9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teoritis
1. Bahan Ajar
Bahan ajar merupakan segala bahan (baik informasi, alat maupun
teks) yang disusun secara sistematis, yang menampilkan sosok utuh dari
kompetensi yang akan dikuasai peserta didik dan digunakan dalam proses
pembelajaran dengan tujuan perencanaan dan penelaahan implementasi
pembelajaran, misalnya buku pelajaran, modul, handout, LKS, model atau
maket, bahan ajar audio, bahan ajar interaktif dan sebagainya.13
Bahan ajar
adalah suatu bentuk bahan baik tertulis maupun tidak tertulis yang
digunakan untuk membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar
mengajar.14
Sebuah bahan ajar setidaknya mencakup petunjuk belajar
(petunjuk siswa/guru, kompetensi yang akan dicapai, informasi
pendukung, latihan-latihan, petunjuk kerja dan evaluasi).15
Tujuan
penyusunan bahan ajar, yakni:
a. Menyediakan bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum
dengan mempertimbangkan kebutuhan peserta didik, sekolah, dan
daerah
b. Membantu peserta didik dalam memperoleh alternatif bahan ajar
c. Memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran
13
Nurul Zuriah, Op.Cit., hal. 40. 14
Abdul Majid, Pendidikan Karakter Perspektif Islam (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2012), hal. 173. 15
Ibid, hal. 174.
10
Bahan ajar merupakan bagian penting dalam pelaksanaan pendidikan
di sekolah. Melalui bahan ajar guru akan lebih mudah dalam
melaksanakan pembelajaran dan siswa akan lebih terbantu dan mudah
dalam belajar. Bahan ajar dapat dibuat dalam berbagai bentuk sesuai
dengan kebutuhan dan karakteristik materi ajar yang akan disajikan. Bahan
ajar harus mencakup petunjuk belajar (petunjuk siswa/guru), kompetensi
yang akan dicapai, content atau isi materi pembelajaran, informasi
pendukung, latihan-latihan, petunjuk kerja (dapat berupa lembar kerja),
evaluasi, respon atau balikan terhadap hasil evaluasi.16
2. Penelitian Kombinasi (Mixed Methods)
Mixed methods merupakan suatu langkah penelitian dengan
menggabungkan dua bentuk penelitian yang sudah ada sebelumnya yaitu
penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif.17
Mixed methods research
juga disebut sebagai sebuah metodologi yang memberikan asumsi filosofis
dalam menunjukkan arah atau memberi petunjuk cara pengumpulan data
dan menganalisis data serta perpaduan pendekatan kuantitatif dan kualitatif
melalui beberapa fase proses penelitian.18
Metode penelitian kombinasi
(mixed methods) adalah suatu metode penelitian yang mengkombinasikan
atau menggabungkan antara metode kuantitatif dengan metode kualitatif
untuk digunakan secara bersama-sama dalam suatu kegiatan penelitian
16
Panduan Pengembangan Bahan Ajar, Departemen Pendidikan Nasional Direktorat
Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat pembinaan Sekolah Menengah
Atas (Jakarta: 2008), hal. 8. 17
Titin Ariska Sirnayatin. Membangun Karakter Bangsa Melalui Pembelajaran Sejarah.
Universitas Pendidikan Indonesia (Bandung: UPI, 2013), hal. 49. 18
Creswell, John W, Research Design; Pendekatan Kualitatif, Kuantatif dan Mixed
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014), hal. 14.
11
sehingga diperoleh data yang lebih komprehensif, valid, reliable, dan
obyektif.19
Menurut McMillan dan Schumacher ada tiga tipe desain mixed
method (penelitian campuran), yakni desain triangulasi (triangulation
design), desain eksplanatori (explanatory design), dan desain eksplorasi
(exploratory design).
a. Desain triangulasi (triangulation design)
Desain triangulasi adalah desain penelitian yang
menggunakan analisis kuantitatif dan kualitatif secara bersamaan
untuk membahas topik yang sama. Jadi model triangulasi ini data
dikumpulkan dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif dalam
waktu yang bersamaan, model ini digunakan untuk menutupi
kelemahan masing-masing pendekatan sehingga pelaksanaannya
data dikumpulkan dan dianalisis secara menyeluruh.
b. Desain eksplanatori (explanatory design)
Desain ekplanatori adalah desain mixed methods yang
dilakukan dalam dua tahap penelitian, yakni pengumpulan data
dengan kuantitatif, analisis data kuantitatif, merumuskan hasil data
kuantitatif, dilanjutkan dengan pengumpulan data, analisis dan
merumuskan hasil data kualitatif, baru terakhir menginterpretasikan
hasil penelitian. Oleh karena penelitian dimulai dengan
pengumpulan, analisis dan merumuskan hasil penelitian kuantitatif,
19
Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods) (Bandung: Alfabeta, 2012),
hal. 7.
