PROPOSAL PENELITIAN Tgs Riset Keperwatan

54
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare adalah keadaaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lender saja. (Ngastiyah, 2005) Penyakit diare masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat yang penting karena merupakan penyumbang utama ketiga angka kesakitan dan kematian anak di berbagai Negara termasuk Indonesia. Penyebab utama kematian akibat diare adalah dehidrasi akibat kehilangan cairan dan elektrolit melalui tinja. Penyebab kematian lainnya adalah disentri, kurang gizi, dan infeksi. Golongan usia yang paling menderita akibat diare adalah anak-anak karena daya tahan tubuhnya yang masih lemah. Penyakit diare hingga kini masih merupakan penyebab utama angka kesakitan dan angka kematian pada balita (Widoyono, 2011). Kejadian Luar Biasa dengan angka kesakitannya adalah sekitar 200-400 kejadian diare diantara 1000 penduduk setiap tahunnya. Dengan demikian di Indonesia diperkirakan ditemukan penderita diare 1

description

proposalpenelitian tugas riset keperawatan

Transcript of PROPOSAL PENELITIAN Tgs Riset Keperwatan

Page 1: PROPOSAL PENELITIAN Tgs Riset Keperwatan

BAB I

PENDAHULUAN

  

1.1 Latar Belakang

Diare adalah keadaaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada

bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi feses encer, dapat berwarna

hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lender saja. (Ngastiyah,

2005)

Penyakit diare masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat

yang penting karena merupakan penyumbang utama ketiga angka kesakitan

dan kematian anak di berbagai Negara termasuk Indonesia.  Penyebab utama

kematian akibat diare adalah dehidrasi akibat kehilangan cairan dan elektrolit

melalui tinja. Penyebab kematian lainnya adalah disentri, kurang gizi, dan

infeksi. Golongan usia yang paling menderita akibat diare adalah anak-anak

karena daya tahan tubuhnya yang masih lemah. Penyakit diare hingga kini

masih merupakan penyebab utama angka kesakitan dan angka kematian pada

balita (Widoyono, 2011).

Kejadian Luar Biasa dengan angka kesakitannya adalah sekitar 200-400

kejadian diare diantara 1000 penduduk setiap tahunnya. Dengan demikian di

Indonesia diperkirakan ditemukan penderita diare sekitar 60 juta kejadian

setiap tahunnya, sebagian besar (70%-80%) dari penderita ini adalah anak di

bawah usia 5 tahun (Widoyono, 2011).

Di Indonesia, diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan

masyarakat utama. Hal ini disebabkan masih tingginya angka kesakitan dan

menimbulkan banyak kematian terutama pada bayi dan balita, serta sering

menimbulkan Kejadian Luar Biasa (Widoyono, 2011).

Berdasarkan kajian dan analisa dari beberapa survei yang dilakukan,

menunjukkan bahwa angka kesakitan diare untuk semua golongan umur per

1000 penduduk Indonesia tahun 2001 adalah 20,27, tahun 2002 : 20, 68.

Angka kematian (CFR) sebesar 0,008% pada tahun 2001. Episode diare balita

1,6 – 2,2 kali pertahun. (Profil Kesehatan Indonesia,). Kematian pada semua

1

Page 2: PROPOSAL PENELITIAN Tgs Riset Keperwatan

golongan umur yang disebabkan oleh diare sebanyak 3,8% dan 22,6%

kematian terjadi pada bayi dan balita. Kematian di perkotaan untuk semua

golongan yang disebabkan oleh penyakit diare sebanyak 3,9% dan 26,7%

kematian terjadi pada bayi dan balita. Untuk daerah pedesaan 3,7% dari total

kematian pada semua golongan umur juga disebabkan oleh diare dan 20,9%

kematian terjadi pada bayi dan balita (Survei Kesehatan Nasional, 2001).

Dari daftar urusan penyebab kunjungan puskesmas / balai pengobatan,

hampir selalu termasuk dalam kelompok 3 penyebab utama ke puskesmas.

Angka kesakitannya adalah sekitar 200-400 kejadian diare diantara 1000

penduduk setiap tahunya. Dengan demikian di Indonesia diperkirakan

ditemukan penderita diare sekitar 60 juta kejadian setiap tahunya, sebagian

besar (70% - 80%) dari penderita diare ini adalah anak yang dibawah umur

lima tahun (± 40 juta kejadian). Kelompok ini setiap tahunnya mengalami

lebih dari satu kali kejadian diare. Sebagian penderita (1-2%) akan jatuh

kedalam dehidrasi dan kalau tidak segera ditolong 50-60% diantaranya dapat

meniggal (Suraatmaja, 2005).

Penemuan kasus diare di Jawa Barat tahun 2010 sebanyak 11,8 juta

orang, namun hasil survey penderita diare yang ditemukan hanya 420.000

orang atau baru 3,6 % dari perkiraan jumlah penderita hampir 12 juta orang.

Penderita diare terbanyak dari golongan umur kurang dari 1 tahun (44,6%),

kenudian pada usia 1-4 tahun sebanyak 144.000 anak (34,2%) dan untuk

golongan umur 5 tahun sebanyak 88.000 orang (21,5%) (Dinkes Jabar, 2011).

Angka penemuan kasus diare di kabupaten Ciamis pada tahun 2010

adalah 6.521 orang yang terdiri anak umur kurang 1 tahun sebanyak 1.782

anak, umur 1-4 tahun sebanyak 2.023 anak, umur 5 tahun keatas sebanyak

2.716 anak. Angka kematian diare sebanyak 4 orang yang terdiri dari bayi

kurang dari 5 tahun sebanyak 2 orang, dan sisanya anak umur lebih lebih dari

5 tahun sebanyak 2 orang, dan sisanya anak umur lebih dari 5 tahun (Dinkes

Ciamis, 2010).

Kejadian diare bayi di usia lima tahun kebawah diwilayah kerja

puskesmas Rancah untuk setiap tahunnya mengalami peningkatan semenjak

2

Page 3: PROPOSAL PENELITIAN Tgs Riset Keperwatan

tahun 2010. Jumlah bayi yang menderita diare pada tahun 2009 sebanyak 312

(25%) kasus diare pada bayi di usia lima tahun kebawah dari jumlah

seluruhnya sebanyak 1248 bayi. Pada tahun 2010 kasus diare pada bayi usia

lima tahun ke bawah sebanyak 332 (26%) kasus dari jumlah bayi 1260 bayi

(Puskesmas Rancah, 2011)

Data dari puskesmas-puskesmas menunjukan bahwa diare merupakan

salah satu penyakit utama yang paling banyak pengunjungnya, sedangkan

lebih dari 20% penderita-penderita yang dirawat dibagian anak-anak RS besar

di Indonesia adalah penderita-penderita gastroenteritis. Jenis penelitian ini

termasuk penelitian kuantitatif, bersifat deskriptif dengan pendekatan cross-

sectional. Pada saat peneliti melakukan studi pendahuluan didapatkan angka

kejadian diare pada balita yang terdapat di Puskesmas Rancah ini dari tahun

masalah kesehatan masyarakat di Puskesmas Banjarsari Kabupaten Ciamis.

