Coherent light oscillator by self-induced holographic gratings in SBN:Ce crystals
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
2 -
download
0
Transcript of Coherent light oscillator by self-induced holographic gratings in SBN:Ce crystals
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang masalah.
Pada era globalisasi , mau tidak mau bangsa
Indonesia yang sedang berkembang dan membangun harus
siap menghadapi pasar terbuka. Salah satu karateristik
utama di akhir abad dua puluhan adalah globalisasi
bisnis. Proses globalisasi telah mendapatkan momentum
dan diperkirakan terus bergerak semakin tinggi dengan
itensitas yang lebih pada awal abad kedua puluh satu
ini.
Tuntutan era Globalisasi yang harus dihadapi oleh
dunia pendidikan pada saat ini adalah kesiapan
menciptakan sumber daya manusia /SDM yang handal dan
kompetetif, maka setiap usaha di bidang pendidikan
baik formal maupun non formal dituntut untuk
menggerakkan serta menjadikan sumber daya yang
dimilikinya seoptimal mungkin untuk mendapatkan hasil
yang seefektif dan seefisien mungkin, sehingga anak
1
didik yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik
dapat berkompetitif di dunia kerja. Di antara sumber
daya - sumber daya yang dimiliki oleh setiap sekolah
salah satunya adalah Sumber Daya Manusia. Sumber daya
manusia harus mendapat perhatian
Lebih spisifikasi lagi, maju dan berkembangnya
suatu organisasi ditentukan oleh sumber daya manusia
yang dimilikinya.
Agar dapat mencetak sumber daya manusia yang
berkualitas dan memiliki kinerja yang tinggi, maka
pihak sekolah perlu memberikan suatu sistem yang baik
supaya dapat meningkatkan kinerja guru dan
karyawannya. Dalam meningkatkan kinerja Tenaga
Pendidik dan Kependidikan pihak sekolah dituntut
mengembangkan sumber daya manusia. Di mana dikatakan
bahwa untuk meningkatkan kinerja Tenaga Pendidik dan
Kependidikan , perlu pemberian motivasi yang
preventif, terptogram dan kontinyu. Pemberian
motivasi yang tepat seperti pemenuhan kebutuhan Tenaga
Pendidik dan Kependidikan yang baik, misalnya
2
kebutuhan fisiologis, keamanan, sosial, prestise, dan
aktualisasi diri, akan meningkatkan kinerja Tenaga
Pendidik dan Kependidikan .
Motivasi Tenaga Pendidik dan Kependidikan tidak
dapat dipaksakan. Motivasi harus datang dari diri
sendiri, bersifat individual, sengaja, dan bersegi
banyak. Motivasi bersifat individual dalam arti setiap
orang termotivasi oleh berbagai pengaruh hingga
berbagai tingkat. Motivasi bersifat sengaja karena
individu mengendalikan tingkat motivasinya sendiri. Dua
sisi penting dari motivasi adalah pembangkitan
(pengaktifan perilaku) dan pengarahan (penggerakan ke
arah tertentu). Sifat individual dari motivasi menuntut
para manajer untuk mengambil pendekatan tidak langsung,
menciptakan motivasi melalui suasana organisasi yang
mendorong para Tenaga Pendidik dan Kependidikan untuk
lebih produktif. Suasana ini tercipta dengan membuat
sistem imbalan dan hukuman, menegakkan standar,
peraturan, kebijakan yang ketat, dan pemeliharaan
komunikasi. Gaya kepemimpinan dari pimpinan juga
3
memberikan andil dalam menciptakan suasana motivasi,
terutama bila gaya tersebut mendorong rasa saling
percaya.
Bagian yang sangat fundamental pada organisasi
sekolah adalah anggapan bahwa kinerja guru dan
karyawan dapat diperbaiki bila para Tenaga Pendidik
dan Kependidikan mengetahui apa yang diharapkan dari
mereka, kapan mereka diikutsertakan atau berperan
serta dalam proses menetapkan harapan-harapan
tersebut, dan kapan mereka dinilai hasil-hasilnya
sesuai dengan porsi yang mereka kerjakan. Apabila
Tenaga Pendidik dan Kependidikan gagal berperan
secara wajar, seorang pimpinan dalam hal ini kepala
sekolah harus dapat menilai penyebab masalah tersebut.
Betapa pentingnya posisi sumber daya manusia dalam
organisasi dalam hal ini sekolah, maka pimpinan
organisasi atau kepala sekolah harus selalu memberikan
porsi perhatian dalam hal ini apa yang dinamakan
"motivasi", yang diartikan sebagai pemberian pembinaan
atau bimbingan kepada para Tenaga Pendidik dan
4
Kependidikan, agar mereka dapat bekerja dengan baik
demi tercapainya tujuan sekolah. Peranan motivasi dalam
meningkatkan kerja Tenaga Pendidik dan Kependidikan
sangat penting, antara lain agar motivasi yang
diberikan dalam bentuk bimbingan maupun pelatihan dapat
menggerakkan setiap guru dan karyawan untuk bisa
bekerja mencapai kinerja yang diharapkan. Oleh karena
itu, menjadi tugas utama kepala sekolah untuk
mengetahui pengaruh-pengaruh apa saja yang dapat
mendorong orang-orang yang dipimpinnya agar mau
berjalan bersama urituk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya. Setiap kepala sekolah harus
mempunyai pengetahuian yang baik mengenai motivasi.
Apabila peranan motivasi dalam kenemimpinan belum
memenuhi kebutuhan yang diharapkan, maka diperlukan
upaya dan langkah yang teratur, terencana dan
berkesinambungan agar motivasi kerja Tenaga Pendidik
dan Kependidikan dapat ditumbuh kembangkankan dan
dipertahankan dengan baik.
5
Peran SDM dalam hal ini guru dan karyawan dalam
sekolah agar lebih optimal , diperlukan adanya upaya
untuk meningkatkan kualitas SDM yang dapat
mengerjakan tugas dengan baik atau meraih prestasi
kerja. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah
dengan mengikutsertakannyai dalam program Diklat.
Pengertian Diklat dikemukakan oleh
Bernardin/Russell (1993;297) yaitu -."Training is defined as
any attempt to improve employee performance an a currently held job or
one related to if.
Uraian di atas dapat didefinisikan Diklat sebagai
suatu usaha untuk meningkatkan performansi atau
prestasi kerja pegawai saat ini atau yang berkaitan
dengan hal tersebut.
Sementara itu Milkovich/Boudreau (1997;408)
mengungkapkan "training is a systematic process to foster the
acquisition of skill, rules, concept, or attitudes that result in an improved
match between employee characteristicsand employment requirements".
Pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa Diklat
merupakan proses sistematis untuk meningkatkan
6
keahlian, aturan, konsep dan sikap yang menghasilkan
peningkatan kesesuaian antara karakteristik pegawai
dengan employment requirement (persyaratan yang harus
dimiliki pegawai)
Dari definisi diklat di atas dapat disimpulkan
bahwa pada intinya tujuan diklat adalah untuk
meningkatkan prestasi pegawai melalui peningkatan
pengetahuan, keahlian, dan ketrampilan serta sikap.
Namun pelaksanaan pelatihan akan efektif bila tujuan
yang diinginkan tercapai. Proses diklat dapat
dilaksanakan dalam tiga tahap, yaitu penilaian
kebutuhan (needs assessment], pelaksanaan (training and
development} dan evaluasi (evLluation) - seperti yang
dikemukakan oleh Milkovick/Boudreau (1997;412)
Peran pimpinan dalam organisasi dalam hal ini
kepala sekolah sangat penting, karena pimpinan
bertanggungjawab membawa bawahannya untuk berprestasi
atau bekerja dengan baik. Sehingga secara keseluruhan
sekolah yang dipimpinnya dapat menyelesaikan tugas atau
sasaran yang ditetapkan.
7
Berkaitan dengan kepemimpinan, John M. Ivancevich
(1999;409) mengemukakan , "Leadership as the process of
influencing to facilitate the attainment of organizationally relevant goals."
Definisi di atas dapat dijelaskan bahwa
kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi orang lain
untuk memudahkan pencapaian tujuan organisasi.'
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam
kepemimpinan terdapat unsur mempengaruhi orang lain
untuk mencapai tujuan organisasi. Bila dihubungkan
dengan penelitian ini, maka orang lain di sini adalah
guru dan karyawan dan tujuan organisasi yang dimaksud
adalah tujuan sekolah.
Dalam mengukur keberhasilan kepemimpinan, kriteria
yang digunakan menurut Richard L. Hughes (1999;120)
adalah subordinates rating of satisfaction, organizational climates,
morale, motivation, leadership effectiveness and unit performance
indices.
Uraian diatas dapat disimpulkan bahwa yang diukur
dalam meneliti kepemimpinan adalah pengaruhnya kepada
8
bawahannya (subordinates) dan prestasi unit kerja yang
dipimpinnya.
Untuk menjelaskan keterkaitan kepemimpinan
dengan kinerja pegawai, terlebih dahulu
dikemukakan pengertian performance yang .
diberikan oleh Bemardin/Russell (1993;379), "performance
is defined as the record of outcomes produced on specified job function or
activity during a specified time period'.
Defmisi di atas diartikan bahwa performance
merupakan catatan hasil kerja/kegiatan tertentu selama
periode waktu tertentu.
Dari pengertian di atas disimpulkan bahwa
performance dapat dikatakan atau disebut sebagai hasil
kerja atau prestasi kerja.
Hubungan antara Motivasi, pelatihan, dan gaya
kepemimpinan dapat dijelaskan melalui Teori
Produktivitas Richard E Kopelman. Menurut Richard E
Kopelman (1986;23-24) ada empat faktor yang menentukan
produktivitas organisasi, yaitu lingkungan (environment),
karakteristik organisasi (organizational characteristics),
9
karakteristik kerja (work characteristics) dan karakteristik
individu (individual characteristics). Kopelman menjelaskan
bahwa karakteristik organisasi dan karakteristik kerja
dapat mempengaruhi karakteristik individu dalam
memberikan hasil akhir (end result), yaitu produktivitas
yang dapat berupa prestasi kerja atau job performance.
Yang termasuk karakteristik organisasi adalah reward
system, goal setting and MBO, selection, training and development,
leadership, organization structure. Yang termasuk karakteristik
kerja adalah objective performance feedback, judgmental
performance feedback, job design, work schedule. Yang termasuk
karakteristik individu adalah knowledge, skill, abilities,
motivation, belief and values, motivation, beliefs and values, attitudes .
yang termasuk lingkungan adalah karakteristik
organisasi, karakteristik kerja, karakteristik individu
dan hasil akhir.
Dapat terjadi seorang pemimpin secara pribadi baik
di mata bawahannya tetapi kepemimpinannya tidak
membawa bawahannya dan unit kerjanya berprestasi. Tipe
kepamimpinan ini menurut Ohio State Studie (Rihard L Huges,
10
1999;59) disebut relationship oriented, yaitu kepemimpinan
yang berorientasi pada hubungan antara atasan bawahan.
Atau sebaliknya, seorang pemimpin, awal kehadirannya
kurang diterima oleh bawahannya, misalnya karena
terlalu tegas atau disiplin, namun temyata
kepemimpinannya dapat menggerakkan pegawai untuk
berprestasi. Tipe kepemimpinan ini menurut Ohio State
Studies disebut task oriented, yaitu kepemimpinan yang
berorientasi pada pelaksanaan tugas.
Pimpinan selain bertanggungjawab membawa bawahan
dan unit kerjanya untuk mencapai prestasi yang
ditetapkan sekolah, juga mengembangkan keikutsertaan
pegawai dalam program pelatihan. Hal ini tidak
terlepas dari peran pimpinan. Daiam mengidentifikasi
pegawai tentang perlunya peningkatan kompetensi yang
dimiliki adalah melalui pelatihan. Seorang pimpinan
mempunyaii wewenang untuk memerintah orang lain. .
Tidak setiap orang yang ditunjuk menjadi pemimpin
bisa menjalankan tugasnya dengan baik.
11
Dengan demikian timbul pertanyaan; mengapa
seseorang bisa menjadi pemimpin, sedangkan orang lain
tidak? Kalau demikian apakah seorang pemimpin itu
mempunyai pembawan sejak lahir, ataukah bisa dibentuk
lewat latihan, pendidikan atau apapun namanya?
Berbagai studi tentang kepemimpinan bisa dikelompokkan
menjadi tiga pendekatan, yaitu yang mendasarkan atas
traits (sifat, perangai) atau kualitas yang diperlukan
seseorang untuk menjadi pimpinban, kedua yang
mempelajari perilaku (behavior) yang diperlukan untuk
menjadi pemimpin yang efektif. Kedua pendekatan ini
menganggap bahwa apabila seseorang mempunyai
karakteristik atau kualitas dan perilaku tertentu,
akan menjadi seorang pemimpin dalam situasi apapun ia
ditempatkan.
Pendekatan yang ketiga adalah pendekatan contingency
yang berdasarkan atas faktor-faktor situasional untuk
menentukan gaya kepemimpinan yang efektif. Dengan kata
lain, seseorang yang bisa menjadi pemimpin yang baik
12
pada suatu keadaan tertentu, mungkin tidak berhasil
dalam situasi yang lain
Sebelum kita membicarakan berbagai studi tersebut,
marilah kita amati berbagai pendapat tentang tugas
pekerjaan yang pertu dilakukan oleh pimpinan. Berbagai
pendapat tersebut tentu mempunyai perbedaan-perbedaan,
tetapi dapat ditarik kesimpulan akan adanya hal-hal
yang sama.
Sebagai misal, R.L Kahn (1986.180) menyatakan
bahwa seorang pemimpin menjalankan pekerjaanya dengan
baik apabila :
1. Memberikan kepuasan terhadap kebutuhan langsung para
bawahannya
2. Menyusun "jalur" pencapaian tujuan (untuk melakukan
hal ini pemimpin perlu memberikan pedoman untuk
mencapai tujuan perusahaan bersama dengan pemuasan
kebutuhan para karyawan).
3. Menghilangkan hambatan-hambatan pencapaian tujuan.
4. Mengubah tujuan karyawan sehingga tujuan mereka bisa
berguna secara organisatoris.
13
Robert C. (1986:198) menyebutkan tanggung jawab
para pemimpin dengan lebih terperinci. la menyebutkan
tanggung jawab para pimpinan adalah:
1. Menentukan tujuan pelaksanaan kerja yang
realistis (dalam artian kuantitas, kualitas,
keamanan dan lain sebagainya)
2. Melengkapi para karyawan dengan sumberdana-
si diperlukan untuk menjalankan tugasnya.
3. Mengkomunikasikan kepada para karyawan tentang apa
yang diharapkan dari mereka.
4. Memberikan susunan hadiah yang sepadan untuk
mendorong prestasi
5. Mendelegasikan wewenang apabila diperlukan
dan mengundang partisipasi apabila memungkinkan.
6. Menghilangkan hambatan untuk pelaksanaan oekerjaan
yang efektif.
7. Menilai pelaksanaan pekerjaan dan mengkomunikasikan
hasilnya
8. Menunjukkan perhatian kepada para karyawan
14
Atas uraian diatas maka penulis mengambi judul
penelitian ini adalah :
"PENGARUH MOTIVASI, DIKLAT DAN KEPEMIMPINAN
TERHADAP KINERJA TENAGA PENDIDIK DI SMK 02 YP 17
LUMAJANG”
1.2.Rumusan Masalah.
Berdasarkan latar belakang penelitian
di atas, maka dapat diidentifikasikan masalah-
masalah sebagai berikut:
1) Adakah pengaruh motivasi, diklat dan kepemimpinan
terhadap kinerja tenaga pendidik di SMK 02 YP 17
Lumajang?
2) Seberapa besar pengaruh motivasi, diklat dan
kepemimpinan terhadap kinerja tenaga pendidik di SMK
02 YP 17 Lumajang?
1.3.Tujuan Penelitian.
15
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk :
1. Mengkaji pengaruh motivasi, diklat dan kepemimpinan
terhadap kinerja tenaga pendidik di SMK 02 YP 17
Lumajang?
2) Mengkaji seberapa besar pengaruh motivasi, diklat
dan kepemimpinan terhadap kinerja tenaga pendidik di
SMK 02 YP 17 Lumajang?
1.4.Manfaat Penelitian.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi:
1.4.1 Manfaat teoritis
1. Sebagai sumbangan pengembangan ilmu sumber
daya manusia khususnya mengenai motivasi
diklat, kepemimpinan dan kinerja.
2. Sebagai sumbangan pemikiran bagi Sekolah dalam
upaya meningkatkan prestasi kerja Tenaga Pendidik
dan Kependidikan melalui motivasi, diklat dan
pengembangan kepemimpinan.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Sebagai salah satu sumber informasi dan bahan
pertimbangan kepada pihak terkait mengenai
16
variable-variabel yang mempengaruhi kenirja tenaga
kependidikan dan kependidikan
2. Sebagai bahan informasi dan rekomendasi kepada
pihak terkait mengenai strategis dan faktor apa
saja yang harus diprioritaskan dalam
mengembangkan sumberdaya manusia khususnya guru di
SMK 02 YP 17 Lumajang
3. Sebagai sumbangan informasi bagi peneliti
selanjutnya tentang gambaran dan pertimbangan
bagi penelitian sumber daya manusia khususnya
guru.
17
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teori tentang Motivasi
2.1.1Pengertian Motivasi
Manajemen personalia adalah pengelolaan dan
pendayagunaan sumber daya manusia. martabat dan
kepentingan hidup manusia hekdanya tidak diabaikan agar
kehidupan mereka layak dan sejahtera (Handoko, 1993 :
10). Apabila karyawan kebutuhannya tidak terpenuhi maka
karyawan tersebut akan menunjukkan perilaku kecewa,
sebaliknya jika kebutuhannya terpenuhi maka karyawan
tersebut akan memperlihatkan perilaku yang gembira
sebagai manifestasi dari rasa puasnya. Kebutuhannya
merupaka fundamental yang mendasari perilaku karyawan.
Manajemen sumber daya manusia adalah suatu bidang
manajemen yang khusus mempelajari hubungan dan peranan
manusia dalam organisasi perusahaan. Unsur manajemen
sumber daya manusia adalah manusia yang merupakan
tenaga kerja pada perusahaan.
19
Motivasi dan dorongan dalam manajemen ditunjukkan
pada sumber daya manusia pada umumnya dan kepada
karyawan pada khususnya. Motivasi mempersoalkan
bagaimana caranya mengarahkan daya dan potensi bawahan,
agar mau bekerjasama secara produktif berhasil mencapai
dan mewujudkan tujuan yang telah ditentukan.
Beberapa pakar sumber daya manusia mendefinisikan
bawahan :
Motivasi adalah sesuatu yang membuat orang bertindak
atau berperilaku dalam cara-cara tertentu (Antony,
1996 : 68)
Motivasi adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang
mendorong keinginan individu untuk melakukan
kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai tujuan
(Handoko , 1993 : 252).
2.1.2 Teori-teori Motivasi
Teori-teori motivasi bermaksud untuk menentukan apa
yang memotivasi orang-orang dalam pekerjaan mereka.
Pada permulaannya banyak ahli berpendapat hanya uang
20
yang memotivasi mereka (manajemen ilmiah), dan kemudian
dirasa juga kondisi kerja, keamanan dan barangkali gaya
supervisi demokratis (hubungan manusiawi). Untuk
memahami apa yang memotivasi orang-orang untuk bekerja
berikut ini akan dibahas tiga model teori motivasi
yaitu
a. Teori Hirarki Kebutuhan Maslow
Konsep ini menjelaskan adanya lima tingkatan
keinginan dan kebutuhan manusia. Kebutuhan dasar
manusia yang membentuk hirarki kebutuhan adalah
kebutuhan fisiologis, (phisiological needs), yaitu
kebutuhan seperti rasa lapar, haus, seks,
perumahan, tidur dan sebagainya.
Kebutuhan keamanan (safety needs) yaitu kebutuhan akan
keselamatan dan perlindungan dari bahaya, ancaman
dan perampasan ataupun pemecatan dari pekerjaan.
Kebutuhan sosial (social needs) yaitu kebutuhan akan
rasa cinta dan kepuasan dalam menjalin hubungan
dengan orang lain, kepuasan dan perasaan memiliki
21
serta diterima dalam suatu kelompok, rasa
kekeluargaan, persahabatan dan kasih sayang.
Kebutuhan penghargaan (esteem needs) yaitu kebutuhan
akan status atau kedudukan, kehormatan diri,
reputasi dan prestasi
Kebutuhan aktualisasi diri (self actulization needs),
yaitu kebutuhan pemenuhan diri untuk mempergunakan
potensi diri, pengembangan diri semaksimal mungkin,
kreativitas, ekspresi diri, dan melakukan apa yang
paling cocok, serta menyelesaikan pekerjaannya
sendiri. (Reksohadiprojo dan Handoko 1992 : 264)
b. Teori Motivasi Berprestasi McClelland
Menurut Mc Clelland, seseorang dianggap mempunyai
motivasi prestasi yang tinggi, apabila dia mempunyai
keinginan untuk berprestasi lebih baik daripada yang
lain dalam banyak situasi.
McClelland memusatkan perhatiannya pada tiga
kebutuhan manusia yaitu : prestasi (need for
achievement), afiliasi (need for affiliation), dan kekuasaan
(need for power). Karena ketiga kebutuhan ini telah
22
terbukti merupakan unsur-unsur penting yang ikut
menentukan prestasi pribadi dalam berbagai situasi
kerja dan cara hidup.
c. Teori Motivasi Dua Faktor Herzberg
Herzberg mengambil kesimpulan bahwa ada dua
kelompok faktor yang mempunyai motivasi kerja
seseorang dalam organisasi, yaitu pemuas kerja (job
satisfiers) yang berkaitan dengan isi pekerjaan dan
menyebabkan ketidakpuasan kerja (job dissatisfiers) yang
bersangkutan dengan suasana pekerjaan “satisfiers”
disebut dengan istilah motivators dan “dissatisfiers”
disebut faktor-faktor higienies (hygiene factors).
