9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teoritis 1. Bahan Ajar ...

18
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teoritis 1. Bahan Ajar Bahan ajar merupakan segala bahan (baik informasi, alat maupun teks) yang disusun secara sistematis, yang menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai peserta didik dan digunakan dalam proses pembelajaran dengan tujuan perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran, misalnya buku pelajaran, modul, handout, LKS, model atau maket, bahan ajar audio, bahan ajar interaktif dan sebagainya. 13 Bahan ajar adalah suatu bentuk bahan baik tertulis maupun tidak tertulis yang digunakan untuk membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. 14 Sebuah bahan ajar setidaknya mencakup petunjuk belajar (petunjuk siswa/guru, kompetensi yang akan dicapai, informasi pendukung, latihan-latihan, petunjuk kerja dan evaluasi). 15 Tujuan penyusunan bahan ajar, yakni: a. Menyediakan bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dengan mempertimbangkan kebutuhan peserta didik, sekolah, dan daerah b. Membantu peserta didik dalam memperoleh alternatif bahan ajar c. Memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran 13 Nurul Zuriah, Op.Cit., hal. 40. 14 Abdul Majid, Pendidikan Karakter Perspektif Islam (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), hal. 173. 15 Ibid, hal. 174.

Transcript of 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teoritis 1. Bahan Ajar ...

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teoritis

1. Bahan Ajar

Bahan ajar merupakan segala bahan (baik informasi, alat maupun

teks) yang disusun secara sistematis, yang menampilkan sosok utuh dari

kompetensi yang akan dikuasai peserta didik dan digunakan dalam proses

pembelajaran dengan tujuan perencanaan dan penelaahan implementasi

pembelajaran, misalnya buku pelajaran, modul, handout, LKS, model atau

maket, bahan ajar audio, bahan ajar interaktif dan sebagainya.13

Bahan ajar

adalah suatu bentuk bahan baik tertulis maupun tidak tertulis yang

digunakan untuk membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar

mengajar.14

Sebuah bahan ajar setidaknya mencakup petunjuk belajar

(petunjuk siswa/guru, kompetensi yang akan dicapai, informasi

pendukung, latihan-latihan, petunjuk kerja dan evaluasi).15

Tujuan

penyusunan bahan ajar, yakni:

a. Menyediakan bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum

dengan mempertimbangkan kebutuhan peserta didik, sekolah, dan

daerah

b. Membantu peserta didik dalam memperoleh alternatif bahan ajar

c. Memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran

13

Nurul Zuriah, Op.Cit., hal. 40. 14

Abdul Majid, Pendidikan Karakter Perspektif Islam (Bandung: Remaja Rosdakarya,

2012), hal. 173. 15

Ibid, hal. 174.

10

Bahan ajar merupakan bagian penting dalam pelaksanaan pendidikan

di sekolah. Melalui bahan ajar guru akan lebih mudah dalam

melaksanakan pembelajaran dan siswa akan lebih terbantu dan mudah

dalam belajar. Bahan ajar dapat dibuat dalam berbagai bentuk sesuai

dengan kebutuhan dan karakteristik materi ajar yang akan disajikan. Bahan

ajar harus mencakup petunjuk belajar (petunjuk siswa/guru), kompetensi

yang akan dicapai, content atau isi materi pembelajaran, informasi

pendukung, latihan-latihan, petunjuk kerja (dapat berupa lembar kerja),

evaluasi, respon atau balikan terhadap hasil evaluasi.16

2. Penelitian Kombinasi (Mixed Methods)

Mixed methods merupakan suatu langkah penelitian dengan

menggabungkan dua bentuk penelitian yang sudah ada sebelumnya yaitu

penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif.17

Mixed methods research

juga disebut sebagai sebuah metodologi yang memberikan asumsi filosofis

dalam menunjukkan arah atau memberi petunjuk cara pengumpulan data

dan menganalisis data serta perpaduan pendekatan kuantitatif dan kualitatif

melalui beberapa fase proses penelitian.18

Metode penelitian kombinasi

(mixed methods) adalah suatu metode penelitian yang mengkombinasikan

atau menggabungkan antara metode kuantitatif dengan metode kualitatif

untuk digunakan secara bersama-sama dalam suatu kegiatan penelitian

16

Panduan Pengembangan Bahan Ajar, Departemen Pendidikan Nasional Direktorat

Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat pembinaan Sekolah Menengah

Atas (Jakarta: 2008), hal. 8. 17

Titin Ariska Sirnayatin. Membangun Karakter Bangsa Melalui Pembelajaran Sejarah.

