pengembangan bahan ajar kimia inovatif berbasis multimedia

145

Transcript of pengembangan bahan ajar kimia inovatif berbasis multimedia

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR KIMIA

INOVATIF BERBASIS MULTIMEDIA

Buku Referensi Hasil Penelitian

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR KIMIA

INOVATIF BERBASIS MULTIMEDIA

Eva Pratiwi Pane, S.Pd., M.Pd.

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR KIMIA INOVATIF

BERBASIS MULTIMEDIA © Penerbit Perkumpulan Rumah Cemerlang Indonesia (PRCI)

Penulis:

Eva Pratiwi Pane, S.Pd., M.Pd. Editor:

Ady Frenly Simanullang, S.Pd., M.Si.

Cetakan Pertama : Oktober 2021

Cover: Rusli

Tata Letak : Tim Kreatif PRCI

Hak Cipta 2021, pada Penulis. Diterbitkan pertama kali oleh:

Perkumpulan Rumah Cemerlang Indonesia ANGGOTA IKAPI JAWA BARAT

Pondok Karisma Residence Jalan Raflesia VI D.151 Panglayungan, Cipedes Tasikmalaya – 085223186009

Website : www.rcipress.rcipublisher.org

E-mail : [email protected]

Copyright © 2021 by Perkumpulan Rumah Cemerlang Indonesia

All Right Reserved

- Cet. I – : Perkumpulan Rumah Cemerlang Indonesia, 2021

; 14,8 x 21 cm ISBN : 978-623-6478-83-7

Hak cipta dilindungi undang-undang

Dilarang memperbanyak buku ini dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa izin tertulis dari penulis dan penerbit

Isi diluar tanggung jawab Penerbit

Undang-undang No.19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta Pasal 72

Undang-undang No.19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta Pasal 72

Barang siapa dengan sengaja melanggar dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam pasal ayat (1) atau pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling sedikit 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp.1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran hak cipta terkait sebagai dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)

Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang

Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya

kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Buku

dengan judul Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif

Berbasis Multimedia sesuai yang ditargetkan. Buku dengan

judul Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis

Multimedia merupakan buku referensi hasil penelitian

mengenai pengembangan bahan ajar kimia inovatif berbasis

multimedia proses penghasilan produk bahan ajar kimia

inovatif berbasis multimedia dilakukan sesuai dengan

prosedur penelitian pengembangan.

Kami menyadari bahwa Buku ini masih jauh dari

sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak

yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi

kesempurnaan buku ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada

semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan

Buku ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan Yang Maha

Esa senantiasa memudahkan segala usaha kita. Amin.

Oktober 2021, Penulis

ii | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR I

DAFTAR ISI II

BAB I 1

KONSEP BAHAN AJAR KIMIA 1

A. Pengertian Bahan Ajar Kimia 1

B. Fungsi Bahan Ajar Kimia 3

C. Peranan Bahan Ajar Kimia 3

D. Tujuan Penyusunan Bahan Ajar Kimia 4

E. Manfaat Penyusunan Bahan Ajar Kimia 5

F. Jenis-Jenis Bahan Ajar Kimia 5

G. Kriteria Bahan Ajar Kimia yang Baik 6

BAB II 9

PENGANTAR BAHAN AJAR KIMIA INOVATIF 9

A. Konsep Bahan Ajar Kimia Inovatif 9

B. Inovasi dalam Pembelajaran Kimia 12

BAB III 15

MULTIMEDIA DALAM PEMBELAJARAN KIMIA 15

A. Pengertian Multimedia dalam Pembelajaran Kimia 15

B. Media Cetak 18

C. Media Audiovisual 19

D. Media Komputer 21

E. Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia 24

Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | iii

BAB IV 28

STANDAR KELAYAKAN BAHAN AJAR KIMIA 28

A. Standarisasi Kelayakan Isi 28

B. Standarisasi Kelayakan Bahasa 29

C. Standarisasi Kelayakan Penyajian 29

D. Standarisasi Kelayakan Kegrafikan 30

BAB V 31

KONSEP PEMBELAJARAN SAINTIFIK 31

A. Pengertian Pendekatan Saintifik 31

B. Prinsip Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik 36

C. Tujuan Pendekatan Saintifik 36

D. Pendekatan Saintifik dengan Model Pembelajaran

Berbasis Masalah 37

BAB VI 40

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR KIMIA INOVATIF BERBASIS

MULTIMEDIA 40

A. Pentingnya Pengembangan Bahan Ajar Kimia 40

B. Konsep Pengembangan Produk Bahan Ajar 45

C. Metode Pemecahan Masalah 48

D. Hasil Belajar dan Motivasi Belajar Siswa Kaitannya

dengan Pengembangan Media Bahan Ajar 52

E. Hasil Tahapan Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif

Berbasis Multimedia 57

F. Analisis Buku Kimia pada Materi Laju Reaksi yang Ada di

Sekolah 60

G. Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis

Multimedia pada Materi Laju Reaksi 70

H. Inovasi Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif

Berbasis Multimedia pada Materi Laju Reaksi 75

iv | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia

I. Hasil Validasi Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis

Multimedia pada Materi Laju Reaksi yang Telah

Dikembangkan 81

Aspek Kelayakan Isi 81

Aspek Kelayakan Bahasa 84

Aspek Kelayakan Penyajian 86

J. Hasil Validasi Multimedia Pembelajaran yang Telah

Dikembangkan pada Materi Laju Reaksi 88

K. Hasil Uji Coba Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis

Multimedia pada Materi Laju Reaksi yang Telah

Dikembangkan 90

L. Efektifitas Penggunaan Bahan Ajar Kimia Inovatif

Berbasis Multimedia pada Materi Laju Reaksi yang Telah

Dikembangkan 92

M. Pengaruh Penggunaan Bahan Ajar Kimia Inovatif

Berbasis Multimedia pada Materi Laju Reaksi yang Telah

Dikembangkan terhadap Motivasi Belajar Siswa 93

DAFTAR PUSTAKA 101

LAMPIRAN 114

TES PADA MATERI LAJU REAKSI 115

ANGKET MOTIVASI BELAJAR SISWA 133

Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 1

BAB I KONSEP BAHAN AJAR KIMIA

A. Pengertian Bahan Ajar Kimia

Bahan ajar merupakan seperangkat materi yang

disususun secara sistematis, baik tertulis maupun tidak

tertulis, sehingga tercipta lingkungan atau suasana

memungkinkan peserta didik untuk belajar. Bahan ajar atau

materi pembelajaran (instructional material) adalah

pengetahuan, keterampilan dan sikap yang harus dipelajari

siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah

ditentukan. Secara terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran

terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur),

keterampilan dan sikap atau nilai (Sudrajat, 2009).

Menurut Edginton dan Holbrook (2010), bahan ajar

sebagai media pendidikan sangat diperlukan dalam

pembelajaran karena dapat menjelaskan berbagai fenomena

yang sulit, termasuk konsep yang abstrak menjadi

pengetahuan yang realitis. Menurut Mulyasa (2006), bahan

ajar atau materi pembelajaran (instructional materials) adalah

pengetahuan, keterampilan dan sikap yang harus dipelajari

siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah

ditentukan. Menurut Abidin (2014), bahan ajar adalah segala

bentuk bahan yang digunakan untuk membantu

guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar

mengajar di kelas. Berdasarkan definisi ini, bahan ajar dapat

pula diartikan sebagai seperangkat fakta, konsep, prinsip,

2 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia

prosedur, dan atau generalisasi. Secara lebih sempit bahan

ajar juga biasanya disebut sebagai materi pembelajaran.

Materi pembelajaran dengan demikian dapat

dikatakan sebagai program yang disusun guru untuk

mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap

positif terhadap pembelajaran yang diturunkan dari

kurikulum yang berlaku. Bahan ajar yang dikemas dengan

baik sangat diperlukan dalam pembelajaran karena dapat

menyajikan pesan atau informasi sesuai dengan kebutuhan,

minat, kecepatan siswa dan dapat dipelajari kapan dan

dimana saja karena mudah dibawa (Mahdjoubi dan Rahman,

2012). Bahan ajar yang baik sangat efektif dipergunakan

sebagai media pembelajaran karena berfungsi sebagai alat

komunikasi membawa informasi akurat dari sumber belajar

kepada pembelajar (Silitonga dan Situmorang, 2009).

Prinsip-prinsip dalam pemilihan materi pelajaran

meliputi: (a) Prinsip relevansi, artinya materi pembelajaran

hendaknya relevan memiliki keterkaitan dengan pencapaian

standar kompetensi dan kompetensi dasar; (b) Prinsip

konsistensi, artinya adanya keajegan antara bahan ajar

dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa.

Misalnya kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa empat

macam, maka bahan ajar yang harus diajarkan juga harus

meliputi empat macam; dan (c) Prinsip kecukupan, artinya

materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam

membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan

(Sudrajat, 2009).

Langkah-langkah pemilihan bahan ajar meliputi: (a)

mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam standar

kompetensi dan kompetensi dasar yang menjadi acuan atau

rujukan pemilihan bahan ajar; (b) mengidentifikasi jenis-jenis

Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 3

materi bahan ajar; (c) memilih bahan ajar yang sesuai atau

relevan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar

yang telah teridentifikasi tadi; dan (d) memilih sumber bahan

ajar (Sudrajat, 2009).

B. Fungsi Bahan Ajar Kimia

Menurut Depdiknas (2008) tentang panduan

pengembangan bahan ajar disebutkan bahwa bahan ajar

berfungsi sebagai: (1) pedoman bagi tenaga pendidik yang

akan mengarahkan semua aktifitasnya dalam proses

pembelajaran; sekaligus merupakan substansi kompetensi

yang seharusnya diajarkan kepada peserta didik; (2)

pedoman bagi peserta didik yang akan mengarahkan semua

aktifitasnya dalam proses pembelajaran, sekaligus

merupakan substansi kompetensi yang seharusnya

dipelajari/dikuasainya; dan (3) alat evaluasi

pencapaian/penguasaan hasil pembelajaran.

Menggunakan bahan ajar yang baik akan

mempercepat tercapainya kompetensi karena berfungsi

sebagai guru yang baik, objektif, memiliki kebenaran dan

relevan.

C. Peranan Bahan Ajar Kimia

Bahan ajar memiliki peranan didalam pembelajaran

yaitu: (1) Mencerminkan suatu sudut pandang yang tangguh

dan modern mengenai pengajaran serta mendemonstrasikan

aplikasi dalam bahan pengajaran yang disajikan; (2)

Menyajikan suatu sumber pokok masalah atau subject matter

yang kaya, mudah dibaca dan bervariasi yang sesuai dengan

minat dan kebutuhan para siswa, sebagai dasar bagi program-

4 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia

program kegiatan yang disarankan dimana keterampilan-

keterampilan ekspresional diperoleh pada kondisi yang

menerupai kehidupan yang sebenarnya; (3) Menyediakan

suatu sumber yang tersusun rapi dan bertahap mengenai

keterampilan-keterampilan ekspresional; (4) Menyajikan

(bersama-sama dengan buku manual yang mendampinginya)

metode-metode dan sarana-sarana pengajaran yang

memotivasi siswa; dan (5) Menyajikan fiksasi awal yang perlu

sekaligus juga sebagai penunjang bagi latihan dan tugas

praktis, (menyajikan bahana atau sarana evaluasi dan

remedial yang serasi dan tepat guna (Greene dan Petty,

1981).

D. Tujuan Penyusunan Bahan Ajar Kimia

Adapun tujuan penyusunan bahan ajar menurut

Depdiknas (2008) yaitu: (1) menyediakan bahan ajar yang

sesuai dengan tuntutan kurikulum dengan

mempertimbangkan kebutuhan siswa, yakni bahan ajar yang

sesuai dengan karakteristik dan setting atau lingkungan sosial

siswa; (2) membantu siswa dalam memperoleh alternatif

bahan ajar disamping buku-buku teks yang terkadang sulit

diperoleh; (3) memudahkan guru dalam melaksanakan

pembelajaran.

Penyusunan bahan ajar juga bertujuan: (1) membantu

peserta didik dalam mempelajari sesuatu; (2) menyediakan

berbagai jenis pilihan bahan ajar; (3) memudahkan tenaga

pendidik dalam melaksanakan pembelajaran; (4) agar

kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik (Trisnaningsih,

2007).

Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 5

E. Manfaat Penyusunan Bahan Ajar Kimia

Manfaat dari bahan ajar adalah sebagai berikut:

1. Manfaat bagi guru

Manfaat bahan ajar bagi guru yaitu: (1) Diperoleh bahan

ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dan sesuai

dengan kebutuhan belajar peserta didik; (2) Tidak lagi

tergantung kepada buku teks yang terkadang sulit untuk

dipeoleh; (3) Memperkaya karena dikembangkan dengan

menggunakan berbagai referensi; (4) Menambah khasanah

pengetahuan dan pengalaman guru dalam menulis bahan

ajar; (5) Membangun komunikasi pembelajaran yang

efektif antara guru dan peserta didik karena peserta didik

akan merasa lebih percaya kepada gurunya; (6)

Menambah angka kredit jika dikumpulkan dan diterbitkan.

2. Manfaat bagi peserta didik.

Manfaat bahan ajar bagi peserta didik yaitu: (1) Kegiatan

pembelajaran menjadi lebih menarik; (2) Kesempatan

untuk belajar secara lebih mandiri dan mengurangi

ketergantungan terhadap kehadiran guru; (3)

Menadapatkan kemudahan dalam mempelajari setiap

kompetensi yang harus dikuasainya.

F. Jenis-Jenis Bahan Ajar Kimia

Menurut (Koesnandar, 2008), jenis bahan ajar

dibedakan atas beberapa kriteria pengelompokan. Jenis

bahan ajar berdasarkan subjeknya terdiri dari dua jenis

antara lain: (1) Bahan ajar yang sengaja dirancang untuk

belajar seperti buku, handouts, lembar kerja siswa dan modul;

(2) Bahan ajar yang tidak dirancang namun dapat

6 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia

dimanfaatkan untuk belajar, misalnya kliping, koran, film,

iklan atau berita.

Jika ditinjau dari fungsinya, maka bahan ajar yang

dirancang terdiri atas tiga kelompok yaitu bahan prestasi,

bahan referensi dan bahan belajar mandiri. Adapun

berdasarkan teknologi yang digunakan Direktorat Pembinaan

Sekolah Menengah Atas (2008:11) mengelompokkan bahan

ajar menjadi empat kelompok antara lain: (1) Bahan ajar

pandang (visual) terdiri atas: bahan ajar cetak (printed),

handouts, buku, modul, LKS, brosur, leaflet, wallchart,

foto/gambar dan non cetak seperti model/maket; (2) Bahan

ajar dengar (audio) seperti: kaset, radio, piring hitam, dan

compact disk audio; (3) Bahan ajar pandang dengar (audio

visual) seperti: video compact disk dan film; dan (4) Bahan

ajar multimedia interaktif (interaktif teaching material)

seperti: CAI (Computer Assisted Instruction), compact disk (CD)

multimedia pembelajaran, dan bahan ajar berbasis web (web

based learning materials).

G. Kriteria Bahan Ajar Kimia yang Baik

Depdiknas (2008), menyarankan pengembangan

bahan ajar hendaknya memperlihatkan prinsip-prinsip

pembelajaran, yaitu: (1) mulai dari yang mudah untuk

memahami yang sulit, dari yang konkret untuk memahami

yang abstrak; (2) pengulangan akan memperkuat

pemahaman; (3) umpan balik positif akan memberikan

penguatan terhadap pemahaman siswa; (4) motivasi belajar

yang tinggi merupakan salah satu faktor penentu

keberhasilan belajar; (5) mencapai tujuan ibarat naik tangga,

setahap demi setahap, akhirnya akan mencapai ketinggian

Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 7

tertentu; dan (6) mengetahui hasil yang telah dicapai akan

mendorong siswa untuk terus mencapai tujuan.

Abidin (2014), menyatakan ada 3 aspek yang harus

dipenuhi untuk mengembangkan bahan ajar: (1) berdasarkan

aspek materi; kesesuaian materi dengan kurikulum,

kesesuaian materi dengan tujuan pendidikan, kesesuaian

materi menurut ilmu yang diajarkan, kesesuaian materi

dengan perkembangan kognisi siswa; (2) berdasarkan aspek

penyajian; tujuan pembelajaran harus dinyatakan secara

eksplisit, tahapan pembelajaran dilakukan berdasarkan

kerumitan materi, tahapan pembelajaran hendaknya

dilakukan berdasarkan tahapan model tertentu yang dipilih

dan digunakan guru dalam pembelajaran, penyajian materi

harus membangkitkan minat dan perhatian siswa, penyajian

materi harus mudah dipahami siswa, penyajian materi harus

mendorong kreatifitas dan keaktifan siswa untuk berfikir dan

belajar, bahan kajian berkaitan harus dihubungkan dengan

materi yang disusun, materi hendaknya disajikan berbasis

penilaian formatif otentik dan soal disusun setiap akhir

pelajaran; dan (3) berdasarkan aspek kebahasaan; penyajian

menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

penggunaan bahasa yang dapat meningkatkan daya nalar dan

daya cipta peserta didik melalui penggunaan bahasa laras

keilmuan, penggunaan bahasa (struktur dan isi) sesuai

dengan tingkat penguasaan bahasa siswa, paragraf

dikembangkan secara efektif dan baku, kesesuaian ilustrasi

visual dengan wacana materi keilmuan dan kebenaran

faktual, kejelasan dan kemenarikan grafemik dan ilustrasi

visual yang terdapat dalam bahan ajar, kesesuaian materi

dengan tingkat kemampuan membaca siswa.

Sebuah bahan ajar yang baik juga memiliki

karakteristik. Menurut Kurniasih dan Berlin, (2014), jika

8 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia

karakteristik diikuti maka apa yang diajarkan akan menjadi

masukan bermakna. Karakteristik tersebut yaitu: (1)

mencerminkan satu sudut pandang yang modern atas mata

pelajaran dan penyajiannya; (2) menyediakan satu sumber

yang teratur dan bertahap; (3) menyajikan pokok masalah

yang kaya dan serasi; (4) menyediakan aneka model, metode

dan sarana pengajaran; (5) menyajikan fiksasi awal bagi tugas

dan latihan; dan (6) menyajikan sumber bahan evaluasi dan

remedial.

Bahan ajar yang baik dan menarik mempersyaratkan

penulisan yang menggunakan ekspresi tulisan yang efektif.

Ekspresi tulisan yang baik akan dapat mengkomunikasikan

gagasan, pesan, ide, atau konsep yang akan disampaikan

dalam bahan ajar kepada pembaca dengan baik dan benar.

Bahan ajar yang diberikan kepada siswa hendaknya

harus memiliki bahan ajar yang berkualitas. Bahan ajar yang

berkualitas dapat menciptakan siswa yang berkualitas,

karena siswa mengkonsumsi bahan ajar yang berkualitas.

Menurut Furqon (2009), bahan ajar yang baik harus

memenuhi beberapa kriteria sebagai berikut: (1) Substansi

yang dibahas harus mencakup sosok tubuh dari kompetensi

atau sub kompetensi yang relevan dengan profil kemampuan

tamatan; (2) Substansi yang dibahas harus benar, lengkap dan

aktual, meliputi konsep fakta, prosedur, istilah dan notasi

serta disusun berdasarkan hirarki/step penguasaan

kompetensi; (3) Tingkat keterbacaan, baik dari segi kesulitan

bahasa maupun substansi harus sesuai dengan tingkat

kemampuan pembelajaran; dan (4) Sistematika penyusunan

bahan ajar harus jelas, runtut, lengkap dan mudah dipahami.

Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 9

BAB II PENGANTAR BAHAN AJAR KIMIA INOVATIF

A. Konsep Bahan Ajar Kimia Inovatif

Bahan ajar inovatif merupakan salah satu sumber

pengetahuan bagi peserta didik yang merupakan sarana bagi

pengajar untuk menunjang proses pembelajaran disekolah,

sehingga bahanajar yang berkualitas dapat menunjang proses

pembelajaran yang berkualitas pula dan meningkatkan

keberhasilan belajar siswa (Prastowo, 2011).

Adaptasi teknologi baru terhadap kebutuhan

pembelajaran bidang sains menjadi salah satu sasaran inovasi

model pembelajaran. Kemajuan dalam teknologi komunikasi

dan informasi telah memudahkan manusia untuk dapat saling

berhubungan dengan cepat, mudah dan terjangkau serta

potensial untuk inovasi model pembelajaran. Perkembangan

teknologi informasi sangat berpengaruh terhadap inovasi

model pembelajaran. Penemuan berbagai jenis teknologi

yang dapat digunakan menjadi fasilitas pendidikan seperti

komputer, CD-ROM dan LAN telah mendorong pemanfaatnya

dalam inovasi model pembelajaran.

Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan

upaya pendidik untuk membantu peserta didik melakukan

kegiatan belajar (Isjoni, 2011). Belajar dapat berlangsung

secara internal terhadap semua pengalaman belajar yang

dapat berlangsung melalui pengalaman yang dirancang guru

(Sanjaya, 2008). Perubahan yang cepat dalam berbagai bidang

10 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia

kehidupan menuntut siswa untuk memilih, mengolah, dan

mendapatkan informasi atau pengetahuan dari berbagi

sumber dengan efektif dan efesien (Nugraha, 2013).

Perubahan tersebut juga berdampak pada bahan ajar yang

digunakan dalam pembelajaran, baik itu pada materi sains

maupun materi pelajaran lainnya.

Pemahaman akan materi sains yang akan diajarkan

dibutuhkan seseorang agar ia dapat melakukan inovasi dalam

mengajarkan sains sehingga menjadi lebih menarik dan

mudah dimengerti (Viridi, 2011). Penggunaan model

pembelajaran juga merupakan faktor penting dalam

mengasilkan pembelajaran inovatif. Pembelajaran inovatif

menuntut peserta didik untuk lebih aktif (Active Learning)

dengan cara melakukannya secara langsung (Learning By

Doing), sehingga pengetahuan yang diperoleh akan bersifat

jangka panjang dalam ingatannya.

Pembelajaran inovatif sangat bermanfaat

diintegrasikan didalam buku ajar kimia terutama untuk

memudahkan pembaca memahami konsep materi kimia yang

abstrak dan kompleks menjadi bahan yang nyata dan

sederhana (Albert, 2009; Goto, dkk., 2010; Situmorang, dkk.,

2010). Inovasi pembelajaran tidak hanya berfokus pada

bahan ajar yang handout (buku pegangan) saja. Teknologi

informasi dan komunikasi juga sangat berpengaruh dalam

menghasilkan bahan ajar inovatif dan interaktif.

Untuk menghasilkan bahan ajar yang inovatif dan

interaktif maka perlu diperhatikan beberapa unsur bahan

ajar, yaitu: (1) petunjuk belajar; (2) kompetensi yang akan

dicapai, ketepatan dalam menentukan cakupan, kedalaman

dan urutan bahan ajar akan memudahkan siswa dalam

memahami dan merespon materi pelajaran yang disampaikan

Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 11

guru; (3) informasi pendukung; (4) latihan-latihan; (5)

petunjuk kerja atau lembar kerja; dan (6) evaluasi,

merupakan sarana mengukur penilaian terhadap pemahaman

dan pekerjaan peserta didik.

Pembelajaran inovatif merupakan suatu proses

pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga

berbeda dengan pembelajaran pada umumnya yang

dilakukan oleh guru (konvensional). Pembelajaran inovatif

lebih mengarah pada pembelajaran yang bepusat pada siswa.

Dalam pembelajaran yang berpusat pada siswa, pemahaman

konteks siswa menjadi bagian yang sangat penting, karena

dari sinilah seluruh perancangan proses pembelajaran

dimulai. Hubungan antara guru dan siswa menjadi hubungan

yang saling belajar dan saling membangun. Otonomi siswa

sebagai subjek pendidikan menjadi titik acuan seluruh

perencanaan dan proses pembelajaran dengan mengacu pada

pembelajaran aktif dan inovatif. Pembelajaran inovatif

sebagai inovasi pembelajaran dapat mencakup modifikasi

pembelajaran, baik dari segi sarana dan prasarana maupun

model pembelajaran yang diterapkan. Pembelajaran inovatif

bersifat menyenangkan (rekreatif) dan membutuhkan

kreativitas guru dalam proses pembelajaran untuk dapat

membuat siswa agar aktif selama pembelajaran berlangsung

sehingga lebih efektif dalam pencapaian tujuan pembelajaran.

Dalam berbagai kegiatan inovasi yang dilakukan guru

lebih ditekankan pada penerapan gagasan yang lebih praktis

dan mudah. Dengan demikian, kegiatan-kegiatan inovasi yang

dilakukan oleh guru dapat berupa gagasan kreatif dan

kegiatan sederhana ditingkat kelas yang dianggap dapat

mengatasi permasalahan-permasalahan pendidikan di kelas

dan di sekolah pada umumnya. Berbagai kegiatan guru dalam

melakukan inovasi pembelajaran menurut Sani (2013)

12 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia

meliputi: (a) mengetahui dan menemukan masalah; (b)

mengidentifikasi dan menyeleksi alternatif pemecahan

masalah; (c) penentuan alternatif pemecahan masalah; (d)

melaksanakan; (e) menilai; dan (f) perbaikan produk inovasi.

Keseluruhan rangkaian kegiatan tersebut berkaitan sehingga

produk yang dihasilkan benar-benar merupakan solusi yang

mampu memecahkan masalah yang sedang dihadapi oleh

guru yang bersangkutan.

