Tetralogi Fallot

43

Click here to load reader

description

salah satu gangguan penyakit pada manusia

Transcript of Tetralogi Fallot

Page 1: Tetralogi Fallot

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

ANALISA TRIGER CASE I

DISUSUN OLEH :

1. HUPAZMI FAJRI NIM. 04121303001

2. MAULIA DEWI NIM. 04121303004

3. IKHTIAR FITRAH SUSALIT NIM. 04121303007

4. FAJAR KURNIA NINGSIH NIM. 04121303012

5. TIARA TRESIA NIM. 04121303020

6. IFROHATI NIM. 04121303027

Dosen. MK. Ns. Hikayati, S.Kep. M.Kep

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Penyakit Jantung Bawaan dengan Jenis Tetralogi Fallot Page 22

Page 2: Tetralogi Fallot

TAHUN 2012/2013KATA PENGANTAR

Alhamdulillah kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena

kita telah diberikan suatu nikmat yaitu kesehatan sehingga kita dapat

menyelesaikan tugas Analisa Triger Case dalam mata kuliah Keperawatan

Medikal Bedah, serta tak lupa shalawat beriring salam kita kirimkan kepada

junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW karena berkat perjuangan beliau kita

sama-sama dapat merasakan alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan dan

teknologi seperti saat ini.

Terima kasih kami ucapkan kepada seluruh pihak yang telah membantu

dalam penyelesaian tugas tersebut. Terutama kepada ibu Ns. Hikayati, S.Kep.

M.Kep, serta kepada teman-teman yang juga telah membantu dalam penyelesaian

tugas.

Jika dikemudian hari terdapat kesalahan kami mohon maaf yang sebesar-

besarnya, serta kami mohon kritik dan saran dari segenap pembaca sekalian.

Demikian yang dapat kami uacapkan lebih dan kurang kami ucapkan terima kasih.

Indralaya, Februari 2012

Penulis

Penyakit Jantung Bawaan dengan Jenis Tetralogi Fallot Page 22

Page 3: Tetralogi Fallot

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................. i

KATA PENGANTAR........................................................................................... ii

DAFTAR ISI......................................................................................................... ii

ANALISA KASUS..................................................................................................1

ANALISA TRIGER CASE.....................................................................................1

A. Penyakit Jantung Bawaan...................................................................................2

B. Definisi Tetralogi Fallot......................................................................................3

C. Etiologi................................................................................................................5

D. Patofisiologi........................................................................................................6

E. Pathway Tetralogi Fallot.....................................................................................9

F. Manifestasi Klinis.............................................................................................10

G. Komplikasi........................................................................................................11

ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT JANTUNG BAWAAN

DENGAN JENIS PENYAKIT TETRALOGI FALLOT......................................12

A. Pengkajian Keperawatan..................................................................................12

B. Pengobatan........................................................................................................15

C. Prognosis...........................................................................................................15

D. Penatalaksanaan................................................................................................16

E. Diagnosa Keperawatan.....................................................................................17

F. Rencana Keperawatan.......................................................................................18

G. Discharge Planning...........................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................24

Penyakit Jantung Bawaan dengan Jenis Tetralogi Fallot Page 22

Page 4: Tetralogi Fallot

ANALISIS KASUS

Anak GG, 8 bulan dibawa orang tuanya ke RSHH dengan keluhan anak sering

nampak biru disekitar mulut terutama sejak 2 hari yang lalu. Hasil anamnesa

diketahui anak GG sejak lahir sering mengalami kebiruan pada sekitar mulut

terutama bila menyusu dan segera melepaskan puting susu dengan nafas cepat

karena kelelahan. Riwayat persalinan bayi lahir spontan, ditolong bidan dan

langsung menagis kuat. Pada pengkajian didapatkan : anak terlihat sianosis, BB 4

kg terlihat kurus, takipne, takikardi, terdengar bising jantung dan clubbing finger.

Saat anamnesa ibu tampak cemas dan bertanya kepada perawat apakah anaknya

bisa disembuhkan?

ANALISA TRIGER CASE

1. Apa yang terjadi pada pasien? Jelaskan secara konsep teoritis berdasarkan

data yang ada!

2. Pengkajian fisik dan penunjang apa saja yang diperlukan? Mengapa perlu

diperiksa?

3. Bagaimana penatalaksanaan medis pada pasien tersebut?

4. Bagaimana tindakan dan penatalaksanaan keperawatan pada pasien tersebut?

5. Buatlah mapping masalah keperawatan berdasarkan data !

6. Berdasarkan mapping bagaimana rencana asuhan keperawatan pada pasien

tersebut?

7. Bagaimana discharge planning pada pasien tersebut?

Penyakit Jantung Bawaan dengan Jenis Tetralogi Fallot Page 22

Page 5: Tetralogi Fallot

Dari kasus di atas Anak GG menderita Penyakit Jantung Bawaan dengan Jenis

Penyakit Tetralogi Fallot. Berikut penjelasan penyakit berdasarkan data di atas

secara konsep teoritis :

A. Penyakit Jantung Bawaan

Penyakit jantung bawaan merupakan hasil dari abnormalitas struktur atau

fungsi sistem kardiovaskuler sewaktu lahir. Pada sebagian besar kasus tertentu,

defek struktural dapat ditandakan pada gangguan spesifik perkembangan

embriologis yang normal (Sjaifoellah, 1996).

