Trauma Tumpul Abdomen
-
Upload
arip-septadi -
Category
Documents
-
view
32 -
download
0
Transcript of Trauma Tumpul Abdomen
TRAUMA TUMPUL ABDOMEN
Trauma adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada
masyarakat umum. setelah trauma kepala dan trauma extremitas, abdomen
adalah daerah ketiga yang paling sering cedera pada pasien trauma. Trauma
abdomen dapat dikaitkan dengan morbiditas yang signifikan dan mungkin
memiliki tingkat kematian setinggi 8,5%. Abdomen adalah daerah yang umum
terkena cedera fatal yang terlewatkan pada pasien trauma. Penatalaksanaan
non operatif pada pasien trauma tumpul abdomen memiliki angka
keberhasilan yang tinggi yaitu lebih besar dari 95% jika ditatalaksana oleh
tenaga kesehatan yang tepat dan memiliki pengetahuan yang mendalam
tentang anatomi dan fisiologi abdomen.
A. Definisi
Trauma tumpul abdomen adalah terjadinya trauma pada abdomen, dimana
trauma ini tidak memberikan kelainan yg jelas pada permukaan abdomen,
tetapi dapat mengakibatkan kontusio atau laserasi jaringan atau organ di
bawahnya.
B. Etiologi
Penyebab cedera tumpul abdomen antara lain
1. Benturan benda tumpul, akibatnya adalah :
a. Perforasi organ viscera abdomen
1
b. Perdarahan pada organ viscera padat
2. Cedera kompresi, akibatnya adalah :
a. Robekan dan hematom pada organ viscera padat
b. Ruptur pada organ viscera berongga, karena peningkatan tekanan
intraluminer
3. Cedera deselerasi, akibatnya adalah peregangan dan ruptur pada
jaringan ikat
C. Mekanisme Cedera
1. Trauma kompresi, terjadi karena bagian depan badan berhenti
bergerak, sedangkan bagian dalam tetap bergerak ke depan. Organ-
organ dalam terjepit dari belakang dinding torakoabdominal dan
kolumna vertebralis dan dari depan oleh struktur yang terjepit.
2. Trauma deselerasi, terjadi jika organ yang stabil berhenti bergerak
bersama badan tetapi organ yang mobil tetap bergerak kedepan
Mekanisme trauma berhubungan dengan roda dua :
1. Benturan frontal
2. Benturan lateral
3. Laying the bike down
D. Cedera Organ
Organ pada abdomen yang mengalami cedera adalah sebagai berikut :
1. Organ padat/solid (hepar, lien dan pancreas)
2. Organ viscus/hollow (lambung, usus dan kandung kemih)
2
E. Patofisiologi
Patofisiologi yang berhubungan dengan trauma tumpul abdomen adalah
sebagai berikut :
1. Terjadinya perpindahan cairan yang berhubungan dengan kerusakan
pada jaringan, mengakibatkan kehilangan darah dan syok
2. Terjadi permasalahan pada koagulasi atau pembekuan
3. Inflamasi dan infeksi yang disebabkan oleh sekresi saluran pencernaan
dan bakteri ke peritoneum. Hal ini menyebabkan keluarnya eksudat
fibrinosa yang menimbulkan perlengketan peritoneum. Kantong-
kantong nanah terbentuk diantara kantong fibrinosa yang membatasi
infeksi. Adanya perlengkatan antara peritoneum visceral dan parietal
menyebabkan aktivitas peristaltik usus berkurang sehingga dapat
menyebabkan ileus paralitik.
4. Perubahan nutrisi dan elektrolit yang terjadi akibat kerusakan integritas
rongga saluran abdomen
F. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala trauma tumpul abdomen :
1. Nyeri, dapat terasa sedang maupun berat, dapat timbul di daerah luka
maupun tersebar, terdapat nyeri tekan dan nyeri lepas.
2. Mual dan muntah
3. Cairan atau udara dibawah diafragma
4. Perubahan perfusi jaringan
3
5. Penurunan kesadaran
Gejala dan tanda trauma tumpul abdomen dengan peritonitis adalah
sebagai berikut :
1. Nyeri abdomen, dapat lokal maupun difus
2. Demam, suhu lebih dari 38 ºC
3. Mual dan muntah
4. Kesulitan bernapas akibat dorongan cairan dalam abdomen ke arah
diafragma
5. Distensi abdomen disertai penurunan atau tidak terdengar bising
6. Defance muscular, dinding abdomen menjadi kaku
7. Nyeri tekan atau nyeri lepas
8. Takikardia akibat pelepasan mediator inflamasi
9. Tidak bisa buang air besar maupun flatus
G. Pemeriksaan Fisik
Evaluasi pasien dengan trauma tumpul abdomen harus dilakukan dengan
semua cedera merupakan prioritas. Pemeriksaan yang diperlukan adalah :
1. Pemeriksaan awal
a. Setelah survey primer dan resusitasi dilakukan, fokus dilakukan
pada survey sekunder abdomen.
b. Untuk cedera yang mengancam jiwa yang membutuhkan
pembedahan segera, survei sekunder yang komprehensif dapat
ditunda sampai kondisi pasien stabil.
