Terapi Psikofarmaka Psikosis Pasien Geriatri

6
Tinjauan Pustaka Maj Kedokt Indon, Volum: 59, Nomor: 9, September 2009 Tatalaksana Psikofarmaka dalam Manajemen Gejala Psikosis Penderita Usia Lanjut Andri Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta Abstrak: Penelitian menunjukkan bahwa pasien geriatri berpotensi tinggi untuk mengalami gangguan psikosis. Prevalensi gejala psikosis pada pasien geriatri berkisar antara 0,2-4,7%. Banyak faktor yang menyebabkan keadaan tersebut, salah satunya adalah kondisi medis umum geriatri yang kompleks. Hal tersebut membuat penatalaksanaan gejala psikosis pasien geriatri selain dengan pemberian obat antipsikotik juga melibatkan perbaikan kondisi medis umumnya. Pemberian antipsikotik pada pasien geriatri memerlukan perhatian khusus. Hal tersebut dikarenakan seringkali pasien geriatri mempunyai lebih rentan terhadap efek samping obat dibandingkan populasi pasien yang lebih muda. Beberapa tahun belakangan, pemberian antipsikotik atipikal cukup efektif mengatasi gejala psikotik pasien geriatri dan yang memiliki efek samping yang lebih sedikit. Pada makalah ini akan dibahas beberapa obat antipsikotik atipikal seperti risperidone, quetiapine, olanzapine, clozapine, zotepine dan aripriprazole yang berguna untuk mengatasi gejala psikosis pasien geriatri Kata kunci: gejala psikosis, antipsikotik atipikal, pasien geriatri 444

Transcript of Terapi Psikofarmaka Psikosis Pasien Geriatri

Page 1: Terapi Psikofarmaka Psikosis Pasien Geriatri

Tinjauan Pustaka

Maj Kedokt Indon, Volum: 59, Nomor: 9, September 2009

Tatalaksana Psikofarmaka dalamManajemen Gejala Psikosis

Penderita Usia Lanjut

Andri

Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta

Abstrak: Penelitian menunjukkan bahwa pasien geriatri berpotensi tinggi untuk mengalami

gangguan psikosis. Prevalensi gejala psikosis pada pasien geriatri berkisar antara 0,2-4,7%.

Banyak faktor yang menyebabkan keadaan tersebut, salah satunya adalah kondisi medis umum

geriatri yang kompleks. Hal tersebut membuat penatalaksanaan gejala psikosis pasien geriatri

selain dengan pemberian obat antipsikotik juga melibatkan perbaikan kondisi medis umumnya.

Pemberian antipsikotik pada pasien geriatri memerlukan perhatian khusus. Hal tersebut

dikarenakan seringkali pasien geriatri mempunyai lebih rentan terhadap efek samping obat

dibandingkan populasi pasien yang lebih muda. Beberapa tahun belakangan, pemberian

antipsikotik atipikal cukup efektif mengatasi gejala psikotik pasien geriatri dan yang memiliki

efek samping yang lebih sedikit. Pada makalah ini akan dibahas beberapa obat antipsikotik

atipikal seperti risperidone, quetiapine, olanzapine, clozapine, zotepine dan aripriprazole yang

berguna untuk mengatasi gejala psikosis pasien geriatri

Kata kunci: gejala psikosis, antipsikotik atipikal, pasien geriatri

444

Page 2: Terapi Psikofarmaka Psikosis Pasien Geriatri

Maj Kedokt Indon, Volum: 59, Nomor: 9, September 2009

Psychopharmacology Treatment in Managament of

Psychotic Symptoms in Geriatric Patients

Andri

Divison of Mental Health, Faculty of Medicine, Krida Wacana Christian University, Jakarta

Abstract: Studies have showed that geriatric patients has high potential risk to have psychotic

disorder. Prevalence of psychotic symptoms among geriatric patient is about 0,2-4,7%. Many

factors contributed to this condition, one of them is the medically complex condition in geriatric

patient. Thus, treatment of psychotic symptoms also reguire improvement of general giving

antipsychotic drugs. The use of antipsychotic drugs in geriatric patients needs special concern.

because geriatric patients are more vulnerable to the adverse effects of the drug compare to

younger patient population. In recent years the use of atypical antipsychotic is effective to over-

come the psychotic symptoms in geriatric patients and has less adverse effect. This paper will

discuss some of atypical antipsychotic such as risperidone, quetiapine, olanzapine, aripriprazole

and zotepine, which has potential effect in treating psychotic symptoms in geriatric patients.

