kepemilikan bahan galian tambang

38
i KEPEMILIKAN BAHAN GALIAN TAMBANG PERSPEKTIF IBNU QUDA<MAH AL-MAQDISI< (Kajian Fikih Pertambangan) TESIS Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Agama dalam Bidang Hukum (MA.Hk) Konsentrasi Syariah dan Hukum Penulis: Anwar Habibi Siregar NIM. 13200101010036 Promotor: Prof. Dr. Huzaimah T. Yanggo, MA PROGRAM STUDI PENGKAJIAN ISLAM SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA – INDONESIA 1437 H/2016 M

Transcript of kepemilikan bahan galian tambang

i

KEPEMILIKAN BAHAN GALIAN TAMBANG PERSPEKTIF IBNU QUDA<MAH AL-MAQDISI<

(Kajian Fikih Pertambangan)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Agama dalam Bidang Hukum (MA.Hk)

Konsentrasi Syariah dan Hukum

Penulis: Anwar Habibi Siregar

NIM. 13200101010036

Promotor: Prof. Dr. Huzaimah T. Yanggo, MA

PROGRAM STUDI PENGKAJIAN ISLAM SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA – INDONESIA

1437 H/2016 M

ii

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Tesis dengan judul “Kepemilikan Bahan Galian Tambang

Perspektif Ibnu Quda>mah al-Maqdisi> (Kajian Fikih Pertambangan)” yang ditulis oleh:

Nama : Anwar Habibi Siregar NIM : 13.2.00.1.01.01.0036 Jenjang Pendidikan : Program Magister (S2) Konsentrasi : Syariah dan Hukum Bahwa tesis ini telah melalui ujian proposal, work in progress

(WIP) tesis I, II, pendahuluan tesis, promosi magister, serta telah diperbaiki sesuai saran penguji sebagaimana mestinya. Dengan ini, saya menyetujui draft tesis tersebut untuk dijadikan buku.

Jakarta, 11 Mei 2016 Pembimbing,

Prof. Dr. Huzaimah T. Yanggo, MA

iv

v

PERSETUJUAN PERBAIKAN TESIS

Tesis dengan judul “Kepemilikan Bahan Galian Tambang

Perspektif Ibnu Quda>mah al-Maqdisi> (Kajian Fikih Pertambangan)” ini

ditulis oleh Anwar Habibi Siregar, NIM: 13.2.00.1.01.01.0036. Tesis

tersebut telah diujikan dalam Ujian Promosi Magister pada hari Senin,

02 Mei 2016 pukul 11.00-12.30 WIB dan dinyatakan lulus dengan nilai

rata-rata 93. Kemudian naskah tersebut telah diperbaiki sesuai dengan

masukan dan saran dari tim penguji sehingga dapat diajukan kepada

penerbit untuk dijadikan buku.

TIM PENGUJI

Prof. Dr. Masykuri Abdillah

(Ketua Sidang/ Penguji)

Prof. Dr. Huzaimah T. Yanggo, MA

(Pembimbing/ Penguji)

Prof. Dr. Fathurrahman Djamil, MA

(Penguji 1)

Dr. Asep Saepudin Jahar, MA

(Penguji 2)

( ) Tanggal:

( ) Tanggal:

( ) Tanggal:

( ) Tanggal:

vi

vii

PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI

Saya yang bertanda tangan dibawah ini,

Nama : Anwar Habibi Siregar NIM : 13.2.00.1.01.01.0036 Jenjang Pendidikan : Program Magister (S2) Konsentrasi : Syariah dan Hukum

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis ini yang berjudul “Kepemilikan Bahan Galian Tambang Perspektif Fikih Ibnu Quda>mah al-Maqdisi> (Kajian Fikih Pertambangan)” adalah karya saya, kecuali kutipan-kutipan yang telah disebutkan sumbernya. Apabila kemudian hari terbukti ditemukan unsur-unsur plagiasi, saya siap menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang diberlakukan oleh Sekoah Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Demikian Surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Jakarta, 21 April 2016 Yang membuat pernyataan,

Anwar Habibi Siregar

viii

ix

بسم هللا الحمن الرحیم

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur al-h}amdulilla>h kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufiq dan inayahnya sehingga penulisan tesis dengan judul “Kepemilikan Bahan Galian Tambang Perspektif Fikih Ibnu Quda>mah al-Maqdisi> (Kajian Fikih Pertambangan)” dapat diselesaikan sebagaimana mestinya. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menjadi inspirator primer bagi penulis dalam menyelesaikan jenjang pendidikan S2 di Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan mengambil konsentrasi syariah (hukum Islam).

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tesis ini mendapatkan bantuan dari banyak pihak, untuk itu penulis sampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya. Pertama, kepada Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA selaku rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Prof. Dr. Masykuri Abdillah, MA selaku Direktur SPs UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran pimpinan Prof. Dr. Didin Saepudin, MA., dan Dr. JM. Muslimin, MA, beserta segenap fungsionaris Sps UIN dan staf Perpustakaan SPs UIN Syarif Hidayatullah.

Selanjutnya kepada Prof. Dr. Huzaimah Tahido Yanggo, MA selaku pembimbing dan promotor dalam penulisan tesis ini. Ilmu dan saran yang telah diberikan sangat bermanfaat dalam penyelesaian tesis ini. Beserta semua dosen SPs UIN Jakarta, khususnya para dosen dalam bidang fikih dan usul fikih, yang juga turut memberikan sumbangsih pemikiran sehingga penelitian ini dapat berjalan lancar dan diperbaiki dengan sebaik-baiknya.

Kemudian kepada seluruh keluarga. Rasa hormat dan terima kasih yang tidak terhingga kepada almarhum ayahanda Drs. Salman Paris Siregar dan ibunda tercinta Masroh Harahap yang telah memberikan banyak dukungan, baik berupa dukungan waktu, pikiran, dana dan tenaganya sejak penulis lahir sampai saat ini. Kesabaran, keikhlasan, perhatian serta kasih sayang ibunda tidak pernah habis bahkan bermunajat tanpa henti untuk mendoakan penulis agar mendapatkan kesuksesan dalam menyelesaikan studi. Semua tujuh kakanda (saudara/i kandung) yang telah mendoakan dan memberikan dukungan moril maupun materil.

Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih banyak kepada teman dan sahabat seperjuangan di Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, M. Deni Irawan SHI, Zainul Mun’im SHI, beserta yang lainnya. Kepada sahabat diskusi siang dan malam di istana kos kerta mukti gang telaga hijau nomor 69, Uspan Sayuti SPd, Adi Abdullah Lc, Ahsanul Husna Lc, Fahmi Hasan Lc, Muhammad Syarif Lc dan seterusnya. Atas motivasi dan sharing ilmu yang diberikan semoga kalian semua mendapatkan kemudahan dan kesuksesan dalam segala urusan.

Terimakasih juga kepada abanganda para senior di lembaga dakwah dan kajian islam Bina Insan Cendekia, Dr. Risdianto MA, Dr. Bambang

x

Irawan MA, Ahmad Fatoni MA, H. Safaruddin Hasibuan SAg, Muhammad Fudhail MA, Muhammad Zen MA, Salman Alfarisi Lc, M. Fahrijal Daulay MA dan Zakaria H. Lubis MA yang telah rela berbagi ide, gagasan dan pengalaman dalam berbagai kesempatan sehingga penelitian ini berakhir semakin komprehensif dan potensi bakat penulis semakin terasah dalam dunia dakwah.

Penulis berdoa semoga semua pihak yang telah berjasa, baik secara langsung maupun tidak langsung, diberikan imbalan pahala berlimpah berupa kebaikan di dunia maupun di akhirat. Mudah-mudahan tesis ini dapat memberikan kontribusi nyata dan bermanfaat untuk Agama, Bangsa dan Negara. Ami>n Ya> Rabb al-‘A>lami>n. Pada akhirnya penulis menyadari bahwa penelitian ini belum sempurna, karena masih terdapat kekurangan dan kelemahan secara teoritis, metodologis maupun analisis. Oleh karena itu, penulis sangat menghargai saran dan kritikan untuk meningkatkan dan menyempurnakan penelitian ini.

Jakarta, 13 Rajab 1437 H 21 April 2016 M Penulis

xi

ABSTRAK

Tesis ini membuktikan bahwa Imam Ibnu Quda>mah al-Maqdisi> (w. 620 H/ 1199 M) telah melakukan inovasi penting terhadap konsep kepemilikan bahan galian tambang. Inovasi tersebut dirumuskan dalam konsep al-ma‘a>din al-ja>riyah dan al-ma‘a>din al-ja>midah. Al-ma‘a>din al-ja>riyah adalah bahan-bahan galian tambang terbuka maupun tertutup yang terindikasi memiliki cadangan banyak atau deposit besar, bahan galian tambang jenis ini termasuk dalam kategori kepemilikan umum. Sebaliknya, al-ma‘a>din al-ja>midah adalah bahan-bahan galian tambang terbuka maupun tertutup yang cadangannya tidak besar sehingga hanya dapat memenuhi kebutuhan individu, bahan galian tambang jenis ini termasuk dalam kategori kepemilikan individu. Adapun bahan galian tambang kepemilikan negara bersumber dari pajak atau zakat usaha pertambangan.

Tesis ini mendukung pendapat Muhammad Ba>qir al-S}adr (2003) dan Muhammad Sholahuddin (2007). Menurut mereka apabila seseorang berusaha dan bekerja keras untuk menemukan bahan galian tambang, maka orang tersebut berhak memilikinya sebagai hak milik pribadi. Namun apabila bahan galian tersebut memiliki cadangan berkuantitas besar, maka termasuk dalam kategori harta benda milik bersama dan pengelolaannya diberikan kepada pemerintah (negara). Tesis ini tidak sependapat dengan Muhammad Balata>ji> (2007) dan Abdul Lat}i>f al-‘Abi>di> (2009). Mereka berpendapat bahwa eksistensi seluruh jenis bahan galian tambang disebabkan oleh proses alam dan merupakan bahan langka yang dibutuhkan manusia sehingga tidak boleh dimiliki secara individu. Secara garis besar tesis ini menolak sistem kapitalisme dan sosialisme dalam hal kepemilikan sumber daya alam berupa bahan galian tambang.

Sumber utama penelitian ini adalah buku besar karya Imam Ibnu Quda>mah al-Maqdisi> yang berjudul al-Mughni>. Adapun fokus penelitian ini berada pada jilid kedelapan mengenai pembahasan tentang ih}ya>’ al-mawa>t. Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari buku-buku fikih sejenis serta karya ilmiah lainnya yang berhubungan langsung dengan topik. Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan menggunakan metode penelitian literatur. Adapun pendekatan yang digunakan adalah pendekatan normatif.

