Proposal Riset ICAIOS 2012

download Proposal Riset ICAIOS 2012

of 40

description

Proposal Penelitian Pembangunan Ekonomi dan Perdamaian

Transcript of Proposal Riset ICAIOS 2012

  • 1

    Abstrak

    Perilaku Ekonomi Rumah Tangga dan Perumusan Value Chain Conflict Sensitivity (Studi Kasus Mantan Kombatan GAM dan PETA pada Konflik Aceh)

    Studi pada daerah konflik menyebutkan bahwa rumah tangga korban konflik yang menjadi miskin selama proses perdamaian berpotensi memicu konflik baru. Mantan kombatan GAM (Gerakan Aceh Merdeka) merupakan korban konflik yang kenyataannya dan berdasarkan hasil penelitian memiliki keterbatasan aset produktif, pendidikan yang rendah dan tidak berpengalaman berdampak pada berkurangnya penerimaan pendapatan. Bagi mereka yang mengusahakan komoditi Kopi perlu mengetahui efisiensi ekonomi dengan tujuan memahami faktor produksi yang penting dan berpengaruh terhadap upaya meningkatkan pendapatan. Selain itu mereka perlu menyadari adanya hubungan antara curahan waktu kerja, kegiatan produksi dan pola pengeluaran rumah tangga serta pola investasi. Dalam konteks yang lebih luas dan melibatkan pelaku lainnya, mereka perlu memahami bersama para pelaku terkait bahwa perlunya merumuskan pengembangan komoditi strategis menggunakan pendekatan value chain conflict sensitivity. Desain penelitian menggunakan pendekatan survei dan diskusi kelompok terfokus. Survei dilakukan terhadap 200 responden dan diskusi kelompok melibatkan 40 tokoh kunci di sentra produksi kopi dataran tinggi gayo (Aceh Tengah dan Bener Meriah). Penelitian menyertakan responden dari Mantan kelompok PETA untuk memperbandingkan perbedaan efisiensi ekonomi dan pola perilaku ekonomi rumah tangga petani. Analisis menggunakan uji statistik regresi ganda pada fungsi produksi dan menyusun permodelan ekonometrika pada perilaku ekonomi rumah tangga mantan kombatan. Perumusan value chain conflict sensitivity yang dilakukan juga menyertakan analisis kinerja value chain yang sedang berlangsung.

  • 2

    1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

    Pertumbuhan ekonomi Aceh masih bertumpu pada sektor yang terkait pada

    rekonstruksi, perdagangan, dan transportasi. Seiring dengan akan berakhirnya upaya

    rekonstruksi, pertumbuhan sektor-sektor tersebut telah melambat, sementara pelambatan

    tersebut belum diisi oleh sektor-sektor lain dalam perekonomian (misalnya, pertanian

    dan industri) (Anonim, 2009).

    Sektor yang menunjukkan pertumbuhan positif dan terus tumbuh adalah sektor

    pertanian. Hal ini memperlihatkan penghidupan masyarakat masih bergantung kepada

    pertanian. Tetapi masih terdapat keterbatasan di dalam sistem budidaya dan manajemen

    agribisnis serta industri pasca panen dan pengolahan yang berdampak terhadap daya

    saing pertanian Aceh.

    Selama tiga dekade Aceh pernah mengalami konflik bersenjata berkepanjangan dan

    menyebabkan penghidupan masyarakat terbatas. Sejak Perjanjian Helsinki 2005,

    masyarakat Aceh berharap besar terhadap proses pemulihan ekonomi dapat menyentuh

    penghidupan mereka. Pembangunan ekonomi yang berhasil pada masyarakat korban

    konflik diyakini membantu proses perdamaian pasca konflik jangka panjang (Mac

    Ginty, 2009). Selain itu pemulihan kehidupan mantan kombatan ke dalam masyarakat

    sipil adalah salah satu kunci keberhasilan proses perdamaian (Watson, 2009).

    Pasca perdamaian 2005 telah berjalan tujuan tahun. Apakah selama ini mantan

    kombatan mengalami perubahan penghidupan yang lebih baik atau menjadi lebih

    rentan? Selain itu, apakah terdapat perbedaan perubahan penghidupan dengan mantan

    PETA (Pembela Tanah Air). Studi Justino (2007) menyatakan bahwa rumah tangga

    korban konflik yang menjadi miskin kembali selama proses perdamaian berpotensi

    memunculkan konflik baru.

    Salah satu komoditi pertanian Aceh berpotensi penyumbang pertumbuhan ekonomi

    dan penggerak pembangunan pedesaan adalah Kopi. Tanaman ini memiliki nilai

    strategis sosial ekonomi karena telah lama dibudi dayakan oleh masyarakat Aceh dan

    memiliki indikasi geografis (Kopi Gayo). Bagaimana komoditi bernilai ekonomi tinggi

    tersebut dapat dijadikan sumber penghidupan utama bagi mantan kombatan diperlukan

    kebijakan dan upaya pengembangan strategis. Hal ini memerlukan analisis efisiensi

    ekonomi yang berbasis pada alokasi faktor produksi, analisis perilaku ekonomi rumah

  • 3

    tangga dan pengembangan komoditi berbasis kepada Value Chain Approach

    (dikembangkan oleh Collins (2006)) yang dimodifikasi USAID (2008) menjadi Value

    Chain Development in Conflict Affected Environment.

    1.2 Rumusan Masalah Rumah tangga mantan kombatan yang penghidupannya berasal dari pertanian

    terkait kepada upaya memanfaatkan faktor produksi untuk memaksimalkan pendapatan

    dari hasil panen. Pertanyaan penelitian yang perlu ditelesuri adalah seberapa besar

    pengaruh faktor tersebut mempengaruhi pendapatan dan bagaimana strategi

    mengalokasikan faktor produksi yang belum efisien. Sehingga diharapkan mantan

    kombatan dapat memahami hubungan sebab akibat di dalam upaya meningkatkan

    produksi pertanian.

    Selain itu, pada kenyataannya rumah tangga mantan kombatan tidak hanya

    bergantung kepada pertanian semata melainkan pendapatan berasal dari pekerjaan

    lainnya. Anggota rumah tangga yang lain seperti istri dan anak juga memiliki

    kontribusi menambah pendapatan rumah tangga. Pertanyaan penelitian yang perlu

    ditelusuri adalah seberapa besar dan pengaruh alokasi waktu kerja dan kontribusi

    pendapatan yang berasal dari penghidupan pertanian (komoditi Kopi) dan dari

    penghidupan di luar pertanian terhadap perilaku ekonomi rumah tangga mantan

    kombatan dan bagaimanakah pola pengeluaran untuk konsumsi dan investasi rumah

    tangga mantan kombatan.

    Konflik berkepanjangan berakibat pada rusaknya ekonomi masyarakat,

    infrastruktur dan pasar yang hancur, buruknya sektor publik, terlantarnya lahan

    pertanian dan hubungan sosial masyarakat yang mundur (Watson, 2009). Pasca konflik

    pengembangan komoditi pertanian strategis memerlukan pendekatan value chain yang

    berbasis kepada sensitifitas konflik. Gndz (2008) menyatakan bahwa pendekatan

    pembangunan sensitifitas konflik diperlukan untuk memahami kaitan antara

    pembangunan dan konflik; dan untuk beradaptasi terhadap kemungkinan munculnya

    konflik yang potensial dan mengurangi kekerasan. Pertanyaan penelitian yang perlu

    ditelusuri adalah bagaimana kinerja value chain yang saat ini berlangsung di wilayah

    yang melibatkan mantan kombatan dan PETA sebagai petani, dan bagaimana

  • 4

    menggambarkan dan memahami para pelaku yang terlibat di dalam value chain di

    dalam model saluran dan struktur serta proses dinamisasi terkait.

    1.3 Tujuan Khusus Penelitian memiliki tujuan menganalisis status dan hubungan sosial ekonomi rumah

    tangga dan penghidupan mantan kombatan dibandingkan mantan kelompok PETA

    terkait atas

    1. Faktor-faktor produksi yang mempengaruhi pendapatan dan strategi mengalokasi

    faktor produksi yang belum efisien

    2. Alokasi waktu kerja dan kontribusi pendapatan yang berasal dari penghidupan

    pertanian (komoditi Kopi) dan dari penghidupan di luar pertanian

    3. Pola pengeluaran untuk konsumsi dan investasi

    4. Faktor-faktor yang mempengaruhi dan keterkaitan keputusan ekonomi (curahan

    waktu kerja, produksi dan pengeluaran rumah tangga)

    5. Kinerja value chain pada komoditi Kopi di kedua wilayah

    6. Saluran dan struktur serta proses dinamisasi value chain pada komoditi Kopi

    1.4 Urgensi/Manfaat Penelitian Penelitian memiliki urgensi/manfaat terhadap

    1. Kajian dan disiplin ilmu Konflik dan Pembangunan untuk memahami perilaku

    ekonomi rumah tangga mantan kombatan dan hubungannya dengan efisiensi

    ekonomi diperbandingkan dengan penghidupan mantan PETA.

    2. Setiap intervensi program reintegrasi ekonomi dan sosial yang dilakukan

    pemerintah dan pihak swasta diharapkan berkontribusi terhadap peningkatan

    efisiensi ekonomi komoditi strategis yang diusahakan mantan kombatan dan PETA.

    3. Para pihak untuk mengadopsi kerangka Value Chain yang sensitif terhadap konflik

    sehingga mengakomodir dan mempertegas dukungan para pihak terhadap upaya

    mengintegrasikan unit ekonomi mantan kombatan dan PETA ke dalam pasar di

    tingkat domestik, nasional dan global.

