Tugas Proposal Riset Keperawatan

37
PROPOSAL RISET KEPERAWATAN GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN IBU TENTANG THALASEMIA PADA ANAK USIA DI BAWAH 10 TAHUN DI RUANGAN NUSA INDAH BAWAH RSUD Dr.SLAMET GARUT Disusun oleh: Muhammad Zaky Maulani NIM : 0124023

description

tugas

Transcript of Tugas Proposal Riset Keperawatan

Page 1: Tugas Proposal Riset Keperawatan

PROPOSAL RISET KEPERAWATAN

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN IBU TENTANG THALASEMIA PADA

ANAK USIA DI BAWAH 10 TAHUN

DI RUANGAN NUSA INDAH BAWAH

RSUD Dr.SLAMET GARUT

Disusun oleh:

Muhammad Zaky Maulani

NIM : 0124023

AKADEMI KEPERAWATAN BIDARA MUKTI

PRODI DIII KEPERAWATAN

2014

Page 2: Tugas Proposal Riset Keperawatan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Thalasemia adalah penyakit keturunan terbanyak di dunia. Data WHO

menyebutkan 250 juta penduduk dunia (4,5%) membawa genetik thalasemia dan 80-

90 juta membawa genetik thalasemia beta (Yunanda 2008).

Thalasemia beta diturunkan dari kedua orang tua pembawa thalasemia dan

menunjukkan gejala klinis yang paling berat, keadaan ini disebut juga thalasemia

mayor. Penderita thalasemia mayor akan mengalami anemia dikarenakan

penghancuran hemoglobin dan membuat penderita harus menjalani transfusi darah

seumur hidup setiap bulan sekali. Transfusi darah yang terus menerus seumur hidup

mengakibatkan penumpukan zat besi pada organ hati dan ginjal, sehingga dapat

mengganggu fungsi organ tersebut. Penderita thalasemia semakin lama mendapat

transfusi akan semakin berpengaruh terhadap fungsi organ tersebut (Yunanda 2008).

Gangguan fungsi hati dapat dideteksi dengan pemeriksaan SGOT (serum

glutamate oxaloacetat transaminase) dan SGPT (serum glutamate piruvate

transaminase), sedangkan gangguan pada ginjal dapat dideteksi melalui pemeriksaan

ureum dan kreatinin (Kartoyo.P dan Purnamawati.SP 2003).

RSUD Garut merupakan salah satu rumah sakit yang mengikuti program

JAMPELTAL (jaminan pelayanan thalasemia) (PERMENKES 2011).

Penderita thalasemia mayor di RSUD Garut pada tahun 2010 berjumlah 15

orang dan sampai bulan Desember 2012 mengalami peningkatan menjadi 30 orang

(Data RSUD Garut 2012). Program JAMPELTAL sangat membantu penderita

thalasemia mayor karena seluruh biaya ditanggung oleh pemerintah, dengan adanya

program ini dapat meringankan beban penderita yang sebagian besar berasal dari

Page 3: Tugas Proposal Riset Keperawatan

kalangan kurang mampu. Penderita juga diharapkan rutin melakukan pengobatan

setiap bulannya sehingga dapat meminimalkan terjadinya komplikasi.

Kami selaku penulis ingin menganalisis kadar SGOT, SGPT, ureum dan

kreatinin penderita thalasemia mayor berdasarkan lama transfusi darah.

1.2. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, maka masalah penelitian

yang dapat di rumuskan adalah bagaimana “Bagaimana Gambaran Tingkat

Kecemasan Ibu Tentang Thalasemia Pada Anak Usia di Bawah 10 Tahun”.

1.3. TUJUAN PENELITIAN

1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan umum yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk

mengetahui gambaran tingkat kecemasan ibu tentang thalasemia pada anak

usia di bawa 10 tahun di Nusa Indah Bawah RSUD Dr.Slamet Garut.

1.3.2. Tujuan Khusus

1) Mengetahui pengetahuan ibu tentang pengertian Thalasemia di Wilayah

Kerja Ruangan Nusa Indah Bawah RSUD Dr.Slamet Garut Tahun 2014.

