Bahan klompok 8

53
A. LATAR BELAKANG Krisis lingkungan yang terjadi saat ini sebenarnya bersumber pada kesalahan fundamentalis-filosofis dalam pemahaman atau cara pandang manusia terhadap dirinya, alam, dan tempat manusia dalam keseluruhan ekosistem. Kesalahan itu menyebabkan kesalahan pola perilaku manusia, terutama dalam berhubungan dengan alam. Aktivitas produksi dan perilaku konsumtif manusia melahirkan sikap dan perilaku eksploitatif. Di samping itu, paham materialisme, kapitalisme, dan pragmatisme dengan kendaraan sains dan teknologi telah ikut mempercepat dan memperburuk kerusakan lingkungan. Upaya untuk penyelamatan lingkungan telah banyak dilakukan baik melalui penyadaran kepada masyarakat dan pemangku kepentingan (stakeholders), upaya pembuatan peraturan, kesepakatan nasional dan internasional, undang-undang maupun melalui penegakan hukum. Penyelamatan melalui pemanfaatan sains dan teknologi serta program-program teknis lain juga telah banyak dilakukan.

Transcript of Bahan klompok 8

A.   LATAR BELAKANG

Krisis lingkungan yang terjadi saat ini sebenarnya bersumber

pada kesalahan fundamentalis-filosofis dalam pemahaman atau cara

pandang manusia terhadap dirinya, alam, dan tempat manusia dalam

keseluruhan ekosistem. Kesalahan itu menyebabkan kesalahan pola

perilaku manusia, terutama dalam berhubungan dengan alam.

Aktivitas produksi dan perilaku konsumtif manusia melahirkan

sikap dan perilaku eksploitatif. Di samping itu, paham

materialisme, kapitalisme, dan pragmatisme dengan kendaraan sains

dan teknologi telah ikut mempercepat dan memperburuk kerusakan

lingkungan.

Upaya untuk penyelamatan lingkungan telah banyak dilakukan

baik melalui penyadaran kepada masyarakat dan pemangku

kepentingan (stakeholders), upaya pembuatan peraturan,

kesepakatan nasional dan internasional, undang-undang maupun

melalui penegakan hukum. Penyelamatan melalui pemanfaatan sains

dan teknologi serta program-program teknis lain juga telah banyak

dilakukan.

Islam mempunyai konsep yang sangat jelas tentang pentingnya

konservasi, penyelamatan, dan pelestarian lingkungan. Konsep

Islam tentang lingkungan ini ternyata sebagian telah diadopsi dan

menjadi prinsip ekologi yang dikembangkan oleh para ilmuwan

lingkungan. Prinsip-prinsip ekologi tersebut telah pula

dituangkan dalam bentuk beberapa kesepakatan dan konvensi dunia

yang berkaitan dengan lingkungan. Akan tetapi, konsep Islam yang

sangat jelas tersebut belum dimanfaatkan secara nyata dan

optimal.

Maka, harus segera dilakukan penggalian secara komprehensif

tentang konsep Islam yang berkaitan dengan lingkungan serta

implementasi dan revitalisasinya. Konsep Islam ini kemudian bisa

digunakan sebagai dasar pijakan (moral dan spiritual) dalam upaya

penyelamatan lingkungan atau bisa disebut sebagai “teologi

lingkungan”. Sains dan teknologi saja tidak cukup dalam upaya

penyelamatan lingkungan yang sudah sangat parah dan mengancam

eksistensi dan fungsi planet bumi ini. Permasalahan lingkungan

bukan hanya masalah ekologi semata, tetapi menyangkut teologi.

Pengertian “teologi” dalam konteks ini adalah cara

“menghadirkan” dalam setiap aspek kegiatan manusia. Dalam bahasa

lain, teologi dapat dimaknai sebagai konsep berpikir dan

bertindak yang dihubungkan dengan “Yang Gaib” yang menciptakan

sekaligus mengatur manusia dan alam. Jadi, terdapat tiga pusat

perhatian (komponen) bahasan yakni Tuhan, manusia, dan alam, yang

ketiganya mempunyai kesatuan hubungan fungsi dan kedudukan. Jadi,

teologi hubungan antara manusia dan alam dengan Tuhan adalah

“konsep berpikir dan bertindak tentang lingkungan hidup yang

mengintegrasikan aspek fisik (alam termasuk hewan dan tumbuhan),

manusia dan Tuhan”

Realitas alam ini tidak diciptakan dengan ketidaksengajaan

(kebetulan atau main-main) sebagaimana pandangan beberapa saintis

barat, tetapi dengan rencana yang benar al-Haq (Q.S. Al-An’am:

73; Shaad: 27; Al-Dukhaan: 38-39). Oleh karena itu, menurut

perspektif Islam, alam mempunyai eksistensi riil, objektif, serta

bekerja sesuai dengan hukum yang berlaku tetap (qodar). Pandangan

Islam tidak sebagaimana pandangan aliran idealis yang menyatakan

bahwa alam adalah semu dan maya.

Pandangan Islam tentang alam (lingkungan hidup) bersifat

menyatu (holistik) dan saling berhubungan yang komponennya adalah

Sang Pencipta alam dan makhluk hidup (termasuk manusia). Dalam

Islam, manusia sebagai makhluk dan hamba Tuhan, sekaligus sebagai

wakil (khalifah) Tuhan di muka bumi (Q.S. Al-An’am: 165). Manusia

mempunyai tugas untuk mengabdi, menghamba (beribadah) kepada Sang

Pencipta (Al-Kholik). Tauhid merupakan sumber nilai sekaligus

etika yang pertama dan utama dalam teologi pengelolaan

lingkungan.

KONSEP LINGKUNGAN

Asas keseimbangan dan kesatuan ekosistem hingga saat ini

masih banyak digunakan oleh para ilmuwan dan praktisi lingkungan

dalam kegiatan pengelolaan lingkungan. Asas tersebut juga telah

digunakan sebagai landasan moral untuk semua aktivitas manusia

yang berkaitan dengan lingkungannya. Akan tetapi, asas

keseimbangan dan kesatuan tersebut masih terbatas pada dimensi

fisik dan duniawiah dan belum atau tidak dikaitkan dengan dimensi

supranatural dan spiritual terutama dengan konsep (teologi)

penciptaan alam. Jadi, terdapat keterputusan hubungan antara alam

sebagai suatu realitas dan realitas yang lain yakni yang

menciptakan alam. Dengan kata lain, nilai spiritualitas dari asas

tersebut tidak terlihat.

Islam merupakan agama (jalan hidup) yang sangat memerhatikan

tentang lingkungan dan keberlanjutan kehidupan di dunia. Banyak

ayat Alquran dan hadis yang menjelaskan, menganjurkan bahkan

mewajibkan setiap manusia untuk menjaga kelangsungan kehidupannya

dan kehidupan makhluk lain dibumi. Konsep yang berkaitan dengan

penyelamatan dan konservasi lingkungan (alam) menyatu tak

terpisahkan dengan konsep keesaan Tuhan (tauhid), syariah, dan

akhlak.

Setiap tindakan atau perilaku manusia yang berhubungan

dengan orang lain atau makhluk lain atau lingkungan hidupnya

harus dilandasi keyakinan tentang keesaan dan kekuasaan Allah

SWT. yang mutlak. Manusia juga harus bertanggung jawab kepada-Nya

untuk semua tindakan yang dilakukannya. Hal ini juga menyiratkan

bahwa pengesaan Tuhan merupakan satu-satunya sumber nilai dalam

etika. Bagi seorang Muslim, tauhid seharusnya masuk ke seluruh

aspek kehidupan dan perilakunya. Dengan kata lain, tauhid

merupakan sumber etika pribadi dan kelompok, etika sosial,

ekonomi dan politik, termasuk etika dalam mengembangkan sains dan

teknologi.

Di dalam ajaran Islam, dikenal juga dengan konsep yang

berkaitan dengan penciptaan manusia dan alam semesta yakni konsep

Khilafah dan Amanah. Konsep khilafah menyatakan bahwa manusia

telah dipilih oleh Allah di muka bumi ini (khalifatullah

fil’ardh). Sebagai wakil Allah, manusia wajib untuk bisa

merepresentasikan dirinya sesuai dengan sifat-sifat Allah. Salah

satu sifat Allah tentang alam adalah sebagai pemelihara atau

penjaga alam (rabbul’alamin). Jadi sebagai wakil (khalifah) Allah

di muka bumi, manusia harus aktif dan bertanggung jawab untuk

menjaga bumi. Artinya, menjaga keberlangsungan fungsi bumi

sebagai tempat kehidupan makhluk Allah termasuk manusia sekaligus

menjaga keberlanjutan kehidupannya.

Manusia mempunyai hak atau diperbolehkan untuk memanfaatkan apa-apa

yang ada di muka bumi (sumber daya alam) yang tidak melampaui batas atau

berlebihan (Al-An’am: 141-142).

Manusia baik secara individu maupun kelompok tidak mempunyai

hak mutlak untuk menguasai sumber daya alam yang bersangkutan

istilah “penaklukan” atau “penguasaan” alam seperti yang

dipelopori oleh pandangan barat yang sekuler dan materialistik

tidak dikenal dalam Islam. Islam menegaskan bahwa yang berhak

menguasai dan mengatur alam adalah Yang Maha Pencipta dan Maha

Mengatur yakni Rabbul Alamin. Hak penguasaannya tetap ada pada

Tuhan Pencipta. Manusia wajib menjaga kepercayaan atau amanah

yang telah diberikan oleh Allah tersebut. Dalam konteks ini, alam

terutama bumi tempat tinggal manusia merupakan arena uji bagi

manusia. Agar manusia bisa berhasil dalam ujiannya, ia harus bisa

membaca “tanda-tanda” atau” ayat-ayat” alam yang ditujukan oleh

Sang Maha Pengatur Alam. Salah satu agar manusia mampu membaca

ayat-ayat Tuhan, manusia harus mempunyai pengetahuan dan ilmu.