12
maka kedudukan data kualitatif adalah untuk membantu
menjelaskan hasil analisis data kuantitatif.
c. Desain eksploratori (exploratory design)
Pada desain eksploratori, penelitian dengan dua tahap
pertama studi kualitatif, yakni studi untuk mentes hasil studi
kualitatif. Oleh karena penelitian dengan menggunakan desain
eksploratori dimulai dengan studi kualitatif, maka penelitian ini
tidak berangkat dari satu teori, akan tetapi berangkat dari
ketidaktahuan.20
3. Bunga Rosella
Gambar II. 1. Bunga Rosella
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Subdivisi : Angiospermae
Class : Dicotyledonae
Bangsa : Malvales
Family : Malvaceae
Genus : Hibiscus Linn
Spesies : Hibiscus sabdariffa Linn
20
Wina Sanjaya, Penelitian Pendidikan (Jakarta: Prenada Media Grup, 2014), hal. 50.
13
Rosela berbentuk bulat telur, pertulangan menjari, ujung tumpul,
tepi bergerigi dan pangkal berlekuk. Panjang daun 6-15 cm dan lebarnya
5-8 cm. Tangkai daun bulat berwarna hijau dengan panjang 4-7 cm. Bunga
rosela yang keluar dari ketiak daun merupakan bunga tunggal. Bunga ini
mempunyai 8-11 helai kelopak yang berbulu, panjangnya 1 cm,
pangkalnya saling berlekatan dan berwarna merah. Mahkota bunga
berbentuk corong, terdiri dari 5 helaian, panjangnya 3-5 cm. Tangkai sari
yang merupakan tempat melekatnya kumpulan benangsari berukuran
pendek dan tebal, panjang dan lebarbya sekitar 5 mm. Putiknya berbentuk
tabung, berwarna kuning atau merah.21
Warna merah pada kelopak bunganya disebabkan oleh kandungan
antosianin Antosianin merupakan pigmen alami yang aman digunakan
karena tidak mengandung logam berat. Antosianin mudah larut dalam
pelarut yang polar dan membentuk zat warna. Dalam suasan asam
berwarna merah dan lebih stabil, dalam suasana basa berwarna biru.22
Antosianin berasal dari bahasa Yunani yaitu antho berarti bunga, dan
kyanos berarti biru. Senyawa ini tergolong pigmen dan pembentuk warna
pada tanaman yang ditentukan oleh pH dari lingkungannya. Senyawa
paling umum adalah sianidin, sianidin yang terbentuk sekitar 80% dari
pigmen daun tumbuhan, 69% dari buah-buahan dan 50% dari bunga.23
21
http://www. Klasifikasi Dan Morfologi Rosella (Hibiscus Sabdariffa L) - Kumpulan
Materi Pengetahuan Umum.htm 22
Siti Marwati, Aplikasi Beberapa Bunga Berwarna Sebagai Indikator Alami Titrasi
Asam Basa, Penelitian Pendidikan FMIPA UNY (Yogyakarta: 2010), hal. 2. 23
Siti Marwati, Op.Cit., hal. 2.
14
4. Buah Pinang
Gambar II.2 Buah Pinang Muda
Divisi : Plantae
Kelas : Monokotil
Ordo : Arecales
Famili : Araceae atau palmae (palem-paleman)
Genus : Areca
Species : Areca catheu
Pinang (areca catechu) merupakan tanaman yang sekeluarga dengan
kelapa. Salah satu jenis tumbuhan monokotil ini tergolong palem-paleman.
Pinang umumnya ditanam di pekarangan, di taman atau dibudidayakan.
