Makalah psikofarmaka hety wulansari

26
TUGAS : INDIVIDU KEPERAWATAN JIWA DOSEN : ASMALIA, Ns. S.Kep. MAKALAH PSIKOFARMAKA DISUSUN OLEH : NAMA : HETY WULANSARI NIM : 05.190 STIK AVICENA KAMPUS IV MUNA 2014

Transcript of Makalah psikofarmaka hety wulansari

Page 1: Makalah psikofarmaka  hety wulansari

TUGAS : INDIVIDU KEPERAWATAN JIWA

DOSEN : ASMALIA, Ns. S.Kep.

MAKALAH

PSIKOFARMAKA

DISUSUN OLEH :

NAMA : HETY WULANSARI

NIM : 05.190

STIK AVICENA KAMPUS IV MUNA

2014

Page 2: Makalah psikofarmaka  hety wulansari

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr wb.

Dengan mengucap syukur kepada ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat serta

hidayahnya kepada kita semua sehingga kita dapat diberikan kesempatan untuk dapat

menjalani hidup dengan lebih baik lagi. Dan tak lupa pula sholawat serta salam kepada

junjungan kita nabi besar Muhammad SAW yang telah mengajarkan banyak kebaikan kepada

kita semua.

makalah ini dengan mengkhususkan tentang obat yang diberikan kepada pasien jiwa, dan

saya beri judul “OBAT-OBATAN PASIEN JIWA”

Saya sadar dalam makalah ini akan terdapat banyak kekurangan, namun saya berharap

semoga makalah ini dapat bermanfaat sebagai salah satu tambahan wawasan ilmu

pengetahuan bagi kita semua. Dan saya berharap agar dapat diberi masukan untuk kemudian

dalam pembuatan makalah selanjutnya saya dapat membuat dengan lebih baik lagi.

Akhir kata saya mengucapkan terimakasih, dan silahkan membaca dan semoga bermanfaat.

Wassalamualaikum,wr wb.

Raha, Desember 2014

Penulis

Page 3: Makalah psikofarmaka  hety wulansari

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ………………………………….......................……………… ii

Daftar Isi ……………………………………………….................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang ………………………………………..................................... 1

I.2 Rumusan Masalah ………………………………........................................... 2

I.3 Tujuan ………………………………………………...................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Obat ……………………………………………………................................. 4

II.2 Dosis Obat ………………………………………......................................... 8

II.2.1 Pengertian Dosis …………………………………...................................... 8

II.2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi dosis obat …………............................ 9

II.2.3 Macam-macam Dosis …………………………....................................... 10

II.2.4 Arti % (persen) dalam campuran obat…………………………………......... 13

ii.2.5 Cara obat bekerja didalam tubuh……………………….............................. 13

BAB III STUDI KASUS

III.1 Masalah Yang Dihadapi………………….................................................... 17

III.2 Konsep Psikofarmakologi ……………….................................................. 18

III.3 Peran Perawat Dalam Pemberian Obat ……………………........................... 23

BAB IV PENUTUP

IV.1 Kesimpulan ………………………………………….................................. 25

DAFTAR PUSTAKA ………………………………........................................... 26

Page 4: Makalah psikofarmaka  hety wulansari

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Obat ialah suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam

menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangkan, menghilangkan, menyembuhkan penyakit

atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan dan

untuk memperelok atau memperindah badan atau bagian badan manusia termasuk obat

tradisional.

Karna seperti yang telah kita ketahui, hal yang pertama kali kita lakukan jika kita sedang

sakit atau ada bagian tubuh, anggota tubuh, atau ada yang tidak beres dengan tubuh kita pasti

kita akan buru-buru kedokter dan mencari obat untuk mengobati sakit yang kita derita.

Namun apakah kita tau bagaimana cara obat bekerja didalam tubuh kita itu?. Oleh karenanya

Paling tidak, kita harus tahu dulu bagaimana sebenarnya perjalanan panjang obat di dalam

tubuh, sampai kemudian menimbulkan efek yaitu mengurangi rasa cemas, menghilangkan

rasa sakit, menyembuhkan penyakit dan membuat rasa nyaman, atau bahkan membuat “fly”

alias terbang ke angkasa. Selain manfaatnya, tentu kita juga harus tahu akibat buruknya jika

mengkonsumsi diluar aturan dari yang ditentukan.

Oleh karena itu kita harus selalu memperhatikan bagaimana obat itu bekerja, dosis yang harus

kita konsumsi, efek dari pemakaian obat tersebut, dan keadaan dari obat itu sendiri apakah

masih dalam keadaan baik atau sudah tidak layak untuk digunakan. Sehingga kita akan

terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan sepertihalnya over dosis, atau malah

menimbulkan kekebalan bagi penyakit yang kita derita atau bahkan dapat menimbulkan

kematian bila salah dalam mengkonsumsi obat.

Dalam makalah ini akan saya bahas mengenai masalah yang terjadi dalam menangani pasien

jiwa. Disini akan dijelaskan apa saja obat yang dapat diberikan kepada pasien tersebut, dan

apa efek samping maupun kegunaannya dan bagaimana seorang perawat dalam menjalankan

peranannya dalam masalah ini.

I.2 Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan obat, dan bagaimana efek samping dari suatu obat itu?

2. Bagaiman cara mengetahui seberapa banyak dosis obat yang seharusnya dapat kita

gunakan dengan baik, dan ataupun factor-faktor yang mempengaruhi pemberian dari

dosis obat tersebut?.

