20 BAB II

35
20 BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Permintaan 2.1.1 Pengertian Konsep Permintaan Pada umumnya kebutuhan manusia mempunyai sifat yang tidak terbatas, sedangkan alat pemuas kebutuhan itu sifatnya terbatas. Jadi tidak semua kebutuhan akan terpenuhi. Kebutuhan seseorang dikatakan terpenuhi apabila ia dapat mengkonsumsi barang/jasa yang ia butuhkan. Sementara itu, yang dimaksud dengan kebutuhan masyarakat adalah keinginan masyarakat untuk memperoleh dan mengkonsumsikan barang dan jasa. Yang dimaksud dengan permintaan adalah jumlah barang yang diminta pada suatu pasar tertentu dengan tingkat harga tertentu pada tingkat pendapatan tertentu dan dalam periode tertentu yang didukung oleh daya beli. Yang dimaksud daya beli adalah kemampuan konsumen untuk membeli sejumlah barang yang diinginkan, yang biasanya dinyatakan dalam bentuk uang. Namun demikian daya beli tersebut juga relatif terbatas seperti halnya sumber-sumber ekonomi lainnya. (matakuliah.files.wordpress.com/2007/09/te-mik-2.pdf) Permintaan adalah sejumlah barang dan jasa yang diinginkan untuk dibeli atau dimiliki pada berbagai tingkat harga yang berlaku di pasar dan waktu tertentu. Universitas Sumatera Utara

Transcript of 20 BAB II

20

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1 Permintaan

2.1.1 Pengertian Konsep Permintaan

Pada umumnya kebutuhan manusia mempunyai sifat yang tidak terbatas,

sedangkan alat pemuas kebutuhan itu sifatnya terbatas. Jadi tidak semua kebutuhan

akan terpenuhi. Kebutuhan seseorang dikatakan terpenuhi apabila ia dapat

mengkonsumsi barang/jasa yang ia butuhkan. Sementara itu, yang dimaksud dengan

kebutuhan masyarakat adalah keinginan masyarakat untuk memperoleh dan

mengkonsumsikan barang dan jasa.

Yang dimaksud dengan permintaan adalah jumlah barang yang diminta pada

suatu pasar tertentu dengan tingkat harga tertentu pada tingkat pendapatan tertentu

dan dalam periode tertentu yang didukung oleh daya beli. Yang dimaksud daya beli

adalah kemampuan konsumen untuk membeli sejumlah barang yang diinginkan, yang

biasanya dinyatakan dalam bentuk uang. Namun demikian daya beli tersebut juga

relatif terbatas seperti halnya sumber-sumber ekonomi lainnya.

(matakuliah.files.wordpress.com/2007/09/te-mik-2.pdf)

Permintaan adalah sejumlah barang dan jasa yang diinginkan untuk dibeli atau

dimiliki pada berbagai tingkat harga yang berlaku di pasar dan waktu tertentu.

Universitas Sumatera Utara

21

Contoh:

Seorang siswa SMU Terbuka membutuhkan buku tulis, yang berasal dari uang saku

yang dikumpulkan. Di toko buku siswa tersebut mengadakan tawar-menawar dan

disepakati harga sebuah buku Rp.2.500,00 dengan isi 40 lembar. Sesuai dengan

kemampuannya, maka siswa tersebut membeli 4 buah buku tulis. Contoh tersebut di

atas adalah contoh permintaan perseorangan. Jika dalam satu sekolah buku tersebut

pada harga Rp.2.500,00, jumlah pembeli 100 orang dengan jumlah yang dibeli 500

buah, merupakan contoh permintaan pasar.

Permintaan dapat dibagi menjadi 2 (dua) macam:

a. Permintaan absolut (absolut demand)

Permintaan absolut adalah seluruh permintaan terhadap barang dan jasa baik yang

bertenaga beli/berkemampuan membeli, maupun yang tidak bertenaga beli.

b. Permintaan efektif (effective demand)

Permintaan efektif adalah permintaan terhadap barang dan jasa yang disertai

kemampuan membeli. (www.e-dukasi.net)

2.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan

Permintaan seseorang atau suatu masyarakat terhadap suatu produk di pasaran

ditentukan oleh banyak faktor. Menurut Prathama Rahardja dan Mandala Manurung

(2004:12) terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi permintaan suatu

barang, yaitu:

Universitas Sumatera Utara

22

1. Harga Barang Itu Sendiri

Jika harga suatu barang semakin murah, maka permintaan konsumen terhadap

barang itu akan bertambah. Begitu juga sebaliknya, jika harga suatu barang semakin

mahal, maka permintaan konsumen terhadap barang itu akan menurun. Hal ini

membawa kita ke hukum permintaan, yang menyatakan “Bila harga suatu barang

naik, ceteris paribus, maka jumlah barang yang diminta akan berkurang, dan

sebaliknya”.

2. Harga Barang Lain Yang Terkait

Harga barang lain juga dapat mempengaruhi permintaan suatu barang, tetapi

kedua macam barang tersebut mempunyai keterkaitan. Keterkaitan dua macam

barang dapat bersifat substitusi (pengganti) dan bersifat komplemen (pelengkap).

3. Tingkat Pendapatan Perkapita

Tingkat pendapatan perkapita dapat mencerminkan daya beli. Makin tinggi

tingkat pendapatan, daya beli makin kuat, sehingga permintaan terhadap suatu barang

meningkat.

4. Selera atau Kebiasaan Konsumen

Selera atau kebiasaan konsumen juga dapat mempengaruhi permintaan suatu

barang. Selera konsumen dapat disebabkan oleh perubahan umur, perubahan

pendapatan, perubahan lingkungan, dan sebagainya.

Universitas Sumatera Utara

23

5. Jumlah Penduduk

Permintaan suatu barang berhubungan positif dengan jumlah penduduk.

Semakin banyak jumlah penduduk, maka kebutuhan akan bertambah, sehingga

permintaan terhadap barang akan meningkat.

6. Perkiraan Harga di Masa Mendatang

Bila kita memperkirakan bahwa harga suatu barang akan naik di masa

mendatang, maka kita cenderung membeli barang itu sekarang sehingga mendorong

orang untuk membeli lebih banyak saat ini dengan alasan guna menghemat belanja di

masa mendatang.