4
c. Pada akhir pemeriksaan awal dilihat kembali luka-luka ringan
pada penderita. Banyak cedera yang samar dan baru
termanifestasikan kemudian.
2. Inspeksi
a. Area abrasi atau ekimosis
b. Pernapasan abdomen
c. Cullen sign (ekimosis periumbilical)
3. Auskultasi
a. Pada peritonitis bising usus dapat menurun bahkan menghilang
b. Bising jika terdengar di daerah thorak berarti adanya trauma
diafragmatica
4. Palpasi
a. Nyeri tekan, massa dan deformitas, konsistensi, dilatasi abdomen.
b. Krepitasi cavum thorak bagian bawah
c. Defance muscular (kaku, tahanan involunter)
5. Perkusi
nyeri pada perkusi menandakan adanya tanda peritoneal.
H. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan meliputi :
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan darah lengkap dan darah rutin sereal
b. Urin rutin
2. Pemeriksaan radiologi
5
a. Foto polos abdomen
Untuk melihat udara bebas, struktur litik atau sklerotik, serta
adanya fraktur iga.
b. USG
Untuk melihat bentuk, struktur, ukuran dan keutuhan organ.
c. CT scan abdomen
Gambaran lebih detail dan dapat melihat sumber perdarahan,
petunjuk manajemen nonoperatif pada cedera organ padat.
3. Diagnostic peritoneal lavage (DPL)
Dilakukan jika ada indikasi. Indikasi DPL pada trauma tumpul
abdomen adalah sebagai berikut :
a. Perubahan sensorium - cedera kepala, intoksikasi alkohol,
penggunaan obat terlarang
b. Perubahan perasaan - cedera medulla spinalis
c. Cedera pada struktur yang berdekatan – arcus costae, coxae dan
pelvis
d. Pemeriksaan fisik yang meragukan
e. Antisipasi kehilangan kontak yang panjang dengan pasien –
anesthesia umum untuk cedera selain abdomen, studi pemeriksaan
ronsen yang lama seperti angiografi.
6
I. Penatalaksanaan
1. Tatalaksana inisiasi
Penilaian, penanganan masalah yang mengancam nyawa, resustasi
awal.
2. Tatalaksana nonoperatif
pemberian oxygen, analgesik, hemostatik, pemberian antibiotik jika
ada tanda perlukaan intestinal, transfusi darah bila diperlukan,
resusitasi cairan dan monitor produksi urin.
3. Tatalaksana operatif
Laparatomi jika ada indikasi. Indikasi laparatomi adalah sebagai
berikut :
a. Indikasi berdasarkan pemeriksaan abdomen
1) Trauma tumpul abdomen dengan DPL positif atau ultrasound
2) Trauma tumpul abdomen dengan hipotensi yang berulang
walaupun diadakan resusitasi yang adekuat
3) Peritonitis dini atau yang menyusul
4) Hipotensi dengan luka abdomen tembus
5) Perdarahan dari gaster, dubur, atau daerah genitourunaru
akibat trauma tembus
6) Luka tembak melintas rongga peritoneum atau retroperitoneum
visceral/vascular
7) Eviscerasi (pengeluaran isi usus)
7
b. Indikasi berdasarkan pemeriksaan ronsen
1) Udara bebas, udara retroperitoneum atau ruptur hemidiafragma
setelah trauma tumpul
2) CT scan dengan kontras memperlihatkan ruptur traktus
gastrointestinalis, cedera kandung kemih intraperitoneal,
cedera renal pedicle, atau cedera organ visceral yang parah
setelah trauma tumpul atau tembus.
J. Komplikasi
Biasanya timbul akibat cedera yang terlewatkan, cedera iatrgenic,
intraabdomen sepsis atau abses, resusitasi yang tidak adekuat, ruptur lien
yang muncul kemudian.
K. Prognosis
Gambaran spesifik prognosis trauma tumpul abdomen sulit, angka
kematian pasien rawat inap berkisar antara 5-10%.
8
DAFTAR PUSTAKA
IKABI, Advanced Trauma Life Support for Doctor. USA : ACS, 1997
http://ariyanomanar.blogspot.com/2012/03/referat-bedah-trauma-tumpul-
abdomen.html
http://Ikextx.weebly.com
http://www.scribd.com/doc/37329683/trauma-tumpul-abdomen
http://www.scribd.com/doc/47364597/laporan-pendahuluan-trauma-tumpul-
abdomen
Pramod Kumar, Emergency MedicineTextbook of Trauma. New Delhi, India :
CBS, 2011
9