Bahan klompok 8
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of Bahan klompok 8
A. LATAR BELAKANG
Krisis lingkungan yang terjadi saat ini sebenarnya bersumber
pada kesalahan fundamentalis-filosofis dalam pemahaman atau cara
pandang manusia terhadap dirinya, alam, dan tempat manusia dalam
keseluruhan ekosistem. Kesalahan itu menyebabkan kesalahan pola
perilaku manusia, terutama dalam berhubungan dengan alam.
Aktivitas produksi dan perilaku konsumtif manusia melahirkan
sikap dan perilaku eksploitatif. Di samping itu, paham
materialisme, kapitalisme, dan pragmatisme dengan kendaraan sains
dan teknologi telah ikut mempercepat dan memperburuk kerusakan
lingkungan.
Upaya untuk penyelamatan lingkungan telah banyak dilakukan
baik melalui penyadaran kepada masyarakat dan pemangku
kepentingan (stakeholders), upaya pembuatan peraturan,
kesepakatan nasional dan internasional, undang-undang maupun
melalui penegakan hukum. Penyelamatan melalui pemanfaatan sains
dan teknologi serta program-program teknis lain juga telah banyak
dilakukan.
Islam mempunyai konsep yang sangat jelas tentang pentingnya
konservasi, penyelamatan, dan pelestarian lingkungan. Konsep
Islam tentang lingkungan ini ternyata sebagian telah diadopsi dan
menjadi prinsip ekologi yang dikembangkan oleh para ilmuwan
lingkungan. Prinsip-prinsip ekologi tersebut telah pula
dituangkan dalam bentuk beberapa kesepakatan dan konvensi dunia
yang berkaitan dengan lingkungan. Akan tetapi, konsep Islam yang
sangat jelas tersebut belum dimanfaatkan secara nyata dan
optimal.
Maka, harus segera dilakukan penggalian secara komprehensif
tentang konsep Islam yang berkaitan dengan lingkungan serta
implementasi dan revitalisasinya. Konsep Islam ini kemudian bisa
digunakan sebagai dasar pijakan (moral dan spiritual) dalam upaya
penyelamatan lingkungan atau bisa disebut sebagai “teologi
lingkungan”. Sains dan teknologi saja tidak cukup dalam upaya
penyelamatan lingkungan yang sudah sangat parah dan mengancam
eksistensi dan fungsi planet bumi ini. Permasalahan lingkungan
bukan hanya masalah ekologi semata, tetapi menyangkut teologi.
Pengertian “teologi” dalam konteks ini adalah cara
“menghadirkan” dalam setiap aspek kegiatan manusia. Dalam bahasa
lain, teologi dapat dimaknai sebagai konsep berpikir dan
bertindak yang dihubungkan dengan “Yang Gaib” yang menciptakan
sekaligus mengatur manusia dan alam. Jadi, terdapat tiga pusat
perhatian (komponen) bahasan yakni Tuhan, manusia, dan alam, yang
ketiganya mempunyai kesatuan hubungan fungsi dan kedudukan. Jadi,
teologi hubungan antara manusia dan alam dengan Tuhan adalah
“konsep berpikir dan bertindak tentang lingkungan hidup yang
mengintegrasikan aspek fisik (alam termasuk hewan dan tumbuhan),
manusia dan Tuhan”
Realitas alam ini tidak diciptakan dengan ketidaksengajaan
(kebetulan atau main-main) sebagaimana pandangan beberapa saintis
barat, tetapi dengan rencana yang benar al-Haq (Q.S. Al-An’am:
73; Shaad: 27; Al-Dukhaan: 38-39). Oleh karena itu, menurut
perspektif Islam, alam mempunyai eksistensi riil, objektif, serta
bekerja sesuai dengan hukum yang berlaku tetap (qodar). Pandangan
Islam tidak sebagaimana pandangan aliran idealis yang menyatakan
bahwa alam adalah semu dan maya.
Pandangan Islam tentang alam (lingkungan hidup) bersifat
menyatu (holistik) dan saling berhubungan yang komponennya adalah
Sang Pencipta alam dan makhluk hidup (termasuk manusia). Dalam
Islam, manusia sebagai makhluk dan hamba Tuhan, sekaligus sebagai
wakil (khalifah) Tuhan di muka bumi (Q.S. Al-An’am: 165). Manusia
mempunyai tugas untuk mengabdi, menghamba (beribadah) kepada Sang
Pencipta (Al-Kholik). Tauhid merupakan sumber nilai sekaligus
etika yang pertama dan utama dalam teologi pengelolaan
lingkungan.
KONSEP LINGKUNGAN
Asas keseimbangan dan kesatuan ekosistem hingga saat ini
masih banyak digunakan oleh para ilmuwan dan praktisi lingkungan
dalam kegiatan pengelolaan lingkungan. Asas tersebut juga telah
digunakan sebagai landasan moral untuk semua aktivitas manusia
yang berkaitan dengan lingkungannya. Akan tetapi, asas
keseimbangan dan kesatuan tersebut masih terbatas pada dimensi
fisik dan duniawiah dan belum atau tidak dikaitkan dengan dimensi
supranatural dan spiritual terutama dengan konsep (teologi)
penciptaan alam. Jadi, terdapat keterputusan hubungan antara alam
sebagai suatu realitas dan realitas yang lain yakni yang
menciptakan alam. Dengan kata lain, nilai spiritualitas dari asas
tersebut tidak terlihat.
Islam merupakan agama (jalan hidup) yang sangat memerhatikan
tentang lingkungan dan keberlanjutan kehidupan di dunia. Banyak
ayat Alquran dan hadis yang menjelaskan, menganjurkan bahkan
mewajibkan setiap manusia untuk menjaga kelangsungan kehidupannya
dan kehidupan makhluk lain dibumi. Konsep yang berkaitan dengan
penyelamatan dan konservasi lingkungan (alam) menyatu tak
terpisahkan dengan konsep keesaan Tuhan (tauhid), syariah, dan
akhlak.
Setiap tindakan atau perilaku manusia yang berhubungan
dengan orang lain atau makhluk lain atau lingkungan hidupnya
harus dilandasi keyakinan tentang keesaan dan kekuasaan Allah
SWT. yang mutlak. Manusia juga harus bertanggung jawab kepada-Nya
untuk semua tindakan yang dilakukannya. Hal ini juga menyiratkan
bahwa pengesaan Tuhan merupakan satu-satunya sumber nilai dalam
etika. Bagi seorang Muslim, tauhid seharusnya masuk ke seluruh
aspek kehidupan dan perilakunya. Dengan kata lain, tauhid
merupakan sumber etika pribadi dan kelompok, etika sosial,
ekonomi dan politik, termasuk etika dalam mengembangkan sains dan
teknologi.
Di dalam ajaran Islam, dikenal juga dengan konsep yang
berkaitan dengan penciptaan manusia dan alam semesta yakni konsep
Khilafah dan Amanah. Konsep khilafah menyatakan bahwa manusia
telah dipilih oleh Allah di muka bumi ini (khalifatullah
fil’ardh). Sebagai wakil Allah, manusia wajib untuk bisa
merepresentasikan dirinya sesuai dengan sifat-sifat Allah. Salah
satu sifat Allah tentang alam adalah sebagai pemelihara atau
penjaga alam (rabbul’alamin). Jadi sebagai wakil (khalifah) Allah
di muka bumi, manusia harus aktif dan bertanggung jawab untuk
menjaga bumi. Artinya, menjaga keberlangsungan fungsi bumi
sebagai tempat kehidupan makhluk Allah termasuk manusia sekaligus
menjaga keberlanjutan kehidupannya.
Manusia mempunyai hak atau diperbolehkan untuk memanfaatkan apa-apa
yang ada di muka bumi (sumber daya alam) yang tidak melampaui batas atau
berlebihan (Al-An’am: 141-142).
Manusia baik secara individu maupun kelompok tidak mempunyai
hak mutlak untuk menguasai sumber daya alam yang bersangkutan
istilah “penaklukan” atau “penguasaan” alam seperti yang
dipelopori oleh pandangan barat yang sekuler dan materialistik
tidak dikenal dalam Islam. Islam menegaskan bahwa yang berhak
menguasai dan mengatur alam adalah Yang Maha Pencipta dan Maha
Mengatur yakni Rabbul Alamin. Hak penguasaannya tetap ada pada
Tuhan Pencipta. Manusia wajib menjaga kepercayaan atau amanah
yang telah diberikan oleh Allah tersebut. Dalam konteks ini, alam
terutama bumi tempat tinggal manusia merupakan arena uji bagi
manusia. Agar manusia bisa berhasil dalam ujiannya, ia harus bisa
membaca “tanda-tanda” atau” ayat-ayat” alam yang ditujukan oleh
Sang Maha Pengatur Alam. Salah satu agar manusia mampu membaca
ayat-ayat Tuhan, manusia harus mempunyai pengetahuan dan ilmu.
Lingkungan alam ini oleh Islam dikontrol oleh dua konsep
(instrumen) yakni halal dan haram. Halal bermakna segala sesuatu
yang baik, menguntungkan, menenteramkan hati, atau yang berakibat
baik bagi seseorang, masyarakat maupun lingkungan. Sebaliknya
segala sesuatu yang jelek, membahayakan atau merusak seseorang,
masyarakat dan lingkungan adalah haram. Jika konsep tauhid,
khilafah, amanah, halal, dan haram ini kemudian digabungkan
dengan konsep keadilan, keseimbangan, keselarasan, dan
kemaslahatan maka terbangunlah suatu kerangka yang lengkap dan
komprehensif tentang etika lingkungan dalam perspektif Islam.
