ANALISIS BAHAN PUSTAKA
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
12 -
download
0
Transcript of ANALISIS BAHAN PUSTAKA
ANALISIS BAHAN PUSTAKA
Pustakawan Perpustakaan UM, October 09 Page: 1KLASIFIKASI BAHAN PUSTAKAOleh: Gatot Subrata, S.Kom
Abstrak: Sistem klasifikasi Dewey Decimal Classification (DDC)adalah sistem klasifikasi fundamental yang mengelompokkanbahan pustaka berdasarkan subyek atau pokok bahasan. Sistempengembangannya menggunakan sistem desimal angka arabsebagai simbol notasinya. Tiga komponen penting dalam klasifikasiini adalah bagan (schedules), indeks relatif dan tabel-tabel. Dalampenggunaan bagan dalam klasifikasi ini ada beberapa istilahpenting yang perlu dipahami seperti summary, formerly also, classhere, relocated to, centered heading, optional number, prefer,ifprefered, see, add to, dan sebaginya.Kata kunci: Sistem Klasifikasi DDC, pengolahan bahan pustaka
A. PENDAHULUANSulistyo Basuki (1991) mengatakan bahwa klasifikasi berasal dari kata Latin'"classis". Klasifikasi adalah proses pengelompokan, artinya mengumpulkan benda/entitasyang sama serta memisahkan benda/entitas yang tidak sama. Secara umum dapat dikatakanbahwa batasan klasifikasi adalah usaha menata alam pengetahuanke dalam tata urutansistematis. Towa P. Hmakotrda dan J.N.B. Tairas (1995) mengatakan bahwa klasifikasiadalah pengelompokan yang sistematis daripada sejumlah obyek, gagasan, buku ataubenda-benda lain ke dalam kelas atau golongan tertentu berdasarkan ciri-ciri yang sama.Kalau kita simak dalam kehidupan sehari-hari klasifikasi sudahbanyak dilakukan olehmanusia. Seperti di supermarket, di pasar, di toko buku, pedagang yang mengempokkanbarang dagangannya yang sejenis dalam satu kelompok yang sama.
Hal ini dimaksudkanuntuk memudahkan pembeli dalam memilih kebutuhan yang diperlukan.Dalam bidang perpustakaan pengertian klasifikasi adalah penyusunan sistematisterhadap buku dan bahan pustaka lain, atau katalog, atau entriindeks berdasarkan subyek,dalam cara yang berguna bagi mereka yang membaca atau mencari informasi (Sulistyo-Basuki: 1991). Dari pengertian ini klasifikasi mempunyai fungsi yaitu: sebagai tatapenyusunan buku di jajaran rak, serta sebagai sarana penyusunan entri bibliografis padakatalog, bibliografi dan indeks dalam tata susunan yang sistematis.Sebagai sarana penyusunan buku di jajaran (rak), klasifikasi mempunyai duakeuntungan, yaitu:Pustakawan Perpustakaan UM, October 09 Page: 2(a) membantu pemakai jasa perpustakaan mengidentifikasi dan melokalisasi bahanpustaka berdasarkan nomor panggil dokumen.(b) mengelompokkan bahan pustaka sejenis menjadi satu jajaran atau berdekatan.Dua keuntungan tersebut sangat dimungkinkan karena dalam penentuan klas,pendekatan yang digunakan adalah pendekatan subyek atau cakupan bidang ilmu darisuatu bahan pustaka.Tujuan klasifikasi adalah untuk mengorganisasikan bahan pustaka dengan sistemtertentu sehingga mudah diketemukan dan dikembalikan pada tempat penyimpanan.Adapun tujuan tersebut dapat dirinci sebagai berikut:(a) menghasilkan urutan yang bergunatujuan utama klasifikasi adalah menghasilkan urutan atau susunan bahan pustaka yangberguna bagi staf perpustakaan maupun bagi pemakai perpustakaan.(b) penempatan yang tepatBila bahan pustaka diperlukan pemakai, pustaka yang diinginkanmudah diketemukan
serta mudah dikembalikan oleh petugas ke tempat yang pasti sesuai dengan sistemklasifikasi yang digunakan.(c) penyusunan mekanisBahan pustaka baru mudah disisipkan di antara bahan pustaka yang sudah dimiliki.Demikian pula penarikan bahan pustaka (karena dipinjam) tidak akan mengganggususunan bahan pustaka di jajaran.B. SISTEM KLASIFIKASIAda beberapa sistem klasifikasi, diantaranya adalah:1. Klasifikasi ArtifisialSistem ini adalah mengelompokkan bahan pustaka berdasarkan ciri atau sifat-sifatlainnya, misalnya pengelompokan menurut pengarang, atau berdasarkan ciri fisiknya,misalnya ukuran, warna sampul, dan sebagainya.2. Klasifikasi UtilityPengelompokan bahan pustaka dibedakan berdasarkan kegunaan danjenisnya.Misal, buku bacaan anak dibedakan dengan bacaan dewasa. Buku pegangan siswa disekolah dibedakan dengan buku pegangan guru. Buku koleksi referens dibedakan dengankoleksi sirkulasi (berdasar kegunaannya)Pustakawan Perpustakaan UM, October 09 Page: 33. Klasifikasi FundamentalPengelompokan bahan pustaka berdasarkan ciri subyek atau isi pokok persoalanyang dibahas dalam suatu buku. Pengelompokkan bahan pustaka berdasarkan sistem inimempunyai beberapa keuntungan, diantaranya:• bahan pustaka yang subyeknya sama atau hampir sama, letaknyaberdekatan.• Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menilai koleksi yang dimilikidengan melihat subyek mana yang lemah dan mana yang kuat.• Menudahkan pemakai dalam menelusur informasi menurut subyeknya.• Memudahkan pembuatan bibliografi menurut pokok masalah.• Untuk membantu penyiangan atau weeding koleksi.Klasifikasi fundamental banyak digunakan oleh perpustakaan