3. Apa saja macam dari dosis obat itu, dan bagaimana cara menghitung suatu dosis obat

tertentu?.

4. Apakah arti persen dalam sebuah campuran obat itu?

5. Bagaimana cara obat bekerja dalam tubuh?.

Page 5: Makalah psikofarmaka  hety wulansari

6. Apa sajakah obat yang dapat diberikan kepada pasien jiwa?

7. Bagaimanakah peranan perawat dalam menangani pasien jiwa dalam hal pemberian

obat?

I.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang obat, kegunaan maupun efek samping dari

obat.

2. Untuk mengetahui seberapa banyak dosis obat yang seharusnya dapat kita gunakan

dengan baik, dan ataupun factor-faktor yang mempengaruhi pemberian dari dosis itu.

3. Untuk mengetahui apa saja macam dari dosis obat itu, dan juga cara menghitung suatu

dosis tertentu.

4. Untuk mengetahui arti persen dalam sebuah campuran obat.

5. Untuk mengetahui bagaimana obat dapat memberikan reaksi atau hasil dari obat

bekerja dalam tubuh.

6. Untuk mengetahui obat-obatan apa yang digunakan bagi pasien jiwa.

7. Untuk mengetahui bagaimana peranan perawat dalam menangani pasien jiwa dalam

hal pemberian obat.

Page 6: Makalah psikofarmaka  hety wulansari

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Obat

Obat ialah suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam

menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangkan, menghilangkan, menyembuhkan penyakit

atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan dan

untuk memperelok atau memperindah badan atau bagian badan manusia termasuk obat

tradisional.

Dalam sebuah kemasan obat yang dibuat oleh sebuah perusahaan farmasi atau perusahaan-

perusahaan lain dan dijual disebuah apotik atau toko-toko atau juga disebuah warung-warung

kecil pasti terdapat Label Obat, adapun label obat berisi:

a. Nama dagang / generik

b. Nama , alamat pabrik

c. Komposisi

d. Aturan pakai

e. No. registrasi: contoh : Depkes RI : DTL 123456789012 ( 15 digit )

f. No.batch / kode produksi

g. Expired date / kadaluwarsa

Sedangkan obat itu sendiri dapat digolongkan menjadi beberapa bagian, yang setiap bagian

tersebut mempunyai spesifik tersendiri. Dibawah ini adalah gambar dari penggolongan obat.

Gambar 1. Penggolongan Obat

Gambar 2. Label Obat Daftar W

suatu obat harus disimpan dengan baik agar obat tidak rusak dan terjaga kualitasnya dengan

baik. Tempat penyimpanan obat juga harus dijaga kebersihan ruangannya, dan penyusunan

Page 7: Makalah psikofarmaka  hety wulansari

obat juga harus diperhatikan dengan baik dan benar. Adapun cara-caranya dapat diketahui

sebagai berikut :

Penyimpanan Obat

1. Ruang penyimpanan : aman (bebas serangga), sirkulasi udara baik, suhu (sejuk),

terhindar dari matahari

2. Tata ruang : mudah bergerak

3. Tersedia palet, rak, almari khusus, almari pendingin

4. Alat pemadam kebakaran

5. Penumpukan (kerusakan fisik)

Kebersihan ruangan

1. Semua obat harus disimpan dengan baik dalam wadah dan tutup yang memenuhi

syarat

2. Label jelas, nama obat dapat dibaca dengan jelas

3. Obat tanpa etiket/label dan diragukan isinya lebih baik dibuang

4. Simpan obat sesuai petunjuk pd label (ditempat sejuk dan terhindar dari sinar

matahari langsung)

Penyusunan Obat

1. Prinsip FIFO ; FEFO

2. Obat kemasan besar diletakkan di palet

3. Obat kemasan kecil disusun di rak

4. Narkotik-psikotropik di almari khusus

5. Vaksin, suppositoria di almari pendingin

6. Disusun dan dikelompokan berdasarkan bentuk sediaan obat (syrup, tablet, obat luar,

alkes habis pakai, alat kontrasepsi)

7. Disusun secara alphabetis

8. Cantumkan nama obat pada kartu stok, letakkan dekat bahan obatnya

9. Obat expired date dipisahkan tersendiri

Dalam sebuah rumah sakit atau toko obat (apotik), seorang apoteker atau asistennya, perawat,

bidan, atau bahkan dokter sekalipun dalam memberikan obat kepada pembeli atau pasiennya

harus memperhatikan mutu dari obat tersebut apakah masih dalam keadaan baik atau sudah

tidak lagi dan juga cara memberikan obat juga harus diperhatikan.

Pengamatan Mutu

1. Tablet : perubahan warna, bau , rasa, lembab

2. Tablet salut : pecah, lengket, rusak

3. Kapsul : lengket, terbuka, perubahan warna pada cangkang

4. Salep : berubah warna, bintik-bintik, wadah rusak, perubahan bau (tengik)

Page 8: Makalah psikofarmaka  hety wulansari

5. Cairan : berubah warna,perubahan kekentalan

6. Injeksi : warna berubah, endapan keruh, wadah rusak, bocor

7. Pengujian laboratorium

8. Pemberian Obat

9. 4T1W : Tepat (obat, dosis, sasaran, manfaat), Waspada (efek samping)

10. Etiket : nama pasien, tanggal, no, aturan pakai, instruksi lainnya

11. Pastikan sendok yg digunakan : sendok teh (Cth) : 5 cc, sendok makan (C) : 15 cc

12. Berikan penjelasan kepada pasien tentang : cara pemakaian/minum obat, kegunaan

obat, penyimpanan serta kemungkinan efek samping obat.

