Kimia Bahan Makanan

24
KATA PENGANTAR Puji dan syukur senantiasa kami panjatkan kepada TUHAN yang Maha Esa, sebagai pencipta dan pemelihara alam semesta, karena atas berkat Nya kami dapat menyusun makalah kimia ini yang berjudul “Bahaya Zat Aditif” yang dimaksudkan agar para pembaca dan kami sendiri menjadi lebih mengenali dan memahami bahaya zat aditif. Uraian dalam makalah ini kami susun berdasarkan buku dan sumber website yang relevan dengan topik tersebut. Sebelumnya kami mohon maaf apabila pada makalah ini terdapat tulisan yang tidak berkenan dan terdapat kekurangan-kekurangan lainnya karena kami sadar bahwa manusia tidak akan pernah luput dari kesalahan. Akhir kata kami ucapkan terimakasih kepada teman-teman yang telah berperan serta dalam pembuatan makalah ini. Makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami dengan senang hati akan menerima segala kritik & saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini. Sekian dari kami. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Teruslah berusaha meningkatkan ilmu pengetahuan dan tekhnologi dengan berfikir baik, logis, dan sistematis 1

Transcript of Kimia Bahan Makanan

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa kami panjatkan kepada

TUHAN yang Maha Esa, sebagai pencipta dan pemelihara

alam semesta, karena atas berkat Nya kami dapat

menyusun makalah kimia ini yang berjudul “Bahaya Zat

Aditif” yang dimaksudkan agar para pembaca dan kami

sendiri menjadi lebih mengenali dan memahami bahaya zat

aditif. Uraian dalam makalah ini kami susun berdasarkan

buku dan sumber website yang relevan dengan topik

tersebut.

Sebelumnya kami mohon maaf apabila pada makalah

ini terdapat tulisan yang tidak berkenan dan terdapat

kekurangan-kekurangan lainnya karena kami sadar bahwa

manusia tidak akan pernah luput dari kesalahan.

Akhir kata kami ucapkan terimakasih kepada teman-teman

yang telah berperan serta dalam pembuatan makalah ini.

Makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena

itu, kami dengan senang hati akan menerima segala

kritik & saran yang membangun demi kesempurnaan makalah

ini.

Sekian dari kami. Semoga makalah ini dapat

bermanfaat bagi kita semua. Teruslah berusaha

meningkatkan ilmu pengetahuan dan tekhnologi dengan

berfikir baik, logis, dan sistematis

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap hari kita memerlukan makanan untuk

mendapatkan energi (karbohidrat dan lemak) dan untuk

pertumbuhan sel-sel baru, menggantikan sel-sel yang

rusak (protein). Selain itu, kita juga memerlukan

makanan sebagai sumber zat penunjang dan pengatur

proses dalam tubuh, yaitu vitamin, mineral, dan air.

Sehat tidaknya suatu makanan tidak bergantung pada

ukuran, bentuk, warna, kelezatan, aroma, atau

kesegarannya, tetapi bergantung pada kandungan zat yang

2

diperlukan oleh tubuh. Suatu makanan dikatakan sehat

apabila mengandung satu macam atau lebih zat yang

diperlukan oleh tubuh. Setiap hari, kita perlu

mengonsumsi makanan yang beragam agar semua jenis zat

yang diperlukan oleh tubuh terpenuhi. Hal ini

dikarenakan belum tentu satu jenis makanan mengandung

semua jenis zat yang diperlukan oleh tubuh setiap hari.

Supaya orang tertarik untuk memakan suatu makanan,

seringkali kita perlu menambahkan bahan-bahan tambahan

ke dalam makanan yang kita olah. Bisa kita perkirakan

bahwa seseorang tentu tidak akan punya selera untuk

memakan sayur sop yang tidak digarami atau bubur kacang

hijau yang tidak memakai gula. Dalam hal ini, garam dan

gula termasuk bahan tambahan. Keduanya termasuk jenis

zat aditif makanan. Zat aditif bukan hanya garam dan

gula saja, tetapi masih banyak bahan-bahan kimia lain.

Zat aditif makanan ditambahkan dan dicampurkan

pada waktu pengolahan makanan untuk memperbaiki

tampilan makanan, meningkatkan cita rasa, memperkaya

kandungan gizi, menjaga makanan agar tidak cepat busuk,

dan lain.