Kata kunci: Ibnu Quda>mah, Tambang, Kepemilikan, Qiya>s, Mas}lah}ah.

xii

ABSTRACT

This thesis proves that Imam Ibnu Quda>mah al-Maqdisi> (d. 620 H) has made an important innovation to the concept of mineral’s ownership. It is called as al-ma‘a>din al-ja>riyah and al-ma‘a>din al-ja>midah. The first is applied to surface mining and underground mining that have many reserves or much deposits, it is included in the category of public ownership. The second is applied to both surface and underground mining that have only little reserves or few deposits, so this type of mineral just for the individual needs, it is included in the category of private ownership. While the state ownership of mineral derived from the tax or zakat mining.

This thesis supports the opinion of Muhammad Ba>qir al-S}adr (2003) dan Muhammad Sholahuddin (2007). According to them, if someone tried and worked hard to get the mineral, then he is entitled to have it as a private property. But if the excavated material has a large quantity of reserves, it is included in the category of public ownership, so the government should manage it properly. This thesis does not agree with Muhammad Balata>ji> (2007) and Abdul Lat}i>f al-‘Abi>di> (2009). They argued that all types of mineral is a part of public property, therefore no reason to own it individually. Generally, this thesis rejects capitalism and socialism system in the terms of natural resources’s ownership especially for the minerals.

The main source of reseacrh is a great book by Imam Ibnu Quda>mah al-Maqdisi> entitled al-Mughni>, focused on the eighth volume which discusses about ih}ya> al-mawa>t. While the other source are the data from similar books as well as other articles which directly related to the topic. This is a library research and used a normative approach.

Keywords: Ibnu Quda>mah, Mining, Ownership, Qiya>s, Mas}lah}ah.

xiii

ملخصال

نظریةجدد )ھ ٦٢٠ (ت. المقدسي قدامة ابن إلماما أنا البحث بھذأثبت

ا النظریة فى ھأوال .ھ كون وطور النظریة فى المعادنإن. تجدیدا ھاما المعادن ملكیة

ظاھرة إما ،ضخمة احتیاطیات جالتى تنت المعدنیة الثروات وھى تطبق المعادن الجاریة

تطبق وھى النظریة فى المعادن الجامدة فھذا النوع تابع للملكیة العامة. ثانیھا ،باطنة وأ

كما أنھا تابع ،فحسب دافراأل احتیاجاتالتى تكفى القلیلة المعدنیة الرواسبعلى جمیع

لكیةزكاة وھى تابعة لمالمن الضریبة أو مجموعة. ثالثھا المعادن الالفردیة كیةللم

.الدولة

ومحمد صالح الدین) ٢٠٠٣محمد باقر الصدر ( رأي نتیجة تدعمال هھذ

المعدنیة فكانت لھ الثروات على لحصولل وسعى بأن الشخص إذا حاول رأیا .)٢٠٠٧(

تتجاوزحتى ضخمة احتیاطیاتج ولكن إذا كانت تنت .الفردیة الملكیةك ھافی حق

تختلف النتیجة هھذ لملكیة العامة التي تحت إدارة الدولة.ل تابعةاد فھى األفر احتیاجات

الثروات بأن ). رأیا٢٠٠٩عبد اللطیف العبیدى ( و )٢٠٠٧محمد بلتاجى ( عن فكرة

إذ لم یمكن الفرد أن یملكھا باطنة أو ظاھرة إما ،لمجتمع وھم شركاء فیھال المعدنیة

عن ملكیةال نظام فى واالشتراكیة الرأسمالیة ترفض ا البحثھذ عام، وبشكل .تماما

.المعدنیةالثروات خاصة من الطبیعیة الموارد

إلمام ابن قدامة المقدسى. لالمغنى ى لھذا البحث ھوساسكان المصدر األ

الثانویةالمصادر و ى المجلد الثامن تحت الموضوع إحیاء الموات.وركز البحث ف

وكان بحثا بالموضوع. المتعلقة وغیرھا والصحف والمجالت تتكون من كتب الفقھ

.لمعیاري. وقرأت تلك المصادر بالنھج اكیفیا عن طریق البحث المكتبى

مصلحة. ،قیاس ،الملكیة ،المعادن ،قدامة ابن :الكلمات الرئیسیة

xiv

xv

PEDOMAN TRANSLITERASI

Pedoman transliterasi Arab-Latin yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

A. Konsonan

Initial Romanization Initial Romanization

}D ض A ا

Ţ ط B ب

}Z ظ T ت

‘ ع Th ث

Gh غ J ج

F ف }H ح

Q ق Kh خ

K ك D د

L ل Dh ذ

M م R ر

N ن Z ز

H ه،ة S س

W و Sh ش

Y ي }S ص

B. Vokal

1. Vokal Tunggal

Tanda Nama Huruf Latin Nama

◌ Fatḥah A A

◌ Kasrah I I

◌ Ḑammah U U

2. Vokal Rangkap

Tanda Nama Gabungan Huruf Nama

ي ◌ ... Fatḥah dan ya Ai A dan I

Fatḥah dan wau Au A da U ◌ ... و

xvi

Contoh:

H{aul :حول H{usain :حسني

C. Vokal Panjang

Tanda Nama Gabungan Huruf Nama

Fatḥah dan alif a> a dan garis di atas ــا

Kasrah dan ya ī I dan garis di atas ــي

Ḑamah dan wau ū ــوu dan garis di atas

D. Ta’ Marbūţah

Transliterasi ta’ marbūţah (ة) di akhir kata, bila dimatikan ditulis h. Contoh:

Madrasah :مدرسة Mar’ah : مرأة

(ketentuan ini tidak digunakan terhadap kata-kata Arab yang sudah diserap ke dalam bahasa Indonesia seperti shalat, zakat dan sebagainya, kecuali dikehendaki lafadz aslinya)

E. Shiddah

Shiddah/Tashdīd di transliterasi ini dilambangkan dengan huruf, yaitu huruf yang sama dengan huruf bershaddah itu. Contoh:

Shawwa>l :شوال <Rabbuna : ربنا

F. Kata Sandang Alif + La>m

Apabila diikuti dengan huruf qamariyah, ditulis al.

Contoh: لقلما : al-Qalam

G. Pengecualian Transliterasi Kata-kata bahasa yang telah lazim digunakan dalam bahasa Indonesia

dan menjadi bagian dalam bahasa Indonesia, seperti: اهللا, ibn, kecuali

menghadirkannya dalam konteks aslinya dan dengan pertimbangan konsistensi dalam penulisan.

xvii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................. i PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................... iii PERSETUJUAN PENGUJI ................................................................... v PERNYATAAN HASIL KARYA ......................................................... vii KATA PENGANTAR ........................................................................... ix ABSTRAK ............................................................................................. xi ABSTRACT ........................................................................................... xii xiii ........................................................................................... . الملخصPEDOMAN TRANLITERASI ..................................................... xv DAFTAR ISI .......................................................................................... xvii

BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1 B. Permasalahan ........................................................................ 10

1. Identifikasi Masalah ......................................................... 10 2. Pembatasan Masalah ........................................................ 12 3. Perumusan Masalah ......................................................... 12

C. Penelitian Terdahulu ............................................................ 13 D. Tujuan Penelitian ................................................................. 15 E. Signifikansi Penelitian .......................................................... 15 F. Metodologi Penelitian........................................................... 16

1. Jenis Penelitian ................................................................ 16 2. Sumber Data .................................................................... 16 3. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data .......................... 17

G. Sistematika Pembahasan ...................................................... 18

BAB II: DISKURSUS TEORI KEPEMILIKAN HARTA BENDA A. Konsep Umum Kepemilikan ................................................ 21

1. Kepemilikan dalam Kapitalisme ...................................... 23 2. Kepemilikan dalam Sosialisme ........................................ 24 3. Kepemilikan dalam Ekonomi Islam ................................. 26

B. Formulasi Kepemilikan dalam Islam .................................... 30 1. Kepemilikan Absolut dan Relatif .................................... 30 2. Kepemilikan Sempurna dan Cacat ................................... 31 3. Kepemilikan Individu (Al-Milkiyyah al-Fardiyyah) ....... 32 4. Kepemilikan Umum (Al-Milkiyyah al-‘A>mmah) ............ 34 5. Kepemilikan Negara (Milkiyyah al-Daulah) ................... 41

C. Konsep Kepemilikan Bahan Galian Tambang Indonesia ..... 44

BAB III: IBNU QUDA<MAH DAN BAHAN GALIAN TAMBANG A. Perjalanan Intelektualitas ..................................................... 47

1. Warisan Ilmu .................................................................... 50 2. Metodologi Ijtihad ........................................................... 51

xviii

B. Kategorisasi Bahan Galian Tambang ................................... 53 1. Terbuka (Al-Z}a>hirah) dan Tertutup (Al-Ba>t}inah) ........... 54 2. Kontinu (Al-Ja>riyah) dan Diskontinu (Al-Ja>midah) ........ 56 3. Bahan Galian Tambang pada Tanah Tak Bertuan ........... 57 4. Bahan Galian Tambang pada Tanah Bertuan .................. 59

BAB IV: BAHAN GALIAN TAMBANG PADA TANAH TAK BERTUAN

A. Kepemilikan Hakiki Bahan Galian Tambang ...................... 61 B. Kepemilikan Bahan Galian Tambang Terbuka (Al-Ma‘a>din al-Z}a>hirah) ....................................................... 63 C. Kepemilikan Bahan Galian Tambang Tertutup (Al-Ma‘a>din al-Ba>t}inah) ...................................................... 77 D. Resolusi Konflik Pertambangan ........................................... 87

1. Konflik Lahan Pertambangan (Before Mining) ............... 89 2. Konflik Hasil Pertambangan (After Mining) ................... 91

BAB V: BAHAN GALIAN TAMBANG PADA TANAH BERTUAN

A. Kepemilikan Bahan Galian Tambang Terbuka dan Tertutup ......................................................... 97

B. Pengelolaan Sumber Daya Alam .......................................... 102 1. Bahan Galian Tambang Milik Individu ........................... 103 2. Bahan Galian Tambang Milik Umum .............................. 107 3. Bahan Galian Tambang Milik Negara ............................. 111

C. Akad dalam Pertambangan ................................................... 112 1. Akad Persewaan (Al-Ija>rah) ............................................. 116 2. Akad Hadiah Keberhasilan Kerja (Al-Ju‘a>lah) ................ 119

BAB VI: PENUTUP A. Kesimpulan ........................................................................... 121 B. Rekomendasi ........................................................................ 123

DAFTAR PUSTAKA INDEKS GLOSARIUM LAMPIRAN BIODATA PENULIS

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Allah menciptakan bumi dengan segala kekayaan alam yang ada di dalamnya untuk dipergunakan oleh manusia dan makhluk lainnya. Kekayaan alam tersebut sangat beraneka ragam, baik berupa kekayaan alam fauna, flora maupun pertambangan.1 Semua Allah berikan tidak lain hanya untuk kemaslahatan para hamba-Nya yang kesemuanya itu wajib disyukuri dan dimanfaatkan sebaik-baiknya. Beberapa negara, salah satunya adalah Indonesia, merupakan negara yang kekayaan alamnya terkenal sangat melimpah. Hutan yang termasuk paling hijau di dunia dengan tanah yang begitu subur ditumbuhi oleh berbagai tanaman serta pemandangan alamnya begitu indah. Ditambah wilayah perairan yang sangat luas dihiasi dengan komoditi ikan yang sangat besar, semua berperan penting bagi kelanjutan kehidupan masyarakat sekitarnya.2 Sementara itu di daratan terdapat berbagai bentuk bahan galian tambang berupa emas, nikel, timah, tembaga, batubara dan sebagainya. Bahkan jauh di dalam perut bumi negeri ini tersimpan potensi gas dan minyak yang juga termasuk cukup besar.