Dengan menggabungkan kedua istilah tersebut, teori
yang dikemukakan oleh Herzberg dikenal sebagai teori
motivasi dua faktor, atau teori motivasi higienis
(motivation hygiene theory) atau sering disingkat teori
M.H. Teori Herzberg berhubung erat dengan hirarki
kebutuhan Maslow. Faktor-faktor higienis, seperti
istilah medis, adalah bersifat preventif dan
merupakan faktor lingkungan, dan secara kasar
23
ekuivalen dengan kebutuhan-kebutuhan tingkat bawah
Maslow. Faktor-faktor higienis ini bukan sebagai
sumber ketidakpuasan kerja. Faktor-faktor higienis
ini bukan sebagai sumber ketidakpuasan kerja. Faktor-
faktor tersebut adalah kondisi kerja, hubungan antar
pribadi (terutama dengan mandor), gaji dan
sebagainya. Perbaikan terhadap faktor-faktor higienis
akan mencegah, mengurangi atau menghilangkan
ketidakpuasan kerja, tetapi tidak akan menimbulkan
dorongan dan kepuasan kerja. Faktor higienis sendiri
tidak menimbulkan motivasi, tetapi diperlukan agar
motivasi dapat berfungsi atau dengan kata lain
berperan sebagai suatu “landasan bagi motivasi
kerja”. (Handoko, 1993 : 270)
2.1.3 Tujuan Motivasi
Tujuan motivasi adalah :
a. Meningkatkan moral dan kepuasan kerja karyawan
b. Meningkatkan produktivitas kerja karyawan
c. Mempertahankan kestabilan karyawan perusahaan
24
d. Meningkatkan kedisiplinan karyawan
e. Mengefektifkan pengadaan karyawan
f. Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik
g. Meningkatkan loyalitas, kreativitas, dan
partisipasi karyawan
h. Meningkatkan tingkat kesejahteraan karyawan
i. Mempertinggi rasa tanggungjawab karyawan terhadap
tugas-tugasnya
j. Meningkatkan efisiensi penggunaan alat-alat dan
bahan baku. (Hasibuan, 1991 : 161 – 162 )
Tujuan motivasi yang digunakan dalam indikator
penelitian adalah
a. Meningkatkan moral dan kepuasan kerja guru dan
karyawan
b. Meningkatkan kedisiplinan guru dan karyawan
c. Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik
antara anggota didalam organisasi.
d. Meningkatkan tingkat kesejahteraan guru dan
karyawan
25
2.1.4 Asas-asas Motivasi
Menurut Hasibuan, asas-asas motivasi terdiri dari lima
asas yaitu :
a. Asas mengikutsertakan
b. Asas komunikasi
c. Asas pengakuan
d. Asas wewenang yang didelegasikan
e. Asas perhatian timbal balik (Hasibuan, 1991 : 162 –
163 )
Penjelasan dari kelima asas motivasi tersebut adalah
sebagai berikut :
Ad.a Asas Mengikutsertakan
Asas mengikutsertakan maksudnya mengajak bawahan
untuk ikut berpartisipasi dan memberikan kesempatan
kepada mereka mengajukan ide-ide, rekomendasi dalam
proses pengambilan keputusan-keputusan. Dengan cara
ini bawahan merasa ikut bertanggungjawab atas
tercapainya tujuan-tujuan perusahaan, sehingga
moral dan gairah bekerjanya akan meningkat.
Ad.b Asas Komunikasi
26
Asas komunikasi maksudnya menginformasikan secara
jelas tentang tujuan yang ingin dicapai, cara-cara
mengerjakannya dan kendala-kendala yang dihadapi.
Dengan asas komunikasi ini maka motivasi bekerja
bawahan akan meningkat. Sebab semakin banyak
seseorang mengetahui suatu soal, semakin besar pula
minat dna perhatiannya terhadap hal tersebut. Jika
seseorang pemimpin secara nyata berikhtiar untuk
senantiasa memberikan informasi kepada bawahannya,
maka ia akan berkata “Saya rasa Saudara orang
penting, saya hendak memastikan, bahwa saudara
mengetahui apa yang sedang terjadi”.
Dengan cara ini bawahan akan merasa dihargai dan
akan lebih giat bekerja.
Ad.c Asas Pengakuan
Asas pengakuan maksudnya memberikan penghargaan dan
pengakuan yang tepat serta wajar kepada bawahannya
atas prestasi kerja yang dicapainya. Bawahan akan
bekerja keras dan semakin rajin, jika mereka terus
menerus mendapat pengakuan dan kepuasan dari usaha-
27
usahanya. Dalam memberikan pengakuan/pujian kepada
bawahan hendaknya dijelaskan bahwa dia patut
menerima penghargaan itu, karena prestasi kerja
atau jasa-jasa yang diberikannya. Pengakuan dan
pujian ini harus diberikan dengan ikhlas dihadapan
umum supaya nilai pengakuan/pujian itu semakin
besar.
Ad.d Asas Wewenang yang Didelegasikan
Yang dimaksud asas wewenang yang didelegasikan
adalah mendelegasikan sebagian wewenang dan
kebebasan untuk mengambil keputusan-keputusan, dan
kreativitas kepada bawahan untuk melaksanakan
tugas-tugas atasan atau manajer. Dalam
pendelegasian ini manajer harus menyakinkan
bawahan, bahwa dia dia mampu dna dipercaya dapat
menyelesaiakan tugas-tugas itu dengan baik.
Misalnya dengan mengatakan “ini suatu pekerjaan,
Saudara dapat mengambil keputusan sendiri bagaimana
28
harus melakukannya”. Maka dengan tindakan ini
manajer menyatakan secara jelas bahwa bawahan itu
cakap dan penting. Asas ini akan memotivasi
moral/gairah bekerja bawahan sehingga semakin
tinggi dan antusias.
Ad.e Asas Perhatian Timbal Balik
Asas perhatian timbal balk adalah memotivasi
bawahan dengan mengemukakan keinginan / harapan
kita kepada mereka dan memahami serta berusaha
memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang diharapkan
bawahan dari perusahaan. Misalnya, manajer minta
supaya karyawan meningkatkan prestasi kerjanya,
sehingga perusahaan memperoleh laba yang lebih
banyak. Bila laba semakin banyak maka balas mereka
akan dinaikkan. Jadi ada tindakan perhatian timbal
balik untuk memenuhi keinginan semua pihak. Dengan
asas motivasi ini diharapkan prestasi kerja
karyawan akan meningkat.
2.1.5 Model-model Motivasi
29
Model-model motivasi ada tiga yaitu :
a. Model tradisional
b. Model hubungan manusia
c. Model Sumber Daya Manusia, (Hasibuan, 1991 : 164 –
165 )
Penjelasan dari ketiga model-model motivasi tersebut
adalah sebagai berikut: Ad.a Model Tradisional
Model ini mengemukakan bahwa untuk memotivasi
karyawan dengan melihat kebutuhan pokok yang harus
dipenuhi.
Ad.b Model Hubungan Manusia
Model ini mengemukakan bahwa untuk memotivasi
bawahan supaya gairah bekerjanya meningkat ialah
dilakukan dengan mengakui kebutuhan sosial mereka
dan membuat mereka merasa berguna dan penting.
Sebagai akibat karyawan mendapatkan beberapa
kebebasan membuat keputusan dan kreatifitas dalam
pekerjaannya. Dengan memperhatikan kebutuhan
material karyawan, maka motivasi bekerjanya akan
30
mengikat pula. Jadi motivasi karyawan adalah untuk
mendapatkan materiil dan non materiil (jamak).
Ad.c Model Sumber Daya Manusia
Model ini mengatakan bahwa karyawan dimotivasi oleh
banyak faktor, bukan hanya uang / barang atau
keinginan akan kepuasan, tetapi juga kebutuhan akan
pencapaian dan pekerjaan yang berarti. Menurut
model ini karyawan cenderung memperoleh kepuasan
dari prestasi yang baik. Karyawan bukanlah
berprestasi karena merasa puas, melainkan karena
termotivasi oleh rasa tanggungjawab yang lebih luas
untuk membuat keputusan dalam melaksanakan tugas-
tugasnya.
2.1.6 Jenis-jenis Motivasi
Menurut Hasibuan (1991 : 166) jenis-jenis motivasi
dibagi dua yaitu :
a. Motivasi Positif (insentif positif)
31
Dalam motivasi positif manajer memotivasi (merangsang
bawahan) dengan memberikan hadiah kepada mereka yang
berprestasi diatas prestasi standar. Dengan motivasi
positif ini semangat bekerja bawahan akan meningkat
karena pada umumnya manusia senang menerima yang
baik-baik saja.
b. Motivasi Negatif (insentif negatif)
Dalam motivasi negatif manajer memotivasi bawahan
dengan standar, maka mereka akan mendapat hukuman.
Dengan memotivasi negatif ini semangat bekerja
bawahan dalam jangka waktu pendek akan meningkat
karena mereka takut dihukum, tetapi untuk jangka
waktu panjang dapat berakibat kurang. Dalam praktek,
kedua jenis motivasi di atas sering digunakan oleh
suatu perusahaan. Penggunaannya harus tepat dan
seimbang, supaya dapat meningkatkan semangat kerja
karyawan. Yang menjadi masalah ialah kapan motivasi
positif atau motivasi negatif itu efektif untuk
jangka panjang, sedang motivasi negatif efektif
32
pendek. Tetapi manajer harus konsisten dan adil dalam
menerapkannya.
2.2 Tinjauan Teori tentang Diklat
2.2.1 Pengertian Diklat ( Pendidikan dan Latihan )
Para ahli Sumber Daya Manusia (SDM) mengemukakan
pengertian seperti yang diuraikan dalam definisi
sebagai berikut :
1. Training is the process of teaching new employees the basic skills
they need to perform their job (Garry Desler, 2000 : 250)
2. Training consist of planned programs designed to improve
performance at the individual, group, and/or organizational level.
Improved performance, in turn implies that there have been
measurable changes in knowledge, skills, attitude, and/or social
behavior”. (Wayne F Casco 1998 : 262)
3. Training refert to providing an employee with skill that can be used
immediatelly on the job (Anthony, Perreve, Kachmar, 1996 : 262)
Berdasarkan ketiga definisi diatas dapat
disimpulkan bahwa penelitian merupakan suatu proses
pembelajaran pegawai dengan keahlian yang mereka
33
butuhkan untuk melakukan pekerjaannya. Diklat merupakan
suatu program terencana yang didesain untuk
meningkatkan prestasi kerja pada level individu, group
dan organisasi. Peningkatan prestasi kerja ini secara
tidak langsung menyatakan terdapat suatu perubahan
pengetahuan, kemampuan, sikap dan perilaku sosial yang
dapat diukur.
2.2.2 Proses Diklat
Untuk mengetahui proses diklat, Milkovich/Boudreau
(1997 ; 412) menggambarkan Model DiagnosticProses
Pelatihan (Diagnostic Model of Training Process) sebagai
berikut :Need Assesment Training and Development
Evaluation
34
Needs assessment Organization analysisTask and KSA analysis Person analysis
Instrument objectives Development of criteria
Selection and design of instructional
program
Training
Use of evaluation models
Gambar 1. Diagnostic Model of The Training Process
Sumber : Milkovich / Boudreau (1997 : 412)
Dari gambar model diatas dapat dijelaskan bahwa
proses diklat terdiri dari tiga tahap, yaitu menilai
kebutuhan (needs assessment) pelatihan2 dan pengembangan
(training and development) dan evaluation (evaluation). Dalam
tahap menilai kebutuhan meliputi analisis organisasi,
analisis tugas, pengetahuan, keahlian dan kemampuan
35
(knowledge-skill-ability (KSA) serta analisa individu. Proses
ini mengidentifikasi gap/ketidakseimbangan antara yang
dibutuhkan dan yang ada, yang kemudian menjadi sasaran
yang harus dipenuhi (instructional objective). Pada tahap
pelatihan dan pengembangan, sasaran tersebut digunakan
untuk menyeleksi dan mendesain program pelatihan.
Sedangkan ditahap evaluasi menggunakan kriteria dan
model evaluasi untuk menentukan apakah pelatihan
mencapai sasaran yang ditetapkan semula atau diawa.
Hail evaluasi kembali menjadi dasar dari penilaian
kebutuhan yang baru lagi, dan proses ini kembali
berulang.
Secara rinci tahapan proses pelatihan dapat
dijelaskan berikut :
1) Penilaian Kebutuhan (Need Assessment)
Me2nurut Bernardin / Russell (1993:298) “A needs
assessment is a systematic, objective determination of training needs,
which involves conducting thee primary types of analyses. These analyses
are used to drive objectives for training program. The three analyses
consist of an organizational analysis, a job analysis and a person
36
analysis”. Diartikan bahwa penilaian kebutuhan adalah
penentuan kebutuhan secara sistematis dan objektif yang
melibatkan 3 analisis, yaitu analisa organisasi,
analisa pekerjaan dan analisa individu. Dari hasil
analisa ini ditetapkan sasaran program pelatihan
Organization Analysis (Analisa Organisasi)
Menurut
“An organizational analysis tries to answer the question of where thetraining emphasis should be placed in the company. To do this, the HRprofessional should examine organizational golas, personnelinventories, climate and efficiency indexes. The review of short andlong term goals of the organization and any trend that may affectthese goals is to channels the training toward spesific issues ofimportance the firm. A review of climate an efficiency indexes isimportant to identifity problems that could be alleviated with training”.
Keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa analisa
organisasi dilakukan untuk mengetahui sejauhmana
dibutuhkan dalam perusahaan. Untuk itu yang dilihat
adalah tujuan organisasi jangka pendek dan jangka
panjang, SDM yang tersedia, kondisi dan tingkat
efisiensi perusahaan serta trend masa depan yang
mungkin dapat mempengaruhi pencapain tujuan. Dari hasil
37
analisa ini akan terlihat apa yang harus dibenahi dalam
perusahaan dan dapat diatasi melalui diklat.
Job, Task, Competency & Knowledge Skill Ability (KSA) Analysis
(Analisa Pekerjaan, Tugas, Kompetensi & Pengetahuan
Keterampilan Kemampuan)
Tentang Job Analysis, Bernardin / Russell (1993 : 300)
mengungkapkan
“A job analysis tries to answer the question of what should be taught intraining so that the trainee can perform the job satisfactory. Whenconducting a job analysis to determine training needs, both a workeroriented approach, which focuses on identifiying behaviors and KASOCsand task oriented approach which describes the work activitiesperformanced should be used”.
Keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa job
analysis diperlukan untuk mengetahui apa yang
dipelajari dengan memuaskan. Analysis pekerjaan
dilakukan untuk menentukan kebutuhan pelatihan melalui
pendekatan pegawai (worker oriented approach) yang
mengidentifikasi perilaku dan KASOCs knowledge Skill Ability and other
characteristic (pengetahuan, keterampilan, kemampuan dan
karakteristik lainnya) serta pendekatan tugas (task –
38
oriented approach) dengan menguraikan aktivitas yang
digunakan
Person Analysis (analisa individu)
Tentang person analysis Bernardin/Russell (1993 :
300) mengungkapkan “A person analysis attempts to answer the
question of who needs training in the firm and the specific types of
training needed. To do thes the performance appraisal data) is comared
to the expected performance standard (as identified in the job analysis).
Keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa,
analisis individu dilakukan untuk mengetahui siapa yang
membutuhkan pelatihan dalam perusahaan dan jenis
pelatihan apa secara khusus yang dibutuhkan. Untuk
mendapatkan ini dibandingkan performance (prestasi kerja)
individu dan performance standar. Dengan demikian akan
diketahui siapa yang berhasil menyelesaikan tugas yang
dibebankannya dan sebaliknya siapa yang masih
memerlukan pelatihan agar dapat mengerjakan tugas-
tugasnya dengan baik.
Menentukan Instructional Objective (Sasaran Pelajaran)
39
Setelah melakukan 3 analisa diatas, maka ditentukan
instructional objective (sasaran pelajaran). Sasaran tersebut
menggambarkan prestasi apa yang harus dicapai oleh
seorang pegawai. Hal ini berkaitan dengan kemampuan
atau keterampilan apa yang harus dimiliki untuk
mencapai prestasi tersebut.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam
penentuan sasaran tercakup didalamnya siapa calon
peserta yang dikirim dan materi pelatihan apa yang
harus diikuti/dipelajari oleh calon tersebut.
2) Pelaksanaan Diklat
Dalam tahap Training and Development Milkovicg/Boudreau
(1997:416) menyatakan : “This proces establishing condition
conducive to learning, choosing the content of the training program, and
choosing how the training will be delivered and who will delivered itu”.
Diartikan, bahwa proses ini melibatkan pembentukan
kondisi yang mendukung belajar, memilih materi diklat,
bagaimana diklat diberikan dan siapa yang memberikan
(Instruktur / Pengajar).
40
Berkaitan dengan bagaimana diklat diberikan,
penulis mengartikan dengan metode penyampaian
pelajaran.
Milkovich / Bourdreau (1997 : 432) menambahkan
bahwa isi program pelatihan antara lain technical skill,
managerial skill. Sedangkan metode itu antara lain :
1.Belajar, yang menjawab pertanyaan ; apa yang
dipelajari peserta dalam program tersebut.
2.Perilaku, yang menjawab pertanyaan ; apakah peserta
merubah perilaku mereka berdasarkan apa yang telah
dipelajari.
3.Hasil yang menjawab pertanyaan apakah perubahan
perilaku tersebut mempengaruhi organisasi secara
positif
Adapun indicator pelatihan menurut Milkovich / Boudreau
(1997 : 432) adalah sebagai berikut :
1.Fasilitas diklat, yaitu fasilitas yang dirasakan
peserta selama berlangsungnya program diklat.
2.Materi diklat, yaitu materi yang diterima peserta
selama pelaksanaan diklat.
41
3.Metode diklat, yaitu metode yang gunakan pada waktu
peserta mengikuti diklat
4.Pengajar / Instruktur diklat, yaitu cara mengajar
dan cara memberikan materi pelajaran yang dirasakan
peserta dilakukan pengajar / instruktur selama
berlangsungnya program diklat.
5.Peningkatan kemampuan dan keterampilan, yaitu
peningkatan kemampuan dan keterampilan yang
berkaitan dengan pekerjaan yang dimiliki pegawai
setelah mengikuti diklat.
Lebih lanjut dikemukakan Jack J Philips (1983 ; 37)
“Reaction is defined as what the participants though of particularprogram, including materials, instructors, facilities methodologiey,content, etc. learning of principles, facts, technique, and skilllearning performance, including paper and pencils test, learningcurves, skill practices, and job simulations. Behavior the term“behavior’ is used in reference to the measurement of jobperformance. Result evaluation at this level are used to relatetheresult of the program to organizational improvement.
Dari uraian di atas dapat diartikan bahwa reaksi
didefinisikan sebagai apa yang peserta pelatihan
fikirkan termasuk, materi, instruktur, fasilitas,
metodologi, isi dan sebagainya. Belajar dalam tahap
42
evaluasi ini berkaitan dengan pengukuran prinsip-
prinsip pembelajaran, fakta, teknik dan kemampuan yang
diberikan dalam program. Ada banyak perbedaan
pengukuran hasil pembelajaran termasuk tes kertas
pensil, kurva pembelajaran, praktek kemampuan dan
simulasi pekerjaan. Istilah perilaku digunakan
berkaitan dengan pengukuran hasil atau prestasi kerja.
Hasil evaluasi pada tahap ini digunakan untuk
menghubungkan hasil program dengan kemajuan dalam
organisasi.
Dari keterangan di atas dapat disimpulkan, bahwa
pada tahap reaksi (reactionI) yang diukur adalah pendapat
peserta terhadap program pelatihan. Se2mentara itu
untuk tahap pembelajaran (learning) adalah mengukur
penguasaan peserta terhadap materi yang dipelajari
dalam pelatihan. Sedangkan pengukuran tahap perilaku
hubungan dengan pengukuran prestasi kerja (performance)
individu. Dengan demikian tahap perilaku berkaitan
dengan tahap hasil karena prestasi kerja individu
mempengaruhi hasil perusahaan secara keseluruhan. Atau
43
dapat dikatakan dalam mengukur tahap hasil sudah
mencakup tahap perilaku, karena perilaku berpengaruh
terhadap hasil. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
dalam melihat hasil pelatihan yang dapat diterapkan di
tempat kerja adalah pengukuran tahap hasil.
Sementara itu Paymond A Noe (2000 : 243)
mengemukakan bahwa hasil pelatihan (training outcome)
diklasifikasikan dalam 5 kategori, yaitu : cognitive,
outcomes, skill based outcomes, affective outcomes,
result and return on investment.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa :
“COGNITIVE OUTCOMES are used to determine the degree to whichtrainees are familiar with priciples, facts, techiques, procedures orprocesses emphasized in the training program. Cognitive outcomesmeasure what knowledge trainees learned in the training program. SKILL BASED OUTCOMES are used to assess the level of technical ormotor skill and behaviors. Skill based outcomes include acquisitionor learning of skill (skill learning) and use of skill on the job (skilltransfer). AFFECTIVE OUTCOMES include attitude and motivation. One type ofaffective outcomes refer to trainess, reactions toward the trainingprogram. Reaction outcomes refer to to trainees perceptions ofprogram including the facilitis and content. RESULT are used to determine the training program’s payoff for thecompany. Example of result outcomes include reduced costs relatedto employee turnover or accidents, increased production, andimproved in product quality ro customer service.
44
RETURN ON INVESTMENT (ROI) refers to comparing the training’smoneter benefits with the cost of the training”
Dari uraian di atas dapat dijelaskan bahwa HASIL
KOGNITIF digunakan untuk menentukan tingkat di mana
peserta mengerti prinsip-prinsip, fakta, teknik
prosedur atau pelatihan. Hasil kognitif menggukur
pengetahuan yang dipelajari di diklat. HASIL
KETERAMPILAN digunakan untuk menilai tingkat
keterampilan teknik atau mesin dan perilaku. Hasil
keterampilan termasuk penambahan atau pembelajaran
keterampilan dan penggunaan keterampilan dalam kerja
(Tranfer keterampilan). HASIL AFEKTIF, termasuk sikap
dan motivasi. Salah satu hasil afektif adalah reaksi
peserta terhadap pelatihan. Reaksi merujuk pada
persepsi peserta terhadap program termasuk tentang
fasilitas, instruktur, dan isi. HASIL ini digunakan
untuk menentukan hasil pelatihan terhadap perusahaan,
antara lain menurunkan biaya, meningkatkan kualitas
produk dan pelayanan terhadap pelanggan. ROI merupakan
45
perbandingan antara keuntungan secara finansial dengan
biaya yang dikeluarkan dari diklat.
Dengan demikian bahwa hasil pelatihan dapat berupa
pengetahuan, keterampilan, sikap dan motivasi, hasil
untuk perusahaan dan keuntungan secara finansial (dari
segi keuangan).
Dalam penelitian ini, yang dimaksud hasil pelatihan
adalah hasil dari pelatih yang dapat terapkan di tempat
kerja atau hasil pelatihan yang mempunyai pengaruh
terhadap pekerjaan. Hasil penelitian ini meliputi
pengetahuan, kemampuan dan keterampilan, sikap dan
motivasi.
Pengertian sikap (attitude) menurut John W Newston /
Keith Davis (1993 ; 549) adalah feeling and belief that largerly
determine how employess will perceive their environment. Diartikan,
sikap adalah perasaan dan kepercayaan yang menentukan
bagaimana pegawai akan menerima lingkungannya.
Sedangkn Stephen P. Robbins (2001 ; 68) menyatakan
attitude are evaluative statement or judgments concerning objective,
people, or event. They reflect how one feels about something. Diartikan
46
bahwa sikap merupakan pernyataan evaluatif atau
penilaian terhadap sasaran, orang atau peristiwa. Hal
ini merefleksikan perasaan seseorang tentang sesuatu.
Salah satu jenis sikap menurut John W. Newston /
Keith Davis adalah kepuasan kerja (job satisfaction) yang
diartikan sebagai “a set of favorable or unfavorable feelings and
emotion with which employees view their work. Job satisfaction is an
affective attitude – a feeling or relative likes or dislike”.
Diartikan bahwa kepuasan kerja merupakan perasaan
menyenangkan atau tidak menyenangkan dan emosi pegawai
dalam memandang pekerjaannya.
Kepuasan kerja merupakan sikap afektif, perasaan suka
atau tidak suka.
Sementara itu, pengertian motivasi (motivation),
menurut John W Newstromn / Keith Davis (1993 ; 558)
adalah strengh of the drive toward an action atau kekuatan yang
mendorong berjalannya suatu kegiatan.
Sedangkan Debra L Nelson / James Campbell Quick
(1997;132) menyatakan “motivation is the process of arousing and
sustaining goal directed behavior”. Diartikan, motivasi adalah
47
proses menggerakkan dan mendorong tujuan melalui
perilaku.