2) Mengetahui pengetahuan ibu tentang penyebab Thalasemia pada anak di

Wilayah Kerja Ruangan Nusa Indah Bawah RSUD Dr.Slamet Garut Tahun

2014.

3) Mengetahui pengetahuan ibu tentang pencegahan Thalasemia pada anak di

Wilayah Kerja Ruangan Nusa Indah Bawah RSUD Dr.Slamet Garut Tahun

2014.

Page 4: Tugas Proposal Riset Keperawatan

4) Mengetahui tingkat kecemasan ibu tentang Thalasemia pada anak di

Wilayah Kerja Ruangan Nusa Indah Bawah RSUD Dr.Slamet Garut Tahun

2014.

1.4. KEGUNAAN PENELITIAN

Dengan penelitian ini di harapkan dapat memberikan manfaat bagi semua

pihak yang berkaitan antara lain :

1.4.1. Untuk RSUD Dr.Slamet Garut Khusunya Ruangan Nusa Indah Bawah

1) Hasil penelitian ini akan memperoleh gambaran tingkat kecemasan ibu

tentang thalasemia pada anak yang bisa digunakan sebagai dasar untuk

rencana pemberian penyuluhan di ruangan khusus thalasemia.

2) Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pemikiraan untuk

ruangan Nusa Indah Bawah RSUD Dr.Slamet Garut dalam peningkatan

keperawatan pada anak yang mengalami thalasemia.

1.4.2. Untuk Peneliti Selanjutnya

Pengembangan ilmu pengetahuan, hasil peneliti ini diharapkan dapat

memberikan informasi awal untuk melakukan penelitian lanjutan yang

berhubungan dengan thalasemia pada anak.

1.4.3. Untuk Masyarakat Khususnya Ibu

Diharapkan peneliti ini dapat menjadi dasar bagi para ibu sebagai

informasi tentang penanganan thalasemia pada anak.

1.4.4. Untuk Akademik

Page 5: Tugas Proposal Riset Keperawatan

1) Menambah wawasan dan mengetahui perkembangan kesehatan

keseluruhan umumnya dan di Kota Garut khususnya.

2) Sebagai bahan contoh untuk adik - adik tingkat dalam penyusunan Skripsi.

Page 6: Tugas Proposal Riset Keperawatan

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 KONSEP KECEMASAN

2.1.1 Pengertian Kecemasan

Pengetahuan pada dasarnya terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang

memungkinkan seseorang untuk dapat memecahkan masalah yang

dihadapinya, pengetahuan tersebut baik dari pengalaman langsung maupun

melalui pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2010).

Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia sekedar

menjawab pertanyaan “what”, misalnya apa air, apa manusia, apa alam dan

sebagainya, pengetahuan hanya dapat menjawab pertanyaan apa sesuatu itu

(Notoatmodjo, 2010).

2.1.2 Bagaimana Cara Memperoleh Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010) dari berbagai macam cara yang telah

digunakan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah, dapat

dikelompokan menjadi dua yakni :

1. Cara memperoleh kebenaran non ilmiah

Cara kuno atau tradisional ini dipakai orang untuk memperoleh kebenaran

pengetahuan, sebelum di temukannya metode ilmiah atau metode

penemuan secara sistematik dan logis adalah dengan cara non ilmiah, tanpa

melalui penelitian. Cara-cara penemuan pengetahuan pada periode ini

antara lain meliputi :

a. Cara coba salah (Trial and Error)

Page 7: Tugas Proposal Riset Keperawatan

Cara coba ini dilakukan dengan menggunakan beberapa kemungkinan

dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan tersebut tidak

berhasil, dicoba kemungkinan yang lain.

b. Secara kebetulan

Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak disengaja

oleh orang yang bersangkutan.

c. Cara kekuasaan atau otoritas

Para pemegang otoritas, baik pemimpin pemerintah, tokoh agama,

maupun ahli ilmu pengetahuan pada prinsipnya mempunyai mekanisme

yang sama didalam penemuan pengetahuan. Prinsip inilah orang lain

menerima pendapat yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai

otoritas, tanpa terlebih dulu menguji atau membuktikan kebenarannya,

baik berdasarkan data empiris ataupun berdasarkan penalaran sendiri.