Lingkungan alam ini oleh Islam dikontrol oleh dua konsep

(instrumen) yakni halal dan haram. Halal bermakna segala sesuatu

yang baik, menguntungkan, menenteramkan hati, atau yang berakibat

baik bagi seseorang, masyarakat maupun lingkungan. Sebaliknya

segala sesuatu yang jelek, membahayakan atau merusak seseorang,

masyarakat dan lingkungan adalah haram. Jika konsep tauhid,

khilafah, amanah, halal, dan haram ini kemudian digabungkan

dengan konsep keadilan, keseimbangan, keselarasan, dan

kemaslahatan maka terbangunlah suatu kerangka yang lengkap dan

komprehensif tentang etika lingkungan dalam perspektif Islam.

Konsep etika lingkungan tersebut mengandung makna,

penghargaan yang sangat tinggi terhadap alam, penghormatan

terhadap saling keterkaitan setiap komponen dan aspek kehidupan,

pengakuan terhadap kesatuan penciptaan dan persaudaraan semua

makhluk serta menunjukkan bahwa etika (akhlak) harus menjadi

landasan setiap perilaku dan penalaran manusia. Kelima pilar

etika lingkungan tersebut sebenarnya juga merupakan pilar syariah

Islam. Syariah yang bermakna lain as-sirath adalah sebuah “jalan”

yang merupakan konsekuensi dari persaksian (syahadah) tentang

keesaan Tuhan. 

PENGELOLAAN LINGKUNGAN YANG TERPADU

MENURUT AJARAN ISLAM

Proses kerusakan lingkungan telah menjadi persoalan global

yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia dimanapun berada.

Lingkungan bersih yang tak tercemar (pristine) manjadi barang

langka yang sangat sulit bahkan hampir tak mungkin didapatkan.

Hampir semua tempat tidak akan luput dari “masukan” bahan

pencemar baik melalui udara (misalnya: asap, hujan asam, ataupun

pencemaran suara ataupun bau) maupun daratan (misalnya:

transportasi, aliran sungai, dan lain-lain). Proses kerusakan

tersebut bahkan terus merambah lingkungan yang dianggap tak

mungkin tercemari seperti lautan lepas.

Para ahli lingkungan menduga bahwa kerusakan lautan pada saat ini

justru lebih cepat dibandingkan kerusakan hutan tropis. Tidaklah

mengherankan apabila manusia semakin sulit mendapatkan nutrisi

yang cukup dari lautan karena makin berkurangnya hasil tangkapan

nelayan akibat rusaknya habitat makhluk hidup di lautan tersebut.

Kerusakan lingkungan seharusnya tidak hanya dipandang dari

segi kepentingan manusia semata, namun difokuskan pada menurunnya

kualitas dan daya dukung bagi hewan, tumbuhan, ataupun mikroba

yang pada akhirnya mempengaruhi kehidupan manusia. Sebagai

contoh, kerusakan hutan tropis akibat penebangan hutan baik

secara resmi maupun tak resmi, tidak secara langsung mempengaruhi

kehidupan masyarakat banyak. Namun dampak kerusakan tersebut akan

dirasakan masyarakat dikemudian hari, misalnya punahnya hewan,

tumbuhan, ataupun mikroba yang dibutuhkan sebagai bahan makanan

atau obatan-obatan. Selain itu, kerusakan hutan tersebut akan

berpengaruh pada perubahan iklim secara lokal maupun global,

termasuk peningkatan konsentrasi gas karbon dioksida (CO2) di

udara akibat berkurangnya jumlah tumbuhan yang mampu menyerap gas

tersebut. Akibat lanjut dari berlebihnya gas karbon dioksida

adalah pemanasan global (global warming) yang diperkirakan akan

menimbulkan dampak yang sangat luas seperti perubahan cuaca,

banjir di sekitar pantai, hujan asam, perubahan pola penyebaran

hewan dan tumbuhan, dan lain-lain. Sebagian ahli juga mengaitkan

pemanasan global dengan bencana besar yang melanda negara Amerika

Serikat seperti bencana akibat badai (hurricane) Katrina, Rita,

dan Wilma diwilayah pesisir selatan Amerika pada bulan September

dan Oktober 2005 yang lalu. Dahsyatnya putaran angin ke tiga

badai tersebut diperkirakan dipicu oleh naiknya suhu air di

perairan tersebut akibat pemanasan global. Tidak juga berlebihan

apabila pemanasan global tersebut dihubungkan dengan perubahan

pola iklim di Indonesia yang menyebabkan perubahan curah hujan

yang menyebabkan banjir besar di beberapa daerah seperti di

Jember and Trenggalek, Jawa Timur.

-          Beberapa penyebab kerusakan lingkungan dan akibatnya

Manusia merupakan agen utama perusak lingkungan. Dengan

bertambahnya populasi manusia, maka perubahan lingkungan yang

berimbas kepada kerusakan lingkungan sulit untuk dihindarkan.

Selain bertambah dalam jumlah, aktivitas manusia juga bertambah

cepat dengan diciptakannya teknologi yang mampu mempercepat kerja

dan memperbesar hasil. Pertambahan kecepatan aktivitas tersebut

ternyata sekaligus mempercepat proses kerusakan lingkungan pula.

Hal ini disebabkan karena dinamika proses di alam tunduk

pada hukum Thermodinamika yang menyatakan bahwa dalam proses

perubahan energi tidaklah 100% effisien, sehingga selalu ada

hasil samping yang terbuang. Selain merusak lingkungan, aktivitas

manusia dapat pula merubah struktur rantai makanan, aliran

energi, dan siklus kimia di dalam lingkungan. Sebagai contoh

adalah perubahan siklus unsur hara (nutrient) seperti nitrogen

dan fosfor akibat aktivitas pertanian. Pada awalnya, lahan yang

digunakan masih mengandung cukup unsur hara bagi tanaman

pertanian yang ditanam.

Namun seiring dengan proses pemanenan, banyak unsur hara

yang terangkat dan mengakibatkan lahan menjadi miskin dan tidak

mampu mendukung aktivitas pertanian lagi, sehingga petani harus

membuka lahan baru (sistim pertanian berpindah) atau menambah

unsur hara melalui pemupukan. Selain itu, perubahan struktur

rantai makanan yang diakibatkan oleh aktivitas pertanian tersebut

memaksa petani untuk menggunakan obat pembasmi hama (pestisida)

guna membasmi hama pertanian mereka. Semua aktivitas di atas

(lahan berpindah, penggunaaan pupuk dan pestisida) pada akhirnya

merusak lingkungan. Salah satu akibat dari pemupukan yang

berlebihan adalah eutrofikasi atau pengayaan unsur hara di danau.

Eutrofikasi merupakan salah satu faktor utama menurunnya hasil

tangkapan ikan dan juga faktor utama pendangkalan danau.

Penggunaan pestisida yang berlebihan, juga menjadi penyebab

rusaknya keseimbangan lingkungan dengan terbasminya makhluk hidup

bukan sasaran.

Kerusakan lingkungan semakin bertambah parah dengan

munculnya modernisasi dan industrialisasi di segala bidang.

Industrialisasi tidak hanya berakibat bertambahnya emisi gas

penyebab global warming seperti karbon dioksida dan gas-gas

lainnya, tetapi juga mengakibatkan masuknya bahan-bahan berbahaya

ke dalam lingkungan. Sebagai contoh adalah pencemaran logam berat

dan pencemar organik seperti polychlorinatedbiphenyl (PCB).

Pencemaran logam berat dapat diakibatkan oleh pencemaran dari

industri pertambangan seperti tambang timah, logam mulia, dan

proses-proses lain yang menggunakan logam sebagai bahan dasar.

Logam berat seperti merkuri (Hg), cadmium (Cd), perak (Ag),

tembaga (Cu), dan arsenik (As) adalah termasuk dalam daftar bahan

beracun berbahaya (B3) tidak hanya berbahaya bagi lingkungan

tetapi juga bagi manusia. Merkuri termasuk logam yang paling

berbahaya karena dapat merusak sistem syaraf manusia dan juga

mematikan. Cadmium, perak dan tembaga juga sangat berbahaya

karena dapat mengakibatkan kanker dan menurunkan kemampuan

bereproduksi (menghasilkan keturunan). Arsenik merupakan salah

satu logam berat yang banyak digunakan sebagai racun pembunuh

hewan karena daya racunnya yang kuat. Keberadaan logam-logam

berat tersebut di dalam lingkungan, misalnya lingkungan perairan,

relatif sulit dideteksi dengan peralatan biasa. Dibutuhkan

peralatan yang canggih seperti spektrofotometer serapan atom

(SSA) atau lebih dikenal dengan istilah atomic absorbency

spectrophotometer (AAS) untuk mendeteksinya. Dampak yang

ditimbulkan oleh keberadaan logam-logam berat tersebut mungkin

baru dapat dilihat apabila ikan dan hewan-hewan air lain terapung

mati di atas sungai. Namun, adanya dampak yang terlihat (akut)

tersebut menunjukkan sudah parahnya pencemaran yang terjadi.

Penanggulangan pencemaran yang telah berada pada kondisi akut

tersebut relatif lebih sulit dibandingkan dengan penanggulangan

pencemaran ringan atau tindakan pencegahan pencemaran.