Pencatatan dan Pelaporan

1. Sarana Pencatatan dan Pelaporan

2. Kartu stok

3. Mengetahui ketersediaan obat,

4. Mengetahui kekosongan/kelebihan obat

5. Mengetahui trend penggunaan obat

6. Sebagai alat untuk pelaporan

7. Catatan harian pemakaian/pengeluaran obat

8. Lembar pemakaian dan lembar permintaan obat (LPLPO)

9. Daftar obat rusak/kadaluarsa

Pemesanan Obat

a. Hitung kebutuhan obat rata2 / bulan

b. Catat frekuensi pengiriman

c. Tentukan faktor pemesanan ulang

d. 3 bila dikirim perbulan

e. 5 bila dikirim setiap 2 bulan

f. 7 bila dikirim setiap 3 bulan

g. 9 bila dikirim setiap 4 bulan

Contoh : kebutuhan amoksilin tiap bulan: 3 botol bila pemesanan dikirim tiap 3 bulan →

faktor pemesanan 7, jadi jumlah pemesanan ulang: 3x7 = 21 botol.

II. 2 Dosis Obat

II.2.1 Pengertian Dosis

Pengertian Umum :

Jumlah obat yang diberikan kepada penderita dalam,

Satuan Berat : g, mg, μg

Page 9: Makalah psikofarmaka  hety wulansari

Atau Satuan Isi : ml , liter , ui (unit internasional)

Dosis Medicinalis= Dosis Lazim = Dosis Terapeutik

Sejumlah obat yang memberikan efek terapeutik pada penderita dewasa

DOSIS :

Sejumlah obat yang diberikan satu kali atau selama jangka waktu tertentu

II.2.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Dosis Obat

Dosis obat yang diberikan kepada penderita dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor

obat, cara pemberian obat tersebut dan penderita itu sendiri. Terutama faktor-faktor penderita

seringkali kompleks sekali, karena perbedaan individual terhadap respon obat tidak selalu

dapat diperkirakan. Ada kemungkinan ketiga faktor di bawah ini didapati sekaligus.

Faktor Obat

1. Sifat fisika : Daya larut obat dalam air/lemak, kristal/amorf, dsb.

2. Sifat kimiawi : Asam, basa, garam, ester, garam kompleks, pH, pKa.

3. Toksisitas : Dosis obat berbanding terbalik dengan toksisitasnya.

Cara Pemberian Obat Kepada Penderita

1. Oral : dimakan atau diminum

2. Parenteral : subkutan, intramuskular, intravena, dsb

3. Rektal, vaginal, uretral, transdermal

4. Lokal, topical

5. Lain-lain : implantasi, sublingual, intrabukal, dsb

Faktor Penderita

1. Umur : neonatus, bayi, anak, dewasa, geriatric

2. Berat badan : biarpun sama-sama dewasa berat badan dapat berbeda besar

3. Jenis kelamin : terutama untuk obat golongan hormone

4. Ras : “slow & fast acetylators”

5. Toleransi

6. Kehamilan

7. Laktasi

8. “circadian rythme”

9. Lingkungan

10. Obesitas : untuk obat-obat tertentu faktor ini harus diperhitungkan

11. Sensitivitas individual

Page 10: Makalah psikofarmaka  hety wulansari

12. Keadaan pato-fisiologi: kelainan pada saluran cerna mempengaruhi absorbsi obat,

penyakit hati mempengaruhi metabolisme obat, kelainan pada ginjal mempengaruhi ekskresi

obat

II.2.3 Macam Dosis

Adapun macam-macam dosis sebagai berikut:

a. Dosis medicinalis = dosis terapeutik = dosis lazim

b. Dosis awal (loading dose) atau dosis permulaan (initial dose) = dosis obat untuk

memulai terapi sehingga dapat mencapai konsentrasi terapeutik dalam tubuh yang

menghasilkan efek klinis.

c. Dosis pemeliharaan (maintenance dose) = Dosis obat yang diperlukan untuk

memelihara – mempertahankan efek klinik atau konsentrasi terapeutik obat yang

Sesuai dengan dosis regimen.

d. Dosis toxica = dosis sampai terjadi keracunan

e. Dosis letalis (LD) = dosis sampai terjadi kematian

A. Dosis Maksimum

· DM : Dosis tertinggi yang relatif masih aman (dewasa)

· DM prn: Dosis boleh melebihi kalau diperlukan dokter → memakai tanda seru (1 – 2 mg

!)

