Skripsi full revisi terbaru banget

194
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri pariwisata telah berkembang sangat pesat menjadi industri yang membuka lapangan dan kesempatan kerja paling banyak dan merupakan industri yang banyak membutuhkan tenaga kerja. Pariwisata meliputi bidang perhotelan, travel, restoran dan bidang lainnya yang berhubungan dengan jasa dan wisata. Menurut UU kepariwisataan no. 9 pasal 1 Tahun 1990, Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pengusahaan objek wisata dan daya tarik wisata serta usaha – usaha yang 1

Transcript of Skripsi full revisi terbaru banget

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Industri pariwisata telah berkembang sangat

pesat menjadi industri yang membuka lapangan dan

kesempatan kerja paling banyak dan merupakan industri

yang banyak membutuhkan tenaga kerja. Pariwisata

meliputi bidang perhotelan, travel, restoran dan

bidang lainnya yang berhubungan dengan jasa dan

wisata. Menurut UU kepariwisataan no. 9 pasal 1 Tahun

1990, Pariwisata adalah segala sesuatu yang

berhubungan dengan wisata termasuk pengusahaan objek

wisata dan daya tarik wisata serta usaha – usaha yang

1

2

terkait di bidang tersebut. Sebagai salah satu daerah

tujuan wisata, Indonesia memiliki potensi wisata yang

membanggakan. Untuk memiliki wisata yang membanggakan

memerlukan pengelolaan yang optimal dalam

melaksanakannya, salah satunya dengan menerapkan

indonesia bebas asap rokok. Asap rokok sangat

berbahaya bagi orang yang menghirupnya walaupun orang

itu sendiri tidak merokok.

Rokok menjadi barang yang selalu laku terjual

karena banyaknya orang yang mengkonsumsi rokok. WHO

memperkirakan pada tahun 2030 kelak jumlah kematian

akibat merokok di dunia mencapai 10 juta jiwa setiap

tahunnya, dan akan didominasi oleh negara-negara

berkembang. Selain itu kematian juga lebih banyak

dialami oleh perokok berat .

Saat ini telah berlaku Peraturan Daerah, khusus

nya di Ibu Kota Jakarta (Perda DKI Jakarta No. 75 Thn 2005

3

ttg Kawasan Dilarang Merokok). Isi peraturan tersebut

tercantum dalam pasal 1 ayat 3 yang berbunyi sebagai

berikut :

“ Kawasan Tanpa Rokok yang selanjutnya disingkat

KTR adalah ruangan atau area yang dinyatakan sebagai

tempat atau area dilarangnya kegiatan merokok atau

kegiatan memproduksi, menjual, mengiklankan, dan atau

mempromosikan produk tembakau”.

“ Tempat umum adalah Sarana yang diselenggarakan

oleh Pemerintah, swasta atau perorangan, yang

digunakan untuk kegiatan masyarakat. Tempat pelayanan

umum antara lain terminal angkutan umum termasuk

termasuk terminal busway, bandara, stasiun,

pelabuhan, mall, pusat perbelanjaan, pasar serba ada,

pasar tradisional, hotel, restoran, tempat rekreasi

dan sejenisnya.”

4

Peraturan Gubernur DKI Jakarta tersebut juga

telah di sosialisasikan dengan cara mengedarkan

brosur yang menyatakan larangan merokok di tempat

umum seperti restoran, hotel, dan pusat perbelanjaan.

Dalam edaran tersebut dicantumkan perintah untuk

merokok diluar gedung, dan akan memberikan sanksi

kepada penanggung jawab gedung ataupun tempat usaha

yang tidak mematuhi peraturan gubernur ini.

Dalam peraturan tersebut dinyatakan bahwa,

perokok tidak boleh merokok ditempat umum. Para

wisatawan yang ingin menjadikan Indonesia sebagai

daerah tujuan wisata, tidak mungkin akan berkunjung

ke suatu tempat yang memiliki sistem udara yang

tercemar karena polusi dan asap rokok. Dalam

peraturan tersebut juga dijelaskan tentang larangan

merokok di tempat bekerja. Kebiasaan merokok para

karyawan di tempat bekerja dapat menyebabkan

5

kurangnya kinerja karyawan dalam melaksanakan

pekerjaannya.

Adapun peraturan bersama Menteri Kesehatan dan

Menteri Dalam Negri tentang Pedoman Kawasan Tanpa

Rokok Nomor 188/Menkes/PB/I/2011 dan Nomor 7 tahun

2011. Isi peraturan tersebut tercantum dalam pasal 1

ayat 1 dan 2 yang berbunyi sebagai berikut:

1. Kawasan Tanpa Rokok, yang selanjutnya disingkatKTR, adalah ruangan atau area yang dinyatakandilarang untuk kegiatan merokok atau kegiatanmemproduksi, menjual, mengiklankan, dan/ataumempromosikan produk tembakau.

2. Tempat Khusus Untuk Merokok adalah ruangan yangdiperuntukkan khusus untuk kegiatan merokok yangberada di dalam KTR.

Pasal 2 yang menjelaskan tentang pengaturanpelaksanaan KTR bertujuan untuk :

a. memberikan acuan bagi pemerintah daerah dalammenetapkan KTR;

6

b. memberikan pelindungan yang efektif dari bahaya asap rokok;

c. memberikan ruang dan lingkungan yang bersih dan sehat bagi masyarakat; dan

d. melindungi kesehatan masyarakat secara umum dari dampak buruk

merokok baik langsung maupun tidak langsung.

Pasal 3 ayat 1 dan 2 menjelaskan tentang ruang lingkup KTR :

(1) KTR meliputi:

a. fasilitas pelayanan kesehatan;

b. tempat proses belajar mengajar;

c. tempat anak bermain;

d. tempat ibadah;

e. angkutan umum;

f. tempat kerja;

g. tempat umum; dan

h. tempat lainnya yang ditetapkan.

7

(2) Pimpinan atau penanggung jawab tempat-tempat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib menetapkan dan menerapkan KTR.

Restoran salah satu pendukung industri

pariwisata yang paling berkembang saat ini harus

memperhatikan berbagai aspek yang dapat ditimbulkan

dari kebiasaan merokok yang dilakukan para

karyawannya. Hampir seluruh restoran saat ini telah

menerapkan peraturan tentang larangan merokok bagi

para karyawannya pada saat jam kerja berlangsung. Hal

ini dimaksudkan agar konsentrasi dan kinerja karyawan

dapat fokus sehingga dapat bekerja dengan optimal.

Larangan merokok pada saat jam kerja menimbulkan

permasalahan bagi para karyawan yang memiliki

kebiasaan merokok.

Begitupun di Portico Restaurant, muncul beberapa

permasalahan yang timbul dari adanya larangan merokok

8

di tempat kerja. Adalah kurang efektifnya pengggunaan

waktu dalam bekerja karena kebiasaan mencuri-curi

waktu pada saat jam kerja hanya untuk merokok, datang

terlambat karena merokok dahulu di ruang ganti

karyawan atau tempat istirahat bagi para karyawan

sebelum masuk kerja sehingga menyebabkan

keterlambatan kerja yang tinggi di Portico

Restaurant. Kebiasaan mencuri-curi waktu dan datang

terlambat merupakan bagian dari ketidak disiplinan.

Karyawan yang tidak displin akan memberikan kinerja

yang tidak optimal, karena kurangnya konsentrasi

mereka dalam bekerja akibat zat nikotin yang

terkandung dalam rokok bersifat addiktif ( candu ).

Kebiasaan merokok para karyawanpun akan menganggu

kesehatan karyawan itu sendiri, mereka akan lebih

mudah terserang penyakit dari pada mereka yang tidak

merokok, hal itu dapat mempengaruhi absensi mereka di

9

tempat bekerja. Dengan adanya fenomena yang menarik

ini, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul “ PENGARUH KEBIASAAN MEROKOK TERHADAP

KINERJA KARYAWAN DI PORTICO RESTAURAN.”

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Kebiasaan merokok saat ini telah membudaya

dikalangan masyarakat luas, para pelakunya pun sudah

bukan dari kalangan pria saja, tapi juga dari

kalangan wanita. Saat ini para wanita sudah tidak

merasa malu lagi untuk merokok di depan umum begitu

pula ditempat bekerja. Merokok sudah dianggap sebagai

kebutuhan oleh para penikmatnya. Para pecandu rokok

biasanya membawa rokok kemanapun mereka pergi begitu

10

juga pada saat mereka bekerja, sudah tentu mereka

akan merokok ditempat kerja. Para karyawan yang

merokok pada saat jam kerja membawa permasalahan bagi

pihak pimpinan karena sudah ada larangan yang

menyatakan tentang larangan untuk merokok pada saat

jam kerja atau jam operasional. Melihat pernyataan

yang ada, identifikasi masalah yang ditemukan antara

lain :

1. Kurang efektifnya penggunaan waktu dalam bekerja

2. Keterlambatan kerja yang tinggi

3. Kurangnya konsentrasi dalam bekerja

4. Kurangnya higiene dan sanitasi dalam produk

2. Pembatasan Masalah

Dari uraian latar belakang dan identifikasi

masalah, maka penulis membatasi penelitian ini pada

11

pengaruh kebiasaan merokok terhadap kinerja karyawan

di portico restauran, senayan city Jakarta.

3.Perumusan Masalah

Apakah kebiasaan merokok dapat mempengaruhi

kinerja karyawan di kitchen portico restauran ?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui serta mengungkapkan pengaruh kebiasaan

merokok terhadap kinerja karyawan/ti di kitchen

portico restauran.

12

D. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah dalam pembahasan Proyek Akhir

( PA ) ini, maka penulis membagi menjadi lima bab,

dengan maksud agar dalam pembatasan lebih spesifik.

Adapun sistematika pembahasan Proyek Akhir ( PA )

ini adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini melatarbelakangi pembuatan karya

ilmiah ini, penulis menguraikan mengenai

kondisi lingkungan yang terjadi saat ini,

bukan hanya itu saja, di bab ini juga

dijabarkan mengenai identifikasi masalah,

pembatasan masalah, perumusan masalah, dan

tujuan penelitian. Penulis juga ingin

13

memberikan garis besar gambaran mengenai

pembahasan karya tulis ini.

BAB II LANDASAN TEORITIS

Bab ini berisi rokok dan pengaruhnya serta

faktor – faktor yang mempengaruhi kinerja

karyawan . Dari uraian teori yang

dikemukakan dalam bab ini, penulis dapat

membuat kerangka pikir sebagai pedoman

untuk menyelesaikan penelitian karya tulis.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini akan menjelaskan metode secara

keseluruhan yang digunakan dalam penelitian

ini serta unit analisisnya. Prosedur

penarikan sampel turut dicantumkan sebagai

petunjuk mengenai aspek – aspek yang akan

diteliti. Bab ini juga menjelaskan

14

bagaimana data didapatkan, metode yang akan

digunakan untuk menganalisisnya, serta

tempat dan waktu penelitian dilakukan.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi mengenai gambaran umum

mengenai kebiasaan merokok dan perokok

sebagai objek penelitian. Gambaran umum

tersebut akan meliputi profil perokok itu

sendiri, aktivitas yang mereka jalani,

hingga gaya hidup para juru masak perokok.

Kemudian bab ini akan dilanjutkan dengan

pembahasan mendetail dan menyeluruh

mengenai pengaruh kinerja juru masak

terhadap kemampuan bekerjanya.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

15

Bab ini berisi kesimpulan akhir yang

didapatkan melalui analisis yang telah

dilakukan mengenai kebiasaan merokok

terhadap kinerja karyawan di kitchen

portico restauran. Beberapa saran juga

disampaikan sebagai bahan pertimbangan

ataupun penambahan terhadap segala

sesuatunya yang dirasa belum ataupun kurang

baik atau maksimal sehubungan dengan hasil

penelitian ini.

16

BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Tinjauan Pustaka

1. Ruang Lingkup Kebiasaan Merokok

a. Pengertian Kebiasaan Merokok

Sehubungan dengan kebiasaan merokok, secara umum

pengertian merokok adalah menghisap lintingan atau

gulungan tembakau yang digulung atau dibungkus dengan

17

kertas, daun atau kulit jagung, sebesar kelingking

dengan panjang 8- 10 cm, biasanya dihisap seseorang

setelah dibakar ujungnya. Rokok merupakan pabrik

bahan kimia berbahaya.Hanya dengan membakar dan

menghisap sebatang rokok saja dapat diproduksi lebih

dari 4000 jenis bahan kimia,400 diantaranya beracun

dan 40 diantaranya bisa berakumulasi dalam tubuh yang

dapat menyebabkan kanker. Rokok juga termasuk zat

adiktif karena dapat menyebabkan adiksi

( ketagihan )dan dependensi (ketergantungan ) bagi

orang yang menghisapnya.Dengan kata lain, rokok

termasuk golongan NAPZA ( Narkotika, Psikotropika,

Alkohol, dan Zat Adiktif ).

Pengertian kebiasaan menurut Armstrong (1995 )

adalah: “ Membiasakan diri melakukan sesuatu karena

ada bahan, bila ia menghentikan kebiasannya,maka akan

muncul gejala – gejala psikis.” Pengertian perilaku

18

merokok menurut Poerwadarminta (1995 ) adalah: “

Aktivitas menhisap rokok, sedangkan rokok sendiri

adalah gulungan tembakau yangberbalut dengan nipah

atau kertas.”

Menurut Conrad dan Miller seperti dikutip oleh

Sitepoe (2000) pengetian kebiasaan merokok adalah; “

Perilaku yang sudah menjadi habit atau kebiasaan

terhadap aktivitas merokok, bukan karena

ketergantungan terhadap bahan kimia yang berbahaya

pada rokok itu sendiri, dan biasanya kebiasaan ini

dapat dihilangkan.”

Kebiasaan merokok sudah menjadi fenomena gaya

hidup akhir – akhir ini dan cenderung meningkat di

kalangan masyarakat pada umumnya, hal ini menunjukan

bahwa rokok sudah menjadi sesuatu yang sangat penting

bagi masyarakat yang sekaligus mengancam diri mereka

sendiri, mengingat rokok adalah salah satu alasan

19

penyebab kematian terbesar di dunia ( world bank,

1990 ). Sebagai negara berkembang Indonesia termasuk

negara yang memiliki tingkat konsumsi rokok yang

tinggi, seperti yang diungkapkan oleh Johnson

dalam sarafino (1994 ) yaitu, “ Variasi produk dan

rokok di Indonesia telah menyebabkan Indonesia

menjadi salah satu produsen sekaligus konsumen rokok

terbesar di dunia.”

Merokok bukanlah suatu penyakit namun dapat

memicu berbagai jenis penyakit.Sehingga boleh

dikatakan merokok tidaklah menyebabkan kematian,

tetapi penyakit yang ditimbulkan dari kebiasaan

merokok lah yang dapat menyebabkan kematian. Selama

ini,merokok dianggap bisa meningkatkan daya

konsentrasi, sehingga ketika seseorang sedang

mengalami masalah dalam bekerja atau pekerjaannya,

maka dengan merokok ia akan merasa lebih tenang dan

20

berkonsentrasi untuk melakukan pekerjaannya. Padahal,

jika ditinjau lebih mendalam, seseorang dianggap

lebih berkonsentrasi ketika ia sedang merokok

lantaran didalam rokok terdapat bahan – bahan yang

dapat menyebabkan kecanduan. Oleh karena itu, bagi

sebagian orang yang memiliki kebiasaan merokok,

mereka akan merasa kurang bergairah dan tidak dapat

berkonsentrasi jika belum menghisap sebatang rokok,

sebab candu yang ada dalam rokok mulai bereaksi

didalam dirinya.

Seperti yang telah diketahui merokok saat ini

tidak hanya dilakukan oleh para pria dewasa tapi juga

para wanita dewasa bahkan para remaja yang masih

bersekolah pun saat ini terang – terangan mengakui

bahwa mereka adalah perokok aktif.Banyak alasan

mengapa orang merokok, walaupun mereka tahu bahwa

merokok itu berbahaya bagi kesehatan, tetapi tetap

21

saja orang mempunyai seribu alasan untuk merokok Ada

beberapa alasan yamg dikemukakan oleh para ahli untuk

menjawab mengapa seseorang merokok.Setiap individu

mempunyai kebiasaan merokok yang berbeda dan biasanya

disesuaikan dengan tujuan mereka merokok. Pendapat

tersebut diperkuat dengan pernyataan bahwa seseorang

merokok karena faktor sosio cultural seperti

kebiasaan budaya, kelas sosial, gengsi dan tingkat

pendidikan ( Levy, 1984 ).