7. Distribusi Pendapatan

Jika distribusi pendapatan buruk, berarti daya beli secara umum melemah,

sehingga permintaan terhadap suatu barang menurun.

8. Usaha-Usaha Produsen Meningkatkan Penjualan

Dalam perekonomian yang modern, bujukan para penjual untuk membeli

barang besar sekali peranannya dalam mempengaruhi masyarakat. Seperti halnya

iklan, memungkinkan masyarakat untuk mengenal suatu barang baru atau

menimbulkan permintaan terhadap barang tersebut. Untuk barang-barang yang sudah

lama, pengiklanan akan mengingatkan orang tentang adanya barang tersebut dan

menarik minat untuk membeli. Promosi penjualan lainnya, seperti pemberian hadiah

kepada pembeli dan potongan harga apabila membeli suatu barang.

Universitas Sumatera Utara

24

2.1.3 Hukum Permintaan

Hukum permintaan menjelaskan sifat keterkaitan diantara permintaan sesuatu

barang dengan harganya. Hukum permintaan pada hakekatnya merupakan suatu

hipotesa yang menyatakan bahwa semakin rendah harga sesuatu barang, maka

semakin banyak permintaan terhadap barang tersebut, dan sebaliknya semakin tinggi

harga sesuatu barang, maka semakin sedikit permintaan terhadap barang tersebut

(Sadono Sukirno, 2005:76).

Hukum permintaan pada hakikatnya merupakan suatu hipotesis yang

menyatakan:

“Hubungan antara barang yang diminta dengan harga barang tersebut dimana

hubungan berbanding terbalik yaitu ketika harga meningkat atau naik maka jumlah

barang yang diminta akan menurun dan sebaliknya apabila harga turun jumlah barang

meningkat.

2.1.4 Skedul dan Kurva Permintaan

Menurut Tri Kunawangsih Pracoyo dan Antyo Pracoyo (2006) skedul

permintaan adalah suatu cara untuk menunjukkan hubungan antara jumlah barang

yang diminta pada berbagai tingkat harga, yang ditunjukkan dengan tabulasi angka-

angka harga maupun jumlah permintaan.

Disamping dapat diungkapkan dalam bentuk tabel, permintaan akan suatu

barang dari seorang konsumen dapat pula diungkapkan dalam bentuk grafik atau

Universitas Sumatera Utara

25

dalam bentuk persamaan matematik. Kalau sebuah permintaan diungkapkan dalam

bentuk grafik tepatnya disebut kurva permintaan atau garis permintaan apabila

permintaan tersebut bentuknya dalam grafik merupakan garis lurus. Sedangkan

apabila permintaan diungkapkan dalam bentuk persamaan matematik maka dapat

disebut sebagai fungsi permintaan.

Katakanlah permintaan terhadap suatu barang X hanya dipengaruhi oleh

harganya. Dengan mengubah-ubah harga, sementara pendapatan perorangan, selera,

harga barang-barang lain dianggap tetap (ceteris paribus), maka diperoleh skedul

permintaan perorangan terhadap barang tersebut. Penyajian kombinasi-kombinasi

harga dan kuantitas yang dipilih konsumen dapat disajikan dalam bentuk tabel

sebagai berikut:

Tabel 2.1

Skedul Permintaan Barang X

Titik Harga per unit (Rupiah) Jumlah yang diminta (unit)

A 6 4

B 5 5

C 4 6

D 3 7

E 2 8

F 1 9

Sumber: Ida Nuraini, 2005:14

Sedangkan kurva permintaan menunjukkan hubungan fungsional antara harga

dan jumlah barang yang diminta. Kurva permintaan berbagai jenis barang pada

umumnya menurun dari kiri atas ke kanan bawah. Kurva yang bersifat demikian

Universitas Sumatera Utara

26

disebabkan adanya keterkaitan diantara harga dan jumlah yang diminta, dimana kurva

permintaan tersebut mempunyai sifat hubungan yang terbalik. Kalau yang satunya

naik (misalnya harga) maka yang lainnya turun (misalnya jumlah yang diminta)

(Sadono Sukirno, 2005:80). Dengan menggunakan data-data numerik pada tabel 2.1

skedul permintaan di atas maka dapat digambarkan kurva permintaannya sebagai

berikut:

Gambar 2.1

Kurva Permintaan Barang X

Sumber: Ida Nuraini, 2005:15

Kurva permintaan merupakan tempat titik-titik yang masing-masing

menggambarkan tingkat maksimum pembelian pada harga tertentu, ceteris paribus.

Segala sesuatu di bawah kurva itu mungkin terjadi dan segala sesuatu di atas garis itu

tidak mungkin terjadi jika kondisi permintaan diketahui, maksudnya bahwa di bawah

kurva harga dan jumlah barang yang diminta merupakan titik-titik dari kepuasan

pembeli sedangkan di atas kurva bukan merupakan permintaan pokok lagi.

Universitas Sumatera Utara

27

2.1.5 Elastisitas Permintaan

Elastisitas permintaan mengukur perubahan relatif dalam jumlah unit barang

yang dibeli sebagai akibat perubahan salah satu faktor yang mempengaruhinya,

ceteris paribus.

Elastisitas yang dikaitkan dengan harga barang itu sendiri disebut elastisitas

harga (price elasticity of demand). Sedangkan elastisitas yang dikaitkan dengan harga

barang lain disebut elastisitas silang (cross elasticity), dan bila dikaitkan dengan

pendapatan disebut elastisitas pendapatan (income elasticity) (Prathama Rahardja dan

Mandala Manurung, 2006:55).

2.1.6 Jenis-Jenis Elastisitas Permintaan

1. Elastisitas Harga (Price Elasticity of Demand)

Elastisitas harga (Ep) adalah mengukur perubahan jumlah barang yang

diminta yang diakibatkan oleh perubahan harga barang tersebut.

Angka elastisitas harga (Eh)

1. Permintaan Elastis (Ed > 1)

Permintaan dikatakan elastis apabila persentase perubahan jumlah barang yang

diminta lebih besar dari persentase perubahan harganya.

Universitas Sumatera Utara

28

Gambar 2.2

Permintaan Elastis

Sumber: Ida Nuraini, 2005:39

2. Permintaan In-Elastis (Ed < 1)

Permintaan in-elastis ini dapat terjadi apabila persentase permintaan lebih kecil

dari persentase perubahan harga.