Konsep etika lingkungan tersebut mengandung makna,
penghargaan yang sangat tinggi terhadap alam, penghormatan
terhadap saling keterkaitan setiap komponen dan aspek kehidupan,
pengakuan terhadap kesatuan penciptaan dan persaudaraan semua
makhluk serta menunjukkan bahwa etika (akhlak) harus menjadi
landasan setiap perilaku dan penalaran manusia. Kelima pilar
etika lingkungan tersebut sebenarnya juga merupakan pilar syariah
Islam. Syariah yang bermakna lain as-sirath adalah sebuah “jalan”
yang merupakan konsekuensi dari persaksian (syahadah) tentang
keesaan Tuhan.
PENGELOLAAN LINGKUNGAN YANG TERPADU
MENURUT AJARAN ISLAM
Proses kerusakan lingkungan telah menjadi persoalan global
yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia dimanapun berada.
Lingkungan bersih yang tak tercemar (pristine) manjadi barang
langka yang sangat sulit bahkan hampir tak mungkin didapatkan.
Hampir semua tempat tidak akan luput dari “masukan” bahan
pencemar baik melalui udara (misalnya: asap, hujan asam, ataupun
pencemaran suara ataupun bau) maupun daratan (misalnya:
transportasi, aliran sungai, dan lain-lain). Proses kerusakan
tersebut bahkan terus merambah lingkungan yang dianggap tak
mungkin tercemari seperti lautan lepas.
Para ahli lingkungan menduga bahwa kerusakan lautan pada saat ini
justru lebih cepat dibandingkan kerusakan hutan tropis. Tidaklah
mengherankan apabila manusia semakin sulit mendapatkan nutrisi
yang cukup dari lautan karena makin berkurangnya hasil tangkapan
nelayan akibat rusaknya habitat makhluk hidup di lautan tersebut.
Kerusakan lingkungan seharusnya tidak hanya dipandang dari
segi kepentingan manusia semata, namun difokuskan pada menurunnya
kualitas dan daya dukung bagi hewan, tumbuhan, ataupun mikroba
yang pada akhirnya mempengaruhi kehidupan manusia. Sebagai
contoh, kerusakan hutan tropis akibat penebangan hutan baik
secara resmi maupun tak resmi, tidak secara langsung mempengaruhi
kehidupan masyarakat banyak. Namun dampak kerusakan tersebut akan
dirasakan masyarakat dikemudian hari, misalnya punahnya hewan,
tumbuhan, ataupun mikroba yang dibutuhkan sebagai bahan makanan
atau obatan-obatan. Selain itu, kerusakan hutan tersebut akan
berpengaruh pada perubahan iklim secara lokal maupun global,
termasuk peningkatan konsentrasi gas karbon dioksida (CO2) di
udara akibat berkurangnya jumlah tumbuhan yang mampu menyerap gas
tersebut. Akibat lanjut dari berlebihnya gas karbon dioksida
adalah pemanasan global (global warming) yang diperkirakan akan
menimbulkan dampak yang sangat luas seperti perubahan cuaca,
banjir di sekitar pantai, hujan asam, perubahan pola penyebaran
hewan dan tumbuhan, dan lain-lain. Sebagian ahli juga mengaitkan
pemanasan global dengan bencana besar yang melanda negara Amerika
Serikat seperti bencana akibat badai (hurricane) Katrina, Rita,
dan Wilma diwilayah pesisir selatan Amerika pada bulan September
dan Oktober 2005 yang lalu. Dahsyatnya putaran angin ke tiga
badai tersebut diperkirakan dipicu oleh naiknya suhu air di
perairan tersebut akibat pemanasan global. Tidak juga berlebihan
apabila pemanasan global tersebut dihubungkan dengan perubahan
pola iklim di Indonesia yang menyebabkan perubahan curah hujan
yang menyebabkan banjir besar di beberapa daerah seperti di
Jember and Trenggalek, Jawa Timur.
- Beberapa penyebab kerusakan lingkungan dan akibatnya
Manusia merupakan agen utama perusak lingkungan. Dengan
bertambahnya populasi manusia, maka perubahan lingkungan yang
berimbas kepada kerusakan lingkungan sulit untuk dihindarkan.
Selain bertambah dalam jumlah, aktivitas manusia juga bertambah
cepat dengan diciptakannya teknologi yang mampu mempercepat kerja
dan memperbesar hasil. Pertambahan kecepatan aktivitas tersebut
ternyata sekaligus mempercepat proses kerusakan lingkungan pula.
Hal ini disebabkan karena dinamika proses di alam tunduk
pada hukum Thermodinamika yang menyatakan bahwa dalam proses
perubahan energi tidaklah 100% effisien, sehingga selalu ada
hasil samping yang terbuang. Selain merusak lingkungan, aktivitas
manusia dapat pula merubah struktur rantai makanan, aliran
energi, dan siklus kimia di dalam lingkungan. Sebagai contoh
adalah perubahan siklus unsur hara (nutrient) seperti nitrogen
dan fosfor akibat aktivitas pertanian. Pada awalnya, lahan yang
digunakan masih mengandung cukup unsur hara bagi tanaman
pertanian yang ditanam.
Namun seiring dengan proses pemanenan, banyak unsur hara
yang terangkat dan mengakibatkan lahan menjadi miskin dan tidak
mampu mendukung aktivitas pertanian lagi, sehingga petani harus
membuka lahan baru (sistim pertanian berpindah) atau menambah
unsur hara melalui pemupukan. Selain itu, perubahan struktur
rantai makanan yang diakibatkan oleh aktivitas pertanian tersebut
memaksa petani untuk menggunakan obat pembasmi hama (pestisida)
guna membasmi hama pertanian mereka. Semua aktivitas di atas
(lahan berpindah, penggunaaan pupuk dan pestisida) pada akhirnya
merusak lingkungan. Salah satu akibat dari pemupukan yang
berlebihan adalah eutrofikasi atau pengayaan unsur hara di danau.
Eutrofikasi merupakan salah satu faktor utama menurunnya hasil
tangkapan ikan dan juga faktor utama pendangkalan danau.
Penggunaan pestisida yang berlebihan, juga menjadi penyebab
rusaknya keseimbangan lingkungan dengan terbasminya makhluk hidup
bukan sasaran.
Kerusakan lingkungan semakin bertambah parah dengan
munculnya modernisasi dan industrialisasi di segala bidang.
Industrialisasi tidak hanya berakibat bertambahnya emisi gas
penyebab global warming seperti karbon dioksida dan gas-gas
lainnya, tetapi juga mengakibatkan masuknya bahan-bahan berbahaya
ke dalam lingkungan. Sebagai contoh adalah pencemaran logam berat
dan pencemar organik seperti polychlorinatedbiphenyl (PCB).
Pencemaran logam berat dapat diakibatkan oleh pencemaran dari
industri pertambangan seperti tambang timah, logam mulia, dan
proses-proses lain yang menggunakan logam sebagai bahan dasar.
Logam berat seperti merkuri (Hg), cadmium (Cd), perak (Ag),
tembaga (Cu), dan arsenik (As) adalah termasuk dalam daftar bahan
beracun berbahaya (B3) tidak hanya berbahaya bagi lingkungan
tetapi juga bagi manusia. Merkuri termasuk logam yang paling
berbahaya karena dapat merusak sistem syaraf manusia dan juga
mematikan. Cadmium, perak dan tembaga juga sangat berbahaya
karena dapat mengakibatkan kanker dan menurunkan kemampuan
bereproduksi (menghasilkan keturunan). Arsenik merupakan salah
satu logam berat yang banyak digunakan sebagai racun pembunuh
hewan karena daya racunnya yang kuat. Keberadaan logam-logam
berat tersebut di dalam lingkungan, misalnya lingkungan perairan,
relatif sulit dideteksi dengan peralatan biasa. Dibutuhkan
peralatan yang canggih seperti spektrofotometer serapan atom
(SSA) atau lebih dikenal dengan istilah atomic absorbency
spectrophotometer (AAS) untuk mendeteksinya. Dampak yang
ditimbulkan oleh keberadaan logam-logam berat tersebut mungkin
baru dapat dilihat apabila ikan dan hewan-hewan air lain terapung
mati di atas sungai. Namun, adanya dampak yang terlihat (akut)
tersebut menunjukkan sudah parahnya pencemaran yang terjadi.
Penanggulangan pencemaran yang telah berada pada kondisi akut
tersebut relatif lebih sulit dibandingkan dengan penanggulangan
pencemaran ringan atau tindakan pencegahan pencemaran.
Pencemar organik seperti PCB umumnya dihasilkan dari proses-
proses pembuatan dan penggunaan bahan-bahan kebutuhan sehari-hari
seperti plastik dan bahan-bahan elektronik termasuk industri
mobil. PCB sangat berbahaya karena bahan tersebut mampu menerobos
kulit hewan termasuk manusia dan menumpuk di dalam tubuh,
terutama di jaringan lemak. Bahan tersebut juga dapat
ditransferdari makhluk hidup yang satu ke makhluk hidup yang
lainnya melalui makanan atau minuman yang diproduksi dari mahluk
hidup misalnya daging dan susu. PCB tersebut juga dapat
ditransfer dari ibu ke bayi melalui tali pusat (placenta) atau
melalui air susu ibu. Bahan tersebut juga mengalami proses
biomagnifikasi, artinya bertambah besar konsentrasinya pada hewan
yang menduduki tingkat lebih tinggi di dalam rantai makanan,
misalnya hewan pemakan ikan.
