Trauma Tumpul Toraks Dan Abdomen - Clement

55
REFERAT TRAUMA TUMPUL TORAKS DAN ABDOMEN KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOJA CLEMENT TIRTA 11-2014-077 PEMBIMBING : Dr. Febriansyah Ibrahim, Sp.B FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA

description

trauma tumpul

Transcript of Trauma Tumpul Toraks Dan Abdomen - Clement

Page 1: Trauma Tumpul Toraks Dan Abdomen - Clement

REFERAT

TRAUMA TUMPUL

TORAKS DAN ABDOMEN

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOJA

CLEMENT TIRTA

11-2014-077

PEMBIMBING :

Dr. Febriansyah Ibrahim, Sp.B

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA

PERIODE 26 OKTOBER 2015 – 2 JANUARI 2015

JAKARTA

Page 2: Trauma Tumpul Toraks Dan Abdomen - Clement

Anatomi Toraks

Dinding toraks dilindungi oleh sternum dan tulang iga (costae) pada bagian depan dan

tulang vertebrae dari bagian belakang dan terdapat ruang interkostal diantara tulang iga tersebut.

Dinding toraks ini membagi ruang abdomen melalui diafragma dan pada bagian atas melalui

leher. Tulang iga terdiri dari 12 pasang pada bagian depan yang bersatu melalui tulang kartilago

ke sternum dan vertebrae pada bagian belakang. Tetapi pada iga 8,9,10 berhubungan dengan

sternum melalui kartilago dari iga 7 dan tulang iga 11 dan 12 disebut melayang karena tidak

berhubungan sama sekali dengan vertebrae pada bagian belakang.

Pada sternum terdiri dari manubrium, corpus sterni, dan procesus xyphoideus.

Manubrium sterni mempunyai hubungan melalui kartilago dengn klavikula dan juga

berhubungan dengan tulang iga 1 dan 2. Pada bagian inferior manubrium sterni menempel

dengan corpus sterni. Pada courpus sterni berhubungan dengan tulang iga 3 sampai 7. Bagian

inferior yaitu procesus xyphoideus merupakan tulang kartilago pada tulang orang dewasa. Pada

bagian iga ke 8-10 dihubungkan dengan kartilago hyaline melalui kartilago dari iga ke 7.

Vaskularisasi pada bagiaan dinding toraks terbagi menjadi bagian arteri anterior

interkostal dan arteri posterior interkostal. Arteri anterior interkostal merupakan percabangan

dari arteri thoracic interna. Arteri posterior interkostal merupakan perabangan dari arteri

interkostal superior yang merupakan percabangan dari arteri subklavia. Vena pada bagian

anterior interkostal bermuara pada bagian internal thoracic dan vena musculofrenikus. Pada

bagian posterior interkostal bermuara pada azygos dan hemiazygos sistem. Jaringan limfe pada

bagian anterior bermuara pada jaringan limfe aksila anterior, pada bagian posterior bermuara

pada limfe aksila posterior, pada baguan anterior interkostal bermuara pada jaringan limfe

thoracic internal, dan bagian posteior interkostal bermuara pada jaringan limfe paraaortic.1-3

Diafragma membagi toraks dan abdomen dan merupakan dinding pemisah diantara

keduanya. Terdapat bagian yang bolong pada diafragma untuk dilewati ole organ seperti

pembuluh darah dari abdomen menuju toraks yaitu untuk vena cava inferior, aorta, esofagus, dan

arteri dan vena gastric sinistra. Diafragma dipersarafi oleh nervus frenicus dari bagian ervical 3,

4, 5 yang berguna sebagai motorik. Untuk sensorik dibentuk oleh nervus interkostal inferior.

Trauma Tumpul Toraks dan Abdomen 2

Page 3: Trauma Tumpul Toraks Dan Abdomen - Clement

Diafragma dibentuk oleh otot perifer yang merupakan pembentukaan dari sentral aponeurosis

sampai sentral tendon yang terbagi menjadi 3 bagian antara lain :

Bagian vertebral : terbentuk oleh ligamen crura dan ligamen arcuata.

Bagian costae : menempel pada bagian dalam dari bagian inferior dari costae ke 6.

Bagian sternal : terdiri dari 2 bagian dari bagian dalam permukaan prosesus

xyphoideus.

Pada bagian toraks terdapat pembuluh arteri dan vena besar yang sangat penting untuk

sirkulasi peredaran darah dalam tubuh manusia antara lain arota dan vena cava baik superior dan

inferior. Aorta terbagi menjadi beberapa bagian yaitu ascending aorta yang terbentuk dari

ventrikel kiri kemudian dilanjutkan ke arcus aorta kemudian berjalan ke bagian posterior inferior

menjadi aorta descending setinggi T4 dan setelah melewati diafragma setinggi T12 menjadi aorta

abdominalis. Pada bagiaan aorta ascending bercabang menjadi arteri koronaria dextra dan

sinistra. Pada arkus aorta bercabang menjadi trunkus brakiosefalikus, arteri subklaviaa sinistra,

dan arteri carotis komunis. Pada bagian descending bercabang untuk memperdarahi bagian

esofagus, bronkus, mediastinal, dan interkostal posterior, dan subkostal. Vena brakiosefalikus

yang merupakan gabunagn dari vena subklavia dan vena jugular internal akan menjadi vena kava

superior setinggi T1.

Paru-paru mannusia menyediakan permuakan alveolar dengan perkiraan 40 m2 untuk

pertukaran gas. Paru manusia terdiri dari 2 bagian yang mempunyai apeks setinggi T1,

permukaan costovertebral pada bagian bawah dari dinding toraks, dasar paru pada bagian

diafragma. Pada paru dextra terbagi menjadi bagian superior, medial, dan posterior. Pari sinistra

hanya mempunyai lobus superior dan posterior. Alveoli pada paru menerima darah kotor dari

arteri pulmonalis yang merupakan darha dari ventrikel kanan dan kemudian terjadi pertukaran

udara menjadi darah bersih yang kaya dengan oksigen dibawa melalui vena pulmonalis menuju

atrium kiri. Jaringan paru sendiri menerima perdarahan dari arteri bronkial yang merupakan

percabangan dari aorta descending. Persarafan paru terbagi menjadi bagian simpatis yang

terbentuk dari trunkus simpatikus dan parasimpatis dari nervus vagus. 1-4

Trauma Tumpul Toraks dan Abdomen 3

Page 4: Trauma Tumpul Toraks Dan Abdomen - Clement

Paru manusia dibungkus oleh selaput yaitu pleura yang terdiri dari 2 bagian yaitu visceral

dan parietal yang memisahkan paru dari diafragma, pericardium, mediastinum, dan dinding

toraks. Pada bagian pleura terdapat cairan pleura yang berguna untuk lubrikan atau pelumas

karena gesekan yang terjadi pada kedua bagiaann paru. Pleura parietal sensitif terhadap nyeri dan

sentuhan tetapi pleura visceral hanya sensitif terhadap regangan. Bronkus memberikan udara

yang masuk ke lobus paru dimana terdapat bronkus dextra dan sinistra. Bronkus dextra terbagi

menjadi 3 bagian untuk memberikan udara ke lobus paru superior, lobus medial, dan lobus

posterior. Bronkus sinistra terbagi menjadi 2 yaitu untuk lobus supeior dan lobus posterior.

Mekanisme bernapas pada manusia terbagi menjadi proses inspirasi dan ekspirasi. Proses

inspirasi manusia terjadi karena kontraksi dari interkostal eksternal pada bagian atas dinding

toraks dan bagian bawa dinding toraks dan kontraksi dari diafragma sehingga volume paru

menjadi lebih besar. Peningkatan volume paru ini mengakibatkan tekanan intrapulmoner menjadi

menurun sehingga udara masuk ke dalam paru-paru. Sebaaiknya pada proses ekspirasi terjadi

relaksasi dari otot interkostal eksternal dan kontraksi dari otot interkostal internal sehingga

volume paru menurun dan terjadi peningkatan tekanan intrapulmoner sehingga udara keluar daru

paru.1-4

Anatomi Jantung

Jantung terdiri atas empat ruang, yaitu atrium dextra, atrium sinistra, ventrikel dextra, dan

ventrikel sinistra. Di antara kedua atrium dan ventrikel dextra dan sinistra, dipisahkan oleh

septum interatriorum dan septum interventrikularis sehingga jantung terpisah menjadi dua

bagian, dextra dan sinistra. Jantung bagian dextra letaknya lebih ke arah ventral sedangkan sisi

sinistra lebih ke arah dorsal.

Pada permukaan luar jantung dapat dijumpai sulcus coronarius yang melingkari jantung

di antara ventrikel dan atrium serta sulcus interventrikularis anterior dan posterior. Puncak

jantung (apex cordis) terletak di inferoanterior sinistra jantung. Apex cordis ini ditutupi oleh

pleura dan paru. Sedangkan dataran dari jantung (basis cordis) menghadap ke arah superodextra

posterior jantung. Basis cordis tersusun oleh atrium dextra dan sinistra, serta bagian proksimal

pembuluh darah besar.1-3,5

Trauma Tumpul Toraks dan Abdomen 4

Page 5: Trauma Tumpul Toraks Dan Abdomen - Clement

Atrium dextra ukurannya cukup besar dibandingkan dengan atrium sinistra. Tersusun atas

dua bagian, yaitu atrium propia (sinus venarum cavarum) dan auricula dextra. Atrium propia

merupakan ruang di antara dua vena cava (superior dan inferior) dan ostium atrioventrikularis,

dimana dindingnya menjadi satu dengan dinding v. cava dan permukaan inferiornya halus.

Auricula dextra merupakan kantung di antara v. cava superior dan ventrikel dextra. Batas luar

antara auricula dengan atrium ditandai oleh sulcus terminalis dan batas dalamnya oleh crista

terminalis yang membentuk rigi-rigi menjadi m. pectinati. Atrium dextra merupakan muara dari

ostium vena cava superior, ostium vena cava inferior, sinus coronarius, dan fossa ovalis.

Atrium sinistra membentuk basis dan facies dorsosuperior jantung. Atrium sinistra

memiliki bagian yang sama dengan atrium dextra, hanya pada atrium propium sinistra menjadi

muara dari empat vena pulmonalis dan ostium atrioventrikularis sinistra (katup mitral).

Ventrikel dextra berhubungan dengan atrium dextra melalui ostium atrioventrikularisdextra

dan dengan truncus pulmonalis melalui ostium truncus pulmonalis. Sewakturongga mendekati

ostium truncus pulmonalis bentuknya menjadi corong disebut infundibulum, dindingnya jauh

lebih tebal dari atrium dextra dan menunjukkan beberapa rigi yang menonjol kedalam, yang

dibentuk oleh berkas-berkas otot menjadi trabecula carcanae.

Valva trikuspidalis melindungi ostium atrioventrikularis dan terdiri atas tiga katup yang

dibentuk oleh lipatan endokardium disertai jaringan fibrosa yang meliputi katup anterior, septalis

dan inferior. Septalis terletak berhadapan dengan septum interventrikularis. Basis katup melekat

pada cincin fibrosa rangka jantung sedangkan ujung bebas dan permukaan ventrikularnya

dilekatkan pada chorda tendinae.Katup itu dihubungkan oleh musculi papilares.

