TUGAS RISET KJP

45
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Acne vulgaris atau jerawat, selanjutnya disebut acne, adalah penyakit kulit obstruktif dan inflamatif kronik pada unit pilosebasea yang sering terjadi pada masa remaja. 1,2 Acne sering menjadi tanda pertama pubertas dan dapat terjadi satu tahun sebelum menarkhe atau haid pertama. 1 Pada perempuan acne dapat terjadi lebih awal daripada laki-laki karena masa pubertas perempuan umumnya lebih dulu daripada laki-laki. 3 Prevalensi acne pada masa remaja cukup tinggi, yaitu berkisar antara 47-90% selama masa remaja. 3 Perempuan ras Afrika Amerika dan Hispanik memiliki prevalensi acne tinggi, yaitu 37% dan 32%, sedangkan perempuan ras Asia 30%, Kaukasia 24%, dan India 23%. 4 Pada ras Asia, lesi inflamasi lebih sering dibandingkan lesi komedonal, yaitu 20% lesi inflamasi dan 10% lesi komedonal. Tetapi pada ras Kaukasia, acne komedonal lebih sering dibandingkan acne inflamasi, yaitu 14% acne komedonal, 10% acne infl amasi. 4 Acne memiliki gambaran klinis beragam, mulai dari komedo, papul, pustul, hingga nodus dan jaringan parut, sehingga disebut dermatosis polimorfik dan

description

riseet

Transcript of TUGAS RISET KJP

Page 1: TUGAS RISET KJP

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Acne vulgaris atau jerawat, selanjutnya disebut acne, adalah penyakit

kulit obstruktif dan inflamatif kronik pada unit pilosebasea yang sering

terjadi pada masa remaja.1,2 Acne sering menjadi tanda pertama pubertas

dan dapat terjadi satu tahun sebelum menarkhe atau haid pertama.1 Pada

perempuan acne dapat terjadi lebih awal daripada laki-laki karena masa

pubertas perempuan umumnya lebih dulu daripada laki-laki.3

Prevalensi acne pada masa remaja cukup tinggi, yaitu berkisar antara

47-90% selama masa remaja.3 Perempuan ras Afrika Amerika dan

Hispanik memiliki prevalensi acne tinggi, yaitu 37% dan 32%, sedangkan

perempuan ras Asia 30%, Kaukasia 24%, dan India 23%.4 Pada ras Asia,

lesi inflamasi lebih sering dibandingkan lesi komedonal, yaitu 20% lesi

inflamasi dan 10% lesi komedonal. Tetapi pada ras Kaukasia, acne

komedonal lebih sering dibandingkan acne inflamasi, yaitu 14% acne

komedonal, 10% acne infl amasi.4 Acne memiliki gambaran klinis

beragam, mulai dari komedo, papul, pustul, hingga nodus dan jaringan

parut, sehingga disebut dermatosis polimorfik dan memiliki peranan

poligenetik.3 Pola penurunannya tidak mengikuti hukum Mendel, tetapi

bila kedua orangtua pernah menderita acne berat pada masa remajanya,

anak-anak akan memiliki kecenderungan serupa pada masa pubertas.3

Meskipun tidak mengancam jiwa, acne memengaruhi kualitas hidup dan

memberi dampak sosial ekonomi pada penderitanya.3,5

Pada masa modern kini tentu saja banyak sekali polusi udara yang

terjadi hal ini menyebabkan banyaknya radikal bebas yang dapat merusak

tubuh manusia, sehingga banyak perusahaan obat yang memproduksi obat

yang memiliki kandungan antioksidan. Radikal bebas dapat saja membuat

acne vulgaris menjadi lebih parah oleh karena itu penelitian ini dibuat

Page 2: TUGAS RISET KJP

untuk mengetahui apakah acne vulgaris dapat berkurang dengan

penggunaan atau mengonsumsi antioksidan.

Antioksidan merupakan senyawa pemberi elektron (electron donor)

atau reduktan. Senyawa ini memiliki berat molekul yang kecil, tetapi

mampu menginaktivasi berkembangnya reaksi oksidasi dengan cara

mencegah terbentuknya radikal. Antioksidan juga merupakan senyawa

yang dapat menghambat reaksi oksidasi dengan mengikat radikal bebas

dan molekul yang sangat reaktif.7 Sistem pertahanan tubuh dengan

antioksidan yang lemah sendiri dapat menyebabkan timbulnya jerawat.6

Senyawa antioksidan tersebut berfungsi mengatasi faktor stres oksidatif

dari pasien jerawat.6

Sebuah penelitian di Cina mengenai bukti klinis tentang efektivitas

dan keamanan antioksida 1,5% asam salisilat (SA) krim dalam pengobatan

acne vulgaris menunjukan hasil bahwa 95% pasien membaik dalam

pengobatan 4 minggu dan tidak memiliki efek samping.9 Sedang pada

penelitian lain yang dilakukan oleh Kurutas dkk. (2005), didapatkan

bahwa terdapat penurunan aktivitas antioksidan Superoksid Dismutase

(SOD) pada penderita acne.10 Selain itu pada penelitian di India

dinyatakan bahwa APC yang merupakan zink kompleks yang

mengandung antioksidan pasien membaik setelah dilakukan pengobatan

tiga kali sehari selama 12 minggu, dan hanya 2 dari 48 pasien yang

mengalami efek samping.11 Di Indonesia sendiri antioksidan dalam

temulawak dengan formula yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan

memiliki aktivitas yang tinggi pada antijerawat.12

1.2 Rumusan Masalah

Apakah antioksidan dapat mengurangi dan mengobati acne vulgaris?

1.3 Tujuan Penelitian

Page 3: TUGAS RISET KJP

a. Untuk mengetahui pengaruh atau efek antioksidan pada penderita acne

vulgaris

b. Untuk mengetahui efektivitas antioksidan sebagai anti acne vulgaris

(anti jerawat)

c. Untuk mengetahui bagaimana antioksidan diserap dan diterima oleh

tubuh.

1.4 Manfaat Penelitian

a. Peneliti

Sebagai salah satu informasi mengenai pengaruh antioksidan pada

penderita acne vulgaris.

b. Bagi Institusi

Sebagai suatu sarana pengembangan keilmuan kedokteran bidang

dermatologi dan biologi molekules lebih mendalam, sehingga

menimbulkan ketertarikan dalam pengembangan ilmu dermatologi dan

biologi molekuler pada institusi.

c. Masyarakat

1. Sebagai informasi mengenai antioksidan yang berpotensi sebagai

anti acne vulgaris.

