Teori Perilaku Konsumen

7
TEORI PERILAKU KONSUMEN Teori Nilai Guna Konvensional Dan Teori Nilai Guna Syariah Teori perilaku konsumen pada dasarnya menjelaskan bagaimana konsumen menggunakan sumber daya yang ada (uang ) dalam rangka memuaskan keinginannya/ kebutuhannya dari suatu/beberapa produk. Penilaian kepuasan umumnya bersifat subjektif baik bagi pemakai langsung atau pun bagi penilai. Secara teori, tingkah laku konsumen dalam upayanya memuaskan diri dapat dijelaskan melalui 2 teori nilai guna yaitu : Pertama : Teori nilai guna konvensional yang terdiri atas niali guna Kardinal (TNGK), teori nilai guna ordinal (TNGO) dan teori preferensi yang diungkapkan (Revealed Preferensi - RP) dan kedua : Teori niali guna Syariah adalah teori nilai guna yang menjelaskan nilai guna suatu barang dalam kerangka ajaran dan prinsip – prinsip syariah (petunjuk kebenaran dalam ajaran agama – agama samawi ) TEORI NILAI GUNA KARDINAL (TNGK) Teori niali guna Kardinal (TNGK) memberikan penilaian subjektif akan pemuasan kebutuhan dari suatu barang, artinya tinggi rendahnya suatu barang tergantung dari subjek yang memberikan penilaian, dengan kata lain bahwa suatu barang akan memberikan nilai suatu guna yang tinggi bila barang yang dimaksud memberikan daya guna yang tinggi bagi si pemakai. Teori nilai guna kardinal mengukur kepuasan atas konsumsi barang,baik yang tidak ada hubungan (misalnya kepuasan mengkonsumsi film di premier tidak berhubungan dengan kepuasannya mengkonsumsi baju merk terkenal) maupun yang ada hubungannya misal kepuasan mengkonsumsi sepatu merek terkenal berkaitan dengan kepuasan mengkonsumsi baju merek terkenal . Beberapa asumsi yang harus dipenuhi dalam teori ini adalah :

description

Teori Perilaku Konsumen

Transcript of Teori Perilaku Konsumen

Page 1: Teori Perilaku Konsumen

TEORI PERILAKU KONSUMEN

Teori Nilai Guna Konvensional Dan Teori Nilai Guna Syariah

Teori perilaku konsumen pada dasarnya menjelaskan bagaimana konsumen menggunakan

sumber daya yang ada (uang ) dalam rangka memuaskan keinginannya/ kebutuhannya dari

suatu/beberapa produk. Penilaian kepuasan umumnya bersifat subjektif baik bagi pemakai

langsung atau pun bagi penilai. Secara teori, tingkah laku konsumen dalam upayanya memuaskan

diri dapat dijelaskan melalui 2 teori nilai guna yaitu : Pertama : Teori nilai guna konvensional yang

terdiri atas niali guna Kardinal (TNGK), teori nilai guna ordinal (TNGO) dan teori preferensi yang

diungkapkan (Revealed Preferensi - RP) dan kedua : Teori niali guna Syariah adalah teori nilai

guna yang menjelaskan nilai guna suatu barang dalam kerangka ajaran dan prinsip – prinsip

syariah (petunjuk kebenaran dalam ajaran agama – agama samawi )

TEORI NILAI GUNA KARDINAL (TNGK)

Teori niali guna Kardinal (TNGK) memberikan penilaian subjektif akan pemuasan

kebutuhan dari suatu barang, artinya tinggi rendahnya suatu barang tergantung dari subjek yang

memberikan penilaian, dengan kata lain bahwa suatu barang akan memberikan nilai suatu guna

yang tinggi bila barang yang dimaksud memberikan daya guna yang tinggi bagi si pemakai.

Teori nilai guna kardinal mengukur kepuasan atas konsumsi barang,baik yang tidak ada

hubungan (misalnya kepuasan mengkonsumsi film di premier tidak berhubungan dengan

kepuasannya mengkonsumsi baju merk terkenal) maupun yang ada hubungannya misal kepuasan

mengkonsumsi sepatu merek terkenal berkaitan dengan kepuasan mengkonsumsi baju merek

terkenal .