Hewan pemakan ikan seperti burung elang dapat memiliki
koncentrasi PCB ribuan kali dari konsentrasi PCB di tubuh ikan
atau milyaran kali dari konsentrasi PCB di dalam air. Kondisi
tersebut bertambah buruk karena PCB juga bersifat persisten yaitu
sulit di urai oleh mikroba dan lingkungan sehingga keberadanya
akan tersus bertambah karena hampir tidak ada proses yang mampu
menguranginya. Dampak negatif dari PCB adalah menurunkan daya
reproduksi hewan termasuk manusia dan mengakibatkan berbagai
penyakit kronis seperti kanker dan penyakit lain yang berhubungan
dengan fungsi hati. PCB diduga menjadi penyebab punahnya beberapa
jenis hewan liar. Selain PCB, terdapat kelompok bahan pencemar
organik lain yang mampu menurunkan reproduksi dan bahkan mengubah
jenis kelamin hewan. Kelompok tersebut diistilahkan sebagai
pengganggu fungsi hormon (endocrine disruptors). Dari beberapa
hasil penelitian dilaporkan bahwa endocrine disruptors mampu
mengubah jenis kelamin katak dan buaya yang berakibat lanjut pada
menurunnya populasi hewan-hewan tersebut. Bahan-bahan tersebut
juga dikhawatirkan dapat mengubah keseimbangan hormon di dalam
tubuh manusia yang berdampak pada kelainan fisiologis dan
psikologis.
- Kerusakan lingkungan dalam pandangan Islam
Proses kerusakan lingkungan di darat dan lautan telah
disitir dalam Alqur’an surat 30 (Ar-rum) ayat 41:”Telah terjadi
(tampak) kerusakan di darat dan di laut karena perbuatan tangan manusia, supaya
Allah akan merasakan kepada mereka sebagian (akibat tindakan mereka) agar mereka
kembali (ke jalan yang benar)”. Selanjutnya masih banyak lagi ayat-ayat
Alqur’an (misalnya: surat 2 ayat 60 dan 205; surat 5 ayat 64;
surat 7 ayat 85; dan beberapa surat lainnya) yang juga menegaskan
tentang peranan manusia dalam kerusakan lingkungan, melarang
manusia untuk merusak lingkungan, dan sekaligus mengajak manusia
memelihara lingkungan. Dari ayat-ayat tersebut ada dua hal pokok
yang menjadi dasar pandangan Islam dalam issu pencemaran
lingkungan. Pertama, Islam menyadari bahwa telah dan akan terjadi
kerusakan lingkungan baik di daratan dan lautan yang berakibat
pada turunnya kualitas lingkungan tersebut dalam mendukung hajat
hidup manusia. Kedua, Islam memandang manusia sebagai penyebab
utama kerusakan dan sekaligus pencegah terjadinya kerusakan
tersebut.
Untuk itu, ajaran Islam secara tegas mengajak manusia
memakmurkan bumi dan sekaligus secara tegas melarang manusia
membuat kerusakan di bumi. Namun sayangnya, ayat-ayat tersebut
kurang mendapat perhatian baik dari kalangan ulama maupun
masyarakat umum. Kemungkinan besar masyarakat belum cukup
menyadari dampak akibat kerusakan lingkungan, bahkan ketika
mereka jelas-jelas mengalami bencana tersebut. Sebagai contoh,
banjir tahunan yang melanda kota Jakarta adalah akibat rusaknya
lingkungan di hulu, aliran, dan muara sungai. Perubahan
lingkungan di daerah hulu dari areal hutan ke perumahan (villa)
mengakibatkan turunnya daya dukung lingkungan hulu untuk
menampung air. Akibatnya ketika terjadi hujan, sebagian besar air
hujan masuk ke dalam sungai. Selanjutnya, kerusakan lahan,
tebing, serta penimbunan sampah disekitar aliran sungai juga
menambah besar resiko banjir yang terjadi.
Ditambah lagi dengan proses pendangkalan muara sungai akibat
lumpur dan timbunan sampah menambah parah serta meluasnya daerah
banjir dari tahun ke tahun. Bencana tahunan tersebut tampaknya
belum mampu juga merubah tabiat dan prilaku masyarakat dalam
mengelola lingkungan. Masyarakat tampaknya sudah “beradaptasi”
dengan kerusakan tersebut dan terkesan “apatis” untuk merubahnya.
Bahkan ketika anak-anak mereka sakit kolera, disentri, demam
berdarah, bahkan meninggal akibat lingkungan yang buruk tersebut
mereka masih kurang menyadarinya. Dibutuhkan pendekatan dan
pengelolaan yang terpadu untuk mengatasi masalah-masalah
lingkungan tersebut.
- Pengelolaan lingkungan secara terpadu
Dalam pengelolaan lingkungan yang terpadu dibutuhkan peran
dari berbagai pihak seperti pemerintah, media massa, pendidik,
tokoh-tokoh masyarakat, dan masyarakat umum. Beberapa aspek dasar
yang diperlukan dalam pengelolaan lingkungan yang terpadu adalah:
1. Pendidikan lingkungan
Pendidikan lingkungan merupakan unsur yang sangat penting
dalam mengelola lingkungan. Pendidikan lingkungan memiliki peran
yang strategis dan penting dalam mempersiapkan manusia untuk
memecahkan masalah-masalah lingkungan. Melalui pendidikan
lingkungan orang dapat mengembangkan pemikiran dan teknologi yang
mampu mendukung langkah yang tepat untuk skala lokal maupun
global. Selain dari itu, pendidikan sendiri merupakan jalur
positif untuk menuju perubahan pemahaman mengenai lingkungan
hidup. Semakin tinggi tingkat pendidikan dari suatu masyarakat
maka semakin tinggi pula persepsi dan kepedulian masyarakat
tersebut sehingga menimbulkan sikap serta perilaku yang lebih
baik dalam menghadapi masalah lingkungan.
Hal ini dapat dilihat dari persepsi rakyat di negara-negara
maju seperti Amerika, Eropa, dan Jepang yang sangat mengindahkan
lingkungan hidup mereka. Oleh karena itu, pendidikan lingkungan
harus disampaikan secara intensif dan komprehensif melalui semua
jenjang pendidikan baik formal maupun nonformal. Contoh praktek-
praktek yang tidak baik seperti membuang sampah sembarangan,
membuang cairan beracun ke dalam sungai, bercocok tanam di atas
lahan pembuangan sampah, menggunakan kertas bercetak (misalnya
kertas koran) sebagai pembungkus makanan, menggunakan bahan
pengawet mayat sebagai pengawet makanan, menggunakan bahan
pewarna pakaian sebagai pewarna makanan, dan banyak lagi
merupakan praktek-praktek umum yang dilakukan oleh masyarakat
Indonesia karena kurangnya pendidikan lingkungan dan kesehatan
tersebut. Ditambah lagi banyaknya industri yang tidak
mengindahkan lingkungan dengan membuang limbah secara langsung
atau limbah yang tidak diolah secara memadai ke dalam lingkungan.
Hal ini menunjukkan pula bahwa kedisiplinan bangsa kita
sangat kurang dalam mengelola lingkungan. Selain itu, dapat juga
menjadi petunjuk bahwa karakter bangsa kita yang tidak peduli,
egois, mementingkan kepentingan (ekonomi) sesaat dibandingkan
dengan menjaga kepentingan pembangunan dan kesejahteraan yang
berkelanjutan.
2. Media massa
Peningkatan pengetahuan manusia tentang lingkungan hidup
bila tanpa disertai upaya penyebarluasan informasi ilmu
pengetahuan itu sendiri sudah barang tentu akan menjadi hambatan
ke arah terciptanya lingkungan yang berkualitas. Peranan media
massa dalam perluasan informasi tersebut sangatlah besar. Media
massa disini sudah termasuk: media cetak, radio, televisi dan
internet. Dibandingkan media massa yang lainnya, media cetak
khususnya surat kabar dapat berperan penting dalam hal penyebaran
informasi masalah lingkungan. Hal ini dimungkinkan dikarenakan
surat kabar merupakan media yang relatif murah serta mudah
diperoleh sehingga cenderung memiliki tingkat efektifitas
penyebaran informasi yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan
media lainnya seperti misalnya radio, televisi dan internet.
Penyediaan rubrik khusus mengenai lingkungan di media massa
tersebut dapat menjadi sumbangan yang tak terkira bagi
terciptanya lingkungan yang bersih dan sehat.
3. Kebijakan dan Penegakan hukum lingkungan
Pengembangan kebijakan yang mudah dipahami dan efektif
dilaksanakan juga merupakan faktor penting dalam pengelolaan
lingkungan yang baik. Selain itu, penegakan hukum khususnya yang
berkaitan dengan pelaksanaan kebijakan yang telah dibuat dan
perlindungan lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan
dalam pengelolaan lingkungan. Walaupun berbagai kebijaksanaan
telah diciptakankan dalam rangka untuk mendapatkan lingkungan
yang berkualitas, namun bila penegakan hukum tidak berjalan
sebagaimana mestinya maka sasaran yang akan dicapai akan menjadi
sia-sia. Selama ini peran pemerintah sangatlah kecil dalam proses
penegakan hukum lingkungan. Program-program seperti kali bersih,
langit biru, analisis dampak lingkungan (AMDAL), pemberian
penghargaan KALPATARU dan program lingkungan lainnya lebih
terkesan sebagai semboyan ketimbang program yang dilaksanakan
dengan baik. Salah satu faktor kegagalan tersebut adalah
kurangnya kemampuan aparat pemerintah dalam menegakkan hukum
lingkungan.