2. Sebagai bentuk pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya di

bidang kesehatan.

Page 4: TUGAS RISET KJP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Acne Vulgaris

Jerawat (Acne vulgaris) adalah penyakit kulit akibat

peradangan menahun dari folikel polisebasea.8 Acne vulgaris atau

jerawat, selanjutnya disebut acne, adalah penyakit kulit obstruktif dan

inflamatif kronik pada unit pilosebasea yang sering terjadi pada masa

remaja.1,2

2.2 Etiologi Acne Vulgaris

Penyakit ini biasanya terjadi pada remaja. Jerawat terutama

timbul pada kulit yang berminyak berlebihan.13 Selain itu, jerawat juga

disebabkan oleh infeksi dari jasad renik, antara lain Propionibacterium

acne, Staphylococcus epidermidis atau Pityrosporum ovale dan P.

orbiculare. Kadang-kadang jerawat menyebabkan rasa gatal yang

mengganggu atau rasa sakit kecuali bila terjadi pustula atau nodus

yang besar.8

Sistem pertahanan tubuh dengan antioksidan yang lemah dapat

menyebabkan timbulnya jerawat.6 Senyawa antioksidan tersebut

berfungsi mengatasi faktor stres oksidatif dari pasien jerawat.6 Stres

oksidatif merupakan keadaan saat mekanisme antioksidan tidak cukup

untuk memecah spesi oksigen reaktif.14 Jerawat terjadi ketika lubang

kecil pada permukaan kulit yang disebut pori-pori tersumbat.12 Pori-

pori merupakan lubang bagi saluran yang disebut folikel, yang

mengandung rambut dan kelenjar minyak. Ketika kelenjar minyak

memproduksi terlalu banyak minyak, pori-pori akan banyak menimbun

kotoran dan juga mengandung bakteri. Kondisi ini dapat menyebabkan

inflamasi. Asam lemak dan minyak kulit terseumbat dan mengeras.

Jika jerawat disentuh maka inflamasi akan meluas sehingga padatan

asam lemak dan minyak kulit yang mengeras akan membesar.15

Page 5: TUGAS RISET KJP

Antijerawat merupakan salah satu komponen yang dapat

mengatasi timbulnya jerawat. Jerawat dapat diatasi dengan

menghambat pertumbuhan P. acnes, menghambat aktivitas lipase P.

acnes, dan menghambat stres oksidatif.6 Artinya, suatu komponen yang

bersifat antijerawat harus mampu mnghambat pertumbuhan P. acnes,

menghambat aktivitas lipase P. acnes, dan menghambat stres

oksidatif.16

2.3 Epidemiologi Acne Vulgaris

Akne vulgaris dialami oleh lebih dari 85 % remaja dan dewasa muda.28

Pada wanita insiden terbanyak ditemukan antara usia 14-17 tahun,

sedangkan pada laki-laki antara 16-19 tahun.29

2.4 Petogenesis Acne Vulgaris

Etiologi acne vulgaris belum jelas sepenuhnya. Patogenesis

acne adalah multifaktorial, namun telah diidentifikasi empat teori

sebagai etiopatogenesis acne. Keempat patogenesis tersebut adalah

hiperproliferasi epidermis folikuler, produksi sebum yang berlebih,

bakteri Propionibacterium acnes (P. acnes), dan inflamasi 1.

2.4.1 Hiperproliferasi epidermis folikuler

Mekanisme yang mendasari perubahan infundibulum

folikel masih belum jelas. Namun hipotesis yang menonjol

adalah defisiensi asam linoleat lokal pada folikel, pengaruh IL-

1, dan androgen, sebagai faktor utama yang terlibat dalam

hiperkeratinisasi folikel.17

Sejak tahun 1986, defisiensi asam linoleat merupakan

faktor penting dalam etiologi acne.17 Downing dkk.

menyatakan bahwa semakin rendah konsentrasi asam linoleat,

yang berkorelasi dengan tingginya sekresi sebum,

menyebabkan defisiensi lokalisata asam lemak esensial pada

Page 6: TUGAS RISET KJP

epitel folikuler. Defisiensi ini kemudian bertanggungjawab

terhadap penurunan fungsi barrier epitel dan hiperkeratosis

folikuler, yang semakin memperparah acne.18

Baru-baru ini, Zouboulis menyatakan bahwa asam linoleat

dapat meregulasi sekresi IL-8, dan menyebabkan terjadi reaksi

inflamasi.17 IL-1 juga berperan dalam terjadinya hiperproliferasi

keratinosit. Jika ditambahkan IL-1, keratinosit folikuler

manusia menunjukkan adanya hiperproliferasi dan

pembentukan mikrokomedo 1. Kelenjar sebasea adalah organ

target androgen, distimulasi untuk memproduksi sebum saat

pubertas.

Kelenjar sebasea mewakili densitas reseptor androgen

yang berbanyak pada kulit manusia. Androgen yang paling

penting adalah testosteron, yang diubah menjadi

dihidrotestrosteron (DHT) oleh iso-enzim 5α reduktase tipe I.17

Kulit penderita acne menunjukkan peningkatan densitas

reseptor androgen dan aktivitas 5α reduktase yang lebih tinggi.

DHT adalah androgen poten yang berperan pada acne.

Androgen menyebabkan peningkatan ukuran kelenjar sebasea,

menstimulasi produksi sebum, serta menstimulasi proliferasi

keratinosit pada duktus kelenjar sebasea dan

acroinfundibulum.5

Hiperproliferasi epidermal folikuler menyebabkan

terbentuknya lesi primer acne, yaitu mikrokomedo. Epitel

folikel rambut bagian atas, infundibulum, menjadi

hiperkeratotik dan disertai peningkatan kohesi keratinosit.

Peningkatan sel dan kepekatannya menyebabkan sumbatan

pada ostium folikuler. Sumbatan ini menyebabkan terjadinya

akumulasi keratin, sebum dan bakteri pada folikel, yang

Page 7: TUGAS RISET KJP

kemudian menyebabkan dilatasi pada folikel rambut bagian

atas, dan terjadi mikrokomedo 1.

2.4.2 Produksi sebum berlebih

Sebum disintesis oleh kelenjar sebasea secara kontinu

dan disekresikan ke permukaan kulit melalui pori – pori folikel

rambut. Sekresi sebum ini diatur secara hormonal. Kelenjar

sebasea terletak pada seluruh permukaan tubuh, namun jumlah

kelenjar yang terbanyak didapatkan pada wajah, pungung,

dada, dan bahu.18

Fungsi sebum pada manusia tidak diketahui pasti.