Gambar 2.3

Permintaan In-Elastis

Sumber: Ida Nuraini, 2005:39

Harga

Quantitas

( Ed> 1, Elastis )

D

Harga

Quantitas

( Ed< 1, In elastis )

D

Universitas Sumatera Utara

29

3. Permintaan Elastisitas Kesatuan (Unitary Elasticity) (Ed = 1)

Permintaan elastisitas kesatuan terjadi apabila persentase perubahan permintaan

sama dengan persentase perubahan harga.

Gambar 2.4

Permintaan Elastisitas Kesatuan

Sumber: Ida Nuraini, 2005:40

4. Permintaan Elastis Sempurna (Ed = ~)

Permintaan elastis sempurna terjadi apabila pada harga jumlah barang yang

diminta tidak terbatas atau dengan kata lain pada harga berapa pun, banyaknya

suatu barang akan habis dibeli (terjual).

Gambar 2.5

Permintaan Elastis Sempurna

Sumber: Ida Nuraini, 2005:41

Harga

Quantitas

( Ed = 1, Unitary Elastis)

D

Harga

Quantitas

( Ed= ∞, Elastis Sempurna )

D

Universitas Sumatera Utara

30

5. Permintaan In-Elastis Sempurna (Ed = 0)

Pada keadaan ini orang/konsumen tidak akan merubah permintaannya pada

tingkat harga berapa pun.

Gambar 2.6

Permintaan In-Elastis Sempurna

Sumber: Ida Nuraini, 2005:41

2. Elastisitas Silang (Cross Elasticity)

Elastisitas silang (Ec) adalah koefisien yang menunjukkan sampai dimana

besarnya perubahan permintaan terhadap sesuatu barang apabila terjadi perubahan

terhadap harga barang lain. (Sadono Sukirno, 2005:116).

Nilai Ec mencerminkan hubungan antara barang X dengan Y. Bila Ec > 0, X

merupakan substitusi Y. Kenaikan harga Y menyebabkan harga relatif X lebih murah,

sehingga permintaan terhadap X meningkat. Jika nilai Ec < 0 menunjukkan hubungan

X dan Y adalah komplementer. X hanya bisa digunakan bersama-sama Y. Kenaikan

Harga

Quantitas

( Ed= 0, In Elastis Sempurna )

D

Universitas Sumatera Utara

31

harga Y menyebabkan permintaan terhadap Y menurun, yang menyebabkan

permintaan terhadap X ikut menurun.

3. Elastisitas Pendapatan (Income Elasticity)

Elastisitas pendapatan adalah koefisien yang menunjukkan sampai dimana

besarnya perubahan permintaan terhadap sesuatu barang sebagai akibat daripada

perubahan pendapatan pembeli. (Sadono Sukirno, 2005:116).

Umumnya nilai Ei positif, karena kenaikan pendapatan (nyata) akan

meningkatkan permintaan. Makin besar nilai Ei, elastisitas pendapatannya makin

besar. Barang dengan Ei > 0 merupakan barang normal. Bila nilai 0 < Ei < 1, barang

tersebut merupakan kebutuhan pokok. Barang dengan nilai Ei > 1 merupakan barang

mewah. Ada barang dengan Ei < 0. Permintaan terhadap barang tersebut justru

menurun pada saat pendapatan nyata meningkat. Barang ini disebut barang inferior.

2.1.7 Faktor Yang Mempengaruhi Elastisitas Permintaan

Ada beberapa faktor yang menimbulkan perbedaan dalam elastisitas

permintaan berbagai barang, yang terpenting adalah (Sadono Sukirno, 2005:112):

Universitas Sumatera Utara

32

Banyaknya barang pengganti yang tersedia

Di dalam suatu perekonomian terdapat banyak barang yang dapat

digantikan dengan barang-barang lain yang sejenis dengannya. Tetapi ada pula

yang sukar mencari penggantinya. Perbedaan ini menimbulkan perbedaan

elastisitas diantara berbagai barang. Sekiranya sesuatu barang mempunyai banyak

barang pengganti permintaannya cenderung untuk bersifat elastis, yaitu

perubahan harga yang kecil akan menimbulkan perubahan yang besar terhadap

permintaan.

Presentasi pendapatan yang dibelanjakan

Besarnya bagian dari pendapatan yang digunakan untuk membeli sesuatu

barang dapat mempengaruhi elastisitas permintaan terhadap barang tersebut.

Semakin besar bagian pendapatan yang diperlukan untuk membeli sesuatu

barang, maka semakin elastis permintaan terhadap barang tersebut.

Jangka waktu analisis

Jangka waktu didalam permintaan terhadap suatu barang juga berpengaruh

terhadap elastisitas. Makin lama jangka waktu dimana permintaan itu dianalisis,

makin elastis sifat permintaan sesuatu barang.

Universitas Sumatera Utara

33

2.2 Jasa

2.2.1 Pengertian Jasa

Jasa merupakan suatu kegiatan yang memiliki beberapa unsur

ketakberwujudan (intangibility) yang berhubungan dengannya, yang melibatkan

beberapa interaksi dengan konsumen atau dengan properti dalam kepemilikannya,

dan tidak menghasilkan transfer kepemilikan. Perubahan kondisi mungkin saja terjadi

dan produksi jasa bisa saja berhubungan atau bisa pula tidak berkaitan dengan produk

fisik. (Adrian Payne, 2000:8).

Unsur penting yang terdapat pada pengertian diatas adalah bahwa jasa

merupakan produk yang tidak kentara atau bukan suatu produksi. Apabila kita

mempertukarkan uang dengan sesuatu yang tidak berwujud berarti kita telah membeli

jasa. Dalam kaitannya dalam membeli jasa biasanya kita diberi dengan sesuatu

kentara seperti karcis, tiket, polis dan sebagainya. Apabila membeli karcis, hal ini

yang diartikan bahwa kita membeli karcis tersebut, tetapi itu adalah sebagai bukti

bahwa kepadanya akan diberi suatu hiburan yang bersifat tontonan, misal film,

pertandingan olahraga. Demikian pula dengan asuransi, yang berarti kita membeli

asuransi atau pertanggungan.