Salah satu teori kebutuhan yang berkaitan dengan
motivasi adalah teori hirarki kebutuhan Maslow,
penjelasan Maslow’s hierarchy oleh John M Ivancevich/
Michael T Matteson (1999;151) disebutkan bahwa
tingkatan kebutuhan menurut Maslow adalah :
1. Physiological : the need for food, drink, shelter and relief frompain 2. Safety and security, the need for freedom from threat, that is, the
security from threatening event or surroundings.3. Belongingnes, social and love ; The need for frienship, affiliation,
interaction, and love4. Esteem ; the fo2r self esteem and for esteem from others. 5. Self actualization the need to fulfill oneself by making maximum useof
abilities, skill, and potential
Diartikan, bahwa tingkatan kebutuhan menurut Maslow
adalah :
1. Fisiologis, kebutuhan makan, minum, tempat
berlindung, bebas rasa sakit
2. Keselamatan dan rasa aman ; kebutuhan bebas dari
ancaman, yaitu aman dari ancaman peristiwa atau
lingkungan sekitar
48
3. Kepemilikan, sosial dan cinta; kebutuhan
persahabatan, kerjasama, interaksi dan cinta
4. Penghargaan, kebutuhan akan rasa harga diri dan
dihargai orang lain
5. Aktualisasi diri; kebutuhan menggunakan kemampuan,
keterampilan dan potensi yang dimiliki.
Dalam penelitian ini, motivasi yang berkaitan
dengan hasil pelatihan merupakan motivasi untuk bekerja
yang didorong oleh kebutu2han aktualis8asi diri (self
actualization) yaitu menggunakan atau menerapkan kemampuan
dan keterampilan yang dimiliki.
2.3 Tinjauan Teori tentang Kepemimpinan
2.3.1 Pengertian Kepemimpinan
Para ahli mengemukakan beberapa pengertian
kepemimpinan yaitu :
1. “Leadership as the process of influencing others to facilities theattainment of organizationally relevant goals” (John M Ivancevich,1999 ; 409)
2. “Leadership as the process of influencing an organized grouptoward accomplishing its goals” (Richard L Huges, 1999 ; 9)
3. “Leasership is the process of inspiring individuals to give of theirbest to achieve a desire result” (Michael Amstrong, 2000;32).
49
4. “Leadership as the ability to influences a group toward theachievement of goals (Stephen P. Robbins, 2001;314)
Dari beberapa definisi di atas disimpulkan bahwa
kepemimpinan merupakan suatu proses mempengaruhi orang
lain / individu atau group untuk mencapai tujuan
organisasi yang diinginkan.
Richard L Hughes (1999;25) menjelaskan bahwa untuk
pertama kali Fiedler’s (1967) mengenalkan pentingnya
tiga komponen, yaitu pemimpin (leader), bawahan
(followersI) dan situasi (situation) dalam proses
kepemimpinan. Tiga komponen ini digunakan dalam
membentuk The Contingency Model of Leadership”.
Hubungan ketiga komponen tersebut oleh Hollander’s
(1978) dilihat lebih jauh dalam memahami kepemimpinan
dan pendekatan ini disebut International Framework yang
dapat dilihat pada gambar 2.2 sebagai berikut :
Leader
50
Personality Position Expertise
EtcVolues Norms
Cohensivenes etc
Task Stress
Environement etc
Gambar 2. An Interactional Framework for AnalyzingLeadership Sumber : Lughes (1999;26) Richard L Hughes (1999 ; 26) menjelaskan :
“A final important of the framework is that leadership is the result of acomplex set of interaction among the leader, followers, and the situation.These complex interaction may be why broad generalizations aboutleadership are problematic, there are many factors that influence theleadership process”.
Bahwa aspek penting dari kerangka ini adalah bahwa
kepemimpinan merupakan hasil interksi komplek diantara
pemimpin, bawahan dan situasi. Kekompakan interaksi ini
menyebabkan kepemimpinan sebagai suatu hal yang
problematik karena ada banyak faktor yang mempengaruhi
proses kepemimpinan.
Mengenai The Contingency Model of Leadership oleh Fiedle
diuraiakan oleh Richard L Hughes (1999 ; 63) bahwa :
“The contingency model recognize that leaders have these generalbehavioral tendencies and specifies situation where certain leaders2(or beharioral disposition) may be more affective than others.Leadership afectiveness depends on both the leader’s style and the
51
favorableness of the leadership situation. Some leaders are betterthan others in some situation but less effective in other situations. Tounderstand contingency theory, therefore, we need to look first atthe critical characteristics of the leader and then at the criticalaspects of the situation”
Uraian di atas diartikan bahwa kontingensi
menjelaskan bahwa pemimpin mempunyai kecenderungan
perilaku umum dan situasi khusus di mana pemimpin
kecenderungan perilaku umum dan siatusi khusus di mana
pemimpinnya tepat (atau penempatan perilaku) dapat
lebih efektf dibandingkan dengan yang lain. Efektivitas
pemimpin tergantung gaya kepemimpinan dan situasi
kepemimpinan yang menguntungkan. Beberapa pemimpin
lebih baik dibandingkan dengan pemimpin yang lain pada
situasi tertentu tetapi kurang efektif pada situasi
yang lain. Untuk itu, dalam memahami teori kontingensi,
terlebih dahulu kita perlu melihat karakteristik
pemimpin dan kemudian aspek-aspek dan situasi.
2.3.2 Karakter Pemimpin
Banyak ahli menjelaskan tentang sifat-sifat atau
karakteristik yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin
52
yang dipandang dari berbagi sisi dan berdasarkan
beberapa penelitian.
Berdasarkan penelitian cross culture atau melihat
beragam kebudayaan dunia yang telah diteliti oleh Bass
dan dikutip John M Ivancevich (1999 ; 454) ada tujuh
faktor yang dikaitkan dengan kepemimpinan efektif yaitu
: “Prefered awareness (willingness to be aware of others feelings)
actual awareness (actual understanding of one self and others,
submissiveness (to rules and authority). Reliance on others (in problems
solving), favoring of group decision making concern for human relations,
cooperative peer relations”.
Tujuh faktor kepemimpinan efektif diatas diartikan
“Kesadaran untuk merasakan perasaan orang lain,
kesadaran memahami diri sendiri dan orang lain, tunduk
pada aturan dan kewenangan, mempercayai orang lain
dalam pemecahan masalah, memperkenalkan atau melibatkan
group dalam pembuatan keputusan, memberi perhatian pada
hubungan manusia, bekerjasama dengan teman sejawat”.
53
Beberapa sifat yang terkait dengn efektifitas
kepemimpinan John M Ivancevich (1999 ; 413)
mengungkapkan sebagai berikut :
Dari sisi intelligence (kecerdasan), meliputi judgment
(mempunyai pertimbangan,decisiveness (tegas) knowledge
(berpengetahuan) fluency of speech (mahir pidato)
Dari sisi personality (kepribadian) meliputi adaptability
(dapat beradaptasi) alertness (kesiapan), creativity
(kreatif) personal integrity (Integritas pribadi), self
confidence (percaya diri), emotional balance and control
(keseimbangan emosi dan control), independence (Non
conf2ormity) (bebas tidak terikat)
Dari sisi abilities (kemampuan) meliputi ability to cooperation
(kemampuan mendapatkan kerjasama), cooperativeness
(dapat bekerjasama) popularity and prestige (populer dan
berwibawa), sociability (intepersonal skill) (mempunyai
jiwa sosial kemampuan interpersonal) social participation
(partisipasi sosial) tact, diplomacy (bijaksana,
diplomatis)
54
Stephen P Robbins (2001; 332) mengungkapkan sifat-
sifat yang berkaitan dengan emotion intelligence yang harus
dimiliki oleh pemimpin yang meliputi 5 komponen,
yaitu :
Self awareness : exhibited by self confidence realistic self assessment,and a self deprecating sense of humor
Self management ; exhibility by trustworhiness and integrity, comfortwith ambiquity, and opennes to change
Self motivation ; exhibited by a strong drive to achieve, optimism, andhigh organizational commitment
Emphaty ; exhibited by expertise in building and retaining talent, crossculture sensiticity and service to client and customers
Social skill, exhibited by the ability to lead change effort, persuasivenessand expertise in building and leading teams.
Sifat-sifat di atas diartikan sebagai berikut :
Kesadaran pribadi meliputi percaya diri, menilai diri
pribadi secara realistis
Mengatur diri sendiri, meliputi dapat dipercaya dan
integritas, menerima ambiguitas (kemenduaan) dan
terbuka dengan perubahan
Motivasi pribadi, meliputi mempunyai tekad untuk
meraih sesuatu, optimis mempunyai komitmen yang
tinggi terhadap organisasi
55
Empati, meliputi ahli dan membentuk dan mengasah
bakat, mempunyai sensivitas cross culture dan melayani
klien dan customer.
Keahlian sosial, meliputi kemampuan memimpin usaha,
kemampuan meyakinkan orang dan kemampuan membentuk
dan memimpin tim.
2.3.3 Gaya Kepemimpinan
Bernardin (1993 ; 39) menjelaskan beberapa gaya
kepemimpinan yaitu :
characteristic / Non Characteristic Charismatic leaders rely on theirpersonality their insipirational qualities and their aura. They are oftenvisionary leaders who are achievement oriented, calculated risk takersand good communicators. Non charismatic leaders rely on mainly ontheir know how (authority goes to the person who know), their quitconfidence and their cool, analytical approach to dealing with theproblem.
Autocratic / Democratic Autocratic leaders impose their decisions, usingtheir position to force people to do as they are told. Democratic leaderencourage people to participate and involve them selves in decisionmaking
Enabler / Controller, Enables inspire people with their vision of thefuture and empower them to accomplish team goal. Controllersmanupulate people to obtain their complience.
Transactional / transformational, trancactional leader trade moneyjobs and security for compliance. Tranformatinal leaders motivepeople to strive for higher levels goals.
56
Uraian di atas diartikan secara ringkas bahwa
beberapa gaya kepemimpinan dapat diklasifikasikan
sebagai berikut :
Pemimpin karismatik didasari pada kepribadiannya,
mempunyai inspirasi / ide cemerlang dan aura yang baik,
selalu memandang ke depan (visi yang baik)
memperhitungkan resiko dan komunikator yang baik.
Pemimpin non karismatik didasari pada kemampuannya
untuk “know – how” (mengetahui bagaimana) percaya diri,
tenang, selalu menganalisas dalam mengatasi masalah.
Pemimpin otokrasi menjalankan keputusannya dengn
menggunakan posisinya untuk memaksa orng melakukan apa
yang dikatakannya. Pemimpin demokrasi mendorong orang
untuk berpartisipasi dan melibatkan mereka dalam
membuat keputusan.
Enabler mengilhami orang dengan visi ke depan dan
memberi kekuasaan kepada mereka untuk menyelesaikan
tujuan tim. Controller menggerakkan orang untuk memenuhi
kebutuhan mereka.
57
Pemimpin transaksional berusaha memenuhi tujuannya,
yaitu uang, jabatan dan keamanan. Pimpinan
transformasional memotivasi orang untuk berusaha meraih
sasaran yang lebih baik.
Sementara itu gaya kepemimpinan yang diberikan oleh
Stephen P Robbins (2001-327,329,330) sebagai berikut :
“Charismatic leadership, followers make attributions of heroic orextraordinary leadership abilities when they observe certain behaviors
transactional leaders, leaders who guide or motivasi their followers inthe direction of established goals by clarifiying role and taskrequirements
tranformational leaders, leader who provide individualizedconsideration and intellectual stimulation and who possess charisma
visionary leadership is the ability to create and articulate a realistic,credible, attractive vision of the future for an organization ororganizational unit that out of and improves upon the present.
Pengertian di atas diuraikan sebagai berikut :
Kepemimpinan karismatik, pengikutnya memberikan
atribut heroik atau kepemimpinan luar biasa degan
perilaku yang dimilikinya.
Kepemimpinan transaksional adalah pemimpin yang
menuntun atau memotivasi pengikutnya dalam mencapai
sasaran melalui pelaksanaan aturan dan tugas yang
ditetapkan.
58
Pemimpin tranformasional adalah pemimpin yang
memberi pertimbangan secara individu dan dorongan
intelektual serta memiliki kharisma.
Kepemimpina visionary adalah kemampuan menciptakan
dan menyatakan sebuah visi yang realistis dapat
dipercaya dan menarik demi pertumbuhan dan perkembangan
organisasi.
Dari pengertian gaya kepemimpinan yang diberikan
oleh dua ahli SDM diatas disimpulkan.
Pemimpin Karismatik, mempunyai kharisma (melihat pada
kepribadiannya) memiliki kemampuan kepemimpinan yang
luar biasa seperti visionary leadership, yaitu berorientasi
pada prestasi, berani mengambil resiko, komunikator
yang baik
Pemimpin Non Karismatik, memiliki kemampuan know how
(analisis) percaya diri, tenang
Pemimpin Transaksional, menuntun dan memotivasi
bawahannya untuk mencapai sasaran melalui pelaksanaan
aturan dan tugas yang telah ditetapkan.
59
Pemimpin Tranformasional, memberi dorongan kepada
bawahannya secara intelektual (misalnya untuk belajar
atau mengikuti pelatihan)
Pemimpin Otakrasi, menggunakan posisinya untuk
memaksa orang melakukan apa yang dikatakannya
Pemimpin Demokrasi, mendorong orang untuk terlibat
dalam pengambilan keputusan
Enabler, memberi inspirasi dengan visi ke depan dan
memberi kekuasaan untuk mencapai tujuan tim
Controller, menggerakkan orang demi pemenuhan
kebutuhan mereka
2.3.4Mengukur Pengaruh Kepemimpinan
Dalam mengukur pengaruh kepemimpinan (The effect of
leadership) Hughes (199 ; 118-120) mengemukakan bahwa :L
“We usually do not differentiate between successful and unsuccesfulleaders by the behaviors they exhibit or the attributes they possess;rather we are more likely to consider whether their followers areproductive or satisfied. Although a leader’s behavior or personalitytraits may play a key role in these indices, when making judgementabout the relative success or a leader we are examining theconsequences or impact of these behaviors and not the behavior perse”
60
Uraian di atas menjelaskan bahwa untuk membedakan
keberhasilan atau kegagalan pemimpin tidak dilihat dari
perilaku atau atribut yang dimilikinya, tetapi lebih
mempertimbangkan apakah pengikutnya produktif atau
puas. Walaupun perilaku pemimpin atau karakter
pribadinya memainkan peran, namun penilaian kesuksesan
pemimpin adalah dengan melihat konsekuensi atau
pengaruh perilakunya tersebut.
Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa
keberhasilan pemimpin lebih mempertimbangkan apakah
pengikutnya produktif atau puas. Dengan kata lain
pengaruh kepemimpinan dapat dilihat pada produktivitas
pengikutnya atau prestasi kerja (job performance) dan
kepuasan kerja (job satisfaction)
Pengertian kepuasan kerja, menurut Milkovich /
Boudreau (1997 ; 126) “Job satisfaction is pleasurebale or positive
emotional reaction to person’s job experiences”. Diartikan bahwa
kepuasan kerja adalah reaksi emosional positif atau
reaksi menyenangkan terhadap pekerjaan seseorang.
61
Milkovich (1997 ;126) lebih lanjut menjelaskan
bahwa banyak organisasi menilai sikap pegawai dan
pendapat sebagai indikator tempat kerja yang menarik
(attractive) dan tempat kerja yang adil (equitable workplace).
Orang dapat merasa gembira / bahagia (happy) atau sedih
(sad) dan orang yang gembira atau bahagia cenderung
lebih puas dengan pekerjaan dan kehidupannya.
Richard L Hughes (199 ; 391) menjelaskan “Job
satisfaction deals with one’s attitudes or feelings about the job it self, pay,
promotion or educational opportunities, supervision, co workers, work
load and soon”.
Diartikan bahwa kepuasan kerja berkaitan dengan
sikap atau perasaan seseorang terhadap pekerjaan itu
sendiri, bayaran, promosi, kesempatan pendidikan,
supervisi (pengawas) teman kerja, beban kerja dan
sebagainya.
Adapun indikator kepemimpinan menurut Milkovich (1997 ;
126) adalah sebagai berikut :
1. Mempunyai visi atau pandangan ke depan, yaitu dalam
berfikir dan bertindak selalu berpandangan ke depan.
62
2. Berorientasi pada prestasi, yaitu dalam pelaksanaan
tugas selalu bertujuan untuk mencapai hasil terbaik
atau prestasi, dan menghargai prestasi yang dicapai
bawahannya.
3. Kemampuan berkomunikasi dengan baik
4. Mendorong secara intelektual, mendorong bawahannya
untuk belajar segala hal yang berkaitan dengan
pekerjaan, baik melalui pelatihan, kursus dan
seminar.
5. Mendorong terlibt dalam pengambilan keputusan,
yaitu mendorong bawahannya untuk mengemukakan
pendapat dalam pengambilan keputusan.
Dari uraian di atas disimpulkan bahwa kepuasan
kerja merupakan reaksi positif seseorang yang dapat
dilihat dari sikap atau peranannya terhadap pekerjaan,
bayaran, promosi, kesempatan pendidikan, supervisi,
rekan kerja dan sebagainya. Salah satu melihat bahwa
seseorang puas terhadap pekerjaannya adalah apabila dia
merasa bahagia atau gembira.
63
Beberapa kriteria untuk mengukur keberhasilan
pemimpin yang dikemukana Hughes (1999 ; 120-121) yaitu
:
a. Superious Effectiveness and Performance Rating (Efektifitas
Atasan dan Nilai Prestasi Kerja)
Untuk menilai kesuksesan pimpinan adalah dengan
melihat nilai prestasi kerja masa lalunya. Nilai ini
sebagian besaar didapatkan dari atasan pimpinan
tersebut dan termasuk prestasi pada beberapa aspek
2terkait, misalnya rekomendasi untuk promosi.
b. Subordinates Rating of Satisfaction, Organizational Climate,
Morale, Motivation, and Leadership Effectiveness (Kepuasan
bawahan, iklim organisasi, morale, motivasi dan
efektivitas kepemimpinan)
Untuk menilai keberhasilan pimpinan adalah dengan
bertanya pada bawahannya untuk mengetahui tingkat
kepuasannya atau efektifitas pimpinannya. Bawahan
mungkin puas atau tidak puas, termotivasi atau tidak
termotivasi, mungkin merasa tim mereka kompak / dapat
64
bekerja sama atau dalam situasi konflik atau percaya
mereka efektif atau tidak efektif.
c. Unit Performance Indices (Prestasi Unit Kerja)
Untuk menilai efektifitas pemimpin adalah dengan
melihat pengaruh pimpinan terhadap organisasi secara
struktural ke bawah, contoh unit sales profit margin, jumlah
pengiriman tepat waktu, tingkat kelulusan anak
sekolah, tingkat kriminalitas, dll.
2.3.5Hubungan Kepemimpinan dengan Diklat
Untuk mengetahui hubungan kepemimpina dengan
diklat, terlebih dahulu akan dibahas salah satu bentuk
dari kepemimpinan, yaitu Transformational Leadership, Teory
Tranformational leadership dikemukakan oleh Bass (1985) yang
dikenalkan pertama kali oleh Burn (1978). Dikemukakan
oleh Gary Yurk (1994 ; 352) bahwa ada 3 komponen dari
kepemimpinan tranformasional, yaitu charisma (kharisma)
intellectual stimulation (rangsangan intelektual) dan
individualized consideration (perhatian individu)
Lebih rinci dijelaskan bahwa :
65
“charisma was defined as a process where in a leader influencesfollowers by arounsing strong emotions and identifications with theleader. Intellectual stimulation is a process wherein leaders increasefollower awareness of problems and influences follower to viewproblems from a new perspective. Individualized considerationincludes providing support, encouregement, and deveiopmentlexperiences to followers”.
Uraian di atas menjelaskan bahwa kriteria karisma
adalah proses dimana pemimpin mempengaruhi pengikutnya
melalui menggerakkan emosi dan identifkasi dengan
pemimpin, rangsangan intelektual adalah proses dimana
pemimpin meningkatkan kesadaran pengikutnya dalam
memandang suatu permasalah dengan persepktif / padangan
baru. Perhatian individu meliputi dukungan, mendorong
dan mengembangkan pengalaman pengikutnya.
Dari penjelasan di atas disimpulkan bahwa pemimpin
tranformasional salah satu cirinya adalah memberikan
rangsangan intelektual dan mengembangkan pengalaman
pengikutnya. Menurut penulis salah satu bentuk dari
rangsangan intelektual dan pengembangan adalah dengan
mengikutsertakan pengikutnya (stafnya) dalam program
diklat.
66
2.4 Tinjauan Teori Tentang Kinerja
2.4.1 Pengertian Kinerja
Pengertian kinerja yang diberikan oleh para ahli
dapat dikemukakan sebagai berikut :
1. “Performance is he result of natural ability, acquired skill, and thedesire achieve” (George Manning, 1998 ; 6)
2. “Performance is defined as the record of outcomes produced onspesified job function or activity during ad specified time period”(Bernardin / Russell, 1993 ; 379)
Definisi di atas menjelaskan bahwa performance atau
kinerja adalah catatan hasil kerja / kegiatan selama
periode waktu tertentu. Hasil kerja ini merupakan dari
kemampuan, keahlian dan keinginan yang dicapai.
Ricahard L Hughes (1999 ;391) mengatakan “Foctors such
as intellegence skill, and the availability of key resources can affect a
person’s behavior in accomplishing organizational goals (I’e
performance). Diartikan bahwa faktor-faktor seperti
intelegensi, keterampilan dan kemampuan yang dimiliki
(available) adalah hal-hal yang dapat mempengaruhi
perilaku individu dalam mencapai tujuan organisasi yang
salah satunya adalah prestasi kerja.
67
Untuk mengetahui seseorang atau group apakah telah
meraih kinerja kerja, maka diperlukan adanya penilaian
kinerja atau performance appraisal.
2.4.2 Penilaian Kinerja (Performance Appraisal)
Beberapa definisi penilaian kinerja (performance
appraisal) yang dikemukakan oleh beberapa ahli sebagai
berikut :
Performance appraisal is process of evaluating the performance ofemployees (John W Newtrom / Keith Davis, 1993;560)
Performance appraisal is the systematic description of individual orgroup job relevant strenght and weaknesses. (Wayne F Cascio, 1998 ;58)
Performance appraisal is defined evaluating an employee’s current orpast performance relative to his her performance standards (GaryDessler, 2000 ; 321)
Dari ketiga definisi di atas disimpulkan bahwa
penilaian kinerja adalah evaluasi kinerja pegawai atau
seseorang atau group pada masa kini atau masa lampau
yang dikaitkan dengan kinerja standar dan di dalamnya
terdapat gambaran sistematis yang mencerminkan
kelemahan dan kekuatan individu atau group tersebut.
1) Fokus Penilaian (The Focus of The Appraisal)
68
Berkaitan dengan fokus penilaian, H John
Bernardin / Joyce E.A Russell (1993 ; 382) menjelaskan
“Appraisal can be either person oriented (focusing on the person who
performed the behavior) or work oriented (focusing on the record of
outcomes that person achieved on the job).
Diartikan bahwa penilaian dapat berorientasi pada orang
/ individu, fokus pada orang yang menunjukkan perilaku
atau berorientasi pada pekerjaan, fokus pada hasil yang
dicapai individu dalam pekerjaan.
Lebih lanjut H. John Bernardin / Joyce E.A Russell
(1993;383) mengungkapkan 6 (enam) kriteria utama
kinerja yang dapat dinilai sebagai berikut :
1. Quality. The degree to which the process or result of carrying out onactivity approaches perfection, in term of ieather conforming to someideal way of performing the activity of fulfilling the activity’s intendedpurpose.
2. Quantity, the amoung produced expessed in such term as dollarvalue, number of untis, or number of completed activity cycles.
