2018 - DJPb - Kementerian Keuangan

322
2018 LAPORAN K I N E R J A DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

Transcript of 2018 - DJPb - Kementerian Keuangan

Laporan Kinerja 2018 1

2018

L A P O R A N

K I N E R J A

D I R E K T O R A T

J E N D E R A L

P E R B E N D A H A R A A N

DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

Direktorat Jenderal Perbendaharaan2

L A P O R A N

K I N E R J A

D I R E K T O R A T J E N D E R A L

P E R B E N D A H A R A A N

2018

Direktorat Jenderal Perbendaharaanvi

halaman ini sengaja dikosongkan

Laporan Kinerja 2018 i

KATA PENGANTAR

Dalam rangka lebih memantapkan akuntabilitas pelaksanaan tugas dan fungsi masing-masing unit di lingkungan pemerintahan sekaligus menyelaraskan antara aspek perencanaan, penganggaran, dan akuntabilitas, telah dikeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah. Upaya mengaitkan aspek penganggaran dan aspek akuntabilitas ini dimaksudkan untuk mengarah kepada penerapan konsep anggaran berbasis kinerja (performance based budgeting) secara utuh sebagai salah satu pendekatan dalam sistem penganggaran sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

Salah satu implementasi atas azas penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good governance) sebagaimana tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014, setiap instansi pemerintah diwajibkan menyusun Laporan Kinerja (LAKIN) sebagai pertanggungjawaban atas pencapaian tujuan/sasaran strategis instansi. Dikaitkan dengan pendekatan penganggaran berbasis kinerja (performance based budgeting), setiap unit penyelenggara negara harus dapat mempertanggungjawabkan berbagai kinerja yang telah diraih dikaitkan dengan penyediaan anggaran yang dialokasikan serta pencapaian visi misi organisasi dalam penyelenggaraan kegiatan pemerintahan dan pembangunan.

Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPb) sebagai salah satu unit eselon I di lingkungan Kementerian Keuangan berkewajiban untuk menyusun laporan pertanggungjawaban kinerja yang berisi berbagai capaian kinerja yang telah dilaksanakan dalam tahun 2018, sehingga pihak yang berkepentingan dapat mengetahui hasil dan capaian atas pelaksanaan program/kegiatan jajaran DJPb. Di samping itu, melalui LAKIN yang disusun diharapkan dapat tercipta transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan tugas dan fungsi DJPb yang bertanggung jawab untuk merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang perbendaharaan negara.

LAKIN DJPb Tahun 2018 diharapkan secara eksternal dapat digunakan sebagai media pertanggungjawaban kinerja kepada pihak-pihak yang berkepentingan dan secara internal dapat digunakan oleh seluruh jajaran pegawai DJPb untuk memperbaiki dan meningkatkan kinerja seiring dengan bertambahnya tantangan dalam pelaksanaan tugas dan fungsi di masa yang akan datang.

Jakarta, Februari 2019Direktur Jenderal Perbendaharaan

Marwanto Harjowiryono

Direktorat Jenderal Perbendaharaanii

RINGKASAN EKSEKUTIF

Dalam rangka mendukung visi pemerintah dalam Kabinet Kerja Periode Tahun 2014-2019, yaitu untuk mewujudkan Indonesia yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian berlandaskan gotong-royong, Kemenkeu memiliki tugas strategis berdasarkan Peraturan Presiden No. 28 Tahun 2015, yaitu sebagai pengelola fiskal yang berwenang dalam penyusunan kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi makro. Sebagai bagian dalam pelaksanaan tugas tersebut, berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No. 234/PMK.01/2015, DJPb memiliki tugas untuk menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pelaksanaan anggaran, pengelolaan kas dan investasi, pembinaan pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum (BLU), dan akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

DJPb telah menetapkan visi, yaitu “Menjadi pengelola perbendaharaan negara yang unggul di tingkat dunia”. Untuk mewujudkan visi tersebut, DJPb menjalankan misi yang meliputi: (1) mewujudkan pengelolaan kas dan investasi yang pruden, efisien, dan optimal; (2) mendukung kinerja pelaksanaan anggaran yang tepat waktu, efektif, dan akuntabel; (3) mewujudkan akuntansi dan pelaporan keuangan negara yang akuntabel, transparan, dan tepat waktu; (4) mengembangkan kapasitas pendukung sistem perbendaharaan yang andal, profesional, dan modern. Dalam mendukung pencapaian prioritas nasional serta mewujudkan visi dan misi organisasi, DJPb telah menyusun kegiatan prioritas dan Rencana Strategis (Renstra) DJPb Tahun 2015-2019.

Renstra memuat sembilan tujuan DJPb, yaitu: (1) terciptanya fungsi pelaksanaan anggaran yang efektif; (2) terwujudnya pengelolaan kas yang efektif dan efisien; (3) terciptanya sistem manajemen investasi yang akurat, tepat sasaran, dan akuntabel; (4) terwujudnya pengelolaan keuangan BLU yang fleksibel, efektif, dan akuntabel; (5) terwujudnya akuntansi keuangan pemerintah yang akuntabel, transparan, tepat waktu, dan akurat; (6) terwujudnya dukungan teknis perbendaharaan yang andal, terintegrasi, terotomasi, dan mudah diterapkan; (7) terwujudnya penyempurnaan proses bisnis sistem perbendaharaan sesuai best practices; (8) terwujudnya pemberdayaan dan integrasi seluruh sumber daya organisasi secara optimal, efektif, dan efisien; (9) terwujudnya peningkatan kualitas layanan Kantor Vertikal kepada seluruh pemangku kepentingan.

Untuk mencapai visi dan misi serta tujuan yang telah ditetapkan, DJPb menjabarkan sasaran-sasaran strategis sebagai rincian atas tujuan tersebut. Setiap sasaran tersebut disertai dengan ukuran sebagai alat untuk mengetahui pencapaian sasaran dimaksud. Pada tahun 2018, ditetapkan 13 sasaran strategis dan 22 indikator kinerja utama (IKU) beserta targetnya. Berdasarkan evaluasi kinerja tahun 2018, secara keseluruhan kinerja DJPb sudah baik, di mana Nilai Kinerja Organisasi (NKO) adalah sebesar 108,10. Meskipun nilai tersebut menurun dari NKO tahun 2017 (sebesar 111,11) dan tahun 2016 (sebesar 110,11), dari 22 Indikator Kinerja Utama (IKU) DJPb tahun 2018, seluruhnya telah berstatus hijau (memenuhi target/ekspektasi), serta menimbang besar nilai target sebagian IKU mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Adapun rincian capaian untuk setiap IKU pada tahun 2018 adalah sebagai berikut:

1. Persentase kinerja pelaksanaan anggaran K/L terealisasi sebesar 87,81% (target 80%);2. Rata-rata indeks opini BPK atas LK K/L dan LK BUN terealisasi sebesar 3,89 (target 3,6); 3. Indeks kepuasan publik atas layanan DJPb terealisasi sebesar 4,72 (target 4,52); 4. Persentase rekonsiliasi tingkat UAKPA secara tepat waktu dan andal terealisasi sebesar 99,72% (target 98%); 5. Indeks ketepatan waktu penyelesaian harmonisasi peraturan terealisasi sebesar 3,76 (target 3,25 (skala 4));6. Persentase tindak lanjut simplifikasi pelaporan dan pertanggungjawaban anggaran K/L terealisasi sebesar

100% (target 100%);7. Deviasi proyeksi perencanaan kas pemerintah pusat terealisasi sebesar1,22% (target 5%);8. Persentase pencapaian target penerimaan pokok dan bunga pinjaman terealisasi sebesar 121,77% (target

100%);

Laporan Kinerja 2018 iii

9. Persentase pencapaian target pendapatan BLU terealisasi sebesar 124,87% dengan target 100%;10. Persentase pelaksanaan tugas khusus terealisasi sebesar 96,32% dengan target 85%;11. Indeks efektivitas edukasi dan komunikasi terealisasi sebesar 87,86 dengan target 85;12. Indeks penyelesaian UU PP APBN secara tepat waktu terealisasi sebesar Indeks 4 dengan target 4

(skala 4);13. Persentase rekomendasi BPK atas LKPP dan LK BUN yang telah ditindaklanjuti terealisasi sebesar 96,39%

dengan target 89%;14. Persentase pemenuhan standar soft dan hard competency terealisasi sebesar 96,14% dengan target 94%;15. Persentase implementasi inisiatif RBTK terealisasi sebesar 100% dengan target 92%;16. Tingkat pemenuhan unit kerja terhadap kriteria ZI WBK terealisasi sebesar 112,27% dengan target 100%;17. Indeks Persepsi Integritas terealisasi sebesar 91,69 dari target 85; 18. Persentase tingkat implementasi Aplikasi SAKTI terealisasi sebesar 100% dari target 100%;19. Persentase downtime sistem TIK terealisasi sebesar 0,199% dari target 0,35%;20. Persentase kapabilitas tata kelola TIK terealisasi sebesar 83,27% dari target 75%; 21. Persentase rekomendasi BPK atas LK BA 15 yang telah ditindaklanjuti terealisasi sebesar 91% dari target

89%;22. Persentase kualitas pelaksanaan anggaran terealisasi sebesar 97,33% dari target 95%.

Pada sisi pengelolaan anggaran, DJPb telah merealisasikan penyerapan DIPA TA 2018 untuk semua jenis belanja sebesar 96,77%, yaitu Rp1.596,09 miliar dari total pagu sebesar Rp1.649,31 miliar. Kualitas pemanfaatan anggaran tidak direfleksikan dengan sekedar menyerap pagu anggaran, tetapi juga memperhitungkan juga ketercapaian keluaran riil, konsistensi dengan perencanaan, serta upaya efisiensi dalam penyerapannya. Selain itu, pemanfaatan anggaran yang berkualitas harus memberikan dampak yang dapat dirasakan manfaatnya bagi masyarakat luas.

DJPb juga telah menghasilkan berbagai capaian membanggakan selama tahun 2018, antara lain: a. Perolehan opini WTP (Wajar Tanpa Pengecualian) dari BPK atas LKPP Tahun 2017;b. Pengakuan Om-SPAN oleh Bank Dunia sebagai salah satu innovations in managing public money;c. Technical Assistance penyusunan Government Finance Statistics (GFS) ke negara lain;d. Implementasi ISO 9001:2015 pada seluruh KPPN di Indonesia dan Layanan Contact Center HAI-DJPb;e. Kantor wilayah dan kantor pelayanan terbaik tahun 2018 lingkup Kemenkeu;f. Peringkat pertama Implementasi PUG tahun 2018 lingkup Kemenkeu; g. Predikat WBK & WBBM tingkat nasional, akselerasi zona integritas menuju WBK, dan nilai tertinggi

persepsi integritas lingkup Kemenkeu;h. Pengelola kinerja terbaik, skor tertinggi survei Strategy Focused Organization (SFO), dan nilai tertinggi

survei kepuasan pengguna layanan lingkup Kemenkeu;i. Implementasi e-SPM, Kartu Kredit Pemerintah (KKP), Bagan Akun Standar (BAS) mobile, dan digitalisasi

pembiayaan Ultra Mikro (UMi);j. Pembentukan jabatan fungsional bidang perbendaharaan;k. Berbagai kinerja membanggakan lainnya.

Perbaikan terhadap organisasi dilakukan secara terus menerus melalui berbagai inovasi atas manajemen dan pelayanan, peningkatan integritas pegawai, dan peningkatan pengelolaan kinerja. Berbagai keberhasilan kinerja yang telah dicapai akan terus ditingkatkan sehingga dapat mengantarkan DJPb mewujudkan visi untuk menjadi pengelola perbendaharaan negara yang unggul di tingkat dunia.

Direktorat Jenderal Perbendaharaaniv

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

IKHTISAR EKSEKUTIF ii

DAFTAR ISI iv

DAFTAR TABEL v

DAFTAR GAMBAR xi

DAFTAR GRAFIK xii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 3

B. Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi 4

C. Peran Strategis 6

D. Sistematika Laporan 8

BAB II PERENCANAAN KINERJA 9

A. Rencana Strategis 11

B. Rencana Kerja (Renja) dan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) 15

C. Penetapan/Perjanjian Kinerja DJPb Tahun 2018 23

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 35

A. Capaian Kinerja Organisasi 37

B. Realisasi Agenda Prioritas 200

C. Realisasi Anggaran 203

D. Kinerja Lain DJPb 208

BAB IV INISIATIF PENINGKATAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN 233

A. Tindak Lanjut atas Evaluasi AKIP 235

B. Revitalisasi Manajemen Kinerja DJPb 239

BAB V PENUTUP 251

LAMPIRAN

Perjanjian Kinerja Tahun 2018 255

Rencana Kinerja Tahunan Tahun 2018 265

Formulir Pengukuran Kinerja Tahun 2018 267

Informasi Kinerja dan Anggaran DJPb Tahun Anggaran 2018 269

Laporan Kinerja 2018 v

DAFTAR TABEL

2A.1 Penjelasan Misi DJPb 12

2A.2 Target Kinerja DJPb Tahun 2018 pada Renstra DJPb 14

2B.1 Sasaran Pendukung Pencapaian Prioritas Nasional Tahun 2018 Lingkup DJPb 17

2B.2 Rencana Kinerja pada Renja DJPb Tahun 2018 17

2B.3 Alokasi Anggaran DJPb Tahun 2015 s.d. 2018 per Jenis Belanja 20

2B.4 Alokasi Anggaran DJPb Tahun 2015 s.d. 2018 per Jenis Kegiatan 21

2B.5 Kerangka Pendanaan untuk Kegiatan Prioritas DJPb Tahun 2018 22

2C.1 Target Indikator Kinerja Utama (IKU) Kemenkeu-One DJPb Tahun 2018 26

2C.2 Inisiatif Strategis DJPb Tahun 2018 27

2C.3. Pendanaan Per Kegiatan untuk Mendukung Pencapaian Sasaran Strategis Tahun 2018

27

3A.1 Nilai Kinerja DJPb 2018 Berdasarkan Perspektif 37

3A.2 Capaian IKU Kemenkeu-One DJPb Tahun 2018 38

3.1 Capaian IKU pada Sasaran Strategis 1 39

3.1a.1 Data Perhitungan Realisasi IKU Persentase kinerja pelaksanaan anggaran K/L Tahun 2018

43

3.1a.2 Capaian IKU Persentase kinerja pelaksanaan anggaran K/L Tahun 2018 44

3.1a.3 Perbandingan Capaian IKU Persentase kinerja pelaksanaan anggaran K/L Tahun 2015 s.d. 2018

44

3.1a.4 Perbandingan Realisasi IKU Persentase kinerja pelaksanaan anggaran K/L Tahun s.d. 2018 dan Renstra 2015-2019

45

3.1a.5 Perbandingan Realisasi IKU Persentase kinerja pelaksanaan anggaran K/L Tahun s.d. 2018 dan RPJMN 2015-2019

45

3.1a.6 Perbandingan Realisasi IKU Persentase kinerja pelaksanaan anggaran K/L dengan Unit Eselon I Lainnya

46

3.1a.7 Penanganan Risiko terkait Pencapaian IKU Persentase kinerja pelaksanaan anggaran Tahun 2018

48

3.1b.1 Perhitungan Realisasi IKU Rata-rata indeks opini BPK atas Jumlah LK K/L dan LK BUN Tahun 2018

51

3.1b.2 Capaian IKU Rata-rata indeks opini BPK atas Jumlah LK K/L dan LK BUN Tahun 2018

52

3.1b.3 Perkembangan Opini BPK atas LK K/L dan LK BUN Tahun 2008 s.d. 2017 52

3.1b.4 Perbandingan Realisasi IKU Rata-rata indeks opini BPK atas Jumlah LK K/L dan LK BUN dan Renstra 2015-2019

53

3.1b.5 Perbandingan Realisasi IKU Rata-rata indeks opini BPK atas Jumlah LK K/L dan LK BUN dan RPJMN 2015-2019

54

3.1b.6 Perbandingan Realisasi IKU Rata-rata indeks opini BPK atas Jumlah LK K/L dan LK BUN dengan Unit Eselon I Lainnya

54

3.1b.7 Penanganan Risiko terkait IKU Rata-rata indeks opini BPK atas Jumlah LK K/L dan LK BUN Tahun 2018

57

3.2 Capaian IKU pada Sasaran Strategis 2 59

3.2.1 Rincian Skor Indeks Kepuasan atas 11 Aspek Layanan yang Diteliti Tahun 2018 60

3.2.2 Capaian IKU Indeks kepuasan publik atas layanan DJPb Tahun 2018 62

Direktorat Jenderal Perbendaharaanvi

3.2.3 Perbandingan Capaian IKU Indeks kepuasan publik atas layanan DJPb Tahun 2012 s.d. 2018

62

3.2.4 Perbandingan Realisasi IKU Indeks kepuasan publik atas layanan DJPb s.d. 2018 dengan Renstra 2015-2019

63

3.2.5 Perbandingan Realisasi IKU Indeks kepuasan publik atas layanan DJPb s.d. 2018 dengan RPJMN 2015-2019

63

3.2.6 Rekomendasi atas Hasil Survei Kepuasan Pengguna Layanan DJPb Tahun 2018 63

3.3 Capaian IKU pada Sasaran Strategis 3 66

3.3.1 Perhitungan Realisasi IKU Persentase rekonsiliasi tingkat UAKPA secara tepat waktu dan andal Tahun 2018

68

3.3.2 Capaian IKU Persentase rekonsiliasi tingkat UAKPA secara tepat waktu dan andal Tahun 2018

68

3.3.3 Perbandingan Capaian IKU Persentase rekonsiliasi tingkat UAKPA secara tepat waktu dan andal Tahun 2015 s.d. 2018

69

3.3.4 Perbandingan Realisasi IKU Persentase rekonsiliasi tingkat UAKPA secara tepat waktu dan andal s.d. 2018 dengan Renstra 2015-2019

69

3.3.5 Perbandingan Realisasi IKU Persentase rekonsiliasi tingkat UAKPA secara tepat waktu dan andal s.d. 2018 dengan RPJMN 2015-2019

70

3.3.6 Perbandingan Realisasi IKU Persentase rekonsiliasi tingkat UAKPA secara tepat waktu dan andal s.d. 2018 dengan Unit Eselon I Lainnya

70

3.4 Capaian IKU pada Sasaran Strategis 4 72

3.4.1 Perhitungan IKU Indeks ketepatan waktu penyelesaian harmonisasi peraturan Tahun 2018

73

3.4.2 Capaian IKU Indeks ketepatan waktu penyelesaian harmonisasi peraturan Tahun 2018

74

3.4.3 Perbandingan Capaian IKU Indeks ketepatan waktu penyelesaian harmonisasi peraturan Tahun 2015 s.d. 2018

74

3.4.4 Perbandingan Realisasi IKU Indeks ketepatan waktu penyelesaian harmonisasi peraturan s.d. 2018 dengan Renstra 2015-2019

75

3.4.5 Perbandingan Realisasi IKU Indeks ketepatan waktu penyelesaian harmonisasi peraturan s.d. 2018 dengan RPJMN 2015-2019

75

3.4.6 Perbandingan Realisasi IKU Indeks ketepatan waktu penyelesaian harmonisasi peraturan s.d. 2018 dengan Unit Eselon I Lainnya

76

3.5 Capaian IKU pada Sasaran Strategis 5 77

3.5.1 Perhitungan IKU Persentase tindak lanjut simplifikasi pelaporan dan pertanggungjawaban anggaran Tahun 2018

79

3.5.2 Capaian IKU Persentase tindak lanjut simplifikasi pelaporan dan pertanggungjawaban anggaran Tahun 2018

79

3.5.3 Perbandingan Capaian IKU Persentase tindak lanjut simplifikasi pelaporan dan pertanggungjawaban anggaran Tahun 2015 s.d. 2018

79

3.5.4 Perbandingan Realisasi IKU Persentase tindak lanjut simplifikasi pelaporan dan pertanggungjawaban anggaran s.d. 2018 dengan Renstra 2015-2019

80

3.5.5 Perbandingan Realisasi IKU Persentase tindak lanjut simplifikasi pelaporan dan pertanggungjawaban anggaran s.d. 2018 dengan RPJMN 2015-2019

80

3.5.6 Perbandingan Realisasi IKU Persentase tindak lanjut simplifikasi pelaporan dan pertanggungjawaban anggaran Tahun 2018 dengan Unit Eselon I Lainnya

80

3.6 Capaian IKU pada Sasaran Strategis 6 84

Laporan Kinerja 2018 vii

3.6.1 Perhitungan IKU Deviasi proyeksi perencanaan kas pemerintah pusat Tahun 2018

86

3.6.2 Capaian IKU Deviasi proyeksi perencanaan kas pemerintah pusat Tahun 2017 87

3.6.3 Perbandingan Capaian IKU Deviasi proyeksi perencanaan kas pemerintah pusat Tahun 2015 s.d. 2018

87

3.6.4 Perbandingan Realisasi IKU Deviasi proyeksi perencanaan kas pemerintah pusat s.d. 2018 dengan Renstra 2015-2019

88

3.6.5 Perbandingan Realisasi IKU Deviasi proyeksi perencanaan kas pemerintah pusat s.d. 2018 dengan RPJMN 2015-2019

88

3.6.6 Perbandingan Realisasi IKU Deviasi proyeksi perencanaan kas pemerintah pusat Tahun 2018 dengan Unit Eselon I Lainnya

89

3.6.7 Penanganan Risiko terkait Pencapaian IKU Deviasi proyeksi perencanaan kas pemerintah pusat Tahun 2018

91

3.7 Capaian IKU pada Sasaran Strategis 7 93

3.7a.1 Perhitungan IKU Perhitungan IKU Persentase pencapaian target penerimaan pokok dan bunga pinjaman Tahun 2018

94

3.7a.2 Capaian IKU Perhitungan IKU Persentase pencapaian target penerimaan pokok dan bunga pinjaman Tahun 2018

94

3.7a.3 Perbandingan Realisasi IKU Persentase pencapaian target penerimaan pokok dan bunga pinjaman s.d. 2018 dengan Renstra 2015-2019

95

3.7a.4 Perbandingan Realisasi IKU Persentase pencapaian target penerimaan pokok dan bunga pinjaman s.d. 2018 dengan RPJMN 2015-2019

96

3.7a.5 Perbandingan Realisasi IKU Persentase pencapaian target penerimaan pokok dan bunga pinjaman Tahun 2018 dengan Unit Eselon I Lainnya

96

3.7a.6 Penanganan Risiko terkait Pencapaian IKU Persentase pencapaian target penerimaan pokok dan bunga pinjaman Tahun 2018

97

3.7b.1 Perhitungan Realisasi Pendapatan BLU Tahun 2018 103

3.7b.2 Capaian IKU Persentase pencapaian target pendapatan BLU Tahun 2018 103

3.7b.3 Perbandingan Realisasi IKU Persentase pencapaian target pendapatan BLU Tahun 2015 s.d. 2018

103

3.7b.4 Perbandingan Realisasi IKU Persentase pencapaian target pendapatan BLU s.d. 2018 dengan Renstra 2015-2019

104

3.7b.5 Perbandingan Realisasi IKU Persentase pencapaian target pendapatan BLU s.d. 2018 dengan RPJMN 2015-2019

104

3.7b.6 Perbandingan Realisasi IKU Persentase pencapaian target pendapatan BLU Tahun 2018 dengan Unit Eselon I Lainnya

105

3.7b.7 Penanganan Risiko terkait Pencapaian IKU Persentase pencapaian target pendapatan BLU Tahun 2018

107

3.7c.1 Perhitungan IKU Persentase pelaksanaan tugas khusus Tahun 2018 111

3.7c.2 Capaian IKU Persentase pelaksanaan tugas khusus Tahun 2018 112

3.7c.3 Perbandingan Realisasi IKU Persentase pelaksanaan tugas khusus Tahun 2015 s.d. 2018

112

3.7c.4 Perbandingan Realisasi IKU Persentase pelaksanaan tugas khusus s.d. 2018 dengan Renstra 2015-2019

112

3.7c.5 Perbandingan Realisasi IKU Persentase pelaksanaan tugas khusus s.d. 2018 dengan RPJMN 2015-2019

113

Direktorat Jenderal Perbendaharaanviii

3.7c.6 Perbandingan Realisasi IKU Persentase pelaksanaan tugas khusus Tahun 2018 dengan Unit Eselon I Lainnya

113

3.8 Capaian IKU pada Sasaran Strategis 8 118

3.8.1 Capaian IKU Indeks efektivitas edukasi dan komunikasi Tahun 2018 120

3.8.2 Perbandingan Realisasi IKU Indeks efektivitas edukasi dan komunikasi Tahun 2015 s.d. 2018

120

3.8.3 Perbandingan Realisasi IKU Indeks efektivitas edukasi dan komunikasi s.d. 2018 dengan Renstra 2015-2019

121

3.8.4 Perbandingan Realisasi IKU Indeks efektivitas edukasi dan komunikasi s.d. 2018 dengan RPJMN 2015-2019

121

3.8.5 Perbandingan Realisasi IKU Indeks efektivitas edukasi dan komunikasi Tahun 2018 dengan Unit Eselon I Lainnya

122

3.9 Capaian IKU pada Sasaran Strategis 9 125

3.9a.1 Indeksasi Penyelesaian UU PP APBN Tahun 2018 126

3.9a.2 Capaian IKU Indeks penyelesaian UU PP APBN secara tepat waktu Tahun 2018 126

3.9a.3 Perbandingan Capaian IKU Indeks penyelesaian UU PP APBN secara tepat waktu Tahun 2014 s.d. 2018

127

3.9a.4 Perbandingan Realisasi IKU Indeks penyelesaian UU PP APBN secara tepat waktu s.d. 2018 dengan Renstra 2015-2019

127

3.9a.5 Perbandingan Realisasi IKU Indeks penyelesaian UU PP APBN secara tepat waktu s.d. 2018 dengan RPJMN 2015-2019

128

3.9a.6 Perbandingan Realisasi IKU Indeks penyelesaian UU PP APBN secara tepat waktu Tahun 2018 dengan Unit Eselon I Lainnya

128

3.9b.1 Perhitungan IKU Persentase rekomendasi BPK atas LKPP dan LK BUN yang telah ditindaklanjuti Tahun 2018

131

3.9b.2 Capaian IKU Persentase rekomendasi BPK atas LKPP dan LK BUN yang telah ditindaklanjuti Tahun 2018

132

3.9b.3 Perbandingan Capaian IKU Persentase rekomendasi BPK atas LKPP dan LK BUN yang telah ditindaklanjuti Tahun 2014 s.d. 2018

132

3.9b.4 Perbandingan Realisasi IKU Persentase rekomendasi BPK atas LKPP dan LK BUN yang telah ditindaklanjuti s.d. 2018 dan Renstra 2015-2019

133

3.9b.5 Perbandingan Realisasi IKU Persentase rekomendasi BPK atas LKPP dan LK BUN yang telah ditindaklanjuti s.d. 2018 dan RPJMN 2015-2019

133

3.9b.6 Perbandingan Realisasi IKU Persentase rekomendasi BPK atas LKPP dan LK BUN yang telah ditindaklanjuti Tahun 2018 dengan Unit Eselon I Lainnya

134

3.10 Capaian IKU pada Sasaran Strategis 10 137

3.10.1 Perhitungan IKU Persentase pemenuhan standar soft dan hard competency Tahun 2018

138

3.10.2 Capaian IKU Persentase pemenuhan standar soft dan hard competency Tahun 2018 138

3.10.3 Perbandingan Capaian IKU Persentase pemenuhan standar soft dan hard competency Tahun 2015 s.d. 2018

139

3.10.4 Perbandingan Realisasi IKU Persentase pemenuhan standar soft dan hard competency s.d. 2018 dengan Renstra 2015-2019

139

3.10.5 Perbandingan Realisasi IKU Persentase pemenuhan standar soft dan hard competency s.d. 2018 dengan RPJMN 2015-2019

140

3.10.6 Perbandingan Realisasi IKU Persentase pemenuhan standar soft dan hard competency Tahun 2018 dengan Unit Eselon I Lainnya

140

Laporan Kinerja 2018 ix

3.11 Capaian IKU pada Sasaran Strategis 11 142

3.11a.1 Ringkasan Progres Kegiatan Utama Inisiatif RBTK yang Dilaksanakan Tahun 2018 143

3.11a.2 Status Progres Kegiatan Utama Inisiatif RBTK yang Dilaksanakan Tahun 2018 143

3.11a.3 Capaian IKU Persentase implementasi inisiatif RBTK Tahun 2018 145

3.11a.4 Perbandingan Capaian IKU Persentase implementasi inisiatif RBTK Tahun 2015 s.d. 2018

145

3.11a.5 Perbandingan Realisasi IKU Persentase implementasi inisiatif RBTK s.d. 2018 dengan Renstra 2015-2019

146

3.11a.6 Perbandingan Realisasi IKU Persentase implementasi inisiatif RBTK s.d. 2018 dengan RPJMN 2015-2019

146

3.11a.7 Perbandingan Realisasi IKU Persentase implementasi inisiatif RBTK Tahun 2018 dengan Unit Eselon I Lainnya

147

3.11b.1 Target IKU Tingkat pemenuhan unit kerja terhadap kriteria ZI WBK Tahun 2018 150

3.11b.2 Perhitungan IKU Tingkat pemenuhan unit kerja terhadap kriteria ZI WBK Tahun 2018 151

3.11b.3 Capaian IKU Tingkat pemenuhan unit kerja terhadap kriteria ZI WBK Tahun 2018 151

3.11b.4 Perbandingan Realisasi IKU Tingkat pemenuhan unit kerja terhadap kriteria ZI WBKTahun 2015 s.d. 2018

151

3.11b.5 Perbandingan Realisasi IKU Tingkat pemenuhan unit kerja terhadap kriteria ZI WBK s.d. 2018 dengan Renstra 2015-2019

152

3.11b.6 Perbandingan Realisasi IKU Tingkat pemenuhan unit kerja terhadap kriteria ZI WBK s.d. 2018 dengan RPJMN 2015-2019

152

3.11b.7 Perbandingan Realisasi IKU Tingkat pemenuhan unit kerja terhadap kriteria ZI WBK Tahun 2018 dengan Unit Eselon I Lainnya

152

3.11b.8 Penangan Risiko terkait Pencapaian IKU Tingkat pemenuhan unit kerja terhadap kriteria ZI WBK Tahun 2018

154

3.11c.1 Perhitungan IKU Indeks Persepsi Integritas Tahun 2018 157

3.11c.2 Capaian IKU Indeks Persepsi IntegritasTahun 2018 157

3.11c.3 Perbandingan Realisasi IKU Indeks Persepsi Integritas Tahun 2015 s.d. 2018 157

3.11c.4 Perbandingan Realisasi IKU Indeks Persepsi Integritas s.d. 2018 dengan Renstra 2015-2019

158

3.11c.5 Perbandingan Realisasi IKU Indeks Persepsi Integritas s.d. 2018 dengan RPJMN 2015-2019

158

3.11c.6 Perbandingan Realisasi IKU Indeks Persepsi Integritas tahun 2018 dengan Unit Eselon I Lainnya

158

3.12 Capaian IKU pada Sasaran Strategis 12 160

3.12a.1 Implementasi aplikasi SAKTI Tahun 2018 161

3.12a.2 Capaian IKU Persentase tingkat implementasi aplikasi SAKTI Tahun 2018 161

3.12a.3 Perbandingan Realisasi IKU Persentase tingkat implementasi aplikasi SAKTI s.d. 2018 dengan Renstra 2015-2019

162

3.12a.4 Perbandingan Realisasi IKU Persentase tingkat implementasi aplikasi SAKTI s.d. 2018 dengan RPJMN 2015-2019

162

3.12a.5 Perbandingan Realisasi IKU Persentase tingkat implementasi aplikasi SAKTI Tahun 2018 dengan Unit Eselon I Lainnya

163

3.12a.6 Inisiatif Strategis DJPb Tahun 2018 167

3.12a.7 Penangan Risiko terkait Pencapaian IKU Persentase tingkat implementasi aplikasi SAKTI Tahun 2018 170

Direktorat Jenderal Perbendaharaanx

3.12b.1 Perhitungan IKU Tingkat downtime sistem TIK Tahun 2018 176

3.12b.2 Capaian IKU Tingkat downtime sistem TIK Tahun 2018 176

3.12b.3 Perbandingan Realisasi IKU Tingkat downtime sistem TIK Tahun 2015 s.d. 2018 176

3.12b.4 Perbandingan Realisasi IKU Tingkat downtime sistem TIK s.d. 2018 dengan Renstra 2015-2019

177

3.12b.5 Perbandingan Realisasi IKU Tingkat downtime sistem TIK s.d. 2018 dengan RPJMN 2015-2019

177

3.12b.6 Perbandingan Realisasi IKU Tingkat downtime sistem TIK Th. 2018 dengan Unit Eselon I Lainnya

177

3.12b.7 Penanganan Risiko terkait Pencapaian IKU Tingkat downtime sistem TIK Tahun 2018

179

3.12c.1 Capaian IKU Persentase kapabilitas tata kelola TIK Tahun 2018 185

3.12c.2 Perbandingan Capaian IKU Persentase kapabilitas tata kelola TIK Tahun 2015 s.d. 2018

185

3.12c.3 Perbandingan Realisasi IKU Persentase kapabilitas tata kelola TIK s.d. 2018 dengan Renstra 2015-2019

186

3.12c.4 Perbandingan Realisasi IKU Persentase kapabilitas tata kelola TIK s.d. 2018 dengan RPJMN 2015-2019

186

3.12c.5 Perbandingan Realisasi IKU Persentase kapabilitas tata kelola TIK Tahun 2018 dengan Unit Eselon I Lainnya

187

3.13 Capaian IKU pada Sasaran Strategis 13 188

3.13a.1 Capaian IKU Persentase rekomendasi BPK atas LK BA 15 yang telah ditindaklanjuti Tahun 2018

190

3.13a.2 Perbandingan Realisasi IKU Persentase rekomendasi BPK atas LK BA 15 yang telah ditindaklanjuti Tahun 2015 s.d. 2018

190

3.13a.3 Perbandingan Realisasi IKU Persentase rekomendasi BPK atas LK BA 15 yang telah ditindaklanjuti s.d. 2018 dan Renstra 2015-2019

190

3.13a.4 Perbandingan Realisasi IKU Persentase rekomendasi BPK atas LK BA 15 yang telah ditindaklanjuti s.d. 2018 dan RPJMN 2015-2019

191

3.13a.5 Perbandingan Realisasi IKU Persentase rekomendasi BPK atas LK BA 15 yang telah ditindaklanjuti Tahun 2018 dengan Unit Eselon I Lainnya

191

3.13b.1 Uraian Perhitungan IKU Persentase kualitas pelaksanaan anggaran Tahun 2018 194

3.13b.2 Capaian IKU Persentase kualitas pelaksanaan anggaran Tahun 2018 194

3.13b.3 Perbandingan Realisasi IKU Persentase kualitas pelaksanaan anggaran Tahun 2015 s.d. 2018

195

3.13b.4 Perbandingan Realisasi IKU Persentase kualitas pelaksanaan anggaran s.d. 2018 dan Renstra 2015-2019

195

3.13b.5 Perbandingan Realisasi IKU Persentase kualitas pelaksanaan anggaran s.d. 2018 dan RPJMN 2015-2019

196

3.13b.6 Perbandingan Realisasi IKU Persentase kualitas pelaksanaan anggaran Tahun 2018 dengan Unit Eselon I Lainnya

196

3B.1 Sasaran Pendukung Pencapaian Prioritas Nasional Tahun 2018 Lingkup DJPb 200

3C.1 Realisasi DIPA DJPb (Non BLU) TA 2015 s.d. 2018 per Jenis Belanja 203

3C.2 Realisasi DIPA DJPb dan BLU BPDPKS dan PIP TA 2017 dan 2018 204

3C.3 Realisasi DIPA DJPb TA 2018 per Jenis Kegiatan 205

3C.4 Perbandingan Realisasi DIPA DJPb TA 2017 dan 2018 per Jenis Kegiatan 206

3C.5 Perhitungan Efisiensi Penggunaan Sumber Daya DJPb TA 2018 207

Laporan Kinerja 2018 xi

4.0 Masukan Teknis terkait Penggunaan Aplikasi e-Performance 240

4.1 Kriteria Penilaian Unsur Pertama Peningkatan Kualitas Pengelolaan Kinerja 242

4.2 Kriteria Penilaian Unsur Kedua Peningkatan Kualitas Pengelolaan Kinerja 242

4.3 Kriteria Penilaian Unsur Ketiga Peningkatan Kualitas Pengelolaan Kinerja 243

4.4 Kriteria Penilaian Unsur Keempat Peningkatan Kualitas Pengelolaan Kinerja 244

4.5 Kriteria Penilaian Unsur Kelima Peningkatan Kualitas Pengelolaan Kinerja 244

4.6 Kriteria Penilaian Unsur Keenam Peningkatan Kualitas Pengelolaan Kinerja 244

4.7 Kriteria Penilaian Unsur Ketujuh Peningkatan Kualitas Pengelolaan Kinerja 245

4.8 Kriteria Penilaian Unsur Kedelapan Peningkatan Kualitas Pengelolaan Kinerja 245

4.9 Kriteria Penilaian Unsur Kesembilan Peningkatan Kualitas Pengelolaan Kinerja 246

4.10 Kriteria Penilaian Unsur Kesepuluh Peningkatan Kualitas Pengelolaan Kinerja 246

4.11 Kriteria Kantor Pusat dan Kanwil DJPb dalam Penilaian Unsur Kesebelas Peningkatan Kualitas Pengelolaan Kinerja

247

4.12 Kriteria KPPN dalam Penilaian Unsur Kesebelas Peningkatan Kualitas Pengelolaan Kinerja

247

4.13 Kriteria Penilaian Unsur Kedua Belas Peningkatan Kualitas Pengelolaan Kinerja 248

4.14 Kriteria Penilaian Unsur Ketiga Belas Peningkatan Kualitas Pengelolaan Kinerja 248

4.15 Kriteria Penilaian Unsur Keempat Belas Peningkatan Kualitas Pengelolaan Kinerja 249

4.16 Kriteria Penilaian Unsur Kelima Belas Peningkatan Kualitas Pengelolaan Kinerja 249

4.17 Kriteria Penilaian Unsur Keenam Belas Peningkatan Kualitas Pengelolaan Kinerja 250

4.18 Kriteria Penilaian Unsur Ketujuh Belas Peningkatan Kualitas Pengelolaan Kinerja 250

DAFTAR GRAFIK

1.1 Statistik SDM DJPb per 31 Desember 2018 5

2B.1 Perkembangan Alokasi Anggaran DJPb Tahun 2015 s.d. 2018 20

3A.1 NKO DJPb Tahun 2013 s.d. 2018 37

3.1a.1 Perbandingan Capaian IKU Persentase kinerja pelaksanaan anggaran K/L Tahun 2015 s.d. 2018 44

3.1b.1 Perkembangan Opini BPK atas LKKL dan LK BUN Tahun 2008 s.d. 2017 52

3.1b.2 Perbandingan Capaian IKU Rata-rata indeks opini BPK atas Jumlah LKKL dan LK BUN Tahun 2014 s.d. 2018 53

3.2.1 Perkembangan Capaian IKU Indeks kepuasan publik atas layanan DJPb Tahun 2012 s.d. 2018 62

3.2.2 Indeks Kepuasan Publik atas Layanan Kemenkeu Tahun 2018 64

3.3.1 Perkembangan Capaian IKU Persentase rekonsiliasi tingkat UAKPA secara tepat waktu dan andal Tahun 2016 s.d. 2018 69

3.4.1 Perkembangan Capaian IKU Indeks ketepatan waktu penyelesaian harmonisasi peraturan Tahun 2015 s.d. 2018 74

3.6.1 Perkembangan Capaian IKU Deviasi proyeksi perencanaan kas pemerintah pusat Tahun 2015 s.d. 2018 87

3.7a.1 Perbandingan Realisasi IKU Persentase pencapaian target penerimaan pokok dan bunga pinjaman Tahun 2013 s.d. 2018 95

3.7b.1 Proporsi Pendapatan BLU Berdasarkan Rumpun Tahun 2018 103

3.7b.2 Perbandingan Realisasi Pendapatan BLU Tahun 2015 s.d. 2018 104

Direktorat Jenderal Perbendaharaanxii

DAFTAR GAMBAR

1.1 DJPb 3

1.2 Struktur Organisasi DJPb 5

1.3 Sebaran Unit dan SDM DJPb per 31 Desember 2018 6

2C.1 Peta Strategis DJPb Tahun 2018 23

3.12C Kriteria Penilaian dan Level Pengukuran Kapabilitas Proses 184

3.7c.1 Perbandingan Realisasi IKU Persentase pelaksanaan tugas khusus Tahun 2018 112

3.8.1 Perbandingan Realisasi IKU Indeks efektivitas edukasi dan komunikasi Tahun 2015 s.d. 2018

121

3.9a.1 Perbandingan Realisasi IKU Indeks penyelesaian UU PP APBN secara tepat waktu Tahun 2014 s.d. 2018

127

3.9b.1 Perbandingan Realisasi IKU Persentase rekomendasi BPK atas LKPP dan LK BUN Tahun 2014 s.d. 2018

132

3.10.1 Perkembangan Capaian IKU Persentase pemenuhan standar soft dan hard competency Tahun 2015 s.d. 2018

139

3.11a.1 Perbandingan Capaian IKU Persentase implementasi inisiatif RBTK Tahun 2015 s.d. 2018

145

3.12a.1 Perbandingan Realisasi IKU Persentase tingkat penyelesaian kesiapan implementasi Aplikasi SAKTI (2014-2015) dan Realisasi IKU Persentase tingkat implementasi Aplikasi SAKTI (2016-2018)

131

3.13b.1 Perkembangan Capaian IKU Persentase kualitas pelaksanaan anggaran Triwulanan Tahun 2015 s.d. 2018

195

3C.1 Penyerapan DIPA DJPb (Non BLU) TA 2015 s.d. 2018 per Jenis Belanja 203

Laporan Kinerja 2018 xiii

halaman ini sengaja dikosongkan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan2

BAB 1P E N D A H U L U A N

Latar belakang

Tugas, fungsi dan struktur Organisasi

Peran strategis

Sistematika pelaporan

Laporan Kinerja 2018 3

BAB 1P E N D A H U L U A N

Latar belakang

Tugas, fungsi dan struktur Organisasi

Peran strategis

Sistematika pelaporan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan3

P E N D A H U L U A N

A. Latar Belakang

Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPb) dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 35, 36, dan 37 Tahun 2004 dan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 302/KMK/2004, yang secara hukum meleburkan unit-unit pengelola fungsi perbendaharaan menjadi satu unit. Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 234/PMK.01/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan, DJPb mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pelaksanaan anggaran, pengelolaan kas dan investasi, pembinaan pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum (BLU), dan akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. DJPb dituntut untuk melaksanakan tugas tersebut dengan pruden, transparan, akuntabel, efektif, dan efisien sesuai prinsip good governance sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme.

Salah satu azas penyelenggaraan good governance yang tercantum dalam UU No. 28 Tahun 1999 adalah azas akuntabilitas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan Penyelenggara Negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Akuntabilitas tersebut salah satunya diwujudkan dalam bentuk penyusunan Laporan Kinerja (LAKIN).

Gambar 1.1

DJPb

Laporan Kinerja 2018 4

LAKIN DJPb Tahun 2018 disusun sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban DJPb dalam melaksanakan tugas dan fungsi selama tahun 2018 dalam rangka melaksanakan misi dan mencapai visi DJPb dan sekaligus sebagai alat kendali dan pemacu peningkatan kinerja setiap unit di lingkungan DJPb, serta sebagai salah satu alat untuk mendapatkan masukan dari stakeholders demi perbaikan kinerja DJPb. Selain untuk memenuhi prinsip akuntabilitas, LAKIN juga merupakan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.

B. Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi

Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 234/PMK.01/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan, DJPb adalah organisasi eselon I di bawah Kementerian Keuangan yang mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pelaksanaan anggaran, pengelolaan kas dan investasi, pembinaan pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum (BLU), dan akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam melaksanakan tugasnya, DJPb menyelenggarakan fungsi:1. perumusan kebijakan di bidang pelaksanaan anggaran, pengelolaan kas dan investasi, pembinaan

pengelolaan keuangan BLU, serta akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah; 2. pelaksanaan kebijakan di bidang pelaksanaan anggaran, pengelolaan kas dan investasi, pembinaan

pengelolaan keuangan BLU, serta akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah;3. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pelaksanaan anggaran, pengelolaan

kas dan investasi, pembinaan pengelolaan keuangan BLU, serta akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah;

4. pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pelaksanaan anggaran, pengelolaan kas dan investasi, pembinaan pengelolaan keuangan BLU, serta akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah;

5. pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pelaksanaan anggaran, pengelolaan kas dan investasi, pembinaan pengelolaan keuangan BLU, serta akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah;

6. pelaksanaan administrasi DJPb;7. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri Keuangan.

Berdasarkan perumusan fungsi tersebut, DJPb telah membentuk unit-unit eselon II di tingkat pusat dan daerah. Unit-unit tersebut telah lahir dan disusun sesuai dengan tuntutan reformasi birokrasi yang berbasis pada pelayanan yang efisien, efektif, dan terfokus. Struktur organisasi DJPb sesuai Peraturan Menteri Keuangan Nomor 234/PMK.01/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan dan Nomor 262/PMK.01/2016 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Instansi Vertikal DJPb adalah sebagai berikut:1. Sekretariat Direktorat Jenderal;2. Direktorat Pelaksanaan Anggaran;3. Direktorat Pengelolaan Kas Negara; 4. Direktorat Sistem Manajemen Investasi;5. Direktorat Pembinaan Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum;6. Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan;7. Direktorat Sistem Perbendaharaan;8. Direktorat Sistem Informasi dan Teknologi Perbendaharaan;9. Tenaga Pengkaji Bidang Perbendaharaan;10. 34 Kantor Wilayah (Kanwil) DJPb;11. 182 Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN).

Direktorat Jenderal Perbendaharaan5

Gambar 1.2 Struktur Organisasi DJPb

Perubahan struktur organisasi tanpa didukung oleh Sumber Daya Manusia (SDM) memadai tidak akan membawa ke arah pencapaian misi yang dicita-citakan. Jumlah SDM DJPb yang besar dan tersebar di seluruh Indonesia tentunya menjadi tantangan tersendiri sehingga diperlukan perhatian khusus dalam pengelolaan SDM serta peningkatan kualitas dan kompetensi yang dibutuhkan. Pengelolaan SDM ditujukan pada terwujudnya SDM yang berkomitmen pada integritas, moralitas, profesionalitas, dan kesejahteraan. SDM DJPb per 31 Desember 2018 adalah sejumlah 7.350 orang dengan statistik sebagaimana ditunjukkan pada Grafik 1.1.

Grafik 1.1 Statistik SDM DJPb

Jumlah SDM: 7.350 orang

Laporan Kinerja 2018 6

Gambar 1.3 Sebaran Unit dan SDM DJPb

C. Peran Strategis

Sebagai sebuah organisasi yang dapat dikategorikan sebagai sebuah holding type organization karena memiliki kantor vertikal cukup banyak dan tersebar di seluruh wilayah Indonesia, ditambah dengan jumlah pegawai ribuan orang, serta memberikan pelayanan langsung kepada stakeholders, DJPb memiliki peran strategis dalam pengelolaan keuangan negara khususnya di bidang pelaksanaan anggaran, pengelolaan kas dan investasi, pembinaan pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum, dan akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Peran strategis DJPb terkait dengan pelayanan publik antara lain:1. Alokasi belanja negara yang tepat sasaran, tepat waktu, efektif, efisien, dan akuntabel;2. Tata kelola yang yang tertib, transparan, dan akuntabel dalam pelaksanaan belanja negara;3. Peningkatan efektivitas dan efisiensi pengelolaan hubungan keuangan antara Pemerintah Pusat dan

Pemerintahan Daerah;4. Terciptanya tata kelola organisasi yang sesuai peraturan perundang-undangan.

DJPb juga berperan penting dalam mewujudkan Nawacita (sembilan agenda prioritas), antara lain:1. Sejalan dengan Nawacita ke 5, dalam mengentaskan kemiskinan di Indonesia, DJPb berperan dalam

upaya membangun perumahan melalui penyusunan desain skema pembiayaan pembangunan satu juta rumah dan peningkatan kualitas kawasan permukiman melalui optimalisasi penyediaan air minum (revitalisasi PDAM).

2. Sejalan dengan Nawacita ke 3, DJPb berperan dalam mensukseskan program pembangunan kawasan pedesaan melalui penyaluran dana desa serta penguatan tata kelola pemerintah daerah.

3. Sejalan dengan Nawacita ke 7, DJPb berperan dalam penguatan sektor keuangan dan kapasitas fiskal pemerintah melalui penyempurnaan kebijakan kredit usaha rakyat (KUR), tata kelola dana perkebunan kelapa sawit melalui pembentukan BLU Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit, implementasi Integrated Financial Management Information System (IFMIS) dalam pengelolaan dana APBN melalui aplikasi Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara (SPAN), dan spending review.

4. Selain itu, DJPb secara aktif bertugas melaksanakan pengawasan dan evaluasi atas pelaksanaan anggaran, khususnya alokasi anggaran untuk program-program prioritas yang mendukung pencapaian Nawacita.

Direktorat Jenderal Perbendaharaan7

Seluruh fungsi dalam DJPb saling bersinergi dan terintegrasi penuh, baik antar direktorat maupun bagian yang ada di dalamnya. Sebagai suatu organisasi terbuka, DJPb berinteraksi dan menyelaraskan diri dengan lingkungan eksternal, seperti teknologi, ekonomi, undang-undang, dan faktor sosial kemasyarakatan, serta selalu berusaha menggunakan teknologi yang tepat guna dan menjadi organisasi pembelajar yang menuntut seluruh elemen di dalamnya untuk selalu mengembangkan diri sesuai kerangka budaya organisasi, yaitu profesional, disiplin, akuntabel, pelayanan prima, dan inovatif. Segenap elemen organisasi senantiasa berpikir dengan langkah-langkah yang sistematis dan terencana, memiliki role model dalam hal berpikir mengenai kemajuan organisasi melalui keteladanan para pimpinan organisasi, serta pandangan dan harapan pimpinan terhadap organisasi ke depan.

Dengan dukungan pimpinan terkait manajerial organisasi dalam melaksanakan tugas sehari-hari, fungsi-fungsi treasury akan berkembang untuk mengikuti tuntutan stakeholders. Konsep keterpaduan telah diperluas dari sekedar untuk kepentingan salah satu fungsi secara sempit, menjadi lebih komprehensif dan menyentuh fungsi-fungsi lain di dalam organisasi. Hal tersebut dimaksudkan untuk memberikan kemudahan dalam penyelesaian tugas-tugas keseharian yang sebelumnya dilaksanakan secara manual dan mampu meningkatkan peran atas Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) terkait fungsi distribusi, stabilisasi, dan alokasi dalam menciptakan kondisi fiskal negara yang sehat dan berkesinambungan.

Terdapat beberapa isu strategis DJPb pada tahun 2018, antara lain: 1. Penyempurnaan kualitas pengukuran kinerja pelaksanaan anggaran dengan diimplementasikannya

Indikator Kinerja Pelaksanaan Anggaran (IKPA);2. Upaya menjaga opini BPK Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) atas hasil pemeriksaan Laporan Keuangan

Pemerintah Pusat (LKPP) Tahun 2017;3. Tantangan pengelolaan keuangan negara pada era disrupsi teknologi;4. Peningkatan signifikan beberapa target kinerja yang ditetapkan secara mandatori untuk tahun 2018; 5. Implementasi e-SPM dan Kartu Kredit Pemerintah (KKP), serta digitalisasi pembiayaan UMi;6. Perluasan simplifikasi pelaporan dan pertanggungjawaban angggaran dari yang pada tahun 2017

difokuskan pada belanja bantuan pemerintah menjadi seluruh belanja dari beban APBN; 7. Implementasi SAKTI pada 741 Satker DJP dan DJBC;8. Upayan pembentukan jabatan fungsional bidang perbendaharaan;9. Upgrading Standar Mutu Manajemen (SMM) ISO dari ISO 9001:2008 menjadi ISO 9001:2015;10. Penambahan Pusat Investasi Pemerintah (PIP) sebagai BLU di bawah DJPb.

Berbagai isu strategis yang terjadi sepanjang tahun 2018 telah menjadi perhatian DJPb dan disikapi dalam wujud perumusan dan implementasi kebijakan, serta melalui berbagai upaya yang dilakukan pada tahun 2018 dan ditingkatkan kinerjanya pada masa-masa yang akan datang. Adapun perwujudan visi DJPb senantiasa menjadi orientasi berbagai upaya yang dilakukan, khususnya dalam pengelolaan perbendaharaan negara, mengawal APBN membangun negeri.

Laporan Kinerja 2018 8

D. Sistematika Laporan

Sistematika penyajian LAKIN DJPb Tahun 2018 adalah sebagai berikut :

Bab I PendahuluanPada bab ini disajikan penjelasan umum organisasi, dengan penekanan kepada aspek strategis organisasi serta permasalahan utama (strategic issues) yang sedang dihadapi organisasi.

Bab II Perencanaan Kinerja Pada bab ini diuraikan ringkasan/ikhtisar perjanjian kinerja tahun bersangkutan yang dimulai dengan penjelasan Renstra DJPb Tahun 2015-2019 khususnya untuk tahun 2018, dilanjutkan dengan penjelasan Rencana Kerja (Renja) dan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA), dan penjelasan penetapan/perjanjian kinerja tahun 2018.

Bab III Akuntabilitas Kinerja

A. Capaian Kinerja OrganisasiPada sub bab ini disajikan capaian kinerja organisasi untuk setiap pernyataan kinerja sasaran strategis Organisasi sesuai dengan hasil pengukuran kinerja organisasi.

B. Realisasi AnggaranPada sub bab ini diuraikan realisasi anggaran yang digunakan dan yang telah digunakan untuk mewujudkan kinerja organisasi sesuai dengan dokumen Perjanjian Kinerja.

C. Kinerja Lain-LainPada sub bab ini diuraikan kinerja lainnya DJPb pada tahun yang bersangkutan meliputi kinerja dalam inovasi manajemen/pelayanan, inisiatif pemberantasan korupsi, penghargaan, dan capaian lainnya.

Bab IV Inisiatif Peningkatan Kinerja DJPbPada bab ini diuraikan inisiatif yang telah dilakukan DJPb dalam meningkatkan kinerjanya yang dimulai dari penjelasan tindak lanjut atas evaluasi akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (AKIP) DJPb dan dilanjutkan dengan penjelasan revitalisasi manajemen kinerja DJPb.

Bab V PenutupPada bab ini diuraikan simpulan umum atas capaian kinerja organisasi serta langkah di masa mendatang yang akan dilakukan organisasi untuk meningkatkan kinerjanya.

Lampiran Lampiran LAKIN DJPb Tahun 2018 meliputi Perjanjian Kinerja DJPb Tahun 2018, Rencana Kinerja Tahunan (RKT) DJPb Tahun 2018, Formulir Pengukuran Kinerja DJPb Tahun 2018, dan Informasi Kinerja dan Anggaran DJPb Tahun 2018

Direktorat Jenderal Perbendaharaan9

BAB 2P E R E N C A N A A N

K I N E R J A

Rencana Strategis

Rencana Kerja (Renja) dan Rencana Kerja danAnggaran (RKA)

Perjanjian Kinerja

Laporan Kinerja 2018 10

BAB 2P E R E N C A N A A N

K I N E R J A

Rencana Strategis

Rencana Kerja (Renja) dan Rencana Kerja danAnggaran (RKA)

Perjanjian Kinerja

Direktorat Jenderal Perbendaharaan11

P E R E N C A N A A N

K I N E R J A

A. Rencana Strategis

Melalui diskusi secara intensif dengan seluruh elemen organisasi Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPb) dan mengidentifkasi berbagai potensi dan tantangan yang telah dan akan dihadapi organisasi di masa mendatang, telah disusun sebuah visi DJPb. Visi tersebut disusun untuk memberi arah yang akan ditempuh oleh DJPb dan dapat mengartikulasikan sosok organisasi secara utuh mencakup seluruh fungsi treasury yang ada dan dapat diterjemahkan dan dipahami oleh seluruh elemen dengan mudah sekaligus menginspirasi sehingga mampu direalisasikan dengan baik menuju peningkatan kualitas pelayanan publik dan good governance.

DJPb telah menetapkan visi, yaitu:

“Menjadi pengelola perbendaharaan negara yang unggul di tingkat dunia”.

• Pengelola perbendaharaan negara artinya DJPb mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara sesuai Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.

• Unggul memiliki makna utama atau terbaik dalam kualitas kinerja. • Di tingkat dunia artinya kualitas kinerja yang dihasilkan DJPb memiliki kualitas setara dengan kualitas

kinerja dengan pengelola perbendaharaan di negara lainnya yang telah sesuai dengan best practices.

Untuk mewujudkan visi tersebut, sejalan dengan tugas dan fungsinya, DJPb menjalankan misi yang yang meliputi:1. Mewujudkan pengelolaan kas dan investasi yang pruden, efisien dan optimal;2. Mendukung kinerja pelaksanaan anggaran yang tepat waktu, efektif, dan akuntabel;3. Mewujudkan akuntansi dan pelaporan keuangan negara yang akuntabel, transparan, dan tepat waktu;4. Mengembangkan kapasitas pendukung sistem perbendaharaan yang andal, profesional dan modern.

Keempat misi tersebut dapat dijelaskan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 2A.1.

Laporan Kinerja 2018 12

Tabel 2A.1 Penjelasan Misi DJPb

M I S I P E N J E L A S A N

1. Mewujudkan pengelolaan kas dan investasi yang pruden, efisien dan optimal

(To achieve prudent, efficient, and optimum cash and fund investment management)

: Sebagai pengelola kas negara (fund manager), penguatan kinerja dilaksanakan untuk mewujudkan pengelolaan kas yang optimal melalui perencanaan kas yang efektif untuk menghindari cash mismatch; menjamin ketersediaan kas secara akurat dan tepat waktu; optimalisasi idle cash; penatausahaan penerimaan negara yang efektif dan akuntabel; serta sentralisasi pengelolaan kas sehingga dapat menyajikan informasi posisi kas negara secara akurat dan tepat waktu.

Sebagai pengelola investasi pemerintah, ditujukan untuk menunjang pembangunan secara berkelanjutan, dan memformulasikan bentuk investasi yang efektif dan efisien serta memiliki multiplier effect bagi pembangunan nasional. Dalam hal ini, DJPb memperkuat perannya sebagai regulator yang mampu mewujudkan penguatan regulasi di bidang pengelolaan investasi pemerintah sehingga dapat menghasilkan penerimaan negara yang optimal.

Selain itu, DJPb juga melakukan penguatan peran sebagai pengelola penerusan pinjaman, kredit program, dan investasi pemerintah lainnya.

Terkait dengan fungsi pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum (BLU), kinerja akan difokuskan untuk menciptakan mekanisme pengelolaan BLU yang fleksibel, efisien, dan efektif melalui penguatan regulasi, tata kelola, dan boundaries BLU yang tegas untuk dapat mendorong peningkatan kinerja satuan kerja (satker) BLU, dalam rangka mendukung:

a. Peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat;

b. Peningkatan kesehatan kinerja keuangan satker BLU;

c. Peningkatan kompetensi pengelola BLU.

2. Mendukung kinerja pelaksanaan anggaran yang tepat waktu, efektif, dan akuntabel

(To support timely, effective, and accountable budget execution)

: Hingga tahun 2019 akan diwujudkan monitoring dan evaluasi pencapaian kinerja pelaksanaan anggaran secara tepat waktu dan jumlah untuk mewujudkan pola penyerapan anggaran yang proporsional dan sesuai perencanaan sepanjang tahun anggaran melalui pelaksanaan anggaran secara tertib, efisien, efektif, transparan, akuntabel, dan taat pada peraturan perundang-undangan.

Selain itu, akan diwujudkan pula penyelesaian dan penyampaian revisi dokumen pelaksanaan anggaran secara transparan, serta terbangunnya mekanisme dan sistem yang kuat dalam melakukan pengawasan terhadap kepatuhan pelaksanaan anggaran.

Direktorat Jenderal Perbendaharaan13

M I S I P E N J E L A S A N

3. Mewujudkan akuntansi dan pelaporan keuangan negara yang akuntabel, transparan, dan tepat waktu

(To achieve accountable, transparent, and timely state finance accounting and reporting)

: Akuntansi dan pelaporan keuangan diwujudkan sebagai bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan keuangan negara sejak proses penganggaran, pelaksanaan hingga pertanggungjawaban, untuk mewujudkan akuntabilitas dan transparansi dalam pengelolaan keuangan, serta mendukung pengambilan kebijakan strategis organisasi. Pengelolaan keuangan dan kekayaan, utang, dan aset pemerintah yang baik tercermin di dalam laporan keuangan pemerintah yang akuntabel, transparan, tepat waktu, dan akurat menggunakan standar akuntansi berbasis akrual sehingga memiliki peran yang sangat signifikan dalam menjaga stabilitas fiskal dan kredibilitas pemerintah di mata masyarakat serta internasional.

4. Mengembangkan kapasitas pendukung sistem perbendaharaan yang andal, profesional dan modern

(To develop reliable, proffesional, and modern treasury support system)

: Mewujudkan harmonisasi peraturan-peraturan di bidang perbendaharaan serta memberikan dukungan teknis di bidang teknologi informasi perbendaharaan dan basis data sesuai best practice yang andal, terotomasi, terintegrasi, mudah diterapkan (applicable), dan memenuhi aspek keamanan melalui implementasi Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara (SPAN), serta penyelenggaraan jabatan fungsional yang mendukung terselenggaranya fungsi-fungsi perbendaharaan secara efektif, efisien, akuntabel, dan transparan. Selain itu, sistem perbendaharaan berfokus pula pada implementasi inisiatif strategis Transformasi Kelembagaan DJPb dan penyusunan kajian strategis serta hubungan kelembagaan untuk mendukung pengembangan proses bisnis dan kinerja DJPb di masa mendatang.

Dalam mencapai visi dan misi tersebut, DJPb menetapkan tujuan strategis sebagaimana tertuang dalam Rencana Strategis (Renstra) DJPb Tahun 2015-2019. Tujuan DJPb tahun 2015-2019 difokuskan untuk mewujudkan fungsi perbendaharaan yang memiliki kinerja tinggi dan sesuai dengan best practices, transparan, dan akuntabel dalam rangka meningkatkan kualitas kebijakan fiskal pemerintah.

Tujuan DJPb tersebut adalah:1. Terciptanya fungsi pelaksanaan anggaran yang efektif;2. Terwujudnya pengelolaan kas yang efektif dan efisien;3. Terwujudnya sistem manajemen investasi yang akurat, tepat sasaran, dan akuntabel;4. Terwujudnya pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum yang fleksibel, efektif, dan akuntabel;5. Terwujudnya akuntansi keuangan pemerintah yang akuntabel, transparan, tepat waktu, dan akurat;6. Terwujudnya dukungan teknis perbendaharaan yang andal, terintegrasi, terotomasi, dan mudah

diterapkan;7. Terwujudnya penyempurnaan proses bisnis sistem perbendaharaan yang andal, terintegrasi, terotomasi,

dan mudah diterapkan;8. Terwujudnya pemberdayaan dan integrasi seluruh sumber daya organisasi secara optimal, efektif, dan

efisien;9. Terwujudnya peningkatan kualitas layanan Kantor Vertikal kepada seluruh pemangku kepentingan.

Sebagaimana tertuang dalam Renstra DJPb Tahun 2015-2019, tujuan DJPb untuk tahun 2018 dapat dijabarkan dengan sasaran strategis yang jelas dan terukur dalam pencapaian indikator kinerja yang ditargetkan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 2A.2.

Laporan Kinerja 2018 14

No Tujuan/ Sasaran Strategis Indikator KinerjaTarget 2018

UIC

1 Pelaksanaan anggaran yang efektif

Pengelola perbendaharaan negara yang unggul di tingkat dunia

Persentase kinerja pelaksanaan anggaran K/L 80% Dit. PA

2 Pengelolaan kas yang efektif dan efisien

Pengelolaan kas secara efisien dan optimal

Persentase akurasi perencanaan kas pemerintah pusat

95% Dit. PKN

Persentase transaksi penerimaan yang dilakukan secara elektronik (MPN G2)

100%

3 Sistem manajemen investasi yang tepat sasaran

Pengelolaan investasi yang pruden

Persentase pencapaian target penerimaan pokok dan bunga pinjaman dari penerusan pinjaman dan hasil restrukturisasi penerusan pinjaman

90% Dit. SMI

4 Pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum yang fleksibel, efektif, dan akuntabel

Peningkatan kualitas pengelolaan keuangan BLU

Persentase satker BLU yang kinerjanya baik 90% Dit. PPK BLU

5 Akuntansi keuangan pemerintah yang akuntabel, transparan, tepat waktu, dan akurat

Akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah yang akuntabel, transparan, dan tepat waktu

Indeks jumlah LK-K/L dan LK-BUN yang andal dengan opini audit yang baik

3,88 Dit. APK

Indeks penyelesaian UU PP APBN secara tepat waktu

3 (tepat waktu)

Persentase penyelesaian rekomendasi BPK atas LKPP yang telah ditindaklanjuti

100%

6 Menyempurnakan proses bisnis sistem perbendaharaan sesuai best practice

Sistem perbendaharaan yang andal dan modern

Indeks ketepatan waktu penyelesaian harmonisasi peraturan

3 Dit. SP

7 Dukungan teknis perbendaharaan yang andal, terintegrasi, terotomasi, dan mudah diterapkan

Sistem perbendaharaan yang andal dan modern

Persentase pemeliharaan infrastruktur TIK dalam rangka SPAN

100% Dit. TP/ SITP

Tingkat implementasi aplikasi SAKTI 100%

Tingkat implementasi data warehouse sebagai pusat penyedia informasi

90%

8 Pemberdayaan dan integrasi seluruh sumber daya organisasi secara optimal

Kepuasan pengguna layanan yang tinggi

Indeks kepuasan pengguna layanan 4,15 (skala 5)

Set-ditjen

Persentase pejabat yang telah memenuhi standar kompetensi jabatan

90%

Indeks kesehatan organisasi 81

Persentase penyerapan anggaran dan pencapaian output belanja

95%

9 Meningkatkan kualitas layanan Kantor Vertikal terhadap pemangku kepentingan

Kepatuhan pengguna layanan yang tinggi

Indeks kepatuhan pengguna layanan 4 (skala 4)

Kanwil & KPPN

Tabel 2A.2 Target Kinerja DJPb Tahun 2018 pada Renstra DJPb

Direktorat Jenderal Perbendaharaan15

B. Rencana Kerja (Renja) dan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA)

1. Rencana Kerja (Renja) Lingkup DJPb Tahun 2018

Dalam penyusunan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2018, Bappenas menggunakan metode dengan mengadopsi pendekatan Holistik-Tematik, Integratif, dan Spasial, serta kebijakan anggaran belanja berdasarkan money follows program, yaitu memastikan bahwa anggaran dialokasikan berdasarkan program yang benar-benar bermanfaat kepada rakyat, bukan sekedar untuk pembiayaan tugas fungsi K/L yang bersangkutan. Hal ini mengisyaratkan bahwa pencapaian prioritas pembangunan nasional memerlukan koordinasi dari seluruh pemangku kepentingan, melalui pengintegrasian prioritas nasional/program prioritas/kegiatan prioritas yang dilaksanakan dengan berbasis kewilayahan.

Sehubungan dengan hal tersebut, penyusunan program dan kegiatan prioritas nasional dalam RKP Tahun 2018 berpengaruh dalam penentuan kegiatan prioritas pada seluruh K/L termasuk Kementerian Keuangan. Terdapat 10 (sepuluh) Prioritas Nasional yang ditetapkan dalam RKP Tahun 2018 dan masing-masing diterjemahkan lebih lanjut dalam Program-Program Prioritas dan dijabarkan kembali ke dalam Kegiatan-Kegiatan Prioritas beserta sasaran-sasaran yang akan dicapai. Dari 10 Prioritas Nasional tersebut, Kementerian Keuangan berperan dalam pelaksanaan 6 (enam) Prioritas Nasional, yaitu (1) Kesehatan, (2) Pengembangan Dunia Usaha dan Pariwisata, (3) Ketahanan Energi, (4) Penanggulangan Kemiskinan, (5) Pembangunan Wilayah, dan (6) Politik, Hukum, dan Pertahanan Keamanan. Dalam hal ini DJPb berperan dalam pelaksanaan Prioritas Nasional (4) Penanggulangan Kemiskinan dan (6) Politik, Hukum, dan Pertahanan Keamanan.

Penyusunan Rencana Kerja (Renja) Kementerian Keuangan dan DJPb Tahun 2018 telah dilakukan pada tahun 2017. sejalan dengan informasi Bappenas terkait rancangan awal Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2018. Renja memuat kebijakan, program, dan kegiatan yang meliputi kegiatan pokok serta kegiatan pendukung untuk mencapai sasaran hasil sesuai program induk. Renja dirinci menurut indikator keluaran pada tahun rencana, prakiraan sasaran tahun berikutnya, lokasi, pagu indikatif sebagai indikasi pagu anggaran, serta cara pelaksanaannya.

Proses penyusunan Renja diawali dengan arahan dari Sekretariat Jenderal pada Forum Sekretaris (Forses) terkait perencanaan penganggaran Tahun 2018 yang ditindaklanjuti dengan dilaksanakannya Resource Forum dalam bentuk Bilateral Meeting. Resource Forum merupakan sarana koordinasi antara fungsi pengelola sumber daya dan fungsi teknis yang diinisiasi oleh fungsi perencanaan kinerja dan anggaran di lingkungan Kementerian Keuangan.

Resource Forum dilaksanakan dalam rangka penetapan target kinerja dan anggaran untuk mendukung pelaksanaan program dan kegiatan sesuai sasaran strategis Kementerian Keuangan. Pelaksanaan Resource Forum diatur dalam Surat Edaran Menteri Keuangan Nomor SE-6/MK.1/2016 tentang Tata Cara Pelaksanaan Resource Forum dalam Rangka Penyusunan Rencana Kerja Kementerian Keuangan. Resource Forum bersifat terbuka, dua arah, berbasis bukti dan berorientasi pada perbaikan ke depan serta fokus pada pencapaian outputs dan outcomes. Kegiatan ini dilaksanakan oleh seluruh unit eselon I sebagai bahan dalam pelaksanaan Bilateral Meeting dan Trilateral Meeting.

Tujuan dilakukannya Resource Forum adalah untuk meningkatkan kualitas penyusunan Renja dalam mengimplementasikan Penganggaran Berbasis Kinerja (PBK) lingkup Kementerian Keuangan. Di samping itu, kegiatan ini juga bertujuan untuk mewujudkan komitmen, koordinasi dan rasa memiliki (sense of ownership) dalam proses perencanaan anggaran dengan melibatkan semua sumber daya organisasi (resource). Sejalan dengan hal tersebut, penyelenggaraan Resource Forum diselaraskan dengan struktur rencana kerja berdasarkan logic model penataan Arsitektur Dan Informasi Kinerja (ADIK) sehingga pelaksanaan pembahasan

Laporan Kinerja 2018 16

difokuskan pada outcome, output, aktivitas, input, serta indikator kesuksesan dari suatu output dan outcome. Resource Forum mengacu pada perspektif, pencapaian tahun lalu, proyeksi pelaksanaan anggaran tahun berjalan, dan usulan rencana kerja, serta inisiatif strategis tahun yang akan datang.

Selain mengacu pada dokumen di atas, penyusunan Renja juga mempertimbangkan hasil evaluasi Renstra. Pada hasil evaluasi Renstra, baik terhadap pencapaian agenda Prioritas Nasional maupun pelaksanaan program, dilakukan proses penyesuaian dalam pencapaian target jangka menengah. Proses penyesuaian ini tidak dilakukan dengan mengubah Renstra DJPb dan Renstra Kementerian Keuangan, tetapi dengan menyesuaikan target dalam dokumen Renja dan Kontrak Kinerja DJPb dengan memperhatikan baik kondisi internal maupun eksternal terkini.

Dalam proses penyusunan Renja DJPb Tahun 2017, terkait dengan penyesuaian target dalam Renstra, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dan Kementerian Keuangan c.q Direktorat Jenderal Anggaran (DJA) telah menyepakati tidak perlu mengubah Renstra Tahun 2015-2019, tetapi dilakukan penyesuaian pada Renja tahun berkenaan. Hal tersebut sesuai dengan Pasal 14 Peraturan Menteri PPN/Kepala Bappenas No. 5 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan dan Penelaahan Renstra K/L Tahun 2015-2019, yang menyebutkan bahwa perubahan Renstra K/L 2015-2019 berjalan dapat dilakukan sepanjang: (1) terdapat undang-undang yang mengamanatkan perubahan Renstra K/L, atau (2) adanya perubahan struktur organisasi dan/atau tugas dan fungsi K/L.

Selanjutnya, dalam rangka penyusunan Renja pada tahun-tahun berikutnya, apabila terdapat kondisi di mana terdapat perundang-undangan yang mengharuskan perubahan atas target kinerja pada Renja/RKA-K/L Kementerian Keuangan (termasuk DJPb), disepakati bahwa Kementerian Keuangan selaku K/L cukup menyampaikan informasi perubahan tersebut kepada Kementerian PPN/Bappenas dan Kementerian Keuangan c.q. DJA untuk selanjutnya ditetapkan dalam dokumen kesepakatan selayaknya forum trilateral meeting.

Dalam hal dukungan untuk Prioritas Nasional Tahun 2018, dilakukan pembahasan dan harmonisasi dalam forum multilateral meeting dan dilanjutkan dengan pembahasan intensif dalam trilateral meeting Penyusunan Renja Kementerian/Lembaga Tahun 2018. Dalam hal ini, untuk tahun 2018 DJPb memiliki peran penting dalam mendukung pencapaian Prioritas Nasional Penanggulangan Kemiskinan dan Politik, Hukum, dan Pertahanan Keamanan. Dalam pencapaian Prioritas Nasional Penanggulangan Kemiskinan, DJPb berperan dalam pelaksanaan program prioritas Jaminan dan Bantuan Sosial yang Tepat Sasaran. Sementara itu, dalam pencapaian Prioritas Nasional Politik, Hukum, dan Pertahanan Keamanan, DJPb berperan dalam pelaksanaan program prioritas Reformasi Birokrasi. Untuk setiap program prioritas, dijabarkan ke dalam kegiatan prioritas beserta sasarannya sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 2B.1.

Direktorat Jenderal Perbendaharaan17

Prioritas Nasional Program Prioritas Kegiatan Prioritas Sasaran Nasional (SN) / Proyek Prioritas DJPb1. Penanggulangan

Kemiskinan

Jaminan dan

Bantuan Sosial

Tepat Sasaran

Penguatan

Pelaksanaan

Bantuan Tunai

Bersyarat

SN:

• Tersalurkannya bantuan tunai bersyarat bagi 10

juta keluarga miskin (PKH) Proyek Prioritas DJPb:

• Perumusan Sistem Penyaluran Subsidi dan

Bantuan Sosial (Dit. Pelaksanaan Anggaran)

Output:

• Peraturan Sistem Penyaluran Subsidi dan

Bantuan Sosial (1699.002)2. Politik, Hukum,

dan Pertahanan

Keamanan

Reformasi Birokrasi Perluasan

implementasi

e-Government yang

terintegrasi

SN:

• Diterapkannya aplikasi e-gov berbagi pakai

(e-office, e-planning, e-budgeting);

• Diterapkannya e-Arsip di 142 K/L/D;

• Terintegrasinya Sistem Monev-Next Generation

online PBJ dengan RENJA dan RKA K/L serta

Online Monitoring Sistem Perbendaharaan dan

Anggaran Negara (OM SPAN);

• Diterapkannya pelayanan publik online di 500

Unit Pelayanan Publik;

• Diterapkannya aplikasi Sistem Keuangan Desa

(Siskeudes).Proyek Prioritas DJPb:

• Peningkatan kapasitas sistem aplikasi dan

hardware SPAN, SAKTI, dan MPN (Dit. SITP);

• Implementasi SAKTI pada K/L (Dit. SITP)

Output:

• Layanan Implementasi Aplikasi SAKTI

(1704.002)

• “Pengadaan Software dan Hardware SPAN,

SAKTI, dan MPN” (1704.004)

Tabel 2B.1 Sasaran Pendukung Pencapaian Prioritas Nasional Tahun 2018 Lingkup DJPb

Adapun rincian Renja DJPb Tahun 2018 berdasarkan trilateral meeting dengan Bappenas dan Kementerian Keuangan c.q. DJA, secara garis besar dapat ditunjukkan pada Tabel 2B.2.

Tabel 2B.2 Rencana Kinerja DJPb Tahun 2018

Program/ Kegiatan Indikator Kinerja Target 2018

015.08.09.

Pengelolaan

Perbendaharaan

Negara

Persentase kinerja pelaksanaan anggaran Kementerian/Lembaga 80%

Indeks jumlah LK-KL dan LK-BUN yang andal dengan opini audit yang baik 3,5

Indeks kepuasan pengguna layanan 4,15

1698.

Penyelesaian

pertanggungjawaban

pelaksanaan anggaran

Indeks Penyelesaian UU PP APBN secara tepat waktu 3

Indeks jumlah LK K/L dan LK BUN yang andal dengan opini audit yang baik 3,5

Persentase Penyelesaian Rekomendasi BPK atas LKPP yang telah

ditindaklanjuti

46%

1699.

Pembinaan

Pelaksanaan Anggaran

Persentase kinerja pelaksanaan anggaran Kementerian/Lembaga 80%

Indeks ketepatan waktu penyusunan Reviu Pelaksanaan Anggaran, Spending

Review, dan Laporan Khatulistiwa (KFR Gabungan)

3

Tingkat efektivitas edukasi dan komunikasi terkait pelaksanaan anggaran 85

Laporan Kinerja 2018 18

Program/ Kegiatan Indikator Kinerja Target 2018

1700.

Pembinaan Pengelolaan

Keuangan Badan

Layanan Umum

Persentase satker BLU yang kinerjanya baik 90%

Persentase penyelesaian PMK/KMK kebijakan sesuai program perencanaan

PMK/KMK

65%

Indeks penyelesaian peraturan terkait usulan tarif layanan BLU 3

1701.

Peningkatan

Pengelolaan Kas Negara

Jumlah penerimaan dari pengelolaan kas 3,9 T rupiah

Deviasi akurasi perencanaan kas pemerintah pusat 5%

1702.

Manajemen Investasi

dan Penerusan

Pinjaman

Persentase pencapaian target penerimaan pokok dan bunga pinjaman dari

penerusan pinjaman dan hasil dari restrukturisasi penerusan pinjaman

90%

Persentase penyaluran dana di bidang investasi, subsidi, dan pembiayaan

secara optimal

87%

1703.

Pembinaan Sistem

dan Dukungan Teknis

Perbendaharaan

Indeks ketepatan waktu penyelesaian harmonisasi peraturan 3

Persentase jumlah peraturan dan penyelesaian permasalahan proses bisnis

perbendaharaan yang dihasilkan

92%

Persentase jumlah peserta diklat yang lulus ujian Pembina Pengelola

Perbendaharaan (Treasury Management Representative)

86%

1704.

Pengembangan Sistem

Perbendaharaan

Persentase tingkat penyempurnaan aplikasi perbendaharaan 90%

Persentase tingkat implementasi aplikasi SAKTI 86%

Persentase implementasi strategi pengelolaan perubahan dalam rangka

SPAN dan SAKTI

90%

1705.

Penyelenggaraan Kuasa

Bendahara Umum

Negara

Persentase SPM satker yang diproses menjadi SP2D 100%

Nilai LK Kuasa BUN KPPN yang berkualitas 92

Persentase pemenuhan BMN sesuai dengan standar 90%

1706.

Pembinaan

Pelaksanaan

Perbendaharaan di

Wilayah

Nilai kualitas LK BUN Tingkat Kanwil 92

Persentase kinerja pelaksanaan anggaran K/L 80%

Persentase pemenuhan BMN sesuai dengan standar 90%

1707.

Dukungan Manajemen

dan Dukungan

Teknis Lainnya Ditjen

Perbendaharaan

Persentase pemenuhan standar soft dan hard competency 90%

Persentase jumlah bisnis proses yang telah memiliki SOP 90%

Persentase pemenuhan BMN sesuai dengan standar 90%

Persentase kualitas pelaksanaan anggaran 95%

1730.

Pengelolaan Dana

Bergulir Usaha Mikro

Persentase penyaluran dana bergulir usaha mikro 80%

Persentase jumlah usaha mikro yang terlayani 100%

5739.

Penghimpunan,

Pengelolaan dan

Penyaluran Dana

Perkebunan Kelapa

Sawit

Deviasi target harga CPO 20%

Direktorat Jenderal Perbendaharaan19

2. Rencana Kerja dan Anggaran K/L (RKA-K/L) Alokasi DJPb Tahun 2018

Di dalam kondisi keuangan negara yang terbatas, DJPb berusaha menjamin bahwa setiap rupiah yang dibelanjakan digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat dan dilaksanakan secara efektif, efisien, dan akuntabel. Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara (BUN) sekaligus Pengguna Anggaran memberikan amanat pada DJPb untuk senantiasa meningkatkan tata kelola keuangan negara khususnya di bidang perbendaharaan negara, tidak hanya untuk mendukung pencapaian sasaran dan tujuan organisasi, tetapi juga untuk membantu mewujudkan Indonesia menjadi negara yang adil, maju, makmur dan bermartabat.

Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA-KL), disusun berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah (RKP), Rencana Kerja Kementerian/Lembaga (Renja-K/L) dan Pagu Anggaran K/L. RKP berisi arah kebijakan pemerintah dan program prioritas yang diterjemahkan oleh K/L dalam Renja K/L. Dalam kerangka pengelolaan penganggaran, terdapat tiga instrumen penganggaran, yaitu Penganggaran Berbasis Kinerja (PBK), Kerangka Pembangunan Jangka Menengah (KPJM), dan Unified Budget. Penyusunan anggaran DJPb pada Tahun Anggaran 2018 berpedoman beberapa kebijakan umum, kebijakan pengendalian, dan harmonisasi pengalokasian anggaran yang berlaku di lingkungan Kementerian Keuangan.

Kebijakan umum yang berlaku adalah sebagai berikut:a. Kesesuaian Renja dengan RKA-K/L;b. Penerapan proses perencanaan penganggaran yang lebih baik melalui resource forum antar manajer yang

mengelola sumber daya organisasi. Resource forum untuk penyusunan anggaran harus memperhatikan urutan prioritas, antara lain:(1) Kebutuhan anggaran untuk biaya operasional yang sifatnya mendasar;(2) Program dan kegiatan yang mendukung pencapaian prioritas pembangunan nasional yang

tercantum dalam dokumen RKP;(3) Kebutuhan dana pendamping untuk kegiatan yang anggarannya bersumber dari pinjaman dan/atau

hibah dalam negeri/luar negeri;(4) Kebutuhan anggaran untuk kegiatan lanjutan yang bersifat tahun jamak (multi years); (5) Penyediaan dana untuk mendukung pelaksanaan program/kegiatan yang sesuai dengan peraturan

perundangan.c. Alokasi anggaran mengutamakan kegiatan prioritas (money follow program). Pengalokasian anggaran

tidak lagi berbasis pada pelaksanaan tugas dan fungsi yang seluruhnya harus diberikan anggarannya, tetapi berdasarkan pada program prioritas yang mendukung pencapaian Nawa Cita.

Kebijakan pengendalian dan pembatasan alokasi anggaran meliputi:a. Penyelenggaraan rapat, rapat dinas, seminar, pertemuan, lokakarya, peresmian kantor/proyek dan

sejenisnya dibatasi pada hal-hal yang sangat penting dan dilakukan sesederhana mungkin; b. Pembangunan gedung baru yang sifatnya tidak langsung menunjang untuk pelaksanaan tugas dan

fungsi satker; c. Pengadaan kendaraan bermotor, kecuali kendaraan fungsional seperti kendaraan roda dua untuk

petugas lapangan, penggantian kendaraan operasional yang benar-benar rusak berat;d. Membatasi pemberian honorarium tim;e. Membatasi belanja profesi.

Harmonisasi pengalokasian anggaran, diantaranya adalah:a. DJPb mengintegrasikan kebutuhan teknologi informasi dan alokasi anggarannya ke Pusintek Setjen

Kementerian Keuangan, serta usulan belanja modal terkait perangkat pengolah data sesuai standar spesifikasi perangkat pengguna di lingkungan Kementerian Keuangan;

Laporan Kinerja 2018 20

b. Biaya Pemeliharaan dan belanja modal bagi satker-satker yang menempati Gedung Keuangan Negara; c. Diklat, sertifikasi pejabat fungsional perbendaharaan, dan pemberian beasiswa harus berkoordinasi

dengan Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan (BPPK).

Setelah melalui proses penyusunan RKA-K/L, sesuai Surat Dirjen Perbendaharaan No. S-9915/PB/2017 tanggal 8 November 2017 hal Penyampaian Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (RKA-K/L) Pagu Alokasi Anggaran Direktorat Jenderal Perbendaharaan TA 2018, alokasi anggaran DJPb Tahun 2018 adalah sebesar Rp12.660,89 miliar. Dalam perjalanan tahun 2018, revisi terakhir yang dilakukan atas pagu 2018 tersebut adalah menjadi Rp12.682,85 miliar (pagu revisi data OM SPAN 23 Januari 2019). Perkembangan pagu anggaran DJPb dari tahun 2015 sampai dengan 2018 ditunjukkan pada Tabel 2B.3 dan Grafik 2B.1.

Tabel 2B.3 Alokasi Anggaran DJPb Tahun 2015 s.d. 2018 per Jenis Belanja

(dalam ribuan rupiah)

UnitPagu 2015

(revisi)

Pagu 2016

(revisi)

Pagu 2017

(revisi)

Pagu 2018

(DIPA awal)

Pagu 2018

(revisi)

DJPb

(Non Blu)

Bel. Pegawai 564.771.955 589.251.053 565.466.524 546.221.266 546.769.130

Bel. Barang 1.168.666.356 1.001.036.745 1.111.239.556 758.829.958 702.655.062

Bel. Modal 401.092.976 50.547.610 106.786.511 339.552.873 399.883.305

Total Non BLU 2.134.531.287 1.640.835.408 1.783.492.591 1.644.604.097 1.649.307.497

BLU

(BPDPKS

dan PIP)

Bel. Pegawai - - - 294.480 294.480

Bel. Barang 1.792.072.000 13.412.376.000 11.413.668.477 11.015.401.443 11.032.055.677

Bel. Modal - 16.146.050 4.222.500 596.200 1.196.880

Total BLU 1.792.072.000 13.428.522.070 11.417.890.977 11.016.292.123 11.033.547.037

DJPb

(BLU dan

Non BLU)

Total Bel. Pegawai 564.771.955 589.251.053 565.466.524 546.515.746 547.063.610

Total Bel. Barang 2.960.738.356 14.413.412.765 12.524.908.033 11.774.231.401 11.734.710.739

Total Bel. Modal 401.092.976 66.693.660 111.009.011 340.149.073 401.080.185

Total Keseluruhan 3.926.603.287 15.069.357.478 13.201.383.568 12.660.896.220 12.682.854.534

Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 2B.3, pada total pagu tersebut, selain alokasi untuk DJPb, juga memuat alokasi untuk Badan Layanan Umum (BLU), yaitu Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) dan Pusat Investasi Pemerintah (PIP). Alokasi anggaran terbesar, baik pada DJPb (non BLU) maupun pada BLU, pada keempat tahun tersebut terdapat pada belanja barang. Ditunjukkan juga bahwa terdapat penurunan signifikan pada belanja modal DJPb (non BLU) dari tahun 2015 ke tahun 2016, yang selanjutnya terus meningkat pada tahun 2017 dan 2018. Secara keseluruhan, pagu pada tahun 2018 menurun dari tahun 2017, di mana belanja pegawai dan belanja barang menurun dari tahun 2017, sedangkan pagu belanja modal meningkat dari tahun 2017.

Grafik 2B.1 Perkembangan Alokasi Anggaran DJPb Tahun 2015 s.d. 2018

Direktorat Jenderal Perbendaharaan21

Sebagaimana ditunjukkan pada Grafik 2B.1, pagu anggaran DJPb (non BLU) mengalami penurunan dari tahun 2015

ke tahun 2016, meningkat pada tahun 2017, dan kembali menurun pada tahun 2018. Sementara itu, pagu anggaran

BLU meningkat signifikan dari tahun 2015 ke tahun 2016, kemudian terus menurun pada tahun 2017 dan 2018.

Mengingat porsi alokasi anggaran BLU (BPDPKS dan PIP) dibandingkan alokasi keseluruhan sangatlah signifikan,

pagu anggaran DJPb secara keseluruhan (BLU dan Non BLU) juga meningkat signifikan dari tahun 2015 ke 2016 dan

terus menurun pada tahun 2017 dan 2018.

Sementara itu, alokasi anggaran pada DJPb dapat diklasifikasikan berdasarkan 12 (dua belas) kegiatan, baik kegia-

tan DJPb (non BLU) maupun BLU (BPDPKS dan PIP). di tahun 2017 dan 2018 ditunjukkan pada Tabel 2B.4.

Tabel 2B.4 Alokasi Anggaran DJPb Tahun 2017 dan 2018 per Jenis Kegiatan

(dalam ribuan rupiah)

Kode KegiatanAlokasi 2017

(revisi)

Alokasi 2018

(DIPA awal)

Alokasi 2018

(revisi)

Non BLU

1698 Penyelenggaraan Pertanggungjawaban Pelaksanaan

Anggaran

17.235.606 18.481.615 17.411.412

1699 Pembinaan Pelaksanaan Anggaran 6.006.649 7.196.729 6.777.999

1700 Pembinaan Pengelolaan Keuangan Badan Layanan

Umum

5.849.354 7.010.241 5.775.963

1701 Peningkatan Pengelolaan Kas Negara 460.403.168. 11.919.186 10.165.010

1702 Manajemen Investasi dan Penerusan Pinjaman 12.137.019 26.402.673 19.959.475

1703 Pembinaan Sistem dan Dukungan Teknis

Perbendaharaan

14.832.791 12.705.388 12.836.055

1704 Pengembangan Sistem Perbendaharaan 81.169.066 254.832.287 255.898.481

1705 Penyelenggaraan Kuasa Bendahara Umum Negara 494.570.071 398.192.018 389.288.438

1706 Pembinaan Pelakasanaan Perbendaharaan di Wilayah 244.870.149 188.858.160 198.112.137

1707 Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya

Ditjen Pebendaharaan

446.418.718 719.005.800 736.082.527

Jumlah Non BLU 1.783.492.591 1.644.604.097 1.649.307.497

BLU (BPDPKS dan PIP)

1730 Pengelolaan Dana Bergulir Usaha Mikro - 24.292.123 41.547.037

5739 Penghimpunan, Pengelolaan dan Penyaluran Dana

Perkebunaan Kelapa Sawit

11.417.890.977 10.992.000.000 10.992.000.000

Jumlah BLU 11.417.890.977 11.016.292.123 11.033.547.037

JUMLAH NETO 13.201.383.568 12.660.896.220 12.682.854.534

Sumber: data revisi 2018 dari OM SPAN per 23 Januari 2019

Laporan Kinerja 2018 22

Upaya DJPb dalam pelaksanaan Kegiatan Prioritas Nasional Tahun 2018 juga didukung dengan pengalokasian anggaran dengan rincian sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 2B.5.

Tabel 2B.5 Kerangka Pendanaan untuk Kegiatan Prioritas DJPb Tahun 2018 (dalam ribuan rupiah)

Prioritas Nasional Program Prioritas Kegiatan Prioritas Kode Output Nama Output Pagu DIPA

2018 (Rp)

1. Penanggulangan

kemiskinan

Jaminan dan

Bantuan Sosial

Tepat Sasaran

Penguatan

Pelaksanaan Bantuan

Tunai Bersyarat

1699.

002

Peraturan Sistem

Penyaluran Subsidi

dan Bantuan Sosial

1.942.500

2. Politik, Hukum,

dan Pertahanan

Keamanan

Reformasi

Birokrasi

Perluasan

Implementasi

e-Government yang

terintegrasi

1704.

002

Layanan

Implementasi SAKTI

10.434.578

1704.

004

Pengadaan Software

dan Hardware SPAN,

SAKTI, dan MPN

184.282.328

JUMLAH 196.659.406

Direktorat Jenderal Perbendaharaan23

C. Penetapan/Perjanjian Kinerja DJPb Tahun 2018

1. Perjanjian Kinerja DJPb Tahun 2018

Penetapan kinerja DJPb tahun 2018 dalam wujud Kontrak Kinerja Direktur Jenderal Perbendaharaan dengan Menteri Keuangan, dijabarkan dalam 13 (tiga belas) Sasaran Strategis dan 22 (dua puluh dua) Indikator Kinerja Utama (IKU). Sasaran Strategis dan IKU tersebut terangkum dalam Peta Strategi DJPb tahun 2018 sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 2C.1.

Gambar 2C.1 Peta Strategis DJPb Tahun 2018

Peta Strategi yang telah disusun tersebut dapat dilihat berdasarkan 4 (empat) perspektif, yaitu:

a. Stakeholders PerspectivePerspektif ini mencakup sasaran strategis yang ingin diwujudkan organisasi untuk memenuhi harapan sehingga dinilai berhasil dari sudut pandang stakeholder (pemangku kepentingan). Stakeholder adalah pihak internal dan eksternal yang secara langsung atau tidak langsung memiliki kepentingan atas output atau outcome dari suatu organisasi, tetapi tidak menggunakan layanan organisasi secara langsung.

b. Customer PerspectivePerspektif ini mencakup sasaran strategis yang ingin diwujudkan organisasi untuk memenuhi harapan customer (pengguna layanan) dan/atau harapan organisasi terhadap customer. Customer merupakan pihak luar yang terkait langsung dengan pelayanan suatu organisasi.

c. Internal Process PerspectivePerspektif ini mencakup sasaran strategis yang ingin diwujudkan melalui rangkaian proses yang dikelola organisasi dalam memberikan layanan dan menciptakan nilai bagi stakeholder dan customer (value chain).

Laporan Kinerja 2018 24

d. Learning and Growth PerspectivePerspektif ini mencakup sasaran strategis berupa kondisi ideal atas sumber daya internal organisasi yang ingin diwujudkan atau yang seharusnya dimiliki oleh organisasi untuk menjalankan proses bisnis guna menghasilkan output atau outcome organisasi yang sesuai dengan harapan customer dan stakeholder.

Tiga belas sasaran strategis yang telah ditetapkan untuk setiap perspektif untuk tahun 2018 dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Stakeholders perspecitve terdiri atas 1 (satu) sasaran strategis, yaitu:

• Pengelola perbendaharaan negara yang unggul di tingkat duniaPengelola perbendaharaan negara artinya DJPb mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara sesuai Undang-Undang Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. Unggul di tingkat dunia memiliki makna bahwa pengelolaan perbendaharaan negara yang dilaksanakan oleh DJPb memiliki kualitas yang sejajar dan dapat diperbandingkan dengan negara-negara lain. Beberapa tugas pengelolaan perbendaharaan negara yang dapat disejajarkan dengan negara lain khususnya mencakup pelaksanaan belanja negara dalam rangka pertumbuhan ekonomi Indonesia, pengelolaan kas yang optimal dan efisien, dan penyusunan laporan pertanggungjawaban dalam rangka akuntabilitas keuangan negara. Pelaksanaan tugas pengelolaan perbendaharaan negara sebagaimana dimaksud di atas diharapkan akan menjadi bagian penting dari pondasi kokoh atas fundamental ekonomi negara Indonesia, terutama saat menghadapi ketidakpastian tantangan ekonomi global ke depan.

b. Customer perspective terdiri atas 2 (dua) sasaran strategis, yaitu:

1) Pelayanan publik yang primaPelayanan publik yang prima diukur berdasarkan hasil survei kepuasan pengguna layanan oleh lembaga independen. Hasil survei yang positif akan meningkatkan citra Kementerian Keuangan pada umumnya dan DJPb pada khususnya. Pengguna layanan pada DJPb terdiri dari Kementerian/Lembaga (satker), BUMN/BUMD, Pemda, Bank/Pos, Unit eselon I Kementerian Keuangan

2) Kepatuhan atas pengelolaan perbendaharaan yang tinggiDJPb memiliki ekspektasi terhadap pengguna layanan agar patuh terhadap berbagai peraturan dan kebijakan tertentu, khususnya terkait pengelolaan perbendaharaan. Pengguna layanan adalah pihak eksternal DJPb yang secara langsung menerima layanan DJPb.

c. Internal process perspective terdiri atas 6 (enam) sasaran strategis, yaitu:

1) Formulasi kebijakan perbendaharaan yang berkualitasKebijakan perbendaharaan adalah konsep besar yang menjadi dasar dan pemberi arah dalam pelaksanaan dan pengembangan Sistem Perbendaharaan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Berkualitas adalah sesuai dengan kebutuhan, implementatif, dan tidak saling bertentangan. Formulasi kebijakan meliputi penyusunan peraturan, rancangan proses bisnis di bidang Perbendaharaan dan pengembangan profesi. Formulasi kebijakan yang berkualitas mengandung makna bahwa perumusan konsep besar yang menjadi dasar dan pemberi arah dalam pelaksanaan dan pengembangan Sistem Perbendaharaan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sudah sesuai dalam menghasilkan output/outcome sesuai tujuan.

Direktorat Jenderal Perbendaharaan25

2) Pelaksanaan anggaran yang tepat waktu, efektif, dan akuntabelSalah satu tugas DJPb adalah menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pelaksanaan anggaran. DJPb berfokus pada peningkatan efektivitas, efisiensi, dan akuntabilitas pelaksanaan dan penggunaan anggaran dalam DIPA K/L. Fokus tersebut dilakukan melalui penyusunan regulasi/standardisasi ketentuan, pembinaan/supervisi, dan monitoring evaluasi pelaksanaan anggaran.

3) Pengelolaan kas yang pruden dan optimalSebagai pengelola kas negara (fund manager), kinerja dilaksanakan untuk mewujudkan pengelolaan kas yang optimal melalui perencanaan kas yang efektif untuk menghindari mismatch, menjamin ketersediaan kas secara akurat dan tepat waktu, optimalisasi idle cash, penatausahaan penerimaan negara yang efektif dan akuntabel, serta sentralisasi pengelolaan kas dengan memperhatikan aspek prudensial sehingga dapat menyajikan informasi posisi kas negara secara akurat dan tepat waktu.

4) Pelaksanaan special mission yang profesional, akuntabel, dan efisienPelaksanaan special mission merupakan tugas tambahan yang dibebankan kepada DJPb. Dalam pelaksanaan tugas tersebut seluruh SDM DJPb dapat bekerja secara profesional, efisien, dan dapat dipertanggung jawabkan. Profesionall memiliki makna bahwa seluruh jajaran DJPb mampu melaksanakan special mission yang menguasai bidang tugasnya karena memiliki pengetahuan dan keterampilan (hardskill) serta integritas/moralitas (softskill) yang memadai. Akuntabel dapat diartikal bahwa kewajiban seluruh jajaran untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan anggaran kepada publik.

