pengembangan bahan ajar kimia inovatif berbasis multimedia
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
1 -
download
0
Transcript of pengembangan bahan ajar kimia inovatif berbasis multimedia
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR KIMIA INOVATIF
BERBASIS MULTIMEDIA © Penerbit Perkumpulan Rumah Cemerlang Indonesia (PRCI)
Penulis:
Eva Pratiwi Pane, S.Pd., M.Pd. Editor:
Ady Frenly Simanullang, S.Pd., M.Si.
Cetakan Pertama : Oktober 2021
Cover: Rusli
Tata Letak : Tim Kreatif PRCI
Hak Cipta 2021, pada Penulis. Diterbitkan pertama kali oleh:
Perkumpulan Rumah Cemerlang Indonesia ANGGOTA IKAPI JAWA BARAT
Pondok Karisma Residence Jalan Raflesia VI D.151 Panglayungan, Cipedes Tasikmalaya – 085223186009
Website : www.rcipress.rcipublisher.org
E-mail : [email protected]
Copyright © 2021 by Perkumpulan Rumah Cemerlang Indonesia
All Right Reserved
- Cet. I – : Perkumpulan Rumah Cemerlang Indonesia, 2021
; 14,8 x 21 cm ISBN : 978-623-6478-83-7
Hak cipta dilindungi undang-undang
Dilarang memperbanyak buku ini dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa izin tertulis dari penulis dan penerbit
Isi diluar tanggung jawab Penerbit
Undang-undang No.19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta Pasal 72
Undang-undang No.19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta Pasal 72
Barang siapa dengan sengaja melanggar dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam pasal ayat (1) atau pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling sedikit 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp.1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran hak cipta terkait sebagai dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)
Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya
kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Buku
dengan judul Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif
Berbasis Multimedia sesuai yang ditargetkan. Buku dengan
judul Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis
Multimedia merupakan buku referensi hasil penelitian
mengenai pengembangan bahan ajar kimia inovatif berbasis
multimedia proses penghasilan produk bahan ajar kimia
inovatif berbasis multimedia dilakukan sesuai dengan
prosedur penelitian pengembangan.
Kami menyadari bahwa Buku ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak
yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan buku ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada
semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan
Buku ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan Yang Maha
Esa senantiasa memudahkan segala usaha kita. Amin.
Oktober 2021, Penulis
ii | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR I
DAFTAR ISI II
BAB I 1
KONSEP BAHAN AJAR KIMIA 1
A. Pengertian Bahan Ajar Kimia 1
B. Fungsi Bahan Ajar Kimia 3
C. Peranan Bahan Ajar Kimia 3
D. Tujuan Penyusunan Bahan Ajar Kimia 4
E. Manfaat Penyusunan Bahan Ajar Kimia 5
F. Jenis-Jenis Bahan Ajar Kimia 5
G. Kriteria Bahan Ajar Kimia yang Baik 6
BAB II 9
PENGANTAR BAHAN AJAR KIMIA INOVATIF 9
A. Konsep Bahan Ajar Kimia Inovatif 9
B. Inovasi dalam Pembelajaran Kimia 12
BAB III 15
MULTIMEDIA DALAM PEMBELAJARAN KIMIA 15
A. Pengertian Multimedia dalam Pembelajaran Kimia 15
B. Media Cetak 18
C. Media Audiovisual 19
D. Media Komputer 21
E. Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia 24
Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | iii
BAB IV 28
STANDAR KELAYAKAN BAHAN AJAR KIMIA 28
A. Standarisasi Kelayakan Isi 28
B. Standarisasi Kelayakan Bahasa 29
C. Standarisasi Kelayakan Penyajian 29
D. Standarisasi Kelayakan Kegrafikan 30
BAB V 31
KONSEP PEMBELAJARAN SAINTIFIK 31
A. Pengertian Pendekatan Saintifik 31
B. Prinsip Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik 36
C. Tujuan Pendekatan Saintifik 36
D. Pendekatan Saintifik dengan Model Pembelajaran
Berbasis Masalah 37
BAB VI 40
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR KIMIA INOVATIF BERBASIS
MULTIMEDIA 40
A. Pentingnya Pengembangan Bahan Ajar Kimia 40
B. Konsep Pengembangan Produk Bahan Ajar 45
C. Metode Pemecahan Masalah 48
D. Hasil Belajar dan Motivasi Belajar Siswa Kaitannya
dengan Pengembangan Media Bahan Ajar 52
E. Hasil Tahapan Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif
Berbasis Multimedia 57
F. Analisis Buku Kimia pada Materi Laju Reaksi yang Ada di
Sekolah 60
G. Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis
Multimedia pada Materi Laju Reaksi 70
H. Inovasi Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif
Berbasis Multimedia pada Materi Laju Reaksi 75
iv | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia
I. Hasil Validasi Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis
Multimedia pada Materi Laju Reaksi yang Telah
Dikembangkan 81
Aspek Kelayakan Isi 81
Aspek Kelayakan Bahasa 84
Aspek Kelayakan Penyajian 86
J. Hasil Validasi Multimedia Pembelajaran yang Telah
Dikembangkan pada Materi Laju Reaksi 88
K. Hasil Uji Coba Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis
Multimedia pada Materi Laju Reaksi yang Telah
Dikembangkan 90
L. Efektifitas Penggunaan Bahan Ajar Kimia Inovatif
Berbasis Multimedia pada Materi Laju Reaksi yang Telah
Dikembangkan 92
M. Pengaruh Penggunaan Bahan Ajar Kimia Inovatif
Berbasis Multimedia pada Materi Laju Reaksi yang Telah
Dikembangkan terhadap Motivasi Belajar Siswa 93
DAFTAR PUSTAKA 101
LAMPIRAN 114
TES PADA MATERI LAJU REAKSI 115
ANGKET MOTIVASI BELAJAR SISWA 133
Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 1
BAB I KONSEP BAHAN AJAR KIMIA
A. Pengertian Bahan Ajar Kimia
Bahan ajar merupakan seperangkat materi yang
disususun secara sistematis, baik tertulis maupun tidak
tertulis, sehingga tercipta lingkungan atau suasana
memungkinkan peserta didik untuk belajar. Bahan ajar atau
materi pembelajaran (instructional material) adalah
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang harus dipelajari
siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah
ditentukan. Secara terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran
terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur),
keterampilan dan sikap atau nilai (Sudrajat, 2009).
Menurut Edginton dan Holbrook (2010), bahan ajar
sebagai media pendidikan sangat diperlukan dalam
pembelajaran karena dapat menjelaskan berbagai fenomena
yang sulit, termasuk konsep yang abstrak menjadi
pengetahuan yang realitis. Menurut Mulyasa (2006), bahan
ajar atau materi pembelajaran (instructional materials) adalah
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang harus dipelajari
siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah
ditentukan. Menurut Abidin (2014), bahan ajar adalah segala
bentuk bahan yang digunakan untuk membantu
guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar
mengajar di kelas. Berdasarkan definisi ini, bahan ajar dapat
pula diartikan sebagai seperangkat fakta, konsep, prinsip,
2 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia
prosedur, dan atau generalisasi. Secara lebih sempit bahan
ajar juga biasanya disebut sebagai materi pembelajaran.
Materi pembelajaran dengan demikian dapat
dikatakan sebagai program yang disusun guru untuk
mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap
positif terhadap pembelajaran yang diturunkan dari
kurikulum yang berlaku. Bahan ajar yang dikemas dengan
baik sangat diperlukan dalam pembelajaran karena dapat
menyajikan pesan atau informasi sesuai dengan kebutuhan,
minat, kecepatan siswa dan dapat dipelajari kapan dan
dimana saja karena mudah dibawa (Mahdjoubi dan Rahman,
2012). Bahan ajar yang baik sangat efektif dipergunakan
sebagai media pembelajaran karena berfungsi sebagai alat
komunikasi membawa informasi akurat dari sumber belajar
kepada pembelajar (Silitonga dan Situmorang, 2009).
Prinsip-prinsip dalam pemilihan materi pelajaran
meliputi: (a) Prinsip relevansi, artinya materi pembelajaran
hendaknya relevan memiliki keterkaitan dengan pencapaian
standar kompetensi dan kompetensi dasar; (b) Prinsip
konsistensi, artinya adanya keajegan antara bahan ajar
dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa.
Misalnya kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa empat
macam, maka bahan ajar yang harus diajarkan juga harus
meliputi empat macam; dan (c) Prinsip kecukupan, artinya
materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam
membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan
(Sudrajat, 2009).
Langkah-langkah pemilihan bahan ajar meliputi: (a)
mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam standar
kompetensi dan kompetensi dasar yang menjadi acuan atau
rujukan pemilihan bahan ajar; (b) mengidentifikasi jenis-jenis
Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 3
materi bahan ajar; (c) memilih bahan ajar yang sesuai atau
relevan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar
yang telah teridentifikasi tadi; dan (d) memilih sumber bahan
ajar (Sudrajat, 2009).
B. Fungsi Bahan Ajar Kimia
Menurut Depdiknas (2008) tentang panduan
pengembangan bahan ajar disebutkan bahwa bahan ajar
berfungsi sebagai: (1) pedoman bagi tenaga pendidik yang
akan mengarahkan semua aktifitasnya dalam proses
pembelajaran; sekaligus merupakan substansi kompetensi
yang seharusnya diajarkan kepada peserta didik; (2)
pedoman bagi peserta didik yang akan mengarahkan semua
aktifitasnya dalam proses pembelajaran, sekaligus
merupakan substansi kompetensi yang seharusnya
dipelajari/dikuasainya; dan (3) alat evaluasi
pencapaian/penguasaan hasil pembelajaran.
Menggunakan bahan ajar yang baik akan
mempercepat tercapainya kompetensi karena berfungsi
sebagai guru yang baik, objektif, memiliki kebenaran dan
relevan.
C. Peranan Bahan Ajar Kimia
Bahan ajar memiliki peranan didalam pembelajaran
yaitu: (1) Mencerminkan suatu sudut pandang yang tangguh
dan modern mengenai pengajaran serta mendemonstrasikan
aplikasi dalam bahan pengajaran yang disajikan; (2)
Menyajikan suatu sumber pokok masalah atau subject matter
yang kaya, mudah dibaca dan bervariasi yang sesuai dengan
minat dan kebutuhan para siswa, sebagai dasar bagi program-
4 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia
program kegiatan yang disarankan dimana keterampilan-
keterampilan ekspresional diperoleh pada kondisi yang
menerupai kehidupan yang sebenarnya; (3) Menyediakan
suatu sumber yang tersusun rapi dan bertahap mengenai
keterampilan-keterampilan ekspresional; (4) Menyajikan
(bersama-sama dengan buku manual yang mendampinginya)
metode-metode dan sarana-sarana pengajaran yang
memotivasi siswa; dan (5) Menyajikan fiksasi awal yang perlu
sekaligus juga sebagai penunjang bagi latihan dan tugas
praktis, (menyajikan bahana atau sarana evaluasi dan
remedial yang serasi dan tepat guna (Greene dan Petty,
1981).
D. Tujuan Penyusunan Bahan Ajar Kimia
Adapun tujuan penyusunan bahan ajar menurut
Depdiknas (2008) yaitu: (1) menyediakan bahan ajar yang
sesuai dengan tuntutan kurikulum dengan
mempertimbangkan kebutuhan siswa, yakni bahan ajar yang
sesuai dengan karakteristik dan setting atau lingkungan sosial
siswa; (2) membantu siswa dalam memperoleh alternatif
bahan ajar disamping buku-buku teks yang terkadang sulit
diperoleh; (3) memudahkan guru dalam melaksanakan
pembelajaran.
Penyusunan bahan ajar juga bertujuan: (1) membantu
peserta didik dalam mempelajari sesuatu; (2) menyediakan
berbagai jenis pilihan bahan ajar; (3) memudahkan tenaga
pendidik dalam melaksanakan pembelajaran; (4) agar
kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik (Trisnaningsih,
2007).
Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 5
E. Manfaat Penyusunan Bahan Ajar Kimia
Manfaat dari bahan ajar adalah sebagai berikut:
1. Manfaat bagi guru
Manfaat bahan ajar bagi guru yaitu: (1) Diperoleh bahan
ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dan sesuai
dengan kebutuhan belajar peserta didik; (2) Tidak lagi
tergantung kepada buku teks yang terkadang sulit untuk
dipeoleh; (3) Memperkaya karena dikembangkan dengan
menggunakan berbagai referensi; (4) Menambah khasanah
pengetahuan dan pengalaman guru dalam menulis bahan
ajar; (5) Membangun komunikasi pembelajaran yang
efektif antara guru dan peserta didik karena peserta didik
akan merasa lebih percaya kepada gurunya; (6)
Menambah angka kredit jika dikumpulkan dan diterbitkan.
2. Manfaat bagi peserta didik.
Manfaat bahan ajar bagi peserta didik yaitu: (1) Kegiatan
pembelajaran menjadi lebih menarik; (2) Kesempatan
untuk belajar secara lebih mandiri dan mengurangi
ketergantungan terhadap kehadiran guru; (3)
Menadapatkan kemudahan dalam mempelajari setiap
kompetensi yang harus dikuasainya.
F. Jenis-Jenis Bahan Ajar Kimia
Menurut (Koesnandar, 2008), jenis bahan ajar
dibedakan atas beberapa kriteria pengelompokan. Jenis
bahan ajar berdasarkan subjeknya terdiri dari dua jenis
antara lain: (1) Bahan ajar yang sengaja dirancang untuk
belajar seperti buku, handouts, lembar kerja siswa dan modul;
(2) Bahan ajar yang tidak dirancang namun dapat
6 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia
dimanfaatkan untuk belajar, misalnya kliping, koran, film,
iklan atau berita.
Jika ditinjau dari fungsinya, maka bahan ajar yang
dirancang terdiri atas tiga kelompok yaitu bahan prestasi,
bahan referensi dan bahan belajar mandiri. Adapun
berdasarkan teknologi yang digunakan Direktorat Pembinaan
Sekolah Menengah Atas (2008:11) mengelompokkan bahan
ajar menjadi empat kelompok antara lain: (1) Bahan ajar
pandang (visual) terdiri atas: bahan ajar cetak (printed),
handouts, buku, modul, LKS, brosur, leaflet, wallchart,
foto/gambar dan non cetak seperti model/maket; (2) Bahan
ajar dengar (audio) seperti: kaset, radio, piring hitam, dan
compact disk audio; (3) Bahan ajar pandang dengar (audio
visual) seperti: video compact disk dan film; dan (4) Bahan
ajar multimedia interaktif (interaktif teaching material)
seperti: CAI (Computer Assisted Instruction), compact disk (CD)
multimedia pembelajaran, dan bahan ajar berbasis web (web
based learning materials).
G. Kriteria Bahan Ajar Kimia yang Baik
Depdiknas (2008), menyarankan pengembangan
bahan ajar hendaknya memperlihatkan prinsip-prinsip
pembelajaran, yaitu: (1) mulai dari yang mudah untuk
memahami yang sulit, dari yang konkret untuk memahami
yang abstrak; (2) pengulangan akan memperkuat
pemahaman; (3) umpan balik positif akan memberikan
penguatan terhadap pemahaman siswa; (4) motivasi belajar
yang tinggi merupakan salah satu faktor penentu
keberhasilan belajar; (5) mencapai tujuan ibarat naik tangga,
setahap demi setahap, akhirnya akan mencapai ketinggian
Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 7
tertentu; dan (6) mengetahui hasil yang telah dicapai akan
mendorong siswa untuk terus mencapai tujuan.
Abidin (2014), menyatakan ada 3 aspek yang harus
dipenuhi untuk mengembangkan bahan ajar: (1) berdasarkan
aspek materi; kesesuaian materi dengan kurikulum,
kesesuaian materi dengan tujuan pendidikan, kesesuaian
materi menurut ilmu yang diajarkan, kesesuaian materi
dengan perkembangan kognisi siswa; (2) berdasarkan aspek
penyajian; tujuan pembelajaran harus dinyatakan secara
eksplisit, tahapan pembelajaran dilakukan berdasarkan
kerumitan materi, tahapan pembelajaran hendaknya
dilakukan berdasarkan tahapan model tertentu yang dipilih
dan digunakan guru dalam pembelajaran, penyajian materi
harus membangkitkan minat dan perhatian siswa, penyajian
materi harus mudah dipahami siswa, penyajian materi harus
mendorong kreatifitas dan keaktifan siswa untuk berfikir dan
belajar, bahan kajian berkaitan harus dihubungkan dengan
materi yang disusun, materi hendaknya disajikan berbasis
penilaian formatif otentik dan soal disusun setiap akhir
pelajaran; dan (3) berdasarkan aspek kebahasaan; penyajian
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,
penggunaan bahasa yang dapat meningkatkan daya nalar dan
daya cipta peserta didik melalui penggunaan bahasa laras
keilmuan, penggunaan bahasa (struktur dan isi) sesuai
dengan tingkat penguasaan bahasa siswa, paragraf
dikembangkan secara efektif dan baku, kesesuaian ilustrasi
visual dengan wacana materi keilmuan dan kebenaran
faktual, kejelasan dan kemenarikan grafemik dan ilustrasi
visual yang terdapat dalam bahan ajar, kesesuaian materi
dengan tingkat kemampuan membaca siswa.
Sebuah bahan ajar yang baik juga memiliki
karakteristik. Menurut Kurniasih dan Berlin, (2014), jika
8 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia
karakteristik diikuti maka apa yang diajarkan akan menjadi
masukan bermakna. Karakteristik tersebut yaitu: (1)
mencerminkan satu sudut pandang yang modern atas mata
pelajaran dan penyajiannya; (2) menyediakan satu sumber
yang teratur dan bertahap; (3) menyajikan pokok masalah
yang kaya dan serasi; (4) menyediakan aneka model, metode
dan sarana pengajaran; (5) menyajikan fiksasi awal bagi tugas
dan latihan; dan (6) menyajikan sumber bahan evaluasi dan
remedial.
Bahan ajar yang baik dan menarik mempersyaratkan
penulisan yang menggunakan ekspresi tulisan yang efektif.
Ekspresi tulisan yang baik akan dapat mengkomunikasikan
gagasan, pesan, ide, atau konsep yang akan disampaikan
dalam bahan ajar kepada pembaca dengan baik dan benar.
Bahan ajar yang diberikan kepada siswa hendaknya
harus memiliki bahan ajar yang berkualitas. Bahan ajar yang
berkualitas dapat menciptakan siswa yang berkualitas,
karena siswa mengkonsumsi bahan ajar yang berkualitas.
Menurut Furqon (2009), bahan ajar yang baik harus
memenuhi beberapa kriteria sebagai berikut: (1) Substansi
yang dibahas harus mencakup sosok tubuh dari kompetensi
atau sub kompetensi yang relevan dengan profil kemampuan
tamatan; (2) Substansi yang dibahas harus benar, lengkap dan
aktual, meliputi konsep fakta, prosedur, istilah dan notasi
serta disusun berdasarkan hirarki/step penguasaan
kompetensi; (3) Tingkat keterbacaan, baik dari segi kesulitan
bahasa maupun substansi harus sesuai dengan tingkat
kemampuan pembelajaran; dan (4) Sistematika penyusunan
bahan ajar harus jelas, runtut, lengkap dan mudah dipahami.
Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 9
BAB II PENGANTAR BAHAN AJAR KIMIA INOVATIF
A. Konsep Bahan Ajar Kimia Inovatif
Bahan ajar inovatif merupakan salah satu sumber
pengetahuan bagi peserta didik yang merupakan sarana bagi
pengajar untuk menunjang proses pembelajaran disekolah,
sehingga bahanajar yang berkualitas dapat menunjang proses
pembelajaran yang berkualitas pula dan meningkatkan
keberhasilan belajar siswa (Prastowo, 2011).
Adaptasi teknologi baru terhadap kebutuhan
pembelajaran bidang sains menjadi salah satu sasaran inovasi
model pembelajaran. Kemajuan dalam teknologi komunikasi
dan informasi telah memudahkan manusia untuk dapat saling
berhubungan dengan cepat, mudah dan terjangkau serta
potensial untuk inovasi model pembelajaran. Perkembangan
teknologi informasi sangat berpengaruh terhadap inovasi
model pembelajaran. Penemuan berbagai jenis teknologi
yang dapat digunakan menjadi fasilitas pendidikan seperti
komputer, CD-ROM dan LAN telah mendorong pemanfaatnya
dalam inovasi model pembelajaran.
Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan
upaya pendidik untuk membantu peserta didik melakukan
kegiatan belajar (Isjoni, 2011). Belajar dapat berlangsung
secara internal terhadap semua pengalaman belajar yang
dapat berlangsung melalui pengalaman yang dirancang guru
(Sanjaya, 2008). Perubahan yang cepat dalam berbagai bidang
10 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia
kehidupan menuntut siswa untuk memilih, mengolah, dan
mendapatkan informasi atau pengetahuan dari berbagi
sumber dengan efektif dan efesien (Nugraha, 2013).
Perubahan tersebut juga berdampak pada bahan ajar yang
digunakan dalam pembelajaran, baik itu pada materi sains
maupun materi pelajaran lainnya.
Pemahaman akan materi sains yang akan diajarkan
dibutuhkan seseorang agar ia dapat melakukan inovasi dalam
mengajarkan sains sehingga menjadi lebih menarik dan
mudah dimengerti (Viridi, 2011). Penggunaan model
pembelajaran juga merupakan faktor penting dalam
mengasilkan pembelajaran inovatif. Pembelajaran inovatif
menuntut peserta didik untuk lebih aktif (Active Learning)
dengan cara melakukannya secara langsung (Learning By
Doing), sehingga pengetahuan yang diperoleh akan bersifat
jangka panjang dalam ingatannya.
Pembelajaran inovatif sangat bermanfaat
diintegrasikan didalam buku ajar kimia terutama untuk
memudahkan pembaca memahami konsep materi kimia yang
abstrak dan kompleks menjadi bahan yang nyata dan
sederhana (Albert, 2009; Goto, dkk., 2010; Situmorang, dkk.,
2010). Inovasi pembelajaran tidak hanya berfokus pada
bahan ajar yang handout (buku pegangan) saja. Teknologi
informasi dan komunikasi juga sangat berpengaruh dalam
menghasilkan bahan ajar inovatif dan interaktif.
Untuk menghasilkan bahan ajar yang inovatif dan
interaktif maka perlu diperhatikan beberapa unsur bahan
ajar, yaitu: (1) petunjuk belajar; (2) kompetensi yang akan
dicapai, ketepatan dalam menentukan cakupan, kedalaman
dan urutan bahan ajar akan memudahkan siswa dalam
memahami dan merespon materi pelajaran yang disampaikan
Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 11
guru; (3) informasi pendukung; (4) latihan-latihan; (5)
petunjuk kerja atau lembar kerja; dan (6) evaluasi,
merupakan sarana mengukur penilaian terhadap pemahaman
dan pekerjaan peserta didik.
Pembelajaran inovatif merupakan suatu proses
pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga
berbeda dengan pembelajaran pada umumnya yang
dilakukan oleh guru (konvensional). Pembelajaran inovatif
lebih mengarah pada pembelajaran yang bepusat pada siswa.
Dalam pembelajaran yang berpusat pada siswa, pemahaman
konteks siswa menjadi bagian yang sangat penting, karena
dari sinilah seluruh perancangan proses pembelajaran
dimulai. Hubungan antara guru dan siswa menjadi hubungan
yang saling belajar dan saling membangun. Otonomi siswa
sebagai subjek pendidikan menjadi titik acuan seluruh
perencanaan dan proses pembelajaran dengan mengacu pada
pembelajaran aktif dan inovatif. Pembelajaran inovatif
sebagai inovasi pembelajaran dapat mencakup modifikasi
pembelajaran, baik dari segi sarana dan prasarana maupun
model pembelajaran yang diterapkan. Pembelajaran inovatif
bersifat menyenangkan (rekreatif) dan membutuhkan
kreativitas guru dalam proses pembelajaran untuk dapat
membuat siswa agar aktif selama pembelajaran berlangsung
sehingga lebih efektif dalam pencapaian tujuan pembelajaran.
Dalam berbagai kegiatan inovasi yang dilakukan guru
lebih ditekankan pada penerapan gagasan yang lebih praktis
dan mudah. Dengan demikian, kegiatan-kegiatan inovasi yang
dilakukan oleh guru dapat berupa gagasan kreatif dan
kegiatan sederhana ditingkat kelas yang dianggap dapat
mengatasi permasalahan-permasalahan pendidikan di kelas
dan di sekolah pada umumnya. Berbagai kegiatan guru dalam
melakukan inovasi pembelajaran menurut Sani (2013)
12 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia
meliputi: (a) mengetahui dan menemukan masalah; (b)
mengidentifikasi dan menyeleksi alternatif pemecahan
masalah; (c) penentuan alternatif pemecahan masalah; (d)
melaksanakan; (e) menilai; dan (f) perbaikan produk inovasi.
Keseluruhan rangkaian kegiatan tersebut berkaitan sehingga
produk yang dihasilkan benar-benar merupakan solusi yang
mampu memecahkan masalah yang sedang dihadapi oleh
guru yang bersangkutan.