  • 5

    2. Studi Pustaka dan Landasan Teori 2.1 Mantan kombatan dalam isu Konflik dan Pembangunan

    Isu terhadap mantan kombatan terkait kepada tantangan terbesar memperbaiki

    human security dan mempertahankan keberlanjutan perdamaian melalui upaya

    mengintegrasikan mereka ke dalam kehidupan normal bersama masyarakat sipil lain.

    Dengan kata lain, mengeluarkan mereka dari kehidupan bergerilya dan dalam posisi

    berkonflik menjadi warganegara yang memiliki pekerjaan dan pendapatan. Jika mantan

    kombatan berperan dalam pembangunan secara konstruktif maka kehadiran dan

    partisipasi mereka memberikan pandangan positif bagi masyarakat lainnya secara

    umum. Bukan hanya bermanfaat bagi proses perdamaian melainkan dalam jangka

    panjang berkontribusi positif pada reintegrasi ekonomi dan sosial. Tetapi kenyataan

    menunjukkan mantan kombatan memiliki tingkat pendidikan rendah dan keterampilan

    terbatas serta tidak adanya pengalaman pekerjaan. Kondisi ini diperparah dengan aset

    produktif dan infrastruktur ekonomi yang rusak akibat konflik berkepanjangan (Watson,

    2009).

    Penelitian yang berasal dari Survei Penghidupan dan Reintegrasi Aceh atau Aceh

    Reintegration and Livelihood Surveys (ARLS) yang dilakukan pada tahun 2008

    menyebutkan bahwa mantan kombatan dengan aset lebih sedikit dan tingkat pendidikan

    yang lebih rendah tampaknya bagi mereka hanya tersedia pilihan lebih sedikit di dalam

    bekerja dan hal ini berhubungan dengan pendapatan mereka yang lebih rendah (Tajima,

    2010).

    2.2 Ekonomi Rumah Tangga Petani Becker (1965) dalam teorinya memandang rumah tangga sebagai pengambil

    keputusan dalam kegiatan produksi dan konsumsi serta hubungannya dengan alokasi

    waktu dan pendapatan rumah tangga yang dianalisis secara simultan. Asumsi yang

    digunakan yaitu (1) waktu dan barang atau jasa merupakan unsur kepuasan, (2) waktu

    dan barang atau jasa dapat dipakai sebagai input dalam fungsi produksi rumah tangga,

    dan (3) rumah tangga bertindak sebagai produsen dan konsumen. Beckerlah yang

    pertama kali memformulasikan dan menyatakan bahwa ada dua proses dalam perilaku

    rumah tangga yaitu proses produksi yang digambarkan oleh fungsi produksi dan waktu

    luang yang akan dikonsumsi. Oleh karena itu menurut Lokollo (2005), permasalahan

  • 6

    yang menyangkut perilaku rumah tangga petani yang perlu diteliti adalah bagaimana

    alokasi waktu kerja, kontribusi pendapatan dan pola pengeluaran rumah tangga petani

    dan faktor-faktor apa yang yang mempengaruhi keputusan ekonomi rumah tangga

    petani (waktu kerja, produksi dan pengeluaran) rumah tangga petani.

    Setiap strategi pengurangan kemiskinan di Aceh harus difokuskan pada

    peningkatan produktifitas sektor-sektor pertanian dan perikanan. Hal ini harus

    dihubungkan dengan strategi untuk memperbaiki kemampuan orang-orang miskin

    (pengembangan keterampilan, rehabilitasi aset-aset fisik) dan menghubungkan mereka

    dengan kutub pertumbuhan di wilayah perkotaan (prasarana pedesaan dan akses ke

    pasar yang lebih baik) (Anonim, 2008).

    2.3 Efisiensi Ekonomi Faktor Produksi Model yang digunakan untuk melihat efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi

    adalah fungsi produksi Cobb Douglas. Pemilihan bentuk fungsi produksi Cobb Douglas

    sebagai alat pendekatan didasarkan pada pertimbangan (1) bentuk fungsi produksi ini

    mengurangi terjadinya heteroskedastisitas, (2) parameter-parameter penduga yang

    terdapat dalam fungsi produksi langsung dapat menunjukkan elastisitas produksi dari

    masing-masing faktor produksi yang digunakan, (3) jumlah elastisitas produksi dari

    masing-masing faktor produksi yang diduga sekaligus merupakan penduga bagi

    keadaan skala usaha (return to scale) dari proses produksi yang berlangsung, (4) bentuk

    fungsi Cobb Douglas paling banyak digunakan dalam penelitian khususnya penelitian

    bidang pertanian dan (5) perhitungan sederhana dan dapat dilakukan dengan program

    komputer yang telah tersedia (Rohim, 2008).

    2.4 Kinerja Value Chain Kopi di Aceh Tengah dan Bener Meriah Kinerja value chain dapat diukur melalu variabel sebagai berikut

    1. Nilai tambah

    Nilai Tambah produk pada masing-masing pelaku rantai nilai kopi berbeda-beda

    bergantung kepada ketinggian lokasi masing-masing areal lahan serta aktifitas

    pengolahan (budidaya)/ pengemasan yang dilakukan. Besarnya nilai tambah produk

    menjadi salah satu faktor penentu tingkat kesejahteraan para pelaku rantai nilai.

  • 7

    2. Risiko

    Risiko merupakan hal penting untuk diperhitungkan agar dalam rantai nilai tidak

    menanggung kerugian hanya di satu pihak. Risiko yang diterima pada setiap

    anggota rantai nilai berbeda-beda. Pada petani, risiko yang dihadapi adalah gagal

    panen (pengolahan) akibat keadaan alam dan cuaca serta pengembalian produk oleh

    pelaku rantai nilai berikutnya (pengumpul atau pedagang pengumpul). Risiko

    tersebut sepenuhnya masih ditanggung petani. Pada tingkat pengumpul dan

    pedagang pengumpul pada umumnya risiko terjadi hanya pada fluktuasi harga di

    lapangan walaupun sebagian kecil pelaku tersebut ada juga yang melakukan

    pengolahan produk lebih lanjut.

    3. Kualitas

    Kualitas merupakan salah satu faktor penting dalam manajemen rantai nilai kopi

    dataran tinggi Aceh Tengah dan Bener Meriah untuk mendukung strategi terhadap

    diferensiasi, biaya rendah, respon cepat serta reputasi dan tingkat kepercayaan.

    Peningkatan kualitas membantu pelaku rantai nilai kopi meningkatkan penjualan

    dan mengurangi biaya dimana kedua hal ini akan meningkatkan keuntungan.

    Peningkatan penjualan sering terjadi bersamaan dengan peningkatan kualitas

    produk karena dapat mengurangi biaya dengan jalan meningkatkan produktifitas

    dan menurunkan rework, bahan yang terbuang (scrap) dan biaya garansi.

    2.5 Value Chain Sensitifitas Konflik "Setiap proyek pembangunan yang ditetapkan di wilayah rawan konflik pasti akan

    berdampak pada perdamaian dan lingkungan konflik yang positif atau negatif, langsung

    atau tidak langsung, disengaja atau tidak disengaja adalah pernyataan Kenneth Bush

    (2001) yang dikutip di dalam Gndz (2008).

    Analisis konflik atau analisis yang komponen utamanya sensitif terhadap isu

    konflik adalah studi terhadap profil, penyebab, pelaku dan dinamika konflik serta

    hubungan diantaranya. Termasuk kedalamnya adalah memunculkan pandangan

    perbedaan individu dan kelompok serta menyertakan pandangan tersebut di dalam

    kerangka analisis yang lebih besar. Sehingga melengkapi dan memperkaya analisis

    Value Chain. Karena sebenarnya analisis konflik membutuhkan dan menganalisis para

    pelaku yang tidak selalu berhubungan dengan Value Chain tetapi relevan dengan isu

  • 8

    konflik. Sehingga merencanakan standar Value Chain Sensitifitas Konflik bukanlah

    pekerjaan yang mudah (Gndz (2008)).

    Conflict Analysis Tools bermanfaat sebagai langkah awal memahami konteks

    konflik yang lebih luas termasuk (1) profilnya (sejarah konflik, demografi yang relevan,

    faktor geostratik dan geografis dan sebagainya), (2) dinamika (melacak perubahan

    dalam lintasan konflik dari waktu ke waktu dan melihat tingkat konflik dan jenisnya);

    (3) aktor (termasuk pihak dalam konflik, pihak perdamaian, pihak ketiga seperti

    mediator, politisi, pemimpin masyarakat, bisnis, LSM, lembaga keagamaan seperti

    mesjid) dan (4) penyebab dan pencetus konflik (dari aspek politik, sosial, ekonomi dan

    masalah lain) (Gndz (2008)).

    Praktisi Value Chain harus menyusun analisis pada tingkat makro saat awal konflik

    muncul kemudian mempersempit analisis dengan melihat variabel yang terkait pada

    konflik yang berhubungan langsung dengan Value Chain. Analisis konflik dapat

    dilakukan pada berbagai tingkatan (domestik, nasional, regional atau global) dan

    berusaha membangun keterkaitan diantara tingkatan tersebut. Berbagai alat analisis

    konflik sekarang ada dan tergantung pada tujuan analisis dan aspek-aspek tertentu dapat

    ditekankan secara berbeda (Gndz (2008)).