- Peran Islam dalam pengelolaan lingkungan terpadu
Sesuai dengan motto sebagai agama yang rahmatan lil alamin
(kasih bagi alam semesta; surat 21 ayat 107), maka sudah
sewajarnya apabila Islam menjadi pelopor bagi pengelolaan
lingkungan sebagai manifestasi dari rasa kasih bagi alam semesta
tersebut. Selain melarang membuat kerusakan di muka bumi, Islam
juga mempunyai kewajiban untuk menjaga lingkungan yang bersih,
karena kebersihan merupakan bagian hidup masyarakat Islam seperti
diutarakan oleh nabi Muhammad SAW dengan hadistnya yang berbunyi:
“Kebersihan merupakan bagian dari iman”. Nabi Muhammad SAW juga
melarang manusia untuk membuang air seni ke dalam sumber mata
air, jalanan, di tempat teduh, dan di dalam liang (tempat hidup)
binatang.
Larangan tersebut dapat dimanifestasikan lebih lanjut
sebagai larangan Islam dalam membuang sampah atau produk-produk
berbahaya ke dalam lingkungan yang kemungkinan besar akan merusak
atau menurunkan mutu lingkungan tersebut. Islam mengajak manusia
untuk secara aktif mengelola lingkungan tersebut, misalnya dengan
membuang sampah pada tempatnya. Hal ini sesuai dengan filsafah
Islam yang umumnya bersifat lebih suka mencegah (preventive)
perbuatan atau kejadian yang buruk ketimbang mengobati (curative)
kejadian atau perbuatan buruk yang terjadi. Namun, Islam juga
tidak berpangku tangan apabila telah terjadi suatu kejadian buruk
atau kejahatan seperti misalnya tertuang dalam hukum agama
(syar’i) yang mengatur hukuman bagi pelanggar aturan.
Beberapa aspek yang dapat dilakukan oleh Islam dalam pengelolaan
lingkungan yang terpadu adalah:
1. Pendidikan lingkungan
Pendidikan lingkungan yang diajarkan secara Islami merupakan
sarana penting bagi muslim untuk mengenal dan menyadari
lingkungan hidup mereka secara baik dan benar sehingga mampu
berperan secara sadar dan aktif dalam pengelolaan dan pembinaan
lingkungan. Sebagai mayoritas penduduk Indonesia, muslim
mempunyai kewajiban dan peran yang sangat besar dalam pengelolaan
lingkungan tersebut. Dibutuhkan pengetahuan dan kesadaran yang
mendalam bahwa Islam sangat memperhatikan lingkungan dan
kesehatan. Hal ini membutuhkan peran pendidik, ulama, dan tokoh
masyarakat untuk menanamkan pengetahuan dan kesadaran tersebut
kepada masyarakat.
Kesadaran bahwa alam semesta adalah milik Allah SWT
merupakan langkah dasar dalam memahami kedudukan manusia di alam
ini. Dalam beberapa ayat Alqur’an Allah SWT menjelaskan bahwa
Allah SWT menciptakan alam semesta beserta isinya dengan
pertimbangan yang matang, seimbang, dan setiap ciptaanNya
tersebut mempunyai manfaat dan fungsi (surat 6 ayat 38; surat 16
ayat 66 s/d 69; surat 25 ayat 2; surat 54 ayat 49; surat 80 ayat
24 s/d 32). Selanjutnya, Allah SWT juga menyatakan bahwa manusia
adalah ciptaaanNya yang unik dan menjadikannya sebagai khalifah
di bumi (surat 6 ayat 165; surat 7 ayat 69 dan 129; surat 10 ayat
14; surat 24 ayat 55; surat 38 ayat 26).Dalam ajaran Islam,
khalifah lebih bersifat sebagai pengelola atau manajer di bumi
ini sedangkan Allah SWT adalah pemilik mutlak dari bumi dan
segala isinya. Allah SWT memberikan hak kepada manusia untuk
mengambil manfaat dari bumi dan isinya namun Allah SWT juga
memberi kewajiban pada manusia untuk menjaga bumi dan isinya. Hal
ini sesuai benar dengan deklarasi PBB mengenai pembangunan
berkelanjutan (sustainable development) yang berisi petunjuk dan
informasi tentang pemanfaatan dan pengeloaan sumber daya alam
bagi pembangunan dan kelanjutan pembangunan itu sendiri.
Pembangunan yang berkelanjutan adalah pembangunan disegala bidang
(misalnya ekonomi, sosial, dan politik) yang tetap mengindahkan
ketersediaan sumber daya alam yang memadai bagi generasi
mendatang. Pembangunan tersebut sangat memperhatikan daya dukung
lingkungan, sehingga tidak secara semena-mena menghabiskan sumber
daya alam yang tersedia. Hal ini sesuai dengan saran Rasulullah
SAW untuk hidup sederhana dan tidak berfoya-foya terhadap harta
dan sumber daya yang kita miliki. Selanjutnya pembangunan yang
berkelanjutan juga memperhatikan aspek sumber daya manusia
sebagai pelaku dan penanggung jawab pembangunan tersebut.
Peningkatan mutu sumber daya manusia yang pintar dan bijaksana
sangat ditekankan dalam Islam.
Pada masyarakat pedesaan yang sebagian besar bersifat
primordial, peran ulama dan tokoh masyarakat dalam mensukseskan
program pengelolaan lingkungan sangatlah besar. Masyarakat
pedesaan umumnya pasif dan mencontoh perbuatan yang dilakukan
oleh ulama atau pemimpin mereka. Untuk itu sudah sewajarnya
apabila ulama, pemimpin, ataupun calon ulama dan pemimpin
masyarakat membekali diri dengan pengetahuan yang memadai
mengenai pengelolaan lingkungan dan kesehatan. Pada masyarakat
perkotaan yang umumnya lebih individualistis, intelektual muslim
diharapkan menjadi contoh yang baik dalam menjaga dan mengelola
lingkungan, karena dengan pengetahuan yang dimilikinya seharusnya
dia mampu menyelaraskan dan memadukan perintah agama dengan
perannya sebagai bagian dari penebar kasih bagi semesta alam.
2. Media massa Islam
Peran media massa Islam tidaklah kurang penting dari
pendidikan bahkan merupakan partner yang cukup relevan untuk
menunjang pendidikan lingkungan tersebut. Media massa Islami
harus diisi pula dengan pendidikan lingkungan, terutama untuk
anak-anak dan generasi muda sehingga mereka menyadari hubungan
agama dengan lingkungan dan arti penting hubungan tersebut demi
kesejahteraan dan kesehatan manusia dan lingkungan. Untuk
kalangan dewasa, media massa perlu juga menyisipkan pendidikan
mengenai bahaya kesehatan yang ditimbulkan akibat kerusakan
lingkungan dan juga pengetahuan mengenai pembangunan yang
berkelanjutan (sustainable development) yang memang sesuai dengan
nafas Islam.
4. Kebijakan dan penegakan hukum lingkungan secara Islami
Agama Islam menegaskan bahwa setiap individu akan dimintai
pertanggung jawaban pada hari pembalasan atas segala prilakunya
di muka bumi, termasuk didalamnya adalah bagaimana individu
tersebut berbuat terhadap alam, lingkungan, dan makhluk hidup
lainnya. Contoh mengenai pertanggung jawaban tersebut misalnya
kisah mengenai seorang wanita yang dimasukkan ke dalam neraka
akibat melalaikan tugasnya memberi makan pada kucing
perliharaannya dan kisah mengenai seorang laki-laki yang
dimasukkan ke surga karena budi baiknya memberi minum pada anjing
liar yang sedang kehausan. Dari contoh tersebut jelas bahwa
setiap individu muslim berkewajiban untuk berlaku baik terhadap
sesama makhluk hidup. Kewajiban tersebut dapat dimanifestasikan
dengan jalan menjaga dan merawat lingkungan yang mampu mendukung
kehidupan semua makhluk hidup.
Islam sama sekali tidak melarang pemanfaatan lingkungan demi
kesejahteraan manusia, namun Islam mewajibkan bahwa dalam
pemanfaatan tersebut harus dihindari pemanfaatan yang berlebihan
sehingga dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan dan
membahayakan makhluk hidup yang lain termasuk manusia sendiri.
Islam menyarankan untuk melakukan pemanfaatan yang berkelanjutan
(sustainable utilization) yang pada akhirnya akan mampu
memberikan kesejahteraan yang merata dan berkelanjutan bagi
manusia dan mahkluk hidup lainnya.
Dalam hukum Islam juga ada perintah untuk menjaga dan
membantu lingkungan sekitar dengan memberikan sedekah, misalnya
dengan memberikan wakaf untuk sebesar-besarnya digunakan bagi
masyarakat sekitar. Selama ini kebanyakan wakaf yang dilakukan
adalah dengan mendirikan tempat-tempat ibadah dan sarana
pendidikan. Mungkin tidaklah berlebihan apabila wakaf tersebut
juga dapat diberikan berupa hutan kota, hutan lindung, hutan
wisata, atau hutan pendidikan yang sangat berguna bagi masyarakat
sekitar baik muslim ataupun non muslim. Selain itu, bentuk hibah
tersebut juga akan mampu menambah kesegaran dan kesehatan
lingkungan ditambah lagi membantu hewan-hewan liar seperti
burung-burung dan hewan-hewan kecil lainnya menemukan habitat
hidup mereka. Bentuk hibah seperti ini sangatlah cocok bagi
lingkungan perkotaan yang semakin mengalami penurunan kualitas
lingkungan dan kesehatannya akibat berkurangnya hutan penyanggah
(buffer zone) di daerah perkotaan tersebut.