Beberapa asumsi yang harus dipenuhi dalam teori ini adalah :

Daya guna ukur dalam satuan barang, yaitu jumlah uang yang harus tersedia dibayar

oleh konsumen dalam rangka menambah barang yang dikonsumsi

Daya guna marginal dari uang tetap. Maksudnya adalah bahwa nilai suatu uang dalam

satuannya adalah sama untuk setiap orang tanpa memandang statusnya. Uang senilai Rp.

1000 rupiah memberikan kepuasan yang sama bagi si miskin maupun si kaya

Additivitas yaitu bahwa nilai guna total adalah keseluruhan konsumsi dari barang.

Daya guna bersifat independent artinya daya guna barang X1 tidak dipengaruhi oleh

mengkonsumsi barang lain misalnya X2

Periode konsumsi berdekatan.

Page 2: Teori Perilaku Konsumen

TNGK untuk 1 Macam Barang

Dalam TNGK yang mengkonsumsi 1 macam barang dikenal istilah kepuasan total (TU=

Total Utility) yaitu kepuasan total sebagai akibat dari mengkonsumsi sejumlah barang dan

kepuasan marginal (MU=Marginal Unitility) yaitu tambahan kepuasan sebagai akibat dari

menambah unit input/barang sebagai faktor pemuas.

Secara teoritis maupun praktis nilai kepuasan dalam waktu konsumsi yang berdekatan

jelas akan memberikan dampak pada penurunan nilai kepuasan (dalam sehari-hari disebut

“Bosan”) sehingga apabila konsumsi terus ditambah maka tambahan kepuasan itu semakin lama

semakin menurun (semakin bosan).

U MU=0

U5

U3

U2

U1 TU Curve

I II III IV V VI

0 X1 X2 X3 X4 X5 X

Perhatikan bahwa pada tahap I, utilitasnya tiinggi, demikian juga pada tahap II, namun

semakin memasuki tahap III utilitas itu menurun dan minus memasuki tahap V. Antara tahap IV

dan V tambahan konsumsi tidak memberikan tambahan kepuasan, kondisi inilah yang disebut

sebagai kepuasan maksimum karena tambahan kepuasannya, MU= 0

Tabel kepuasan total dan marginal dari mengkonsumsi unit barang X

KONSUMSI (x) KEPUASAN

TOTAL

KEPUASAN MARGINAL TOTAL KEPUASAN

MARGINAL UNIT

0 0 - -

2 20 20 20/2=10

4 30 10 10/2=5

6 35 5 5/2=2,5

7 37 3 2/1=2

8 37,1 0,1 0,1/1=0,1

Page 3: Teori Perilaku Konsumen

10 30 -7 -7/2=3,5

12 10 -20 -20/2=-10

Rumus:

, , TEORI NILAI GUNA ORDINAL(TNGO)

Kalau dalam teori nilai guna kardinal kepuasan mengkonsumsi suatu barang penilaiannya

bersifat subjektif(tergantung siapa yang menilai),yang setiap orang memiliki penilaian yang

berbeda,maka dalam teori nilai guna ordinal tingkat kepuasan diurutkan dalam tingkatan-tingkatan

tertentu,misal rendah,sedang dann tinggi,dengan demikian setiap kepuasan yang diperoleh

terukur.

Asumsi/asas yang mendasari teori nili guna ordinal:

1. Rasionalitas,dimana konsumen akan berusaha meningkatkan kepuasan atau akan

memilih tingkat kepuasan yang tertinggi yang bisa dicapai.

2. Konveksitas,yaitu garis kurva indefference haruslah kontinyu(tidak terputus-putus)

3. Nilai guna tergantung,dari jumlah barang yang dikonsumsi.

4. Transitivitas,yaitu konsumen akan menjatuhkan pada pilihan yang terbaik dari

beberapa pilihan.

TEORI PREFERENSI YANG DIUNGKAPKAN (REVEALED PREFERENCE - RP)

Teori preferensi yang di ungkapkan (RP) diperkenalkan oleh Samuel untuk menerangkan

prilaku konsumen dalam berkonsumsi tanpa harus mendekatinya melalui daya guna.Pada

dasarnya teori ini tidak ingin mengesampingkan TNGO, akan tetapi hanya berbeda dalm

pendekatannya saja, dimana dalam teori ini preferensi konsumenlah yang dikedepankan baru

kemudian menentukan daya guna / tingkat utilitinya, artinya bila konsumen sudah memiliki

preferensi untuk mengkonsumsinya maka konsumen tersebut tidak akan berpindah ke lain

preferensi karena adanya perubahan harga barang.