Pada anak-anak yang gizinya tidak begitu baik, sering menderita diare

walaupun tergolong ringan. Akan tetapi karena diare itu di barengi oleh

menurunnya nafsu makan dan keadaan tubuh yang lemah, sehingga keadaan

sangat membahayakan kesehatan anak, ibu biasanya tidak menanggapinya

secara sungguh-sungguh karena sifat diarenya ringan, padahal penyakit diare

walaupun di anggap ringan tetapi sangat berbahaya bagi kesehatan anak,

pandangan masyarakat untuk menanggulangi penyakit diare, anak harus di

puasakan, usus di kosongkan agar tidak terjadi rangsangan yang menyebabkan

anak merasa ingin buang air besar. Jika anak sudah dalam keadaan gizi

kurang, keadaan gizinya akan menjadi lebih buruk akibat puasa, maka

memuasakan anak pada saat diare ditambah dengan dehidrasi yang mudah

terjadi pada anak saat diare akan memperburuk keadaan bahkan dapat

menyebabkan kematian.(Purbasari,2009).

Karena itu, peran ibu dalam melakukan penatalaksanaan terhadap diare

suatu pengetahuan, karena pengetahuan merupakan salah satu komponen

faktor predisposisi yang penting. Peningkatan pengetahuan tidak selalu

menyebabkan terjadinya perubahan sikap dan perilaku tetapi mempunyai

hubungan yang positif, yakni dengan peningkatan pengetehuan maka

3

Page 4: PROPOSAL PENELITIAN Tgs Riset Keperwatan

terjadinya perubahan perilaku sangat cepat. (Notoatmodjo S 2007) Salah satu

pengetahuan ibu yang sangat penting adalah bagaimana penanganan awal

diare pada anak yaitu dengan mencegah dan mengatasi keadaan dehidrasi.

Pemberian cairan pengganti (cairan dehidrasi) baik yang di berikan secara oral

(diminumkan) maupun parentral (melalui infuse) telah berhasil menurunkan

angka kematian akibat dehidrasi pada ribuan anak yang menderita diare

(Purbasari,2009).

Berdasarkan fenomena di atas maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian tentang ”Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Ibu Dalam

Penanganan dini Balita dengan Diare di Puskesmas Rancah.”

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah pada

penelitian ini adalah “Adakah Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Dalam

Penanganan dini Balita dengan Diare Di Puskesmas Rancah ?”

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1   Tujuan Umum

Untuk mengetahui Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Ibu Dalam

Penanganan dini Balita dengan Diare Di Puskesmas Rancah.

1.3.2.    Tujuan Khusus

Diketahuinya distribusi frekuensi  pengetahuan ibu terhadap penanganan

dini diare.

1.4.  Manfaat Penelitian

1.4.1.  Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini untuk memberikan informasi mengenai hubungan

antara tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan ibu terhadap angka kejadian

diare pada balita.

4

Page 5: PROPOSAL PENELITIAN Tgs Riset Keperwatan

1.4.2. Manfaat Praktis

Hasil penlitian ini diharapkan mampu memberikan peningkatan

pengetahuan, sikap serta perilaku ibu yang mendukung dalam memberikan 

perawatan di rumah pada balita yang menderita Diare.

5

Page 6: PROPOSAL PENELITIAN Tgs Riset Keperwatan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Diare

2.1.1.  Pengertian diare

Diare diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk

tinja yang encer frekuensi lebih dari biasanya. Neaonatus dinyatakan diare

bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari 4 kali, sedangkan untuk bayi

berumur lebih dari 1 bulan dan anak, bila frekuensinya lebih dari 4 kali.

(FKUI/RSCM 2001 : 283)

Diare adalah keadaaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada

bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi feses encer, dapat berwarna

hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lender saja. (Ngastiyah,

2005)

Diare adalah perubahan frekuensi dan konsistensi tinja. WHO pada tahu

1984 mendefenisikan diare sebagai berak cair 3 kali atau lebih dalam sehari

semalam (24 Jam). Para ibu mungkin mempunyai istilah tersendiri seperti

lembek, cair, berdarah, atau dengan muntah (muntaber).

Penting ditanyakan pada orang tua mengenai frekuensi dan konsistensi

tinja anak yang dianggap sudah tidak normal lagi. (Widoyono, 2011 : 193 )

2.1.2. Jenis Diare

Diare terbagi atas 4 jenis, yaitu :

1) Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari (umumnya

kurang dari 7 hari). Akibat diare akut adalah dehidrasi, sedangkan

dehidrasi merupakan penyebab utama kematian bagi penderita diare.

2) Disentri, yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya. Akibat disentri

adalah anoreksia, penurunan baerat badan dengan cepat, kemungkinan

terjadi.

6

6

Page 7: PROPOSAL PENELITIAN Tgs Riset Keperwatan

3) komplikasi pada mukosa.

4) Diare persisten, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari secara

terus-menerus. Akibat diare persisten adalah penurunan berat badan dan

gangguan metabolisme.

5) Diare dengan masalah lain.

Anak yang menderita diare (diare akut dan diare persisten) mungkin juga

disertai dengan penyakit lain, seperti demam, gangguan gizi atau penyakit

lainnya. Tatalaksana penderita diare tersebut diatas selain berdasarkan

acuan baku tatalaksana diare juga tergantung pada penyakit yang

menyertainya (Ilmu Kesehatan Anak, 1990).

2.1.3.      Faktor Penyebab Diare

Menurut Ngastiyah (2005:225) faktor penyebab diare adalah sebagai

berikut:

1) Faktor Infeksi

a. Infeksi lateral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan

penyebab utama diare pada anak. Infeksi lateral ini meliputi :

- Infeksi bakteri: Vibrio, E.coli, Salmonella, Shingella,

Campylobacter, Yersinia, Aeromonas dan sebagainya.

- Infeksi virus : Enteroovirus, Rotavirus, Astrovirus, dan lain-lain

- Infestasi parasit: Cacing (Ascaris, Trichiuris, oxyuris,

Strongyloides), Protozoa (Entamoeba histolytica, giardia lamblia,

Trichomonas Homonis), jamur (Candida Albicans).

b. Infeksi Parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat

pencernaan, seperti Otitis Media Akut (OMA), Tonsilofaringitis,

Bronchopneumonia, ensefalitis dan sebagainya (keadaan ini terutama

terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun.

2) Faktor Malabsorbsi

a. Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan

sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa).

Pada bayi dan anak terpenting dan tersering ialah intoleransi laktosa.

7

Page 8: PROPOSAL PENELITIAN Tgs Riset Keperwatan

b. Malabsorbsi lemak

c. Malabsorbsi protein

3) Faktor makanan : makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.

4) Faktor psikologis : rasa takut dan cemas walaupun jarang dapat

menimbulkan  diare terutama pada anak yang lebih besar. Penyebab diare

pada balita yang terpenting adalah :

a) Karena peradangan usus, misalnya  : kholera, disentri, bakteri-bakteri

lain, virus dsb.

b) Karena kekurangan gizi misalnya : kelaparan, kekurangan zat putih

telur.

c) Karena keracunan makanan.

d) Karena tak tahan terhadap makanan tertentu, misalnya : si anak tak

tahan meminum susu yang mengandung lemak atau laktosa (FKUI,

1990).