Universitas Pendidikan Indonesia (Bandung: UPI, 2013), hal. 49. 18

Creswell, John W, Research Design; Pendekatan Kualitatif, Kuantatif dan Mixed

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014), hal. 14.

11

sehingga diperoleh data yang lebih komprehensif, valid, reliable, dan

obyektif.19

Menurut McMillan dan Schumacher ada tiga tipe desain mixed

method (penelitian campuran), yakni desain triangulasi (triangulation

design), desain eksplanatori (explanatory design), dan desain eksplorasi

(exploratory design).

a. Desain triangulasi (triangulation design)

Desain triangulasi adalah desain penelitian yang

menggunakan analisis kuantitatif dan kualitatif secara bersamaan

untuk membahas topik yang sama. Jadi model triangulasi ini data

dikumpulkan dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif dalam

waktu yang bersamaan, model ini digunakan untuk menutupi

kelemahan masing-masing pendekatan sehingga pelaksanaannya

data dikumpulkan dan dianalisis secara menyeluruh.

b. Desain eksplanatori (explanatory design)

Desain ekplanatori adalah desain mixed methods yang

dilakukan dalam dua tahap penelitian, yakni pengumpulan data

dengan kuantitatif, analisis data kuantitatif, merumuskan hasil data

kuantitatif, dilanjutkan dengan pengumpulan data, analisis dan

merumuskan hasil data kualitatif, baru terakhir menginterpretasikan

hasil penelitian. Oleh karena penelitian dimulai dengan

pengumpulan, analisis dan merumuskan hasil penelitian kuantitatif,

19

Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods) (Bandung: Alfabeta, 2012),

hal. 7.

12

maka kedudukan data kualitatif adalah untuk membantu

menjelaskan hasil analisis data kuantitatif.

c. Desain eksploratori (exploratory design)

Pada desain eksploratori, penelitian dengan dua tahap

pertama studi kualitatif, yakni studi untuk mentes hasil studi

kualitatif. Oleh karena penelitian dengan menggunakan desain

eksploratori dimulai dengan studi kualitatif, maka penelitian ini

tidak berangkat dari satu teori, akan tetapi berangkat dari

ketidaktahuan.20

3. Bunga Rosella

Gambar II. 1. Bunga Rosella

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Subdivisi : Angiospermae

Class : Dicotyledonae

Bangsa : Malvales

Family : Malvaceae

Genus : Hibiscus Linn

Spesies : Hibiscus sabdariffa Linn

20

Wina Sanjaya, Penelitian Pendidikan (Jakarta: Prenada Media Grup, 2014), hal. 50.

13

Rosela berbentuk bulat telur, pertulangan menjari, ujung tumpul,

tepi bergerigi dan pangkal berlekuk. Panjang daun 6-15 cm dan lebarnya

5-8 cm. Tangkai daun bulat berwarna hijau dengan panjang 4-7 cm. Bunga

rosela yang keluar dari ketiak daun merupakan bunga tunggal. Bunga ini

mempunyai 8-11 helai kelopak yang berbulu, panjangnya 1 cm,

pangkalnya saling berlekatan dan berwarna merah. Mahkota bunga

berbentuk corong, terdiri dari 5 helaian, panjangnya 3-5 cm. Tangkai sari

yang merupakan tempat melekatnya kumpulan benangsari berukuran

pendek dan tebal, panjang dan lebarbya sekitar 5 mm. Putiknya berbentuk

tabung, berwarna kuning atau merah.21

Warna merah pada kelopak bunganya disebabkan oleh kandungan

antosianin Antosianin merupakan pigmen alami yang aman digunakan

karena tidak mengandung logam berat. Antosianin mudah larut dalam

pelarut yang polar dan membentuk zat warna. Dalam suasan asam

berwarna merah dan lebih stabil, dalam suasana basa berwarna biru.22

Antosianin berasal dari bahasa Yunani yaitu antho berarti bunga, dan

kyanos berarti biru. Senyawa ini tergolong pigmen dan pembentuk warna

pada tanaman yang ditentukan oleh pH dari lingkungannya. Senyawa

paling umum adalah sianidin, sianidin yang terbentuk sekitar 80% dari

pigmen daun tumbuhan, 69% dari buah-buahan dan 50% dari bunga.23

21

http://www. Klasifikasi Dan Morfologi Rosella (Hibiscus Sabdariffa L) - Kumpulan

Materi Pengetahuan Umum.htm 22

Siti Marwati, Aplikasi Beberapa Bunga Berwarna Sebagai Indikator Alami Titrasi

Asam Basa, Penelitian Pendidikan FMIPA UNY (Yogyakarta: 2010), hal. 2. 23

Siti Marwati, Op.Cit., hal. 2.