Hal ini disebabkan karena orang yang menerima pendapat tersebut

menganggap bahwa apa yang dikemukakannya adalah sudah benar.

d. Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman adalah guru yang baik, demikian bunyi pepatah. Pepatah

ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan sumber

pengetahuan atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan oleh sebab itu, pengalaman pribadi

pun digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan.

e. Cara akal sehat

Akal sehat kadang-kadang dapat menemukan teori atau kebenaran.

f. Kebenaran melalui wahyu

Page 8: Tugas Proposal Riset Keperawatan

Ajaran dan dogma agama adalah suatu kebenaran yang diwahyukan dari

Tuhan melalui Para Nabi. Kebenaran ini harus diterima dan diyakini

oleh pengikut-pengikut agama bersangkutan.

g. Kebenaran secara intuitif

Kebenaran ini diperoleh seseorang hanya berdasarkan intuisi atau suara

hati atau bisikan hati saja.

h. Melalui jalan pikiran

Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara berfikir

manusiapun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu

menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya.

i. Induksi

Induksi adalah proses penarikan kesimpulan yang dimulai dari

pertanyaan-pertanyaan khusus ke pertanyaan yang bersifat umum.

j. Deduksi

Deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pertanyaan-pertanyaan

umum ke khusus.

2. Cara ilmiah dalam memperoleh pengetahuan

3. Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini

lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian

ilmiah atau lebih popular disebut metodologi penelitian.

Page 9: Tugas Proposal Riset Keperawatan

2.2 KONSEP DIARE

2.2.1 Pengertian Diare

Diare ialah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari empat kali pada

bayi dan lebih dari tiga kali pada anak; konsistensi feses encer, dapat berwarna

hijau atau terdapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja (Ngastiyah,

2005).

Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi

berak lebih dari biasanya (tiga atau lebih per hari) yang disertai perubahan dan

konsistensi dari penderita (Depkes RI, 2002).

Diare adalah mencret lebih dari tiga kali, kotorannya cair atau tidak

berbentuk (MT Indiarti, 2007).

Dari ketiga pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa diare adalah

buang air besar yang frekuensi lebih dari tiga kali pada anak dan lebih dari

empat kali pada bayi, yang mengakibatkan kehilangan cairan elektrolit dengan

bentuk tinja encer dan berwarna hijau dapat pula disertai lendir dan darah.

2.2.2 Penyebab Diare

Menurut Ngastiyah (2005) dapat dibagi dalam beberapa faktor antara lain :

1 Faktor Infeksi

a. Infeksi enteral; infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan

penyebab diare pada anak. Meliputi infeksi enteral sebagai berikut :

Infeksi bakteri : Vibrio, E.coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter,

Yersinia, Aeromonas, dan sebagainya.

Infeksi virus : Enterovirus (virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis,

Adeno-virus, Rotavirus, Astrovirus, dan lain-lain.

Page 10: Tugas Proposal Riset Keperawatan

Infeksi parasit : Cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris, Strongyloides);

protozoa (Entamoeba histolytica, giardia lambia,Trichomonas

hominis); jamur (Candida albicans).

b. Infeksi parenteral ialah infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti :

otitis Media Akut (OMA), tonsilitis/tonsilofaringitis, bronkopneumonia,

ensefalitis, dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan

anak berumur di bawah 2 tahun.

2 Faktor Malabsorbsi

Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa, dan

sukrosa); monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa, dan galaktosa).

Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering (intoleransi laktosa).

Malabsorbsi lemak

Malabsorbsi protein

3 Faktor Makanan : makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.

4 Faktor Psikologis, rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada

anak yang lebih besar) (Ngastiyah, 2005).

