Makalah psikofarmaka hety wulansari
-
Upload
operator-warnet-vast-raha -
Category
Design
-
view
795 -
download
50
Transcript of Makalah psikofarmaka hety wulansari
TUGAS : INDIVIDU KEPERAWATAN JIWA
DOSEN : ASMALIA, Ns. S.Kep.
MAKALAH
PSIKOFARMAKA
DISUSUN OLEH :
NAMA : HETY WULANSARI
NIM : 05.190
STIK AVICENA KAMPUS IV MUNA
2014
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr wb.
Dengan mengucap syukur kepada ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat serta
hidayahnya kepada kita semua sehingga kita dapat diberikan kesempatan untuk dapat
menjalani hidup dengan lebih baik lagi. Dan tak lupa pula sholawat serta salam kepada
junjungan kita nabi besar Muhammad SAW yang telah mengajarkan banyak kebaikan kepada
kita semua.
makalah ini dengan mengkhususkan tentang obat yang diberikan kepada pasien jiwa, dan
saya beri judul “OBAT-OBATAN PASIEN JIWA”
Saya sadar dalam makalah ini akan terdapat banyak kekurangan, namun saya berharap
semoga makalah ini dapat bermanfaat sebagai salah satu tambahan wawasan ilmu
pengetahuan bagi kita semua. Dan saya berharap agar dapat diberi masukan untuk kemudian
dalam pembuatan makalah selanjutnya saya dapat membuat dengan lebih baik lagi.
Akhir kata saya mengucapkan terimakasih, dan silahkan membaca dan semoga bermanfaat.
Wassalamualaikum,wr wb.
Raha, Desember 2014
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ………………………………….......................……………… ii
Daftar Isi ……………………………………………….................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang ………………………………………..................................... 1
I.2 Rumusan Masalah ………………………………........................................... 2
I.3 Tujuan ………………………………………………...................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Obat ……………………………………………………................................. 4
II.2 Dosis Obat ………………………………………......................................... 8
II.2.1 Pengertian Dosis …………………………………...................................... 8
II.2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi dosis obat …………............................ 9
II.2.3 Macam-macam Dosis …………………………....................................... 10
II.2.4 Arti % (persen) dalam campuran obat…………………………………......... 13
ii.2.5 Cara obat bekerja didalam tubuh……………………….............................. 13
BAB III STUDI KASUS
III.1 Masalah Yang Dihadapi………………….................................................... 17
III.2 Konsep Psikofarmakologi ……………….................................................. 18
III.3 Peran Perawat Dalam Pemberian Obat ……………………........................... 23
BAB IV PENUTUP
IV.1 Kesimpulan ………………………………………….................................. 25
DAFTAR PUSTAKA ………………………………........................................... 26
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Obat ialah suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam
menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangkan, menghilangkan, menyembuhkan penyakit
atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan dan
untuk memperelok atau memperindah badan atau bagian badan manusia termasuk obat
tradisional.
Karna seperti yang telah kita ketahui, hal yang pertama kali kita lakukan jika kita sedang
sakit atau ada bagian tubuh, anggota tubuh, atau ada yang tidak beres dengan tubuh kita pasti
kita akan buru-buru kedokter dan mencari obat untuk mengobati sakit yang kita derita.
Namun apakah kita tau bagaimana cara obat bekerja didalam tubuh kita itu?. Oleh karenanya
Paling tidak, kita harus tahu dulu bagaimana sebenarnya perjalanan panjang obat di dalam
tubuh, sampai kemudian menimbulkan efek yaitu mengurangi rasa cemas, menghilangkan
rasa sakit, menyembuhkan penyakit dan membuat rasa nyaman, atau bahkan membuat “fly”
alias terbang ke angkasa. Selain manfaatnya, tentu kita juga harus tahu akibat buruknya jika
mengkonsumsi diluar aturan dari yang ditentukan.
Oleh karena itu kita harus selalu memperhatikan bagaimana obat itu bekerja, dosis yang harus
kita konsumsi, efek dari pemakaian obat tersebut, dan keadaan dari obat itu sendiri apakah
masih dalam keadaan baik atau sudah tidak layak untuk digunakan. Sehingga kita akan
terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan sepertihalnya over dosis, atau malah
menimbulkan kekebalan bagi penyakit yang kita derita atau bahkan dapat menimbulkan
kematian bila salah dalam mengkonsumsi obat.
Dalam makalah ini akan saya bahas mengenai masalah yang terjadi dalam menangani pasien
jiwa. Disini akan dijelaskan apa saja obat yang dapat diberikan kepada pasien tersebut, dan
apa efek samping maupun kegunaannya dan bagaimana seorang perawat dalam menjalankan
peranannya dalam masalah ini.
I.2 Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan obat, dan bagaimana efek samping dari suatu obat itu?
2. Bagaiman cara mengetahui seberapa banyak dosis obat yang seharusnya dapat kita
gunakan dengan baik, dan ataupun factor-faktor yang mempengaruhi pemberian dari
dosis obat tersebut?.
3. Apa saja macam dari dosis obat itu, dan bagaimana cara menghitung suatu dosis obat
tertentu?.