B. Tujuan

1. Mengetahui pengertian zat aditif

3

2. Mengetahui jenis-jenis zat adiktif yang terdapat

pada makanan

3. Menjelaskan penggunaan zat aditif pada makanan

4. Menjelaskan upaya mengurangi dampak negatif

penggunaan zat aditif

5. Menganalisis zat aditif pada makanan jajanan anak

SD kota palangka raya

C. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian zat aditif ?

2. Apa saja jenis-jenis zat aditif pada makanan?

3. Bagaimanakah dampak penggunaan zat aditif pada

makanan?

4. Bagaimanakah upaya mengurangi dampak negatif

penggunaan zat aditif ?

5. Apakah ada zat aditif pada makanan jajanan anak

SD kota palangka raya?

D. Manfaat

1. Dapat mengetahui pengertian zat aditif

2. Dapat mengetahui jenis-jenis zat aditif pada

makanan

3. Dapat mengetahui dampak peggunaan zat aditif pada

makanan

4. Dapat mengetahui upaya dalam mengurangi dampak

negatif penggunaan zat aditif

4

5. Dapat mengetahui adanya zat aditif pada makanan

jajanan anak SD kota palangka raya

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian zat aditif

Zat aditif adalah bahan kimia yang dicampurkan ke

dalam makanan dengan tujuan untuk meningkatkan

kualitas, menambahkan rasa dan memantapkan kesegaran

produk tersebut. Penambahan zat aditif dalam makanan

berdasarkan pertimbangan agar mutu dan kestabilan

makanan tetap terjaga dan untuk mempertahankan nilai

gizi yang mungkin rusak atau hilang selama proses

pengolahan.

Bahan tambahan makanan adalah bahan yang

ditambahkan dengan sengaja ke dalam makanan dalam

jumlah kecil, dengan tujuan untuk memperbaiki

penampakan, cita rasa, tekstur, flavor dan

5

memperpanjang daya simpan. Selain itu dapat

meningkatkan nilai gizi seperti protein, mineral dan

vitamin.

Pada awalnya zat-zat aditif tersebut berasal dari

bahan tumbuh-tumbuhan yang selanjutnya disebut zat

aditif alami. Umumnya zat aditif alami tidak

menimbulkan efek samping yang membahayakan kesehatan

manusia. Akan tetapi, jumlah penduduk bumi yang makin

bertambah menuntut jumlah makanan yang lebih besar

sehingga zat aditif alami tidak mencukupi lagi. Oleh

karena itu, industri makanan memproduksi makanan yang

memakai zat aditif buatan (sintesis). Bahan baku

pembuatannya adalah dari zat-zat kimia yang kemudian

direaksikan. Zat aditif sintesis yang berlebihan dapat

menimbulkan beberapa efek samping misalnya: gatal-

gatal, dan kanker.

Pada dasarnya baik masyarakat desa maupun kota,

pasti telah menggunakan zat aditif makanan dalam

kehidupannya sehari-hari.. Disini zat aditif makanan

sudah termasuk : pewarna, penyedap, pengawet, pemantap,

antioksidan, pengemulsi, pengumpal, pemucat, pengental,

dan anti gumpal.

Istilah zat aditif sendiri mulai familiar di tengah

masyarakat Indonesia setelah merebak kasus penggunaan

formalin pada beberapa produk olahan pangan, tahu, ikan

dan daging yang terjadi pada beberapa bulan belakangan.

Formalin sendiri digunakan sebagai zat pengawet agar

6

produk olahan tersebut tidak lekas busuk/terjauh dari

mikroorganisme. Penyalahgunaan formalin ini membuka

kacamata masyarakat untuk bersifat proaktif dalam

memilah-milah mana zat aditif yang dapat dikonsumsi dan

mana yang berbahaya.

B. Jenis-Jenis Zat Aditif

Beberapa jenis zat aditif yang sering kita temukan

dalam produk - produk makanan, yaitu :

1. Zat pewarna

Pemberian warna pada makanan umumnya bertujuan agar

makanan terlihat lebih segar dan menarik sehingga

menimbulkan selera orang untuk memakannya. Zat pewarna

yang biasa digunakan sebagai zat aditif pada makanan

adalah :

a. Zat pewarna alami dibuat dari ekstrak bagian-

bagian tumbuhan tertentu, misalnya warna hijau

dari daun pandan atau daun suji, warna kuning dari

kunyit, seperti warna cokelat dari buah cokelat,

warna merah dari daun jati, dan warna kuning merah

dari wortel. Karena jumlah pilihan warna dari zat

pewarna alami terbatas maka dilakukan upaya

menyintesis zat pewarna yang cocok untuk makanan

dari bahan-bahan kimia.

b. Zat pewarna sintetik, dibuat dari bahan-bahan

kimia. Dibandingkan dengan pewarna alami, pewarna

sintetik memiliki beberapa kelebihan, yaitu

7

memiliki pilihan warna yang lebih banyak, mudah

disimpan, dan lebih tahan lama.

