Baro Trauma, trauma penerbangan,

16
BAROTRAUMA 1.Defenisi Barotrauma adalah keadaan dengan terjadinya perubahan tekanan yang tiba-tiba di luar telinga tengah sewaktu di pesawat terbang atau menyelam, yang menyebabkan tuba gagal untuk membuka. Barotrauma adalah kerusakan jaringan akibat perubahan tekanan barometrik(?) yang terjadi pada saat menyelam atau saat terbang. Barotraumas didefinisikan sebagai kerusakan jaringan yang disebabkan oleh ketidakmampuan tubuh untuk menyeimbangkan tekanan pada ruang berudara (seperti telinga tengah). Barotrauma merupakan cedera yang didapatkan pada kegagalan untuk menyamakan tekanan pada udara yang menempati ruangan dan tekanan pada lingkungan. 2.anatomi 3.Epidemiologi Barotrauma telinga tengah merupakan cedera penyelaman terbanyak, terjadi sekitar 30% pada penyelaman pertama kali dan 10% pada penyelam yang berpengalaman. 4.Etiologi Pilek, rhinitis alergika serta berbagai variasi anatomis individual;. Semuanya merupakan predisoposisi terhadap disfungsi tuba eustakius. Faktor predisposisi aerotitis media bisa meliputi pesawat terbang atau individunya. Terbang dengan pesawat terbang tanpa sistem presurizasi (?) atau suatu sistem yang salah, atau terpapar penurunan pesawat terbang sangat cepat menjadi faktor-faktor presipitasi. Dari pihak individu, kegagalan untuk menginflasi tuba eustachii pada tanda pertama ketaknyamanan dan mengulangi setelah itu, dapat menyebabakan aorotitis hebat.

description

Baro Trauma, trauma penerbangan, trauma diving, trauma menyelam, trauma penurunan, trauma pnenaikan, trauma menyelam, trauma scuba diving

Transcript of Baro Trauma, trauma penerbangan,

Page 1: Baro Trauma, trauma penerbangan,

BAROTRAUMA

1. Defenisi

Barotrauma adalah keadaan dengan terjadinya perubahan tekanan yang tiba-tiba di luar telinga tengah sewaktu di pesawat terbang atau menyelam, yang menyebabkan tuba gagal untuk membuka. Barotrauma adalah kerusakan jaringan akibat perubahan tekanan barometrik(?) yang terjadi pada saat menyelam atau saat terbang. Barotraumas didefinisikan sebagai kerusakan jaringan yang disebabkan oleh ketidakmampuan tubuh untuk menyeimbangkan tekanan pada ruang berudara (seperti telinga tengah). Barotrauma merupakan cedera yang didapatkan pada kegagalan untuk menyamakan tekanan pada udara yang menempati ruangan dan tekanan pada lingkungan.

2. anatomi

3. Epidemiologi

Barotrauma telinga tengah merupakan cedera penyelaman terbanyak, terjadi sekitar 30% pada penyelaman pertama kali dan 10% pada penyelam yang berpengalaman.

4. Etiologi

Pilek, rhinitis alergika serta berbagai variasi anatomis individual;. Semuanya merupakan predisoposisi terhadap disfungsi tuba eustakius. Faktor predisposisi aerotitis media bisa meliputi pesawat terbang atau individunya. Terbang dengan pesawat terbang tanpa sistem presurizasi (?) atau suatu sistem yang salah, atau terpapar penurunan pesawat terbang sangat cepat menjadi faktor-faktor presipitasi. Dari pihak individu, kegagalan untuk menginflasi tuba eustachii pada tanda pertama ketaknyamanan dan mengulangi setelah itu, dapat menyebabakan aorotitis hebat.