Insiden penyakit jantung kongenital/Congenital Heart Disease (CHD)

sebanyak kira-kira 8 diantara 1000 kelahiran hidup dan menjadi lebih tinggi

apabila katup aorta bikuspidal diikutsertakan. Sekitar 1/3 kasus kondisi sakit yang

kritis terjadi pada awal kehidupan. Kelainan ekstrakardia yang mengikuti terjadi

pada sekitar ¼ bayi dengan CHD. Pada sindroma Down, misalnya, ditemukan

insiden yang tinggi dari defek septum atrium atau septum ventrikel, atau paten

duktus arteriosus (Underwood, 2000).

Pada sekitar 80% kasus, penyebab penyakit jantung kongenital tidak

diketahui. Faktor lingkungan seperti infeksi virus pada ibu (terutama rubella),

peminum kronis, dan obat seperti thalidomide, semuanya jelas berhubungan

dengan CHD. Faktor ini sangat penting pada umur kehamilan minggu  keempat

sampai kesembilan setelah konsepsi. Selama periode tersebut, ruang atrium dan

ventrikel mengalami pemisahan oleh septum, katup jantung mengalami

pembentukan dan trunkus arteriosus yang primitif terbagi menjadi aorta dan arteri

pulmonalis. Insiden CHD menunjukkan kenaikan pada ibu penderita DM yang

insulin-dependen atau fenilketonuria. Walau ditemukan hubungan yang lemah

antara insiden kelainan dengan jantung bawaan dengan faktor keturunan

hubungan ini jelas terlihat; umumnya hanya satu dari sepasang kembar monozigot

yang terkena. Resiko lesi jantung kongenital pada keturunan individu yang

terkena berbeda-beda tergantung pada sifat defek, misalnya dari 2% yang

mempunyai koarktasio aorta ditemukan sekitar 4%-nya merupakan defek septum

ventrikuler. Apabila dua atau lebih anggota keluarga yang terkena, resiko

Penyakit Jantung Bawaan dengan Jenis Tetralogi Fallot Page 22

Page 6: Tetralogi Fallot

kelihatannya lebih tinggi dan pada kejadian ini, dianjurkan untuk mengadakan

konsultasi genetik. Distribusi defek tidak secara umum mengikuti pola yang jelas

dari hukum Mendel (Sadler, 2000).

Tabel I. Jenis proporsi penyakit jantung kongenital

No. Jenis penyakit jantung kengenital Jumlah %

1. Atrial Septal Defect (ASD) 51 62,96

2. Ventricular Septal Defect (VSD) 10 122,34

3. Patent Ductus Arteriosus (PDA) 9 11,11

4. Stenosis Pulmoner (SP) 4 4,93

5. Tetralogi Fallot (TF) 4 4,93

6. Coarctatio Aortae (CA) 2 2,46

7. Transportasi Pembuluh Darah Besar (TPB) 1 1,27

Total 81 100

(Sjaifoellah, 1996).

Menurut Underwood (2000), gambaran klinis dan patologis yang menonjol

dari penyakit jantung bawaan adalah:

1. Makan yang kurang, kegagalan perkembangan dan tidak baiknya

pertumbuhan

2. Penyakit respiratorius atau takipnea

3. Sianosis

4. Clubbing

5. Polisitemia

6. Gagal jantung

7. Hipertensi pulmonalis

8. Endokarditis infeksiosa

B. Definisi Tetralogi Fallot

Tetralogi fallot adalah kelainan anatomi yang disebabkan oleh kesalahan

dari perkembangan infundibulum ventrikel kanan. Kelainan ini pertama kali

dilaporkan oleh Fallot (1888).

Penyakit Jantung Bawaan dengan Jenis Tetralogi Fallot Page 22

Page 7: Tetralogi Fallot

Tetralogi Fallot adalah kelainan jantung sianotik paling banyak yang tejadi

pada 5 dari 10.000 kelahiran hidup. TF umumnya berkaitan dengan kelainan

jantung lainnya seperti defek septum atrial (Sjaifoellah, 1996).

Menurut Sadler (2000), Tetralogi Fallot adalah penyakit jantung bawaan

tipe sianotik. Kelainan yang terjadi adalah kelainan pertumbuhan dimana terjadi

defek atau lubang  dari bagian infundibulum septum intraventrikular (sekat antara

rongga ventrikel) dengan syarat defek tersebut paling sedikit sama besar dengan

lubang aorta. Sebagai konsekuensinya, didapatkan adanya empat kelainan anatomi

sebagai berikut :

1. Defek Septum Ventrikel (VSD) yaitu lubang pada sekat antara kedua rongga

ventrikel.

2. Stenosis pulmonal terjadi karena penyempitan klep pembuluh darah yang

keluar dari bilik kanan menuju paru, bagian otot dibawah klep juga menebal

dan menimbulkan penyempitan.

3. Aorta overriding dimana pembuluh darah utama yang keluar dari ventrikel

kiri mengangkang sekat bilik, sehingga seolah-olah sebagian aorta  keluar

dari bilik kanan.

4. Hipertrofi ventrikel kanan atau penebalan otot di ventrikel kanan karena

peningkatan tekanan di ventrikel kanan akibat dari stenosis pulmonal.

