tugas leukimia askep.doc

73
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Leukemia adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah berupa proliferasio patologis sel hemapoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan sum-sum tulang dalam membentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi ke jaringan tubuh yang lain (Mansjoer, 2002). Penyakit ini merupakan penyakit darah dan organ-organ yang disebabkan karna pertumbuhan yang subur atau proliferasi sel-sel darah putih yang imatur sehingga mempengaruhi produksi sel-sel darah merah lainnya. Penyakit ini disebabkan terjadinya kerusakan pada tempat produksi sel darah yaitu pada sum-sum tulang, dimana sum-sum tulang bekerja aktif dalam memproduksi sel-sel darah tapi sel darah yang diproduksi adalah sel-sel darah yang tidak normal sedangkan produksi sel- sel darah normal terhambat. Untuk itu, diharapkan perawat dapat memberikan pelayanan-pelayanan kesehatan yang optimal sehingga dapat membantu meningkatkan kesehatan pasien. Misalnya, memantau kondisi pasien dan juga menjauhkan pasien dari hal-hal yang dapat membuat penyakit leukemia yang pasien derita bertambah parah. Oleh karena itu, kami akan membahas dengan jelas mengenai leukimia dan asuhan keperawatan leukimia.

Transcript of tugas leukimia askep.doc

Page 1: tugas leukimia  askep.doc

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Leukemia adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah berupa

proliferasio patologis sel hemapoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan

sum-sum tulang dalam membentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi ke

jaringan tubuh yang lain (Mansjoer, 2002). Penyakit ini merupakan penyakit

darah dan organ-organ yang disebabkan karna pertumbuhan yang subur atau

proliferasi sel-sel darah putih yang imatur sehingga mempengaruhi produksi sel-

sel darah merah lainnya. Penyakit ini disebabkan terjadinya kerusakan pada

tempat produksi sel darah yaitu pada sum-sum tulang, dimana sum-sum tulang

bekerja aktif dalam memproduksi sel-sel darah tapi sel darah yang diproduksi

adalah sel-sel darah yang tidak normal sedangkan produksi sel-sel darah normal

terhambat.

Untuk itu, diharapkan perawat dapat memberikan pelayanan-pelayanan

kesehatan yang optimal sehingga dapat membantu meningkatkan kesehatan

pasien. Misalnya, memantau kondisi pasien dan juga menjauhkan pasien dari hal-

hal yang dapat membuat penyakit leukemia yang pasien derita bertambah parah.

Oleh karena itu, kami akan membahas dengan jelas mengenai leukimia dan

asuhan keperawatan leukimia.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana anatomi,fisiologi dan biokimia sistem imun dan hematologi ?

2. Apakah definisi dari leukimia ?

3. Bagaimanakah etiology dari leukimia ?

4. Bagaimanakah klasifikasi leukimia ?

5. Bagaimanakah manifestasi klinik leukimia ?

6. Bagaimanakah pemeriksaan diagnostik leukimia ?

Page 2: tugas leukimia  askep.doc

7. Bagaimanakah penatalaksanaan medis leukimia ?

8. Bagaimanakah asuhan keperawatan yang diberikan pada leukimia ?

1.3 Tujuan

1. Mampu menjelaskan anatomi,fisiologi dan biokimia sistem imun dan

hematologi.

2. Mampu menjelaskan definisi dari leukimia.

3. Mampu menjelaskan etiology dari leukimia.

4. Mampu menjelaskan klasifikasi leukimia.

5. Mampu menjelaskan manifestasi klinik leukimia.

6. Mampu menjelaskan pemeriksaan diagnostik leukimia.

7. Mampu menjelaskan penatalaksanaan medis leukimia.

8. Mampu menjelaskan asuhan keperawatan yang diberikan pada leukimia.

Page 3: tugas leukimia  askep.doc

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Anatomi Sistem Imun dan Hematologi

2.2 Fisiologi Sistem Imun dan Hematologi

Sistem hematologi tersusun atas darah dan tempat darah diproduksi,

termasuk sumsum tulang dan nodus limfa. Darah adalah organ khusus yang

berbeda dengan organ lain karena berbentuk cairan.

Cairan darah tersusun atas komponen sel yang tersusun dalam plasma

darah. Sel darah dibagi menjadi eritrosist (sel darah merah, normalnya 5 ribu per

mm³ darah) dan lekosit (sel darah putih, normalnya 5.000 sampai 10.000 per mm³

darah). Terdapat sekitar 500 sampai 1000 eritrosit tiap satu lekosit. Lekosit dapat

berada dalam beberapa bentuk: eosinofil, basofil, monosit, netrofil, dan limfosit.

Selain itu dalam suspensi plasma, ada juga fragmen-fragmen sel tak berinti yang

disebut trombosit (normalnya 150.000 sampai 450.000 trombosit per mm³ darah )

komponen seluler darah ini normalnya menyusun 40% sampai 45% volume darah.

Fraksi darah yang ditempati oleh eritrosit disebut hematokrit. Darah terlihat

Page 4: tugas leukimia  askep.doc

sebagai cairan merah, opak dan kental. Warnanya ditentukan oleh hemoglobin

yang terkandung dalam sel darah merah.

Volume darah manusia sekitar 7% sampai 10% berat badan normal dan

berjumlah sekitar 5 liter. Darah bersikulasi didalam sistem vaskuler dan berperan

sebagai penghubung antara organ tubuh, membawa oksigen yang di absorpsi oleh

paru dan nutrisi yang di absorpsi oleh traktus gastrointestinal ke sel tubuh untuk

metabolisme sel.

Darah juga mengangkut produk sampah yang dihasilkan oleh metabolisme

sel ke paru, kulit, dan ginjal yang akan di transformasi dan dibuang keluar dari

tubuh. Darah juga membawa hormon dan antibodi ke tempat sasaran.

Untuk menjalankan fungsinya, darah harus tetap cair normal. Karena

terdapat bahaya kehilangan darah dari sistem vaskuler akibat trauma. Untuk

mencegahnya, darah memiliki mekanisme pembekuan yang sangat peka yang

dapat diaktifkan setiap saat untuk menyumbat kebocoran pembuluh darah.

Pembekuan yang berlebihan juga sama bahayanya karena potensi

menyumbat aliran darah ke jaringan vital. Untuk menghindari komplikasi ini,

tubuh memiliki mekanisme fibrinolitik yang kemudian akan melarutkan bekuan

yang terbentuk dalam pembuluh darah.

1. Sumsum Tulang

Sumsum tulang menempati bagian dalam tulang spons dan bagian tengah

rongga tulang panjang. Sumsum merupakan 4% sampai 5% berat badan total,

sehingga merupakan yang paling besar dalam tubuh. Sumsum bisa berwarna

merah atau kuning. Sumsum merah merupakan tempat produksi sel darah merah

aktif dan merupakan organ hematopoetik (penghasil darah) utama.sedangkan

sumsum kuning, tersusun terutama oleh lemak dan tidak aktif dalam produksi

elemen darah. Selama masa kanak-kanak, sebagian besar sumsum berwarna

merah. Sesuai dengan pertambahan usia sebagian besar sumsum pada tulang

panjang mengalami perubahan menjadi sumsum kuning, namun masih

mempertahankan potensi untuk kembali berubah menjadi jaringan hematopoetik

Page 5: tugas leukimia  askep.doc

apabila diperlukan. Sumsum merah pada orang dewasa terbatas terutama pada

rusuk, kolumna vertebralis, dan tulang pipih lainnya.

Sumsum sangat banyak mengandung pembuluh darah dan tersusun atas

jaringan ikat yang mengandung sel bebas. Sel yang paling primitif alam populasi

sel bebas ini adalah sel stem yang merupakan prekursor dari dua garis keturunan

sel yang berbeda. Garis keturunan mieloid meliputi eritrosit, berbagai jenis

lekosit, dan trombosit.

2. Eritrosit

Sel darah merah normal berbentuk cakram bikonkaf konfigurasinya mirip

dengan bola lunak yang dipijat diantara 2 jari. Diameternya sekitar 8 μm, namun

sangat fleksibel sehingga mampu melewati kapiler yang diameternya 4μm.