    Komponen Value Chain yang menjadi ruang bagi analisis konflik adalah bagian

    yang dikenal dengan (1) pasar akhir, (2) iklim kondusif berbisnis dan (3) para pelaku

    Value Chain dan Hubungan diantara mereka. Menurut Kumar et al (2010) dan Teressa

    dan Blackhurst (2009) bahwasanya terdapat resiko. Resiko ini sendiri dipahami ke

    dalam bentuk konflik yang terjadi di dalam value chain atau supply chain. Kedua resiko

    konflik ini terbagi menjadi dua yaitu internal dan external. Resiko internal terjadi akibat

    aktifitas di dalam sphere (wilayah) dari masingmasing rantai nilai yang diamati,

    sedangkan risiko external terjadi akibat konfigurasi (bentuk) jaringan rantai nilai itu

    sendiri. Konfigurasi disini diartikan sebagai konflik (risiko) akibat tingkat kepentingan

    yang saling bertolak belakang dari setiap tingkatan di dalam sphere rantai nilai yang ada

    (gambar). Oleh teresa konflik (risiko) internal itu dijabarkan secara lebih terperinci ke

    dalam konflik (Risiko) tidak sitematis begitu sebaliknya sitematis untuk risiko external

  • 9

    2.6 Kerangka Pemikiran Survei Penghidupan dan Reintegrasi Aceh atau Aceh Reintegration and Livelihood

    Surveys (ARLS) yang dilakukan pada tahun 2008 menyediakan data terkait keputusan

    dan dampaknya pada mantan kombatan dan masyarakat sipil dan konteks pasca perang.

    Survei Ekonomi Rumah Tangga yang dilakukan di dalam penelitian ini diharapkan

    memperkuat data ARLS yang ada melalui analisis hubungan antara aset produktif dan

    keputusan ekonomi mantan kombatan di dalam penghidupan mereka yang terkait atas

    pengembangan komoditi coklat, kopi dan nilam. Selain itu, penelitian ini merumuskan

    pengembangan komoditi coklat, kopi dan nilam melalui pendekatan Value Chain

    Conflict Sensitivity yang berpedoman pada Gndz (2008).

    Analisis yang digunakan untuk memahami perilaku ekonomi rumah tangga dan

    proses merumuskan pengembangan komoditi berbasis Value Chain Conflict Sensitivity

    diharapkan memberikan gambaran tentang penghidupan reintegrasi ekonomi mantan

    kombatan dan PETA (Gambar 1.)

  • 10

    Value Chain Conflict Sensitivity

    RUMAH TANGGA PETANI MANTAN KOMBATAN DAN PETA

    Perilaku Ekonomi Rumah Tangga

    - Pendapatan Pertanian dan Non Pertanian

    - Curahan Waktu Kegiatan Pertanian dan Non Pertanian

    - Pengeluaran Pangan dan Non Pangan - Investasi Pendidikan - Investasi Komoditi

    Efisiensi Produksi Usaha Tani Kopi

    - Lahan - Tenaga Kerja - Bibit - Herbisida - Pupuk - Penjemuran - Umur Petani

    PEDAGANG

    PEDAGANG

    PENGUMPUL

    KOPERASI/ EKSPORTIR

    Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian

  • 11

    3. Metode Penelitian

    3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian dilakukan dari bulan Maret sampai dengan Oktober 2012 pada dua

    kabupaten sentra produksi kopi yaitu Bener Meriah dan Aceh Tengah. Penelitian

    pendahuluan bersifat desk research dan wawancara kepada tokoh kunci dilakukan di Maret

    2012 dan survei wawancara dilakukan di April 2012. Kegiatan diskusi kelompok terfokus

    dilakukan pada bulan Maret Mei 2012 sesuai jadwal pelaksanaan di lapangan.

    3.2 Pengumpulan Data Selama penelitian, data yang dikumpulkan bersifat primer dan sekunder. Data primer

    berasal dari (1) wawancara kuesioner ekonomi rumah tangga dan (2) kelompok diskusi

    perumusan Value Chain Conflict Sensitivity. Data sekunder dikumpulkan dari laporan,

    jurnal dan laporan statistik terkait dari berbagai pihak. Jenis data primer dikategorikan

    berdasarkan variabel dan sampel penelitian (Tabel 1.)

    Tabel 1. Kategori Data Primer No. Variabel Teknik Pengambilan Data Responden 1 Populasi dan Sampel

    Penelitian Wawancara Mendalam Pimpinan BRA dan PETA

    2 Model Value Chain Wawancara Mendalam Pelaku di Value Chain 3 Konflik Masa Lalu Wawancara Mendalam Pimpinan BRA dan PETA

    di Bener Meriah dan Aceh Tengah

    4 Ekonomi Rumah Tangga Petani

    Survei Petani mantan kombatan dan PETA

    5 Kinerja Value Chain Survei Pelaku di Value Chain 6 Value Chain Conflict

    Sensitivity Diskusi Kelompok Terfokus

    Tokoh Kunci di Value Chain

    3.3 Penentuan Sampel Penentuan sampel dibagi atas dua teknik sampling yaitu teknik sampling acak terstrata

    untuk survei ekonomi rumah tangga terhadap 200 responden di dua wilayah dan teknik

    sampling purposive pada kegiatan diskusi perumusan Value Chain Conflict Sensitivity

  • 12

    melibatkan 50 tokoh kunci. Penentuan sampel untuk survei kinerja Value Chain melalui

    dua tahapan, yaitu

    1. Pengambilan sampel gugus bertahap untuk penentuan lokasi dan area sampling.

    Pengambilan sampling dengan metoda ini bertujuan untuk memudahkan penentuan

    lokasi wilayah sampel karena berkaitan dengan luasan area geographic yang cukup luas

    Gambar 2. Tahapan sampling gugus bertahap

    2. Pengambilan sampel pelaku Value chain (VC) menggunakan metode stratified random

    sampling. Pengukuran dan penyebaran kuisiner dilakukan pada masing-masing tingkatan

    pelaku yang terlibat di dalam rantai nilai kopi di Aceh Tengah dan Bener Meriah.

    3.4 Desain dan Analisis 3.4.1 Adminitrasi Penelitian

    Sebelum penelitian di laangan dilakukan diperlukan persiapan adminitrasi penelitian

    sebagai berikut, diantaranya

    - Memastikan proposal diperbaiki sesuai revisi

    - Menyusun daftar personel kunci sebagai pihak pertama yang terkait survei

    ekonomi rumah tangga dan personel sebagai responden di dalam diskusi

    kelompok terfokus.

    - Mempersiapkan surat perijinan dan surat undangan terkait

  • 13

    3.4.2 Penelitian Lapangan Penelitian di lapangan dilakukan melalui dua metode yaitu

    1. Survei Ekonomi Rumah Tangga dan Kinerja Value Chain

    Peneliti berkunjung langsung ke lokasi. Peneliti melakukan wawancara dengan

    panduan kuesioner terstruktur dan pengamatan langsung. Pengamatan langsung

    diperlukan untuk memahami profile rumah tangga dan penghidupan usaha yang

    dijalani secara visual.

    2. Diskusi Kelompok Terfokus (Focus Group Discussion)

    Peneliti menyelenggarakan diskusi kelompok bersama tokoh masyarakat lokal,

    petani senior, pedagang di semua level, pemilik modal informal, lembaga

    keuangan terkait, dinas dan LSM (forum komoditi).

    3.4.3 Analisis yang digunakan Penelitian menggunakan tiga metode analisis yaitu

    1. Penyusunan Model Ekonomi Rumah Tangga Perumusan model ekonometrik terdiri dari 20 persamaan yaitu 10 persamaan

    struktural dan 10 persamaan identitas. Persamaan struktural terdiri dari (1) dua

    persamaan curahan waktu kerja anggota rumah tangga pada usahatani komoditi,

    (2) tiga persamaan curahan waktu kerja anggota rumah tangga pada usaha non

    pertanian, (3) satu persamaan produksi komoditi, (4) dua persamaan pengeluaran

    rumah tangga untuk konsumsi dan (5) dua persamaan pengeluaran rumah tangga

    untuk investasi. Persamaan identitas terdiri dari (1) satu persamaan curahan

    waktu kerja pada usaha tani komoditi, (2) dua persamaan biaya produksi

    usahatani padi, (3) tiga persamaan pendapatan rumah tangga dan (4) empat

    persamaan pengeluaran rumah tangga.