Kadang tumbuh liar di tepi sungai dan di tempat-tempat lain. Pohon
Pinang tumbuh tegak dan tingginya 10-30 m, diameternya 15-20 cm dan
batangnya tidak bercabang. Pinang asli dari kawasan asia tenggara yaitu
Filipina, Semenanjung Malaka dan Kepulauan Hindia Timur. Sekitar 24
jenis dapat dijumpai di malaysia, Kalimantan dan Sulawesi. Konon, selain
untuk bahan makanan, biji Pinang pun digunakan sebagai bahan pewarna
pada pembuatan karpet, obat-obatan tradisional, minuman dan lain-lain.
15
Pinang (Areca catechu L.) terutama pada bagian biji merupakan
salah satu tambuhan yang dapat digunakan sebagai pewarna. Pemanfaatan
Pinang untuk konsumsi dalam negeri masih sedikit. Selama ini, Pinang
digunakan sebagai ramuan yang dimakan bersama sirih yang menjadi
kebiasaan turun temurun pada beberapa daerah tertentu di Indonesia.
Selain itu, Pinang digunakan sebagai obat tradisional. Penggunaannya
sebagai pewarna telah digunakan bersama gambir menghasilkan warna
soga pada batik. Pinang mengandung senyawa golongan polifenol, yaitu
flavonoid dan tannin, senyawa inilah yang mnghasilkan warna pada biji
Pinang.24
5. Buah Senduduk
Gambar II.3 Buah Senduduk
Kingdom : Plantae–Tumbuhan
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Suku : Melastomaceae
Marga : Melastoma
Jenis : Melastoma polyanthum Bl
24
Mohammad Zaki, dkk, Pengembangan Formulasi Dan Uji Evaluasi Fisik Sediaan
Pewarna Rambut Ekstrak Biji Pinang (Areca Catechu L.) Sebagai Pewarna Alami. STIFAR
Muhamadiyah Tangerang (Tangerang: 2015), hal.36
16
Senduduk merupakan sejenis tumbuhan renek yang biasanya
dijumpai tumbuh liar dikawasan semak samun dan belukar. Tumbuhan ini
merupakan jenis yang mudah ditemui di areal terbuka dan terkadang
tumbuh menutupi tepian hutan bahkan menjadi gulma. Tumbuhan ini juga
menyukai tempat yang lembab dan tanah yang mempunyai kandungan
humus yang tinggi. Permukaan daun berwarna hijau berkilat dan daunnya
berbentuk bujur. Daunnya lebar dan meruncing dibagian ujung. Urat daun
kecil dan banyak serta membentuk petak diatas daun. Bunganya muncul
dalam bentuk jambak dihujung ranting. Bunga yang biasa dijumpai
berwarna putih atau merah jambu samar. Senduduk dengan ukuran kecil
dan mengelompok. Buah muda berwana hijau dan buah yang masak
berwarna keunguan.
Pada uji pendahuluan buah Senduduk memberikan hasil positif
terhadap senyawa flavonoid. Pigmen ini berperan terhadap timbulnya
warna merah hingga biru pada beberapa bunga, buah dan daun. Umumnya,
semua bagian tanaman Senduduk memiliki khasiat yang dapat
menyembuhkan atau mengobati penyakit tertentu.
6. Kunyit
Kunyit atau kunir (Curcuma domestica Vahl) adalah termasuk salah
satu tanaman rempah dan obat asli dari wilayah Asia. Khasiat atau manfaat
dari tanaman Kunyit baik sebagai pelengkap bumbu masakan, jamu/obat-
obatan atau untuk menjaga kesehatan dan kecantikan. Tetapi dapat juga
dimanfaatkan sebagai zat pewarna, seperti zat pewarna dalam makanan
17
maupun dalam pewarna kerajinan kain tenun. Zat warna kurkumin
merupakan komponen aktif dari Kunyit yang berperan untuk warna
kuning.25
Gambar II.4 Kunyit
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Bangsa : Zingiberales
Suku : Zingiberaceae
Marga : Curcuma
Jenis : Curcuma domestica Vahl
Rimpang Kunyit mengandung 28% glukosa, 12% fruktosa, 8%
protein, vitamin C dan mineral kandungan kalium dalam rimpang Kunyit
cukup tinggi, 1,3-5,5% minyak atsiri yang terdiri 60% keton seskuiterpen,
25% zingiberina dan 25% kurkumin berserta turunannya.26
7. Asam dan Basa
Istilah asam berasal dari bahasa Latin acetum yang berarti cuka.