Bila ventrikel kuat berkontraksi, musculi papilares berkontraksi dan mencegah agar katup

tidak terdorong masuk ke dalam atrium dan terbalik sewaktu tekanan intraventrikularis

meningkat. Valva truncus pulmonalis melindungi ostium truncus pulmonalis dan teridiri atas tiga

valvula semulunaris yang dibentuk dari lipatan endokardium disertai sedikit jaringan fibrosa

yang meliputinya.1-3,5

Ventrikel sinistra berhubungan dengan atrium sinistra melalui ostium atrioventrikularis

sinistra dan dengan aorta melalui ostium aorta. Dinding ventrikel sinistra tiga kali lebih tebal dari

dinding ventrikel dextra dan tekanan darahnya lebih tinggi enam kali dari ventrikeldextra.

Trauma Tumpul Toraks dan Abdomen 5

Page 6: Trauma Tumpul Toraks Dan Abdomen - Clement

Valva mitralis melindungi ostium atrioventrikularis. Valva ini terdiri dari dua daun katup,

yaitu bagian anterior dan posterior, yang strukturnya sama dengan trikuspidalis.Katup anterior

lebih besar dan terletak pada ostium atrioventrikularis dan ostium aorta. Pelekatan chordae

tendinae ke katup dan musculi papilares sama seperti valva trikuspidalis.

Valva aorta melindungi ostium aorta dan mempunyai struktur yang sama dengan valva

truncus pulmonalis. Katupanterior terletak di valvula semilunaris dextra dan dua katup terletak di

dinding posterior valvula semilunaris sinistra dan posterior. Dibelakang setiap katup dinding

aorta,menonjol membentuk sinus aorta. Sinus aorta dextra itu merupakan asal dari arteri

coronaria dextra.

Jantung mendapatkan suplai darah dari arteri coronaria dextra dan sinistra yang berasal

dari aorta ascendens tepat di valva aorta.Arteriae coronaria dan cabang-cabang utamanya

terdapat di permukaan jantung, terletak didalam jaringan ikat subepicardical.

Arteri coronaria dextra berasal dari sinus anterior aorta dan berjalan kedepan diantara

truncus pulmonalis dan auricula dextra. Arteri ini berjalan turun hampir vertikal di dalam sulcus

atrioventrikularis dextra dan pada pinggir inferior jantung pembuluh ini melanjutkan ke posterior

sepanjang sulcus atrioventrikularis untuk beranastomosis dengan arteri coronaria yang sinistra

didalam sulcus interventrikularis posterior. Cabang-cabang arteri coronaria dextra selanjutnya

mendarahi atrium dextra dan ventrikel dextra, sebagian dari atrium sinistra dan ventrikelsinistra

dan septum atrioventrikularis. Cabang-cabang dari arteri coronaria dextra membentuk rami,

yaitu:

Ramus coni arteriosi pembuluh ini mendarahi facies anterior conus pulmonaris dan

bagian atas dinding anterior ventrikel.

Rami ventrikulariss anteriores jumlahnya dua atau tiga dan mendarahi facies anterior

ventrikel dextrer. Ramus marginalis dextra adalah cabang yang terbesar dan berjalan

sepanjang pinggir bawah facies costalis untuk mencapai apex cordis.

Rami ventrikulariss posteriores biasanya ada dua, mendarahi facies diaphragmatica

ventrikeldextra.

Ramus interventrikularis posterior (descendens), arteri ini berjalan menuju apex pada

sulcus interventrikularis posterior. Masing-masing memberikan cabang-cabang ke

Trauma Tumpul Toraks dan Abdomen 6

Page 7: Trauma Tumpul Toraks Dan Abdomen - Clement

ventrikeldextra dan sinistra, termasuk dinding inferiornya. Pembuluh ini juga

memberikan cabang untuk bagian posterior septum ventrikularis, tetapi tidak untuk

bagian apex yang menerima darah dari ramus interventrikularis anterior arteri

coronaria sinistra.

Rami atriales, beberapa cabang mendarahi permukaan anterior dan lateral atrium

dextra. Satu cabang mengurus permukaan posterior kedua atrium dextra dan sinistra. 1-3,5

Arteri coronaria sinistra yang biasanya lebih besar dibanding dengan arteri coronaria

dextra, mendarahi sebagian besar jantung termasuk sebagian besar atrium sinistra,

ventrikelsinistra, dan septum ventrikularis. Arteri ini berasal dari posterior sinistra sinus aorta

descendens dan berjalan kedepan diantara truncus pulmonalis dan auricula sinistra, kemudian

pembuluh ini bercabang di sulcus atrioventrikularis dan bercabang dua menjadi ramus

interventrikularis anterior dan ramus circumflexus.Cabang-cabang arteri coronaria sinistra juga

membentuk beberapa ramus, yaitu:

Ramus interventrikularis descendens anterior berjalan ke bawah di dalam sulcus

interventrikularis anterior menuju apex cordis. Pada kebanyakan orang pembuluh ini

kemudian berjalan disekitar apex cordis untuk masuk ke sulcus interventrikularis

posterior dan beranastomosis dengan cabang-cabang terminal arteri coronaria dextra.

Pada 1/3 orang pembuluh ini berakhir pada apex cordis. Ramus interventrikularis

anterior mendarahi ventrikeldextra dan sinistra dengan sejumlah cabang yang juga

mendarahi bagian anterior septum ventrikularis. Satu di antara cabang-cabang

ventrikular ini, yaitu arteri diagonalis sinistra mungkin berasal langsung dari pangkal

arteri coronaria sinistra, sebuah arteri conus sinistra yang kecil mendarahi conus

pulmonalis.

Ramus circumflexus mempunyai ukuran yang sama dengan arteri interventrikularis

anterior. Pembuluh ini melingkari pinggir kiri jantung di dalam sulcus

atrioventrikularis. Ramus marginalis sinistra merupakan cabang besar yang

mendarahi batas kiri ventrikelsinistra dan turun sampai apex cordis. Ramus

ventrikularis anterior dan posterior mendarahi ventrikelsinistra, rami atriales

mendarahi atrium sinistra.1-3,5

Trauma Tumpul Toraks dan Abdomen 7

Page 8: Trauma Tumpul Toraks Dan Abdomen - Clement

Variasi pendarahan jantung sering terjadi dan variasi yang paling sering mengenai

pendarahan facies diaphragmatica kedua ventrikel. Di sini, asal dan ukuran serta distribusi ramus

interventrikularis posterior berbeda-beda. Pada kasus dominan kanan, ramus interventrikularis

posterior merupakan cabang besararteri coronaria dextra. Dominan kanan terdapa pada

kebanyakkan individu sebanyak 90% orang. Pada dominan kiri,arteri interventrikularis posterior

merupakan cabang ramus circumflexus arteri coronaria sinistra yaitu hanya sebanyak 10%.

Anastomisis arteri coronaria berada diantara cabang-cabang terminal arteri coronaria

dextra dan sinistra atau sirkulasi kolateral, tetapi biasanya tidak cukup besar untuk menyediakan

suplai darah untuk otot jantung apabila sebuah cabang besar tersumbat oleh suatu penyakit.

Penyumbatan mendadak dari sebuah cabang besar atau salah satu arteri coronaria biasanya

menyebabkan kematian otot jantung, walaupun kadang-kadang sirkulasi kolateral cukup untuk

mempertahankan suplai ke otot.

Sebagan besar darah dari dinding jantung mengalir ke atrium kanan melalui sinus

coronarius yang terletak pada bagian posterior sulcus atrioventrikularis dan merupakan lanjutan

dari vena cardiaca magna. Pembuluh ini bermuara ke atrium dextra sebelah kiri vena cava

inferior, vena cardiaca parva dan vena cardiaca media merupakan cabang sinus coronarius,

sisanya dialirkan ke atrium dextra melalui vena ventrikel dextra anterior dan melalui vena -vena

dextra anterior dan melalui vena-vena kecil yang bermuara langsung ke ruang-ruang jantung.1-3,5

Jantung dipersarafi oleh serabut simpatis dan parasimpatis susunan saraf otonom melalui

plexus cardiacus yang terletak dibawah arcus aorta. Saraf simpatis berasal dari bagian cervical

dan thoracal bagian atas truncus symphaticus dan persarafan parasimpatis berasal dari nervus

vagus. Serabut-serabut postganglionik simpatis berakhir pada nodus sinuatrialis, nodus

atrioventrikularis, serabut-serabut otot jantung dan arterie coronariae. Perangsangan serabut-

serabut saraf ini menghasilkan akselerasi jantung, meningkatnya daya kontraksi otot jantung dan

dilatasi arterie coronariae. Serabut-serabut preganglionik parasimpatis berakhir pada nodus

sinuatrialis, nodus atrioventrikularis dan arterie coronariae. Perangsangan saraf parasimpatis

mengakibatkan berkurangnya denyut dan daya kontraksi jantung dan konstriksi arterie

coronariae. Serabut-serabut aferen yang berjalan bersama saraf simpatis membawa impuls saraf

yang biasanya tidak dapat disadari. Namun, bila suplai darah ke miokardium terganggu, impuls

Trauma Tumpul Toraks dan Abdomen 8

Page 9: Trauma Tumpul Toraks Dan Abdomen - Clement

rasa nyeri dirasakan melalui lintasan tersebut. Serabut-serabut aferen yang berjalan bersama

nervus vagus mengambil bagian dalam refleks cardiovaskular.1-3,5

Anatomi Abdomen

Mulut (cavum oris)

Di dalam cavum oris makanan dihancurkan oleh gigi-gigi menjadi ukuran yang lebih

kecil dengan tujuan memudahkan proses pencernaan. Saat dikunyah makanan bercampur air liur

yang mengandung enzim ptyalin. Karbohidrat yang masih berupa polisakarida dipecah menjadi

disakarida yaitu maltosa dan polimer glukosa kecil lainnya. Proses ini hanya sebagian kecil saja

karena makanan akan ditelan dan dalam lambung enzim ini menjadi tidak aktif. Mulut

mempunyai atap yaitu palatum durum pada bagian yang keras dan palatum molle yaitu bagian

yang lunak.

Palatum durum dibentucoleh prccessus palatinus ossis maxillae dan lamina horizontal

ossis palatini Dibatasi oleh arcus alveolaris,dan di belakang berlanjut sebagai palatum molle.

Palatum durum membentuk dasar cavum nasi. Pemukaan bawah palatum durum diliputi oleh

mucoperiosteum dan mempunyai rigi mediana Mempunyai mukosa di kanan dan kiri rigi ini

lampak berlipat-lipat.

