Kimia Bahan Makanan
-
Upload
universitaspalangkaraya -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of Kimia Bahan Makanan
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantiasa kami panjatkan kepada
TUHAN yang Maha Esa, sebagai pencipta dan pemelihara
alam semesta, karena atas berkat Nya kami dapat
menyusun makalah kimia ini yang berjudul “Bahaya Zat
Aditif” yang dimaksudkan agar para pembaca dan kami
sendiri menjadi lebih mengenali dan memahami bahaya zat
aditif. Uraian dalam makalah ini kami susun berdasarkan
buku dan sumber website yang relevan dengan topik
tersebut.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila pada makalah
ini terdapat tulisan yang tidak berkenan dan terdapat
kekurangan-kekurangan lainnya karena kami sadar bahwa
manusia tidak akan pernah luput dari kesalahan.
Akhir kata kami ucapkan terimakasih kepada teman-teman
yang telah berperan serta dalam pembuatan makalah ini.
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kami dengan senang hati akan menerima segala
kritik & saran yang membangun demi kesempurnaan makalah
ini.
Sekian dari kami. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua. Teruslah berusaha
meningkatkan ilmu pengetahuan dan tekhnologi dengan
berfikir baik, logis, dan sistematis
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap hari kita memerlukan makanan untuk
mendapatkan energi (karbohidrat dan lemak) dan untuk
pertumbuhan sel-sel baru, menggantikan sel-sel yang
rusak (protein). Selain itu, kita juga memerlukan
makanan sebagai sumber zat penunjang dan pengatur
proses dalam tubuh, yaitu vitamin, mineral, dan air.
Sehat tidaknya suatu makanan tidak bergantung pada
ukuran, bentuk, warna, kelezatan, aroma, atau
kesegarannya, tetapi bergantung pada kandungan zat yang
2
diperlukan oleh tubuh. Suatu makanan dikatakan sehat
apabila mengandung satu macam atau lebih zat yang
diperlukan oleh tubuh. Setiap hari, kita perlu
mengonsumsi makanan yang beragam agar semua jenis zat
yang diperlukan oleh tubuh terpenuhi. Hal ini
dikarenakan belum tentu satu jenis makanan mengandung
semua jenis zat yang diperlukan oleh tubuh setiap hari.
Supaya orang tertarik untuk memakan suatu makanan,
seringkali kita perlu menambahkan bahan-bahan tambahan
ke dalam makanan yang kita olah. Bisa kita perkirakan
bahwa seseorang tentu tidak akan punya selera untuk
memakan sayur sop yang tidak digarami atau bubur kacang
hijau yang tidak memakai gula. Dalam hal ini, garam dan
gula termasuk bahan tambahan. Keduanya termasuk jenis
zat aditif makanan. Zat aditif bukan hanya garam dan
gula saja, tetapi masih banyak bahan-bahan kimia lain.
Zat aditif makanan ditambahkan dan dicampurkan
pada waktu pengolahan makanan untuk memperbaiki
tampilan makanan, meningkatkan cita rasa, memperkaya
kandungan gizi, menjaga makanan agar tidak cepat busuk,
dan lain.
B. Tujuan
1. Mengetahui pengertian zat aditif
3
2. Mengetahui jenis-jenis zat adiktif yang terdapat
pada makanan
3. Menjelaskan penggunaan zat aditif pada makanan
4. Menjelaskan upaya mengurangi dampak negatif
penggunaan zat aditif
5. Menganalisis zat aditif pada makanan jajanan anak
SD kota palangka raya
C. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian zat aditif ?
2. Apa saja jenis-jenis zat aditif pada makanan?
3. Bagaimanakah dampak penggunaan zat aditif pada
makanan?
4. Bagaimanakah upaya mengurangi dampak negatif
penggunaan zat aditif ?
5. Apakah ada zat aditif pada makanan jajanan anak
SD kota palangka raya?
