BAB I PRAKTIKUM 1 PRAKTIKUM TEKNIK KIMIA DASAR : PENGGUNAAN PIPET, TIMBANGAN DAN
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
4 -
download
0
Transcript of BAB I PRAKTIKUM 1 PRAKTIKUM TEKNIK KIMIA DASAR : PENGGUNAAN PIPET, TIMBANGAN DAN
1
BAB I
PRAKTIKUM 1
PRAKTIKUM TEKNIK KIMIA DASAR : PENGGUNAAN PIPET, TIMBANGAN DAN
PEMBUATAN LARUTAN
TUJUAN
1. Mahasiswa mampu menggunakan berbagai macam pipet dengan benar.
2. Mahasiswa mampu melarutkan zat padat secara baik dan benar.
3. Mahasiswa dapat mengetahui cara menimbang zat padat dan pasta.
DASAR TEORI
Neraca elektrik maupun analog secara umum adalah sebagai alat pengukur massa.
Kegunaan neraca ini tergantung dari skala dari neraca tersebut, misal neraca elektrik yang ada di
pasar dengan yang di laboratorium tentu sensitivitas dan skala neracanya jauh berbeda dalam
segi akurasi yang dihasilkan. Semakin sedikit massa yang ditimbang maka diperlukan neraca
yang mempunyai akurasi yang lebih teliti.
Menimbang zat pada praktikum biokimia diperlukan tempat penimbangan yang dapat
digunakan seperti gelas kimia, kaca arloji dan kertas timbang. Penimbangan tidak bisa dilakukan
secara langsung namun harus menggunakan gelas kimia, kaca arloji dan kertas timbang sebagai
alas penimbangan agar tidak mengotori timbangan.
Menimbang zat dengan penimbangan selisih dilakukan jika zat yang ditimbang
dikhawatirkan akan menempel pada tempat menimbang dan sulit untuk dibilas. Pada
penimbangan selisih akan diperoleh massa zat yang masuk ke dalam tempat yang diinginkan
bukan pada tempat menimbang.
Pipet merupakan alat yang digunakan untuk mengambil cairan dengan volume tertentu
yang diinginkan ke dalam tempat lain. Pipet terdiri dari berbagai macam jenis, yakni pipet
volume, pipet tetes, pipet ukur dan pipet otomatik. Setiap pipet memiliki akurasi dan ukuran
yang berbeda-beda. Pipet yang memiliki akurasi yang tinggi adalah pipet otomatik, namun harga
untuk pipet ini cukup mahal. Pipet otomatik dapat mengambil cairan dari ukuran volume 0,1 μl
sampai 5000 μl.
2
Pipet yang relative murah yakni pipet volume dan pipet ukur. Kedua pipet ini memiliki
akurasi yang berbeda. Pipet volume lebih memiliki akurasi yang lebih teliti dibandingkan pipet
ukur. Pipet volume memiliki ukuran berbeda-beda untuk setiap pipet yakni dari 0,5 ml, 1 ml, 2
ml, 3ml dan 5ml. Pipet volume bersifat tunggal, sehingga satu pipet tidak bisa digunakan dalam
volume berbeda. Pipet ukur memiliki skala ukuran sampai 50 ml sehingga memungkinkan
pengguna mengambil cairan dengan volume berbeda dengan satu pipet saja.
BAHAN DAN ALAT
Bahan : Larutan aquades, padatan garam murni
Alat : Labu ukur, corong kaca , pipet tetes, batang pengadu, kertas saring, sendok, botol
timbang, timbangan digital
PROSEDUR
1. Menggunakan berbagai macam pipet
Pipet yyang digunakan dalam praktikum terdiri dari tiga jenis pipet, yakni pipet ukur,
pipet volume dan pipet otomatik. Penggunaan pipet volume dan pipet ukur dibantu pipet
filler/bulb dengan kode A, S, dan E yang tertera pada bagian pippet filler/bulb. Cara
menggunakan pipet volume dan pipet ukur adalah sebagai berikut :
a. Memasang pippet filler/bulb pada ujung bagian atas pipet.
b. Menekan bagian bertuliskan huruf A pada pippet filler/bulb sekaligus untuk
mengempiskan pippet filler/bulb.
c. Memasukkan pipet volume atau pipet ukur ke dalam cairan yang akan dihisap/ diambil,
lalu tekan bagian bertuliskan huruf S pada pippet filler/bulb, cairan akan terhisap masuk
ke dalam pipet volume atau pipet ukur.
d. Cairan dapat dikeluarkan dengan menekan bagian bertuliskan E pada pipet filler/bulb.