Keuntungan dan kelebihan menggunakan inovatif

dalam pembelajaran diantaranya adalah sebagai berikut: (1)

sistem pembelajaran lebih inovatif dan interaktif; (2)

pengajar akan selalu dituntut untuk kreatif inovatif dalam

mencari terobosan pembelajaran; (3) mampu

menggabungkan antara teks, gambar, audio, musik, animasi

gambar atau video dalam satu kesatuan yang saling

mendukung guna tercapainya tujuan pembelajaran; (4)

menambah motivasi pembelajar selama proses belajar

mengajar hingga didapatkan tujuan pembelajaran yang

diinginkan; (5) mampu menvisualisasikan materi yang selama

ini sulit untuk diterangkan hanya sekedar dengan penjelasan

atau alat peraga yang konvensional; dan (6) melatih

pembelajar lebih mandiri dalam mendapatkan ilmu

pengetahuan.

B. Inovasi dalam Pembelajaran Kimia

Inovasi pembelajaran untuk meningkatkan prestasi

belajar siswa pada mata pelajaran kimia sangat perlu

dilakukan karena berhubungan dengan peningkatan kualitas

lulusan dalam mengisi lapangan kerjabidang kimia.

Pemanfaatan teknologi informasi untuk pembelajaran juga

telah mendorong pergeseran dari pembelajaran konvensional

Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 13

kepada pembelajaran mandiri sehingga kesan pembelajaran

dapat lebih lama diingat oleh pelajar (Situmorang, 2013).

Inovasi pembelajaran kimia adalah suatu pendekatan

pengajaran meliputi strategi, metode dan prinsip pengajaran

yang dipergunakan dalam pembelajaran kimia di SMA

(Situmorang, 2004). Inovasi pembelajaran kimia juga

mengalami perkembangan sejalan dengan kemajuan dan

perkembangan teknologi.melalui inovasi maka pembelajaran

yang ada dikembangkan dan ditingkatkan untuk melahirkan

pembelajaran baru yang menarik.

Inovasi dalam pembelajaran kimia dapat juga

dilakukan dengan menggunakan di dalam pembelajaran sains.

Penggunaan video sangat baik dipergunakan untuk

membantu pembelajaran, terutama untuk memberikan

penekanan pada materi yang sangat penting untuk diketahui

oleh siswa. Harus disadari bahwa video bukan diperuntukkan

untuk mengantungkan pengajaran pada materi yang

diperlihatkan pada video, sehingga pengaturan penggunaan

waktu dalam menggunakan video sangat perlu, misalnya

maksimum 20 menit. Inovasi pembelajaran dengan

menggunakan video dalam percobaan yang menuntut

keterampilan seperti pada kegiatan praktikum sanagt efektif

bila dilakukan dengan penuh persiapan. Sebelum praktikum

dimulai, video dipergunakan untuk membantu siswa

memberikan arahan terhadap apa yang harus mereka amati

selama percobaan. Selanjutnya, video diputar kembali pada

akhir parktikum untuk mengklarifikasi hal-hal penting yang

harus diketahui oleh siswa dari percobaan yang dilakukan

(Situmorang, 2003).

Selain itu, inovasi dalam pembelajarn kimia dengan

penggunaan komputer sangat menguntungkan karena dapat

14 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia

memberikan kesempatan luas kepada siswa dan guru untuk

mengembangkan kemampuannya dalam investigasi dan

analisis, sekaligus dapat membentuk pengetahuan dan

pemamahan yang baru dalam melihat suatu permasalahan,

serta mendapatkan cara pemecahan masalah melalui

pembelajaran. Pembelajaran menggunakan komputer sangat

baik dipergunakan dalam pengumpulan, visulisasi dan

analisis data sederhana dan kompleks. Dengan menggunakan

komputer maka pengumpulan data dapat dilakukan sebanyak

mungkin, visualisasi data dapat dilakukan bervariasi, dan

pengolahan data dapat dilakukan sangat cepat setelah

mendapatkan data pengamatan dari percobaan

dilaboratorium (karpen, dkk, 2004). Banyak studi telah

dilakukan yang menjelaskan pentingnya penggunaan

komputer dalam pembelajaran lain (Lazarowictz dan Tamir,

1994). Saat ini penggunaan komputer sebagai alat belajar

sangat menguntunkan karena telah tersedia berbagai jenis

software dan hardware yang memudahkan untuk

mengintegrasikan komputer dengan peralatan elektronik lain

seperti video, kamera, dan instrumen laboratorium.

Penggunaan komputer dalam pembelajaran akan

dapatmeningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran.

Inovasi dalam pembelajaran menuntut siswa untuk

lebih aktif dengan cara melakukannya langsung (learning by

doing), sehingga pengetahuan yang diperoleh akan bersifat

jangka panjang dalam ingatannya.

Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 15

BAB III MULTIMEDIA DALAM PEMBELAJARAN KIMIA

A. Pengertian Multimedia dalam Pembelajaran Kimia

Multimedia menurut bahasa, Multi (latin nouns)

adalah banyak, bermacam-macam, sedangkan Medium:

sesuatu yang dipakai untuk menyampaikan atau membawa

sesuatu. Sedangkan menurut American Heritage Electronic

Dictionary (1991) medium adalah alat untuk

mendistribusikan dan mempresentasikan informasi. Dalam

arti luas multimedia dapat diartikan sebagai penggunaan

beberapa media yang berbeda untuk menggabungkan dan

menyampaikan informasi dalam bentuk text, audio, grafik,

animasi, dan video.

Menurut Hackbarth, (1996) dan Philips, (1997),

multimedia sebagai penyampaian informasi secara interaktif

dan terintegrasi yang mencakup teks, gambar, suara, video

dan animasi. Multimedia sebagai presentase materi dengan

menggunakan kata-kata sekaligus gambar-gambar, kata-kata

yang dimaksud adalah materi disajikan dengan verbal form

atau bentuk verbal (Meyer, 1996).

Media pembelajaran dapat diartikan sebagai alat

komunikasi yang digunakan untuk membawa suatu informasi

dari suatu sumber kepada penerima. Media adalah segala

bentuk dan cara yang digunakan untuk menyampaikan pesan

atau informasi, yaitu sebagai alat komunikasi dalam proses

16 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia

pembelajaran untuk membawa informasi dari pengajar

kepada siswa yang bertujuan merangsang siswa untuk

mengikuti kegiatan pembelajaran. Selain digunakan untuk

mengantarkan pembelajaran secara utuh maka media

pembelajaran dapat juga dimanfaatkan untuk menyampaikan

bagian tertentu dari kegiatan pembelajaran, yang

memberikan penguatan maupun motivasi kepada siswa.

Dalam proses pembelajaran media memiliki

kontribusi meningkatkan mutu pengajaran. Kehadiran media

tidak saja membantu pengajar dalam menyampaikan materi

ajarnya, tetapi memberi nilai tambah kepada kegiatan

pembelajaran. Beberapa peran media dalam kegiatan

pembelajaran antara lain; penyajian materi ajar menjadi lebih

standar, kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik,

kegiatan belajar menjadi lebih interaktif, waktu yang

dibutuhkan untuk pembelajaran dapat dikurangi, kualitas

belajar dapat ditingkatkan, pembelajaran dapat disajikan

dimana dan kapan saja sesuai dengan yang diinginkan,

meningkatkan sikap positif siswa dan proses belajar menjadi

lebih baik, dan memberikan nilai positif bagi pengajar.

Media pembelajaran bertujuan memberikan variasi

proses dan lebih banyak realitas terhadap pembelajaran,

sehingga pembelajaran lebih terwujud, lebih terarah dalam

mencapai tujuan pelajaran. Guru aktif menyajikan materi

pembelajaran, siswa aktif dalam memperhatikan dan aktif

mencatat materi pembelajaran (Burden dan Bryd, 1999).

Keaktifan siswa akan membuat kondisi belajar yang kondusif

dan menyenangkan, merangsang fikiran, kemauan, minat,

motivasi dan kegairahan untuk belajar. Dengan kondisi

tersebut akan memberikan kontribusi terhadap prestasi

belajar siswa. Dalam kegiatan pembelajaran, media pada

Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 17

dasarnya digunakan untuk membantu siswa mempelajari

objek, suara, proses, peristiwa atau lingkungan yang sulit

dihadirkan ke dalam kelas. Media pembelajaran dapat

mengkomunikasikan materi pembelajaran secara singkat,

jelas dan menarik.

Media mampu memperlihatkan gerakan cepat dan

sulit diamati, dapat memperbesar benda-benda kecil yang

tidak dapat dilihat oleh mata telanjang, melihat objek yang

terlalu besar yang tidak dapat dibawa kedalam kelas,

menyajikan objek yang terlalu kompleks, menyajikan suatu

psoses atau pengalaman hidup, menjelaskan benda berbahaya

(Wibawa dan Mukti, 1992). Menggunakan media

pembelajaran akan memperjelas pesan materi, mengatasi

keterbatasan ruang, waktu, daya indera, dan mengatasi sikap

pasif (Sadirman, 2003). Manfaat media pembelajaran dalam

proses belajar siswa adalah membuat pembelajaran lebih

menarik, materi pembelajaran akan lebih jelas maknanya,

metode pembelajaran akan lebih bervariasi dan siswa lebih

banyak melakukan kegiatan belajar.

Beberapa patokan yang perlu dipertimbangkan dalam

memilih media yakni: (a) ketersediaan sumber; (b)

ketersediaan dana, tenaga dan fasilitas; (c) keluwesan,

kepraktisan dan daya tahan (umur) media; dan d) efektifitas

media untuk waktu yang panjang (Dick and Carey, 1978).

Jenis media yang biasanya digunakan dalam proses

pembelajaran adalah: (a) media grafis atau sering juga

disebut media dua dimensi (gambar, foto, grafik, bagan atau

diagram, foster, kartun, komik); (b) media tiga dimensi dalam

bentuk model (model padat, model penampang, model susun,

model kerja, mockup, diaroma; (c) media proyeksi (slide, film,

strips, OHP); dan (d) penggunaan lingkungan. Sedangkan

18 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia

Anderson dalam Wibawa dan Mukti mengklasifikasikan

media kedalam sepuluh kelompok media pembelajaran yaitu:

audio, cetak, cetak suara, proyeksi visual diam, visual gerak,

audiovisual gerak, objek, sumber manusia dan lingkungan dan

terakhir adalah komputer (Sudjana dan Rivai, 2001).

B. Media Cetak

Bahan ajar cetak adalah perangkat bahan yang

memuat materi atau isi pelajaran untuk mencapai tujuan

pembelajaran yang dituangkan dengan menggunakan

teknologi cetak. Suatu bahan pembelajaran cetak memuat

materi yang berupa ide, fakta, konsep, prinsip, kaidah atau

teori yang tercakup dalam mata pelajaran sesuai dengan

disiplin ilmunya serta informasi lainnya dalam pembelajaran.

Bahan ajar cetak terdiri dari modul, LKS, kompilasi, dan

handout.

Buku teks sebagai sumber belajar memainkan peran

penting dalam proses belajar mengajar di kelas (Abed dan Al-

Absi, 2015; Carter dan Mayer, 1988; Sinatra dan Broughton,

2011; Yore, dkk., 2003). Sebuah buku teks yang baik

memberikan informasi yang benar dan positif yang

membantu siswa untuk memahami konsep teori,

membimbing siswa berpikir, bersikap dan mengembangkan

(Chambliss, 2001). Buku teks yang umum digunakan dalam

kegiatan belajar mengajar terdiri dari materi pembelajaran

yang lengkap yang dapat mengarahkan siswa untuk belajar

(Good, dkk., 2010).

Buku teks SMA umumnya dirancang untuk memenuhi

tuntutan yang tercantum dalam kurikulum nasional yang

membuatnya berbeda dengan buku lain (Holliday, 2002).

Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 19

Oleh karena itu, buku teks mungkin berbeda satu dengan

yang lain, tergantung pada perkembangan dan kebutuhan

siswa. Buku teks yang baik berisi visi, misi, konteks, konten,

dan proses, serta informasi ilmiah yang disajikan dalam buku

teks ini yang akan memotivasi siswa untuk belajar

(Simatupang dan Situmorang, 2013). Sebuah buku teks sains

SMA yang baik berfungsi sebagai media pembelajaran yang

efektif dalam kegiatan belajar mengajar untuk mencapai

tujuan dan kompetensi siswa. Kehadiran buku teks

diharapkan berisi kegiatan pembelajaran yang dapat

dilakukan oleh siswa dan menjadi alat komunikasi untuk

membawa informasi yang akurat dari sumber belajar ke

siswa (Tomkins, dkk., 2006). Buku yang baik harus mampu

memotivasi siswa dengan memanfaatkan hal-hal menarik

seperti gambar, ilustrasi, contoh soal (kasus), memiliki materi

yang mencukupi untuk mendukung pembelajaran, dan dapat

dipergunakan pada kegiatan pemecahan masalah

(Situmorang, 2013).

C. Media Audiovisual

Media audiovisual adalah media yang terdiri dari

proses pendengaran/mendengarkan sekaligus dengan

penglihatan, sehingga dapat menyampaikan informasi lebih

nyata dan memberikan kesan dan ketertarikan dan

menimbulkan dorongan untuk mengetahui lebih banyak.

Media audiovisual memberi motivasi serta membangkitkan

keinginan untuk mengetahui dan menyelidiki. Media

audiovisual yang sering dipergunakan dalam pendidikan

adalah video. Video mempunyai kelebihan-kelebihan,

diantaranya: (a) dapat menyajikan berbagai jenis bahan

audiovisual termasuk gambar-gambar, film, objek dan drama;

20 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia

(b) dapat menyajikan model dan contoh-contoh bagi siswa;

(c) dapat membawa dunia nyata kedalam kelas, seperti

manusia, tempat-tempat dan peristiwa-peristiwa, melalui

peristiwa langsung atau penyiaran; (d) dapat menyajikan

program-program yang dapat dipahami oleh siswa dengan

usia dan tingkatan pendidikan yang berbeda-beda; (e) dapat

menyajikan visual dan usia, yang amat sulit diperoleh pada

dunia nyata seperti ekspresi wajah; dan (f) dapat menghemat

waktu guru dan siswa, misalnya dengan merekam siaran

pembelajaran yang disajikan dapat diputar ulang jika

diperlukan tanpa harus melakukan proses itu kembali.

Sedangkan kelemahan atau keterbatasan media audiovisual

adalah: (a) sifat komunikasi hanya satu arah; (b) program

diluar kontrol guru; (c) tidak semua siswa mampu mengikuti

informasi yang ingin disampaikan karena gambar-gambar

bergerak terus; dan (d) objek tidak ditampilkan secara

langsung, melainkan hanya melalui layar (Sardiman, dkk.,

1986).

Aplikasi audiovisual dalam bidang pembelajaran

memungkinkan berlangsungnya proses belajar secara

individual (individual learning). Penggunaan audiovisual

dalam pembelajaran sain menguntungkan karena dapat

memberikan kesempatan yang luas kepada siswa dan guru

untuk mengembangkan kemampuannya dalam investigasi

dan analisis, sekaligus dapat membentuk pengetahuan dan

pemahaman yang baru dalam melihat suatu permasalahan,

serta mendapatkan cara pemecahan masalah melalui

pembelajaran. Pembelajaran dengan audiovisual sangat baik

digunakan dalam pengumpulan, visualisasi, dan analisis data

sederhana dan kompleks. Dengan menggunakan audiovisual

maka pengumpulan data dapat dilakukan sebanyak mungkin,

visualisasi data dapat dilakukan bervariasi, dan pengolahan

Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 21

data dapat dilakukan sangat cepat setelah mendapatkan data

pengamatan dari laboratorium. Penggunaan audiovisual

dalam pembelajaran akan dapat meningkatkan efisiensi dan

efektivitas pembelajaran, akan tetapi membutuhkan inovator

yang terampil dan berpengalaman (Situmorang, 2004).

Sebagai media pendidikan, penggunaan audiovisual

bertujuan untuk membantu proses pembelajaran agar materi

pelajaran mudah dicerna dan diingat, sehingga memberikan

kesan pembelajaran yang lebih lama. Media audiovisual dapat

dipergunakan untuk menyampaikan informasi, serta

memberikan kesempatan kepada siswa yang sedang belajar

untuk membuat hubungan antara pemikiran dan pelaksanaan

yang terjadi didalam pembelajaran. Pembelajaran dengan

menggunakan media audiovisual akan dapat menolong siswa

dalam konsep pengetahuan dan menyadari adanya hubungan

antara mengetahui dengan memecahkan suatu permasalahan.

Konsep media audiovisual dimulai dari penarikan perhatian,

pembentukan pengetahuan dalam pemikiran terhadap

kejadian atau objek agar suatu objek mudah dimengerti oleh

siswa. Penggunaan media audiovisual dalam pendidikan

sangat luas meliputi berbagai bidang pembelajaran (Silitonga

dan Situmorang, 2009).

D. Media Komputer

Kemajuan teknologi telah membuat kemudahan

mengembangkan pembelajaran dengan multimedia yang

menghadirkan informasi dalam format yang berbeda, seperti

teks, gambar dan audio. Pembelajaran dengan multimedia

dimungkinkan terintegrasi penuh dengan suara pada

perangkat lunak. Multimedia secara konsisten memberikan

hasil belajar yang lebih baik dari siswa (Mayer, 2009).

22 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia

Mayer, (2003) berpendapat efek multimedia mengacu

pada temuan bahwa siswa belajar lebih mendalam dari

penjelasan multimedia yang disajikan dalam kata-kata dan

gambar daripada hanya kata-kata saja. Tujuan desain

multimedia adalah mengurangi beban kognitif untuk

mencapai pembelajaran yang lebih baik. Ketika memori

ingatan kelebihan beban, pembelajaran bermakna akan

terganggu.

Menyajikan informasi dalam visual dan audio dapat

meningkatkan jumlah informasi yang dapat disimpan dan

diproses di memori ingatan, yang pada gilirannya dapat

meningkatkan proses belajar. Kombinasi presentasi visual

dengan audio memberikan format informasi yang mudah

dipahami. Tambahan lagi, Jeung, Chandler, and Sweller,

menemukan bahwa siswa yang menerima instruksi

multimedia dengan audio, menghabiskan waktu lebih sedikit

dalam pemecahan masalah dibandingkan dengan siswa yang

hanya menerima visual berupa petunjuk. Sejumlah

percobaan, dengan peserta didik yang lebih dewasa,

menunjukkan keunggulan audio/visual untuk meningkatkan

proses pembelajaran (Moreno and Mayer, 2000).

Animasi juga biasa digunakan dalam pendidikan

berbasis multimedia, yang sering diasumsikan untuk

meningkatkan minat, motivasi, perhatian langsung, gambaran

prosedur dan penjelasan bagaimana sesuatu hal bekerja.

Beberapa bukti menunjukkan bahwa secara umum animasi

lebih menguntungkan pada proses belajar daripada gambar

diam. Mengubah mengajar konten/belajar dari statis (yaitu

teks dan ilustrasi) ke komputer yang dinamis (misalnya

narasi dan animasi) dapat meningkatkan vitalitas

pembelajaran dan mengaktifkan suasana kelas. Sebaliknya,

Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 23

ada bukti yang menunjukkan bahwa penyajian informasi

menggunakan multimedia tidak selalu menjamin kinerja

belajar yang lebih baik, terutama ketika keterbatasan sistem

kognitif manusia tidak sepenuhnya dipertimbangkan.

Misalnya, Koroghlanian dan Klein (2004) tidak menemukan

manfaat animasi dibanding ilustrasi statis.

Animasi divisualisasikan sebagai aliran proses yang

dinamis dan siswa telah merasakan animasi sebagai alat

kognitif, pemecah masalah, mengurangi kompleksitas pada

pembelajaran diri sendiri. Lam dan McNaught juga telah

menggunakan animasi untuk mengimbangi ilustrasi statis

rumit yang digunakan untuk mewakili ilmu dinamika dalam

buku-buku. Keterlibatan peserta didik dengan animasi adalah

fitur lain yang menggembirakan yang menumbuhkan otonomi

bagi siswa.

Bahan ajar multimedia interaktif (interactive teaching

material) merupakan kombinasi dari beberapa media baik

audio, gerak, grafik, gambar, animasi dan video yang dalam

proses pembelajaran dimanfaakan atau diperlakukan untuk

mengendalikan suatu perintah dalam proses pembelajaran.

Seperti CD-interaktif, film interaktif, tanya jawab/diskusi,

selain itu dapat berupa bahan ajar interaktif diskusi

lingkungan/pelajaran diluar kelas praktek dari sebuah materi

tertentu. Contoh dari bahan ajar multimedia interaktif adalah

model pembelajaran yang berbasis web (e-learning).

Multimedia pembelajaran memberikan manfaat dalam

beberapa situasi dalam belajar mengajar. Philips (1997)

menyatakan bahwa “IMM has the potential to accommodate

people with different learning style”. Multimedia dalam proses

belajar mengajar dapat digunakan dalam tiga fungsi; (1)

multimedia dapat berfungsi sebagai alat bantu instruksional,

24 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia

(2) multimedia dapat berfungsi sebagai tutorial interaktif,

misalnya dalam simulasi, dan (3) multimedia dapat berfungsi

sebagai sumber petunjuk belajar, misalnya, multimedia

digunakan untuk menyimpan serangkaian slide mikroskop

atau radiograf.

E. Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia

Pengembangan bahan ajar bertujuan untuk

menentukan keluasan dan kedalaman materi, sehingga dapat

dijadikan acuan bagi guru dalam merancang pembelajaran,

memberi input (masukan) kepada siswa mengenai pokok-

pokok utama keilmuan, maupun dalam mengembnagkan alat

evaluasi

Ada tiga prinsip yang diperlukan dalam

pengembangan bahan ajar. Ketiga prinsip itu adalah: (1)

Prinsip relevansi atau keterkaitan atau berhubungan erat,

maksudnya adalah pembelajaran hendaknya relevan dengan

pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar; (2)

Prinsip konsistensi adalah ketatabahasaan dalam

pengembangan bahan ajar. Misalnya kompetensi dasar

meminta kemampuan siswa untuk menguasai tiga macam

konsep, materi yang disajikan juga tiga macam. Umpamanya

kemampuan yang diharapkan dikuasaioleh siswa adalah

menyusun paragraf deduktif, materinya sekurang-kurangnya

pengertian paragraf deduktif, cara menyusun paragraf

deduktif, dan cara merevisi paragraf deduktif. Artinya, apa

yang diminta itulah yang diberikan; dan (3) Prinsip

kecukupan, artinya materi yang disajikan hendaknya cukup

memadai untuk mencapai kompetensi dasar. Materi tidak

terlalu sedikit dan tidak terlalu banyak. Jika materi terallu

sedikit, kemungkinan siswa tidak akan dapat mencapai

Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 25

kompetensi dasar dengan memanfaatkan materi itu. Kalau

materi terlalu banyak akan banyak pula menyita waktu untuk

mempelajarinya.

Dalam menentukan cakupan atau ruang lingkup bahan

ajar harus diperhatikan apakah jenis materinya berupa aspek

kognitif (fakta, konsep, prosedural, metakognitif), aspek

afektif, ataukah aspek psikomorik. Keluasan cakupan materi

berarti menggambarkan berapa banyak materi-materi yang

dimasukkan kedalam satu materi pembelajaran. Sedangkan,

kedalaman materi menyangkut seberapa detail konsep-

konsep yang terkandung di dalamnya yang harus dipelajari

oleh siswa. Kecukupan atau memadainya cakupan materi juga

perlu diperhatikan. Urutan penyajian bahan ajar yang sangat

penting untuk menentukan urutan materi dalam mempelajari

atau mengajarkannya. Tanpa urutan yang tepat, jika diantara

beberapa materi pelajaran mempunyai hubungan yang

bersifat prasyarat akan menyulitkan siswa dalam

mempelajarinya (Munthe, 2011).

Materi pembelajaran yang telah ditentukan ruang

lingkup dan kedalamannya dapat diurutkan dalam

pendekatan prosedural atau hirarki. Pendekatan prosedural,

yaitu urutan materi pembelajaran secara prosedural

menggambarkan langkah-langkah secara urut sesuai dengan

langkah-langkah melaksanakan suatu tugas. Pendekatan

hirarki menggambarkan urutan yang bersifat berjenjang dari

bawah ke atas atau dari atas ke bawah (Munthe, 2011).

Materi yang disajikan harus sesuai dengan

perkembangan ilmu kimiaterkini. Uraian, contoh atau latihan

yang disajikan relevan dan menarik, serta mencerminkan

peristiwa, kejadian atau kondisi terbaru.mampu memotivasi

peserta didik untuk bekerja keras dan maju, melelui contoh-

26 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia

contoh industri kimia yang penting untuk kehidupan dan

perekonomian (Munthe, 2011).

Fakta dan kejadian yang disajikan sebaiknya sesuai dengan

kenyataan untuk IPA. Konsep yang disajikan tidak

menimbulkan multitafsir dan sesuai dengan defenisi yang

belaku dalam bidang ilmunya. Prosedur atau metode yang

disajikan dapat diterapkan dengan runtut dan benar.

Eksperimen yang disajikan sebagai contoh dalam teks harus

dapat menghasilkan fakta yang dapat diamati dan dapat

digeneralisasikan menjadi konsep kimia atau prinsip kimia

yang mudah dipahami (Munthe, 2011).