3. Timelines ; the degree to which an activity I completed, or resultproduced at the earlist time desirable from the standpoints of bothcoordinating with the outputs of others and maximizing the timeavailable for other activities.
4. Cost effectiveness : the degree to which the use of the organization’sresources (e.g human, monetary, technological, material) is maximizedin the sense of gettng highest gain or reduction in loss from each unitor instance of use of resource.
69
5. Need for supervision : the degree to which a performer can out a jobfunction without either having to request supervisory assistance orrequiring supervisory interventation to prevent an adverse outcome.
6. Interpersonal impact ; the degree to which a performer promotesfeeling of self esteem, goodwill, and cooperation among coworker andsub ordinates. Uraian di atas diartikan, 6 kriteria utama kinerja
yang dinilai sebagai berikut : 1. Kualitas :
tingkat di mana proses atau hasil dari suatu kegiatan
yang
sempurna, dengan kata lain melaksanakan suatu
kegiatan dengan
cara yang ideal / sesuai atu menyelesaikan sesuai
dengan tujuan
yang ditetapkan
2. Kuantitas : besaran yang dihasilkan, dalam bentuk
nilai dolar, sejumlah unit, atau sejumlah kegiatan
yang diselesaikan.
3. Ketepatan waktu : tingkat di mana kegiatan
diselesaikan atau hasil yang diselesaikan, dengan
waktu lebih cepat dari yang ditetapkan dan
menggunakan waktu yang tersedia untuk kegiatan
lain.
70
4. Efektifitas biaya : tingkat di mana penggunaan
sumber-sumber organisasi (antara lain SDM, uang,
teknologi, materi) dimaksimalkan untuk mendapatkan
target yang tertinggi atau sebaliknya,
efektifitasnya berkurang, penggunaan sumber-sumber
organisasi dikurangi.
5. Kebutuhan pengawasan : tingkat di mana pegawai
melaksanakan pekerjaannya tanpa memerlukan bantuan
pengawas atau sebaliknya untuk menghindari
kesalahan atau mendapatkan hasil yang tidak
diinginkan.
6. Pengaruh interpersonal : tingkat di mana pegawai
menunjukkan perasaan self esteem (harga diri),
goodwill dan kerja sama diantara rekan sekerja dan
bawahan.
2) Pendekatan Pengukuran Kinerja
Ada beberapa pendekatan untuk mengukur prestasi
kerja. Menurut Raymond A Noe (2000 : 284 – 296)
pendekatan tersebut meliputi sebagai berikut
71
Pendekatan Perbandingan (The Comparative Approach)
Terdiri dari teknik yang membutuhkan nilai untuk
membandingkan prestasi kerja individu dengan yang
lain. Sekurangnya ada 3 teknik dalampendekatan ini,
yaitu ranking (pegawai dalam satu departemen dirangking
dari yang tertinggi sampai terendah nilainya) forced
distribution (menggunakan format rangking tapi pegawai
dirangking dalam grup) paired comparison (membandingkan
tiap pegawai dengan pegawai lain dalam group kerja).
Pendekatan Atribut ( The Attribute Approach )
Pendekatan ini memfokuskan pada atribut individu
(karakter atau sifat) yang dianggap dapat memberikan
kesuksesan perusahaan. Teknik yang digunakan
cenderung mendefinisikan sejumlah sifat seperti
inisiatif, kepemimpinan dan rasa bersaing dan
mengevaluasinya. Teknik yang digunakan adalah graphic
rating scales and mixid standard scales.
Pendekatan Perilaku (The Behavioral Approach)
Pendekatan ini mencoba mendefinisikan perilaku yang
harus ditunjukkan agar efektif dalam bekerja. Teknik
72
yang dapat dilakukan dalam pendekatan ini adalah
Critical Incidents (manajer mencatat prestasi kerja efektif
dan tidak efektif dari tiap pegawai), Behaviorally
Anchores Rating Scales (BARS) didesain secara khusus untuk
mendefinisikan dimensi prestasi kerja dengan
membentuk jangkar perilaku (behavioral anchors) dikaitkan
dengan level prestasi yang berbeda, Behavioral
Observation Scales (BOS) variasi bentuk dari BARS,
Organization Behavior Modification (OBM) Assesment Center)
Pendekatan Hasil (The Result Approach)
Pendekatan ini memfokuskan pada pencapain sasaran,
pengukuran 2hasil pekerja atau kelompok kerja. Dua
bentuk dari pendekatan ini adalah Management By
Objective (MBO) perusahaan menetapkan sasaran yang harus
dicapai dan sasaran ini digunakan sebagai standar
dari tiap prestasi pegawai pada saat dievaluasi.
Productivity Measurement and Evaluation System (PROMES) yang
bertujuan untuk memotivasi pegawai untuk
berproduktivitas lebih tinggi.
Pendekatan Kualitas (The Quality Approach)
73
Karakteristik dari pendekatan kualitas ini adalah
berorientasi kepelanggan (customer orientation) dan
menghindari pendekatan pada kesalahan (preventation
approach to errors). Tujuan utama dari pendekatan ini
adalah meningkatkan kepuasan pelanggan (customer
satisfaction). Customer terdiri internal customer dan
external customer.
Evaluasi pendekatan kualitas dalam pengukuran
prestasi kerja merupakan kombinasi dari pengukuran
pendekatan attribut dan pendekatan hasil.
2.4.3 Sumber Informasi Kinerja (Source for Performance
Information)
Salah satu pengukuran performance yang dikatakan
dengan sumber-sumber perolehan informasi performance,
menurut John M. Ivancevich (1999 ; 191) adalah apa
disebut dengan pendekatan 360 derajat
Pendekatan 360 derajat merupakan Multisource Feedback
yaitu mendapatkan umpan balik dari berbagai sumber.
Umpan balik itu termasuk informasi tentang performance
74
yang diperoleh dari pihak-pihak yang berkaitan dengan
individu yang diukur prestasi kerjanya. Sumber
informasi ini meliputi manajer (atasannya), bawahannya
(subordinate), rekan sekerja diri sendiri / yang
bersangkutan, pelanggan (customer). Pihak-pihak ini
dapat bertindak sebagai evaluator.
2.4.4 Hubungan Diklat dengan Kinerja
Penilaian Kebutuhan diklat (Training Needs Assessment
Model) yang dikemukakan oleh Wayne F Cascio (1998 ;
269) sebagai berikut :
75
ENVIRONMENT UnionsEconomy ORGANIZATION ANALYSISObjectives resources allocation of resources
Training Needs?
Alternative solutions
Alternative solutions
Training Need?
OPERATIONS ANALYSISSpecific behaviorWhatan employee must do in order to perform job effectiely
INDIVIDUAL ANALYSISKnowledge skills attitudes a) Current
level of performance
b) Optimal level of performance
Alternative solutions
Alternative
solutions
Training cycle
Yes
No
No
Yes
No Yes
2
Gambar 3. Training Needs Assessment Model Sumber : Wayne F Cascio (1998 ; 269)
Gambar di atas menjelaskan bahwa dalam menentukan
kebutuhan pelatihan ada 3 level yang harus dianalisis,
yatu : Analisis Organisasi (Organization Analysis) untuk
mengidentifikasikan apakah organisasi membutuhkan
pelatihan dengan melihat tujuan organisasi dan sumber
daya yang tersedia. Analisis Operasi (Operations Analysis)
mengidentifikasi isi dari pelatihan dikaitkan dengan
apa yang harus dilakukan pegawai untuk berprestasi
Analisis Individu (Individual Analysis) menentukan bagaimana
tiap pegawai dibentuk / dilatih untuk mengerjakan
76
Alternative
solutions
tugasnya dengan baik dikaitkan dengan pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang dimilikinya.
Setelah melakukan Needs Assesment maka tahap
selanjutnya adalah melakukan pelatihan dan evaluasi.
Secara keseluruhan dari Sistem Model Pelatihan (A system
Model of Training) dikemukakan oleh Bernardin / Russell
(1993 ; 299) sebagai berikut :
NEED ASSESMENT DEVELOPMENT EVALUATION
77
Identify needs for training by conducting needs analysis :
Organization Task or job Person
Identify or develop criteria to evaluate training outcome
Reaction Learning Behavior changeOrganization result
Derive instructionalObjective
Choose evaluationDesign
Design a learning aviroment by examining : - Characteristics of adult learners
- Learning principles
Identify, or develop training materials and
methods
Conduct training
Conduct evaluation of cost
effectivess of training program
Gambar 4. A System model of trainingSumber : Bernardin / Russell (1993;299)
Gambar di atas menjelaskan bahwa dalam melaksanakan
diklat (training) ada 3 (tiga) langkah yang harus diikuti,
yaitu menilai kebutuhan pengembangan (development) dan
evaluasi (evaluations). Tujuan dari tahap penilaian
adalah mengumpulkan informasi untuk menentukan apakah
pelatihan diperlukan oleh organisasi. Penilaian ini
meliputi dari sisi organisasi, pekerjaan (job) dan
orangnya (person). Tujuan dari tahap pengembangan
(development) diklat adalah mendesain pelatihan untuk
mencapai tujuan. Artinya hal ini harus dikaitkan dengan
masalah pembelajaran (learning), antara lain meliputi
karakteristik peserta belajar, prinsip-prinsip
pembelajaran. Dalam tahap ini juga diidentifikasi
material dan teknik yang digunakan dalam program
pelatihan. Dalam tahap evaluasi diuji apakah program
pelatihan yang telah dilaksanakan sesuai dengan tujuan
yang ditetapkan. Dalam tahap ini membutuhkan
identifikasi dan kriteria dari pengembangan (development
of criteria) termasuk reaksi pelajari, mengukur perilaku
78
mereka setelah pelatihan, melihat indikator hasil dalam
organisasi (organizational result) antara lain perubahan
dalam produktivitas data (changes in productivity data)
penjualan (sales figures) pergantian pegawai (employee turn
over) angka kecelakaan (accident rates)
Hubungan pelatihan dan prestasi kerja dari uraian
di atas disimpulkan bahwa dalam tahap evaluasi akan
terlihat apakah hasil program diklat yang diikuti
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan semula /
diawal. Dalam tahap evaluasi juga akan dapat dilihat
apa hasil diklat. Hasil ini dapat berupa perubahan
perilaku atau hasil untuk organisasi, yaitu prestasi
kerja pegawai sesuai dengan pekerjaannya.
2.4.5 Hubungan Kepemimpinan dengan Kinerja
Untuk melihat hubungan antara kepemimpinan dengan
prestasi kerja terlihat dalam model kepemimpina yang
dipandang dari sisi situasional, yaitu The Path Goal Model
yang dibuat oleh Robert House.
79
The Path Goal Model yang ditulis oleh John M.
Ivancevich (1999;420) dikatakan bahwa pemimpin akan
efektif karena pengaruh positifnya terhadap motivasi
pengikutnya (follower motivation) kemampuan untuk
berprestasi (ability to perform) dan kepausan (satisfaction).
John M. Ivancevich menggambarkan The Path Goal Model sebagi
berikut :
Gambar 5. The Path Goal ModelSumber : John M. Ivancevich (1999 ; 421)
80
FOLLOW / SUBORDINATE Lokus of control Experience Ability
LEADER BEHAVIOR / STYLES
DirectiveSupportive Participative Achievement oriented
FOLLOWER / SUBORDINATE
Perception Motivation
OUTCOMESSatisfaction Performance
EVIRONMENTAL FACTORS
Tasks Formal authority
system Work eroun
Dikaitkan dengan penelitian ini, gambar di atas
menjelaskan bahwa perilaku pemimpin (Leader Behavior /
Style) dapat menciptakan prestasi kerja (performance)
sebagai hasil (outcomes)
Tipe dan perilaku pemimpin meliputi : The directive
leaders pemimpin yang cenderung membiarkan bawahannya
mengetahui apa yang diharapkan mereka. The supportive
leaders pemimpin yang melibatkan bawahannya dan
menggunakan ide bawahannya dalam pengambilan keputusan.
The achievement oriented leaders merancang sasaran yang yang
menantang dan mengharapkan bawahannya untuk berprestasi
setinggi mungkin dan secara berkesinambungan
meningkatkan prestasi tersebut.
2.4.6 Hubungan Diklat, Kepemimpinan dengan Kinerja
Untuk melihat adanya hubungan antara diklat,
kepemimpinan terhadap prestasi kerja dapat dilihat
dalam model Produktivitas (Productivity) yang dikemukakan
oleh R.E Kopelman (1986 ; 23-24) sebagai berikut :
Organizational characteristic
81
Gambar 6. Model Produktivitas Kopelman Sumber : R.E Kopelman (1986 ; 23)
Menurut R.E Kopelman (1986) “There are four primary
determinant of organizational productivity; the environment
organizational characteristics, work characteristics, and individual
characteristic”. Diartikan bahwa ada 4 hal yang menentukan
produktivitas organisasi, yaitu lingkungan,
karakteristik organisasi, karakteristik kerja dan
karakteristik individu.
82
Reward system goalssetting & MBO Selection Training & Dev.
Knowledge skill abilities motivationbelief & values
Work behavior
Product
Job Performance
Productiv
OrganizationalEffectiveness Productivity
Objective performance Feedback Judmental Performance Feedback Job design Wob
Individual Characteris
End result
Work Characteris
Organization Characteristic
Environment
Dari model produktivitas Kopelman dikaitkan dengan
penelitian ini, dapat dijelaskan bahwa salah satu
karakteristik organisasi, yaitu pelatihan (training) dan
kepemimpinan (leadership) dapat mempengaruhi
karakteristik individu baik berupa pengetahuan,
kemampuan dan ketrampilan, motivasi, kepercayaan dan
nilai serta sikap. Pada hasil akhir memberikan pengaruh
berupa performance atau prestasi kerja.
2.5 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Dalam penelitian ini penulis memberikan beberapa
penelitian. Penelitian yang dilakukan Didik (2000)
tentang pengaruh pelatihan dan motivasi terhadap
kinerja pada pegawai PT. Telkom Divre V Surabaya.
Adapun hasil dari penelitian ini adalah : Nilai
konstanta (a) sebesar = 3,421. Nilai tersebut berat
bahwa tanpa dipengaruhi oleh variabel pelatihan (X1)
dan motivasi (X2), maka nilai kinerja pada pegawai PT.
Telkom Divre V Surabaya 3,421. nilai koefisien regresi
untuk variabel pelatihan (X1) yaitu b1 sebesar = 2,431.
83
hal ini berarti bahwa setiap kenaikan variabel
pelatihan (X1) satu satuan, maka akan mengakibatkan
kenaikan pada variabel kinerja karyawan pada PT. Telkom
Divre V Surabaya (Y) sebesar = 2.432 satuan, dengan
asumsi variabel motivasi (X2) adalah konstan, nilai
koefisien regresi untuk variabel motivasi (X2) yaitu b2
sebesar = 3.351. Hal ini berarti bahwa setiap kenaikan
variabel motivasi (X2) satu satuan, maka akan
mengakibatkan kenaikan pada variabel kinerja karyawan
pada PT. Telkom Divre V Surabaya (Y) sebesar = 3.351
satuan, dengan asumsi variabel pelatihan (X1) adalah
konstan. Pada uji asumsi klasik dapatlah diketahui
bahwa datanya normal, tidak terjadi multikolinieritas,
tidak terjadi heteroskedastisitas, dan tidak terjadi
autokorelasi. Dari hasil perhitungan dengan program
SPSS dapat dilihat besarnya koefisien korelasi sebesar
= 0.883. artinya bahwa terjadi hubungan yang kuat
searah antara variabel pelatihan kerja (X1) dan
variabel motivasi (X2) dengan variabel kinerja karyawan
pada PT. Telkom Divre V Surabaya (Y). Nilai koefisien
84
determinasi atau P2 = 0.799. Hal ini menunjukkan bahwa
konstribusi variabel bebas (Pelatihan dan motivasi)
terhadap variabel terikat kinerja karyawan pada PT.
Telkom Divre V Surabaya (Y) sebesar 79,9 % sedangkan
sisanya 20,1 % dipengaruhi oleh variabel lain yang
tidak diteliti. Selain itu dari perhitungan dengan uji
t maka dapat diketahui besar nilai t hitung untuk
variabel pelatihan (X1), adalah 5.324 lebih besar dari
ttabel = 1.645. Sehingga dikatakan bahwa H0 ditolak dan
Ha diterima, yang artinya terjadi pengaruh yang
signifikan antara variabel pelatihan (X1) terhadap
kinerja karyawan pada PT. Telkom Divre V Surabaya (Y).
Dan dari perhitungan maka dapat diketahui besar nilai
uji t hitung untuk variabel motivasi (X2) adalah 4.452
lebih besar dari ttabel = 1.645. Sehingga H0 ditolak dan
Ha diterima, yang artinya terjadi pengaruh yang
signifikan antara variabel motivasi kerja (X2) terhadap
kinerja karyawan pada PT. Telkom Divre V Surabaya (Y)
pada uji F karena F hitung = 142.439 > 3.10 F tabel =
maka Ho ditolak dan Hi diterima artinya bahwa variabel
85
pelatihan dan motivasi secara bersama-sama mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap kinerja karyawan pada
PT. Telkom Divre V Surabaya (Y).
Hidayat (2001) dalam penelitiannya yang berjudul
pengaruh gaya kepemimpinan dan disiplin kerja terhadap
prestasi kerja Guru dan Karyawan SMA Negeri 3 Krian
Kabupaten Sidoarjo. Adapun hasil dari penelitian ini
adalah : nilai konstanta (a) sebesar = 4.213, nilai
tersebut berarti bahwa tanpa dipengaruhi oleh variabel
gaya kepemimpinan (X1) dan disiplin kerja (X2), maka
nilai prestasi kerja Guru dan Karyawan UPTD SMA Negeri
3 Krian Kabupaten Sidoarjo sebesar 4.213. Nilai
koefisien regresi untuk variabel gaya kepemimpinan (X1)
yaitu b1 sebesar = 3.342, hal ini berarti bahwa setiap
kenaikan variabel gaya kepemimpinan (X1) satu satuan,
maka akan mengakibatkan kenaikan pada variabel prestasi
kerja Guru dan Karyawan SMA Negeri 3 Krian Kabupaten
Sidoarjo (Y) sebesar 3.342 satuan, dengan asumsi
variabel disiplin kerja (X2) adalah konstan, nilai
koefisien regresi untuk variabel disiplin kerja (X2)
86
yaitu b2 sebesar = 4.432. Hal ini berarti bahwa setiap
kenaikan variabel disiplin kerja (X2) satu satuan, maka
akan mengakibatkan kenaikan pada variabel prestasi
kerja Guru dan Karyawan SMA Negeri 3 Krian Kabupaten
Sidoarjo (Y) sebesar 4.432 satuan, dengan asumsi klasik
dapatlah diketahui bahwa datanya normal, tidak terjadi
multikolinieritas, tidak terjadi heteroskedastisitas,
dan tidak terjadi autokorelasi. Dari hasil perhitungan
dengan program SPSS dapat dilihat besarnya koefisien
korelasi sebesar 0.817. Artinya bahwa terjadi hubungan
yang kuat searah antara variabel prestasi kerja Guru
dan Karyawan SMA Negeri 3 Krian Kabupaten Sidoarjo
(Y). Nilai koefisien determinasi atau R2 = 0.667 hal
ini menunjukkan bahwa konstribusi variabel bebas (gaya
kepemimpinan dan disiplin kerja) terhadap variabel
terikat prestasi kerja Guru dan Karyawan SMA Negeri 3
Sidoarjo (Y) sebesar 66,7 % sedangkan sisanya 33,3 %
dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti.
Selain itu dari perhitungan dengan uji t maka dapat
diketahui besar nilai t hitung untuk variabel gaya
87
kepemimpina (X1) adalah 4.345 lebih besar dari ttabel =
1.645. Sehingga dikatakan bahwa H0 ditolak dan Ha
diterima, yang artinya terjadi pengaruh yang signifikan
antara variabel gaya kepemimpinan (X1) terhadap
variabel prestasi kerja Guru dan Karyawan SMA Negeri 3
Krian Kabupaten Sidoarjo (Y). Dan dari perhitungan maka
dapat diketahui besar nilai uji t hitung untuk variabel
disiplin kerja (X2) adalah 6.324 lebih besar dari ttabel
= 1.645. Sehingga H0 ditolak dan Ha diterima, yang
artinya terjadi pengaruh yang signifikan antara
variabel disiplin kerja (X2) terhadap variabel prestasi
kerja Guru dan Karyawan SMA Negeri 3 Krian (Y) pada
uji F karena F hitung = 111,013 > 3,00 F tabel = maka
H0 ditolak dan Hi diterima artinya bahwa variabel gaya
kepemimpinan dan disiplin kerja secara bersama-sama
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel
kinerja karyawan pada PT. Telkom Divre V Surabaya (Y).
Suparman (2002) dalam penelitiannya yang berjudul :
Pengaruh Pelatihan dan Kepemimpinan terhadap kinerja
pegawai Sekretariat Daerah Kota Probolinggo. Adapun
88
hasil dari penelitian ini adalah : Nilai konstanta (a)
sebesar = 3.432, nilai tersebut berarti bahwa tanpa
dipengaruhi oleh variabel gaya pelatihan (X1) dan
kepemimpinan (X2) maka nilai kinerja pegawai
Sekretariat Daerah Kota Probolinggo, sebesar 3,432.
Nilai koefisien regresi untuk variabel pelatihan (X1)
yaitu b1 sebesar = 4.326. Hal ini berarti bahwa setiap
kenaikan variabel pelatihan (X1) satu satuan, maka akan
mengakibatkan kenaikan pada variabel kinerja pegawai
Sekretariat Daerah Kota Probolinggo (Y) sebesar 4.326
satuan, dengan asumsi variabel kepemimpinan (X2) adalah
konstan, nilai koefisien regresi untuk variabel
kepemimpinan (X2) yaitu b2 sebesar = 6.427. Hal ini
berarti bahwa setiap kenaikan variabel kepemimpinan
(X2) satu satuan, maka akan mengakibatkan kenaikan pada
variabel kinerja pegawai Sekretariat Daerah Kota
Probolinggo (Y) sebesar 6.427 satuan, dengan asumsi
variabel pelatihan (X1) adalah konstan. Pada uji asumsi
klasik dapatlah diketahui bahwa datanya normal, tidak
terjadi multikolinieritas, tidak terjadi
89
heteroskedastisitas, dan tidak terjadi autokorelasi.
Dari hasil perhitungan dengan program SPSS dapat
dilihat besarnya koefisien korelasi sebesar 0,932.
Artinya bahwa terjadi hubungan yang kuat searah antara
variabel pelatihan (X1) dan variabel kepemimpinan (X2)
dengan variabel kinerja pegawai Sekretariat Daerah Kota
Probolinggo (Y). Nilai koefisien determinasi atau R2 =
0,869 hal ini menunjukkan bahwa konstribusi variabel
bebas (pelatihan dna kepemimpinan) terhadap variabel
terikat kinerja pegawai Sekretariat Daerah Kota
Probolinggo (Y) sebesar 86,9 % sedangkan sisanya 13,1 %
dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti.
Selain itu dari perhitungan dengan uji t maka dapat
diketahui besar nilai t hitung untuk variabel pelatihan
((X1) adalah 3.423 lebih besar dari ttabel = 1.645.