Pencemar organik seperti PCB umumnya dihasilkan dari proses-

proses pembuatan dan penggunaan bahan-bahan kebutuhan sehari-hari

seperti plastik dan bahan-bahan elektronik termasuk industri

mobil. PCB sangat berbahaya karena bahan tersebut mampu menerobos

kulit hewan termasuk manusia dan menumpuk di dalam tubuh,

terutama di jaringan lemak. Bahan tersebut juga dapat

ditransferdari makhluk hidup yang satu ke makhluk hidup yang

lainnya melalui makanan atau minuman yang diproduksi dari mahluk

hidup misalnya daging dan susu. PCB tersebut juga dapat

ditransfer dari ibu ke bayi melalui tali pusat (placenta) atau

melalui air susu ibu. Bahan tersebut juga mengalami proses

biomagnifikasi, artinya bertambah besar konsentrasinya pada hewan

yang menduduki tingkat lebih tinggi di dalam rantai makanan,

misalnya hewan pemakan ikan.

Hewan pemakan ikan seperti burung elang dapat memiliki

koncentrasi PCB ribuan kali dari konsentrasi PCB di tubuh ikan

atau milyaran kali dari konsentrasi PCB di dalam air. Kondisi

tersebut bertambah buruk karena PCB juga bersifat persisten yaitu

sulit di urai oleh mikroba dan lingkungan sehingga keberadanya

akan tersus bertambah karena hampir tidak ada proses yang mampu

menguranginya. Dampak negatif dari PCB adalah menurunkan daya

reproduksi hewan termasuk manusia dan mengakibatkan berbagai

penyakit kronis seperti kanker dan penyakit lain yang berhubungan

dengan fungsi hati. PCB diduga menjadi penyebab punahnya beberapa

jenis hewan liar. Selain PCB, terdapat kelompok bahan pencemar

organik lain yang mampu menurunkan reproduksi dan bahkan mengubah

jenis kelamin hewan. Kelompok tersebut diistilahkan sebagai

pengganggu fungsi hormon (endocrine disruptors). Dari beberapa

hasil penelitian dilaporkan bahwa endocrine disruptors mampu

mengubah jenis kelamin katak dan buaya yang berakibat lanjut pada

menurunnya populasi hewan-hewan tersebut. Bahan-bahan tersebut

juga dikhawatirkan dapat mengubah keseimbangan hormon di dalam

tubuh manusia yang berdampak pada kelainan fisiologis dan

psikologis.

-          Kerusakan lingkungan dalam pandangan Islam

Proses kerusakan lingkungan di darat dan lautan telah

disitir dalam Alqur’an surat 30 (Ar-rum) ayat 41:”Telah terjadi

(tampak) kerusakan di darat dan di laut karena perbuatan tangan manusia, supaya

Allah akan merasakan kepada mereka sebagian (akibat tindakan mereka) agar mereka

kembali (ke jalan yang benar)”. Selanjutnya masih banyak lagi ayat-ayat

Alqur’an (misalnya: surat 2 ayat 60 dan 205; surat 5 ayat 64;

surat 7 ayat 85; dan beberapa surat lainnya) yang juga menegaskan

tentang peranan manusia dalam kerusakan lingkungan, melarang

manusia untuk merusak lingkungan, dan sekaligus mengajak manusia

memelihara lingkungan. Dari ayat-ayat tersebut ada dua hal pokok

yang menjadi dasar pandangan Islam dalam issu pencemaran

lingkungan. Pertama, Islam menyadari bahwa telah dan akan terjadi

kerusakan lingkungan baik di daratan dan lautan yang berakibat

pada turunnya kualitas lingkungan tersebut dalam mendukung hajat

hidup manusia. Kedua, Islam memandang manusia sebagai penyebab

utama kerusakan dan sekaligus pencegah terjadinya kerusakan

tersebut.

Untuk itu, ajaran Islam secara tegas mengajak manusia

memakmurkan bumi dan sekaligus secara tegas melarang manusia

membuat kerusakan di bumi. Namun sayangnya, ayat-ayat tersebut

kurang mendapat perhatian baik dari kalangan ulama maupun

masyarakat umum. Kemungkinan besar masyarakat belum cukup

menyadari dampak akibat kerusakan lingkungan, bahkan ketika

mereka jelas-jelas mengalami bencana tersebut. Sebagai contoh,

banjir tahunan yang melanda kota Jakarta adalah akibat rusaknya

lingkungan di hulu, aliran, dan muara sungai. Perubahan

lingkungan di daerah hulu dari areal hutan ke perumahan (villa)

mengakibatkan turunnya daya dukung lingkungan hulu untuk

menampung air. Akibatnya ketika terjadi hujan, sebagian besar air

hujan masuk ke dalam sungai. Selanjutnya, kerusakan lahan,

tebing, serta penimbunan sampah disekitar aliran sungai juga

menambah besar resiko banjir yang terjadi.

Ditambah lagi dengan proses pendangkalan muara sungai akibat

lumpur dan timbunan sampah menambah parah serta meluasnya daerah

banjir dari tahun ke tahun. Bencana tahunan tersebut tampaknya

belum mampu juga merubah tabiat dan prilaku masyarakat dalam

mengelola lingkungan. Masyarakat tampaknya sudah “beradaptasi”

dengan kerusakan tersebut dan terkesan “apatis” untuk merubahnya.

Bahkan ketika anak-anak mereka sakit kolera, disentri, demam

berdarah, bahkan meninggal akibat lingkungan yang buruk tersebut

mereka masih kurang menyadarinya. Dibutuhkan pendekatan dan

pengelolaan yang terpadu untuk mengatasi masalah-masalah

lingkungan tersebut.

-          Pengelolaan lingkungan secara terpadu

Dalam pengelolaan lingkungan yang terpadu dibutuhkan peran

dari berbagai pihak seperti pemerintah, media massa, pendidik,

tokoh-tokoh masyarakat, dan masyarakat umum. Beberapa aspek dasar

yang diperlukan dalam pengelolaan lingkungan yang terpadu adalah:

1.      Pendidikan lingkungan

Pendidikan lingkungan merupakan unsur yang sangat penting

dalam mengelola lingkungan. Pendidikan lingkungan memiliki peran

yang strategis dan penting dalam mempersiapkan manusia untuk

memecahkan masalah-masalah lingkungan. Melalui pendidikan

lingkungan orang dapat mengembangkan pemikiran dan teknologi yang

mampu mendukung langkah yang tepat untuk skala lokal maupun

global. Selain dari itu, pendidikan sendiri merupakan jalur

positif untuk menuju perubahan pemahaman mengenai lingkungan

hidup. Semakin tinggi tingkat pendidikan dari suatu masyarakat

maka semakin tinggi pula persepsi dan kepedulian masyarakat

tersebut sehingga menimbulkan sikap serta perilaku yang lebih

baik dalam menghadapi masalah lingkungan.

Hal ini dapat dilihat dari persepsi rakyat di negara-negara

maju seperti Amerika, Eropa, dan Jepang yang sangat mengindahkan

lingkungan hidup mereka. Oleh karena itu, pendidikan lingkungan

harus disampaikan secara intensif dan komprehensif melalui semua

jenjang pendidikan baik formal maupun nonformal. Contoh praktek-

praktek yang tidak baik seperti membuang sampah sembarangan,

membuang cairan beracun ke dalam sungai, bercocok tanam di atas

lahan pembuangan sampah, menggunakan kertas bercetak (misalnya

kertas koran) sebagai pembungkus makanan, menggunakan bahan

pengawet mayat sebagai pengawet makanan, menggunakan bahan

pewarna pakaian sebagai pewarna makanan, dan banyak lagi

merupakan praktek-praktek umum yang dilakukan oleh masyarakat

Indonesia karena kurangnya pendidikan lingkungan dan kesehatan

tersebut. Ditambah lagi banyaknya industri yang tidak

mengindahkan lingkungan dengan membuang limbah secara langsung

atau limbah yang tidak diolah secara memadai ke dalam lingkungan.

Hal ini menunjukkan pula bahwa kedisiplinan bangsa kita

sangat kurang dalam mengelola lingkungan. Selain itu, dapat juga

menjadi petunjuk bahwa karakter bangsa kita yang tidak peduli,

egois, mementingkan kepentingan (ekonomi) sesaat dibandingkan

dengan menjaga kepentingan pembangunan dan kesejahteraan yang

berkelanjutan.

2.      Media massa

Peningkatan pengetahuan manusia tentang lingkungan hidup

bila tanpa disertai upaya penyebarluasan informasi ilmu

pengetahuan itu sendiri sudah barang tentu akan menjadi hambatan

ke arah terciptanya lingkungan yang berkualitas. Peranan media

massa dalam perluasan informasi tersebut sangatlah besar. Media

massa disini sudah termasuk: media cetak, radio, televisi dan

internet. Dibandingkan media massa yang lainnya, media cetak

khususnya surat kabar dapat berperan penting dalam hal penyebaran

informasi masalah lingkungan. Hal ini dimungkinkan dikarenakan

surat kabar merupakan media yang relatif murah serta mudah

diperoleh sehingga cenderung memiliki tingkat efektifitas

penyebaran informasi yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan

media lainnya seperti misalnya radio, televisi dan internet.

Penyediaan rubrik khusus mengenai lingkungan di media massa

tersebut dapat menjadi sumbangan yang tak terkira bagi

terciptanya lingkungan yang bersih dan sehat.

3.      Kebijakan dan Penegakan hukum lingkungan

Pengembangan kebijakan yang mudah dipahami dan efektif

dilaksanakan juga merupakan faktor penting dalam pengelolaan

lingkungan yang baik. Selain itu, penegakan hukum khususnya yang

berkaitan dengan pelaksanaan kebijakan yang telah dibuat dan

perlindungan lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan

dalam pengelolaan lingkungan. Walaupun berbagai kebijaksanaan

telah diciptakankan dalam rangka untuk mendapatkan lingkungan

yang berkualitas, namun bila penegakan hukum tidak berjalan

sebagaimana mestinya maka sasaran yang akan dicapai akan menjadi

sia-sia. Selama ini peran pemerintah sangatlah kecil dalam proses

penegakan hukum lingkungan. Program-program seperti kali bersih,

langit biru, analisis dampak lingkungan (AMDAL), pemberian

penghargaan KALPATARU dan program lingkungan lainnya lebih

terkesan sebagai semboyan ketimbang program yang dilaksanakan

dengan baik. Salah satu faktor kegagalan tersebut adalah

kurangnya kemampuan aparat pemerintah dalam menegakkan hukum

lingkungan.