D. Manfaat
1. Dapat mengetahui pengertian zat aditif
2. Dapat mengetahui jenis-jenis zat aditif pada
makanan
3. Dapat mengetahui dampak peggunaan zat aditif pada
makanan
4. Dapat mengetahui upaya dalam mengurangi dampak
negatif penggunaan zat aditif
4
5. Dapat mengetahui adanya zat aditif pada makanan
jajanan anak SD kota palangka raya
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian zat aditif
Zat aditif adalah bahan kimia yang dicampurkan ke
dalam makanan dengan tujuan untuk meningkatkan
kualitas, menambahkan rasa dan memantapkan kesegaran
produk tersebut. Penambahan zat aditif dalam makanan
berdasarkan pertimbangan agar mutu dan kestabilan
makanan tetap terjaga dan untuk mempertahankan nilai
gizi yang mungkin rusak atau hilang selama proses
pengolahan.
Bahan tambahan makanan adalah bahan yang
ditambahkan dengan sengaja ke dalam makanan dalam
jumlah kecil, dengan tujuan untuk memperbaiki
penampakan, cita rasa, tekstur, flavor dan
5
memperpanjang daya simpan. Selain itu dapat
meningkatkan nilai gizi seperti protein, mineral dan
vitamin.
Pada awalnya zat-zat aditif tersebut berasal dari
bahan tumbuh-tumbuhan yang selanjutnya disebut zat
aditif alami. Umumnya zat aditif alami tidak
menimbulkan efek samping yang membahayakan kesehatan
manusia. Akan tetapi, jumlah penduduk bumi yang makin
bertambah menuntut jumlah makanan yang lebih besar
sehingga zat aditif alami tidak mencukupi lagi. Oleh
karena itu, industri makanan memproduksi makanan yang
memakai zat aditif buatan (sintesis). Bahan baku
pembuatannya adalah dari zat-zat kimia yang kemudian
direaksikan. Zat aditif sintesis yang berlebihan dapat
menimbulkan beberapa efek samping misalnya: gatal-
gatal, dan kanker.
Pada dasarnya baik masyarakat desa maupun kota,
pasti telah menggunakan zat aditif makanan dalam
kehidupannya sehari-hari.. Disini zat aditif makanan
sudah termasuk : pewarna, penyedap, pengawet, pemantap,
antioksidan, pengemulsi, pengumpal, pemucat, pengental,
dan anti gumpal.
Istilah zat aditif sendiri mulai familiar di tengah
masyarakat Indonesia setelah merebak kasus penggunaan
formalin pada beberapa produk olahan pangan, tahu, ikan
dan daging yang terjadi pada beberapa bulan belakangan.
Formalin sendiri digunakan sebagai zat pengawet agar
6
produk olahan tersebut tidak lekas busuk/terjauh dari
mikroorganisme. Penyalahgunaan formalin ini membuka
kacamata masyarakat untuk bersifat proaktif dalam
memilah-milah mana zat aditif yang dapat dikonsumsi dan
mana yang berbahaya.
B. Jenis-Jenis Zat Aditif
Beberapa jenis zat aditif yang sering kita temukan
dalam produk - produk makanan, yaitu :
1. Zat pewarna
Pemberian warna pada makanan umumnya bertujuan agar
makanan terlihat lebih segar dan menarik sehingga
menimbulkan selera orang untuk memakannya. Zat pewarna
yang biasa digunakan sebagai zat aditif pada makanan
adalah :
a. Zat pewarna alami dibuat dari ekstrak bagian-
bagian tumbuhan tertentu, misalnya warna hijau
dari daun pandan atau daun suji, warna kuning dari
kunyit, seperti warna cokelat dari buah cokelat,
warna merah dari daun jati, dan warna kuning merah
dari wortel. Karena jumlah pilihan warna dari zat
pewarna alami terbatas maka dilakukan upaya
menyintesis zat pewarna yang cocok untuk makanan
dari bahan-bahan kimia.
b. Zat pewarna sintetik, dibuat dari bahan-bahan
kimia. Dibandingkan dengan pewarna alami, pewarna
sintetik memiliki beberapa kelebihan, yaitu
7
memiliki pilihan warna yang lebih banyak, mudah
disimpan, dan lebih tahan lama.
