BAB II - Tinjauan Pustaka [Revisi 040712]

35
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Definisi Makanan Pendamping ASI (MP ASI) Makanan bayi dan anak usia 6-24 bulan terdiri dari ASI dan MP ASI. Istilah untuk MP ASI bermacam-macam yakni makanan pelengkap, makanan tambahan, makanan padat, makanan sapihan, weaning food atau makanan peralihan. Istilah tersebut memiliki arti yang sama yaitu menunjukkan bahwa pemberian ASI maupun pengganti ASI (PASI) berangsur berubah secara bertahap sampai anak mampu makan makanan keluarga atau orang dewasa. 12 MP ASI adalah makanan atau minuman yang mengandung gizi yang diberikan pada bayi atau anak berumur 6-24 bulan untuk memenuhi kebutuhan gizinya. 3 Tujuan pengenalan MP ASI bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi tapi juga untuk memperkenalkan pola makan keluarga kepada bayi. 16 Makanan pendamping ASI (MP ASI) dini adalah makanan/ minuman yang diberikan pada bayi sebelum berusia 6 bulan. 10,13,16 2.1.2 Tujuan Pemberian MP ASI 5

Transcript of BAB II - Tinjauan Pustaka [Revisi 040712]

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Definisi Makanan Pendamping ASI (MP ASI)

Makanan bayi dan anak usia 6-24 bulan terdiri

dari ASI dan MP ASI. Istilah untuk MP ASI

bermacam-macam yakni makanan pelengkap, makanan

tambahan, makanan padat, makanan sapihan, weaning

food atau makanan peralihan. Istilah tersebut

memiliki arti yang sama yaitu menunjukkan bahwa

pemberian ASI maupun pengganti ASI (PASI)

berangsur berubah secara bertahap sampai anak

mampu makan makanan keluarga atau orang dewasa.12

MP ASI adalah makanan atau minuman yang

mengandung gizi yang diberikan pada bayi atau anak

berumur 6-24 bulan untuk memenuhi kebutuhan

gizinya.3 Tujuan pengenalan MP ASI bukan hanya

untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi tapi juga

untuk memperkenalkan pola makan keluarga kepada

bayi.16 Makanan pendamping ASI (MP ASI) dini adalah

makanan/ minuman yang diberikan pada bayi sebelum

berusia 6 bulan.10,13,16

2.1.2 Tujuan Pemberian MP ASI

5

6

ASI memenuhi seluruh kebutuhan bayi terhadap

zat-zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan dan

kesehatan sampai berumur 6 bulan. Menjelang umur 6

bulan, bayi tidak lagi mendapat cukup energi dan

zat gizi dari ASI. Kebutuhan zat gizi semakin

bertambah sesuai dengan peningkatan umur bayi atau

anak karena proses tumbuh kembang. ASI hanya

memenuhi sekitar 60-70% kebutuhan gizi bayi

setelah usia 6 bulan, sehingga bayi mulai

membutuhkan MP ASI.13,16

Tujuan pemberian MP ASI adalah untuk menambah

energi dan zat-zat gizi yang diperlukan bayi.