Jasa dapat diklasifikasikan atas 4 yaitu:

a. Jasa diarahkan kepada badan manusia, jasa yang diberikan merupakan tindakan

nyata yang diarahkan konsumen. Tindakan ini dapat diarahkan kepada badan

Universitas Sumatera Utara

34

manusia, seperti: perawatan kesehatan, transportasi penumpang, salon kecantikan,

klinik olahraga, restoran, pemotongan rambut, dan lain-lain.

b. Jasa dituju kepada barang dan kepemilikan fisik yang lain. Tindakan nyata yang

diarahkan kepada barang atau sesuatu yang dimiliki konsumen, seperti:

pengantaran barang dengan pesawat, perbaikan dan pemeliharaan, peralatan

industri, jasa penjagaan (gudang, rumah) laundry dan dry cleaning, pertamanan,

dan lain-lain.

c. Jasa diarahkan kepada mental manusia. Tindakan tidak nyata yang diarahkan

kepada intelektualitas konsumen, seperti: pendidikan, penyiaran, jasa, informasi,

teater, dan lain-lain.

d. Jasa diarahkan kepada intangibel. Tindakan tidak nyata dilakukan terhadap aset

intangibel konsumen, seperti: asuransi, investasi di bank, jasa hukum, dan lain-

lain. (Yazid, 1999:37).

Empat karakteristik yang paling sering dijumpai dalam jasa adalah sebagai

berikut:

1. Intangibel (tidak berwujud)

Suatu jasa mempunyai sifat tidak berwujud, tidak dapat dirasakan dan dinikmati

sebelum dibeli oleh konsumen.

2. Inseparability (tidak dapat dipisahkan)

Universitas Sumatera Utara

35

Pada umumnya jasa yang diproduksi (dihasilkan) dan dirasakan pada waktu

bersamaan dan apabila dikehendaki oleh seseorang untuk diserahkan pada pihak

lainnya, maka dia akan tetap merupakan bagian dari jasa tersebut.

3. Heterogenitas (bervariasi)

Jasa senantiasa mengalami perubahan, tergantung dari siapa penyedia jasa,

penerima jasa dan kondisi dimana jasa tersebut diberikan.

4. Perish ability (tidak tahan lama)

Jasa tidak mungkin disimpan dalam persediaan. (Adrian Payne, 2000:9).

2.2.2 Macam-Macam Jasa

Berkaitan dengan macam jasa, jasa dapat dibagi dalam dua kelompok (Adrian

Payne, 2000:13), yaitu:

1. Jasa untuk konsumen

Sebagai jasa yang dimanfaatkan oleh rumah tangga dan pribadi sesuai dengan

kemampuan rumah tangga

2. Jasa untuk produsen

Sebagai jasa yang dimanfaatkan oleh organisasi industri atau lembaga.

Jasa untuk konsumen digambarkan sebagai pengeluaran oleh orang perorang

dan bukan organisasi, yang tidak mengakibatkan adanya kepemilikan barang. Antara

lain menyangkut perawatan pribadi, kesejahteraan (asuransi perumahan), hiburan dan

transport.

Universitas Sumatera Utara

36

Jasa untuk produsen dapat dikategorikan menjadi:

1. Jasa peralatan, yaitu semua pelayanan jasa yang ada kaitannya dengan instalasi,

penyelenggaraan perawatan dan perbaikan pabrik, alat pelengkap dan alat operasi,

berkas dan perabotan.

2. Jasa pemberian kemudahan, yaitu semua pelayanan jasa untuk menyediakan

sarana operasi dan organisasi yang produktif termasuk pengadaan uang,

penyimpanan, pengangkutan, promosi dan asuransi.

3. Jasa berupa nasehat dan konsultasi, yaitu semua pelayanan jasa dengan

menyampaikan keahlian dan kecakapan khusus maupun umum termasuk

penasehat penggunaan dan pencarian sumber-sumber daya, riset, pendidikan,

organisasi dan pemasaran.

Klasifikasi jasa menggunakan sejumlah besar faktor seperti:

Jenis jasa

Tipe penjual

Tipe pembeli

Karakteristik permintaan

Jasa sewaan versus milik sendiri

Tingkat ketidak-berwujudan (intangibility)

Motivasi pembelian

Berbasis peralatan versus berbasis manusia

Jumlah kontak pelanggan

Universitas Sumatera Utara

37

Permintaan layanan pengantaran

Tingkat penyesuaian (customization)

Tingkat intensitas pekerja

(Adrian Payne, 2000:13).

2.3 Air Minum

2.3.1 Pengertian Air Minum

Air adalah zat yang sangat dibutuhkan oleh semua makhluk hidup termasuk

manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan. Manfaat air bagi kehidupan manusia sangat

bervariasi, antara lain untuk kebutuhan air minum, mandi, mencuci dan memasak.

Selain itu manusia juga mengandalkan air untuk keperluan pertanian, inudstri dan

sebagai pembangkit tenaga listrik. Oleh karena itu, penyediaan air merupakan salah

satu kebutuhan utama bagi manusia untuk kelangsungan hidupnya dan menjadi faktor

penentu dalam peningkatan kesehatan dan kesejahteraan manusia. Air pada umumnya

mengandung suspensi dan mineral tertentu. Dalam konteks ini, air minum adalah air

bersih yang memenuhi persyaratan-persyaratan kesehatan yang telah ditentukan oleh

Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Air minum adalah air bersih yang harus terlebih dahulu mengalami proses

produksi atau pengolahan sebelum disalurkan pada masyarakat. Proses produksi

adalah proses mencipatakan suatu output dengan menggunakan input-input yang

Universitas Sumatera Utara

38

memiliki kegunaan dalam memenuhi kebutuhan manusia. Proses produksi ini tidak

mencakup barang yang nyata saja, tetapi juga barang yang tidak nyata (jasa).

Sebelum Perang Dunia ke-II, kota-kota di Indonesia untuk keperluan air

minumnya diambil dari mata air dan belum banyak dilakukan pengolahan air sungai.

Tetapi, karena penduduk terus bertambah dan kota-kota semakin berkembang pula

dan sumber air semakin terbatas, sedangkan kebutuhan air terus meningkat, maka

pemerintah harus mengusahakan mencari sumber-sumber air lainnya yang dapat

digunakan sebagai sumber air baru untuk air minum.