5) Peningkatan kapasitas pengelola perbendaharaan K/L yang berkesinambunganDalam rangka memperkuat implementasi kebijakan di bidang perbendaharaan negara, diperlukan upaya pemberian pemahaman maupun standardisasi keahlian kepada stakeholders terhadap pelaksanaan tugas-tugas teknis bidang perbendaharaan secara komprehensif dan kontinu, sehingga mereka memiliki informasi sekaligus kompetensi yang cukup, untuk menunjang tugas perbendaharaan..

6) Akuntansi dan pelaporan keuangan negara yang akuntabel, transparan, dan tepat waktuAkuntabilitas pertanggungjawaban pengelolaan keuangan negara diwujudkan dengan penyusunan laporan keuangan oleh Pemerintah Pusat. Penyusunan laporan keuangan Pemerintah harus disusun secara profesional dan modern. Kualitas laporan keuangan Pemerintah dapat diidentifikasi dari ketepatan waktu penyelesaian LKPP, ketepatan waktu penyelesaian UU PP APBN, serta opini audit yang baik dari BPK.

d. Learning and growth perspective terdiri atas 4 (empat) sasaran strategis, yaitu:

1) SDM yang kompetitifSDM yang Kompetitif adalah SDM yang memiliki kepemimpinan yang tepat, mengetahui apa yang akan dilakukan untuk semua informasi yang diterima dan kompetensi yang dibutuhkan untuk keberhasilan organisasi.

2) Organisasi yang fit for purposeOrganisasi yang fit for purpose adalah organisasi yang mampu mewadahi dan memfasilitasi kegiatan-kegiatan dalam rangka mencapai tujuan organisasi DJPb. Dengan demikian, organisasi beserta proses bisnis di dalamnya akan bersifat dinamis dan fleksibel sesuai dengan tuntutan kebutuhan dan dinamika transformasi kelembagaan Kementerian Keuangan.

Laporan Kinerja 2018 26

3) Sistem Informasi perbendaharaan yang andal dan modernSistem informasi perbendaharaan yang andal dan modern adalah melaksanakan sistem perbendaharaan dengan bantuan teknologi informasi yang tepat guna dan mutakhir untuk mendukung pelaksanaan anggaran yang efektif, tepat waktu dan akuntabel.

4) Pengelolaan anggaran yang berkualitasPengelolaan anggaran meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan monitoring anggaran selama satu tahun anggaran yang selanjutnya dipertanggungjawabkan kepada stakeholder. Dana yang tersedia dalam dokumen pelaksanaan anggaran (DIPA), harus dikelola sesuai rencana yang telah ditetapkan dan dapat dipertanggungjawabkan. Pelaksanaan anggaran menggunakan prinsip hemat, efisien, dan tidak mewah dengan tetap memenuhi output sebagaimana telah direncanakan dalam DIPA. Kualitas pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran selama satu tahun, tercermin dari opini yang diberikan oleh BPK.

Pada tahun 2018, 13 (tiga belas) Sasaran Strategis tersebut terdiri atas 22 (dua puluh dua) Indikator Kinerja Utama (IKU) yang masing-masing ditargetkan pada Kontrak (Perjanjian) Kinerja Tahun 2018 sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 2C.1.

Tabel 2C.1 Target Indikator Kinerja Utama (IKU) Kemenkeu-One DJPb Tahun 2018

No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target1 Pengelola perbendaharaan

negara yang unggul di tingkat dunia

1a-CP Persentase kinerja pelaksanaan anggaran K/L

80%

1b-N Rata-rata indeks opini BPK atas LK K/L dan LK BUN

3,6

2 Pelayanan publik yang prima 2a-CP Indeks kepuasan publik atas layanan DJPb 4,52

3 Kepatuhan atas pengelolaan perbendaharaan yang tinggi

3a-N Persentase rekonsiliasi tingkat UAKPA secara tepat waktu dan andal

98%

4 Formulasi kebijakan perbendaharaan yang berkualitas

4a-N Indeks ketepatan waktu penyelesaian harmonisasi peraturan

3,25 (skala 4)

5 Pelaksanaan anggaran yang tepat waktu, efektif, dan akuntabel

5a-N Persentase tindak lanjut simplifikasi pelaporan dan pertanggungjawaban anggaran K/L

100%

6 Pengelolaan kas yang pruden dan optimal

6a-CP Deviasi proyeksi perencanaan kas pemerintah pusat

5%

7 Pelaksanaan special mission yang profesional, akuntabel, dan efisien

7a-N Persentase pencapaian target penerimaan pokok dan bunga pinjaman

100%

7b-N Persentase pencapaian target pendapatan BLU

100%

7c-N Persentase pelaksanaan tugas khusus 85%

8 Peningkatan kapasitas pengelola perbendaharaan K/L yang berkesinambungan

8a-N Indeks efektivitas edukasi dan komunikasi 85

9 Akuntansi dan pelaporan keuangan negara yang akuntabel, transparan dan tepat waktu

9a-N Indeks penyelesaian UU PP APBN secara tepat waktu

4 (skala 4)

9b-CP Persentase rekomendasi BPK atas LKPP dan LK BUN yang telah ditindaklanjuti

89%

Direktorat Jenderal Perbendaharaan27

No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target10 SDM yang kompetitif 10a-N Persentase pemenuhan standar soft dan

hard competency 94%

11 Organisasi yang fit for purpose 11a-CP Persentase implementasi inisiatif RBTK 92%

11b-CP Tingkat pemenuhan unit kerja terhadap kritera ZI WBK

100% (15 unit kerja)

11c-CP Indeks Persepsi Integritas 85

12 Sistem informasi perbendaharaan yang andal dan modern

12a-N Persentase tingkat implementasi aplikasi SAKTI

100%

12b-CP Persentase downtime sistem TIK 0,35%

12c-CP Persentase kapabilitas tata kelola TIK 75%

13 Pengelolaan Anggaran yang Optimal

13a-CP Persentase rekomendasi BPK atas LK BA 15 yang telah ditindaklanjuti

89%

13b-CP Persentase kualitas pelaksanaan anggaran 95%

Dalam Kontrak Kinerja Tahun 2018 juga telah ditetapkan Inisiatif Strategis untuk memastikan pencapaian IKU Persentase tingkat implementasi aplikasi SAKTI sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 2C.2.

Tabel 2C.2 Inisiatif Strategis DJPb Tahun 2018

No IKU Inisiatif StrategisOutput/

OutcomePeriode

PelaksanaanPenanggung

JawabBiaya (Rp)

1. Persentase tingkat implementasi Aplikasi SAKTI

Pengembangan infrastruktur IT DJPb (SPAN, SAKTI, dan MPN G2)

Upgrade infratruktur IT DJPb yang lebih andal

Januari s.d. Desember

Setditjen dan Dit. SITP

170.976.175.000

Sebagaimana disepakati dalam Kontrak (Perjanjian) Kinerja DJPb Tahun 2018, dalam upaya mencapai 13 (tiga belas) sasaran strategis tersebut, DJPb didukung pendanaan yang dibagi ke 12 (dua belas) jenis kegiatan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 2C.3. Adapun rincian pendanaan dan kinerja lebih lanjut diuraikan pada Lampiran IV LAKIN ini.

Tabel 2C.3 Pendanaan per Kegiatan untuk Mendukung Pencapaian Sasaran Strategis Tahun 2018

No Kegiatan Anggaran

1. Penyelenggaraan pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran Rp 18.481.615.000

2. Pembinaan pelaksanaan anggaran Rp 7.196.729.000

3. Pembinaan pengelolaan keuangan badan layanan umum Rp 7.010.241.000

4. Peningkatan pengelolaan kas negara Rp 11.919.186.000

5. Manajemen investasi dan penerusan pinjaman Rp 26.402.673.000

6. Pembinaan sistem dan dukungan teknis perbendaharaan Rp 12.705.388.000

7. Pengembangan sistem perbendaharaan Rp 254.832.287.000

8. Penyelenggaraan kuasa bendahara umum negara Rp 398.797.003.000

9. Pembinaan pelaksanaan perbendaharaan di wilayah Rp 188.897.237.000

10. Dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya DJPb Rp 718.361.738.000

11. Pengelolaan dana bergulir usaha mikro Rp 24.292.123.000

12. Penghimpunan, pengelolaan, dan penyaluran dana perkebunan kelapa sawit

Rp 10.992.000.000.000

Jumlah Rp 12.660.896.220.000

Ket: Pagu sesuai pagu yang dicantumkan dalam Kontrak Kinerja Dirjen Perbendaharaan Tahun 2018 (sesuai Pagu Awal)

Laporan Kinerja 2018 28

2. Refinement Kontrak Kinerja DJPb Tahun 2018

Dalam rangka menjamin tercapainya Sasaran Strategis yang lebih optimal, pada tahun 2018 DJPb melakukan penyempurnaan pada beberapa IKU. Penyempurnaan yang dilakukan di antaranya melalui perubahan ruang lingkup IKU dan target IKU, penetapan IKU baru, dan penghapusan IKU, dengan penjelasan sebagai berikut:

a. Perubahan ruang lingkup IKU dan target IKU, yaitu:

1) IKU “Persentase Kinerja Pelaksanaan Anggaran”IKU dimaksud mengalami penyempurnaan kualitas pengukuran dibandingkan tahun 2017 melalui penambahan variabel/indikator yang diukur dari 4 (empat) menjadi 12 indikator pada aspek kinerja pelaksanaan anggaran, yaitu (1) Revisi DIPA, (2) Deviasi Halaman III DIPA, (3) Pagu Minus, (4) Penyelesaian Tagihan, (5) Penyerapan Anggaran, (6) Retur SP2D, (7) Perencanaan Kas, (8) Kesalahan/Pengembalian SPM, (9) Pengelolaan UP/TUP, (10) Penyampaian Data Kontrak, (11) Dispensasi SPM, dan (12) Rekonsiliasi LPJ Bendahara. Selain itu, target tahun 2018 ditingkatkan menjadi 80% dibandingkan tahun 2017 (75%) dengan mempertimbangkan ketercapaian IKU tersebut tahun 2017 (realisasi 87,08).

2) IKU “Rata-rata indeks opini BPK atas LK K/L dan LK BUN”Diperoleh dari rata-rata indeks opini BPK untuk tiap-tiap dari seluruh LK K/L dan LK BUN, pada tahun 2018 IKU tersebut ditingkatkan targetnya menjadi 3,6 (2017: 3,5) dengan mempertimbangkan tingkat ketercapaian/realisasi tahun 2017 (3,77) . Target tersebut sebagaimana surat Dirjen Perbendaharaan No. S-9014/PB/2015 hal Usulan Peninjauan Kembali Target Renstra Kemenkeu Tahun 2015-2019 dan Renja Ditjen Perbendaharaan Tahun 2016.

3) IKU “Indeks kepuasan pengguna layanan” Pada Renstra Kementerian Keuangan, Renstra DJPb Tahun 2015-2019, dan Renja DJPb Tahun 2018, dalam rangka meningkatkan kepuasan pengguna layanan DJPb, target IKU tersebut mengalami peningkatan menjadi 4,15 dibandingkan target pada tahun 2017 (4,12). Namun demikian, sebagaimana mandatory dari Setjen Kemenkeu target IKU tersebut pada tahun 2018 secara signifikan ditingkatkan menjadi 4,52 sebagai challenging tingkat ketercapaian dibandingkan realisasi tahun-tahun sebelumnya (realisasi 2017: 4,56; 2016: 4,4).

4) IKU “Persentase rekonsiiasi tingkat UAKPA secara tepat waktu dan andal”Dalam rangka meningkatkan upaya dalam memastikan kepatuhan dan kualitas pelaksanaan rekonsiliasi di tingkat UAKPA, target IKU tersebut mengalami peningkatan menjadi 98 dibandingkan target pada tahun 2017 (97) sebagai challenging tingkat ketercapaian dibandingkan realisasi tahun-tahun sebelumnya (realisasi 2017: 98,96; 2016: 98,25).

5) IKU “Indeks ketepatan waktu penyelesaian harmonisasi peraturan”IKU tersebut merupakan IKU baru pada tahun 2017 di level Kemenkeu-One DJPb (sebelumnya pada level Kemenkeu-Two Dit. Sistem Perbendaharaan) dan ditetapkan pada tahun tersebut dengan indeks 3 (tepat waktu). Dengan memperhatikan tingkat ketercapaian tahun 2017 sebesar 3,79, pada tahun 2018 target IKU tersebut ditingkatkan menjadi 3,25, lebih tinggi dari target tahun 2018 yang telah ditetapkan pada Renja 2018 (3).

Direktorat Jenderal Perbendaharaan29

6) IKU “Persentase tindak lanjut simplifikasi pelaporan dan pertanggungjawaban anggaran K/L” IKU tersebut merupakan IKU baru pada tahun 2017 di level Kemenkeu-One DJPb sebagai mandat Menteri Keuangan untuk memastikan bahwa simplifikasi pelaporan dan pertanggungjawaban anggaran K/L dapat diimplementasikan oleh Satker K/L. Pada tahun 2018, ruang lingkup dan ketentuan pengukuran IKU tersebut disempurnakan mengingat pada tahun 2017 difokuskan pada simplifikasi pelaksanaan bantuan pemerintah, sementara pada tahun 2018 diperluas pada simplifikasi regulasi/proses bisnis untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelaksanaan anggaran yang meliputi: (a) penyampaian SPM secara elektronik (e-SPM); (b) penerapan kartu kredit dalam belanja pemerintah (KKP); (3) simplifikasi proses bisnis pelaksanaan anggaran melalui revisi PMK No. 190/PMK.05/2012 (PMK190); (4) penyempiurnaan pelaksanaan anggaran subsidi dan bantuan sosial (SBS). Sebagaimana ditetapkan pada Renja DJPb tahun 2018, target IKU tersebut ditetapkan pada Kontrak Kinerja 2018 sama dengan tahun 2017 yang merupakan capaian maksimum sebesar 100%.

7) IKU “Deviasi proyeksi perencanaan kas pemerintah pusat”IKU tersebut merupakan IKU di level Kemenkeu-One DJPb, sebagai cascading direct dari level Kemenkeu-Wide. IKU tersebut bertujuan untuk mendukung perencanaan kas pemerintah pusat agar lebih akurat. Sebagaimana ditetapkan juga pada Renja Tahun 2018, IKU tersebut dan targetnya ditentukan tetap dibandingkan dengan tahun 2017, yaitu 5%. Namun demikian, pada tahun 2018 capaian IKU tersebut diukur berdasarkan updating renkas yang disampaikan oleh Tim CPIN paling lambat 5 (lima) hari kerja sebelum akhir bulan, sementara pada tahun 2017 didasarkan pada updating renkas 3 hari kerja.

8) IKU “Persentase pencapaian target penerimaan pokok dan bunga pinjaman”Pada tahun 2017 dilakukan rewording dari IKU, “Persentase pencapaian target penerimaan pokok dan bunga pinjaman dari penerusan pinjaman dan hasil restrukturisasi penerusan pinjaman” untuk memberikan penamaan atas IKU yang lebih sederhana dengan penjelasan pada manual IKU. Pada tahun 2018, ketentuan IKU tersebut ditentukan tetap dengan target dinaikkan menjadi 100% (2017: 97%). Target tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan target yang ditetapkan pada Renstra dan Renja tahun 2018 sebesar 90%. Meskipun demikian, penetapan target 100% adalah wajar dan challenging mengingat realisasi 2 (dua) tahun terakhir di atas 100%.

9) IKU “Persentase pencapaian target pendapatan BLU” KU tersebut merupakan IKU baru pada tahun 2017 (dinaikkan dari Kemenkeu-Two Dit. PPK BLU) yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana BLU dapat melakukan optimalisasi terhadap sumber daya yang dimiliki dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/jasa dengan tanpa mengutamakan mencari keuntungan, dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas, serta praktik bisnis yang sehat. Target IKU tersebut untuk tahun 2018 dietapkan sama dengan tahun 2017, yaitu 100% dengan jumlah pendapatan BLU yang ditargetkan mengacu pada UU APBN tahun 2018.

10) IKU “Persentase pelaksanaan tugas khusus”IKU tersebut bertujuan untuk memonitor pelaksanaan tugas BLU, yaitu Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) dan Pusat Investasi Pemerintah (PIP), yang keduanya bertanggung jawab kepada Menteri Keuangan melalui Direktorat Jenderal Perbendaharaan. IKU tersebut merupakan IKU yang di-rewording dari IKU tahun 2017, “Indeks pelaksanaan tugas khusus” untuk lebih menunjukkan progres capaian dari target yang telah ditetapkan pada komponen perhitungan masing-masing p0ada kedua BLU tersebut. Meskipun demikian. dibandingkan dengan tahun 2017, target yang ditetapkan pada tahun 2018 dapat dikatakan meningkat menjadi 85% (2017: target indeks 80 dari skala 100).

Laporan Kinerja 2018 30

11) IKU “Indeks efektivitas edukasi dan komunikasi” IKU tersebut untuk tahun 2018 dilakukan refinement yang memperluas lingkup pengukuran IKU di mana semula mengukur peningkatan pemahaman/pengetahuan stakeholders terhadap akuntansi akrual menjadi mengukur peningkatan/pemahaman stakeholders terhadap kebijakan di bidang perbendaharaan negara dan menjadi umpan balik dalam mengukur tingkat efektivitas pelatihan teknis perbendaharaan. Selain itu, target tahun 2018 dinaikkan menjadi 85 (indeks, 2017: 80).

12) IKU “Indeks penyelesaian UU PP APBN secara tepat waktu”Dengan memperhatikan tingkat ketercapaian tahun 2016 dan 2017 sebesar Indeks 4 (lebih awal/sangat tepat waktu) dari target 3 (tepat waktu), pada tahun 2018 target IKU tersebut ditingkatkan menjadi 4, lebih tinggi dari target tahun 2018 yang telah ditetapkan pada Renstra dan Renja 2018 sebesar 3. Dalam hal ini, sebagaimana skala pengukuran yang ditetapkan pada manual IKU, target 4 tersebut dicapai apabila UU PP APBN diselesaikan sebelum tanggal 27 September 2018.

13) IKU “Persentase rekomendasi BPK atas LKPP dan LK BUN yang telah ditindaklanjuti”Dalam rangka menjamin akuntabilitas dan transparansi pertanggungjawaban keuangan negara atas opini LKPP dan LK BUN, pada tahun 2018 target IKU dimaksud ditetapkan sebesar 89%, yang berarti target selama 3 tahun terakhir terus mengalami peningkatan (2017: 75%, 2016: 46%). Target tersebut lebih tinggi dari target pada Renja 2018 sebesar 46%. Selain peningkatan target, dilakukan penyempurnaan pengukuran tindak lanjut atas rekomendasi BPK dalam formulasi perhitungan IKU.

14) IKU “Persentase pemenuhan standar soft dan hard competency”Dalam rangka menjamin pejabat dan pegawai DJPb memiliki kompetensi yang semakin baik dalam meningkatkan dan mengamankan keuangan dan kekayanaan negara, dengan mandatory Setjen Kemenkeu, pada tahun 2018 target IKU dimaksud ditingkatkan dari 90% (target tahun 2017) menjadi 94% sebagai challenge dengan memperhatikan ketercapaian IKU tahun 2017 sebesar 94,58%.

15) IKU ”Persentase implementasi inisiatif RBTK”Lingkup pengukuran IKU meliputi inisiatif transformasi kelembagaan dan inisiatif reformasi birokrasi (selanjutnya disebut inisiatif Reformasi Birokrasi dan Transformasi Kelembagaan (RBTK)). Pada tahun 2018, terdapat 6 inisiatif strategis dengan 21 kegiatan utama yang akan dilaksanakan oleh DJPb. Ditetapkan dengan mandatory Setjen Kemenkeu, target sebesar 92% pada tahun 2018, meningkat dibandingkan tahun 2017 (90%)

16) IKU “Persentase tingkat implementasi aplikasi SAKTI”Sebagaimana ditetapkan dalam Renstra DJPb Tahun 2015-2019, dalam rangka melakukan percepatan pelaksanaan implementasi SAKTI pada Satker yang ditunjuk pada tahun berkenaan, target IKU tersebut mengalami peningkatan menjadi 100% dibandingkan target pada tahun 2017 (86%). Pada tahun 2018, ditargetkan bahwa SAKTI diimplementasikan pada seluruh Satker Kemenkeu (untuk tahun 2017 ditetapkan pada unit DJPb dan sampel satker Kemenkeu).

17) IKU “Persentase downtime sistem TIK” Pada tahun 2017, IKU tersebut dinaikkan dari level Kemenkeu-Two Dit. SITP ke level Kemenkeu-One DJPb (cascading indirect dari level Kemenkeu-Wide) agar kualitas aplikasi maupun antisipasi gangguannya dapat diperhatikan. IKU dimaksud bertujuan untuk mengukur ketersediaan sistem pelayanan dalam rangka meningkatkan pelayanan TIK dengan tingkat downtime yang seminimal mungkin. Target IKU tersebut secara signifikan ditingkatkan (polarisasi minimize) dari tahun 2017 (1%), yaitu menjadi 0,35% dengan memperhatikan realisasi IKU tersebut tahun 2017 sebesar 0,04%.

Direktorat Jenderal Perbendaharaan31

18) IKU “Kualitas pelaksanaan anggaran”Pada tahun 2018, dilakukan penyempurnaan pengukuran IKU di mana selain komponen penyerapan anggaran (bobot 9%), keluaran riil (bobot 32%), dan efisiensi (42%), formulasi IKU tersebut menambahkan komponen keempat, yaitu konsistensi (bobot 17%). Dalam perhitungan IKU, jumlah keempat komponen tersebut mendapatkan bobot 90%, sementara 10% sisanya dihitung dari nilai Indikator Kinerja Pelaksanaan Anggaran (IKPA). Target IKU tersebut merupakan mandatory dari Setjen Kemenkeu, yaitu sebesar 95%. Dengan mempertimbangkan bahwa nilai tersebut masih challenging, target tersebut ditetapkan sama dengan target tahun-tahun sebelumnya dan target tahun 2018 yang telah ditetapkan pada Renstra dan Renja DJPb.

b. Penetapan IKU baru, yaitu:

1) IKU “Tingkat pemenuhan unit kerja terhadap kriteria ZI WBK”IKU tersebut merupakan IKU baru di level Kemenkeu-One DJPb, sebagai cascading indirect dari level Kemenkeu-Wide. IKU tersebut bertujuan untuk menjadikan Pilot Project perwujudan Good Governance pada unit kerja di lingkungan Kementerian Keuangan dan Mendorong terwujudnya pemerintahan yang berorientasi kepada hasil (result oriented government). Pada level Kemenkeu-Wide, target IKU ditetapkan sebanyak 51 satker Dari 51 satker lingkup Kemenkeu tersebut, DJPb mendapatkan mandatorya sebanyak 15 satker yang merupakan target pencapaian IKU tahun 2018 (100%).

2) IKU “Indeks Persepsi Integritas”IKU tersebut merupakan IKU baru di level Kemenkeu-One DJPb, sebagai cascading indirect dari level Kemenkeu-Wide. IKU tersebut bertujuan untuk meningkatkan budaya integritas Kementerian Keuangan. Indeks persepsi integritas diperoleh dari hasil penilaian persepsi integritas yang dikembangkan dari integrity assessment yang telah dilaksanakan oleh KPK. Responden survei adalah seluruh pegawai di uni sampel (internal) dan sampel pengguna layanan di setiap unit sampel. Unit Penyedia data adalah Itjen Kemenkeu. Target yang ditetapkan untuk IKU tersebut pada tahun 2018 adalah 85 (indeks).

3) IKU “Persentase kapabilitas tata kelola TIK”IKU tersebut merupakan IKU baru di level Kemenkeu-One DJPb, sebagai cascading indirect dari level Kemenkeu-Wide dan menggantikan IKU tahun 2017 “Indeks implementasi IT Service Management“. Bertujuan mengukur tingkat kapabilitas pengelolaan TIK menuju process performance melalui audit berdasarkan framework COBIT 5. Unit sampel lingkup Kemenkeu meliputi Setjen, DJP, DJBC, dan DJPb, dengan penyedia data IKU adalah Pusintek Setjen Kemenkeu. Pada tahun 2018, target IKU ini ditetapkan sebesar 75%.

4) IKU “Persentase rekomendasi BPK atas LK BA 15 yang telah ditindaklanjuti”IKU tersebut merupakan IKU baru tahun 2018 di level Kemenkeu-One DJPb, sebagai cascading indirect dari level Kemenkeu-Wide. IKU dan target merupakan mandatory dari Setjen Kemenkeu dalam rangka penyelesaian rekomendasi BPK atas LK BA 015 yang menjadi tanggung jawab DJPb. Rekomendasi yang diselesaikan merupakan rekomendasi yang dinyatakan selesai oleh BPK dalam LHP. Target tahun 2018 yang ditetapkan untuk IKU tersbut adalah 89%.

c. Penghapusan IKU, yaitu:

1) IKU “Indeks tata kelola organisasi”IKU tersebut merupakan IKU baru pada tahun 2017 di level Kemenkeu-One DJPb dengan nilai IKU 2017 sebesar 90,51 (dari target 76). Selanjutnya, IKU tersebut dihapuskan dari Kontrak Kinerja

Laporan Kinerja 2018 32

3. Metode Penghitungan Nilai Kinerja

Sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 467/KMK.01/2014, DJPb melakukan evaluasi secara berkala atas perencanaan kinerja yang ditetapkan. Salah satu output-nya adalah Nilai Kinerja Organisasi (NKO) yang diperoleh melalui penghitungan dengan menggunakan data target dan realisasi IKU yang tersedia. Dengan membandingkan antara data target dan realisasi, akan diperoleh indeks capaian IKU.

Penghitungan indeks capaian IKU perlu memperhitungkan jenis polarisasi IKU yang berlaku, yaitu maximize, minimize, dan stabilize. Ketentuan penetapan indeks capaian IKU adalah: a. Angka maksimum adalah 120;b. Angka minimum adalah 0;c. Ketentuan IKU maximize dan minimize yang realisasinya tidak memungkinkan melebihi target:

1). Indeks capaian dapat dikonversi menjadi 120 dengan ketentuan: • IKU mengukur kualitas, waktu, atau biaya; • Jumlah IKU yang dapat dikonversi tersebut adalah maksimal 20% dari total IKU dalam kontrak

kinerja (1 IKU dari 5 IKU, dan berlaku kelipatannya); • Memprioritaskan IKU cascading peta strategi (CP), kemudian IKU cascading non peta (C), di atas

IKU non-cascading (N), dalam pemilihan IKU yang dikonversi; 2). Penghitungan indeks capaiannya ditetapkan sebagai berikut:

• Apabila realisasi IKU sama dengan target, di mana target yang ditetapkan merupakan target maksimal yang dapat dicapai, indeks capaian IKU tersebut dikonversi menjadi 120;

• Apabila realisasi IKU tidak memenuhi target, indeks capaian IKU tersebut tidak dilakukan konversi (menggunakan rumus perhitungan polarisasi).

Kemenkeu-One DJPb Tahun 2018 dan digantikan oleh IKU “Indeks persepsi integritas” yang dimandatorikan dengan cascading indirect dari Kemenkeu-Wide. Indeks tersebut merupakan salah satu komponen dalam penilaian IKU “Indeks tata kelola organisasi” pada tahun 2017. Sementara itu, 2 (dua) komponen lainnya, yaitu nilai AKIP DJPb pada tahun 2018 menjadi salah satu IKU Kemenkeu-Two Setditjen Perbendaharaan dan nilai survei kesehatan organisasi ditiadakan pada 2018 karena baru dilaksanakan kembali pada tahun 2019.

2) IKU “Indeks implementasi IT Service Management tahap I” IKU tersebut merupakan IKU baru pada tahun 2017 di level Kemenkeu-One DJPb dengan nilai IKU 2017 sebesar 96 (dari target 80). Selanjutnya, IKU tersebut dihapuskan dari Kontrak Kinerja Kemenkeu-One DJPb Tahun 2018 dan digantikan oleh IKU “Persentase kapabilitas tata kelola TIK” yang dimandatorikan dengan cascading indirect dari Kemenkeu-Wide.

Pada Capaian Kinerja DJPb tahun 2018 (Kemenkeu-One), tidak seluruh IKU dapat menggambarkan pencapaian dari Renstra DJPb Tahun 2015-2019 dikarenakan keterbatasan jumlah IKU yang tercantum dalam Kontrak Kinerja Kemenkeu-One DJPb, sebagaimana ketentuan dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 467/KMK.01/2014 tentang Pengelolaan Kinerja di Lingkungan Kementerian Keuangan. Namun demikian, dalam setiap refinement Peta Strategi dan IKU tiap tahunnya, tetap mengacu pada dokumen Renstra DJPb Tahun 2015-2019, Renja DJPb tahun bersangkutan, dan dokumen perencanaan lainnya. Selanjutnya, dalam rangka tetap memonitor perencanaan strategis dalam Renstra DJPb tahun 2015-2019, IKU yang tidak terdapat pada Kontrak Kinerja DJPb tahun 2018 dapat tetap diukur melalui penetapan dalam Kontrak Kinerja di level Kemenkeu-Two dan/atau Kemenkeu-Three. Selain itu, seluruh unit kerja di lingkup DJPb diminta untuk melaporkan realisasi capaian kinerja tiap triwulanan secara berjenjang.

Direktorat Jenderal Perbendaharaan33

d. Formula penghitungan indeks capaian IKU untuk setiap jenis polarisasi adalah berbeda, sebagaimana penjelasan berikut: 1) Polarisasi Maximize

Pada polarisasi maximize, kriteria nilai terbaik pencapaian IKU adalah realisasi yang lebih tinggi dari target, dengan formula sebagai berikut:

Apabila IKU dengan polarisasi maximize memiliki target minus (target < 0), formula yang digunakan adalah sebagai berikut:

2) Polarisasi MinimizePada polarisasi minimize, kriteria nilai terbaik pencapaian IKU adalah realisasi yang lebih kecil dari target, dengan formula sebagai berikut:

Apabila indeks capaian IKU kurang dari 0 atau menghasilkan angka minus, indeks capaian yang diakui adalah 0. Apabila IKU minimize memiliki target 0, indeks capaian IKU dihitung dengan menggunakan bantuan skala konversi sebagai berikut:

Formula yang digunakan adalah:

3) Polarisasi StabilizePada polarisasi stabilize, kriteria nilai terbaik pencapaian IKU adalah realisasi yang berada dalam suatu rentang tertentu dibandingkan target, dengan formula:

Keterangan: In = Indeks capaianIn-1 = Indeks capaian dibawahnyaIn+1 = Indeks capaian diatasnyaCa = Capaian awalCa = Realisasi/Target X 100%Cn = Capaian, dengan ketentuan:

a. Apabila Realisasi > Target, Cn = 100 – (Ca – 100), di mana Ca maksimum adalah 200%;b. Apabila Realisasi < Target, Cn = Ca, di mana Cn-1= Capaian dibawah Cn.

Laporan Kinerja 2018 34

e. Perhitungan Nilai Kinerja Organisasi (NKO)Untuk mendapatkan NKO, perhitungan dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut:

1) Perhitungan Indeks Capaian IKUPerhitungan indeks capaian IKU dilakungan dengan membandingan antara realisasi dengan target berdasarkan formula penghitungan indeks capaian IKU untuk setiap jenis polarisasi sebagaimana telah dijelaskan pada poin (d) di atas.

2) Perhitungan Nilai Sasaran StrategisPerhitungan nilai sasaran strategis (NSS) dilaksanakan dengan mengkonsolidasikan seluruh indeks capaian IKU dalam suatu SS dengan memperhitungkan bobot tertimbang IKU. Bobot IKU mencerminkan tingkat kualitas dan validitas IKU. Perhitungan NSS adalah sebagai berikut:

• Perhitungan Bobot Tertimbang IKUBobot tertimbang IKU dihitung dengan formula sebagai berikut:

• Perhitungan NSSNSS dihitung dengan formula sebagai berikut:

• Perhitungan Nilai PerspektifPerhitungan Nilai Perspektif (Np) merupakan rata-rata NSS dalam satu perspektif dengan formula sebagai berikut:

• Perhitungan NKOPerhitungan NKO dilaksanakan dengan menjumlahkan Np berdasarkan bobot perspektif. DJPb memiiki empat perspektif dengan bobot, yaitu stakeholder perspective sebesar 25%, customer perspective sebesar 15%, internal process perspective sebesar 30%, dan learning and growth perspective sebesar 30%. Dengan bobot tersebut NKO dihitung dengan formula sebagai berikut:

f. Adapun status indeks capaian dan NKO adalah sebagai berikut:1) Hijau (100 ≤ X ≤ 120, memenuhi ekspektasi)2) Kuning (80 ≤ X < 100, belum memenuhi ekspektasi)3) Merah (X < 80, tidak memenuhi ekspektasi)

Direktorat Jenderal Perbendaharaan35

BAB 3A K U N T A B I L I T A S

K I N E R J A

Capaian Kinerja Organisasi

Realisasi Agenda Prioritas

Realisasi Anggaran

Kinerja Lain

Laporan Kinerja 2018 36

BAB 3A K U N T A B I L I T A S

K I N E R J A

Capaian Kinerja Organisasi

Realisasi Agenda Prioritas

Realisasi Anggaran

Kinerja Lain

Direktorat Jenderal Perbendaharaan37

A K U N T A B I L I T A S

K I N E R J A

A. Capaian Kinerja Organisasi

Pengukuran capaian kinerja DJPb tahun 2018 dilakukan dengan cara membandingkan antara target (rencana) dan realisasi Indikator Kinerja Utama (IKU) pada setiap perspektif. Dari hasil pengkuran kinerja tersebut, diperoleh data bahwa capaian Nilai Kinerja Organisasi (NKO) DJPb Tahun 2018 adalah sebesar 108,10. Nilai tersebut berasal dari capaian kinerja pada setiap perspektif sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3A.1.

Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.A1, seluruh perspektif mendapat nilai di atas 100 dengan nilai tertinggi terdapat pada Internal Process Perspective. Nilai Kinerja DJPb tahun 2018 mengalami penurunan dibandingkan tahun 2017. Nilai kinerja DJPb dari tahun 2018 sampai dengan tahun 2018 dapat ditunjukkan pada Grafik 3A.1.

Tabel 3A.1 Nilai Kinerja DJPb 2018 Berdasarkan Perspektif

PERSPECTIVE BOBOT NILAI

STAKEHOLDER 25% 108,91

CUSTOMER 15% 103,09

INTERNAL PROCESS 30% 111,87

LEARNING AND GROWTH 30% 106,16

NILAI KINERJA ORGANISASI 108,10

Sebagaimana ditunjukkan pada Grafik 3A.1, dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2017, NKO DJPb terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, tetapi menurun pada tahun 2018. Namun demikian, selama tahun 2018 dari 22 IKU DJPb, seluruhnya telah berstatus hijau (memenuhi target). Capaian 22 IKU tersebut dapat ditunjukkan pada Tabel 3A.2.

Grafik 3A.1 NKO DJPb Tahun 2013 s.d. 2018

Laporan Kinerja 2018 38

Tabel 3A.2 Capaian IKU Kemenkeu-One DJPb Tahun 2018

Kode SS/IKU Sasaran Strategis / Indikator Kinerja Utama (bobot) Target Realisasi Nilai

Stakeholder Perspective (25%) 108,91

1 Pengelola perbendaharaan negara yang unggul di tingkat dunia 108,91

1a-CP Persentase kinerja pelaksanaan anggaran K/L 80% 87,81% 109,76

1b-N Rata-rata indeks opini BPK atas LK K/L dan LK BUN 3,6 3,89 108,06

Customer Perspective (15%) 103,09

2 Pelayanan publik yang prima 104,42

2a-CP Indeks kepuasan publik atas layanan DJPb 4,52 4,72 104,42

3 Kepatuhan atas pengelolaan perbendaharaan negara yang tinggi 101,76

3a-N Persentase rekonsiliasi tingkat UAKPA secara tepat waktu dan andal 98% 99,72% 101,76

Internal Process Perspective (30%) 111,87

4 Formulasi kebijakan perbendaharaan yang berkualitas 115,69

4a-N Indeks ketepatan waktu penyelesaian harmonisasi peraturan 3,25 (skala 4)

3,76 115,69

5 Pelaksanaan anggaran yang tepat waktu, efektif, dan akuntabel 100,00

5a-N Persentase tindak lanjut simplifikasi pelaporan dan pertanggungjawaban anggaran K/L

100% 100% 100,00

6 Pengelolaan kas yang pruden dan optimal 120

6a-CP Deviasi proyeksi perencanaan kas pemerintah pusat 5% 1,22% 120

7 Pelaksanaan special mission yang profesional, akuntabel, dan efisien 117,91

7a-N Persentase pencapaian target penerimaan pokok dan bunga pinjaman

100% 121,77% 120

7b-N Persentase pencapaian target pendapatan BLU 100% 124,87% 120

7c-N Persentase pelaksanaan tugas khusus 85% 96,32% 113,32

8 Peningkatan kapasitas pengelola perbendaharaan K/L yang berkesinambungan 103,36

8a-N Indeks efektivitas edukasi dan komunikasi 85 87,86 103,36

9 Akuntansi dan pelaporan keuangan negara yang akuntabel, transparan, dan tepat waktu 114,15

9a-N Indeks penyelesaian UU PP APBN secara tepat waktu 4(skala 4)

4 120

9b-CP Persentase rekomendasi BPK atas LKPP dan LK BUN yang telah ditindaklanjuti

89% 96,39% 108,30

Learn and Growth Perspective (30%) 106,16

10 SDM yang kompetitif 102,28

10a-N Persentase pemenuhan standar soft dan hard competency 94% 96,14% 102,28

11 Organisasi yang fit for purpose 105,28

11a-CP Persentase implementasi inisiatif RBTK 92% 100% 108,70

11b-CP Tingkat pemenuhan unit kerja terhadap kriteria ZI WBK (ditargetkan: 15 unit kerja)

100% 112,27% 112,27

11c-CP Indeks Persepsi Integritas 85 91,69 107,87

12 Sistem informasi perbendaharaan yang andal dan modern 110,34

12a-N Persentase tingkat implementasi Aplikasi SAKTI 100% 100% 100,00

12b-CP Tingkat downtime sistem TIK 0,35% 0,199% 120

12c-CP Persentase kapabilitas tata kelola TIK 75% 83,27% 111,03

13 Pengelolaan anggaran yang optimal 102,35

13a-CP Persentase rekomendasi BPK atas LK BA 15 yang telah ditindaklanjuti 89% 91% 102,25

13b-CP Persentase kualitas pelaksanaan anggaran 95% 97,33% 102,45

NILAI KINERJA ORGANISASI (NKO) DJPb TAHUN 2018 108,10

Direktorat Jenderal Perbendaharaan39

Sasaran Strategis 1

Pengelola perbendaharaan negara yang unggul di tingkat

dunia

Sesuai dengan visi DJPb, Pengelola Perbendaharaan Negara artinya DJPb mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara sesuai Undang-Undang No. 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. Unggul di tingkat dunia memiliki makna bahwa pengelolaan perbendaharaan negara yang dilaksanakan oleh DJPb memiliki kualitas yang sejajar dan dapat diperbandingkan dengan negara-negara lain.

Beberapa tugas pengelolaan perbendaharaan negara yang dapat disejajarkan dengan negara lain khususnya mencakup pelaksanaan belanja negara dalam rangka pertumbuhan ekonomi Indonesia, pengelolaan kas yang optimal dan efisien, dan penyusunan laporan pertanggungjawaban dalam rangka akuntabilitas keuangan negara. Pelaksanaan tugas pengelolaan perbendaharaan negara diharapkan menjadi bagian penting dari pondasi kokoh atas fundamental ekonomi negara Indonesia terutama saat menghadapi ketidakpastian tantangan ekonomi global ke depan.

Dalam pencapaian sasaran strategis ini, DJPb mengidentifikasikan 2 (dua) Indikator Kinerja Utama (IKU), yang masing-masing pencapaiannya ditabulasikan dalam Tabel 3.1.

Tabel. 3.1 Capaian IKU pada Sasaran Strategis 1

SS 1: Pengelolaan perbendaharaan negara yang unggul di tingkat dunia

Kode Indikator Kinerja Target Realisasi Nilai

1a-CP Persentase kinerja pelaksanaan anggaran

80% 87,81% 109,76

1b-N Rata-rata indeks opini BPK atas LK K/L dan LK BUN

3,6 3,89 108,06

Uraian mengenai IKU tersebut adalah sebagai berikut:

1a-CP

Persentase kinerja pelaksanaan anggaran

Indikator Kinerja Utama (IKU) Persentase kinerja pelaksanaan anggaran K/L merupakan salah satu IKU Kemenkeu-One DJPb tahun 2018 yang juga menjadi IKU Kemenkeu-Wide Kemenkeu tahun 2018 (direct cascading) dan dimulai pada tahun 2015. IKU ini disusun sebagai alat penilaian kualitas/kinerja yang sekaligus dapat berperan sebagai katalis perubahan perilaku dan pola pikir Satker dalam pelaksanaan anggaran dalam rangka memonitor perkembangan upaya peningkatan kualitas pelaksanaan anggaran Satker. IKU ini bertujuan untuk mengetahui kinerja Satker K/L dalam kegiatan pelaksanaan anggaran secara optimal sebagaimana tercantum dalam dokumen pelaksanaan anggaran.

IKU tersebut mengalami refinement sejak diterapkannya pada tahun 2015 dengan memperluas lingkup pengukuran kinerja pelaksanaan anggaran sehingga tidak hanya dinilai dari sisi penyerapan anggaran belanja saja. Refinement pada tahun 2016 menambahkan indikator jumlah revisi DIPA dan jumlah SPM yang benar, selain indikator penyerapan anggaran. Pada tahun 2017 IKU disempurnakan dengan menambahkan indikator ketepatan waktu pertanggungjawaban uang persediaan (UP).

Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3A.2, realisasi seluruh IKU DJPb (22 IKU) telah mencapai target yang telah ditentukan. Penjelasan capaian IKU untuk setiap sasaran strategis adalah sebagai berikut:

Laporan Kinerja 2018 40

Dengan demikian, lingkup pengukuran IKU telah diwakili oleh empat aspek kinerja pelaksanaan anggaran yang mewakili pengukuran kualitas kinerja pelaksanaan anggaran secara kuantitaif, yaitu:1. Kesesuaian Terhadap Perencanaan;2. Efektivitas Pelaksanaan Kegiatan;3. Efisiensi Pelaksanaan Kegiatan;4. Kepatuhan Terhadap Regulasi.

Pada tahun 2018, IKU tersebut kembali disempurnakan lingkup ukurnya sehingga keseluruhan indikator pada empat aspek kinerja pelaksanaan anggaran tersebut yang semula 4 (empat) indikator menjadi 12 (dua belas) indikator yang merupakan suatu kesatuan alat evaluasi yang disebut Indikator Kinerja Pelaksanaan Anggaran (IKPA), dengan rincian sebagai berikut:

1. Kesesuaian terhadap Perencanaan dengan indikator sebagai berikut:

Revisi DIPA (bobot 5%) dihitung berdasarkan jumlah revisi anggaran K/L per Satker. Data revisi DIPA yang digunakan adalah untuk data revisi yang bersifat pergeseran (dalam hal pagu tetap) dengan target 1 kali per triwulan. Nilai tersebut dapat ditunjukkan pada formulasi berikut:

Deviasi Halaman III DIPA (bobot 5%) dihitung berdasarkan rata-rata selisih antara realisasi dengan rencana penarikan dana (persentase selisih realisasi terhadap rencana). Angka selisih per bulan pada triwulan I sampai triwulan IV tidak kumulatif, yang diambil bernilai absolut, sehingga dalam penghitungan rata-rata selisih tidak saling meniadakan. Nilai tersebut dapat ditunjukkan pada formulasi berikut:

Pagu minus (bobot 10%) dihitung berdasarkan perbandingan nilai absolut pagu minus pada level akun 6 digit terhadap pagu DIPA-nya. Adapun posisi pagu adalah setelah batas akhir revisi di Kanwil DJPb. Indikator ini hanya diperhitungkan pada periode Triwulan IV Tahun 2018 saja. Perhitungan nilai untuk indikator ini ditunjukkan pada formulasi berikut:

Direktorat Jenderal Perbendaharaan41

2. Efektivitas Pelaksanaan Kegiatandengan indikator sebagai berikut:

Penyelesaian Tagihan (bobot 20%) dihitung berdasarkan perbandingan antara penyelesaian tagihan yang tepat waktu dibagi dengan seluruh SPM LS Non Belanja Pegawai (yang tepat waktu dan terlambat) yang terdapat pada triwulan I sampai triwulan IV tidak kumulatif. Nilai tersebut dapat ditunjukkan pada formulasi berikut:

Penyerapan Anggaran (bobot 20%) dihitung dari persentase penyerapan DIPA K/pada triwulan I sampai triwulan IV kumulatif terhadap target persentase penyerapan DIPA K/L pada triwulan I sampai triwulan IV. Besaran target untuk triwulan I sebesar 15%, triwulan II sebesar 45%, triwulan III sebesar 60%, dan triwulan IV sebesar 90%. Nilai tersebut dapat ditunjukkan pada formulasi berikut:

Retur SP2D (bobot 5%) dihitung dengan membandingkan jumlah retur SP2D dengan Jumlah SP2D yang terbit pada triwulan I sampai triwulan IV tidak kumulatif. Nilai tersebut dapat ditunjukkan pada formulasi berikut:

3. Efisiensi Pelaksanaan Kegiatandengan indikator sebagai berikut:

Perencanaan Kas (bobot 5%) dihitung berdasarkan rasio perencanaan kas yang tepat waktu disampaikan sesuai nilai rencana penarikan dan kategori KPPN terhadap seluruh perencanaan kas yang disampaikan ke KPPN pada triwulan I sampai triwulan IV, tidak kumulatif. Nilai tersebut dapat ditunjukkan pada formulasi berikut:

Kesalahan/Pengembalian SPM (bobot 5%) dihitung dari persentase Jumlah SPM (Surat Perintah Membayar) yang telah teruji benar yang diproses menjadi SP2D (Surat Perintah Pencairan Dana) pada triwulan I sampai triwulan IV tidak kumulatif terhadap jumlah total SPM yang diajukan satker ke Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) yang telah diterima oleh Middle Office KPPN pada triwulan I sampai triwulan IV tidak kumulatif. Nilai tersebut dapat ditunjukkan pada formulasi berikut:

Laporan Kinerja 2018 42

4. Kepatuhan Terhadap Regulasidengan indikator sebagai berikut:

Pengelolaan UP/TUP (bobot 10%) dihitung berdasarkan jumlah pertanggungjawaban UP/TUP yang tepat waktu (≤ 30 hari kalender) dibagi seluruh jumlah pertanggungjawaban UP/TUP pada triwulan I sampai triwulan IV tidak kumulatif. Nilai tersebut dapat ditunjukkan pada formulasi berikut:

Penyampaian Data Kontrak (bobot 10%) dihitung berdasarkan perbandingan antara jumlah data kontrak yang tepat waktu disampaikan terhadap seluruh kontrak yang disampaikan ke KPPN pada triwulan I sampai triwulan IV tidak kumulatif. Nilai tersebut dapat ditunjukkan pada formulasi berikut:

Dispensasi SPM (bobot 5%) dihitung berdasarkan perbandingan antara jumlah SPM yang mendapat dispensasi terhadap seluruh jumlah total SPM yang diterbitkan KL/dan disampaikan ke KPPN pada akhir tahun. Indikator ini hanya diperhitungkan pada Triwulan IV Tahun 2018 saja. Perhitungan nilai untuk indikator tersebut dapat ditunjukkan pada formulasi berikut:

Rekonsiliasi LPJ Bendahara (bobot 5%) dihitung berdasarkan perbandingan antara keseluruhan LPJ Bendahara yang tepat waktu disampaikan terhadap seluruh LPJ Bendahara yang disampaikan ke KPPN. pada triwulan I sampai triwulan IV tidak kumulatif. Nilai tersebut dapat ditunjukkan pada formulasi berikut:

Selanjutnya, Persentase Kinerja Pelaksanaan Anggaran dihitung sebagai berikut:

Dalam perhitungan IKU tersebut, digunakan polarisasi data IKU maximize (semakin tinggi realisasi terhadap target, semakin baik capaian kinerjanya), periode pelaporan triwulanan, dan jenis konsolidasi periode dengan average (realisasi yang digunakan adalah angka rata-rata dalam periode tahun bersangkutan).

Direktorat Jenderal Perbendaharaan43

Target IKU tersebut untuk tahun 2018 adalah sebesar 80% sebagaimana ditentukan dalam Kontrak Kinerja Kemenkeu-One DJPb tahun 2018. Target tersebut meningkat dibanding target tahun-tahun sebelumnya (2016 dan 2017: 75%; 2015: 70%). Target IKU tahun 2018 sebesar 80% tersebut juga sama dengan target yang ditentukan dalam Renstra DJPb dan Kemenkeu Tahun 2015-2019 untuk tahun 2018 dan 2019 sehingga realisasi IKU tersebut mencerminkan realisasi dari target yang ditetapkan pada Renstra.

Realisasi IKU Persentase kinerja pelaksanaan anggaran K/L Tahun 2018 adalah 87,81%. Persentase tersebut diperoleh dari rata-rata persentase kinerja pelaksanaan anggaran K/L triwulanan, yaitu 87,3% (triwulan I), 86,28% (triwulan II), 88,73% (triwulan III), dan 88,93% (triwulan IV) dengan uraian sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.1a.1.

Target IKU Tahun 2018

Realisasi IKU Tahun 2018

Tabel 3.1a.1 Data Perhitungan Realisasi IKU Persentase kinerja pelaksanaan anggaran K/L Tahun 2018

# URAIAN Q1 Q2 Q3 Q4

A Kesesuaian dengan Perencanaan

1 Jumlah DIPA 20.646 21.001 21.384 20.975

Jumlah Revisi DIPA 7.708 3.075 7.246 14.995

2 Rata-rata Deviasi Hal III DIPA per Triwulan 8,97% 23,88% 19,1% 48,67%

3 Realisasi Pagu Minus N/A N/A N/A 0,58%

B Efektivitas Pelaksanaan Anggaran

4 SP2D Terbit 829.482 1.358.399 120.552 2.027.974

SP2D Retur 7.186 5.887 5.008 8.931

5 Realisasi Anggaran per Triwulan 13% 33,82% 64,60% 90,6%

6 Jumlah Tagihan disampaikan tepat waktu 32.363 41.156 94.541 158.879

Jumlah Tagihan 36.396 48.114 107.895 163.872

C Efisiensi Pelaksanaan Kegiatan

7 Jumlah SPM Salah/Ditolak 55.194 61.445 9.128 65.245

Jumlah SPM 884.676 1.419.842 129.680 2.093.219

8 Jumlah Rencana Kas disampaikan Tepat Waktu 7.766 12.945 18.847 30.795

Jumlah Total Rencana Kas 12.802 17.447 20.249 31.235

D Kepatuhan terhadap Regulasi

9 Jumlah Pertanggungjawaban UP 64.312 103.640 96.780 105.951

Jumlah Pertanggungjawaban UP Tepat Waktu 58.606 87.975 76.381 94.879

10 Jumlah Data Kontrak disampaikan Tepat Waktu 36.577 41.149 45.760 58.632

Jumlah Data Kontrak 51.702 51.210 52.604 66.217

11 Jumlah LPJ disampaikan Tepat Waktu N/A N/A N/A N/A

Jumlah LPJ N/A N/A N/A N/A

12 Jumlah SPM mendapat Dispensasi N/A N/A N/A 3.851

Persentase kinerja pelaksanaan anggaran TA 2018

87,3% 86,28% 88,73% 88,93%

AVERAGE = 87,81%

Laporan Kinerja 2018 44

Dengan demikian, perbandingan antara realisasi IKU tersebut tahun 2018 dengan target yang telah ditetapkan dalam Kontrak Kinerja secara tahunan dan riwulanan dapat ditunjukkan pada Tabel 3.1a.2.

Tabel 3.1a.2 Capaian IKU Persentase kinerja pelaksanaan anggaran K/L Tahun 2018

T/K Q1 Q2 Smt I Q3 s. d. Q3 Q4 Tahunan Pol / KP

Target KK 80% 80% 80% 80% 80% 80% 80%Maximize/

AverageRealisasi 87,3% 86,28% 86,79% 88,73% 87,44% 88,93% 87,81%

Nilai 109,1 107,9 108,5 110,9 109,3 111,2 109,8

Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.1a.2, nilai realisasi tahunan IKU sebesar 87,81% tersebut melampaui target IKU sebesar 80% yang ditetapkan dalam Kontrak Kinerja Kemenkeu-One DJPb Tahun 2018. Selain itu, setiap realisasi triwulanan juga melampaui target triwulanan yang telah ditetapkan dengan capaian tertinggi pada triwulan IV.

Perbandingan realisasi dan target IKU tahun 2018

Untuk diketahui perkembangannya dari tahun ke tahun, capaian IKU tahun 2018 dapat dibandingkan dengan capaian tahun-tahun sebelumnya sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.1a.3.

Tabel 3.1a.3 Perbandingan Capaian IKU Persentase kinerja pelaksanaan anggaran K/L

Tahun 2015 s.d. 2018

TahunRealisasi Target

KKQ1 Q2 Q3 Q4 Y

2019 belum belum belum belum belum belum

2018 87,3% 86,28% 88,73% 88,93% 87,81% 80%

2017 86,65% 85,37% 83,81% 92,47% 87,08% 75%

2016 78,60% 85,14% 80,22% 92,58% 84,14% 75%

2015 75,30% 76,37% 82,32% 94,28% 82,07% 70%

Dari tabel tersebut, dapat diketahui bahwa realisasi tahunan IKU Persentase kinerja pelaksanaan anggaran K/L dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2018 terus meningkat dan melampaui targetnya. Realisasi IKU tersebut tahun 2018 meningkat 0,73% dibanding tahun 2017, realisasi tahun 2017 meningkat 2,94% dibanding realisasi tahun 2016, dan realisasi IKU tahun 2016 meningkat 2,07% dibanding realisasi tahun 2015. Perkembangan capaian IKU tersebut dapat ditunjukkan pada Grafik 3.1a.1.

Grafik 3.1a.1 Perbandingan Capaian IKU Persentase kinerja pelaksanaan anggaran K/L

Tahun 2015 s.d. 2018

Perbandingan realisasi tahun 2018 dan tahun-tahun sebelumnya

Direktorat Jenderal Perbendaharaan45

Realisasi kinerja DJPb tahun 2015-2019 dapat dikaitkan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019, yang memuat perencanaan kinerja jangka menengah pemerintah pada tingkat nasional. Perbandingan realisasi IKU s.d. tahun 2018 dengan RPJMN Tahun 2015-2019 ditunjukkan pada Tabel 3.1a.5.

Tabel 3.1a.5 Perbandingan Realisasi IKU Persentase kinerja pelaksanaan anggaran K/L s.d. 2018

dan RPJMN 2015-2019

Tahun Realisasi IKU Target RPJMN 2015-2019 Keterangan

2019 belum 91%

IKU pada RPJMN masih merupakan IKU sebelum refinement

2018 87,81% 91%

2017 87,08% 91%

2016 84,14% 91%

2015 82,07% 91%

Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.1a.5, realisasi IKU Persentase kinerja pelaksanaan anggaran K/L tahun 2015 sampai dengan 2018 di bawah target dalam RPJMN. Hal tersebut karena IKU Persentase penyerapan belanja DIPA K/L masih terdapat dan ditargetkan pada RPJMN dari tahun 2015 sampai dengan 2019 di mana seharusnya telah digantikan oleh IKU Persentase kinerja pelaksanaan anggaran K/L sebagai refinement sejak tahun 2015. Refinement IKU tersebut dilakukan untuk menyempurnakan kualitas pengukuran kinerja pelaksanaan anggaran sehingga tidak hanya dinilai dari sisi penyerapan belanja saja.

Perbandingan realisasi s.d. 2018 dan Target RPJMN

Realisasi IKU pada tahun 2015 s.d. 2018 mencerminkan realisasi empat tahun pertama dari Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu Tahun 2015-2019 dengan perbandingan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.1a.4.

Tabel 3.1a.4 Perbandingan Realisasi IKU Persentase kinerja pelaksanaan anggaran K/L s.d. 2018

dan Renstra 2015-2019

TahunRealisasi IKU

TahunanTarget Renstra DJPb

2015-2019Target Renstra Kemenkeu

2015-2019

2019 belum 80% 80%

2018 87,81% 80% 80%

2017 87,08% 75% 75%

2016 84,14% 75% 75%

2015 82,07% - 70%

Ket: Perlu diketahui bahwa target sebesar 0% untuk tahun 2015 dan 75% untuk tahun 2016 dan 2017 pada Renstra DJPb menunjukkan bahwa IKU Persentase kinerja pelaksanaan anggaran direncanakan untuk diterapkan mulai tahun 2016 (menggantikan IKU Persentase penyerapan belanja negara dalam DIPA K/L yang bernilai 90% pada tahun 2015). Namun demikian, pada praktiknya IKU pasca refinement tersebut telah dapat diterapkan sejak tahun 2015 pada Kontrak Kinerja 2015.

Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.1a.4, selain target pada Renstra DJPb Tahun 2015-2019 untuk tahun 2015 (transisi IKU dengan refinement), secara umum seluruh target Renstra DJPb dan target Renstra Kemenkeu Tahun 2015-2019 telah berhasil dipenuhi.

Perbandingan realisasi s.d. 2018 dengan Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu

Laporan Kinerja 2018 46

Untuk mengetahui posisi DJPb dalam pencapaian IKU dibandingkan dengan eselon I lainnya yang juga menjalankan IKU yang sama pada suatu tahun, dapat dibandingkan capaian IKU tersebut antar eselon I lingkup Kemenkeu sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.1a.6.

Tabel 3.1a.6 Perbandingan Realisasi IKU Persentase kinerja pelaksanaan anggaran K/L

dengan Unit Eselon I Lainnya

No Unit Es. I Realisasi IKU 2018 Ket

1 SETJEN - IKU Persentase kinerja pelaksanaan anggaran hanya dilakukan oleh DJPb (tidak dilakukan oleh eselon I lainnya di lingkup Kemenkeu) sehingga perbandingan capaian IKU tersebut dengan eselon I lainnya tidak dapat dilakukan.

2 DJA -

3 DJP -

4 DJBC -

5 DJPb 87,81%

6 DJKN -

7 DJPK -

8 DJPPR -

9 ITJEN -

10 BKF -

11 BPPK -

Perbandingan capaian IKU dengan eselon I lainnya

Capain kinerja melebihi target yang ditetapkan, tetapi terdapat beberapa isu yang perlu mendapat perhatian karena dianggap membuat capaian IKU tersebut kurang optimal dan menjadi tantangan di antaranya:

1. Pola penyerapan anggaran yang kurang proporsional dan cenderung menumpuk di akhir tahun;

2. Kurang baiknya perencanaan anggaran dan kegiatan yang tercermin dari banyaknya jumlah revisi yang dilakukan K/L;

3. Kepatuhan/ketertiban/disiplin satker yang masih rendah dalam memenuhi ketentuan pelaksanaan anggaran, khususnya terkait percepatan penyelesaian tagihan jatuh tempo;

4. Terdapat satu indikator yang memberikan kontribusi negatif terhadap kinerja pelaksanaan anggaran, yaitu indikator Deviasi Halaman III DIPA.

Hal tersebut berimplikasi pada nilai kinerja pelaksanaan anggaran yang kurang optimal sehingga masih diperlukan langkah-langkah peningkatan kinerja dan evaluasi pada tahun berikutnya, khususnya pada akurasi atau kesesuaian rencana penarikan/penyerapan dana dengan realisasi pembayaran dan pelaksanaan kegiatan.

Dengan demikian, dapat diidentifikasi sebagai akar permasalahan dalam optimalisasi pencapaian kinerja pelaksanaan anggaran antara lain:

1. Perubahan kebijakan pelaksanaan program/kegiatan K/L;2. Kepatuhan/ketertiban/disiplin satker yang masih rendah dalam memenuhi ketentuan

pelaksanaan anggaran, khususnya terkait percepatan penyelesaian tagihan jatuh tempo dan uang persediaan (UP);

3. Tidak konsistennya K/L dalam melaksanakan perencanaan (akurasi kesesuaian perencanaan satker terhadap pelaksanaan kegiatan).

Isu, permasalahan, tindakan, dan action plan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan47

Tindakan-tindakan yang telah dilaksanakan DJPb dalam rangka mendukung pencapaian IKU tersebut, antara lain:

1. Penerbitan dan penyampaian surat langkah-langkah strategis peningkatan kualitas kinerja pelaksanaan anggaran Tahun 2018 kepada K/L, Kanwil, dan KPPN terdiri atas:

a. Surat Menkeu Nomor S-67/MK.05/2018 tanggal 02 Februari 2018 Hal Langkah-langkah Strategis Pelaksanaan Anggaran K/L TA.2018;

b. Surat Dirjen Perbendaharaan Nomor S-1007/PB/2018 tanggal 26 Februari 2018 hal Langkah-langkah Strategis Pelaksanaan Anggaran K/L TA 2018;

c. Surat Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor S-1717/PB/2018 tanggal 15 Februari 2018 hal Petunjuk Teknis Langkah-langkah Strategis Pelaksanaan Anggaran K/L TA 2018 pada Kanwil dan KPPN;

d. Surat Dirjen Perbendaharaan Nomor S-6299/PB/2018 tanggal 13 Agustus 2018 hal Langkah-langkah Strategis Pelaksanaan Anggaran K/L Semester II TA 2018;

e. Surat Dirjen Perbendaharaan Nomor S-7254/PB/2018 tanggal 20 September 2018 hal Langkah-langkah Peningkatan IKPA K/L TA 2018.

2. Penyampaian kepada seluruh Kanwil dan KPPN, terkait integrasi IKPA pada OM SPAN dan penggunaannya sebagai IKU melalui surat Direktur PA Nomor S-4547/PB.2/2018 tanggal 30 Mei 2018.

3. Penyampaian kepada Kabiro Cankeu Setjen, terkait penyesuaian formulasi manual IKU Kinerja PA K/L dari sebelumnya 10 indikator menjadi 12 indikator sesuai dengan surat Sekretaris Ditjen Perbendaharaan Nomor S-5011/PB.1/2018 tanggal 28 Juni 2018.

4. Pelaksanaan kegiatan EPA pada bulan Mei, Agustus, dan Oktober 2018, serta Januari 2019 dengan mengundang satker-satker pelaksana program prioritas nasional.

5. Penajaman metodologi EPA Triwulanan melalui penyusunan desain pelaksanaan EPA dengan konsep pendekatan kebijakan.

6. Telah dilakukan penyempurnaan tools monev pelaksanaan anggaran melalui aplikasi Monitoring dan Evaluasi Budget Execution (MEBE), serta penyusunan Budget Execution in Brief (BEiB) secara mingguan untuk memonitor perkembangan realisasi anggaran secara rutin.

7. Monitoring proyeksi dan realisasi belanja secara berkala dalam kegiatan Weekly Meeting dan Morning Call untuk menjaga penyerapan tetap terkendali hingga akhir tahun.

Selain itu, terdapat rekomendasi rencana aksi (action plan) untuk meningkatkan capaian mendatang IKU tersebut yang akan dilakukan selama tahun 2019 (penanggung jawab: Direktorat Pelaksanaan Anggaran), yaitu:1. Sosialisasi terkait IKPA, langkah-langkah strategis pelaksanaan anggaran, dan

monitoring dan evaluasi Belanja di awal tahun (semester I 2019);

2. Menyusun ketentuan yang mengatur perhitungan dan pelaksanaan evaluasi atas kinerja pelaksanaan anggaran menggunakan IKPA (semester I 2019);

3. Mengembangkan dan melaksanakan EPA K/L untuk memastikan langkah-langkah strategis berjalan dengan optimal (setiap triwulan 2019);

4. Melaksanakan Spending Review untuk evaluasi dalam rangka perbaikan kebijakan dan alokasi anggaran tahun 2019 (triwulan I 2019);

5. Penilaian dan pemberian award /apresiasi kepada K/L terbaik, khususnya dalam pelaksanaan anggaran (semester I 2019);

Laporan Kinerja 2018 48

6. Menggiatkan Performance dialog dengan satker guna mendorong/meminta K/L fokus merealisasikan belanja prioritas secara tepat & menghemat belanja yang tidak bersifat prioritas (Januari s.d. Desember 2019);

7. Monitoring proyeksi dan realisasi belanja melalui tools BEiB untuk menjaga penyerapan tetap terkendali hingga akhir tahun (Januari s.d. Desember 2019).

Risiko terkait pencapaian IKU tahun 2018

Pada tahun 2018 telah diidentifikasi risiko terkait yang mempengaruhi pencapaian IKU Persentase kinerja pelaksanaan anggaran K/L dengan penjelasan dan telah ditangani sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.1a.7

Tabel 3.1a.7 Penanganan Risiko terkait Pencapaian IKU Persentase kinerja pelaksanaan anggaran Tahun 2018

Kejadian Risiko Penyebab Dampak UICKualitas penyerapan anggaran K/L yang rendah

Perubahan kebijakan terkait pelaksanaan program/kegiatan

Penurunan Kinerja terkait persentase kinerja pelaksanaan anggaran K/L

Dit. PA

Nama IRU Batasan Nilai

Nilai Aktual

Q1 s.d. Q2 s.d. Q3 s.d. Q4Persentase Jumlah satker K/L yang melakukan revisi DIPA lebih dari 1 kali dalam 1 Triwulan

Batas Atas 20% dari jumlah Satker

5,2% 8,5% 14,19% 28,6%Batas Aman 5% dari jumlah Satker

Penjelasan

KET Q1 Q2 Q3 Q4

% Penyerapan 12,03% 33,86% 57,24% 90,6%

80% Target 12% 32% 48% 72%

Target 15% 40% 60% 90%

Aktual IRU triwulan 4 naik 14.41% dari IRU triwulan 3. Terdapat 5.845 dari 20.520 satker mengajukan revisi lebih dari satu kali di mana kenaikan IRU disebabkan oleh banyaknya satker yang melakukan revisi pergeseran pagu untuk menutup pagu minus. Meskipun nilai IRU selalu kuning dan/atau merah, nilai kualitas penyerapan anggaran triwulanan di tahun 2018 selalu di atas batas yang ditetapkan, yaitu 80% dari target realisasi, tetapi masih berada di bawah batas optimalnya, dengan rincian:

Berdasarkan kondisi di tahun 2018 dan prediksi kondisi kebijakan di Tahun 2019, maka outlook level risiko tetap pada level sedang, dengan pertimbangan bahwa aktual IRU triwulan 4 2018 belum pada batas aman dan diperkirakan di tahun 2019 masih belum aman, serta adanya refinement target IKU terkait dari 80% menjadi 88%.

80% adalah nilai target IKU “Persentase kinerja pelaksanaan anggaran K/L”, sehingga secara minimal, batas kontribusi atau persentase penyerapan anggaran adalah sebesar 80% terhadap target triwulanan. Melihat kondisi level IRU dan kondisi kualitas kinerja di atas, dapat disimpulkan bahwa penanganan yang dilakukan belum sepenuhnya efektif dalam menurunkan level risiko. Dengan demikian, di akhir triwulan 4, level risiko ditetapkan bertahan di level sedang (12).

Direktorat Jenderal Perbendaharaan49

Penanganan yang Telah Dilaksanakan

1. Melaksanakan perumusan dan penyampaian langkah-langkah strategis terkait kebijakan pelaksanaan anggaran kepada K/L, Kanwil DJPb, dan KPPN pada Februari 2018.

2. Melaksanakan monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan Anggaran K/L dengan melakukan analisis per jenis belanja pada setiap K/K dengan menitikberatkan pada bidang Prioritas Nasional pada bulan Juli 2018

3. Melaksanakan diskusi dengan seluruh Kepala Kanwil DJPb melalui media video conference pada bulan Agustus 2018.

4. Melaksanakan workshop Analisis Keuangan dan Bisnis Pemerintah yang dihadiri Direktur Pelaksanaan Anggaran, Kasubdit lingkup Dit. PA dan seluruh Kabid PPA I Kanwil DJPb pada 4-7 September 2018 di Surabaya, Jawa Timur.

5. Penyusunan langkah-langkah strategis di akhir tahun anggaran.

6. Menyediakan menu IKPA pada aplikasi OM SPAN serta release Peringkat dan Nilai capaian IKPA K/L dan Kanwil DJPb Triwulan III melalui S-8763/PB/2018 tanggal 8 November 2018, serta ND-790/PB/2018 tanggal 8 November 2018.

Rekomendasi

1. Untuk mendapatkan gambaran lebih valid dan objektif atas kondisi kejadian risiko, perlu dilakukan penyesuaian atas batas IRU di tahun 2019, yaitu sebagai berikut: Batas Aman=15%; Batas Atas=30%).

2. Untuk penyempurnaan profil risiko, terkait dengan perubahan rumusan/formulasi IKU terkait, perlu ditambahkan penyebab risiko, terutama terkait dengan kendala teknis pelaksanaan kegiatan

Laporan Kinerja 2018 50

1b- N

Rata-rata indeks opini BPK atas LK K/L dan LK BUN

Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga (LK K/L) dan Laporan Keuangan Bendahara Umum Negara (LK BUN) merupakan unsur pembentuk Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP). Opini Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atas setiap LK K/L dan LK BUN akan berkontribusi terhadap opini BPK atas LKPP. Dengan mengetahui perkembangan opini BPK atas LK K/L dan LK BUN, dapat diketahui peningkatan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara.

Indikator Kinerja Utama (IKU) Rata-rata indeks indeks opini BPK atas LK K/L dan LK BUN merupakan IKU yang ditujukan untuk menjamin akuntabilitas dan transparansi pertanggungjawaban keuangan negara. Capaian IKU tersebut ditunjukkan oleh poin Indeks Opini BPK dengan sumber data dari Laporan Hasil Audit BPK atas Laporan Keuangan tahun 2017. Melalui poin Indeks Opini BPK atas LK K/L dan LK BUN, dapat diketahui apakah capaian untuk indikator opini WTP (Wajar Tanpa Pengecualian) dan WDP (Wajar Dengan Pengecualian) meningkat dari yang ditargetkan. IKU ini diterapkan sejak tahun 2016 sebagai rewording dari IKU Indeks jumlah LKKL dan LKBUN yang andal dengan opini audit yang baik untuk lebih mencerminkan nilai yang diukur.

Indeks Opini BPK untuk setiap LK K/L dan LK BUN menggunakan skala 1 s.d. 4 dengan rincian berikut:

1 = Tidak Wajar (TW/adverse)2 = Tidak Memberikan Pendapat (TMP/disclaimer)3 = Wajar Dengan Pengecualian (WDP)4 = Wajar Tanpa Pengecualian (WTP)

Selanjutnya nilai realisasi IKU tersebut diperoleh dengan formula sebagai berikut:

Target IKU tersebut untuk tahun 2018 adalah sebesar 3,6, dengan menargetkan 53 LK mendapatkan opini WTP dan 35 LK mendapatkan opini WDP, sebagaimana ditetapkan dalam Kontrak Kinerja Kemenkeu-One DJPb tahun 2018. Target tersebut meningkat dibandingkan dengan target dalam kontrak kinerja tahun sebelumnya (2017), yaitu 3,5, tetapi lebih kecil dari target tahun 2015, yaitu 3,70. Target IKU tahun 2018 sebesar 3,6 tersebut lebih kecil dibandingkan dengan target tahun 2018 yang sebelumnya telah ditetapkan dalam Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu Tahun 2015-2019, serta RPJMN Tahun 2015-2019 (pada ketiganya ditargetkan 3,88).

Sehubungan dengan refinement Peta Strategi dan IKU Kemenkeu-One DJPb tahun 2016, telah diusulkan kepada Sekretaris Jenderal Kemenkeu melalui Surat Dirjen Perbendaharaan No. S-9014/PB/2015 hal Usulan Peninjauan Kembali Target Renstra Kemenkeu Tahun 2015-2019 dan Renja Ditjen Perbendaharaan Tahun 2016. Dalam surat tersebut, DJPb mengusulkan target IKU Indeks jumlah LK K/L dan LK BUN yang andal dengan opini audit yang baik yang tercantum dalam Renstra DJPb Tahun 2015-2019 dan Renja DJPb, diturunkan targetnya menjadi 3,5 untuk tahun 2016 dan 2017 dan 3,6 untuk tahun 2018 dan 2019, dengan pertimbangan sebagai berikut:

Target IKU Tahun 2018

Direktorat Jenderal Perbendaharaan51

1. Target tahun 2015 adalah 3,7 dengan realisasi IKU sebesar 3,63;2. Mulai tahun 2015, LK K/L dan LK BUN disusun berdasarkan basis akrual dan

implementasi sistem akuntansi berbasis akrual pertama kali pada tahun 2015 yang akan berpotensi turunnya capaian atas indeks opini BPK atas LK K/L, LK BUN, dan LKPP;

3. Tahun 2015 dan 2016 merupakan tahun transisi di mana aplikasi akuntansi yang digunakan K/L adalah SAIBA (Sistem Akuntansi Instansi Berbasis Akrual) yang masih perlu penyempurnaan secara bertahap;

4. Selama masa transisi tersebut, SDM pengelola akuntansi dan pelaporan tingkat Satker masih harus ditingkatkan penguasaannya terhadap aplikasi dan pemahamannya terhadap konsep akuntansi berbasis akrual;

5. Pada tahun 2017, aplikasi SAKTI (Sistem Aplikasi Keuangan Tingkat Instansi) direncanakan akan roll-out. Perubahan SAIBA ke SAKTI membuat operator akuntansi dan pelaporan pada K/L memerlukan waktu untuk menguasai aplikasi SAKTI.

Selain itu, usulan perubahan target IKU IKU Indeks jumlah LK-KL dan LK BUN yang andal dengan opini audit yang baik telah disampaikan kepada Bappenas pada forum Trilateral Meeting antara Bappenas, Ditjen Anggaran, dan Setjen Kemenkeu. Usulan perubahan target tersebut disetujui dengan perubahannya dapat diterapkan Rencana Kerja (Renja) DJPb dan dokumen perencanaan kinerja tahunan lainnya, meskipun tidak dapat mengubah target dalam Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu Tahun 2015-2019, serta RPJMN Tahun 2015-2019. Dengan demikian, indeks sesuai usulan perubahan target tersebut adalah 3,5 untuk tahun 2016 dan 2017 dan 3,6 untuk tahun 2018 dan 2019.

Dalam perhitungan IKU tersebut, digunakan polarisasi data maximize (semakin tinggi realisasi terhadap target, semakin baik capaian kinerjanya), periode pelaporan (trajectory) tahunan, dan jenis konsolidasi periode menggunakan take last known value (realisasi yang digunakan adalah angka periode terakhir).

Sebagaimana diperoleh dari Laporan Hasil Pemeriksaan BPK atas LKPP Tahun 2017, dari 88 entitas yang diperiksa, opini BPK atas LK K/L dan LK BUN tahun 2017 adalah 79 LK K/L dan 1 LK BUN mendapatkan WTP, 6 LK K/L mendapatkan WDP, dan 2 LK K/L mendapatkan TMP. Opini WDP diberikan kepada Kementerian Pertahanan, Kementerian Pemuda dan Olahraga, Komisi Nasional HAM, Badan Pengawas Tenaga Nuklir, LPP TVRI, dan LPP RI. Sementara itu, dua (2) LK K/L yang mendapatkan opini TMP, yaitu LK K/L Kementerian Kelautan dan Perikanan, dan LK K/L Badan Keamanan Laut (Bakamla).

Permasalahan dari 8 LK K/L yang belum memperoleh opini WTP tersebut secara keseluruhan tidak berdampak material pada kesesuaian LKPP Tahun 2017 terhadap Standar Akuntansi Pemerintah. Selanjutnya, capaian IKU tahun 2018 (dari opini BPK atas LK K/L dan LK BUN tahun 2017) dapat dihitung sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.1b.1.

Tabel 3.1b.1 Perhitungan IKU Rata-rata indeks opini BPK atas jumlah LK K/L dan LK BUN Tahun 2018

Uraian Realisasi WTP WDP TMP TW Jumlah

(a) Jumlah LKKL 79 6 2 0 87

(b) Jumlah LK BUN 1 0 0 0 1

(c) Jumlah LKKL dan LK BUN (a) + (b) 80 6 2 0 88

(d) Indeks Opini BPK 4 3 2 1

(e) Jumlah poin seluruh LKKL dan LK BUN (c) x (d) 320 18 4 0 342

(h) Rata-rata Poin indeks opini BPK (e) / (c) 3,89

Realisasi IKU Tahun 2018

Laporan Kinerja 2018 52

Dengan demikian realisasi IKU tersebut telah memenuhi target yang ditentukan dalam kontrak kinerja tahun 2018 sebagaimana ditunjukkan capaiannya pada Tabel 3.1b.2.

Tabel 3.1b.2 Capaian IKU Rata-rata indeks opini BPK atas jumlah LK K/L dan LK BUN Tahun 2018

T / R Q1 Q2 Smt I Q3 s.d. Q3 Q4 Tahunan Pol /KP

Target - 3,60 3,60 - 3,60 - 3,60 Maximize / Take Last

Known Value

Realisasi - 3,89 3,89 - 3,89 - 3,89

Nilai - 108,06 108,06 - 108,06 - 108,06

Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.1b.2, nilai realisasi tahunan IKU sebesar 3,89 tersebut melampaui target IKU sebesar 3,6 yang ditetapkan dalam Kontrak Kinerja Kemenkeu-One DJPb Tahun 2018 (dengan nilai capaian 108,06).

Perbandingan realisasi dan target IKU tahun 2018

Perkembangan opini BPK atas jumlah LK K/L dan LK BUN tahun 2008 s.d 2017 ditunjukkan pada Tabel 3.1b.3 dan Grafik 3.1b.1.

Tabel 3.1b.3 Perkembangan Opini BPK atas LK K/L dan LK BUN Tahun 2008 s.d. 2017

OpiniTAHUN LK K/L dan LK BUN

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

WTP 35 45 53 67 69 65 62 56 74 80

(K/L: 33;BUN: 3)

(K/L: 42; BUN: 3)

(K/L: 50; BUN: 3)

(K/L: 61; BUN: 6)

(K/L: 62; BUN: 7)

(K/L: 65) (K/L: 62) (K/L: 56) (K/L: 73; BUN: 1)

(K/L: 79; BUN: 1)

WDP 30 26 29 18 22 19 18 26 8 6

(K/L: 28; BUN: 2)

(K/L: 24; BUN: 2)

(K/L: 24; BUN: 5)

(K/L: 16; BUN: 2)

(K/L: 21; BUN: 1)

(K/L: 18; BUN: 1)

(K/L: 17; BUN: 1)

(K/L: 25; BUN: 1)

(K/L: 8) (K/L: 6)

TMP 18 8 2 2 3 3 7 4 6 2

(K/L: 15; BUN: 3)

(K/L: 7; BUN: 1)

(K/L: 2) (K/L: 2) (K/L: 3) (K/L: 3) (K/L: 7) (K/L: 4) (K/L: 6) (K/L: 2)

TW 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Grafik 3.1b.1 Perkembangan Opini BPK atas LK K/L dan LK BUN Tahun 2008 s.d. 2017

Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.1b.3 dan Grafik 3.1b.1, diketahui sebagai berikut: 1. Sejak LK K/L dan LKBUN (LK) tahun 2008 sampai dengan tahun 2017, jumlah LK

yang mendapatkan opini WTP selalu menjadi yang tertinggi dibandingkan LK yang mendapatkan opini WDP dan TMP;

2. Jumlah LK beropini WTP tahun 2017 (80 LK) merupakan jumlah LK tertinggi beropini WTP sejak LK tahun 2008;

3. Jumlah LK beropini WDP tahun 2017 (6 LK) menurun dibandingkan tahun 2016 (8 LK) dan merupakan jumlah LK beropini WDP terendah sejak LK tahun 2008;

Perbandingan realisasi tahun 2018 dan tahun-tahun sebelumnya

Direktorat Jenderal Perbendaharaan53

4. Jumlah LK beropini TMP tahun 2017 (2 LK) menurun dibandingkan jumlah LK beropini TMP tahun 2016 (6 LK) dan merupakan jumlah terendah yang juga pernah dicapai pada LK tahun 2010 dan 2011.

Dengan demikian, secara umum terdapat peningkatan yang cukup signifikan atas kualitas LK K/L dan LKBUN tahun 2017 dibandingkan tahun-tahun sebelumnya sebagaimana dicerminkan dari opini BPK atas setiap laporan tersebut. Sementara itu, perkembangan capaian IKU tersebut dari tahun 2014 s.d. 2018 dapat ditunjukkan pada Grafik 3.1b.2.

Grafik 3.1b.2 Perbandingan Capaian IKU Rata-rata Indeks Opini BPK atas LK K/L dan LK BUN

Tahun 2014 s.d. 2018

Sebagaimana ditunjukkan pada Grafik 3.1.b.2, realisasi IKU terus menurun sejak tahun 2014 sampai tahun 2016, tetapi meningkat pada tahun 2017 dan 2018. Namun demikian, berbeda dengan tahun 2014 dan tahun 2015, realisasi IKU tahun 2016 s.d. 2018 telah memenuhi target yang telah ditentukan.

Realisasi IKU tahun 2015 s.d. 2018 mencerminkan realisasi empat tahun pertama dari Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu Tahun 2015-2019, dengan perbandingan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.1b.4.

Tabel 3.1b.4 Perbandingan Realisasi IKU Capaian IKU Rata-rata indeks opini BPK atas LK K/L dan LK BUN

dengan Renstra 2015-2019

TahunRealisasi IKU

TahunanRenstra DJPb

2015-2019Renstra Kemenkeu

2015-2019

2019 belum 3,88 3,88

2018 3,89 3,88 3,88

2017 3,77 3,88 3,88

2016 3,6 3,88 3,88

2015 3,63 3,88 3,88

Ket: Usulan perubahan target (2015: 3,7, 2016-2017: 3,5, 2018-2019: 3,6) disetujui pada Trilateral Meeting dengan perubahannya dapat diterapkan Renja DJPb dan dokumen perencanaan kinerja tahunan lainnya, meskipun tidak dapat mengubah target dalam Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu Tahun 2015-2019.

Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.1b.4, nilai realisasi IKU tahun 2018 sebesar 3,89 lebih tinggi dari targetnya, sementara realisasi tahun 2017 sebesar 3,77, tahun 2016 sebesar 3,6, dan tahun 2015 sebesar 3,63, ketiganya lebih rendah dari target Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu Tahun 2015-2019. Namun demikian, sesuai usulan perubahan target yang telah disetujui, realisasi IKU tersebut tahun 2016 s.d. 2018 telah memenuhi target (2016-2017: 3,5, 2018: 3,6), meskipun realisasi tahun 2015 tidak memenuhi targetnya (3,7).

Perbandingan realisasi s.d. 2018 dengan Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu

Laporan Kinerja 2018 54

Realisasi kinerja DJPb tahun 2015-2019 dapat dikaitkan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019, yang memuat perencanaan kinerja jangka menengah pemerintah pada tingkat nasional. Perbandingan realisasi IKU tahun 2018 dengan RPJMN Tahun 2015-2019 ditunjukkan pada Tabel 3.1b.5.

Tabel 3.1b.5 Perbandingan Realisasi IKU Capaian IKU Rata-rata indeks opini BPK atas LK K/L dan LK BUN

dengan RPJMN 2015-2019

Tahun Realisasi IKU Target RPJMN 2015-2019 Keterangan

2019 belum 3,88 Usulan perubahan target (2015-2017: 3,5, 2018-2019: 3,6) disetujui pada Trilateral Meeting dengan perubahannya dapat diterapkan Renja DJPb dan dokumen perencanaan kinerja tahunan lainnya, meskipun tidak dapat mengubah target dalam RPJMN Tahun 2015-2019.

2018 3,89 3,88

2017 3,77 3,88

2016 3,6 3,88

2015 3,63 3,88

Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.1b.5, nilai realisasi tahunan IKU sebesar 3,89 untuk tahun 2018 lebih tinggi dari target, sementara 3,77 untuk tahun 2017, 3,6 untuk tahun 2016, dan 3,63 untuk tahun 2015 ketiganya lebih rendah dari target yang telah ditetapkan pada RPJMN Tahun 2015-2019. Namun demikian, berdasarkan usulan perubahan target yang telah disetujui, realisasi IKU tersebut tahun 2016 s.d. 2018 berhasil memenuhi target tahun-tahun tersebut (2016-2018: 3,5, 2018: 3,6), meskipun realisasi tahun 2015 tidak memenuhi targetnya (3,7).

Perbandingan realisasi s.d. 2018 dan Target RPJMN

Untuk mengetahui posisi DJPb dalam pencapaian IKU dibandingkan dengan eselon I lainnya yang juga menjalankan IKU yang sama pada suatu tahun, dapat dibandingkan capaian IKU tersebut antar eselon I lingkup Kemenkeu sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.1b.6.

Tabel 3.1b.6 Perbandingan Realisasi IKU Rata-rata indeks opini BPK atas LK K/L dan LK BUN

dengan Unit Eselon I Lainnya

No Unit Es. I Realisasi IKU 2018 Ket

1 SETJEN - IKU Rata-rata indeks opini BPK atas LK K/L dan LK BUN hanya dilakukan oleh DJPb (tidak dilakukan oleh eselon I lainnya di lingkup Kemenkeu) sehingga perbandingan capaian IKU tersebut dengan eselon I lainnya tidak dapat dilakukan.

2 DJA -

3 DJP -

4 DJBC -

5 DJPb 3,89

6 DJKN -

7 DJPK -

8 DJPPR -

9 ITJEN -

10 BKF -

11 BPPK -

Perbandingan capaian IKU dengan eselon I lainnya

Direktorat Jenderal Perbendaharaan55

Isu, permasalahan, tindakan, dan action plan

Pada tahun 2017, pencapaian indeks opini BPK menunjukkan bahwa untuk pertama kalinya LK BUN Tahun 2016 mendapatkan opini WTP sejak pertama kali disusun dan secara keseluruhan opini BPK atas LK BUN dan LK K/L tersebut telah berkontribusi dalam tercapainya opini WTP atas LKPP Tahun 2016 yang juga merupakan capaian pertama kalinya opini WTP atas LKPP (2004-2008: TMP, 2009-2015: WDP, 2016: WTP). Hal tersebut menandakan bahwa tahun 2017 (tahun diberikannya opini WTP pada LKPP Tahun 2016) merupakan tahun bersejarah dalam pelaporan keuangan pemerintah. Capaian tersebut berhasil dipertahankan untuk LKPP Tahun 2017.

Meskipun demikian, terdapat beberapa isu yang perlu diperhatikan dalam peningkatan IKU tersebut berikutnya. Kualitas LK K/L dan LK BUN tercermin dari opini atas audit BPK yang ditentukan oleh kompetensi SDM penyusun LK K/L/LK BUN, opini BPK atas LK K/L/LK BUN, penyelesaian tindak lanjut rekomendasi atas temuan pemeriksaan BPK atas LK K/L/LK BUN, kualitas Sistem Pengendalian Intern (SPI), serta kepatuhan dalam pengelolaan keuangan negara sesuai ketentuan. Pada tahun 2017, untuk jumlah Bagian Anggaran sebanyak 87 K/L dan 1 BUN, telah disampaikan opini BPK triwulan II 2018 yang menunjukkan bahwa dari target opini LK K/L dan LK BUN Tahun 2017 sejumlah WTP = 53, WDP = 35, TMP = 0, Indeks 3,60, terealisasi WTP = 80, WDP = 6, TMP = 2.

BPK menemukan 13 kelemahan pengendalian intern dan 5 permasalahan terkait ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan, yang tidak mempengaruhi secara material kewajaran LKPP Tahun 2017. Hasil pemeriksanaan SPI tersebut meliputi:1. Sistem informasi penyusunan LKPP Tahun 2017 belum dapat menyelesaikan selisih

transaksi antar entitas dan transaksi timbal balik;2. SPI dalam penatausahaan piutang perpajakan masih memiliki kelemahan;3. SPI dalam rekonsiliasi dan penatausahaan piutang pajak dalam rangka impor memiliki

kelemahan;4. Pengendalian penetapan Surat Tagihan Pajak (STP) atas potensi pokok dan sanksi

administrasi pajak berupa bunga dan/atau denda belum memadai;5. Utang/piutang atas kelebihan/kekurangan pendapatan badan usaha dari selisih Harga

Jual Eceran (HJE) Formula dan HJE Penetapan Pemerintah atas penyaluran minyak solar dan premium belum dilaporkan dan diselesaikan;

6. Pengendalian realisasi belanja dan pertanggungjawaban ketepatan sasaran atas program pengelolaan subsidi belum memadai;

7. Dana cadangan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Tahun 2017 belum mampu menyelesaikan permasalahan defisit Dana Jaminan Sosial (DJS) Kesehatan dan LKPP Tahun 2017 belum menyajikan dampak kewajiban yang timbul dari defisit DJS Kesehatan;

8. Pengelolaan kas pada 27 Kementerian/Lembaga (K/L) belum tertib;9. Penatausahaan dan pencatatan persediaan pada 51 K/L belum tertib;10. Penatausahaan dan pencatatan aset tetap Pada 72 K/L belum tertib;11. Penatausahaan dan pencatatan aset tidak berwujud pada 27 K/L belum tertib;12. Kebijakan akuntansi terkait transaksi material persediaan aset kontraktor kontrak

kerja sama belum memadai; 13. Pengendalian atas penatausahaan dan pemanfaatan Barang Milik Negara Kontraktor

Kontrak Kerja Sama (KKKS) yang telah berakhir kontrak kerja samanya belum memadai.

Laporan Kinerja 2018 56

Sementara itu, hasil pemeriksaan kepatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan meliputi:1. Pengelolaan PNBP pada 35 K/L minimal sebesar Rp1,25 triliun dan pengelolaan piutang

pada 18 K/L sebesar Rp3,31 triliun belum sesuai ketentuan;2. Pengembalian kelebihan pembayaran pajak tidak dikompensasikan dengan utang

pajak WP sebesar Rp364,68 miliar;3. Penganggaran, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban Belanja pada 84 K/L sebesar

Rp25,25 triliun dan USD34,171.45 tidak sesuai ketentuan serta penatausahaan Utang pada 10 K/L sebesar Rp2,11 triliun dan USD1.12 juta tidak memadai;

4. Penambahan pagu anggaran subsidi listrik Tahun 2017 sebesar Rp5,22 triliun tidak sesuai dengan UU APBN-P dan tidak berdasarkan pertimbangan yang memadai; dan

5. Pengalokasian Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik Sub Bidang Prioritas Daerah dan tambahan DAK Fisik Percepatan Infrastruktur Publik Daerah, serta DAK Fisik Afirmasi TA 2017 belum sepenuhnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Permasalahan pada 8 (delapan) LK K/L yang tidak mendapat WTP meliputi permasalahan PNBP, Belanja Barang, Belanja Modal, Piutang Bukan Pajak, Persediaan, Aset Tetap, Aset Lainnya, dan Utang kepada Pihak Ketiga. Alasan pemberian opini TMP pada Kementerian Kelautan dan Perikanan di antaranya pembatasan lingkup pada belanja modal dan belanja barang. Sementara itu, pada Badan Keamanan Laut antara lain karena aset tetap konstruksi dalam proses (KDP) tidak dapat diyakini keberadaannya, serta adanya pembatasan lingkup pemeriksaan.

Permasalahan tersebut berimplikasi pada tidak tercapainya target jumlah LK K/L dan LK BUN yang andal dengan opini audit yang baik, khususnya pada jumlah LK beropini TMP yang ditargetkan 0 (tidak ada), meskipun nilai IKU secara keseluruhan opini telah memenuhi nilai targetnya. Adapun akar permasalahan dalam hal ini, yaitu adanya temuan pemeriksaan BPK atas LK K/L dan LK BUN Tahun 2017 yang meliputi pengelolaan PNBP, Pelaksanaan dan pertanggungjawaban anggaran, dan DAK.

Tindakan yang telah dilaksanakan dalam rangka mendukung pencapaian IKU tersebut, yaitu melalui Tim Bimbingan Pusat telah melakukan:1. Melakukan bimbingan pelaksanaan akuntansi dan pelaporan keuangan kepada K/L

dan bagian anggaran BUN;2. Pendampingan penyusunan LK K/L/LK BUN di tingkat pusat serta mengoptimalkan

pembinaan dengan melibatkan unit vertikal DJPb (KPPN dan Kanwil DJPb) dalam pendampingan penyusunan LK UAKPA (Satker) dan LK UAPPAW, untuk mendeteksi lebih dini permasalahan penyusunan LK;

3. Monitoring penyelesaian temuan dan rekomendasi atas LK K/L dan LK BUN; 4. Pertemuan tiga pihak (tripartit) pembahasan koreksi atas temuan pemeriksaan BPK

atas LKKL dan LK BUN antara K/L, Kementerian Keuangan, dan BPK pada tanggal 27 s.d. 29 Maret 2018;

5. Pendampingan penyusunan LK K/L dan LK BUN Tahun 2017.

Rekomendasi Rencana Aksi (action plan) yang akan dilakukan pada tahun 2019 untuk meningkatkan pencapaian mendatang IKU tersebut (penanggung jawab: Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan), yaitu:1. Monitoring penyelesaian tindak lanjut temuan pemeriksaan BPK atas LK K/L 2017;2. Pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan K/L.

Direktorat Jenderal Perbendaharaan57

Risiko terkait pencapaian IKU tahun 2018

Pada tahun 2018 telah diidentifikasi risiko terkait yang mempengaruhi pencapaian IKU Rata-rata indeks opini BPK atas LK K/L dan LK BUN dengan penjelasan dan telah ditangani sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.1b.7

Tabel 3.1b.7 Penanganan Risiko terkait Pencapaian IKU Rata-rata Indeks Opini BPK atas LK K/L dan LK BUN Tahun 2018

Kejadian Risiko Penyebab Dampak UICK/L dan Bagian Anggaran BUN tidak dapat menyusun LK sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan

1. Tingkat pemahaman penyusun LK KL dan LK BA BUN kurang memadai.

2. Kurang efektifnya pembinaan ketika terdapat update kebijakan dan atau aplikasi menjelang penyampaian LK

Penurunan kinerja terkait indeks opini BPK atas LKPP

Dit. APK

Nama IRU Batasan NilaiNilai

Aktual

Q1 s.d. Q2 s.d. Q3 s.d. Q4Tingkat efektivitas pembinaan pada saat terbitnya peraturan dan atau aplikasi terbaru menjelang penyampaian/penyusunan LK

Batas Aman 85N/A 84,88 84,88 90,89Batas Bawah 80

Penjelasan

1. Pada triwulan I belum ada nilai aktual IRU dikarenakan pengukuran aktual IRU akan diperoleh setelah dilakukan survei dan FGD yang direncanakan pada triwulan II, yaitu tanggal 2-4 Mei 2018. Outlook risiko sampai dengan triwulan II ditetapkan masih pada level sedang dengan pertimbangan bahwa belum ada aktual IRU dan penanganan risiko belum selesai dijalankan.

2. Berdasarkan aktual IRU s.d. Tw II, Tingkat efektivitas pembinaan pada saat terbitnya peraturan dan atau aplikasi terbaru menjelang penyampaian/penyusunan Laporan Keuangan sebesar 84,88, sehingga status IRU kuning yang menunjukkan risiko tersebut saat ini belum dalam kondisi aman.Outlook risiko sampai dengan triwulan III ditetapkan pada level sedang (besaran risiko 12) dengan pertimbangan bahwa Indikator Risiko Utama (IRU) berstatus kuning (berada diantara batas bawah dan batas aman) dan masih terdapat penanganan risiko yang belum selesai dilaksanakan (Jadwal pelaksanaan Tw IV).

3. Level risiko pada triwulan III masih berada pada level sedang (besaran risiko 12), dengan pertimbangan bahwa nilai aktual IRU triwulan III sebesar 84,88, sehingga status IRU kuning yang menunjukkan risiko tersebut saat ini belum dalam kondisi aman. Outlook risiko pada triwulan IV ditetapkan pada level rendah dengan pertimbangan:

a. Pada masa pendampingan penyusunan LKKL triwulan III, para pembina secara intensif diberikan pembekalan melalui ketua tim masing-masing dan sarana pembinaan yang ada, sehingga diharapkan hasil survey keefektifan pembinaan, yang merupakan salah satu penyumbang nilai IRU menjadi lebih baik.

b. Penyusunan LKKL triwulan III tidak serumit pada saat semester I, dimana saat itu dimulainya implementasi sistem e-rekon dan laporan keuangan Generasi II yang mewajibkan proses rekonsiliasi data dengan data SIMAK BMN secara online pada seluruh KL sehingga KL menyesuaikan kembali sistem tersebut. Diharapkan telaah LK-KL triwulan III yang dilakukan pada triwulan IV akan meningkatkan nilai IRU di atas batas aman.

4. Level risiko pada triwulan IV 2018 telah berada pada level rendah (besaran risiko 10), dengan pertimbangan nilai aktual IRU triwulan IV 2018 sebesar 90,89 (target Tw IV: 85) sehingga berstatus hijau yang menunjukkan risiko tersebut saat ini berada pada batas sangat aman. Data IRU yang digunakan merupakan 50% nilai laporan pembinaan dan 50% nilai survey efektivitas pembinaan yang dilakukan pada Triwulan IV (50%x91,68)+(50%x90,09)=90,89. Sementara itu, Level Kemungkinan mengalami penurunan dilihat dari data telaah LK K/L Triwulan III Tahun 2018, di mana persentase KL yang nilainya di bawah 85 terdapat 10,26%, sehingga Level Kemungkinan adalah 2.

Laporan Kinerja 2018 58

Penanganan yang Telah Dilaksanakan

1. Membuat survey tentang kajian permasalahan kebijakan akuntansi dan aplikasi penyusunan LK.

2. Mengedarkan survey yang telah dibuat

3. Melakukan FGD terhadap hasil survey yang dibuat

4. Daftar permasalahan dan solusi kebijakan akuntansi dan aplikasi penyusunan LK telah disusun.

5. Daftar permasalahan tertuang di HAI DJPb dan sebagai solusinya disusun Petunjuk teknis yang diterbitkan melalui surat S-9911/PB/2018 tanggal 31 Desember 2018.

6. roses sebelumnya seperti survey untuk mendapatkan gambaran tentang masalah atas kebijakan akuntansi dan aplikasi akuntansi dengan responden penyusun laporan keuangan telah dilaksanakan via online.

7. Dilaksanakan FGD pada bulan Juni dengan melibatkan beberapa Kementerian Negara/Lembaga untuk mendapatkan masukan terbaik dengan acuan masalah kebijakan akuntansi dan aplikasi sesuai dengan hasil survey yg dilakukan sebelum FGD tersebut dilaksanakan.

