BAB II Tinjauan Pustaka +++
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
1 -
download
0
Transcript of BAB II Tinjauan Pustaka +++
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Interaksi Sosial
1.Pengertian Interaksi Sosial
Interaksi sosial dapat diartikan sebagai
hubungan-hubungan sosial yang dinamis. Hubungan
sosial yang dimaksud dapat berupa hubungan antara
individu yang satu dengan individu yang lainnya,
maupun antara kelompok individu. Dalam interaksi
juga terdapat simbol, dimana simbol diartikan
sebagai sesuatu yang nilai atau maknanya diberikan
kepadanya oleh mereka yang menggunakannya.
Interaksi sosial merupakan hubungan antara
individu satu dengan individu yang lain, individu
satu dapat mempengaruhi individu yang lain begitu
pula sebaliknya, sehingga akan menjadi suatu
hubungan yang saling timbal balik. Hubungnan
tersebut juga terjadi antara individu dengan
25
individu, individu dengan kelompok atau kelompok.
Interaksi sosial antara kelompok-kelompok manusia
terjadi antara kelompok tersebut sebagai kesatuan
dan biasanya tidak menyangkut pribadi anggota-
anggotanya.
Dijelaskan lebih lanjut oleh Bonner interaksi
sosial adalah hubungan antara individu dua
individu atau lebih, sehingga individu yang satu
akan mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki
perilaku individu yang lain atau sebaliknya.
Menurut Festinger interaksi sosial merupakan
proses saling mempengaruhi dan saling tergantung
yang dapat ditimbulkan oleh adanya kebutuhan untuk
melalui dirinya sendiri (selft-evalution) dan
kebutuhan ini dipengaruhi oleh adanya pembandingan
diri dengan orang lain. Setiap individu akan
berusaha untuk menilai dirinya sendiri, menilai
perilakunya apakah perilaku tersebut sesuai dengan
keadaan orang yang berada disekitarnya, karena
pada dasarnya setiap individu akan menyadari
26
konsekuensi yang akan terjadi apabila individu
tersebut bertingkah laku berbeda dengan orang-
orang yang berada disekelilingnya.
Interaksi sosial dapat terjadi bila memenuhi
dua aspek yaitu adanya kontak sosial dan
komunikasi. Kontak sosial dapat bersifat positif
atau negatif, tergantung dari predisposisi sikap
seseorang yang menunjukan kesediaan atau
penolakan. Kontak sosial juga bersifat primer,
yakni apabila individu yang terlibat bertemu
langsung (face to face), atau sekunder yang berarti
individu yang terlibat bertemu melalui media
tertentu. Sementara komunikasi baik yang verbal
ataupun nonverbal merupakan saluran untuk
menyampaikan perasaan ataupun ide/pikiran dan
sekaligus sebagai media untuk dapat menafsirkan
atau memahami pikiran atau perasaan orang lain.
Pengertian tentang interaksi sosial sangat
berguna di dalam memperhatikan dan mempelajari
berbagai masalah masyarakat. Umpanya di indonesia
27
dapat dibahas mengenai bentuk-bentuk interaksi
sosial yang berlangsung antara berbagai susku
bangsa atau antara golongan terpelajar dengan
golongan agama. Dengan mengetahui dan memahami
perihal kondisi-kondisi apa yang dapat menimbulkan
serta mempengaruhi bentuk-bentuk interaksi sosial
tertentu, pengetahuan kita dapat pula disumbangkan
pada usaha bersama yang dinamakan pembinaan bangsa
dan masyarakat.
Interaksi sosial merupakan kunci dari semua
kehidupan sosial karena tanpa interaksi sosial,
tak akan mungkin ada kehidupan bersama. Bertemunya
orang-perorangan secara badaniah belaka tidak akan
menghasilkan pergaulan hidup dalam suatu kelompok
sosial. Pergaulan hidup semacam itu baru akan
terjadi apabila orang-orang perorangan atau
kelompok-kelompok manusia bekerjasama, saling
berbicara dan seterusnya untuk mencapai suatu
tujuan bersama, mengadakan persaingan, pertikaian
dan lain sebagainya. Maka, dapat dikatakan bahwa
28
interaksi sosial merupakan dasar proses sosial,
yang menunjuk pada hubungan-hubungan sosial yang
dinamis.
2. Konsep dan Defenisi Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial
Bentuk-bentuk interaksi sosial yang berkaitan
dengan proses asosiatif dapat terbagi atas bentuk
kerja sama, akomodasi, dan asimilasi. Kerjasama
merupakan suatu usaha bersama individu dengan
individu atau kelompok-kelompok untuk mencapai
satu atau beberapa tujuan. Akomodasi dapat
diartikan sebagai suatu keadaan, dimana terjadi
suatu keseimbangan dalam interaksi antara
individu-individu atau kelompok-kelompok manusia
berkaitan dengan norma-norma sosial dan nilai-
nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat. Usaha
itu dilakukan untuk mencapai suatu kestabilan.
Sedangkan asimilasi merupakan suatu proses dimana
pihak-pihak yang berinteraksi mengindentifikasikan
dirinya dengan kepentingan-kepentingan serta
tujuan-tujuan kelompok.
29
Bentuk interaksi yang berkaitan dengan proses
disosiatif ini dapat terbagi atas bentuk
persaingan, kontravensi, dan pertentangan.
Persaingan merupakan suatu proses sosial, dimana
individu atau kelompok-kelompok manusia yang
bersaing, mencari keuntungan melalui bidang-bidang
kehidupan. Bentuk kontravensi merupakan bentuk
interaksi sosial yang sifatnya berada antara
persaingan dan pertentangan. Sedangkan
pertentangan merupakan suatu proses sosial dimana
individu atau kelompok berusaha untuk memenuhi
tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan yang
disertai dengan ancaman dan kekerasan.
Untuk tahapan proses-proses asosiatif dan
disasosiatif Mark L. Knapp menjelaskan tahapan
interaksi sosial untuk mendekatkan dan
mereganggkan. Tahapan untuk mendekatkan meliputi
tahapan memulai (initiating), menjajaki
(eksperimenting), meningkatkan (intensifying),
menyatupadukan (intergrating) dan mempertalikan
30
(bonding). Sedangkan tahapan untuk mereganggkan
meliputi membeda-bedakan (differentiating),
membatasi (circuscribing), memacetkan
(stagnating), menghindari (avoiding), dan
memutuskan (terminating).
Proses interaksi sosial menurut Blumer adalah
pada saat manusia bertindak terhadap sesuatu atas
dasar makna yang dimilki sesuatu tersebut bagi
manusia. Dan terakhir adalah makna tidak bersifat
tetap namun dapat dirubah, perubahan tehadap makna
dapat terjadi melalui proses penafsiran yang
dilakukan orang ketika menjumpai sesuatu. Proses
tersebut juga disebut dengan interpretative
process, interaksi sosial dapat terjadi bila
antara dua individu atau kelompok terdapat kontak
sosial dan komunikasi. Kontak sosial merupakan
tahap pertama dari terjadinya hubungan sosial
komunikasi merupakan penyampaian suatu informasi
dan pemberian tafsiran dan reaksi terhadap
informasi yang disampaikan. Karp dan Yoels
31
menunjukan beberapa hal yang dapat menjadi sumber
informasi bagi dimulainya komunikasi atau
interaksi sosial. Sumber informasi tersebut dapat
terbagi dua, yaitu ciri fisik dan penampilan. Ciri
fisik adalah segala sesuatu yang dimiliki seorang
individu sejak lahir yang meliputi jenis kelamin,
usia dan ras. Penampilan disini dapat meliputi
daya tarik fisik, bentuk tubuh, penampilan,
berbusana, dan wacana.