Beberapa zat pewarna sintetik bisa saja memberikan
warna yang sama, namun belum tentu semua zat pewarna
tersebut cocok dipakai sebagai zat aditif pada makanan
dan minuman. Perlu diketahui bahwa zat pewarna sintetik
yang bukan untuk makanan dan minuman (pewarna tekstil)
dapat membahayakan kesehatan apabila masuk ke dalam
tubuh karena bersifat karsinogen (penyebab penyakit
kanker). Oleh karena itu, kamu harus berhati-hati
ketika membeli makanan atau minuman yang memakai zat
warna. Kamu harus yakin dahulu bahwa zat pewarna yang
dipakai sebagai zat aditif pada makanan atau minuman
tersebut adalah memang benar-benar pewarna makanan dan
minuman.
Berdasarkan sifat kelarutannya, zat pewarna
makanan dikelompokkan menjadi dye dan lake. Dye
merupakan zat bewarna makanan yang umumnya bersifat
larut dalam air. Dye biasanya dijual di pasaran dalam
bentuk serbuk, butiran, pasta atau cairan. Lake
8
merupakan gabungan antara zat warna dye dan basa yang
dilapisi oleh suatu zat tertentu. Karena sifatnya yang
tidak larut dalam air maka zat warna kelompok ini cocok
untuk mewarnai produkproduk yang tidak boleh terkena
air atau produk yang mengandung lemak dan minyak.
2. Zat Pemanis
Zat pemanis berfungsi untuk menambah rasa manis
pada makanan dan minuman. Zat pemanis dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
a. Zat pemanis alami.
Pemanis ini dapat diperoleh dari tumbuhan, seperti
kelapa, tebu, dan aren. Selain itu, zat pemanis alami
dapat pula diperoleh dari buahbuahan dan madu. Zat
pemanis alami berfungsi juga sebagai sumber energi.
Jika kita mengonsumsi pemanis alami secara berlebihan,
kita akan mengalami risiko kegemukan. Orang-orang yang
sudah gemuk badannya sebaiknya menghindari makanan
atau minuman yang mengandung pemanis alami terlalu
tinggi.
b. Zat pemanis buatan atau sintetik.
Pemanis buatan tidak dapat dicerna oleh tubuh
manusia sehingga tidak berfungsi sebagai sumber energi.
Oleh karena itu, orang-orang yang memiliki penyakit
kencing manis (diabetes melitus) biasanya mengonsumsi
pemanis sintetik sebagai pengganti pemanis alami.
9
Contoh pemanis sintetik, yaitu sakarin, natrium
siklamat, magnesium siklamat, kalsium siklamat,
aspartam, dan dulsin.
Pemanis buatan memiliki tingkat kemanisan yang
lebih tinggi dibandingkan pemanis alami. Garam-garam
siklamat memiliki kemanisan 30 kali lebih tinggi
dibandingkan kemanisan sukrosa. Namun, kemanisan garam
natrium dan kalsium dari sakarin memiliki kemanisan 800
kali dibandingkan dengan kemanisan sukrosa 10%.
Walaupun pemanis buatan memiliki kelebihan
dibandingkan pemanis alami, kita perlu menghindari
konsumsi yang berlebihan karena dapat memberikan efek
samping bagi kesehatan. Misalnya, penggunaan sakarin
yang berlebihan selain akan menyebabkan rasa makanan
terasa pahit juga merangsang terjadinya tumor pada
bagian kandung kemih.
Contoh lain, garam-garam siklamat pada proses
metabolisme dalam tubuh dapat menghasilkan senyawa
sikloheksamina yang bersifat karsinogenik (senyawa yang
dapat menimbulkan penyakit kanker). Garam siklamat juga
dapat memberikan efek samping berupa gangguan pada
sistem pencernaan terutama pada pembentukan zat dalam
sel.
3. Zat Pengawet
Ada sejumlah cara menjaga agar makanan dan minuman
tetap layak untuk dimakan atau diminum walaupun sudah
10
tersimpan lama. Salah satu upaya tersebut adalah dengan
cara menambahkan zat aditif kelompok pengawet (zat
pengawet) ke dalam makanan dan minuman. Zat pengawet
adalah zatzat yang sengaja ditambahkan pada bahan
makanan dan minuman agar makanan dan minuman tersebut
tetap segar, bau dan rasanya tidak berubah, atau
melindungi makanan dari kerusakan akibat membusuk atau
terkena bakteri/ jamur.