Pemberian MP ASI bermanfaat untuk mencapai

pertumbuhan dan perkembangan yang optimal,

menghindari terjadinya kekurangan zat gizi baik

makro maupun mikro, memelihara kesehatan, mencegah

penyakit dan mempercepat pemulihan bila sakit,

membantu perkembangan jasmani, rohani, psikomotor,

mendidik kebiasaan yang baik tentang makanan dan

memperkenalkan bermacam-macam bahan makanan yang

sesuai dengan keadaan fisiologis bayi. Pemberian

MP ASI juga bermanfaat untuk menyesuaikan

kemampuan alat cerna dalam menerima makanan

tambahan dan merupakan salah satu proses

pendidikan di mana bayi belajar untuk mengunyah

dan menelan makanan padat, serta membiasakan

7

selera-selera baru sebagai masa peralihan dari ASI

ke makanan keluarga.13

Otot dan saraf di dalam mulut bayi setelah

berumur 6 bulan sudah berkembang untuk mengunyah,

menggigit dan menelan makanan dengan baik, mulai

tumbuh gigi, suka memasukkan sesuatu ke dalam

mulutnya dan berminat terhadap rasa yang baru.13,16

Sistem percernaannya sudah relatif sempurna dan

siap menerima MP ASI. Enzim pemecah protein

seperti asam lambung, pepsin, lipase, enzim

amilase dan sebagainya juga telah diproduksi

sempurna pada saat bayi berumur 6 bulan.3,17

WHO/UNICEF dalam Global Strategy for Infant and Young

Child Feeding merekomendasikan 4 hal penting yang

harus dilakukan pada bayi yaitu sebagai berikut.4

1. Memberikan ASI kepada bayi segera dalam waktu

30 menit setelah bayi lahir

2. Memberikan hanya ASI saja atau pemberian ASI

secara eksklusif sejak lahir sampai bayi

berusia 6 bulan

3. Memberikan MP ASI sejak bayi berusia 6 bulan

sampai 24 bulan

4. Meneruskan pemberian ASI sampai anak berusia 24

bulan atau lebih

2.1.3 Syarat MP ASI yang Baik

8

Makanan untuk anak usia 6-24 bulan harus

memenuhi syarat-syarat sebagai berikut.12,18

1. Memenuhi kecukupan energi dan semua zat gizi

sesuai dengan umur

2. Susunan hidangan disesuaikan dengan pola menu

seimbang

3. Bentuk dan porsi makanan disesuaikan dengan

daya terima, toleransi dan keadaan anak

sehingga mudah dicerna

4. Tidak tercemar patogen misalnya bakteri atau

organisme lain penyebab penyakit

5. Tidak mengandung bahan kimia atau logam

berbahaya

MP ASI yang baik adalah makanan yang mengandung

sejumlah kalori atau energi (karbohidrat, protein

dan lemak), vitamin, mineral dan serat untuk

pertumbuhan dan energi bayi, disukai oleh bayi,

mudah disiapkan dan harga yang terjangkau, sebaiknya

dapat diproduksi dari bahan-bahan yang tersedia

secara lokal. Makanan harus bersih dan aman,

terhindar dari pencemaran mikroorganisme dan logam,

serta tidak kadaluarsa.3,13

2.1.4 Kebutuhan Gizi Anak Usia 0-24 Bulan

Kebutuhan gizi seseorang adalah jumlah yang

diperkirakan cukup untuk memelihara kesehatan pada

9

umumnya. Secara garis besar, kebutuhan gizi

ditentukan oleh usia, jenis kelamin, aktivitas,

berat badan dan tinggi badan.19

Kebutuhan energi dan protein bayi dan balita

relatif besar jika dibandingkan dengan orang

dewasa sebab pada usia tersebut pertumbuhannya

masih sangat pesat. Tidak ada perbedaan yang

signifikan antara anak perempuan dan laki-laki

dalam hal kebutuhan energi dan protein. Kecukupan

akan semakin menurun seiring dengan bertambahnya

usia, namun untuk protein, angka kebutuhannya

bergantung pada mutu protein. Semakin baik mutu

protein, semakin rendah angka kebutuhannya. Mutu

protein bergantung pada susunan asam amino yang

membentuknya, terutama asam amino esensial.20

Tabel 1. Jumlah Kebutuhan Zat Gizi yang Dianjurkanuntuk Anak Indonesia21

10

Sumber: Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi, 2004

Konsumsi pangan anak bayi dan balita harus

cukup dan seimbang karena anak balita sedang

mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan yang

pesat. Kebutuhan gizi bayi usia 6-12 bulan adalah

650 kkal dan 16 gram protein. Kandungan gizi ASI

adalah 400 kkal dan 10 gram protein, maka

kebutuhan yang diperoleh dari MP ASI adalah 250

kkal dan 6 gram protein. Kebutuhan gizi bayi usia

12 – 24 bulan adalah sekitar 850 kkal dan 20 gram

protein. Kandungan gizi ASI adalah sekitar 350

kkal dan 8 gram protein, maka kebutuhan yang

diperoleh dari MP ASI adalah sekitar 500 kkal dan

12 gram protein.4 Karbohidrat diperlukan sebagai

11

sumber energi dan sekitar 60-70% energi total

dianjurkan berasal dari karbohidrat.13

MP ASI hendaknya mengandung protein bermutu

tinggi dengan jumlah yang mencukupi. Bahan makanan

hewani seperti telur, daging, susu dan ikan

mengandung protein yang lebih tinggi dibandingkan

bahan makanan nabati seperti kacang-kacangan dan

biji-bijian. Semakin bertambah usia bayi maka

protein yang dibutuhkan semakin meningkat. Setelah

menginjak usia satu tahun bayi membutuhkan protein

sekitar dua kali lipat pada masa sebelumnya.9

MP ASI yang baik harus menyediakan energi yang

cukup tinggi. Hal ini dapat tercapai dengan

melakukan penambahan lemak dan gula. Lemak dapat

diberikan sampai kandungannya dapat menyediakan

energi sebanyak 25%. Lemak nabati dan asam lemak

tak jenuh baik untuk diberikan pada bayi. Lemak

merupakan sumber energi dengan konsentrasi tinggi.