Interaksi sosial memiliki aturan, dan aturan
itu dapat dilihat melalui dimensi ruang dan
dimensi waktu dari Robert T Hall dan defenisi
Situasi dari W.I. Thomas. Hall membagi ruangan
dalam interaksi sosial menjadi 4 batasan jarak
yaitu jarak intim, jark pribadi, jarak sosial, dan
jarak publik. Selain aturan mengenai ruang, Hall
juga menjelaskan aturan mengenai waktu. Pada
dimensi waktu ini terlihat adanya batasan
toleransi waktu yang dapat mempengaruhi bentuk
interaksi. Aturan yang terakhir adalah dimensi
32
situasi yang dikemukakan oleh W.I. Thomas.
Defenisi situasi merupakan penafsiran seseorang
sebelum memberikan reaksi. Defenisi ini dibuat
oleh individu dan masyarakat.
B. Teori yang di Gunakan dalam Interaksi Sosial sebagai
Faktor Utama dalam Kehidupan Bermasyarakat
Hubungan antara manusia, ataupun relasi-
relasi sosial menentukan struktur dari
masyarakatnya. Hubungan antara manusia atau relasi-
relasi sosial ini didasarkan kepada komunikasi.
Karenanya komunikasi merupakan dasar dari existensi
suatu masyarakat. Hubungan antara manusia atau
relasi-relasi sosial, hubungan satu dengan yang lain
warga-warga suatu masyarakat. Baik dalam bentuk
individu atau perorangan maupun dengan kelompok-
kelompok dan antara kelompok manusia itu sendiri,
mewujudkan seni dinamikanya perubahan dan
perkembangan masyarakat. Apabila kita lihat
komunikasi ataupun hubungan tersebut sebelum
mempunyai bentuk-bentuknya yang konkrit, yang sesuai
33
dengan nilai-nilai sosial didalam suatu masyarakat,
ia mengalami suatu proses terlebih dahulu. Proses-
proses inilah yang dimaksudkan dan disebut sebagai
proses sosial.
1.Pengertian Interaksi Sosial Menurut Beberapa Para
Ahli
Homans mendefenisikan interaksi sebagai suatu
kejadian ketika suatu aktivitas yang dilakukan
oleh seseorang terhadap individu lain diberi
ganjaran atau hukuman dengan menggunakan suatu
tindakan oleh individu lain yang menjadi
pasangannya. konsep yang dikemukakan oleh Homans
ini mengandung pengertian bahwa Interaksi adalah
suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam
interaksi merupakan suatu stimulus bagi tindakan
individu lain yang menjadi pasangannya.
Sedangkan interaksi sosial menurut Shaw
adalah suatu pertukaran antar pribadi yang masing-
masing orang menunjukan perilakunya satu sama lain
34
dalam kehadiran mereka, dan masing-masing perilaku
mempengaruhi satu sama lain.
Thibaut dan Kelley mendefenisikan interaksi
sebagai peristiwa saling mempengaruhi satu sama
lain ketika dua orang atau lebih hadir bersama,
mereka menciptakan suatu hasil satu sama lain atau
berkomunikasi satu sama lain. Jadi dalam kasus
interaksi, tindakan setiap orang bertujuan untuk
mempengaruhi individu lain.
Menurut Bonner interaksi sosial adalah
merupakan suatu hubungan antara dua orang atau
lebih individu, dimana kelakuan individu
mempengaruhi, mengubah atau mempengaruhi individu
lain atau sebaliknya.
George H Mead memiliki pendapat sendiri,
dalam proses interaksi sosial manusia secara
simbolik mengkomunikasikan arti terhadap orang
lain yang terlibat. Orang lain yang menafsirkan
simbol komunikasi itu dan mengorientasikan
35
tindakan balasan mereka berdasarkan penafsiran
mereka. Dengan kata lain, para aktor terlibat
dalam proses saling mempengaruhi.
Pengertian interaksi sosial menurut beberapa
ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa, interaksi
sosial adalah hubungan timbal balik antara dua
orang atau lebih, dan masing-masing orang yang
terlibat di dalamnya memainkan peran secara aktif.
Dalam interaksi juga lebih dari sekedar terjadi
hubungan antara pihak-pihak yang terlibat
melainkan terjadi saling mempengaruhi.
Sehingga Gillin & Gillin (soerjono soekanto, 2010)
mengatakan bahwa : Proses-proses sosial adalah cara-cara
yang berhubungan yang dapat dilihat apabila orang-perorangan
dan kelompok-kelompok manusia saling bertemu dan menentukan
sistem serta bentuk-bentuk hubungan tersebut, atau apa yang
akan terjadi apabila ada perubahan-perubahan yang
menyebabkan goyahnya cara-cara hidup yang telah ada.
36
Kesadaran dalam berkomunikasi di antara
warga-warga suatu masyarakat, menyebabkan suatu
masyarakat dapat dipertahankan sebagai suatu
kesatuan. Karenanya pula dalam setiap masyarakat
terbentuk apa yang dinamakan suatu sistem
komunikasi. Sistem ini terdiri dari lambang-
lambang yang diberi arti dan karenanya mempunyai
arti-arti khusus oleh setiap masyarakat. Karena
kelangsungan kesatuannya dengan jalan komunikasi
itu, setiap masyarakat dapat membentuk
kebudayaannya berdasarkan sistem komunikasinya
masing-masing.
Dalam masyarakat yang modern, arti komunikasi
menjadi lebih penting lagi, karena pada umumnya
masyarakat yang modern bentuknya makin bertambah
rasionil dan lebih didasarkan pada lambang-lambang
yang makin abstrak. Bentuk umum proses-proses
sosial adalah interaksi sosial, dan karena bentuk-
bentuk lain dari proses sosial hanya merupakan
bentuk-bentuk khusus dari interaksi, Maka
37
interaksi sosial yang dapat dinamakan proses
sosial itu sendiri. Interaksi sosial adalah kunci
semua kehidupan sosial, tanpa interaksi sosial tak
akan mungkin ada kehidupan bersama. Interaksi
sosial merupakan hubungan yang dinamis, yang
menyangkut hubungan antara orang-orang perorangan,
antara kelompok-kelompok manusia, maupu antara
orang perorangan dengan kelompok manusia.
Gillin & Gillin (Soerjono Soekanto, 2010)
mengajukan dua syarat yang harus dipenuhi agar
suatu interaksi sosial itu mungkin terjadi,
yaitu :
1. Adanya kontak sosial (social contact)
2. Adanya komunikasi
Kata kontak berasal dari bahasa latin con
atau cum (yang artinya bersama-sama) dan tango
(yang artinya menyentuh). Dengan demikian kontak
merupakan tahap pertama terjadinya suatu interaksi
sosial. Dapat dikatakan bahwa untuk terjadi suatu
38
kontak, tidak perlu terjadi secara badaniah
seperti arti semula kata kontak itu sendiri yang
secara harfiah berarti “bersama-sama menyentuh”.