    Persamaan tersebut dituliskan sebagai berikut :

    a. Persamaan curahan waktu kerja suami pada usaha komoditi adalah CKSU = a0 + a1 CKSN + a2 BTK + a3 PGTK + a4 US + a5 PS + 1

    Tanda parameter dugaan yang diharapkan (hipotesis) adalah a1 , a2 , a4 < 0 ; a3 , a5 > 0

    dimana

    CKSU = curahan waktu kerja suami pada usaha komoditi (jam/tahun)

    CKSN = curahan waktu kerja suami pada usaha non pertanian (jam/tahun)

  • 14

    BTK = biaya tenaga kerja luar keluarga (Rp/tahun)

    PGTK = pengeluaran total rumah tangga (Rp/tahun)

    US = umur suami (tahun)

    PS = pendidikan suami (tahun)

    b. Persamaan curahan waktu kerja istri pada usaha komoditi adalah CKIU = b0 + b1 CKIN + b2 BTK + b3 PGTK + b4 JAB + 2

    Tanda parameter dugaan yang diharapkan (hipotesis) adalah b1 , b2 , b4 < 0 ; b3 > 0

    dimana

    CKIU = curahan waktu kerja istri pada usaha komoditi (jam/tahun)

    CKIN = curahan waktu kerja istri pada usaha non pertanian (jam/tahun)

    BTK = biaya tenaga kerja luar keluarga (Rp/tahun)

    PGTK = pengeluaran total rumah tangga (Rp/tahun)

    JAB = jumlah anak balita (orang)

    c. Persamaan curahan waktu kerja rumah tangga pada usaha komoditi adalah CKKU = CKSU + CKIU

    dimana

    CKKU = curahan waktu kerja rumah tangga pada usaha komoditi (jam/tahun)

    CKSU = curahan waktu kerja suami pada usaha komoditi (jam/tahun)

    CKIU = curahan waktu kerja istri pada usaha komoditi (jam/tahun)

    d. Persamaan curahan waktu kerja suami pada usaha non pertanian adalah CKSN = c0 + c1 PDSN + c2 CKSU + c3 US + c4 PS + 3

    Tanda parameter dugaan yang diharapkan (hipotesis) adalah c1 , c4 > 0 ; c2 , c3 < 0

    dimana

    CKSN = curahan waktu kerja suami pada usaha non pertanian (jam/tahun)

    PDSN = pendapatan suami dari usaha non pertanian (Rp/tahun)

    CKSU = curahan waktu kerja suami pada usaha komoditi (jam/tahun)

    US = umur suami (tahun)

    PS = pendidikan suami (tahun)

    e. Persamaan curahan waktu kerja istri pada usaha non pertanian adalah CKIN = d0 + d1 PDIN + d2 CKIU + d3 JAB + 4

    Tanda parameter dugaan yang diharapkan (hipotesis) adalah d1 > 0 ; d3 , d3 < 0

    dimana

    CKIN = curahan waktu kerja istri pada usaha non pertanian (jam/tahun)

    PDIN = pendapatan istri dari usaha non pertanian (Rp/tahun)

    CKIU = curahan waktu kerja istri pada usaha komoditi (jam/tahun)

  • 15

    JAB = jumlah anak balita (orang)

    f. Persamaan curahan waktu kerja anak pada usaha non pertanian adalah CKAN = e0 + e1 PDAN + e2 UA + e3 PA + 5

    Tanda parameter dugaan yang diharapkan (hipotesis) adalah e1 , e2 , e3 > 0

    dimana

    CKAN = curahan waktu kerja anak pada usaha non pertanian (jam/tahun)

    PDAN = pendapatan anak dari usaha non pertanian (Rp/tahun)

    CKSU = curahan waktu kerja suami pada usaha komoditi (jam/tahun)

    UA = umur anak (tahun)

    PA = pendidikan anak (tahun)

    g. Persamaan biaya produksi usaha komoditi adalah BPU = BTK + BSP

    BSP = BB + BP + BPS

    dimana

    BPU = Biaya produksi usahatani padi (Rp/tahun)

    BTK = Biaya tenaga kerja luar keluarga pada usaha komoditi (Rp/tahun)

    BSP = Biaya sarana produksi (Rp/tahun)

    BB = Biaya Bibit (Rp/tahun)

    BP = Biaya Pupuk (Rp/tahun)

    BPS = Biaya Pestisida (Rp/tahun)

    h. Persamaan produksi adalah PROD = f0 + f1 CKKU + f2 BSP + f3 LH + 6

    Tanda parameter dugaan yang diharapkan (hipotesis) adalah f1 , f2 , f3 > 0

    dimana

    PROD = produksi usaha komoditi (kg/tahun)

    CKKU = curahan waktu kerja rumah tangga pada usaha komoditi (jam/tahun)

    BSP = Biaya sarana produksi (Rp/tahun)

    LH = luas lahan usaha komoditi (meter persegi)

    i. Persamaan pendapatan rumah tangga dari usaha komoditi adalah PDKU = PNKU - BPU

    PNKU = PROD * HJ

    dimana

    PDKU = pendapatan rumah tangga dari usaha komoditi (Rp/tahun)

    PNKU = penerimaan rumah tangga dari usaha komoditi (Rp/tahun)

    BPU = biaya produksi usaha komoditi (Rp/tahun)

  • 16

    PROD = produksi usaha komoditi (kg/tahun)

    HJ = harga jual komoditi (Rp/kg)

    j. Persamaan pendapatan total rumah tangga adalah PDTK = PDKU + PDKN

    dimana

    PDTK = pendapatan total rumah tangga (Rp/tahun)

    PDKU = pendapatan rumah tangga dari usaha komoditi (Rp/tahun)

    PDKN = pendapatan rumah tangga dari usaha non pertanian (Rp/tahun)

    k. Persamaan pendapatan disposibel adalah PDD = PDTK PBB

    dimana

    PDD = pendapatan disposibel (Rp/tahun)

    PDTK = pendapatan total rumah tangga komoditi (Rp/tahun)

    PBB = pajak bumi dan bangunan (Rp/tahun)

    l. Persamaan konsumsi pangan adalah KP = g0 + g1 PDD + g2 PSP + g3 JAR + 7

    Tanda parameter dugaan yang diharapkan (hipotesis) adalah g1, g3 > 0 ; , g2 < 0

    dimana

    KP = konsumsi pangan (Rp/tahun)

    PDD = pendapatan disposibel (Rp/tahun)

    PSP = pengeluaran selain pangan (Rp/tahun)

    JAR = jumlah anggota rumah tangga (orang)

    m. Persamaan konsumsi non pangan adalah KN = h0 + h1 PDD + h2 PSNP + h3 JAR + 8

    Tanda parameter dugaan yang diharapkan (hipotesis) adalah h1, h3 > 0 ; , h2 < 0

    dimana

    KN = konsumsi non pangan (Rp/tahun)

    PDD = pendapatan disposibel (Rp/tahun)

    PSNP = pengeluaran selain non pangan (Rp/tahun)

    JAR = jumlah anggota rumah tangga (orang)

    n. Persamaan konsumsi total adalah KT = KP + KN

    dimana

    KT = konsumsi total (Rp/tahun)

    KP = konsumsi pangan (Rp/tahun)

  • 17

    KN = konsumsi non pangan (Rp/tahun)

    o. Persamaan investasi produksi adalah IPR = i0 + i1 PDD + i2 IPD + i3 KT + 9

    Tanda parameter dugaan yang diharapkan (hipotesis) adalah i1 > 0 ; i2 , i3 < 0

    dimana

    IPR = investasi produksi (Rp/tahun)

    PDD = pendapatan disposibel (Rp/tahun)

    IPD = investasi pendidikan (Rp/tahun)

    KT = konsumsi (orang)

    p. Persamaan investasi pendidikan adalah IPD = j0 + j1 PDD + j2 IPR + j3 KT + + j4 JAS + 9

    Tanda parameter dugaan yang diharapkan (hipotesis) adalah j1 , j4 > 0 ; j2 , j3 < 0

    dimana

    IPD = investasi pendidikan (Rp/tahun)

    PDD = pendapatan disposibel (Rp/tahun)

    IPR = investasi produksi (Rp/tahun)

    KT = konsumsi total (Rp/tahun)

    JAS = jumlah anak sekolah (orang)

    q. Persamaan pengeluaran selain pangan dan non pangan adalah PSP = KN + IPR + IPD

    PSNP = KP + IPR + IPD

    dimana

    PSP = konsumsi total (Rp/tahun)

    KP = konsumsi pangan (Rp/tahun)

    KN = konsumsi non pangan (Rp/tahun)

    IPR = investasi produksi (Rp/tahun)

    IPD = investasi pendidikan (Rp/tahun)

    2. Analisis Efisiensi Ekonomi Analisis menggunakan model fungsi produksi Cobb Douglas sebagai berikut : Y = a X1b1 X2b2 X3b3 X4b4 X5b5 ebu Du eu

    dimana :

    Y = Produksi berat komoditi (kg)

    X1 = Luas lahan (ha)

    X2 = Jumlah tenaga kerja orang (HOK)

    X3 = Jumlah bibit yang digunakan (batang)

  • 18

    X4 = Jumlah herbisida yang digunakan (kg)

    X5 = Waktu yang diperlukan untuk Pengeringan (jam)

    Du = Umur Petani (dummy) : 1 = muda (22-39 tahun), 0 = tua (40-55 tahun)

    a = Intercep

    bi = Parameter regresi, i = 1,2,3,4,5

    bu = Parameter peubah dummy

    e = 2,7182

    u = Galat sisa usahatani

    Efisiensi ekonomi pemakaian faktor produksi dapat dilihat dari perbandingan

    atau rasio antara Nilai Produk Marjinal (NPM) dengan Biaya Korbanan Marjinal

    (BKM) dari masing-masing faktor produksi. NPM didapat dengan cara

    mengadakan produk fisik marjinal (PFM) dengan harga hasil produksi (Hy).

    Sedangkan besarnya PFM sendiri dapat dihitung dengan menggunakan

    persamaan matematika sebagai berikut : PFMXi = Y bi Xi dimana :

    PFM Xi = Produk Fisik Marjinal faktor produksi ke-i

    bi = elastisitas produksi faktor produksi ke-i

    Y = rata-rata geometrik hasil produksi

    Xi = rata-rata geometrik faktor produksi ke-i

    Biaya Korbanan Marjinal (BKM) sama dengan harga satu satuan dari masing-

    masing faktor produksi yang digunakan pada musim tanam yang bersangkutan.