Dalam Islam, penghargaan (pahala) dan hukuman (dosa)
diformulasikan dengan baik dalam mengatur tingkah laku pemeluknya
termasuk dalam hal pengelolaan lingkungan. Muslim yang menjaga
lingkungan dan berlaku baik terhadap semua makhluk hidup akan
mendapatkan ganjaran berupa pahala yang besar. Sebaliknya, mereka
yang merusak lingkungan dan berlaku jahat terhadap makhluk hidup
lainnya akan mendapat hukuman berupa dosa. Bentuk penghargaan dan
hukuman tersebut dapat dimanifestasikan dalam kehidupan sehari-
hari dan dituangkan dalam kebijakan dan peraturan-peraturan dalam
masyarakat secara mandiri ataupun melalui campur tangan
pemerintah. Apabila dilaksanakan dengan baik maka penghargaan
dapat menjadi motivasi bagi masyarakat untuk lebih giat lagi
dalam mengelola lingkungan, sebaliknya hukuman dapat mencegah
masyarakat dari perbuatan yang merusak lingkungan.
PENUTUP
Sebagai agama yang rahmatan lil ‘alamin, Islam meletakkan
pemanfaatan dan pengelolaan lingkungan sebagai bagian integral
dari proses ibadah yang dijalankan oleh penganutnya. Kewajiban
setiap muslim dalam menjaga lingkungan yang baik telah termaktub
di dalam Alqur’an dan juga diberikan contohnya dalam beberapa
hadis nabi, termasuk ganjaran atau hukuman bagi yang tidak
mengindahkan kewajiban tersebut. Usaha yang terus menerus masih
harus dilakukan guna menyadarkan mereka sehingga pengelolaan
lingkungan yang baik dan terpadu menjadi bagian dari hidup
mereka. Selain itu, dengan menyadari hukuman berat yang Allah SWT
akan berikan pada mereka apabila melakukan kerusakan, akan
menjauhkan mereka dari perbuatan yang merusak tersebut.
Merosotnya citra Islam disegala bidang termasuk bidang
lingkungan banyak diakibatkan oleh tidak dilaksanakannya
kewajiban agama tersebut oleh sebagian besar pemeluknya. Sebagian
besar pemeluk Islam masih menganggap bahwa kewajiban mereka
hanyalah yang bersifat ritual ibadah seperti shalat, puasa,
zakat, dan pergi haji tanpa melihat fungsi dan manfaat lebih jauh
dari ritual tersebut. Misalnya, shalat selain merupakan sarana
berbakti kepada Allah SWT juga dimaksudkan agar mencegah pelaku
shalat tersebut dari perbuatan keji dan mungkar termasuk membuat
kerusakan dan pencemaran lingkungan. Ibadah puasa diharapkan
menjadi sarana bagi pelaku puasa tersebut untuk bersifat sabar,
sederhana, dan tidak berfoya-foya. Dengan sifat tersebut,
diharapkan mereka mampu mengekang diri mereka dari eksploitasi
lingkungan yang berlebihan.
Zakat dan sedekah diharapkan mampu membuat sipelaku menjadi
orang yang pemurah dan sekaligus memberikan perhatian terhadap
lingkungan sekitar. Zakat dan sedekah seharusnya tidak dilakukan
hanya untuk terlepas dari kewajiban untuk memenuhinya tetapi
seharusnya disadari bahwa zakat dan sedekah tersebut harus
memenuhi fungsinya sebagai salah satu sarana kesejahteraan umat
manusia. Untuk itu, zakat tersebut harus dikelola dan dimonitor
dengan baik demi kesejahteraan bersama. Selanjutnya pergi haji
dapat juga dijadikan sarana untuk mempelajari lingkungan yang
mungkin sangat berbeda dengan lingkungan asal pelaku haji
tersebut. Selain itu sejarah mengenai kisah nabi Ibrahim juga
dapat dijadikan pelajaran bagaimana pentingnya sumber daya alam
(misalnya air) bagi manusia. Pemanfaatan dan pengelolaan sumber
daya alam tersebut merupakan kewajiban bagi setiap individu
muslim. Dengan menumbuh semangatkan kesadaran tersebut, insya
Allah cita-cita sebagai agama yang rahmatan lil alamin dapat
terwujud.
Ruang lingkup Kesehatan lingkungan adalah :a. Menurut WHO1) Penyediaan Air Minum2) Pengelolaan air Buangan dan pengendalian pencemaran3) Pembuangan Sampah Padat4) Pengendalian Vektor5) Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia6) Higiene makanan, termasuk higiene susu7) Pengendalian pencemaran udara8) Pengendalian radiasi9) Kesehatan kerja10) Pengendalian kebisingan11) Perumahan dan pemukiman12) Aspek kesling dan transportasi udara13) Perencanaan daerah dan perkotaan14) Pencegahan kecelakaan15) Rekreasi umum dan pariwisata16) Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan epidemi/wabah, bencana alam dan perpindahan penduduk.17) Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan.
b. Menurut UU No 23 tahun 1992 Tentang Kesehatan (Pasal 22 ayat 3), ruang lingkup kesehatan lingkungan sebagai berikut :1) Penyehatan Air dan Udara2) Pengamanan Limbah padat/sampah3) Pengamanan Limbah cair
4) Pengamanan limbah gas5) Pengamanan radiasi6) Pengamanan kebisingan7) Pengamanan vektor penyakit8) Penyehatan dan pengamanan lainnya : Misal Pasca bencana.
ABORSI
ق� ال�ح لا ب� م إهلل إ� ر ي� ح� ت� س إل� �ف �لوإ إل�ن ت� ف� ولا ت��“ Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya),
melainkan dengan suatu (alasan) yang benar. “ ( Q.S. Al Israa’: 33 )
Pergaulan bebas antara laki-laki dan perempuan di luar pernikahaan, terutama para pelajar dan mahasiswa hari ini sudah sampai batas yang sangat mengkawatirkan. Ini akibat hilangnya nilai-nilai agama dalam kehidupan masyarakat, ditambah dengan gencarnya mass media yang menawarkan kehidupan glamor, bebas dan serba hedonis yang menyebabkan generasi muda terseret dalam jurang kehancuran.
Pacaran sudah menjadi aktivitas yang lumrah, bahkan sebagian orang tua mlinder dan merasa malu jika anaknya tidak mempunyai pacar, karena menurut pandangan mereka orang yang tidak pacaran, adalah orang yang tidak bisa bergaul dan masa depannya suram,serta susah mencari jodoh. Tidak sedikit dari mereka yang akhirnya melakukan hubungan seks di luar pernikahan dan hamil, kemudian berakhir dengan pengguran kandungan dengan paksa.
Data statistis BKBN ( Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) menunjukkan bahwa sekitar 2.000.000 kasus aborsi terjadi setiap tahun di Indonesia. Untuk kasus aborsi di luar negeri – khususnya di Amerika – data-datanya telah dikumpulkan oleh dua badan utama, yaitu Federal Centers for Disease Control (CDC) dan Alan Guttmacher Institute (AGI) yang menunjukkan hampir2 juta jiwa terbunuh akibat aborsi. Jumlah ini jauh lebih banyak dari jumlah nyawa manusia yang dibunuh dalam perang manapun dalam
sejarah negara itu. Begitu juga lebih banyak dari kematian akibatkecelakaan, maupun akibat penyakit . ( Aborsi.com )
Dengan demikian, aborsi secara umum merupakan perbuatan keji, tidak berperikemanusiaan dan bertentangan hukum dan ajaran agama.
Walaupun demikian, hukum Aborsi secara khusus perlu dikaji secaralebih mendalam, karena Aborsi bukanlah dalam satu bentuk, tetapi mempunyai berbagai macam. Sementara itu Islam bukanlah agama yangkaku, tetapi agama yang memandang kehidupan manusia ini dari berbagai sudut, sehingga ditemukan di dalamnya solusi ats segala problematika yang dihadapi oleh manusia.
Pengertian Aborsi dan Pembagiannya
Aborsi menurut pengertian medis adalah mengeluarkan hasil konsepsi atau pembuahan, sebelum janin dapat hidup di luar tubuhibunya.
Sedang menurut bahasa Arab disebut dengan al-Ijhadh yang berasal dari kata “ ajhadha - yajhidhu “ yang berarti wanita yang melahirkan anaknya secara paksa dalam keadaan belum sempurna penciptaannya. Atau juga bisa berarti bayi yang lahir karena dipaksa atau bayi yang lahir dengan sendirinya. Aborsi di dalam istilah fikih juga sering disebut dengan “ isqhoth “ ( menggugurkan ) atau “ ilqaa’ ( melempar ) atau “ tharhu “ ( membuang ) ( al Misbah al Munir , hlm : 72 )
Aborsi tidak terbatas pada satu bentuk, tetapi aborsi mempunyai banyak macam dan bentuk, sehingga untuk menghukuminya tidak bisadisamakan dan dipukul rata. Diantara pembagiaan Aborsi adalah sebagai berikut :
Dalam Kamus Bahasa Indonesia disebutkan bahwa makna Aborsi adalah pengguguran. Aborsi ini dibagi menjadi dua :
Pertama : Aborsi Kriminalitas adalah aborsi yang dilakukan dengansengaja karena suatu alasan dan bertentangan dengan undang-undangyang berlaku.
Kedua : Aborsi Legal, yaitu Aborsi yang dilaksanakan dengan sepengetahuan pihak yang berwenang.
Menurut medis Aborsi dibagi menjadi dua juga :
1. Aborsi spontan ( Abortus Spontaneus ), yaitu aborsi secara secara tidak sengaja dan berlangsung alami tanpa ada kehendak dari pihak-pihak tertentu. Masyarakat mengenalnya dengan istilah keguguran.