5. Patofisiologi

Apabila perbedaan tekanan melebihi 90 cm Hg, maka otot yang normal aktivitasnya tidak mampu membuka tuba. Pada keadaan ini terjadi tekanan negative di rongga telinga tengah, sehingga cairan keluar dari pembuluh darah kapiler mukosa dan kadang-kadang disertai dengan rupture pembuluh darah, sehingga cairan di telinga tengah dan rongga mastoid tercampur darah. Hukum Boyle menyatakan bahwa suatu penurunan atau peningkatan pada tekanan lingkungan akan memperbesar atau menekan (secara berurutan) suatu volume gas dalamm ruang tertutup. Bila gas terdapat dalam struktur yang lentur, maka struktur tersebut dapat rusak karena ekspansi ataupun kompresi. Barotraumas dapat terjadi bilamana ruang-ruang bersis gas dalam tubuh (telinga tengah, paru-oaru) menjadi ruang tertutup dengan menjadi buntunya jaras-jaras ventilasi normal. Barotraumas paling sering terjadi pada telinga tengah, hal ini terutama karena rumitnya fungsi tuba eustachius. Tuba eustachius seara

Page 2: Baro Trauma, trauma penerbangan,

normal selalu tertutup namun dapat terbuka pada gerakan menelan, mengunyah, menguap, dan dengan maneuver Valsava. Seperti yang dujelaskan diatas, tekanan yang meningkat perlu diatasi untuk menyeimbangkan tekanan, sedangakan tekanan yang menurun biasanya dapat diseimbangakan secara pasif. Dengan menurunnya tekanan lingkungan, udara dalam telinga tengah akan mengembang dan secara pasif akan keluar melalui tuba eustakius. Dengan meningkatnya tekanan lingkungan, udara dalam telinga tengah dan dalam tuba eustakus menjadi tertekan. Hal ini cenderunga menyebabkan penciutan tuba eustakius. Jika perbedaan tekanan antaara rongga telnga tengah dan lingkungan sekitar menjadi terlalu besar (sekitar 90 sampai 100 mmHg), maka bagian katilaginosa dari tuba eustakus akan sangat menciut. Jika tidak ditambahakan udara melalui tuba eustakus untuk memulihkan volume telinga tengah, maka struktur-struktur dalam telinga tengah dan jaringan didekatnya akan rusak dengan makin bertambahnya perbedaan tekanan. Terjadi rangkaian kerusakan yang dapat diperkirakan dengan berlanjutnya keadaan vakum reklatif dalam rongga telnga tengah. Mula-mula membrane timpani tertarik ke dalam. Retraksi mneyebabkan membrana teregang dan pecahnya pembuluh-pembuluh darah kecil sehingga tampak gambaran injeksi dan bula hemoragik pada gendang telnga. Dengan makin meningkatnya tekanan, pembuluh-pembuluh darah kecil pada mukosa telinga tengah juga akan brdilatasi dan pecah, menimbulkan hemotimpanum. Kadang-kadang tekanan dapat menyebabkan rupture membrane timpani.

Barotraumas paa telinga tengah dapat terjadi saat mneyelam ataupun saat terbang. Perubahan tekanan pada kedalaman 17 kaki pertama di bawah air setara dengan perubahan tekanan pada ketinggian 18.000 kaki pertama di atas bumi. Dengan dmikian, perubahan tekanan lingkungan terjadi lebih cepat pada sat menelam dibandingkan dengan saat terbang. Hal ini dapat menjelaskan realitf tingginya insidens barotrauma pada telinga tengah pada saat menyelam. Barotraumas telng tengah dapat terjadi pada penyelaman kompresi udara (SCUBA) atau penyelaman dengan menahan napas. Seringkali terjadi pada kedalaman 10 sampai 20 kaki. Sekalipun insidens relative lebih tinggi pada saat mneyelam, masih lebih banyak orang yang bepergian dengan pesawat dibandingkan orang mneyelam. Pesawat komersial telah diberi tekanan udara namun hanya sampai 8.000 kaki. Maka barotraumas masih mungkin terjadi, namun insidensnya tidak setinggi yang diakibatkan menyelam. Penyakit yang disebabkan oleh perubahan tekanan secara umum ditemukan oleh hukum fisika Boyle dan Henry. Hukum boyle menyatakan “ setiap udara pada temperature yang konstan, volumenya akan berubah secara berbanding terbalik dengan tekanan” atau P1XV1 = P2XV2. Tekanan meningkat sebesar 1 atmosfer setiap kedalaman laut 33 ft (10 m). hal ini menunjukkan bahwa balon (atau paru-paru) dengan volume udara 1 kaki kubik pada kedalaman 33 kaki akan memiliki volume 2 kaki kubik pada permukaan laut. Jika udara ini terperangkap, seperti pada orang yang menahan pernafasan pada saat mendaki dengan cepat, udara tersebut akan mengembang dan memberik tekanan yang hebat pada dinding ruang tersebut. Pada pendakian cepat, insiden pneumotoraks dan pneumomediastinum serta penekanan sinus dan trauma telinga dalam dapat terjadi. Penekanan sinus beserta disfungsi dari tuba eustaki akan menyebabkan perdarahan pada telinga dalam, robekan membrane