besar maupun kecil.Dalam sistem tersebut buku dikelompokkan berdasarkan subyek, sehingga memudahkanpemakai dalam menelusur suatu informasi. Yang termasuk klasifikasi fundamental adalahKlasifikasi DDC (Dewey Decimal Classification).DDC merupakan sistem klasifikasi yang populer dan paling banyak pemakainya.Klasifikasi ini dalam pengembangannya menggunakan sistem desimal angka arab sebagaisimbol notasinya.1. Sejarah DDCKlasifikasi Persepuluhan Dewey (disingkat DDC) karya Melvil Dewey. Namalengkapnya Melville Louis Kassuth Dewey (1851-1931).Pada 1874 Dewey sebagai pustakawan di Amhers College, Massachuseetts, Tahun1876 ia menerbitkan DDC edisi pertama dengan judul “A classification and subject indexfor a library”. Terbit pertama kali hanya sebanyak 42 halaman yang berisi 12 halamanpendahuluan, 12 halaman bagan dan 18 halaman indeks. Sejak edisi pertama diterbitkan,DDC terus menerus mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan. Banyak subyek-subyekbaru yang ditambahkan. Adakalanya notasi mengalami perluasan dan perubahan lokasikarena perkembangan subyek tersebut. Kelestarian DDC sampai dapat mencapai umurlebih seabad dan banyak pemakainya di dunia, disebabkan karenaDDC secara berkaladitinjau kembali dan diterbitkan edisi barunya. Lembaga yang mengawasi dan mendukungpenerbitan DDC ialah “The Lake Placed Education Foundation” dan “The Library ofCongress” di Amerika Serikat sarana komunikasi diterbitkan “Decimal Classification,adition, notes, decisions” (disingkat DC).Pustakawan Perpustakaan UM, October 09 Page: 4DDC terbit dalam 2 edisi/versi yaitu edisi lengkap dan ringkas. Edisi ringkasdimaksudkan untuk digunakan di perpustakaan yang memiliki
koleksi di bawah 20.000judul. Edisi ringkas ini yang paling banyak digunakan oleh Perpustakaan Sekolah danUmum yang koleksinya masih terbatas.DDC telah digunakan oleh sekitar 135 negara dan diterjemahkan lebih dari 30bahasa, termasuk dalam Bahasa Indonesia dengan judul “Terjemahan RingkasanKlasifikasi Desimal Dewey dan Indeks Relatif”.2. Komponen-komponen DDCDalam klasifikasi Persepuluhan Dewey ini terdapat 3 komponen, yaitu Bagan,indeks Relatif, dan Tabel-tabel. Untuk lebih jelasnya dapat diperhatikan pada uraianberikut ini.a. Bagan (Schedules)Klasifikasi Dewey adalah bagan klasifikasi sistem hirarki yangmenganut prinsip“desimal” untuk membagi semua bidang ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan dibagi kedalam 9 kelas utama, yang diberi kode/lambang angka (selanjutnya disebut notasi). Sepertitelah dijelaskan pada halaman sebelumnya. Dalam DDC ini semakin khusus suatu subyek,semakin panjang notasinya. Karena banyak angka yang ditambahkan pada notasi dasarnya.Pembagiannya dari umum ke khusus.Ada beberapa istilah penting dalam bagan, seperti:1) Summary, yaitu tajuk yang agak terbatas pembagiannya.Contoh dalam subyek Insecta (insecta) 595.7 terdapat “summary”. Pembagian yanglebih rinci untuk masing-masing tajuk yang terdapat dalam ‘summary’ tersebutdiperinci lebih lanjut dalam bagan (lihat bagan hal.925)2) Formerly alsoIstilah ini terdapat dalam kurung siku, yang artinya menunjukkan bahwa subyektersebut notasinya dulu pada .... Misal, pada notasi 297.211 terdapat subyek “Tawhid”[formerly also 297.14]. ini berarti dulu notasinya pada 297.14tetapi sekarang pada297.211 (lihat bagan hal. 229). Istilah Formerly pada
prinsipnya sama dengan Istilahformerly also. Ini berarti terdapat pemindahan lokasi notasi untuk subyek dimaksud.Contoh notasi 003.52 Perception theory [formerly 001.534].Pustakawan Perpustakaan UM, October 09 Page: 53) Class hereMerupakan instruksi yang berarti tempatkan di sini. Hal ini sebagai penuntun untukmenentukan notasi suatu subyek yang mungkin tidak diduga berada di bawah tajuktersebut. Contoh “advertising and public relations” mendapat notasi 659. Di bawahnyadiikuti dengan istilah ‘class here publicity’, ini berarti karya tentang ‘publicity’ditempatkan sama pada subyek Advertising and public relation (lihat bagan hal. 352).4) Relocated toDDC selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, maka kemungkinan terdapatperubahan-perubahan dalam menempatkan notasi untuk suatu subyek sangat besarsekali. Relokasi ini dinyatakan dengan petunjuk formely also dan formerly yangnotasinya ditempatkan dalam tanda kurung siku. Contoh 729[.9] Built-in churchfurniture. Kemudian diikuti dengan instruksi Relocated to 726.529, ini berarti notasi729.9 untuk subyek ‘built-in church furniture’ sekarang sudah tidak digunakan lagi dandipindahkan pada notasi 726.529 (lihat bagan hal.484).5) Centered headingAdakalanya suatu konsep tidak bisa dinyatakan dalam satu notasi, maka dinyatakandalam sederetan notasi. Contoh untuk menyatakan subyek ‘Biography of specificclasses of perseons’ dalam bagan dinyatakan pada notasi 920.1-929.9. Pada kasusseperti ini akan terdapat tanda segitiga(>) mendahului notasi tersebut, (lihat bagan hal.703).6) Optional number, prefer.Merupakan pilihan atau alternatif yang dikehendaki oleh DDC.