Keywords: psychotic symptoms, atypical antipsychotic, geriatric patient

Pendahuluan

Penelitian telah memperlihatkan bahwa pasien geriatri

memiliki risiko untuk memiliki gejala psikotik . Beberapa di-

agnosis yang sering dihubungkan dengan gejala psikotik

pada pasien geriatri adalah demensia, delirium, skizofrenia

onset lambat, penyalahgunaan zat dan kondisi kelainan

neurologi. Gejala psikotik pada pasien usia lanjut dapat dilihat

dari berbagai kondisi. Penyebab dan manifestasi klinis

biasanya beragam tergantung dari kondisi yang men-

dasarinya.1,2

Gejala psikosis akut biasanya terlihat pada pasien de-

lirium yang disebabkan oleh kondisi medis umum,

penggunaan obat yang salah dan gejala psikosis yang

diinduksi oleh obat.

Gejala psikosis yang kronik dan menetap biasanya

disebabkan oleh gangguan psikotik primer (seperti skizofrenia

kronis, skizofrenia onset lambat, gangguan waham dan

gangguan mood), psikosis yang disebabkan karena proses

neurodegeneratif (demensia Alzheimer, demensia vaskuler,

demensia badan Lewy dan penyakit parkinson) atau karena

kondisi medis yang kronik.2

Untuk itu perlu diketahui penggunaan obat antipsikotik

yang tepat bagi pasien geriatri agar tatalaksana dapat

diterapkan dengan tepat dan aman bagi pasien.

Epidemiologi

Data menunjukkan prevalensi gejala psikotik pada

pasien geriatri berkisar antara 0,2-4,7%. Kepustakaan lain

mengatakan prevalensi skizofrenia pada pasien usia 65 tahun

ke atas berkisar 0,1-1%.2 Keadaan ini dapat meningkat pada

pasien geriatri yang tinggal di panti lansia yaitu berkisar 10%

sampai pernah ada laporan sampai 63%.3,4

Tanda dan Gejala

Waham terutama waham paranoid seringkali merupakan

fokus utama dari pengobatan pada pasien usia lanjut. Waham

dapat bersifat primer sebagai bagian dari gangguan psi-

kotiknya atau sekunder sebagai gejala yang muncul akibat

kondisi medik dan gangguan psikiatrik yang lain. Pada pasien

usia lanjut, waham yang muncul biasanya tidak kentara dan

sulit dibedakan dengan pengalaman nyata pasien. Hal

tersebut sering membuat gangguan waham pada pasien usia

lanjut terlambat dikenali sehingga menunda pengobatan.5

Gangguan psikotik pada pasien usia lanjut juga sering

ditandai dengan perilaku agresif dan merusak. Perilaku

tersebut membuat anggota keluarga yang merawat pasien

mengalami kesulitan dalam perawatan. Itu pula yang sering

membuat pasien usia lanjut mengalami kekerasan dan

penelantaran oleh keluarganya sendiri.3

Faktor Risiko

Beberapa hal yang dapat meningkatkan risiko terjadinya

gangguan psikotik pasien usia lanjut, yaitu: peningkatan usia

adalah berhubungan dengan deteriorasi korteks frontal dan

temporal, perubahan neurokimia yang berhubungan dengan

penuaan, isolasi sosial, defisit sensoris, penurunan kognitif,

perubahan farmakokinetik dan farmakodinamik dan

polifarmasi yang sering terjadi pada pasien usia lanjut.3,5

Tatalaksana Psikofarmaka dalam Manajemen Gejala Psikosis

445

Page 3: Terapi Psikofarmaka Psikosis Pasien Geriatri

Tatalaksana Psikofarmaka dalam Manajemen Gejala Psikosis

Maj Kedokt Indon, Volum: 59, Nomor: 9, September 2009

Tatalaksana Farmakologi

Penggunaan obat antipsikotik baik yang tipikal maupun

atipikal merupakan pilihan terapi dan yang paling sering

digunakan untuk mengobati gejala psikotik. Penggunaan

obat tersebut terbukti memberikan perbaikan gejala dan

mempertahankan pasien dari keberulangan.