Volume sel darah merah sekitar 90 m³membran sel darah merah sangat tipis

sehingga gas seperti oksigen dan karbondioksida dapat dengan mudah berdifusi

melaluinya. Sel darah merah dewasa tersusun terutama oleh hemoglobin, yang

menyusun sampai 95% masa sel. Sel ini tidak mempunyai inti dan hanya sedikit

memiliki ensimmetabolisme dibanding sel lainnya. Adanya sejumlah besar

hemoglobin memungkinkan sel ini menjalankan fungsi utamanya, transport

oksigen antara paru dan jaringan.

Pigmen pembawa oksigen hemoglobin merupakan protein yang berat

molekulnya 64.000. molekul ini tersusun atas 4 sbu unit, masing-masing

mengandung bagian heme yang terikat pada rantai globin. Besi berada pada

bagian heme molekul ini. Kemampuan khusus bagian heme adalah

kemampuannya mengikat oksigen secara longgar dan reversibel. Ketika

hemoglobin berikatan dengan oksigen, dinamakan oksihemoglobin.

Oksihemoglobin berwarna merah lebih terang dibanding hemoglobin yang tidak

mengandung oksigen, maka darah arteri berwarna lebih terang dibanding darah

vena.

Produksi eritrosit. Eritroblas muncul dari sel stem primitif dalam sumsum

tulang. Eritroblas adalah sel berinti yang dalam proses pematangan di sumsum

tulang menimbun hemoglobin dan secara bertahap kehilangan intinya. Pada tahap

Page 6: tugas leukimia  askep.doc

ini, sel dikenal sebagai retikulosit. Pematangan lebih lanjut menjadi eritrosit,

disertai dengan menghilangnya material berwarna gelap dan sedikit penyusutan

ukuran. Eritrosit matang kemudian dilepaskan dalam sirkulasi. Dalam keadaan

eritropoesis cepat, retikulasi dan sel imatur lainnya dapat dilepaskan dalam

sirkulasi sebelum waktunya.

Diferensiasi sel stem multipotensial primitif sumsum tulang menjadi

eritroblas distimulasi oleh eritrpoietin, suatu substansi yang diproduksi terutama

oleh ginjal. Dalam keadaan hipoksia lama, seperti pada kasus orang yang tinggal

di ketinggian atau setelah perdarahan berat, terjadi peningkatan kadar eritropoetin

dan stimulasi produksi sel darah merah.

Untuk produksi ertrosit normal, sumsum tulang memerlukan besi, vitamin

B₁₂, asam folat, piridoksin (vitamin B₆) dan faktor lainnya. Defisiensi faktor-

faktor tersebut selama eritripoesis mengakibatkan penurunan produksi sel darah

merah dan anemia.

Penyimpanan dan metabolisme besi. kandungan besi tubuh total pada

kebanyakan orang dewasa sekitar 3 g, sebagian besar terkandung dalam

hemoglobin atau salah satu hasil pemecahannya. Normalnya sekitar 0,5 sampai 1

mg besi diabsorpsi tiap hari dari traktus intestinalis untuk mengganti kehilangan

besi melalui feses. Penambahan jumlah besi, sampai 2 mg per hari harus

diabsorpsi oleh wanita dewasa untuk untuk mengganti kehilangan darah selama

menstruasi. Defisiensi besi pada orang dewasa (penurunan kandungan besi total )

biasanya menunjukkan adanya kehilangan darah dari tubuh.

Metabolisme vitamin B₁₂ dan asam folat. Vitamin B₁₂ dan asam folat

diperlukan untuk sintesis DNA pada kebanyakan jaringan, namun defisiensi kedua

vitamin ini mempunyai efek terbesar pada eritropoesis. Defisiensi vitamin B₁₂ dan

asam folat ditandai dengan produksi sel darah merah besar abnormal yang

dinamakan megaloblas. Karena sel ini abnormal, kebanyakan dihancurkan dalam

sumsum tulang dan angka pelepasannya berkurang. Keadaan ini mengakibatkan

anemia megaloblastik.

Page 7: tugas leukimia  askep.doc

Vitamin B₁₂ maupun asam folat diperoleh dari diet. Vitamin B₁₂ bergabung

dengan faktor intrinsik yang dihasilkan oleh lambung. Kompleks vitamin B₁₂

faktor intrinsik diabsorpsi di ileum distal. Asam folat diabsorpsi di usus halus

proksimal.

Destruksi sel darah merah. Rata-rata rentang hidup sel darah yang

bersirkulasi adalah 120 hari. Sel darah merah tua dibuang dari darah oleh sistem

retikuloendotelial, khususnya dalam hati dan limfa. Sel retikuloendotelial

menghasilkan pigmen yang disebur bilirubin, berasal dari hemoglobin yang

dilepaskan dari sel darah merah rusak. Bilirubin merupakan hasil sampah yang

diekskresikan dalam empedu. Besi yang dibebaskan dari hemoglobin selama

pembentukan bilirubin, diangkut dalam plasma ke sumsum tulang dalam keadaan

terikat pada protein yang dinamakan transferin, yang kemudian diolah lagi untuk

menghasilkan hemoglobin baru.

Fungsi eritrosit. Fungsi utama sel darah merah adalah membawa oksigen

dari paru ke jaringan. Eritrosit mempunyai kemampuan khusus melakukan fungsi

ini karena kandungan hemoglobinnya tinggi. Apabila tidak ada hemoglobin,

kapasitas pembawa oksigen darah dapat berkurang sampai 99 % dan tentunya

tidak mencukupi kebutuhan metabolisme tubuh. Fungsi penting hemoglobin

adalah kemampuannya mengikat oksigen dengan longgar dan refersibel.

Akibatnya oksigen yang langsung terikat dalam paru, diangkut sebagai

oksigenhemoglobin dalam arterial dan langsung terurai dari hemoglobin dalam

jaringan. Dalam darah vena, hemoglobin bergabung dengan ion hidrogen yang

dihasilkan oleh metabolisme sel sehingga dapat menyangga kelebihan asam.

3. Lekosit

Lekosit dibagi menjadi dua kategori, granulosit dan sel mononuklear

(agranulosit). Dalam darah normal, jumlah total lekosit adalah 5000 – 10.000 sel

per mm³. Sekitar 60 % diantaranya adalah granulosit dan 40 % sel mononuklear.

Lekosit dengan mudah dapat dibedakan dari eritrosit dengan adanya inti,

ukurannya yang besar, dan perbedaan kemampuan mengikat warna.

Page 8: tugas leukimia  askep.doc

Granulosit. Granulosit ditentukan oleh adanya granula dalam

sitoplasmanya. Diameter granulosit biasanya 2 – 3 kali eritrosit. Granulosit dibagi

menjadi 3 sub grup, yang ditandai dengan perbedaan kemampuannya mengikat

warna seperti yang terlihat dalam pemeriksaan mikroskopis. Eosinofil memiliki

granula berwarna merah terang dalam sitoplasmanya, sementara granula pada

basofil berwarna biru. Yang ketiga, dan paling banyak, adalah netrofil dengan

granula yang berwarna ungu pucat.

Inti granulosit matang biasanya mempunyai banyak lobus (biasanya 2 – 4 )

dihubungkan dengan filamen tipismaterial inti. Karena sifat khas intinya, maka sel

ini dinamakan lekosit polimorfonuklear (PMN). Granulosit yang belum matang

memiliki inti oval satu lobus dan disebut sel band. Normalnya sel band hanya

merupakan presentasi kecil granulosit yang bersirkulasi, meskipun persentasinya

dapat meningkat pesat pada saat produksi lekosit PMN meningkat.

Jumlah granulosit yang bersirkulasi dalam tubuh orang sehat relatif tetap,

namun apabila ada infeksi, sejumlah besar sel ini akan dilepaskan kedalam

sirkulasi. Produksi granulosis dalam kubangan sel stem diperkirakan dikontrol

dengan cara yang sama dengan regulasi produksi eritrosit oleh eritropoetin.

