referat psikofarmaka RSKO1

33
PSIKOFARMAKA 1. Definisi Psikofarmaka atau obat psikotropik adalah obat yang bekerja secara selektif pada Sistem Saraf Pusat (SSP) dan mempunyai efek utama terhadap aktivitas mental dan perilaku, digunakan untuk terapi gangguan psikiatrik yang berpengaruh terhadap taraf kualitas hidup pasien. Obat psikotropik dibagi menjadi beberapa golongan, diantaranya: antipsikosis, anti-depresi, anti-mania, anti-ansietas, anti-insomnia. Pembagian lainnya dari obat psikotropik antara lain: transquilizer, neuroleptic, antidepressants dan psikomimetika 1 2. Obat-0bat Psikotropika 1.Obat Anti-Psikosis Obat-obat neuroleptika juga disebut tranquilizer mayor, obat anti psikotik atau obat anti skizofren, karena terutama digunakan dalam pengobatan skizofrenia tetapi juga efektif untuk psikotik lain, seperti keadaan manik atau delirium. Obat-obat anti psikotik ini terbagi atas dua golongan besar, yaitu : 1,3 A. Obat anti psikotik tipikal 1. Phenothiazine Rantai aliphatic : CHLORPROMAZINE LEVOMEPROMAZINE PSIKOFARMAKA Page 1

description

farmako

Transcript of referat psikofarmaka RSKO1

PSIKOFARMAKA

1. Definisi

Psikofarmaka atau obat psikotropik adalah obat yang bekerja secara selektif pada Sistem

Saraf Pusat (SSP) dan mempunyai efek utama terhadap aktivitas mental dan perilaku,

digunakan untuk terapi gangguan psikiatrik yang berpengaruh terhadap taraf kualitas

hidup pasien. Obat psikotropik dibagi menjadi beberapa golongan, diantaranya:

antipsikosis, anti-depresi, anti-mania, anti-ansietas, anti-insomnia. Pembagian lainnya

dari obat psikotropik antara lain: transquilizer, neuroleptic, antidepressants dan

psikomimetika1

2. Obat-0bat Psikotropika

1. Obat Anti-Psikosis

Obat-obat neuroleptika juga disebut tranquilizer mayor, obat anti psikotik atau

obat anti skizofren, karena terutama digunakan dalam pengobatan skizofrenia tetapi juga

efektif untuk psikotik lain, seperti keadaan manik atau delirium. Obat-obat anti psikotik

ini terbagi atas dua golongan besar, yaitu :1,3

A. Obat anti psikotik tipikal

1. Phenothiazine

Rantai aliphatic : CHLORPROMAZINE

LEVOMEPROMAZINE

Rantai piperazine : PERPHENAZINE

TRIFLUOPERAZINE

FLUPHENAZINE

Rantai piperidine : THIORIDAZINE

2. Butyrophenone : HALOPERIDOL

3. diphenyl-butyl-piperidine : PIMOZIDE

PSIKOFARMAKA Page 1

B. obat anti psikotik atipikal

1. Benzamide : SULPIRIDE

2. Dibenzodiazepine : CLOZAPINE

OLANZAPINE

QUETIAPINE

3. Benzisoxazole : RISPERIDON

Mekanisme Kerja

Semua obat anti-psikosis merupakan obat-obat potensial dalam memblokade

reseptor dopamin dan juga dapat memblokade reseptor kolinergik, adrenergik dan

histamin. Pada obat generasi pertama (fenotiazin dan butirofenon), umumnya tidak terlalu

selektif, sedangkan benzamid sangat selektif dalam memblokade reseptor dopamine D2.

Anti-psikosis “atypical” memblokade reseptor dopamine dan juga serotonin 5HT2 dan

beberapa diantaranya juga dapat memblokade dopamin system limbic, terutama pada

striatum.4

Cara Penggunaan

Umumnya dikonsumsi secara oral, yang melewati “first-pass metabolism” di

hepar. Beberapa diantaranya dapat diberikan lewat injeksi short-acting Intra muscular

(IM) atau Intra Venous (IV), Untuk beberapa obat anti-psikosis (seperti haloperidol dan

flupenthixol), bisa diberikan larutan ester bersama vegetable oil dalam bentuk “depot” IM

yang diinjeksikan setiap 1-4 minggu. Obat-obatan depot lebih mudah untuk dimonitor.

Pemilihan jenis obat anti-psikosis mempertimbangkan gejala psikosis yang dominan dan

efek samping obat. Penggantian obat disesuaikan dengan dosis ekivalennya. Apabila obat

psikosis tertentu tidak memberikan respon klinis dalam dosis optimal setelah jangka

waktu memadai, dapat diganti dengan obat anti-psikosis lainnya. Jika obat anti-psikosis

tersebut sebelumnya sudah terbukti efektif dan efek sampingnya dapat ditolerir dengan

baik, dapat dipilih kembali untuk pemakaian sekarang.