Risiko ini telah dilakukan mitigasi sesuai dengan rencana penanganan pada triwulan IV tahun 2018, dan berhasil menurunkan level risiko, maka risiko ini cukup dilakukan pemantuan pada tahun 2019. Outlook risiko sampai dengan triwulan I tahun 2019 ditetapkan pada level rendah (LK=3, LD=2, Besaran Risiko=10, LR=2) dengan pertimbangan:1. K/L sudah dapat menyusun laporan dengan baik; 2. Telaah yang disampaikan dapat meminimalisir kesalahan

dalam penyampaian laporan;3. Mulai diterapkan Pengendalian Intern atas Pelaporan

Keuangan.

Direktorat Jenderal Perbendaharaan59

Sasaran Strategis 2

Pelayanan publik yang prima

Layanan publik yang prima adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang- undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. Pemenuhan layanan publik diukur berdasarkan hasil survei kepuasan pelanggan oleh lembaga independen berdasarkan pemenuhan atas asas Penyelenggaraan pelayanan publik sesuai UU no 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, yaitu: (a) kepentingan umum; (b) kepastian hukum; (c) kesamaan hak; (d) keseimbangan hak dan kewajiban; (e) keprofesionalan; (f) partisipatif; (g) persarnaan perlakuan/ tidak diskriminatif; (h) keterbukaan; (i) akuntabilitas; (j) fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan; (k) ketepatan waktu; dan (l) kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan.

Hasil survei yang positif akan meningkatkan citra Kemenkeu pada umumnya dan DJPb pada khususnya. Pengguna layanan pada DJPb terdiri atas Kementerian Negara/Lembaga (K/L-Satker), BUMN/BUMD, Pemda, Bank/Pos, Unit eselon I Kemenkeu.

Dalam pencapaian sasaran strategis ini, DJPb mengidentifikasikan 1 (satu) Indikator Kinerja Utama (IKU), yang pencapaiannya ditabulasikan dalam Tabel 3.2

Tabel 3.2 Capaian IKU pada Sasaran Strategis 2

SS 2: Pelayanan publik yang prima

Kode Indikator Kinerja Target Realisasi Nilai

2a-CP Indeks kepuasan publik atas layanan DJPb

4,52 4,72 104,42

Uraian mengenai IKU tersebut adalah sebagai berikut:

2a- CP

Indeks kepuasan publik atas layanan DJPb

Indikator Kinerja Utama (IKU) Indeks kepuasan publik atas layanan DJPb merupakan salah satu IKU Kemenkeu-One DJPb tahun 2018 yang juga menjadi IKU Kemenkeu-Wide tahun 2018 (indirect cascading). IKU tersebut merupakan hasil rewording atas IKU yang semula bernama IKU Indeks kepuasan pengguna layanan. Hal ini dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa pengguna layanan di lingkungan Kemenkeu adalah secara keseluruhan adalah publik, baik yang bekerja di sektor pemerintahan maupun bukan, disesuaikan dengan stakeholders dari setiap eselon I sebagai penerima layanan. Dengan demikian, IKU ini disusun untuk mengukur tingkat kepuasan pengguna layanan terhadap layanan DJPb dan merupakan nilai kepuasan pengguna layanan atas layanan unggulan DJPb terhadap pihak eksternal.

IKU ini diukur atas layanan unggulan yang diberikan oleh DJPb yang diperoleh melalui survei kepuasan pengguna layanan yang dilakukan secara independen yang dikoordinasikan oleh Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan, Sekretariat Jenderal Kemenkeu. Riset dengan instrumen survei tersebut bertujuan untuk mengevaluasi kinerja layanan Kemenkeu secara umum di tingkat kementerian dan secara spesifik di setiap unit Eselon I berdasarkan indikator kualitas kinerja layanan dan kepuasan pengguna yang mencakup tahun 2018 dan perbandingan dengan tahun-tahun sebelumnya.

Laporan Kinerja 2018 60

Lingkup survei adalah pelanggan atas seluruh layanan DJPb kepada pihak eksternal. Penerima layanan DJPb meliputi K/L, bank, dan pemerintah. Responden survei tersebut pada DJPb adalah sebanyak 297 responden, yang tersebar pada 6 (enam) wilayah yang sama dengan 2017, yaitu Batam (37 responden), Medan (43 responden), Jakarta (67 responden), Surabaya (37responden), Makasar (44 responden), dan Balikpapan (39 responden).

Jenis layanan yang disurvei meliputi layanan pelayanan revisi DIPA pada Kanwil DJPb, penerbitan SP2D belanja non pegawai pada KPPN, serta pelayanan rekonsiliasi tingkat KPPN. Aspek layanan yang disurvei merupakan Unsur-Unsur Kinerja Layanan sesuai Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, yaitu: 1. Keterbukaan/kemudahan akses informasi;2. Informasi layanan;3. Kesesuaian prosedur dengan ketentuan yang ditetapkan;4. Sikap pegawai;5. Kemampuan dan keterampilan pegawai;6. Lingkungan pendukung;7. Akses terhadap layanan;8. Waktu penyelesaian layanan;9. Pembayaran biaya sesuai aturan/ketentuan yang ditetapkan;10. Pengenaan sanksi/denda atas pelanggaran terhadap ketentuan layanan;11. Keamanan lingkungan dan layanan.

Dalam perhitungan IKU, digunakan polarisasi data maximize (semakin tinggi realisasi terhadap target, semakin baik capaian kinerjanya), periode tahunan, dan jenis konsolidasi periode menggunakan take last known value (realisasi yang digunakan adalah angka periode terakhir)

Target IKU tersebut untuk tahun 2018 adalah sebagaimana mandatori dari Setjen Kemenkeu adalah sebesar 4,52 dengan periode pelaporan tahunan. Target tersebut meningkat signifikan dibandingan dengan target tahun 2017 sebesar 4,12 dan tahun 2016 sebesar 4,09. Target IKU tahun 2018 sebesar 4,52 tersebut jauh lebih tinggi dengan target yang dicantumkan dalam Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu Tahun 2015-2019 yang sebesar 4,15. Perbedaan ini menunjukkan optimisme dan tantangan bagi setiap eselon I Kemenkeu untuk senantiasa meningkatkan layanannya kepada para stakeholders. Penetapan besar target tersebut juga memperhatikan realisasi IKU tersebut tahun sebelumnya (2017) sebesar 4,56.

Target IKU Tahun 2018

Hasil survei menunjukkan bahwa DJPb memiliki indeks kepuasan yang lebih tinggi (4,72) daripada indeks rata-rata seluruh unit eselon I Kemenkeu (4,39). Realisasi IKU sebesar 4,72 untuk tahun 2018 tersebut telah memenuhi target IKU yang telah ditetapkan pada baik pada Kontrak Kinerja maupun pada Renstra untuk tahun 2018. Sebelas layanan telah dinilai memuaskan (skor ≥ 4,00). Rincian skor indeks untuk sebelas aspek layanan yang diteliti dalam riset tersebut pada tahun 2018 ditunjukkan pada Tabel 3.2.1.

Tabel 3.2.1 Rincian Skor Indeks Kepuasan atas 11 Aspek Layanan yang DIteliti Tahun 2018

No Aspek LayananIndeks

DJPb 2017 DJPb 2018 Rata-Rata Kemenkeu 2018

1 Keterbukaan/kemudahan akses informasi 4,53 4,69 4,39

2 Informasi layanan 4,54 4,72 4,40

3 Kesesuaian prosedur dengan ketentuan 4,63 4,78 4,46

Realisasi IKU Tahun 2018

Direktorat Jenderal Perbendaharaan61

No Aspek LayananIndeks

DJPb 2017 DJPb 2018 Rata-Rata Kemenkeu 2018

4 Sikap pegawai 4,60 4,73 4,54

5 Kemampuan dan keterampilan pegawai 4,55 4,69 4,44

6 Lingkungan pendukung 4,56 4,71 4,43

7 Akses terhadap layanan 4,53 4,73 4,44

8 Waktu penyelesaian layanan 4,54 4,73 4,34

9 Pembayaran biaya sesuai ketentuan N/A* N/A* 4,46

10 Pengenaan sanksi/denda atas pelanggaran 4,50 4,65 4,20

11 Keamanan lingkungan dan layanan 4,62 4,77 4,57

Rata-rata 4,56 4,72 4,43

*N/A (Not Available karena memang pada DJPb tidak terdapat aspek layanan bersangkutan (tidak terdapat

biaya untuk memperoleh layanan pada DJPb)

Sebagaimana ditunjukkan pada tabel tersebut, Indeks kepuasan pengguna layanan DJPb pada tahun 2018 mencapai skor 4,72 dari skala pengukuran 1 (satu) sampai dengan 5 (lima), yang artinya telah mampu memuaskan penggunanya. Semua aspek layanan DJPb tahun 2018 yang disurvei memiliki indeks yang lebih tinggi daripada indeks kepuasan tahun 2017 dan indeks kepuasan agregat Kemenkeu tahun 2018, kecuali pada aspek “Pembayaran biaya sesuai ketentuan” (aspek layanan no. 9). Hal tersebut wajar mengingat semua layanan DJPb yang disurvei tidak mengenakan biaya. Hasil analisis menggunakan model matriks kepentingan dan kepuasan menunjukkan bahwa 10 (sepuluh) aspek layanan DJPb berapada pada posisi kuadran di mana tingkat kepentingan sangat tinggi dan kepuasan sangat baik.

DJPb mengalami peningkatan indeks kepuasan pada tahun 2018 sebesar 16 poin di mana pada tahun 2017 indeks kepuasan DJPb sebesar 4,56 dan pada tahun 2018 sebesar 4,72. Dilihat dari aspek layanan, kenaikan tertinggi dari tahun 2017 ke tahun 2018 terjadi pada aspek layanan no. 7 “Akses terhadap Layanan” sebesar 20 poin dan aspek layanan no. 8 “Waktu Penyelesaian Layanan” sebesar 19 poin. Dua aspek layanan tertinggi ada pada “Kesesuaian prosedur dengan ketentuan” (skor 4,78) dan aspek “Keamanan lingkungan dan layanan” (skor 4,77), sementara 8 (delapan) aspek lainnya berada pada rentang indeks 4,65 s.d. 4,73 yang juga merepresentasikan nilai kepuasan yang sangat tinggi.

Selain itu, penilaian atas beberapa aspek khusus menyimpulkan bahwa seluruh (267) responden menjawab: (1) tidak ada biaya resmi sesuai ketentuan, (2) tidak ada biaya di luar ketentuan, (3) tidak ada praktik pemberian imbalan, dan (4) merupakan pengguna tanpa jasa perantara. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pengguna layanan DJPb sudah puas dengan semua aspek layanan yang diteliti dan karenanya DJPb perlu terus mempertahankan yang sudah dilakukan dan sekaligus terus meningkatkan kualitas semua aspek layanan.

Hasil penilaian terhadap 297 responden, yang tersebar pada 6 (enam) wilayah, yaitu Batam (37 responden), Medan (43 responden), Jakarta (67 responden), Surabaya (37responden), Makasar (44 responden), dan Balikpapan (39 responden), menunjukkan bahwa indeks kepuasan layanan pada wilayah Batam sebesar 4,80, Medan sebesar 4,72, Jakarta sebesar 4,56, Surabaya sebesar 4,84, Makassar sebesar 4,80, dan Balikpapan sebesar 4,73. Dengan demikian dari keenam wilayah tersebut, indeks kepuasan layanan tertinggi berada pada wilayah Surabaya (4,84) dan terendah pada wilayah Jakarta (4,56).

Laporan Kinerja 2018 62

Perbandingan realisasi dan target IKU tahun 2018

Capaian IKU sebesar 4,72 tersebut merupakan yang tertinggi selama 7 (tujuh) tahun terakhir. Terjadi peningkatan capaian IKU tersebut setiap tahunnya sejak tahun 2012 s.d 2018 sebagaimana dapat ditunjukkan pada Tabel 3.2.3.

Tabel 3.2.3 Perbandingan Capaian IKU Indeks kepuasan publik atas layanan DJPb Tahun 2012 s.d. 2018

Uraian 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Indeks Target 4.1 4.1 4.05 4.06 4.09 4,12 4,52

Indeks Realisasi 4,05 4,09 4,23 4,32 4,4 4,56 4,72

Perubahan Realisasi + 0,04 + 0,09 +0,16

+ 0,14 + 0,08 + 0,16

Dari tabel 3.2.3, dapat diketahui bahwa realisasi capaian IKU tersebut pada tahun 2013 meningkat 0,04 poin dari indeks tahun 2012, indeks tahun 2014 meningkat 0,14 poin dari indeks tahun 2013, indeks tahun 2015 meningkat 0,09 poin dari indeks tahun 2014, indeks tahun 2016 meningkat 0,08 poin dari indeks tahun 2015, indeks tahun 2017 meningkat 0,16 poin dari indeks tahun 2016., dan indeks tahun 2018 meningkat 0,16 poin dari indeks tahun 2016. Secara grafik, target, realisasi, dan rata-rata indeks Kemenkeu untuk IKU tersebut tahun 2012 sampai dengan 2018 dapat ditunjukkan sebagai dapat ditunjukkan Grafik 3.2.1.

Grafik 3.2.1 Perkembangan Capaian IKU Indeks kepuasan publik atas layanan DJPb Tahun 2012 s.d. 2018

Perbandingan realisasi tahun 2018 dan tahun-tahun sebelumnya

Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, melalui survei kepuasan pengguna layanan tersebut dapat diketahui bahwa target IKU Indeks kepuasan publik atas layanan DJPb tahun 2018 dapat dipenuhi dengan capaian ditunjukkan pada Tabel 3.2.2.

Tabel 3.2.2 Capaian IKU Indeks kepuasan publik atas layanan DJPb Tahun 2018

T / K Q1 Q2 Smt I Q3 s.d. Q3 Q4 Tahunan Pol /KP

Target - - - - - 4,52 4,52 Maximize/ Take last known value

Realisasi - - - - - 4,72 4,72

Nilai - - - - - 104,42 104,42

Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.2.2, nilai realisasi tahunan IKU sebesar 4,72 tersebut melampaui target IKU sebesar 4,52 (dengan nilai capaian 104,42) yang ditetapkan dalam Kontrak Kinerja Kemenkeu-One DJPb Tahun 2018.

Direktorat Jenderal Perbendaharaan63

Realisasi kinerja DJPb tahun 2015-2019 dapat dikaitkan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019, yang memuat perencanaan kinerja jangka menengah pemerintah pada tingkat nasional. Perbandingan realisasi IKU s.d. tahun 2018 dengan RPJMN Tahun 2015-2019 ditunjukkan pada Tabel 3.2.5.

Tabel 3.2.5 Perbandingan Realisasi IKU Indeks kepuasan publik atas layanan DJPb s.d. 2018

dan RPJMN 2015-2019

Tahun Realisasi IKU Target RPJMN 2015-2019 Keterangan

2019 belum - IKU tersebut terncantum pada RPJMN tetapi tidak terdapat targetnya (target

tidak dicantumkan pada RJMN). 2018 4,72 -

2017 4,56 -

2016 4,4 -

2015 4,32 -

Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.2.5, ditunjukkan peningkatan dari tahun 2015 s.d. 2018, tetapi capaian tersebut tidak dapat dibandingkan dengan RPJMN Tahun 2015-2019. Hal tersebut karena IKU Indeks Kepuasan Pengguna Layanan dicantumkan dalam RPJMN, tetapi tidak terdapat targetnya.

Perbandingan realisasi s.d. 2018 dan Target RPJMN

Sebagaimana ditunjukkan pada Grafik 3.2.1, meskipun realisasi IKU tersebut (indeks survei DJPb) tidak dapat memenuhi target yang telah ditentukan pada tahun 2012 dan 2013, sejak tahun 2014 sampai dengan tahun 2018 realisasi tersebut berhasil memenuhi targetnya. Grafik tersebut juga menunjukkan bahwa sejak tahun 2012 sampai dengan tahun 2018 indeks survei DJPb selalu lebih tinggi daripada indeks survei agregat Kemenkeu. Selain itu, indeks survei DJPb sejak tahun 2012 sampai dengan tahun 2018 juga selalu menunjukkan peningkatan nilai indeks dari tahun ke tahun.

Realisasi IKU pada tahun 2015 s.d. 2018 mencerminkan realisasi empat tahun pertama dari Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu Tahun 2015-2019 dengan perbandingan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.2.4.

Tabel 3.2.4 Perbandingan Realisasi IKU Indeks kepuasan publik atas layanan DJPb s.d. 2018

dengan Renstra 2015-2019

Tahun Realisasi IKU Tahunan Renstra DJPb 2015-2019 Renstra Kemenkeu 2015-2019

2019 belum 4,18 4,18

2018 4,72 4,15 4,15

2017 4,56 4,12 4,12

2016 4,4 4,09 4,09

2015 4,32 4,06 4,06

Ket: -

Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.2.4, dengan target yang terus meningkat dari tahun ke tahun pada Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu Tahun 2015-2019, realisasi IKU Indeks kepuasan publik atas layanan DJPb (yang merupakan rewording dari IKU Indeks kepuasan pengguna layanan) melampaui target tersebut dengan juga menunjukkan peningkatan dari tahun 2015 s.d. 2018

Perbandingan realisasi s.d. 2018 dengan Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu

Laporan Kinerja 2018 64

Dari 10 eselon I lingkup Kemenkeu ditambah Pengelola Portal Indonesia National Single Window (PP-INSW), pada hasil survei kepuasan pengguna layanan, DJPb mendapatkan nilai tertinggi, yaitu 4,72, sama dengan DJPPPR, dan lebih tinggi dari nilai rata-rata Kemenkeu (4,43) sebagaimana ditunjukkan pada Grafik 3.2.2. Meskipun demikian, capaian tersebut akan senantiasa ditingkatkan lagi di masa yang akan datang.

Grafik 3.2.2 indeks Kepuasan Publik atas Layanan Kemenkeu Tahun 2018

Perbandingan capaian IKU dengan eselon I lainnya

Isu utama terkait pencapaian IKU tersebut pada tahun 2018 adalah adanya pengalaman yang kurang nyaman oleh responden terhadap pelayanan DJPb terkait penyempurnaan aplikasi, serta kejenuhan dari responden dalam memberikan penilaian dalam survei. Hal tersebut dapat berimplikasi pada responden/pengguna layanan DJPb yang mungkin akan memberikan penilaian untuk survei tahun 2019 yang lebih rendah dari tahun 2018. Dalam hal ini. akan permasalahan yang dapat diidentifikasi adalah adanya proses piloting SAKTI dan e-SPM yang mungkin dapat mempengaruhi persepsi responden. Selain itu. terdapat banyak survei terhadap responden yang sama sehingga menimbulkan kejenuhan bagi responden tersebut.

Selain itu, dalam pencapaian IKU ini pada tahun 2018 terdapat tantangan lain yang perlu mendapat perhatian, yaitu penetapan target mandatori IKU tersebut secara signifikan dari usulan target 4,15 (sesuai Renstra) menjadi 4,52. Hal tersebut berimplikasi pada perlu disusunnya langkah-langkah strategis dalam rangka menjaga kinerja layanan secara optimal di tahun 2018. Terdapat aspek yang masih perlu mendapat perhatian, yaitu aspek “Pengenaan Sanksi/Denda atas Pelanggaran” karena merupakan aspek layanan dengan skor terendah (4,65) meskipun meningkat 0,15 poin dari skor tahun 2017 (4,50). Isu tersebut berimplikasi pada penurunan indeks kepuasan layanan DJPb secara keseluruhan.

Dari keenam wilayah tersebut, indeks kepuasan layanan tertinggi berada pada Surabaya (4,84) dan terendah pada Jakarta (4,56). Berdasarkan jenis layanan dan kota, indeks kepuasan terendah adalah Kota Jakarta dengan aspek Pengenaan Sanksi/Denda atas Pelanggaran, 4,41 dan aspek Kemampuan dan Keterampilan Pegawai, 4,48.

Isu, permasalahan, tindakan, dan action plan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan65

Tindakan yang telah dilaksanakan terkait pencapaian IKU tersebut antara lain:1. One-on-One Meeting DJPb dengan Tim Peneliti UGM dan Biro Organta Setjen Kemenkeu;2. Penyusunan langkah-langkah implementasi peningkatan kinerja layanan Kanwil DJPb

dan KPPN tahun 2018;3. Penetapan Liaison Officer Internal DJPb dalam pelaksanaan survei kepuasan pengguna

layanan Kemenkeu tahun 2018;4. Menyampaikan usulan layanan DJPb yang menjadi obyek survei kepada Biro Organta;5. Penyampaian longlist responden survei sesuai jenis layanan dan unit kerja kepada Biro

Organta;6. Penyusunan langkah lanjutan peningkatan kinerja layanan Kanwil DJPb dan KPPN;7. Pemetaan permasalahan dan troubleshooting layanan Kantor Vertikal DJPb;8. Melaksanakan managerial meeting dalam rangka konsolidasi optimalisasi layanan DJPb.

Berdasarkan hasil survei, saran responden dirangkum sebagaimana pada Tabel 3.2.6.

Tabel 3.2.6 Rekomendasi atas Hasil Survei Kepuasan Pengguna Layanan DJPb Tahun 2018

No Aspek Layanan Isu Utama Rekomendasi

1 Pengenaan Sanksi/Denda atas Pelanggaran[Aspek Layanan No. 10]

Dispensasi Jika pengurusan rekonsiliasi terhambat karena sesuatu yang memang tidak disengaja/, penerima layanan mengharapkan adanya dispensasi

2 Kemampuan dan Keterampilan Pegawai [Aspek Layanan No. 5]

Pegawai yang tanggap dan ramah

Pelatihan dan himbauan agar pegawai semakin meningkatkan kualitas pelayanan

3 Keterbukaan/Kemudahan Akses Informasi [Aspek Layanan No. 1]

Ketanggapan dari pegawai terhadap informasi yang dibutuhkan

Pelatihan dan himbauan agar pegawai semakin meningkatkan ketanggapan dan adanya sistem kerja pada jam istirahat. Selain itu, perlu ada penambahan pegawai yang bertugas

4 Lingkungan Pendukung [Aspek Layanan No. 6]

Sarana dan prasarana di beberapa kantor layanan, dan sistem daring

Perlu perbaikan dan investasi di bidang sarana dan prasarana, terutama sistem teknologi informasi (daring)

Rekomendasi rencana aksi DJPb pada tahun 2019 dalam upaya meningkatkan indeks kepuasan publik atas layanan DJPb adalah dengan melakukan menyusun langkah-langkah peningkatan kinerja layanan DJPb tahun 2019 dengan memperhatikan rekomendasi/hasil survei tahun 2018, internalisasi standar pelayanan minimum terbaru sebagaimana Keputusan Dirjen Perbendaharaan No. KEP-650/PB/2018 tentang Standar Pelayanan pada Kantor Vertikal DJPb, serta memastikan bahwa responden tidak selalu sama untuk banyak survei (Penanggung jawab: Sekretariat DJPb; Periode: Triwulan I: 2019).

Laporan Kinerja 2018 66

Sasaran Strategis 3

Kepatuhan atas pengelolaan

perbendaharaan yang tinggi

DJPb memiliki ekspektasi terhadap pengguna layanan agar patuh terhadap berbagai peraturan dan kebijakan tertentu, khususnya terkait pengelolaan perbendaharaan. Pengguna layanan adalah pihak eksternal DJPb yang secara langsung menerima layanan DJPb. Kepatuhan pengguna layanan DJPb direpresentasikan oleh kantor vertikal yang memberikan layanan publik dan memiliki kewenangan untuk melakukan law enforcement.

Dalam pencapaian sasaran strategis ini, DJPb mengidentifikasikan 1 (satu) Indikator Kinerja Utama (IKU), yang pencapaiannya ditabulasikan dalam Tabel 3.3.

Tabel 3.3 Capaian IKU pada Sasaran Strategis 3

SS 3: Kepatuhan atas pengelolaan perbendaharaan yang tinggi

Kode Indikator Kinerja Target Realisasi Nilai

3a-N Persentase rekonsiliasi tingkat UAKPA secara tepat waktu dan andal

98% 99,72% 101,76

Uraian mengenai IKU tersebut adalah sebagai berikut:

3a- N

Persentase rekonsiliasi tingkat UAKPA secara tepat waktu dan andal

Indikator Kinerja Utama (IKU) Persentase rekonsiliasi tingkat UAKPA secara tepat waktu dan andal bertujuan untuk memastikan agar pengguna layanan DJPb mematuhi aturan yang telah ditetapkan. Layanan yang akan diukur kepatuhannya dalam hal ini adalah rekonsiliasi APBN, yaitu proses pencocokan data antara Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (UAKPA) yang mengirimkan data laporan keuangannya (Sistem Akuntansi Instansi - SAI) untuk dibandingkan dengan data Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (Sistem Akuntansi Umum - SAU).

IKU tersebut merupakan refinement pada tahun 2017 atas IKU Persentase rekonsiliasi/konfirmasi realisasi APBN tingkat UAKPA dan UAPPA-W secara tepat waktu yang diterapkan pada tahun 2016. Refinement tersebut bertujuan untuk menyesuaikan objek ukur yang semula melibatkan Kanwil DJPb dan KPPN dengan Satker masing-masing menjadi KPPN dengan Satkernya. Hal tersebut dikarenakan adanya perubahan proses bisnis dalam pelaksanaan rekonsiliasi dan konfirmasi.

Sementara itu, pada tahun 2016 dilakukan refinement atas IKU Indeks kepatuhan pengguna layanan yang diterapkan pada tahun 2015. Berdasarkan reviu dari Biro Perencanaan dan Keuangan Setjen Kemenkeu yang merekomendasikan agar IKU Indeks kepatuhan pengguna layanan dilakukan rewording sebagaimana ruang lingkup yang diukur, yaitu pelaksanaan rekonsiliasi secara tepat waktu. Hal tersebut memudahkan pemahaman oleh pihak luar tanpa perlu melihat manual IKU.

Sesuai dengan PMK No. 104/PMK.05/2017 tentang Pedoman Rekonsiliasi dalam Penyusunan Laporan Keuangan Lingkup Bendahara Umum Negara dan Kementerian Negara/Lembaga (menggantikan PMK No. 210/PMK.05/2013), Satker selaku UAKPA melakukan rekonsiliasi dengan UAKKBUN-Daerah di wilayah kerjanya setiap bulan. Rekonsiliasi tersebut dilakukan dengan menggunakan aplikasi e-Rekon.

Direktorat Jenderal Perbendaharaan67

Pengisian realisasi IKU disesuaikan dengan siklus dan karakteristik laporan keuangan yang bersifat historical report dengan cakupan data setiap triwulan adalah sebagai berikut:Triwulan 1 2018 = Desember 2017 - Februari 2018Triwulan 2 2018 = Maret - Mei 2018Triwulan 3 2108 = Juni - Agustus 2018Triwulan 4 2108 = September - November 2018

Realisasi IKU dihitung berdasarkan perbandingan jumlah satuan kerja yang melakukan rekonsiliasi laporan keuangan secara tepat waktu dengan jumlah satker yang wajib melakukan rekonsiliasi laporan keuangan (bobot 50%) dan perbandingan jumlah satuan kerja yang melakukan rekonsiliasi laporan keuangan secara andal dengan jumlah satker yang wajib melakukan rekonsiliasi laporan keuangan (bobot 50%). Ketepatan waktu rekonsiliasi yang dihitung berdasarkan jumlah Satker yang melakukan upload data ke aplikasi e-Rekon sebelum batas akhir yang ditetapkan, sementara keandalan data hasil rekonsiliasi yang dihitung berdasarkan jumlah Satker yang tidak memiliki Transaksi Dalam Konfirmasi sesuai dengan BAR (Berita Acara Rekonsiliasi) yang paling akhir diterbitkan.

Dengan demikian, dapat diformulasikan perhitungan realisasi IKU sebagai berikut:

Capaian IKU = 50% x (a/c) + 50% x (b/c)

Keterangan:a = jumlah satker yang melakukan upload data ke e-Rekon secara tepat waktu

b = jumlah satker yang memiliki nilai suspen (selisih) belanja tidak melebihi ambang batas

c = jumlah satker aktif pada periode berkenaan

Dalam perhitungan IKU tersebut, digunakan polarisasi data maximize (semakin tinggi realisasi terhadap target maka semakin baik capaian kinerjanya), periode pelaporan (trajectory) triwulanan, dan jenis konsolidasi periode menggunakan average (realisasi yang digunakan adalah angka rata-rata dalam periode bersangkutan).

Target IKU tersebut sebagaimana ditetapkan dalam Kontrak Kinerja Kemenkeu-One DJPb Tahun 2018 adalah sebesar 98%, baik untuk target IKU tahunan mapun triwulanan. Target tersebut meningkat dari target IKU tersebut tahun 2017 dan 2016 sebesar 97%. Sementara itu, IKU tersebut tidak ditargetkan pada perencanaan strategis jangka menengah, yaitu Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu Tahun 2015-2019, serta RPJMN 2015-2019.

Target IKU Tahun 2018

Realisasi IKU pada tahun 2018 diketahui sebesar 99,72% yang diperoleh dari rata-rata capaian IKU Persentase rekonsiliasi tingkat UAKPA yang tepat waktu dan andal pada seluruh KPPN pada triwulan I (100%), triwulan II (99,21%), triwulan III (99,76%), dan triwulan IV (99,91%), dengan perhitungan IKU sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.3.1.

Realisasi IKU Tahun 2018

Laporan Kinerja 2018 68

Tabel 3.3.2 Capaian IKU Persentase rekonsiliasi tingkat UAKPA secara tepat waktu dan andal Th. 2018

T / K Q1 Q2 Smt I Q3 s.d. Q3 Q4 Tahunan Pol /KP

Target 98% 98% 98% 98% 98% 98% 98%Maximize/

AverageRealisasi 100% 99,21% 99,61% 99,76% 99,66% 99,91% 99,72%

Nilai 102,04 101,23 101,64 101,8 101,7 101,65 101,75

Sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 3.3.2, kepatuhan pengguna layanan tertinggi terdapat pada triwulan I (100%), sedangkan kepatuhan pengguna layanan terendah ada pada triwulan II (99,21%). Namun demikian, seluruh tingkat kepatuhan pada keempat triwulan pada tahun 2017 melampaui target triwulanannya masing-masing (98%).

Perbandingan realisasi dan target IKU tahun 2018

Tabel 3.3.1 Perhitungan IKU Persentase rekonsiliasi tingkat UAKPA secara tepat waktu dan andal Th. 2018

Aspek Q1 Q2 Q3 Q4

Ketepatan Waktu

• Rekonsiliasi secara tepat waktu 100% 98,42% 100% 99,83%

Keandalan Data

• Tidak ada TDK belanja netto 100% 99,99% 99,53% 100%

Realisasi IKU (rata-rata ketepatan waktu dan keandalan data)

100% 99,21% 99,76% 99,91%

99,72%

Dengan penjelasan capaian sebagai berikut:

1. Pada triwulan I berdasarkan data dari Aplikasi E-rekon-LK diketahui persentase satker yang melakukan rekonsiliasi secara tepat waktu adalah 100% dan persentase satker yang tidak ada TDK Belanja netto 100%, sehingga capaian IKU ini adalah 100%.

2. Capaian Triwulan II dihitung menggunakan persentase ketepatan rekonsiliasi bulan Mei 2018 sesuai dengan Surat Direktur Akuntansi dan Pelaporan Keuangan No. S-4888/PB.6/2018 hal Perhitungan Capaian IKU “Persentase Rekonsiliasi Tingkat UAKPA Secara Tepat Waktu dan Andal” tanggal 21 Juni 2018 yang mengatur bahwa perhitungan IKU Rekonsiliasi pada Kanwil DJPb dan KPPN Triwulan II 2018 cukup menggunakan persentase rekonsiliasi bulan Mei 2018. Sementara itu, data bulan Maret dan April 2018 tidak direkonsiliasikan dengan pertimbangan bahwa data Bulan Mei 2018 merupakan data akumulatif mulai Januari s.d. Mei 2018.

3. Capaian Triwulan III dan IV dihitung menggunakan data rekonsiliasi pada Aplikasi e-Rekon&LK bulan Juni s.d. Agustus 2018 serta bulan September s.d. November 2018 dengan ketentuan sesuai Surat Direktur Jenderal Perbendahaaan No. S-6263/PB/2018 tanggal 10 Agustus 2018 hal Pelaksanaan Rekonsilias Eksternal Tingkat KPPN bulan Juli s.d. November 2018 dan upload ulang Saldo Awal Data BMN ke Aplikasi e-Rekon&LK.

4. Capaian IKU untuk triwulan IV adalah 99,91% sehingga capaian sampai dengan triwulan IV adalah rata-rata capaian Triwulan I sebesar 100%, Triwulan II sebesar 99,21% danTriwulan III sebesar 99,76%, dan Triwulan IV sebesar 99,91%, yaitu 99,72%.

Selanjutnya, dapat dibandingkan antara realisasi triwulanan dan tahunan IKU tersebut sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.3.2.

Direktorat Jenderal Perbendaharaan69

Perbandingan IKU dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2018 dapat ditunjukkan pada Tabel 3.3.3.

Tabel 3.3.3 Perbandingan Capaian IKU Persentase rekonsiliasi tingkat UAKPA secara tepat waktu dan andal Tahun 2015 s.d. 2018

Target/Realisasi 2018 2017 2016 2015

Target 98% 97% 97% 4 (sangat patuh)

Realisasi 99,72% 98,96% 98,25% 4 (sangat patuh)

Keterangan:

2017-2018 = IKU Persentase rekonsiliasi realisasi tingkat UAKPA secara tepat waktu dan andal

2016 = IKU Persentase rekonsiliasi/konfirmasi realisasi APBN tingkat UAKPA dan UAPPA-W secara tepat waktu

2015 = IKU Indeks kepatuhan pengguna layanan

Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.3.3, meskipun terdapat perbedaan pada ketiga IKU, dapat dikatakan bahwa pada keempat tahun tersebut IKU tersebut memiliki capaian baik dan berhasil memenuhi target yang ditetapkan pada Kontrak Kinerja DJPb tahun masing-masing. Ditunjukkan juga bahwa terdapat perkembangan capaian IKU dari tahun 2016 ke tahun 2017 (naik 0,71%) dan ke tahun 2018 (naik 0,76%) sebagaimana pada Grafik 3.3.1.

Grafik 3.3.1 Perkembangan Capaian IKU Persentase rekonsiliasi tingkat UAKPA secara tepat waktu

dan andal Tahun 2016 s.d. 2018

Perbandingan realisasi tahun 2018 dan tahun-tahun sebelumnya

Realisasi IKU pada tahun 2015 s.d. 2018 mencerminkan realisasi empat tahun pertama dari Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu Tahun 2015-2019 dengan perbandingan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.3.4.

Tabel 3.3.4 Perbandingan Realisasi IKU Persentase rekonsiliasi tingkat UAKPA secara tepat waktu dan

andal s.d. 2018 dengan Renstra 2015-2019

Tahun Realisasi IKURenstra DJPb

2015-2019Renstra Kemenkeu

2015-2019

2019 belum - -

2018 99,72% - -

2017 98,96% - -

2016 98,25% - -

2015 4 - -

Ket: tidak terdapat penargetan IKU tersebut pada Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu Tahun 2015-2019

Perbandingan realisasi s.d. 2018 dengan Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu

Laporan Kinerja 2018 70

Meskipun telah melampaui target yang telah ditetapkan untuk tahun 2018 (98%), capaian IKU tersebut dapat ditingkatkan lagi di masa yang akan datang dengan melakukan pembinaan dan mengingatkan Satker untuk melakukan rekonsiliasi lebih tepat waktu dan menjaga kualitas laporan keuangan untuk mengurangi suspen/TDK (Transaksi Dalam Konfirmasi).

Dalam rangka meningkatkan kualitas data LK K/L dan LK BUN, rekonsiliasi dan penyusunan LK K/L menggunakan aplikasi e-RekonLK. Dalam hal ini. kualitas data hasil rekonsiliasi dipengaruhi oleh:1. Kepatuhan Satker dalam melakukan rekonsiliasi dan merekam data transaksi belanja.2. Keaktivan KPPN melakukan monitoring tingkat kepatuhan Satker mitra kerjanya untuk

melakukan rekonsiliasi, serta menindaklanjuti selisih (suspen) realisasi belanja.

Implementasi rekonsiliasi generasi 2 (rekon G-2) dimulai tahun 2018 dan mencakup transaksi BMN. Dampak dari implementasi rekonsiliasi BMN tersebut mengakibatkan Satker membutuhkan waktu lebih lama untuk mempersiapkan proses rekonsiliasi dan

Isu, permasalahan, tindakan, dan action plan

Realisasi kinerja DJPb tahun 2015-2019 dapat dikaitkan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019, yang memuat perencanaan kinerja jangka menengah pemerintah pada tingkat nasional. Perbandingan realisasi IKU tahun 2017 dengan RPJMN Tahun 2015-2019 ditunjukkan pada Tabel 3.3.5.

Tabel 3.3.5 Perbandingan Realisasi IKU Persentase rekonsiliasi tingkat UAKPA secara tepat waktu dan

andal s.d. 2018 dengan RPJMN 2015-2019

Tahun Realisasi IKU Target RPJMN 2015-2019 Keterangan

2019 belum - Tidak terdapat penargetan IKU tersebut

pada RPJMN Tahun 2015-2019

2018 99,72% -

2017 98,96% -

2016 98,25% -

2015 4 -

Perbandingan realisasi s.d. 2018 dan Target RPJMN

Untuk mengetahui posisi DJPb dalam pencapaian IKU dibandingkan dengan eselon I lainnya yang juga menjalankan IKU yang sama pada suatu tahun, dibandingkan capaian IKU tersebut antar eselon I lingkup Kemenkeu sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.3.6.

Tabel 3.3.6 Perbandingan Realisasi IKU Persentase rekonsiliasi tingkat UAKPA secara tepat waktu dan

andal tahun 2018 dengan Unit Eselon I Lainnya

No Unit Es. I Realisasi IKU 2018 Ket

1 SETJEN - IKU Persentase rekonsiliasi tingkat UAKPA secara tepat waktu dan andal hanya dilakukan oleh DJPb (tidak dilakukan oleh eselon I lainnya di lingkup Kemenkeu) sehingga perbandingan capaian IKU tersebut dengan eselon I lainnya tidak dapat dilakukan.

2 DJA -

3 DJP -

4 DJBC -

5 DJPb 99,72%

6 DJKN -

7 DJPK -

8 DJPPR -

9 ITJEN -

10 BKF -

11 BPPK -

Perbandingan capaian IKU dengan eselon I lainnya

Direktorat Jenderal Perbendaharaan71

berakibat kepada ketepatan waktu. Selain itu, dalam periode tersebut juga belum terdapat petunjuk teknis rekonsiliasi BMN dari DJKN. Permasalahan lainnya adalah adanya TDK yang dapat mempengaruhi penilaian BPK dalam pemeriksaan LK K/L dan LK BUN.

Tindakan yang telah dilaksanakan dalam mendukung pencapaian IKU tersebut, yaitu telah diterbitkannya pedoman rekonsiliasi yang ditetapkan dalam PMK No. 104/PMK.05/2017 tentang Pedoman Rekonsiliasi dalam Penyusunan Laporan Keuangan Lingkup Bendahara Umum Negara dan Kementerian Negara/Lembaga.

Rekomendasi Rencana Aksi yang akan dilakukan pada tahun 2019 (penanggung jawab: Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan; periode: Januari s.d. Desember 2019 ), yaitu:1. Berkoordinasi dengan Tim pembina K/L agar melakukan pembinaan terhadap K/L

untuk meningkatkan kepatuhan rekonsiliasi Satker-satker dibawahnya;2. Berkoordinasi dengan KPPN dan Kanwil DJPb agar lebih mendorong Satker-satker

patuh dalam melakukan rekonsiliasi dan menjaga kualiatas data laporan keuangan setiap Satker untuk mencapai zero TDK;

3. Melakukan monitoring atas pelaksanaan rekonsiliasi di KPPN.

Laporan Kinerja 2018 72

Sasaran Strategis 4

Formulasi kebijakan

perbendaharaan

yang berkualitas

Kebijakan perbendaharaan adalah konsep besar yang menjadi dasar dan pemberi arah dalam pelaksanaan dan pengembangan Sistem Perbendaharaan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Berkualitas adalah sesuai dengan kebutuhan, implementatif, dan tidak saling bertentangan. Formulasi kebijakan meliputi penyusunan peraturan, rancangan proses bisnis di bidang perbendaharaan, dan pengembangan profesi. Formulasi kebijakan yang berkualitas mengandung makna bahwa perumusan konsep besar yang menjadi dasar dan pemberi arah dalam pelaksanaan dan pengembangan sistem perbendaharaan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sudah sesuai dalam menghasilkan output/outcome sesuai tujuan.

Dalam pencapaian sasaran strategis ini, DJPb mengidentifikasikan 1 (satu) Indikator Kinerja Utama (IKU), yang pencapaiannya ditabulasikan dalam Tabel 3.4.

Tabel 3.4 Capaian IKU pada Sasaran Strategis 4

SS 4: Formulasi kebijakan perbendaharaan yang berkualitas

Kode Indikator Kinerja Target Realisasi Nilai

4a-N Indeks ketepatan waktu penyelesaian harmonisasi peraturan

3,25 (skala 4)

3,76 115,69

Uraian mengenai IKU tersebut adalah sebagai berikut:

4a- N

Indeks ketepatan waktu penyelesaian harmonisasi peraturan

Indikator Kinerja Utama (IKU) Indeks ketepatan waktu penyelesaian harmonisasi peraturan bertujuan untuk memastikan agar peraturan yang dibutuhkan oleh stakeholders telah terpenuhi sesuai dengan permasalahan yang telah diselesaikan dan perkembangan proses bisnis. IKU tersebut dinaikkan menjadi IKU Kemenkeu-One DJPb tahun 2017 di mana pada tahun-tahun sebelumnya berada pada Kemenkeu-Two Direktorat Sistem Perbendaharaan (Dit. SP). Berdasarkan Keputusan Dirjen Perbendaharaan No. KEP-797/PB/2016 tentang Standard Operating Procedure Direktorat Sistem Perbendaharaan dan Kantor Pusat Ditjen Perbendaharaan, ditetapkan batas waktu penyelesaian harmonisasi, sinkronisasi, pemantapan, dan pembulatan konsepsi adalah 14 hari kerja sejak permohonan penetapan peraturan diterima oleh Direktur.

Diperluas dari indeksasi tahun sebelumnya (2017: 1; 1,5; 2; 2,5; 3; 3,5; 4), Indeks ketepatan waktu penyelesaian harmonisasi peraturan pada tahun 2018 diukur dalam indeks sebagai berikut:4 = Diselesaikan 10-12 hari kerja sebelum batas waktu sesuai ketentuan3,75 = Diselesaikan 7-9 hari kerja sebelum batas waktu sesuai ketentuan3,5 = Diselesaikan 4-6 hari kerja sebelum batas waktu sesuai ketentuan3,25 = Diselesaikan 1-3 hari kerja sebelum batas waktu sesuai ketentuan3 = Diselesaikan tepat pada batas waktu sesuai ketentuan2,75 = Diselesaikan 1-2 hari kerja setelah batas waktu sesuai ketentuan2,5 = Diselesaikan 3-4 hari kerja setelah batas waktu sesuai ketentuan2,25 = Diselesaikan 5-6 hari kerja setelah batas waktu sesuai ketentuan2 = Diselesaikan 7-8 hari kerja setelah batas waktu sesuai ketentuan1,75 = Diselesaikan 9-10 hari kerja setelah batas waktu sesuai ketentuan1,5 = Diselesaikan 11-12 hari kerja setelah batas waktu sesuai ketentuan1,25 = Diselesaikan 13-14 hari kerja setelah batas waktu sesuai ketentuan1 = Diselesaikan lebih dari 14 hari kerja setelah batas waktu sesuai ketentuan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan73

Dalam perhitungan IKU tersebut, digunakan polarisasi data menggunakan maximize (semakin tinggi realisasi terhadap target maka semakin baik capaian kinerjanya), periode pelaporan (trajectory) triwulanan, perhitungan, dan jenis konsolidasi periode menggunakan average (realisasi yang digunakan adalah angka rata-rata dalam periode bersangkutan).

Target IKU tersebut sebagaimana ditetapkan dalam Kontrak Kinerja Kemenkeu-One DJPb Tahun 2018 adalah sebesar 3,25, baik untuk target tahunan maupun triwulanan. Target tersebut meningkat dari target tahun 2015 s.d. 2017. Dengan demikian, untuk setiap triwulannya, rata-rata penyelesaian harmonisasi peraturan ditargetkan diselesaikan 1-3 hari kerja sebelum batas waktu sesuai ketentuan KEP-797/PB/2016 (di mana batas waktu ditentukan 14 hari kerja sejak permohonan penetapan peraturan diterima oleh Direktur Sistem Perbendaharaan).

Target IKU Tahun 2018

Realisasi IKU tersebut tahun 2018 diperoleh dari rata-rata indeks ketepatan waktu penyelesaian harmonisasi peraturan triwulan I s.d. IV tahun 2018 dengan perhitungan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.4.1.

Tabel 3.4.1 Perhitungan IKU Indeks ketepatan waktu penyelesaian harmonisasi peraturan Tahun 2018

Realisasi IKU Tahun 2018

Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.4.1, realisasi IKU tersebut adalah 3,79 pada triwulan I, 3,77 pada triwulan II, 3,72 pada triwulan III, dan 3,76 pada triwulan IV, sehingga didapatkan nilai realisasi IKU tahunan sebesar 3,76.

Laporan Kinerja 2018 74

Perbandingan IKU Indeks ketepatan waktu penyelesaian harmonisasi peraturan tahun 2015 s.d. 2018 dapat ditunjukkan pada Tabel 3.4.3.

Tabel 3.4.3 Perbandingan Capaian IKU Indeks ketepatan waktu penyelesaian harmonisasi peraturan

Tahun 2015 s.d. 2018

T / R 2018 2017 2016 2015

Target 3,25 3 3 3

Realisasi 3,76 3,79 3,5 3

Ket: untuk tahun 2016 dan 2015 IKU tersebut masih ada di Kemenkeu-Two Direktorat Sistem Perbendaharaan

Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.4.3, dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2018 realisasi IKU tersebut selalu berhasil memenuhi target yang telah ditetapkan pada Kontrak Kinerja tahun masing-masing. Perbandingan keempat tahun tersebut menunjukkan peningkatan dari tahun 2015 s.d. 2017, kemudian menurun pada tahun 2018. Perkembangan capaian IKU tersebut dari tahun 2015 s.d. 2018 dapat ditunjukkan pada Grafik 3.4.1.

Grafik 3.4.1 Perkembangan Capaian IKU Indeks ketepatan waktu penyelesaian harmonisasi peraturan Tahun 2015 s.d. 2018

Perbandingan realisasi tahun 2018 dan tahun-tahun sebelumnya

Dengan demikian, capaian IKU Indeks ketepatan waktu penyelesaian harmonisasi peraturan pada tahun 2018 dapat dibandingkan dengan target yang telah ditetapkan pada Kontrak Kinerja Tahun 2018 sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.4.2.

Tabel. 3.4.2 Capaian IKU Indeks ketepatan waktu penyelesaian harmonisasi peraturan Tahun 2018

T/ R Q1 Q2 Smt I Q3 s.d. Q3 Q4 Tahunan Pol /KP

Target 3,25 3,25 3,25 3,25 3,25 3,25 3,25Maximize/

AverageRealisasi 3,79 3,77 3,78 3,72 3,76 3,76 3,76

Nilai 116,62 116,00 116,31 114,46 115,69 115,69 115,69

Sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 3.4.2, ketepatan waktu penyelesaian harmonisasi peraturan tertinggi ada pada triwulan I (3,79) dan terendah ada pada triwulan III (3,72). Seluruh ketepatan waktu penyelesaian harmonisasi peraturan secara tahunan dan setiap triwulannya pada tahun 2018 telah melampaui targetnya (3,25).

Perbandingan realisasi dan target IKU tahun 2018

Direktorat Jenderal Perbendaharaan75

Realisasi IKU pada tahun 2015 s.d. 2018 mencerminkan realisasi empat tahun pertama dari Rencana Strategis (Renstra) DJPb dan Renstra Kemenkeu Tahun 2015-2019 dengan perbandingan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.4.4.

Tabel 3.4.4 Perbandingan Realisasi IKU Indeks ketepatan waktu penyelesaian harmonisasi peraturan

s.d. 2018 dengan Renstra 2015-2019

Tahun Realisasi IKU Tahunan Renstra DJPb 2015-2019 Renstra Kemenkeu 2015-2019

2019 belum 3 95%

2018 3,76 3 95%

2017 3,79 3 95%

2016 3,5 3 95%

2015 3 95% 95%

Ket: IKU Indeks ketepatan waktu penyelesaian harmonisasi peraturan merupakan telah diterapkan sejak tahun 2015 sebagai refinement atas IKU Persentase tingkat penyelesaian harmonisasi peraturan di bidang perbendaharaan sesuai dengan penyelesaian permasalahan dan perkembangan proses bisnis. Pada Renstra DJPb Tahun 2015-2019 ditunjukkan transisi kedua IKU pada tahun 2016 (seharusnya dari 2015) sementara pada Renstra Kemenkeu meskipun telah ditunjukkan transisi kedua IKU dari penamaan (2015-2016), target belum disesuaikan (masih persentase, tidak mencerminkan indeks ketepatan waktu)

Perbandingan realisasi s.d. 2018 dengan Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu

Realisasi Kinerja DJPb tahun 2015-2019 dapat dikaitkan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019, yang memuat perencanaan kinerja jangka menengah pemerintah pada tingkat nasional. Perbandingan realisasi IKU Indeks ketepatan waktu penyelesaian harmonsiasi peraturan dengan RPJMN Tahun 2015-2019 ditunjukkan pada Tabel 3.4.5.

Tabel 3.4.5 Perbandingan Realisasi IKU Indeks ketepatan waktu penyelesaian harmonisasi peraturan

s.d. 2018 dengan RPJMN 2015-2019

Tahun Realisasi IKU Target RPJMN Keterangan

2019 belum 95% IKUIndeks ketepatan waktu penyelesaian harmonisasi peraturan merupakan refinement pada tahun 2015 atas IKU Persentase tingkat penyelesaian harmonisasi peraturan di bidang perbendaharaan sesuai dengan penyelesaian permasalahan dan perkembangan proses bisnis. IKU yang baru telah diterapkan pada tahun 2015, tetapi hasil refinement tersebut belum diakomodasi pada RPJMN Tahun 2015-2019

2018 3,76 95%

2017 3,79 95%

2016 3,5 95%

2015 3 95%

Perbandingan realisasi s.d. 2018 dan Target RPJMN

Untuk mengetahui posisi DJPb dalam pencapaian IKU dibandingkan dengan eselon I lainnya yang juga menjalankan IKU yang sama pada suatu tahun, dapat dibandingkan capaian IKU tersebut antar eselon I lingkup Kementerian Keuangan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.4.6.

Laporan Kinerja 2018 76

Isu utama yang terjadi dalam pencapaian IKU tersebut adalah masyarakat belum memiliki persepsi yang sama terhadap kebijakan/peraturan yang diterbitkan. Isu tersebut berimplikasi pada kebijakan/peraturan yang diterbitkan dapat memunculkan persepsi negatif dari pengamat/masyarakat terhadap pemerintah dan berpotensi timbulnya permasalahan hukum. Dalam hal ini akan permasalahan yang dapat diidentifikasi adalah komunikasi publik yang tidak optimal.

Tindakan yang telah dilaksanakan dalam mendukung pencapaian IKU tersebut, yaitu:1. Dalam triwulan I tahun 2018 telah diselesaikan sebanyak 48 harmonisasi peraturan/

keputusan dengan capaian indeks sebesar 3,79 lebih cepat dari target yang ditetapkan sebesar 3,25.

2. Dalam triwulan II tahun 2018 telah diselesaikan sebanyak 47 harmonisasi peraturan/keputusan dengan capaian indeks sebesar 3,77 lebih cepat dari target yang ditetapkan sebesar 3,25.

3. Dalam triwulan III tahun 2018 telah diselesaikan sebanyak 28 harmonisasi peraturan/keputusan dengan capaian indeks sebesar 3,72 lebih cepat dari target yang ditetapkan sebesar 3,25.

4. Dalam triwulan IV tahun 2018 telah diselesaikan sebanyak 87 (delapan puluh tujuh) harmonisasi peraturan/keputusan dengan capaian indeks sebesar 3,76 lebih cepat dari target yang ditetapkan sebesar 3,25.

5. Akumulasi dalam tahun 2018 telah diselesaikan 210 harmonisasi peraturan/keputusan dengan capaian rata-rata indeks sebesar 3,76 lebih cepat dari target yang ditetapkan sebesar 3,25.

6. Menindaklanjuti arahan Menteri Keuangan agar pengajuan setiap rancangan kebijakan/peraturan disertai dengan press release.

7. Melengkapi kajian penyusunan kebijakan/peraturan dengan kertas kerja serta analisis terhadap keterkaitan dengan kebijakan lain dan dampak terhadap masyarakat.

8. Menginisiasi user requirement aplikasi database peraturan perundang-undangan.

Rekomendasi Rencana Aksi yang akan dilakukan pada tahun 2019 (Januari s.d. Desember 2018) dengan penanggung jawab Direktorat Sistem Perbendaharaan), yaitu 1. Koordinasi dengan direktorat teknis/unit terkait dan Biro Hukum untuk sinkronisasi

dan pembulatan konsepsi peraturan/keputusan.2. Koordinasi dengan Biro KLI terkait dengan Komunikasi Publik yang memuat pokok-

pokok kebijakan atau peraturan (termasuk tujuan dan manfaat).

Isu, permasalahan, tindakan, dan action plan

Perbandingan capaian IKU dengan eselon I lainnya

Tabel 3.4.6 Perbandingan IKU Indeks ketepatan waktu penyelesaian harmonisasi peraturan

Tahun 2018 dengan Unit Eselon I Lainnya

No Unit Es. I Realisasi IKU 2018 Ket

1 SETJEN - IKU Indeks ketepatan waktu penyelesaian harmonisasi peraturan secara tepat waktu dan andal hanya dilakukan oleh DJPb (tidak dilakukan oleh eselon I lainnya di lingkup Kemenkeu) sehingga perbandingan capaian IKU tersebut dengan eselon I lainnya tidak dapat dilakukan.

2 DJA -

3 DJP -

4 DJBC -

5 DJPb 3,76

6 DJKN -

7 DJPK -

8 DJPPR -

9 ITJEN -

10 BKF -

11 BPPK -

Direktorat Jenderal Perbendaharaan77

Sasaran Strategis 5

Pelaksanaan anggaran

yang tepat waktu,

efektif, dan akuntabel

Salah satu tugas DJPb adalah menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pelaksanaan anggaran. DJPb berfokus pada peningkatan efektivitas, efisiensi, dan akuntabilitas pelaksanaan dan penggunaan anggaran dalam DIPA Kementerian Negara/Lembaga. Fokus tersebut dilakukan melalui penyusunan regulasi/standardisasi ketentuan, pembinaan/supervisi, dan monitoring dan evaluasi pelaksanaan anggaran.

Dalam pencapaian sasaran strategis ini, DJPb mengidentifikasikan 1 (satu) Indikator Kinerja Utama (IKU), yang pencapaiannya ditabulasikan dalam Tabel 3.5.

Tabel 3.5 Capaian IKU pada Sasaran Strategis 5

SS 5: Pelaksanaan anggaran yang tepat waktu, efektif, dan akuntabel

Kode Indikator Kinerja Target Realisasi Nilai

5a-N Persentase tindak lanjut simplifikasi pelaporan dan pertanggungjawaban anggaran K/L

100% 100% 100

Uraian mengenai IKU tersebut adalah sebagai berikut:

5a- N

Persentase tindak lanjut simplifikasi pelaporan dan pertanggung-jawabananggaran K/L

Indikator Kinerja Utama (IKU) Persentase tindak lanjut simplifikasi pelaporan dan pertanggungjawaban anggaran K/L adalah IKU baru pada tahun 2017 yang merupakan mandat Menteri Keuangan dalam Dialog Kinerja Organisasi (DKO) Triwulan III tahun 2016. IKU ini menggantikan IKU tahun 2016, yaitu IKU Indeks ketepatan waktu penyusunan Reviu Pelaksanaan Anggaran, Spending Review, dan Laporan Khatulistiwa (KFR gabungan), yang selanjutnya diturunkan ke Kemenkeu-Two Direktorat Pelaksanaan Anggaran.

Refinement IKU telah dilakukan atas lingkup IKU di mana pada tahun 2017, IKU dihitung dari persentase realisasi dari rencana tindak lanjut simplifikasi pelaporan dan pertanggungjawaban K/L terkait pelaksanaan bantuan pemerintah, sementara pada tahun 2018 IKU mengukur persentase penyelesaian regulasi/proses bisnis sebagai tahapan efisiensi dan efektivitas pelaksanaan anggaran K/L di tahun 2018, yang meliputi: (1) Penyampaian SPM secara elektronik (e-SPM); (2) Penerapan Kartu Kredit dalam belanja pemerintah (KKP); (3) Simplifikasi proses bisnis pelaksanaan anggaran melalui revisi PMK Nomor 190/PMK.05/2012 (PMK190), (4) serta penyempurnaan pelaksanaan anggaran subsidi dan bantuan sosial (SBS).

IKU ini bertujuan untuk memastikan bahwa regulasi/proses bisnis dalam rangka efisiensi dan efektivitas pelaksanaan anggaran K/L dapat diimplementasikan oleh Satker K/L.

Target IKU tersebut sebagaimana terdapat pada Kontrak Kinerja DJPb Tahun 2018 adalah 100%. Target tahunan IKU tersebut sebesar 100% sama dengan target tahun 2017. Namun demikian, mengingat IKU tersebut merupakan mandat Menteri Keuangan yang diterapkan pada tahun 2017, IKU tersebut tidak ditargetkan pada Renstra DJPb dan Restra Kemenkeu Tahun 2015-2019, dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019.

Perhitungan polarisasi data menggunakan maximize (semakin tinggi realisasi terhadap target maka semakin baik capaian kinerjanya), jenis konsolidasi periode menggunakan take last known value (realisasi yang digunakan adalah angka

Target IKU Tahun 2018

Laporan Kinerja 2018 78

periode terakhir), dan periode pelaporan triwulanan yang ditargetkan untuk triwulan I: 25%, triwulan II: 50%, triwulan III: 75%, dan triwulan IV: 100%. Nilai IKU tersebut diperoleh dari rata-rata progres setiap regulasi/proses bisnis sebagai berikut:

Penyampaian SPM secara elektronik (e-SPM):1. Penerbitan PMK (25%);2. Internalisasi dan Sosialisasi PMK (50%);3. Piloting pengajuan SPM secara elektronik (75%);4. Implementasi pengajuan SPM secara menyeluruh (100%).

Penerapan Kartu Kredit dalam belanja pemerintah (KKP):1. Pengusulan RPMK dalam prolegnas (5%);2. Pembahasan RPMK secara eksternal (25%);3. Pembahasan RPMK melibatkan pihak eksternal (40%);4. Penetapan PMK (60%);5. Identifikasi dan penetapan satker piloting (70%);6. Piloting penerapan Kartu Kredit dalam belanja pemerintah (90%);7. Implementasi Kartu Kredit dalam belanja pemerintah di seluruh K/L (100%).

Simplifikasi proses bisnis pelaksanaan anggaran melalui revisi PMK Nomor 190/PMK.05/2012 (PMK190):1. Pengusulan RPMK dalam prolegnas (5%);2. Pembahasan RPMK secara eksternal (25%);3. Pembahasan RPMK melibatkan pihak eksternal (40%);4. Penetapan PMK (65%);5. Internalisasi peraturan kepada pegawai Direktorat PA (80%);6. Sosialisasi kepada Kementerian/Lembaga di pusat (90%);7. Sosialisasi kepada satker di daerah oleh Kanwil/KPPN (100%).

Penyempurnaan pelaksanaan anggaran subsidi dan bantuan sosial (SBS):1. Identifikasi awal materi perubahan (15%);2. FGD dan permintaan masukan penyempurnaan PA subsidi dan bansos (25%);3. Pemetaan materi perubahan dan penyusunan kerangka pikir perubahan (40%);4. Penyusunan kajian penyempurnaan pelaksanaan anggaran subsidi dan bansos (50%);5. Persiapan penyusunan draft RPMK (60%);6. Pembahasan penyusunan draft RPMK internal dan eksternal (80%);7. Finalisasi penyusunan draft RPMK (100%).

Nilai IKU Persentasee tindak lanjut simplifikasi pelaporan dan pertanggungjawaban anggaran K/L selanjutnya setiap triwulan dihitung dengan formula sebagai berikut:

Nilai IKU Triwulanan = (% penyelesaian e-SPM + % penyelesaian KKP + % penyelesaian PMK190 + % penyelesaian SBS) /4

Direktorat Jenderal Perbendaharaan79

Realisasi IKU Tahun 2018

Tabel 3.5.1 Perhitungan IKU Persentase tindak lanjut simpifikasi pelaporan dan pertanggungjawaban anggaran K/L Tahun 2018

No TAHAP PENYELESAIAN% REALISASI /TRIWULAN

Q1 Q2 Q3 Q4

1 Implementasi e-SPM 75% 75% 75% 100%

Piloting tahap II dan penyusunan Perdirjen e-SPM dipertimbangkan kembali

2 Penerapan KKP 40% 90% 90% 100%

Telah mendapatkan penetapan PMK

3 Revisi PMK 190 40% 40% 40% 100%

Telah mendapatkan penetapan PMK

4 Penyempurnaan pelaksanaan anggaran subsidi dan Bansos 15% 50% 100% 100%

Telah menyusun kajian penyempurnaan pelaksanaan anggaran subsidi dan bansos sebagai hasil dr FGD

NILAI IKU 42,5% 63,75% 76,25% 100%

Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.5.1, seluruh tahap pada empat lingkup simplifikasi pada tahun 2018 telah dilaksanakan seluruhnya sampai dengan triwulan IV tahun 2018.

Realisasi IKU tersebut tahun 2018 adalah 100% yang berarti semua tahapan penyelesaian regulasi/proses bisnis yang ditargetkan telah dilaksanakan dengan tepat waktu. Perhitungan IKU tersebut dapat ditunjukkan pada Tabel 3.5.1.

Dengan demikian, realisasi IKU tersebut telah memenuhi target pada tahun 2018, yaitu 100%. sebagaimana telah ditentukan dalam Kemenkeu-One DJPb Tahun 2018. Capaian IKU tersebut terhadap target tiap triwulannya pada tahun 2018 dapat ditunjukkan pada Tabel 3.5.2.

Tabel 3.5.2 Capaian IKU Persentase tindak lanjut simplifikasi pelaporan dan

pertanggungjawaban anggaran K/L tahun 2018

T / R Q1 Q2 Smt I Q3 s.d. Q3 Q4 Tahunan Pol /KP

Target 25% 50% 50% 70% 70% 100% 100% Maximize/ Take last known

Realisasi 42,5% 63,75% 63,75% 76,25% 76,25% 100% 100%

Capaian 120 120 120 108,9 108,9 100 100

Sebagaimana ditunjukkan Tabel 3.5.2, realisasi IKU tersebut setiap triwulannya selalu menuhi target yang telah ditentukan.

Perbandingan realisasi dan target IKU tahun 2018

Perbandingan capaian IKU tersebut tahun 2018 dengan tahun-tahun sebelumnya ditunjukkan pada Tabel 3.5.3. Ditunjukkan bahwa realisasi dan target IKU tersebut sama dengan tahun 2017, dan tidak terdapat target (pada Kontrak Kinerja Kemenkeu-One DJPb) dan realisasi IKU tersebut untuk tahun 2015 dan 2016 karena IKU tersebut baru diterapkan pada tahun 2017.

Tabel 3.5.3 Perbandingan Capaian IKU Persentase tindak lanjut simplifikasi pelaporan dan pertanggungjawaban anggaran K/L tahun 2015 s.d. 2018

Target/Realisasi 2018 2017 2016 2015 Ket

Target 100% 100% - - IKU baru diterapkan di tahun 2017Realisasi 100% 100% - -

Perbandingan realisasi tahun 2018 dan tahun-tahun sebelumnya

Laporan Kinerja 2018 80

Realisasi IKU tahun 2015 s.d. 2018 mencerminkan realisasi empat tahun pertama rencana jangka menengah DJPb yang dituangkan dalam Renstra DJPb dan dan Renstra Kemenkeu Tahun 2015-2019 dengan perbandingan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.5.4.

Tabel 3.5.4 Perbandingan Realisasi IKU Persentase tindak lanjut simplifikasi pelaporan dan

pertanggungjawaban anggaran K/L s.d. 2018 dengan Renstra 2015-2019

Tahun Realisasi IKU Tahunan Renstra DJPb 2015-2019 Renstra Kemenkeu 2015-2019

2019 belum - -

2018 100% - -

2017 100% - -

2016 - - -

2015 - - -

Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.5.4, nilai realisasi tahunan IKU sebesar 100% untuk tahun 2017 dan 2018 tidak ditargetkan pada Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu Tahun 2015-2019 karena mulai ditetapkan untuk diterapkan tahun 2017.

Perbandingan realisasi s.d. 2018 dengan Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu

Realisasi Kinerja DJPb tahun 2015-2019 dapat dikaitkan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019, yang memuat perencanaan kinerja jangka menengah pemerintah pada tingkat nasional. Realisasi IKU tersebut dapat dibandingkan target dalam RPJMN 2015-2019 sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.5.5.

Tabel 3.5.5 Perbandingan Realisasi IKU Persentase tindak lanjut simplifikasi pelaporan dan

pertanggungjawaban anggaran K/L s.d. 2018 dengan RPJMN 2015-2019

Tahun Realisasi IKU Target RPJMN 2015-2019 Keterangan

2019 belum IKU mulai ditetapkan untuk diterapkan tahun 20172018 100% -

2017 100% -

2016 - -

2015 - -

Perbandingan realisasi s.d. 2018 dan Target RPJMN

Untuk mengetahui posisi DJPb dalam pencapaian IKU dibandingkan dengan eselon I lainnya yang juga menjalankan IKU yang sama pada suatu tahun, dapat dibandingkan capaian IKU tersebut antar eselon I lingkup Kemenkeu sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.5.6.

Tabel 3.5.6 Perbandingan IKU Persentase tindak lanjut simplifikasi pelaporan dan

pertanggungjawaban anggaran K/L Tahun 2018 dengan Unit Eselon I Lainnya

No Unit Es. I Realisasi IKU 2018 Ket

1 SETJEN - IKU Persentase tindak lanjut simplifikasi pelaporan dan

pertanggungjawaban anggaran K/L hanya dilakukan oleh

DJPb (tidak dilakukan oleh eselon I lainnya di lingkup

Kemenkeu) sehingga perbandingan capaian IKU tersebut

dengan eselon I lainnya tidak dapat dilakukan.

2 DJA -

3 DJP -

4 DJBC -

5 DJPb 100%

6 DJKN -

7 DJPK -

8 DJPPR -

9 ITJEN -

10 BKF -

11 BPPK -

Perbandingan capaian IKU dengan eselon I lainnya

Direktorat Jenderal Perbendaharaan81

Capaian kinerja telah mencapai target, tetapi masih terdapat beberapa isu yang di antaranya adanya tahapan implementasi regulasi/proses bisnis baru yang belum mendapatkan nomor penetapan, yaitu RPMK KKP, sementara implementasi e-SPM dipertimbangkan kembali. Selain itu, dalam penyelesaian tahapan empat lingkup proses bisnis baru terdapat beberapa isu yang antara lain:

1. Draft Perdirjen Juknis Penggunaan Aplikasi eSPM telah disusun dan siap untuk diajukan;

2. Pelaksanaan piloting e-SPM Tahap II pada KPPN dipertimbangkan kembali, karena masih banyaknya kendala teknis yang terjadi. Selain itu,implementasi e-SPM berpotensi menimbulkan kegaduhan dan suasana yang tidak kondusif;

3. Perdirjen Perbendaharaan Nomor 17/PB/2017 serta Kepdirjen Perbendaharaan No.239/PB/2018 yang telah beberapa kali diubah, menyatakan bahwa sampai dengan 31 Desember 2018, implementasi KKP adalah dalam rangka uji coba setidaknya satu satker pada satu K/L;

4. Draft PMK Implementasi KKP terdiri dari 14 Bab dan 73 Pasal telah diajukan untuk mendapatkan penetapan;

5. Penetapan PMK Nomor 196/PMK.05/2018 tanggal 31 Desember 2018 tentangTata Cara Pembayaran dan Penggunaan Kartu Kredit Pemerintah;

6. Penetapan PMK Nomor 178/PMK.05/2018 tanggal 26 Desember 2018 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.05/2012 tentang Tata Cara Pembayaran dalam rangka Pelaksanaan APBN;

7. Hasil rapat pembahasan Pengembangan Sistem Pembayaran Bansos PKH melalui SPAN tanggal 03 Oktober 2018, Dirjen Perbendaharaan mengarahkan agar dilakukan penyusunan Perdirjen yang mengatur mekanisme validasi antara pihak perbankan, Kementerian Sosial, dan Direktorat SITP yang tidak melampaui ketentuan yang telah diatur dalam PMK tentang Belanja Bantuan Sosial;

8. Telah dilaksanakan FGD Penyaluran Bantuan Sosial Tahun 2018 pada hari Kamis tanggal 20 Desember 2018, bertempat di gedung Jusuf Anwar (ex-MA) dengan mengundang BKF dan Kemensos, serta Kemenristekdikti;

9. Telah disusun Grand Design Pelaksanaan Anggaran Bantuan Sosial yang secara garis besar berisi penyaluran dana Bantuan Sosial dari hulu ke hilir. Fokus Grand Design yaitu mengutamakan dampak Bantuan Sosial kepada penerima.

Isu-isu tersebut berimplikasi pada pembahasan simplifikasi pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran K/L sangat memperhatikan prinsip kehati-hatian, agar tidak menimbulkan kegaduhan dan suasana yang tidak kondusif atas regulasi atau proses bisnis yang baru. Hal ini mengingat situasi politik di tahun 2019 yang rentan dengan isu negatif.

Akar permaslahan yang diidentifikasi dalam hal ini, yaitu kajian menunjukkan bahwa saat ini belum dapat atau belum diperlukan dilakukan perubahan terhadap PMK terkait pelaksanaan anggaran subsidi dan bantuan sosial karena ketentuan lama dianggap masih relevan dengan perkembangan yang ada. Selain itu, pembahasan lanjutan regulasi baru perlu disesuaikan dengan perkembangan dinamis dan sensifitas masyarakat, serta kondisi politik pada tahun 2019.

Isu, permasalahan, tindakan, dan action plan

Laporan Kinerja 2018 82

Tindakan yang telah dilaksanakan dalam pencapaian IKU tersebut, yaitu:

1. PMK Nomor 177/PMK.05/2017 tentang pelaksanaan piloting penerapan tanda tangan elektronik dan penyampaian dokumen elektronik melalui eplikasi SPM elektronik terkait e-spm, monev e-spm;

2. Tim Task Force (Setditjen, Dit. SITP, Dit. SP, Dit. PA, Kanwil DJPb Jakarta, dan KPPN Jakarta II) telah menyelesaikan sebagian besar pending matters yang menjadi indikator keberhasilan pelaksanaan piloting eSPM tahap I. Namun demikian, sesuai arahan pimpinan maka piloting eSPM Tahap II dipertimbangkan kembali pelaksanaannya mengingat kendala teknis yang mungkin terjadi jika implementasi dilakukan menyeluruh pada KPPN seluruh Indonesia, serta potensi adanya kegaduhan dan suasana yang tidak kondusif pada tahun politik (2019);

3. Kegiatan FGD KKP sebagai bahan masukan dalam penyusunan draft RPMK tentang pembayaran dengan kartu kredit telah dilaksanakan pada minggu ke-2 April 2018 di Kanwil DJPb Provinsi Sumatera Barat dan Kanwil DJPb Provinsi Sulawesi Selatan;

4. Seminar terkait KKP telah dilaksanakan pada tanggal 30 April 2018 pada acara Indonesia Treasury Update dan memperoleh bahan masukan bagi penyusunan draft RPMK. Pembahasan RPMK KKP dengan Pihak Eksternal (pihak Perbankan) telah dilaksanakan pada minggu ke-2 Mei 2018 yang dihadiri oleh perwakilan dari Bank Mandiri, BRI, dan BNI. Pembahasan internal DJPb untuk draft RPMK tentang KKP telah dilaksanakan pada minggu ke-2 Februari 2018, minggu ke-3 Maret 2018, dan Minggu Ke-1 s.d. Ke-3 Mei 2018;

5. Penyusunan kajian atas pembayaran dengan kartu kredit dalam rangka penggunaan uang persediaan yang memuat program dan action plan serta ultimate goal implementasi Kartu Kredit Pemerintah telah dilakukan dan disampaikan kepada Sekretaris DJPb;

6. Pembahasan bersama dengan Biro Hukum Setjen Kemenkeu telah dilakukan pada tanggal 4, 10, dan 17 Juli 2018, serta 20, 23 dan 29 Agustus 2018. Selanjutnya, pembahasan pasal demi pasal dan legal drafting RPMK tentang KKP bersama dengan Biro Hukum, Setjen telah dilaksanakan pada tanggal 23 dan 24 September 2018;

7. Rapat koordinasi dengan pihak perbankan dalam rangka pemberitahuan/konfirmasi terkait draft final RPMK RPMK tentang KKP telah dilaksanakan pada tanggal 26 September 2018;

8. Penyusunan Kajian, DIM, Surat Permohonan Harmonisasi dan pengajuan RPMK untuk mendapatkan penetapan melalui ND-9818/PB/2018 tanggal 26 Desember 2018;

9. Penetapan PMK Nomor 196/PMK.05/2018 tanggal 31 Desember 2018 tentangTata Cara Pembayaran dan Penggunaan Kartu Kredit Pemerintah.

10. Penyusunan draf RPMK Perubahan PMK No. 190/PMK.05/2012, dilanjutkan pembahasan dengan pihak internal maupun eksternal;

11. Penyusunan Kajian, DIM, Surat Permohonan Harmonisasi, dan ND pengajuan RPMK;

12. Penetapan PMK Nomor 178/PMK.05/2018 tanggal 26 Desember 2018 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.05/2012 tentang Tata Cara Pembayaran dalam rangka Pelaksanaan APBN;

13. Rapat koordinasi dengan pihak perbankan sebagai penyalur Bansos dan pendalaman lebih lanjut terhadap K/L pengelola Bansos pada hari Senin tanggal 28 Mei 2017 bertempat di ruang rapat Direktorat PA yang dihadiri oleh perwakilan bank Himbara

Direktorat Jenderal Perbendaharaan83

(Bank Mandiri, BRI, BNI, dan BTN), Dit Penanganan Fakir Miskin Pesisir, Pulau-pulau Kecil dan Perbatasan antar Negara Kemensos;

14. FGD tanggal 31 Mei 2018 dan 4 Juni 2018 di 7 kota sampel penyalur Bansos antara lain Medan, Padang, Palembang, Bandung, Semarang, Surabaya dan Makassar. FGD dilaksanakan di Kanwil DJPb dengan mengundang Bidang PPA I, PPA II Kanwil DJPb, Seksi MSKI/PDMS KPPN, Dinas Sosial, Dinas Pendidikan, Kanwil Kemenag, MIN/MTsN/MAN, Kantor Kemenag Kab/Kota, Perguruan Tinggi Negeri (PTN) penyalur Bidik Misi, Tim Koordinasi BPNT dan Bansos Rastra, serta Penerima manfaat program Bansos;

15. Penyusunan Keputusan Dirjen Perbendaharaan mengenai Perubahan Mekanisme Penyaluran Bantuan Sosial PKH yang memuat pengaturan proses validasi, verifikasi, dan konfirmasi data rekening penerima Bansos PKH yang dilakukan melalui OMSPAN.

Rekomendasi rencana aksi yang akan dilakukan pada tahun 2019 (penanggung jawab: Direktorat Pelaksanaan Anggaran), yaitu:

1. Pemantauan atas penyelesaian berbagai peraturan yang menjadi dasar/payung hukum implementasi program/proses modernisasi dan simplifikasi PA;

2. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi atas setiap tahapan pelaksanaan implementasi regulasi/proses pelaksanaan anggaran;

3. Menyiapkan strategi komunikasi yang tepat untuk mendorong percepatan dan kesuksesan implementasi regulasi/proses bisnis baru.

Laporan Kinerja 2018 84

Sasaran Strategis 6

Pengelolaan kas yang

pruden dan optimal

Sebagai pengelola kas negara (fund manager), kinerja dilaksanakan untuk mewujudkan pengelolaan kas yang optimal melalui perencanaan kas yang efektif untuk menghindari mismatch, menjamin ketersediaan kas secara akurat dan tepat waktu, optimalisasi idle cash, penatausahaan penerimaan negara yang efektif dan akuntabel, serta sentralisasi pengelolaan kas dengan tetap memperhatikan aspek prudensial sehingga dapat menyajikan informasi posisi kas negara secara akurat dan tepat waktu.

Dalam pencapaian sasaran strategis ini, DJPb mengidentifikasikan 1 (satu) Indikator Kinerja Utama (IKU), yang pencapaiannya ditabulasikan dalam Tabel 3.6.

Tabel. 3.6 Capaian IKU pada Sasaran Strategis 6

SS 6: Pengelolaan kas yang pruden dan optimal

Kode Indikator Kinerja Target Realisasi Nilai

6a-CP Deviasi proyeksi perencanaan kas pemerintah pusat

5% 1,22% 120

Uraian mengenai IKU tersebut adalah sebagai berikut:

6a- CP

Deviasi proyeksi perencanaan kas pemerintah pusat

Indikator Kinerja Utama (IKU) Deviasi Proyeksi Perencanaan Kas Pemerintah Pusat merupakan salah satu IKU Kemenkeu-Wide tahun 2018 yang juga menjadi IKU Kemenkeu-One DJPb. IKU tersebut merupakan refinement tahun 2016 dari IKU Akurasi Perencanaan Kas Pemerintah Pusat yang diterapkan pada tahun 2015 dan tahun-tahun sebelumnya, berupa rewording dan perhitungan dengan mengukur akurasi dari rencana penerimaan kas dan rencana pengeluaran kas, sementara pada tahun 2016 dab 2017 diukur dari sisi deviasi dari perencanaan tersebut. Dengan demikian, secara substansi yang diukur, IKU tersebut masih tetap dengan tahun sebelumnya

Selain itu, sejak tahun 2016, IKU tersebut diusulkan untuk menjadi IKU Kemenkeu-Wide dan di-cascade ke seluruh unit eselon I terkait (DJP, DJBC, DJA, DJPK, DJPPR, DJKN, dan DJPb sebagai koordinatornya). Hal tersebut bertujuan agar tingkat akurasi perencanaan kas lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya karena perencanaan kas yang akurat akan membantu pengelolaan likuiditas yang lebih baik dalam hal penyediaan kas untuk menyelesaikan kewajiban pemerintah.

Deviasi proyeksi perencanaan kas adalah perbedaan antara perkiraan/proyeksi dengan realisasi yang merupakan gabungan dari penerimaan dan pengeluaran. Data proyeksi yang dimaksud bukan merupakan data yang terdapat pada target APBN/P, tetapi merupakan proyeksi riil terhadap pendapatan/belanja/pembiayaan yang dapat dieksekusi.

Unit eselon I wajib menyampaikan data proyeksi satu tahun yang dirinci dalam bulanan kepada sekretariat Tim Cash Planning Information Network (CPIN) paling lambat 5 (lima) hari kerja (minggu pertama) pada awal tahun berjalan melalui surat atau sarana tercepat (email). Unit Eselon I terkait diharapkan untuk menyampaikan update atas proyeksi bulanan secara berkala kepada sekretariat Tim CPIN. Apabila update terhadap perencanaan bulanan tidak disampaikan, maka perencanaan yang disampaikan pada awal tahun akan dijadikan dasar perhitungan IKU.

Direktorat Jenderal Perbendaharaan85

Dalam satu bulan tim CPIN dapat melakukan rapat paling kurang 1 (satu) kali. Anggota CPIN dapat menyampaikan update proyeksi pada rapat CPIN atau melalui sarana tercapat lainnya (email atau telpon). Dalam satu bulan anggota CPIN dapat melakukan updating proyeksi lebih dari 1(satu) kali. Update terakhir dapat disampaikan paling lambat 5 (lima) hari kerja sebelum akhir bulan. Update terakhir yang disampaikan oleh anggota CPIN kepada sekretariat Tim CPIN akan dijadikan dasar perhitungan IKU. Dalam kondisi tertentu (misalnya pada akhir tahun) tidak dilaksanakan rapat CPIN, data proyeksi menggunakan hasil rapat komite Asset Liability Management (ALM) terakhir pada bulan tersebut.

Dalam hal ini pada tahun 2018 dilakukan refinement IKU, di mana capaian IKU 2018 diukur berdasarkan updating renkas yang disampaikan oleh Tim CPIN paling lambat 5 hari kerja sebelum akhir bulan, dari sebelumnya di tahun 2017 berdasarkan updating renkas 3 hari kerja sebelum akhir bulan.

Rencana penerimaan kas adalah rencana penerimaan kas (cash inflows) yang berasal dari pendapatan negara dan hibah serta pembiayaan. Realisasi penerimaan kas adalah realisasi penerimaan kas (cash inflows) yang berasal dari pendapatan negara dan hibah serta pembiayaan. Perencanaan penerimaan kas dinyatakan akurat apabila standar deviasi antara realisasi penerimaan kas dan rencana penerimaan kas dalam suatu waktu tertentu kurang dari sama dengan (≤) 5%.

Rencana pengeluaran kas adalah rencana pengeluaran kas (cash outflows) yang berasal dari belanja negara dan pembiayaan. Realiasi pengeluaran kas adalah realisasi pengeluaran kas (cash outflows) yang berasal dari belanja negara dan pembiayaan. Perencanaan pengeluaran kas dinyatakan akurat apabila perbedaan antara realisasi pengeluaran kas dan rencana pengeluaran kas dalam suatu waktu tertentu kurang dari sama dengan (≤) 5%.

Deviasi proyeksi perencanaan kas pemerintah pusat tahun 2018 didapatkan dengan merata-rata deviasi proyeksi perencanaan kas pemerintah pusat triwulanan selama tahun 2018. Deviasi penerimaan kas triwulanan, deviasi pengeluaran kas triwulanan, dan deviasi perencanaan kas triwulanan dapat diformulasikan sebagai berikut:

Laporan Kinerja 2018 86

Target IKU tersebut sebagaimana ditetapkan dalam Kontrak Kinerja Kemenkeu-One DJPb untuk tahun 2018 adalah sebesar 5%. Target tersebut sama dengan target tahun 2017 dan 2016. Sementara itu, target tahun 2015 IKU Akurasi Perencanaan Kas Pemerintah Pusat (IKU sebelum refinement) adalah 95%. Demikian halnya dengan target pada Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu Tahun 2015-2019, serta Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019, pada ketiganya ditargetkan 95% untuk tahun 2017. Perlu diketahui bahwa deviasi dapat ditentukan dari nilai akurasi tersebut, dalam hal ini deviasi perencanaan kas adalah 5%, yaitu 100% dikurangi 95%.

Perhitungan polarisasi data menggunakan minimize (semakin rendah realisasi terhadap target, semakin baik capaian kinerjanya), periode pelaporan triwulanan, dan jenis konsolidasi periode menggunakan average (realisasi yang digunakan adalah angka rata-rata dari seluruh periode bersangkutan dalam setahun).

Target IKU Tahun 2018

Berdasarkan run data I Account tanggal sampai dengan 9 Januari 2019, realisasi deviasi proyeksi perencanaan kas pemerintah pusat pada tahun 2018 adalah sebesar 0,82% untuk triwulan I, 1,58% untuk triwulan II, 0,51% untuk triwulan III, dan 1,96% untuk triwulan IV. Dari data realisasi IKU triwulanan tersebut dapat diperoleh nilai realisasi IKU tahunan sebesar 1,22% yang memenuhi target tahunan IKU tersebut tahun 2018 (5%) yang telah ditentukan. Nilai realisasi tersebut diperoleh dari perhitungan yang dapat ditunjukkan pada Tabel 3.6.1.

Tabel 3.6.1 Perhitungan IKU Deviasi proyeksi perencanaan kas pemerintah pusat Tahun 2018

BULANPENERIMAAN Rp (miliar) PENGELUARAN Rp (miliar)

Proyeksi Realisasi Deviasi Proyeksi Penerimaan Deviasi

1 128.240,47 127.479,93

1,02%

133.939,11 135.818,89

0,62%2 143.215,79 137.857,29 111.167,96 108.330,68

3 227.002,44 228.033,46 164.470,67 162.880,15

Q1 498.458,70 493.370,68 409.577,74 407.029,72

Deviasi Renkas Triwulan I 0,82%

4 223.465,99 242.094,88

2,50%

149.910,12 153.714,51

0,66%5 146.080,90 148.728,21 177.681,25 181.363,44

6 164.370,65 156.441,65 164.660,51 153.949,38

Q2 533.917,54 547.264,74 492.251,88 489.027,33

Deviasi Renkas Triwulan II 1,58%

Deviasi Renkas Semester I 1,20%

7 192.400,28 199.696,79

0,23%

176.153,57 186.219,23

0,79%8 206.114,45 223.757,26 143.645,79 136.723,06

9 225.561,41 199.206,29 194.706,23 187.520,08

Q3 624.076,14 622.660,34 514.505,59 510.462,37

Deviasi Renkas Triwulan III 0,51%

Deviasi Renkas s.d. Triwulan III 0,97%

10 202.530,49 208.919,97

0,13%

198.376,64 187.713,56

3,79%11 216.892,33 216.130,40 214.969,50 207.551,14

12 295.373,02 288.809,82 197.221,31 192.168,72

Q4 714.795,84 713.860,19 610.567,45 587.433,42

Deviasi Renkas Triwulan IV 1,96%

Deviasi Renkas Tahun 2018 1,22%

Realisasi IKU Tahun 2018

Direktorat Jenderal Perbendaharaan87

Dengan diketahuinya realisasi IKU Deviasi proyeksi perencanaan kas pemerintah pusat untuk tahun 2018 sebesar 1,22% tersebut, dapat ditunjukkan perbandingan realisasi IKU tersebut dari tahun 2015 s.d. 2018 pada Tabel 3.6.3.

Tabel 3.6.3 Perbandingan Capaian IKU Deviasi proyeksi perencanaan kas pemerintah pusat Tahun 2015 s.d. 2017

Target/Realisasi 2018 2017 2016 2015 Ket

Target 5% 5% 5% 95% Untuk dapat dibandingkan perlu diketahui nilai Deviasi (1 – akurasi)Realisasi 1,22% 4,09% 3,84% 95,36%

Deviasi 4,64%

Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.6.3, realisasi IKU tersebut dari tahun 2015 s.d 2018 selalu memenuhi targetnya. Realisasi IKU tahun 2015 adalah berupa akurasi, sementara pada tahun 2016 s.d. 2018 berupa deviasi. Untuk dapat dibandingkan dan diketahui perkembangannya, nilai deviasi tahun 2015 harus dicari. Hasil perhitungan deviasi sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.6.2 adalah 4,64% untuk tahun 2015. Ini berarti capaian meningkat dari tahun 2015 ke tahun 2016 (polarisasi minimize), menurun dari tahun 2016 ke tahun 2017, dan meningkat dari tahun 2017 ke tahun 2018 Perkembangan capaian IKU tersebut dapat ditunjukkan pada Grafik 3.6.1.

Grafik 3.6.1 Perkembangan Capaian IKU Deviasi proyeksi perencanaan kas pemerintah pusat

tahun 2015 s.d. 2018

Keterangan: target dan realisasi IKU tahun 2015 dikonversi dari akurasi menjadi deviasi

Perbandingan realisasi tahun 2018 dan tahun-tahun sebelumnya

Capaian IKU tersebut terhadap target tiap triwulannya pada tahun 2018 dapat ditunjukkan pada Tabel 3.6.2.

Tabel 3.6.2 Capaian IKU Deviasi proyeksi perencanaan kas pemerintah pusat Tahun 2018

T / R Q1 Q2 Smt I Q3 s.d. Q3 Q4 Tahunan Pol /KP

Target 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5%Minimize/ AverageRealisasi 0,82% 1,58% 1,20% 0,51% 0,97% 1,96% 1,22%

Capaian 183,60 168,40 176,00 189,80 180,60 160,80 175,60

Sebagaimana ditunjukkan Tabel 3.6.2, realisasi IKU tahunan sebesar 1,22% tersebut melampaui target deviasi 5% sebagaimana ditetapkan pada Kontrak Kinerja DJPb Tahun 2018. Selain realisasi IKU tahunan, realisasi IKU triwulanan juga telah melampui targetnya masing-masing.

Perbandingan realisasi dan target IKU tahun 2018

Laporan Kinerja 2018 88

Realisasi IKU tahun 2015 s.d. 2018 mencerminkan realisasi selama empat tahun pertama rencana jangka menengah DJPb yang dituangkan dalam Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu Tahun 2015-2019 dengan perbandingan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.6.4.

Tabel 3.6.4 Perbandingan Realisasi IKU Deviasi proyeksi perencanaan kas pemerintah pusat s.d. 2018

dengan Renstra 2015-2019

Tahun Realisasi IKU Tahunan Renstra DJPb 2015-2019 Renstra Kemenkeu 2015-2019

2019 belum 95% (deviasi = 5%) 95% (deviasi = 5%)

2018 1,22% (deviasi) 95% (deviasi = 5%) 95% (deviasi = 5%)

2017 4,09% (deviasi) 95% (deviasi = 5% 95% (deviasi = 5%

2016 3,84% (deviasi) 95% (deviasi = 5%) 95% (deviasi = 5%)

2015 95,36% (akurasi) - -

Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.6.4, setelah nilai deviasi ditentukan, dapat diketahui bahwa nilai realisasi IKU tersebut dari tahun 2016 s.d. 2018 telah memenuhi target tahunan yang ditetapkan dalam Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu Tahun 2015-2019, sementara untuk tahun 2015 realisasi IKU sebesar 95,36% tidak terdapat targetnya pada Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu tahun 2015-2019 (ditargetkan diterapkan mulai tahun 2016).

Perbandingan realisasi s.d. 2018 dengan Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu

Realisasi Kinerja DJPb tahun 2015-2019 dapat dikaitkan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019, yang memuat perencanaan kinerja jangka menengah pemerintah pada tingkat nasional. Realisasi IKU Deviasi proyeksi perencanaan kas pemerintah pusat dapat dibandingkan dengan target IKU Persentase akurasi perencanaan kas berdasarkan CPIN dalam RPJMN Tahun 2015-2019 sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.6.5.

Tabel 3.6.5 Perbandingan Realisasi IKU Deviasi proyeksi perencanaan kas pemerintah pusat

s.d. 2018 dengan RPJMN 2015-2019

Tahun Realisasi IKU Target RPJMN 2015-2019

2019 belum 95% (deviasi = 5%)

2018 1,22% (deviasi) 95% (deviasi = 5%)

2017 4,09% (deviasi) 95% (deviasi = 5%)

2016 3,84% (deviasi) 95% (deviasi = 5%)

2015 95,36% (akurasi) 95%

Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.6.5, setelah nilai deviasi ditentukan, dapat diketahui bahwa nilai realisasi IKU sebesar 1,22% untuk tahun 2018, 4,09% untuk tahun 2017, dan 3,84% untuk tahun 2016 tersebut telah memenuhi target yang ditetapkan dalam RPJMN Tahun 2015-2019 melalui konversi deviasi dan akurasi. Demikian, juga untuk tahun 2015 realisasi IKU sebesar 95,36% memenuhi target 95% pada RPJMN Tahun 2015-2019.

Perbandingan realisasi s.d. 2018 dan Target RPJMN

Direktorat Jenderal Perbendaharaan89

Tabel 3.6.6 Perbandingan IKU Deviasi proyeksi perencanaan kas pemerintah pusat Tahun 2018

dengan Unit Eselon I Lainnya

No Unit Es. I Realisasi IKU Tahun 2018

Ket

% Q1 % Q2 % Q3 % Q4

1 SETJEN - - - - -

2 DJA 2,41% 2,40 1,50 2,83 2,89

3 DJP 2,51% 2,08 6,07 1,11 0,79

4 DJBC 1,55% 4,02 1,01 1,01 0,17

5 DJPb 1,22% 0,82 1,58 0,51 1,96

6 DJKN 57,31% 16,22 0,55 200,51 11,96

7 DJPK 0,13% 0,10 0,04 0,39 0,19

8 DJPPR 6,14% 2,13 3,92 4,62 13,88

9 ITJEN - - - - -

10 BKF - - - - -

11 BPPK - - - - -

Ket: perhitungan sesuai dengan run data I Account PER 9 Januari 2019

Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.6.6, IKU Deviasi proyeksi perencanaan kas pemerintah pusat selain dilaksanakan oleh DJPb, juga dilaksanakan oleh DJA, DJP, DJBC, DJKN, DJPK, dan DJPPR. Ditunjukkan bahwa nilai realisasi IKU tertinggi pada tahun 2017 diperoleh oleh DJPK sebesar 0,13%, sementara yang terendah diperoleh oleh DJKN sebesar 57,31% (polarisasi IKU minimize).

Isu utama terkait IKU ini adalah nilai deviasi sebesar 1,22% yang meskipun telah memenuhi target yang telah ditetapkan baik secara tahunan maupun triwulanan, per eselon I Kemenkeu masih dirasa cukup tinggi.

Deviasi proyeksi perencanaan kas Pemerintah Pusat Triwulan I 2018 menggunakan run data I Account tanggal 5 April 2018 dapat dikendalikan pada angka 0,82%. Angka tersebut diperoleh dari rata-rata antara deviasi perencanaan penerimaan kas sebesar 1,02% dan deviasi pengeluaran kas sebesar 0,62%. Atas capaian tersebut, masih terdapat proyeksi atas penerimaan kas dari Pembiayaan Lainnya yang harus ditingkatkan capaiannya, dengan cara menetapkan standar prosedur operasional dalam pengelolaan penerimaan kas tersebut.

Capaian IKU ini pada triwulan II tahun 2018 adalah 1,58% diperoleh dari deviasi perencanaan kas pada bulan April, Mei, dan Juni 2018 (menggunakan run data I Account tanggal 2 Juli 2018) dengan rincian, yaitu: deviasi perencanaan penerimaan kas sebesar 2,50% dan deviasi perencanaan pengeluaran kas sebesar 0,66%. Nilai ini berada dibawah target untuk triwulan II tahun 2018 sebesar 5%. Meski capaian relatif baik karena di bawah target (polarisasi: minimize), tetapi jika dibandingkan dengan capaian triwulan sebelumnya, capaian triwulan ini mengalami penurunan yang cukup signifikan karena rendahnya deviasi perencanaan kas (renkas) di berbagai sektor, antara lain sektor penerimaan perpajakan (PPh Migas, Pajak Lainnya, dan PPB), sektor penerimaan negara bukan pajak (Pendapatan dari Kekayaan Negara Dipisahkan), dan sektor pembiayaan (pembiayaan lainnya).

Isu, permasalahan, tindakan, dan action plan

Untuk mengetahui posisi DJPb dalam pencapaian IKU dibandingkan dengan eselon I lainnya yang juga menjalankan IKU yang sama pada suatu tahun, dapat dibandingkan capaian IKU tersebut antar eselon I lingkup Kemenkeu sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.6.6.Perbandingan

capaian IKU dengan eselon I lainnya

Laporan Kinerja 2018 90

Hal ini terjadi karena berbagai faktor berikut:1. Volatilitas harga minyak dunia yang sangat tinggi sehingga sulit untuk diprediksi secara

akurat (PPh Migas);2. Realisasi penerimaan pajak dan penerimaan bukan pajak yang melebihi prediksi/

ekspektasi awal;3. Perbedaan cut-off pembukuan pembiayaan lainnya;4. Update perencanaan kas dilakukan melewati hari ke-5 sebelum akhir bulan.

Capaian IKU pada triwulan III 2018 dihitung menggunakan data i-Account tanggal 8 Oktober 2018 dengan nilai sebesar 0,51%. Angka tersebut diperoleh dari deviasi perencanaan penerimaan kas bulan Juli, Agustus, dan September 2018 sebesar 0,23% dan dari deviasi perencanaan pengeluaran kas bulan Juli, Agustus, dan September 2018 sebesar 0,79%. Deviasi perencanaan kas di periode ini lebih baik dibandingkan dengan deviasi perencanaan kas di triwulan II sebesar 1,58%. Hal tersebut disebabkan karena peningkatan akurasi perencanaan kas khususnya di sektor penerimaan Pajak yang deviasinya menurun dari 6,07% di Kuartal II menjadi 1,11% di Kuartal III. Secara khusus penurunan tersebut disumbangkan dari penerimaan Pajak berikut (PPh Migas dan PPh Non Migas).

Deviasi akurasi perencanaan kas Pemerintah Pusat Triwulan IV 2018 menggunakan run data I Account tanggal 9 Januari 2019 berada pada nilai 1,96%. Angka tersebut diperoleh dari deviasi perencanaan penerimaan kas bulan Oktober, November, dan Desember 2018 sebesar 0,13% dan dari deviasi perencanaan pengeluaran kas bulan Oktober, November, dan Desember 2018 sebesar 3,79%. Deviasi perencanaan kas di triwulan IV sebesar 1,96% tersebut menurun dibandingkan dengan deviasi perencanaan kas di triwulan III (0,51%). Hal tersebut disebabkan karena: 1. Deviasi Penerimaan Negara Bukan Pajak dari sektor Sumber Daya Alam (antara lain

Penerimaan SDA Non Migas). 2. Deviasi Belanja Pemerintah Pusat menurun dari 0,41% di Kuartal III menjadi 4,57% di

Kuartal IV yang terbesar disumbang dari Belanja Modal dan Belanja Lain-lain.

Secara umum. tindakan-tindakan yang telah dilaksanakan selama tahun 2018 yang menyebabkan keberhasilan pencapaian IKU tersebut. yaitu:1. Pemutakhiran proyeksi kas secara elektronik (OM-SPAN) pada periode Trwiulan IV

2018; 2. Komunikasi intensif dengan anggota CPIN dan ALM pada level teknis melalui telepon,

email dan pesan elektronik pada periode Triwulan IV 2018;3. Rapat rutin bulanan anggota CPIN;4. Senantiasa Berkoordinasi dengan Satker BUN yang bukan anggota CPIN melalui email

dan telepon; 5. Menyampaikan surat teguran kepada unit Eselon 1 terkait.

Rekomendasi rencana aksi yang dilakukan pada tahun 2019 dalam pencapaian IKU (penanggungjawab: Direktorat Pengelolaan Kas Negara), yaitu: 1. Pemutakhiran proyeksi kas secara elektronik (OM-SPAN) Triwulan I 2019;2. Meningkatkan intensitas koordinasi dan komunikasi antar anggota CPIN;3. Penyampaian data perbandingan proyeksi dan realisasi secara bulanan selain data

akumulasi sampai dengan akhir bulan berkenaan.