· DM untuk anak: Dihitung khusus

B. Dosis Anak

Dosis obat untuk anak dihitung khusus hal ini dikarenakan respon tubuh anak dan dewasa

terhadap obat berbeda karena faktor-faktor endogen dan eks.

parameter-parameter perbedaan anak dan dewasa adalah :

o Pola ADME (absorpsi,distribusi,metabolisme,ekskrsi)

o sensitivitas intrinsik berlainan terhadap bahan obat

o redistribusi dari zat-zat endogen

Cara-cara menghitung dosis obat uuntuk anak

1. BERDASAR PERBANDINGAN DENGAN DEWASA

a. menurut perbandingan umur

b. menurut perbandingan berat badan

c. menurut perbandingan luas permukaan tubuh (LPT) /BSA

2. BERDSAR UKURAN FISIK ANAK SECRA INDIVIDU

a. sesuai berat badan anak (kg)

b. sesuai LPT (nomogram Du Bois)

Page 11: Makalah psikofarmaka  hety wulansari

c. rumus R.O.Mosteller

LPT anak/m2 = √ Tcm x BB kg

360

1. Rumus Dosis Anak Berdasar Umur

a. Rumus Young: { n / (n + 12)} x DD

b. Rumus Dilling: ( n / 20 ) x DD

c. Rumus Cowlling: { (n+1) / 24 } x DD

d. Rumus Fried: ( m / 150) x DD

Keterangan: n = tahun, m = bulan, DD=dosis dewasa

2. Rumus Dosis Anak Berdasar BB

1. Rumus Clark: ( BB / 70 ) x DD

2. Rumus Augeberger: { (1½ BB+10) / 100 } x DD

Keterangan: BB = BB anak dalam Kg, DD=dosis dewasa

C. Dosis Khusus

Dosis penderita yang obesitas: harus diperhitungkan lemak dan persentase BB tanpa

lemak (BBTL)

BBTL = BB x (100 - % lemak)

D. Dosis penderita geriatrik (>65 tahun)

pada umumnya kecepatan absorbsi obat lebih lambat pada lansia dari pada dewasa muda.

Karena factor-faktor berikut:

1. berkurangnya sekresi getah lambung sehingga kecepatan disolusi sediaan tablet &

kapsul menurun , juga kadar ionisasi obat

2. Perubahan mukosa penderita dapat memperlambat transpor aktif obat

3. perubahan kecepatan pengosongan lambung, motilitas usus menurunnya aliran darah

ke mesenteric

Jadi untuk menghitung dosis pada penderita ini adalah

· Dosis diturunkan ( ± 75 % DD)

· Perubahan fisiologis dan patologis diperhatikan (cardivaskuler, ginjal, DM)

E. Dosis penderita ginjal:

· Ekskresi obat terganggu → obat lebih lama di peredarah darah

· Dosis dan interval obat harus diatur

F. Dosis Tetesan Infus

· Infus dewasa (makro) 1 cc = 20 tetes,

· Infus anak (mikro) 1cc = 60 tetes (atau ditentukan lain)

· Rumus: cc/jam → cc/menit → tetes/menit

Page 12: Makalah psikofarmaka  hety wulansari

II.2.4 Arti % (PERSEN) Dalam Campuran Obat

Jumlah obat dalam suatu campuran obat dapat ditulis berupa persentase

Arti % dapat berupa:

Ø Persen berat/berat (% b/b) → untuk bahan padat/padat

Contoh: Salisilat talk 10%

Ø Persen berat/volume (% b/v) → untuk obat suntik

Contoh: Morphin HCl 1%

Ø Persen vol/vol (% v/v) → untuk bahan cair/cair

Contoh: Alkohol 70%

Ø Persen Vol/berat (% v/b) → untuk cairan – minyak/obat asli

Contoh: salep, cream

II.2.5 Cara Obat Bekerja Didalam Tubuh

seperti yang telah kita ketahui, hal yang pertama kali kita lakukan jika kita sedang sakit atau

ada bagian tubuh, anggota tubuh, atau ada yang tidak beres dengan tubuh kita pasti kita akan

buru-buru kedokter dan mencari obat untuk mengobati sakit yang kita derita.

Namun apakah kita tau bagaimana cara obat bekerja didalam tubuh kita itu?. Oleh karenanya

Paling tidak, kita harus tahu dulu bagaimana sebenarnya perjalanan panjang obat di dalam

tubuh, sampai kemudian menimbulkan efek yaitu mengurangi rasa cemas, menghilangkan

rasa sakit, menyembuhkan penyakit dan membuat rasa nyaman, atau bahkan membuat “fly”

alias terbang ke angkasa. Selain manfaatnya, tentu kita juga harus tahu akibat buruknya jika

mengkonsumsi diluar aturan dari yang ditentukan.

Ada 2 istilah yang akan dapat membantu untuk mengetahui bagaimana cara kerja obat dalam

tubuh, yaitu: Farmakokinetik dan Farmakodinamik.

Farmakokinetik adalah istilah yang menggambarkan bagaimana tubuh mengolah obat,

kecepatan obat itu diserap (absorpsi), jumlah obat yang diserap tubuh (bioavailability),

jumlah obat yang beredar dalam darah(distribusi), di metabolisme oleh tubuh, dan akhirnya

dibuang dari tubuh. Farmakokinetik menentukan kecepatan mulai kerja obat, lama kerja dan

intensitas efek obat. Farmakokinetik sangat tergantung pada usia, seks, genetik, dan kondisi

kesehatan seseorang. Kondisi kesehatan maksudnya adalah, apakah seseorang itu sedang

menderita sakit ginjal, sakit hati, kegemukan, kondisi dehidrasi, dll.

Farmakodinamik menggambarkan bagaimana obat bekerja dan mempengaruhi tubuh,

melibatkan reseptor, post-reseptor dan interaksi kimia. Farmakokinetik dan farmakodinamik

membantu menjelaskan hubungan antara dosis dan efek dari obat. Respon farmakologis

tergantung pada ikatan obat pada target. Konsentrasi obat pada reseptor mempengaruhi efek

obat.