4. Apakah arti persen dalam sebuah campuran obat itu?
5. Bagaimana cara obat bekerja dalam tubuh?.
6. Apa sajakah obat yang dapat diberikan kepada pasien jiwa?
7. Bagaimanakah peranan perawat dalam menangani pasien jiwa dalam hal pemberian
obat?
I.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang obat, kegunaan maupun efek samping dari
obat.
2. Untuk mengetahui seberapa banyak dosis obat yang seharusnya dapat kita gunakan
dengan baik, dan ataupun factor-faktor yang mempengaruhi pemberian dari dosis itu.
3. Untuk mengetahui apa saja macam dari dosis obat itu, dan juga cara menghitung suatu
dosis tertentu.
4. Untuk mengetahui arti persen dalam sebuah campuran obat.
5. Untuk mengetahui bagaimana obat dapat memberikan reaksi atau hasil dari obat
bekerja dalam tubuh.
6. Untuk mengetahui obat-obatan apa yang digunakan bagi pasien jiwa.
7. Untuk mengetahui bagaimana peranan perawat dalam menangani pasien jiwa dalam
hal pemberian obat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Obat
Obat ialah suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam
menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangkan, menghilangkan, menyembuhkan penyakit
atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan dan
untuk memperelok atau memperindah badan atau bagian badan manusia termasuk obat
tradisional.
Dalam sebuah kemasan obat yang dibuat oleh sebuah perusahaan farmasi atau perusahaan-
perusahaan lain dan dijual disebuah apotik atau toko-toko atau juga disebuah warung-warung
kecil pasti terdapat Label Obat, adapun label obat berisi:
a. Nama dagang / generik
b. Nama , alamat pabrik
c. Komposisi
d. Aturan pakai
e. No. registrasi: contoh : Depkes RI : DTL 123456789012 ( 15 digit )
f. No.batch / kode produksi
g. Expired date / kadaluwarsa
Sedangkan obat itu sendiri dapat digolongkan menjadi beberapa bagian, yang setiap bagian
tersebut mempunyai spesifik tersendiri. Dibawah ini adalah gambar dari penggolongan obat.
Gambar 1. Penggolongan Obat
Gambar 2. Label Obat Daftar W
suatu obat harus disimpan dengan baik agar obat tidak rusak dan terjaga kualitasnya dengan
baik. Tempat penyimpanan obat juga harus dijaga kebersihan ruangannya, dan penyusunan
obat juga harus diperhatikan dengan baik dan benar. Adapun cara-caranya dapat diketahui
sebagai berikut :
Penyimpanan Obat
1. Ruang penyimpanan : aman (bebas serangga), sirkulasi udara baik, suhu (sejuk),
terhindar dari matahari
2. Tata ruang : mudah bergerak
3. Tersedia palet, rak, almari khusus, almari pendingin
4. Alat pemadam kebakaran
5. Penumpukan (kerusakan fisik)
Kebersihan ruangan
1. Semua obat harus disimpan dengan baik dalam wadah dan tutup yang memenuhi
syarat
2. Label jelas, nama obat dapat dibaca dengan jelas
3. Obat tanpa etiket/label dan diragukan isinya lebih baik dibuang
4. Simpan obat sesuai petunjuk pd label (ditempat sejuk dan terhindar dari sinar
matahari langsung)
Penyusunan Obat
1. Prinsip FIFO ; FEFO
2. Obat kemasan besar diletakkan di palet
3. Obat kemasan kecil disusun di rak
4. Narkotik-psikotropik di almari khusus
5. Vaksin, suppositoria di almari pendingin
6. Disusun dan dikelompokan berdasarkan bentuk sediaan obat (syrup, tablet, obat luar,
alkes habis pakai, alat kontrasepsi)
7. Disusun secara alphabetis
8. Cantumkan nama obat pada kartu stok, letakkan dekat bahan obatnya
9. Obat expired date dipisahkan tersendiri
Dalam sebuah rumah sakit atau toko obat (apotik), seorang apoteker atau asistennya, perawat,
bidan, atau bahkan dokter sekalipun dalam memberikan obat kepada pembeli atau pasiennya
harus memperhatikan mutu dari obat tersebut apakah masih dalam keadaan baik atau sudah
tidak lagi dan juga cara memberikan obat juga harus diperhatikan.
Pengamatan Mutu
1. Tablet : perubahan warna, bau , rasa, lembab
2. Tablet salut : pecah, lengket, rusak
3. Kapsul : lengket, terbuka, perubahan warna pada cangkang
4. Salep : berubah warna, bintik-bintik, wadah rusak, perubahan bau (tengik)
5. Cairan : berubah warna,perubahan kekentalan
6. Injeksi : warna berubah, endapan keruh, wadah rusak, bocor
7. Pengujian laboratorium
8. Pemberian Obat
9. 4T1W : Tepat (obat, dosis, sasaran, manfaat), Waspada (efek samping)
10. Etiket : nama pasien, tanggal, no, aturan pakai, instruksi lainnya
11. Pastikan sendok yg digunakan : sendok teh (Cth) : 5 cc, sendok makan (C) : 15 cc
12. Berikan penjelasan kepada pasien tentang : cara pemakaian/minum obat, kegunaan
obat, penyimpanan serta kemungkinan efek samping obat.
