TRAUMA OKULI

15
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Walaupun mata mempunyai sistem pelindung yang cukup baik seperti rongga orbita, kelopak, dan jaringan lemak retrobulbar selain terdapat selain terdapatnya reflek memejam atau mengedip, mata masih sering mendapat trauma dari dunia luar. Trauma dapat mengakibatkan kerusakan pada bola mata dan kelopak, saraf mata dan rongga orbita. Kerusakan mata akan dapat mengakibatkan atau memberikan penyulit sehingga mengganggu fungsi penglihatan. Trauma pada mata adalah penyebab paling umum kebutaan pada salah satu mata pada anak-anak dan dewasa muda, umur seperti itu sangat rentan terjadinya trauma pada mata. Dewasa muda terutama kau pria adalah yang paling sering terkena trauma pada mata, umumnya karena kecelakaan kerja, baterai yang meledak, olahraga misalnya sepak bola, rugby, kendaraan bermotor 3 . Trauma pada mata memerlukan perawatan yang tepat untuk mencegah terjadinya penyulit yang lebih berat dan akan mengakibatkan kebutaan 1 . Trauma yang dapat terjadi misalnya benda asing yang menempel di baah kelopak mata atas atau pada permukaan mata, terutama kornea. Trauma tumpul akibat objek yang cukup kecil dan tidak menyebabkan impaksi pada pinggir orbita (kok, bola, tutup botol sampanye merupakan beberapa contoh penyebab trauma. Perubahan tekanan mendadak dan Oleh: Muhammad Zikmal Fuad S.Ked

description

Refarat

Transcript of TRAUMA OKULI

Page 1: TRAUMA OKULI

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Walaupun mata mempunyai sistem pelindung yang cukup baik seperti rongga orbita,

kelopak, dan jaringan lemak retrobulbar selain terdapat selain terdapatnya reflek memejam

atau mengedip, mata masih sering mendapat trauma dari dunia luar. Trauma dapat

mengakibatkan kerusakan pada bola mata dan kelopak, saraf mata dan rongga orbita.

Kerusakan mata akan dapat mengakibatkan atau memberikan penyulit sehingga mengganggu

fungsi penglihatan.

Trauma pada mata adalah penyebab paling umum kebutaan pada salah satu mata pada

anak-anak dan dewasa muda, umur seperti itu sangat rentan terjadinya trauma pada mata.

Dewasa muda terutama kau pria adalah yang paling sering terkena trauma pada mata,

umumnya karena kecelakaan kerja, baterai yang meledak, olahraga misalnya sepak bola,

rugby, kendaraan bermotor3.

Trauma pada mata memerlukan perawatan yang tepat untuk mencegah terjadinya

penyulit yang lebih berat dan akan mengakibatkan kebutaan1. Trauma yang dapat terjadi

misalnya benda asing yang menempel di baah kelopak mata atas atau pada permukaan mata,

terutama kornea. Trauma tumpul akibat objek yang cukup kecil dan tidak menyebabkan

impaksi pada pinggir orbita (kok, bola, tutup botol sampanye merupakan beberapa contoh

penyebab trauma. Perubahan tekanan mendadak dan distorsi mata dapat menyebabkan

kerusakan berat. Trauma tembus dimana struktur okular mengalami kerusakan akibat benda

asing yang menembus lapisan okular dan juga dapat tertahan dalam mata. Penggunaan sabuk

pengaman dalam kendaraan menurunkan insidensi cedera tembus akibat kecelakaan lalu

lintas. Trauma kimia dan radiasi dimana reaksi resultan jaringan okular menyebabkan

kerusakan2.

Oleh: Muhammad Zikmal Fuad S.Ked

Page 2: TRAUMA OKULI

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KLASIFIKASI TRAUMA OKULI

Pada mata dapat terjadi trauma dalam bentuk-bentuk berikut :

1. Trauma tumpul

2. Trauma tembus bola mata

3. Trauma kimia

4. Trauma radiasi

Trauma pada mata dapat mengenai jaringan di bawah ini secara terpisah atau menjadi

gabungan trauma jaringan mata: kelopak, konjungtiva, kornea uvea, lensa, papil saraf optik,

dan orbita. Hal umum yang diperlukan untuk diperhatikan dalam menghadapi trauma,seperti :

Trauma kimia : mata sakit atau panas, dapat merah dan kelopak sembab.