Contoh untuk konsep‘riwayat hidup para ahli dalam disiplin ilmu tertentu’, DDC menyarankan agarditempatkan pada subyeknya dengan menambahkan notasi ‘subdivisi standard’ -092dari tabel 1 (lihat ............. 702).7) If preferedIstilah ini merupakan penuntun bagi pemakai DDC bila menghendaki dapat memilihsalah satu alternatif. Contoh untuk konsep ‘bibliografi subyek’ notasinya 016. Bilapemakai DDC menghendaki, dapat menempatkan bibliografi tersebut pada subyeknya.Misal ‘Bibliografi kedokteran’ pada notasi 016.61, tetapi pemakai DDC dapat jugamenempatkan pada notasi 610.61 (lihat bagan hal. 32).Pustakawan Perpustakaan UM, October 09 Page: 68) Acuan “see”Merupakan penuntun untuk mempertimbangkan notasi lain. Contoh subyek ‘rubber’mendapat notasi 678.2, sedang untuk subyek ‘rubber products’ see 678.3 (lihat baganhal. 413)9) Instruksi “Add to”Instruksi ini menyuruh untuk memperluas notasi suatu subyek dengan mengambilpembagian dari subyek lain. Biasanya pada instruksi ini terdapat contohnya. Misal padanotasi 025.218 ‘Collection development ini specific types of institutions’ diikuti denganperintah Add to base number 025.218 the number following 02 in026-027. ContohPengembangan koleksi di perputakaan perguruan tinggi 025.21877. Notasi 77diambilkan dari notasi subyek ‘college and university library’027.7. Bila notasi tersebutdiperinci adalah sebagai berikut: 025.218 notasi dasar ‘Collection development inspecific types of institutions’. 027.7 Collection development in academic libraries’(lihat bagan hal. 41).10) Dan lainnya
b. Indeks Relatif (Relative Index)Untuk membantu mencari notasi suatu subyek dalam DDC terdapat ‘IndeksRelatif’. Pada indeks relatif ini terdaftar sejumlah istilah yang disusun berabjad. Istilahistilahtersebut mengacu ke notasi yang terdapat dalam bagan. Dalam indeks ini didaftarsinonim untuk suatu istilah, hubungan-hubungan dengan subyek lainnya. Bila suatu subyektelah ditemukan dalam indeks relatif, hendaklah ditentukan lebih lanjut aspek dari subyekyang bersangkutan. Cara yang paling cepat untuk menentukan notasi suatu subyek adalahmelalui indeks relatif. Tetapi menentukan notasi hanya melaluidan berdasarkan indeksrelatif saja tidak dapat dibenarkan. Setelah suatu subyek diperoleh notasinya dalam indeksrelatif, harus diadakan pengecekan dengan notasi yang terdapatdalam bagan. Dengandemikian dapat diketahui apakah notasi tersebut betul-betul sesuai dengan karya yangsedang diklasifikasikan.c. Tabel-TabelKecuali pembagian kelas secara desimal dengan notasi yang terdaftar dalam bagan,DDC juga mempunyai sarana lain. Untuk membagi/memperluas subyek lebih lanjut, yaituPustakawan Perpustakaan UM, October 09 Page: 7dengan menyediakan sejumlah tabel pembantu atau auxiliary tables. Notasi pada tabeltabeltersebut hanya dapat digunakan dalam rangkaian dengan notasi yang terdapat dalambagan. Dengan kata lain, notasi yang terdapat dalam tabel tidak pernah berdiri sendiri,selalu dirangkaikan dengan notasi dalam bagan. Dalam klasifikasi DDC edisi 22 terdapat 7tabel pembantu/pelengkap, yakni:1) Tabel 1: Subdivisi Standar (Standard Subdivisions)Bila suatu subyek telah ditemukan notasinya dalam bagan, adakalanya perludicantumkan lebih lanjut notasi tambahan “bentuk” yang diambildari notasi yang terdapat
dalam tabel 1 (standard subdivision, hal.3-24). Tabel 1 ini bertujuan untuk menjelaskanbentuk suatu karya, misalnya -03 adalah bentuk kamus dan ensiklopedi. -05 adalah bentukterbitan berkala atau majalah. Adakalanya juga untuk menjelaskan bentuk penyajianintelektual, misal -01 untuk bentuk penyajian yang bersifat filsafat dan teori, -09 sejarahdan geografi.Dalam bagan terdapat 5 cara untuk penggunaan tabel 1 ini, yakni:a) Tidak ada instruksib) Terdapat dalam bagan (lengkap)c) Terdaftar sebagiand) Ada instruksi penggunaan dua nol (00)e) Instruksi penggunaan tiga nol (000)2) Tabel 2: Wilayah (Geographic Areas, Historical Periods, Persons)Adakalanya suatu subyek perlu dinyatakan aspek geografisnya (wilayah), misal“Angkatan Laut Indonesia”. Dalam hal ini notasi subyek itu perlu ditambahkan notasiwilayah “Indonesia” yang diambilkan dari Tabel 2. Cara penambahan tabel 2 ini aalahsebagai berikut:a) Tidak ada instruksi, dengan menggunakan notasi -09 (aspek geografi dari Tabel 1).b) Ada instruksi, adakalanya dalam bagan terdapat instruksi, biasanya berupa instruksifrom Tabel 2. Kadangkala didahului dengan kata-kata ‘Geographical, treatment,treatment by specific continents, countries”, dan sebagainya. Untuk geografi suatuwilayah. Dalam bagan ini hanya untuk ‘geografi’ suatu wilayah.Misalnya “GeografiJepang, Geografi Indonesia” dan sebagainya. Cara pembentukannya, anka dasarPustakawan Perpustakaan UM, October 09 Page: 8geografi suatu wilayah 91- ditambahkan dengan notasi wilayah yang diambil dari Tabel2.3) Tabel 3: Subdivisi Sastra (Subdivision for Individual