Diduga bahwa sebum dapat mengurangi kehilangan air dari

permukaan kulit dan menjaga kulit tetap lembut dan halus.19

Kelenjar sebasea mulai terbentuk pada minggu ke-13 hingga

16 kehidupan janin.

Kelenjar sebasea mensekresikan lipid melalui sekresi

holokrin. Selanjutnya, kelenjar ini menjadi aktif saat pubertas

karena adanya peningkatan hormon androgen, khususnya

hormon testosteron, yang memicu produksi sebum.18 Hormon

androgen menyebabkan peningkatan ukuran kelenjar sebasea,

menstimulasi produksi sebum, serta menstimulasi proliferasi

keratinosit pada duktus kelenjar sebasea dan

acroinfundibulum.19,5

Dihidrotestosteron (DHT) adalah androgen poten yang

berperan dalam terbentuknya acne. Enzim 17β-hidroksisteroid

dehidrogenase dan 5α-reduktase adalah enzim yang berperan

mengubah prekursor dehidroepiandrosteron sulfat (DHEAS)

menjadi DHT 1. Ketidakseimbangan antara produksi dan

kapasitas sekresi sebum akan menyebabkan pembuntuan

sebum pada folikel rambut.18 Selain itu, penderita acne

Page 8: TUGAS RISET KJP

memproduksi sebum yang lebih banyak, jika dibandingkan

dengan yang tidak menderita acne. Salah satu komponen

sebum yaitu trigliserida, berperan penting dalam patogenesis

acne. Flora normal unit pilosebasea yaitu P. acnes akan

memecah trigliserida menjadi asam lemak bebas. Asam lemak

bebas ini akan menyebabkan terjadinya lebih banyak kolonisasi

P. acnes, memicu inflamasi, dan selain itu juga bersifat

komedogenik.1

2.4.3 Bakteri Propionibacterium acnes

Acne bukan merupakan penyakit infeksi. Di antara

spesies bakteri yang mengkolonisasi kulit normal sebagai flora

normal, hanya bakteri yang mampu mengkolonisasi duktus

folikuler dan bermultiplikasi lah yang dapat bersifat patogenik

terhadap terjadinya acne. Hanya tiga spesies mikroorganisme

yang dapat diasosiasikan dengan perkembangan lesi acne, yaitu

propionibacteria, staphylococci koagulase negatif, dan jamur

Malassezia. Namun, setelah terapi antifungal, penderita acne

tidak menunjukkan perbaikan klinis, sehingga jamur dapat

dieksklusikan. Staphylococci juga dapat dieksklusikan,

mengingat terjadinya resistensi antibiotika pada kebanyakan

penderita pada minggu pertama terapi, dan jumlahnya yang

meningkat dengan cepat. Sehingga fokus ilmiah diarahkan ke

Propionibacteria.17

Propionibacteria merupakan bakteri gram positif, non

motil, sel berbentuk batang yang pleomorfik, yang

memfermentasi gula untuk menghasilkan asam propionat

sebagai produk akhir pada proses metabolismenya.

Propionibacteria acnes merupakan mikroorganisme penghuni

predominan pada area kulit orang dewasa yang kaya akan

Page 9: TUGAS RISET KJP

kelenjar sebasea. Pada kulit manusia, Propionibacteria

ditemukan sejak manusia lahir hingga meninggal. Analisis

bakteriologi dan produksi sebum pada area tubuh multipel

menunjukkan hubungan yang erat antara jumlah P. acne

dengan produksi sebum.17

Patogenisitas Propionibacteria diduga disebabkan

karena adanya dua hal,

yaitu :

1. Produksi enzim eksoseluler dan produk ekstraseluler bioaktif

lainnya, seperti protease, lipase, lecithinase, hyaluronat

lipase, neuramidase, phospatase, phospolipase, proteinase,

dan RNase.

2. Interaksi mikroorganisme dengan sistem imun manusia.

Pada saat pubertas, jumlah P. acne pada wajah dan pipi

penderita acne meningkat drastis, dan saat dewasa akan

menunjukkan jumlah yang konstan. Penelitian tentang DNA P.

acne yang dilakukan oleh Miura dkk., menemukan bahwa pada

penderita acne berusia 10-14 tahun didapatkan jumlah P. acne

di hidung dan dahi yang lebih tinggi secara signifikan daripada

non acne. Namun pada penderita acne berusia lebih dari 15

tahun, tidak didapatkan perbedaan jumlah P. acne yang

signifikan.20

Berdasarkan observasi yang dilakukan selama ini

diduga P. acne berperan secara tidak langsung dalam

pathogenesis acne dengan merangsang komedo dan

menghasilkan substansi-substansi yang menyebabkan

terjadinya rupture komedo, sehingga memulai respon

inflamasi.

Page 10: TUGAS RISET KJP

2.4.4 Inflamasi

Beberapa hipotesis menyatakan peran P. acne dalam

terbentuknya acne. Kerusakan jaringan kulit dapat merupakan

akibat dari enzim bakteri yang memiliki sifat degradasi, dan

mempengaruhi integritas sel epidermis kulit dan fungsi barier

dinding folikuler folikel sebaseus. Hal ini menyebabkan

pelepasan sitokin pro inflamasi dari keratinosit, yang akan

berdifusi ke dermis dan memicu inflamasi.21 Terdapat dua

macam respon inflamasi yang terjadi, yaitu :

1. Rupturnya epitel komedo. Komedo yang

mengandung korneosit, rambut, sebum, dan

campuran debris seluler akan memasuki dermis,

dan memicu terjadinya reaksi inflamasi.

2. Netrofil berakumulasi di sekeliling komedo yang

intak yang mana dinding epitelnya bersifat

spongiotik. Hal ini menyebabkan terjadinya

kebocoran substansi yang dapat berdifusi dari

komedo. Pada saat ini, imunoglobulin seperti IgG,

dan komplemen seperti C3, dapat dideteksi pada

pembuluh darah di sekitar komedo. Adanya faktor

kemotaktik dengan berat molekul yang kecil,

memungkinkan terjadinya difusi dari folikel yang

intak menuju ke dermis, sehingga akan menarik

netrofil. Setelah terjadi fagositosis, netrofil akan

melepaskan enzim lisosomal dan Reactive Oxygen

Species (ROS), yang akan menyebabkan kerusakan

epitel folikuler, yang kemudian lebih lanjut akan

mengawali terjadinya inflamasi. Selain itu,

diketahui pula bahwa P. acne merupakan aktivator

komplemen jalur klasik dan alternatif yang poten.