2.1.4.   Tanda dan Gejala

Menurut Widoyono (2011:197) beberapa tanda dan gejala diare antara

lain :

1. Gejala Umum

a. Berak cair atau lembek dan sering adalah gejala khas diare

b. Muntah, biasanya menyertai diare pada gastroenteritis akut

c. Demam, dapat mendahului atau tidak mendahului gejala diare

d. Gejala dehidrasi, yaitu mata cekung, ketegangan kulit menurun,

apatis, bahkan gelisah.

2. Gejala spesifik

a. Vibrio Cholera : diare hebat, warna tinja seperti cucian beras dan

berbau amis

b. Disenteriform : tinja berlendir dan berdarah.

8

Page 9: PROPOSAL PENELITIAN Tgs Riset Keperwatan

Diare yang berkepanjangan dapat menyebabkan :

1) Dehidrasi (kekurangan cairan)

Tergantung dari persentase cairan tubuh yang hilang, dehidrasi dapat

terjadi ringan, sedang atau berat

2) Gangguan sirkulasi

Pada diare akut, kehilangan cairan dapat terjadi dalam waktu yang

singkat. Jika kehilangan cairan ini lebih dari 10% berat badan, pasien

dapat mengalami syok atau presyok yang di sebabkan oleh

berkurangnya volume darah (Hipovolemia).

3) Gangguan asam-basa (asidosis)

Hal ini terjadi akibat kehilangan cairan elektrolit (bikarbonat) dari

dalam tubuh, sebagai kompensasinya tubuh akan bernafas cepat untuk

menbantu meningkatkan pH arteri.

4) Hipoglikemia (Kadar gula darah rendah)

Hipoglikemia sering terjadi pada anak yang sebelumnya mengalami

mal nutrisi (kurang gizi). Hipoglikemia dapat menyebabkan koma.

Penyebab yang pasti belum di ketahui, kemungkinan karena cairan

ekstraseluler menjadi hipotonik dan air masuk kedalam cairan

intraseluler sehingga terjadi endema otak yang mengakibatkan koma.

5) Gangguan gizi

Gangguan ini terjadi karena asupan makanan yang kurang dan ouput

yang berlebihan. Hal ini akan bertambah berat bila pemberian

makanan di hentikan, serta sebelumnya penderita sudah mengalami

kekurangan gizi (malnutrisi)

2.1.6.   Pemeriksaan Laboratorium

1. Pemeriksaan tinja.

2. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, dengan

menentukan pH dan cadangan alkali atau lebih tepat lagi dengan

pemeriksaaan gasa darah.

3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatanin untuk mengetahui faal ginjal.

9

Page 10: PROPOSAL PENELITIAN Tgs Riset Keperwatan

4. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium dan

fosfor dala serum(terutama pada penderita diare yang disertai kejang).

5. Pemeriksaan intubasi duodenum untuk mengetahui jasad renik atau

parasit secara kualitatif atau kuantitatif, terutama dilakukan pada

penderita diare kronik.

2.1.7.   Komplikasi

1. Dehidrasi.

2. Renjatan hivopolemik.

3. Hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah,

bradikardia, perubahan elektrokardiogram).

4. Hipoglekimia.

5. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defesiensi

enzim lactase.

6. Kejang terjadi pada dehidrasi hipertonik.

7. Malnutrisi energi protein, (akibat muntah dan diare, jika lama atau

kronik).

2.1.8.   Penanganan Diare

Menurut Kemenkes RI, 2011 Penanganan diare adalah :

A.       Rencana Terapi A, Untuk Terapi diare tanpa dehidrasi

Bila terdapat dua tanda atau lebih

1.      Keadaan umum baik dan sadar.

2.      Mata tidak cekung.

3.      Minum biasa, tidak haus.

4.      Cubitan kulit perut turgor kembali segera.

Menerangkan 5 langkah terapi diare di rumah

1.    Beri cairan lebih banyak dari biasanya

Teruskan ASI lebih sering dan lebih lama

Anak yang mendapat ASI eklusif, beri oralit atau air matang

sebagai tambahan.

10

Page 11: PROPOSAL PENELITIAN Tgs Riset Keperwatan

Anak yang tidak mendapat ASI eklusif, beri susu yang biasa di

minum dan oralit  atau cairan rumah tangga sebagai tambahan

(kuah sayur, air tajin, air matang, dsb.).

Beri oralit sampai diare berhenti. Bila muntah, tunggu 10 menit

dan lanjutkan sedikit demi sedikit.

- Umur  < 1 tahun di beri 50-100 ml  setiap kali berak.

- Umur  > 1 tahun di beri 100-200 ml setiap kali berak.

Anak harus di beri 6 bungkus oralit (200 ml) di rumah bila :

- Telah di obati dengan rencana terapi B dan C

- Tidak dapat kembali ke petugas kesehatan jika diare

memburuk.

         Ajari ibu cara mencampur dan memberikan oralit.

2.    Beri Obat Zinc.

Beri zinc 10 hari berturut-turut walaupun diare sudah berhenti. Dapat

diberikan dengan cara di kunyah, atau di larutkan dalam 1 sendok air

matang atau ASI.

Umur < 6 bulan di beri 10 mg (1/2tablet) per hari

Umur > 6 bulan di beri 20 mg (1 tablet) perhari.

3.    Beri makanan untuk mencegah kurang gizi

Beri makanan sesuai umur anak dengan menu yang sama pada

waktu anak sehat.

Tambahkan 1-2 sendok the minyak sayur setiap porsi makan.

Beri makanan kaya kalsium seperti buah segar, pisang, dan air

kelapa hijau.

Setelah diare berhenti, beri makanan yang sama dan makanan

tambahan  selama 2 minggu.

4.      Antibiotik selektif

         Antibiotik hanya di berikan pada diare berdarah atau kolera.

5. Nasihat ibu/pengasuh

Untuk membawa anak kembali ke petugas kesehatan bila :

         Berak cair lebih sering

11

Page 12: PROPOSAL PENELITIAN Tgs Riset Keperwatan

         Muntah berulang

         Sangat haus

         Makan dan minum sangat sedikit

         Timbul demam

         Berak berdarah

         Tidak membaik dalam 3 hari

B.      Rencana Terapi B, untuk terapi diare dehidrasi ringan/sedang. Bila

terdapat dua tanda atau lebih

1. Gelisah, rewel.

2. Mata cekung.

3. Ingin minum terus, ada rasa haus.

4. Cubitan perut/turgor kembali lambat

5. Jumlah oralit yang di berikan dalam 3 jam pertama di sarana

kesehatan

ORALIT yang di berikan = 75 ml X BERAT BADAN anak

Bila Berat badan tidak di ketahui berikan oralit sesuai tabel di

bawah ini :

Umur < 4bulan 4-12 bulan 12-24 bulan 2-5 tahun

Berat badan < 6 kg 6-10 kg 10-12 kg 12-19 kg

Jumlah Cairan 200-400 400-700 700-900 900-1400

Bila anak ingin lebih banyak oralit, berikan.

Bujuk ibu untuk meneruskan ASI.

Untuk bayi < 6 bulan, tunda pemebrian makan selama 3 jam,

kecuali ASI dan oralit.

Beri obat zinc selama 10 hari berturut-turut.

b.      Amati anak dengan seksama dan bantu ibu memberikan oralit :

Tunjukan jumlah cairan yang di berikan

Berikan sedikit demi sedikit tapi sering dari gelas.

