-masing sebanyak

32 kali.

5.Al-fahisyah (kekejian) dengan al-ghadab (murka)

masing-masing sebanyak 26 kali.

 Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan kata penyebabnya,

seperti :

1. Al-israf (pemborosan)  denan al-sur’ah (ketergesa-

gesaan) masing-masing sebanyak 23 kali.

2. Al-mauidhah (nasihat) dengan al-lisan (lidah)

masing-masing sebanyak 25 kali.

3.Al-asra (tawanan) dengan al-harb (perang) masing-

masing sebanyak 6 kali.

4.Al-salam (kedamaian) dan al-thayyibat (kebajikan)

masing-masing sebanyak 60 kali.

Disamping keseimbangan-keseimbangan tersebut

ditemukan juga keseimbangan khusus , yaitu :

Kata yaum (hari) dalam bentuk tunggal sejumlah 365

kali sebanyak bilangan hari dalam setahun. Sedangkan

kata hari yang menunjuk kepada bentuk plural (ayyam)

atau dua (yaumain) jumlah keseluruhannya hanya 30

kali sama dengan jumlah hari dalam sebulan. Di sisi

lain kata yang berarti bulan (syahr) hanya terdapat

12 kali sama dengan jumlah bulan dalam setahun.

 Al-Qur’an menjelaskan bahwa langit ada tujuh.

Penjelasan ini diulangi sebanyak tujuh kali pula

yaitu dalam al-Baqarah : 29, al-Isra : 44, al-

Mu’minun : 86, Fushilat : 12, al-Thalaq : 12, al-

Mulk : 3 dan Nuh : 15.

Al-Qur’an diungkapkan dengan gaya bahasa dan

uslub bermacam-macam dengan pokok bahasan yang

bermacam-macam pula yaitu bidang aqidah, akhlaq dan

pembentukan hukum Islam (syar’iyyah tasyri’iyyah),

yang satu sama lainnya tidak terdapat kontradiksi

dan pertentangan. Allah swt. telah memberi

petunjuknya dalam Q.S. al-Nisa : 82 sebagai

berikut : Maka apakah mereka tidak memperhatikan al-

Qur’an? Kalau kiranya al-Qur’an itu bukan dari sisi

Allah tentulah mereka mendapatkan pertentangan yang

banyak di dalamnya.

Berdasarkan ayat di atas, seandainya kita

temukan ada ayat al-Qur’an yang lahirnya

kontradiktif antara satu ayat dengan ayat lainnya,

maka setelah diadakan pembahasan dan penelitian,

tampaklah keserasian dan keharmonisannya, tidak ada

kontradiksi di dalamnya. Seandainya al-Qur’an itu

datang selain dari Allah, niscaya akan didapatkan

kontradiksi yang banyak di dalamnya.

C. Macam-Macam I’jaz

Kajian terhadap masalah i’jaz pada hakikatnya

merupakan kajian akan ciri-ciri teks Al-Qur’an yang

khas, dan yang membedakannya dari teks-teks lain

dalam sebuah peradaban, dan yang menjadikannya lebih

unggul jika dibandingkan dengan teks tersebut.

I’jaz Al-Qur’an terjadi pada aspek berita

tentang peristiwa masa lampau dan yang akan datang

dan aspek dipalingkannya dorongan-dorongan untuk

mengadakan perlawanan, dan dihilangkannya secara

paksa perhatian bangsa arab terhadap hal itu

sehingga apabila mereka dibebaskan dari semua itu,

niscaya mereka mampu membuat satu surat yang

sepadan, dalam segi balaghah, ketinggian bahasa, dan

susunannya.

Ketidakmampuan menghadapi tantangan tersebut

merupakan ketidakmampuan manusiawi yang disebabkan

oleh kekuasaan Allah, dan kemukjizatan disini

bukanlah “kemukjizatan” atau keunggulan yang

terdapat dalam struktur teks jika dibandingkan

dengan teks-teks lain.

I’jaz hal yang dapat menunjukkan kebenaran nabi

adalah adanya sesuatu yang melemahkan (mu’jiz) pada

dirinya, baik melemahkan perbuatan-perbuatan yang

menyalahi aturan kebiasaan dan alam ataupun

perbuatan-perbuatan biasa alamiah yang dapat

dilakukan oleh manusia13

Dimana macam-macam i’jaz dalam Al-Qur’an yaitu

antara lain:

1.I’jaz Bayani.

Yaitu suatu mukjizat yang tidak ada didalam Al-

Qur’an satu kalimat pun yang dapat ditambahkan oleh

siapapun, ataupun dikurangi selain oleh Allah SWT.