Lemak berfungsi sebagai sumber asam lemak

esensial, pelarut vitamin A, D, E, dan K, serta

memberi rasa gurih dan sedap pada makanan.9,13

Vitamin yang dibutuhkan terdiri dari vitamin

yang larut dalam lemak dan vitamin yang larut

dalam air. Vitamin yang larut dalam lemak adalah

vitamin A, D, E, dan K, sedangkan yang larut dalam

air adalah vitamin vitamin C, B1, Riboflavin,

12

Niasin, B6, B12, asam folat, dan vitamin lain yang

tergolong vitamin B kompleks. Mineral dibutuhkan

untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi. Unsur Fe

(besi) dan I (iodium) merupakan 2 jenis mineral

bayi yang jarang terpenuhi sehingga mengakibatkan

anemia dan gondok. Setelah bayi berumur 6 bulan,

bayi harus mulai diberikan makanan yang mengandung

zat besi (sereal, daging, sayuran hijau), yang

dapat menjamin pasokan zat besi yang mencukupi

untuk pertumbuhan yang sehat. Jenis mineral

lainnya yang dibutuhkan bayi seperti kalsium,

fosfor dan seng.13

Pada umumnya bayi yang baru lahir mempunyai

jadwal makan yang tidak teratur, bayi bisa makan

sebanyak 6-12 kali atau lebih dalam 24 jam tanpa

jadwal yang teratur. Menyusui bayi dapat dilakukan

setiap 3 jam alasannya karena lambung bayi akan

kosong dalam waktu 3 jam sehabis menyusui. Sejalan

dengan bertambahnya usia, jarak antara waktu

menyusui menjadi lebih lama, karena kapasitas

lambungnya membesar dan produksi susu ibu

meningkat.13

2.1.5Pola Pemberian MP ASI

Pola pemberian MP ASI harus disesuaikan dengan

tahap perkembangan dan pertumbuhan bayi dan anak

usia 6-24 bulan. Pengenalan dan pemberian MP ASI

13

dilakukan secara bertahap baik jenis, tekstur,

frekuensi maupun jumlahnya. Pemberian MP ASI harus

memperhatikan kesiapan bayi antara lain

keterampilan mengecap dan mengunyah serta

penerimaan rasa dan bau serta kemampuan pencernaan

bayi atau anak.10,16

MP ASI pertama sebaiknya adalah golongan beras

dan serealia karena berdaya alergi rendah. Secara

berangsur-angsur diperkenalkan sayuran yang

dikukus dan dihaluskan, buah yang dihaluskan. Jika

bayi dapat menerima dengan baik maka dapat

diberikan sumber protein (tahu, tempe, daging

ayam, hati ayam atau daging sapi) yang dikukus dan

dihaluskan. Setelah bayi mampu mengkoordinasikan

lidahnya dengan baik secara bertahap bubur dibuat

lebih kental (dikurangi campuran airnya), kemudian

menjadi lebih kasar (disaring) dengan tambahan

bahan lain yang dicincang halus kemudian dicincang

kasar dan akhirnya bayi siap menerima makanan yang

dikonsumsi keluarga.10 Bentuk MP ASI yang

diberikan kepada balita disesuaikan dengan umur

seperti yang tampak pada tabel berikut.22

Tabel 2. Pola Pemberian MP ASI pada Balita22

14

Sumber : Kementrian Kesehatan RI, 2011

Menurut Depkes tahun 2009 dalam Buku Kesehatan

Ibu dan Anak, pemberian makanan pada bayi dan anak

umur 0-24 bulan yang baik dan benar adalah sebagai

berikut.23

1. Umur 0-6 bulan

Berikan ASI sesering mungkin setiap kali bayi

menginginkan sedikitnya 8 kali sehari. Jangan

berikan makanan atau minuman lain selain ASI

(ASI eksklusif).

2. Umur 6-8 bulan

ASI tetap diberikan dan mulai dikenalkan MP ASI

dalam bentuk lumat dimulai dari bubur susu

sampai bubur tim lunak, diberikan 2 kali sehari

dan jumlahnya disesuaikan dengan umur bayi.

Makanan selingan diberikan 2 kali sehari di

antara waktu makan seperti bubur kacang hijau,

biskuit, pisang, nagasari dan sebagainya serta

buah-buahan seperti air jeruk manis atau air

tomat saring. 10,23

15

Tabel 3. Contoh MP ASI untuk Usia 6-8 Bulan23

Umur Contoh MP ASI6 bulan Pagi : bubur susu 3 sendok makan

Sore : bubur susu 3 sendok makan7 – 8

bulan

Pagi : bubur tim lumat 2/3 gelas

ukuran 250 ccSiang : bubur tim lumat 2/3 gelas

ukuran 250 ccMalam : bubur tim lumat 2/3 gelas

ukuran 250 ccSumber : Depkes RI, 2010

3. Umur 9-12 bulan

ASI tetap diberikan dan dapat mulai diberikan

MP ASI yang lebih padat contohnya bubur nasi,

nasi tim dan nasi lembek sebanyak 3 kali sehari

yaitu pagi, siang dan malam dengan jumlah kira-

kira ¾ gelas ukuran 250 cc. Beri makanan

selingan 2 kali sehari di antara waktu makan

seperti bubur kacang hijau, biskuit, pisang,

nagasari dan sebagainya serta buah-buahan

seperti air jeruk manis atau air tomat saring.10,23

4. Umur 12-24 bulan

16

Pemberian ASI tetap diteruskan sampai usia 2

tahun. Mulai umur 1 tahun dapat diberikan

makanan orang dewasa berupa nasi lembek 3 kali

sehari masing-masing 1/3 piring dewasa ditambah

telur, ayam, ikan, tempe, tahu, daging sapi,

wortel, bayam atau kacang hijau. Makanan

selingan serta buah atau perasan buah diberikan

2 kali sehari.10,23

Tabel 4. Jadwal Pemberian Makanan Balita Usia 0-24

Bulan (Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia/

IDAI)24

17

Sumber: Sembiring T, 2009

2.1.6 Penilaian Konsumsi Makanan

Penilaian konsumsi makanan dimaksudkan untuk

mengetahui kebiasaan makan dan gambaran tingkat

kecukupan bahan makanan dan zat gizi pada tingkat

kelompok, rumah tangga dan perorangan, serta faktor-

faktor yang berpengaruh terhadap konsumsi makanan

tersebut. Beberapa metode pengukuran konsumsi

makanan untuk individu anatara lain5 :