Pipet Otomatik : Pipet otomatik yang digunakan dalam praktikum, yaitu pipet otomatik
dengan volume 500 μl – 5000 μl. Penggunaannya lebih mudah dibandingkan dengan pipet-pipet
yang lainnya karena volume cairan yang dihisap dapat diatur secara otomatis dan hasilnya lebih
akurat. Cara menggunakan pipet volume adalah sebagai berikut :
3
a. Pasang tip yang sesuai ukuran pada bagian ujung pipet.
b. Tekan tombol pipet bagian atas kemudian masukkan ujung tip ke dalam cairan.
c. Lepaskan tombol secara berlahan sehingga cairan masuk ke dalam tip.
d. Masukkan ujung tip ke labu ukur kemudian tekan tombol pipet sampai batas pertama,
kemudian tekan sekali lagi sampai tombol menyentuh batas terakhir.
2. Menimbang padatan garam murni
a. Neraca dipastikan datar dan dipastikan dalam keadaan 0,0000 gr.
b. Menimbang botol timbang dan menutup kaca neraca.
c. Mencatat berat kosong botol timbang ketika skala menunjukkan stabil.
d. Membuka tutup neraca dan menambahkan padatan garam murni secara berkelanjutan
menggunakan sendok atau spatula.
e. Menutup botol timbang dan neraca.
f. Mencatat berat setelah skala menunjukkan stabil.
g. Menghitung massa bahan dengan menghitung berat botol berisi bahan dikurangi berat
botol timbang kosong.
3. Melarutkan padatan garam murni
a. Menyiapkan alat dan dilakukan pembilasan menggunakan aquades sebanyak dua kali.
b. Memasang corong pada labu ukur dan menyelipkan kertas saring yang sudah dilipat pada
bagian batang corong.
c. Menuangkan aquades ke dalam botol timbang dan menggerus menggunakan batang
pengaduk pada bagian yang tidak pipih sampai padatan garam murni benar-benar larut.
d. Memindahkan larutan dari botol timbang ke labu ukur dengan bantuan batang pengaduk.
e. Menambahkan pelarut sampai dibawah tanda tera
f. Mengeringkan bagian di atas tanda tera dengan menggunakan kertas saring
g. Menambahkan pelarut perlahan-lahan sampai tanda tera dengan bantuan pipet tetes.
h. Menutup labu ukur dan membolak-balikkannya sehingga larutan menjadi homogen.
5
BAB II
KARBOHIDRAT
TUJUAN :
1. Mengetahui kandungan karbohidrat sederhana dalam bahan
2. Mengetahui kandungan karbohidrat kompleks dalam bahan
DASAR TEORI
Karbohidrat merupakan senyawa karbon paling melimpah di alam, terutama sebagai
penyusun utama tanaman. Karbohidrat juga disebut sebagai polisakarida atau sakarida. Senyawa
karbohidrat merupakan senyawa polihidroksi aldehida atau polihidroksi keton yang mengandung
unsur karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O), dengan rumus empiris total (CH2O)n.
Karbohidrat paling sederhana memiliki molekul C6H12O6.
Karbohidrat diklasifikasikan berdasarkan polimer penyusunnya. Berdasarkan monomer
penyusun karbohidrat, karbohidrat dapat dikelompokkan menjadi monosakarida, oligosakarida,
dan polisakarida. Karbohidrat yang berupa pati dapat mengalami reaksi hidrolisis menjadi
amilosa dan amilopektin.
6
PRAKTIKUM 2
UJI MOLISCH
TUJUAN : membuktikan adanya karbohidrat secara kualitatif
PRINSIP: karbohidrat akan terhidrolisis oleh asam organik pekat menjadi monosakarida.
Dehidrasi jenis pentosa oleh asam sulfat pekat menjadi furfural dan golongan heksosa
menghasilkan hidroksi-metilfurfural. Pereaksi Molisch yang terdiri atas alfa-naptol dalam
alkohol akan bereaksi dengan furfural membentuk senyawa kompleks berwarna ungu (Yazid dan
Lisanti,2006).