-          Peran Islam dalam pengelolaan lingkungan terpadu

Sesuai dengan motto sebagai agama yang rahmatan lil alamin

(kasih bagi alam semesta; surat 21 ayat 107), maka sudah

sewajarnya apabila Islam menjadi pelopor bagi pengelolaan

lingkungan sebagai manifestasi dari rasa kasih bagi alam semesta

tersebut. Selain melarang membuat kerusakan di muka bumi, Islam

juga mempunyai kewajiban untuk menjaga lingkungan yang bersih,

karena kebersihan merupakan bagian hidup masyarakat Islam seperti

diutarakan oleh nabi Muhammad SAW dengan hadistnya yang berbunyi:

“Kebersihan merupakan bagian dari iman”. Nabi Muhammad SAW juga

melarang manusia untuk membuang air seni ke dalam sumber mata

air, jalanan, di tempat teduh, dan di dalam liang (tempat hidup)

binatang.

Larangan tersebut dapat dimanifestasikan lebih lanjut

sebagai larangan Islam dalam membuang sampah atau produk-produk

berbahaya ke dalam lingkungan yang kemungkinan besar akan merusak

atau menurunkan mutu lingkungan tersebut. Islam mengajak manusia

untuk secara aktif mengelola lingkungan tersebut, misalnya dengan

membuang sampah pada tempatnya. Hal ini sesuai dengan filsafah

Islam yang umumnya bersifat lebih suka mencegah (preventive)

perbuatan atau kejadian yang buruk ketimbang mengobati (curative)

kejadian atau perbuatan buruk yang terjadi. Namun, Islam juga

tidak berpangku tangan apabila telah terjadi suatu kejadian buruk

atau kejahatan seperti misalnya tertuang dalam hukum agama

(syar’i) yang mengatur hukuman bagi pelanggar aturan.

Beberapa aspek yang dapat dilakukan oleh Islam dalam pengelolaan

lingkungan yang terpadu adalah:

1. Pendidikan lingkungan

Pendidikan lingkungan yang diajarkan secara Islami merupakan

sarana penting bagi muslim untuk mengenal dan menyadari

lingkungan hidup mereka secara baik dan benar sehingga mampu

berperan secara sadar dan aktif dalam pengelolaan dan pembinaan

lingkungan. Sebagai mayoritas penduduk Indonesia, muslim

mempunyai kewajiban dan peran yang sangat besar dalam pengelolaan

lingkungan tersebut. Dibutuhkan pengetahuan dan kesadaran yang

mendalam bahwa Islam sangat memperhatikan lingkungan dan

kesehatan. Hal ini membutuhkan peran pendidik, ulama, dan tokoh

masyarakat untuk menanamkan pengetahuan dan kesadaran tersebut

kepada masyarakat.

Kesadaran bahwa alam semesta adalah milik Allah SWT

merupakan langkah dasar dalam memahami kedudukan manusia di alam

ini. Dalam beberapa ayat Alqur’an Allah SWT menjelaskan bahwa

Allah SWT menciptakan alam semesta beserta isinya dengan

pertimbangan yang matang, seimbang, dan setiap ciptaanNya

tersebut mempunyai manfaat dan fungsi (surat 6 ayat 38; surat 16

ayat 66 s/d 69; surat 25 ayat 2; surat 54 ayat 49; surat 80 ayat

24 s/d 32). Selanjutnya, Allah SWT juga menyatakan bahwa manusia

adalah ciptaaanNya yang unik dan menjadikannya sebagai khalifah

di bumi (surat 6 ayat 165; surat 7 ayat 69 dan 129; surat 10 ayat

14; surat 24 ayat 55; surat 38 ayat 26).Dalam ajaran Islam,

khalifah lebih bersifat sebagai pengelola atau manajer di bumi

ini sedangkan Allah SWT adalah pemilik mutlak dari bumi dan

segala isinya. Allah SWT memberikan hak kepada manusia untuk

mengambil manfaat dari bumi dan isinya namun Allah SWT juga

memberi kewajiban pada manusia untuk menjaga bumi dan isinya. Hal

ini sesuai benar dengan deklarasi PBB mengenai pembangunan

berkelanjutan (sustainable development) yang berisi petunjuk dan

informasi tentang pemanfaatan dan pengeloaan sumber daya alam

bagi pembangunan dan kelanjutan pembangunan itu sendiri.

Pembangunan yang berkelanjutan adalah pembangunan disegala bidang

(misalnya ekonomi, sosial, dan politik) yang tetap mengindahkan

ketersediaan sumber daya alam yang memadai bagi generasi

mendatang. Pembangunan tersebut sangat memperhatikan daya dukung

lingkungan, sehingga tidak secara semena-mena menghabiskan sumber

daya alam yang tersedia. Hal ini sesuai dengan saran Rasulullah

SAW untuk hidup sederhana dan tidak berfoya-foya terhadap harta

dan sumber daya yang kita miliki. Selanjutnya pembangunan yang

berkelanjutan juga memperhatikan aspek sumber daya manusia

sebagai pelaku dan penanggung jawab pembangunan tersebut.

Peningkatan mutu sumber daya manusia yang pintar dan bijaksana

sangat ditekankan dalam Islam.

Pada masyarakat pedesaan yang sebagian besar bersifat

primordial, peran ulama dan tokoh masyarakat dalam mensukseskan

program pengelolaan lingkungan sangatlah besar. Masyarakat

pedesaan umumnya pasif dan mencontoh perbuatan yang dilakukan

oleh ulama atau pemimpin mereka. Untuk itu sudah sewajarnya

apabila ulama, pemimpin, ataupun calon ulama dan pemimpin

masyarakat membekali diri dengan pengetahuan yang memadai

mengenai pengelolaan lingkungan dan kesehatan. Pada masyarakat

perkotaan yang umumnya lebih individualistis, intelektual muslim

diharapkan menjadi contoh yang baik dalam menjaga dan mengelola

lingkungan, karena dengan pengetahuan yang dimilikinya seharusnya

dia mampu menyelaraskan dan memadukan perintah agama dengan

perannya sebagai bagian dari penebar kasih bagi semesta alam.

2. Media massa Islam

Peran media massa Islam tidaklah kurang penting dari

pendidikan bahkan merupakan partner yang cukup relevan untuk

menunjang pendidikan lingkungan tersebut. Media massa Islami

harus diisi pula dengan pendidikan lingkungan, terutama untuk

anak-anak dan generasi muda sehingga mereka menyadari hubungan

agama dengan lingkungan dan arti penting hubungan tersebut demi

kesejahteraan dan kesehatan manusia dan lingkungan. Untuk

kalangan dewasa, media massa perlu juga menyisipkan pendidikan

mengenai bahaya kesehatan yang ditimbulkan akibat kerusakan

lingkungan dan juga pengetahuan mengenai pembangunan yang

berkelanjutan (sustainable development) yang memang sesuai dengan

nafas Islam.

4.      Kebijakan dan penegakan hukum lingkungan secara Islami

Agama Islam menegaskan bahwa setiap individu akan dimintai

pertanggung jawaban pada hari pembalasan atas segala prilakunya

di muka bumi, termasuk didalamnya adalah bagaimana individu

tersebut berbuat terhadap alam, lingkungan, dan makhluk hidup

lainnya. Contoh mengenai pertanggung jawaban tersebut misalnya

kisah mengenai seorang wanita yang dimasukkan ke dalam neraka

akibat melalaikan tugasnya memberi makan pada kucing

perliharaannya dan kisah mengenai seorang laki-laki yang

dimasukkan ke surga karena budi baiknya memberi minum pada anjing

liar yang sedang kehausan. Dari contoh tersebut jelas bahwa

setiap individu muslim berkewajiban untuk berlaku baik terhadap

sesama makhluk hidup. Kewajiban tersebut dapat dimanifestasikan

dengan jalan menjaga dan merawat lingkungan yang mampu mendukung

kehidupan semua makhluk hidup.

Islam sama sekali tidak melarang pemanfaatan lingkungan demi

kesejahteraan manusia, namun Islam mewajibkan bahwa dalam

pemanfaatan tersebut harus dihindari pemanfaatan yang berlebihan

sehingga dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan dan

membahayakan makhluk hidup yang lain termasuk manusia sendiri.

Islam menyarankan untuk melakukan pemanfaatan yang berkelanjutan

(sustainable utilization) yang pada akhirnya akan mampu

memberikan kesejahteraan yang merata dan berkelanjutan bagi

manusia dan mahkluk hidup lainnya.

Dalam hukum Islam juga ada perintah untuk menjaga dan

membantu lingkungan sekitar dengan memberikan sedekah, misalnya

dengan memberikan wakaf untuk sebesar-besarnya digunakan bagi

masyarakat sekitar. Selama ini kebanyakan wakaf yang dilakukan

adalah dengan mendirikan tempat-tempat ibadah dan sarana

pendidikan. Mungkin tidaklah berlebihan apabila wakaf tersebut

juga dapat diberikan berupa hutan kota, hutan lindung, hutan

wisata, atau hutan pendidikan yang sangat berguna bagi masyarakat

sekitar baik muslim ataupun non muslim. Selain itu, bentuk hibah

tersebut juga akan mampu menambah kesegaran dan kesehatan

lingkungan ditambah lagi membantu hewan-hewan liar seperti

burung-burung dan hewan-hewan kecil lainnya menemukan habitat

hidup mereka. Bentuk hibah seperti ini sangatlah cocok bagi

lingkungan perkotaan yang semakin mengalami penurunan kualitas

lingkungan dan kesehatannya akibat berkurangnya hutan penyanggah

(buffer zone) di daerah perkotaan tersebut.