Page 13: Makalah psikofarmaka  hety wulansari

Farmakodinamik dipengaruhi oleh perubahan fisiologis tubuh seperti proses penuaan,

penyakit atau adanya obat lain. Penyakit-penyakit yang mempengaruhi farmakodinamik

contohnya adalah mutasi genetik, tirotoksikosis(penyakit gondok), malnutrisi(salah gizi) dll.

Atau lebih gampangnya seperti ini, jika kita sudah merasakan efek-efek obat timbul misalnya,

migrain-kita lenyap setelah minum analgesik, diare-ku berhenti setelah minum “obat

pengampet”, sesek-ku hilang setelah minum obat asthma, stress-ku hilang setelah minum

obat penenang. Nah ini yang disebut dengan istilah farmakodinamik tadi.

Penyerapan (absorbsi) obat ditentukan oleh antara lain, bentuk sediaan( tablet, kapsul atau

sirup), bahan pencampur obat, cara pemberian obat(apakah diminum, lewat suntikan, dihirup

dll). Absorbsi obat sudah dimulai sejak di mulut, kemudian lambung, usus halus, dan usus

besar. Tapi terjadi terutama di usus halus karena permukaannya yang luas, dan lapisan

dinding mukosanya lebih permeabel. Jadi selain pemilihan obat oleh dokter harus tepat,

kondisi tubuh juga menentukan. Misalnya jika kita lagi sakit "maag" atau lagi diare, yang

akan mempengaruhi proses absorbsi obat.

Bioavailability artinya jumlah dan kecepatan bahan obat aktif masuk ke dalam pembuluh

darah, dan terutama ditentukan oleh dosis dari obat. Nah, dosis obat hanya bisa ditentukan

oleh dokter yang memang belajar farmakologi. Dokter dan ahli farmasi yang belajar mulai

dari obat itu terbuat dari apa, bagaimana kerja dan efek sampingnya, bagaimana menghitung

dosisnya, berapa lama boleh di konsumsi dst. Setelah obat masuk dalam sirkulasi darah,

kemudian di distribusi kan ke dalam jaringan tubuh. Distribusi obat ini tergantung pada rata-

rata aliran darah pada organ target, massa dari organ target, dan karakteristik dinding pemisah

diantara darah dan jaringan. Di dalam darah obat berada dalam bentuk bebas atau terikat

dengan komponen darah albumin, gliko-protein dan lipo-protein, sebelum mencapai organ

target. Albumin dan yang lainnya itu adalah protein dalam tubuh kita, jadi bisa di ketahui,

pada pasien-pasien yang kurang gizi berakibat kerja obat tidak efektif dan perlu penyesuaian

dosis.

Page 14: Makalah psikofarmaka  hety wulansari

Tempat utama metabolisme obat di hati, dan pada umumnya obat sudah dalam bentuk tidak

aktif jika sampai di hati, hanya beberapa obat tetap dalam bentuk aktif sampai di hati. Obat-

obatan di metabolisme dengan cara oksidasi, reduksi, hidrolisis, hidrasi, konjugasi,

kondensasi atau isomerisasi, yang tujuannya supaya sisa obat mudah dibuang oleh tubuh

lewat urin dan empedu. Kecepatan metabolisme pada tiap orang berbeda tergantung faktor

genetik, penyakit yang menyertai(terutama penyakit hati dan gagal jantung), dan adanya

interaksi diantara obat-obatan. Dengan bertambahnya umur, kemampuan metabolisme hati

menurun sampai lebih dari 30% karena menurunnya volume dan aliran darah ke hati. Untuk

orang yang mempunyai penyakit hati menyebabkan metabolisme obat menurun, sehingga

sisa obat tidak efektif dibuang oleh tubuh. Disini dokter harus betul-betul tepat memberikan,

apakah obat bisa diberikan pada pasien-pasien yang berpenyakit hati, kalau tidak justru akan

memperberat kerja hati atau malah sisa obat tidak bisa dibuang oleh tubuh dan akan

mengalami keracunan.

Ginjal adalah tempat utama ekskresi pembuangan obat. Sedangkan sistem billier membantu

ekskresi untuk obat-obatan yang tidak di-absorbsi kembali dari sistem pencernaan.

Sedangkan kontribusi dari intestin(usus), ludah, keringat, air susu ibu, dan lewat paru-paru

kecil, kecuali untuk obat-obat anestesi yang dikeluarkan waktu ekshalasi. Metabolisme oleh

hati membuat obat lebih “polar” dan larut air sehingga mudah di ekskresi oleh ginjal. Obat-

obatan dengan berat lebih dari 300 g/mol yang termasuk grup polar dan “lipophilic” di

ekskresikan lewat empedu. Ada beberapa obat yang pantang diberikan pada pasien-pasien

dengan fungsi ginjal yang sudah tidak bagus kerjanya, dan jika tidak hati-hati dan salah

makan obat bisa -bisa ginjal akan berhenti bekerja.

Page 15: Makalah psikofarmaka  hety wulansari

BAB III

STUDI KASUS

III.1 Masalah Yang Dihadapi

Ketika sedang merawat pasien jiwa, terkadang perawat terjebak dalam konsep yang mungkin

bisa kita namakan dengan fenomena Full Komunikasi Terapeutik . Fenomena di mana perawat

“hanya berkomunikasi, berbicara dan melakukan pendekatan dan terus berharap pasiennya

akan membaik tanpa tahu bagaimana sebenarnya kemungkinan pasien dapat sembuh."