Palatum molle merupakan lipatan yang mudah digerakkan, yang melekat pada pinggir

posterior palatam durum. Pada garis tengah pinggir postcrornya terdapat penonjolan berbentuk

kerucut, disebut uvula. Pinggir-pinggir palatum molle dilanjutkan sebagai dinding lateral

pharynx.1,6-7

Gigi

Gigi terdiri atas dua baris gigi tertutup. Setiap baris gigi merupakan suatu garis melengkung

yang pada rahang atas agak lain  bentuknya  daripada rahang bawah. Gigi pada rahang atas dan

pada rahang bawah letaknya sedemikian rupa sehingga  penampang terbesar setiap gigi rahang

atas tepat menempati sela antara dua buah gigi rahang bawah dan sebaliknya. Jadi sewaktu

mengunyah setiap gigi bekerja sama dengan dua buah gigi yang berlawanan letaknya. Pada anak-

anak disebut gigi susu dan jumlahnya adalah 20 buah. Sedangkan pada orang dewasa terdapat 32

buah dan merupakan gigi dewasa yang menggantikan gigi susu yang sudah tanggal.

Trauma Tumpul Toraks dan Abdomen 9

Page 10: Trauma Tumpul Toraks Dan Abdomen - Clement

Pharynx

Pharynx adalah sebuah pipa musculomembranosa, panjang 12-14 cm, membentang dari basis

cranii sampai setinggi vertebra cervical 6 atau tepi bawah cartilago cricoidea. Paling lebar di bagian

superior, berukuran 3,5 cm. Di sebelah caudal dilanjutkan dengan oesophagus (kerongkongan). Pada batas

pharynx dengan oesophagus lebarnya menjadi sekitar 1,5 cm; tempat ini merupakan bagian tersempit

saluran pencernaan, selain appendix vermiformis.

Di sebelah cranial pharynx dibatasi oleh bagian posterior corpus ossis sphenoidalis dan pars

basilaris ossis occipitalis. Di sebelah dorsal dan lateral pharynx terdapat jaringan penyambung longgar yang

menempati spatium peripharyngeale. Di sebelah dorsal, jaringan penyambung longgar tersebut me-

misahkan pharynx dari fascia alaris (lembar depan fascia pre- vertebralis). Di sebelah ventral, pharynx

terbuka ke dalam rongga hidung, mulut dan larynx; dengan demikian dinding anteriornya tidak sempurna.

Pharynx terbagi menjadi 3 bagian yaitu adalah nasopharynx (epipharynx), oropharynx (mesopharynx), dan

laryngopharynx (hypopharynx).

Nasopharynx (epipharynx)

Nasopharynx berada di sebelah dorsal hidung dan sebelah cranial palatum molle

Berdinding statik, kecuali palatum molle. Rongga nasopharynx tidak pernah tertutup,

berbeda dari oropharynx dan laryngopharynx. Ke arah ventral nasopharynx

berhubungan dengan rongga hidung melalui choanae (apertura nasalis posterior),

yang masing-masing terpisah oleh septum nasi. Nasopharynx dan oropharynx

berhubungan melalui isthmus pharyngeum yang dibatasi oleh tepi palatum molle dan

dinding posterior pharynx. Sewaktu proses menelan dan berbicara isthmus pharyngeum

ini tertutup oleh elevasi palatum molle dan pembentukan lipatan Passavant di dinding

dorsal pharynx. Lipatan ini terbentuk oleh kontraksi M. sphincter palatopharyngeal

yang berfungsi sphincter, M.salpingopharvngeus dari M.constrictor pharvnais superior.

Pada masing-masing dinding lateral nasopharynx dijumpai ostium pharyngeale tubae

auditivae, yakni di sebelah dorsal dan caudal ujung posterior concha nasalis inferior.

Di sebelah dorsocranial, lubang ini dibatasi oleh elevasi tuba (torus tubarius) yang

dibentuk oleh mukosa yang menutupi ujung pharyngeal tulang rawan tuba auditiva.

Trauma Tumpul Toraks dan Abdomen 10

Page 11: Trauma Tumpul Toraks Dan Abdomen - Clement

Oropharynx (mesopharynx)

Oropharynx terbentang mulai dari palatum molle sampai tepi atas epiglottis atau

setinggi corpus vertebra cervical 2 dan 3 bagian atas. Di sebelah ventral

berhubungan dengan cavum oris melalui isthmus oropharyngeum (isthmus faucium)

dan berhadapan dengan aspek pharyngeal lidah.

Dinding lateral oropharynx terdiri atas arcus palatopharyngeus dan tonsilla palatina.

Arcus palatopharyngeus terletak di sebelah dorsal arcus palatoglossus, turun dari

uvula menuju sisi pharynx, sebagai lipatan mukosa yang menutupi M.

palatopharyngeus. Pada tiap sisi, arcus palatopharyngeus dan arcus palatoglossus

membentuk sinus tonsillaris yang berbentuk segitiga dan berisi tonsilla palatina.

Tonsilla palatina merupakan masa jaringan limfoid pada kedua dinding lateral oropharynx,

masing-masing terletak pada sinus tonsillaps. Dengan demikian, Tonsilla I5alaiina

terletak di sebelah dorsal gigi bawah molar ketiga dan diproyeksikan pada sebuah

daerah bulat telur di atas bagian bawah M. masseter, sedikit di sebelah

anterosuperior terhadap angulus mandibulae. Sewaktu masa kanak-kanak dengan

nyata permukaan medial berproyeksi ke dalam pharynx, tetapi luas proyeksi ini tidak

menunjukkan besar tonsil. Aspek lateral di bagian dalam, meluas ke atas, bawah dan

depan melebihi luas permukaan medialnya. Ke arah inferior, tonsilla palatina

menyusupi dorsum linguae dan ke arah superior memasuki palatum molle; ke arah

anterior mungkin tonsilla ini meluas sedikit jauh di bawah arcus palatoglossus.

Tonsilla palatina bervariasi ukurannya dan seringkali meradang, menimbulkan

inflamasi dan hipertrofi; karena itu, sukar menentukan bentuk normalnya. Pada

kehidupan janin yang lanjut, lipatan mukosa, yakni plica triangularis, membentang

dari belakang arcus palatoglossus, menutupi aspek antero-inferior tonsil ini. Pada

masa kanak-kanak biasanya lipatan ini disusupi jaringan limfoid dan bersatu dengan

tonsil. Lipatan ini jarang menetap pada usia dewasa.

Trauma Tumpul Toraks dan Abdomen 11

Page 12: Trauma Tumpul Toraks Dan Abdomen - Clement

Laringopharynx (hypopharynx)

Laryngopharynx membentang dari tepi cranial epiglottis sampai tepnnferior cartilapo

cricoidea atau mulai setinggi bagian bawafr-corpus vertebra cervical 3-sampai baaian atas

vertebra cervical 6. Kearah caudal laryngopharynx dilanjutkan sebagai oesophagus. Di

dinding jnteriomya yang ticlak sempurna, terdapat pintu masuk ke dalam larynx

(adituslaryngis) dan di bawah aditus laryngis ini terdapat permukaan posterior

cartílago arytaenoidea dan cartilago cricoidea. Pada masing- masing sisi ventro

caudal lateral aditus laryngis terdapat fossa recessus piriformis yang dibatasi di

sebelah medial oleh plica aryepiglottica dan di sebelah lateral oleh cartilago thyreoidea

dan membrana thvreohvoidea. Cabang-cabang N. Laryngeus superior ramus intemus

yang menembus membrana thyreohvoidea tertutup mukosa recessus piriformis ini dan

membentuk plica n. larvnaici. Mungkin benda asing tetjebak dalam lekuk ini dan, jika

membrana mukosanya cedera sewaktu pengangkatan benda asing tarsjahut, mungkin

saraf ini terganggu dengan akibat mati rasa daerah yang dipersirafi.1,6-7

Oesophagus

Oesophagus merupakan sebuah tabung otot yang da-pat kolaps, panjangnya sekitar 10 inci (25 cm), yang

menghubungkan pharynx dengan gaster. Sebagian besar oesophagus terletak di dalam thorax. Oesophagus

masuk ke abdomen melalui lubang yang terdapat pada crus dextrum diaphragma. Setelah berjalan sekitar

inci (1,25 cm), oesophagus masuk ke lambung di sebelah kanan garis lengah. Di anterior oesophagus

berhubung dengan facies posterior lobus hepatis sinister dan posterior dengan crus sinistrum diaphragma.

Nervus vagus sinistra dan dextra masing-masing terletak pada permukaan anterior dan posterior

oesophagus. Makanan berjalan melalui oesophagus dengan menggunakan proses peristaltik. Tidak ada

proses khusus pencernaan makanan disini. Makanan melewati saluran dalam esofagus dengan sangat

mudah dalam hitungan detik. Dinding saluran esofagus sangat licin karena mengandung cairan mucus yang

dihasilkan sel-sel yang terdapat di dindingnya.1,6-7

Gaster

Trauma Tumpul Toraks dan Abdomen 12

Page 13: Trauma Tumpul Toraks Dan Abdomen - Clement

Gaster adalah saluran pencernaan yang mempunyai beberapa fungsi antara lain yaitu

menyimpan makanan yang pada orang dewasa dapat mencapai 1500 ml, mencampur makanan

dengan getah lambung sehingga makanan berubah menjadi kimus, dan mengatur waktu

pelapasan kimus ke usus halus (duodenum) sehingga proses pencernaan dan penyerapan berjalan

maksimal. Gaster terletak pada dinding abdomen yang terbentang dari arcus costa sinistra sampai

regio umbilicalis. Secara kasar gaster berbentuk seperti huruf J yang mempunyai 2 lubang yaitu

ostium cardiacum yaitu lubang untuk masuknya makanan kedalam gaster dan ositum pyloricum

untuk keluarnya makanan dari gaster. Gaster mempunyai 2 curvutura yaitu curvutura major dan

curvutura minor, dan juga mempunyai 2 permukaan yaitu facies anterior dan facies posterior.

Gaster relatif terfiksasi pada kedua ujungnya, tetapi di antara ujung-ujung tersebut gaster

sangat mudah bergerak. Gaster cenderung terletak tinggi dan transver- sal pada orang pendek dan

gemuk (gaster steer-horn) dan memanjang vertikal pada orang yang tinggi dan kurus (gaster

berbentuk huruf J). Bentuk gaster sangat berbeda-beda pada orang yang sama dan tergantung

pada isi, posisi tubuh, dan fase pernapasan.

Gaster dibagi menjadi bagian-bagian yaitu fundus gastricum berbentuk kubah, menonjol

ke atas dan terletak di sebelah kiri ostium cardiacum. Biasanya fundus berisi penuh udara.

Corpus gastricum terbentang dari ostium cardiacum sampai incisura angularis, suatu lekukan

yang selalu ada pada bagian bawah curvatura minor. Anthrum pyloricum terbentang dari incisura

angularis sampai pylorus. Pylorus merupakan bagian gaster yang berbentuk tubular. Dinding otot

pylorus yang tebal membentuk musculus sphincter pyloricus. Rongga pylorus dinamakan canalis

pyloricus.

Curvatura minor membentuk pinggir kanan gaster dan terbentang dari ostium cardiacum

sampai pylorus. Curvatura minor digantung pada hepar oleh omentum minus. Curvatura major

jauh lebih panjang dibandingkan curvatura minor dan terbentang dari sisi kiri ostium cardiacum,

melalui kubah fundus, dan sepanjang pinggir kiri gaster sampai ke pylorus. Ligamentum

gastrolienale terbentang dari bagian atas curvatura major sampai ke lien, dan omentum majus

terbentang dari bagian bawah curvatura major sampai ke colon transversum.