Page 11: TUGAS RISET KJP

Aktivasi komplemen akan menyebabkan semakin

banyaknya netrofil. Keseluruhan hal ini akan

menyebabkan terjadinya inflamasi.10

2.5 Diagnosis Acne Vulgaris

Diagnosis acne vulgaris ditegakkan dengan anamnesis dan

pemeriksaan klinis. Keluhan penderita dapat berupa gatal atau sakit,

tetapi pada umumnya keluhan penderita lebih bersifat kosmetik. Pada

pemeriksaan fisik ditemukan komedo, baik komedo terbuka maupun

komedo tertutup. Adanya komedo diperlukan untuk menegakkan

diagnosis acne vulgaris.22 Selain itu, dapat pula ditemukan papul,

pustul, nodul, dan kista pada daerah-daerah predileksi yang

mempunyai banyak kelenjar lemak. Secara umum, pemeriksaan

laboratorium bukan merupakan indikasi untuk penderita acne vulgaris,

kecuali jika dicurigai adanya hiperandrogenism.1

2.6 Tatalaksana Acne Vulgaris

Terapi acne vulgaris terdiri dari beberapa modalitas, antara lain 23,1,24:

2.6.1 Terapi topikal.

a. Retinoid topical

Retinoid topikal akan menormalkan proses keratinasi epitel

folikuler, sehingga dapat mengurangi komedo dan

menghambat terbentuknya lesi baru. Selain itu, juga

memiliki efek anti inflamasi.

b. Benzoil Peroksida.

Benzoil Peroksida memiliki efek anti bakterial yang poten.

Selain itu, dalam penggunaannya tidak akan terjadi

resistensi P. acne.

c. Antibakterial topikal.

Page 12: TUGAS RISET KJP

Eritromycin dan Clindamycin merupakan antibaktrial

topikal yang paling sering digunakan. Penggunaan

antibiotik jenis ini saja akan menyebabkan peningkatan

resistensi P.acne. Penggunaan kombinasi dengan Benzoil

Peroksida dapat mengatasai masalah ini.

d. Sulfur, sodium sulfacetamide, resorcin, dan asam salisilat.

Walaupun kelompok obat ini merupakan obat lama, namun

penggunaanya masih sering dijumpai. Produk kombinasi

antara sulfur dan sulfacetamida cukup efektif dalam

mengatasi acne dan rosacea.

2.6.2 Terapi sistemik.

a. Antibiotika oral.

Antibiotika oral digunakan untuk pengobatan acne vulgaris

derajat sedang hingga berat, atau pada kegagalan serta

intoleransi terhadap terapi topikal. Pada umumnya

memerlukan 6-8 minggu untuk menilai efikasinya.

Beberapa antibiotika yang tersedia antara lain : Tetrasiklin,

Doksisiklim, Minosiklin, Eritomycin, Clindamycin, dan

Trimetoprim-Sulfametoxazole.

b. Terapi Humoral

Tujuan terapi hormonal adalah untuk ‘melawan’ efek

androgen pada kelenjar sebasea. Adapun jenis – jenis yang

dapat digunakan adalah : kontrasepsi oral, kortikosteroid,

antiandrgen, dan angonis Gonadotropin-releasing hormone.

c. Isotretinoin.

Penggunaan isotretinoin oral disetujui untuk kasus acne

berat, rekalsitran, dan tipe nodular. Pada terapi ini, perlu

diberikan edukasi yang baik kepada penderita karena obat

ini memiliki banyak efek samping. Efek samping yang

paling serius adalah efek teratogenik.

Page 13: TUGAS RISET KJP

2.6.3 Modalitas lainnya

a. Kortikosteroid intralesi.

Kortikosteroid intralesi paling efektif untuk

mengurangi inflamasi pada acne vulgaris tipe noduler.

Dosis yang direkomendasikan adalah injeksi suspensi

Triamsinolon asetat 2,5-10 mg/mL sebanyak 0,05-0,25 mL

per lesi. Kadang memerlukan dosis ulangan dalam interval

2 hingga 3 minggu.

b. Fototerapi dan laser.

Penggunaan terapi fotodinamik dan berbagai jenis laser

masih dalam tahap penyelidikann. Walaupun terapi ini

dapat menghancurkan kelenjar sebasea dan membunuh P.

acne, namun metode ini masih dianggap kurang efektif.

2.7 Komplikasi Acne Vulgaris

Semua tipe acne berpotensi meninggalkan sekuele. Hampir

semua lesi acne akan meninggalkan makula eritema yang bersifat

sementara setelah lesi sembuh. Acne juga dapat menyebabkan

terjadinya scarpada beberapa individu. Selain itu, adanya acne juga

menyebabkan dampak psikologis. Dikatakan 30-50% penderita acne

mengalami gangguan psikiatrik karena adanya acne.1

2.8 Definisi Antioksidan

Antioksidan adalah senyawa kimia yang dapat

menyumbangkan satu atau lebih elektron kepada radikal bebas,

sehingga reaksi radikal bebas tersebut dapat terhambat. Antioksidan

juga dapat diartikan sebagai bahan atau senyawa yang dapat

menghambat atau mencegah terjadinya oksidasi pada substrat atau

bahan yang dapat teroksidasi, walaupun memiliki jumlah yang sedikit

Page 14: TUGAS RISET KJP

dalam makanan atau tubuh jika dibandingkan dengan substrat yang

akan teroksidasi. Antioksidan merupakan senyawa pemberi elektron

(electron donor) atau reduktan. Senyawa ini memiliki berat molekul

yang kecil, tetapi mampu menginaktivasi berkembangnya reaksi

oksidasi dengan cara mencegah terbentuknya radikal. Antioksidan

juga merupakan senyawa yang dapat menghambat reaksi oksidasi

dengan mengikat radikal bebas dan molekul yang sangat reaktif.7

2.9 Manfaat Antioksidan

Antioksidan merupakan senyawa yang dapat menghambat

reaksi oksidasi dengan mengikat radikal bebas dan molekul yang

sangat reaktif. Hal tersebut dapat menghambat kerusakan sel.

Berkaitan dengan reaksinya di dalam tubuh, status antioksidan

merupakan parameter penting untuk memantau kesehatan seseorang.