Karena penambahan zat aditif, berbagai makanan dan
minuman masih dapat dikonsumsi sampai jangka waktu
tertentu, mungkin seminggu, sebulan, setahun, atau
bahkan beberapa tahun. Dalam makanan atau minuman yang
dikemas dan dijual di toko-toko atau supermarket
biasanya tercantum tanggal kadaluarsanya, tanggal yang
menunjukkan sampai kapan makanan atau minuman tersebut
masih dapat dikonsumsi tanpa membahayakan kesehatan.
Seperti halnya zat pewarna dan pemanis, zat
pengawet dapat dikelompokkan menjadi zat pengawet alami
dan zat pengawet buatan.
Zat pengawet alami berasal dari alam, contohnya
gula (sukrosa) yang dapat dipakai untuk mengawetkan
buah-buahan (manisan) dan garam dapur yang dapat
digunakan untuk mengawetkan ikan.
Zat pengawet sintetik atau buatan merupakan hasil
sintesis dari bahan-bahan kimia. Contohnya, asam
cuka dapat dipakai sebagai pengawet acar dan
natrium propionat atau kalsium propionat dipakai
11
untuk mengawetkan roti dan kue kering. Garam
natrium benzoat, asam sitrat, dan asam tartrat juga
biasa dipakai untuk mengawetkan makanan.
Selain zat-zat tersebut, ada juga zat pengawet
lain, yaitu natrium nitrat atau senyawa (NaNO3) yang
berfungsi untuk menjaga agar tampilan daging tetap
merah. Asam fosfat yang biasa ditambahkan pada
beberapa minuman penyegar juga termasuk zat pengawet.
Selain pengawet yang aman untuk dikonsumsi, juga
terdapat pengawet yang tidak boleh dipergunakan untuk
mengawetkan makanan. Zat pengawet yang dimaksud, di
antaranya formalin yang biasa dipakai untuk
mengawetkan benda-benda, seperti mayat atau binatang
yang sudah mati.
Pemakaian pengawet formalin untuk mengawetkan
makanan, seperti bakso, ikan asin, tahu, dan makanan
jenis lainnya dapat menimbulkan risiko kesehatan.
Selain formalin, ada juga pengawet yang tidak boleh
dipergunakan untuk mengawetkan makanan. Pengawet yang
dimaksud adalah pengawet boraks.
Pengawet ini bersifat desinfektan atau efektif
dalam menghambat pertumbuhan mikroba penyebab
membusuknya makanan serta dapat memperbaiki tekstur
makanan sehingga lebih kenyal. Boraks hanya boleh
dipergunakan untuk industri nonpangan, seperti dalam
pembuatan gelas, industri kertas, pengawet kayu, dan
keramik. Jika boraks termakan dalam kadar tertentu,
12
dapat menimbulkan sejumlah efek samping bagi
kesehatan, di antaranya:
a. gangguan pada sistem saraf, ginjal, hati, dan
kulit;
b. gejala pendarahan di lambung dan gangguan
stimulasi saraf pusat;
c. terjadinya komplikasi pada otak dan hati; dan d.
menyebabkan kematian jika ginjal mengandung boraks
sebanyak 3-6 gram.
Walaupun tersedia zat pengawet sintetik yang
digunakan sebagai zat aditif makanan, di negara maju
banyak orang enggan mengonsumsi makanan yang memakai
pengawet sintetik. Hal ini telah mendorong
perkembangan ilmu dan teknologi pengawetan makanan
dan minuman tanpa penambahan zat-zat kimia, misalnya
dengan menggunakan sinar ultra violet (UV), ozon,
atau pemanasan pada suhu yang sangat tinggi dalam
waktu singkat sehingga makanan dapat disterilkan
tanpa merusak kualitas makanan.
4. Zat Penyedap Cita Rasa
Di Indonesia terdapat begitu banyak ragam
rempah-rempah yang dipakai untuk meningkatkan cita
rasa makanan, seperti cengkeh, pala, merica,
ketumbar, cabai, laos, kunyit, bawang, dan masih
13
banyak lagi yang lain. Melimpahnya ragam rempah-
rempah ini merupakan salah satu sebab yang mendorong
penjajah Belanda dan Portugis tempo dulu ingin
menguasai Indonesia. Jika rempah-rempah dicampur
dengan makanan saat diolah, dapat menimbulkan cita
rasa tertentu pada makanan. Selain zat penyedap cita
rasa yang berasal dari alam, ada pula yang berasal
dari hasil sintesis bahan kimia.