Penyakit Jantung Bawaan dengan Jenis Tetralogi Fallot Page 22

Page 8: Tetralogi Fallot

C. Etiologi

Menurut Sjaifoellah (1996), kebanyakan penyebab dari kelainan jantung

bawaan tidak diketahui. Biasanya, melibatkan berbagai faktor. Faktor prenatal

yang berhubungan dengan resiko terjadinya tetralogi fallot adalah :

a. Selama hamil, ibu menderita rubella (campak Jerman) atau infeksi virus

lainnya

b. Gizi buruk selama hamil

c. Ibu yang alkoholik

d. Usia ibu di atas 40 tahun

e. Ibu menderita diabetes

Tetralogi Fallot lebih sering ditemukan pada anak-anak yang menderita

Down Sindrom. Tetralogi Fallot dimasukkan ke dalam kelainan jantung sianotik

karena terjadi pemompaan darah yang sedikit mengandung oksigen ke seluruh

tubuh, sehingga terjadi sianosis (kulit berwarna ungu kebiruan) dan sesak napas

(Sjaifoellah, 1996).

Mungkin gejala sianosis baru timbul di kemudian hari, di mana bayi

mengalami serangan sianotik karena menyusu atau menangis. Tetralogi Fallot

terjadi pada sekitar 50 dari 100.000 bayi dan merupakan kelainan jantung bawaan

nomor 2 yang paling sering terjadi (Sjaifoellah, 1996).

Menurut Mansjoer (2000), pada sebagian besar kasus, penyebab penyakit

jantung bawaan tidak diketahui secara pasti. Diduga karena adanya faktor

endogen dan eksogen. Faktor–faktor tersebut antara lain :

Faktor endogen

1. Berbagai jenis penyakit genetik : kelainan kromosom 

2. Anak yang lahir sebelumnya menderita  penyakit jantung bawaan

3. Adanya  penyakit tertentu dalam keluarga seperti  diabetes mellitus,

hipertensi, penyakit jantung  atau kelainan bawaan

Penyakit Jantung Bawaan dengan Jenis Tetralogi Fallot Page 22

Page 9: Tetralogi Fallot

Faktor eksogen

1. Riwayat  kehamilan  ibu  : sebelumnya  ikut program KB oral atau suntik,

minum obat-obatan tanpa resep dokter (thalidmide, dextroamphetamine,

aminopterin, amethopterin, jamu)

2. Ibu menderita penyakit infeksi :  rubella

3. Pajanan terhadap sinar X

Para ahli berpendapat bahwa penyebab endogen dan eksogen  tersebut

jarang terpisah menyebabkan penyakit jantung bawaan. Diperkirakan lebih dari

90% kasus penyebab adalah  multifaktor. Apapun sebabnya, pajanan terhadap

faktor penyebab harus ada sebelum akhir bulan kedua kehamilan, oleh karena

pada minggu ke delapan kehamilan pembentukan jantung janin sudah selesai.

  

D. Patofisiologi

Mulai akhir minggu ketiga sampai minggu keempat kehidupan intrauterine,

trunkus arteriosus terbagi menjadi aorta dan arteri pulmonalis. Pembagian

berlangsung sedemikian, sehingga terjadi perputaran seperti spiral dan akhirnya

aorta akan berasal dari posterolateral sedangkan pangkal arteri pulmonalis terletak

antero-medial. Septum yang membagi trunkus menjadi aorta dan arteri pulmonalis

kelak akan bersama-sama dengan endokardial cushion serta bagian membrane

septum ventrikel, menutup foramen interventrikel. Pembagian ventrikel tunggal

menjadi ventrikel kanan dan kiri terjadi antara minggu ke-4 dan minggu ke-8 (Staf

IKA, 2007).

Kesalahan dalam pembagian trunkus dapat berakibat letak aorta yang

abnormal (overriding), timbulnya infundibulum yang berlebihan pada jalan keluar

ventrikel kanan, serta terdapatnya defek septum ventrikel karena septum dari

trunkus yang gagal berpartisipasi dalam penutupan foramen interventrikel.

Dengan demikian dalam bentuknya yang klasik, akan terdapat 4 kelainan, yaitu

defek septum ventrikel yang besar, stenosis infundibular, dekstroposisi pangkal

aorta dan hipertrofi ventrikel kanan (Staf IKA, 2007).

Penyakit Jantung Bawaan dengan Jenis Tetralogi Fallot Page 22

Page 10: Tetralogi Fallot

Kelainan anatomi ini bervariasi luas, sehingga menyebabkan luasnya variasi

patofisiologi penyakit. Secara anatomis tetralogi fallot terdiri dari septum

ventrikel subaortik yang besar dan stenosis pulmonal infundibular. Terdapatnya

dekstroposisi aorta dan hipertrofi ventrikel kanan adalah akibat dari kedua

kelainan terdahulu. Derajat hipertrofi ventrikel kanan yang timbul bergantung

pada derajat stenosis pulmonal. Pada 50% kasus stenosis pulmonal hanya

infundibular, pada 10-25% kasus kombinasi infundibular dan valvular dan 10%

kasus hanya stenosis valvular. Selebihnya ialah stenosis pulmonal perifer (Staf

IKA, 2007).

Menurut Staf IKA (2007), dekstroposisi pangkal aorta (overriding aorta)

bukan merupakan condition sine qua non untuk penyakit ini. Hubungan letak

aorta dan arteri pulmonalis masih di tempat yang normal, overriding aorta terjadi

karena pangkal aorta berpindah kearah anterior mengarah ke septum. Derajat

overriding ini lebih mudah ditentukan secara angiografis daripada waktu

pembedahan atau autopsy. Klasifikasi overriding menurut Kjellberg :

1. Tidak terdapat overriding aorta bila sumbu aorta desenden mengarah ke

belakang ventrikel kiri.