Periksa dari waktu ke waktu bila ada masalah.

Bila kelopak mata agak bengkak, hentikan pemberian oralit dan

berikan air masak atau ASI.

12

Page 13: PROPOSAL PENELITIAN Tgs Riset Keperwatan

Beri oralit sesuai rencana terapi A bila pembengkakkan telah

hilang.

c.      Setelah 3-4 jam, nilai kembali anak menggunakan bagan penilaian,

kemudian pilih rencana terapi A,B, atau C untuk melanjutkan terapi.

Bila tidak ada dehidrasi, ganti ke rancana terpai A. bila dehidrasi

telah hilang, anak biasanya buang air kecil kemudian mengantuk

dan tidur.

Bila tanda menunjukkan dehidrasi ringan sedang ulangi rencanan

terpai A

Anak mulaim di beri makanan, susu, dan sari buah.

Bila tanda menunjukkan dehidrasi berat, ganti dengan rencana

terpai C.

d.      Bila ibu harus pulang sebelum selesai rencana terapi B

Tunjukkan jumlah oralit yang harus di habiskan dalam terapi 3 jam

di rumah.

Berikan oralit 6 bungkus untuk persediaan di rumah.

Jelaskan 5 langkah rencanan terpai A untuk mengobati anak di

rumah.

C.    Rencana terapi C, untuk terapi dehidrasi berat di sarana kesehatan

Bila terdapat dua tanda atau lebih

1.      Lesu, lunglai/tidak sadar

2.      Mata cekung.

3.      Malas minum.

4.      Cubitan kulit perut/turgor kembali sangat lambat > 2 detik

a.    Beri cairan intravena segera

Ringer Laktat atau NaCl 0,9% (bila RL tidak tersedia) 100 ml/kg BB.

Dibagi sebagai berikut :

13

Page 14: PROPOSAL PENELITIAN Tgs Riset Keperwatan

UmurPemberian I 30ml/kg

BBKemudian 70ml/kg BB

Bayi < 1 tahun 1 jam 5 jam

Anak > 1

tahun

30 menit 2,5 jam

                                 * di ulang lagi bila denyut nadi masih lemah atau tidak teraba.

Nilai kembali tiap 15-30 menit. Bila nadi belum teraba, beri

tetesan lebih cepat.

Juga beri oralit (5ml/kg/jam) bila penderita bias minum,

biasanya setelah 3-4 jam (bayi) atau 1-2 jam (anak).

Berikan obat zinc selama 10 hari berturut-turut.

Setelah 6 jam (bayi), atau 3 jam (anak) nilai lagi derajat

dehidrasi.

Rujuk penderita untuk terapi intravena.

Bila penderita bisa minum, sediakan oralit dan tunjukkan cara

pemebriannya.

Mulai rehidrasi dengan oralit melalui nasogatrik/orogastrik.

Berikan sedikit demi sedikit, 20ml/kg/jam selama 6 jam.

Nilai setiap 1-2 jam.

- Bila muntah atau perut kembung berikan cairan lebih

lambat.

- Bila rehidrasi tidak tercapai dalam waktu 3 jam rujuk

untuk terapi intravena.

Setelah 6 jam nilai kembali dan pilih rencana terapai yang

sesuai (A,B atau C)

b.     Catatan

14

Page 15: PROPOSAL PENELITIAN Tgs Riset Keperwatan

Bila mungkin amati penderita sedikitnya 6 jam setelah

dehidrasi untuk memastikan bahwa ibu dapat menjaga

mengembalikan  cairan yang hilang dengan memberi oralit.

Bila umur anak di atas 2 tahun dan kolera baru saja berjangkit

di daerah saudara, pikirkan kemungkinan kolera dan beri

antibiotika yang tepat secara oral begitu anak sadar.

D.    Oralit

Oralit adalah campuran garam elektrolit yang terdiri dari natrium

Klorida (NaCl), Kalium Klorida (KCL), sitrat dan glukosa. Manfaat

oralit adalah :

Untuk mencegah dan mengobati dehidrasi sebagai pengganti cairan

dan elektrolit yang terbuang saaat diare.

Cara membuat larutan Oralit:

Cuci tangan dengan air dan sabun

Sediakan satu gelas air minum yang telah di masak (200 cc)

Masukan satu bungkus oralit 200cc

Aduk sampai larut benar’berikan larutan oralit kepada balita

Cara memberikan larutan oralit :

Berikan dengan sendok atau gelas

Berikan sedikit-sedikit sampai habis, atau hingga anak tidak

kelihatan haus.

Bila muntah, dihentikan sekitar 10 menit, kemudian lanjutkan

dengan sabar sesendok setiap 2 atau 3 menit.

Walau diare berlanjut oralit tetap di teruskan.

Bila larutan oralit pertama habis, buatkan satu gelas larutan oralit

berikutnya.

2.1.9.     Pencegahan

Penyakit diare dapat dicegah melalui promosi kesehatan, antara lain :

15

Page 16: PROPOSAL PENELITIAN Tgs Riset Keperwatan

1. Menggunakan air bersih, tanda-tanda air bersih adalah “3 tidak”, yaitu,

tidak berwarna,tidak berbau dan tidak berasa.

2. Memasak air sampai mendidih sebelum di minum untuk mematikan

sebagian besar kuman penyakit.

3. Mencuci tangan dengan sabun pada waktu sebelum makan, sesudah

makan dan sesudah buang air besar (BAB)

4. Memberikan ASI pada anak sampai berusia dua tahun

5. Menggunakan jamban yang sehat.

6. Membuang tinja bayi dan anak dengan benar.

2.1.10.  Penatalaksanaan diare

            Menurut Widoyono penatalaksanaan diare di bagi menjadi 2 yaitu :

2.1.10.1.    Penalaksanaan Medis

Dasar pengobatan diare adalah:

a. Pemberian cairan, jenis cairan, cara memberikan cairan, jumlah

pemberiannya.

1)    Cairan per oral

Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang diberikan peroral

berupa cairan yang bersifat NaCl dan NaHCO3 dan glukosa. Untuk

diare akut dan kolera pada anak diatas 6 bulan kadar Natrium 90

mEg/l. Pada anak dibawah umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan-

sedang kadar natrium 50-60 mEg/l. Formula lengkap disebut oralit,

sedangkan larutan gula garam dan tajin disebut formula yang tidak

lengkap karena banyak mengandung NaCl dan sukrosa.

2)    Cairan parentral

Diberikan pada klien yang mengalami dehidrasi berat, dengan

rincian sebagai berikut:

a.      Untuk anak umur 1 bl-2 tahun berat badan 3-10 kg

16

Page 17: PROPOSAL PENELITIAN Tgs Riset Keperwatan

1 jam pertama : 40 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infus

set berukuran 1 ml=15 tts atau 13 tts/kgBB/menit (set infus

1 ml=20 tetes).

7 jam berikutnya : 12 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt

(infusset berukuran 1 ml=15 tts atau 4 tts/kgBB/menit (set

infus 1 ml=20 tetes).

16 jam berikutnya : 125 ml/kgBB/ oralit

b.     Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg

1 jam pertama : 30 ml/kgBB/jam atau 8 tts/kgBB/mnt (1

ml=15 tts atau 10 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).

c.      Untuk anak lebih dari 5-10 tahun dengan berat badan 15-25 kg

1 jam pertama : 20 ml/kgBB/jam atau 5 tts/kgBB/mnt (1

ml=15 tts atau 7 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).