Istilah basa berasal dari bahasa Arab yang berarti abu. Sudah diketahui
25
Fachry A.R. dkk, Ekstraksi Senyawa Kurkuminoid Dari Kunyit (Curcuma Longa Linn)
Sebagai Zat Pewarna Kuning Pada Proses Pembuatan Cat. Jurnal Teknik Kimia, Universitas
Sriwijaya(Palembang: 2013), hal. 10. 26
Hertik Dwi, Pengaruh Pelarut Yang Digunakan Terhadap Optimasi Ekstraksi
Kurkumin Pada Kunyit (Curcuma Domestica Vahl.) (Surakarta: 2010), hal. 3.
18
paling tidak selama tiga abad bahwa hasil reaksi antara asam dan basa
adalah garam.
Teori-teori yang mencoba menerangkan sifat-sifat asam basa
merupakan suatu babak yang penting di dalam sejarah ilmu kimia.
Lavoiser (1777) menyatakan bahwa semua asam selalu mengandung suatu
unsur dasar yaitu oksigen (nama oksigen diajukan oleh Lavoiser, diambil
dari bhasa Yunani yang berarti “pembentukan asam”). Davy (1810)
menunjukkan bahwa asam muriatat (asam hidroklorida) hanya
mengandung hidrogen dan klor, tidak mengandung oksigen dan dengan itu
menetapkan bahwa hidrogenlah bukan oksigen yang menjadi unsur dasar
di dalam asam.27
Asam:
a. Asam memiliki rasa masam misalnya, cuka yang mempunyai rasa
dari asetat, lemon yang mengandung asam sitrat.
b. Asam menyebabkan perubahan warna lakmus dari biru menjadi
merah.
c. Larutan asam dalam air menghantarkan arus listrik.
Basa:
a. Basa yang memiliki rasa pahit.
b. Basa terasa licin misalnya, sabun yang mengandung basa
memiliki sifat ini.
27
Ralph H. Petrucci (diterjemahkan oleh seminar), Kimia Dasar Prinsip dan Terapan
Modern (Jakarta: Erlangga, 1987), hal. 260.
19
c. Basa menyebabkan perubahan warna pada zat tumbuhan;
misalnya, mengubah warna lakmus dari merah menjadi biru.
d. Larutan basa dalam air menghantarkan arus listrik.28
8. Identifikasi Asam Basa
Untuk mengetahui suatu larutan bersifat asam, basa, dan netral dapat
dilakukan dengan cara yaitu:
a. Identifikasi larutan dengan indikator universal
Indikator universal adalah indikator pH yang menunjukkan
beberapa perubahan warna yang halus pada rentang pH antara 1-14
untuk menunjukkan keasaman atau kebasaan larutan. Suatu indikator
universal ada yang berupa larutan dan ada yang berupa kertas, biasanya
terdiri dari air, 1-propanol, garam natrium fenolftalein, natrium
hidroksida, metil merah, garam mononatrium bromotimol biru, dan
garam mononatrium timol biru.
Gambar II.5 Warna yang Menandakan pH Larutan
28
Raymond Chang, Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti (edisi ketiga, jilid 1),( Jakarta:
Erlangga, 2004), hal. 96.
20
Cara menggunakan indikator universal adalah:
a. Mencelupkan kertas indikator universal dalam larutan yang akan
diselidiki pHnya atau menambahkan atau menambahkan
beberapa tetes indikator universal dalam larutan yang diselidiki
pHnya.
b. Mengamati perubahan warna dan membandingkan dengan
warna standar.
Gambar II.6 Indikator pH Universal
b. Identifikasi larutan dengan indikator alami
Indikator alami merupakan bahan alam yang dapat dibuat dari
bagian tanaman yang berwarna, misalnya kelopak bunga, akar, batang,
dan daun.29
Indikator alami yang biasa digunakan untuk pengujian asam
basa adalah bunga-bungaan, umbi, kulit buah, dan daun yang berwarna.