Lekosit mononukleat (agranulosit). Lekosit mononuklear (limfosit dan

monosit) adalah sel darah putih dengan inti satu lobus dan sitoplasmanya bebas

granula. Dalam darah orang dewasa normal, limfosit berjumlah sekitar 30 % dan

monosit sekitar 5 % dalam total lekosit. Limfosit matang adalah sel kecil dengan

sitoplasma sedikit. Diproduksi terutama oleh nodus limfe dan jaringan limfoit

usus, limfa, dan kelenjar timus dari sel prekursor yang berasal sebagai sel stem

sumsum. Monosit adalah lekosit yang terbesar . diproduksi oleh sumsum tulang

dan dapat berubah menjadi histiosit jaringan, termasuk sel kupfer dihati,

makrofag peritoneal, makrofag alveolar, dan komponen lain sistem

retikuloendotelial.

Fungsi lekosit. Fungsinya adalah melindungi tubuh terhadap infasi bakteri

atau benda asing lainnya. Fungsi utama netrofilik PMNadalah memakan benda

asing (fagositosis). Netrofil tiba di tempat dalam waktu satu jam setelah awitan

Page 9: tugas leukimia  askep.doc

reaksi peradangan dan memulai fagositosis, namun relatif berumur pendek.

Kehadiran monosit lebih lambat, namun sel ini terus melakukan aktivitas fagositik

dalam jangka lama.

Fungsi limfosit terutama menghasilkan subtansi yang membantu

penyerangan benda asing. Sekelompok limfosit (limfosit T) membunuh sel secara

langsung atau menghasilkan berbagai limfokin, suatu substansi yag memperkuat

aktivitas sel fagositik. Sekelompok limfosit lainnya (limfosit B) menghasilkan

antibodi, suatu molekul protein yang menghancurkan benda asing dengan

berbagai mekanisme.

Eosinofil dan basofil berfungsi sebagai tempat penyimpanan berbagai

material biologis kuat seperti histamin, serotonin, dan heparin. Pelepasan senyawa

tersebut mempengaruhi suplai darah ke jaringan, seperti yang terjadi selama

peradangan dan membantu memobilisasi mekanisme pertahanan tubuh.

Peningkatan jumlah eosinofil pada keadaan alergi menunjukkan sel ini terlibat

dalam reaksi hipersensivitas.

4. Trombosit

Trombosit merupakan partikel kecil, berdiameter 2 – 4 μm, yang terdapat

dalam sirkulasi plasma darah. Karena dapat mengalami disontegrasi cepat dan

mudah, jumlahnya selalu berubah antara 150.000 dan 450.000 per mm³ darah,

tergantung jumlah yang dihasilkan, bagaimana digunakan, dan kecepatan

kerusakan. Dibentuk oleh frakmentasi sel raksasa sumsum tulang, yang disebut

megakariosit. Produksi trombosit diatur oleh trombopoetin.

Trombosit berperan penting dalam mengontrol pendarahan. Apabila terjadi

cedera vaskuler, trombosit mengumpul pada cedera tersebut substansi yang

dilepaskan dari granula trombosit dan sel darah lainnya menyebabkan trombosit

menempel satu sama lain dan membentuk tambalan atau sumbatan, yang

sementara menghentikan perdarahan. Substansi lain dilepaskan dari trombosit

untuk mengaktifasi faktor pembekuan dalam plasma darah.

5. Pembekuan Darah

Page 10: tugas leukimia  askep.doc

Pembekuan darah adalah proses dimana komponan cairan darah ditransfer

menjadi material semisolid yang dinamakan bekuan darah.bekuan darah tersusun

terutama oleh sel-sel darah yang terperangkap dalam jaringan fibrin. Fibrin

dibentuk oleh protein dalam plasma melalui urutan reaksi yang kompleks.

Apabila jaringan mengalami cedera, jalur ekstrinsik akan diaktivasi

dengan pelepasan substansi yang dinamakan tromboplastin. Sesuai urutan reaksi,

protrombin mengalami konversi menjadi trombin, yang pada gilirannya

mengkatalisir fibrinogen menjadi fibrin. Kalsium (faktor IV) merupakan kofaktor

yang diperlukan dalam berbagai reaksi ini. Pembekuan darah melalui jalur

intrinsik diaktivasi saat lapisan kolagen pembuluh darah terpajan. Faktor

pembekuan kemudian secara berurutan akan diaktifkan, seperti halnya jalur

ekstrinsik, sampai pada akhirnya terbentuk fibrin. Meskipun lebih lama, urutan

kejadian ini yang lebih sering terjadi pada pembekuan darah in vivo.

Jalur intrinsik juga bertanggung jawab dalam permulaan pembekuan darah

yang terjadi akibat bersentuhan dengan gelas atau bahan asing lainnya, seperti

apabila darah diambil dan dimasukkan kedalam tabung. Oleh sebab itu

antikoagulan sering harus ditambahkan dalam tabung reaksi ketika mengambil

spesimen darah untuk uji diagnostik. Antikoagulan yang biasa dipakai bisa berupa

sitrat, yang akan mengikat kalsium plasma, atau heparin, yang mencegah konversi

protombin menjadi trombin. Sitrat tidak dapat digunakan sebagai antikoagulan in

vivo karena ikatan kalsium plasma dapat menybabkan hipokalsemia dan

kematian. Heparin dapat digunakan secara klinis sebagai antikoagulan. Coumarin

juga digunakan secara klinis sebagai antikoagulan dengan menghambat produksi

berbagai faktor pembekuan plasma.

Bekuan yang terbentuk dalam tubuh dapat larut oleh kerja sistem

fibrinolitik, yang terdiri atas plasmin dan berbagai enzim proteolitik. Melalui kerja

sistem ini, bekuan akan dilarutkan ketika jaringan mulai menyembuh, dan sistem

vaskuler kembali ke keadaan dasar normal.

6. Plasma Darah

Page 11: tugas leukimia  askep.doc

Apabila elemen seluler diambil dari darah, bagian cairan yang tersisa

dinamakan plasma darah. Plasma darah mengandung ion, protein, dan zat lain.

Apabila plasma dibiarkan membeku, sisa cairan yang tertinggal dinamakan serum.

Serum mempunyai kandungan yang sama dengan plasma, kecuali kandungan

fibrinogen dan beberapa faktor pembekuan.

Protein plasma.protein plasma tersusun terutama oleh albumin dan

globulin globulin tersusun atas fraksi alfa, beta dan gama yang adapt dilihat

dengan uji laboratorium yang dinamakan elektroforesis protein. Masing-masing

kelompok disusun oleh protein tertentu.

Gama globulin, yang tersusun terutama oleh antibodi, dinamakan

imunoglobulin. Protein ini dihasilkan oleh limfosit dan sel plasma. Protein plasma

penting dalam fraksi alfa dan beta adalah globulin transpor dan faktor pembekuan

yang dibentuk di hati. Globulin transpor membawa berbagai zat dalam bentuk

terikat sepanjang sirkulasi. Misalnya tiroid terikat globulin, membawa tiroksin,

dan transferin membawa besi. faktor pembekuan termasuk fibrinogen, tetap dalam

keadaan tidak aktif dalam plasma darah sampai diaktifasi pada reaksi tahap-tahap

pembekuan.

Albumin.terutama penting untuk pemeliharaan volume cairan dalam sistem

vaskuler. Dinding kapiler tidak permeabel terhadap albumin, sehingga

keberadaannya dalam plasma menciptakan gaya onkotik yang menjaga cairan

dalam rongga vaskuler. Albumin, yang dihasilkan oleh hati, memiliki kapasitas

mengikat berbagai zat yang ada dalam plasma. Dalam hal ini, albumin berfungsi

sebagai protein transpor untuk logam, asam lemak, bilirubin, dan obat-obatan,

diantara zat lainnya.