Page 3: Baro Trauma, trauma penerbangan,

labirin, atau fistula perilimfatik. Hukum henry menyatakan bahwa daya larut udara pada cairan secara langsung sebanding dengan tekanan pada udara dan cairan. Sehingga, ketika tutup botol soda dibuka, terbentuk gelembung pada saat udara dilepaskan dari cairan. Sebagai tambahan, ketika nitrogen pada tank udara penyelam larut pada jaringan lemak aau cairan synovial penyelam saat menyelam, nitrogen akan dilepaskan dari jaringan tersebut ketika penyelam naik menuju lingkungan dengan tekanan yang lebih rendah. Hal ini terjadi secara perlahan dan bertahap jika penyelam naik secara perlahan dan bertahap, dan nitrogen akan memasuki pembuluh darah dan menuju ke paru-paru dan dikeluarkan saat bernafas. Akan tetapi, jika penyelam naik secara cepat, nitrogen akan keluar dari jaringan secara cepat dan membentuk gelembung udara. Gelembung yang terbentuk akan mempengaruhi jaringan dalam banyak cara. Gelembung dapat membentuk obstruksi pada pembuluh darah yang dapat mengarah ke cedera iskemik. Hal ini dapat berakibat fatal bila terjadi pada area tertentu pada otak. Gelembung juga dapat membentuk suatu permukaan dimana protein dari pembuluh darah dapat melekat, terurai, dan membentuk gumpalan/sel-sel radang. Sel-sel radang ini dapat menyebabkan kerusakan endotel dan kerusakan jaringan yang permanen.

Menurut hukum Boyle, ketika tekanan lingkungan meningkat selama penyelaman, volume dari ruang bergas akan menurun. Pada telinga, contohnya, membrane timpani akan tertarik kedalam sampai rupture kecuali ada udara yang masuk ke telinga tengah melalui tuba eustaki. Barotrauma terjadi karena perbedaan tekanan antara tekanan atmosfer dan telinga tengah. Perbedaan tekanan terjadi ketika menyelam, pada ruang hipo dan hiperbarik, perjalanan udara, dan pada beberapa pendakian serta pada lift yang cepat. Hubungan antara tekanan dan volume gas dijelaskan dalam hukum Boyle. Tekanan dikalikan dengan volume sama dengan konstan yang berubah sesuai dengan ukuran dan temperature dari udara, PV=k. hal ini dapat terjadi pada udara yang terperangkap seperti pada telinga tengah oleh karena adanya disfungsi dari tuba eustaki, atau pada EAC(?) ketika tertutup secara total oleh serumen atau benda asing. Ketika tekanan meningkat, volume menurun untuk memelihara konstant. Ketika tekanan menurun pada awal penerbangan, udara terperangkap pada EAC oleh perluasan benda asing menyebabkan penekanan terhadap permukaan lateral pada membrane timpani. Ekspansi udara pada telinga tengah keluar melalui tuba eustaki. Tekanan pada telinga tengah turun sejalan dengan terperangkapnya udara oleh oklusi kanan menyebabkan suatu tekanan tinggi pada membrane timpani. Membrane timpani mengarah kea rah medial yang kemudian menyebabkan nyeri, dan mungkin dapat rupture jika perbedaan tekanan semakin besar. Ketika penyelam turun ke dalam air, ruang berudara pada telinga tengah mengikuti hukum Boyle. Dengan penambahan tekanan, volume dari udara pada telinga tengah berkurang secara proporsional dan disamakan dengan lingkungan. Jika tidak terdapat penyesuaian tekanan, volume udara pada telinga tengah akan berkurang hingga membrane timpani teretraksi secara berat dan cairan atau darah atau keduanya akan disekresikan ke telinga tengah, sehingga mengurangi volume dan menyamakan tekanan. Sehingga membrane timpani dapat rupture.