Manusia sebagai individu dapat mengadakan kontak
tanpa menyentuhnya tetapi sebagai mahluk sensoris
dapat melakukannya dengan berkomunikasi.
Komunikasi sosial ataupun “face to face”
communication, interpersonal communication, juga
yang melalui media.
Adanya kontak sosial (social contac)
Kontak merupakan tahapan pertama dari
terjadinya interaksi sosial. Secara fisik
kontak baru akan terjadi apabila terjadi
hubungan badaniah, namun dalam
perkembangannya sebagai gejala sosial
ternyata tidak berarti harus hubungan
badaniah, dimana orang dapat mengadakan
hubungan dengan pihak lain tanpa
menyentuhnya, misalnya saja saling menyapa,
39
saling tersenyum, berbincang-bincang. Dalam
kondisi tersebut kita tidak dianjurkan untuk
saling bersentuhan ataupun berhubungan
badaniah. Kontak sosial dapat berlangsung
dalam tiga bentuk, yaitu : antara orang-
perorangan, antara orang perorangan dalam
suatu kelompok manusia ataupun sebaliknya dan
juga dengan cara terjadinya hubungan antara
suatu kelompok manusia dengan kelompok
manusia lainnya.
Kontak sosial (social contact) dapat
berlangsung dalam tiga bentuk, yaitu sebagai
berikut :
1. Antara orang perorangan
Kontak sosial ini adalah apabila anak kecil
mempelajari kebiasaan-kebiasaan dalam
keluarganya. Proses demikian terjadi melalui
sosialisasi (socialization), yaitu suatu
proses, dimana anggota masyarakat yang baru
40
mempelajari norma-norma dan nilai-nilai
masyarakat dimana dia menjadi anggota.
2. Antara orang-perorangan dengan suatu kelompok
manusia atau sebaliknya
Kontak sosial ini misalnya adalah seseorang
merasakan bahwa tindakan-tindakannya berlawanan
dengan norma-norma masyarakat atau apabila
suatu partai politik memaksa anggota-anggotanya
utnuk menyesuaikan diri dengan ideologi dan
programnya.
3. Antara suatu kelompok manusia dengan kelompok
manusia lainnya
Umpanya adalah dua partai poltik mengadakan
kejasama untuk mengalahkan partai politik yang
ketiga di dalam pemilihan umum. Atau apabila
dua buah perusahaan bangunan mengadakan suatu
kontrak untuk membuat jalan raya, jembatan, dan
seterusnya di suatu wilayah yang baru dibuka.
Adanya komunikasi
41
Seseorang memberi arti pada perilaku
orang lain, perasaan-perasaan apa yang ingin
disampaikan oleh orang tersebut. Orang yang
bersangkutan kemudian memberi reaksi terhadap
perasaan yang ingin disampaikan oleh orang
tersebut. Dengan adanya sikap-sikap dan
perasaan-perasaan suatu kelompok manusia atau
orang-perseorangan dapat diketahui oleh
kelompok-kelompok lain atau orang-orang
lainnya. Hal itu kemudian merupakan bahan
untuk menentukan reaksi apa yang akan
dilakukannya.
Komunikasi memungkinkan terjadinya
berbagai macam penafsiran terhadap tingkah
laku orang lain. Komunikasi juga memungkinkan
terjadinya kerjasama antara orang perorangan
atau antara kelompok-kelompok manusia.
Terdapat dua macam komunikasi yaitu searah
dan dua arah, (a). Komunikasi searah bila
dalam proses komunikasi itu tidak ada umpan
42
balik dari komunikan (penerima pesan) kepada
komunikator (penyampai pesan), dalam proses
ini komunikator memberikan pesan kepada
komunikan, dan komunikan menerima saja apa
yang dikemukakan komunikator tanpa memberikan
respon balik, dengan demikian komunikasi
bersifat pasif. (b). Sedangkan komunikasi dua
arah adalah komunikasi yang menempatkan
komunikan lebih aktif, dalam arti komunikan
dapat atau perlu memberikan tanggapan sebagai
umpan balik tentang pesan yang diterima dari
komunikator saling memberikan umpan, sehingga
masing-masing pihak aktif dalam proses
komunikasi.
Unsur-unsur dalam komunikasi :
a. Komunikator atau penyampai dalam hal ini dapat
berwujud antara lain orang yang sedang bicara,
orang yang sedang menulis, orang yang sedang
43
menggambar, orang yang sedang menyiarkan berita
di TV.
b. Pesan yang disampaikan oleh komunikator, yang
dapat berwujud pengetahuan, pemikiran, ide,
sikap, dan sebagainya. Pesan ini berkaitan
dengan lambang-lambang yang mempunyai arti.
c. Media atau saluran yaitu merupakan perangkat
yang digunakan untuk untuk menyampaikan pesan
dari komunikator. Ini yang sering disebut
sebagai media komunikasi cetak dan non cetak
dapat verbal dan non verbal.
d. Penerima pesan atau komunikan, ini dapat berupa
seorang individu, tetapi juga dapat sekelompok
individu-individu. Komunikan dapat berbentuk
antara lain sebagai pendengar, penonton,
ataupun pembaca.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di
atas dapat disimpulkan bahwa terjadinya interaksi
sosial haruslah memenuhi syarat-syarat,
44
diantaranya karena adanya kontak sosial merupakan
hubungan yang terjadi antara individu tanpa adanya
hubungan badaniah atau bersentuhan, komunikasi
merupakan proses informasi dan pengertian antara
individu satu dengan individu yang lain,
keterlibatan yang akan membuat individu untuk
mulai mengadakan penjajakan dan syarat lain yaitu
keintiman yang merupakan komitmen yang dibuat
antara individu satu dengan individu lainnya.
2.Konsep Interaksi Sosial Menurut Gillin & Gillin
Gillin & Gillin (soerjono soekanto, 2010)
membagi bentuk interaksi sosial ke dalam dua
bentuk, yaitu :
1. Proses Asositif (Association process)
2. Proses Disosiatif (Opposition process)
1.1. Proses Asosiatif adalah bentuk interaksi
yang bersifat menyatukan anggota
masyarakat.
a. Bentuk proses Asosiatif :
45
1. Kerjasama (Cooperatif) yaitu suatu usaha
bersama antara orang perorangan atau kelompok
untuk mencapai tujuan besama. Bentuk
kerjasama ini meliputi :
Kerukunan - Gotong royong dalam
masyarakat.
Bargaining - Perjanjian pertukaran
barang dan jasa antara organisasi
atau lebih.
Kooptasi - Penerimaan unsur
baru dalam kepemimpinan.
Koalisi - Kombinasi antara
organisasi yang bertujuan sama.
Joint Venture - Kerja sama antara
beberapa organisasi dalam mengusahakan
projek tertentu.