2.3 Biokimia Sistem Imun dan Hematologi

Darah memiliki peran untuk menjaga tubuh tetap dalam keadaan

homeostasis. Selain meregulasi pH, temperatur, serta mengatur transport zat-zat

dari dan ke jaringan, darah juga melakukan perlindungan dengan cara melawan

Page 12: tugas leukimia  askep.doc

penyakit. Fungsi-fungsi ini dikerjakan secara terbagi-bagi oleh komponen-

komponen darah, yaitu plasma dan sel-sel darah. Plasma darah adalah cairan yang

berada di kompartemen ekstraselular di dalam pembuluh darah yang berperan

sebagai pelarut terhadap sel-sel darah dan substans lainnya. Sedangkan sel darah

merupakan unit yang mempunyai tugas tertentu. Sel-sel darah yang terdiri dari

eritrosit, leukosit dan trombosit dibentuk melalui suatu mekanisme yang sama,

yaitu hemopoiesis.

Hemopoiesis adalah proses pembentukan dan perkembangan sel-sel darah.

Sebelum dilahirkan, proses ini terjadi berpindah-pindah. Pada beberapa minggu

pertama kehamilan. Kemudian hingga fetus berusia 6-7 bulan, hati dan limpa

merupakan organ hemopoietik utama dan akan terus memproduksi sel-sel darah

hingga sekitar dua minggu setelah kelahiran. Selanjutnya pekerjaan ini diambil

alih oleh sumsum tulang dimulai pada masa kanak-kanak hingga dewasa.

Sumsum tulang atau bone marrow merupakan suatu jaringan ikat dengan

vaskularisasi yang tinggi bertempat di ruang antara trabekula jaringan tulang

spons. Tulang-tulang rangka axial, tulang-tulang melingkar pada pelvis dan

pektoral, serta di bagian epifisis proksimal tulang humerus dan femur adalah

tulang-tulang dengan sumsum tulang terbanyak di tubuh manusia. Terdapat dua

jenis sumsum tulang pada manusia, yaitu sumsum tulang merah dan sumsum

tulang kuning. Pada neonatus, seluruh sumsum tulangnya berwarna merah yang

bermakna sumsum tulang yang bersifat hemopoietik, sedangkan ketika dewasa,

sebagian besar dari sumsum tulang merahnya akan inaktif dan berubah menjadi

sumsum tulang kuning (fatty marrow) (Tortora, 2009). Hal ini terjadi akibat

adanya pertukaran sumsum menjadi lemak-lemak secara progresif terutama di

tulang-tulang panjang. Bahkan di sumsum hemopoietik sekalipun, 50%

penyusunnya adalah sel-sel lemak (Hoffbrand, 2006). Jadi pada dewasa, proses

hemopoiesis hanya terpusat di tulang-tulang rangka sentral dan ujung proksimal

dari humerus dan femur.

Hemositoblas atau pluripotent stem cells merupakan bagian dari sumsum

tulang yang berasal dari jaringan mesenkim. Jumlah sel ini sangat sedikit,

diperkirakan hanya sekitar 1 sel dari setiap 20 juta sel di sumsum tulang. Sel-sel

ini memiliki kemampuan untuk berkembang melalui proses duplikasi, kemudian

Page 13: tugas leukimia  askep.doc

berproliferasi serta berdiferensiasi hingga akhirnya menjadi sel-sel darah,

makrofag, sel-sel retikuler, sel mast dan sel adiposa. Selanjutnya sel darah yang

sudah terbentuk ini akan memasuki sirkulasi general melalui kapiler sinusoid.

Sebelum sel-sel darah secara spesifik terbentuk, sel pluripoten yang berada

di sumsum tulang tersebut membentuk dua jenis stem cell, yaitu myeloid stem cell

dan lymphoid stem cell. Setiap satu stem cell diperkirakan mampu memproduksi

sekitar 106 sel darah matur setelah melalui 20 kali pembelahan sel. Myeloid stem

cell memulai perkembangannya di sumsum tulang dan kemudian membentuk

eritrosit, platelet, monosit, neutrofil, eosinofil dan basofil. Begitu juga dengan

lymphoid stem cell. Sel-sel ini memulai perkembangannya di sumsum tulang

namun proses ini dilanjutkan dan selesai di jaringan limfatik. Limfosit adalah

turunan dari sel-sel tersebut.

Selama proses hemopoiesis, sebagian sel myeloid berdiferensiasi menjadi

sel progenitor. Sel progenitor tidak dapat berkembang membentuk sel namun

membentuk elemen yang lebih spesifik yaitu colony-forming unit (CFU). Terdapat

beberapa jenis CFU yang diberi nama sesuai sel yang akan dibentuknya, yaitu

CFU-E membentuk eritrosit, CFU-Meg membentuk megakariosit, sumber

platelet, dan CFU-GM membentuk granulosit dan monosit. Berikutnya, lymphoid

stem cell, sel progenitor dan sebagian sel myeloid yang belum berdiferensiasi

akan menjadi sel-sel prekursor yang dikenal sebagai blast. Sel-sel ini akan

berkembang menjadi sel darah yang sebenarnya. Pada tahap ini sel-sel prekursor

sudah dapat dibedakan berdasarkan tampilan mikroskopiknya, sedangkan sel-sel

di tahap sebelumnya yaitu stem cell dan sel progenitor hanya bisa dibedakan

melalui marker yang terdapat di membran plasmanya.

2.4 Morfologi dan Sel Darah Putih Normal

Berdasarkan jenis granula dalam sitoplasma dan bentuk intinya, sel darah

putih digolongkan menjadi 2 yaitu :

1. Granulosit

Page 14: tugas leukimia  askep.doc

Granulosit merupakan leukosit yang memiliki granula sitoplasma.

Berdasarkan warna granula sitoplasma saat dilakukan pewarnaan terdapat 3 jenis

granulosit yaitu neutrofil, eosinofil, dan basofil.

a. Neutrofil. Adalah garis pertahanan pertama tubuh terhadap invasi oleh

bakteri, sangat fagositik dan sangat aktif. Sel-sel ini sampai di jaringan

terinfeksi untuk menyerang dan menghancurkan bakteri, virus atau

agen penyebab infeksi lainnya.

b. Neutrofil mempunyai inti sel yang berangkai dan kadang-kadang

seperti terpisah- pisah, protoplasmanya banyak bintik-bintik halus

(granula). Granula neutrofil mempunyai afinitas sedikit terhadap zat

warna basa dan memberi warna biru atau merah muda pucat yang

dikelilingi oleh sitoplasma yang berwarna merah muda

c. Neutrofil merupakan leukosit granular yang paling banyak, mencapai

60% dari jumlah sel darah putih. Neutrofil merupakan sel berumur

pendek dengan waktu paruh dalam darah 6-7 jam dan jangka hidup

antara 1-4 hari dalam jaringan ikat, setelah itu neutrofil mati.

d. Eosinofil. Eosinofil merupakan fagositik yang lemah. Jumlahnya akan

meningkat saat terjadi alergi atau penyakit parasit. Eosinofil memiliki

granula sitoplasma yang kasar dan besar. Sel granulanya berwarna

merah sampai merah jingga. Eosinofil memasuki darah dari sumsum

tulang dan beredar hanya 6-10 jam sebelum bermigrasi ke dalam

jaringan ikat, tempat eosinofil menghabiskan sisa 8-12 hari dari jangka

hidupnya. Dalam darah normal, eosinofil jauh lebih sedikit dari

neutrofil, hanya 2-4% dari jumlah sel darah putih.

e. Basofil. Basofil adalah jenis leukosit yang paling sedikit jumlahnya

yaitu kurang dari 1% dari jumlah sel darah putih. Basofil memiliki

sejumlah granula sitoplasma yang bentuknya tidak beraturan dan

berwarna keunguan sampai hitam. Basofil memiliki fungsi menyerupai

sel mast, mengandung histamin untuk meningkatkan aliran darah ke

jaringan yang cedera dan heparin untuk membantu mencegah

pembekuan darah intravaskular.

Page 15: tugas leukimia  askep.doc

2. Agranulosit. Agranulosit merupakan leukosit tanpa granula sitoplasma.

Agranulosit terdiri dari limfosit dan monosit.

a. Limfosit. Limfosit adalah golongan leukosit kedua terbanyak setelah

neutrofil, berkisar 20-35% dari sel darah putih, memiliki fungsi dalam

reaksi imunitas. Limfosit memiliki inti yang bulat atau oval yang

dikelilingi oleh pinggiran sitoplasma yang sempit berwarna biru.