Keuntungan dan kelebihan menggunakan inovatif
dalam pembelajaran diantaranya adalah sebagai berikut: (1)
sistem pembelajaran lebih inovatif dan interaktif; (2)
pengajar akan selalu dituntut untuk kreatif inovatif dalam
mencari terobosan pembelajaran; (3) mampu
menggabungkan antara teks, gambar, audio, musik, animasi
gambar atau video dalam satu kesatuan yang saling
mendukung guna tercapainya tujuan pembelajaran; (4)
menambah motivasi pembelajar selama proses belajar
mengajar hingga didapatkan tujuan pembelajaran yang
diinginkan; (5) mampu menvisualisasikan materi yang selama
ini sulit untuk diterangkan hanya sekedar dengan penjelasan
atau alat peraga yang konvensional; dan (6) melatih
pembelajar lebih mandiri dalam mendapatkan ilmu
pengetahuan.
B. Inovasi dalam Pembelajaran Kimia
Inovasi pembelajaran untuk meningkatkan prestasi
belajar siswa pada mata pelajaran kimia sangat perlu
dilakukan karena berhubungan dengan peningkatan kualitas
lulusan dalam mengisi lapangan kerjabidang kimia.
Pemanfaatan teknologi informasi untuk pembelajaran juga
telah mendorong pergeseran dari pembelajaran konvensional
Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 13
kepada pembelajaran mandiri sehingga kesan pembelajaran
dapat lebih lama diingat oleh pelajar (Situmorang, 2013).
Inovasi pembelajaran kimia adalah suatu pendekatan
pengajaran meliputi strategi, metode dan prinsip pengajaran
yang dipergunakan dalam pembelajaran kimia di SMA
(Situmorang, 2004). Inovasi pembelajaran kimia juga
mengalami perkembangan sejalan dengan kemajuan dan
perkembangan teknologi.melalui inovasi maka pembelajaran
yang ada dikembangkan dan ditingkatkan untuk melahirkan
pembelajaran baru yang menarik.
Inovasi dalam pembelajaran kimia dapat juga
dilakukan dengan menggunakan di dalam pembelajaran sains.
Penggunaan video sangat baik dipergunakan untuk
membantu pembelajaran, terutama untuk memberikan
penekanan pada materi yang sangat penting untuk diketahui
oleh siswa. Harus disadari bahwa video bukan diperuntukkan
untuk mengantungkan pengajaran pada materi yang
diperlihatkan pada video, sehingga pengaturan penggunaan
waktu dalam menggunakan video sangat perlu, misalnya
maksimum 20 menit. Inovasi pembelajaran dengan
menggunakan video dalam percobaan yang menuntut
keterampilan seperti pada kegiatan praktikum sanagt efektif
bila dilakukan dengan penuh persiapan. Sebelum praktikum
dimulai, video dipergunakan untuk membantu siswa
memberikan arahan terhadap apa yang harus mereka amati
selama percobaan. Selanjutnya, video diputar kembali pada
akhir parktikum untuk mengklarifikasi hal-hal penting yang
harus diketahui oleh siswa dari percobaan yang dilakukan
(Situmorang, 2003).
Selain itu, inovasi dalam pembelajarn kimia dengan
penggunaan komputer sangat menguntungkan karena dapat
14 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia
memberikan kesempatan luas kepada siswa dan guru untuk
mengembangkan kemampuannya dalam investigasi dan
analisis, sekaligus dapat membentuk pengetahuan dan
pemamahan yang baru dalam melihat suatu permasalahan,
serta mendapatkan cara pemecahan masalah melalui
pembelajaran. Pembelajaran menggunakan komputer sangat
baik dipergunakan dalam pengumpulan, visulisasi dan
analisis data sederhana dan kompleks. Dengan menggunakan
komputer maka pengumpulan data dapat dilakukan sebanyak
mungkin, visualisasi data dapat dilakukan bervariasi, dan
pengolahan data dapat dilakukan sangat cepat setelah
mendapatkan data pengamatan dari percobaan
dilaboratorium (karpen, dkk, 2004). Banyak studi telah
dilakukan yang menjelaskan pentingnya penggunaan
komputer dalam pembelajaran lain (Lazarowictz dan Tamir,
1994). Saat ini penggunaan komputer sebagai alat belajar
sangat menguntunkan karena telah tersedia berbagai jenis
software dan hardware yang memudahkan untuk
mengintegrasikan komputer dengan peralatan elektronik lain
seperti video, kamera, dan instrumen laboratorium.
Penggunaan komputer dalam pembelajaran akan
dapatmeningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran.
Inovasi dalam pembelajaran menuntut siswa untuk
lebih aktif dengan cara melakukannya langsung (learning by
doing), sehingga pengetahuan yang diperoleh akan bersifat
jangka panjang dalam ingatannya.
Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 15
BAB III MULTIMEDIA DALAM PEMBELAJARAN KIMIA
A. Pengertian Multimedia dalam Pembelajaran Kimia
Multimedia menurut bahasa, Multi (latin nouns)
adalah banyak, bermacam-macam, sedangkan Medium:
sesuatu yang dipakai untuk menyampaikan atau membawa
sesuatu. Sedangkan menurut American Heritage Electronic
Dictionary (1991) medium adalah alat untuk
mendistribusikan dan mempresentasikan informasi. Dalam
arti luas multimedia dapat diartikan sebagai penggunaan
beberapa media yang berbeda untuk menggabungkan dan
menyampaikan informasi dalam bentuk text, audio, grafik,
animasi, dan video.
Menurut Hackbarth, (1996) dan Philips, (1997),
multimedia sebagai penyampaian informasi secara interaktif
dan terintegrasi yang mencakup teks, gambar, suara, video
dan animasi. Multimedia sebagai presentase materi dengan
menggunakan kata-kata sekaligus gambar-gambar, kata-kata
yang dimaksud adalah materi disajikan dengan verbal form
atau bentuk verbal (Meyer, 1996).
Media pembelajaran dapat diartikan sebagai alat
komunikasi yang digunakan untuk membawa suatu informasi
dari suatu sumber kepada penerima. Media adalah segala
bentuk dan cara yang digunakan untuk menyampaikan pesan
atau informasi, yaitu sebagai alat komunikasi dalam proses
16 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia
pembelajaran untuk membawa informasi dari pengajar
kepada siswa yang bertujuan merangsang siswa untuk
mengikuti kegiatan pembelajaran. Selain digunakan untuk
mengantarkan pembelajaran secara utuh maka media
pembelajaran dapat juga dimanfaatkan untuk menyampaikan
bagian tertentu dari kegiatan pembelajaran, yang
memberikan penguatan maupun motivasi kepada siswa.
Dalam proses pembelajaran media memiliki
kontribusi meningkatkan mutu pengajaran. Kehadiran media
tidak saja membantu pengajar dalam menyampaikan materi
ajarnya, tetapi memberi nilai tambah kepada kegiatan
pembelajaran. Beberapa peran media dalam kegiatan
pembelajaran antara lain; penyajian materi ajar menjadi lebih
standar, kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik,
kegiatan belajar menjadi lebih interaktif, waktu yang
dibutuhkan untuk pembelajaran dapat dikurangi, kualitas
belajar dapat ditingkatkan, pembelajaran dapat disajikan
dimana dan kapan saja sesuai dengan yang diinginkan,
meningkatkan sikap positif siswa dan proses belajar menjadi
lebih baik, dan memberikan nilai positif bagi pengajar.
Media pembelajaran bertujuan memberikan variasi
proses dan lebih banyak realitas terhadap pembelajaran,
sehingga pembelajaran lebih terwujud, lebih terarah dalam
mencapai tujuan pelajaran. Guru aktif menyajikan materi
pembelajaran, siswa aktif dalam memperhatikan dan aktif
mencatat materi pembelajaran (Burden dan Bryd, 1999).
Keaktifan siswa akan membuat kondisi belajar yang kondusif
dan menyenangkan, merangsang fikiran, kemauan, minat,
motivasi dan kegairahan untuk belajar. Dengan kondisi
tersebut akan memberikan kontribusi terhadap prestasi
belajar siswa. Dalam kegiatan pembelajaran, media pada
Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 17
dasarnya digunakan untuk membantu siswa mempelajari
objek, suara, proses, peristiwa atau lingkungan yang sulit
dihadirkan ke dalam kelas. Media pembelajaran dapat
mengkomunikasikan materi pembelajaran secara singkat,
jelas dan menarik.
Media mampu memperlihatkan gerakan cepat dan
sulit diamati, dapat memperbesar benda-benda kecil yang
tidak dapat dilihat oleh mata telanjang, melihat objek yang
terlalu besar yang tidak dapat dibawa kedalam kelas,
menyajikan objek yang terlalu kompleks, menyajikan suatu
psoses atau pengalaman hidup, menjelaskan benda berbahaya
(Wibawa dan Mukti, 1992). Menggunakan media
pembelajaran akan memperjelas pesan materi, mengatasi
keterbatasan ruang, waktu, daya indera, dan mengatasi sikap
pasif (Sadirman, 2003). Manfaat media pembelajaran dalam
proses belajar siswa adalah membuat pembelajaran lebih
menarik, materi pembelajaran akan lebih jelas maknanya,
metode pembelajaran akan lebih bervariasi dan siswa lebih
banyak melakukan kegiatan belajar.
Beberapa patokan yang perlu dipertimbangkan dalam
memilih media yakni: (a) ketersediaan sumber; (b)
ketersediaan dana, tenaga dan fasilitas; (c) keluwesan,
kepraktisan dan daya tahan (umur) media; dan d) efektifitas
media untuk waktu yang panjang (Dick and Carey, 1978).
Jenis media yang biasanya digunakan dalam proses
pembelajaran adalah: (a) media grafis atau sering juga
disebut media dua dimensi (gambar, foto, grafik, bagan atau
diagram, foster, kartun, komik); (b) media tiga dimensi dalam
bentuk model (model padat, model penampang, model susun,
model kerja, mockup, diaroma; (c) media proyeksi (slide, film,
strips, OHP); dan (d) penggunaan lingkungan. Sedangkan
18 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia
Anderson dalam Wibawa dan Mukti mengklasifikasikan
media kedalam sepuluh kelompok media pembelajaran yaitu:
audio, cetak, cetak suara, proyeksi visual diam, visual gerak,
audiovisual gerak, objek, sumber manusia dan lingkungan dan
terakhir adalah komputer (Sudjana dan Rivai, 2001).
B. Media Cetak
Bahan ajar cetak adalah perangkat bahan yang
memuat materi atau isi pelajaran untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang dituangkan dengan menggunakan
teknologi cetak. Suatu bahan pembelajaran cetak memuat
materi yang berupa ide, fakta, konsep, prinsip, kaidah atau
teori yang tercakup dalam mata pelajaran sesuai dengan
disiplin ilmunya serta informasi lainnya dalam pembelajaran.
Bahan ajar cetak terdiri dari modul, LKS, kompilasi, dan
handout.
Buku teks sebagai sumber belajar memainkan peran
penting dalam proses belajar mengajar di kelas (Abed dan Al-
Absi, 2015; Carter dan Mayer, 1988; Sinatra dan Broughton,
2011; Yore, dkk., 2003). Sebuah buku teks yang baik
memberikan informasi yang benar dan positif yang
membantu siswa untuk memahami konsep teori,
membimbing siswa berpikir, bersikap dan mengembangkan
(Chambliss, 2001). Buku teks yang umum digunakan dalam
kegiatan belajar mengajar terdiri dari materi pembelajaran
yang lengkap yang dapat mengarahkan siswa untuk belajar
(Good, dkk., 2010).
Buku teks SMA umumnya dirancang untuk memenuhi
tuntutan yang tercantum dalam kurikulum nasional yang
membuatnya berbeda dengan buku lain (Holliday, 2002).
Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 19
Oleh karena itu, buku teks mungkin berbeda satu dengan
yang lain, tergantung pada perkembangan dan kebutuhan
siswa. Buku teks yang baik berisi visi, misi, konteks, konten,
dan proses, serta informasi ilmiah yang disajikan dalam buku
teks ini yang akan memotivasi siswa untuk belajar
(Simatupang dan Situmorang, 2013). Sebuah buku teks sains
SMA yang baik berfungsi sebagai media pembelajaran yang
efektif dalam kegiatan belajar mengajar untuk mencapai
tujuan dan kompetensi siswa. Kehadiran buku teks
diharapkan berisi kegiatan pembelajaran yang dapat
dilakukan oleh siswa dan menjadi alat komunikasi untuk
membawa informasi yang akurat dari sumber belajar ke
siswa (Tomkins, dkk., 2006). Buku yang baik harus mampu
memotivasi siswa dengan memanfaatkan hal-hal menarik
seperti gambar, ilustrasi, contoh soal (kasus), memiliki materi
yang mencukupi untuk mendukung pembelajaran, dan dapat
dipergunakan pada kegiatan pemecahan masalah
(Situmorang, 2013).
C. Media Audiovisual
Media audiovisual adalah media yang terdiri dari
proses pendengaran/mendengarkan sekaligus dengan
penglihatan, sehingga dapat menyampaikan informasi lebih
nyata dan memberikan kesan dan ketertarikan dan
menimbulkan dorongan untuk mengetahui lebih banyak.
Media audiovisual memberi motivasi serta membangkitkan
keinginan untuk mengetahui dan menyelidiki. Media
audiovisual yang sering dipergunakan dalam pendidikan
adalah video. Video mempunyai kelebihan-kelebihan,
diantaranya: (a) dapat menyajikan berbagai jenis bahan
audiovisual termasuk gambar-gambar, film, objek dan drama;
20 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia
(b) dapat menyajikan model dan contoh-contoh bagi siswa;
(c) dapat membawa dunia nyata kedalam kelas, seperti
manusia, tempat-tempat dan peristiwa-peristiwa, melalui
peristiwa langsung atau penyiaran; (d) dapat menyajikan
program-program yang dapat dipahami oleh siswa dengan
usia dan tingkatan pendidikan yang berbeda-beda; (e) dapat
menyajikan visual dan usia, yang amat sulit diperoleh pada
dunia nyata seperti ekspresi wajah; dan (f) dapat menghemat
waktu guru dan siswa, misalnya dengan merekam siaran
pembelajaran yang disajikan dapat diputar ulang jika
diperlukan tanpa harus melakukan proses itu kembali.
Sedangkan kelemahan atau keterbatasan media audiovisual
adalah: (a) sifat komunikasi hanya satu arah; (b) program
diluar kontrol guru; (c) tidak semua siswa mampu mengikuti
informasi yang ingin disampaikan karena gambar-gambar
bergerak terus; dan (d) objek tidak ditampilkan secara
langsung, melainkan hanya melalui layar (Sardiman, dkk.,
1986).
Aplikasi audiovisual dalam bidang pembelajaran
memungkinkan berlangsungnya proses belajar secara
individual (individual learning). Penggunaan audiovisual
dalam pembelajaran sain menguntungkan karena dapat
memberikan kesempatan yang luas kepada siswa dan guru
untuk mengembangkan kemampuannya dalam investigasi
dan analisis, sekaligus dapat membentuk pengetahuan dan
pemahaman yang baru dalam melihat suatu permasalahan,
serta mendapatkan cara pemecahan masalah melalui
pembelajaran. Pembelajaran dengan audiovisual sangat baik
digunakan dalam pengumpulan, visualisasi, dan analisis data
sederhana dan kompleks. Dengan menggunakan audiovisual
maka pengumpulan data dapat dilakukan sebanyak mungkin,
visualisasi data dapat dilakukan bervariasi, dan pengolahan
Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 21
data dapat dilakukan sangat cepat setelah mendapatkan data
pengamatan dari laboratorium. Penggunaan audiovisual
dalam pembelajaran akan dapat meningkatkan efisiensi dan
efektivitas pembelajaran, akan tetapi membutuhkan inovator
yang terampil dan berpengalaman (Situmorang, 2004).
Sebagai media pendidikan, penggunaan audiovisual
bertujuan untuk membantu proses pembelajaran agar materi
pelajaran mudah dicerna dan diingat, sehingga memberikan
kesan pembelajaran yang lebih lama. Media audiovisual dapat
dipergunakan untuk menyampaikan informasi, serta
memberikan kesempatan kepada siswa yang sedang belajar
untuk membuat hubungan antara pemikiran dan pelaksanaan
yang terjadi didalam pembelajaran. Pembelajaran dengan
menggunakan media audiovisual akan dapat menolong siswa
dalam konsep pengetahuan dan menyadari adanya hubungan
antara mengetahui dengan memecahkan suatu permasalahan.
Konsep media audiovisual dimulai dari penarikan perhatian,
pembentukan pengetahuan dalam pemikiran terhadap
kejadian atau objek agar suatu objek mudah dimengerti oleh
siswa. Penggunaan media audiovisual dalam pendidikan
sangat luas meliputi berbagai bidang pembelajaran (Silitonga
dan Situmorang, 2009).
D. Media Komputer
Kemajuan teknologi telah membuat kemudahan
mengembangkan pembelajaran dengan multimedia yang
menghadirkan informasi dalam format yang berbeda, seperti
teks, gambar dan audio. Pembelajaran dengan multimedia
dimungkinkan terintegrasi penuh dengan suara pada
perangkat lunak. Multimedia secara konsisten memberikan
hasil belajar yang lebih baik dari siswa (Mayer, 2009).
22 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia
Mayer, (2003) berpendapat efek multimedia mengacu
pada temuan bahwa siswa belajar lebih mendalam dari
penjelasan multimedia yang disajikan dalam kata-kata dan
gambar daripada hanya kata-kata saja. Tujuan desain
multimedia adalah mengurangi beban kognitif untuk
mencapai pembelajaran yang lebih baik. Ketika memori
ingatan kelebihan beban, pembelajaran bermakna akan
terganggu.
Menyajikan informasi dalam visual dan audio dapat
meningkatkan jumlah informasi yang dapat disimpan dan
diproses di memori ingatan, yang pada gilirannya dapat
meningkatkan proses belajar. Kombinasi presentasi visual
dengan audio memberikan format informasi yang mudah
dipahami. Tambahan lagi, Jeung, Chandler, and Sweller,
menemukan bahwa siswa yang menerima instruksi
multimedia dengan audio, menghabiskan waktu lebih sedikit
dalam pemecahan masalah dibandingkan dengan siswa yang
hanya menerima visual berupa petunjuk. Sejumlah
percobaan, dengan peserta didik yang lebih dewasa,
menunjukkan keunggulan audio/visual untuk meningkatkan
proses pembelajaran (Moreno and Mayer, 2000).
Animasi juga biasa digunakan dalam pendidikan
berbasis multimedia, yang sering diasumsikan untuk
meningkatkan minat, motivasi, perhatian langsung, gambaran
prosedur dan penjelasan bagaimana sesuatu hal bekerja.
Beberapa bukti menunjukkan bahwa secara umum animasi
lebih menguntungkan pada proses belajar daripada gambar
diam. Mengubah mengajar konten/belajar dari statis (yaitu
teks dan ilustrasi) ke komputer yang dinamis (misalnya
narasi dan animasi) dapat meningkatkan vitalitas
pembelajaran dan mengaktifkan suasana kelas. Sebaliknya,
Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 23
ada bukti yang menunjukkan bahwa penyajian informasi
menggunakan multimedia tidak selalu menjamin kinerja
belajar yang lebih baik, terutama ketika keterbatasan sistem
kognitif manusia tidak sepenuhnya dipertimbangkan.
Misalnya, Koroghlanian dan Klein (2004) tidak menemukan
manfaat animasi dibanding ilustrasi statis.
Animasi divisualisasikan sebagai aliran proses yang
dinamis dan siswa telah merasakan animasi sebagai alat
kognitif, pemecah masalah, mengurangi kompleksitas pada
pembelajaran diri sendiri. Lam dan McNaught juga telah
menggunakan animasi untuk mengimbangi ilustrasi statis
rumit yang digunakan untuk mewakili ilmu dinamika dalam
buku-buku. Keterlibatan peserta didik dengan animasi adalah
fitur lain yang menggembirakan yang menumbuhkan otonomi
bagi siswa.
Bahan ajar multimedia interaktif (interactive teaching
material) merupakan kombinasi dari beberapa media baik
audio, gerak, grafik, gambar, animasi dan video yang dalam
proses pembelajaran dimanfaakan atau diperlakukan untuk
mengendalikan suatu perintah dalam proses pembelajaran.
Seperti CD-interaktif, film interaktif, tanya jawab/diskusi,
selain itu dapat berupa bahan ajar interaktif diskusi
lingkungan/pelajaran diluar kelas praktek dari sebuah materi
tertentu. Contoh dari bahan ajar multimedia interaktif adalah
model pembelajaran yang berbasis web (e-learning).
Multimedia pembelajaran memberikan manfaat dalam
beberapa situasi dalam belajar mengajar. Philips (1997)
menyatakan bahwa “IMM has the potential to accommodate
people with different learning style”. Multimedia dalam proses
belajar mengajar dapat digunakan dalam tiga fungsi; (1)
multimedia dapat berfungsi sebagai alat bantu instruksional,
24 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia
(2) multimedia dapat berfungsi sebagai tutorial interaktif,
misalnya dalam simulasi, dan (3) multimedia dapat berfungsi
sebagai sumber petunjuk belajar, misalnya, multimedia
digunakan untuk menyimpan serangkaian slide mikroskop
atau radiograf.
E. Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia
Pengembangan bahan ajar bertujuan untuk
menentukan keluasan dan kedalaman materi, sehingga dapat
dijadikan acuan bagi guru dalam merancang pembelajaran,
memberi input (masukan) kepada siswa mengenai pokok-
pokok utama keilmuan, maupun dalam mengembnagkan alat
evaluasi
Ada tiga prinsip yang diperlukan dalam
pengembangan bahan ajar. Ketiga prinsip itu adalah: (1)
Prinsip relevansi atau keterkaitan atau berhubungan erat,
maksudnya adalah pembelajaran hendaknya relevan dengan
pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar; (2)
Prinsip konsistensi adalah ketatabahasaan dalam
pengembangan bahan ajar. Misalnya kompetensi dasar
meminta kemampuan siswa untuk menguasai tiga macam
konsep, materi yang disajikan juga tiga macam. Umpamanya
kemampuan yang diharapkan dikuasaioleh siswa adalah
menyusun paragraf deduktif, materinya sekurang-kurangnya
pengertian paragraf deduktif, cara menyusun paragraf
deduktif, dan cara merevisi paragraf deduktif. Artinya, apa
yang diminta itulah yang diberikan; dan (3) Prinsip
kecukupan, artinya materi yang disajikan hendaknya cukup
memadai untuk mencapai kompetensi dasar. Materi tidak
terlalu sedikit dan tidak terlalu banyak. Jika materi terallu
sedikit, kemungkinan siswa tidak akan dapat mencapai
Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 25
kompetensi dasar dengan memanfaatkan materi itu. Kalau
materi terlalu banyak akan banyak pula menyita waktu untuk
mempelajarinya.
Dalam menentukan cakupan atau ruang lingkup bahan
ajar harus diperhatikan apakah jenis materinya berupa aspek
kognitif (fakta, konsep, prosedural, metakognitif), aspek
afektif, ataukah aspek psikomorik. Keluasan cakupan materi
berarti menggambarkan berapa banyak materi-materi yang
dimasukkan kedalam satu materi pembelajaran. Sedangkan,
kedalaman materi menyangkut seberapa detail konsep-
konsep yang terkandung di dalamnya yang harus dipelajari
oleh siswa. Kecukupan atau memadainya cakupan materi juga
perlu diperhatikan. Urutan penyajian bahan ajar yang sangat
penting untuk menentukan urutan materi dalam mempelajari
atau mengajarkannya. Tanpa urutan yang tepat, jika diantara
beberapa materi pelajaran mempunyai hubungan yang
bersifat prasyarat akan menyulitkan siswa dalam
mempelajarinya (Munthe, 2011).
Materi pembelajaran yang telah ditentukan ruang
lingkup dan kedalamannya dapat diurutkan dalam
pendekatan prosedural atau hirarki. Pendekatan prosedural,
yaitu urutan materi pembelajaran secara prosedural
menggambarkan langkah-langkah secara urut sesuai dengan
langkah-langkah melaksanakan suatu tugas. Pendekatan
hirarki menggambarkan urutan yang bersifat berjenjang dari
bawah ke atas atau dari atas ke bawah (Munthe, 2011).
Materi yang disajikan harus sesuai dengan
perkembangan ilmu kimiaterkini. Uraian, contoh atau latihan
yang disajikan relevan dan menarik, serta mencerminkan
peristiwa, kejadian atau kondisi terbaru.mampu memotivasi
peserta didik untuk bekerja keras dan maju, melelui contoh-
26 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia
contoh industri kimia yang penting untuk kehidupan dan
perekonomian (Munthe, 2011).
Fakta dan kejadian yang disajikan sebaiknya sesuai dengan
kenyataan untuk IPA. Konsep yang disajikan tidak
menimbulkan multitafsir dan sesuai dengan defenisi yang
belaku dalam bidang ilmunya. Prosedur atau metode yang
disajikan dapat diterapkan dengan runtut dan benar.
Eksperimen yang disajikan sebagai contoh dalam teks harus
dapat menghasilkan fakta yang dapat diamati dan dapat
digeneralisasikan menjadi konsep kimia atau prinsip kimia
yang mudah dipahami (Munthe, 2011).