Dalam Islam, penghargaan (pahala) dan hukuman (dosa)

diformulasikan dengan baik dalam mengatur tingkah laku pemeluknya

termasuk dalam hal pengelolaan lingkungan. Muslim yang menjaga

lingkungan dan berlaku baik terhadap semua makhluk hidup akan

mendapatkan ganjaran berupa pahala yang besar. Sebaliknya, mereka

yang merusak lingkungan dan berlaku jahat terhadap makhluk hidup

lainnya akan mendapat hukuman berupa dosa. Bentuk penghargaan dan

hukuman tersebut dapat dimanifestasikan dalam kehidupan sehari-

hari dan dituangkan dalam kebijakan dan peraturan-peraturan dalam

masyarakat secara mandiri ataupun melalui campur tangan

pemerintah. Apabila dilaksanakan dengan baik maka penghargaan

dapat menjadi motivasi bagi masyarakat untuk lebih giat lagi

dalam mengelola lingkungan, sebaliknya hukuman dapat mencegah

masyarakat dari perbuatan yang merusak lingkungan.

PENUTUP

Sebagai agama yang rahmatan lil ‘alamin, Islam meletakkan

pemanfaatan dan pengelolaan lingkungan sebagai bagian integral

dari proses ibadah yang dijalankan oleh penganutnya. Kewajiban

setiap muslim dalam menjaga lingkungan yang baik telah termaktub

di dalam Alqur’an dan juga diberikan contohnya dalam beberapa

hadis nabi, termasuk ganjaran atau hukuman bagi yang tidak

mengindahkan kewajiban tersebut. Usaha yang terus menerus masih

harus dilakukan guna menyadarkan mereka sehingga pengelolaan

lingkungan yang baik dan terpadu menjadi bagian dari hidup

mereka. Selain itu, dengan menyadari hukuman berat yang Allah SWT

akan berikan pada mereka apabila melakukan kerusakan, akan

menjauhkan mereka dari perbuatan yang merusak tersebut.

Merosotnya citra Islam disegala bidang termasuk bidang

lingkungan banyak diakibatkan oleh tidak dilaksanakannya

kewajiban agama tersebut oleh sebagian besar pemeluknya. Sebagian

besar pemeluk Islam masih menganggap bahwa kewajiban mereka

hanyalah yang bersifat ritual ibadah seperti shalat, puasa,

zakat, dan pergi haji tanpa melihat fungsi dan manfaat lebih jauh

dari ritual tersebut. Misalnya, shalat selain merupakan sarana

berbakti kepada Allah SWT juga dimaksudkan agar mencegah pelaku

shalat tersebut dari perbuatan keji dan mungkar termasuk membuat

kerusakan dan pencemaran lingkungan. Ibadah puasa diharapkan

menjadi sarana bagi pelaku puasa tersebut untuk bersifat sabar,

sederhana, dan tidak berfoya-foya. Dengan sifat tersebut,

diharapkan mereka mampu mengekang diri mereka dari eksploitasi

lingkungan yang berlebihan.

Zakat dan sedekah diharapkan mampu membuat sipelaku menjadi

orang yang pemurah dan sekaligus memberikan perhatian terhadap

lingkungan sekitar. Zakat dan sedekah seharusnya tidak dilakukan

hanya untuk terlepas dari kewajiban untuk memenuhinya tetapi

seharusnya disadari bahwa zakat dan sedekah tersebut harus

memenuhi fungsinya sebagai salah satu sarana kesejahteraan umat

manusia. Untuk itu, zakat tersebut harus dikelola dan dimonitor

dengan baik demi kesejahteraan bersama. Selanjutnya pergi haji

dapat juga dijadikan sarana untuk mempelajari lingkungan yang

mungkin sangat berbeda dengan lingkungan asal pelaku haji

tersebut. Selain itu sejarah mengenai kisah nabi Ibrahim juga

dapat dijadikan pelajaran bagaimana pentingnya sumber daya alam

(misalnya air) bagi manusia. Pemanfaatan dan pengelolaan sumber

daya alam tersebut merupakan kewajiban bagi setiap individu

muslim. Dengan menumbuh semangatkan kesadaran tersebut, insya

Allah cita-cita sebagai agama yang rahmatan lil alamin dapat

terwujud.

Ruang lingkup Kesehatan lingkungan adalah :a. Menurut WHO1) Penyediaan Air Minum2) Pengelolaan air Buangan dan pengendalian pencemaran3) Pembuangan Sampah Padat4) Pengendalian Vektor5) Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia6) Higiene makanan, termasuk higiene susu7) Pengendalian pencemaran udara8) Pengendalian radiasi9) Kesehatan kerja10) Pengendalian kebisingan11) Perumahan dan pemukiman12) Aspek kesling dan transportasi udara13) Perencanaan daerah dan perkotaan14) Pencegahan kecelakaan15) Rekreasi umum dan pariwisata16) Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan epidemi/wabah, bencana alam dan perpindahan penduduk.17) Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan.

b. Menurut UU No 23 tahun 1992 Tentang Kesehatan (Pasal 22 ayat 3), ruang lingkup kesehatan lingkungan sebagai berikut :1) Penyehatan Air dan Udara2) Pengamanan Limbah padat/sampah3) Pengamanan Limbah cair

4) Pengamanan limbah gas5) Pengamanan radiasi6) Pengamanan kebisingan7) Pengamanan vektor penyakit8) Penyehatan dan pengamanan lainnya : Misal Pasca bencana.

ABORSI

  ق� ال�ح لا ب� م إهلل إ� ر ي� ح� ت� س إل� �ف �لوإ إل�ن ت� ف� ولا ت��“ Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya),

melainkan dengan suatu (alasan) yang benar. “ ( Q.S. Al Israa’: 33 )

Pergaulan bebas antara laki-laki dan perempuan di luar pernikahaan, terutama para pelajar dan mahasiswa hari ini sudah sampai batas yang sangat mengkawatirkan. Ini akibat hilangnya nilai-nilai agama dalam kehidupan masyarakat, ditambah dengan gencarnya mass media yang menawarkan kehidupan glamor, bebas dan serba hedonis yang menyebabkan generasi muda terseret dalam jurang kehancuran.

Pacaran sudah menjadi aktivitas yang lumrah, bahkan sebagian orang tua mlinder dan merasa malu jika anaknya tidak mempunyai pacar, karena menurut pandangan mereka orang yang tidak pacaran, adalah orang yang tidak bisa bergaul dan masa depannya suram,serta susah mencari jodoh. Tidak sedikit dari mereka yang akhirnya melakukan hubungan seks di luar pernikahan dan hamil, kemudian berakhir dengan pengguran kandungan dengan paksa.

Data statistis BKBN ( Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) menunjukkan bahwa sekitar 2.000.000 kasus aborsi terjadi setiap tahun di Indonesia. Untuk kasus aborsi di luar negeri – khususnya di Amerika –  data-datanya telah dikumpulkan oleh dua badan utama, yaitu Federal Centers for Disease Control (CDC) dan Alan Guttmacher Institute (AGI) yang menunjukkan hampir2 juta jiwa terbunuh akibat aborsi. Jumlah ini jauh lebih banyak dari jumlah nyawa manusia yang dibunuh dalam perang manapun dalam

sejarah negara itu. Begitu juga lebih banyak dari kematian akibatkecelakaan, maupun akibat penyakit . ( Aborsi.com )

Dengan demikian, aborsi secara umum merupakan perbuatan keji, tidak berperikemanusiaan dan bertentangan hukum dan ajaran agama.

Walaupun demikian, hukum Aborsi secara khusus perlu dikaji secaralebih mendalam, karena Aborsi bukanlah dalam satu bentuk, tetapi mempunyai berbagai macam. Sementara itu Islam bukanlah agama yangkaku, tetapi agama yang memandang kehidupan manusia ini dari berbagai sudut, sehingga ditemukan di dalamnya solusi ats segala problematika yang dihadapi oleh manusia.

Pengertian Aborsi dan Pembagiannya

Aborsi menurut pengertian medis adalah mengeluarkan hasil konsepsi atau pembuahan,  sebelum janin dapat hidup di luar tubuhibunya.

Sedang menurut bahasa Arab disebut dengan al-Ijhadh yang berasal dari kata “ ajhadha - yajhidhu “ yang berarti wanita yang melahirkan anaknya secara paksa dalam keadaan belum sempurna penciptaannya. Atau juga bisa berarti bayi yang lahir karena dipaksa atau bayi yang lahir dengan sendirinya. Aborsi di dalam istilah fikih juga sering disebut dengan “ isqhoth “ ( menggugurkan ) atau “ ilqaa’ ( melempar ) atau “ tharhu “ ( membuang )  (  al Misbah al Munir  , hlm : 72 )

Aborsi tidak terbatas pada satu bentuk, tetapi  aborsi mempunyai banyak macam dan bentuk,  sehingga untuk menghukuminya tidak bisadisamakan dan dipukul rata. Diantara pembagiaan Aborsi adalah sebagai berikut :

Dalam Kamus Bahasa Indonesia disebutkan bahwa makna Aborsi adalah pengguguran. Aborsi ini dibagi menjadi dua :

Pertama : Aborsi Kriminalitas adalah aborsi yang dilakukan dengansengaja karena suatu alasan dan bertentangan dengan undang-undangyang berlaku.

Kedua : Aborsi Legal, yaitu Aborsi yang dilaksanakan dengan sepengetahuan pihak yang berwenang.

