Artikel thesis

38
KEMAMPUAN GURU SD DALAM MERENCANAKAN MATERI PKLH SECARA INTEGRATIF Oleh: Achmad Husen

Transcript of Artikel thesis

KEMAMPUAN GURU SD DALAMMERENCANAKAN MATERI PKLH SECARA

INTEGRATIF

Oleh:Achmad Husen

Disajikan dalam Seminar Antar Bangsa, tanggal 7-8 Januari2006 di Semarang

ABSTRACT

Achmad Husen. The ability of Primary School Teachers in planning thematerials of Environmental and Population Education integrated: a correlationstudy among the Knowledge of Environment, Environmental Concern and Theability of Primary School Teachers in planning the materials of Environmentaland Population Education integrated.

The purpose of this research is to find out the relationship among theknowledge of environment, environmental concern and the ability in planningthe materials of Environmental and Population Education integrated.

The method of research used in this study was survey method and carriedout on the second semester academic year 2003/2004 at Primary School inJakarta. The size of sample was two hundred teachers of primary school whichwas selected randomly by multistage proportional random sampling. Threeinstrument used to collect the data: test of environmental knowledge (r=0,87),environmental concern scale (r=0,98), and the lesson plan program. The datawas analyzed by applying simple and multiple regression and correlationanalysis.

The research results shown that: 1) there was a positive and significantcorrelation between the knowledge of environment and the ability in planningthe materials of Environmental and Population Education integrated; 2) therewas a positive and significant correlation between the environmental concernand the ability in planning the materials of Environmental and PopulationEducation integrated; 3) there was a positive and significant correlation amongcombination the knowledge of environment, environmental concern and theability in planning the materials of Environmental and Population Educationintegrated.

Kata kunci: kemampuan merencanakan materi PKLH secaraintegratif, pengetahuan lingkungan, kepedulianlingkungan.

PENDAHULUAN

Dalam laporan Komisi Dunia untuk lingkungan danpembangunan (1988) “our common future” dikemukakan bahwa,“banyak diantara masalah-masalah kelangsungan hidup yangkritis, berkaitan dengan pembangunan yang tidak merata,kemiskinan dan pertumbuhan penduduk. Ketiganya telahmenimbulkan tekanan-tekanan yang belum pernah terjadisebelumnya terhadap lahan, air, hutan, dan sumber daya alamlainnya yang ada di planet ini”.

Di Indonesia, menurunnya mutu dan kerusakan lingkunganhidup dapat dibaca di berbagai media massa (surat kabar,majalah, buku dll.), dapat pula disaksikan secara langsungpada keadaan lingkungan yang ada. Kerusakan tersebut begituluas dan dalam sehingga sudah sampai pada taraf yang sangatmengkawatirkan. Beberapa contoh dapat disebut, misalnya:pulau jawa mengalami beban tata lingkungan yang melampauibatas (ecological over stress, Zen, et.al., 1980) erosi gawat diJawa Barat (Emil Salim, 1980), penggundulan hutan diSumatra Selatan dan Kalimantan, tanah kritis diNusaTenggara Timur (Kompas, 6 Nov, 1985) pencemaran didarat, sungai laut dan udara: Sungai Sembakung di Bulungan,Kalimantan timur (Kompas, 21 Nov.1990), wilayah Cibinong,Kabupaten Bogor, Jawa Barat (Kompas, 25 Okt. 1990 ), SungaiTanjung di Riau (Kompas 12 Sept.1990), abrasi dan intrusidi Bali (Kopas,26 Sept.1990), pencemaran pada sumur wargadi Mojosari, Kabupaten Mojoketo, Jawa Timur (Kopas, 23Nov.1990), Jakarta makin panas (Kompas, 14 Nov. 1990),danlain-lain tempat yang tidak mungkin disebut seluruhnya satupersatu.

Masalah-masalah lingkungan sebagaimana tergambar diatas, kalau dikaji secara seksama terutama terletak padapola pikir, pola sikap, dan pola tindak manusianya sertasebagian nilai-nilai yang ada dan berkembang dalammasyarakat yang tidak mencerminkan sifat rasional dantanggung jawab dalam kependudukan dan lingkungan hidup.Menurut Dendasurono Prawiroatmojo (1987),”… muncul darirentetan sebab akibat yang bersumber dari landasan pikir

dan pandangan tentang eksistensi kita dan alam sekitarnya.”Swan dan Stapp(1974) menyatakan bahwa sikap mental dannilai-nilai yang mendorong kaputusan manusialah yangmenjadi penyebab krisis lingkungan. Jhonson, sepertidikutip olah Putrawan (1990) mengemukakan bahwa kerusakankualitas lingkungan disebabkan terutama olah sistempendidikan yang tidak pernah memperhatikan masalahlingkungan.

Oleh karena itu salah satu upaya yang penurut penulissangat penting dan strategis dalam menanggulangi ataumengurangi masalah-masalah kependudukan dan lingkunganhidup adalah dengan pendidikan, dalm hal ini PendidikanKependudukan dan Lingkungan Hidup (PKLH).” Sebabpendidikan”, demikian Suriasumantri (1988), ”padahakikatnya yang paling asasi, merupakan upaya pembentukankepribadian manusia yang mengacu kepada nilai-nilaitertentu”. Suriasumantri (1988) mengemukakan, terdapatdelapan bidang strategis yang harus dicakup pendidikandalam kegiatannya, salah satunya adalah pengembanganpendidikan dan lingkungan.

Tahap yang sangat menentukan dalam proses pertumbuhandan perkembangan kepribadian manusia adalah pada usia dini(anak-anak). Dalam kaitannya dengan pendidikan formal,berarti pada usia sekolah dasar (SD). Keadaan ini dapat dimengerti karena pendidikan pada masa anak-anak, merupakanpandidikan pertama yang diterima seseorang sebelumpendidikan lainnya. Menurut B.S. Mqardiatmaja (1990), “Dariseluruh proses pendidikan, pendidikan dasar menjadilandasan bagi segala pendidikan selanjutnya”.

Berdasarkan hasil kajian S. Hutabarat (1986) dikatakanbahwa secara umum PKLH telah sampai di ruang kelas. Gurudan sasaran didik paling sedikit telah mendengar danmengetahui tentang PKLH, sungguh pun menurut beberapalaporan akhir-akhir ini intensitas program banyak menurun.

Dalam garis-garis besar program ditegaskan bahwa,penyajian PKLH dilakukan dengan pendekatan integratif.

Pendekatan ini menuntut guru tidak hanya menguasai materi-materi yang akan diajarkannya kepada peserta didik, tetapidan yang lebih penting lagi adalah bahwa ia mampumengintegrasikan materi-materi tersebut ke dalam matapelajaran induk tanpa menganggap kedua materi tersebutsebagai dua hal yang berbeda. Kemampuan mengelolakhususnya merencanakan materi PKLH secara intergratifmensyaratkan para guru tidak hanya mengetahui secara benarpengetahuan mengenai lingkungan (konsep-konsep ekologis),tetapi juga dan terutama memiliki sikap mental yang prolingkungan, yakni suatu sikap yang mau dan mendukung upayamempertahankan keseimbangan dan memelihara kelestarianlingkungan (peduli terhadap lingkungan), disampingmengetahui dan memahami prinsip-prinsip intergratif.

DKI Jakarta sebagai wilayah ibukota yang mempunyaisarana dan prasarana relatif yang lebih baik dibandingkandengan daearah lainnya di Indonesia, merupakan barometersekaligus indikator bagi pelaksanaan PKLH dewasa ini. Olehkarena itu merupakan suatu hal yang penting untuk ditelitibagaimanakah pelaksanaan PKLH itu di lapangan, terutamakemampuan guru dalam merencanakan materi PKLH secaraintergratif khususnya di Sekolah Dasar. Berkaitan denganini maka yang sangat relevan juga perlu diketahui adalahpengetahuan dan kepedulian mereka terhadap lingkungan,sebagai faktor internal yang sangat potensial bagi merekadalam mengaktualisasikan kemampuan-kemampuan mereka dalamproses pembelajaran. Hal ini disebabkan upaya pengembangandan peningkatan kualitas profesional memerlukan data-datadan informasi yang akurat tentang kondisi obyektif yang adadi lapangan.

Berdasarkan gambara di atas maka masalah yang akandikaji dalam penelitian ini adalah: 1) Apakah terdapathubungan antara pengetahuan lingkungan dengan kemampuanmerencanakan materi PKLH secara integratif pada guru SD diwilayah DKI Jakarta? 2) Apakah terdapat hubungan antara

kepedulian lingkungan dengan kemampuan merencanakan materiPKLH secara integratif pada guru SD di wilayah DKI Jakarta?3) Apakah terdapat hubungan secara bersama-sama antarapengetahuan lingkungan dan kepedulian lingkungan dengankemampuan merencanakan materi PKLH secara integratif padaguru SD di wilayah DKI Jakarta?