Literatur, for Specific LiteraryForms).Dalam klas 800 (kesusasteraan)dikenal bentuk penyajian khusus yang disebut“subdivisi masing-masing sastra”. Misal bentuk-bentuk sastra, -1 Puisi, -2 Drama, -3 Fiksi,dan sebagainya. Notasi yang terdapat alam Tabel 3 ini hanya dapat ditambahkan padanotasi dasar sastra. Untuk notasi dasar suatu sastra yang berakhiran dengan angka 0 (nol),notasi dasarnya adalah dua angka pertama saja. Notasi dasar sastra Inggris 82 bukan 820,dan seterusnya. Cara penggunaan tabel 3 ini adalah:a) Terdaftar dalam bagan tetapi belum lengkapb) Tidak terdaftar dalam bagan4) Tabel 4: Subdivisi bahasa (Subdivisions of Individual Languages)Dalam 400 (bahasa) dikenal subdivisi khusus bahasa yang disebut “masing bahasa”(Subdivisions of Individual Languages). Notasi yang terdapat dalam tabel 4 ini hanyadapat ditambahkan pada notasi dasar suatu bahasa dalam klas 400. Bila notasi suatu bahasaterdiri dari 3 angka dan berakhiran dengan 0 (nol), notasi dasarnya hanya 2 angka pertama.Misal notasi dasar bahasa Perancis 44- bukan 440, bahasa Itali47- bukan 470. Carapenambahan Tabel 4 ini:a) Terdaftar dalam bagan tetapi belum lengkapb) Belum terdaftar dalam baganc) Kamus dua bahasa. Urutan sitirannya dengan mengutamakan bahasa yang kurangdikenal kemudian tambahkan -3 (dari Tabel 4), menyusul notasi bahasa yang lebihdikenald) Kamus banyak bahasa. Bagi kamus banyak bahasa, yaitu mencakup 3 bahasa atau lebihdimasukkan ke dalam kamus poliglot (polyglot dictionaries).5) Tabel 5: Ras, Etnik, dan Kebangsaan (Racial, Ethnic, National Groups).Adakalanya suatu subyek perlu ditambahkan aspek ras tertentu. Misal -951 Chinese -
992.1 Philipines. Bila suatu subyek telah ditemukan notasinya,lalu tambahkan denganPustakawan Perpustakaan UM, October 09 Page: 9notasi di tabel 5, ini dilakukan bila dirasa perlu untuk memperluas subyek yangbersangkutan.Adapun cara penambahannya, adalah:a) Ada perintahb) Tidak ada perintah. Maka tambahkan notasi -089 (dari Tabel 1) kemudian cantumkannotasi6) Bahasa (Languages)Suatu subyek adakalanya perlu ditambahkan aspek bahasanya. Misal Bibel dalambahasa Belanda. Terjemahan Al-Qur’an dalam bahasa Cina, dan sebagainya. Terlebihdahulu harus ditentukan notasi untuk subyek Bibel dan Al-Qur’an kemudian ditambahkandari notasi bahasa Belanda atau Cina yang diambilkan dari Tabel 6. Cara penggunaanTabel 6 ini adalah:a) Ada perintahb) Tidak ada perintah. Tambahkan notasi -175 (aspek wilayah dimana suatu bahasa sangatdominan, dari Tabel 2). Lalu tambahkan notasi bahasa dari Tabel 6 ini. Contoh untukkarya Bibel di Argentina dalam bahasa Spanyol (bahasa Spanyol sangat dominan diArgentina) mendapat notasi 220.517661.7) Orang (Groups of Persons).Suatu subyek adakalanya perlu diperluas notasinya dengan kelompok orangtertentu, misal ahli kimia, penyandang cacat, dan sebagainya. Untuk itu pada notasi subyekyang bersangkutan dapat diperluas dengan menambahkan notasi yang terapat pada Tabel 7.Penggunaan Tabel 7 ini adalah sebagai berikut:a) Ditambahkan langsungb) Tidak langsung. Tambahkan dengan notasi -088 yang diambil dari Tabel 1.d. Tabel Perluasan Untuk Wilayah IndonesiaPerluasan dari Tabel Wilayah DDC, khusus yang berhubungan
dengan wilayahIndonesia (tabel 2). Buku-buku tentang Indonesia makin hari makin besar jumlahnya.Kebutuhan untuk perluasan/penyesuaian notasi DDC untuk subyek Indonesia sangatdiperlukan, karena untuk membedakan daerah yang dibahas dalam subyek buku. MengenaiPustakawan Perpustakaan UM, October 09 Page: 10ikhtisar pembagian daerah-daerah Indonesia kita menggunakan pedoman yang diterbitkanoleh Pusat Pembinaan Perpustakaan Jl. Merdeka Selatan No. 11 Jakarta, yang disusun olehSub Panitia Standarisasi Perpustakaan, Panitia Teknis Perpustakaan pada Tahun BukuInternasional 1972, dengan judul “Perluasan dan Penyesuaian Notasi untuk Beberapa Seksidalam DDC khusus yang berhubungan dengan Indonesia”.1) Koperasi di Kabupaten Blitar, Nomer klasnya ---- 334.95982471Koperasi ------------------------- 334 (Bagan/Skema DDC)Kab. Blitar ---------------------- 959824712) Kota Pasuruan dalam angka, Nomer klasnya ---- 315.95982482Statistik ----------------------- 315 (Bagan/Skema DDC)Kota Pasuruan --------------- 95982482C. Analisis Subyek (subject analysis)Analisis Subyek adalah suatu kegiatan menganalisa mengenai apaatau tentang apasuatu dokumen (bahan pustaka). Kegiatan analisis subyek merupakan hal yang sangatpenting dan memerlukan kemampuan intelektual, karena di sinilah ditentukan pada subyekapa suatu dokumen ditempatkan. Bila salah atau keliru, akan menimbulkan kesulitan bagipemakai dalam mendapatkan informasi yang dicarinya. Oleh karena itu analisis ini harusdikerjakan secara akurat dan taat-azas (konsisten). Untuk melaksanakan kegiatan analisissubyek, pustakawan harus mengenal jenis konsep dan jenis subyek. Dalam makalah initidak di bahas masalah analisis subyek, analisis subyek dibahas tersendiri dalam makalahtajuk subyek.
D. Penggunaan DDCSetiap petugas perpustakaan yang hendak menggunakan klasifikasi DDC ataumenggolongkan suatu bahan pustaka, perlu melalukan langkah-langkah ini, diantaranya:• Pelajari pola umum bagan klasifikasi, seperti ringkasan pertama (10 kelas utama),ringkasan kedua (divisi), ringkasan ketiga (seksi), dan seterusnya.• Pelajari bagan lengkap secara teratur dan sistematis, agar memperoleh gambaran yanglebih jelas.• Pelajari tabel-tabel pembantu serta petunjuk penggunaannya.• Pahami indeks relatif dan penyusunannya.Pustakawan Perpustakaan UM, October 09 Page: 111. Prinsip Klasifikasi DDC Klasifikasikan bahan pustaka sesuai dengan maksud dan tujuan pengarangnya. Klasifikasikan pada subyek yang lebih spesifik, jangan pada subyek yang luas. Bahan pustaka yang mempunyai 2 subyek, tetapi bobot pembahasannya tidak seimbangklasifikasikan pada subyek yang banyak dibahas. Bahan pustaka yang mempunyai 2 subyek dan keduanya memiliki nilai bobot yangsama dalam pembahasannya, klasifikasikan pada subyek yang pertama diuraikan ataudibahas. Misal “Pengantar sosiologi dan ekonomi”.Rangkuman : Sosiologi / ekonomiSosiologi : Disiplin ilmuEkonomi : Disiplin ilmumaka subyek yang diutamakan adalah sosiologi, karena yang pertama dibahas. Apabila menemukan bahan pustaka yang membahas 3 subyek atau lebih, makaklasifikasikan pada subyek yang lebih luas. Misal “Pelajaran matematika, Kimia, danFisika” klasifikasikan pada nomor 500 (eksakta). Bila menemukan suatu bahan pustaka yang subyeknya belum atau tidak terdapat nomorklasifikasinya, maka klasifikasikan pada nomor yang paling dekat dengan subyek itu