2. Akomodasi yaitu usaha manusia untuk
meredakan suatu konflik untuk mencapai
kestabilan. Bentuk akomodasi ini meliputi :
46
Koersi - Suatu bentuk akomodasi yang
prosesnya dilaksanakan oleh karena adanya
paksaan.
Arbitrasi - Merupakan suatu cara untuk
mencapai Compromise apabila pihak-pihak
yang berhadapan tidak sanggup mencapainya
sendiri.
Kompromi - Suatu bentuk akomodasi dimana
pihak-pihak yang terlibat saling
mengurangi tuntutannya agar tercapai suatu
penyelesaiannya terhadap perselisihan yang
ada.
Mediasi - Diundang pihak ketiga yang
netral dalam soal perselisihan yang ada.
Konsiliasi - Suatu usaha untuk
mempertemukan keinginan-keinginan dari
pihak yang berselisih demi tercapainya
suatu persetujuan bersama.
47
Toleransi - Merupakan suatu bentuk
akomodasi tanpa persetujuan yang formal
bentuknya.
Stalemate - Merupakan suatu akomodasi,
dimana pihak-pihak yang bertentangan
karena mempunyai kekuatan yang seimbang
berhenti pada suatu titik tertentu dalam
melakukan pertentangannya.
Adjudiasi - Penyelesaian perkara atau
sengketa di pengadilan.
3.Asimilasi yaitu perpaduan dua atau lebih
kebudayaan yang bersifat harmonis.
Proses Asimilasi timbul bila ada :
- Kelompok-kelompok manusia yang berbeda
kebudayaannya.
- Orang-perorangan sebagai warga kelompok
yang saling bergaul secara langsung dan
intensif untuk waktu yang lama.
48
- kebudayaan-kebudayaan dari kelompok-
kelompok manusia tesebut masing-masing
berubah dan saling menyesuaikan diri.
Faktor-faktor yang dapat mempermudah
terjadinya Asimilasi, adalah :
- Toleransi.
- Kesempatan-kesempatan yang seimbang
dibidang ekonomi.
- Sikap menghargai orang asing dan
kebudayaanya.
- Sikap tebuka dari golongan yang berkuasa
dalam masyarakat.
- Persamaan dalam unsur-unsur kebudayaan.
- Perkawinan campuran (amalgamation).
- Adanya musuh bersama dari luar.
4. Akulturasi yaitu dua kebudayaan yang hidup
saling berdampingan secara damai.
Contoh : bentuk masjid di jawa merupakan
perpaduan antara budaya budha dan islam.
49
2.2. Proses Disasosiatif adalah cara yang
bertentangan dengan individu atau kelompok
untuk mencapai suatu tujuan dan cenderung
menciptakan perpecahan.
b. Bentuk proses Disaosiatif :
1. Persaingan (competition) yaitu suatu
proses dimana dua pihak atau lebih saling
berlomba untuk mencapai suatu kemenangan.
Terdapat tipe-tipe yang menghasilkan bentuk
persaingan, yaitu sebagai berikut :
- Persaingan ekonomi, persaingan dibidang
ekonomi timbul karena terbatasnya persediaan
apabila dibandingkan dengan jumlah konsumen.
- Persaingan kebudayaan, persaingan dalam
bidang kebudayaan terjadi ketika para
pedagang barat berdagang di pelabuhan-
pelabuhan jepang atau sewaktu pendeta-
pendeta agama kristen meluaskan agamanya
dijepang.
50
- Persaingan kedudukan dan peranan, di dalam
diri seseorang maupun di dalam kelompok
terdapat keinginan-keinginan untuk diakui
sebagai orang atau kelompok yang mempunyai
kedudukan serta peranan yang terpandang.
- Persaingan ras, persaingan ras sebenarnya
juga merupakan persaingan di bidang
kebudayaan. Perbedaan ras, perbedaan warna
kulit, bentuk tubuh, maupun corak rambut dan
sebagainya.
2. Kontravensi yaitu proses sosial yang berada
diantara persaingan dan pertikaian.
Bentuk-bentuk kontravensi :
- Perbuatan penolakan, perlawanan, dan lain-
lain.
- Menyangkal pernyataan orang lain dimuka
umum.
- Melakukan penghasutan.
- Berkhianat.
- Mengejutkan lawan, dan lain-lain.
51
3. Konflik / Pertentangan yaitu proses sosial
dimana individu / kelompok berusaha memenuhi
tujuan dengan jalan menentang pihak lawan
yang disertai ancaman / kekerasan.
Bentuk-bentuk pertentangan :
- Pertentangan pribadi, tidak jarang terjadi
bahwa dua sejak mulai berkenalan sudah
saling tidak menyukai. Apabila permulaan
yang buruk tadi dikembangkan, maka timbul
rasa saling benci.
- Pertentangan rasial, dalam hal ini pun para
pihak akan menyadari betapa adanya
perbedaan-perbedaan antara mereka yang
seringkali menibulkan pertentangan.
- Pertentangan antara kelas-kelas sosial,
pada umumnya pertentangan ini disebabkan
oleh perbedaan kepentingan, misalnya
kepentingan antara majikan dan buruh.
- Pertentangan politik, biasanya pertentangan
ini menyangkut baik antara golongan-golongan
52
dalam satu masyarakat, maupun antara negara-
negara yang berdaulat.
- Pertentangan yang bersifat internasional,
ini disebabkan karena perbedaan-perbedaan
kepentingan yang kemudian merembes ke
kedaulatan negara.
C. Pekerja Seks Komersial
1.Defenisi Pekerja Seks Komersial
Pekerja seks komersial adalah seseorang yang
menjual jasanya untuk melakukan hubungan seksual
untuk uang. Di Indonesia pelacur (pekerja seks
komersial) sebagai pelaku pelacuran sering disebut
sebagai sundal atau sundel. Ini menunjukkan bahwa
prilaku perempuan sundal itu sangat begitu buruk
hina dan menjadi musuh masyarakat, mereka kerap
digunduli bila tertangkap aparat penegak
ketertiban, Mereka juga digusur karena dianggap
melecehkan kesucian agama dan mereka juga diseret
ke pengadilan karena melanggar hukum. Pekerjaan
melacur atau nyundal sudah dikenal di masyarakat
53
sejak berabad lampau ini terbukti dengan banyaknya
catatan tercecer seputar mereka dari masa kemasa.
Sundal selain meresahkan juga mematikan, karena
merekalah yang ditengarai menyebarkan penyakit
AIDS akibat perilaku sex bebas tanpa pengaman
bernama kondom.
Kata “pekerja” sudah bisa dipastikan ada
hubungannya dengan lapangan pekerjaan serta orang
atau badan hukum yang memperkerjakan dengan
standar upah yang dibayarkan. Kemudian, lapangan
pekerjaan yang diperbolehkan harus memenuhi
syarat-syarat kerja secara normatif yang diatur
oleh peraturan perundang-undangan, termasuk sistem
pengupahan dan keselamatan kesehatan kerja. Untuk
selanjutnya, jenis pekerjaan tidak boleh
bertentangan dengan moralitas bangsa atau agama
yang diakui pemerintah. “Seks”, tidak termasuk
kelompok suatu jenis jabatan maupun pekerjaan.
jadi, tidak tepat kalau istilah pekerja seks
komersial itu ditujukan bagi para pekerja seks
54
komersial atau pelacur. Istilah pekerja seks
sepertinya merupakan sebuah pemolesan bahasa yang
dapat berakibat kepada pembenaran terhadap
perbuatan amoral tersebut.