2.2.3 Patofisiologi

Bagan 2.1 Patofisiologi Diare

Virus, Bakteri

Enterosit (sel epitel usus halus)

Infeksi dan kerusakan fili usus halus

Page 11: Tugas Proposal Riset Keperawatan

Enterosit rusak diganti oleh enterosit baru (kuboid / sel epitel gepeng yang

belum matang

Fungsi belum baik

Fili usus atropi

Tidak dapat mengabsorbsi makanan dan cairan belum baik

Tekanan koloid osmotik

Motilitas

Diare

(Shahid NS)

Page 12: Tugas Proposal Riset Keperawatan

2.2.4 Gambaran Klinis

Mula-mula pasien cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat,

nafsu makan berkurang atau tak ada, kemudian timbul diare. Tinja cair,

mungkin disertai lendir atau lendir darah. Warna tinja makin lama berubah

kehijau-hijauan karena bercampur dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya

timbul lecet karena sering defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai

akibat makin banyak asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak diabsorbsi

oleh usus selama diare. Gejala muntah dapat timbul sebelum atau sesudah diare

dan dapat disebabkan karena lambung turut meradang atau akibat gangguan

keseimbangan asam basa dan elektrolit. Bila pasien telah banyak kehilangan

cairan dan elektrolit, gejala dehidrasi mulai nampak; yaitu berat badan turun,

turgor berkurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung (pada bayi),

selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering. Berdasarkan banyaknya

cairan yang hilang dapat dibagi menjadi dehidrasi ringan, sedang dan berat. Bila

berdasarkan tonsisitas plasma dibagi menjadi dehidrasi hipotonik, isotonik, dan

hipertonik.

Page 13: Tugas Proposal Riset Keperawatan

2.2.5 Komplikasi Kehilangan Cairan Akibat Diare

1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik, atau hipertonik).

2. Renjatan hipovolemik.

3. Hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardia,

perubahan elektrokardiogram).

4. Hipoglikemia.

5. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim

laktase.

6. Kejang, terjadi pada dehidrasi hipertonik.

7. Malnutrisi energi protein, (akibat muntah dan diare, jika lama atau kronik).

Pasien diare yang dirawat biasanya sudah dalam keadaan dehidrasi berat,

dengan rata-rata kehilangan cairan sebanyak 12,5%. Pada dehidrasi berat,

volume darah berkurang sehingga dapat terjadi renjatan hipovolemik dengan

gejala denyut jantung menjadi cepat, nadi cepat dan kecil, tekanan darah

menurun, pasien sangat lemah, kesadaran menurun (apatis, somnolen, kadang

sampai soporokomateus). Akibat dehidrasi diuresis berkurang (oliguria sampai

anuria). Bila sudah terjadi asidosis metabolik terjadi karena (1) Kehilangan

NaHCO3 melalui tinja diare, (2) Ketosis kelaparan, (3) Produk-produk metabolik

yang bersifat asam tidak dapat dikeluarkan (karena oliguria/anuria), (4)

Berpindahnya ion Natrium dan cairan ekstrasel ke cairan intrasel, (5)

Penimbunan asam laktat (anoksia jaringan).

Tabel 2.1 Kehilangan cairan menurut derajat dehidrasi pada anak di bawah usia

2 tahun

Derajat Dehidrasi PWL NML CWL Jumlah

Ringan 50 100 25 175

Page 14: Tugas Proposal Riset Keperawatan

Sedang

Berat

75

125

100

200

25

25

200

350

Tabel 2.2 Kehilangan cairan menurut derajat dehidrasi pada anak berumur 2-5

tahun

Derajat Dehidrasi PWL NWL CWL Jumlah

Ringan

Sedang

Berat

30

50

80

80

80

80

25

25

25

135

155

183

PWL Previous Water Loss (ml/kg bb) cairan yang hilang karena muntah, NWL

Normal Water Loss (ml/kg bb) (cairan yang hilang melalui urine, kulit,

pernafasan), CWL Concomitant Water Loss (ml/kg bb) (cairan yang hilang

karena muntah hebat) (Ngastiyah, 2005).

2.2.6 Pencegahan Diare

Program pemberantasan penyakit diare menurut WHO :

1) Pemberian ASI penuh sampai berusia 4-6 bulan, selanjutnya diberikan

bersama makanan lain.

2) Memperbaiki cara penyapihan.

3) Penggunakan air bersih.