dan tidak diperkenankan membuat nomor baru sendiri.2. Prosedur penentuan notasiSetiap bagan klasifikasi menggunakan sistem simbol untuk menetapkan kelas.Simbol yang berfungsi untuk menunjukkan subyek serta hubungan antar subyek disebutdengan notasi. Biasanya notasi berupa angka atau huruf atau gabungan keduanya yaituangka dan huruf. Contohnya, klasifikasi Persepuluhan Dewey menggunakan angka arab.Sedangkan Library of Congres Classification menggunakan kombinasi antara huruf danangka. Notasi yang menggunakan gabungan, antara angka dan huruf disebut notasicampuran. Notasi haruslah bersifat hirarkis karena harus mencerminkan urutan strukturalsebuah klasifikasi.Dengan sifat herarkis sistem notasi dapat dikembangkan sampai detail sesuaidengan struktur hirarkis suatu disiplin ilmu. Dengan demikian setiap hirarki disiplin ilmudapat diambil notasinya dalam bagan klasifikasi.Pustakawan Perpustakaan UM, October 09 Page: 12Pemilihan nomor klasifikasi yang tepat hendaknya dilakukan melalui indeks relatifkarena dalam indeks tersebut memuat aspek-aspek lengkap yang dimiliki subyek.Kemudian diadakan pengecekan pada bagan. Bila diperlukan bisa dilengkapi dengan tabeltabelpembantu untuk memperluas notasinya.Pemilihan notasi dapat dilakukan melalui indeks atau langsung pada bagan, untuk ituperhatikan uraian berikut ini.a. Melalui indeks relatifIndeks relatif adalah sejumlah tajuk dengan perincian aspek-aspek yang disusunsecara sismatis berikut notasinya untuk memudahkan menentukan tajuk yang tercantumdalam indeks yang tersebar dalam bagan maupun pada tabel-tabelpembantu, langkahlangkahnya: Tentukan subyek bahan pustaka yang hendak diproses melalui analisis subyek.
Carilah subyek itu, berikut aspek-aspeknya dalam indeks. Bila aspek yang dianggap tepat ditemukan, periksa bagan lengkap untuk melihat danmenguji kebenarannya. Teliti tajuk untuk nomor itu, yang memungkinkan ada keterangan dalam bagan.b. Melalui baganBagan atau schedule adalah serangkaian bilangan (nomor kelas) yang disusunmenurut prinsip-prinsip DDC dan memuat semua subyek ilmu pengetahuan secarauniversal. Secara umum Melvin Dewey membagi ilmu pengetahuan dalam 10 kelas utama.Setiap kelas utama dibagi secara desimal menjadi 10 sub divisiyang disebut seksi. Begituseterusnya. Pemilihan notasi langsung pada bagan ini langkah-langkahnya: Tentukan subyek bahan pustaka melalui proses analisis. Tentukan disiplin ilmunya untuk memudahkan penelusuran selanjutnya. Golongkan subyek tersebut pada kelas utama. Periksalah seksi dan subseksinya sampai diperoleh notasi yangtepat.E. PENUTUPMengklasifikasi bahan pustaka dengan menggunakan Skema klasifikasiPersepuluhan Dewey (DDC), perlu pemahaman komponen-komponen yang ada padasistem ini. Jika dapat melakukan analisis subyek dengan tepat sesuai dengan yangdimaksudkan oleh penulis suatu bahan pustaka, dan dapat mengikuti petunjuk yang adaPustakawan Perpustakaan UM, October 09 Page: 13pada bagan klasifikasi diharapkan dapat memperoleh subyek yangtepat dan dapatmendapatkan notasi yang tepat. Sehingga penempatan bahan pustaka di rak jajaran padaposisi yang benar dan proses penelusuran atau pencarian informasi mudah dilakukandengan cepat dan tepat.DAFTAR PUSTAKABafadal, Ibrahim. 2005. Pengelolaan Perpustakaan Sekolah.
Jakarta: Bumi Aksara.Darmono. 2001. Manajemen dan Tata Kerja Perpustakaan Sekolah.Jakarta: GramediaWidasarana Indonesia.Dewey, Melvil. 2003. Decimal Classification and Relatif Index,22th ed.Vol.1-Vol.4.Dublin, Ohio : OCLC Online Computer Library Center, Inc.Hamakonda, Towa dan J.N.B. Tairas. 2002. Pengantar KlasifikasiPersepuluhan Dewey.Jakarta: BPK Gunung Mulya,Juhaeri. 2002. Klasifikasi. Surabaya: Badan Perpustakaan. Makalah disampikan dalamPendidikan dan Pelatihan Penyetaraan Perpustakaan.Miswan. 2003. Klasifikasi dan Katalogisasi: Sebuah Pengantar. Makalah disampaikanpada “Workshop Perpustakaan dan Kearsipan” di STAIN Purwokertopadatanggal 17 Juli 2003.Perpustakaan Nasional RI. [S. a.]. Klasifikasi dan Tajuk Subyek Modul 3: Klasifikasibahan pustaka. http://pusdiklat.pnri.go.id/elearning/klasifikasi/frameset03.html.Download 12 Mei 2006Perpustakaan Nasional RI. 1994. Terjemahan Ringkasan Klasifikasi Desimal Dewey danIndeks Relatif: Disesuaikan dengan DDC 20. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI.Somadikarta, Lili K. 1991. Dasar-dasar Analisis Subyek untuk Pengindeksan SubyekDokumen. Jakarta: JIP-FSUI. (Merupakan saduran dari buku An introduction tosubject indexing: a programmed text/ by A.G. Brown. London, 1976. Vol. 1,section 1 & 2)Sulistyo-Basuki. 1991. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.Sumantri, M.T. 2004. Panduan Penyelengaaan Perpustakaan Sekolah. Bandung: RemajaRosdakarya.Yusup, Pawit M. 2002. Pengantar Klasifikasi Dasar dengan pendekatan teoritis praktis.
Jatinangor: PSIP-FIK Universitas Padjadjaran.Yusup, Pawit M. dan Yaya Suhendar. 2002. Pedoman Penyelenggaraan PerpustakaanSekolah. Jakarta: Media Prenada Media Group.Zen, Zulfikar. 1989. Buku Kerja Dewey Decimal Classification. Jakarta: JIP-FSUI
http://fathurrifan.blogspot.com/2012/09/analisis-bahan-
pustaka.html
Klasifikasi adalah mengelompokkan benda yang memiliki beberapa
ciri yang sama dan memisahkan benda yang tidak sama. Dalam
konteks perpustakaan, klasifikasi adalah kegiatan
mengelompokkan bahan pustaka berdasarkan kesamaan
subyek/topiknya dengan berpedoman pada metode/sistem
tertentu.