Menurut Lewin ( Komalasari dan Helmi, 2000)

perilaku merokok merupakan fungsi lingkungan dan

individu.Artinya perilaku merokok selain disebabkan

faktor – faktor dari dalam diri juga disebabkan oleh

lingkungan. Disebutkan juga bahwa merokok pada tahap

awal dilakukan dengan teman – teman (46% ), seorang

anggota keluarga bukan orang tua (23% ), dan orang

tua ( 14% ). Sedangkan menurut Sue Armstrong yang

22

dikutip oleh sihombing ( 2007 ) ada beberapa alasan

mengapa seseorang merokok, antara lain :

1. Mereka benar – benar menikmatinya sewaktu merokok,

mereka bahkan tidak mampu menahan diri meskipun

menyadari bahwa kesehatannya dipertaruhkan untuk

kesenangan tersebut

2. Mereka menjadi ketagihan terhadap nikotin dan bagi

mereka tanpa nikotin hidup akan terasa hampa.

3. Mereka menjadi terbiasa menghisap rokok agar dapat

merasa santai.

Rokok merupakan masalah yang dilematis karena di

satu pihak cukai rokok merupakan salah satu sumber

pendapatan negara.Rokok juga memberikan penghidupan

kepada ribuan tenaga kerja baik sebagai petani maupun

buruh pabrik. Tetapi di pihak lain rokok merupakan

masalah kesehatan yang untuk mengatasinya diperlukan

biaya yang besarnya beberapa kali lipat dari

23

pendapatan yang diperoleh dari cukai rokok. Berbagai

data yang berskala internasional maupun nasional

banyak mengungkap hal ini antara lain publikasi Bank

Dunia menyatakan bahwa 1 diantara 3 orang dewasa atau

sekitar 1,1 milyar orang dewasa adalah perokok.

Merokok telah membunuh 1 diantara 10 orang dewasa di

seluruh dunia.

Organisasi kesehatan sedunia World Health

Organization ( WHO ) tahun 1991 menyatakan bahwa, “

Rokok adalah penyebab kematian tiga juta penduduk

setiap tahunnya.” Dan menetapkan tanggal 31 Mei

sebagai “Hari Tanpa Tembakau Sedunia” ( World No

Tobacco Day’s ), hal ini dilakukan agar kebiasaan

merokok dapat ditinggalkan.

Menurut Sitepoe ( 2000 ) yang mengutip Conrad

dan Miller menyatakan bahwa seseorang akan menjadi

perokok melalui dua dorongan, yaitu:

24

1. Dorongan Psikologis, merokok seperti rangsangan

seksual, sebagai suatu ritual, menunjukkan

kejantanan ( bangga diri ), mengalihkan kecemasan

dan menunjukkan kedewasaan.

2. Dorongan Fisiologis, adanya nikotin yang dapat

mengakibatkan ketagihan ( adiksi ) sehingga ingin

terus merokok.

Faktor – faktor yang mempengaruhi kebiasaan

merokok menurut Hamiad A, antara lain:

1. Pengetahuan, Tembakau bisa meningkatkan

kecerdasan, asalkan pemanfaatannya tidak diperoleh

dengan cara menghisap tembakau. Jika diisap dalam

bentuk rokok, itulah yang menimbulkan masalah

kesehatan, seperti gangguan jantung, pembuluh

darah dan problem kesehatan lainnya.

Permasalahannya ini terletak pada proses

pembakaran yang mengubah tembakau menjadi racun.

25

Rokok adalah benda beracun yang memberi efek

santai dan sugesti merasa lebih jantan, bahaya

yang sangat besar bagi orang yang merokok maupun

orang disekitar perokok yang bukan perokok. Rokok

juga disebut sebagai jendela awal terjadinya

penggunaan narkoba. Akibat kronik yang paling

gawat dari penggunaan nikotin adalah

ketergantungan. Sekali saja seseorang menjadi

perokok, maka ia akan sulit mengakhiri kebiasaan

itu, baik secara fisik maupun psikologis. Nikotin

mempunyai sifat mempengaruhi dopamine otak dengan

proses yang sama seperti zat – zat psikoaktif. Hal

inilah yang tidak diketahui masyarakat pada

umumnya.

2. Jenis Kelamin, Perilaku merokok dinilai dari

berbagai sudut pandang dinilai sangat merugikan,

baik bagi diri sendiri maupun orang lain

26

disekitarnya. Hampir setiap saat dapat disaksikan

dan dijumpai orang yang sedang merokok. Bahkan

saat ini perilaku merokok sudah sangat wajar

dipandang oleh para remaja, khususnya remaja laki

– laki. Akhirnya timbul sebutan “tidak wajar”

ketika pria dewasa tidak merokok dan tanggapan

terhadap perilaku merokok pun bermunculan dari

berbagai perspektif.

Sebagian pihak berpendapatbahwa perilaku merokok

biasa dilakukan oleh siapa saja, bahkan wanita

sekalipun.Perilaku dinilai wajar dan bisa

dilakukan siapa saja, yang tidak dibatasi oleh

jenis kelamin. Sementara itu pihak lain berasumsi

bahwa nilai moral seorang wanita akan luntur

ketika ia merokok. Hal ini yang menjadi titik

berat disini, yakni masih berada pada nilai

27

normatif seorang wanita, khususnya pandangan

budaya Indonesia terhadap wanita.

3. Psikologis, Ada beberapa alasan psikologis yang

menyebabkan seseorang merokok, yaitu demi

relaksasi atau ketenanangan, serta mengurangi

kecemasan atau ketegangan. Pada kebanyakan

perokok, ikatan psikologis dengan rokok,

dikarenakan adanya kebutuhan untuk mengatasi diri

sendiri secara mudah dan efektif. Rokok dibutuhkan

sebagai alat keseimbangan.

2. Tipe –Tipe Perilaku Perokok

Sebelum menjadi perokok, seseorang melalui

beberapa tahapan yang dilaluinya terlebih dahulu.

Levental dan Clearly ( dalam Komalasari dan Helmi

2000 ) mengungkapkan terdapat empat tahap dalam

28

perilaku merokok sehingga seseorang menjadi perokok,

yaitu :

1. Tahap Prepatory, Seseorang mendapatkan gambaran

yang menyenangkan mengenai merokok dengan cara

mendengar, melihat atau dari hasil bacaan. Hal –

hal ini menimbulkan minat untuk merokok.

2. Tahap Initiation, Tahap perintisan merokok yaitu

tahap apakah seseorang akan meneruskan atau tidak

terhadap perilaku merokok.

3. Tahap Becoming a Smoker, Apabila seseorang telah

mengkonsumsi sebanyak empat batang perhari maka ia

mempunyai kecenderungan menjadi perokok.

4. Tahap Maintenance of Smoking, Tahap ini merokok

sudah menjadi salah satu bagian dari cara

pengaturan diri ( self regulating ). Merokok

dilakukan untuk memperoleh efek psikologis yang

menyenangkan.

29

Terdapat berbagai pembagian tipe perilaku

merokok yang dibedakan berdasarkan berbagai aspek.

Mu’tadin ( 2002 ) menggolongkan tipe perilaku merokok

menjadi :

1. Merokok ditempat umum atau ruang public

a. Kelompok homogen ( sama – sama perokok ), secara

berkelompok merekamereka menikmati kebiasaannya.

Umumnya mereka masih menghargai orang lain,

karena itu mereka menempatkan diri di area

merokok.

b. Kelompok Heterogen ( merokok ditengah – tengah

orang lain yang tidak merokok, anak kecil, orang

jompo, orang sakit, dll )

c. Merokok di tempat – tempat yang bersifat pribadi

1) Kantor atau kamar tidur pribadi. Perokok

memilih tempat – tempat seperti ini sebagai

tempat merokok digolongkan kepada individu

30

yang kurang menjaga kebersihan diri, penuh

rasa gelisah yang mencekam.

2) Toilet, Perokok jenis ini digolongkan sebagai

orang yang suka berfantasi.

31

Berdasarkan manajemen terhadap afeksi yang

ditimbulkan rokok Silvan dan Tomkins ( dalam Mu’tadin

2002 ) menyatakan ada empat tipe perilaku perokok,

yaitu:

1. Tipe perokok yang dipengaruhi oleh perasaan

positif

a) Pleasure Relaxation, perilaku merokok hanya menambah

atau meningkatkan kenikmatan yang sudah didapat,

misalnya merokok setelah minum kopi atau makan.

b) Stimulation to Pick Them Up, perilaku merokok

dilakukan hanya untuk sekedar menyenangkan

perasaan

c) Pleasure of Handling the Cigarette, kenikmatan yang

diperoleh dari memegang rokok.

2. Tipe perokok yang dipengaruhi perasaan negatif,

banyak orang yang merokok untuk mengurangi

perasaan negatif yang dirasakannya. Misalnya,

32

merokok bila marah, cemas, gelisah, rokok dianggap

sebagai penyelamat. Mereka menggunakan rokok bila

perasaan tidak enak dengan tujuan menghindari

perasaan yang tidak enak.

3. Tipe perokok yang adiktif, perokok yang sudah

adiksi akan menambah dosis rokok yang digunakan

setiap saat setelah efek dari rokok yang

dihisapnya berkurang.

4. Tipe perokok yang sudah menjadi kebiasaan, mereka

menggunakan rokok sama sekali bukan karena untuk

mengendalikan perasaan mereka, tetapi karena sudah

menjadi kebiasaan.

3. Klasifikasi Perokok

Berdasarkan jumlah rokok yang dihisap dalam

sehari menurut Smet ( 1994 ) tipe perokok yang dapat

33

diklasifikasikanmenurut banyak rokok yang dihisap

menjadi tiga tipe, yaitu :

1. Perokok berat yang menghisap lebih dari 15 batang

rokok dalam sehari.

2. Perokok sedang yang menghisap 5 – 14 batang rokok

dalam sehari.

3. Perokok ringan yang menghisap 1 – 4 batang rokok

setiap hari.

Menurut Sitepoe ( 1997, p.11 ), merokok

dibedakan menjadi:

1. Tidak Merokok, yaitu selama hidupnya tidak pernah

merokok.

2. Merokok Ringan, yaitu merokok tidak setiap hari.

3. Merokok Sedang, yaitu merokok setiap hari dalam

jumlah yang kecil.

4. Merokok Berat,yaitu merokok lebih dari satu

bungkus setiap hari.

34

5. Berhenti Merokok, Tadinya perokok kemudian

berhenti dan tidak pernah merokok lagi.

4. Sebab – Sebab Merokok

Menurut Mu’tadin ( 2002 ) sebab – sebab seorang

merokok adalah:

1. Pengaruh Orang Tua, dimana mereka berasal dari

keluarga yang tidak bahagia yang tidak mendapatkan

perhatian dari orang tuanya dan memeberikan

hukuman fisik. Dan orang tua menjadi figur contoh

yang paling kuat terhadap anak – anaknya, jika

orang tua adalah perokok berat, maka ank – anaknya

akan mungkin sekali mencontohnya

2. Pengaruh Teman, Berbagai sumber mengungkapkan

bahwa semakin banyak karyawan merokok maka semakin

35

besar kemungkinan teman – temannya adalah perokok

juga.

3. Faktor Kepribadian, dimana mereka merokok hanya

karena alasan ingin tahu atau ingin membebaskan

diri dari kebosanan.

4. Pengaruh Iklan, Melihat iklan di berbagai media

massa dan elektronik yang menampilkan gambaran

bahwa perokok adalah lambang kejantanan atau

glamour, membuat orang seringkali terpicu untuk

mengikuti perilaku tersebut.

5. Pengaruh Film, Adegan merokok dalam sebuah film

dapat membuat orang yang melihatnya ingin mencoba

menghisap rokok yang dihisap oleh sang aktor yang

menurutnya adalah sesuatu yang keren.

Pendapat lain dikemukakan oleh Hansen, ( Sarafino,

1994 ) mengenai faktor – faktor yang mempengaruhi

kebiasaan merokok, yaitu :

36

1. Faktor Biologis, Banyak penelitian yang

menunjukkan bahwa nikotin yang terkandung dalam

rokok adalah salah satu bahan kimia yang

berperan penting pada ketergantungan merokok.

Pendapat ini didukung Aditama ( 1992 ) yang

mengatakan nikotin dalam darah perokok cukup

tinggi.

2. Faktor Psikologis, Merokok bisa berarti untuk

meningkatkan konsentrasi, menghalau rasa kantuk,

mengakrabkan suasana sehingga timbul rasa

persaudaraan, juga dapat memberikan kesan modern

dan berwibawa, sehingga bagi individu yang

sering bergaul dengan orang lain, perilaku

merokok sulit dihindari.

3. Faktor Lingkungan Sosial, Lingkungan sosial

sangat berpengaruh terhadap sikap, kepercayaan,

dan perhatian individu terhadap perokok.

37

Seseorang akan berperilaku merokokdengan

memeperhatikan lingkungan sosialnya.

4. Faktor Demografis,faktor ini meliputi umur dan

jenis kelamin. Orang yang merokok pada usia

dewasa semakin banyak ( Smet, 1994 ) akan tetapi

pengaruh jenis kelamin pada zaman sekarang sudah

tidak terlalu berpengaruh karena baik pria

maupun wanita sekarang sudah merokok.

5. Faktor Sosial – Kultural, kebiasaan budaya,

kelas sosial, tingkat pendidikan, penghasilan

dan gengsi pekerjaan akan mempengaruhi perilaku

merokok pada individu ( Smet, 1994 ).

6. Faktor Sosial Politik, Menambahkan kesadaran

umum berakibat pada langkah – langkah politik

yang bersifat melindungi bagi orang – orang yang

tidak merokok dan usaha melancarkan kampanye –

kampanye untuk mengurangi perilaku merokok.

38

Merokok menjadi masalah yang bertambah besar di

negara – negara berkembang seperti Indonesia

( Smet, 1994 ).

5. Motif Perilaku Merokok

Menurut Lavental dan Clearly ( dalam Oskamp,

1984 ), ada dua motif utama seseorang merokok,

yaitu :

1. Faktor Psikologis

Pada umumnya faktor – faktor tersebut dibagi

kedalam lima bagian yaitu :

a. Kebiasaan, perilaku merokok sudah menjadi

kebiasaan yang harus tetap dilakukan tanpa

adanya motif negatif tanpa tujuan tertentu.

b. Reaksi emosi yang positif, merokok digunakan

untuk menghasilkan emosi yang positif seperti

rasa senang, relaksasi, dan kenikmatan rasa.

39

Merokok juga dpat menunjukkan kejantanan

( kebanggan diri ) dan menunjukkan kedewasaan.

c. Reaksi untuk penurunan emosi, merokok dilakukan

untuk mengurangi rasa tegang, kecemasan biasa,

ataupun kecemasan yang timbul karena adanya

interaksi dengan orang lain.

d. Alasan sosial, Merokok dilakukan untuk mengikuti

kebiasaan kelompok ( umumnya pada remaja dan

anak- anak ).

e. Kecabduan atau ketagihan, seseorang merokok

karena mengaku telah mengalami kecanduan.

Kecanduan terjadi karena adanya nikotin yang

terkandung dalam rokok, nikotin sendri bersifat

adiktif ( candu ).

2. Faktor Biologis

40

Faktor ini menekankan pada kandungan nikotin

yang ada didalam rokok yang dapat membuat seseorang

menjadi ketergantungan terhadap rokok secara

biologis.

Selain motif – motif diatas, seseorang juga

dapat merokok dengan alasan untuk mengatsi stress

( coping ) ( Wills, dalam Sarafino, 1994 ). Sebuah

studi menemukan jumlah rokok yang dikonsumsi oleh

seseorang berkaitan dengan stress yang mereka alami,

semakin tinggi tingkat stress yang dialami maka akan

semakin banyak jumlah rokok yang mereka konsumsi.

3. Dampak Perilaku Merokok

Odgen ( 2000 ) membagi dampak perilaku merokok

menjadi dua, yaitu :

1. Dampak Positif

Merokok menimbulkan dampak positif yang sangat

sedikit bagi kesehatan. Graham ( dalam

41

Odgen,2000 ) menyatakan bahwa perokok dapat

menghasilkan keadaan – keadaan yang sulit. Smet

(1994 ) menyebutkan bahwa keuntungan merokok

( terutama bagi perokok ) yaitu mengurangi

ketegangan, membantu berkonsentrasi, dukungan

sosial dan menyenangkan.