1. Metode food recall 24 jam

18

Metode ini dilakukan dengan menanyakan jenis dan

jumlah bahan makanan yang dikonsumsi responden

pada periode 24 jam yang lalu. Dimulai sejak ia

bangun pagi sampai istirahat malam hari. Metode

ini cenderung bersifat kualitatif sehingga jumlah

konsumsi makanan individu ditanyakan secara

teliti. Metode ini digunakan untuk mengatur rata-

rata konsumsi pangan dan zat gizi pada kelompok

besar. Daya ingat responden dan kesungguhan serta

kesabaran dari pewawancara sangat menentukan

keberhasilan metode recall 24 jam ini.5

2. Metode estimated food records

Metode ini digunakan untuk mencatat jumlah yang

dikonsumsi. Responden diminta mencatat semua yang

ia makan dan minum setiap kali sebelum makan.

Menimbang dalam ukuran berat pada periode

tertentu, termasuk cara persiapan dan pengelolaan

makanan. Metode ini dapat memberikan informasi

konsumsi yang mendekati sebenarnya tentang jumlah

energi dan zat gizi yang dikonsumsi oleh

individu.5

3. Metode penimbangan makanan (food weighing)

Responden atau petugas menimbang dan mencatat

seluruh makanan yang dikonsumsi selama 1 hari.

Penimbangan makanan ini biasanya berlangsung

beberapa hari tergantung dati tujuan, dana

penelitian, dan tenaga yang tersedia.5

19

4. Metode riwayat makanan

Metode ini bersifat kualitatif karena memberikan

gambaran pola kunsumsi berdasarkan pengamatan

dalam waktu yang cukup lama (bias 1 minggu, 1

bulan, 1 tahun). Metode ini terdiri dari 3

komponen yaitu : wawancara, frekuensi jumlah

bahan makanan, pencatatan konsumsi.5

5. Metode frekuensi makanan (food frequensi)

Metode ini untuk memperoleh data tentang

frekuensi konsumsi sejumlah bahan makanan atau

makanan jadi selama periode tertentu. Meliputi

hari, minggu, bulan, atau tahun, sehingga

diperoleh gambaran pola konsumsi makanan secara

kualitatif. Kuesioner frekuensi makanan memuat

tentang daftar bahan makanan dan frekuensi

penggunaan makanan tersebut pada periode

tertentu.5

2.1.7 Dampak Pemberian MP ASI Dini dan Terlambat

Pemberian MP ASI yang terlalu dini pada bayi

yaitu sebelum umur 6 bulan akan menimbulkan risiko

sebagai berikut 3,13,16,18:

a. Gangguan Menyusui. Makanan tersebut dapat

menggantikan ASI. Anak akan minum ASI lebih

sedikit dan produksi ASI ibu berkurang.

20

b. Faktor perlindungan yang diperoleh dari ASI

lebih sedikit sehingga resiko infeksi

meningkat.

c. Kenaikan berat badan terlalu cepat yang dapat

menyebabkan obesitas.

d. Risiko diare meningkat karena MP ASI tidak

sebersih ASI dan mudah terkontaminasi.

e. Mengganggu fungsi usus yang masih belum

berkembang dengan baik.

f. Beban ginjal meningkat. Pada bayi usia dini,

organ ginjal belum berfungsi sempurna sehingga

makanan yang banyak mengandung natrium klorida

akan meningkatkan beban ginjal dan kemungkinan

akan terjadi hiperosmolaritas.

g. Alergi terhadap makanan karena sistem imunitas

belum berfungsi sempurna misalnya alergi

terhadap ikan, telur, sayuran atau sereal.

MP ASI yang terlambat diberikan yaitu di atas

usia 6 bulan juga tidak baik karena akan

meningkatkan resiko sebagai berikut13 :

a. Berat badan bayi tidak bertambah dan sebaliknya

akan menjadi kurang gizi.

b. Akan lebih sulit membujuk bayi mulai makan

makanan padat pada usia lebih tua.

21

c. Bayi yang tidak dilatih makan pada umur 6 bulan

biasanya tidak mau makan makanan lain selain

ASI, susu formula, atau minuman cair sesudah

berumur 1 tahun. Keadaan ini akan menyebabkan

bayi kekurangan gizi.