Direktorat Jenderal Perbendaharaan91

Risiko terkait pencapaian IKU tahun 2018

Pada tahun 2018 telah diidentifikasi risiko terkait yang mempengaruhi pencapaian IKU Deviasi proyeksi perencanaan kas pemerintah pusat dengan penjelasan dan telah ditangani sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.6.7

Tabel 3.6.7 Penanganan Risiko terkait Pencapaian IKU Deviasi proyeksi perencanaan kas pemerintah pusat Tahun 2018

Kejadian Risiko Penyebab Dampak UICPotensi terjadinya Kekurangan Kas pada saat dibutuhkan (Cash Shortage)

Penerimaan pajak tidak mencapai target

Kepercayaan stakeholders menurun (area dampak: reputasi)

Dit. PKN

Nama IRU Batasan NilaiNilai

Aktual

Q1 s.d. Q2 s.d. Q3 s.d. Q4Rasio penerimaan perpajakan terhadap APBN

Batas Aman 100%97,92% 102,5% 98,9% 99,92%

Batas Bawah 90%

Penjelasan

Berdasar aktual IRU sampai dengan triwulan I, Rasio penerimaan pajak terhadap APBN sebesar 97,92% (Target: 249,715 T dibanding realisasi: 244,53 T), sehingga status IRU menjadi kuning, yang menunjukkan risiko tersebut belum berada dalam kondisi aman. Outlook risiko sampai dengan triwulan II ditetapkan masih pada level sedang dengan pertimbangan:1. Indikator Risiko Utama (IRU) berstatus kuning (berada di antara batas aman dan batas bawah);2. Terdapat penanganan risiko yang belum selesai dilaksanakan (jadwal pelaksanaan Semester I dan II).

Berdasar aktual IRU sampai dengan Bulan Juni 2018, Rasio penerimaan pajak terhadap APBN sebesar 102,5% (Target: 567,448 T dibanding realisasi: 581,557 T) sehingga status IRU hijau. Namun demikian, level risiko sampai dengan triwulan II ditetapkan masih pada level sedang karena rencana penanganan risiko yang dijadwalkan pada triwulan II belum dapat dilaksanakan, yaitu penerbitan SPN dibawah 3 bulan. Outlook risiko sampai dengan triwulan III ditetapkan pada level sedang (besaran risiko 13, sama dengan tw II) dengan pertimbangan bahwa:1. Berdasarkan rapat ALM Kemenkeu tanggal 16 Juli 2018, bahwa terdapat potensi shortfall penerimaan

pajak yang mungkin terjadi di semester II 2018, meskipun berdasarkan data realisasi pertumbuhan penerimaan pajak 3 tahun sebelumnya bahwa penerimaan pajak triwulan III 2018 diperkirakan sebesar 23,2% lebih tinggi dari realisasi penerimaan pajak semester I 2018 sebesar 22,1%.

2. Terdapat rencana penanganan risiko yang belum dijalankan, yaitu Penerbitan SPN Dibawah 3 bulan. Hal ini berdasarkan surat Dirjen Perbendaharaan No. S-4927/PB/2018 tanggal 22 Juni 2018 tentang Penerbitan SPN Untuk Pengelolaan Kas, tetapi belum dapat dilakukan penerbitan karena kondisi pasar yang sedang tidak dapat menyerap. Untuk pemenuhan kebutuhan kas dilakukan dengan penjualan USD sebesar USD 700 juta ekuivalen dengan Rp 10,08 T.

Level risiko pada triwulan III masih berada pada level sedang (besaran risiko 13), dengan pertimbangan bahwa Nilai aktual IRU triwulan III sebesar 98,9% (target Tw III: 322.893 T dibanding realisasi Tw III: 319.280 T) sehingga berstatus kuning yang menunjukkan risiko tersebut saat ini belum dalam kondisi aman. Outlook risiko pada triwulan IV ditetapkan pada level sedang (besaran risiko 13, sama dengan tw III) dengan pertimbangan sebagai berikut: 1. Proyeksi Penerimaan Bulan November dan Desember 2018 DJP sebesar Rp. 334 T, Proyeksi DJBC sebesar

Rp 56,1 T, Proyeksi DJA sebesar Rp 70,9 T. 2. Dengan asumsi bahwa proporsi realisasi yang sama pada tahun berjalan terlihat bahwa untuk target

penerimaan DJP di tahun 2018 (Nov-Des) sebesar 24,72% lebih tinggi daripada rata-rata realisasi 2 tahun sebelumnya sebesar 22,63% sehingga terdapat potensi risiko shortfall sebesar 2,09% atau 28,2 T.

Laporan Kinerja 2018 92

Penanganan yang Telah Dilaksanakan

1. Telah dilaksanakan Sosialisasi PMK Nomor 197/PMK.05/2017 tentang Rencana Penarikan Dana, Rencana Penerimaan Dana, dan Perencanaan Kas kepada KPPN seluruh Indonesia melalui fasilitas Video Conference.

2. Telah dikirimkan Surat ke DJPPR dengan nomor S-1814/PB/2018 tanggal 20 Februari 2018 perihal Permintaan SPN Dengan Tenor 1 Bulan. DJPPR menjawab dengan Surat no S-172/PR/2018 tanggal 23 Februari 2018 untuk penerbitan SPN dengan tenor 1 bulan tidak dapat dipenuhi, tetapi untuk kebutuhan kas sebesar 5T tersebut dapat diperoleh melalui rencana transaksi pivate placement sebesar Rp 4,2T dengan setelmen tanggal 26 dan 28 Februari 2018.

3. Telah dilaksanakan peningkatan kapasitas anggota Tim CPIN melalui Workshop Cash Forecasting Error pada bulan Juni 2018.

4. Telah dilakukan koordinasi Penerbitan SPN tenor < 3 bulan antara DJPb, DJPPR, Biro Organta, CTO.

5. Telah disusun SOP Link Sesuai KMK Nomor 902/KMK.01/2018 tanggal 31 Desember 2018 tentang perubahan kedua atas keputusan Menteri Keuangan Nomor 515/KMK.01/2017 tentang SOP Bertautan Kementerian Keuangan.

6. Telah disusun kajian cash buffer, dan telah sampaikan kepada Direktur Jenderal Perbendaharaan dengan ND Nomor 2378/PB.3/2018 tanggal 20 Maret 2018.

7. Revisi outlook APBN yang dikeluarkan oleh DJA pada tanggal 31 Desember 2018 telah mengakomodir adanya shortfall pajak sebesar Rp100 T.

8. Pada periode Tw IV tidak dilaksanakan Private Placement karena kas pemerintah cukup untuk menutupi kebutuhan.

9. Pengaturan pelimpahan kewenangan surat permintaan penerbitan SPN kurang dari 3 bulan dari Dirjen Perbendaharaan kepada Direktur PKN pada periode ini tidak dilaksanakan karena akan diatur lebih lanjut dalam PMK mengenai Cash Missmatch Protocol yang sampai dengan saat ini masih dalam proses penyusunan.

3. Untuk target penerimaan DJBC sebesar 15,69 lebih rendah daripada rata-rata realisasi 2 tahun sebelumnya yaitu 21,42%. Demikian juga dengan target DJA sebesar 18,41% lebih rendah daripada rata-rata realisasi 2 tahun sebelumnya di 24,39%.

Level risiko pada triwulan IV 2018 masih berada pada level sedang (besaran risiko 13), dengan pertimbangan nilai aktual IRU triwulan IV 2018 sebesar 99,2% (target Tw IV: 416.27 T dibanding realisasi Tw IV: 412.850 T) sehingga berstatus kuning yang menunjukkan risiko tersebut belum dalam kondisi aman. Data yang digunakan merupakan data Run tanggal 9 Januari 2019 yang masih bersifat sementara.

Risiko ini telah dilakukan mitigasi sesuai dengan rencana penanganan pada triwulan IV tahun 2018, tetapi dikarenakan kondisi ekonomi global yang tidak menentu dan akibat perang dagang antara China dan Amerika berdampak pada ekonomi Indonesia, dan dapat mempengaruhi penerimaan perpajakan di tahun 2019, maka risiko ini perlu dimitigasi pada tahun 2019. Outlook level risiko tahun 2019 masih pada level sedang, dengan pertimbangan:1. Tantangan ekonomi pada tahun 2019 tidak berbeda jauh

dari tahun 2018, ditambah 2019 adalah tahun politik di mana terdapat ketidakpastian ekonomi, maka pada tahun 2019 risiko “Potensi terjadinya Kekurangan Kas pada saat dibutuhkan (Cash Shortage)” masih relevan untuk dijadikan risiko DJPb.

2. Indikator penerimaan negara yang semula di tahun 2018 hanya menggunakan penerimaan pajak, pada tahun 2019 indikator penerimaan negara ditambah, mencakup penerimaan Pajak, PNBP, dan Bea Cukai.

Direktorat Jenderal Perbendaharaan93

Sasaran Strategis 7

Pelaksanaan

special mission

yang profesional,

akuntabel, dan efisien

Pelaksanaan special mission merupakan tugas tambahan yang dibebankan kepada DJPb. Dalam pelaksanaan tugas tersebut seluruh sumber daya manusia (SDM) DJPb dapat bekerja secara profesional, efisien, dan dapat dipertanggung jawabkan. Profesional memiliki makna bahwa seluruh jajaran DJPb mampu melaksanakan special mission yang menguasai bidang tugasnya karena memiliki pengetahuan dan keterampilan (hardskill) integritas/moralitas (softskill) yang memadai. Akuntabel dapat diartikan bahwa kewajiban seluruh jajaran untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan anggaran kepada publik.

Dalam pencapaian sasaran strategis ini, DJPb mengidentifikasikan 3 (tiga) Indikator Kinerja Utama (IKU), yang masing-masing pencapaiannya ditabulasikan dalam Tabel 3.7.

Tabel 3.7 Capaian IKU pada Sasaran Strategis 7

SS 7: Pelaksanaan special mission yang profesional, akuntabel, dan efisien

Kode Indikator Kinerja Target Realisasi Nilai

7a-N Persentase pencapaian target penerimaan pokok dan bunga pinjaman

100% 121,77% 120

7b-N Persentase pencapaian target pendapatan BLU

100% 124,87% 120

7c-N Persentase pelaksanaan tugas khusus

85% 96,32% 113,32

Uraian mengenai IKU tersebut adalah sebagai berikut:

7a- N

Persentase pencapaian target penerimaan pokok dan bunga pinjaman

Pengembalian pokok dan bunga pinjaman dari penerusan pinjaman harus disetorkan kembali ke APBN tahun berjalan. Jumlah dana yang disetor harus dapat dipenuhi sesuai dengan target yang telah ditetapkan pada APBN tahun berjalan. Pengembalian pokok dan bunga penerusan pinjaman, mempunyai kontribusi dalam APBN sebagai penerimaan defisit APBN.

Indikator Kinerja Utama (IKU) Persentase pencapaian target penerimaan pokok dan bunga pinjaman bertujuan untuk mengoptimalkan penerimaan dari investasi pemerintah untuk mendukung terwujudnya pendanaan investasi yang berkelanjutan. IKU tersebut merupakan rewording IKU Persentase pencapaian target penerimaan pokok dan bunga pinjaman dari penerusan pinjaman dan hasil restrukturisasi penerusan pinjaman yang telah diterapkan pada tahun 2016 dan tahun-tahun sebelumnya. Rewording tersebut dimaksudkan untuk menyederhanakan nama IKU mengingat detil IKU tersebut dapat dijelaskan pada manual IKU.

Formula perhitungan IKU tersebut ditunjukkan sebagai berikut:

Laporan Kinerja 2018 94

Target IKU tersebut untuk tahun 2018 adalah sebesar 100% sebagaimana ditentukan dalam Kontrak Kinerja Kemenkeu-One DJPb tahun 2018. Target tersebut meningkat dari target IKU tersebut tahun 2017 (97%). Target tersebut juga meningkat dengan target pada Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu Tahun 2015-2019, dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) tahun 2015-2019 untuk tahun 2018 (pada ketiganya ditargetkan 90% untuk tahun 2018).

Dalam APBN, penerimaan atas pengelolaan penerusan pinjaman diklasifikasikan menjadi 2 (dua) bagian, yaitu penerimaan atas utang pokok dan penerimaan atas utang non pokok. Penerimaan atas utang pokok merupakan penerimaan pembiayaan dalam negeri sebagai penerimaan perbankan dalam negeri. Penerimaan atas utang non pokok merupakan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Target penerimaan pokok dan bunga pinjaman tahun 2018 sesuai dengan target Penerimaan pokok utang dan non pokok utang penerusan pinjaman dalam APBN TA 2018, yaitu sebesar Rp4.820,58 miliar yang terdiri atas target penerimaan pokok Rp3.884,99 miliar dan target penerimaan bunga (penerimaan non pokok) Rp935,59 miliar.

Target IKU Tahun 2018

Berdasarkan data penarikan tanggal 7 Januari 2018, realisasi atas penerimaan pokok dan bunga pinjaman tahun 2018 adalah sebesar Rp5.870,20 miliar atau tercapai 121,77% dari target penerimaan yang telah ditetapkan (Rp4.820,58 miliar) dengan rincian sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.7a.1.

Tabel 3.7a.1 Perhitungan IKU Persentase pencapaian target penerimaan pokok dan bunga pinjaman

Tahun 2018

Target APBN 2018 Realisasi APBN 2018%

(Miliar Rp) (Miliar Rp)

Penerimaan Pokok 3.884.993.412.000 4.440.682.263.491 114,30%

Bunga 935.591.500.000 1.429.519.730.303 152,79%

Total 4.820.584.912.000 5.870.201.993.794 121,77%

Realisasi IKU Tahun 2018

Dengan demikian, capaian IKU tersebut tahun 2018 dapat ditunjukkan pada Tabel 3.7a.2.

Tabel 3.7a.2 Capaian IKU Persentase pencapaian target penerimaan pokok

dan bunga pinjaman Tahun 2018

T / R Q1 Q2 Smt I Q3 s.d. Q3 Q4 Tahunan Pol /KP

Target 26% 42% 42% 71% 71% 100% 100% Maximize/ Take Last

Known Value

Realisasi 34,24% 61,26% 61,26% 93,88% 93,88% 121,77% 121,77%

Nilai Cap 120 120 120 120 120 120 120

Perbandingan realisasi dan target IKU tahun 2018

Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.38, realisasi IKU tersebut untuk tahun 2018 adalah sebesar 121,77% dan telah melampaui target yang telah ditetapkan dalam Kontrak Kinerja Kemenkeu-One DJPb sebesar 100% (dengan nilai capaian 120).

Perhitungan polarisasi data IKU tersebut menggunakan maximize (semakin tinggi realisasi terhadap target, semakin baik capaian kinerjanya), periode pelaporan triwulanan, dan jenis konsolidasi periode menggunakan take last known value (realisasi yang digunakan adalah angka terakhir periode terakhir).

Direktorat Jenderal Perbendaharaan95

Nilai realisasi IKU tersebut tahun 2018 dapat dibandingkan dengan realisasi IKU tersebut tahun-tahun sebelumnya, yaitu dari tahun 2013 s.d. 2018 sebagaimana ditunjukkan pada Grafik 3.7a.1.

Grafik 3.7a.1 Perbandingan realisasi IKU Persentase pencapaian target penerimaan pokok

dan bunga pinjaman Tahun 2013 s.d. 2018

Sebagaimana ditunjukkan pada Grafik 3.7a.1, realisasi IKU Persentase pencapaian target penerimaan pokok dan bunga pinjaman tahun 2018 (121,77%) lebih tinggi dari realisasi tahun 2017 (115,01%), 2016 (115%), 2015 (94,81%), 2014 (120,93%), dan 2013 (103%). Hal ini merupakan menunjukkan bahwa untuk pertama kalinya sejak tahun 2014, realisasi penerimaan pokok dan bunga pinjaman menembus 120%.

Perbandingan realisasi tahun 2018 dan tahun-tahun sebelumnya

Realisasi IKU tahun 2015 s.d. 2018 mencerminkan realisasi selama empat tahun pertama rencana jangka menengah DJPb yang dituangkan dalam Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu Tahun 2015-2019 dengan perbandingan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.7a.3.

Tabel 3.7a.3 Perbandingan Realisasi IKU Persentase pencapaian target penerimaan pokok

dan bunga pinjaman s.d. 2018 dengan Renstra 2015-2019

Tahun Realisasi IKU Tahunan Renstra DJPb 2015-2019 Renstra Kemenkeu 2015-2019

2019 belum 90% 90%

2018 121,77% 90% 90%

2017 115,01% 90% 90%

2016 115% 90% 90%

2015 94,81% 90% 90%

Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.7a.3, nilai realisasi tahunan IKU sebesar 121,77% untuk tahun 2018, 115,01% untuk tahun 2017, 115% untuk tahun 2016, dan 94,81% untuk tahun 2015 tersebut masing-masing telah melampaui target (90%) yang ditetapkan Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu Tahun 2015-2019.

Perbandingan realisasi s.d. 2018 dengan Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu

Realisasi Kinerja DJPb tahun 2015-2019 dapat dikaitkan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019, yang memuat perencanaan kinerja jangka menengah pemerintah pada tingkat nasional. Realisasi IKU Persentase pencapaian target penerimaan pokok dan bunga pinjaman tahun 2015 s.d. 2018 telah melampui target dalam RPJMN (90%) sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.7a.4.

Perbandingan realisasi s.d. 2018 dan Target RPJMN

Laporan Kinerja 2018 96

Tabel 3.7a.4 Perbandingan Realisasi IKU Persentase pencapaian target penerimaan pokok

dan bunga pinjaman s.d. 2018 dengan RPJMN 2015-2019

Tahun Realisasi IKU Target RPJMN 2015-2019

2019 belum 90%

2018 121,77% 90%

2017 115,01% 90%

2016 115% 90%

2015 94,81% 90%

Untuk mengetahui posisi DJPb dalam pencapaian IKU dibandingkan dengan eselon I lainnya yang juga menjalankan IKU yang sama pada suatu tahun, dapat dibandingkan capaian IKU tersebut antar eselon I lingkup Kemenkeu sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.7a.5.

Tabel 3.7a.5 Perbandingan IKU Persentase pencapaian target penerimaan pokok

dan bunga pinjaman Tahun 2018 dengan Unit Eselon I Lainnya

No Unit Es. I Realisasi IKU 2018 Ket

1 SETJEN - IKU Persentase pencapaian target penerimaan pokok dan bunga pinjaman hanya dilakukan oleh DJPb (tidak dilakukan oleh eselon I lainnya di lingkup Kemenkeu) sehingga perbandingan capaian IKU tersebut dengan eselon I lainnya tidak dapat dilakukan.

2 DJA -

3 DJP -

4 DJBC -

5 DJPb 121,77%

6 DJKN -

7 DJPK -

8 DJPPR -

9 ITJEN -

10 BKF -

11 BPPK -

Perbandingan capaian IKU dengan eselon I lainnya

Realisasi Penerimaan Pokok dan Bunga pengembalian penerusan pinjaman tahun 2018 dapat tercapai, yaitu sebesar Rp5.870, 20 M (data penarikan 7 Januari 2019) atau sebesar 121,77% dari target, yaitu Rp4.820,58 M (sesuai diatur dalam Undang-Undang No 15 Tahun 2017 tentang Anggaran dan Pendapatan Belanja Negara Tahun 2018 dan Perpres Nomor 107 Tahun 2017 tentang Rincian Anggaran dan Pendapatan Belanja Negara Tahun 2018)dengan rincian sebagai berikut:1. Realisasi Penerimaan Pokok: Rp4.440,68 M (114,30%) dari target Rp3.884,99 M;2. Realisasi Penerimaan bunga: Rp1.429,52 M (152,79%) dari target Rp935,59 M.

Realisasi IKU pada tahun 2018 telah mencapai target yang ditetapkan, terdapat beberapa isu utama yang terjadi dalam pencapaian IKU tersebut pada tahun 2018, yaitu adanya faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian target penerimaan pengembalian penerusan pinjaman sebagai berikut:1. Untuk pokok pinjaman, terdapat pengembalian pinjaman KUMK dari SU-005 sebesar

Rp750 miliar pada tahun 2018. Pada tahun 2017, pokok pinjaman KUMK yang jatuh tempo tahun 2018 akan dilakukan perubahan jadwal pembayaran diundur tahun 2021, tetapi hal tersebut dibatalkan.

2. Debitur melakukan pembayaran sesuai jadwal tagihan atau tidak menunggak, termasuk adanya percepatan pembayaran dari debitur;

3. Terdapat beberapa debitur BUMN dan pemda yang melakukan pembayaran kewajiban yang menunggak dalam rangka penyelesaian restrukturisasi utang.

Isu, permasalahan, tindakan, dan action plan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan97

4. Terdapat kenaikan penerimaan bunga akibat adanya tambahan penarikan pinjaman sepanjang tahun 2017 s.d. 2019 yang mencapai Rp 9 triliun;

5. Adanya depresiasi rupiah terhadap valuta sehingga mempengaruhi penerimaan pokok dan bunga. Kurs valas pada saat realisasi melebihi dari kurs valas yang diproyeksikan.

Tindakan yang telah dilaksanakan untuk mencapai IKU tersebut antara lain:

1. Monitoring dan evaluasi terhadap debitur yang berpotensi mengalami ketidaklancaran dalam pembayaran, dengan berkoordinasi dengan Kanwil DJPb dan subdit teknis;

2. Melakukan update suku bunga terkait dengan pembayaran pengembalian penerusan pinjaman, serta menatausahakan penerimaan dengan tepat waktu dan tepat jumlah;

3. Melakukan penagihan jatuh tempo sesuai dengan jadwal. Untuk menjaga kinerja pembayaran para debitur, dilakukan penagihan ± satu bulan sebelum jatuh tempo sehingga debitur dapat lebih mempersiapkan perencanaan pembayaran;

4. Penagihan tersebut dilakukan oleh KPPN Khusus Investasi dan Kanwil DJPb untuk penagihan pinjaman khusus Pemda dan BUMD. Dalam hal terdapat indikasi gagal bayar oleh debitur, KPPN Khusus Investasi segera menyampaikan kondisi dimaksud kepada regulator (Dit. SMI) sebagai Early Warning System menghindari pinjaman yang macet.

Rekomendasi rencana aksi yang akan dilakukan terkait pencapaian IKU tersebut selama tahun 2019 (penanggung jawab: Direktorat SMI), yaitu:1. Melakukan penagihan jatuh tempo sesuai dengan jadwal;2. Melakukan update suku bunga;3. Menatausahakan penerimaan dengan tepat waktu dan tepat jumlah.

Risiko terkait pencapaian IKU tahun 2018

Pada tahun 2018 telah diidentifikasi risiko terkait yang mempengaruhi pencapaian IKU Persentase pencapaian target penerimaan pokok dan bunga pinjaman dengan penjelasan dan telah ditangani sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.7a.6.

Tabel 3.7a.6 Penanganan Risiko terkait Pencapaian IKU Persentase pencapaian target

penerimaan pokok dan bunga pinjaman Tahun 2018

No Kejadian Risiko Penyebab Dampak UIC1 SIKP UMi tidak dapat dijadikan sebagai dasar

pengambilan kebijakanAdanya kesalahan dalam penginputan data SIKP

Penurunan reputasi organisasi

Dit. SMI

Nama IRU Batasan NilaiNilai

Aktual

Q1 s.d. Q2 s.d. Q3 s.d. Q4Score ketepatan data debitur hasil rekonsiliasi

Batas Aman 7075,47 84,05 84,05 84,05

Batas Bawah 50

Penjelasan

1. Aktual IRU s.d. TW IV berstatus hijau yang diperoleh dari keseluruhan rata-rata skor kesesuaian data atas dokumen penyaluran yang telah direkonsiliasi (84,05 dengan margin of error 15,95%). Nilai ini didapatkan dari hasil pelaksanaan piloting di lingkup 4 Kanwil DJPb. Nilai aktual IRU tersebut dijelaskan sebagai berikut: a. Skor margin untuk nilai akad, NIK, Nama debitur, jenis skema dan tanggal jatuh tempo cukup rendah

(<10%), menunjukkan bahwa komponen tersebut telah sesuai dengan dokumen penyalur;b. Komponen data terkait suku bunga, nomor akad, uraian agunan dan tanggal akad (17-37%) sehingga

masih perlu menjadi perhatian bagi PIP. Untuk melakukan koorsinasi dengan penyalur.

Laporan Kinerja 2018 98

2. Meskipun sejak tanggal 30 Juni 2018, proses rekonsiliasi dihentikan (S-4928/PB.1/2018 tgl 22 Juni 2018), namun penyempurnaan tatakelola penggunaan SIKP UMi telah dilakukan melalui :a. Penyempurnaan proses bisnis pembiayaan UMi melalui penetapan PMK 95/PMK.05/2018 tentang

Pembiayaan UMi;b. Penyempurnaan proses Monev telah dilakukan melalui Peraturan Dirjen Perbendaharaan No. PER-

25/PB/2018 tgl 07 Desember 2018 tentang Petunjuk Teknis Monitoring dan Evaluasi Pembiayaan Ultra Mikro oleh Instansi vertical DJPb;

c. Penyempurnaan SIKP UMi eksisting yang dilakukan PIP dengan pengembangan Lapisan interaksi dengan perbankan, Lapisan aplikasi keuangan PIP, Lapisan aplikasi pelaporan PIP dan Lapisan interaksi dengan aplikasi eksternal.

3. Risiko Triwulan IV tahun 2018 masih tetap tinggi (besaran risiko 17) dengan pertimbangan telah ditetapkannya PER-25/PB/2018 tgl 07 Desember 2018 tentang Petunjuk Teknis Monitoring dan Evaluasi Pembiayaan Ultra Mikro oleh Instansi vertikal DJPb dan baru akan dilaksanakan mulai tahun 2019.

4. Outlook risiko untuk triwulan I Tahun 2019 diperkirakan tetap tinggi dengan pertimbangan pelaksanaan PER-25/PB/2018 tgl 07 Desember 2018 tentang Petunjuk Teknis Monitoring dan Evaluasi Pembiayaan Ultra Mikro oleh Instansi vertikal DJPb.

Penanganan yang Telah Dilaksanakan

1. Penyempurnaan proses bisnis Pembiayaan UMi telah dilaksanakan melalui penetapan Peraturan Menteri Keuangan nomor 95/PMK.05/2018 tentang Pembiayaan Ultra Mikro sebagai pengganti PMK 22/PMK.05/2017

2. Telah diselenggarakan rapat untuk meminta masukan kepada stakeholder dalam upaya meningkatkan proses pembiayaan UMi, antara lain :

a. FGD Finalisasi Materi Draft PKS dan Juknis Pemanfaatan Data Kependudukan pada tanggal 4 September 2018 dengan mengundang Direktorat SITP, Pusintek Kemenkeu dan Ditjen Dukcapil Kemendagri. (Sesuai dengan Surat Direktur SMI nomor S-6744.1/PB.4/2018 dan Undangan nomor UND-2404.1/PB.4/2018).

b. Rapat Pembahasan Penyesuaian dan Integrasi Sistem SIKP dan SIKP UMi pada tanggal 24 September dengan mengundang pihak Pusat Investasi Pemerintah (PIP) dan Direktorat SITP (sesuai dengan undangan nomor UND-2640/PB.4/2018).

3. Melakukan evaluasi atas pelaksanaan Uji Coba rekonsiliasi dokumen penyaluran yang dilakukan Kanwil dan KPPN (ND-328/PB.46/2018 tanggal 30 Juni 2018) dengan rekomendasi penyempurnaan mekanisme rekonsiliasi melalui revisi PER-10/PB/2017.

4. Pelaksanaan rapat Pembahasan penunjukan Unit In Charge (UIC) penyalur/lembaga linkage dalam pelaksanaan Monev pembiayaan UMi oleh instansi vertical DJPb pada tanggal 14 November 2018 (Und-3287/PB.4/2018).

5. Permintaan Daftar UIC dan nara hubung penyalur/lembaga linkage kepada lembaga penyalur/lembaga linkage dalam pelaksanaan Monev Pembiayaan Umi oleh KPPN (S-9016/PB.4/2018 tanggal 21 November 2018).

6. Penyempurnaan proses Monev pembiayaan Ultra Mikro telah dilaksanakan melalui penetapan Peraturan Dirjen Perbendaharaan No.PER-25/PB/2018 tgl 07 Desember 2018 tentang Petunjuk Teknis Monev Pembiayaan UMi oleh Instansi vertikal DJPb sebagai pengganti PER-10/PB/2017.

Direktorat Jenderal Perbendaharaan99

7. Penyempurnaan SIKP UMi eksisting, sebagai berikut

a. Lapisan interaksi dengan perbankan telah dilakukan pelaksanaan virtual Account untuk BMT Amanah Ray, BMT El Anugrah Sejahtera, dan BMT Pradesa Finance Mandiri.

b. Lapisan aplikasi keuangan PIP yang telah dapat memonitoring seluruh saldo rekening penampungan pembiayaan ultra mikro, dimana informasi dari rekening tersebut akan mnejadi alat validasi atas data/informasi yang diinput melalui aplikasi SIKP UMi.

c. Lapisan aplikasi pelaporan PIP dengan telah dilaksanakannya pengembangan aplikasi dan UAT Aplikasi monev penyaluran UMi (21-24 November 2018).

d. Lapisan interaksi dengan aplikasi eksternal yang dilakukan dengan 2 pendekatan yaitu dengan membuka IT internal ke dunia luar dan melakukan internalisasi IT eksternal. Hal ini dilakukan dengan interaksi sistem dengan perbankan (BNI dan BRI), interaksi dengan platform ekosistem digital (BAKTI Kominfo) dengan pihak fintech (Gopay, Bukalapak, T-Money, T-cash dan Dana.id) dan memantau fidusia dengan melakukan interaksi secara host to host dengan penyalur (PT Pegadaian)

No Kejadian Risiko Penyebab Dampak UIC2 Pemberian pinjaman kepada debitur PLN tidak

diserap sesuai rencanaTerkendala lahan dan teknis pelaksanaaan proyek ketenaga listrikan

Penurunan reputasi organisasi

Dit. SMI

Nama IRU Batasan NilaiNilai

Aktual

Q1 s.d. Q2 s.d. Q3 s.d. Q4Persentase kendala teknis yang dihadapi

Batas Atas 30%20% 10% 20% 15%

Batas Aman 20%

Penjelasan

1. Berdasar aktual IRU sampai dengan triwulan I, Persentase kendala teknis yang dihadapi sebesar 20% (terdapat 4 proyek yang mengalami kendala lahan dan teknis ketenagalistrikan dari total 20 proyek PLN), sehingga status IRU hijau. Meskipun status IRU hijau, outlook risiko sampai dengan triwulan II diperkirakan masih pada level tinggi karena diperkirakan penyelesaian lahan di proyek PLTU Indramayu dan Java Bali Crossing serta kendala teknis ketenagalistrikan pada Strengthening West Kalimantan Power Grid dan UGC Semanggi Barat Semanggi Timur dan New Senayan (KFW 26180) belum dapat diselesaikan sampai periode berikutnya, serta rencana penanganan untuk menerapkan Early Warning System belum selesai dilaksanakan.

2. Berdasar aktual IRU sampai dengan triwulan II, Persentase kendala teknis yang dihadapi sebesar 10% (terdapat 2 proyek yang mengalami kendala teknis lahan dari total 20 proyek PLN), sehingga status IRU hijau. Meskipun status IRU hijau, outlook risiko sampai dengan triwulan III diperkirakan masih pada level tinggi karena diperkirakan penyelesaian lahan 2 proyek tersebut, yaitu proyek PLTU Indramayu dan Java Bali Crossing. Di samping kedua proyek PLN tersebut (Indramayu dan Java Bali Crossing), sampai dengan triwulan III diperkirakan masih terdapat satu proyek lagi yang akan mengalami kendala di dalam pelaksanaannya yaitu : Upper Cisokan Pumped Storage Hydro-electrical Power 1040 Mw (IBRD 8057-ID).

3. Level risiko pada triwulan III masih berada pada level tinggi (besaran risiko 16), dengan pertimbangan bahwa nilai aktual IRU sampai dengan triwulan III, yang berupa “persentase kendala teknis yang dihadapi proyek PLN adalah sebesar 20%”, hal ini disebabkan karena terdapat 4 proyek yang mengalami kendala lahan dan kendala teknis.

4. Capaian aktual IRU sampai dengan triwulan IV, yang berupa “persentase kendala teknis yang dihadapi proyek PLN adalah sebesar 15%. Hal ini disebabkan karena masih terdapat 3 proyek yang mengalami kendala lahan dan kendala teknis dari total 20 proyek. Adapun daftar proyek PLN yang masih mengalami kendala adalah sebagai berikut:

a. Indramayu Coal Fired Power Plant Project (Proyek PLTU Indramayu - Loan JICA IP-561. COD proyek PLTU Indramayu ditunda s.d 2026 dan proyek dalam masa waiting period;

Laporan Kinerja 2018 100

b. ADB 3083 & ADB 8276-INO Java Bali 500 KV Power Transmission Crossing. Dalam proses partial Loan Cancellation oleh ADB untuk pembiayaan di sisi Bali karena kendala perizinan yang tak kunjung selesai dan isu Bali Mandiri Energy;

c. JICA IP-532 (PLTA Asahan). Dalam proses rebidding pasca selesainya proses permasalahan lahan di Asahan III sehingga baru dapat ditagihkan untuk jasa konsultan.

Catatan: Untuk Kegiatan Proyek STALK untuk UGC Semanggi Barat dan Semanggi Timur dan New Senayan Incomer

diselesaikan dengan menggunakan APLN .

Risiko triwulan IV turun pada level sedang dengan pertimbangan proyek PLN yang mengalami kendala lahan dan teknis ketenagalistrikan menjadi berkurang dari triwulan sebelumnya. Outlook risiko tahun 2019 ditetapkan pada level sedang dengan pertimbangan masih terdapat beberapa proyek PLN yang mengalami kendala lahan dan teknis ketenagalistrikan yang masih diperlukan mitigasi tahun 2019.

Penanganan yang Telah Dilaksanakan

Action plan yang telah dilaksanakan terkait risiko ini adalah sebagai berikut:

1. Telah disusun daftar rencana dan realisasi penarikan proyek PT PLN sampai dengan triwulan I tahun 2018 yang dibiayai dari penerusan pinjaman.

2. Penerapan Early Warning System dengan melakukan pemantauan terhadap: (a). Penyelesaian dokumen (penyelesaian kendala) di setiap UIC; (b). Rencana Penarikan Dana setiap semester; (c). Evaluasi Kinerja Tahunan.

3. Untuk evaluasi kinerja terkait proyek PLN baru dilakukan s.d. triwulan I sementara triwulan II masih dalam proses penyelesaian mengingat pada bulan Juni – Juli sedang dilakukan audit kinerja pinjaman BUMN dengan objek audit proyek PT PLN.

4. Melakukan konfirmasi dan menyelenggarakan rapat koordinasi dengan DJPPR, Bappenas, & stakeholder lainnya.

5. Melakukan monitoring (on-desk & on-site) dan evaluasi proyek bersama dengan stakeholder lainnya;

6. Menghadiri undangan dari pihak PT PLN terkait Rapat Koordinasi dan Evaluasi Kemajuan Progres Pekerjaan dan Penyerapan Proyek yang Dibiayai DIPA Penerusan Pinjaman PT PLN (Persero) Untuk Periode Triwulan I Tahun 2018 pada tanggal 20 April 2018. Beberapa pihak yang terlibat dalam pelaksanaan rapat koordinasi ini antara lain Direktorat SMI, KPPN Khusus Investasi, PT PLN (Persero), DJPPR dan Bappenas.

7. Telah dilaksanakan kegiatan monitoring dan evaluasi terhadap proyek PT PLN yang mengalami kendala di dalam pelaksanaannya dengan melibatkan Itjen Kemenkeu dan Instansi Vertikal DJPb dari tanggal 10-27 Juli 2018 (ST-4903/PB.4/2018 tanggal 3 Juli 2018) dan telah dilaporkan kepada Direktur SMI melalui ND-279/PB.4/2018 tanggal 28 Agustus 2018

8. Telah dilaksanakan rapat Pembahasan progress proyek PT PLN per Agustus 2018 pada tanggal 16 Agustus 2018 dengan melibatkan KPPN Khusus Investasi dan seluruh PIU proyek PLN seluruh Indonesia dan telah dilaporkan ke Direktur SMI ND-280/PB.4/2018 tanggal 28 Agustus 2018.

9. Telah dilaksanakan rapat pembahasan terkait proyek PLN yang dibiayai dari SLA di Bappenas pada tanggal 21 Agustus 2018 dengan melibatkan Kementerian ESDM, Dit. Pinjaman dan Hibah DJPPR, Dit. SMI dan PT PLN.

Direktorat Jenderal Perbendaharaan101

10. Telah diterapkan Early Warning System Pemantauan sebagai berikut:

a. Penyelesaian matriks pemantauan penyelesaian dokumen di setiap UIC terkait 6 proyek yang mengalami kendala lahan dan teknis ketenagalistrikan dan Laporan pelaksanaan koordinasi dan evaluasi kemajuan progres pekerjaan dan penyerapan proyek PLN yang dibiayai dari penerusan pinjaman (ND-591/PB.4.4/2018 tanggal 26 Desember 2018).

b. Rencana Penarikan Dana melalui laporan penyaluran investasi dari KPPN KI (ND-6/WPB.12/KP.10/2019 tgl 04 Januari 2019).

c. Evaluasi kinerja tahunan melalui Laporan pelaksanaan koordinasi dan evaluasi kemajuan progres pekerjaan dan penyerapan proyek PLN yang dibiayai dari penerusan pinjaman (ND-591/PB.4.4/2018 tanggal 26 Desember 2018).

Laporan Kinerja 2018 102

7b- N

Persentase pencapaian target pendapatan BLU

Persentase Pencapaian Target Pendapatan Badan Layanan Umum (BLU) sebagaimana dimaksud adalah Persentase Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang diperoleh dari jasa layanan yang diberikan kepada masyarakat, hibah terikat/tidak terikat, dan hasil kerjasama BLU dengan pihak lain dan/atau hasil usaha lainnya, yang tercapai sesuai dengan target dalam UU APBN tahun 2017.

Indikator Kinerja Utama (IKU) Persentase pencapaian target pendapatan BLU bertujuan untuk mengetahui sejauh mana BLU dapat melakukan optimalisasi terhadap sumber daya yang dimiliki dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/jasa dengan tanpa mengutamakan mencari keuntungan, dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas serta praktik bisnis yang sehat.

IKU tersebut merupakan IKU baru yang diterapkan pada Kemenkeu-One DJPb 2017 dengan dinaikkan dari IKU Kemenkeu-Two Direktorat Pembinaan Pengelolaan Keuangan BLU. Selain itu, IKU tersebut juga menggantikan IKU Persentase satker BLU yang kinerjanya baik, dengan pertimbangan:1. Realisasi IKU dapat dipantau secara triwulanan;2. IKU lama telah menjadi IKU Kemenkeu-One sejak tahun 2013, tetapi capaiannya

berdasarkan historical report kinerja BLU (bukan current progress);3. Walaupun BLU merupakan badan usaha yang tidak mencari keuntungan,

tetapi dalam operasionalnya BLU mendasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas, sehingga jumlah pendapatan BLU relevan untuk menjadi IKU.

Formula perhitungan IKU tersebut ditunjukkan sebagai berikut:

Perhitungan polarisasi data IKU tersebut menggunakan maximize (semakin tinggi realisasi terhadap target, semakin baik capaian kinerjanya), periode pelaporan triwulanan, dan jenis konsolidasi periode menggunakan take last known value (realisasi yang digunakan adalah angka terakhir periode terakhir).

Target IKU Persentase pencapaian target pendapatan BLU untuk tahun 2018 adalah sebesar 100% sebagaimana ditentukan dalam Kontrak Kinerja Kemenkeu-One DJPb tahun 2018. Target IKU 100% tersebut mengacu pada target pendapatan BLU pada Undang-Undang tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2018. Berdasarkan UU No. 15 Tahun 2017 tentang Anggaran dan Pendapatan dan Belanja Negara Tahun 2018, ditetapkan target Pendapatan BLU sebesar Rp43.304.597.653.000. Nilai tersebut meningkat dari target tahun 2017 Rp38.541.440.190.000 (meningkat 12,36%).

Target IKU Tahun 2018

Direktorat Jenderal Perbendaharaan103

Batas waktu penerbitan SP2B BLU tahun 2018 oleh KPPN berdasarkan Pasal 26 Perdirjen Perbendaharaan No. PER-13/PB/2018 tentang Pedoman Pelaksanaan Penerimaan dan pengeluaran Negara pada Akhir Tahun Anggaran 2018 adalah 11 Januari 2019. Berdasarkan data pada aplikasi OM SPAN sampai dengan tanggal 10 Januari 2019 tetrcatat pendapatan BLU yang telah disahkan melalui KPPN adalah sebesar Rp54.075.306.214.394, dengan rincian sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.7b.1 dan Grafik 3.7b.1.

Tabel 3.7b.1 Perhitungan Realisasi Pendapatan BLU Tahun 2018

Rumpun Jumlah Total Pendapatan (Rp) %

Kesehatan 82 13.348.555.019.971 24,69%

Pendidikan 90 12.660.751.646.015 23,41%

Barang Jasa Lainnya 24 4.746.413.934.675 8,78%

Pengelola Dana 9 21.724.645.678.916 40,1%

Kawasan 4 1.594.939.934.817 2,95%

TOTAL 209 54.075.306.214.394 100,00%

Grafik 3.7b.1 Proporsi Pendapatan BLU Berdasarkan Rumpun Tahun 2018

Realisasi IKU Tahun 2018

Dari target pendapatan BLU yang ditetapkan pada UU APBN Tahun 2018 (UU No. 15 Tahun 2017) sebesar Rp43.304.597.653.000 (100%), realisasi pendapatan sebesar Rp54.075.306.214.394 atau telah mencapai sebesar 124,87% dari target. Dengan demikian, perbandingan realisasi dan target IKU dapat ditunjukkan pada Tabel 3.7b.2.

Tabel. 3.7b.2 Capaian IKU Persentase pencapaian target pendapatan BLU Tahun 2018

T / R Q1 Q2 Smt.1 Q3 s.d. Q3 Q4 Tahunan Pol /KP

Target 15% 40% 40% 60% 60% 100% 100% Maximize/ Take Last

Known Value

Realisasi 24% 48,58% 48,58% 91,22% 91,22% 124,87% 124,87%

Capaian 120 120 120 120 120 120 120

Perbandingan realisasi dan target IKU tahun 2018

Nilai realisasi IKU tersebut tahun 2018 dapat dibandingkan dengan realisasi IKU tersebut tahun-tahun sebelumnya, yaitu dari tahun 2015 s.d. 2018 sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.7b.3 dan Grafik 3.7b.2.

Tabel 3.7b.3 Perbandingan Realisasi IKU Persentase pencapaian target pendapatan BLU 2015 s.d. 2018

T/R 2015 2016 2017* 2018**

Target (Rp) 23.090.210.525.000 36.271.227.940.000 38.541.440.190.000 43.304.597.653.000

Realisasi (Rp) 35.315.457.265.581 41.945.888.535.965 47.589.020.003.894 54.075.306.214.394

% Realisasi 152,95% 115,65% 123,47% 124,87%

Keterangan:*) cutoff data 18 Januari 2018, **) cutoff data10 Januari 2019

Perbandingan realisasi tahun 2018 dan tahun-tahun sebelumnya

Laporan Kinerja 2018 104

Grafik 3.7b.2 Perbandingan Realisasi Pendapatan BLU Tahun 2015 s.d. 2018

Sebagaimana ditunjukkan pada Grafik 3.7b.2, realisasi dan target dari tahun 2015 s.d. 2018 selalu meningkat di mana realisasi tersebut dari tahun ke tahun selalu berhasil melampaui targetnya. Selain itu, diketahui bahwa Jumlah rupiah realisasi pendapatan BLU tahun 2018 meningkat 11,99% dibandingkan pendapatan BLU tahun 2017 .

Realisasi IKU tahun 2015 s.d. 2018 mencerminkan realisasi selama empat tahun pertama rencana jangka menengah DJPb yang dituangkan dalam Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu Tahun 2015-2019 dengan perbandingan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.7b.4.

Tabel 3.7b.4 Perbandingan Realisasi IKU Persentase pencapaian target pendapatan BLU s.d. 2018

dengan Renstra 2015-2019

Tahun Realisasi IKU Tahunan Renstra DJPb 2015-2019 Renstra Kemenkeu 2015-2019

2019 belum - -

2018 124,87% - -

2017 123,47% - -

2016 115,65% - -

2015 152,95% - -

Keterangan: mengingat IKU tersebut merupakan IKU baru pada Kemenkeu-One DJPb pada tahun 2017 (dinaikkan dari Kemenkeu-Two Dit. PPK BLU), tidak terdapat IKU dan target pada Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu Tahun 2015-2019.

Perbandingan realisasi s.d. 2018 dengan Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu

Realisasi Kinerja DJPb tahun 2015-2019 dapat dikaitkan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019, yang memuat perencanaan kinerja jangka menengah pemerintah pada tingkat nasional sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.7b.5.

Tabel 3.7b.5 Perbandingan Realisasi IKU Persentase pencapaian target pendapatan BLU s.d. 2018

dengan RPJMN 2015-2019

Tahun Realisasi IKU Target RPJMN 2015-2019 Keterangan

2019 belum - mengingat IKU tersebut merupakan IKU baru pada Kemenkeu-One DJPb pada tahun 2017 (dinaikkan dari Kemenkeu-Two Dit. PPK BLU), tidak terdapat IKU dan target pada RPJMN Tahun 2015-2019

2018 124,87% -

2017 123,47% -

2016 115,65% -

2015 152,95% -

Perbandingan realisasi s.d. 2018 dan Target RPJMN

Direktorat Jenderal Perbendaharaan105

Untuk mengetahui posisi DJPb dalam pencapaian IKU dibandingkan dengan eselon I lainnya yang juga menjalankan IKU yang sama pada suatu tahun, dapat dibandingkan capaian IKU tersebut antar eselon I lingkup Kemenkeu sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.7b.6.

Tabel 3.7b.6 Perbandingan Realisasi IKU Persentase pencapaian target pendapatan BLU Tahun 2018

dengan Unit Eselon I lainnya

No Unit Es. I Realisasi IKU 2018 Ket

1 SETJEN - IKU Persentase pencapaian target pendapatan BLU hanya dilakukan oleh DJPb (tidak dilakukan oleh eselon I lainnya di lingkup Kemenkeu) sehingga perbandingan capaian IKU tersebut dengan eselon I lainnya tidak dapat dilakukan.

2 DJA -

3 DJP -

4 DJBC -

5 DJPb 124,87%

6 DJKN -

7 DJPK -

8 DJPPR -

9 ITJEN -

10 BKF -

11 BPPK -

Rata-rata -

Perbandingan capaian IKU dengan eselon I lainnya

BLU menyediakan barang/jasa dengan tanpa mengutamakan mencari keuntungan. Dalam melakukan aktivitas “bisnis”nya, BLU harus tetap berpedoman pada regulasi yang ada. Sementara itu, beberapa regulasi mengenai upaya optimalisasi sumber daya/aset BLU masih belum tersedia. Selain itu, terdapat resistensi dari beberapa stakeholders atas beberapa ketentuan tentang pengelolaan keuangan BLU yang dianggap bertentangan dengan kepentingan stakeholders tersebut.

Pendapatan BLU tetap bergantung pada layanan utama berupa penyediaan barang/jasa. Pada beberapa BLU, sumber pendapatan di luar layanan utama relatif tidak signifikan. Terdapat potensi penurunan pendapatan untuk: 1. BLU RS akibat kebijakan Ditjen Pajak menetapkan dasar pembayaran pajak 100%,

sementara untuk RS swasta hanya 50%;2. BLU Pendidikan di lingkup Kemenhub dengan adanya kebijakan ikatan dinas dan diklat

Pemberdayaan Masyarakat.

Realisasi pendapatan pada tahun 2018 meningkat cukup signifikan dibandingkan tahun 2017. Faktor-faktor yang mendukung peningkatan pendapatan tersebut antara lain:1. Pertumbuhan pendapatan pada beberapa BLU yang antara lain terdapat pada BLU:

a. BPDP Kelapa Sawit Rp 15,47 T (2017 Rp 14,79 T);b. LMAN Rp 2,76 T (2017 Rp 1,19 T);c. LPDP Rp 2,06 T (2017 Rp 1,8 T);d. LPDUK Rp 1,22 T (2017 Rp 43 M);e. BP Batam Rp 1,26 T (2017 Rp 0,97 T).

2. Pendapatan dari BLU baru (24 BLU dengan total pendapatan Rp1,58 T);3. Pendapatan dari hasil pengelolaan aset oleh satker BLU senilai Rp1,55 T (2017

Rp 579 M).

Isu, permasalahan, tindakan, dan action plan

Laporan Kinerja 2018 106

Hal-hal tersebut berimplikasi pada: 1. Realisasi pendapatan pada tahun 2018 mencapai Rp 54,08 T;2. Peningkatan realisasi pendapatan pada tahun 2018 dibandingkan tahun 2017 (Rp

47,35 T) mencapai Rp 6,73 T atau meningkat sebesar 14,21%.

Akar permasalahan dalam pencapaian IKU tersebut, yaitu peningkatan layanan BLU yang juga didukung oleh pertumbuhan pendapatan dari pengelolaan aset BLU (Rp5,15 T atau 76,52% dari Rp 6,73 T) menjadi faktor utama peningkatan pendapatan pada tahun 2018, sementara pertumbuhan pendapatan dari pertambahan jumlah BLU hanya 23,48% (Rp 1,58 T).

Tindakan yang telah dilaksanakan dalam pencapaian IKU tersebut antara lain:1. Penandatanganan kontrak kinerja antara Menteri Keuangan (c.q. Dirjen

Perbendaharaan) dan Pimpinan BLU dengan target pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan target pada UU APBN 2018;

2. Mendorong Kanwil DJPb untuk lebih berperan aktif dalam pembinaan satker BLU; 3. Pembinaan berkelanjutan berpedoman pada PER-7/PB/2015 jo. PER-48/PB/2016

tentang Pedoman Pembinaan PK BLU;4. Penetapan PMK Nomor 82/PMK.05/2018 tentang Pengelolaan Kas dan Investasi BLU;5. Sinergi dengan DJKN untuk revisi PP 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan BMN/D agar

penerimaan dari pengelolaan BMN/D oleh BLU menjadi Pendapatan BLU;6. Penetapan PMK Nomor 176/PMK.05/2017 tentang Pedoman Remunerasi BLU dan

PMK Nomor 200/PMK.05/2017 tentang Sistem Pengendalian Internal BLU;7. Sinergi dengan aparat pemeriksa (BPK, Itjen) dan aparat hukum (Kejaksaan, POLRI)

untuk memperoleh persepsi yang sama tentang pengelolaan keuangan BLU.

Rekomendasi rencana aksi yang akan dilakukan pada tahun 2019 terkait pencapaian IKU tersebut di masa mendatang (penanggung jawab: Direktorat Pembinaan Pengelolaan Keuangan BLU) adalah monitoring dalam rangka memastikan seluruh BLU menyampaikan pengesahan pendapatan dan belanja BLU (SP3B BLU) kepada KPPN secara akurat dan tepat waktu.

Direktorat Jenderal Perbendaharaan107

Risiko terkait pencapaian IKU tahun 2018

Pada tahun 2018 telah diidentifikasi risiko terkait yang mempengaruhi pencapaian IKU Persentase pencapaian target pendapatan BLU dengan penjelasan dan telah ditangani sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 37b.7.

Tabel 3.7b.7 Penanganan Risiko terkait Pencapaian IKU Persentase pencapaian target pendapatan BLU Tahun 2018

Kejadian Risiko Penyebab Dampak UICBerkurangnya Satker yang menerapkan Pola Keuangan Badan Layanan Umum

1. Penurunan pertumbuhan pendapatan Satker BLU.2. Adanya peraturan yang lebih tinggi yang

mengubah status BLU menjadi badan hukum dengan status kekayaan yang dipisahkan.

Penurunan kinerja atas persentase pencapaian target pendapatan BLU

Dit. PPK BLU

Nama IRU Batasan Nilai

Nilai Aktual

Q1 s.d. Q2 s.d. Q3 s.d. Q4% pertumbuhan pendapatan 20 satker BLU dengan pendapatan terbesar

Batas Aman 12%16,57% -17,30% 46,05% -5,52%

Batas Bawah 0%

Jumlah PP (perubahan status BLU) yang terbit

Batas Atas 20 0 0 0

Batas Aman 0

Penjelasan

Aktual IRU pada akhir triwulan I menunjukkan bahwa statusnya hijau. Pendapatan Satker BLU pada Triwulan I tahun 2018 sebesar Rp 10.095.627.296.360,- (OM SPAN),lebih tinggi sebesar 16,57% dari proyeksi pendapatan pada Triwulan I 2018 sebesar Rp 8.660.000.000.000,- (CPIN), mengindikasikan bahwa pendapatan satker BLU pada batas aman. Selain itu, sampai Triwulan I belum terjadi perubahan status BLU, sehingga IRU tersebut masih dalam batas aman

Aktual IRU pada akhir triwulan II menunjukkan bahwa statusnya merah dan hijau. Besaran nilai persentase pertumbuhan pendapatan 20 satker BLU yang memiliki pendapatan terbesar mengalami penurunan sebesar -17,30%. Dua puluh Satker tersebut mempunyai kontribusi terhadap total pendapatan pada triwulan II tahun 2018 sebesar RP 7.058.543.633.378,- atau 66,76% dari total pendapatan satker BLU pada Triwulan II sebesar Rp 10,572,635,406,253,-. Tingkat pertumbuhan pendapatan yang menurun disebabkan karena pendapatan BLU di triwulan II belum seluruhnya disahkan oleh satker BLU melalui mekanisme SP3B (Surat Perintah Pengesahan Pendapatan dan Belanja) BLU dan dimungkinkan juga Kinerja Satker BLU sedang menurun.

Level risiko pada triwulan III turun menjadi level sedang (besaran risiko 13) sesuai dengan level risiko residual harapan, dengan pertimbangan sebagai berikut:

1. Status IRU berada pada kondisi yang sangat aman (semua hijau). Aktual IRU persentase pertumbuhan pendapatan 20 satker BLU dengan pendapatan terbesar mengalami kenaikan sebesar 46,05% yang diperoleh dari selisih pendapatan di triwulan III 2018 (Rp 12,8 T) dengan pendapatan triwulan III 2017 (Rp 8,76 T) dan dibandingkan dengan pendapatan triwulan III 2017. Selanjutnya, 6 BLU yang berpotensi untuk dicabut statusnya sebagai BLU tidak terealisasi, yaitu: BPJT, Bandara Fatmawati, Bandara Raden Inten, Bandara Sentani, Bandara Mutiara, dan Bandara A.S. Hanandjoeddin.

2. Rencana penanganan risiko sudah dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan.

Level risiko pada triwulan IV turun menjadi level sedang (besaran risiko 13) sesuai dengan level risiko residual harapan, dengan pertimbangan sebagai berikut:

1. Status IRU berada pada kondisi tidak aman (merah). Aktual IRU persentase pertumbuhan pendapatan 20 satker BLU dengan pendapatan terbesar mengalami penurunan sebesar -5,52% yang diperoleh dari selisih pendapatan di triwulan IV 2018 (Rp 9,01 T) dengan pendapatan triwulan IV 2017 (Rp 9,54 T) dan dibandingkan dengan pendapatan triwulan IV 2017. meskipun terjadi penurunan pertumbuhan, namun tidak menyebabkan terjadinya risk event. Hal ini diperkuat dengan 6 BLU yang berpotensi untuk dicabut statusnya sebagai BLU tidak terealisasi, yaitu: BPJT, Bandara Fatmawati, Bandara Raden Inten, Bandara Sentani, Bandara Mutiara, dan Bandara A.S. Hanandjoeddin.

Laporan Kinerja 2018 108

Penanganan yang Telah Dilaksanakan

1. Identifikasi Satker yang berpotensi akan menerapkan pola pengelolaan keuangan BLU (periode januari – September 2018), yaitu sebanyak 33 satker (13 Satker telah ditetapkan dan 1 Satker sudah melalui proses penilaian dan masih menunggu PMK).

2. Mengirimkan surat kepada satker BLU agar secara optimal mengimplementasikan PMK 136 Tahun 2016 tentang Pengelolaan Aset (periode triwulan I).

3. Telah diinventarisir 20 satker yang pendapatannya terbesar setiap triwulannya, berdasarkan data realisasi pendapatan tahun 2017.

4. Telah dilakukan penghitungan pertumbuhan pendapatan 20 satker BLU yang pendapatanya terbesar setiap triwulannya. Besaran nilai persentase pertumbuhan pendapatan 20 satker BLU yang memiliki pendapatan terbesar mengalami penurunan sebesar 5,52% pada triwulan IV 2018. 20 satker BLU dengan pendapatan terbesar, mempunyai kontribusi total pendapatan pada triwulan IV 2018.

2. Selanjutnya, rencana penanganan risiko untuk menurunkan dampak risiko sudah dilaksanakan secara optimal dan tepat waktu.

Outlook risiko pada tahun 2019 diperkirakan turun pada level rendah dengan pertimbangan:1. Pertumbuhan pendapatan 20 satker BLU dengan pendapatan terbesar, diperkirakan akan semakin

meningkat dengan melihat tren pendapatan per triwulan dari tahun 2017.

2. Perubahan status BLU diperkirakan tidak terjadi sampai dengan akhir tahun 2018, karena sampai dengan saat ini proses perubahan status satker BLU baru sampai pada tahap rapat penilaian pencabutan berdasarkan dokumen usulan pencabutan yang diterima. Belum terbit ketetapan PP pencabutan status satker BLU.

3. Sampai dengan triwulan IV realisasi kinerja pendapatan BLU sebesar 54.590.783.985.903,- (data 10 Januari 2019), melebihi target pendapatan BLU pada tahun 2018 sebesar Rp 44.194.974.851.000,-. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja BLU secara keseluruhan meningkat sebagai dampak dari optimalisasi mitigasi yang dilakukan.

Direktorat Jenderal Perbendaharaan109

7c- N

Persentase pelaksanaan tugas khusus

Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) dan Pusat Investas Pemerintah (PIP) merupakan unit organisasi non eselon yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Menteri Keuangan melalui Direktur Jenderal Perbendaharaan. BPDPKS bertugas untuk melaksanakan pengelolaan Dana Perkebunan Kelapa Sawit, sementara PIP bertugas melaksanakan koordinasi di bidang pembiayaan usaha mikro, kecil, dan menengah. Keduanya melaksanakan tugas sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan Menteri Keuangan dan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Indikator Kinerja Utama (IKU) Persentase pelaksanaan tugas khusus bertujuan untuk memonitor pelaksanaan tugas BPDPKS dan PIP yang mulai diterapkan sejak tahun 2016. IKU tersebut mengalami refinement pada tahun 2018 yang mengubah lingkup yang diukur di mana semula (2016 dan 2017) mengukur kinerja BPDPKS, pada tahun 2018 juga mengukur kinerja PIP. Selain itu, perubahan dilakukan terhadap satuan pengukuran yang semula indeks menjadi persentase untuk menyempurnakan penamaan IKU yang lebih tepat dalam menunjukkan pengukuran kinerja.

Indeks pelaksanaan tugas khusus dihitung berdasarkan kinerja dari satker BPDPKS dan Satker PIP sebagai berikut:

Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS):1. Persentase dana pendapatan yang sesuai Rencana Bisnis Anggaran (RBA)

(bobot 25%);2. Deviasi target harga CPO (bobot 15%);3. Persentase penyelesaian program replanting sesuai yang ditetapkan Komite

Pengarah (bobot 10%);4. Persentase penyelesaian program pengembangan SDM Sawit (bobot 5%);5. Persentase penyelesaian program pemenuhan sarana dan prasarana

perkebunan kelapa sawit (5%);6. Persentase riset yang dibiayai (10%);7. Persentase volume biodiesel yang disubsidi (10%);8. Persentase persepsi positif dari media massa terhadap sawit Indonesia (5%);9. Persentase tindak lanjut program kemitraan (5%);10. Persentase kualitas pelaksanaan anggaran (bobot 10%).

Pusat Investasi Pemerintah (PIP):1. Persentase nasabah pembiayaan ultra mikro (30%);2. Persentase pencairan dana bergulir ultra mikro yang telah dilakukan akad

dengan LKBB (20%);3. Persentase akad pembiayaan yang kompetitif (20%);4. Hasil survei uji dampak keekonomian (20%);5. Persentae kualitas pelaksanaan anggaran (5%);6. Persentase pencapaian imbal hasil pengelolaan dana (5%).

Selanjutnya nilai IKU diperoleh dengan formula berikut:

Nilai IKU = (Persentase kinerja satker BPDPKS x 70%) + (Persentase kinerja satker PIP x 30%)

Laporan Kinerja 2018 110

Target IKU Tahun 2018

Target IKU tersebut sebagaimana terdapat pada Kontrak Kinerja DJPb Tahun 2018 adalah 85% (target 30% untuk semester I dan 85% untuk semester II). Target tersebut meningkat dibandingkan dengan target pada tahun 2017 dan 2016 (80). Meskipun pada kedua tahun 2016 dan 2017 masih digunakan satiuan pengukuran indeks, pembandingan dapat dilakukan dengan tahun 2018 mengingat skala indeks yang diukur adalah 0-100.

Untuk setiap komponen kinerja BPDPKS ditargetkan sebagai berikut:1. Persentase dana pendapatan yang sesuai RBA sebesar 100% (10,992 T); 2. Deviasi target harga CPO sebesar 20% (target harga CPO $750);3. Persentase penyelesaian program replanting sesuai RBA sebesar 100% (20.000 ha);4. Persentase penyelesaian program pengembangan SDM Sawit sebesar 100%;5. Persentase penyelesaian program pemenuhan sarana dan prasarana perkebunan

kelapa sawit sebesar 100%;6. Persentase riset yang dibiayai sesuai RBA sebesar 100%;7. Persentase volume biodiesel yang disubsidi sebesar 100%;8. Persentase persepsi positif dari media massa terhadap sawit Indonesia sebesar 50%;9. Persentase tindak lanjut program kemitraan sebesar 60%;10. Persentase kualitas pelaksanaan anggaran internal Satker BPDPKS sebagaimana

baseline sebesar 95%.

Untuk setiap komponen kinerja PIP ditargetkan sebagai berikut:1. Persentase nasabah pembiayaan ultra mikro sebesar 100%; 2. Persentase pencairan dana bergulir ultra mikro yang telah dilakukan akad dengan

LKBB sebesar 80%;3. Persentase akad pembiayaan yang kompetitif sebesar 90%;4. Hasil survei uji dampak keekonomian sebesar 3%;5. Persentase kualitas pelaksanaan anggaran sebesar 95%;6. Persentase pencapaian imbal hasil pengelolaan dana sebesar 100.

Sampai dengan triwulan IV 2018, capaian setiap komponen kinerja BPDPKS adalah sebagai berikut:1. Realisasi pendapatan adalah Rp15,466 T (141% dari target Rp 10,992 T); 2. Realisasi harga CPO $497,55 (deviasi 33,66% dari target $750);3. Penyelesaian program replanting adalah 12.622 ha (63,11% dari target 20.000 ha);4. Penyelesaian program SDM Sawit sebesar 95%;5. Penyelesaian program pemenuhan sarana dan prasarana perkebunan kelapa sawit

adalah N/A (terdapat kendala dalam penyaluran);6. Realisasi riset yang dibiayai adalah 75 riset (150% dari target 50 riset);7. Realisasi volume biodiesel yang disubsidi adalah 3,26 juta KL (101% dari target

3,22 juta KL);8. Persentase persepsi positif dari media massa terhadap sawit Indonesia sebesar

44,99% (target 50%);9. Tindak lanjut program kemitraan sebesar 15 rekomendasi (75% dari target 20);10. Persentase kualitas pelaksanaan anggaran BPDPKS adalah sebesar 75% (target 95%).

Realisasi IKU Tahun 2018

Perhitungan polarisasi data menggunakan maximize (semakin tinggi realisasi terhadap target maka semakin baik capaian kinerjanya), pelaporan semesteran, dan jenis konsolidasi periode menggunakan take last known value (realisasi yang digunakan adalah angka periode terakhir).

Direktorat Jenderal Perbendaharaan111

Sampai dengan triwulan IV 2018, capaian setiap komponen kinerja PIP adalah sebagai berikut:1. Persentase nasabah pembiayaan ultra mikro sebesar 105,80%; 2. Persentase pencairan dana bergulir ultra mikro yang telah dilakukan akad dengan

LKBB sebesar 88%;3. Persentase akad pembiayaan yang kompetitif sebesar 100%;4. Hasil survei uji dampak keekonomian adalah N/A5. Persentase kualitas pelaksanaan anggaran sebesar 87,02%;6. Persentase pencapaian imbal hasil pengelolaan dana sebesar 114%.

Dengan demikian, dapat diperoleh nilai realisasi IKU Persentase pelaksanaan tugas khusus tahun 2018 sebesar 96,32% yang merupakan jumlah realisasi setiap komponen IKU setelah dibobot dengan perhitungan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.7c.1.

Tabel 3.7c.1 Perhitungan IKU Persentase pelaksanaan tugas khusus Tahun 2018

No Komponen Kinerja Target RealisasiNilai

Setelahdibobot

A BPDPKS

1 Persentase dana pendapatan yang sesuai RBA 100% 141% 31,58%

2 Deviasi target harga CPO 20% 33,66% 5,56%

3 Persentase penyelesaian program replanting sesuai yang ditetapkan Komite Pengarah

100% 63,11% 6,64%

4 Persentase penyelesaian program pengembangan SDM Sawit

100% 95% 5%

5 Persentase penyelesaian program pemenuhan sarana dan prasarana perkebunan kelapa sawit

100% N/A N/A

6 Persentase riset yang dibiayai 100% 150% 12,63%

7 Persentase volume biodiesel yang disubsidi 100% 101% 10,63%

8 Persentase persepsi positif dari media massa terhadap sawit Indonesia

50% 44,90% 4,73%

9 Persentase tindak lanjut program kemitraan 60% 75% 6,32%

10 Persentase kualitas pelaksanaan anggaran 95% 75% 8,31%

Capaian Komponen Kinerja BPDPKS 91,40%

B PIP

1 Persentase nasabah pembiayaan ultra mikro 100% 105,80% 39,68%

2 Persentase pencairan dana bergulir ultra mikro yang telah dilakukan akad dengan LKBB

80% 88% 27,50%

3 Persentase akad pembiayaan yang kompetitif 90% 100% 27,78%

4 Hasil survei uji dampak keekonomian 3% N/A N/A

5 Persentase kualitas pelaksanaan anggaran 95% 87,02% 5,73%

6 Persentase pencapaian imbal hasil pengelolaan dana 100% 114% 7,13%

Capaian Komponen Kinerja PIP 107,80%

Capaian IKU Persentase pelaksanaan tugas khusus (70% x BPDPKS + 30% x PIP) 96,32%

Laporan Kinerja 2018 112

Perbandingan capaian IKU tersebut dengan capaian tahun-tahun sebelumnya dapat ditunjukkan pada Tabel 3.7c.3.

Tabel 3.7c.3 Perbandingan Realisasi IKU Persentase pelaksanaan tugas khusus Tahun 2015 s.d. 2018

Target/Realisasi 2018 2017 2016 2015 Ket

Target 85% 80 80 - IKU diterapkan mulai tahun 2016Realisasi 96,32% 111,48 106,45 -

Mengingat IKU tersebut merupakan IKU yang baru diterapkan mulai tahun 2016, tidak terdapat capaian IKU tersebut sebelum tahun 2016. Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.7c.3, meskipun realisasi IKU selalu memenuhi target tahunannya sejak tahun 2016 s.d. 2018, realisasi IKU tersebut tahun 2018 menurun dibandingkan tahun 2017, setelah pada tahun 2017 meningkat dibandingkan tahun 2016. Hal tersebut dapat ditunjukkan pada Grafik 3.7c.1

Grafik 3.7c.1 Perbandingan Realisasi IKU Persentase pelaksanaan tugas khusus 2015 s.d. 2018

Perbandingan realisasi tahun 2018 dan tahun-tahun sebelumnya

Realisasi IKU tahun 2015 s.d. 2018 mencerminkan realisasi selama empat tahun pertama rencana jangka menengah DJPb yang dituangkan dalam Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu Tahun 2015-2019 dengan perbandingan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.7c.4.

Tabel 3.7c.4 Perbandingan Realisasi IKU Persentase pelaksanaan tugas khusus

s.d. 2018 dengan Renstra 2015-2019

Tahun Realisasi IKU Tahunan Renstra DJPb 2015-2019 Renstra Kemenkeu 2015-2019

2019 belum - -

2018 96,32 - -

2017 111,48 - -

2016 106,45 - -

2015 - - -

Ket: Mengingat IKU tersebut baru ditetapkan untuk diterapkan mulai tahun 2016, IKU tersebut tidak ditargetkan pada Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu Tahun 2015-2019

Perbandingan realisasi s.d. 2018 dengan Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu

Dengan demikian, capaian IKU tersebut pada tahun 2018 dapat ditunjukkan pada Tabel 3.7c.2. IKU Indeks pelaksanaan tugas khusus tahun 2018 sebesar 96,04 tersebut telah mencapai target yang ditetapkan dalam Kontrak Kinerja Kemenkeu-One DJPb Tahun 2018.

Tabel. 3.7c.2 Capaian IKU Pesentase pelaksanaan tugas khusus Tahun 2018

T/R Q1 Q2 Smt.1 Q3 s.d. Q3 Q4 Tahunan Pol /KP

Target - 30% 30% - 30% 85% 85% Maximize/ Take Last

Known Value

Realisasi - 42,09% 42,09% - 42,09% 96,32% 96,32%

Capaian - 140 140 - 140 113,32 113,32

Perbandingan realisasi dan target IKU tahun 2018

Direktorat Jenderal Perbendaharaan113

Untuk mengetahui posisi DJPb dalam pencapaian IKU dibandingkan dengan eselon I lainnya yang juga menjalankan IKU yang sama pada suatu tahun, dapat dibandingkan capaian IKU tersebut antar eselon I lingkup Kemenkeu sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.7c.6.

Tabel 3.7c.6 Perbandingan Realisasi IKU Persentase pelaksanaan tugas khusus Tahun 2018

dengan Unit Eselon I lainnya

No Unit Es. I Realisasi IKU 2017 Ket

1 SETJEN - IKU Indeks pelaksanaan tugas khusus hanya dilakukan oleh DJPb (tidak dilakukan oleh eselon I lainnya di lingkup Kemenkeu) sehingga perbandingan capaian IKU tersebut dengan eselon I lainnya tidak dapat dilakukan.

2 DJA -

3 DJP -

4 DJBC -

5 DJPb 96,32%

6 DJKN -

7 DJPK -

8 DJPPR -

9 ITJEN -

10 BKF -

11 BPPK -

Rata-rata -

Perbandingan capaian IKU dengan eselon I lainnya

Realisasi Kinerja DJPb tahun 2015-2019 dapat dikaitkan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019, yang memuat perencanaan kinerja jangka menengah pemerintah pada tingkat nasional. Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.7c.5, realisasi IKU tahun 2016 s.d. 2018 tidak dapat dibandingkan dengan target RPJMN mengingat IKU tersebut baru ditetapkan setelah perencanaan jangka menengah disusun sebagai mandatori untuk diterapkan mulai tahun 2016

Tabel 3.7c.5 Perbandingan Realisasi IKU Persentase pelaksanaan tugas khusus

s.d. 2018 dengan RPJMN 2015-2019

Tahun Realisasi IKU -Target- RPJMN 2015-2019

2019 belum -

2018 96,32% -

2017 111,48 -

2016 106,45 -

2015 - -

Ket: Mengingat IKU tersebut baru ditetapkan untuk diterapkan mulai tahun 2016, IKU tersebut tidak ditargetkan pada RPJMN Tahun 2015-2019

Perbandingan realisasi s.d. 2018 dan Target RPJMN

Laporan Kinerja 2018 114

Sampai dengan tahun 2018 target IKU telah berhasil dicapai, baik oleh BPDPKS maupun oleh PIP. Namun demikian, tetapi terdapat beberapa isu dan tantangan yang perlu mendapat perhatian, antara lain:

1. Terjadi tren penurunan signifikan rata-rata harga CPO di tahun 2018 dibandingkan tahun 2017 yang disebabkan oleh peningkatan produksi besar tahun 2018 tidak diimbangi oleh penyerapan di pasar luar negeri. Selain itu, data statistik menunjukkan harga minyak sawit bergerak mengikuti penurunan harga minyak kedelai di pasar Rotterdam.

2. Sampai dengan akhir tahun 2018, belum terdapat penyaluran dana untuk program bantuan sarana dan prasarana perkebunan kelapa sawit. Dalam hal ini, terdapat beberapa kendala penyaluran yang berkaitan dengan pihak luar BPDPKS, yaitu:a. Belum ada surat resmi dari Direktorat Jenderal Perkebunan terkait dengan

prioritas dan aspek teknis;b. Belum terdapat MoU dan Surat Perjanjian Kerja sama untuk pelaksanaan kegiatan

yang dilaksanakan secara swakelola;c. Belum adanya Rekomendasi Teknis (rekomtek).

3. Rekomendasi teknis yang disampaikan ke BPDPKS memerlukan waktu untuk dilakukan penelitian dan penyiapan administrasi yang dibutuhkan dalam pembayaran. Di samping hal tersebut, kecepatan Koperasi/Kelompok Tani/Gabungan Kelompok Tani untuk melengkapi data adminstrasi pembayaran sangat dibutuhkan.

4. Dalam penyaluran volume biodiesel ditemukan isu berikut:a. Penyerapan biodiesel dari sektor lain (Non-PSO) telah diterapkan mulai September

2018 dengan menyesuaikan regulasi yang ada. b. Perpindahan unit verifikasi pada internal Kementerian ESDM. c. Telah dilakukan penyamaan harga dan periode penetapan pada HIP Solar antara

Jenis Bahan Bakar Umum (Non PSO) dan Jenis Bahan Bakar Tertentu (PSO).d. Kondisi HIP Biodiesel exclude OA < HIP Solar menyebabkan dispute pada BU BBN

dan BU BBM menyangkut Ongkos Angkut, sehingga baru beberapa dokumen tagihan yang telah disampaikan ke BPDPKS.

5. Sasaran penyaluran dana promosi dan kemitraan perkebunan kelapa sawit adalah untuk menjalin kemitraan, pelaksanaan diplomasi & advokasi sawit, dan hubungan kelembagaan dengan mitra strategis dengan tujuan untuk meningkatkan citra nilai produk sawit. Dalam hal ini, diukur persentase net sentiment (positif – negatif) dari data sentimen masyarakat pada media massa dan media sosial di dalam negeri.

6. Pengembangan SDM yang dilaksanakan ialah kegiatan pendidikan dan pelatihan. Pendidikan berupa pemberian beasiswa kepada anak-anak petani kelapa sawit, sementara pelatihan diberikan tidak hanya kepada petani dan/atau anak petani, tetapi lebih luas cakupannya seperti guru, siswa dan masyarakat lainnya yang terkait dengan bidang perkebunan kelapa sawit.

7. Rekomendasi hasil kegiatan kemitraan yang ditindaklanjuti BPDPKS dapat berupa kegiatan promosi sawit, kegiatan diplomasi dan advokasi sawit, pelaksanaan kajian/suvei, usulan atau konsep kebijakan/regulasi terkait sawit, dan lain-lain yang berkenaan dengan aspek promosi sawit dan penanganan isu-isu sawit.

8. Dalam pencapaian nasabah pembiayaan ultra mikro oleh PIP ditemukan isu sebagai berikut: (a) Usaha pemerintah untuk mendorong terfasilitasinya 44 juta usaha semakin lama, (b) Target pencapaian nasabah baru ultra mikro kurang dari 500 ribu, dan (3) Pengurangan alokasi dana kelolaan untuk pembiayaan ultra mikro dalam DIPA PIP.

Isu, permasalahan, tindakan, dan action plan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan115

9. Dalam pelaksanaan survei uji dampak keekonomian oleh PIP, sampai dengan Triwulan IV PIP dan UKMC UI telah menyelesaikan laporan hasil survey, yang antara lain melaporkan bahwa: (a) Indeks keekonomian debitur dibagi menjadi 2 yakni indeks keekonomian pribadi dan indeks keekonomian usaha, (b) Peningkatan indeks keekonomian nasabah Umi belum signifikan yakni meningkat sekitar 0.238 dari indeks semula, dan (c) Hasil indeks tersebut belum signifikan meningkat mengingat bahwa data dibandingkan Bulan Juli 2018 dan bulan Maret 2018.

10. Dalam pelaksanaan anggaran PIP, terdapat isu bahwa pelaksanaan kegiatan direktorat teknis tidak sesuai dengan jadwal yang telah diusulkan, serta penambahan signifikan pagu PIP yang memerlukan percepatan realisasi anggaran.

Dalam hal ini, akar permasalahan yang telah diidentifikasi, yaitu:

1. Stok CPO di triwulan IV meningkat seiring dengan peningkatan produksi yang melebih permintaan di pasar baik luar maupun dalam negeri, serta penurunan harga jual minyak kedelai di pasar Rotterdam sebagai imbas peningkatan stok kedelai AS.

2. Adanya kekhawatiran / keluhan teknis terhadap mesin yang menggunakan B20 oleh sebagian end user, serta sulitnya logistik Biodiesel karena penyaluran yang dilakukan pada saat yang bersamaan.

3. Masih banyak isu negatif tentang sawit yang mengemuka di masyarakat dalam negeri, serta belum dipahaminya sawit sebagai komoditas strategis Indonesia.

Tindakan yang telah dilaksanakan terkait pencapaian IKU tersebut, yaitu:

1. Selain penyaluran dana Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) , telah dilakukan Pembayaran Tahap I, Swakelola Dukungan Kegiatan Peremajaan Perkebunan Kelapa Sawit Tahun 2018 kepada Tim Khusus Fasilitasi Peremajaan Tanaman Kelapa Sawit Pekebun, Pengembangan SDM dan Sarana dan Prasarana Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian RI

2. Rekonsiliasi data pungutan dan data tonase LS, uji coba rekonsiliasi data pembayaran pungutan dan data pemberitahuan pabean ekspor dari bulan Januari 2018 hingga Juli 2018, rekonsiliasi dengan menggunakan aplikasi SiReD tahap I dari bulan Agustus s.d. September 2018, serta penyusunan SOP rekonsiliasi data pungutan dan data PEB

3. Rapat koordinasi terkait percepatan penyaluran dana Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) yang melibatkan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Kemenkeu, Kementerian Pertanian, dan Bank Mitra untuk mengambil langkah langkah yang diperlukan untuk percepatan PSR.

4. Revisi Perdirut tentang Tata Cara Pungutan Ekspor CPO dan Produk Turunannya

5. Dalam peningkatan harga CPO dilakukan: (a) monitoring pergerakan harga CPO, (b) kajian faktor pengaruh harga CPO Cif Rotterdam, dan (c) Penyiapan dukungan dana, analisis, dan koordinasi perluasan B20 dalam rangka penyerapan kelebihan stok CPO (diharapkan harga CPO akan mendapat koreksi positif).

6. Dalam pemenuhan sarpras perkebunan kelapa sawit telah dilakukan: (a) penyusunan Perdirut terkait dengan pengaturan detail mekanisme penyaluran dana sarpras, dan (b) Rapat koordinasi dan pelaksanaan FGD yang melibatkan para pihak terkait seperti Ditjen Perkebunan, petani dan para produsen pupuk dan pestisida.

7. Telah diterbitkannya Perpres No. 66/20018 dan Permen ESDM No. 41/2018, serta telah dilakukannya penunjukan surveyor untuk Periode September – Desember 2018 dan Januari s.d. Desember 2019.

Laporan Kinerja 2018 116

8. Dalam pengembangan SDM Sawit telah dilakukan: (a) diskusi dan mengingatkan dengan Direktorat terkait perihal penyelesaian perdirut Pendidikan dan Pelatihan, (b) Pelatihan Guru SMA/SMK sebanyak 44 angkatan di 16 Provinsi

9. Pengadaan media monitoring untuk pengukuran persepsi media massa tentang sawit, pembentukan tim pengelola website BPDPKS untuk produksi berita positif sawit, serta penyampaian press release secara rutin.

10. Telah disampaikan surat kepada segenap stakeholder sawit Indonesia tentang usulan program kegiatan tahun 2018 untuk disinkronisasikan dengan program Promosi, Diplomasi dan Kemitraan BPDPKS.

11. Pelaksanaan rapat stakeholder sawit untuk menentukan isu-isu sawit yang perlu ditindaklanjuti bersama oleh BPDPKS dalam program kegiatan tahun 2018 melalui kemitraan dengan K/L, Asosiasi Sawit, Perusahaan, UKM & Koperasi, serta Lembaga Kemasyarakatan lainnya.

12. Dilakukan standardisasi format laporan pertanggungjawaban kegiatan promosi dan diplomasi sawit yang mencantumkan rekomendasi tindak lanjut dari setiap kegiatan.

13. Melakukan monev realisasi anggaran, penetapan output, rapat koordinasi penyelesaian tagihan, dan penyelesaian peraturan direktur utama yang mengatur langkah-langkah akhir tahun.

14. Dalam pencapaian nasabah pembiayaan Ultra Mikro oleh PIP telah dilakukan: (a) peningkatan Service Level Agreement (SLA) terkait penyelesaian proses pencairan ke LKBB, (b) Melakukan koordinasi dengan LKBB dalam rangka perbaikan kinerja LKBB dalam menyalurkan pembiayaan Ultra Mikro, (c) Pembentukan platform ekosistem digital UMi dengan melibatkan fintech dan e-commerce, (d) Meningkatkan fungsi SIKP-UMi guna memberikan kemudahan kepada mitra penyalur, (e) Melakukan monitoring dan evaluasi secara aktif sebagaimana rekomendasi BPK, (f) Percepatan penyaluran setelah seluruh penyempurnaan infrastruktur sesuai pipeline penyalur, dan (f) Piloting penyaluran UMi secara cashless sampai dengan level debitur.

15. Dalam pencapaian pencairan dana bergulir Ultra Mikro yang telah dilakukan akad dengan LKBB dilakukan: (a) koordinasi dengan LKBB untuk segera menyalurkan pembiayaan ultra mikro sesuai dengan akad pembiayaan, dan (b) mendorong Koperasi untuk mememenuhi kewajibannya sehingga pencairan dapat dilakukan dengan segera.

16. Dalam mendorong akad pembiayaan yang kompetitif telah dilakukan: (a) pencatuman klausa pengenaan bunga yang lebih rendah daripada existing pada akad, (b) monitoring kepada nasabah penerima.

17. Dalam pencapaian hasil survei uji dampak keekonomian telah dilakukan: (a) enumerator telah melakukan survey kepada nasabah pembiayaan Ultra Mikro, (b) PIP dan UKMC UI melakukan validasi terhadap data hasil survey tersebut, (c) pelaksanaan kajian-kajian Uji Dampak Program Pembiayaan Ultra Mikro, (d) penyusunan laporan Uji Dampak Program Pembiayaan Ultra Mikro.

18. Dalam peningkatan kualitas pelaksanaan anggaran pada PIP, telah dilakukan: (a) koordinasi dengan setiap Direktorat agar melaksanakan kegiatan sesuai jadwal, dan (b) percepatan Realiasasi Anggaran.

19. Dalam pencapaian imbal hasil pengelolaan dana, telah dilaksanakan penempatan Dana Saldo Awal sebesar 170 miliar dan penagihan jasa layanan sebesar 6,5 miliar.

Direktorat Jenderal Perbendaharaan117

Rekomendasi rencana aksi yang akan dilaksanakan di tahun 2018 (penanggung jawab: BPDPKS), yaitu:

1. Penunjukkan tenaga pendamping (surveyor/consultant) yang bertujuan untuk mendampingi koperasi dalam mempersiapkan proposal pengajuan dana PSR.

2. Penggunaan Apllikasi PSR online secara menyeluruh.

3. Koordinasi dengan Bank Mitra untuk membicarakan master PKS, sistem dan prosedur pencairan dana PSR dan solusi konfirmasi rekening petani.

4. Pengembangan sistem rekonsiliasi data (SiReD) dan uji coba SiRed Tahap II untuk data rekonsiliasi bulan Oktober- Desember 2018.

5. Monitoring dan evaluasi kegiatan Ekspor Kelapa Sawit dan Produk Turunannya

6. Monitoring pergerakan harga CPO, reviu penetapan batas atas dan bawah rentang harga CPO, peningkatan kualitas data set dan proyeksi harga sebagai early warning system atas volatilitas harga CPO Rotterdam, serta koordinasi dengan para pihak terkait data sharing.

7. Berkoordinasi dengan Ditjenbun terkait spesifikasi teknis dan prioritas untuk sarpras 2019 dan dengan Direktorat SMI dan Ditjenbun terkait strategi pencapaian target 2019.

8. Proses Pencairan Dana penelitian dan pengembangan, serta monitoring dan evaluasi pelaksanaan program litbang 2018.

9. Revisi Perdirut No. 13 Tahun 2017 tentang Tata Cara Pembayaran Insentif Biodiesel

10. Pelaksanaan capacity Building Media tentang Sawit dan Media Gathering, trip pengenalan industri dan perkebunan kelapa sawit kepada media massa dalam negeri, serta penyusunan Rencana Strategi Promosi dan Komunikasi bekerja sama dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika.

11. Mendorong penyusunan peraturan untuk pelaksanaan pelatihan petani.

12. Monitoring progres Revisi Perdirut Pelatihan Masyarakat Umum, serta monitoring dan evaluasi Pendidikan D3 dan D1.

13. Pelaksanaan rapat stakeholder sawit secara berkala untuk meng-update progres penanganan isu yang telah ditindaklanjuti.

14. Penyusunan formula kualitas pelaksanaan anggaran yang sesuai dengan karakteristik BLU Penyusunan rencana kerja pada unit-unit yang melaksanakan anggaran internal.

Laporan Kinerja 2018 118

Sasaran Strategis 8

Peningkatan

kapasitas pengelola

perbendaharaan K/L

yang

berkesinambungan

Dalam rangka memperkuat implementasi kebijakan di bidang perbendaharaan negara, diperlukan upaya pemberian pemahaman maupun standardisasi keahlian kepada stakeholders terhadap pelaksanaan tugas-tugas teknis bidang perbendaharaan secara komprehensif dan kontinu sehingga mereka memiliki informasi sekaligus kompetensi yang cukup, untuk menunjang tugas perbendaharaan.

Dalam pencapaian sasaran strategis ini, DJPb mengidentifikasikan 1 (satu) Indikator Kinerja Utama (IKU), yang pencapaiannya ditabulasikan dalam Tabel 3.8.

Tabel 3.8 Capaian IKU pada Sasaran Strategis 8

SS 8: Peningkatan kepasitas pengelola perbendaharaan K/L yang berkesinambungan

Kode Indikator Kinerja Target Realisasi Nilai

8a-N Indeks efektivitas edukasi dan komunikasi

85 87,86 103,36

Uraian mengenai IKU tersebut adalah sebagai berikut:

8a- N

Indeks efektivitas edukasi dan komunikasi

Efektivitas edukasi dan komunikasi merupakan bentuk pengukuran tingkat keberhasilan peserta pelatihan/sosialisasi/workshop dalam hal pemahaman substansi/materi. Tingkat pemahaman merupakan tingkat daya tangkap peserta terhadap segala materi yang diberikan pada pelatihan teknis (bimbingan teknis atau yang dipersamakan dengan itu).

Tolok ukur hasil pelatihan teknis didasarkan pada peningkatan pemahaman peserta atas materi yang diberikan dalam pelatihan untuk satu periode. Ruang lingkup pelatihan teknis meliputi pelatihan yang diselenggarakan di lingkup DJPb antara lain:• Sosialisasi/Bimtek terkait pelaksanaan anggaran;• Sosialisasi/Bimtek terkait akuntansi dan pelaporan keuangan.

Untuk bimtek diukur dengan post test, sementara untuk sosialisasi diukur dengan kuesioner. Jika pada satu periode pelaporan (satu triwulan) terdapat kegiatan bimtek dan kegiatan sosialiasi, total nilai efektivitas edukasi dan komunikasi pada triwulan tersebut dibobot sebagai berikut: hasil pos test 60%, hasil kuesioner 40%.

Indikator Kinerja Utama (IKU) Indeks efektivitas edukasi dan komunikasi bertujuan untuk mengukur peningkatan pemahaman/pengetahuan stakeholders terhadap kebijakan di bidang perbendaharaan negara dan menjadi umpan balik dalam mengukur tingkat efektivitas pelatihan teknis perbendaharaan. IKU tersebut mengalami refinement untuk tahun 2018, yaitu pada lingkup kebijakan yang diukur pemahamannya di mana semula terbatas pada kebijakan akuntansi akrual, pada tahun 2018 diperluas menjadi kebijakan terkait bidang perbendaharaan negara. Dalam hal ini, pada tahun 2018 dilakukan selain oleh Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan (APK), juga oleh Direktorat Pelaksanaan Anggaran (PA).

Direktorat Jenderal Perbendaharaan119

Target IKU tersebut untuk tahun 2018 adalah sebesar 85% (baik untuk target tahunan maupun target semesteran) sebagaimana ditentukan dalam Kontrak Kinerja Kemenkeu-One DJPb tahun 2018. Target tersebut meningkat dibandingkan target tahun-tahun sebelumnya (2016-2017: 80; 2015: 75). Mengingat IKU tersebut baru diterapkan pada tahun 2017 (dinaikkan pada Kemenkeu-One DJPb), IKU tersebut tidak terdapat dan tidak ditargetkan pada Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu Tahun 2015-2019, serta Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) Tahun 2015-2019.

Target IKU Tahun 2018

Penilaian terhadap tingkat efektivitas edukasi dan komunikasi Direktorat PA dihitung berdasarkan hasil evaluasi terhadap Kegiatan Sosialisasi, Bimtek, atau FGD Pelaksanaan Anggaran kepada satker K/L maupun Kanwil DJPb dan/atau KPPN yang diselenggarakan oleh Direktorat PA. Pada Tahun Anggaran 2018, kegiatan sosialisasi yang dilaksanakan terkait dengan layanan yang diberikan oleh Direktorat PA, yaitu Revisi Anggaran, dan Peningkatan Kualitas Analisis KFR, Koordinasi TKDD, dan Integrasi Informasi Keuangan Pusat-daerah Tahun 2018 .

Nilai indeks efektivitas edukasi dan komunikasi didapatkan dari kuesioner/survei kepada K/L dan Kanwil DJPb yang terbagi dalam beberapa kategori, sebagai berikut:

1. Tingkat pemahaman peserta terhadap materi Revisi Anggaran yang menjadi Kewenangan DJPb serta Penyusunan KFR, Koordinasi TKDD, dan Integrasi Informasi Keuangan Pusat-daerah (bobot 70%)

2. Kualitas materi Revisi Anggaran dan Analisis KFR, Koordinasi TKDD, dan Integrasi Informasi Keuangan Pusat-daerah (bobot 15%)

3. Kualitas fasilitator pada kegiatan sosialisasi (bobot 10%)

4. Fasilitas sarana dan prasarana dalam kegiatan sosialisasi (bobot 5%)

Kegiatan Sosialisasi Revisi Anggaran yang menjadi Kewenangan DJPb pada Tahun Anggaran 2018 dilaksanakan pada tanggal 28 Februari 2018 di Jakarta dengan peserta dari 86 Kementerian Negara/Lembaga. Berdasarkan hasil evaluasi terhadap penyelenggaraan kegiatan sosialisasi, maka diperoleh nilai indeks efektivitas edukasi dan komunikasi sebesar 85,04.

Kegiatan Workshop Peningkatan Kualitas Analisis KFR, Koordinasi TKDD, dan Integrasi Informasi Keuangan Pusat-daerah Tahun 2018 dilaksanakan pada tanggal 27-28 Agustus 2018 dengan peserta dari 34 Kanwil DJPb. Berdasarkan hasil evaluasi terhadap penyelenggaraan kegiatan sosialisasi, maka diperoleh nilai indeks efektivitas edukasi dan komunikasi sebesar 93,36.

Realisasi IKU Tahun 2018

Indeks efektivitas edukasi dan komunikasi didapatkan dari rata-rata tingkat efektivitas setiap kegiatan pelatihan/sosialisasi/workshop, yang berasal dari nilai kuesioner/pre/ post -test kepada peserta, dengan keterangan indeks sebagai berikut:• 0 < x ≤ 20 = sangat tidak efektif • 20 < x ≤ 40 = tidak efektif • 40 < x ≤ 60 = kurang efektif • 60 < x ≤ 80 = efektif • 80 < x ≤ 100 = sangat efektif

Dalam perhitungan IKU tersebut, digunakan perhitungan polarisasi data maximize (semakin tinggi realisasi terhadap target, semakin baik capaian kinerjanya), periode pelaporan semesteran, dan jenis konsolidasi periode menggunakan average (realisasi yang digunakan adalah angka rata-rata dalam periode bersangkutan).

Laporan Kinerja 2018 120

Sementara itu, pad Direktorat APK, efektivitas edukasi dan komunikasi dhitung berdasarkan hasil evaluasi terhadap kegiatan sosialisasi, bimtek, atau FGD yang diselenggarakan oleh Direktorat APK, berkaitan dengan akuntansi dan pelaporan keuangan selama tahun 2018. Pada Direktorat APK, IKU tersebut diturunkan ke Subdit SAP (Standar Akuntansi Pemerintahan), Subdit SA (Sistem Akuntansi), dan Subdit BAIBUN (Bimbingan Akuntansi Instansi dan Bendahara Umum Negara), dengan penjelasan capaian sebagai berikut:

Semester I tahun 2018 telah dilaksanakan sosialisasi dengan nilai rata-rata semester I sebesar 86,80, dengan rincian sebagai berikut:1. Sosilaisasi oleh Subdit SAP dengan nilai rata-rata 87,132. Sosialisai oleh Subdit SA dengan nilai rata-rata 87,603. Sosialisasi oleh Subdit BAIBUN dengan nilai rata-rata 85,70

SemesterII tahun 2018 telah dilaksanakan sosialisasi dengan nilai rata-rata semester I sebesar 86,24, dengan rincian sebagai berikut:1. Sosilaisasi oleh Subdit SAP dengan nilai rata-rata 87,352. Sosialisai oleh Subdit SA dengan nilai rata-rata 85,13

Secara keseluruhan pada DJPb dapat dihitung realisasi IKU tersebut pada tahun 2018 sebagai berkut:• Realisasi IKU Semester I : (85,04 + 87,35) / 2 = 85,92• Realisasi IKU Semester II: (93,36 + 86,24) / 2 = 89,8• Realisasi IKU Tahun 2018: (85,92 + 89,8) / 2 = 87,86

Dengan demikian, capaian IKU tersebut untuk tahun 2018 ditunjukkan pada Tabel 3.8.1.

Tabel 3.8.1 Capaian IKU Indeks efektivitas edukasi dan komunikasi Tahun 2018

T /R Q1 Q2 Smt I Q3 s.d.Q3 Q4 Tahunan Pol /KP

Target - 85 85 - 85 85 85Maximize/

AverageRealisasi - 85,92 85,92 - 85,92 89,8 87,86

Nilai Cap. - 101,08 101,08 - 101,08 105,64 101,41

Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.8.1 realisasi IKU tersebut untuk tahun 2018 adalah sebesar 87,86 dengan realisasi 85,92 untuk semester I dan 89,8 untuk semester II. Realisasi IKU tersebut telah melampaui target tahunan dan semesteran yang telah ditetapkan dalam Kontrak Kinerja Kemenkeu-One DJPb Tahun 2018 (sebesar 85).

Perbandingan realisasi dan target IKU tahun 2018

Nilai realisasi IKU tersebut tahun 2018 dapat dibandingkan dengan realisasi IKU tersebut tahun-tahun sebelumnya, yaitu dari tahun 2015 s.d. tahun 2018 sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.8.2.

Tabel 3.8.2 Perbandingan Realisasi IKU Indeks efektivitas edukasi dan komunikasi

Tahun 2015 s.d. 2018

Tahun Target IKU Tahunan Realisasi IKU Tahunan

2015 75 82,81

2016 80 82,72

2017 80 83,48

2018 85 87,86

Perbandingan realisasi tahun 2018 dan tahun-tahun sebelumnya

Direktorat Jenderal Perbendaharaan121

Realisasi Kinerja DJPb tahun 2015-2019 dapat dikaitkan dengan RPJMN Tahun 2015-2019 sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.8.4.

Tabel 3.8.4 Perbandingan Realisasi IKU Indeks efektivitas edukasi dan komunikasi

s.d. 2018 dengan RPJMN 2015-2019

Tahun Realisasi IKU Target RPJMN 2015-2019

2019 belum -

2018 87,86 -

2017 83,48 -

2016 82,72 -

2015 82,81 -

Ket: Mengingat IKU tersebut baru diterapkan pada tahun 2017 (dinaikkan pada Kemenkeu-One DJPb), IKU tersebut tidak terdapat dan tidak ditargetkan pada Rencana Strategis (Renstra) DJPb dan Renstra Kemenkeu Tahun 2015-2019

Perbandingan realisasi s.d. 2018 dan Target RPJMN

Realisasi IKU tahun 2015 s.d. 2017 mencerminkan realisasi selama tiga tahun pertama rencana jangka menengah DJPb yang dituangkan dalam Renstra DJPb Tahun 2015-2019 dan Renstra Kementerian Keuangan Tahun 2015-2019 dengan perbandingan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.8.3.

Tabel 3.8.3 Perbandingan Realisasi IKU Indeks efektivitas edukasi dan komunikasi

s.d. 2018 dengan Renstra 2015-2019

Tahun Realisasi IKU Tahunan Renstra DJPb 2015-2019 Renstra Kemenkeu 2015-2019

2019 belum - -

2018 87,86 - -

2017 83,48 - -

2016 82,72 - -

2015 82,81 - -

Ket: Mengingat IKU tersebut baru diterapkan pada tahun 2017 (dinaikkan pada Kemenkeu-One DJPb), IKU tersebut tidak terdapat dan tidak ditargetkan pada Rencana Strategis (Renstra) DJPb Tahun 2015-2019 dan Renstra Kementerian Keuangan Tahun 2015-2019

Perbandingan realisasi s.d. 2018 dengan Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu

Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.8.2, realisasi IKU dari 82,81 pada tahun 2015 menurun menjadi 82,72 pada tahun 2016, meningkat menjadi 83,48 pada tahun 2017. dan kembali meningkat menjadi 87,86 pada tahun 2018. Secara grafik perkembangan capaian IKU tersebut dari tahun 2015 s.d. 2018 dapat ditunjukkan pada Grafik 3.8.1.

Grafik 3.8.1 Perbandingan Realisasi IKU Indeks efektivitas edukasi dan komunikasi

Tahun 2015 s.d. 2018

Laporan Kinerja 2018 122

Untuk mengetahui posisi DJPb dalam pencapaian IKU dibandingkan dengan eselon I lainnya yang juga menjalankan IKU yang sama pada suatu tahun, dapat dibandingkan capaian IKU tersebut antar eselon I lingkup Kemenkeu sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.8.5.

