Hatching the eeg
-
Upload
lounaunima260990 -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of Hatching the eeg
Artikel : “BELAJAR SAMBIL BERMAIN BERSAMA HATCHING THE EGG “
Strategi, media dan metode pembelajaran adalah beberapa penunjang keberhasilan belajar siswa. Untuk itu penting sebagai
seorang calon guru maupun guru atau tenaga pendidik mencari sebuah metode pembelajaran yang inofatif, kreatif dan menyenangkan.
Salah satu metode pembelajaran yang dapat dikatakan berhasil adalah permainan. Dalam pembelajaran matematika ada beberapa
permaianan yang menyenangkan yang juga merupakan metode pembelajaran. Permainan sekaligus pembelajaran matematika ini
diberi nama Hatching The Egg (menetaskan telur). Pada pembelajaran ini, di bagi menjadi beberapa kelompok kecil yang terdidri atas
4-5 orang untuk tiap kelompok. Puzzle telur terdiri dari 10 potongan bangun datar yang terdiri dari bentuk bangun segitiga dan
berbagai modifikasi bangun datar. Tiap kelompok diberikan kesempatan untuk mencoba menyusun dan kemudian menganalisis
permainan ini. Tujuan dari permainan puzzle ini adalah untuk menyusun potongan telur sehingga membentuk unggas yang sesuai
dengan gambar yang diberikan, kemudian mencari sebanyak mungkin bentuk unggas yang mungkin dibentuk oleh siswa.
Kelompok kami yang terdiri atas 4 orang (Marike, Martha, Herlina, dan Gloria) awalnya agak kesulitan dalam mengerjakan
puzzle ini. Setelah beberapa menit memperhatikan dengan seksama satu persatu bentuk burung yang di berikan, kami mulai menyusun
dan membentuk burung seperti pada contoh. Kemudian kami mengembangkan bentuk-bentuk burung lain sehingga kami menemukan
kurang lebih 50 bentuk burung tepat seperti yang katakana oleh Dosen mata kuliah Teknologi dan Media Pembelajaran Matematika di
Jurusan Matematika, Universitas Negeri Manado, Mner Navel Mangelep, M.Pd. Dan selama proses pembentukan macam-macam
burung dari telur ini, kami memahami bahwa permainan ini adalah model pembelajaran yang menggunakan pendekatan PMRI
(Pendidikan Matematika Realisitk Indonesia). Ada karakter empat utama yang kami pelajari dari dalam metode pembelajaran ini,
yaitu :
1. Komunikasi
Dalam kelompok kami, terjadi komunikasi antar anggota dalam penyusunan bentuk unggas. Komunikasi yang terjadi meliputi
pembagian tugas, adu argumentasi/pendapat tentang bentuk susunan puzzle sudah sesuai dengan gambar yang diinginkan atau
belum, dan apakah bentuk yang kami buat sudah sesuai atau tidak.
2. Kolaborasi (Kerja Tim)
Selama proses pengerjaan bentuk unggas ini, kami bekerja sama satu dengan yang lain untuk membuat bentuk unggas yang
paling sesuai dengan contoh dan menciptakan bentuk- bentuk baru yang terlihat seperti burung. Ketika terjadi interaksi antara
angggota tim, ada kerja sama yang baik yang terjalin pada kami sebagai sebuah tim. Dengan demikian, kami mampu
menyelesaiakan beberapa jenis burung baru.
3. Berpikir Kritis
Saat proses pembentukan burung, kami mengamati bentuk puzzle, berpikir secara kritis dan berusaha menalar bentuk- bentuk
yang mungkin terbentuk dari 10 potongan puzzle ini.
4. Kreatif Permainan sekaligus pembelajaran matematika menuntut kreatifitas untuk mendapatkan sebanyak mungkin bentuk unggas
yang baru. Jika kita memacu tingkat kreatifitas kita, maka kita akan mendapatkan lebih banyka lagi bentuk-bentuk unggas.
Dari keempat karakter pembelajaran di atas, jika di misalkan kami adalah siswa, maka berdasarkan hasil penelusuran kami di
google ternyata empat karakter ini termasuk dalam pembelajaran dengan pendekatan PMRI (Pendidikan Matematika Realistik
Indonesia). Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) merupakan pembaharuan dalam pembelajaran matematika di
Indonesia dengan menggunakan prinsip-prinsip dalam Realistic Mathematics Education(RME) yang dikembangkan oleh instintut
Freudental.