Sumber: http://monruw.wordpress.com
BAHAN DAN ALAT
Bahan : Daging ikan, udang, tempura, darah, glukosa, pereaksi Molisch, H2SO4 pekat
Alat :Tabung reaksi, Pipet tetes, Akuadest, Spuit, dan jarum
PROSEDUR
1. Bahan yang berupa padatan dihancurkan dan dilarutkan dalam akuades, berikutnya disebut
larutan uji
7
2. Masukkan 15 tetes larutan uji ke dalam tabung reaksi
3. Tambahkan 3 tetes pereaksi Molisch. Campurkan dengan baik
4. Miringkan tabung reaksi, lalu alirkan dengan hati-hati 1 ml H2SO4 pekat melalui dinding
tabung agar kedua larutan tidak bercampur. Dua larutan terbagi menjadi dua fraksi
5. Reaksi positif ditandai dengan terbentuknya cincin berwarna ungu pada batas antara kedua
lapisan
HASIL PERCOBAAN
NO ZAT UJI HASIL UJI MOLISCH KARBOHIDRAT (+/-)
1 Daging ikan
2 Udang
3 Tempura
4 Darah ikan
5 Glukosa
9
PRAKTIKUM 3
UJI IODIUM
TUJUAN : Membuktikan adanya polisakarida (amilum, glikogen, dan dekstrin) pada suatu
bahan
PRINSIP: Polisakarida dengan penambahan iodium akan membentuk kompleks adsopsi
berwarna yang spesifik. Amilum atau pati dengan iodium menghasilkan warna biru, dekstrin
menghasilkan warna merah anggur, sedangkan glikogen dan sebagian pati yang terhidrolisis
bereaksi dengan iodium membentuk warna cokelat. Tujuan:
BAHAN DAN ALAT:
Bahan : Daging ikan, udang, tempura, darah, pati masing-masing dibuat larutan dalam
akuadest, Larutan iodium
Alat :Tabung reaksi, Pipet tetes
PROSEDUR
1. Masukkan 3 tetes larutan uji ke dalam tabung reaksi
2. Tambahkan 2 tetes larutan iodium
3. Amati warna spesifik yang terbentuk
HASIL PERCOBAAN
NO ZAT UJI HASIL UJI
MOLISCH
KARBOHIDRAT
(+/-)
1 Daging ikan
2 Udang
3 Tempura
4 Darah ikan
5 Pati
11
BAB III
PROTEIN
Dasar Teori
Protein merupakan penyusun utama sel hidup, baik mikrobia, tumbuhan,maupun hewan.
Protein memiliki peranan penting. Peran utama protein ialah sebagai zat pembangun atau
pembentuk struktur sel dan sebagai pengatur, semisal hormon, antibodi, dan enzim. Enzim
merupakan biokatalisator reaksi dalam tubuh. Protein dalam tubuh manusia didapatkan dari
bahan makanan baik yang berasal dari hewan maupun tanaman.
Secara kimiawi, protein merupakan senyawa polimer yang tersusun atas satuan asam-
asam amino sebagai monomer-nya. Asam-asam amino yang terikat satu dengan yang alin dengan
ikatan peptida, yaitu antara gugus karboksil (-COOH) suatu asam amino dengan gugus amino (-
NH2) asam amino lain dan melepaskan satu molekul air.
Protein diklasifikasikan berdasarkan bentuknya menjadi dua yaitu protein globuler dan
protein fiber. Protein globuler berbentuk bulat atau elips, larut dalam air, asam, basa atau etanol.
Contohnya adalah albumin, globulin, protamin, enzim dan antibodi. Protein fiber berbentuk serat
atau serabut dengan rantai polipeptida memanjang pada satu sumbu. Hampir semua protein fiber
memiliki peranan struktural atau pelindung. Protein fiber tidak larut air, asam, basa, maupun
etanol. Contoh protein fiber ialah keratin rambut, kolagen, dan fibroin pada sutera.
Beberapa protein mudah larut dalam air, tetapi ada pula yang sulit larut. Namun semua
protein tidak larut dalam pelarut organik seperti eter, kloroform, atau benzena. Pada umumnya
protein sensitif terhadap pengaruh fisik dan kimia, sehingga mudah mengalami perubahan
bentuk. Perubahan atau modifikasi pada struktur molekul protein disebut dengan denaturasi. Hal
yang dapat menyebabkan denaturasi protein adalah panas, pH , tekanan, aliran listrik, dan adanya
bahan kimia seperti urea, alkohol, atau sabun. Proses denaturasi kadang berlangsung secara
reversibel namun ada pula yang irreversibel, tergantung penyebabnya. Denaturasi menyebabkan
penurunan fungsi biologisnya.
12
PRAKTIKUM 4
UJI KELARUTAN PROTEIN
TUJUAN: Mengetahui daya kelarutan protein terhadap pelarut tertentu
Prinsip: Protein bersifat amfoter, yaitu dapat bereaksi dengan larutan asam maupun basa. Daya
larut protein bebeda di dalam air, asam, dan basa. Sebagian ada yang mudah larut dan ada yang
sukar larut. Namun semua protein tidak larut dalam pelarut lemak seperti jenis eter atau
kloroform. Apabila protein dipanaskan atau ditambah etanol absolut, maka protein akan
menggumpal (terkoagulasi). Hal ini disebabkan etanol menarik mantel air yang melingkupi
molekul-molekul protein.