Melalui penelitian ini diharapkan dapat diperolehmasukan mengenai pelaksanaan pendidikan dan kependudukandan lingkungan hidup di lapangan yang ada sekarang initermasuk kelemahan-kelemahan dan kekurangan-kekurangan yangmungkin masih ada, sehingga dapat menjadi bahanpertimbangan dalam upaya perbaikan di masa datang.

KAJIAN TEORI1. Hakikat Kemampuan Merencanakan Materi PKLH secara IntegratifKemampuan, berasal dari kata dasar mampu yang berarti

sanggung (kesanggupan) melakukan sesuatu (Poerwadarminta,1985). Menurut James M. Cooper, guru dikatakan mempunyaikemampuan bila memiliki empat kompetensi, yakni: 1)memiliki pengetahuan tentang “Belajar dan Tingkah Laku”manusia (peserta didik) serta mampu menerjemahkan teori ituke dalam situasi riil; 2) memiliki sikap yang tepatterhadap diri sendiri, sekolah, peserta didik, temansejawat dan mata pelajaran yang dibina; 3) menguasai matapelajaran yang akan diajarkan, dan 4) memiliki keterampilanteknis dalam mengajar, antara lain: keterampilanmerencanakan pelajaran, bertanya, menilai pencapaianpeserta didik, menggunakan strategi mengajar, mengelolakelas dan memotivasi peserta didik. Dengan sedikitperbedaan, Hamalik (1991) menyebut ada empat indikatorkompetensi profesional guru, dan salah satunya adalah mampumelaksanakan peranannya dalam proses mengajar dan belajardi kelas. Perwujudan dari kompetensi tersebut antara lain:(1) mampu menyiapkan bahan pelajaran; (2) mampu menyusunsatuan pelajaran; (3) mampu menyampaikan ilmu kepada murid;(4) mampu menggairahkan anak-anak belajar; (5) mampu

memilih dan menerapkan metode dengan tepat; (6) mampumemilih dan menggunakan alat peraga; (7) mampu melakukanpenilaian hasil belajar murid; (8) mampu menggunakan bahasayang baik dan benar; (9) mampu mengatur disiplin kelas, dan(10) mampu memanfaatkan waktu dengan tepat.

Merencanakan, sebagai bagian dari pengelolaan (Terry,1961), adalah suatu aktivitas pemilihan yang berhubungandengan kenyataan-kenyataan, membuat dan menggunakan asumsi-asumsi yang berkaitan dengan waktu yang akan datang dalammenggambarkan dan merumuskan kegiatan-kegiatan yangdiusulkan dengan penuh keyakinan untuk tercapainya hasilyang dikehendakinya. Nawawi (1985) mengemukakan bahwaperencanaan pada dasarnya berarti persiapan menyusun suatukeputusan berupa langkah-langkah penyelesaian suatu masalahatau pelaksanaan suatu pekerjaan yang terarah padapencapaian tujuan tertentu. Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup

CA. Sanchez yang dikutip Rozy Munir (1985) mengemukakan,bahwa: Pendidikan Kependudukan adalah pendidikan yangdidisain untuk mengembangkan kesadaran dan pengertian akansituasi kependudukan dan juga mengembangjan sikap dantingkah laku rasional terhadap situasi-situasi tersebutuntuk pencapaian kualitas kehidupan bagi hidup individu,keluarga, masyarakat, negara dan dunia secara keseluruhan.

Yusuf, et. al. (1988) memberikan pengertian pendidikanlingkungan hidup sebagai proses pengenalan nilai danpenanaman konsep serta keterampilan untuk mengapresiasikansaling hubungan antara manusia, kebudayaan dan lingkunganbiofisiknya.

Secara umum, tujuan PKLH adalah membina danmengembangkan anak didik agar memiliki sikap dan tingkahlaku kependudukan dan mengelola lingkungan hidup secararasional dan bertanggung jawab dalam rangka memeliharakeseimbangan sistem lingkungan dan penggunaan sumber alamsecara bijaksana demi tercapainya peningkatan kesejahteraanhidup baik spiritual maupun material. Khusus untuk SD,

tujuan PKLH adalah agar siswa memiliki pengetahuan, sikap,dan tingkah laku yang rasional dan bertanggungjawabterhadap masalah kependudukan dan lingkungan hidup

Materi PKLH terdiri atas dua bidang utama, yaitukependudukan dan lingkungan hidup, ditambah denganpembahasan tentang interaksi kependudukan dan lingkunganhidup dengan berbagai aspek kehidupan manusia, meliputipolitik, ekonomi, sosial budaya, agama, hukum, pertahanankeamanan dan sebagainya (Yusuf, et. al., 1988). Aspekkependudukan meliputi: fertilitas, mortalitas dan migrasiserta hubungan timbal balik antara ketiganya, sedangkanaspek lingkungan hidup meliputi: sistem lingkungan tanah,sistem lingkungan air dan sistem lingkungan udara (Cholett,1977). Berdasarkan aspek-aspek tersebut dan sebagaipenjabarannya maka materi pokok PKLH untuk Sekolah Dasarmeliputi: 1) Manusia dan Kebutuhannya; 2) Lingkungan Hidup;3) Masalah-masalah Lingkungan Hidup dan 4) PengelolaanLingkungan Hidup.

Dalam pelaksanaannya, PKLH bukan merupakan matapelajaran yang berdiri sendiri tetapi diintegrasikan keberbagai bidang studi dalam kurikulum SD yang berlaku,yaitu Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu Pengetahuan Sosial(IPS), dan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn).Oleh karena itu materi PKLH dipadukan ke dalam pokokbahasan-pokok bahasan dari berbagai bidang studi yangdianggap relevan. Pengelolaan proses belajar mengajar danpenilaiannya pun, terpadu dalam bidang studi tersebut.

Pendekatan integratif, merupakan pendekatan dalamkegiatan pengajaran, yang dilaksanakan berdasarkanprinsip-prinsip tertentu. Gestalt (dalam Hilgard dan Bower,1981) menyebutkan ada empat prinsip dalam pendekatanintegratif, yaitu : The law of proximity (prinsip kemiripan),The law of similarity (prinsip kesamaan materi), The law of commondirection (prinsip kesamaan arah) dan The law of simplicity(prinsip kesederhanaan). The law of promixity, artinya sebagai“unsur-unsur dari suatu bidang tertentu akan cenderung

dapat dikelompokkan menjadi satu, sesuai dengan kedekatanatau kemiripan yang satu dengan yang lain”. The law of similaritymengandung prinsip bahwa unsur-unsur yang sama dalam artibentuk, warna, susunan dan sebagainya dapat dikelompkkanbersama-sama menjadi satu tanpa melanggar faktor-faktorkedekatan atau kemiripan di atas. The law of common directionmengandung prinsip bahwa titik-titik akan cenderung dapatdikelmpokkan bersama-sama jika beberapa di antaranya nampakbersambung atau melengkapi suatu baris yang tersusun ataumembentuk suatu garis lengkung yang sederhana. The law ofsimplicity mengandung prinsip, bahwa sesuatu yang mirip akankelihatan sama apabila seseorang melihatnya dengan carayang sederhana dan gambaran yang teratur.

Dari uraian di atas dapat dikemukakan bahwa kemampuanmerencanakan materi PKLH secara integratif adalahkesanggupan menggambarkan dan merumuskan aktivitaspembelajaran bidang studi lain yang relevan denganmemasukkan muatan PKLH berdasarkan prinsip-prinsipintegratif.

Wujud dari kesanggupan menggambarkan dan merumuskanperencanaan pembelajaran tersebut tercermin dalam disainpembelajaran yang dibuat oleh guru (Rohani, et. al., 1991),yang dalam istilah guru-guru SD disebut Program SatuanPelajaran atau Satpel. Ada beberapa model perencanaanpembelajaran yang penggunaannya berbeda-beda sesuaiorientasi yang dijadikan sasaran (Soekamto, 1993). Daribeberapa model yang ada, pengembangan instruksional yangberorientasi kelas merupakan model yang banyak dipergunakanoleh guru-guru SD. Pada pengembangan instruksional modelini, tugas guru adalah: menyusun tujuan pembelajaran yangingin dicapai, menentukan materi pembelajaran yang akandiberikan kepada siswa, merancang strategi instruksionalyang akan dipakai untuk pengelolaan proses belajar dikelas, menentukan media yang akan dipakai untuk membantukelancaran proses belajar siswa serta mengadakan evaluasikeberhasilan belajar siswa. Dengan demikian dalam suatu

perencanaan pembelajaran, paling tidak memuat komponen-komponen sebagai berikut: 1) tujuan pembelajaran, 2) materipembelajaran, 3) metode pembelajaran, 4) media pembelajaran(alat peraga) dan 5) evaluasi pembelajaran.