Perdarahan subkonjungtiva ( pecahnya pembuluh darah pada permukaan

sklera) : tidak sakit dan penglihatan normal.

Aberasi kornea : rasa sakit, mata berair.

Fraktur orbita : sakit terutama pada pergerakan bola mata, penglihatan ganda,

hifema, sakit, penglihatan terganggu.

Laserasi konjungtiva : sakit, merah, rasa kelilipan

Laserasi kornea : penglihatan turun dan sakit

Benda asing pada kornea : rasa kelilipan, mata berair, penglihatan terganggu,

silau.

Keratitis akibat sinar ultra violet, sakit, silau, mata merah, merasa kelilipan.

Retinopati solar : penglihatan menurun.1

2.2 TRAUMA TUMPUL PADA MATA

Trauma tumpul pada mata dapat diakibatkan benda keras atau benda yang tidak keras,

dimana benda tersebut dapat mengenai mata dengan keras ( kencang) atau pun lambat.

Oleh: Muhammad Zikmal Fuad S.Ked

Page 3: TRAUMA OKULI

2.2.1 Hematoma Kelopak

Hematoma palpebra yang merupakan pembengkakan atau penimbunan darah di

bawah kulit kelopak akibat pecahnya pembuluh darah palpebra. Hematoma palpebra

merupakan kelainan yang sering terlihat pada trauma tumpul kelopak, dapat akibat pukulan

tinju, atau benda keras lainnya.

Bila perdarahan terletak lebih dalam dan mengenai kedua kelopak mata dan berbentuk

kaca mata hitam, maka keadaan ini disebut hematoma kaca mata hitam, hal ini terjadi karena

pecahnya arteri oftalmika yang merupakan tanda fraktur basis kranii, terjadi karena darah

masuk ke dalam kedua rongga orbita melalui fisura orbita. Pada kasus seperti ini dapat

diberikan kompres dingin untuk menghentikan perdarahan dan menghilangkan rasa sakit1.

Gambar 1. Hematoma kelopak

2.2.2 Edema Konjungtiva

Jaringan konjungtiva yang bersifat selaput lendir dapat menjadi kemotik pada setiap

kelainannya, demikian pula akibat trauma tumpul. Bila kelopak terpajan ke dunia luar dan

konjungtiva secara langsung kena angin tanpa mengedip, maka keadaan ini telah dapat

mengakibatkan edema pada konjutngtiva. Pada edema konjungtiva dapat diberikan

dekongestan untuk mencegah pembendungan cairan di dalam selaput lendir konjungtiva.

Gambar 2. Edema konjungtiva

Oleh: Muhammad Zikmal Fuad S.Ked

Page 4: TRAUMA OKULI

2.2.3 Hematoma subkonjungtiva

Hematoma subkonjungtiva terjadi akibat pecahnya pembuluh darah yang terdapat

pada atau dibawah konjungtiva, seperti arteri konjungtiva dan arteri episklera. Pecahnya

pembuluh darah ini dapat akibat batuk rejan, trauma tumpul, atau pada keadaan pembuluh

drah yang mudah pecah misalnya pada usia lanjut, hipertensi, arteriosklerosis, konjungtivitis,

anemia dan obat-obatan tertentu. Bila perdarahan ini terjadi karena trauma tumpul maka perlu

dipastikan bahwa tidak ada robekan di bawah jaringan konjungtiva atau sklera. Pengobatan

dini pada kasus seperti ini adalah dengan kompres hangat. Perdarahan subkonjungtiva akan

direasorbsi dalam 1-2 minggu tanpa diobati.

Gambar 3. Hematoma subkonjungiva

2.2.4 Trauma tumpul pada kornea

1. Edema kornea

Trauma tumpul yang keras atau cepat yang mengenai mata dapat

mengakibatkan edema kornea bahkan ruptur mebrana descement. Penglihatan dapat

kabur dan terlihatnya pelangi sekitar bola lampu atau sumber cahaya. Kornea akan

terlihat keruh dengan tes plasido positif. Pengobatan yang diberikan adalah larutan

hipertonik seperti NaCl 5% atau larutan garam hipertonik 2-8%, glukosa 40% dan

larutan albumin.