Trauma Tumpul Toraks dan Abdomen 13

Page 14: Trauma Tumpul Toraks Dan Abdomen - Clement

Ostium cardiacum merupakan tempat oesophagus masuk ke gaster. Walaupun secara ana-

tomis tidak ada sphincter, tetapi terdapat mekanisme fisiologis yang mencegah regurgitasi isi

lambung ke dalam oesophagus.

Ostium pyloricum dibentuk oleh canalis pyloricus yang panjangnya sekitar 1 inci (2,5

cm). Tunica muscu- laris stratum circulare yang meliputi gaster jauh lebih tebal di daerah ini dan

membentuk musculus sphincter pyloricus secara anatomis dan fisiologis. Pylorus terletak pada

planum transpyloricum, dan posisi- nya dapat dikenali dengan adanya sedikit kontriksi pada

permukaan lambung. Musculus sphincter pyloricus me- ngatur kecepatan pengeluaran isi gaster

ke duodenum.

Tunica mucosa gaster tebal, mengandung banyak pembuluh darah, dan terdiri atas

banyak lipatan (plica gastrice) atau rugae, yang arahnya terutama longitudinal. Plica gastricae

menjadi licin bila gaster teregang.

Tunica muscularis gaster mengandung stratum longitudinale, stratum circulare, dan tunica

muscularis fibrae obliquae. Stratum longitudinale terletak paling superficial dan paling ba- nyak

di sepanjang curvatura. Stratum circulare yang letaknya lebih dalam mengelilingi corpus

gastricum dan menjadi sangat tebal pada pylorus untuk membentuk musculus sphincter

pyloricus. Tunica muscularis stratum circulare sangat jarang ditemukan pada daerah fundus.

Fibrae obliquae membentuk lapisan tunica muscularis yang paling dalam. Fibrae obiquae

melingkari fundus dan berjalan turun sepanjang paries anterior dan posterior, berjalan paralel

dengan curvatura minor.6-7

Usus Halus (Intestinum Tenue)

Usus halus terbagi menjadi 3 bagian yaitu duodenum, jejenum, dan ileum.

Duodenum

Ostium pyloricum dibentuk oleh canalis pyloricus yang panjangnya sekitar 1 inci

(2,5 cm). Tunica muscularis stratum circulare yang meliputi gaster jauh lebih tebal di

daerah ini dan membentuk musculus sphincter pyloricus secara anatomis dan fisiologis.

Pylorus terletak pada planum transpyloricum, dan posisinya dapat dikenali dengan

Trauma Tumpul Toraks dan Abdomen 14

Page 15: Trauma Tumpul Toraks Dan Abdomen - Clement

adanya sedikit kontriksi pada permukaan lambung. Musculus sphincter pyloricus me-

ngatur kecepatan pengeluaran isi gaster ke duodenum.

Tunica mucosa gaster tebal, mengandung banyak pembuluh darah, dan terdiri atas

banyak lipatan (plica gastricae) atau rugae, yang arahnya terutama longitudina. Plica

gastricae menjadi licin bila gaster teregang.

Tunica muscularis gaster mengandung stratum longitudinale, stratum circulare, dan

tunica muscularis fibrae obliquae. Stratum longitudinale terletak paling superficial dan

paling banyak di sepanjang curvatura. Stratum circulare yang letaknya lebih dalam

mengelilingi corpus gastricum dan menjadi sangat tebal pada pylorus untuk membentuk

musculus sphincter pyloricus. Tunica muscularis stratum circulare sangat jarang

ditemukan pada daerah fundus. Fibrae obliquae membentuk lapisan túnica muscularis

yang paling dalam. Fibrae obiquae melingkari fundus dan berjalan turun sepanjang paries

anterior dan posterior, berjalan paralel dengan curvatura minor. Duodenum terletak pada

regio epigastrica dan umbilicalis dan untuk tujuan deskripsi dibagi menjadi empat bagian.

Pars Superior Duodenum. Pars superior duodenum panjangnya 2 inci, mulai dari

pylorus dan berjalan ke atas dan belakang pada sisi kanan vertebra lumbalis I. Jadi bagian

ini terletak pada planum transpyloricum.

Pars Descendens Duodenum. Bagian kedua duodenum panjangnya 3 inci (8 cm)

dan berjalan vertikal ke bawah di depan hilum renale dextra, di sebelah kanan

vertebrae lumbales II dan III. Kira-kira pertengahan arah ke bawah, pada rnargo rnedialis,

ductus choledochus dan ductus pancreaticus menembus dinding duodenum. Kedua ductus

ini berga- bung untuk membentuk ampula hepatopancreatica yang akan bermuara pada

papilla duodeni major.

Pars Horizontalis Duodenum. Pars horizontalis denum panjangnya 3 inci (8 cm)

dan berjalan horizontal ke kiri pada planum subcstale, berjalan di columna vertebralis dan

mengikuti pinggir bawah put pancreatis.

Pars ascencens duodenum panjanganya 2 inci (5 cm) dan berjalan keatas dan

kekiri ke fleksura duodenojejunalis. Fleksura ini diikat oleh ligamentum suspensorium

treitz yang melekat pada crus dextrum diaphragma.

Trauma Tumpul Toraks dan Abdomen 15

Page 16: Trauma Tumpul Toraks Dan Abdomen - Clement

Jejunum

Merupakan bagian penghubung antara duodenum dan ileum. Di dalam usus ini, makanan

mengalami pencernaan secara kimiawi oleh enzim yang dihasilkan dinding usus. Getah

usus yang dihasilkan mengandung lendir dan berbagai macam enzim yang dapat

memecah makanan menjadi lebih sederhana

Ileum

Memiliki permukaan dalam berupa jonjot (vilus) yang berlipat-lipat sehingga efektif

untuk penyerapan zat.Ada sekitar 1000 mikrovili dalam tiap sel. Dinding tersebut juga

mengeluarkan mucus. Pada ileum, terdapat penyerapan sari makanan. Penyerapan yang

ada di ileum merupakan pencernahan hampir semua macam dari asupan makanan.1,2,6

Coecum

Coecum adalah bagian dari intestinum crassum. Coecum merupakan batas antara ileum dan

intestinum crassum. Coecum merupakan kantong buntu yang terletak pada regio inguinalis

dextra. Panjang coecum sekitar 2,5 inci (6 cm) dan semua bagian diliputi oleh peritoneum.

Lipatan peritoneum pada coecum membentuk recessus ileocaecalis superior, recessus

ileocaecalis inferior, dan recessus retrocaecalis.

Seperti pada colon, stratum longitudinale tunica muscularis terbatas pada tiga pita tipis yaitu

taenia coli yang bersatu pada dasar appendix vermiformis dan membentuk stratum longitudinale

tunica muscularis yang sempurna pada appendix vermiform. Caecum sering teregang oleh gas

dan dapat diraba melalui dinding anterior abdomen pada orang hidup. Pars terminalis ileum

masuk ke intestinum crassum pada tempat pertemuan caecum dengan colon ascendens.

Lubangnya mempunyai dua katup yang membentuk sesuatu yang dinamakan papilla ilealis.

Appendix vermiformis berhubungan dengan rongga caecum melalui lubang yang terletak di

bawah dan belakang ostium ileale.2,7

Appendix Vermiformis

Trauma Tumpul Toraks dan Abdomen 16

Page 17: Trauma Tumpul Toraks Dan Abdomen - Clement

Appendix vermiformis adalah organ sempit, berbentuk tabung yang mempunyai otot dan

mengandung banyak jaringan limfoid. Panjang appendix vermiformis bervariasi dari 3-5 inci (8-

13 cm). Dasarnya melekat pada permukaan posteromedial coecum di bawah junctura ileocosalis.

Semua bagian dari appendix diliputi oleh peritoneum dan melekat pada bagian bawah dari

intestinum tenue yang disebut mesoappendix.

Umbai cacing atau apendix adalah organ tambahan pada usus buntu. Infeksi pada organ ini

disebut apendisitis atau radang umbai cacing. Apendisitis yang parah dapat menyebabkan

apendiks pecah dan membentuk nanah di dalam rongga abdomen atau peritonitis (infeksi rongga

abdomen). 6,7

Intestinum Crassum

Panjang colon transversum sekitar 15 inci (38 cm) dan berjalan menyilang abdomen,

menempati regio umbilicalis. Colon transversum mulai dari flexura coli dextra di bawah lobus

hepatis dexter dan tergantung ke bawah oleh mesocolon transversum

dari pancreas. Kemudian colon transversum berjalan ke atas sampai flexura coli sinistra di bawah

lien. Flexura coli sinistra lebih tinggi daripada flexura coli dextra dan digantung ke diaphragma

oleh ligamentum phrenicocolicum.

Mesocolon transversum, menggantungkan colon transversum dari facies anterior

pancreas. Mesocolon transversum dilekatkan pada pinggir supe-rior colon transversum, dan

lapisan posterior omentum majus dilekatkan pada pinggir inferior. Karena mesocolon

transversum sangat panjang, posisi colon transversum sangat bervariasi dan kadang-kadang

dapat mencapai pelvis.

Colon descendens sekitar 10 inci (25 cm) dan ik di kuadran kiri atas dan bawah. Colon

ini berjalan ke bawah dari flexura coli sinistra di pinggir pelvis, di sini colon transversum

melanjutkan diri menjadi colon sigmoideum. Peritoneum meliputi permukaan depan dan sisi-

sisinya serta menggabungkannya dengan dinding posterior abdomen. 6,7

Hepar

Trauma Tumpul Toraks dan Abdomen 17

Page 18: Trauma Tumpul Toraks Dan Abdomen - Clement

Hepar terutama mengisi hipokondrium kanan namun lobus kiri mencapai epigastrium.

Permukaan atasnya yang berkubah (diafragmatik) berbatasan dengan diafragma dan batas

bawahnya mengikuti kontur margin kosta kanan. Secara anatomis hepar terdiri dari lobus kanan

yang besar, dan lobus kiri yang lebih kecil. Keduanya dipisahkan di antero-superior oleh

ligamentum falsiforme dan di postero-inferior oleh fisura sagitalis sinistra untuk ligamentum

venosum dan ligamentum teres hepatis.

Tepi bawah hati berjalan ke lateral sepanjang lengkung iga. Dari titik di mana garis

medioklavikular memotong garis iga kedelapan, tepi hati berjalan miring melalui daerah perut

bagian atas (epigastrium) ke kiri. Sebagian besar hati tertutup oleh peritoneum, tetapi di

posterior, hati bergabung dengan sentrum tendineum diafragma pada bagian ‘area telanjang’ atau

bare area.