7 jam berikut : 10 ml/kgBB/jam atau 2,5 tts/kgBB/mnt (1

ml=15 tts atau 3 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).

16 jam berikut : 105 ml/kgBB oralit per oral.

d.      Untuk bayi baru lahir dengan berat badan 2-3 kg

Kebutuhan cairan: 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250

ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian  glukosa 5% +

1 bagian NaHCO3 1½ %. Kecepatan : 4 jam pertama : 25

ml/kgBB/jam atau 6 tts/kgBB/menit (1 ml = 15 tts) 8

tts/kg/BB/mt (1mt=20 tts).

e.       Untuk bayi berat badan lahir rendah

      Kebutuhan cairan: 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1

(4 bagian  glukosa 10% + 1 bagian NaHCO3 1½ %).

b.   Pengobatan dietetik

Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat

badan kurang dari 7 kg, jenis makanan:

Susu (ASI, susu formula yang mengandung laktosa rendah dan

lemak tak jenuh

Makanan setengah padat (bubur atau makanan padat (nasi tim)

17

Page 18: PROPOSAL PENELITIAN Tgs Riset Keperwatan

Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan

misalnya susu yang tidak mengandung laktosa dan asam lemak

yang berantai sedang atau tak jenuh.

c.    Obat-obatan

Prinsip pengobatan menggantikan cairan yang hilang dengan cairan

yang mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain.

2.1.10.2.    Penatalaksanaan Keperawatan

Masalah klien diare yang perlu diperhatikan ialah resiko

terjadinya gangguan sirkulasi darah, kebutuhan nutrisi, resiko

komplikasi, gangguan rasa aman dan nyaman, kurangnya pengetahuan

orang tua mengenai proses penyakit.

Mengingat diare sebagian besar menular, maka perlu dilakukan

penataan lingkungan sehingga tidak terjadi penularan pada klien lain.

2.2.      Balita 

2.2.1.   Pengertian Balita

Anak balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu

tahun atau lebih popular dengan pengertian usia anak di bawah lima

tahun (Muaris.H, 2006). 

Menurut Sutomo. B. dan Anggraeni. DY, (2010),  Balita adalah istilah

umum bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak prasekolah (3-5 tahun).

Saat usia batita, anak masih tergantung penuh kepada orang tua untuk

melakukan kegiatan penting, seperti mandi, buang air dan

makan. Perkembangan berbicara dan berjalan sudah bertambah baik.

Namun kemampuan lain masih terbatas. 

Masa balita merupakan periode penting dalam proses

tumbuh kembang manusia. Perkembangan dan pertumbuhan di masa itu

menjadi penentu keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan anak di

periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini merupakan masa

18

Page 19: PROPOSAL PENELITIAN Tgs Riset Keperwatan

yang berlangsung cepat dan tidak akan pernah terulang, karena itu

sering disebut golden age atau masa keemasan. 

2.2.2.      Karakteristik Balita 

Menurut karakteristik, balita terbagi dalam dua kategori yaitu

anak usia 1  – 3 tahun (batita) dan anak usia prasekolah (Uripi, 2004).

Anak usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif, artinya anak

menerima makanan dari apa yang disediakan ibunya. Laju pertumbuhan masa

batita lebih besar dari masa usia pra-sekolah sehingga diperlukan

jumlah makanan yang relatif besar. Namun perut yang masih lebih

kecil menyebabkan jumlah makanan yang mampu diterimanya dalam

sekali makan lebih kecil dari anak yang usianya lebih besar.

Oleh karena itu, pola makan yang diberikan adalah porsi kecil dengan

frekuensi sering pada usia pra-sekolah anak menjadi konsumen aktif. Mereka

sudah dapat memilih  makanan yang disukainya. Pada usia ini anak

mulai bergaul dengan lingkungannya atau bersekolah  playgroup sehingga

anak mengalami beberapa perubahan dalam perilaku. Pada masa ini anak

akan mencapai fase gemar memprotes sehingga mereka akan

mengatakan “tidak” terhadap setiap ajakan. Pada masa ini berat badan anak

cenderung mengalami penurunan, akibat dari aktivitas yang mulai banyak

dan pemilihan maupun penolakan terhadap makanan. Diperkirakan

pula bahwa anak perempuan relative lebih banyak mengalami gangguan

status gizi bila dibandingkan dengan anak laki-laki

2.2.3.     Tumbuh Kembang Balita

Secara umum tumbuh kembang setiap anak berbeda-beda,

namun prosesnya senantiasa melalui tiga pola yang sama, yakni:

a. Pertumbuhan dimulai dari tubuh bagian atas menuju bagian

b. bawah (sefalokaudal). Pertumbuhannya dimulai dari kepala hingga ke

ujung  kaki, anak  akan berusaha menegakkan tubuhnya, lalu dilanjutkan

belajar menggunakan kakinya.

19

Page 20: PROPOSAL PENELITIAN Tgs Riset Keperwatan

c. Perkembangan dimulai dari batang tubuh ke arah luar. Contohnya adalah

anak akan lebih dulu menguasai penggunaan  telapak tangan untuk

menggenggam, sebelum ia mampu meraih benda dengan jemarinya.

d. Setelah dua pola di atas dikuasai, barulah anak belajar  mengeksplorasi

keterampilan-keterampilan lain. Seperti melempar, menendang, berlari

dan lain-lain. 

Menurut Soetjiningsih (2005) walaupun terdapat variasi yang besar,

akan tetapi setiap anak akan melewati suatu pola tertentu yang merupakan

tahap-tahap pertumbuhan dan perkembangan sebagai berikut :

1. Masa prenatal atau masa intrauterin ( masa janin dalam kandungan )

2. Masa mudigah/embrio : konsepsi sampai 8 minggu2)   Masa janin/fetus :

9 minggu sampai lahir b.    Masa bayi : usia 0 sampai 1 tahun

3. Masa neonatal : usia 0 sampai 28 hari yang terdiri dari masa neonatal dini

yaitu 0-7 hari dan masa neonatal lanjut yaitu 8-28 hari2)   Masa pasca

neonatal : 29 hari sampai 1 tahun. Masa prasekolah (usia 1 sampai 6

tahun)

Klasifikasi umur balita menurut Murwani (2009) yaitu:

a. Masa prenatal yang terdiri dari dua periode yaitu masa embrio dan masa

fetus (usia 0-9 bulan)

b. Masa neonatal (0-28 hari)

c. Masa bayi (29 hari-1 tahun)

d. Masa batita (1-3 tahun)

e. Masa balita (3-5 tahun).

2.3.  Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

melalui Pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa, dan raba. Sebagaian besar pengetahuan manusia diperoleh

malalui mata dan telinga.

20

Page 21: PROPOSAL PENELITIAN Tgs Riset Keperwatan

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting

dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior).

a.      Proses Adopsi Perilaku

      Perilaku didasari oleh pengetahuan akan lebih lenggeng dari pada perilaku

yang tidak didasari oleh pengetahuan, (Roger, 1974)

1. Awereness (kesadaran)

2. Interest

3. Evaluation (menimbang baik dan tidaknya stimulus untuk dirinya)

4. Trial, orang mulai perilaku baru

5. Adoption, subjek berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

kesadaran, dan sikapnya terhadp stimulus.

b.   Tingkat Pengetahuan di Dalam Domainkognitif

      Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai tingkatan

antara lain.