Sehingga dikatakan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima,
yang artinya terjadi pengaruh yang signifikan antara
variabel pelatihan (X1) terhadap variabel kinerja
pegawai Sekretariat Daerah Kota Probolinggo (Y). Dan
dari perhitungan maka dapat diketahui besar uji t
90
hitung untuk variabel kepemimpinan (X2) adalah 4.542
lebih besar dari ttabel = 1.645. Sehiungga dikatakan
bahwa H0 ditolak dan Ha diterima, yang artinya terjadi
pengaruh yang signifikan antara variabel pelatihan (X1)
terhadap variabel kinerja pegawai Sekretariat Daerah
Kota Probolinggo (Y). Dan dari perhitungan maka dapat
diketahui besar nilai uji t hitung untuk variabel
kepemimpinan (X2) adalah 4.542 lebih besar dari ttabel =
1.645. Sehingga Ho ditolak dan Ha diterima, yang
artinya terjadi pengaruh yang signifikan antara
variabel kepemimpinan (X2) terhadap variabel kinerja
pegawai Sekretariat Daerah Kota Probolinggo (Y) pada
uji F karena F hitung = 103.124 > 3,00 F tabel = maka
Ho ditolak dan Hi diterima artinya bahwa variabel
pelatihan dan kepemimpinan secara bersama-sama
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel
kinerja pegawai Sekretariat Daerah Kota Probolinggo
(Y).
91
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konseptual
Adapun kerangka konseptual dapat penulis
ilustrasikan pada gambar sebagai berikut :
92
Gambar 7. Kerangka Konseptual
Dipilihnya motivasi, pelatihan dan kepemimpinan
sebagai vriabel yang mempengaruhi kinerja karena ada
kaitan antara pelatihan dan kemimpinan yaitu
keikutsertana pegawai dalam pelatihan ditentukan oleh
peran atasan dalam mengidentifikasi bawahan akan
perlunya peningkatan kompetensi yang dimiliki bawahan
tersebut dan mendorongnya mengikuti pelatihan. Tipe
pemimpin seperti ini disebut pemimpin transformasional.
Seperti yang dikemukakan oleh Stephen P Robbins
(2001;329) “transformational leaders is leaders who provide
individualized consideration and intellectual stimulation, and who
93
MOTIVASI (X1)
DIKLAT (X2)
KEPEMIMPINAN(X3)
KINERJA (Y)
prosesses charisma” Diartikan bahwa pemimpin
tranformasional adalah pemimpin yang memberikan
pertimbangan individu dan dorongan intelektual serta
memiliki kharisma. Pengertian ini dapat disimpulkan
bahwa pemimpin transformasional adalah pemimpin yang
memberi dorongan untuk belajar yang antara lain melalui
pelatihan.
3.2 Hipotesis
1)
94
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian
Untuk meneliti lebih jauh mengenai pengaruh
motivasi, pelatihan dan kepemimpinan terhadap
prestasi kerja, maka penelitian ini bersifat
deskriptif dan verikatif.
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang
bertujuan untuk memperoleh deskripsi suatu objek,
dalam hal ini adalah ciri-ciri variabel yaitu
motivasi, pelatihan, kepemimpinan dan prestasi
kerja guru dan karyawan. Sedangkan penelitian
verikatif adalah penelitian yang bertujuan untuk
mengetahui hubungan antar variabel melalui
pengujian hipotesis. Dengan penelitian verikatif
akan diuji kebenaran suatu hipotesis melalui
pengumpulan data dilapangan. Dalam penelitian ini
akan diuji apakah ada hubungan antara motivasi,
pelatihan dan kepemimpinan dengan prestasi kerja.
95
Mengingat jenis penelitian ini bersifat
deskriptif dan verikatif yang dilaksanakan melalui
pengumpulan data dilapangan, maka metode penelitian
yang digunakan adalah descriptive survey dan explanatory
survey. Descriptive survey merupakan metode penelitian
yang bertujuan memperoleh deskripsi objek dengan
melakukan penelitian objek, sedangkan explanatory
survey adalah metode penelitian yang bertujuan
untuk mengetahui karakteristik hubungan variabel
dengan meneliti sejumlah sampel. Dengan menggunakan
explanatory survey, maka dapat membuat penafsiran
suatu populasi yang dikumpulkan langsung di tempat
kejadian secara empirik yang diwakili oleh sampel.
4.2 Populasi, Sampel, dan Pengambilan Sampel
Populasi
Populasi penelitian ini adalah seluruh tenaga
pendidik pada SMK 02 YP 17 Lumajang, yang tercatat
pada semester genap tahun pelajaran 2009/2010 (antara
96
bulan Januari - Mei 2010 ) dengan jumlah total 50
orang.
Sampel
Sampel atau unit penelitian ini adalah tenaga
pendidik dan kependidikan pada SMK 02 YP 17
Lumajang diambil secara acak sebanyak 50 guru,
setelah diberi kuesioner semuanya mengembalikan dan
menjawab.
4.3 Variabel Penelitian
4.3.1 Klasifikasi Variabel
Menurut Kerlinger (1990: 49) variable
merupakan atribut yang memiliki variasi nilai.
Dalam penelitian ini variable penelitian ditentukan
dan didefinisikan sesuai dengan hipotesis yang
dirumuskan.
Dalam penelitian ini variable yang digunakan
adalah Motivasi (X1), Diklat (X2), dan Kepemimpinan
(X3) sebagai variabel bebas (independent variabel),
97
serta kinerja (Y) sebagai varaibel terikat
(dependent variabel)
4.3.2 Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional dari variabel bebas dan
terikat sebagai berikut:
1) Variabel Bebas (X1) : Motivasi
Konsep variabel Motivasi adalah keadaan dalam
pribadi seseorang yang mendorong keinginan
individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan
tertentu guna mencapai tujuan. Adapun indikator
yang bisa kita lihat sebagai berikut:
1. Tekun dan ulet menghadapi tugas
2. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam
masalah
3. Memperoleh kesejahteraan lebih dari
penyelenggaraan program sekolah
4. Rutin menjalin kerjasama dengan pihak di
luar sekolah
98
5. Dapat mempertahankan pendapatnya
6. Tidak pernah mudah melepaskan hal yang
diyakini
7. Senang mencari solusi permasalahan
2) Variabel Bebas (X2); Diklat
Konsep variabel yaitu proses pelaksanaan diklat
dan fungsi diklat yang meliputi peningkatan
pengetahuan, ketrampilan, kemampuan dan sikap.
Adapun indikator yang bisa kita lihat sebagai
berikut:
1. Pelatihan dalam kesempatan berprestasi
2. Keteraturan frekuensi promosi jabatan
3. Kecakapan dalam pengkoordinasian tugas-tugas
profesional
4. Pengembangan pengetahuan dan skill
5. Pelatihan dalam penanganan variasi tugas
3) Variabel Bebas (X3); Kepemimpinan
Konsep variabel yaitu, model kepemimpinan dan
pengaruh yang timbul dari kepemimpinan yang ada
dalam suatu unit kerja, yaitu pengaruh terhadap
99
bawahannya sebagai reaksi dari bawahan terhadap
adanya proses kepemimpinan yang dirasakan serta
pengaruh secara keseluruhan terhadap unit kerja
yang dipimpinnya. Adapun indikator bisa kita
lihat sebagai berikut :
1. Kepribadian
2. Pengetahuan terhadap tenaga kependidikan
3. Pengetahuan terhadap visi dan misi sekolah
4. Kemampuan mengambil keputusan
5. Kemampuan berkomunikasi dan bersosialisasi
4) Variabel Terikat (Y) : Kinerja
Hasil dari kemampuan, keahlian dan keinginan
yang dicapai selama periode waktu tertentu
dengan indikator sebagai berikut:
1. Kualitas kerja, yaitu melihat keakuratan
atau penyelesaian pekerjaan yang disesuaikan
dengan tujuan yang ditetapkan.
2. Kuantitas kerja, yaitu besaran yang
dihasilkan
100
3. Ketetapan waktu, yaitu waktu penyelesaian
pekerjaan
4. Efektifitas
5. Kemandirian
6. Komitmen kerja
4.4 Instrumen Penelitian
Kuesioner disusun berdasarkan item-item dan
metode yang digunakan skala Likert Sumated atau Skala
Likert. Menurut Masri Singarimbun (1989;111), cara
pengukuran dengan skala ini responden adalah dengan
menghadapkan seorang responden dengan sebuah
pertanyaan dan kemudian diminta memberikan jawaban,
yang masing-masing jawaban mempunyai skor atau
nilai, yaitu :
Sangat setuju = 4
Setuju = 3
Tidak setuju = 2
Sangat tidak setuju = 1
101
Tingkat pengukuran yang digunakan dalam skala
likert ini adalah ukuran ordinal. Menurut M. Nasir
(1999;158), “Ukuran ordinal adalah angka yang
diberikan dimana angka-angka tersebut mengandung
pengertian tingkatan”.
4.5 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMK 02 YP 17 Lumajang
dengan menyebar kuesioner kepada guru pada semester
genap tahun pelajaran 2009/2010 (bulan Januari s.d.
Juni 2010 ).
4.6 Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang lengkap dalam penelitian
ini menggunakan teknik sebagai berikut :
1. Observasi, yaitu mengamati kegiatan tenaga
pendidik yang berhubungan dengan masalah yang
diteliti.
2. Penyebaran kuesioner atau daftar pertanyaan.
4.7 Teknik Analisis
102
1. Uji Validitas Kuesioner
Menurut Masri Singarimbun (1989;124) “Validitas
menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukuran
apa yang ingin diukur”. Cara menguji validitas
alat pengukur, langkah yang harus ditempuh
sebagai berikut :
Mendefinisikan secara operasional konsep
yang akan diukur.
Melakukan uji coba skala pengukuran pada
sejumlah
responden
Mempersiapkan tabel tabulasi jawaban
Menghitung korelasi antara masing-masing
pertanyaan
dengan skor total yang menurut masri
Singarimbun (1989;137)
Berdasarkan hasil uji coba validitas instrumen kepada
20 orang responden dengan perhitungan menggunakan
aplikasi SPSS 13.0 for Windows pada derajat kesalahan 5
% dari 20 butir soal diketahui:
103
1) Perhitungan validitas angket kinerja tenaga pendidik
(Y)
Kriteria : rxy> rtabel
No r xy r tabel Kriteria 1 0.67 0.444 Valid
2 0.69 0.444 Valid
3 0.78 0.444 Valid
4 0.72 0.444 Valid
5 0.69 0.444 Valid
6 0.51 0.444 Valid
7 0.53 0.444 Valid
8 0.61 0.444 Valid
9 0.81 0.444 Valid
10 0.57 0.444 Valid
11 0.69 0.444 Valid
12 0.66 0.444 Valid
13 0.56 0.444 Valid
14 0.64 0.444 Valid
15 0.77 0.444 Valid
16 0.71 0.444 Valid
17 0.58 0.444 Valid
104
18 0.61 0.444 Valid
19 0.66 0.444 Valid
20 0.67 0.444 Valid
2) Perhitungan validitas angket motivasi (X1)
Kriteria : rxy > rtabel
No r xy r tabel Kriteria 1 0.57 0.444 Valid
2 0.77 0.444 Valid
3 0.47 0.444 Valid
4 0.71 0.444 Valid
5 0.60 0.444 valid
6 0.70 0.444 Valid
7 0.75 0.444 Valid
8 0.86 0.444 Valid
9 0.72 0.444 Valid
10 0.63 0.444 Valid
11 0.85 0.444 Valid
12 0.66 0.444 Valid
13 0.59 0.444 Valid
14 0.67 0.444 Valid
15 0.70 0.444 Valid
16 0.70 0.444 Valid
17 0.59 0.444 Valid
18 0.61 0.444 Valid
19 0.71 0.444 Valid
105
20 0.69 0.444 Valid
3) Perhitungan validitas angket diklat (X2)
Kriteria : rxy > r tabel
No r xy r tabel Kriteria
1 0.78 0.444 valid
2 0.61 0.444 valid
3 0.72 0.444 valid
4 0.61 0.444 valid
5 0.73 0.444 valid
6 0.55 0.444 valid
7 0.67 0.444 valid
8 0.69 0.444 valid
9 0.64 0.444 valid
10 0.80 0.444 valid
11 0.59 0.444 valid
12 0.73 0.444 valid
13 0.51 0.444 valid
14 0.62 0.444 valid
15 0.67 0.444 valid
16 0.53 0.444 valid
17 0.72 0.444 valid
18 0.61 0.444 valid
106
19 0.73 0.444 valid
20 0.55 0.444 valid
4) Perhitungan validitas angket kepemimpinan (X3)
Kriteria : rxy > r tabel
No r xy r tabel Kriteria
1 0.86 0.444 Valid
2 0.72 0.444 Valid
3 0.63 0.444 Valid
4 0.85 0.444 Valid
5 0.66 0.444 Valid
6 0.78 0.444 Valid
7 0.72 0.444 Valid
8 0.69 0.444 Valid
9 0.67 0.444 valid
10 0.53 0.444 valid
11 0.72 0.444 valid
12 0.61 0.444 valid
13 0.58 0.444 Valid
14 0.61 0.444 Valid
15 0.66 0.444 Valid
16 0.67 0.444 Valid
17 0.64 0.444 valid
107
18 0.80 0.444 valid
19 0.78 0.444 valid
20 0.61 0.444 valid
Berdasarkan perhitungan diatas dapat disimpulkan
bahwa seluruh butir angket tersebut adalah valid karena
mempunyai rxy > rtabel untuk tingkat signifikansi 5%
dengan N = 20. Karena seluruh butir angket valid maka
dapat dipergunakan untuk mengumpulkan data penelitian.
2. Uji Reliabilitas Kuesioner
Menurut Masri Singarimbun (1989;140),
“Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauhmana
suatu alat pengukuran dapat dipercaya atau dapat
diandalkan. Bila suatu alat pengukur dipakai dua kali-
untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran
yang diperoleh relatif konsisten, maka alat pengukur
tersebut reliabel. Dengan kata lain, reliabilitas
menunjukkan konsistensi suatu alat pengukuran di dalam
mengukur gejala yang sama”.
Berdasarkan hasil uji coba reliabilitas instrumen
dapat menggunakan rumus alpha yang perhitungannya
108
menggunakan aplikasi SPSS 13.0 For Windows dimana N=20 pada
derajat kesalahan 5% diperoleh untuk variabel kinerja
sebesar 1,07, variabel motivasi sebesar 1,01, variabel
diklat sebesar 0,87 dan variabel kepemimpinan sebesar
0,93. Kemudian dikonsultasikan dengan sebesar 0,444.
Dengan demikian semua butir soal yang ada pada
instrumen dinyatakan reliabel dan dapat digunakan
sebagai pengumpul data.
3. Teknik Analisis Deskriptif Persentase
Analisis deskripsi persentase ini digunakan untuk
mengkaji variabel yang ada dalam penelitian ini, yaitu
variabel pengembangan guru dan variabel kinerja guru.
Langkah-langkah yang ditmpuh dalam menggunakan teknik
analisis ini yaitu:
1) Membuat tabel distribusi jawaban angket variabel X
dan Y
2) Menentukan skor jawaban responden dengan ketentuan
skor yang telah ditetapkan
3) Menjumlahkan skor jawaban yang diperoleh dari tiap-
tiap responden
109
4) Merumuskan skor tersebut ke dalam rumus:
Keterangan :
n = Skor yang diperoleh (total)
N = Skor ideal
% = persentase (Ali 1993:186)
Untuk menetukan kategori persentase skor yang diperoleh
pada masing-masing indikator, dilakukan dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
(1) Menetapkan persentase tertinggi = (4:4) x 100% =
100%
(2) Menetapkan persentase terendah = (1:4) x 100% =
25%
(3) Menetapkan rentangan persentase = 100% - 25% =
75%
(4) Menetapkan kelas interval = 4
(5) Panjang kelas interval = 75% : 4 = 18,75%
Dengan panjang kelas interval 18,75% dan persentase
terendah 25% dapat dibuat kriteria sebagai berikut:
110
Untuk mengetahui tingkat kriteria tersebut, selanjutnya
skor yang diperoleh (dalam %) dengan analisis deskriptif
persentase dikonsultasikan dengan tabel kriteria sebagai
berikut:
NoInterval
persentaseKategori
1
2
3
4
81.25%-100%
62.5%-81.24%
43.75%-62.49%
25%-43.74%
Sangat setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak
Setuju
4. Analisa Regresi Linier Ganda
Analisa ini digunakan untuk mencari korelasi
antara variabel terikat dengan variabel bebas, serta
menentukan pengaruh antara masing-masing sub variabel
bebas (prediktor) terhadap variabel terikat (kriteria).
Rumus mencari koefisien Regresi Ganda adalah :
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3
Dimana :
111
Y = variabel terikat (kinerja)
a = konstanta
b1 = koefisien variabel motivasi
b2 = koefisien variabel diklat
b3 = koefisien variabel kepemimpinan
X1 = motivasi
X2 = diklat
X3 = kepemimpinan
Dalam regresi linear berganda ini, peneliti
menggunakan uji F dan uji t, dan koefisien determinan
secara parsial. Berikut ini akan dibahas satu-
persatu untuk pembuktian hipotesis yaitu dengan:
1) Uji Simultan (Uji F)
Uji F digunakan untuk mengetahui sejauh mana
variabel-variabel bebas yaitu variabel X1, X2 dan
variabel X3, secara simultan mampu menjelaskan variabel
terikat. Adapun hipotesisnya yaitu:
Ho : β1 , β2 , β3= 0, artinya tidak terdapat pengaruh
yang signifikan secara bersama-sama
dari seluruh variabel independen motivasi (X1),
112
diklat (X2), dan kepemimpinan (X3) terhadap
variabel dependen kinerja (Y).
H1 : β1 , β2 , β3 ≠ 0, artinya terdapat pengaruh yang
signifikan secara bersama-sama dari
seluruh variabel independen motivasi (X1),
diklat (X2), dan kepemimpinan (X3) terhadap
variabel dependen kinerja (Y).
Uji simultan dapat dihitung dengan rumus:
Keterangan:
F = harga F garis regresi
JKreg = jumlah kuadrat regresi
JKres = jumlah variabel residu
k = jumlah variabel prediktor
n = jumlah responden
1 = angka konstan (Sudjana, 1996:387)
113
Apabila hasil perhitungan Fhitung < Ftabel (signifikasi 0.05)
maka Ho diterima, sehingga dapat dikatakan bahwa
variabel bebas dari model regresi tidak dapat
menerangkan variabel terikat secara serentak.
Sebaliknya, apabila hasil perhitungan Fhitung > Ftabel
(signifikasi 0.05) maka Ho ditolak, dengan demikian
dapat dikatakan bahwa variabel bebas dari model
regresi linear berganda mampu menjadi variabel
prediktor dan menjelaskan variabel terikat.
2) Koefisien determinasi
Koefisien determinasi yaitu untuk mengetahui seberapa
besar kontribusi peruubahan variabel bebas (kepuasan
kerja dan motivasi kerja) terhadap variabel terikat
(kinerja), maka perlu diketahui koefisien
determinasinya dengan menggunakan rumus:
Untuk mengetahui besarnya koefisien determinasi parsial
atau r2 masing masing prediktor digunakan untuk
114
mengetahui besarnya kontribusi masing-masing.
Variabel motivasi, diklat dan kepemimpinan terhadap
kinerja tenaga pendidik dalam model regresi. Besarnya
pengaruh X1, X2 dan X3 dicari dengan perhitungan
menggunakan program SPSS 13.0 for Windows.
3) Uji parsial (Uji t)
Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing
variabel bebas (motivasi, diklat dan kepemimpinan)
secara parsial terhadap variabel terikat (kinerja
tenaga pendidik). Adapun hipotesisnya yaitu:
Ho : βi = 0, i = X1, X2 dan X3 artinya secara parsial
(sendiri-sendiri) variabel independen
tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap
variabel dependen kinerja (Y).
H1 : βi ≠ 0, i = X1, X2 dan X3 artinya secara parsial
(sendiri-sendiri) variabel independen
terdapat pengaruh yang signifikan terhadap
variabel dependen kinerja (Y).
Nilai thitung dapat ditentukan dengan formula sebagai
berikut:
115
(Sudjana,1996:389)
Apabila t hitung > t tabel (signifikasi 0.05) maka Ho
ditolak
Apabila t hitung < t tabel (signifikasi 0.05) maka Ho
diterima
5. Uji Asumsi Klasik
Model regresi yang diperoleh selain diuji
kebermaknaannya menggunakan uji F dan uji t, harus
memenuhi asumsi klasik, oleh karen itu dilakukan uji
asumsi klasik yang meliputi kenormalan,
multikolinieritas, heteroskedastisitas dan
Autokorelasi.
1. Normalitas
Pada pengujian Normalitas ini digunakan
untuk mengetahui apakah dalam model regresi,
variabel terikat dan variabel bebas keduanya
mempunyai distribusi normal atau tidak. Model
regresi yang baik adalah memiliki distribusi data
normal atau mendekati normal. Salah satu cara
termudah untuk melihat normalitas adalah melihat
116
grafik normal probability plot yang seharusnya mendekati
distribusi normal.
2. Multikolonieritas
Multikolonieritas dilakukan guna untuk
mengetahui apakah variabel bebas tersebut tidak
saling berkorelasi atau ada hubungan linier di
antara variabel-vartiabel bebas dalam model regresi
yang digunakan. Untuk mengetahui apakah terjadi
multikolonieritas atau tidak digunakan beberapa cara
melihat dari nilai tolerance dan nilai VIF yang
diperoleh. Jika nilai tolerance yang diperoleh lebih
besar dari 0,10 dan nilai VIF kurang dari 10 maka
dapat dikatakan bahwa persamaan suatu model
penelitian tidak menunjukkan gejala
multikolinieritas.
3. Heteroskendastisitas
Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah
dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance
dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain.
Jika variance dari residual satu pengamatan ke
117
pengamatan yang lain tetap maka disebut
homoskedastisitas dan jika berbeda disebut
Heteroskedastisitas. Model yang baik adalah yang
homoskedastisitas atau tidak terjadi
Heteroskedastisitas. Salah satu cara untuk medeteksi
ada tidaknya heteroskedastisitas pada suatu model
persamaan regresi adalah dengan mengkorelasikan
variabel bebas dengan residualnya. Dalam hal ini
metode korelasi yang dipergunakan adalah korelasi
rank spearman.
4. Autokorelasi (uji independensi residual)
Pengujian autokorelasi bertujuan menguji
apakah dalam sebuah model regresi linier ada
korelasi antar residual pada periode t dengan
kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya).
Pendeteksian autokorelasi dapat dilakukan dengan
menggunakan metode statistik dari Durbin-Watson (Uji
DW) dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Nilai DW < 1,10; ada autokorelasi
2. Nilai DW antara 1,10 s.d. 1,54 ; tanpa kesimpulan
118
3. Nilai DW antara 1,55 s.d. 2,45 ; tidak ada
autokorelasi
4. Nilai DW antara 2,46 s.d. 2,90 ; tanpa kesimpulan
5. Nilai DW > 2,91 ; ada autokorelasi
119
BAB V
ANALISIS HASIL PENELITIAN
5.1 Hasil Penelitian
5.1.1 Gambaran Umum SMK 02 YP 17 Lumajang
SMK 02 YP 17 Lumajang berdiri tahun 1999
didirikan dengan maksud untuk mempersiapkan SDM yang
menguasai ilmu akutansi dan ekonomi. Adapun keberadaan
SMK 02 YP 17 Lumajang atas hasil Pengurus Yayasan
Pendidikan Tujuh Belas Jawa Timur, perjuangan pendiri
STM YP 17 Lumajng, tokoh masyarakat, dunia usaha, dan
Dinas Pendidikan yang pada awalnya disebut SMEA
(Sekolah Menengah Ekonomi Atas )
SMK Negeri 3 Jombang saat ini menyelenggarakan
diklat terhadap kurang lebih 1407 siswa secara regular
dengan 5 bidang keahlian meliputi:
NO BIDANG KEAHLIAN /JURUSAN
SPESIALISASI KEAHLIAN
1 Teknik bangunan BBt (bangunan beton)GB (gambar bangunan)SP (surve pemetaan)KKy (Kontruksi kayu)
2 Teknik Elektronika AV (audio video)EI (elektronika industri)
121
3 Teknik Listrik PfL (Pemanfaatan listrik)
4 Teknologi informatika TKJ (teknik komputer jaringan)
5 Teknik Pemesinan TPm (teknik pemesinan)MO (Mesin otomotif)
Visi Sekolah :
Mewujudkan sekolah menjadi “lembaga pendidikan dan
pelatihan dengan standard mampu memenuhi standard
dunia usaha dan Industri
Misi sekolah:
Membekali tamatan menjadi
warganegara/wirausahawan :
- yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi
(iptek) serta
Beriman dan bertaqwa (Impaq).