Pencatatan dan Pelaporan
1. Sarana Pencatatan dan Pelaporan
2. Kartu stok
3. Mengetahui ketersediaan obat,
4. Mengetahui kekosongan/kelebihan obat
5. Mengetahui trend penggunaan obat
6. Sebagai alat untuk pelaporan
7. Catatan harian pemakaian/pengeluaran obat
8. Lembar pemakaian dan lembar permintaan obat (LPLPO)
9. Daftar obat rusak/kadaluarsa
Pemesanan Obat
a. Hitung kebutuhan obat rata2 / bulan
b. Catat frekuensi pengiriman
c. Tentukan faktor pemesanan ulang
d. 3 bila dikirim perbulan
e. 5 bila dikirim setiap 2 bulan
f. 7 bila dikirim setiap 3 bulan
g. 9 bila dikirim setiap 4 bulan
Contoh : kebutuhan amoksilin tiap bulan: 3 botol bila pemesanan dikirim tiap 3 bulan →
faktor pemesanan 7, jadi jumlah pemesanan ulang: 3x7 = 21 botol.
II. 2 Dosis Obat
II.2.1 Pengertian Dosis
Pengertian Umum :
Jumlah obat yang diberikan kepada penderita dalam,
Satuan Berat : g, mg, μg
Atau Satuan Isi : ml , liter , ui (unit internasional)
Dosis Medicinalis= Dosis Lazim = Dosis Terapeutik
Sejumlah obat yang memberikan efek terapeutik pada penderita dewasa
DOSIS :
Sejumlah obat yang diberikan satu kali atau selama jangka waktu tertentu
II.2.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Dosis Obat
Dosis obat yang diberikan kepada penderita dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor
obat, cara pemberian obat tersebut dan penderita itu sendiri. Terutama faktor-faktor penderita
seringkali kompleks sekali, karena perbedaan individual terhadap respon obat tidak selalu
dapat diperkirakan. Ada kemungkinan ketiga faktor di bawah ini didapati sekaligus.
Faktor Obat
1. Sifat fisika : Daya larut obat dalam air/lemak, kristal/amorf, dsb.
2. Sifat kimiawi : Asam, basa, garam, ester, garam kompleks, pH, pKa.
3. Toksisitas : Dosis obat berbanding terbalik dengan toksisitasnya.
Cara Pemberian Obat Kepada Penderita
1. Oral : dimakan atau diminum
2. Parenteral : subkutan, intramuskular, intravena, dsb
3. Rektal, vaginal, uretral, transdermal
4. Lokal, topical
5. Lain-lain : implantasi, sublingual, intrabukal, dsb
Faktor Penderita
1. Umur : neonatus, bayi, anak, dewasa, geriatric
2. Berat badan : biarpun sama-sama dewasa berat badan dapat berbeda besar
3. Jenis kelamin : terutama untuk obat golongan hormone
4. Ras : “slow & fast acetylators”
5. Toleransi
6. Kehamilan
7. Laktasi
8. “circadian rythme”
9. Lingkungan
10. Obesitas : untuk obat-obat tertentu faktor ini harus diperhitungkan
11. Sensitivitas individual
12. Keadaan pato-fisiologi: kelainan pada saluran cerna mempengaruhi absorbsi obat,
penyakit hati mempengaruhi metabolisme obat, kelainan pada ginjal mempengaruhi ekskresi
obat
II.2.3 Macam Dosis
Adapun macam-macam dosis sebagai berikut:
a. Dosis medicinalis = dosis terapeutik = dosis lazim
b. Dosis awal (loading dose) atau dosis permulaan (initial dose) = dosis obat untuk
memulai terapi sehingga dapat mencapai konsentrasi terapeutik dalam tubuh yang
menghasilkan efek klinis.
c. Dosis pemeliharaan (maintenance dose) = Dosis obat yang diperlukan untuk
memelihara – mempertahankan efek klinik atau konsentrasi terapeutik obat yang
Sesuai dengan dosis regimen.
d. Dosis toxica = dosis sampai terjadi keracunan
e. Dosis letalis (LD) = dosis sampai terjadi kematian
A. Dosis Maksimum
· DM : Dosis tertinggi yang relatif masih aman (dewasa)
· DM prn: Dosis boleh melebihi kalau diperlukan dokter → memakai tanda seru (1 – 2 mg
!)
· DM untuk anak: Dihitung khusus
B. Dosis Anak
Dosis obat untuk anak dihitung khusus hal ini dikarenakan respon tubuh anak dan dewasa
terhadap obat berbeda karena faktor-faktor endogen dan eks.