Terdapat dua jenis limfosit yaitu limfosit T dan limfosit B. Limfosit T

bergantung timus, berumur panjang, dibentuk dalam timus. Limfosit B

tidak bergantung timus, tersebar dalam folikel-folikel kelenjar getah

bening. Limfosit T bertanggung jawab atas respons kekebalan selular

melalui pembentukan sel yang reaktif antigen sedangkan limfosit B,

jika dirangsang dengan semestinya, berdiferesiansi menjadi sel-sel

plasma yang menghasilkan imunoglobulin, sel-sel ini bertanggung

jawab atas respons kekebalan hormonal.

b. Monosit. Monosit merupakan leukosit terbesar. Monosit mencapai 3-

8% dari sel darah putih, memiliki waktu paruh 12-100 jam di dalam

darah. Intinya terlipat atau berlekuk dan terlihat berlobus,

protoplasmanya melebar, warna biru keabuan yang mempunyai bintik-

bintik sedikit kemerahan. Monosit memiliki fungsi fagositik dan

sangat aktif, membuang sel-sel cedera dan mati, fragmen-fragmen sel,

dan mikroorganisme

(Sel Darah Putih) (Leukimia)

Page 16: tugas leukimia  askep.doc

(Neutrofil) (Eosinofil) (Basofil)

(Limfosit) (Monosit)

2.5 Definisi Leukimia

Istilah leukemia pertama kali dijelaskan oleh Virchow sebagai “darah

putih” pada tahun 1874, adalah penyakit neoplastik yang ditandai dengan

diferensiasi dan proliferasi sel induk hematopoetik.

Leukemia adalah suatu keganasan yang berasal dari perubahan genetik

pada satu atau banyak sel di sumsum tulang. Pertumbuhan dari sel yang normal

akan tertekan pada waktu sel leukemia bertambah banyak sehingga akan

menimbulkan gejala klinis. Keganasan hematologik ini adalah akibat dari proses

neoplastik yang disertai gangguan diferensiasi pada berbagai tingkatan sel induk

hematopoetik sehingga terjadi ekspansi progresif kelompok sel ganas tersebut

dalam sumsum tulang, kemudian sel leukemia beredar secara sistemik.

Leukemia adalah proliferasi sel leukosit yang abnormal, ganas, sering disertai

bentuk leukosit yang lain daripada normal dengan jumlah yang berlebihan, dapat

menyebabkan kegagalan sumsum tulang dan sel darah putih sirkulasinya

meninggi.

Leukemia adalah proliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam

jaringan pembentuk darah. (Suriadi, & Rita yuliani, 2001).

Page 17: tugas leukimia  askep.doc

Leukemia adalah proliferasi tak teratur atau akumulasi sel darah putih

dalam sum-sum tulang menggantikan elemen sum-sum tulang normal (Smeltzer,

S C and Bare, B.G, 2002).

Leukemia adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah berupa

proliferasio patologis sel hemopoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan

sum-sum tulang dalam membentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi ke

jaringan tubuh yang lain. (Arief Mansjoer, dkk, 2002).

Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis dari sel – sel pembentuk darah

dalam sum – sum tulang dan limfa nadi. (Reeves, 2001)

Leukemia merupakan penyakit keganasan sel darah yang berasal dari sum –

sum tulang yang ditandai oleh proliferasi sel – sel darah putih dengan manifestasi

adanya sel – sel abnormal dalam darah tepi. Pada leukemia ada gangguan dalam

pengaturan sel leokosit. Leukosit dalam darah berfloreferasi secara tidak teratur

dan tidak terkendali dan fungsinya pun menjadi normal. Oleh karena proses

tersebut fungsi – fungsi lain dari sel darah merah normal terganggu hingga

menimbulkan gejala leukemia yang dikenal dalam klinik. (Bambang Permono,

2005)

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan

bahwa leukemia adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan yang

sangat cepat (poliferasi) sel darah putih yang abnormal pada jaringan pembentuk

darah.

2.6 Etiology Leukimia

Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor

predisposisi yang menyebabkan terjadinya leukemia yaitu :

1. Faktor genetik: virus tertentu meyebabkan terjadinya perubahan struktur

gen (T cell leukemia-lymphoma virus/HTLV). Dapat dilihat pada

tingginya kasus leukemia pada anak kembar monozigot.

2. Radiasi ionisasi: lingkungan kerja, pranatal, pengobatan kanker

sebelumnya.

Page 18: tugas leukimia  askep.doc

3. Terpapar zat-zat kimiawi seperti benzen, arsen, kloramfenikol,

fenilbutazon, dan agen anti neoplastik.

4. Obat-obat imunosupresif, obat karsinogenik seperti diethylstilbestrol.

5. Faktor herediter, misalnya pada kembar monozigot.

6. Kelainan kromosom: Trisomi 21 misalnya pada Sindrom Down, Trisomi

G (Sindrom Klinefelter’s), Sindrom fanconi’s, Kromosom Philadelphia

positif, Telangiektasis ataksia

7. Neoplasma. Ada persamaan jelas antara leukemia dan penyakit neoplastik

lain, misalnya proliferasi sel yang tidak terkendali, abnormalitas morfologi

sel, dan infiltrasi organ. Selain dari itu kelainan sum – sum kronis dapat

berubah bentuk akhirnya menjadi leukemia akut, misalnya polisefemia

vera, mielosklerosis atau anemia plastik.

2.7 Klasifikasi Leukimia

Ketika pada pemeriksaan diketahui bahwa leukemia mempengaruhi

limfosit atau sel limfoid, maka disebut leukemia limfositik.Sedangkan leukemia

yang mempengaruhi sel mieloid seperti neutrofil, basofil, dan eosinofil, disebut

leukemia mielositik. Leukemia akut adalah keganasan primer sumsum tulang yang

berakibat terdesaknya komponen darah normal oleh komponen darah abnormal

(blastosit) yang disertai dengan penyebaran ke organ-organ lain. Leukemia akut

memiliki perjalanan klinis yang cepat, tanpa pengobatan penderita akan

meninggal rata-rata dalam 4-6 bulan. Leukemia kronik merupakan suatu penyakit

yang ditandai proliferasi neoplastik dari salah satu sel yang berlangsung atau

terjadi karena keganasan hematologi.

1. Leukemia Mielositik Akut

LMA merupakan leukemia yang mengenai sel stem hematopoetik yang

akan berdiferensiasi ke semua sel mieloid. LMA merupakan leukemia

nonlimfositik yang paling sering terjadi. LMA atau Leukemia Nonlimfositik Akut

(LNLA) lebih sering ditemukan pada orang dewasa (85%) dibandingkan anak-

anak (15%). Permulaannya mendadak dan progresif dalam masa 1 sampai 3 bulan

dengan durasi gejala yang singkat.

Page 19: tugas leukimia  askep.doc

(Leukimia Miolisitik Akut)

2. Leukemia Mielositik Kronis

LMK adalah gangguan mieloproliferatif yang ditandai dengan produksi

berlebihan sel mieloid (seri granulosit) yang relatif matang. LMK mencakup 20%

leukemia dan paling sering dijumpai pada orang dewasa usia pertengahan (40-50

tahun). Abnormalitas genetik yang dinamakan kromosom philadelphia ditemukan

pada 90-95% penderita LMK. Sebagian besar penderita LMK akan meninggal

setelah memasuki fase akhir yang disebut fase krisis blastik yaitu produksi

berlebihan sel muda leukosit, biasanya berupa mieloblas/promielosit, disertai

produksi neutrofil, trombosit dan sel darah merah yang amat kurang.