Pada TNGO bila konsumen ingin memperbesar kapuasannya maka ia harus menambah

anggarannya,padahal tanpa harus menambah anggaran konsumen bisa saja mendapatkan daya

guna yang sama besarnya dengan penambahan anggaran itu.

Page 4: Teori Perilaku Konsumen

Berdasarkan penjelasan singkat dan sederhana maka dapat kita simpulkan bahwa 3 teori

daya guna konvensional tetap berpegangan dan patuh pada asas rasionalitas, additivitas,

konveksitas, non satietas, dan konsistensi.

TEORI NILAI GUNA SYARIAH

Dalam perspektif syariah, semua kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh manusia baik

sebagai individu maupun sebagai masyarakat haruslah di dasarkan pada kemaslahatan umat

manusia.Mengkonsumsi baik karena kebutuhan atau karena keinginan haruslah didasarkan pada

kemampuan baik jiwa,raga maupun keuangan

Konsumsi harus didasarkan pada prioritas pemenuhan kebutuhan terlebih dahulu baru

kemudian memenuhi sesuai dengan keinginan. Kemampuan raga mensyaratkan bahwa setiap

melakukan konsumsi manusia tidak terlalu berlebihan dan diusahakan jangan sampai kekurangan.

Kemampuan keuangan mensyaratkan bahwa manusia harus lebih sadar dan “tahu diri ”

dalam mengkonsumsi sehubungan dengan kondisi keuangannya. Manusia diajarkan untuk

bersikap sederhana dan tidak mengumbar harta dalam hal yang mubazir. Sangat dianjurkan dan

disyaratkan manusia mengimbangi konsumsi duniawinya dengan konsumsi “akhiratnya”, misalnya

sedekah, infak, wakaf, zakat dan konsumsi bijak lainnya yang dianjurkan syariah.

Pilihan konsumsi untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan dibatasi dengan 2 kendala,yaitu:

1. Kepuasan mengkonsumsi yang lebih dari atau minmal sama dengan.

2. Kepuasan mengkonsumsi yang kurang dari atau maksimal sama dengan.

Syariah tidak melarang manusia melakukan konsumsi dalam jumah yang banyak,asalkan

konsumsi itu berimbang yaitu untuk konsumsi dunia dan akherat.

Page 5: Teori Perilaku Konsumen

PERTANYAAN!!!!!!

1. Berikan 1 contoh tentang Teori Nilai Guna Kardinal!

2. Berikan 1 contoh tentang Teori nili guna Kardinal untuk 1 macam barang!

3. Mengapa untuk tambahan kepuasan total teori nilai guna kardinal mengasumsikan

pendapatan konsumen tetap?

4. Apakah ada teori nilai guna yang realistis dan rasional?

5. Apa yang membedakan TNGO dengan teori prefensi yang diungkapakan?

JAWABAN!!!!

1. Misalkan saja sebuah dayung perahu akan memberikan daya guna yang tinggi bagi

nelayan(untuk mendayung perahu tentunya)ketimbang bagi pemain badminton,oeh karena

itu nilai guna dayung lebih tinggi nilainya bagi si nelayan dari pada si pemain badminton.

2. Contoh dalam keseharian banyak dilakukan atau dipraktekn,sebagai misal seorang yang

akan menonton film bioskop dengan membayar tiket yang relatif mahal(katakanlah

Rp.175.000/film)maka kepuasan yang diharapkannya setimpal dari menonton film

tersebut(layanan,fasilitas dan kualitas suara atau gambar).

3. Karena bila pendapatan konsumen berubah(1 individu) maka kepuasan maksimum tidak

akan pernah tercapai.

4. Ada,misalkan saja seorang ingin mengkonsumsi barang X dengan harga 5/unit dan Y

dengan harga 10/unit,uang yang dimiliki maksimum 200,kepuasan konsumen tercapai bila

kedua barang dikombinasikan.ini bisa dilakukan untuk pemenuhan kepuasan asalkan

realistis.

5. Yang membedakan hanya dalam pendekatannya saja,dimana dalam teori preferensi

konsumenlah yang dikedepankan baru menentukan daya guna/tingkat utilitinya,artinya bila

konsumen sudah memiliki preferensi untuk konsumsinya maka konsumen tersebut tidak

akan berpindah ke lain preferensi karena adanya perubahan harga barang.

SUMBER:BUKU EKONOMI MIKRO

PENERBIT ERLANGGA