Inovasi pembelajarn sangat bermanfaat diitegrasikan
di dalam bahan ajar kimia terutama untuk menjadikan
pembaca lebih mudah memahami dan mengertikonsep materi
kimia yang abstrak dan kompleks menjadi bahan yang nyata
dan lebih sederhana (Situmorang, dkk 2010; Goto, dkk, 2010;
Alberts, 2009). Inovasi pembelajaran kimia juga mengalami
perkembangan sejalan dengan kemajuan dan perkembangan
teknologi. Melalui inovasi maka pembelajaran yang ada
dikembangkan dan ditingkatkan untuk melahirkan
pembelajaran baru yang menarik (Dolan, 2009). Beberapa
inovasi pembelajaran yang telah berhasil dipergunakan dalam
pembelajaran kimia diantaranya kegiatan laboratorium dan
non laboratorium, inovasi pembelajaran menggunakan media,
serta inovasipembelajarn berbasis teknologi dan informasi
(Situmorang, dkk, 2011; Situmorang dan Sinaga, 2006).
Pengguaan multimedia dalam bahan ajar menjadi
menarik karena dapat memadukan berbagai media
pembelajaran sehingga dapat memotivasi peserta didik untuk
belajar mandiri (Munthe dan Situmorang, 2015). Adaptasi
teknologi baru terhadap kebutuhan pembelajarn sains
Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 27
menjadisalah satu sasaran inovasi pembelajaran berbasis
multimedia (Mahdjoubi dan Rahman, 2012; Kolluru, 2012).
Perkembangan teknologi informasi sangat berpengaruh
terhadap inovasi pembelajaran (Varghese, dkk, 2012). Banyak
studi telah dilakukan yang menjelaskan pembelajaran
berbasis multimedia (Kulasekara, dkk, 2011; Situmorang dan
Situmorang, 2009). Ketersediaan berbagai software dan
hardware memudahkan untuk mengintegrasikan komputer
dengan peralatan elektronik lain seperti video, camera, dan
instrumen laboratorium (Kramer, dkk, 2012).
28 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia
BAB IV STANDAR KELAYAKAN BAHAN AJAR KIMIA
Standarisasi kelayakan bahan ajar terdiri dari empat
macam kelayakan, yaitu kelayakan isi, kelayakan bahasa,
kelayakan penyajian, dan kelayakan kegrafikan.
A. Standarisasi Kelayakan Isi
Standar Isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat
kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang
kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi
mata pelajaran dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi
oleh siswa pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu yang
secara keseluruhan mencakup: (1) Kerangka dasar dan
struktur kurikulum yang merupakn pedoman dalam
penyusunan kurikulum pada tingkat satuan pendidikan; (2)
Beban belajar bagi siswa pada satuan pendidikan dasar dan
menengah; (3) KTSP yang akan dikembangkan oleh satuan
pendidikan berdasarkan panduan penyusunan kurikulum
sebagai bagian yang tak terpisahkan dari standar isi; dan (4)
Kelender pendidikan untuk menyelenggarakan pendidikan
dalam satuan pedidikan pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah.
Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 29
B. Standarisasi Kelayakan Bahasa
Bahasa adalah suatu sarana penyampaian dan
penyajian bahan, seperti kosakata, kalimat, paragraph dan
wancana. Bahasa merupakan alat komunikasi untuk
menyampaikan materi pada sebuah buku dan pengembangan
buku kepada pembaca, dalam hal ini siswa maupun guru.
Bahasa yang tepat dapat memudahkan pemahaman dan
menimbulkan minat baca sehingga memudahkan siswa untuk
belajar. Penilaian kelayakan bahasa pada buku
mempertimbangkan hal-hal berikut: (1) Lugas, kalimat yang
digunakan sederhana dan langsung kesasaran, mewakili
pesan dan informasi; (2) Komunikatif, pesan atau informasi
yang disampaikan dengan bahasa yang menarik dan
lazimdalam komunikasi tulis bahasa indinesia; (3) Dialogis
dan interaktif: bahasa yang digunakan membangkitkan rasa
senang ketika siswa membacanya; (4) Kesesuaian dengan
tingkat kematangan siswa secara umum; (5) Kesesuaian
dengan kaidah bahasa Indonesia; dan (6) Penggunaan istilah
simbol.
C. Standarisasi Kelayakan Penyajian
Konsep-konsep materi dalam buku pelajaran kimia
yang disajikan haarus disusun secara sistematis, sesuai
standar kompetensi sehingga menjadi teori-teori yang
membentuk pengetahuan untuk mencapai kompetensi dasar
mata pelajaran dan indicator dari materi pelajaran tersebut.
Standar kelayakan penyajian meliputi: (1) Teknik penyajian,
konsep yang disajikan secara runtun, dari yang mudah ke
yang sukar, dari yang konkret ke yang abstrak, dan dari yang
sederhana ke yang kompleks; (2) Pengukur penyajian:
mengandung uraian apa yang akan dicapai siswa setelah
30 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia
mempelajari suatu kompetnsi dan terdapat contoh soal dan
soal yang akan menguatkan pemahaman konsep yang ada
dalam materi yang disajikan; dan (3) Penyajian pembelajaran:
penyajian materi bersifat interaktif dan partisipatif mengajak
pembaca untuk mempelajarinya.
D. Standarisasi Kelayakan Kegrafikan
Grafika merupakan bagian dari buku pelajaran yang
berkenaan dengan fisik buku, yang meliputi: ukuran buku,
jenis kertas, cetakan ukuran huruf, warna dan ilustrasi yang
membuat siswa yang menyenangi buku tersebut dan
menumbuhkan minat dan niat siswa untuk membacanya.
Standar kelayakan kegrafikan meliputi: (1) kesesuaina
ukuruan dengan standar ISO, yaitu ukuran buku A4 (210x297
mm), A5 (148x210 mm), B5 (176x250 mm), tolerasnsi
perbedaan ukuran antara 0-20 mm; (2) kesesuaian ukuran
dengan materi isi buku: pemilihan ukuran buku perlu
disesuaikan dengan materi isi buku sesuai dengan mata
pelajaran, hal ini akan mempengaruhi tata letak bagian isi dan
jumlah halaman buku; (3) Penampilan unsure tata muka pada
kulit muka, belakang dan punggung secara harmonis memiliki
irama dan kesatuan serta konsisten, elemen warna, ilustrasi
dan tipografi ditampilkan secara harmonis dan saling terkait
satu dengan lainnya. Menghindari salah pemahaman dan
kurang kejelasan dari ilustrasi yang ditampilkan serta
menambah kedalaman pemahaman dan pengertian bagi
mahasiswa.
Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 31
BAB V KONSEP PEMBELAJARAN SAINTIFIK
A. Pengertian Pendekatan Saintifik
Pembelajaran saintifik merupakan pembelajaran yang
mengadopsi langkah-langkah saintis dalam membangun
pengetahuan melalui metode ilmiah. Dalam hal ini terdapat-
langkah-langkah melakukan pengamatan, menentukan
hipotesis, merancang eksperimen untuk menguji hipotesis,
menguji hipotesis, menerima atau menolak hipotesis dan
membuat kesimpulan.
Melalui metode ilmiah inilah pesrta didik diharapkan
memiliki pembiasaan terhadap kecakapan berpikir sains dan
kemampuan berpikir kreatif peserta didik dan yang lebih
penting adalah bagaiman sikap, pengetahuan, dan
keterampilan diperoleh peserta didik. Berikut adalah aktivitas
siswa yang terjadi dalam pembelajaran yang menerapkan
pendekatan saintifik (Kemendikbud, 2013), yaitu:
1. Mengamati (Observing)
Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses
pembelajaran (meaningfull learning). Metode ini memiliki
keunggulan tertentu, seperti menyajikan media objek
secara nyata, siswa senang dan tertantang, dan mudah
dalam pelaksanaannya. Tentu saja kegiatan mengamati
dalam rangka pembelajaran ini biasanya memerlukan
waktu persiapan yang lama dan matang, biaya dan tenaga
32 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia
relatif banyak, jika tidak terkendali akan mengaburkan
makna serta tujuan pembelajaran.
2. Menanya (Questioning)
Guru yang efektif mampu menginsipirasi siswa untuk
meningkatkan dan mengembangkan ranah sikap,
keterampilan, dan pengetahuannya. Pada saat guru
bertanya, pada saat itu pula dia membimbing atau
memandu siswanya belajar dengan baik. Ketika guru
menjawab pertanyaan dari muridnya, ketika itu pula ia
mendorong siswanya untuk menjadi penyimak dan
pembelajar yang baik.
3. Menalar (Associating)
Istilah “menalar” dalam kerangka proses pembelajaran
dengan pendekatan ilmiah yang dianut dalam kurikulum
2013 untuk menggambarkan bahwa guru dan siswa
merupakan pelaku aktif. Titik tekannya tentu dalam
banyak hal dan situasi siswa harus lebih aktif daripada
guru. Penalaran adalah proses berpikir yang logis dan
sistematis atas fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi
untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan.
Penalaran dimaksud merupakan penalaran ilmiah, meski
penalaran nonilmiah tidak selalu tidak bermanfaat.
4. Mencoba (Experimenting)
Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau autentik,
siswa harus mencoba atau melakukan percobaan,
terutama untuk materi atau substansi yang sesuai. Aplikasi
metode eksperimen atau mencoba dimaksudkan untuk
mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar yaitu
sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Aktivitas
pembelajaran yang nyata untuk hal ini adalah: (1)
Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 33
menemukan tema atau topik sesuai dengan kompetensi
dasar menurut tuntutan kurikulum; (2) mempelajari cara-
cara penggunaan alat dan bahan yang tersedia dan harus
disediakan; (3) mempelajari dasar teoretis yang relevan
dari hasil-hasil eksperimen sebelumnya; (4) melakukan
dan mengamati percobaan; (5) mencatat fenomena yang
terjadi, menganalisis, dan menyajikan data; (6) menarik
simpulan atas hasil percobaan; (7) membuat laporan dan
mengomunikasikan hasil percobaan.
5. Mengkomunikasikan (Networking)
Pada pendekatan saintifik tenaga pendidik diharapkan
memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari.
Kegiatan ini dapt dilakukan menuliskan atau menceritakan
apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi,
untuk mewujudkan rencana yang telah disusun secara
nyata dan praktis di kelas untuk mencari tujuan
pembelajaran. Dalam pendekatan saintifik ada tiga
pendekatan yang diterapkan dalam pembelajaran di
sekolah, yaitu discovery learning dan project based
learning, dan problem based learning.
Menurut McCollum (dalam Masruroh, 2014),
dijelaskan bahwa komponen-komponen penting dalam
mengajar menggunakan pendekatan saintifik atau pendekatan
ilmiah diantaranya adalah guru harus menyajikan
pembelajaran yang dapat meningkatkan rasa keingintahuan
(Foster a sense of wonder), meningkatkan keterampilan
mengamati (Encourage observation), melakukan analisis (
Push for analysis) dan berkomunikasi (Require
communication).
34 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia
1. Meningkatkan rasa keingintahuan, pada tahap ini
semua pengetahuan dan pemahaman dimulai dari
rasa ingin tahu dari peserta didik. Pada pembelajaran
kimia SMA rasa ingin tahu ini dapat difasilitasi dalam
kegiatan tanya jawab baik mulai dari kegiatan
pendahuluan kegiatan inti dan penutup. Selain tanya
jawab, dapat juga dengan melalui memberikan suatu
masalah, fakta-fakta atau kejadian alam yang ada di
sekitar peserta didik.
2. Mengamati, pada tahap ini pengamatan dilakukan
dengan registrasi inderawi melalui proses observasi.
Pembiasaan kegiatan mengamati sangat bermanfaat
bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik,
sehingga proses pembelajaran memiliki
kebermaknaan yang tinggi. Dengan metode observasi
peserta didik dapat menemukan fakta bahwa ada
hubungan antara obyek yang dianalisis dengan materi
pembelajaran yang disajikan oleh guru.
3. Menganalisis, peserta didik perlu dilatih dan
dibiasakan melakukan analisas data yang sesuai
dengan tingkat kemampuannya. Berikan kesempatan
kepada peserta untuk meninjau kembali hasil
pengamatan dan mereka dilatih membuat pola-pola
atau grafik dari data yang diperolehnya. Latih peserta
untuk melakukan klasifikasi, menghubungkan dan
menghitung.
4. Mengasosiasi bertujuan untuk membangun
kemampuan berpikir dan bersikap ilmiah. Data yang
diperoleh dibuat klasifikasi, diolah, dan ditemukan
hubungan-hubungan yang spesifik. Kegiatan dapat
dirancang oleh pendidik melalui situasi yang
direkayasa dalam kegiatan tertentu sehingga peserta
Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 35
didik melakukan aktivitas antara lain menganalisis
data, mengelompokkan, membuat kategori,
menyimpulkan, dan memprediksi/ meramalkan
dengan memanfaatkan lembar kerja diskusi atau
praktik. Hasil kegiatan mencoba dan mengasosiasi
memungkinkan peserta didik menguasai
keterampilan berpikir kritis tingkat tinggi (higher
order thinking skills) hingga berpikir metakognitif.
5. Mengkomunikasikan, hasil-hasil yang diperoleh
peserta didik dari tiga tahapan tadi dikomunikasikan
dengan peserta didik lain sehingga diperoleh
kesepakatan belajar yang saling melengkapi.
Banyak para ahli yang meyakini bahwa melalui
pendekatan saintifik/ilmiah, selain dapat menjadikan siswa
lebih aktif dalam mengkonstruksi pengetahuan dan
keterampilannya, juga dapat mendorong siswa untuk
melakukan penyelidikan guna menemukan fakta-fakta dari
suatu fenomena atau kejadian. Artinya, dalam proses
pembelajaran, siswa dibelajarkan dan dibiasakan untuk
menemukan kebenaran ilmiah, bukan diajak untuk beropini
apalagi fitnah dalam melihat suatu fenomena. Mereka dilatih
untuk mampu berfikir logis, runut dan sistematis, dengan
menggunakan kapasistas berfikir tingkat tinggi (High Order
Thingking/HOT). Combie White (1997) dalam bukunya yang
berjudul “Curriculum Innovation; A Celebration of Classroom
Practice” telah mengingatkan kita tentang pentingnya
membelajarkan para siswa tentang fakta-fakta. “Tidak ada
yang lebih penting, selain fakta“, demikian ungkapnya.
Proses pembelajaran yanag mengimplementasikan
pendekatan saintifik akan mencakup tiga aspek, yaitu: sikap
(afektif), pengetahuan (kognitif), dan keterampilan
36 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia
(psikomotor). Dengan proses pembelajaran yang demikian
maka diharapkan hasil belajar melahirkan peserta didik yang
produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan
sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi
B. Prinsip Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik
Beberapa prinsip pendekatan saintifik dalam kegiatan
pembelajaran adalah sebagai berikut: (1) Pembelajaran
berpusat kepada siswa; (2) Pembelajaran membentuk student
self concept; (3) Pembelajaran terbebas dari verbalisme; (4)
Pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengasimilasi dan mengakomodasi konsep, hukum dan
prinsip; (5) Pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan
kemampuan berpikir siswa; (6) Pembelajaran meningkatkan
motivasi belajar siswa dan motivasi mengajar guru; (7)
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih
kemampuan dalam komunikasi; dan (8) Adanya proses
validasi terhadap konsep, hukum, dan prinsip yang
dikonstruksi siswa dalam struktur kognitifnya.
C. Tujuan Pendekatan Saintifik
Tujuan pembelajaran dengan pendekatan
ilmiah/saintifik di dasarkan pada keunggulan pendekatan
tersebut. Beberapa tujuan pendekatan saintifik adalah: (1)
Untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya
kemampuan berfikir tingkat tinggi siswa; (2) Untuk
membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu
masalah secara sistematik; (3) Terciptanya kondisi
pembelajaran dimana siswa merasa bahwa belajar itu
merupakan suatu kebutuhan; (4) Diperolehnya hasil belajar
Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 37
yang tinggi; (5) Untuk melatih siswa dalam
mengkomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis
artikel ilmiah; dan (6) Untuk mengembangkan karakter siswa.
D. Pendekatan Saintifik dengan Model Pembelajaran
Berbasis Masalah
Problem Based Learning (PBL) memiliki beberapa ciri
dan karakteritik sebagai berikut: (1) Mengorientasikan siswa
kepada masalah autentik dan menghindar pembelajarn
terisolasi; (2) Berpusat pada siswa dalam jangka waktu lama;
(3) Menciptakan pembelajaran interdisiplin; (4) Penyelidikan
masalah autentikyang terintegrasi dengan dunia nyata dan
pengalaman praktis; (5) Menghasilakan produk/karya dan
memamerkannya; (6) Mengajarkan kepada siswa untuk
mampu menerapakan apa yang mereka pelajari di sekolah
dalam kehidupannya yang panjang; (7) Pembelajaran terjadi
pada kelompok kecil (kooperatif); (8) Guru berperan sebagai
fasilitator, motivator dan pembimbing; (9) Masalah
diformulasikan untuk memfokuskan dan merangsang
pembelajaran; (10) Masalah adalah kendaraan untuk
pengembangan keterampilan pemecahan masalah; dan (11)
Informasi baru diperoleh lewat belajar mandiri.
Sebagai salah satu strategi pembelajaran, menurut
Sanjaya (2010), strategi pembelajaran berbasis masalah
memiliki beberapa kelebihan, antara lain: (1) strategi
berbasis masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk
lebih memahami isi pelajaran; (2) dapat menantang
kemampuan siswa serta memberiakn kepuasan untuk
menemukan pengetahuan baru bagi siswa; (3) dapat
meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa; (4) dapat
membantu siswa bagaimana mentransfer pengetahuan
38 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia
mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata;
(5) dapat membantu siswa untuk emngembangkan
pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam
pembelajaran yang mereka lakukan, serta dapat mendorong
untuk melakukan evaluasi sendiri baik terhadap hasil
maupun proses belajarnya; (6) bisa memperlihatkan kepada
siswa bahwa mata pelajaran pada dasarnya merupakan cara
berpikir dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa, bukan
hanya sekedar belajar dari guru atau dari buku-buku saja; (7)
dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa; (8) dapat
mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan
mengembangkan kemampuan untuk menyesuaikan denagn
pengetahuan baru; (9) dapat memberikan kesempatan pada
siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka
miliki dalam dunia nyata; dan (10) dapat mengembangkan
minat siswa untuk secara terus-menerus belajar sekalipun
belajar pada pendidikan formal telah berakhir.
Tahapan pembelajaran berbasis masalah dirumuskan
pada Tabel 1
Tabel 1 Tahapan Pemecahan Masalah (Problem Based Learning)
No. Tahapan Aktivitas Guru dan Peserta Didik
1. Mengorientasikan peserta didik terhadap masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan sarana atau logistik yang dibutuhkan.
Guru memotivasi peserta didik untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah nyata yang dipilih atau ditentukan.
2. Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar
Guru membantu peserta didik mendefenisikan dan menorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah yang sudah diorientasikan pada tahap sebelumnya.
Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 39
3. Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
Guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai dan melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan kejelasan yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah.
4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Guru membantu peserta didik untuk berbagi tugas dan merencanakan atau menyiapkan karya yang sesuai sebagai hasil pemecahan masalah dalam bentuk laporan, video atau model.
5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masal
Guru membantu peserta didik untuk melakukan refleksikan atau evaluasi terhadap proses pemecahan masalah yang dilakukan
(Saefudin dan Berdiati, 2014)
40 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia
BAB VI PENGEMBANGAN BAHAN AJAR KIMIA
INOVATIF BERBASIS MULTIMEDIA
A. Pentingnya Pengembangan Bahan Ajar Kimia
Pengembangan bahan ajar kimia inovatif berbasis
multimedia perlu mendapatkan perhatian karena penyediaan
bahan ajar yang berkualitas baik sesuai kurikulum akan dapat
menolong siswa dalam belajar secara efektif. Pengembangan
bahan ajar kimia SMA/MA inovatif dan interaktif berbasis
multimedia dapat menolong siswa didalam pembelajaran
mencapai kompetensi dan pada akhirnya meningkatkan hasil
belajar (Situmorang dan Munthe, 2015). Tahapan
pengembangan dilakukan dengan pengayaan isi materi kimia
yang mengintegrasikan percobaan laboratorium, media
pembelajaran dan penerapan kontekstual (Situmorang, dkk,
2015).
Inovasi pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil
belajar siswa sangat perlu dilakukan terutama dalam upaya
mendorong pergeseran pembelajaran konvensional kepada
pembelajaran mandiri dan terstruktur yang dapat
meningkatkan penguasaan siswa di dalam konsep ilmu dan
sekaligus membuat kesan pembelajaran semakin lama dapat
diingat siswa. Inovasi dalam pendidikan sering dihubungkan
dengan pembaharuan yang berasal dari hasil pemikiran
kreatif, temuan dan modifikasi yang memuat ide dan metode
yang dipergunakan untuk mengatasi suatu permasalahan
Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 41
pendidikan (Montelongo dan Herter, 2010; Tompkins, dkk.,
2006).
Buku ajar merupakan sumber belajar yang sangat
penting untuk mendukung tercapainya kompetensi yang
menjadi tujuan pembelajaran sehingga diyakini sebagai guru
yang baik, setia, objektif, tidak pernah jemu dan menjadi
jendela informasi (Zevenbergen, dkk., 2010). Buku ajar yang
baik dan inovatif dapat meningkatkan prestasi peserta didik
karena siswa terdorong untuk menggunakan buku di dalam
kelas saat pembelajaran maupun untuk pengayaan dan
pembelajaran mandiri (Situmorang, 2013). Buku ajar yang
baik harus mengikuti perkembangan teknologi, seni dan
realitas kehidupan di dalam masyarakat yang semakin
mengglobal (Corrigan, dkk,. 2009). Buku-buku pelajaran yang
dipergunakan oleh siswa harus benar-benar teruji kualitasnya
sebagai sumber dan media pembelajaran. Setiap buku
pelajaran yang akan digunakan di sekolah-sekolah harus
sudah melalui proses penilaian buku pelajaran sebagai
pengendali mutu buku pendidikan yang berstandar nasional.
Penggunaan sumber belajar secara maksimal akan dapat
memberi pengetahuan secara lengkap dan sesuai dengan
tingkat perkembangannya (Jippers, dkk., 2010; Bentley, dkk.,
2010).
Bahan ajar bermutu harus mampu menyajikan materi
ajar sesuai dengan tuntutan kurikulum, mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), dan
dapat menjembatani pembelajaran agar kompetensi yang
telah ditetapkan dapat tercapai. Materi ajar kimia yang
disajikan di dalam buku ajar kimia harus tuntas, sistematik,
mudah dimengerti, menarik, inovatif, memotivasi belajar
mandiri, selaras dengan capaian kompetensi yang terdapat di
42 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia
dalam kurikulum (Situmorang, 2013). Bahan ajar yang ada
kurang dapat menghubungkan wawasan lingkungan dengan
materi tersebut, sehingga pada akhirmya siswa menganggap
bahwa materi kimia adalah materi yang tidak bermanfaat
dalam kehidupan sehari-hari.
Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi sangat cepat termasuk ilmu kimia, tetapi kemajuan
yang pesat dalam ilmu kimia tidak diikuti dengan
perkembangan yang cepat dalam pembelajaran kimia
(Silitonga dan Situmorang, 2009). Kemajuan telah
menawarkan kesempatan baru untuk pengajaran dan
pembelajaran. Pembelajaran semakin mengandalkan
teknologi multimedia, yang melibatkan kata-kata (seperti
dicetak atau teks lisan) dan gambar (seperti animasi, video,
ilustrasi atau foto).
Pembelajaran bahan ajar dengan multimedia berbasis
komputer telah mengubah praktek pembelajaran dalam
pembelajaran terbuka dan jarak jauh dengan meningkatkan
pembelajaran aktif melalui interaktif dan eksplorasi. Bahan
ajar dengan multimedia yang dirancang secara sistematis
harus berpotensi untuk mengatasi keterbatasan media cetak
dalam mendukung pemahaman ilmiah (scientific), terutama
dalam mengajarkan konsep-konsep abstrak dalam sains
(Garnett, Oliver, & Hackling, 1998). Pengembangan bahan ajar
kimia SMA/MA inovatif dan interaktif berbasis multimedia
bertujuan untuk mendapatkan bahan ajar kimia SMA/MA
yang standar, inovatif dan interaktif (Simatupang dan
Situmorang, 2013).
Indikasi rendahnya mutu pendidikan di Indonesia
sangat dirasakan pada pembelajaran eksakta, salah satunya
adalah mata pelajaran kimia sebagai bagian dari mata
Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 43
pelajaran IPA (Suyanti, 2008). Kenyataan menunjukkan
bahwa siswa menganggap mata pelajaran kimia sulit
dipelajari, sehingga siswa sudah terlebih dahulu merasa
kurang mampu untuk mempelajarinya. Hal ini dapat
disebabkan oleh penyajian materi yang sulit, membosankan
dan menakutkan, sehingga siswa kurang menguasai konsep
kimia, dan akhirnya belajar kimia menjadi tidak menarik lagi
bagi kebanyakan siswa. Pembelajaran kimia pada materi laju
reaksi berisi konsep-konsep yang cukup sulit untuk dipahami
siswa, karena menyangkut reaksi-reaksi kimia dan hitungan-
hitungan serta menyangkut konsep-konsep yang bersifat
abstrak. Tidak tersedianya bahan ajar yang standar sesuai
kurikulum semakin membuat siswa sulit belajar kimia
(Yusfiani dan Situmorang, 2011). Dengan pengembangan
bahan ajar kimia yang inovatif berbasis multimedia
diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa, karena
dari hasil pengamatan di beberapa sekolah menunjukkan
bahwa penyampaian materi kimia dengan metode ceramah
dan diskusi kurang optimal dalam meningkatkan hasil belajar
dan motivasi belajar kimia siswa.