Menurut Qolyubi dkk (2003) sistem pengelompokan atau
klasifikasi perpustakaan dapat dibedakan menjadi:
Klasifikasi Artifisial
Klasifikasi artifisial adalah sistem pengelompokkan atau klasifikasi koleksi berdasarkan ciri fisik koleksi, seperti ukuran, warna ataupun data fisik lainnya.
Klasifikasi Fundamental
Klasifikasi fundamental adalahsistem pengelompokkan atau klasifikasi koleksi berdasarkan subjek yang terkandung dalam sebuah koleksi.
Kedua sistem klasifikasi tersebut diaplikasikan dalam kegiatan
pengelolaan perpustakaan. Pengelola perpustakaan akan
mengelompokkan koleksi berdasarkan ciri fisik koleksi, artinya
pengelola perpustakaan mengaplikasikan klasifikasi artifisial.
Selanjutnya, setelah dikelompokkan berdasarkan ciri fisik
koleksi, kemudian koleksi dikelompokkan lagi berdasarkan
subjek dari koleksi. Dengan demikian Koleksi yang memiliki
subjek sama akan saling berdekatan, artinya pengelola
perpustakaan telah menggunakan klasfikasi fundamental dalam
kegiatan klasifikasi.
Dalam kegiatan klasifikasi fundamental, seseorang akan
mengelompokkan koleksi berdasarkan subjek bahan pustaka. Dalam
kegiatan klasifikasi ini ada dua tahapan yang dilakukan yaitu
analisis subjek serta penentuan notasi atau nomor klas subjek.
Berikut ini penjelasan dari masing-masing tahapan.
2.1. Analisis Subjek
Untuk dapat menentukan subjek sebuah koleksi atau bahan
pustaka maka perlu dilakukan proses analisis subjek. Analisis
subjek adalah kegiatan atau proses penentuan subjek atau isi
yang terkandung dalam sebuah koleksi.
Dalam kegiatan analisis subjek ada dua hal penting yang harus
diperhatikan, yaitu jenis konsep dan jenis subjek. Jenis
konsep dibedakan menjadi 3 jenis yaitu :
a. Fenomena
Merupakan masalah yang menjadi bahasan utama di dalam bahan
Pustaka. Fenomena dibedakan menjadi objek konkret dan objek
abstrak. Objek konkret contohnya adalah Perpustakaan,
Komputer. Sedangkan objek abstrak contohnya antara lain budaya
dan agama.
b. Disiplin Ilmu
Merupakan disiplin ilmu utama atau cabang dari disiplin ilmu
utama yang dibahas dalam sebuah bahan pustaka. Disiplin ilmu
diutama disebut juga dengan istilah disiplin ilmu fundamental
dan cabang disiplin ilmu disebut subdisiplin. Misalnya ilmu
sosial maka cabang disiplin ilmu tersebut antara lain
sosiologi, ilmu politik ilmu hukum, administrasi dan lain
sebagainya.
c. Bentuk Penyajian
Merupakan organisasi penyajian subjek dalam bahan pustaka
menurut bentuk fisik, sistematika penyajian dan bentuk
intelektual. Seperti Majalah, Kamus, Ensiklopedi, Direktori,
Statistik.
Untuk jenis subjek dibedakan ke dalam empat jenis. Keempat
jenis subjek tersebut adalah:
a. Subjek Dasar
Adalah jenis subjek bahan pustaka yang terdiri dari satu
disiplin ilmu. Misalnya politik, pendidikan, ekonomi dan lain-
lain.
b. Subjek Sederhana
Adalah subyek bahan pustaka terdiri dari satu faset pembagian
dari satu disiplin ilmu, Misalnya pendidikan dasar
c. Subjek majemuk
Adalah jenis subyek bahan pustaka terdiri dari lebih satu
faset pembagian dari disiplin ilmu. Misalnya Pendidikan Dasar
di Indonesia
d. Subjek Kompleks
Adalah jenis subjek suatu bahan pustaka yang terdiri dua
subjek atau lebih yang saling berinteraksi dari satu disiplin
ilmu atau lebih, contoh pengaruh narkoba terhadap kenakalan
remaja.
Hasil analisis subjek adalah deskripsi tentang subjek sebuah
koleksi. Untuk melakukan proses analisis subjek sehingga
menghasilkan deskripsi subjek sebuah koleksi, dilakukan dengan
cara:
a. Membaca judul dari bahan pustaka, jika dirasa bahwa judul
telah merefleksikan subjek sebuah buku
b. Membaca halaman sebalik halaman judul (halaman verso). Di
dalam halaman judul terdapat katalog dalam terbitan yang dapat
menampilkan subjek dari sebuah bahan pustaka
c. Membaca daftar isi jika dengan membaca judul dan halaman
kolofon belum diketaui subjek dari sebuah koleksi.
d. Membaca kata pengantar dari sebuah koleksi
e. Membaca ringkasan buku yang biasanya terdapat pada halaman
belakang buku.
f. Membaca buku secara keseluruhan jika dengan melakukan
berbagai instruksi di atas belum ditemukan subjek dari koleksi
tersebut.
g. Menggunakan sumber-sumber lain seperti bibliografi, kamus.
h. Bertanya kepada subjek spesialis jika semua langkah telah
dilakukan belum mampu menentukan subjek dari sebuah koleksi.
2.2. Menentukan Notasi atau Nomor Klas
Notasi atau nomor klas dapat diartikan sebagai simbol atau
kode yang mewakili sebuah subjek bahan pustaka dalam bagan
klasifikasi. Notasi dapat berupa huruf, angka bahkan warna.
Namun diantara ketiga jenis notasi tersebut, angka merupakan
jenis notasi yang banyak digunakan oleh perpustakaan. Motivasi
perpustakaan memanfaatkan angka sebagai notasi salah satunya
karena notasi angka memiliki bagan yang berlaku secara
internasional seperti Dewey Decimal Classification, Universal Decimal
Classification dan Library of Conggress.