    Untuk menentukan efisiensi ekonomi, Nilai Produksi Marginal (NPM) harus

    sama dengan Biaya Korbanan Marginal (BKM). Dengan kata lain perbandingan

    antara NPM dengan BKM yang sama untuk seluruh faktor produksi yang

    digunakan adalah bernilai satu. Pada kondisi yang demikian dapat dikatakan

    bahwa keuntungan maksimal telah tercapai atau penggunaan faktor-faktor

    produksi telah berada pada tingkat yang optimum sesuai dengan teknologi yang

    ada. Menurut Soekartawi (1994) dalam bentuk kenyataan nilai produksi marginal

    tidak selalu sama dengan biaya korbanan marginal yang sering terjadi adalah

    sebagai berikut

  • 19

    1. (NPMx/Px) > 1; artinya penggunaan input X belum efisien. Untuk mencapai

    efisien, input X perlu ditambah.

    2. (NPMx/Px) < 1; artinya penggunaan input X tidak efisien. Untuk mencapai

    efisien, input X perlu dikurangi.

    3. Analisis Kinerja Value Chain Analisis dilakukan terhadap atribut dan metrik kinerja value chain. Suatu metrik

    dapat digunakan sebagai kriteria atau indikator yang menggambarkan suatu

    kondisi atau performa suatu manajemen rantai. Metrik merupakan ukuran derajat

    kuantitatif dari atribut tertentu pada suatu sistem, komponen atau proses. Melalui

    proses pengukuran, dapat memberikan indikasi dari pengembangan mengenai

    jumlah, dimensi, kapasitas atau ukuran dari beberapa atribut produk atau proses.

    Dalam menentukan daftar metrik, beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu

    bahwa metrik harus komplit, berhubungan dengan variabel bebas, praktis dan

    metrik dan metrik merupakan kriteria yang popular untuk perbandingan di pasar.

    Selain itu merupakan proses yang dapat diulang (repeatable) dan harus sesuai

    dengan aktifitas proses yang dilakukan oleh perusahaan atau pelaku di dalam

    rantai nilai. Karena itu, tidak semua metrik yang diberikan untuk pengembangan

    Supply Chain Operation Reference (SCOR). Dalam model SCOR versi 6.0,

    metrik-metrik untuk mengukur performa perusahaan merupakan kesepakatan

    yang telah ditetapkan oleh supply chain council. Metrik tersebut terbagi ke dalam

    dua tujuan. Tujuan pertama menerangkan metrik yang diinginkan oleh pasar

    (customer/external), sedangkan tujuan kedua menerangkan metrik yang dihadapi

    oleh perusahaan serta pemegang saham (internal). Uraian metrik dalam metode

    SCOR, disajikan pada Tabel 2.

  • 20

    Tabel 2. Metrik level 1 atribut pengukuran kinerja SCOR value chain kopi di Aceh Tengah dan Bener Meriah

    Metrik level 1 Atribut Kinerja

    External (customer) Internal Reliabilitas Responsivitas Fleksibilitas Biaya Aset

    Pemenuhan pesanan

    X

    Kinerja pengiriman

    X

    Kesesuain dengan standar Mutu

    X

    Siklus pemenuhan pesananan

    X

    Lead time pemenuhan pesanan

    X

    Fleksibilitas rantai pasok

    X

    Biaya SCM X Siklus Cash to cash

    X

    Inventory days of supply

    X

    Metrik kinerja pengiriman, pemenuhan pesanan dan kesesuaian dengan standar

    adalah metrik yang menerangkan kemampuan perusahaan (pelaku rantai nilai)

    dalam memenuhi permintaan konsumen. Pemenuhan permintaan secara

    sempurna tersebut meliputi ketepatan jenis produk yang dipesan, ketepatan

    waktu pengiriman, ketepatan jumlah pengiriman, kesesuaian dengan persyaratan

    mutu yang diminta, ketepatan tempat pengiriman dan ketepatan dokumentasi

    data pengiriman.

    Metrik kesesuian dengan standar mutu merupakan metrik baru yang ditambahkan

    dalam SCOR card level 1 ini karena karakteristik produk pertanian yang berbeda

    dengan produk manufaktur lainnya. Sama halnya dengan produk pertanian secara

    umm, kopi mempunyai karakteristik perishable. Metrik kesesuaian dengan

    standar mutu mencakup aspek-aspek penampakan, keterandalan produk.

    Bagi industri kopi (eksportir), performa metriks tersebut sangat penting untuk

    membangun kepercayaan (reliabilitas) pada pelanggan. Semakin baik citra

    reliabilitas para pelaku rantai nilai yang dibangun, semakin baik pula tingkat

  • 21

    kepercayaan atau trust building yang diberikan oleh pelaku antai nilai berikutnya

    terutan sekali pihak buyer (importir) dari luar negri. Manajemen rantai nilai akan

    berlangsung dengan baik dan lancar ketika trust building diantara anggota rantai

    nilai akan terbagun dengan baik. Untuk itu, perlu dipertimbangkan metrik ini

    sebagai salah satu acuan peningkatan pengelolaan rantai nilai kopi di dataran

    tinggi Aceh Tengah dan Bener Meriah.

    Metrik siklus pemenuhan pesanan atau order full fillment cycle time

    menerangkan waktu yang dibutuhkan oleh perusahaan (koperasi, CV dan lain-

    lain) maupun pelaku rantai nilai untuk memenuhi permintaan konsumen mulai

    dari pemasok hingga ke tangan konsumen. Dengan demikian metrik tersebut

    meliputi siklus waktu dari pemasok (source), siklus waktu produksi (make) dan

    siklus pengiriman produk (deliver) semakin cepat siklus waktu pemenuhan

    pesanan, semakin responsif pula bagi pelaku rantai nilai/perusahaan dalam

    melayani permintaan pelaku berikutnya di dalam rantai nilai. Metrik ini sangat

    penting karena mutu produk kopi yang rentan terhadap waktu pemrosesan.

    Metrik fleksibilitas rantai nilai bagian hilir adalah metrik yang menerangkan

    kemampuan perusahaan dalam melayani peningkatan pesanan yang tidak

    terduga. Fleksibilitas disini meliputi kemampuan pemasok untuk menyediakan

    tambahan pasokan serta distribusi sebesar nilai peningkatan fleksibility nya. Nilai

    pengkatan untuk flesibilitas diambil dari rata-rata fluktuatif peningkatan

    permintaan produk kopi.

    Metrik penyesuaian rantai nilai hilir (atas) menerangkan kemampuan perusahaan

    untuk meningkatkan kapasitas penyediaan produk dalam menuhi permintaan

    pasar dalam kurun waktu 30 hari (kontrak). Sebaliknya metrik penyesuaian rantai

    nilai bawah adalah penurunan kapasitas pesanan yang sanggup dihadapi

    perusahaan tanpa membuat tambahan biaya yang terjadi dalam kurun waktu 30

    hari. Kedua metrik tersebut cukup penting diperhatikan oleh para pelaku rantai

    nilai kopi. Semakin baik nilai yang ditunjukkan kedua metriks tersebut, semakin

    fleksibel perusahaan dalam memnuhi permintaan konsumen.

  • 22

    Metrik biaya manajemen rantai pasok menerangkan total biaya yang dikeluarkan

    oleh perusahaan dalam melakukan material handling mulai dari pemasok hingga

    ke pelaku berikutnya.metrik ini didapat dari jumlah satuan kopi yang diproses

    dibagi dengan biaya yang dikeluarkan biaya manajemen rantai nilai.

    Metrik siklus cash to cash atau cash to cash cycle time menerangka perputaran

    uang perusahaan uang mulai dari pembayaran bahan baku ke pemasok hingga

    pembayaran atau pelunasan produk oleh konsumen. Sementara itu, metrik

    inventory days of supply mengukur kecukupan persediaan dengan waktu (hari)

    yang berarti lamanya rata-rata (dalam hari) suatu pelaku rantai nilai bisa bertahan

    dengan jumlah persediaan yang dimilikinya. Kinerja rantai nilai dikatakan bagus

    jika mampu memutar aset dengan cepat. Seperti yang telah dijelaskan

    sebelumnya, bahwa metrik adalah variabel kuantitatif bebas dari suatu sistem.

    Maka pada perhitungan metrik level 1 kinerja rantai nilai kopi di Aceh Tengah

    dan Bener Meriah, merupakan hasil perhitungan metrik level 2 dan level 3.

    Merik level 2 dan 3 merupakan breakdown dan penjabaran dari metrik level 1.

    Penjabaran sementara metrik performa rantai nilai kopi di Aceh Tengah dan

    Bener Meriah dan aliran material komoditi kopi dijelaskan dalam Tabel 2 dan

    Gambar 2.