Perkembangan teknologi dan informasi yang cepat
dalam berbagai aspek kehidupan termasuk dalam bidang
pendidikan, menuntut guru untuk bertindak lebih inovatif
dalam pengajaran. Kebutuhan akan layanan individual
terhadap peserta didik dan perbaikan kesempatan belajar
bagi mereka menjadi pendorong utama timbulnya
pembaharuan pendidikan (Sa’ud, 2008). Karenanya inovasi
dalam bidang pengajaran khususnya kimia sudah menjadi
keharusan untuk lebih mendekatkan pengetahuan pada diri
peserta didik. Penelitian yang dilakukan oleh Chang Lee
(2015) tentang pengaruh inovasi dalam pengajaran terhadap
kepuasan belajar siswa diperoleh kesimpulan bahwa inovasi
44 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia
yang dilakukan memberi dampak motivasi belajar siswa yang
meningkat. Pengetahuan baru serta kepuasan belajar juga
diperoleh siswa. Penggunaan bahan ajar inovatif akan sangat
membantu siswa dalam memahami pembelajaran. Apalagi
modul yang ada berbasis pada multimedia. Keberadaan media
memperjelas pemahaman siswa tentang bahan yang
diajarkan. Media yang digunakan dapat berupa media cetak,
pameran, audio, video, multimedia, dan media net/web.
Kegiatan pembelajaran harus dilakukakan secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang dan
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan
kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan
fisik serta psikologi peserta. Inovasi pembelajaran dalam
bahan ajar dilakukan dengan beberapa pendekatan antara
lain pendekatan scientific. Problem Based Learning merupakan
salah satu pendekatan pembelajaran yang menerapkan
langkah-langkah pendekatan scientific.
Problem Based Learning membantu siswa dalam
memilih masalah, mendefenisikan masalah, memecahkan
masalah, menyelesaikan masalah, membantu
mengembangkan berpikir kritis, komunikasi secara lisan dan
tulisan dalam mengembangkan kerja kelompok (Killyey
dalam Mellyzar, 2013). Siregar (2014) dalam penelitiannya
menyatakan bahwa terdapat peningkatan yang signifikan
hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran kimia yang
menggunakan Problem Based Learning bermedia internet.
Beberapa hasil penelitian mengenai pengembangan
bahan ajar kimia SMA menunjukkan bahwa buku ajar kimia
hasil inovasi dapat menolong siswa didalam pembelajaran
untuk mencapai kompetensi sesuai tuntutan kurikulum.
Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 45
Siswa sangat tertarik menggunakan buku ajar hasil inovasi
dalam pembelajaran. Dalam penelitiannya persentase
pencapaian hasil belajar siswa kelompok eksperimen
memiliki rata-rata 84,44±8,33, sedangkan kelompok kontrol
75,28±11,62, dan keduanya berbeda nyata (Situmorang,
2013). Menurut Parulian (2013) dalam penelitian
Pengembangan Buku Ajar Kimia Inovatif untuk Kelas XI
Semester II SMA/MA, menyatakan bahwa pengajaran dengan
menggunakan buku ajar kimia inovatif dapat meningkan hasil
belajar rata-rata 74,25% sedangkan pengajaran dengan buku
pengangan siswa meningkatkan hasil belajar rata-rata 73%.
Pengembangan bahan ajar bertujuan untuk
mewujudkan bahan ajar yang dapat menunjang pencapaian
kompetensi dasar, indikator, bermakna terhadap prestasi
belajar dan memenuhi kriteria mutu (Labov, 2006; Gravagna,
2009; Hosler dan Boomer, 2011; Fastre, 2010).
Pengembangan bahan ajar kimia berbasis multimedia dengan
mengintegrasikan model pembelajaran inkuiri dimaksudkan
untuk menghasilkan bahan ajar kimia yang inovatif dalam
bentuk hardcopy dan e-book untuk mendukung pencapaian
kompetensi dasar dan dapat meningkatkan hasil belajar.
B. Konsep Pengembangan Produk Bahan Ajar
Penelitian pengembangan merupakan penelitian yang
diarahkan untuk menghasilkan produk, desain dan proses.
Penelitian pengembangan dikenal dengan istilah Research and
Development (R&D). Didalam dunia pendidikan, penelitian
pengembangan merupakan jenis penelitian yang relatif baru
(Setyosari, 2012).
Menurut Setyosari (2012), penelitian pengembangan
tidak jauh berbeda dengan penelitian-penelitian lain,
46 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia
perbedaannya terletak pada metodologinya saja. Model yang
sering digunakan dalam penelitian pengembangan adalah: (a)
Model konseptual. Model konseptual adalah model yang
bersifat analistis yang menjelaskan komponen-komponen
produk yang akan dikembangkan dan berkaitan antar
komponennya. Model ini memperlihatkan hubungan antar
konsep dan tidak memperlihatkan urutan secara bertahap.
Urutan boleh diawali darimana saja; dan (b) Model
prosedural. Model prosedural adalah model deskriptif yang
menggambarkan alur atau langkah-langkah prosedural yang
harus diikuti untuk menghasilkan produk tertentu. Model
prosedural biasa dijumpai dalam model rancangan
pembelajaran, misalnya Dick & Carey, model Borg & Gall dan
model ADDIE (Analysis, Design, Development, Implementation,
Evaluation).
Borg dan Gall (1983) menyatakan ada 10 langkah
pelaksanaan strategi R&D, meliputi: (1) Penelitian dan
pengumpulan data (Research and information collection; Pada
penelitian dan pengumpulan data ini dilakukan analisis
kebutuhan, studi literatur, dan penelitian skala kecil; (2)
Perencanaan (Planning); Pada tahap perencanaan dilakukan
identifikasi kemampuan yang diperlukan untuk pelaksanaan
penelitian, membuat rumusan tujuan yang hendak dicapai,
membuat desain atau langkah-langkah penelitian, dan
merencanakan kemungkinan pengujian di lingkup terbatas;
(3) Pengembangan produk awal atau draft (Develop
preliminary form of product); Pengembangan produk ini
meliputi penyiapan bahan ajar, proses pembelajaran, dan
instrumen evaluasi; (4) Ujicoba lapangan awal (Preliminary
field testing); Ujicoba lapangan awal atau ujicoba terbatas
dilakukan pada 1-3 sekolah menggunakan 6-12 subjek.
Selama ujicoba dilakukan observasi, wawancara, dan
Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 47
pengedaran angket. Tujuannya adalah untuk mendapatkan
evaluasi kualitatif terhadap produk yang dikembangkan; (5)
Merevisi produk utama (Main product revision); Revisi produk
utama dilakukan berdasarkan temuan-temuan pada ujicoba
lapangan awal; (6) Ujicoba lapangan utama (Main field
testing); Ujicoba ini dilakukan pada 5-15 sekolah dengan 30-
100 subjek. Data kuantitatif tentang penampilan pengajar,
sebelum dan sesudah menggunakan model dikumpulkan.
Data yang diperoleh, selanjutnya dievaluasi dan kalau
mungkin dibandingkan dengan kelompok kontrol; (7)
Penyempurnaan produk operasional (Operational product
revision); Penyempurnaan produk operasional dilakukan
berdasarkan temuan-temuan ketika melaksanakan ujicoba
lapangan utama; (8) Ujicoba lapangan operasional (Operatinal
field testing); Ujicoba ini dilakukan pada 10-30 sekolah
dengan melibatkan 40-200 subjek. Pengujian dilakukan
melalui angket, wawancara, observasi, dan lain-lain; (9)
Penyempurnaan produk akhir (Final product revision);
Penyempurnaan dilakukan berdasarkan temuan-temuan pada
ujicoba lapangan operasional; dan (10) Deseminasi dan
implementasi (Dissemination and implementation); Membuat
laporan tentang produk pada pertemuan profesional dan
mempublikasikannya pada jurnal, bekerjasama dengan
penerbit, memonitor distribusi untuk melakukan
pengendalian kualitas.
Kesepuluh tahapan ini, jika diikuti dengan baik akan
dihasilkan produk berbasis penelitian yang siap pakai,
misalnya di sekolah. Walaupun ada 10 tahapan, tiap langkah
harus dilakukan secara cermat agar dihasilkan produk yang
berkualitas.
48 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia
C. Metode Pemecahan Masalah
Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan
(Research and Development (R&D)), yang bertujuan untuk
memperoleh bahan ajar kimia inovatif berbasis multimedia
pada pengajaran laju reaksi untuk mendukung implementasi
kurikulum nasional. Penelitian ini terdiri dari analisis bahan
ajar yang sudah ada, perancangan bahan ajar (menginovasi
bahan ajar, membuat multimedia dan instrumen),
standarisasi bahan ajar, evaluasi bahan ajar dan uji coba
terhadap bahan ajar hasil pengembangan. Hasil analisis bahan
ajar yang diperoleh dijadikan dasar pengembangan bahan
ajar yang dikembangkan. Perancangan bahan ajar dilakukan
dengan memadukan multimedia dalam pembelajaran, serta
mengintegrasikan kegiatan laboratorium, metode dan model
pembelajaran untuk mendapatkan bahan ajar yang inovatif.
Standarisasi bahan ajar dilakukan untuk mengetahui tingkat
kelayakan bahan ajar kimia inovatif yang telah dikembangkan
sesuai standar kelayakan Badan Standar Nasional Pendidikan
(BSNP). Selanjutnya, uji coba dilakukan terhadap dua kelas di
3 sekolah yang berbeda, yaitu kelas eksperimen dan kelas
kontrol untuk masing-masing sekolah. Pada kelas eksperimen
uji coba dilakukan dengan menggunakan bahan ajar kimia
inovatif berbasis multimedia sedangkan kelas kontrol uji coba
dilakukan dengan menggunakan buku ajar kimia pegangan
siswa. Perlakuan pengajaran dilakukan dengan
membandingkan kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk
mengetahui perbedaan peningkatan hasil belajar siswa
setelah menggunakan bahan ajar kimia inovatif berbasis
multimedia dibandingkan peningkatan hasil belajar siswa
yang menggunakan buku pegangan siswa.
Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 49
Desain penelitian yang telah dilakukan dalam
penelitian pengembangan bahan ajar inovatif berbasis
multimedia pada pengajaran laju reaksi meliputi
pengembangan bahan ajar, standarisasi bahan ajar, evaluasi
dan uji coba bahan ajar. Desain penelitian yang telah
dilakukan pada pengembangan bahan ajar kimia inovatif
berbasis multimedia pada pengajaran laju reaksi dapat dilihat
pada 1
Gambar 1 Desain Penelitian Pengembangan Bahan Ajar Kimia
Berbasis Multimedia untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pengajaran Laju Reaksi
Berdasarkan gambaran desain penelitian diatas dapat
dijelaskan langkah-langkah penelitian yang dilakukan oleh
peneliti. Pada tahap awal peneliti melakukan pengembangan
bahan ajar pada materi laju reaksi terintegrasi dengan model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL), kemudian bahan
ajar tersebut akan diinovasi menggunakan teknologi
informasi berbasis multimedia, seperti media cetak, compact
disk (cd), dan web (e-lerning). Kemudian bahan ajar yang
sudah dikembangkan akan distandarisasi terlebih dahulu
menggunakan angket standar BSNP dengan bantuan validator
ahli untuk mengetahui apakah bahan ajar tersebut layak
untuk digunakan. Pada tahap akhir, bahan ajar yang sudah
Standarisasi bahan ajar yang telah dikembangkan
Uji coba bahan ajar hasil pengembangan
Pengembangan bahan ajar kimia inovatif berbasis multimedia pada
materi laju reaksi
50 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia
dikembangkan diberikan kepada siswa dan guru kimia
sebagai pengguna untuk mengetahui tingkat efektifitas dan
tanggapan pengguna terhadap bahan ajar yang telah
dikembangkan dalam pembelajaran kimia di kelas.
Quesioner untuk Kelayakan Bahan Ajar Kimia Hasil
Pengembangan, Media dan Motivasi
Quesioner atau angket adalah metode pengumpulan
data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat
pertanyaan tertulis kepada responden. Quesioner atau angket
yang digunakan dalam penelitian adalah quesioner untuk
kelayakan bahan ajar kimia hasil pengembangan yaitu
quesioner berdasarkan BSNP (Badan Standar Nasional
Pendidikan) yang ditujukan pada guru kimia dan dosen kimia,
dan quesioner motivasi belajar kimia yang ditujukan pada
siswa.
Angket yang digunakan untuk mengukur motivasi
siswa penggunaan bahan ajar kimia inovatif berbasis
multimedia diperoleh dari instrument test berupa angket
yang sudah standar dan digunakan Agus Haryadi (2013) yang
berjudul “Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah
Menggunakan media Web terhadap Motivasi dan Hasil Belajar
Siswa Pokok Bahasan Zat Adiktif Makanan di SMP”.
Evaluasi Hasil Belajar
Evaluasi hasil belajar merupakan keseluruhan
kegiatan pengukuran (pengumpulan data, pengolahan) untuk
membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar yang dicapai
oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar dalam
mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai siswa.
Evaluasi hasil belajar yang diterapkan dalam
penelitian yaitu pre-test dan post-test. Pre-test dilakukan
pada saat akan memulai penyajian materi baru yaitu materi
Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 51
laju reaksi yang bertujuan untuk mengidentifikasi taraf
pengetahuan siswa mengenai materi yang akan disajikan.
Sedangkan post-test merupakan kebalikan dari pre-test yakni
dilakukan pada setiap akhir penyajian materi. Tujuannya
adalah untuk mengetahui taraf penguasaan siswa atas materi
yang telah diajarkan.
Test hasil belajar siswa berbentuk pilihan ganda (test
objektif) yang dilakukan di awal (pretest) dan di akhir
(posttest) dengan jumlah soal yang telah divalidasi sebanyak
20 butir. Pilihan jawaban disediakan sebanyak lima butir (a, b,
c, d,e). Adapun instrumen yang digunakan adalah yang
bersifat objektif berbentuk pilihan ganda dengan jenis
pertanyaan yang tertutup. Instrumen yang digunakan berupa
instrumen tes yang sudah valid dari Friska Juliana Purba
(2015) yang berjudul “Pengembangan Penuntun Praktikum
Kimia SMA Kelas XI Materi Laju Reaksi Sesuai dengan Model
Pembelajaran Penemuan dan Berbasis Proyek”.
Pengembangan bahan ajar meliputi: (1) Pengayaan
materi ajar pada materi laju reaksi yang relevan sesuai
kurikulum, misalnya melengkapi bahan ajar dengan
menyediakan contoh kasus kontekstual, ilustrasi gambar,
contoh soal dan penyelesaiannya, serta menggunakan potensi
lokal untuk memperkaya materi pelajaran di dalam bahan
ajar; (2) Integrasi kegiatan laboratorium dengan
menambahkan video praktikum yang dilakukan sendiri oleh
peneliti sehingga dapat memupuk rasa ingin tahu siswa; (3)
Integrasi model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
yang melibatkan siswa dapat merumuskan sendiri
penemuannya; (4) Pembuatan e-book atau buku elektronik
menggunakan software flipbookmaker sehingga dapat
memadukan teks, gambar dan video dengan pengayaan isi.
52 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia
D. Hasil Belajar dan Motivasi Belajar Siswa Kaitannya
dengan Pengembangan Media Bahan Ajar
Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan tingkat penguasaan terhadap
sesuatu yang diperoleh di dalam belajar. Sesuatu yang
diperoleh itu berbeda-beda ada yang memperoleh nilai yang
tinggi, sedang dan rendah. Melalui kegiatan belajar mengajar
secara pelahan-lahan akan terjadi perubahan pada individu
yang belajar, baik dari pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
Masing-masing perubahan ini merupakan keberhasilan
belajar yang mencerminkan sejauh mana perubahan itu
terjadi.
Berdasarkan hasil belajar tersebut di dapat informasi
tentang berap besar penguasaan siswa terhadap materi yang
telah diberikan yang dapat ditulis dalam angka atau nilai.
Hamalik (2006) menyatakan bahwa prestasi belajar adalah
suatu hasil belajar yang dicapai melalui belajar. Prestasi
belajar adalah merupakan pencerminan keberhasilan dalam
proses belajar mengajar di sekolah. Belajar tidak dapat
dipisahkan dari prestasi belajar, karena suatu prestasi yang
baik akan tercapai dengan banyak belajar.
Dengan demikian jelaslah bahwa hasil belajar dapat
diga,barkan sebagai prestasi siswa yang ditinjukkan dengan
kemampuannya dalam bidang tertentu. Dari penjelasan di
atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar terjadi
setelah adanya perubahan tingkah laku setelah adanya latihan
(Djamarah, 2002).
Hasil belajar yang diterima siswa berbeda-beda
karena dalam pencapaian hasil belajar dipengaruhi oleh
faktor, baik faktor eksternal maupun internal. Mengenai
Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 53
faktor yang mempengaruhi hasil belajar lebih lanjut Djamarah
dan Zain (2002) menyebutkan ”pencapaian hasil belajar
dipengaruhi oleh faktor tujuan, guru, peserta didik, kegiatan
belajar, alat evaluasi, dan suasana evaluasi.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi hasil
belajar siswa. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
adalah: (a) Faktor internal siswa, yaitu faktor dari dalam diri
siswa yang meliputi keadaan jasmani dan rohani. Faktor
jasmani adalah faktor yang mempengaruhi semangat siswa
dalam mengikuti pelajaran dan faktor rohani dapat
mempengaruhi kuantitas dan kualitas hasil belajar siswa yang
meliputi tingkat kecerdasan atau intelegensi siswa, bakat,
minat, motivasi dan cara belajar siswa; dan (b) Faktor
eksternal siswa, yitu faktor dari luar diri siswa meliputi
kondisi keluarga (tinggi rendahnya pendidikan orang tua,
besar kecilnya penghasilan, cukup atau kurang perhatian dan
bimbingan orang tua, akrab atau tidaknya hubungan orang
tua dengan anak-anaknya), sekolah (kesesuaian kurikulum
dengan kemampuan anak, keadaan fasilitas di sekolah,
pelaksanaan tata tertib di sekolah), masyarakatdan
lingkungan sekitar (Dalyono, 2001). Clark (1981) menyatakan
bahwa hasil belajar siswa di sekolah 70% dipengaruhi oleh
kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan.
Menurut Frandsen (Suryabrata, 2001) mengatakan
bahwa hal yang mendorong seseorang untuk belajar adalah
sebagai berikut: (1) adanya sifat ingin tahu; (2) adanya sifat
yang kreatif yang ada pada manusia; (3) adanya keinginan
untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru, dan teman-
teman; (4) adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan
lalu dengan usaha yang baru; (5) adanya keinginan untuk
54 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia
mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran; dan (6)
adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir dari belajar.
Bahan ajar kimia inovatif yang telah distandarisasi
kemudian diujicobakan di sekolah. Dalam hal ini, uji coba
dilakukan di tiga sekolah yang berbeda agar data yang
diperoleh akurat. Pengujian bahan ajar kimia inovatif ini
membutuhkan dua kelas tiap sekolah yakni satu sebagai
kelompok eksperimen dan satu lagi sebagai kelompok
kontrol. Uji coba bahan ajar kimia ini dilakukan untuk
megetahui kelayakan bahan ajar yang telah dikembangkan
oleh peneliti. Berbagai parameter diusahakan sama pada
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, diantaranya
penggunaan waktu pembelajaran, guru yang mengajar, dan
evaluasi hasil belajar (pretest dan posttest) yang
dipergunakan kepada siswa memiliki kualitas yang sama.
Motivasi Belajar Siswa
Motivasi adalah suatu usaha yang disadari untuk
mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia bergerak untuk
melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan
tertentu. Menurut Walgito (2004), motivasi merupakan
keadaan dalam diri individu tau organisme yang mendorong
perilaku ke arah tujuan. Sedangkan motivasi menurut Stoner
dan Freman adalah karaktristik psikologi manusia yang
memberikan kontribusi hasrat, pembangkit tenaga dan
dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan mereka
berbuat sesuatu secara singkat dalam diri individu yang
menyadari atau menentukan prilaku individu. Dikalangan
para ahlimuncul berbagai pendapat tentang motivasi.
Meskipun demikian, ada juga semacam kesamaan pendapat
yang dapat ditarik mengenai pengertian motivasi, yaitu:
Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 55
dorongan dari diri seseorang yang menyebabkan seseorang
tersebut melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna
mencapai tujuan. Yang diamati adalah kegiatan atau mungkin
alasan-alasan tindakan tersebut (Notoatmodjo, 2010).
Menurut Elliot et al (2000) dan Sue Howard (1999)
dalam Sardiman (2007), motivasi dibedakan atas dua jenis
yaitu: (a) Motivasi intrinsik. Motivasi intrinsik adalah motif-
motif (daya penggerak) yang menjadi aktif dan berfungsinya
tidak perlu dirangsang dari luar karena dari diri individu
sudah terdapat dorongan untuk melakukan sesuatu. (b)
Motivasi ekstrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah dorongan yang
menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu itu
bersumber pada suatu kebutuhan yang harus dipenuhi.
motivasi ektrinsik dipengaruhi atau dirangsang dari luar
individu. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi
ekstrinsik berupa pujian, nasehat, semangat, hadiah,
hukuman, dan menerima sesuatu.
Ciri-ciri motivasi antara lain: (a) tekun melakukan
tugas (dapat belajar terus-menerus dalam waktu yang lama,
tidak pernah berhenti sebelum tugas selesai); (b) ulet
menghadapi kesulitan (tidak mudah putus asa, tidak
memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi); (c)
menunjukkan minat untuk memecahkan masalah (misalnya
untuk pembangunan agama, ekonomi, politik, hukum dan
pembangunan); (d) lebih senag bekerja mandiri; (e) cepat
bosan pada tugas-tugas yang rutin; (f) dapat
mempertahankan pendapatnya; (g) tidak mudah melepaskan
hal-hal yang diyakini; dan (h) senang mencari dan
memecahkan masalah soal-soal.
Dalam kegiatan belajar, motivasi merupakan daya
penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan
56 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia
belajar dan menjamin kelangsungan kegiatan belajar,
sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar dapat
tercapai. Motivasi dapat menumbuhkan gairah, merasa
senang dan semangat untuk belajar.siswa yang memiliki
motivasi kuat, akan mempunyai banyak energi untuk
melakukan kegiatan belajar. Jadi, motivasi akan menentukan
intesitas usaha belajar siswa. Usaha belajar yang didasari
adanya motivasi yang kuat, dapat melahirkan prestasi belajar
yang baik. Selanjutnya, motivasi belajar dapat dijadikan
penguat belajar, memperjelas tujuan belajar, menentukan
rangsangan belajar, serta menentukan ketekunan belajar.
Dengan demikian, motivasi sangat berperan terhadap
keberhasilan belajar siswa (Simatupang, 2013).
Motivasi tidak dapat diobservasi secara langsung
namun harus di ukur. Pada umumnya, yang banyak diukur
adalah motivasi sosial dan motivasi biologis. Pada penelitian
ini untuk mengukur motivasi belajar kimia siswa
menggunakan quesioner atau angket untuk mengetahui
respon yang diberikan siswa terhadap motivasi belajar siswa.
Pengukuran motivasi menggunakan quesioner dengan
skala Likert yang berisi pernyataan-pernyataan positif,
dengan kriteria pernyataan sebagai berikut:
a. Sangat setuju (SS), jika responden sangat setuju
dengan pernyataan kuesioner yang diberikan melalui
jawaban kuesioner di beri skor 4.
b. Setuju (S), jika responden setuju dengan pernyataan
kuesioner yang diberikan melalui jawaban kuesioner
di beri skor 3.
c. Tidak setuju (TS), jika responden tidak setuju dengan
pernyataan kuesioner yang diberikan melalui jawaban
kuesioner di beri skor 2.
d. Sangat tidak setuju (STS), jika responden sangat tidak
Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 57
setuju dengan pernyataan kuesioner yang diberikan
melalui jawaban kuesioner di beri skor 1.
Perhitungan rata-rata skor yang diperoleh,
menggunakan rumus berikut:
Rata rata skor ∑ skor
∑ responden skor max
∑ skor = jumlah skor yang diperoleh
∑responden = jumlah siswa
Skor max = nilai tertinggi dalam rentang angket
Ket: Skor max = Jumlah skor maksimum tiap item soal
yaitu 4
E. Hasil Tahapan Pengembangan Bahan Ajar Kimia
Inovatif Berbasis Multimedia
Tahap awal dilakukan dengan menganalisis sebanyak
lima buku kimia SMA/MA Kelas XI Semester 1 yang beredar
dan digunakan di sekolah yang dikhususkan pada materi laju
reaksi. Analisis ini dilakukan untuk dapat mengajukan usulan
sub pokok materi ajar pada materi laju reaksi sebagai bahan
pengembangan dalam bahan ajar kimia inovatif berbasis
multimedia. Data yang diperoleh dari analisis terhadap lima
buku kimia SMA/MA Kelas XI pada materi laju reaksi berupa
daftar ceck list, dimana peneliti memberikan tanda (√) pada
kolom yang sesuai. Daftar ceck list yang digunakan sudah
divalidkan terlebih dahulu oleh validator ahli. Adapun
komponen yang dianalisis pada setiap buku antara lain:
kelengkapan isi, keluasan materi, kedalaman materi, desain
dan bahasa. Dari setiap daftar ceck list berdasarkan
58 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia
persentase semua komponen penilaian diperoleh rata-rata
buku A sebesar 67,99%; buku B sebesar 41,33%; buku C
sebesar 38,66%; buku D sebesar 45,33%; dan buku E sebesar
46,66%.