Inovasi pembelajarn sangat bermanfaat diitegrasikan

di dalam bahan ajar kimia terutama untuk menjadikan

pembaca lebih mudah memahami dan mengertikonsep materi

kimia yang abstrak dan kompleks menjadi bahan yang nyata

dan lebih sederhana (Situmorang, dkk 2010; Goto, dkk, 2010;

Alberts, 2009). Inovasi pembelajaran kimia juga mengalami

perkembangan sejalan dengan kemajuan dan perkembangan

teknologi. Melalui inovasi maka pembelajaran yang ada

dikembangkan dan ditingkatkan untuk melahirkan

pembelajaran baru yang menarik (Dolan, 2009). Beberapa

inovasi pembelajaran yang telah berhasil dipergunakan dalam

pembelajaran kimia diantaranya kegiatan laboratorium dan

non laboratorium, inovasi pembelajaran menggunakan media,

serta inovasipembelajarn berbasis teknologi dan informasi

(Situmorang, dkk, 2011; Situmorang dan Sinaga, 2006).

Pengguaan multimedia dalam bahan ajar menjadi

menarik karena dapat memadukan berbagai media

pembelajaran sehingga dapat memotivasi peserta didik untuk

belajar mandiri (Munthe dan Situmorang, 2015). Adaptasi

teknologi baru terhadap kebutuhan pembelajarn sains

Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 27

menjadisalah satu sasaran inovasi pembelajaran berbasis

multimedia (Mahdjoubi dan Rahman, 2012; Kolluru, 2012).

Perkembangan teknologi informasi sangat berpengaruh

terhadap inovasi pembelajaran (Varghese, dkk, 2012). Banyak

studi telah dilakukan yang menjelaskan pembelajaran

berbasis multimedia (Kulasekara, dkk, 2011; Situmorang dan

Situmorang, 2009). Ketersediaan berbagai software dan

hardware memudahkan untuk mengintegrasikan komputer

dengan peralatan elektronik lain seperti video, camera, dan

instrumen laboratorium (Kramer, dkk, 2012).

28 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia

BAB IV STANDAR KELAYAKAN BAHAN AJAR KIMIA

Standarisasi kelayakan bahan ajar terdiri dari empat

macam kelayakan, yaitu kelayakan isi, kelayakan bahasa,

kelayakan penyajian, dan kelayakan kegrafikan.

A. Standarisasi Kelayakan Isi

Standar Isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat

kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang

kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi

mata pelajaran dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi

oleh siswa pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu yang

secara keseluruhan mencakup: (1) Kerangka dasar dan

struktur kurikulum yang merupakn pedoman dalam

penyusunan kurikulum pada tingkat satuan pendidikan; (2)

Beban belajar bagi siswa pada satuan pendidikan dasar dan

menengah; (3) KTSP yang akan dikembangkan oleh satuan

pendidikan berdasarkan panduan penyusunan kurikulum

sebagai bagian yang tak terpisahkan dari standar isi; dan (4)

Kelender pendidikan untuk menyelenggarakan pendidikan

dalam satuan pedidikan pada jenjang pendidikan dasar dan

menengah.

Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 29

B. Standarisasi Kelayakan Bahasa

Bahasa adalah suatu sarana penyampaian dan

penyajian bahan, seperti kosakata, kalimat, paragraph dan

wancana. Bahasa merupakan alat komunikasi untuk

menyampaikan materi pada sebuah buku dan pengembangan

buku kepada pembaca, dalam hal ini siswa maupun guru.

Bahasa yang tepat dapat memudahkan pemahaman dan

menimbulkan minat baca sehingga memudahkan siswa untuk

belajar. Penilaian kelayakan bahasa pada buku

mempertimbangkan hal-hal berikut: (1) Lugas, kalimat yang

digunakan sederhana dan langsung kesasaran, mewakili

pesan dan informasi; (2) Komunikatif, pesan atau informasi

yang disampaikan dengan bahasa yang menarik dan

lazimdalam komunikasi tulis bahasa indinesia; (3) Dialogis

dan interaktif: bahasa yang digunakan membangkitkan rasa

senang ketika siswa membacanya; (4) Kesesuaian dengan

tingkat kematangan siswa secara umum; (5) Kesesuaian

dengan kaidah bahasa Indonesia; dan (6) Penggunaan istilah

simbol.

C. Standarisasi Kelayakan Penyajian

Konsep-konsep materi dalam buku pelajaran kimia

yang disajikan haarus disusun secara sistematis, sesuai

standar kompetensi sehingga menjadi teori-teori yang

membentuk pengetahuan untuk mencapai kompetensi dasar

mata pelajaran dan indicator dari materi pelajaran tersebut.

Standar kelayakan penyajian meliputi: (1) Teknik penyajian,

konsep yang disajikan secara runtun, dari yang mudah ke

yang sukar, dari yang konkret ke yang abstrak, dan dari yang

sederhana ke yang kompleks; (2) Pengukur penyajian:

mengandung uraian apa yang akan dicapai siswa setelah

30 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia

mempelajari suatu kompetnsi dan terdapat contoh soal dan

soal yang akan menguatkan pemahaman konsep yang ada

dalam materi yang disajikan; dan (3) Penyajian pembelajaran:

penyajian materi bersifat interaktif dan partisipatif mengajak

pembaca untuk mempelajarinya.

D. Standarisasi Kelayakan Kegrafikan

Grafika merupakan bagian dari buku pelajaran yang

berkenaan dengan fisik buku, yang meliputi: ukuran buku,

jenis kertas, cetakan ukuran huruf, warna dan ilustrasi yang

membuat siswa yang menyenangi buku tersebut dan

menumbuhkan minat dan niat siswa untuk membacanya.

Standar kelayakan kegrafikan meliputi: (1) kesesuaina

ukuruan dengan standar ISO, yaitu ukuran buku A4 (210x297

mm), A5 (148x210 mm), B5 (176x250 mm), tolerasnsi

perbedaan ukuran antara 0-20 mm; (2) kesesuaian ukuran

dengan materi isi buku: pemilihan ukuran buku perlu

disesuaikan dengan materi isi buku sesuai dengan mata

pelajaran, hal ini akan mempengaruhi tata letak bagian isi dan

jumlah halaman buku; (3) Penampilan unsure tata muka pada

kulit muka, belakang dan punggung secara harmonis memiliki

irama dan kesatuan serta konsisten, elemen warna, ilustrasi

dan tipografi ditampilkan secara harmonis dan saling terkait

satu dengan lainnya. Menghindari salah pemahaman dan

kurang kejelasan dari ilustrasi yang ditampilkan serta

menambah kedalaman pemahaman dan pengertian bagi

mahasiswa.

Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 31

BAB V KONSEP PEMBELAJARAN SAINTIFIK

A. Pengertian Pendekatan Saintifik

Pembelajaran saintifik merupakan pembelajaran yang

mengadopsi langkah-langkah saintis dalam membangun

pengetahuan melalui metode ilmiah. Dalam hal ini terdapat-

langkah-langkah melakukan pengamatan, menentukan

hipotesis, merancang eksperimen untuk menguji hipotesis,

menguji hipotesis, menerima atau menolak hipotesis dan

membuat kesimpulan.

Melalui metode ilmiah inilah pesrta didik diharapkan

memiliki pembiasaan terhadap kecakapan berpikir sains dan

kemampuan berpikir kreatif peserta didik dan yang lebih

penting adalah bagaiman sikap, pengetahuan, dan

keterampilan diperoleh peserta didik. Berikut adalah aktivitas

siswa yang terjadi dalam pembelajaran yang menerapkan

pendekatan saintifik (Kemendikbud, 2013), yaitu:

1. Mengamati (Observing)

Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses

pembelajaran (meaningfull learning). Metode ini memiliki

keunggulan tertentu, seperti menyajikan media objek

secara nyata, siswa senang dan tertantang, dan mudah

dalam pelaksanaannya. Tentu saja kegiatan mengamati

dalam rangka pembelajaran ini biasanya memerlukan

waktu persiapan yang lama dan matang, biaya dan tenaga

32 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia

relatif banyak, jika tidak terkendali akan mengaburkan

makna serta tujuan pembelajaran.

2. Menanya (Questioning)

Guru yang efektif mampu menginsipirasi siswa untuk

meningkatkan dan mengembangkan ranah sikap,

keterampilan, dan pengetahuannya. Pada saat guru

bertanya, pada saat itu pula dia membimbing atau

memandu siswanya belajar dengan baik. Ketika guru

menjawab pertanyaan dari muridnya, ketika itu pula ia

mendorong siswanya untuk menjadi penyimak dan

pembelajar yang baik.

3. Menalar (Associating)

Istilah “menalar” dalam kerangka proses pembelajaran

dengan pendekatan ilmiah yang dianut dalam kurikulum

2013 untuk menggambarkan bahwa guru dan siswa

merupakan pelaku aktif. Titik tekannya tentu dalam

banyak hal dan situasi siswa harus lebih aktif daripada

guru. Penalaran adalah proses berpikir yang logis dan

sistematis atas fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi

untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan.

Penalaran dimaksud merupakan penalaran ilmiah, meski

penalaran nonilmiah tidak selalu tidak bermanfaat.

4. Mencoba (Experimenting)

Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau autentik,

siswa harus mencoba atau melakukan percobaan,

terutama untuk materi atau substansi yang sesuai. Aplikasi

metode eksperimen atau mencoba dimaksudkan untuk

mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar yaitu

sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Aktivitas

pembelajaran yang nyata untuk hal ini adalah: (1)

Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 33

menemukan tema atau topik sesuai dengan kompetensi

dasar menurut tuntutan kurikulum; (2) mempelajari cara-

cara penggunaan alat dan bahan yang tersedia dan harus

disediakan; (3) mempelajari dasar teoretis yang relevan

dari hasil-hasil eksperimen sebelumnya; (4) melakukan

dan mengamati percobaan; (5) mencatat fenomena yang

terjadi, menganalisis, dan menyajikan data; (6) menarik

simpulan atas hasil percobaan; (7) membuat laporan dan

mengomunikasikan hasil percobaan.

5. Mengkomunikasikan (Networking)

Pada pendekatan saintifik tenaga pendidik diharapkan

memberi kesempatan kepada peserta didik untuk

mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari.

Kegiatan ini dapt dilakukan menuliskan atau menceritakan

apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi,

untuk mewujudkan rencana yang telah disusun secara

nyata dan praktis di kelas untuk mencari tujuan

pembelajaran. Dalam pendekatan saintifik ada tiga

pendekatan yang diterapkan dalam pembelajaran di

sekolah, yaitu discovery learning dan project based

learning, dan problem based learning.

Menurut McCollum (dalam Masruroh, 2014),

dijelaskan bahwa komponen-komponen penting dalam

mengajar menggunakan pendekatan saintifik atau pendekatan

ilmiah diantaranya adalah guru harus menyajikan

pembelajaran yang dapat meningkatkan rasa keingintahuan

(Foster a sense of wonder), meningkatkan keterampilan

mengamati (Encourage observation), melakukan analisis (

Push for analysis) dan berkomunikasi (Require

communication).

34 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia

1. Meningkatkan rasa keingintahuan, pada tahap ini

semua pengetahuan dan pemahaman dimulai dari

rasa ingin tahu dari peserta didik. Pada pembelajaran

kimia SMA rasa ingin tahu ini dapat difasilitasi dalam

kegiatan tanya jawab baik mulai dari kegiatan

pendahuluan kegiatan inti dan penutup. Selain tanya

jawab, dapat juga dengan melalui memberikan suatu

masalah, fakta-fakta atau kejadian alam yang ada di

sekitar peserta didik.

2. Mengamati, pada tahap ini pengamatan dilakukan

dengan registrasi inderawi melalui proses observasi.

Pembiasaan kegiatan mengamati sangat bermanfaat

bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik,

sehingga proses pembelajaran memiliki

kebermaknaan yang tinggi. Dengan metode observasi

peserta didik dapat menemukan fakta bahwa ada

hubungan antara obyek yang dianalisis dengan materi

pembelajaran yang disajikan oleh guru.

3. Menganalisis, peserta didik perlu dilatih dan

dibiasakan melakukan analisas data yang sesuai

dengan tingkat kemampuannya. Berikan kesempatan

kepada peserta untuk meninjau kembali hasil

pengamatan dan mereka dilatih membuat pola-pola

atau grafik dari data yang diperolehnya. Latih peserta

untuk melakukan klasifikasi, menghubungkan dan

menghitung.

4. Mengasosiasi bertujuan untuk membangun

kemampuan berpikir dan bersikap ilmiah. Data yang

diperoleh dibuat klasifikasi, diolah, dan ditemukan

hubungan-hubungan yang spesifik. Kegiatan dapat

dirancang oleh pendidik melalui situasi yang

direkayasa dalam kegiatan tertentu sehingga peserta

Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 35

didik melakukan aktivitas antara lain menganalisis

data, mengelompokkan, membuat kategori,

menyimpulkan, dan memprediksi/ meramalkan

dengan memanfaatkan lembar kerja diskusi atau

praktik. Hasil kegiatan mencoba dan mengasosiasi

memungkinkan peserta didik menguasai

keterampilan berpikir kritis tingkat tinggi (higher

order thinking skills) hingga berpikir metakognitif.

5. Mengkomunikasikan, hasil-hasil yang diperoleh

peserta didik dari tiga tahapan tadi dikomunikasikan

dengan peserta didik lain sehingga diperoleh

kesepakatan belajar yang saling melengkapi.

Banyak para ahli yang meyakini bahwa melalui

pendekatan saintifik/ilmiah, selain dapat menjadikan siswa

lebih aktif dalam mengkonstruksi pengetahuan dan

keterampilannya, juga dapat mendorong siswa untuk

melakukan penyelidikan guna menemukan fakta-fakta dari

suatu fenomena atau kejadian. Artinya, dalam proses

pembelajaran, siswa dibelajarkan dan dibiasakan untuk

menemukan kebenaran ilmiah, bukan diajak untuk beropini

apalagi fitnah dalam melihat suatu fenomena. Mereka dilatih

untuk mampu berfikir logis, runut dan sistematis, dengan

menggunakan kapasistas berfikir tingkat tinggi (High Order

Thingking/HOT). Combie White (1997) dalam bukunya yang

berjudul “Curriculum Innovation; A Celebration of Classroom

Practice” telah mengingatkan kita tentang pentingnya

membelajarkan para siswa tentang fakta-fakta. “Tidak ada

yang lebih penting, selain fakta“, demikian ungkapnya.

Proses pembelajaran yanag mengimplementasikan

pendekatan saintifik akan mencakup tiga aspek, yaitu: sikap

(afektif), pengetahuan (kognitif), dan keterampilan

36 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia

(psikomotor). Dengan proses pembelajaran yang demikian

maka diharapkan hasil belajar melahirkan peserta didik yang

produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan

sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi

B. Prinsip Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik

Beberapa prinsip pendekatan saintifik dalam kegiatan

pembelajaran adalah sebagai berikut: (1) Pembelajaran

berpusat kepada siswa; (2) Pembelajaran membentuk student

self concept; (3) Pembelajaran terbebas dari verbalisme; (4)

Pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk

mengasimilasi dan mengakomodasi konsep, hukum dan

prinsip; (5) Pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan

kemampuan berpikir siswa; (6) Pembelajaran meningkatkan

motivasi belajar siswa dan motivasi mengajar guru; (7)

Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih

kemampuan dalam komunikasi; dan (8) Adanya proses

validasi terhadap konsep, hukum, dan prinsip yang

dikonstruksi siswa dalam struktur kognitifnya.

C. Tujuan Pendekatan Saintifik

Tujuan pembelajaran dengan pendekatan

ilmiah/saintifik di dasarkan pada keunggulan pendekatan

tersebut. Beberapa tujuan pendekatan saintifik adalah: (1)

Untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya

kemampuan berfikir tingkat tinggi siswa; (2) Untuk

membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu

masalah secara sistematik; (3) Terciptanya kondisi

pembelajaran dimana siswa merasa bahwa belajar itu

merupakan suatu kebutuhan; (4) Diperolehnya hasil belajar

Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 37

yang tinggi; (5) Untuk melatih siswa dalam

mengkomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis

artikel ilmiah; dan (6) Untuk mengembangkan karakter siswa.

D. Pendekatan Saintifik dengan Model Pembelajaran

Berbasis Masalah

Problem Based Learning (PBL) memiliki beberapa ciri

dan karakteritik sebagai berikut: (1) Mengorientasikan siswa

kepada masalah autentik dan menghindar pembelajarn

terisolasi; (2) Berpusat pada siswa dalam jangka waktu lama;

(3) Menciptakan pembelajaran interdisiplin; (4) Penyelidikan

masalah autentikyang terintegrasi dengan dunia nyata dan

pengalaman praktis; (5) Menghasilakan produk/karya dan

memamerkannya; (6) Mengajarkan kepada siswa untuk

mampu menerapakan apa yang mereka pelajari di sekolah

dalam kehidupannya yang panjang; (7) Pembelajaran terjadi

pada kelompok kecil (kooperatif); (8) Guru berperan sebagai

fasilitator, motivator dan pembimbing; (9) Masalah

diformulasikan untuk memfokuskan dan merangsang

pembelajaran; (10) Masalah adalah kendaraan untuk

pengembangan keterampilan pemecahan masalah; dan (11)

Informasi baru diperoleh lewat belajar mandiri.

Sebagai salah satu strategi pembelajaran, menurut

Sanjaya (2010), strategi pembelajaran berbasis masalah

memiliki beberapa kelebihan, antara lain: (1) strategi

berbasis masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk

lebih memahami isi pelajaran; (2) dapat menantang

kemampuan siswa serta memberiakn kepuasan untuk

menemukan pengetahuan baru bagi siswa; (3) dapat

meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa; (4) dapat

membantu siswa bagaimana mentransfer pengetahuan

38 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia

mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata;

(5) dapat membantu siswa untuk emngembangkan

pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam

pembelajaran yang mereka lakukan, serta dapat mendorong

untuk melakukan evaluasi sendiri baik terhadap hasil

maupun proses belajarnya; (6) bisa memperlihatkan kepada

siswa bahwa mata pelajaran pada dasarnya merupakan cara

berpikir dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa, bukan

hanya sekedar belajar dari guru atau dari buku-buku saja; (7)

dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa; (8) dapat

mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan

mengembangkan kemampuan untuk menyesuaikan denagn

pengetahuan baru; (9) dapat memberikan kesempatan pada

siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka

miliki dalam dunia nyata; dan (10) dapat mengembangkan

minat siswa untuk secara terus-menerus belajar sekalipun

belajar pada pendidikan formal telah berakhir.

Tahapan pembelajaran berbasis masalah dirumuskan

pada Tabel 1

Tabel 1 Tahapan Pemecahan Masalah (Problem Based Learning)

No. Tahapan Aktivitas Guru dan Peserta Didik

1. Mengorientasikan peserta didik terhadap masalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan sarana atau logistik yang dibutuhkan.

Guru memotivasi peserta didik untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah nyata yang dipilih atau ditentukan.

2. Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar

Guru membantu peserta didik mendefenisikan dan menorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah yang sudah diorientasikan pada tahap sebelumnya.

Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 39

3. Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok

Guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai dan melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan kejelasan yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah.

4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Guru membantu peserta didik untuk berbagi tugas dan merencanakan atau menyiapkan karya yang sesuai sebagai hasil pemecahan masalah dalam bentuk laporan, video atau model.

5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masal

Guru membantu peserta didik untuk melakukan refleksikan atau evaluasi terhadap proses pemecahan masalah yang dilakukan

(Saefudin dan Berdiati, 2014)

40 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia

BAB VI PENGEMBANGAN BAHAN AJAR KIMIA

INOVATIF BERBASIS MULTIMEDIA

A. Pentingnya Pengembangan Bahan Ajar Kimia

Pengembangan bahan ajar kimia inovatif berbasis

multimedia perlu mendapatkan perhatian karena penyediaan

bahan ajar yang berkualitas baik sesuai kurikulum akan dapat

menolong siswa dalam belajar secara efektif. Pengembangan

bahan ajar kimia SMA/MA inovatif dan interaktif berbasis

multimedia dapat menolong siswa didalam pembelajaran

mencapai kompetensi dan pada akhirnya meningkatkan hasil

belajar (Situmorang dan Munthe, 2015). Tahapan

pengembangan dilakukan dengan pengayaan isi materi kimia

yang mengintegrasikan percobaan laboratorium, media

pembelajaran dan penerapan kontekstual (Situmorang, dkk,

2015).

Inovasi pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil

belajar siswa sangat perlu dilakukan terutama dalam upaya

mendorong pergeseran pembelajaran konvensional kepada

pembelajaran mandiri dan terstruktur yang dapat

meningkatkan penguasaan siswa di dalam konsep ilmu dan

sekaligus membuat kesan pembelajaran semakin lama dapat

diingat siswa. Inovasi dalam pendidikan sering dihubungkan

dengan pembaharuan yang berasal dari hasil pemikiran

kreatif, temuan dan modifikasi yang memuat ide dan metode

yang dipergunakan untuk mengatasi suatu permasalahan

Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 41

pendidikan (Montelongo dan Herter, 2010; Tompkins, dkk.,

2006).

Buku ajar merupakan sumber belajar yang sangat

penting untuk mendukung tercapainya kompetensi yang

menjadi tujuan pembelajaran sehingga diyakini sebagai guru

yang baik, setia, objektif, tidak pernah jemu dan menjadi

jendela informasi (Zevenbergen, dkk., 2010). Buku ajar yang

baik dan inovatif dapat meningkatkan prestasi peserta didik

karena siswa terdorong untuk menggunakan buku di dalam

kelas saat pembelajaran maupun untuk pengayaan dan

pembelajaran mandiri (Situmorang, 2013). Buku ajar yang

baik harus mengikuti perkembangan teknologi, seni dan

realitas kehidupan di dalam masyarakat yang semakin

mengglobal (Corrigan, dkk,. 2009). Buku-buku pelajaran yang

dipergunakan oleh siswa harus benar-benar teruji kualitasnya

sebagai sumber dan media pembelajaran. Setiap buku

pelajaran yang akan digunakan di sekolah-sekolah harus

sudah melalui proses penilaian buku pelajaran sebagai

pengendali mutu buku pendidikan yang berstandar nasional.

Penggunaan sumber belajar secara maksimal akan dapat

memberi pengetahuan secara lengkap dan sesuai dengan

tingkat perkembangannya (Jippers, dkk., 2010; Bentley, dkk.,

2010).

Bahan ajar bermutu harus mampu menyajikan materi

ajar sesuai dengan tuntutan kurikulum, mengikuti

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), dan

dapat menjembatani pembelajaran agar kompetensi yang

telah ditetapkan dapat tercapai. Materi ajar kimia yang

disajikan di dalam buku ajar kimia harus tuntas, sistematik,

mudah dimengerti, menarik, inovatif, memotivasi belajar

mandiri, selaras dengan capaian kompetensi yang terdapat di

42 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia

dalam kurikulum (Situmorang, 2013). Bahan ajar yang ada

kurang dapat menghubungkan wawasan lingkungan dengan

materi tersebut, sehingga pada akhirmya siswa menganggap

bahwa materi kimia adalah materi yang tidak bermanfaat

dalam kehidupan sehari-hari.

Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi sangat cepat termasuk ilmu kimia, tetapi kemajuan

yang pesat dalam ilmu kimia tidak diikuti dengan

perkembangan yang cepat dalam pembelajaran kimia

(Silitonga dan Situmorang, 2009). Kemajuan telah

menawarkan kesempatan baru untuk pengajaran dan

pembelajaran. Pembelajaran semakin mengandalkan

teknologi multimedia, yang melibatkan kata-kata (seperti

dicetak atau teks lisan) dan gambar (seperti animasi, video,

ilustrasi atau foto).

Pembelajaran bahan ajar dengan multimedia berbasis

komputer telah mengubah praktek pembelajaran dalam

pembelajaran terbuka dan jarak jauh dengan meningkatkan

pembelajaran aktif melalui interaktif dan eksplorasi. Bahan

ajar dengan multimedia yang dirancang secara sistematis

harus berpotensi untuk mengatasi keterbatasan media cetak

dalam mendukung pemahaman ilmiah (scientific), terutama

dalam mengajarkan konsep-konsep abstrak dalam sains

(Garnett, Oliver, & Hackling, 1998). Pengembangan bahan ajar

kimia SMA/MA inovatif dan interaktif berbasis multimedia

bertujuan untuk mendapatkan bahan ajar kimia SMA/MA

yang standar, inovatif dan interaktif (Simatupang dan

Situmorang, 2013).

Indikasi rendahnya mutu pendidikan di Indonesia

sangat dirasakan pada pembelajaran eksakta, salah satunya

adalah mata pelajaran kimia sebagai bagian dari mata

Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 43

pelajaran IPA (Suyanti, 2008). Kenyataan menunjukkan

bahwa siswa menganggap mata pelajaran kimia sulit

dipelajari, sehingga siswa sudah terlebih dahulu merasa

kurang mampu untuk mempelajarinya. Hal ini dapat

disebabkan oleh penyajian materi yang sulit, membosankan

dan menakutkan, sehingga siswa kurang menguasai konsep

kimia, dan akhirnya belajar kimia menjadi tidak menarik lagi

bagi kebanyakan siswa. Pembelajaran kimia pada materi laju

reaksi berisi konsep-konsep yang cukup sulit untuk dipahami

siswa, karena menyangkut reaksi-reaksi kimia dan hitungan-

hitungan serta menyangkut konsep-konsep yang bersifat

abstrak. Tidak tersedianya bahan ajar yang standar sesuai

kurikulum semakin membuat siswa sulit belajar kimia

(Yusfiani dan Situmorang, 2011). Dengan pengembangan

bahan ajar kimia yang inovatif berbasis multimedia

diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa, karena

dari hasil pengamatan di beberapa sekolah menunjukkan

bahwa penyampaian materi kimia dengan metode ceramah

dan diskusi kurang optimal dalam meningkatkan hasil belajar

dan motivasi belajar kimia siswa.