2. Pada overriding 25% sumbu aorta asenden ke arah ventrikel sehingga lebih

kurang 25% orifisium aorta menghadap ke ventrikel kanan

3. Pada overriding 50% sumbu aorta mengarah ke septum sehingga 50%

orifisium aorta menghadap ventrikel kanan

4. Pada overriding 75% sumbu aorta asenden mengarah ke depan ventrikel

kanan, septum sering berbentuk konveks ke arah ventrikel kiri, aorta sangat

melebar, sedangkan ventrikel kanan berongga sempit

Derajat overriding ini bersama dengan defek septum ventrikel dan derajat

stenosis menentukan besarnya pirau kanan ke kiri. Juga sangat menentukan sikap

pada waktu pembedahan. Arkus aorta yang berada di sebelah kanan disertai knob

aorta dan aorta desenden di kanan terdapat pada 25% kasus. Pada keadaan ini

arteria subklavia kiri yang berpangkal di hemithorax kanan biasanya menyilang di

depan esophagus, kadang disertai arkus ganda. Pada tetralogi fallot dapat terjadi

Penyakit Jantung Bawaan dengan Jenis Tetralogi Fallot Page 22

Page 11: Tetralogi Fallot

kelainan arteri koronaria. Arteri koronaria yang letaknya tidak normal ini bila

terpotong waktu operasi dapat berakibat fatal. Sirkulasi kolateral di paru pada

tetralogi fallot yang terbentuk tergantung pada kurangnya aliran darah ke paru.

Pembuluh kolateral berasal dari cabang-cabang arteria bronkialis. Pada keadaan

tertentu jumlah kolateral sedemikian hebat sehingga menyulitkan tindakan bedah.

Pembuluh kolateral tersebut harus diikat sebelum dilakukan pintasan

kardiopulmonal (Staf IKA, 2007).

Pengembalian vena sistemik ke atrium kanan dan ventrikel kanan

berlangsung normal. Ketika ventrikel kanan menguncup, dan menghadapi stenosis

pulmonalis, maka darah akan dipintaskan melewati cacat septum ventrikel

tersebut ke dalam aorta. Akibatnya terjadi ketidakjenuhan darah arteri dan sianosis

menetap. Aliran darah paru-paru, jika dibatasi hebat oleh obstruksi aliran keluar

ventrikel kanan, dapat memperoleh pertambahan dari sirkulasi kolateral bronkus

dan kadang dari duktus arteriosus menetap (Staf IKA, 2007).

Penyakit Jantung Bawaan dengan Jenis Tetralogi Fallot Page 22

Page 12: Tetralogi Fallot

(Mansjoer, 2000).

Penyakit Jantung Bawaan dengan Jenis Tetralogi Fallot Page 22

E.

Takut pada anak Kecemasan

anak

Kurang pengetahuan klg ttg cara merawat anak dengan tetralogi fallot Kecemasan orang tua,perubahan proses keluarga, koping keluarga

inefektif

Page 13: Tetralogi Fallot

F. Manifestasi Klinis

Menurut Underwood (2000), gejala yang timbul tergantung dari derajat

stenosis pulmonal, ventrikel septal defek (VSD), dan resistensi vaskular sistemik.

Gejalanya bisa berupa :

a. Terjadi gangguan pertumbuhan, kadang terjadi sirkulasi kolateral ke paru

sehingga dapat mempertahankan pertumbuhan

b. Bayi mengalami kesulitan untuk menyusu

c. Sianosis. Sianosis yang terjadi simetris, akibat pirau dari ventrikel kanan ke

ventrikel kiri. Melalui defek besar yang non restriktif

d. Jari tangan clubbing (seperti tabuh genderang karena kulit atau tulang di

sekitar kuku jari tangan membesar)

e. Sesak napas jika melakukan aktivitas

f. Setelah melakukan aktivitas, anak selalu jongkok (squating)

Gambaran klinis sering khas. Karena aorta menerima darah yang kaya

oksigen dari ventrikel kiri dan yang tanpa oksigen dari ventrikel kanan, maka

terjadilah sianosis. Stenosis pulmonalis membatasi aliran darah dari ventrikel

kanan ke dalam paru-paru dan apabila ini berat, untuk kelangsungan hidupnya

hanya mungkin apabila duktus arteriosus tetap terbuka. Bising sistolik diakibatkan

baik oleh defek septum ventrikuler atau, bila berat, stenosis pulmonalis. Seperti

juga pada seluruh penderita yang hipoksia, konsentrasi hemoglobin menunjukkan

kenaikan. Gagal jantung kanan tidak dapat dihindari dan endokarditis bakterialis

akan terjadi. Anak yang menderita dispnea akibat tetralogi fallot kadang-kadang

mempunyai posisi tubuh yang khas akibat penyesuaian, dimana kedua kaki

diletakkan berdekatan dengan sendi paha, atau duduk dengan posisi “kaki-dada”.

Keadaan ini akan meningkatkan aliran balik vena dari tungkai bawah atau, lebih

spekulatif, untuk mengurangi perfusi arteri perifer, yang karenanya akan

meningkatkan aliran melalui duktus arteriosus atau defek septum ventrikuler ke

sirkulasi sebelah kanan. Sebelum ada pengobatan operasi yang maju, sebagian

besar penderita akan meninggal dunia (Underwood, 2000).