Macam-macam sumber air ini dapat dibedakan dari sumber asalnya, misalnya

(Victor, 2006:5):

1. Air hujan, embun ataupun salju.

2. Air permukaan tanah, dapat berupa air yang tergenang atau air yang mengalir

seperti sungai, danau dan laut.

3. Air dalam tanah, yaitu air permukaan tanah yang meresap ke dalam tanah.

Ditinjau dari sudut kesehatan, ketiga macam air ini tidaklah selalu memenuhi

syarat kesehatan, karena ketiga-tiganya mempunyai kemungkinan untuk tercemar.

Penggunaan sumber air minum dalam pemenuhan kebutuhan air minum harus

didasarkan pada standar kualitas dari sumber air minum tersebut, sesuai dengan

Peraturan Menteri Kesehatan.

Universitas Sumatera Utara

39

2.3.2 Air sebagai Barang Publik

Barang Publik (public goods) secara umum dapat didefinisikan sebagai

barang dimana jika diproduksi, produsen tidak memiliki kemampuan mengendalikan

siapa yang berhak mendapatkannya. (Akhmad Fauzi, 2006:18)

Masalah dalam barang publik timbul karena produsen tidak dapat meminta

konsumen untuk membayar atas konsumsi barang tersebut. Sebaliknya disisi

konsumen, mereka tahu bahwa sekali diproduksi, produsen tidak memiliki kendali

sama sekali siapa yang mengkonsumsinya.

Ada dua ciri utama dari barang publik, pertama, barang ini merupakan

konsumsi umum yang dicirikan oleh penawaran gabungan (joint supply) dan tidak

bersaing dalam konsumsinya (non-rivalry in consumption). Ciri kedua adalah tidak

eksklusif (non-exclusion) dalam pengertian bahwa penawaran tidak hanya

diperuntukkan untuk seseorang dan mengabaikan yang lainnya. Barang publik yang

berkaitan dengan lingkungan meliputi udara segar, pemandangan yang indah,

rekreasi, air bersih, hidup yang nyaman dan sejenisnya.

Satu-satunya mekanisme yang membedakannya adalah dengan menetapkan

harga (nilai moneter) terhadap barang publik tersebut sehingga menjadi barang privat

(dagang) sehingga keuntungan diperoleh dari harga itu bisa dipakai untuk

mengendalikan atau memperbaiki kualitas lingkungan itu sendiri. Namun demikian,

dalam menetapkan harga ini menjadi masalah tersendiri dalam analisa ekonomi

lingkungan. Karena ciri-ciri diatas, barang publik tidak diperjualbelikan sehingga

Universitas Sumatera Utara

40

tidak mempunyai harga, sehingga barang publik dimanfaatkan berlebihan dan tidak

mempunyai insentif untuk melestarikannya. Masyarakat atau konsumen cenderung

acuh tak acuh untuk menentukan harga sesungguhnya dari barang publik ini. Kondisi

ini akan mendorong sebagian masyarakat sebagai ”free rider”. Sebagai contoh, jika si

A mengetahui bahwa barang tersebut akan disediakan oleh si B, maka si A tidak mau

membayar untuk penyediaan barang tersebut dengan harapan bahwa barang itu akan

disediakan oleh si B. Jika akhirnya si B berkeputusan untuk menyediakan barang

tersebut, maka si A bisa ikut menikmatinya, karena tidak seorang pun yang bisa

menghalanginya untuk mengkonsumsi barang tersebut, karena sifat barang publik

yang tidak eksklusif dan merupakan konsumsi umum. Keadaan seperti ini akhirnya

cenderung mengakibatkan berkurangnya insentif atau rangsangan untuk memberikan

kontribusi terhadap penyediaan dan pengelolaan barang publik. Kalaupun ada

kontribusi, maka sumbangan itu tidaklah cukup besar untuk membiayai penyediaan

barang publik yang efisien, karena masyarakat cenderung memberikan nilai yang

lebih rendah dari yang seharusnya (under valued). (Akhmad Fauzi, 2006:18)

Dalam dunia perekonomian baru saat ini, ada empat kelompok utama dari

subyek-subjek ekonomi, yaitu: rumah tangga, perusahaan yang menghasilkan barang

dan jasa, pemerintah/negara dan subjek luar negeri. Masing-masing subjek ekonomi

ini memiliki kegiatan-kegiatan yang umumnya bertujuan untuk memenuhi keinginan

atau memberikan kepuasan bagi anggota-anggota dari subjek ekonomi tersebut.

Universitas Sumatera Utara

41

Tujuan dari pembangunan ekonomi adalah mencapai tingkat kemakmuran

yang lebih tinggi. Dalam mencapai tujuan tersebut pemerintah dapat ikut campur

secara aktif maupun pasif. Dalam sistem perekonomian yang menganut paham

liberalisme ataupun kapitalisme dalam bentuk yang murni, dikehendaki adanya

kebebasan individu yang mutlak dan tidak membenarkan pengaturan ekonomi oleh

pemerintah kecuali dalam hal-hal yang tidak dapat diatur sendiri oleh para individu.

Menurut kaum Klasik terutama Adam Smith, pemerintah memiliki tiga fungsi, yaitu

dalam bidang pertahanan nasional, keadilan sosial dan pekerjaan umum. Disamping

itu kaum Klasik mengatakan bahwa yang penting bagi pemerintah adalah tidak

mengerjakan aktivitas-aktivitas yang mungkin dapat dikerjakan oleh para individu,

tetapi pemerintah hendaknya mengerjakan aktivitas-aktivitas yang sama sekali

tidak/belum pernah dikerjakan oleh sektor swasta baik secara perorangan maupun

secara bersama-sama.

John Stuart Mill mengatakan bahwa kehidupan perusahaan lebih baik

dijalankan oleh sektor swasta yang memang sudah tertarik untuk mengusahakannya

dan membiarkan usaha-usaha tersebut tanpa campur tangan pemerintah, hanya saja

memang ada beberapa pengecualiannya. Namun dilain pihak dengan melihat adanya

kekurangan dan bahaya yang ditimbulkan oleh sistem kapitalis, maka timbullah

aliran/paham yang lain yaitu yang disebut dengan sistem sosialis. Dikatakan bahwa

sistem kapitalis membawa kehidupan manusia ke arah kehancuran, karena kebebasan

mutlak daripada inidividu akan menimbulkan banyak pertentangan kepentingan

Universitas Sumatera Utara

42

diantara para individu itu sendiri. Pemerintahlah yang mengatur perencanaan dan

penggunaan dari faktor-faktor produksi, melaksanakan kegiatan-kegiatan produksi

dan mengatur distribusi barang-barang konsumsi, mengatur pendidikan serta

kesehatan dan sebagainya.