Perkembangan teknologi dan informasi yang cepat

dalam berbagai aspek kehidupan termasuk dalam bidang

pendidikan, menuntut guru untuk bertindak lebih inovatif

dalam pengajaran. Kebutuhan akan layanan individual

terhadap peserta didik dan perbaikan kesempatan belajar

bagi mereka menjadi pendorong utama timbulnya

pembaharuan pendidikan (Sa’ud, 2008). Karenanya inovasi

dalam bidang pengajaran khususnya kimia sudah menjadi

keharusan untuk lebih mendekatkan pengetahuan pada diri

peserta didik. Penelitian yang dilakukan oleh Chang Lee

(2015) tentang pengaruh inovasi dalam pengajaran terhadap

kepuasan belajar siswa diperoleh kesimpulan bahwa inovasi

44 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia

yang dilakukan memberi dampak motivasi belajar siswa yang

meningkat. Pengetahuan baru serta kepuasan belajar juga

diperoleh siswa. Penggunaan bahan ajar inovatif akan sangat

membantu siswa dalam memahami pembelajaran. Apalagi

modul yang ada berbasis pada multimedia. Keberadaan media

memperjelas pemahaman siswa tentang bahan yang

diajarkan. Media yang digunakan dapat berupa media cetak,

pameran, audio, video, multimedia, dan media net/web.

Kegiatan pembelajaran harus dilakukakan secara

interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang dan

memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta

memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan

kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan

fisik serta psikologi peserta. Inovasi pembelajaran dalam

bahan ajar dilakukan dengan beberapa pendekatan antara

lain pendekatan scientific. Problem Based Learning merupakan

salah satu pendekatan pembelajaran yang menerapkan

langkah-langkah pendekatan scientific.

Problem Based Learning membantu siswa dalam

memilih masalah, mendefenisikan masalah, memecahkan

masalah, menyelesaikan masalah, membantu

mengembangkan berpikir kritis, komunikasi secara lisan dan

tulisan dalam mengembangkan kerja kelompok (Killyey

dalam Mellyzar, 2013). Siregar (2014) dalam penelitiannya

menyatakan bahwa terdapat peningkatan yang signifikan

hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran kimia yang

menggunakan Problem Based Learning bermedia internet.

Beberapa hasil penelitian mengenai pengembangan

bahan ajar kimia SMA menunjukkan bahwa buku ajar kimia

hasil inovasi dapat menolong siswa didalam pembelajaran

untuk mencapai kompetensi sesuai tuntutan kurikulum.

Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 45

Siswa sangat tertarik menggunakan buku ajar hasil inovasi

dalam pembelajaran. Dalam penelitiannya persentase

pencapaian hasil belajar siswa kelompok eksperimen

memiliki rata-rata 84,44±8,33, sedangkan kelompok kontrol

75,28±11,62, dan keduanya berbeda nyata (Situmorang,

2013). Menurut Parulian (2013) dalam penelitian

Pengembangan Buku Ajar Kimia Inovatif untuk Kelas XI

Semester II SMA/MA, menyatakan bahwa pengajaran dengan

menggunakan buku ajar kimia inovatif dapat meningkan hasil

belajar rata-rata 74,25% sedangkan pengajaran dengan buku

pengangan siswa meningkatkan hasil belajar rata-rata 73%.

Pengembangan bahan ajar bertujuan untuk

mewujudkan bahan ajar yang dapat menunjang pencapaian

kompetensi dasar, indikator, bermakna terhadap prestasi

belajar dan memenuhi kriteria mutu (Labov, 2006; Gravagna,

2009; Hosler dan Boomer, 2011; Fastre, 2010).

Pengembangan bahan ajar kimia berbasis multimedia dengan

mengintegrasikan model pembelajaran inkuiri dimaksudkan

untuk menghasilkan bahan ajar kimia yang inovatif dalam

bentuk hardcopy dan e-book untuk mendukung pencapaian

kompetensi dasar dan dapat meningkatkan hasil belajar.

B. Konsep Pengembangan Produk Bahan Ajar

Penelitian pengembangan merupakan penelitian yang

diarahkan untuk menghasilkan produk, desain dan proses.

Penelitian pengembangan dikenal dengan istilah Research and

Development (R&D). Didalam dunia pendidikan, penelitian

pengembangan merupakan jenis penelitian yang relatif baru

(Setyosari, 2012).

Menurut Setyosari (2012), penelitian pengembangan

tidak jauh berbeda dengan penelitian-penelitian lain,

46 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia

perbedaannya terletak pada metodologinya saja. Model yang

sering digunakan dalam penelitian pengembangan adalah: (a)

Model konseptual. Model konseptual adalah model yang

bersifat analistis yang menjelaskan komponen-komponen

produk yang akan dikembangkan dan berkaitan antar

komponennya. Model ini memperlihatkan hubungan antar

konsep dan tidak memperlihatkan urutan secara bertahap.

Urutan boleh diawali darimana saja; dan (b) Model

prosedural. Model prosedural adalah model deskriptif yang

menggambarkan alur atau langkah-langkah prosedural yang

harus diikuti untuk menghasilkan produk tertentu. Model

prosedural biasa dijumpai dalam model rancangan

pembelajaran, misalnya Dick & Carey, model Borg & Gall dan

model ADDIE (Analysis, Design, Development, Implementation,

Evaluation).

Borg dan Gall (1983) menyatakan ada 10 langkah

pelaksanaan strategi R&D, meliputi: (1) Penelitian dan

pengumpulan data (Research and information collection; Pada

penelitian dan pengumpulan data ini dilakukan analisis

kebutuhan, studi literatur, dan penelitian skala kecil; (2)

Perencanaan (Planning); Pada tahap perencanaan dilakukan

identifikasi kemampuan yang diperlukan untuk pelaksanaan

penelitian, membuat rumusan tujuan yang hendak dicapai,

membuat desain atau langkah-langkah penelitian, dan

merencanakan kemungkinan pengujian di lingkup terbatas;

(3) Pengembangan produk awal atau draft (Develop

preliminary form of product); Pengembangan produk ini

meliputi penyiapan bahan ajar, proses pembelajaran, dan

instrumen evaluasi; (4) Ujicoba lapangan awal (Preliminary

field testing); Ujicoba lapangan awal atau ujicoba terbatas

dilakukan pada 1-3 sekolah menggunakan 6-12 subjek.

Selama ujicoba dilakukan observasi, wawancara, dan

Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 47

pengedaran angket. Tujuannya adalah untuk mendapatkan

evaluasi kualitatif terhadap produk yang dikembangkan; (5)

Merevisi produk utama (Main product revision); Revisi produk

utama dilakukan berdasarkan temuan-temuan pada ujicoba

lapangan awal; (6) Ujicoba lapangan utama (Main field

testing); Ujicoba ini dilakukan pada 5-15 sekolah dengan 30-

100 subjek. Data kuantitatif tentang penampilan pengajar,

sebelum dan sesudah menggunakan model dikumpulkan.

Data yang diperoleh, selanjutnya dievaluasi dan kalau

mungkin dibandingkan dengan kelompok kontrol; (7)

Penyempurnaan produk operasional (Operational product

revision); Penyempurnaan produk operasional dilakukan

berdasarkan temuan-temuan ketika melaksanakan ujicoba

lapangan utama; (8) Ujicoba lapangan operasional (Operatinal

field testing); Ujicoba ini dilakukan pada 10-30 sekolah

dengan melibatkan 40-200 subjek. Pengujian dilakukan

melalui angket, wawancara, observasi, dan lain-lain; (9)

Penyempurnaan produk akhir (Final product revision);

Penyempurnaan dilakukan berdasarkan temuan-temuan pada

ujicoba lapangan operasional; dan (10) Deseminasi dan

implementasi (Dissemination and implementation); Membuat

laporan tentang produk pada pertemuan profesional dan

mempublikasikannya pada jurnal, bekerjasama dengan

penerbit, memonitor distribusi untuk melakukan

pengendalian kualitas.

Kesepuluh tahapan ini, jika diikuti dengan baik akan

dihasilkan produk berbasis penelitian yang siap pakai,

misalnya di sekolah. Walaupun ada 10 tahapan, tiap langkah

harus dilakukan secara cermat agar dihasilkan produk yang

berkualitas.

48 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia

C. Metode Pemecahan Masalah

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan

(Research and Development (R&D)), yang bertujuan untuk

memperoleh bahan ajar kimia inovatif berbasis multimedia

pada pengajaran laju reaksi untuk mendukung implementasi

kurikulum nasional. Penelitian ini terdiri dari analisis bahan

ajar yang sudah ada, perancangan bahan ajar (menginovasi

bahan ajar, membuat multimedia dan instrumen),

standarisasi bahan ajar, evaluasi bahan ajar dan uji coba

terhadap bahan ajar hasil pengembangan. Hasil analisis bahan

ajar yang diperoleh dijadikan dasar pengembangan bahan

ajar yang dikembangkan. Perancangan bahan ajar dilakukan

dengan memadukan multimedia dalam pembelajaran, serta

mengintegrasikan kegiatan laboratorium, metode dan model

pembelajaran untuk mendapatkan bahan ajar yang inovatif.

Standarisasi bahan ajar dilakukan untuk mengetahui tingkat

kelayakan bahan ajar kimia inovatif yang telah dikembangkan

sesuai standar kelayakan Badan Standar Nasional Pendidikan

(BSNP). Selanjutnya, uji coba dilakukan terhadap dua kelas di

3 sekolah yang berbeda, yaitu kelas eksperimen dan kelas

kontrol untuk masing-masing sekolah. Pada kelas eksperimen

uji coba dilakukan dengan menggunakan bahan ajar kimia

inovatif berbasis multimedia sedangkan kelas kontrol uji coba

dilakukan dengan menggunakan buku ajar kimia pegangan

siswa. Perlakuan pengajaran dilakukan dengan

membandingkan kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk

mengetahui perbedaan peningkatan hasil belajar siswa

setelah menggunakan bahan ajar kimia inovatif berbasis

multimedia dibandingkan peningkatan hasil belajar siswa

yang menggunakan buku pegangan siswa.

Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 49

Desain penelitian yang telah dilakukan dalam

penelitian pengembangan bahan ajar inovatif berbasis

multimedia pada pengajaran laju reaksi meliputi

pengembangan bahan ajar, standarisasi bahan ajar, evaluasi

dan uji coba bahan ajar. Desain penelitian yang telah

dilakukan pada pengembangan bahan ajar kimia inovatif

berbasis multimedia pada pengajaran laju reaksi dapat dilihat

pada 1

Gambar 1 Desain Penelitian Pengembangan Bahan Ajar Kimia

Berbasis Multimedia untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pengajaran Laju Reaksi

Berdasarkan gambaran desain penelitian diatas dapat

dijelaskan langkah-langkah penelitian yang dilakukan oleh

peneliti. Pada tahap awal peneliti melakukan pengembangan

bahan ajar pada materi laju reaksi terintegrasi dengan model

pembelajaran Problem Based Learning (PBL), kemudian bahan

ajar tersebut akan diinovasi menggunakan teknologi

informasi berbasis multimedia, seperti media cetak, compact

disk (cd), dan web (e-lerning). Kemudian bahan ajar yang

sudah dikembangkan akan distandarisasi terlebih dahulu

menggunakan angket standar BSNP dengan bantuan validator

ahli untuk mengetahui apakah bahan ajar tersebut layak

untuk digunakan. Pada tahap akhir, bahan ajar yang sudah

Standarisasi bahan ajar yang telah dikembangkan

Uji coba bahan ajar hasil pengembangan

Pengembangan bahan ajar kimia inovatif berbasis multimedia pada

materi laju reaksi

50 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia

dikembangkan diberikan kepada siswa dan guru kimia

sebagai pengguna untuk mengetahui tingkat efektifitas dan

tanggapan pengguna terhadap bahan ajar yang telah

dikembangkan dalam pembelajaran kimia di kelas.

Quesioner untuk Kelayakan Bahan Ajar Kimia Hasil

Pengembangan, Media dan Motivasi

Quesioner atau angket adalah metode pengumpulan

data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat

pertanyaan tertulis kepada responden. Quesioner atau angket

yang digunakan dalam penelitian adalah quesioner untuk

kelayakan bahan ajar kimia hasil pengembangan yaitu

quesioner berdasarkan BSNP (Badan Standar Nasional

Pendidikan) yang ditujukan pada guru kimia dan dosen kimia,

dan quesioner motivasi belajar kimia yang ditujukan pada

siswa.

Angket yang digunakan untuk mengukur motivasi

siswa penggunaan bahan ajar kimia inovatif berbasis

multimedia diperoleh dari instrument test berupa angket

yang sudah standar dan digunakan Agus Haryadi (2013) yang

berjudul “Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah

Menggunakan media Web terhadap Motivasi dan Hasil Belajar

Siswa Pokok Bahasan Zat Adiktif Makanan di SMP”.

Evaluasi Hasil Belajar

Evaluasi hasil belajar merupakan keseluruhan

kegiatan pengukuran (pengumpulan data, pengolahan) untuk

membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar yang dicapai

oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar dalam

mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai siswa.

Evaluasi hasil belajar yang diterapkan dalam

penelitian yaitu pre-test dan post-test. Pre-test dilakukan

pada saat akan memulai penyajian materi baru yaitu materi

Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 51

laju reaksi yang bertujuan untuk mengidentifikasi taraf

pengetahuan siswa mengenai materi yang akan disajikan.

Sedangkan post-test merupakan kebalikan dari pre-test yakni

dilakukan pada setiap akhir penyajian materi. Tujuannya

adalah untuk mengetahui taraf penguasaan siswa atas materi

yang telah diajarkan.

Test hasil belajar siswa berbentuk pilihan ganda (test

objektif) yang dilakukan di awal (pretest) dan di akhir

(posttest) dengan jumlah soal yang telah divalidasi sebanyak

20 butir. Pilihan jawaban disediakan sebanyak lima butir (a, b,

c, d,e). Adapun instrumen yang digunakan adalah yang

bersifat objektif berbentuk pilihan ganda dengan jenis

pertanyaan yang tertutup. Instrumen yang digunakan berupa

instrumen tes yang sudah valid dari Friska Juliana Purba

(2015) yang berjudul “Pengembangan Penuntun Praktikum

Kimia SMA Kelas XI Materi Laju Reaksi Sesuai dengan Model

Pembelajaran Penemuan dan Berbasis Proyek”.

Pengembangan bahan ajar meliputi: (1) Pengayaan

materi ajar pada materi laju reaksi yang relevan sesuai

kurikulum, misalnya melengkapi bahan ajar dengan

menyediakan contoh kasus kontekstual, ilustrasi gambar,

contoh soal dan penyelesaiannya, serta menggunakan potensi

lokal untuk memperkaya materi pelajaran di dalam bahan

ajar; (2) Integrasi kegiatan laboratorium dengan

menambahkan video praktikum yang dilakukan sendiri oleh

peneliti sehingga dapat memupuk rasa ingin tahu siswa; (3)

Integrasi model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

yang melibatkan siswa dapat merumuskan sendiri

penemuannya; (4) Pembuatan e-book atau buku elektronik

menggunakan software flipbookmaker sehingga dapat

memadukan teks, gambar dan video dengan pengayaan isi.

52 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia

D. Hasil Belajar dan Motivasi Belajar Siswa Kaitannya

dengan Pengembangan Media Bahan Ajar

Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan tingkat penguasaan terhadap

sesuatu yang diperoleh di dalam belajar. Sesuatu yang

diperoleh itu berbeda-beda ada yang memperoleh nilai yang

tinggi, sedang dan rendah. Melalui kegiatan belajar mengajar

secara pelahan-lahan akan terjadi perubahan pada individu

yang belajar, baik dari pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

Masing-masing perubahan ini merupakan keberhasilan

belajar yang mencerminkan sejauh mana perubahan itu

terjadi.

Berdasarkan hasil belajar tersebut di dapat informasi

tentang berap besar penguasaan siswa terhadap materi yang

telah diberikan yang dapat ditulis dalam angka atau nilai.

Hamalik (2006) menyatakan bahwa prestasi belajar adalah

suatu hasil belajar yang dicapai melalui belajar. Prestasi

belajar adalah merupakan pencerminan keberhasilan dalam

proses belajar mengajar di sekolah. Belajar tidak dapat

dipisahkan dari prestasi belajar, karena suatu prestasi yang

baik akan tercapai dengan banyak belajar.

Dengan demikian jelaslah bahwa hasil belajar dapat

diga,barkan sebagai prestasi siswa yang ditinjukkan dengan

kemampuannya dalam bidang tertentu. Dari penjelasan di

atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar terjadi

setelah adanya perubahan tingkah laku setelah adanya latihan

(Djamarah, 2002).

Hasil belajar yang diterima siswa berbeda-beda

karena dalam pencapaian hasil belajar dipengaruhi oleh

faktor, baik faktor eksternal maupun internal. Mengenai

Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 53

faktor yang mempengaruhi hasil belajar lebih lanjut Djamarah

dan Zain (2002) menyebutkan ”pencapaian hasil belajar

dipengaruhi oleh faktor tujuan, guru, peserta didik, kegiatan

belajar, alat evaluasi, dan suasana evaluasi.

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi hasil

belajar siswa. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

adalah: (a) Faktor internal siswa, yaitu faktor dari dalam diri

siswa yang meliputi keadaan jasmani dan rohani. Faktor

jasmani adalah faktor yang mempengaruhi semangat siswa

dalam mengikuti pelajaran dan faktor rohani dapat

mempengaruhi kuantitas dan kualitas hasil belajar siswa yang

meliputi tingkat kecerdasan atau intelegensi siswa, bakat,

minat, motivasi dan cara belajar siswa; dan (b) Faktor

eksternal siswa, yitu faktor dari luar diri siswa meliputi

kondisi keluarga (tinggi rendahnya pendidikan orang tua,

besar kecilnya penghasilan, cukup atau kurang perhatian dan

bimbingan orang tua, akrab atau tidaknya hubungan orang

tua dengan anak-anaknya), sekolah (kesesuaian kurikulum

dengan kemampuan anak, keadaan fasilitas di sekolah,

pelaksanaan tata tertib di sekolah), masyarakatdan

lingkungan sekitar (Dalyono, 2001). Clark (1981) menyatakan

bahwa hasil belajar siswa di sekolah 70% dipengaruhi oleh

kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan.

Menurut Frandsen (Suryabrata, 2001) mengatakan

bahwa hal yang mendorong seseorang untuk belajar adalah

sebagai berikut: (1) adanya sifat ingin tahu; (2) adanya sifat

yang kreatif yang ada pada manusia; (3) adanya keinginan

untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru, dan teman-

teman; (4) adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan

lalu dengan usaha yang baru; (5) adanya keinginan untuk

54 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia

mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran; dan (6)

adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir dari belajar.

Bahan ajar kimia inovatif yang telah distandarisasi

kemudian diujicobakan di sekolah. Dalam hal ini, uji coba

dilakukan di tiga sekolah yang berbeda agar data yang

diperoleh akurat. Pengujian bahan ajar kimia inovatif ini

membutuhkan dua kelas tiap sekolah yakni satu sebagai

kelompok eksperimen dan satu lagi sebagai kelompok

kontrol. Uji coba bahan ajar kimia ini dilakukan untuk

megetahui kelayakan bahan ajar yang telah dikembangkan

oleh peneliti. Berbagai parameter diusahakan sama pada

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, diantaranya

penggunaan waktu pembelajaran, guru yang mengajar, dan

evaluasi hasil belajar (pretest dan posttest) yang

dipergunakan kepada siswa memiliki kualitas yang sama.

Motivasi Belajar Siswa

Motivasi adalah suatu usaha yang disadari untuk

mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia bergerak untuk

melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan

tertentu. Menurut Walgito (2004), motivasi merupakan

keadaan dalam diri individu tau organisme yang mendorong

perilaku ke arah tujuan. Sedangkan motivasi menurut Stoner

dan Freman adalah karaktristik psikologi manusia yang

memberikan kontribusi hasrat, pembangkit tenaga dan

dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan mereka

berbuat sesuatu secara singkat dalam diri individu yang

menyadari atau menentukan prilaku individu. Dikalangan

para ahlimuncul berbagai pendapat tentang motivasi.

Meskipun demikian, ada juga semacam kesamaan pendapat

yang dapat ditarik mengenai pengertian motivasi, yaitu:

Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 55

dorongan dari diri seseorang yang menyebabkan seseorang

tersebut melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna

mencapai tujuan. Yang diamati adalah kegiatan atau mungkin

alasan-alasan tindakan tersebut (Notoatmodjo, 2010).

Menurut Elliot et al (2000) dan Sue Howard (1999)

dalam Sardiman (2007), motivasi dibedakan atas dua jenis

yaitu: (a) Motivasi intrinsik. Motivasi intrinsik adalah motif-

motif (daya penggerak) yang menjadi aktif dan berfungsinya

tidak perlu dirangsang dari luar karena dari diri individu

sudah terdapat dorongan untuk melakukan sesuatu. (b)

Motivasi ekstrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah dorongan yang

menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu itu

bersumber pada suatu kebutuhan yang harus dipenuhi.

motivasi ektrinsik dipengaruhi atau dirangsang dari luar

individu. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi

ekstrinsik berupa pujian, nasehat, semangat, hadiah,

hukuman, dan menerima sesuatu.

Ciri-ciri motivasi antara lain: (a) tekun melakukan

tugas (dapat belajar terus-menerus dalam waktu yang lama,

tidak pernah berhenti sebelum tugas selesai); (b) ulet

menghadapi kesulitan (tidak mudah putus asa, tidak

memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi); (c)

menunjukkan minat untuk memecahkan masalah (misalnya

untuk pembangunan agama, ekonomi, politik, hukum dan

pembangunan); (d) lebih senag bekerja mandiri; (e) cepat

bosan pada tugas-tugas yang rutin; (f) dapat

mempertahankan pendapatnya; (g) tidak mudah melepaskan

hal-hal yang diyakini; dan (h) senang mencari dan

memecahkan masalah soal-soal.

Dalam kegiatan belajar, motivasi merupakan daya

penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan

56 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia

belajar dan menjamin kelangsungan kegiatan belajar,

sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar dapat

tercapai. Motivasi dapat menumbuhkan gairah, merasa

senang dan semangat untuk belajar.siswa yang memiliki

motivasi kuat, akan mempunyai banyak energi untuk

melakukan kegiatan belajar. Jadi, motivasi akan menentukan

intesitas usaha belajar siswa. Usaha belajar yang didasari

adanya motivasi yang kuat, dapat melahirkan prestasi belajar

yang baik. Selanjutnya, motivasi belajar dapat dijadikan

penguat belajar, memperjelas tujuan belajar, menentukan

rangsangan belajar, serta menentukan ketekunan belajar.

Dengan demikian, motivasi sangat berperan terhadap

keberhasilan belajar siswa (Simatupang, 2013).

Motivasi tidak dapat diobservasi secara langsung

namun harus di ukur. Pada umumnya, yang banyak diukur

adalah motivasi sosial dan motivasi biologis. Pada penelitian

ini untuk mengukur motivasi belajar kimia siswa

menggunakan quesioner atau angket untuk mengetahui

respon yang diberikan siswa terhadap motivasi belajar siswa.

Pengukuran motivasi menggunakan quesioner dengan

skala Likert yang berisi pernyataan-pernyataan positif,

dengan kriteria pernyataan sebagai berikut:

a. Sangat setuju (SS), jika responden sangat setuju

dengan pernyataan kuesioner yang diberikan melalui

jawaban kuesioner di beri skor 4.

b. Setuju (S), jika responden setuju dengan pernyataan

kuesioner yang diberikan melalui jawaban kuesioner

di beri skor 3.

c. Tidak setuju (TS), jika responden tidak setuju dengan

pernyataan kuesioner yang diberikan melalui jawaban

kuesioner di beri skor 2.

d. Sangat tidak setuju (STS), jika responden sangat tidak

Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 57

setuju dengan pernyataan kuesioner yang diberikan

melalui jawaban kuesioner di beri skor 1.

Perhitungan rata-rata skor yang diperoleh,

menggunakan rumus berikut:

Rata rata skor ∑ skor

∑ responden skor max

∑ skor = jumlah skor yang diperoleh

∑responden = jumlah siswa

Skor max = nilai tertinggi dalam rentang angket

Ket: Skor max = Jumlah skor maksimum tiap item soal

yaitu 4

E. Hasil Tahapan Pengembangan Bahan Ajar Kimia

Inovatif Berbasis Multimedia

Tahap awal dilakukan dengan menganalisis sebanyak

lima buku kimia SMA/MA Kelas XI Semester 1 yang beredar

dan digunakan di sekolah yang dikhususkan pada materi laju

reaksi. Analisis ini dilakukan untuk dapat mengajukan usulan

sub pokok materi ajar pada materi laju reaksi sebagai bahan

pengembangan dalam bahan ajar kimia inovatif berbasis

multimedia. Data yang diperoleh dari analisis terhadap lima

buku kimia SMA/MA Kelas XI pada materi laju reaksi berupa

daftar ceck list, dimana peneliti memberikan tanda (√) pada

kolom yang sesuai. Daftar ceck list yang digunakan sudah

divalidkan terlebih dahulu oleh validator ahli. Adapun

komponen yang dianalisis pada setiap buku antara lain:

kelengkapan isi, keluasan materi, kedalaman materi, desain

dan bahasa. Dari setiap daftar ceck list berdasarkan

58 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia

persentase semua komponen penilaian diperoleh rata-rata

buku A sebesar 67,99%; buku B sebesar 41,33%; buku C

sebesar 38,66%; buku D sebesar 45,33%; dan buku E sebesar

46,66%.