Beberapa zat pewarna sintetik bisa saja memberikan

warna yang sama, namun belum tentu semua zat pewarna

tersebut cocok dipakai sebagai zat aditif pada makanan

dan minuman. Perlu diketahui bahwa zat pewarna sintetik

yang bukan untuk makanan dan minuman (pewarna tekstil)

dapat membahayakan kesehatan apabila masuk ke dalam

tubuh karena bersifat karsinogen (penyebab penyakit

kanker). Oleh karena itu, kamu harus berhati-hati

ketika membeli makanan atau minuman yang memakai zat

warna. Kamu harus yakin dahulu bahwa zat pewarna yang

dipakai sebagai zat aditif pada makanan atau minuman

tersebut adalah memang benar-benar pewarna makanan dan

minuman.

Berdasarkan sifat kelarutannya, zat pewarna

makanan dikelompokkan menjadi dye dan lake. Dye

merupakan zat bewarna makanan yang umumnya bersifat

larut dalam air. Dye biasanya dijual di pasaran dalam

bentuk serbuk, butiran, pasta atau cairan. Lake

8

merupakan gabungan antara zat warna dye dan basa yang

dilapisi oleh suatu zat tertentu. Karena sifatnya yang

tidak larut dalam air maka zat warna kelompok ini cocok

untuk mewarnai produkproduk yang tidak boleh terkena

air atau produk yang mengandung lemak dan minyak.

2. Zat Pemanis

Zat pemanis berfungsi untuk menambah rasa manis

pada makanan dan minuman. Zat pemanis dapat

dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

a. Zat pemanis alami.

Pemanis ini dapat diperoleh dari tumbuhan, seperti

kelapa, tebu, dan aren. Selain itu, zat pemanis alami

dapat pula diperoleh dari buahbuahan dan madu. Zat

pemanis alami berfungsi juga sebagai sumber energi.

Jika kita mengonsumsi pemanis alami secara berlebihan,

kita akan mengalami risiko kegemukan. Orang-orang yang

sudah gemuk badannya sebaiknya menghindari makanan

atau minuman yang mengandung pemanis alami terlalu

tinggi.

b. Zat pemanis buatan atau sintetik.

Pemanis buatan tidak dapat dicerna oleh tubuh

manusia sehingga tidak berfungsi sebagai sumber energi.

Oleh karena itu, orang-orang yang memiliki penyakit

kencing manis (diabetes melitus) biasanya mengonsumsi

pemanis sintetik sebagai pengganti pemanis alami.

9

Contoh pemanis sintetik, yaitu sakarin, natrium

siklamat, magnesium siklamat, kalsium siklamat,

aspartam, dan dulsin.

Pemanis buatan memiliki tingkat kemanisan yang

lebih tinggi dibandingkan pemanis alami. Garam-garam

siklamat memiliki kemanisan 30 kali lebih tinggi

dibandingkan kemanisan sukrosa. Namun, kemanisan garam

natrium dan kalsium dari sakarin memiliki kemanisan 800

kali dibandingkan dengan kemanisan sukrosa 10%.

Walaupun pemanis buatan memiliki kelebihan

dibandingkan pemanis alami, kita perlu menghindari

konsumsi yang berlebihan karena dapat memberikan efek

samping bagi kesehatan. Misalnya, penggunaan sakarin

yang berlebihan selain akan menyebabkan rasa makanan

terasa pahit juga merangsang terjadinya tumor pada

bagian kandung kemih.

Contoh lain, garam-garam siklamat pada proses

metabolisme dalam tubuh dapat menghasilkan senyawa

sikloheksamina yang bersifat karsinogenik (senyawa yang

dapat menimbulkan penyakit kanker). Garam siklamat juga

dapat memberikan efek samping berupa gangguan pada

sistem pencernaan terutama pada pembentukan zat dalam

sel.