BAHAN DAN ALAT
Bahan: Putih telur, kasein, akuades, larutan HCl 10%, larutan NaOH 40%, alkohol 96%,
kloroform
Alat :tabung reaksi, pipet ukur
PROSEDUR
1. Sediakan 5 tabung reaksi, masing-masing isilah dengan: akuades, HCL 10%, NaOH 10%,
alkohol 96%, dan kloroform sebanyak 1 ml
2. Tambahkan 2 mL putih telur pada tiap tabung
3. Kocoklah dengan kuat, kemudian amati sifat kelarutannya
4. Ulangi percobaan tersebut menggunakan kasein
HASIL PERCOBAAN
13
BAHAN Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3 Tabung 4 Tabung 5
Putih telur 2 ml 2 ml 2 ml 2 ml 2 ml
Akuades 1 ml - - - -
HCl 10% - 1 ml - - -
NaOH 40% - - 1 ml - -
Alkohol 96% - - - 1 ml -
Kloroform - - - - 1 ml
Kocok dengan kuat
Hasil:
Larut/Tidak
BAHAN Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3 Tabung 4 Tabung 5
Kasein 2 ml 2 ml 2 ml 2 ml 2 ml
Akuades 1 ml - - - -
HCl 10% - 1 ml - - -
NaOH 40% - - 1 ml - -
Alkohol 96% - - - 1 ml -
Kloroform - - - - 1 ml
Kocok dengan kuat
16
PRAKTIKUM 5
ISOLASI KASEIN DARI SUSU
TUJUAN : Mengisolasi kasein dari susu dengan cara pengendapan dengan asam
PRINSIP :Susu merupakan bahan pangan yang memiliki komponen spesifik seperti lemak susu,
kasein (protein susu, dan laktosa (karbohidrat susu).Seperti halnya asam amino, protein susu
(kasein) juga bersifat amfoter. Protein dalam susu mencapai 3,25%. Struktur primer terdiri dari
rantai polipeptida dari asam-asam amino yang disatukan ikatan-ikatan peptida (peptida linkages).
Protein juga memiliki pH isoelektrik tertentu. pH isoelektrik merupakan suati nilai pH dimana
jumlah muatan listrik positif sama dengan muatan negatifnya. Pada pH tersebut, protein tidak
bermuatan positif maupun negatif, sehingga dapat membentuk agregat (gumpalan-gumpalan
yang keruh) dan mengendap, karena sebagian protein menunjukkan kelarutan yang minimal pada
pH isolektriknya. Sifat inilah yang akan digunakan untuk memisahkan atau mengisolasi kasein
dari susu.
Protein susu memiliki protein-protein spesifik. Salah satunya adalah kasein. Kasein
merupakan komponen terbesar dalam susu dan sisanya berupa whey protein. kadar kasein pada
protein susu mencapai 80%. Kasein terdiri atas beberapa fraksi seperti alpha-casein, beta casein,
dan kappa-casein. Kasein merupakan salah satu komponen organik yang melimpah dalam susu
bersama dengan lemak dan laktosa. Kasein merupakan protein konjugasi antara protein dengan
fosfat membentuk fosfoprotein. Kasein berupa serbuk amorf warna putih.
Dalam kaseintidak hanya terdiri dari zat-zat organik, melainkan mengandung juga zat
anorganil seperti kalsium, fosfor, dan magnesium. Dalam keadaan murni, kasein berwarna putih
seperti salju, tidak berbau, dan tidak mempunyai rasa yang khas. Kasein murni tidak larut dalam
air dingin dan garam netral. Kasein terdispersi dalam air panas, basa, dan garam basa seperti
natrium asetat, dan natrium oksalat.
Kasein dapat diendapkan oleh asam, enzim rennet, dan alkohol. Selain penambahan
asam, pengendapan kasein susu juga dilakukan dengan penambahan renin, yaitu suatu enzim
proteolitik yang diperoleh dari induk sapi betina. oleh karena itu, susu dapat dikoagulasikan
(digumpalkan) oleh asam yang terbentuk di dalam susu sebagai aktivitas dari mikroba.
17
Kasein digunakan untuk sumber protein dalam tubuh. Sebagai suplai asam-asam amino
essential.Secara komersial digunakan untuk bahan perekat, pelindung lapisan kertas, dan plastik
kasein. selain itu pencernaan kasein di dalam tubuh sangat lambat, sehingga dapat mencegah
penyusutan otot lebih baik daripada whey protein.