Dalam perkembangan ekonomi bangsa-bangsa pada pertengahan abad ke-20,

ternyata tidak ada lagi sistem-sistem ekstrim yang murni. Negara-negara yang semula

menganut sistem kapitalis murni mulai memandang perlunya peranan pemerintah di

dalam perekonomian, sedangkan negara-negara yang semula menganut sistem

sosialis murni mulai memandang dan menghargai kepentingan-kepentingan dan

inisiatif-inisiatif individu. Jadi jelasnya sistem ekonomi yang berlaku di dunia pada

abad sekarang ini juga tidak ada yang murni lagi disebabkan karena telah

dirasakannya kekurangan-kekurangan dari sistem-sistem ekstrim yang murni.

Akibatnya, sering dikatakan bahwa sistem perekonomian yang ada disebahagian

negara di dunia sekarang ini merupakan sistem perekonomian yang bersifat

campuran.

Dari uraian-uraian diatas tampak bahwa pemerintah semakin perlu untuk ikut

campur tangan dalam kegiatan-kegiatan ekonomi, karena mekanisme pasar yang

dianut oleh sistem kapitalis yang murni memiliki beberapa kelemahan-kelemahan,

maka dapat disimpulkan bahwa peranan pemerintah sangat diperlukan dalam

perekonomian. Adapun peranan pemerintah itu dapat diklasifikasikan ke dalam tiga

golongan besar (Guritno Mangkoesoebroto, 2003), yaitu:

Universitas Sumatera Utara

43

1. Peranan Alokasi, yaitu peranan pemerintah dalam bidang alokasi adalah untuk

mengusahakan agar alokasi sumber-sumber ekonomi dilaksanakan secara efisien.

2. Peranan Distribusi, yaitu peranan pemerintah sebagai alat distribusi pendapatan

atau kekayaan. Distribusi pendapatan tergantung dari pemilikan faktor-faktor

produksi, permintaan dan penawaran faktor produksi serta kemampuan

memperoleh pendapatan.

3. Peranan Stabilisasi, yaitu peranan pemerintah sebagai alat stabilisasi

perekonomian. Perekonomian yang sepenuhnya diserahkan kepada sektor swasta

akan sangat peka terhadap goncangan-goncangan keadaan yang akan

menimbulkan pengangguran dan inflasi.

4. Peranan Dinamisatif, yaitu peranan pemerintah dalam mengendalikan

perekonomian agar tetap berjalan lancar sesuai dengan target dan rencananya.

Aparatur pemerintah harus dapat menjadi contoh gerak dinamis di dalam

perekonomian suatu negara. Peranan dinamisatif ini sangat berguna dalam

menggerakkan ketiga peranan pemerintah diatas yaitu peranan alokasi, distribusi

dan stabilisasi.

2.3.3 Sifat-Sifat barang Publik

Sifat pokok dari barang publik adalah bahwa barang ini tidak dapat dimiliki

seseorang/individu. Jadi, sekali sudah tersedia, maka barang-barang ini tersedia

merata bagi semua orang. Akibatnya adalah bahwa manfaat barang publik yang

Universitas Sumatera Utara

44

dirasakan oleh satu orang tidak mengurangi jumlah yang tersedia bagi orang lain dan

oleh karena itu tidak perlu bagi seseorang untuk memilikinya agar dapat

memanfaatkannya.

Disamping tidak dapat dimiliki seseorang/individu, barang-barang publik

mempunyai dua sifat (Akhmad Fauzi, 2006:18), antara lain:

1. Non-Rivalry (tidak ada ketersaingan) atau non-divisible (tidak habis). Satu orang

dapat meningkatkan kepuasannya dari barang ini tanpa menguarangi kepuasan

orang lain. Dengan perkataan lain, biaya marginal yang diciptakan oleh satu

orang konsumen tambahan dari barang ini adalah nol. Dilihat dari sudut

pandangan tertentu, maka barang-barang publik tidak dikonsumsi dalam arti habis

dipakai, tetapi barang-barang ini dinikmati.

2. Non-Excludable (tidak ada larangan). Artinya sulit untuk melarang pihak lain

untuk mengkonsumsi barang yang sama. Contohnya adalah siaran TV atau Radio,

di mana ketika program sudah disiarkan, maka setiap orang yang memiliki

pesawat penerima berhak untuk menikmati program yang sama.

Dari uraian diatas, maka jelaslah bahwa pemerintah harus campur tangan

dalam perekonomian untuk memperbaiki alokasi sumber-sumber ekonomi, karena

sistem pasar tidak dapat melaksanakan alokasi sumber-sumber ekonomi secara

efisien. Oleh karena itu, pemerintah harus melaksanakan salah satu peranannya, yaitu

peranan alokasi sebab tidak semua barang dan jasa yang ada dapat disediakan oleh

sektor swasta. Barang dan jasa yang tidak dapat disediakan oleh sistem pasar ini

Universitas Sumatera Utara

45

disebut barang publik, yaitu barang yang tidak dapat disediakan melalui transaksi

antara penjual dan pembeli.

2.3.4 Kelemahan-Kelemahan Kerangka Analisa Barang Publik

Masalah utama yang meliputi mekanisme penentuan harga barang publik,

tentu saja adalah bagaimana mengetahui tingkat harga yang harus dikenakan kepada

masing-masing anggota masyarakat. Masyarakat sendiri tidak memiliki insetif untuk

memikirkan berapa banyak kontribusi yang mereka berikan untuk mengadakan suatu

barang publik, karena mereka bisa menikmati dan memnafaatkannya secara cuma-

cuma. Pemerintah bisa saja mengurangi inefisiensi pasar, namun akan sulit baginya

untuk menciptakan alokasi sumber daya yang sempurna sehubungan dengan begitu

terbatasnya informasi yang tersedia. Secara hipotesis, pemerintah memang bisa

mengumpulkan pungutan dari masyarakat untuk digunakan membiayai pengadaan

barang publik.