(Leukimia Mielositik Kronis)

3. Leukemia Limfositik Akut

LLA merupakan jenis leukemia dengan karakteristik adanya proliferasi

dan akumulasi sel-sel patologis dari sistem limfopoetik yang mengakibatkan

organomegali (pembesaran alat-alat dalam) dan kegagalan organ. ALL dianggap

sebagai proliferasi ganas limfoblast. Sering terjadi pada anak-anak, laki-laki lebih

banyak dibanding perempuan, puncak insiden usia 4 tahun, setelah usia 15 ALL

jarang terjadi. Manifestasi limfosit immatur berproliferasi dalam sumsum tulang

dan jaringan perifer, sehingga mengganggu perkembangan sel normal.

Page 20: tugas leukimia  askep.doc

(Leukemia Limfositik Akut )

4. Leukemia Limfositik Kronis

LLK adalah suatu keganasan klonal limfosit B (jarang pada limfosit T).

Perjalanan penyakit ini biasanya perlahan, dengan akumulasi progresif yang

berjalan lambat dari limfosit kecil yang berumur panjang CLL merupakan

kelainan ringan mengenai individu usia 50 sampai 70 tahun. Manifestasi klinis

pasien tidak menunjukkan gejala, baru terdiagnosa saat pemeriksaan fisik atau

penanganan penyakit lain.

(Leukimia Limfosit Kronis)

2.8 Manifestasi Klinik Leukimia

Manifestasi klinik yang sering dijumpai pada penyakit leukemia adalah

sebagai berikut:

1. Anemia. Disebabkan karena produksi sel darah merah kurang akibat dari

kegagalan sumsum tulang memproduksi sel darah merah. Ditandai dengan

berkurangnya konsentrasi hemoglobin, turunnya hematokrit, jumlah sel

darah merah kurang. Anak yang menderita leukemia mengalami pucat,

mudah lelah, kadang-kadang sesak nafas.

2. Suhu tubuh tinggi dan mudah infeksi. Disebabkan karena adanya

penurunan leukosit, secara otomatis akan menurunkan daya tahan tubuh

Page 21: tugas leukimia  askep.doc

karena leukosit yang berfungsi untuk mempertahankan daya tahan tubuh

tidak dapat bekerja secara optimal.

3. Perdarahan. Penurunan jumlah trombosit dalam darah (trombositopenia)

pada keadaan Leukemia dapat mengganggu proses hemostasis. Keadaan

ini dapat menyebabkan pasien mengalami epistaksis, pendarahan dari gusi,

ptechiae, dan hematom. Tanda-tanda perdarahan dapat dilihat dan dikaji

dari adanya perdarahan mukosa seperti gusi, hidung (epistaxis) atau

perdarahan bawah kulit yang sering disebut petekia. Perdarahan ini dapat

terjadi secara spontan atau karena trauma. Apabila kadar trombosit sangat

rendah, perdarahan dapat terjadi secara spontan.

4. Penurunan kesadaran. Disebabkan karena adanya infiltrasi sel-sel

abnormal ke otak dapat menyebabkan berbagai gangguan seperti kejang

sampai koma.

5. Kelemahan dan kelelahan fisik. Jika leukosit yang abnormal menekan sel-

sel darah merah, maka anemia dapat terjadi. Kelelahan merupakan akibat

dari kedaan anemia tersebut. Proses terapi Leukemia juga dapat

meyebabkan penurunan jumlah sel darah merah.

6. Rasa sakit (pain). Rasa sakit pada leukemia dapat timbul dari tulang atau

sendi. Keadaan ini disebabkan oleh ekspansi sum-sum tulang dengan

leukosit abnormal yang berkembang pesat.

7. Pembesaran Limpa (splenomegali). Kelebihan sel-sel darah yang

diproduksi saat keadaan leukemia sebagian berakumulasi di limpa. Hal ini

menyebabkan limpa bertambah besar, bahkan beresiko untuk pecah.

8. Stroke atau clotting yang berlebihan (excess clotting). Beberapa pasien

dengan kasus leukemia memproduksi trombosit secara berlebihan. Jika

tidak dikendalikan, kadar trombosit yang berlebihan dalam darah

(trombositosis) dapat menyebabkan clot yang abnormal dan

mengakibatkan stroke.

Page 22: tugas leukimia  askep.doc

9. Infeksi. Leukosit yang diproduksi saat keadaan leukemia adalah abnormal,

tidak menjalankan fungsi imun yang seharusnya. Hal ini menyebabkan

pasien menjadi lebih rentan terhadap infeksi. Selain itu pengobatan

leukemia juga dapat menurunkan kadar leukosit hingga terlalu rendah,

sehingga sistem imun tidak efektif.

10. Kematian

2.9 Patofisiologi Leukimia

Penyakit leukimia belum diketahui secara pasti penyebabnya, namun para

ahli menyebutkan adanya paparan radiasi menyebabkan perubahan kromosom

yang dapat menambahkan atau menghilangkan kromosom. Hal itu menyebabkan

dua atau lebih kromosom mengubah bahan genetik sehingga perkembangan gen

berubah dan terjadi poliferasi sel yang abnormal. Serangan mikroorganisme juga

bisa memicu leukosit meningkat sehingga respon terhadap terjadinya infeksi

menyebabkan neutrofil memasuki daerah infeksi. Sum-sum tulang melepaskan

sumber cadangannya dan terjadi peningkatan granulopoiesis yang menyebabkan

bentuk neutrofil yang immatur dan peningkatan leukosit. Oleh hal tersebut, bisa

terjadi leukimia.

Leukimia menyebabkan penggantian sel pada sum-sum tulang oleh sel

leukemik. Menyebabkan gangguan produksi sel darah merah dan terjadinya

purpura dan pendarahan. Hal tersebut menyebabkan kegagalan mekanisme

pertahanan (imun) karena penggantian sel darah putih oleh sel leukemik dan

terjadi infeksi.

Leukimia juga menyebabkan adanya tumor malignan yang menyebabkan

imaturnya sel blast. Adanya proliferasi sel blast, produksi eritrosit terganggu

sehingga akan menimbulkan anemia yang menyebabkan tubuh kekurangan O2

sehingga tubuh mengalami kelelahan. Kekurangan O2 juga menyebabkan adanya

metabolisme anaerob yang meningkatkan asam laktat sehingga menimbulkan

nyeri.

Page 23: tugas leukimia  askep.doc

2.10 WOC Leukimia

Terpapar Radiasi

Serangan mikroorganisme

Perubahan kromosom yang dapat

menambahkan atau

menghilangkan kromosom

Leukosit meningkat

Terhadap respon infeksi,

Neutrofil memasuki are infeksi

Dua atau lebih kromosom

mengubah bahan genetik

Sum-sum tulang melepaskan sumber

cadangannya

Perkembangan

gen berubahPeningkatan granulopoiesis

Terjadi poliferasi

sel abnormal

Bentuk Neutrofil immatur

Peningkatan leukosit

Leukimia

Penggantian sel pada sum-sum

tulang oleh sel leukemikAdanya tumor malignan

Page 24: tugas leukimia  askep.doc

2.11 Pemeriksaan Diagnostik

Menurut Ngastiyah, (1987) pemeriksaan yang dilakukan pada penderita

leukemia adalah sebagai berikut :

1. Pemeriksaan Laboratorium

a. Darah Tepi

Menyebabkan gangguan

produksi sel darah merah

Immaturnya sel blast

Adanya poliferasi sel blastTerjadinya purpura

Gangguan produksi sel darah merahResiko perdarahan

Kegagalan mekanisme pertahanan

(imun) karena penggantian sel darah

putih oleh sel leukemik

Anemia

Kekurangan O2

Resiko infeksi KelelahanMetabolisme Anaerob

Intoleransi AktivitasAsam Laktat meningkat

Nyeri

Page 25: tugas leukimia  askep.doc

Gejala yang terlihat pada darah tepi berdasarkan pada kelainan sum-sum

tulang yaitu adanya pansitupenia, lifositosis yang terkadang menyebabkan

gambaran darah tepi terdapat sel blas yang merupakan gejala patonomenik untuk

leukemia.

b. Kimia Darah

Dari hasil pemeriksaan kimia darah biasanya terdapat kolesterol rendah,

asam urat dapat meningkat dan hipogamaglobinemia.

c. Sum-sum Tulang

Dari pemeriksaan sum-sum tulang dapat ditemukan gambaran yang hanya

terdiri dari sel limfopeutik patologis. Pada LMA selain gambaran tersebut terdapat

pula adanya liatus leukemia yaitu keadaan yang diperlihatkan sel blas (mie blas),

beberapa sel tua (segment) dan sangat kurang bentuk pemotongan sel yang berada

diantaranya (promielost, mielosil, metamielosit dan sel batang).