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu meteri yang telah dipelajari

sebelumnya.

2. Memahami (Comprehension)

memahami diartikan sebagai sesuatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

3. Aplikasi (Aplication)

Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

4. Analisis (Analysis)

Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek

ke dalam komponen – komponen, tetapi dalam satu struktur

organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lainnya.

5. Sintesis (Synthesis)

21

Page 22: PROPOSAL PENELITIAN Tgs Riset Keperwatan

Menunjukkan suatu kemampuan unuk meletakkan atau 

menghubungkan  bagian-bagaian didalam suatu bentuk keseluruhan

yang baru.

6. Evaluasi (evaluation)

Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justififikasi atau

penilaian terhadap suatu meteri atau objek.

 Menurut (Notoatmodjo, 2010). Pengukuran pengetahuan dapat

dilakukan dengan wawancara atau angket yang menyatakan tentang isi materi

yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden kedalam pengetahuan

yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-

tingkatan dibawah ini, untuk menginterprestasikan data, maka dapat

digunakan kriteria standar objektif sebagai berikut :

1. Baik jika jawaban benar > 75 %

2. Cukup jika jawaban benar antara 60 – 75 %

3. Kurang jika jawaban benar < 60 %

2.4.      Perilaku

Menurut Skiner (1983) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa

perilaku merupakan respons atau reaksi seorang terhadap stimulus

(Rangsangan dari luar). Oleh karena itu perilaku terjadi melalui proses adanya

stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebur merespons,

maka teori Skiner ini disebut teori ”S-O-R” atau Stimulus --- organisme ---

Respons, Skiner membedakan adanya dua respons.

1.    Respondent respons atau reflexive, yakni respons yang ditimbulkan oleh

rangsangan – rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini

disebut eliciting stimulation karena menimbulkan respons – respons yang

relatif tetap. Misalnya : makanan yang lezat menimbulkan keinginan

untuk makan, cahaya terang menyebabkan mata tertutup, dan sebagainya.

Respondent respons ini juga mencakup perilaku emosional.

2.    Operant respons atau instrumental respons, yakni respons yang timbul

dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang

22

Page 23: PROPOSAL PENELITIAN Tgs Riset Keperwatan

tertentu. Perangsang ini disebut reinforcing stimulation atau reinforcer,

karena memperkuat respons. Misalnya apabila seorang petugas kesehatan

melaksanakan tugasnya dengan baik (respons terhadap uraian tugasnya

atau job skripsi) kemudian memperoleh penghargaan dari atasannya

(stimulus baru), maka petugas kesehatan tersebut akan lebih baik lagi

dalam melaksanakan tugasnya.   

Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat

dibedakan menjadi dua :

1. Perilaku Tertutup (Covert Behavior)

Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau

tertutup (covert). Respons atau reaksi terhadap stimulus ini asih terbats

pada perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi

pada oaring yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati

secara jelas oleh orang lain.

2. Perilaku Terbuka (Overt Behavior)

Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata

atau terbuka. Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam

bentuk tindakan atau praktek (practice), yang dengan mudah dapat

daiamati atau dilihat oleh orang lain.

Meskipun perilaku adalah bentuk respons atau reksi terhadap stimulasi

atau rangsangan dari luar organisme (orang), namun dalam memberikan

respons sangat tergantung pada krakteristik atau factor – factor lain dari

orang yang bersangkutan.

Faktor – faktor yang membedakan respons terhadap stimulus yang

berbeda disebut determinan Perilaku. Determinan perilaku ini dapat

dibedakan menjadi yakni:

1) Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang

bersangkutan, yang bersifat given atau bawaan, misalnya : tingakt

kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya

2) Determinan atau faktor ekternal, yakni lingkungan, baik lingkungan

fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor

23

Page 24: PROPOSAL PENELITIAN Tgs Riset Keperwatan

lingkungan ini sering merupakan faktor yang dominan yang mewarnai

perilaku seseorang. 

 Menurut Notoatmodjo (2010) perilaku dapat diartikan sebagai suatu

respon organisme terhadap rangsangan dari luar subjek tersebut, terdiri dari 2

jenis yaitu :

1. Respon Internal

Yaitu yang terjadi didalam individu dan tidak dapat langsung terlihat oleh

orang lain, seperti berfikir, tanggapan, atau sikap batin dan pengertian,

sedangkan prilakunya masih terselubung yang disebut dengan “Coverage

Behavior”.

2. Bentuk Aktif

Yaitu apabila prilaku tersebut jelas dan dapat diobservasi secara

langsung dan sudah kelihatan dalam bentuk tindakan yang nyata yang

disebut “Over Behavior”. Dalam proses pembentukan dan perubahan

prilaku seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari

dalam maupun dari luar individu, oleh karena prilaku tersebut terbentuk

dan dapat mengalami perubahan melalui proses interaksi manusia dengan

lingkungan.

Faktor yang mempengaruhi terbentuknya prilaku individu

(Notoadmodjo, 2007) tersebut adalah :

a) Faktor intern meliputi  : pengertian, persepsi, emosi, motivasi, dan

sebagainya yang terbentuk untuk mengelola

rangsang dari luar.

b) Faktor ekstern : lingkungan, manusia, sosial kebudayaan,

dan sebagainya.

Benyamin Bloom (1908) seorang ahli psikologi pendidikan membagi

prilaku manusia kedalam 3 “Domain”, ranah, kawasan yaitu : kognitif

(Cognitive), afektif (Affective), dan psikomotor (Psykomotor). Dalam

perkembangan teori Bloom di modifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan

kesehatan (Notoatmodjo, 2000) menjadi :

1)      Pengetahuan (Knowledge)

24

Page 25: PROPOSAL PENELITIAN Tgs Riset Keperwatan

Pengetahuan merupakan hasil penginderaan manusia terhadap objek

diluarnya, melalui indera yang dimilikinya. Dengan sendirinya pada

waktu penginderaan, dalam diri manusia terjadi proses perhatian,

persepsi, panghayatan, terhadap stimulus atau objek diluar objek.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengetahuan dapat diukur atau

diobservasi melalui apa yang diketahui tentang objek (masalah

kesehatan).

2)      Sikap (Affective)

Sikap merupakan reaksi atau respon emosional (Emotional Feeling)

seseorang terhadap stimulus atau objek diluarnya.

Respon emosional ini lebih bersifat penilaian atau evaluasi pribadi

terhadap stimulus atau objek diluarnya dan penilain ini dapat di

lanjutkan dengan kecenderungan untuk melakukan atau tidak melakukan

terhadap objek.

3)      Tindakan

Tindakan atau respon adalah reaksi konkrit seseorang terhadap stimulus.

Respon ini sudah dalam bentuk tindakan (action) yang melibatkan aspek

psikomotor atau seseorang telah mempraktekkan (practice) apa yang

diketahui atau disikapi.