Tabel 3.8.5 Perbandingan Realisasi IKU Indeks efektivitas edukasi dan komunikasi Tahun 2018

dengan Unit Eselon I Lainnya

No Unit Es. I Realisasi IKU 2018 Ket

1 SETJEN - IKU Indeks efektivitas edukasi dan komunikasi selain dilakukan oleh DJPb juga dilakukan oleb BKF di mana realisasi IKU tersebut DJPb memperoleh nilai 87,86, lebih tinggi dari nilai yang diperoleh BKF sebesar 86,83.

2 DJA -

3 DJP -

4 DJBC -

5 DJPb 87,86

6 DJKN -

7 DJPK -

8 DJPPR -

9 ITJEN -

10 BKF 86,83

11 BPPK -

Perbandingan capaian IKU dengan eselon I lainnya

Sampai dengan akhir triwulan IV Tahun 2018, rata-rata nilai efektivitas edukasi sebesar 87,86, telah melebihi target yang ditetapkan sebesar 85. Meskipun telah memenuhi target yang telah ditentukan untuk tahun 2018, terdapat isu dalam pencapaian IKU tersebut yang perlu mendapatkan perhatian, yaitu Pengelola Perbendaharaan di K/L dan pemda senantiasa mendapatkan informasi mutakhir untuk memahami akuntansi atas transaksi keuangan Pemerintah sehingga mampu menyusun laporan keuangan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan sehingga meningkatkan opini BPK atas LK K/L dan LKPD. isu tersebut berimplikasi pada:

1. Penyusunan LK K/L yang berkualitas untuk memperoleh opini terbaik membutuhkan pemahaman atas pos-pos yang disajikan dan diungkapkan, dan

2. Perlunya menumbuhkan kesamaan persepsi dan pemahaman atas adanya perubahan-perubahan yang ada.

Akar permasalahan yang telah diidentifikasi dalam pencapaian IKU tersebut, yaitu 1. Penyusun LK K/L dan LKPD belum memiliki pemahaman memadai atas penerapan SAP;2. Ketidakmampuan K/L dalam menyusun Laporan Keuangan yang berkualitas karena

tidak memahami materi yang telah disosialisasikan.

Tindakan yang telah dilaksanakan untuk mencapai IKU tersebut antara lain:1. Kuis Klinik Akuntansi periode Februari 2018 (nilai rata-rata 85,18 dan 86,97).2. Kegiatan Sosialisasi Revisi Anggaran yang menjadi Kewenangan DJPb pada Tahun

Anggaran 2018 pada tanggal 28 Februari 2018 di Jakarta dengan peserta dari 86 K/L dengan nilai 85,04.

3. TOT SOSAP Pemerintah Pusat di Jakarta pada tanggal 15 Maret 2018 dengan nilaI sebesar 80,7.

4. Workshop SOSAP Pemerintah Pusat di Jakarta pada tanggal 16 Maret 2018 dengan nilai sebesar 85,42.

5. Penyuluhan SAI kepada Kanwil DJPb yang dilaksanakan di Jakarta pada tanggal 25-27 April 2018 dengan nilai 85,13.

Isu, permasalahan, tindakan, dan action plan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan123

6. Workshop PAPK Pemda Tahun 2018 di Jakarta 2-4 Mei 2018 dengan nilai 96,65.7. SOSAP Pemda di Kupang pada tanggal 7-9 Mei 2018 dengan nilai 85,05.8. SOSAP Pemerintah Pusat di KPPN Cilacap pada tanggal 15 Mei 2018 dengan nilai

sebesar 87,31.9. SOSAP Pemerintah Pusat di KPPN Surabaya I pada tanggal 16 Mei 2018 dengan nilai

sebesar 87,09.10. SOSAP Pemda di Jakarta pada tanggal 26 Juni 2018 dengan nilai 87,68.11. Sosialisasi kepada Satker lingkup Kanwil DJPb Provinsi Bali tanggal 26 Juni dihadiri

sebanyak 52 peserta, dengan nilai rata-rata post test sebesar 87,5 (yang mengikuti test sebanyak 40 peserta).

12. Sosialisasi kepada Satker lingkup Kanwil DJPb Provinsi Nusa Tenggara Timur tanggal 26 Juni dihadiri sebanyak 61 peserta, dengan nilai rata-rata post test sebesar 85 (yang mengikuti test sebanyak 24 peserta).

13. Sosialisasi kepada Satker lingkup Kanwil DJPb Provinsi Sumatera Utara tanggal 28 Juni dihadiri sebanyak 66 peserta, dengan nilai rata-rata post test sebesar 89,5 (yang mengikuti test sebanyak 31 peserta).

14. Sosialisasi kepada Satker lingkup Kanwil DJPb Provinsi Sulawesi Utara tanggal 28 Juni dihadiri sebanyak 67 peserta, dengan nilai rata-rata post test sebesar 88,26 (yang mengikuti test sebanyak 43 peserta).

15. Penyuluhan SAI kepada Operator SAIBA dan SIMAK BMN tiap K/L yang dilaksanakan di Batam pada tanggal 28-30 Juni 2018 dengan nilai 85,53.

16. Kegiatan Workshop Peningkatan Kualitas Analisis KFR, Koordinasi TKDD, dan Integrasi Informasi Keuangan Pusat-daerah Tahun 2018 pada tanggal 27-28 Agustus 2018 dengan peserta dari 34 Kanwil DJPb dengan nilai 93,36.

17. SOSAP pada Satker lingkup KPPN Takengon pada tanggal 28 Agustus 2018 dengan nilai 86,29

18. Sosialisasi kepada Satker lingkup Kanwil DJPb Provinsi Bengkulu tanggal 28 Agustus dihadiri sebanyak 77 peserta, dengan nilai rata-rata post test sebesar 85,0 (yang mengikuti test sebanyak 35 peserta).

19. Sosialisasi kepada Satker lingkup KPPN Pamekasan tanggal 30 Agustus dihadiri sebanyak 71 peserta, dengan nilai rata-rata post test sebesar 85,14 (yang mengikuti test sebanyak 70 peserta).

20. SOSAP Pemerintah Pusat di KPPN Bantaeng pada tanggal 4 September 2018 dengan nilai 86,18.

21. SOSAP Pemerintah Pusat di KPPN Barabai pada tanggal 6 September 2018 dengan nilai 89,83.

22. SOSAP Pemerintah Pusat di KPPN Sidikalang pada tanggal 13 September 2018 dengan nilai 85,81.

23. SOSAP Pemda Makassar pada tanggal 13 September 2018 dengan nilai 88,32.24. SOSAP Pemda Palembang pada tanggal 25 September 2018 dengan nilai 85,62.25. SOSAP Pemda Medan pada tanggal 27 September 2018 dengan nilai 86,47.26. Sosialisasi kepada Satker BLU di Kanwil DJPb Provinsi Jawa Tengah tanggal 16 dan 17

Oktober 2018 dihadiri sebanyak 130 peserta, dengan nilai rata-rata post test sebesar 85 (yang mengikuti test sebanyak 107 peserta).

27. Sosialisasi kepada Satker BLU di Kanwil DJPb Provinsi Jawa Barat tanggal 17 dan 18 Oktober 2018 dihadiri sebanyak 150 peserta, dengan nilai rata-rata post test sebesar 85,27 (yang mengikuti test sebanyak 150 peserta).

28. SOSAP Pemda 2018 di Bandung pada tanggal 31 Oktober 2018 dengan nilai 92,55.

Laporan Kinerja 2018 124

29. SOSAP pada Satker lingkup KPPN Biak pada tanggal 6 November 2018 dengan nilai 84,02.

30. SOSAP Pemda 2018 di Pekanbaru pada tanggal 13 November 2018 dengan nilai 87,35.

31. SOSAP pada Satker lingkup KPPN Pontianak pada tanggal 13 November 2018 dengan nilai 87,88.

32. Sosialisasi kepada Satker BLU di Kanwil DJPb Provinsi Jawa Barat tanggal 13 dan 14 November 2018 dihadiri sebanyak 130 peserta, dengan nilai rata-rata post test sebesar 85,27 (yang mengikuti test sebanyak 95 peserta).

Rekomendasi rencana aksi dalam pencapaian IKU tersebut pada tahun 2019 (penanggung jawab: Dit. Akuntansi dan Pelaporan Keuangan dan Dit. Pelaksanaan Anggaran), yaitu:

1. Memberikan pembekalan kepada Pegawai dalam rangka meningkatkan kemampuan dan kapabilitas dalam memberikan materi, serta melatih komunikasi melalui workshop (presentasi, penulisan, public speaking)

2. Menerima setiap masukan dari peserta bimbingan teknis, focus group discussion, dan sosialisasi sebagai sarana perbaikan kegiatan di masa mendatang.

3. Menyusun pemetaan Satker berdasarkan hasil pelaksanaan kegiatan sosialisasi di tahun 2018.

Direktorat Jenderal Perbendaharaan125

Sasaran Strategis 9

Akuntansi dan

pelaporan keuangan

negara yang akuntabel,

transparan, dan tepat

waktu

Akuntabilitas pertanggungjawaban pengelolaan keuangan negara diwujudkan dengan penyusunan laporan keuangan oleh Pemerintah Pusat. Penyusunan laporan keuangan Pemerintah harus disusun secara profesional dan modern. Kualitas laporan keuangan Pemerintah dapat diidentifikasi dari ketepatan waktu penyelesaian LKPP, ketepatan waktu penyelesaian UU PP APBN, serta opini audit yang baik dari BPK.

Dalam pencapaian sasaran strategis ini, DJPb mengidentifikasikan 2 (dua) Indikator Kinerja Utama (IKU), yang masing-masing pencapaiannya ditabulasikan dalam Tabel 3.9.

Tabel 3.9 Capaian IKU pada Sasaran Strategis 9

SS 9: Akuntansi dan pelaporan keuangan negara yang akuntabel, transparan, dan tepat waktu

Kode Indikator Kinerja Target Realisasi Nilai

9a-N Indeks penyelesaian UU PP APBN secara tepat waktu

4 (skala 4)

4 120

9b-CP Persentase rekomendasi BPK atas LKPP dan LK BUN yang telah ditindaklanjuti

89% 96,39% 108,30

Uraian mengenai IKU tersebut adalah sebagai berikut:

9a- N

Indeks penyelesaian UU PP APBN secara tepat waktu

Undang-Undang Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (UU PP/P2 APBN) merupakan bentuk pertanggungjawaban pengelolaan anggaran dari Pemerintah kepada DPR. Undang-Undang No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara pasal 30 mengatur bahwa batas waktu penyampaian RUU P2 APBN adalah selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran berakhir (bulan Juni tahun berikutnya).

Berdasarkan Tata tertib DPR RI bagian keenam (Pembahasan dan Penetapan Rancangan UU Tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBN) pasal 158 ayat 6 menyebutkan bahwa “Pembahasan dan penetapan Rancangan Undang-Undang tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBN dilakukan dalam waktu paling lama 3 (tiga) bulan setelah disampaikannya bahan hasil pemeriksaan laporan keuangan Pemerintah oleh BPK ke DPR” (bulan September tahun berikutnya). UU P2 APBN dapat dianggap selesai dengan disepakatinya RUU P2 APBN menjadi UU dalam Sidang Paripurna DPR.

Indikator Kinerja Utama (IKU) Indeks penyelesaian UU PP APBN secara tepat waktu bertujuan untuk menjamin akuntabilitas dan transparansi pertanggungjawaban keuangan negara. Batas waktu penyelesaian UU P2 APBN adalah 30 September tahun berikutnya yang ditandai dengan Rapat Paripurna DPR menyetujui dan mengesahkan RUU P2 APBN menjadi UU P2 APBN.

Indeksasi ketepatan waktu skala 1 s.d. 4 dengan detil sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.9a.1.

Laporan Kinerja 2018 126

Tabel 3.9a.1 Indeksasi Penyelesaian UU PP APBN Tahun 2018

Indeks Batas Waktu Kategori

1 di atas 9 Oktober 2018

Sangat Terlambat1,25 09 Oktober 2018

1,5 07 Oktober 2018

1,75 06 Oktober 2018

2 05 Oktober 2018

Terlambat

 

2,25 04 Oktober 2018

2,5 03 Oktober 2018

2,75 02 Oktober 2018

3 30 September 2018 Tepat Waktu  

3,25 29 September 2018

Sangat Tepat Waktu3,5 28 September 2018

3,75 27 September 2018

4 Sebelum 27 September 2018

Ket: batas waktu penyelesaian UU PP APBN adalah 30 September tahun berikutnya

Perhitungan polarisasi data IKU tersebut menggunakan maximize (semakin tinggi realisasi terhadap target, semakin baik capaian kinerjanya), periode pelaporan tahunan, dan jenis konsolidasi periode menggunakan take last known value (realisasi yang digunakan adalah angka terakhir periode terakhir).

Target IKU Indeks penyelesaian UU PP APBN secara tepat waktu untuk tahun 2018 adalah 4 (tepat waktu) sebagaimana ditentukan dalam Kontrak Kinerja Kemenkeu-One DJPb tahun 2018. Target tersebut meningkat dibandingan target IKU tersebut untuk tahun 2017 (3). Target tersebut juga meningkat dibandingkan target tahun 2018 pada Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu Tahun 2015-2019, serta Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019, yang pada ketiganya ditargetkan 3 untuk tahun 2018.

Target IKU Tahun 2018

RUU P2 APBN TA 2017 telah disetujui untuk disahkan menjadi UU P2 APBN pada tanggal 26 Juli 2018, bertepatan dengan Rapat Paripurna DPR RI (RUU tersebut kemudian disahkan menjadi UU P2 APBN TA 2017, yaitu UU No. 8 Tahun 2018) sehingga Realisasi IKU Indeks penyelesaian UU PP APBN secara tepat waktu Tahun 2018 adalah indeks 4 (sebelum 27 September 2018 = sangat tepat waktu).

Realisasi IKU Tahun 2018

Dengan demikian, capaian IKU tersebut dapat ditunjukkan pada Tabel 3.9a.2.

Tabel 3.9a.2 Capaian IKU Indeks penyelesaian UU PP APBN secara tepat waktu Tahun 2018

T / R Q1 Q2 Smt I Q3 s.d. Q3 Q4 Tahunan Pol /KP

Target - - - 4 4 - 4 Maximize/ Take Last

Known Value

Realisasi - - - 4 4 - 4

Nilai - - - 120 120 - 120

Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.9a.2, realisasi IKU tersebut tahun 2018 sebesar Indeks 4 tersebut dapat diketahui pada triwulan III tahun 2018 dan telah memenuhi targetnya (Indeks 4 (tepat waktu)) dengan nilai indeks capaian 120 (maksimum).

Perbandingan realisasi dan target IKU tahun 2018

Direktorat Jenderal Perbendaharaan127

Indeks realisasi tahun 2018 dengan Indeks 4 tersebut sama dengan realisasi IKU tersebut tahun 2014 s.d. 2017 sebagaimana ditunjukkan target dan realisasinya pada Tabel 3.9a.3.

Tabel 3.9a.3 Perbandingan Capaian IKU Indeks penyelesaian UU PP APBN secara tepat waktu

Tahun 2014-2018

Target/ Realisasi 2014 2015 2016 2017 2018 Keterangan

Target KK 3 3 3 3 4 2014-2017: Tepat Waktu 2018: Sangat Tepat Waktu)

Realisasi 4 4 4 4 4 Lebih Awal/ Sangat Tepat Waktu

Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.9a.3, realisasi IKU tersebut pada tahun 2014 s.d. 2018 masing-masing telah melampaui targetnya dengan capaian indeks 4 (lebih awal/sangat tepat waktu). Perkembangan capaian IKU tersebut dari tahun 2014 s.d. 2018 dapat ditunjukkan pada Grafik 3.9a.1.

Grafik 3.9a.1 Perbandingan Realisasi IKU indeks penyelesaian UU PP APBN secara tepat waktu

Tahun 2014 s.d. 2018

Perbandingan realisasi tahun 2018 dan tahun-tahun sebelumnya

Realisasi IKU tahun 2015 s.d. 2018 mencerminkan realisasi selama empat tahun pertama rencana jangka menengah DJPb yang dituangkan dalam Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu Tahun 2015-2019 dengan perbandingan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.9a.4.

Tabel 3.9a.4 Perbandingan Realisasi IKU Indeks penyelesaian UU PP APBN secara tepat waktu

s.d. 2018 dan Renstra 2015-2019

Tahun Realisasi IKU Tahunan Renstra DJPb 2015-2019 Renstra Kemenkeu 2015-2019

2019 belum 3 3

2018 4 3 3

2017 4 3 3

2016 4 3 3

2015 4 3 3

Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.9a.4, nilai realisasi tahunan IKU sebesar 4 baik dari tahun 2015 s.d. 2018 tersebut masing-masing telah melampaui target tahunan (indeks 3) yang ditetapkan dalam Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu Tahun 2015-2019.

Perbandingan realisasi s.d. 2018 dengan Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu

Laporan Kinerja 2018 128

Realisasi Kinerja DJPb tahun 2015-2019 dapat dikaitkan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019, yang memuat perencanaan kinerja jangka menengah pemerintah pada tingkat nasional. Realisasi IKU Indeks Penyelesaian UU PP APBN secara tepat waktu dari tahun 2015 s.d. tahun 2018 telah melampui target dalam RPJMN sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.9a.5.

Tabel 3.9a.5 Perbandingan Realisasi IKU Indeks penyelesaian UU PP APBN secara tepat waktu

s.d. 2018 dengan RPJMN 2015-2019

Tahun Realisasi IKU Target RPJMN 2015-2019

2019 belum 3

2018 4 3

2017 4 3

2016 4 3

2015 4 3

Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.9a.5, nilai realisasi tahunan IKU sebesar 4 dari tahun 2015 s.d. tahun 2018 tersebut masing-masing telah melampaui target tahunan (indeks 3) yang ditetapkan dalam RPJMN Tahun 2015-2019.

Perbandingan realisasi s.d. 2018 dan Target RPJMN

Untuk mengetahui posisi DJPb dalam pencapaian IKU dibandingkan dengan eselon I lainnya yang juga menjalankan IKU yang sama pada suatu tahun, dapat dibandingkan capaian IKU antar eselon I lingkup Kementerian Keuangan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.9a.6.

Tabel 3.9a.6 Perbandingan Realisasi IKU Indeks penyelesaian UU PP APBN

secara tepat waktu Tahun 2018 dengan Unit Eselon I Lainnya

No Unit Es. I Realisasi IKU 2018 Ket

1 SETJEN - IKU Indeks penyelesaian UU PP APBN secara tepat waktu hanya dilakukan oleh DJPb (tidak dilakukan oleh eselon I lainnya di lingkup Kemenkeu) sehingga perbandingan capaian IKU tersebut dengan eselon I lainnya tidak dapat dilakukan.

2 DJA -

3 DJP -

4 DJBC -

5 DJPb 4

6 DJKN -

7 DJPK -

8 DJPPR -

9 ITJEN -

10 BKF -

11 BPPK -

Perbandingan capaian IKU dengan eselon I lainnya

Direktorat Jenderal Perbendaharaan129

Beberapa hal yang menjadi isu dalam pencapaian IKU tersebut pada 2018 antara lain:1. Undang-Undang nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara Pasal 30 mengatur

bahwa batas waktu penyampaian RUU P2 APBN adalah selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran berakhir;

2. Penyusunan Undang-Undang Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (P2 APBN) adalah suatu tahapan yang merupakan bagian dari pengelolaan keuangan negara, di mana pada tahapan inilah pemerintah selaku eksekutif mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangan negara secara transparan dan akuntabel;

3. RUU PP APBN TA 2017 telah dilaksanakan pada triwulan III 2018 dan telah disetujui oleh DPR RI menjadi UU PP APBN TA 2017 pada tanggal 26 Juli 2018, bertepatan dengan Rapat Paripurna DPR RI (sebelum 27 September 2018).

Salah satu hal yang menjadi masalah dalam penyusunan UU PP/P2 APBN adalah bahwa dalam pembahasan rancangan UU ini terkadang berpotensi membutuhkan waktu yang cukup lama dikarenakan adanya proses politik di DPR RI.

Tindakan yang telah dilaksanakan dalam pencapaian IKU tersebut antara lain dengan: 1. Melakukan komunikasi secara formal maupun informal dengan pihak-pihak yang

terlibat dalam proses pembahasan rancangan undang-undang ini, terutama dengan para anggota DPR yang termasuk sebagai anggota badan anggaran DPR;

2. Penyampaian RUU P2 APBN dari Menteri Keuangan kepada Presiden dan dari Presiden kepada DPR;

3. Pembahasan RUU P2 APBN TA 2017 antara Pemerintah dan DPR.

Rekomendasi Rencana Aksi yang akan dilakukan selama tahun 2019 (penanggung jawab: Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan), yaitu melakukan inisiasi komunikasi secara formal dan informal dengan pihak-pihak terkait dalam proses pembahasan RUU PP APBN (Semester I 2019).

Isu, permasalahan, tindakan, dan action plan

Laporan Kinerja 2018 130

9b- CP

Persentase rekomendasi BPK atas LKPP dan LK BUN yang telah ditindaklanjuti

Tindak lanjut Pemerintah terhadap Temuan Pemeriksaan (TP) Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) dan Laporan Keuangan Bendahara Umum Negara (LK BUN) perlu diselesaikan sebagaimana yang direkomendasikan oleh BPK. Setiap Kementerian Negara/Lembaga (K/L) dan Pengguna Anggaran BUN diwajibkan melaksanakan tindak lanjut dan menyampaikan laporan pelaksanaan tindak lanjut atas rekomendasi terkait TP BPK tersebut setiap akhir bulan Maret, Juli, November, dan Desember.

Pada akhir Mei/awal Juni 2018, BPK menyampaikan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) tindak lanjut yang merupakan bagian dari LHP LKPP/LK BUN Tahun 2017. Sesuai ketentuan, BPK akan menyampaikan jumlah rekomendasi yang selesai dari seluruh rekomendasi BPK yang outstanding (belum selesai). Pemerintah tetap wajib melanjutkan penyelesaian tindak lanjut, baik atas rekomendasi BPK yang outstanding, maupun atas rekomendasi yang belum disampaikan dalam LHP atas LKPP/LKBUN Tahun 2017.

Atas outstanding temuan setelah LHP tindak lanjut yang disampaikan BPK pada akhir Mei/awal Juni 2018 tersebut, Pemerintah menyampaikan laporan progres penyelesaian Tindak Lanjut Rekomendasi pada bulan Agustus dan bulan November 2018. Dalam laporan tersebut Pemerintah menyampaikan jumlah rekomendasi yang diusulkan selesai dari jumlah seluruh rekomendasi yang outstanding (belum selesai). Jumlah rekomendasi yang diusulkan selesai dibandingkan dengan jumlah outstanding rekomendasi menunjukkan capaian unit masing-masing pada akhir tahun 2018.

IKU Persentase rekomendasi BPK atas LKPP dan LKBUN yang telah ditindaklanjuti merupakan salah satu IKU Kemenkeu-Wide tahun 2018 yang juga menjadi IKU Kemenkeu-One DJPb tahun 2018. IKU ini disusun untuk me-monitor penyelesaian tindak lanjut atas rekomendasi BPK serta menjamin akuntabilitas dan transparansi pertanggungjawaban keuangan negara. IKU tersebut sebelumnya adalah IKU Kemenkeu-One yang diusulkan untuk dinaikkan levelnya ke Kemenkeu-Wide pada tahun 2016 dengan pertimbangan bahwa tidak semua rekomendasi BPK atas LKPP dan LK BUN penyelesaiannya menjadi wewenang DJPb.

Terdapat perubahan kriteria yang diusulkan pada tahun 2016 dalam perhitungan capaian IKU tersebut. Pada tahun 2015 dan tahun-tahun sebelumnya, capaian IKU tersebut didapatkan hanya didasarkan pada adanya tindak lanjut atas rekomendasi BPK pada tahun berkenaan tanpa melihat tuntasnya tindak lanjut tersebut dalam memenuhi rekomendasi BPK. Mulai tahun 2016, capaian IKU tersebut juga didasarkan pada tuntasnya tindak lanjut yang direkomendasikan BPK. Baseline IKU untuk Kemenkeu-Wide adalah seluruh outstanding rekomendasi BPK atas LKPP dan LKBUN tahun 2007 sampai dengan tahun 2016 yang menjadi tanggung jawab Kementerian Keuangan dan juga Kementerian Negara/Lembaga lainnya.

Pada tahun 2018, pengukuran penyelesaian rekomendasi didefinisikan sebagai temuan yang telah selesai ditindaklanjuti terhadap temuan/rekomendasi BPK sebagaimana action plan dengan timeframe yang ditetapkan pemerintah menggunakan dua kriteria, yaitu:a. Rekomendasi yang ditindaklanjuti merupakan rekomendasi yang diusulkan

selesai kepada BPK. Status rekomendasi BPK yang diusulkan selesai, ditetapkan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan131

pada forum pembahasan bersama DJPb, Inspektorat Jenderal, Unit eselon I terkait dan Auditor BPK;

b. Rekomendasi yang diselesaikan merupakan rekomendasi yang dinyatakan tuntas oleh BPK dan tercantum dalam LHP BPK.

Perhitungan IKU tersebut tahun 2018 didapatkan dari rata-rata capaian IKU tersebut tiap semester masing-masing yang diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut:

Semester I = (a/b) x 100%

Semester II = { (a+c) / (b+d) } x 100%

Keterangan:a = Jumlah rekomendasi BPK dalam “LHP LKPP dan LKBUN Tahun 2016 dan rekomendasi

outstanding tahun 2015 dan tahun-tahun sebelumnya dalam Laporan Hasil Pemantauan atas Tindak Lanjut Rekomendasi BPK Semester I tahun 2017” yang dinyatakan selesai

b = Jumlah rekomendasi BPK dalam LHP LKPP dan LKBUN Tahun 2016 dan rekomendasi outstanding tahun 2015 dan tahun-tahun sebelumnya dalam Laporan Hasil Pemantauan atas Tindak Lanjut Rekomendasi Hasil Pemeriksaan BPK semester I tahun 2017

c = Jumlah rekomendasi BPK dalam LHP LKPP dan LKBUN yang diusulkan selesai dalam Semester II tahun 2018

d = Jumlah outstanding rekomendasi BPK dalam LHP LKPP dan LKBUN Tahun 2017

Perhitungan polarisasi data IKU tersebut menggunakan maximize (semakin tinggi realisasi terhadap target, semakin baik capaian kinerjanya), periode pelaporan semesteran, dan jenis konsolidasi periode menggunakan take last known value (realisasi yang digunakan adalah angka terakhir periode terakhir).

Target IKU tersebut untuk tahun 2018 ditetapkan sebesar 89%. Target tersebut meningkat signifikan dari target tahun 2017 (75%) dan 2016 (46%). Target pada tahun 2016 s.d. 2018 memiliki perbedaan dengan target tahun 2015 yang sebesar 100% karena terdapat perubahan kriteria perhitungan capaiannya sebagaimana hasil refinement (penyempurnaan) Peta Strategi dan IKU Kemenkeu-One, berupa peningkatan kualitas IKU dengan mengukur tuntas tidaknya suatu rekomendasi, bukan hanya sekedar menindaklanjuti temuan. Penetapan target tahun 2016 sebesar 46% telah dilakukan exercise terlebih dahulu, sementara target tahun 2017 dan 2018 yang meningkat signifikan akan menjadi tantangan pada capaian tahun tersebut.

Target IKU Tahun 2018

Adapun realisasi tahun 2018 tersebut didapatkan dengan dengan perhitungan sebagaimana

ditunjukkan pada Tabel 3.9b.1.

Tabel 3.9b.1 Perhitungan IKU Persentase rekomendasi BPK atas LKPP dan LK BUN yang telah

ditindaklanjuti Tahun 2018

Realisasi IKU Tahun 2018

Rek. (DJPb)

Jum.Rek. Awal

Rek. Selesai (berdasarkan

LHP/PTL)

Rek. On Progress

(berdasarkan LHP/PTL)

Cap. Smt. I

Rek. baru di LHP LKPP 2017

Penye-suaian

Rek. Outstanding + Rek. Baru LHP

2017

Rek. diusulkan

selesai

Rek. On Progress

Cap Tahunan

(a) (b) (c) (d) = (b)-(c)

LKPP 20 18 2 90,00% 11 0 31 30 1 96,78%

LKBUN 66 32 34 48,48% 9 0 75 72 3 96,00%

Capaian 69,24% Capaian 96,39%

Laporan Kinerja 2018 132

Capaian IKU tersebut untuk tahun 2017 ditunjukkan pada Tabel 3.9b.2.

Tabel 3.9b.2 Capaian IKU Persentase rekomendasi BPK atas LKPP dan LK BUN

yang telah ditindaklanjuti Tahun 2018

T/R Q1 Q2 Smt.1 Q3 Sd. Q3 Q4 Tahunan Pol /KP

Target - 30% 30% - 30% 89% 89% Maximize/ Take Last

Known Value

Realisasi - 69,24% 69,24% - 69,24% 96,39% 96.39%

Nilai - 120 120 - 120 103,08 103,08

Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.9b,2 realisasi IKU tersebut melampaui targetnya pada tahun 2018 baik dari capaian semesteran maupun dari capaian tahunannya.

Perbandingan realisasi dan target IKU tahun 2018

Perbandingan realisasi IKU tersebut pada tahun 2018 dengan realisasi tahun-tahun sebelumnya dapat ditunjukkan Tabel 3.9b.3.

Tabel 3.9b.3 Perbandingan Capaian IKU Persentase rekomendasi BPK atas LKPP dan LK BUN yang telah

ditindaklanjuti Tahun 2014 s.d. 2018

Target/ Realisasi 2014 2015 2016 2017 2018 Ket.

Target KK 100% 100% 46% 75% 89% Terjadi perubahan kriteria IKU pada tahun 2016 Realisasi 100% 100% 57,19% 77,31% 96,39%

Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.9b.3, realisasi IKU tersebut pada tahun 2014 s.d. 2018 masing-masing telah melampaui targetnya. Penurunan target (100% menjadi 46%) dan realisasi secara signifikan pada tahun 2016 disebabkan oleh refinement IKU tersebut pada tahun 2016 berupa perubahan kriteria rekomendasi yang harus ditindaklanjuti menjadi ketuntasan tindak lanjut seluruh rekomendasi yang masih outstanding. Dengan kriteria pengukuran yang baru, tantangan peningkatan target secara signifikan dari 46% (2016), menjadi 75% (2017), dan menjadi 89% (2018), berhasil dipenuhi sebagaimana ditunjukkan dengan peningkatan capaian IKU tersebut dari 57,19% (2016) ke tahun 77,31% (2017) dan meningkat kembali secara signifikan menjadi 96,39% (2018). Hal tersebut dapat ditunjukkan pada Grafik 3.9b.1.

Grafik 3.9b.1 Perbandingan Realisasi IKU Persentase rekomendasi BPK atas LKPP

dan LK BUN yang telah ditindaklanjuti Tahun 2014 s..d 2018

Perbandingan realisasi tahun 2018 dan tahun-tahun sebelumnya

Direktorat Jenderal Perbendaharaan133

Realisasi IKU tahun 2015 s.d. 2018 mencerminkan realisasi selama empat tahun pertama rencana jangka menengah DJPb yang dituangkan dalam Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu Tahun 2015-2019 dengan perbandingan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.9b.4.

Tabel 3.9b.4 Perbandingan Realisasi IKU Persentase rekomendasi BPK atas LKPP dan LK BUN yang telah

ditindaklanjuti s.d. 2018 dan Renstra 2015-2019

Tahun Realisasi IKU Tahunan Renstra DJPb 2015-2019 Renstra Kemenkeu 2015-2019

2019 belum 100% 100%

2018 96,39% 100% 100%

2017 77,31% 100% 100%

2016 57,19% 100% 100%

2015 100% 100% 100%

Ket: Terjadi perubahan kriteria atas IKU pada tahun 2016

Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.9b.4, realisasi IKU tahun 2015 telah memenuhi target Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu Tahun 2015-2019. Sementara itu, nilai realisasi tahunan IKU sebesar 96,39% untuk tahun 2018, 77,31% untuk tahun 2017, dan 57,19% untuk tahun 2016, ketiganya di bawah target tahunan (100%) yang ditetapkan untuk kedua tahun tersebut dalam Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu Tahun 2015-2019. Hal tersebut karena target pada kedua Renstra tersebut masih menggunakan kriteria sebelum refinement (2016) atas rekomendasi yang harus ditindaklanjuti.

Perbandingan realisasi s.d. 2018 dengan Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu

Realisasi Kinerja DJPb tahun 2015-2019 dapat dikaitkan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019, yang memuat perencanaan kinerja jangka menengah pemerintah tingkat nasional. Realisasi IKU Persentase rekomendasi BPK atas LKPP dan LKBUN yang telah ditindaklanjuti terhadap target pada RPJMN Tahun 2015-2019 dapat ditunjukkan pada Tabel 3.9b.5.

Tabel 3.9b.5 Perbandingan Realisasi IKU Persentase rekomendasi BPK atas LKPP dan LK BUN yang telah

ditindaklanjuti s.d. 2018 dengan RPJMN 2015-2019

Tahun Realisasi IKU Target RPJMN Th. 2015-2019

2019 belum 100%

2018 96,39% 100%

2017 77,31% 100%

2016 57,19% 100%

2015 100% 100%

Ket: Terjadi perubahan kriteria atas IKU pada tahun 2016

Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.9b.5, nilai realisasi IKU sebesar 100% untuk tahun 2015 telah memenuhi target RPJMN tahun 2015-2019. Sementara itu, nilai realisasi tahunan IKU sebesar 96,39% untuk tahun 2018, 77,31% untuk tahun 2017, dan 57,19% untuk tahun 2016 di bawah target tahunan (100%) yang ditetapkan untuk kedua tahun tersebut dalam RPJMN Tahun 2015-2019. Hal tersebut karena target pada RPJMN Tahun 2015-2019 masih menggunakan kriteria sebelum refinement (2016) atas rekomendasi yang harus ditindaklanjuti.

Perbandingan realisasi s.d. 2018 dan Target RPJMN

Laporan Kinerja 2018 134

Untuk mengetahui posisi DJPb dalam pencapaian IKU dibandingkan dengan eselon I lainnya yang juga menjalankan IKU yang sama pada suatu tahun, dapat dibandingkan capaian IKU tersebut antar eselon I lingkup Kemenkeu sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.9b.6.

Tabel 3.9b.6 Perbandingan Realisasi IKU Persentase rekomendasi BPK atas LKPP dan LK BUN yang telah

ditindaklanjuti Tahun 2018 dengan Unit Eselon I Lainnya

No Unit Es. I Kemenkeu Capaian Rekomendasi atas LKPP

Capaian Rekomendasi atas LKBUN

Realisasi IKU 2018

a b c d e = (c+d) / 2

1 SETJEN 100,00% 100,00% 100,00%

2 DJA 97,67% 85,71% 91,69%

3 DJP 100,00% 90,91% 95,46%

4 DJBC 100,00% N/A 100,00%

5 DJPb 96,78% 96,00% 96,39%

6 DJKN 100,00% 87,03% 93,65%

7 DJPK 100,00% 100,00% 100,00%

8 DJPPR 100,00% 87,50% 93,75%

9 ITJEN 100,00% 100,00% 100,00%

10 BKF 100,00% 100,00% 100,00%

11 BPPK - - -

Rata-rata 99,45% 94,13% 97,09%

Keterangan:

1. Data diperoleh dari Nota Dinas Direktur Akuntansi dan Pelaporan Keuangan No. ND-21/PB.6/2018 tanggal 9 Januari 2019 hal Penyampaian Update Rekomendasi BPK atas LKPP dan LKBUN Semester II Tahun 2018;

2. Rata-rata capaian rekomendasi atas LKBUN tidak menghitung DJBC (N/A).

Perbandingan capaian IKU dengan eselon I lainnya

Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.9b.6, capaian atas IKU Persentase rekomendasi BPK atas LKPP dan LK BUN yang telah ditindaklanjuti tahun 2018 juga dilakukan beberapa unit eselon I lainnya dengan nilai tertinggi IKU sebesar 100% dan terendah sebesar 91,69% (DJA). Nilai realisasi IKU DJPb dalam hal ini lebih rendah dari rata-rata nilai unit lingkup Kemenkeu tersebut dan akan dilakukan evaluasi dan perbaikan terkait pencapaian IKU tersebut di masa yang akan datang.

Direktorat Jenderal Perbendaharaan135

Realisasi sampai dengan triwulan IV tahun 2018 (96,39%) telah melampaui target (89%). Namun, terdapat beberapa hal yang merupakan isu utama pencapaian IKU tersebut yang perlu mendapatkan perhatian, antara lain:

1. Tindak lanjut rekomendasi BPK atas temuan LKPP tersebar pada beberapa unit eselon I Kemenkeu dan unit terkait lainnya seperti pada K/L;

2. Tindak lanjut atas rekomendasi BPK atas LKPP mengharuskan koordinasi lintas eselon I Lingkup Kementerian Keuangan;

3. Terdapat temuan atau rekomendasi yang penyelesaiannya di luar kewenangan Pemerintah.

Berbagai permasalahgan tersebut berimplikasi pada penyelesaian rekomendasi yang tidak/belum bisa diselesaikan pada tahun berkenaan dan penyelesaian rekomendasi tidak sesuai tepat pada waktunya.

Akar permasalahan yang dapat diidentifikasi dalam pencapaian IKU tersebut adalah adanya tindak lanjut atas rekomendasi BPK atas LKPP yang sebagian pelaksanaannya membutuhkan waktu yang lama/lebih dari satu tahun.

Tindakan yang telah dilaksanakan dalam pencapaian IKU tersebut antara lain:

1. Melakukan koordinasi langsung dan tidak langsung dengan unit-unit terkait yang menjadi penanggungjawab temuan pemeriksaan atas LKPP dan LKBUN;

2. Melakukan komunikasi dengan auditor BPK dalam menindaklanjuti rekomendasi BPK agar sesuai dengan rekomendasi BPK yang telah ditetapkan;

3. Menyampaikan monitoring tindak lanjut BPK atas LKPP kepada Anggota II BPK RI melalui Surat Menteri Keuangan No. S-2946/MK.5/2018 tanggal 29 Maret 2018 hal Laporan Monitoring Tindak Lanjut Rekomendasi BPK dalam LHP atas LKPP Tahun 2016 dan Tahun-tahun Sebelumnya;

4. Menyampaikan tindak lanjut Pemerintah atas rekomendasi BPK dalam LHP atas LKPP Tahun 2016 kepada Ketua BPK RI melalui surat Menteri Keuangan No. S-537/MK.05/2018 tanggal 19 Juli 2018 hal Penyampaian Tindak Lanjut Pemerintah terhadap Rekomendasi BPK dalam LHP atas LKPP Tahun 2017;

5. Menyampaikan monitoring tindak lanjut rekomendasi BPK atas LKPP kepada Wakil Presiden RI dengan tembusan Ketua BPK RI melalui Surat Menteri Keuangan No. S-920/MK.05/2018 tanggal 23 November 2018 hal Laporan Monitoring Tindak Lanjut Rekomendasi BPK dalam LHP atas LKPP Tahun 2012-2017;

6. Menyampaikan monitoring tindak lanjut rekomendasi BPK atas LKPP kepada Anggota II BPK RI melalui Surat Menteri Keuangan No. S-9877/MK.5/2018 tanggal 31 Desember 2017 hal Laporan Monitoring Tindak Lanjut Rekomendasi BPK dalam LHP atas LKPP Tahun 2012-2017;

7. Melakukan koordinasi dengan Tim Teknis BPK dalam rangka penyelesaian tindak lanjut rekomendasi BPK. Menteri Keuangan telah menyampaikan Jawaban/Penjelasan Tindak Lanjut terhadap Rekomendasi BPK pada LHP atas LKBUN Tahun 2017 kepada Ketua BPK RI melalui Surat Menteri Keuangan No. S-538/MK.05/2018 tanggal 19 Juli 2018;

8. DJPb telah menyampaikan Laporan Monitoring Progres Tindak Lanjut terhadap Rekomendasi BPK pada LHP atas LKBUN Tahun 2017 dan tahun-tahun sebelumnya kepada para pimpinan unit eselon I penanggungjawab penyelesaian rekomendasi BPK melalui surat Dirjen Perbendaharaan No. S-7999/PB/2018 tgl 12 Oktober 2018.

Isu, permasalahan, tindakan, dan action plan

Laporan Kinerja 2018 136

9. DJPb telah menyampaikan Laporan Monitoring Progres Tindak Lanjut terhadap Rekomendasi BPK pada LHP atas LKBUN Tahun 2017 dan tahun-tahun Sebelumnya kepada para pimpinan unit eselon I penanggungjawab penyelesaian rekomendasi BPK melalui surat Dirjen Perbendaharaan No. S-9915/PB/2018 tgl 31 Desember 2018.

10. Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan telah meminta progress penyelesaian tindak lanjut rekomendasi BPK atas LKBUN melalui Nota Dinas No. ND-6658/PB.6/2018 s.d. ND-6662/PB.6/2018 tanggal 28 September 2018 hal Penyampaian Laporan Monitoring Progres Tindak Lanjut terhadap Rekomendasi BPK pada LHP atas LKBUN Tahun 2017 dan Tahun-Tahun Sebelumnya dan ND-9316/PB.6/2018 sd. ND-9318/PB.6/2018 tanggal 12 Desember 2018 hal Penyampaian Laporan Monitoring Progres Tindak Lanjut terhadap Rekomendasi BPK pada LHP atas LKBUN Tahun 2017 dan Tahun-Tahun Sebelumnya kepada Unit eselon I penanggungjawab penyelesaian rekomendasi BPK.

Rekomendasi rencana aksi terkait IKU tersebut yang akan dilakukan pada tahun 2019 (penanggung jawab: Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan), yaitu:1. Menyusun target waktu penyelesaian rekomendasi yang jelas dan terukur;2. Berkoordinasi dengan UIC secara intensif dalam pembahasan penyelesaian

rekomendasi BPK untuk mempercepat penyelesaian rekomendasi BPK;3. Melakukan Monitoring Penyelesaian berdasarkan rekomendasi BPK atas LKPP dan

LKBUN;4. Menyampaikan progres tindak lanjut rekomendasi dan melakukan pembahasan

dengan BPK secara berkala;5. Melakukan update tindak lanjut rekomendasi BPK melalui Sistem Informasi

Pemantauan tindak Lanjut (SIPTL);6. Menyampaikan monitoring penyelesaian tindak lanjut dalam bentuk hardcopy beserta

dokumen pendukung kepada BPK melalui surat Menteri Keuangan.

Direktorat Jenderal Perbendaharaan137

Sasaran Strategis 10

SDM

yang kompetitif

Sumber Daya Manusia (SDM) yang Kompetitif adalah SDM yang memiliki kepemimpinan yang tepat dan mengetahui apa yang akan dilakukan untuk semua informasi yang diterima dan kompetensi yang dibutuhkan untuk keberhasilan organisasi.

Dalam pencapaian sasaran strategis ini, DJPb mengidentifikasikan 1 (satu) Indikator Kinerja Utama (IKU), yang pencapaiannya ditabulasikan dalam Tabel 3.10.

Tabel 3.10 Capaian IKU pada Sasaran Strategis 10

SS 10: SDM yang kompetitif

Kode Indikator Kinerja Target Realisasi Nilai

10a-N Persentase pemenuhan standar soft dan hard competency

94% 96,14% 102,28

Uraian mengenai IKU tersebut adalah sebagai berikut:10a -N

Persentase pemenuhan standar soft dan hard competency

Indikator Kinerja Utama (IKU) Persentase pemenuhan standar soft dan hard competency bertujuan untuk memastikan tersedianya pejabat dan pegawai yang mempunyai kompetensi dalam rangka meningkatkan dan mengamankan keuangan dan kekayaan negara. IKU tersebut merupakan IKU refinement (2016) dari IKU Persentase jumlah pejabat yang telah memenuhi standar kompetensi jabatannya dengan perubahan wording dan penambahan nilai hard competency sebagai dasar perhitungan.

Pemenuhan standar soft dan hard competency pegawai diukur berdasarkan dua komponen, yaitu:1. Soft Competency pegawai dengan target 94%;2. Hard Competency pegawai dengan target 94%.

Pemenuhan soft competency bagi setiap pejabat DJPb diukur menggunakan Job Person Match (JPM), yaitu indeks kesesuaian antara kompetensi pejabat dengan Standar Kompetensi Jabatan (SKJ). SKJ adalah jenis dan level kompetensi yang menjadi syarat keberhasilan pelaksanaan tugas suatu jabatan. Soft competency dinyatakan memenuhi jika memiliki nilai JPM minimal 72%. JPM dapat dihitung dengan formula sebagai berikut:

Data JPM eselon II dan III setiap unit eselon I disediakan oleh Biro SDM, Sekretariat Jenderal Kemenkeu, sementara data JPM eselon IV disediakan oleh Bagian Kepegawaian unit eselon I masing-masing. Perhitungan capaian komponen soft competency:

Laporan Kinerja 2018 138

Adapun nilai hard competency pegawai diukur melalui tes secara online yang terdiri dari beberapa soal untuk diselesaikan. Untuk tahun 2018, nilai hard competency dinyatakan baik apabila para pegawai mampu mencapai nilai minimal 77.

Formula perhitungan IKU Persentase pemenuhan standar soft dan hard competency ditunjukkan sebagai berikut:

Perhitungan polarisasi data IKU tersebut menggunakan maximize (semakin tinggi realisasi terhadap target, semakin baik capaian kinerjanya), periode pelaporan semesteran, dan jenis konsolidasi periode menggunakan take last known value (realisasi yang digunakan adalah angka terakhir periode terakhir).

Target IKU Persentase pemenuhan standar soft dan hard competency tersebut untuk tahun 2018 adalah 94% sebagaimana ditentukan dalam Kontrak Kinerja Kemenkeu-One DJPb tahun 2018. Target tersebut meningkat dari tahun 2017 (90%), 2016 (89%), dan tahun 2015 (88%, sebelum refinement). Target pada Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu Tahun 2015-2019 untuk tahun 2018 adalah 90%.

Target IKU Tahun 2018

Sampai dengan triwulan IV tahun 2018, dari total 1.941 pejabat yang telah mengikuti assessment center (AC), 1.900 pejabat telah memenuhi JPM (97,89%), sementara dari hasil test online hard competency secara keseluruhan yang diikuti oleh 5.025 pegawai, 4.743 pegawai (94,39%) telah memenuhi standar nilai minimal (77). Dari informasi tersebut nilai realisasi IKU Persentase pemenuhan standar soft dan hard competency tahun 2018 dapat diperoleh dengan perhitungan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.10.1.

Tabel 3.10.1 Perhitungan IKU Persentase pemenuhan standar soft dan hard competency Tahun 2018

PeriodeCapaian Soft Competency Capaian Hard Competency

Capaian IKUSudah AC* JPM ≥ 72 % Ikut Tes Nilai ≥ 77 %

Q1 - - - - - - -

Q2 1870 1800 96,26% - - - 96,26%

Q3 1966 1900 96,64% - - - 96,64%

Q4 1941 1900 97,89% 5.025 4.743 94,39% 96,14%

*Keterangan: Jumlah pejabat existing pada setiap triwulan

Realisasi IKU Tahun 2018

Realisasi IKU tersebut tahun 2018, yaitu sebesar 96,14%, telah melebihi target yang telah ditetapkan (94%) sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.10.2.

Tabel 3.10.2 Capaian IKU Persentase pemenuhan standar soft dan hard competency Tahun 2018

T/R Q1 Q2 Smt.1 Q3 s.d. Q3 Q4 Tahunan Pol /KP

Target - 90% 90% - 90% 94% 94% Maximize/ Take Last

Known Value

Realisasi - 96,26% 96,26% - 96,64% 96,14% 96,14%

Capaian - 106,26 106,26 - 107,38 102,28 102,28

Perbandingan realisasi dan target IKU tahun 2018

Direktorat Jenderal Perbendaharaan139

Realisasi tahun 2018 sebesar 96,14% tersebut meningkat dibanding realisasi tahun 2017 sebesar 94,58% tetapi masih lebih rendah dibandingkan tahun 2016 (98,21%) dan 2015 (96,66%) sebagaimana ditunjukkan target dan realisasinya pada Tabel 3.10.3.

Tabel 3.10.3 Perbandingan Capaian IKU Persentase pemenuhan standar soft dan hard competency

Tahun 2015 s.d. 20178

Target/ realisasi 2015 2016 2017 2018

Target KK 88% 89% 90% 94%

Realisasi 96,66% 98,21% 94,58% 96,14%

Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.10.3, realisasi IKU tersebut pada tahun 2015 s.d. 2018 masing-masing telah melampaui targetnya. Perkembangan capaian IKU dari tahun 2015 s.d. 2018 dapat ditunjukkan pada Grafik 3.10.1.

Grafik. 3.10.1 Perkembangan Capaian IKU Persentase pemenuhan standar soft dan hard competency

Tahun 2015 s.d. 2018

Perbandingan realisasi tahun 2018 dan tahun-tahun sebelumnya

Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.10.2, realisasi IKU tersebut tahun 2018 sebesar 96,14% telah memenuhi target yang telah ditetapkan pada Kontrak Kinerja Tahun 2018 (94%). Demikian halnya dengan capaian periodik, target yang ditentukan setiap semesternya berhasil dipenuhi.

Realisasi IKU tahun 2015 s.d. 2018 mencerminkan realisasi empat tahun pertama rencana jangka menengah DJPb yang dituangkan dalam Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu Tahun 2015-2019 dengan perbandingan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.10.4.

Tabel 3.10.4 Perbandingan Realisasi IKU Persentase pemenuhan standar soft dan hard competency

s.d. 2018 dan Renstra 2015-2019

Tahun Realisasi IKU Tahunan Renstra DJPb 2015-2019 Renstra Kemenkeu 2015-2019

2019 belum 90% 90%

2018 96,14% 90% 90%

2017 94,58% 88% 88%

2016 98,21% 88% 88%

2015 96,66% 95% 95%

Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.10.4, nilai realisasi tahunan IKU sebesar 96,14% untuk tahun 2018, 94,58% untuk tahun 2017, 98,21% untuk tahun 2016, dan 96,66% untuk tahun 2015 tersebut masing-masing telah melampaui target tahunan yang ditetapkan dalam Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu Tahun 2015-2019.

Perbandingan realisasi s.d. 2018 dengan Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu

Laporan Kinerja 2018 140

Realisasi Kinerja DJPb tahun 2015-2019 dapat dikaitkan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019, yang memuat perencanaan kinerja jangka menengah pemerintah pada tingkat nasional dengan perbandingan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.10.5.

Tabel 3.10.5 Perbandingan Realisasi IKU Persentase pemenuhan standar soft dan hard competency

s.d. 2018 dan RPJMN 2015—2019

Tahun Realisasi IKU Target RPJMN 2015-2019 Ket

2019 belum - Matriks pada RPJMN tidak terdapat bagian kegiatan 17072018 96,14% -

2017 94,58% -

2016 98,21% -

2015 96,66% -

Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.10.5, nilai realisasi tahunan IKU sebesar 96,14% untuk tahun 2018, 94,58% untuk tahun 2017, 98,21% untuk tahun 2016, dan 96,66% untuk tahun 2015 tersebut tidak diketahui targetnya dalam RPJMN 2015-2019 karena matriks RPJMN tidak memuat bagian kegiatan 1707 (Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya DJPb) di mana terdapat IKU tersebut.

Perbandingan realisasi s.d. 2018 dan Target RPJMN

Untuk mengetahui posisi DJPb dalam pencapaian IKU dibandingkan dengan eselon I lainnya yang juga menjalankan IKU yang sama pada suatu tahun, dapat dibandingkan capaian IKU tersebut antar eselon I lingkup Kemenkeu sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.10.6.

Tabel 3.10.6 Perbandingan Realisasi IKU Persentase pemenuhan standar soft dan hard competency

Tahun 2018 dengan Unit Eselon I Lainnya

No Unit Es. I Realisasi IKU 2018 Ket

1 SETJEN - IKU Persentase pemenuhan standar soft dan hard competency merupakan IKU DJPb yang tidak/tidak diketahui dilakukan oleh unit eselon I Kemenkeu lainnya sehingga perbandingan capaian IKU tersebut tidak dapat disajikan pada LAKIN ini.

2 DJA -

3 DJP -

4 DJBC -

5 DJPb 96,14%

6 DJKN -

7 DJPK -

8 DJPPR -

9 ITJEN -

10 BKF -

11 BPPK -

Rata-rata -

Perbandingan capaian IKU dengan eselon I lainnya

Direktorat Jenderal Perbendaharaan141

Isu utama dalam pencapaian IKU Persentae pemenuhan standar soft dan hard competency tersebut pada tahun 2018, yaitu:1. Meskipun capaian IKU untuk pemenuhan standar soft competency telah mencapai

97,89%, masih terdapat 41 pejabat yang belum memenuhi JPM pada jabatan existing.2. Meskipun capaian hard competency telah mencapai 94,39%, masih terdapat 282

pegawai (5,61%) yang belum memenuhi nilai standar yang ditentukan (77).3. Perubahan standar soft competency dari 35 kompetensi menjadi 23 kompetensi. 4. Mulai tahun 2019, pemenuhan JPM yang persyaratkan oleh Biro SDM Setjen

Kementerian Keuangan naik dari 72 menjadi 74.

Permasalahan tersebut berimplikasi pada realisasi pemenuhan standar soft dan hard competency (nila) yang belum mencapai 100%. Selain itu, diperlukan penyesuaian pada target pemenuhan standar soft competency untuk tahun 2019.

Akar masalah yang dapat diidentifikasi dalam pencapaian IKU tersebut, yaitu:1. Perubahan SKJ dan kenaikan standar pemenuhan JPM akan berpotensi menurunkan

capaian pemenuhan standar soft competency. 2. Terdapat kenaikan standar minimal penguasaan hard competency dari 75 menjadi 77.3. Kepedulian pegawai terhadap pengembangan kompetensi masing-masing masih

belum optimal.

Tindakan yang telah dilaksanakan dalam pemenuhan IKU tersebut tahun 2018, yaitu:1. Mensosialisasikan KMK 419/KMK.01/2018 tentang Standar Kompetensi Jabatan untuk

Pejabat Administrator di Lingkungan Kementerian Keuangan melalui aplikasi Pbnopen.2. Pelaksanaan test online hard competency telah dilaksanakan menggunakan aplikasi

training DJPb secara bertahap pada tanggal 7 November-19 Desember 2018 berdasarkan lokasi unit kerja dengan menggunakan pertanyaan yang bervariasi antar pegawai sehingga memperkecil kemungkinan kerja sama antar pegawai.

3. Pengembangan kompetensi non gelar minimal 20 jam pelatihan. 4. Pelaksanaan piloting SKTJ (Standar Kompetensi Teknis Jabatan) bagi pelaksana.

Rekomendasi rencana aksi yang akan dilakukan untuk pemenuhan hard competency di tahun 2019 (penanggung jawab: Setditjen Perbendaharaan), yaitu:1. Melakukan sosialisasi dan penyampaian informasi kepada pejabat terkait standar

kompetensi terbaru (triwulan I 2019).2. Penyusunan IKU bagi setiap pegawai terkait pemenuhan standar kompetensi pegawai3. Optimalisasi peran atasan sebagai coach bagi bawahannya.

Isu, permasalahan, tindakan, dan action plan

Laporan Kinerja 2018 142

Sasaran Strategis 11

Organisasi yang fit for purpose

Organisasi yang fit for purpose adalah organisasi yang mampu mewadahi dan memfasilitasi kegiatan-kegiatan dalam rangka mencapai tujuan organisasi DJPb. Dengan demikian, organisasi beserta proses bisnis di dalamnya akan bersifat dinamis dan fleksibel sesuai dengan tuntutan kebutuhan dan dinamika transformasi kelembagaan Kementerian Keuangan. Dalam pencapaian sasaran strategis ini, DJPb mengidentifikasikan 2 (dua) Indikator Kinerja Utama (IKU), yang masing-masing pencapaiannya ditabulasikan dalam Tabel 3.11.

Tabel 3.11 Capaian IKU pada Sasaran Strategis 11

SS 11: Organisasi yang fit for purpose

Kode Indikator Kinerja Target Realisasi Nilai

11a-CP Persentase implementasi inisiatif RBTK

92% 100% 108,70

11b-CP Tingkat pemenuhan unit kerja terhadap kriteria ZI WBK

100% 112,27% 112,27

11c-CP Indeks persepsi integritas 85 91,69 107,87

Uraian mengenai IKU tersebut adalah sebagai berikut:

11a -CP

Persentase implementasi inisiatif RBTK

Indikator Kinerja Utama (IKU) Persentase inisiatif RBTK bertujuan untuk me-monitor implementasi inisiatif Transformasi Kelembagaan. IKU ini merupakan rewording IKU tahun-tahun sebelumnya, yaitu IKU Persentase inisiatif Transformasi Kelembagaan untuk memperluas lingkup pengukuran IKU tidak sebatas pada inisiatif transformasi kelembagaan, tetapi juga termasuk inisiatif reformasi birokrasi yang selanjutnya disebut inisiatif Reformasi Birokrasi dan Transformasi Kelembagaan (RBTK).

Program Transformasi Kelembagaan Kemenkeu dilaksanakan dengan mengacu pada Keputusan Menteri Keuangan No. 974/KMK.01/2016, tentang Implementasi Inisiatif Strategis Program Reformasi Birokrasi dan Transformasi Kelembagaan Kementerian Keuangan. Sesuai dengan KMK 43/KMK.01/2017 dan KMK 132/KMK.01/2017, pelaporan implementasi inisiatif Program TK kepada Menteri Keuangan adalah sebanyak 2 kali setahun (setiap tanggal 10 Januari dan 10 Juli).

Monitoring dan evaluasi kesuksesan implementasi inisiatif program Transformasi Kelembagaan dilaporkan secara semesteran kepada Menteri Keuangan, tetapi progres penyelesaiannya dilaporkan tahunan untuk kegiatan yang dilaksanakan pada tahun bersangkutan. Misalnya, untuk Inisiatif A dengan rentang waktu yang dimulai dari bulan Juni 2014 s.d. bulan Desember 2016, maka setiap tahun harus ada cut off penyelesaian dengan maksimal pencapaian sebesar 100%, sehingga: 1. Kegiatan yang sudah direncanakan bulan Juni s.d. Desember 2014 (10% dari

inisiatif A) ==> capaian dinilai 100% jika kegiatan tersebut (10% dari inisiatif) sudah selesai pada tahun 2014;

2. Kegiatan yang sudah direncanakan bulan Januari s.d. Desember 2015 (60% dari inisiatif A) ==> capaian dinilai 100% jika kegiatan tersebut (60% dari inisiatif) sudah selesai pada tahun 2015;

3. Kegiatan yang sudah direncanakan bulan Januari s.d. Desember 2016 (30% dari inisiatif A) ==> capaian dinilai 100% jika kegiatan tersebut (30% dari inisiatif) sudah selesai pada tahun 2016.

Direktorat Jenderal Perbendaharaan143

Progres ditentukan dengan membandingkan realisasi dan persentase target. 1. Realisasi ditentukan dengan formula:

a. Level terendah: Jika kegiatan selesai, diisi 100%. Jika kegiatan tidak selesai, diisi 0;b. Level yang lebih tinggi: akumulasi (bobot x realisasi level yang lebih rendah).

2. Persentase target ditentukan dengan formula: (waktu saat ini-start date) / (end date-start date);

3. Bobot ditentukan secara manual dan secara default berdasarkan durasi pelaksanaan kegiatan.

Target IKU tersebut untuk tahun 2018 adalah sebesar 92% dengan periode pelaporan triwulanan. Target tersebut meningkat 2% dari target IKU tersebut tahun 2017 (90%). Perhitungan polarisasi data menggunakan maximize (semakin tinggi realisasi terhadap target maka semakin baik capaian kinerjanya) dan jenis konsolidasi periode menggunakan take last known value (realisasi yang digunakan adalah angka periode terakhir). Capaian IKU tesebut diperoleh dari rata-rata persentase capaian inisiatif. Berdasarkan KMK No. 36 Tahun 2014 dan KMK No. 974 Tahun 2016, terdapat 21 (dua puluh satu) kegiatan utama yang menjadi tanggung jawab DJPb pada tahun 2018.

Target IKU Tahun 2018

Realisasi IKU Persentase implementasi inisiatif RBTK dapat dilihat dari status pelaksanaan 21 kegiatan utama DJPb di tahun 2018 tersebut. Dari 21 kegiatan utama, seluruhnya telah selesai dilaksanakan berdasarkan inisiatif strategis (IS) sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.11a.1.

Tabel 3.11a.1 Ringkasan Progres Kegiatan Utama Inisiatif RBTK yang Dilaksanakan Tahun 2018

KMK No. 36 Tahun 2014 KMK No. 974 Tahun 2016

Inisiatif Strategis Capaian Inisiatif Strategis Capaian

IS#2: 1 kegiatan utama selesai, 1 kegiatan utama ditutup

100% IS #10:7 dari 7 kegiatan utama selesai

100%

IS#3: 1 kegiatan utama selesai, 1 kegiatan utama change request

100%

IS#31: 2 dari 2 kegiatan utama selesai 100% IS #11 :7 dari 7 kegiatan utama selesai

100%

IS#32: 1 dari 1 kegiatan utama selesai 100%

Capaian rata-rata 21 Kegiatan Utama = 100%

Sampai dengan triwulan IV 2018, status pelaksanaan keseluruhan 21 (dua puluh satu) kegiatan utama tersebut dapat ditujukkan pada Tabel 3.11a.2.

Realisasi IKU Tahun 2018

Tabel 3.11a.2 Status Progres Kegiatan Utama Inisiatif RBTK yang dilaksanakan Tahun 2018

No Kegiatan Utama Progres s.d. Des 2018 Status

KMK No. 36/KMK.01/2014

A IS #2 Basis Data Penerimaan yang Terintegrasi Dengan Saluran Pengumpulan Modern

100%

1 Implementasi penuh MPN G2 dan penyempurnaan lainnya, termasuk utilitasasi penyaluran utama untuk pengumpulan penerimaan.

100% Done

2 Pengembangan website penerimaan pemerintah yang memungkinkan pembayaran kartu kredit dan elektronik lainnya untuk pembayaran pajak, bea cukai dan PNBP pada berbagai lembaga pemerintah

Ditutup (S-31/TRBTKP/2018)

Laporan Kinerja 2018 144

No Kegiatan Utama Progres s.d. Des 2018 Status

B IS #3 Fungsi Back office “Shared Service” untuk Seluruh K/L Dipusatkan di Kemenkeu

100%

3 Penyiapan dan penyempurnaan sistem pembayaran gaji KPPN Terpusat

100% Done

4 Pusat pengadaan terpusat yang memusatkan komitmen dan proses pelaporan untuk item belanja umum

Change Request (S-31/TRBTKP/2018)

C IS #31 Pengintegrasian Informasi Keuangan Pemerintah Pusat dan pemerintah Daerah

100%

5 Membentuk Tim Kerja pengembangan sistem informasi keuangan pemerintah pusat dan pemda yang terintegrasi

100% Done

6 Mengembangkan, mengimplementasikan dan memonitor interface pengintegrasian informasi keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yang terkonsolidasi (interface integrasi SPAN dengan Komandan SIKD)

100% Done

D IS #32 Meningkatkan Pengelolaan Keuangan K/L dan BUN 100%

7 Mendorong komite untuk mengevaluasi temuan audit 100% Done

KMK No. 974/KMK.01/2016

E IS #10 Pengelolaan Keuangan Negara yang Modern dan Terintegrasi

100%

8 Portal Single sign-on Penerimaan Negara 100% Done

9 Interkoneksi SPAN dengan sistem LKPP (data vendor) 100% Done

10 Integrasi Aplikasi KPJM ke dalam SAKTI 100% Done

11 Interkoneksi SIMAN dengan SAKTI 100% Done

12 Penerapan SAKTI ke seluruh satker Kementerian Keuangan 100% Done

13 Interkoneksi SPAN dengan portal program K/L 100% Done

14Penyiapan dan penyempurnaan sistem pembayaran gaji KPPN Terpusat

100% Done

 F IS #11 Pengelolaan Likuiditas Keuangan Negara dengan Instrumen Keuangan Modern

100%

15 Meluncurkan SOP Link dan Cash Mismatch Protocol BUN 100% Done

16 Penyusunan dan publikasi strategi pengelolaan kas 100% Done

17 Pengembangan instrumen jangka pendek rangka pembiayaan 100% Done

18 Pengembangan instrumen jangka pendek rangka investasi 100% Done

19Regulasi dan Implementasi Penggunaan Kartu Kredit/Pinjaman perbankan dalam dukungan belanja pemerintah

100% Done

20Penetapan cash buffer level dan opsi pemenuhan kas pada kuartal IV sebagai mitigasi tekanan kas akhir tahun

100% Done

21 Peningkatan akurasi data Perencanaan Kas 100% Done

Capaian Rata-rata 100%

Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.11a.2, dari 21 kegiatan utama yang dilaksanakan pada tahun 2018, 19 kegiatan utama diselesaikan dengan status selesai 100% (done), 1 kegiatan utama selesai berstatus ditutup, dan 1 kegiatan utama selesai berstatus change request. Dengan demikian, tidak terdapat kegiatan yang masih on-track atau pun off -track.

Direktorat Jenderal Perbendaharaan145

Capaian IKU tersebut pada tahun 2018 dapat ditunjukkan pada Tabel 3.11a.3.

Tabel 3.11a.3 Capaian IKU Persentase implementasi inisiatif RBTK Tahun 2018

T/R Q1 Q2 Smt.1 Q3 s.d. Q3 Q4 Tahunan Pol /KP

Target 13% 24% 24% 46% 46% 92% 92% Maximize/ Take Last

Known Value

Realisasi 28,63% 55,41% 55,41% 81,76% 81,76% 100% 100%

Capaian 120 120 120 120 120 108 108

Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.11a.3, realisasi IKU tersebut pada tahun 2018 baik triwulanan maupun tahunan masing telah memenuhi target yang telah ditetapkan pada Kontrak Kinerja DJPb Tahun 2018. Capaian IKU tersebut tahun sebelumnya (2017) adalah 99,68% sehingga terdapat peningkatan 0,32% pada tahun 2018. Perbandingan target dan realisasi IKU tersebut untuk tahun 2015 s.d. 2018 ditunjukkan pada Tabel 3.11a.4. dan Grafik 3.11A.1

Perbandingan realisasi dan target IKU tahun 2018

Tabel 3.11a.4 Perbandingan Capaian IKU Persentase implementasi inisiatif RBTK Tahun 2015 s.d. 2018

T/R Q1 Q2 Q3 Q4 Y Jumlah Kegiatan Utama

Target 2015 - - - 85% 85%33 Kegiatan utama

Realisasi 2015 - - - 97,5% 97,5%

Target 2016 - 30% - 87% 87%26 Kegiatan Utama

Realisasi 2016 - 66% - 100% 100%

Target 2017 - 30% - 90% 90%22 Kegiatan Utama (-2)

Realisasi 2017 - 43,41% - 99,68% 99,68%

Target 2018 13% 24% 46% 92% 92%21 Kegiatan Utama

Realisasi 2018 28,63% 55,41% 81,76% 100% 100%

Grafik 3.11a.1 Perbandingan Capaian IKU Persentase implementasi inisiatif RBTK

Tahun 2015 s.d. 2018

Perbandingan realisasi tahun 2018 dan tahun-tahun sebelumnya

Penutupan kegiatan utama (pengembangan website penerimaan pemerintah yang memungkinkan pembayaran kartu kredit dan elektronik lainnya untuk pembayaran pajak, bea cukai, dan PNBP pada berbagai lembaga pemerintah khususnya satker PNBP), dan change request kegiatan utama (Pusat pengadaan terpusat yang memusatkan komitmen dan proses pelaporan untuk item belanja umum) telah mendapatkan persetujuan dari CTO sesuai surat Ketua Pelaksana Harian Chief Technology Officer (Kalakhar CTO) No. S-31/TRBTKP/2018 tanggal 7 Agustus 2018.

Laporan Kinerja 2018 146

Realisasi IKU tahun 2015 s.d. 2018 mencerminkan realisasi selama empat tahun pertama rencana jangka menengah DJPb yang dituangkan dalam Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu Tahun 2015-2019 dengan perbandingan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.11a.5.

Tabel. 3.11a.5 Perbandingan Realisasi IKU Persentase implementasi inisiatif RBTK s.d. 2018

dan Renstra 2015-2019

Tahun Realisasi IKU Tahunan Renstra DJPb 2015-2019 Renstra Kemenkeu 2015-2019

2019 belum - -

2018 100% - -

2017 99,68% - -

2016 100% - -

2015 97,5% - -

Ket: tidak terdapat target IKU tersebut pada Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu Tahun 2015-2019

Perbandingan realisasi s.d. 2018 dengan Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu

Realisasi Kinerja DJPb tahun 2015-2019 dapat dikaitkan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019, yang memuat perencanaan kinerja jangka menengah pemerintah pada tingkat nasional. Realisasi IKU Persentase implementasi inisiatif RBTK terhadap target pada RPJMN 2015-2019 dapat ditunjukkan pada Tabel 3.11a.6.

Tabel 3.11a.6 Perbandingan Realisasi IKU Persentase implementasi inisiatif RBTK s.d. 2018

dan RPJMN 2015—2019

Tahun Realisasi IKU Target RPJMN 2015-2019 Ket

2019 belum -

Tidak terdapat target IKU tersebut pada RPJMN

2018 100% -

2017 99,68% -

2016 100% -

2015 97,5% -

Perbandingan realisasi s.d. 2018 dan Target RPJMN

Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.11a.4 dan Grafik 3.11a.1, realisasi IKU tersebut meningkat dari tahun 2015 ke tahun 2016 (naik 2,5%), menurun dari tahun 2016 ke tahun 2017 (turun 0,32%), dan kembali meningkat ke tahun 2017 (naik 0,32%). Ditunjukkan juga bahwa realisasi IKU tersebut dari tahun 2015 s.d. 2018 selalu melebihi targetnya meskipun target tersebut terus meningkat dari tahun ke tahun.

Direktorat Jenderal Perbendaharaan147

Realisasi sampai dengan triwulan IV tahun 2018 telah mencapai target, dengan progres capaian sebesar 100%. Capaian inisiatif strategis dan fungsi sampai dengan bulan Desember 2018 adalah sebagai berikut:

1. IS #2 capaian 100%. Telah diusulkan untuk ditutup dan secara prinsip telah disetujui melalui surat Kalakhar CTO nomor S-31/TRBTKP/2018;

2. IS #3 capaian 100%. Kegiatan utama Penyiapan dan penyempurnaan sistem pembayaran gaji KPPN Terpusat telah selesai, sementara kegiatan utama Pusat pengadaan terpusat yang memusatkan komitmen dan proses pelaporan untuk item belanja umum (dan shared services secara keseluruhan), sesuai arahan CTO diharapkan tetap dilanjutkan tetapi dengan penyesuaian target waktu dan detail kegiatan (change request);

3. IS #31 capaian 100%. SK Tim kerja telah mendapat persetujuan Menteri Keuangan dengan Nomor 427/KM.1/2018. User requirement SIKRI telah selesai disusun dan disampaikan ke Dit. SITP selaku pengembang;

4. IS #32 capaian 100%. Pembentukan Tim Task Force Penyelesaian Permasalahan Penyebab Opini TMP dan WDP pada LK K/L Tahun 2017 dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 598/KM.1/2018 tanggal 20 September 2018;

5. IS #10 capaian 100 %. IS Pengelolaan Keuangan Negara yang modern dan terintegrasi yang terdiri atas tujuh (7) kegiatan utama telah selesai. Kegiatan-kegiatan utama itu adalah Portal Single sign-on Penerimaan Negara, Interkoneksi SPAN dengan sistem LKPP (data vendor), Integrasi aplikasi KPJM dalam SAKTI, Interkoneksi SIMAN dengan SAKTI, Penerapan SAKTI ke seluruh satker Kementerian Keuangan, Interkoneksi SPAN dengan portal program K/L dan Penyiapan dan penyempurnaan sistem pembayaran gaji KPPN terpusat;

Isu, permasalahan, tindakan, dan action plan

Untuk mengetahui posisi DJPb dalam pencapaian IKU dibandingkan dengan eselon I lainnya yang juga menjalankan IKU yang sama dalam pencapaian IKU yang sama pada suatu tahun, dapat dibandingkan capaian IKU tersebut antar eselon I lingkup Kemenkeu sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.11a.7.

Tabel 3.11a.7 Perbandingan Realisasi IKU Persentase implementasi inisiatf RBTK Tahun 2018

dengan Unit Eselon I Lainnya

No Unit Es. I Realisasi IKU 2018 Ket

1 SETJEN 100% IKU Persentase implementasi inisiatif RBTK juga menjadi IKU seluruh eselon I lingkup Kemenkeu lainnya (cascading peta). Ditunjukkan bahwa DJPb bersama 4 unit eselon I lainnya memperoleh nilai maksimum realisasi IKU sebesar 100%. Nilai realisasi terendah dalam pencapaian IKU ini adalah 92%. Dalam hal ini nilai realisasi IKU DJPb di atas rata-rata nilai unit lingkup Kemenkeu tersebut, tetapi DJPb akan terus melakukan evaluasi dan perbaikan pencapaian kinerjanya di masa yang akan datang.

2 DJA 100%

3 DJP 95%

4 DJBC 92%

5 DJPb 100%

6 DJKN 95%

7 DJPK 94%

8 DJPPR 100%

9 ITJEN 100%

10 BKF 99%

11 BPPK 98%

Rata-rata 98%

Perbandingan capaian IKU dengan eselon I lainnya

Laporan Kinerja 2018 148

6. IS #11 capaian 100 %. IS Pengelolaan Likuiditas Keuangan Negara dengan Instrumen Keuangan modern yang terdiri atas tujuh (7) telah selesai dilakukan. Kegiatan-kegiatan utana itu adalah Meluncurkan SOP Link dan Cash Mismatch Protocol BUN, Penyusunan dan publikasi strategi pengelolaan kas, Pengembangan instrumen jangka pendek dalam rangka pembiayaan, Pengembangan instrumen jangka pendek dalam rangka Investasi, Regulasi dan implementasi Penggunaan Kartu Kredit/Pinjaman perbankan dalam dukungan belanja pemerintah, dan Penetapan cash buffer level dan opsi pemenuhan kas pada kuartal IV sebagai mitigasi tekanan kas pada akhir tahun.

Akar masalah yang dapat diidentifikasi dalam pencapaian IKU tersebut, yaitu adanya kendala dan hambatan dari faktor eksternal dan adanya load kerja yang tinggi serta adanya beberapa kegiatan prioritas yang ditangani oleh unit yang sama sehingga kurang tertangani secara maksimal oleh unit teknis penanggung jawab.

Tindakan yang telah dilaksanakan dalam pencapaian IKU tersebut antara lain:1. Telah diajukan usulan penutupan (project closing) IS #2 dan usulan perubahan manual

implementasi (change request) IS #10 kepada CTO;2. Pembahasan bersama antara CTO, PMO DJPb, dan initiative owner terkait usulan yang

diajukan;3. Atas usulan tersebut, CTO secara prinsip telah menyetujui usulan yang diajukan melalui

surat Kalakhar CTO nomor S-31/TRBTKP/2018 dan S-33/TRBTKP/2018.

Rekomendasi rencana aksi yang akan dilakukan pada tahun 2019 (penanggung jawab: Direktorat Sistem Perbendaharaan), yaitu: 1. Melakukan koordinasi dan mendorong direktorat teknis dan pihak-pihak yang

berkepentingan untuk menyelesaikan hambatan dan kendala;2. Melakukan monitoring dan mengawal para initiative owner untuk mencapai target

rencana time frame Cetak Biru Transformasi Kelembagaan yang telah menyesuaikan change request dari DJPb.

Direktorat Jenderal Perbendaharaan149

11b -CP

Tingkat pemenuhan unit kerja terhadap kriteria ZI WBK

Indikator Kinerja Utama (IKU) Tingkat pemenuhan unit kerja terhadap kriteria ZI WBK bertujuan untuk menjadikan Pilot Project perwujudan Good Governance pada unit kerja di lingkungan Kemenkeu dan mendorong terwujudnya pemerintahan yang berorientasi kepada hasil (result oriented government). IKU tersebut mulai diterapkan mulai tahun 2018 sebagai IKU mandatori dari Kemenkeu-Wide ke Kemenkeu-One seluruh unit eselon I lingkup Kemenkeu (indirect cascding).

Salah satu upaya strategis dalam pencegahan korupsi adalah dengan membangun Wilayah Bebas dari Korupsi – Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBK/WBBM) yang berbasis intergritas di lingkungan K/L dan Pemda. Pencapaian WBK/WBBM merupakan tujuan utama dari pembangunan Zona Integritas (ZI) pada K/L dengan menggunakan parameter dan instrumen sebagaimana Peraturan Menteri Pendayagunaan dan Reformasi Birokrasi Nomor 52 Tahun 2014 tentang Pedoman Pembangunan Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas Dari Korupsi dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani di Lingkungan Instansi Pemerintah.

Menindaklanjuti Permen PAN dan RB 52/2014, telah ditetapkan KMK Nomor 426/KMK.01/2017 tentang Pedoman Pembangunan dan Penilaian ZI Menuju WBK di Lingkungan Kementerian Keuangan. Melalui KMK Nomor 426/2017 telah diatur mekanisme penetapan unit kerja di lingkungan Kemenkeu yang memenuhi kriteria WBK dengan memberikan Predikat ZI menuju WBK.

Predikat ZI menuju WBK adalah predikat yang diberikan kepada suatu unit kerja yang memenuhi sebagian besar manajemen perubahan, penataan tata laksana, penataan sistem manajemen SDM, penguatan pengawasan, dan penguatan akuntabilitas kinerja. Tahapan Peniaian Kegiatan penilaian ZI pada tahun adalah sebagai berikut:

1. Penilaian oleh Tim Penilai Unit Eselon I (TPE I)(Semester I: Jan s.d. April; Semester II: Mei s.d. Agustus)

2. Penyampaian hasil penilaian TPE I ke Sekretaris Jenderal(Semester I: Mei; Semester II: September)

3. Desk reviu dan visit Tim Penilai Kementerian (TPK)(Semester I: Mei s.d. Juni; Semester II: Ok s.d. Nov (Minggu ke-3))

4. Penyampaian ke KemenPAN-RB(Semester I: Juli (Minggu ke-4); Semester II: 2019)

5. Pendampingan Penilaian TPN(Semester I: Okt s.d. Des (Minggu ke-1); Semester II: 2019)

Target IKU tersebut untuk tahun 2018 adalah sebesar 100% (15 unit kerja) dengan periode pelaporan triwulanan terhitung sejak triwulan III. Perhitungan polarisasi data menggunakan maximize (semakin tinggi realisasi terhadap target maka semakin baik capaian kinerjanya) dan jenis konsolidasi periode menggunakan take last known value (realisasi yang digunakan adalah angka periode terakhir). Mengingat IKU ini baru diterapkan pada tahun 2018 sebagai IKU mandatori, tidak terdapat penargetan IKU ini pada Kontrak KinerJa DJPb tahun-tahun sebelum tahun 2018, Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu Tahun 2015-2019, serta RPJMN Tahun 2015-2019.

Target IKU Tahun 2018

Laporan Kinerja 2018 150

Inspektorat Jenderal (Itjen) Kemenkeu sebagai Tim Penilai Kemenkeu (TPK) telah melakukan penilaian WBK/WBBM tingkat Kemenkeu terhadap unit-unit kerja yang telah diusulkan oleh masing-masing unit Eselon I dengan hasil penilaian yang disampaikan selanjutnya melalui Surat Kepala Biro Organta Setjen Kemenkeu No. SR-27/SJ.2/2018 tanggal 2 Juli 2018. Hasil penilaian tersebut menyatakan bahwa 20 unit kerja DJPb yang diusulkan mendapat predikat WBK dan 3 unit kerja lainnya telah diusulkan mendapat predikat WBBM. Dengan demikian, meskipun ditargetkan bertahap (8 unit kerja pada triwulan III; total 15 unit kerja sampai dengan triwulan IV), 20 unit kerja DJPb telah diketahui lolos sejak triwulan III 2018.

Realisasi IKU Tahun 2018

Kemenkeu menargetkan unit kerja yang mendapatkan predikat ZI WBK tahun 2018 sebanyak 51 unit kerja, dengan rincian sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.11b.1.

Tabel 3.11b.1 Target IKU Tingkat pemenuhan unit kerja terhadap kriteria ZI WBK Tahun 2018

Unit Eselon I KemenkeuTarget

Q3 Q4 Tahunan

Setjen 3 - 3

DJA 1 - 1

DJP 8 2 10

DJBC 7 3 10

DJPb 8 7 15

DJKN 2 3 5

DJPK 1 - 1

DJPPR 1 - 1

Itjen 1 - 1

BKF 1 - 1

BPPK 2 1 3

Kemenkeu 35 16 51

Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.11b.1, pada tahun 2018 unit kerja DJPb yang ditargetkan memperoleh predikat ZI WBK adalah 15 unit kerja (8 pada triwulan III dan 7 pada triwulan IV) dengan target IKU 100% (15 unit kerja). Formula perhitungan IKU tersebut per triwulannya adalah sebagai berikut:

*) Penghitungan Komponen “nilai”:Nilai diperoleh dari kombinasi antara:1. nilai rata-rata subkomponen “Survei Persepsi Korupsi” unit sampel dibagi dengan nilai

standar lolos 13,5 (bobot 50%);2. rata-rata nilai unit sampel (setelah dikeluarkan nilai standar lolos subkomponen

“Survei Persepsi Korupsi” 13,5) dibagi dengan nilai standar 61,5** (bobot 50%).

**) Nilai 61,5 diperoleh dari nilai standar lulus (75) dikurangi dengan nilai standar lulus subkomponen “Survei Persepsi Korupsi” (13,5).

Direktorat Jenderal Perbendaharaan151

Memperhatikan hal di atas, diperoleh nilai akhir IKU tahun 2018 sebesar 112,27% dan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.11b.3.

Tabel 3.11b.3 Capaian IKU Tingkat pemenuhan unit kerja terhadap kriteria ZI WBKTahun 2018

T/R Q1 Q2 Smt.1 Q3 s.d. Q3 Q4 Tahunan Pol /KP

Target - - - 100% (8 unit)

100% (8 unit)

100% (15 unit)

100% (15 unit) Maximize/

Take Last Known Value

Realisasi - - - 123,94% 123,94% 112,27% 112,27%

Capaian - - - 123,94 123,94 112,27 112,27

Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.11b.3, realisasi IKU sebesar 112,27% tersebut pada telah memenuhi target sebesar 100% yang telah ditetapkan pada Kontrak Kinerja DJPb Tahun 2018.

Perbandingan realisasi dan target IKU tahun 2018

Perbandingan target dan realisasi IKU tersebut untuk tahun 2015 s.d. 2018 ditunjukkan pada Tabel 3.11b.4.

Tabel 3.11b.4 Perbandingan Realisasi IKU Tingkat pemenuhan unit kerja terhadap kriteria ZI WBK

Tahun 2015 s.d. 2018

Tahun Realisasi IKU Keterangan

2018 112,27% Mengingat IKU tersebut baru diterapkan untuk tahun 2018 sebagai IKU mandatori dari Kemenkeu-Wide ke Kemenkeu-One DJPb, sementara pada Kontrak Kinerja DJPb Tahun 2015 s.d. 2017 tidak ditargetkan dan tidak ada realisasi, perbandingan capaian IKU tersebut dengan tahun 2015 s.d. 2017 tidak dapat dilakukan.

2017 -

2016 -

2015 -

Perbandingan realisasi tahun 2018 dan tahun-tahun sebelumnya

Dari hasil penilaian paramater-parameter tersebut, selanjutnya perhitungan nilai IKU

tersebut dapat ditunjukkan pada Tabel 3.11b.2.

Tabel 3.11b.2 Perhitungan IKU Tingkat pemenuhan unit kerja terhadap kriteria ZI WBK Tahun 2018

Nilai Rata-Rata (20 unit*) Passing Grade Nilai

IPK (Indeks Persepsi Korupsi)** 14,71 13,50 108,95%

Nilai ZI tanpa IPK*** 80,41 61,50 130,79%

Rata-rata Nilai 119,87%

Keterangan:

* untuk menjaga kerahasiaan data per unit, nilai yang disajikan adalah nilai rata-rata 20 unit kerja

yang diusulkan untuk mendapat predikat ZI WBK dan dinyatakan lolos penilaian TPK

** diperoleh dari nilai hasil Survey Persepsi Korupsi Unit

*** diperoleh dari rata-rata nilai perhitungan (nilai total penilaian unit oleh TPK - nilai IPK unit)

Selanjutnya, dihitung sesuai formula IKU:

Nilai (rata-rata nilai perhitungan sebelumnya) 119,87%

Jumlah unit yang ditargetkan (Q3: 8 unit, s.d. Q4: 15) 15

Jumlah unit tambahan (Q3: 12, s.d. Q4: 5) 5

Jumlah unit yang ditargetkan terpenuhi (Q3: 8, s.d. Q4: 15 ) 15

Jumlah unit total terpenuhi 20

Nilai IKU 112,27%

Laporan Kinerja 2018 152

Untuk mengetahui posisi DJPb dalam pencapaian IKU dibandingkan dengan eselon I lainnya yang juga menjalankan IKU yang sama dalam pencapaian IKU yang sama pada suatu tahun, dapat dibandingkan capaian IKU tersebut antar eselon I lingkup Kemenkeu sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.11b.7.

Tabel 3.11b.7 Perbandingan Realisasi IKU Tingkat pemenuhan unit kerja terhadap kriteria ZI WBK

Tahun 2018 dengan Unit Eselon I Lainnya

No Unit Es. I Realisasi IKU 2018 Ket

1 SETJEN 118,16% IKU Tingkat pemenuhan unit kerja terhadap kriteria

ZI WBK juga menjadi IKU seluruh eselon I lingkup Kemenkeu lainnya (mandatori). Nilai tertinggi IKU sebesar 125,19% diperoleh oleh DJP, sementara nilai terendah sebesar 105,52% diperoleh oleh DJPK. Dalam hal ini, nilai IKU DJPb di bawah rata-rata

2 DJA 106,86%

3 DJP 125,19%

4 DJBC 108,27%

5 DJPb 112,27%

6 DJKN 119,04%

Perbandingan capaian IKU dengan eselon I lainnya

Perbandingan realisasi s.d. 2018 dengan Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu

Realisasi Kinerja DJPb tahun 2015-2019 dapat dikaitkan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019, yang memuat perencanaan kinerja jangka menengah pemerintah pada tingkat nasional. Realisasi IKU Tingkat pemenuhan unit kerja terhadap kriteria ZI WBK terhadap target pada RPJMN 2015-2019 dapat ditunjukkan pada Tabel 3.11b.6.

Tabel 3.11b.6 Perbandingan Realisasi IKU Tingkat pemenuhan unit kerja terhadap kriteria ZI WBK

s.d. 2018 dan RPJMN 2015—2019

Tahun Realisasi IKU Target RPJMN 2015-2019

2019 belum -2018 112,27% -2017 - -

2016 - -

2015 - -

Keterangan: Mengingat IKU tersebut baru diterapkan untuk tahun 2018 sebagai IKU mandatori dari Kemenkeu-Wide ke Kemenkeu-One DJPb, sementara pada RPJMN tidak ditargetkan, perbandingan capaian IKU tersebut dengan RPJMN tidak dapat dilakukan

Realisasi IKU tahun 2015 s.d. 2018 mencerminkan realisasi selama empat tahun pertama rencana jangka menengah DJPb yang dituangkan dalam Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu Tahun 2015-2019 dengan perbandingan ditunjukkan pada Tabel 3.11b.5.

Tabel. 3.11b.5 Perbandingan Realisasi IKU Tingkat pemenuhan unit kerja terhadap kriteria ZI WBK

s.d. 2018 dan Renstra 2015—2019

Tahun Realisasi IKU Tahunan Renstra DJPb 2015-2019 Renstra Kemenkeu 2015-2019

2019 belum

2018 112,27% - -

2017 - - -

2016 - - -

2015 - - -

Keterangan: Mengingat IKU tersebut baru diterapkan untuk tahun 2018 sebagai IKU mandatori dari Kemenkeu-Wide ke Kemenkeu-One DJPb, sementara pada Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu tidak ditargetkan, sehingga perbandingan capaian IKU tersebut dengan Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu tidak dapat dilakukan

Perbandingan realisasi s.d. 2018 dan Target RPJMN

Direktorat Jenderal Perbendaharaan153

Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.11b.7, IKU Tingkat pemenuhan unit kerja terhadap kriteria ZI WBK menjadi IKU seluruh eselon I lingkup Kemenkeu, rata-rata indeks capaian seluruh eselon I adalah 112,19% dengan nilai tertinggi 125,19% dan nilai terendah oleh DJPK. Dalam hal ini, realisasi IKU DJPb sebesar 112,27% melebihi rata-rata nilai tersebut. Peningkatan capaian akan terus DJPb lakukan sebagai upaya perbaikan kinerja yang berkelanjutan.

Terdapat beberapa isu terkait pencapaian IKU tersebut selama tahun 2018, antara lain:1. Berdasarkan Surat dari Biro Organta Sekjen Kemenkeu nomor SR-27/SJ.2/2018 hal

penyampaian hasil penilaian WBK/WBBM tingkat Kemenkeu tahun 2018, Itjen sebagai Tim Penilai Kemenkeu telah melakukan penilaian terhadap unit kerja di DJPb. Hasil penilaian ke-20 unit kerja tersebut dinyatakan lolos Penilaian Tingkat Kementerian.

2. Target tingkat pemenuhan unit kerja terhadap kriteria ZI WBK tahun 2019 untuk DJPb sebanyak 30 unit kerja.

3. Unit kerja yang lolos penilaian predikat WBK di Tim Penilai Kementerian (TPK) belum tentu lolos pada saat penilaian predikat WBK di Tim Penilai Nasional (TPN).

4. Berdasarkan informasi, unit kerja yang tidak lolos WBK oleh TPN disebabkan pada saat TPN melakukan penilaian secara on the spot seperti presentasi Kepala Kantor, semangat pegawai, inovasi yang dirasakan manfaatnya, dan sebagainya.

Implikasi atas adanya isu-isu tersebut adalah untuk diperlukannya langkah-langkah strategis dalam rangka pencapaian target ZI WBK. Akar masalah yang dapat diidentifikasi dalam pencapaian IKU tersebut, yaitu kriteria/metode penilaian WBK oleh KemenPAN-RB selaku TPN setiap tahunnya selalu berbeda sehingga sulit diprediksi.

Tindakan yang telah dilaksanakan dalam pencapaian IKU tersebut selama tahun 2018 antara lain:1. Telah dilakukan koordinasi secara intensif dengan unit kerja yang mengikuti penilaian

serta dengan Kanwil, Biro Organta, dan Itjen.2. Telah dilakukan workshop dan sharing session dengan peserta Kepala KPPN dan Kasi

MSKI/VeraKI pada unit kerja yang mengikuti penilaian.3. Telah dilakukan survey reformasi birokrasi dalam rangka self assessment penilaian

WBK/WBBM pada unit kerja yang mengikuti penilaian WBK/WBBM.4. Telah dilakukan penilaian terhadap unit kerja yang mengikuti penilaian WBK/WBBM

oleh Itjen Kemenkeu dan telah ditetapkan sebanyak 20 unit kerja di lingkungan DJPb yang telah lolos Penilaian Tingkat Kementerian melalui Surat Biro Organta No. SR-27/SJ.2/2018 tgl. 2 Juli 2018.

5. Menyampaikan surat Sesditjen Perbendaharaan No. S-523/PB,1/2018 ke unit kerja yang nilai LKEnya kurang dari 95 untuk menindaklanjuti hasil penilaian dari TPK.

6. Menyampaiakan LKE dan E-book WBK/WBBM kepada Biro Organta yang selanjutnya akan disampaikan kepada KemenPAN-RB dalam rangka penilaian TPN.

Isu, permasalahan, tindakan, dan action plan

No Unit Es. I Realisasi IKU 2018 Ket

7 DJPK 105,52% nilai Kemenkeu dan perlu dilakukan evaluasi dan perbaikan dalam pencapaian IKU tersebut di masa yang akan datang.8 DJPPR 110,18%

9 ITJEN 108,97%

10 BKF 108,00%

11 BPPK 111,67%

Rata-rata 112,19%

Sumber: Rocankeu (slide lampiran capaian IKU Kemenkeu-Wide Tahun 2018)

Laporan Kinerja 2018 154

7. Mengundang 20 unit kerja untuk menghadiri workshop dalam rangka evaluasi WBK/WBBM oleh Kemenpan-RB.

8. Memantau pelaksanaan survei 20 unit kerja yang dilaksanakan oleh BPS dalam rangka penilaian WBK/WBBM.

Rekomendasi rencana aksi yang akan dilakukan pada tahun 2019 (penanggung jawab: Setditjen Perbendaharaan), yaitu mengusulkan 30 unit kerja untuk mengikuti penilaian WBK/WBBM tingkat Kemenkeu tahun 2019.

Risiko terkait pencapaian IKU tahun 2018

Pada tahun 2018 telah diidentifikasi risiko terkait yang mempengaruhi pencapaian IKU Persentase pencapaian target penerimaan pokok dan bunga pinjaman dengan penjelasan dan telah ditangani sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.11b.8.

Tabel 3.11b.8 Penanganan Risiko terkait Pencapaian IKU Tingkat pemenuhan unit kerja

terhadap kriteria ZI WBK Tahun 2018

Kejadian Risiko Penyebab Dampak UICPenilaian Satker yang kurang baik terhadap pelayanan unit kerja peserta penilaian WBK/WBBM

1. Petugas pelayanan yang tidak disiplin mematuhi jam layanan;

2. Terdapat pertanyaan survei WBK/WBBM yang multi interpretasi

Penurunan kinerja

Bagian Kepatuhan Internal, Setditjen

Nama IRU Batasan NilaiNilai

Aktual

Q1 s.d. Q2 s.d. Q3 s.d. Q4Score ketepatan data debitur hasil rekonsiliasi

Batas Atas 1N/A 0 0 0

Batas Aman 0

Penjelasan

Pada triwulan I belum ada nilai aktual IRU dikarenakan periode pelaporan IRU tersebut semesteran. Data aktual IRU akan diperoleh pada triwulan II.

Berdasarkan aktual IRU sampai dengan Triwulan II, jumlah petugas/pegawai front office yang tidak standby pada saat jam layanan adalah 0, sehingga status IRU sudah hijau karena berada pada batas aman. Pemantauan terhadap kedisiplinan pegawai dilakukan sesuai dengan ketentuan dalam KEP-525/PB/2016 tentang Pemantauan Terhadap Kepatuhan Kode Etik dan Disiplin Pegawai di Lingkungan DJPb, yaitu pemantauan kepada pegawai terkait ketaatan terhadap ketentuan jam kerja serta yang dilaksanakan secara berkala.

Level risiko pada triwulan III turun menjadi level rendah (besaran risiko 7) sesuai dengan level risiko residual harapan, dengan pertimbangan bahwa nilai aktual IRU triwulan III sebesar 0 (status hijau) dan risikonya tidak terjadi sehingga kinerja telah tercapai sesuai dengan target.

Level risiko pada triwulan IV tetap level rendah (besaran risiko 7) sesuai dengan level risiko residual harapan, dengan pertimbangan bahwa nilai aktual IRU triwulan IV sebesar 0 (status hijau) dan risikonya tidak terjadi sehingga kinerja telah tercapai sesuai dengan target.

Outlook risiko pada tahun 2019 ditetapkan pada level level rendah (besaran risiko 7) dengan pertimbangan bahwa risikonya telah dapat dikendalikan.

Direktorat Jenderal Perbendaharaan155

Penanganan yang Telah Dilaksanakan

1. Menyampaikan surat S-1730/PB.1/2018 tanggal 15 Februari 2018 mengenai risiko mandatory ke seluruh Kanwil dan KPPN dimana salah satu risiko mandatory adalah terkait Penilaian Satker yang kurang baik terhadap pelayanan unit kerja peserta penilaian WBK/WBBM

2. Menyampaikan Surat S-4994/PB.1/2018 tanggal 26 Juni 2018 hal Pedoman pelaksanaan survei pada seluruh Kanwil dan KPPN yang mengikuti akselerasi pembangunan ZI menuju WBK/WBBM

3. Menyampaikan Surat nomor S-7873/PB.1/2018 tanggal 9 Oktober 2018 hal Pemantauan Atas Kehadiran Petugas Pelayanan pada Jam Layanan oleh Unit Kepatuhan Internal pada Kanwil dan KPPN

Laporan Kinerja 2018 156

11c -CP

Indeks Persepsi Integritas

Indikator Kinerja Utama (IKU) Indeks Persepsi Integritas bertujuan untuk meningkatkan budaya integritas Kementerian Keuangan. IKU tersebut mulai diterapkan mulai tahun 2018 sebagai IKU mandatori dari Kemenkeu-Wide ke Kemenkeu-One (indirect cascding) seluruh unit eselon I lingkup Kemenkeu. Survei persepsi integritas telah dilaksanakan pada tahun sebelumnya dan menjadi bagian dari perhitungan tahun 2017 atas IKU Indeks tata kelola organisasi yang pada tahun 2018 telah dihapuskan/digantikan IKU Indeks Persepsi Integritas.

Nilai pembangunan integritas diperoleh dari hasil Penilaian Persepsi Integritas yang dikembangkan dari Integrity Assessment yang telah dilaksanakan oleh KPK.1. Tim survei untuk penilaian level unit eselon I adalah tim survei Kemenkeu yang

dikoordinasikan oleh Itjen.2. Unit yang dijadikan sampel pada setiap unit eselon I ditetapkan oleh tim survei.3. Responden survei adalah seluruh pegawai di unit sampel (internal), dan sampel

pengguna layanan di setiap unit sampel seperti masyarakat, K/L lain, atau unit eselon I lain di Kemenkeu (eksternal). Penetapan responden eksternal ditetapkan oleh Tim survei.

4. Metodologi yang dilakukan adalah sebagai berikut:a. Survei (responden internal dan eksternal);b. Focus Group Discussion (FGD), per zona wilayah yang ditetapkan tim survei

Kementerian Keuangan.c. Penilaian Lapangan (Observasi, Wawancara, Reviu Dokumen), lapangan

dilakukan selama periode survei oleh Unit Kepatuhan Internal (UKI) setiap unit eselon I.

Perhitungan capaian IKU ini diukur melalui hasil pembobotan nilai hasil survei internal dan/atau eksternal yang dapat disesuaikan dengan hasil pelaksanaan FGD dan Penilaian Lapangan, dengan formula perhitungan sebagai berikut:

Capaian IKU = (50% x nilai survei internal) + (50% x nilai survei eksternal)

Target IKU tersebut untuk tahun 2018 adalah sebesar 85. Mengingat IKU ini baru diterapkan pada tahun 2018 sebagai IKU mandatori, tidak terdapat penargetan IKU ini pada Kontrak Kinerja DJPb (Kemenkeu-One) sebelum tahun 2018, melainkan menjadi salah satu komponen perhitungan IKU Indeks tata kelola organisasi tahun 2017 Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu Tahun 2015-2019, serta RPJMN Tahun 2015-2019. Target sebesar 85 tersebut meningkat signifikan dari tahun 2017, yang sebesar 60.