3. Zat Pengawet

Ada sejumlah cara menjaga agar makanan dan minuman

tetap layak untuk dimakan atau diminum walaupun sudah

10

tersimpan lama. Salah satu upaya tersebut adalah dengan

cara menambahkan zat aditif kelompok pengawet (zat

pengawet) ke dalam makanan dan minuman. Zat pengawet

adalah zatzat yang sengaja ditambahkan pada bahan

makanan dan minuman agar makanan dan minuman tersebut

tetap segar, bau dan rasanya tidak berubah, atau

melindungi makanan dari kerusakan akibat membusuk atau

terkena bakteri/ jamur.

Karena penambahan zat aditif, berbagai makanan dan

minuman masih dapat dikonsumsi sampai jangka waktu

tertentu, mungkin seminggu, sebulan, setahun, atau

bahkan beberapa tahun. Dalam makanan atau minuman yang

dikemas dan dijual di toko-toko atau supermarket

biasanya tercantum tanggal kadaluarsanya, tanggal yang

menunjukkan sampai kapan makanan atau minuman tersebut

masih dapat dikonsumsi tanpa membahayakan kesehatan.

Seperti halnya zat pewarna dan pemanis, zat

pengawet dapat dikelompokkan menjadi zat pengawet alami

dan zat pengawet buatan.

Zat pengawet alami berasal dari alam, contohnya

gula (sukrosa) yang dapat dipakai untuk mengawetkan

buah-buahan (manisan) dan garam dapur yang dapat

digunakan untuk mengawetkan ikan.

Zat pengawet sintetik atau buatan merupakan hasil

sintesis dari bahan-bahan kimia. Contohnya, asam

cuka dapat dipakai sebagai pengawet acar dan

natrium propionat atau kalsium propionat dipakai

11

untuk mengawetkan roti dan kue kering. Garam

natrium benzoat, asam sitrat, dan asam tartrat juga

biasa dipakai untuk mengawetkan makanan.

Selain zat-zat tersebut, ada juga zat pengawet

lain, yaitu natrium nitrat atau senyawa (NaNO3) yang

berfungsi untuk menjaga agar tampilan daging tetap

merah. Asam fosfat yang biasa ditambahkan pada

beberapa minuman penyegar juga termasuk zat pengawet.

Selain pengawet yang aman untuk dikonsumsi, juga

terdapat pengawet yang tidak boleh dipergunakan untuk

mengawetkan makanan. Zat pengawet yang dimaksud, di

antaranya formalin yang biasa dipakai untuk

mengawetkan benda-benda, seperti mayat atau binatang

yang sudah mati.

Pemakaian pengawet formalin untuk mengawetkan

makanan, seperti bakso, ikan asin, tahu, dan makanan

jenis lainnya dapat menimbulkan risiko kesehatan.

Selain formalin, ada juga pengawet yang tidak boleh

dipergunakan untuk mengawetkan makanan. Pengawet yang

dimaksud adalah pengawet boraks.

Pengawet ini bersifat desinfektan atau efektif

dalam menghambat pertumbuhan mikroba penyebab

membusuknya makanan serta dapat memperbaiki tekstur

makanan sehingga lebih kenyal. Boraks hanya boleh

dipergunakan untuk industri nonpangan, seperti dalam

pembuatan gelas, industri kertas, pengawet kayu, dan

keramik. Jika boraks termakan dalam kadar tertentu,

12

dapat menimbulkan sejumlah efek samping bagi

kesehatan, di antaranya:

a. gangguan pada sistem saraf, ginjal, hati, dan

kulit;

b. gejala pendarahan di lambung dan gangguan

stimulasi saraf pusat;

c. terjadinya komplikasi pada otak dan hati; dan d.

menyebabkan kematian jika ginjal mengandung boraks

sebanyak 3-6 gram.

Walaupun tersedia zat pengawet sintetik yang

digunakan sebagai zat aditif makanan, di negara maju

banyak orang enggan mengonsumsi makanan yang memakai

pengawet sintetik. Hal ini telah mendorong

perkembangan ilmu dan teknologi pengawetan makanan

dan minuman tanpa penambahan zat-zat kimia, misalnya

dengan menggunakan sinar ultra violet (UV), ozon,

atau pemanasan pada suhu yang sangat tinggi dalam

waktu singkat sehingga makanan dapat disterilkan

tanpa merusak kualitas makanan.