Dalam pemberian dosis, perlu dipertimbangkan:1,2,3

PSIKOFARMAKA Page 2

Onset efek primer (efek klinis) : sekitar 2-4 minggu

Onset efek sekunder (efek samping) : sekitar 2-6 jam

Waktu paruh 12-24 jam (pemberian 1-2 kali perhari)

Dosis pagi dan malam berbeda untuk mengurangi dampak efek samping, sehingga

tidak menganggu kualitas hidup pasien

Mulailah dosis awal dengan dosis anjuran dinaikkan setiap 2-3 hari hingga

dosis efektif (sindroma psikosis reda) dievaluasi setiap 2 minggu dan bila perlu

dinaikkan dosis optimal dipertahankan sekitar 8-12 minggu (stabilisasi)

diturunkan setiap 2 minggu dosis maintenance dipertahankan selama 6 bulan – 2

tahun (diselingi drug holiday 1-2 hari/minggu tapering off (dosis diturunkan tiap 2-4

minggu) stop.

Obat anti-psikosis tidak menimbulkan gejala lepas obat yang hebat walaupun

diberikan dalam jangka waktu lama, sehingga potensi ketergantungan sangat kecil. Jika

dihentikan mendadak timbul gejala cholinergic rebound, yaitu: gangguan lambung, mual,

muntah, diare, pusisng, gemetar dan lain-lain dan akan mereda jika diberikan

anticholinergic agents (injeksi sulfas atropine 0,25 mg IM dan tablet trihexylfenidil 3x2

mg/hari). Obat anti-psikosis parenteral berguna untuk pasien yang tidak mau atau sulit

teratur makan obat atau tidak efektif dengan medikasi oral. Dosis dimulai dengan 0,5 cc

setiap bulan. Pemberiannya hanya untuk terapi stabilisasi dan pemeliharaan terhadap

skizofrenia.

Penggunaan CPZ sering menimbulkan hipotensi orthostatik pada waktu merubah

posisi tubuh. Hal ini dapat diatasi dengan injeksi nor-adrenalin (effortil IM). Haloperidol

juga dapat menimbulkan sindroma Parkinson, dan diatasi dengan tablet trihexylfenidil 3-

4x2 mg/hari.

Indikasi

Obat anti-psikosis merupakan pilihan pertama dalam menangani skizofreni, untuk

memgurangi delusi, halusinasi, gangguan proses dan isi pikiran dan juga efektif dalam

mencegah kekambuhan. Major transquilizer juga efektif dalam menangani mania,

PSIKOFARMAKA Page 3

Tourette’s syndrome, perilaku kekerasan dan agitasi akibat bingung dan demensia. Juga

dapat dikombinasikan dengan anti-depresan dalam penanganan depresi delusional.2

Efek Samping

Extrapiramidal: distonia akut, parkinsonism, akatisia, dikinesia tardiv

Endokrin: galactorrhea, amenorrhea

Antikolinergik: hiperprolaktinemia

Bila terjadi gejal tersebut, obat anti-psikosis perlahan-lahan dihentikan. Bisa

diberikan obat reserpin 2,5 mg/hari. Obat pengganti yang yang paling baik adalah

klozapin 50-100 mg/hari.

Reaksi idiosinkrasi yang timbul dapat berupa diskrasia darah, fotosensitivitas,

jaundice, dan Neuroleptic Malignant Syndrome(NSM). NSM berupa hiperpireksia,

rigiditas, inkontinensia urin, dan perubahan status mental dan kesadaran. Bila terejadi

NSM, hentikan pemakaian obat, perawatan suportif dan berikan agonis dopamine

(bromokriptin 3x 7,5 sampai 60 mg/hari, L-Dopa 2x100 mg atau amantidin 200 mg/hari)