2. erosi kornea

Erosi kornea merupakan keadaan terkelupasnya epitel kornea yang dapat

diakibatkan oleh gesekan keras pada epitel kornea. Erosi dapat terjadi tanpa cedera

pada membran basal. Dalam waku yang pendek epitel sekitarnya dapat bermigrasi

dengan cepat dan menutupi defek epitel tersebut. Epitel yang terkelupas tersebut

sebaiknya dilepas atau dikupas. Untuk mencegah infeksi bakteri diberikan antibiotik

spektrum luas.

3.erosi kornea rekuren

Oleh: Muhammad Zikmal Fuad S.Ked

Page 5: TRAUMA OKULI

Erosi rekuren biasanya terjadi akibat cedera yang merusak membran basal atau

tukak metaherpetik. Terjadi akibat epitel tidak dapat berahan pada defek epitel

kornea. Biasanya membran basal yang rusak akan kembali dalam 6 minggu.

Gambar 4. Edema kornea

Gambar 5. Erosi kornea

2.2.5 Trauma tumpul uvea

1. Iridoplegia

Trauma tumpul pada uvea dapat mengakibatkan kelumpuhan otot sfingter

pupil atau iridoplegia sehingga pupil menjadi lebar atau midriasis. Akan terjadi

gangguan akomodasi, silau. Pupil terlihat anisokoria dan bentuk nya menjadi

irreguler, tidak bereaski terhadap sinar. Untuk pasien ini sebaiknya istirhat untuk

mencegah terjadinya kelelahan sfingter dan pemberian roboransia.

2.Iridodialisis

Trauma tumpul dpaat menyebabkan robekan pad apangkal iris sehingga

bentuk pupil menjadi berubah. Pasien akan melihat ganda dengan satu matanya. Pada

kasus ini akan terihat pupil lonjong. Biasanya iridodialisis disertai hifema.

2.2.6 Hifema

Hifema atau darah dibilik mata depan dapat terjadi akibat trauma tumpul yang

merobek pembuluh darah iris atau badan siliar. Pasien akan mengeluh sakit, disertai dengan

epifora dan bleparospasme. Penglihatan pasien akan sangta menurun. Bila pasien duduk

Oleh: Muhammad Zikmal Fuad S.Ked

Page 6: TRAUMA OKULI

hifema akan terlihat terkumpul di bagian bawah bilik mata depan, dan hifema dapat

memenuhi seluruh ruang bilik mata depan. Kadang-kadang terlihat iridoplegia dan

iridodialisis. Pengobatan dengan merawat pasien dengan tidur di tempat tidur yang

ditinggikan 30 derajat pada kepala, diberi koagulasi, dan mata ditutup.

Parasintesis atau mengeluarkan darah dari bilik ata depan dilakukan pada pasien

dengan hifema bila terlihat tanda-tanda imbibisi kornea, glaukoma sekunder, hifema penuh

dn berwarna hitam atau setelah 5 hari hifema tidak berkurang.

Gambar 8. Hifema

2.2.7 Trauma tumpul pada lensa

1. dislokasi lensa

Trauma tumpul lensa dapat mengakibatkann dislokasi lensa. Dislokasi lensa terjadi

pada putusnya zonula zinn yang akan mengakibatkan kedudukan lensa terganggu.

2. subluksasi lensa

Terjadi akibat terputusnya zonula zinn sehingga lensa berpindah tempat. Subluksasi

lensa dapat juga terjadi spontan akibat pasien menderita kelainan pada zonula zinn yang

rapuh ( sindrom marphan ). Akibat pegangan lensa pada zonula zinn tidak ada maka lensa

yang elastis akan menjadi cembung, dan mata akan menjadi lebih miopik. Lensa yang

menjadi sangat cembuh mendorong iris kedepan sehingga sudut bilik mata tertutup, oleh

karena itu dapat menyebabkan glaukoma sekunder.

