teori leukimia

47
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Leukemia merupakan keganasan yang sering terjadi pada anak, yakni mencapai 41% dari seluruh keganasan yang terjadi pada anak usia <15 tahun. Leukemia akut biasanya bersifat agresif, dimana proses keganasan terjadi di hemopoietic stem cell atau sel progenitor awal. Terdapat dua kelompok besar leukemia akut, yaitu leukemia limfoblastik akut (LLA) dan leukemia mieloblastik akut (LMA). Pada 2002, 2.500 anak usia <15 tahun di diagnosa leukemia di USA, dengan insiden 4,5 kasus per 100.000 anak. Leukemia limfoblastik akut (LLA) mencapai 77% kasus dari leukemia pada anak, leukemia mieloblastik akut mencapai 11%, leukemia mieloblastik kronik 2- 3%, dan leukemia mieloblastik kronik pada remaja 1-2%. Di Indonesia, yakni di Yogyakarta, insiden LLA sebesar 20,8/ 1.000.000 sedangkan LMA sebesar 8/ 1.000.000. Angka tersebut menghasilkan proporsi LMA terhadap leukemia akut sebesar 27,7%. Proporsi ini cukup tinggi apabila dibandingkan dengan negara barat. [1,2] Leukemia merupakan keganasan yang terjadi akibat adanya keabnormalan genetik pada sel hematopoetik yang terus berproliferasi tanpa regulasi. Hasil dari pertumbuhan sel ini menyebabkan elemen sel menjadi abnormal, akibatnya sel tersebut 1

description

LEUKIMIA

Transcript of teori leukimia

BAB IPENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANGLeukemia merupakan keganasan yang sering terjadi pada anak, yakni mencapai 41% dari seluruh keganasan yang terjadi pada anak usia 50 kromosom) yang biasa ditemukan pada 25% kasus mempunyai prognosis yang baik. LLA hipoploid (3-5%) memiliki prognosis intermediate seperti t(1,19). Translokasi t(9;22) pada 5% anak atau t(4;11) pada bayi berhubungan dengan prognosis buruk.[6]Dengan terapi sistemik prognosis anak dengan LLA dapat diharapkan mencapai harapan hidup lebih baik yaitu untuk 5 tahun pada >80% kasus. Prognosis kurang baik bila umur anak 10 tahun saat diagnosis, hitung leukosit >100.000/ L, dan respon lambat terhadap terapi inisial.[7]

Tabel 4. Prognosis LLA

3.11 KOMPLIKASI[12]

Komplikasi akut dapat terjadi akibat adanya infiltrasi sel-sel leukemia ke dalam semua sistem organ sehingga dapat menyebabkan : Sindrom lisis tumor merupakan triad kelainan metabolik (hiperurisemia, hiperfosfatemia, hiperkalemia) yang sering terjadi pada pasien keganasan akibat lisisnya sel-sel tumor secara cepat baik yang terjadi spontan ataupun karena pengobatan antikanker.[15] Gagal ginjal akut merupakan komplikasi yang sering dijumpai pada pasien dengan keganasan dikarenakan metabolit yang dikeluarkan oleh sel-sel tumor ganas adalah asam urat, fosfor, kalium, semuanya diekskresi oleh ginjal. Hal ini memerlukan perhatian yang serius karena lebih mudah dicegah. Selain itu adanya gangguan fungsi ginjal mungkin merupakan faktor paling penting yang menentukan kelangsungan hidup pasien.[15] Sepsis Perdarahan Thrombosis Typhlitis Neuropati Ensefalopati Kejang Lalu, pada pasien dengan LLA ini perlu follow-up yang berkepanjangan karena terdapat kejadian adanya efek lambat akibat pemberian obat seperti : Keganasan sekunder Perawakan pendek Defisiensi hormon pertumbuhan Disabilitas pembelajaran Defek kognitif

BAB IVPERBEDAAN LEUKEMIA LIMFOBLASTIK AKUT DAN LEUKEMIA MIELOBLASTIK AKUTMembedakan LLA dan LMA merupakan langkah yang harus dilakukan pada setiap leukemia akut, karena akan sangat menentukan jenis terapi dan prognosis penderita. Secara klinis, LMA sulit dibedakan dengan LLA sehingga pemeriksaan apusan darah tepi menjadi sangat penting.Di tempat-tempat dengan fasilitas terbatas, yang terpenting ialah membedakan antara LLA dan LMA dengan teknik morfologi konvensional.