Berikut ini adalah penjelasan tentang ketiga jenis notasi yang
dapat digunakan oleh perpustakaan:
a. Warna
Apabila perpustakaan akan menggunakan warna sebagai identitas
klasifikasi maka subjek dari koleksi diwakili oleh satu jenis
warna untuk setiap subjeknya. Misalnya warna putih untuk
subjek karya umum, merah untuk ilmu sosial, biru untuk subjek
ilmu terapan dan seterusnya. Akan tetapi notasi warna ini
memiliki beberapa kelemahan yaitu terbatasnya jumlah warna
padahal subjek ilmu terus bertambah, selain itu klasifikasi
warna tidak optimal keberadaannya jika digunakan untuk yang
memiliki masalah dengan buta warna.
b. HurufPada prinsipnya penggunaan abjad sebagai notasi hampir sama
dengan penggunaan warna dalam sistem klasifikasi, dimana
setiap abjad mewakili subjek tertentu. Misalnya huruf A
mewakili subjek pengetahuan umum, B mewakili subjek filsafat,
C mewakili subjek agama dan seterusnya.
Dalam penggunaan sistem abjad dapat juga digunakan inisial
atau singkatan dari sebuah subjek. Misalnya peu untuk subjek
pengetahuan umum, Fil untuk subjek filsafat, slg untuk subjek
sosiologi, pol untuk subjek politik dan masih banyak lagi.
c. Angka atau nomor klasifikasi.
Jenis notasi yang terakhir adalah notasi dengan menggunakan
angka. Notasi angka diperoleh dari sistem klasifikas yang ada.
Saat ini ada berberapa sistem klasifikasi yang familiar
digunakan di Indonesia. Sistem tersebut antara lain Dewey
Decimal Classification (DDC), Universal Decimal Classification (UDC), Library of
Conggress (LC) dan Colon Classification. Disini hanya akan dijelaskan
satu sistem klasifikasi yaitu DDC karena sistem klasifikasi
ini adalah sistem klasifikasi yang paling banyak digunakan.
Dewey Decimal Classification atau DDC merupakan salah satu sistem
klasifikasi yang familiar digunakan oleh banyak perpustakaan
di Tanah Air. Sistem ini menyangkut seluruh subjek ilmu
pengetahuan yang disusun secara sistematis dan teratur.
Pembagian ilmu (subjek ilmu pengetahuan) dimulai dari subjek
yang bersifat umum menuju subjek bersifat khusus.
Pembagian subjek dalam sistem ini dimulai dari subjek besar
atau umum yang disebut dengan kelas utama, kemudian diperinci
menjadi divisi, selanjutnya divisi diperinci menjadi sub
divisi dan lebih rinci lagi menjadi tabel lengkap. Contohnya
adalah sebagai berikut
Sepuluh kelas utama dalam DDC terdiri dari:- 000 untuk karya umum- 100 untuk filsafat dan psikologi- 200 untuk agama- 300 untuk ilmu sosial- 400 untuk bahasa- 500 untuk ilmu murni (sains)- 600 untuk teknologi/ilmu terapan- 700 untuk kesenian dan olahraga- 800 untuk kesusastraan- 900 untuk sejarah dan geografi
Divisi atau ringkasan ke II- 300 untuk ilmu sosial
- 310 untuk statistik- 320 untuk ilmu politik- 330 untuk ekonomi- 340 untuk hukum- 350 untuk administrasi publik, ilmu kemiliteran- 360 untuk masalah dan jasa sosial- 370 untuk pendidikan- 380 untuk perdagangan, komunikasi dan perhubungan- 390 untuk adat istiadat, etiket dan folklor
Subdivisi atau ringkasan ke III- 370 untuk Pendidikan- 371 untuk Pendidikan secara umum- 372 untuk Pendidikan dasar- 373 untuk Pendidikan menengah- 374 untuk Pendidikan dewasa- 375 untuk Kurikulum- 376 untuk Pendidikan wanita- 377 untuk Sekolah dan agama- 378 untuk Pendidikan tinggi- 379 untuk Pendidikan dan negara
DDC terdiri dari beberapa unsur-unsur pokok. Unsur-unsur
tersebut antara lain sistematika, notasi, indeks relatif dan
tabel pembantu. Berikut ini penjelasan dari masing-masing
unsur tersebut
a. Sistematika
Berupa bagan yang berisi pembagian ilmu didasarkan pada
prinsip-prinsip tertentu.
b. Notasi
adalah angka yang mewakili subjek-subjek tertentu. Angka dalam
notasi DDC mewakili sebuah subjek. Angka atau notasi juga
disebut dengan nomor
c. Indeks relatif
Adalah sejumlah tajuk subjek yang disertai rincian aspek-
aspeknya dan disusun secara alfabetis lengkap dengan nomor
klasifikasi
d. Tabel Pembantu
Merupakan notasi khusus yang digunakan untuk menyatakan aspek
tertentu. Tabel pembantu yang ada dalam DDC terdiri dari:
Tabel 1: Subdivisi standar
Tabel 2: Wilayah
Tabel 3: Subdivisi sastra
Tabel 4: Subdivisi bahasa
Tabel 5: Ras, etnik, kebangsaan
Tabel 6: Bangsa dan etnis
Tabel 7: Bahasa
Setelah pengetahui unsur-unsur DDC lalu bagaimana memanfaatkan
atau cara menggunakan sistem klasifikasi ini sehingga mampu
menentukan nomor klasifikasi yang benar. Langkah-langkah
menggunakan DDC adalah sebagai berikut:
a. Lakukan Anasis subjek
Langkah pertama yang dilakukan untuk dapat menggunakan DDC
adalah dengan menuntukan subjek koleksi dengan melakukan
analisis subjek. Analisis subjek dilakukan dengan membaca
judul, halaman judul, kata pengantar, daftar isi, isi buku dan
kesimpulan. Perhatikan hasil analisis subjek, apakah subjek
tersebut termasuk dalam kategori subjek dasar, subjek
sederhana, subjek majemuk dan subjek kompleks .
b. Gunakan Indeks relatif untuk mencari nomor klasifikasi
dengan cepat
Setelah menemukan subjek koleksi, selanjutnya cari nomor
klasifikasi subjek dengan bantuan indeks relatif. Indeks
relatif akan membantu menemukan nomor klasifikasi secara cepat
karena indeks relatif menyusun subjek (tajuk subjek) urut
alfabetis.
c. Periksa bagan klasifikasi
Setelah menemukan nomor klasifikasi subjek pada indeks relatif
selanjutnya periksa nomor tersebut pada bagan klasifikasi
untuk memastikan bahwa nomor klasifikasi yang diperoleh tepat.