Menurut medis Aborsi dibagi menjadi dua juga :

1.      Aborsi spontan ( Abortus Spontaneus ), yaitu aborsi secara secara tidak sengaja dan berlangsung alami tanpa ada kehendak dari pihak-pihak tertentu. Masyarakat mengenalnya dengan istilah keguguran.

2.      Aborsi buatan ( Aborsi Provocatus ), yaitu aborsi yang dilakukan secara sengaja dengan tujuan tertentu. Aborsi Provocatus ini dibagi menjadi dua :

a.      Jika bertujuan untuk kepentingan medis dan terapi serta pengobatan, maka disebut dengan Abortus Profocatus Therapeuticum

b.      Jika dilakukan karena alasan yang bukan medis dan melanggar hukum yang berlak, maka disebut Abortus Profocatus Criminalis

Yang dimaksud dengan Aborsi dalam pembahasan ini adalah : menggugurkan secara paksa janin yang belum sempurna penciptaannyaatas permintaan atau kerelaan ibu yang mengandungnya .

Pandangan Islam Terhadap Nyawa, Janin dan Pembunuhan

Sebelum menjelaskan secara mendetail tentan hukum Aborsi, lebih dahulu perlu dijelaskan tentang pandangan umum ajaran Islam tentang nyawa, janin dan pembunuhan, yaitu sebagai berikut :

Pertama: Manusia  adalah ciptaan Allah yang mulia, tidak boleh dihinakan baik dengan merubah ciptaan tersebut, maupun mengranginya dengan cara memotong sebagiananggota tubuhnya, maupun dengan cara memperjual belikannya, maupun dengan cara menghilangkannya sama sekali yaitu dengan membunuhnya, sebagaimanfirman Allah swt : .

دم ي� إ% ت& ا ب�' �ت م� ر د ك� ق� ول�“Dan sesungguhnya Kami telah memuliakan umat manusia “ ( Qs. al-Isra’:70)

Kedua: Membunuh satu nyawa sama artinya dengan membunuh semua orang. Menyelamatkan satu nyawa sama artinya dengan menyelamatkansemua orang.

ا اه� ي� ح� ن5 إ4 عا وم� من� اس ج� �ل إل�ت ي� ما ق�� �ن� ا4 ك � ف� �رض ي� إلا4 �ساد ف �و ق� س إ4 �ف �ر ت� ي� �غ سا ت� �ف �ل ت� ي� ن5 ق�� ه م� �Kن ل إ4 ت� M4Nب سرإ ي� إ� ت& لي ب�' ا ع� �ي ب ت� كT ك� ل� �ل د ج� ن5 إ4 م�عا من� اس ج� �ا إل�ت ي� ح� ما إ4 �ن� ا4 ك �ف�“Barang siapa yang membunuh seorang manusia, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barang siapa yang memelihara keselamatan nyawa seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara keselamatan nyawa manusia semuanya.” (Qs. Al Maidah:32)

Ketiga: Dilarang membunuh anak ( termasuk di dalamnya janin yang masih dalam kandungan ) , hanya karena takut miskin. Sebagaimana firman Allah swt :

رإ ي� ب' ءإ ك� ط �ان5 خ� لهم ك� ي� ن5 ق�� م إ� اك� �Nب هم وإ� ق�� �رر �ن5 ن� ح � ن� لاق� م� ة� إ� ي� lش �م ح� ولادك� لوإ إ4 ت� ف� ولا ت��“Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut melarat. Kamilah yang memberi rezeki kepada mereka dan kepadamu juga. Sesungguhnya membunuh mereka adalah dosa yang besar.” (Qs al Isra’ : 31)

Keempat : Setiap janin yang terbentuk adalah merupakan kehendak Allah swt, sebagaimana firman Allah swt

لا �ق م ط� ك خ�رج� �م ن� lسمي ث� ل م� ج� لى إ4 اء إ� lس �ا ن� ام م� رج� ي� إلا4 �ر ف ق� �وت�“Selanjutnya Kami dudukan janin itu dalam rahim menurut kehendak Kami selama umur kandungan. Kemudian kami keluarkan kamu dari rahim ibumu sebagai bayi.” (QS al Hajj : 5)

Kelima : Larangan membunuh jiwa tanpa hak, sebagaimana firman Allah swt :

ق� ال�ح لا ب� م إهلل إ� ر ي� ح� ت� س إل� �ف �لوإ إل�ن ت� ف� ولا ت��

“Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah melainkan dengan alasan yang benar “ ( Qs al Isra’ : 33 )

Hukum Aborsi Dalam Islam.

 

Di dalam teks-teks al Qur’an dan Hadist tidak didapati secara khusus hukum aborsi, tetapi yang ada adalah larangan untuk membunuh jiwa orang tanpa hak, sebagaimana firman Allah swt :

ما ي� yظ ا ع� إب� �د د له ع� ع� ة وإ4 �عي ه ول� لي� ب إهلل ع� �ض �ها وع� ي� M�دإ ق� ال� �م ج� �هن ه ج� و4 إ% �ر خ �دإ ف� عم ن� ا م� �ت م� ؤ4 ل م� ت� ف� ن5 ت�� وم�“ Dan barang siapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka balasannya adalah neraka Jahanam, dan dia kekal di dalamnya,dan Allah murka kepadanya dan melaknatnya serta menyediakan baginya adzab yang besar( Qs An Nisa’ : 93 )

Begitu juga hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud bahwasanya Rosulullah saw bersabda :

ل رس� م ن�� lث� Tك ل� �ل د lت ه� م� �غ �ض كT م� ل� �ي� د �ون5 ف ك م ب�� lث� Tك ل� �ل د lت ه� م� لق� كT ع� ل� �ي� د �ون5 ف ك م ب�� lا ث� وم� ن5 ي�� عي� رت�' ه إ4 م إ4 ن5 ظ ي� ب� �ه ف لق� �مع ج� ج م ن�� دك� ج� ن5 إ4 إ�د عت� و س� ي� إ4 ق� lمله وس� له وع� ج� ه وإ4 ق� �ت�ب رر ك ب� لمات� ع ك� ب£ ر ا4 مر ب� و4 �Kي وح و ه إل�ر ي� M�خ� ق� �ف �ن ي� كT ف�& مل إل�“ Sesungguhnya seseorang dari kamu dikumpulkan penciptaannya di dalam perut ibunya selama empat puluh hari. Setelah genap empat puluh hari kedua, terbentuklah segumlah darah beku. Ketika genap empat puluh hari ketiga , berubahlah menjadi segumpal daging. Kemudian Allah mengutus malaikat   untuk meniupkan roh, serta memerintahkan untuk menulis empat perkara, yaitu penentuan rizki, waktu kematian, amal, serta nasibnya, baik yang celaka, maupun yang bahagia. “ ( Bukhari dan Muslim )

Maka, untuk mempermudah pemahaman, pembahasan ini bisa dibagi menjadi dua bagian sebagai berikut :

1. Menggugurkan Janin Sebelum Peniupan Roh

Dalam hal ini, para ulama berselisih tentang hukumnya dan terbagimenjadi tiga pendapat :

Pendapat Pertama :

Menggugurkan janin sebelum peniupan roh hukumnya boleh. Bahkan sebagian dari ulama membolehkan menggugurkan janin tersebut dengan obat. ( Hasyiat Al Qalyubi : 3/159 )

Pendapat ini dianut oleh para ulama dari madzhab Hanafi, Syafi’I,dan Hambali.  Tetapi kebolehan ini disyaratkan adanya ijin dari kedua orang tuanya,( Syareh Fathul Qadir : 2/495 )

Mereka berdalil dengan hadist Ibnu Mas’ud di atas yang menunjukkan bahwa sebelum empat bulan, roh belum ditiup ke janin dan penciptaan belum sempurna, serta dianggap benda mati, sehingga boleh digugurkan.

Pendapat kedua :

Menggugurkan janin sebelum peniupan roh hukumnya makruh. Dan jikasampai pada waktu peniupan ruh, maka hukumnya menjadi haram.

Dalilnya bahwa waktu peniupan ruh tidak diketahui secara pasti, maka tidak boleh menggugurkan janin jika telah mendekati waktu peniupan ruh , demi untuk kehati-hatian . Pendapat ini dianut oleh sebagian ulama madzhab Hanafi dan Imam Romli salah seorang ulama dari madzhab Syafi’I . ( Hasyiyah Ibnu Abidin : 6/591,  Nihayatul Muhtaj : 7/416 )

Pendapat ketiga :

Menggugurkan janin sebelum peniupan roh hukumnya haram. Dalilnya bahwa  air mani sudah tertanam dalam rahim dan telah bercampur dengan ovum wanita sehingga siap menerima kehidupan, maka merusakwujud ini adalah tindakan kejahatan . Pendapat ini dianut oleh Ahmad Dardir , Imam Ghozali dan Ibnu Jauzi ( Syareh Kabir : 2/ 267, Ihya Ulumuddin : 2/53, Inshof : 1/386)

Adapun status janin yang gugur sebelum ditiup rohnya (empat bulan) , telah dianggap benda mati, maka tidak perlu dimandikan,

dikafani ataupun disholati. Sehingga bisa dikatakan bahwa menggugurkan kandungan dalam fase ini tidak dikatagorikan pembunuhan, tapi hanya dianggap merusak sesuatu yang bermanfaat.

Ketiga pendapat ulama di atas tentunya dalam batas-batas tertentu, yaitu jika di dalamnya ada kemaslahatan, atau dalam istilah medis adalah salah satu bentuk Abortus Profocatus Therapeuticum,yaitu jika bertujuan untuk kepentingan medis dan terapi serta pengobatan. Dan bukan dalam katagori Abortus Profocatus Criminalis, yaituyang dilakukan karena alasan yang bukan medis dan melanggar hukumyang berlaku, sebagaimana yang telah dijelaskan di atas.