14

4. Buah Pinang

Gambar II.2 Buah Pinang Muda

Divisi : Plantae

Kelas : Monokotil

Ordo : Arecales

Famili : Araceae atau palmae (palem-paleman)

Genus : Areca

Species : Areca catheu

Pinang (areca catechu) merupakan tanaman yang sekeluarga dengan

kelapa. Salah satu jenis tumbuhan monokotil ini tergolong palem-paleman.

Pinang umumnya ditanam di pekarangan, di taman atau dibudidayakan.

Kadang tumbuh liar di tepi sungai dan di tempat-tempat lain. Pohon

Pinang tumbuh tegak dan tingginya 10-30 m, diameternya 15-20 cm dan

batangnya tidak bercabang. Pinang asli dari kawasan asia tenggara yaitu

Filipina, Semenanjung Malaka dan Kepulauan Hindia Timur. Sekitar 24

jenis dapat dijumpai di malaysia, Kalimantan dan Sulawesi. Konon, selain

untuk bahan makanan, biji Pinang pun digunakan sebagai bahan pewarna

pada pembuatan karpet, obat-obatan tradisional, minuman dan lain-lain.

15

Pinang (Areca catechu L.) terutama pada bagian biji merupakan

salah satu tambuhan yang dapat digunakan sebagai pewarna. Pemanfaatan

Pinang untuk konsumsi dalam negeri masih sedikit. Selama ini, Pinang

digunakan sebagai ramuan yang dimakan bersama sirih yang menjadi

kebiasaan turun temurun pada beberapa daerah tertentu di Indonesia.

Selain itu, Pinang digunakan sebagai obat tradisional. Penggunaannya

sebagai pewarna telah digunakan bersama gambir menghasilkan warna

soga pada batik. Pinang mengandung senyawa golongan polifenol, yaitu

flavonoid dan tannin, senyawa inilah yang mnghasilkan warna pada biji

Pinang.24

5. Buah Senduduk

Gambar II.3 Buah Senduduk

Kingdom : Plantae–Tumbuhan

Divisi : Spermatophyta

Sub Divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Suku : Melastomaceae

Marga : Melastoma

Jenis : Melastoma polyanthum Bl

24

Mohammad Zaki, dkk, Pengembangan Formulasi Dan Uji Evaluasi Fisik Sediaan

Pewarna Rambut Ekstrak Biji Pinang (Areca Catechu L.) Sebagai Pewarna Alami. STIFAR

Muhamadiyah Tangerang (Tangerang: 2015), hal.36

16

Senduduk merupakan sejenis tumbuhan renek yang biasanya

dijumpai tumbuh liar dikawasan semak samun dan belukar. Tumbuhan ini

merupakan jenis yang mudah ditemui di areal terbuka dan terkadang

tumbuh menutupi tepian hutan bahkan menjadi gulma. Tumbuhan ini juga

menyukai tempat yang lembab dan tanah yang mempunyai kandungan

humus yang tinggi. Permukaan daun berwarna hijau berkilat dan daunnya

berbentuk bujur. Daunnya lebar dan meruncing dibagian ujung. Urat daun

kecil dan banyak serta membentuk petak diatas daun. Bunganya muncul

dalam bentuk jambak dihujung ranting. Bunga yang biasa dijumpai

berwarna putih atau merah jambu samar. Senduduk dengan ukuran kecil

dan mengelompok. Buah muda berwana hijau dan buah yang masak

berwarna keunguan.

Pada uji pendahuluan buah Senduduk memberikan hasil positif

terhadap senyawa flavonoid. Pigmen ini berperan terhadap timbulnya

warna merah hingga biru pada beberapa bunga, buah dan daun. Umumnya,

semua bagian tanaman Senduduk memiliki khasiat yang dapat

menyembuhkan atau mengobati penyakit tertentu.