Bangsa Indonesia misalnya, telah lama bahkan sangat berpengalaman tentang bagaimana merasakan manis dan pahitnya hasil dari kekayaan bahan galian tambangnya.3 Namun apabila diperhatikan lebih seksama sejarah Indonesia, khususnya dalam hal industri pertambangan.4 Sumber daya alam yang demikian kaya itu tidak kunjung memberikan berkah dan manfaat signifikan bagi rakyatnya. Industri tersebut terkadang bagaikan serigala berbulu domba, selalu menutupi niat busuknya dengan berbagai hal dan janji-janji manis yang akan memberikan manfaat besar.5 Sungguh sangat kontradiktif dengan misi yang tertuang di dalam Undang-Undang Dasar

1 Yusuf al-Qarad}a>wi>, Daur al-Qiyam wa-al-Akhla>q fi> al-Iqtis}a>d al-Isla>mi>

(Kairo: Maktabah Wahbah, 1995), 131-135. 2 Akhmad Fauzi, Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Teori dan

Aplikasi (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2010), 98. 3 Pada masa pemerintahan Orde Baru, individu ataupun swasta bahkan asing

bisa dan bebas mendapatkan hak untuk menguasai dan mengeksploitasi potensi-potensi sumber daya alam melalui Kontrak Karya (Contract of Work), Kontrak Bagi Hasil (Production Sharing Contract) dan Izin Usaha Pertambangan (IUP). Lihat Salim HS, Hukum Pertambangan di Indonesia (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), 2. Lihat juga Undang-undang Nomor 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara.

4 Pertambangan adalah salah satu bentuk kegiatan yang mengeksploitasi sumber daya alam yang dapat mengakibatkan perubahan lingkungan secara luas dan menyeluruh terhadap aktivitas dan keadaan manusia dalam jumlah banyak, meskipun kerusakan yang timbul hanya terkonsentrasi di daerah tertentu. Lihat “Mountain Research and Development,” International Mountain Society (1984), 175-179.

5 Alex Jebadu dkk, Pertambangan di Flores-Lembata Berkah atau Kutuk? (Maumere: Penerbit Ledalero, 2009), vi-xi.

2

1945. Undang Undang Dasar tersebut menyatakan dengan tegas bahwa kekayaan alam yang ada di wilayah negara Indonesia adalah milik bersama bangsa Indonesia, kemudian harus dikelola dan dimanfaatkan secara lestari bagi kesejahteraan masyarakat Indonesia dan umat manusia pada umumnya untuk sekarang dan di masa yang akan datang.6 Sebagaiman diketahui bahwa pertambangan adalah komponen penting dari perekonomian suatu negara, khususnya di negara berkembang, meskipun banyak masalah yang akan dihadapi oleh masyarakat, terlebih untuk usaha pertambangan di permukaan bumi (surface mining).7

Selain dari niat dan tujuan pengusaha pertambangan yang dari awal memang ingin mengeruk kekayaan alam, ada banyak contoh pertambangan yang mendatangkan dan menyisakan masalah. Tidak hanya di lapangan usaha pertambangan, dalam penetapan kebijakan juga ditemukan beberapa kejanggalan yang dapat menimbulkan problem bahkan konflik. Misalnya konflik karena kebijakan pertambangan yang terjadi antara pemerintah dan masyarakat daerah Buton.8 Berawal dari keinginan pemerintah untuk menggerakkan ekonomi daerah melalui penarikan investasi yang berasal dari luar daerah dan ekonomi lokal melalui kebijakan yang dikeluarkannya. Namun dalam perjalanannya kebijakan izin pertambangan tersebut menuai protes dari kalangan masyarakat kecamatan Talaga Raya yang secara langsung merasakan dampak negatif dari pertambagan tersebut. Protes warga itu terjadi, karena dalam pengambilan kebijakan tentang penambangan, pemerintah melakukannya secara sepihak tanpa melibatkan masyarakat sekitar lokasi pertambangan.9

Hal serupa juga terjadi antara masyarakat etnis Samawa dengan PT. Newmont Nusa Tenggara dan antara Pemerintah Indonesia dengan PT. Newmont Nusa Tenggara yang diselesaikan dengan hukum adat setempat.10

6 M. Daud Silalahi, Hukum Lingkungan Dalam Sistem Penegakan Hukum

Lingkungan Indonesia (Bandung: PT Alumni, 2001), 98. 7 Vivian Schueler and others, “Impacts of Surface Gold Mining on Land Use

Systems in Western Ghana,” AMBIO 40 (2011): 528–539. 8 Mahrudin, “Konflik Kebijakan Pertambangan antara Pemerintah dan

Masyarakat di Kabupaten Buton,” Jurnal Studi Pemerintahan Vol. I: 1 (2010): 187-204.

9 Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa konflik terjadi akibat miskomunikasi antara perusahaan, masyarakat dan aparat pemerintah. Berawal dari hal ganti rugi tanah, dan tanaman yang disebabkan oleh penambangan, dan secara politis tidak melibatkan masyarakat dalam proses perumusan kebijakan. Akibatnya terjadi konflik antara masyarakat dengan perusahaan, kemudian juga antara masyarakat dengan pemerintah.

10 Faktor pemicu konflik dalam hal ini antara lain meliputi: belum dipenuhinya ganti rugi oleh PT. Newmont Nusa Tenggara dan belum jelasnya status hukum Elang Dodo, Kecamatan Ropang, Kabupaten Sumbawa. Lihat Salim dan Idrus Abdullah, Penyelesaian Sengketa Tambang: Studi Kasus Sengketa antara Masyarakat Samawa dengan PT. Newmont Nusa Tenggara, Jurnal Mimbar Hukum, Vol. 24: 3, (2012): 477-489.

3

Liberalisasi sektor hulu migas yang dilakukan pemerintah pun berimplikasi tidak baik, sebab perusahaan-perusahaan asing bebas untuk mengeksplorasi dan mengekploitasi hasil minyak Indonesia. Kebijakan itu membuat Pertamina, sebagai BUMN (badan usaha milik negara) menjadi sama posisinya dengan kontraktor migas asing maupun domestik, tanpa ada prioritas utama, ketika penawaran kontrak kerja sama migas.11 Bagaimana bisa pemilik (masyarakat) dan penguasa (negara) di anak tirikan dalam hal ini. Belum lagi dari segi lingkungan sekitar areal industri pertambangan, setelah bahan galian tambang habis dikeruk, tidak jarang juga meninggalkan bekas yang buruk dan lingkungan yang sudah tercemari dengan berbagai macam kotoran.12

Bahan galian tambang merupakan sumber bumi terpenting yang harus mendapatkan perhatian tersendiri oleh manusia, mengingat betapa berharganya bahan tersebut di mata dunia.13 Bahan yang seharusnya memperkaya perbendaharaan manusia sekitarnya, namun tak jarang menjadi petaka dan penyebab kemiskinan mereka.14 Ini menandakan bahwa ada harta milik yang dicuri dari pemiliknya. Bahan galian tambang yang dimaksud sebagaimana didefinisikan oleh Jaribah ibn Ahmad al-Ha>rithi> dalam buku atau disertasinya yang dikutip dari kitab Al-Mughni>, sebuah karya fenomenal dari Imam Ibnu Quda>mah al-Maqdisi>, adalah segala sesuatu yang keluar dari dalam bumi berupa apa saja yang diciptakan Allah swt di dalamnya dan lain

11 Ahmad Rizky Mardhatillah Umar, “Ekonomi Politik Perminyakan

Indonesia: Analisis Kebijakan Liberalisasi Sektor Hulu Migas Indonesia Pasca 1998,” Jurnal FISIPOL UGM, Vol. 16:1 (Yogyakarta: Juli, 2012), 53.

12 Stuart Kirsch, “Sustainable Mining,” Dialect Anthropol 34 (2010): 87-93. 13 Mengenai pertambangan (bahan galian tambang) telah ditemukan beberapa

nash al-Qur’an dan hadis yang menunjukkan betapa pentingnya membangun sebuah industri yang bisa menghasilkan dan mengolah kekayaan alam berupa bahan galian tambang di dalam perut bumi. Lihat Yusuf al-Qarad}a>wi>, Daur al-Qiyam wa-al-Akhla>q fi> al-Iqtis}a>d al-Isla>mi>,..... 133. Diantaranya firman Allah swt dalam surat al-Ḥadi>d (57) ayat 25:

منافع

“Dan kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia.” Dalam ayat ini ditafsirkan bahwa kata “anzala” tidak hanya bermakna menurunkan sesuatu dari atas, namun juga bermakna menyebabkan tumbuhnya sesuatu dari atau di dalam bumi maka harus digali dengan bekerja keras untuk mendapatkannya. Ayat ini menjelaskan tentang urgensi bahan galian tambang besi bagi kemaslahatan kehidupan manusia pada dua segi yaitu kemiliteran dan peradaban. Lihat Afzalur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam (Yogyakarta: PT Dana Bhakti Wakaf, 1995), I: 227.

14 Syaripullah memasukkan kriteria pemilikan dan pengelolaan sumber daya alam yang berlebihan dan tidak berwawasan lingkungan sebagai salah satu penyebab dasar kemiskinan. Lihat Syaripulloh, “Penanggulangan kemiskinan,” Dialog: Jurnal Penelitian dan Kajian Keagamaan, Vol. XXXV: 2 (Jakarta: Desember, 2012), 246.

4

dari pada yang lain (unik lagi istimewa), yang termasuk dari hal-hal yang memiliki nilai.15

Menurut Abdul Aziz Muhammad Azzam di dalam bukunya, ia menulis bahwa bahan galian tambang merupakan aneka ragam benda yang dihasilkan dari dalam tanah dan dibutuhkan oleh semua manusia, untuk tujuan yang berbeda-beda seperti emas dan perak yang Allah titipkan di dalam tanah terlihat atau tidak terlihat.16 Dalam kitab Al-Fiqh al-Isla>mi> wa-Adillatuh, Wahbah al-Zuh}aili> menggunakan kata ma‘a>din (bentuk jamak dari ma‘din) untuk istilah bahan galian tambang. Menurutnya bahan galian tambang adalah sesuatu (benda) yang terdapat di dalam perut bumi dari ciptaan Allah yang masih asli dan murni (bukan olahan), seperti emas, perak, tembaga, besi, timah dan lain sebagainya.17

Undang-undang nomor 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara sebagai peraturan negara, dianggap mengamini falsafah kedaulatan negara dan kesejahteraan rakyat dalam pengelolaan kepemilikan bahan galian tambang yang tertulis di dalam UUD 1945,18 tidak diketemukan tentang defenisi dari bahan galian tambang. Undang-undang ini hanya menyebutkan makna dari dua kata yang saling berkaitan, yaitu pertambangan dan usaha pertambangan.19 Dijelaskan bahwa pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan, dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pascatambang.