2. Dampak Negatif

Merokok dapat menimbulkan berbagai dampak

negatif yang sangat banyak yang berpengaruh bagi

kesehatan ( Odgen , 2000 ). Merokok dapat memicu

berbagai jenis penyakit seperti : penyakit

kardiovaskular, neoplasma ( kanker ), saluran

pernafasan, peningkatan tekanan darah,

memperpendek umur,penurunan vertilitas

( kesuburan ) dan nafsu seksual, kerusakan paru,

osteoporosis, tukak lambung, diskolori jari –

jari, sakit maag, gondok,gangguan pembuluh

42

darah, penghambat pengeluaran air seni, katarak,

kulit menjadi kering,pucat dan keriput, serta

polusi udara dalam ruangan ( sehingga terjadi

iritasi mata, hidung, dan tenggorokan )

b. Kinerja Karyawan

1. Pengertian Kinerja

Menurut Anwar Prabu Mangkunegara ( 2006, p.67 ),

kinerja diartikan sebagai “ Hasil kerja secara

kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang

pegawai dalam melaksanakn tugasnya sesuai dengan

tanggung jawab yang diberikan kepadanya.” Sedangkan

menurut Nawawi.H.Hadari, yang dimaksud dengan kinerja

adalah “ Hasil dari pelaksanaan suatu pekerjaan, baik

yang bersifat fisik / mental maupun non fisik / non

mental.”

Sementara itu menurut Bernaden dan Russel,

sebagaimana dikutip oleh Gomes dan Faustino Cardoso

43

( 2000 ). Kinerja diartikan sebagai “ Catatan outcome

yang dihasilkan dari fungsi sutau pekerjaan tertentu

atau kegiatan karyawan selama suatu periode waktu

tertentu.” Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

( 2002, p.570 ) kinerja adalah sesuatu yang dicapai,

prestasi yang diperlihatkan, kemampuan kerja.

Penilaian kinerja ( prestasi kerja ) menurut

Gomes ( 2003, p.142 ), dapat dilakukan berdasarkan

deskripsi perilaku yang spesifik, yaitu :

1.Quantity of work, jumlah pekerjaan yang dilakukan

dalam suatu periode waktu yang ditentukan.

2.Quality of work, kualitas kerja yang dicapai

berdasrakan syarat – syarat kesesuaian dan

kesiapannya.

3. Job Knowledge, luasnya pengetahuan mengenai

pekerjaan dan keterampilan.

44

4. Creativeness, keaslian gagasan - gagasan yang

dimunculkan dan tindakan - tindakan untuk

menyelesaikan persoalan – persoalan yang timbul.

5. Cooperation, kesediaan untuk bekerja sama dengan

orang lain.

6.Dependability, kesadaran dan dapat dipercaya dalam hal

kehadiran dan penyelesaian pekerjaan

7. Initiative, semangat untuk melaksanakan tugas – tugas

baru dana dalam memperbesar tanggung jawabnya.

8. Personal Qualities,menyangkut kepribadian, keramah –

tamahan dan integritas pribadi.

Untuk mengukur kinerja, dapat digunakan beberapa

ukuran kinerja. Beberapa ukuran kinerja meliputi ;

kuantitas kerja, kualitas kerja, pengetahuan tentang

pekerjaan, kemampuan mengemukakan pendapat,

pengambilan keputusan, perencanaan kerja dan daerah

organisasi kerja.

45

2. Pengertian Karyawan

Menurut Istijanto OEI, M. M., M. Comm ( 2010 : 7

), karyawan atau sumber daya manusia ( SDM ) adalah

“satu – satunya aset perusahaan yang bernapas atau

hidup disamping aset –aset perusahaan lain yang tidak

hidup atau bersifat kebendaan, seperti modal,

bangunan gedung, mesin, peralatan kantor, persediaan

barang, dsb.” Sedangkan menurut Charles R.Greer

( 2000 : 8 ), Sumber daya manusia atau biasa

disingkat menjadi SDM adalah “potensi yang terkandung

dalam diri manusia untuk mewujudkan perannya sebagai

makhluk sosial yang adaptif dan transformatif yang

mampu mengelola dirinya sendiri serta seluruh potensi

yang terkandung di alam menuju tercapainya

kesejahteraan kehidupan dalam tatanan yang seimbang

dan berkelanjutan. Dalam pengertian praktis sehari –

46

hari, SDM lebih dimengerti sebagai bagian integral

dari sistem yang membentuk suatu organisasi.”

Karyawan adalah seseorang yang ditugaskan

sebagai pekerja dari sebuah perusahaan untuk

melakukan operasional perusahaan dan dia bekerja

untuk digaji. Berhubungan dengan karyawan pasti

takkan lepas dari kinerja karyawan, untuk lebih

jelasnya tentang karyawan bisa dilihat sebagai

berikut :

Dalam buku yang berjudul : “Manajemen Sumber

Daya manusia” ( 1995 – 327 ), menurut Henry Simamora

kinerja karyawan adalah tingkat terhadap mana para

karyawan mencapai persyaratan – persyaratan

pekerjaan. Yang dimaksud dengan sistem penilaian

kerja ialah proses yang mengukur kinerja karyawan.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi penilaian kerja

karyawan adalah :

47

1. Karakteristik situasi

2. Deskripsi pekerjaan, spesifikasi pekerjaan dan

standar kinerja pekerjaan.

3. Tujuan – tujuan penilaian kinerja

4. Sikap para karyawan dan manajer terhadap evaluasi

kerja karyawan.

3. Pengertian Kinerja Karyawan

Penilaian kinerja karyawan atau dikenal dengan

istilah “Performance Appraisal”, menurut pendapat

Leon C Megginson, sebagaimana dikutip Anwar Prabu

Mangkunegara tahun 2005 adalah “Suatu proses yang

digunakan majikan untuk menentukan apakah seorang

pegawai melakukan pekerjaannya sesuai dengan yang

dimaksudkan.”

48

Mangkunegara ( 2005 : 9 ) menyatakan bahwa

“Kinerja karyawan merupakan istilah yang berasal dari

job performance atau actual performance ( prestasi

kerja atau prestasi atau prestasi sesungguhnya yang

dicapai seseorang ).” Definisi kerja karyawan yang

dikemukakan Kusriyanto dalam Mangkunegara ( 2005 :

9 ) adalah “Perbandingan hasil yang dicapai dengan

peran sertatenaga kerja persatuan waktu ( lazimnya

perjam )." Selanjutnya, definisi kinerja karyawan

menurut Mangkunegara ( 2000 ) adalah “Hasil kerja

secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh

seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai

dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.”

4. Faktor – Faktorkinerja Karyawan

49

Selain itu, oleh Sulistiyani, Ambar Teguh dan

Rosidah (2003) mengemukakan juga beberapa faktor yang

menentukan kinerja seseorang.

Ada beberapa faktor yang menentukan besar

kecilnya kinerja seseorang atau instansi antara

lain :

1. Knowledege,yaitu sesuatu yang mendasari pencapaian

kinerja. Pengetahuan adalah akumulasi hasil proses

pendidikan baik yang diperoleh secara formal

maupun non formal yang memberikan kontribusi pada

seseorang di dalam pemecahan masalah, daya cipta,

termasuk dalam melakukan atau menyelesaikan

pekerjaan.

2. Skills,kemampuan dan penguasaan teknis operasional

mengenai bidang tertentu yang bersifat kekaryaan.

Keterampilan diperoleh melalui proses belajar dan

berlatih. Kemampuan terbentuk dari sejumlah

50

kompetensi yang miliki seorang pegawai.

Pengetahuan dan keterampilan termasuk faktor

pembentuk kemampuan.

3. Abilities,perilaku yang merupakan kebiasaan yang

sistematis yang positif dalam hubungannya dengan

sikap kerja seseorang makaakan menguntungkan.

4. Attitude,sikap yang merupakan kebiasaan yang

terpolakan jika memiliki implikasi yang positif

dalam hubungannya dengan perilaku kerja seseorang

maka akan menguntungkan.

5. Behaviors(pengetahuan, keterampilan, kemampuan,

sikap dan perilaku.

5. Tujuan Dan Kegunaan Penilaian Kinerja Karyawan

Menurut Mangkunegara ( 2005:10 )”Tujuan evaluasi

kinerja adalah untuk memperbaiki atau meningkatkan

kinerja organisasi melalui peningkatan kinerja

51

karyawan.” Secara lebih spesifik tujuan dari evaluasi

kinerja sebagaimana dikemukakan Suryoto dalam

Mangkunegara ( 2005 : 10 )adalah :

1. Meningkatkan saling pengetian antara karyawan

tebtabg persyaratan kinerja.

2. Mencatat dan mengakui hasil kerja seorang

karyawan, sehingga mereka termotivasi untuk

berbuat yang lebih baik, atau sekurang – kurangnya

berprestasi sama dengan prestasi yang terdahulu.

3. Memberikan peluang kepada karyawan untuk

mendiskuaikan keinginan dan aspirasinya serta

meningkatkan kepedulian terhadap karier atau

terhadap pekerjaan yang diembannya sekarang.

4. Mendefinisikan atau merumuskan kembali sasaran

masa depan, sehingga karyawan termotivasi untuk

berprestasi sesuai dengan potensisnya.

52

5. Memeriksa rencana pelaksanaan dan pengembangan

yang sesuai dengan kebutuhan pelatihan,

khusurencana diklat dan kemudian menyetujui

rencana itu jika tidakada hal – hal yang perlu

diubah.

Kegunaan penilaian kinerja karyawan yang

dirumuskan oleh Mangkunegara ( 2005 : 11 ),

antara lain :

1. Sebagai dasar dalam pengambilan keputusan yang

digunakan untuk prestasi, pemberhentian dan

besarnya balas jasa.

2. Untuk mengukur sejauh mana seorang karyawan dapat

menyelesaikan pekerjaannya.

3. Sebagai dasar untuk mengevaluasi efektivitas

seluruh kegiatan dalam perusahaan.

4. Sebagai dasar untuk mengevaluasi program pelatihan

dan keefektifan jadwal kerja, metode kerja,

53

struktur organisasi, gaya pengawasan, kondisi

kerja dan pengawasan.

5. Sebagai indikator untuk menentukan kebutuhan akan

pelatihan bagi karyawan yang berada dalam

organisasi.

6. Sebagai indikator untuk menentukan motivasi kerja

karyawan sehingga dicapai performance yang baik.

7. Sebagai alat untuk dapat melihat kekurangan atau

kelemahan dan meningkatkan kemampuan karyawan.

8. Sebagai kriteria untuk menentukan seleksi dan

penempatan karyawan.

9. Sebagai alat untuk memperbaikiatau mengembangkan

kecakapan karyawan.

10. Sebagai dasar untuk memperbaiki atau

mengembangkan uraian tugas ( Job Description ).

54

6. Faktor – faktor yang mempengaruhi kinerja

karyawan.

Faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja

adalah faktor kemampuan (ability ) dan faktor motivasi

( motivation ). Hal ini sesuai dengan pendapat Davis

dalam Mangkunegara ( 2005 ) yang merumuskan bahwa :

Human performance = ability x

motivation

Motivation = attitude x

situation

Ability = knowledge x

skill

1. Kemampuan ( Ability ), secara psikologis kemampuan (

ability ) terdiri dari kemampuan potensi ( IQ ) dan

kemampuan reality ( knowledge + skill ). Artinya,

pimpinan dan karyawan memiliki IQ diatas rata –

rata ( IQ 110 – 120 ) apalagi IQ superior, very

55

superior, gifted dan genius dengan pendidikan yang

memadai untuk jabatannya dan terampil dalam

mengerjakan pekerjaan sehari – hari, maka akan

lebih mudah mencapai kinerja maksimal.

Motivasi ( Motivation). Motivasi diartikan sebagai

suatu sikap ( attitude) pimpinan dan karyawan

terhadap situasi kerja dilingkungan organisasinya.

Mereka yang bersikap positif terhadap situasi

kerjanya akan menunjukkan motivasi kerja yang

tinggi dan sebaliknya jika mereka bersikap

negative terhadap situasi kerjanya akan

menunjukkan motivasi kerja yang rendah. Situasi

kerja yang dimaksud mencakup antara lain hubungan

kerja, fasilitas kerja, iklim kerja, kebijakan

pimpinan, pola kepemimpinan kerja dan kondisi

kerja (Davis dalam Mangkunegara, 2005 : 67 ).

56

2)   Prestasi kerja

Prestasi kerja adalah kinerja yang dicapai oleh

seseorang tenaga kerja dalam melaksanakan tugas dan

pekerjaan yang diberikan kepadanya. Pada umumya kerja

seseorang tenga kerja antara lain dipengaruhi oleh

kecakapan, keterampilan, pengalaman, dan kesungguhan

tenaga kerja yang bersangkutan.

3)   Tanggung jawab.

Tanggung jawab adalah kesanggupan seseorang

tenaga kerja dalam menyelesaikan tugas dan pekerjaan

yang diserahkan kepadanya dengan sebaik-baiknya dan

tepat waktu serta berani Menurut Timple dalam

Mangkunegara (2005:hal.67).

Faktor-faktor kinerja terdiri dari faktor

internal dan eksternal, yaitu :

1. Faktor internal (disposisional) yaitu faktor yang

dihubungkan dengan sifat-sifat seseorang.

57

Misalnya, kinerja seseorang baik disebabkan karena

mempunyai kemampuan tinggi dan seseorang itu tipe

pekerja keras, sedangkan seseorang mempunyai

kinerja jelek disebabkan orang tersebut mempunyai

kemampuan rendah dan orang tersebut tidak memiliki

upaya-upaya untuk memperbaiki kemampuannya.

2. Faktor eksternal yaitu faktor-faktor yang

mempengaruhi kinerja seseorang yang berasal dari

lingkungan. Seperti perilaku, sikap, dan tindakan-

tindakan rekan kerja, bawahan atau pimpinan,

fasilitas kerja, dan iklim organisasi. Faktor

internal dan eksternal ini merupakan jenis-jenis

atribusi yang mempengaruhi kinerja seseorang.

Jenis-jenis atribusi yang dibuat para karyawan

memiliki sejumlah akibat psikologis dan

berdasarkan kepada tindakan.”

58

7. Metode Penilaian Kinerja Karyawan

Menurut Notoatmodjo (2009:136) ”Metode penilaian

prestasi kerja pada umumnya dikelompokkan menjadi 2

macam, yakni penilaian yang berorientasi waktu yang

lalu, dan metode penilaian yang berorientasi pada

waktu yang akan datang.”

1) Metode penilaian Kinerja Berorientasi Waktu Lalu

Penilaian prestasi kerja pada umumnya berorientasi

pada masa lalu, artinya penilaian prestasi kerja

seseorang karyawan itu dinilai berdasarkan hasil

yang telah dicapai oleh karyawan selama ini.

Teknik-teknik penilaian ini antara lain mencakup :

a. Rating Scale. Dalam hal ini penilaian secara

subjektif terhadap prestasi kerja karyawan

dengan skala tertentu dari yang terendah sampai

59

dengan tertinggi. Penilaian memberikan tanda

pada skala yang sudah ada tersebut dengan cara

membandingkan antara hasil pekerjaan karyawan

dengan kriteria yang telah ditentukan tersebut

berdasarkan justifikasi penilai yang

bersangkutan.

b. Cheklist. Dalam metode cheklist penilai hanya memilih

pernyataan-pernyataan yang sudah tersedia, yang

menggambarkan prestasi kerja dan karakteristik-

karakteristik karyawan (yang dinilai). Cara ini

dapat memberikan gambaran prestasi kerja yang

akurat, apabila pernyataan-pernyataan dalam

instrument penilaian itu disusun secara cermat,

dan diuji terlebih dahulu tentang validitas dan

reliabilitasnya.

c. Metode Peristiwa Kritis. Metode penilaian ini

didasarkan kepada catatan-catatan dari pimpinan

60

atau penilai karyawan yang bersangkutan.

Pimpinan membuat catatan-catatan tentang

pekerjaan atau tugas-tugas dari karyawan yang

akan dinilai. Catatan-catatan itu tidak hanya

mencakup hal yang negatif tentang pelaksanaan

tugas saja, tetapi juga hal-hal positif.

Kemudian berdasarkan catatan-catatan peristiwa

kritis tersebut penilai atau pimpinan membuat

penilaian terhadap karyawan yang bersangkutan.

d. Metode Peninjauan Lapangan. Metode penilaian

dilakukan dengan cara para penilai atau pimpinan

melakukan terjun langsung ke lapangan untuk

menilai prestasi kerja karyawan. Hal ini dapat

dilakukan, pertama : bersamaan dengan kegiatan

supervisi. Dalam melakukan supervisi, para

penilai atau pimpinan dapat melakukan penilaian

terhadap kerja para karyawan. Sedangkan cara

61

kedua, dengan sengaja dan terencana para penilai

mendatangi tempat kerja para karyawan untuk

melakukan penilaian prestasi kerja yang

bersangkutan.

e. Tes Prestasi Kerja. Metode penilaian ini

dilakukan dengan mengadakan tes tertulis kepada

karyawan yang akan dinilai. Karena apa yang

ditanyakan (tes) dan jawaban dari karyawan ini

dalam bentuk tertulis, dan tidak mencerminkan

langsung prestasi seseorang, maka metode ini

termasuk penilaian prestasi kerja secara tidak

langsung.