Berkaitan dengan perencanaan materi pembelajaran PKLHsecara integratif, maka yang perlu dilihat dalam Satpelyang dibuat oleh guru SD adalah: apakah tujuanpembelajaran, materi pembelajaran, dan evaluasipembelajaran yang dirumuskan, mengandung muatan daritujuan, materi dan evaluasi PKLH atau tidak. Sedangkanmetode dan media pembelajaran dilihat tepat tidaknya daritinjauan PKLH.2. Hakikat Pengetahuan Lingkungan

Pengetahuan, menurut Suriasumantri (1987) adalah segalayang diketahui dan merupakan khasanah mental yang secaralangsung atau tidak langsung turut memperkaya kehidupanmanusia. De Block, seperti yang dikutip Winkel (1989)mengemukakan, pengetahuan tersebut mencakup fakta dan datayang merupakan kenyataan dan menjadi bahan baku untukberpikir. Sementara Hamilton (1983) mengatakan bahwapengetahuan akan membentuk struktur kognitif seseorang.

Bloom (1981) mencatat pengetahuan tersebut berupasimbol-simbol verbal, atribut, sifat, hubungan dan faktayang dapat diingat dan dikenal kembali. Melaluipengetahuan, seseorang dapat memberikan fakta-fakta dengancara mengingat atau mengenal kembali ide-ide atau fenomenayang dialami. Atau dalam istilah Zimbardo (1985) “memori”,untuk menyatakan kapasitas mental menyimpan, mengingat,atau mengenal kembali hal-hal yang dialami atau dipelajari.Hawes (1982) mendefinisikan pengetahuan sebagai sejumlahfakta, informasi dan prinsip-prinsip yang dimilikiseseorang, yang diperolehnya melalui belajar danpengalaman. Pengetahuan sebagai hasil belajar tampak dalambentuk kemampuan-kemampuan.

Ada tiga kategori pengetahuan menurut Bloom (et. al.,1981) yang dideskripsikan berdasarkan “perilaku mengingat

informasi”, yaitu: 1) Pengetahuan spesifik, mencakupberbagai informasi khusus yang digunakan dalammengkomunikasikan, memahami dan mengorganisasikan secarasistematik bidang pengetahuan tertentu. Tipe pengetahuanini meliputi: istilah-istilah dan fakta spesifik; 2)Pengetahuan tentang cara-cara dan arti-arti spesifik.Konvensi, kecenderungan dan urutan, klasifikasi dankategori, criteria dan metodologi, termasuk dalam tipe ini;3) Pengetahuan mengenai keuniversalan dan abstraksi (dalamsuatu bidang). Pada tipe ini masuk masuk prinsip-prinsipdan generalisasi, teori dan struktur.

Lingkungan (yang dalam GBPP PKLH disebut lingkunganhidup), diartikan sebagai kesatuan ruang dengan segalamakhluk hidup, benda dan daya serta manusia dengan segalaperilakunya, yang saling berhubungan secara timbale balik,di mana perubahan dari satu komponennya akan mempengaruhikomponen lainnya. Soemarwoto (1987) menyebutnya ekosistem,didefinisikan sebagai suatu system ekologi yang terbentukoleh hubungan timbal balik antara makhluk hidup denganlingkungannya. Sementara Odum (1971), memberikan pengertianekosistem sebagai berikut:

Any units that includes all of the orgamisms (i, e: community) in a givenarea interacting with the physical environment so that a flow of energy teadsto clearly defined trophic structure, biotic diversity, and material (i, e:exchange of materials between living and non living parts) within thesystem.Danasaputro (1987), menyebut lingkungan hidup sebagai

semua benda dan kondisi termasuk di dalamnya manusia dantingkah perbuatannya, yang terdapat dalam ruang tempatmanusia berada dan mempengaruhi hidup dan kesejahteraanmanusia dan jasad hidup lainnya.

Hungerford dan Peyton (1980) menyatakan bahwa dalampengertian lingkungan hidup, mencakup komponen-komponensebagai berikut: 1) individu dan populasi; 2) interaksi danketergantungan; 3) pengaruh-pengaruh lingkungan dan faktor-faktor pembatas; 4) aliran energi dan siklus material

(biokimia); 5) masyarakat dan konsep-konsep ekosistem; 6)suksesi; 7) homeostatis; 8) manusia sebagai anggotaekosistem, dan 9) implikasi ekologi dari kegiatan-kegiatanmanusia dan masyarakatnya.

Dari uraian di atas dapat dikemukakan bahwa pengetahuanlingkungan menunjuk pada konsep-konsep dan fakta-faktalingkungan yang diketahui sebagai salah satu kemampuandalam aspek kognitif yang diperoleh seseorang, baik melaluiproses pembelajaran maupun pengalaman lainnya, yang daripadanya seseorang dapat memberikan fakta-fakta dengan caramengingat atai mengenal kembali ide-ide atau fenomena yangdialaminya.3. Hakikat Kepedulian Lingkungan

Konsep kepedulian lingkungan (environmental concern) muncul,berawal dari gejala perubahan pandangan masyarakat terhadaplingkungan. Hal ini bukan hanya ditandai oleh perubahanyang mendasar terhadap kognisi-kognisi tentang bagaimanalingkungan itu bekerja, tetapi juga dalam kenyataannyabahwa cara kerja lingkungan alam itu telah berubah sehinggamempengaruhi aspek soail, ekonomi dan bahkan politik(Milbrath, 1981). Tremblay dan Dunlap (1978) memandangkepedulian lingkungan sebagai kepedulian terhadap kualitaslingkungan. Menurut Geisler, et. al. (1977), kepedulianlingkungan merupakan kesadaran terhadap masalah-masalahlingkungan (aspek kognitif) dan sikap-sikap yang mendukungsetiap aktivitas masyarakat untuk melindungi lingkungan.Sementara White (1986) berpendapat bahwa kepedulianlingkungan berkaitan erat dengan the sense of capacity (perasaanmampu) untuk mengubah atau menyesuaikan diri denganlingkungan alam. White menyatakan bahwa perasaan mampu inimemiliki rentang dari menerima kerusakan suatu sifat,menyenangi atau membenci, sampai pada merasa yakinberkompeten secara individual atau kelompok untukmemperbaiki kesalahan-kesalahan yang ditanggapi, dandiekspresikan dalam sikap-sikap umum terhadap lingkunganalam. Sejalan dengan White, Bell, et. al. (1978) mengatakan

bahwa kepedulian lingkungan pada dasarnya adalah sikaplingkungan. Sikap lingkungan didefinisikan sebagaipendapat-pendapat, perasaan-perasaan dan kecenderunganberbuat terhadap berbagai fenomena lingkungan (Holahan,1982).

Noe dan Snow (1990) mengasosiasikan kepedulianlingkungan dengan nilai-nilai, kepercayaan-kepercayaan dansikap-sikap tentang lingkungan yang memberi tuntunan bagiaktivitas bersama. Kepercayaan-kepercayaan dan sikap-sikapterhadap lingkungan mencerminkan kepercayaan-kepercayaandan sikap-sikap dari kelompok tempat ia menjadi bagian didalamnya atau kelompok masyarakat di mana ia mengalamisosialisasi dan enkulturisasi (Foste, 1873). Dengandemikian dapat dikemukakan bahwa kepedulian lingkunganberkaitan dengan perspektif lingkungan, atau paradigmalingkungan yang dianut oleh sekelompok masyarakat. Dalamhal ini, paradigma tersebut mencerminkan pandangan yangberorientasi pada sikap rasional dan rasa tanggung jawabterhadap lingkungan.

Secara teoritis, paradigma merupakan bagian dasar daristruktur kognitif yang menentukan sikap-sikap tertentu danperilaku-perilaku (Caron, 1989), dan merupakan konsep dasaryang dianut oleh sekelompok masyarakat tertentu termasukmasyarakat ilmuan (Suriasumantri, 1987).

Ada dua bentuk paradigma mengenai lingkungan yangdihipotensiskan di sini yakni Dominant Social Paradigm (DSP) atauparadigma sosial dominant dan New Environmental Paradigm (NEP)atau paradigma lingkungan baru yang dikonsepsikan sebagailawan DSP. Dalam Caron (1989), Kuhn dan Jackson (1989)serta Rands (1990) dijelaskan bahwa DSP menggambarkan proeksploitasi dan anti lingkungan, menekankan pada ide-idemenguasai alam, mengutamakan hak-hak pribadi, mengejarkekayaan material, dan percaya pada ilmu dan teknologi.Sebaliknya, NEP menggambarkan sikap-sikap pro lingkungan,menekankan ide-ide keharmonisan dan pemeliharaan lingkunganalam, meyakini adanya batas-batas pertumbuhan, dan

menyadari keterkaitan secara timbal balik antara manusiadan lingkungan alam.