Penyakit Jantung Bawaan dengan Jenis Tetralogi Fallot Page 22

Page 14: Tetralogi Fallot

Menurut Sjaifoellah (1996), tanda-tanda TF yang dapat dipergunakan untuk

menegakkan diagnosis adalah sebagai berikut :

1. Gambaran jantung normal/kecil dan tidak hiperaktif.

2. Pada auskultasi terdengar bising sistolik yang keras terutama di daerah garis

sternal kiri bagian tengah, bunyi II tunggal dan keras. Apabila stenosis

pulmoner berat, bising akan lebih lemah daripada bising secara kontinu pada

PDA, atau kolateral bronkial dapat terdengar.

3. EKG menunjukkan RVH dan aksis bergeser ke kanan.

4. Foto rontgen menunjukkan besar jantung normal, apeks terangkat ke atas.

Terdapat cekungan pada lokasi arteri pulmonal yang memberikan gambaran

pedang sabit (coeuren sabot appearance). Vaskularisasi paru akan menurun

dan tampak pembesaran ventrikel kanan pada proyek foto rontgen lateral.

5. Ekokardiogram memperlihatkan dilatasi aorta, overriding aorta dengan

dilatasi ventrikel kanan, bahkan VSD juga terlihat. Komplikasi TF yang

paling sering ialah serebral. CVD lebih sering terjadi pada tahun pertama dan

erat hubungannya dengan trombus yang terjadi akibat polisitemia dan

hypoxic spell. Abses serebral lebih sering terjadi pada tahun ke-2. Hal ini erat

hubungannya dengan bakteri dan virus yang melewati VSD ke jantung kanan

tanpa disaring oleh paru-paru.

G. Komplikasi

Menurut Staf IKA (2000), komplikasi yang dapat terjadi akibat penyakit

tetralogi fallot adalah sebagai berikut:

1. Trombosis pulmonal

2. CVA trombosis

3. Abses otak

4. Perdarahan

5. Anemia relatif

Penyakit Jantung Bawaan dengan Jenis Tetralogi Fallot Page 22

Page 15: Tetralogi Fallot

ASUHAN KEPERAWATAN

PENYAKIT JANTUNG BAWAAN DENGAN

JENIS PENYAKIT TETRALOGI FALLOT

A. Pengkajian Keperawatan

1. Anamnesa

a. Riwayat kehamilan :

Ditanyakan apakah ada faktor endogen dan eksogen.

Faktor Endogen :

1. Berbagai jenis penyakit genetik : kelainan kromosom

2. Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan

3. Adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti diabetes mellitus,

hipertensi, penyakit jantung atau kelainan bawaan

Faktor eksogen : riwayat kehamilan ibu

1. Sebelumnya ikut program KB oral atau suntik, minum obat-obatan tanpa

resep dokter, (thalidmide, dextroamphetamine. aminopterin,

amethopterin, jamu)

2. Ibu menderita penyakit infeksi : Rubella

3. Pajanan terhadap sinar X

b. Riwayat tumbuh

Biasanya anak cenderung mengalami keterlambatan pertumbuhan karena

fatique selama makan dan peningkatan kebutuhan kalori sebagai akibat dari

kondisi penyakit. Anak akan sering Squatting (jongkok) setelah anak dapat

berjalan, setelah berjalan beberapa lama anak akan berjongkok dalam beberapa

waktu sebelum ia berjalan kembali.

c. Riwayat psikososial/ perkembangan

1. Kemungkinan mengalami masalah perkembangan

2. Mekanisme koping anak/ keluarga

3. Pengalaman hospitalisasi sebelumnya

(Carpenito, 2001).

Penyakit Jantung Bawaan dengan Jenis Tetralogi Fallot Page 22

Page 16: Tetralogi Fallot

d. Pemeriksaan fisik

1. Akivitas dan istirahat

Gejala : malaise, keterbatasan aktivitas/ istirahat karena

kondisinya.

Tanda : ataksia, lemas, masalah berjalan, kelemahan umum,

keterbatasan dalam rentang gerak.

2. Sirkulasi

Gejala : takikardi, disritmia.

Tanda : adanya clubbing finger setelah 6 bulan, sianosis pada

membran mukosa, gigi sianotik.

3. Eliminasi

Tanda : adanya inkontinensia dan atau retensi.

4. Makanan/ cairan

Tanda : kehilangan nafsu makan, kesulitan menelan, sulit

menyusu.

Gejala : anoreksia, muntah, turgor kulit jelek, membran mukosa

kering.

5. Hygiene

Tanda : ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan diri.

6. Neurosensori

Tanda : kejang, kaku kuduk.

Gejala : tingkat kesadaran letargi hingga koma bahkan kematian.

7. Nyeri/ keamanan

Tanda : sakit kepala berdenyut hebat pada frontal, leher kaku.

Gejala : tampak terus terjaga, gelisah, menangis/ mengaduh/

mengeluh.

8. Pernafasan

Tanda : auskultasi terdengar bising sistolik yang keras didaerah

pulmonal yang semakin melemah dengan bertambahnya

derajat obstruksi.

Gejala : dyspnea, napas cepat dan dalam.

Penyakit Jantung Bawaan dengan Jenis Tetralogi Fallot Page 22

Page 17: Tetralogi Fallot

9. Nyeri/ keamanan

Tanda : sianosis, pusing, kejang.

Gejala : suhu meningkat, menggigil, kelemahan secara umum.

(Doengoes, 2000).