Tubuh manusia memiliki sistem antioksidan untuk menangkal

reaktivitas radikal bebas, yang secara berlanjut dibentuk sendiri oleh

tubuh. Jika jumlah senyawa oksigen reaktif ini melebihi jumlah

antioksidan dalam tubuh, kelebihannya akan menyerang komponen

lipid, protein maupun DNA sehingga mengakibatkan kerusakan-

kerusakan yang disebut dengan stress oksidatif.7

Antioksidan dibagi menjadi 4 tipe berdasarkan fungsinya25,26

yaitu:

a. Tipe pemutus rantai reaksi pembentuk radikal bebas

dengan cara menyumbangkan atom H, contohnya vitamin

E.

b. Tipe pereduksi yang mampu mentransfer atom H atau

oksigen dan bersifat pemulung, contohnya vitamin C.

c. Tipe pengikat logam yang mampu mengikat zat prooksidan

(Fe2+ dan Cu2+), contohnya flavonoid, asam sitrat dan

EDTA.

Page 15: TUGAS RISET KJP

d. Antioksidan selular yang mampu mendekomposisi

hidrogen peroksida menjadi bentuk stabil, contohnya pada

manusia dikenal superoksida dismutase, katalase dan

glitation peroksidase.

Antioksidan mampu melindungi tubuh terhadap kerusakan

yang disebabkan spesies oksigen reaktif, mampu menghambat

terjadinya penyakit degeneratif serta mampu menghambat peroksidase

lipid pada makanan.7

Antioksidan sangat bermanfaat bagi kesehatan dan berperan

penting untuk mempertahankan mutu produk pangan. Berbagai

kerusakan, yaitu ketengikan, perubahan gizi, perubahan warna dan

aroma serta kerusakan fisik lain pada produk pangan karena oksidasi.

Proses oksidasi tersebut dapat dihambat oleh antioksidan.27

2.10 Respon Tubuh terhadap Antioksidan

Mekanisme kerja antioksidan pada umumnya dapat dipahami setelah

mekanisme proses oksidasi lemak dalam bahan makanan atau pada

sistem biologis dipahami dengan baik. Oksidasi lemak terdiri dari 3

tahapan utama, yaitu inisiasi, propagasi dan terminasi. Pada tahap

inisiasi terjadi pembentukan radikal asam lemak, yaitu suatu senyawa

turunan lemak yang bersifat tidak stabil dan sangat reaktif akibat

hilangnya satu atom hidrogen. Pada tahap selanjutnya, yaitu propagasi,

radikal asam lemak akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal

peroksi. Radikal peroksi lebih lanjut akan menyerang asam lemak

baru.7

2.11 Kerangka Teori

Page 16: TUGAS RISET KJP

2.12 Hipotesis

Antioksidan dapat mengurangi dan mengobati jerawat (acne vulgaris)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Acne Vulgaris

Radikal Bebas1. hiperproliferasi

epidermis folikuler2. produksi sebum yang

berlebih3. bakteri

Propionibacterium acnes (P. acne)

4. inflamasi

Antioksidan

Memutus rantai radikal bebas

Antibakterial

Page 17: TUGAS RISET KJP

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini bersifat meta-analisis.

3.2 Instrumen Penelitian

10 jurnal terkait dengan rentang waktu 5 tahun terakhir.

3.3 Definisi Operasional

a. Acne vulgaris : Jerawat (Acne vulgaris) adalah penyakit kulit akibat

peradangan menahun dari folikel polisebasea.

b. Antioksidan : senyawa kimia yang dapat menyumbangkan satu atau

lebih elektron kepada radikal bebas, sehingga reaksi radikal bebas

tersebut dapat terhambat.

BAB IV HASIL PENELITIAN

Page 18: TUGAS RISET KJP

1. Menurut Sardana K, Garg VK., 2010, di India, pada jurnal dengan

judul “An observational study of methionine-bound zinc

with antioxidants for mild to moderateacne vulgaris” :

APC yang merupskan kompleks seng dengan basa metionin

berikatan dengan antioksidan yang telah digunakan dalam jerawat

sebagai suplemen gizi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengeksplorasi efikasi, keamanan, dan toleransi APC pada pasien

jerawat ringan sampai sedang vulgaris jerawat wajah. Dalam

penelitian ini, 48 pasien diobati dengan APC oral tiga kali sehari

selama 3 bulan diikuti dengan periode bebas pengobatan 4 minggu.

Pada akhir pengobatan (Minggu 12), ada peningkatan signifikan secara

statistik dalam hitungan jerawat (p < 0,05), yang dimulai setelah 8

minggu (p < 0,05). Hampir 79 % (38 /48) dari pasien mengalami

perbaikan 80-100 %. Ada penurunan yang signifikan pada pustula (8

minggu (p < 0,05) dan 12 minggu (p < 0,001)), serta papula dan

komedo tertutup (8 minggu (p < 0,05) dan 12 minggu (p < 0,001)).

Hanya dua pasien memiliki efek samping. Data saat ini menunjukkan

bahwa pengobatan dengan lisan APC tiga kali sehari selama 12

minggu pada pasien dengan ringan sampai sedang wajah acne vulgaris

berkhasiat dan ditoleransi dengan baik. Sebagai timbulnya tindakan

terlambat, terapi topikal bersamaan dapat meningkatkan hasil.

2. Menurut Zheng Y dkk. tahun 2013 di Cins pada jurnal yang berjudul

“Clinical evidence on the efficacy and safety of

an antioxidant optimized 1.5% salicylic acid (SA) cream in the

treatment of facial acne: an open, baseline-controlled clinical study”

yaitu:

Secara keseluruhan, 95% pasien membaik: 20% memiliki kliring

lengkap, 30% telah meningkat secara signifikan, 15% mengalami

perbaikan moderat, 30% memiliki peningkatan ringan, dan tidak ada

Page 19: TUGAS RISET KJP

respon dalam 5% dari pasien dengan 4 minggu pengobatan. Tidak ada

efek samping yang diamati.

3. Pada penelitian oleh Putri Wulandari tahun 2011 di Indonesia dengan

judul “Formula Campuran Ekstrak Temulawak (Curcuma xanthorriza

Roxb.) dan Meniran (Phyllanthus niruri L.) sebagai Antijerawat”,

yaitu:

Formula 5 (½ temulawak dan ½ meniran) merupakan formula

teraktif sebagai antijerawat dengan nilai IC50 untuk antioksidan

sebesar 9.47 ppm, konsentrasi hambat minimum (KHM) untuk

S.epidermidis sebesar 0.25 mg/mL, dan konsentrasi bunuh

minimum (KBM) sebesar 1.00 mg/mL. Setelah dianalisis penciri

dengan kromatografi lapis tipis (KLT) dan kromatografi cair kinerja

tinggi (KCKT), diketahui bahwa dalam formula 5 terdapat senyawa

xantorizol, filantin, dan hipofilantin.