Permukaan diafragmatik terdapat ikat falsiform hati membagi permukaan anterior hati

secara superfisial menjadi bagian kanan dan bagian kiri hati. Ikat ini melekat pada permukaan

dalam dinding perut dan tepi bawahnya melekat pada ikat teres hepatis dan membentang sampai

ke pusat. Ikat falsiform membentuk ikat-ikat triangular pada permukaan superior hati di bawah

diafragma. Ikat triangular kiri berjalan di dalam kabel jaringan ikat, apendiks fibrosa. Ikat

triangular kanan membentuk sebuah sudut tumpul yang lipatan posteriornya membentuk ikat

hepatorenal. Ikat falsiform, ikat-ikat triangular, dan ikat hepatorenal bersama-sama membentuk

ikat koronar.

Permukaan viseral terdapat porta hepatis, pintu gerbang ke dalam hati antara lain arteri

hepatika propria, duktus koledokus, dan vena porta membentuk hubungan silang antara alur-alur

sagital yang bersama membentuk huruf H. Alur-alur sagital kiri mengandung sisa-sisa pembuluh

janin. Di anterior terdapat lig teres hepatis dan sisa vena umbilikalis sinistra yang berfungsi

mengalirkan kembali darah yang mengandung oksigen dari plasenta ke fetus. Di posterior

terdapat lig venosum dan sisa duktus venosus yang berfungsi sebagai jalan pintas yang

mempersingkat aliran darah dari vena umbilikalis sinistra langsung ke vena kava inferior tanpa

melalui hepar. Alur-alur sagital kanan mengandung kandung empedu di anterior dan di posterior

terdapat vena kava inferior .Vena kava inferior berjalan ke diafragma di belakang peritoneum di

dalam daerah telanjang. Lobus kuadratus menonjol di depan porta hepatis dan lobus kaudatus

terletak di belakangnya. Permukaan bawah bagian kiri hati memiliki jejak lambung. Permukaan

Trauma Tumpul Toraks dan Abdomen 18

Page 19: Trauma Tumpul Toraks Dan Abdomen - Clement

bawah bagian kanan memiliki jejak-jejak fleksura duodenum superior, ginjal, kelenjar adrenal,

dan fleksura kolon kanan.6,7

Kandung Empedu

Vesika felea adalah kantong berdinding tipis, berbentuk buah pir, panjangnya 8-12 sentimeter

dan 4-5 sentimeter (lebar), dan dapat menyimpan 30-50 ml cairan. Kandung empedu terletak

pada sebuah lekuk di hati dan melekat pada hati dengan perantaraan jaringan ikat.

Kandung empedu terdiri dari fundus, korpus, dan kolum yang memiliki pintu ke duktus sistikus.

Pasokan darah kandung empedu berasal dari dua sumber yaitu arteri sistikus yang merupakan

cabang arteri hepatika dekstra dan cabang-cabang kecil aa. Hepatika yang melalui fossa dimana

terletak kandung empedu. Meskipun demikian, tidak ada vena sistikus, drainase vena terjadi

melalui vena-vena kecil yang melewati alas kandung empedu.6,7

Pankreas

Pankreas memiliki kaput, kolum, korpus, dan kauda. Pankreas merupakan organ

retroperitoneal yang terletak kira-kira sepanjang bidang transpilorik. Kaput terikat di lateral oleh

duodenum yang melengkung dan kauda memanjang ke hilus lien pada lig lienorenale. Kantung

minor dan lambung adalah batas anterior pankreas. Pembuluh darah mesenterika superior lewat

di belakang pankreas.

Duktus pankreatikus (Wirsungi) utama berjalan sepanjang kelenjar, akhirnya

mengalirkan sekresi pankreas ke ampula Vateri, bersama dengan duktus biliaris komunis, dan

kemudian menuju bagian kedua duodenum. Duktus aksesorius (Santorini) mengalirkan sekresi

pankreas dari posesus unsinata pankreas, memiliki pintu agak di proksimal ampula ke bagian

kedua duodenum.

Kaput pankreas mendapat pasokan darah dari aa. Pankreatikoduodenalis superior dan

inferior. A.lienalis berjalan di sepanjang batas atas korpus pankreas yang menerima darah

darinya melalui cabang besar a. pankreatika magna.6,7

Trauma Tumpul Laring

Trauma Tumpul Toraks dan Abdomen 19

Page 20: Trauma Tumpul Toraks Dan Abdomen - Clement

Trauma tumpul yang langsung mengenai laring biasanya terjadi akibat kecelakaan lalu

lintas, kecelakaan kerja, atau olahraga seperti karate. Perhatikan kemungkinan juga terjadinya

trauma tulang belakang servikal. Trauma tumpul laring dapat mengakibatkan hematoma

submukosa. Gejalanya berupa nyeri daerah laring, batuk, sesak napas, gangguan menelan, dan

suara serak/lemah/hilang. Gejala utama trauma tumpul laring yaitu berupa stridor, emfisema

subkutis, hematoma, ekimosis, nyeri tekan laring, gerakan pita suara terganggu, hilangnya

petanda anatomis laring, dan krepitasi tulang. Hematoma yang ringan dibiarkan resorbsi spontan,

sedangkan yang besar apalagi menyebabkan obstruksi jalan napas perlu ditangani dengan

trakeostomi, dan selanjutnya diusahakan mengeluarkan bekuan darah. Laserasi mukosa dan pita

suara biasanya menyertai fraktur tulang rawan tiroid. Tulang rawan tiroid biasanya difiksasi,

sedangkan laserasi mukosa diperbaiki.

Fraktur laring kadang dilupakan karena pada mulanya mungkin berlangsung tanpa

keluhan nyeri setempat. Sesak napas terjadi bila fraktur disertai hmatoma submukosa atau

emfisema. Pada pemeriksaan ditemukan sesak napas, keluar dahak campur darah, dan nyeri

laring saat menolehkan kepala. Pada laringoskopi lansung atau tidak langsung tampak darah,

jaringan yang memar, atau deformitas. Pemeiksaan CT-Scan dapat membantu mengetahui

adanya fraktur laring. Fraktur tertutup yang ringan tanpa robekan mukosa laring harus diaamati

dahulu untuk meyakinkan bahwa tidak terjadi udem atau hematoma di jaringan laring yang dapat

menybabkan obstruksi. Bila tulang rawan tidoir pecah berkeping-keping, dilakukan trakeotomi

sekaligus pemasangan bidai lunak yang diletakan di dalam lumen laring yang difiksasi. Fragmen

direposisi dan dijahit pada perikondriumnya. Cedera laring daapt menimbulkan komplikasi

berupa stenosis laring akibat penyembuhan yang meembentuk jaringan parut, kualitas suara yang

jelek, dan kontraktur luka. Selain itu granuloma intubasi dapat tterjadi sebagai komplikasi

pemasangan pipa endotrakea yang lama sehingga perlu penanganan konservatif.8-12

Trauma Leher

Trauma leher dapat mengakibatkan luka terbuka atau luka tertutup. Penyebabnya dapat

karena tinju, pukulan karate, bacokan, kecelakaan lalu lintas, atau tusukan benda tajam. Trauma

leher dapat membuat cedera saluran napas, saluran pencernaan, pembuluh darah besar, atau

Trauma Tumpul Toraks dan Abdomen 20

Page 21: Trauma Tumpul Toraks Dan Abdomen - Clement

syaraf. Untuk kepentingan klinik, leher dibagi atas 3 zona antara lain zona 1 antara apertura

toraks superior dan kartilago krikoid, zona 2 antara kartilago krikoid dan angulus mandibulae,

dan zona 3 antara angulus mandibulae dan dasar tengkorak.

Trauma pada zona 1 dapat mengenai av.subklavia, v.brakiosefalika, a.karotis komunis,

dan v.jugularis interna. Trauma pada zona 2 dapat mengenai a.karotis dan vertebralis, v.jugularis

interna, faring, laring, trakea, esofagus, tulang servikal. Trauma pada zona 3 dapat mengenai

glandula parotis, esofagus, trakea, tulang servikal, a.karotis, v.jugularis, dan n.IX-XII. Luk

terbuka di jalan napas sangat berbahaya karena pendarahannya dapat masuk ke saluran napas dan

menyebabkan hipoksia atau asfiksia. Tinggi rendahnya trauma menentukan organ mana yang

mungkin terkena. Luka yang tinggi biasanya karena bunuh diri, luka bacok lebih rendah.

Terpotongnya pembuluh darah besar dapat mengakibatkan eksanguinasi dan sering penderita

telah meninggal sebelum datang ke rumah sait sebagian besar trauma tumpul dapat diterapi

konservatif, sedangkan trauma tembus perlu dilakukan eksplorasi dengan pembedahan. Trauma

leher zona 1 berhuubungan dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi.8-12

Trauma kelenjar liur

Cedera pada kelenjar liur bisa berasal dari intraoral atau dari luar akibat luka tajam maupun

tumpul. Kelenjar parotis paling sering cedera biasanya bersamaan dengan struktur sekitarnya

termasuk n.fasialis, duktus stensen, atau zigoma. Cedera duktus dijahit disertai pemasangan

kateter halus untuk mencegah fistel liur, dan cabang n.fasiaslis juga dijahit kembali. Setiap cabag

dari kelima cabang tepi n.fasialis harus diuji keutuhannya, untuk mencegah cacat paralisis

cabang n.fasialis. cedera n.aurikulatemporalis di depan telingan emnyeabkan terjadinya sindrom

frey yang ditandai berkeringat hebat dan kemerahan setempat di daerah parotis setelah

pemasangan kelenjar liur sewaktu menghadap makanan atau minuman. Oleh karena itu kelainan

ini disebut juga berkeringat gustatorius. Kadang sindrom frey dikacaukan dengan fistel liur

karena keringat banyak sekali.8-12

Trauma tumpul Toraks

Pada trauma dada, peneyebab cedera harus ditentukan dahulu, kemudian baru dtentukan

macamnya baik tajam maupun tumpul. Trauma dada, yang umumnya berupa trauma tumpul

ebanyakan disebabkan kecelakaan lalu lintas. Trauma tajam terutama disebabkan oleh tikaman

Trauma Tumpul Toraks dan Abdomen 21

Page 22: Trauma Tumpul Toraks Dan Abdomen - Clement

dan tembakan. Cedera dada sering disertai dengan cedera perut, kepala, dan ekstremitas sehingga

merupakan cedera majemuk. Cedera dada memerlukan tindakan darurat adalah obstuksi jalan

napas, hemotoraks berat, tamponade jantung, pneumotoraks desak, flail chest, penumotoraks

terbuka, dan kebocoran udara trakea bronkus.

Semua kelainan ini menyebabkan gawat dada akut yang analog dengan gawat perut akut,

dalam arti diagnosis harus ditegakan secepat mungin dan penanganan dilakukan segera untuk

mempertahankan pernapasan, ventilasi paru, dan pendarahan. Sering kali tindakan ang

diperlukan untuk menyelamatkan oenderita bukan tindakan operasi seperti pembebeasan jalan

napas, aspirasi rongga pelura, aspirasi rongga perikardium, dan penutupan luka sementara. Luka

tembus dada harus segera ditutup dengan jahitan kedap udara. Tindakan darurat yang perlu

dilakukan ialah pembebasan jalan napas, pemberian napas buatan dan ventilasi paru, pemantauan

aktivitas jantung serta peredaran darah. Tindakan darurat juga mencakup pungsi rongga dada

pada pneumotoraks desak, aspirasi hemotoraks masif, dan aspirasi perikard jika hematoperikard

menyebabkan tamponade jantung. Selanutnya harus dilakukan pemeriksaan roentgent toraks

pada sikap penderita duduk dengan arah dan sinar mendapat agar permukaan cairan jika ada

menjadi tampak. Bila keadaan umum tidak memungkinkan penderita duduk, ia dibaringkan pada

sisi kiri atau kanan.