2. Pemeriksaan penunjang

Menurut Mansjoer (2000), pemeriksaaan penunjang untuk penyakit tetralogi

fallot adalah sebagai berikut:

1. Pemeriksaan laboratorium

Ditemukan  adanya peningkatan hemoglobin dan hematokrit (Ht)  akibat

saturasi oksigen yang rendah. Pada umumnya hemoglobin dipertahankan 16-

18 gr/dl dan hematokrit antara 50-65 %. Nilai BGA  menunjukkan

peningkatan tekanan partial karbondioksida (PCO2), penurunan tekanan

parsial oksigen (PO2) dan penurunan PH. Pasien dengan Hb dan Ht normal

atau rendah  mungkin menderita defisiensi besi.

2. Radiologis

Sinar  X pada thoraks menunjukkan penurunan aliran darah pulmonal, tidak

ada pembesaran jantung. Gambaran khas jantung tampak apeks jantung

terangkat sehingga seperti sepatu.

3.    Elektrokardiogram

Pada EKG sumbu QRS hampir selalu berdeviasi ke kanan. Tampak pula

hipertrofi ventrikel kanan. Pada anak besar dijumpai P pulmonal.

4.  Ekokardiografi

Memperlihatkan  dilatasi aorta, overriding aorta dengan dilatasi ventrikel

kanan, penurunan ukuran arteri pulmonalis dan penurunan aliran darah ke

paru-paru.

5.   Kateterisasi

Diperlukan sebelum tindakan pembedahan  untuk mengetahui defek septum

ventrikel multiple, mendeteksi kelainan arteri koronari dan mendeteksi

stenosis pulmonal perifer. Mendeteksi adanya penurunan saturasi oksigen,

peningkatan tekanan ventrikel kanan, dengan tekanan pulmonalis normal atau

rendah.

Penyakit Jantung Bawaan dengan Jenis Tetralogi Fallot Page 22

Page 18: Tetralogi Fallot

6. Gas darah : adanya penurunan saturasi oksigen dan penurunan PaO2.

B. Pengobatan

Menurut Staf IKA (2007), walaupun hampir semua pasien tetralogi fallot

memerlukan tindakan bedah, namun terapi konservatif tidak boleh diabaikan

sebelum pembedahan dilakukan. Pencegahan dan penanggulangan dehidrasi

sangat penting untuk menghindari hemokonsentrasi yang berlebihan serta

trombosis. Pengobatan akut serangan sianotik meliputi:

1. Meletakan pasien dalam posisi menungging (knee chest position), sambil

mengamati bahwa pakaian yang melekat tidak sempit

2. Pemberian O2

3. Koreksi asidosis metabolik dengan NaHCO3

4. Pemberian propanolol 0,1 mg/kgBB intra vena

5. Pemberian morfin subkutan atau IV 0,1 mg/kgBB

Pemulihan akan berlangsung dengan cepat, demikian pula pH nya kembali

kepada keadaan normal. Pengukuran pH darah yang berulang diperlukan, karena

kekambuhan asiodis sering ditemukan. Untuk mencegah terulangnya serangan

sianotik diberikan propanolol per oral 1-2 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis,

dengan hasil yang sangat baik pada beberapa penderita dengan serangan hebat,

terutama yang disertai takikardi. Serangan sianotik lebih sering terjadi pada pasien

dengan anemia, maka  bila terdapat anemia relatif akibat defisiensi besi perlu

diberikan preparat besi sampai kadar hemoglobin mencapai 16-18 g/dl dan

hematokrit 55-65%.

C. Prognosis

Tanpa operasi prognosis tidak baik. Rata-rata mencapai umur 15 tahun,

tetapi semua ini bergantung kepada besar kelainan. Ancaman pada anak dengan

tetralogi fallot adalah abses otak pada umur sekitar 2-3 tahun. Gejala neurologis

disertai demam dan leukositosis memberikan kecurigaan akan adanya abses otak.

Jika pada bayi dengan tetralogi fallot terdapat gangguan neurologis, maka

cenderung untuk diagnosis trombosis pembuluh darah otak daripada abses otak.

Anak dengan tetralogi fallot cenderung untuk menderita perdarahan banyak,

Penyakit Jantung Bawaan dengan Jenis Tetralogi Fallot Page 22

Page 19: Tetralogi Fallot

karena mengurangnya trombosit dan fibrinogen. Kemungkinan timbulnya

endokarditis bakterialis selalu ada (Staf IKA, 2007).

D. Penatalaksanaan

Tindakan operasi dianjurkan untuk semua pasien TF. Kateterisasi dan

angiografi dibutuhkan untuk konfirmasi diagnosis, terapi terutama untuk

mengevaluasi struktur anatomik intrakardiak dan hubungannya dengan pembuluh

jantung besar (Sjaifoellah, 1996).

Pengobatan medis hanya diberikan pada usia muda, menunggu sampai

koreksi total dilakukan. Usia ideal untuk koreksi total adalah 4-5 tahun, tetapi bila

sianosis berat dan hypoxiic spells terjadi maka operasi dapat dilakukan juga pada

bayi atau usia janin lebih muda (Sjaifoellah, 1996).

Apabila koreksi total belum dapat dilakukan sedangkan spells dan sianosis

sangat berat, dapat dilakukan aliran darah pintas sistemik pulmoner. Hal ini

dilakukan untuk meningkatkan aliran darah pulmoner, dengan harapan koreksi

total dapat dilakukan kemudian. Aliran pintas yang banyak dilakukan adalah

operasi Blalock-Taussig (Sjaifoellah, 1996).