Secara struktural, kinerja mucikari. Calo,
pekerja keamanan. Hingga pekerja seks itu sendiri
mempunyai batas-batas kerja yang jelas dan
profesional. Jika melihat latar belakang kultural
dan tempat transaksi ekonomi indonesia yang
beragam maka transaksi seksualitas tak hanya ada
lima kategori dia atas. Banyak juga pekerja seks
yang bekerja di mall (sebagai pegawai mall dan
merangkap pekerja seks untuk mencari uang
tambahan). Pekerja seks sekaligus mahasiswi, akrab
disebut ayam kampus, pekerja seks yang merangkap
sebagai para pekerja atau pelayan di tempat-tempat
hiburan malam yang ada di daerah perkotaan dan di
kantor-kantor sebagai sekretaris, yang harga tubuh
mereka cukup tinggi dan transaksi terkadang
melalui kartu kredit. Dari hal diatas dapat kita
55
lihat bahwa pekerja seks sebagai bagian dari
prasyarat kinerja dan transaksi dagang yang tidak
selalu lepas dari ramainya pusat-pusat ekonomi
yang strategis. Sistem pekerja seks cenderung
mempunyai hubungan yang bersifat temporer
insidental. Strategi tersebut tampak pada
mekanisme kerja mereka mengenai istilah Short time
dan Long time booking yang semuanya hanya terjadi
dalam waktu tertentu (setengah jam, satu jam, satu
malam).
PSK adalah para pekerja yang bertugas
melayani aktivitas seksual dengan tujuan untuk
mendapatkan upah atau imbalan dari yang telah
memakai jasa mereka tersebut. Banyak perempuan PSK
yang berperan sebagai pelacur dalam dunia pertama
datang dari dunia kedua, ketiga dan keempat. Di
eropa dan ditempat lain banyak dari mereka
diperdagangkan dari negeri lain untuk melayani
permintaan jumlah pelanggan yang meningkat.
Perbudakan manusia tidak baru, Organisasi
56
Interansional Pekerja (ILO) menaksir 12,3 juta
orang diperbudak dalam kerja paksa dan 2,4 juta
dari mereka adalah kurban “industri” perdagangan,
dan penghasilan tahunannya ditaksir sejumlah $10
milyar.
Lebih lanjut dalam kalangan PSK juga
mempunyai tingkatan-tingkatan operasional,
diantaranya :
a. Segmen kelas rendah
Dimana PSK tidak terorganisir. Tarif pelayanan
seks terendah yang ditawarkan, dan biaya
beroperasi di kawasan kumuh seperti halnya
pasar, kuburan,taman-taman kota dan tempat lain
yang sulit dijangkau, bahkan kadang-kadang
berbahaya untuk dapat berhubungan dengan para
PSK tersebut.
b. Segmen kelas menengah
Dimana dalam hal tarif sudah lebih tinggi dan
beberapa wisma menetapkan tarif harga pelayanan
57
yang berlipat ganda jika dibawa keluar untuk di
booking semalaman.
c. Segmen kelas atas
Pelanggan ini kebanyakan dari masyarakat dengan
penghasilan yang relatif tinggi yang
menggunakan night club sebagai ajang pertama untuk
mengencani wanita panggilan ayau menggunakan
kontak khusus hanya untuk menerima pelanggan
tersebut.
d. Segmen kelas tertinggi
Kebanyakan mereka dari kalangan artis televisi
dan film serta wanita model. Super germo yang
mengorganisasikan perdagangan wanita kelas atas
ini.
2.Penyebab Pekerja Seks dari Perspektif Politik,
Pendidikan, Sosial, dan Ekonomi
a. Penyebab adanya pekerja seks perspektif
politik
58
Pekerja seks merupakan sejarah panjang
keberadaan perempuan dimana pilihan kehidupan
seksual mereka hanya mempunyai beberapa opsi
secara garis besar yakni menikah dan membujang
atau menjadi pekerja seks. Pekerja seks juga
sering dan bahkan selalu menjadi bagian dari
kondisi dan prasyarat tingkat dua terhadap
lahirnya kota dan industrialisasi. Baik itu
dibidang pertambangan, jasa hingga pariwisata.
Pada masa kini, beberapa daerah didunia maupun di
indonesia mempunyai keragaman dalam menyikapi
mencuatnya keberadaan kegiatan pekerja seks
tersebut. Hal ini dapat dilihat dari variasi latar
belakang kebudayaan mereka. Di samping itu,
pekerja seks seakan menjadi komunitas tertentu
yang sering kali dimarginalkan oleh masyarakat,
begitu juga hak-haknya. Selain itu banyak yang
memperlakukan pekerja seks dengan tidak selayaknya
karena profesi mereka yang dianggap juga tidak
layak, bahkan ketika lokalisasi tempat mereka
59
bekerja dirazia seakan-akan posisi mereka selalu
salah.
b. Penyebab adanya pekerja seks persepektif
pendidikan
Selain itu latar belakang pendidikan
merupakan ajang pemicu lainnya. Mereka tidak
mendapatkan ruang kesempatan untuk memasuki ladang
pekerjaan yang membutuhkan latar belakang
pendidikan setingkat sarjana. Selain itu juga
kemampuan dan pengalaman yang dipandang tidak
memadai dalam memasuki berbagai sektor pekerjaan
yang dianggap lebih terhormat dan bergengsi oleh
masyarakat. Rendahnya pendidikan membuat kaum
pekerja seks tak mempunyai keleluasaan secara
ekonomi dalam hal memilih pekerjaan.
Dalam hal ini rendahnya latar belakang
pendidikan pekerja seks juga sering menimbulkan
lemahnya daya tawar mereka, timbulnya kepasifan,
dan kepribadian yang naif dalam melakukan sebuah
interaksi. Selain itu mereka juga membuka lebar
60
ruang-ruang pemaksaan serta kekerasaan untuk masuk
menerjang mereka, baik dari pihak mucikari,
pelanggan, hingga pemerintah daerah sendiri.
c. Penyebab adanya pekerja seks perspektif
sosial
Penyebab lahirnya pekerja seks yang
diakibatkan oleh kesulitan ekonomi seperti yang
dijelaskan di atas akan menjadi sebuah bahan dari
perdebatan hangat jika dilihat dari perspektif
kultural. Dari perspektif sosial kultural akan
terlihat berbagai nuansa yang lolos dari sudut
pandang dan hitungan ekonomi. Pekerja seks lahir
dari berbagai latar belakang sosial kultural yang
menstimulinya seperti permisfitas kultural,
tekanan keluarga, aspirasi material oleh individu
hingga lahirnya pemujaan simbol akibat hasrat
konsumsi yang tinggi, yaitu merupakan fenomena
pergeseran masyarakat dari yang sekedar
mengkonsumsi barang berdasarkan kebutuhan dasar
dan mendesak kepada kebutuhan akan pemenuhan citra
61
dan nilai simbolitas yang dapat meningkatkan
gengsi sosial di tengah pergaulan dengan sekitar.
d. Penyebab adanya pekerja seks perspektif
ekonomi
Jika ditilik dari prasyarat kerja, pemaknaan
pelacur memenuhi unsur yang nyaris serupa dan
memang sama terhadap berbagai prasyarat yang
dimasukkan sebagai unsur kerja. Mulai dari
profesionalitas, skill, disiplin dan pengalaman
yang diperlukan. Selain itu, ada terdapat pula
unsur yang diperdagangkan dan ditransaksikan. Yang
menjadi permasalahan kemudian adalah barang apa
yang di transaksikan dengan objek lawan
interaksi/hubungan mereka. Jika seorang guru
menjual otaknya, jika seorang kuli menjual tenaga
dan pundaknya, maka seorang pekerja seks menjual
kelaminnya. Kelamin yang dianggap privat inilah
yang kemudian menjadi permasalahan ketika
berpindah atau ditransaksikan ke area publik.