Hasil penelitian Defni pada tahun 2001 di

Sulawesi Selatan mendapatkan bahwa sebanyak 65%

ibu sudah memperkenalkan MP ASI sebelum waktunya

yaitu kurang dari 4 bulan. Pisang merupakan jenis

MP ASI yang paling banyak diberikan (76,9%) dan

sisanya sebesar 23,1% memberikan bubur instan.25

Beberapa alasan yang dikemukakan ialah adanya

anggapan bahwa bayi yang masih menangis karena

masih lapar, bayi tidak menolak/ memuntahkan MP

ASI yang diberikan, sudah menjadi kebiasaan dalam

keluarga dan masyarakat sekitar juga melakukan hal

yang sama. Menurut mereka, dengan diberikan

makanan sejak dini, bayi menjadi lebih cepat

kenyang dan menjadi lebih kuat.25,26

2.1.8 Faktor yang Mempengaruhi Pola Pemberian MP

ASI

Beberapa faktor yang mempengaruhi pola

pemberian MP ASI antara lain sebagai berikut.9

22

a. Pengetahuan

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain

yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan

seseorang.9 Pengetahuan ibu adalah faktor yang

penting dalam pemberian makanan tambahan pada

bayi karena dengan pengetahuan yang baik, ibu

tahu kapan waktu pemberian makanan yang tepat.

Pengetahuan dapat diperoleh dari informasi yang

disampaikan orang lain, media cetak, media

elektronik, atau penyuluhan-penyuluhan.

Pengetahuan didukung oleh pendidikan karena

pendidikan merupakan suatu proses untuk

mengembangkan semua aspek kepribadian manusia

meliputi pengetahuan, nilai, sikap, dan

keterampilan sehingga terjadi perubahan

perilaku yang positif. Ketidaktahuan tentang

akibat pemberian makanan pendamping ASI dini

dan cara pemberian nya serta kebiasaan yang

merugikan kesehatan, secara langsung maupun

tidak langsung menjadi penyebab masalah gizi

kurang pada anak, khususnya pada anak dibawah 2

tahun.13

Penelitian Titis tahun 2010 di Demak

mendapatkan adanya hubungan bermakna antara

pengetahuan ibu dengan pola pemberian makanan

pendamping ASI pada bayi usia 6-8 bulan.9

23

Penelitian oleh Dewanti, tahun 2009 di Semarang

mendapatkan bahwa jika pengetahuan ibu tentang

makanan pendamping ASI meningkat maka perubahan

berat badan balita usia 6-24 bulan semakin

baik.27

b. Pendidikan

Pendidikan orang tua merupakan salah satu

faktor penting dalam tumbuh kembang anak. Makin

tinggi tingkat pendidikan, maka makin baik

tingkat ketahanan pangan keluarga dan pola

pengasuhan anak. Ibu akan mengerti waktu yang

tepat memberikan MP ASI bagi bayi serta

mengerti dampak yang ditimbulkan jika makanan

tersebut diberikan terlalu dini. Ibu yang

berpendidikan akan memahami informasi dengan

baik terutama tentang cara pengasuhan anak yang

baik, pemberian makan yang baik, cara menjaga

kesehatan anak dan sebagainya. Ibu juga akan

lebih mudah mengerti penjelasan yang diberikan

oleh petugas kesehatan melalui penyuluhan, dan

tidak akan terpengaruh dengan informasi yang

tidak jelas.13,18,26

c. Status Pekerjaan Ibu

24

Status sosial ekonomi berhubungan erat

dengan pekerjaan dan pendapatan orang tua yang

bepengaruh terhadap konsumsi energi. Ibu yang

bekerja akan berpengaruh terhadap pola asuh

anak, ibu menjadi kurang perhatian dan kurang

dekat dengan anak karena sebagian besar waktu

ibu digunakan untuk bekerja diluar rumah.

Pemberian ASI juga semakin berkurang. 9,13,25

Pemberian MP ASI terlalu dini bisa terjadi

karena orang tua khususnya ibu terlalu sibuk

bekerja diluar rumah dan pengasuhan anak

diserahkan kepada orang lain. Banyak sekali

orang tua yang memberikan MP ASI sebelum usia 6

bulan. Umumnya banyak ibu yang beranggapan

bahwa anak akan tidur nyenyak bila diberi

makanan.13

d. Sosial Ekonomi

Keadaan sosial ekonomi keluarga sangat

berpengaruh terhadap pemberian MP ASI yang baik

kepada anak. Keadaan sosial ekonomi keluarga

yang rendah menyebabkan keluarga tidak mampu

menyediakan MP ASI yang memadai bagi anak.