6. Kunyit

Kunyit atau kunir (Curcuma domestica Vahl) adalah termasuk salah

satu tanaman rempah dan obat asli dari wilayah Asia. Khasiat atau manfaat

dari tanaman Kunyit baik sebagai pelengkap bumbu masakan, jamu/obat-

obatan atau untuk menjaga kesehatan dan kecantikan. Tetapi dapat juga

dimanfaatkan sebagai zat pewarna, seperti zat pewarna dalam makanan

17

maupun dalam pewarna kerajinan kain tenun. Zat warna kurkumin

merupakan komponen aktif dari Kunyit yang berperan untuk warna

kuning.25

Gambar II.4 Kunyit

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Subdivisio : Angiospermae

Bangsa : Zingiberales

Suku : Zingiberaceae

Marga : Curcuma

Jenis : Curcuma domestica Vahl

Rimpang Kunyit mengandung 28% glukosa, 12% fruktosa, 8%

protein, vitamin C dan mineral kandungan kalium dalam rimpang Kunyit

cukup tinggi, 1,3-5,5% minyak atsiri yang terdiri 60% keton seskuiterpen,

25% zingiberina dan 25% kurkumin berserta turunannya.26

7. Asam dan Basa

Istilah asam berasal dari bahasa Latin acetum yang berarti cuka.

Istilah basa berasal dari bahasa Arab yang berarti abu. Sudah diketahui

25

Fachry A.R. dkk, Ekstraksi Senyawa Kurkuminoid Dari Kunyit (Curcuma Longa Linn)

Sebagai Zat Pewarna Kuning Pada Proses Pembuatan Cat. Jurnal Teknik Kimia, Universitas

Sriwijaya(Palembang: 2013), hal. 10. 26

Hertik Dwi, Pengaruh Pelarut Yang Digunakan Terhadap Optimasi Ekstraksi

Kurkumin Pada Kunyit (Curcuma Domestica Vahl.) (Surakarta: 2010), hal. 3.

18

paling tidak selama tiga abad bahwa hasil reaksi antara asam dan basa

adalah garam.

Teori-teori yang mencoba menerangkan sifat-sifat asam basa

merupakan suatu babak yang penting di dalam sejarah ilmu kimia.

Lavoiser (1777) menyatakan bahwa semua asam selalu mengandung suatu

unsur dasar yaitu oksigen (nama oksigen diajukan oleh Lavoiser, diambil

dari bhasa Yunani yang berarti “pembentukan asam”). Davy (1810)

menunjukkan bahwa asam muriatat (asam hidroklorida) hanya

mengandung hidrogen dan klor, tidak mengandung oksigen dan dengan itu

menetapkan bahwa hidrogenlah bukan oksigen yang menjadi unsur dasar

di dalam asam.27

Asam:

a. Asam memiliki rasa masam misalnya, cuka yang mempunyai rasa

dari asetat, lemon yang mengandung asam sitrat.

b. Asam menyebabkan perubahan warna lakmus dari biru menjadi

merah.

c. Larutan asam dalam air menghantarkan arus listrik.

Basa:

a. Basa yang memiliki rasa pahit.

b. Basa terasa licin misalnya, sabun yang mengandung basa

memiliki sifat ini.

27

Ralph H. Petrucci (diterjemahkan oleh seminar), Kimia Dasar Prinsip dan Terapan

Modern (Jakarta: Erlangga, 1987), hal. 260.

19

c. Basa menyebabkan perubahan warna pada zat tumbuhan;

misalnya, mengubah warna lakmus dari merah menjadi biru.

d. Larutan basa dalam air menghantarkan arus listrik.28

8. Identifikasi Asam Basa

Untuk mengetahui suatu larutan bersifat asam, basa, dan netral dapat

dilakukan dengan cara yaitu:

a. Identifikasi larutan dengan indikator universal

Indikator universal adalah indikator pH yang menunjukkan

beberapa perubahan warna yang halus pada rentang pH antara 1-14

untuk menunjukkan keasaman atau kebasaan larutan. Suatu indikator

universal ada yang berupa larutan dan ada yang berupa kertas, biasanya

terdiri dari air, 1-propanol, garam natrium fenolftalein, natrium

hidroksida, metil merah, garam mononatrium bromotimol biru, dan

garam mononatrium timol biru.

Gambar II.5 Warna yang Menandakan pH Larutan

28

Raymond Chang, Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti (edisi ketiga, jilid 1),( Jakarta:

Erlangga, 2004), hal. 96.

20

Cara menggunakan indikator universal adalah:

a. Mencelupkan kertas indikator universal dalam larutan yang akan

diselidiki pHnya atau menambahkan atau menambahkan

beberapa tetes indikator universal dalam larutan yang diselidiki

pHnya.

b. Mengamati perubahan warna dan membandingkan dengan

warna standar.