Milbrath (1981) dalam studinya tentang NEP mengemukakanbeberapa indikator, hal ini disebutkan juga dalam Rands(1990), yang pada intinya meliputi: (1) cinta dan respekterhadap alam, (2) prihatin dengan kepentingan orang banyaksebagai lawan dari sifat yang mengutamakan kepentinganpribadi (lebih memilih bekerja sama dari pada berkompetisi,(3) memelihara sumber daya bagi generasi mendatang, (4)menunjukkan kepedulian terhadap pola hidup sederhana, (5)merencanakan secara matang untuk menghindari resiko yangdiakibatkan oleh kekayaan, (6) melindungi lingkungandaripada mengejar pertumbuhan ekonomi, (7) melindungilingkungan dari pada mengutamakan penyediaan lapanganpekerjaan, dan (8) menekankan pada penghematan energi.

KERANGKA BERPIKIR1. Hubungan antara pengetahuan lingkungan dengan kemampuan

merencanakan materi PKLH secara integratif.Sebagaimana telah dikemukakan pada bagian terdahulu

bahwa salah satu faktor yang sangat dominan dalamkeberhasilan pencapaian tujuan Pendidikan Kependudukan danLingkungan Hidup adalah kemampuan guru dalam mengelolamateri PKLH. Sebagaimana juga diketahui bahwa di antarakegiatan-kegiatan yang ada dalam proses pengelolaan makaperencanaan merupakan suatu hal yang dominan dalam upayapencapaian tujuan. Sebab perencanaan, di samping merupakanlangkah awal dari proses suatu pengelolaan, melaluiperencanaan dapat pula ditetapkan kegiatan-kegiatan yangmengacu pada tujuan, mempertimbangkan sumberdaya yangdimiliki dan dapat dimanfaatkan, menentukan strategi danmetode pembelajaran serta sistem evaluasi yang sesuaidengan tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena prosespembelajaran PKLH bukan merupakan mata pelajaran yangberdiri sendiri tetapi diintegrasikan ke berbagai bidangstudi lain yang relevan, maka kemampuan guru dalam

merencanakan materi PKLH secara integratif mutlakdiperlukan.

Kemampuan guru merencanakan materi PKLH secaraintegratif sangat ditentukan oleh pengetahuan guru itusendiri tentang kependudukan dan lingkungan hidup.Kemampuan seseorang itu sangat dipengaruhi sistem kognitifyang dimilikinya. Terbentuknya sistem kognitif itu sendirisalah satu faktornya adalah pengetahuan. Dengan demikiandapat dikatakan bahwa semakin tinggi pengetahuan seseorangmaka semakin tinggi pula kemampuannya dalam mengelola hal-hal yang berkaitan dengan pengetahuannya itu.

Berdasarkan proposisi di atas dapat diduga bahwaterdapat hubungan antara pengetahuan tentang lingkungandengan kemampuan merencanakan materi PKLH secara integratifpada guru SD di Wilayah DKI Jakarta.2. Hubungan Antara Kepedulian Lingkungan Dengan Kemampuan

Merencanakan Materi PKLH Secara Integratif.Kepedulian seseorang terhadap suatu obyek, berkaitan

dengan paradigma yang dianutnya. Paradigma, merupakanbagian dasar dari struktur kognitif yang menentukan sikap-sikap dan perilaku-perilaku tertentu. Adapun kepedulianlingkungan itu berkaitan dengan paradigma lingkungan; yaitusuatu pandangan yang berorientasi pada sikap rasional dantanggungjawab terhadap lingkungan. Dalam kepedulianlingkungan, tercakup keyakinan, sikap dan nilai-nilai yangmencerminkan adanya kepekaan lingkungan dan memilikitanggungjawab bagi peningkatan kualitas dan pemeliharaanlingkungan.

Seseorang yang memiliki kepedulian lingkungan akanberpandangan, berkeyakinan, bersikap serta cenderung untukbertindak melindungi dan memberikan manfaat bagilingkungan. Bila kepedulian lingkungan itu dimiliki olehguru maka dia akan berusaha secara sungguh-sungguh untukmenyampaikan pengetahuan, membimbing dan melatih sikap dantindakan anak didiknya agar mempunyai pengetahuan, sikapdan tindakan yang rasional dan bertanggungjawab terhadap

lingkungan, melalui proses pembelajaran yang dilakukannya.Hal tersebut jelas sangat membantunya dalam merencanakanmateri PKLH secara integratif ke bidang studi lain yangrelevan.

Atas dasar itu maka dapat diduga bahwa terdapat hubunganantara kepedulian lingkungan dengan kemampuan merencanakanmateri PKLH secara integratif pada guru SD di Wilayah DKIJakarta.3. Hubungan secara bersama-sama antara pengetahuan lingkungan dan

kepedulian lingkungan dengan kemampuan merencanakan materiPKLH secara integratif.Kemampuan guru dalam merencanakan materi PKLH sangat

ditentukan oleh pengetahuan guru itu sendiri mengenailingkungan, disamping kepedulian terhadap masalah-masalahlingkungan yang ada dalam masyarakat. Pengetahuanlingkungan, dapat digunakan dalam proses menganalisis danmengadaptasikan materi PKLH ke dalam pokok bahasan bidangstudi lain yang relevan; sementara kepedulian lingkungandapat mengarahkan guru kepada upaya sungguh-sungguh dankonkrit dalam membimbing dan mendidik pada siswanya untukmemiliki pengetahuan, sikap dan perilaku yang rasional danbertanggungjawab terhadap lingkungan, serta memilikikesadaran untuk ikut berpartisipasi memecahkan masalah-masalah lingkungan yang berkembang dalam masyarakatsekitarnya, sesuai dengan kedudukan dan kemampuan yangdimilikinya. Kedua hal tersebut jelas memberikan kontribusibagi kemampuan guru dalam merencanakan materi PKLH secaraintegratif.

Atas dasar itulah maka diduga bahwa terdapat hubunganantara pengetahuan lingkungan dan kepedulianlingkungandengan kemampuan merencakan materi PKLH secara integratifpada guru SD di Wilayah DKI Jakarta.

PERUMUSAN HIPOTESISBerdasarkan landasan teori dan keranga berpikir di atas,

dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: 1) Terdapat

hubungan positif antara pengatahuan lingkungan dengankemampuan merencanakan materi PKLH secara itegratif padaguru SD di Wilayah DKI Jakarta. 2) Terdapat hubunganpositif antara kepedulian lingkungan dengan kemampuanmerencakan materi PKLH secara itegratif pada guru SD diWilayah DKI Jakarta. 3) Terdapat hubungan positif secarabersama-sama antara pengetahuan lingkungan dan kepedulianlingkungan dengan kemampuan merencakan materi PKLH secaraintegratif pada guru SD di Wilayah DKI Jakarta.

METODOLOGI PENELITIANA. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei, jenis studi korelasi.B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di sekolah-sekolah dasar DKIJakarta, pada semester kedua tahun ajaran 1993/1994.Pertimbangan yang melandasi pilihan ini adalah pada saatitu guru-guru telah memasuki tahap akhir dari rangkaianproses pembelajaran untuk satu tahun ajaran (1993/1994),dengan demikian diharapkan semua materi PKLH yang harusdisampaikan melalui pendekatan integratif sudahdilaksanakan. Hal ini berkaitan dengan SAP (satuan acarapengajaran) atau Satpel yang akan dijadikan sebagai salahsatu data dokumenter dalam penelitian ini.C. Populasi dan Sampling

Dalam penelitian ini yang dianggap populasi targetadalah seluruh guru SD di wilayah DKI Jakarta, sedangkanguru SD yang mengajar di kelas I, II, III, IV, V dan VI,dan atau guru yang mengajar bidang studi IPS, IPA dan PPKndijadikan sebagai populasi terjangkau. Sampel diambil 200orang, dengan cara: pertama ditentukan SD yang akan diambilrespondennya dengan cara acak; kedua kepada SD terpilihdimintakan satu orang guru, sesuai dengan kriteria yangditentukan.

D. Instrumen PenelitianSesuai dengan variabel penelitian yakni: pengetahuan

lingkungan, kepedulian lingkungan dan kelompok datakemampuan merencanakan materi PKLH secara integratif, makainstrumen yang digunakan dalam menghimpun data adalah TestPengetahuan Lingkungan, skala kepedulian lingkungan, danProgram Satuan Pelajaran (SATPEL ) yang dibuat oleh guru –guru.