Penyakit diare merupakan penyakit yang di tularkan melalui mulut

(oral-fekal), antara lain melalui makanan / minuman yang tercemar tinja dan

atau kontak langsung dengan tinja penderita, salah satu prilaku khusus yang

dapat menyebabkan penyebaran kuman enterik adalah menggunakan air

minum yang tercemar oleh bakteri yang berasal dari tinja. Jika jarak dari

Page 15: Tugas Proposal Riset Keperawatan

sumber air bersih dengan WC < 10 meter maka akan terjadi kontaminasi air

tersebut oleh kuman dari WC melalui perembesan.

4) Mencuci tangan.

5) Menggunakan jamban.

6) Membuang tinja bayi secara baik dan benar.

7) Imunisasi campak

Insiden diare meningkat pada waktu serangan campak selama 4

minggu setelah timbulnya penyakit dan kemungkinan sampai 6 bulan setelah

episode campak. Diare yang berhubungan dengan campak sering kali lebih

berat dan lebih lama. Resiko kematian biasanya juga lebih tinggi daripada

diare yang tidak berhubungan dengan campak dan kemungkinan lebih berat

bila anak juga kurang gizi. Mekanismenya melalui efek langsung virus pada

epitelium mukosa usus atau virus menginduksi imunosupresi yang dapat

berakhir dalam beberapa bulan setelah episode campak dan mengurangi daya

tahan anak terhadap bermacam-macam bakteri patogen dan protozoa.

Imunisasi campak oleh karenanya merupakan cara yang penting untuk

mencegah episode diare dan kematian yang berhubungan dengan diare.

2.3 Dehidrasi

Dehidrasi adalah ketidakseimbangan fisiologi cairan dan elektrolit yang

disebabkan oleh hilangnya cairan dan elektrolit dalam jumlah besar karena diare,

muntah, dan lain-lain (Ditjen PPM dan PLP, 1999).

2.3.1. Derajat Dehidrasi

Pengukuran berat badan sangat penting dilakukan dalam

penatalaksanaan diare, untuk menghitung presentase penurunan berat badan

Page 16: Tugas Proposal Riset Keperawatan

sakit terhadap berat badan sebelum sakit sehingga dapat ditentukan derajat

dehidrasi, selanjutnya berguna dalam rencana rehidrasi yang akan dilakukan.

1) Tanpa dehidrasi : Berat badan turun 0–5%

2) Dehidrasi ringan-sedang : Berat badan turun 6-9%

3) Dehidrasi berat : Berat badan turun > 10%

Tingkat dehidrasi menurut WHO :

Tabel 2.3 Tingkat Dehidrasi

Pemeriksaan A B C

Keadaan umum Baik Gelisah, rewel Lesu, tidak sadar

Mata Normal Cekung Sangat cekung dan

kering

Air mata Ada Tidak ada Tidak ada

Mulut dan lidah Basah Kering Kering

Rasa haus Minum biasa Haus, minum

banyak

Malas minum/tidak

bisa minum

Periksa turgor

kulit

Kembali cepat Kembali lambat Kembali sangat lambat

Derajat dehidrasi TANPA

DEHIDRASI

DEHIDRASI

RINGAN-

SEDANG bila

ada satu tanda di

tambah > 1 tanda

lain

DEHIDRASI BERAT

Bila ada satu tanda

ditambah > 1 tanda lain

Terapi Rencana terapi A Rencana terapi B Rencana terapi C

Page 17: Tugas Proposal Riset Keperawatan

2.3.2. Upaya Rehidrasi Berdasarkan Derajat Dehidrasi

1. Rencana Terapi A

a. Beri minum sebanyak-banyaknya cairan rumah tangga, bila ada

ORALIT berikan dengan dosis :

Umur Setiap Mencret Dalam 24 jam

< 1 tahun ½ gelas 400ml (2 bks )

1 – 5 tahun 1 gelas 600-800ml (3-4 bks)

5 – 12 tahun 1 ½ gelas 800-1000ml (4-5 bks)

Dewasa 2 gelas 1000-1200 ml (6-10 bks

b. Berikan makanan yang bergizi, lunak, mudah dicerna, tidak

merangsang, lebih sering (biasanya 6 kali), teruskan susu formula

dengan diencerkan setengahnya.

c. Bawa ke petugas kesehatan apabila : diare bertambah sering dan

banyak, sering muntah, sangat haus, malas minum/makan, demam, tinja

berdarah.