Perhatikan juga instruksi yang ditampilkan pada bagan. Apabila
tidak ada instruksi maka silahkan gunakan nomor tersebut untuk
subjek yang telah anda tentukan dalam proses analisis subjek
Setelah melakukan klasifikasi deskriptif (analisis subjek dan
menentukan notasi) sehingga diperoleh notasi yang mewakili
subjek ilmu sebuah koleksi, selanjutnya hasil notasi tersebut
(baik warna, huruf ataupun angka) diletakkan dibagian paling
atas dari nomor panggil atau call number. Nomor panggil minimal
terdiri dari 3 bagian, yaitu notasi, tiga huruf pertama nama
pengarang (entri utama) dan satu hurup pertama judul. Nomor
panggil diletakkan dipunggung koleksi atau buku dan menjadi
alat identifikasi koleksi di jajaran rak koleksi. Selain itu
nomor panggil juga diletakkan dalam kartu katalog yang
berfungsi sebagai wakil dokumen yang memungkinkan penguna
perpustakaan menemukan koleksi yang dibutuhkan secara cepat
dan tepat.
- See more at: http://pujihastuti.blogspot.com/2012/07/klasifikasi-bahan-pustaka.html#sthash.LYDNeK9x.dpuf
Cara Menulis Kutipan dan Sumber Kutipan30 Comments Posted by Achmad Sundoro on April 18, 2013
Aturan penulisan kutipan dan sumber kutipan yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah di lingkungan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) adalah menggunakan sistem Harvard sebagai berikut:
1. Kutipan ditulis dengan menggunakan “dua tanda petik” jika kutipan ini merupakan kutipan pertama atau dikutip dari penulisnya. Jika kutipan itu diambil dari kutipan, maka kutipan tersebut ditulis dengan menggunakan ‘satu tanda petik’.
2. Jika kalimat yang dikutip terdiri atas tiga baris atau kurang, maka kutipan ditulis dengan menggunakan tanda petik (sesuai ketentuan pertama) dan penulisannya digabung ke dalam paragraf yang ditulis oleh pengutip dan diketik dengan jarak spasi sesuai teknik pengetikan (dua spasi).Contoh:Salah satu dimensi kehidupan afektif-emosional ialah kemampuanmemberi dan menerima cinta, bukan cinta dalam arti yang penuh romantik atau memberikan perlindungan yang berlebihan, melainkan cinta dalam arti “… a relationship that nourish us as we give, and enrich us as we spend, and permits ego and alter ego to grow in mutual harmony” (Cole, 1993: 832).
3. Jika kalimat yang dikutip terdiri atas empat baris atau lebih, maka kutipan ditulis tanpa tanda kutip dan diketik dengan jarak baris satu spasi. Baris pertama diketik mulai pada pukulan keenam dan baris kedua diketik mulai pukulan keempat.Contoh:
4. Jika bagian dari yang dikutip ada bagian yang dihilangkan, maka penulisan bagian itu diganti dengan tiga buah titik. Contoh penulisannya dapat dilihat pada butir kedua di atas.
5. Penulisan sumber kutipan ada beberapa alternatif, yaitu:
a. Jika sumber kutipan ditulis sebelum kutipan, cara penulisannya adalah nama penulis diikuti dengan tahun penerbitan dan halaman yang dikutip yang keduanya diletakkan di dalam kurung.Contoh:Sebagaimana dikemukakan oleh Stenberg (1984: 41) bahwa “In Piaget’s theory, children’s intelectual functioning is represented in term of symbolic logic”.
b. Jika sumber kutipan ditulis setelah kutipan, maka cara penulisannya adalah nama penulis, tahun penerbitan, dan halaman yang dikutip semuanya diletakkan di dalam kurung. Contoh cara penulisan ini dapat dilihat pada butir kedua di atas.
c. Jika sumber kutipan merujuk sumber lain, maka sumber kutipan yang ditulis tetap sumber kutipan yang digunakan pengutip tetapi dengan menyebut siapa yang mengemukakan pendapat tersebut. Dengan kata lain, saat kita merujuk pada sumber A, sedangkan A sendiri merujuk sumber B (sumber asli/buku asli) maka penulisannya tetap menyebut sumber asli (B) tetapi sumber A juga disebut.
Contoh: Achmad membuat skripsi tahun 2007 dengan di dalamnya ada pendapat Hamalik dari bukunya (Hamalik) tahun 1986 tentang
media pembelajaran halaman 21 (di skripsi), maka penulisan kutipannya adalah:
Hamalik (dalam Achmad, 2007: 21) mengemukakan bahwa ‘definisi media pembelajaran adalah … ‘.
d. Jika penulis terdiri atas dua orang, maka nama keluarga kedua penulis harus disebutkan. Misalnya Sharp and Green (1996: 1). Jika penulisnya lebih dari dua orang, maka yang disebutkan nama keluarga penulis pertama dan diikuti oleh et al. misalnya, Clelland et al.(1960: 35). Perhatikan titik setelah al. adalah sebagai singkatan dari ally dan kedua kata itu ditulis dengan huruf miring.
e. Jika suatu bahasan dibahas oleh beberapa orang dalam sumberyang berbeda, maka contoh penulisan sumber kutipannya adalah sebagai berikut:
Beberapa studi tentang anak-anak yang mengalami kesulitan belajar (Dunkey, 1972; Miggs, 1976; Parmenter, 1976) menunjukkan bahwa … (tulis intisari rumusan yang dipadukan dari ketiga sumber tersebut).
f. Jika sumber kutipan itu adalah beberapa karya tulis dari penulis yang sama dan pada tahun yang sama, maka cara penulisannya adalah dengan menambah huruf a, b, dan seterusnyasetelah tahun penerbitan.Contoh: (Bray, 1998a, 1998b,)
g. Jika sumber kutipan tidak mencantumkan nama penulis (tanpa nama), maka contoh penulisannya adalah: (Tn. 1972: 18).
h. Jika yang diutarakan pokok-pokok pikiran seorang penulis, maka tidak perlu ada kutipan langsung, cukup dengan menyebut sumbernya.
Catatan:Model kutipan TIDAK MENGENAL adanya catatan kaki untuk sumber dengan berbagai istilah seperti ibid, op.cit., loc.cit. vide dan seterusnya. Catatan kaki hanya diperbolehkan untuk memberikan penjelasan tambahan terhadap suatu istilah yang ada pada teks yang tidak mungkin ditulis pada teks karena akan mengganggu