Fenomena yang unik mungkin, yaitu karena dalam pengajarannya, perawat tidak banyak

diperkenalkan dengan konsep psikopatologi (perubahan apa yang terjadi di dalam tubuh

pasien yang sakit jiwa). Kita diajarkan beribu-ribu cara pendekatan kepada pasien jiwa, tetapi

tidak diperdalam mengenai konsep patologi dan obat-obatannya. Mungkin salah satunya

karena “Fenomena Obat” bukan termasuk wewenang keperawatan. Padahal, sebagai orang

yang “terus menerus” berinteraksi dengan pasien, walaupun bukan kewenangannya,

seharusnya, konsep psikopatologi dan psikofarmakologi merupakan hal yang utama diajarkan

dan dikuasai oleh para perawat. Mungkin alasannya karena ada kondisi tertentu, di mana

pasien memang “harus ditangani dengan obat”

Psikofarmaka adalah obat-obatan yang digunakan untuk klien dengan gangguan mental.

Psikofarmaka termasuk obat-obatan psikotropik yang bersifat neuroleptika (bekerja pada

sistem saraf). Pengobatan pada gangguan mental bersifat komprehensif, yang meliputi:

1. Teori biologis (somatik), mencakup: pemberian obat psikofarmaka, lobektomi dan

electro convulsi therapy (ECT)

2. Psikoterapeutik

3. Terapi modalitas

III.2 Konsep Psikofarmakologi

Psikofarmakologi adalah komponen kedua dari manajemen psikoterapi. Dimana Perawat

perlu memahami konsep umum dari psikofarmaka. Yang termasuk neurotransmitter:

dopamin, neuroepinefrin, serotonin dan GABA (Gamma Amino Buteric Acid) dan lain-lain.

Meningkat dan menurunnya kadar/konsentrasi neurotransmitter akan menimbulkan

kekacauan atau gangguan mental. Obat-obat psikofarmaka efektif untuk mengatur

keseimbangan neurotransmitter

Konsep Psikofarmakologi

1. Sawar darah otak melindungi otak dari fluktuasi zat kimia tubuh, mengatur jumlah dan

kecepatan zat yang memasuki otak

2. Obat-obat psikofarmaka dapat melewati sawar darah otak, sehingga dapat mempengaruhi

sistem saraf

Page 16: Makalah psikofarmaka  hety wulansari

3. Extrapyramidal side efect (efek samping terhadap ekstrapiramidal) terjadi akibat

penggunaan obat penghambat dopamin, agar didapat keseimbangan antara dopamin dan

asetilkolin

4. Anti cholinergic side efect (efek samping antikolinergik) terjadi akibat penggunaan obat

penghambat acetilkolin

Menurut Rusdi Maslim yang termasuk obat- obat psikofarmaka adalah golongan:

1. Anti psikotik, pemberiannya sering disertai pemberian anti parkinson

2. Anti depresi

3. Anti maniak

4. Anti cemas (anti ansietas)

5. Anti insomnia

6. Anti obsesif-kompulsif

7. Anti panik

Adapun yang paling sering digunakan oleh klien jiwa adalah :

A. Anti Psikotik

Anti psikotik termasuk golongan mayor trasquilizer atau psikotropik: neuroleptika.

Mekanisme kerja:

Menahan kerja reseptor dopamin dalam otak (di ganglia dan substansia nigra) pada sistem

limbik dan sistem ekstrapiramidal.

Efek farmakologi:

Sebagai penenang, menurunkan aktivitas motorik, mengurangi insomnia, sangat efektif untuk

mengatasi : delusi, halusinasi, ilusi dan gangguan proses berpikir.

Indikasi pemberian :

Pada semua jenis psikosa, Kadang untuk gangguan maniak dan paranoid

Efek Samping Antipsikotik

a. Efek samping pada sistem saraf (extrapyramidal side efect/EPSE)

1). Parkinsonisme

Efek samping ini muncul setelah 1 - 3 minggu pemberian obat. Terdapat trias gejala

parkonsonisme:

Tremor : paling jelas pada saat istirahat

Bradikinesia : muka seperti topeng, berkurang gerakan reiprokal pada saat berjalan

Rigiditas : gangguan tonus otot (kaku)

2). Reaksi distonia: kontraksi otot singkat atau bisa juga lama

Tanda-tanda: muka menyeringai, gerakan tubuh dan anggota tubuh tidak terkontrol

3). Akathisia

Page 17: Makalah psikofarmaka  hety wulansari

Ditandai oleh perasaan subyektif dan obyektif dari kegelisahan, seperti adanya perasaan

cemas, tidak mampu santai, gugup, langkah bolak-balik dan gerakan mengguncang pada saat

duduk.

Ketiga efek samping di atas bersifat akur dan bersifat reversible (bisa ilang/kembali normal).

4). Tardive dyskinesia

Merupakan efek samping yang timbulnya lambat, terjadi setelah pengobatan jangka panjang

bersifat irreversible (susah hilang/menetap), berupa gerakan involunter yang berulang pada

lidah, wajah,mulut/rahang, anggota gerak seperti jari dan ibu jari, dan gerakan tersebut hilang

pada waktu tidur.

b. Efek samping pada sistem saraf perifer atau anti cholinergic side efect

Terjadi karena penghambatan pada reseptor asetilkolin. Yang termasuk efek samping anti

kolinergik adalah:

a. Mulut kering

b. Konstipasi

c. Pandangan kabur: akibat midriasis pupil dan sikloplegia (pariese otot-otot siliaris)

menyebabkan presbiopia

d. Hipotensi orthostatik, akibat penghambatan reseptor adrenergik

e. Kongesti/sumbatan nasal

Jenis obat anti psikotik yang sering digunakan:

• Chlorpromazine (thorazin) disingkat (CPZ)

• Halloperidol disingkat Haldol

• Serenase

B. Anti Parkinson

Mekanisme kerja:

Meningkatkan reseptor dopamin, untuk mengatasi gejala parkinsonisme akibat penggunaan

obat antipsikotik.