Page 4: Baro Trauma, trauma penerbangan,

Terdapat dua mekanisme yang dapat menyebabkan barotrauma pada telinga dalam. Ketika penyelam menyelam ke bawah dan mengalami kesulitan dalam menyeimbangkan tekanan dan trus melanjutkan menyelam lebih dalam, dalam usaha menyeimbangkan tekanan, dapat terjadi terbukanya tuba eustaki secara tiba-tiba sehingga udara masuk ke telinga tengah. Hal ini akan menyebabkan ruptrunya salah satu jendela antara telinga tengah dan telinga dalam entah fenestra rotundum ataupun fenestra ovalis ke telinga dalam. Kebalikannya, jika penyelam menyelam lebih dalam dengan kesulitan untuk menyeimbangkan tekanan, tuba eustaki tidak terbuk, maka tekanan diteruskan melalui cairan spinal, menuju ke saluran koklear ke ruang perlimfatik pada telinga dalam. Jendela rotundum atau ovale dapat rupture.

Untuk pasien dengan barotraumas pada penerbangan, scenario yang mungkin adalah saat penumpang pesawat mengalami infeksi pernafasan dan pembengkakan mucosa tuba eustaki. Saat lepas landas, tekanan udara dilingkungan turun dan tekanan pada telinga tengah sangat tinggi. Akan tetapi, tekanan akan turun oleh tuba eustaki ketika menelan, dan gejala menjadi tidak terlalu berat. Sayangnya, mukosa tuba bertindak sebagai keran satu arah, dan masalah yang sebenarnya terjadi ketika pesawat mendarat. Pada saat pesawat hendak mendarat, tekanan atmosfer di lingkungan meningkat secara cepat dan tuba eustaki yang bengakak pada nasofaring mencegah aerasi telinga tengah. Hal ini menyebabkan kolapsnya gendang telinga kedalam, dan pembuluh darah pada telinga tengah dapat rupture dan mengalami perdarahan kemudian menyebabkan hemotympanum. Hal ini dapat berlangsung hingga berhari-hari

6. Gejala klinis

Keluhan pasien berupa kurang dengar, rasa nyeri dalam telinga, autofoni(?), perasaan ada air dalam telinga dan kadang-kadang tinnitus dan vertigo. Gejala-gejala barotraumas telinga tengah termasuk nyeri, rasa penuh dan berkuangnya pendengaran. Dapat disertai dengan gangguan pendengaran konduktif ringan. Perlu ditekankan bahwa tinnitus yang menetap, vertigo dan tuli sensorineural adalah gejala=gejala kerusakan telinga dalam. Barotraumas teling atengah tidak jarang meninmbulkan kerusaakn telinga dalam. Kerusakan telinga dalam merupakan masalah yang serius dan mungkin memerlkan pembedahan untuk mencegaj kehilangan pendegnaran yang menetap. Episode-episode vertigo singkat yang terjadisaat naik atau turun disebut vertigo alternobarik. Hal ini sering dikeluhkan dan lazim menyertai barotraumas teling atengah. Nyeri disertai dengan sensasi tekannan yang hebat di dalam telinga serta gangguan pendenganran. Kadang-kadang membrane timpatni akan rupture. Biasanya mendadak meredakan nyeri. Tiga gejala klinis yang terdapat pada barotraumas secara umum adalah : efek pada sinus atau telinga tengah, penyakit dekompresi, dan emboli gas arteri. Pasien barotraumas didapatkan riwayat menyelam, biasanya dalam 24 jam sebelum gejala. Pasien juga mungkin memiliki riwayat pekerjaan yang berhubungan dengan tekanan udara. Contohnya pada mekanis pesawat terbang yang harus menguji jendela pesawat terbang dengan bekerja pada pesawat terbang yang diberikan tekanan. Pasien biasanya datang dengan keluhan nyeri wajah atau mulut, mual, vertigo atau sakit kepala.