BAHAN DAN ALAT
Bahan : Susu bubuk, Aquades, 1ml Asam asetat glacial, 75 ml Etanol 95%
Alat : Termometer (1 buah), Kaca arloji (1 buah), Penjepit kayu (1 buah), Neraca analitik (1
buah), Pipet tetes (3 buah), Rak tabung (1 buah), Kertas saring (1 buah), Erlenmeyer (2
buah), Pengaduk (1 buah), Corong kaca (1 buah), Gelas beker (1 buah), Gelas ukur (1
buah), Tabung reaksi (5 buah)
PROSEDUR :
1. Siapkan satu sendok susu bubuk lalu di timbang (A), larutkan dalam 100 ml akuades
2. Seratus mililiter (100 ml) dihangatkan di atas pemanas spriritus hingga suhunya,
mencapai 40oC.
3. Tambahkan 100 mL buffer asetat 0,2M pH=4-5 agar larutan tersebut bersifat asam dan
mencapai pH isoelektriknya.
4. Ditambahkan tetes demi tetes HCl 0,2M agar campuran tersebut benar-benar mencapai
pH isoelektriknya yang ditandai sampai terbentuknya kekeruhan/endapan/gumpalan
berwarna putih (pH sekitar 4,5).
5. Dinginkan dalam penangas pada suhu kamar selama 5 menit dan didekantasi untuk
mendapatkan kasein.
6. Kasein yang diperoleh diberi sedikit air agar mengencerkan sisa-sisa asam yang ada dan
didekantasi kembali.
7. Kasein dilarutkan dalam etanol (perbandingan air:etanol=1:1) agar terbebas dari pengotor
yang tidak larut dalam air.
8. Timbang hasil kasein yang diekstrak dari susu bubuk (B)
9. Hitung persentasi kasein dalam bahan:
Kandungan Kasein =
B
X 100%
A
19
BAB III
LEMAK/ LIPIDA
DASAR TEORI
Lipida adalah kelompok senyawa organik yang terdapat pada jasad hidup dan berperan
dalam menyusun struktur dan fungsi suatu sel. Senyawa lipida tidak memiliki rumus empiris
tertentu atau struktur yang serupa tetapi terdiri atas beberapa golongan. Bebeda dengan
karbohidrat dan protein, lipi mempunyai sifat tidak larut air, tetapi larut dalam pelarut organik
nonpolar seperti eter, kloroform, aseton, dan benzena.
Lipida merupakan komponen membran sel termasuk didalamnya fosfolipid, glikolipid,
dan kolesterol. Lemak dan minyak merupakan contoh dari lipid, yaitu sebagai komponen
makanan. Lemak secara kimiawi adalah trigliserida yang merupakan ester dari gliserol dan asam
lemak rantai panjang.
Lipida diklasifikasikan menjadi tiga golongan besar, yaitu lipida sederhana, lipida
kompleks, dan derivat lipid. Contoh lipida sederhana adalah lemak, minyak dan lilin. Lipida
gabungan/kompleks mempunyai gugus lain selain alkohol dan asam lemak, semisal fosfolipid
dan glikolipid. Derivat lipid merupakan turunan dari lipida, sebagai contohnya adalah hormon,
vitamin larut lemak, dan sterol.
Asam lemak dapat terbentuk dari senyawa-senyawa yang mengandung karbon seperti
asam asetat, asetaldehid, dan etanol yang merupakan hasil respirasi tanaman. Asam lemak dalam
tanaman disintesis dalam keadaan anaerob dengan bantuan bakteri. Asam lemak dibagi menjadi
dua, yaitu asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh. Asam lemak jenuh tidak memiliki
ikatan rangkat, sebagai contoh adalah lemak hewan, sedangkan asam lemak tidak jenuh memiliki
ikatan rangkap satu atau lebih. Contoh asam lemak tak jenuh adalah minyak kelapa. Lemak
memiliki sifat dapat mengalami ketengikan, dapat berbentuk padat atau cair, dapat teroksidasi
menjadi peroksida dan hidroperoksida.
20
PRAKTIKUM 6
UJI KELARUTAN LIPID
TUJUAN: Mengetahui kelarutan lipid pada pelarut
PRINSIP: Pada umumnya, lemak dan minyak tidak larut dalam air, tetapi sedikit larut dalam
alcohol dan larut sempurna dalam pelarut organic seperti eter, kloroform, aseton, benzene, atau
pelarut non polar lainnya.