parameter-parameter perbedaan anak dan dewasa adalah :
o Pola ADME (absorpsi,distribusi,metabolisme,ekskrsi)
o sensitivitas intrinsik berlainan terhadap bahan obat
o redistribusi dari zat-zat endogen
Cara-cara menghitung dosis obat uuntuk anak
1. BERDASAR PERBANDINGAN DENGAN DEWASA
a. menurut perbandingan umur
b. menurut perbandingan berat badan
c. menurut perbandingan luas permukaan tubuh (LPT) /BSA
2. BERDSAR UKURAN FISIK ANAK SECRA INDIVIDU
a. sesuai berat badan anak (kg)
b. sesuai LPT (nomogram Du Bois)
c. rumus R.O.Mosteller
LPT anak/m2 = √ Tcm x BB kg
360
1. Rumus Dosis Anak Berdasar Umur
a. Rumus Young: { n / (n + 12)} x DD
b. Rumus Dilling: ( n / 20 ) x DD
c. Rumus Cowlling: { (n+1) / 24 } x DD
d. Rumus Fried: ( m / 150) x DD
Keterangan: n = tahun, m = bulan, DD=dosis dewasa
2. Rumus Dosis Anak Berdasar BB
1. Rumus Clark: ( BB / 70 ) x DD
2. Rumus Augeberger: { (1½ BB+10) / 100 } x DD
Keterangan: BB = BB anak dalam Kg, DD=dosis dewasa
C. Dosis Khusus
Dosis penderita yang obesitas: harus diperhitungkan lemak dan persentase BB tanpa
lemak (BBTL)
BBTL = BB x (100 - % lemak)
D. Dosis penderita geriatrik (>65 tahun)
pada umumnya kecepatan absorbsi obat lebih lambat pada lansia dari pada dewasa muda.
Karena factor-faktor berikut:
1. berkurangnya sekresi getah lambung sehingga kecepatan disolusi sediaan tablet &
kapsul menurun , juga kadar ionisasi obat
2. Perubahan mukosa penderita dapat memperlambat transpor aktif obat
3. perubahan kecepatan pengosongan lambung, motilitas usus menurunnya aliran darah
ke mesenteric
Jadi untuk menghitung dosis pada penderita ini adalah
· Dosis diturunkan ( ± 75 % DD)
· Perubahan fisiologis dan patologis diperhatikan (cardivaskuler, ginjal, DM)
E. Dosis penderita ginjal:
· Ekskresi obat terganggu → obat lebih lama di peredarah darah
· Dosis dan interval obat harus diatur
F. Dosis Tetesan Infus
· Infus dewasa (makro) 1 cc = 20 tetes,
· Infus anak (mikro) 1cc = 60 tetes (atau ditentukan lain)
· Rumus: cc/jam → cc/menit → tetes/menit
II.2.4 Arti % (PERSEN) Dalam Campuran Obat
Jumlah obat dalam suatu campuran obat dapat ditulis berupa persentase
Arti % dapat berupa:
Ø Persen berat/berat (% b/b) → untuk bahan padat/padat
Contoh: Salisilat talk 10%
Ø Persen berat/volume (% b/v) → untuk obat suntik
Contoh: Morphin HCl 1%
Ø Persen vol/vol (% v/v) → untuk bahan cair/cair
Contoh: Alkohol 70%
Ø Persen Vol/berat (% v/b) → untuk cairan – minyak/obat asli
Contoh: salep, cream
II.2.5 Cara Obat Bekerja Didalam Tubuh
seperti yang telah kita ketahui, hal yang pertama kali kita lakukan jika kita sedang sakit atau
ada bagian tubuh, anggota tubuh, atau ada yang tidak beres dengan tubuh kita pasti kita akan
buru-buru kedokter dan mencari obat untuk mengobati sakit yang kita derita.
Namun apakah kita tau bagaimana cara obat bekerja didalam tubuh kita itu?. Oleh karenanya
Paling tidak, kita harus tahu dulu bagaimana sebenarnya perjalanan panjang obat di dalam
tubuh, sampai kemudian menimbulkan efek yaitu mengurangi rasa cemas, menghilangkan
rasa sakit, menyembuhkan penyakit dan membuat rasa nyaman, atau bahkan membuat “fly”
alias terbang ke angkasa. Selain manfaatnya, tentu kita juga harus tahu akibat buruknya jika
mengkonsumsi diluar aturan dari yang ditentukan.
Ada 2 istilah yang akan dapat membantu untuk mengetahui bagaimana cara kerja obat dalam
tubuh, yaitu: Farmakokinetik dan Farmakodinamik.
Farmakokinetik adalah istilah yang menggambarkan bagaimana tubuh mengolah obat,
kecepatan obat itu diserap (absorpsi), jumlah obat yang diserap tubuh (bioavailability),
jumlah obat yang beredar dalam darah(distribusi), di metabolisme oleh tubuh, dan akhirnya
dibuang dari tubuh. Farmakokinetik menentukan kecepatan mulai kerja obat, lama kerja dan
intensitas efek obat. Farmakokinetik sangat tergantung pada usia, seks, genetik, dan kondisi
kesehatan seseorang. Kondisi kesehatan maksudnya adalah, apakah seseorang itu sedang
menderita sakit ginjal, sakit hati, kegemukan, kondisi dehidrasi, dll.
Farmakodinamik menggambarkan bagaimana obat bekerja dan mempengaruhi tubuh,
melibatkan reseptor, post-reseptor dan interaksi kimia. Farmakokinetik dan farmakodinamik
membantu menjelaskan hubungan antara dosis dan efek dari obat. Respon farmakologis
tergantung pada ikatan obat pada target. Konsentrasi obat pada reseptor mempengaruhi efek
obat.