Page 5: Baro Trauma, trauma penerbangan,

Pasien mungkin memiliki riwayat vertigo yang tiba-tiba, mual, tinnitus, nyeri telinga, ketulian, atau sakit kepala, riwayat infeksi telinga. Gejala pada barotraumas mencakup rasa penuh pada telinga, nyeri telinga, hilangnya pendengaran, pusing, tinnitus, dan perdarahan pada telinga. Yang paling dikhawatirkan pada barotraumas adalah adanya tuli senssorineural secara permanen. Selain itu, adalah vertigo. Vertigo biasanya sembuh sendiri tapi dapat berkepanjangan. Gejala pada telinga tengah bervariasi mulai dari perasaan tumpul pada telinga hingga nyeri dan hilangnya pendengaran. Jika perforasi membrane timpani tibul, maka akan terdapat vertigo disertai mual dan muntah yang disebabkan oleh lintasan air yang lebih dingin dibandingkkan suhu tubuh ke telinga tengah. Air ini menstimulasi kanal semisirkular lateral.

Kedua mekanisme yang menyebabkan barotraumas telinga dalam akan menyebabkan terbentuknya fitula perilimfatik. Jendela bundar lebih sering terkena dibandingkan jendela oval, tetapi biasanya keduanya dapat rupture. Gejala berupa tinnitus, vertigo dengan mual dan muntah, hilang pendengaran, akan muncul ketika menyelam. Biasanya terdapat bukti barotraumas telinga tengah, tetapi membrane timpani mungkin terlihat normal. Tuli berupa tuli sensorineural, diikuti oleh nistagmus dan tes fistula (?) yang positif.

7. Pemeriksaan fisis

Pemeriksaan fisis harus disesuaikan dengan riwayat pasien. Pemeriksaan fisis secara umum harus dilakukan dengan menekankan pada telinga, sinus, dan leher serta paru-paru, kardiovaskular, dan sistem neurologi. Inspeksi dan palpasi ekstremitas, dan pergerakan sendi. Pada sinus, inspeksi mukosa nasal untuk polips, perdarahan atau lesi. Palpasi dan transluminasi sinus untuk memeriksa adanya perdarahan. Perkusi gigi atas dengan spatel untuk melihat adanya nyeri tekan pada sinus. Pada telinga inspeksi secara hati-hati membrane timpani, lihat apakah ada tanda-tanda : kongesti di sekitar umbo, berapa persen membrane timpani yang rusak, jumlah perdarahan dibelakang gendang telinga, bukti rupture membrane timpani. Palpasi nyeri tekan tuba eustaki. Periksa keseimbangan dan pendengaran pasien. Serta mengevaluasi membrane timpani berdasarkan skala Teed:

Teed 0 – tidak ada kerusakan yang terlihat, telinga normal

Teed 1 – kongesti sekitar umbo, terjadi ketika perbedaan tekanan 2 pound/inci2 (PSI)

Teed 2 – kongesti seluruh membrane timpani, terjadi ketika perbedaan tekanan 2-3 PSI

Teed 3 – perdarahan pada telinga tengah

Teed 4 – perdarahan luas pada telinga tengah disertai gelembung darah yang terlihat dibelakang membrane timpani; membrane timpani mungkin rupture

Teed 5 – seluruh telinga tengah diisi oleh darah yang berwarna gelap (deoksigenasi).