    Tabel 2. Kartu SCOR

    Atribut performa Hierarki level matrik Level 1 Level 2 Level 3 (sementara)

    Reliabilitas

    Pemenuhan pesanan

    % pemenuhan pesanan

    ketepatan jenis, ketepatan jumlah

    Akurasi dokumentasi dokumentasi pengiriman, keluhan dan waktu pembayaran

    Kinerja pengiriman % pesanan terkirim - Ketepatan jadwal ketepatan waktu,

    ketepatan lokasi

    Kesesuain dengan standar mutu dan volume

    % kehilangan berat/volume

    % pemenuhan standar mutu

    bebas kerusakan, penyakit, return

    Responsivitas siklus pemenuhan pesanan

    siklus source waktu transfer, verifikasi dan validasi pembayaran

    siklus make waktu penyiapan material, produksi, dan penyimpanan

    siklus deliver waktu pengemasan,

  • 23

    verifikasi pengiriman, pemuatan barang, transportasi dan verifikasi

    Lead time pemenuhan pesanan

    waktu pemesanan - waktu pengiriman -

    Fleksibilitas Fleksibilitas rantai nilai

    fleksibilitas source - Fleksibilitas make - fleksibilitas deliver -

    Biaya rantai nilai

    Biaya SCM Biaya plan biaya forecasting penjualan, produksi dan bahan baku

    Biaya source biaya outsource kopi Biaya Make biaya manajemen supplier Biaya deliver biaya manajemen pelanggan,

    biaya penerimaaan pesanan, biaya outbound tranportation

    Biaya return biaya return produk, biaya return bahan baku

    Aset rantai nilai siklus Cash to cash

    rentang pembayaran utang

    -

    rentang hari pembayaran piutang

    -

    inventory days of supply

    jumlah persediaan - lama persediaan -

    Sumber : Supply Chain Council 2006 (diolah berdasarkan desk research dan hasil wawancara sementara)

  • 24

    Gambar 2. Aliran material kopi (diolah berdasarkan desk research dan hasil wawancara sementara)

  • 25

    Dari hasil analisis inefisiensi yang terjadi di dalam aliran material melalui observasi yang mendetail pada setiap proses yang berkaitan, serta umpan balik dari perusahaan, maka dirumuskan faktor-faktor inefisiensi yang menyebabkan performa rantai pasokan tidak optimal. Faktor inefisiensi tersebut dirumuskan dalam diagram tulang ikan (fishbone analysis). Diagram fishbone induk disajikan seperti pada Gambar 3.

    Gambar 3. Diagram fishbone induk (big Fish)

  • 26

    Tabel 3. Garis besar Kuisiner Penelitian untuk Pengukuran Kinerja Value Chain No Atribut

    Kerja Metrik kinerja Satuan Cara perhitungan Verifikasi

    data 1 Reliabilitas Kinerja pengiriman adalah persentase pengiriman

    pesanan tepat waktu yang sesuai dengan tanggal pesanan konsumen dan atau tanggal yang diinginkan konsumen.

    % Pengiriman pesanan yang tepat waktu/ total pesanan kosumen

    Kuisioner

    Pemenuhan pesanan adalah persentase jumlah permintaan dipenuhi tanoa menunggu.

    %

    Permintaan konsumen yang dipenuhi dalam waktu dan jumlah yang sesuai dan full/ total pesanan.

    Kuisioner

    Kesesuaian dengan standar mutu % Pengiriman yang sesuai/ jumlah pengiriman

    Kuisioner

    2 Kecepatan tanggapan

    Lead time pemenuhan pesanan adalah menerangkan waktu yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk memnuhi permintaan konsumen mulai dari pemasok hinggan ke tangan konsumen.

    Hari

    Jumlah hari sejak produk diproduksi/diproses (dibudidayakan) hingga dikirim sampai ketangan konsumen

    Kuisioner

    Siklus pemenuhan pesanan Hari Siklus (source + make + delivery)

    Kusioner

    3 Flesibilitas Fleksibilitas rantai nilai adalah waktu yang dibutuhkan untuk merespon rantai nilai apabila ada pesanan yang tak terduga baik peningkatan atau penurunan pesanan tanpa terkena biaya penalti.

    Hari

    Jumlah dari siklus mencari barang + siklus membuat + siklus mengirim + lead time

    kusioner, focus disscusion

    4 Biaya Biaya total manajemen rantai nilai adalah menerangkan total biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam melakukan material handling mulai dari pemasok hingga ke konsumen.

    Rupiah

    Jumlah biaya dari (perencanaan+ pengadaan+pembuatan+pengiriman+pengembalian)

    focus disscusion, kuisioner

  • 27

    5 Aset Cash to cash cycle time adalah perputaran uang perusahaan (pelaku rantai nilai) mulai dari pembayaran bahan baku ke pemasok, hingga pembayaran atau pelunasan produk oleh konsumen.

    Hari Rata-rata persediaan (per hari) + rata-rata konsumen membayar (hari) rata-rata perusahaan membayar ke pemasok (hari)

    Kuisioner, focus disscusion

    Persediaan harian untuk memasok Hari waktu yang dibutuhkan sampai barang dikirim ke pelanggan

    Kuisioner

  • 28

    4. Rencana Operasional 4.1 Tahapan

    Penelitian meliputi tahapan pada Tabel 1.

    Tabel 1. Tahapan Penelitian

    No Nama Kegiatan Maret April Mei Juni Juli

    1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

    1 Penentuan Populasi dan Sampel

    2 Pengujian Kuesioner

    3 Perijinan

    4 Survei

    5 Studi Awal Value Chain

    6 Pengolahan Data Survei

    7 FGD Value Chain Conflict Sensitivity

    8 Penulisan draft 1 Hasil Awal Penelitian

    9 Workshop Presentasi Hasil Awal Penelitian

    10 Pengajuan abstrak ISIC 2012 Brisbane

    12 Penulisan draft 2 Revisi 13 Penulisan Artikel Ilmiah dan Laporan Penelitian

    4.2 Pembiayaan

    Kegiatan penelitian mengeluarkan biaya sebesar Rp 50.050.000,00 (lima puluh juta

    lima puluh ribu rupiah) dengan perincian sebagai berikut :

    No Nama Kegiatan Satuan Unit Harga Harga Total

    1 Perijinan di Banda Aceh hari 3 300.000 900.000

    2 Perjalanan 1 : Survei Awal Responden, Perijinan hari 9 600.000 5.400.000

    di Tiga Lokasi, Studi Awal Value Chain, Validasi

    Kuesioner, 3 anggota peneliti

    3 Perbanyakan Kuesioner pieces 350 3.000 1.050.000

    4 Perjalanan 2 : Survei di Aceh Tengah (Enumerator) kuesioner 150 35.000 5.250.000

    5 Perjalanan 3 : Survei di Bener Meriah (Enumerator) kuesioner 150 35.000 5.250.000

    6 Perjalanan 4 : Akomodasi dan Transportasi Peneliti hari 30 250.000 7.500.000

    7 FGD Value Chain Conflict Sensitivity paket 2 3.000.000 6.000.000

    8 Pengolahan Data Survei paket 1 3.000.000 3.000.000

    9 Penulisan draft 1 Hasil Awal Penelitian paket 1 500.000 500.000 10 Penulisan draft 2 Revisi paket 1 500.000 500.000

    11 Penulisan Artikel Ilmiah dan Laporan Penelitian paket 1 700.000 700.000

    12 Penyajian di Forum Ilmiah paket 1 5.000.000 5.000.000

    13 Honor Peneliti paket 1 9.000.000 9.000.000

    Total Pembiayaan Penelitian 50.050.000

  • 29

    Daftar Pustaka

    Anonim, 2009. Diagnosis Pertumbuhan Aceh : Mengidentifikasi hambatan-hambatan utama pertumbuhan ekonomi pasca konflik dan pasca bencana. Bank Dunia Indonesia. Jakarta.

    Anonim. 2008. Dampak Konflik, Tsunami dan Rekonstruksi terhadap Kemiskinan di

    Aceh. BRR NAD-Nias, Bappeda Provinsi Aceh, Bank Dunia Indonesia. Jakarta. Becker, G. S. 1965. The Economic Approach to Human Behavior. The University of

    Chicago Press. Chicago. Gndz, C and Klein, D. 2008. Conflict Sensitive Approaches to Value Chain

    Development. United States Agency for International Development. Washington. Justino, P. 2007. On the link between Violent Conflict and Household Poverty : How

    Much Do We Really Know?. MICROCON Research Working Paper 1. Institute Development Studies, University of Sussex. United Kingdom.

    Lokollo, E. M. dan Rochaeni, S. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan

    Ekonomi Rumah Tangga Petani di Kelurahan Situ Gede Kota Bogor. Jurnal Agro Ekonomi Volume 23 No. 2, Oktober 2005: 133-158. Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Balitbang Pertanian. Bogor.

    Mac Ginty, R. and William, A. 2009. Conflict and Development. Routledge Taylor

    & Francis Group. London and New York. Rohim, A. dan Hastuti, D. R. D. 2008. Ekonomika pertanian. Penebar swadaya.

    Jakarta.

    Soekartawi. 1994. Teori Ekonomi Produksi. Rajawali Pers. Jakarta.

    Tajima, Y. 2010. Understanding the Livelihoods of Former Insurgents: Aceh, Indonesia. Indonesian Social Development Paper No. 17. Conflict and Development Team - World Bank Indonesia. Jakarta.

    Watson, C. 2010. Socio-economic reintegration of ex-combatants Understanding and

    addressing key challenges. Reintegration Briefing Paper 1.1. International Alert, Brussel.

  • 30

    Lampiran 1. Kuesioner Ekonomi Rumah Tangga

    KUESIONER

    EKONOMI RUMAH TANGGA

    Responden : ___________________________________________________

    Nomor : ______

    Tanggal : __________________________

    Enumerator : __________________________

    INTERNATIONAL CENTER FOR ACEH AND INDIAN STUDIES

    2012

  • 31

    I. Identitas Responden 1. Nama Kepala Rumah Tangga : ______________________________ 2. Kategori : a. Mantan Kombatan b. Mantan PETA c. Masyarakat Dampak Konflik 3. Jenis Kelamin : ______________________________ 4. Umur : ______________________________ 5. Lama Menjadi Petani Sebelum Konflik : _________________ tahun 6. Kembali menjadi Petani Setelah Konflik : _________________ tahun

    II. Susunan Keluarga dan Pendidikan Formal

    No Status Dalam Keluarga

    Jenis Kelamin

    (L/P)

    Umur Pendidikan (Tahun) SD SLTP SLTA PT

    1 Kepala Keluarga 2 Isteri 3 Anak ke-1 4 Anak ke-2 5 Anak ke-3 6 Anak ke-4 7 Anak ke-5

    Keterangan : T= Tamat BT= Belum Tamat TT=Tidak Tamat Serta Lamanya Waktu (tahun yang digunakan dalam mengikuti pendidikan formal)

    III. Keterangan Lain 1. Jarak antara rumah dengan tempat bekerja Kebun. .Km

    2. Jarak antara rumah dengan tempat bekerja selain kebun .Km

    3. Mengikuti/tidak mengikuti kursus/penyuluhan/latihan kerja yang diberikan Dinas

    Pertanian atau instansi lain yang terkait.