Tahap selanjutnya, dilakukan pengembangan bahan

ajar kimia inovatif berbasis multimedia pada materi laju

reaksi. Pengembangan bahan ajar berdasarkan hasil analisis

pada lima buku kimia SMA/MA Kelas XI Semester 1. Bahan

ajar kimia inovatif berbasis multimedia pada materi laju

reaksi yang dikembangkan diintegrasikan kegiatan

laboratorium, metode dan model pembelajaran dan

multimedia pembelajaran. Kegiatan laboratorium yang

diintegrasikan dilakukan oleh peneliti sendiri sesuai dengan

materi laju reaksi untuk ditampilkan pada bahan ajar. Metode

pembelajaran yang diintegrasikan seperti metode latihan,

metode praktikum dan metode latihan, sedangkan model

pembelajaran yang diintegrasikan adalah model Problem

Based Learning (PBL). Multimedia yang diintegrasikan berupa

electronic book (e-book) dalam bentuk software flippbook

maker.

Setelah dilakukan pengembangan bahan ajar kimia

inovatif berbasis multimedia pada materi laju reaksi, maka

tahap selanjutnya adalah melakukan analisis uji kelayakan

menggunakan angket BSNP dengan memberikan angket

kepada 20 orang guru kimia dan 2 orang guru kimia sebagai

validator ahli. Analisis dilakukan pada aspek kelayakan isi,

kelayakan bahasa, dan kelayakan penyajian dengan skala

penilaian 1 sampai dengan 5. Pada masing-masing aspek

memiliki komponen penilaian yang dipilih atau di ceck list (√)

oleh validator. Dari setiap komponen penilaian untuk masing-

masing aspek pada angket BSNP diperoleh rata-rata pada

Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 59

aspek kelayakan isi sebesar 4,19; kelayakan bahasa sebesar

4,24; dan kelayakan penyajian sebesar 4,40.

Selanjutnya dilakukan uji coba penggunaan bahan ajar

kimia inovatif berbasis multimedia pada pengajaran laju

reaksi kepada siswa SMA/MA Kelas XI Semester 1 di 3

sekolah, yaitu SMA Negeri 6 Medan, SMA Negeri 3 Medan, dan

SMA Methodist 2 Medan untuk mengetahui peningkatan hasil

belajar kimia siswa. Penelitian di masing-masing sekolah

melibatkan dua kelas dimana satu kelas dijadikan sebagai

kelas eksperimen yang diajarkan dengan menggunakan bahan

ajar kimia inovatif berbasis multimedia dan satu kelas lainnya

dijadikan sebagai kelas kontrol yang diajarkan menggunakan

buku pegangan siswa yang dipakai di sekolah (tanpa

menggunakan bahan ajar kimia inovatif berbasis multimedia).

Instrumen berupa tes soal objektif (multiple choice) sebanyak

20 butir dengan pilihan jawaban sebanyak 5 butir (a, b, c, d,

dan e) digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa yang

diperoleh dari nilai pretest dan posttest siswa. Instrumen yang

digunakan berupa instrumen tes yang sudah valid dan sudah

digunakan oleh peneliti sebelumnya. Hasil belajar siswa

berdasarkan evaluasi belajar (pretest dan postest) pada

materi laju reaksi di masing-masing sekolah dapat dilihat

pada Tabel 2

Tabel 2 Hasil belajar siswa berdasarkan evaluasi belajar (pretest dan postest) pada materi laju reaksi di masing-masing sekolah. Angka

adalah rata-rata dan standar deviasi pada masing-masing kelompok sampel

Sekolah Pretest Posttest

Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol

SMA Negeri 6 Medan

55,33 ± 7,42 52,17 ± 11,04

86,17 ± 6,11 77,33 ± 11,35

60 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia

SMA Negeri 3 Medan

40,86 ± 10,11

46,43 ± 11,22

83,43 ± 7,45 72,57 ± 10,03

SMA Methodist 2 Medan

34,80 ± 8,35 30,20 ±

8,48 80,60 ± 6,82

68,60 ± 9,30

Selain menggunakan nilai pretest dan posttest, kepada

siswa juga diberikan angket motivasi untuk mengetahui

kontribusi motivasi belajar siswa terhadap hasil belajar

dengan adanya penggunaan bahan ajar kimia inovatif

berbasis multimedia pada pengajaran laju reaksi. Adapun

angket yang diberikan sebanyak 20 butir dengan pilihan

jawaban 1 sampai dengan 4 dan sudah divalidkan terlebih

dahulu oleh validator ahli. Angket motivasi diberikan baik di

kelas eksperimen maupun di kelas kontrol, diperoleh nilai

total rata-rata pada kelas eksperimen di SMA Negeri 6 Medan

sebesar 69,60; SMA Negeri 3 Medan sebesar 69,51; dan SMA

Methodist 2 Medan sebesar 68,52 sedangkan nilai total rata-

rata pada kelas kontrol di SMA Negeri 6 Medan sebesar 62,63;

SMA Negeri 3 Medan sebesar 63,60; dan SMA Methodist 2

Medan sebesar 63,72.

F. Analisis Buku Kimia pada Materi Laju Reaksi yang

Ada di Sekolah

Berdasarkan hasil observasi terhadap buku kimia

yang beredar dan digunakan di sekolah terdapat banyak

pengarang buku kimia untuk SMA Kelas XI Semester 1 yang

digunakan sebagai referensi dalam pembelajaran. Adapun

buku kimia pada materi laju reaksi yang digunakan untuk

dianalisis dapat dilihat pada Tabel 3

Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 61

Tabel 3 Daftar buku-buku kimia yang dipergunakan untuk SMA Kelas XI Semester 1 pada materi laju reaksi yang dijadikan rujukan dalam

usulan urutan materi pada bahan ajar kimia inovatif berbasis multimedia

No Judul Buku Pengarang Tahun Penerbit Kode

Buku

1.

Kimia SMA/MA

Kelas XI

Aris Wardani,

Nur Hidayat

2009 Pustaka Insan

Mandiri

A

2. Kimia 2 untuk SMA

dan MA Kelas XI IPA

Nenden

Fauziah

2009 Hasbi Jaya B

3. Cerdas Belajar

Kimia untuk Kelas

XI

Nana Sutersna 2008 Grafindo C

4. Pelajaran Kimia

untuk SMA/MA

Kelas XI

Jamiluddin

H

i

d

a

y

a

t

2007 Arya Duta D

5. Chemistry for

Senior High School

Sandri

Justiana,

Muchtaridi

2009 Yudhistira E

Buku yang dianalisis dikhususkan pada materi laju

reaksi. Dari lima buku yang dianalisis terdapat perbedaan-

perbedaan dalam hal kelengkapan isi, keluasan materi,

kedalaman materi desain buku maupun penggunaan bahasa.

Setiap buku menjelaskan materi laju reaksi dengan

kelengkapan isi dan urutan materi yang berbeda-beda. Dalam

hal kelusan materi dapat dilihat dari banyak sedikitnya

62 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia

penjelasan setiap sub pokok materi pada masing-masing buku

juga berbeda-beda. Pada kedalaman maateri juga terdapat

perbedaan pada masing-masing buku, dimana terdapat sub

pokok materi yang dijelaskan secara detail dan ada juga yang

dijelaskan secara singkat, bahkan tidak dijelaskan sama

sekali. Penampilan dari masing-masing buku ataupun desain

buku juga memiliki perbedaan baik dari segi gambar, warna,

maupun bahasa penulisan. Terdapat buku yang menarik pada

sub pokok materi tertentu tetap pada sub pokok materi lain

kurang menarik dan sebaliknya. Demikian juga dalam hal

penggunaan bahasa disetiap buku terdapat perbedaan, ada

buku menggunakan bahasa yang menarik untuk pembacanya.

Deskripsi masing-masing buku berdasarkan sub pokok materi

dan jumlah halaman dapat dilihat pada Tabel 4

Tabel 4 Deskripsi buku-buku kimia yang dipergunakan siswa pada materi laju reaksi yang dijadikan rujukan dalam usulan urutan

materi pada bahan ajar kimia inovatif berbasis multimedia

No Kode

Buku

Jumlah

Halaman Sub Pokok Materi Laju Reaksi

1. A 26 - Pengertian laju reaksi

- Faktor-faktor yang

mempengaruhi laju reaksi

- Persamaan laju reaksi dan orde

reaksi

- Penerapan laju reaksi

2. B 21 - Ungkapan laju reaksi

- Faktor-faktor yang

mempengaruhi laju reaksi

- Persamaan laju reaksi dan orde

reaksi

- Laju reaksi dalam kehidupan

sehari-hari

Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 63

3. C 36 - Kemolaran

- Laju reaksi

- Faktor-faktor yang

mempengaruhi laju reaksi

- Teori tumbukan

- Penerapan konsep laju reaksi

4. D 28 - Laju dan orde reaksi

- Faktor-faktor yang

mempengaruhi laju reaksi

- Teori tumbukan

- Penerapan laju reaksi

5. E 34 - Konsep laju reaksi

- Teori tumbukan dan energi

aktivasi

- Pengaruh luas permukaan

terhadap laju reaksi

- Pengaruh suhu terhadap laju

reaksi

- Pengaruh konsentrasi terhadap

laju reaksi

- Pengaruh katalis terhadap laju

reaksi

Berdasarkan Tabel 4 telah dijabarkan bahwa jumlah

halaman masing-masing sub pokok materi pada setiap buku

berbeda yang berarti bahwa cara buku untuk menjelaskan

materi laju reaksi berbeda-beda. Setiap buku memiliki

kelebihan dan kekurangan yang dapat dijadikan rujukan

dalam pengembangan bahan ajar kimia inovatif berbasis

multimedia pada materi laju reaksi. Dari perbedaaan-

perbedaan urutan materi ajar yang terdapat pada buku yang

dianalisis, maka akan disusun usulan bahan ajar kimia

inovatif berbasis multimedia. Adapun bahan ajar yang

64 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia

disusun sesuai dengan silabus kurikulum 2013 yang berbasis

saintifik dengan berdasarkan kompetensi inti dan kompetensi

dasar.

Adapun usulan materi laju reaksi pada bahan ajar

kimia inovatif berbasis multimedia yang dikembangkan

disajikan pada Tabel 5

Tabel 5 Usulan materi laju reaksi untuk bahan ajar kimia inovatif berbasis multimedia

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Materi Usulan

3. Memahami,

menerapkan, dan

menganalisis

pengetahuan faktual,

konseptual, prosedural,

dan metakognitif

berdasarkan rasa ingin

tahunya tentang ilmu

pengetahuan, teknologi,

seni, budaya, dan

humaniora dengan

wawasan kemanusiaan,

kebangsaan,

kenegaraan, dan

peradaban terkait

penyebab fenomena

dan kejadian, serta

menerapkan

pengetahuan

prosedural pada bidang

kajian yang spesifik

sesuai dengan bakat

dan minatnya untuk

memecahkan masalah

4. Mengolah, menalar, dan

menyaji dalam ranah

konkret dan ranah

abstrak terkait dengan

pengembangan dari

yang dipelajarinya di

sekolah secara mandiri,

bertindak secar efektif

dan kreatif, serta

mampu menggunakan

metode sesuai kaidah

3.6. Memahami teori

tumbukan (tabrakan)

untuk menjelaskan reaksi

kimia

3.7. Menganalisis faktor-faktor

yang mempengaruhi laju

reaksi dan menentukan

orde reaksi berdasarkan

data hasil percobaan.

4.6. Menyajikan hasil

pemahaman terhadap

teori tumbukan (tabrakan)

untuk menjelaskan reaksi

kimia.

4.7. Merancang, melakukan,

dan menyimpulkan serta

menyajikan hasil

percobaan faktor-faktor

yang mempengaruhi laju

reaksi dan orde reaksi.

Laju Reaksi

A. Molaritas

1. Pengertian

molaritas

2. Membuat larutan

B. Konsep laju reaksi

1. Pengertian laju

reaksi

2. Hubungan laju

reaksi dengan

koefiseien reaksi

C. Persamaan laju reaksi

dan orde reaksi

1. Persamaan laju

reaksi

2. Orde reaksi

3. Menentukan

persamaan laju

reaksi

D. Faktor-faktor yang

mempengaruhi laju

reaksi

1. Konsentrasi

2. Luas permukaan

3. Suhu

4. Katalis

E. Teori Tumbukan

1. Energi aktivasi

2. Hubungan teori

tumbukan dengan

faktor-faktor yang

memepengaruhi laju

reaksi

F. Penerapan konsep laju

Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 65

keilmuan. reaksi

1. Kehidupan sehari-

hari

2. Industri

Berdasarkan susunan materi usulan pada Tabel 5

dilakukan analisis terhadap kelima buku kimia yang telah

dipilih oleh peneliti. Analisis kelayakan isi terhadap kelima

buku kimia tersebut disesuaikan dengan instrumen dari

Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) dengan

komponen penilaian, yaitu kelengkapan isi, keluasan materi,

kedalaman materi, kesesuaian desain dan bahasa. Data yang

diperoleh berupa daftar check list, dimana peneliti

memberikan tanda ceck list (√) pada kolom yang sesuai.

Data yang diperoleh dari hasil analisis ditabulasikan

untuk menentukan persentase kelengkapan isi, keluasan

materi, kedalaman materi, kesesuaian desain dan bahasa

buku yang dianalisis. Setelah dianalisis, jumlah dari semua

daftar check list (√) untuk setiap buku serta total persentase

masing-masing komponen dalam bentuk rekapitulasi. Hasil

analisis rata-rata kelima buku tersebut berdasarkan semua

komponen penilaian yang dilakukan dapat dilihat pada Tabel

6

Tabel 6 Rata-rata kelengkapan isi, keluasan materi, kedalaman

materi, desain dan bahasa untuk buku yang di analisis oleh peneliti

Komponen

Penilaian

Kode Buku

A B C D E

∑ % ∑ % ∑ % ∑ % ∑ %

Kelengkapa

n Isi

11 73,33 7 46,66 6 40,00 8 53,3

3

7 46,66

Keluasan

Materi

9 60,00 5 33,3 5 33,33 6 40,0

0

6 40,00

Kedalaman

Materi

10 66,66 6 40,00 6 40,00 5 33,3

3

7 46,66

66 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia

Desain 11 73,33 6 40,00 6 40.00 7 46,6

6

8 53,33

Bahasa 10 66,66 7 46,66 6 40,00 8 53,3

3

7 46,66

Rata-rata 67,99% 41,33% 38,66% 45,33% 46,66%

Berdasarkan tabel 6 dapat dijelaskan sebagai berikut:

Dari hasil analisis buku kimia Kode A menyajikan konsep-

konsep cukup sesuai dengan urutan materi yang diusulkan.

Ini terbukti dari nilai yang diperoleh, yaitu 73,33%. Hal ini

disebabkan karena pada buku tersebut tidak disajikan

beberapa materi, sementara materi tersebut merupakan

bagian dari sub pokok materi pada urutan materi yang telah

diusulkan. Materi tersebut adalah Membuat larutan,

Pengertian laju reaksi, Hubungan laju reaksi dengan koefisien

reaksi, Menentukan persamaan laju reaksi, Energi aktivasi,

dan Hubungan teori tumbukan dengan faktor-faktor yang

mempengaruhi laju reaksi. Keluasan materi memperoleh nilai

60,00% dan kedalam materi memperoleh nilai 66,66%. Hal

ini disebabkan oleh adanya beberapa materi yang

penjelasannya terlalu singkat dan tidak menjelaskan

pembagiannya secara tepat dan mendalam. Untuk desain

buku diperoleh nilai sebesar 73,33%. Penggunaan bahasa

dalam buku sudah baik dan tepat, namun perolehan nilai

sebesar 66,66% karena ada materi yang tidak terdapat dalam

buku sehingga mempengaruhi skor untuk bahasa. Secara

keseluruhan, hasil analisis kelengkapan isi, keluasan materi,

kedalam materi, desain dan bahasa buku untuk kode A adalah

baik dengan nilai rata-rata 67,99%. Tindakan yang perlu

dilakukan adalah melengkapi materi sesuai dengan urutan

materi yang diusulkan dan memperluas materi.

Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 67

Dari hasil analisis buku kimia kode B, masih terdapat

konsep-konsep yang belum dijelaskan dari usulan materi

yang diberikan. Ini terbukti dari nilai yang diperoleh yaitu

sebesar 46,66%. Hal ini disebabkan karena pada buku

tersebut tidak disajikan beberapa materi yang telah

diusulkan. Materi tersebut adalah Pengertian molaritas,

Membuat larutan, Hubungan laju reaksi dengan koefisien

reaksi, Menentukan persamaan laju reaksi, Energi aktivasi,

dan Hubungan teori tumbukan dengan faktor-faktor yang

mempengaruhi laju reaksi. Keluasan materi memperoleh nilai

33,33% dan kedalaman materi 40,00%. Hal ini disebabkan

karena adanya beberapa materi yang tidak ada dalam buku

dan sebagian materi memiliki penjelasan yang terlalu singkat

serta tidak menjelaskan pembagiannya secara tepat dan

mendalam. Untuk desain buku, diperoleh nilai sebesar

40,00%. Hal ini dikarenakan gambar-gambar dan grafik

sebagai ilustrasi kurang tepat peletakannya dan warna

kurang menarik. Presentase hasil analisis penggunaan bahasa

memberikan nilai 46,66%. Pada materi laju reaksi, bahasa

yang digunakan terlalu terbelit-belit untuk dipahami oleh

pembaca yang masih dalam proses belajar materi laju reaksi.

Secara keseluruhan, hasil analisis kelengkapan isi, keluasan

materi, kedalaman materi, desain dan bahasa untuk buku

kode B adalah sebesar 41,33% yang berarti kurang baik.

Tindakan yang perlu dilakukan adalah melengkapi semua

materi pada masing-masing sub pokok materi, memperluas

materi dan menjelaskan pembahasan materi secara

mendalam serta menata gambar dengan tepat yang dijadikan

sebagai ilustrasi dan penggunaan bahasa yang komunikatif

untuk memudahkan pembaca dalam memahami penjelasan

materi.

68 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia

Dari hasil analisis buku kima kode C, masih terdapat

konsep-konsep yang belum dijelaskan dari usulan materi

yang diberikan. Ini terbukti dari nilai yang diperoleh yaitu

sebesar 40,00%. Hal ini disebabkan karena pada buku

tersebut tidak disajikan beberapa materi, sementara materi

tersebut merupakan bagian dari sub pokok materi pada

urutan materi yang diusulkan. Materi tersebut adalah

Membuat larutan, Hubungan laju reaksi dengan koefisien

reaksi, Persamaan laju reaksi, Orde reaksi, Menentukan

persamaan laju reaksi, Energi aktivasi, dan Hubungan teori

tumbukan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi laju

reaksi. Untuk keluasan materi memperoleh 33,33%, hal ini

karena ada materi yang dijelaskan secara singkat, sedangkan

untuk kedalaman materi, desain dan bahasa hanya mencapai

40,00% . Hal ini karena ada materi yang tidak terdapat dalam

buku sehingga mempengaruhi hasil penilaian. Secara

keseluruhan, hasil analisis kelengkapan isi, keluasan materi,

kedalaman materi, desain dan bahasa untuk buku kode C

adalah kurang baik karena total rata-rata hanya mencapai

38,66%.Tindakan yang perlu dilakukan adalah dengan

melengkapi materi sesuai dengan urutan materi ajar yang

diusulkan dan memperluas materi pada materi laju reaksi.

Dari hasil analisis buku kimia umum kode D, masih

terdapat konsep-konsep yang belum dijelaskan dari usulan

materi yang diberikan. Ini terbukti dari nilai yang diperoleh

yaitu sebesar 53,33%. Hal ini disebabkan karena pada buku

tersebut tidak disajikan beberapa materi sementara materi

tersebut merupakan bagian dari sub pokok materi pada

urutan materi yang diusulkan. Materi tersebut adalah

Pengertian molaritas, Membuat larutan, Hubungan laju reaksi

dengan koefisien reaksi, Persamaan laju reaksi, Ordereaksi,

menentukan persamaan laju reaksi, Faktor-faktor yang

Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 69

mempengaruhi laju reaksi (Konsentrasi, Luas Permukan,

Suhu, Katalis), Penerapan laju reaksi dalam kehidupan sehari-

hari dan Penerapan laju reaksi dalam industri. Untuk

keluasan materi memperoleh nilai 40,00% dan kedalaman

materi 33,33%. Hal ini disebabkan oleh adanya beberapa

materi yang tidak ada dalam buku dan sebagian materi

memiliki penjelasan yang terlalu singkat serta tidak

menjelaskan pembagiannya secara tepat dan mendalam.

Untuk desain buku, diperoleh nilai sebesar 46,66%. Hal ini

diakibatkan karena gambar-gambar dan grafik sebagai

ilustrasi kurang tepat peletakannya dan warna kurang

menarik. Persentase hasil analisis penggunaann bahasa

memberikan nilai 53,33%. Pada materi laju reaksi, bahasa

yang digunakan terlalu terbelit-belit untuk dipahami oleh

pembaca. Secara keseluruhan, hasil analisis kelengkapan isi,

keluasan materi, kedalaman materi, desain dan bahasa untuk

buku kode D adalah kurang baik dengan nilai rata-rata

45,33%. Tindakan yang perlu dilakukan adalah melengkapi

semua materi yang belum terdapat pada buku, memperluas

materi dan menjelaskan pembahasan materi secara

mendalam serta menata gambar dengan tepat yang dijadikan

sebagai ilustrasi dan penggunaan bahasa yang komunikatif

yang untuk memudahkan pembaca dalam memahami

penjelasan materi.

Dari hasil analisis buku kimia kode E, masih terdapat

konsep-konsep yang belum dijelaskan dari usulan materi

yang diberikan. Ini terbukti dari nilai yang diperoleh yaitu

sebesar 46,66%. Hal ini disebabkan karena pada buku

tersebut tidak disajikan beberapa materi, sementara materi

tersebut merupakan bagian dari sub pokok materi pada

urutan materi yang diusulkan. Materi tersebut adalah

Pengertian molaritas, Membuat larutan, Hubungan laju reaksi

70 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia

dengan koefisien reaksi, Persamaan laju reaksi, Menentukan

persamaan laju reaksi, dan Hubungan teori tumbukan dengan

faktor-Faktor yang mempengaruhi laju reaksi. Untuk keluasan

materi memperoleh 40,00 %, hal ini karena ada materi yang

dijelaskan secara singkat, sedangkan untuk kedalaman materi

memperoleh 46,66%, desain memperoleh 53,33% dan

penggunaan bahasa hanya mencapai 46,66%. Hal tersebut

dikarenakan ada materi yang tidak terdapat dalam buku

sehingga mempengaruhi skor penilaian. Secara keseluruhan,

hasil analisis standar kelengkapan isi, keluasan materi,

kedalaman materi, desain dan bahasa untuk buku kode E

adalah kurang baik dengan rata-rata sebesar 46,66%.

Tindakan yang perlu dilakukan adalah dengan melengkapi

materi sesuai dengan urutan materi ajar yang diusulkan dan

memperluas materi.

G. Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis

Multimedia pada Materi Laju Reaksi

Pada tahap rancangan, dilakukan pengembangan

terhadap buku yang telah di analisis. Kelebihan dari masing-

masing buku diambil dan digunakan dalam pengembangan

bahan ajar kimia inovatif berbasis multimedia pada materi

laju reaksi. Inovasi pada bahan ajar kimia inovatif dilakukan

dengan mengintegrasikan kegiatan laboratorium, metode dan

model pembelajaran, serta multimedia pembelajaran.

Pengintegrasian kegiatan laboratorium dilakukan

dengan tujuan agar siswa lebih memahami materi yang

disajikan di dalam bahan ajar kimia inovatif. Metode dan

model pembelajaran yang diintegrasikan dalam bahan ajar

kimia inovatif seperti metode demonstrasi, metode latihan,

metode praktikum dan metode diskusi. Sedangkan untuk

Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 71

model pembelajaran yang diintegrasikan ke dalam bahan ajar

adalah model Problem Based Learning (PBL). Pengintegrasian

metode dan model pembelajaran dipergunakan agar siswa

lebih aktif dan termotivasi dalam memahami pelajaran.

Selanjutnya, multimedia yang diintegrasikan di dalam bahan

ajar kimia inovatif berupa electronic book (e-book) yang berisi

materi laju reaksi, gambar, grafik, video animasi serta video

demonstrasi. Pengadaan integrasi multimedia dalam ini

bertujuan agar siswa tertarik mempelajari materi kimia

terutama materi laju reaksi yang telah diinovasi sehingga

siswa dapat merasakan suasana belajar yang berbeda dan

dapat mempermudah siswa dalam mempelajari bahan ajar

kimia inovatif tersebut dimanapun berada (belajar secara

mandiri).

Deskripsi komponen-komponen di dalam bahan ajar

kimia inovatif berbasis multimedia pada materi laju reaksi

dapat di lihat pada Tabel 7

Tabel 7 Deskripsi Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif pada Materi Laju Reaksi

No. Sub Pokok

Materi Pengembangan Bahan Ajar Hal.

1. Molaritas Klik Sains, Solusi Praktis, Main Fact, Uji Pemahaman, Prasyarat Pembelajaran

2-5

2. Konsep Laju Reaksi

Klik Sains, Main Fact, Uji Pemahaman

6-15

3.