Sebelum digunakan, tes pengetahuan lingkungan dan skalakepedulian lingkungan dilakukan uji coba. Hasil uji cobamenunjukkan bahwa instrumen tersebut memenuhi validasi isi(untuk tes pengetahuan lingkungan) dan memenuhi validasikonstruk (untuk skala kepedulian lingkungan). Sedangkanreliabilitas instrumen, dengan menggunakan formula Kuder –Richardson 20 (KR-20) (untuk tes pengetahuan lingkungan)diperoleh koefisien KR-20 sebesar 0,87, sementara untukskala kepedulian lingkungan, dengan menggunakan formulaAlpha-Cronbach (r 11) diperoleh koefisien sebesar 0,98.E. Teknik Analisis Data

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukandengan menggunakan teknik analisis korelasi dalam regresilinier. Untuk keperluan pengujian maka disajikan dalambentuk hipotesis statistik dengan menggunakan notasi(Sudjana, 1998) sebagai berikut:

Hipotesis pertama: H0: y.1= 0 H1: y 1>0

Hipotesis kedua: H0:y 2 =0H1: y.2>0

Hipotesis ketiga: H0 : Ry.12= 0H1 : R12 >0

Hubungan variabel-variabel yang dihipotesiskan digambarkandalam bentuk hubungan sebagaimana yang dimodelkan olehpersamaan regresi linier.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANA. Deskripsi Data1. Skor data kemampuan merencanakan materi PKLH secara

integratif ( Y )Rentangan skor data kemampuan merencanakan materi PKLH

secara integratif terletak antara 8 – 14. Jumlah . jumlahskor ada 2.210, skor rata-rata sebesar 11,05, jumlah skorkuadrat ada 24.868, dan simpangan bakunya sebesar 1,5. Skorrata-rata sebesar 11,05 ini berada pada jarak yang relatifsebanding antara skor terendah ke skor rata-rata denganskor rata-rata ke skor tertinggi. Data ini menunjukkanbahwa kemampuan merencanakan materi PKLH secara integratifberdistribusi normal. Simpangan baku sebesar 1,5menunjukkan bahwa skor kemampuan merencanakan materi PKLHsecara integratif homogen.Berdasarkan hasil penelitian, distribusi skor kemampuanmerencanakan materi PKLH secara integratif dapat dilihatpada tabel 1.

Tabel 1Skor kemampuan merencanakan materi PKLH secara integratif

Interval Skor Frekuensi Absolut Frekuensi relatif(%)

8 10 5,009 17 8,5010 47 23,5011 52 26,0012 41 20,5013 19 6,5014 14 7,00

Jumlah 200 100,00

Secara visual dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Histogram skor kemampuan merencanakan materi PKLH secaraintegratif.

2. Skor data pengetahuan lingkungan ( X1)Rentangan skor data pengetahuan lingungan terletak

antara 17–29. Jumlah skor 4.609, skor rata-rata sebesar23,05, jumlah skor kuadrat ada 108.059, dan simpanganbakunya 3,04. Skor rata-rata ini berada pada jarak yangrelatif sebanding antara skor terendah ke skor rata-ratadengan skor rata-rata ke skor tertinggi. Data inimenunjukkan bahwa skor berdistribusi normal, sedangkansimpangan baku sebesar 3,04 menunjukkan skor yang relatifhomogen. Skor data pengetahuan lingkungan dapat dilihat padaTabel 2.

7, 8, 9, 10 8,1211 13 140

10

20

30

Tabel 2Skor data pengetahuan lingkungan ( X1 )

Interval Skor Frekuensi Absolut Frekuensi relatif (%)16-18 13 65,0019-21 54 27,0022-24 65 32,5025-27 52 26,0028-30 16 8,00Jumlah 200 100,00

Bila skor data diatas divisualisasikan maka akan terlihatseperti pada Gambar 2.

Gambar 2. Histrogram Skor data pengetahuan lingkungan (X1)

3. Skor data kepedulian lingkungan ( X2)Rentangan skor kepedulian lingkungan terletak antara 59

– 77. Jumlah skor ada 13.594, dan simpangan bakunya sebesar4,75. Skor rata-rata sebesar 67,47 ini berada pada jarakyang relatif sebanding antara skor terendah ke skor rata-rata dengan skor rata-rata ke skor tertinggi. Data inimenunjukkan bahwa skor data kepedulian lingkunganberdistribusi normal. Simpangan baku sebesar 4,75,menunjukkan bahwa skor data kepedulian lingkungan relatifhomogen. Skor data kepedulian lingkungan dapat dilihat padaTabel 3, dan secara visual dapat dilihat pada Gambar 3.

Tabel 3Skor data kepedulian lingkungan

Interval Skor Frekuensi Absolut Frekuensi relatif

15 18 21 24 8,30270

10

20

3030

40

(%)16-18 13 65,0019-21 54 27,0022-24 65 32,5025-27 52 26,0028-30 16 8,00Jumlah 200 100,00

Gambar 3. Histogram skor data kepedulian lingkungan (X2)

B. Uji Persyaratan Sebelum menguji hipotesis penelitian, terlebih dahulu

perlu diuji persyaratannya, yaitu normalitas data danhomogenitas data. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahuiapakah data hasil penelitian memenuhi persyaratan untuk ujikorelasi dengan menggunakan rumus Pearson Product Momen atautidak. Berdasarkan hasil perhitungan, (untuk normalitasmenggunakan uji Kolmogorov-Smirnov (K–S) data kemampianmerencanakan materi PKLH secara integratif berdistribusinormal pada =0,01. Sedangkan uji homogenitas dengan Chi-kuadrat menunjukkan bahwa data kemampuan merencanakan materiPKLH secara integratif dilihat melalui skor data pengetahuanlingkungan dan skor data kepedulian lingkungan adalahhomogen.C. Pengujian Hipotesis1. Hubungan antara pengetahuan lingkungan (X1) dengan

kemampuan merencanakan materi PKLH secara integratif (Y)Hipotesis nol berbunyi: tidak terdapat hubungan antara

pengetahuan lingkungan (X1) dengan kemampuan merencanakanmateri PKLH secara integratif (Y). Berdasarkan hasilperhitungan, maka Anava untuk model regresi dan linieritas

57 60 64 66 8,7269

0

10

20

3030

75 78

pengetahuan lingkungan (Xa) dengan kemampuan merencanakanmateri PKLH secara integratif (Y) dapat dilihat pada tabel4.

Tabel 4ANAVA Untuk Regresi Linier X1 dan Y

Ŷ = 3,17+0,34 X1

Sumber variasi Dk Jk Rjk F

Total (T)

Regresi (a)

Regresi (b/a)

Sisa

200

1

1

198

24,868

24.420,50

214,39

233,11

24.420,50

214,39

1,18 182,09**

Tuna cocok (TC)

Galat (G)

11

187

7,52

225,59

0,68

1,21

0,56 ns

** P H 0,01 ns: non signifikanTabel 4 menunjukan bahwa model regresi yang diperoleh

adalah Ŷ = 3,17+0,34 X1 dan F-hitungan untuk model sebesar181,69. Dalam daftar distribusi F,ditemukan F-tabel =F(0,01)(1)

( atif198)=6,76 berarti model regresi kemampuan merencanakanmateri PKLH secara integratif (Y) adalah signifikan.

Bentuk hubungannya ditemukan F-hitung sebesar 0,56.Dalamdaftar distribusi F, ditemukan F-tabel=F(0,01)(11)(187) =2,29.Karena F-hitung <F-tabel, yaitu 0,56<2,29, berartibentuk hubungan antara pengetahuan lingkungan (X1)dengankemampuan merecanakan materi PKLH secara integratif (Y)adalah linier.

Berdasarkan hasil perhitungan korelasi yang dilakukandengan menggunakan rumus Pearson Product Moment (dapatdilihat pada lampiran 11a), diperoleh pengetahuanlingkungan (X1) dengan kemampuan merencanakan materi PKLHsecara integratif (Y) sebesar 0,69.

Setelah diadakan pengujian keberartian korelasi denganuji t, ditemukan t-hitung sebesar 13,49. Harga t-tabel pada

daftar distribusi t=t(0,01)(198) sebesar 2,33. Karena t-hitung > t-tabel, yaitu 13,49>2,33, maka hipotesis nolditolak.Hal ini berarti koefisien korelasi antarapengetahuan lingkungan (X1) dengan kemampuan merencanakanmateri PKLH secara integratif(Y) signifikan pada a=0,01.

Tabel 5

Hasil perhitungan korelasi antara pengetahuan lingkungan(X1) dengan kemampuan merencanakan materi PKLH secaraintegratif (Y)

x1 Y x12 x1 x1Y rxy

Uji t

T - hitung

4.609 2.210 108.059 24.868 51.560 0.69 13.49**

Koefisien determinasi hubungan pengatahuan lingkungan(X1) dengan kemampuan merencanakan materi PKLH secaraintegratif (Y) sebesar 0,692 x 100% = 47,61 %. Hal iniberarti variansi kemampuan merencanakan materi PKLH secaraintegratif (Y) ditentukan oleh variansi pengetahuanlingkungan (X1) sebesar 47,61% melalui model regresi yangtelah diuji keberartiannya yaitu Ŷ = 3,17+0,34 X1 , bukanmelalui model lain. Secara visual kekuatan hubungan antarapengetahuan lingkungan (X1) dengan kemampuan merencanakanmateri PKLH secara integratif (Y) dengan model regresi Ŷ =3,17+0,34 X1.