4. Pada penelitian oleh Ozuguz dkk. tahun 2013 yang berjudul

“Evaluation of serum vitamins A and E and zinc levels according to

the severity of acne vulgaris” yaitu31:

Meskipun hyperkeratinization folikular, Propionibacterium acne

kolonisasi dan peradangan bertanggung jawab dalam patogenesis acne

vulgaris, mekanisme yang tepat belum diketahui secara pasti. Vitamin

A dan E adalah antioksidan penting bagi kesehatan. Zinc juga

merupakan elemen penting bagi manusia. Tapi efeknya pada kulit

tidak sepenuhnya dipahami. Penelitian ini bertujuan untuk

mengevaluasi tingkat plasma vitamin A, E dan zinc pada pasien acne

vulgaris dalam kaitannya dengan tingkat keparahan penyakit. Hasil

nya tingkat vitamin E, vitamin A dan seng secara signifikan lebih

rendah dibandingkan kelompok kontrol (Tabel 1, p < 0,001). Ketika

kelompok pasien dibandingkan antara satu sama lain tidak ada

perbedaan yang signifikan secara statistik untuk tingkat plasma

Page 20: TUGAS RISET KJP

vitamin A antara kelompok 1 dan 2 sedangkan vitamin E dan zinc

secara signifikan tingkat rendah pada kelompok 2 dibanding kelompok

1. Jadi ada korelasi negatif antara tingkat keparahan jerawat dan

vitamin E dan tingkat seng.

5. Menurut penelitian Toni Sutono tahun 2013 yang berjudul “Efektivitas

Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L)

Meredam Stres Oksidatif Penderita Jerawat (acne vulgaris) Derajat

Ringan dan Sedang pada Siswa di Asrama Akademi Perawatan di

Jakarta” menunjukkan hasil yaitu30:

Antioksidan dan antibakteri pad senyawa aktif xanthones yang

tedapat pada buah manggis dapat menunjang terapi medis untuk

jerawat. Kasus jerawat yang diawali oleh peroksidasi lipid, dapat

diredam oleh antioksidan. Secara klinis, peredaman tersebut dapat

diukur dengan parameter dari nilai MDA dalam darah penderita

jerawat, dan berkurangnya tingkat keparahan jerawat beradang (papula

dan pustule), yang ditunjukkan dengan menurunnya proporsi subjek

penelitian yang jumlah lesi jerawatnya berkuran lebih dari 20%

walaupun secara statistik tidak bermakna.

6. Menurut penelitian Pothitirat W, dkk. tahun 2009 pada jurnal yang

berjudul “Comparison of bioactive compounds content, free radical

scavenging and anti-acneinducing bacteria activities of extracts from

the mangosteen fruit rind at two stages of maturity”, yaitu32:

Buah ekstrak kulit muda mengandung komponen yang lebih tinggi

dari fenolat dan tanin dan dipromosikan aktivitas penangkal radikal

bebas lebih tinggi daripada buah ekstrak kulit matang, sedangkan

ekstrak kulit matang mengandung isi yang lebih tinggi flavonoid dan

alpha-mangostin xanthone yang merupakan antioksidan dan

memberikan bakteri anti-jerawat memproduksi lebih tinggi aktivitas

daripada buah ekstrak kulit muda. Dengan demikian, kulit buah

Page 21: TUGAS RISET KJP

manggis muda dan matang dapat bermanfaat untuk pengembangan

lebih lanjut dari sediaan farmasi antioksidan dan anti-jerawat.

7. Menurut penelitian, Yamaguchi N, dkk. tahun 2009 pada jurnal yang

berjudul “In vitro evaluation of antibacterial, anticollagenase,

and antioxidant activities of hop components (Humulus lupulus)

addressing acne vulgaris” menunjukkan bahwa33:

Tujuh komponen alami yang berasal dari tanaman hop (Humulus

Lupulus L.) ekstrak diuji untuk evaluasi aktivitas biologis yang

mempengaruhi acne vulgaris. Lima strain, Propionibacterium acnes,

Staphylococcus epidermidis, Staphylococcus aureus, dan Kocuria

rhizophila, Staphylococcus pyogenes, dipilih sebagai bakteri penyebab

utama acne vulgaris. Ekstrak hop yang berupa xanthohumol dan

lupulones menunjukkan aktivitas penghambatan yang kuat terhadap

semua strain. Meskipun turunan terhidrogenasi tidak menunjukkan

tingkat yang sama dari aktivitas, alami xanthohumol, humulones, dan

lupulones semua menunjukkan moderet untuk aktivitas penghambatan

yang kuat anti-kollagenase. Kapasitas antioksidan juga dievaluasi

dengan tujuh metode yang berbeda berdasarkan spesies oksigen reaktif

yang berbeda. Xanthohumol menunjukkan aktivitas tertinggi total

kapasitas oksigen absorbansi radikal serta kapasitas penyerapan

oksigen bebas.

8. Menurut penelitian oleh Irmanida Batubara dkk. tahun 2010 yang

berjudul “Efisiensi Sonikasi dan Penyaringan Ekstrak Secang terhadap

Aktivitas Anti Jerawat” yaitu34:

Aktivitas antijerawat ditentukan dengan menentukan aktivitas

antimikroba terhadap Propionibacterium acnes, aktivitas antioksidan

(metode DPPH) serta aktivitas lipase inhibitor (metode BALB-

Page 22: TUGAS RISET KJP

DTNB).  Rendemen ekstrak tertinggi dihasilkan pada sonikasi 8 menit

dengan penyaringan menggunakan kertas saring Whatman

41.Aktivitas antioksidan, lipase inhibitor, dan antimikroba terbaik

ditunjukkan oleh ekstrak dengan waktu sonikasi 10 menit dengan

penyaringan Whatman 41 (IC50 antioksidan: 3.30μg/ml, IC50

penghambatan lipase: 24μg/ml, MIC:0.25mg/ml, MBC:0.50mg/ml).

Kesimpulannya dalam waktu singkat (10 menit) telah didapat ekstrak

dengan aktivitas anti-jerawat terbaik.