2. Rencana Terapi B

a. Berikan ORALIT dosis rehidrasi awal sesuai umur dalam 3 jam pertama

dengan dosis 75 cc/kgBB dan teruskan ASI, dosis ORALIT :

Umur Setiap Mencret

< 1 tahun 1 ½ gelas

1 – 5 tahun 3 gelas

5 – 12 tahun 6 gelas

Dewasa 12 gelas

Page 18: Tugas Proposal Riset Keperawatan

b. Observasi : usahakan ORALIT yang harus diminum sesuai dalam

pemberian dan dosisnya.

c. Setelah 3-4 jam, nilai kembali untuk melanjutkan rencana terapi.

d. Bila penderita pulang : beritahukan jumlah ORALIT yang harus

diminum, berikan oralit untuk 2 hari, terangkan cara membuat

ORALIT, terangkan 3 aturan rencana terapi A.

3. Rencana Terapi C

a. Berikan cairan IV, jika bisa minum berikan ORALIT. Beri 100ml/kgBB

larutan Ringer laktat dibagi :

Umur Pemberian I 30ml/kgBB Pemberian II 70ml/kgBB

< 1 tahun 1 jam 5 jam

>1 tahun 30 menit 2 ½ jam

Diulang jika denyut nadi masih sangat lemah/tidak teraba.

b. Nilai penderita tiap 1 – 2 jam.

c. Setelah dapat minum ORALIT (kurang lebih 5 ml/kgBB).

d. Nilai kembali setelah 6 jam (bayi), atau 3 jam (anak > 1 tahun) untuk

melanjutkan terapi.

Pemberian Gastric Drip :

a. Mulai rehidrasi melalui pipa NGT dengan larutan ORALIT 20

ml/kgBB/jam (total dari 120 ml/kgBB).

b. Nilai setiap 1 – 2 jam.

c. Lanjutkan terapi setelah 6 jam.

Page 19: Tugas Proposal Riset Keperawatan

Pemberian makanan lunak yang rendah serat dan kalori tinggi, bergizi, mudah

dicerna, tidak merangsang, lebih sering dengan porsi kecil (biasanya 6 kali), teruskan

susu formula dengan diencerkan setengahnya (WHO, 1988).

2.4 Masa Tumbuh Kembang Anak 0 – 5 Tahun

2.4.1. Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

Pertumbuhan merupakanbertambah jumlah dan besarnya sel di seluruh

bagian tubuh yang secara kuantitatif dapat diukur, sedangkan perkembangan

merupakan bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh yang dapat dicapai

melalui tumbuh kematangan dan belajar (Whalley dan Wong, 2000).

2.4.2. Pola Pertumbuhan dan Perkembangan

1. Pola Pertumbuhan Fisik yang Terarah

Pada pola ini terdapat dua prinsip atu hukum perkembangan yaitu prinsip

chepalo-caudal dan prinsip proximodistal (Wong, 1995). Pertama,

Cephalocaudal atau head to tail direction (dari arah kepala kemudian ke

kaki). Pola pertumbuhan dan perkembangan ini dimulai dari kepala yang

ditandai dengan perubahan ukuran kepala yang lebih besar, kemudian

berkembang kemampuan untuk menggerakan lebih cepat dengan

menggelengkan kepala dan dilanjutkan ke bagian ekstermitas bawah

lengan, tangan, dan kaki. Hal tersebut merupakan pola searah dalam

pertumbuhan dan perkembangan, yang tampak pada pertumbuhan pra natal

yaitu pada janin saat bayi yang dilahirkan pada bagian kepala atau alat

yang ada di kepala tampak lebih matang lebih dahulu. Kedua, proksimal

Page 20: Tugas Proposal Riset Keperawatan

distal atau near to far direction (Wong, 1995). Pola ini dimulai dengan

menggerakan anggota gerak yang paling dekat dengan pusat/sumbu tengah

kemudian baru menggerakan anggota gerak yang lebih jauh atau ke arah

bagian tepi, seperti menggerakan bahu dahulu kemudian baru jari-jari. Hal

tersebut juga dapat dilihat pada perkembangan berbagai organ yangada di

tengah seperti jantung, paru, pencernaan, dan yang lain akan lebih dahulu

mencapai kematangan dari pada organ yang berada ditepi seperti bagian

ekstremitas.