2) Metode Penilaian Kinerja Berorientasi Waktu Yang

Akan Datang

Metode penilaian prestasi kerja (kinerja) yang

berorientasi waktu yang akan datang, memusatkan

prestasi kerja karyawan saat ini serta penetapan

62

sasaran prestasi kerja di masa yang akan datang.

Teknik-teknik yang dapat digunakan antara lain,

sebagai berikut :

a) Penilaian Diri (Self Apparsials)

Metode penilaian ini menekankan bahwa penilaian

prestasi kerja karyawan dinilai oleh karyawan

itu sendiri.Tujuan penilaian ini adalah untuk

pengembangan diri karyawan dalam rangka

pengembangan organisasi.

b) Pendekatan Management By Objective (MBO)

Metode penilaian ini ditentukan bersama-sama

antara penilai atau pimpinan dengan karyawan

yang akan dinilai. Mereka bersama-sama

menentukan tujuan-tujuan atau sasaran-sasaran

pelaksanaan kerja di waktu yang akan datang

kemudian dengan menggunakan sasaran tersebut

63

penilaian prestasi kerja dilakukan secara

bersama-sama.

c) Penilaian Psikologis

Metode penilaian dilakukan dengan mengadakan

wawancara mendalam, diskusi atau tes-tes

psikologi terhadap karyawan yang akan dinilai.

Aspek-aspek yang dinilai antara lain ,

intelektual, emosi, motivasi, dan sebagainya

dari karyawan yang bersangkutan.

d) Teknik Pusat Penilaian

Dalam suatu organisasi yang sudah maju,

terdapat suatu pusat atau unit penilaian

karyawan. Pusat ini mengembangkan sistem

penilaian yang baku yang digunakan untuk

menilai para karyawannya. Hasil penilaian pusat

atau unit ini sangat bermanfaat untuk

64

mengidentifikasi kemampuan manajemen di waktu-

waktu yang akan datang.. Evaluasi Kinerja SDM.

Evaluasi kinerja atau penilaian prestasi kerja

karyawan yang dikemukakan Mangginson dalam

Mangkunegara (2005:9-10) adalah ”Suatu proses yang

digunakan pimpinan untuk menentukan apakah seorang

karyawan melakukan pekerjaannya sesuai dengan tugas

dan tanggung jawabnya.”

Selanjutnya oleh Sikula dalam Mangkunegara

(2005:10) mengemukakan bahwa ”Penilaian pegawai

merupakan evaluasi yang sistematis dari pekerjaan

pegawai dan potensi yang dapat dikembangkan.

Penilaian dalam proses penafsiran atau penentuan

nilai, kualitas atau status dari beberapa obyek orang

ataupun sesuatu (barang).”

Dari beberapa pendapat ahli tersebut maka dapat

disimpulkan bahwa evaluasi kinerja adalah penilaian

65

yang dilakukan secara sistematis untuk mengetahui

hasil pekerjaan karyawan dan kinerja organisasi.Di

samping itu, juga untuk menentukan kebutuhan

pelatihan kerja secara tepat, memberikan tanggung

jawab yang sesuai kepada karyawan sehingga dapat

melaksanakan pekerjaan yang lebih baik di masa

mendatang dan sebagai dasar untuk menentukan

kebijakan dalam hal promosi jabatan atau penentuan

imbalan.

8. Aspek – Aspek Standar Kinerja Karyawan

Sastrohadiwiryo (2001:235-236) memberikan uraian

terhadap unsur-unsur yang harus dinilai dalam

memberikan penilaian terhadap kinerja karyawan, yaitu

:

1) Kesetiaan

66

Kesetiaan yang dimaksaudkan adalah tekad dan

kesanggupan menaati, melaksanaka, dan mengamalkan

sesuatu yang ditaati dengan penuh kesadaran dan

tanggung jawab tekad dan kesanggupan tersebut

harus dibuktikan dengan skap dan perilaku tenaga

kerja yang bersangkutan dalam kegiatan sehari-hari

serta dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan yang

diberikan kepadanya.Kesetiaan tenaga kerja

terhadap perusahaan sangat berhubungan dengan

pengabdiannya.Pengabdian yang dimaksud adalah

sumbangan pikiran dan tenaga yang ikhlas dengan

mengutamakan kepentingan publik di atas

kepentingan pribadi.

2) Ketaatan

Ketaatan adalah kesanggupan seseorang tenaga kerja

untuk menaati segala ketetapan, peraturan

perundaang-undangan dan peraturan yang berlaku,

67

menaati perintah kedinasan yang diberikan atasan

yang berwenang, serta kesanggupan untuk tidak

melanggar larangan yang telah ditetapkan

perusahaan maupun pemerintah, baik secara tertulis

maupun tak tertulis.

3) Kejujuran

Kejujuran adalah ketulusan hati seseorang tenaga

kerja dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan serta

mampu untuk tidak menyalah-gunakan wewenang yang

telah diberikan kepadanya.

4)   Kerjasama

Kerjasama adalah kemampuan seorang tenaga kerja

untuk bekerja bersama-sama dengan orang lain dalam

menyelesaikan suatu tugas dan pekerjaan yang telah

ditetapkan, sehingga mencapai daya guna dan hasil

guna yang sebesar-besarnya.

4) Prakarsa

68

Prakarsa adalah kemampuan seorang tenaga kerja

untuk mengambil keputusan, langkah-langkah atau

melaksanakan sesuatu tindakan yang diperlukan

dalam melaksanakan tugas pokok tanpa menunggu

perintah dan bimbingan dari manajemen lininya.

5) Kepemimpinan

Kepemimpinan adalah kemampuan yang dimiliki

seorang tenaga kerja untuk meyakinkan orang lain

(tenaga kerja lain) sehingga dapat dikerahkan

secara maksimum untuk melaksanakan tugas pokok.

Penilaian unsur kepemimpinan bagi tenaga kerja

sebenarnya khusus diperuntukkan bagi tenaga kerja

yang memiliki jabatan seluruh hierarki dalam

perusahaan.

Aspek – Aspek Kinerja

69

Hasibuan (2002:95-96) mengemukakan bahwa “Aspek-

aspek yang dinilai kinerja mencakup kesetiaan, hasil

kerja, kejujuran, kedisiplinan, kreativitas,

kerjasama, kepemimpinan, kepribadian, prakarsa,

kecakapan dan tanggung jawab.”

Sedangkan Umar dalam Mangkunegara (2005:18)

membagi aspek-aspek kinerja sebagai berikut, “Mutu

pekerjaan, kejujuran karyawan, inisiatif, kehadiran,

sikap, kerjasama, keandalan, pengetahuan tentang

pekerjaan, tanggung jawab, dan pemanfaatan waktu

kerja.”

Oleh Mangkunegara (2005:18) mengemukakan bahwa

“Aspek-aspek standar pekerjaan terdiri dari aspek

kuantitatif dan aspek kualitatif.”

1. Aspek Kuantitatif meliputi hal-hal seperti proses

kerja dan kondisi pekerjaan, waktu yang

dipergunakan atau lamanya melaksanakan pekerjaan,

70

jumlah kesalahan dalam melaksankaan pekerjaan,

jumlah dan jenis pemberian pelayanan dalam

bekerja.

Aspek Kualitatif meliputi ketetapan kerja dan

kualitas pekerjaan, tingkat kemampuan dalam

bekerja, kemampuan menganalisis data/informasi,

kemampuan atau kegagalan mengunakan mesin atau

peralatan, dan kemamp

C.Restoran

I. Pengertian Restoran 

Ada beberapa definisi mengenai pengertian

restoran menurut beberapa ahli yaitu :

a)   Menurut Marsum

71

“Suatu tempat atau bangunan yang diorganisasi

secara komersial, yang menyelenggarakan pelayanan

dengan baik kepada semua tamunya baik berupa makan

maupun minum”. (Restoran dan Segala

Permasalahannya, hal. 7)

b)   Menurut Ir. Endar Sugiarto, MM & Sri

Sulartiningrum, SE,

Restoran adalah suatu tempat yang identik dengan

jajaran meja – meja yang tersusun rapi, dengan

kehadiran orang, timbulnya aroma semerbak dari

dapur dan pelayanan para pramusaji, berdentingnya

bunyi – bunyian kecil karena persentuhan gelas –

gelas kaca, porselin, menyebabkan suasana hidup di

dalamnya” (Pengantar Akomodasi dan Restoran, hal.

77)

c) Menurut Suarthana (2006 : 23) restoran adalah:

”tempat usaha yang komersial yang ruang lingkup

72

kegiatannya menyediakan pelayanan makanan dan

minuman untuk umum di tempat usahanya”.

d) Menurut Sihite (2000 : 16) restoran adalah: “suatu

tempat dimana seseorang yang datang menjadi tamu

yang akan mendapatkan pelayanan untuk menikmati

makanan, baik pagi, siang, ataupun malam sesuai

dengan jam bukanya dan oleh tamu yang menikmati

hidangan itu harus membayar sesuai dengan harga

yang ditentukan sesuai daftar yang disediakan di

restoran itu”.

e) Menurut Agusnawar (2000:15) restaurant adalah

“bagian dari suatu hotel yang ruang lingkup

kegiatannya menyediakan hidangan dan minuman untuk

para tamu yang menginap dan untuk umum”.

f) Menurut Keputusan Menparpostel

No.KM.95/KH.103/MPPT-87 Restaurant adalah :Salah

73

satu jenis usaha jasa pangan yang bertempat di

sebagian atau seluruh bangunan yang permanen,

dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan untuk

proses pembuatan, penyimpanan, penyajian dan

penjualan makanan dan minuman bagi umum di tempat

usahanya, dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan

dalam keputusan ini.

Dari bebera pendapat para ahli yang menyebutkan

pengertian tentang pengertian restoran, penulis

menyimpulkan, restoran adalah “suatu tempat bangun

ruang secara komersial, yang menyelenggarakan

pelayanan dengan baik kepada semua tamunya baik

berupa makan maupun minuman.

II. Klasifikasi Restoran

74

Menurut Soekresno ( 2000 ), dilihat dari

pengelolaan dan sistem penyajian, restoran dapat

diklasifikasikan menjadi 3 ( tiga ) yaitu :

1)   Restoran Formal

Pengertian restoran formal adalah industri jasa

pelayanan makanan dan minuman yang dikelola secara

komersial dan professional dengan pelayanan yang

eksklusif.  Contoh : member restoran, Gourmet,

Main dining room, Grilled Restoran, exsekutive

restoran dan sebagainya.

Ciri – ciri restoran formal :

a)   Penerimaan pelanggan dengan sistim pemesanan

tempat terlebih dahulu

b)   Para pelanggan terikat menggunakan pakaian resmi

c)   Menu pilihan yang disediakan adalah menu klasik

atau menu Eropa popular

75

d)  Sistem penyajian yang dipakai adalah Russian

service atau French service atau modifikasi dari

kedua table service tersebut

e) Di sediakan ruangan untuk cocktail selain ruangan

jamuan makan digunakan sebagai tempat untuk minum

yang berakohol sebelum santap malam

f)  Di buka untuk pelayanan makan malam atau makan

siang atau makan malam dan makan siang dan tidak

di buka untuk makan pagi

g)  Menyediakan berbagai merek minuman bar secara

lengkap khususnya wine and champagne dari beberapa

Negara penghasil wine di dunia

h)  Menyediakan hiburan musik hidup dan tempat untuk

melantai           dengan suasana romantis dan

exclusive

76

i).  Harga makanan dan minuman relatife tinggi

disbanding harga            makanan dan minuman di

restoran informal

j).  Penataan bangku dan kursi memiliki area service

yang lebih luas untuk dapat di lewati gueridon

k). Tenaga relatife banyak dengan standar kebutuhan

pramusaji untuk melayani 4 – 8 pelanggan

2).  Restoran Informal

  Restoran informal adalah  industri jasa

pelayanana makanan dan minuman yang dikelola secara

komersial dan professional dengan lebih mengutamakan

kecepatan pelayanan, kepraktisan, dan percepatan

frekuensi yang silih berganti pelanggan. Contoh :

café, cafeteria, fast food restoran, coffe shop,

bistro, canteen, tavern, family restaurant, pub,

service corner, burger corner, snack bar.

77

Ciri – ciri restoran informal :

a)   Harga makanan dan minuman relative murah

b)   Penerimaan pelanggan tanpa sistem pemesanan

tempat

c)  Para pelanggan yang datang tidak terikat  untuk

mengenakan pakaian formal

d) Sistem penyajian yang dipakai American Service/

ready  plate bahkan self service ataupun counter

service

e)   Tidak menyediakan hiburan musik hidup

f)   Penataan meja dan bangku cukup rapat antara satu

dengan yang lain

g) Daftar menu oleh pramusaji tidak dipresentasikan

kepada tamu atau pelanggan namun di pampang di

78

counter atau langsung di meja makan untuk

mempercepat proses pelayanan

h)  Menu yang disediakan sangat terbatas dan

membatasi menu – menu yang relative cepat selesai

dimasak

i) Jumlah tenaga service relative sedikit dengan

standar kebutuhan, 1 pramusaji melayani 12 – 16

pelanggan

3)   Specialities Restoran

Specialities Restoran adalah industri jasa

pelayanan makanan dan minuman yang dikelola secara

komersial dan professional dengan menyediakan makanan

khas dan diikuti dengan sistem penyajian yang khas

79

dari suatu Negara tersebut.Contoh : Indonesian food

restaurant, Chinese food restaurant, Japanesse food

restaurant etc.

Ciri ciri specialities restaurant :

a)   Menyediakan sistem pemesanan tempat

b) Menyediakan menu khas suatu Negara tertentu,

popular dan disenangi banyak pelanggan secara umum

c)    Sistem penyajian disesuaikan dengan budaya

Negara asal dan dimodifikasi dengan budaya

internasional

d)   Hanya dibuka untuk menyediakan makan siang dan

atau makan malam

e)    Menu ala carte dipresentasikan kepada pelanggan

f)      Biasanya menghadirkan musik/hiburan khas

Negara asal

80

g)   Harga makanan relative tinggi di banding

informal  restaurant dan lebih rendah disbanding

formal restaurant

h)  Jumlah tenaga service sedang, dengan standar

kebutuhan 1 pramusaji untuk melayani 8 -12 

pelanggan.

Menurut Marsum (2005:8) dilihat dari pengelolaan

dan sistem penyajiannya, Restoran dapat

diklasifikasikan menjadi beberapa tipe yaitu:

a)   A’la Carte Restaurant

Adalah suatu restaurant yang telah mendapatkan izin

untuk menjual makanan lengkap dengan banyak

variasi di mana tamu bebas memilih sendiri makanan

yang mereka inginkan.

b)   Table D’hote Restaurant

81

Adalah suatu restaurant yang khusus menjual menu yang

lengkap dari hidangan pembuka sampai hidangan

penutup dengan harga yang sudah ditetapkan.

c)   Coffee Shop atau Brasserie

Adalah suatu restaurant yang sistem pelayanannya

menggunakan American Service dan penyajian makanannya

kadang – kadang dilakukan dengan cara buffet, di mana

pada restaurant ini tamu dapat mendapatkan makan

siang dan makan malam.

d)    Cafeteria atau Café

Adalah suatu restaurant yang mengutamakan pejualan

cake, sandwich, coffee dan tea.Pilihan makanannya

terbatas dan tidak menjual minuman yang

beralkohol.

e)   Canteen

82

Adalah suatu restaurant yang diperuntukkan kepada

para pekerja dan pelajar, di mana di restaurant ini

mereka bisa mendapatkan makan pagi, makan siang,

makan malam dan coffee break.

f)    Continental Restaurant

Adalah suatu restaurant yang menitikberatkan hidangan

continental dengan pelayanan yang megah atau elaborate.