Kontraindikasi

Penyakit hati, penyakit darah, epilepsi, kelainan jantung, febris yang tinggi,

ketergantungan alkohol, penyakit SSP dan gangguan kesadaran

SEDIAAN ANTIPSIKOSIS DAN DOSIS ANJURAN

No Nama Generik Nama Dagang Sediaan Dosis Anjuran

1 Chlorpromazine LARGACTIL

PROMACTIL

MEPROSETIL

ETHIBERNAL

Tab. 25 mg, 100 mg

Amp.25 mg/ml

150-600 mg/h

2 Haloperidol SERENACE Tab. 0,5 mg, 1,5&5 5-15 mg/h

PSIKOFARMAKA Page 4

HALDOL

GOVOTIL

LODOMER

HALDOL DECA-

NOAS

mg

Liq. 2 mg/ml

Amp. 5 mg/ml

Tab. 0,5 mg, 2 mg

Tab. 2 mg, 5 mg

Tab. 2 mg, 5 mg

Amp. 50 mg/ml

50 mg / 2-4

minggu

3 Perphenazine TRILAFON Tab. 2 mg, 4&8 mg 12-24 mg/h

4 Fluphenazine

Fluphenazine-

decanoate

ANATENSOL

MODECATE

Tab. 2,5 mg, 5 mg

Vial 25 mg/ml

10-15 mg/h

25 mg / 2-4

minggu

5 Levomepromazine NOZINAN Tab.25 mg

Amp. 25 mg/ml

25-50 mg/h

6 Trifluoperazine STELAZINE Tab. 1 mg, 5 mg 10-15 mg/h

7 Thioridazine MELLERIL Tab. 50 mg, 100 mg 150-600 mg/h

8 Sulpiride DOGMATIL –

FORTE

Tab. 200 mg

Amp. 50 mg/ml

300-600 mg/h

9 Pimozide ORAP FORTE Tab. 4 mg 2-4 mg/h

10 Risperidone RISPERDAL

NERIPROS

Tab. 1,2,3 mg

Tab. 1,2,3 mg

Tab 2-6 mg/h

PSIKOFARMAKA Page 5

NOPRENIA

PERSIDAL-2

RIZODAL

Tab. 1,2,3 mg

Tab. 2 mg

Tab. 1,2,3 mg

11 Clozapine CLOZARIL Tab. 25 mg, 100 mg 25-100 mg/h

12 Quetiapine SEROQUEL Tab. 25 mg, 100 mg,

200 mg

50-400 mg/h

13 Olanzapine ZYPREXA Tab. 5 mg, 10 mg 10-20 mg/h

2. Anti Depresan

Antidepresan terutama digunakan untuk mengobati depresi, gangguan obsesif-

kompulsif, gangguan ansietas menyeluruh, gangguan panik, gangguan fobik dan pada kasus

tertentu, enuresis nokturnal (antidepresn trisiklik) dan bulimia nervosa (fluoxetine). 1,3

Penggolongan obat antidepresan yaitu sebagai berikut :

PSIKOFARMAKA Page 6

Pengaruh antidepressan pada neurotransmitter biogenik amin memiliki

mekanisme yang berbeda pada setiap golongan antidepressan. Terapi jangka panjang

dengan obat-obat tersebut telah membuktikan pengurangan reuptake norepinephrine atau

serotonin atau keduanya, penurunan jumlah reseptor beta pascasinaptik, dan

berkurangnya pembentukan cAMP.1,6

Gambar : skema diagram kemungkinan tempat kerja obat antidepressan

Tiga Fase Pengobatan Gangguan Depresif

Saat merencanakan intervensi pengobatan, penting untuk menekankan kepada

penderita bahwa ada beberapa fase pengobatan sesuai dengan perjalanan gangguan

depresif : 6

Fase akut bertujuan untuk meredakan gejala

Fase kelanjutan untuk mencegah relaps

Fase pemeliharaan/rumatan untuk mencegah rekuren

PSIKOFARMAKA Page 7

Di pelayanan kesehatan primer, obat anti depresan yang tersedia biasanya

golongan trisiklik. Meskipun antidepresan trisiklik sampai saat ini merupakan obat

antidepresan yang paling banyak digunakan, tetapi penggunaannya masih belum optimal

karena kemampuan diagnostik dari pelayanan kesehatan primer belum ditingkatkan juga

belum berperannya konselor apoteker. Dari hasil penelitian ternyata dosis yang

digunakan masih terlalu rendah. Akibatnya, efek terapi yang ingin dihasilkan tidak

tercapai.2,6

Efek samping antidepresan trisiklik cukup banyak, tetapi hal ini tidak

menghalangi penggunaannya, karena obat ini telah terbukti efektif dalam mengobati

depresi. Dengan memberikan obat ini sebagai dosis tunggal pada malam hari, dan

melakukan titrasi peningkatan dosis, maka efek samping yang mengganggu sedikit

banyak akan dapat diatasi. 7

Antidepresan baru terlihat efeknya dalam 4 sampai 12 minggu, sebelum ia

mengurangi atau menghapus gejala-gejala gangguan depresif meski hasilnya dirasakan

sudah membuat perbaikan dalam 2 sampai 3 minggu. Selama masa ini efek samping akan

terasa. Banyak efek samping bersifat sementara dan akan menghilang ketika obat

diteruskan, dan beberapa efek samping menetap seperti mulut kering, konstipasi dan efek

seksual. Orang berusia lanjut perlu mendapatkan perhatian atas daya absorbsi dan

kepekaannya terhadap efek obat. Monitor obat dan gejala perlu lebih cermat.7,8

PSIKOFARMAKA Page 8

Mekanisme Kerja

Trisiklik (TCA) memblokade reuptake dari noradrenalin dan serotonin yang

menuju neuron presinaps. SSRI hanya memblokade reuptake dari serotonin. MAOI

menghambat pengrusakan serotonin pada sinaps. Mianserin dan mirtazapin memblokade

reseptor alfa 2 presinaps. Setiap mekanisme kerja dari antidepresan melibatkan modulasi

pre atau post sinaps atau disebut respon elektrofisiologis.

Cara Penggunaan

Umumnya bersifat oral, sebagian besar bisa diberikan sekali sehari dan

mengalami proses first-pass metabolism di hepar. Respon anti-depresan jarang timbul

dalam waktu kurang dari 2-6 minggu. Untuk sindroma depresi ringan dan sedang,

pemilihan obat sebaiknya mengikuti urutan:

Langkah 1 : golongan SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitor)

Langkah 2 : golongan tetrasiklik (TCA)

Langkah 3 :golongan tetrasiklik, atypical, MAOI (Mono Amin Oxydase Inhibitor)

reversibel.