2. Aborsi buatan ( Aborsi Provocatus ), yaitu aborsi yang dilakukan secara sengaja dengan tujuan tertentu. Aborsi Provocatus ini dibagi menjadi dua :
a. Jika bertujuan untuk kepentingan medis dan terapi serta pengobatan, maka disebut dengan Abortus Profocatus Therapeuticum
b. Jika dilakukan karena alasan yang bukan medis dan melanggar hukum yang berlak, maka disebut Abortus Profocatus Criminalis
Yang dimaksud dengan Aborsi dalam pembahasan ini adalah : menggugurkan secara paksa janin yang belum sempurna penciptaannyaatas permintaan atau kerelaan ibu yang mengandungnya .
Pandangan Islam Terhadap Nyawa, Janin dan Pembunuhan
Sebelum menjelaskan secara mendetail tentan hukum Aborsi, lebih dahulu perlu dijelaskan tentang pandangan umum ajaran Islam tentang nyawa, janin dan pembunuhan, yaitu sebagai berikut :
Pertama: Manusia adalah ciptaan Allah yang mulia, tidak boleh dihinakan baik dengan merubah ciptaan tersebut, maupun mengranginya dengan cara memotong sebagiananggota tubuhnya, maupun dengan cara memperjual belikannya, maupun dengan cara menghilangkannya sama sekali yaitu dengan membunuhnya, sebagaimanfirman Allah swt : .
دم ي� إ% ت& ا ب�' �ت م� ر د ك� ق� ول�“Dan sesungguhnya Kami telah memuliakan umat manusia “ ( Qs. al-Isra’:70)
Kedua: Membunuh satu nyawa sama artinya dengan membunuh semua orang. Menyelamatkan satu nyawa sama artinya dengan menyelamatkansemua orang.
ا اه� ي� ح� ن5 إ4 عا وم� من� اس ج� �ل إل�ت ي� ما ق�� �ن� ا4 ك � ف� �رض ي� إلا4 �ساد ف �و ق� س إ4 �ف �ر ت� ي� �غ سا ت� �ف �ل ت� ي� ن5 ق�� ه م� �Kن ل إ4 ت� M4Nب سرإ ي� إ� ت& لي ب�' ا ع� �ي ب ت� كT ك� ل� �ل د ج� ن5 إ4 م�عا من� اس ج� �ا إل�ت ي� ح� ما إ4 �ن� ا4 ك �ف�“Barang siapa yang membunuh seorang manusia, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barang siapa yang memelihara keselamatan nyawa seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara keselamatan nyawa manusia semuanya.” (Qs. Al Maidah:32)
Ketiga: Dilarang membunuh anak ( termasuk di dalamnya janin yang masih dalam kandungan ) , hanya karena takut miskin. Sebagaimana firman Allah swt :
رإ ي� ب' ءإ ك� ط �ان5 خ� لهم ك� ي� ن5 ق�� م إ� اك� �Nب هم وإ� ق�� �رر �ن5 ن� ح � ن� لاق� م� ة� إ� ي� lش �م ح� ولادك� لوإ إ4 ت� ف� ولا ت��“Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut melarat. Kamilah yang memberi rezeki kepada mereka dan kepadamu juga. Sesungguhnya membunuh mereka adalah dosa yang besar.” (Qs al Isra’ : 31)
Keempat : Setiap janin yang terbentuk adalah merupakan kehendak Allah swt, sebagaimana firman Allah swt
لا �ق م ط� ك خ�رج� �م ن� lسمي ث� ل م� ج� لى إ4 اء إ� lس �ا ن� ام م� رج� ي� إلا4 �ر ف ق� �وت�“Selanjutnya Kami dudukan janin itu dalam rahim menurut kehendak Kami selama umur kandungan. Kemudian kami keluarkan kamu dari rahim ibumu sebagai bayi.” (QS al Hajj : 5)
Kelima : Larangan membunuh jiwa tanpa hak, sebagaimana firman Allah swt :
ق� ال�ح لا ب� م إهلل إ� ر ي� ح� ت� س إل� �ف �لوإ إل�ن ت� ف� ولا ت��
“Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah melainkan dengan alasan yang benar “ ( Qs al Isra’ : 33 )
Hukum Aborsi Dalam Islam.
Di dalam teks-teks al Qur’an dan Hadist tidak didapati secara khusus hukum aborsi, tetapi yang ada adalah larangan untuk membunuh jiwa orang tanpa hak, sebagaimana firman Allah swt :
ما ي� yظ ا ع� إب� �د د له ع� ع� ة وإ4 �عي ه ول� لي� ب إهلل ع� �ض �ها وع� ي� M�دإ ق� ال� �م ج� �هن ه ج� و4 إ% �ر خ �دإ ف� عم ن� ا م� �ت م� ؤ4 ل م� ت� ف� ن5 ت�� وم�“ Dan barang siapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka balasannya adalah neraka Jahanam, dan dia kekal di dalamnya,dan Allah murka kepadanya dan melaknatnya serta menyediakan baginya adzab yang besar( Qs An Nisa’ : 93 )
Begitu juga hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud bahwasanya Rosulullah saw bersabda :
ل رس� م ن�� lث� Tك ل� �ل د lت ه� م� �غ �ض كT م� ل� �ي� د �ون5 ف ك م ب�� lث� Tك ل� �ل د lت ه� م� لق� كT ع� ل� �ي� د �ون5 ف ك م ب�� lا ث� وم� ن5 ي�� عي� رت�' ه إ4 م إ4 ن5 ظ ي� ب� �ه ف لق� �مع ج� ج م ن�� دك� ج� ن5 إ4 إ�د عت� و س� ي� إ4 ق� lمله وس� له وع� ج� ه وإ4 ق� �ت�ب رر ك ب� لمات� ع ك� ب£ ر ا4 مر ب� و4 �Kي وح و ه إل�ر ي� M�خ� ق� �ف �ن ي� كT ف�& مل إل�“ Sesungguhnya seseorang dari kamu dikumpulkan penciptaannya di dalam perut ibunya selama empat puluh hari. Setelah genap empat puluh hari kedua, terbentuklah segumlah darah beku. Ketika genap empat puluh hari ketiga , berubahlah menjadi segumpal daging. Kemudian Allah mengutus malaikat untuk meniupkan roh, serta memerintahkan untuk menulis empat perkara, yaitu penentuan rizki, waktu kematian, amal, serta nasibnya, baik yang celaka, maupun yang bahagia. “ ( Bukhari dan Muslim )
Maka, untuk mempermudah pemahaman, pembahasan ini bisa dibagi menjadi dua bagian sebagai berikut :
1. Menggugurkan Janin Sebelum Peniupan Roh
Dalam hal ini, para ulama berselisih tentang hukumnya dan terbagimenjadi tiga pendapat :
Pendapat Pertama :
Menggugurkan janin sebelum peniupan roh hukumnya boleh. Bahkan sebagian dari ulama membolehkan menggugurkan janin tersebut dengan obat. ( Hasyiat Al Qalyubi : 3/159 )
Pendapat ini dianut oleh para ulama dari madzhab Hanafi, Syafi’I,dan Hambali. Tetapi kebolehan ini disyaratkan adanya ijin dari kedua orang tuanya,( Syareh Fathul Qadir : 2/495 )
Mereka berdalil dengan hadist Ibnu Mas’ud di atas yang menunjukkan bahwa sebelum empat bulan, roh belum ditiup ke janin dan penciptaan belum sempurna, serta dianggap benda mati, sehingga boleh digugurkan.
Pendapat kedua :
Menggugurkan janin sebelum peniupan roh hukumnya makruh. Dan jikasampai pada waktu peniupan ruh, maka hukumnya menjadi haram.
Dalilnya bahwa waktu peniupan ruh tidak diketahui secara pasti, maka tidak boleh menggugurkan janin jika telah mendekati waktu peniupan ruh , demi untuk kehati-hatian . Pendapat ini dianut oleh sebagian ulama madzhab Hanafi dan Imam Romli salah seorang ulama dari madzhab Syafi’I . ( Hasyiyah Ibnu Abidin : 6/591, Nihayatul Muhtaj : 7/416 )
Pendapat ketiga :
Menggugurkan janin sebelum peniupan roh hukumnya haram. Dalilnya bahwa air mani sudah tertanam dalam rahim dan telah bercampur dengan ovum wanita sehingga siap menerima kehidupan, maka merusakwujud ini adalah tindakan kejahatan . Pendapat ini dianut oleh Ahmad Dardir , Imam Ghozali dan Ibnu Jauzi ( Syareh Kabir : 2/ 267, Ihya Ulumuddin : 2/53, Inshof : 1/386)
Adapun status janin yang gugur sebelum ditiup rohnya (empat bulan) , telah dianggap benda mati, maka tidak perlu dimandikan,
dikafani ataupun disholati. Sehingga bisa dikatakan bahwa menggugurkan kandungan dalam fase ini tidak dikatagorikan pembunuhan, tapi hanya dianggap merusak sesuatu yang bermanfaat.
Ketiga pendapat ulama di atas tentunya dalam batas-batas tertentu, yaitu jika di dalamnya ada kemaslahatan, atau dalam istilah medis adalah salah satu bentuk Abortus Profocatus Therapeuticum,yaitu jika bertujuan untuk kepentingan medis dan terapi serta pengobatan. Dan bukan dalam katagori Abortus Profocatus Criminalis, yaituyang dilakukan karena alasan yang bukan medis dan melanggar hukumyang berlaku, sebagaimana yang telah dijelaskan di atas.