2. Hubungan Antara Kepedulian Lingkungan (X2) denganKemampuan merencanakan Materi PKLH secara Integratif (Y)

Hipotesis nol berbunyi: tidak terdapat hubungan antarakepedulian lingkungan (X2) dengan kemampuan merencanakanmateri PKLH secara integratif (Y). Berdasarkan hasilperhitungan, maka Anava untuk model regresi dan linieritaskepedulian lingkungan dengan kemampuan merencanakan materiPKLH secara integratif bisa lihat pada tabel 6.

Tabel 6ANAVA Untuk Regresi Linier X2 dan Y

Ŷ = 4,63+0,23 X2Sumber variasi Dk Jk Rjk FTotal (T)Regresi (a)Regresi (b/a)Sisa

20011198

24,86824.420,50259,05188,45

24.420,50259,050,95 272,68**

Tuna cocok (TC)Galat (G)

17181

28,69159,76

1,690,88

1,92 ns

** P H 0,01 ns: non signifikanTabel 6 menunjukkan bahwa model regresi yang diperoleh

adalah : Ŷ = 4,63+0,23 X2 dan F-hitung untuk model regresiditemukan sebesar 272,68. Dalam daftar distribusi F,ditemukan F-tabel = F(0,01)(1)(198) = 6,76. Karena F-hitung> F-tabel, yaitu 272,68 > 6,76, berarti model regresi untukdata kepedulian lingkungan (X2) dengan kemampuanmerencanakan materi PKLH secara integratif (Y) adalahsignifikan.

Bentuk hubungannya ditemukan F-hitung sebesar 1,92. Dalamdaftar distribusi F, ditemukan F-tabel = F (0,01)(17)(181) =2,04. Karena F-hitung < F-tabel, yaitu 1,92 < 2,04, berartibentuk hubungan antara kepedulian lingkungan (X2) dengankemampuan merencanakan materi PKLH secara integratif (Y)adalah linier.

Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan denganmenggunakan rumus Pearson Product Moment diperoleh koefisienkorelasi (rxy) antara kepedulian lingkungan (X2) dengankemampuan merencanakan materi PKLH secara integratif (Y)sebesar 0,35. Setelah dilakukan pengujian keberartiankorelasi dengan uji-T, ditemukan t-hitung sebesar 15,98.Harga t-tabel pada daftar distribusi t = t (0,01)(198)sebesar 2,33 karena t-hitung > t-tabel, yaitu 15,98 > 2,33,maka hipotesis nol (Ho) ditolak. Hal ini berarti koefisienkorelasi antara kepedulian lingkungan (X2) dengan kemampuanmerencanakan materi PKLH secara integratif (Y). signifikanpada = 0,01.

Koefisien determinasi hubungan kepedulian lingkungan (X2)dengan kemampuan merencanakan materi PKLH secara integratif(Y) adalah sebesar 0,752 X 100 % = 56,25 %. Hal ini berartivariansi kemampuan merencanakan materi PKLH secaraintegratif ditentukan oleh variansi kepedulian lingkungansebesar 56,25 % melalui model regresi yang telah diujikeberartiannya yaitu Ŷ = 4,63+0,23 X2, bukan melalui modellain.

Tabel 7Hasil perhitungan korelasi antara kepedulian lingkungan (X2)dengan kemampuan merencanakan materi PKLH secara integratif(Y)

x2 Y x22 Y2 x2Y rxy

Uji t

T – hitung

13.594 2.210 928.466 24.868 151.320 0.75 15.98**

Secara visual kekuatan hubungan antara kepedulian lingkungandengan kemampuan merencanakan materi PKLH secara integratifdengan model regresi Y = 4,63 + 0,23 X.3. Hubungan secara bersama-sama antara pengetahuan

lingkungan (X1) dan kepedulian lingkungan (X2) dengankemampuan merencanakan materi PKLH secara integratif (Y)Hipotesis nol berbunyi: pengetahuan lingkungan (X1) dan

kepedulian lingkungan (X2) secara bersama-sama tidakberhubungan dengan kemampuan merencanakan materi PKLH secaraintegratif (Y).

Hasil perhitungan model regresi gambar diperoleh modelregresi Ŷ = -6,184 - 0,019 X1 + 0,26 X2. F-hitung untukmodel regresi ditemukan sebesar 158,01, sedangkan F-tabel =F (0,01) (1) (197) = 6,63 karena F-hitung > F- tabel , yaitu158,01 > 6,63, berarti model regresi kedua variabel bebasdiatas secara bersama-sama terhadap kemampuan merencanakanmateri PKLH secara integratif signifikan pada = 0,01.

Berdasarkan hasil perhitunan ditemukan koefisien korelasi(R2) antara kedua variabel bebas diatas secara bersama-samakepada kemampuan merencanakan materi PKLH secara integratifsebesar 0,62. Setelah keberartiannya keuji F, ditemukan F-hitung sebesar 160,71. Dalam daftar distribusi F, harga F-tabel = F(0,01) (2) (198) = 4,61 karena F-hitung > F-tabel,yaitu 160,71 > 4,61, maka H0 ditolak yang berarti koefisienkorelasinya signifikan pada = 0,01.

Koefisien determinasi kontribusi pengetahuan lingkungandan kepedulian lingkungan secara bersama-sama kemampuanmerencanakan materi PKLH secara integratif adalah 0,62 X100% = 62 %. Hal ini berarti kedua variabel bebas diatassecara bersama-sama memberikan kontribusi kepada variabelkemampuan merencanakan materi PKLH secara integratif sebesar62%, melalui model regresi yang telah diuji keberartiannyayaitu Ŷ = -6,184 - 0,019 X1 + 0,26 X2 bukan melalui modellain pada = 0,01.

D. Pembahasan Hasil pengujian secara statistik terhadap hipotesis

penelitian pertama menunjukkan bahwa pengetahuan lingkunganmempunyai peran yang tidak dapat diabaikan sebagai faktorperamal dalam memprediksi kemampuan merencanakan materi PKLHsecara integratif.

Berdasarkan model regresi Y atas X1 dapat dikemukakanbahwa peningkatan skor pengetahuan lingkungan sebesar satusatuan diharapkan akan diikuti oleh peningkatan skor rata-rata kemampuan merencanakan materi PKLH secara integratifsebesar 0,34. Dengan kata lain makin tinggi tingkatpengetahuan lingkungan makin tinggi pula tingkat kemampuanmerencanakan materi PKLH secara integratif.

Secara khusus hasil pengujian ini memperkuat kedudukandari kegiatan penataran mengenai pelaksanaan PKLH disekolah-sekolah dasar di DKI Jakarta yang pernah diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan dan Pengajaran DKIJakarta. Hasil pengujian ini juga dapat dijadikan bahanpertimbangan sekaligus rekomendasi pada Dinas Pendidikan danPengajaran DKI Jakarta untuk melanjutkan kembali kegiatantersebut dimasa-masa yang akan datang.

Hasil pengujian secara statistik terhadap hipotesispenelitian kedua menunjukkan bahwa kedulian lingkunganmempunyai peran yang cukup penting sebagai faktor peramaldalam memprediksi kemampuan merencanakan materi PKLH secaraintegratif. Berdasarkan model regresi Y atas X2 dapatdikemukakan bahwa peningkatan skor kepedulian lingkungansebesar satu satuan diharapkan akan diikuti oleh peningkatanskor rata-rata kemampuan merencanakan materi PKLH secaraintegratif sebesar 0,23. Dengan kata lain makin tinggitingkat kepedulian PKLH secara integratif.

Hasil pengujian secara statistik terhadap hipotesis keduamendukung suatu pendekatan efektif melalui sosialisasi daninternalisasi NEP dalam upaya meningkatkan kemampuanmerencanakan materi PKLH secara integratif dikalangan guru-guru sekolah dasar. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwausaha mengembangkan dan meningkatkan kemampuan merka dalammerencanakan materi PKLH secara integratif. Hasil pengujianhipotesis penelitian kedua ini juga sekaligus memberikandukungan terhadap berbagi bentuk kampanye lingkungan,baikyang dilakukan melalui media elektronik, nedia cetak,slogan-slogan, maupun melalui kegiatan-kegiatan yangdilakukan oleh perorangan dan kelompok masyarakat yangterorganisasi.