Indikator alami dapat berubah warna dalam larutan yang bersifat asam,
basa, atau netral. Perubahan warna indikator bergantung pada warna
jenis tanamannya.
29
Cita Indira, Pembuatan Indikator Asam Basa Karamunting (Kalimantan Tengah:
2015), hal. 1.
21
Gambar II.7 Ekstrak Indikator Alami
9. Ekstraksi Maserasi
Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya
dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Maserasi berasal dari bahasa
Latin macerace yang artinya merendam. Cara ini merupakan salah satu
cara ekstraksi dengan cara mengekstraksi bahan nabati yaitu direndam
menggunakan pelarut bukan air (pelarut nonpolar) atau setengah air,
misalnya etanol encer beberapa waktu tertentu. Maserasi adalah salah satu
jenis metode ekstraksi dengan sistem tanpa pemanasan atau dikenal
dengan istilah ekstraksi dingin, sehingga maserasi merupakan teknik
ekstraksi yang dapat digunakan untuk senyawa yang tidak tahan panas
ataupun tahan panas.
Prinsip maserasi adalah pengikatan atau pelarutan zat aktif
berdasarkan sifat kelarutannya dalam suatu pelarut (like dissolved like),
penyarian zataktif dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia
dalam cairan penyari yang sesuai selama beberapa waktu pada temperatur
kamar, terlindung dari cahaya, cairan penyari akan masuk ke dalam sel
melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan
konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel.
22
Maserasi dapat dilakukan modifikasi misalnya:
a. Digesti
Digesti adalah cara maserasi dengan menggunakan
pemanasan lemah, yaitu pada suhu 40-50oC. Cara maserasi ini
hanya dapat dilakukan untuk simplisia yang zat aktifnya tahan
terhadap pemanasan.
b. Maserasi dengan mesin pengaduk
Penggunaan mesin pengaduk yang berputar terus menerus,
waktu proses maserasi dapat dipersingkat menjadi 6 sampai 24 jam.
c. Remaserasi
Cairan penyari dibagi, seluruh serbuk simplisia dimaserasi
dengan cairan penyari pertama, sesudah diendapkan, tuangkan dan
diperas, ampas dimaserasi lagi dengan cairan penyari yang kedua.
d. Maserasi melingkar
Maserasi dapat diperbaiki dengan mengusahakan agar cairan
penyari selalu bergerak dan menyebar, dengan cara ini penyari
selalu mengalir kembali secara berkesinambungan melalui serbuk
simplisia dan melarutkan zat aktifnya.
e. Maserasi melingkar bertingkat
Pada maserasi melingkar, penyarian tidak dapat dilaksanakan
secara sempurna, karena pemindahan massa akan berhenti bila
keseimbangan telah terjadi masalah ini dapat diatasi dengan
maserasi melingkar bertingkat (M.M.B) yang akan didapatkan:
23
1) Serbuk simplisia mengalami proses penyarian beberapa
kali, sesuai dengan bejana penampung. Pada contoh di atas
dilakukan 3 kali, jumlah tersebut dapat diperbanyak sesuai
dengan keperluan.
2) Serbuk simplisia sebelum dikeluarkan dari bejana penyari,
dilakukan penyarian dengan cairan penyari baru. Dengan
ini diharapkan agar memberikan hasil penyarian yang
maksimal.
3) Hasil penyarian sebelum diuapkan digunakan dulu untuk
menyari serbuk simplisia yang baru hingga memberikan
sari dengan kepekatan yang maksimal.
Kelebihan dan kelemahan maserasi :
a. Kelebihan
1) Alat dan cara yang digunakan sederhana
2) Dapat digunakan untuk zat yang tahan dan tidak tahan
pemanasan.
b. Kelemahan
1) Banyak pelarut yang terpakai
2) Waktu yang dibutuhkan cukup lama
10. Pelarut
Pelarut adalah benda cair atau benda gas yang melarutkan benda
padat, cair atau gas yang menghasilkan suatu larutan. Pelarut biasanya
memiliki titik didih rendah dan mudah menguap. Untuk membedakan
24
antara pelarut dengan zat yang dilarutkan, pelarut biasanya terdapat dalam
jumlah yang lebih besar.30
Pelarut yang digunakan dalam proses ekstraksi harus memenuhi
syarat-syarat tertentu, yaitu:
a. Bersifat Selektif
Pelarut harus dapat melarutkan semua zat yang akan
diekstrak dengan cepat dan sempurna serta sesedikit mungkin
melarutkan bahan lilin, pigmen, dan senyawa albumin.