Periode pelaporan IKU adalah tahunan, perhitungan polarisasi data menggunakan maximize (semakin tinggi realisasi terhadap target maka semakin baik capaian kinerjanya) dan jenis konsolidasi periode menggunakan take last known value (realisasi yang digunakan adalah angka periode terakhir).

Target IKU Tahun 2018

Direktorat Jenderal Perbendaharaan157

Berdasarkan Nota Dinas Rahasia No. NDR-9/SJ.2/2018 hal Penyampaian Nilai Capaian IKU Indeks Persepsi Integritas Tahun 2018, diketahui bahwa nilai persepsi integritas DJPb tahun 2018 adalah sebesar 91,69, yang merupakan rata-rata nilai survei internal 93,45 dan nilai survei eksternal 89,93, sebagaimana ditunjukkan perhitungannya pada Tabel 3.11c.1

Tabel 3.11c.1 Perhitungan IKU Indeks Persepsi Integritas Tahun 2018

Uraian Nilai Bobot Dibobot

Nilai Survei Internal 93,45 50% 46,725

Nilai Survei Eksternal 89,93 50% 44,965

Realisasi IKU Indeks Persepsi Integritas Tahun 2018 91,690

Realisasi IKU Tahun 2018

Memperhatikan hal di atas, diperoleh capaian IKU tahun 2018 sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.11c.2.

Tabel 3.11c.2 Capaian IKU Indeks Persepsi Integritas Tahun 2018

T/R Q1 Q2 Smt.1 Q3 Sd. Q3 Q4 Tahunan Pol /KP

Target - - - - - 85 85 Maximize/ Take Last

Known Value

Realisasi - - - - - 91,69 91,69

Capaian - - - - - 107,87 107,87

Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.11c.2, realisasi IKU sebesar 91,69 tersebut pada telah melampaui target sebesar 85 yang telah ditetapkan pada Kontrak Kinerja DJPb (Kemenkeu-One) Tahun 2018.

Perbandingan realisasi dan target IKU tahun 2018

Perbandingan target dan realisasi IKU tersebut untuk tahun 2015 s.d. 2018 ditunjukkan pada Tabel 3.11c.3.

Tabel 3.11c.3 Perbandingan Realisasi IKU Indeks Persepsi Integritas Tahun 2015 s.d. 2018

Tahun Nilai IKU Keterangan

2019 belum -

2018 91,69 diterapkan sebagai salah satu IKU Kemenkeu-One

2017 86,16 diterapkan sebagai salah satu komponen perhitungan IKU Kemenkeu-One

2016 - belum diterapkan

2015 -

Keterangan: perbandingan capaian IKU tersebut dengan tahun 2015 dan 2016 tidak dapat dilakukan karena pada kedua tahun tersebu belum diterapkan.

Perbandingan realisasi tahun 2018 dan tahun-tahun sebelumnya

Laporan Kinerja 2018 158

Realisasi Kinerja DJPb tahun 2015-2019 dapat dikaitkan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019, yang memuat perencanaan kinerja jangka menengah pemerintah pada tingkat nasional. Realisasi IKU terhadap target pada RPJMN 2015-2019 dapat ditunjukkan pada Tabel 3.11c.5.

Tabel 3.11c.5 Perbandingan Realisasi IKU Indeks Persepsi Integritas s.d. 2018 dan RPJMN 2015—2019

Tahun Realisasi IKU Target RPJMN 2015-2019

2019 belum -2018 91,69 -2017 86,16 -

2016 - -

2015 - -

Keterangan: Mengingat IKU tersebut baru diterapkan untuk tahun 2018 sebagai IKU mandatori dari Kemenkeu-Wide ke Kemenkeu-One DJPb (2017 diterapkan sebagai komponen perhitungan IKU Kemenkeu-One), sementara pada RPJMN tidak ditargetkan, perbandingan capaian IKU tersebut dengan RPJMN tidak dapat dilakukan

Perbandingan realisasi s.d. 2018 dan Target RPJMN

Untuk mengetahui posisi DJPb dalam pencapaian IKU dibandingkan dengan eselon I lainnya yang juga menjalankan IKU yang sama dalam pencapaian IKU yang sama pada suatu tahun, dapat dibandingkan capaian IKU tersebut antar eselon I lingkup Kemenkeu sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.11b.6. Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.11b.6, IKU Indeks Persepsi Integritas menjadi IKU seluruh eselon I lingkup Kemenkeu, di mana rata-rata indeks capaian seluruh eselon I adalah 87,65 dengan nilai tertinggi dengan indeks 91,69 oleh DJPb dan nilai terendah 80,29 oleh DJP. Dalam hal ini, DJPb memiliki nilai tertinggi, tetapi peningkatan capaian akan terus dilakukan sebagai upaya perbaikan kinerja yang berkelanjutan.

Perbandingan capaian IKU dengan eselon I lainnya

Perbandingan realisasi s.d. 2018 dengan Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu

Realisasi IKU tahun 2015 s.d. 2018 mencerminkan realisasi selama empat tahun pertama rencana jangka menengah DJPb yang dituangkan dalam Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu Tahun 2015-2019 dengan perbandingan ditunjukkan pada Tabel 3.11c.4.

Tabel. 3.11c.4 Perbandingan Realisasi IKU Indeks Persepsi Integritas s.d. 2018 dan Renstra 2015—2019

Tahun Realisasi IKU Tahunan Renstra DJPb 2015-2019 Renstra Kemenkeu 2015-2019

2019 belum

2018 91,69 - -

2017 86,16 - -

2016 - - -

2015 - - -

Keterangan: Mengingat IKU tersebut baru diterapkan untuk tahun 2018 sebagai IKU mandatori dari Kemenkeu-Wide ke Kemenkeu-One DJPb (2017 diterapkan sebagai komponen perhitungan IKU Kemenkeu-One), sementara pada Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu tidak ditargetkan, perbandingan capaian IKU tersebut dengan Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu tidak dapat dilakukan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan159

Tabel 3.11c.6 Perbandingan Realisasi IKU Indeks Persepsi Integritas Tahun 2018

dengan Unit Eselon I Lainnya

No Unit Es. I Realisasi IKU 2018 Ket

1 SETJEN * *) Keterangan: IKU Indeks Persepsi Integritas juga menjadi IKU seluruh eselon I lingkup Kemenkeu lainnya (mandatori). Namun demikian, mengingat data tersebut bersifat rahasia, dalam rangka menjaga kerahasian data dimaksud, informasi nilai unit eselon I lainnya tidak dapat disajikan pada LAKIN ini.

2 DJA *

3 DJP *

4 DJBC *

5 DJPb 91,69

6 DJKN *

7 DJPK *

8 DJPPR *

9 ITJEN *

10 BKF *

11 BPPK *

Rata-rata *

Terdapat beberapa isu dalam pencapaian IKU tersebut, berdasarkan nota dinas rahasia nomor NDR-9/IJ.1/2019 hal Penyampaian Nilai Capaian IKU Indeks Persepsi Integritas Tahun 2018, nilai persepsi integritas DJPb adalah sebesar 91,69, yang merupakan nilai tertinggi eselon I di lingkup Kemenkeu. Namun demikian, target IKU Kemenkeu-One tahun 2019 tentunya akan dinaikkan dengan disesuaikan dengan capaian tahun 2018 tersebut.

Hal tersebut berimplikasi pada meningkatnya target di masa yang akan datang dan menjadi tantangan pencapaian IKU tersebut selanjutnya sehingga diperlukan kejelasan ketentuan penilaian persepsi integritas pada tahun-tahun berikutnya. Tidak terdapat permasalahan berarti yang menghambat pencapaian IKU tersebut pada tahun 2018.

Tindakan yang telah dilaksanakan dalam pencapaian IKU tersebut selama tahun 2018 antara lain:1. Telah dilakukan rapat dengan Itjen Kemenkeu pada tanggal 5 Januari 2018 untuk

membahas hasil capaian IKU 2017 dan saran dalam pelaksanaan tahun 2018. 2. Berkoordinasi dengan Itjen mengenai metode dan waktu pelaksanaan survei persepsi

integritas. 3. Menunjuk unit vertikal yang akan menjadi unit sampel atas survei yang akan dilakukan

tanggal 1 s.d 31 Oktober 2018. 4. Menyampaikan surat kepada seluruh unit vertikal yang ditunjuk menjadi unit sampel

untuk melakukan internalisasi atas survei persepsi integritas dimaksud dan mengisi pertanyaan survei dengan sikap positif, optimis, dan konstruktif.

5. Berkoordinasi dengan intensif terhadap unit sampel atas pengiriman email yang berisi kode unik untuk mengakses survei persepsi integritas dan mengisi survei dimaksud dengan segera.

6. Berkoordinasi dengan Itjen atas monitoring pengisian responden internal unit sampel.

Rekomendasi rencana aksi yang akan dilakukan pada tahun 2019 (penanggung jawab: Setditjen Perbendaharaan), yaitu nerkoordinasi dengan Itjen mengenai ketentuan penilaian persepsi integritas tahun 2019 (triwulan I 2019).

Isu, permasalahan, tindakan, dan action plan

Laporan Kinerja 2018 160

Sasaran Strategis 12

Sistem informasi

perbendaharaan yang

andal dan modern

Sistem informasi perbendaharaan yang andal dan modern adalah pelaksanaan sistem perbendaharaan dengan bantuan teknologi informasi yang tepat guna dan mutakhir untuk mendukung pelaksanaan anggaran dan perbendaharaan secara efektif efektif, tepat waktu, dan akuntabel.

Dalam pencapaian sasaran strategis ini, DJPb mengidentifikasikan 3 (tiga) Indikator Kinerja Utama (IKU), yang masing-masing pencapaiannya ditabulasikan dalam Tabel 3.12.

Tabel 3.12 Capaian IKU pada Sasaran Strategis 12

SS 12: Sistem informasi perbendaharaan yang andal dan modern

Kode Indikator Kinerja Target Realisasi Nilai

12a-N Persentase tingkat implementasi Aplikasi SAKTI

100% 100% 100

12b-CP Tingkat downtime sistem TIK 0,35% 0,199% 120

12c-CP Persentase kapabilitas tata kelola TIK 75% 83,27% 111,03

Uraian mengenai IKU tersebut adalah sebagai berikut:

12a-N

Persentase tingkat implementasi Aplikasi SAKTI

Tingkat Implementasi Sistem Aplikasi Keuangan Tingkat Instansi (Aplikasi SAKTI) adalah tingkat pemenuhan implementasi SAKTI tahun 2018 pada seluruh Satker lingkup Kemenkeu dengan menggunakan SDM, bisnis proses, infrastruktur, dan teknologi SAKTI untuk memastikan SAKTI dapat diterapkan/dioperasikan secara menyeluruh pada Satker yang ditunjuk dan ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No. 962/KMK.05/2017 tentang Pelaksanaan Piloting Sistem Aplikasi Keuangan Tingkat Instansi Tahap III, sesuai dengan tahapan implementasi yang telah dilaksanakan.

Indikator Kinerja Utama (IKU) Persentase tingkat implementasi Aplikasi SAKTI bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan implementasi Aplikasi SAKTI tahun 2018 pada seluruh Satker lingkup Kemenkeu. IKU tersebut merupakan refinement pada tahun 2017 dari IKU Tingkat Penyelesaian kesiapan implementasi aplikasi SAKTI di mana refinement tersebut menimbang bahwa SAKTI kini berada pada tahap implementasi. Sesuai dengan KMK No. 962/KMK.05/2017 implementasi SAKTI Tahap IIIC pada 741 Satker lingkup DJP dan DJBC dilaksanakan paling lambat bulan Desember 2018.

Formula perhitungan IKU tersebut dapat ditunjukkan sebagai berikut:

Perhitungan polarisasi data IKU tersebut menggunakan maximize (semakin tinggi realisasi terhadap target, semakin baik capaian kinerjanya), periode pelaporan semesteran, dan jenis konsolidasi periode menggunakan take last known value (realisasi yang digunakan adalah angka terakhir periode terakhir).

Direktorat Jenderal Perbendaharaan161

Target IKU tersebut untuk tahun 2018 adalah 100% (30% untuk semester I, 100% untuk semester II) sebagaimana ditentukan dalam Kontrak Kinerja DJPb (Kemenkeu-One) tahun 2018, lebih tinggi dari target tahun 2017 (86%) dan 2016 (75%). Target sebesar 100% untuk tahun 2018 tersebut sama dengan target implementasi SAKTI dalam Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu tahun 2015-2019 untuk tahun 2018.

Pada tahun 2017, Piloting SAKTI Tahap IIIA dan IIIB telah dilaksanakan pada 171 satker penyaluran DAK Fisik dan Dana Desa dan 151 satker seluruh Eselon I Kemenkeu, kecuali DJP dan DJBC. Pada tahun 2018, sesuai amanat KMK No. 962/KMK.05/2017 piloting SAKTI Tahap IIIC, yaitu pada 741 Satker lingkup DJP dan DJBC, dilaksankan paling lambat bulan Desember 2018. Selain itu, dengan diterbitkannya PMK No. 159/PMK.05/2018 tanggal 14 Desember 2018 tentang Perubahan atas PMK No.223/PMK.05/2015 tentang Piloting SAKTI, Satker Piloting SAKTI Tahap IIIC bertambah 1 Satker, yaitu Satker PPATK (Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan).

Target IKU Tahun 2018

Pada tahun 2018, realisasi IKU Persentase tingkat implementasi SAKTI setelah dilaksanakan dilakukan pada serangkaian tindakan, tahapan, dan proses yang telah dilaksanakan dalam pencapaian implementasi SAKTI tahap III, sejumlah 741 Satker lingkup DJP dan DJBC, serta Satker PPATK telah melaksanakan Piloting SAKTI Tahap IIIC sebagaimana ditunjukkan Tabel 3.12a.1.

Tabel 3.12a.1 Implementasi aplikasi SAKTI Tahun 2018

Implementasi Dasar Hukum Target Realisasi implementasi

Piloting SAKTI Tahap IIIC

KMK No. 962/KMK.05/2017 741 Satker DJP dan DJBC 741 Satker DJP dan DJBC, serta 1 Satker PPATTK PMK No. 159/PMK.01/2018 1 Satker PPATK

JUMLAH 100%

Realisasi IKU Tahun 2018

Dengan demikian, realisasi IKU tahun 2018 dapat diketahui sebesar 100% yang berarti melampaui target yang telah ditentukan (100%) sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.12a.2. Capaian IKU tersebut setiap semesternya selalu memenuhi target yang telah ditetapkan.

Tabel 3.12a.2 Capaian IKU Persentase tingkat implementasi aplikasi SAKTI Tahun 2018

T/R Q1 Q2 Smt.1 Q3 s.d. Q3 Q4 Tahunan Pol /KP

Target - 30% 30% - 30% 100% 100% Maximize/ Take Last

Known Value

Realisasi - 50% 50% - 82,5% 100% 100%

Capaian - 120 120 - 120 120 120

Perbandingan realisasi dan target IKU tahun 2018

Terdapat perbedaan dengan IKU Tingkat Penyelesaian kesiapan implementasi Aplikasi SAKTI pada tahun 2015 dan 2014 di mana IKU Tingkat Penyelesaian kesiapan implementasi Aplikasi SAKTI lebih menguji kesiapan sebelum implementasi, sementara IKU Persentase tingkat implementasi aplikasi SAKTI (2016 s.d. 2018) lebih menguji pada implementasinya. Namun demikian, perbandingan realisasi IKU tersebut tahun 2014 sampai dengan 2018 dapat ditunjukkan pada Grafik 3.12a.1.

Perbandingan realisasi tahun 2018 dan tahun-tahun sebelumnya

Laporan Kinerja 2018 162

Grafik 3.12a.1 Perbandingan Realisasi IKU Tingkat Penyelesaian kesiapan implementasi Aplikasi SAKTI

(2014-2015) dan Realisasi IKU Persentase tingkat implementasi Aplikasi SAKTI (2016-2018)

Realisasi IKU tahun 2015 s.d. 2018 mencerminkan realisasi selama empat tahun pertama rencana jangka menengah DJPb yang dituangkan dalam Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu Tahun 2015-2019 dengan perbandingan sebagaimana pada Tabel 3.12a.3.

Tabel 3.12a.3 Perbandingan Realisasi IKU Persentase tingkat implementasi aplikasi SAKTI s.d. 2018

dan Renstra 2015—2019

Tahun Realisasi IKU Tahunan Renstra DJPb 2015-2019 Renstra Kemenkeu 2015-2019

2019 belum 100% 100%

2018 100% 100% 100%

2017 100% 86% 86%

2016 100% 75% 75%

2015 100% 100% 100%

Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.12a.3, nilai realisasi tahunan IKU adalah sebesar 100% untuk tahun 2015 s.d. 2018 tersebut telah melampaui target tahunan yang ditetapkan dalam Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu Tahun 2015-2019.

Perbandingan realisasi s.d. 2018 dengan Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu

Realisasi Kinerja DJPb tahun 2015-2019 dapat dikaitkan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019, yang memuat perencanaan kinerja jangka menengah pemerintah pada tingkat nasional. Realisasi IKU Persentase tingkat implementasi aplikasi SAKTI sebesar 100% dari tahun 2015 s.d. tahun 2018 telah melampui target empat tahun pertama dalam RPJMN sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.12a.4.

Tabel 3.12a.4 Perbandingan Realisasi IKU Persentase tingkat implementasi aplikasi SAKTI s.d. 2018

dan RPJMN 2015—2019

Tahun Realisasi IKU Target RPJMN 2015-2019

2019 belum 100%

2018 100% 100%

2017 100% 86%

2016 100% 75%

2015 100% 72%

Perbandingan realisasi s.d. 2018 dan Target RPJMN

Direktorat Jenderal Perbendaharaan163

Untuk mengetahui posisi DJPb dalam pencapaian IKU dibandingkan dengan eselon I lainnya yang juga menjalankan IKU yang sama dalam pencapaian IKU yang sama pada suatu tahun, dapat dibandingkan capaian IKU tersebut antar eselon I lingkup Kemenkeu sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.12a.5.

Tabel 3.12a.5 Perbandingan Realisasi IKU Persentase tingkat implementasi Aplikasi SAKTI Tahun 2018

dengan Unit Eselon I Lainnya

No Unit Es. I Kemenkeu Realisasi IKU 2017 Ket

1 SETJEN - IKU Persentase tingkat implementasi Aplikasi SAKTI hanya dilakukan oleh DJPb (tidak dilakukan eselon I Kemenkeu lainnya) sehingga tidak dapat ditunjukkan perbandingannya.

2 DJA -

3 DJP -

4 DJBC -

5 DJPb 100%

6 DJKN -

7 DJPK -

8 DJPPR -

9 ITJEN -

10 BKF -

11 BPPK -

Rata-rata -

Perbandingan capaian IKU dengan eselon I lainnya

Terdapat beberapa isu pencapaian IKU Persentase tingkat implementasi aplikasi SAKTI pada tahun 2018, antara lain:

1. Dalam rangka persiapan Piloting SAKTI Tahap IIIC, perlu pemetaan terhadap satuan kerja target piloting yang mencakup:

a. Kesiapan Infrastruktur, antara lain masih terdapat kantor vertikal yang tidak memiliki komputer/laptop dalam jumlah dan kualitas yang memadai;

b. Kesiapan Jaringan pada satker piloting SAKTI, antara lain masih belum terkoneksinya seluruh satker vertikal DJP dan beberapa satker vertikal DJBC dengan server SAKTI;

c. Organisasi dan SDM terutama pada satker vertikal DJP, yaitu masih banyaknya satker vertikal DJP khususnya pada KP2KP yang memiliki jumlah SDM/pengelola keuangan yang terlalu sedikit (1 atau 2 orang) sehingga perlu dirumuskan jalan keluarnya.

d. Efektivitas training dan standarisasi dari sisi kecakapan trainer hasil TOT.

e. Kebutuhan flier atau media komunikasiberupa video tutorial SAKTI yang lengkap.

2. Dengan diterbitkannya PMK No. 159/PMK.05/2018 tanggal 14 Desember 2018 tentang Perubahan atas PMK No.223/PMK.05/2015 tentang Piloting SAKTI, Satker Piloting SAKTI Tahap IIIC bertambah 1 Satker, yaitu Satker PPATK.

Isu-isu tersebut memiliki implikasi antara lain pada perlunya penyiapan yang lebih intensif terhadap infrastruktur SAKTI , pemasangan infrastrukstur/server, Interkoneksi, konfigurasi, dan instalasi server, migrasi data SAKTI, serta FGD sosialisasi dengan Satker piloting tahap IIIC, termasuk Satker PPATK (penambahan jumlah Satker yang semula ditargetkan pada tahun 2018 untuk dilaksanakan piloting SAKTI).

Isu, permasalahan, tindakan, dan action plan

Laporan Kinerja 2018 164

Akar permasalahan yang dapat diidentifikasi dalam pencapaian IKU tersebut adalah:1. Penyesuaian jadwal kegiatan yang sangat padat pada DJP dan DJBC terutama terkait

akhir tahun pajak.2. Jumlah Satker Piloting Tahap IIIC (DJP dan DJBC) sekitar 700an memerlukan minimal 3

pendamping untuk pelaksanaan implementasi SAKTI Tahap IIIC.

Tindakan yang telah dilaksanakan selama tahun 2018 dalam pencapaian IKU tersebut, antara lain:

1. Selama Januari 2018 telah dilakukan pendampingan Piloting SAKTI Tahap III B sebagai berikut:a. Video Conference dengan Satker Ke-Sekjen-an seluruh Indonesia (Rokap, Rocan,

Roum, GKN, KPTIK BMN) pada tanggal 8 Januari 2018.b. Video Conference dengan Satker BPPK (BPPK, Pusdiklat, Balai Diklat, STAN) seluruh

Indonesia pada tanggal 11 Januari 2018.c. Video Conference dengan Satker DJKN Batch I pada tanggal 15 Januari 2018.d. Training Online melalui Video Conference untuk Modul Admin (materi Installasi dan

Konfigurasi Aplikasi SAKTI) dan Modul Anggaran (materi Interface Data DIPA, AFP dan POK) pada tanggal 17 Januari 2018.

e. Training Online melalui Video Conference untuk Modul Komitmen (materi Manajemen Sullier dan Siklus Transaksi Kontrak) pada tanggal 18 Januari 2018.

f. Training Online melalui Video Conference untuk Modul Komitmen (materi Siklus Transaksi BAST Non Kontrak) pada tanggal 24 Januari 2018.

g. Training Online melalui Video Conference untuk Modul Komitmen (materi Addendum Kontrak) pada tanggal 24 Januari 2018.

h. Training Online melalui Video Conference untuk Modul Bendahara (materi Siklus Transaksi UP/GUP, TUP/PTUP) pada tanggal 25 Januari 2018.

i. Training Online melalui Video Conference untuk Modul Bendahara (materi Transaksi LS Bendahara dan Transaksi Internal Bendahara) pada tanggal 30 Januari 2018.

j. Training Online melalui Video Conference untuk Modul Pembayaran (materi Perekaman SPM LS Banyak Penerima dan Perekaman SPM LS Non BAST) pada tanggal 31 Januari 2018.

2. Telah dilakukan Workshop SAKTI untuk seluruh PPK/PPSPM Satker Kemenkeu di Jakarta pada tanggal 16 Januari 2018 dengan tema Tugas dan Fungsi PPK, PPSPM pada implementasi SAKTI.

3. Telah dilakukan Training SAKTI (Modul Pelaksanaan) untuk PPK dan Staf PPK Inspektorat Jenderal (Itjen) Kemenkeu pada tanggal 30 Januari 2018.

4. Telah dilakukan Training dan Diskusi TFMT Modul Penganggaran pada tanggal 30 Januari 2018 oleh DJPb, DJA dan Pihak Konsultan SAKTI.

5. Telah dilakukan penyiapan Dokumen Pengadaan Infrastruktur SAKTI.

6. Selama Februari 2018 telah dilakukan pendampingan Piloting SAKTI Tahap III B sebagai berikut:a. Training Online melalui Video Conference untuk Modul Pembayaran (materi

Perekaman SPM LS non BAST) pada tanggal 1 Februari 2018 dengan peserta seluruh satker piloting IIIB.

b. Training Online melalui Video Conference untuk Modul Pembayaran (materi SPM Koreksi) pada tanggal 1 Februari 2018 dengan peserta seluruh satker piloting IIIB.

Direktorat Jenderal Perbendaharaan165

c. Training for Master Trainer SAKTI untuk Modul Anggaran pada tanggal 1 s.d. 2 Februari 2018, dengan peserta dari DJA, DJPB, dan PT Quadra Solutions.

d. Training SAKTI Modul BPP untuk seluruh satuan kerja lingkup Kantor Pusat Kementerian Keuangan pada tanggal 5 s.d. 7 Februari 2018.

e. Training lanjutan aplikasi SAKTI untuk satker lingkup Kantor Pusat Kemenkeu untuk Modul Komitmen dan Modul Pembayaran pada tanggal 8 s.d. 15 Februari 2018.

7. Selama Maret 2018 telah dilakukan kegiatan SAKTI sebagai berikut:a. Training lanjutan Modul Pelaporan SAKTI untuk Kantor Pusat Kemenkeu pada

tanggal 5 s.d. 9 Maret 2018.b. Pendampingan Migrasi Saldo Awal untuk Satker Piloting SAKTI Tahap IIIB di

Makassar tanggal 7 s.d. 9 Maret 2018, Palembang tanggal 14 s.d. 16 Maret 2018, Bandung tanggal 21 s.d. 23 Maret 2018 dan Jogjakarta pada tanggal 27 s.d. 29 Maret 2018, bekerja sama dengan DJKN dan Setjen Kemenkeu.

c. Penyelenggaraan Bimtek Modul Admin SAKTI untuk Supervisor pada tanggal 12 s.d. 16 Maret 2018 dikoordinasikan dengan penyelenggaraan Bimtek Supervisor Kanwil dan KPPN.

d. Sosialisasi Panduan IKU Persentase Implementasi SAKTI pada Kanwil DJPb dan KPPN pada kegiatan Bimtek Supervisor Kanwil dan KPPN pada tanggal 13 Maret 2018.

e. Training Online melalui Video Conference untuk Modul Penganggaran SAKTI untuk Kanwil DJPBN pada tanggal 6 s.d. 8 Maret 2018.

f. Training Online melalui Video Conference untuk Modul Penganggaran SAKTI untuk KPPN pada tanggal 13 s.d. 15 Maret 2018.

g. Penyampaian materi SAKTI pada kegiatan Diklat Teknis Substantif Dasar untuk pegawai baru DJPb alumni PKN STAN 2017 pada tanggal 12 s.d. 22 Maret 2018 di Pusdiklat AP, Gadog, Bogor.

h. Penyelenggaraan dukungan Bimtek Mandiri SAKTI oleh Kanwil dan KPPN seluruh Indonesia kepada Satker piloting SAKTI pada tanggal 26 Maret s.d. 3 April 2018.

8. Selama April 2018 telah dilakukan kegiatan mendukung Piloting SAKTI Tahap III B dan IIIC sebagai berikut:a. Pelaksanaan Training lanjutan Modul Penganggaran pada SAKTI melalui

Teleconference pada tanggal 2 s.d. 3 April 2018.b. Penyusunan panduan IKU Persentase Implementasi SAKTI pada Kanwil DJPb dan

KPPN seluruh Indonesia.c. Video Conference tentang penjelasan atas IKU Persentase Implementasi SAKTI pada

Kanwil DJPb dan KPPN.d. Persiapan dan pelaksanaan Survei Kesiapan Perubahan untuk Satker Piloting SAKTI

Tahap IIIC.e. Penyebaran bahan-bahan komunikasi seperti standing banner, flyer, dan poster

tentang SAKTI.f. Pembuatan bahan komunikasi berupa video tutorial SAKTI.g. Penyelenggaraan dukungan Bimtek Mandiri SAKTI oleh Kanwil dan KPPN seluruh

Indonesia kepada Satker piloting SAKTI pada tanggal 26 Maret s.d. 3 April 2018.h. Dilakukan tindak lanjut hasil rekomendasi Probity Audit Itjen Kemenkeu.

9. Selama Mei 2018, telah dilakukan kegiatan dalam rangka mendukung Piloting SAKTI Tahap III B dan IIIC sebagai berikut:a. Persiapan pelaksanaan Survei Kesiapan Perubahan dan Pemetaan Kesiapan SDM

dan Sarana Piloting SAKTI Tahap IIIC.b. Pelaksanaan Video Conference tentang penjelasan atas pelaksanaan survei dengan

Laporan Kinerja 2018 166

seluruh Kanwil DJPb.c. Pelaksanaan Survei Kesiapan Perubahan (Change Readiness Survey) dalam rangka

Piloting SAKTI Tahap IIIC yang dilaksanakan pada tanggal 30 April s.d. 11 Mei 2018d. Penyusunan Laporan Survei Kesiapan Perubahan dan Laporan Hasil Pemetaan

Kesiapan SDM dan Sarana Piloting SAKTI Tahap IIIC.e. Pelaksanaan Focus Group Discussion Persiapan Piloting SAKTI Tahap IIIC dengan

seluruh stakeholder yang mencakup DJPb (Dit SITP, Dit PA dan Dit SP), DJP, DJBC, Sekjen Kemenkeu (Rocan, Rokap, Pusintek), dan DJA pada tanggal 30 Mei 2018.

10. Selama Juni 2018, telah dilakukan kegiatan dalam rangka mendukung Piloting SAKTI Tahap III B dan III C sebagai berikut:a. Pelaksanaan Video Conference tentang penjelasan tindak lanjut atas pelaksanaan

survei pemetaan kesiapan SDM dan Sarana piloting SAKTI Tahun 2018 yang diikuti oleh seluruh Kanwil DJPb dan KPPN dan dibagi menjadi 2 batch.

b. Pelaksanaan Video Conference Training Mekanisme Penyampaian ADK SAKTI ke SPAN secara elektronik yang diikuti oleh seluruh satker piloting SAKTI tahap I, II dan IIIA/IIIB yang dibagi menjadi 3 batch.

c. Penyampaian bahan komunikasi SAKTI berupa flyer SAKTI Volume II Tahun 2018d. Penyiapan Dokumen Teknis Kontrak Pemenang Lelang telah dilakukan, dengan

pemenang lelang adalah PT Limawira.e. Pemasangan Infrastruktur/Server telah dilakukan untuk unloading, stabilisasi,

power on, instalasi, dan konfigurasi perangkat server.

11. Pada bulan April s.d. Juni 2018 telah dilakukan kegiatan pengadaan infrastruktur SAKTI baru (database server dan application server) sebagai berikut:a. Kick off meeting pelaksanaan pengerjaan migrasi database server telah dilaksanakan

pada tanggal 17 April 2018.b. Kick off meeting pelaksanaan pengerjaan migrasi aplikasi server telah dilaksanakan

pada tanggal 27 April 2018.c. Untuk menjaga kelancaran dalam penggunaan aplikasi SAKTI telah dilakukan

migrasi database server SAKTI yang lama ke database server SAKTI yang baru pada tanggal 21 Juni 2018.

11. Progres yang telah dilakukan di triwulan III adalah:a. Interkoneksi dengan satker piloting SAKTI tahap IIICb. Konfigurasi dan instalasi serverc. Migrasi data SAKTId. Pelaksanaan FGD dengan Direktorat TIP DJP dengan tema pembahasan isu-isu

tentang jaringan pada kantor vertikal DJP untuk mengakses server SAKTI, pada tanggal 11 Juli 2018.

e. Pelaksanaan FGD dengan Direktorat TIP DJBC dengan tema pembahasan isu-isu tentang jaringan pada kantor vertikal DJBC untuk mengakses server SAKTI, pada tanggal tanggal 25 s.d. 26 Juli 2018.

f. Penyelenggaraan FGD Persiapan Piloting SAKTI Tahap IIIC dan site visit pada KPPN Purworejo, KPP Purworejo, dan KPP Kebumen pada tanggal 1 s.d. 3 Agustus 2018.

g. Telah dilakukan TOT KPPN selaku Kuasa BUN, yaitu tanggal 3-7 September (Modul Aset dan Persediaan) Batch I, tanggal 24-28 September (Modul Aset dan Persediaan) Batch II, tanggal 17-21 September (Modul Anggaran/Kanwil).

Direktorat Jenderal Perbendaharaan167

Inisiatif Strategis DJPb Tahun 2018 diperlukan untuk membantu pencapaian IKU Persentase tingkat implementasi SAKTI sebagaimana ditetapkan dalam Kontrak Kinerja Eselon I (Kemenkeu-One) DJPb Tahun 2018. Terdapat satu Inisiatif DJPb pada tahun 2018 sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.12a.6.

Sampai dengan akhir tahun 2018, inisiatif strategis tersebut berstatus telah selesai dengan rincian sebagai berikut:

Inisitiaf Strategis DJPb Tahun 2018

Tabel 3.12a.6 Inisiatif Strategis DJPb Tahun 2018

No Indikator Kinerja Utama Inisiatif Strategis Output/

Outcome Periode

Pelaksanaan Penanggung Jawab Biaya (Rp)

1 Persentase tingkat implementasi Aplikasi SAKTI

Pengembangan infrastruktur IT DJPb (SPAN, SAKTI, dan MPN G2)

Upgrade infrastruktur IT DJPb yang lebih andal

Januari s.d. Desember

2018

Setditjen Perbendaharaan

dan Dit. Sisten Informasi

dan Teknologi Perbendaharaan

170.976.175.000

11. Progres yang telah dilakukan di triwulan IV adalah:a. Interkoneksi dengan Satker piloting SAKTI tahap IIIC.b. Konfigurasi dan instalasi server, dengan mengoptimalisaikan DB Production yang

lama untuk keperluan training SAKTI.c. Migrasi data SAKTI.d. TOT Eselon I (DJP dan DJBC) pada tanggal 3 -7 Desember 2018.e. Workshop SAKTI tanggal 4 – 5 Desember 2018.f. Monitoring dan evaluasi Piloting SAKTI telah dilakukan dengan MONSAKTI.g. Diterbitkannya PMK No. 159/PMK.05/2018 tanggal 14 Desember 2018 tentang

Perubahan atas PMK No.223/PMK.05/2015 tentang Piloting SAKTI h. Pendampingan Piloting SAKTI Tahap III C pada satker PPATK.i. Telah dibuat media online terkait SAKTI, yaitu Aplikasi PANDU SAKTI dan Video

tutorial SAKTI yang dapat diunduh/dilihat di Ftp dan Youtube.j. Sejumlah 741 Satker lingkup DJP dan DJBC, serta Satker PPATK telah melaksanakan

implementasi Piloting SAKTI Tahap IIIC.

Rekomendasi Rencana Aksi yang akan dilakukan pada tahun 2019 (penanggung jawab: Direktorat Sistem informasi dan Teknologi Perbendaharaan) adalah Pelaksanaan rollout SAKTI pada satker Kementerian Lembaga yang ditunjuk.

Dalam pencapaian IKU Persentase tingkat implementasi SAKTI, pada tahun 2018 telah dilaksanakan inisiatif strategis sebagaimana ditetapkan pada Kontrak Kinerja Tahun 2018 dengan hasil capaian sebagai berikut:

Laporan Kinerja 2018 168

1. Aplikasi SAKTI (status penyelesaian: 100% )

Kegiatan yang telah dilaksanakan:a. Proses pengadaan hardware berupa server database SAKTI (DC dan DRC) telah

selesai dilaksanakan pemasangan dan migrasi DB SAKTI, dan telah dilakukan proses pembayaran.

b. Proses pengadaan software berupa lisensi database SAKTI (DC dan DRC) telah selesai dilaksanakan, dan telah dilakukan proses pembayaran.

c. Proses pengadaan hardware berupa server application SAKTI (DC dan DRC) telah selesai dilaksanakan, dan telah dilakukan proses pembayaran.

d. Proses pengadaan software berupa lisensi application SAKTI (DC dan DRC) telah selesai dilaksanakan, dan telah dilakukan proses pembayaran.

e. Proses pengembangan Change Request (CR) SAKTI Tahap III, status telah selesai sebanyak 57 CR, dan telah dilakukan proses pembayaran.

Dalam pelaksanaannya diidentifikasi kendala/permasalahan, yaitu Pengadaan barang IT berupa hardware dan software dari berbagai merek, membutuhkan koordinasi yang solid dari seluruh principal produk tersebut (dhi. Oracle, Dell, Lenovo, Red Hat), untuk memastikan fungsionalitas infrastruktur dan software yang dibeli dapat menghasilkan output sebagaimana yang ditargetkan.

Anggaran: dari pagu Rp87.842.068.000 direalisasikan Rp87.842.068.000 (100%).

Output:a. Infrastruktur Database SAKTI (Server dan Lisensi)b. Infrastruktur Application SAKTI (Server dan Lisensi)

2. Aplikasi SPAN dan Custom Web (CW) (status penyelesaian: 100% )

Kegiatan yang telah dilaksanakan:Proses pengadaan hardware berupa: 2 (dua) Server P8 untuk DB SPAN; 2 (dua) Enclosure Storage V700 untuk DC CW; dan, 2 (dua) Enclosure Storage DRC CW, telah selesai dilaksanakan sampai dengan pemasangannya di DC dan DRC, dan telah dilakukan proses pembayaran.

Dalam pelaksanaannya diidentifikasi kendala/permasalahan, yaitu pengadaan 2 unit server P8 untuk peremajaan server DB SPAN memiliki konsekuensi diperlukannya tambahan lisensi Oracle Db karena terdapat penambahan jumnlah core server. Tidak terdapat kendala teknis dari perbedaan spesifikasi baru dengan infrastruktur yang digantikan, tetapi terbuka adanya potensi isu compliance terhadap kekurangan penggunaan lisensi Oracle Db. Ke depannya (2019) akan digunakan server-server tersebut untuk meningkatkan performa SPAN dan CW.

Anggaran: dari pagu Rp37.418.535.000 direalisasikan Rp37.418.535.000 (100%).

Output: server dan storage pendukung SPAN dan Custom Web.

Direktorat Jenderal Perbendaharaan169

3. Aplikasi MPN G2 (status penyelesaian: 100% )

Kegiatan yang telah dilaksanakan:a. Proses pengadaan hardware berupa 40 (empat puluh) server MPN G-2 (DC dan

DRC) telah selesai dilakukan pemasangan dan konfigurasi di DC dan DRC, telah dilakukan pembayaran.

b. Proses pengadaan software berupa Operating System, lisensi dan Service Pack untuk server MPN G-2 (DC dan DRC) telah selesai dilaksanakan, dan sudah dilakukan instalasi pada server MPN G-2, telah dilakukan pembayaran.

c. Proses pengembangan MPN G-2, status in progress, telah memasuki tahapan User Acceptance Test (UAT), telah dilakukan pembayaran. Dan pada Tahun 2019 akan memasuki fase pemeliharaan.

d. PMK tentang Sistem Penerimaan Negara Secara Elektronik, telah ditetapkan oleh Menteri Keuangan melalui PMK Nomor: 202/PMK.05/2018 Tanggal 31 Desember 2018.

Dalam pelaksanaannya diidentifikasi kendala/permasalahan, yaitu ruang lingkup pengembangan Aplikasi MPN G-2 yang cukup luas dan kompleks, serta membutuhkan intensitas keterlibatan unit-unit kerja di lingkungan Kemenkeu, entitas-entitas lainnya di luar Kemenkeu (Bank/Pos Persepsi, fintech), serta pengembang aplikasi MPN G-2, sehingga rapat pembahasan yang saat ini hanya dilakukan 1x dalam seminggu dirasa tidak mencukupi dan memadai. Ke depannya (2019) akan dilaksanakan System Integration Test (SIT) lanjutan, User Acceptance Test (UAT) Pengembangan MPN G-2, dan menambah frekuensi rapat evaluasi Tim MOF dengan pengembang dan unit terkait lainnya menjadi 2x seminggu.

Anggaran: dari pagu Rp59.021.275.000 direalisasikan Rp59.021.275.000 (100%).

Output: Sistem Penerimaan Negara yang andal

Laporan Kinerja 2018 170

Berdasar aktual IRU sampai dengan triwulan I, persentase penyelesaian change request sebesar 80% (8 dari 10 change request telah terselesaikan), sehingga status IRU menjadi kuning, yang menunjukkan risiko tersebut belum berada dalam kondisi aman.

Berdasar aktual IRU sampai dengan triwulan II, persentase penyelesaian 47 change request tercapai sebesar 90.64% (213 dari 235 tahap penyelesaian change request telah dipenuhi), sehingga status IRU menjadi kuning yang menunjukkan risiko tersebut belum berada dalam kondisi aman. Hal ini disebabkan masih terdapat 22 tahapan penyelesaian atas 47 CR tsb yang belum selesai yaitu: (a) 10 CR masih dalam tahap UAT (User Acceptance Test), (b) 4 CR masih dalam tahap UT (Unit Test), (c) 4 CR masih dalam tahap Development, dan (d) 4 CR masih dalam tahap Analisis dan Desain.

Level risiko pada triwulan III masih sama dengan triwulan sebelumnya, yaitu pada level sangat tinggi (besaran risiko 24), dengan pertimbangan bahwa aktual IRU sampai dengan triwulan III tercapai sebesar 82.31% (428 dari 520 tahapan penyelesaian change request telah dipenuhi), sehingga status IRU menjadi kuning yang menunjukkan risiko tersebut belum berada dalam kondisi aman. Aktual IRU pada triwulan III ini menurun dari triwulan sebelumnya (90,64%) yang disebabkan adanya tambahan 57 CR yang dikontrakan kepada pihak ketiga sehingga CR yang semula sejumlah 47 CR bertambah menjadi 104 CR, detail tahapan CR yang belum selesai yaitu: (a) 6 CR masih dalam tahap UAT (User Acceptance Test) – kurang 1 tahapan penyelesaian, (b) 40 CR masih dalam tahap UT (Unit Test) - kurang 2 tahapan penyelesaian, (c) 2 CR masih dalam tahap Development – kurang 3 tahapan penyelesaian, dan (d) Total 92 Tahapan CR masih dalam proses penyelesaian.

Berdasar aktual IRU triwulan IV persentase penyelesaian CR (change reques) mencapai 100%, sudah 520 tahap penyelesaian change request yang telah dipenuhi. 57 CR yang dikerjakan melalui mekanisme kontrak Nomor: 243001/PB.143/2018 telah diselesaikan pada tanggal 31 Desember 2018. Besaran risiko sampai dengan triwulan IV ditetapkan pada level sedang (besaran risiko 13) dengan pertimbangan sebagai berikut:

a. Untuk penyelesaian CR yang dikerjakan secara internal telah berhasil diselesaikan sebanyak 47 CR yaitu 1 CR Modul Administator, 1 CR Modul Allotment, 6 CR Modul Anggaran, 15 CR Modul Bendahara, 2 CR Modul General Ledger Pelaporan, 6 CR Modul Komitmen, 4 CR Modul Aset Tetap, 5 CR Modul Pembayaran, dan 7 CR Portal.

b. 57 CR Kontraktual telah diselesaikan sesuai jangka waktu pekerjaan dengan rincian 25 CR Modul Anggaran, 9 CR Modul Bendahara, 6 CR Modul Komitmen, 3 CR Modul General Ledger Pelaporan, 6 CR Modul Pembayaran, 4 CR Modul Persediaan, 2 CR Modul Aset Tetap, 1 CR Modul Account Receivable, dan 1 Modul Aset Tetap.

Risiko terkait pencapaian IKU tahun 2018

Pada tahun 2018 telah diidentifikasi risiko terkait yang mempengaruhi pencapaian IKU Persentase tingkat implementasi Aplikasi SAKTI dengan penjelasan dan telah ditangani sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.12a.7.

Tabel 3.12a.7 Penanganan Risiko terkait Pencapaian IKU Persentase tingkat implementasi Aplikasi SAKTI Tahun 2018

No Kejadian Risiko Penyebab Dampak UIC1 Terlambatnya

penyempurnaan aplikasi SAKTI

Perubahan proses bisnis yang tidak termasuk di dalam requirement awal

Penurunan kinerja terkait target persentase tingkat implementasi aplikasi SAKTI

Dit. SITP (Sistem Informasi dan Teknologi Perbendaharaan)

Nama IRU Batasan NilaiNilai

Aktual

Q1 s.d. Q2 s.d. Q3 s.d. Q4Persentase penyelesaian jumlah permintaan Change Request (CR) yang sudah disetujui

Batas aman 100%80% 90,64% 82,31% 100%Batas bawah 70%

Penjelasan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan171

Penanganan yang Telah Dilaksanakan

1. Penandatanganan SK no KEP-01/CIO.PB/2017 tanggal 22 November 2017 Tentang Tim Pengembangan SAKTI DJPb

2. Penandatanganan Kontrak Penyelesaian Change Request SAKTI Tahun 2018 dengan PT. Quadra Solution. Nilai kontrak Rp 3, 9 milyar menggunakan sumber dana Rupiah Murni pada DIPA Kantor Pusat DJPb 2018. Masa pelaksanaan kontrak selama 4 bulan pekerjaan dan 1 bulan masa pemeliharaan, dimulai Sept s.d Desember 2018 dengan ruang lingkup pekerjaan penyelesaian 57 Change Request telah di BAST-kan pada 31 Desember 2018.

3. Telah dilaksanakan 4 tahap UAT yang melibatkan tester yang bertugas di DJA, ROCANKEU, Dit. SITP, Dit. APK, Dit. PA, Kanwil Ditjen, dan KPPN Jakarta dengan rincian sebagai berikut :

a. Tanggal 12 - 14 September 2018 Pada pelaksanaan UAT Pertama telah dilakukan pengujian atas 15 CR yang sudah lolos pengujian oleh Tim MOF. UAT telah dilakukan mengacu pada 15 Test Scenario dan 88 Scenario Activity yang telah disusun

b. Tanggal 24 - 25 Oktober 2018 Jumlah CR yang diuji pada pelaksanaan UAT Kedua adalah sebanyak 13 CR yang sudah lolos pengujian oleh Tim MOF. Sedangkan jumlah test scenario dan scenario activity yang digunakan ada sebanyak 19 Test Scenario dan 131 Scenario Activity.

c. Tanggal 3 - 7 Desember 2018 Pada UAT Ketiga, jumlah CR yang diuji ada 14 CR, sedangkan jumlah test scenario dan scenario activity yang digunakan sebanyak 58 Test Scenario dan 340 Scenario Activity.

d. Tanggal 26 - 28 Desember 2018 Jumlah CR yang diuji sebanyak 15 CR , jumlah test scenario dan scenario activity yang digunakan sebanyak 62 Test Scenario dan 623 Scenario Activity.

5. Telah diterbitkannya PMK No.159/PMK.05/2018 tanggal 14 Desember 2018 tentang Perubahan atas PMK No.223/PMK.05/2015 tentang Piloting SAKTI.

c. atas CR di atas dilaksanakan UAT sebanyak 4 tahapan, dari hasil pengujian tersebut dapat disimpulkan bahwa pengujian atas semua Test Scenario dan Scenario Activity sudah dilakukan, dan atas defect yang ditemukan juga sudah dilakukan perbaikan. Dengan demikian kegiatan peningkatan aplikasi SAKTI terkait dengan 57 CR tersebut sudah selesai dilaksanakan dan aplikasi hasil peningkatan tersebut sudah bisa dan layak untuk digunakan.

Dengan pertimbangan tersebut di atas level risiko turun dari level sangat tinggi menjadi level sedang, dengan pertimbangan IRU akan berada pada batas aman dan seluruh mitigasi sudah dilaksanakan, namun masih dimungkinkan adanya CR baru termasuk rencana migrasi Aplikasi Sakti ke web based sebagai salah satu opsi strategi implementasi Sakti ke Kementerian/Lembaga.

Untuk tahun 2019 risiko ini akan diturunkan ke Profil Risiko Eselon II Dit. SITP dengan pertimbangan penyempurnaan SAKTI terkait dengan penyempurnaan change request diprediksi hanya terkait dengan penyempurnaan dan stabilisasi modul yang sudah disusun (minor).

Laporan Kinerja 2018 172

Berdasar aktual IRU sampai dengan triwulan I, IRU Nilai EUT SAKTI sebesar 85,14 berstatus hijau dan IRU Persentase kesiapan infrastruktur SAKTI sebesar 20% berstatus kuning (20% adalah nilai dari penyelesaian tahap I (penyiapan dokumen pengadaan) dan II (probity audit dari Itjen).

Berdasar aktual IRU sampai dengan triwulan II, IRU Nilai EUT SAKTI sebesar 85,14 berstatus hijau (jumlah peserta 151 orang dari seluruh unit eselon 1 Kemenkeu selain kantor vertikal DJP dan DJBC) dan untuk IRU Persentase kesiapan infrastruktur SAKTI sebesar 60% berstatus hijau (Penyelesaian tahap pengadaan infrastruktur dan tahap konfigurasi server).

Level risiko pada triwulan III masih sama dengan triwulan sebelumnya, yaitu pada level sangat tinggi (besaran risiko 23), dengan pertimbangan sebagai berikut:

1. Nilai aktual IRU EUT SAKTI sebesar 85,14 diperoleh dari hasil EUT tahap IIIB dengan peserta sebanyak 151 satker seluruh unit eselon 1 Kemenkeu selain kantor vertikal DJP dan DJBC. Untuk kesiapan infrastruktur mencapai 83,8% dengan terpenuhinya 6 komponen kesiapan infrastruktur. Tersisa 1 komponen yaitu migrasi data SAKTI (saat pengesahan DIPA 2019).

2. Terdapat penanganan yang belum secara masiv dilaksanakan pada triwulan III, yaitu kerjasama dengan BPPK untuk program training SAKTI Satker Kemenkeu (BA 015). Melalui Pusdiklat AP sudah dilaksanakan pengiriman trainer SAKTI pada BDK-BDK dalam rangka implementasi SAKTI. Untuk program TOT dikelola secara swakelola dengan mengoptimalkan Treasury Learning Center (TLC) yang dilaksanakan pada Juli s.d. Oktober 2018.

3. Pelaksanaan EUT untuk tahap III C dilakukan oleh masing-masing KPPN kepada Satker DJP dan DJBC di wilayahnya mulai Minggu 2 September s.d. Minggu 1 Desember 2018, jumlah peserta +/- 2.223 orang berasal dari 741 satker vertikal DJP dan DJBC. EUT dibagi menjadi 3 tahap untuk memastikan kualitas pemahaman peserta terhadap SAKTI. Nilai EUT tahap III C diperoleh pertengahan Desember 2018 yang akan dilaporkan kemudian.

4. Untuk presentase kesiapan infrastruktur SAKTI tahap III C, khusus pada kantor vertikal DJP masih dalam proses penyelesaian koneksi pada 578 Kantor Vertikal DJP oleh Kantor Pusat DJP. Dari 578 kantor tersebut 373 (64.53%) Kantor yang sudah terkoneksi dan siap menggunakan SAKTI. Sedangkan kesiapan infrastruktur 163 kantor vertikal DJBC yang sudah terkoneksi dengan jaringan Kemenkeu – Pusintek, terdapat 110 (67,48%) kantor yang siap menggunakan SAKTI. Dari 741 Kantor peserta piloting tahap IIIC terdapat 483 (65,18%) Kantor yang sudah siap menggunakan SAKTI, sehingga masih terdapat 258 (34,82%) Kantor yang harus dipastikan siap menggunakan SAKTI sampai dengan Desember 2018.

No Kejadian Risiko Penyebab Dampak UIC2 Piloting SAKTI tahap III

pada lingkup Kementerian Keuangan tidak tepat waktu

Kesiapan user dan infrastruktur SAKTI pada satuan Kerja Piloting SAKTI Tahap III Lingkup Kementerian Keuangan

Tingkat kepercayaan stakeholder menurun (penurunan reputasi)

Dit. SITP (Sistem Informasi dan Teknologi Perbendaharaan)

Nama IRU Batasan Nilai

Nilai Aktual

Q1 s.d. Q2 s.d. Q3 s.d. Q4Nilai End User Training (EUT) SAKTI

Batas aman 7085,14 85,14 85,14% 71,46

Batas bawah 60

Persentase kesiapan infrastruktur SAKTI

Batas aman Q1: 25%, Q2: 50%, Q3-Q4: 80%

20% 60% 83,8% 100%Batas bawah Q1: 10%, Q2: 30%,

Q3-Q4: 60%,

Penjelasan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan173

Nilai aktual IRU sampai dengan triwulan IV terkait EUT berstatus hijau (71,46) namun terjadi penurunan dibandingkan aktual IRU s.d. Triwulan III (85,14). Hal ini disebabkan nilai EUT pada triwulan IV dilaksanakan untuk piloting SAKTI tahap III C yang diikuti satker kantor vertikal DJP dan DJBC (741 satker) sebesar 57,78 sehingga mempengaruhi nilai rata-rata EUT s.d. Triwulan IV.

Penurunan nilai EUT tahap III C disebabkan oleh:

1. Pelaksanaan EUT tersebut dilakukan pada akhir tahun dimana beban kerja satker sedang meningkat yang mengganggu konsentrasi peserta EUT (pengelola keuangan satker).

2. Jumlah peserta yang mengikuti EUT tersebut tidak representataif, hanya diikuti 1.046 pegawai dari total 2.223 pegawai satker DJP dan DJBC yang seharusnya mengikuti EUT tersebut.

3. Pelaksanaan EUT tersebut dilakukan secara mandiri oleh peserta melalui online tanpa ada pendampingan dari KPPN (keterbatasan pegawai KPPN yang cenderung fokus pelayanan pada akhir tahun).

Disisi lain, pelaksanaan piloting SAKTI IIIC berhasil dilaksanakan dengan ditandai suksesnya proses pengajuan gaji bulan Januari 2019 untuk seluruh satker Kemenkeu pada bulan Desember 2018. Untuk presentase kesiapan infrastruktur SAKTI tahap III C sudah dinyatakan selesai dengan berhasilnya interkoneksi dengan 741 satker piloting SAKTI tahap IIIC. Dengan pertimbangan tersebut, level risiko turun dari level sangat tinggi menjadi level tinggi.

Penanganan yang Telah Dilaksanakan

1. Telah diselenggarakan End User Training (EUT) SAKTI sebanyak 8 kali selama triwulan I;

2. Telah dilaksanakan TOT SAKTI dalam Triwulan I;

3. Video Conference terkait SAKTI telah didokumentasikan selama triwulan I;

4. Telah diselenggarakan End User Training (EUT) SAKTI dan TOT SAKTI s.d triwulan II sebanyak 8 kali untuk satker Piloting tahap IIIB;

5. Penyelenggaraan Video Conference Dit.SITP dengan seluruh Kanwil/KPPN secara intensif terkait isu –isu persiapan Piloting SAKTI;

6. Pembuatan 30 video tutorial SAKTI (per jenis transaksi) pada kanal Youtube/Instagram SAKTI;

7. Probity audit oleh tim Inspektur Jenderal V untuk persiapan pengadaan infrastruktur (peremajaan dan peningkatan kapasitas) SAKTI;

8. Penyampaian surat nomor S-4050/PB.8/2018 tanggal 8 Mei 2018 kepada Direktorat Jenderal Pajak untuk melakukan interkoneksi jaringan ke dalam jaringan intranet Pusintek (Kementerian keuangan);

9. Penyampaian surat kepada kantor Pusat DJP untuk peningkatan bandwidth pada kantor vertikal yang masih di bawah standar (KP2KP);

10. Change Readiness Survey pada tanggal 30 April s.d 11 Mei 2018 dan Assesment Kesiapan Infrastruktur satker Piloting tahap IIIC;

Laporan Kinerja 2018 174

11. Focus Group Discussion Piloting SAKTI tahap IIIc yang melibatkan Bagian Keuangan DJP & DJBC, Pusintek, Rocankeu, dan DJA pada tanggal 30 Mei 2018;

12. Penyelesaian set up dan konfigurasi infrastruktur baru SAKTI (database server);

13. Penyelenggaraan Video Conference Dit.SITP dengan seluruh Kanwil/KPPN secara berkala dan intensif untuk menyelesaikan isu–isu persiapan Piloting SAKTI;

14. Pembuatan 30 video tutorial SAKTI (per jenis transaksi) yang diupload pada kanal Youtube (https://www.youtube.com/sakti);

15. Penyampaian surat nomor S-4050/PB.8/2018 tanggal 8 Mei 2018 kepada Direktorat Jenderal Pajak untuk melakukan interkoneksi jaringan ke dalam jaringan intranet Pusintek (Kementerian Keuangan);

16. Sebagai backup plan jika peningkatan bandwidth menjadi 512 Kbps tidak tepat waktu, pada tanggal 16 Agustus 2018 DirePenyampaian surat kepada kantor Pusat DJP untuk melakukan peningkatan bandwidth menjadi 512 Kbps pada kantor vertikal yang masih di bawah standar (KP2KP).ktorat SITP telah melakukan percobaan koneksi SAKTI pada KP2KP DJP Rangkasbitung yang memiliki bandwidth hanya 256 Kbps dengan hasil koneksi masih acceptable untuk menjalankan proses bisnis SAKTI di piloting tahap III C.

17. Change Readiness Survey dilaksanakan pada tanggal 30 April s.d 11 Mei 2018 dan Assesment Kesiapan Infrastruktur satker Piloting tahap IIIC. Hasil survey telah di lakukan FGD dengan melibatkan seluruh Eselon I Kementerian Keuangan.

18. Penyelenggaraan Refreshment Training Of Trainer SAKTI tahun 2018 yang penyelenggaraannya dibagi menjadi 4 kelas ( i. Anggaran, ii. Pelaksanaan Anggaran, iii. Bendahara dan, iv.Pelaporan ) dimana masing-masing kelas dibagi ke dalam 2 batch/angkatan yang diikuti 932 peserta dari seluruh Kanwil/KPPN . Training dilakukan di Treasury Learning Centre (TLC) Jakarta selama 2,5 bulan dimulai pada minggu ke-4 bulan Juli s.d minggu ke 1 bulan Oktober 2018.

19. Penyelesaian kontrak pengadaan untuk peremajaan dan peningkatan kapasitas infrastruktur SAKTI, dengan perincian sebagai berikut :

20. Pengadaan server database SAKTI sebesar Rp 13,9 M

21. Pengadaan server aplikasi SAKTI sebesar Rp 11,9 M

22. Pengadaan lisensi Oracle database SAKTI sebesar Rp 41,2 M

23. Pengadaan lisensi aplikasi SAKTI sebesar Rp 16,1 M

24. Seluruh Infrastuktur telah diterima, sebagian sudah digunakan untuk mendukung server production dan sebagian masih dalam tahap deployment.

25. Beberapa KP2KP telah digabung ke KPP induknya dan berlaku sebagai anak satker

26. Pemasangan infra APP SAKTI di DC dan DRC sudah selesai di bulan Oktober dan sudah digunakan untuk UAT serta dinyatakan go life tanggal 22 Oktober 2018

27. Data pada Server Aplikasi SAKTI telah dipindahkan ke Server Baru proses ini selesai pada tanggal 05 November 2018

28. Pendampingan Piloting SAKTI Tahap III C pada satker PPATK.

29. TOT Eselon I (DJP dan DJBC) pada tanggal 3 -7 Desember 2018.

30. Workshop SAKTI tanggal 4 – 5 Desember 2018.

Direktorat Jenderal Perbendaharaan175

12b-CP

Tingkat downtime sistem TIK

Downtime sistem TIK (Teknlogi Informasi dan Komunikasi) adalah terhentinya layanan TIK DJPb kepada pengguna/stakeholders eksternal yang memiliki tingkat kritikalitas sangat tinggi yang disebabkan oleh gangguan pada infrastruktur layanan TIK yang meliputi: kelistrikan, internet, server/operating system (OS), aplikasi, dan/atau database.

Layanan TIK dengan tingkat kritikalitas sangat tinggi ditentukan berdasarkan dampak terhadap kelangsungan operasional organisasi dan dengan mempertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut:1. Potensi kerugian finansial2. Potensi tuntutan hukum;3. Citra Kemenkeu;4. Jumlah pengguna yang dirugikan.

Perhitungan downtime layanan tidak termasuk downtime yang direncanakan (planned downtime) dan disetujui untuk tujuan pemeliharaan (preventive maintenance), dan downtime di luar waktu layanan TIK. Layanan TIK yang didukung dengan teknologi High Availability, perhitungan downtime menggunakan data yang paling rendah. Penentuan ketersediaan layanan TIK disesuaikan dengan karakteristik setiap layanan TIK.

Downtime layanan TIK dihitung berdasarkan hasil pemantauan ketersediaan layanan dengan menggunakan alat monitoring yang disepakati (Application Manager) dan hasil penyelerasan dengan pelaporan SLA (Service Level Agreement).

Layanan kritikal sistem TIK DJPb yang diukur pada tahun 2018 meliputi:1. Aplikasi SPAN;2. Aplikasi MPN G2; 3. Aplikasi OM SPAN;4. Aplikasi e-Rekon&LK

Indikator Kinerja Utama (IKU) Tingkat downtime sistem TIK bertujuan untuk mengukur ketersediaan sistem layanan TIK dalam rangka meningkatkan ketersediaan layanan TIK dengan tingkat downtime yang seminimal mungkin. IKU tahun 2018 tersebut merupakan IKU Kemenkeu-One yang diiturunkan dari level Kemenkeu-Wide (cascading indirect). IKU tersebut dinaikkan pada tahun 2017 dari Kemenkeu-Two Direktorat Sistem Informasi dan Teknologi Perbendaharaan (Dit. SITP) ke Kemenkeu-One DJPb agar kualitas aplikasi maupun antisipasi gangguannya dapat semakin diperhatikan.

Formula perhitungan IKU tersebut dapat ditunjukkan sebagai berikut:

Tingkat downtime layanan TIK =

Perhitungan polarisasi data IKU tersebut menggunakan minimize (semakin rendah realisasi terhadap target, semakin baik capaian kinerjanya), periode pelaporan triwulanan, dan jenis konsolidasi periode menggunakan take last known value (realisasi yang digunakan adalah angka terakhir dalam periode bersangkutan).

= ∑(𝐷𝑜𝑤𝑛𝑡𝑖𝑚𝑒 per Komponen 𝐿𝑎𝑦𝑎𝑛𝑎𝑛 𝐾𝑟𝑖𝑡𝑖𝑘𝑎𝑙Total 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝐿𝑎𝑦𝑎𝑛𝑎𝑛 𝐾𝑟𝑖𝑡𝑖𝑘𝑎𝑙

x 100%)

Laporan Kinerja 2018 176

Target IKU Tahun 2018

Target IKU tersebut tahun 2018 adalah 0,35% (untuk target IKU tahunan dan triwulanan) sebagaimana ditentukan dalam Kontrak Kinerja DJPb tahun 2018. Target tersebut meningkat signifikan dari IKU tahun 2017 dan 2016 yang sebesar 1% (polarisasi minimize). Mengingat IKU tersebut baru dinaikkan dari Kemenkeu-Two Dit. SITP pada tahun 2017, capaian IKU tersebut tidak ditargetkan pada Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu Tahun 2015-2019, serta pada RPJMN Tahun 2015-2019.

Realisasi IKU tersebut pada tahun 2018 adalah sebesar 0,199% yang dapat ditunjukkan melalui perhitungan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.12b.1.

Tabel. 3.12b.1 Perhitungan IKU Tingkat downtime sistem TIK Tahun 2018

Layanan Kritikal TIK DJPb

Tingkat Downtime TIK 2018

waktu kejadian:

Q1 Q2 s.d. Q2 Q3 s.d. Q3 Q4 s.d. Q4

1. SPAN 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%

2. MPN G2 0,041% 0,024% 0,065% 0,017% 0,082% 0,035% 0,118%

3. OM-SPAN 0% 0% 0% 0% 0% 0,679% 0,679%

4. e-Rekon&LK 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%

Rata-rata 0,010% 0,006% 0,016% 0,004% 0,021% 0,179% 0,199%

Sumber: diolah dari data application manager (PUISINTEK)

Realisasi IKU Tahun 2018

Dengan demikian, realisasi IKU tahun 2018 dapat diketahui sebesar 0,199% yang berarti melampaui target yang telah ditentukan sebesar 0,35% dengan capaian sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.12b.2. Dari target yang ditetapkan setiap triwulannya (0,35%), capaian IKU tersebut setiap triwulan selalu memenuhi target yang telah ditetapkan.

Tabel 3.12b.2 Capaian IKU Tingkat downtime sistem TIK Tahun 2018

T / R Q1 Q2 smt.1 Q3 s.d. Q3 Q4 Tahunan Pol /KP

Target 0,35% 0,35% 0,35% 0,35% 0,35% 0,35% 0,35% Minimize/ Take Last

Known Value

Realisasi 0,010% 0,006% 0,016% 0,004% 0,021% 0,179% 0,199%

Capaian 120 120 120 120 120 120 120

Perbandingan realisasi dan target IKU tahun 2018

Melalui pembandingan dengan capaian IKU tahun-tahun sebelumnya, perkembangan capaian IKU dapat diketahui dan dapat disimpulkan apakah kinerja DJPb dengan indikator kinerja tersebut mengalami peningkatan atau penurunan dari tahun ke tahun. Perbandingan IKU Tingkat downtime sistem TIK tahun dari tahun 2015 s.d. 2018 dapat ditunjukkan pada Tabel 3.12b.3.

Tabel 3.12b.3 Perbandingan Realisasi IKU Tingkat downtime sistem TIK Tahun 2015 s.d. 2018

Tahun Tahunan Keterangan

2018 0,199% realisasi IKU tahun 2016 dari capaian Kemenkeu-Two Dit. SITP, sementara tahun 2015 belum ditetapkan IKU tersebut

2017 0,04%

2016 0%

2015 -

Perbandingan realisasi tahun 2018 dan tahun-tahun sebelumnya

Direktorat Jenderal Perbendaharaan177

Realisasi IKU tahun 2015 s.d. 2018 mencerminkan realisasi selama empat tahun pertama rencana jangka menengah DJPb yang dituangkan dalam Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu Tahun 2015-2019 dengan perbandingan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.12b.4

Tabel 3.12b.4 Perbandingan Realisasi IKU Tingkat downtime sistem TIK s.d. 2018

dan Renstra 2015—2019

Tahun Realisasi IKU Tahunan Renstra DJPb 2015-2019* Renstra Kemenkeu 2015-2019*

2019 belum - -

2018 0,199% - -

2017 0,04% - -

2016 0% - -

2015 - - -

Keterangan: Realisasi IKU tahun 2016 dari capaian Kemenkeu-Two Dit. SITP, sementara tahun 2015 belum ditetapkan IKU tersebut. Mengingat IKU tersebut baru diterapkan untuk tahun 2017 dinaikkan dari Kemenkeu-Two Dit. SIPT, sementara pada Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu Tahun 2015-2019 tidak ditargetkan, perbandingan capaian IKU tersebut dengan Rentra DJPb dan Renstra Kemenkeu tidak dapat dilakukan

Perbandingan realisasi s.d. 2018 dengan Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu

Realisasi Kinerja DJPb tahun 2015-2019 dapat dikaitkan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019, yang memuat perencanaan kinerja jangka menengah pemerintah pada tingkat nasional dengan perbandingan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.12b.5.

Tabel 3.12b.5 Perbandingan Realisasi IKU Tingkat downtime sistem TIK s.d. 2018

dan RPJMN 2015—2019

Tahun Realisasi IKU Target RPJMN 2015-2019

2019 belum -2018 0,199% -2017 0,04% -2016 0% -2015 - -

Keterangan: Mengingat IKU tersebut baru diterapkan untuk tahun 2017 dinaikkan dari Kemenkeu-Two Dit. SIPT, sementara pada RPJMN tidak ditargetkan, perbandingan capaian IKU tersebut dengan RPJMN tidak dapat dilakukan

Perbandingan realisasi s.d. 2018 dan Target RPJMN

Untuk mengetahui posisi DJPb dalam pencapaian IKU dibandingkan dengan eselon I lainnya yang juga menjalankan IKU yang sama dalam pencapaian IKU yang sama pada suatu tahun, dapat dibandingkan capaian IKU tersebut antar eselon I lingkup Kemenkeu sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.12b.6.

Perbandingan capaian IKU dengan eselon I lainnya

Laporan Kinerja 2018 178

Tabel 3.12b.6 Perbandingan Realisasi IKU Tingkat downtime sistem TIK Th. 2018 dengan Unit Es. I Lainnya

No Unit Realisasi IKU 2018 Ket

1 SETJEN 0,0063% IKU Tingkat downtime sistem TIK juga menjadi IKU seluruh unit eselon I lingkup Kemenkeu lainnya (cascading peta) begitu juga PP INSW. Ditunjukkan bahwa realisasi IKU tertinggi oleh DJKN sebesar 0,0025% (polarisasi minimize), dan terendah oleh DJPb sebesar 0,199%. Dalam hal ini, nilai realisasi IKU DJPb di bawah nilai rata-rata unit lingkup Kemenkeu tersebut dan ke depannya DJPb akan melakukan evaluasi dan perbaikan untuk meningkatkan kinerjanya khususnya dalam penurunan tingkat downtime sistem TIK.

2 DJA 0,0437%

3 DJP 0,0076%

4 DJBC 0,0158%

5 DJPb 0,199%

6 DJKN 0,0025%

7 DJPK 0,0055%

8 DJPPR 0,0367%

9 ITJEN 0,0184%

10 BKF 0,0036%

11 BPPK 0,0030%

12 PPINSW 0,0040%

Rata-rata 0,0289%

Terdapat beberapa isu pencapaian IKU Tingkat downtime sistem TIK, antara lain:1. Downtime sistem TIK yang dihitung pada DJPb meliputi Aplikasi SPAN, Aplikasi MPN G2,

Aplikasi OM SPAN, dan Aplikasi e-rekon&LK; 2. Selama periode Triwulan I s.d. IV tahun 2018, Aplikasi Setelmen MPN G2 mengalami

downtime pada setiap triwulannya. 3. Mekanisme peralihan (switchover) server Setelmen MPN G2 dari DC ke DRC, jika terjadi

insiden/gangguan/sistem down pada infrastruktur/server utama di DC Kemenkeu, belum dapat dilakukan secara otomatis, sehingga tindakan yang diambil adalah menunggu penyelesaian insiden di DC. Kondisi ini mengakibatkan terganggunya layanan sistem MPN G2 kepada stakeholders.

Hal tersebut menyebabkan implikasi sebagai berikut: 1. Terlambatnya proses setoran penerimaan negara akibat sistem biller/bank persepsi

tidak dapat mengakses MPN G2 khususnya pada saat transaksi penerimaan negara mengalami peak time, yang dapat mencapai lebih dari 1 juta transaksi per hari. Kondisi ini akan lebih terdampak jika penerimaan terkonsentrasi pada periode tanggal dan waktu tertentu (biasanya antara pukul 09.00-14.00 WIB).

2. Untuk menghindari terganggunya proses transaksi penerimaan sistem MPN G2 terutama pada saat memproses transaksi dalam volume besar, maka dilakukan manajemen resource a.l. melalui strategi inactive untuk beberapa service dalam sistem . Kondisi ini dapat beraikibat penyajian data penerimaan negara yang dibutuhkan untuk penyusunan I Account terlambat.

3. Terbukanya potensi dispute akibat denda yang dapat dikenakan oleh biller kepada bank persepsi akibat sistem perbankan gagal akses ke MPN G2 untuk memperoleh NTPN yang biasanya terjadi di akhir masa periode pembayaran.

Akar permasalahan yang dapat diidentifikasi dalam pencapaian IKU tersebut, yaitu:1. Infrastruktur Server Setelmen MPN G2 yang digunakan saat ini merupakan hasil

pengadaan tahun 2011, dengan kapasitas server dan storage yang terbatas, sehingga perlu diremajakan sekaligus ditingkatkan kapasitasnya;

2. Kapasitas pemrosesan sistem Setelmen MPN G2 yang saat ini berjalan, didesain hanya untuk 60 TPS (Transactions Per Second), sementara setiap tahunnya jumlah transaksi yang harus diproses melalui sistem MPN G2 mengalami lonjakan peningkatan yang

Isu, permasalahan, tindakan, dan action plan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan179

sangat signifikan (mis. DJP sudah menyampaikan kebutuhan di atas 600 TPS), sehingga untuk dapat memprosesnya, khususnya dalam periode akhir masa pembayaran setoran, sistem sering mengalami kelambatan/hang.

3. Kapasitas server dan storage Setelmen MPN G2 pada DRC Kemenkeu belum mampu menangani kapasitas volume transaksi penerimaan sebagaimana di DC MPN G2.

Tindakan yang telah dilaksanakan selama tahun 2018 dalam pencapaian IKU tersebut, antara lain1. DRP Drill Sistem MPN G2 (termasuk Sistem Biller dan Sistem Perbankan) telah

dilaksanakan pada bulan September 2018; 2. Proses pengembangan MPN G3, dengan penambahan performa transaksi menjadi

1000 tps, penerapan Single Sign On termasuk penambahan channel pembayaran seperti fintech, ditargetkan akan di-launching pada awal Triwulan II Tahun 2019.

3. Pengadaan infrastruktur baru untuk mendukung implementasi Sistem MPN G3. 4. Revisi peraturan penerimaan negara secara elektronik, khususnya yang terkait dengan

Single Sign On dan penambahan CA, menunggu persetujuan dari Menteri Keuangan.

Rekomendasi Rencana Aksi yang akan dilakukan pada tahun 2018 (penanggung Jawab: Direktorat Sistem informasi dan Teknologi Perbendaharaan) adalah operasionalisasi Sistem MPN G3 di awal Triwulan II Tahun 2019.

Berdasar aktual IRU sampai dengan triwulan I, belum pernah terjadi gangguan sistem atau infrastruktur pada SPAN, sehingga status IRU adalah hijau.

Berdasar aktual IRU sampai dengan triwulan II, belum pernah terjadi gangguan terhadap sistem atau infrastruktur SPAN, sehingga status IRU adalah hijau yang mencerminkan sistem dalam kondisi aman. Namun demikian kondisi tersebut tidak menurunkan sisi level dampak (masih level 5/sangat signifikan), hal ini disebabkan karena gangguan apapun terhadap sistem strategis seperti SPAN tetap akan memiliki dampak yang serius khususnya terhadap layanan perbendaharaan negara. Di samping itu rencana penanganan risiko untuk menurunkan kemungkinan gangguan juga belum sepenuhnya dilaksanakan, yaitu terkait pelaksanaan DRP Drill SPAN 2018 dan Migrasi Database SPAN ke server database yang baru.

Perlu diperhatikan bahwa gangguan terhadap SPAN dapat disebabkan oleh gangguan pada koneksi jaringan (intranet), server database/apps beserta storage dan infrastruktur facilities Data Centre. Gangguan juga berpotensi terjadi di luar jam kerja operasional/layanan (malam hari) yang tetap berisiko tidak dapat ditangani hingga jam layanan Kanwil/KPPN dimulai.

Risiko terkait pencapaian IKU tahun 2018

Pada tahun 2018 telah diidentifikasi risiko terkait yang mempengaruhi pencapaian IKU Tingkat downtime sistem TIK dengan penjelasan dan telah ditangani sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.12b.7.

Tabel 3.12b.7 Penanganan Risiko terkait Pencapaian IKU Tingkat downtime sistem TIK Tahun 2018

No Kejadian Risiko Penyebab Dampak UIC1 Sistem SPAN tidak

dapat diaksesAdanya gangguan pada sistem dan infrastruktur (fasilitas dan infrastruktur utama)

Layanan perbendaharaan terganggu

Dit. SITP (Sistem Informasi dan Teknologi Perbendaharaan)

Nama IRU Batasan Nilai

Nilai Aktual

Q1 s.d. Q2 s.d. Q3 s.d. Q4Jumlah jam berhentinya layanan atas kejadian gangguan sistem dan infrastruktur dalam 1 tahun

Batas atas 8 jam 32 menit

0 0 0 0Batas aman 6 jam

Penjelasan

Laporan Kinerja 2018 180

Level risiko pada triwulan III masih sama dengan triwulan sebelumnya, yaitu pada level sangat tinggi (besaran risiko 21), dengan pertimbangan sebagai berikut: 1. Berdasarkan aktual kedua IRU sampai dengan triwulan III, statusnya sudah hijau. Namun demikian,

kondisi tersebut tidak menurunkan sisi level dampak (masih level 5/sangat signifikan), karena gangguan apapun terhadap sistem strategis seperti SPAN tetap akan memiliki dampak yang serius, khususnya terhadap layanan perbendaharaan negara.

2. Rencana penanganan risiko untuk menurunkan kemungkinan gangguan belum sepenuhnya dilaksanakan, yaitu terkait pelaksanaan DRP Drill SPAN 2018 dan Migrasi Database SPAN ke server database yang baru.

Berdasar aktual IRU sampai dengan triwulan IV, belum pernah terjadi gangguan terhadap sistem atau infrastruktur SPAN, sehingga status IRU adalah hijau yang mencerminkan sistem dalam kondisi aman. Namun demikian kondisi tersebut tidak menurunkan sisi level dampak (masih level 5/sangat signifikan), hal ini disebabkan karena gangguan apapun terhadap sistem strategis seperti SPAN tetap akan memiliki dampak yang serius, khususnya terhadap layanan perbendaharaan negara.

Perlu diperhatikan bahwa gangguan terhadap SPAN dapat disebabkan oleh gangguan pada koneksi jaringan (intranet), kerusakan pada server database/apps, kecukupan disk storage termasuk infrastruktur pendukung facilities Data Centre (Uninterruptable Power Supply, Air Conditioner, Generator Set). Gangguan terhadap SPAN juga berpotensi terjadi di luar jam kerja operasional/layanan (> 17.00 WIB), yaitu pada saat server melakukan proses posting report yang berdampak pada terlambatnya proses pembentukkan data. Gangguan terhadap SPAN di luar jam kerja tersebut juga berpotensi memiliki risiko terhadap mundurnya jam layanan Kanwil/KPPN di keesokan harinya jika tidak segera ditangani pada saat terjadinya gangguan. Namun demikian, karena server SPAN pada DC/DRC yang digunakan merupakan pengadaan tahun 2011 yang sebagian besar sudah end of support dan proses migrasi ke server baru belum seluruhnya dilaksanakan maka terjadinya risiko SPAN tidak dapat diakses masih relatif tinggi.

Level risiko sampai dengan triwulan IV diperkirakan masih pada level sangat tinggi, tetapi dengan besaran risiko yang turun menjadi 20 dengan IRU diperkirakan akan tetap berada pada batas aman. Namun demikian, level dampak masih sangat signifikan.

Penanganan yang Telah Dilaksanakan

1. Pelaksanaan sistem kerja shift 24/7 untuk monitoring layanan sistem dan infrastruktur IT Perbendaharaan. 2. Pelaksanaan Pre Disaster Recovery Drill SPAN 2018 tanggal 14 s.d. 16 September 2017 untuk menguji

fungsionalitas hasil set up server Xico di Disaster Recovery Centre Balikpapan sekaligus menguji hasil perbaikan terhadap beberapa isu fungsi aplikasi dan set up infrastruktur lainnya yang ditemukan pada Drill SPAN tahun 2017. Pelaksanaan DRP Drill SPAN dengan total Skenario yang dijalankan 172 item dengan waktu total 18 Jam 30 Menit, DRP Drill SPAN dinyatakan berhasil sesuai skenario:a. Pelaksanaan DRP Drill SPAN tahap I-III tanggal 2 November 2018 dilaksanakan selama 8 jam, dimulai

pukul 20.30 WIB;b. Pelaksanaan DRP Drill SPAN tahap IV tanggal 3 November 2018 dilaksanakan selama 3 jam 20 menit,

dimulai pukul 08.15 WIB;c. DRP Drill SPAN tahap V-VI dilaksanakan pada hari yang sama setelah tahap IV, dilaksanakan selama

8 jam 10 menit.4. Migrasi Apps dan DB SPAN ke perangkat baru sudah dilaksanakan pada tanggal 06 September 2018 .

Direktorat Jenderal Perbendaharaan181

Berdasar aktual IRU sampai dengan triwulan I, Layanan Operasional untuk Biller SIMPONI pada tanggal 14 Maret 2018 pukul 08.00-09.45 WIB terganggu, sehingga user biller tidak dapat membuat billing. Setelah PIC MPN G2 me-restart service/server, layanan SIMPONI normal kembali. Namun demikian, aktual IRU tersebut masih di bawah batas aman (45 jam) sehingga status IRU tersebut adalah hijau.

Berdasarkan data sampai dengan triwulan II aktual IRU mencapai 10 jam 8 menit, sehingga masih dalam batas aman (berstatus hijau) dengan rinci sebagai berikut:

1. Gangguan pada sistem settlement MPN G2 bulan Maret 2018 selama 105 menit yang mengakibatkan terhambatnya layanan sistem biller DJA (SIMPONI);

2. Gangguan pada sistem settlement MPN G2 bulan Mei 2018 selama 328 menit yang mengakibatkan gangguan pada sistem biller DJP (SPSE);

3. Gangguan pada sistem settlement MPN G2 bulan Juni 2018 selama 175 menit yang mengakibatkan terhambatnya lagi layanan sistem biller DJA (SIMPONI).

Downtime pada MPN G2 tersebut lebih dipicu karena tingginya (peak) volume transaksi penerimaan negara di periode-periode tertentu sehingga terjadi antrian proses yang mengakibatkan akses user dari biller ke MPN terhambat. Sejauh ini, untuk penanganan permasalahan tersebut dilakukan dengan tindakan me-restart sistem MPN secara manual.

Level risiko pada triwulan III masih sama dengan triwulan sebelumnya, yaitu pada level sangat tinggi (besaran risiko 21), dengan pertimbangan sebagai berikut:

1. Nilai aktual IRU mencapai 17 jam 01 menit (masih dalam batas aman), tetapi nilai aktual tersebut meningkat dibandingkan dengan triwulan II sebesar 10 jam 8 menit, dengan rincian sebagai berikut:a. Gangguan pada sistem settlement MPN G2 bulan Maret 2018 selama 105 menit yang mengakibatkan

terhambatnya layanan sistem biller DJA (SIMPONI)b. Gangguan pada sistem settlement MPN G2 bulan Mei 2018 selama 328 menit yang mengakibatkan

gangguan pada sistem biller DJP (SPSE)c. Gangguan pada sistem settlement MPN G2 bulan Juni 2018 selama 175 menit yang mengakibatkan

terhambatnya lagi layanan sistem biller DJA (SIMPONI)d. Gangguan pada Aplikasi MPN G2 bulan Juli 2018 selama 63 menit, gangguan berupa Scheduler error,

solusi penanganannya scheduler dibuat dengan cara manual e. Gangguan pada Aplikasi MPN G2 bulan September 2018 selama 350 menit, gangguan berupa

aplikasi hang / tidak memberikan respon sehingga perlu dilakukan restart aplikasi.

2. Kondisi infrastruktur/server MPN G2 di DC dan DRC belum memenuhi perbandingan 1:1, sehingga untuk memenuhi pelaksanaan DRC Drill MPN G2 secara menyeluruh, dibutuhkan resources server tambahan, yang diusulkan untuk dipenuhi oleh Pusintek.

No Kejadian Risiko Penyebab Dampak UIC2 Sistem IT Perbendaharaan

selain SPAN tidak dapat diakses (3 Layanan)

Adanya gangguan pada sistem dan infrastruktur (fasilitas dan infrastruktur utama)

Layanan perbendaharaan terganggu

Dit. SITP (Sistem Informasi dan Teknologi Perbendaharaan)

Nama IRU Batasan Nilai

Nilai Aktual

Q1 s.d. Q2 s.d. Q3 s.d. Q4Jumlah jam berhentinya layanan atas kejadian gangguan sistem dan infrastruktur dalam 1 tahun

Batas atas 47 jam 49 menit 1 Jam

45 Menit10 Jam 8 Menit

17 Jam 1 Menit

27 Jam 35 MenitBatas aman 45 jam

Penjelasan

Laporan Kinerja 2018 182

Level risiko pada Triwulan IV turun pada level tinggi yaitu pada besaran risiko 17, hal ini disebabkan meningkatnya level kemungkinan menjadi 3 dan menurunnya level dampak menjadi 4 dengan pertimbangan nilai aktual IRU mencapai 27 jam 35 menit (masih dalam batas aman). Namun demikian, nilai aktual tersebut meningkat dibandingkan dengan triwulan III sebesar 17 jam 01 menit, dengan rincian sebagai berikut:

1. Gangguan pada sistem settlement MPN G2 bulan Maret 2018 selama 105 menit yang mengakibatkan terhambatnya layanan sistem biller DJA (SIMPONI);

2. Gangguan pada sistem settlement MPN G2 bulan Mei 2018 selama 328 menit yang mengakibatkan gangguan pada sistem biller DJP (SPSE);

3. Gangguan pada sistem settlement MPN G2 bulan Juni 2018 selama 175 menit yang mengakibatkan terhambatnya lagi layanan sistem biller DJA (SIMPONI);

4. Gangguan pada Aplikasi MPN G2 bulan Juli 2018 selama 63 menit, gangguan berupa Scheduler error, solusi penanganannya scheduler dibuat dengan cara manual;

5. Gangguan pada Aplikasi MPN G2 bulan September 2018 selama 350 menit, gangguan berupa aplikasi hang / tidak memberikan respon sehingga perlu dilakukan restart aplikasi;

6. Gangguan pada Aplikasi MPN G2 bulan November 2018 selama 121 menit pada interface DJA karena proses di service aplikasi yang mengalami hang sehingga diperlukan restart ulang dan bank banyak melakukan upload DNP dan LHP pada periode bulan tersebut;

7. Gangguan pada Aplikasi MPN G2 bulan Desember 2018 selama 513 menit karena resource database yang tinggi sehingga ada beberapa aplikasi yang terpaksa dimatikan agar layanan pembayaran bisa dilayani.

Outlook level risiko tahun 2019 masih sangat tinggi dengan pertimbangan bahwa sedang dikembangkan MPN G3 yang tingkat kerentanan atas aplikasi tersebut masih tinggi dan penyempurnaan sistem dan perangkat baru hasil upgrading di tahun 2018 baru diselesaikan di akhir tahun 2018.

Penanganan yang Telah Dilaksanakan

1. Pelaksanaan konsultan pengembangan MPNG2 dan persiapan pengadaan hardware MPN G2.2. Migrasi server OM SPAN khusus DAK fisik dan Dana Desa ke virtual machine Pusintek.3. Pelaksanaan sistem kerja shift 24/7 untuk monitoring layanan sistem dan infrastruktur IT Perbendaharaan.4. Training XICO apps (middleware SPAN ke sistem perbankan) di Korea Selatan pada tanggal 1 s.d 6 Juli

2018 yang diikuti oleh 6 orang tim teknis operasional SPAN sebagai persiapan DRP Drill SPAN 2018. Training ini menggunakan sumber dana Grant PFM MDTF sebesar USD 15.520.

5. Pelaksanaan Pre Disaster Recovery Drill SPAN 2018 tanggal 14 s.d. 16 September 2017 untuk menguji fungsionalitas hasil set up server Xico di Disaster Recovery Centre Balikpapan sekaligus menguji hasil perbaikan terhadap beberapa isu fungsi aplikasi dan set up infrastruktur lainnya yang ditemukan pada Drill SPAN tahun 2017.

6. Perikatan kontrak dengan PT Multipolar sebagai penyedia Annual Technical Service dan tenaga ahli untuk support preventive infrastruktur SPAN dengan nilai Rp 4,4 M.

Direktorat Jenderal Perbendaharaan183

7. Penyelesaian kontrak pengadaan server: (a) untuk peremajaan server database SPAN dengan nilai kontrak Rp 31,7 M; (b) Virtual Machine untuk Custom Web SPAN dengan nilai kontrak Rp 5,6 M.

8. Perikatan kontrak dengan PT Sigma Solusi Integrasi untuk pekerjaan Migrasi Database SPAN dengan nilai kontrak sebesar Rp 3,2 M dengan target tersedianya instance database SPAN baru untuk peningkatan performa fungsionalitas SPAN.

9. Pelaksanaan DRP Drill MPN G2 tahun 2018 pada tanggal 21 s.d 22 September 2018. Skenario drill dilakukan secara end to end mencakup keterlibatan seluruh biller (DJP/DJBC/DJA), 4 perwakilan Bank Persepsi ( Mandiri, BRI, BTN dan BNI), Settlement (KPPN KP dan Dit. PKN), dan Operation tim MPN G2 (SITP & Pusintek).

10. Set up infrastruktur baru untuk kebutuhan MPN G2 hasil enhancement telah diselesaikan pada tanggal 30 November 2018.

11. Pengembangan MPN G3 telah diselesaikan pada Desember 2018 dan kemudian akan dilakukan proses implementasi di tahun 2019.

12. SOP sistem kerja shift 24/7 masih dalam tahap usulan dan akan dievaluasi kembali pada Januari 2019.

13. Migrasi server database OMSPAN ke server Exadata Pusintek (hosting) telah dilakukan pada bulan Desember 2018 .

Laporan Kinerja 2018 184

12c-CP

Persentase kapabilitas tata kelola TIK

Tingkat Kapabilitas Tata Kelola TIK merupakan rata-rata persentase kapabilitas tata kelola TIK pada unit yang menjadi sampel penilaian pada tahun 2018, yaitu Setjen (Pusintek), DJP, DJBC, dan DJPb. Nilai persentase kapabilitas tata kelola TIK mengukur penerapan praktik-praktik manajemen (input, aktivitas, dan output) sebagai ukuran kapabilitas enabler proses dalam tata kelola TIK, dalam mencapai process performance.

Penilaian pada tahun 2018 difokuskan pada 16 proses domain Build, Acquire, and Implement (BAI) dan Deliver, Service, and Support (DSS) berdasarkan framework COBIT 5.

Indikator Kinerja Utama (IKU) Persentase kapabilitas tata kelola TIK bertujuan untuk mengukur tingkat kapabilitas Kemenkeu dalam menjalankan proses tata kelola TIK menuju process performance. IKU tersebut merupakan IKU mandatori Kemenkeu-Wide ke Kemenkeu-One (indirect cascading) untuk diterapkan pada tahun 2018.

Formula perhitungan IKU tersebut dapat ditunjukkan sebagai berikut:

Persentase hasil penilaian kapabilitas tata kelola TIK = Jumlah % Kapabilitas Tiap Proses Tata Kelola TIK / Jum. Proses Tata Kelola TIK

Dalam perhitungan IKU tersebut, digunakan polarisasi data IKU maximize (semakin tinggi realisasi terhadap target, semakin baik capaian kinerjanya), periode pelaporan tahunan, dan jenis konsolidasi periode take last known value (realisasi yang digunakan adalah angka terakhir pada periode bersangkutan).

Gambar 3.12c Kriteria Penilaian dan Level Pengukuran Kapabilitas Proses

Direktorat Jenderal Perbendaharaan185

Target IKU tersebut tahun 2018 adalah 75% sebagaimana ditentukan dalam Kontrak Kinerja DJPb (Kemenkeu-One) tahun 2018. Mengingat IKU tersebut merupakan IKU baru sebagai mandatori Kemenkeu untuk diterapkan tahun 2018, capaian IKU tersebut tidak ditargetkan pada Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu Tahun 2015-2019, serta RPJMN Tahun 2015-2019.

Target IKU Tahun 2018

Berdasarkan Berita Acara Pembahasan Hasil Pengawasan BAPHP-03/ST-1133/2018, hasil assessment atas nilai kapabilitas dari 37 proses COBIT 5 yang dijalankan oleh DJPb, diperoleh nilai kapabilitas sebagai berikut:1. 3 proses (8,11%) telah memiliki sebagian kapabilitas level 1 (partially achieved);2. 10 proses (27,03%) telah memenuhi kapabilitas level 1, tetapi belum dapat dilanjutkan

penilaian level 2;3. 12 proses (32,43%) telah memenuhi kapabilitas level 1 dan telah dilakukan penilaian

level 2, tetapi belum memenuhi kriteria minimal level 2;4. 11 proses (29,73%) telah memenuhi kapabilitas level 2;5. 1 proses (2,70%) telah memenuhi kapabilitas level 4;6. Nilai rata-rata tingkat kapabilitas atas 16 proses pada domain BAI dan DSS yang

menjadi indeks kinerja utama (IKU) Persentase Kapabilitas Tata Kelola TIK adalah sebesar 83,27% fully achieved performed process capability level 1.

Realisasi IKU Tahun 2018

Dengan demikian, realisasi IKU tersebut tahun 2018 sebesar 83,27% melampaui targetnya (75%) sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.12c.1. Ditunjukkan bahwa untuk setiap triwulan, realisasi triwulanan IKU tersebut telah memenuhi target triwulanannya.

Tabel 3.12c.1 Capaian IKU Persentase kapabilitas tata kelola TIK Tahun 2018

T/R Q1 Q2 Smt.1 Q3 s.d. Q3 Q4 Tahunan Pol /KP

Target - - - - - 75% 75% Maximize/ Take Last

Known Value

Realisasi - - - - - 83,27% 83,27%

Nilai 111 111

Perbandingan realisasi dan target IKU tahun 2018

Melalui pembandingan dengan capaian IKU tahun-tahun sebelumnya, perkembangan capaian IKU dapat diketahui dan dapat dimpulkan apakah kinerja DJPb dengan indikator kinerja tersebut mengalami peningkatan atau penurunan dari tahun-ke tahun. Perbandingan IKU tahun dari tahun 2015 s.d. 2018 dapat ditunjukkan pada Tabel 3.12c.2.

Tabel 3.12c.2 Perbandingan Capaian IKU Persentase kapabilitas tata kelola TIK Tahun 2015 s.d. 2018

Tahun Realisasi IKU Keterangan

2018 83,27% Mengingat IKU tersebut baru diterapkan untuk tahun 2018 sebagai IKU mandatori dari Kemenkeu-Wide ke Kemenkeu-One DJPb, sementara pada Kontrak Kinerja DJPb Tahun 2015 s.d. 2017 tidak ditargetkan dan tidak ada realisasi, perbandingan capaian IKU tersebut dengan tahun 2015 s.d. 2017 tidak dapat dilakukan

2017 -

2016 -

2015 -

Perbandingan realisasi tahun 2018 dan tahun-tahun sebelumnya

Laporan Kinerja 2018 186

Untuk mengetahui posisi DJPb dalam pencapaian IKU dibandingkan dengan eselon I lainnya yang juga menjalankan IKU yang sama dalam pencapaian IKU yang sama pada suatu tahun, dapat dibandingkan capaian IKU tersebut antar eselon I lingkup Kemenkeu sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.12c.5.

Realisasi Kinerja DJPb tahun 2015-2019 dapat dikaitkan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019, yang memuat perencanaan kinerja jangka menengah pemerintah pada tingkat nasional. Realisasi IKU Persentase kapabilitas tata kelola TIK tahun 2015 s.d. 2018 terhadap target dalam RPJMN 2015-2019 ditunjukkan pada Tabel 3.12c.4.

Tabel 3.12c.4 Perbandingan Realisasi IKU Persentase kapabilitas tata kelola TIK

s.d. 2018 dan RPJMN 2015—2019

Tahun Realisasi IKU Target RPJMN 2015-2019

2019 belum -

2018 83,27% -

2017 - -

2016 - -

2015 - -

Keterangan: Mengingat IKU tersebut baru diterapkan untuk tahun 2018 sebagai IKU mandatori dari Kemenkeu-Wide ke Kemenkeu-One, sementara pada RPJMN tidak ditargetkan, perbandingan capaian IKU tersebut dengan RPJMN tidak dapat dilakukan.

Perbandingan realisasi s.d. 2018 dan Target RPJMN

Realisasi IKU tahun 2015 s.d. 2018 mencerminkan realisasi selama empat tahun pertama rencana jangka menengah DJPb yang dituangkan dalam Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu Tahun 2015-2019. Perbandingan Realisasi IKU Persentase kapabilitas tata kelola TIK tahun 2015 s.d. 2018 dengan target Renstra 2015-2019 dapat ditunjukkan pada Tabel 3.12c.3.

Tabel 3.12c.3 Perbandingan Realisasi IKU Persentase kapabilitas tata kelola TIK

s.d. 2018 dan Renstra 2015—2019

Tahun Realisasi IKU Tahunan Renstra DJPb 2015-2019 Renstra Kemenkeu 2015-2019

2019 belum - -

2018 83,27% - -

2017 - - -

2016 - - -

2015 - - -

Keterangan: Mengingat IKU tersebut baru diterapkan untuk tahun 2018 sebagai IKU mandatori dari Kemenkeu-Wide ke Kemenkeu-One, sementara pada Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu tidak ditargetkan, perbandingan capaian IKU tersebut dengan Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu tidak dapat dilakukan

Perbandingan realisasi s.d. 2018 dengan Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu

Direktorat Jenderal Perbendaharaan187

Perbandingan capaian IKU dengan eselon I lainnya

Berdasarkan Berita Acara Pembahasan Hasil Pengawasan Itjen Kemenkeu Nomor BAPHP-03/ST-1133/2018 tanggal 18 Desember 2018 disebutkan bahwa berdasarkan hasil assesment atas nilai kapabilitas dari 37 proses COBIT 5 yang dijalankan oleh DJPb, maka diperoleh nilai rata-rata tingkat kapabilitas atas 16 proses pada domain BAI dan DSS yang menjadi indeks kinerja utama (IKU) Persentase Kapabilitas Tata Kelola TIK adalah sebesar 83,27% (fully achieved performed process capability level 1).

Isu dalam pencapaian IKU tersebut pada tahun 2018 adalah terdapatnya penerapan praktik-praktik manajemen (input, aktivitas, dan output) sebagai ukuran kapabilitas enabler proses dalam tata kelola TIK untuk mencapai process performance (Level 1). Hal tersebut berimplikasi pada perlu dilaksanakannya penilaian kapabilitas tata kelola TIK pada tahun 2018 yang berfokus pada 37 proses dalam COBIT 5 yang dijalankan oleh DJPb.

Akar permasalahan yang telah diidentifikasi dalam pencapaian IKU tersebut, yaitu bahwa pengelolaan TIK dan layanan IT saat ini belum sepenuhnya sesuai dengan standar dan best practice tata kelola TIK yang baik.

Tindakan yang telah dilaksanakan dalam pencapaian IKU tersebut, yaitu:1. Dit. SITP telah menyampaikan dokumen kelengkapan tata kelola TIK yang menjadi

tanggung jawab Dit. SITP kepada Tim Itjen Kemenkeu.2. Itjen telah melaksanakan pre-assessment Kapabilitas TIK di DJPb pada Mei s.d. Juli 2018.3. Hasil pre-assessment telah disampaikan kepada Dit. SITP untuk ditindaklanjuti.4. Berdasarkan hasil assesment atas nilai kapabilitas dari 37 proses COBIT 5 yang

dijalankan oleh DJPb, diperoleh nilai rata-rata tingkat kapabilitas atas 16 proses pada domain BAI dan DSS adalah sebesar 83,27% (fully achieved performed process capability level 1).

Rekomendasi rencana aksi yang akan dilakukan pada tahun 2018 (penanggung jawab: Direktorat Sistem Informasi dan Teknologi Perbendaharaan) adalah menjalankan penerapan praktik-praktik manajemen (input, aktivitas, dan output) sebagai ukuran kapabilitas enabler proses dalam tata kelola TIK, dalam mencapai process performance TIK di tahun 2019.