Uraian di atas menegaskan bahwa konsep kepemilikan Indonesia tentang kekayaan alam bangsa yang berasal dari bahan galian tambang adalah milik bersama seluruh rakyat Indonesia, sebagaimana tertulis di dalam Pasal 33 ayat (3) UUD 1945. Berbeda dengan konsep di beberapa negara lain yang menganut bahwa pemilik dari tambang yang ditemukan dalam wilayah area tanah seseorang adalah dimiliki orang tersebut.20 Hal ini juga berlaku pada

15 Jaribah ibn Ahmad al-Ha>rithi>, Al-Fiqh al-Iqtis}a>di> li-Ami>r al-Mu’mini>n

‘Umar Ibn al-Khat}t}a>b (Riyadh: Da>r al-Andalus al-Khad}ra>’, 2003), 83, 409. 16 Abdul Aziz Muhammad Azzam, Fiqh Muamalat Sistem Transaksi dalam

Islam, diterjemahkan oleh Nadirsyah Hawari (Jakarta: Amzah, 2010), 383. Lihat juga Fiqh al-Mu‘a>mala>t (al-Maktabah ash-Sha>milah v. 2011: Maktab ar-Risa>lah ad-Dauliyah lil-T}aba>‘ah wa-al-Kambyu>tar, 1998), 198.

17 Wahbah al-Zuh}aili>, Al-Fiqh al-Isla>mi> wa-Adillatuh (Damaskus: Da>r al-Fikr, 2004), IV: 2909.

18 Lihat Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 ayat (2) dan (3) yang secara tegas menyebutkan bahwa semua cabang produksi (termasuk bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya) yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

19 Perhatikan pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (disebut juga UU Minerba).

20 Apa yang termuat di dalam UU Minerba bab XIII mengenai Hak dan Kewajiban, menyatakan bahwa pemegang Izin Usaha Petambangan (IUP) berhak

5

zaman penjajahan oleh pemerintah Belanda yang dikenal sebagai konsep hak konsesi, di mana perusahaan swasta, berhak untuk memiliki kandungan kekayaan bahan galian tambang.21 Peneliti berkeyakinan bahwa di banyak daerah terpencil yang tidak terjangkau atau bahkan tidak dihiraukan oleh pemerintah, sebagian masyarakatnya memiliki secara bebas bahan galian tambang.22 Bahan galian tambang tersebut bisa saja berkapasitas besar menurut individu dan menyebabkan seseorang memonopoli kekayaan pertambangan.

Islam sebagai agama yang sempurna sekaligus menjadi rah}mah li-al‘a>>lami>n, mempunyai sistem tersendiri dalam menghadapi problematika kehidupan, baik secara material maupun non-material. Dalam menerapkan sistem yang telah ditetapkan oleh Allah tidak bisa kita lakukan secara parsial, tetapi harus dipahami secara komprehensif.23 Islam yang universal tersebut mengatur semua aspek kehidupan baik dalam sosial-ekonomi, politik, maupun kehidupan yang bersifat spritualitas.24 Sistem seperti ini tentunya

memiliki mineral (termasuk mineral ikutannya) atau batubara yang telah diproduksi apabila telah memenuhi iuran eksplorasi atau iuran produksi, kecuali mineral ikutan radioaktif. Lihat Johan Kurnia, “Hak Pemegang Izin Usaha Pertambangan (“IUP”) dan IUP Khusus (“IUPK”) - See more at: http://www.hukumpertambangan.com/hak-pemegang-izin-usaha-pertambangan-iup-dan-iup-khusus-iupk/#sthash.9dDnS23x.dpuf, (diakses 02 September 2015). Masalah IUP lihat juga Arif Setia Sasmita dkk, “Akibat Hukum Tindakan Akuisisi di Sektor Pertambangan Mineral dan Batubara Terhadap Peralihan dan Pengendalian Izin Usaha Pertambangan”, Diponegoro Law Revieu, Vol. I: 2, (Semarang, 2013), 1-10.

21 Adrian Sutedi, Hukum Pertambangan (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), vi. 22 Pada tahun 2011, terdapat aktivitas pertambangan emas yang begitu masif

di Mandailing Natal, baik dilakukan oleh perusahaan besar dengan IUP-nya, atau dilakukan secara tradisional oleh masyarakat Mandailing dengan segala kesederhanaannya. Penambangan masyarakat tersebut kemudian dianggap sebagai pertambangan ilegal, walaupun sebenarnya aktivitas pertambangan masyarakat dilakukan di tanah milik sendiri. Oleh karena tidak memiliki izin pertambangan rakyat (IPR), maka sebagian masyarakat pun terpaksa mendekam dan masuk ke penjara. Perhatikan putusan Pengadilan Negeri Mandailing Natal Nomor: 232/Pid.B/2011/PN. Mdl. Lihat juga artikel hukum tentang Kepemilikan Bahan Galian Pertambangan (BGP) dalam Persfektif Hukum Islam dan Hukum Nasional Indonesia (Suatu Tinjauan Terhadap Status Tambang Rakyat Ilegal di Mandailing Natal), Oleh: Agussalam Nasution, MH., Program Pascasarjana UMSU Medan, dan Ketua Forum ‘nKRI Sumut.

23 Dalam dunia pendidikan Islam misalnya, untuk membangun sebuah peradaban manusia yang patuh dan tunduk kepada Allah serta misi membawa rahmat bagi seluruh alam, Abuddin Nata menulis bahwa selain al-Quran dan Sunnah, pemikir muslim juga harus memperhatikan dasar religious, dasar filsafat Islam, dan dasar ilmu pengetahuan (psikologi, sejarah, sosial-budaya, ekonomi, politik, dan administrasi). Lihat Abuddin Nata, Studi Islam Komprehensip (Jakarta: Kencana Pranada Media Group, 2011), 211-213.

24 Islam disepakati sebagai agama yang universal karena mengandung prinsip-prinsip dasar, antara lain: keadilan, kepercayaan/ akuntabilitas, persaudaraan,

6

telah memberikan tuntunan dan pedoman dalam kepemilikan beserta pemanfaatan semua isi perut bumi yang memang diciptakan untuk kemaslahatan manusia.25 Dalam pandangan Islam, menurut Taqyuddin al-Nabha>ni>, hutan dan bahan galian tambang yang tidak terbatas jumlahnya dan tidak mungkin dihabiskan adalah milik umum dan dikelola oleh negara ,26 oleh karena itu hasilnya harus diberikan kembali kepada rakyat dalam bentuk bahan yang murah berbentuk subsidi untuk berbagai kebutuhan primer masyarakat atau warga negara semisal pendidikan, kesehatan dan fasilitas umum.

Dewasa ini, sistem perekonomian dunia membutuhkan konsep perekonomian yang dapat memberikan pencerahan dan pengarahan dalam mengelola resources (sumber daya) secara optimal. Sebuah sistem yang mampu meningkatkan produktivitas dalam mencegah kemubaziran dan keborosan, serta mampu menanggulangi distorsi dalam proses pendistribusi kekayaan dan income (pendapatan).27 Sebuah konsep perekonomian yang mencerminkan nilai keadilan serta jauh dari nilai-nilai kezaliman dan eksploitasi yang tidak bertanggungjawab.

Khususnya di daerah sekitar lahan pertambangan subsidi kesehatan harus lebih diutamakan, karena tidak jarang usaha pertambangan menyisakan sejumlah masalah kesehatan. Limbah tambang padat seperti pertambangan biji besi, tembaga, emas dan lain-lain sering kali mencemari perairan sekitarnya dengan komponen yang berpotensi sebagai racun yang dapat

persamaan, kebebasan, permusyawaratan dan perdamaian. Lihat Masykuri Abdillah, Islam dan Dinamika Sosial Politik di Indonesia (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2011), xv-xviii.

25 Seluruh isi bumi Allah ciptakan untuk semua hamba-hambaNya. Firman Allah swt di dalam al-Qur’an surat al-Baqarah (2) ayat 29:

“Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu” 26 Kepemilikan umum adalah ketika Allah swt memberikan izin kepada suatu

komunitas hambaNya untuk sama-sama memanfaatkan suatu benda tertentu, karena masing-masing dari mereka saling membutuhkannya. Pada umumnya ada tiga konsep Islam tentang kepemilikan suatu benda atau barang. Pertama, kepemilikan individu (private property ), kedua, kepemilikan umum (collective property), yang ketiga adalah kepemilikan negara (state property). Dari ketiga bentuk kepemilikan tersebut, bahan galian tambang adalah merupakan hak kepemilikan umum. Lihat Taqyuddin al-Nabha>ni>, Al-Niz}a>m al-Iqtis}a>di> fi> al-Isla>m (Beirut: Da>r al-Ummah, 2004), Cet. VI, 70-223.

27 Manusia dilarang melakukan hal yang berlebihan terhadap sumber daya alam karena akan menyebabkan kerusakan lingkungan. Maka harus ada usaha konservasi dengan bijak, diantaranya dengan mengganti sumber daya alam non renewable dari batu bara dan minyak bumi menjadi renewable energy seperti tenaga surya, air atau angin. Lihat Nur Afiyah Febriani, “Implementasi Etika Ekologis dalam Konservasi Lingkungan: Tawaran Solusi dari Al-Qur’an,” Kanz Philosopia a Journal for Islamic Philosophy and Mysticism, Vol. IV: 1, (Jakarta: Juni, 2014): 39.

7

menimbulkan bahaya serius bagi kesehatan manusia dan ekosistem.28 Imam Ibnu Quda>mah al-Maqdisi> dalam kitab besarnya Al-Mughni> pada bab pembahasan tentang Ih}ya>’ al-Mawa>t, berpendapat bahwa bahan-bahan galian tambang (hasil usaha pertambangan) yang didambakan dan dimanfaatkan oleh manusia tanpa banyak biaya, seperti halnya garam, air, belerang, gas, mumia (semacam obat), petroleum, intan dan lain-lain, tidak boleh dipertahankan (hak kepemilikan individualnya), namun bahan tersebut menjadi milik seluruh kaum muslimin, sebab yang demikian akan merugikan kemaslahatan mereka.29 Dengan demikian, apabila bahan galian tambang tersebut menjadi milik umum, maka harus diberikan kepada negara dalam hal ini pemerintah untuk mengelolanya.