2.4 Perusahaan Daerah

2.4.1 Pengertian dan Tujuan Perusahaan

Konzt & Fulmer dalam buku mereka An Introduction to Business mengatakan

”Any person, group, company or government or agency who produces or sell

products or services is a business”. Jadi menurut mereka, setiap orang atau kelompok

Universitas Sumatera Utara

46

atau persekutuan, badan atau departemen, pemerintahan yang tujuannya adalah

menghasilkan atau menjual barang atau jasa adalah suatu perusahaan (business).

Menurut S. Prajudi Admosudirdjo, niaga atau business adalah keseluruhan

daripada aktivitas-aktivitas dan daya upaya yang kontiniu (secara terus-menerus)

menuju ke profesionalisasi dan teratur melalui suatu organisasi berupa pengadaan

dalam bentuk dan dengan cara bermacam-macam barang atau jasa atau fasilitas-

fasilitas yang dapat dijual atau disesuaikan sedemikian rupa, sehingga diperoleh

keuntungan yang bagi pengusaha merupakan pendapatan dan sekaligus alat pengukur

daripada bonafiditas, efisiensi atau rentabilitas daripada usaha niaganya.

Menurut UU No 5 Tahun 1962 Pasal 2 Perusahaan Daerah adalah semua

perusahaan yang didirikan berdasarkan Undang-Undang yang modalnya untuk

seluruhnya atau untuk sebagian merupakan kekayaan daerah yang dipisahkan, kecuali

jika ditentukan lain dengan atau berdasarkan undang-undang.

Istilah Perusahaan dan Badan Usaha sering dipakai untuk maksud yang sama.

Sebenarnya kedua istilah tersebut tidaklah sama benar. Badan Usaha adalah

perusahaan yang tujuan utamanya memperoleh laba yang semaksimal mungkin.

Perusahaan adalah tidak ditujukan hanya untuk memperoleh laba maksimal, tetapi

ada tujuan lain yang menjadi tujuan utamanya, yaitu melayani kepentingan

masyarakat.

Universitas Sumatera Utara

47

2.4.2 Pengertian dan Tujuan Perusahaan Daerah

Perusahaan Daerah adalah badan hukum yang kedudukannya sebagai badan

hukum diperoleh dengan berlakunya Peraturan Daerah. Perusahaan Daerah suatu

kesatuan produksi yang bersifat:

a. memberi jasa,

b. menyelenggarakan kemanfaatan umum, dan

c. memupuk pendapatan.

Tujuan Perusahaan Daerah ialah untuk turut serta melaksanakan

pembangunan daerah khususnya dan pembangunan ekonomi nasional umumnya

dalam rangka ekonomi terpimpin untuk memenuhi kebutuhan rakyat dengan

mengutamakan industrialisasi dan ketentraman serta kesenangan kerja dalam

perusahaan, menuju masyarakat yang adil dan makmur.

2.5 Penduduk dan Dampak Lingkungan

Aktivitas ekonomi yang memanfaatkan sumber daya yang terbatas

mempunyai efek yang positif maupun negatif terhadap lingkungan. Proses degradasi

lingkungan akibat dari efek negatif dari kegiatan ekonomi tersebut disebabkan karena

pembangunan selama ini belum mengintegrasikan aspek pelestarian SDA dalam

proses pembangunan ekonomi. Masalah-masalah lingkungan menjadi semakin

menonjol dari waktu ke waktu. Berbagai ragam masalah lingkungan terjadi hampir di

seluruh bidang pembangunan ekonomi sebagai akibat dari eksploitasi sumber daya

Universitas Sumatera Utara

48

yang berlebihan atau dengan metode yang tidak sustainable (sustainable

exploitation).

Besarnya jumlah penduduk mempunyai makna ganda. Pertama, besarnya

penduduk yang disertai dengan kualitas yang memadai menunjukkan besarnya

sumber daya manusia yang merupakan potensi bagi pembangunan ekonomi. Kedua,

jika penduduk itu karena komposisinya (banyak penduduk yang tidak produktif) dan

kualitasnya rendah, maka akan menjadi beban pembangunan dan bisa berdampak

negatif terhadap kondisi sosial ekonomi dan lingkungan.

Persoalan penduduk bisa berdampak setempat (wilayah atau negara tertentu)

tapi juga berdampak global. Penduduk yang besar pada suatu negara tertentu

membawa persoalan yang serius bagi dunia terutama masalah penyediaan bahan

makanan dan pendistribusiannya dan sumber daya lingkungan. Pada masalah global

misalnya, bisa terjadi dalam dua hal:

Ketidakcukupan sumberdaya untuk mensuplai kebutuhan makanan dunia.

Distribusi sumberdaya dan kekayaan yang tidak merata, ada negara-negara yang

berlebihan sumberdaya dan kekayaan, dan ada yang tidak berkecukupan atau

belum dikelola, maka faktor distribusi yang tidak adil dan merata itu, menjadi

masalah global. Sumberdaya tertentu sangat berlebihan di suatu tempat, tetapi

sangat kekurangan di tempat lain.

Faktor penduduk mengambil peranan penting dalam proses degradasi

lingkungan (environmental degradation). Besarnya penawaran dan permintaan akan

Universitas Sumatera Utara

49

barang-barang dan jasa-jasa dipengaruhi oleh jumlah penduduk dan standar hidupnya.

Oleh karena itu, meningkatnya jumlah penduduk dan tingkat kesejahteraan

masyarakat menyebabkan permintaan akan sumber daya perkapita meningkat dan

degradasi lingkungan perkapita juga meningkat. Pada saat kemampuan negara untuk

membiayai pembangunan serta pengelolaan sumber daya terbatas, maka pertumbuhan

penduduk harus dikendalikan, misalnya dengan Keluarga Berencana (family

planning). Jika ini tidak dilakukan, maka degradasi lingkungan tidak bisa dihindari.

Demikian pula, dengan meningkatnya kesejahteraan dan daya beli masyarakat, maka

permintaan akan barang dan jasa juga meningkat yang mengakibatkan pula

peningkatan permintaan akan sumber daya yang akhirnya mengakibatkan degradasi

lingkungan.