Berikut ini beberapa contoh zat penyedap cita
rasa hasil sintesis:
a. oktil asetat, makanan akan terasa dan beraroma
seperti buah jeruk jika dicampur dengan zat
penyedap ini
b. etil butirat, akan memberikan rasa dan aroma
seperti buah nanas pada makanan;
c. amil asetat, akan memberikan rasa dan aroma
seperti buah pisang;
d. amil valerat, jika makanan diberi zat penyedap ini
maka akan terasa dan beraroma seperti buah apel.
Selain zat penyedap rasa dan aroma, seperti yang
sudah disebutkan di atas, terdapat pula zat penyedap
rasa yang penggunaannya meluas dalam berbagai jenis
masakan, yaitu penyedap rasa monosodium glutamat (MSG)
seperti ditunjukkan pada Gambar 8.15. Zat ini tidak
berasa, tetapi jika sudah ditambahkan pada makanan maka
akan menghasilkan rasa yang sedap.
14
Penggunaan MSG yang berlebihan telah
menyebabkan “Chinese restaurant syndrome” yaitu suatu
gangguan kesehatan di mana kepala terasa pusing dan
berdenyut. Bagi yang menyukai zat penyedap ini tak
perlu khawatir dulu. Kecurigaan ini masih bersifat pro
dan kontra. Bagi yang mencoba menghindari untuk
mengonsumsinya, sudah tersedia sejumlah merk makanan
yang mencantumkan label “tidak mengandung MSG” dalam
kemasannya.
Pada pembahasan sebelumnya, kamu sudah
mempelajari tentang pengelompokan zat aditif
berdasarkan fungsinya beserta contoh-contohnya. Perlu
kamu ketahui bahwa suatu zat aditif dapat saja memiliki
lebih dari satu fungsi. Seringkali suatu zat aditif,
khususnya yang bersifat alami memiliki lebih dari satu
fungsi. Contohnya, gula alami biasa dipakai sebagai zat
aditif pada pembuatan daging dendeng. Gula alami
tersebut tidak hanya berfungsi sebagai pemanis, tetapi
juga berfungsi sebagai pengawet. Contoh lain adalah
daun pandan yang dapat berfungsi sebagai pemberi warna
pada makanan sekaligus memberikan rasa dan aroma khas
pada makanan.
Untuk penggunaan zat-zat aditif alami, umumnya
tidak terdapat batasan mengenai jumlah yang boleh
dikonsumsi perharinya. Untuk zat-zat aditif sintetik,
terdapat aturan penggunaannya yang telah ditetapkan
sesuai Acceptable Daily Intake (ADI) atau jumlah
15
konsumsi zat aditif selama sehari yang diperbolehkan
dan aman bagi kesehatan. Jika kita mengonsumsinya
melebihi ambang batas maka dapat menimbulkan risiko
bagi kesehatan. Di bawah ini jenis-jenis zat aditif dan
contoh serta keterangannya.
Zataditif Contoh Keterangan
Pewarna
Daun pandan (hijau), kunyit(kuning), buah coklat (coklat), wortel (orange)
Pewarna alami
Sunsetyellow FCF (orange), Carmoisine (Merah), Brilliant Blue FCF (biru), Tartrazine (kuning), dll
Pewarna sintesis
PengawetNatrium benzoat, Natrium Nitrat, Asam Sitrat, Asam Sorbat, Formalin
Terlalu banyak mengkonsumsi zat pengawet akan mengurangi daya tahan tubuh terhadap penyakit
Penyedap
Pala, merica, cabai, laos, kunyit, ketumbar Penyedap alami
Mono-natrium glutamat/vetsin (ajinomoto/sasa), asam cuka, benzaldehida, amil asetat, dll
Penyedap sintesis
Antioksidan
Butil hidroksi anisol (BHA), butil hidroksi toluena (BHT), tokoferol
Mencegah Ketengikan
PemutihHidrogen peroksida, oksida klor, benzoil peroksida, natrium hipoklorit
-
Pemanis bukan
Sakarin, Dulsin, Siklamat Baik dikonsumsi penderita diabetes,
16
gula Khusus siklamat bersifat karsinogen
Pengatur keasaman
Aluminium amonium/kalium/natrium sulfat, asam laktat
Menjadi lebih asam, lebih basa, atau menetralkan makanan
Anti Gumpal
Aluminium silikat, kalsium silikat, magnesium karbonat, magnesium oksida
Ditambahkan ke dalam pangan dalam bentuk bubuk
C. Dampak penggunaan zat aditif pada makanan
Zat aditif yang ada pada makanan tidak selalu
secara sengaja ditambahkan untuk tujuan tertentu.