Adapun hidangan yang termasuk dalam continental food

adalah chicken salad hawaiian, black papper steak dan fillet

fish meuniere.

g)   Carvery

Adalah suatu restaurant yang menyediakan hidangan

yang di panggang, di mana pada restaurant ini para

tamu dapat mengiris sendiri hidangan panggang

sebanyak yang mereka inginkan dengan harga yang

sudah ditetapkan.

h)   Dining Room

83

Adalah suatu restaurant yang terdapat di hotel kecil,

motel atau inn dengan harga yang lebih ekonomis

dibandingkan dengan restaurant yang ada di hotel

bintang 3, tetapi restaurant ini terbuka bagi para

tamu dari luar hotel.

i)  Discotheque

Adalah suatu restaurant yang hanya menyediakan

makanan ringan, di mana pada restaurant ini tamu

dapat menikmati makanan ringan ditemani dengan

alunan musik.

j)  Fish and Chip Shop

Adalah suatu restaurant yang menyediakan berbagai

macam kripik (chips) dan ikan goreng.

k) Grill Room (Rotisserie)

84

Adalah suatu restaurant yangmenyediakan berbagai macam

daging panggang. Pada umumnya antara restaurant dengan

dapur dibatasi oleh sekat dinding kaca sehingga para

tamu dapat memilih sendiri potongan daging yang

dikehendaki serta para tamu dapat melihat bagaimana

proses pembuatan makanan tersebut.

l)    Inn Tavern

Adalah suatu restaurant yang terletak di tepi kota yang

dikelola oleh perorangan dengan harga yang diberikan

cukup murah.

m)    Night Club/Supper Club

Adalah suatu restaurant yang menyediakan makan malam

dengan pelayanan yang megah, pada umumnya di buka

menjelang larut malam.

n)    Pizzeria

85

Adalah suatu restaurant yang khusus menjual masakan

Italia seperti pizza dan spaghetti.

o)    Pan Cake House/Creperie

Adalah suatu restaurant yang khusus menjual pan cake

serta cpere yang diisi dengan berbagai macam manisan

di dalamnya.

p)   Pub

Adalah suatu restaurant yang dibuka untuk umum yang

dibuka pada malam hari dengan menghidangkan snack

seperti pies dan sandwich serta menyediakan berbagai

minuman beralkohol, di mana para pengunjung dapat

menikmati makanan dan minuman sambil berdiri atau

sambil duduk.

q)   Snack Bar/Café/Milk Bar

Adalah semacam restaurant yang cakupan serta sifatnya

tidak resmi dengan pelayanan cepat, di mana para tamu

dapat mengumpulkan makanan di atas baki yang diambil

86

dari atas counter kemudian membawanya ke meja makan.

Para tamu bebas memilih makanan yang

disukainya.Makanan yang disediakan pada umumnya

adalah hamburger, sausages, dan sandwich.

r)    Speciality Restaurant

Adalah suatu restaurant yang suasana dan dekorasi

seluruh ruangan disesuaikan dengan tipe khas makanan

yang disajikan. Sistem pelayanannya sedikit banyak

berdasarkan tata cara negara tempat asal makanan

tersebut.

s)    Terrace Restaurant

Adalah suatu restaurant yang terletak di luar bangunan,

umumnya restaurant ini masih berhubungan dengan hotel

maupun restaurant induk. Di negara – negara barat pada

87

umumnya restaurant tersebut hanya dibuka pada waktu

musim panas saja.

t)  Gourmet Restaurant

Adalah suatu restaurant yang menyediakan pelayanan

makan dan minum untuk orang – orang yang

berpengalaman luas dalam bidang masakan dan

minuman.Keistimewaan restaurant ini adalah makanan dan

minumannya lezat – lezat serta pelayanannya megah

dengan harga yang cukup mahal.

u)   Family Type Restaurant

Adalah suatu restaurantsederhana yang menghidangkan

makanan dan minuman yang tidak mahal terutama

disediakan untuk tamu – tamu keluarga atau rombongan.

v)    Main Dining Room

88

Adalah suatu restaurantyang terdapat pada hotel – hotel

besar, di mana penyajian makanannya secara resmi,

pelan tapi pasti terikat oleh suatu peraturan yang

ketat. Pelayanannya menggunakan French service atau Russian

service, dimana French service adalah menurutMarsum

(2005:284 ) suatu sistem pelayanan yang semua jenis

hidangan disajikan (dimasak dan dihias) dan disajikan

secara demonstrative di depan pelanggannya oleh kedua

pramusaji dan beberapa petugas khusus yang melayani

minuman. French service dikenal juga dengan sebutan

gueridon servicekarena pada jenis pelayanan ini semua

perlengkapan masak seperti kompor dan bumbu – bumbu

untuk memasak diletakkan pada suatu kereta dorong

yang dapat dipindahkan.

Sedangkan Russian service adalah suatu pelayanan yang

sifatnya sangat formal dan mewah, sehingga para tamu

merasa mendapatkan perhatian yang luar biasa dari

89

waiter/waitress.Pada Russian service ini peralatan yang

digunakan menggunakan bahan – bahan mewah, seperti

piring yang digunakan berasal dari bahan logam/silver.

B. Kerangka Pemikiran

GAMBAR 2.1

Kerangka pikiran tentang pengaruh Kebiasaan

Merokok terhadap Kinerja Karyawan.

Kebiasaan merokok Kinerja Karyawan

( X )

( Y )

- Faktor Biologis- Faktor

psikologis

Faktor Internal- Kemampuan dan

kemauan tinggi

Faktor eksternal- Perilaku, sikap,

tindakan – tindakanrekan kerja, bawahan atau pimpinan

- Fasilitas kerja- Iklim organisasi

90

- Faktor Lingkungan sosial

- Faktor demografis

- Faktor Sosial -Kultural

- Faktor sosialpolitik

Sumber :Sarafino ( 1994 )

Sumber :Mangku negara

( 2005 )

BAB III

91

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode dan Unit Analisis Penelitian

Dalam proyek akhir ini penelitian akan

ditekankan terhadap pengaruh kebiasaan merokok terhadap

kinerja karyawan. Metode yang digunakan dalam penelitian

ini ialah penelitian deskriptif dalam bentuk studi

hubungan atau korelasi. Kusmayadi dan Sugiarto

(2000 : 29) menyatakan bahwa, “ Metode penelitian

deskriptif adalah penelitian yang berusaha

mendeskripsikan atau menggambarkan serta melakukan

fenomena atau hubungan antar fenomena yang diteliti

secara sistematis, faktual, dan akurat.”

Sedangkan didalam penelitian ini menggunakan

analisis korelasional. Metode analisis korelasional

adalah sekumpulan metode statistika untuk mengukur

92

derajat asosiasi atau kekuatan hubungan anatara dua

variabel atau lebih ( Kusmayadi, 2000 ). Alasan

menggunakan metode ini didasarkan pada kesesuaian

dengan tujuan penelitian, yaitu informasi yang

aktual, tepat dan lengkap mengenai dua variabel yang

akan dilihat hubungannya, yaitu variabel bebas

(Independent Variabel ) dari variabel terikat

( Dependent Variabel ), dimana Kebiasaan Merokok

adalah merupakan variabel X dan Kinerja Karyawan

merupakan variabel Y.

Unit analisis menurut Kusmayadi ( 2000:73 )

adalah unit yang diamati dan akan dijelaskan, serta

merupakan objek penelitian yang dapat berupa individu

perorangan, kelompok organisasi, masyarakat, hasil

karya manusia, isntansi dan sebagainya. Dalam

penelitian ini unit analisis penelitiannya adalah

kebiasaan merokok karyawan di portico restauran.

93

B. Variabel dan Pengukurannya

Menurut Sugiyono (2009:60), variabel penelitian

pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk

apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal

tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.Variabel

yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua

variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat.

1. Variabel Bebas (Independent Variable)

Menurut Sugiyono (2009:59) variabel bebas

(Independent Variable) adalah:

“Variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi

sebab perubahannya atau timbulnya variabel

terikat (Variable dependent).”

94

Maka dalam penelitian ini yang menjadi variabel

bebas (independent variable) adalah Pengaruh Kebiasaan

Merokok.

2. Variabel Terikat (Dependent Variable)

Menurut Sugiyono (2009:59), variabel terikat

(dependent variable) adalah:

“Variabel terikat (dependent variable) merupakan

variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi

akibat karena adanya variabel bebas.”

Sesuai dengan masalah yang akan diteliti maka yang

akan menjadi variabel terikat (dependent variable)

adalah Kinerja Karyawan.

Pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini

adalah skala Likert yang menurut Kusmayadi (2009 :

94) adalah alat untuk mengukur sikap dan keadaan yang

sangat positif ke jenjang yang sangat negatif, untuk

95

menunjukkan sejauh mana tingkat persetujuan atau

ketidak setujuan terhadap pernyataan yang diajukan

oleh peneliti. Pada pengisian kuesioner para

responden haruslah memilih satu diantara lima

alternatif salah satu contoh adalah bobot untuk nilai

5 adalah sangat setuju dan bobot nilai 1 adalah

sangat tidak setuju.

NILAI KETERANGAN

5 Sangat Setuju

4 Setuju

3 Kurang setuju

2 Tidak Setuju

1 Sangat Tidak Setuju

96

Desain pengukuran data pada setiap variabel

dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel 3.1

Variabel dan Pengukuran data

Variabel Sub Variabel Pengukuran Data1.kebiasaanmerokok

1. Faktor biologis2. faktor psikologis3. faktor lingkungan social4. faktor demografis5. faktor sosial politik

Skala Likert

2kinerjakaryawan

F Faktor internal1 kemampuan dan keamuan tinggi

F Faktor eksternal1. Perilaku, sikap,

tindakan – tindakan rekan kerja, bawahan maupun pimpinan

2. Fasilitas kerja3. Iklim organisasi

Skala Likert

Skala Likert

C. Prosedur Penarikan Sampel

97

Menurut Sugiyono (2009 : 72) menyatakan bahwa,

“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri

atas objek dan subjek yang mempunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.”

Sugiyono (2003 : 73) juga menjelaskan bahwa sampel

adalah “bagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi tersebut.”Teknik pengambilan

contoh yang dipakai penulis ialah teknik simple

random sampling ( sampel acak ) yaitu setiap anggota

populasi itu mempunyai kesempatan yang sama untuk

diambil sebagai sample. Besar sample penelitian ini

diambil dengan menggunakan rumus (Notoatmodjo, 2009).

Berdasarkan data yang didapatkan dari pihak

Human Resource Department Potrico Restaurant, jumlah

karyawan restoran tersebut adalah 97 orang. Dari data

tersebut dapat ditentukan jumlah sampel yang

98

berjumlah 50 orang. Jumlah tersebut diambil melalui

rumus Slovin (Kusmayadi, 2000:74), dengan ketentuan

sebagai berikut :

n= N1+Ne2

n= 971+97¿¿

n=971,97

=50

Keterangan:

n: Besaran sampel

N: Besaran populasi

e: nilai kritis/batas ketelitian yang diinginkan

(persen kelonggaran ketidak telitian karena kesalahan

penarikan sampel ditetapkan 10%).

D. Teknik Pengambilan Data

99

Dalam penyusunan proyek akhir ini, penyusunan

data dilakukan dengan menggunakan jenis dan data

berikut:

Jenis data yang digunakan peneliti dalam

penelitian mengenai “Pengaruh Kebiasaan Merokok

Terhadap Kinerja Karyawan” adalah data primer dan

sekunder.

1. Data Primer

“Sumber primer adalah sumber data yang langsung

memberikan data kepada pengumpul data”. (Sugiyono

2009: 137)

Pengumpulan data primer dalam penelitian ini

melalui cara menyebarkan kuesioner dan melakukan

wawancara secara langsung dengan pihak-pihak yang

berhubungan dengan penelitian yang dilakukan, dalam

hal ini Karyawan/ti Portico Restaurant.

100

2. Data Sekunder

“Sumber sekunder adalah sumber data yang diperoleh

dengan cara membaca, mempelajari dan memahami

melalui media lain yang bersumber dari literatur,

buku-buku, serta dokumen perusahaan”. (Sugiyono

2009:139)

E. Metode Analisis Data

Dalam penelitian deskriptif korelasional ini,

data yang diperoleh dari kuesioner akan dikumpulkan

dan diperiksa kembali. Agar dapat menguji apakah

terdapat pengaruh atau tidak, maka data primer dan

data sekunder yang telah dikumpulkan penulis diolah

secara deskriptif korelasional dengan penyajian tabel

dengan menggunakan perangkat lunak atau alat bantu

101

SPSS versi 19.0 dimana dengan menggunakan metode

korelasi dan Pearson.

Berikut adalah rumus korelasi produk moment

(Pearson)

rx.y

Keterangan:

rxy: koefisien korelasi item – total (bivariate pearson)

x: skor item

y: skor total

n: banyaknya subjek

Untuk menganalisis data ini dibantu menggunakan

analisis program SPSS ( Statistical Product and

Service Solution ). Menurut Chistianus ( 2009 :1), ”

SPSS adalah program komputer yang digunakan untuk

melakukan perhitungan statistik”.

102

”Korelasi Bivariate merupakan uji korelasi

anatar dua variabel sehingga terjadi hubungan timbal

balik diantara duanya. Dimana ukuran yang biasa

digunakan untuk hubungan kekuatan adalah koefisien

korelasi Pearson ”. (Christianus, 2009 : 113 )

Menurut Sugiyono ( 2008 ), pedoman untuk

memberikan interprestasi koefisien korelasi sebagai

berikut::

Tabel 3.2

Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 Sangat Rendah

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0, 799 Kuat

103

0,80 – 0,99 Sangat Kuat

Sumber :Sugiyono (2004:183)

Analisis korelasi ini dapat dilanjutkan dengan

menghitung koefisien determinasinya yaitu dengan

mengkuadratkan koefisien korelasi dan dikalikan 100%.

Rumusan koefisien Determinasi adalah :

Kd = r2 X 100%

Keterangan :

Kd: Koefisien determinasi

r: Koefisien korelasi yang didapatkan

F. Waktu dan Tempat Penelitian

104

Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan dari

bulan April 2014 sampai Juni 2014 di kitchen portico

restaurant.

105

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A.Gambaran umum dan objek penelitian

4.1.1 Sejarah singkat Portico Terrace Bistro di

Jakarta

Portico Terrace Bistro didirikan pada tahun

2009 yang berlokasikan di bagian luar mall

Senayan City Jakarta tepatnya di Panin Tower

lantai Ground. Restoran ini dipelopori oleh dua

keluarga Budhisurya yang bernama Bona Budhisurya

dan Yudha Budhisurya. Sampai saat ini mereka

adalah dua direktur utama di Portico Terrace

106

Bistro. Lalu seiring berjalan nya waktu, jumlah

pemegang saham yang bergabung menaruh saham di

Portico Terrace Bistro bertambah menjadi 10

orang.

Portico Terrace Bistro memiliki 3 bagian

yaitu terdiri dari pintu utama, tempat ini

berdekorasikan tatanan botol wine dan minuman

beralkohol yang dijual. Area dalam ini juga

dekat dengan area bar yang berbentuk huruf S.

Bagian depan bar adalah area kedua dari Portico

Terrace Bistro yaitu daerah yang biasa disebut

dengan glass terrace. Glass Terrace dibagi menjadi 2

bagian, bagian smoking area berada di depan area

bar yang menyerupai huruf S dan bagian kedua

dari Glass Terrace adalah bagian non smoking area.

Area terakhir adalah area dekat dengan jalan

raya depan Senayan City Mall, area ini adalah

107

smoking area atau biasa disebut green area dan

memiliki meja yang berjumlah lebih banyak dari

area lainnya. Portico memiliki kapasitas 150

bangku dan memuat 450 (standing) bagi pelanggan

yang beruntung untuk menikmati indahnya

bersantap siang atau malam di Portico sambil

mendengarkan musik yang membuat pelanggan

semakin nyaman dan ingin datang ke Portico di

lain waktu.

Sampai saat ini, turnover seat Portico setiap

minggu adalah 2.400. Portico belum memperbesar

cakupan bisnis usaha di tempat lain karena

perusahaan pusat yang menaungi Portico mempunyai

restoran lain yang berbeda merk dari Portico di

Jakarta dan Solo.

4.1.2 Visi dan Misi Portico

108

Visi :

Memaksimalkan profit dan stabilitas finansial

perusahaan.

Misi :

1. Menyediakan kesempatan karir dan

pengembangan secara individual kepada

seluruh karyawan.

2. Memberikan pelayanan terbaik dan kepuasan

secara menyeluruh untuk membangun

loyalitas untuk konsumen kami.

3. Menyediakan konsep terbaik di dunia

lifestyle, food & beverages dan dunia

hiburan.

4. Terbuka bagi ide kreatif sehingga kami

dapat belajar dan berkembang baik di dalam

dan diantara perusahaan.

109

5. Think Green.

4.1.3 Fasilitas Portico Terrace Bistro Senayan

City

a) Gambaran Umum

Portico Terrace Bistro beroperasi selama 16

jam, berkapasitas untuk 150 bangku dan 450

standing guest. Portico Terrace Bistro memiliki 3

bagian yaitu terdiri dari pintu utama, tempat

ini berdekorasikan tatanan botol wine dan

minuman beralkohol yang dijual. Area dalam ini

juga dekat dengan area bar yang berbentuk huruf

S. Bagian depan bar adalah area kedua dari

Portico Terrace Bistro yaitu daerah yang biasa

disebut dengan glass terrace. Glass Terrace dibagi

menjadi 2 bagian, bagian smoking area berada di

depan area bar yang menyerupai huruf S dan

110

bagian kedua dari Glass Terrace adalah bagian non

smoking area. Area terakhir adalah area dekat

dengan jalan raya depan Senayan City Mall, area

ini adalah smoking area atau biasa disebut green

area dan memiliki meja yang berjumlah lebih

banyak dari area lainnya.

b)Area kerja di Portico

1. Kitchen : peralatan-peralatan dapur

yang sudah memadai dan mendukung

operasional Portico dan sudah

disesuaikan dengan menu yang

disajikan kepada pelanggan. Kitchen

dan pastry dijadikan dalam 1 area,

hal ini dikarenakan tidak terlalu

banyak menu dessert di Portico. Area

kitchen ini berbeda lantai dengan

111

outlet, mengantar makanan menggunakan

media lift.