Antipsikotik Tipikal

Penggunaan obat antipsikotik tipikal dalam beberapa

penelitian terakhir mulai jarang dikarenakan efek samping

dan ketersediaan obat antipsikotik atipikal yang semakin

luas. Haloperidol dan trifluoperazine dengan dosis 10-30 mg/

hari memberikan perbaikan pada gejala psikotik pasien usia

lanjut. Penggunaan depot juga berguna bagi pasien usia

lanjut yang memiliki masalah penggunaan secara oral. Dosis

rendah flupenazine dekanoat (9 mg tiap 2 minggu) terbukti

dapat memperbaiki gejala psikotik pasien.

Antipsikotik Atipikal

Penggunaan antipsikotik atipikal saat ini merupakan lini

pertama pengobatan gejala psikotik pasien usia lanjut karena

efek sampingnya yang lebih dapat ditolerir daripada

antipsikotik tipikal ataupun obat golongan non antipsikotik.

Namun demikian, tidak banyak penelitian yang

menggunakan sampel populasi pasien usia lanjut sehingga

efikasi dan keamanannya secara ilmiah masih perlu diteliti

lebih lanjut. Secara klinis antipsikotik atipikal telah terbukti

mempunyai efektifitas dan keamanan yang cukup dalam

mengobati gejala psikotik pasien usia lanjut.

Obat yang akan disebutkan selanjutnya adalah obat-

obat antipiskotik atipikal yang saat ini beredar di Indonesia

dan telah disetujui oleh Badan Pengawasan Obat dan

Makanan (BPOM) Indonesia.

Risperidone

Dibandingkan dengan semua jenis antipsikotik atipikal,

risperidone merupakan yang paling banyak diteliti. Hal

tersebut disebabkan efektifitas risperidone, dapat ditoleransi

pada dosis rendah (1,5-6mg/hari) dan memberikan perbaikan

yang nyata pada pasien skizofrenia usia lanjut.