Pada saat yang sama, zakat hasil pertambangan merupakan kewajiban seorang muslim yang menandakan adanya hak kepemilikan individu atas bahan galian tambang. Kewajiban ini merupakan ibadah berdimensi sosial30 (h}abl min an-na>s) sebagai realisasi prinsip ta‘a>wun (tolong menolong dan kerja bersama) yang apabila dilaksanakan secara rutin dan ikhlas, juga dikelola dengan baik oleh petugas dapat mewujudkan rasa persaudaraan kuat dan saling menguntungkan antara masyarakat yang kaya dengan masyarakat miskin dengan tujuan tercapainya kemaslahatan kehidupan.31 Menjadi menarik untuk diperjelas lagi adalah status zakat yang harus dikeluarkan dari usaha pertambangan. Ketika bahan galian tambang tersebut merupakan milik bersama (umum) maka kewajiban zakat akan hilang dan luntur atau menjadi tidak wajib.32 Padahal para ulama jumhur telah sepakat tentang adanya kewajiban zakat (hak) yang harus dikeluarkan dari hasil produksi

28 Karen A. Hudson-Edwards and Joanne M. Santini, “Arsenic-Microbe-

Mineral Interactions in Mining-Affected Environments,” Minerals 3, (2013): 337-351.

29 Abdullah Ibn Quda>mah al-Maqdisi> (w. 620 H), Al-Mughni> (Kairo: Hajar, 1992/ 1412 H), VIII: 155.

30 A.A. Miftah menuliskan bahwa kemaslahatan (dunia dan akhirat) yang terkandung dalam kewajiban zakat tersebut mencakup dalam berbagai dimensi, yaitu dimensi spritual, dimensi etika-moral, dimensi sosial, dimensi ekonomi dan dimensi politik. Untuk lebih memperjelas masing-masing dimensi tersebut perhatikan di A.A. Miftah, Zakat: antara Tuntutan Agama dan Tuntutan Hukum (Jakarta: Sulthan Thaha Press, 2007), 45-49.

31 Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam: Zakat dan Wakaf (Jakarta: UI Press, 2006), 90. Lihat juga Said Abdullah Syahab, Negara Versus Masyarakat dalam Pengelolaan Zakat (Banten: Cinta Buku Media, 2014), 1.

32 Berbeda dalam kondisi kepemilikan bersama hewan ternak, dua orang atau lebih, maka zakat hewan ternak yang dimaksud tetap harus dibayarkan. Dengan catatan bahwa masing-masing pemilik adalah Muslim yang bebas dan jumlah ternak yang dimiliki oleh masing-masing pemilik telah mencapai nisabnya. Lihat Abdalhaqq Bewley dan Amal Abdalhakim-Douglas, Restorasi Zakat; Menegakkan kembali Pilar yang Runtuh (Depok: Pustaka Anida, 2005), 27. Judul asli Zakat: Raising A Fallen Pillar.

8

pertambangan.33 Kesepakatan yang sama juga berlaku pada bahan temuan (ar-rika>z), akan tetapi mereka berbeda pendapat tentang makna bahan galian tambang, bahan temuan atau harta simpanan (kanz), sampai kepada jenis-jenis bahan galian tambang yang wajib dikeluarkan zakatnya dan kadar zakat untuk setiap bahan galian tambang dan temuan.34

Hasil penelitian fikih zakat kontemporer mengklasifikasikan kategori macam-macam harta yang wajib dikeluarkan zakatnya, seperti zakat madu dan produksi hewani, zakat investasi pabrik, gedung dan lain-lain. Bahkan Yusuf al-Qarad}a>wi> membagi zakat kedalam sembilan kategori; zakat binatang ternak, zakat emas dan perak yang juga meliputi uang, zakat kekayaan dagang, zakat hasil pertanian meliputi tanah pertanian, zakat madu dan produksi hewani, zakat bahan galian tambang dan hasil laut, zakat investasi pabrik, gedung dan lain-lain, zakat pencarian jasa dan profesi dan zakat saham dan obligasi.35

Fokus mengenai bahan galian tambang, Imam Malik dan Imam asy-Syafi’i (dalam pendapatnya yang kedua) berpendapat bahwa tidak ada kewajiban apa-apa pada bahan galian tambang kecuali pada dua bahan berharga yaitu emas dan perak. Kemudian mayoritas ulama berpendapat bahwa bahan galian tambang yang berbagai macam bentuk dan jenisnya (seperti emas, perak, tembaga, besi, timah dan minyak bumi, rika>z dan lainnya) wajib dikeluarkan zakatnya.36 Pun demikian mereka berbeda pendapat tentang kadar zakat dari bahan-bahan tersebut. Adanya perdebatan tersebut semakin memperjelas status kepemilikan bahan galian tambang yang tidak hanya terpaku kepada publik (umum) melainkan kepemilikan individu bahkan kepemilikan negara. Artinya seseorang dapat memiliki secara hakiki dan sempurna beberapa jenis bahan galian tambang.

Bahan galian tambang sedemikian melimpah yang terdapat pada suatu daerah, yang terkadang hanya dimiliki dan dikuasai segelintir orang (perorangan), ketika dikeluarkan zakatnya, maka tidak menutup kemungkinan kekayaan dana zakat tersebut menjadi faktor utama dalam

33 Abu Fatiah al Adnani, Kunci Ibadah Lengkap: Panduan Praktis Beribadah

Menurut Sunnah Rasulullah SAW Dilengkapi dengan Dzikir & Doa (Jakarta:Annur Press, 2005), 246. Ulama yang sepakat akan ketentuan tersebut setelah melihat substansi ayat al-Qur’an pada surat al-Baqarah [2] ayat 267:

“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang kami keluarkan dari bumi untuk kamu....”

34 Lihat Wahbah al-Zuh}aili>, Al-Fiqh al-Isla>mi> wa-Adillatuh..., II: 775. 35 M. Subki Risya, Zakat untuk Pengentasan Kemiskinan (Jakarta: PP Lazis

NU, 2009), 21. 36 Abdullah Ibn Quda>mah al-Maqdisi>, Al-Mughni>..., III: 50.

9

menstabilkan ekonomi kerakyatan, menghilangkan sekat-sekat persaudaraan.37 Betapa besar tambang mineral dan batubara di Indonesia yang menghasilkan devisa dan untuk keperluan dalam negeri, yang tentunya harus dibayarkan zakatnya. Terlebih setelah adanya perkembangan baru tentang konsep mustah}iq zakat yang menyatakan bahwa tidak hanya orang (perorangan) saja, akan tetapi badan (lembaga) juga berhak menerima zakat, misalnya panti asuhan, lembaga pendidikan, bisa juga berbentuk pinjaman modal dan lain-lain.38 Hal tersebut mendapat dukungan masif dari berbagai kalangan termasuk ulama kontemporer, khususnya para penggiat filantropi Islam.39 Karena dengan demikian zakat dapat digunakan untuk keperluan-keperluan yang bersifat konsumtif dan dapat pula untuk usaha-usaha yang produktif.40

Dengan memperhatikan latar belakang tersebut di atas, maka penulis merasa perlu untuk membahas lebih mendalam, mengeksplorasi dan menganalisa pendapat sosok ketokohan ahli fikih dalam Islam yaitu Imam Ibnu Quda>mah al-Maqdisi>, tentang bagaimana sebenarnya konsep kepemilikan bahan galian tambang (usaha pertambangan). Apakah konsep yang ditawarkan selaras dengan manfaat dan tujuan penciptaan sehingga

37 Hasanah menulis bahwa beberapa Negara memberi kekuasaan kepada

perusahaan swasta bahkan perorangan untuk mengelola bahan galian tambang, dengan demikian apabila perusahaan tersebut dimiliki oleh seorang muslim bahkan komunitas beragama islam, maka mereka tetap wajib mengeluarkan zakat dari hasil tambang yang mereka peroleh. Lihat Uswatun Hasanah, “Zakat, Bahan galian tambang dan Keadilan Sosial Di Indonesia”, Law Review, Vol. XI: 1, (Depok: Juli, 2011): 85-101.

38 Demikian tersebut merupakan konsep pendayagunaan zakat yang diatur dalam undang-undang pengelolaan zakat pasal 1 ayat (4), pada dasarnya sama dengan konsep pendayagunaan zakat yang terdapat dalam fikih klasik. Lihat Ahmad Sutarmadi, Zakat: Upaya Penggalangan Dana Kesejahteraan Ummat (Jakarta: Kaldera, 2001), 84.

39 Hasil penelitian oleh Amalia dan Mahalli menunjukkan bahwa masyarakat sangat setuju apabila pemanfaatan zakat berupa pemberian bantuan modal, pinjaman dan pelatihan ketrampilan, karena program tersebut dapat membantu perekonomian masyarakat dan menjadikan mayarakat lebih mandiri. Pun juga pendayagunaan dan pengelolaan zakat, diharapkan lebih optimal jika distribusinya dilakukan tepat sasaran kepada para mustahiq sebenarnya. Lihat Amalia dan Kasyful Mahalli, “Potensi Dan Peranan Zakat Dalam Mengentaskan Kemiskinan di Kota Medan”, Jurnal Ekonomi dan Keuangan, Vol. I: 1, (Medan: Desember, 2012): 70-86.

40 Pendayagunaan zakat bersifat konsumtif, diperuntukkan bagi pemenuhan hajat hidup para mustah}iq yang delapan as}naf. Penyaluran zakat seperti ini bersifat bantuan sesaat untuk menyelesaikan permasalahan hidup yang mendesak. Adapun pendayagunaan bersifat produktif, diperuntukkan kepada usaha produktif, apabila kebutuhan mustahiq sudah terenuhi dan terdapat kelebihan dana maka diberikan kepada badan (lembaga) untuk diberdayakan melalui program atau kegiatan yang berkesinambungan sehingga manfaat yang diperoleh tidak bersifar temporal. Kurniawati, Kedermawanan Kaum Muslimin; Potensi dan Realita Zakat Masyarakat di Indonesia (Jakarta: PIRAMEDIA, 2004), 7.

10

benar-benar memberikan kemaslahatan dan kesejahteraan yang besar bagi manusia secara keseluruhan khususnya dalam hal pertambangan mineral dan batubara.

Diantara alasan penulis mengapa studi ini mengangkat pemikiran tokoh tersebut di atas adalah: pertama, Ibnu Quda>mah al-Maqdisi> merupakan pakar atau ahli yang produktif dalam bidang ilmu fikih, hal tersebut terbukti dengan karya-karyanya seringkali berkaitan dengan pembahasan fikih atau hukum Islam. Kedua, beliau yang menjadi pengikut mazhab Hambali termasuk tokoh yang mashur (terkenal) dan berpengaruh dalam perkembangan fikih hukum Islam, banyak ide (pendapat) dan buku-bukunya menjadi rujukan (sumber) bagi para mujtahid, peneliti bahkan ulama setelahnya.41 Dan tentunya yang ketiga, syaikh yang pada usia 10 tahun sudah hafal al-Qur’an ini adalah salah satu penulis yang banyak membahas masalah pertambangan setelah periode Imam mazhab empat (al-madha>hib al-arba‘ah) Imam Abu Hanifah (w. 148 H), Imam Malik ibn Anas (w. 179 H), Imam Muhammad ibn Idris as-Syafi’i (w. 204 H) dan Imam Ahmad ibn Hambal (w. 241 H). Adapun para ulama periode setelahnya, cenderung hanya mengikuti sebagian besar pendapat-pendapatnya sebagaimana tertulis dalam karya-karyanya, khususnya dalam hal pertambangan.