Minyak dalam air akan membentuk emulsi yang stabil karena bila dibiarkan , maka kedua cairan
akan memisah menjadi dua lapisan. Sebaliknya minyak dalam soda (Na2CO3) akan membentuk
emulsi yang stabil karena asam lemak yang bebas dalam larutan lemak bereaksi dengan soda
membentuk sabun. Sabun mempunyai daya aktifpermukaan, sehingga tetes-tetes minyak menjadi
tersebar seluruhnya
BAHAN DAN ALAT
Bahan : Minyak Kelapa, Alkohol 96%, Kloroform, Eter, Air Suling( Akuades), Larutan
Na2CO3 0,5 %
Alat :Tabung Reaksi, Penjepit Tabung, Pipet Ukur, Pipet Tetes
PROSEDUR KERJA
1. Siapkan 5 tabung reaksi yang bersih dan Kering. Berturut turut iilah dengan air
suling, Alkohol 96%, eter, Kloroform, dan Larutan Na2CO3 0,5% sebanyak 1 ml
2. Tambahkan pada setiap tabung 2 tetes minyak kelapa
3. Kocoklah sampai homogeny, lalu biarkan beberapa saaat
4. Amati sifat kelarutannya
21
HASIL PERCOBAAN
Bahan Tabung
1 2 3 4 5
Akuades 1ml
Alkohol 96% 1ml
eter 1 ml
Kloroform 1 ml
Na2CO3 0,5% 1 ml
Minyak Kelapa 2 tetes 2 tetes 2 tetes 2 tetes 2 tetes
Kocok Tabung sampai Homogen, biarkan beberapa saat
Hasil:
NB : Untuk hasil diberi keterangan Larut/Tidak larut/ terbentuk emulsi
23
PRAKTIKUM 7
REAKSI SAPONIFIKASI LIPID
TUJUAN: mengetahui proses saponifikasi lipid menjadi gliserol dan sabun
PRINSIP: Reaksi antara alkohol dan asam karboksilat disebut ester.Lemak dan minyak nabati
merupakan dua tipe ester.Lemak merupakan campuran ester yang dibuat dari alkohol dan asam
karboksilat, seperti asam stearat, asam oleat, dan asam palmitat.Minyak, seperti minyak zaitun
mengandung ester dari gliserol asam oleat.Lemak padat mengandung ester gliserol dan asam
stearat atau asam palmitat.
Sabun adalah surfaktan yang digunakan dengan air untuk mencuci dan
membersihkan.Sabun biasanya berbentuk padatan tercetak yang disebut batang karena sejarah
dan bentuk umumnya.Penggunaan sabun cair juga telah telah meluas, terutama pada sarana-
sarana publik.Jika diterapkan pada suatu permukaan, air bersabun secara efektif mengikat
partikel dalam suspensi mudah dibawa oleh air bersih. Di negara berkembang, deterjen sintetik
telah menggantikan sabun sebagai alat bantu mencuci.
Banyak sabun merupakan campuran garam natrium atau kalium dari asam lemak yang
dapat diturunkan dari minyak atau lemak dengan direaksikan dengan alkali (seperti natrium atau
kalium hidroksida) pada suhu 80–100 °C melalui suatu proses yang dikenal dengan saponifikasi.
Lemak akan terhidrolisis oleh basa, menghasilkan gliserol dan sabun mentah. Secara tradisional,
alkali yang digunakan adalah kalium yang dihasilkan dari pembakaran tumbuhan, atau dari arang
kayu.Sabun dapat dibuat pula dari minyak tumbuhan, seperti minyak
zaitun.(id.wikipedia.org/sabun). Saponifikasi (saponification) adalah reaksi yang terjadi ketika
minyak / lemak dicampur dengan larutan alkali. Ada dua produk yang dihasilkan dalam proses
ini, yaitu Sabun dan Gliserin.
BAHAN DAN ALAT :
Bahan : Minyak goreng, lemak ikan patin, lemak sapi, NaCl 15%, NaOH
Alat :Gelas beaker, Termometer, Magnetic stirrer, Spatula, Cetakan
24
PROSEDUR
1. Ukur NaOH dengan lemak atau minyak sesuai dengan tabel hasil percobaan
2. Panaskan minyak sebanyak 100 mL di atas stirrer sampai mencapai suhu 60oC
3. Tambahkan perlahan 10 ml NaCl ke dalam minyak sambil dilakukan pengadukan
4. Tambahkan 30 ml larutan NaOH ke dalam minyak dan terus dilakukan pengadukan
selama kurang lebih 20-30 menit
5. Turunkan dari stirrer dan amati perubahan yang terjadi. Hasil reaksi saponifikasi adalah
gelembung-gelembung sabun yang berada di permukaan larutan minyak dan NaOH
6. Diamkan selama satu malam untuk mengetahui hasil saponifikasi berupa sabun cair,
lembek atau keras.