Rainer et al meneliti penggunaan Risperidone dalam

rentang dosis fleksibel 0,5-2mg/hari untuk mengatasi agresi,

agitasi dan gangguan psikotik pada 34 pasien demensia rawat

inap dengan rata-rata usia 76 tahun. Hasilnya terjadi

perbaikan gejala yang dinilai dari Clinical Global Impression

(CGI) pada 82% responden penelitian. Frekuensi dan

keparahan halusinasi, waham, agresi dan iritabilitas juga

menurun, yang dilihat dari rating Neuropsychiatric Inven-

tory (NPI). Penggunaan risperidone pada kelompok tersebut

juga tidak membuat perubahan pada fungsi kognitif pasien

yang dilihat melalui skor Mini-Mental State Examination

(MMSE), Age Concentration Test [AKT] dan Brief Syndrome

Test [SKT]. Risperidone juga secara umum dapat ditoleransi

dan tidak menimbulkan efek samping ekstra piramidial yang

bermakna.6

Penelitian yang melibatkan lebih banyak pasien dan

tempat dilakukan oleh Arriola et al pada 263 pasien dengan

rata-rata usia 75,5 tahun. Dosis risperidone yang digunakan

pada penelitian (rata-rata(SD)) adalah 1,4 (0,7) mg/day pada

1 bulan dan 1,5 (0,8) mg/hari pada 3 bulan. Perbaikan gejala

diukur menggunakan Neuropsychiatric Inventory (NPI) dan

skala Clinical Global Impression of Severity (CGI-S). Hasilnya

terdapat penurunan skor NPI dan CGI-S yang secara statistik

bermakna. Perbaikan gejala terutama pada gejala agitasi/

agresif dan ganguan tidur. Penelitian tersebut juga mencatat

adanya perbaikan dari gejala ekstrapiramidal.7

Penelitian lain melibatkan pengumpulan data dari tiga

penelitian acak dengan menggunakan plasebo (randomized,

placebo-controlled trials) untuk melihat efikasi dan keamanan

risperidone dalam mengobati agitasi, afresi dan gejala

psikosis pada pasien demensia usia lanjut pada panti werdha.

Dosis rata-rata yang digunakan adalah 1mg/hari. Ditemukan

adanya perbaikan skor CGI, Cohen-Mansfield agitation in-

ventory (CMAI) dan behavioral pathology in Alzheimer’s

disease (BEHAVE-AD) pada semua responden penelitian

yang menggunakan risperidone dibandingkan plasebo.

Penelitian tersebut seperti penelitian yang lain yang

menggunakan risperidone juga tidak menemukan adanya efek

samping ortostatik, antikolinergik, jatuh dan penurunan

kognitif pada penggunaan sesuai rentang dosis pada

penelitian.8

Selain untuk mengatasi gejala agresivitas, agitasi dan

psikotik yang berkaitan dengan demensia, risperidone juga

digunakan pada pasien usia lanjut yang menderita skizofrenia.

Kepustakaan mencatat risperidone dan olanzapine adalah

dua antipsikotik atipikal yang paling sering digunakan pada

populasi pasien usia lanjut. Penelitian tersamar berganda

dilakukan selama 8 minggu terhadap 175 pasien rawat jalan,

pasien rawat inap dan panti werdha yang berusia 60 tahun ke

atas menggunakan risperidone (1 mg to 3 mg/hari) atau

olanzapine (5 mg to 20 mg/hari). Hasilnya terdapat perbaikan

pada nilai skor PANSS pada kedua kelompok. Efek samping

ektrapiramidal terlihat pada 9,2% pasien kelompok risperidone

dan 15,9% pasien kelompok olanzapine. Secara umum skor

total dari Extrapyramidal Symptom Rating Scale menurun pada

kedua kelompok di akhir penelitian. Peningkatan berat badan

juga didapatkan di dua kelompok namun lebih jarang terjadi

pada pasien yang menggunakan risperidone.9

Quetiapine

Pada tinjauan pustaka yang dilakukan oleh Zayas dan

Grossberg quetiapine dilakukan aman untuk pasien geriatri

dan tidak dihubungkan dengan peningkatan berat badan.

Untuk menghindari efek samping yang sering timbul pada

usia lanjut; hipotensi postural, dizziness dan agitasi,

direkomendasikan permulaan dosis awal yang rendah (25mg)

yang dititrasi sampai 100-300mg/hari.3

446

Page 4: Terapi Psikofarmaka Psikosis Pasien Geriatri

Maj Kedokt Indon, Volum: 59, Nomor: 9, September 2009

Tatalaksana Psikofarmaka dalam Manajemen Gejala Psikosis

Penelitian lain mengatakan bahwa efek samping yang

sering mucul akibat penggunaan quetiapine adalah somnolen,

kelemahan bagian kaki bawah dan dizziness. Angka kejadian

sindrom ekstrapiramidal adalah 7% dari total 91 responden

yang mengikuti penelitian. Tidak didapatkan adanya

gangguan pada sistem kardiovaskuler dan jatuh pada

penelitian tersebut.10

Quetiapine juga terbukti bermanfaat dalam penanganan

gejala psikotik yang muncul akibat penggunaan obat agonis

dopamin pada pasien Parkinson. Penelitian yang dilakukan

oleh Reddy et al menyebutkan bahwa 80% pasien Parkinson

mengalami perbaikan dalam gejala psikotiknya setelah

pengobatan quetiapine dengan dosis rata-rata 54mg/hari

selama 10 bulan.11 Selain memperbaiki gejala psikotik pada

pasien parkinson yang memakan obat agonis dopamin,

quetiapine juga terbukti mempertahankan kognitif pasien

dalam penelitian yang dilakukan Juncos et al.