Efek samping : sakit kepala, mual, muntah dan hipotensi.

Jenis obat yang sering digunakan: levodova, tryhexifenidil (THF).

C. Anti Depresan

Hipotesis:

Syndrome depresi disebabkan oleh defisiensi salah satu/beberapa aminergic neurotransmitter

(seperti: noradrenalin, serotonin, dopamin) pada sinaps neuron di SSP, khususnya pada

sistem limbik.

Mekanisme kerja obat:

Page 18: Makalah psikofarmaka  hety wulansari

a. Meningkatkan sensitivitas terhadap aminergik neurotransmiter

b. Menghambat re-uptake aminergik neurotransmitter

c. Menghambat penghancuran oleh enzim MAO (Mono Amine Oxidase) sehingga terjadi

peningkatan jumlah aminergik neurotransmitter pada neuron di SSP.

Efek farmakologi:

Mengurangi gejala depresi

Penenang

1. Indikasi: syndroma depresi

2. Jenis obat yang sering digunakan: trisiklik (generik), MAO inhibitor, amitriptyline

(nama dagang).

3. Efek samping: yaitu efek samping kolonergik (efek samping terhadap sistem saraf

perifer) yang meliputi mulut kering, penglihatan kabur, konstipasi, hipotensi

orthostatik.

D. Obat Anti Mania/Lithium Carbonate

Mekanisme kerja: menghambat pelepasan serotonin dan mengurangi sensitivitas reseptor

dopamin.

Hipotesis: pada mania terjadi peluapan aksi reseptor amine.

Efek farmakologi:

Ø Mengurangi agresivitas

Ø Tidak menimbulkan efek sedatif

Ø Mengoreksi/mengontrol pola tidur, iritabel dan adanya flight of idea

Indikasi:

Mania dan hipomania, lebih efektif pada kondisi ringan. Pada mania dengan kondisi berat

pemberian obat anti mania dikombinasi dengan obat antipsikotik.

Efek samping:

Efek neurologik ringan: fatigue, lethargi, tremor di tangan terjadi pada awal terapi dapat juga

terjadi nausea, diare.

Efek toksik:

Pada ginjal (poliuria, edema), pada SSP (tremor, kurang koordinasi, nistagmus dan

disorientasi; pada ginjal (meningkatkan jumlah lithium, sehingga menambah keadaan

oedema.

E. Anti Ansietas (Anti Cemas)

Ansxiolytic agent, termasuk minor tranquilizer. Jenis obat antara lain: diazepam

(chlordiazepoxide).

F. Obat Anti Insomnia: Phenobarbital

Page 19: Makalah psikofarmaka  hety wulansari

G.Obat Anti Obsesif Kompulsif: clomipramine

H. Obat Anti Panik: imipramine

III.3 Peran Perawat Dalam Pemberian Obat

Sebelum seorang perawat melakukan pengobatan kepada pasien jiwa, perawat terlebih dahulu

melakukan Pengumpulan, yang meliputi:

1. Diagnosa medis

2. Riwayat penyakit

3. Riwayat pengobatan

4. Hasil pemeriksaan laboratorium (yang berkaitan)

5. Jenis obat yang digunakan, dosis, cara dan waktu pemberian

6. Program terapi lain

7. Mengkombinasikan obat dengan terapi modalitas

8. Pendidikan kesehatan untuk klien dan keluarga, tentang pentingnya minum obat dan

penanganan efek samping obat

9. Monitor efek samping penggunaan obat

Melaksanakan prinsip pengobatan psikofarmaka

1. Persiapan

o Melihat order pemberian obat di lembaran obat (di status)

o Kaji setiap obat yang akan diberikan termasuk tujuan, cara kerja obat, dosis, efek samping

dan cara pemberian

o Kaji pengetahuan klien dan keluarga tentang obat

o Kaji kondisi klien sebelum pengobatan

2. Lakukan minimal prinsip lima benar dalam pemberian obat

3. Laksanakan program pemberian obat

1. Gunakan pendekatan tertentu

2. Bantu klien minum obat, jangan ditinggal

3. Pastikan bahwa obat telah diminum

4. Bubuhkan tanda tangan pada dokumentasi pemberian obat, sebagai aspek legal

4. Laksanakan program pengobatan berkelanjutan, melalui program rujukan

5. Menyesuaikan dengan terapi non farmakologik

6. Turut serta dalam penelitian tentang obat-obat psikofarmaka

EVALUASI

Reaksi obat efektif jika:

1. Emosional stabil

2. Kemampuan berhubungan interpersonal meningkat

3. Halusinasi, agresi, delusi, menarik diri menurun

Page 20: Makalah psikofarmaka  hety wulansari

4. Perilaku mudah diarahkan

5. Proses berpikir ke arah logika

6. Efek samping obat

7. Tanda-tanda vital: tekanan darah, denyut nadi

Psikofarmaka adalah obat – obatan kimia, yaitu obat – obatan psikotropika, yang dapat

mempengaruhi bagian – bagian otak tertentu dan menekan atau mengurangi atau

menghilangkan gejala – gejala tertentu pada penderita.