2. Biopsi Limpa

Dari hasil pemeriksaan ini akan terlihat proliferasi sel leukemia dan sel yang

berasal dari jaringan limpa yang terdesak seperti : limposit normal, RES,

Granulosit, pulp cell.

3. Cairan Serebropinalis

Leukemia Meningeal terjadi jika terdapat peninggian jumlah sel patologis dan

protein.

4. Sistogenik

Dari pemeriksaan sistogenik 70 – 90 % dari kasus leukemia menunjukkan

adanya kelainan kromosom yaitu pada kromosom 21.

Pemeriksaan pada penderita leukemia menurut Betz, Cecily L (2002), yaitu :

1) Hitung darah lengkap complete blood cell (CBC). CBC kurang dari

10.000/mm3 saat didiagnosis memiliki memiliki prognosis paling baik;

Page 26: tugas leukimia  askep.doc

jumlah lekosit lebih dari 50.000/mm3 adalah tanda prognosis kurang baik,

hitung darah lengkap biasanya juga menunjukkan normositik, anemia

normositik.

2) Hemoglobulin : dapat kurang dari 10 gr/100ml

3) Retikulosit : jumlah biasaya rendah

4) Trombosit : sangat rendah (< 50000/mm)

5)  LDH : mungkin meningkat

6)  Asam urat serum : mungkin meningkat

7) Muramidase serum : pengikatan pada leukemia monositik akut dan

mielomonositik

8) Zink serum : menurun

Foto dada dan biopsi nodus limfe :

a. Pungsi lumbal untuk mengkaji keterlibatan susunan saraf pusat

b. Foto toraks untuk mendeteksi keterlibatan mediastinum.

c. Aspirasi sumsum tulang. Ditemukannya 25% sel blas memperkuat diagnosis.

d. Pemindaian tulang atau survei kerangka untuk mengkaji keterlibatan tulang.

e. Pemindaian ginjal, hati, limpa untuk mengkaji infiltrat leukemik.

f. Jumlah trombosit menunjukkan kapasitas pembekuan.

2.12 Penatalaksanaan Medis

1. Pelaksanaan kemoterapi. Terdapat tiga fase pelaksanaan kemoterapi :

a. Fase induksi. Dimulasi 4-6 minggu setelah diagnosa ditegakkan. Pada

fase ini diberikan terapi kortikostreroid (prednison), vincristin dan L-

asparaginase. Fase induksi dinyatakan behasil jika tanda-tanda

penyakit berkurang atau tidak ada dan dalam sumsum tulang

ditemukan jumlah sel muda kurang dari 5%.

Page 27: tugas leukimia  askep.doc

b. Fase Profilaksis Sistem saraf pusat. Pada fase ini diberikan terapi

methotrexate, cytarabine dan hydrocotison melaui intrathecal untuk

mencegah invsi sel leukemia ke otak. Terapi irradiasi kranial dilakukan

hanya pada pasien leukemia yang mengalami gangguan sistem saraf

pusat.

c. Konsolidasi. Pada fase ini kombinasi pengobatan dilakukan untuk

mempertahankan remisis dan mengurangi jumlah sel-sel leukemia

yang beredar dalam tubuh. Secara berkala, mingguan atau bulanan

dilakukan pemeriksaan darah lengkap untuk menilai respon sumsum

tulang terhadap pengobatan. Jika terjadi supresi sumsum tulang, maka

pengobatan dihentikan sementara atau dosis obat dikurangi.

2. Program terapi. Pengobatan terutama ditunjukkan untuk 2 hal (Netty

Tejawinata, 1996) yaitu:

a. Memperbaiki keadaan umum dengan tindakan : Tranfusi sel darah

merah padat (Pocket Red Cell-PRC) untuk mengatasi anemi. Apabila

terjadi perdarahan hebat dan jumlah trombosit kurang dari

10.000/mm³, maka diperlukan transfusi trombosit; pemberian

antibiotik profilaksis untuk mencegah infeksi.

3. Pengobatan spesifik. Terutama ditunjukkan untuk mengatasi sel-sel yang

abnormal. Pelaksanaannya tergantung pada kebijaksanaan masing-masing

rumah sakit, tetapi prinsip dasar pelaksanaannya adalah sebagai berikut:

a. Induksi untuk mencapai remisi: obat yang diberikan untuk mengatasi

kanker sering disebut sitostatika (kemoterapi). Obat diberikan secara

kombinasi dengan maksud untuk mengurangi sel-sel blastosit sampai

5% baik secara sistemik maupun intratekal sehingga dapat mengurangi

gejala-gajala yang tampak.

b. Intensifikasi, yaitu pengobatan secara intensif agar sel-sel yang tersisa

tidak memperbanyak diri lagi.

Page 28: tugas leukimia  askep.doc

4. Pengobatan imunologik. Bertujuan untuk menghilangkan sel leukemia

yang ada di dalam tubuh agar pasien dapat sembuh sempurna. Pengobatan

seluruhnya dihentikan setelah 3 tahun remisi terus menerus.

5. Penggunaan obat tradisional yaitu perpaduan antara buah mahkota dewa,

sambiloto, daun pegagan dan buah mengkudu.

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN LEUKIMIA

Page 29: tugas leukimia  askep.doc

3.1 Pengkajian

a. Data biografi pasien

Leukemia banyak menyerang laki-laki dari pada wanita dan menyerang

pada usia lebih dari 20 tahun khususnya pada orang dewasa.

b. Riwayat Kesehatan

1. Riwayat Kesehatan Sekarang

Riwayat kesehatan sekarang pada penyakit leukemia klien biasanya lemah,

lelah, wajah terlihat pucat, sakit kepala, anoreksia, muntah, sesak, nafas cepat.

2. Riwayat Kesehatan Dahulu

Pada riwayat kesehatan dahulu pada klien dengan leukemia, kaji adanya

tanda-tanda anemia yaitu pucat, kelemahan, sesak, nafas cepat. Adanya tanda-

tanda leucopenia yaitu demam dan adanya infeksi. Kaji adanya tanda-tanda

trombositopenia yaitu ptechiae, purpura, perdarahan membran mukosa. Kaji

adanya tanda-tanda invasi ekstra medulola yaitu limfadenopati, hepatomegali,

splenomegali. Kaji adanya pembesaran testis. Kaji adanya hematuria, hipertensi,

gagal ginjal, inflamasi disekitar rectal, nyeri ( Lawrence, 2003).

3. Riwayat Kesehatan Keluarga

Dari riwayat kesehatan keluarga, adanya keluarga yang mengalami

gangguan hematologis serta adanya faktor herediter misal kembar monozigot.

c. Pemerikasaan Fisik

1. Keadaan Umum

Keadaan umum pada penderita leukemia tampak lemah, kesadaran bersifat

composmentis selama belum terjadi komplikasi.

2. Tanda-Tanda Vital

Tekanan darah : tidak normal (TD normal 120/80 mmHg)

Nadi : takikardi

Suhu : meningkat jika terjadi infeksi

Page 30: tugas leukimia  askep.doc

RR : Dispneu, takhipneu

3. Pemeriksaan fisik head to toe

a. Pemeriksaan kepala

Bentuk : perhatikan bentuk kepala apakah simetris atau tidak. Biasanya

pada penderita leukemia betuk kepala simetris.

Rambut: perhatikan keadaan rambut mudah dicabut atau tidak,warna,

hygiene

Nyeri tekan: palpasi nyeri tekan, ada atau tidak. Biasanya pada

penderita tidak ada nyeri tekan.

b. Pemeriksaan mata

Palpebra: perhatikan kesimetrisan kiri dan kanan

Konjungtiva : anemis atau tidak. Pada penderita leukemia akan

ditemukan konjungtiva yang anemis.