Penelitian Yang et al pada 91 orang pasien usia lanjut

menyebutkan terjadi peningkatan nilai skor Global Impres-

sion Improvement (CGI) pada 89% sampel yang ikut serta

dalam penelitian tersebut. Lebih jauh lagi terlihat adanya

pengurangan skor sebesar 39,5% dari Brief Psychiatric Rat-

ing Scale (BPRS). Penelitian tersebut memperlihatkan bahwa

quetiapine mempunyai efikasi dan keamanan yang baik pada

pengobatan pasien psikosis usia lanjut.10

Laporan kasus dari sepuluh pasien usia lanjut penderita

skizofrenia kronik yang tidak mendapatkan respon dari suatu

jenis antipsikotik atipikal sehingga diganti dengan

quetiapine. Skor BPRS (50,1 S.D.±13,6) kesepuluh pasien

tersebut secara signifikan (p=0,001)mengalami perbaikan

setelah 6 bulan pengobatan tanpa adanya efek samping dalam

pergerakan motorik dan peningkatan berat badan. Dosis rata-

rata yang dipakai pada percobaan tersebut adalah 391mg/

hari (S.D.±245), dengan rentang dosis antara 50-800mg/hari.12

Penelitian yang dilakukan oleh Rainer et al yang

membandingkan penggunaan quetiapine dengan risperidone

pada pasien dengan gangguan perilaku dan psikologis karena

demensianya memperlihatkan bahwa pada dosis rendah

keduanya secara sebanding efektif dan dapat ditolerir pada

pengobatan pasien yang mengalami gangguan perilaku dan

psikologis akibat demensia. Penelitian tersebut juga

memperlihatkan tidak adanya perubahan pada fungsi kognitif

yang diukur dengan skor MMSE dan Ageadjusted Concen-

tration Test (AKT) pada dua kelompok yang mendapat obat

yang berbeda. Pada penelitian tersebut rerata dosis

quetiapine yang digunakan adalah 77±40mg/hari sedangkan

risperidone 0,9±0,3mg/hari.13 Penelitian perbandingan seperti

itu juga dilakukan oleh Morgente et al dengan mem-

bandingkan quetiapine dengan olanzapine pada pengobatan

pasien parkinson yang mengalami gangguan psikotik akibat

obat agonis dopamin yang digunakan. Dari masing-masing

20 pasien yang menggunakan quetiapine dan clozapine,

terjadi perbaikan nilai BPRS dan CGI di kedua kelompok

pengobatan. Dosis yang digunakan pada percobaan tersebut

adalah 91±47mg/hari untuk quetiapine dan 26±12mg/hari

untuk clozapine.14

Jaskiw et al pada suatu percobaan open-label multisenter

mengatakan keamanan penggunaan dosis terbagi sampai

750mg/hari. Namun, oleh karena belum adanya penelitian lain

yang menggunakan dosis sebesar itu pada pasien geriatri,

disarankan untuk hanya menggunakan dosis setinggi itu

pada pasien yang benar-benar membutuhkan.3

Olanzapine

Data mengenai penggunaan olanzapine lebih terbatas

daripada risperidone. Pada penelitian yang dilakukan oleh

Madhusoodanan et al, olanzapine terbukti aman dan efektif

pada populasi pasien geriatri dan menimbulkan efek samping

ekstrapiramidal yang minimal serta tidak mempengaruhi

kondisi medis umum pasien.3

Olanzapine juga dihubungkan dengan manfaat terhadap

kognisi pasien geriatri daripada dengan penggunaan halo-

peridol. Pada penelitian selama 6 minggu berhubungan

dengan penyakit Alzheimer, tidak terdapat peningkatan