- yang ulet dan kreatif
- yang memiliki keterampilan vokasional yang
menunjang hidupnya.
Tujuan sekolah
1. Menciptakan tenaga kerja yang berkualitas,
professional, menguasai Iptek dan Imtaq sehingga
122
mampu berperan sebagai factor unggulan bagi industri
untuk mengisi keperluan pembangunan di Indonesia.
2. Memberi bekal keahlian dasar kepada siswa agar
tercipta tamatan yang handal dan produktif serta
dapat mengembangkan diri secara berkelanjutan
sehingga meningkat taraf hidup dan martabatnya.
Untuk memberikan gambaran secara menyeluruh
tentang kondisi Tenaga Pendidik dan Kependidikan
di SMK 02 YP 17 Lumajang pada awal tahun
pelajaran 2009/2010, dapat dilihat pada table
berikut ini :
Tebel 1 Keadaan g Tenaga Pendidik dan
Kependidikan di SMK 02 YP 17 Lumajang
NoJenis
Guru/Karyawan
Tingkatpendidikan
Usia Jeniskelami
n
JML
SLTA
Dip
S.1
S.2
<35 35-50
50<
L P
1 Guru
Normatif
4 - 6 8 2 12 4
Guru
adaptif
7 - 12 15 4 18 13
Guru 7 28 40 15 71 12
123
Produktif
BP/BK 1 2 6 1 6 3
Karyawan 1 2 16 2 11 9
Jumlah 1
Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa
guru dan karyawan di SMK Negeri 3 Jombang relative
banyak, akan tetapi dilihat dari jenjeng pendidikan
terakhir sebagian besar baru mencapai strata S.1.
Dengan demikian kualitas para guru rata-rata dengan
sekolah lain baik SMU, SMP, bahkan SD di kabupaten
Jombang. Hal ini menyebabkan kualitas guru masih
rendah . Sebab tingkat pendidikan termasuk tolok ukur
kinerja guru. Sedangkan yang telah menempuh
pascasarjana relative masih sedikit.
Denga demikian di SMK Negeri 3 Jombang tidak hanya
membutuhkan motivasi yang tinggi dari para guru,
tetapi juga diperlukan kesempatan mengikuti pelatihan-
pelatihan yang relevan, dan juga diperlukan gaya
kepemimpinan yang dapat menciptakan etos kerja yang
tinggi, sehingga kinerja guru dan karyawan juga
meningkat
124
Agar gambaran tentang SMK Negeri 3 Jombang lebih
jelas, beikut juga disajikan data jumlah siswa SMK
Negeri 3 Jombang selama 3 tahun terakhir.
Tabel 2 : Keadaan siswa SMKN 3 Jombang
No
Program keahlianTahun Pembelajaran
2007/2008
2008/2009
2009/2010
L P L P L PBBt (bangunan beton)
101 105 108
GB (gambar bangunan)
102 3 104 3 106 4
SP (surve pemetaan)
95 1 96 1 99 3
KKy (Kontruksi kayu)
96 1 98 1 103 2
AV (audio video) 105 2 106 2 107 1EI (elektronika industri)
105 2 104 2 106 1
PfL (Pemanfaatan listrik)
315 2 318 3 314 5
TKJ (teknik kompjaringan)
102 3 105 3 106 3
TPm (teknik pemesinan)
146 2 146 2 230 2
MO (Mesin otomotif)
107 1 107 1 105 2
1274
17 1289
18 1384
23
5.1.2 Deskripsi Hasil Penelitian
125
Deskripsi dari masing-masing variabel dalam
penelitian ini mencakup motivasi, diklat, kepemimpinan
dan kinerja tenaga pendidik di SMK 02 YP 17 Lumajang
dapat diketahui dari analisis deskriptif persentase
sebagai berikut :
5.1.2.1 Variabel Kinerja
Variabel ini mempunyai 6 indikator yaitu kualitas
kerja, kuantitas kerja, ketepatan waktu, efektifitas,
kemandirian, dan komitemen kerja. Lebih rinci gambaran
tentang kinerja tenaga pendidik di SMK 02 YP 17
Lumajang dapat dilihat dari diskripsi tiap-tiap
indikator kinerja sebagai berikut:
1) Kualitas kerja
Tabel Distribusi Frekuensi Kualitas kerja
No Kriteria JumlahProsentase
(%)
1.
2.
3.
4.
Sangat Baik
Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
27
21
2
0
54
42
4
0
126
Jumlah 50 100
Pada tabel di atas menunjukkan bahwa kualitas kerja
di SMK 02 YP 17 Lumajang 54 % termasuk ke dalam kategori
sangat baik, 42% termasuk ke dalam kategori baik, 4%
termasuk ke dalam kategori cukup baik, 0% termasuk ke
dalam kategori tidak baik.
2) Kuantitas kerja
Tabel Distribusi Frekuensi Kuantitas kerja
No Kriteria JumlahProsentase
(%)
1.
2.
3.
4.
Sangat Baik
Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
19
23
8
0
38
46
16
0
Jumlah 50 100
Pada tabel di atas menunjukkan bahwa kuantitas kerja
di SMK 02 YP 17 Lumajang 38% termasuk ke dalam kategori
127
sangat baik, 46% termasuk ke dalam kategori baik, 16%
termasuk ke dalam kategori cukup baik, 0% termasuk ke
dalam kategori tidak baik.
3) Ketepatan waktu
Tabel Distribusi Frekuensi Ketepatan waktu
No Kriteria JumlahProsentase
(%)
1.
2.
3.
4.
Sangat Baik
Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
25
25
0
0
50
50
0
0
Jumlah 50 100
Pada tabel di atas menunjukkan bahwa ketepatan waktu
di SMK 02 YP 17 Lumajang 50 % termasuk ke dalam kategori
sangat baik, 50% termasuk ke dalam kategori baik, 0%
termasuk ke dalam kategori cukup baik, 0% termasuk ke
dalam kategori tidak baik.
4) Efektivitas
Tabel Distribusi Frekuensi Efektivitas
No Kriteria Jumlah Prosentase
128
(%)
1.
2.
3.
4.
Sangat Baik
Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
23
19
8
0
46
38
16
0
Jumlah 50 100
Pada tabel di atas menunjukkan bahwa efektivitas di
SMK 02 YP 17 Lumajang 46% termasuk ke dalam kategori
sangat baik, 38% termasuk ke dalam kategori baik, 16%
termasuk ke dalam kategori cukup baik, 0% termasuk ke
dalam kategori tidak baik.
5) Kemandirian
Tabel Distribusi Frekuensi Kemandirian
No Kriteria JumlahProsentase
(%)
1.
2.
3.
4.
Sangat Baik
Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
31
17
1
1
62
34
2
2
Jumlah 50 100
129
Pada tabel di atas menunjukkan bahwa kemandirian di
SMK 02 YP 17 Lumajang 62% termasuk ke dalam kategori
sangat baik, 34% termasuk ke dalam kategori baik, 2%
termasuk ke dalam kategori cukup baik, 2% termasuk ke
dalam kategori tidak baik.
6) Komitmen kerja
Tabel Distribusi Frekuensi Komitmen kerja
No Kriteria JumlahProsentase
(%)
1.
2.
3.
4.
Sangat Baik
Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
27
23
0
0
54
46
0
0
Jumlah 50 100
Pada tabel di atas menunjukkan bahwa komitmen kerja
di SMK 02 YP 17 Lumajang 54 % termasuk ke dalam kategori
sangat baik, 46% termasuk ke dalam kategori baik, 0%
termasuk ke dalam kategori cukup baik, 0% termasuk ke
dalam kategori tidak baik.
130
5.1.2.2 Variabel Motivasi
Variabel ini mempunyai 7 indikator yaitu tekun dan
ulet menghadapi tugas, menunjukkan minat terhadap
bermacam-macam masalah, memperoleh kesejahteraan lebih
dari penyelenggaraan program sekolah, rutin menjalin
kerjasama dengan pihak di luar sekolah, dapat
mempertahankan pendapatnya, tidak pernah mudah
melepaskan hal yang diyakini dan senang mencari solusi
permasalahan. Lebih rinci gambaran tentang motivasi di
SMK 02 YP 17 Lumajang dapat dilihat dari diskripsi
tiap-tiap indikator motivasi sebagai berikut:
1) Tekun dan ulet menghadapi tugas
Tabel Distribusi Frekuensi Tekun dan ulet menghadapi
tugas
No Kriteria JumlahProsentase
(%)
1.
2.
3.
4.
Sangat Baik
Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
23
19
6
2
46
38
12
4
131
Jumlah 50 100
Pada tabel di atas menunjukkan bahwa sikap tekun
dan ulet menghadapi tugas di SMK 02 YP 17 Lumajang 46 %
termasuk ke dalam kategori sangat baik, 38% termasuk ke
dalam kategori baik, 12% termasuk ke dalam kategori cukup
baik, 4% termasuk ke dalam kategori tidak baik.
2) Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah
Tabel Distribusi Frekuensi Menunjukkan minat terhadapbermacam-macam masalah
No Kriteria JumlahProsentase
(%)
1.
2.
3.
4.
Sangat Baik
Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
27
20
3
0
54
40
6
0
Jumlah 50 100
Pada tabel di atas menunjukkan bahwa sikap memiliki
minat terhadap bermacam-macam masalah di SMK 02 YP 17
Lumajang 54% termasuk ke dalam kategori sangat baik, 40%
termasuk ke dalam kategori baik, 6% termasuk ke dalam
132
kategori cukup baik, 0% termasuk ke dalam kategori tidak
baik.
3) Memperoleh kesejahteraan lebih dari penyelenggaraan
program sekolah
Tabel Distribusi Frekuensi Memperoleh kesejahteraanlebih dari penyelenggaraan program sekolah
No Kriteria JumlahProsentase
(%)
1.
2.
3.
4.
Sangat Baik
Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
25
16
9
0
50
32
18
0
Jumlah 50 100
Pada tabel di atas menunjukkan bahwa perolehan
kesejahteraan lebih dari penyelenggaraan program sekolah
di SMK 02 YP 17 Lumajang 50 % termasuk ke dalam kategori
sangat baik, 32% termasuk ke dalam kategori baik, 18%
termasuk ke dalam kategori cukup baik, 0% termasuk ke
dalam kategori tidak baik.
133
4) Rutin menjalin kerjasama dengan pihak di luar
sekolah
Tabel Distribusi Frekuensi Rutin menjalin kerjasamadengan pihak di luar sekolah
No Kriteria JumlahProsentase
(%)
1.
2.
3.
4.
Sangat Baik
Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
22
21
7
0
44
42
14
0
Jumlah 50 100
Pada tabel di atas menunjukkan bahwa rutinitas
menjalin kerjasama dengan pihak di luar sekolah di SMK
02 YP 17 Lumajang 44% termasuk ke dalam kategori sangat
baik, 42% termasuk ke dalam kategori baik, 14% termasuk
ke dalam kategori cukup baik, 0% termasuk ke dalam
kategori tidak baik.
5) Dapat mempertahankan pendapatnya
Tabel Distribusi Frekuensi Dapat mempertahankan
pendapatnya
134
No Kriteria JumlahProsentase
(%)
1.
2.
3.
4.
Sangat Baik
Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
12
26
12
0
24
52
24
0
Jumlah 50 100
Pada tabel di atas menunjukkan bahwa sikap mampu
mempertahankan pendapat di SMK 02 YP 17 Lumajang 24%
termasuk ke dalam kategori sangat baik, 52% termasuk ke
dalam kategori baik, 24% termasuk ke dalam kategori cukup
baik, 0% termasuk ke dalam kategori tidak baik.
6) Tidak pernah mudah melepaskan hal yang diyakini
Tabel Distribusi Frekuensi Tidak pernah mudahmelepaskan yang diyakini
No Kriteria JumlahProsentase
(%)
1.
2.
3.
Sangat Baik
Baik
Cukup Baik
19
28
3
38
56
6
135
4. Kurang Baik 0 0
Jumlah 50 100
Pada tabel di atas menunjukkan bahwa sikap tidak
pernah mudah melepaskan hal yang diyakini di SMK 02 YP
17 Lumajang 38% termasuk ke dalam kategori sangat baik,
56% termasuk ke dalam kategori baik, 6% termasuk ke dalam
kategori cukup baik, 0% termasuk ke dalam kategori tidak
baik.
7) Senang mencari solusi permasalahan
Tabel Distribusi Frekuensi Senang mencari solusipermasalahan
No Kriteria JumlahProsentase
(%)
1.
2.
3.
4.
Sangat Baik
Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
13
33
4
0
26
56
8
0
Jumlah 50 100
Pada tabel di atas menunjukkan bahwa sikap senang
mencari solusi permasalahan di SMK 02 YP 17 Lumajang 26
136
% termasuk ke dalam kategori sangat baik, 56% termasuk ke
dalam kategori baik, 8% termasuk ke dalam kategori cukup
baik, 0% termasuk ke dalam kategori tidak baik.
5.1.2.3 Variabel Diklat
Variabel ini mempunyai 5 indikator yaitu pelatihan
dalam kesempatan berprestasi, keteraturan frekuensi
promosi jabatan, kecakapan dalam pengkoordinasian
tugas-tugas professional, pengembangan pengetahuan dan
skill serta pelatihan dalam penanganan variasi tugas.
Lebih rinci gambaran tentang diklat di SMK 02 YP 17
Lumajang dapat dilihat dari diskripsi tiap-tiap
indikator diklat sebagai berikut:
1) Pelatihan dalam kesempatan berprestasi
Tabel Distribusi Frekuensi Pelatihan dalam kesempatan
berprestasi
No Kriteria JumlahProsentase
(%)
1.
2.
3.
Sangat Baik
Baik
Cukup Baik
0
19
31
0
38
62
137
4. Kurang Baik 0 0
Jumlah 50 100
Pada tabel di atas menunjukkan bahwa pelatihan
dalam kesempatan berprestasi di SMK 02 YP 17 Lumajang 0
% termasuk ke dalam kategori sangat baik, 38% termasuk ke
dalam kategori baik, 62% termasuk ke dalam kategori cukup
baik, 0% termasuk ke dalam kategori tidak baik.
2) Keteraturan frekuensi promosi jabatan
Tabel Distribusi Frekuensi Keteraturan frekuensi
promosi jabatan
No Kriteria JumlahProsentase
(%)
1.
2.
3.
4.
Sangat Baik
Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
0
9
21
20
0
18
42
40
Jumlah 50 100
Pada tabel di atas menunjukkan bahwa keteraturan
frekuensi promosi jabatan di SMK 02 YP 17 Lumajang 0%
138
termasuk ke dalam kategori sangat baik, 18% termasuk ke
dalam kategori baik, 42% termasuk ke dalam kategori cukup
baik, 40% termasuk ke dalam kategori tidak baik.
3) Kecakapan dalam pengkoordinasian tugas-tugas
profesional
Tabel Distribusi Frekuensi Kecakapan dalampengkoordinasian tugas-tugas profesional
No Kriteria JumlahProsentase
(%)
1.
2.
3.
4.
Sangat Baik
Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
0
16
14
20
0
32
28
40
Jumlah 50 100
Pada tabel di atas menunjukkan bahwa kecakapan
dalam pengkoordinasian tugas-tugas professional di SMK
02 YP 17 Lumajang 0% termasuk ke dalam kategori sangat
baik, 32% termasuk ke dalam kategori baik, 28% termasuk
ke dalam kategori cukup baik, 40% termasuk ke dalam
kategori tidak baik.
139
4) Pengembangan pengetahuan dan skill
Tabel Distribusi Frekuensi Pengembangan pengetahuan
dan skill
No Kriteria JumlahProsentase
(%)
1.
2.
3.
4.
Sangat Baik
Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
3
11
19
17
6
22
38
34
Jumlah 50 100
Pada tabel di atas menunjukkan bahwa pengembangan
pengetahuan dan skill di SMK 02 YP 17 Lumajang 6%
termasuk ke dalam kategori sangat baik, 22% termasuk ke
dalam kategori baik, 38% termasuk ke dalam kategori cukup
baik, 34% termasuk ke dalam kategori tidak baik.
5) Pelatihan dalam penanganan variasi tugas
Tabel Distribusi Frekuensi Pelatihan dalam penanganan
variasi tugas
No Kriteria Jumlah Prosentase
140
(%)
1.
2.
3.
4.
Sangat Baik
Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
0
7
21
22
0
14
42
44
Jumlah 50 100
Pada tabel di atas menunjukkan bahwa pelatihan
dalam penanganan variasi tugas di SMK 02 YP 17 Lumajang
0% termasuk ke dalam kategori sangat baik, 14% termasuk
ke dalam kategori baik, 42% termasuk ke dalam kategori
cukup baik, 44% termasuk ke dalam kategori tidak baik.
5.1.2.3 Variabel Kepemimpinan
Variabel ini mempunyai 5 indikator yaitu
kepribadian, pengetahuan terhadap tenaga kependidikan,
pengetahuan terhadap visi dan misi sekolah, kemampuan
mengambil keputusan serta kemampuan berkomunikasi dan
bersosialisasi. Lebih rinci gambaran tentang
kepemimpinan di SMK 02 YP 17 Lumajang dapat dilihat
dari diskripsi tiap-tiap indikator kepemimpinan sebagai
berikut:
141
1) Kepribadian
Tabel Distribusi Frekuensi Kepribadian
No Kriteria JumlahProsentase
(%)
1.
2.
3.
4.
Sangat Baik
Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
21
19
10
0
42
38
20
0
Jumlah 50 100
Pada tabel di atas menunjukkan bahwa kepribadian di
SMK 02 YP 17 Lumajang 42 % termasuk ke dalam kategori
sangat baik, 38% termasuk ke dalam kategori baik, 20%
termasuk ke dalam kategori cukup baik, 0% termasuk ke
dalam kategori tidak baik.
2) Pengetahuan terhadap tenaga kependidikan
Tabel Distribusi Frekuensi Pengetahuan terhadap
tenaga kependidikan
No Kriteria JumlahProsentase
(%)
142
1.
2.
3.
4.
Sangat Baik
Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
14
23
13
0
28
46
26
0
Jumlah 50 100
Pada tabel di atas menunjukkan bahwa keteraturan
frekuensi promosi jabatan di SMK 02 YP 17 Lumajang 28%
termasuk ke dalam kategori sangat baik, 46% termasuk ke
dalam kategori baik, 26% termasuk ke dalam kategori cukup
baik, 0% termasuk ke dalam kategori tidak baik.
3) Pengetahuan terhadap visi dan misi sekolah
Tabel Distribusi Frekuensi Pengetahuan terhadap visi
dan misi sekolah
No Kriteria JumlahProsentase
(%)
1.
2.
3.
4.
Sangat Baik
Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
19
17
14
0
38
34
28
0
Jumlah 50 100
143
Pada tabel di atas menunjukkan bahwa pengetahuan
terhadap visi dan misi sekolah di SMK 02 YP 17 Lumajang
38% termasuk ke dalam kategori sangat baik, 34% termasuk
ke dalam kategori baik, 28% termasuk ke dalam kategori
cukup baik, 0% termasuk ke dalam kategori tidak baik.
4) Kemampuan mengambil keputusan
Tabel Distribusi Frekuensi Kemampuan mengambil
keputusan
No Kriteria JumlahProsentase
(%)
1.
2.
3.
4.
Sangat Baik
Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
20
20
10
0
40
40
20
0
Jumlah 50 100
Pada tabel di atas menunjukkan bahwa kemampuan
mengambil keputusan di SMK 02 YP 17 Lumajang 40%
termasuk ke dalam kategori sangat baik, 40% termasuk ke
144
dalam kategori baik, 20% termasuk ke dalam kategori cukup
baik, 0% termasuk ke dalam kategori tidak baik.
5) Kemampuan berkomunikasi dan bersosialisasi
Tabel Distribusi Frekuensi Kemampuan berkomunikasi dan
bersosialisasi
No Kriteria JumlahProsentase
(%)
1.
2.
3.
4.
Sangat Baik
Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
26
21
3
0
52
42
6
0
Jumlah 50 100
Pada tabel di atas menunjukkan bahwa kemampuan
berkomunikasi dan bersosialisasi di SMK 02 YP 17
Lumajang 52% termasuk ke dalam kategori sangat baik, 42%
termasuk ke dalam kategori baik, 6% termasuk ke dalam
kategori cukup baik, 0% termasuk ke dalam kategori tidak
baik.
5.1.3 Uji Hipotesis
145
Coefficientsa
12.892 2.095 6.153 .000.210 .061 .243 3.409 .001 .800 .449 .163 .451 2.219.285 .108 .361 2.649 .011 .914 .364 .127 .123 8.109.294 .100 .403 2.934 .005 .918 .397 .140 .121 8.262
(Constant)motivasidiklatkepemimpinan
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig. Zero-order Partial PartCorrelations
Tolerance VIFCollinearity Statistics
Dependent Variable: ya.
5.1.3.1 Persamaan Regresi Linear Ganda
Pada pengujian dengan menggunakan persamaan
regresi linier ganda digunakan untuk mengukur pengaruh
dan masing-masing variabel bebas yang terdiri dari
Motivasi (X1), Diklat (X2), dan Kepemimpinan (X3)
terhadap variabel terikatnya yaitu Kinerja Tenaga
Pendidik yang berdasarkan hasil perhitungan dengan
menggunakan SPSS 13.0 for Windows diperoleh model
sebagai berikut:
Dari hasil diatas menunjukkan bahwa persamaan
regresi ganda yang diperoleh dari hasil analisis yaitu
.
Persamaan regresi tersebut mempunyai makna sebagai
berikut :
146
Dalam persamaan regresi tersebut menunjukkan bahwa
harga b1= 0,210 dan b2 = 0,285 dan b3= 0,294 bertanda
positif dengan demikian terdapat hubungan yang positif
antara Motivasi (X1), Diklat (X2) dan Kepemimpinan (X3)
terhadap Kinerja Tenaga Pendidik (Y). Dengan kata lain,
maka dari persamaan diatas dapat diartikan sebagai
berikut :
1) Konstanta sebesar 12,892 menyatakan bahwa besarnya
Kinerja adalah 12,892 dengan asumsi bahwa Motivasi,
Diklat dan Kepemimpinan bernilai konstan (tidak
dilakukan).
2) Koefisien Regresi X1 sebesar 0,210 menyatakan
bahwa setiap penambahan satu satuan Motivasi Kerja
akan meningkatkan Kinerja sebesar 0,210.
3) Koefisien Regresi X2 sebesar 0,285 menyatakan bahwa
setiap penambahan satu satuan Diklat akan
meningkatkan Kinerja sebesar 0,285.