Farmakodinamik dipengaruhi oleh perubahan fisiologis tubuh seperti proses penuaan,
penyakit atau adanya obat lain. Penyakit-penyakit yang mempengaruhi farmakodinamik
contohnya adalah mutasi genetik, tirotoksikosis(penyakit gondok), malnutrisi(salah gizi) dll.
Atau lebih gampangnya seperti ini, jika kita sudah merasakan efek-efek obat timbul misalnya,
migrain-kita lenyap setelah minum analgesik, diare-ku berhenti setelah minum “obat
pengampet”, sesek-ku hilang setelah minum obat asthma, stress-ku hilang setelah minum
obat penenang. Nah ini yang disebut dengan istilah farmakodinamik tadi.
Penyerapan (absorbsi) obat ditentukan oleh antara lain, bentuk sediaan( tablet, kapsul atau
sirup), bahan pencampur obat, cara pemberian obat(apakah diminum, lewat suntikan, dihirup
dll). Absorbsi obat sudah dimulai sejak di mulut, kemudian lambung, usus halus, dan usus
besar. Tapi terjadi terutama di usus halus karena permukaannya yang luas, dan lapisan
dinding mukosanya lebih permeabel. Jadi selain pemilihan obat oleh dokter harus tepat,
kondisi tubuh juga menentukan. Misalnya jika kita lagi sakit "maag" atau lagi diare, yang
akan mempengaruhi proses absorbsi obat.
Bioavailability artinya jumlah dan kecepatan bahan obat aktif masuk ke dalam pembuluh
darah, dan terutama ditentukan oleh dosis dari obat. Nah, dosis obat hanya bisa ditentukan
oleh dokter yang memang belajar farmakologi. Dokter dan ahli farmasi yang belajar mulai
dari obat itu terbuat dari apa, bagaimana kerja dan efek sampingnya, bagaimana menghitung
dosisnya, berapa lama boleh di konsumsi dst. Setelah obat masuk dalam sirkulasi darah,
kemudian di distribusi kan ke dalam jaringan tubuh. Distribusi obat ini tergantung pada rata-
rata aliran darah pada organ target, massa dari organ target, dan karakteristik dinding pemisah
diantara darah dan jaringan. Di dalam darah obat berada dalam bentuk bebas atau terikat
dengan komponen darah albumin, gliko-protein dan lipo-protein, sebelum mencapai organ
target. Albumin dan yang lainnya itu adalah protein dalam tubuh kita, jadi bisa di ketahui,
pada pasien-pasien yang kurang gizi berakibat kerja obat tidak efektif dan perlu penyesuaian
dosis.
Tempat utama metabolisme obat di hati, dan pada umumnya obat sudah dalam bentuk tidak
aktif jika sampai di hati, hanya beberapa obat tetap dalam bentuk aktif sampai di hati. Obat-
obatan di metabolisme dengan cara oksidasi, reduksi, hidrolisis, hidrasi, konjugasi,
kondensasi atau isomerisasi, yang tujuannya supaya sisa obat mudah dibuang oleh tubuh
lewat urin dan empedu. Kecepatan metabolisme pada tiap orang berbeda tergantung faktor
genetik, penyakit yang menyertai(terutama penyakit hati dan gagal jantung), dan adanya
interaksi diantara obat-obatan. Dengan bertambahnya umur, kemampuan metabolisme hati
menurun sampai lebih dari 30% karena menurunnya volume dan aliran darah ke hati. Untuk
orang yang mempunyai penyakit hati menyebabkan metabolisme obat menurun, sehingga
sisa obat tidak efektif dibuang oleh tubuh. Disini dokter harus betul-betul tepat memberikan,
apakah obat bisa diberikan pada pasien-pasien yang berpenyakit hati, kalau tidak justru akan
memperberat kerja hati atau malah sisa obat tidak bisa dibuang oleh tubuh dan akan
mengalami keracunan.
Ginjal adalah tempat utama ekskresi pembuangan obat. Sedangkan sistem billier membantu
ekskresi untuk obat-obatan yang tidak di-absorbsi kembali dari sistem pencernaan.
Sedangkan kontribusi dari intestin(usus), ludah, keringat, air susu ibu, dan lewat paru-paru
kecil, kecuali untuk obat-obat anestesi yang dikeluarkan waktu ekshalasi. Metabolisme oleh
hati membuat obat lebih “polar” dan larut air sehingga mudah di ekskresi oleh ginjal. Obat-
obatan dengan berat lebih dari 300 g/mol yang termasuk grup polar dan “lipophilic” di
ekskresikan lewat empedu. Ada beberapa obat yang pantang diberikan pada pasien-pasien
dengan fungsi ginjal yang sudah tidak bagus kerjanya, dan jika tidak hati-hati dan salah
makan obat bisa -bisa ginjal akan berhenti bekerja.
BAB III
STUDI KASUS
III.1 Masalah Yang Dihadapi
Ketika sedang merawat pasien jiwa, terkadang perawat terjebak dalam konsep yang mungkin
bisa kita namakan dengan fenomena Full Komunikasi Terapeutik . Fenomena di mana perawat
“hanya berkomunikasi, berbicara dan melakukan pendekatan dan terus berharap pasiennya
akan membaik tanpa tahu bagaimana sebenarnya kemungkinan pasien dapat sembuh."