Menurut Lawrence Green (1980) faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi prilaku ada 3 yaitu :

1) Faktor Predisposisi (Predispossing Factors)

Adalah faktor penentu timbulnya prilaku seperti fikiran dan motivasi

untuk berprilaku yang meliputi pengetahuan, sikap, kepercayaan,

keyakinan, nilai-nilai dan persepsi yang berhubungan dengan motivasi

individu untuk berprilaku. Faktor lainnya adalah variabel demografi,

seperti status sosial ekonomi, umur, jenis kelamin, dan jumlah anggota

keluarga.

2) Faktor Pendukung (Enabling Faktors)

25

Page 26: PROPOSAL PENELITIAN Tgs Riset Keperwatan

Adalah faktor yang mendukung timbulnya prilaku sehingga privasi atau

fikiran menjadi kenyataan. Wujud dari faktor pendukung ini adalah

seperti lingkungan dan sumber yang ada di masyarakat.

3) Faktor Pendorong (Reinforcing Factors)

Adalah faktor yang merupakan suatu yang sangat pentung untuk

terbentuknya prilaku yang merupakan sumber yang sangat penting untuk

terbentuknya prilaku yang berasal dari orang lain, yang merupakan

kelompok referensi dari prilaku, seperti keluarga, teman sebaya, guru atau

petugas kesehatan.  

2.5. Sikap

Sikap merupakan salah satu faktor penting dalam kehidupan manusia,

oleh karena sikap dapat memprediksikan atau memandu perbuatan atau

perilaku seseorang. Sikap seseorang terhadap suatu objek atau perasaan

mendukung atau memihak (Unfavourable) pada objek tersebut.

Secara lebih spesifik Thustone menjelaskan sikap derajat efek positif

atau negatif terhadap suatu objek psikologis. Sedangkan Myers (1996) dalam

Bart’S (1994) memberikan gambaran :

…….Attitude is a favourable or unfavourable rection toward

something or some one, exhibited in one’s belief, feelings or intended

behaviour.

Dari gambaran terdebut tampak bahwa meskipun ada perbedaan,

namun semuanya sependapat bahwa ciri khas dalam sikap adalah mempunyai

objek tertentu (orang, prilaku, konsep, situasi, benda, dll) dan mengandung

penilaian (setuju-tidak setuju, suka-tidak suka) (Notoatmodjo, 2007).

Sikap adalah merupakan reaksi atau respon emosional (emotional

feeling) seseorang terhadap stimulus atau objek di luarnya, respon emosional

ini lebih bersifat penilaian atau evaluasi pribadi terhadap stimuli atau obyek

diluarnya, dan penilaian ini dapat di lanjutkan dengan kecenderungan untuk

melakukan atau tidak melakukan terhadap obyek (Notoatmodjo, 2000).

26

Page 27: PROPOSAL PENELITIAN Tgs Riset Keperwatan

Sikap secara nyata (Notoatmodjo, 2010). menunjukan konotasi

adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan

sehari-hari merupakan reaksi  yang bersifat emosional terhadap stimulus

sosial, bahwa sikap itu merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum

merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan presdisposisi

tindakan suatu perilaku, sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan

merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan

kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu

penghayatan terhadap objek.

Menurut Allport, 1954 Dalam (Notoatmodjo, 2010). menjelaskan

bahwa sikap mempunyai 3 komponen pokok yaitu :

1)      Kepercayaan, keyakinan, ide, dan konsep terhadap suatu objek

2)      Kehidupan emosional atau evaluasi tehadap suatu objek

3)      Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)

Ketiga kompenen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang

utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan,

pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting.

Menurut (Notoatmodjo, 2010). sikap terdiri dari berbagai tingkatan

yaitu :

1. Menerima (Receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan

stimulus  yang diberikan (objek). Misalnya sikap orang terhadap gizi dapat

dilihat dari kesediaan dan perhatian terhadap ceramah tentang gizi.

2. Merespon (Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya,mengerjakan, dan menyelesaikan

tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap karena dengan suatu

usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas diberikan,

terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti bahwa orang

menerima ide tersebut.

27

Page 28: PROPOSAL PENELITIAN Tgs Riset Keperwatan

3. Menghargai (Valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu

masalah. Misalnya seorang ibu yang mengajak ibu lain untuk pergi

menimbang anaknya keposyandu atau mendiskusikan tentang gizi, adalah

suatu bukti bahwa si ibu telah mempunyai sikap terhadap gizi anak.

4. Bertanggung Jawab (Responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya denga segala

resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak

langsung. Secara dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan

responden terhadap suatu objek (Nooatmodjo, 2003)

2.6. Tindakan

Tindakan adalah respons atau reaksi konkrit seseorang terhadap

stimulus atau objek. Respons ini sudah dalam bentuk tindakan (action), yang

melibatkan aspek psikomotor, atau seseorang telah mempraktekan (practice)

apa yang diketahui atau yang disikapi  (Notoatmodjo, 2000).

Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan,

kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui,

selanjutnya ia akan mempraktekkan apa yang diketahui atau disikapinya

(dinilai baik) atau dapat juga dikatakan perilaku kesehatan (Overt behavior).

Oleh sebab itu indikator praktek kesehatan ini juga mencakup yaitu :

1. Tindakan (praktek) sehubungan dengan penyakit

a. Pencegahan penyakit, mengimunisasikan anaknya, menguras bak

mandi seminggu sekali.

b. Penyembuhan penyakit, misalnya : minum obat sesuai petunjuk

dokter, melakukan anjuran-anjuran dokter, berobat ke fasilitas

pelayanan kesehatan yang tepat, dan sebagainya.

2. Tindakan (praktek) pemeliharaan dan peningkatan kesehatan

Tindakan atau perilaku ini mencakup antara lain : mengkonsumsi

makanan dengan gizi seimbang.

28

Page 29: PROPOSAL PENELITIAN Tgs Riset Keperwatan

3. Tindakan (praktek) kesehatan lingkungan

Perilaku ini antara lain mencakup : membuang air besar di jamban atau

wc, membuang sampah di tempat sampah, menggunakan air bersih

untuk mandi, cuci, masak dan sebagainya (Notoatmodjo, 2003).

Pengukuran tindakan menurut (Arikunto, 2002) dapat dilakukan

secara tidak langsung yaitu dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan

yang telah dilakukan, pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung

dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden.

2.7 Hipotesis

Ada Hubungan tingkat pengetahuan ibu terhadap penanganan diri

pada balita dengan diare.

29

Page 30: PROPOSAL PENELITIAN Tgs Riset Keperwatan

Variable dependentPenanganan dini balita diare

Variable independentPengetahuan ibu tentang diare

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1  Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam suatu penelitian adalah kerangka hubungan

antara konsep-konsep yang diamati dan diukur melalui penelitian yang akan

dilakukan (Notoatamodjo, 2010).

Secara konseptual penelitian ini didasari teori perilaku yang

dikemukakan oleh Notoatmodjo, (2010). Berdasarkan tujuan penelitian dan

tinjauan pustaka maka disusun kerangka konsep sebagai berikut.