Tabel 1. Gambaran obat anti depresan TCA.

PSIKOFARMAKA Page 9

Tabel 2. Gambaran obat anti depresan SSRI.

Pertama-tama menggunakan golongan SSRI yang efek sampingnya sangat

minimal (meningkatkan kepatuhan minum obat, bisa digunakan pada berbagai kondisi

medik), spectrum efek anti-depresi luas, dan gejala putus obat minimal, serta “lethal

dose” yang tinggi (>6000 mg) sehingga relatif aman. 1,6

Bila telah diberikan dengan dosis yang adekuat dalam jangka waktu yang cukup

(sekitar 3 bulan) tidak efektif, dapat beralih ke pilihan kedua, golongan trisiklik, yang

spektrum anti depresinya juga luas tetapi efek sampingnya relatif lebih berat.

Bila pilihan kedua belum berhasil, dapat beralih ketiga dengan spectrum anti

depresi yang lebih sempit, dan juga efek samping lebih ringan dibandingkan trisiklik,

yang teringan adalah golongan MAOI. Disamping itu juga dipertimbangkan bahwa

pergantian SSRI ke MAOI membutuhkan waktu 2-4 minggu istirahat untuk “washout

period” guna mencegah timbulnya “serotonin malignant syndrome”.

Pemberian Dosis

Dalam pengaturan dosis perlu mempertimbangkan:

onset efek primer (efek klinis) : sekitar 2-4 minggu

efek sekunder (efek samping) : sekitar 12-24 jam

waktu paruh : 12-48 jam (pemberian 1-2 kali perhari).

Ada lima proses dalam pengaturan dosis, yaitu:

a) Initiating Dosage (dosis anjuran), untuk mencapai dosis anjuran selama minggu I.

Misalnya amytriptylin 25 mg/hari pada hari I dan II, 50 mg/hari pada hari III dan IV,

100 mg/hari pada hari V dan VI.

PSIKOFARMAKA Page 10

b) Titrating Dosage (dosis optimal), dimulai pada dosis anjuran sampai dosis efektif

kemudian menjadi dosis optimal. Misalnya amytriptylin 150 mg/hari selama 7

sampai 15 hari (miggu II), kemudian minggu III 200 mg/hari dan minggu IV 300

mg/hari.

c) Stabilizing Dosage (dosis stabil), dosis optimal dipertahankan selama 2-3 bulan.

Misalnya amytriptylin 300 mg/hari (dosis optimal) kemudian diturunkan sampai

dosis pemeliharaan.

d) Maintining Dosage (dosis pemeliharaan), selama 3-6 bulan. Biasanya dosis

pemeliharaan ½ dosis optimal. Misalnya amytriptylin 150 mg/hari.

e) Tappering Dosage (dosis penurunan), selama 1 bulan. Kebalikan dari initiating

dosage. Misalnya amytriptylin 150 mg/hari à 100 mg/hari selama 1 minggu, 100

mg/hari à 75 mg/hari selama 1 minggu, 75 mg/hari à 50 mg/hari selama 1 minggu, 50

mg/hari à 25 mg/hari selama 1 minggu.

Dengan demikian obat anti depresan dapat diberhentikan total. Kalau kemudian

sindrom depresi kambuh lagi, proses dimulai lagi dari awal dan seterusnya. Pada dosis

pemeliharaan dianjurkan dosis tunggal pada malam hari (single dose one hour before

sleep), untuk golongan trisiklik dan tetrasiklik. Untuk golongan SSRI diberikan dosis

tunggal pada pagi hari setelah sarapan. Pemberian obat anti depresi dapat dilakukan

dalam jangka panjang oleh karena “addiction potential”-nya sangat minimal. 7

PSIKOFARMAKA Page 11

Indikasi

Obat antidepresan ditujukan kepada penderita depresi dan kadang berguna juga

pada penderita ansietas fobia, obsesif-kompulsif, dan mencegah kekambuhan depresi.

Efek Samping

Trisklik dan MAOI : antikolinergik(mulut kering, retensi urin, penglihatan kabur,

konstipasi, sinus takikardi) dan antiadrenergik (perubahan EKG, hipotensi.

SSRI : nausea, sakit kepala

MAOI : interaksi tiramin

PSIKOFARMAKA Page 12

Jika pemberian telah mencapai dosis toksik timbul atropine toxic syndrome

dengan gejala eksitasi SSP, hiperpireksia, hipertensi, konvulsi, delirium, confusion dan

disorientasi. Tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasinya:

Gastric lavage

Diazepam 10 mg IM untuk mengatasi konvulsi

Kegagalan Terapi

Kegagalan terapi pada umumnya disebabkan:

Kepatuhan pasien menggunakan obat (compliance), yang dapat hilang oleh karena

adanya efek samping, perlu diberikan edukasi dan informasi

Pengaturan dosis obat belum adekuat

Tidak cukup lama mempertahankan pada dosis minimal

Dalam menilai efek obat terpengaruh oleh presepsi pasien yang tendensi negative,

sehingga penilaian menjadi “bias”.