Fenomena yang unik mungkin, yaitu karena dalam pengajarannya, perawat tidak banyak
diperkenalkan dengan konsep psikopatologi (perubahan apa yang terjadi di dalam tubuh
pasien yang sakit jiwa). Kita diajarkan beribu-ribu cara pendekatan kepada pasien jiwa, tetapi
tidak diperdalam mengenai konsep patologi dan obat-obatannya. Mungkin salah satunya
karena “Fenomena Obat” bukan termasuk wewenang keperawatan. Padahal, sebagai orang
yang “terus menerus” berinteraksi dengan pasien, walaupun bukan kewenangannya,
seharusnya, konsep psikopatologi dan psikofarmakologi merupakan hal yang utama diajarkan
dan dikuasai oleh para perawat. Mungkin alasannya karena ada kondisi tertentu, di mana
pasien memang “harus ditangani dengan obat”
Psikofarmaka adalah obat-obatan yang digunakan untuk klien dengan gangguan mental.
Psikofarmaka termasuk obat-obatan psikotropik yang bersifat neuroleptika (bekerja pada
sistem saraf). Pengobatan pada gangguan mental bersifat komprehensif, yang meliputi:
1. Teori biologis (somatik), mencakup: pemberian obat psikofarmaka, lobektomi dan
electro convulsi therapy (ECT)
2. Psikoterapeutik
3. Terapi modalitas
III.2 Konsep Psikofarmakologi
Psikofarmakologi adalah komponen kedua dari manajemen psikoterapi. Dimana Perawat
perlu memahami konsep umum dari psikofarmaka. Yang termasuk neurotransmitter:
dopamin, neuroepinefrin, serotonin dan GABA (Gamma Amino Buteric Acid) dan lain-lain.
Meningkat dan menurunnya kadar/konsentrasi neurotransmitter akan menimbulkan
kekacauan atau gangguan mental. Obat-obat psikofarmaka efektif untuk mengatur
keseimbangan neurotransmitter
Konsep Psikofarmakologi
1. Sawar darah otak melindungi otak dari fluktuasi zat kimia tubuh, mengatur jumlah dan
kecepatan zat yang memasuki otak
2. Obat-obat psikofarmaka dapat melewati sawar darah otak, sehingga dapat mempengaruhi
sistem saraf
3. Extrapyramidal side efect (efek samping terhadap ekstrapiramidal) terjadi akibat
penggunaan obat penghambat dopamin, agar didapat keseimbangan antara dopamin dan
asetilkolin
4. Anti cholinergic side efect (efek samping antikolinergik) terjadi akibat penggunaan obat
penghambat acetilkolin
Menurut Rusdi Maslim yang termasuk obat- obat psikofarmaka adalah golongan:
1. Anti psikotik, pemberiannya sering disertai pemberian anti parkinson
2. Anti depresi
3. Anti maniak
4. Anti cemas (anti ansietas)
5. Anti insomnia
6. Anti obsesif-kompulsif
7. Anti panik
Adapun yang paling sering digunakan oleh klien jiwa adalah :
A. Anti Psikotik
Anti psikotik termasuk golongan mayor trasquilizer atau psikotropik: neuroleptika.
Mekanisme kerja:
Menahan kerja reseptor dopamin dalam otak (di ganglia dan substansia nigra) pada sistem
limbik dan sistem ekstrapiramidal.
Efek farmakologi:
Sebagai penenang, menurunkan aktivitas motorik, mengurangi insomnia, sangat efektif untuk
mengatasi : delusi, halusinasi, ilusi dan gangguan proses berpikir.
Indikasi pemberian :
Pada semua jenis psikosa, Kadang untuk gangguan maniak dan paranoid
Efek Samping Antipsikotik
a. Efek samping pada sistem saraf (extrapyramidal side efect/EPSE)
1). Parkinsonisme
Efek samping ini muncul setelah 1 - 3 minggu pemberian obat. Terdapat trias gejala
parkonsonisme:
Tremor : paling jelas pada saat istirahat
Bradikinesia : muka seperti topeng, berkurang gerakan reiprokal pada saat berjalan
Rigiditas : gangguan tonus otot (kaku)
2). Reaksi distonia: kontraksi otot singkat atau bisa juga lama
Tanda-tanda: muka menyeringai, gerakan tubuh dan anggota tubuh tidak terkontrol
3). Akathisia
Ditandai oleh perasaan subyektif dan obyektif dari kegelisahan, seperti adanya perasaan
cemas, tidak mampu santai, gugup, langkah bolak-balik dan gerakan mengguncang pada saat
duduk.
Ketiga efek samping di atas bersifat akur dan bersifat reversible (bisa ilang/kembali normal).