Keluarga yang mempunyai tingkat sosial ekonomi

yang baik akan dapat memberikan MP ASI yang

berkualitas kepada anaknya karena daya beli

25

keluarga yang baik sehingga ketersediaan pangan

di tingkat rumah tangga akan mencukupi

kebutuhan.9,13

e. Sosial Budaya

Keadaan budaya yang dimaksud adalah mengenai

budaya makan di masyarakat mengenai pantang-

pantangan makan, dan makanan yang boleh maupun

tidak boleh dimakan oleh anak. Di samping itu

ada juga budaya yang sudah turun temurun

berlaku dimasyarakat, yaitu budaya untuk

memberikan makanan pendamping ASI dini kepada

anak, yaitu mulai usia 3 bulan anak sudah

diberikan makanan berupa pisang lumat kepada

bayinya. Perilaku seperti ini merupakan

perilaku turun temurun yang dilihat ibu balita

dari ibunya. Budaya seperti ini merupakan unsur

budaya yang salah karena pemberian MP ASI

terlalu dini kepada bayi dapat mempengaruhi

pencernaan bayi. 9

f. Keluarga dan Masyarakat

Beberapa anggapan dan kebiasaan di keluarga

ataupun masyarakat juga turut mempengaruhi

pemberian MP ASI dini. Anggapan masyarakat

seperti orang tua terdahulu antara lain bahwa

26

anak mereka yang diberi MP ASI pada umur 2

bulan sampai sekarang dapat hidup sehat. Alasan

lain ialah masih banyak promosi makanan bayi

yang belum mengindahkan prisnsip pemberian ASI

eksklusif sampai 6 bulan.13,26

2.2 Penilaian Status Gizi Secara Antropometri

Proses pertumbuhan ditandai oleh membesarnya

ukuran tubuh (berat badan, tinggi badan, lingkar

lengan atas dan lain sebagainya). Pertumbuhan

berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar,

jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ

maupun individu yang bisa diukur dengan ukuran

berat (kg), ukuran panjang (meter) dan

keseimbangan metabolik.28

Pertumbuhan dan perkembangan anak tidak hanya

ditentukan oleh faktor genetik atau faktor

lingkungan saja, melainkan proses interaksi antara

keduanya. Model biopsikososial pada tumbuh kembang

anak mengakui pentingnya pengaruh kekuatan

intrinsik dan ekstrinsik. Salah satu faktor

lingkungan yang penting ialah zat gizi yang harus

dicukupi melalui makanan. Penilaian keadaan gizi

anak sebagai refleksi kecukupan gizi merupakan

salah satu parameter yang penting untuk menilai

keadaan pertumbuhan anak dan menilai kesehatan

27

anak tersebut. Tinggi badan misalnya adalah fungsi

antara faktor genetik (biologik), kebiasaan makan

(psikologik) dan terpenuhinya makanan bergizi

(sosial) pada anak.3,11,28

Status gizi anak adalah keadaan kesehatan anak

yang ditentukan oleh keseimbangan antara konsumsi

dan penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-zat

gizi tersebut atau keadaan fisiologis akibat dari

tersedianya zat gizi dalam tubuh yang diperoleh

dari pangan dan makanan.3,13 Status gizi seseorang

dipengaruhi oleh jumlah dan mutu pangan yang

dikonsumsi serta keadaan tubuh seseorang yang

dapat menyebabkan gangguan penyerapan gizi

misalnya menderita penyakit infeksi.25

Salah satu cara melakukan penilaian status gizi

ialah dengan antropometri. Indeks antropometri

yang umum digunakan dalam menilai status gizi

adalah berat badan menurut umur (BB/U), tinggi

badan menurut umur (TB/U) dan berat badan menurut

tinggi badan (BB/TB). 3,13,25

2.2.1 Berat Badan menurut Umur (BB/U)

Indeks BB/U adalah pengukuran total berat badan

yang memberi gambaran tentang massa tubuh,

termasuk air, lemak, tulang dan otot. Pengukuran

berat badan menurut umur (BB/U) merupakan cara

28

standar yang digunakan untuk menilai pertumbuhan.

Indeks yang dipakai pada SUSENAS dalam penentuan

status gizi balita ialah indeks berat badan

menurut umur (BB/U). Berat badan adalah salah satu

parameter yang sangat sensitif terhadap perubahan-

perubahan yang mendadak, misalnya karena terserang

penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan, atau

menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi. Berat

badan adalah parameter antropometri yang sangat

labil, oleh sebab itu indeks BB/U lebih

menggambarkan status gizi seseorang saat ini.3,25

Kenaikan berat badan anak pada tahun pertama

kehidupan jika mendapat asupan gizi yang baik

adalah berkisar antara:28

a. 700-1000 gram/bulan pada triwulan I

b. 500-600 gram/bulan pada triwulan II

c. 350-450 gram/bulan pada triwulan III

d. 250-350 gram/bulan pada triwulan IV

Kelebihan indeks BB/U antara lain sebagai

berikut.3

a. Lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh

masyarakat umum

b. Baik untuk mengukur status gizi akut atau

kronis

c. Berat badan dapat berfluktuasi

29

d. Sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan

kecil

e. Dapat mendeteksi kegemukan (over weight)

Kelemahan indeks BB/U antara lain sebagai

berikut.3

a. Dapat mengakibatkan interpretasi status gizi

yang keliru bila terdapat edema maupun asites

b. Memerlukan data umur yang akurat, terutama

untuk anak dibawah usia lima tahun.Sering

terjadi kesalahan dalam pengukuran, seperti

pengaruh pakaian atau gerakan anak pada saat

penimbangan

2.2.2 Tinggi Badan menurut Umur (TB/U)

Tinggi badan merupakan antropometri yang

menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Pada

keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan

pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak

seperti berat badan, relatif kurang sensitif

terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu yang

pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap

tinggi badan akan nampak dalam waktu yang relatif

lama. Berdasarkan karakteristik di atas, maka

indeks ini menggambarkan status gizi masa lalu.3

Keuntungan indeks TB/U:

a. Baik untuk menilai status gizi masa lampau

30

b. Ukuran panjang dapat dibuat sendiri, murah dan

mudah dibawa

Kelemahan indeks TB/U:

a. Tinggi badan tidak cepat naik bahkan tidak

cepat turun

b. Pengukuran relatif sulit dilakukan sehingga

diperlukan dua orang untuk melakukannya

c. Ketepatan umur sulit didapat

2.2.3 Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB)