Hasil pengujian secarastatistik terhadap hipotesispenelitian ketiga menunjukan bahwa pengetahuan lingkungandan kepedulian lingkungan merupakan dua faktor yang secarabersama-sama ternyata mempunyai peran yang berbeda, biladibandingkan dengan peran masing-masing faktor secarasendiri-sendiri dalam memprediksi kemampuan merencanakanmateri PKLH secara integratif.

Berdasarkan model regresi Y atas kombinasi X1 dan X2 dapatdikemukakan bahwa perubahan skor pada pengayahuan lingkungansebesar satu satuan akan perubahan memungkinkan dikuti olehperubahan skor kemampuan merencanakan materi PKLH secaraintegratif. Bentuk perubahan tersebut mungkin dikuti olehpenurunan skor rata-rata pada kemampuan merencanakan materiPKLH sebesar 0,02, bila skor kepedulian lingkungandikontrol. Bentuk perubahan ini walaupun arahnya berbedabila dibandingkan dengan peran pengetahuan lingkungan

terhadap kemampuan merencanakan materi PKLH secaraintegratif sebagai faktor yang mandiri, tetapi masihmenunjukkan hubungan yang positif. Dengan kata lain makinrendah tingkat pengetahuan lingkungan, makin rendah pulatingkat kemampuan merencanakan materi PKLH secaraintegratif. Hal ini berbeda dengan bentuk perubahan padakepedulian lingkungan, yang arahnya berlawanan yaknipenurunan skor satu satuan pada kepedulian lingkungan akanmemungkinkan akan dikuti oleh peningkatan kemampuanmerencanakan materi PKLH secara integratif sebesar 0,26,bila faktor pengetahuan dikontrol. Dengan demikian bentukhubungan antara kepedulian lingkungan dengan kemampuanmerencanakan materi PKLH secara integratif adalah bersifatnegatif. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Raunds (1990),orang yang memiliki derajat kepedulian yang kuat, lebihmudah menampilkan sikap yang yang sangat positif terhadapusaha penanggulangan pencemaran lingkungan atau usahapenghijauan, tetapi untuk masing-masing sikap itu belumtentu berlaku hal sebaliknya, artinya, orang yang tingkatkepeduliannya lemah tidak selalu carpemeliharaan kualitaslingkungan (penanggulangan pencemaran atau penghijauan),sikapnya tetap positif.

E. Keterbatasan PenelitianDisadari dan tak dapat disangkal bahwa dalam penelitian

ini terdapat keterbatasan-keterbatasan yang kadang-kadangdianggap sebagai kelemahan-kelemahan penelitian. Biladiamati secara seksama maka keterbatasan-keterbatasantersebut dapat diidentifikasikan sebagai berikut: 1) Jumlahsampel, walaupun secara statistik metodologis dapatdibenarkan tetapi jumlah tersebut bila dibandingkan denganjumlah populasi target yang ada, termasuk kategori sedikit;2) Teknik pengambilan sampel telah diupayakan menggunakansimple random sampling secara berjenjang. Tetapi pada saatmenyampaikannya kepada subyek penelitian (responden) adasuatu hal yang tidak dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan hal tersebut diluar jangkauan kemampuan penelitiuntuk mengatasinya, yakni jalur birokrasi melalui kepalasekolah; 3) Respons yang diberikan oleh responden mungkin

masih dapat dipertanyakan tingkat kepercayaannya, mengingatberbagai faktor yang mungkin mempengaruhinya, misalnyakelelahan, sulitnya pertanyaan atau hal lain yang tidakdapat dideteksi.

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARANA. KesimpulanBerdasarkan pengujian hipotesis dan pembahasan, dapatdikemukakan kesimpulan sebagai berikut: 1) terdapat hubunganpositif antara pengetahuan lingkungan dengan kemampuanmerencanakan materi PKLH secara integratif; artinya semakintinggi tingkat pengetahuan lingkungan, semakin tinggi pulakemampuan merencanakan materi PKLH secara integratif; 2)terdapat hubungan positif antara kepedulian lingkungandengan kemampuan merencanakan materi PKLH secara integratif;artinya semakin tinggi tingkat kepedulian lingkungan,semakin tinggi pula kemampuan merencanakan materi PKLHsecara integratif; 3) secara bersama-sama, pengetahuanlingkungan dan kepedulian lingkungan mempunyai hubunganpositif dengan kemampuan merencanakan materi PKLH secaraintegratif.B. ImplikasiDalam proses penanaman nilai-nilai dan sikap yang pro padapeningkatan kualitas dan pemeliharaan lingkungan, PKLHmenempati posisi yang sangat penting. Kalau diasumsikanhasil penelitian ini dapat digeneralisasikan, maka upayameningkatkan kualitas guru SD umumnya terutama padakemampuannya merencanakan materi PKLH secara integratif,maka peningkatan pengetahuan lingkungan dan kepedulianlingkungan merupakan dua hal yang harus ada dan tidak bolehdiabaikan. Oleh karena itu kegiatan-kegiatan penataran ataupelatihan tentang PKLH, kampanye lingkungan, gerakanpenghijauan, sejuta pohon dan lain-lain yang mengarah padapeningkatan kualitas dan pemeliharaan lingkungan perludigalakkan.C. Saran-saranSesuai hasil temuan dalam penelitian ini, disampaikan saransebagai berikut: 1) Bentuk Satpel untuk wilayah DKI Jakartasebaiknya dibuat standar, sehingga memudahkan bagi para guru

dalam membuat perencanaan pembelajaran. Saran ini tampaknyapenting bagi Dinas Pendidikan Dasar DKI Jakarta, mengingatkewenangan untuk standarisasi ada pada instansi tersebut; 2)Dinas Pendidikan Dasar perlu mempertimbangkan untuk kembalimenyelenggarakan penataran tentang PKLH, karena masihditemukannya guru-guru yang belum jelas tentang PKLH; 3)Bagi guru-guru SD hendaknya menyadari benar akan artipentingnya PKLH bagi upaya peningkatan kualitas danpemeliharaan lingkungan, mengingat kedudukan PKLH yangsangat strategis dan penting dalam pembentukan sikap bagianak didik dalam menghadapi permasalahan lingkungan di masa-masa yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

Atkinson, R. L. , Atkinson, C. A. , Hilgard, E. (1983) Introduction to Psychology . New York: Horcout Brace Jovanovich.

Bell, P. A. , Fisher, J. D. Loomis, R. J. (1978). Environ-mental psyhology. Toronto: W. B. Sounder Company.

Bigge, L. Moris (1982). Learning Theories for Teacher. New York: Harper and Row.

Biro Kesehatan PT. Semen Padang (1990). Melampaui Ambang Batas.Pencemaran Pabrik Semen Padang. Kompas: 25 Oktober 1990.

Biro Pusat Statistik (1990). Catatan tentang Hasil PerhitunganJumlah Penduduk Indonesia bedasarkan Sensus Penduduk 1990. Jakarta: Humas BPS.

Bloom, Benjamin, Masia (1981). Taxonomy of Educational Objectives,Cognitive Domain, Book I. New York : Loqeman.

Bower, H. Gordon & Hilgard, R. Ernest (1981). Theories of Learning. NewJersey : Prentice-Hall, Ins.

Brody, Michael J .,& Koch, Helmut (1990). An Assesment of 4 th, 8 th, and 11 th Grade Students Knowledge Related to

Marine Science and Natural Resource Issues. The Journal of Environmental Education, volume 21, Number 2, 16-26.

Buttel, F.H.,& flinn, W.L.(1977) Conception of Rural Life and Environmental Concern. Rural Sociology, Volume 42, Number 4, 544-554.

Caron, Judi Anne (1989). Environmental Perspective of Black:Acceptence of The “New Environmental Paradigm” . The Journal of Environmental Education, Volume 20, Number 3, 21-26.

Chiras, T. Daniel (1985). Environmental Science, a Framework for Decision Making . California: The Benjamin Clumming Publ. Inc.

Cholett, E.T.(1977). Environmental Protection. Dalam IshematSastranegara, Pengelolaan Sumber Daya Alam, bagian I Bogor : FPS IPB Bogor.

Cronbach, L.J. & Meehl,P.E.(1966). Construct Validity in psychological tests. Dalam C.I.Chase & H.G.Ludlow (eds.),Readings in educational and psychological measurement ( pp68-89). Boston : hougton Mifflin Company.

Dendasurono Prawiroatmodjo (1986). Aspek Perilaku Manusia Berwawasan Kependudukan dan Lingkungan Hidup , Makalah dalam Semlok PKLH-PKB untuk menangani Masalah Kependudukan 4-6 Agustus.

________ (1987). Pendidikan kependudukan dan Lingkungan Hidup dalam Upaya Pembinaan Manusia Indonesia Seutuhnya, Pidato Pengukuhan Guru Besar IKIP Jakarta, 14 Juli.