2. Pantry area : adalah tempat menaruh

makanan pesanan yang sudah diperiksa

kelengkapan makanan tersebut oleh

food checker yang diambil dari

kitchen. Tempat ini dipenuhi oleh

waiter/ess yang bertugas untuk

menyajikan makanan tersebut ke

pelanggan sesuai dengan pesanan.

3. Kasir : adalah tempat dimana segala

aktifitas pembayaran yang dilakukan

oleh pelanggan. Kasir terletak di

sebelah pintu masuk.

4. Guest Management & Host standing

table : guest management dan host

adalah karyawan yang bertugas untuk

112

menyambut pelanggan dan mengantar

pelanggan menuju meja, karyawan

tersebut yang biasa dikenal sebagai

greeter berdiri di dekat kasir dan

pintu masuk sehingga dapat langsung

menyambut pelanggan yang masuk.

5. Bar : adalah tempat para bartender

dan barista meracik minuman sesuai

dengan pesanan tamu. Peralatan yang

digunakan sejauh ini sudah sangat

memadai dalam operasional. Di

belakang area bar terdapat beberapa

botol-botol minuman beralkohol yang

sengaja dipajang yang berfungsi

mempercantik dekorasi outlet

tersebut.

113

4.1.4 Struktur Organisasi Portico

Gambar 4.1

Sumber : Struktur Organisasi dari HR

Department.

FloorSupervisor

Brand Manager

Mixologist

Bartender Waiter/

Executive Chef

Cook

CDPCashierFloorBar

Sous Chef

114

Secara rinci setiap bagian yang ada di Portico

mempunyai tugas-tugas seperti berikut:

a. Brand Manager :

- Mengawasi kinerja keseluruhan karyawan

Portico melalui Mixologist, Floor

Supervisor dan Executive Chef baik dari

segi pelayanan dan penyajian makanan yang

dipesan oleh pelanggan.

- Bertindak juga sebagai marketing Portico

yang mengadakan promo atau mengurus acara

function yang diadakan kepada portico,

termasuk menyediakan kelengkapan acara,

dekorasi dan susunan acara.

- Membuat laporan sales setiap hari dan

dilaporkan ke bagian keuangan.

115

- Bertanggung jawab penuh atas kelancaran

operasional outlet termasuk persiapan sound

system, kebersihan outlet, kebersihan

toilet, kebersihan peralatan yang

digunakan.

- Menerima segala informasi yang terkait

kelancaran operasional dari Mixologist,

Floor Supervisor dan Executive Chef.

b. Mixologist

- Mengatur dan bertanggung jawab operasional

bar di outlet.

- Melengkapi karyawan sesuai dengan kebutuhan

outlet Portico.

- Mengawasi kinerja karyawan bar.

- Meracik dan menyusun menu minuman yang baru

dan lebih kreatif.

116

- Sebagai trainer di training bar knowledge

yang diadakan oleh HRD kepada karyawan

service maupun karyawan bar itu sendiri.

c. Executive Chef :

- Bertanggung jawab penuh operasional

karyawan yang berada di Kitchen.

- Mengawasi kebersihan kitchen.

- Mengawasi kinerja karyawan kitchen. Chef

berhak memberikan penghargaan bagi karyawan

yang bekerja dengan maksimal dan juga

berhak memberikan peringatan bagi karyawan

yang melanggar peraturan.

- Menguasai penuh teknik-teknik memasak

sehingga dapat diajarkan kepada cook dan

cook helper.

- Melengkapi kelengkapan bahan baku.

117

- Membuat laporan kehadiran seluruh karyawan

kitchen setiap bulan kepada HRD.

d. Floor Supervisor :

- Mengawasi kelancaran operasional outlet

Portico ketika Brand Manager tidak ada.

Floor Supervisor juga dapat disebut sebagai

tangan kanan Brand Manager dalam membuat

keputusan.

- Bertugas mengawasi kinerja karyawan

dibagian service atau pelayanan di Portico.

- Membuat laporan kehadiran seluruh karyawan

outlet setiap bulan kepada HRD.

- Mengatasi komplen yang disampaikan oleh

pelanggan.

e. Bar Captain :

- Membuat jadwal kerja karyawan bar per 2

minggu.

118

- Mengajarkan teknik-teknik meracik makanan.

- Mendidik karyawan bar baru sehingga semakin

mahir dalam meracik minuman.

f. Floor Captain :

- Membuat jadwal kerja karyawan service per 2

minggu.

- Mengajarkan teknik persiapan outlet ketika

opening, mengajarkan teknik menyajikan

makanan dan teknik closing outlet kepada

karyawan service.

- Memerika kebersihan peralatan yang

digunakan untuk menyajikan makanan.

- Mengatasi komplen yang disampaikan oleh

pelanggan.

- Mengatur flow kerja karyawan service.

g. Cashier :

119

- Bertanggung jawab penuh atas uang cash dan

semua bill transaksi yang dilakukan di hari

itu.

- Mengambil uang cash yang sudah ditukarkan

oleh karyawan keuangan di office dengan

uang yang bernilai lebih kecil sebagai uang

kembalian untuk pelanggan.

- Menguasai dan memahami system POS yang

diberlakukan di outlet.

- Mengurus tentang pembayaran dan membuat

laporan pemasukan setiap closing atau

pergantian shift kerja dengan kasir lain.

h. Sous Chef :

- Mengawasi kelancaran operasional kitchen

Portico ketika Executive Chef tidak ada.

Sous Chef juga dapat disebut sebagai tangan

kanan Executive dalam membuat keputusan.

120

- Membantu Executive Chef membuat menu baru

atau mengoreksi menu yang ada.

- Menguasai penuh teknik-teknik memasak

sehingga dapat diajarkan kepada cook dan

cook helper.

- Sous chef juga berhak memberikan

penghargaan bagi karyawan yang bekerja

dengan maksimal dan juga berhak memberikan

peringatan bagi karyawan yang melanggar

peraturan.

- Mengawasi kebersihan kitchen.

i. CDP ( Chef de partie )

- Fokus terhadap 1 section yang ada di

kitchen.

- Menguasai menu dan teknik memasak menu

tersebut.

121

- Mengawasi cook dan cook helper dalam

memasak makanan tersebut.

- Mengawasi garnish dan finishing penyajian

makanan sebelum disajikan ke pelanggan.

j. Bartender

- Bertugas melengkapi bahan dan alat kerja

serta merapikan area kerja ketika opening

outlet.

- Bertugas meracik minuman sesuai dengan

pesanan pelanggan.

- Bertugas untuk memahami semua metode dan

resep minuman yang diracik.

k. Waiter/ess

- Bertugas untuk mengambil pesanan dari para

pelanggan dan menanyakan kepada pelanggan

bagaimana produk yang diinginkan (guest

preference).

122

- Menguasai penuh menu yang ada di Portico.

- Berdiri dalam keadaan siap sehingga ketika

pelanggan memanggil para karyawan service

dapat bertindak dengan cepat.

- Mengambil makanan yang sudah siap disajikan

di pantry untuk diantarkan ke pelanggan.

- Membantu pelanggan dalam system pembayaran.

l. Cook

- Memasak produk yang dipesan pelanggan.

- Mempersiapkan segala bahan yang diperlukan

dengan memperhatikan pesanan-pesanan para

pelanggan.

- Menguasai penuh teknik memasak serta bahan

baku yang digunakan.

4.1.5 Alur Memesan Makanan dan Minuman

123

Berikut adalah alur memesan makanan dan minuman

di Portico :

- Menu dijelaskan diawal oleh Guest

Management atau Host secara umum, lalu

guest management atau host akan

meninggalkan pelanggan.

- Pelanggan akan memencet tombol “service”

yang ada di atas meja lalu waiter/ess akan

menghampiri untuk mencatat pesanan

pelanggan baik makanan atau minuman.

- Menu akan diambil oleh waiter/ess.

- Waiter/ess akan meng-input pesanan

pelanggan di system POS yang disediakan di

dekat bar area atau di iPad yang sudah di-

install system POS.

124

- Order Check akan masuk secara otomatis di

kitchen dan cook akan memasak sesuai dengan

pesanan pelanggan.

- Makanan yang sudah siap akan diperiksa oleh

CDP dan food checker. Jika sudah sesuai

dengan standart dan pesanan tamu makan

makanan akan dipindahkan ke pantry dengan

menggunakan media lift.

- Makanan yang sudah sampai di pantry akan

diantarkan oleh waiter/ess yang sedang

tidak melayani pelanggan. Cara mengetahui

pesanan untuk meja nomor berapa dapat

dilihat dari order check yang juga secara

otomatis keluar di pantry area dengan

system POS. Sistem pengantaran makanan

diberlakukan secara acak.

125

- Begitu pula dengan minuman. Order check

akan keluar secara otomatis di bar area.

Bartender akan meracik minuman sesuai

dengan pesanan pelanggan. Jika sudah

selesai, order check dan minuman diletakan

di depan bar dan bartender akan memencet

bel sebagai tanda bahwa minuman tersebut

sudah siap disajikan.

B.Hasil dan Pembahasan

Pada sub bab ini berisi hasil dan pembahasan

dari pengolahan data kuesioner yang telah disebarkan

kepada responden baik biografi maupun hasil analisis

dan pembahasan dari jawaban responden atas

pernyataan-pernyataan dalam kuesioner tersebut.

B.1.Demografi Responden

126

Bagian ini berisi pembahasan dari Biografi

responden, yang terdiri dari:

1. Jenis kelamin responden,

2. Usia responden ,

3. Tingkat Pendidikan

4. Pendapatan responden.

5. Lama Bekerja

Tabel 4.1

Jenis Kelamin

Frequency Perce

nt

Valid

Percent

Cumulati

ve

Percent

127

Val

id

Laki-

laki26 52.0 52.0 52.0

Wanita 24 48.0 48.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Berdasarkan dari data yang di dapat, jenis

kelamin pada responden pria sebanyak 26 orang dengan

presentase 52% dan wanita sebanyak 24 orang dengan

presentase 48%. Dilihat dari tabel diatas dapat

disimpulkan bahwa karyawan di restoran Portico

sebagian besar adalah pria.

128

Table 4.2

Usia Responden

Frequency

Percent

ValidPercent

Cumulative

Percent

Valid

< 25 Tahun 9 18.0 18.0 18.0

26 – 35 tahun 28 56.0 56.0 74.0

36 – 45 tahun 3 6.0 6.0 80.0

> 46 tahun 10 20.0 20.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Berdasarkan tabel diatas presentasi responden

usia 26 – 35 tahun memiliki nilai tertinggi diantara

usia yang lainnya yaitu 56%. Hal ini menandakan bahwa

sebagian besar karyawan Restoran Portico berusia

antara 26 - 35 tahun, dimana mereka berada pada usia

produktif. Karena pada usia produktif, seseorang

129

memiliki kemampuan kerja yang lebih baik daripada

karyawan yang berusia belum produktif. Sehingga para

karyawan tersebut berasumsi tidak masalah memiliki

kebiasaan merokok. Karena menurut mereka, mereka

masih sangat sehat dan mampu bekerja dan menghasilkan

sesuatu dengan baik.

Table 4.3

Tingkat Pendidikan

Frequen

cy

Perce

nt

Valid

Percent

Cumulati

ve

Percent

Valid

SLTA 11 22.0 22.4 22.4

Diploma 14 28.0 28.6 51.0

Sarjana 25 48.0 49.0 100.0

Total 50 98.0 100.0

130

Berdasarkan tabel diatas mayoritas pendidikan di

restoran Portico adalah sarjana dengan persentase

48.0%. Dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan pekerja

yang paling banyak di restoran Portico adalah

Sarjana. Hal ini menunjukkan bahwa, faktor pendidikan

berpengaruh terhadap kebiasaan merokok karyawan/ti di

restoran tersebut.

Table 4.4

Penghasilan Per Bulan

Frequency

Percent

ValidPercent

Cumulative

Percent

Valid

< 1 Juta

4 8.0 8.0 8.0

131

1 – 3 Juta 17 34.0 34.0 42.0

3- 5 juta 16 32.0 32.0 74.0

> 5 juta 13 26.0 26.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Berdasarkan tabel diatas, mayoritas karyawan/ti

restoran Portico mendapatkan 1-3 juta rupiah per

bulan dengan presentase sebesar 34.0%. Hal ini

menunjukkan bahwa penghasilan perbulan karyawan/ti

mempengaruhi mereka untuk merokok.

132

Table 4.5

Lama bekerja

Frequen

cy

Perce

nt

Valid

Percent

Cumulati

ve

Percent

Vali

d

< 1

Tahun4 8.0 8.0 8.0

1-2

Tahun16 32.0 32.0 40.0

3-5

Tahun17 34.0 34.0 74.0

> 5

Tahun13 26.0 26.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Pada tabel diatas terlihat bahwa, sebagian besar

karyawan bekerja di Restoran Portico adalah 3 – 5

tahun dengan presentase 34.0%. Hal ini dapat

133

disimpulkan bahwa masa kerja karyawan di restoran

tersebut adalah 3 - 5 tahun karena pendapatan per

bulan sudah mencukupi kebutuhan sehari-sehari

sehingga masa kerja karyawan sudah kondusif dan

stabil.

B.2. Pengolahan Data Kuesioner

Bagian ini memaparkan tabel-tabel hasil

pengolahan data jawaban responden terhadap 20

pernyataan yang dibagikan melalui kuesioner berikut

dengan analisa dan kaitannya dengan keadaan faktual

di Restoran Portico.

a. Faktor Biologis

134

Table 4.6

Anda telah merokok lebih dari satu tahun

Frequenc

y

Perce

nt

Valid

Percent

Cumulati

ve

Percent

Vali

d

STS 1 2.0 2.0 2.0

TS 3 6.0 6.0 8.0

KS 3 6.0 6.0 14.0

S 20 40.0 40.0 54.0

SS 23 46.0 46.0 100.0

Tota

l50 100.0 100.0

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa

responden memberikan nilai tertinggi pada jawaban

sangat setuju yaitu dengan persentase sebesar 46.0% ,

135

hal tersebut menunjukkan bahwa karyawan/ti restoran

Portico adalah perokok aktif dimana mereka telah

merokok lebih dari satu tahun.

Table 4.7

Anda merokok karena keinginan sendiri

Frequen

cy

Perce

nt

Valid

Percent

Cumulati

ve

Percent

Vali

d

KS 3 6.0 6.0 6.0

S 22 44.0 44.0 50.0

SS 25 50.0 50.0 100.0

Tot

al50 100.0 100.0

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa

responden memberikan nilai tertinggi pada jawaban

136

sangat setuju yaitu dengan persentase sebesar 50.0%,

dimana jawaban tersebut menunjukkan bahwa karyawan/ti

restoran Portico melakukan kebiasaan merokok karena

keinginannya sendiri bukan karena dorongan orang

lain.

b. Faktor Psikologis

Table 4.8

Anda merokok untuk menghilangkan stress dan

bosan

Frequenc

y

Perce

nt

Valid

Percent

Cumulati

ve

Percent

Vali

d

STS 1 2.0 2.0 2.0

TS 2 4.0 4.0 6.0

KS 8 16.0 16.0 22.0

137

S 16 32.0 32.0 54.0

SS 23 46.0 46.0 100.0

Tota

l50 100.0 100.0

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa

responden memberikan nilai tertinggi pada jawaban

sangat setuju yaitu dengan persentase sebesar 46.0% ,

dapat disimpulkan bahwa para karyawan/ti Restoran

Portico merokok semata – mata hanya untuk

menghilangkan stress dan kebosanan yang terjadi pada

saat jam kerja.

Table 4.9

Merokok membuat anda terlihat lebih dewasa

/ keren

138

Frequen

cy

Perce

nt

Valid

Percent

Cumulati

ve

Percent

Vali

d

STS 2 4.0 4.0 4.0

TS 16 32.0 32.0 36.0

KS 7 14.0 14.0 50.0

S 13 26.0 26.0 76.0

SS 12 24.0 24.0 100.0

Tot

al50 100.0 100.0

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui

bahwa responden memberikan nilai tertinggi pada

jawaban tidak setuju yaitu dengan persentase

sebesar 32.0% , hasil data tersebut menunjukkan

bahwa para karyawan/ti tidak setuju dengan

pendapat yang menyatakan bahwa mereka memiliki

139

kebiasaan merokok hanya agar terlihat lebih

dewasa atau keren.

c. Faktor Lingkungan Sosial

Table 4.10

Pengaruh iklan memotivasi anda untukmerokok

Frequency

Percent

ValidPercent

Cumulative

Percent

Valid

STS 5 10.0 10.0 10.0

TS 11 22.0 22.0 32.0

KS 13 26.0 26.0 58.0

S 16 32.0 32.0 90.0

SS 5 10.0 10.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

140

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa

responden memberikan nilai tertinggi pada jawaban

setuju, dengan pernyataan yang menyatakan bahwa

pengaruh iklan memotivasi mereka untuk melakukan

kebiasaan merokok dengan persentasi sebesar 32%.