62
Pada fenomena pekerja seks, terdapat beberapa
unsur transaksi yang merupakan unsur dari
mekanisme kerja, dimana sang subjek menggunakan
tubuh sebagai komoditas untuk dijual dalam satuan
harga yang telah dibuat dan disepakati bersama
oleh kedua belah pihak tanpa ada yang merasa
dirugikan dan kedua belah pihak merasa puas. Uang
atau barang tertentu menjadi elemen utama
perantara kedua subjek yang tengah melakukan
kesepakatan. Karena mudah, menjadi elemen yang
dapat digerakkan kembali, maka pekerjaan menjual
tubuh juga merupakan bagian dari mata pencaharian,
dimana mereka menumpukan sandaran pada kerja
tersebut. Jika lokasi mata pencaharian mereka
dirusak seperti pembongkaran atau penggusuran
lokalisasi, maka hilanglah mata pencaharian mereka
sebagai andalan dan sandaran. Hal ini tentunya tak
berbeda dengan mata pencaharian lainnya, seperti
petani, nelayan dan guru.
63
Jenis pekerjaan ini juga memiliki
diversifikasi yang baik dalam struktur hingga
operasional kerjanya. Dalam melihat fenomena di
indonesia, jenis pekerjaan seks dibagi kedalam dua
kategori besar berdasarkan kriteria struktur dan
sistem operasional, diantaranya :
- Pekerja seks jalanan
Pekerja seks ini sering kita temui di berbagai
jalanan besar di indonesia. Sang pekerja lebih
bersifat independen. Etika terjadi interaksi
tak ada perantara ketiga seperti germo maupun
penjaga keamanan. Harga tubuh yang ditawarkan
pun lebih miring. Hal ini karena selain tak ada
tips kepada pihak ketiga secara tetap.
Kemolekan serta kecantikan mereka lebih dibawah
serta seusia mereka terkadang lebih tua
dibanding mereka yang berada di dalam
lokalisasi.
- Pekerja seks bar dan cafe
64
Para pegawai perempuan merupakan pelaku utama
sebagai pekerja seks yang didukung oleh pegawai
lainnya (laki-laki misalnya). Berperan sebagai
mediator bagi pengunjung yang ingin membooking
mereka. Transaksi bisa dilakukan di tempat
kerja tersebut yang akan berlanjut dengan
hubungan seks di tempat lain, di hotel
misalnya.
Pekerja seks di lokalisasi/rumah pelacuran
(brothel). Sistem kerja ini merupakan area yang
paling mudah diamati karena berbagai hal. Ia
merupakan pekerjaan yang diakui oleh
negara/pemerintah setempat karena dikenakan pajak
atau retribusi daerah. Pekerja seks legal ini
berada di bawah pengawasan dan aturan dinas
sosial. Secara tempat, kawasan ini selalu
dipisahkan dengan bentuk pembatasan yang jelas
seperti tembok, pagar kawat, bahkan dipisahkan
dari perkampungan masyarakat. Sistem kerja mereka
pun sangat tertata dimana secara rutin tim
65
kesehatan akan datang seinggu sekali, misalnya ke
area lokalisasi untuk mengecek kesehatan para
pekerja. Bentuk program kerja yang dijalankan oleh
dinas sosial dan kesehatan dalam bentuk pemberian
kondom cuma-cuma, pembuatan jadwal olahraga pagi
dan sejenisnya.
D. Defenisi Pelacuran
Pelacuran atau prostitusi adalah merupakan salah
satu bentuk penyakit masyarakat, yang harus
dihentikan penyakit penyebarannya, tanpa mengabaikan
usaha pencegahan dan perbaikannya. Pelacuran itu
berasal dari bahasa latin pro-stituere atau pro-stauree,
yang berarti membiarkan diri berbuat zina, melakukan
persundalan, pencabulan, pergendakan. Sedangkan
prostitute adalah pelacur atau sundal.
Pelacuran merupakan “profesi” yang sangat tua
usianya, setua umur kehidupan manusia itu sendiri,
yaitu berupa tingkah laku lepas bebas tanpa kendali
dan cabul, karena adanya pelampiasan nafsu seks
dengan lawan jenisnya tanpa mengenal batas-batas
66
kesopanan. Pelacuran itu selalu ada pada semua
negara berbudaya, sejak zaman purba sampai sekarang.
Dan senantiasa menjadi masalah sosial, atau menjadi
objek urusan hukum dan tradisi. Selanjutnya, dengan
pekembangan teknologi, industri dan kebudayaan
manusia, turut berkembang pula pelacuran dalam
berbagai bentuk dan tingkatannya.
Di banyak negara pelacuran itu dilarang,
bahkan dikenakan hukuman. Juga dianggap sebagai
perbuatan hina oleh segenap anggota masyarakat. Akan
tetapi, sejak adanya masyarakat manusia yang pertama
sehingga dunia akan kiamat nanti, “mata pencaharian”
pelacuran ini akan tetap ada, sukar, bahkan hampir-
hampir tidak mungkin diberantas dari muka bumi,
selama masih ada nafsu seks-seks yang lepas dari
kendali kemauan dan hati-nurani. Maka timbulnya masalah
pelacuran sebagai gejala patologis ialah sejak adanya
penataan relasi seks, dan diperlakukannya norma-
norma perkawinan.
1.Sejarah dan Konsep Pelacuran di Indonesia
67
Pelacuran di indonesia tidak terlepas dari
sejarah peradaban bangsa indonesia itu sendiri.
Bangsa indonesia pada masa lalu adalah bangsa
dengan berbagai kerajaan. Perdagangan perempuan
saat itu tidak terbatas hanya sekedar menguasai
segalanya termasuk tanah dan segala isinya serta
rakyatnya (hamba). Semua orang harus patuh pada
raja, tidak boleh ada orang yang membangkang.
Mereka berkuasa penuh hingga bisa mendapatkan
perempuan sebanyak mungkin, yang dalam istilah
dulu disebut selir. Bahkan uniknya, pada waktu itu
justru rakyat bangga jika ada sebagian aggota
keluarganya yang dijadikan selir, sebagian
diantara penduduk justru menawarkan anak gadisnya
untuk dijadikan selir raja. Selir terkadang hadiah
dari kerajaan kecil sebagai tanda kesetiaan atau
persahabatan. Semakin banyak selir yang dimiliki
seorang raja akan menambah kuat posisi raja di
mata masyarakat.