Isu, permasalahan, tindakan, dan action plan

Tabel 3.12c.5 Perbandingan Realisasi IKU Persentase kapabilitas tata kelola TIK Tahun 2018

dengan Unit Eselon I Lainnya

No Unit Es. I Kemenkeu Realisasi IKU 2018 Ket

1 SETJEN 96,41% IKU Persentase kapabilitas tata kelola TIK juga menjadi IKU (mandatori) beberapa unit selon I lingkup Kemenkeu lainnya yang menjadi sampel. Pada tahun 2018,, unit yang menjadi sampel adalah Setjen (Pusintek), DJP, DJPb, dan DJPb. Nilai tertinggi diperoleh oleh Setjen sebesar 96,41% dan terendah oleh DJP sebesar 76,87%. Dalam hal ini, nilai IKU DJPb di bawah rata-rata nilai unit lingkup Kemenkeu tersebut dan akan dilakukan evaluasi dan perbaikan pencapaian kinerja tersebut di masa yang akan datang.

2 DJA -

3 DJP 76,87%

4 DJBC 84,66%

5 DJPb 83,27%

6 DJKN -

7 DJPK -

8 DJPPR -

9 ITJEN -

10 BKF -

11 BPPK -

Rata-rata 85,30%

Laporan Kinerja 2018 188

Sasaran Strategis 13

Pengelolaan anggaran

yang berkualitas

Pengelolaan anggaran meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan monitoring anggaran selama satu tahun anggaran yang selanjutnya dipertanggungjawabkan kepada stakeholders. Dana yang tersedia dalam dokumen pelaksanaan anggaran (DIPA), harus dikelola sesuai rencana yang telah ditetapkan dan dapat dipertanggungjawabkan. Pelaksanaan anggaran menggunakan prinsip hemat, efisien, dan tidak mewah dengan tetap memenuhi output sebagaimana telah direncanakan dalam DIPA. Kualitas pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran selama satu tahun, tercermin dari opini yang diberikan oleh BPK.

Dalam pencapaian sasaran strategis ini, DJPb mengidentifikasikan 1 (satu) Indikator Kinerja Utama (IKU), yang pencapaiannya ditabulasikan dalam Tabel 3.13.

Tabel 3.13 Capaian IKU pada Sasaran Strategis 13

SS 13: Pengelolaan anggaran yang berkualitas

Kode Indikator Kinerja Target Realisasi Nilai

13a-CP Persentase rekomendasi BPK atas LK BA 15 yang telah ditindaklanjuti

89% 91% 102,25

13b-CP Persentase kualitas pelaksanaan anggaran

95% 97,33% 102,45

Uraian mengenai IKU tersebut adalah sebagai berikut:

13a-CP

Persentase rekomendasi BPK atas LK BA 15 yang telah ditindaklanjuti

IKU Persentase rekomendasi BPK atas LK BA 15 yang telah ditindaklanjuti bertujuan untuk mengetahui tingkat temuan BPK yang ditindaklanjuti DJPb telah sesuai rekomendasi BPK dan ketentuan yang berlaku. IKU tersebut merupakan IKU baru mandatori dari Setjen Kemenkeu kepada seluruh unit eselon I lingkup Kemenkeu dalam rangka penyelesaian rekomendasi BPK atas LK BA 015 yang menjadi tanggung jawab unit eselon I masing-masing.

Tindak lanjut Kemenkeu terhadap Temuan Pemeriksaan (TP) BPK atas LK BA 15 perlu diselesaikan sebagaimana yang direkomendasikan oleh BPK. Kemenkeu diwajibkan menyampaikan Tindak Lanjut atas rekomendasi terkait. Pengukuran penyelesaian rekomendasi mencakup konsep temuan/rekomendasi yang diusulkan selesai dan konsep temuan/rekomendasi yang dinyatakan selesai, meliputi:a. Konsep temuan LK BA 15, merupakan rincian konsep temuan LK BA 15 Tahun

2017 selama proses pemeriksaan sampai sebelum ditetapkan menjadi LHP.b. Rekomendasi BPK yang tercantum dalam LHP.

Status rekomendasi BPK yang diusulkan selesai, ditetapkan pada forum pembahasan bersama Biro Perencanaan dan Keuangan Setjen, Itjen, unit eselon I terkait dan Auditor BPK. Status rekomendasi BPK yang dinyatakan selesai, ditetapkan dalam Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP)

Nilai realisasi IKU tersebut dihitung dengan formula sebagai berikut:

Semester I = (a/b) x 100%

Semester II = {(a+c)/(e)}X100%

Direktorat Jenderal Perbendaharaan189

Target IKU Persentase rekomendasi BPK atas LK BA 15 yang telah ditindaklanjuti untuk tahun 2018 adalah sebesar 89% sebagaimana ditentukan dalam Kontrak Kinerja DJPb (Kemenkeu-One) tahun 2018. Mengingat IKU tersebut baru diterapkan pada tahun 2018 sebagai mandatori IKU dari Setjen Kemenkeu, tidak terdapat target IKU tersebut pada tahun-tahun sebelumnya, Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu Tahun 2015-2019, serta RPJMN Tahun 2015-2019.

Target IKU Tahun 2018

Sampai dengan semester I 2018, berdasarkan matriks/rekapitulasi temuan BPK atas LK BA 015.08 s.d. Tahun 2016 terdapat 73 dari 87 rekomendasi BPK dengan status selesai (dalam proses penyelesaian sejumlah 14 rekomendasi). Sampai dengan semester II tahun 2018, telah dapat diselesaikan 78 rekomendasi (dari sebelumnya 73 rekomendasi).

Pada periode semester II 2018, formulasi capaian IKU ditambah dengan penyelesaian konsep temuan LK tahun 2017 yang selesai ditindaklanjuti, yaitu sebanyak 8 rekomendasi (yang telah diselesaikan seluruhnya pada tahun 2018), sementara untuk temuan yang masih dalam progres penyelesaian menjadi 9 rekomendasi (sebelumnya 14 rekomendasi pada periode semester I tahun 2018).

Dengan demikian, dapat diperoleh nilai realisasi IKU Persentase rekomendasi BPK atas LK BA 15 tahun 2018 yang telah ditindaklanjuti sebesar 91% (take last known value) melalui perhitungan sebagai berikut:

Semester I = (a/b) x 100% = (73/87) x 100% = 83,91%

Semester II = ((a+c) /d) x 100% = ((73+5+8)/(87+8)) x 100% = 91%

Keterangan:a. Jumlah rekomendasi BPK dalam LHP LK BA 15.08 sampai dengan tahun 2016 dalam

Laporan Hasil Pemantauan atas Tindak Lanjut Rekomendasi BPK yang dinyatakan selesai (73 rekomendasi).

b. Jumlah rekomendasi BPK dalam LHP LK BA 15.08 sampai dengan tahun 2016 dalam Laporan Hasil Pemantauan atas Tindak Lanjut Rekomendasi Hasil Pemeriksaan BPK (87 rekomendasi).

c. (1) Jumlah rekomendasi BPK dalam LHP LK BA 15 yang diusulkan selesai sampai dengan semester II tahun 2018 ( 5 rekomendasi), dan (2) Jumlah konsep temuan LK BA 15 Tahun 2017 yang selesai ditindaklanjuti ( 8 rekomendasi).

d. (1) Jumlah rekomendasi BPK dalam LHP LK BA 15 sampai dengan tahun 2017 (87 rekomendasi), dan (2) Jumlah konsep temuan LK BA 15 Tahun 2017 yang selesai ditindaklanjuti. (8 rekomendasi).

Realisasi IKU Tahun 2018

Keterangan:a. Jumlah rekomendasi BPK dalam LHP LK BA 15.08 sampai dengan tahun 2016 dalam

Laporan Hasil Pemantauan atas Tindak Lanjut Rekomendasi BPK yang dinyatakan selesai.

b. Jumlah rekomendasi BPK dalam LHP LK BA 15.08 sampai dengan tahun 2016 dalam Laporan Hasil Pemantauan atas Tindak Lanjut Rekomendasi Hasil Pemeriksaan BPK.

c. (1) Jumlah rekomendasi BPK dalam LHP LK BA 15 yang diusulkan selesai sampai dengan semester II tahun 2018, dan (2) Jumlah konsep temuan LK BA 15 Tahun 2017 yang selesai ditindaklanjuti.

d. (1) Jumlah rekomendasi BPK dalam LHP LK BA 15 sampai dengan tahun 2017, dan (2) Jumlah konsep temuan LK BA 15 Tahun 2017 yang selesai ditindaklanjuti.

Laporan Kinerja 2018 190

Perbandingan realisasi dan target IKU tahun 2018

Perbandingan realisasi tahun 2018 dan tahun-tahun sebelumnya

Perkembangan capaian IKU tersebut tahun dari 2015 s.d. 2018 dapat diketahui dari perbandingan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.13a.2.

Tabel 3.13a.2 Perbandingan Capaian IKU Persentase rekomendasi BPK atas LK BA 15

yang telah ditindaklanjuti Tahun 2015 s.d. 2018

Realisasi IKU Tahunan

T / R 2015 2016 2017 2018

Target - - - 89%

Realisasi - - - 91%

Keterangan: IKU tersebut merupakan IKU mandatori Setjen Kemenkeu yang baru diterapkan pada tahun 2018 sehingga tidak terdapat realisasi IKU tersebut tahun-tahun sebelumnya

Dengan demikian, realisasi IKU Persentase rekomendasi BPK atas LK BA 15 yang telah ditindaklanjuti tahun 2018 sebesar 91% tersebut telah melebih targetnya (89%) sebagaimana ditunjukkan perbandingan realisasi dan target pada Tabel 3.13a.1. Ditunjukkan juga bahwa capaian IKU tersebut selalu melebihi target semesterannya.

Tabel 3.13a.1 Capaian IKU Persentase rekomendasi BPK atas LK BA 15

yang telah ditindaklanjuti Tahun 2018

T / R Q1 Q2 Smt.1 Q3 s.d. Q3 Q4 Tahunan Pol /KP

Target - 30% 30% - 30% 89% 89% Maximize/ Take Last

Known Value

Realisasi - 83,91% 83,91% - 83,91% 91% 91%

Indeks Capaian - 280 280 -- 280 102 102

Realisasi IKU tahun 2015 s.d. 2018 mencerminkan realisasi selama empat tahun pertama rencana jangka menengah DJPb yang dituangkan dalam Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu Tahun 2015-2019 dengan perbandingan ditunjukkan pada Tabel 3.13a.3.

Tabel 3.13a.3 Perbandingan Realisasi IKU Persentase rekomendasi BPK atas LK BA 15

yang telah ditindaklanjuti s.d. 2018 dan Renstra 2015—2019

Tahun Realisasi IKU Renstra DJPb 2015-2019 Renstra Kemenkeu 2015-2019

2019 belum - -

2018 91% - -

2017 - - -

2016 - - -

2015 - - -

Keterangan: IKU tersebut merupakan IKU mandatori Setjen Kemenkeu yang baru diterapkan pada tahun 2018 sehingga tidak ditargetkan pada Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu Tahun 2015-2019

Perbandingan realisasi s.d. 2018 dengan Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu

Realisasi Kinerja DJPb tahun 2015-2019 dapat dikaitkan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019, yang memuat perencanaan kinerja jangka menengah pemerintah pada tingkat nasional. Namun demikian, nilai realisasi tahunan IKU sebesar 91% pada tahun 2018 tersebut tidak ditargetkan pada RPJMN karena IKU tersebut baru diterapkan pada tahun 2018 sebagai IKU mandatori dari Setjen Kemenkeu, sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.13a.4.

Perbandingan realisasi s.d. 2018 dan Target RPJMN

Direktorat Jenderal Perbendaharaan191

Tabel 3.13a.4 Perbandingan Realisasi IKU Persentase rekomendasi BPK atas LK BA 15

yang telah ditindaklanjuti s.d. 2018 dan RPJMN 2015—2019

Tahun Realisasi IKU Target RPJMN Tahun 2015-2019 Ket

2019 belum - IKU tersebut merupakan IKU mandatori Setjen Kemenkeu yang baru diterapkan pada tahun 2018 sehingga tidak ditargetkan pada RPJMN Tahun 2015-2019

2018 91% -

2017 - -

2016 - -

2015 - -

Untuk mengetahui posisi DJPb dalam pencapaian IKU dibandingkan dengan eselon I lainnya yang juga menjalankan IKU yang sama dalam pencapaian IKU yang sama pada suatu tahun, dapat dibandingkan capaian IKU tersebut antar eselon I lingkup Kemenkeu sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.13a.5.

Perbandingan capaian IKU dengan eselon I lainnya Tabel 3.13a.5 Perbandingan Realisasi IKU Persentase rekomendasi BPK atas LK BA 15

yang telah ditindaklanjuti Tahun 2018 dengan Unit Eselon I Lainnya

No Unit Realisasi IKU 2018 Keterangan

1 SETJEN 89,02% IKU Persentase rekomendasi BPK atas LK BA 15 yang telah ditindaklankjuti Tahun 2018 juga dilakukan oleh beberapa unit eselon I lainnya. Ditunjukkan bahwa nilai realisasi IKU tertinggi sebesar 100% diperoleh oleh DJA, DJPK, dan DJPPR, sementara nilai terendah sebesar 89,02% diperoleh oleh Setjen. Dalam hal ini, nilai IKU DJPb di bawah rata-rata nilai unit lingkup Kemenkeu dan akan dilakukan evaluasi dan perbaikan kinerja tersebut di masa yang akan datang.

2 DJA 100%

3 DJP 90,16%

4 DJBC 90,46%

5 DJPb 91%

6 DJKN 95,74%

7 DJPK 100%

8 DJPPR 100%

9 ITJEN -

10 BKF 98,03%

11 BPPK 91,80%

12 PPINSW -

Rata-rata 94,62%

Isu, permasalahan, tindakan, dan action plan

Sesuai PMK 222/PMK.05/2016 tentang Pedoman Penyusunan dan Penyampaian Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga, DJPb menyusun Laporan Keuangan Tingkat Eselon I 2017 unaudited. Laporan Keuangan tersebut kemudian diperiksa oleh tim pemeriksa BPK, hasil pemeriksaan memuat rekomendasi terhadap pengelolaan keuangan negara. Sampai dengan akhir tahun 2018, berdasarkan matriks/rekapitulasi temuan BPK atas LK BA 015.08 telah diselesaikan rekomendasi sebagai berikut:

1. Atas temuan BPK atas LK BA 015.08 sampai dengan tahun 2016 telah diselesaikan 78 dari total 87 rekomendasi (73 rekomendasi selesai sampai dengan semester I 2018, 5 rekomendasi selesai pada semester II 2018);

2. Atas konsep temuan BPK atas LK BA 015.08 Tahun 2017 telah diselesaikan 8 dari 8 rekomendasi (pada semester II 2018).

Dalam hal ini terdapat isu terkait yang menjadi tantangan pencapaian pencapaian IKU Persentase rekomendasi BPK atas LK BA 15 yang telah ditindaklanjuti pada tahun 2018, yaitu pembahasan penyelesaian tindak lanjut temuan BPK dilakukan secara tiga pihak, yaitu Sekretariat DJPb, Biro Perencanaan dan Keuangan Setjen Kemenkeu, dan Tim BPK.

Laporan Kinerja 2018 192

Dalam hal ini, perputaran pegawai di BPK relatif tinggi menyebabkan pembahasan yang telah disetujui oleh Tim BPK sebelumnya dianggap belum selesai oleh Tim BPK yang baru sehingga penyelesaian rekomendasi tertunda.

Isu tersebut akan berimplikasi pada penundaan penyelesaian rekemondasi BPK yang telah disetujui oleh tim BPK sebelumnya.

Akar Permasalahan dalam pencapaian IKU tersebut, antara lain:1. Rekomendasi BPK berupa penelusuran aset/BMN yang tidak ditemukan berdasarkan

hasil sensus BMN Tahun 2014 membutuhkan waktu penyelesaian yang lama.2. Temuan yang dispute tidak dapat diselesaikan dengan cepat.3. Rekomendasi BPK terkait aset Kemenkeu yang dikuasai oleh pihak lain membutuhkan

waktu penyelesaian yang lama.

Tindakan yang telah dilaksanakan dalam mendukung pencapaian IKU tersebut, antara lain:1. Melakukan pembahasan rekomendasi BPK dengan Biro Perencanaan dan Keuangan,

dan tim BPK tanggal 15 Desember 2017;2. Menyampaikan Laporan Keuangan tingkat eselon I DJPb 2017 unaudited kepada

Sekretaris Jenderal Kemenkeu melalui Surat Sekretaris DJPb No. S-1766/PB.1/2018 tanggal 15 Februari 2018;

3. Melakukan pembahasan rekomendasi BPK dengan Biro Perencanaan dan Keuangan, dan tim BPK tanggal 17 Juli 2018;

4. Melakukan pembahasan rekomendasi BPK dengan Biro Perencanaan dan Keuangan, dan tim BPK tanggal 21 Desember 2018.

Dalam rangka peningkatan pencapaian IKU tersebut di masa yang akan datang, rekomendasi rencana aksi yang akan dilaksanakan pada tahun 2019 antara lain (penanggungjawab: Setditjen Perbendaharaan):1. Melakukan rapat pembahasan rekomendasi BPK dengan Biro Perencanaan dan

Keuangan, dan Tim BPK pada Semester I (bulan Juli) dan Semesteri II (bulan Desember) Tahun 2019;

2. Melakukan rapat koordinasi terkait tindak lanjut temuan BPK yang dispute;3. Rekomendasi BPK yang belum diselesaikan sebagian besar terkait dengan Aset, oleh

karena itu rencana aksi tahun 2019 adalah memantau hasil sensus BMN tahun 2019 sehingga temuan terkait dengan aset dapat diselesaikan;

4. Penambahan Sumber Daya Manusia yang menguasai bidang Akuntansi.

Direktorat Jenderal Perbendaharaan193

13b-CP

Persentase kualitas pelaksanaan anggaran

IKU Persentase kualitas pelaksanaan anggaran bertujuan untuk mengukur kualitas kinerja pelaksanaan anggaran dari sisi penyerapan atas pagu neto, keluaran riil, efisiensi, dan konsistensi (SE-35/2017). IKU tersebut merupakan IKU mandatori untuk seluruh eselon I Kemenkeu.

IKU tersebut diterapkan tahun 2015 dengan nama IKU Persentase Penyerapan Anggaran dan Pencapaian Output Belanja. Perubahan penghitungan IKU tersebut kemudian ditetapkan dengan Surat Edaran (SE) Menteri Keuangan No. SE-32/MK.1/2015 tanggal 30 Desember 2015 tentang Tata Cara Pengukuran Indikator Kinerja Utama Penyerapan Anggaran dan Pencapaian Output Belanja di Lingkungan Kementerian Keuangan yang mencabut SE-7/MK.1/2014 tanggal 7 Maret 2014. Sebelumnya, penghitungan IKU sesuai dengan SE-7/MK.1/2014 hanya menghitung capaian realisasi anggaran dan output. Dengan adanya SE-32/MK.1/2015, penghitungan IKU juga menambahkan unsur efisiensi. Pada penetapan Kontrak Kinerja TA 2016 dan TA 2017, penghitungan IKU tersebut masih digunakan dan dilakukan perubahan nomenklatur menjadi Persentase Kualitas Pelaksanaan Anggaran. Namun demikian, dalam perjalanan tahun 2017 (triwulan IV) terdapat perubahan metode perhitungan IKU tersebut.

Dalam rangka meningkatkan kualitas pelaksanaan anggaran di lingkungan Kemenkeu dan menindaklanjuti Instruksi Presiden No. 4 Tahun 2017 tentang Efisiensi Belanja Barang Kementerian/Lembaga dalam Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2017 dan Instruksi Menteri Keuangan No. 346/IMK.01/2017 tentang Gerakan Efisiensi sebagai Bahan Implementasi Penguatan Budaya Kementerian Keuangan, ditetapkan SE-35/MK.1/2017 tanggal 26 Oktober 2017 tentang Tata Cara Penghitungan Indikator Kinerja Utama Persentase Kualitas Pelaksanaan Anggaran di Lingkungan Kementerian Keuangan.

Secara umum, perbedaan antara SE-35/MK.01/2017 dengan SE-32MK.01/2015 adalah adanya perbedaan objek dalam unsur yang diukur, metode dan pembobotan, serta adanya penambahan unsur konsistensi. Dalam implementasinya, penghitungan IKU Persentase Kualitas Pelaksanaan Anggaran sesuai SE-35/MK.01/2017, untuk tahun 2017 (Oktober s.d. Desember 2017) mencakup tiga unsur, yaitu penyerapan anggaran atas pagu neto, pencapaian keluaran riil, dan efisiensi. Mulai tahun 2018, penghitungan IKU tersebut menambahkan unsur keempat, yaitu konsistensi. Dengan demikian, untuk perhitungan IKU Persentase Kualitas Pelaksanaan Anggaran tahun 2018, perhitungan IKU tersebut triwulan I s.d. IV telah sepenuhnya menggunakan ketentuan perhitungan sesuai SE-35/MK.01/2017. Pada triwulan II 2018, perhitungan IKU Persentase kualitas pelaksanaan anggaran ditambahkan unsur Indikator Kinerja Pelaksanaan Anggaran (IKPA) DJPb dengan proporsi bobot, yaitu capaian SE-35/MK.01/2017 dibobot 90% dan capaian IKPA DJPb dibobot 10%.

Perhitungan polarisasi data IKU tersebut menggunakan maximize (semakin tinggi realisasi terhadap target, semakin baik capaian kinerjanya), periode pelaporan triwulanan, dan jenis konsolidasi periode menggunakan take last known value (realisasi yang digunakan adalah angka terakhir periode terakhir).

Laporan Kinerja 2018 194

Target IKU Persentase kualitas pelaksanaan anggaran untuk tahun 2018 adalah sebesar 95% yang merupakan mandatori dari Setjen Kemenkeu sebagaimana ditentukan dalam Kontrak Kinerja DJPb tahun 2018. Target tersebut sama dengan target IKU tersebut tahun-tahun sebelumnya, target Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu tahun 2015-2019,. Memperhatikan realisasi s.d. triwulan IV tahun 2017 sebesar 102,01% dan target pada Renja DJPb sebesar 95%, maka target 95% tersebut masih challenging.

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, reformulasi capaian IKU dilakukan untuk tahun 2018 adalah penggabungan pengukuran IKU dari 4 komponen (penyerapan anggaran, efisiensi, keluaran riil, konsistensi, dan efisiensi) sebagaimana diatur pada SE-35/MK.01/2017 dan Indikator Kinerja Pelaksanaan Anggaran (IKPA) DJPb (selaku Satker).

Target IKU Tahun 2018

Realisasi IKU Persentase kualitas pelaksanaan anggaran Tahun 2018 adalah 97,33%. Persentase tersebut diperoleh dari nilai hasil perhitungan sebagaimana dapat ditunjukkan pada Tabel 3.13b.1.

Realisasi IKU Tahun 2018

Tabel 3.13b.1 Uraian Perhitungan Realisasi IKU Persentase kualitas pelaksanaan anggaran Tahun 2018

Dengan demikian, realisasi IKU Persentase kualitas pelaksanaan anggaran tahun 2018 (97,33%) telah melebih targetnya (95%) sebagaimana ditunjukkan perbandingan realisasi dan target untuk setiap triwulannya pada Tabel 3.13b.2. Ditunjukkan juga bahwa capaian IKU tersebut selalu melebihi targetnya secara triwulanan.

Tabel 3.13b.2 Capaian IKU Persentase kualitas pelaksanaan anggaran Tahun 2018

T/R Q1 Q2 Smt.1 Q3 s.d. Q3 Q4 Tahunan Pol /KP

Target 12% 29% 29% 60% 60% 95% 95% Maximize/ Take Last

Known Value

Realisasi 30,98% 51,53% 51,53% 69,33% 69,33% 97,33% 97,33%

Indeks Capaian 258,17 177,69 177,69 115,55 115,55 102,45 102,45

Perbandingan realisasi dan target IKU tahun 2018

Direktorat Jenderal Perbendaharaan195

Perkembangan capaian IKU tersebut tahun dari 2015 s.d. 2018 dapat diketahui dari perbandingan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.13b.3.

Tabel 3.13b.3 Perbandingan Realisasi IKU Persentase kualitas pelaksanaan anggaran

Tahun 2015 s.d. 2018

IKU TahunRealisasi

Q1 Q2 Smt.1 Q3 s.d. Q3 Q4 Tahunan

2015 18,80% 37,30% 37,30% 63,37% 63,37% 96,93% 96,93%

2016 19,79% 37,57% 37,57% 68,73% 68,73% 97,69% 97,69%

2017 24,78% 46,73% 46,73% 73,16% 73,16% 102,01% 102,01%

2018 30,98% 51,53% 51,53% 69,33% 69,33% 97,33% 97,33%

Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.13b.3, capaian IKU Persentase kualitas pelaksanaan anggaran tahun 2018 lebih tinggi realisasi dibanding capaian IKU tersebut tahun 2017 dan 2016, tetapi lebih tinggi dari capaian IKU tahun 2015. Secara grafik, perkembangan capaian IKU dari tahun 2015 sampai tahun 2018 tersebut secara per triwulan dapat ditunjukkan pada Grafik 13.13b.1.

Grafik 3.13b.1 Perkembangan Capaian IKU Persentase kualitas pelaksanaan anggaran Triwulanan

Tahun 2015 s.d. 2018

Sebagaimana ditunjukkan pada Grafik 13.13b.1, perbandingan realisasi IKU triwulanan I s.d. IV dari tahun 2015 sampai dengan 2018 menunjukkan bahwa dari tahun 2015 sampai dengan 2018, capaian IKU per triwulannya selalu lebih tinggi dari tahun sebelumnya, kecuali capaian triwulan III dan IV tahun 2018 menurun dibandingkan tahun 2017.

Perbandingan realisasi tahun 2018 dan tahun-tahun sebelumnya

Realisasi IKU tahun 2015 s.d. 2018 mencerminkan realisasi selama tiga tahun pertama rencana jangka menengah DJPb yang dituangkan dalam Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu Tahun 2015-2019 dengan perbandingan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.13b.4.

Tabel 3.13b.4 Perbandingan Realisasi IKU Persentase kualitas pelaksanaan anggaran s.d. 2018

dan Renstra 2015—2019

Tahun Realisasi IKU Renstra DJPb 2015-2019 Renstra Kemenkeu 2015-2019

2019 belum 95% 95%

2018 97,33% 95% 95%

2017 102,01% 95% 95%

2016 97,69% 95% 95%

2015 96,93% 95% 95%

Perbandingan realisasi s.d. 2018 dengan Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu

Laporan Kinerja 2018 196

Realisasi Kinerja DJPb tahun 2015-2019 dapat dikaitkan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019, yang memuat perencanaan kinerja jangka menengah pemerintah pada tingkat nasional. Namun, nilai realisasi tahunan IKU sebesar 97,33% untuk tahun 2018, 102,01% untuk tahun 2017, 97,69% untuk tahun 2016, dan 96,93% untuk tahun 2015 tersebut tidak diketahui targetnya dalam RPJMN Tahun 2015-2019 karena matriks RPJMN tidak memuat bagian kegiatan 1707 (Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya DJPb) di mana seharusnya terdapat IKU tersebut. Hal ini ditunjukkan pada Tabel 3.13b.5.

Tabel 3.13b.5 Perbandingan Realisasi IKU Persentase kualitas pelaksanaan anggaran s.d. 2017

dan RPJMN 2015—2019

Tahun Realisasi IKU Target RPJMN Tahun 2015-2019 Ket

2019 belum -

*) Pada matriks RPJMN tidak terdapat bagian kegiatan 1707

2018 97,33% -

2017 102,01% -

2016 97,69% -

2015 96,93% -

Perbandingan realisasi s.d. 2018 dan Target RPJMN

Untuk mengetahui posisi DJPb dalam pencapaian IKU dibandingkan dengan eselon I lainnya yang juga menjalankan IKU yang sama dalam pencapaian IKU yang sama pada suatu tahun, dapat dibandingkan capaian IKU tersebut antar eselon I lingkup Kemenkeu sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.13b.6.

Perbandingan capaian IKU dengan eselon I lainnya Tabel 3.13b.6 Perbandingan Realisasi IKU Persentase kualitas pelaksanaan anggaran Tahun 2018

dengan Unit Eselon I Lainnya

No Unit Realisasi IKU 2018 Ket

1 SETJEN 95,32% IKU Persentase kualitas pelaksanaan anggaran juga menjadi IKU seluruh eselon I lingkup Kemenkeu lainnya dan juga oleh PPINSW. Nilai tertinggi realisasi IKU tersebut sebesar 105,03%, diperoleh oleh DJPPR, sementara nilai terendah sebesar 94,70% diperoleh oleh DJP. Nilai IKU DJPb sebesar 97,33% lebih tinggi dari rata-rata nilai IKU unit lingkup Kemenkeu sebesar 97,20%.

2 DJA 96,15%

3 DJP 94,70%

4 DJBC 97,28%

5 DJPb 97,33%

6 DJKN 96,64%

7 DJPK 96,71%

8 DJPPR 105,03%

9 ITJEN 99,35%

10 BKF 96,90%

11 BPPK 95,03%

12 PPINSW 96,00%

Rata-rata 97,20%

Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.13.6, nilai realisasi tahunan IKU Persentase kualitas pelaksanaan anggaran tahun 2015 s.d. 2018 tersebut telah melampaui target tahunan yang ditetapkan dalam Renstra DJPb dan Renstra Kemenkeu Tahun 2015-2019 (target keduanya sebesar 95%).

Direktorat Jenderal Perbendaharaan197

Persentase Kualitas Pelaksanaan Anggaran DJPb s.d. Triwulan IV TA 2018 telah mencapai target, yaitu sebesar 97,33%, di mana target yang ditetapkan sebesar 95%. Perhitungan capaian IKU Persentase Kualitas Pelaksanaan Anggaran dihitung dari kombinasi SE-35/MK.1/2017 dengan bobot 90% dan nilai IKPA dengan bobot 10%. Capaian IKU sebesar 97,33% diperoleh dari perhitungan SE-35/MK.1/2017 sebesar 87,75% (97,50 x 90%) dan dari nilai IKPA sebesar 9,58% (95,80 x 10%).

Terdapat beberapa isu terkait dan menjadi tantangan pencapaian pencapaian IKU Persentase Kualitas Pelaksanaan Anggaran tahun 2018, antara lain:1. Dalam perhitungan IKU KPA, terdapat komponen yang penilaiannya bertolak belakang

yaitu antara penyerapan anggaran dan efisiensi. Apabila penyerapan anggaran tinggi maka efisiensi akan berkurang.

2. Perhitungan unsur konsistensi untuk SE-35/MK.01/2017 menggunakan RPD halaman III DIPA awal/revisi pertama/ revisi pertama setelah APBNP/revisi pertama setelah selfbloking sehingga dibutuhkan komitmen dari Satker untuk melaksanakan kegiatan sesuai jadwal yang telah disusun pada saat awal/revisi pertama/revisi APBN-P/revisi self-blocking. Hal ini berbeda dengan konsistensi pada IKPA di mana setiap saat RPD dapat disesuaikan sehingga keakuratannya dapat mencapai 100%.

Implikasi atas adanya isu-isu tersebut antara lain pada: 1. RPD Halaman III DIPA yang digunakan dalam perhitungan konsistensi SE-35/MK.01/2017

dengan porsi sebesar 17% dan akan digunakan kembali dalam perhitungan persentase efisiensi sebesar 31%. Sedangkan deviasi RPD cukup besar, yaitu sekitar 13,31% karena Satker kurang disiplin dalam melaksanakan kegiatan atau kurang sesuai rencana sehingga nilai konsistensi hanya sebesar 86,69% dan menyebabkan capaian IKU hanya sebesar 97,33%, turun dibanding capaian 2017 sebesar 101,03%.

2. Realisasi anggaran yang tinggi mengakibatkan penurunan persentase efisiensi.

Akar Permasalahan dalam pencapaian IKU tersebut, yaitu:1. Diperlukan pemahaman yang lebih baik untuk perhitungan IKU persentase kualitas

pelaksanaan anggaran agar satker peduli terkait dengan unsur-unsur yang akan berpengaruh dalam capaian IKU persentase kualitas pelaksanaan anggaran terutama unsur konsistensi dan komponen yang terdapat dalam IKPA.

2. Satker baru menyadari capaian IKPA pada pertengahan tahun anggaran 2018 sehingga melakukan langkah-langkah strategis tidak dari awal tahun.

Tindakan yang telah dilaksanakan dalam mendukung pencapaian IKU tersebut antara lain:1. Menyampaikan RKA-K/L TA 2018 sebelum tahun anggaran di mulai dan percepatan

pelaksanaan anggaran sebagaimana surat Dirjen Perbendaharaan No. S-10865/PB/2017 tanggal 6 Desember 2017.

2. Memberikan tata cara perhitungan IKU persentase kualitas pelaksanaan anggaran kepada satker kantor pusat dan satker vertikal melalui surat Sekretaris DJPb No. S-7651/PB.1/2018 tanggal 2 Oktober 2018 hal permintaan data capaian IKU Persentase kualitas pelaksanaan anggaran triwulan III TA 2018. Hal tersebut dilakukan untuk mempermudah dan menyeragamkan perhitungan IKU Persentase kualitas pelaksanaan anggaran untuk semua satker DJPb.

3. Melakukan rakor persiapan pelaksanaan anggaran TA 2018 dengan mengundang Kepala Bagian Umum Kanwil DJPb pada tanggal 7-9 desember 2017.

4. Menyampaikan langkah-langkah strategis pelaksanaan anggaran TA 2018 sebagaimana surat Sekretaris DJPb No. S-11265/PB.1/2017 tanggal 18 Desember 2017.

Isu, permasalahan, tindakan, dan action plan

Laporan Kinerja 2018 198

5. Menyampaikan surat Sekretaris DJPb No. S-2002/PB.1/2018 tanggal 26 Februari 2018 hal Langkah-langkah Strategis Pelaksanaan Anggaran K/L TA 2018 dan Penyampaian Progres Belanja Modal Satker-satker Lingkup DJPb TA 2018.

6. Melakukan monitoring pelaksanaan belanja modal instansi vertikal.7. Melakukan revisi DIPA untuk anggaran yang tidak bisa dilaksanakan agar dapat

digunakan untuk kegiatan yang belum terdanai di TA 2018.8. Melakukan revisi halaman III DIPA yang telah disahkan oleh Kanwil DJPb Provinsi DKI

Jakarta pada tanggal 3 Oktober 2018.9. Evaluasi capaian realisasi anggaran dan IKPA yang dilaksanakan pada 8 dan 9 Agustus

2018.10. Teleconference khusus terkait laporan IKPA oleh Dirjen Perbendaharaan dengan

seluruh satker DJPb.11. Menginventarisasi dana tidak terserap pada satker DJPb sesuai surat Sekretaris DJPb

No. S-6814/PB.1/2018 tanggal 31 Agustus 2018.12. Menyampaikan monitoring dan evaluasi terkait capaian IKPA satker-satker DJPb serta

langkah-langkah perbaikannya kepada seluruh satker DJPb pada Triwulan II dan III.13. Memberikan panduan dan template perhitungan IKU Persentase kualitas pelaksanaan

anggaran melalui Nota Dinas Sekretaris DJPb No. ND-101003/PB.1/2018 tanggal 31 Desember 2018.

14. Melakukan rapat koordinasi evaluasi pelaksanaan anggaran TA 2018 dan persiapan pelaksanaan anggaran TA 2019 dengan mengundang seluruh satker pada tanggal 26 s.d. 28 Desember 2018.

15. Menyampaikan nota dinas Sekretaris DJPb kepada seluruh satker lingkup DJPb No. ND-9193/PB.1/2018 tanggal 16 Desember 2018 hal Permintaan melakukan langkah-langkah peningkatan penyerapan anggaran satker-satker lingkup DJPb TA 2018.

Rekomendasi rencana aksi yang direncanakan dilakukan pada tahun 2019 dengan penanggung jawab Setditjen Perbendaharaan, yaitu:1. Meminta Satker untuk segera melakukan langkah-langkah strategis dalam pelaksanaan

anggaran TA 2019 dari awal tahun anggaran (triwulan I).2. Memonitor capaian IKPA 2019 setiap bulan (triwulan I s.d. IV).3. Melakukan evaluasi capaian IKU KPA TA 2019 (triwulan I s.d. IV).4. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan anggaran TA 2019 (triwulan I s.d. IV).

Direktorat Jenderal Perbendaharaan199

• Pada Capaian Kinerja Organisasi tahun 2018, tidak seluruh IKU dapat menggambarkan pencapaian dari Renstra DJPb tahun 2015-2019 dikarenakan keterbatasan jumlah IKU yang tercantum dalam Kontrak Kinerja Kemenkeu-One DJPb, sebagaimana ketentuan dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 467/KMK.01/2014 tentang Pengelolaan Kinerja di Lingkungan Kementerian Keuangan. Namun demikian, dalam setiap refinement Peta Strategi dan IKU tiap tahunnya tetap mengacu pada dokumen Renstra DJPb tahun 2015-2019, Renja DJPb, dan dokumen perencanaan lainnya.

• Selanjutnya, dalam rangka tetap memonitor perencanaan strategis dalam Renstra DJPb tahun 2015-2019, IKU yang tidak terdapat pada Kontrak Kinerja DJPb tahun 2018 tetap diukur melalui penetapan dalam Kontrak Kinerja di level Kemenkeu-Two Direktorat dan Kanwil DJPb, serta Kemenkeu-Three KPPN tahun 2018. Selain itu, seluruh unit kerja di lingkup DJPb diminta untuk melaporkan realisasi capaian kinerja tiap triwulanan secara berjenjang.

LAIN-LAIN

Laporan Kinerja 2018 200

B. Realisasi Agenda Prioritas

Dalam penyusunan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2018, Bappenas menggunakan metode dengan mengadopsi pendekatan Holistik-Tematik, Integratif, dan Spasial, serta kebijakan anggaran belanja berdasarkan money follows program. Kebijakan Money follows program memastikan bahwa anggaran dialokasikan berdasarkan program yang benar-benar bermanfaat kepada rakyat bukan sekedar untuk pembiayaan tugas fungsi K/L yang bersangkutan. Hal ini mengisyaratkan bahwa pencapaian prioritas pembangunan nasional memerlukan koordinasi dari seluruh pemangku kepentingan, melalui pengintegrasian prioritas nasional/program prioritas/kegiatan prioritas yang dilaksanakan dengan berbasis kewilayahan.

Sehubungan dengan hal tersebut, penyusunan program dan kegiatan prioritas nasional dalam RKP Tahun 2018 berpengaruh dalam penentuan kegiatan prioritas pada seluruh K/L, termasuk Kementerian Keuangan. Terdapat 10 (sepuluh) Prioritas Nasional yang ditetapkan dalam RKP Tahun 2018, yaitu:

1. Pendidikan; 2. Kesehatan; 3. Perumahan dan Permukiman; 4. Pengembangan Dunia Usaha dan Pariwisata; 5. Ketahanan Energi;

6. Ketahanan Pangan; 7. Penanggulangan Kemiskinan; 8. Infrastruktur, Konektivitas, dan Kemaritiman; 9. Pembangunan Wilayah10. Politik, Hukum, dan Pertahanan Keamanan.

Setiap Prioritas Nasional dimaksud diterjemahkan lebih lanjut dalam Program-Program Prioritas, yang selanjutnya didetilkan kembali ke dalam Kegiatan-Kegiatan Prioritas untuk kemudian dievaluasi capaiannya dalam sasaran yang terukur. DJPb pada tahun 2018 memiliki sasaran yang mendukung pencapaian dua Prioritas Nasional, yaitu Penanggulangan Kemiskinan dan Politik, Hukum, dan Pertahanan Keamanan.

Dalam pencapaian Penanggulangan Kemisikinan, DJPb berperan dalam pelaksanaan program prioritas Jaminan dan Bantuan Sosial Tepat Sasaran. Sementara itu, dalam pencapaian Politik, Hukum, dan Pertahanan Keamanan, DJPb berperan dalam pelaksanaan program prioritas Reformasi Birokrasi. Untuk setiap program prioritas tersebut, dijabarkan ke dalam kegiatan prioritas beserta sasarannya sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3B.1.

Tabel 3B.1 Sasaran Pendukung Pencapaian Prioritas Nasional Tahun 2018 8ingkup DJPb

Prioritas Nasional Program Prioritas Kegiatan Prioritas Sasaran Nasional (SN) / Proyek Prioritas DJPb1. Penanggulangan

Kemiskinan

Jaminan dan

Bantuan Sosial

Tepat Sasaran

Penguatan

Pelaksanaan

Bantuan Tunai

Bersyarat

SN:

• Tersalurkannya bantuan tunai bersyarat bagi 10

juta keluarga miskin (PKH) Proyek Prioritas DJPb:

• Perumusan Sistem Penyaluran Subsidi dan

Bantuan Sosial (Dit. Pelaksanaan Anggaran)

Output:

• Peraturan Sistem Penyaluran Subsidi dan

Bantuan Sosial (1699.002)

Direktorat Jenderal Perbendaharaan201

Penjelasan pencapaian setiap sasaran tersebut adalah sebagai berikut:

1. Prioritas Nasional: Penanggulangan Kemiskinan

Program Prioritas: Jaminan dan Bantuan Sosial Tepat Sasaran Kegiatan Prioritas: Penguatan Pelaksanaan Bantuan Sosial Bersyarat

Output: 1699.002 - Peraturan Sistem Penyaluran Subsidi dan Bantuan SosialPagu DIPA PN: Rp1.942.500.000; Realisasi: Rp1.919.732.534 (98,83%) Volume Output: 1 Peraturan; Realisasi :1 Peraturan (100%)Indikator Output: Persentase tindak lanjut simplifikasi peraturan dan pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran K/L (target: 100%; realisasi: 100%)

Kendala: 1) Banyaknya retur dan pengendapan dana bantuan sosial di bank penyalur;2) Penggunaan dana bantuan sosial tidak tertib/tidak sesuai ketentuan;3) Penyaluran bantuan sosial tidak tepat sasaran;4) Dana bantuan sosial belum dipertanggungjawabkan.5) Database penerima bantuan sosial yang belum terintegrasi, masih terpisah dan berada di setiap

kementerian/lembaga.

Upaya-upaya pencapaian:1) FGD Penyaluran Bantuan Sosial TA 2018;2) Memperbaiki mekanisme penyaluran bantuan sosial PKH melalui Perdirjen Perbendaharaan

No. PER-15/PB/2018;3) Melakukan Monitoring dan Evaluasi Penyaluran Bantuan Sosial PKH TA 2018.

Rencana tindak lanjut:1) Perbaikan tata kelola penyaluran bantuan sosial di bank penyalur;2) Koordinasi dengan kementerian/lembaga untuk penggunaan database penerima bantuan

sosial.

Prioritas Nasional Program Prioritas Kegiatan Prioritas Sasaran Nasional (SN) / Proyek Prioritas DJPb2. Politik, Hukum,

dan Pertahanan

Keamanan

Reformasi Birokrasi Perluasan

implementasi

e-Government yang

terintegrasi

SN:

• Diterapkannya aplikasi e-gov berbagi pakai

(e-office, e-planning, e-budgeting);

• Diterapkannya e-Arsip di 142 K/L/D;

• Terintegrasinya Sistem Monev-Next Generation

online PBJ dengan RENJA dan RKA K/L serta

Online Monitoring Sistem Perbendaharaan dan

Anggaran Negara (OM SPAN);

• Diterapkannya pelayanan publik online di 500

Unit Pelayanan Publik;

• Diterapkannya aplikasi Sistem Keuangan Desa

(Siskeudes).Proyek Prioritas DJPb:

• Peningkatan kapasitas sistem aplikasi dan

hardware SPAN, SAKTI, dan MPN (Dit. SITP);

• Implementasi SAKTI pada K/L (Dit. SITP)

Output:

• Layanan Implementasi Aplikasi SAKTI

(1704.002)

• “Pengadaan Software dan Hardware SPAN,

SAKTI, dan MPN” (1704.004)

Laporan Kinerja 2018 202

2. Prioritas Nasional: Politik, Hukum, dan Pertahanan Keamanan

Program Prioritas: Reformasi BirokrasiKegiatan Prioritas: Perluasan Implementasi e-Government yang terintegrasi a. Output 1: 1704.002 - Layanan Implementasi SAKTI

Pagu DIPA PN: Rp10.434.578.000; Realisasi: Rp8.498.781.368 (81,45%)Volume Output: 1.152 Satker; Realisasi :1.152 Satker (100%)Indikator Output: Persentase tingkat implementasi aplikasi SAKTI (target: 100%; realisasi: 100%)

Kendala: 1) Secara umum pelaksanaan layanan implementasi Aplikasi Sakti untuk piloting Tahap III C pada

seluruh satker lingkup Kemenkeu dapat berjalan dengan lancar. Pelaksanaan piloting ini ditandai dengan suksesnya seluruh satker peserta piloting melakukan proses pengajuan gaji Januari 2019 melalui aplikasi SAKTI. Kendala yang dihadapi adalah terkait infrastruktur dan kesiapan SDM.

2) Penyerapan dana tidak optimal dikarenakan terdapat pemadatan kegiatan beberapa training. Selain itu, terdapat efisiensi dari pelaksanaan perjalanan dinas peserta.

Upaya-upaya pencapaian:1) Untuk menyelesaikan permasalahan infrastruktur telah dilakukan koordinasi dengan pengelola

TIK setiap unit eselon I lingkup Kemenkeu terutama dengan Ditjen Pajak dan Ditjen Bea Cukai terkait pemberian ijin akses untuk aplikasi SAKTI;

2) Untuk persoalan SDM, telah dilakukan Training of trainer (TOT) SAKTI yang dilanjutkan dengan End User Training (EUT) kepada seluruh satker;

3) Selain itu dilakukan juga monitoring dan training online melalui video conference.

Rencana tindak lanjut:Tahun 2019 masih akan dilakukan kegiatan layanan implementasi Aplikasi Sakti dengan target pengguna 1376 satker.

b. Output 2: 1704.004 - Pengadaan Software dan Hardware SPAN, SAKTI, dan MPNPagu DIPA PN: Rp184.282.328.000; Realisasi: Rp184.167.669.080 (99,94%)Volume Output: 3 Sistem; Realisasi : 3 Sistem (100%)Indikator Output: Persentase Katersediaan dan Pemeliharaan lnfrastruktur TIK sesuai Kebutuhan (target: 100%; realisasi: 100%)

Kendala: Pagu dana awal tidak mencukupi kebutuhan pengadaan lisensi database untuk kegiatan pengembangan dari MPN G2 menjadi MPN G3.

Upaya-upaya pencapaian:Pada pertengahan tahun 2018 dilakukan revisi DIPA yang didahului sebelumnya dengan trilateral meeting antara Bappenas, DJA, dan K/L (Kemenkeu) dengan merealokasi sebagian dana dari output lain untuk mencukupi pengadaan lisensi tersebut.

Rencana tindak lanjut:Tahun 2019 masih akan dilaksanakan pengadaan hardware dan software untuk SPAN, SAKTI dan MPN yang merupakan tahapan lanjutan dari pengadaan tahun 2018.

Direktorat Jenderal Perbendaharaan203

C. Realisasi Anggaran

1. Realisasi DIPA DJPb Tahun Anggaran 2018

Berdasarkan data dari online monitoring SPAN (OM SPAN) per 23 Januari 2019, realisasi penyerapan DIPA DJPb (non BLU) Tahun Anggaran (TA) 2018 adalah sebesar Rp1.596.094.224.417atau mencapai 96,77% dari total pagu sebesar Rp1.649.307.497.000. Penyerapan DIPA tahun 2018 ini menurun dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 97,01% (turun 0,24%). Penyerapan tersebut tidak memperhitungkan penyerapan dari kegiatan yang dilaksanakan oleh BLU Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) dan BLU Pusat Investasi Pemerintah (PIP) mengingat kegiatan tersebut tidak dilaksanakan langsung oleh DJPb dan memiliki nilai anggaran pada BLU BPDPKS signifikan jauh melampaui seluruh kegiatan DJPb (86,67% dari porsi seluruh pagu) sehingga akan mendistorsi kinerja dan tidak mencerminkan kinerja riil DJPb jika ikut diperhitungkan.

Seluruh kegiatan DJPb dapat digolongkan menjadi 3 (tiga) jenis belanja. Untuk realisasi per jenis belanja pada tahun 2018, realisasi belanja pegawai mencapai sebesar Rp539.713.131.026 (98,71% dari pagu sebesar Rp546.769.130.000), belanja barang mencapai sebesar Rp659.104.176.416 (93,80% dari pagu sebesar Rp702.655.062.000), dan belanja modal sebesar Rp397.276.916.975 (99,35% dari pagu sebesar Rp399.883.305.000). Adapun rincian realisasi per jenis belanja selama periode 2015–2018 dapat ditunjukkan pada Tabel 3C.1.

Tabel 3C.1 Realisasi DIPA DJPb (Non BLU) TA 2015 s.d. 2018 per Jenis Belanja

Jenis BelanjaTahun 2015 Tahun 2016

Pagu (Rp) Realisasi % Pagu (Rp) Realisasi %

Belanja Pegawai 564.771.955.000 555.178.243.954 98,30 589.251.053.000 576.737.880.452 97,88

Belanja Barang 1.168.666.356.000 1.106.257.990.225 94,66 1.001.036.745..000 934.122.634.169 93,32

Belanja Modal 401.092.976.000 392.308.963.608 97,81 50.547.610.000 48.559.085.184 96,07

Total 2.134.531.287.000 2.053.745.283.667 96,22 1.640.835.408.000 1.559.419.599.805 95,04

Jenis BelanjaTahun 2017 Tahun 2018

Pagu (Rp) Realisasi % Pagu (Rp) Realisasi %

Belanja Pegawai 565.466.524.000 554.852.312.957 98,12 546.769.130.000 539.713.131.026 98,71

Belanja Barang 1.111.239.556.000 1.069.439.135.322 96,24 702.655.062.000 659.104.176.416 93,80

Belanja Modal 106.786.511.000 105.871.148.105 99,14 399.883.305.000 397.276.916.975 99,35

Total 1.783.492.591.000 1.730.162.596.384 97,01 1.649.307.497.000 1.596.094.224.417 96,77

Sumber data: OMSPAN 23 Januari 2019 (pagu yang digunakan adalah pagu revisi)

Persentase penyerapan DIPA per jenis belanja tahun 2015 s.d. 2018 ditunjukkan pada Grafik 3C.1.

Grafik 3C.1 Penyerapan DIPA DJPb (Non BLU) TA 2015 s.d. 2018 per Jenis Belanja

Laporan Kinerja 2018 204

Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3C.1 dan Grafik 3C.1, persentase penyerapan DIPA secara keseluruhan menurun dari tahun 2015 (96,22%) ke tahun 2016 (95,04%, turun 1,18%), meningkat pada tahun 2017 (97,01%; naik 1,97%), dan kembali menurun pada tahun 2018 (96,77%; turun 0,34%). Penurunan dari tahun 2015 ke tahun 2016, meningkat pada tahun 2017, dan kembali menurun pada tahun 2018 juga ditunjukkan pada persentase penyerapan belanja barang. Lain halnya dengan persentase penyerapan belanja modal yang menurun dari tahun 2015 ke tahun 2016, kemudian terus meningkat pada tahun 2017 dan 2018.

Dengan demikian, persentase penyerapan secara keseluruhan pada tahun 2018 (non BLU) ditunjukkan menurun dari tahun 2017 meskipun meningkat pada penyerapan belanja pegawai. Persentase penyerapan tertinggi pada tahun 2015 dan 2016 adalah pada belanja pegawai, sementara pada tahun 2017 dan 2018 penyerapan tertinggi ada pada belanja modal. Persentase penyerapan terendah selama tahun 2015 sampai dengan tahun 2018 adalah pada belanja barang.

Adapun penyerapan dari kegiatan yang dilaksanakan BLU PIP dan BPDPKS pada tahun 2017 dan 2018 dapat ditunjukkan pada Tabel 3C.2 di mana diketahui bahwa penyerapan anggaran BPDPKS dan PIP secara keseluruhan pada tahun 2018 adalah sebesar 57,90%, menurun signifikan dari penyerapan tahun 2017 (93,62%). Ditunjukkan juga bahwa penyerapan tertinggi pada tahun 2018 ada pada belanja moda, yaitu 94,24%, meningkat signifikan dari penyerapan belanja modal pada tahun 2017 (43,20%). Sebaliknya, penyerapan belanja barang BPDPKS dan PIP pada tahun 2018 (57,90%) justru menurun dari tahun 2017 (93,64%).

Tabel 3C.2 Realisasi DIPA DJPb dan BLU BPDPKS dan PIP TA 2017 dan 2018

BLU BPDPKS+PIP DJPb + BLU BPDPKS+PIP

Jenis BelanjaTahun 2017 Tahun 2017

Pagu (Rp) Realisasi % Pagu (Rp) Realisasi %

Bel. Pegawai - - - 565.446.524.000 554.852.312.957 98,12

Bel. Barang 11.413.668.477.000 10.687.894.003.146 93,64 12.524.908.033.000 11.757.333.138.468 93,87

Bel. Modal 4.222.500.000 1.823.967.000 43,20 111.009.011.000 107.695.115.105 97,01

Total 11.417.890.977.000 10.689.717.970.146 93,62 13.201.383.568.000 12.419.880.566.530 94,08

Jenis BelanjaTahun 2018 Tahun 2018

Pagu (Rp) Realisasi % Pagu (Rp) Realisasi %

Bel. Pegawai 294.480.000 - 0,00 547.063.610.000 539.713.131.026 98,66

Bel. Barang 11.032.055.677.000 6.387.135.347.203 57,90 11.734.710.739.000 7.046.239.523.619 60,05

Bel. Modal 1.196.880.000 1.127.931.000 94,24 401.080.185.000 398.404.847.975 99,33

Total 11.033.547.037.000 6.388.263.278.203 57.90 12.682.854.534.000 7.984.357.502.620 62,95

Sumber: data OMSPAN 29 Januari 2019 (pagu yang digunakan adalah pagu revisi)

Tabel 3C.2 juga menunjukkan bahwa penyerapan anggaran DJPb secara keseluruhan (BLU dan non BLU) pada tahun 2018 adalah sebesar 62,95%, menurun dari penyerapan tahun 2017 (94,08%). Dari jumlah tersebut, penyerapan tertinggi pada tahun 2018 ada pada belanja modal, sementara pada tahun 2017 penyerapan tertinggi ada pada belanja pegawai. Sementara itu, penyerapan terendah baik pada tahun 2018 maupun pada tahun 2017 ada pada belanja barang.

Direktorat Jenderal Perbendaharaan205

2. Perbandingan Pagu DIPA dan Realisasi DIPA DJPb TA 2018 per Kegiatan

Berdasarkan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) DJPb, sebagaimana pada tahun anggaran (TA) 2017, pada TA 2018 DJPb melaksanakan 10 (sepuluh) kegiatan. Selain itu, terdapat 2 (dua) kegiatan yang masing-masing dilaksanakan oleh PIP dan BPDPKS. Adapun realisasi DIPA atas 12 (sebelas) kegiatan tersebut pada TA 2018 ditunjukkan pada Tabel 3C.3.

Tabel 3C.3 Realisasi DIPA DJPb TA 2018 per Jenis Kegiatan

Kode Program / Kegiatan Pagu Revisi (Rp) Realisasi (Rp) %

08 Program: Pengelolaan Perbendaharaan Negara

1698 Penyelenggaraan Pertanggungjawaban

Pelaksanaan Anggaran

17.411.412.000 17.191.897.045 98,74%

1699 Pembinaan Pelaksanaan Anggaran dan

Pengesahan Dokumen Pelaksanaan Anggaran

6.777.999.000 6.725.651.521 99,23%

1700 Pembinaan Pengelolaan Keuangan

Badan Layanan Umum

5.775.963.000 5.718.464.000 99,00%

1701 Peningkatan Pengelolaan Kas Negara 10.165.010.000 9.599.934.555 94,44%

1702 Manajemen investasi dan Penerusan Pinjaman 19.959.475.000 19.586.941.812 98,12%

1703 Pembinaan Sistem dan Dukungan Teknis

Perbendaharaan

12.836.055.000 12.564.584.418 97,89%

1704 Pengembangan Sistem Perbendaharaan 255.898.481.000 250.951.836.363 98,07%

1705 Penyelenggaraan Kuasa Bendahara Umum Negara 389.288.438.000 376.351.012.622 96,68%

1706 Pembinaan Pelaksanaan Perbendaharaan di Wilayah 195.112.137.000 187.979.432.116 96,34%

1707 Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya

Ditjen Perbendaharaan

736.082.527 709.424.469.965 96,38%

DJPb (Non BLU) 1.649.307.497.000 1.596.094.224.417 96,77%

1730 Pengelolaan Dana Bergulir Usaha Mikro 41.547.037.000 23.864.851.447 57,44%

5739 Penghimpunan, Pengelolaan, dan Penyaluran

Dana Perkebunan Kelapa Sawit

10.992.000.000.000 6.364.398.426.756 57,90%

BLU (PIP dan BPDPKS) 11.033.547.037.000 6.388.263.278.203 57,90%

DJPb + BLU (PIP dan BPDPKS) 12.682.854.534.000 7.984.357.502.620 62,95%

Sumber: data OM SPAN 23 Januari 2019

Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3C.3, pagu anggaran terbesar (86,67% porsi dari jumlah seluruh pagu DJPb dan BLU) terdapat pada kegiatan Penghimpunan, Pengelolaan, dan Penyaluran Dana Perkebunan Kelapa Sawit. Namun demikian, kegiatan tersebut tidak dilaksanakan langsung oleh DJPb, tetapi dilaksanakan oleh BPDPKS. Seluruh kegiatan tersebut masing-masing memiliki persentase penyerapan lebih dari 90% kecuali kegiatan Pengelolaan Dana Bergulir Usaha Mikro (1730), yaitu 57,44%, dan kegiatan Penghimpunan, Pengelolaan, dan Penyaluran Dana Perkebunan Kelapa Sawit (5739), yaitu 57,90%.

Dari 10 (sepuluh) kegiatan yang dilaksanakan langsung oleh DJPb, penyerapan belanja tertinggi adalah pada kegiatan Pembinaan Pelaksanaan Anggaran dan Pengesahan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (99,23%), sementara penyerapan belanja terendah adalah pada kegiatan Peningkatan Pengelolaan Kas Negara (94,44%). Realisasi DIPA DJPb Tahun 2018 per kegiatan tersebut dapat dibandingkan dengan tahun sebelumnya (2017) sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3C.4.

Laporan Kinerja 2018 206

Tabel 3C.4 Perbandingan Realisasi DIPA DJPb TA 2017 dan 2018 per Jenis Kegiatan

Kode Pagu Revisi (Rp) Realisasi (Rp) % Pagu (Rp) Realisasi (Rp) % Naik/

Turun%Kegiatan 2017 2018

1698 17.235.606.000 16.953.792.696 98,36 17.411.412.000 17.191.897.045 98,74 0,38

1699 6.006.649.000 5.856.664.889 97,50 6.777.999.000 6.725.651.521 99,23 1,73

1700 5.849.354.000 5.722.983.409 97,84 5.775.963.000 5.718.464.000 99,00 1,16

1701 460.403.168.000 457.383.810.904 99,34 10.165.010.000 9.599.934.555 94,44 -4,9

1702 12.137.019.000 11.156.004.503 91,92 19.959.475.000 19.586.941.812 98,13 6,21

1703 14.832.791.000 13.809.983.419 93,10 12.836.055.000 12.564.584.418 97,89 4,79

1704 81.169.066.000 71.548.652.430 88,15 255.898.481.000 250.951.836.363 98,07 9,92

1705 494.570.071.000 474.806.206.710 96,00 389.288.438.000 376.351.012.622 96,68 0,68

1706 244.870.149.000 234.905.705.236 95,93 195.112.137.000 187.979.432.116 96,34 0,41

1707 446.418.718.000 438.018.792.188 98,12 736.082.527.000 709.424.469.965 96,38 -1,74

DJPb 1.783.492.591.000 1.730.162.596.384 97,01 1.649.307.497.000 1.596.094.224.417 96,77 -0,24

1730 - - - 41.547.037.000 23.864.851.447 57,44 57,44

5739 11.417.890.977.000 10.689.717.970.146 93,62 10.992.000.000.000 6.364.398.426.756 57,90 -35,72

DJPb

dan BLU 13.201.383.568.000 12.419.880.566.530 94,08 12.682.854.534.000 7.984.357.502.620 62,95 -31,13

Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3C.4, hampir seluruh kegiatan DJPb mengalami peningkatan penyerapan (%) kecuali kegiatan Peningkatan Pengelolaan Kas Negara (1701; turun 4,9%) dan kegiatan Dukungan Manajemen

dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Perbendaharaan (1707; turun 1,74%). Secara keseluruhan, peningkatan penyerapan tertinggi dari tahun 2017 ke tahun 2018 adalah pada kegiatan BPDPKS, yaitu kegiatan Pengelolaan

Dana Bergulir Usaha Mikro (1730; naik 57,44%) karena kegiatan dimulai pada tahun 2018. Sementara itu, untuk seluruh kegiatan DJPb non BLU, peningkatan penyerapan tertinggi ada pada kegiatan Pengembangan Sistem Perbendaharaan (1704, naik 9,92%). Secara agregat, untuk keseluruhan penyerapan anggaran kegiatan DJPb Non BLU tahun 2018 menurun 0,24% dibandingkan tahun 2017, sementara penyerapan anggaran seluruh kegiatan DJPb dan BLU menurun 31,13% dibandingkan tahun 2016.

3. Analisis Efisiensi Penggunaan atas Sumber Daya

Sebagaimana dijelaskan dalam Surat Edaran Menteri Keuangan Nomor SE-35/MK.01/2015 tanggal 26 Oktober 2017 tentang Tata Cara Penghitungan Indikator Kinerja Utama Persentase Kualitas Pelaksanaan Anggaran di Lingkungan Kementerian Keuangan, efisiensi adalah hasil lebih atau sisa dana belanja barang dan belanja modal dengan 11 objek efisiensi sebagai berikut:a. Perjalanan Dinas;b. Rapat Dalam Kantor;c. Konsinyering/paket meeting;d. Kudapan dan Makan Siang Rapat;e. Langganan daya dan jasa (listrik, air, telepon, dan internet);f. Honorarium Tim, Narasumber, Moderator, Kepanitiaan, dan kegiatan lainnya, kecuali kegiatan untuk

peningkatan dan pengembangan kompetensi pegawai di lingkungan Kementerian Keuangan yang diselenggarakan oleh Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan;

g. Seluruh proses pengadaan barang/jasa, baik yang bersifat swakelola maupun pemilihan penyedia barang/jasa, sebagaimana diatur dalam peraturan terkait pengadaan barang/jasa;

h. Belanja Operasional/Perkantoran;i. Belanja Jasa;j. Belanja Pemeliharaan;k. Belanja Barang Operasional dan Non Operasional lainnya.

Direktorat Jenderal Perbendaharaan207

Dengan demikian, hasil efisiensi adalah sisa dana belanja barang dan belanja modal dari jumlah pagu dan realisasi atas objek-objek efisiensi sebagaimana di atas. Hasil efisiensi tersebut dapat diformulasikan sebagai berikut:

Hasil efisiensi = ∑ pagu objek efisiensi - ∑ realisasi pagu objek efisiensi

Hasil efisiensi tersebut dihitung apabila capaian setiap keluaran riil paling sedikit 100% (tercapai output-nya). Berdasarkan laporan dari setiap unit dan Satker, hasil efisiensi pada DJPb untuk tahun 2018 adalah sebesar Rp38.859.066.609 atau 3,55% dari pagu objek efisiensi Rp1.095.240.160.000 dengan perhitungan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3C.5.

Tabel 3C.5 Perhitungan Efisiensi Penggunaan Sumber Daya DJPb TA 2018

No Kegiatan/Direktorat/Bagian/SatkerPagu Belanja

Barang dan Modal

(objek efisiensi)

Realisasi Belanja Barang dan Modal

(objek efisiensi)Hasil Efisiensi %

(a) (b) (c) (d) (e) = (f) – (g) (f) = (e)/(c)

1698: Penyelenggaraan Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran

1 Dit. Akuntansi dan Pelaporan Keuangan 13.867.097.000 13.671.429.833 195.667.167 1,41%

2 Komite Standar Akuntansi Pemerintah 3.544.315.000 3.520.467.212 23.847.788 0,67%

1699: Pembinaan Pelaksanaan Anggaran

3 Dit. Pelaksanaan Anggaran 6.777.999.000 6.725.651.521 52.347.479 0,77%

1700: Pembinaan Pengelolaan Keuangan BLU

4 Dit. Pembinaan Pengelolaan Keuangan BLU

5.775.963.000 5.718.464.000 57.499.000 1,00%

1701: Peningkatan Pengelolaan Kas Negara

5 Dit. Pengelolaan Kas Negara 7.892.398.000 7.429.709.647 462.688.353 5,86%

6 KPPN Khusus Penerimaan 1.888.804.000 1.845.099.908 43.704.092 2,31%

1702: Manajemen Investasi dan Penerusan Pinjaman

7 Dit. Sistem Manajemen Investasi 9.604.824.000 9.502.407.762 102.416.238 1,07%

8 KPPN Khusus Investasi 10.046.151.000 9.796.101.050 250.049.950 2,49%

1703: Pembinaan Sistem dan Dukungan Teknis Perbendaharaan

9 Dit. Sistem Perbendaharaan 12.836.055.000 12.564.584.418 271.470.582 2,11%

1704: Pengembangan Sistem Perbendaharaan

10 Dit. Sistem Informasi dan Teknologi Perbendaharaan

203.963.081.000 200.898.422.676 3.064.658.324 1,50%

11 Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara

51.935.400.000 50.053.413.687 1.881.986.313 3,62%

1705: Penyelenggaraan Kuasa Bendahara Umum Negara

12 KPPN 330.677.882.000 320.894.982.372 9.782.899.628 2,96%

1706: Pembinaan Pelaksanaan Perbendaharaan di Wilayah

13 Kanwil DJPb 169.967.982.000 164.691.467.316 5.276.514.684 3,10%

1707: Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya

14 Setditjen Perbendaharaan 266.462.209.000 249.068.891.989 17.393.317.011 6,53%

JUMLAH 1.095.240.160.000 1.056.381.093.391 38.859.066.609 3,55%

Sumber: data OM SPAN 23 Januari 2019

Laporan Kinerja 2018 208

D. Kinerja Lain DJPb

Selain 13 (tiga belas) Sasaran Strategis (SS) yang diterapkan oleh DJPb dengan capaian sebagaimana diuraikan sebelumnya, DJPb juga menghasilkan kinerja-kinerja lain selama tahun 2018 yang tidak masuk dalam Kontrak Kinerja DJPb, tetapi terkait dengan tugas dan fungsi DJPb. Kinerja lain-lain tersebut adalah sebagai berikut:

1. Inovasi Manajemen/Pelayanan

a. Diakuinya OM SPAN oleh Bank Dunia sebagai Salah Satu Innovations in Managing Public Money

DJPb telah mengembangan suatu aplikasi yang dikenal dengan Online Monitoring Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara (OM-SPAN) dan telah mendapatkan suatu pengakuan dari negara-negara lain terutama negara-negara yang berhubungan dengan World Bank. Pada bulan Oktober Tahun 2018 yang lalu Global Report Public Sector Performance dalam World Bank Group menerbitkan sebuah tulisan dalam bentuk buku yang menjelaskan bahwa negara Indonesia telah mempunyai suatu aplikasi OM-SPAN yang mana aplikasi tersebut dapat melakukan akses terhadap data keuangan sehingga hal tersebut sangat membantu untuk mengetahui data keuangan terutama transaksi pada APBN.

Direktorat Jenderal Perbendaharaan209

b. Implementasi Sistem Manajemen Mutu: ISO 9001:2015 pada Unit Layanan Contact Center HAI-DJPb dan Seluruh KPPN di Indonesia

Dalam rangka mewujudkan visi “To be A World-Class State Treasury Manager”, DJPb perlu mengimplementasikan layanan yang berstandar internasional pada semua kantor layanan. Implementasi Standar Manajemen Mutu (SMM) bermanfaat sebagai standardisasi kualitas pelayanan, memberikan sinyal positif bagi mitra kerja/publik, mendukung transformasi kelembagaan Kemenkeu, dan sebagai benchmarking proses manajemen di lingkungan DJPb.

Sebagai langkah strategis untuk memberikan jaminan mutu layanan berstandar internasional kepada stakeholders, sampai dengan tahun 2017, dilaksanakan implementasi SMM ISO 9001:2008 pada 40 KPPN terbaik yang telah dipilih melalui proses seleksi. Dalam rangka kesinambungan peningkatan mutu layanan, proses sertifikasi ISO pada tahun 2018 akan diterapkan pada seluruh KPPN di Indonesia dan 1 unit Layanan pada Kantor Pusat DJPb, yaitu Unit Layanan Contact Center HAI-DJPb, dengan menggunakan seri ISO 9001 terbaru, yaitu SMM ISO 9001:2015. Upgrade seri SMM ISO tersebut dilakukan melalui audit sertifikasi oleh badan sertifikasi independen, TUV Rheinland, yaitu sebuah badan sertifikasi yang berbasis di Jerman, kepada Unit Layanan Contact Center HAI-DJPb dan 15 KPPN secara sampling dan random.

Dengan keberhasilan dalam proses audit sertifikasi tersebut, maka Unit Layanan Contact Center HAI-DJPb dan seluruh KPPN di Indonesia berhak mendapatkan sertifikat SMM ISO 9001:2015 dan telah diakui memiliki dan mengimplementasikan sistem manajemen berstandar internasional. Secara simbolis, Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, menyerahkan sertifikat ISO 9001:2015 pada Rapat Pimpinan Nasional DJPb tanggal 9 November 2018 di Jakarta kepada: 1. Dirjen Perbendaharaan, Marwanto Harjowiryono,

yang mewakili seluruh KPPN di Indonesia; 2. Direktur Sistem Informasi dan Teknologi

Perbendaharaan, Sudarto, yang mewakili Unit Layanan Contact Center HAI-DJPb;

3. Kepala KPPN Malang, Susanto, selaku Head Office Sertifikasi ISO 9001:2015 atas 15 KPPN Sampling.

Momen ini sebagai penanda bahwa seluruh KPPN sebagai instansi vertikal DJPb telah berstandar Internasional yang membuktikan bahwa visi DJPb untuk menjadi pengelola perbendaharaan negara yang unggul tingkat dunia bukanlah hal yang mustahil untuk dicapai.

15 KPPN Sampling: KPPN Malang, KPPN Yogyakarta, KPPN Denpasar, KPPN Mataram, KPPN Pontianak, KPPN Padang, KPPN Jambi, KPPN Gorontalo, KPPN Manado, KPPN Bandar Lampung, KPPN Balikpapan, KPPN Makassar II, KPPN Serang, KPPN Ambon, dan KPPN Banjarmasin

Laporan Kinerja 2018 210

c. Peluncuran Bagan Akun Standar (BAS) Mobile

Bagan Akun Standar (BAS)merupakan daftar kodefikasi dan klasifikasi terkait transaksi keuangan yang disusun dan digunakan secara sistematis sebagai pedoman dalam perencanaan, penganggaran, pelaksanaan anggaran, dan pelaporan keuangan pemerintah. Penyusunan BAS didasarkan pada kebutuhan prosedur kerja penggunanya yang tersebar pada unit-unit organisasi dalam lingkup Pemerintah Indonesia. Kode akun atau juga dikenal sebagai klasifikasi ekonomi, merupakan salah satu bagian penting yang menunjukan transaksi dan dampaknya pada laporan keuangan.

Untuk meningkatkan layanan dan kemudahan bagi stakeholder akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah pusat, Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan melakukan inovasi dengan meluncurkan aplikasi Bagan Akun Standar (BAS) Mobile. Aplikasi ini didesain untuk menghadirkan kemudahan bagi para pengelola keuangan dalam memahami dan menggunakan segmen akun baik dalam perencanaan, pelaksanaan anggaran, maupun pelaporan keuangan.

Menu utama dalam aplikasi BAS Mobile adalah menu daftar akun yang disertai dengan menu pencarian untuk memudahkan dalam mencari kode, uraian, dan penjelasan akun yang sesuai. Selain itu, juga terdapat menu bookmark untuk menyimpan daftar akun yang dirasa penting atau sering digunakan oleh pengguna aplikasi BAS Mobile. Fitur dalam aplikasi ini terdiri atas: (1) Narasi BAS, (2) Daftar Akun, (3) Daftar Pertanyaan dan Jawaban, dan (4) Informasi terkait versi dan tanggal update, peraturan-peraturan terkait BAS dan pengembang aplikasi.

Aplikasi BAS Mobile ini di-launching pada tanggal 9 November 2018 dalam acara Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) DJPb. Aplikasi yang berbasis android ini dapat diunduh dari google playstore dan digunakan secara offline. Sesuai tagline-nya yaitu “Mudah dan Simpel, Kapanpun, Dimanapun”, aplikasi BAS ini diharapkan dapat membantu stakeholder untuk secara cepat memperoleh informasi terkait segmen akun hanya dengan membuka gadget kapan pun dan di mana pun. Hanya dengan satu aplikasi, stakeholder dapat membawa ribuan akun dalam satu genggaman.

Direktorat Jenderal Perbendaharaan211

d. Program Digitalisasi Pembiayaan Ultra Mikro (UMi)

Kemenkeu melalui DJPb meluncurkan Program Uji Coba Ekosistem Digital Pembiayaan Ultra Mikro (UMi). Dirjen Perbendaharaan, Marwanto Harjowiryono, mengatakan tujuan dari Digitalisasi UMi adalah memberikan fasilitas dan kemudahan bagi debitur Pembiayaan UMi dalam melakukan transaksi usaha secara cashless, serta menciptakan marketplace untuk usaha mikro di era digital ekonomi. “Melalui digitalisasi pembiayaan UMi, debitur yang selama ini menerima penyaluran secara cash diberikan alternatif untuk memanfaatkan platform digital kekinian yakni uang elektronik,” jelas Dirjen Perbendaharaan di Aula Dhanapala, pada Rabu 11 Desember 2018.

Dengan adanya digitalisasi ini, debitur yang memilih metode cashless dapat memanfaatkan platform dan teknologi Uang Elektronik yang dimiliki oleh Penyedia Jasa Sistem Pembayaran (PJSP). Untuk peluncuran uji coba ini, Badan Layanan Umum (BLU) Pusat Investasi Pemerintah (PIP) telah menggandeng 3 (tiga) platform uang elektronik dan 1 (satu) platform marketplace, yaitu GoPay, T-cash, T-money, dan Bukalapak. “Ke depannya, kami tidak menutup kemungkinan untuk platform Uang Elektronik dan marketplace lainnya untuk turut berpartisipasi bersama-sama mendukung Program Pemerintah untuk pengembangan UMKM di Indonesia,” tambahnya.

Selanjutnya, Peluncuran Uji Coba Program Digitalisasi Pembiayaan Ultra Mikro Melalui Penggunaan Uang Elektronik akan dilakukan secara simbolis oleh Menteri Keuangan bersama dengan Menteri Komunikasi dan Informatika. (KLI - mra/ind/nr)

Laporan Kinerja 2018 212

e. implementasi Pembayaran dan Penggunaan Kartu Kredit Pemerintah (KKP)

Dalam rangka simplifikasi dan modernisasi sistem pembayaran APBN, mulai Tahun 2018 telah diimplementasikan pembayaran belanja pemerintah dengan menggunakan Kartu Kredit Pemerintah (KKP). KKP adalah alat pembayaran dengan menggunakan kartu yang dapat digunakan untuk melakukan pembayaran atas belanja APBN, di mana kewajiban pembayaran pemegang kartu dipenuhi terlebih dahulu oleh bank penerbit, dan Satker berkewajiban melakukan pelunasan kewajiban pembayaran pada waktu yang disepakati dengan pelunasan secara sekaligus.

Implementasi pembayaran dan penggunaan kartu kredit pemerintah di Tahun 2018 dilakukan melalui pelaksanaan uji coba atau piloting yang didasarkan pada Perdirjen Nomor PER-17/PB/2017 tentang Uji Coba Pembayaran Dengan Kartu Kredit Dalam Rangka Penggunaan Uang Persediaan. Dalam pelaksanaannya, terdapat 2 jenis penggunaan KKP, yaitu untuk belanja operasional dan KKP untuk belanja perjalanan dinas jabatan. Untuk memperkuat payung hukum dan menetapkan tahapan yang jelas dalam pelaksanaan pembayaran melalui KKP dalam rangka Uang Persediaan (UP), diterbitkan PMK No. 196/PMK.05/2018 tentang Tata Cara Pembayaran dan Penggunaan Kartu Kredit Pemerintah yang merupakan landasan bagi setiap Satker K/L dalam melakukan pembayaran atas belanja negara dengan menggunakan KKP. Dalam PMK tersebut terdapat beberapa pokok pengaturan yang antara lain mengatur tentang proporsi UP, serta masa efektif implementasi KKP secara menyeluruh.

Implementasi pembayaran dan penggunaan KKP memberikan banyak manfaat bagi berbagai pihak, mulai dari pihak K/L, Kemenkeu, hingga Bank Indonesia/perbankan, yang dapat dijelaskan sebagai berikut:1. Bagi pihak K/L, KKP memberikan berbagai manfaat positif karena: (i) praktis dan aman, sehingga tidak

perlu membawa uang tunai dalam jumlah banyak, (ii) memungkinkan pembayaran dalam keadaan mendesak, (iii) mempermudah mengatur anggaran keuangan, dan (iv) menjaga dan meningkatkan akuntabilitas.

2. Bagi pihak Kemenkeu (dhi. DJPb), KKP memberikan berbagai manfaat positif, yaitu: (i) mendukung terwujudnya perencanaan anggaran yang ideal, (ii) mampu mencegah terjadinya potensi cost of fund/idle cash, dan (iii) memungkinkan anggaran/dana dapat dialokasikan untuk mendukung pendanaan program prioritas.

3. Bagi Bank Indonesia/Perbankan, KKP memberikan berbagai manfaat positif, yaitu: (i) mengurangi biaya cetak uang kartal, (ii) mendukung less cash society. dan (iii) mengurangi jumlah uang yang beredar.

Direktorat Jenderal Perbendaharaan213

f. Implementasi Aplikasi e-SPM

Aplikasi e-SPM merupakan aplikasi berbasis web yang digunakan sebagai sarana penyampain Dokumen Elektronik Kontrak, Dokumen Elektronik RPD Harian, Dokumen Elektronik Gaji, Dokumen Elektronik SPM, dan Dokumen Elektronik LPJ ke KPPN. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi menjadi pendorong utama pengembangan aplikasi e-SPM. Hal ini tidak terlepas dari upaya untuk mempercepat proses pelaksanaan pembayaran atas beban APBN, baik pada Satker maupun pada KPPN selaku kuasa BUN di daerah. Pada tahap awal, sebagaimana amanat PMK No. 177/PMK.05/2017, piloting aplikasi e-SPM tahap I telah

Sebagai dokumen yang digunakan dalam proses pengeluaran negara, dokumen elektronik SPM, telah memenuhi kriteria sebagai alat bukti hukum yang sah dalam proses pengeluaran negara. Hal ini dikarenakan bahwa dokumen tersebut ditandatangani secara elektronik melalui injeksi Sertifikat Elektronik oleh PPSPM selaku Pemilik Sertifikat Elektronik yang dibuat dan diregistrasi oleh Penyelenggara Sertifikasi Elektronik yang telah melakukan perjanjian kerja sama dengan DJPb. Oleh karena itu, dengan implementasi aplikasi e-SPM sangat mendukung terwujudnya proses pembayaran atas beban APBN, secara cepat dan akuntabel sebagai layanan utama DJPb.

dilaksanakan di KPPN Jakarta II pada Satker yang belum melaksanakan piloting SAKTI, yang lebih difokuskan dalam proses penyampaian SPM ke KPPN.

Dengan implementasi aplikasi e-SPM, terjadi perubahan yang sangat fundamental dalam proses penyampaian dokumen yang terkait dengan transaksi pengelolaan keuangan negara, yaitu: (i) Satker tidak perlu lagi datang ke KPPN, (ii) elektronifikasi dokumen SPM, dan (iii) penandatangan dokumen SPM secara elektronik (sertifikat elektronik). Dengan demikian, peningkatan efektivitas dan efesiensi dalam proses bisnis pelaksanaan pembayaran atas beban APBN dapat terwujud. Secara umum, proses bisnis penerbitan dan penyampaian SPM melalui aplikasi e-SPM dapat ditunjukkan sebagai berikut:

Laporan Kinerja 2018 214

g. Integrasi IKPA ke OMSPAN

Dalam rangka memastikan pelaksanaan anggaran berjalan dengan efektif dan efisien, sesuai amanat Peraturan Pemerintah No. 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan APBN sebagaimana diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2018, Menteri Keuangan selaku BUN secara kontinu dan berkesinambungan menjalankan fungsi monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan APBN (monev PA). Secara konsep, monev PA dilaksanakan secara komprehensif melalui rangkaian aktivitas yang berkesinambungan, yang terintegrasi dan melekat dalam seluruh tahapan pelaksanaan anggaran sepanjang tahun anggaran, mulai dari reviu belanja, pemantauan dan evaluasi, pengendalian dan pembinaan serta telaah makro pelaksanaan anggaran.

Monev PA yang dilaksanakan oleh Kemenkeu selaku BUN memiliki empat peran utama. Keempat peran tersebut adalah: (i) meningkatkan kualitas kinerja pelaksanaan anggaran K/L dengan mewujudkan pelaksanaan anggaran yang efektif, efisien, sesuai rencana, serta taat pada ketentuan/regulasi/kebijakan; (ii) menjamin pencapaian output pelaksanaan anggaran K/L yang optimal, sehingga mampu mendukung pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan; (iii) mewujudkan pengelolaan APBN yang kredibel melalui manajemen kas pemerintah yang terkendali; serta (iv) membangun ketersediaan ruang fiskal yang memadai bagi pendanaan program-program prioritas pemerintah, melalui penyempurnaan produk perencanaan dan pelaksanaan anggaran.

Dalam rangka menunjang optimalisasi peran monev PA tersebut, dikembangkan suatu tolak ukur kinerja pelaksanaan anggaran yang disebut sebagai Indikator Kinerja Pelaksanaan Anggaran (IKPA). IKPA mengukur kualitas kinerja pelaksanaan anggaran yang dilakukan satker K/L melalui 12 indikator yang mewakili empat aspek kinerja pelaksanaan anggaran, yaitu: (i) Aspek kesesuaian perencanaan dengan pelaksanaan anggaran; (ii) Aspek kepatuhan terhadap regulasi; (iii) Aspek efektivitas pelaksanaan kegiatan; serta (iv) Aspek efisiensi pelaksanaan anggaran. Pengukuran kinerja pelaksanaan anggaran melalui 12 indikator IKPA tersebut diarahkan untuk mengubah paradigma bahwa tingkat penyerapan bukan merupakan satu-satunya indikator penentu keberhasilan pelaksanaan anggaran serta menunjukkan berbagai macam indikator yang dapat digunakan sebagai early warning adanya permasalahan pada saat pelaksanaan anggaran. Selain itu, nilai IKPA juga dijadikan dasar pemberian reward bagi K/L.

Agar data IKPA dapat diakses oleh seluruh satker dan dipergunakan sebagai bahan evaluasi pelaksanaan anggaran secara real time oleh BUN maupun PA, maka dilakukan pengembangan aplikasi Online Monitoring SPAN (OmSPAN) untuk mengotomatisasikan dan mengintegrasikan IKPA secara sistem. Integrasi IKPA dalam aplikasi OmSPAN tersebut di-launching atau diluncurkan pada tanggal 16 Mei 2018 di Aula Mezzanine Gedung Juanda, Kemenkeu. Kemudian, pada akhir tahun 2018, pelaksanaan monev pelaksanaan anggaran belanja K/L, termasuk didalamnya pemantauan dan penilaian kinerja melalui IKPA semakin ditegaskan melalui penerbitan PMK No. 195/PMK.05/2018 tentang Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Anggaran Belanja K/L.

Direktorat Jenderal Perbendaharaan215

h. Pembentukan Jabatan Fungsional Bidang Perbendaharaan

Sebagai wujud optimalisasi pengelolaan keuangan negara dan dalam rangka pengembangan profesionalisme ASN dalam bidang pengelolaan keuangan negara, DJPb telah menginisiasi pembentukan Jabatan Fungsional (Jafung) di Bidang Perbendaharaan yang ditandai dengan terbitnya 4 (empat) Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Permenpan RB) pada bulan Oktober 2018, yaitu:• Permenpan RB No. 51 dan 52 Tahun 2018 tentang Jafung Pembina Teknis Perbendaharaan Negara dan

Jafung Analis Perbendaharaan Negara yang terdiri dari para Treasury Management Representative (TMR) pada Kanwil DJPb dan KPPN dan pelaksana pada kantor pusat DJPb;

• Permenpan RB No. 53 dan 54 Tahun 2018 tentang Jafung Analis Pengelolaan Keuangan APBN dan Jafung Pranata Keuangan APBN yang terdiri dari para PPK, PPSM, Bendahara, PPABP dan Penyusun Laporan Keuangan pada Satker K/L.

Jafung di Bidang Perbendaharaan merupakan sarana untuk menjaga indepedensi para pengelola perbendaharaan sehingga pengelolaan perbendaharaan yang memiliki makna integritas dan profesional dapat tercapai. Di samping itu, adanya Jafung di Bidang Perbendaharaan memberikan opsi pengembangan karir baru dan pasti untuk setiap ASN yang bertugas pada bidang pengelolaan perbendaharaan, baik yang berkedudukan di DJPb maupun pada K/L. Mulai dari kenaikan pangkat dan jenjang jabatan berdasarkan angka kredit yang diperoleh, sampai dengan setiap aktivitas penunjang dan pengembangan profesi yang dilaksanakan oleh pejabat fungsional tersebut dapat diperhitungkan angka kreditnya.

Jafung di Bidang Perbendaharaan diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain: (1) peningkatan profesionalisme pengelola perbendaharaan; (2) pengembagan jalur karir baru bagi pegawai (3) peningkatan kinerja organisasi; (4) peningkatan pelayanan publik; (5) peningkatan tata kelola keuangan yang baik; (6) peningkatan laporan keuangan yang berkualitas.

2016: Inisiasi melalui koordinasi dengan pihak-pihak terkait, yaitu Kemenpan RB, BKN, dan Setjen Kemenkeu.

2017: pra uji petik, penyusunan naskah akademis pembentukan jafung, serta dilakukan expose.

2018: didapatkan izin prinsip pembentukan 4 jafung, uji petik yang telah divalidasi dan disahkan, penyusunan draft Permenpan RB yang telah disepakati, diberi persetujuan oleh Dirjen Perbendaharaan, ditetapkan Menteri PAN RB, dan akhirnya diundangkan oleh Kementerian Hukum dan HAM.

2019: berfokus pada penyelesaian berbagai instrumen regulasi yang dibutuhkan dan mengembangkan sistem informasi manajemen jafung untuk mendukung target implementasi Jafung di Bidang Perbendaharaan melalui inpassing terhadap kurang lebih 2.500 pejabat fungsional.

Laporan Kinerja 2018 216

i. Kerja Sama DJPb dalam Penyiaran Informasi dan Publikasi Pengelolaan APBN

DJPb telah menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) dengan LPP TVRI terkait dengan kerja sama penyiaran informasi dan publikasi pengelolaan APBN sebagai bagian dari edukasi APBN kepada masyarakat. Penandatanganan MoU tersebut dilakukan antara DIrjen Perbendaharaan, Marwanto Harjowiryono, dengan Direktur Utama LPP TVRI, Helmi Yahya, dalam pembukaan Rapimnas I DJPb 2018 di Mezanine Kemenkeu Jakarta pada tanggal 16 April 2018. Selanjutnya, Direktur Jenderal Perbendaharaan, Marwanto Harjowiryono, mengharapkan MoU tersebut dapat di-follow up oleh setiap Kanwil DJPb di daerah untuk menjalin kerja sama dengan TVRI dan menjalin komunikasi dengan Kepala Stasiun LPP TVRI di daerah masing-masing. Selanjutnya, arahan Dirjen Perbendaharaan tersebut telah ditindaklanjuti oleh Instansi Vertikal DJPb.

Penandatanganan Nota Kesepahaman Kanwil DJPb Provinsi Riau dan LPP TVRI Stasiun Riau Kepri telah dilaksanakan pada Selasa, 3 Juli 2018, oleh Kepala Kanwil DJPb Provinsi Riau, Tri Budhianto, dan Kepala LPP TVRI Stasiun Riau Kepri, Syarifuddin, dengan disaksikan oleh para pejabat dari kedua belah pihak.

Sementara itu, pada 6 Agustus 2018 Kanwil DJPb Provinsi Gorontalo telah melaksanakan penandatanganan MoU “Kerja Sama Publikasi Informasi Pengelolaan Keuangan Negara”, yang dilakukan oleh Kepala Kanwil DJPb Prvinsi Gorontalo, Ismed Saputra, Kepala LPP-TVR Stasiun GorontaloI, Kepala LPP-RRI Stasiun Gorontalo, Direktur Utama Mimoza TV, dan Direktru utama Gorontalo Post.

Selain itu, sebagai apresiasi atas sinergi kegiatan yang telah dilakukan dan dukungan kepada TVRI, pada 3 Desember 2018, Kepala KPPN Tanjung Pandan, Rd. Yen Yen Nuryeni, menghadiri undangan TVRI dan menerima piagam penghargaan pada Malam 4 Tahun TVRI Bangka Belitung Mengabdi Untuk Negeri dan HUT ke-18 Provinsi Kepulauan Bangka Belitung di Bhay Park Polda Babel.

Direktorat Jenderal Perbendaharaan217

j. Penandatanganan Perjanjian Kerja Sama Pemanfaatan Data Kependudukan dan KTP Elektronik dengan Sistem Informasi Kredit Program (SIKP)

Kemudahan mengakses data calon penerima Kredit Usaha Rakyat (KUR) bagi bank penyalur dan pemerintah dibutuhkan untuk mempercepat proses verifikasi data, meningkatkan akuntabilitas, dan menyempurnakan proses bisnis yang berjalan. Oleh karena itu, data kependudukan yang lengkap menjadi sangat penting supaya program-program pemerintah seperti KUR dapat segera sampai ke masyarakat.

Sehubungan dengan hal tersebut, telah dilakukan Penandatanganan Perjanjian Kerja Sama dalam pemanfaatan data kependudukan antara Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kemendagri dengan Direktorat Jenderal Perbendaharaan dan Direktorat Jenderal Pajak Kemenkeu di Jakarta bertempat di Gedung Yusuf Anwar Kemenkeu pada tanggal 2 November 2018. Penandatanganan tersebut dilakukan oleh Dirjen Perbendaharaan, Marwanto Harjowiryono, Dirjen Pajak, Robert Pakpahan, dan Dirjen Kependudukan dan Pencatatan Sipil, Zudan Arif Fakrulloh.

Sistem Informasi Kredit Program (SIKP) telah diimplementasikan dalam rangka pengunggahan data pelaku usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) sebagai calon debitur potensial KUR dengan Nomor Induk Kependudukan (NIK) pada KTP Elektronik sebagai unique key pada basis data SIKP. Perjanjian kerja sama tersebut dilakukan dalam rangka meningkatkan validitas data calon debitur berupa pencocokan data NIK yang diunggah oleh Penyalur dan Pemda dengan data KTP elektronik. Hal ini untuk meyakinkan ketepatan sasaran penerima kredit program.

Perjanjian kerja sama tersebut diharapkan akan mempermudah akses data kependudukan sehingga menjadi lebih cepat dan lengkap, yang selama ini menjadi salah satu kendala, baik bagi penyaluran KUR kepada masyarakat maupun bagi penggalian potensi pajak di Indonesia. Disampaikan juga bahwa perjanjian kerja sama tersebut membuat pekerjaan yang tujuannya seiring dapat lebih tercapai melalui pendekatan manajemen co-creation (sinergi kolaborasi) sehingga tata kelola pemerintahan dapat dilakukan dengan lebih efektif dan efisien.

Laporan Kinerja 2018 218

2. Inisiatif Pemberantasan Korupsi

Dalam rangka meningkatkan kepercayaan publik terhadap pengelolaan keuangan negara, Kemenkeu berupaya memperkuat integritas pegawai dan organisasi untuk membangun budaya organisasi yang terpercaya. Komitmen tersebut tertuang dalam KMK-974/KMK.01/2016 tentang Implementasi Inisiatif Strategis Program Reformasi Birokrasi dan Transformasi Kelembagaan Kementerian Keuangan, yaitu inisiatif “Penguatan Budaya Organisasi” yang salah satu tujuannya meningkatkan Nilai Persepsi Integritas (NPI).

Dalam rangka meningkatkan integritas tersebut, setiap tahun sejak tahun 2017 dilakukan pengukuran Indeks Persepsi Integritas (NPI). Pengukuran NPI mencakup dua komponen utama, yaitu eksternal dan internal. Penilaian komponen internal mencakup penilaian atas budaya organisasi antikorupsi, sistem antikorupsi, integritas pengelolaan SDM, dan integritas pengelolaan anggaran pada penyedia layanan. Penilaian komponen eksternal mencakup penilaian atas transparansi layanan publik, akuntabilitas penanganan laporan korupsi, dan akuntabilitas pegawai yang diambil dari persepsi pengguna layanan. Pengukuran NPI dilakukan dengan pengumpulan data-data penilaian dengan teknik survei, observasi, dan forum group discussion (FGD) baik untuk komponen internal dan komponen eksternal.

DJPb sebagai salah satu Unit Eselon I lingkup Kemenkeu melakukan berbagai inisiatif dalam mendorong penguatan budaya organisasi dengan peningkatan integritas dan peningkatan budaya anti korupsi. DJPb melakukan bermacam upaya untuk menciptakan lingkungan yang bebas dari korupsi. Upaya-upaya tersebut telah terbukti dan diakui oleh para stakeholders baik dari sisi internal maupun sisi eksternal. Keberhasilan DJPb dalam mencipatakan lingkungan yang bebas korupsi terlihat dari pengukuran NPI yang telah dilaksanakan secara mandiri oleh Itjen Kemenkeu.

Sejak pengukuran NPI dilaksanakan pertama kali pada tahun 2017 sampai dengan kedua kalinya pada tahun 2018, DJPb selalu menempati peringkat pertama dlingkup Kemenkeu. Pada tahun 2017, NPI DJPb mencapai 86,16 dan pada tahun 2018 NPI DJPb meningkat menjadi 91,69, tertinggi di antara eselon-eselon I yang lain, sebagaimana disampaikan melalui NDR-9/SJ.2/2018 hal Penyampaian Nilai Capaian IKU Indeks Persepsi Integritas Tahun 2018. NPI yang tinggi tersebut menunjukkan bahwa DJPb telah berhasil menciptakan lingkungan yang bebas korupsi dengan melaksanakan tugas secara transparan dan akuntabel.

a. Nilai Tertinggi Persepsi Integritas Tertinggi di Lingkungan Kemenkeu Tahun 2018

Sebagai pengawal APBN yang membangun negeri ini, insan perbendaharaan diharapkan mampu menghindarkan segala sesuatu yang berkaitan dengan korupsi. Komitmen yang kuat tersebut akan sejalan dengan salah satu nilai dari nilai-nilai Kemenkeu, yaitu integritas. Komitmen DJPb untuk terus menjaga integritas ditunjukkan dengan sejumlah apresiasi maupun penghargaan berupa raihan WBK dan WBBM di sejumlah kantor vertikal DJPb. Prestasi tersebut kiranya mampu meningkatkan kepercayaan publik bahwa DJPb merupakan organisasi yang aman dan bersih dari potensi penyelewengan negatif.

Dalam rangkaian acara peringatan Hari Antikorupsi Sedunia 2018 di Jakarta 7 Desember 2018, jajaran pegawai DJPb bersama menggelorakan Komitmen Antikorupsi dengan dipandu oleh Sekretaris DJPb, Wiwieng Handayaningsih. Dengan komitmen tersebut, diharapkan DJPb akan semakin profesional dan akuntabel dalam mengawal pelaksanaan APBN.

UnitNilai Persepsi Integritas

2018 2017 Perubahan

DJPb 91.69 86.16 +5.53

Demi menjaga kerahasiaan data, nilai persepsi

integritas eselon I lainnya tidak dapat dsajikan.

Direktorat Jenderal Perbendaharaan219

b. Predikat Wilayah Bebas dari Korupasi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih Melayani (WBBM) Tahun 2018

UNIT KERJA DJPb DITETAPKAN WBBM 2018

1. KPPN Kotamobagu

UNIT KERJA DJPb DITETAPKAN WBK 2018

1. Kanwil DJPb Prov. Jawa Barat2. KPPN Sukabumi3. KPPN Surakarta4. KPPN Pelaihari5. KPPN Bekasi6. KPPN Lahat7. KPPN Madiun8. KPPN Cirebon9. KPPN Pontianak10. KPPN Liwa11. KPPN Singkawang12. KPPN Tanjung Pandan13. KPPN Singaraja14. KPPN Ternate15. KPPN Purwodadi16. KPPN Bandung II17. KPPN Pekanbaru18. KPPN Jakarta V

Instansi vertikal DJPb yang telah mendapatkan WBK/WBBM tahun-tahun sebelumnya, yaitu:• WBBM: KPPN Malang (2013), KPPN Semarang II (2014), KPPN Amlapura (2016), KPPN Kuningan (2017);• WBK: KPPN Malang (2013), KPPN Semarang II dan KPPN Bangko (2014), KPPN Amlapura (2015), KPPN Kuningan (2016),

KPPN Yogyakarta, KPPN Kotamobagu, dan KPPN Padang (2017).

18 (delapan belas) unit kerja yang telah memperoleh predikat WBK pada tahun 2018, akan diajukan untuk mengikuti penilaian unit kerja berpredikat WBBM di tingkat Nasional.

Sehubungan dengan implementasi Keputusan Menteri Keuangan No. 426/KMK.01/2017 tentang Pedoman Pembangunan dan Penilaian Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) di Lingkungan Kemenkeu, penilaian unit kerja berpredikat WBK dilaksanakan dimulai di tingkat kementerian. Unit kerja berpredikat WBK yang lolos di tingkat kementerian selanjutnya diajukan untuk mengikuti penilaian unit kerja berpredikat WBK di tingkat nasional oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (KemenpanRB).

Tingkat pemenuhan unit kerja berpredikat WBK di tingkat kementerian pada tahun 2018 ditargetkan sebanyak 15 unit kerja DJPb dan dari 20 unit kerja yang diajukan telah mendapatkan predikat WBK di tingkat kementerian dan memperoleh hasil dan nilai tertinggi di antara unit eselon I lainnya di lingkungan Kemenkeu, khususnya unit kerja yang memiliki instansi vertikal.

Pada penilaian Predikat WBK dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM) di tingkat nasional, terdapat 60 unit kerja Kemenkeu meraih predikat WBK/WBBM di tingkat nasional dari total 205 unit kerja (200 untuk WBK dan 5 untuk WBBM). Dari dari 60 unit kerja Kemenkeu tersebut, 19 di antaranya adalah dari DJPb, di mana satu-satunya unit kerja Kemenkeu yang meraih WBBM di tingkat nasional adalah KPPN Kotamobagu.