2. Pola Perkembangan dari Umum ke Khusus

Pola ini dikenal dengan nama pola mass to specific atau complex (Wong,

1995), pola pertumbuhan dan perkembangan ini dapat dimulai dengan

menggerakan daerah yang lebih umum (sederhana) dahulu baru kemudian

daerah yang lebih kompleks (khusus), seperti melambaikan tangan

kemudian baru memainkan jarinya atau menggerakan lengan atas, bawah

telapak tangan sebelum menggerakan jari tangan, akan menggerakan badan

atau tubuhnya sebelum mempergunakan kedua tungkainya untuk

menyangga, melangkah dan mampu berjalan.

3. Pola Perkembangan Berlangsung dalam Tahapan Perkembangan

Pola ini mencerminkan ciri khusus dalam setiap tahapan perkembangan,

yang dapat digunakan untuk mendeteksi perkembangan selanjutnya,

seperti seorang anak pada umur empat tahun mengalami kesulitan dalam

berbicara, mengemukakan sesuatu atau terbatas dalam perbendaharaan

kata, maka dapat diramalkan akan mengalami kelambatan pada seluruh

aspek perkembangannya diantaranya, 1) masa pra lahir, terjadi

pertumbuhan yang sangat cepat pada alat dan jaringan tubuh, 2) masa

Page 21: Tugas Proposal Riset Keperawatan

neonatus, terjadi proses penyesuaian dengan kehidupan diluar rahim dan

hampir sedikit aspek pertumbuhan fisik dalam perubahan, 3) masa bayi

terjadi perkembangan sesuai dengan lingkungan yang mempengaruhinya

dan memiliki kemampuan untuk melindungi dan menghindari dari hal

yang mengancam dirinya, 4) masa anak, terjadi perkembangan cepat dalam

aspek sifat, sikap, minat dan cara penyesuaian dengan lingkungan dalam

hal ini keluarga dan teman sebayanya, dan 5) masa remaja akan terjadi

perubahan kearah dewasa sehingga kematangan pada tanda-tanda pubertas

(Gunarsa, 1997).

4. Pola Perkembangan Dipengaruhi oleh Kematangan dan Latihan (Belajar)

Proses kematangan dan belajar pada pola ini selalu mempengaruhi

perubahan dalam perkembangan anak, antara kematangan proses belajar

terjadi interaksi yang kuat dalam mempengaruhi perkembangan anak.

Terdapat saat yang siap untuk menerima sesuatu dari luar untuk mencapai

proses kematangan yang dicapainya dapat di sempurnakan melalui

rangsangan yang tepat. Masa itulah dikatakan sebagai masa kritis yang

harus dirangsang agar mengalami pencapaian perkembangan selanjutnya,

melalui proses belajar (Gunarsa, 1997).

Perkembangan kognitif pada anak menurut Piaget meliputi :

1. Tahap Sensori Motor, (umur 0-2 tahun) dengan perkembangan

kemampuan sebagai berikut, anak mempunyai kemampuan dalam

mengasimilasi dan mengakomodasi informasi dengan cara melihat,

mendengar, menyentuh dan aktivitas motorik. Semua gerakan pada

masa ini akan diarahkan kemulut dengan merasakan keingintahuan

Page 22: Tugas Proposal Riset Keperawatan

sesuatu dari apa yang dilihat, didengar, disentuh, dan lain-lain. Gerakan

fisik tersebut menunjukan sifat egosentris dari pikiran anak.

2. Tahap Praoprasional, (umur 2-7 tahun) dengan perkembangan

kemampuan sebagai berikut anak belum mampu

mengoprasionalisasikan apa yang dipikirkan melalui tindakan dalam

pikiran anak, perkembangan anak masih bersifat egosentrik, seperti

dalam penelitian Piaget anak selalu menunjukkan egosentrik seperti

anak yang memilih sesuatu atau ukuran yang besar walaupun isi sedikit.