1. Menggugurkan Janin Setelah Peniupan Roh

Secara umum, para ulama telah sepakat bahwa menggugurkan janin setelah peniupan roh hukumnya haram. Peniupan roh terjadi ketika janin sudah berumur empat bulan dalam perut ibu, Ketentuan ini berdasarkan hadist Ibnu Mas’ud di atas. Janin yang sudah ditiupkan roh dalam dirinya, secara otomatis pada saat itu, dia  telah menjadi seorang manusia, sehingga haram untuk dibunuh. Hukum ini berlaku jika pengguguran tersebut dilakukan tanpa ada sebab yang darurat.

Namun jika disana ada sebab-sebab darurat, seperti jika sang janin nantinya akan membahayakan ibunya jika lahir nanti, maka dalam hal ini, para ulama berbeda pendapat:

Pendapat Pertama :

Menyatakan bahwa menggugurkan janin setelah peniupan roh hukumnyatetap haram, walaupun diperkirakan bahwa janin tersebut akan membahayakan keselamatan ibu yang mengandungnya. Pendapat ini dianut oleh Mayoritas Ulama.

Dalilnya adalah firman Allah swt :

ق� ال�ح لا ب� م إهلل إ� ر ي� ح� ت� س إل� �ف �لوإ إل�ن ت� ف� ولا ت��“ Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang benar. “ ( Q.S. Al Israa’: 33 )

Kelompok ini juga mengatakan bahwa kematian ibu masih diragukan, sedang keberadaan janin merupakan sesuatu yang pasti dan yakin, maka sesuai dengan kaidah fiqhiyah : “ Bahwa sesuatu yang yakin tidak boleh dihilanngkan dengan sesuatu yang masih ragu.”, yaitu tidak boleh membunuh janin yang sudah ditiup rohnya yang merupakan sesuatu yang pasti , hanya karena kawatir dengan kematian ibunya yang merupakan sesuatu yang masih diragukan. ( Hasyiyah Ibnu Abidin : 1/602 ).

Selain itu, mereka memberikan permitsalan bahwa jika sebuah perahu akan tenggelam, sedangkan keselamatan semua perahu tersebut bisa terjadi jika sebagian penumpangnya dilempar ke laut, maka hal itu juga tidak dibolehkan.

Pendapat Kedua :

Dibolehkan menggugurkan janin walaupun sudah ditiupkan roh kepadanya, jika hal itu merupakan satu-satunya jalan untuk menyelamatkan ibu dari kematian. Karena menjaga kehidupan ibu lebih diutamakan dari pada menjaga kehidupan janin, karena kehidupan ibu lebih dahulu dan ada secara yakin, sedangkan kehidupan janin belum yakin dan keberadaannya terakhir.( Mausu’ah Fiqhiyah : 2/57 )

Prediksi tentang keselamatan Ibu dan janin bisa dikembalikan kepada ilmu kedokteran, walaupun hal itu tidak mutlak benarnya. Wallahu A’lam.

Dari keterangan di atas, bisa diambil kesimpulan bahwa para ulamasepakat bahwa Abortus Profocatus Criminalis, yaitu aborsi kriminal yang menggugurkan kandungan setelah ditiupkan roh ke dalam janin tanpasuatu alasan syar’I hukumnya adalah haram dan termasuk katagori membunuh jiwa yang diharamkan Allah swt.

 

Adapun aborsi yang masih diperselisihkan oleh para ulama adalah Abortus Profocatus Therapeuticum, yaitu aborsi yang bertujuan untuk penyelamatan jiwa, khususnya janin yang belum ditiupkan roh di dalamnya.

http://www.ahmadzain.com/read/karya-tulis/258/hukum-aborsi-dalam-islam/

KESEHATAN LINGKUNGANA.    Ajaran Islam Tentang Kesehatan

Kata “sehat” merupakan indonesianisasi dari bahasa Arab

“ash-shihhah” dan berarti sembuh, sehat, selamat dari cela,

nyata, benar, dan sesuai dengan kenyataan (Warson, [t.th.]:817).

Kata sehat dapat diartikan pula: (1) dalam keadaan baik segenap

badan serta bagian-bagiannya (bebas dari sakit), waras, (2)

mendatangkan kebaikan pada badan, (3) sembuh dari sakit (Kamus

Besar, 1990:794)” (Danusiri, 13-1-2012).

Bukti bahwa adanya ajaran Islam untuk menjaga kesehatan adalah

adanya sunnah Rasul yang mengajarkan do’a untuk meminta kesehatan

kepada Allah yaitu sebagaimana sebuah hadits “Dari 'Abdullah bin

'Umar, dia berkata, "Di antara doa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa

sallam adalah:

Tك ط �خ ع س� من� كT وج� مت� ق� �اءه� ت� ج �كT وف� ت� ي³ اف�& ل ع� و ح كT ون�� عمت� �وإل ت� �ن5 ر كT م� عود� ب� ى إ4 � ن· هم إ� إل�ل Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari hilangnya

kenikmatan yang telah Engkau berikan, dari berubahnya kesehatan

yang telah Engkau anugerahkan, dari siksa-Mu yang datang secaratiba-tiba, dan dari segala kemurkaan-Mu (HR. Muslim no. 2739)Salah satu faedah hadits di atas adalah agar kita selalu

meminta kesehatan (tidak berubah menjadi penyakit) pada

pendengaran, penglihatan dan anggota tubuh lainnya.

Kebutuhan hidup yang tersedia tidak akan berguna apabila tidak

diiringi dengan kesehatan badan. Dalam hal ini Rasulullah

shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda ”Perhatikanlah lima perkara ini sebelum

datang lima perkara yaitu: 1. Hidupmu sebelum datang ajalmu; 2. Jagalah

kesehatanmu sebelum datang sakitmu; 3. Manfaatkan sebaik-baiknya kesempatanmu

sebelum datang kesibukanmu; 4. Manfaatkan masa mudamu sebelum datang masa

tuamu; 5. Manfaatkan kekayaanmu sebelum datang masa fakirmu." (HR. Ahmad

dan Baihaqi).

Islam mengajarkan prinsip-prinsip kesehatan, kebersihan dan

kesucian lahir dan batin. Antara kesehatan jasmani dengan

kesehatan rohani merupakan kesatuan sistem yang terpadu, sebab

kesehatan jasmani dan rohani menjadi syarat bagi tercapainya

suatu kehidupan yang sejahtera di dunia dan kebahagiaan di

akhirat.

Sistem kesehatan dalam Islam tercermin dalam ajaran syariat

yang mewajibkan perbuatan membersihkan diri dari kotoran (najis),

dari hadats dan dari kotoran hati semua itu berada dalam satu

paket ibadah seperti wudhu', mandi, shalat dan lain sebagainya.

Kesehatan dapat didaapatkan dengan menjaga kebersihan.

Kebersihan adalah upaya manusia untuk memelihara diri dan

lingkungannya dari segala yang kotor dan keji dalam rangka

mewujudkan dan melestarikan keidupan yang sehat dan nyaman.

Kebersihan merupakan syarat bagi terwujudnya kesehatan, dan sehat

adalah salah satu faktor yang dapat memberikan kebahagiaan.

Begitu pentingnya kebersihan menurut Islam, sehingga orang

yang membersihkan diri atau mengusahakan kebersihan akan dicintai

oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala, sebagaimana firman-Nya

Artinya :“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan

orang-orang yang menyucikan diri” (Q.S. al-Baqarah :222)

Sehat terbagi dua yaitu sehat jasmani dan sehat rohani.

1.      Sehat Jasmani

Bersih merupakan pangkal dari sehat berarti modal pertama untuk

memperoleh kesehatan adalah kebersihan selain itu, makanan dan

minuman yang dikonsumsi harus yang bergizi dan harus sekaligus

halal. Bergizi saja tidak cukup dan halal saja juga belum cukup.

Allah memang memerintahkan kepada kaum muslimin supaya makan

makanan yang halalan thayyiban. Demikian firman Allah

Artinya: “Wahai manusia ! makanlah dari (makanan) halal dan baik yang

terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh,

setan itu musuh yang nyata bagimu” (Q.S. al-Baqarah :l68).

2.    Sehat Rohani

Seorang dikatakan sehat rohaninya jika ia terbebas dari

penyakit batiniah. Penyakit ini cukup banyak. Al-Ghazali

menyebutkan antara lain:

a.       Hubb ad-Dunya (Cinta dunia)

b.      Rakus,

c.       Kikir

d.      Ria (Pamer) dan Takabbur (Sombong)

e.       Ujub

f.       Munafiq

B.     Hubungan Islam dengan Kesehatan Lingkungan

1.    Definisi Kesehatan Lingkungan

Untuk mengetahui pengertian kesehatan lingkungan kita harus

melihat ketentuan hukum sebelumnya yang mengatur tentang materi

yang sama yaitu dalam Undang undang No.11 tentang Hygiene. Dalam

Undang-undang Hygiene tahun 1966 dijelaskan yang dimaksud dengan

hygiene adalah kesehatan masyarakat yang khusus meliputi segala

usaha untuk melindungi, memelihara dan mempertinggi derajat

kesehatan dengan tujuan memberi dasar-dasar kelanjutan hidup yang

sehat serta mempertinggi kesejahteraan dan daya guna

perikehidupan manusia.

Dalam Undang-undang no.4 tahun 1982 tentang Ketentuan-

ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup, dijelaskan bahwa

kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi lingkungan yang mampu

menopang keseimbangan ekologis yang dinamis antara manusia dan

lingkungan untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia

yang sehat, sejahtera dan bahagia.