68
Pemilikan perempuan simpanan (selir) bukan
hanya terbatas pada raja belaka, orang-orang yang
ada disekitar istana pun tak ketinggalan terkadang
berlomba mendapatkan banyak wanita simpanan.
Sekalipun pada waktu itu tidak dikatakan
pelacuran, namun dari cara-caranya tetap berupa
pelacuran namun dulu dilegalisir atau mendapat
pengakuan masyarakat. Dengan latar belakang
seperti itu, maka pelacuran di indonesia bukan hal
yang baru bahkan boleh dikatakan warisan leluhur.
Maka tidak heran jika kemudian menjamur berbagai
pelacuran di indonesia bahkan di Asia sebagai
akibat adanya sistem feudal zaman dulu.
Pelacur adalah profesi yang menjual jasa
untuk memuaskan kebutuhan seksual pelanggan.
Biasanya pelayanan ini dalam bentuk menyewakan
tubuhnya. Di kalangan masyarakat Indonesia,
pelacuran dipandang negatif, dan mereka yang
menyewakan atau menjual tubuhnya sering dianggap
sebagai sampah masyarakat. Ada pula pihak yang
69
menganggap pelacuran sebagai sesuatu yang buruk,
malah jahat, namun toh dibutuhkan (evil
necessity). Pandangan ini didasarkan pada anggapan
bahwa kehadiran pelacuran bisa menyalurkan nafsu
seksual pihak yang membutuhkannya (biasanya kaum
laki-laki) tanpa penyaluran itu, dikhawatirkan
para pelanggannya justru akan menyerang dan
memperkosa kaum perempuan baik-baik. Salah seorang
yang mengemukakan pandangan seperti itu adalah
Augustinus dari Hippo (354-430), seorang bapak
gereja. Ia mengatakan bahwa pelacuran itu ibarat
"selokan yang menyalurkan air yang busuk dari kota
demi menjaga kesehatan warga kotanya." Istilah
pelacur sering diperhalus dengan pekerja seks
komersial, wanita tuna susila, istilah lain yang
juga mengacu kepada layanan seks komersial. Khusus
laki-laki, digunakan istilah gigolo.
Menurut kamus besar bahasa indonesia, Lonte
adalah manusia jalang, Wanita tuna susila,
Pelacur, Sundal. Dan sejak itu, istilah Lonte
70
berganti menjadi Wanita Tuna Susila (WTS). Istilah
WTS kemudian menimbulkan banyak protes, terutama
dari pihak perempuan, misalnya apakah tuna susila
hanya menjadi watak perempuan? Apakah tidak ada
lagi laki-laki yang berwatak tuna susila?, karena
itu sejalan dengan era reformasi maka muncullah
istilah baru yaitu Pekerja Seks Komersial (PSK).
Istilah ini nampaknya sangat menjunjung harkat dan
martabat wanita, dimana PSK coba mengangkat posisi
dirinya agar setara dengan orang pencari nafkah
atau pekerja lainnya.
PSK biasanya hanya dilihat dari aspek
kesusilaan, dan hanya ditujukan pada perempuan
yang menjadi PSK nya, tetapi tidak kepada laki-
laki atau konsumen yang menggunakan jasa mereka,
dimana laki-laki yang membeli seks diberi istilah
klien atau customer atau pelanggan.
- Prostitusi adalah bentuk penyimpangan seks
dengan pola-pola organisasi impuls/dorongan seks
yang tidak wajar dan tidak terintegrasi, dalam
71
bentuk pelampiasan nafsu-nafsu seks tanpa
kendali dengan banyak orang (promiskuitas),
disertai eksploitasi dan komersialisasi seks
yang impersonal tanpa afeksi.
- Pelacuran adalah perbuatan perempuan atau laki-
laki yang menyerahkan tubuhnya untuk berbuat
cabul secara seksual dengan mendapatkan upah.
- Eksploitasi seks adalah penggunaan serta
pemanfaatan relasi seks semaksimal mungkin oleh
pihak pria.
- Kategori pelacuran
1. Gadis panggilan
2. Gadis bar
3. Gadis taksi
4. Hostes atau pramuria
- Ciri khas pelacur
1. Wanita, lawan pelacur adalah gigolo (pelacur
pria)
2. Biasanya cantik, ayu, rupawan, manis,
atraktif, menarik
72
3. Muda
4. Pakaian mencolok, beraneka warna, eksentrik
5. Teknik seksual mekanistik, cepat, tidak hadir
secara psikis
6. Mobile
7. Berasal dari strata ekonomi rendah
8. 60-80 % intelektual normal
- Menurut jumlahnya, prostitusi dibagi dalam
1. Individual
2. Bantuan organisasi dan sindikat
- Menurut lokasinya
1. Segregasi / lokalisasi
2. Rumah panggilan ‘call house’
3. Dibalik front organisasi / bisnis terhormat
- Klasifikasi
1. Sektor informal (kompleks lokalisasi, panti
pijat, club malam, perempuan pendamping,
penyedia perempuan panggilan)
2. Sektor informal (berorientasi secara tidak
tetap).
73
2. Dampak dan Persoalan Pekerja Seks Komersial
1. Faktor-Faktor Penyebab Munculnya PSK (Pekerja
Seks Komersial)
Fenomena pekerja seks di indonesia bukanlah
suatu peristiwa yang datang dari ruang abstrak
yang kosong atau muncul dengan sendirinya.
Kehadiran pekerja seks berbenih dan menyebar
karena berbagai faktor yang sifatnya
multidimensional dan saling terkait satu dengan
yang lain.
a.Kemiskinan
Diantara alasan penting yang
melatarbelakangi adalah kemiskinan yang sering
bersifat struktural. Struktur kebijakan tidak
memihak kepada kaum yang lemah sehingga yang
miskin semakin miskin, sedangkan orang yang
kaya semakin menumpuk harta kekayaannya.
Kebutuhan yang semakin banyak pada seorang
perempuan memaksa dia untuk mencari sebuah
pekerjaan dengan penghasilan yang memuaskan
74
namun kadang dari beberapa mereka harus bekerja
sebagai PSK untuk pemenuhan kebutuhan tersebut.
Dengan bekerja sebagai pekerja seks komersial
diharapkan kebutuhan yang bersifat tersier
mampu diraihnya, dalam hal ini aspirasi
materialis sangat menonjol. Alasan ini sangat
bersifat ekonomis dan alasan yang paling sering
kita dengar.
b.Kekerasan seksual dan kepuasaan
Penelitian menunjukan banyak faktor
penyebab perempuan menjadi PSK, diantaranya
kekerasan seksual seperti perkosaan oleh bapak
kandung, paman, guru dan sebagainya. Hal lain
yang penting adalah karena tidak puas dengan
kehidupan seksual yang dimiliki sebelumnya.
c.Penipuan
Faktor lain yaitu, penipuan dan pemaksaan
dengan berkedok agen penyalur tenaga kerja.