Berat badan memiliki hubungan yang linear

dengan tinggi badan. Dalam keadaan normal,

perkembangan berat badan akan searah dengan

pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan

tertentu. Indeks BB/TB merupakan indikator yang

baik untuk menilai status gizi saat kini

(sekarang). Indeks BB/TB adalah merupakan indeks

yang independen terhadap umur.3

2.3

Keuntungan indeks BB/TB:

a. Tidak memerlukan data umur

b. Dapat membedakan proporsi badan (gemuk, normal

dan kurus)

Kelemahan indeks BB/TB:

31

a. Tidak dapat memberikan gambaran, apakah anak

tersebut pendek, cukup tinggi badan atau

kelebihan tinggi badan menurut umurnya, karena

faktor umur tidak dipertimbangkan.

b. Dalam praktek sering mengalami kesulitan dalam

melakukan pengukuran panjang/tinggi badan pada

kelompok balita.

c. Membutuhkan dua macam alat ukur.

Data baku WHO-NCHS mengenai indeks BB/U, TB/U

dan BB/TB disajikan dalan dua versi yakni

persentil dan skor simpang baku (standar deviation

score = z score). Interpretasi hasil pengukuran

tampak pada tabel di bawah ini.25,29

Tabel 5. Penilaian Status Gizi berdasarkan IndeksBB/U,TB/U dan BB/TB Menurut Standart Baku

Antropometri WHO-NCHS25,29,30

No Indeks yangdipakai

BatasPengelompokan

Sebutan StatusGizi

1 BB/U < -3 SD Gizi buruk

  - 3 s/d <-2SD Gizi kurang

  - 2 s/d +2 SD Gizi baik

  > +2 SD Gizi lebih2 TB/U < -3 SD Sangat Pendek

- 3 s/d <-2SD Pendek - 2 s/d +2 SD Normal > +2 SD Tinggi

32

3 BB/TB < -3 SD Sangat Kurus - 3 s/d <-2SD Kurus - 2 s/d +2 SD Normal > +2 SD Gemuk

Sumber : Dinkes Sulsel, 2006 dan Suyatno, 2003

2.3 Hubungan Pola Pemberian MP ASI dan Status Gizi

Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status

gizi seseorang. Kondisi status gizi baik dapat

dicapai bila tubuh memperoleh cukup zat gizi yang

akan digunakan secara efisien sehingga

memungkinkan terjadinya pertumbuhan fisik,

perkembangan otak, kemampuan kerja untuk mencapai

tingkat kesehatan optimal.3

Ibu merupakan pelaku utama pengasuhan makan

bagi batita dan penentu menu makan anak sekaligus

sebagai pemberi makan anak. Pengetahuan ibu

tentang makanan yang bergizi akan sangat berperan

terhadap baiknya tumbuh kembang anak balita.

Pengetahuan ini sangat terkait dengan pendidikan

yang diterima ibu. Pola pemberian MP ASI juga

dipengaruhi oleh kebiasaan keluarga dan masyarakat

setempat.26 Pola asuh (meliputi sikap dan perilaku

ibu dalam hal memberi makanan, merawat, menjaga

kebersihan, memberi kasih sayang, sikap dan

tindakan ibu terhadap anak yang tidak mau makan

33

dan sebagainya) yang kurang memadai dapat

menyebabkan anak tidak mau makan sehingga konsumsi

makan anak kurang. Sikap ketidakpedulian ibu

terhadap gizi dan kesehatan anak juga dapat

mempengaruhi status gizi anak balita sehingga anak

tidak mendapat makanan yang jumlahnya cukup,

beragam dan seimbang. Pola asuh yang tidak benar

dapat dikarenakan ibu sibuk bekerja sehingga tidak

sempat memperhatikan pola makan dan gizi balita.3

Hasil penelitian Sarasani pada tahun 2005

menyatakan bahwa anak yang mempunyai pola

pemberian makanan yang baik lebih banyak ditemukan

memiliki status gizi baik.6

2.1

Pertumbuhan dan perkembangan anak dipengaruhi

oleh faktor genetik dan lingkungan. Salah satu

faktor lingkungan yang berperan cukup besar ialah

pola pemberian makan oleh ibu kepada anak yang

berkaitan erat dengan status gizi anak.8,28 Hasil

penelitian yang dilakukan terhadap anak-anak di

Asia menunjukkan bahwa pertumbuhan menurun selama

masa sapihan, yaitu usia 6-18 bulan. Hal ini

sesuai dengan salah satu ciri khas anak usia 6-18

bulan, yaitu konsumen pasif dalam hal makanan.