Menurut Sjaifoellah (1996), pada usia muda sebelum koreksi total,

pengobatan dan tindakan yang dapat dilakukan, ialah :

1. Memberikan antibiotik untuk mencegah terjadinya endokarditis

2. Memberikan propranolol untuk mencegah spell

3. Mengobati atau melakukan operasi bila mungkin, untuk mencegah terjadinya

abses otak

4. Melakukan flebotomi, bila hematokrit > 65%

Pada penderita yang mengalami serangan sianosis maka terapi ditujukan

untuk memutus patofisiologi serangan tersebut, antara lain dengan cara :

1. Posisi lutut ke dada agar aliran darah ke paru bertambah

2. Morphine sulfat 0,1-0,2 mg/kg SC, IM atau IV untuk menekan pusat

pernafasan dan mengatasi takipneu

3. Bikarbonas natrikus 1 Meq/kg BB IV untuk mengatasi asidosis

Penyakit Jantung Bawaan dengan Jenis Tetralogi Fallot Page 22

Page 20: Tetralogi Fallot

4. Oksigen dapat diberikan, walaupun pemberian disini tidak begitu tepat karena

permasalahan bukan karena kekurangan oksigen, tetapi karena aliran darah ke

paru menurun. Dengan usaha diatas diharapkan anak tidak lagi takipnea,

sianosis berkurang dan anak menjadi tenang. Bila hal ini tidak terjadi dapat

dilanjutkan dengan pemberian :

a. Propanolol 0,01-0,25 mg/kg IV perlahan-lahan untuk menurunkan denyut

jantung sehingga serangan dapat diatasi. Dosis total dilarutkan dengan 10

ml cairan dalam spuit, dosis awal/ bolus diberikan separuhnya, bila

serangan belum teratasi sisanya diberikan perlahan dalam 5-10 menit

berikutnya.

b. Ketamin 1-3 mg/kg (rata-rata 2,2 mg/kg) IV perlahan. Obat ini bekerja

meningkatkan resistensi vaskuler sistemik dan juga sedative.

c. Penambahan volume cairan tubuh dengan infus cairan dapat efektif dalam

penanganan serangan sianotik. Penambahan volume darah juga dapat

meningkatkan curah jantung, sehingga aliran darah ke paru bertambah dan

aliran darah sistemik membawa oksigen ke seluruh tubuh juga meningkat.

5. Lakukan selanjutnya :

1. Propanolol oral 2-4 mg/kg/hari dapat digunakan untuk serangan sianotik

2. Bila ada defisiensi zat besi segera diatasi

3. Hindari dehidrasi

E. Diagnosa Keperawatan

1. Penurunan cardiac output berhubungan dengan sirkulasi yang tidak efektif

sekunder dengan adanya malformasi jantung

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan pemenuhan

O2 terhadap kebutuhan tubuh

3. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan oksigenasi

tidak adekuat, kebutuhan nutrisi jaringan tubuh, isolasi sosial

4. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan kurang penngetahuan

tentang keadaan bayinya

(Herdman dalam NANDA, 2012-2014).

Penyakit Jantung Bawaan dengan Jenis Tetralogi Fallot Page 22

Page 21: Tetralogi Fallot

F. RENCANA KEPERAWATAN

No. Diagnosa

Keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Keperawatan Paraf

Intervensi Rasionalisasi

1. Penurunan cardiac

output

berhubungan

dengan sirkulasi

yang tidak efektif

sekunder dengan

adanya malformasi

jantung.

Setelah diberikan asuhan

keperawatan selama 3 x 24

jam, diharapkan penurunan

cardiac output pada klien

dapat diatasi, dengan

kriteria hasil :

- Denyut nadi klien

kembali normal, yaitu

90-140x/mnt

- Klien tidak terlihat pucat

- Klien tidak terlihat

lemah

- Tidak mengalami

sianosis pada tubuhnya

1. Kaji frekuensi nadi, RR, TD

secara teratur setiap 4 jam.

2. Catat bunyi jantung.

3. Kaji perubahan warna kulit

terhadap sianosis dan pucat.

1. Memonitor adanya

perubahan sirkulasi jantung

sedini mungkin.

2. Mengetahui adanya

perubahan irama jantung.

3. Pucat menunjukkan adanya

penurunan perfusi perifer

terhadap tidak adekuatnya

curah jantung. Sianosis

terjadi sebagai akibat adanya

obstruksi aliran darah pada

ventrikel.

Penyakit Jantung Bawaan dengan Jenis Tetralogi Fallot Page 22

Page 22: Tetralogi Fallot

4. Pantau intake dan output

setiap 24 jam.

5. Batasi aktivitas secara

adekuat.

6. Berikan kondisi psikologi

lingkungan yang tenang

4. Ginjal berespon untuk

menurunkan curah jantung

dengan menahan produksi

cairan dan natrium.

5. Istirahat diperlukan untuk

memperbaiki efisiensi

kontraksi jantung dan

menurunkan konsumsi terapi

O2 dan kerja berlebihan.

6. Stres emosi menghasilkan

vasokontriksi yang

meningkatkan TD dan

meningkatkan kerja jantung

Penyakit Jantung Bawaan dengan Jenis Tetralogi Fallot Page 22

Page 23: Tetralogi Fallot

2. Intoleransi

aktivitas

berhubungan

dengan

ketidakseimbangan

pemenuhan O2

terhadap

kebutuhan tubuh.

Setelah diberikan

asuhan keperawatan

selama 3x24 jam,

diharapkan masalah

intoleransi aktivitas

dapat teratasi dengan

kriteria hasil:

- Pasien dapat

melakukan aktivitas

sesuai dengan batas

kemampuan

- Klien dapat tidur

nyenyak malam hari

- Klien terlihat lebih

segar ketika terbangun

1. Ikuti pola istirahat pasien,

hindari pemberian intervensi

pada saat istirahat.