Table 4.11

Sebagian besar teman anda adalah seorang

perokok

Frequen

cy

Perce

nt

Valid

Percent

Cumulati

ve

Percent

Vali

d

TS 4 8.0 8.0 8.0

KS 7 14.0 14.0 22.0

141

S 22 44.0 44.0 66.0

SS 17 34.0 34.0 100.0

Tot

al50 100.0 100.0

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa

responden memberikan nilai tertinggi pada jawaban

setuju yaitu dengan persentase sebesar 44.0% yang

menyatakkan bahwa sebagian besar karyawan/ti Restoran

Portico memilki teman yang sama – sama memilki

kebiasaan merokok, ini merupakan salah satu faktor

kenapa kebiasaan merokok para karyawan tidak dapat di

hentikan dan semakin merajalela.

d.Faktor demografis

142

Table 4.12

Pertama kali mulai merokok ketika usia

remaja

Frequenc

y

Perce

nt

Valid

Percent

Cumulati

ve

Percent

Vali

d

KS 6 12.0 12.0 12.0

S 18 36.0 36.0 48.0

SS 26 52.0 52.0 100.0

Tota

l50 100.0 100.0

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa

responden memberikan nilai tertinggi pada jawaban

sangat setuju yaitu dengan persentase sebesar 52.0% ,

143

hal tersebut menunjukkan bahwa lebih dari 50%

karyawan/ti Restoran Portico sudah mulai memiliki

kebiasaan merokok sejak berada di usia remaja,

karena telah lamanya mereka merokok menyebabkan

mereka sulit untuk meninggalkan kebiasaan merokok.

Table 4.13

Saat ini perilaku merokok tidak hanya

dilakukan oleh kaum pria

Frequen

cy

Perce

nt

Valid

Percent

Cumulati

ve

Percent

Vali

d

STS 2 4.0 4.0 4.0

TS 11 22.0 22.0 26.0

KS 14 28.0 28.0 54.0

S 15 30.0 30.0 84.0

SS 8 16.0 16.0 100.0

144

Tota

l50 100.0 100.0

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa

responden memberikan nilai tertinggi pada jawaban

setuju yaitu dengan persentase sebesar 30.0% , hal

ini menujukkan bahwa mereka setuju dengan pendapat

yang menyatakan bahwa saat ini perilaku kebiasan

merokok tidak hanya dilakukan oleh pria tetapi juga

wanita.

e.Faktor sosial kultural

Table 4.14

Anda mendapatkan rokok dari teman anda

145

Frequen

cy

Perce

nt

Valid

Percent

Cumulati

ve

Percent

Vali

d

TS 8 16.0 16.0 16.0

KS 7 14.0 14.0 30.0

S 17 34.0 34.0 64.0

SS 18 36.0 36.0 100.0

Tot

al50 100.0 100.0

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa

responden memberikan nilai tertinggi pada jawaban

sangat setuju yaitu dengan persentase sebesar 36.0%,

hasil tersebut menunjukkan bahwa karyawan/ti Restoran

Portico mendapatkan rokok dari teman – temannya yang

memilki kebiasaan merokok, sehingga yang mereka

tadinya hanya perokok ringan bisa menjadi perokok

146

berat karena mereka diberikan atau ditawarkan oleh

teman – temannya.

Table 4.15

Anda sering merokok ditempat umum

Frequenc

y

Perce

nt

Valid

Percent

Cumulati

ve

Percent

Vali

d

2.00 8 16.0 16.0 16.0

3.00 7 14.0 14.0 30.0

4.00 17 34.0 34.0 64.0

5.00 18 36.0 36.0 100.0

Tota

l50 100.0 100.0

147

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa

responden memberikan nilai tertinggi pada jawaban

sangat setuju yaitu dengan persentase sebesar 36.0%,

hal ini mebuktikan bahwa sebagian besar karyawan/ti

Restoran Portico sering untuk merokok di tempat umum,

walaupun mereka tahu bahwa asap rokok dapat

membahayakan orang – orang di sekitarnya, hal ini

juga terjadi karena tidak adanya sanksi yang tegas

dari pemerintah.

f.Faktor sosial politik

Table 4.16

Merokok sangat berbahaya bagi kesehatan

Frequen

cy

Perce

nt

Valid

Percent

Cumulati

ve

Percent

148

Vali

d

STS 2 4.0 4.0 4.0

KS 4 8.0 8.0 12.0

S 19 38.0 38.0 50.0

SS 25 50.0 50.0 100.0

Tot

al50 100.0 100.0

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa

responden memberikan nilai tertinggi pada jawaban

sangat setuju yaitu dengan persentase sebesar 50.0% ,

hal ini membuktikan bahwa mereka sadar kebiasaan

merokok yang mereka lakukan sangat membahayakan

kesehatan mereka saat ini dan masa yang akan datang,

tetapi mereka tetap melakukan kebiasaan tersebut

149

karena sudah menjadi kebutuhan dan kebiasaan bagi

mereka.

Tabel 4.17

Peran pemerintah untuk mengurangi perilaku

merokok

sudah cukup baik

Frequenc

y

Perce

nt

Valid

Percent

Cumulati

ve

Percent

Vali

d

STS 2 4.0 4.0 4.0

TS 2 4.0 4.0 8.0

KS 12 24.0 24.0 32.0

S 20 40.0 40.0 72.0

SS 14 28.0 28.0 100.0

Tota

l50 100.0 100.0

150

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa

responden memberikan nilai tertinggi pada jawaban

setuju yaitu dengan persentase sebesar 40.0% ,

mereka menyatakan setuju bahwa peran pemerintah sudah

cukup baik untuk mengurangi perilaku kebiasaan

merokok, tetapi mereka masih saja tetap merokok, hal

ini disebabkan karena kurangnya kesadaran diri

tentang kesehatan dan penyakit yang akan ditimbulkan

akibat kebiasaan merokok, dan juga peran pemerintah

yang masih belum tepat sasaran dan belum bisa membuat

mereka berhenti dari kebiasaan merokok, karena

pemerintah pun belum mensosialisasikan larangan

merokok dengan gencar dan bertahap.

Table 4.18

Nilai rata-rata Kebiasaan Merokok

Descriptive Statistics

151

N Minimum Maximum Mean

Faktor biologis 50 3.00 5.004.330

0

Faktor psikiologis 50 1.00 5.003.750

0

Faktor lingkungan

sosial50 1.50 5.00

3.580

0

Faktor demografis 50 2.50 5.004.220

0

Faktor sosial

kultural50 2.00 5.00

3.610

0

Faktor sosial

politik50 2.50 5.00

4.070

0

Valid N (listwise) 50

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa

indikator kebiasaan merokok yang paling tinggi

nilainya adalah faktor biologis dengan nilai rata-

152

rata sebesar 4.33 (setuju) dimana kebiasaan merokok

yang mereka lakukan sudah lebih dari satu tahun yang

menjadikan mereka sebagai perokok aktif dan dengan

keinginan sendiri. Hal ini disebabkan karena

kurangnya kesadaran mereka akan bahaya merokok itu

sendiri, karena efek merokok tidak terjadi secara

langsung tetapi puluhan tahun yang akan datang, dan

juga karena menyangkut peran pemerintah belum gencar

mensosialisasikan bahaya merokok kepada masyarakat.

Pihak manajemen pun seharusnya membantu peran

pemerintah dalam mensosialisasikan hal tersebut

dengan cara menaruh spanduk yang menuliskan tentang

larangan merokok dan bahaya yang ditimbulkan dari

kebiasaan merokok, menyediakan tempat khusus merokok

untuk para karyawan agar asap rokok yang berbahaya

tidak merugikan orang lain di tempat kerja, dan

memberikan sanksi yang tegas kepada para karyawan

153

apabila melanggar peraturan tentang merokok pada saat

jam kerja.

Sedangkan indikator yang paling kecil nilainya

adalah faktor lingkungan sosial dengan nilai rata-

rata sebesar 3.58. Hal ini dikarenakan Pengaruh iklan

tidak terlalu memotivasi karyawan/ti Restoran Portico

untuk merokok.

2. Analisis Kinerja Karyawan

a. Faktor Internal

154

Table 4.19

Kemauan dan kemampuan bekerja berpengaruhpada kinerja karyawan

Frequency

Percent

ValidPercent

Cumulative

Percent

Valid

STS 1 2.0 2.0 2.0

TS 1 2.0 2.0 4.0

KS 4 8.0 8.0 12.0

S 28 56.0 56.0 68.0

SS 16 32.0 32.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa

responden memberikan nilai tertinggi pada jawaban

setuju yaitu dengan persentase sebesar 56.0%, para

karyawan/ti Restoran Portico setuju bahwan kemampuan

dan kemauan bekerja seseorang lah yang mempengaruhi

kinerja kerja mereka. Sedangkan hanya 2.0% yang

155

menyatakan sangat tidak setuju dengan pernyataan

tersebut diatas.

Table 4.20

Anda adalah seorang pekerja keras

Frequen

cy

Perce

nt

Valid

Percent

Cumulati

ve

Percent

Vali

d

KS 2 4.0 4.0 4.0

S 29 58.0 58.0 62.0

SS 19 38.0 38.0 100.0

Tot

al50 100.0 100.0

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa

responden memberikan nilai tertinggi pada jawaban

setuju yaitu dengan persentase sebesar 58.0% , para

156

karyawan/ti setuju dengan pendapat yang menyatakan

bahwa mereka adalah seorang pekerja keras, hal ini

termasuk kedalam faktor internal kinerja seseorang

dimana seseorang memang bekerja keras untuk mencapai

kinerja kerja yang baik sesuai dengan yang diharapkan

pimpinan.

b. Faktor Eksternal

Tabel 4.21

Anda setuju jika merokok dapat mempengaruhi

kinerja kerja seseorang

Frequenc

y

Perce

nt

Valid

Percent

Cumulati

ve

Percent

157

Vali

d

TS 3 6.0 6.0 6.0

KS 7 14.0 14.0 20.0

S 25 50.0 50.0 70.0

SS 15 30.0 30.0 100.0

Tota

l50 100.0 100.0

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa

responden memberikan nilai tertinggi pada jawaban

setuju, hal ini menujukkan bahwa sebanyak 50%

karyawan setuju bahwa kebiasaan merokok dapat

mempengaruhi kinerja seseorang.

Tabel 4.22

Perusahaan anda memberikan penghargaan

terhadap karyawan yang berprestasi

158

Frequen

cy

Perce

nt

Valid

Percent

Cumulati

ve

Percent

Vali

d

STS 2 4.0 4.0 4.0

TS 1 2.0 2.0 6.0

KS 11 22.0 22.0 28.0

S 26 52.0 52.0 80.0

SS 10 20.0 20.0 100.0

Tot

al50 100.0 100.0

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa

responden memberikan nilai tertinggi pada jawaban

setuju yaitu dengan persentase sebesar 52.0%, hal

tersebut menujukkan bahwa Restoran Potico memberikan

penghargaan terhadap karyawan yang berprestasi atau

memberikan reward.

159

Tabel 4.23

Anda setuju jika perusahaan memberikan

umpan balik terhadap kinerja karyawan

Frequen

cy

Perce

nt

Valid

Percent

Cumulati

ve

Percent

Vali

d

KS 3 6.0 6.0 6.0

S 29 58.0 58.0 64.0

SS 18 36.0 36.0 100.0

Tot

al50 100.0 100.0

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa

hasil tertinggi sebesar 50% menyatakan bahwa mereka

setuju jika pihak manajemen ( perusahaan ) memberikan

umpan balik sesuai dengan apa yang telah mereka capai

dan lakukan, baik itu reward maupun punishment.

160

Tabel 4.24

Lingkungan kerja anda saat ini bebas dari

polusi

Frequenc

y

Perce

nt

Valid

Percent

Cumulati

ve

Percent

Vali

d

STS 1 2.0 2.0 2.0

TS 3 6.0 6.0 8.0

KS 13 26.0 26.0 34.0

S 25 50.0 50.0 84.0

SS 8 16.0 16.0 100.0

Tota

l50 100.0 100.0

161

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa

responden memberikan nilai tertinggi pada jawaban

setuju yaitu dengan persentase sebesar 50.0%. Mereka

menyatakan bahwa tempat kerja mereka saat ini bebas

dari polusi walaupun sebagian besar karyawan di

restoran tersebut memilki kebiasaan merokok dan

walaupun tidak adanya tempat khusus untuk merokok.

Tabel 4.25

Sikap rekan – rekan kerja anda mempengaruhi

kinerja bekerja anda

Frequenc

y

Perce

nt

Valid

Percent

Cumulati

ve

Percent

Vali

d

STS 2 4.0 4.0 4.0

TS 3 6.0 6.0 10.0

KS 7 14.0 14.0 24.0

S 30 60.0 60.0 84.0

162

SS 8 16.0 16.0 100.0

Tota

l50 100.0 100.0

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa

responden memberikan nilai tertinggi pada jawaban

setuju yaitu dengan persentase sebesar 60.0% , hal

ini menujukkan bahwa bahwa sikap – sikap rekan kerja

dapat mempengaruhi kinerja kerja seseorang, dimana

peran pimpinan sangat berpengaruh untuk menciptakan

lingkungan kerja yang kondusif, diantaranya yaitu;

tidak membeda – bedakan karyawan, bertindak secara

adil, dan dapat membaur dengan para bawahan sehingga

tidak adanya jurang pemisah antara bawahan dan

pimpinan, sehingga tercipta keseimbangan di restoran

tersebut dan kinerja karyawan pun meningkat.

163

Tabel 4.26

Tempat kerja anda saat ini dilengkapi

dengan fasilitas yang memadai

Frequen

cy

Perce

nt

Valid

Percent

Cumulati

ve

Percent

Vali

d

TS 5 10.0 10.0 10.0

KS 8 16.0 16.0 26.0

S 30 60.0 60.0 86.0

SS 7 14.0 14.0 100.0

Tot

al50 100.0 100.0

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa

responden memberikan nilai tertinggi pada jawaban

setuju yaitu dengan persentase sebesar 60.0% ,

fasilitas yang memadai di restoran Portico mampu

164

meningkatkan kemampuan dan semangat kerja karyawan

sehingga para karyawan lebih dapat mengembangkan

kinerja kerjanya dan semakin produktif.

165

Tabel 4.27

Nilai rata-rata kinerja karyawan

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean

Faktor

internal50 3.00 5.00

4.240

0

Faktor

eksternal50 2.83 5.00

3.906

7

Valid N

(listwise)50

Berdasarkan tabel diatas dapat dismpulkan bahwa

indikator kinerja karyawan yang paling tinggi

nilainya adalah faktor internal dengan nilai rata-

rata sebesar 4.24 (setuju) dimana Kemauan dan

kemampuan bekerja berpengaruh pada kinerja karyawan,

oleh karena itu ada baiknya pihak pimpinan lebih

166

memahami dan menyediakan apa kemauan para karyawan

sehingga mereka lebih semangat dan termotivasi dalam

bekerja sehingga kinerja kerja mereka pun akan lebih

baik lagi. Sedangkan indikator faktor eksternal

nilainya dengan nilai rata-rata sebesar 3.90

(setuju). Dimana lingkungan kerja yang bebas polusi,

fasilitas yang memadai di tempat kerja, prosedur

perusahaan yang jelas mengenai reward dan punishment

serta sikap –sikap rekan kerja dapat mempengaruhi

kinerja kerja karyawan.

3. Analisis Pengaruh Kebiasaan Merokok terhadap

Kinerja Karyawan di Portico Restoran

Hasil penelitian berupa analisis Pengaruh

Kebiasaan Merokok terhadap Kinerja Karyawan di

Portico Restoran seperti yang tertera pada Tabel 4.28

berikut ini:

167

Table 4.28

Korelasi

KebiasaanMerokok

KinerjaKaryawan

X

Pearson Correlation 1 .511**

Sig. (2-tailed) .000

N 50 50

Y

Pearson Correlation .511** 1

Sig. (2-tailed) .000

N 50 50

Berdasarkan Tabel diatas, pengaruh kebiasaan

merokok terhadap kinerja karyawan adalah sebesar

0.511. Hasil ini berada pada interval antara – 1.00

dan + 1.00 yang menyatakan bahwa adanya hubungan yang

sedang. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa

168

kebiasaan merokok di Portico Restoran tidak terlalu

mempengaruhi kinerja para karyawannya, tetapi lebih

dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal.