Masa ini sifat pikiran bersifat transduktif menganggap semuanya sama,

seperti apabila anak terbentur benda mati maka anak akan memukulnya

ke arah benda tersebut.

Pada perkembangan psikosexual anak pertama kali dikemukakan oleh

Sigmund Freud yang merupakan proses dalam perkembangan anak dengan

pertambahan pemetangan fungsi struktur serta kejiwaan yang dapat

menimbulkan dorongan untuk mencari rangsangan dan kesenangan secara

umum untuk menjadikan diri anak menjadi dewasa. Dalam perkembangan

psikoseksual anak dapat melalui tahapan sebagai berikut :

1. Tahap Oral terjadi pada umur 0-1 tahun dengan perkembangan sebagai

berikut, kepuasan dan kesenangan, kenikmatan dapat melalui dengan cara

menghisap, menggigit, mengunyah atau bersuara, ketergantungan sangat

tinggi dan selalu minta dilindungi untuk mendapatkan rasa aman. Masalah

yang diperoleh pada tahap ini adalah masalah menyapih dan makan.

2. Tahap Anal terjadi pada umur 1-3 tahun dengan perkembangan sebagai

berikut, kepuasan pada fase ini adalah pengeluaran tinja, anak akan

menunjukan keakuannya dan sikapnya sangat narsistik yaitu cinta terhadap

Page 23: Tugas Proposal Riset Keperawatan

dirinya sendiri dan sangat egoistik, mulai mempelajari struktur tubuhnya.

Pada fase ini tugas yang dapat di laksanakan anak adalah latihan

kebersihan. Masalah yang dapat diperoleh pada tahap ini adalah bersifat

obsesif atau gangguan pikiran, pandangan sempit, introvet dan dapat

bersikap ekstrovet impulsif yaitu dorongan membuka diri, tidak rapi,

kurang pengendalian diri.

3. Tahap Oedipal/Phalik terjadi pada umur 3-5 tahun dengan perkembangan

sebagai berikut, kepuasan pada anak terletak pada rangsangan autoerotic

yaitu meraba-raba, merasakan kenikmatan dari beberapa daerah erogennya,

suka pada yang lain jenis. Anak laki-laki cenderung suka pada ibunya dari

pada ayahnya demikian sebaliknya anak perempuan senang pada ayahnya.

Perkembangan anak yang ditinjau dari aspek psikososial, perkembangan

ini dikemukakan oleh Erikson bahwa anak dalam perkembangannya selalu

dipengaruhi oleh lingkungan sosial dan untuk mencapai kematangan

kepribadian anak perkembangan psikososial anak dapat meliputi :

1. Tahap Percaya dan Tidak Percaya

Ini terjadi pada umur 0 – 1 tahun (bayi) dengan perkembangan

sebagai berikut tahap ini bayi sudah terbentuk rasa percaya kepada

seseorang baik orangtua maupun orang yang mengasuhnya ataupun juga

perawat yang merawatnya, kegagalan pada tahap ini apabila terjadi

kesalahan dalam mengasuh atau merawat maka akan dapat timbul rasa

tidak percaya.

2. Tahap Kemandirian, Rasa Malu, dan Ragu

Terjadi pada umur 1 – 3 tahun (todler) dengan perkembangan

sebagai berikut anak sudah mulai mencoba dalam mandiri dalam tugas

Page 24: Tugas Proposal Riset Keperawatan

tumbuh kembang seperti dalam motorik dan bahasa, anak sudah mulai

latihan jalan sendiri, berbicara dan pada tahap ini pula anak akan

merasakan malu apabila orang tua terlalu melindungi atau tidak

memberikan kemandirian atau kebebasan anak dan menuntut tinggi

harapan anak.

3. Tahap Inisiatif, Rasa Bersalah

Terjadi pada umur 4 – 6 tahun (prasekolah) dengan perkembangan

sebagai berikut anak akan melalui inisiatif dalam belajar mencari

pengalaman baru secara aktif dalam melakukan aktivitasnya, dan apabila

pada tahap ini anak dilarang atau di cegah maka akan tumbuh perasaan

bersalah pada diri anak.