Pada penanganan trauma toraks, diperlukan tindakan operatif bila ditemukan adanya

trauma tembus dan eksplorasi rongga dada bila diperlukan. Sumber perdarahan harus didiagnosis

seakurat mungkin, seperti trauma pada dinding rongga dada, trauma pada paru, mediastium, dan

diafragma. Eksplorasi rongga dada juga sangat berguna dalam penanganan hematotoraks dan

kebocoran udara yang persisten, karena jika keadaan t ersebut tidak ditangani dengan baik, angka

kematian, waktu meninggal dirumah sakit, dan sekuele akan meningkat. Selain torakotomi

konvensional, video assisted thoracic surgery dapat digunakan untuk mendiagnosis dan

mengkoreksi keadaan diatas.

Diagnosis patah tulang iga berdasarkan gejala dan tanda nyeri lokal yang timbul berupa

nyeri kompresi kiri kanan atau muka belakang dan nyeri pada gerak napas. Pada patah tulang iga

dapat berupa patah fraktur tunggal atau multipel. Jika multipel, bentuk dan gerak dada mungkin

masih memadai, tetapi mungkin tidak contohnya pernapasan paradoks pada patah tulang iga.

Pada patah tulang iga multipel, dinding biasanya akan tetap stabil. Fraktur tulang iga tunggal

Trauma Tumpul Toraks dan Abdomen 22

Page 23: Trauma Tumpul Toraks Dan Abdomen - Clement

atau majemuk dengan gerak dada yang masih memadai dan teratur ditangani dengan analgesik.

Nyri harus dihilangkan untuk menjamin adekuatnya pernapasan atau mencegah penumonia

akiibat tidak memadainya gerak napas dan terganggunya batuk akibat menahan nyeri. Jika

alagetik tidak menghilangkan rasa nyeri, harus dilakukan anastesia blok interkostal yang meliputi

segmen di kaudal dan kranial iga yang patah.

Pemasangan bidai rekat tidak bermamfaat walauun memberi rasa aman kepada penderita.

Bidai rekat ini mengganggu pengembangan rongga dada, mengganggu gerakan napas,dan dapat

menyebabkan dermatitis dan efek mengurangi nyerinya tidak lebih baik daripada analgesik.

Jarang ditemukan dislokasi karena iga terbungkus periosteum yang kuat dan otot. Karena

pendarahan tulan iga baik, penyembuhan dan penyatuan tulang bbiasanya berjalan cepat.

Penyulit patah iga adalah pneumonia, penumotoraks, dan hematotoraks. Penumonia biasana

diseabkan oleh terganggunya gerak napas dan gerak batuk. Bila penderita tidak daapt batuk

untuk membersihan parunya, bronkopneumonia mudah terjadi. Penanganan terdiri dari

pemberian analgetik, antibiotik yang memadai, ekspektoran, dan fissioterapi. Pneumotoraks dan

hematotoraks terjadi karena tusukan dan patahan tulang pada pleura parietalis dan atas pleura

parietalis. Luka pleura parietalis dapat menyebabkan hematotoraks, sedangkan cedera pleura

viseralis menyebabkan hematotoraks atau penumotoraks. Iga 1 dan iga 2 jarang patah karena

selain merupakan tulang iga pendek, lebar, dan kuat, iga ini letaknya agak terlindungi. Patah

kedua iga ini haru dipandang berbahaya karena penderita pasti megalami cedera yang hebat

sehingga haus ditelusuri lebih lanjut untuk mencari adanya cedera jantung dan aorta.8-12

Pneumotoraks terjadi karena ada hubungan terbuka antara rongga dada dan dunia luar.

Hubungan ini mungkin melalui luka pada dinding dada yang menembus pleura parietalis atau

plera viseralis. Jika luka penyebab tetap tebuka paru akan menguncup karena elastisnya jaringan

paru dan karena tak adanya tekanan negatif yang menyedotnya keadaan ini disebut kolaps.

Gejala dan tanda klinis sama seperti penumotoraks spontan. Terapinya dilakukan pmasangan

penyalir sekat air seperti diutarakan pada pneumotoraks spontan. Jika terjadi mekanisme katup

pada luka di dinding toraks dan luka di pleura viseralis, timbul penumotoraks desak. Tekanan

dalam rongga pleura akan semakin tinggi karena penderita memaksa melakukan inspirasi kuat

untuk memperoleh asam, tetapi kemudian udaa tidak dapat diekspirasi keluar. Inspirasi paksaan

ini akan menambah tekanan sehingga semakin mendesak mediastinum ke sisi yang sehat dan

Trauma Tumpul Toraks dan Abdomen 23

Page 24: Trauma Tumpul Toraks Dan Abdomen - Clement

memperburuk keadaan umum karena paru yang sehat tertekan. Oleh karen pembuluh vena besar,

terutama v.kava inferior dan v.kava superior terdorong atau terlipat, darah tidak dapat kembali ke

jantung dan menyebabkan kematian. Dengan pungsi darurat rongga dada berupa tusukan

sederhana dengan jarum diantara iga 2, nyawa pendeita dapat diselamatkan. Pada penumotoraks

desak traumatik, dapat terjadi emfisema. Karea tingginya tekanan di rongga pleura, udara ditekan

masuk ke jaringan lunak melalui luka dan naik ke wajah. Leher dan wajah membengkak seperti

pada udem berat. Pada perabaan terdapat krpitasi yang mungkin meluas ke jaringan subkutis

toraks. Pada trauma dada, luka dada harus ditutup dengan perban untuk menghentikan kebocoran

udara sebaiknya dipakai kasa besar dan sterik yang diolesi vaselin steril. Pneumotoraks desak

harus segera dipungsi untuk mengeluarkan udara sehingga mediastinum kembali ke tempatnya,

kemudian dipasang penyalir sekat air dekan puncak rongga dada.

Pada hematotoraks tidak menimbukan nyeri selain dari luka yang berdarah didinding

dada. Puka di pleura viseralis umumnya juga tidak menimbulkan nyeri. Di dalam rongga dada,

dapat terkumpul banyak darah tanpa gejala yang menonjol. Kadang gejala dan tanda anemia atau

syok hipovolemik menjadi keluhan dan gejala yang pertama muncul. Diagnosis banding

hematotoraks adalah semua kelainan yang menyebabkan perdarahan dari sumber nontrauma di

rongga dada. Hematotoraks kecil yaitu tampak sebagai bayangan kurang dari 15% pada foto

roentgen cukup diobservasi dan tidak memerlukan tindakan khusus. Hematotoraks sedang aoti

tampak sebagai bayangan menutup 15-35% pada foto roentgen ditangani dengan pungsi dan

transfusi darah. Pada pungsi sedapat meungkin semua cairan dikeluarkan. Jika ternyata terjadi

kekambuhan, dipasanga penyalir sekat air. Hematotoraks besar lebih dari 35% ditangani dengan

penyalir air dan transfusi. Penyalit air dipasanga serendah mungkin pada dasar rongga dada

untuk mengosongkan rongga pleura dan memantau pendarahan. Peasangan penyalir dapat

dilakukan dengan atau tanpa trokar. Patah iga segera diperbaiki untuk menghentikan gerak

paradoks yang mengganggu pernapsan misalnya dengan menekan bagian iga yang patah atau

menariknay dengan traksi. Biasanya penderita mendapatkan ventilasi buatan dengan

menggunakan bantuan respirator sedapat mungkin dengan ventilasi bertekanan positif.8-12

Trauma tumpul pada jaringan paru mungkin menyebabkan kontusio jaringan paru. Pada

pemeriksaan fisik sering ditemukan kelainan. Penderita dapat mengalami batuk darah sebentar.

Pada pemeriksaan radiologik, tampak bayangan bercak di paru. Tidak ada terapi khusus

Trauma Tumpul Toraks dan Abdomen 24

Page 25: Trauma Tumpul Toraks Dan Abdomen - Clement

pencegahan infeksi memegang peranan penting. Bila penderita terus menerus batuk berdarah,

harus dicurigai cedera pembuluh darah besar sampai dibuktikan penyebab lain.

Trauma Tumpul Jantung

Trauma jantung dapat berupa trauma tumpul atau trauma tajam yang umumya trauma tusuk.

Keduanya dapat menyebabkan memar otot jantung, perdarahan ventrikel, dan tamponade

perikard. Trau,a jantung dapat pula mengakibatkan infark miokard atau defek sekat atrium dan

ventrikel. Trauma tumpul yang merusak sebagian dinding jantung dapat mengakibatkan gagal

jantung permanen. Tamponade perikard selalu ditandai dengan gejala klinis khas berupa trias

beck, yaitu hipotensi, suara jantung menjauh, bendungan vena leher, juga disertai dengan sesak

napas dan pulsus paradoksus. Pertolongan pertama yang harus dilakukan adalah pungsi perikard

dan penyaliran isi rongga perikard atau membuat jendela perikard. Trauma tumpul pada arteri

pada jantung dapat dibagi menjadi beberapa derajat.

Derajat 1 adalah roberkan tunika intimayang luas. Kelainan ini tidak menunjukan gejala

atau tanda setempat maupun perifer. Komplikasi lanjutannya adalah penyempitan lumen

arteri karena pembentukan trombus mungkin sampai terjadi stenosis arteri.

Penganggulangannya berupa reseksi dan anastomosis. Pada pembuluh besar kadang luka

tunika intima dapat dijahit kemali melalui ateriotomi. Penyembuhan trombus spontan

dapat terjadi karena rekanalisasi trombus.

Derajat 2 adalah terjadi robekan tunika intima dan tunika media disertai dengan

hematoma dan trombosis dinding arteri. Secara klinis tidak tampak pendarahan luar,

tetapi terjadi iskemia di distal. Komplikasi lanjut dapat berupa emboli arteri yang terjadi

akut. Bila terjadi diseksi dinding arteri dapat terbentuk aneurisma vena yang kadang

ruptur spontan. Tindak bedah yang diperlukan adalah reseksi dan anastomosis.

Derajat 3 adalah kerusakan seluruh tebal dinding arteri diikuti dengan tergulungnya

tunika intima dan media ke dalam lumen serta pembentukan trombus pada tunika

advensitisia yang utuh. Tidak tampak perdarahan luar, tetapi terdapat iskemia yang jelas

di distal. Komplikasi lanjut berupa trombosis, stenosis arteri total, dan ruptur spontan.

Penanganannya berupa reseksi dan interposisi cangkok vena atau prostesis pembuluh.