Tahap selanjutnya, dilakukan pengembangan bahan
ajar kimia inovatif berbasis multimedia pada materi laju
reaksi. Pengembangan bahan ajar berdasarkan hasil analisis
pada lima buku kimia SMA/MA Kelas XI Semester 1. Bahan
ajar kimia inovatif berbasis multimedia pada materi laju
reaksi yang dikembangkan diintegrasikan kegiatan
laboratorium, metode dan model pembelajaran dan
multimedia pembelajaran. Kegiatan laboratorium yang
diintegrasikan dilakukan oleh peneliti sendiri sesuai dengan
materi laju reaksi untuk ditampilkan pada bahan ajar. Metode
pembelajaran yang diintegrasikan seperti metode latihan,
metode praktikum dan metode latihan, sedangkan model
pembelajaran yang diintegrasikan adalah model Problem
Based Learning (PBL). Multimedia yang diintegrasikan berupa
electronic book (e-book) dalam bentuk software flippbook
maker.
Setelah dilakukan pengembangan bahan ajar kimia
inovatif berbasis multimedia pada materi laju reaksi, maka
tahap selanjutnya adalah melakukan analisis uji kelayakan
menggunakan angket BSNP dengan memberikan angket
kepada 20 orang guru kimia dan 2 orang guru kimia sebagai
validator ahli. Analisis dilakukan pada aspek kelayakan isi,
kelayakan bahasa, dan kelayakan penyajian dengan skala
penilaian 1 sampai dengan 5. Pada masing-masing aspek
memiliki komponen penilaian yang dipilih atau di ceck list (√)
oleh validator. Dari setiap komponen penilaian untuk masing-
masing aspek pada angket BSNP diperoleh rata-rata pada
Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 59
aspek kelayakan isi sebesar 4,19; kelayakan bahasa sebesar
4,24; dan kelayakan penyajian sebesar 4,40.
Selanjutnya dilakukan uji coba penggunaan bahan ajar
kimia inovatif berbasis multimedia pada pengajaran laju
reaksi kepada siswa SMA/MA Kelas XI Semester 1 di 3
sekolah, yaitu SMA Negeri 6 Medan, SMA Negeri 3 Medan, dan
SMA Methodist 2 Medan untuk mengetahui peningkatan hasil
belajar kimia siswa. Penelitian di masing-masing sekolah
melibatkan dua kelas dimana satu kelas dijadikan sebagai
kelas eksperimen yang diajarkan dengan menggunakan bahan
ajar kimia inovatif berbasis multimedia dan satu kelas lainnya
dijadikan sebagai kelas kontrol yang diajarkan menggunakan
buku pegangan siswa yang dipakai di sekolah (tanpa
menggunakan bahan ajar kimia inovatif berbasis multimedia).
Instrumen berupa tes soal objektif (multiple choice) sebanyak
20 butir dengan pilihan jawaban sebanyak 5 butir (a, b, c, d,
dan e) digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa yang
diperoleh dari nilai pretest dan posttest siswa. Instrumen yang
digunakan berupa instrumen tes yang sudah valid dan sudah
digunakan oleh peneliti sebelumnya. Hasil belajar siswa
berdasarkan evaluasi belajar (pretest dan postest) pada
materi laju reaksi di masing-masing sekolah dapat dilihat
pada Tabel 2
Tabel 2 Hasil belajar siswa berdasarkan evaluasi belajar (pretest dan postest) pada materi laju reaksi di masing-masing sekolah. Angka
adalah rata-rata dan standar deviasi pada masing-masing kelompok sampel
Sekolah Pretest Posttest
Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol
SMA Negeri 6 Medan
55,33 ± 7,42 52,17 ± 11,04
86,17 ± 6,11 77,33 ± 11,35
60 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia
SMA Negeri 3 Medan
40,86 ± 10,11
46,43 ± 11,22
83,43 ± 7,45 72,57 ± 10,03
SMA Methodist 2 Medan
34,80 ± 8,35 30,20 ±
8,48 80,60 ± 6,82
68,60 ± 9,30
Selain menggunakan nilai pretest dan posttest, kepada
siswa juga diberikan angket motivasi untuk mengetahui
kontribusi motivasi belajar siswa terhadap hasil belajar
dengan adanya penggunaan bahan ajar kimia inovatif
berbasis multimedia pada pengajaran laju reaksi. Adapun
angket yang diberikan sebanyak 20 butir dengan pilihan
jawaban 1 sampai dengan 4 dan sudah divalidkan terlebih
dahulu oleh validator ahli. Angket motivasi diberikan baik di
kelas eksperimen maupun di kelas kontrol, diperoleh nilai
total rata-rata pada kelas eksperimen di SMA Negeri 6 Medan
sebesar 69,60; SMA Negeri 3 Medan sebesar 69,51; dan SMA
Methodist 2 Medan sebesar 68,52 sedangkan nilai total rata-
rata pada kelas kontrol di SMA Negeri 6 Medan sebesar 62,63;
SMA Negeri 3 Medan sebesar 63,60; dan SMA Methodist 2
Medan sebesar 63,72.
F. Analisis Buku Kimia pada Materi Laju Reaksi yang
Ada di Sekolah
Berdasarkan hasil observasi terhadap buku kimia
yang beredar dan digunakan di sekolah terdapat banyak
pengarang buku kimia untuk SMA Kelas XI Semester 1 yang
digunakan sebagai referensi dalam pembelajaran. Adapun
buku kimia pada materi laju reaksi yang digunakan untuk
dianalisis dapat dilihat pada Tabel 3
Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 61
Tabel 3 Daftar buku-buku kimia yang dipergunakan untuk SMA Kelas XI Semester 1 pada materi laju reaksi yang dijadikan rujukan dalam
usulan urutan materi pada bahan ajar kimia inovatif berbasis multimedia
No Judul Buku Pengarang Tahun Penerbit Kode
Buku
1.
Kimia SMA/MA
Kelas XI
Aris Wardani,
Nur Hidayat
2009 Pustaka Insan
Mandiri
A
2. Kimia 2 untuk SMA
dan MA Kelas XI IPA
Nenden
Fauziah
2009 Hasbi Jaya B
3. Cerdas Belajar
Kimia untuk Kelas
XI
Nana Sutersna 2008 Grafindo C
4. Pelajaran Kimia
untuk SMA/MA
Kelas XI
Jamiluddin
H
i
d
a
y
a
t
2007 Arya Duta D
5. Chemistry for
Senior High School
Sandri
Justiana,
Muchtaridi
2009 Yudhistira E
Buku yang dianalisis dikhususkan pada materi laju
reaksi. Dari lima buku yang dianalisis terdapat perbedaan-
perbedaan dalam hal kelengkapan isi, keluasan materi,
kedalaman materi desain buku maupun penggunaan bahasa.
Setiap buku menjelaskan materi laju reaksi dengan
kelengkapan isi dan urutan materi yang berbeda-beda. Dalam
hal kelusan materi dapat dilihat dari banyak sedikitnya
62 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia
penjelasan setiap sub pokok materi pada masing-masing buku
juga berbeda-beda. Pada kedalaman maateri juga terdapat
perbedaan pada masing-masing buku, dimana terdapat sub
pokok materi yang dijelaskan secara detail dan ada juga yang
dijelaskan secara singkat, bahkan tidak dijelaskan sama
sekali. Penampilan dari masing-masing buku ataupun desain
buku juga memiliki perbedaan baik dari segi gambar, warna,
maupun bahasa penulisan. Terdapat buku yang menarik pada
sub pokok materi tertentu tetap pada sub pokok materi lain
kurang menarik dan sebaliknya. Demikian juga dalam hal
penggunaan bahasa disetiap buku terdapat perbedaan, ada
buku menggunakan bahasa yang menarik untuk pembacanya.
Deskripsi masing-masing buku berdasarkan sub pokok materi
dan jumlah halaman dapat dilihat pada Tabel 4
Tabel 4 Deskripsi buku-buku kimia yang dipergunakan siswa pada materi laju reaksi yang dijadikan rujukan dalam usulan urutan
materi pada bahan ajar kimia inovatif berbasis multimedia
No Kode
Buku
Jumlah
Halaman Sub Pokok Materi Laju Reaksi
1. A 26 - Pengertian laju reaksi
- Faktor-faktor yang
mempengaruhi laju reaksi
- Persamaan laju reaksi dan orde
reaksi
- Penerapan laju reaksi
2. B 21 - Ungkapan laju reaksi
- Faktor-faktor yang
mempengaruhi laju reaksi
- Persamaan laju reaksi dan orde
reaksi
- Laju reaksi dalam kehidupan
sehari-hari
Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 63
3. C 36 - Kemolaran
- Laju reaksi
- Faktor-faktor yang
mempengaruhi laju reaksi
- Teori tumbukan
- Penerapan konsep laju reaksi
4. D 28 - Laju dan orde reaksi
- Faktor-faktor yang
mempengaruhi laju reaksi
- Teori tumbukan
- Penerapan laju reaksi
5. E 34 - Konsep laju reaksi
- Teori tumbukan dan energi
aktivasi
- Pengaruh luas permukaan
terhadap laju reaksi
- Pengaruh suhu terhadap laju
reaksi
- Pengaruh konsentrasi terhadap
laju reaksi
- Pengaruh katalis terhadap laju
reaksi
Berdasarkan Tabel 4 telah dijabarkan bahwa jumlah
halaman masing-masing sub pokok materi pada setiap buku
berbeda yang berarti bahwa cara buku untuk menjelaskan
materi laju reaksi berbeda-beda. Setiap buku memiliki
kelebihan dan kekurangan yang dapat dijadikan rujukan
dalam pengembangan bahan ajar kimia inovatif berbasis
multimedia pada materi laju reaksi. Dari perbedaaan-
perbedaan urutan materi ajar yang terdapat pada buku yang
dianalisis, maka akan disusun usulan bahan ajar kimia
inovatif berbasis multimedia. Adapun bahan ajar yang
64 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia
disusun sesuai dengan silabus kurikulum 2013 yang berbasis
saintifik dengan berdasarkan kompetensi inti dan kompetensi
dasar.
Adapun usulan materi laju reaksi pada bahan ajar
kimia inovatif berbasis multimedia yang dikembangkan
disajikan pada Tabel 5
Tabel 5 Usulan materi laju reaksi untuk bahan ajar kimia inovatif berbasis multimedia
Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Materi Usulan
3. Memahami,
menerapkan, dan
menganalisis
pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural,
dan metakognitif
berdasarkan rasa ingin
tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi,
seni, budaya, dan
humaniora dengan
wawasan kemanusiaan,
kebangsaan,
kenegaraan, dan
peradaban terkait
penyebab fenomena
dan kejadian, serta
menerapkan
pengetahuan
prosedural pada bidang
kajian yang spesifik
sesuai dengan bakat
dan minatnya untuk
memecahkan masalah
4. Mengolah, menalar, dan
menyaji dalam ranah
konkret dan ranah
abstrak terkait dengan
pengembangan dari
yang dipelajarinya di
sekolah secara mandiri,
bertindak secar efektif
dan kreatif, serta
mampu menggunakan
metode sesuai kaidah
3.6. Memahami teori
tumbukan (tabrakan)
untuk menjelaskan reaksi
kimia
3.7. Menganalisis faktor-faktor
yang mempengaruhi laju
reaksi dan menentukan
orde reaksi berdasarkan
data hasil percobaan.
4.6. Menyajikan hasil
pemahaman terhadap
teori tumbukan (tabrakan)
untuk menjelaskan reaksi
kimia.
4.7. Merancang, melakukan,
dan menyimpulkan serta
menyajikan hasil
percobaan faktor-faktor
yang mempengaruhi laju
reaksi dan orde reaksi.
Laju Reaksi
A. Molaritas
1. Pengertian
molaritas
2. Membuat larutan
B. Konsep laju reaksi
1. Pengertian laju
reaksi
2. Hubungan laju
reaksi dengan
koefiseien reaksi
C. Persamaan laju reaksi
dan orde reaksi
1. Persamaan laju
reaksi
2. Orde reaksi
3. Menentukan
persamaan laju
reaksi
D. Faktor-faktor yang
mempengaruhi laju
reaksi
1. Konsentrasi
2. Luas permukaan
3. Suhu
4. Katalis
E. Teori Tumbukan
1. Energi aktivasi
2. Hubungan teori
tumbukan dengan
faktor-faktor yang
memepengaruhi laju
reaksi
F. Penerapan konsep laju
Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 65
keilmuan. reaksi
1. Kehidupan sehari-
hari
2. Industri
Berdasarkan susunan materi usulan pada Tabel 5
dilakukan analisis terhadap kelima buku kimia yang telah
dipilih oleh peneliti. Analisis kelayakan isi terhadap kelima
buku kimia tersebut disesuaikan dengan instrumen dari
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) dengan
komponen penilaian, yaitu kelengkapan isi, keluasan materi,
kedalaman materi, kesesuaian desain dan bahasa. Data yang
diperoleh berupa daftar check list, dimana peneliti
memberikan tanda ceck list (√) pada kolom yang sesuai.
Data yang diperoleh dari hasil analisis ditabulasikan
untuk menentukan persentase kelengkapan isi, keluasan
materi, kedalaman materi, kesesuaian desain dan bahasa
buku yang dianalisis. Setelah dianalisis, jumlah dari semua
daftar check list (√) untuk setiap buku serta total persentase
masing-masing komponen dalam bentuk rekapitulasi. Hasil
analisis rata-rata kelima buku tersebut berdasarkan semua
komponen penilaian yang dilakukan dapat dilihat pada Tabel
6
Tabel 6 Rata-rata kelengkapan isi, keluasan materi, kedalaman
materi, desain dan bahasa untuk buku yang di analisis oleh peneliti
Komponen
Penilaian
Kode Buku
A B C D E
∑ % ∑ % ∑ % ∑ % ∑ %
Kelengkapa
n Isi
11 73,33 7 46,66 6 40,00 8 53,3
3
7 46,66
Keluasan
Materi
9 60,00 5 33,3 5 33,33 6 40,0
0
6 40,00
Kedalaman
Materi
10 66,66 6 40,00 6 40,00 5 33,3
3
7 46,66
66 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia
Desain 11 73,33 6 40,00 6 40.00 7 46,6
6
8 53,33
Bahasa 10 66,66 7 46,66 6 40,00 8 53,3
3
7 46,66
Rata-rata 67,99% 41,33% 38,66% 45,33% 46,66%
Berdasarkan tabel 6 dapat dijelaskan sebagai berikut:
Dari hasil analisis buku kimia Kode A menyajikan konsep-
konsep cukup sesuai dengan urutan materi yang diusulkan.
Ini terbukti dari nilai yang diperoleh, yaitu 73,33%. Hal ini
disebabkan karena pada buku tersebut tidak disajikan
beberapa materi, sementara materi tersebut merupakan
bagian dari sub pokok materi pada urutan materi yang telah
diusulkan. Materi tersebut adalah Membuat larutan,
Pengertian laju reaksi, Hubungan laju reaksi dengan koefisien
reaksi, Menentukan persamaan laju reaksi, Energi aktivasi,
dan Hubungan teori tumbukan dengan faktor-faktor yang
mempengaruhi laju reaksi. Keluasan materi memperoleh nilai
60,00% dan kedalam materi memperoleh nilai 66,66%. Hal
ini disebabkan oleh adanya beberapa materi yang
penjelasannya terlalu singkat dan tidak menjelaskan
pembagiannya secara tepat dan mendalam. Untuk desain
buku diperoleh nilai sebesar 73,33%. Penggunaan bahasa
dalam buku sudah baik dan tepat, namun perolehan nilai
sebesar 66,66% karena ada materi yang tidak terdapat dalam
buku sehingga mempengaruhi skor untuk bahasa. Secara
keseluruhan, hasil analisis kelengkapan isi, keluasan materi,
kedalam materi, desain dan bahasa buku untuk kode A adalah
baik dengan nilai rata-rata 67,99%. Tindakan yang perlu
dilakukan adalah melengkapi materi sesuai dengan urutan
materi yang diusulkan dan memperluas materi.
Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 67
Dari hasil analisis buku kimia kode B, masih terdapat
konsep-konsep yang belum dijelaskan dari usulan materi
yang diberikan. Ini terbukti dari nilai yang diperoleh yaitu
sebesar 46,66%. Hal ini disebabkan karena pada buku
tersebut tidak disajikan beberapa materi yang telah
diusulkan. Materi tersebut adalah Pengertian molaritas,
Membuat larutan, Hubungan laju reaksi dengan koefisien
reaksi, Menentukan persamaan laju reaksi, Energi aktivasi,
dan Hubungan teori tumbukan dengan faktor-faktor yang
mempengaruhi laju reaksi. Keluasan materi memperoleh nilai
33,33% dan kedalaman materi 40,00%. Hal ini disebabkan
karena adanya beberapa materi yang tidak ada dalam buku
dan sebagian materi memiliki penjelasan yang terlalu singkat
serta tidak menjelaskan pembagiannya secara tepat dan
mendalam. Untuk desain buku, diperoleh nilai sebesar
40,00%. Hal ini dikarenakan gambar-gambar dan grafik
sebagai ilustrasi kurang tepat peletakannya dan warna
kurang menarik. Presentase hasil analisis penggunaan bahasa
memberikan nilai 46,66%. Pada materi laju reaksi, bahasa
yang digunakan terlalu terbelit-belit untuk dipahami oleh
pembaca yang masih dalam proses belajar materi laju reaksi.
Secara keseluruhan, hasil analisis kelengkapan isi, keluasan
materi, kedalaman materi, desain dan bahasa untuk buku
kode B adalah sebesar 41,33% yang berarti kurang baik.
Tindakan yang perlu dilakukan adalah melengkapi semua
materi pada masing-masing sub pokok materi, memperluas
materi dan menjelaskan pembahasan materi secara
mendalam serta menata gambar dengan tepat yang dijadikan
sebagai ilustrasi dan penggunaan bahasa yang komunikatif
untuk memudahkan pembaca dalam memahami penjelasan
materi.
68 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia
Dari hasil analisis buku kima kode C, masih terdapat
konsep-konsep yang belum dijelaskan dari usulan materi
yang diberikan. Ini terbukti dari nilai yang diperoleh yaitu
sebesar 40,00%. Hal ini disebabkan karena pada buku
tersebut tidak disajikan beberapa materi, sementara materi
tersebut merupakan bagian dari sub pokok materi pada
urutan materi yang diusulkan. Materi tersebut adalah
Membuat larutan, Hubungan laju reaksi dengan koefisien
reaksi, Persamaan laju reaksi, Orde reaksi, Menentukan
persamaan laju reaksi, Energi aktivasi, dan Hubungan teori
tumbukan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi laju
reaksi. Untuk keluasan materi memperoleh 33,33%, hal ini
karena ada materi yang dijelaskan secara singkat, sedangkan
untuk kedalaman materi, desain dan bahasa hanya mencapai
40,00% . Hal ini karena ada materi yang tidak terdapat dalam
buku sehingga mempengaruhi hasil penilaian. Secara
keseluruhan, hasil analisis kelengkapan isi, keluasan materi,
kedalaman materi, desain dan bahasa untuk buku kode C
adalah kurang baik karena total rata-rata hanya mencapai
38,66%.Tindakan yang perlu dilakukan adalah dengan
melengkapi materi sesuai dengan urutan materi ajar yang
diusulkan dan memperluas materi pada materi laju reaksi.
Dari hasil analisis buku kimia umum kode D, masih
terdapat konsep-konsep yang belum dijelaskan dari usulan
materi yang diberikan. Ini terbukti dari nilai yang diperoleh
yaitu sebesar 53,33%. Hal ini disebabkan karena pada buku
tersebut tidak disajikan beberapa materi sementara materi
tersebut merupakan bagian dari sub pokok materi pada
urutan materi yang diusulkan. Materi tersebut adalah
Pengertian molaritas, Membuat larutan, Hubungan laju reaksi
dengan koefisien reaksi, Persamaan laju reaksi, Ordereaksi,
menentukan persamaan laju reaksi, Faktor-faktor yang
Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 69
mempengaruhi laju reaksi (Konsentrasi, Luas Permukan,
Suhu, Katalis), Penerapan laju reaksi dalam kehidupan sehari-
hari dan Penerapan laju reaksi dalam industri. Untuk
keluasan materi memperoleh nilai 40,00% dan kedalaman
materi 33,33%. Hal ini disebabkan oleh adanya beberapa
materi yang tidak ada dalam buku dan sebagian materi
memiliki penjelasan yang terlalu singkat serta tidak
menjelaskan pembagiannya secara tepat dan mendalam.
Untuk desain buku, diperoleh nilai sebesar 46,66%. Hal ini
diakibatkan karena gambar-gambar dan grafik sebagai
ilustrasi kurang tepat peletakannya dan warna kurang
menarik. Persentase hasil analisis penggunaann bahasa
memberikan nilai 53,33%. Pada materi laju reaksi, bahasa
yang digunakan terlalu terbelit-belit untuk dipahami oleh
pembaca. Secara keseluruhan, hasil analisis kelengkapan isi,
keluasan materi, kedalaman materi, desain dan bahasa untuk
buku kode D adalah kurang baik dengan nilai rata-rata
45,33%. Tindakan yang perlu dilakukan adalah melengkapi
semua materi yang belum terdapat pada buku, memperluas
materi dan menjelaskan pembahasan materi secara
mendalam serta menata gambar dengan tepat yang dijadikan
sebagai ilustrasi dan penggunaan bahasa yang komunikatif
yang untuk memudahkan pembaca dalam memahami
penjelasan materi.
Dari hasil analisis buku kimia kode E, masih terdapat
konsep-konsep yang belum dijelaskan dari usulan materi
yang diberikan. Ini terbukti dari nilai yang diperoleh yaitu
sebesar 46,66%. Hal ini disebabkan karena pada buku
tersebut tidak disajikan beberapa materi, sementara materi
tersebut merupakan bagian dari sub pokok materi pada
urutan materi yang diusulkan. Materi tersebut adalah
Pengertian molaritas, Membuat larutan, Hubungan laju reaksi
70 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia
dengan koefisien reaksi, Persamaan laju reaksi, Menentukan
persamaan laju reaksi, dan Hubungan teori tumbukan dengan
faktor-Faktor yang mempengaruhi laju reaksi. Untuk keluasan
materi memperoleh 40,00 %, hal ini karena ada materi yang
dijelaskan secara singkat, sedangkan untuk kedalaman materi
memperoleh 46,66%, desain memperoleh 53,33% dan
penggunaan bahasa hanya mencapai 46,66%. Hal tersebut
dikarenakan ada materi yang tidak terdapat dalam buku
sehingga mempengaruhi skor penilaian. Secara keseluruhan,
hasil analisis standar kelengkapan isi, keluasan materi,
kedalaman materi, desain dan bahasa untuk buku kode E
adalah kurang baik dengan rata-rata sebesar 46,66%.
Tindakan yang perlu dilakukan adalah dengan melengkapi
materi sesuai dengan urutan materi ajar yang diusulkan dan
memperluas materi.
G. Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis
Multimedia pada Materi Laju Reaksi
Pada tahap rancangan, dilakukan pengembangan
terhadap buku yang telah di analisis. Kelebihan dari masing-
masing buku diambil dan digunakan dalam pengembangan
bahan ajar kimia inovatif berbasis multimedia pada materi
laju reaksi. Inovasi pada bahan ajar kimia inovatif dilakukan
dengan mengintegrasikan kegiatan laboratorium, metode dan
model pembelajaran, serta multimedia pembelajaran.
Pengintegrasian kegiatan laboratorium dilakukan
dengan tujuan agar siswa lebih memahami materi yang
disajikan di dalam bahan ajar kimia inovatif. Metode dan
model pembelajaran yang diintegrasikan dalam bahan ajar
kimia inovatif seperti metode demonstrasi, metode latihan,
metode praktikum dan metode diskusi. Sedangkan untuk
Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 71
model pembelajaran yang diintegrasikan ke dalam bahan ajar
adalah model Problem Based Learning (PBL). Pengintegrasian
metode dan model pembelajaran dipergunakan agar siswa
lebih aktif dan termotivasi dalam memahami pelajaran.
Selanjutnya, multimedia yang diintegrasikan di dalam bahan
ajar kimia inovatif berupa electronic book (e-book) yang berisi
materi laju reaksi, gambar, grafik, video animasi serta video
demonstrasi. Pengadaan integrasi multimedia dalam ini
bertujuan agar siswa tertarik mempelajari materi kimia
terutama materi laju reaksi yang telah diinovasi sehingga
siswa dapat merasakan suasana belajar yang berbeda dan
dapat mempermudah siswa dalam mempelajari bahan ajar
kimia inovatif tersebut dimanapun berada (belajar secara
mandiri).
Deskripsi komponen-komponen di dalam bahan ajar
kimia inovatif berbasis multimedia pada materi laju reaksi
dapat di lihat pada Tabel 7
Tabel 7 Deskripsi Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif pada Materi Laju Reaksi
No. Sub Pokok
Materi Pengembangan Bahan Ajar Hal.
1. Molaritas Klik Sains, Solusi Praktis, Main Fact, Uji Pemahaman, Prasyarat Pembelajaran
2-5
2. Konsep Laju Reaksi
Klik Sains, Main Fact, Uji Pemahaman
6-15
3.