HASIL PERCOBAAN
Bahan Minyak/lemak NaOH Hasil saponifikasi
Minyak goreng 100 ml 30 ml
Lemak ikan patin 100 ml 30 ml
Lemak sapi 100 ml 30 ml
26
BAB V
PRAKTIKUM 8
BIODIESEL
PRINSIP: Produksi biodiesel menjadi salah satu wacana menarik untuk dieksplorasi lebih lanjut.
Potensi sumber daya manusia dan sumber daya alam Indonesia cukup besar untuk
mengembangkan teknologi biodiesel tersebut. Bahan dasar pembuatan biodiesel adalah minyak
nabati, baik berasal dari jagung, kacang tanah, jarak, kelapa sawit, maupun bunga matahari. Pada
perkembangannya, bahan dasar biodiesel juga dapat diolah dari bahan minyak tak murni, atau
biasa disebut dengan minyak jelantah. Tahapan pengolahan minyak jelantah menjadi biodiesel
terdiri atas pre processing, titrasi, dan produksi biodiesel.
Pre Processing
Bahan : Minyak jelantah, air
Alat : saringan, wadah untuk memasak, kompor
PROSEDUR
1. Minyak jelantah disaring kemudian diendapkan
2. Kotoran yang terendap dipisahkan dari minyak
3. Minyak dicampur dengan air dengan rasio 1:1
4. Campuran dipanaskan hingga air tersisa separuhnya
5. Campuran dibiarkan mengendap, minyak yang didapatkan dipisahkan
Titrasi
Bahan : Minyak bekas, air, NaOH, Isoprophyl Alcohol (IPA)
Alat : saringan, gelas ukur 15 ml, cawan kaca, spatula kaca
PROSEDUR
1. Larutkan 1 g katalis NaOH dalam 1 liter air
2. Larutkan 1 ml minyak ke dalam 10 ml IPA, kemudian aduk rata sampai keduanya larut
27
3. Larutan basa (NaOH +air) dimasukkan sedikit demi sedikit kedalam larutan minyak
sambil diukur pH hingga mencapai pH 8-9 (free fatty acid telah dinetralisir)
Jumlah ml larutan basa tersebut menyatakan jumlah NaOH yang harus ditambahkan untuk
bereaksi dengan metanol, misal basa yang ditambahkan 2,5 ml maka jumlah basa yang
seharusnya ditambah adalah 3,5 gram +2,5 gram = 6 g NaOH. Angka 3,5 adalah nilai standar
untuk base oil minyak baru bervolume 1 liter.
Produksi Biodiesel
Bahan : Minyak jelantah, NaOH, methil alkohol (methanol-MeOH; CH3OH atau CH4OH)
Alat : pH meter, termometer, blender, timbangan, gelas ukur 15 ml, pengaduk, wadah plastik
1,5 liter 4 buah, kompor, corong, larutan cuka, sarung tangan (glove), kaca pelindung (google)
PROSEDUR TAHAP I
1. Mixing pertama : proses pencampuran methil alkohol dengan NaOH. Hasil campuran
tersebut disebut methoksida
2. Heating: proses pemanasan base oil hingga 50-55 C (15-20 menit) dengan kompor
3. Mixing kedua: mereaksikan ¾ metoksida dengan menuangkan dalam minyak yang telah
dipanaskan hingga 50 C. kemudian dilanjutkan dengan proses blender 30-50 menit
dengan kecepatan rendah
4. Tuangkan hasil pencampuran ke dalam wadah plastik dan endapkan selama 12-24 jam
hingga mendapat biodiesel yang terpisah dengan gliserin yang mengendap di wadah.
5. Pisahkan antara biodiesel dengan gliserin
PROSEDUR TAHAP II
1. Heating : proses pemanasan kembali biodiesel hasil pembuatan tahap I hingga mencapai
suhu 50-55 C
2. Mixing : mereaksikan ¾ metoksida dengan menuangkan dalam minyak yang telah
dipanaskan hingga 50 C. kemudian dilanjutkan dengan proses blender 30-50 menit
dengan kecepatan rendah
28
3. Pengendapan dan pemisahan : tuangkan hasil pencampuran tersebut ke dalam wadah
plastik dan endapkan selama 12-24 jam sehingga terpisah biodiesel dengan gliserin yang
mengendap di dasar wadah
4. Pencucian : melalui teknik stirring, mencampur biodiesel dengan air dan diaduk dengan
mixer atau manual, yaitu
i) Mencampur biodiesel dengan air (sedikit mengandung asam cuka 25%, ½ cc
dicampur 1,5 liter air)
ii) Mengaduk sampai rata dengan mixer hingga ada perubahan warna menjadi kuning
tua/muda
iii) Endapkan selama 30-60 menit sehingga biodiesel berasa di lapisan atas dan larutan
air berada di lapisan bawah
iv) Pisahkan biodiesel dengan air ke dalam wadah lain sebagai hasil pencucian tahap
pertama
v) Ulangi tahap i-iv untuk pencucian kedua dan ketiga
5. Dehidrasi : penghilangan kadar air dalam biodisel setelah dilakukan proses pencucian
dengan cara memasak biodisel sehingga iar akap menguap karena proses pemanasan.