Trauma Tumpul Toraks dan Abdomen 25

Page 26: Trauma Tumpul Toraks Dan Abdomen - Clement

Trauma tumpul arteri sring menyertai patah tulang panjang maka pada trauma tulang

panjang yang disertau gangguan vaskular perlu diingat kemungkinan adanya trauma tumpul

arteri. Trauma tulang yang sernig menimbulkan trauma arteri adalah patah tulang femur,

patah tulang humerus di suprakondiler, dan luksasi lutut.8-12

Trauma Tumpul Abdomen

Mekanisme terjadinya trauma pada trauma tumpul disebabkan adanya deselerasi cepat

dan adanya organ-organ yang tidak mempunyai kelenturan (non complient organ) seperti hati,

lien, pankreas, dan ginjal. Secara umum mekanisme terjadinya trauma tumpul abdomen

disebabkan kompresi dan deselerasi. Kompresi rongga abdomen oleh benda-benda terfiksasi,

seperti sabuk pengaman atau setir kemudi akan meningatkan tekanan intraluminal dengan cepat,

sehingga mungkin menyebabkan ruptur usus, atau pendarahan organ padat. Gaya deselerasi

(perlambatan) akan menyebabkan tarikan atau regangan antara struktur yang terfiksasi dan yang

dapat bergerak. Deselerasi dapat menyebabkan trauma pada mesenterium, pembuluh darah besar,

atau kapsul organ padat, seperti ligamentum teres pada hati. Organ padat, seperti limpa dan hati

merupakan jenis organ yang tersering mengalami luka setelah trauma tumpul abdomen terjadi.

Trauma kendaraan menjadi penyebab utama trauma tumpul abdomen pada populasi. Tabrakan

auto-to-auto dan auto-to-pedestrian menjadi penyebab 50-75% kasus. Etiologi umum lainnya

termasuk terjatuh dan kecelakaan industri atau rekreasi.

Limpa merupakan organg yang paling sering terluka pada trauma tumpul abdomen dan

trauma toraks kiri bagian bawah. Keadaan ini mungkin disertai kerusakan usus halus, hati, dan

pankreas. Penyebab utamanya adalah cedera langsung atau tidak langsung akibat kecelakaan lalu

lintas, terjatuh dari tempat tinggi, pada olahraga luncur dan olahraga kontak seperti judo, karate,

atau silat. Ruptur limpa lambat dapat terjadi dalam jangka waktu minggu dan beberapa hari

setalah terjadinya trauma. Pada separuh kasus, masa laten ini kurang dari 7 hari. Hal ini terjadi

karena ada laserasi kecil yang menyebabkan tamponade atau terbentuk hematom subkapsular

yang membesar secara lambat dan kemudian pecah. Trauma yang terjadi pada sewaktu operasi

dapat terjadi pada operasi abdomen bagian atas umpamanya karena alat penarik (retraktor) yang

dapat menyebabkan limpa terdorong atau ditarik terlalu jauh sehingga hilus atau pembuluh darah

sekitar hilus robek. Cedera iatrogenik juga dapat terjadi akibat pungsi limpa.

Trauma Tumpul Toraks dan Abdomen 26

Page 27: Trauma Tumpul Toraks Dan Abdomen - Clement

Trauma jaringan hati baik karena trauma tumpul maupun trauma tajam paling sering

terjadi setelah trauma limpa. Perlukaan pada hati dapat bersifat superfisial dan ringan, terjadi

dapat pula bersifat superfisial dan ringan, tetapi dapat pula bersifat laserasi dalam yang sangat

berat, menimbulkan kerusakan pada sistem saluran empedu ekstrahepatik. Oleh karena trauma

empedu tidak dapat dipisahkan trauma hati, selanjutnya digunakan trauma hepatobilier. Berat

ringannya kerusakan akibat trauma pada sistem hepatobilier bergantung pada jenis trauma,

penyebab, kekuatan, dan arah datangnya trauma. Lebih dari 50% trauma berat hepatobilier

disertai organ intrabdominal lainnya, mortalitas berbanding lurus dengan jumlah organ lainnya

yang terkena. Yang paling sering cedera bersama hati adalah organ intratoraks yaitu jantung,

paru, diafragma, disusul dengan lambung, ginjal, usus haluls, limpa, pankreas, dan pembuluh

darah besar. Perlukaan parenkim hati yang superfisial dan dalam kadang sulit dibedakan.

Komplikasi yang dapat terjadi adalah perdarahan, infeksi, kebocoran empedu, dan hemobilia.

Hemobilia traumatik adalah perdarahan ke dalam saluran empedu karena cedera. Secara umum

hemobilia dapat disebabkan oleh trauma, infeksi, batu empedu, aneurisma, atau tumor. Trauma

tumpul akibat kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab utama hemobilia. Perdarahan setelah

traum ahati yang terjadi di parenkim hati sampai hati utuh atau simpai yang telh dijahit selama

embedahan dapat menyebabkan hemobilia. 8-12

Pemeriksaan Penunjang

Blood typing

Pada pasien trauma harus dilakukan pengecekan golongan darah dan cross-match, sebagai

antisipasi jika sewaktu-waktu diperlukan transfusi, terlebih pada pasien dengan perdarahan

yang mengancam jiwa.

Hematokrit/Darah lengkap Serial

Hematocrit dapat berguna sebagai dasar penilaian pada pasien trauma abdomen, terlebih

untuk jika diukur secara berkala untuk melihat perdarahan yang terus berlangsung.

Hitung leukosit

Trauma Tumpul Toraks dan Abdomen 27

Page 28: Trauma Tumpul Toraks Dan Abdomen - Clement

Pada trauma tumpul abdomen akut, hitung leukosit tidak spesifik. Ephinefrin yang

dilepaskan tibuh pada saat trauma dapat menyebabkan demarginasi dan dapat meningkatkan

jumlah leukosit mencapai 12000-20000/mm3 dengan pergeseran ke kiri yang moderat.

Enzim pankreas

Kadar amilase dan lipase dalam serum tidak terlalu memiliki arti penting untuk menunjang

diagnostik. Kadar amilase dan lipase yang normal dalam serum tidak dapt menyingkirkan

kecurigaan adanya trauma pankreas. Peningkatan mungkin mengarah pada cedera pankreas,

tapi juga mungkin dari cedera abdomen non pankreas. Jika ada kecurigaan cedera pankreas,

masih diperlukan pemeriksaan lebih lanjut, misal CT scan.

Tes fungsi hati

Cedera hepar bisa meningkatkan kadar transaminase dalam serum, akan tetapi peningkatan

ini tidak akan terjadi pada konstitusi minor. Pasien denagn komorbid seperti pada pasien

dengan alcohol induced liver disease bisa memiliki kadar transaminase yang abnormal.

Analisis toksikologi

Skrining rutin penyalahgunaan obat dan alkohol belum dilakukan pada penatalaksanaan

trauma tumpul abdomen, terlebih pada pasien dengan status mental normal.

Urinalisis

Gross hematuri mengarah pada adanya cedera ginjal serius dan membutuhkan investigai

yang lebih lanjut. Diperlukan juga pemeriksaan terhadap adanya hematuri mikro yang dapat

mengindikasikan cedra serius. Oleh karena itu, penting dialakukan pemeriksaan mikroskopik

atau urinalisis dipstick pada semua pasien trayma tumpul abdomen. Adanya nyeri abdomen

dan hematuri memiliki tingkat sensitifitas 64% dan 94% spesifik untuk cedera

intraabdominal yang telah dibuktikan melalui CT scan. 8-12

Pemeriksaan Radiologi

Tes radiologi dapat menyampaikan informasi penting untuk penatalaksanaan pasien

trauma tumpul abdomen. Pemeriksaan radiologi diindikasikan pada pasien stabil, jika dari

pemeriksaan fisik dan lab tidak bisa disimpulkan diagnosik.

Trauma Tumpul Toraks dan Abdomen 28

Page 29: Trauma Tumpul Toraks Dan Abdomen - Clement

Pasien yang tidak kooperatif, dapat mengganggu hasil tes radiologi dan dapat beresiko

mengalami cedera spinal. Penyebab dari pasien yang tidak koopertatif ini harus dievaluasi,

misalnya karena hipoksia atau cedera otak. Demi kelancaran, pasien tersebut dapat

dipertimbangkan untuk diberi sedatif.

Rontgen untuk screening adalah Ro-foto cervical lateral, thorax AP, dan pelvis AP

dilakukan pada pasien trauma tumpul dengan multitrauma. Rontgen foto abdomen 3 posisi

(telentang, setengah tegak dan lateral dekubitus) berguna untuk melihat adanya udara bebas di

bawah diafragma ataupun udara di luar lumen di retroperitoneum, yang kalau ada pada keduanya

menjadi petunjuk untuk dilakukannya laparotomi. Hilangnya bayangan psoas menunjukkan

adanya kemungkinan cedera retroperitoneal. Foto polos abdomen memiliki kegunaan yang

terbatas, dan sudah digantikan oleh CT-scan dan USG.

Computed Tomography ( CT-scan )

CT merupakan prosedur diagnostik yang memerlukan transport penderita ke scanner,

pemberian kontras oral maupun intravena, dan scanning dari abdomen atas bawah dan juga

panggul. Proses ini makan waktu dan hanya digunakan pada penderita dengan hemodinamik

normal. CT-scan mampu memberikan informasi yang berhubungan dengan cedera organ

tertentu dan tingkat keparahannya, dan juga dapat mendiagnosis cedera retroperitoneum dan

organ panggul yang sukar diakses melalui pemeriksaan fisik maupun DPL. Kotraindikasi

relatif terhadap penggunaan CT meliputi penundaan karena menunggu scanner, pendrita

yang tidak kooperatif, dan alergi terhdap bahan kontras.

Keuntungan CT-scan :

1. non invasive

2. mendeteksi cedera organ dan potensial untuk penatalaksanaan non operatif cedera hepar

dan lien

3. mendeteksi adanya perdarahan dan mengetahui dimana sumber perdarahan

Trauma Tumpul Toraks dan Abdomen 29

Page 30: Trauma Tumpul Toraks Dan Abdomen - Clement

4. retroperitoneum dan columna vetebra dapat dilihat

5. imaging tambahan dapat dilakukan jika diperlukan

Kelemahan CT-scan

1. kurang sensitif untuk cedera pankreas, diafragma, usus, dan mesenterium

2. diperlukan kontras intra vena

3. mahal

4. tidak bisa dilakukan pada pasien yang tidak stabil

Ultrasound

Ultrasound digunakan untuk mendeteksi adanya darah intraperitonum setelah terjadi

trauma tumpul. USG difokuskan pada daerah intraperitoneal dimana sering didapati

akumulasi darah, yaitu pada

1. kuadran kanan atas abdomen (Morison's space antara liver ginjal kanan)

2. kuadran kiri ats abdomen (perisplenic dan perirenal kiri)

3. Suprapubic region (area perivesical)

4. Subxyphoid region (pericardiumhepatorenal space)

Daerah anechoic karena adanya darah dapat terlihat paling jelas jika dibandingkan

dengan organ padat di sekitarnya. Banyak penelitian retrospektif menyatakan manfaat USG

pada pasien dengan hemodinamik yang stabil atau tidak stabil untuk mendeteksi adanya

perdarahan intraperitoneal. Beberapa RCT menunjukkan penggunaan FAST untuk diagnostik

akan menghasil pasien dengan hasil perawatan yang lebih baik.