kejadian sindrom ekstrapiramidal, penurunan kognitif dan

efek antikolinergik sentral pada pasien dengan penggunaan

olanzapine dibandingkan dengan plasebo.4

Penelitian yang melibatkan 94 pasien geriatri dengan

gangguan psikosis yang dirawat inap memperlihatkan

terjadinya perubahan yang bermakna dari CGI-I dengan

penurunan gejala dari data awal penelitian rata-rata sebesar

52,6%. Hal ini juga terjadi pada skor Brief Psychiatry Rating

Scale (BPRS). Dosis olanzapine yang digunakan berkisar

antara 5-20mg/hari (rata-rata 10,1mg/hari). Pada penelitian

tersebut efek samping yang sering muncul adalah somnolen,

dizziness, bradikinesia dan kelemahan kaki. Terjadi juga

peningkatan berat badan dan kadar gula serta trigliserida

puasa.15

Penelitian yang dilakukan Street et al dengan jumlah

pasien 204 membandingkan olanzapine dengan plasebo dalam

memperbaiki gejala psikologis dan perilaku pasien demensia

Alzheimer. Penelitian tersebut memperlihatkan terjadinya

perbaikan gejala psikologis dan perilaku pasien demensia

Alzheimer dilihat dari skor Neuropsychiatric Inventory-Nurs-

ing Home version (NPI-NH). Dosis olanzapine yang

digunakan pada penelitian ini adalah 5mg/hari. Beberapa

pasien di dalam penelitian tersebut juga menggunakan dosis

olanzapine yang lebih tinggi yaitu 10mg/hari namun ternyata

tidak berbeda secara signifikan dalam memperbaiki gejala

dibandingkan dengan dosis olanzapine 5mg/hari.16

Efek samping somnolen dan peningkatan berat badan

juga ditemukan pada beberapa penelitian lain. Selain

somnolen, dizziness yang kemungkinan besar disebabkan

oleh hipotensi pada penggunaan olanzapine juga banyak

dikemukakan.15-17

Dosis olanzapine yang diberikan di beberapa penelitian

pada populasi pasien usia lanjut berkisar 5-20 mg/hari.15-18

Namun demikian peneliti melihat bahwa dosis yang lebih kecil

447

Page 5: Terapi Psikofarmaka Psikosis Pasien Geriatri

Tatalaksana Psikofarmaka dalam Manajemen Gejala Psikosis

Maj Kedokt Indon, Volum: 59, Nomor: 9, September 2009

berkisar antara 5-7,5mg/hari ternyata merupakan dosis yang

paling banyak memperlihatkan efektifitas pengobatan.16

Clozapine

Penggunaan clozapine untuk mengatasi gejala psikotik

pada pasien parkinson sudah diteliti secara luas. Terdapat

bukti dari penelitian tersamar berganda bahwa clozapine

secara signifikan berguna memperbaiki gejala psikotik pada

pasien Parkinson. Dosis yang digunakan juga jauh lebih kecil

yaitu berkisar antara 6,25–50mg/hari. Sebuah penelitian

retrospektif selama 5 tahun terhadap pasien parkinson yang

mengalami gejala psikotik mengatakan bahwa 19 dari 32

pasien melanjutkan pengobatan sampai selesai, 9 di

antaranya menghentikan pengobatan sesaat setelah

gejalanya menghilang tanpa merasakan efek samping ikutan

setelah putus obat. Efek samping yang paling sering

dikeluhkan adalah sedasi dan somnolen.17,18

Penelitian yang dilakukan oleh Sajatovic et al

memperlihatkan adanya perbaikan gejala teutama gejala

positif pada pasien yang menerima clozapine. Penelitian

tersebut melibatkan 329 pasien berusia 55 tahun ke atas.