Persamaan Laju Reaksi dan Orde Reaksi
Klik Sains, Solusi Paktis, Main Fact, Uji Pemahaman, Prasyarat Pembelajaran
16-20
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi
Klik Sains, Main Fact, Eksplorasi Kimia, Uji Pemahaman, Kupas Maslah
21-30
72 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia
5. Teori Tumbukan Klik Sains, Solusi Praktis, Main Fact, Uji Pemahaman, Prasyarat Pembelajaran
31-38
6. Penerapan Konsep Laju Reaksi
Klik Sains, Web Kimia, Main Fact, Eksplorasi Kimia, Uji Pemahaman, Peduli pada Dunia, Sang Ilmuan
39-52
Berdasarkan tabel 7 dapat kita lihat pengembangan
yang dilakukan pada bahan ajar kimia inovatif berbasis
multimedia. Pada sub pokok materi molaritas,
pengembangannya adalah klik sains artinya pada bahan ajar
tertera kata kunci untuk belajar online yang dapat
memudahkan siswa dalam belajar dan terasa menyenangkan,
solusi praktis artinya pada bahan ajar dilengkapi cara
menjawab soal-soal olimipade tingkat nasional ataupun
internasional yang menjadikan berpikir lebih kritis, Main fact
artinya pada bahan ajar dilengkapi fakta penting dari setiap
sub pokok materi yang memudahkan siswa mengingatnya, uji
pemahaman artinya pada setiap akhir sub pokok materi di
dalam bahan ajar terdapat soal-soal yang dapat menguji
pemahaman siswa, dan prasyarat pembelajaran artinya pada
bahan ajar terdapat hal yang harus dikuasai terlebih dahulu
untuk lebih memudahkan dalam memahami sub pokok materi
selanjutnya.
Pada sub pokok materi konsep laju reaksi,
pengembangannya adalah klik sains artinya pada bahan ajar
tertera kata kunci untuk belajar online yang dapat
memudahkan siswa dalam belajar dan terasa menyenangkan,
Main fact artinya pada bahan ajar dilengkapi fakta penting
dari setiap sub pokok materi yang memudahkan siswa
mengingatnya, dan uji pemahaman artinya pada setiap akhir
Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 73
sub pokok materi di dalam bahan ajar terdapat soal-soal yang
dapat menguji pemahaman siswa.
Pada sub pokok materi persamaan laju reaksi dan orde
reaksi, pengembangannya adalah klik sains artinya pada
bahan ajar tertera kata kunci untuk belajar online yang dapat
memudahkan siswa dalam belajar dan terasa menyenangkan,
solusi praktis artinya pada bahan ajar dilengkapi cara
menjawab soal-soal olimipade tingkat nasional ataupun
internasional yang menjadikan berpikir lebih kritis, Main fact
artinya pada bahan ajar dilengkapi fakta penting dari setiap
sub pokok materi yang memudahkan siswa mengingatnya, uji
pemahaman artinya pada setiap akhir sub pokok materi di
dalam bahan ajar terdapat soal-soal yang dapat menguji
pemahaman siswa, dan prasyarat pembelajaran artinya pada
bahan ajar terdapat hal yang harus dikuasai terlebih dahulu
untuk lebih memudahkan dalam memahami sub pokok materi
selanjutnya.
Pada sub pokok materi faktor-faktor yang
mempengaruhi laju reaksi, pengembangannya adalah klik
sains artinya pada bahan ajar tertera kata kunci untuk belajar
online yang dapat memudahkan siswa dalam belajar dan
terasa menyenangkan, Main fact artinya pada bahan ajar
dilengkapi fakta penting dari setiap sub pokok materi yang
memudahkan siswa mengingatnya, Eksplorasi Kimia artinya
pada bahan ajar dipaparkan hal-hal yang dapat dipraktekkan
dan diaplikasikan dari materi yang dipelajari sehingga siswa
lebih tertarik untuk mendalaminya, uji pemahaman artinya
pada setiap akhir sub pokok materi di dalam bahan ajar
terdapat soal-soal yang dapat menguji pemahaman siswa ,
dan Kupas Tuntas artinya pada bahan ajar dilengkapai
dengan langkah-langkah untuk melakukan praktikum yang
74 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia
sesuai dengan sub pokok materi yang dipelajari sehingga
siswa lebih tertarik dan bersemangat dalam mempelajarinya.
Pada sub pokok materi teori tumbukan,
pengembangannya adalah klik sains artinya pada bahan ajar
tertera kata kunci untuk belajar online yang dapat
memudahkan siswa dalam belajar dan terasa menyenangkan,
solusi praktis artinya pada bahan ajar dilengkapi cara
menjawab soal-soal olimipade tingkat nasional ataupun
internasional yang menjadikan berpikir lebih kritis, Main fact
artinya pada bahan ajar dilengkapi fakta penting dari setiap
sub pokok materi yang memudahkan siswa mengingatnya, uji
pemahaman artinya pada setiap akhir sub pokok materi di
dalam bahan ajar terdapat soal-soal yang dapat menguji
pemahaman siswa, dan prasyarat pembelajaran artinya pada
bahan ajar terdapat hal yang harus dikuasai terlebih dahulu
untuk lebih memudahkan dalam memahami sub pokok materi
selanjutnya.
Pada sub pokok materi penerapan laju reaksi,
pengembangannya adalah klik sains artinya pada bahan ajar
tertera kata kunci untuk belajar online yang dapat
memudahkan siswa dalam belajar dan terasa menyenangkan,
web kimia artinya pada bahan ajar dilengkapi alamat web
yang dapat membantu siswa memahami sub pokok materi
dariinternet sehingga siswa lebih tertarik untuk mempelajari,
Main fact artinya pada bahan ajar dilengkapi fakta penting
dari setiap sub pokok materi yang memudahkan siswa
mengingatnya, uji pemahaman artinya pada setiap akhir sub
pokok materi di dalam bahan ajar terdapat soal-soal yang
dapat menguji pemahaman siswa, prasyarat pembelajaran
artinya pada bahan ajar terdapat hal yang harus dikuasai
terlebih dahulu untuk lebih memudahkan dalam memahami
Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 75
sub pokok materi selanjutnya, Peduli pada Dunia artinya pada
bahan ajar terdapat informasi penerapan materi di dalam
kehidupan maupun industri sehingga siswa lebih tertarik
dengan melihat langsung aplikasinya, dan Sang Ilmuan
artinya pada bahan ajar dilengkapi tokoh ilmuan yang
berperan dalam penemuan ilmu yang sesuai denga materi
sehingga siswa dapat termotivasi dalam pembelajaran.
H. Inovasi Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif
Berbasis Multimedia pada Materi Laju Reaksi
Setelah semua komponen diintegrasikan, bahan ajar
di kemas dalam bentuk e-book dengan bantuan software
flipbook maker. Flipbook maker merupakan aplikasi yang
digunakan untuk membuat bahan ajar dalam bentuk e-book.
Tampilan bahan ajar dapat disesuaikan dengan kebutuhan
pengguna, seperti ukuran tampilan, suara, serta video
pembelajaran yang ingin dimasukkan ke dalam bahan ajar. Di
dalam e-book terdapat bagian-bagian yang dapat membantu
guru dan siswa dalam menggunakan bahan ajar, seperti
Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD), indikator,
tujuan pembelajaran, peta konsep, sintaks model Problem
Based Learning (PBL), video animasi, video praktikum yang
sesuai dengan materi laju reaksi, tugas di setiap sub pokok
materi, lembar kerja siswa, rangkuman, soal evaluasi di akhir
bab, glosarium, indeks serta tabel periodik unsur. Inovasi
pengembangan bahan ajar kimia inovatif berbasis multimedia
pada materi laju reaksi dapat dilihat pada Tabel 8
76 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia
Tabel 8 Inovasi Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia pada Materi Laju Reaksi
No. Sub Pokok
Materi Inovasi yang dilakukan Hal.
1. Molaritas Model Problem Based Learning (PBL), metode pembelajaran (demonstrasi, latihan dan diskusi), video animasi, video demonstrasi, lembar kerja siswa, serta soal evaluasi pada akhir bab. Materi disusun dalam bentuk hard copy dan e-book.
2-5
2. Konsep Laju Reaksi
Model Problem Based Learning (PBL), metode pembelajaran (demonstrasi, latihan dan diskusi), video animasi, video demonstrasi, lembar kerja siswa, serta soal evaluasi pada akhir bab. Materi disusun dalam bentuk hard copy dan e-book.
6-15
3.
Persamaan Laju Reaksi dan Orde Reaksi
Model Problem Based Learning (PBL), metode pembelajaran (demonstrasi, praktikum, latihan dan diskusi), video animasi, video demonstrasi, lembar kerja siswa, serta soal evaluasi pada akhir bab. Materi disusun dalam bentuk hard copy dan e-book.
16-20
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi
Model Problem Based Learning (PBL), metode pembelajaran (demonstrasi, praktikum, latihan dan
21-30
Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 77
diskusi), video animasi, video demonstrasi, lembar kerja siswa, serta soal evaluasi pada akhir bab. Materi disusun dalam bentuk hard copy dan e-book.
5. Teori Tumbukan
Model Problem Based Learning (PBL), metode pembelajaran (demonstrasi, praktikum, latihan dan diskusi), video animasi, video demonstrasi, lembar kerja siswa, serta soal evaluasi pada akhir bab. Materi disusun dalam bentuk hard copy dan e-book.
31-38
6. Penerapan Konsep Laju Reaksi
Model Problem Based Learning (PBL), metode pembelajaran (latihan dan diskusi), video animasi, video demonstrasi, lembar kerja siswa, serta soal evaluasi pada akhir bab. Materi disusun dalam bentuk hard copy dan e-book.
39-52
Gambar 2 merupakan tampilan bahan ajar bagian
cover. Tampilan tersebut disesuaikan dengan tampilan yang
kita inginkan.pada bahan ajar kimia inovatif yang telah
dikembangkan dilengkapi dengan Kompetensi Inti (KI),
Kompetensi Dasar (KD) serta tujuan pembelajaran yang dapat
dilihat dengan menekan tombol next atau play pada bagian
bawah tampilan e-book. Tombol next digunakan untuk
membuka halaman demi halaman dari bahan ajar sesuai
78 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia
dengan keinginan kita, sedangkan tombol play digunakan
untuk membuka halaman demi halaman secara otomatis
hanya dengan satu kali penekanan.
Gambar 2 Tampilan halaman depan bahan ajar kimia inovatif berbasis multimedia dalam bentuk e-book
Sebelum mempelajari bahan ajar, dibagian awal bab
dilengkapi dengan peta konsep dan gambar yang
berhubungan dengan materi yang akan dipelajari, yang dapat
dilihat pada Gambar 3 Gambar yang ditampilkan merupakan
gambar yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari
agar siswa mengetahui bahwa materi yang akan dipelajari
banyak manfaatnya di dalam kehidupan sehari-hari. Selain
itu, dibagian kiri bagian awal bab dilengkapi dengan urutan
sub-sub materi yang akan dipelajari pada materi laju reaksi
serta model Problem Based Learning (PBL) yang dapat
digunakan guru dalam mengajarkan materi laju reaksi.
Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 79
Gambar 3 Tampilan bagian awal bab padabahan ajar kimia inovatif berbasis multimedia dalam bentuk e-book
Tampilan setiap halaman dibuat menarik dengan
variasi warna agar siswa tidak jenuh membaca dan
mempelajari bahan ajar kimia inovatif berbasis multimedia.
Bahan ajar juga dilengkapi dengan video yang relevan dengan
materi laju reaksi untuk mempermudah siswa dalam
memahami materi pada bahan ajar, yang dapat dilihat pada
Gambar 4 Video yang dimasukkan ke dalam bahan ajar
berupa video animasi dan video praktikum sederhana yang
dapat dilakukan siswa sehingga siswa dapat lebih memahami
materi. Selain itu, bahan ajar juga dilengkapi gambar-gambar
yang relevan dengan materi, seperti gambar ilmuan untuk
meningkatkan daya tarik siswa terhadap bahan ajar. Dengan
adanya bahan ajar kimia inovatif berbasis multimedia dalam
bentuk e-book akan memudahkan siswa belajar atau
mengerjakan tugas secara mandiri tanpa harus membawa
buku kemana-mana. Selain itu, siswa juga dapat mengulang-
ulang mempelajari bahan ajar tersebut sehingga
pembelajaran menjadi lebih mudah dan menyenangkan.
80 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia
Gambar 4 Tampilan video animasi yang sesuai dengan materi laju reaksi di dalam e-book
Dalam pengembangan bahan ajar ini diberikan
beberapa gambar mengenai contoh peranannya. Dengan
demikian, siswa dapat tertarik untuk membacanya dan
pembelajaran kimia sangat menyenangkan, kata-kata
motivasi dan situs web yang dapat dikunjungi untuk
perdalaman materi. Bentuk fisik buku tersebut berukuran A4,
diberikan berbagai warna untuk memudahkan siswa
mengenali konsep-konsep yang penting.
Dengan mengacu pada materi SMA/MA Kelas XI
Semester 1 yang didasarkan pada Kompetensi Inti (KI) yang
terdapat pada Kompetensi Dasar (KD) Kurikulum 2013, maka
bahan ajar kimia hasil pengembangan pada materi laju reaksi
terdiri atas, 15 judul sub pokok bahasan, disertai video
praktikumdan video animasi. Keseluruhan isi buku dibuat
menjadi buku elektronik (flipbook) yang dapat dilihat
menggunakan adobe reader dan sejenisnya karena disimpan
dalam bentuk soft copy.
Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 81
I. Hasil Validasi Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis
Multimedia pada Materi Laju Reaksi yang Telah
Dikembangkan
Tahap selanjutnya adalah tahap validasi. Pada tahap
ini, bahan ajar kimia inovatif berbasis multimedia pada materi
laju reaksi yang telah dikembangkan divalidasi menggunakan
standar kelayakan Badan Standar Nasional Pendidkan (BSNP)
oleh dosen kimia dengan kriteria pendidikan minimal S2 dan
memiliki pengalaman mengajar 5 tahun, serta guru kimia baik
di sekolah negeri maupun swasta dengan kriteria pendidikan
minimal S1 dan memiliki pengalaman mengajar minimal 3
tahun.
Penilaian bahan ajar kimia inovatif berbasis
multimedia pada materi laju reaksi diperoleh berdasarkan
penilaian 20 orang guru kimia dan 2 orang dosen kimia
sebagai validator ahli. Terdapat 3 aspek penilaian terhadap
bahan ajar kimia inovatif berbasis multimedia pada materi
laju reaksi yang telah dikembangkan, yaitu: kelayakan isi,
kelayakan bahasa, dan kelayakan penyajian dengan
menggunakan Skala Likert, yaitu dengan kriteria 5 = sangat
baik, 4 = baik, 3 = cukup baik, 2 = kurang baik, dan (1) tidak
baik.
Penilaian terhadap bahan ajar kimia inovatif berbasis
multimedia pada materi laju reaksi yang telah dilakukan oleh
20 orang guru kimia dan 2 orang dosen kimia sebagai
validator ahli yang terdiri dari aspek kelayakan isi, kelayakan
bahasa, dan kelayakan penyajian.
Aspek Kelayakan Isi
Hasil penilaian terhadap bahan ajar kimia inovatif
berbasis multimedia yang telah dikembangkan pada materi
82 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia
laju reaksi berdasarkan aspek kelayakan isi yang terdiri dari 7
komponen penilaian dapat dilihat pada Tabel 4.8.
Berdasarkan Tabel 4.8. terdapat 7 komponen
penilaian pada aspek kelayakan isi, yaitu cakupan materi
memiliki rata-rata sebesar 4,03 adalah valid, artinya layak
dan tidak perlu direvisi; keakuratan materi memiliki rata-rata
sebesar 4,17 adalah valid, artinya layak dan tidak perlu
direvisi; kemuktahiran memiliki rata-rata sebesar 4,27 adalah
sangat valid, artinya sangat layak dan tidak perlu direvisi;
mengandung wawasan produktifitas memiliki rata-rata
sebesar 4,20 adalah valid, artinya layak dan tidak perlu
direvisi; merangsang keingintahuan (curiosity) memiliki rata-
rata sebesar 3,97 adalah valid, artinya layak dan tidak perlu
direvisi; mengembangkan kecakapan hidup (life skills)
memiliki rata-rata sebesar 4,27 adalah sangat valid, artinya
sangat layak dan tidak perlu direvisi; mengembangkan
wawasan keindonesiaan dan kontekstual memiliki rata-rata
sebesar 4,37 adalah valid, artinya layak dan tidak perlu
direvisi.
Tabel 9 Hasil penilaian terhadap bahan ajar kimia inovatif berbasis multimedia pada materi laju reaksi yang telah dikembangkan
berdasarkan aspek kelayakan isi menurut dosen kimia (A) dan guru kimia (B). Nilai rata-rata merupakan kelompok responden (total 22
responden)
No. Komponen Aspek
Kelayakan Isi
Pendapat responden terhadap bahan ajar
A
(n = 2)
B
(n = 20) Rata-rata
1. Cakupan materi 4,00 4,05 4,03
2. Keakuratan materi 4,25 4,08 4,17
3. Kemuktahiran 4,50 4,03 4,27
Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 83
4. Mengandung wawasan produktifitas
4,13 4,26 4,20
5. Merangsang keingintahuan (curiosity)
4,00 3,93 3,97
6. Mengembangkan kecakapan hidup (life skills)
4,38 4,16 4,27
7.
Mengembangkan wawasan keindonesiaan dan kontekstual
4,50 4,23 4,37
Rata-rata 4,26 4,12 4,19
Keterangan: n= jumlah responden (validator)
Berdasarkan hasil penilaian terhadap bahan ajar
kimia inovatif berbasis multimedia yang telah dikembangkan
pada aspek kelayakan isi secara keseluruhan memiliki rata-
rata sebesar 9 adalah valid, artinya bahan ajar kimia inovatif
berbasis multimedia pada materi laju reaksi yang telah
dikembangkan pada aspek kelayakan isi layak untuk
digunakan dan tidak perlu direvisi. Hasil perhitungan
penilaian terhadap bahan ajar kimia inovatif berbasis
multimedia yang telah dikembangkan berdasarkan aspek
kelayakan isi data selengkapnya.
84 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia
Aspek Kelayakan Bahasa
Hasil penilaian terhadap bahan ajar kimia inovatif
berbasis multimedia yang telah dikembangkan pada materi
laju reaksi berdasarkan aspek kelayakan bahasa yang terdiri
dari 7 komponen penilaian dapat dilihat pada Tabel 10
Tabel 10 Hasil penilaian terhadap bahan ajar kimia inovatif berbasis multimedia pada materi laju reaksi yang telah dikembangkan
berdasarkan aspek kelayakan bahasa menurut dosen kimia (A) dan guru kimia (B). Nilai rata-rata merupakan kelompok responden (total
22 responden)
No. Komponen Aspek Kelayakan
Bahasa
Pendapat responden terhadap bahan ajar
A
(n = 2)
B
(n= 20)
Rata-rata
1. Sesuai dengan perkembangan peserta didik
4,00 4,40 4,20
2. Komunikatif 4,50 4,33 4,42
3. Dialogis dan Interaktif 4,00 4,23 4,12
4. Lugas 4,00 4,13 4,07
5. Koherensi dan keruntutan alur pikir
4,50 4,35 4,43
6. Kesesuaian dengan kaidah Bahasa Indonesia yang benar
4,25 4,18 4,22
7. Penggunaan istilah dan simbol/lambang
4,25 4,08 4,17
Rata-rata 4,23 4,25 4,24
Keterangan: n= jumlah responden (validator)
Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 85
Berdasarkan Tabel 10 terdapat 7 komponen penilaian
pada aspek kelayakan bahasa, yaitu sesuai dengan
perkembangan peserta didik memiliki rata-rata sebesar 4,20
adalah valid, artinya layak dan tidak perlu direvisi;
komunikatif memiliki rata-rata sebesar 4,42 adalah sangat
valid, artinya sangat layak dan tidak perlu direvisi; dialogis
dan interaktif memiliki rata-rata sebesar 4,12 adalah valid,
artinya layak dan tidak perlu direvisi; lugas memiliki rata-rata
sebesar 4,07 adalah valid, artinya layak dan tidak perlu
direvisi; koherensi dan keruntutan alur pikir memiliki rata-
rata sebesar 4,43 adalah sangat valid, artinya sangat layak
dan tidak perlu direvisi; kesesuaian dengan kaidah Bahasa
Indonesia yang benar memiliki rata-rata sebesar 4,22 adalah
sanagt valid, artinya sangat layak dan tidak perlu direvisi;
penggunaan istilah dan simbol/lambang memiliki rata-rata
sebesar 4,17 adalah valid, artinya layak dan tidak perlu
direvisi.
Berdasarkan hasil penilaian terhadap bahan ajar
kimia inovatif berbasis multimedia pada materi laju reaksi
yang telah dikembangkan pada aspek kelayakan bahasa
secara keseluruhan memiliki rata-rata sebesar 4,24 adalah
sangat valid, artinya bahan ajar kimia inovatif berbasis
multimedia yang telah dikembangkan pada materi laju reaksi
pada aspek kelayakan bahasa sangat layak untuk digunakan
dan tidak perlu direvisi. Hasil perhitungan penilaian terhadap
bahan ajar kimia inovatif berbasis multimedia yang telah
dikembangkan berdasarkan aspek kelayakan bahasa.
86 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia
Aspek Kelayakan Penyajian
Hasil penilaian terhadap bahan ajar kimia inovatif
berbasis multimedia yang telah dikembangkan pada materi
laju reaksi berdasarkan aspek kelayakan penyajian yang
terdiri dari 3 komponen penilaian dapat dilihat pada Tabel
4.11
Tabel 11 Hasil penilaian terhadap bahan ajar kimia inovatif berbasis multimedia pada materi laju reaksi yang telah dikembangkan
berdasarkan aspek kelayakan penyajian menurut dosen kimia (A) dan guru kimia (B). Nilai rata-rata merupakan kelompok responden
(total responden 22)
No. Komponen Aspek Kelayakan
Penyajian
Pendapat responden terhadap bahan ajar
A
(n = 2)
B
(n= 20) Rata-rata
1. Teknik penyajian 4,25 4,34 4,30
2. Pendukung penyajian materi 4,67 4,32 4.50
3. Penyajian pembelajaran 4,50 4,48 4,49
Rata-rata 4,41 4,39 4,40
Keterangan: n= jumlah responden (validator)
Berdasarkan Tabel 11 terdapat 3 komponen penilaian
pada aspek kelayakan isi, yaitu teknik penyajian memiliki
rata-rata sebesar 4,30 adalah sangat valid, artinya sangat
layak dan tidak perlu direvisi; pendukung penyajian materi
memiliki rata-rata sebesar 4,50 adalah sangat valid, artinya
sangat layak dan tidak perlu direvisi; penyajian pembelajaran
memiliki rata-rata sebesar 4,49 adalah sangat valid, artinya
sangat layak dan tidak perlu direvisi.
Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 87
Berdasarkan hasil penilaian terhadap bahan ajar
kimia inovatif berbasis multimedia yang telah dikembangkan
pada aspek kelayakan penyajian secara keseluruhan memiliki
rata-rata sebesar 4,40 adalah sangat valid, artinya bahan ajar
kimia inovatif berbasis multimedia pada materi laju reaksi
yang telah dikembangkan pada aspek kelayakan penyajian
sanagat layak untuk digunakan dan tidak perlu direvisi. Hasil
perhitungan penilaian terhadap bahan ajar kimia inovatif
berbasis multimedia yang telah dikembangkan berdasarkan
aspek kelayakan penyajian.
Secara keseluruhan, hasil penilaian terhadap bahan
ajar kimia inovatif berbasis multimedia pada materi laju
reaksi yang telah dilakukan oleh 20 orang guru kimia dan 2
orang dosen kimia sebagai validator ahli yang terdiri dari
aspek kelayakan isi, kelayakan bahasa, dan kelayakan
penyajian dapat dilihat pada Tabel 12
Tabel 12 Hasil penilaian terhadap bahan ajar kimia inovatif berbasis multimedia pada materi laju reaksi yang telah dikembangkan
berdasarkan BSNP menurut dosen kimia (A) dan guru kimia (B). Nilai rata-rata merupakan kelompok responden (total 22 responden)
No. Aspek Penilaian
Pendapat responden terhadap
bahan ajar
A B
Rata-rata
(n = 2) (n= 20)
1. Kelayakan Isi 4,26 4,12 4,19
2. Kelayakan Bahasa 4,23 4,25 4,24
3. Kelayakan Penyajian 4,41 4,39 4,40
88 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia
Rata-rata Total 4,30 4,25 4,28
Keterangan: n = jumlah responden (validator)
Berdasarkan Tabel 12 diperoleh hasil penilaian
terhadap bahan ajar kimia inovatif berbasis multimedia pada
materi laju reaksi yang telah dikembangkan secara
keseluruhan memiliki rata-rata sebesar 4,28 adalah valid,
artinya bahan ajar kimia inovatif berbasis multimedia pada
materi laju reaksi yang telah dikembangkan layak digunakan
dan tidak perlu direvisi. Hasil perhitungan penilaian terhadap
bahan ajar kimia inovatif berbasis multimedia yang telah
dikembangkan secaara keseluruhan.