Metode pemeriksaan ultrasound pada kasus trauma tumpul abdomen adalah FAST

(Focused Abdominal Sonogram for Trauma). Tujuan primer dari FAST adalah

mengidentifikasi adanyan hemoperitonium pada pasien dengan kecurigaan cidera intra-

abdomen. Indikasi FAST adalah pasien yang secara hemodinamik unstable dengan

kecurigaan cedera abdomen dan pasien-pasien serupa yang juga mengalami cedera ekstra-

abdominal signifikan (ortopedi, spinal, thorax, dll.) yang memerlukan bedah non-abdomen

emergensi.

FAST sebaiknya dilakukan oleh ahli bedah yang hadir pada saat itu di IGD/ ICU

sebagai prosedur bedside sementara resusitasi dapat terus berlangsung. FAST

Trauma Tumpul Toraks dan Abdomen 30

Page 31: Trauma Tumpul Toraks Dan Abdomen - Clement

direkomendasikan menggunakan 3,5 atau 5 MHz ultrasound sector transducer probe dan gray

scale ‘B mode’ ultrasound scanning.

Diagnostic Peritonial Lavage

Diagnostic Peritoneal Lavage memiliki peranan besar pada penatalaksanaan trauma

tumpul abdomen. DPL paling berguna pada pasien yang memiliki resiko tinggi cedera organ

berongga, terutama jika dari CT-scan dan USG hanya terdeteksi sedikit cairan, dan pada

pasien dengan demam yang nyata, peritonitis, atau keduanya. Keadaan ini berlangsung

selama 6-12 jam setelah cedera organ berongga. Indikasi adalah perubahan sensorium cedera

kepala, intoksikasi alkohol, penggunaan obat terlarang, perubahan perasaan – cedera jaringan

saraf tulang belakang, cedera pada struktur berdekatan – tulang iga bawah, panggul, tulang

belakang dari pinggang bawah (lumbar spine), pemeriksaan fisik yang meragukan.

Secara tradisional, DPL dilakukan melalui 2 tahap, tahap pertama adalah aspirasi darah

bebas intraperitoneal (diagnostic peritoneal tap,DPT). Jika darah yang teraspirasi 10 ml atau

lebih, hentikan prosedur karena hal ini menandakan adanya cedera intraperitoneal. Jika dari

DPT tidak didapatkan darah, lakukan peritoneal lavage dengan normal saline dan kirim

segera hasilnya ke laboratorium utuk dievaluasi

Pasien yang memerlukan laparotomy segera merupakan satu-satunya kontra indikasi

untuk DPL atau DPT. Riwayat operasi abdomen, infeksi abdomen, koagulopati, obesitas dan

hamil trimester 2 atau 3 merupakn kontra indikasi relatif.

Pada trauma tumpul abdomen, aspirasi darah sebanyak 10 ml atau lebih pada DPT

menunjukkan kecurigaan lebih dari 90% terhadap adanya cedera intaperitoneal. Jika hasil

lavage pasien yang dikirim ke lab menunjukkan RBC lebih dari 100.000/mm3 maka dapat

dikatakan positif untuk cedera intraabdominal. Jika hasil aspirasi positif dan adanya

peningkatan RBC pada lavage menunjukkan adanya cedera, terutama viscera padat dan

struktur vaskular, namun hal ini tidak cukup untuk mengindikasikan laparotomi.

Pada pasien dengan fraktur pelvis, harus diwaspadai adanya positif palsu pada DPL.

Walaupun demikian pada lebih dari 85% kasus, pasien fraktur pelvis dengan aspirasi positif

pada DPT mengindikasikan adanya cedera intraperitoneal. Aspirasi negatif pada pasien

fraktur pelvis dengan hemodinamik yang tidak stabil menunjukkan adanya perdarahan

retroperitoneal, jika demikian perlu dilakukan angiography dengan embolisasi.

Trauma Tumpul Toraks dan Abdomen 31

Page 32: Trauma Tumpul Toraks Dan Abdomen - Clement

Peningkatan WBC baru terjadi setelah 3–6 jam setelah cedera, sehingga tidak terlalu

penting pada interpretasi DPL. Peningkatan amilase juga tidak spesifik dan tidak sensitif

untuk cedera pankreas.8-12

Penatalaksanaan Pasien dengan hemodinamik tidak stabil

Pada pasien dengan hemodinamik tidak stabil yang mengarah pada kegawatdaruratan

dengan trauma abdominal yang nyata dengan hipotensi yang tidak responsive memerlukan

evaluasi klinis yang cepat dan resusitasi yang segera dengan penggantian volume. Jika pasien

yang tidak stabil tidak berespon terhadap resusitasi dan jika secara klinis terbukti atau mengarah

pada cedera abdominal, pasien harus segera dibawa ke ruang operasi tanpa imaging.

Selama upaya resusitasi, jika waktu dan keadaan memungkinkan, radiografi konvensional

dada dan abdomen sering dilakukan sebagai protokolo trauma. Ini dapat membantu

mengidentifikasi adanya pneumothorax, pneumoperitoneum atau cedera tulang. FAST dilakukan

oleh sinologist yang berpengalaman untuk mengecek cairan bebas intraperitoneal yang dapat

memberikan informasi dan yang mendukung keputusan untuk dilakukannya operasi secepatnya,

dengan tingkat false negative ≥15%. Jika hasil FAST jelek, misalnya kualitas gambar yang tidak

bagus, maka selanjutnya perlu dilakukan DPL. Jika USG dan DPL menunjukkan adanya

hemoperitoneum, maka diperlukan laparotomi emergensi. Hemoperitoneum pada pasien yang

tidak stabil secara klinis, tanpa cedera lain yang terlihat, juga mengindikasikan untuk dilakukan

laparotomi. Jika melalui USG dan DPL tidak didapati adanya hemoperitoneum, harus dilakukan

investigasi lebih lanjut terhadap lokasi perdarahan. Pada penatalaksanaan pasien tidak stabil

dengan fraktur pelvis mayor, harus diingat bahwa USG tidak bisa membedakan hemoperitoneum

dan uroperitoneum

X-ray dada harus dilakukan sebagai bagian dari initial evalutiaon karena dapat

menunjukkan adanya perdarah pada cavum thorax. Radiography antero-posterior pelvis bisa

menunjukkan adanya fraktur pelvis yang membutuhkan stabilisasi segera dan kemungkinan

dilakukan angiography untuk mengkontrol perdarahan. Bagi pasien yang resusitasinya berhasil

dapat dievaluasi dengan CT scan kontras sebelum operasi untuk mengidentifikasi luka potensial

yang tidak terdeteksi selama operasi. 8-12

Pasien dengan hemodinamik stabil

Trauma Tumpul Toraks dan Abdomen 32

Page 33: Trauma Tumpul Toraks Dan Abdomen - Clement

Penilaian klinis pada pasien trauma tumpul abdomen dengan kondisi sadar dan bebas

dari intoksikasi, pemeriksaan abdomen saja biasanya akurat tapi tetap tidak sempurna. Satu

penelitian prospective observational terhadap pasien dengan hemodinamik stabil, tanpa trauma

external dan dengan pemeriksaan abdomen yang normal, ternyata setelah dibuktikan melalui CT-

scan ditemukan sebanyak 7,1% kasus abnormalitas.

USG dan CT sering digunakan untuk mengevaluasi pasien trauma tumpul abdomen

yang stabil. Jika pada USG awal tidak terdeteksi adanya perdarahan intraperitoneal, maka perlu

dilakukan pemeriksaan fisik, USG, dan CT secara serial. Pemeriksaan fisik serial dilakukan jika

hasil pemeriksaan dapat dipercaya, misal pada pasien dengan sensoris normal, dan cedera yang

mengganggu. Penelitian prospective observational terhadap 547 pasien menunjukkan USG kedua

(FAST) yang dilakukan selama 24 jam dari trauma, meningkatkan sensitifitas terhadap cedera

intraabdominal.

Jika USG awal mendeteksi adanya darah di intraperitoneal, maka kemudian dilakukan

CT scan untuk memperoleh gambaran cedera intraabdominal dan menaksir jumlah

hemoperitoneum. Keputusan apakah diperlukan laparotomy segera atau hanya terapi non operatif

tergantung pada cedera yang terdetaksi dan status klinis pasien. CT abdominal harus dilakukan

pada semua pasien dengan hemodinamik stabil, tapi tidak untuk pasien dengan perubahan

sensoris dan status mental karena cedera kepala tertutup, intoksikasi obat dan alkohol, atau

cedera lain yang mengganggu. 8-12

Kesimpulan

Trauma tumpul sangat berbahaya bagi nyaw manusia karena dapat merusakk organ baik

pernapasan dan abdomen. Trauma tumpul paling sering disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas

Trauma Tumpul Toraks dan Abdomen 33

Page 34: Trauma Tumpul Toraks Dan Abdomen - Clement

dan pukulan. Pada pernapasan yang menyebabkan kegawatan adalah obstuksi jalan napas,

hemotoraks berat, tamponade jantung, pneumotoraks desak, flail chest, penumotoraks terbuka,

dan kebocoran udara trakea bronkus. Pada abdomen yang paling sering menyebabkan kegawatan

adalah limpa dan hati karena sering menyebabkan pendarahan. Penatalaksanaan yang tepat

sangat dibutuhkan untuk menyelamatkan nyawa pasien terutama pada kegawatdaruratan tersebut.

Daftar Pustaka

1. David M, Faiz O. Anatomy at a glance anatomy. United Kingdom: Blackwell Science;

2001.

2. Putz R, Pabst R. Sobotta atlas anatomi manusia. Jakarta: EGC; 2006.

3. Gunardi S. Anatomi sistem pernapasan. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2009.

4. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 2004.

5. Phillip A, Jeremy W, Charles M, Steven S. The cardiovascular system at a glance. United

Kingdom: Blackwell Science; 2008.

6. Keshav S. The gsatrointestinal system at a glance. United Kingdom: Blackwell Science;

2004.

7. Snell RS. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Edisi ke-6. Jakarta: ECG; 2006.

8. Sjamsuhidajat R, Jong WD. Buku ajar ilmu bedah. Edisi ke-3. Jakarta: EGC; 2010.

9. Townsend CM, Beauchamp RD, Evers BM, Mattox KL. Sabiston textbook of surgery:

The biological basis of modern surgical practice. Edisi ke-19. USA: Elsevier; 2012.

10. Brunicardi FC, Andersen DK, Billiar TR, Dunn DL, Hunter JG, Pollock RE. Schwartz’s

manual of surgery. Edisi ke-8. USA: McGraw-Hill; 2006.

11. Bland KI, Buchler MW, Csendes A, Garden OJ, Sarr MG, Wong J. General surgery.

Edisi ke-2. USA: Springer; 2010.

12. Abrams JH, Druck P, Cerra FB. Surgical Critical Care. USA: Taylor and Francis; 2011.

Trauma Tumpul Toraks dan Abdomen 34