Miler (1990) menggambarkan pola keterkaitan antara penduduk dan dampak

lingkungan adalah sebagai berikut:

Keterangan:

DP = Dampak

P = Jumlah penduduk

SDP = Jumlah unit sumberdaya yang digunakan perkapita

DLP = Degradasi lingkungan dan polusi per unit sumberdaya yang digunakan

DP = P x SDP x DLP

Universitas Sumatera Utara

50

Pertumbuhan penduduk yang tinggi mendorong terjadinya dampak

lingkungan yang serius, apalagi hal itu tidak diikuti dengan pembangunan ekonomi

dan perkembangan teknologi yang memungkinkan penggunaan dan alokasi sumber

daya yang efisien. Sementara itu, pertumbuhan penduduk yang tinggi ini terjadi justru

di negara-negara miskin seperti di Asia dan sebagian besar Afrika dimana

pengelolaan sumber daya belum dilakukan dengan sepenuhnya termasuk sumber

daya air. Di negara-negara maju seperti Eropa dan Amerika, justru tingkat kelahiran

sangat rendah dan bahkan minus. Tingginya tingkat kelahiran di satu pihak dan

terbatasnya pengelolaan sumber daya ekonomi, atau belum berkembangnya sektor

industri dan ekonomi yang baik mengakibatkan efek yang besar terhadap lingkungan.

Ketergantungan yang besar terhadap sektor primer seperti pertanian dan

pertambangan, juga mengakibatkan degradasi lingkungan yang parah pada sektor-

sektor tersebut. Masalah lingkungan juga berkaitan dengan sanitasi yang kurang

kepadatan penduduk dan faktor-faktor sosial ekonomi.

Kalau diamati secara seksama, akan terlihat bahwa masalah-masalah

lingkungan yang menonjol anatara negara yang berkembang dengan negara-negara

maju mempunyai karakteristik yang berbeda. Pada negara-negara yang berkembang,

dampak lingkungan banyak terdapat pada aktivitas ekonomi pada sektor primer

(pertanian dan pertambangan) seperti misalnya masalah erosi, penggundulan hutan

(deforestasi) dan lain-lain. Sedangkan di negara-negara maju, masalah-masalah

lingkungan bertumpu pada masalah lingkungan yang berkaitan dengan sektor

Universitas Sumatera Utara

51

sekunder (industri) dan tersier (jasa). Polusi industri dan dampak pariwisata adalah

dua dari beberapa kasus lingkungan yang dihadapi negara-negara maju, walaupun

pada kasus-kasus lingkungan tertentu sudah menjadi masalah global.

Kajian yang menarik tentang pengaruh penduduk terhadap lingkungan bisa

ditinjau dari berbagai aspek. Misalnya bagaimana efek dari struktur umur penduduk

terhadap kesempatan kerja dan perekonomian nasional. Di negara-negara

berkembang yang tingkat pertumbuhan penduduk tinggi yang lazimnya menghadapi

persoalan struktur umur muda (piramida-kerucut), sedangkan di negara maju yang

tingkat pertumbuhan penduduk yang rendah adalah persoalan manula (piramida

terbalik). Dampak usia muda, dampak manula serta dampak jumlah wanita subur

merupakan isu-isu menarik dalam kaitan antara penduduk dan kerusakan lingkungan.

2.6 Riset Terdahulu

Tabel 2.2

Riset Terdahulu

Nama/ Judul

Masalah Hipotesis Analisis Kesimpulan

Lia Plamonia / Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Air Minum pada PDAM Tirtasari Binjai

Apakah jumlah penduduk, tingkat pendapatan perkapita dan tarif air minum berpengaruh pada besarnya permintaan air minum pada PDAM Tirtasari Binjai

Jumlah penduduk, tingkat pendapatan perkapita dan tarif air memberikan pengaruh positif terhadap jumlah permintaan air minum pada PDAM Tirtasari Binjai

Model yang digunakan adalah model analisis regresi berganda. Untuk mengetahui berapa besar pengaruh variabel bebas (jumlah penduduk, tingkat pendapatan dan tarif air) terhadap variabel terikat (jumlah permintaan air)

Bahwa pendapatan konsumen merupakan faktor yang paling mempengaruhi permintaan terhadap air per rumah tangga

Universitas Sumatera Utara

52

2.7 Kerangka Konseptual

Pada penulisan skripsi ini, penulis menjelaskan variabel-variabel yang saling

mempengaruhi dalam bentuk kerangka konseptual.

Dalam konsep ini pemakaian air rumah tangga merupakan variabel Y yang

disebut sebagai variabel dependent atau variabel terikat. Tingkat pendapatan sebagai

variabel X1, jumlah tanggungan keluarga sebagai variabel X2, rata-rata cuci mobil per

bulan sebagai variabel X3, luas lantai rumah sebagai variabel X4, luas pekarangan

sebagai variabel X5, jumlah kran air sebagai variabel X6, yang keenam variabel ini

(X1,X2,X3,X4,X5,X6) merupakan variabel independent atau variabel bebas.

Dimana variabel independent atau variabel bebas (X1,X2,X3,X4,X5,X6)

mempengaruhi variabel dependent atau variabel terikat (Y).

Universitas Sumatera Utara

53

Gambar 2.7

Kerangka Konseptual

Keterangan:

Bahwa dari kerangka konseptual ini, kita dapat melihat dan mengetahui

bahwa variabel independent (X1,X2,X3,X4,X5,X6) mempengaruhi variabel dependent

atau variabel terikat (Y).

Luas Pekarangan

Jumlah Kran Air

Luas Lantai Rumah

Rata-Rata Cuci Kendaraan per Bulan

Jumlah Tanggungan Keluarga

Tingkat Pendapatan

Penggunaan Air PDAM

Universitas Sumatera Utara

54

2.8 Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara dari permasalahan yang kebenarannya

harus diuji. Berdasarkan rumusan masalah diatas maka hipotesa dapat dirumuskan

sebagai berikut:

Tingkat Pendapatan, Jumlah Tanggungan Keluarga, Rata-Rata Cuci

Kendaraan per Bulan, Luas Lantai Rumah, Luas Pekarangan dan Jumlah Kran Air

berpengaruh terhadap jumlah pemakaian air rumah tangga di Kelurahan Bunga

Tanjung Kecamatan Datuk Bandar PDAM Tirta Kualo Tanjung Balai.

Universitas Sumatera Utara