2.    Hubungan Islam dengan Kesehatan Lingkungan

Islam mengajarkan umatnya untuk melindungi dan menjaga alam

dan lingkungan. Pada masa kekhalifahan, peradaban Islam di

Semenanjung Arab memiliki dan menjaga kawasan konservasi yang

disebut Hima. 

Hima merupakan zona yang tak boleh disentuh atau digunakan

untuk apapun bagi kepentingan manusia. Tempat tersebut digunakan

sebagai konservasi alam, baik untuk kehidupan binatang liar

maupun tumbuh-tumbuhan. Islam mempunyai konsep yang sangat jelas

tentang pentingnya konservasi, penyelamatan, dan pelestarian

lingkungan. Konsep Islam ini kemudian bisa digunakan sebagai

dasar pijakan (moral dan spiritual) dalam upaya penyelamatan

lingkungan. Permasalahan lingkungan bukan hanya masalah ekologi

semata, tetapi menyangkut teologi.

Pengertian teologi dalam konteks ini adalah cara menghadirkan

dalam setiap aspek kegiatan manusia. Dalam bahasa lain, teologi

dapat dimaknai sebagai konsep berpikir dan bertindak yang

dihubungkan dengan yang ghaib yang menciptakan sekaligus mengatur

manusia dan alam. Jadi, terdapat tiga pusat perhatian (komponen)

bahasan yakni Tuhan, manusia, dan alam, yang ketiganya mempunyai

kesatuan hubungan fungsi dan kedudukan.

Jadi, teologi hubungan antara manusia dan alam dengan Tuhan

adalah konsep berpikir dan bertindak tentang lingkungan hidup

yang mengintegrasikan aspek fisik (alam termasuk hewan dan

tumbuhan), manusia dan Tuhan. Realitas alam ini tidak diciptakan

dengan ketidaksengajaan (kebetulan atau main-main) sebagaimana

pandangan beberapa saintis barat, tetapi dengan rencana yang

benar sebagaimana telah tercantum dalam (Q.S. Al-An’am: 73, Q.S.

Shaad: 27 dan Q.S. Al-Dukhaan: 38-39). Oleh karena itu, menurut

perspektif Islam, alam mempunyai eksistensi riil, objektif, serta

bekerja sesuai dengan hukum yang berlaku tetap (qodar).

Artinya : “Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dengan benar. dan

benarlah perkataan-Nya di waktu Dia mengatakan: "Jadilah, lalu terjadilah", dan di

tangan-Nyalah segala kekuasaan di waktu sangkakala ditiup. Dia mengetahui yang

ghaib dan yang nampak. dan Dialah yang Maha Bijaksana lagi Maha

mengetahui”(QS. Al-An’am : 73).

Artinya : “Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara

keduanya tanpa hikmah. yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, Maka

celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka”. (QS.

Shaad :27)

Artinya : “38. dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada

antara keduanya dengan bermain-main. 39. Kami tidak menciptakan keduanya

melainkan dengan haq, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui”. (Ad-

Dukhaan: 38-38).

Pandangan Islam tentang alam (lingkungan hidup) bersifat

menyatu (holistik) dan saling berhubungan yang komponennya adalah

Sang Pencipta alam dan makhluk hidup (termasuk manusia). Dalam

Islam, manusia sebagai makhluk dan hamba Tuhan, sekaligus sebagai

wakil (khalifah) Tuhan di muka bumi yang telah dijelaskan dalam

(Q.S. Al-An’am: 165). ). Manusia mempunyai tugas untuk mengabdi,

menghamba (beribadah) kepada Sang Pencipta (Al-Kholik).

Islam merupakan agama (jalan hidup) yang sangat memerhatikan

tentang lingkungan dan keberlanjutan kehidupan di dunia. Banyak

ayat al-Quran dan hadis yang menjelaskan, menganjurkan bahkan

mewajibkan setiap manusia untuk menjaga kelangsungan kehidupannya

dan kehidupan makhluk lain dibumi. Konsep yang berkaitan dengan

penyelamatan dan konservasi lingkungan (alam) menyatu tak

terpisahkan dengan konsep keesaan Tuhan (tauhid), syariah, dan

akhlak.

Di dalam ajaran Islam, dikenal juga dengan konsep yang

berkaitan dengan penciptaan manusia dan alam semesta yakni konsep

Khilafah dan Amanah. Konsep khilafah menyatakan bahwa manusia

telah dipilih oleh Allah di muka bumi ini (khalifatullah

fil’ardh).

Sebagai wakil Allah, manusia wajib untuk bisa

merepresentasikan dirinya sesuai dengan sifat-sifat Allah. Salah

satu sifat Allah tentang alam adalah sebagai pemelihara atau

penjaga alam (rabbul’alamin). Jadi sebagai wakil (khalifah) Allah

di muka bumi, manusia harus aktif dan bertanggung jawab untuk

menjaga bumi. Artinya, menjaga keberlangsungan fungsi bumi

sebagai tempat kehidupan makhluk Allah termasuk manusia sekaligus

menjaga keberlanjutan kehidupannya.

Lingkungan alam ini oleh Islam dikontrol oleh dua konsep

(instrumen) yakni halal dan haram. Halal bermakna segala sesuatu

yang baik, menguntungkan, menenteramkan hati, atau yang berakibat

baik bagi seseorang, masyarakat maupun lingkungan. Sebaliknya

segala sesuatu yang jelek, membahayakan atau merusak seseorang,

masyarakat dan lingkungan adalah haram.

Jika konsep tauhid, khilafah, amanah, halal, dan haram ini

kemudian digabungkan dengan konsep keadilan, keseimbangan,

keselarasan, dan kemaslahatan maka terbangunlah suatu kerangka

yang lengkap dan komprehensif tentang etika lingkungan dalam

perspektif Islam.

Konsep etika lingkungan tersebut mengandung makna,

penghargaan yang sangat tinggi terhadap alam, penghormatan

terhadap saling keterkaitan setiap komponen dan aspek kehidupan,

pengakuan terhadap kesatuan penciptaan dan persaudaraan semua

makhluk serta menunjukkan bahwa etika (akhlak) harus menjadi

landasan setiap perilaku dan penalaran manusia. Kelima pilar

etika lingkungan tersebut sebenarnya juga merupakan pilar syariah

Islam. Syariah yang bermakna lain as-sirath adalah sebuah jalan

yang merupakan konsekuensi dari persaksian (syahadah) tentang

keesaan Tuhan.

Agama Islam memiliki perhatian khusus terhadap masalah

lingkungan. Sebab, lingkungan memiliki pengaruh besar bagi fisik

dan mental manusia. Terkait hal ini, Rasulullah bersabda, "Alam

dan seluruh tanah di muka bumi adalah masjid dan tempat ibadah". Orang yang

bertauhid meyakini bahwa seluruh alam semesta sebagai tempat

ibadah yang tidak boleh dikotori dan dirusak serta harus terus

dirawat kelestariannya.

Dalam hukum Islam ada sebuah prinsip umum bahwa siapapun

tidak boleh merugikan atau merusak yang lain baik terhadap

manusia lain maupun alam semesta. Dengan demikian fiqh Islam

mencegah secara langsung maupun tidak langsung atas terjadinya

kerusakan lingkungan.

Merusak dan mencemari lingkungan menyebabkan terjadinya

berbagai masalah seperti problem kesehatan yang berdampak buruk

bagi penghuni bumi. Untuk itu, Islam mengharamkan setiap tindakan

yang merusak alam. Dalam Islam, kerusakan lingkungan juga

mengakibatkan kerusakan sosial yang menyebabkan terjadinya

perampasan terhadap hak jutaan orang bahkan seluruh penduduk

bumi.

Selain itu Islam juga mengajarkan tentang kebersihan, yaitu

yang menyangkut berbagai hal, antara lain :

1.      Kebersihan rohani

Ajaran kebersihan mendasar adalah menyangkut kebersihan

rohani, yaitu menyangkut kebersihan hati.

2.      Kebersihan badan

Kebersihan badan dan jasmani merupakan hal yang tidak

terpisahkan dengan kebersihan rohani, karena setiap ibadah harus

dilakukan dalam keadaan bersih badan.

3.      Kebersihan tempat

Ajaran kebersihan juga menyangkut kebersihan tempat

melaksanakan ibadah atau sarana peribadatan. Mesjid sebagai

tempat suci, dimana kaum Muslimin melakukan ibadah harus

dipelihara kesucian dan kebersihannya karena ibadah shalat tidak

sah jika dikerjakan ditempat yang tidak bersih atau kotor. 

4.      Kebersihan pakaian

Kebersihan pakaian sangat penting, karena pakaian melekat

pada badan yang berfungsi menutup aurat, melindungi badan dari

kotoran dan penyakit serta memperindah badan, maka ajaran Islam

menyatukan antara kebersihan badan dan kebersihan pakaian.

5.      Kebersihan makanan

Ajaran Islam tentang kebersihan makanan menyangkut aspek

kebersihan dari segi kesehatan dan kebersihan dalam arti makanan

yang halal.

Makanan yang halal adalah makanan yang dibolehkan oleh agama,

sedangkan makanan yang baik adalah makanan yang memenuhi syarat-

syarat kesehatan, termasuk makanan bersih, bergizi dan

berprotein.

6.      Kebersihan lingkungan

Ajaran Islam memandang penting kebersihan lingkungan hidup,

menghindarkan pencemaran dari limbah atau sampah.

7.      Kebersihan dalam rumah tangga

Ajaran Islam tentang kebersihan juga menyangkut kebersihan

rumah tangga, baik mengenai tempat tinggal maupun hubungan antara

anggota keluarga khususnya suami istri.

8.      Kebersihan harta

Ajaran Islam tentang kebersihan juga meliputi tentang

kebersihan harta, karena dalam harta itu terdapat hak Allah Swt.

dan orang lain.