Gambar II.6 Indikator pH Universal

b. Identifikasi larutan dengan indikator alami

Indikator alami merupakan bahan alam yang dapat dibuat dari

bagian tanaman yang berwarna, misalnya kelopak bunga, akar, batang,

dan daun.29

Indikator alami yang biasa digunakan untuk pengujian asam

basa adalah bunga-bungaan, umbi, kulit buah, dan daun yang berwarna.

Indikator alami dapat berubah warna dalam larutan yang bersifat asam,

basa, atau netral. Perubahan warna indikator bergantung pada warna

jenis tanamannya.

29

Cita Indira, Pembuatan Indikator Asam Basa Karamunting (Kalimantan Tengah:

2015), hal. 1.

21

Gambar II.7 Ekstrak Indikator Alami

9. Ekstraksi Maserasi

Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya

dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Maserasi berasal dari bahasa

Latin macerace yang artinya merendam. Cara ini merupakan salah satu

cara ekstraksi dengan cara mengekstraksi bahan nabati yaitu direndam

menggunakan pelarut bukan air (pelarut nonpolar) atau setengah air,

misalnya etanol encer beberapa waktu tertentu. Maserasi adalah salah satu

jenis metode ekstraksi dengan sistem tanpa pemanasan atau dikenal

dengan istilah ekstraksi dingin, sehingga maserasi merupakan teknik

ekstraksi yang dapat digunakan untuk senyawa yang tidak tahan panas

ataupun tahan panas.

Prinsip maserasi adalah pengikatan atau pelarutan zat aktif

berdasarkan sifat kelarutannya dalam suatu pelarut (like dissolved like),

penyarian zataktif dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia

dalam cairan penyari yang sesuai selama beberapa waktu pada temperatur

kamar, terlindung dari cahaya, cairan penyari akan masuk ke dalam sel

melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan

konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel.

22

Maserasi dapat dilakukan modifikasi misalnya:

a. Digesti

Digesti adalah cara maserasi dengan menggunakan

pemanasan lemah, yaitu pada suhu 40-50oC. Cara maserasi ini

hanya dapat dilakukan untuk simplisia yang zat aktifnya tahan

terhadap pemanasan.

b. Maserasi dengan mesin pengaduk

Penggunaan mesin pengaduk yang berputar terus menerus,

waktu proses maserasi dapat dipersingkat menjadi 6 sampai 24 jam.

c. Remaserasi

Cairan penyari dibagi, seluruh serbuk simplisia dimaserasi

dengan cairan penyari pertama, sesudah diendapkan, tuangkan dan

diperas, ampas dimaserasi lagi dengan cairan penyari yang kedua.

d. Maserasi melingkar

Maserasi dapat diperbaiki dengan mengusahakan agar cairan

penyari selalu bergerak dan menyebar, dengan cara ini penyari

selalu mengalir kembali secara berkesinambungan melalui serbuk

simplisia dan melarutkan zat aktifnya.

e. Maserasi melingkar bertingkat

Pada maserasi melingkar, penyarian tidak dapat dilaksanakan

secara sempurna, karena pemindahan massa akan berhenti bila

keseimbangan telah terjadi masalah ini dapat diatasi dengan

maserasi melingkar bertingkat (M.M.B) yang akan didapatkan:

23

1) Serbuk simplisia mengalami proses penyarian beberapa

kali, sesuai dengan bejana penampung. Pada contoh di atas

dilakukan 3 kali, jumlah tersebut dapat diperbanyak sesuai

dengan keperluan.

2) Serbuk simplisia sebelum dikeluarkan dari bejana penyari,

dilakukan penyarian dengan cairan penyari baru. Dengan

ini diharapkan agar memberikan hasil penyarian yang

maksimal.

3) Hasil penyarian sebelum diuapkan digunakan dulu untuk

menyari serbuk simplisia yang baru hingga memberikan

sari dengan kepekatan yang maksimal.