b. Mempunyai titik didih yang cukup rendah
Hal ini supaya pelarut mudah diuapkan tanpa menggunakan
suhu tinggi, namun titik didih pelarut tidak boleh terlalu rendah
karena akan hilang akibat penguapan.
c. Bersifat inert
Artinya pelarut tidak bereaksi dengan komponen minyak.
d. Murah dan mudah didapat
Pelarut yang baik digunakan untuk mengekstrak adalah
pelarut yang memenuhi syarat-syarat diatas. Namun tidak ada
pelarut yang benar-benar ideal. Bahan pelarut yang dipakai yaitu
etanol. Etanol (C2H5OH) merupakan larutan yang jernih, tidak
berwarna, volatil dan dengan bau khas. Alkohol memiliki titik beku
-112,3oC, titik didih 78,4
oC, serta memiliki kekentalan pada suhu
20oC sebesar 0,0141. Alkohol juga dapat terbakar pada titik
30
Akhmalludin dan Ari Kurniawan, Pembuatan Pektin dari Kulit Cokelat dengan Cara
Ekstraksi Jurnal Teknik Kimia (Semarang: 1995), hal. 15.
25
nyalan18,3oC. Dalam konsentrasi tinggi, akan menyebabkan rasa
terbakar saat kontak dengan kulit. Etanol merupakan kelompok
alkohol, dimana molekulnya mengandung gugus hidroksil (-OH)
yang berkaitan dengan atom karbon.31
B. Penelitian Relevan
1. Penelitian yang dilakukan oleh Ersa Lina menunjukkan bahwa kertas
indikator alami dapat digunakan sebagai alternatif pengganti kertas
lakmus. Kertas indikator alami dengan pelarut etanol 96% layak (100%)
digunakan sebagai alternatif pengganti kertas lakmus. Sedangkan kertas
indikator alami dengan pelarut etanol 70% layak (60%) dijadikan sebagai
alternatif pengganti kertas lakmus.32
2. Penelitian yang dilakukan oleh Achmad Rifa’i menunjukkan bahwa kertas
indikator universal alami dapat digunakan sebagai alternatif pengganti
kertas indikator universal sintetik. 83,335% guru menyatakan bahwa kertas
indikator universal alami dapat dijadikan sebagai alternatif pengganti
kertas indikator universal sintetik dan 100% guru menyatakan cara kerja
pembuatan kertas indikator universal alami ini dapat diterapkan di
sekolah.33
31
Winarno, Kimia Pangan dan Gizi (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1991), hal. 8.
32
Ersa Lina, Pemanfaatan Bunga Kertas Merah Keungu-unguan (Bougainvillea glabro)
sebagai Kertas Indikator Alami Serta Implementasinya pada Pembelajaran Identifikasi Asam
Basa di SMA Kecamatan Kundur. Skripsi memperoleh gelar sarjana, Jurusan Pendidikan Kimia
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, UIN Suska Riau (Pekanbaru: 2014), hal. 56. 33
Achmad Rifa’i, Pembuatan Indikator Universal Alami Sebagai Alternatif Praktikum
Pada Pembelajaran Asam Basa di Sekolah Menengah Atas / Madrasah Aliyah, Skripsi,
memperoleh Gelar Sarjana, Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, UIN
Suska Riau (Pekanbaru: 2015), hal. 48.
26
3. Penelitian yang dilakukan oleh Trianik Widyaningrum dan Yuningsih
tentang Uji Patogenitas Spora Jamur Metarhizium Anisopliae terhadap
Mortalitas Larva Oryctes Rhinoceros Sebagai Bahan Ajar SMA Kelas X.34
34
Trianik Widyaningrum dan Yuningsih, Uji Patogenitas Spora Jamur Metarhizium
Anisopliae terhadap Mortalitas Larva Oryctes Rhinoceros Sebagai Bahan Ajar SMA Kelas X.
Program Studi Pendidikan Biologi (Yogyakarta: 2014), hal. 6.