Capaian ini menjadikan DJPb 6 tahun berturut-turut (sejak 2013) selalu menjadi perwakilan Kemenkeu dalam memperoleh predikat WBK/WBBM.

Laporan Kinerja 2018 220

c. Akselerasi Pembangunan Zona Integritas Menuju WBK di Lingkungan DJPb

Selain mengikuti penilaian unit kerja berpredikat WBK dan WBBM di tingkat Kementerian dan tingkat Nasional, DJPb juga melaksanakan kegiatan akselerasi pembangunan ZI menuju WBK di Lingkungan DJPb dalam rangka mewujudkan ZI di lingkungan DJPb secara menyeluru. Sebanyak 82 KPPN ditetapkan berdasarkan usulan Kanwil DJPb sesuai kriteria pengusulan tersebut.

Sebagai bentuk evaluasi terhadap 82 KPPN yang melaksanakan akselerasi pembangunan ZI menuju WBK, telah dilakukan penilaian secara internal oleh Setditjen Perbendaharaan bersama dengan Inspektorat Jenderal Kemenkeu. Dari hasil penilaian dan reviu tersebut, diperoleh 67 KPPN yang memenuhi kriteria akselerasi pembangunan ZI dan ditetapkan dengan Keputusan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor KEP-646/PB/2018.

Pada tahun 2019 terdapat 95 unit kerja yang diajukan untuk mengikuti penilaian unit kerja berpredikat WBK di tingkat kementerian dan tingkat nasional, yaitu sebagai berikut:

No. Usulan Unit Kerja Pertimbangan

1 Kanwil DJPb Provinsi Maluku Utara Inisiatif unit kerja

2 Kanwil DJPb Provinsi D.I. Yogyakarta Kantor Wilayah Terbaik tahun 2017

3 2 KPPN (KPPN Jambi dan KPPN Wates) Belum berhasil memperoleh predikat WBK tahun 2018 di tingkat nasional

4 91 KPPN Memenuhi kriteria akselerasi pembangunan ZI menuju WBK/WBBM tahun 2017 dan 2018 di lingkup DJPb

Sebagai kelanjutan langkah mewujudkan ZI secara menyeluruh, DJPb kembali melaksanakan akselerasi pembangunan ZI menuju WBK pada tahun 2019, yaitu 15 KPPN yang belum memenuhi kriteria/nilai dan beberapa KPPN yang belum pernah mengikuti atau memperoleh predikat WBK/WBBM di tingkat DJPb, kementerian, maupun nasional di tahun-tahun sebelumnya.

Direktorat Jenderal Perbendaharaan221

3. Penghargaan

a. Peringkat Pertama Pemenang Lomba Implementasi PUG Kemenkeu Tahun 2018 pada Kategori Kantor Pusat dan Tingkat Satker Vertikal

Pengarusutamaan Gender (PUG) adalah strategi yang dibangun untuk mengintegrasikan gender menjadi satu dimensi integral dari perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi atas kebijakan, program dan kegiatan pembangunan. Dalam istilah lain Gender Mainstreaming merupakan suatu strategi untuk mencapai kesetaraan dan keadilan gender melalui kebijakan dan program yang memperhatikan pengalaman, aspirasi, kebutuhan dan permasalahan antara perempuan dan laki-laki ke dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi dari seluruh kebijakan dan program di berbagai bidang kehidupan dan pembangunan.

DJPb memiliki peran strategis dalam menghilangkan kesenjangan dan berusaha untuk berperan dalam memahami kebutuhan yang berbeda dari mitra kerja internal dan eksternal dalam memperoleh pelayanan perbendaharaan. DJPb memahami bahwa terdapat perbedaan kebutuhan stakeholders dalam memperoleh produk layanan perbendaharaan. Berdasarkan hal tersebut segenap jajaran DJPb berkomitmen penuh untuk menghilangkan perbedaan tersebut dan mewujudkan kesetaraan stakeholders dalam mendapatkan akses, kontrol, manfaat dan partisipasi dalam menikmati hasil pembangunan secara umum, dan layanan perbendaharaan yang diberikan DJPb baik pusat maupun kantor vertikal.

Salah satu bukti nyata komitmen DJPb dalam menerapkan nilai-nilai kesetaraan dalam melaksanakan tugas dan fungsi adalah capaian DJPb sebagai peringkat pertama Lomba Implementasi PUG lingkup Kemenkeu Tahun 2018 dalam 2 (dua) kategori sekaligus, Kantor Pusat DJPb sebagai peringkat pertama Lomba Implementasi PUG kategori Kantor Pusat Eselon I Lingkup Kemenkeu (disampaikan dengan Surat Sekretaris Jenderal No. S-2333/SJ/2018), dan KPPN Jakarta VI sebagai peringkat pertama Lomba Implementasi PUG kategori Satker Vertikal Kemenkeu (disampaikan dengan Surat Kabiro Perencanaan dan Keuangan, Setjen Kemenkeu No. S-450/SJ.1/2018). Secara simbolis, capaian tersebut ditegaskan dengan pemberian penghargaan yang diserahkan langsung oleh Menteri Keuangan kepada Dirjen Perbendaharaan, Marwanto Harjowiryono, dan Kepala KPPN Jakarta VI, Wahyu Prihantoro, dalam peringatan Hari Oeang ke-72 dan Sumpah Pemuda pada tanggal 30 Oktober 2018.

Semangat dalam menerapkan nilai-nilai kesetaraan diharapkan terus mengalir dalam nadi insan perbendaharaan ke depan sehingga PUG akan terus lestari melekat dalam jati diri DJPb.

Sebelumnya telah diselenggarakan Lomba Implementasi PUG Kantor Vertikal DJPb Tahun 2018, dengan hasil penilaian lomba menunjukkan tiga besar yang memperoleh skor implementasi PUG tertinggi, yaitu:

1) KPPN Jakarta VI, 2) KPPN Pekanbaru, dan 3) KPPN Pangkalan Bun.

Penyerahan sertifikat ketiga pemenang tersebut telah dilaksanakan pada acara Rapimnas DJPb Semester I Tahun 2018.

Laporan Kinerja 2018 222

b. Kantor Wilayah Terbaik dan Kantor Pelayanan Terbaik Tahun 2018

Prestasi DJPb kembali diukir dengan ditetapkannya beberapa Instansi Vertikal DJPb sebagai kantor wilayah (kanwil) terbaik dan kantor pelayanan terbaik di lingkungan Kemenkeu tahun 2018. Pada kategori kanwil terbaik di lingkungan Kemenkeu tahun 2018, Kanwil DJPb Provinsi Kalimantan Barat meraih peringkat terbaik kedua. Sementara itu, pada kategori kantor pelayanan terbaik di lingkungan Kemenkeu tahun 2018, KPPN Madiun meraih peringkat pertama, KPPN Klaten meraih peringkat kedua, dan KPPN Gorontalo meraih peringkat ketiga.

Penghargaan Menteri Keuangan kepada kantor wilayah di lingkungan Kemenkeu yang telah menunjukkan kinerja prima dipandang perlu dilakukan dalam rangka evaluasi atas kinerja kanwil sebagai pembina dan koordinator kantor pelayanan dalam wilayah kerja kantor bersangkutan, dan dalam upaya mendorong serta memotivasi peningkatan kinerja.

Kanwil terbaik di lingkungan Kemenkeu tahun 2018 ditetapkan berdasarkan hasil reviu dokumen dan penilaian secara langsung oleh Tim Penilai.

Penghargaan Menteri Keuangan kepada kantor pelayanan di lingkungan Kemenkeu yang telah menunjukkan kinerja pelayanan prima dipandang perlu dilakukan dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang baik (good governance) melalui pembinaan aparatur negara dan dalam upaya mendorong serta memotivasi peningkatan kualitas pelayanan publik. Kantor pelayanan terbaik di lingkungan Kemenkeu tahun 2018 ditetapkan berdasarkan hasil penilaian secara langsung dan pengukuran Indeks Kepuasan Masyarakat oleh Tim Penilai.

Para pemenang ditetapkan dalam Keputusan Menteri Keuangan No. 673/KMK.01/2018 dan No. 674/KMK.01/2018 dan secara simbolis, piagam penghargaan diserahkan langsung oleh Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, kepada para pemenang pada peringatan Hari Oeang ke-72 dan Sumpah Pemuda pada tanggal 30 Oktober 2018 di lapangan upacara Kemenkeu.

Kanwil Terbaik

Tahun 2018

Kantor Pelayanan Terbaik Tahun 2018

Peringkat Pertama Peringkat Kedua Peringkat Ketiga

1. Kanwil DJP Jatim II;

2. Kanwil DJPb Prov.

Kalimantan Barat;

3. Kanwil DJBC Bali, NTB,

dan NTT;

4. Kanwil DJKN Riau,

Sumbar, dan Kepri.

1. KPPN Madiun;

2. KPP Pratama Madya

Makassar;

3. KPPBC TMP B

Kualanamu;

4. KPKNL Tegal.

1. KPPN Klaten;

2. KPP Pratama Malang

Utara;

3. KPPBC TMP A Bekasi;

4. KPKNL Tasikmalaya.

1. KPPN Gorontalo;

2. KPP Pratama Praya;

3. KPPBC TMC Malang;

4. KPKNL Pekanbaru.

Direktorat Jenderal Perbendaharaan223

c. Penghargaan SAKTI sebagai Modern Application Development and Digital Transformation

Direktorat Sistem Informasi dan Teknologi Perbendaharaan (Dit. SITP) DJPb dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (Bank BRI) memenangkan Red Hat Innovation Awards APAC 2018 untuk Indonesia, dalam event Red Hat Forum 2018 yang diselenggarakan oleh Red Hat, Inc., provider open source terkemuka di dunia, di Hotel Mulia Senayan Jakarta pada tanggal 27 September 2018. Red Hat Innovation Awards APAC memberikan pengakuan kepada perusahaan yang memodernisasi dan mengoptimalkan infrastruktur TI mereka dengan menggunakan open source agar lebih efisien, fleksibel, dan meraih agilitas. Pemenang dipilih berdasarkan nilai bisnis dan dampak yang dihasilkan oleh penerapan teknologi Red Hat.

Dalam hal ini. Dit. SITP DJPb dengan aplikasi yang dibangunnya, Sistem Aplikasi Keuangan Tingkat Instansi (SAKTI), memenangkan kategori Modern Application Development and Digital Transformation. Kategori Modern Application Development memberikan pengakuan atas kinerja keseluruhan perusahaan atau organisasi dalam menciptakan, memelihara, dan menjalankan aplikasi bisnis yang sukses melalui penggunaan metodologi yang memiliki agilitas tinggi. Sementara itu, kategori Digital Transformation memberikan pengakuan pada perusahaan yang berhasil menghadapi tantangan TI dan menghasilkan nilai bisnis untuk bersaing secara efektif sebagai perusahaan digital.

SAKTI adalah aplikasi pertama yang dijalankan di platform container dan mendapat perhatian dari banyak divisi lain dalam kementerian. SAKTI digunakan untuk tujuan manajemen keuangan dan pelaporan oleh pemerintah dengan lebih dari 7.100 pengguna. Pada tahun 2020, DJPb memproyeksikan terdapat 384.000 pengguna SAKTI, lebih dari 54 kali basis pengguna saat ini. Melalui penerapan teknologi aplikasi Red Hat, yang diimplementasikan dalam Aplikasi SAKTI sebagai salah satu cara untuk meningkatkan pengelolaan negara yang semakin efisien dan untuk mendorong percepatan pembangunan di Indonesia.

Laporan Kinerja 2018 224

d. Peringkat Terbaik Pengelolaan Kinerja 2018 lingkup Kemenkeu

“Tingkatkan terus prestasi dan inovasi untuk mewujudkan kemakmuran negeri. Semoga prestasi yang telah diraih oleh Ditjen Perbendaharaan dapat menjadi inspirasi bagi unit eselon I lingkup Kemenkeu lainnya untuk berkinerja dan berpretasi yang lebih baik”, pesan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati saat memberikan arahan pada acara Dialog Kinerja Organisasi (DKO) tingkat Kemenkeu, serta Penandatanganan Kontrak Kinerja Menteri Keuangan dan para eselon I (Kemenkeu-Wide-One) tahun 2019 di Gedung Dhanapala Jakarta, pada hari Senin tanggal 28 Januari 2019.

Dalam Rangkaian kegiatan tersebut DJPb menerima penghargaan sebagai unit eselon I Lingkup Kemenkeu dengan peringkat terbaik dalam penilaian pengelolaan kinerja tahun 2018. Prestasi tersebut diberikan kepada DJPb karena telah berhasil memperoleh nilai tertinggi dalam Reviu Pengelolaan Kinerja (RPK) serta memperoleh skor tertinggi dalam Survei Strategy Focused Organization (SFO) tahun 2018..

RPK dilakukan untuk mengevaluasi implementasi pengelolaan kinerja yang mencakup 5 komponen yaitu perencanaan strategi, eksekusi strategi, perencanaan kegiatan, monitoring dan evaluasi, serta perbaikan berkesinambungan. Penilaian RPK dilakukan oleh Setjen Kemenkeu kepada unit sampel lingkup Kantor Pusat dan Kantor Vertikal DJPb.

Sementara itu, Survei SFO dilaksanakan untuk menguji komitmen pimpinan dan para pegawai dalam melakukan eksekusi strategi organisasi berbasis 5 prinsip Strategy Focused Organization (SFO) yang diadaptasi dari Robert S. Kaplan dan David P. Norton. Skor survei SFO diperoleh dengan pengumpulan data survey yang berasal dari seluruh pegawai secara online.

Rangkaian kegiatan tersebut dihadiri oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Wakil Menteri Keuangan Mardiasmo, seluruh pejabat eselon I lingkup Kemenkeu, sekretaris Ditjen/Badan/Itjen, seluruh kepala Biro Lingkup Setjen Kemenkeu, serta para Manajer Kinerja Organisasi dan Manajer Risiko lingkup Kemenkeu.

Direktorat Jenderal Perbendaharaan225

e. inovasi Pengelolaan SDM Terbaik Pertama dan Booth Terfavorit pada HC Summit 2018 dan Expo

DJPb berhasil meraih dua gelar bergengsi dalam perhelatan Ministry of Finance Human Capital Summit and Expo Tahun 2018 (HC Summit 2018 and Expo) pada tanggal 15 Agustus 2018, yaitu penghargaan sebagai unit Eselon I di Kemenkeu dengan inovasi pengelolaan SDM terbaik pertama dan booth terfavorit pilihan pengunjung mengalahkan unit Eselon I lainnya.

“Menurut saya pengelolaan sumber daya manusia di Kementerian Keuangan harus bersikap open minded, siap melayani, dan mampu menyelaraskan potensi pegawai dengan kebutuhan organisasi” kata Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, pada keynote speech sebelum melakukan kunjungan pada booth-booth unit Eselon I yang menampilkan capaian pengelolaan SDM serta inovasi-inovasi yang telah dilakukan.

Pada hari kedua, diadakan 5 track kelas kecil yang membahas isu-isu strategis yang berkaitan dengan siklus pengelolaan SDM Kemenkeu seperti Induction Programme, Development in Leaders Factory, Data Integration, Talent Management, dan Reward and discipline.

Acara yang diselenggarakan oleh Biro SDM Setjen Kemenkeu ini mengusung tema “Strategi Pengelolaan Human Capital di Era Digital dan Generasi Milenial” dengan harapan dapat menjadi media bagi seluruh Eselon I di Kemenkeu untuk menyambut revolusi industri 4.0 seiring pesatnya perkembangan teknologi dan tingginya persentase pegawai yang berasal dari generasi milenial.

Sebagai booth terfavorit, DJPb ikut berpartisipasi dengan mengangkat tema “Unity and Diversity 31:33:32:4”. Tema ini terinspirasi dari komposisi SDM DJPb yang menggambarkan semangat kebhinekaan, di mana saat ini, komposisi pegawainya dari 4 generasi yang berbeda, yakni generasi baby boomer, generasi x, generasi y, dan generasi z. Keanekaragaman budaya di unit vertikal DJPb dari Sabang sampai Merauke yang dikombinasikan dengan variasi generasi insan perbendaharaan ini merupakan kekuatan DJPb dalam mencapai visi dan misi organisasi.

Booth DJPb menyajikan beberapa inovasi pengelolaan SDM-nya seperti aplikasi pengelolaan data kepegawaian yang terintegrasi dalam apilkasi PBNOpen, Mekanisme Pemilihan Pegawai Berprestasi, Coaching and Counseling, dengan program unggulan mekanisme mutasi melalui Ruilslag Pegawai.

Laporan Kinerja 2018 226

f. Keikutsertaan HAI-DJPb pada The Best Contact Center Indonesia Tahun 2018

Perlunya menjadi bagian dari komunitas para contact center di Indonesia agar HAI-DJPb mempunyai nilai tambah dalam hal perkembangan informasi dan teknologi dalam dunia contact center. Hal ini tentu saja dapat bermanfaat bagi HAI-DJPb dan para agent yang bertugas untuk selalu dapat mengikuti dan menambah skill, pengalaman, serta jaringan di luar contact center di lingkup Kemenkeu.

Per 1 Januari 2018, HAI-DJPb telah resmi bergabung dengan Indonesia Contact Center Association (ICCA) di mana ICCA merupakan asosiasi seluruh contact center di Indonesia untuk tujuan saling mendukung perkembangan contact center di Indonesia agar lebih kompetitif dalam sumber daya manusia maupun teknologi sehingga mampu menghadapi tantangan yang datang dari mana saja termasuk dari seluruh dunia.

Saat ini anggota yang bergabung dalam ICCA mempunyai komposisi sebagai berikut:

Di tahun pertama keanggotaan ICCA tersebut, HAI-DJPb mengikuti lomba The Best Contact Center Indonesia (TBCCI) dengan maksud melakukan benchmarking sekaligus memahami hal-hal yang perlu ditingkatkan dalam memberikan layanan kepada stakeholder dan publik. TBCCI 2018 melombakan 2 kategori, yaitu Korporat dan Individu dengan 18 subkategori lomba untuk korporat dan 42 subkategori lomba untuk Individu. TBCCI 2018 diikuti oleh 54 perusahaan/badan publik. Pada kesempatan ini, HAI-DJPb hanya mengikuti 2 sub kategori lomba, yaitu:1. Kategori Individual untuk Agent

Inbound Contact Center Lembaga Publik. Pada subkategori ini, salah satu agent call center yang mewakili HAI DJPb, Apriliana Indri Hapsari (Lala), mendapatkan penghargaan tertinggi, yaitu PLATINUM, mengalahkan 13 orang peserta dari 5 lembaga publik lainnya.

2. Kategori Korporat Teamwork subkategori Smart Team HAI-DJPb mendapatkan hasil akhir pada posisi 6 dari 17 tim peserta.

Dengan bergabungnya HAI-DJPb pada ICCA, diharapkan HAI-DJPb sudah diakui sebagai bagian dari komunitas contact center di Indonesia dan akan ikut bersama-sama membangun contact center yang lebih baik dan lebih sempurna.

Direktorat Jenderal Perbendaharaan227

4. Capaian Kinerja Lainnya Tahun 2018

a. Diperolehnya Opini WTP atas LKPP Tahun 2017

Pelaporan keuangan pemerintah merupakan ujung dari pengelolaan keuangan negara yang sangat penting dalam menilai transparansi dan akuntabilitasnya. Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) sebagai bentuk pelaporan keuangan pemerintah merupakan gabungan dari Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga (LK K/L) dan Laporan Keaungan Bendahara Umum Negara (LK BUN). DJPb sebagai pihak yang berwenang menyusun LKPP sekaligus sebagai pembina setiap K/L dalam penyusunan LK K/L terus melakukan upaya modernisasi dari segi akuntansi dan pelaporan keuangan.

Setiap Laporan Keuangan tersebut (LKPP, LKKL, dan LKBUN) telah diaudit dan diberi opini oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) diberikan BPK pada LKPP Tahun 2017 berdasarkan hasil pemeriksaan atas 87 LK K/L dan satu LK BUN Tahun 2017. Opini WTP tersebut merupakan yang kedua kalinya diraih setelah opini WTP diperoleh atas LKPP Tahun 2016. Opini WTP mengandung arti bahwa pertanggungjawaban pemerintah atas pelaksanaan APBN tahun 2017 dalam laporan keuangan secara material telah disajikan dengan Standar Akuntansi Pemerintahan..

Dalam rangka peningkatan kualitas LKPP dimaksud, DJPb sebagai unit in charge atas LKPP telah melakukan upaya-upaya antara lain: (1) penyempurnaan kebijakan akuntansi sehingga pencatatan dapat disajikan secara memadai sesuai SAP berbasis akrual; (2) implementasi single database dalam penyusunan LK K/L melalui Aplikasi e-Rekon-LK untuk menyederhanakan prosedur penyusunan LK K/L dan meminimalkan terjadinya Transaksi Dalam Konfirmasi (TDK; (3) peningkatan kualitas SDM; (4) memperbaiki pencatatan dan menyempurnakan peraturan terkait Saldo Anggaran Lebih (SAL) sehingga penyajiannya menjadi lebih akurat; (5) penerapan amortisasi Aset Tak Berwujud; (6) penyempurnaan peraturan di bidang penganggaran, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban sehingga lebih akuntabel. Meskipun masih terdapat temuan Sistem Pengendalian Intern (SPI) dan Kepatuhan yang akan ditindaklanjuti, temuan tersebut tidak berpengaruh langsung terhadap kewajaran LKPP Tahun 2017.

Selanjutnya manfaat LKPP beropini WTP adalah: (1) LKPP yang beropini WTP menggambarkan pengelolaan keuangan negara yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat, telah sesuai dengan tata kelola dan praktik pengelolaan keuangan yang baik (best practices) serta sesuai dengan ketentuan perundangan; (2) LKPP beropini WTP tersebut memberikan informasi kepada publik bahwa APBN telah dikelola secara efisien, transparan, dan akuntabel, yang diharapkan juga memberikan hasil pembangunan berupa peningkatan kesejahteraan rakyat, menurunnya tingkat kemiskinan dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan; (3) pemerintah mengharapkan dengan LKPP beropini WTP, kepercayaan publik termasuk investor kepada Pemerintah Indonesia semakin meningkat sehingga dapat mendorong percepatan pembangunan terutama pada sektor-sektor yang menjadi prioritas nasional; (4) pemerintah terus berupaya meningkatkan kualitas pengelolaan APBN dan kemanfaatan APBN untuk kesejahteraan rakyat.

Laporan Kinerja 2018 228

Technical Assistance Penyusunan GFS kepada Kementerian Keuangan Bhutan

Pemerintah Bhutan berencana akan mulai melakukan penyusunan Government Finance Statistics (GFS) tahun 2018. Dalam rangka memberikan pemahaman mengenai persiapan dan penyusunan Laporan GFS tersebut, International Monetary Fund (IMF) dan Pemerintah Bhutan meminta kepada Kemenkeu Republik Indonesia c.q. DJPb untuk mengirimkan GFS expert dari Indonesia untuk dapat memberikan technical assistance penyusunan GFS. DJPb mengutus Kasubdit Statistik dan Analisis Laporan Keuangan, Mei Ling, PhD. untuk memberikan technical assistance kepada Kemenkeu Bhutan pada tanggal 27 s.d. 31 Agustus 2018.

Agenda technical assistance GFS tersebut antara lain adalah melakukan reviu atas konsep Laporan GFS Bhutan untuk tahun 2016 dan 2017, training mengenai penyusunan GFS bagi GFS compiler, serta sharing pengalaman GFS reform di Indonesia. Technical assistance tersebut ditindaklanjuti dengan study visit Kementerian Keuangan Bhutan tentang Integrated Financial Management Systems (IFMIS) pada tahun 2018, serta study visit tentang GFS yang rencananya akan dilakukan pada tahun 2019. Hal ini merupakan salah satu bentuk pengakuan dunia internasional mengenai penyusunan GFS yang dilakukan Pemerintah Republik Indonesia.

Technical Assistance dan Pemetaan Pengalaman Penyusunan GFS oleh GFS Expert dari IMF

b. Technical Assistance Penyusunan Government Finance Statistics (GFS)

Pada tanggal 18 s.d. 25 Oktober 2018, DJPb menerima kunjungan dua orang GFS expert dari IMF, yaitu Mr. Johann Bjorgvinsson dan Mr. Rifaat Basanti. Mr. Johann Bjorgvinsson memberikan technical assistance dalam hal pemanfaatan data GFS untuk mendukung pengambilan kebijakan fiskal, sementara Mr. Rifaat Basanti memiliki misi untuk melakukan pemetaan pengalaman Indonesia dalam penyusunan GFS. Untuk mengoptimalkan kunjungan dari para ahli GFS tersebut, Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan (APK) mengadakan serangkaian kegiatan yang terdiri dari workshop dan focus group discussion (FGD) terkait penyusunan GFS, baik untuk Sektor Pemerintahan Umum, Sektor Korporasi Publik, dan Sektor Publik.

Direktorat Jenderal Perbendaharaan229

Materi yang dibahas dalam Workshop dan FGD tersebut antara lain:1. Strategi Pengembangan Sistem Informasi Keuangan Pemerintah dalam Era Digital;2. Pemanfaatan Big Data Dalam Pengambilan Kebijakan di Bank Sentral;3. Pengembangan dan Pemanfaatan Big Data Dalam Penyusunan Statistik Ekonomi dan Keuangan;4. Pemanfaatan Big Data Dalam Analisis Statistik Ekonomi dan Optimalisasi Pengambilan Keputusan;5. Government Finance Statistics Indonesia;6. Utilizing GFS in Fiscal Policy and Analysis;7. Using Balance Sheet Analysis BSA B/S for The Overall Economy and The PSBS;8. Informasi Keuangan Daerah;9. Koordinasi Data Pemda dan SIKD;10. Penyusunan Statistik dan Analisis Financial Account Balance Sheet (FABS);11. Pembahasan mengenai Social Security Fund dengan PT ASABRI, BPJS Kesehatan, PT Taspen, dan

BPJS Ketenagakerjaan;12. GFS for Public Corporation Sector (Financial and Non-Financial Corporations), Public Sector;13. Full Sequence of Accounts (FSA): Reconciliation of General Government and Other Issues (Gross Fixed Capital

Formation and Consumption of Fixed Capital);14. Public Sector GFS: Consolidation GFS for General Government and Public Corporation.

Berdasarkan hasil technical assistance dan pemetaan pengalaman tersebut, Mr. Rifaat Basanti menyimpulkan bahwa Indonesia termasuk salah negara yang leading dalam penyusunan GFS. Pemerintah Indonesia telah mampu menyusun Laporan GFS untuk Sektor Pemerintah umum, Sektor Korporasi Publik, dan Sektor Publik. Bahkan Indonesia berhasil mempelopori praktik penyusunan IMF pada tingkat regional. Mr. Rifaat Basanti menyampaikan bahwa Indonesia merupakan mitra strategis dalam pengembangan GFS di Asia. Bahkan, IMF merekomendasikan beberapa negara untuk melakukan studi banding penyusunan GFS ke Indonesia.

Study Visit Kementerian Ekonomi dan Keuangan Kamboja dalam rangka Penyusunan GFS

Sesuai surat Kementerian Ekonomi dan Keuangan Pemerintah Kamboja No. N-381/MEF/GDR tanggal 17 September 2018, mereka bermaksud untuk melakukan study visit implementasi GFS Balance Sheet di Indonesia ke DJPb cq. Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan (APK) pada tanggal 31 Oktober s.d 2 November 2018. Delegasi tersebut dipimpin oleh Mr. KIM Phalla, Deputy Director General, yang menyampaikan bahwa Implementasi GFS di Indonesia merupakan salah satu yang terbaik di dunia menurut IMF.

Kegiatan study visit tersebut dibuka oleh Dirjen Perbendaharaan, Marwanto Harjowiryono. Direktorat APK melibatkan unit lainnya dalam kegiatan study visit tersebut, yaitu DJPPR, DJKN, dan BPS, serta Bank Indonesia. Sementara itu, dari Eselon II DJPb, yaitu Direktorat Pengelolaan Kas Negara dan Direktorat Pelaksanaan Anggaran. Perwakilan DJPPR menyampaikan Accounting for Liability, DJKN menyampaikan Accounting for Asset, dan Perwakilan Bank Indonesia menyampaikan Financial Accounts and Balance Sheet, serta perwakilan BPS menyampaikan materi tentang Full Sequence of Accounts.

Laporan Kinerja 2018 230

c. Indeks Kepuasan Pengguna Layanan Tertinggi Tahun 2018

Reformasi birokrasi Kemenkeu memberikan dampak positif bagi peningkatan kinerja pelaksanaan tugas, pelayanan, dan kepercayaan masyarakat, serta mendorong dan menginspirasi kementerian lainnya untuk melakukan hal yang sama. Sejalan dengan gerakan reformasi birokrasi guna membangun kepercayaan publik yang lebih baik, Kemenkeu telah berupaya meningkatkan kualitas layanan melalui beberapa terobosan inovatif dan penetapan standar pelayanan terukur di mana tingkat kepuasan pengguna layanan merupakan sebuah ukuran atas seberapa berkualitas layanan publik yang diberikan dalam memenuhi harapan para pengguna layanan.

Untuk mengukur tingkat kepuasan pengguna layanan Kemenkeu, setiap tahunnya dilakukan survei oleh lembaga independen diluar Kemenkeu. dengan objek survei adalah 10 Unit Eselon I lingkup Kemenkeu (pada tahun 2018 ditambahkan Pengelola Portal Indenesia National Single Window - PP INSW), salah satunya DJPb.

Aspek layanan yang disurvei merupakan unsur-unsur kinerja layanan sesuai UU No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, yaitu: (1) Keterbukaan/kemudahan akses informasi, (2) Informasi layanan, (3) Kesesuaian prosedur dengan ketentuan yang ditetapkan, (4) Sikap pegawai, (5) Kemampuan dan keterampilan pegawai, (6) Lingkungan pendukung, (7) Akses terhadap layanan, (8) Waktu penyelesaian layanan, (9) Pembayaran biaya sesuai aturan/ketentuan yang ditetapkan, (10) Pengenaan sanksi/denda atas pelanggaran terhadap ketentuan layanan, dan (11) Keamanan lingkungan dan layanan.

Pada tahun 2018, survei dilakukan oleh Universitas Gajahmada (UGM) melalui penyebaran kuesioner dan wawancara pada 6 kota besar di Indonesia, yaitu Batam, Medan, Jakarta, Surabaya, Makassar, dan Balikpapan, kepada 297 responden. Hasil survei menunjukkan bahwa DJPb memiliki indeks kepuasan pengguna layanan 4,72 (indeks agregat Kemenkeu 4,43) yang merupakan nilai indeks tertinggi pada lingkup eselon I Kemenkeu.

Dari skala 5, seluruh aspek layanan DJPb dan eselon I lainnya lebih memiliki nilai lebih dari 4,0 (baik). Ini mengindikasikan pelayanan yang diberikan DJPb dan seluruh eselon I lainnya telah memenuhi harapan pengguna layanannya. Indeks kepuasan pengguna layanan DJPb selama 5 tahun berturut-turut (2014 s.d. 2018) selalu meningkat. Kepada para pengguna layanannya, DJPb secara berkelanjutan akan senantiasa meningkatkan kualitas pelayanannya.

Direktorat Jenderal Perbendaharaan231

e. Penyusunan Buku Saku GFS (Government Finance Statistics)

Dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi keuangan yang menyeluruh dan komprehensif serta untuk meningkatkan akuntabilitas dan transparansi pengelolaan keuangan negara, selain menyusun Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP), Pemerintah juga menyusun laporan manajerial berupa Laporan Keuangan Pemerintah Konsolidasian (LKPK) dan Laporan Statistik Keuangan Pemerintah (Goverment Finance Statistics/GFS) yang disusun berdasarkan konsolidasian fiskal dan statistik keuangan pemerintah.

LKPK adalah laporan yang disusun dengan cara mengkonsolidasikan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) dan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD), sementara GFS adalah suatu sistem pelaporan yang menghasilkan data yang komprehensif atas aktivitas ekonomi dan keuangan pemerintah dan sektor publik. Penyusunan LKPK dan GFS tersebut diperlukan untuk menghasilkan informasi aktivitas ekonomi dan keuangan pemerintah, berupa ringkasan informasi kinerja dan posisi keuangan secara keseluruhan untuk sektor pemerintah umum dan sektor publik. Kedua laporan tersebut digunakan sebagai dasar evaluasi dan pengambilan kebijakan fiskal.

Laporan GFS disusun dengan berpedoman pada Manual Statistik Keuangan Pemerintah Indonesia yang telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Keuangan No. 275/PMK.05/2014. Manual tersebut disusun dengan mengacu pada Government Finance Statistics Manual (GFSM) 2014. Selain Manual Statistik Keuangan Pemerintah Indonesia, beberapa peraturan teknis penyusunan GFS telah disusun guna memberikan pedoman penyusunan laporan GFS dan menggunakan informasi yang ada pada laporan GFS.

Untuk mengetahui gambaran umum GFS, mekanisme penyusunan, cara memahami laporan GFS, dan kerangka analisis GFS secara ringkas dan singkat namun komprehensif, DJPb menyusun Buku Saku GFS dengan tema “Sebuah Pengantar untuk Penggunaan Data LKPK dan GFS untuk Analisis dan Kebijakan Ekonomi Fiskal Nasional dan Wilayah”. Buku saku ini merupakan edisi perdana, dimana direncanakan bahwa Buku Saku GFS akan disusun secara berseri.

Buku saku ini terbagi menjadi 6 bagian, yaitu: (1) Sekilas tentang GFS, (2) Laporan Keuangan Pemerintah Konsolidasian (LKPK), (3) Laporan Statistik Keuangan Pemerintah (LSKP/Laporan GFS), (4) Memahami Laporan GFS, (5) Kerangka Analisis GFS, dan (6) Previu GFS Sektor Publik. Informasi yang disajikan dalam buku saku ini diharapkan dapat menjadi pegangan dan pedoman bagi berbagai stakeholder, baik bagi penyusun laporan GFS, pengguna laporan GFS, maupun masyarakat umum.

Laporan Kinerja 2018 232

f. Penyusunan Buku Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Indonesia dari Masa ke Masa

Praktik akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah di Indonesia telah mengalami perkembangan yang pesat. Hal ini antara lain didorong oleh tuntutan keterbukaan informasi yang dipicu oleh kemajuan teknologi informasi, perekonomian dunia yang semakin bersifat global, serta faktor-faktor lainnya. Sebagai upaya untuk mendokumentasikan sejarah perkembangan akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah di Indonesia, DJPb telah menyusun Buku akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Indonesia dari Masa ke Masa.

Buku Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Indonesia dari Masa ke Masa menggambarkan perjalanan, perjuangan, dan perkembangan akuntansi pemerintah Indonesia sejak Indonesia merdeka sampai saat ini. Selain mencatat rekam jejak perkembangan akuntansi pemerintahan di Indonesia, buku ini juga memuat harapan masa depan akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah Indonesia.

Buku Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Indonesia dari Masa ke Masa terbagi atas 6 bagian, yaitu: (1) Pendahuluan, (2) Masa Prareformasi Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah, (3) Reformasi Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah, (4) Pelaksanaan Reformasi Akuntansi dan Pelaporan Keuangan pada Pemerintah Pusat, (5) Pelaksanaan Reformasi Akuntansi dan Pelaporan Keuangan pada Pemerintah Daerah, dan (6) Menyongsong Masa Depan Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah. Penyajian sejarah akuntansi yang tersaji dalam buku ini diharapkan dapat memperkaya khazanah pengetahuan atas akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah di Indonesia serta dapat menjadi bahan referensi pengembangan akuntansi dan pelaporan keuangan Indonesia ke depan.

DJPb merilis buku Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Indonesia dari Masa ke Masa dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Tahun 2018 yang diselenggarakan pada tanggal 20 September 2018 di Gedung Dhanapala Kemenkeu. Pada acara tersebut, juga digelar bedah buku Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Indonesia dari Masa ke Masa. Bedah buku ini menghadirkan para pelaku sejarah pelaporan keuangan pemerintah Indonesia, yaitu mantan Ketua KSAP, Binsar Simanjuntak, dan Anggota Komite Konsultatif KSAP yang juga mantan Inspektur Jenderal Kemenkeu, Sonny Loho, dengan moderator Direktur Utama TVRI, Helmy Yahya.

Direktorat Jenderal Perbendaharaan233

f. Pementasaan teatrikal “Hikayat Banda Ara”

Sosialisasi perkembangan sistem keuangan negara dapat disampaikan dalam bentuk hiburan yang penuh makna. Hal ini diungkap oleh Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati dalam sambutannya pada akhir acara pementasan teatrikal “Hikayat Banda Ara” di Aula Dhanapala Kemenkeu, Jumat (9/11). Menurutnya, alternatif media sosialisasi kebijakan dan peran pemerintah secara alternatif seperti pentas seni semacam ini layak disambut baik. “Menggunakan uang (APBN) untuk menciptakan solusi bagi masyarakat dan ekonomi kita membutuhkan pemikiran, inovasi, kreativitas dan kerja keras,” ujar Sri Mulyani. “Saya sangat senang DJPb selalu membuat inovasi dalam mengelola dan memonitor keuangan negara yang tujuannya untuk pembangunan sumber daya manusia, investasi,” tambahnya.

Pentas seni ini merupakan salah satu bentuk publikasi peran DJPb sebagai Bendahara Umum Negara (BUN) dalam format yang berbeda. Tagline “Mengawal APBN Membangun Negeri”, yang lebih kurang bermakna bahwa DJPb sebagai BUN harus turut memastikan setiap rupiah dana APBN yang dialokasikan dan dikeluarkan benar dimanfaatkan untuk belanja sesuai rencana, tepat sasaran, transparan, dan akuntabel/dapat dipertanggungjawabkan, digambarkan dalam rangkaian adegan.

Kompleksitas permasalahan pengelolaan keuangan negara diungkap dan mewarnai pertunjukan. Hal-hal seperti banyaknya aplikasi yang dipergunakan, perencanaan yang tidak sesuai dengan realisasi, dan kompleksnya penyetoran penerimaan negara ditampilkan dalam benang merah cerita yang dibawakan para tokoh pemeran. Di antaranya terdapat pesan penting tentang urgensi mendirikan sebuah negara untuk menyejahterakan rakyatnya. “Negara harus bisa melayani, dan untuk melayani butuh dana,” demikian antara lain dialog dari Dirjen Perbendaharaan, Marwanto Harjowiryono, yang turut berperan dalam pementasan tersebut,

menggambarkan urgensi dan relasi antara APBN dan kesejahteraan rakyat.

Selain menghadirkan Dirjen Perbendaharaan dan Sekretaris DJPb, R.M. Wiwieng Handayaningsih, sebagai pemeran, pementasan ini menyajikan kolaborasi antara Teater Indonesia Kita (sutradara Agus Noor, Butet Kertaredjasa, Mucle, Marwoto, Susilo Nugroho, dan Inayah Wahid) dengan Teater Koin yang beranggotakan para pegawai DJPb, dalam pakem guyonan ala mataraman atau plesetan sebagai bumbu cerita. Menjadi bagian dari rangkaian agenda Rapimnas II DJPb Tahun 2018, selain Menteri Keuangan, pentas ini disaksikan oleh Wakil Menteri Keuangan, para pejabat eselon I dan II Kemenkeu, serta undangan baik dari K/L maupun masyarakat umum. Pentas ditutup dengan peluncuran media aplikasi “Treasury dalam genggaman” dan penyerahan sertifikat ISO SMM 9001:2015 oleh Menteri Keuangan kepada 20 KPPN dan Helpdesk HAI- DJPb, diakhiri arahan Menteri Keuangan.

Laporan Kinerja 2018 234

halaman ini sengaja dikosongkan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan235

BAB 4I N I S I A T I F

P E N I N G K A T A N K I N E R J A

D I R E K T O R A T J E N D E R A L

P E R B E N D A H A R A A N

Tindak Lanjut Atas Evaluasi AKIP

Revitalisasi Manajemen KinerjaDirektorat Jenderal Perbendaharaan

Laporan Kinerja 2018 236

BAB 4I N I S I A T I F

P E N I N G K A T A N K I N E R J A

D I R E K T O R A T J E N D E R A L

P E R B E N D A H A R A A N

Tindak Lanjut Atas Evaluasi AKIP

Revitalisasi Manajemen KinerjaDirektorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan237

I N I S I A T I F

P E N I N G K A T A N K I N E R J A

D I R E K T O R A T J E N D E R A L

P E R B E N D A H A R A A N

A. Tindak Lanjut atas Evaluasi AKIP

Implementasi SAKIP DJPb pada tahun-tahun sebelumnya telah dievaluasi setiap tahunnya oleh Inspektorat Jenderal (Itjen) Kementerian Keuangan dan hasilnya dituangkan dalam Laporan Hasil Evaluasi Implementasi SAKIP. Di dalam laporan tersebut terdapat beberapa rekomendasi yang perlu ditindaklanjuti DJPb dalam rangka melakukan perbaikan dan meningkatkan kualitas dalam implementasi SAKIP di Lingkungan DJPb. Beberapa rekomendasi Itjen atas implementasi SAKIP DJPb tahun 2015 dan tindak lanjutnya adalah sebagai berikut:

1. Menyeleraskan kembali indikator kinerja beserta target yang termuat dalam program Renstra dengan RKTPenyusunan Indikator Kinerja dan penentuan besaran target yang tercantum pada Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Tahun 2016 dan Kontrak Kinerja Kemenkeu-One-Two DJPb tahun 2016, telah mengacu pada Renstra DJPb Tahun 2015-2019, Renja DJPb Tahun 2016, dan usulan perubahan target renstra sebagaimana Nota Dinas Setditen Perbendaharaan Nomor ND-5536/PB.1/2015 hal Himbauan Kembali terkait Refinement Kontrak Kinerja Kemenkeu-One s.d. Five Lingkup DItjen Perbendaharaan Tahun 2016 dan Surat Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor S-9014/PB/2015 hal Usulan Peninjauan Kembali Target Renstra Kemenkeu Tahun 2015-2019 dan Renja Ditjen Perbendaharaan Tahun 2016. Bersesuaian dengan hal tersebut, telah disusun RKT Tahun 2017 dan Kontrak Kinerja Kemenkeu-One-Two DJPb tahun 2017 dengan mengacu pada Renstra DJPb Tahun 2015-2019 dan Renja DJPb Tahun 2017. Begitu pula, dengan dengan penyusunan RKT Tahun 2018 dan Kontrak Kinerja Tahun 2018 yang mengacu pada Renstra 2015-2019 dan Renja DJPb Tahun 2018,

2. Melakukan kegiatan reviu terhadap Renstra setelah satu tahun sejak ditetapkanTelah dilaksanakan reviu terhadap Renstra 2015-2019 untuk tahun pertama periode Renstra tersebut, yaitu tahun 2015 melalui Rapat Pembahasan dan Evaluasi Rencana Strategis DJPb Tahun 2015-2019 pada tanggal 27 s.d. 28 April 2016 (UND-1650/PB.1/2016) dengan hasil rapat dituangkan dalam Laporan Evaluasi Tahun Pertama Renstra DJPb Tahun 2015-2019. Reviu tahun kedua atas Renstra DJPb Tahun 2015-2019 telah disusun dan disampaikan kepada Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan melalui Surat Sekretaris DJPb No. S-3169/PB.1/2017 tanggal 30 Maret 2017 hal Penyampaian Laporan Reviu Tahun Kedua Renstra Ditjen Perbendaharaan. Sementara, Reviu tahun ketiga telah disampaikan melalui Surat Sekretaris DJPb No. S-3255/PB.1/2018 pada tanggal 11 April 2018.

Laporan Kinerja 2018 238

3. Melakukan kegiatan monitoring dan evaluasi Capaian Kinerja Kemenkeu-One secara berkala, minimal setiap bulan sebagai langkah antisipasi dalam menghadapi tantangan/hambatan pencapaian kinerjaKegitan monitoring dan evaluasi capaian IKU Kemenkeu-One telah dilaksanakan secara berkala, baik dalam kegiatan performance dialogue maupun weekly meeting yang dipimpin oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan dengan peserta seluruh eselon II lingkup Kantor Pusat DJPb, Kepala Kanwil DJPb Provinsi DKI Jakarta, Direktur Keuangan, umum, dan Kepatuhan inernal BPDPKS, para Kepala Bagian lingkup Setditjen Perbendaharaan, dan Sub Manajer Kinerja Organisasi unit eselon II Kantor Pusat DJPb dan Kanwil DJPb Provinsi DKI Jakarta. Hal tesebut sebagai amanat Keputusan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor KEP-241/PB/2015 tentang Pengelolaan Kinerja di Lingkungan Ditjen Perbendaharaan.

4. Melakukan reviu terhadap IKU yang dilakukan secara triwulananReviu terhadap IKU telah dilaksanakan secara periodik bersamaan dengan performance dialogue pencapaian IKU. Hasil dari reviu terhadap IKU adalah adanya refinement dalam penyusunan Kontrak Kinerja pada tahun berikutnya, maupun adendum Kontrak Kinerja pada tahun berjalan. Hal tesebut sebagai amanat Keputusan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor KEP-241/PB/2015 tentang Pengelolaan Kinerja di Lingkungan Ditjen Perbendaharaan.

5. Melakukan pengukuran tidak hanya IKU, tetapi juga indikator non-IKU (inisiatif strategis)Pada Kontrak Kinerja Kemenkeu-One maupun Kemenkeu-Two s.d. Three pemilik peta strategi Tahun 2016 DJPb telah dicantumkan Inisiatif Strategis (IS) yang pelaksanaannya dipantau dan dilaporkan secara periodik (triwulanan) kepada unit di atasnya. Contohnya, pada Kontrak Kinerja Kemenkeu-One DJPb tahun 2016 telah tercantum 2 (dua) Inisatif Strategis, yaitu: (1) Penyajian data capaian output Kementerian Negara/Lembaga; (2) Pemenuhan standar downtime TIK. Hal tesebut sebagai amanat Keputusan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor KEP-241/PB/2015 tentang Pengelolaan Kinerja di Lingkungan Ditjen Perbendaharaan. Selain itu, laporan progres pelaksanaan IS telah diwajibkan pada surat Direktur Jenderal Perbendaharaan terkait permintaan capaian IKU triwulanan, sebagai contoh:a. Surat Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor S-5155/PwB/2016 tanggal 22 Juni 2016 hal

Permintaan Data Capaian IKU Kemenkeu-Two-Three Triwulan II 2016;b. Surat Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor S-2733/PB/2016 tanggal 31 Maret 2016 hal

Permintaan Data Capaian IKU Kemenkeu-Two-Three Triwulan I 2016.

6. Menyajikan kemajuan pencapaian target program dalam Renstra DJPb hingga tahun berjalan yang didukung dengan data pembanding pada tahun sebelumnyaData kemajuan pencapaian target program tahun berjalan disiapkan sebagai pembanding capaian target program tahun berikutnya. Capaian indikator kinerja yang tercantum dalam Renstra maupun Renja secara periodik telah disampaikan kepada Bappenas secara berjenjang. Perbandingan sebagaimana dimaksud secara khusus juga telah dicantumkan dalam Reviu tahunan atas Renstra DJPb Tahun 2015-2019 dan koneksitasnya dengan IKU sebagaimana ditetapkan pada Kontrak Kinerja tahun berjalan telah dijelaskan dalam LAKIN DJPb.

7. Menyajikan informasi keuangan sasaran strategisDalam Laporan Capaian Kinerja, khususnya penjelasan capaian indikator “kualitas pelaksanaan anggaran” telah tercantum informasi alokasi dan realisasi anggaran untuk setiap program/kegiatan DJPb yang akan mendukung sasaran strategis, yang didukung oleh Bagian Keuangan Setditjen Perbendaharaan. Selain itu, LAKIN DJPb juga telah menyajikan informasi realisasi anggaran atas alokasi yang telah disediakan untuk mendukung pencapaian sasaran strategis untuk setiap program/kegiatan, jenis belanja, dan efisiensi yang telah dilakukan pada tahun berjalan, serta data Form II RKA-K/L - Informasi Kinerja dan Anggaran Tingkat Eselon I.

Direktorat Jenderal Perbendaharaan239

8. Melaksanakan action plan yang telah ditetapkan terkait dengan pencapaian sasaran strategis, terutama untuk yang belum tercapaiRencana aksi (action plan) dalam rangka pencapaian sasaran strategis, sebagaimana tercantum dalam setiap indikator kinerja, dilakukan monitoring dan dilaporkan pelaksanaannya secara periodik (triwulanan) bersamaan dengan monitoring dan evaluasi capaian kinerja. Pelaksanaan action plan pencapaian sasaran strategis tersebut diakomodir melalui laporan capaian kinerja dengan format IIAA (Isu utama, Implikasi, Akar masalah, dan Action Plan), sebagaimana tercantum dalam Keputusan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor KEP-241/PB/2015 tentang Pengelolaan Kinerja di Lingkungan Ditjen Perbendaharaan.

9. Melakukan evaluasi atas IKU yang tidak tercapai secara berulang dari tahun ke tahunDalam Kontrak Kinerja Kemenkeu-One s.d Two Tahun 2016, 2017, dan 2018. DJPb telah melakukan evaluasi terhadap indikator kinerja yang tidak tercapai/perlu ditingkatkan capaiannya dalam beberapa tahun terakhir. Salah satu bentuk evaluasi dimaksud adalah dengan melakukan rasionalisasi target menyesuaikan dengan resource dan kewenangan yang dimiliki oleh DJPb. Contohnya, pada tahun 2016 DJPb telah menyesuaikan IKU “Indeks jumlah LK-KL dan LK-BUN yang andal dengan opini audit yang baik”, sebagaimana Surat Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor S-9014/PB/2015 hal Usulan Peninjauan Kembali Target Renstra Kemenkeu Tahun 2015-2019 dan Renja Ditjen Perbendaharaan Tahun 2016.

Berdasarkan saran yang telah ditindaklanjuti tesebut, sebagaimana dituangkan dalam Laporan Hasil Evaluasi atas Implementasi SAKIP DJPb Tahun 2016, Itjen Kementerian Keuangan menyampaikan sebagai berikut:1. DJPb telah melaksanakan reviu terhadap Renstra 2015-2019 untuk tahun pertama periode Renstra

tersebut, yaitu tahun 2015 melalui Rapat Pembahasan dan Evaluasi Rencana Strategis Ditjen Perbendaharaan 2015-2019 pada tanggal 27-28 April 2016;

2. DJPb telah melakukan monitoring dan evaluasi capaian IKU Kemenkeu-One secara berkala, dalam kegiatan performance dialogue maupun weekly meeting yang dipimpin oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan, dengan peserta seluruh Eselon II lingkup Kantor Pusat DJPb, Kepala Kanwil DJPb Provinsi DKI Jakarta, Direktur Keuangan, Bagian Umum, dan Bagian Kepatuhan Internal, BPDPKS, para Kepala Bagian lingkup Sekretariat DJPb dan Submanajer Kinerja Organisasi unit eselon II Kantor Pusat DJPb dan Kanwil DJPb Provinsi DKI Jakarta;

3. Melakukan reviu terhadap IKU secara periodik bersamaan dengan performance dialogue pencapaian IKU. Hasil dari reviu terhadap IKU adalah adanya refinement dalam penyusunan Kontrak Kinerja pada tahun berikutnya, maupun adendum Kontrak Kinerja pada tahun berjalan;

4. Dalam Laporan Capaian Kinerja, khususnya penjelasan capaian indikator “kualitas pelaksanaan anggaran” telah tercantum informasi alokasi dan realsiasi anggaran untuk masing-masing program/kegiatan DJPb yang akan mendukung sasaran strategis, yang didukung oleh Bagian Keuangan Sekretariat DJPb;

5. Rencana Aksi (action plan) dalam rangka pencapaian sasaran strategis, sebagaimana tercantum dalam setiap indikator kinerja, di-monitoring dan dilaporkan pelaksanaannya secara periodik (triwulanan) bersamaan dengan monitoring dan evaluasi capaian kinerja;

6. Pelaksanaan action plan pencapaian sasaran strategis tersebut diakomodir melalui Laporan Capaian Kinerja dengan format IIAA (Isu utama, Implikasi, Akar masalah, dan Action plan) sebagaimana tercantum dalam Keputusan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor KEP-241/PB/2015 tentang Pengelolaan Kinerja di Lingkungan Ditjen Perbendaharaan.

Berdasarkan hasil evaluasi atas implementasi SAKIP DJPb Tahun 2016, Itjen Kementerian Keuangan memberikan saran dalam perbaikan pelaporan kinerja DJPb berupa perbandingan data kinerja dengan standar nasional maupun organisasi/instansi sejenis yang setara/sekelas pada Laporan Kinerja tahun berikutnya. Atas saran tersebut, telah disajikan perbandingan sebagaimana dimaksud dalam penjelasan capaian setiap IKU berupa:

Laporan Kinerja 2018 240

1. Perbandingan realisasi setiap IKU dengan target yang telah ditetapkan pada RPJMN Tahun 2015-2019 yang menjadi domain kinerja DJPb. Dalam hal ini, realisasi IKU dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2017 dibandingkan dengan target tahunan yang ditetapkan pada RPJMN dimaksud;

2. Perbandingan realisasi setiap IKU yang dicapai DJPb dengan unit eselon I lingkup Kementerian Keuangan lainnya. Dalam hal ini, tidak setiap IKU sebagaimana ditetapkan dalam Kontrak Kinerja Kemenkeu-One DJPb terdapat juga pada Kontrak Kinerja-One eselon I lingkup Kementerian Keuangan lainnya. Selain, itu tidak seluruhnya realisasi IKU eselon I lain tersebut dapat diperoleh mengingat perhitungan untuk beberapa IKU tertentu dilakukan setelah tahun berjalan, sementara LAKIN DJPb tahun berjalan harus segera disusun dan disampaikan kepada Menteri Keuangan pada awal Februari tahun berikutnya. Namun demikian, berdasarkan koordinasi dengan Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan, tidak setiap IKU di setiap eselon I tersebut apple-to-apple untuk dibandingkan.

Berdasarkan hasil evaluasi atas implementasi SAKIP DJPb Tahun 2017, Itjen Kemenkeu memberikan saran dalam perbaikan pengukuran kinerja DJPb yaitu DJPb perlu melakukan koordinasi dengan Biro Perencanaan dan Keuangan terkait perlunya pemanfaatan teknologi yang dapat mengakomodasi konsolidasi capaian kinerja organisasi. Atas saran tersebut, telah dilakukan tindak lanjut berupa penyampaian Nota Dinas Sekretaris DJPb No. ND-8319/PB.1/2018 kepada Kepala Biro Sumber Daya Manusia Setjen Kemenkeu yang memuat masukan teknis terkait penggunaan Aplikasi e-performance sebagai berikut:

Tabel 4.0. Masukan Teknis terkait Penggunaan Aplikasi e-Performance

No Tema Permasalahan Usulan Masukan

1 Monitoring Kontrak Kinerja

Pada user pengelola kinerja, belum terdapat menu yang dapat dipergunakan untuk melakukan reviu dan validasi atas input Kontrak Kinerja, Manual IKU, dan Capaian IKU oleh masing-masing pegawai.

Agar pada user pengelola kinerja ditambahkan menu untuk memonitoring dan mereviu atas input Kontrak Kinerja, Manual IKU, dan Capaian IKU para pegawai di masing-masing unit.

2 Penilaian Perilaku

Terdapat pegawai yang dikenakan penalti terkait penilaian perilaku. Namun, mekanisme pengajuan keberatan atas penalti tersebut pada aplikasi e-performance belum diakomodir.

Agar disusun pedoman pengajuan pinalti penilaian perilaku, termasuk pada aplikasi e-performance.

3 Penghitungan NKP K3

Terdapat pengisian manual IKU oleh pegawai pada aplikasi e-performance yang kurang tepat sehingga berpengaruh terhadap penilaian CKP K3 yang dilakukan oleh pengelola kinerja.

Pada user pengelolaan kinerja masing-masing unit, diberikan kewenangan untuk mengakses kertas kerja K3 pada aplikasi e-performance secara penuh, termasuk menyesuaikan data kinerja yang tidak tepat diisi oleh pegawai.

4 Tugas Tambahan dan Nilai Kreativitas

Pada user atasan langsung maupun pengelo-la kinerja, belumt terdapat notifikasi jika ter-dapat pegawai yang melakukan input Tugas Tambahan dan/atau Nilai Kreativitas.

Agar pada user atasan langsung dan pengelola kinerja ditambahkan notifikasi jika terdapat pegawai yang melakukan input Tugas Tambahan dan/atau Nilai Kreativitas. Termasuk ditambahkan menu untuk upload dokumen pendukungnya. Hal tersebut dimaksudkan sebagai alat monitoring dan memastikan tindak lanjut atas usulan Tugas Tambahan dan Nilai Kreativitas dari para pegawai.

5 Internalisasi Aplikasi e-per-formance

Masih kurangnya alokasi waktu untuk inter-nalisasi Aplikasi e-performance

Perlunya penambahan waktu untuk materi Aplikasi e-performance dalam kegiatan kapasitas pengelola kinerja.

Direktorat Jenderal Perbendaharaan241

Sebagaimana amanat Menteri Keuangan dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 467/KMK.01/2014 tentang Pengelolaan Kinerja di Lingkungan Kementerian Keuangan, seluruh unit eselon I di lingkungan Kementerian Keuangan perlu mendorong peningkatan implementasi pengelolaan kinerja secara berkelanjutan. Sebagai salah satu langkah untuk mendorong komitmen pimpinan unit dan seluruh pegawai terhadap peningkatan kualitas pengelolaan kinerja, serta bentuk apresiasi atas kontribusi peningkatan kualitas pengelolaan kinerja di lingkungan DJPb, Kantor Pusat DJPb melaksanakan penilaian terhadap implementasi pengelolaan kinerja di setiap unit kerja di lingkungan DJPb.

Penilaian implementasi pengelolaan kinerja tersebut difokuskan terhadap hasil capaian kinerja yang telah direalisasikan, serta pemenuhan unsur-unsur peningkatan kualitas pengelolaan kinerja berlandaskan Strategy Focused Organization (SFO). Penilaian tersebut dilaksanakan terhadap 2 (dua) parameter sebagai berikut:

1. Nilai kuantitatif pemenuhan unsur-unsur peningkatan kualitas pengelolaan kinerja (bobot 60%), dengan rincian sebagai berikut:a. Kantor Pusat dan Kanwil DJPb

Nilai kuantitatif pemenuhan unsur peningkatan kualitas pengelolaan kinerja diperoleh dari:(1) Pemenuhan pelaksanaan prinsip SFO (bobot 70%), yang terdiri atas pemenuhan prinsip I (30%),

prinsip II (10%), prinsip III (10%), prinsip IV (25%), dan prinsip V (25%);(2) Pemenuhan dokumen pendukung (bobot 10%);(3) Tingkat partisipasi (bobot 10%);(4) Kualitas laporan capaian IKU (bobot 5%);(5) ualitas laporan Langkah-langkah Peningkatan Kualitas Pengelolaan Kinerja (bobot 5%).

b. KPPNNilai kuantitatif pemenuhan unsur peningkatan kualitas pengelolaan kinerja diperoleh dari:(1) Pemenuhan pelaksanaan prinsip SFO (bobot 70%) yang terdiri atas pemenuhan prinsip I (30%),

prinsip II (10%), prinsip III (10%), prinsip IV (25%), dan prinsip V (25%);(2) Pemenuhan dokumen pendukung (bobot 10%);(3) ingkat partisipasi (bobot 10%);(4) Kualitas laporan Langkah-langkah Peningkatan Kualitas Pengelolaan Kinerja (bobot 10%).

2. Nilai Kinerja Organisasi (NKO) unit tahun tersebut (bobot 40%):Kategori ini dimaksudkan untuk menilai strategi pengelolaan kinerja yang telah dijalankan oleh setiap unit di lingkungan DJPb dalam rangka mencapai target IKU yang telah ditetapkan pada Kontrak Kinerja. Kualitas strategi pencapaian IKU tersebut tercermin dari NKO yang dicapai oleh setiap unit pada suatu tahun. Semakin tinggi NKO, dapat diindikasikan bahwa upaya-upaya yang telah dilaksanakan oleh setiap unit dalam rangka mencapai target IKU juga semakin berkualitas. Kategori Nilai NKO mempunyai bobot 40% terhadap total keseluruhan penilaian pengelolaan kinerja di lingkungan DJPb.

B. Revitalisasi Manajemen Kinerja DJPb

Laporan Kinerja 2018 242

Penilaian kuantitatif atas 17 (tujuh belas) action plan unsur-unsur peningkatan kualitas pengelolaan kinerja sebagaimana dimaksud di atas dapat dijelaskan masing-masing sebagai berikut:

1. Melaksanakan dan menghadiri rapat untuk membahas Peta Strategi, IKU, Inisiatif Strategis, Penetapan target dan Manual IKU-nyaUnsur ini dinilai dalam rangka mendorong komitmen pimpinan terhadap pengelolaan kinerja di setiap unit, salah satunya dengan kehadiran kepala kantor dalam memimpin rapat Dialog Kinerja Organisasi (DKO) untuk membahas draft template Peta Strategi, IKU, Manual IKU, maupun perumusan Inisiatif Strategis yang memadai di setiap unit. Kriteria pemenuhan action plan tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1. Kriteria Penilaian Unsur Pertama Peningkatan Kualitas Pengelolaan Kinerja

NILAI KRITERIA100 Telah dilaksanakan rapat pembahasan dan dihadiri oleh kepala kantor. Rapat tersebut telah

didukung dokumentasi secara memadai, yaitu nota dinas/undangan, daftar hadir, notulen, dan dokumentasi foto.

75 Telah dilaksanakan rapat pembahasan dan dihadiri oleh kepala kantor, tetapi rapat tersebut ti-dak didukung dokumentasi secara memadai.

50 Telah dilaksanakan rapat pembahasan, tetapi tidak dihadiri oleh kepala kantor. Rapat tersebut telah didukung dokumentasi secara memadai.

25 Telah dilaksanakan rapat pembahasan, tetapi tidak dihadiri oleh kepala kantor, serta tidak didukung dokumentasi secara memadai.

0 Rapat pembahasan tidak dilaksanakan.

2. Melaksanakan dan menghadiri DKO secara rutin untuk membahas isu-isu strategis organisasi dan mengevaluasi capaian IKU, proyeksi capaian, dan merumuskan langkah tindak lanjutnya.Action plan ini dinilai dalam rangka mendorong komitmen pimpinan terhadap pengelolaan kinerja di setiap unit, salah satunya melalui kehadiran kepala kantor untuk memimpin DKO monitoring dan evaluasi capaian IKU secara periodik serta langkah-langkah yang harus dilaksanakan pada periode mendatang untuk mengoptimalkan pencapaian target IKU. Sebagaimana Keputusan Menteri Keuangan Nomor 590/KMK.01/2016 tentang Pedoman Dialog Kinerja di Lingkungan Kementerian Keuangan, dokumen kelengkapan Dialog Kinerja Organisasi adalah sebagai berikut:

a. Kerangka Acuan Dialog Kinerja (KADK);b. efektivitas waktu Dialog Kinerja;c. Kuesioner umpan balik pelaksanaan Dialog Kinerja;d. Risalah Rapat (Notula) Dialog Kinerja;e. Matriks Tindak Lanjut Dialog Kinerja.

Tabel 4.2. Kriteria Penilaian Unsur Kedua Peningkatan Kualitas Pengelolaan Kinerja

NILAI KRITERIA100 Telah dilaksanakan DKO secara rutin, minimal sebulan sekali dan selalu dihadiri oleh kepala

kantor. DKO tersebut selalu didukung dokumentasi secara memadai, yaitu nota dinas/undangan, daftar hadir, dokumen kelengkapan DKO sebagaimana 590/KMK.01/2016, dan dokumentasi foto.

90 Telah dilaksanakan DKO secara rutin, minimal sebulan sekali, dan selalu dihadiri oleh kepala kantor, tetapi tidak selalu didukung dokumentasi secara memadai.

80 Telah dilaksanakan DKO secara rutin minimal sebulan sekali, tetapi tidak selalu dihadiri oleh kepala kantor. DKO tersebut selalu didukung dokumentasi secara memadai.

Direktorat Jenderal Perbendaharaan243

NILAI KRITERIA70 Telah dilaksanakan DKO secara rutin minimal sebulan sekali, tetapi tidak selalu dihadiri oleh

kepala kantor dan tidak selalu didukung dokumentasi secara memadai.

60 Telah dilaksanakan DKO secara triwulanan, selalu dihadiri oleh kepala kantor, dan selalu didukung dokumentasi secara memadai.

50 Telah dilaksanakan DKO secara triwulanan dan selalu dihadiri oleh kepala kantor, tetapi tidak selalu didukung dokumentasi secara memadai.

40 Telah dilaksanakan DKO secara triwulanan, tetapi tidak selalu dihadiri oleh kepala kantor. DKO tersebut selalu didukung dokumentasi secara memadai.

30 Telah dilaksanakan DKO secara triwulanan, tetapi tidak selalu dihadiri oleh kepala kantor dan tidak selalu didukung dokumentasi secara memadai.

20 Telah dilaksanakan DKO, tetapi tidak secara rutin minimal Triwulanan. DKO tersebut selalu didukung dokumentasi secara memadai.

10 Telah dilaksanakan DKO, tetapi tidak secara rutin minimal triwulanan, dan tidak selalu didukung dokumentasi secara memadai.

0 Tidak pernah dilaksanakan DKO.

3. Memberikan pemahaman terhadap strategi organisasiUnsur ini dinilai dalam rangka mendorong komitmen pimpinan terhadap pengelolaan kinerja di setiap unit melalui keterlibatan langsung dalam menginternalisasi dan memberikan pemahaman Visi, Misi, Peta Strategi, dan IKU kepada seluruh pegawai dan stakeholders. Kegiatan pemberian pemahaman strategi organisasi dimaksud dapat dilaksanakan dalam berbagai bentuk, yaitu GKM/Coffee Morning/Capacity Building/Sosialisasi, baik kepada pihak internal maupun eksternal. Kriteria pemenuhan action plan tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 4.3. Kriteria Penilaian Unsur Ketiga Peningkatan Kualitas Pengelolaan Kinerja

NILAI KRITERIA100 Pimpinan telah melaksanakan internalisasi/sosialisasi strategi organisasi kepada seluruh pega-

wai dan kepada stakeholders, dan dibuktikan dengan Undangan, Daftar Hadir, Notulensi, dan Foto Kegiatan.

75 Pimpinan telah melaksanakan internalisasi/sosialisasi strategi organisasi kepada stakeholders, tetapi tidak dilaksanakan kepada para pegawai. Dibuktikan dengan Undangan, Daftar Hadir, Notulensi, dan Foto Kegiatan.

50 Pimpinan telah melaksanakan internalisasi/sosialisasi strategi organisasi kepada kepada para pegawai, tetapi tidak dilaksanakan kepada para stakeholders. Dibuktikan dengan Undangan, Daftar Hadir, Notulensi, dan Foto Kegiatan.

0 Tidak pernah dilakukan internalisasi/sosialsasi strategi organisasi kepada seluruh pegawai maupun kepada stakeholders.

4. Menyusun dan mengusulkan IKU tambahanUnsur ini dinilai dalam rangka mendorong inisiasi target kinerja yang disusun oleh setiap unit sesuai dengan kondisi dan kebutuhan riil untuk mendukung Peta Strategi unit kerja. Usulan IKU tambahan tersebut meliputi IKU tambahan bagi Kemenkeu-Four dan Kemenkeu-Five yang selaras dengan Visi, Misi, dan karakteristik di setiap unit kerja. Usulan IKU tambahan tersebut dilakukan melalui proses pembahasan di internal unit kerja. Kriteria pemenuhan action plan tersebut adalah sebagai berikut:

Laporan Kinerja 2018 244

Tabel 4.4. Kriteria Penilaian Unsur Keempat Peningkatan Kualitas Pengelolaan Kinerja

NILAI KRITERIA100 Telah diusulkan IKU tambahan beserta Manual IKU-nya kepada Kantor Pusat

50 Telah diusulkan IKU tambahan kepada Kantor Pusat, tetapi tidak disertai Manual IKU

0 Tidak mengusulkan IKU tambahan

5. Penyusunan Inisiatif StrategisDalam rangka mendukung capaian target IKU yang telah ditetapkan, khususnya terhadap IKU yang pencapaiannya memerlukan extra effort, maka dalam Kontrak Kinerja Pemilik Peta Strategi perlu dicantumkan suatu Inisiatif Strategi. Inisiatif Strategi yang disusun harus memenuhi kriteria antara lain, merupakan terobosan yang berpengaruh signifikan terhadap pencapaian strategi organisasi, tidak sekedar rutinitas, memiliki output/outcome dan periode waktu penyelesaian yang spesifik. Action plan ini dinilai dengan mengukur kesesuaian penyusunan Inisiatif Strategis berdasarkan kriteria dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 467/KMK.01/2014 tentang Pengelolaan Kinerja di Lingkungan Kementerian Keuangan. Kriteria pemenuhan action plan tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 4.5. Kriteria Penilaian Unsur Kelima Peningkatan Kualitas Pengelolaan Kinerja

NILAI KRITERIA100 Jika telah menyusun Inisiatif Strategis dan memenuhi kriteria penyusunan Inisiatif Strategis

75 Jika telah menyusun Inisiatif Strategis, tetapi hanya sebagian yang memenuhi kriteria penyusu-nan Inisiatif Strategis

50 Jika telah menyusun Inisiatif Strategis, tetapi Inisiatif Strategis yang disusun tidak memenuhi kriteria penyusunan Inisiatif Strategis

0 Tidak menyusun Inisiatif Strategis

6. Penyusunan Matriks CascadingAction Plan ini dinilai berdasarkan kepatuhan unit kerja dalam menyusun matriks cascading. Matriks cascading disusun sebagai alat monitoring untuk memastikan keselarasan IKU hasil cascading pada unit/pegawai di level yang lebih rendah dan alignment antar unit yang selevel. Selain itu, matriks cascading juga dapat digunakan sebagai alat monitoring untuk meminimalisir IKU yang bersifat tanggung renteng. Kriteria pemenuhan action plan tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 4.6. Kriteria Penilaian Unsur Keenam Peningkatan Kualitas Pengelolaan Kinerja

NILAI KRITERIA100 Jika telah disusun matriks cascading secara lengkap untuk seluruh level

50 Jika matriks cascading disusun hanya pada level Kemenkeu-Two untuk Kanwil atau Kemen-keu-Three untuk KPPN

0 Jika belum disusun matriks cascading

7. Melakukan evaluasi terhadap pelayanan unit pendukung (Bagian Umum/Subbag Umum) melalui survei kepuasan pegawaiDalam rangka menyelaraskan strategi antara unit teknis dan unit pendukung, perlu dilakukan evaluasi pelayanan unit pendukung melalui survei kepuasan pegawai. Pelaksanaan evaluasi dilaksanakan dengan menggunakan kuesioner yang mengacu pada Kepdirjen Perbendaharaan tentang Pedoman Pembinaan dan Supervisi KPPN. Action plan ini dinilai berdasarkan pelaksanaan survei terhadap seluruh pegawai di setiap unit. Kriteria pemenuhan action plan tersebut adalah sebagai berikut:

Direktorat Jenderal Perbendaharaan245

Tabel 4.7. Kriteria Penilaian Unsur Ketujuh Peningkatan Kualitas Pengelolaan Kinerja

NILAI KRITERIA100 Telah dilaksanakan survei kepuasan pegawai, dan disertai bukti-bukti pendukung (rekapitulasi

hasil survei/penjelasan hasil survei/lembar pengisian survei).

50 Survei kepuasan pegawai dilaporkan telah dilaksanakan, namun tidak disertai bukti-bukti pen-dukung.

0 Tidak dilaksanakan.

8. Memberikan apresiasi terhadap pencapaian target IKUAction plan ini menilai inisiatif yang telah dilaksanakan oleh unit dalam memberikan apresiasi terhadap para pegawai dengan pencapaian IKU yang optimal. Bentuk apresiasi dapat berupa kebijakan baik yang bersifat financial maupun non-financial, yaitu:a. Usulan kenaikan grade berdasarkan Nilai Kinerja Pegawai;b. Pemilihan program “the best employee” yang salah satu kriterianya berdasarkan NKP/NPKP;c. Nota Dinas apresiasi kepada pejabat/pegawai yang mencapai target IKU atau melaksanakan Inisiatif

Strategis sesuai target;d. Prioritas usulan atau penugasan khusus berdasarkan capaian IKU pegawai, misalnya penugasan

sebagai narasumber atau prioritas usulan diklat, short course, dan beasiswa.

Kriteria pemenuhan action plan tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 4.8. Kriteria Penilaian Unsur Kedelapan Peningkatan Kualitas Pengelolaan Kinerja

NILAI KRITERIA100 Jika berbagai bentuk apresiasi telah dilaksanakan.

75 Jika tiga dari empat bentuk apresiasi di atas telah dilaksanakan.

50 Jika dua dari empat bentuk apresiasi di atas telah dilaksanakan.

25 Jika satu dari empat bentuk apresiasi di atas telah dilaksanakan.

0 Tidak dilaksanakan.

9. Internalisasi Visi, Misi, Peta Strategi, IKU Unit dan pengelolaan kinerja kepada pegawai melalui berbagai mediaAction plan ini dinilai berdasarkan pelaksanaan internalisasi strategi organisasi dan pengelolaan kinerja kepada seluruh pegawai dalam berbagai media, yaitu:a. Banner, poster, atau pamflet Visi, Misi, Peta Strategi, IKU pemilik peta strategi dan pedoman

pengelolaan kinerja dipasang di tempat strategis;b. Booklet atau leaflet Visi, Misi, Peta Strategi, IKU pemilik peta strategi dan pedoman pengelolaan

kinerja dibagikan kepada seluruh pegawai;c. Materi Visi, Misi, Peta Strategi, IKU pemilik peta strategi dan pedoman pengelolaan kinerja

ditayangkan pada website Kanwil DJPb/KPPN.

Kriteria pemenuhan action plan tersebut adalah sebagai berikut:

Laporan Kinerja 2018 246

Tabel 4.9. Kriteria Penilaian Unsur Kesembilan Peningkatan Kualitas Pengelolaan Kinerja

NILAI KRITERIA100 Jika visi, misi, peta strategi, IKU pemilik peta strategi, dan pedoman pengelolaan kinerja

diinternalisasikan kepada para pegawai melalui berbagai bentuk media di atas.

75 ika visi, misi, peta strategi, IKU pemilik peta strategi dan pedoman pengelolaan kinerja diinternalisasikan hanya melalui 2 dari 3 media di atas.

50 Jika visi, misi, peta strategi, IKU pemilik peta strategi dan pedoman pengelolaan kinerja diinternalisasikan hanya melalui salah satu media di atas.

0 Tidak dilaksanakan internalisasi.

10. Mensosialisasikan dan mengevaluasi pengelolaan kinerja kepada pegawaiPengelola Kinerja memiliki tugas dan wewenang untuk mengkoordinasikan pelaksanaan sosialisasi dan evaluasi pengelolaan kinerja berbasis BSc di lingkungan unit kerja masing-masing. Pelaksanaan sosialisasi merupakan proses tatap muka antara narasumber (pengelola kinerja) dan para pejabat/pegawai melalui forum GKM/Capacity Building/FGD/forum sejenis untuk membahas terkait pedoman atau kebijakan pengelolaaan kinerja organisasi/pegawai termasuk sosialisasi terkait aplikasi pengelolaan kinerja existing yang meliputi:a. Aplikasi e-Performance;b. Aplikasi Buku Saku Pengelolaan Kinerja berbasis Android;c. Aplikasi Fitur Penatausahaan Dokumen Pengelolaan Kinerja pada Aplikasi PBN-Open.

Sementara itu, untuk mengevaluasi kualitas pengelolaan kinerja di setiap unit, dilaksanakan dengan penyebaran kuesioner evaluasi peningkatan kualitas pengelolaan kinerja kepada seluruh pegawai secara berkala (triwulanan). Action plan ini dinilai berdasarkan:a. Pelaksanaan sosialisasi pengelolaan kinerja kepada pegawai yang dibuktikan dengan undangan,

daftar absensi, dan notulen;b. Pelaksanaan evaluasi pengelolaan kinerja yang dibuktikan dengan hasil kuesioner survei evaluasi

peningkatan kualitas pengelolaan kinerja;c. Tingkat partisipasi pegawai Kanwil/KPPN dalam mengisi survei online evaluasi pengelola kinerja.

Kriteria pemenuhan action plan tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 4.10. Kriteria Penilaian Unsur Kesepuluh Peningkatan Kualitas Pengelolaan Kinerja

NILAI KRITERIA100 Jika sosialisasi dan penyebaran kuesioner survei peningkatan kualitas pengelolaan kinerja

dilaksanakan lebih dari dua kali dalam setahun, serta tingkat partisipasi survei online evaluasi pengelola kinerja ≥ 95%

90 Jika sosialisasi dan penyebaran kuesioner survei peningkatan kualitas pengelolaan kinerja dilaksanakan lebih dari dua kali dalam setahun, serta tingkat partisipasi survei online evaluasi pengelola kinerja 85% ≤ X < 95%

80 Jika sosialisasi dan penyebaran kuesioner survei peningkatan kualitas pengelolaan kinerja dilaksanakan lebih dari dua kali dalam setahun, serta tingkat partisipasi survei online evaluasi pengelola kinerja < 85%

70 Jika sosialisasi pengelolaan kinerja dan penyebaran kuesioner survei peningkatan kualitas pengelolaan kinerja dilaksanakan dua kali dalam setahun

Direktorat Jenderal Perbendaharaan247

NILAI KRITERIA60 Jika sosialisasi pengelolaan kinerja dan penyebaran kuesioner survei peningkatan kualitas

pengelolaan kinerja dilaksanakan kurang dari dua kali dalam setahun, serta tingkat partisipasi survei online evaluasi pengelola kinerja ≥ 95%

50 Jika sosialisasi pengelolaan kinerja dan penyebaran kuesioner survei peningkatan kualitas pengelolaan kinerja dilaksanakan kurang dari dua kali dalam setahun, serta tingkat partisipasi survei online evaluasi pengelola kinerja < 95%

11. Ketepatan Waktu Penyampaian laporan capaian IKU dan laporan langkah-langkah peningkatan kualitas pengelolaan kinerja Action Plan ini dinilai berdasarkan ketepatan waktu setiap unit kerja dalam menyampaikan laporan capaian IKU periode triwulan I, II, dan III tahun bersangkutan dan laporan langkah-langkah peningkatan pengelolaan kinerja periode Triwulan I, II, dan III tahun bersangkutan kepada Kantor Pusat DJPb, dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Unit eselon II Kantor Pusat dan Kanwil DJPb dinilai berdasarkan penyampaian laporan capaian IKU dan laporan langkah-langkah peningkatan pengelolaan kinerja (enam laporan), dengan kriteria penilaian sebagai berikut:

Tabel 4.11. Kriteria Kantor Pusat dan Kanwil DJPb

dalam Penilaian Unsur Kesebelas Peningkatan Kualitas Pengelolaan Kinerja

NILAI KRITERIA100 Jika seluruh laporan (enam laporan) disampaikan secara tepat waktu

83 Jika lima dari enam laporan disampaikan secara tepat waktu

66 Jika empat dari enam laporan disampaikan secara tepat waktu

50 Jika tiga dari enam laporan disampaikan secara tepat waktu

33 Jika dua dari enam laporan disampaikan secara tepat waktu

16 Jika satu dari enam laporan disampaikan secara tepat waktu

0 Jika enam laporan disampaikan tidak tepat waktu

b. KPPN dinilai berdasarkan penyampaian laporan langkah-langkah peningkatan pengelolaan kinerja (tiga laporan), dengan kriteria penilaian sebagai berikut:

Tabel 4.12. Kriteria KPPN dalam Penilaian Unsur Kesebelas Peningkatan Kualitas Pengelolaan Kinerja

NILAI KRITERIA100 Jika seluruh (tiga) laporan disampaikan secara tepat waktu

66 Jika dua dari tiga laporan disampaikan secara tepat

33 Jika satu dari tiga laporan disampaikan secara tepat waktu

0 Jika seluruh (tiga) laporan disampaikan tidak tepat waktu

Laporan Kinerja 2018 248

12. Penyampaian laporan Piagam RisikoAction Plan ini dinilai berdasarkan compliance setiap unit kerja dalam menyampaikan laporan Piagam Risiko kepada Kantor Pusat DJPb. Kriteria pemenuhan action plan tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 4.13. Kriteria Penilaian Unsur Kedua Belas Peningkatan Kualitas Pengelolaan Kinerja

NILAI KRITERIA100 Jika piagam risiko telah disampaikan

0 Jika piagam risiko tidak disampaikan

13. Pembinaan kepada KPPN dalam Pengelolaan Kinerja (Khusus Kanwil)Action Plan ini dinilai berdasarkan pelaksanaan pembinaan yang dilakukan oleh pengelola kinerja Kanwil DJPb terhadap pengelolaan kinerja KPPN di wilayah kerjanya. Kegiatan pembinaan Kanwil DJPb terhadap pengelolaan kinerja KPPN diwujudkan dalam bentuk sebagai berikut:a. Melakukan evaluasi atas pengelolaan kinerja pada KPPN;b. Melakukan sosialisasi/asistensi kepada KPPN baik secara on the spot di KPPN maupun dengan

mengundang pengelola kinerja KPPN ke Kanwil DJPb;c. Menyebarkan kuesioner survei evaluasi pembinaan Kanwil DJPb ke KPPN.

Kriteria pemenuhan action plan tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 4.14. Kriteria Penilaian Unsur Ketiga Belas Peningkatan Kualitas Pengelolaan Kinerja

NILAI KRITERIA100 Seluruh kegiatan pembinaan pengelolaan kinerja KPPN sebagaimana tersebut di atas

dilaksanakan.

90 Pembinaan pengelolaan kinerja kepada KPPN dilakukan dalam bentuk sosialisasi/asistensi dan dalam bentuk evaluasi.

80 Pembinaan pengelolaan kinerja kepada KPPN dilakukan dalam bentuk evaluasi serta penyebaran kuesioner survei ke KPPN.

70 Pembinaan pengelolaan kinerja kepada KPPN dilakukan dalam bentuk sosialisasi/asistensi serta penyebaran kuesioner survei ke KPPN.

60 Pembinaan pengelolaan kinerja kepada KPPN hanya dilakukan dalam bentuk evaluasi.

50 Pembinaan pengelolaan kinerja kepada KPPN hanya dilakukan dalam bentuk sosialisasi/asistensi serta penyebaran kuesioner survei ke KPPN.

0 Tidak dilaksanakan pembinaan pengelolaan kinerja KPPN.

14. Pemenuhan Dokumen Pendukung Pengelolaan Kinerja Dokumen pendukung terdiri dari dokumen perencanaan strategis, dokumen perencanaan kegiatan, dokumen eksekusi strategi dan dokumen tindak lanjut hasil monitoring dan evaluasi. Action Plan ini dinilai berdasarkan pemenuhan dokumen pendukung pengelolaan kinerja sebagai berikut:a. Dokumen Rencana Kerja Tahunan beserta bukti dukung rapat pembahasan (undangan rapat,

absensi, dan notulen rapat);b. Dokumen RKAKL/POK beserta bukti dukung rapat pembahasan (undangan rapat, absensi, dan

notulen rapat);c. Dokumen kalender kegiatan;d. Dokumen laporan pelaksanaan kegiatan;e. Matriks Tindak Lanjut (MTL).

Direktorat Jenderal Perbendaharaan249

Kriteria pemenuhan action plan tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 4.15. Kriteria Penilaian Unsur Keempat Belas Peningkatan Kualitas Pengelolaan Kinerja

NILAI KRITERIA100 Memenuhi semua data dukung dokumen perencanaan dan eksekusi strategi

80 Memenuhi empat dari lima data dukung dokumen perencanaan dan eksekusi strategi

60 Memenuhi tiga dari lima data dukung dokumen perencanaan dan eksekusi strategi

40 Memenuhi dua dari lima data dukung dokumen perencanaan dan eksekusi strategi

20 Memenuhi satu dari lima data dukung dokumen perencanaan dan eksekusi strategi

0 Tidak ada data dukung sebagai bukti pemenuhan perencanaan dan eksekusi strategis

15. Tingkat Partisipasi Kategori ini dinilai berdasarkan peran serta setiap unit lingkup DJPb dalam peningkatan kualitas pengelolaan kinerja DJPb, berupa:a. Memberi masukan secara tertulis atas reviu draft Peta Strategi, IKU, target IKU, dan manual IKU pada

saat refinement Kontrak Kinerja;b. Memberi usulan perbaikan konstruktif secara tertulis pada saat pelaksanaan pengelolaan kinerja;c. Menjadi unit objek sampel Reviu Pengelolaan Kinerja oleh Biro Perencanaan dan Keuangan

Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan.

Kriteria pemenuhan action plan tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 4.16. Kriteria Penilaian Unsur Kelima Belas Peningkatan Kualitas Pengelolaan Kinerja

NILAI KRITERIA100 Jika menjadi objek sampel Reviu Pengelolaan Kinerja

80 Jika menyampaikan surat masukan secara tertulis lebih dari 2 (dua) kali dalam setahun

70 Jika menyampaikan surat masukan secara tertulis 2 (dua) kali dalam setahun

60 Jika menyampaikan surat masukan secara tertulis1 (satu) kali dalam setahun

0 Tidak pernah menyampaikan surat masukan

16. Kualitas Laporan Capaian IKU (Khusus Kanwil DJPb)Kriteria ini menilai kualitas laporan capaian IKU yang telah disampaikan secara triwulanan. Kualitas laporan capaian IKU diukur berdasarkan kesesuaian laporan dengan format yang telah ditetapkan (konvensional dan IIAA) serta kelengkapan lampiran sebagai berikut:a. Raw Data Capaian IKU;b. Laporan progress Inisiatif Strategis Kanwil DJPb;c. Rekapitulasi capaian IKU Kemenkeu-Three KPPN lingkup wilayah kerjanya;d. Rekapitulasi progress Inisiatif Strategis KPPN lingkup wilayah kerjanya.

Kriteria pemenuhan action plan tersebut adalah sebagai berikut:

Laporan Kinerja 2018 250

Tabel 4.17. Kriteria Penilaian Unsur Keenam Belas Peningkatan Kualitas Pengelolaan Kinerja

NILAI KRITERIA100 Laporan disampaikan sesuai format, dilengkapi seluruh lampiran yang dipersyaratkan, serta

disampaikan dalam bentuk aplikasi e-book.

90 Laporan disampaikan sesuai format, dilengkapi seluruh lampiran yang dipersyaratkan, tetapi disampaikan tidak dalam bentuk aplikasi e-book.

80 Laporan disampaikan sesuai format, lampiran tidak lengkap, serta disampaikan dalam bentuk aplikasi e-book.

70 Laporan disampaikan sesuai format, lampiran tidak lengkap, serta disampaikan tidak dalam bentuk aplikasi e-book.

50 Laporan yang disampaikan tidak sesuai format, dilengkapi lampiran yang dipersyaratkan.

25 Laporan yang disampaikan tidak sesuai format dan tidak dilengkapi lampiran yang dipersyaratkan.

17. Kualitas Laporan Peningkatan Kualitas Pengelolaan KinerjaKriteria ini menilai kualitas laporan peningkatan kualitas pengelolaan kinerja yang telah disampaikan secara triwulanan. Kualitas laporan peningkatan kualitas pengelolaan kinerja diukur berdasarkan parameter sebagai berikut:a. Laporan disusun secara informatif disertai penjelasan berupa narasi yang komprehensif;b. Laporan beserta bukti dukung disampaikan dalam bentuk aplikasi e-book yang memenuhi unsur

sistematis, estetika, dan infografis.

Kualitas penyajian laporan dengan penilaian sebagai berikut:

Tabel 4.18. Kriteria Penilaian Unsur Ketujuh Belas Peningkatan Kualitas Pengelolaan Kinerja

NILAI KRITERIA100 Laporan yang disampaikan sesuai format dan informatif, serta disampaikan dalam bentuk ap-

likasi e-book.

80 Laporan yang disampaikan sesuai format dan informatif, serta tidak disampaikan dalam bentuk aplikasi e-book.

70 Laporan yang disampaikan sesuai format, tetapi tidak informatif, serta disampaikan dalam ben-tuk aplikasi e-book.

50 Laporan yang disampaikan sesuai format, tetapi tidak informatif, serta tidak disampaikan dalam bentuk aplikasi e-book.

Direktorat Jenderal Perbendaharaan251

BAB 5P E N U T U P

Penutup

Lampiran

Laporan Kinerja 2018 252

BAB 5P E N U T U P

Penutup

Lampiran

Direktorat Jenderal Perbendaharaan253

P E N U T U P

A. Penutup

Laporan Kinerja (LAKIN) Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPb) Tahun 2018 merupakan bentuk pertanggungjawaban pencapaian visi misi DJPb dalam tahun anggaran 2018 dan disusun berdasarkan perjanjian kinerja tahunan yang ditetapkan pada awal tahun anggaran sekaligus sebagai perwujudan pelaksanaan Peraturan Presiden No. 29 Tahun 2014 dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No. 53 Tahun 2014 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.

DJPb merupakan salah satu unit eselon I di lingkungan Kemenkeu yang ditinjau dari tugas dan fungsinya memiliki variasi tugas yang beragam. Hal ini mengingat bahwa sebagai hasil reorganisasi di lingkungan Kementerian Keuangan yang merupakan bagian dari pelaksanaan reformasi manajemen keuangan negara, DJPb merupakan gabungan dari beberapa tugas dan fungsi yang beragam.

Keberagaman tugas dan fungsi tersebut menjadikan DJPb memiliki peran yang strategis terhadap keberhasilan pencapaian tugas Kemenkeu secara keseluruhan. DJPb memiliki peran strategis mengingat bahwa dari keseluruhan siklus APBN, DJPb memegang peran yang dinamis berkaitan dengan penyiapan/penyelesaian dokumen pelaksanaan anggaran, pengelolaan kas, manajemen investasi, pembinaan pengelolaan keuangan BLU, sistem perbendaharaan, dan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN.

Pencapaian kinerja DJPb tahun 2018 telah sesuai dengan yang diharapkan di mana seluruh IKU telah mencapai target yang ditentukan. Kinerja DJPb tahun 2018 yang dapat dinilai sebagai sebuah prestasi, antara lain:1. Nilai Kinerja Organisasi (NKO) DJPb yang diukur berdasarkan pengelolaan klinerja berbasis balance

scorecard (BSC) mencapai 108,1. Dari total 22 IKU, seluruhnya telah mencapai target yang telah ditetapkan. 2. Di samping itu, terdapat pula keberhasilan dan terobosan yang cukup signifikan dan membanggakan

dilakukan DJPb pada tahun 2018, yaitu:a. Perolehan opini WTP dari BPK atas LKPP Tahun 2017; b. Pengakuan OM-SPAN oleh Bank Dunia sebagai salah satu innovations in managing public money;c. Technical Assistance GFS Indonesia ke negara lain;d. Implementasi ISO 9001:2015 pada seluruh KPPN di Indonesia dan Layanan Contact Center HAI-DJPb;e. Kanwil dan Kantor Pelayanan Terbaik Tahun 2018;f. Peringkat Pertama Implementasi PUG lingkup Kemenkeu; g. Predikat WBK & WBBM tingkat nasional, akselrasi ZI menuju WBK DJPb, dan nilai tertinggi persepsi

integritas lingkup Kemenkeu;h. Pengelola Kinerja Terbaik Lingkup Kemenkeu, skor tertinggi SFO, dan nilai tertinggi survei kepuasan

pengguna layanan tahun 2018;i. implementasi e-spm, Kartu Kredit Pemerintah (KKP), BAS mobile, dan digitalisasi pembiayaan UMi;

Laporan Kinerja 2018 254

j. Pembentukan jabatan fungsional bidang perbendaharaan; k. Berbagai kinerja membanggakan lainnya.

Meskipun seluruh IKU DJPb telah terealisasi dan tercapai targetnya, DJPb secara berkelanjutan berusaha mengatasi segala permasalahan yang terdapat pada pencapaian setiap IKU dan terus meningkatkan kinerjanya secara optimal, baik kinerja utama maupun kinerja-kinerja lainnya. Upaya yang akan dilakukan DJPb guna meningkatkan kinerjanya di masa mendatang antara lain:1. Meningkatkan kinerja pelaksanaan anggaran K/L melalui sosialisasi langkah-langkah strategis pelaksanaan

anggaran, IKPA, monitoring dan evaluasi belanja K/L, serta pelaksanaan evaluasi pelaksanaan anggaran;2. Meningkatkan kualitas LKPP dengan menyelenggarakan bimbingan dan penyuluhan akuntansi

berkelanjutan dan monitoring penyelesaian tindak lanjut rekomendasi BPK atas LKPP, LK K/L, dan LKBUN;3. Meningkatkan kepuasan pengguna layanan DJPb dengan melakukan penyusunan updating langkah-

langkah peningkatan kinerja layanan 2019 dan internalisasi standar pelayanan minimum;4. Melakukan koordinasi dengan Tim Pembina K/L dan mendorong Satker K/L mitra kerja Kanwil DJPb dan

KPPN untuk meningkatkan kepatuhan dalam rekonsiliasi dan menjaga kualitas data laporan keuangan; 5. Koordinasi dengan direktorat teknis/unit terkait dan Biro Hukum terkait sinkronisasi dan konsepsi

peraturan , serta Biro KLI Setjen Kemenkeu terkait komunikasi publik;6. Meningkatkan simplifikasi pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran K/L melalui

pemantauan penyelesaian, monev, serta menyiapkan strategi komunikasi pelaksanaan anggaran; 7. Meningkatkan efektivitas pelatihan teknis perbendaharaan melalui updating materi sosialisasi sesuai

perkembangan kebijakan bidang pelaksanaan anggaran dan akuntansi dan pelaporan keuangan;8. Meningkatkan akurasi perencanaan kas pemerintah pusat melalui pemutakhiran proyeksi kas,

peningkatan intensitas komunikasi anggota CPIN, dan penyampaian data bulanan proyeksi dan realisasi; 9. Meningkatkan kinerja pelaksanaan special mission melalui: penagihan serta update data terkait;

mendorong Kanwil DJPb untuk aktif membina Satker BLU dan penetapan regulasi; serta meningkatkan koordinasi dalam perbaikan kinerja BPDPKS dan PIP;

10. Mempercepat proses pembahasan RUU P2 APBN dengan DPR melalui koordinasi dengan pihak-pihak terkait secara intensif;

11. Meningkatkan kualitas SDM DJPb yang fit for purpose melalui sosialisasi standar kompetensi terbaru dan optimalisasi peran atasan sebagai coach bawahan;

12. Monitoring pelaksanaan dan permasalahan implementasi inisiatif RBTK, koordinasi penilaian WBK/WBBM, serta koordinasi terkait ketentuan penilaian persepsi integritas;

13. Menggiatkan pelaksanaan implementasi SAKTI dan roll out pada Satker yang ditunjuk;14. Menjaga kualitas layanan DJPb melalui monitoring downtime sistem TIK layanan DJPb, serta menjalankan

penerapan praktik-praktik manajemen sebagai ukuran kapabilitas enabler proses tata kelola TIK;15. Memantau penyelesaian tindak lanjut rekomendasi BPK, penambahan SDM yang menguasai bidang

akuntansi, dan rapat koordinasi terkait tindak lanjut temuan BPK yang dispute;16. meningkatkan kualitas pelaksanaan anggaran DJPb melalui monev pelaksanaan anggaran DJPb dari sisi

penyerapan anggaran, keluran riil, efisiensi, konsistensi, serta IKPA DJPb.

Dengan disusunnya LAKIN ini, diharapkan DJPb dapat menyajikan informasi secara transparan baik kepada pimpinan Kemenkeu maupun kepada seluruh pihak yang terkait dengan tusi DJPb dan bagi seluruh jajaran DJPb dapat dimanfaatkan sebagai umpan balik guna peningkatan kinerja pada periode mendatang.

B. Lampiran

Lampiran LAKIN ini meliputi Perjanjian Kinerja Tahun 2018, Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Tahun 2018, Formulir Pengukuran Kinerja (FPK) Tahun 2018, dan Informasi Kinerja dan Anggaran DJPb Tahun 2018, sebagai berikut:

Direktorat Jenderal Perbendaharaan255

Laporan Kinerja 2018 256

Direktorat Jenderal Perbendaharaan257

Laporan Kinerja 2018 258

Direktorat Jenderal Perbendaharaan259

Laporan Kinerja 2018 260

Direktorat Jenderal Perbendaharaan261

Laporan Kinerja 2018 262

Direktorat Jenderal Perbendaharaan263

Laporan Kinerja 2018 264

halaman ini sengaja dikosongkan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan265

Laporan Kinerja 2018 266

Direktorat Jenderal Perbendaharaan267

Laporan Kinerja 2018 268

Direktorat Jenderal Perbendaharaan269

Laporan Kinerja 2018 270

Direktorat Jenderal Perbendaharaan271

Laporan Kinerja 2018 272

Direktorat Jenderal Perbendaharaan273

Laporan Kinerja 2018 274

Direktorat Jenderal Perbendaharaan275

Laporan Kinerja 2018 276

Direktorat Jenderal Perbendaharaan277

Laporan Kinerja 2018 278

Direktorat Jenderal Perbendaharaan279

Laporan Kinerja 2018 280

Direktorat Jenderal Perbendaharaan281

Laporan Kinerja 2018 282

Direktorat Jenderal Perbendaharaan283

Laporan Kinerja 2018 284

Direktorat Jenderal Perbendaharaan285

Laporan Kinerja 2018 286

Direktorat Jenderal Perbendaharaan287

Laporan Kinerja 2018 288

Direktorat Jenderal Perbendaharaan289

Laporan Kinerja 2018 290

Direktorat Jenderal Perbendaharaan291

Laporan Kinerja 2018 292

Direktorat Jenderal Perbendaharaan293

Laporan Kinerja 2018 294

Direktorat Jenderal Perbendaharaan295

Laporan Kinerja 2018 296

Direktorat Jenderal Perbendaharaan297

Laporan Kinerja 2018 298

Direktorat Jenderal Perbendaharaan299

Laporan Kinerja 2018 300

Direktorat Jenderal Perbendaharaan301

Laporan Kinerja 2018 302

Direktorat Jenderal Perbendaharaan303

halaman ini sengaja dikosongkan

Laporan Kinerja 2018 304

DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAANKEMENTERIAN KEUANGANREPUBLIK INDONESIA

Gd. Prijadi Praptosuhardjo I, Jalan Lapangan Banteng Timur No. 2-4

Jakarta Pusat, DKI Jakarta 10710

Telp. (021) 3449230, Fax. (021) 3454640

Situs: www.djpb.kemenkeu.go.id

Helpdesk haiDJPb: hai.kemenkeu.go.id (Call Center: 14090)

LAP

OR

AN

KIN

ERJA

DIR

EKTO

RA

T JE

ND

ERA

L P

ERB

END

AH

AR

AA

N T

AH

UN

201

8