Kelebihan dan kelemahan maserasi :

a. Kelebihan

1) Alat dan cara yang digunakan sederhana

2) Dapat digunakan untuk zat yang tahan dan tidak tahan

pemanasan.

b. Kelemahan

1) Banyak pelarut yang terpakai

2) Waktu yang dibutuhkan cukup lama

10. Pelarut

Pelarut adalah benda cair atau benda gas yang melarutkan benda

padat, cair atau gas yang menghasilkan suatu larutan. Pelarut biasanya

memiliki titik didih rendah dan mudah menguap. Untuk membedakan

24

antara pelarut dengan zat yang dilarutkan, pelarut biasanya terdapat dalam

jumlah yang lebih besar.30

Pelarut yang digunakan dalam proses ekstraksi harus memenuhi

syarat-syarat tertentu, yaitu:

a. Bersifat Selektif

Pelarut harus dapat melarutkan semua zat yang akan

diekstrak dengan cepat dan sempurna serta sesedikit mungkin

melarutkan bahan lilin, pigmen, dan senyawa albumin.

b. Mempunyai titik didih yang cukup rendah

Hal ini supaya pelarut mudah diuapkan tanpa menggunakan

suhu tinggi, namun titik didih pelarut tidak boleh terlalu rendah

karena akan hilang akibat penguapan.

c. Bersifat inert

Artinya pelarut tidak bereaksi dengan komponen minyak.

d. Murah dan mudah didapat

Pelarut yang baik digunakan untuk mengekstrak adalah

pelarut yang memenuhi syarat-syarat diatas. Namun tidak ada

pelarut yang benar-benar ideal. Bahan pelarut yang dipakai yaitu

etanol. Etanol (C2H5OH) merupakan larutan yang jernih, tidak

berwarna, volatil dan dengan bau khas. Alkohol memiliki titik beku

-112,3oC, titik didih 78,4

oC, serta memiliki kekentalan pada suhu

20oC sebesar 0,0141. Alkohol juga dapat terbakar pada titik

30

Akhmalludin dan Ari Kurniawan, Pembuatan Pektin dari Kulit Cokelat dengan Cara

Ekstraksi Jurnal Teknik Kimia (Semarang: 1995), hal. 15.

25

nyalan18,3oC. Dalam konsentrasi tinggi, akan menyebabkan rasa

terbakar saat kontak dengan kulit. Etanol merupakan kelompok

alkohol, dimana molekulnya mengandung gugus hidroksil (-OH)

yang berkaitan dengan atom karbon.31

B. Penelitian Relevan

1. Penelitian yang dilakukan oleh Ersa Lina menunjukkan bahwa kertas

indikator alami dapat digunakan sebagai alternatif pengganti kertas

lakmus. Kertas indikator alami dengan pelarut etanol 96% layak (100%)

digunakan sebagai alternatif pengganti kertas lakmus. Sedangkan kertas

indikator alami dengan pelarut etanol 70% layak (60%) dijadikan sebagai

alternatif pengganti kertas lakmus.32

2. Penelitian yang dilakukan oleh Achmad Rifa’i menunjukkan bahwa kertas

indikator universal alami dapat digunakan sebagai alternatif pengganti

kertas indikator universal sintetik. 83,335% guru menyatakan bahwa kertas

indikator universal alami dapat dijadikan sebagai alternatif pengganti

kertas indikator universal sintetik dan 100% guru menyatakan cara kerja

pembuatan kertas indikator universal alami ini dapat diterapkan di

sekolah.33

31

Winarno, Kimia Pangan dan Gizi (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1991), hal. 8.

32

Ersa Lina, Pemanfaatan Bunga Kertas Merah Keungu-unguan (Bougainvillea glabro)

sebagai Kertas Indikator Alami Serta Implementasinya pada Pembelajaran Identifikasi Asam

Basa di SMA Kecamatan Kundur. Skripsi memperoleh gelar sarjana, Jurusan Pendidikan Kimia

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, UIN Suska Riau (Pekanbaru: 2014), hal. 56. 33

Achmad Rifa’i, Pembuatan Indikator Universal Alami Sebagai Alternatif Praktikum

Pada Pembelajaran Asam Basa di Sekolah Menengah Atas / Madrasah Aliyah, Skripsi,

memperoleh Gelar Sarjana, Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, UIN

Suska Riau (Pekanbaru: 2015), hal. 48.

26

3. Penelitian yang dilakukan oleh Trianik Widyaningrum dan Yuningsih

tentang Uji Patogenitas Spora Jamur Metarhizium Anisopliae terhadap

Mortalitas Larva Oryctes Rhinoceros Sebagai Bahan Ajar SMA Kelas X.34

34

Trianik Widyaningrum dan Yuningsih, Uji Patogenitas Spora Jamur Metarhizium

Anisopliae terhadap Mortalitas Larva Oryctes Rhinoceros Sebagai Bahan Ajar SMA Kelas X.

Program Studi Pendidikan Biologi (Yogyakarta: 2014), hal. 6.