2.I’jazul Ilmiyah

Yaitu suatu Mu’jizat didalam al-Qur’an yang

mengandung ilmu pengetahuan, suatu contoh

bertemunya dua laut, yang disebut dalam Al-Qur’an,

begitupun pertumbuhan janin, menggantungnya janin

dalam rahim, ilmu ini baru ditemukan kebenarannya

dan masih banyak lagi apa-apa yang disebutkan

Seumpama, mengapa diharamkan babi, khamar.

Perbedaan-perbedaan tanah, didalam jenisnya,

13 Ibid, hal. 196.

sebagaimana di dalam Hadist, juga punya I’jaz

ilmiyah, seperti mengapa kita diminta menghindari

diri dari terik mentari, karena akan mengurangi

shahwat. Ternyata setelah diteliti ilmuwan, memang

berjemur di panas terik mentari (siang bolong), ada

zat-zat, atau hormon-hormon seksual yang rusak.

3. I’jazul Maudhu’i

Yaitu bagi siapa saja yang membaca al-Qur’an ini

dan memahaminya, melakukan apa-apa yang

diperintahkan Allah, maka Allah kelak akan

memuliakannya dunia dan akhirat.

Macam-macam I`jaz al-Qur`an ini para ulama

berlainan keterangan. Hal ini disebabkan karena

perbedaan tinjauan masing-masing, diantaranya yaitu:

1. Dr. Abd. Rozzaq Naufal, dalam kitab al-I`jaz al-

Adadi li al-Qur`an al-Karim menerangkan bahwa

I`jazil Qur`an itu ada 4 macam, sebagai berikut: a.

Al-I`jaz al-Balaghi. b. Al-I`jaz al-Tasyri’i. c.

Al-I`jaz al-Ilmu. d. Al-I`jaz al-Adadi.

2. Al-Khattabi (wafat 388 H.) dalam buku al-Bayan fi

I`jaz al-Qur`an mengatakan, bahwa kemu`jizatan al-

Qur`an itu terfokus pada bidang ke-balagah-an saja.

3. Imam al-Lahid (wafat 255 H.) di dalam kitab Nuzum

al-Qur`an dan Hujaj al-Nabawiyyah serta al-Bayan wa

al-Tabyin menegaskan bahwa kemu`jizatan al-Qur`an

itu terfokus pada bidang susunan lafal-lafalnya

saja.

4. Moh. Ismail Ibrahim dalam buku yang berjudul al-

Qur`an wa I`jazihi al-Ilmi mengatakan, orang yang

mengamati al-Qur`an dengan cermat, meraka akan

mengetahui bahwa kitab itu merupakan gudang

berbagai disiplin ilmu dan pengetahuan. Sehingga

kitab itu dapat menyingkap berbagai problem dan

seluruh masalah, baik masalah kemasyarakatan,

politik, ekonomi, hukum, etika, peperangan, dan

sebagainya, yang semua itu tadinya belum terungkap

ke permukaan ilmu pengetahuan manusia. Karena itu,

Ismail Ibrahim menyimpulkan bahwa fokus

kemu’jizatan al-Quran adalah pada bidang ilmu dan

pengetahuan atau I’jazul Ilmi

Bab I’jaz itu membahas Al-Qur’an dan puisi,

Al-Qur’an dan sajak, I’jaz di luar teks, I’jaz di

dalam teks, I’jaz di dalam bahasa teks.

D. Hikmah I’jaz dan Segi Mukjizat Al-Qur’an

Mukjizat al-Quran terdiri dari berbagai macam

segi mukjizat, antara lain :14

1.Segi bahasa dan susunan redaksinya ( I'jaz

Lughowi)

14 Ibid, hal.102-110

Sejarah telah menyaksikan bahwa bangsa Arab

pada saat turunnya al-Quran telah mencapai tingkat

yang belum pernah dicapai oleh bangsa satu pun

yang ada didunia ini, baik sebelum dan sesudah

mereka dalam bidang kefashihan bahasa (balaghah).

Mereka juga telah meramba jalan yang belum pernah

diinjak orang lain dalam kesempurnaan menyampaikan

penjelasan (al-bayan), keserasian dalam menyusun

kata-kata, serta kelancaran logika.

Oleh karena bangsa Arab telah mencapai taraf

yang begitu jauh dalam bahasa dan seni sastra,

karena sebab itulah al-Quran menantang mereka.

Padahal mereka memiliki kemampuan bahasa yang

tidak bisa dicapai orang lain seperti kemahiran

dalam berpuisi, syi’ir atau prosa (natsar),

memberikan penjelasan dalam langgam sastra yang

tidak sampai oleh selain mereka. Namun walaupun

begitu mereka tetap dalam ketidakberdayaan ketika

dihadapkan dengan al-Quran.