Catatan:
B100 100% biodiesel
B50 50% biodiesel dan 50% solar
B30 30% biodiesel dan 70% solar
B20 20% biodiesel dan 80% solar
B10 10% biodiesel dan 90% solar
B5 5% biodiesel dan 95% solar
BX = biodiesel/solar
Tugas
Laksanakan percobaan produksi biodiesel Tahap I dan II.
30
BAB VI
PRAKTIKUM 9
ZAT WARNA FOTOSINTETIK
PRINSIP : Kolom Winogradsky adalah suatu kultur pengkayaan yang cocok untuk
mendapatkan berbagai bakteri fotosintetik anaerob dan aerob. Kolom Winogradsky disiapkan
dengan menggunakan alat sederhana, yaitu tabung gelas atau gelas ukur. Teknik pengkayaan ini
pertama kali dikembangkan tahun 1988 oleh Sergei Winogradsky, ahli mikrobiologi Rusia.
Bakteri fototropik hijau dan biru, penghasil sulfat, dan bakteri anaerob lain dapat diisolasi
melalui kultivasi terlebih dahulu dalam Kolom Winogradsky.
Disamping kultur pengkayaan, kolom ini juga merupakan miniatur ekosistem anaerobik,
dan sumber isolat berbagai jenis bakteri yang terlibat dalam siklus nutrien. Kolom Winogradsky
digunakan untuk seleksi mikroorganisme tertentu serta mempelajari proses degradasi suatu
senyawa dan menyeleksi mikroorganisme yang mampu mendegradasinya.
BAHAN DAN ALAT
Bahan : Kuning telur, Potongan kertas koran, metanol, etanol, aseton, CaCO3, CaSO4,
Kloroform, Heksan, Eter
Alat : gelas ukur 1 liter, aluminium foil, gelas beaker, gelas ukur 10 ml
PROSEDUR
1. 0.25 g CaCO3, 5 gram CaSO4, 2,5 gram potongan kertas koran, 100 gram lumpur serta 1
butir kuning telur dicampur merata
2. Campuran dimasukkan ke dalam gelas ukur 1 liter hingga ketingian dua sampai tiga inci
dari dasar tabung. Usahakan menata lapisan agar udara tidak terjebak di dalam gelas ukur
3. Tuangkan air laut, air danau atau air kolam ke atas campuran perlahan-lahan hingga
mencapai 3 cm dari permukaan gelas ukur
4. Gelas ukur ditutup dengan aluminium foil kemudian diletakkan pada ruang yang terkena
cahaya matahari
31
5. Perubahan yang terjadi diamati setiap minggu, meliputi perubahan warna pada
permukaan air atau lumpur, dan diamati pula pembentukan selubung warna pada
permukaan air atau lumpur dan diisolasi mikrobia penghasil zat warna tersebut. Mikrobia
yang didapatkan diwarnai dengan pengecatan gram.
6. Prosedur pengecatan Gram
a. Buat preparat mikrobia pada objek gelas, keringkan, kemudian rekatkan (fiksasi)
3x di atas api Bunsen.
b. Tuangi dengan larutan karbol-gentian-violet (sesudah sediaan dingin), biarkan
selama 5 menit.
c. Zat warna dibuang dan bubuhi dengan larutan mordant (lugol), diamkan selama
kira-kira 1-3 menit.
d. Lugol dibuang dan preparat dicelupkan ke dalam alkohol 96%, sampai warna
gentian violet lepas (sampai gentian violet tidak ada luntur lagi).
e. Cuci dengan air kran sampai bersih, kemudian bubuhi dengan cat-penutup
(counter stain) larutan water-fuchsin, biarkan kira-kira 1-2 menit.
f. Cuci dengan air kran, keringkan dalam temperatur kamar, lihat dengan mikroskop
memakai lensa rendam minyak. Gram positif = ungu. Gram negatif = merah.
HASIL PENGAMATAN
No Kelompok Warna Air Warna Hasil
Pengecatan Gram
Bakteri Gram
(Positif/Negatif)