3. Anti-Mania

Mania merupakan gangguan mood atau perasaan ditandai dengan aktivitas fisik

yang berlebihan dan perasaan gembira yang luar biasa yang secara keseluruhan tidak

sebanding dengan peristiwa positif yang terjadi. Hal ini terjadi dalam jangka waktu

paling sedikit satu minggu hampir setiap hari terdapat keadaan afek (mood, suasana

perasaan) yang meningkat ekspresif atau iritabel.1,2 Sindroma mania disebabkan oleh

tingginya kadar serotonin dalam celah sinaps neuron, khususnya pada sistem limbik,

yang berdampak terhadap “dopamine receptor supersensitivity”. Lithium karbonat

merupakan obat pilihan utama untuk meredakan sindroma mania akut dan profilaksis

terhadap serangan sindroma mania yang kambuh pada gangguan afektif bipolar.2 Bentuk

mania yang lebih ringan adalah hipomania. Mania seringkali merupakan bagian dari

kelainan bipolar (penyakit manik-depresif). Beberapa orang yang tampaknya hanya

menderita mania, mungkin sesungguhnya mengalami episode depresi yang ringan atau

singkat. Baik mania maupun hipomania lebih jarang terjadi dibandingkan dengan depresi.

Mania dan hipomania agak sulit dikenali, kesedihan yang berat dan berkelanjutan akan

PSIKOFARMAKA Page 13

mendorong seseorang untuk berobat ke dokter, sedangkan kegembiraan jarang

mendorong seseorang untuk berobat ke dokter karena penderita mania tidak menyadari

adanya sesuatu yang salah dalam keadaan maupun perilaku mentalnya.10

Cara Penggunaan Obat

Pada mania akut diberikan haloperidol IM atau tablet litium karbonat. Pada

gangguan afektif bipolar dengan serangan episodik mania depresi diberi litium karbonat

sebagai obat profilaks. Daapt mengurangi frekwensi, berat dan lamanya suatu

kekambuahan. Bila penggunaan obat litium karbonat tidak memungkinkaan dapat

digunakan karbamezin. Obat ini terbukti ampuh meredakan sindroma mania akut dan

profilaks serangan sindroma mania pada gangguan afektif bipolar.

Pada ganguan afektif unipolar, pencegahan kekambuhan dapat juga denagn obat

antidepresi SSRI yang lebih ampuh daripada litium karonat. Dosis awal harus lebih rendah

PSIKOFARMAKA Page 14

pada pasien usia lanjut atau pasien gangguan fisik yang mempengaruhi fungsi ginjal.

Pengukuran serum dilakukan dengan mengambil sampeel darah pagi hari, yaitu sebelum

makan obat dan sekitar 12 jam setelah dosis petang.

Mekanisme kerja

Lithium Carbonate merupakan obat pilihan utama untuk meredakan Sindrom mania

akut atau profilaksis terhadap serangan Sindrom mania yang kambuhan pada gangguan

afektif bipolar.

Hipotesis: Efek anti-mania dari Lithium disebabkan kemampuannya mengurangi

”dopamine receptor supersensitivity”, meningkatnya ”cholinergic-muscarinic activity”,

dan menghambat ”cyclic AMP (adenosine monophosphate) dan phosphoinositides”.

Indikasi

Gejala sasaran: Sindrom mania. Butir-butir diagnostik terdiri dari:

Dalam jangka waktu paling sedikit satu minggu hampir setiap hari terdapat keadaan

afek (mood, suasana perasaan) yang meningkat, ekspresif dan iritabel.

Keadaan tersebut paling sedikit 4 gejala berikut:\

1. Peningkatan aktivitas (ditempat kerja, dalam hubungan sosial atau seksual),

atau ketidak-tenangan fisik

2. Lebih banyak bicara dari lazimnya ataun adanya dorongan untuk bicara

terus menerus

3. Lompat gagasan (flight of ideas) atau penghayatan subjektif bahwa

pikirannya sedang berlomba

4. Rasa harga diri yang melambung (grandiositas, yang dapat bertaraf sampai

waham/delusi)

5. Berkurangnya kebutuhan tidur

6. Mudah teralih perhatian, yaitu perhatiannya terlalu cepat tertarik kepada

stimulus luar yang tidak penting

PSIKOFARMAKA Page 15

7. Keterlibatan berlebihan dalam aktivitas-aktivitas yang mengandung

kemungkina resiko tinggi dengan akibat yang merugikan apabila tidak

diperhitungkan secara bijaksana.

Kontra Indikasi

Wanita hamil karena bersifat teratogenik. Lithium dapat melalui plasenta dan

masuk peredaran darah janin, khususnya mempengaruhi kelenjar tiroid.

Efek samping

Efek samping Lithium berhubungan erat dengan dosis dan kondisi fisik pasien.

Gejala efek samping pada pengobatan jangka lama: mulut kering, haus, gastrointestinal

distress (mual, muntah, diare, feses lunak), kelemahan otot, poliuria, tremor halus (fine

tremor, lebih nyata pada pasien usia lanjut dan penggunaan bersamaan dengan

neuroleptika dan antidepresan) Tidak ada efek sedasi dan gangguan akstrapiramidal.