B. Permasalahan

1. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, maka perlu adanya indentifikasi masalah guna menemukan hal yang sangat penting untuk dibahas. Dengan identifikasi masalah ini, maka dikenalilah masalah yang menjadi objek permasalahan. Dengan demikian akan semakin jelaslah permasalahan-permasalahan yang menjadi fokus penelitian. Berdasarkan masalah-masalah yang ada dalam latar belakang penelitian ini, maka penulis mencatat beberapa masalah yang perlu diangkat, yaitu:

a. Kekayaan alam yang beraneka ragam bentuknya (khususnya dalam hal pertambangan) telah memberikan kontribusi nyata bagi sebagian negara untuk mendorong perkembangan industri. Bahkan kekayaan alam tersebut dewasa ini, cenderung menjadi objek yang dijadikan masyarakat dunia sebagai alat pengukur kekayaan dan kekuatan ekonomi terhadap suatu negara.

41 Abdullah Ibn Quda>mah al-Maqdisi> (w. 620 H/ 1224 M) menjadi salah satu

tokoh aset penting mazhab Hambali (periode terakhir) yang berhasil menciptakan karya untuk menjaga pemikiran-pemikiran Imam Ahmad bin Hanbal, diantaranya Al-Ka>fi, Al-Mughni> dan Al-‘Umdah. The Encyclopedia of Islam, ed. B. Lewis dkk (Netherlands: E. J. Brill, 1997), III: 842. Beliau juga dikenal sebagai The most well-known member of the trird (last period) family. Lihat The Encyclopedia of religion, ed. Mircea Eliade (New York: Simon & Schuster Macmillan, 1995), V: 187.

11

b. Banyaknya bahan galian tambang yang dikelola pada suatu daerah tidak secara otomatis dan pasti memberikan kekayaan (kesejahteraan) bagi masyarakat pribumi di areal pertambangan. Hal demikian sangat kontras dan tidak adil rasanya apabila kekayaan alam yang melimpah diproduksi pada suatu daerah namun tidak dapat memperbaiki keadaan perekonomian kehidupan manusianya.

c. Manusia sebagai makluk sempurna seharusnya dapat mengetahui cara memaksimalkan manfaat bahan galian tambang untuk kemaslahatan dan kesejahteraan mereka. Karena dengan demikianlah kekayaan yang tercipta itu tidak akan menjadi sia-sia keberadaannya di bumi.

d. Selalu ada akibat dan resiko yang ditanggung dalam kegiatan pertambangan, disamping adanya kerusakan alam (ekosistem) termasuk pro kontra masyarakat setempat. Mulai dari kepemilikan lahan atau tanah yang digunakan untuk eksplorasi bahan galian tambang sampai kepada pembagian hasil yang akan didapatkan oleh pemerintahan daerah.

e. Indonesia termasuk dalam negara-negara topten yang memiliki kekayaan alam terbesar di dunia, tak terkecuali kekayaan pertambangannya.42 Status tersebut tidak akan berarti apa-apa apabila tidak disertai dengan peraturan tata kelola yang baik dan benar. Dalam hal ini kebijakan pemerintah menjadi perlu diperhatikan karena peraturan mereka lah yang sedikit atau banyak menentukan arah kemaslahatan pertambangan di negaranya.

f. Islam secara eksplisit dan jelas menyatakan bahwa bumi dan seisinya tidak ada yang diciptakan secara sia-sia. Hal tersebut menandakan segala sesuatu pastilah ada manafatnya, hanya saja sebagian manusia mengetahui dan adapula yang belum bahkan tidak mengetahuinya. Khusus untuk kegiatan pertambangan, Islam juga memberikan aturan hukum tentang konsep kepemilikan atas bahan galian tambang, namun tidak banyak yang mengetahuinya.

g. Istilah kekayaan pertambangan atau hasil bumi (bahan galian tambang) di dalam Islam bukan lah menjadi pembahasan kontemporer karena barang/ bahan galian tambang itu sendiri sudah ada dan tercipta bersamaan dengan adanya bumi. Namun zakat hasil dari pertambangan menjadi topik hangat karena bahan galian tambang itu sendiri adalah kekayaan alam bukanlah kekayaan yang dimiliki oleh manusia (muslim) sebagai subjek yang wajib mengeluarkan zakat.

42 Menurut laporan BP Statistical Review of World Energy 2013 yang dirilis

perusahaan migas asal Inggris, menyatakan bahwa produksi batu bara nasional naik 273% dalam 10 tahun terakhir. Hasil tersebut menjadikan Republik Indonesia sebagai penghasil batu bara terbesar ketiga di dunia. Lihat http://www.kabarenergi.com/berita-ri-penghasil-batu-bara-terbesar-ke3-dunia.html#ixzz3kb8FLBY8, (diakses 03 September 2015).

12

h. Begitu banyak hasil bahan galian tambang yang telah dieksplorasi, seharusnya, menjadi peluang besar untuk meningkatkan ekonomi kemasyarakatan.43 Terlebih apabila semua pemilik penuh harta tersebut menyadari kewajiban zakatnya. Maka si miskin yang tidak mempunyai daya dan upaya dalam eksplorasi bahan galian tambang turut serta merasakan nikmatnya ciptaan Tuhan tersebut.

2. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah-masalah di atas, penulis membatasinya pada poin f, yaitu pembahasan tentang konsep hukum Islam dalam kepemilikan bahan galian tambang. Adapun yang dimaksud hukum Islam tersebut di atas adalah pendapat para tokoh ulama fikih, namun penulis akan lebih memfokuskan pembahasan kepada seorang tokoh besar ahli fikih Islam bermazhab Hambali yaitu Imam Ibnu Quda>mah al-Maqdisi>.

Sedangkan untuk membatasi objek penelitian, penulis membatasinya pada kepemilikan bahan galian tambang atau usaha pertambangan yang menghasilkan bahan galian tambang berupa mineral44 dan batubara. Adapun dalam segi hukum Islam, penulis membatasinya pada pendapat tokoh Islam dalam karya besarnya yang dapat ditemukan di dalam buku fikih Al-Mughni> oleh Ibnu Quda>mah al-Maqdisi>. Kemudian diperlukan sebagai pendukung untuk menambah bahan dan data penelitian, penulis juga mengambil data dari kementerian ESDM (energi dan sumber daya mineral) dalam hal pembahasan kepemilikan bahan galian tambang indonesia.

3. Perumusan Masalah

Dari identifikasi dan pembatasan masalah yang telah dikemukakan di atas, penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut:

43 Menurut Survei Geologi Amerika Serikat (USGS), Indonesia menduduki

peringkat keenam sebagai negara terkaya akan bahan galian tambangnya. Sedangkan untuk potensi bahan galian batubara, RI menduduki peringkat ketiga dalam hal ekspor batubara. Adapun untuk produksi timah dan tembaga, Indonesia berada pada peringkat kedua. Begitupun untuk produksi emas, Indonesia masih termasuk pada topten yaitu pada peringkat keenam. Arif Zardi Dahlius, “Potensi dan Tantangan Pertambangan di Indonesia,” see more at: http://www.ima-api.com/index.php?option =com_content&view=article&id=1937:potensi-dan-tantangan-pertambangan-di-indo nesia&catid=47: medianews&Itemid=98&lang=id, (diakses 04 september 2015).

44 Bahan galian tambang berupa mineral adalah senyawa anorganik yang terbentuk di alam, yang memiliki sifat fisik dan kimia tertentu serta susunan kristal teratur atau gabungannya yang membentuk batuan, baik dalam bentuk lepas maupun terpadu, berupa bijih atau batuan, di luar panas bumi, minyak dan gas bumi, serta air tanah. Sedangkan bahan galian tambang berupa batubara adalah endapan senyawa organik karbonan yang terbentuk secara alamiah dari sisa tumbuh-tumbuhan termasuk bitumen padat, gambut, dan batuan aspal. Baca dan perhatikan tentang pembagian jenis dan macam-macam bahan galian tambang di lembaran negara, undang-undang Republik Indonesia tentang pertambangan mineral dan batubara.

13

1. Bagaimanakah konsep kepemilikan bahan galian tambang menurut pandangan Imam Ibnu Quda>mah al-Maqdisi>?

2. Seperti apakah metode penetapan hukum yang diterapkannya dalam menentukan status kepemilikan bahan tersebut?

C. Penelitian Terdahulu

Beberapa hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan kepemilikan bahan galian tambang, diantaranya adalah: Membangun Sistem Ekonomi Alternatif Perspektif Islam,45 buku yang ditulis oleh Taqyuddin al-Nabha>ni> ini sebagian isinya membahas tentang kepemilikan barang menurut jenis dan kebutuhan terhadap barang tersebut. Taqyuddin menulis bahwa bahan galian tambang yang memiliki cadangan besar atau deposit banyak merupakan kepemilikan umum (collective property). Disertasi yang ditulis oleh Ridwan, Pemilikan Rakyat dan Negara atas Tanah Menurut Hukum Pertanahan Indonesia dalam Perspektif Hukum Islam, (2010). Menyimpulkan bahwa negara atau pemerintah yang tampil sebagai lembaga publik dan perwakilan rakyat mempunyai hak untuk memiliki tanah. Penelitian tersebut hanya terfokus pada tema hukum kepemilikan tanah, berusaha mencari solusi tarik-menarik hak kepemilikan antara rakyat dan negara.46 Penelitian tersebut tidak sampai kepada masalah pertambangan (bahan galian tambang) yang sering kali muncul dan ditemukan banyak di daerah pertanahan yang menjadi milik pribadi atau milik bersama oleh masyarakat umum.

Etika Produksi dalam Perspektif Ekonomi Islam, penulis dalam disertasinya menjelaskan bahwa air, mineral, udara dan sumber daya alam lainnya, merupakan salah satu faktor-faktor produksi yang diketahui dalam Islam sangatlah urgen bagi manusia untuk mengembangkan dan melestarikan kehidupan. Penulis juga menyatakan dalam penjelasan fotenotenya bahwa kepemilikan absolut terhadap sumber daya alam mutlak hanyalah Allah, adapun hak dan kewajiban manusia adalah mengambil manfaat darinya dan mengelola sebaik-baiknya.47 Listiawati menambahkan bahkan menyarankan bahwa manusia sebagai produsen hendaklah memasukkan nilai kebersamaan baik dalam hal proses produksi maupun distribusi sumber daya. Maka di sini lah peran pemerintah sangat dibutuhkan untuk mengantisipasi ketimpangan dan kecurangan yang dapat menimbulkan kesenjangan sosial.48

45 Taqyuddin al-Nabha>ni, Membangun Sistem Ekonomi Alternatif Perspektif

Islam (Surabaya: Risalah Gusti, 2002). 46 Ridwan, Pemilikan Rakyat dan Negara atas Tanah Menurut Hukum

Pertanahan Indonesia dalam Perspektif Hukum Islam (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2010), 319.

47 Fahrudin Sukarno, Etika Produksi dalam Perspektif Ekonomi Islam (Jakarta, UIN Syarif Hidayatullah, 2010), 92-102.

48 Listiawati, Moralitas Produksi Menurut Perspektif M. A. Mannan dan Amitai Etzioni (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2012), 234.