Dosis yang dipakai pada penelitian tersebut rata-ratanya

278mg/hari. Pada penelitian tersebut juga berhasil

memperlihatkan bahwa pasien di atas 65 tahun kurang

responsif terhadap pengobatan daripada pasien yang berusia

di antara 55-65 tahun. Faktor usia juga menjadi faktor

peningkatan kejadian leukopenia/agranulositosis pada

pasien yang memakai clozapine.17-19

Dosis clozapine yang disarankan untuk digunakan pada

populasi pasien usia lanjut adalah 25-150mg/hari. Pasien juga

disarankan untuk tidak merokok karena akan mengurangi

konsentrasi clozapine di dalam plasma akibat peningkatan

bersihan di dalam darah.17

Zotepine

Zotepine dikatakan efektif dalam mengobati gejala

negatif pasien skizofrenia dan mencegah kekambuhan pada

pasien dengan skizofrenia yang kronik. Penggunaannya pada

pasien usia lanut harus hati-hati dengan kisaran dosis 75-

150mg/hari. Efek samping yang pernah dilaporkan adalah

takikardia, hipotensi, perpanjangan interval QTc, somnolen

dan gangguan tidur.17

Penelitian yang dilakukan terhadap 24 pasien demensia

(median usia 79±6,8 tahun) dengan gangguan psikologis dan

perilaku memperlihatkan bahwa zotepine efektif dan dapat

ditoleransi dengan baik. Efek samping yang paling muncul

adalah rasa lelah dan sedasi. Tidak terdapat gangguan

ekstrapiramidal pada pasien yang ikut dalam penelitian ini.20

Salah satu laporan kasus menyatakan penggunaan

zotepine dengan antidepresan paroxetine dilaporkan

meningkatkan risiko trombosis vena dalam. Penggunaan

zotepine bersamaan dengan benzodiazepine dan valpoat juga

pernah dilaporkan menyebabkan hipotermi pada dua laporan

kasus.17

Aripriprazole

Aripriprazole tergolong baru dalam dunia psikiatri. Cara

kerjanya yang unik sebagai parsial agonis di reseptor D2

mampu memperbaiki gejala positif maupun negatif pasien

psikotik. Lebih jauh lagi aripriprazole dikatakan memiliki efek

samping yang lebih kecil untuk terjadinya sindrom

ekstrapiramidal, sedasi, peningkatan berat badan dan efek

samping kardiovaskular. Sayangnya data penelitian masih

sangat sedikit mengenai manfaat, keamanan dan dosis obat

bagi pasien geriatri. Madhusoodanan et al pada penelitiannya

tahun 2004 menjelaskan tentang pengalaman klinis

penggunaan aripriprazole pada 10 pasien geriatri dengan

skizofrenia. Hasilnya, aripriprazole dinilai aman, memperbaiki

gejala positif dan negatif dan memiliki efek samping yang

sedikit.5 Satu hal yang harus diperhatikan adalah aripriprazole

berbeda dengan antipsikotik yang lain memiliki waktu paruh

yang relatif lebih panjang yaitu sekitar 75 jam. Untuk itu

penggunaan pada pasien usia lanjut yang memiliki fungsi

ginjal yang kurang baik harus diperhatikan.17

Kesimpulan

Penggunaan obat antipsikotik pada pasien geriatri

memerlukan perhatian yang khusus. Hal tersebut dikarenakan

banyak hal-hal tertentu yang sangat mempengaruhi

pemberian antispikotik kepada pasien geriatri. Diantaranya

adalah kondisi medis umum pasien, efek samping yang

mungkin timbul dan farmakodinamik serta farmakokinetik dari

obat yang digunakan.

Daftar Pustaka

1. Targum SD. Treating psychotic symptoms in elderly patients.

Praimary care companion J clinical psychiatry 2001;3:156-16.

2. Sajatovic M, Madhusoodanan S, Buckley P. Schizophrenia in the

elderly: Guidelines for management. CNS Drugs 2000 Feb;13

(2):103-15.

3. Karim S, Byrne EJ. Treatment of psychosis in elderly people.

Advances in Psychiatric Treatment.2005;11:286-96.

4. Hwang JP, Yang CH, Lee TW, Tsai SJ. The Efficacy and Safety

of Olanzapine for the Treatment of Geriatric Psychosis. J Clin

Psychopharmacol.2003:23:113-8.

5. Thorpe L. The Treatment of Psychotic Disorders in Late Life.

Can J Psychiatry 1997;42 Suppl 1:19S–27S.