Efek samping lain : hipotiroidisme, peningkatan berat badan, perubahan fungsi tiroid,

edema pada tungkai metalic taste, leukositosis, gangguan daya ingat dan kosentrasi

pikiran

Gejala intoksikasi

o Gejala dini : muntah, diare, tremor kasar, mengantuk, kosentrasi pikiran menurun,

bicara sulit, pengucapan kata tidak jelas, berjalan tidak stabil.

o Dengan semakin beratnya intoksikasi terdapat gejala: kesadaran menurun,

oliguria, kejang-kejang.

o Penting sekali pengawasan kadar lithium dalam darah.

Faktor predisposisi terjadinya intoksikasi lithium :

o Demam (berkeringat berlebihan)

o Diet rendah garam

o Diare dan muntah-muntah

o Diet untuk menurunkan berat badan

o Pemakaian bersama diuretik, antireumatik, obat anti inflamasi nonsteroid

Tindakan mengatasi intoksikasi lithium :

PSIKOFARMAKA Page 16

o Mengurangi faktor predisposisi

o Diuresis paksa dengan garam fisiologis NaCl diberikan secara IV sebanyak 10 ml

Tindakan pencegahan intoksikasi lithium dengan edukasi tentang faktor predisposisi,

minum secukupnya, bila berkeringat dan diuresis banyak harus diimbangi dengan

minum lebih banyak, mengenali gejala dan intoksikasi dan kontrol rutin.

4. Anti-Ansietas

Antiansietas adalah obat – obat yang digunakan untuk mengatasi kecemasan dan

juga mempunyai efek sedative, relaksasi otot, amnestic, dan antiepileptic.1

Antiansietas yang terutama adalah benzodiazepine. Banyak golongan obat yang

mendepresi system saraf pusat (SSP) lain telah digunakan untuk sedasi siang hari pada

pengobatan ansietas, namun penggunaannya saat ini telah ditinggalkan. Alasannya ialah

antara lain golongan barbiturate dan meprobamat, lebih toksik pada takar lajak

(overdoses).2

Dari golongan benzodiazepine, yang dianjurkan untuk antiansietas adalah

klordiazepoksid, diazepam, oksazepam, klorazepat, lorazepam, prazepam, alprazolam,

dan halozepam. Sedangkan klorazepam lebih dianjurkan untuk pengobatan panic

disorder.2

Klasifikasi yang sering dipakai adalah :1

1. Derivate benzodiazepine :

- Diazepam (valium)

- Bromazepam (lexotan)

- Lorazepam (ativan)

- Alprazolam (xanax)

- Clobazam (frisium)

2. Derivate gliserol :

- Meprobamat

3. Derivate berbiturat :

PSIKOFARMAKA Page 17

- Fenobarbital

Mekanisme Kerja

Mayoritas neurotransmitter yang melakukan inhibisi di otak adalah asam amino

GABA (gamma-aminobutyric acid A). Secara selektif reseptor GABA akan membiarkan

ion Chlorid masuk ke dalam sel, sehingga terjadi hiperpolarisasi neuron dam

menghambat penglepasan transmisi neuronal. Secara umum obat – obat antiansietas ini

bekerja di reseptor GABA. Benzodiazepine menghasilkan efek pengikatan terhadap

reseptor GABA tersebut.1

Cara Penggunaan

Benzodiazepine memiliki rasio terapetik yang tinggi sebagai anti ansietas dan

kurang menimbulkan adiksi dengan toksisitas yang rendah dibandingkan dengan

meprobamate atau fenobarbital.

Benzodiazepine sebagai “drug of choice” karena memiliki spesifisitas, potensi

dan kemanannya.

Spectrum klinis benzodiazepine memliputi efek anti ansietas (lorazepam,

clobazam, bromazepam), antikonvulsan, anti insomnia (nitrazepam/flurazepam),

dan premedikasi tingkat operatif (midazolam).

Efek klinis terlihat bila kadar obat dalam darah telah mencapai “steady state”

dimana dapat dicapai 5-7 hari dengan dosis 2-3 kali sehari. Onset of action cepat

dan langsung memberikan efek.

Mulai dengan dosis awal (dosis anjuran) kemudian dinaikkan dosis setiap 3-5 hari

sampai mencapai dosis optimal. Dosis ini dipertahankan 2-3 minggu. Kemudian

diturunkan 1/8 x dosis awal setiap 2-4 minggu sehingga tercapai dosis

pemeliharan. Bila kambuh dinaikkan lagi dan tetap efektif pertahankan 4-8

minggu.

Pemberian obat tidak boleh lebih dari 1-3 bulan dan penghentian selalu secara

bertahap.

PSIKOFARMAKA Page 18

Efek Samping dan Kontra Indikasi

Pada penggunaan dosis terapi jarang timbul efek samping seperti rasa mengantuk,

tetapi pada kadar takar lajak (overdoses) benzodiazepine menimbulkan efek depresi SSP.