Kasus penjualan anak perempuan oleh orang tua
sendiri pun juga kerap ditemui.
75
d.Pornografi
Menurut defenisi undang-undang Anti
pornografi, pornografi adalah bentuk ekspresi
visual berupa gambar, tulisan, foto, film atau
yang dipersamakan dengan film, video, tayangan
atau media komunikasi lainnya yang sengja
dibuat utnuk memperlihatkan sacara terang-
terangan atau tersamar kepada publik alat vital
dan bagian-bagian tubuh serta gerakan-gerakan
erotis yang menonjolkan sensualitan dan
seksualitas, serta segala bentuk perilaku
seksual dan hubungan seks manusia yang patut
diduga menimbulkan rangsangan nafsu birahi pada
orang lain.
e.Pendidikan
Karena tidak mempunyai kecerdasan yang
cukup utnuk memasuki sektor formal ataupun
untuk menapaki jenjang pendidikan yang lebih
tinggi.
76
2. Persoalan-Persoalan Psikis dan Sosial yang
Mempengaruhi Perilaku PSK
a. Akibat gaya hidup modern
Seseorang perempuan pastinya ingin tampil
dengan keindahan tubuh dan barang-barang yang
dikenalkannya. Namun ada dari beberapa mereka
yang terpojok karena masalah keuangan untuk
pemenuhan keinginan tersebut maka mereka
mengambil jalan terakhir dengan menjadi PSK
untuk pemuasan dirinya.
b.Broken home
Kehidupan keluarga yang kurang baik dapat
memaksa seseorang remaja maupun orang dewasa
untuk melakukan hal-hal yang kurang baik diluar
rumah atau jauh dari tempat tinggal dan itu
dimanfaatkan oleh seseorang yang tidak
bertanggung jawab dengan mengajaknya bekerja
sebagai PSK.
c.Kenangan masa kecil yang buruk
77
Tindak pelecehan yang semakin meningkat pada
seorang perempuan bahkan adanya pemerkosaan
pada anak kecil bisa menjadi faktor dia menjadi
seorang PSK.
d.Tempat tinggal
Kehidupan rumah atau lingkungan sekitar sangat
mempengaruhi perilaku dan pengetahuan seseorang
untuk melakukan hal-hal yang berkaitan dengan
pekerjaan mereka sehingga dengan sendirinya
fenomena-fenomena yang sering terjadi pada
kehidupannya dapat dipertanggungjawabkan.
3. Dampak yang Ditimbulkan bila Seseorang Bekerja
Sebagai PSK (Pekerja Seks Komersial)
a.Keluarga dan masyarakat tidak dapat lagi
memandang nilainya sebagai seorang perempuan.
b.Stabilitas sosial pada dirinya akan
terhambat, karena masyarakat hanya akan
selalu mencemooh dirinya.
c.Memberikan citra buruk bagi keluarga.
78
d.Mempermudah penyebaran penyakit menular
seksual, seperti gonore, klamdia, herpes
kelamin, sifilis, hepatitis B dan HIV/AIDS.
e.Instansi pemerintah yang terkait masih selalu
menganggap PSK sebagai pihak yang paling
bersalah.
4. Stigma yang Menyebabkan PSK dianggap Sebagai
Pekerjaan yang Tidak Bermoral
a.Pekerjaan ini identik dengan perzinahan yang
merupakan suatu kegiatan seks yang dianggap
tidak bermoral oleh banyak agama.
b.Perilaku seksual oleh masyarakat dianggap
sebagai kegiatan yang brkaitan dengan tugas
reproduksi yang tidak seharusnya digunakan
secara bebas demi untuk memperoleh uang.
c.Pelacuran dianggap sebagai ancaman terhadap
kehidupan keluarga yang dibentuk melalui
perkawinan dan melecehkan nilai sakral
perkawinan.
79
d.Kaum wanita membenci pelacuran karena
dianggap sebagai pencuri cinta dari laki-laki
(suami) mereka sekaligus pencuri hartanya.
5. Makna Hidup PSK yang di Dasari Adanya Kebutuhan
Manusia dalam mencari tujuan hidup,
mempunyai suatu kebutuhan yang bersifat unik,
spesifik dan personal yaitu suatu kebutuhan
akan makna hidup. Frankl mengartikan makna
hidup sebagai kesadaran akan adanya suatu
kesempatan atau kemungkinan yang
dilatarbelakangi oleh realitas atau menyadari
apa yang bisa dilakukan pada situasi tertentu.
Makna hidup berfungsi sebagai pedoman terhadap
kegiatan-kegiatan yang dilakukan, sehingga
dengan demikian makna hidup seakan-akan
menantang (Challengging), dan mengundang (Inviting)
seseorang untuk memenuhinya, serta kegiatan-
kegiatan yang dilakukan menjadi terarah. Makna
hidup bersifat spesifik dan unik, makna hidup
80
tidak dapat diberikan oleh siapapun, melainkan
harus dicari dan ditemukan sendiri.
Permasalahan PSK tidak ubahnya sama dengan
manusia pada umumnya, secara garis besar PSK
tentunya juga mempunyai suatu makna hidup. Sama
halnya dengan manusia atau individu lainnya.
Proses penemuan makna hidup bukanlah merupakan
suatu perjalanan yang mudah bagi seorang PSK,
perjalanan untuk menemukan apa yang dapat
mereka berikan dalam hidup mereka, apa saja
yang dapat diambil dari perjalanan mereka
selama ini, serta sikap yang bagaimana yang
diberikan terhadap ketentuan atau nasib yang
bisa mereka rubah, yang kesemuanya itu tidak
lepas dari hal-hal apa saja yang diinginkan
selama menjalani kehidupan, serta kendala apa
saja yang dihadapi oleh mereka dalam mencapai
makna hidup.
6. Pahlawan Bagi Keluarga
81
Sesuai dengan kenyataan yang ada, banyak
diantara wanita pekerja seks komersial
merupakan wanita yang telah berkeluarga dan
menjalankan peran sebagai ibu bagi anak-anaknya
dan istri bagi suami. Pertentangan antara peran
wanita dalam kehidupan rumah tangga dan peran
sebagai wanita pekerja seks komersial dapat
menimbulkan konflik peran yang akan mengacu
pada kesulitan dalam mengahadapi peran yang
harus dijalankan. Wanita pekerja seks komersial
merasa tidak aman pada statusnya sebagai
pekerja seks komersial dan merasa khawatir
apabila statusnya diketahui masyarakat.
Sebagai seorang istri, wanita dituntut agar
setia terhadap suami, namun peran sebagai
pekerja seks komersial menuntut mereka terpaksa
melakukan pekerjannya itu dengan alasan
ekonomi. Walaupun pertumbuhan dan perkembangan
anak sangat berpengaruh dengan kehadiran
seorang ibu secara fisik maupun secara psikis.
82
Banyaknya resiko yang harus dihadapi membuat
para wanita pekerja seks komersial lebih merasa
dirinya dianggap pantas bertanggung jawab atas
keluarga yang dicintai dan dikasihani sehingga
fenomena pekerja seks komerial yang selalu
menyandang stereotip negatif akan hilang karena
dipandang sebagai pahlawan bagi keluarga.
83