9. Pada penelitian oleh Ahmed Salih Sahib dkk. tahun 2012 yang

berjudul “Effects of Oral Antioxidants on Lesion Counts Associated

with Oxidative Stress and Inflammation in Patients with

Papulopustular Acne” menunjukkan hasil yaitu35:

Pemberian antioksidan untuk pasien dengan acne vulgaris secara

signifikan mengurangi kadar serum Malondialdehid, dan peningkatan

kadar serum Glutathione setelah delapan minggu dibandingkan dengan

nilai pra-perawatan, juga secara signifikan mengurangi kadar

Interleukine-8 dan jumlah lesi inflamasi pada pasien dengan jerawat

dibandingkan dengan plasebo.

10. Pada penelitian oleh Lilla dkk. tahun 2010 yang berjudul “Antioxidant

and antimicrobial activities of fruit juices and pomace extracts agonist

acne-inducing bacteria” menunjukkan bahwa36:

Acne vulgaris adalah penyakit kulit yang paling umum di dunia, dan

jumlah resisten strain bakteri terhadap antibiotik telah meningkat

dalam beberapa tahun terakhir. Bahan alami dari tanaman adalah

pilihan yang menjanjikan untuk mengobati penyakit ini. Dalam

penelitian ini, in vitro aktivitas biologis dari jus, serta air dan ekstrak

metanol dari promace itu, dari 20 dibudidayakan dan buah-buahan liar

diselidiki pada 4 bakteri penyebab jerawat (Propionibacterium acnes,

Page 23: TUGAS RISET KJP

S. Aures, S. Epidermidis, S. Pyogenes). Nilai MIC jus dan ekstrak

pomace (air dan metanol) ditentukan oleh tes borth microdilusi pada

pH 7 dan pH netral di kulit 5,5. Kandungan total fenol dan kapasitas

radikal dari jus aktif dan ekstrak juga ditentukan. Berry merah dan

ungu menunjukkan efek antibakteri dan antioksidan yang cukup besar

tetapi tidak ada korelasi yang kuat antara antioksidan dan sifat

antimikrobial. Strain staphylococcus adalah yang paling sensitif

terhadap jus, dan S. Pyogenes, untuk ekstrak metanol. Uji bakteri, P.

Acnes terbukti menjadi spesies yang paling sensitif dalam penelitian

ini. Efek penghambatan pertumbuhan Ribes uva-crispa (gooseberry)

jus lebih kuat pada ph asam (MIC 0,40 mg / ml) dibandingkan pada ph

netral (MIC 5,30 mg / ml). Efek antibakteri dari buah-buahan dan

berry lainnya tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan pada nilai

pH yang berbeda.

BAB V PEMBAHASAN

Page 24: TUGAS RISET KJP

Acne vulgaris terdajadi dapat diakibatkan oleh banyak faktor, salah satunya

adalah bakteri flora normal pada kulit. Berdasarkan sumber yang didapatkan terdapat

4 bakteri yang dapat menyebabkan acne vulgaris yaitu, Propionibacterium acnes, S.

Aures, S. Epidermidis, dan S. Pyogenes.36

Usaha pencegahan timbulnya akne vulgaris dapat dilakukan dengan cara

perawatan kulit wajah, ada 3 langkah dasar untuk pemeliharaan kebersihan dan

kesehatan kulit wajah yaitu pembersihan, pelembaban dan perlindungan, serta

penipisan. Pembersihan bertujuan untuk mengangkat kotoran, debu, minyak, dan sisa

kosmetik pada kulit yang berperan dalam etiopatogenesis akne vulgaris.37

Saat ini begitu banyak penelitian yang berkembang mengenai manfaat dari

antioksidan. Antioksidan sendiri merupakan senyawa yang dapat menghambat reaksi

oksidasi dengan mengikat radikal bebas dan molekul yang sangat reaktif. Radikal

bebas merupakan senyawa yang berbahaya bagi tubuh manusia dan juga dapat

mempengaruhi pada kejadian acne vulgaris.

Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan ternyata antioksidan

dapat digunakan sebagai antijerawat acne vulgaris. Meskipun penelitian-penelitian

tersebut memantfaatkan antioksidan dari tumbuhan dan tanaman. Namun dari

sepuluh penelitian tersebut terdapat satu penelitian yang berkorelasi negatif dalam

penggunaan antioksidan sebagai antijerawat (anti-acne).

Page 25: TUGAS RISET KJP

DAFTAR PUSTAKA

1. Zaenglein AL, Graber EM, Thiboutot DM, Strauss JS. Acne vulgaris and

acneiform eruption. In: Fitzpatrick TB, Eisen AZ, Wolff K, Freedberg IM,

Austen K, eds. Dermatology in general medicine. 7th ed. New York:

McGraw-Hill; 2008, p. 690-703.

2. Kurokawa I, Danby FW, Ju Q, Wang X, Xiang LF, Xia L, Chen WC, Nagy I,

et al. New developments in our understanding of acne pathogenesis and

treatment. Experimental Dermatology; 2009, p. 18: 821-32.

Page 26: TUGAS RISET KJP

3. Cunliff e WJ, Gollnick HPM. Clinical features of acne. In: Cunliff e WJ,

Gollnick HPM, eds. Acne diagnosis and management. London: Martin Dunitz

Ltd; 2001, p. 49-68.

4. Perkins AC, Cheng CE, Hillebrand GG, Miyamoto k, Kimball AB.

Comparison of the epidemiology of acne vulgaris among Caucasian, Asian,

Continental Indian and African American women. J Eur Acad Dermatol

Venerol; 2011, p. 25(9):1054-60.

5. Zouboulis CC, Eady A, Philpott M, Goldsmith LA, Orfanos C, Cunliff e WC,

Rosenfi eld R. What is the pathogenesis of acne. Experimental Dermatology;

2005, p. 14: 143-52

6. Katzman M, logan AC. Acne vulgaris: nutritional factors may be influencing

psychological sequelae. Med Hypotheses 69; 2007,p.1080-1084.

7. Winarsi H. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas. Yogyakarta: Kanisius;

2007

8. Wasistaatmadja SM. Masalah Jerawat pada Remaja. Dalam: Tjokronegoro A,

Utama A. Pengobatan Mutakhir Dermatology pada Anak Remaja. Jakarta:

FK-UI; 2001

9. Zheng Y, Wan M, Chen H, Ye C, Zhao Y, Yi J, Xia Y, Lai W. Clinical

evidence on the efficacy and safety of an antioxidant optimized 1.5% salicylic

acid (SA) cream in the treatment of facial acne: an open, baseline-controlled

clinical study. Department of Dermatology, Cina: Universitas Sun Yat-sen.