4. Zat Penyedap Cita Rasa

Di Indonesia terdapat begitu banyak ragam

rempah-rempah yang dipakai untuk meningkatkan cita

rasa makanan, seperti cengkeh, pala, merica,

ketumbar, cabai, laos, kunyit, bawang, dan masih

13

banyak lagi yang lain. Melimpahnya ragam rempah-

rempah ini merupakan salah satu sebab yang mendorong

penjajah Belanda dan Portugis tempo dulu ingin

menguasai Indonesia. Jika rempah-rempah dicampur

dengan makanan saat diolah, dapat menimbulkan cita

rasa tertentu pada makanan. Selain zat penyedap cita

rasa yang berasal dari alam, ada pula yang berasal

dari hasil sintesis bahan kimia.

Berikut ini beberapa contoh zat penyedap cita

rasa hasil sintesis:

a. oktil asetat, makanan akan terasa dan beraroma

seperti buah jeruk jika dicampur dengan zat

penyedap ini

b. etil butirat, akan memberikan rasa dan aroma

seperti buah nanas pada makanan;

c. amil asetat, akan memberikan rasa dan aroma

seperti buah pisang;

d. amil valerat, jika makanan diberi zat penyedap ini

maka akan terasa dan beraroma seperti buah apel.

Selain zat penyedap rasa dan aroma, seperti yang

sudah disebutkan di atas, terdapat pula zat penyedap

rasa yang penggunaannya meluas dalam berbagai jenis

masakan, yaitu penyedap rasa monosodium glutamat (MSG)

seperti ditunjukkan pada Gambar 8.15. Zat ini tidak

berasa, tetapi jika sudah ditambahkan pada makanan maka

akan menghasilkan rasa yang sedap.

14

Penggunaan MSG yang berlebihan telah

menyebabkan “Chinese restaurant syndrome” yaitu suatu

gangguan kesehatan di mana kepala terasa pusing dan

berdenyut. Bagi yang menyukai zat penyedap ini tak

perlu khawatir dulu. Kecurigaan ini masih bersifat pro

dan kontra. Bagi yang mencoba menghindari untuk

mengonsumsinya, sudah tersedia sejumlah merk makanan

yang mencantumkan label “tidak mengandung MSG” dalam

kemasannya.

Pada pembahasan sebelumnya, kamu sudah

mempelajari tentang pengelompokan zat aditif

berdasarkan fungsinya beserta contoh-contohnya. Perlu

kamu ketahui bahwa suatu zat aditif dapat saja memiliki

lebih dari satu fungsi. Seringkali suatu zat aditif,

khususnya yang bersifat alami memiliki lebih dari satu

fungsi. Contohnya, gula alami biasa dipakai sebagai zat

aditif pada pembuatan daging dendeng. Gula alami

tersebut tidak hanya berfungsi sebagai pemanis, tetapi

juga berfungsi sebagai pengawet. Contoh lain adalah

daun pandan yang dapat berfungsi sebagai pemberi warna

pada makanan sekaligus memberikan rasa dan aroma khas

pada makanan.

Untuk penggunaan zat-zat aditif alami, umumnya

tidak terdapat batasan mengenai jumlah yang boleh

dikonsumsi perharinya. Untuk zat-zat aditif sintetik,

terdapat aturan penggunaannya yang telah ditetapkan

sesuai Acceptable Daily Intake (ADI) atau jumlah

15

konsumsi zat aditif selama sehari yang diperbolehkan

dan aman bagi kesehatan. Jika kita mengonsumsinya

melebihi ambang batas maka dapat menimbulkan risiko

bagi kesehatan. Di bawah ini jenis-jenis zat aditif dan

contoh serta keterangannya.

Zataditif Contoh Keterangan

Pewarna

Daun pandan (hijau), kunyit(kuning), buah coklat (coklat), wortel (orange)

Pewarna alami

Sunsetyellow FCF (orange), Carmoisine (Merah), Brilliant Blue FCF (biru), Tartrazine (kuning), dll

Pewarna sintesis

PengawetNatrium benzoat, Natrium Nitrat, Asam Sitrat, Asam Sorbat, Formalin

Terlalu banyak mengkonsumsi zat pengawet akan mengurangi daya tahan tubuh terhadap penyakit

Penyedap

Pala, merica, cabai, laos, kunyit, ketumbar Penyedap alami

Mono-natrium glutamat/vetsin (ajinomoto/sasa), asam cuka, benzaldehida, amil asetat, dll