  • 32

    IV. Jenis Pekerjaan dan Pendapatan Total Keluarga

    No Sumber Pendapatan Bukan Hasil Bekerja

    Besarnya Pendapatan Rp/hari Rp/minggu Rp/bulan Rp/tahun

    1 Menyewakan Tanah/Sawah

    2 Menyewakan Rumah 3 Menyewakan Sepeda

    Motor

    4 Warisan 5 Lain-lain (sebutkan) .. ..... Total

    No Anggota

    Keluarga Pekerjaan

    Utama Besarnya Pendapatan

    Rp/hari Rp/minggu Rp/bulan Rp/tahun1 Kepala

    Keluarga

    2 Isteri 3 Anak ke-1 4 Anak ke-2 5 Anak ke-3 6 Anak ke-4 7 Anak ke-5

    V. Alokasi Waktu Anggota Rumah Tangga 5.1. Sebagai Petani

    No Status Dalam Keluarga

    Curahan Kerja Keluarga Jam/hari Jam/minggu Jam/bulan Jam/tahun

    1 Kepala Keluarga Isteri 2 Anak ke-1 3 Anak ke-2 4 Anak ke-3 5 Anak ke-4 6 Anak Ke-5 Total

  • 33

    5.2. Diluar Petani

    No Anggota Keluarga

    Curahan Kerja Keluarga Jam/hari Jam/minggu Jam/Bulan Jam/Tahun

    I II III I II III I II III I II III 1 Kepala

    Keluarga

    2 Istri 3 Anak ke-1 4 Anak ke-2 5 Anank ke-3 6 Anak ke-4 7 Anak ke-5 Total

    VI. Pengeluaran Total Rumah Tangga 6.1. Konsumsi Pangan

    No Komoditi Hari Minggu Bulan Tahun Rp Unit Rp Unit Rp Unit Rp Unit

    1 Beras 2 Jagung 3 Singkong 4 Ikan 5 Daging 6 Telur 7 Susu 8 Tahu/Tempe 9 Sayuran 10 Buah-Buahan 11 Kelapa 12 Bumbu Dapur 13 Gula 14 Kopi 15 Teh 16 Minyak Goreng 17 Minyak Tanah 18 Gas 19 Rokok 20 .. 21 . 22 . Total

  • 34

    6.2. Konsumsi Non Pangan

    No Komoditi Rata-Rata Kebutuhan Rp/hari Rp/minggu Rp/bulan Rp/tahun

    1 Pakaian 2 Pasta Gigi 3 Sabun Mandi 4 Sabun Cuci/Sabun

    Colek

    5 Sikat Gigi 6 Listrik 7 Air Galon .. .. Total

    6.3. Pengeluaran Lain

    No Komoditi Rata-Rata Kebutuhan Rp/hari Rp/minggu Rp/bulan Rp/tahun

    1 TV 2 Radio 3 Iuran PBB Pajak Lain 4 Peralatan Rumah

    Tangga

    5 Membayar Ansuran 6 Hand Phone 7 Pulsa Hand Phone Total

    6.4. Investasi Sumber Daya Manusia

    No Komoditi Rata-Rata Kebutuhan Rp/hari Rp/minggu Rp/bulan Rp/tahun

    1 Biaya Sekolah : Pakaian Tas Buku-Buku Alat Tulis Transportasi 2 SPP

  • 35

    3 Biaya Perawatan Kesehatan

    Total

    VII. Tabungan

    No Rata-Rata Tabungan Rp/hari Rp/minggu Rp/bulan Rp/tahun

    1 Besar tabungan 2 Bunga tabunga 3 Biaya menabung

    VIII. Pinjaman

    No Rata-Rata Kebutuhan Rp/hari Rp/minggu Rp/bulan Rp/tahun

    1 Besar pinjaman 2 Bunga pinjaman

  • 36

    Lampiran 2. Penduan Pertanyaan Assessment Konflik A. INCENTIVES FOR VIOLENCE ETHNIC AND RELIGIOUS DIVISIONS: 1. Apakah terdapat hubungan antara kelompok etnis/agama yang berbeda yang

    ditandai dengan dominasi, dominasi potensial atau tingginya tingkat fragmentasi? 2. Di manakah kelompok tersebut saat ini tinggal dan berapa jumlahnya? Apakah

    mereka terpusat di kantong regional atau tersebar? Jika terkonsentrasi, apakah mereka membentuk mayoritas atau menjadi minoritas di daerah tersebut?

    3. Apa terdapat sejarah hubungan antar kelompok? Apakah ada pola diskriminasi sistematis atau pernah terjadi hubungan relatif damai dan inklusif?

    4. Apakah perbedaan lainnya, misalnya pengucilan politik atau ketidaksetaraan ekonomi telah memperkuat perpecahan etnis?

    5. Apakah ada elit yang menghadapi atau menggunakan insentif ekonomi atau politik untuk memobilisasi kekerasan etnis?

    6. Apakah etnis ekstremis atau retorika agama masih terjadi atau meningkat? Apakah elit mulai menciptakan atau mempromosikan mitos etnis?

    ECONOMIC CAUSES: 1. Apakah ekonomi negara dalam kondisi tumbuh, stagnan atau menurun? (Berapa

    persen)? 2. Apakah negara (atau wilayah) termasuk negara berpenghasilan rendah? 3. Apakah pernah terjadi -dan masih ada terjadi- kesenjangan besar pada sosial-

    ekonomi? Apakah ini memperkuat jalur perbedaan/pembedaan seperti etnisitas? 4. Apakah ekonomi sangat bergantung pada komoditas primer atau telah terjadi di

    masa yang lalu? Apakah komoditas ini mudah "lootable" (mudah diusahakan oleh individu atau kelompok pekerja yang tidak terampil)?

    5. Apakah kekuatan ekonomi terkait dengan kekuasaan politik? 6. Jika ada ekonomi informal besar, apakah sah atau ilegal (misalnya bisnis narkoba,

    perdagangan manusia, dll)? Apakah perubahan ini dengan transisi dari konflik? 7. Apa kapasitas ekonomi formal/informal untuk menyerap pendatang atau bisnis

    baru? 8. Bagaimana tingkat pengangguran, khususnya bagi para pemuda di daerah

    perkotaan? 9. Apakah ada kecocokan antara keterampilan pemain baru dan kebutuhan

    perekonomian? 10. Apakah ekonomi yang ada sangat bergantung pada akses ke pasar global?

    Bagaimana kerentanannya terhadap guncangan ekonomi? ENVIRONMENTAL CAUSES: 1. Apakah terdapat kelangkaan pada sumber daya utama? 2. Apa saja penyebab utama dari kelangkaan? 3. Apakah kelangkaan menyebabkan penangkapan sumber daya? 4. Apakah kelangkaan menyebabkan perpindahan (migrasi) penduduk? 5. Apakah efek dari kelangkaan (sumber daya tangkap dan migrasi penduduk)

    memperkuat pembagian atas (etnis, agama, ekonomi) dan atau menghasilkan persaingan antar kelompok?

  • 37

    6. Apakah elit bersaing atas kontrol terhadap sumber daya alam yang berharga (baik terbarukan dan tidak terbarukan atau langka atau tidak?)

    7. Apakah sumber daya tertentu (seperti tanah) digunakan sebagai alat dalam persaingan politik?

    DEMOGRAPHIC TRENDS 1. Apakah tingkat pertumbuhan populasi berbeda di seluruh tempat berbeda,

    masyarakat yang berdekatan? 2. Apakah terdapat faktor lain (misalnya, migrasi ekonomi) yang tip keseimbangan

    demografis terhadap satu kelompok tertentu? 3. Apakah penduduk perdesaan berkembang? Jika demikian, apakah ada akses

    terhadap tanah atau apakah ada katup pengaman lain untuk tekanan populasi (misalnya, migrasi ke negara yang berdekatan atau kesempatan ekonomi di pusat-pusat kota)?

    4. Berapa tingkat urbanisasi? Apakah penduduk perkotaan yang berkembang pada masa pertumbuhan ekonomi atau saat penurunan ekonomi?

    5. Berapa ukuran kelompok pemuda relatif terhadap jumlah penduduk? 6. Apakah pada wilayah tertentu (pusat-pusat kota, daerah yang berbeda) di mana

    kelompok pemuda adalah tidak proporsional besar? 7. Apakah orang-orang muda radikalisasi? Jika demikian, di sekitar isu-isu apa?Jika

    tidak, apa yang membuat hal ini terjadi? 8. Apakah ada peningkatan terhadap pemuda, profesional terdidik yang tidak memiliki

    kesempatan untuk kemajuan politik atau ekonomi? INTERACTION EFFECTS 1. Apakah ada banyak insentif untuk kekerasan (baik ekonomi dan non-ekonomi) atau

    sedikit? 2. Apakah insentif tersebut sudah berjalan lama dan kronis atau bersifat biasa saja ssat

    ini dibandingkan awalnya? 3. Apakah insentif untuk kekerasan bersifat tumpang tindih dan saling memperkuat

    satu sama lain atau melintasi pada perbedaan/pembedaan? Misalnya apakah akses kepada peluang ekonomi tumpang tindih dengan atau melintasi perbedaan etnis?