3. luksasi lensa anterior

Bila seluruh zonula zinn disekitar ekuator putus akibat trauma maka lensa dapat

masuk ke dalam bilik mata depan. Akibat lensa terletak di dalam bilik mata depan maka akan

Oleh: Muhammad Zikmal Fuad S.Ked

Page 7: TRAUMA OKULI

terjadi gangguan pengaliran keluar cairan bilik mata sehingga akan timbul glaukoma

kongestif akut. Pasien akan mengeluh pengihatan menurun mendadak, disertadi dengan rasa

sakit yang sangat, muntah, mata merah dengan blefarospasme. Terdapat injeksi siliar yang

berat,edema kornea, lensa didalam bilik mata depan. Iris terdorong ke belakang dengan pupil

melebar.

4.Loksasi lensa posterior

Pada trauma tumpul yag keras pad amata dapat terjadi luksasi lensa posterior akibat

putusnya zonula zinn. Pasien akan Mengeluhkan adanya skotoma pada lapangan pandangnya

akibat lensa mengganggu kampus. Mata ini akan menunjukkan gejala mata tanpa lensa atau

afaki

5.katarak trauma

Katarak akibat cedera pada mata pada akibat trauma perforasi ataupun tahupada

trauma tumpul akan terlihat katarak subkapsular anterior maupun posterior. Pada keadaan ini

akan terlihat secara histopatologik masa lensa yang akan bercampur makrofag.

6.cincin vossius

Pada trauma lensa dapat terlihat cincin vossius yang merupakan cincin berpigmen

yang terletak tepat di belakang pupil yang dapat terjadi seelah trauma, yang merupakan

deposit pigmen iris pada dataran depan lensa sesudah terjadi trauma, seperti suatu stempel

jari, tanda cincin ini hanya menunjukkan bahwa mata telah mengalami trauma tumpul.

2.2.8 Trauma Tumpul Retina dan Koroid

Trauma tumpul pada retina dapat mengakibatkan edema retina, edema retina akan

memberikan warna retina lebih abu abu akibat sukarnya melihat jaringan koroid melalui

retina yang sembab. Edema retina mengakibatkan tidak terdapat cherry red spot.

Trauma juga merupakan pencetus terlepasnya retina dari koroid (ablasi retina). Pada

pasien akan mengeluh seperti adanya selaput seperti tabir yang mengganggu lapangan

pandang .

Oleh: Muhammad Zikmal Fuad S.Ked

Page 8: TRAUMA OKULI

2.2.9 Trauma Tumpul Saraf Optik

Pada trauma tumpul, saraf optik dapat terlepas dari pangkalnya di dalam bola mata

yang disebut avulsi papil saraf optik. Trauma tumpul juga dapat menyebabkan kompresi pada

saraf optik, demikian pula perdarahan dan edema sekitar saraf optik. Dapat ditemukan

gangguan penglihatan warna dan lapangan pandang

2.3 TRAUMA TEMBUS BOLA MATA

Bila trauma disebabkan benda tajam atau benda asing masuk ke dalam bola mata

makana akan terlihat tanda-tanda :

Tajam penglihatan menurun

Tekanan bola mata rendah

Bilik mata dangkal

Bentuk dan letak pupil berubah

Terlihat ada ruptur pada kornea atau sklera

Terdapat jaringan prolaps seperti cairan mata, iris, lensa, badan kaca, atau retina

Konjungtiva kemotis

Bila terlihat salah satu tanda di atas atau dicurigai adanya perforasi bola mata maka

secepatnya dilakukan pemberian antibiotika topikal dan mata ditutup dan segera dirujuk

2.4 TRAUMA KIMIA

Trauma bahan kimia dapat terjadi pada kecelakaan di dalam laboratorium, industri,

pekerjaan yang memakai bahan kimia, pertanian. Bahan kimia yang dapat mengkibatkan

kelainan pada mata dapat dibedakan dalam dua bentuk :

1. Trauma asam

2. Trauma basa atau alkali

Pengaruh bahan kimia sangat bergantung pada pH, kecepatan dan jumlah bahan kimia

tersebut mengenai mata. Dibandig dengan asam, maka trauma basa oleh bahan alkali lebih

cepat dapat merusak dan menembus kornea. Setiap trauma kimia membutuhkan tindakan

segera, irigasi daerah yang terkena trauma kimia merupakan tindakan yang harus dilakukan.