Namun, ada juga zat aditif yang diperoleh secara tidak
sengaja muncul pada makanan. Zat aditif tersebut
biasanya muncul pada proses pengolahan makanan. Secara
keseluruhan, penggunaan zat-zat aditif untuk campuran
makanan dapat berdampak positif dan negatif.
1. Dampak Positif Penggunaan Zat Aditif
Berbagai macam penyakit dapat muncul dari
kebiasaan manusia mengkonsumsi makanan yang kurang
memperhatikan keseimbangan gizi. Misalnya, penyakit
gondok yang berupa pembengkakan kelenjar pada leher.
Penyakit gondok disebabkan karena tubuh kurang
mendapatkan zat iodin. Penyakit gondok dapat dicegah
dengan mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung zat
iodin.
Zat iodin dapat kita peroleh dari garam dapur yang
biasa digunakan untukmemberikan rasa asin pada makanan.
17
Selain penyakit gondok, kekurangan iodin dapat pula
menyebabkan penyakit kretinisme (kekerdilan). Orang
yang memiliki penyakit diabetes mellitus (kencing
manis) perlu menjaga kestabilan kadar gula dalam
darahnya. Penyakit ini dapat disebabkan karena pola
hidup yang tidak sehat. Untuk menjaga kestabilan kadar
gula dalam darah, bagi penderita diabetes melitus
disarankan untuk mengkonsumsi sakarin (pemanis buatan)
sebagai pengganti gula.
Kekurangan konsumsi makanan yang mengandung
vitamin dapat menimbulkan berbagai penyakit pada
manusia, misalnya penyakit Xerophtalmia. Penyakit
Xerophtalmia merupakan penyakit yang menyerang mata,
yaitu terjadinya kerusakan pada kornea mata. Penyakit
ini jika tidak diatasi,maka dapat menimbulkan kebutaan.
Untuk menghindari penyakit Xerophtalmia, perlu
mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung vitamin A.
2. Dampak Negatif Penggunaan Zat Aditif
Kemajuan teknologi di bidang pangan dapat memacu
manusia untuk menciptakan bahan makanan dengan kualitas
yang makin baik. Kualitas makanan yang baik tidak dapat
dilihat dari bentuk tampilan luarnya saja, akan tetapi
yang paling penting adalah kandungan gizi dalam makanan
tersebut. Saat ini telah banyak ditemukan makanan yang
unggul karena telah melalui berbagai proses produksi
sehingga memiliki ketahanan yang lebih lama jika
18
dibandingkan dengan kondisi normalnya. Misalnya, ikan
sarden dalam kemasan kaleng dapat bertahan berbulan-
bulan, bahkan hingga satu tahun lamanya tanpa mengalami
pembusukan. Ikan sarden tersebut dapat bertahan lama
setelah ditambahkan zat pengawet pada proses produksi
makanan tersebut. Namun, bahan makanan yang menggunakan
zat pengawet tidak dapat dikonsumsi setelah melewati
masa kadaluarsa.
D. Upaya Mengurangi Dampak Negatif Pada Makanan
Penggunaaan zat aditif pada makanan sering kali
menimbulkan berbagai dampak negatif. Dampak yang paling
sering muncul adalah dari penggunaan bahan aditif
sintetik karena menggunakan bahan kimia hasil olahan
industri. Dari berbagai dampak negatif yang ditimbulkan
dari penggunaan bahan aditif, kita perlu berhati-hati
dalam mengkonsumsi makanan yang mengandung zat aditif.
Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi
dampak negatif dari penggunaan zat aditif makanan
adalah sebagai berikut.
a) Mengkonsumsi makanan yang mengandung zat aditif
tidak berlebihan.
b) Teliti memilih makanan yang mengandung zat aditif
dengan memeriksa kemasan, karat atau cacat
lainnya.
c) Amati apakah makanan tersebut berwarna mencolok
atau jauh berbeda dari warna aslinya. Biasanya
19
makanan yang mencolok warnanya mengandung pewarna
tekstil.
d) Cicipi rasa makanan tersebut, lidah juga cukup
jeli membedakan mana makanan yang aman dan mana
yang tidak. Makanan yang tidak aman umumnya berasa
tajam, misalnya sangat gurih dan membuat lidah
bergetar. Biasanya makanan-makanan seperti itu
mengandung penyedap rasa dan penambah aroma
berlebih.
e) Memilih sendiri zat aditif yang akan digunakan
sebagai bahan makanan.
f) Menggunakan zat aditif yang berasal dari alam.
g) Perhatikan kualitas makanan dan tanggal produksi
dan serta kadaluarsa yang terdapat pada kemasan
makanan yang akan dikonsumsi.
h) Bau apek atau tengik menandakan bahwa makanan
tersebut sudah rusak atau terkontaminasi oleh
mikroorganisme.
i) Amati komposisi serta bahan-bahan kimia yang
terkandung dalam makanan dengan cara membaca
komposisi bahan pada kemasan.
j) Memeriksa apakah makanan yang akan dikonsumsi
telah terdaftar di Departemen Kesehatan atau
belum.
E. Analisis Zat Aditif Makanan Jajanan anak SD kota
Palangka Raya
20
Alat dan Bahan :
a. Alat :1. Gelas aqua : 9 buah2. Alat ukur ( pengaris ) : 1 buah3. Kertas saring : 10 cm memanjang 4. Sendok : 1 buah5. Stowacth : 1 buah6. Gunting : 1 buah7. Cater : 1 buah
b. Bahan :1. Air 2. Tinta 3. Saos pentol SDN 1 4. Saos pentol SDN 7 5. Saos nasional 6. Saos kentang goreng 7. E joss8. Extra joss9. Ale – ale 10. Es gong
Prosedur kerja :1. Disiapkan alat dan bahan2. Dimasukan pelarut (air) kedalam masing – masing
gelas yang sudah disediakan 3. Kemudian dimasukan sampel kedalam gelas yang sudah
berisi air 4. Diaduk sampai kedua larutan tercampur 5. Setelah tercampur, masukan kertas saring kedalam
larutan tersebut selama 10 menit 6. Diamati perubahan yang terjadi 7. Dicatat hasil pengamatan
21
Tabel Hasil PengamatanNo Sampel Waktu1 Tinta 2 Saos pentol
SDN 13 Saos pentol
SDN 74 Saos nasional5 Saos kentang
goreng6 E joss7 Extra joss8 Ale – ale 9 Es gong
22
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Zat aditif adalah zat-zat tambahan yang
digunakan pada makanan dengan tujuan tertentu.
Tujuan penambahan zat aditif pada makanan
adalah memberikan rasa sedap, mengawetkan,
memberi warna, pemanis, dan memberikan aroma.
23
Contoh bahan pewarna alami adalah beta-karoten
(kuning ), kloro l (hijau), karamel (cokelatfi
hitam ) dan anato (oranye).
Contoh bahan pewarna alami adalah eritrosin
(merah), kuning FCF (kuning), hijau FCF (hijau),
cokelat HT (cokelat), dan biru berlian (biru).
Pengawet merupakan bahan yang sering digunakan
untuk mengawetkan makanan sehingga makanan dapat
bertahan dalam jangka waktu yang lama.
Pemanis adalah zat yang ditambahkan kepada
makanan atau minuman sehingga menimbulkan rasa
manis..
Untuk menghindari bahaya dari penggunaan zat
aditif, sebaiknya kita menggunakan zat aditif
yang alami dan mengurangi penggunaan zat aditif
sintesis
b. Saran
Kami mengharapkan makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca, khususnya anak-anak sekolah dan
masyarakat pada umumnya. untuk ilmu yang lebih
membangun. Oleh karena itu kami mengharapkan
kritik dan saran yang positif dari pembaca.
24