Efek samping akibat depresi susunan saraf pusat berupa kantuk dan ataksia yang

merupakan kelanjutan dari efek farmakodinamik obat – obat tersebut. Efek antiansietas

diazepam dapat diharapkan terjadi bila kadar dalam darah mencapai 300-400 ng/mL dan

pada kadar ini sudah terjadi efek sedasi dan gangguan psikomotor. Intoksikasi SSP yang

menyeluruh terjadi pada kadar di atas 900-1000 ng/mL.2

Hal yang ganjil adalah sesekali terjadi peningkatan ansietas. Respon semacam ini

terjadi khusus pada pasien yang merasa ketakutan dan terjadi penumpulan daya pikir

sebagai akibat efek samping sedasi antiansietas.Efek yang unik juga adalah dimana

terjadi peningkatan nafsu makan yang mungkin ditimbulkan oleh derivate

benzodiazepine secara mental.2

Umumnya, toksisitas klinik benzodiazepine rendah. Bertambahnya berat badan,

yang mungkin disebabkan karena perbaikan nafsu makan, terjadi pada beberapa pasien.

Banyak efek samping yang dilaporkan pasien tumpang tindih dengan dengan gejala

ansietas, oleh sebab itu anamnesis yang cermat sangat penting sehingga dapat dibedakan

apakah benar merupakan efek samping atau merupakan gejala ansietas.2

Pemberian dalam jumlah besar dan jangka waktu lama dapat menyebabkan

toleransi dan dependensi, serta gejala putus zat apabila obat dihentikan secara tiba – tiba.1

Derivate benzodiazepine sebaiknya jangan diberikan bersama dengan alcohol,

barbiturate dan atau fenotiazin. Kombinasi ini mungkin menimbulkan efek depresi yang

berlebihan. Pada pasien dengan gangguan pernapasan, benzodiazepine dapat

memperberat gejala sesak napas.2

Indikasi dan Sediaan

Derivate benzodiazepine digunakan untuk menimbulkan sedasi, menghilangkan

rasa cemas, dan keadaan psikosomatik yang ada hubungan dengan rasa cemas. Selain

PSIKOFARMAKA Page 19

sebagai antiansietas, derivate benzodiazepine juga digunakan sebagai hipnotik,

antikonvulsan, pelemas otot, dan induksi anestesi umum yang tentunya dosis untuk

masing – masing tujuan penggunaan berbeda.

Sebagai antiansietas, klordiazepoksid dapat diberikan secara oral atau bila sangat

diperlukan, suntikan dapat diulang 2-4 jam dengan dosis 25 – 100 mg sehari dalam 2 atau

4 pemberian. Dosis diazepam adalah 2-20 mg sehari, dan pemberian suntik dapat diulang

tiap 3-4 jam. Klorazepat diberikan secara oral 30 mg sehari dalam dosis terbagi.

Klodiazepoksid tersedia dalam bentuk tablet 5 mg dan 10 mg. diazepam tersedia

dalam bentuk tablet 2 mg dan 5 mg. diazepam tersedia sebagai larutan untuk pemberian

rektal pada anak dengan kejang demam. Alprazolam tersedia dalam bentuk tablet 0,5 mg,

1 mg, dan 2 mg.2

Toleransi dan Ketergantungan Fisik

Keadaan ini terjadi apabila benzodiazepine diberikan dalam dosis tinggi dan

dalam jangka waktu yang lama. Jadi pemberian golongan obat ini lebih dari 3 minggu

sebaiknya dihindari. Habituasi dapat terjadi akibat benzodiazepine, namun karena waktu

paruhnya panjang dan terjadi perubahan menjadi metabolit aktif, gejala putus obat

mungkin tidak akan Nampak selama 1 minggu sesudah penghentian obat pada pemakaian

kronik. Umumnya pada pemberian dengan dosis biasa tidak akan terjadi gejala putus

obat.2

5. Anti-Insomnia

Pengobatan insomnia secara farmakologi dibagi menjadi dua golongan yaitu

benzodiazepine dan non-benzodiazepine.

A. Benzodiazepine (Nitrazepam,Trizolam, dan Estazolam)

B. Non benzodiazepine (Chloral-hydrate, Phenobarbital)

PSIKOFARMAKA Page 20

Pemilihan obat, ditinjau dari sifat gangguan tidur :

Initial Insomnia (sulit masuk ke dalam proses tidur). Obat yang dibutuhkan adalah

bersifat “Sleep inducing anti-insomnia” yaitu golongan benzodiazepine (Short

Acting) Misalnya pada gangguan anxietas.

Delayed Insomnia (proses tidur terlalu cepat berakhir dan sulit masuk kembali ke

proses tidur selanjutnya). Obat yang dibutuhkan adalah bersifat “Prolong latent phase

Anti-Insomnia”, yaitu golongan heterosiklik antidepresan (Trisiklik dan Tetrasiklik).

Misalnya pada gangguan depresi.

Broken Insomnia (siklus proses tidur yang normal tidak utuh dan terpecah-pecah

menjadi beberapa bagian (multiple awakening). Obat yang dibutuhkan adalah bersifat

“Sleep Maintining Anti-Insomnia”, yaitu golongan phenobarbital atau golongan

benzodiazepine (Long acting). Misalnya pada gangguan stres psikososial.