Pembilasan dilakukan dengan memakai garam fisiologik atau air bersih lainnya selama

mungkin dan paling sedikit 15-30 menit.

Oleh: Muhammad Zikmal Fuad S.Ked

Page 9: TRAUMA OKULI

Untuk bahan asam digunakan larutan natrium bikarbonat 3 %, sedangkan utuk basa

larutan asam borat, asam asetat 0,5% atau buffer asam asetat pH 4,5% untuk mentralisir.

Untuk bahan basa diberikan EDTA. Pengobatan yang diberikan adalah antibiotik

topikal, siklopegik dan bebat mata selama mata masih sakit. Regenerasi epitel akibat asam

lemah dan alkali sangat lambat yang biasanya sempurna setelah 3-7 hari.

Menurut klasifikasi Thoft maka trauma basa dapat dibedakan dalam :

Derajat 1 : hiperemi konjungtiva disertai keratitis pungtata

Derajat 2 : hiperemi konjungtiva disertai dengan hilangnya epitel kornea

Derajat 3 : hiperemi disertai dengan nekrosis konjungtiva dan lepasnya epitel kornea

Derajat 4 : konjungtiva perilimal nekrosis sebanyak 50 %

2.5 TRAUMA RADIASI ELEKTROMAGNETIK

Trauma radiasi yang sering ditemukan adalah :

Sinar inframerah

Sinar ultraviolet

Sinar X dan sinar terionisasi

Trauma sinar infra merah dapat terjadi saat menatap gerhana matahari dan pada saat

bekerja di pemanggangan. Kerusakan ini dapat terjadi akibat terkonsentrasinya sinar infra

merah terlihat. Bila seseorang berada 1 kaki selama satu menit maka akan menyebabkan

eksofoliasi kapsul lensa.

Sinar ultra violet merupakan gelombang pendek yang tidak terlihat mempunyai

panjang gelombang antara 350-295 Nm.

Sinar ultra violet banyak terdapat pada saat bekerja las, dan menatap matahari yang

dapat merusak langsung epitel kornea. Pasien yang terkena trauma karena sinar ultra violet

akan memberikan gejala setelah 4-10 jam, foto fobia, bleparospasme, dan konjungiva

kemotik dapat ditemui. Kornea akan menunjukkan adanya infiltrat dan keruh dengan uji

fluoresein positif.

Sinar ionisasi dan sinar X dapat mengakibatkan katarak dan rusaknya retina. Akibat

dari sinar ini pada lensa, terjadi pemecahan diri sel epitel secara tidak normal.

Oleh: Muhammad Zikmal Fuad S.Ked

Page 10: TRAUMA OKULI

Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. Edisi Keempat. PT.Bina Pustaka : Jakarta, 2011.

1. Norwitz, Errol R, Schorge, Jhon O. At a Glance Obstetri dan Ginekologi.Edisi

Kedua.Erlangga : Jakarta.2007.

2. Sastrawinata, Sulaiman, Martaadisoebrata, Djamhoer. Obstetri Patologi Ilmu

Kesehatan Reproduksi. Edisi Kedua. EGC : Jakarta.2004.

3. Gant, Norman F, Cunningham, Gary F. Dasar-Dasar Ginekologi & Obstetri (Basic

Gynecology and Obstetrics). EGC : Jakarta. 2010.

4. Benson, Ralph C, Pernoll, Martin L. Buku Saku Obstetri & Ginekologi. EGC :

Jakarta. 2008.

5. Hacker, Neville F, Moore, George J. Esensial Obstetri dan Ginekologi. Edisi Kedua.

Hipokrates : Jakarta. 2001.

6. Manuaba, I.B.G, Manuaba, Chandranita, Manuaba, Fajar. Pengantar Kuliah Obstetri.

EGC : Jakarta. 2007.

Oleh: Muhammad Zikmal Fuad S.Ked

Page 11: TRAUMA OKULI

7. Gondo Kurniawan, Harry, Suwardewa Agung, Tjokorda Gde. Ultrasonografi Buku

Ajar Obstetri Ginekologi. EGC : Jakarta. 2012.

Oleh: Muhammad Zikmal Fuad S.Ked