4). Tardive dyskinesia
Merupakan efek samping yang timbulnya lambat, terjadi setelah pengobatan jangka panjang
bersifat irreversible (susah hilang/menetap), berupa gerakan involunter yang berulang pada
lidah, wajah,mulut/rahang, anggota gerak seperti jari dan ibu jari, dan gerakan tersebut hilang
pada waktu tidur.
b. Efek samping pada sistem saraf perifer atau anti cholinergic side efect
Terjadi karena penghambatan pada reseptor asetilkolin. Yang termasuk efek samping anti
kolinergik adalah:
a. Mulut kering
b. Konstipasi
c. Pandangan kabur: akibat midriasis pupil dan sikloplegia (pariese otot-otot siliaris)
menyebabkan presbiopia
d. Hipotensi orthostatik, akibat penghambatan reseptor adrenergik
e. Kongesti/sumbatan nasal
Jenis obat anti psikotik yang sering digunakan:
• Chlorpromazine (thorazin) disingkat (CPZ)
• Halloperidol disingkat Haldol
• Serenase
B. Anti Parkinson
Mekanisme kerja:
Meningkatkan reseptor dopamin, untuk mengatasi gejala parkinsonisme akibat penggunaan
obat antipsikotik.
Efek samping : sakit kepala, mual, muntah dan hipotensi.
Jenis obat yang sering digunakan: levodova, tryhexifenidil (THF).
C. Anti Depresan
Hipotesis:
Syndrome depresi disebabkan oleh defisiensi salah satu/beberapa aminergic neurotransmitter
(seperti: noradrenalin, serotonin, dopamin) pada sinaps neuron di SSP, khususnya pada
sistem limbik.
Mekanisme kerja obat:
a. Meningkatkan sensitivitas terhadap aminergik neurotransmiter
b. Menghambat re-uptake aminergik neurotransmitter
c. Menghambat penghancuran oleh enzim MAO (Mono Amine Oxidase) sehingga terjadi
peningkatan jumlah aminergik neurotransmitter pada neuron di SSP.
Efek farmakologi:
Mengurangi gejala depresi
Penenang
1. Indikasi: syndroma depresi
2. Jenis obat yang sering digunakan: trisiklik (generik), MAO inhibitor, amitriptyline
(nama dagang).
3. Efek samping: yaitu efek samping kolonergik (efek samping terhadap sistem saraf
perifer) yang meliputi mulut kering, penglihatan kabur, konstipasi, hipotensi
orthostatik.
D. Obat Anti Mania/Lithium Carbonate
Mekanisme kerja: menghambat pelepasan serotonin dan mengurangi sensitivitas reseptor
dopamin.
Hipotesis: pada mania terjadi peluapan aksi reseptor amine.
Efek farmakologi:
Ø Mengurangi agresivitas
Ø Tidak menimbulkan efek sedatif
Ø Mengoreksi/mengontrol pola tidur, iritabel dan adanya flight of idea
Indikasi:
Mania dan hipomania, lebih efektif pada kondisi ringan. Pada mania dengan kondisi berat
pemberian obat anti mania dikombinasi dengan obat antipsikotik.
Efek samping:
Efek neurologik ringan: fatigue, lethargi, tremor di tangan terjadi pada awal terapi dapat juga
terjadi nausea, diare.
Efek toksik:
Pada ginjal (poliuria, edema), pada SSP (tremor, kurang koordinasi, nistagmus dan
disorientasi; pada ginjal (meningkatkan jumlah lithium, sehingga menambah keadaan
oedema.
E. Anti Ansietas (Anti Cemas)
Ansxiolytic agent, termasuk minor tranquilizer. Jenis obat antara lain: diazepam
(chlordiazepoxide).
F. Obat Anti Insomnia: Phenobarbital
G.Obat Anti Obsesif Kompulsif: clomipramine
H. Obat Anti Panik: imipramine
III.3 Peran Perawat Dalam Pemberian Obat
Sebelum seorang perawat melakukan pengobatan kepada pasien jiwa, perawat terlebih dahulu
melakukan Pengumpulan, yang meliputi:
1. Diagnosa medis
2. Riwayat penyakit
3. Riwayat pengobatan
4. Hasil pemeriksaan laboratorium (yang berkaitan)
5. Jenis obat yang digunakan, dosis, cara dan waktu pemberian
6. Program terapi lain
7. Mengkombinasikan obat dengan terapi modalitas
8. Pendidikan kesehatan untuk klien dan keluarga, tentang pentingnya minum obat dan
penanganan efek samping obat
9. Monitor efek samping penggunaan obat
Melaksanakan prinsip pengobatan psikofarmaka
1. Persiapan
o Melihat order pemberian obat di lembaran obat (di status)
o Kaji setiap obat yang akan diberikan termasuk tujuan, cara kerja obat, dosis, efek samping
dan cara pemberian
o Kaji pengetahuan klien dan keluarga tentang obat
o Kaji kondisi klien sebelum pengobatan
2. Lakukan minimal prinsip lima benar dalam pemberian obat
3. Laksanakan program pemberian obat
1. Gunakan pendekatan tertentu
2. Bantu klien minum obat, jangan ditinggal
3. Pastikan bahwa obat telah diminum
4. Bubuhkan tanda tangan pada dokumentasi pemberian obat, sebagai aspek legal
4. Laksanakan program pengobatan berkelanjutan, melalui program rujukan
5. Menyesuaikan dengan terapi non farmakologik
6. Turut serta dalam penelitian tentang obat-obat psikofarmaka
EVALUASI
Reaksi obat efektif jika:
1. Emosional stabil
2. Kemampuan berhubungan interpersonal meningkat
3. Halusinasi, agresi, delusi, menarik diri menurun
4. Perilaku mudah diarahkan
5. Proses berpikir ke arah logika
6. Efek samping obat
7. Tanda-tanda vital: tekanan darah, denyut nadi
Psikofarmaka adalah obat – obatan kimia, yaitu obat – obatan psikotropika, yang dapat
mempengaruhi bagian – bagian otak tertentu dan menekan atau mengurangi atau
menghilangkan gejala – gejala tertentu pada penderita.