4) Koefisien Regresi X3 sebesar 0,294 menyatakan
bahwa setiap penambahan satu satuan Kepemimpinan
akan meningkatkan Kinerja sebesar 0,294.
147
Coefficientsa
12.892 2.095 6.153 .000.210 .061 .243 3.409 .001 .800 .449 .163 .451 2.219.285 .108 .361 2.649 .011 .914 .364 .127 .123 8.109.294 .100 .403 2.934 .005 .918 .397 .140 .121 8.262
(Constant)motivasidiklatkepemimpinan
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig. Zero-order Partial PartCorrelations
Tolerance VIFCollinearity Statistics
Dependent Variable: ya.
5) Koefisien Regresi Motivasi sebesar 0,210
menunjukkan perubahan untuk Kinerja apabila Diklat
dan Kepemimpinan dianggap konstan.
6) Koefisien Regresi Diklat sebesar 0,285 menunjukkan
perubahan untuk Kinerja apabila Motivasi dan
Kepemimpinan dianggap konstan.
7) Koefisien Regresi Kepemimpinan sebesar 0,294
menunjukkan perubahan untuk Kinerja apabila
Motivasi dan Diklat dianggap konstan.
8) Koefisien Motivasi, Diklat dan Kepemimpinan
dinamakan koefisien regresi.
Dalam rangka rangka pengujian hipotesis yang telah
diajukan dilakukan dengan menggunakan alat uji
statistik yaitu uji t dan uji F.
5.1.3.1.1 Uji Parsial (Uji t)
Pengujian parsial digunakan untuk mengetahui ada
tidaknya pengaruh yang signifikan Motivasi terhadap
Kinerja Tenaga Pendidik, pengaruh Diklat terhadap
Kinerja Tenaga Pendidik dan pengaruh Kepemimpinan
terhadap Kinerja Tenaga Pendidik. Uji parsial ini
148
menggunakan t-test, dengan kriteria Ho ditolak apabila
nilai pvalue < 0,05. hasil uji parsial dapat dilihat
dari output SPSS 13.0 for Windows berikut.
1) Uji Parsial Motivasi terhadap Kinerja Tenaga
Pendidik
Ho : 1=0, berarti variabel bebas motivasi (X1), tidak
berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat
yaitu kinerja Tenaga Pendidik SMK 02 YP 17
Lumajang (Y ).
H1 : 1≠0, berarti variabel bebas motivasi (X1),
berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat
yaitu kinerja Tenaga Pendidik SMK 02 YP 17
Lumajang (Y ).
n = 50
149
df = n – k – 1 = 50 – 3 – 1 = 47
= 0,05
Nilai t-tabel = 2,01.
Adapun kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut :
Ho ditolak bila nilai t-hit > nilai t-tabel
Ho diterima bila nilai t-hit < nilai t-tabel
Uji Parsial Variabel Motivasi terlihat pada hasil uji
parsial di atas, diperoleh koefisien regresi sebesar
0,210 yang diuji keberartiannya dengan uji t diperoleh
thitung = 3,409 > ttabel=2,01 dengan harga signifikansi =
0,001 dan karena nilai signifikansi 0,000< 0,05 dapat
disimpulkan H1 diterima dan Ho ditolak, yang berarti ada
pengaruh yang signifikan antara motivasi terhadap
kinerja tenaga pendidik. Besarnya konstribusi motivasi
terhadap kinerja sebesar .
2) Uji Parsial Diklat terhadap Kinerja Tenaga Pendidik
150
Ho : 2=0, berarti variabel bebas diklat (X2), tidak
berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat
yaitu kinerja Tenaga Pendidik SMK 02 YP 17
Lumajang (Y ).
H1 : 2≠0, berarti variabel bebas diklat (X2),
berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat
yaitu kinerja Tenaga Pendidik SMK 02 YP 17
Lumajang (Y ).
n = 50
df = n – k – 1 = 50 – 3 – 1 = 47
= 0,05
Nilai t-tabel = 2,01.
Adapun kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut :
Ho ditolak bila nilai t-hit > nilai t-tabel
Ho diterima bila nilai t-hit < nilai t-tabel
Uji Parsial Variabel Diklat terlihat pada hasil uji
parsial di atas, diperoleh koefisien regresi sebesar
0,285 yang diuji keberartiannya dengan uji t diperoleh
thitung = 2,649 > ttabel=2,01 dengan harga signifikansi =
0,011 dan karena nilai signifikansi 0,011 < 0,05 dapat
151
disimpulkan H1 diterima dan Ho, yang berarti ada
pengaruh yang signifikan antara diklat terhadap kinerja
tenaga pendidik. Besarnya konstribusi diklat terhadap
kinerja sebesar %25,13%100)364,0( 2 x .
3) Uji Parsial Kepemimpinan terhadap Kinerja Tenaga
Pendidik
Ho : 3=0, berarti variabel bebas kepemimpinan (X3),
tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel
terikat yaitu kinerja Tenaga Pendidik SMK 02 YP 17
Lumajang (Y ).
H1 : 3≠0, berarti variabel bebas kepemimpinan (X3),
berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat
yaitu kinerja Tenaga Pendidik SMK 02 YP 17
Lumajang (Y ).
n = 50
df = n – k – 1 = 50 – 3 – 1 = 47
= 0,05
Nilai t-tabel = 2,01.
Adapun kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut :
Ho ditolak bila nilai t-hit > nilai t-tabel
152
Model Summaryb
.946a .895 .888 1.250 .895 130.324 3 46 .000 2.368Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
R SquareChange F Change df1 df2 Sig. F Change
Change StatisticsDurbin-Watson
Predictors: (Constant), kepemimpinan, motivasi, diklata. Dependent Variable: yb.
Ho diterima bila nilai t-hit < nilai t-tabel
Uji Parsial Variabel Kepemimpinan terlihat pada hasil
uji parsial di atas, diperoleh koefisien regresi
sebesar 0,294 yang diuji keberartiannya dengan uji t
diperoleh thitung = 2,934 > ttabel=2,01 dengan harga
signifikansi = 0,005 dan karena nilai signifikansi
0,005 < 0,05 dapat disimpulkan H1 diterima dan Ho
ditolak, yang berarti ada pengaruh yang signifikan
antara kepemimpinan terhadap kinerja tenaga pendidik.
Besarnya konstribusi kepemimpinan terhadap kinerja
sebesar .
5.1.3.1.2 Uji Simultan (Uji F)
Uji Simultan Model regresi tersebut secara
simultan diuji keberartiannya menggunakan uji F. Uji
ini bertujuan untuk menguji apakah ada pengaruh yang
nyata secara bersama-sama antara motivasi, diklat dan
kepemimpinan terhadap kinerja tenaga pendidik.
153
Terlihat pada tabel di atas, nilai Fhitung = 130,324 >
Ftabel = 2,81 dengan harga signifikansi = 0,000 < 0,05,
sehingga Ho ditolak yang berarti ada pengaruh yang
signifikan motivasi, diklat dan kepemimpinan terhadap
kinerja.
5.1.3.1.3 Koefisien Determinasi
Besarnya pengaruh motivasi, diklat dan
kepemimpinan terhadap kinerja dapat diketahui dari
harga koefisien determinasi simultan (R2). Berdasarkan
hasil analisis pada tabel diperoleh harga R2 sebesar
0,895. Dengan demikian menunjukkan bahwa Motivasi,
Diklat dan Kepemimpinan secara bersama-sama
mempengaruhi Kinerja Guru sebesar 89,5% dan sisanya
10,5% dari kinerja tenaga pendidik dipengaruhi oleh
faktor lain yang tidak dikaji dalam penelitian ini.
Besarnya pengaruh masing-masing variabel bebas
154
terhadap variabel terikat dapat diketahui dari besarnya
koefisien determinasi secara parsial (r2) dari masing-
masing variabel tersebut. Dengan demikian besarnya
pengaruh motivasi terhadap kinerja guru adalah 20,16%,
pengaruh diklat terhadap kinerja adalah 13,25% dan
pengaruh kepemimpinan terhadap kinerja adalah 15,76%..
Hal ini berarti bahwa variabel motivasi memberikan
pengaruh yang lebih besar terhadap kinerja dibandingkan
dengan diklat maupun kepemimpinan. Dari hasil tersebut
diketahui pula bahwa selain motivasi, diklat dan
kepemimpinan, kinerja guru juga dipengaruhi oleh faktor
lain
5.1.3.2 Uji Asumsi Klasik
5.1.3.2.1 Normalitas
Uji normalitas untuk menguji apakah dalam model
regesi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya
mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi
yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau
mendekati normal. Jika distribusi data adalah normal
maka garis garis yang menggambarkan data sesungguhnya
155
akan mengikuti garis diagonalnya. Hasil pengolahan SPSS
13.0 for Windows yang menunjukkan grafis dari Normal
Probability Plot adalah sebagai berikut :
1.00.80.60.40.20.0
Observed Cum Prob
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
Expe
cted C
um Pr
ob
Dependent Variable: y
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dengan melihat tampilan grafik Normal Probility Plot dapat
diketahui bahwa titik-titik residual menyebar di
sepanjang garis dengan kemiringan dan penyebarannya
mengikuti arah garis diagonal. Jadi grafik ini
menunjukkan bahwa model regresi pada penelitian ini
layak dipakai karena memenuhi asumsi normalitas atau
berdistribusi normal.
5.1.3.2.2 Multikolinieritas
156
Coefficientsa
12.892 2.095 6.153 .000.210 .061 .243 3.409 .001 .800 .449 .163 .451 2.219.285 .108 .361 2.649 .011 .914 .364 .127 .123 8.109.294 .100 .403 2.934 .005 .918 .397 .140 .121 8.262
(Constant)motivasidiklatkepemimpinan
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig. Zero-order Partial PartCorrelations
Tolerance VIFCollinearity Statistics
Dependent Variable: ya.
Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguki
apakah model regresi pada penelitian ini ditemukan
adanya korelasi diantara variabel bebasnya. Model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi
diantara variabel bebas.
Multikolinieritas tersebut dapat dilihat dari nilai
toleransi dan nilai VIF yang diperolehnya. Jika nilai
toleransi yang diperoleh lebih dari 0,10 dan VIF kurang
dari 10 maka dapat dikatakan bahwa persamaan suatu
model penelitian tidak menunjukkan gejala
multikolinieritas.
Nilai toleransi dan VIF yang diperoleh untuk model
penelitian adalah sebagai berikut :
Dari tabel hasil output di atas dapat diketahui bahwa
nilai-nilai toleransi yang diperoleh dari motivasi
157
adalah 0,451, diklat adalah 0,123 dan kepemimpinan
adalah 0,121 yang artinya lebih besar dari 0,10.
Sedangkan nilai VIF dari motivasi adalah 2,219, diklat
adalah 8,109 dan kepemimpinan adalah 8,262 yang artinya
kurang dari 10, sehingga disimpulkan bahwa dalam model
tidak adanya gejala multikolinieritas.
5.1.3.2.3 Heteroskedastisitas
Uji model regresi selain harus berdistribusi
normal dan tidak mengandung multikolinieritas juga
harus memenuhi syarat tidak adanya heteroskedastisitas.
Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan SPSS 13.0 for
Windows dengan hasil sebagai berikut :
Scatterplot Dependent Variable: Kinerja Guru ScatterplotDependent Variable: Penjualan
Regression Standardized Predicted Value
1,51,0,50,0-,5-1,0-1,5-2,0
Regression Studentized Residual
3
2
1
0
-1
-2
-3
158
Dependent Variabel: Kinerja
Model Summaryb
.946a .895 .888 1.250 .895 130.324 3 46 .000 2.368Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
R SquareChange F Change df1 df2 Sig. F Change
Change StatisticsDurbin-Watson
Predictors: (Constant), kepemimpinan, motivasi, diklata. Dependent Variable: yb.
Gambar Uji Heteroskedastisitas
Dari gambar scatterplots diatas, terlihat bahwa titik
menyebar secara acak serta tersebar baik diatas maupun
dibawah angka 0 pada sumbu Y. hal ini dapat disimpulkan
bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model
regresi, sehingga model regresi layak digunakan.
5.1.3.2.4 Autokorelasi
Pengujian autokorelasi bertujuan menguji apakah
dalam sebuah model regresi linier ada korelasi antar
residual pada periode t dengan kesalahan pada periode
t-1 (sebelumnya). Pendeteksian autokorelasi dapat
dilakukan dengan menggunakan metode statistik dari
Durbin-Watson (Uji DW) dengan output SPSS 13.0 for
Windows berikut:
159
Dari output di atas diketahui nilai Durbin Watsonnya
adalah 2.368 yang artinya nilai Durbin-Watson berada
diantara 1,55 sd 2,45 sehingga model dinyatakan tidak
mengandung autokorelasi.
160
BAB VI
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil pengujian
hipotesis serta pengaruh antar variabel yang merupakan
inti dalam penelitian ini.
6.1. Pengaruh Variabel Motivasi (X1) Diklat (X2), dan
Kepemimpinan (X3) terhadap Kinerja tenaga
pendidik (Y)
Nilai koefisien regresi dari variabel motivasi
(X1) adalah 0,210 sedangkan untuk pengujian variabel
motivasi (X1) diperoleh nilai t-hitung 3,409 dan t-
tabel 2,01, perihal ini menginformasikan bahwa motivasi
mempunyai pengaruh yang erat atau signifikan. Pengaruh
antara variabel motivasi dengan kinerja tenaga pendidik
adalah positif dan searah. Koefisien regresi sebesar
0,210 menunjukkan bahwa apabila variabel motivasi
ditingkatkan sebesar satu satuan atau 100 % maka akan
menyebabkan peningkatan nilai dari variabel terikat
yaitu kinerja tenaga pendidik di SMK 02 YP 17 Lumajang
162
(y) sebesar 0,210 satuan atau 21%. Atau apabila ada
penurunan motivasi sebesar satu satuan atau 100% maka
akan menyebabkan penurunan nilai dari variabel terikat
yaitu kinerja tenaga pendidik di SMK 02 YP 17 Lumajang
(y) sebesar 0,210 satuan atau 21% dengan asumsi bahwa
nilai dari variabel bebas yaitu variabel diklat (X2)
dan variabel gaya kepemimpinan (X3) adalah konstan atau
nol. Adapun konstribusi variabel motivasi terhadap
kinerja adalah sebesar 20,16%.
Hal ini menunjukkan bahwa motivasi merupakan
variabel yang penting diperhatikan oleh manajemen SMK
02 YP 17 Lumajang. Relevansi hasil penelitian ini
adalah ketika seorang guru (bawahan) diberi atau
ditingkatkan motivasinya maka kinerjanya juga akan
meningkat.
Bila kita lihat nilai koefisien regresi
motivasi, hasilnya cukup tinggi, maka hal ini sesuai
dengan terori yang dikemukakan oleh Antony (1993)
yaitu bahwa motivasi adalah sesuatu yang membuat orang
bertindak atau berperilaku dalam cara-cara tertentu.
163
Sebab manusia mempunyai kebutuhan dasar yang harus
terpenuhi yaitu kebutuhan fisiologis, keamanan, sosial,
penghargaan, dan aktualisasi.
Nilai koefisien regresi dari variabel diklat
(X2) adalah 0,285 sedangkan untuk pengujian variabel
diklat (X2) diperoleh nilai t-hitung 2,649 dan t-tabel
2,01, perihal ini menginformasikan bahwa diklat
mempunyai pengaruh yang erat atau signifikan. Pengaruh
antara variabel diklat dengan kinerja tenaga pendidik
adalah positif dan searah. Koefisien regresi sebesar
0,285 menunjukkan bahwa apabila variabel diklat
ditingkatkan sebesar satu satuan atau 100 % maka akan
menyebabkan peningkatan nilai dari variabel terikat
yaitu kinerja tenaga pendidik di SMK 02 YP 17 Lumajang
(y) sebesar 0,285 satuan atau 28,5%. Atau apabila ada
penurunan pelatihan sebesar satu satuan atau 100% maka
akan menyebabkan penurunan nilai dari variabel terikat
yaitu kinerja tenaga pendidik di SMK 02 YP 17 Lumajang
(y) sebesar 0,285 satuan atau 28,5% dengan asumsi bahwa
nilai dari variabel bebas yaitu bariabel motivasi (X1)
164
dan variabel gaya kepemimpinan (X3) adalah konstan atau
nol. Adapun konstribusi variabel diklat terhadap
kinerja adalah sebesar 13,25%.
Dari hasil diklat, maka dapat dipastikan tenaga
pendidik akan lebih trampil dalam bekerja. Mereka akan
lebih menguasai pekerjaannya sehingga tingkat
kesalahannya menjadi lebih kecil. Dengan demikian, maka
efektifitas pekerjaannya meningkat dan secara tidak
langsung kinerjanya juga meningkat. Semakin sering
seorang tenaga pendidik melakukan diklat, maka semakin
trampil guru karyawan tersebut dan kinerjanya
dipastikan semakin tinggi.
Meskipun koefisien regresinya tidak begitu besar
(hanya 0,285), tetapi temuan ini bisa menjadi masukan
berharga bagi manajemen SMK 02 YP 17 Lumajang agar
lebih intensif lagi mengembangkan kemampuan gurunya,
mengingat kemajuan informasi dan tehnologi saat ini
semakin pesat. Dengan mengikuti perkembangan informasi
dan tehnologi yang disesuaikan dengan ketrampilan guru,
maka secara tidak langsung juga akan meningkatkan
165
kinerja guru SMK 02 YP 17 Lumajang. Hal tersebut
disebakan para guru akan semakin sering belajar dari
pengalaman orang lain bagaimana bekerja lebih efektif
dan efisien, sehingga guru tersebut bisa memperkecil
kesalahan yang mungkin dilakukan.
Hasil temuan penelitian ini juga sejalan dengan
pendapat Handoko (2003) yang menganalisis keterkaitan
antara pelatihan dengan kinerja karyawan. Hasil
penelitian Handoko ini menyatakan bahwa pelatihan
sangat mempengaruhi kinerja karyawan, karena mampu
meningkatkan kualitas dan kecepatan karyawan dalam
melakukan tugas serta tanggungjawabnya. Hasil temuan
Handoko ini makin memperkuat temuan penelitian ini,
sehingga bisa dipakai sebagai referensi SMK 02 YP 17
Lumajang untuk lebih meningkatkan kinerja gurunya
melalui media pelatihan.
Nilai koefisien regresi dari variabel
kepemimpinan (X3) adalah 0,294 sedangkan untuk
pengujian variabel kepemimpinan (X3) diperoleh nilai t-
hitung 2,934 dan t-tabel 2,01, perihal ini
166
menginformasikan bahwa kepemimpinan mempunyai
pengaruh yang erat atau signifikan. Pengaruh antara
variabel kepemimpinan dengan kinerja tenaga pendidik
adalah positif dan searah. Koefisien regresi sebesar
0,294 menunjukkan bahwa apabila variabel kepemimpinan
ditingkatkan sebesar satu satuan atau 100 % maka akan
menyebabkan peningkatan nilai dari variabel terikat
yaitu kinerja tenaga pendidik di SMK 02 YP 17 Lumajang
(y) sebesar 0,294 satuan atau 29,4%. Atau apabila ada
penurunan kepemimpinan sebesar satu satuan atau 100%
maka akan menyebabkan penurunan nilai dari variabel
terikat yaitu kinerja tenaga pendidik di di SMK 02 YP
17 Lumajang (y) sebesar 0,294 satuan dengan asumsi
bahwa nilai dari variabel bebas yaitu bariabel
motivasi (X1) dan variabel diklat (X2) adalah konstan
atau nol. Adapun konstribusi variabel kepemimpinan
terhadap kinerja adalah sebesar 15,76%.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa
kepemimpinan merupakan variabel yang penting
diperhatikan oleh kepala sekolah atau pihak terkait di
167
SMK 02 YP 17 Lumajang. Dari hasil penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa ketika seorang kepala sekolah
sebagai pemimpin dapat mengembangkan kepemimpinan
sekolah sesuai dengan kebutuhan, maka kinerja tenaga
pendidik juga akan meningkat.
Bila kita lihat nilai koefisien regresi
kepemimpinan yang signifikan, maka hal ini sesuai
dengan terori yang dikemukakan John M. Ivancevich
(1999) yaitu bahwa kepemimpinan merupakan suatu
proses mempengaruhi orang lain baik individu maupun
grup untuk mencapai tujuan bersama yang telah
ditentukan.
Seorang pempimpin dikatakan berhasil apabila
mampu mengajak bawahan untuk bekerja sama dalam
mencapai tujuan dengan memanfaatkan situasi yang ada.
Aspek penting dalam kepemimpinan adalah pemimpin,
bawahan, dan situasi.
Dari hasil penghitungan dengan memakai Uji F
diperoleh nilai F-hitung adalah sebesar 130,324
sedangkan nilai F-tabel 2,81 yang berarti bahwa
168
secara bersama variabel bebas yang terdiri dari
motivasi (X1), diklat (X2) dan kepemimpinan (X3) secara
bersama berpengaruh signifikan terhadap variabel
terikat yaitu kinerja tenaga pendidik.
Kinerja seorang tenaga pendidik merupakan tolok
ukur paling sederhana yang bisa dilakukan manajemen SMK
02 YP 17 Lumajang. Tidak mungkin seorang tenaga
pendidik mempunyai kinerja tinggi tanpa adanya
motivasi tinggi.
Tenaga pendidik dengan kemampuan dan ketrampilan
kerja yang tinggi merupakan jaminan bahwa guru tersebut
akan mampu melakukan semua pekerjaan yang dibebankan
padanya. Oleh karena itu diklat harus diberikan secara
berkala kepada semua tenaga pendidik. Dengan diklat dan
kepemimpinan yang baik, tenaga pendidik akan selalu
mendapatkan penyegaran dan memperoleh ilmu baru. Sebab
pengetahuan dan teknologi semakin hari semakin
berkembang dan menuntut mereka selalu mengembangkan
diri.
169
Oleh karena itulah, seharusnya dalam perekrutan
seorang tenaga pendidik, manajemen SMK 02 YP 17
Lumajang harus benar-benar tahu tingkat motivasi,
kemampuan dan kepemimpinan yang ada di sekolah tenaga
pendidik tersebut berada. Apakah ia benar-benar
mempunyai motivasi tinggi ,ketrampilan tinggi dalam
melaksanakan pekerjaannya di sekolah. Selain itu,
penempatan tenaga pendidik pada posisi yang tepat
merupakan faktor penting dalam meningkatkan kinerja
tenaga pendidik SMK 02 YP 17 Lumajang.
6.2. Besarnya (Tingkat Konstribusi) Pengaruh Variabel
Motivasi (X1), Diklat (X2), dan Kepemimpinan (X3)
terhadap Kinerja tenaga pendidik (Y)
Dibandingkan dengan variabel lain maka variabel
motivasi (X1) paling besar kontribusinya terhadap
kinerja tenaga pendidik (y) yaitu sebesar 20,16%
dibanding variabel diklat (13,25%) dan variabel
kepemimpinan (15,76%). Hal ini menunjukkan bahwa tenaga
pendidik SMK 02 YP 17 Lumajang benar-benar harus selalu
diberi motivasi tinggi, serta diberi diklat secara
170
berkala agar betul-betul memiliki kompetensi yang
selalu berkembang sesuai tuntutan jaman. Hasil
penelitian ini juga membuktikan bahwa motivasi kerja
merupakan dasar tenaga pendidik memiliki kinerja yang
tinggi khususnya di SMK 02 YP 17 Lumajang.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang
dikemukakan oleh Handoko (1993: 252) bahwa motivasi
adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong
keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan
tertentu guna mencapai tujuan
Dengan demikian teori Amstrong ini berlaku pada
SMK 02 YP 17 Lumajang, mengingat variabel motivasi
sangat dominan mempengaruhi terhadap kinerja guru dan
karyawan, sehingga bisa dipakai sebagai tolok ukur
kinerja guru yang bersangkutan. Hasil temuan ini bias
menjadi masukan bagi pengambil kebijakan (kepala
sekolah dan Dinas Pendidikan) dalam upaya meningkatkan
kualitas sumberdaya guru khususnya di SMK 02 YP 17
Lumajang.