14

Di dalam disertasinya, Argumen Konservasi Lingkungan sebagai Tujuan Tertinggi Syari’ah, penulis menegaskan bahwa semua sumber daya alam termasuk deposit-deposit mineral seperti batu bara dan natural gas (gas alam) yang ada di bumi adalah untuk dipergunakan sebaik mungkin, lalu kemudian dilindungi dengan tujuan agar tidak lebih cepat habis atau punah, dan dengan tujuan menjamin ketersediaannya bagi kehidupan generasi masa depan.49 Disertasi tersebut tidak membahas sama sekali perdebatan tentang kepemilikan bahan-bahan mineral yang tidak jarang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan sehingga menghambat terciptanya tujuan konservasi alam.

Tesis oleh Widagdo, Analisis Yuridis terhadap Undang-undang No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara,50 penelitian ini mencoba melihat dengan analisa hukum terhadap Undang-Undang Minerba kaitannya dengan masalah konsep penguasaan negara terhadap bahan galian tambang dan implementasinya terhadap perizinan usaha pertambangan. Penulis tidak memaparkan bagaimana konsep kepemilikan bahan dan usaha pertambangan secara komprehensip, karena terjebak dalam peraturan perundang-undangan yang menetapkan bahwa seluruh sumber daya alam yang terdapat di wilayah kawasan nasional adalah milik bersama dan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Isti Nuzulul Atiah meneliti secara fokus terhadap pembahasan pada seputar kebijakan pemerintah dalam hal privatisasi yang diterapkan Indonesia perspektif ekonomi Islam dan ekonomi konstitusi.51 Peneliti tersebut berkesimpulan bahwa pemerintah dapat menyerahkan kepengelolaan harta milik umum, yang harusnya dikelola oleh perusahaan negara, kepada pihak swasta untuk dapat diambil manfaatnya sesegera mungkin. Adapun tentang konsep kepemilikan, kedua sistem ekonomi tersebut sama-sama mengedepankan nilai keadilan, kebersamaan dan kekeluargaan. Penelitan Isti secara umum telah mendeskripsikan konsep privatisasi, namun tidak sampai kepada penjelasan jenis atau bentuk barang berharga seperti apa yang sebaiknya diprivatisasi atau sebaliknya.

Adapun penelitian tentang ketokohan Imam Ibnu Quda>mah al-Maqdisi> telah ditemukan beberapa karya tulis, diantaranya ditulis oleh ‘Abd al-‘Aziz al-Sa‘i>d dengan judul Ibn Quda>mah wa-Atha>ruhu al-Us}u>liyyah terdiri atas dua juz. Pada juz pertama, al-Sa‘i>d menulis seputar perkembangan usul fikih,

49 Mudofir, Argumen Konservasi Lingkungan sebagai Tujuan Tertinggi

Syari’ah (Jakarta, UIN Syarif Hidayatullah, 2009), 77-81. 50 Singgih Widagdo, Analisis Yuridis terhadap Undang-undang No. 4 Tahun

2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (Yogyakarta: Universitas Gajah Mada, 2011).

51 Isti Nuzulul Atiah, Kepemilikan Negara dalam Perspektif Ekonomi Islam dan Ekonomi Konstitusi (Analisis Kebijakan Privatisasi di Indonesia) (Tangerang Selatan: Cinta Buku Media, 2014), 83.

15

t}abaqa>t Hana>bilah dan riwayat hidup Ibnu Quda>mah al-Maqdisi> serta karya tulisnya secara umum. Pada juz kedua memuat tah}qi>q atas kitab Raud}ah al-Na>z}ir wa-Junnah al-mana>z}ir fi> Us}u>l al-Fiqh (kitab ibnu Quda>mah dalam bidang ilmu usul fikih). Al-Sa‘i>d dengan teliti menyebutkan sanad dan periwayat bagi hadis-hadis yang ada di dalam kitab tersebut.52 Zulfikri menulis disertasi yang berjudul Konsep Ijtihad Ibnu Quda>mah al-Maqdisi> dalam Pengembangan Fikih Islam. Ia menyimpulkan bahwa Ibnu Quda>mah telah melakukan ijtiha>d muqayyad atau yang biasa dikenal sebagai al-ijtiha>d fi> al-Madhhab. Secara metodologis, Ibnu Quda>mah al-Maqdisi> tidak merumuskan konsep atau manhaj baru bagi istinba>t} hukum, tetapi hanya menggunakan konsep-konsep ijtihad yang sudah ada, terutama yang dirumuskan oleh Imam Ahmad ibn Hanbal.53 Kedua karya tersebut di atas tidak membahas sama sekali persoalan tentang kepemilikan bahan galian tambang perspektif Ibnu Quda>mah al-Maqdisi>.

Masih banyak lagi karya-karya yang berkaitan dengan masalah bahan galian tambang (pertambangan), baik secara langsung maupun tidak. Namun sejauh penelusuran penulis, mayoritas dan bahkan hampir semua karya dan buah pikiran tersebut membahas tentang tehnis di lapangan pertambangan mulai dari sistem atau cara kerja, dampak negatif maupun positifnya, sampai kepada konsep distribusi hasil yang diperoleh dari usaha pertambangan tersebut. Pada akhirnya penulis dapat simpulkan bahwa karya tulis tentang kepemilikan bahan galian tambang perspektif Ibnu Qudamah al-Maqdisi> ini merupakan hasil temuan baru sehingga berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan utama dalam penelitian ini sebagaimana yang telah dirumuskan dalam tesis ini ialah sebagai berikut: 1. Mengelaborasi pendapat Imam Ibnu Quda>mah al-Maqdisi> tentang konsep

kepemilikan terhadap sumber daya alam berupa bahan galian tambang. 2. Menganalisa pendapat tokoh tersebut dalam perspektif us}u>l al-fiqh (al-

qiya>s dan al-Maṣlah}ah al-Mursalah) beserta Maqa>s}id ash-Shari>‘ah.

E. Signifikansi Penelitian

Penelitian ini paling tidak mempunyai beberapa signifikansi, yaitu: 1. Memperkaya khazanah intelektual Islam terutama dalam bidang fikih,

khususnya dalam hal fikih pertambangan.

52 ‘Abd al-‘Aziz ibn ‘Abd al-Rahman al-Sa‘i>d, Ibn Quda>mah wa-Atha>ruhu al-

Us}u>liyyah (Riya>d}: Ja>mi‘ah al-Ima>m Muh}ammad Ibn Sa‘u>d al-Isla>miyyah, 1987), cet. IV, 63.

53 Zulfikri, Konsep Ijtihad Ibnu Quda>mah al-Maqdisi>> dalam Pengembangan Fikih Islam (Jakarta: Pascasarjana IAIN Syarif Hidayatullah, 2000), 234.

16

2. Menjadi sumber inspirasi dan salah satu literatur yang dapat dijadikan rujukan dalam kajian hukum Islam khususnya tentang pengaturan kepemilikan bahan-bahan galian tambang.

3. Meningkatkan dan mengembangkan efektifitas sistem kepengelolaan dalam kepemilikan bahan galian tambang (pertambangan) nasional maupun internasional.

4. Dari segi akademik (academic significance), hasil penelitian diharapkan menjadi bahan kajian serta menambah informasi dan wawasan terutama dalam bidang fikih atau hukum Islam yang dapat memperkaya teori-teori hukum Islam dewasa ini maupun masa yang akan datang.

F. Metodologi Penelitian

Agar penelitian ini dapat terlaksana dan mencapai hasil yang maksimal, maka penulis menggunakan metode dan sifat penelitian sebagai berikut;

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan merupakan penelitian kepustakaan (library research)54 yang mengharuskan peneliti mengeksplor sumber primer, sekunder, maupun sumber pelengkap yang sesuai dengan kebutuhan penelitian. Adapun metode yang digunakan dalam kajiannya adalah metode eksploratif-analisis-komparatif. Metode ini penulis gunakan untuk menggali konsep kepemilikan yang ditawarkan Ibnu Quda>mah al-Maqdisi> dalam mengatur kepemilikan bahan galian tambang sebagaimana terdapat di dalam data (sumber) primer dan sumber skunder. Sedangkan pendekatan yang diterapkan peneliti adalah pendekatan normatif oleh Prof. Soerjono Soekanto, seorang guru besar dalam ilmu hukum. Selanjutnya penulis menganalisa data-data tersebut sembari melihat dan melakukan perbandingan terhadap pendapat tokoh ulama atau ahli lainnya yang berkaitan langsung dengan topik penelitian. Selain library research, penulis juga menggunakan media internet research untuk mengumpulkan data-data (online journals) tentang topik penelitian dalam rangka updating informasi.

2. Sumber Data

Sumber primer dalam penelitian ini diperoleh dari sumber utama yang merupakan buku karya Imam Ibnu Quda>mah al-Maqdisi> yang berjudul al-Mughni>. Buku tersebut adalah salah satu buku diantara karya-karya yang paling terkenal dan fenomenal dalam bidang fikih islam, buku ini juga terdiri dari beberapa jilid, akan tetapi yang menjadi fokus penelitian penulis ada pada Al-Mughni> jilid yang kedelapan yang membahas tentang Ih}ya>’ al-mawa>t.

54 Mestika Zet, Metodelogi Penelitian Kepustakaan (Jakarta: Buku Obor,

2008), 3.

17

Sedangkan sumber sekunder penelitian ini berupa data-data atau informasi yang diperoleh dari buku-buku fikih sejenis dan/ atau karya ilmiah lainnya yang berhubungan dengan topik. Di samping itu, digunakan pula buku-buku lain yang relevan dengan kajian tesis ini sebagai sumber sekunder lain, misalnya data dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Dalam menganalisis data-data dari sumber-sumber primer dan skunder, penulis melakukannya secara deduktif.

3. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara menghimpun atau mengumpulkan semua data penting dari berbagai sumber (primer dan skunder) yang berkaitan erat dengan tema dan pokok permasalahan yang diangkat dalam penelitian. Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik content analysis (menganalisa data menurut isi) dengan pendekatan normatif.

Content analysis yang dimaksud penulis adalah teknik untuk menarik kesimpulan melalui usaha dalam mendapatkan atau memunculkan karakteristik pesan yang dilakukan secara objektif dan sistematis.55 Noeng Muhadjir menambahkan setidaknya ada beberapa poin yang dilakukan dalam analisis isi: (1) klasifikasi tanda-tanda yang dipakai dalam komunikasi, (2) menggunakan kriteria sebagai dasar komunikasi, (3) menggunakan analisis tertentu sebagai pembuat deskripsi. Pada akhirnya adalah generalisasi untuk memberikan sumbangan teoritik. Teknik analisis data ini bersifat kualitatif56 dan untuk mengambil kesimpulan pada akhir penelitian, penulis menggunakan metode deduksi. Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui satu obyek permasalahan melalui analisa mikro maupun makro dengan cara meneliti konteks komparasi pemikiran serta relevansi antara beberapa ideologi pemikiran yang ada.