2.Segi isyarat ilmiah ( I'jaz Ilmi)

Pemaknaan kemukjizatan al-Quran dalam segi

ilmiyyah diantaranya :

a. Dorongan serta stimulasi al-Quran kepada

manusia untuk selalu berfikir keras atas dirinya

sendiri dan alam semesta yang mengitarinya. 

b. Al-Quran memberikan ruangan sebebas-bebasnya

pada pergulan pemikiran ilmu pengetahuan

sebagaimana halnya tidak ditemukan pada kitab-

kitab agama lainnya yang malah cenderung

restriktif. 

c. Al-Quran dalam mengemukakan dalil-dalil,

argument serta penjelasan ayat-ayat ilmiah,

menyebutkan isyarat-isyarat ilmiah yang

sebagaiannya baru terungkap pada zaman atom,

planet dan penaklukan angkasa luar sekarang ini.

Diantaranya adalah Isyarat tentang Sejarah Tata

Surya.

Allah SWT berfirman:

30. Dan Apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui

bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu

yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. dan dari

air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka Mengapakah

mereka tiada juga beriman?

Isyarat tentang Fungsi Angin dalam Penyerbukan

Bunga Allah SWT berfirman :

22. Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan

(tumbuh-tumbuhan) dan Kami turunkan hujan dari langit, lalu

Kami beri minum kamu dengan air itu, dan sekali-kali

bukanlah kamu yang menyimpannya. (QS. Al-Hijr: 22) 

Isyarat tentang Sidik Jari manusia Allah SWT

berfirman:

4. Bukan demikian, sebenarnya Kami Kuasa menyusun (kembali)

jari jemarinya dengan sempurna. (QS Al-Qiyamah 4)

3.Segi Sejarah & pemberitaan yang ghaib (I'jaz

tarikhiy)

Surat-surat dalam al-Quran mencakup banyak

berita tentang hal ghaib. Kapabilitas al-Quran

dalam memberikan informasi-informasi tentang hal-

hal yang ghaib seakan menjadi prasyarat utama

penopang eksistensinya sebgai kitab mukjizat.

Diantara contohnya adalah:

a. Sejarah / Keghaiban masa lampau. 

Al-Quran sangat jelas dan fasih sekali dalam

menjelaskan cerita masa lalu seakan-akan menjadi

saksi mata yang langsung mengikuti jalannya

cerita. Dan tidak ada satupun dari kisah-kisah

tersebut yang tidak terbukti kebenarannya.

Diantaranya adalah: Kisah nabi Musa & Firaun,

Ibrahim, Nabi Yusuf, bahkan percakapan antara

anak-anak Adam as.

b. Kegaiban Masa Kini

Diantaranya terbukanya niat busuk orang munafik

di masa rasulullah. Allah SWT berfirman :

204. Dan di antara manusia ada orang yang ucapannya

tentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan

dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi

hatinya, Padahal ia adalah penantang yang paling keras.

c. Ramalan kejadian masa mendatang

Diantaranya ramalan kemenangan Romawi atas

Persia di awal surat ar-Ruum.

4.Segi petunjuk penetapan hukum ( I'jaz Tasyri'i)

Diantara hal-hal yang mencengangkan akal dan

tak mungkin dicari penyebabnya selain bahwa al-

Quran adalah wahyu Allah, adalah terkandungnya

syari’at paling ideal bagi umat manusia, undang-

undang yang paling lurus bagi kehidupan, yang

dibawa al-Quran untuk mengatur kehidupan manusia

yang mencakup seluruh aspek kehidupan manusia.

Meskipun memang banyak aturan hukum dari Al-Quran

yang secara 'kasat mata' terlihat tidak adil,

kejam dan sebagainya, tetapi sesungguhnya di balik

itu ada kesempurnaan hukum yang tidak terhingga.

Diantara produk hukum Al-Quran yang

menakjubkan dan penuh hikmah tersebut antara

lain : 

a. Hukuman Hudud bagi pelaku Zina, Pencurian (QS

An-Nuur 2-3)

2. Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, Maka

deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus dali dera,

dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu

untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada

Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman

mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman.

3. Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan

perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik; dan

perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-

laki yang berzina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian

itu diharamkan atas orang-orang yang mukmin.

b. Hukuman Qishos bagi Pembunuhan ( QS Al-

Baqoroh 178-180)

178. Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu

qishaash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang

merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita

dengan wanita. Maka Barangsiapa yang mendapat suatu

pema'afan dari saudaranya, hendaklah (yang mema'afkan)

mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi

ma'af) membayar (diat) kepada yang memberi ma'af dengan cara

yang baik (pula). yang demikian itu adalah suatu keringanan

dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa yang melampaui

batas sesudah itu, Maka baginya siksa yang sangat pedih.

c. Hukum Waris yang detil (QS An- Nisa 11-12)

11. Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka

untuk) anak-anakmu. Yaitu : bahagian seorang anak lelaki

sama dengan bagahian dua orang anak perempuan; dan jika anak

itu semuanya perempuan lebih dari dua, Maka bagi mereka dua

pertiga dari harta yang ditinggalkan; jika anak perempuan

itu seorang saja, Maka ia memperoleh separo harta. dan untuk

dua orang ibu-bapa, bagi masing-masingnya seperenam dari

harta yang ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai

anak; jika orang yang meninggal tidak mempunyai anak dan ia

diwarisi oleh ibu-bapanya (saja), Maka ibunya mendapat

sepertiga; jika yang meninggal itu mempunyai beberapa

saudara, Maka ibunya mendapat seperenam. (Pembagian-

pembagian tersebut di atas) sesudah dipenuhi wasiat yang ia

buat atau (dan) sesudah dibayar hutangnya. (Tentang) orang

tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara

mereka yang lebih dekat (banyak) manfaatnya bagimu. ini

adalah ketetapan dari Allah. Sesungguhnya Allah Maha

mengetahui lagi Maha Bijaksana.

d. Hukum Transaksi Keuangan dan Perdagangan.(QS

Al-Baqoroh 282)

282. Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu

bermu'amalah[179] tidak secara tunai untuk waktu yang

ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. dan hendaklah

seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar.

dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah

mengajarkannya, meka hendaklah ia menulis, dan hendaklah

orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis

itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan

janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. jika

yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah

(keadaannya).

[179] Bermuamalah ialah seperti berjualbeli, hutang piutang,

atau sewa menyewa dan sebagainya.

e. Hukum Perang & Perdamaian. (QS Al-Anfal 61)

61. Dan jika mereka condong kepada perdamaian, Maka condonglah

kepadanya dan bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah

yang Maha mendengar lagi Maha mengetahui.

BAB III

PENUTUP

I’jazul Qur’an adalah kekuatan, keunggulan dan

keistimewaan yang dimiliki Al-Qur’an yang menetapkan

kelemahan manusia, baik secara terpisah maupun

berkelompok-kelompok, untuk bisa mendatangkan minimal

yang menyamainya.

Sedangkan Menurut Nasr Hamid Abu Zaid sendiri

kajian terhadap masalah i’jaz pada hakikatnya

merupakan kajian akan ciri-ciri teks yaitu (al-

Qur’an). Teks dipahami sebagai sebuah mukjizat yang

di luar kebiasaan.

Macam – Macam I’jaz dalam al-Qur’an yaituI’jaz

Bayaani, I’jazul Ilmiyah dan ’jazul Maudhu’i.

Kemu’jizatan al-Qur’an dapat dilihat dari beberapa

segi, yaitu segi bahasa dan susunan redaksinya, segi

isyarat ilmiah, segi pemberitaan yang ghaib dan segi

petunjuk penetapan hukum syara’

Pandangan ulama berbeda-beda dalam meninjau segi

kemu’jizatannya. Segi kemu’jizatan al-Qur’an adalah

sesuatu yang terkandung dalam al-Qur’an itu sendiri.

Terkandung dalam lafadz-lafadznya yang jelas,

redaksinya yang bersastra dan susunannya yang indah.

Terhindar dari adanya pertentangan, serta mengandung

arti-arti yang lembut dan hal-hal yang ghaib di luar

kemampuan manusia dan di luar kekuasaan mereka untuk

mengetahuinya. Adanya keistimewaan-keistimewaan yang

nampak dan keindahan-keindahan yang menarik yang

terkandung dalam al-Qur’an

 

DAFTAR PUSTAKA

Abu Zaid, Nashr Hamid. Hermeneutika Inklusif. Jakarta:

ICIP, 2004.

Abu Zaid, Nashr Hamid, Tekstualitas Al-Qur’an Kritik terhadap

Ulumul Qur’an. Yogyakarta: LKiS, 2001

Harb, Ali. Hermeneutika Kebenaran. Yogyakarta: LKIS,

2003.

Irsyadunnas, Studi Al-Qur’an dan Hadis, Yogyakarta:

Kopertais Wilayah III UINSUKA, 2012.

Latief Hilman, Nasr Hamid Abu Zaid:Kritik Teks Keagamaan,

Yogyakarta: Elsaq press, 2003.

Manna Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an,

Jakarta: Litera Antar Nusa, 2011.

Syihab, Quraish. Sejarah dan Ulum Al-Qur’an. Jakarta:

Pustaka Firdaus. 2000.

http:// mukjizat-al-quran, diakses pada tgl 07

November 2014