Page 6: Baro Trauma, trauma penerbangan,

Pemeriksaan fisis dapat ditemukan retraksi, eritema, dan injeksi (?) atau perdarahan pada membrane timpani. Gejala yang lebih berat berupa otitis, hemotimpanum, dan perforasi membrane timpani. Selama inspeksi pada telinga, dapat ditemukan penonjolan ringan kearah luar atau kedalam dari gendang telinga. Jika kondisi memberat, mungkin didapatkan darah atau memar dibelakang gendang telinga.

8. Pemeriksaan penunjang

Diagnosis dipastikan dengan otoskop. Gendang telinga tampak mengalami injeksi dengan pembentukan bleb(?) hemoragik atau adanya darah di belakan gendang telinga. Kadang-kadang membrane timpani akan mengalami perforasi. Bila gejala menetap setelah perjalanan udara tersebut, biasanya tes audiometric akan menunjukkan tuli konduktif ringan di telinga yang terkena. Lakukan pemeriksaan foto x-ray thorax jika pasien mengeluh adanya kesulitan bernafas. Pemeriksaan garpu tala dan audiogram akan menunjukkan tuli konduktif.

9. Diagnosis

Diagnosis ditegakkan dengan otoskop.

Gambar 01. Barotrauma otitik (hemotimpanum)

Pada gambar diatas, membrane timpani tampak kebiruan karena darah pada telinga tengah. Hal ini disebabkan oleh ketidakmampuan untuk memventilasi telinga tengah yang diikuti oleh fungsi abnormal dari tuba eustaki. Barotraumas otitik biasanya terjadi pada saat pesawat mendarat atau pada penyelam. Tidak ada pengobatan khusus pada kasus ini. Jika terdapat infeksi yang terkait pada pernafasan atas ataupun alergi, dekongestan topikal dan sistemik dengan antihistamin mungkin dapat membantu.

Page 7: Baro Trauma, trauma penerbangan,

10.Penatalaksanaan

Pengobatan biasanya cukup dengan cara konservatif saja, yaitu dengan memberikan dekongestan lokal atau dengan melakukan perasat Valsava selama tidak terdapat infeksi di jalan napas atas. Apabila cairan yang bercampur darah menetap di telinga tengah sampai bebrapa minggu, maka dianjurkan untuk tindakan miringotomi(?) dan bila perlu memasang pipa ventilasi (Grommet)(?). pengobatan berupa dekongestan dan menghindari menyeleam ataupun terbang sampai pasien kembali dapat menyeimbangkan teling tengah. Antibiotic tidak diindikasikan kecuali bilat erjadi pula perforasi di dalam air yang kotor. Selama pasien tidak menderita infeksi traktus respiratorius atas, membarana nasalis dapat mengerut dengan semprotan neosinefrin dan dapat diusahakan menginflasi tuba eustachii dengan perasat politzer(?). kemudian pasiden diberikan dekongestan, antihistamin atau kombinasi keudanya sleama 1-2 minggu atau sampai gejala menghilang. Bila pasien menderita infeksti tratkuts respiratoius atas, diindaikasikan terapi suerpa tetapi tuba eustchiii tidak boleh diinflasi sampai infeksi teratasi sempurna. Harus dieberikan antibbiotika bila terdapat farignitis atau rhinitis bakterialis. Pada keadaan yang jaarang dengan perforasi membrane timbani, biasanya peneyembuhan terjsadi secara spontan, tetapi pasien harus diperiksa ulang dan dicegajh masuknya air ke dalam telinga samapi ia normal kembali. Bila pasien tetapharus terbang dalam keadaan pilek, pasien harus minum preparat dekongestan-antihistamin setengah jam sebalum berangkat dan selanjutnya setiap 3-4 jam pada penerbangan yang lama. Disamping itu ia harus membawa inhaler propel heksedrin(bensedrex) dan menyedot 3-4 kali melalui tiap-tiap lubang hidung tepat sebelum naiknya dan pada waktu mulai turunnya pesawat. Penanganan prehospital dapat dipertimbangkan termasuk menstabilkan ABC dan mengkoreksi setiap kondisi yang dapat mengancam nyawa serta mempertahankan oksigenase dan perfusi yang adekuat. Pasien harus diberi aliran oksigen yang besar dan infuse dengan akses vena yang besar untuk memelihara tekanan darah dan nadi. Intubasi dapat dilakukan pada pasien dengan jalan nafas yang tidak stabil atau hipoksia persisten meski dengan oksigen 100%. Pipa torakostomi dapat dilakukan pada pneumotoraks atau hemotoraks. Needle decompression dapat dilakukan bila dicurigai tension pneumotoraks. Kateterisasi pasien dengan shok untuk memantau volume dan hidrasi pasien, juga pada pasien DCS yang tidak dapat mengosongkan kandung kemih karena kerusakan saraf pada kandung kemih. Terapi rekompresi diberikan pada suatu ruangan khusus oleh ahli terapi hiperbarik pada pasien dengan spinal cord injury dan kerusakan neurologic. Barotraumas sinus diterapi dengan dekongestan, oral dan nasal. Nyeri dikontrol dengan NSAIDs atau obat analgesic narkotik. Pada barotraumas telinga tengah, pengobatan didasarkan pada skala Teed. Untuk kasus ringan (Teed 0-2) : dekongestan, nasal (0,05% oxymetazoline hydrochloride spray 2 kali sehari selama 3 hari) dan oral (pseudoephedrine 60-120 mg dua atau tiga kali sehari).