Selain teknik diatas, mengingat penelitian ini mengkaji tentang fikih, tepatnya berkaitan dengan fikih muamalah, maka dalam menganalis pendapat Imam Ibnu Quda>mah al-Maqdisi> beserta pendapat ulama lainnya (apabila diperlukan) peneliti juga menggunakan pendekatan yang tidak jauh dari lalu lintas disiplin ilmu tersebut. Pisau analisis yang penulis maksud adalah pendekatan us}u>l al-fiqh (al-qiya>s dan al-maṣlah}ah al-mursalah) beserta maqa>s}id al-shari>‘ah (tujuan-tujuan hukum Islam). Kedua pisau analisis inilah

55 Lihat Sujono dan Abdurrahman, Metodologi Penelitian, Suatu Pemikiran

dan Penerapan (Jakarta: Rineke Cipta, 1998), 13. Untuk lebih lanjut perhatikan, Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif (Jogjakarta: Rake Sarasin, 2000), 68-69.

56 Analisa data kualitatif maksudnya adalah peneliti menemukan makna dari data yang dianalisa kemudian menjelaskan fakta objek penelitian. Lihat Burhan Bungin, Metode Penelitian Kualitatif (Jakarta: PT Raja Grafindo Perkasa, 2001), 67. Lihat juga Sharlene Nagy Hesse-Biber and Patricia Leavy, Approaches to Qualitative Research (New York: Oxford University Press, 2004), 1.

18

yang mewarnai penelitian ini sehingga penelitian ini tidak keluar dari pengembangan khazanah ilmu fikih itu sendiri.

Al-Maṣlah}ah al-Mursalah merupakan salah satu metode ijtihad para ulama fikih yang mengutamakan suatu kemaslahatan (kemanfaatan) pada suatu masalah tanpa memiliki dasar dalil dari al-Quran maupun hadis tetapi juga tidak ada dalil yang membatalkannya. Para ulama berbeda pendapat dalam memaknai metode ijtihad ini, namun perlu dicatat bahwa hakikatnya adalah satu, yaitu setiap manfaat yang di dalamnya terdapat tujuan syara’ secara umum, namun tidak terdapat dalil yang secara khusus menerima atau menolaknya.57 Penjagaan dan pengelolaan kepemilikan harta kekayaan khususnya bahan galian tambang yang begitu melimpah adalah salah satu contoh kemaslahatan yang tidak ada dalil penguatnya dan tidak ditemukan pula dalil pembatalnya, namun termasuk salah satu dari maksud ketentuan syari’at, yaitu menjaga harta benda (h}ifz} al-ma>l).

Secara aplikatif Maqa>s}id al-Shari>‘ah dalam skala prioritas utama atau primer (al-d}aru>riyyah), ada lima kriteria yang mencakup penerapan hukum untuk kemaslahatan yang berbeda-beda akan tetapi saling berkaitan dan tidak bisa dipisahkan. Pertama: penjagaan agama (h}ifz} al-di>n), kedua: terjaminnya perlindungan hak hidup (h}ifz} al-nafs), ketiga: terjaminnya hak atas pengembangan akal dan pemikiran (h}ifz} al-‘aql), keempat: terjaminnya hak atas kepemilikan harta benda (h}ifz} al-ma>l), kelima: terjaminnya hak atas pengembangan jenis dan keturunan (h}ifz} an-nasl/ nasb).58 Upaya menjaga dan melindungi keselamatan harta benda (bahan galian tambang) yang ada dari kerusakan atau pencurian oleh tangan-tangan yang tidak bertanggungjawab adalah merupakan perwujudan maqa>s}id al-shari>‘ah (terjaminnya hak atas kepemilikan harta benda), salah satu cara menjaganya adalah dengan mengelola konsep kepemilikan yang baik dan benar.

G. Sistematika Pembahasan

Untuk menjaga alur pembahasan secara sistematis sekaligus untuk mempermudah pembahasan, maka karya ilmiah yang ada di hadapan pembaca ini diklasifikasikan menjadi enam bab pembahasan. Selanjutnya secara holistik setiap bab terdiri dari beberapa sub bagian. Secara garis besar hasil penelitian ini sebagai berikut:

Bab pertama merupakan gambaran untuk memberikan pola pemikiran bagi keseluruhan tesis. Bab tersebut meliputi tentang latar belakang masalah yang menjadi keresahan atau problematika peneliti dan alasan penulis dalam pembahasan yang dikaji, kemudian memaparkan batasan masalah sehingga dalam penelitian, penulis tidak keluar dari pokok pembahsan. Selanjutnya penulis menentukan rumusan masalah yang tersusun dalam sebuah kalimat

57

Rachmat Syafe’i, Ilmu Ushul Fiqih (Bandung: Pustaka Setia, 2010), 117-124.

58 Abu Ish}a>q al-Sha>tibi>, Al-Muwa>faqa>t fi> Us}u>l al-Shari>‘ah, (Riya>d}: Da>r ibn al-

Qayyim, 2006), II: 17-21. Lihat juga Asafri Jaya Bakri, Konsep Maqashid Syari’ah Menurut Al-Syatibi (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1996), 72.

19

tanya. Setelah itu penulis memaparkan penelitian-penelitian terdahulu yang relevan guna mendapatkan literatur-literatur perdebatan akademik mengenai permasalahan. Kemudian penulis menjelaskan tujuan penelitian dan signifikansi penelitian, sampai pada akhirnya penulis menjelaskan metodologi penelitian yang akan digunakan serta sistematika penulisan tesis.

Bab kedua berisi kerangka teori dan diskursus yang menguraikan perdebatan akademik tentang konsep kepemilikan harta benda secara umum. Pada bagian awal peneliti berusaha menggali perdebatan akademik tentang bagaimana sesungguhnya bentuk dan jenis kepemilikan harta benda baik yang diatur dalam ekonomi umum, yang notabenenya berkiblat kepada kapitalisme dan sosialisme, maupun ekonomi Islam. Kemudian pada bagian akhir bab ini, penulis mulai masuk kepada pembahasan mengenai konsep kepemilikan bahan galian tambang yang dianut dan diamalkan oleh negara kesatuan republik Indonesia. Penulis merasa perlu untuk membahas hal tersebut meskipun tidak secara komprehensif, penulis bertujuan ingin memberikan stimulasi kepada para pembaca agar lebih mendapat pencerahan dalam memahami hasil atau isi penelitian ini secara keseluruhan. Harapan penulis adalah pembaca (secara eksplisit) dapat menyimpulkan bahwa negara Indonesia merupakan pengikut salah satu sistem ekonomi yang telah dibahas pada sub bagian sebelumnya. Kemudian secara implisit, pembaca diharapkan juga dapat mengidentifikasi konsep kepemilikan bahan galian tambang dalam Islam.

Pada bab ketiga, penulis akan mulai perlahan masuk kepada bab inti penelitian. Bermula dari pembahasan singkat tentang profil tokoh yang diangkat dalam penelitian ini, yaitu Imam Ibnu Quda>mah al-Maqdisi>. Dimulai dari latar belakang kehidupan dan konsentrasi keilmuan sampai kepada karya-karya agung pemikiran dan tulisan sebagai warisan paling berharga darinya. Sampai kepada metodologi ijtihad Ibnu Quda>mah al-Maqdisi> dalam menghadapi kasus-kasus hukum yang akan diselesaikannya, tentunya setiap mujtahid mempunyai ciri khas tersendiri yang menjadi pembeda metodenya dengan ulama fikih lainnya. Sub bagian terakhir dalam bab ketiga ini berisikan terminologi bahan galian tambang menurut para ulama fikih Islam dan kategorisasi bahan galian tambang yang ditemukan. Ada banyak jenis bahan galian tambang di bumi ini sehingga perlu untuk dikategorisasi demi mempermudah para mujtahid dalam mengidentifikasi status hukum atau status kepemilikan bahan tersebut.

Adapun bab keempat merupakan bab inti penelitian. Pada bab ini penulis masuk kepada pembahasan paling penting dalam penelitian ini, yaitu mengenai konsep kepemilikan atas bahan galian tambang perspektif Imam Ibnu Quda>mah al-Maqdisi>. Konsep kepemilikan tersebut ditetapkan menurut jenis keberadaan bahan galian tambang pada lahan yang tidak berkepemilikan (bertuan) atau lahan kosong. Terdapat tiga sub bagian secara khusus dalam hal ini, yaitu status kepemilikan bahan galian tambang pada hakikatnya, kemudian status kepemilikan bahan galian tambang terbuka dan status kepemilikan bahan galian tambang tertutup. Pembahasan tersebut disertai

20

beberapa aturan dan tuntunan yang ditawarkan oleh beberapa ulama fikih, tentang siapa yang berhak memiliki lahan pertambangan sekaligus bahan galian tambang yang ditemukan. Hal tersebut sengaja penulis lakukan dan uraikan untuk mendapatkan perbandingan pendapat Ibnu Quda>mah al-Maqdisi> dengan ulama fikih lainnya dalam hal kepemilikan bahan galian tambang. Kemudian sebagai pelengkap penelitian tesis ini, penulis menambahkan kajian resolusi konflik pertambangan, meskipun tidak secara komprehensif akan tetapi informasi tersebut dapat menambah referensi sebagai solusi untuk menyelesaikan sengketa pertambangan, baik dari segi hasil bahan galian tambang yang didapatkan maupun status lahannya.

Bab kelima dalam penelitian ini masih melanjutkan pembahasan inti. Kalau bab sebelumnya (keempat) membahas tentang status kepemilikan bahan galian tambang terbuka dan tertutup pada tanah mati atau lahan tidak bertuan (kosong), maka pada bab kelima ini khusus kepada bahan galian tambang yang terdapat pada tanah hidup atau lahan yang sudah berkepemilikan sah, baik berupa bahan galian tambang tertutup maupun terbuka. Kemudian setelah diketahui siapa yang berhak memiliki bahan galian tambang, maka selanjutnya akan diketahui pula siapa yang berhak mengelola bahan galian tambang tersebut. Karena hak kepemilikan terhadap harta benda merupakan representasi syarat utama dalam mengelola sesuatu secara bebas. Di akhir bab kelima ini, pembaca dapat melihat beberapa akad atau perjanjian yang dapat digunakan dalam hal usaha pertambangan. Selanjutnya penulis juga tidak lupa mendiskripsikan analisis seperlunya dalam bab-bab inti tersebut agar penelitian ini terasa lebih berwarna sehingga para pembaca dapat menikmati tulisan ini.

Pada bab terakhir (keenam) dipergunakan sebagai penutup, berisi kesimpulan dan saran-saran dari hasil penelitian yang dilakukan. Pada bagian pertama dalam bab ini, peneliti secara singkat memberikan gambaran singkat, padat dan jelas, sebagai jawaban dari pokok permasalahan penelitian. Kemudian bagian kedua, penulis akan menyampaikan rekomendasi atau saran-saran khusus bagi para pihak yang terkait dan juga rekomendasi penelitian yang dapat dilakukan dan dikembangkan selanjutnya.