2013

10. Kurutas, E.B., Arican, O., Sasmaz, S. Superoxide Dismutase and

Myeloperoxidase activities in Polymorphonuclear Leucocytes in Acne

Vulgaris. Acta Dermatoven APA; 2005, p.14: 39-42.

11. Sardana K, Garg VK. An observational study of methionine-bound zinc

with antioxidants for mild to moderateacne vulgaris. Delhi, India: Department

of Dermatology, Maulana Azad Medical College, Lok Nayak Hospital. 2010

Page 27: TUGAS RISET KJP

12. Wulandari, P., Darusman L. K., Batubara, Irmanida. Formula Campuran

Ekstrak Temulawak (Curcuma xanthorriza) dan Meniran (Phyllanthus niruri)

sebagai Antijerawat. Bogor: Universitas Institut Pertanian Bogor. 2011

13. Yuindarmanto A. AcneVulgaris.Jakarta: FK-UI; 2009

14. Halliwel B, Aeschbach R, Lolinger J, Auroma OI. Toxicology. J Food Chem;

1995, p. 33:601.

15. Brook GF, Butel JS, Morse SA. Mikrobiologi Kesehatan. Jakarta: Salemba

Medika; 2005

16. Batubara I, Mitsunaga T, Ohasi H. Screening antiacne potency of Indonesian

medicinal plants: antibacterial, lipase inhibition, and antioxidant activities. J

Wood Sci; 2009, p.55: 230-235.

17. Jappe, U. Pathological Mechanism of Acne with Special Emphasis on

Propionibacterium acnes and Related Therapy. Acta Derm Venereol 83;

2003, p. 241-8.

18. Baumann L., Keri, J. Acne (Type 1 sensitive skin). In: Baumann, L. Cosmetic

Dermatology. 2nd Ed. New York: McGraw-Hill: 2009, p. 121-7.

19. Nelson, A.M., Thiboutot, D.M. Biology of Sebaceous Glands. In : Wolff, K.,

Goldsmith, L.A., Katz, S.I., Gilchrest, B.A., Paller, A.S., Leffell D.J., editors.

Fitzpatrick’s Dermatology In General Medicine. 7th. Ed. New York:

McGraw-Hill; 2008, p. 687-90.

20. Miura, Y., Ishige, I., Soejima, N., Suzuki, Y., Uchida, K., Kawana, S., Eishi,

Y. Quantitative PCR of Propionibacterium acnes DNA in samples aspirated

from sebaceous follicles on the normal skin of subjects with or without acne. J

Mes Dent Sci; 2010, p.57:65-74.

21. Bruggemann, H. Insights in the Pathogenic Potential of Propionibacterium

acnes From Its Complete Genome. Semin Cutan Med Surg; 2005, p. 24:67-

72.

22. Wolff, K., Johnson, R.A. Disorders of Sebaceous and Apoccrine Glands. In :

Wolff, K., Johnson, R.A., editors. Fitzpatrick’s color atlas and synopsis of

clinical dermatology. Sixth Edition. New York: McGraw-Hill; 2009, p.2-8.

Page 28: TUGAS RISET KJP

23. James, W.D., Berger, T.G., Elston, D.M. Acne. In : James, W.D., Berger,

T.G., Elston, D.M., editors. Andrew’s Diseases of the skin Clinical

Dermatology. 10th Ed. Philadelphia: Saunders Elsevier; 2006, p.231-50.

24. Ascenso, A., Marques, H.C. Acne in the Adult. Bentham Science Publishers

Ltd; 2009, p.9: 1-10.

25. Siagian A. Bahan Tambahan Makanan. Medan: Fakultas Kesehatan

Masyarakat, Universitas Sumatera Utara; 2002

26. Herawati, Akhlus S. Kinerja BHT sebagai antioksidan minyak sawit pada

perlindungan terhadap oksidasi oksigen singlet. Akta Kimindo; 2006,

p.2(1):1-8

27. Hernani, Raharjo M. Tanaman Berkhasiat Antioksidan. Jakarta: Penebar

Swadya; 2005

28. Hanna S., Sharma J., Klotz J. Acne vulgaris: More than skin deep.

Dermatology Online Journal; 2003, p.9(3):8.

29. Wasitaatmadja, S.M. Akne, erupsi akneiformis, rosasea, rinofima. Dalam:

Djuanda, A., Hamzah, M., Aisah, S., editor. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.

Edisi 5. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2007

30. Sutono, Toni. Efektivitas Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis (Garcinia

mangostana L) Meredam Stres Oksidatif Penderita Jerawat (acne vulgaris)

Derajat Ringan dan Sedang pada Siswa di Asrama Akademi Perawatan di

Jakarta. Jakarta: Farmasi FKUI. 2013

31. Ozuguz P, Dogruk Kacar S, Ekiz O, Takci Z, Balta I, Kalkan G. Evaluation of

serum vitamins A and E and zinc levels according to the severity of acne

vulgaris. Turkey: The University of Afyon Kocatepe. 2013

32. Pothitirat W, Chomnawang MT, Supabphol R, Gritsanapan W. Comparison of

bioactive compounds content, free radical scavenging and anti-acneinducing

bacteria activities of extracts from the mangosteen fruit rind at two stages of

maturity. Thailand: Faculty of Pharmacy, Mahidol University; 2009

Page 29: TUGAS RISET KJP

33. Yamaguchi N, Satoh-Yamaguchi K, Ono M. In vitro evaluation of

antibacterial, anticollagenase, and antioxidant activities of hop components

(Humulus lupulus) addressing acne vulgaris. USA: MacArthur Blvd; 2009

34. Batubara, I., Mitsunaga, T., Darusman, L. K., Febriani, S., Rahminiwati, M.

Efisiensi Sonikasi dan Penyaringan Ekstrak Secang terhadap Aktivitas Anti

Jerawat. Bogor: Institut Pertanian Bogor. 2010

35. Sahib, A. S., Al-Anbari, Haidar, H., Salih, Mohammed, Abdullah, Fatima.

Effects of Oral Antioxidants on Lesion Counts Associated with Oxidative

Stress and Inflammation in Patients with Papulopustular Acne. Iraq:

Universitas Baghdad. 2012.

36. Lilla dkk. Antioxidant and Antimicrobial Activities of Fruit Juices and

Pomace Extracts Agonist Acne-inducing Bacteria. Hungary: University of

Szeged; 2010.

37. Gyorgy, S., Murata, K. and Ikehata, H. Antioxydant isolated from fermented

soybean. Nature; 1964