J. Hasil Validasi Multimedia Pembelajaran yang Telah
Dikembangkan pada Materi Laju Reaksi
Penilaian terhadap multimedia pembelajaran yang
telah dikembangkan pada materi laju reaksi diperoleh
berdasarka penilaian dosen media sebagai validator ahli
terhadap 10 indikator penilaian. Hasil penilaian dosen media
terhadap multimedia pembelajaran yang telah dikembangkan
pada materi laju reaksi dapat dilihat pada Tabel 13
Berdasarkan tabel diatas terdapat sepuluh indikator
penilaian pada aspek proposional layout (tata letak teks dan
gambar), kesesuaian pemilihan background, kesesuaian
proporsi warna, kesesuaian pemilihan jenis huruf, kesesuaian
pemilihan ukuran huruf, kejelasan suara, kemenarikan sajian
animasi dan kejelasan tampilan video masing-masing
memiliki rata-rata 4,00 adalah valid (layak) dan tidak perlu
direvisi. Sedangkan pada aspek kesesuaian animasi dengan
Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 89
materi dan kesesuaian video dengan materi masing-masing
memiliki rata-rata 3,50 adalah valid (layak) dan tidak perlu
direvisi.
Tabel 13 Hasil penilaian dosen media terhadap multimedia pembelajaran yang telah dikembangkan pada materi laju reaksi
No. Indikator Penilaian Multimedia
Pembelajaran
Rata-rata Skor
(n = 2)
1. Proposional layout (tata letak teks dan gambar)
4,00
2. Kesesuaian pemilihan background 4,00
3. Kesesuaian proporsi warna 4.00
4. Kesesuaian pemilihan jenis huruf 4.00
5. Kesesuaian pemilihan ukuran huruf 4,00
6. Kejelasan suara 4.00
7. Kemenarikan sajian animasi 4,00
8. Kesesuaian animasi dengan materi 3,50
9. Kesesuaian video dengan materi 3,50
10. Kejelasan tampilan video 4,00
Rata-rata 3,90
Keterangan : n = jumlah responden (valiator)
Secara keseluruhan, hasil penilaian terhadap
multimedia pembelajaran yang telah dikembangkan pada
aspek tampilan multimedia pembelajaran memiliki rata-rata
3,95 adalah valid, artinya multimedia pembelajaran yang
telah dikembangkan pada aspek tampilan multimedia
90 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia
pembelajaran telah layak untukdigunakan dan tidak perlu
direvisi. Hasil selengkapanya.
K. Hasil Uji Coba Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis
Multimedia pada Materi Laju Reaksi yang Telah
Dikembangkan
Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa
yang diajarkan menggunakan bahan ajar kimia inovatif
berbasis multimedia pada materi laju reaksi yang telah
dikembangkan dilakukan penelitian terhadap siswa SMA
Kelas XI. Penelitian ini dilakukan di 3 sekolah yang dipilih
secara purporsive sampling, yaitu SMA Negeri 3 Medan, SMA
Negeri 6 Medan dan SMA Methodist 2 Medan. Penelitian di
masing-masing sekolah melibatkan 2 kelas dimana 1 kelas
dijadikan sebagai kelas eksperimen yang diajarkan dengan
menggunakan bahan ajar kimia inovatif berbasis multimedia
dan 1 kelas lainnya dijadikan sebagai kelas kontrol yang
diajarkan tanpa menggunakan bahan ajar kimia inovatif
berbasis multimedia (buku pegangan siswa yang dipakai di
sekolah). Pada masing-masing kelas terlebih dahulu diberikan
test awal (pretest) yang bertujuan untuk mengetahui
kemampuan awal siswa, sedangkan posttest dilakukan setelah
siswa diberikan perlakuan.
Setelah prasyarat analisis data terpenuhi baik
normalitas dan homogenitas data, maka dapat dilakukan uji
hipotesis. Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji-t satu
pihak menggunakan teknik Independent Sample t-test. Hasil
pengujian hipotesis untuk masing-masing sekolah dapat di
lihat pada Tabel 14
Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 91
Tabel 14 Hasil uji hipotesis
Hipotesis Sig. α thitung Kesimpulan
Hasil belajar siswa yang
menggunakan bahan ajar
kimia inovatif berbasis
multimedia pada materi
laju reaksi lebih tinggi
dibandingkan dengan hasil
belajar siswa yang
menggunakan buku ajar
pegangan siswa.
0,000 0,05 11,881 Ha diterima
Dari Tabel 14 dapat dilihat signifikansi dan nilai thitung.
Ha diterima jika sig. < α (0,05) dan thitung > ttabel dan sekaligus
menolak Ho.
Berdasarkan perhitungan data, diperoleh nilai sig.
(0,000) < α (0,05) dan thitung > tttabel (11,881 > 1,97338) yang
berarti Ha diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa
peningkatan hasil belajar siswa yang menggunakan bahan
ajar kimia inovatif berbasis multimedia pada materi laju
reaksi lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar siswa
yang menggunakan buku pegangan siswa. Hasil perhitungan
uji hipotesis data selengkapnya.
92 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia
L. Efektifitas Penggunaan Bahan Ajar Kimia Inovatif
Berbasis Multimedia pada Materi Laju Reaksi yang
Telah Dikembangkan
Untuk mengetahui efektivitas hasil belajar dapat
dihitung peningkatan hasil belajar dari nilai gain pada kelas
kelas eksperimen dan kelas kontrol. Persen peningkatan hasil
belajar siswa diperoleh berdasarkan persen nilai rata-rata
gain (data gain untuk masing-masing kelompok sampel di
setiap sekolah), dirumuskan: % Peningkatan Hasil Belajar =
Rata-rata Gain x 100%
Persen peningkatan hasil belajar siswa untuk masing-
masing kelompok sampel di setiap sekolah dapat dilihat pada
Tabel 15
Tabel 15 Hasil persen peningkatan hasil belajar siswa untuk masing-masing kelompok sampel di setiap sekolah
Sekolah Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Rata-rata Gain % Gain
Rata-rata Gain % Gain
SMA Negeri 6 Medan 0,69 69% 0,52 52%
SMA Negeri 3 Medan 0,71 71% 0,48 48%
SMA Methodist 2 Medan
0,70 70% 0,54 54%
Berdasarkan Tabel 15 diperoleh bahwa persen
peningkatan hasil belajar siswa kelas eksperimen yang
menggunakan bahan ajar kimia inovatif berbasis multimedia
lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol yang tidak
Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 93
menggunakan bahan ajar kimia inovatif berbasis multimedia
(menggunakan buku pegangan siswa).
M. Pengaruh Penggunaan Bahan Ajar Kimia Inovatif
Berbasis Multimedia pada Materi Laju Reaksi yang
Telah Dikembangkan terhadap Motivasi Belajar
Siswa
Pengukuran terhadap motivasi belajar siswa pada
materi laju reaksi dilakukan dengan cara meminta siswa kelas
eksperimen untuk mengisi angket motivasi. Hasil pengukuran
terhadap motivasi belajar siswa yang menggunakan bahan
ajar kimia inovatif berbasis multimedia dapat dilihat pada
Tabel 16
Tabel 16 Hasil pengukuran terhadap motivasi belajar siswa yang menggunakan bahan ajar kimia inovatif berbasis multimedia
Sekolah Kelas Eksperimen Kelas Kontol
SMA Negeri 6 Medan 69,6 62,63
SMA Negeri 3 Medan 69,51 63,6
SMA Methodist 2 Medan
68,52 63,72
Motivasi belajar siswa diplot terhadap hasil belajar
siswa untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol pada Gambar
5
94 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia
Gambar 5 Hubungan antara motivasi belajar dan hasil belajar: ( ) adalah plot korelasi menggunakan bahan ajar kimia inovatif berbasis
multimedia, dan ( ) adalah plot korelasi menggunakan buku ajar pegangan siswa
Berdasarkan grafik pada Gambar 5 pada kelas
eksperimen diperoleh hubungan positif antara motivasi
belajar dan hasil belajar (R2 = 0.959) sedangkan pada kelas
kontrol (R2 = 0,855). Hasil ini meyakinkan bahwa motivasi
belajar siswa terhadap hasil belajar yang menggunakan bahan
ajar inovatif berbasis multimedia pada materi laju reaksi (R2 =
95,9%) lebih tinggi dibandingkan dengan motivasi belajar
siswa terhadap hasil belajar menggunakan buku ajar
pegangan siswa (R2 = 85,55%). Hasil perhitungan motivasi
belajar siswa di setiap sekolah pada kelas eksperimen dan
kelas kontrol.
y = 0.8042x + 12.822 R² = 0.9597
y = 0.6574x + 21.758 R² = 0.8558
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
0 20 40 60 80 100
Moti
vasi
Bela
jar
Sis
wa
Hasil Belajar Siswa Linear…Linear…
Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 95
Pengembangan bahan ajar kimia inovatif berbasis
multimedia pada materi laju reaksi telah berhasil
dikembangkan yang terdiri dari 6 sub pokok materi, yaitu
Kemolaran, meliputi Pengertian molaritas dan Membuat
larutan; Konsep laju reaksi, meliputi Pengertian laju reaksi
dan Hubungan laju reaksi dengan koefisien reaksi; Persamaan
laju reaksi dan orde reaksi, meliputi Persamaan laju reaksi,
orede reaksi, dan Menentukan persamaan laju reaksi; Faktor-
faktor yang mempengaruhi laju reaksi, meliputi Konsentrasi,
Luas permukaan, Suhu, Katalis; Teori tumbukan, meliputi
Energi aktivasi dan Hubungan teori tumbukan dengan faktor-
faktor yang mempengaruhi laju reaksi; Penerapan konsep laju
reaksi, meliputi Penerapan dalam kehidupan sehari-hari dan
Penerapan dalam industri. Pengembangan dilakukan
berdasarkan pengembangan Borg and Gall (R & D).
Penilaian terhadap bahan ajar kimia inovatif berbasis
multimedia pada materi laju reaksi yang telah dikembangkan
dalam penelitian ini dilakukan menggunakan Badan Standar
Nasional Pendidkan (BSNP). Dasar pengembangan bahan ajar
kimia inovatif berbasis multimedia pada materi laju reaksi
ialah berdasarkan hasil analisis peneliti terhadap buku ajar
kimia pada materi laju reaksi yang beredar dan digunakan
disekolah. Kekurangan-kekurangan serta usulan materi yang
belum dijelaskan dari buku ajar yang telah dianalisis tersebut
diperbaiki dan dikembangkan sehingga menjadi bahan ajar
inovatif berbasis multimedia pada materi laju reaksi. Inovasi
juga dilakukan dengan mengintegrasikan kegiatan
laboratorium, metode dan model pembelajaran, serta
multimedia pembelajaran. Pengintegrasian kegiatan
laboratorium dilakukan dengan tujuan agar siswa lebih
memahami materi yang disajikan di dalam bahan ajar. Metode
dan model pembelajaran usulan yang diintegrasikan dalam
96 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia
bahan ajar kimia inovatif, seperti metode demonstrasi,
metode latihan, metode praktikum dan metode diskusi.
Sedangkan untuk model pembelajaran ynag diintegrasikan ke
dalam bahan ajar adalah model Problem Based learning (PBL).
Penginterasian metode dan model pembelajaran
dipergunakan agar siswa lebih aktif dan termotivasi dalam
memahami pembelajaran. Selanjutnya, multimedia yang
diintegrasikan di dalam bahan ajar kimia inovatif berupa
electronic book (e-book) yang berisi materi laju reaksi,
gambar, grafik, video animasi serta video demonstrasi.
Pengadaan integrasi multimedia alam bahan ajar ini
bertujuan agar siswa tertarik mempelajarai materi kimia
terutama pada materi laju reaksi yang telah diinovasi
sehingga siswa dapat merasakan suasana belajar yang
berbeda dan dapat mempermudah siswa dalam mepelajarai
bahan ajar dimanapun berada (belajar secara mandiri).
Selanjutnya, standarisasi bahan ajar kimia inovatif
berbasi multimedia pada materi laju reaksi yang telah
dikembangkan, terdiri dari 3 aspek, yaitu kelayakan isi,
kelayakan bahasa, dan kelayakan penyajian. Berdasarkan
hasil penilaian bahan ajar kimia inovatif berbasis multimedia
pada materi laju reaksi yang telah dikembangkan, diperoleh
rata-rata keseluruhan 4,26 adalah valid (layak) dan tidak
perlu revisi. Untuk hasil penilaian terhadap multimedia
pembelajaran (e-book) oleh dosen media diperoleh rata-
ratapenilaian sebesar 3,90 adalah 3,90 adalah valid (layak)
untuk digunakan dan tidak perlu direvisi.
Setelah dilakukan pengembangan dan standarisasi
terhadap bahan ajar kimia inovatif berbasis multimedia pada
materi laju reaksi, maka dilakukan uji coba terhadap bahan
ajar kimia inovatif yang telah dikembangkan di 3 sekolah
Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 97
dimana pada masing-masing sekolah terdapat 2 kelompok
kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Sebelum
dilakukan uji coba, setiap kelas di setiap sekolah baik kelas
eksperimen maupun kelas kontrol diberi pretest untuk
melihat kemampuan awal dari masing-masing kelompok
sampel.
Selanjutnya, dilakukan uji normalitas dan uji
homogenitas terhadap data pretest yang diperoleh. Uji
normalitas berguna untuk melihat apakah data berdistribusi
normal atau tidak, dan uji homogenitas untuk melihat kedua
sampel berasal dari populasi yang homogen. Selanjutnya, uji
coba bahan ajar kimia inovatif berbasis multimedia pada
materi laju reaksi yang telah dikembangkan dilakukan dengan
memberikan bahan ajar kimia inovatif berbasis multimedia
yang telah dikembangkan kepada kelas eksperimen dalam
bentuk hardcopy dan e-book dan untuk kelas kontrol
menggunakan buku pegangan siswa. Selain itu, angket
motivasi juga diberikan kepada siswa kelas eksperimen guna
melihat motivasi belajar siswa setelah menggunakan bahan
ajar kimia inovatif berbasis multimedia yang telah
dikembangkan.
Setelah uji coba bahan ajar kimia inovatif berbasis
multimedia, selanjutnya dilakukan posttest untuk melihat
peningkatan hasil belajar siswa setelah menggunakan bahan
ajar kimia inovatif berbasis multimedia pada materi laju
reaksi yang telah dikembangkan.
Selanjutnya, data pretest dan posttes, gain dan
motivasi siswa diuji normalitasnya. Hasil uji normalitas
terhadap seluruh data menunjukkan bahwa seluruh data yang
diperoleh terdistribusi normal dengan nilai signifikan > 0,05.
Hasil uji homogenitas pada data pretest juga menunjukkan
98 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia
nilai signifikansi > 0,05, artinya kedua sampel berasal dari
populasi yang sama (homogen).
Selanjutnya dilakukan uji hipotesis. Hasil uji hipotesis
menunjukkan bahwa peningkatan hasil belajar siswa yang
menggunakan bahan ajar kimia inovatif berbasis multimedia
pada materi laju reaksi lebih tinggi dibandingkan hasil belajar
siswa yang menggunakan buku pegangan siswa dengan nilai
signifikansi (0,000) < α (0,05) dan thitung > tttabel (11,881 >
1,97338).
Hasil yang diperoleh sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Situmorang dkk (2015) yang memperoleh
keefektifan bahan ajar inovatif dalam meningkatkan daya
ingat siswa diketahui hasil belajar pada kelompok eksperimen
(99%) sedikit lebih tinggi di bandingkan kelompok kontrol
(98%). Sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan
bahan ajar kimia inovatif berbasis multimedia pada materi
laju reaksi lebih efektif dibandingkan penggunaan buku
pegangan siswa dalam meningkatkan hasil belajar siswa.
Dengan menggunakan bahan ajar kimia inovatif
berbasis multimedia dapat meningkatkan daya ingat siwa
terhadap penguasan materi lebih tinggi dibandingkan
menggunakan buku ajar pegangan siswa. Hal ini dapat dilihat
pada 3 sampel penelitian menunjukkan tingkat efektivitas
pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan pada kelas
kontrol.
Berdasarkan perhitungan peningkatan hasil belajar
dan efektivitas di masing-masing sekolah, diperoleh persen
peningkatan hasil belajar yang menggunakan bahan ajar
kimia inovatif berbasis multimedia di SMA Negeri 6 Medan
sebesar 69% (kategori sedang), untuk siswa di SMA Negeri 3
Medan sebesar 71% (kategori tinggi), dan di SMA Methodist 2
Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 99
Medan 70% (kategori tinggi), sedangkan yang menggunakan
buku ajar pegangan siswa di SMANegeri 6 sebesar 52%
(kategori sedang), untuk siswa di SMA Negeri 3 Medan
sebesar 48% (kategori sedang), dan di SMA Methodist 2
Medan 54% (kategori sedang). Sehingga dapat disimpulkan
bahwa bahan ajar kimia inovatif berbasis multimedia pada
materi laju reaksi lebih efektif dalam meningkatkan hasil
belajar siswa dibandingkan pengunaan buku pengangan
siswa.
Berdasarkan hasil perhitungan angket motivasi
belajar siswa, komponen-komponen yang telah diintegrasikan
di dalam bahan ajar kimia inovatif berbasis multimedia
membuat siswa menjadi termotivasi untuk mempelajari
materi kimia. Hal ini ditunjukkan dengan kontribusi motivasi
belajar siswa terhadap hasil belajar yang menggunakan bahan
ajar inovatif berbasis multimedia pada materi laju reaksi (R2 =
95,9%) lebih tinggi dibandingkan dengan kontribusi motivasi
belajar siswa terhadap hasil belajar menggunakan buku ajar
pegangan siswa pada materi laju reaksi (R2 = 85,5%). Ini
berarti siswa sangat termotivasi untuk mempelajari materi
kimia setelah menggunakan bahan ajar kimia inovatif
berbasis multimedia pada materi laju reaksi yang telah
dikembangkan.
Dengan adaya bahan ajar inovatif berbasis multimedia
pada materi laju reaksi, siswa dapat mengulang contoh-
contoh soal dan cara penyelesaian soal sehingga siswa dapat
menggunakan waktu belajar mandiri lebih banyak. Keinginan
siswa untuk belajar kimia setelah menggunakan bahan ajar
inovatif berbasis multimedia yang telah dikembangkan
memberikan kontribusi dalam meningkatkan hasil belajar
siswa karena pergeseran dari pembelajaran yang berpusat
100 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia
pada guru (teacher teaching learning) menjadi pembelajaran
yang berpusat pada siswa (student center learning).
Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 101
DAFTAR PUSTAKA
Abed, E. R., and Al-Absi, M. M., (2015), Content Analysis of
Jordanian Elementry Textbooks during 1970-2003
as Case Study, International Education Studies 8(3):
159-166.
Abidin, Y., (2014), Desain Sistem Pembelajaran dalam Konteks
Kurikulum 2013, Penerbit Refika Aditama, Bandung.
Albers, C., (2009), Teaching: From Disappointment To
Ecstasy, Teaching Sociology; 37(3): 269-282.
Bentley. J.W., Mele, P.V., dan Acheampong, G.K., (2010),
Experimental By Nature: Rice Farmerin Ghana,
Humam Orgainzation 69(2): 129-138.
BSNP, (2006), Panduan KTSP Jenjang Pendidikan Dasar dan
Menengah, Depdiknas, Jakarta.
Burden, P. L., and Byrd, D. M., (1999), Methods for Effective
Teaching, Allyn and Bacon, Boston.
Carter, J. L., and Mayer, W. V., (1988), Reading Beyond the
Textbook: Great Books of Biology, Bioscience 38(7):
490-493.
Borg, W. R., and Gall, M. D., (1983), Educational Research: An
Introduction. 4th Ed. Longman, Inc, New York.
Chambliss, M. J., (2001), Analyzing Science Textbook Materials
to Determine how “Persuasive” They Are, Theory into
Practice 40(4): 255-264.
102 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia
Chang Lee, P., Ta Lin, Cheng., dan Hong Kang, H., (2015), The
Influence of Open Innovative Teaching Approach
Toward Student Satisfaction :a case of Si-Men
Primary School, Springer: Online Publisher.
Chang, R., (2004), Kimia Dasar: Konsep-konsep Inti Jilid 2 Edisi
Ketiga, Erlangga, Jakarta.
Corrigan, M.J., Bill, M.L., dan Slater, J.R., (2009), The
Development of a Subtance Abuse Curriculum in a
Master’s of Social Work Education 45(3):513-521.
Dimyati dan Modjiono, (2009), Belajar dan Pembelajaran,
Rineka Cipta, Jakarta.
Depdiknas, (2008), Panduan Pengembangan Bahan Ajar,
Depdiknas, Jakarta.
Dick, W., and Carey, L., (1978), The Systematics Design of
Instruction, Foresman Co, Illionois.
Dolan, E., (2009), Recent Research in Science Teaching and
Learning, CBE-Life Science Education 8(3): 162-164.
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, (2008),
Petunjuk Teknis Pengembangan Bahan Ajar,
Depdiknas, Jakarta.
Edginton, A., dan Holbrook, J., (2010), A Blended Learning
Approach to Teaching Basic Pharmacokinetic and
the Significance of Face-to-Face Interactin, American
Journal of Pharmaceutical Education; 74(5): 1-11.
Fastre, R. D. Dan Carlson, L. H., (1992), Learning to Teach with
Multimedia. T H E Journal, (online), 20 (2).
Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 103
Furgon, (2009), Kriteria Bahan Ajar: http://www.tek-
nologipendidikan.co.cc akses September 2015.
Garnett, P., Oliver, R., & Hackling, M., (1998), Design
interactive multimedia materials to support concept
development in beginning chemistry classes. In T.
Chan, A. Collins, & J. Lin (Eds.), Global education on
the Net: Proceedings of the 6th International
Conference on Computer in Education (pp. 141–144).
Beijing: China Higher Education Press, and
Heidelberg: Springer Verlag.
Good, J. J., Woodzicka, J. A., and Wingfield, L. C., (2010), The
Effects of Gender Stereotypic and Counter-
Stereotypic Image on Science Performnce, The
Journal of Social Psycology 150(2): 132-147.
Goto, K., Pelto, H., Pelletier, d.l., dan Tiffani, J.S., (2010),“It
Really Openend My Eyes” The Effcts On Youth Peer
Education Of Participanting in An Reasearch Project,
Human Organization; 69(2): 192-200.
Gravana, N. G., (2009), Creating Alternatives in Science,
Journal of Commercials Biotechnology 15(2): 161-
171.
Greene dan Petty, (1981), Developing Language Skill in The
Elementry Schools, Alyn and Bacon Inc, Boston, 504-
2.
Hackbarth, S,. (1996), The educational technology handbook: A
comprehensive Guide. Englewood Cliffs: Educational
Technology Publication, Inc.
104 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia
Hake,R.,(1998),AnalyzingChage/GainScores:http://www.physi
cs.indiana.edu/~sdi/AnalyzingChange-Gain.pdf
akses Nopember 2015)
Holliday, W. G., (2002, Selecting A Science Textbook, Science
Scope 25(4): 16-20.
Hosler, J., dan Boomer, K. B., (2011), Area Comic Books an
Effective Way to Engage Non Majors in Learning and
Appreciating Science?, CBE-Life Sciences Education
10: 309-317.
Isjoni., (2011), Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan
Kecerdasan Komunikasi antar Peserta Didik, Pustaka
Pelajar, Yogyakarta.
Jippers, E., Engelen, J.M.L., Brand, P.L.P., dan Oudkerk, M.,
(2010), Competency-based (canMEDS) Residensy
Training Programme Radiology: Systematic Desaign
Prosedure, Curriculum and Success Factor, Eur
Radiol 20(4): 967-977.
Karpen, M.E., Handerleiter, J., dan Schaertel, A., (2004),
Integrating computational chemistry into the
physical chemistry laboratory curriculum: A Wet
Lab/Dry Lab Approach, Journal of Chemical
Education 81: 475-477.
Kemdikbud., (2013), Bahan Sosialisasi Kurikulum 2013,
Depdiknas, Jakarta.
Koroghlanian, C., and Klein, J. D., (2004), The Effect of Audio
and Animation in
Multimedia Instruction. Journal of Educational
Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 105
Multimedia and
Hypermedia, 13(1): 24–46.
Kolluru, S., (2012), An Active-Learning Assignment Requiring
Pharmacy Students to Write Medicinal Chemistry
Examination Questions, American Journal of
Pharmaceutical Education 76(6): 1-7.
Kramer, I.M., Dahmani, H.R., Delouche, P., Bidabe, M., dan
Schneeberger, P., (2012), Education Catching up with
Science: Preparing Students for Three-Dimentional
Literacy in Cell Biology, CBE-Life Sciences Education
11: 437-447.
Kurniasih, I., dan Berlin, S., (2014), Panduan Membuat Bahan
Ajar Buku Teks Pelajaran Sesui dengan Kurikulum
2013, Kata Pena, Surabaya.
Labov, J. B., (2006), National and State Standar in Science and
Potential, influency on Undergraduate Science
Education, CBE Life Edu 5(3): 204-209.
Lagowsky, (2002), The Role Of The Laboratory In Chemical
Education. Texas. The University of Texas at Austin.
Lazarowictz, R., dan Tamir, P., (1994), Research on using
laboratory instruction in science: in D. Gabel (Ed),
Hand Book of Research on Science Teaching and
Learning, Macmillan, New York.
Mahdjoubi, L., and Rahman, M. A., (2012), Effects of
multimedia characteristics on novice CAD
(Computer-Aided Design), Architectural Engineering
and Design Management 8:214-225.
106 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia
Masruroh, S., (2014), Implementasi Pendekatan Scientific
pada Kurikulum 2013 untuk Meningkatkan
MotivasiBelajar Siswa pada Bidang Kompetensi
Teknologi Informasi dan Komunikasi. Prosiding
Konvensi APTEKINDO ke 7 FPTK UPI Bandung.