Pengaturan Dosis

Pemberian tunggal dosis anjuran 15 sampai 30 menit sebelum pergi tidur.

Dosis awal dapat dinaikkan sampai mencapai dosis efektif dan dipertahankan sampai

1-2 minggu, kemudian secepatnya tapering off (untuk mencegah timbulnya rebound

dan toleransi obat)

Pada usia lanjut, dosis harus lebih kecil dan peningkatan dosis lebih perlahan-lahan,

untuk menghindari oversedation dan intoksikasi

Ada laporan yang menggunakan antidepresan sedatif dosis kecil 2-3 kali seminggu

(tidak setiap hari) untuk mengatasi insomnia pada usia lanjut

Lama Pemberian

Pemakaian obat antiinsomnia sebaiknya sekitar 1-2 minggu saja, tidak lebih dari 2

minggu, agar resiko ketergantungan kecil. Penggunaan lebih dari 2 minggu dapat

menimbulkan perubahan “Sleep EEG” yang menetap sekitar 6 bulan lamanya.

PSIKOFARMAKA Page 21

Kesulitan pemberhetian obat seringkali oleh karena “Psychological Dependence”

(habiatuasi) sebagai akibat rasa nyaman setelah gangguan tidur dapat ditanggulangi.

Efek Samping

Supresi SSP (susunan saraf pusat) pada saat tidur.

Hati – hati pada pasien dengan insufisiensi pernapasan, uremia, gangguan fungsi hati,

oleh karena keadaan tersebut terjadi penurunan fungsi SSP, dan dapat memudahkan

timbulnya koma. Pada pasien usia lanjut dapat terjadi “over sedation”, sehingga

resiko jatuh dan trauma menjadi besar, yang sering terjadi adala “hip fracture”.

Efek samping dapat terjadi sehubungan dengan farmakokinetik obat anti-insomnia

(waktu paruh) :

o Waktu paruh singkat, seperti Triazolam (sekitar 4 jam) gejala rebound lebih

berat pada pagi harinya dan dapat sampai menjadi panik

o Waktu paruh sedang, seperti Estazolam gejala rebound lebih ringan

o Waktu paruh panjang, seperti Nitrazepam menimbulkan gejala “hang over”

pada pagi harinya dan juga “intensifying daytime sleepiness”

Penggunaan lama obat anti-insomnia golongan benzodiazepine dapat terjadi

“disinhibiting effect” yang menyebabkan “rage reaction” (perilaku penyerang dan ganas)

Perhatian Khusus

Kontraindikasi :

o Sleep apneu syndrome

o Congestive Heart Failure

o Chronic Respiratory Disease

Penggunaan Benzodiazepine pada wanita hamil mempunyai risiko menimbulkan

“teratogenic effect” (e.g.cleft-palate abnormalities) khususnya pada trimester

pertama. Juga benzodiazepine dieksresikan melalui ASI, berefek pada bayi

(penekanan fungsi SSP)

PSIKOFARMAKA Page 22

DAFTAR PUSTAKA

1. Gunawan SG, Setabudy R, Nafrialdi, dan Elysabeth. Farmakologi dan terapi. Edisi ke-

lima. Jakarta: Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI. 2007. hal. 171-7

2. Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Synopsis of Psychiatry : Behavioral Sciences/Clinical

Psychiatry, 10th Ed. Lippincott Williams & Wilkins, 2007.

3. Maslim R. Panduan Praktis : Penggunaan Obat Psikotropik (Psychotropic Medication). Edisi

ketiga. Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Ama

4. Mycek MJ, Harvey RA, Champe PC. Lippincott’s Illustatrated Reviews: Pharmacology. 2nd ed.

Philadelphia: Lippincott Williams&Wilkins; 2000.

5. Lieberman JA, Tasman A. Handbook of Psychiatric Drugs. Chester city : John Wiley&Sons

Ltd ; 2006.

6. Hollister LE. Obat antidepresan. Dalam: Farmakologi dasar dan klinik. Katzung BG.

Edisi ke-enam.1998. Jakarta: EGC. hal. 467-77.

7. Richard F, Michelle C, and Luigi C. Antidepressants; in Lippincott's Illustrated Reviews:

Pharmacology. Harvey AR and Champe PC. 4th Edition. Philadelphia: Lippincott

Williams & Wilkins. 2009. p. 142-50.

8. Departemen Kesehatan Ditjen Bina Pelayanan Medik Direktorat Bina Pelayanan

kesehatan Jiwa. Buku pedoman pelayana kesehatan jiwa di fasilitas pelayanan kesehatan

dasar. Jakarta: Departemen Kesehatan Ditjen Bina Pelayanan Medik Direktorat Bina

Pelayanan kesehatan Jiwa.2006. hal. 59-64.

9. Elvira SD, Hadisukanto G. Buku ajar psikiatri. Jakarta: Badan Penerbit FKUI. 2010. hal.

356-60.

10. Support Hope Inc. Antipsychotic : Haloperidol, Haldol. Disitasi tanggal : 05 Mei 2009 dari

http://www.supporthope.com/medication/anti_anxiety/index.html. Last update : Januari

2008.

PSIKOFARMAKA Page 23