Besarnya persen pengaruh kebiasaan merokok terhadap

kinerja karyawan menggunakan rumus sebagai berikut:

kd = r² x 100%

= 0.511² x 100%

= 26.1%

Dari perhitungan diatas diperoleh besarnya

persentase pengaruh kebiasaan merokok terhadap

kinerja karyawan adalah sebesar 26.1% dan 73,9%

dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya yang tidak

diteliti.

169

Besarnya pengaruh kebiasaan merokok terhadap kinerja karyawan dapat dilihat pada grafik.

26%

74%

Pengaruh Kebiasaan merokok terhadap kinerja karyawan

kebiasaan merokok terhadap kinerja karyawanfaktor-faktor lain

Grafik 4.1. Pengaruh kebiasaan Merokok terhadap

Kinerja karyawan

170

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

171

Dari hasil data yang dikumpulkan, dianalisis dan

dihitung dengan menggunakan bantuan program SPSS

versi 19.0 mengenai pengaruh kebiasaan merokok

terhadap kinerja karyawan di Portico Restoran, maka

dapat disimpulkan bahwa:

1. Indikator kebiasaan merokok yang paling tinggi

nilainya adalah faktor biologis dengan nilai rata-

rata sebesar 4.33, kemudian faktor demografis

yaitu nilai rata-rata sebesar 4.22, faktor sosial

politik dengan nilai rata-rata sebesar 4.33,

faktor psikologis dengan nilai rata-rata sebesar

3.75, faktor sosial kultural dengan nilai rata-

rata sebesar 3.61 dimana Anda mendapatkan rokok

dari teman anda, dan Anda sering merokok ditempat

umum. Sedangkan indikator yang paling kecil

nilainya adalah faktor lingkungan sosial dengan

nilai rata-rata sebesar 3.58.

104

172

2. Berdasarkan tabel diatas dapat dismpulkan bahwa

indikator kinerja karyawan yang paling tinggi

nilainya adalah faktor internal dengan nilai rata-

rata sebesar 4.24. Sedangkan indikator faktor

eksternal nilainya dengan nilai rata-rata sebesar

3.90.

3. Adanya pengaruh antara kebiasaan merokok terhadap

kinerja karyawan adalah sebesar 0.511 menyatakan

bahwa adanya hubungan yang sedang antara kebiasaan

merokok terhadap kinerja karyawan.

4. Besar persen pengaruh kebiasaan merokok terhadap

kinerja karyawan adalah sebesar 26.1% dan 73,9%

dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya.

5. Kebiasaan merokok karyawan di Portico Restoran

sangat dipengaruhi oleh faktor penghasilan dan

usia, dimana usia para karyawan masih berada pada

usia produktif.

173

6. Kinerja karyawan di Portico Restoran sangat di

pengaruhi oleh faktor internal yang dimana kemauan

dan kemampuan kerja karyawan lebih mempengaruhi

kinerja kerja mereka dibandingkan dengan kebiasaan

merokok.

B. Saran

Saran yang dapat di sampaikan mengenai kebiasaan

merokok terhadap kinerja kerja karyawan di Portico

Restoran adalah sebagai berikut:

1. Perlu ditingkatkannya reward atau penghargaan

terhadap karyawan sehingga dapat memotivasi mereka

174

agar lebih berkemauan dan mengembangkan kemampuan

mereka dalam bekerja.

2. Adanya upaya perbaikan dari Manajemen agar lebih

memperhatikan keinginan dan kemauan karyawan

sehingga dapat meningkatkan kinerja karyawan.

3. Perlu diadakannya upaya yang membantu pemerintah

dalam mensosialisasikan tentang bahaya merokok

terhadap kesehatan.

4. Memasang spanduk tentang larangan merokok dan

bahaya yang ditimbulkan akibat asap rokok.

5. Menyediakan tempat khusus merokok untuk para

karyawan.

DAFTAR PUSTAKA

175

Agusnawar.2000. Operasional Tata Graha Hotel. Jakarta: PTGramedia Pustaka Utama.

Ambar T. Sulistiyani dan Rosidah. 2003. ManajemenSumber Daya Manusia : Konsep, Teori dan Pengembangandalam Konteks Organisasi Publik. Graha Ilmu :Yogyakarta

Armstrong B K, Kricker A. 1995. Skin Cancer. Journal ofDermatology Clinics.

Crofton, John and David, 2002.Tembakau : Ancaman Global,Jakarta : PT. Elex Media Komputindo.

Endar, Sugiarto dan Sri Sulartiningrum.1996. PengantarIndustri Akomodasi dan Restoran.Jakarta : GramediaPustaka Utama.

Gomes, Faustin Cardoso, 2000. Manajemen Sumber DayaManusia , Cetakan Keempat, Penerbit andi Offset,Yogyakarta

Greer, Charles R. (2001). Strategic Human ResourceManagement, 2ndEdition. Prentice-Hall,Inc. NewJersey.

Hasibuan , Malayu S.P. 2002. Manajemen Sumber DayaManusia. Bumi Aksara. Jakarta.

Istijanto, Oei. (2010). Riset Sumber Daya Manusia. PTGramedia Pustaka Utama, Jakarta.

176

Henry Simamora, 1995, Manajemen Sumber Daya Manusia,Yogyakarta: P. STIE YPKN.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002).Departemen PendidikanNasional Edisi ke-3. Balai Pustaka, Jakarta.Gramedia.

Komalasari, D. dan Helmi, AF. 2000. Faktor – faktorPenyebab Perilaku Merokok Pada Remaja. JurnalPsikologi Universitas Gajah Mada, 2. Yogyakarta:Universitas Gajah Mada Press.

Kusmayadi dan Sugiarto E. 2000. Metodologi Penelitian DalamBidang Kepariwisataan.Jakarta : PT. Gramedia PustakaUtama.

Kusmayadi. 2004. Statistika Pariwisata Deskriptif. Jakarta :PT. Grasindo.

Levy, M.R. (1984). Life and health. New York: Random House.

Mankunegara, Anwar Prabu . 2005. Sumber Daya Manusia

Perusahaan : Bandung.

Marsum, WA, 2001” Restoran dan Segala Permasalahannya”Penerbit Andi, Yogyakarta.

177

Mu’tadin, Z. (2002). Kemandirian Sebagai Kebutuhan Psikologis Pada Remaja.

Ogden, Jane. (2000). Health Psychology. Buckingham : Open University Press.

Oskamp, Stuart. (1984). Applied Social Psychology. NewJersey : Prentice Hall.

Poerwadarminta, W.J.S. 1995. Kamus Umum Bahasa Indonesia.Jakarta: PT.Balai Pustaka

Smet, B. (1994). Psikologi Kesehatan. Semarang: PT.Gramedia

Sarafino, E. P. (1994). Health Psychology (2nded). NewYork: John Wiley and Sons.

Sihombing, Ika MM, 2007. Gambaran Faktor- faktor yang Menyebabkan Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Tidak Dapat Berhenti Merokok di Universitas Sumatera Utara. Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.

Siswanto Sastrohadiwiryo, DR, (2003), Manajemen TenagaKerja Indonesia, edisi 2, PT. Bumi Aksara, Jakarta.

Sitepoe, Mangku. 2000. Kekhususan Rokok Indonesia.Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana.

Soekidjo Notoatmodjo. 2009. Pengembangan Sumber DayaManusia. Jakarta : Rineka Cipta.

178

Soekresno.Manajemen Food and Beverage.2000 Edisi ke II.Jakarta:PT. Gramedia Pustaka Utama.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. CV.Alfabeta: Bandung.

Suarthana.2006.Manajemen Perhotelan edisi Kantor Depan,Kuta utara: Mapindo.

LAMPIRANKUESIONER PENELITIAN

Kepada

Yth. Para Responden

179

di tempat

Dengan Hormat,

Melalui kuesioner ini saya yang bernama Rahadian

Arifin Putra, mahasiswa semester akhir di Sekolah Tinggi

Pariwisata Trisakti jurusan DIV Perhotelan , yang saat

ini melakukan penelitian untuk penulisan proyek akhir

dengan judul “Analisis Pengaruh Kebiasaan Merokok

terhadap Kinerja Karyawan Portico Restoran”.

Berkaitan dengan judul tersebut, mohon

bapak/ibu/saudara/i berkenan untuk mengisi kuesioner

ini.Kuesioner ini ditujukan semata – mata untuk memenuhi

penyelesaian Proyek Akhir.Bantuan bapak/ibu/saudara/I

sangat berarti dalam penulisan Proyek Akhir ini.

Atas waktu dan kesediaan bapak/ibu/saudara/i,

penulis ucapkan terima kasih.

Penulis

180

Rahadian Arifin Putra

PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER

A. Petunjuk Pengisian

1. Kepada Yth. Bapak/Ibu/Saudara/i dimohon kesediaan

untuk menjawab seluruh pernyataan yang ada dengan

jujur dan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.

2. Berilah tanda (√ ) pada lembar kuesioner yang

tersedia dan pilih sesuai hati nurani anda.

3. Ada lima alternatif untuk menjawab pertanyaan

jawaban yang akan di pilih, yaitu:

5 = Sangat Setuju SS

4 = Setuju (S)

3 = Kurang Setuju (KS)

2 = Tidak Setuju (TS)

1 = Sangat Tidak Setuju (STS)

B. Karekteristik Responden

1. Jenis Kelamin : 1. PRIA ( ) 2.

Wanita ( )

181

2. Umur : 1. < 25 Tahun ( )

2. 26-35 Tahun ( )

3. 36-45 Tahun ( )4. >46 Tahun (

)

3. Tingkat Pendidikan : 1. SLTP ( ) 2.

SLTA ( )

3. Diploma ( ) 4. Sarjana ( )

4. Penghasilan Perbulan : 1. < 1 juta ( ) 2.

1-3 juta ( )

3. 3-5 juta ( ) 4. > 5 juta ( )

5. Lama Bekerja : 1. < 1 Tahun ( ) 2. 1-2

Tahun ( )

3. 3-5 Tahun ( ) 4. > 5 Tahun ( )

5 Sangat Setuju DAFTAR PERTANYAAN4 Setuju VARIABEL PERILAKU MEROKOK (X)3 Kurang setuju2 Tidak Setuju1 Sangat Tidak Setuju NO Pernyataan Altenatif Jawaban

SS S KS TS STS5 4 3 2 1

182

Faktor Biologis

1. Anda telah merokok lebih dari satu tahun

2. Anda merokok karena keinginan sendiriFaktor Psikologis

3. Anda merokok untuk menghilangkanstress dan bosan

4. Merokok mebuat anda terlihat lebih dewasa / kerenFaktor lingkungan sosial

5. Pengaruh iklan memotivasi anda untuk merokok

6. Sebgaianbesar teman anda adalah seorang perokokFaktor demografis

7. Pertama kali mulai merokok ketika usia remaja

8. Saat ini perilaku merokok tidakhanya dilakukan oleh kaum priaFaktor sosial kultural

9. Anda mendapatkan rokok dari teman anda

10. Anda sering merokok ditempat umumFaktor sosial politik

11. Merokok sangat berbahaya bagi kesehatan

12. Peran pemerintah untuk mengurangi perilaku pemerintah

183

sudah cukup baik

5 Sangat Setuju DAFTAR PERNYATAAN

4 Setuju VARIABELKINERJA KARYAWAN (Y)

3 Kurang Setuju

2 Tidak Setuju

1 Sangat Tidak Setuju

NO Pernyataan Altenatif JawabanSS S KS TS STS5 4 3 2 1

Faktor Internal13. Kemauan dan kemampuan bekerja

berpengaruh pada kinerja karyawan

14. Anda adalah seorang pekerja kerasFaktor Eksternal

15. Anda setuju jika merokok dapat mempengaruhi kinerja kerja seseorang

16. Perusahaan memberikan penghargaan terhadap karyawan yang berprestasi

17. Anda setuju jika perusahaanmemberikan umpan balikterhadap kinerja karyawan

18. Lingkungan kerja anda saat ini

184

bebas dari polusi19. Sikap rekan – rekan kerja anda

mempengaruhi kinerja bekerja anda

20. Alat kerja yang ada saat ini,sangat mendukung kelancaranoprasional pekerjaan

Suasana depan Restoran Deus ex Machina Bali

185

Restoran deus Ex Machina

186

187

Suasana ketika Live Music di Resroran Deus Ex

Machina

188

Retail Deus Ex Machina Bali

189

Bengkel dan Kantor Deus ex Machina Bali

190

RIWAYAT HIDUP

Rahadian Arifin Putra, dilahirkan di Jakarta pada

tanggal 2 Desember 1992, adalah putra ke dua dari

tiga bersaudara dari pasangan Rahmedi dan Dyah

Purwita.

Menjalani pendidikan Taman kanak – kanak di Tk

Kartika X-2, Sekolah Dasar (SD) Kartika X-2, Sekolah

Menengah Pertama Negeri (SMPN) 177 Jakarta, dan

Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 82 Jakarta, yang

di selesaikan pada tahun 2010. Kemudian pada tahun

2010 penulis diterima di Sekolah Tinggi Pariwisata

Trisakti jurusan D4 Perhotelan.

Pada semester VI, penulis melaksanakan Praktek

Kerja Lapangan di Nusa Dua Beach Hotel and Spa, Bali

selama 6 bulan di Kitchen Departemen. Kemudian pada

semester VII, penulis melanjutkan Praktek Kerja

191

Lapangan yang kedua di Portico Restaurant, Senayan

Jakarta yang juga selama 6 bulan dan departemen yang

sama yaitu Kitchen Departemen. Dan pada tahun 2014,

akhirnya penulis menyelesaikan Proyek Akhir ini yang

merupakan syarat utama untuk menyandang gelar Sarjana

Sains Terapan di Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti,

Jakarta.

PRAKATA

Segenap puji dan syukur saya panjatkan kepada

ALLAH SWT atas segala berkat serta penyertaan – Nya

yang telah dilimpahkan sehingga saya dapat

menyelesaikan proyek akhir ini. Dalam kesempatan ini,

saya memilih analisis sebagai proyek akhir di Sekolah

Tinggi Pariwisata Trisakti, Jakarta dengan judul :

192

“PENGARUH KEBIASAAN MEROKOK TERHADAP KINERJA KARYAWAN

DI PORTICO RESTAURAN.”

Proyek akhir ini merupakan salah satu syarat

untuk lulus dari Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti

program Manajemen Hotel Diploma IV yang telah

berhasil saya lalui selama hampir empat tahun. Segala

jerih payah saya selama ini tidak lepas dari dukungan

berbagai pihak. Di kesempatan ini, saya ingin

mengucapkan terima kasih sebesar – besarnya kepada :

1. Ibu Fetty Asmaniati, SE,MM. , selaku Ketua Sekolah

Tinggi Pariwisata Trisakti Jakarta.

2. Bapak Chondro Suryono, SE,MM. , selaku Wakil Ketua

Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti Jakarta.

3. Bapak Ir. Fachrul Husain Habibi, MM. , Direktur

Program Diploma.

4. Bapak Agus Riyadi S,ST.Par.M.sc Ketua Program

Diploma IV.

193

5. Bapak Mochamad Achmadi, M.Pd. , selaku Dosen

Pembimbing materi dan teknis, terima kasih atas

bimbingan dan pengarahan, koreksi, saran dan

kritik, serta kiat – kiat sukses dalam penelitian

proyek akhir ini.

6. Ibu Anita Swantari selaku Dosen Pembimbing

Akademik Hotel D 2010.

7. Para dosen dan staf Sekolah Tinggi Pariwisata

Trisakti, terima kasih atas ilmu yang telah di

berikan.

8. Para Staff perpustakaan Sekolah Tinggi Pariwisata

Trisakti, terima kasih atas bantuan dan keramah

tamahan nya.

9. Seluruh anggota keluarga saya, Bapak, Ibu dan

kakak saya. Terima kasih karena sudah senantiasa

memberikan dukungan materil serta moril kepada

saya dan selalu mendidik dengan penuh kasih

194

sayang. Saya bangga memiliki kalian semua, saya

mencintai kalian sepenuh hati,

10. Seluruh teman – teman yang setiap hari

menyemangati saya serta memberi dukungan moril

yang tiada habisnya yang pada akhirnya saya bisa

menyelesaikan proyek akhir ini.

11. Kepada kekasih saya tercinta, Dita

Permatasari yang selalu memberikan dukungan mental

dan semangat yang tulus, sehingga saya dapat

menyelesaikan proyek akhir ini.

12. Karyawan Portico yang telah bersedia

mengisi kuisioner saya demi berhasilnya

pengumpulan data dan penelitian saya ini.