Gejala tersebut meliputi : yang berhubungan dengan proses pikir, berhubungan dengan alam

perasaan dan emosi, dan perilaku (behaviour), penghayatan pribadi manusia

Macam –macam psikofarmaka :

1. Golongan anti psikotik

2. Golongan anti cemas

3. Golongan anti depresi

4. Golongan anti maniak

Cara pemberian obat;

• P O (per oral)

• DROP(Bentuk tetes)

• Injeksi IM , IV

Menurut dosis paruhnya obat psikotropika diberikan Long term atau short term,obat longterm

diberikan secara injeksi IM

Jenis – jenis sediaan obat

Golongan anti psikotik :Obat-obat jenis ini digunakan untuk menghilangkan gejala

psikotik seperti waham dan halusinasi ,penghayatan diri.Untuk obat jenis konvesional

biasanya hanya mampu menghilangkan gejala psitip saja, tetapi obat jenis atipkal bisa

menghilangka gejala positip dan gejala negatip.

1. chlorpromazine (promagtil,largagtil)

Page 21: Makalah psikofarmaka  hety wulansari

2. haloperidol(haldol2mg,5mg)

3. trifluoperazine (stelasin 2mg 5mg)

4. perphenazine

5. fluphenazine

Page 22: Makalah psikofarmaka  hety wulansari

6. thioridazine(meleril)

7. pimozide

8. clozapine(clozaril)

9. sulpirideh

Page 23: Makalah psikofarmaka  hety wulansari

10. risperidone(Persidal)

11. quetiapine

12. olanzapine

Golongan anti cemas

Obat ini memberi kasiat menghilangkan rasa cemas melalui penguatan inhibitor GABA

(gama acid amino biturat).

Sehingga obat ini akan memberi terapi pada kasus- kasus:

• Gangguan cemas umum

• Cemas karena stress

• Gangguan tidur

• Phobia

• Cemas karena PTS

• Cemas dengan kondisi medik

• Cemas karena tindakan medis

Page 24: Makalah psikofarmaka  hety wulansari

• Gangguan kejang

• Histeria

Macam -macam obatnya :

1. Diazepam(Valium,Valisanbe,Validex)

2. Chlordiazepoxide(Cetabrium)

3. Alprazolam(Atarax,Xanax)

4. Clobazam

5. lorazepam (Ativan)

6. buspirone

7. hidroxyzine

8. bromazepam

Golongan anti depresi

Obat –obat ini sangat bermanfaat untuk pengobatan gejala depresi seperti mutisme ,hipoaktif

dan disforik,.Disamping itu bisa untuk mengobati keadaan panic,enurises,pada anak dengan

gangguan perhatian,bumilia narkolepsi dan ,obsesi kumpulsif.Tiga jenis obat anti depresan

yaitu Golongan Tricyclik,selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI),monoamine oksidase

inhibitor

Golongan anti maniak :obat-obat ini berguna untuk menghilangkan gejala manik seperti

logorhoe,hiperaktive euforia

1. Lithium carbonte

2. Carbazepine

3. haloperidol

Page 25: Makalah psikofarmaka  hety wulansari

BAB IV

PENUTUP

IV.1 Kesimpulan

Dari pembahasan sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa medicine atau obat adalah

suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam

menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangkan, menghilangkan, menyembuhkan penyakit

atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan dan

untuk memperelok atau memperindah badan atau bagian badan manusia termasuk obat

tradisional. Dimana obat mempunyai khasiat masing-masing yang dapat bermanfaat bagi kita

namun juga memiliki efek samping saat kita mengkonsumsinya.

Pada seorang yang mempunyai kelainan jiwa kita dapat memberikannya obat psikofarmaka,

lobektomi dan electro convulsi therapy (ECT). Dimana dalam pemberiannya yang dilakukan

oleh seorang perawat, perawat harus mengumpulkan data terlebih dahulu sebelum melakukan

pengobatan, kemudian melaksanakan prinsip pengobatan psikofarmaka dan yang terakhir

perlu melakukan evaluasi, apakah obat tersebut sudah berreaksi dengan baik atau masih

belum.

Page 26: Makalah psikofarmaka  hety wulansari

DAFTAR PUSTAKA

http://akpersubang.wordpress.com/2010/07/12/peran-perawat-dalam-pemberian-

obat/,

diambil 27 januari

http://dr-suparyanto.blogspot.com/2010/05/label-dan-dosis-obat.html, diambil 23

januari

2012

http://id.hicow.com/amerika-serikat/antipsikotik/mendengar-gerakan-suara-

2412230.html, diambil 27 januari

http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/12097783_2085-9341.pdf jurnal 1, diambil 27

januari

http://id.wikipedia.org/wiki/Obat, diambil 23 januari 2012

http://ifan050285.wordpress.com/2010/03/16/kumpulan-dosis-obat/, diambil 23

januari

2012

http://mafti2k.blogspot.com/2010/02/dosis-obat.html, diambil 23 januari 2012

http://peperonity.com/go/sites/mview/klinik/16646131, diambil 23 januari 2012

http://portalperawat.blogspot.com/2009/05/psikofarmakologi-obat-obatan-

untuk.html,

diambil 27 januari

http://www.anakku.net/menghitung-dosis-obat/, diambil 23 januari 2012