Danusaputro, Munajdat St. (1985). Hukum Lingkungan. Buku I umum .Jakarta : Bina Cipta.

DEPDIKBUD (1999). GBPP untuk Sekolah Dasar, Suplemen. Jakarta: Ditjen Dikdasmen.

Emil Salim (1980). Lingkungan Hidup Dan Pembangunan. Jakarta: Mutiara.

________ (1988). Pola Pembangunan Berkelanjutan. Jakarta : PT. Gramedia.

Foster, M. George (1971). Traditional Societies and Technoloqical Change.New York : Harper and Row.

Fraenkel, J.R.& Wallen, N.E.(1990). How to design and evalute research in education . New York : McGraw Hill Publishing Company.

Geisler, C.C.,Martinson, O.B., & Wilkening, E.A.(1977). Outdoor Recreation and Environmental Concern, : A Restudy. Rural Sociologi, Volume 42, Number 2, 241-249.

Hamalik, Oemar (1991). Pendidikan Guru : Konsep dan Strategi. Bandung : C.V. Mandar Maju.

Hamilton, V. (1983). The Cognitive Struktur and Process of Human Motivation and Personality. New York : John Willey & Sons..

Hawes, G.R. & Hawes, L.S. (1982). The course dictionary of education. New York : Van Nostrand Reinhold Company.

Holahan, Charles J. (1982). Environmental Psychology. New York :Random House.

Humas DPRD Jatim (1990). Pabrik Kertas EA di Mojosari Tetap Buang Limbah Tanpa Diolah. Kompas : 23 November 1990.

Hungerford, H.R.& Peyton R.B. (1980). Strategies for develoving an environmental education curricullum. UNESCO.

Ibra (1990). Sungai Sembakung Tercemar Eksploitasi Hutan dari Sabah. Kompas : 21 November 1990.

Jalaludin Rakhmat (1988). Psikologi Komunikasi . Bandung : RemajaKarya.

Suriasumantri, Jujun S. (1987). Filsafat Ilmu : Sebuah Pengantar Populer. Jakarta : Pusta Sinar Harapan. (1988). Pembangunan, Modernisasi, dan PendidikanLPP IKIP Jakarta.

Komisi Dunia untuk Lingkungan dan Pembangunan (1988) Hari Depan Kita Bersama, alih bahasa Bambang Sumantri. Jakarta : PT. Gramedia.

Krech, David, Crutchfield, S. Richard, Ballachey, L.Egerton (1962). Individual in Society . Calipornia : McGraw-Hill Book Co.

Kuhn, R.G.& Jackson, E.L.(1989). Stability of factor Structures in the measurement of public environmental attitudes. The Journal of Environment , Vol. 20, 27-32.

Mardiatmajda, B.S. (1989). Pendidikan Dasar sebagai Landasan Pendidikan, Majalah Analisis CSIS, Tahun XIX, No. 5, 404.

Milbrath, W. Lester (1981). Environmental Values and Beliefsof The General Public and Leaders in The United States,England, Germany. Environmental Policy Formation, The Impact of Values, Ideology,and Standards . Ed. Dean E. Mann. Toronto : Lexington Books.

M. T. Zen, Editor (1980). Menuju Kelesrarian Linkungan Hidup. Jakarta : PT. Gramedia.

Nawawi, Hadari (1985). Menuju Kelestarian Lingkungan Hidup. Jakarta: Gunung Agung.

Noe, Francis, & Snow, Rob (1990). Hispanic Cultural Influence on Enviromental Concern. Journal of Environmental Education . Volume 21, Number 2, 27-34.

Odum, Eugene P. (1971). Fundamentals of Ecology (3rd ed.). Toronto : Sounders.

Putrawan, I . Made (1990). Pengaruh Strategi Penyampaian Materi pada FPMIPA dan FPIPS terhadap Hasil Belajar Mahasiswa tentang Konsep-Konsep Ekosistem . Jakarta : LPP IKIP Jakarta.

Ratna Willis Dahar (1989). Teori-Teori Belajar . Jakarta : Erlangga.

Resosudarmo, S ., Kartawinata, K dan Sugiarto, A. (1985). PengantarEkologi . FPS IKIP Jakarta.

Rohani, Ahmad H.M. & Ahmadi, Abu H. (1991). Pengelolaan Pengajaran . Jakarta Bineka Cipta.

Poerwadarminta, W.J.S. (1995). Kamus Umum Bahasa Indonesia . Jakarta PN.Balai Pustaka.

Rand, G.P. (1990). Environmental attitudes, behaviors, and decision making : implications for management educationand development. Dalam W.M. Hoffman, R. Frederick, E.S.,Petry & G.H. Adamain (eds.). The Corporation, Ethics, andThe Environment (pp. 269-285). London : Quorum Books.

Sanches, C.A.,ed. Rozy Munir (1995) Pendidikan Kependudukan . Jakarta : Bumi Aksara.

Sandbach, Francis (1980). Environment, Ideology and Policy. Oxford : Basil Blackwell.

Sans S. Hutabarat (1986). PKLH-PKB Pelaksanaannya selama ini dan Prospeknya di Masa Depan Makalah pada Seminar-Lokakarya PKLH-PKB.Jakarta : 4 – 6 Agustus.

Setiyarso, Agus (1990). Tebang Pilih Berbahaya ? Kompas: 6 Nopember 1985.

Shavelson, R . J . (1988). Statistical Reasoning for The Behavioral Sciences (2rd. ed.). Toronto: Allyn and Bacon, Inc.

Soekamto, Toeti (1993). Perencanangan dan Pengembangan Sistem Instruksional . Jakarta: Intermedia.

Soemarwoto, Otto (1989). Ekologi lingkungan Hidup dan Pembangunan . Jakarta: Penerbit Jambatan.Soeriaatmadja, R. E . (1989). Ilmu Lingkungan. Bandung: Penerbit ITB.

Soeriaatmadja, R.E. (1989). Ilmu Lingkungan . Bandung : Penerbit ITB.

Soerjadi, W .H .(1990). Kondisi Lokal Jakarta Tingkatkan Suhu Udara . Kompas 14 September 1990.

Soeroto Martomidjojo (1990). Bali Disedot, Bali Digerogot . Kompas: 26 September 1990.

Sudjana (1983). Teknik Analisis Regresi dan Korelasi . Bandung: Tarsito.

________ (1989). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sudjana, Nana (1984). Pengaruh Kompetensi Guru terhadap Hasil Belajar Siswa di Bidang Pendidikan Kependudukan di SPG di Jawa Barat. Jakarta: Perputaskaan PPS IKIP Jakarta.

Swan, J. A . & Stapp, W . B . (1974). Environmental Education . New York: Jhon Wiley & Sons.

Syafrijal (1990). Debu Limbah Pabrik Semen Lebih dari Hanya Menyesakkan Napas. Kompas 30 September 1990.

Syamsuddin J . (1990) . Pencemaran Sungai Ombilin dan Tapung Resahkan Masyarat Sumbar dan Riau . Kompas: 12 september 1990.

Terry, R George (1961). Principle of Management . Third Edition .New York: Richard D. Irwin , Inc.

Temblay, Kenneth R. , & Dunlap, R . E (1978) .Rubal – Urban Residence and Concern With Environmental Quality: A Replecation and Extension. Rulal Sociology, Volume 43 , Number 2, 474 – 491.

Waersok , Etty Eltina H.(1990) . Sikap Pemimpin Desa Terhadap Lingkungan Hidup Ditinjau dari Pengetahuan tentang Adat Hawear dan Konsep-konsep Ekosistem: suatu studi korelasional di kepulauan Kei, Maluku Tenggara . Jakarta: Perpustakaan PPS IKIP Jakarta.

White ,G. F. (1986). The Choice ofuse in resource management. Dalam R .W . Kates & I . Burton (eds). Geograhpy, resource, and evironment (Vol. 1 pp. 143-163). Chicago: University of Chicago Press.

Winkel , W. S . (1989). Psikologi Pengajaran . Jakarta PT. Gramedia.

Yusuf , Maftuchah , dkk. (1988). Pendidikan kependudukan dan Lingkungan Hidup di IKIP dan FKIP. Jakarta DEPDIKBUD.

________ (1986). Etika Lingkungan , Makalah. Jakarta: UniversitasTrisakti Jakarta.

________ (1985). Pengaruh Timbal Balik antara Kependudukan dengan Berbagai Aspek Kehidupan Manusia. Jakarta: FPS IKIP Jakarta bekerjasamadengan BKKBN.

________(1988). Masalah kependudukan dan Lingkungsan Hidup dalam Pembangunan Nasional, Makalah pada Latihan Pengajaran PKB /PLH. Jakarta :22-26 Pebruari.

Zimbardo, G Phillip (1985). Psychology and Life . London: Scott Foresman and Co.