Gambar 10. MieloblasPerbedaan LLA dan LMA berdasarkan parameter pemeriksaan morfologi, sitokimia, dan sitogenetik adalah sebagai berikut :Parameter LLALMA

Morfologi Limfoblas : Kromatin bergumpal Nucleoli lebih samar, lebih sedikit Auer rod : negatif Sel pengiring : limfositMieloblas : Kromatin lebih halus Nucleoli lebih prominent, lebih banyak (>2) Auer rod : positif Sel pengiring : neutrofil

Sitokimia

a. mieloperoksidase-+

b. Suddan black-+

c. Esterase non-spesifik-+

d. PASKasar + (monsitik)

e. Acid phosphatase+ (Thy LLA)+ (halus)

f. Platelet peroxidase-+ (M7)

Enzim

a. Tdt+-

b. Serum lysozyme-+ (monositik)

Tabel 5. Perbedaan Morfologi dan Sitokimia LLA dan LMA

Tabel 6. Perbedaan Sitogenetik LLA dan LMA

Sebagai tolak ukur keberhasilan pengobatan pada kejadian leukemia dapat dilihat berdasarkan angka kesintasan (survival rate). Dengan mengikuti perjalanan penyakit dapat diketahui berapa lama pasien dapat bertahan hidup dan faktor yang mempengaruhi lama tidaknya seorang pasien bertahan hidup. Pada pasien leukemia, angka ketahan hidup yang dipakai sebagai tolak ukur adalah angka kesintasan 5 tahun. Jika seseorang penderita leukemia dapat bertahan hidup selama 5 tahun sejak mendapatkan pengobatan maka pasien tersebut dapat dinyatakan sembuh dari leukemia.Kesintasan 5 tahun pasien leukemia juga berbeda berdasarkan tipe leukemianya. Dari data 2001-2007, kesintasan 5 tahun secara umum pasien leukemia di Amerika Serikat adalah 66,6% untuk jenis LLA; 80,8% untuk jenis LLK; 23,6% untuk jenis LMA; dan 55,2% untuk jenis LMK. Sementara, berdasarkan The Leukemia and Lymphoma Society 2012, kasus leukemia pada anak (< 15 tahun) pada umumnya adalah leukemia akut dengan kesintasan 5 tahun 90,5% jenis LLA dan 63,6% LMA. Pada 1994, angka kesintasan 5 tahun untuk leukemia anak (umur kurang dari 20 tahun) jenis LLA adalah mendekati 80%. Angka kesintasan 5 tahun pada laki-laki sebesar 75% dan perempuan sebesar 79%. Sedangkan angka kesintasan 5 tahun jenis LMA adalah 41%. Angka kesintasan menurut jenis kelamin sebesar 35% pada laki-laki dan 47% pada perempuan.Dalam The Leukemia & Lymphoma Society 2007 dinyatakan bahwa perbedaan kesintasan pasien leukemia dapat disebabkan beberapa hal, di antaranya adalah usia pasien saat didiagonsis, jenis kelamin, ras, dan tipe leukemia.Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh RS Kanker Dharmais, penderita leukemia akut pada anak di RS Kanker Dharmais yang didiagnosis pada 1997-2008 menghasilkan probabilitas kesintasan 5 tahun secara keseluruhan sebesar 22,6% dengan menggunakan analisis statistik Kaplan Meier. Angka kesintasan 5 tahun ini bisa dibandingkan dengan angka kesintasan di beberapa negara dan rumah sakit. Dalam data yang dikumpulkan badan kesehatan Amerika-SEER (Surveillance, Epidemiology and End Results) menemukan hasil bahwa kesintasan 5 tahun pasien leukemia secara keseluruhan adalah 34% pada penderita leukemia yang didiagnosis pada 1975-1977, 36% untuk data 1978-1980, 38% untuk data 1981-1983, 41% untuk data 1984-1986, 43% untuk data 1987-1989, 45% untuk data 1990-1992, dan 57% untuk data 2001-2007.

Tabel 7. Karakteristik Pasien Leukemia Akut di RS Kanker DharmaisTipe leukemia akut merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kesintasan penderita leukemia. Menurut jenis histologinya, leukemia akut dikelompokkan menjadi 2, yaitu Leukemia Limfoblastik Akut (LLA) dan Leukemia Mieloblastik Akut (LMA). Pada penelitian ini ditemukan bahwa risiko kematian setelah 5 tahun pada pasien jenis Leukemia Mieloblastik Akut (LMA) 1,643 kali (CI: 0,635 - 3,848) dibandingkan dengan pasien Leukemia Limfoblastik Akut (LLA) setelah memperhitungkan jenis kelamin, jumlah trombosit, kekambuhan, status remisi, kelengkapan terapi, jumlah leukosit, komorbiditas, dan kadar hemoglobin.Meskipun demikian, secara keseluruhan penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian-penelitian yang lain yang menunjukkan bahwa risiko kematian pada leukemia tipe LMA lebih tinggi dibandingkan dengan risiko kematian pada leukemia tipe LLA.[16]

BAB VKESIMPULAN

Leukemia merupakan keganasan yang sering terjadi pada anak, yakni mencapai 41% dari seluruh keganasan yang terjadi pada anak usia