Mayer, R. E., (2003), The Promise of Multimedia Learning:
Using the Same Instructional Design MethodsAcross
Different Media, Learning and Instruction, 13: 125-
139.
Mayer, R. E., (2009), What Neurosurgeons Should Discover
About the Science
of Learning. Clinical Neurosurgery, 56: 57–65.
Meyer, M. J., (1996), Multimedia in the Classroom, Boston:
Allyn and Bacon.
Miswanda, S. S., (2010), Pengaruh Pengguanaan Metode
Preview, Question, Read, Summarize, and Test
Melalui Pendekatan Contextual Teaching and
Learning terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa, Jurnal
Inovasi Pendidikan Kimia, 4(1): 557-556.
Montelongo, J A., dan Herter, R.J., (2010), Using Technology to
Support Expository Reading and Writing in Science
Clases, Science Activities 47: 89-102
Moreno, R., and Mayer, R. E., (2000), A Coherence Effect in
Multimedia Learning:
The Case for Minimizing Irrelevant Sounds in The
Design of Multimedia
Instructional Messages. Journal of Educational
Psychology, 97: 117–125.
Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 107
Mulyasa, E., (2006), Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan,
Rosdakarya, Bandung.
Munthe, (2011), Analisis dan Standarisasi Buku Kimia Kelas x
Semester 1 Berdasarkan Standar Isi KTSP, Tesis,
Program Pascasarjana UNIMED, Medan.
Nugraha, D.A., (2013), Pengembangan Bahan Ajar Reaksi
Redoks Bervisi SETS Berorientasi Kontruktivistik,
Journal of Innovative Science Education 2(1):28.
Parulian, H. G., (2013), Pengembangan Buku Ajar Kimia
Inovatif untuk Kelas XI Semester II SMA/MA, Tesis,
Program Pascasarjana UNIMED, Medan.
Permendikbud, (2014), Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 59 Tahun
2014 Tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah
Atas/ Madrasah Aliyah, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, Jakarta.
Philips, R., (1997), A Practical Guide for Educational
Applications, Kogan Page limited, London.
Purba, Friska., (2015), Pengembangan Penuntun Praktikum
Kimia SMA Kelas XI Materi Laju Reaksi Sesuai dengan
Model Pembelajaran Penemuan dan Berbasis Proyek,
Tesis Prodi Pendidikan Kimia UNIMED, Medan
Prastowo, A., (2011), Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar
Inovatif, Diva Press, Jogjakarta.
Sadirman, S. A., Rahardjo, R., Haryono, A., dan Rahardjito.,
(1986), Media Pendidikan: Pengertian,
108 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia
Pengembangan dan Pemanfaatannya, Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
Sadirman, S. A., (2003), Media Pendidikan, Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
Sardiman, A. M., (2007), Interaksi dan Motivasi Belajar
Mengajar, Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Saefuddin, Asis, (2014), Pembelajaran Efektif. Pt Remaja
Rosdakarya. Bandung.
Saefuddin, A., dan Berdiati, I., (2014), Pembelajaran Efektif, PT
Remaja Rosdakarya, Bandung.
Sani, R. A., (2013), Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi
Kurikulum 2013, Bumi Aksara, Jakarta.
Sanjaya, W., (2008), Strategi Pembelajaran Berorientasi
Standar Proses Pendidikan, Prenada Media, Jakarta.
Sanjaya, W., (2010), Strategi Pembelajaran Berorientasi
Standar Proses Pendidikan, Prenada Media, Jakarta.
Sa’ud, U.S., (2008), Inovasi Pendidikan, Bandung, AlfaBeta.
Setyosari, Pinaji, (2012), Metode Penelitian Pendidikan dan
Pengembangan, Kencana, Jakarta.
Silitonga, L.L., dan Situmorang, M., (2009), Evektifitas Media
Audivisual Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar
Siswa Pada Pengajaran Sistem Koloid, Journal
Pendidikan Kimia 1(1): 1-9.
Simatupang, N.I., and Situmorang, M., (2013), Innovation of
Senior High School Chemistry Textbook to Improve
Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 109
Students Achievement in Chemistry, Proceeding of
The 2nd International Conference of the Indonesian
Chemical Society 2013 October, 22-23th 2013, pp. 44-
52.
Sinambela, Pardomuan., (2013), Kurikulum 2013 Dan
Implementasinya Dalam Pembelajaran. Jurnal
Generasi Kampus vol 6. No. 2.
Siregar. E.J., Silaban, R., dan Mahmud, (2014), Pengaruh Model
Pembelajaran Berbasis Masalah Bermediakan
Internet terhadap Hasil Belajar dan Karakter
Jubermadita pada Materi Asam Basa Siswa SMA di
Kota Binjai, Jurnal Pendidikan Kimia, 6(1): 52-58.
Situmorang, H., dan Situmorang, M., (2009), Efektifitas Media
Audiovisualterhadap Peningkatan Pestasi Belajar
Siswa pada Pengajaran Materi dan Perubahannya,
Jurnal Pendidikan Matematika dan Sain 3(1): 45-51.
Situmorang, M., (2003), Efektifitas Model Pemelajaran
terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Mahasiswa
dalam Perkuliahan Kimia Analitik-1, Laporan Hasil
Penelitian, FMIPA Universitas Negeri Medan.
Situmorang, M., (2004), Inovasi Model-Model Pembelajaran
Bidang Sain untuk Meningkatkan Prestasi Belajar
Mahasiswa, Prosiding Konaspi V Surabaya Tahun
2004
Situmorang, M., dan Sinaga, M., (2006), inovasi Pembelajarn
pada Mata Kuliah Kimia Analitik II, Jurnal Pendidikan
Matematika dan Sain 1(2): 114-119.
110 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia
Situmorang, M., (2010), Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Untuk Mata Pelajaran Kimia (Dengan Suplemen),
Medan, Unimed.
Situmorang, M., (2013), Pengembangan Buku Ajar Kimia SMA
Melalui Inovasi Pembelajaran dan Integrasi
Pendidikan Karakter Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa. Prosiding Seminar Dan Rapat Tahunan
BKS PTN Barat Bidang MIPA di Universitas Lampung.
Tgl 10-12 Mei 2013, Hal 237-246
Situmorang, M., dan Munthe, L.B., (2015), Pengembangan
Media Pembelajaran Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Pada Pengajaran Radioisotop, Prosiding
Seminar Dan Rapat Tahunan BKS PTN Barat Bidang
MIPA di Tanjungpura Pontianak, Tgl 6-9 Mei 2015,
pp. xx-xx.
Situmorang, M., M., Hutabarat, W., dan Situmorang, Z., (2015),
The Development of Innovative Chemistry Textbook
to Improve Students Achievement of Bilingual Senior
High School Student, International Educational
Studies (In Press).
Situmorang, M., Sinaga, M., Tarigan., D.A., Sitorus, C.J., dan
Tobing, A.M.L., (2011), The Affectivity of Innovated
Chemistry Learning Methods to Increase Student’s
Achievement in Teaching of Sulubility and Sulubility
Product, Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan 17(1):
29-37
Situmorang, M., Sinaga, M., Tobing, A.M.L., Sitorus, C.J.,
Tarigan., D.A., dan, (2010), Teaching Innovation in
the Laboratory to Increase Student’s Achievement in
Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 111
Chemistry, Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan
17(1): 7-14.
Situmorang, M., Sitorus, M., Hutabarat, W., and Situmorang, Z.,
(2015), The Development of Innovative Chemistry
Learning Material for Bilingual Senior High School
Students in Indonesia, International Education Studies
8(10): x-x.
Slavin, (1994), Coopreative Learning Theory, Second Edition,
Allyn and Bacon, Massachusetts.
Sudjana, N., dan Rivai, A., (2001), Media Pembelajaran, Sinar
Baru Algensindo, Bandung.
Sudrajat, A., (2009), Konsep Pengembangan Bahan Ajar
[online],
(http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/03/04
/konsep-pengembangan-bahan-ajar-2/, diakses
tanggal 17 November 2015).
Suyanti, R., (2008), Pengembangan Metode Pembelajaran
Kooperatif Tipe TAI dilengkapi Modul dan penilaian
Portofolio untuk meningkatkan Prestasi Belajara
Penentuan pH Reaksi Siswa SMA Kelas XI Semester I,
Tesis, Prodi Kimia, Universitas Maret Surakarta.
Suyanti, R. D., (2010), Strategi Pembelajarn Kimia, Graha Ilmu,
Yogyakarta.
Tan, O. S., (2003), Problem Based Learning Innovation, Gale
Cengange Learning, Sing Lee Press, Singapura.
112 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia
Tim Pascasarjana UNIMED, (2010), Pedoman Administrasi
dan Penulisan Tesis & Disertasi, Program Pascasarjana
UNIMED, Medan.
Tompkins, C.J., Rosen, A.L., dan Larkin, H., (2006), Guest
Editorial: An Analysis Of Social Work Textbooks For
Aging Content: How Well Do Social Work Foundation
Texts Prepare Students For Our Aging Society?,
Journal of Social Work Education 42(1): 3-24.
Varghese, J., Faith, M., dan Jacob, M., (2012), Impact of e-
resources on Learning in Biochemistry: First-year
Medical Students’ Perpeptions, BMC Medical Education
12: 21-29.
Viridi, S., (2011), Editorial: Inovasi dalam Pembelajaran
dengan Cerita, Jurnal Inovasi Pembelajaran Sains
1(1):1-2.
Wibawa, B., dan Mukti, F., (1992), Media Pembelajaran, Dirjen
Dikti, Jakarta.
Yore, L. D., Bisanz, G. L., and Hand, B. M., (2003), Examining
the Literacy Component of Science Literacy: 25 Years
of Language and Science Research. International
Journal of Science Education, 25(6): 689-725.
Yusfiani, M. dan Situmorang, M., (2011), Pengembangan dan
standarisasi Buku Ajar Kimia SMA/MA Kelas XII
Semester 1 Berdasarkan Standar Isi KTSP, Jurnal
Penelitian Bidang Pendidikan Volume 17(1): 38-48.
Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 113
Zevenbergen, R.J., Grootenboer, P., dan Sullivan, P., (2010),
Good Learning a Good Life: Mathematics
Transformation in Remote Indigenous Coomunities,
Australian Journal of Social Issues 45(1): 131-145.
Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 115
TES PADA MATERI LAJU REAKSI NO INDIKATOR SOAL PILIHAN GANDA TINGKAT
KOGNITIF
KUNCI
JAWABAN
1. Menjelaskan
konsep reaksi
kimia
Secara matematis pengertian laju reaksi untuk NO
dan N2O dari reaksi 2NO(g) + H2(g) N2O(g) + H2O(g)
dapat dituliskan sebagai…
A.
[ ]
[ ]
B.
[ ]
[ ]
C.
[ ]
[ ]
D.
[ ]
[ ]
E. v = [ ]
[ ]
C2
C
2. Menjelaskan
konsep teori
Pernyataan yang sesuai untuk hubungan teori
tumbukan dengan kenaikan suhu adalah…
C2 B
116 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia
tumbukan
(tabrakan)
A. semakin tinggi suhu maka energi kinetik
partikel semakin rendah sehingga
memperbesar peluang terjadinya tumbukan
B. semakin tinggi suhu maka energi kinetik
partikel semakin besar sehingga
memperbesar peluang terjadinya tumbukan
C. semakin tinggi suhu maka energi kinetik
semakin rendah sehingga memperbesar
peluang terjadinya tumbukan
D. semakin tinggi suhu maka energi kinetik
semakin besar sehingga memperkecil peluang
terjadinya tumbukan
E. semua salah
3. Menemukan
faktor-faktor
Penambahan katalis dalam reaksi bertujuan untun
mempercepat reaksi. Katalis berfungsi sebagai…
C1 E
Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 117
yang
mempengaruhi
laju reaksi
A. menaikkan energi kinetik
B. menurunkan energi kinetik
C. menaikkan energi aktivasi
D. menurunkan energi partikel
E. menurunkan energi aktivasi
4. Menunjukkan
hasil pemahaman
terhadap teori
tumbukan
(tabrakan)
Gula halus lebih cepat larut daripada gula kasar
dengan kondisi pelarut yang sama. Hal ini
merupakan bentuk aplikasi dari hubungan teori
tumbukan dengan…
A. konsentrasi
B. suhu
C. katalis
D. energi aktivasi
E. luas permukaan
C1 E
118 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia
5. Menentukan
persamaan laju
reaksi, orde
reaksi, serta
harga dan satuan
tetapan laju
reaksi
berdasarkan
analisis data hasil
percobaan.
Semakin besar konsetrasi pereaksi maka peluang
terjadinya tumbukan semakin banyak. Hal ini
disebabkan karena…
A. semakin besar jumlah partikel pereaksi
B. semakin kecil energi aktivasi
C. semakin kecil jumlah partikel pereaksi
D. semakin besar energi aktivasi
E. semua salah
C1 A
6. Menentukan
persamaan laju
reaksi, orde
reaksi, serta
Dari reaksi 2NO (g) + Br2 (g) → 2NOBr (g) diperoleh
data sebagai berikut:
C2 B
Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 119
harga dan satuan
tetapan laju
reaksi
berdasarkan
analisis data hasil
percobaan.
[NO] M [Br] M V
0,1 0,1 12
0,1 0,2 24
0,1 0,3 36
0,2 0,1 48
0,3 0,1 108
Dapat disimpulkan bahwa persamaan laju
reaksinya adalah ….
A. v = k [NO] [Br2]
B. v = k [NO] [Br2]2
C. v = k [NO]2[Br2]
D. v = k [NO]2[Br2]2
E. v = k [NO][Br2]4
7. Menentukan Pada reaksi: 2P + 3Q → P2Q3, diperoleh data sebagai C2 D
120 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia
persamaan laju
reaksi, orde
reaksi, serta
harga dan satuan
tetapan laju
reaksi
berdasarkan
analisis data hasil
percobaan.
berikut:
No [P] [Q] v (M/det)
1 0,1 M 0,03 M 4
2 0,1 M 0,12 M 16
3 0,3 M 0,03 M 36
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa orde
reaksi total adalah ….
A. 0
B. 1
C. 2
D. 3
E. 4
8. Menentukan
persamaan laju
Pada penentuan laju reaksi, 3X2 + Y2 → 2X3Y,
diperoleh data sebagai berikut:
C2 D
Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 121
reaksi, orde
reaksi, serta
harga dan satuan
tetapan laju
reaksi
berdasarkan
analisis data hasil
percobaan.
[X2] M [Y2] M V M/det
0,1 0,1 0,02
0,1 0,2 0,04
0,3 0,2 0,36
Dari data diatas diperoleh harga tetapan laju reaksi
(k) adalah ….
A. 20 M-2 det2
B. 160 M-2 det2
C. 80 M-2 det2
D. 20 M-1 det2
E. 16 M-2 det2
9. Menentukan
persamaan laju
Diketahui reaksi:
2Fe3+ (aq) + 3S2- (aq) → S (s) + 2 FeS (s)
C2 C
122 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia
reaksi, orde
reaksi, serta
harga dan satuan
tetapan laju
reaksi
berdasarkan
analisis data hasil
percobaan.
Menurut data eksperimen pada suhu tetap:
No [Fe3+] M [S2-] M Laju
(M/det)
1 0,1 0,1 2
2 0,2 0,1 8
3 0,2 0,2 16
4 0,2 0,3 54
Reaksi diatas merupakan reaksi orde ….
A. 1
B. 2
C. 3
D. 4
E. 5
10. Siswa dapat Laju reaksi yang paling cepat terdapat pada .... C3 B
Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 123
menentukan
pengaruh
konsentrasi
terhadap laju
reaksi
berdasarkan data
hasil percobaan
dengan benar.
A. 250 mL HCl 0,5 M + 250 mL NaOH 0,5 M
B. 250 mL HCl 0,4 M + 250 mL NaOH 0,4 M
C. 250 mL HCl 0,3 M + 250 mL NaOH 0,3 M
D. 500 mL HCl 0,2 M + 500 mL NaOH 0,2 M
E. 500 mL HCl 0,1 M + 500 mL NaOH 0,1 M
11. Siswa dapat
menentukan
pengaruh
konsentrasi
terhadap laju
reaksi
berdasarkan data
Dari percobaan reaksi:
CaCO3(s) + 2HCl(aq) CaCl2(aq) + CO2(g) +
H2O(g)
diperoleh data data sebagai berikut:
Percobaan Bentuk
CaCO3
Konsentrasi
25 mL HCL
Waktu
Reaksi
Suhu
(0C)
C2 D
124 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia
hasil percobaan
dengan benar.
(M) (detik)
1 10 gram
serbuk
0,2 4 25
2 10 gram
butiran
0,2 6 25
3 10 gram
bongkahan
0,2 10 25
4 10 gram
butiran
0,4 3 25
5 10 gram
butiran
0,2 3 35
Pada percobaan 1 dan 4, laju reaksi dipengaruhi
oleh ....
A. temperatur
B. katalis
Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 125
C. sifat-sifat
D. konsentrasi
E. luas permukaan
12. Siswa dapat
menentukan
pengaruh luas
permukaan
terhadap laju
reaksi
berdasarkan data
hasil percobaan
dengan benar.
Pengaruh luas permukaan pada laju reaksi
adalah….
A. Semakin luas permukaan sentuh, semakin kecil
kemungkinan partikel-partikel bertemu dan
bereaksi
B. Semakin luas permukaan sentuh, semakin besar
kemungkinan partikel-partikel bertemu dan
bereaksi
C. Semakin luas permukaan sentuh, tidak
memungkinan partikel-partikel bertemu dan
bereaksi
D. Semakin luas permukaan sentuh, semakin kecil
C2 B
126 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia
kemungkinan partikel-partikel bertemu dan
bereaksi
E. Semakin kecil permukaan sentuh, tidak
memungkinan partikel-partikel bertemu dan
bereaksi
13. Siswa dapat
menunjukkan
hubungan
konsentrasi dan
luas permukaan
terhadap laju
reaksi
berdasarkan data
hasil percobaan
dengan tepat.
Diantara reaksi berikut yang terjadi paling cepat
adalah .…
A. 2 gram batang Zn dengan larutan HCl 0,01M
B. 2 gram batang Zn dengan larutan HCl 0,1 M
C. 2 gram serbuk Zn dengan larutan HCl 0,01M
D. 2 gram serbuk Zn dengan larutan HCl 0,001M
E. 2 gram serbuk Zn dengan larutan HCl 0,1 M
C3 E
Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 127
14. Siswa dapat
menentukan
pengaruh luas
permukaan
terhadap laju
reaksi
berdasarkan data
hasil percobaan
dengan benar.
Data percobaan:
No Logam Mg [HCl] Suhu
1 Batangan 0,1 M 200C
2 Butiran 0,1 M 200C
3 Butiran 0,2 M 300C
4 Serbuk 0,2 M 300C
5 Batangan 0,2 M 300C
Laju reaksi yang paling cepat
adalah ....
A. 1
B. 2
C. 3
D. 4
E. 5
C3 D
15. Siswa dapat Data percobaan untuk reaksi : X + Y hasil C3 C
128 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia
menunjukkan
hubungan
konsentrasi dan
luas permukaan
terhadap laju
reaksi
berdasarkan data
hasil percobaan
dengan tepat.
Percobaan Massa/bentuk
zat A
Konsentrasi
B (molL-1)
t
(detik)
Suhu
(0C)
1 5 gram serbuk 0,1 20 25
2 5 gram larutan 0,1 30 25
3 5 gram kepingan 0,1 50 25
4 5 gram larutan 0,2 15 25
5 5 gram larutan 0,1 15 25
Maka faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi
tersebut adalah :
A. Konsentrasi dan Suhu
B. Suhu dan Wujud
C. Luas permukaan sentuhan dan konsentrasi
D. Wujud dan konsentrasi
E. Luas permukaan dan suhu
Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 129
16. Menentukan
persamaan laju
reaksi, orde
reaksi, serta
harga dan satuan
tetapan laju
reaksi
berdasarkan
analisis data hasil
percobaan.
Reaksi berlangsung lebih cepat jika temperatur
sistem pereaksi dinaikkan sebab kenaikkan
temperatur mengakibatkan ....
A. energi pengaktifan bertambah
B. fraksi mol berenergi lebih besar dari Ea
bertambah
C. konsentrasi pereaksi bertambah
D. jumlah partikel pereaksi bertambah
E. volume pereaksi bertambah
A C2
17. Menentukan
persamaan laju
reaksi, orde
reaksi, serta
Jika suhu dinaikkan 10oC, kecepatan reaksinya
menjadi dua kali lebih cepat. Jika pada suhu toC,
reaksiberlangsung selama 12 menit. Pada suhu (t +
30)oC, reaksi akan berlangsung selama ....
D C3
130 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia
harga dan satuan
tetapan laju
reaksi
berdasarkan
analisis data hasil
percobaan.
A. 4 menit
B. 3 menit
C. 2 menit
D. 1,5 menit
E. 1 menit
18. Menentukan
persamaan laju
reaksi, orde
reaksi, serta
harga dan satuan
tetapan laju
reaksi
berdasarkan
Reaksi antara gas H2 dan gas O2 pada 25oC berjalan
sangat lambat, tetapi jika ditambahkan serbuk Pt
reaksi dapat berlangsung dengan cepat. Hal ini
menunjukkan bahwa laju reaksi dipengaruhi ….
A. suhu
B. tekanan
C. molaritas
D. katalis
C2 D
Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 131
analisis data hasil
percobaan.
E. sifat zat
19. Siswa dapat
menentukan
pengaruh suhu
terhadap laju
reaksi setelah
diberikan satu
contoh peristiwa.
Salah satu faktor yang mempengaruhi laju reaksi
adalah suhu. Jelaskan pengaruh suhu terhadap
kecepatan reaksi.
A. Energi kinetik dari molekul-molekul menurun
B. Kenaikan suhu menghasilkan reaksi dapat balik
C. Kecepatan molekul masing-masing menjadi
sama
D. Energi kinetik dari molekul-molekul meningkat
E. Kenaikan suhu memperkecil energi aktivasi
C4 D
20. Siswa dapat
menentukan
Pengawetan ikan dengan cara diasinkan
merupakan contoh aplikasi dari laju reaksi, faktor
C4 C
132 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia
pengaruh
konsentrasi
terhadap laju
reaksi setelah
diberikan satu
contoh peristiwa.
apakah yang terlibat dalam proses pengawetan
ikan tersebut:
A. suhu
B. luas permukaan
C. konsentrasi
D. katalis
E. tekanan
Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 133
ANGKET MOTIVASI BELAJAR SISWA
Mata Pelajaran : Materi Pelajaran : Hari/ Tanggal : Pengantar
Angket ini digunakan untuk siswa, dalam bentuk tertutup dan berstruktur yang disusun berupa pernataan disertai alternatif jawaban. Angket ini bertujuan untuk mengetahui motivasi belajar siswa dan hubungannya dengan hasil belajar. Petunjuk
1. Pada angket ini terdapat 20 pernyataan. Pertimbangkan baik-baik setiap pernyataan dalam kaitannya dengan materi pembelajaran yang baru selesai saudara pelajari, dan tentukan kebenarannya.
2. Berilah jawaban yang benar-benar cocok dengan pilihan saudara, dengan cara memberi tanda (√) pada kolom yang tersedia. Terima kasih. Keterangan 1 = sangat tidak setuju 2 = tidak setuju 3 = ragu-ragu 4 = setuju 5 = sangat setuju
134 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia
No Pernyataan Pilihan Jawaban
1 2 3 4 5 1 Pertama kali saya lihat
pembelajaran ini, saya percaaya bahwa pembelajaran ini mudah bagi saya.
2 Pada awal pembelajaran, ada sesuatu yang menarik bagi saya.
3 Materi pembelajaran ini lebih sulit dipahami daripada yang saya harapkan
4 Dari pembelajaran ini setelah membaca informasi pendahuluan, saya yakin bahwa saya mengetahui apa yang harus saya pelajari
5 Menyelesaikan tugas-tugas dalam pembelajaran ini membuat saya merasa puas terhadap hasil yang telah saya capai
6 Jelas bagi saya bagaimana hubungan materi pembelajaran in dengan apa yang telah saya ketahui
7 Materi pembelajaran ini amat banyak mengandung informasi sehingga sukar bagi saya mengambil ide-ide yang penting dan
Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia | 135
mengingatnya 8 Materi pembelajaran
ini sangat menarik bagi saya
9 Menyelesaikan pembelajaran ini sangat penting bagi saya
10 Pembelajaran ini sangat abstrak sehingga sulit bagi saya untuk tetap mempertahankan perhatian saya
11 Saya sangat senang dalam pembelajaran ini sehingga saya ingin mengetahui lebih dalam pokok bahasan ini
12 Materi pembelajaran ini kering dan tidak menarik
13 Isi pebelajaran ini sesuai dengan minat saya
14 Terdapat penjelasan dan contoh-contoh bagaimana siswa menggunakan pengetahuan dalam pembelajaran ini
15 Tugas-tugas latihan dalam pembelajaran ini sangat sulit bagi saya
16 Pada pembelajaran ini ada hal-hal yang merangsang rasa ingin tahu saya
136 | Pengembangan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia
17 Saya benar-benar senang mempelajari materi pembelajaran ini
18 Jumlah pengulangan dalam pembelajaran ini kadang-kadang membosankan saya
19 Cara penyampaian materi pada pembelajaran ini memberi kesan bahwa isinya bermanfaat untuk diketahui
20 Saya telah mempelajari sesuatu yang sangat menarik dan tak terduga sebelumnya.