171
Hasil ini sangat baik untuk iimplementasikan
mengingat semua guru SMK 02 YP 17 Lumajang menginginkan
kinerjanya meningkat yang pada gilirannya karirnya
meningkat. Karena itu, bila seorang tenaga pendidik
mempunyai jenjang karir yang jelas, maka motivasi
mereka akan terdongkrak. Seorang tenaga pendidik akan
bekerja sepenuh hati demi untuk mendapatkan karir dan
posisi yang lebih baik di instansi tempatnya bekerja.
Begitu pula dengan guru SMK 02 YP 17 Lumajang, motivasi
akibat pengembangan karir yang akan mereka dapatkan
nanti, akan mampu meningkatkan kinerja mereka dari
waktu ke waktu. Hasil analisis pengaruh variabel
motivasi terhadap kinerja tenaga pendidik, setidaknya
bisa memberikan masukan pada manajemen sekolah agar
lebih banyak lagi memberikan motivasi kepada gurunya
melalui peningkatan karir yang jelas, sesuai dengan
prestasi kerja guru. Bila sudah demikkian diharapkan
kinerja guru juga akan terjaga.
6.3. Implikasi Teoritis
172
Hasil penelitian ini diharap dapat memberikan
sumbangsih dalam pengembangan teori yang berkaitan
dengan pengaruh motivasi, pelatihan dan gaya
kepemimpinan terhadap kinerja guru di SMK 02 YP 17
Lumajang. Temuan penelitian ini mengkonfirmasikan apa
yang ditemukan Didik (2000) yang mengatakan bahwa
kinerja guru di sebuah organisasi pendidikan , sangat
dipengaruhi oleh motivasi, pelatihan, gaya kepemimpinan
.
Hasil penelitian ini secara keseluruhan bisa
diartikan sebagai berikut : motivasi, diklat, dan
kepemimpinan berpengaruh signifikan positif terhadap
kinerja guru dan karyawan di SMK 02 YP 17 Lumajang.
Karena itu, bila pemerintah melalui dinas pendidikan
Jombang, bila ingin meningkatkan kinerja para guru,
sebaiknya memfokuskan pembinaan para guru dengan lebih
menitik beratkan pada pemberihan motivasi dengan
berbagai jalan, dan meningkatkan kemampuan kerja dengan
diklat, dan menciptakan kondisi kerja yang kondusif
173
dengan kepemimpinan yang baik, karena sudah dibuktikan
secara teoritis dalam penelitian ini.
6.4. Implikasi praktis
Dikembangkannya peranan guru dari ‘pahlawan
tanpa tanda jasa’ alias Umar bakri menjadi jabatan
‘profesional’ dewasa ini adalah tantangan tersendiri
bagi para pendidik di tanah air. Mampukan para guru
mampu menjawab tantangan tersebut dengan peningkatan
kinerja mereka dalam proses belajar mengajar. Salah
satu implikasi praktis hasil penelitian ini adalah
bahwa para guru mengharapkan adanya peningkatan
kinerja, dengan pengembangan motivasi serta diklat
kerja dan kepemimpinan.
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa
para tenaga pendidik akan semakin termotivasi dalam
bekerja untuk meningkatkan kinerjanya bila mereka
diberi motivasi untuk meningkatkan kemampuannya,
diberikan diklat khusus serta diberikan serta
diciptakan suasana kerja yang kondusif dengan
kepemimpinan kepala sekolah yang sesuai. Dengan
174
demikian, mereka akan lebih berkonsentrasi dalam
melaksanakan kewajibannya dalam proses belajar
mengajar.
6.5. Keterbatasan penelitian
Dalam penelitian ini, disadari bahwa hasi ini
masih banyak memiliki keterbatasan dan kekurangan,
sehingga perlu ditindaklanjuti oleh peneliti
selanjutnya. Keterbatasan tersebut antara lain :
1. Hasil Penelitian ini hanya menganalisis tentang
pengaruh tiga variabel bebas saja yaitu motivasi,
diklat dan kepemimpinan terhadap kinerja tenaga
pendidik di SMK 02 YP 17 Lumajang saja, sehingga
hasil penelitian ini kurang dapat mewakili seluruh
sekolah di Indonesia yang mempunyai perbedaan budaya
dan karakteristik masyarakat, siswa maupun
lingkungan sekolah.
2. Data yang dianalisis dalam penelitian ini terbatas
pada data primer yang dibagikan dalam bentuk
quesioner kepada para guru saja, sehingga belum
dapat mencerminkan keinginan lingkungan sekolah
175
secara lebih spesifik, sehingga perlu
ditindaklanjuti oleh peneliti selanjutnya.
3. Sampel yang digunakan masih relatif sedikit dalam
penelitian ini, sehingga data yang terkumpul
kemungkinan juga hanya mewakili sebagian guru saja.
4. metodologi serta perangkat analisis yang digunakan
dalam analisis ini masih sangat terbatas, sehingga
kurang bisa mencakup sisi lain, misalnya latar
belakang, kondisi guru, sarana dan prasarana.
5. Adanya keterbatasan literatur dan jurnal tentang
penelitian ini misalnya kepemimpinan kepala sekolah
dihubungkan dengan kinerja guru yang dimiliki
peneliti, sehingga penelitian ini perlu
ditindaklanjuti oleh peneliti lainnya dengan
menambah variabel lain serta fenomena daerah lain,
yang mempunyai budaya atau kondisi masyarakat
berlainan dengan tempat penelitian ini, sehingga
dapat memperkuat hasil penelitian ini atau bahkan
membantah hasil penelitian ini.
176
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat
diambil beberapa kesimpulan, antara lain:
1) Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara
motivasi, diklat dan kepemimpinan terhadap kinerja
tenaga pendidik di SMK 02 YP 17 Lumajang, ditunjukkan
dari hasil uji F diperoleh Fhitung = 130,324 > Ftabel = 2,81
dengan signifikansi = 0,000 < 0,05. Sehingga Ho ditolak
yang berarti ada pengaruh yang signifikan antara
motivasi, diklat dan kepemimpinan terhadap kinerja
tenaga pendidik.
2) Secara bersama-sama besarnya pengaruh motivasi,
diklat dan kepemimpinan terhadap kinerja tenaga
pendidik di SMK 02 YP 17 Lumajang sebesar 66,4%
Sedangkan sisanya sebesar sebesar 89,5% dan sisanya
10,5% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dikaji
dalam penelitian ini.
177
3) Konstribusi pengaruh terbesar terhadap kinerja
tenaga pendidik ditunjukkan oleh variabel motivasi
dibandingkan dengan variabel lain yaitu 20,16%,
sedangkan variabel lain seperti variabel diklat hanya
13,25% dan variabel kepemimpinan 15,76%.
7.2 Saran
Saran yang dapat diberikan adalah:
1) Sehubungan dengan pentingnya pengaruh motivasi,
diklat dan kepemimpinan terhadap kinerja tenaga
pendidik di SMK 02 YP 17 Lumajang maka hal-hal
berkaitan dengan motivasi, diklat dan kepemimpinan
perlu lebih diperhatikan sehingga para tenaga pendidik
lebih bisa mengaktualisasikan diri semaksimal mungkin
dan mempunyai pengaruh positif terhadap kinerjanya.
2) Kinerja guru, meskipun rata-rata cukup tinggi, masih
perlu ditingkatkan. Dari beberapa cara yang perlu
dilakukan, antara lain: mengadakan diklat-diklat yang
berkaitan dengan bidang tugas para guru, untuk
meningkatkan masing-masing keahliannya; memberikan
penghargaan-penghargaan baik moril maupun materil
178
kepada guru yang terlihat memiliki kinerja yang cukup
tinggi serta kepemimpinan yang lebih profesional.
3) Hasil penelitian ini bukan hanya dimanfaatkan pada
SMK 02 YP 17 Lumajang saja, tapi perlu dilakukan
penelitian lanjutan agar dapat digeneralisasikan kepada
unit-unit kerja lain untuk meningkatkan kemampuan daya
saing (competitive), agar pada akhirnya dapat berdampak
kepada peningkatan kualitas pelayanan publik.
179
KUESIONER UNTUK GURU
PENGARUH MOTIVASI, DIKLAT DAN KEPEMIMPINANTERHADAP KINERJA TENAGA PENDIDIK DI SMK 02 YP
17 LUMAJANG
IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama
: ................................................
.....................
2. Pangkat/Golongan
: ................................................
......................
180
Petunjuk Pengisian :
1. Semua jawaban tidak ada yang benar maupun salah2. Berilah tanda silang (X) pada kolom yang merupakan jawaban atas pernyataan
3. Pendidikan Terakhir
: ................................................
.....................
4. Sekolah Tempat Tugas
1) Nama
: ................................................
..
2) Alamat Sekolah
: ................................................
......................
3) No. Telp.
Sekolah: ..............................................
........................
5. Mata Pelajaran
: ................................................
.....................
6. Beban Mengajar per Minggu : ........ jam
181
A. Kinerja Tenaga Pendidik
Petunjuk
Berikut disajikan pernyataan-pernyataan atau statemen
tentang Kinerja Tenaga Pendidik. Silahkan menyatakan
persepsi Anda tentang Kinerja Tenaga Pendidik di
sekolah tempat Anda bekerja dengan melingkari pada
kolom skala. Sejauh mana persetujuan Anda dengan
pernyataan ini?, jika Anda pilih:
1 = Sangat Baik (SB)
2 = Baik (B)
3 = Cukup Baik (CB)
4 = Kurang Baik (KB)
No
.Pernyataan
SkalaSB B CB KB1 2 3 4
1 Mempersiapkan diri sebelum
melaksanakan kegiatan mengajar
di kelas
1 2 3 4
2 Menyesuaikan program pengajaran
dengan situasi kelas1 2 3 4
3 Mengatur tata ruang kelas untuk
kenyamanan pengajaran1 2 3 4
4 Menggunakan cara berkomunikasi
antar pribadi dengan siswa
sesuai hierarki belajar
1 2 3 4
182
5 Menunjukkan penguasaan materi
pembelajaran1 2 3 4
6 Menggunakan variasi metode
dalam mengajar1 2 3 4
7 Melaksanakan pembelajaran
sesuai dengan kompetensi yang
akan dicapai
1 2 3 4
8 Menumbuhkan partisipasi aktif
siswa dalam
pembelajaran
1 2 3 4
9 Memantau kemajuan belajar siswa
selama proses pembelajaran
berlangsung
1 2 3 4
10 Menggunakan media pembelajaran
secara efektif dan efisien1 2 3 4
11 Menumbuhkan partisipasi aktif
siswa dalam pembelajaran1 2 3 4
12 Memanfaatkan media pembelajaran
dan fasilitas sekolah yang
tersedia dalam rangka proses
belajar mengajar
1 2 3 4
13 Melaksanakan pembelajaran
secara sistematis1 2 3 4
14 Memberikan latihan-latihan
lanjutan kepada siswa1 2 3 4
15 Mempunyai buku pegangan
(referensi) 1 2 3 4
183
16 Melakukan evaluasi setiap akhir
pengajaran sesuai kompetensi
secara objektif
1 2 3 4
17 Mencari peluang yang dapat
meningkatkan kinerja1 2 3 4
18 Mengaitkan materi dengan
pengetahuan lain yang relevan1 2 3 4
19 Menggairahkan suasana kelas
dengan bersikap terbuka
terhadap respon siswa
1 2 3 4
20 Berusaha mencapai hasil kerja
sesuai rencana pembelajaran
yang telah ditetapkan
1 2 3 4
184
B. Motivasi
Petunjuk
Berikut disajikan pernyataan-pernyataan atau statemen
tentang Motivasi. Silahkan menyatakan persepsi Anda
tentang Motivasi di sekolah tempat Anda bekerja dengan
melingkari pada kolom skala. Sejauh mana persetujuan
Anda dengan pernyataan ini?, jika Anda pilih:
1 = Sangat Baik (SB)
2 = Baik (B)
3 = Cukup Baik (CB)
4 = Kurang Baik (KB)
No
.Pernyataan
SkalaSB B CB KB1 2 3 4
1 Bersungguh-sungguh dalam tugas
mengajar yang dibebankan1 2 3 4
2 Keyakinan pada kemampuan diri
sendiri dalam mencapai
keberhasilan pengajaran
1 2 3 4
3 Merasa bangga menjadi seorang guru tanpamempertimbangkan pendapatan karena hanya untukpengabdian
1 2 3 4
4 Keyakinan akan persaingan yang
sehat dan fair dapat memacu
semangat kerja
1 2 3 4
185
5 Terdorong untuk melakukan
pekerjaan yang menantang dan
menjadi lebih baik
1 2 3 4
6 Bertanggungjawab terhadap
kegagalan dalam melaksanakan
tugas
1 2 3 4
7 Menghindari resiko dengan
melakukan pekerjaan secara
terencana
1 2 3 4
8 Keyakinan bahwa karir guru bukan
penghalang untuk mencapai
kualitas hidup yang baik
1 2 3 4
9 Bersedia dikritik dan
instropeksi untuk kemajuan diri1 2 3 4
10 Menjadikan tugas mengajar
sebagai suatu kewajiban semata1 2 3 4
11 Pemberian tunjangan dianggap
dapat meningkatkan semangat
kerja
1 2 3 4
12 Kemajuan karier mampu memberikan
rasa percaya diri yang tinggi1 2 3 4
13 Keinginan untuk menguasai
berbagai ketrampilan mengajar
guna menambah pengetahuan
1 2 3 4
14 Pengakuan masyarakat dapat
memacu semangat kerja1 2 3 4
15 Pemberian penghargaan dari 1 2 3 4
186
atasan dan teman sejawat atas
hasil kerja mendorong semangat
untuk terus maju16 Kemajuan yang dicapai harus atas
prestasi sendiri1 2 3 4
17 Berusaha menjadi guru
professional sesuai prosedur
yang berlaku
1 2 3 4
18 Menjalin kerjasama dengan pihak-
pihak di luar sekolah berkaitan
dengan kelancaran program-
program sekolah
1 2 3 4
19 Bekerja keras agar hasil yang
dicapai sesuai dengan target
yang diinginkan
1 2 3 4
20 Menyesal jika tugas tidak dapat
diselesaikan secara baik1 2 3 4
187
C. Diklat
Petunjuk
Berikut disajikan pernyataan-pernyataan atau statemen
tentang Diklat. Silahkan menyatakan persepsi Anda
tentang Diklat di sekolah tempat Anda bekerja dengan
melingkari pada kolom skala. Sejauh mana persetujuan
Anda dengan pernyataan ini?, jika Anda pilih:
1 = Sangat Baik (SB)
2 = Baik (B)
3 = Cukup Baik (CB)
4 = Kurang Baik (KB)
No
.Pernyataan
SkalaSB B CB KB1 2 3 4
1 Pelatihan memiliki peran penting
dalam pengembangan pengetahuan
dan ketrampilan
1 2 3 4
2 Diklat menjadi inspirasi
mengajar guru1 2 3 4
3 Hasil diklat harus
diimplementasikan dalam suasana
kerja nyata
1 2 3 4
4 Dengan diklat kesempatan guru
dalam pengembangan diri untuk
berprestasi cukup luas
1 2 3 4
5 Keikutsertaan dalam diklat 1 2 3 4
188
menunjang peluang promosi karier6 Pelatihan bermanfaat membantu
guru dalam mengkoordinasikan
tugas profesionalnya
1 2 3 4
7 Dengan diklat kemampuan dalam
penanganan tugas lebih
bervariasi
1 2 3 4
8 Pengalaman lebih terasah dengan
keikutsertaan dalam program
pelatihan
1 2 3 4
9 Berbagai organisasi profesi
dapat leluasa diikuti sebagai
hasil keikutsertaan guru dalam
diklat
1 2 3 4
10 Dengan pelatihan kegiatan
kepanitiaan dan manajemen
sekolah lebih terarah
1 2 3 4
11 Materi pelatihan dapat menunjang
kegiatan mengajar di sekolah1 2 3 4
12 Kecakapan dalam berprestasi
banyak ditunjang oleh diklat-
diklat yang diikuti guru
1 2 3 4
13 Integrasi berbagai hal dalam
pekerjaan lebih mudah dilakukan
dengan bekal pelatihan yang
diikuti
1 2 3 4
14 Diklat mewadahi guru membentuk 1 2 3 4
189
kelompok kerja dalam memecahkan
permasalahan yang berkaitan
dengan dunia kependidikan15 Dengan diklat guru lebih
memiliki intensitas pertemuan
yang tinggi untuk
bertukarpikiran
1 2 3 4
16 Secara signifikan diklat
mempengaruhi kenaikan jenjang
karier guru
1 2 3 4
17 Diklat dapat menjadi salah satu
bentuk pengawasan terhadap kerja
guru
1 2 3 4
18 Diklat dapat menjadi salah satu
bentuk evaluasi terhadap kerja
guru
1 2 3 4
19 Kesejahteraan guru dapat
ditunjang dengan pengadaan
program diklat
1 2 3 4
20 Kepuasan dapat tercapai dengan
pelaksanaan program diklat1 2 3 4
190
D. Kepemimpinan
Petunjuk
Berikut disajikan pernyataan-pernyataan atau statemen
tentang Kepemimpinan. Silahkan menyatakan persepsi Anda
tentang Kepemimpinan di sekolah tempat Anda bekerja
dengan melingkari pada kolom skala. Sejauh mana
persetujuan Anda dengan pernyataan ini?, jika Anda
pilih:
1 = Sangat Baik (SB)
2 = Baik (B)
3 = Cukup Baik (CB)
4 = Kurang Baik (KB)
No
.Pernyataan
SkalaSB B CB KB1 2 3 4
1 Kepala Sekolah meluangkan waktu
untuk mendengarkan keluhan guru1 2 3 4
2 Kepala Sekolah memberikan
pujian atas kerja keras guru 1 2 3 4
3 Setiap hari Kepala Sekolah
meninjau kebersihan lingkungan
sekolah
1 2 3 4
4 Setiap hari Kepala Sekolah
meninjau keamanan lingkungan
sekolah
1 2 3 4
5 Setiap hari Kepala Sekolah 1 2 3 4
191
meninjau ketertiban lingkungan
sekolah6 Fasilitas kerja disediakan oleh
Kepala Sekolah untuk menunjang
proses belajar mengajar
1 2 3 4
7 Kepala Sekolah memberikan
dukungan kepada guru untuk maju
melalui tugas belajar
1 2 3 4
8 Kepala Sekolah memberikan
perhatian kepada guru untuk
berkembang melalui program yang
sesuai dengan visi dan misi
sekolah
1 2 3 4
9 Kepala Sekolah bertanggung
jawab terhadap kegagalan
program sekolah
1 2 3 4
10 Kepala Sekolah bersedia
dikritik oleh bawahan (rekan
guru lainnya)
1 2 3 4
11 Kepala Sekolah mau bekerja sama
dengan guru dalam menciptakan
suasana kondusif sekolah
1 2 3 4
12 Kepala Sekolah mampu
berkomunikasi dan
bersosialisasi secara baik
dengan guru
1 2 3 4
13 Kepala Sekolah bersikap 1 2 3 4
192
akomodatif terhadap saran demi
kelancaran visi dan misi
sekolah14 Kepala Sekolah tanggap terhadap
permasalahan yang terjadi di
sekitar lingkungan sekolah
1 2 3 4
15 Kepala Sekolah memiliki program
pengembangan tugas kependidikan1 2 3 4
16 Kepala Sekolah bersikap sabar
meski berada pada kondisi
tegang
1 2 3 4
17 Kepala Sekolah mampu mengambil
keputusan arif meski berada
pada kondisi terdesak
1 2 3 4
18 Kepala Sekolah bersedia
mengenal keluarga guru di luar
lingkungan sekolah
1 2 3 4
19 Kepala Sekolah mengadakan acara
refreshing bersama guru secara
teratur untuk menjalin
kekeluargaan
1 2 3 4
20 Kepala Sekolah memberikan
hadiah atas prestasi guru1 2 3 4
193
DATA HASIL KUESIONER
No Kinerja Motivasi Diklat Kepemimpinan
1 50 56 32 532 54 57 30 553 47 51 28 494 55 60 32 585 44 45 25 446 53 60 30 587 53 55 29 578 45 51 27 499 48 53 27 5010 54 59 30 5711 47 50 26 4712 47 48 28 4613 53 52 31 5814 56 60 38 5815 53 55 36 6016 57 61 36 5917 56 62 41 6118 45 48 26 4519 45 47 29 4620 50 54 29 5121 50 56 27 5422 48 54 25 5223 51 56 34 5524 53 59 32 57
194
25 54 60 37 5926 48 50 31 4927 48 51 32 4928 51 54 34 5129 48 52 27 5430 53 57 34 5731 48 51 26 4932 47 50 27 4933 47 48 29 4634 54 63 31 6235 56 60 33 5836 53 59 32 6137 54 57 34 5638 47 51 25 4939 54 57 28 5640 44 45 21 4341 53 60 36 5942 48 50 28 4843 48 51 28 4944 51 54 32 5345 48 54 27 5446 51 57 34 5447 56 62 37 6048 45 48 22 4749 45 51 26 4950 47 54 23 51
195
ABSTRAK
Kinerja seorang tenaga pengajar berkaitan dengankeberhasilannya dalam menyelesaikan tugas bisadipengaruhi berbagai faktor, diantaranya faktormotivasi, pengadaan diklat maupun kepemimpinan dilingkungan sekolah, yang dalam penelitian ini adalahSMK 02 YP 17 Lumajang. Untuk mengetahui pengaruh ketigafaktor tersebut terhadap kinerja tenaga pendidik, makadigunakan analisis deskriptif persentase dan regresilinear ganda dengan variabel terikat kinerja (Y) danvariabel bebas motivasi (X1), diklat (X2) sertakepemimpinan (X3). Berdasarkan analisis deskriptifdapat diketahui bahwa persentase indikator masing-masing variabel bebas berada pada sebaran kriteriasangat baik, baik, cukup baik dan kurang baik. Darihasil analisis regresi diketahui bahwa ketiga variabelbebas berpengaruh terhadap variabel terikatnya, dengankonstribusi terbesar diberikan oleh variabel motivasidibanding variabel lainnya.
Kata Kunci: Pengaruh, Kinerja, Motivasi, Diklat,
Kepemimpinan
196
ABSTRACT
The teacher performances be related to success infinally task can be influence kinds of factor such asmotivation, training and leadership style in theschool, that is SMK 02 YP 17 Lumajang. To findinfluence of that third factors, so in use descriptiveof percentage analysis and multiple linear regressionwith dependent variable is performance (Y) andindependent variables are motivation (X1), training(X2) also leadership (X3). Pursuant to descriptiveanalysis can know that indicator percentage of everyits independent variable on criteria distribution arevery good, good, enough good and not quite good. Fromresult analyse the knowable regression of thirdindependent variables having an effect on to dependentvariable, that having biggest contribution bymotivation variable than other variables.
Kata Kunci: Influence, Performance, Motivation,
Training, Leadership
197