1. Menggugurkan Janin Setelah Peniupan Roh
Secara umum, para ulama telah sepakat bahwa menggugurkan janin setelah peniupan roh hukumnya haram. Peniupan roh terjadi ketika janin sudah berumur empat bulan dalam perut ibu, Ketentuan ini berdasarkan hadist Ibnu Mas’ud di atas. Janin yang sudah ditiupkan roh dalam dirinya, secara otomatis pada saat itu, dia telah menjadi seorang manusia, sehingga haram untuk dibunuh. Hukum ini berlaku jika pengguguran tersebut dilakukan tanpa ada sebab yang darurat.
Namun jika disana ada sebab-sebab darurat, seperti jika sang janin nantinya akan membahayakan ibunya jika lahir nanti, maka dalam hal ini, para ulama berbeda pendapat:
Pendapat Pertama :
Menyatakan bahwa menggugurkan janin setelah peniupan roh hukumnyatetap haram, walaupun diperkirakan bahwa janin tersebut akan membahayakan keselamatan ibu yang mengandungnya. Pendapat ini dianut oleh Mayoritas Ulama.
Dalilnya adalah firman Allah swt :
ق� ال�ح لا ب� م إهلل إ� ر ي� ح� ت� س إل� �ف �لوإ إل�ن ت� ف� ولا ت��“ Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang benar. “ ( Q.S. Al Israa’: 33 )
Kelompok ini juga mengatakan bahwa kematian ibu masih diragukan, sedang keberadaan janin merupakan sesuatu yang pasti dan yakin, maka sesuai dengan kaidah fiqhiyah : “ Bahwa sesuatu yang yakin tidak boleh dihilanngkan dengan sesuatu yang masih ragu.”, yaitu tidak boleh membunuh janin yang sudah ditiup rohnya yang merupakan sesuatu yang pasti , hanya karena kawatir dengan kematian ibunya yang merupakan sesuatu yang masih diragukan. ( Hasyiyah Ibnu Abidin : 1/602 ).
Selain itu, mereka memberikan permitsalan bahwa jika sebuah perahu akan tenggelam, sedangkan keselamatan semua perahu tersebut bisa terjadi jika sebagian penumpangnya dilempar ke laut, maka hal itu juga tidak dibolehkan.
Pendapat Kedua :
Dibolehkan menggugurkan janin walaupun sudah ditiupkan roh kepadanya, jika hal itu merupakan satu-satunya jalan untuk menyelamatkan ibu dari kematian. Karena menjaga kehidupan ibu lebih diutamakan dari pada menjaga kehidupan janin, karena kehidupan ibu lebih dahulu dan ada secara yakin, sedangkan kehidupan janin belum yakin dan keberadaannya terakhir.( Mausu’ah Fiqhiyah : 2/57 )
Prediksi tentang keselamatan Ibu dan janin bisa dikembalikan kepada ilmu kedokteran, walaupun hal itu tidak mutlak benarnya. Wallahu A’lam.
Dari keterangan di atas, bisa diambil kesimpulan bahwa para ulamasepakat bahwa Abortus Profocatus Criminalis, yaitu aborsi kriminal yang menggugurkan kandungan setelah ditiupkan roh ke dalam janin tanpasuatu alasan syar’I hukumnya adalah haram dan termasuk katagori membunuh jiwa yang diharamkan Allah swt.
Adapun aborsi yang masih diperselisihkan oleh para ulama adalah Abortus Profocatus Therapeuticum, yaitu aborsi yang bertujuan untuk penyelamatan jiwa, khususnya janin yang belum ditiupkan roh di dalamnya.
http://www.ahmadzain.com/read/karya-tulis/258/hukum-aborsi-dalam-islam/
KESEHATAN LINGKUNGANA. Ajaran Islam Tentang Kesehatan
Kata “sehat” merupakan indonesianisasi dari bahasa Arab
“ash-shihhah” dan berarti sembuh, sehat, selamat dari cela,
nyata, benar, dan sesuai dengan kenyataan (Warson, [t.th.]:817).
Kata sehat dapat diartikan pula: (1) dalam keadaan baik segenap
badan serta bagian-bagiannya (bebas dari sakit), waras, (2)
mendatangkan kebaikan pada badan, (3) sembuh dari sakit (Kamus
Besar, 1990:794)” (Danusiri, 13-1-2012).
Bukti bahwa adanya ajaran Islam untuk menjaga kesehatan adalah
adanya sunnah Rasul yang mengajarkan do’a untuk meminta kesehatan
kepada Allah yaitu sebagaimana sebuah hadits “Dari 'Abdullah bin
'Umar, dia berkata, "Di antara doa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam adalah:
Tك ط �خ ع س� من� كT وج� مت� ق� �اءه� ت� ج �كT وف� ت� ي³ اف�& ل ع� و ح كT ون�� عمت� �وإل ت� �ن5 ر كT م� عود� ب� ى إ4 � ن· هم إ� إل�ل Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari hilangnya
kenikmatan yang telah Engkau berikan, dari berubahnya kesehatan
yang telah Engkau anugerahkan, dari siksa-Mu yang datang secaratiba-tiba, dan dari segala kemurkaan-Mu (HR. Muslim no. 2739)Salah satu faedah hadits di atas adalah agar kita selalu
meminta kesehatan (tidak berubah menjadi penyakit) pada
pendengaran, penglihatan dan anggota tubuh lainnya.
Kebutuhan hidup yang tersedia tidak akan berguna apabila tidak
diiringi dengan kesehatan badan. Dalam hal ini Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda ”Perhatikanlah lima perkara ini sebelum
datang lima perkara yaitu: 1. Hidupmu sebelum datang ajalmu; 2. Jagalah
kesehatanmu sebelum datang sakitmu; 3. Manfaatkan sebaik-baiknya kesempatanmu
sebelum datang kesibukanmu; 4. Manfaatkan masa mudamu sebelum datang masa
tuamu; 5. Manfaatkan kekayaanmu sebelum datang masa fakirmu." (HR. Ahmad
dan Baihaqi).
Islam mengajarkan prinsip-prinsip kesehatan, kebersihan dan
kesucian lahir dan batin. Antara kesehatan jasmani dengan
kesehatan rohani merupakan kesatuan sistem yang terpadu, sebab
kesehatan jasmani dan rohani menjadi syarat bagi tercapainya
suatu kehidupan yang sejahtera di dunia dan kebahagiaan di
akhirat.
Sistem kesehatan dalam Islam tercermin dalam ajaran syariat
yang mewajibkan perbuatan membersihkan diri dari kotoran (najis),
dari hadats dan dari kotoran hati semua itu berada dalam satu
paket ibadah seperti wudhu', mandi, shalat dan lain sebagainya.
Kesehatan dapat didaapatkan dengan menjaga kebersihan.
Kebersihan adalah upaya manusia untuk memelihara diri dan
lingkungannya dari segala yang kotor dan keji dalam rangka
mewujudkan dan melestarikan keidupan yang sehat dan nyaman.
Kebersihan merupakan syarat bagi terwujudnya kesehatan, dan sehat
adalah salah satu faktor yang dapat memberikan kebahagiaan.
Begitu pentingnya kebersihan menurut Islam, sehingga orang
yang membersihkan diri atau mengusahakan kebersihan akan dicintai
oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala, sebagaimana firman-Nya
Artinya :“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan
orang-orang yang menyucikan diri” (Q.S. al-Baqarah :222)
Sehat terbagi dua yaitu sehat jasmani dan sehat rohani.
1. Sehat Jasmani
Bersih merupakan pangkal dari sehat berarti modal pertama untuk
memperoleh kesehatan adalah kebersihan selain itu, makanan dan
minuman yang dikonsumsi harus yang bergizi dan harus sekaligus
halal. Bergizi saja tidak cukup dan halal saja juga belum cukup.
Allah memang memerintahkan kepada kaum muslimin supaya makan
makanan yang halalan thayyiban. Demikian firman Allah
Artinya: “Wahai manusia ! makanlah dari (makanan) halal dan baik yang
terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh,
setan itu musuh yang nyata bagimu” (Q.S. al-Baqarah :l68).
2. Sehat Rohani
Seorang dikatakan sehat rohaninya jika ia terbebas dari
penyakit batiniah. Penyakit ini cukup banyak. Al-Ghazali
menyebutkan antara lain:
a. Hubb ad-Dunya (Cinta dunia)
b. Rakus,
c. Kikir
d. Ria (Pamer) dan Takabbur (Sombong)
e. Ujub
f. Munafiq
B. Hubungan Islam dengan Kesehatan Lingkungan
1. Definisi Kesehatan Lingkungan
Untuk mengetahui pengertian kesehatan lingkungan kita harus
melihat ketentuan hukum sebelumnya yang mengatur tentang materi
yang sama yaitu dalam Undang undang No.11 tentang Hygiene. Dalam
Undang-undang Hygiene tahun 1966 dijelaskan yang dimaksud dengan
hygiene adalah kesehatan masyarakat yang khusus meliputi segala
usaha untuk melindungi, memelihara dan mempertinggi derajat
kesehatan dengan tujuan memberi dasar-dasar kelanjutan hidup yang
sehat serta mempertinggi kesejahteraan dan daya guna
perikehidupan manusia.
Dalam Undang-undang no.4 tahun 1982 tentang Ketentuan-
ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup, dijelaskan bahwa
kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi lingkungan yang mampu
menopang keseimbangan ekologis yang dinamis antara manusia dan
lingkungan untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia
yang sehat, sejahtera dan bahagia.
2. Hubungan Islam dengan Kesehatan Lingkungan
Islam mengajarkan umatnya untuk melindungi dan menjaga alam
dan lingkungan. Pada masa kekhalifahan, peradaban Islam di
Semenanjung Arab memiliki dan menjaga kawasan konservasi yang
disebut Hima.