6. Rainer MK, Masching AJ, Ertl MG, Kraxberger E, Haushofer M.

Effect of risperidone on behavioral and psychological symptoms

and cognitive function in dementia. J Clin Psychiatry. 2001 Nov;

62(11):894-900.

7. Arriola E, Ignacio DJ, Antonio BJ, Gallego R; Open-label, obser-

vational study of the effects of risperidone on the behavioral and

psychological symptoms of dementia and caregiver stress in the

community setting.Am J Geriatr Pharmacother 2005 Mar;3(1):8-

16.

8. De Deyn PP, Katz IR, Brodaty H, Lyons B, Greenspan A, Burns

A. Management of agitation, aggression, and psychosis associ-

ated with dementia: a pooled analysis including three random-

ized, placebo-controlled double-blind trials in nursing home resi-

dents treated with risperidone.Clin Neurol Neurosurg.2005

Oct;107(6):497-508.

9. Jeste DV, Barak Y, Madhusoodanan S, Grossman F, Gharabawi G.

International multisite double-blind trial of the atypical

448

Page 6: Terapi Psikofarmaka Psikosis Pasien Geriatri

Maj Kedokt Indon, Volum: 59, Nomor: 9, September 2009

Tatalaksana Psikofarmaka dalam Manajemen Gejala Psikosis

antipsychotics risperidone and olanzapine in 175 elderly pa-

tients with chronic schizophrenia. Am J Geriatr Psychiatry. 2004

Jan-Feb;12(1):49.

10. Yang CH, Tsai SJ, Hwang JP. The efficacy and safety of quetiapine

for treatment of geriatric psychosis. Journal of Psychopharma-

cology 2005;19(6):661-6.

11. Reddy S, factor SA, Molho ES, Feustel PJ. The effect of quetiapine

on psychosis and motor function in parkinsonian patients with

and withaout dementia. Movement disorder 2002;17(4):676-81.

12. Mazeh D, Paleacu, Barak Y. Quetiapine for elderly non-respon-

sive schizophrenia patients. Psychiatry research 157(2008):265-

7.

13. Rainer M, Hausehofer M, Pfolz H, Struhal C, Wick W. Quetiapine

versus risperidone in elderly patients with behavioural and psy-

chological symptoms of dementia : efficacy, safety and cogni-

tive function. European psychiatry.2007:1-9.

14. Morgante L, Epifanio A, Spina E, Zappia M, Di Rosa AE, Marconi

R, et al. Quetipine and clozapine in parkinsonian patients with

dopaminergic psychosis. Clin Neuropharmacology.2004;27:153-

6.

15. Hwang JP, Yang CH, Lee TW, Shih-Jen Tsai.The Efficacy and

Safety of Olanzapine for the Treatment of Geriatric Psychosis.

J Clin Psychopharmacol. 2003;23:113-8.

16. Madhusoodanan S, Shah P, Brenner R, Gupta S. Pharmacological

Treatment of the Psychosis of Alzheimer’s Disease What Is the

Best Approach?. CNS Drugs. 2007; 21 (2):101-15.

17. Gareri P, De Fazio P, De Fazio S, Marigliano N, Ibbadu GF, De

Sarro G. Adverse Effects of Atypical Antipsychotics in the Eld-

erly: A Review. Drugs Aging.2006; 23 (12): 937-56.

18. Sajatovic M,Madhusoodanan S,Buckley P. Schizophrenia in the

Elderly: Guidelines for Management. CNS Drugs.2000

Feb;13(2):103-15.

19. Williams-Gray CH, Foltynie T, Lewis SJG, Barker RA. Cognitive

Deficits and Psychosis in Parkinson’s Disease A Review of Patho-

physiology and Therapeutic Options. CNS Drugs.2006;20(6):477-

505.

20. Rainer MK, Mucke HA, Kruger-Rainer C, Haushofer M. Zotepine

for behavioural and psychological symptoms in dementia: an

open-label study. CNS Drugs 2004;18:49-55.

MS/F

449