Page 8: Baro Trauma, trauma penerbangan,

Untuk kasus Sedang (Teed 3-4) pengobatan sama dengan diatas, tapi dapat ditambahkan dengan oral steroid, seperti prednisone 60 mg/hari selama 6 hari lalu diturunkan hingga 7-10 mg per hari. Jika membrane timpani rupture atau air terkontaminasi, dapat diberi antibiotic sesuai dengan pengobatan otitis media akut. Pada kasus berat (Teed 5) pengobatan sama seperti diatas. Dapat dipertimbangkan miringotomi jika pengobatan gagal. Kontrol nyeri dengan Tylenol dengan kodein (asetaminofen 300 mg dengan kodein fosfat 30 mg) 1-2 tablet setiap 4-6 jam. Nyeri pada pergeseran membrane timpani dapat diringankan dengan maneuver insuflasi, atau dengan menelan, atau menguap untuk mengkontraksikan otot tensor veli palatine. Pengobatan mencakup dekongestan, akan tetapi bila terdapat tanda-tanda ketulian dan vertigo, pemberian steroid harus dimulai. Terapi konservatif disarankan jika tidak ada penurunan pendengaran. Hal ini mencakup restriksi aktifitas, istirahat dengan kepala ditinggikan, dan laksatif. Jika terdapat penurunan pendengaran, disarankan dilakukan operasi untuk memaksimalkan potensi kembalinya pendengaran. Tindakan bedah dilakukan dengan anestesi lokal maupun umum. Pengobatan brotrauma telinga tengah terdiri dari dekongestan oral, semprot dekongestan nasal jangka pendek, dan antibiotic yang sesuai jika terdapat infeksi sekunder. Pasien dilarang untuk menyelam sampai teling tengah sembuh dan pasien dapat dengan mudah menyesuaikan tekanan pada telinga tengah. Jika terjadi perforasi, pasien harus menunggu hingga perforasi sembuh dan membrane timpani utuh kembali. Jika tindakan bedah diperlukan pada perforasi yang tidak sembuh, maka syarat diatas akan dicapai biasanya 3-4 bulan setelah pembedahan.