Hima merupakan zona yang tak boleh disentuh atau digunakan
untuk apapun bagi kepentingan manusia. Tempat tersebut digunakan
sebagai konservasi alam, baik untuk kehidupan binatang liar
maupun tumbuh-tumbuhan. Islam mempunyai konsep yang sangat jelas
tentang pentingnya konservasi, penyelamatan, dan pelestarian
lingkungan. Konsep Islam ini kemudian bisa digunakan sebagai
dasar pijakan (moral dan spiritual) dalam upaya penyelamatan
lingkungan. Permasalahan lingkungan bukan hanya masalah ekologi
semata, tetapi menyangkut teologi.
Pengertian teologi dalam konteks ini adalah cara menghadirkan
dalam setiap aspek kegiatan manusia. Dalam bahasa lain, teologi
dapat dimaknai sebagai konsep berpikir dan bertindak yang
dihubungkan dengan yang ghaib yang menciptakan sekaligus mengatur
manusia dan alam. Jadi, terdapat tiga pusat perhatian (komponen)
bahasan yakni Tuhan, manusia, dan alam, yang ketiganya mempunyai
kesatuan hubungan fungsi dan kedudukan.
Jadi, teologi hubungan antara manusia dan alam dengan Tuhan
adalah konsep berpikir dan bertindak tentang lingkungan hidup
yang mengintegrasikan aspek fisik (alam termasuk hewan dan
tumbuhan), manusia dan Tuhan. Realitas alam ini tidak diciptakan
dengan ketidaksengajaan (kebetulan atau main-main) sebagaimana
pandangan beberapa saintis barat, tetapi dengan rencana yang
benar sebagaimana telah tercantum dalam (Q.S. Al-An’am: 73, Q.S.
Shaad: 27 dan Q.S. Al-Dukhaan: 38-39). Oleh karena itu, menurut
perspektif Islam, alam mempunyai eksistensi riil, objektif, serta
bekerja sesuai dengan hukum yang berlaku tetap (qodar).
Artinya : “Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dengan benar. dan
benarlah perkataan-Nya di waktu Dia mengatakan: "Jadilah, lalu terjadilah", dan di
tangan-Nyalah segala kekuasaan di waktu sangkakala ditiup. Dia mengetahui yang
ghaib dan yang nampak. dan Dialah yang Maha Bijaksana lagi Maha
mengetahui”(QS. Al-An’am : 73).
Artinya : “Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara
keduanya tanpa hikmah. yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, Maka
celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka”. (QS.
Shaad :27)
Artinya : “38. dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada
antara keduanya dengan bermain-main. 39. Kami tidak menciptakan keduanya
melainkan dengan haq, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui”. (Ad-
Dukhaan: 38-38).
Pandangan Islam tentang alam (lingkungan hidup) bersifat
menyatu (holistik) dan saling berhubungan yang komponennya adalah
Sang Pencipta alam dan makhluk hidup (termasuk manusia). Dalam
Islam, manusia sebagai makhluk dan hamba Tuhan, sekaligus sebagai
wakil (khalifah) Tuhan di muka bumi yang telah dijelaskan dalam
(Q.S. Al-An’am: 165). ). Manusia mempunyai tugas untuk mengabdi,
menghamba (beribadah) kepada Sang Pencipta (Al-Kholik).
Islam merupakan agama (jalan hidup) yang sangat memerhatikan
tentang lingkungan dan keberlanjutan kehidupan di dunia. Banyak
ayat al-Quran dan hadis yang menjelaskan, menganjurkan bahkan
mewajibkan setiap manusia untuk menjaga kelangsungan kehidupannya
dan kehidupan makhluk lain dibumi. Konsep yang berkaitan dengan
penyelamatan dan konservasi lingkungan (alam) menyatu tak
terpisahkan dengan konsep keesaan Tuhan (tauhid), syariah, dan
akhlak.
Di dalam ajaran Islam, dikenal juga dengan konsep yang
berkaitan dengan penciptaan manusia dan alam semesta yakni konsep
Khilafah dan Amanah. Konsep khilafah menyatakan bahwa manusia
telah dipilih oleh Allah di muka bumi ini (khalifatullah
fil’ardh).
Sebagai wakil Allah, manusia wajib untuk bisa
merepresentasikan dirinya sesuai dengan sifat-sifat Allah. Salah
satu sifat Allah tentang alam adalah sebagai pemelihara atau
penjaga alam (rabbul’alamin). Jadi sebagai wakil (khalifah) Allah
di muka bumi, manusia harus aktif dan bertanggung jawab untuk
menjaga bumi. Artinya, menjaga keberlangsungan fungsi bumi
sebagai tempat kehidupan makhluk Allah termasuk manusia sekaligus
menjaga keberlanjutan kehidupannya.
Lingkungan alam ini oleh Islam dikontrol oleh dua konsep
(instrumen) yakni halal dan haram. Halal bermakna segala sesuatu
yang baik, menguntungkan, menenteramkan hati, atau yang berakibat
baik bagi seseorang, masyarakat maupun lingkungan. Sebaliknya
segala sesuatu yang jelek, membahayakan atau merusak seseorang,
masyarakat dan lingkungan adalah haram.
Jika konsep tauhid, khilafah, amanah, halal, dan haram ini
kemudian digabungkan dengan konsep keadilan, keseimbangan,
keselarasan, dan kemaslahatan maka terbangunlah suatu kerangka
yang lengkap dan komprehensif tentang etika lingkungan dalam
perspektif Islam.
Konsep etika lingkungan tersebut mengandung makna,
penghargaan yang sangat tinggi terhadap alam, penghormatan
terhadap saling keterkaitan setiap komponen dan aspek kehidupan,
pengakuan terhadap kesatuan penciptaan dan persaudaraan semua
makhluk serta menunjukkan bahwa etika (akhlak) harus menjadi
landasan setiap perilaku dan penalaran manusia. Kelima pilar
etika lingkungan tersebut sebenarnya juga merupakan pilar syariah
Islam. Syariah yang bermakna lain as-sirath adalah sebuah jalan
yang merupakan konsekuensi dari persaksian (syahadah) tentang
keesaan Tuhan.
Agama Islam memiliki perhatian khusus terhadap masalah
lingkungan. Sebab, lingkungan memiliki pengaruh besar bagi fisik
dan mental manusia. Terkait hal ini, Rasulullah bersabda, "Alam
dan seluruh tanah di muka bumi adalah masjid dan tempat ibadah". Orang yang
bertauhid meyakini bahwa seluruh alam semesta sebagai tempat
ibadah yang tidak boleh dikotori dan dirusak serta harus terus
dirawat kelestariannya.
Dalam hukum Islam ada sebuah prinsip umum bahwa siapapun
tidak boleh merugikan atau merusak yang lain baik terhadap
manusia lain maupun alam semesta. Dengan demikian fiqh Islam
mencegah secara langsung maupun tidak langsung atas terjadinya
kerusakan lingkungan.
Merusak dan mencemari lingkungan menyebabkan terjadinya
berbagai masalah seperti problem kesehatan yang berdampak buruk
bagi penghuni bumi. Untuk itu, Islam mengharamkan setiap tindakan
yang merusak alam. Dalam Islam, kerusakan lingkungan juga
mengakibatkan kerusakan sosial yang menyebabkan terjadinya
perampasan terhadap hak jutaan orang bahkan seluruh penduduk
bumi.
Selain itu Islam juga mengajarkan tentang kebersihan, yaitu
yang menyangkut berbagai hal, antara lain :
1. Kebersihan rohani
Ajaran kebersihan mendasar adalah menyangkut kebersihan
rohani, yaitu menyangkut kebersihan hati.
2. Kebersihan badan
Kebersihan badan dan jasmani merupakan hal yang tidak
terpisahkan dengan kebersihan rohani, karena setiap ibadah harus
dilakukan dalam keadaan bersih badan.
3. Kebersihan tempat
Ajaran kebersihan juga menyangkut kebersihan tempat
melaksanakan ibadah atau sarana peribadatan. Mesjid sebagai
tempat suci, dimana kaum Muslimin melakukan ibadah harus
dipelihara kesucian dan kebersihannya karena ibadah shalat tidak
sah jika dikerjakan ditempat yang tidak bersih atau kotor.
4. Kebersihan pakaian
Kebersihan pakaian sangat penting, karena pakaian melekat
pada badan yang berfungsi menutup aurat, melindungi badan dari
kotoran dan penyakit serta memperindah badan, maka ajaran Islam
menyatukan antara kebersihan badan dan kebersihan pakaian.
5. Kebersihan makanan
Ajaran Islam tentang kebersihan makanan menyangkut aspek
kebersihan dari segi kesehatan dan kebersihan dalam arti makanan
yang halal.
Makanan yang halal adalah makanan yang dibolehkan oleh agama,
sedangkan makanan yang baik adalah makanan yang memenuhi syarat-
syarat kesehatan, termasuk makanan bersih, bergizi dan
berprotein.
6. Kebersihan lingkungan
Ajaran Islam memandang penting kebersihan lingkungan hidup,
menghindarkan pencemaran dari limbah atau sampah.
7. Kebersihan dalam rumah tangga
Ajaran Islam tentang kebersihan juga menyangkut kebersihan
rumah tangga, baik mengenai tempat tinggal maupun hubungan antara
anggota keluarga khususnya suami istri.
8. Kebersihan harta
Ajaran Islam tentang kebersihan juga meliputi tentang
kebersihan harta, karena dalam harta itu terdapat hak Allah Swt.
dan orang lain.