Persamaan Laju Reaksi dan Orde Reaksi

Klik Sains, Solusi Paktis, Main Fact, Uji Pemahaman, Prasyarat Pembelajaran

16-20

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi

Klik Sains, Main Fact, Eksplorasi Kimia, Uji Pemahaman, Kupas Maslah

21-30

72 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia

5. Teori Tumbukan Klik Sains, Solusi Praktis, Main Fact, Uji Pemahaman, Prasyarat Pembelajaran

31-38

6. Penerapan Konsep Laju Reaksi

Klik Sains, Web Kimia, Main Fact, Eksplorasi Kimia, Uji Pemahaman, Peduli pada Dunia, Sang Ilmuan

39-52

Berdasarkan tabel 7 dapat kita lihat pengembangan

yang dilakukan pada bahan ajar kimia inovatif berbasis

multimedia. Pada sub pokok materi molaritas,

pengembangannya adalah klik sains artinya pada bahan ajar

tertera kata kunci untuk belajar online yang dapat

memudahkan siswa dalam belajar dan terasa menyenangkan,

solusi praktis artinya pada bahan ajar dilengkapi cara

menjawab soal-soal olimipade tingkat nasional ataupun

internasional yang menjadikan berpikir lebih kritis, Main fact

artinya pada bahan ajar dilengkapi fakta penting dari setiap

sub pokok materi yang memudahkan siswa mengingatnya, uji

pemahaman artinya pada setiap akhir sub pokok materi di

dalam bahan ajar terdapat soal-soal yang dapat menguji

pemahaman siswa, dan prasyarat pembelajaran artinya pada

bahan ajar terdapat hal yang harus dikuasai terlebih dahulu

untuk lebih memudahkan dalam memahami sub pokok materi

selanjutnya.

Pada sub pokok materi konsep laju reaksi,

pengembangannya adalah klik sains artinya pada bahan ajar

tertera kata kunci untuk belajar online yang dapat

memudahkan siswa dalam belajar dan terasa menyenangkan,

Main fact artinya pada bahan ajar dilengkapi fakta penting

dari setiap sub pokok materi yang memudahkan siswa

mengingatnya, dan uji pemahaman artinya pada setiap akhir

Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 73

sub pokok materi di dalam bahan ajar terdapat soal-soal yang

dapat menguji pemahaman siswa.

Pada sub pokok materi persamaan laju reaksi dan orde

reaksi, pengembangannya adalah klik sains artinya pada

bahan ajar tertera kata kunci untuk belajar online yang dapat

memudahkan siswa dalam belajar dan terasa menyenangkan,

solusi praktis artinya pada bahan ajar dilengkapi cara

menjawab soal-soal olimipade tingkat nasional ataupun

internasional yang menjadikan berpikir lebih kritis, Main fact

artinya pada bahan ajar dilengkapi fakta penting dari setiap

sub pokok materi yang memudahkan siswa mengingatnya, uji

pemahaman artinya pada setiap akhir sub pokok materi di

dalam bahan ajar terdapat soal-soal yang dapat menguji

pemahaman siswa, dan prasyarat pembelajaran artinya pada

bahan ajar terdapat hal yang harus dikuasai terlebih dahulu

untuk lebih memudahkan dalam memahami sub pokok materi

selanjutnya.

Pada sub pokok materi faktor-faktor yang

mempengaruhi laju reaksi, pengembangannya adalah klik

sains artinya pada bahan ajar tertera kata kunci untuk belajar

online yang dapat memudahkan siswa dalam belajar dan

terasa menyenangkan, Main fact artinya pada bahan ajar

dilengkapi fakta penting dari setiap sub pokok materi yang

memudahkan siswa mengingatnya, Eksplorasi Kimia artinya

pada bahan ajar dipaparkan hal-hal yang dapat dipraktekkan

dan diaplikasikan dari materi yang dipelajari sehingga siswa

lebih tertarik untuk mendalaminya, uji pemahaman artinya

pada setiap akhir sub pokok materi di dalam bahan ajar

terdapat soal-soal yang dapat menguji pemahaman siswa ,

dan Kupas Tuntas artinya pada bahan ajar dilengkapai

dengan langkah-langkah untuk melakukan praktikum yang

74 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia

sesuai dengan sub pokok materi yang dipelajari sehingga

siswa lebih tertarik dan bersemangat dalam mempelajarinya.

Pada sub pokok materi teori tumbukan,

pengembangannya adalah klik sains artinya pada bahan ajar

tertera kata kunci untuk belajar online yang dapat

memudahkan siswa dalam belajar dan terasa menyenangkan,

solusi praktis artinya pada bahan ajar dilengkapi cara

menjawab soal-soal olimipade tingkat nasional ataupun

internasional yang menjadikan berpikir lebih kritis, Main fact

artinya pada bahan ajar dilengkapi fakta penting dari setiap

sub pokok materi yang memudahkan siswa mengingatnya, uji

pemahaman artinya pada setiap akhir sub pokok materi di

dalam bahan ajar terdapat soal-soal yang dapat menguji

pemahaman siswa, dan prasyarat pembelajaran artinya pada

bahan ajar terdapat hal yang harus dikuasai terlebih dahulu

untuk lebih memudahkan dalam memahami sub pokok materi

selanjutnya.

Pada sub pokok materi penerapan laju reaksi,

pengembangannya adalah klik sains artinya pada bahan ajar

tertera kata kunci untuk belajar online yang dapat

memudahkan siswa dalam belajar dan terasa menyenangkan,

web kimia artinya pada bahan ajar dilengkapi alamat web

yang dapat membantu siswa memahami sub pokok materi

dariinternet sehingga siswa lebih tertarik untuk mempelajari,

Main fact artinya pada bahan ajar dilengkapi fakta penting

dari setiap sub pokok materi yang memudahkan siswa

mengingatnya, uji pemahaman artinya pada setiap akhir sub

pokok materi di dalam bahan ajar terdapat soal-soal yang

dapat menguji pemahaman siswa, prasyarat pembelajaran

artinya pada bahan ajar terdapat hal yang harus dikuasai

terlebih dahulu untuk lebih memudahkan dalam memahami

Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 75

sub pokok materi selanjutnya, Peduli pada Dunia artinya pada

bahan ajar terdapat informasi penerapan materi di dalam

kehidupan maupun industri sehingga siswa lebih tertarik

dengan melihat langsung aplikasinya, dan Sang Ilmuan

artinya pada bahan ajar dilengkapi tokoh ilmuan yang

berperan dalam penemuan ilmu yang sesuai denga materi

sehingga siswa dapat termotivasi dalam pembelajaran.

H. Inovasi Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif

Berbasis Multimedia pada Materi Laju Reaksi

Setelah semua komponen diintegrasikan, bahan ajar

di kemas dalam bentuk e-book dengan bantuan software

flipbook maker. Flipbook maker merupakan aplikasi yang

digunakan untuk membuat bahan ajar dalam bentuk e-book.

Tampilan bahan ajar dapat disesuaikan dengan kebutuhan

pengguna, seperti ukuran tampilan, suara, serta video

pembelajaran yang ingin dimasukkan ke dalam bahan ajar. Di

dalam e-book terdapat bagian-bagian yang dapat membantu

guru dan siswa dalam menggunakan bahan ajar, seperti

Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD), indikator,

tujuan pembelajaran, peta konsep, sintaks model Problem

Based Learning (PBL), video animasi, video praktikum yang

sesuai dengan materi laju reaksi, tugas di setiap sub pokok

materi, lembar kerja siswa, rangkuman, soal evaluasi di akhir

bab, glosarium, indeks serta tabel periodik unsur. Inovasi

pengembangan bahan ajar kimia inovatif berbasis multimedia

pada materi laju reaksi dapat dilihat pada Tabel 8

76 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia

Tabel 8 Inovasi Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia pada Materi Laju Reaksi

No. Sub Pokok

Materi Inovasi yang dilakukan Hal.

1. Molaritas Model Problem Based Learning (PBL), metode pembelajaran (demonstrasi, latihan dan diskusi), video animasi, video demonstrasi, lembar kerja siswa, serta soal evaluasi pada akhir bab. Materi disusun dalam bentuk hard copy dan e-book.

2-5

2. Konsep Laju Reaksi

Model Problem Based Learning (PBL), metode pembelajaran (demonstrasi, latihan dan diskusi), video animasi, video demonstrasi, lembar kerja siswa, serta soal evaluasi pada akhir bab. Materi disusun dalam bentuk hard copy dan e-book.

6-15

3.

Persamaan Laju Reaksi dan Orde Reaksi

Model Problem Based Learning (PBL), metode pembelajaran (demonstrasi, praktikum, latihan dan diskusi), video animasi, video demonstrasi, lembar kerja siswa, serta soal evaluasi pada akhir bab. Materi disusun dalam bentuk hard copy dan e-book.

16-20

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi

Model Problem Based Learning (PBL), metode pembelajaran (demonstrasi, praktikum, latihan dan

21-30

Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 77

diskusi), video animasi, video demonstrasi, lembar kerja siswa, serta soal evaluasi pada akhir bab. Materi disusun dalam bentuk hard copy dan e-book.

5. Teori Tumbukan

Model Problem Based Learning (PBL), metode pembelajaran (demonstrasi, praktikum, latihan dan diskusi), video animasi, video demonstrasi, lembar kerja siswa, serta soal evaluasi pada akhir bab. Materi disusun dalam bentuk hard copy dan e-book.

31-38

6. Penerapan Konsep Laju Reaksi

Model Problem Based Learning (PBL), metode pembelajaran (latihan dan diskusi), video animasi, video demonstrasi, lembar kerja siswa, serta soal evaluasi pada akhir bab. Materi disusun dalam bentuk hard copy dan e-book.

39-52

Gambar 2 merupakan tampilan bahan ajar bagian

cover. Tampilan tersebut disesuaikan dengan tampilan yang

kita inginkan.pada bahan ajar kimia inovatif yang telah

dikembangkan dilengkapi dengan Kompetensi Inti (KI),

Kompetensi Dasar (KD) serta tujuan pembelajaran yang dapat

dilihat dengan menekan tombol next atau play pada bagian

bawah tampilan e-book. Tombol next digunakan untuk

membuka halaman demi halaman dari bahan ajar sesuai

78 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia

dengan keinginan kita, sedangkan tombol play digunakan

untuk membuka halaman demi halaman secara otomatis

hanya dengan satu kali penekanan.

Gambar 2 Tampilan halaman depan bahan ajar kimia inovatif berbasis multimedia dalam bentuk e-book

Sebelum mempelajari bahan ajar, dibagian awal bab

dilengkapi dengan peta konsep dan gambar yang

berhubungan dengan materi yang akan dipelajari, yang dapat

dilihat pada Gambar 3 Gambar yang ditampilkan merupakan

gambar yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari

agar siswa mengetahui bahwa materi yang akan dipelajari

banyak manfaatnya di dalam kehidupan sehari-hari. Selain

itu, dibagian kiri bagian awal bab dilengkapi dengan urutan

sub-sub materi yang akan dipelajari pada materi laju reaksi

serta model Problem Based Learning (PBL) yang dapat

digunakan guru dalam mengajarkan materi laju reaksi.

Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 79

Gambar 3 Tampilan bagian awal bab padabahan ajar kimia inovatif berbasis multimedia dalam bentuk e-book

Tampilan setiap halaman dibuat menarik dengan

variasi warna agar siswa tidak jenuh membaca dan

mempelajari bahan ajar kimia inovatif berbasis multimedia.

Bahan ajar juga dilengkapi dengan video yang relevan dengan

materi laju reaksi untuk mempermudah siswa dalam

memahami materi pada bahan ajar, yang dapat dilihat pada

Gambar 4 Video yang dimasukkan ke dalam bahan ajar

berupa video animasi dan video praktikum sederhana yang

dapat dilakukan siswa sehingga siswa dapat lebih memahami

materi. Selain itu, bahan ajar juga dilengkapi gambar-gambar

yang relevan dengan materi, seperti gambar ilmuan untuk

meningkatkan daya tarik siswa terhadap bahan ajar. Dengan

adanya bahan ajar kimia inovatif berbasis multimedia dalam

bentuk e-book akan memudahkan siswa belajar atau

mengerjakan tugas secara mandiri tanpa harus membawa

buku kemana-mana. Selain itu, siswa juga dapat mengulang-

ulang mempelajari bahan ajar tersebut sehingga

pembelajaran menjadi lebih mudah dan menyenangkan.

80 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia

Gambar 4 Tampilan video animasi yang sesuai dengan materi laju reaksi di dalam e-book

Dalam pengembangan bahan ajar ini diberikan

beberapa gambar mengenai contoh peranannya. Dengan

demikian, siswa dapat tertarik untuk membacanya dan

pembelajaran kimia sangat menyenangkan, kata-kata

motivasi dan situs web yang dapat dikunjungi untuk

perdalaman materi. Bentuk fisik buku tersebut berukuran A4,

diberikan berbagai warna untuk memudahkan siswa

mengenali konsep-konsep yang penting.

Dengan mengacu pada materi SMA/MA Kelas XI

Semester 1 yang didasarkan pada Kompetensi Inti (KI) yang

terdapat pada Kompetensi Dasar (KD) Kurikulum 2013, maka

bahan ajar kimia hasil pengembangan pada materi laju reaksi

terdiri atas, 15 judul sub pokok bahasan, disertai video

praktikumdan video animasi. Keseluruhan isi buku dibuat

menjadi buku elektronik (flipbook) yang dapat dilihat

menggunakan adobe reader dan sejenisnya karena disimpan

dalam bentuk soft copy.

Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 81

I. Hasil Validasi Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis

Multimedia pada Materi Laju Reaksi yang Telah

Dikembangkan

Tahap selanjutnya adalah tahap validasi. Pada tahap

ini, bahan ajar kimia inovatif berbasis multimedia pada materi

laju reaksi yang telah dikembangkan divalidasi menggunakan

standar kelayakan Badan Standar Nasional Pendidkan (BSNP)

oleh dosen kimia dengan kriteria pendidikan minimal S2 dan

memiliki pengalaman mengajar 5 tahun, serta guru kimia baik

di sekolah negeri maupun swasta dengan kriteria pendidikan

minimal S1 dan memiliki pengalaman mengajar minimal 3

tahun.

Penilaian bahan ajar kimia inovatif berbasis

multimedia pada materi laju reaksi diperoleh berdasarkan

penilaian 20 orang guru kimia dan 2 orang dosen kimia

sebagai validator ahli. Terdapat 3 aspek penilaian terhadap

bahan ajar kimia inovatif berbasis multimedia pada materi

laju reaksi yang telah dikembangkan, yaitu: kelayakan isi,

kelayakan bahasa, dan kelayakan penyajian dengan

menggunakan Skala Likert, yaitu dengan kriteria 5 = sangat

baik, 4 = baik, 3 = cukup baik, 2 = kurang baik, dan (1) tidak

baik.

Penilaian terhadap bahan ajar kimia inovatif berbasis

multimedia pada materi laju reaksi yang telah dilakukan oleh

20 orang guru kimia dan 2 orang dosen kimia sebagai

validator ahli yang terdiri dari aspek kelayakan isi, kelayakan

bahasa, dan kelayakan penyajian.

Aspek Kelayakan Isi

Hasil penilaian terhadap bahan ajar kimia inovatif

berbasis multimedia yang telah dikembangkan pada materi

82 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia

laju reaksi berdasarkan aspek kelayakan isi yang terdiri dari 7

komponen penilaian dapat dilihat pada Tabel 4.8.

Berdasarkan Tabel 4.8. terdapat 7 komponen

penilaian pada aspek kelayakan isi, yaitu cakupan materi

memiliki rata-rata sebesar 4,03 adalah valid, artinya layak

dan tidak perlu direvisi; keakuratan materi memiliki rata-rata

sebesar 4,17 adalah valid, artinya layak dan tidak perlu

direvisi; kemuktahiran memiliki rata-rata sebesar 4,27 adalah

sangat valid, artinya sangat layak dan tidak perlu direvisi;

mengandung wawasan produktifitas memiliki rata-rata

sebesar 4,20 adalah valid, artinya layak dan tidak perlu

direvisi; merangsang keingintahuan (curiosity) memiliki rata-

rata sebesar 3,97 adalah valid, artinya layak dan tidak perlu

direvisi; mengembangkan kecakapan hidup (life skills)

memiliki rata-rata sebesar 4,27 adalah sangat valid, artinya

sangat layak dan tidak perlu direvisi; mengembangkan

wawasan keindonesiaan dan kontekstual memiliki rata-rata

sebesar 4,37 adalah valid, artinya layak dan tidak perlu

direvisi.

Tabel 9 Hasil penilaian terhadap bahan ajar kimia inovatif berbasis multimedia pada materi laju reaksi yang telah dikembangkan

berdasarkan aspek kelayakan isi menurut dosen kimia (A) dan guru kimia (B). Nilai rata-rata merupakan kelompok responden (total 22

responden)

No. Komponen Aspek

Kelayakan Isi

Pendapat responden terhadap bahan ajar

A

(n = 2)

B

(n = 20) Rata-rata

1. Cakupan materi 4,00 4,05 4,03

2. Keakuratan materi 4,25 4,08 4,17

3. Kemuktahiran 4,50 4,03 4,27

Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 83

4. Mengandung wawasan produktifitas

4,13 4,26 4,20

5. Merangsang keingintahuan (curiosity)

4,00 3,93 3,97

6. Mengembangkan kecakapan hidup (life skills)

4,38 4,16 4,27

7.

Mengembangkan wawasan keindonesiaan dan kontekstual

4,50 4,23 4,37

Rata-rata 4,26 4,12 4,19

Keterangan: n= jumlah responden (validator)

Berdasarkan hasil penilaian terhadap bahan ajar

kimia inovatif berbasis multimedia yang telah dikembangkan

pada aspek kelayakan isi secara keseluruhan memiliki rata-

rata sebesar 9 adalah valid, artinya bahan ajar kimia inovatif

berbasis multimedia pada materi laju reaksi yang telah

dikembangkan pada aspek kelayakan isi layak untuk

digunakan dan tidak perlu direvisi. Hasil perhitungan

penilaian terhadap bahan ajar kimia inovatif berbasis

multimedia yang telah dikembangkan berdasarkan aspek

kelayakan isi data selengkapnya.

84 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia

Aspek Kelayakan Bahasa

Hasil penilaian terhadap bahan ajar kimia inovatif

berbasis multimedia yang telah dikembangkan pada materi

laju reaksi berdasarkan aspek kelayakan bahasa yang terdiri

dari 7 komponen penilaian dapat dilihat pada Tabel 10

Tabel 10 Hasil penilaian terhadap bahan ajar kimia inovatif berbasis multimedia pada materi laju reaksi yang telah dikembangkan

berdasarkan aspek kelayakan bahasa menurut dosen kimia (A) dan guru kimia (B). Nilai rata-rata merupakan kelompok responden (total

22 responden)

No. Komponen Aspek Kelayakan

Bahasa

Pendapat responden terhadap bahan ajar

A

(n = 2)

B

(n= 20)

Rata-rata

1. Sesuai dengan perkembangan peserta didik

4,00 4,40 4,20

2. Komunikatif 4,50 4,33 4,42

3. Dialogis dan Interaktif 4,00 4,23 4,12

4. Lugas 4,00 4,13 4,07

5. Koherensi dan keruntutan alur pikir

4,50 4,35 4,43

6. Kesesuaian dengan kaidah Bahasa Indonesia yang benar

4,25 4,18 4,22

7. Penggunaan istilah dan simbol/lambang

4,25 4,08 4,17

Rata-rata 4,23 4,25 4,24

Keterangan: n= jumlah responden (validator)

Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 85

Berdasarkan Tabel 10 terdapat 7 komponen penilaian

pada aspek kelayakan bahasa, yaitu sesuai dengan

perkembangan peserta didik memiliki rata-rata sebesar 4,20

adalah valid, artinya layak dan tidak perlu direvisi;

komunikatif memiliki rata-rata sebesar 4,42 adalah sangat

valid, artinya sangat layak dan tidak perlu direvisi; dialogis

dan interaktif memiliki rata-rata sebesar 4,12 adalah valid,

artinya layak dan tidak perlu direvisi; lugas memiliki rata-rata

sebesar 4,07 adalah valid, artinya layak dan tidak perlu

direvisi; koherensi dan keruntutan alur pikir memiliki rata-

rata sebesar 4,43 adalah sangat valid, artinya sangat layak

dan tidak perlu direvisi; kesesuaian dengan kaidah Bahasa

Indonesia yang benar memiliki rata-rata sebesar 4,22 adalah

sanagt valid, artinya sangat layak dan tidak perlu direvisi;

penggunaan istilah dan simbol/lambang memiliki rata-rata

sebesar 4,17 adalah valid, artinya layak dan tidak perlu

direvisi.

Berdasarkan hasil penilaian terhadap bahan ajar

kimia inovatif berbasis multimedia pada materi laju reaksi

yang telah dikembangkan pada aspek kelayakan bahasa

secara keseluruhan memiliki rata-rata sebesar 4,24 adalah

sangat valid, artinya bahan ajar kimia inovatif berbasis

multimedia yang telah dikembangkan pada materi laju reaksi

pada aspek kelayakan bahasa sangat layak untuk digunakan

dan tidak perlu direvisi. Hasil perhitungan penilaian terhadap

bahan ajar kimia inovatif berbasis multimedia yang telah

dikembangkan berdasarkan aspek kelayakan bahasa.

86 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia

Aspek Kelayakan Penyajian

Hasil penilaian terhadap bahan ajar kimia inovatif

berbasis multimedia yang telah dikembangkan pada materi

laju reaksi berdasarkan aspek kelayakan penyajian yang

terdiri dari 3 komponen penilaian dapat dilihat pada Tabel

4.11

Tabel 11 Hasil penilaian terhadap bahan ajar kimia inovatif berbasis multimedia pada materi laju reaksi yang telah dikembangkan

berdasarkan aspek kelayakan penyajian menurut dosen kimia (A) dan guru kimia (B). Nilai rata-rata merupakan kelompok responden

(total responden 22)

No. Komponen Aspek Kelayakan

Penyajian

Pendapat responden terhadap bahan ajar

A

(n = 2)

B

(n= 20) Rata-rata

1. Teknik penyajian 4,25 4,34 4,30

2. Pendukung penyajian materi 4,67 4,32 4.50

3. Penyajian pembelajaran 4,50 4,48 4,49

Rata-rata 4,41 4,39 4,40

Keterangan: n= jumlah responden (validator)

Berdasarkan Tabel 11 terdapat 3 komponen penilaian

pada aspek kelayakan isi, yaitu teknik penyajian memiliki

rata-rata sebesar 4,30 adalah sangat valid, artinya sangat

layak dan tidak perlu direvisi; pendukung penyajian materi

memiliki rata-rata sebesar 4,50 adalah sangat valid, artinya

sangat layak dan tidak perlu direvisi; penyajian pembelajaran

memiliki rata-rata sebesar 4,49 adalah sangat valid, artinya

sangat layak dan tidak perlu direvisi.

Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 87

Berdasarkan hasil penilaian terhadap bahan ajar

kimia inovatif berbasis multimedia yang telah dikembangkan

pada aspek kelayakan penyajian secara keseluruhan memiliki

rata-rata sebesar 4,40 adalah sangat valid, artinya bahan ajar

kimia inovatif berbasis multimedia pada materi laju reaksi

yang telah dikembangkan pada aspek kelayakan penyajian

sanagat layak untuk digunakan dan tidak perlu direvisi. Hasil

perhitungan penilaian terhadap bahan ajar kimia inovatif

berbasis multimedia yang telah dikembangkan berdasarkan

aspek kelayakan penyajian.

Secara keseluruhan, hasil penilaian terhadap bahan

ajar kimia inovatif berbasis multimedia pada materi laju

reaksi yang telah dilakukan oleh 20 orang guru kimia dan 2

orang dosen kimia sebagai validator ahli yang terdiri dari

aspek kelayakan isi, kelayakan bahasa, dan kelayakan

penyajian dapat dilihat pada Tabel 12

Tabel 12 Hasil penilaian terhadap bahan ajar kimia inovatif berbasis multimedia pada materi laju reaksi yang telah dikembangkan

berdasarkan BSNP menurut dosen kimia (A) dan guru kimia (B). Nilai rata-rata merupakan kelompok responden (total 22 responden)

No. Aspek Penilaian

Pendapat responden terhadap

bahan ajar

A B

Rata-rata

(n = 2) (n= 20)

1. Kelayakan Isi 4,26 4,12 4,19

2. Kelayakan Bahasa 4,23 4,25 4,24

3. Kelayakan Penyajian 4,41 4,39 4,40

88 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia

Rata-rata Total 4,30 4,25 4,28

Keterangan: n = jumlah responden (validator)

Berdasarkan Tabel 12 diperoleh hasil penilaian

terhadap bahan ajar kimia inovatif berbasis multimedia pada

materi laju reaksi yang telah dikembangkan secara

keseluruhan memiliki rata-rata sebesar 4,28 adalah valid,

artinya bahan ajar kimia inovatif berbasis multimedia pada

materi laju reaksi yang telah dikembangkan layak digunakan

dan tidak perlu direvisi. Hasil perhitungan penilaian terhadap

bahan ajar kimia inovatif berbasis multimedia yang telah

dikembangkan secaara keseluruhan.