Gejala tersebut meliputi : yang berhubungan dengan proses pikir, berhubungan dengan alam
perasaan dan emosi, dan perilaku (behaviour), penghayatan pribadi manusia
Macam –macam psikofarmaka :
1. Golongan anti psikotik
2. Golongan anti cemas
3. Golongan anti depresi
4. Golongan anti maniak
Cara pemberian obat;
• P O (per oral)
• DROP(Bentuk tetes)
• Injeksi IM , IV
Menurut dosis paruhnya obat psikotropika diberikan Long term atau short term,obat longterm
diberikan secara injeksi IM
Jenis – jenis sediaan obat
Golongan anti psikotik :Obat-obat jenis ini digunakan untuk menghilangkan gejala
psikotik seperti waham dan halusinasi ,penghayatan diri.Untuk obat jenis konvesional
biasanya hanya mampu menghilangkan gejala psitip saja, tetapi obat jenis atipkal bisa
menghilangka gejala positip dan gejala negatip.
1. chlorpromazine (promagtil,largagtil)
2. haloperidol(haldol2mg,5mg)
3. trifluoperazine (stelasin 2mg 5mg)
4. perphenazine
5. fluphenazine
6. thioridazine(meleril)
7. pimozide
8. clozapine(clozaril)
9. sulpirideh
10. risperidone(Persidal)
11. quetiapine
12. olanzapine
Golongan anti cemas
Obat ini memberi kasiat menghilangkan rasa cemas melalui penguatan inhibitor GABA
(gama acid amino biturat).
Sehingga obat ini akan memberi terapi pada kasus- kasus:
• Gangguan cemas umum
• Cemas karena stress
• Gangguan tidur
• Phobia
• Cemas karena PTS
• Cemas dengan kondisi medik
• Cemas karena tindakan medis
• Gangguan kejang
• Histeria
Macam -macam obatnya :
1. Diazepam(Valium,Valisanbe,Validex)
2. Chlordiazepoxide(Cetabrium)
3. Alprazolam(Atarax,Xanax)
4. Clobazam
5. lorazepam (Ativan)
6. buspirone
7. hidroxyzine
8. bromazepam
Golongan anti depresi
Obat –obat ini sangat bermanfaat untuk pengobatan gejala depresi seperti mutisme ,hipoaktif
dan disforik,.Disamping itu bisa untuk mengobati keadaan panic,enurises,pada anak dengan
gangguan perhatian,bumilia narkolepsi dan ,obsesi kumpulsif.Tiga jenis obat anti depresan
yaitu Golongan Tricyclik,selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI),monoamine oksidase
inhibitor
Golongan anti maniak :obat-obat ini berguna untuk menghilangkan gejala manik seperti
logorhoe,hiperaktive euforia
1. Lithium carbonte
2. Carbazepine
3. haloperidol
BAB IV
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
Dari pembahasan sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa medicine atau obat adalah
suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam
menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangkan, menghilangkan, menyembuhkan penyakit
atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan dan
untuk memperelok atau memperindah badan atau bagian badan manusia termasuk obat
tradisional. Dimana obat mempunyai khasiat masing-masing yang dapat bermanfaat bagi kita
namun juga memiliki efek samping saat kita mengkonsumsinya.
Pada seorang yang mempunyai kelainan jiwa kita dapat memberikannya obat psikofarmaka,
lobektomi dan electro convulsi therapy (ECT). Dimana dalam pemberiannya yang dilakukan
oleh seorang perawat, perawat harus mengumpulkan data terlebih dahulu sebelum melakukan
pengobatan, kemudian melaksanakan prinsip pengobatan psikofarmaka dan yang terakhir
perlu melakukan evaluasi, apakah obat tersebut sudah berreaksi dengan baik atau masih
belum.
DAFTAR PUSTAKA
http://akpersubang.wordpress.com/2010/07/12/peran-perawat-dalam-pemberian-
obat/,
diambil 27 januari
http://dr-suparyanto.blogspot.com/2010/05/label-dan-dosis-obat.html, diambil 23
januari
2012
http://id.hicow.com/amerika-serikat/antipsikotik/mendengar-gerakan-suara-
2412230.html, diambil 27 januari
http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/12097783_2085-9341.pdf jurnal 1, diambil 27
januari
http://id.wikipedia.org/wiki/Obat, diambil 23 januari 2012
http://ifan050285.wordpress.com/2010/03/16/kumpulan-dosis-obat/, diambil 23
januari
2012
http://mafti2k.blogspot.com/2010/02/dosis-obat.html, diambil 23 januari 2012
http://peperonity.com/go/sites/mview/klinik/16646131, diambil 23 januari 2012
http://portalperawat.blogspot.com/2009/05/psikofarmakologi-obat-obatan-
untuk.html,
diambil 27 januari
http://www.anakku.net/menghitung-dosis-obat/, diambil 23 januari 2012