2. Lakukan perawatan dengan

cepat, hindari pengeluaran

energi berlebih dari pasien.

3. Bantu pasien memilih

kegiatan yang tidak

melelahkan.

4. Hindari perubahan suhu

lingkungan yang mendadak.

1. Menghindari gangguan pada

istirahat tidur pasien

sehingga kebutuhan energi

dapat dibatasi untuk aktivitas

lain yang lebih penting.

2. Meningkatkan kebutuhan

istirahat pasien dan

menghemat energi pasien.

3. Menghindarkan pasien dari

kegiatan yang melelahkan

dan meningkatkan beban

kerja jantung.

4. Perubahan suhu lingkungan

yang mendadak merangsang

kebutuhan akan oksigen yang

meningkat.

Penyakit Jantung Bawaan dengan Jenis Tetralogi Fallot Page 22

Page 24: Tetralogi Fallot

5. Kurangi kecemasan pasien

dengan memberi penjelasan

yang dibutuhkan pasien dan

keluarga.

6. Respon perubahan keadaan

psikologis pasien (menangis,

murung dll) dengan baik.

5. Kecemasan meningkatkan

respon psikologis yang

merangsang peningkatan

kortisol dan meningkatkan

suplai O2.

6. Stres dan kecemasan

berpengaruh terhadap

kebutuhan O2 jaringan.

3. Gangguan

pertumbuhan dan

perkembangan

berhubungan

dengan oksigenasi

tidak adekuat,

kebutuhan nutrisi

jaringan tubuh,

isolasi sosial.

Setelah diberikan asuhan

keperawatan selama 3x

24jam, diharapkan

pertumbuhan dan

perkembangan klien dapat

mengikuti kurva tumbuh

kembang sesuai dengan

usia, dengan kriteria hasil :

- Anak usia 6 bulan

dapat merangkak,

1. Sediakan kebutuhan nutrisi

adekuat.

2. Monitor BB/TB, buat catatan

khusus sebagai monitor.

1. Menunjang kebutuhan nutrisi

pada masa pertumbuhan dan

perkembangan serta

meningkatkan daya tahan

tubuh.

2. Sebagai monitor terhadap

keadaan pertumbuhan dan

keadaan gizi pasien selama

dirawat.

Penyakit Jantung Bawaan dengan Jenis Tetralogi Fallot Page 22

Page 25: Tetralogi Fallot

duduk dengan bantuan,

menggenggam, dan

memasukkan benda ke

mulut.

- Berat badan, lingkar

kepala, lingkar lengan

atas, dan rata – rata

masa tubuh berada

dalam batas normal

sesuai usia.

- Klien dapat

berinteraksi dengan

keluarga

3. Kolaborasi intake Fe dalam

nutrisi.

3. Mencegah terjadinya anemia

sedini mungkin sebagi akibat

penurunan cardiac output.

4. Perubahan proses

keluarga

berhubungan

dengan kurang

penngetahuan

tentang keadaan

Setelah diberikan

penjelasan, keluarga

memahami penyakit

bayinya dengan kriteria

hasil : Mengungkapkan

pemahaman tentang

1. Jelaskan kembali tentang

patofisiologi dan prognosis

penyakit

2. Berikan informasi tentang

tindakan yang dilakukan saat

bayi mengalami serangan

1.Memberikan kesempatan

untuk mengklasifikasi kesalah

persepsi dan keadaan sakit

2.Pengetahuan mengenai

tindakan yang tepat akan

menurunkan resiko serangan

Penyakit Jantung Bawaan dengan Jenis Tetralogi Fallot Page 22

Page 26: Tetralogi Fallot

bayinya penyakit bayinya sianotik berulang.

Penyakit Jantung Bawaan dengan Jenis Tetralogi Fallot Page 22

Page 27: Tetralogi Fallot

G. DISCHARGE PLANNING :

1. Berikan penkes tentang cara-cara menghadapi gejala yang timbul.

2. Menyusui/menyuapi anak secara perlahan.

3. Memberikan porsi makan yang lebih kecil tetapi lebih sering.

4. Mengurangi kecemasan anak dengan tetap bersikap tenang.

5. Menghentikan tangis anak dengan cara memenuhi kebutuhannya.

6. Membaringkan anak dalam posisi miring dan kaki ditekuk ke dada selama

serangan sianosis.

7. Segera bawa anak ke pusat pelayanan kesehatan terdekat bila terjadi

serangan ulang.

(Underwood, 2000).

Penyakit Jantung Bawaan dengan Jenis Tetralogi Fallot Page 22

Page 28: Tetralogi Fallot

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito J.Lynda. 2001. Diagnosa Keperawatan, edisi 8. Jakarta: EGC.

Doengoes, Marylin E. 2000. Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan,

edisi 3. Jakarta: EGC.

Mansjoer, Arief, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media

Aesculapicus FKUI.

Sadler, T.W. 2000. Embriologi Kedokteran Langman. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC.

Sjaifoellah, Noer. 1996. Ilmu Penyakit dalam jilid I. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FK UI. 2007. Ilmu Kesehatan Anak jilid 2.

Jakarta: Infomedika.

T. Heather, Herdman. 2012. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi

2012-2014. Jakarta: EGC.

Underwood, J. C. E. 2000. Patologi Umum dan Sistematik. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC.

Penyakit Jantung Bawaan dengan Jenis Tetralogi Fallot Page 22