J. Hasil Validasi Multimedia Pembelajaran yang Telah

Dikembangkan pada Materi Laju Reaksi

Penilaian terhadap multimedia pembelajaran yang

telah dikembangkan pada materi laju reaksi diperoleh

berdasarka penilaian dosen media sebagai validator ahli

terhadap 10 indikator penilaian. Hasil penilaian dosen media

terhadap multimedia pembelajaran yang telah dikembangkan

pada materi laju reaksi dapat dilihat pada Tabel 13

Berdasarkan tabel diatas terdapat sepuluh indikator

penilaian pada aspek proposional layout (tata letak teks dan

gambar), kesesuaian pemilihan background, kesesuaian

proporsi warna, kesesuaian pemilihan jenis huruf, kesesuaian

pemilihan ukuran huruf, kejelasan suara, kemenarikan sajian

animasi dan kejelasan tampilan video masing-masing

memiliki rata-rata 4,00 adalah valid (layak) dan tidak perlu

direvisi. Sedangkan pada aspek kesesuaian animasi dengan

Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 89

materi dan kesesuaian video dengan materi masing-masing

memiliki rata-rata 3,50 adalah valid (layak) dan tidak perlu

direvisi.

Tabel 13 Hasil penilaian dosen media terhadap multimedia pembelajaran yang telah dikembangkan pada materi laju reaksi

No. Indikator Penilaian Multimedia

Pembelajaran

Rata-rata Skor

(n = 2)

1. Proposional layout (tata letak teks dan gambar)

4,00

2. Kesesuaian pemilihan background 4,00

3. Kesesuaian proporsi warna 4.00

4. Kesesuaian pemilihan jenis huruf 4.00

5. Kesesuaian pemilihan ukuran huruf 4,00

6. Kejelasan suara 4.00

7. Kemenarikan sajian animasi 4,00

8. Kesesuaian animasi dengan materi 3,50

9. Kesesuaian video dengan materi 3,50

10. Kejelasan tampilan video 4,00

Rata-rata 3,90

Keterangan : n = jumlah responden (valiator)

Secara keseluruhan, hasil penilaian terhadap

multimedia pembelajaran yang telah dikembangkan pada

aspek tampilan multimedia pembelajaran memiliki rata-rata

3,95 adalah valid, artinya multimedia pembelajaran yang

telah dikembangkan pada aspek tampilan multimedia

90 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia

pembelajaran telah layak untukdigunakan dan tidak perlu

direvisi. Hasil selengkapanya.

K. Hasil Uji Coba Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis

Multimedia pada Materi Laju Reaksi yang Telah

Dikembangkan

Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa

yang diajarkan menggunakan bahan ajar kimia inovatif

berbasis multimedia pada materi laju reaksi yang telah

dikembangkan dilakukan penelitian terhadap siswa SMA

Kelas XI. Penelitian ini dilakukan di 3 sekolah yang dipilih

secara purporsive sampling, yaitu SMA Negeri 3 Medan, SMA

Negeri 6 Medan dan SMA Methodist 2 Medan. Penelitian di

masing-masing sekolah melibatkan 2 kelas dimana 1 kelas

dijadikan sebagai kelas eksperimen yang diajarkan dengan

menggunakan bahan ajar kimia inovatif berbasis multimedia

dan 1 kelas lainnya dijadikan sebagai kelas kontrol yang

diajarkan tanpa menggunakan bahan ajar kimia inovatif

berbasis multimedia (buku pegangan siswa yang dipakai di

sekolah). Pada masing-masing kelas terlebih dahulu diberikan

test awal (pretest) yang bertujuan untuk mengetahui

kemampuan awal siswa, sedangkan posttest dilakukan setelah

siswa diberikan perlakuan.

Setelah prasyarat analisis data terpenuhi baik

normalitas dan homogenitas data, maka dapat dilakukan uji

hipotesis. Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji-t satu

pihak menggunakan teknik Independent Sample t-test. Hasil

pengujian hipotesis untuk masing-masing sekolah dapat di

lihat pada Tabel 14

Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 91

Tabel 14 Hasil uji hipotesis

Hipotesis Sig. α thitung Kesimpulan

Hasil belajar siswa yang

menggunakan bahan ajar

kimia inovatif berbasis

multimedia pada materi

laju reaksi lebih tinggi

dibandingkan dengan hasil

belajar siswa yang

menggunakan buku ajar

pegangan siswa.

0,000 0,05 11,881 Ha diterima

Dari Tabel 14 dapat dilihat signifikansi dan nilai thitung.

Ha diterima jika sig. < α (0,05) dan thitung > ttabel dan sekaligus

menolak Ho.

Berdasarkan perhitungan data, diperoleh nilai sig.

(0,000) < α (0,05) dan thitung > tttabel (11,881 > 1,97338) yang

berarti Ha diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa

peningkatan hasil belajar siswa yang menggunakan bahan

ajar kimia inovatif berbasis multimedia pada materi laju

reaksi lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar siswa

yang menggunakan buku pegangan siswa. Hasil perhitungan

uji hipotesis data selengkapnya.

92 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia

L. Efektifitas Penggunaan Bahan Ajar Kimia Inovatif

Berbasis Multimedia pada Materi Laju Reaksi yang

Telah Dikembangkan

Untuk mengetahui efektivitas hasil belajar dapat

dihitung peningkatan hasil belajar dari nilai gain pada kelas

kelas eksperimen dan kelas kontrol. Persen peningkatan hasil

belajar siswa diperoleh berdasarkan persen nilai rata-rata

gain (data gain untuk masing-masing kelompok sampel di

setiap sekolah), dirumuskan: % Peningkatan Hasil Belajar =

Rata-rata Gain x 100%

Persen peningkatan hasil belajar siswa untuk masing-

masing kelompok sampel di setiap sekolah dapat dilihat pada

Tabel 15

Tabel 15 Hasil persen peningkatan hasil belajar siswa untuk masing-masing kelompok sampel di setiap sekolah

Sekolah Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Rata-rata Gain % Gain

Rata-rata Gain % Gain

SMA Negeri 6 Medan 0,69 69% 0,52 52%

SMA Negeri 3 Medan 0,71 71% 0,48 48%

SMA Methodist 2 Medan

0,70 70% 0,54 54%

Berdasarkan Tabel 15 diperoleh bahwa persen

peningkatan hasil belajar siswa kelas eksperimen yang

menggunakan bahan ajar kimia inovatif berbasis multimedia

lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol yang tidak

Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 93

menggunakan bahan ajar kimia inovatif berbasis multimedia

(menggunakan buku pegangan siswa).

M. Pengaruh Penggunaan Bahan Ajar Kimia Inovatif

Berbasis Multimedia pada Materi Laju Reaksi yang

Telah Dikembangkan terhadap Motivasi Belajar

Siswa

Pengukuran terhadap motivasi belajar siswa pada

materi laju reaksi dilakukan dengan cara meminta siswa kelas

eksperimen untuk mengisi angket motivasi. Hasil pengukuran

terhadap motivasi belajar siswa yang menggunakan bahan

ajar kimia inovatif berbasis multimedia dapat dilihat pada

Tabel 16

Tabel 16 Hasil pengukuran terhadap motivasi belajar siswa yang menggunakan bahan ajar kimia inovatif berbasis multimedia

Sekolah Kelas Eksperimen Kelas Kontol

SMA Negeri 6 Medan 69,6 62,63

SMA Negeri 3 Medan 69,51 63,6

SMA Methodist 2 Medan

68,52 63,72

Motivasi belajar siswa diplot terhadap hasil belajar

siswa untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol pada Gambar

5

94 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia

Gambar 5 Hubungan antara motivasi belajar dan hasil belajar: ( ) adalah plot korelasi menggunakan bahan ajar kimia inovatif berbasis

multimedia, dan ( ) adalah plot korelasi menggunakan buku ajar pegangan siswa

Berdasarkan grafik pada Gambar 5 pada kelas

eksperimen diperoleh hubungan positif antara motivasi

belajar dan hasil belajar (R2 = 0.959) sedangkan pada kelas

kontrol (R2 = 0,855). Hasil ini meyakinkan bahwa motivasi

belajar siswa terhadap hasil belajar yang menggunakan bahan

ajar inovatif berbasis multimedia pada materi laju reaksi (R2 =

95,9%) lebih tinggi dibandingkan dengan motivasi belajar

siswa terhadap hasil belajar menggunakan buku ajar

pegangan siswa (R2 = 85,55%). Hasil perhitungan motivasi

belajar siswa di setiap sekolah pada kelas eksperimen dan

kelas kontrol.

y = 0.8042x + 12.822 R² = 0.9597

y = 0.6574x + 21.758 R² = 0.8558

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

0 20 40 60 80 100

Moti

vasi

Bela

jar

Sis

wa

Hasil Belajar Siswa Linear…Linear…

Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 95

Pengembangan bahan ajar kimia inovatif berbasis

multimedia pada materi laju reaksi telah berhasil

dikembangkan yang terdiri dari 6 sub pokok materi, yaitu

Kemolaran, meliputi Pengertian molaritas dan Membuat

larutan; Konsep laju reaksi, meliputi Pengertian laju reaksi

dan Hubungan laju reaksi dengan koefisien reaksi; Persamaan

laju reaksi dan orde reaksi, meliputi Persamaan laju reaksi,

orede reaksi, dan Menentukan persamaan laju reaksi; Faktor-

faktor yang mempengaruhi laju reaksi, meliputi Konsentrasi,

Luas permukaan, Suhu, Katalis; Teori tumbukan, meliputi

Energi aktivasi dan Hubungan teori tumbukan dengan faktor-

faktor yang mempengaruhi laju reaksi; Penerapan konsep laju

reaksi, meliputi Penerapan dalam kehidupan sehari-hari dan

Penerapan dalam industri. Pengembangan dilakukan

berdasarkan pengembangan Borg and Gall (R & D).

Penilaian terhadap bahan ajar kimia inovatif berbasis

multimedia pada materi laju reaksi yang telah dikembangkan

dalam penelitian ini dilakukan menggunakan Badan Standar

Nasional Pendidkan (BSNP). Dasar pengembangan bahan ajar

kimia inovatif berbasis multimedia pada materi laju reaksi

ialah berdasarkan hasil analisis peneliti terhadap buku ajar

kimia pada materi laju reaksi yang beredar dan digunakan

disekolah. Kekurangan-kekurangan serta usulan materi yang

belum dijelaskan dari buku ajar yang telah dianalisis tersebut

diperbaiki dan dikembangkan sehingga menjadi bahan ajar

inovatif berbasis multimedia pada materi laju reaksi. Inovasi

juga dilakukan dengan mengintegrasikan kegiatan

laboratorium, metode dan model pembelajaran, serta

multimedia pembelajaran. Pengintegrasian kegiatan

laboratorium dilakukan dengan tujuan agar siswa lebih

memahami materi yang disajikan di dalam bahan ajar. Metode

dan model pembelajaran usulan yang diintegrasikan dalam

96 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia

bahan ajar kimia inovatif, seperti metode demonstrasi,

metode latihan, metode praktikum dan metode diskusi.

Sedangkan untuk model pembelajaran ynag diintegrasikan ke

dalam bahan ajar adalah model Problem Based learning (PBL).

Penginterasian metode dan model pembelajaran

dipergunakan agar siswa lebih aktif dan termotivasi dalam

memahami pembelajaran. Selanjutnya, multimedia yang

diintegrasikan di dalam bahan ajar kimia inovatif berupa

electronic book (e-book) yang berisi materi laju reaksi,

gambar, grafik, video animasi serta video demonstrasi.

Pengadaan integrasi multimedia alam bahan ajar ini

bertujuan agar siswa tertarik mempelajarai materi kimia

terutama pada materi laju reaksi yang telah diinovasi

sehingga siswa dapat merasakan suasana belajar yang

berbeda dan dapat mempermudah siswa dalam mepelajarai

bahan ajar dimanapun berada (belajar secara mandiri).

Selanjutnya, standarisasi bahan ajar kimia inovatif

berbasi multimedia pada materi laju reaksi yang telah

dikembangkan, terdiri dari 3 aspek, yaitu kelayakan isi,

kelayakan bahasa, dan kelayakan penyajian. Berdasarkan

hasil penilaian bahan ajar kimia inovatif berbasis multimedia

pada materi laju reaksi yang telah dikembangkan, diperoleh

rata-rata keseluruhan 4,26 adalah valid (layak) dan tidak

perlu revisi. Untuk hasil penilaian terhadap multimedia

pembelajaran (e-book) oleh dosen media diperoleh rata-

ratapenilaian sebesar 3,90 adalah 3,90 adalah valid (layak)

untuk digunakan dan tidak perlu direvisi.

Setelah dilakukan pengembangan dan standarisasi

terhadap bahan ajar kimia inovatif berbasis multimedia pada

materi laju reaksi, maka dilakukan uji coba terhadap bahan

ajar kimia inovatif yang telah dikembangkan di 3 sekolah

Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 97

dimana pada masing-masing sekolah terdapat 2 kelompok

kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Sebelum

dilakukan uji coba, setiap kelas di setiap sekolah baik kelas

eksperimen maupun kelas kontrol diberi pretest untuk

melihat kemampuan awal dari masing-masing kelompok

sampel.

Selanjutnya, dilakukan uji normalitas dan uji

homogenitas terhadap data pretest yang diperoleh. Uji

normalitas berguna untuk melihat apakah data berdistribusi

normal atau tidak, dan uji homogenitas untuk melihat kedua

sampel berasal dari populasi yang homogen. Selanjutnya, uji

coba bahan ajar kimia inovatif berbasis multimedia pada

materi laju reaksi yang telah dikembangkan dilakukan dengan

memberikan bahan ajar kimia inovatif berbasis multimedia

yang telah dikembangkan kepada kelas eksperimen dalam

bentuk hardcopy dan e-book dan untuk kelas kontrol

menggunakan buku pegangan siswa. Selain itu, angket

motivasi juga diberikan kepada siswa kelas eksperimen guna

melihat motivasi belajar siswa setelah menggunakan bahan

ajar kimia inovatif berbasis multimedia yang telah

dikembangkan.

Setelah uji coba bahan ajar kimia inovatif berbasis

multimedia, selanjutnya dilakukan posttest untuk melihat

peningkatan hasil belajar siswa setelah menggunakan bahan

ajar kimia inovatif berbasis multimedia pada materi laju

reaksi yang telah dikembangkan.

Selanjutnya, data pretest dan posttes, gain dan

motivasi siswa diuji normalitasnya. Hasil uji normalitas

terhadap seluruh data menunjukkan bahwa seluruh data yang

diperoleh terdistribusi normal dengan nilai signifikan > 0,05.

Hasil uji homogenitas pada data pretest juga menunjukkan

98 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia

nilai signifikansi > 0,05, artinya kedua sampel berasal dari

populasi yang sama (homogen).

Selanjutnya dilakukan uji hipotesis. Hasil uji hipotesis

menunjukkan bahwa peningkatan hasil belajar siswa yang

menggunakan bahan ajar kimia inovatif berbasis multimedia

pada materi laju reaksi lebih tinggi dibandingkan hasil belajar

siswa yang menggunakan buku pegangan siswa dengan nilai

signifikansi (0,000) < α (0,05) dan thitung > tttabel (11,881 >

1,97338).

Hasil yang diperoleh sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Situmorang dkk (2015) yang memperoleh

keefektifan bahan ajar inovatif dalam meningkatkan daya

ingat siswa diketahui hasil belajar pada kelompok eksperimen

(99%) sedikit lebih tinggi di bandingkan kelompok kontrol

(98%). Sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan

bahan ajar kimia inovatif berbasis multimedia pada materi

laju reaksi lebih efektif dibandingkan penggunaan buku

pegangan siswa dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

Dengan menggunakan bahan ajar kimia inovatif

berbasis multimedia dapat meningkatkan daya ingat siwa

terhadap penguasan materi lebih tinggi dibandingkan

menggunakan buku ajar pegangan siswa. Hal ini dapat dilihat

pada 3 sampel penelitian menunjukkan tingkat efektivitas

pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan pada kelas

kontrol.

Berdasarkan perhitungan peningkatan hasil belajar

dan efektivitas di masing-masing sekolah, diperoleh persen

peningkatan hasil belajar yang menggunakan bahan ajar

kimia inovatif berbasis multimedia di SMA Negeri 6 Medan

sebesar 69% (kategori sedang), untuk siswa di SMA Negeri 3

Medan sebesar 71% (kategori tinggi), dan di SMA Methodist 2

Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 99

Medan 70% (kategori tinggi), sedangkan yang menggunakan

buku ajar pegangan siswa di SMANegeri 6 sebesar 52%

(kategori sedang), untuk siswa di SMA Negeri 3 Medan

sebesar 48% (kategori sedang), dan di SMA Methodist 2

Medan 54% (kategori sedang). Sehingga dapat disimpulkan

bahwa bahan ajar kimia inovatif berbasis multimedia pada

materi laju reaksi lebih efektif dalam meningkatkan hasil

belajar siswa dibandingkan pengunaan buku pengangan

siswa.

Berdasarkan hasil perhitungan angket motivasi

belajar siswa, komponen-komponen yang telah diintegrasikan

di dalam bahan ajar kimia inovatif berbasis multimedia

membuat siswa menjadi termotivasi untuk mempelajari

materi kimia. Hal ini ditunjukkan dengan kontribusi motivasi

belajar siswa terhadap hasil belajar yang menggunakan bahan

ajar inovatif berbasis multimedia pada materi laju reaksi (R2 =

95,9%) lebih tinggi dibandingkan dengan kontribusi motivasi

belajar siswa terhadap hasil belajar menggunakan buku ajar

pegangan siswa pada materi laju reaksi (R2 = 85,5%). Ini

berarti siswa sangat termotivasi untuk mempelajari materi

kimia setelah menggunakan bahan ajar kimia inovatif

berbasis multimedia pada materi laju reaksi yang telah

dikembangkan.

Dengan adaya bahan ajar inovatif berbasis multimedia

pada materi laju reaksi, siswa dapat mengulang contoh-

contoh soal dan cara penyelesaian soal sehingga siswa dapat

menggunakan waktu belajar mandiri lebih banyak. Keinginan

siswa untuk belajar kimia setelah menggunakan bahan ajar

inovatif berbasis multimedia yang telah dikembangkan

memberikan kontribusi dalam meningkatkan hasil belajar

siswa karena pergeseran dari pembelajaran yang berpusat

100 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia

pada guru (teacher teaching learning) menjadi pembelajaran

yang berpusat pada siswa (student center learning).

Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 101

DAFTAR PUSTAKA

Abed, E. R., and Al-Absi, M. M., (2015), Content Analysis of

Jordanian Elementry Textbooks during 1970-2003

as Case Study, International Education Studies 8(3):

159-166.

Abidin, Y., (2014), Desain Sistem Pembelajaran dalam Konteks

Kurikulum 2013, Penerbit Refika Aditama, Bandung.

Albers, C., (2009), Teaching: From Disappointment To

Ecstasy, Teaching Sociology; 37(3): 269-282.

Bentley. J.W., Mele, P.V., dan Acheampong, G.K., (2010),

Experimental By Nature: Rice Farmerin Ghana,

Humam Orgainzation 69(2): 129-138.

BSNP, (2006), Panduan KTSP Jenjang Pendidikan Dasar dan

Menengah, Depdiknas, Jakarta.

Burden, P. L., and Byrd, D. M., (1999), Methods for Effective

Teaching, Allyn and Bacon, Boston.

Carter, J. L., and Mayer, W. V., (1988), Reading Beyond the

Textbook: Great Books of Biology, Bioscience 38(7):

490-493.

Borg, W. R., and Gall, M. D., (1983), Educational Research: An

Introduction. 4th Ed. Longman, Inc, New York.

Chambliss, M. J., (2001), Analyzing Science Textbook Materials

to Determine how “Persuasive” They Are, Theory into

Practice 40(4): 255-264.

102 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia

Chang Lee, P., Ta Lin, Cheng., dan Hong Kang, H., (2015), The

Influence of Open Innovative Teaching Approach

Toward Student Satisfaction :a case of Si-Men

Primary School, Springer: Online Publisher.

Chang, R., (2004), Kimia Dasar: Konsep-konsep Inti Jilid 2 Edisi

Ketiga, Erlangga, Jakarta.

Corrigan, M.J., Bill, M.L., dan Slater, J.R., (2009), The

Development of a Subtance Abuse Curriculum in a

Master’s of Social Work Education 45(3):513-521.

Dimyati dan Modjiono, (2009), Belajar dan Pembelajaran,

Rineka Cipta, Jakarta.

Depdiknas, (2008), Panduan Pengembangan Bahan Ajar,

Depdiknas, Jakarta.

Dick, W., and Carey, L., (1978), The Systematics Design of

Instruction, Foresman Co, Illionois.

Dolan, E., (2009), Recent Research in Science Teaching and

Learning, CBE-Life Science Education 8(3): 162-164.

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, (2008),

Petunjuk Teknis Pengembangan Bahan Ajar,

Depdiknas, Jakarta.

Edginton, A., dan Holbrook, J., (2010), A Blended Learning

Approach to Teaching Basic Pharmacokinetic and

the Significance of Face-to-Face Interactin, American

Journal of Pharmaceutical Education; 74(5): 1-11.

Fastre, R. D. Dan Carlson, L. H., (1992), Learning to Teach with

Multimedia. T H E Journal, (online), 20 (2).

Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 103

Furgon, (2009), Kriteria Bahan Ajar: http://www.tek-

nologipendidikan.co.cc akses September 2015.

Garnett, P., Oliver, R., & Hackling, M., (1998), Design

interactive multimedia materials to support concept

development in beginning chemistry classes. In T.

Chan, A. Collins, & J. Lin (Eds.), Global education on

the Net: Proceedings of the 6th International

Conference on Computer in Education (pp. 141–144).

Beijing: China Higher Education Press, and

Heidelberg: Springer Verlag.

Good, J. J., Woodzicka, J. A., and Wingfield, L. C., (2010), The

Effects of Gender Stereotypic and Counter-

Stereotypic Image on Science Performnce, The

Journal of Social Psycology 150(2): 132-147.

Goto, K., Pelto, H., Pelletier, d.l., dan Tiffani, J.S., (2010),“It

Really Openend My Eyes” The Effcts On Youth Peer

Education Of Participanting in An Reasearch Project,

Human Organization; 69(2): 192-200.

Gravana, N. G., (2009), Creating Alternatives in Science,

Journal of Commercials Biotechnology 15(2): 161-

171.

Greene dan Petty, (1981), Developing Language Skill in The

Elementry Schools, Alyn and Bacon Inc, Boston, 504-

2.

Hackbarth, S,. (1996), The educational technology handbook: A

comprehensive Guide. Englewood Cliffs: Educational

Technology Publication, Inc.

104 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia

Hake,R.,(1998),AnalyzingChage/GainScores:http://www.physi

cs.indiana.edu/~sdi/AnalyzingChange-Gain.pdf

akses Nopember 2015)

Holliday, W. G., (2002, Selecting A Science Textbook, Science

Scope 25(4): 16-20.

Hosler, J., dan Boomer, K. B., (2011), Area Comic Books an

Effective Way to Engage Non Majors in Learning and

Appreciating Science?, CBE-Life Sciences Education

10: 309-317.

Isjoni., (2011), Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan

Kecerdasan Komunikasi antar Peserta Didik, Pustaka

Pelajar, Yogyakarta.

Jippers, E., Engelen, J.M.L., Brand, P.L.P., dan Oudkerk, M.,

(2010), Competency-based (canMEDS) Residensy

Training Programme Radiology: Systematic Desaign

Prosedure, Curriculum and Success Factor, Eur

Radiol 20(4): 967-977.

Karpen, M.E., Handerleiter, J., dan Schaertel, A., (2004),

Integrating computational chemistry into the

physical chemistry laboratory curriculum: A Wet

Lab/Dry Lab Approach, Journal of Chemical

Education 81: 475-477.

Kemdikbud., (2013), Bahan Sosialisasi Kurikulum 2013,

Depdiknas, Jakarta.

Koroghlanian, C., and Klein, J. D., (2004), The Effect of Audio

and Animation in

Multimedia Instruction. Journal of Educational

Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 105

Multimedia and

Hypermedia, 13(1): 24–46.

Kolluru, S., (2012), An Active-Learning Assignment Requiring

Pharmacy Students to Write Medicinal Chemistry

Examination Questions, American Journal of

Pharmaceutical Education 76(6): 1-7.

Kramer, I.M., Dahmani, H.R., Delouche, P., Bidabe, M., dan

Schneeberger, P., (2012), Education Catching up with

Science: Preparing Students for Three-Dimentional

Literacy in Cell Biology, CBE-Life Sciences Education

11: 437-447.

Kurniasih, I., dan Berlin, S., (2014), Panduan Membuat Bahan

Ajar Buku Teks Pelajaran Sesui dengan Kurikulum

2013, Kata Pena, Surabaya.

Labov, J. B., (2006), National and State Standar in Science and

Potential, influency on Undergraduate Science

Education, CBE Life Edu 5(3): 204-209.

Lagowsky, (2002), The Role Of The Laboratory In Chemical

Education. Texas. The University of Texas at Austin.

Lazarowictz, R., dan Tamir, P., (1994), Research on using

laboratory instruction in science: in D. Gabel (Ed),

Hand Book of Research on Science Teaching and

Learning, Macmillan, New York.

Mahdjoubi, L., and Rahman, M. A., (2012), Effects of

multimedia characteristics on novice CAD

(Computer-Aided Design), Architectural Engineering

and Design Management 8:214-225.

106 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia

Masruroh, S., (2014), Implementasi Pendekatan Scientific

pada Kurikulum 2013 untuk Meningkatkan

MotivasiBelajar Siswa pada Bidang Kompetensi

Teknologi Informasi dan Komunikasi. Prosiding

Konvensi APTEKINDO ke 7 FPTK UPI Bandung.

Mayer, R. E., (2003), The Promise of Multimedia Learning:

Using the Same Instructional Design MethodsAcross

Different Media, Learning and Instruction, 13: 125-

139.