Pendekatan Matematika Realistik (PMR) adalah suatu pendekatan pem- belajaran matematika yang memiliki karakteristik:
menggunakan masalah kontekstual, menggunakan model, menggunakan kontribusi siswa, terjadinya interaksi dalam proses
pembelajaran, menggunakan berbagai teori belajar yang relevan, saling terkait, dan terintegrasi dengan topik pembelajaran
lainnya.(sumber : http://belajar-sabar-ikhlas.blogspot.co.id/2012/10/pendidikan-matematika-realistik.html ).
Berikut ini adalah lima karakteristik pembelajaran dengan pendekatan PMRI, berdasarkan empat karakter yang dijabarkan di
atas :
1. Phenomenological exploration or the use of contexts (menggunakan masalah kontekstual)
Pembelajaran hatcing the egg sudah pasti menggunakan masalah kontekstual. Masalah kontekstual disini adalah proses
menetasakan telur unggas. Secara jelas proses menetasnya telur unggas pernah dilihat/diamati oleh siswa. Meskipun ada yang
tidak melihatnya secara langsung, namun tentunya sudah pernah menyaksikan di televisi atau dari buku-buku terkait. Masalah
kontekstual ini merupakan titik tolak dimana pembelajaran matematika yang kita inginkan dapat muncul
2. The use of the models or bridging by vertical instruments (menggunakan model)
Pembelajaran matematika itu kadang butuh waktuh yang panjang dan sering bergerak dalam berbagai abstraksi maka dalam
abstraksi ini perlu digunakan model ataupun media. Model atau media yang digunakan ini bertujuan sebagai jembatan dari
tahapan konkret ke abstrak. Namun tentunya ada beberapa masalah kontekstual yang tidak dapat kita perlihatkan dengan
model yang riil, diantaranya adalah konteks menetaskan telur ini. Tentunya sulit untuk membawa dan menghadirkan telur
yang akan menetas. Sehingga perlu adanya model atau media yang lain, tentunya yang sama-sama dapat mewakili kondisi
atau masalah riil yang ada. Model yang digunakan dalam pembelajaran heatcing the eggs ini adalah menyusun bagian-bagian
puzzle dari telur menjadi gambar salah satu jenis unggas (ayam, bebek ataupun burung).
3. The use of the students own productions and constructions or students contribution (menghargai ragam jawaban dan
kontribusi siswa)
Proses pembelajaran ini menuntut kontribusi yang besar dari siswa untuk menyusun puzzle dari telur membentuk gambar
salah satu unggas. Siswa berupaya untuk memecahkan masalah dengan cara mereka sendiri dalam menyususn bagian-bagian
puzzle. Hasil pekerjaan siswa juga tidak dibatasi, semua jawaban yang dapat dijelaskan mengenai bentuk tersebut pasti
dihargai oleh guru.
4. The interactive character of the teaching process or interactivity (interaktivitas)
Pada pembelajaran ini terlihat interaksi yang baik antar siswa dan siswa maupun antara siswa dan guru yang berperan sebagai
fasilitator. Guru mencoba menbantu dengan memberikan gambar salah satu contoh dari bagian-bagian puzzle yang telah
dibentuk menjadi burung dan siswa disemangati untuk mencari bentuk-bentuk burung yang berbeda. Dalam proses
pembelajaran terlihat siswa saling berdiskusi, saling memberikan penjelasan, membangun kerja sama, dan saling menilai
serta memberi masukan.
5. The intertwining of various learning strands (terintegrasi dengan topik pembelajaran lainnya)
Hubungan pembelajaran hatcing the eggs dengan karakteristik yang terakhir ini adalah karena adanya keterkaitan antara
pembelajaran matematika dengan pembelajaran lainnya, salah satunya adalah dengan sains dimana siswa tidak saja belajar
memecahkan masalah lewat menyusun puzzle, namun siswa juga dapat belajar geometri dimana ada beberapa bangun seperti
segitiga dan juring lingkaran. Serta berhubungan dengan masalah biologi mengenai masalah telur dan macam-macam unggas.
Dari lima karakteristik diatas, kita bisa melihat manfaat yang besar dan signifikan dari metode pembelajaran puzzle ini. Kita
dapat mengali tingkat kreatifitas siswa, kita dapat melatih cara meraka bekerja secara kelompok dan mengajarkan mereka untuk berani
mengemukakan pendapat dan yang paling penting dari semuanya itu, siswa mampu memehani konsep – konsep pembelajaran
geometri melalui metode pembelajaran ini. Untuk itu, kita sebagai calon guru maupun guru wajib menyediakan metode pembelajaran
yang kreatif, inovatif dan semenarik mungkin untuk menarik minat siswa untuk belajar dan bahkan mencintai dan menyukai setiap
proses pembelajaran yang mereka terima. Dan agar konsep – konsep dasar dalam pembelajaran mata pelajaran (matematika
khususnya) dapat meraka mengerti dan pahami.