Penyedap sintesis

Antioksidan

Butil hidroksi anisol (BHA), butil hidroksi toluena (BHT), tokoferol

Mencegah Ketengikan

PemutihHidrogen peroksida, oksida klor, benzoil peroksida, natrium hipoklorit

-

Pemanis bukan

Sakarin, Dulsin, Siklamat Baik dikonsumsi penderita diabetes,

16

gula Khusus siklamat bersifat karsinogen

Pengatur keasaman

Aluminium amonium/kalium/natrium sulfat, asam laktat

Menjadi lebih asam, lebih basa, atau menetralkan makanan

Anti Gumpal

Aluminium silikat, kalsium silikat, magnesium karbonat, magnesium oksida

Ditambahkan ke dalam pangan dalam bentuk bubuk

C. Dampak penggunaan zat aditif pada makanan

Zat aditif yang ada pada makanan tidak selalu

secara sengaja ditambahkan untuk tujuan tertentu.

Namun, ada juga zat aditif yang diperoleh secara tidak

sengaja muncul pada makanan. Zat aditif tersebut

biasanya muncul pada proses pengolahan makanan. Secara

keseluruhan, penggunaan zat-zat aditif untuk campuran

makanan dapat berdampak positif dan negatif.

1. Dampak Positif Penggunaan Zat Aditif

Berbagai macam penyakit dapat muncul dari

kebiasaan manusia mengkonsumsi makanan yang kurang

memperhatikan keseimbangan gizi. Misalnya, penyakit

gondok yang berupa pembengkakan kelenjar pada leher.

Penyakit gondok disebabkan karena tubuh kurang

mendapatkan zat iodin. Penyakit gondok dapat dicegah

dengan mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung zat

iodin.

Zat iodin dapat kita peroleh dari garam dapur yang

biasa digunakan untukmemberikan rasa asin pada makanan.

17

Selain penyakit gondok, kekurangan iodin dapat pula

menyebabkan penyakit kretinisme (kekerdilan). Orang

yang memiliki penyakit diabetes mellitus (kencing

manis) perlu menjaga kestabilan kadar gula dalam

darahnya. Penyakit ini dapat disebabkan karena pola

hidup yang tidak sehat. Untuk menjaga kestabilan kadar

gula dalam darah, bagi penderita diabetes melitus

disarankan untuk mengkonsumsi sakarin (pemanis buatan)

sebagai pengganti gula.

Kekurangan konsumsi makanan yang mengandung

vitamin dapat menimbulkan berbagai penyakit pada

manusia, misalnya penyakit Xerophtalmia. Penyakit

Xerophtalmia merupakan penyakit yang menyerang mata,

yaitu terjadinya kerusakan pada kornea mata. Penyakit

ini jika tidak diatasi,maka dapat menimbulkan kebutaan.

Untuk menghindari penyakit Xerophtalmia, perlu

mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung vitamin A.

2. Dampak Negatif Penggunaan Zat Aditif

Kemajuan teknologi di bidang pangan dapat memacu

manusia untuk menciptakan bahan makanan dengan kualitas

yang makin baik. Kualitas makanan yang baik tidak dapat

dilihat dari bentuk tampilan luarnya saja, akan tetapi

yang paling penting adalah kandungan gizi dalam makanan

tersebut. Saat ini telah banyak ditemukan makanan yang

unggul karena telah melalui berbagai proses produksi

sehingga memiliki ketahanan yang lebih lama jika

18

dibandingkan dengan kondisi normalnya. Misalnya, ikan

sarden dalam kemasan kaleng dapat bertahan berbulan-

bulan, bahkan hingga satu tahun lamanya tanpa mengalami

pembusukan. Ikan sarden tersebut dapat bertahan lama

setelah ditambahkan zat pengawet pada proses produksi

makanan tersebut. Namun, bahan makanan yang menggunakan

zat pengawet tidak dapat dikonsumsi setelah melewati

masa kadaluarsa.

D. Upaya Mengurangi Dampak Negatif Pada Makanan

Penggunaaan zat aditif pada makanan sering kali

menimbulkan berbagai dampak negatif. Dampak yang paling

sering muncul adalah dari penggunaan bahan aditif

sintetik karena menggunakan bahan kimia hasil olahan

industri. Dari berbagai dampak negatif yang ditimbulkan

dari penggunaan bahan aditif, kita perlu berhati-hati

dalam mengkonsumsi makanan yang mengandung zat aditif.

Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi

dampak negatif dari penggunaan zat aditif makanan

adalah sebagai berikut.

a) Mengkonsumsi makanan yang mengandung zat aditif

tidak berlebihan.

b) Teliti memilih makanan yang mengandung zat aditif

dengan memeriksa kemasan, karat atau cacat

lainnya.

c) Amati apakah makanan tersebut berwarna mencolok

atau jauh berbeda dari warna aslinya. Biasanya

19

makanan yang mencolok warnanya mengandung pewarna

tekstil.

d) Cicipi rasa makanan tersebut, lidah juga cukup

jeli membedakan mana makanan yang aman dan mana

yang tidak. Makanan yang tidak aman umumnya berasa

tajam, misalnya sangat gurih dan membuat lidah

bergetar. Biasanya makanan-makanan seperti itu

mengandung penyedap rasa dan penambah aroma

berlebih.

e) Memilih sendiri zat aditif yang akan digunakan

sebagai bahan makanan.

f) Menggunakan zat aditif yang berasal dari alam.

g) Perhatikan kualitas makanan dan tanggal produksi

dan serta kadaluarsa yang terdapat pada kemasan

makanan yang akan dikonsumsi.

h) Bau apek atau tengik menandakan bahwa makanan

tersebut sudah rusak atau terkontaminasi oleh

mikroorganisme.

i) Amati komposisi serta bahan-bahan kimia yang

terkandung dalam makanan dengan cara membaca

komposisi bahan pada kemasan.

j) Memeriksa apakah makanan yang akan dikonsumsi

telah terdaftar di Departemen Kesehatan atau

belum.

E. Analisis Zat Aditif Makanan Jajanan anak SD kota

Palangka Raya

20

Alat dan Bahan :

a. Alat :1. Gelas aqua : 9 buah2. Alat ukur ( pengaris ) : 1 buah3. Kertas saring : 10 cm memanjang 4. Sendok : 1 buah5. Stowacth : 1 buah6. Gunting : 1 buah7. Cater : 1 buah

b. Bahan :1. Air 2. Tinta 3. Saos pentol SDN 1 4. Saos pentol SDN 7 5. Saos nasional 6. Saos kentang goreng 7. E joss8. Extra joss9. Ale – ale 10. Es gong

Prosedur kerja :1. Disiapkan alat dan bahan2. Dimasukan pelarut (air) kedalam masing – masing

gelas yang sudah disediakan 3. Kemudian dimasukan sampel kedalam gelas yang sudah

berisi air 4. Diaduk sampai kedua larutan tercampur 5. Setelah tercampur, masukan kertas saring kedalam

larutan tersebut selama 10 menit 6. Diamati perubahan yang terjadi 7. Dicatat hasil pengamatan

21

Tabel Hasil PengamatanNo Sampel Waktu1 Tinta 2 Saos pentol

SDN 13 Saos pentol

SDN 74 Saos nasional5 Saos kentang

goreng6 E joss7 Extra joss8 Ale – ale 9 Es gong

22

BAB III

PENUTUP

a. Kesimpulan

Zat aditif adalah zat-zat tambahan yang

digunakan pada makanan dengan tujuan tertentu.

Tujuan penambahan zat aditif pada makanan

adalah memberikan rasa sedap, mengawetkan,

memberi warna, pemanis, dan memberikan aroma.

23

Contoh bahan pewarna alami adalah beta-karoten

(kuning ), kloro l (hijau), karamel (cokelatfi

hitam ) dan anato (oranye).

Contoh bahan pewarna alami adalah eritrosin

(merah), kuning FCF (kuning), hijau FCF (hijau),

cokelat HT (cokelat), dan biru berlian (biru).

Pengawet merupakan bahan yang sering digunakan

untuk mengawetkan makanan sehingga makanan dapat

bertahan dalam jangka waktu yang lama.

Pemanis adalah zat yang ditambahkan kepada

makanan atau minuman sehingga menimbulkan rasa

manis..

Untuk menghindari bahaya dari penggunaan zat

aditif, sebaiknya kita menggunakan zat aditif

yang alami dan mengurangi penggunaan zat aditif

sintesis

b. Saran

Kami mengharapkan makalah ini dapat bermanfaat

bagi pembaca, khususnya anak-anak sekolah dan

masyarakat pada umumnya. untuk ilmu yang lebih

membangun. Oleh karena itu kami mengharapkan

kritik dan saran yang positif dari pembaca.

24