Mayer, R. E., (2009), What Neurosurgeons Should Discover

About the Science

of Learning. Clinical Neurosurgery, 56: 57–65.

Meyer, M. J., (1996), Multimedia in the Classroom, Boston:

Allyn and Bacon.

Miswanda, S. S., (2010), Pengaruh Pengguanaan Metode

Preview, Question, Read, Summarize, and Test

Melalui Pendekatan Contextual Teaching and

Learning terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa, Jurnal

Inovasi Pendidikan Kimia, 4(1): 557-556.

Montelongo, J A., dan Herter, R.J., (2010), Using Technology to

Support Expository Reading and Writing in Science

Clases, Science Activities 47: 89-102

Moreno, R., and Mayer, R. E., (2000), A Coherence Effect in

Multimedia Learning:

The Case for Minimizing Irrelevant Sounds in The

Design of Multimedia

Instructional Messages. Journal of Educational

Psychology, 97: 117–125.

Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 107

Mulyasa, E., (2006), Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan,

Rosdakarya, Bandung.

Munthe, (2011), Analisis dan Standarisasi Buku Kimia Kelas x

Semester 1 Berdasarkan Standar Isi KTSP, Tesis,

Program Pascasarjana UNIMED, Medan.

Nugraha, D.A., (2013), Pengembangan Bahan Ajar Reaksi

Redoks Bervisi SETS Berorientasi Kontruktivistik,

Journal of Innovative Science Education 2(1):28.

Parulian, H. G., (2013), Pengembangan Buku Ajar Kimia

Inovatif untuk Kelas XI Semester II SMA/MA, Tesis,

Program Pascasarjana UNIMED, Medan.

Permendikbud, (2014), Peraturan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 59 Tahun

2014 Tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah

Atas/ Madrasah Aliyah, Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan, Jakarta.

Philips, R., (1997), A Practical Guide for Educational

Applications, Kogan Page limited, London.

Purba, Friska., (2015), Pengembangan Penuntun Praktikum

Kimia SMA Kelas XI Materi Laju Reaksi Sesuai dengan

Model Pembelajaran Penemuan dan Berbasis Proyek,

Tesis Prodi Pendidikan Kimia UNIMED, Medan

Prastowo, A., (2011), Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar

Inovatif, Diva Press, Jogjakarta.

Sadirman, S. A., Rahardjo, R., Haryono, A., dan Rahardjito.,

(1986), Media Pendidikan: Pengertian,

108 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia

Pengembangan dan Pemanfaatannya, Raja Grafindo

Persada, Jakarta.

Sadirman, S. A., (2003), Media Pendidikan, Raja Grafindo

Persada, Jakarta.

Sardiman, A. M., (2007), Interaksi dan Motivasi Belajar

Mengajar, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Saefuddin, Asis, (2014), Pembelajaran Efektif. Pt Remaja

Rosdakarya. Bandung.

Saefuddin, A., dan Berdiati, I., (2014), Pembelajaran Efektif, PT

Remaja Rosdakarya, Bandung.

Sani, R. A., (2013), Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi

Kurikulum 2013, Bumi Aksara, Jakarta.

Sanjaya, W., (2008), Strategi Pembelajaran Berorientasi

Standar Proses Pendidikan, Prenada Media, Jakarta.

Sanjaya, W., (2010), Strategi Pembelajaran Berorientasi

Standar Proses Pendidikan, Prenada Media, Jakarta.

Sa’ud, U.S., (2008), Inovasi Pendidikan, Bandung, AlfaBeta.

Setyosari, Pinaji, (2012), Metode Penelitian Pendidikan dan

Pengembangan, Kencana, Jakarta.

Silitonga, L.L., dan Situmorang, M., (2009), Evektifitas Media

Audivisual Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar

Siswa Pada Pengajaran Sistem Koloid, Journal

Pendidikan Kimia 1(1): 1-9.

Simatupang, N.I., and Situmorang, M., (2013), Innovation of

Senior High School Chemistry Textbook to Improve

Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 109

Students Achievement in Chemistry, Proceeding of

The 2nd International Conference of the Indonesian

Chemical Society 2013 October, 22-23th 2013, pp. 44-

52.

Sinambela, Pardomuan., (2013), Kurikulum 2013 Dan

Implementasinya Dalam Pembelajaran. Jurnal

Generasi Kampus vol 6. No. 2.

Siregar. E.J., Silaban, R., dan Mahmud, (2014), Pengaruh Model

Pembelajaran Berbasis Masalah Bermediakan

Internet terhadap Hasil Belajar dan Karakter

Jubermadita pada Materi Asam Basa Siswa SMA di

Kota Binjai, Jurnal Pendidikan Kimia, 6(1): 52-58.

Situmorang, H., dan Situmorang, M., (2009), Efektifitas Media

Audiovisualterhadap Peningkatan Pestasi Belajar

Siswa pada Pengajaran Materi dan Perubahannya,

Jurnal Pendidikan Matematika dan Sain 3(1): 45-51.

Situmorang, M., (2003), Efektifitas Model Pemelajaran

terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Mahasiswa

dalam Perkuliahan Kimia Analitik-1, Laporan Hasil

Penelitian, FMIPA Universitas Negeri Medan.

Situmorang, M., (2004), Inovasi Model-Model Pembelajaran

Bidang Sain untuk Meningkatkan Prestasi Belajar

Mahasiswa, Prosiding Konaspi V Surabaya Tahun

2004

Situmorang, M., dan Sinaga, M., (2006), inovasi Pembelajarn

pada Mata Kuliah Kimia Analitik II, Jurnal Pendidikan

Matematika dan Sain 1(2): 114-119.

110 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia

Situmorang, M., (2010), Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Untuk Mata Pelajaran Kimia (Dengan Suplemen),

Medan, Unimed.

Situmorang, M., (2013), Pengembangan Buku Ajar Kimia SMA

Melalui Inovasi Pembelajaran dan Integrasi

Pendidikan Karakter Untuk Meningkatkan Hasil

Belajar Siswa. Prosiding Seminar Dan Rapat Tahunan

BKS PTN Barat Bidang MIPA di Universitas Lampung.

Tgl 10-12 Mei 2013, Hal 237-246

Situmorang, M., dan Munthe, L.B., (2015), Pengembangan

Media Pembelajaran Untuk Meningkatkan Hasil

Belajar Pada Pengajaran Radioisotop, Prosiding

Seminar Dan Rapat Tahunan BKS PTN Barat Bidang

MIPA di Tanjungpura Pontianak, Tgl 6-9 Mei 2015,

pp. xx-xx.

Situmorang, M., M., Hutabarat, W., dan Situmorang, Z., (2015),

The Development of Innovative Chemistry Textbook

to Improve Students Achievement of Bilingual Senior

High School Student, International Educational

Studies (In Press).

Situmorang, M., Sinaga, M., Tarigan., D.A., Sitorus, C.J., dan

Tobing, A.M.L., (2011), The Affectivity of Innovated

Chemistry Learning Methods to Increase Student’s

Achievement in Teaching of Sulubility and Sulubility

Product, Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan 17(1):

29-37

Situmorang, M., Sinaga, M., Tobing, A.M.L., Sitorus, C.J.,

Tarigan., D.A., dan, (2010), Teaching Innovation in

the Laboratory to Increase Student’s Achievement in

Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 111

Chemistry, Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan

17(1): 7-14.

Situmorang, M., Sitorus, M., Hutabarat, W., and Situmorang, Z.,

(2015), The Development of Innovative Chemistry

Learning Material for Bilingual Senior High School

Students in Indonesia, International Education Studies

8(10): x-x.

Slavin, (1994), Coopreative Learning Theory, Second Edition,

Allyn and Bacon, Massachusetts.

Sudjana, N., dan Rivai, A., (2001), Media Pembelajaran, Sinar

Baru Algensindo, Bandung.

Sudrajat, A., (2009), Konsep Pengembangan Bahan Ajar

[online],

(http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/03/04

/konsep-pengembangan-bahan-ajar-2/, diakses

tanggal 17 November 2015).

Suyanti, R., (2008), Pengembangan Metode Pembelajaran

Kooperatif Tipe TAI dilengkapi Modul dan penilaian

Portofolio untuk meningkatkan Prestasi Belajara

Penentuan pH Reaksi Siswa SMA Kelas XI Semester I,

Tesis, Prodi Kimia, Universitas Maret Surakarta.

Suyanti, R. D., (2010), Strategi Pembelajarn Kimia, Graha Ilmu,

Yogyakarta.

Tan, O. S., (2003), Problem Based Learning Innovation, Gale

Cengange Learning, Sing Lee Press, Singapura.

112 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia

Tim Pascasarjana UNIMED, (2010), Pedoman Administrasi

dan Penulisan Tesis & Disertasi, Program Pascasarjana

UNIMED, Medan.

Tompkins, C.J., Rosen, A.L., dan Larkin, H., (2006), Guest

Editorial: An Analysis Of Social Work Textbooks For

Aging Content: How Well Do Social Work Foundation

Texts Prepare Students For Our Aging Society?,

Journal of Social Work Education 42(1): 3-24.

Varghese, J., Faith, M., dan Jacob, M., (2012), Impact of e-

resources on Learning in Biochemistry: First-year

Medical Students’ Perpeptions, BMC Medical Education

12: 21-29.

Viridi, S., (2011), Editorial: Inovasi dalam Pembelajaran

dengan Cerita, Jurnal Inovasi Pembelajaran Sains

1(1):1-2.

Wibawa, B., dan Mukti, F., (1992), Media Pembelajaran, Dirjen

Dikti, Jakarta.

Yore, L. D., Bisanz, G. L., and Hand, B. M., (2003), Examining

the Literacy Component of Science Literacy: 25 Years

of Language and Science Research. International

Journal of Science Education, 25(6): 689-725.

Yusfiani, M. dan Situmorang, M., (2011), Pengembangan dan

standarisasi Buku Ajar Kimia SMA/MA Kelas XII

Semester 1 Berdasarkan Standar Isi KTSP, Jurnal

Penelitian Bidang Pendidikan Volume 17(1): 38-48.

Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 113

Zevenbergen, R.J., Grootenboer, P., dan Sullivan, P., (2010),

Good Learning a Good Life: Mathematics

Transformation in Remote Indigenous Coomunities,

Australian Journal of Social Issues 45(1): 131-145.

114 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia

LAMPIRAN

Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 115

TES PADA MATERI LAJU REAKSI NO INDIKATOR SOAL PILIHAN GANDA TINGKAT

KOGNITIF

KUNCI

JAWABAN

1. Menjelaskan

konsep reaksi

kimia

Secara matematis pengertian laju reaksi untuk NO

dan N2O dari reaksi 2NO(g) + H2(g) N2O(g) + H2O(g)

dapat dituliskan sebagai…

A.

[ ]

[ ]

B.

[ ]

[ ]

C.

[ ]

[ ]

D.

[ ]

[ ]

E. v = [ ]

[ ]

C2

C

2. Menjelaskan

konsep teori

Pernyataan yang sesuai untuk hubungan teori

tumbukan dengan kenaikan suhu adalah…

C2 B

116 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia

tumbukan

(tabrakan)

A. semakin tinggi suhu maka energi kinetik

partikel semakin rendah sehingga

memperbesar peluang terjadinya tumbukan

B. semakin tinggi suhu maka energi kinetik

partikel semakin besar sehingga

memperbesar peluang terjadinya tumbukan

C. semakin tinggi suhu maka energi kinetik

semakin rendah sehingga memperbesar

peluang terjadinya tumbukan

D. semakin tinggi suhu maka energi kinetik

semakin besar sehingga memperkecil peluang

terjadinya tumbukan

E. semua salah

3. Menemukan

faktor-faktor

Penambahan katalis dalam reaksi bertujuan untun

mempercepat reaksi. Katalis berfungsi sebagai…

C1 E

Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 117

yang

mempengaruhi

laju reaksi

A. menaikkan energi kinetik

B. menurunkan energi kinetik

C. menaikkan energi aktivasi

D. menurunkan energi partikel

E. menurunkan energi aktivasi

4. Menunjukkan

hasil pemahaman

terhadap teori

tumbukan

(tabrakan)

Gula halus lebih cepat larut daripada gula kasar

dengan kondisi pelarut yang sama. Hal ini

merupakan bentuk aplikasi dari hubungan teori

tumbukan dengan…

A. konsentrasi

B. suhu

C. katalis

D. energi aktivasi

E. luas permukaan

C1 E

118 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia

5. Menentukan

persamaan laju

reaksi, orde

reaksi, serta

harga dan satuan

tetapan laju

reaksi

berdasarkan

analisis data hasil

percobaan.

Semakin besar konsetrasi pereaksi maka peluang

terjadinya tumbukan semakin banyak. Hal ini

disebabkan karena…

A. semakin besar jumlah partikel pereaksi

B. semakin kecil energi aktivasi

C. semakin kecil jumlah partikel pereaksi

D. semakin besar energi aktivasi

E. semua salah

C1 A

6. Menentukan

persamaan laju

reaksi, orde

reaksi, serta

Dari reaksi 2NO (g) + Br2 (g) → 2NOBr (g) diperoleh

data sebagai berikut:

C2 B

Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 119

harga dan satuan

tetapan laju

reaksi

berdasarkan

analisis data hasil

percobaan.

[NO] M [Br] M V

0,1 0,1 12

0,1 0,2 24

0,1 0,3 36

0,2 0,1 48

0,3 0,1 108

Dapat disimpulkan bahwa persamaan laju

reaksinya adalah ….

A. v = k [NO] [Br2]

B. v = k [NO] [Br2]2

C. v = k [NO]2[Br2]

D. v = k [NO]2[Br2]2

E. v = k [NO][Br2]4

7. Menentukan Pada reaksi: 2P + 3Q → P2Q3, diperoleh data sebagai C2 D

120 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia

persamaan laju

reaksi, orde

reaksi, serta

harga dan satuan

tetapan laju

reaksi

berdasarkan

analisis data hasil

percobaan.

berikut:

No [P] [Q] v (M/det)

1 0,1 M 0,03 M 4

2 0,1 M 0,12 M 16

3 0,3 M 0,03 M 36

Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa orde

reaksi total adalah ….

A. 0

B. 1

C. 2

D. 3

E. 4

8. Menentukan

persamaan laju

Pada penentuan laju reaksi, 3X2 + Y2 → 2X3Y,

diperoleh data sebagai berikut:

C2 D

Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 121

reaksi, orde

reaksi, serta

harga dan satuan

tetapan laju

reaksi

berdasarkan

analisis data hasil

percobaan.

[X2] M [Y2] M V M/det

0,1 0,1 0,02

0,1 0,2 0,04

0,3 0,2 0,36

Dari data diatas diperoleh harga tetapan laju reaksi

(k) adalah ….

A. 20 M-2 det2

B. 160 M-2 det2

C. 80 M-2 det2

D. 20 M-1 det2

E. 16 M-2 det2

9. Menentukan

persamaan laju

Diketahui reaksi:

2Fe3+ (aq) + 3S2- (aq) → S (s) + 2 FeS (s)

C2 C

122 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia

reaksi, orde

reaksi, serta

harga dan satuan

tetapan laju

reaksi

berdasarkan

analisis data hasil

percobaan.

Menurut data eksperimen pada suhu tetap:

No [Fe3+] M [S2-] M Laju

(M/det)

1 0,1 0,1 2

2 0,2 0,1 8

3 0,2 0,2 16

4 0,2 0,3 54

Reaksi diatas merupakan reaksi orde ….

A. 1

B. 2

C. 3

D. 4

E. 5

10. Siswa dapat Laju reaksi yang paling cepat terdapat pada .... C3 B

Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 123

menentukan

pengaruh

konsentrasi

terhadap laju

reaksi

berdasarkan data

hasil percobaan

dengan benar.

A. 250 mL HCl 0,5 M + 250 mL NaOH 0,5 M

B. 250 mL HCl 0,4 M + 250 mL NaOH 0,4 M

C. 250 mL HCl 0,3 M + 250 mL NaOH 0,3 M

D. 500 mL HCl 0,2 M + 500 mL NaOH 0,2 M

E. 500 mL HCl 0,1 M + 500 mL NaOH 0,1 M

11. Siswa dapat

menentukan

pengaruh

konsentrasi

terhadap laju

reaksi

berdasarkan data

Dari percobaan reaksi:

CaCO3(s) + 2HCl(aq) CaCl2(aq) + CO2(g) +

H2O(g)

diperoleh data data sebagai berikut:

Percobaan Bentuk

CaCO3

Konsentrasi

25 mL HCL

Waktu

Reaksi

Suhu

(0C)

C2 D

124 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia

hasil percobaan

dengan benar.

(M) (detik)

1 10 gram

serbuk

0,2 4 25

2 10 gram

butiran

0,2 6 25

3 10 gram

bongkahan

0,2 10 25

4 10 gram

butiran

0,4 3 25

5 10 gram

butiran

0,2 3 35

Pada percobaan 1 dan 4, laju reaksi dipengaruhi

oleh ....

A. temperatur

B. katalis

Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 125

C. sifat-sifat

D. konsentrasi

E. luas permukaan

12. Siswa dapat

menentukan

pengaruh luas

permukaan

terhadap laju

reaksi

berdasarkan data

hasil percobaan

dengan benar.

Pengaruh luas permukaan pada laju reaksi

adalah….

A. Semakin luas permukaan sentuh, semakin kecil

kemungkinan partikel-partikel bertemu dan

bereaksi

B. Semakin luas permukaan sentuh, semakin besar

kemungkinan partikel-partikel bertemu dan

bereaksi

C. Semakin luas permukaan sentuh, tidak

memungkinan partikel-partikel bertemu dan

bereaksi

D. Semakin luas permukaan sentuh, semakin kecil

C2 B

126 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia

kemungkinan partikel-partikel bertemu dan

bereaksi

E. Semakin kecil permukaan sentuh, tidak

memungkinan partikel-partikel bertemu dan

bereaksi

13. Siswa dapat

menunjukkan

hubungan

konsentrasi dan

luas permukaan

terhadap laju

reaksi

berdasarkan data

hasil percobaan

dengan tepat.

Diantara reaksi berikut yang terjadi paling cepat

adalah .…

A. 2 gram batang Zn dengan larutan HCl 0,01M

B. 2 gram batang Zn dengan larutan HCl 0,1 M

C. 2 gram serbuk Zn dengan larutan HCl 0,01M

D. 2 gram serbuk Zn dengan larutan HCl 0,001M

E. 2 gram serbuk Zn dengan larutan HCl 0,1 M

C3 E

Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 127

14. Siswa dapat

menentukan

pengaruh luas

permukaan

terhadap laju

reaksi

berdasarkan data

hasil percobaan

dengan benar.

Data percobaan:

No Logam Mg [HCl] Suhu

1 Batangan 0,1 M 200C

2 Butiran 0,1 M 200C

3 Butiran 0,2 M 300C

4 Serbuk 0,2 M 300C

5 Batangan 0,2 M 300C

Laju reaksi yang paling cepat

adalah ....

A. 1

B. 2

C. 3

D. 4

E. 5

C3 D

15. Siswa dapat Data percobaan untuk reaksi : X + Y hasil C3 C

128 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia

menunjukkan

hubungan

konsentrasi dan

luas permukaan

terhadap laju

reaksi

berdasarkan data

hasil percobaan

dengan tepat.

Percobaan Massa/bentuk

zat A

Konsentrasi

B (molL-1)

t

(detik)

Suhu

(0C)

1 5 gram serbuk 0,1 20 25

2 5 gram larutan 0,1 30 25

3 5 gram kepingan 0,1 50 25

4 5 gram larutan 0,2 15 25

5 5 gram larutan 0,1 15 25

Maka faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi

tersebut adalah :

A. Konsentrasi dan Suhu

B. Suhu dan Wujud

C. Luas permukaan sentuhan dan konsentrasi

D. Wujud dan konsentrasi

E. Luas permukaan dan suhu

Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 129

16. Menentukan

persamaan laju

reaksi, orde

reaksi, serta

harga dan satuan

tetapan laju

reaksi

berdasarkan

analisis data hasil

percobaan.

Reaksi berlangsung lebih cepat jika temperatur

sistem pereaksi dinaikkan sebab kenaikkan

temperatur mengakibatkan ....

A. energi pengaktifan bertambah

B. fraksi mol berenergi lebih besar dari Ea

bertambah

C. konsentrasi pereaksi bertambah

D. jumlah partikel pereaksi bertambah

E. volume pereaksi bertambah

A C2

17. Menentukan

persamaan laju

reaksi, orde

reaksi, serta

Jika suhu dinaikkan 10oC, kecepatan reaksinya

menjadi dua kali lebih cepat. Jika pada suhu toC,

reaksiberlangsung selama 12 menit. Pada suhu (t +

30)oC, reaksi akan berlangsung selama ....

D C3

130 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia

harga dan satuan

tetapan laju

reaksi

berdasarkan

analisis data hasil

percobaan.

A. 4 menit

B. 3 menit

C. 2 menit

D. 1,5 menit

E. 1 menit

18. Menentukan

persamaan laju

reaksi, orde

reaksi, serta

harga dan satuan

tetapan laju

reaksi

berdasarkan

Reaksi antara gas H2 dan gas O2 pada 25oC berjalan

sangat lambat, tetapi jika ditambahkan serbuk Pt

reaksi dapat berlangsung dengan cepat. Hal ini

menunjukkan bahwa laju reaksi dipengaruhi ….

A. suhu

B. tekanan

C. molaritas

D. katalis

C2 D

Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 131

analisis data hasil

percobaan.

E. sifat zat

19. Siswa dapat

menentukan

pengaruh suhu

terhadap laju

reaksi setelah

diberikan satu

contoh peristiwa.

Salah satu faktor yang mempengaruhi laju reaksi

adalah suhu. Jelaskan pengaruh suhu terhadap

kecepatan reaksi.

A. Energi kinetik dari molekul-molekul menurun

B. Kenaikan suhu menghasilkan reaksi dapat balik

C. Kecepatan molekul masing-masing menjadi

sama

D. Energi kinetik dari molekul-molekul meningkat

E. Kenaikan suhu memperkecil energi aktivasi

C4 D

20. Siswa dapat

menentukan

Pengawetan ikan dengan cara diasinkan

merupakan contoh aplikasi dari laju reaksi, faktor

C4 C

132 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia

pengaruh

konsentrasi

terhadap laju

reaksi setelah

diberikan satu

contoh peristiwa.

apakah yang terlibat dalam proses pengawetan

ikan tersebut:

A. suhu

B. luas permukaan

C. konsentrasi

D. katalis

E. tekanan

Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 133

ANGKET MOTIVASI BELAJAR SISWA

Mata Pelajaran : Materi Pelajaran : Hari/ Tanggal : Pengantar

Angket ini digunakan untuk siswa, dalam bentuk tertutup dan berstruktur yang disusun berupa pernataan disertai alternatif jawaban. Angket ini bertujuan untuk mengetahui motivasi belajar siswa dan hubungannya dengan hasil belajar. Petunjuk

1. Pada angket ini terdapat 20 pernyataan. Pertimbangkan baik-baik setiap pernyataan dalam kaitannya dengan materi pembelajaran yang baru selesai saudara pelajari, dan tentukan kebenarannya.

2. Berilah jawaban yang benar-benar cocok dengan pilihan saudara, dengan cara memberi tanda (√) pada kolom yang tersedia. Terima kasih. Keterangan 1 = sangat tidak setuju 2 = tidak setuju 3 = ragu-ragu 4 = setuju 5 = sangat setuju

134 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia

No Pernyataan Pilihan Jawaban

1 2 3 4 5 1 Pertama kali saya lihat

pembelajaran ini, saya percaaya bahwa pembelajaran ini mudah bagi saya.

2 Pada awal pembelajaran, ada sesuatu yang menarik bagi saya.

3 Materi pembelajaran ini lebih sulit dipahami daripada yang saya harapkan

4 Dari pembelajaran ini setelah membaca informasi pendahuluan, saya yakin bahwa saya mengetahui apa yang harus saya pelajari

5 Menyelesaikan tugas-tugas dalam pembelajaran ini membuat saya merasa puas terhadap hasil yang telah saya capai

6 Jelas bagi saya bagaimana hubungan materi pembelajaran in dengan apa yang telah saya ketahui

7 Materi pembelajaran ini amat banyak mengandung informasi sehingga sukar bagi saya mengambil ide-ide yang penting dan

Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 135

mengingatnya 8 Materi pembelajaran

ini sangat menarik bagi saya

9 Menyelesaikan pembelajaran ini sangat penting bagi saya

10 Pembelajaran ini sangat abstrak sehingga sulit bagi saya untuk tetap mempertahankan perhatian saya

11 Saya sangat senang dalam pembelajaran ini sehingga saya ingin mengetahui lebih dalam pokok bahasan ini

12 Materi pembelajaran ini kering dan tidak menarik

13 Isi pebelajaran ini sesuai dengan minat saya

14 Terdapat penjelasan dan contoh-contoh bagaimana siswa menggunakan pengetahuan dalam pembelajaran ini

15 Tugas-tugas latihan dalam pembelajaran ini sangat sulit bagi saya

16 Pada pembelajaran ini ada hal-hal yang merangsang rasa ingin tahu saya

136 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia

17 Saya benar-benar senang mempelajari materi pembelajaran ini

18 Jumlah pengulangan dalam pembelajaran ini kadang-kadang membosankan saya

19 Cara penyampaian materi pada pembelajaran ini memberi kesan bahwa isinya bermanfaat untuk diketahui

20 Saya telah mempelajari sesuatu yang sangat menarik dan tak terduga sebelumnya.