Pengobatan barotraumas telinga dalam mencakup istirahat dengan kepala dielevasikan, obat antivertigo, steroid (60-80 mg prednisone atau obat yang lain, dengan tapering off), dan mencegah batuk dan bersin. Audiogram sebaiknya dilakukan setiap hari dan jika terdapat perbaikan, pengobatan non bedah dilanjutkan. Kebanyakan pasien sembuh sendiri, tetapi bila terdapat ketulian dan vertioge yang menetap atau memburuk setelah 4-5 hari, eksplorasi bedah dengan perbaikan fistula disarankan. Dokter umum dapat mendiagnosa dan mengobati gangguan ini dengan dekongestan dan maneuver valsava. Kasus berulang memerlukan konsultasi dari ahli THT, dengan opsi bedah miringotomi, meskipun kebanyakan kasus membaik secara spontan.

11.Komplikasi

Komplikasi yang paling berat adalah tuli konduktif.

12.Prognosis

Kasus-kasus berat memerlukan waktu hngga 4-6 minggu untuk menyembuh, tapi umumnya dapat sembuh dalam dua atau tiga hari. Barotraumas biasanya sembuh sendiri. Hilangnya pendengaran sebagian besar bersifat temporer.

13. Komplikasi

Page 9: Baro Trauma, trauma penerbangan,

Komplikasi yang mungkin ditemukan berupa infeksi telinga akut, hilangnya pendengaran, rupture atau perforasi dari gendang telinga dan vertigo.

14.Preventif

Usaha preventif terhadap barotraumas dapat dilakukan dengan selalu mengunyah permen karet atau melakukan perasat Valsava(?), terutama sewaktu peseawat terbang mulai turun untuk mendarat. Barotrauma dapat dicegah dengan menghindari terbang ataupun mneyelam pada waktu pilek dan menggunakan teknik pembersihan yang tepat. Jika terasa nyeri, agaknya tuba eustakius telah mencitu. Yang harus dikerjakan jika ini terjadi pada saat menyelam adalah hentikan menyelam atau naiklah beberapa kaki dan mencoba menyeimbangkan tekanan kembali. Hal ini tidak dapat dilakukan jika sedang terbagn dalam pesawat komersial, maka perlu untuk mencegah penciutan tuba wustakius. Metode terbaik adalah dengan mulai melakukan maneuver-manuver pembersihan dengan ahti-hati beberapa menit sebelum pesawat mendarat. Jika pasien harus terbang dalam keadaan pilek, maka sebaiknya menggunakan dekongestan semprot hidung atau oral. Untuk mencegah gejala yang berulang, pasien disarankan untuk tidak menyelam ketika hidung tersumbat kareana adanya hambatan dalam mengembungkan tuba eustaki. Pasien yang sering bepergian dengan pesawat dan penyelam reguler disarankan untuk menggunakan terapi profilaksis untuk mencegah masalah pada tuba eustaki, seperti dekongestan topikal dan mengunyah permen karet. barotraumas telinga tengah dapat dicegah dengan tidak menyelam pada kondisi yang memungkinkan obstruksi tuba eustaki (termasuk infeksi saluran pernafasan atas dan alergi). Dekongestan oral, pemberian dekongestan nasal jangka pendek, dan semprot steroid nasal dapat digunakan untuk mencegah obstruksi. Tindakan prefentif terdiri atas nasal spray vasokonstriktor 12 jam sebelum penerbangan, dekongestan oral dan mengunyah permen karet ketika mendarat.

15.A

16.B

17.C

18.D

19.E

20.F

21.G

Page 10: Baro Trauma, trauma penerbangan,

22.H

Hijau terang : buku ui

Merah : buku boies

Kuning : penyakit tht d. thane r cody, Eugene, editor dr petrus

Biru: medscape ear barotraumas, overview, diagnosis, treatment

Coklat : 33 diagnosis in otorhinolaryngology

Ungu : Ballenger foto

Jingga/orange : vertigo foto

Abu-abu : XIII-57 current diagnosis and treatment

Hijau Lumut : 85 pocket quide to the ear

Biru terang : ear barotraumas ww.nlmdnih.gov