Anak benar-benar tergantung pada perawatan dan

pola pemberian makan oleh ibunya sehingga perlu

34

diberi perhatian yang besar pada jenis, jumlah,

dan mutu bahan makanannya.7

Penelitian Masithah, dkk., pada tahun 2005 di

Bogor mendapatkan adanya hubungan antara Pola Asuh

Makan (PAM) dengan tingkat kecukupan protein

batita (r=0,188 ; p<0,05). Hal ini menunjukkan

bahwa semakin baik skor PAM maka semakin baik pula

tingkat kecukupan protein batita. Pemberian pola

asuh makan memadai berhubungan dengan baiknya

kualitas konsumsi makanan anak yang pada akhirnya

mempengaruhi kualitas status gizi anak tersebut.26

Penelitian Krisnatuti, dkk., pada tahun 2006 di

Bogor mendapatkan bahwa pemberian MP ASI

berpengaruh positif dengan status gizi baduta

berdasarkan indeks BB/U, TB/U maupun BB/TB.8

Penelitian Sumaiyah dkk., di Surabaya tahun

2008 mendapatkan adanya hubungan yang bermakna

antara pola pemberian nutrisi pada balita yang

meliputi jenis, jumlah dan frekuensi pemberian

dengan status gizi.31

Penelitian Lubis pada tahun 2008 di Sumatera

Utara juga mendapatkan adanya hubungan antara pola

pemberian MP ASI dengan status gizi balita.32

Penelitian Afiana Rohmani tahun 2010 di

Semarang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan

antara usia pertama pemberian MP ASI dengan status

35

gizi pada indek BB/U dan TB/U, namun terdapat

hubungan antara frekuensi dan kesuaian jenis MP

ASI terhadap umur dengan status gizi pada indek

BB/U dan TB/U.12

Penelitian Larasati pada tahun 2011 di Semarang

mendapatkan adanya hubungan yang signifikan antara

waktu pemberian MP ASI (p=0,049), jumlah asupan

makanan (p=0,001) dan konsistensi MP ASI (p=0,002)

dengan status gizi bayi umur 6-12 bulan.33

Hasil penelitian Sumartini tahun 2011 di Medan

mendapatkan bahwa pola pemberian MP ASI meliputi

jenis makanan tambahan, konsumsi energi dan

protein serta frekuensi konsumsi makan berpengaruh

terhadap status gizi bayi 6-12 bulan (p<0,05)

sedangkan usia pertama kali pemberian MP ASI tidak

berpengaruh terhadap status gizi bayi 6-12 bulan

(p>0,05).13

Penelitian Kusumaningsih pada tahun 2012 di

Purworejo, Jawa Tengah mendapatkan hasil adanya

hubungan pemberian MP ASI dengan status gizi pada

bayi usia 6-12 bulan. Sebagian besar bayi yang

diberi MP-ASI sesuai dengan umur, jenis, jumlah

pemberiannya dan berstatus gizi baik.34

Penelitian lain yang mendapatkan hasil berbeda

diantaranya penelitian Defni pada tahun 2001 di

Sulawesi Selatan pada bayi usia 0-4 bulan yaitu

36

tidak dapat dibuktikan pengaruh pola pemberian MP

ASI dini terhadap status gizi. Hal ini dikarenakan

bayi yang berumur 4 bulan diberikan makanan berupa

kombinasi ASI dan MP ASI. Pola pemberian MP ASI

ini tidak sesuai dengan anjuran Depkes yang

mengharuskan pemberian ASI secara ekslusif selama

6 bulan. Dampaknya ialah kenaikan berat badan bayi

yang terlalu cepat karena masukan energi yang

tinggi yang diperoleh dari MP ASI.25 Penelitian Zai

di Bogor pada tahun 2003 tidak mendapatkan

hubungan antara pola pemberian ASI dan MP ASI

dengan status gizi anak baduta di Sumatera Utara.35

Penelitian Diana pada tahun 2004 juga tidak

mendapatkan adanya hubungan antara pola asuh

pemberian makan dengan status gizi anak batita di

kelurahan Pasar Ambacang Kecamatan Kuranji (p>

0.05).36

37

2.4 Kerangka Teori Penelitian

Sumber : Limbong, 2010. Dimodifikasi oleh penulis

Gambar 1. Kerangka Teori Penelitian

StatusGizi

Faktor Eksterna Daya Beli

Keluarga Latar Belakang

Sosial Budaya Tingkat

Pendidikan Pengetahuan Gizi Jumlah Anggota

Keluarga

FaktorInternal

Nilai Cerna Makanan

Status Kesehatan

Kegiatan/Aktivitas

Umur Jenis

Keseimbanganantara konsumsimakanan dan

penggunaan zat-zat gizi

didalam tubuh

BB/U

Normal ≥ – 2 SDKurang < – 2 SD

FrekuensiMakan

JenisMakanan

Pemberian MPASI pertama

kali

PolaPemberian MP

ASI

38

39

2.5 Kerangka Konsep Penelitian

Gambar 2. Kerangka Konsep Penelitian

2.6 Hipotesis

Pola pemberian MP ASI yang meliputi usia

pemberian MP ASI pertama kali, jenis MP ASI dan

frekuensi pemberian MP ASI akan berpengaruh

terhadap status gizi balita usia 12-24 bulan.

VariabelDependen

Status Gizi

BB/U

Variabel IndependenPola Pemberian MPASI

Usia Pemberian MPASI pertama kali

Jenis MP ASI Frekuensi

Variabel Perancu Jumlah Konsumsi

Makan Adanya Penyakit

Infeksi