                                                                     

3.2 Definisi Operasional

PengukuranSkala UkurVariabel

Defenisi Operasional

Cara ukur Alat ukur Hasil ukur

Pengetahuan Ibu

Pemahaman dan keterangan ibu balita mengenai pengertian, gejala, pencegahan, perawatan dan pengobatan penyakit DIARE

Setiap pertanyaanmempunyai nilai 1bila jawaban benardan 0 bila jawabansalah

Kuisioner Baik : Jika jawaban

benar > 75 % Cukup:

Jika jawaban benar antara 60-75 %

Kurang:Jika jawaban

benar < 60 %

Ordinal

30

30

Page 31: PROPOSAL PENELITIAN Tgs Riset Keperwatan

Penanganan awal balita diare

Penanganan awal diare harus segera dilakukan tindakan dengan memberikan oralit sebagai pengganti cairan tubuh yang hilang

Setiap pertanyaanmempunyai nilai 1bila jawaban ya dan0 bila jawaban tidak

Kuesioner

8=Tidak melakukan >8=Melakukan

ordinal

3.3 Desain Penelitian

Jenis penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif, bersifat deskriptif

dengan pendekatan Potong silang (cross sectional) yaitu suatu penelitian

untuk mempelajari dinamika hubungan antara variabel bebas dan variabel

terikat dengan cara pendekatan, observasi dan atau pengumpulan data

sekaligus pada suatu saat (Notoatmodjo, 2010).

3.4 Populasi dan Sampel

3.4.1   Populasi

Populasai penelitian adalah keseluruhan objek penelitian atau objek

yang diteliti (Notoatmodjo, 2010). Populasi pada penelitian ini adalah Ibu

yang membawa anak

Balitanya yang terkena diare ke Puskesmas Rancah dan ibu yang

balitanya pernah mengalami diare.

3.4.2   Sampel

Sampel penelitian adalah sebagian yang diamlbil dari keseluruhan objek

yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010).

Sampel penelitian ini diambil secara accidental sampling, yaitu pengambilan

sampel yang dilakukan dengan mengambil sampel yang tersedia selama

waktu penelitian sampai mencapai sejumlah 10 sampel.

31

Page 32: PROPOSAL PENELITIAN Tgs Riset Keperwatan

Kriteria Inklusi :

Ibu yang mempunyai balita diare

Ibu yang balitanya pernah mengalami diare

Bersedia menjadi responden berikut

3.5   Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian

1. Tempat penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di  Puskesmas Rancah Kecamatan Rancah,

Kabupaten Ciamis, Jawa Barat.

2. Waktu penelitian.

Penelitian direncanakan akan dilaksanakan pada bulan Juni - Juli 2014

3.6  Teknik Pengumpulan data

3.6.1      Data primer

Data yang dikumpulkan dari hasil kuisioner, wawancara, dan observasi,

dilakukan pada ibu balita yang mengalami diare di Puskesmas Rancah.

3.6.2.      Data sekunder

Data sekunder dalam penelitian adalah data pendukung yang diperoleh

dari hasil literatur, jurnal, atau laporan yang dilakukan melalui metode studi

kepustakaan atau memalui internet browsing (pencarian data di internet), dan

data yang diperoleh dari instansi terkait, dari puskesmas berupa profil

puskesmas dan data tentang angka kejadian penyakit diare.

3.7. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan

kuisioner  dimana untuk variabel pengetahuan terdapat pertanyaan positif dan 

pertanyaan negatif  yang akan diberi nilai 1 jika jawaban benar dan nilai 0 jika

jawaban salah.

32

Page 33: PROPOSAL PENELITIAN Tgs Riset Keperwatan

3.8. Teknik Pengolahan Data

Dalam penelitian pengolahan data yang digunakan adalah dengan

primer. Langkah-langkah dalam pengolahan data :

1) Editing (pemeriksaan data)

Merupakan pengecekan atau pengkoreksian data yang teah dikumpulkan

karena kemungkinan data yang masuk atau data yang terkumpul itu logis

dan meragukan. Tujuan editing adalah untuk menghilangkan kesalahan-

kesalahan yang terdapat pada pencatat di lapangan dan bersifat koreksi.

2) Coding (pengkodean)

Merupakan pemberian kode-kode pada tiap-tiap data yang termasuk

dalam kategori yang sama. Kode adalah isyarat yang dibuat dalam bentuk

angka-angka / huruf-huruf yang memberikan petunjuk atau identitas pada

suatu informasi atau data yang akan dibahas

3) Tabulasi (tabulasi data)

Merupakan membuat tabel-tabel yang berisikan data yang telah di beri

kode, sesuai dengan analisis yang dibutuhkan.

4) Entry data (pemasukan data)

Pada tahap entry data, data dimasukkan kedalam sistem komputeruntuk

diolah.

5) Cleaning data (pembersihan data)

Data yang telah dimasukkan diperiksa kembali sesuai dengan kriteris

data. Langkah ini bertujuan untuk membersihkan data dari kesalahan.

3.9  Analisis Data

Analisis data dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian.

Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan

persentase dari tiap variabel. Misalnya distribusi penyakit yang ada didaerah

tertentu, distribusi pemakaian jenis kontrasepsi, distribusi umur dan

responden, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2005).

33

Page 34: PROPOSAL PENELITIAN Tgs Riset Keperwatan

Adapun data yang dianalisis menggunakan analisis univariat adalah

pengetahuan, sikap dan tindakan Ibu dalam penanganan dini pada balita

dengan diare.

Data-data tersebut ditabulasi, diinterpretasikan kemudian diproses

secara statistik dengan menggunakan rumus:

T = nilai tertinggi – nilai terendah {X- X

S }Dimana:

T = Skor responden

X = Skor responden pada skala yang hendak di ubah menjadi skor T

X = Mean skor kelompok

S = Deviasi standar kelompok

34

Page 35: PROPOSAL PENELITIAN Tgs Riset Keperwatan

DAFTAR  PUSTAKA

Alimul Aziz. A, 2006, Pengantar Ilmu Keperawatan Anak, Jakarta, Penerbit Salemba Medika

Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI, Survei Kesehatan Nasional, 2001, Laporan studi Mortalitas 2001 : Pola Penyakit Penyebab Kematian di Indonesia, Jakarta.

Brunner & Suddarth (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta : Buku Kedokteran.EGC

Betz Cecily L, Sowden Linda A. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatik, Jakarta, EGC

Depkes RI. 2009. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak Di rumah Sakit. Pedoman Bagi

Depkes R.I, 2001. Pedoman Pemberantasan penyakit diare, Jakarta,

FKUI, 2001.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II, Edisi Ketiga, Balai Penerbit FKUI, Jakarta,

Kemenkes RI, 2011. Panduan Sosialisasi Tatalaksana Diare Pada Balita, Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Jakarta.

Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : Buku Kedokteran.EGC

Notoatmodjo. S. 2007. Metodelogi Penelitian Kesehatan.Jakarta : PT Rineka cipta

Notoatmodjo Soekidjo, 2010, Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta,PT. Rineka Cipta.

__________ 2007. Ilmu perilaku dalam kesehatan. Jakarta : PT Rineka cipta

Purbasari E, 2009, tingkat Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Ibu dalam Penanganan Awal Diare Pada Balita Di Puskesmas Kecamatan Ciputat, Tanggerang Selatan, Banten. Laporan Penelitian

Rumah Sakit Rujukan Tingkat Pertama di Kabupaten/Kota. Cetakan Pertama. Jakarta. Penerbit WHO.

35

Page 36: PROPOSAL PENELITIAN Tgs Riset Keperwatan

Wijayaningsih Kartika Sari, 2013, Asuhan Keperawatan Anak, Jakarta Timur, CV. Trans Info Media.

36