    4. Apakah ada keselarasan antara keluhan (grievances) sosial-politik dan motivasi ekonomi? Apakah para elit dengan insentif politik/ekonomi untuk memobilisasi kekerasan pada posisi yang baik untuk memasuki sebuah keluhan (grievances) yang kuat?

    B. MOBILIZATION: ACCESS TO CONFLICT RESOURCES ORGANIZATIONAL RESOURCES 1. Apakah struktur organisasi menjembatani atau memperkuat perbedaan dalam

    masyarakat? Sebagai contoh, adalah kelompok masyarakat sipil mono-etnis atau multi-etnis?

    2. Apakah ada asosiasi etnis atau agama mapan yang dapat digunakan untuk memobilisasi kekerasan?

    3. Apakah struktur ini mengambil bagian untuk menyediakan layanan penting, seperti akses terhadap pekerjaan atau pendidikan, dalam konteks sebuah negara lemah?

  • 38

    4. Seberapa dekat sumber daya organisasi (misalnya, kelompok etnis atau jaringan patronase) sejajar dengan insentif untuk kekerasan?

    5. Jika insentif dan organisasi selaras, apakah organisasi-organisasi ini mampu memantau perilaku kelompok dan menghukum pembelot dari tujuan kelompok?

    FINANCIAL RESOURCES 1. Apakah kelompok dengan insentif untuk memobilisasi kekerasan berafiliasi dengan

    kelompok dukungan asing (misalnya, diaspora masyarakat, pemerintah asing, kelompok agama atau etnis transnasional) yang dapat menyumbangkan dana?

    2. Dapatkah orang-orang termotivasi untuk terlibat dalam kekerasan mendapatkan kontrol dari "lootable" komoditas primer?

    3. Apakah sumber daya yang tersedia melalui korupsi pemerintah atau jaringan patronase?

    4. Dapatkah sumber daya yang ada bisa diperoleh melalui kegiatan penyelundupan, penculikan, perampokan atau lainnya di pasar gelap atau abu-abu?

    HUMAN RESOURCES Apakah ada populasi siap rekrut (misalnya, pemuda yang menganggur di daerah perkotaan atau semi-perkotaan) yang tersedia untuk aktor termotivasi untuk terlibat dalam kekerasan? GENERAL QUESTIONS 1. Apakah kelompok dengan insentif untuk kekerasan memiliki akses ke semua

    sumber konflik yaitu organisasi, keuangan dan sumber daya manusia atau hanya beberapa?

    2. Apa tingkat sumber daya yang dimiliki kelompok dan tingkat seperti apa yang mereka butuhkan untuk mencapai tujuan mereka? Apakah terdapat kecocokan?

    3. Dari manakah sumber daya berasal (misalnya sumber daya alam, jaringan korupsi/ patronase, diaspora, rekrutmen asing, sumber lokal/internasional) dan apakah hal ini menyiratkan terhadap kemudahan akses dan keberlanjutan?

    C. INSTITUTIONAL CAPACITY AND RESPONSE REGIME TYPE AND LEGITIMACY 1. Apakah rezim demokratis, otoriter, atau campuran? 2. Sudah berapa lama sistem rezim tersebut terbentuk? 3. Apakah dalam masa transisi atau erosi? 4. Apakah ada aturan yang berlaku umum untuk kompetisi politik? 5. Bagaimana tingkat keseluruhan menghormati otoritas nasional? INCLUSION/EXCLUSION 1. Apakah kebijakan pemerintah mendukung satu kelompok dibandingkan kelompok

    yang lain? Misalnya mengenai layanan yang diberikan pemerintah sama-sama kepada seluruh kelompok etnis atau agama yang berbeda.

    2. Apakah keberadaan organisais masyarakat sipil memperkuat atau meredam perpecahan?

  • 39

    3. Seberapa kuat organisasi multi-etnis atau multi-agama? Apakah mereka memiliki basis massa (misalnya serikat buruh, asosiasi bisnis) atau mereka terbatas pada lapisan elit saja?

    4. Bagaimana isu-isu etnis/agama diajarkan di sekolah? 5. Apakah pers mempromosikan intoleransi etnis atau agama? RULE OF LAW/PROVISION OF SECURITY 1. Seberapa kuat sistem peradilan yang berlaku? 2. Apakah terdapat kebebasan sipil dan politik yang dihormati? 3. Apakah hak-hak asasi manusia diakui? 4. Apakah ada kekerasan negara yang melanggar hukum itu? 5. Apakah kekuatan sipil mengontrol pihak keamanan? 6. Apakah pemerintah dapat mengendalikan secara efektif terhadap teritorial? 7. Apakah pihak keamanan (polisi dan peradilan) secara efektif dan tidak memihak

    dalam menyelesaikan perselisihan antara kelompok atau apakah terjadi persepsi bias diantara mereka?

    8. Sejauh mana pihak keamanan terlibat dalam aktivitas ekonomi ilegal? 9. Apakah lembaga pemerintah secara efektif mengatur perdagangan senjata, aspek

    legalitas kepemilikan senjata dan mencegah perdagangan senjata ilegal atau mereka berpartisipasi di dalamnya?

    ECONOMIC GOVERNANCE 1. Apakah kebijakan ekonomi mendorong pertumbuhan atau mengurangi hambatan? 2. Apakah saja kebijakan yang kondusif bagi stabilitas ekonomi makro? 3. Apakah pemerintah bersama organisasi masyarakat sipil secara efektif mengawasi

    dan menegakkan transparansi keuangan dan akuntabilitas? 4. Apakah pemerintah mampu melakukan kontrol ekonomi atas wilayah negara atau

    terdapat zona khusus bagi kegiatan ekonomi yang lebih luas dan bersifat otonom? 5. Apakah kebijakan pemerintah mendorong kecocokan yang baik antara keterampilan

    tenaga kerja yang tersedia dan tuntutan pasar? 6. Apakah kebijakan ekonomi negara mendukung satu kelompok dengan

    mengorbankan kelompok lain? 7. Apakah pemerintah daerah mampu mendorong pertumbuhan ekonomi lokal dan

    investasi serta mengatasi permasalahan ekonomi di daerah? 8. Apakah masyarakat akar rumput dan/atau lembaga nasional terlibat secara

    konstruktif mengembangkan pembangunan ekonomi bagi kelompok marjinal dan kurang terwakili?

    9. Apakah program pemerintah secara konstruktif melibatkan kelompok kerja berpotensial misalnya pemuda yang menganggur?

    NATURAL RESOURCE MANAGEMENT 1. Apakah kebijakan pemerintah berusaha untuk meningkatkan pengelolaan

    berkelanjutan terhadap sumber daya alam? 2. Apakah ada lembaga yang efektif menengahi klaim atau konflik terhadap sumber

    daya alam seperti tanah atau air? 3. Apakah elit lokal/nasional mendapatkan hasil yang signifikan (di luar pendapatan)

    dari kegiatan eksploitasi sumber daya alam?

  • 40

    4. Bagaimana pandangan elite Negara terhadap keberadaan sumber daya alam? Apakah sebagai sumber daya negara yang berharga atau sumber daya yang diperebutkan dalam kompetisi politik?

    5. Apakah negara dapat menanggapi guncangan kerusakan lingkungan atau sumber daya alam?

    DEMOGRAPHIC FACTORS 1. Apakah kebijakan pemerintah menyebabkan pergeseran demografis, misalnya

    melalui transmigrasi yang disponsori pemerintah atau program pertanian? 2. Apakah pemerintah merespon tuntutan baru yang diciptakan oleh perubahan

    demografis? Misalnya apakah hak suara terikat atas tempat tinggal menetap atau asal tempat kelahiran.

    D. REGIONAL AND INTERNATIONAL FACTORS 1. Apakah adanya perpecahan etnis dan/atau agama diperkuat oleh hubungan paralel di

    negara tetangga? 2. Apakah kerusakan lingkungan memiliki lintas batas penyebab atau efek? 3. Apakah kegiatan ekonomi (baik legal maupun ilegal) terkait erat dengan dinamika

    regional atau perubahan global? 4. Apakah ekonomi sangat rentan terhadap guncangan ekonomi global? 5. Apakah pergeseran demografis terkait dengan kejadian lokal? 6. Apakah mobilisasi yang difasilitasi oleh dukungan pemerintah negara lain atau

    kelompok etnis dan agama di luar negeri?

    E. WINDOWS OF VULNERABILITY 1. Apakah reformasi pemerintah direncanakan dapat mengakibatkan pergeseran

    kekuasaan politik atau ekonomi (misalnya, desentralisasi, anti korupsi, reformasi sektor keuangan)?

    2. Apakah terjadi pemilu yang kontroversial? 3. Apakah negara rentan terhadap bencana alam? 4. Apakah pemerintah efektif merespon kerusakan yang disebabkan bencana alam? 5. Apakah ekonomi negara sangat rentan terhadap guncangan ekonomi global? 6. Apakah lembaga pemerintah memiliki pengalaman yang efektif menanggapi krisis

    politik dan ekonomi? 7. Apakah pemerintah daerah secara efektif dan konstruktif mampu menanggapi

    ketidakstabilan lokal?