Sclera : ikterik atau tidak. Sclera penderita leukemia akan terlihat

tidak ikterik.

c. Pemeriksaan hidung

Inskpeksi kesimetrisan bentuk hidung, mukosa hidung, palpasi adanya

polip. Penderita leukemia memiliki pemeriksaan hidung yang normal.

d. Pemeriksaan mulut

Inspeksi apakah terdapat peradangan (infeksi oleh jamur atau bakteri ),

perdarahan gusi. Biasa papa penderita leukemia, ditemukan bibir

pucat, sudut-sudut bibir pecah-pecah.

e. Pemeriksaan telinga

Inspeksi simetris kiri dan kanan, sirumen. Palpasi nyeri tekan. Periksa

fungsi pendengaran dan keseimbangan. Pada penderita leukemia

biasanya tidak ditemukan kelainan dan bersifat normal.

f. Pemeriksaan leher

Inspeksi dan palpasi adanya pembesaran getah bening kelenjer tiroid,

JVP, normalnya 5-2. Penderita leukemia tidak mengalami pembesaran

kelenjer tiroid.

g. Pemeriksaan thorak

Jantung

Page 31: tugas leukimia  askep.doc

Inspeksi : iktus terlihat atau tidak, inspeksi kesimetrisan. Pada

penderita leukemia, iktus terlihat

Palpasi : raba iktus kordis. Normalnya, iktus teraba.

Perkusi : tentukan batas jantung.

Auskultasi : terdengar bunyi jantung 1 dan 2, normal.

Paru- paru

Inspeksi : kesimetrisan kiri dan kanan saat inspirasi dan ekspirasi,

biasanya normal.

Palpasi : simetris kiri dan kanan.

Perkusi : adanya suara napas tambahan

Auskultasi : biasanya bunyi nafas vesikuler.

h. Pemeriksaan abdomen

Inspeksi : apakah dinding abdomen mengalami memar, bekas operasi,

dsb.

Auskultasi : bising usus normal

Palpasi : palpasi apakah ada nyeri tekan, hepar teraba atau tidak.

Biasaya terdapat nyeri tekan, dan hepar akan teraba.

Perkusi : lakukan perkusi, biasa didapat bunyi tympani untuk semua

daerah abdomen

i. Pemeriksaan Ekstremitas

inspeksi kesemetrisan, palpasi adanya nyeri tekan pada ekstremitas

atas dan bawah. Biasanya pada penderita leukemia akan mengalami

nyeri pada tulang dan persendian.

d. Pemeriksaan Penunjang

Hitung darah lengkap complete blood cell (CBC). Anak dengan CBC

kurang dari 10.000/mm3 saat didiagnosis memiliki memiliki prognosis paling baik;

jumlah lekosit lebih dari 50.000/mm3 adalah tanda prognosis kurang baik pada

anak sembarang umur, hitung darah lengkap biasanya juga menunjukkan

normositik, anemia normositik. Hemoglobulin : dapat kurang dari 10 gr/100ml.

Trombosit : sangat rendah (< 50000/mm)

Page 32: tugas leukimia  askep.doc

3.2 Diagnosa Keperawatan

1. Resiko Infeksi berhubungan dengan penurunan sistem kekebalan tubuh

2. Resiko perdarahan berhubungan dengan trombositopenia

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum (anemia)

4. Nyeri berhubungan dengan agen cedera biologis (efek fisiologis dari

leukemia)

3.3 Rencana Keperawatan

Perumusan NANDA, NOC, NIC

No. Diagnosa (NANDA) Kriteria Hasil (NOC) Intervensi (NIC)

1.        Resiko infeksi b.d

penurunan sistem

kekebalan tubuh

Status imun

Klien diharapkan

mampu:

1. Tidak adanya infeksi

berulang

2. Tidak adanya tumor

3. Status pencernaan

dari skala yang

diharapkan

4. Status pernapasan

dari skala yang

diharapkan

5. Berat badan dalam

batas normal

6. Suhu tubuh normal

7. Tidak adanya

kelelahan secara

terus menerus

Manajemen lingkungan

Intervensi yang dilakukan :

1. Ciptakan lingkungan

yang aman untuk

pasien.

2. Identifikasi

kebutuhan keamanan

pasien, berdasarkan

tingkat fisik, dan

fungsi kognitif dan

pengalaman masa

lalu.

3. Hindari lingkungan

yang berbahaya (ex :

permadani lepas dan

kecil, perabotan

rumah yang dapat

Page 33: tugas leukimia  askep.doc

8. Jumlah sel darah

putih dalam batas

normal

Status nitrusi

Klien diharapkan

mampu menormalkan:

Pemasukan nutrisi

         Pemasukan

makanan dan cairan

         Energi

         Masa tubuh

         Berat badan

dipindah-pindahkan).

4. Hindari objek yang

berbahaya dari

lingkungan.

5. Usaha perlindungan

dengan pinggir

jeruji/pinggir lapisan

jeruji, dengan tepat.

6. Dampingi pasien

selama aktivitas di

luar bangsal.

7. Atur tinggi

rendahnya tempat

tidur.

8. Sediakan peralatan

yang adaptif (ex :

tangga yang dapat

disandarkan dan

susuran tangan),

dengan tepat.

9. Tempatkan furniture

dalam ruangan

dengan susunan yang

tepat.

10. Sediakan tabung

panjang untuk

membuat gerakan

lebih leluasa..

Page 34: tugas leukimia  askep.doc

Manajemen nutrisi

Intervensi yang dilakukan :

1. Tanyakan apakah

pasien mempunyai

alergi terhadap

makanan.

2. Pastikan makanan

kesukaan pasien.

3. Dorong kenaikan

pemasukan zat besi

makanan, dengan

tepat.

4. Dorong kenaikan

pemasukan protein,

zat besi, vitamin C,

dengan tepat.

5. Berikan pasien

dengan protein

tinggi, kalori tinggi,

nutrisi makanan

cemilan dan

minuman itu bisa

dengan mudah

mengonsumsi

denagn tepat.

6. Ajarkan pasien

bagaimana

menafkahkan buku

harian makanan,

Page 35: tugas leukimia  askep.doc

sesuai dengan

kebutuhan.

7. Kontrol catatan

pemasukan untuk

kandungan nutrisi

dan kalori.

2.        Resiko perdarahan b.d

trombositopenia

Pembekuan darah

Klien diharapkan

mampu menormalkan :

1. Gumpalan

pembentukan

2. Waktu

protrombin

3. Hb

4. Perdarahan

5. Memar

Pencegahan perdarahan

Intervensi yang dilakukan :

1. Monitor

kemungkinan

terjadinya

perdarahan pada

pasien

2. Catat kadar HB dan

Ht setelah pasien

mengalami

kehilangan banyak

darah

3. Pantau gejala dan

tanda timbulnya

perdarahan yang

berkelanjutan 9cek

sekresi pasien baik

yang terlihat maupun

yang tidak disadari

perawat)

4. Pantau factor

koagulasi, termasuk

protrombin (Pt),

Page 36: tugas leukimia  askep.doc

waktu paruh

tromboplastin (PTT),

fibrinogen, degradasi

fibrin, dan kadar

platelet dalam darah)

5. Pantau tanda-tanda

vital, osmotic,

termasuk TD

6. Atur pasien agar

pasien tetap bed rest

juka masih ada

indikasi pendarahan

7. Atur kepatenan/

kualitas produk / alat

yang berhubungan

dengan perdarahan

8. Lindungai pasien

dari hal-hal yang

menimbulkan trauma

dan bias

menimbulkan

perdarahan

9. Jangan lakukan

injeksi

3.        Intoleransi aktivitas

b.d kelemahan umum

(anemia)

Toleransi aktivitas

Klien diharapkan

mampu untuk

Terapi aktivitas

Intervensi yang dilakukan:

a. Kolaborasi

Page 37: tugas leukimia  askep.doc

menormalkan

1. Saturasi oksigen

ketika

beraktivitas

2. Denyut nadi

ketika

beraktivitas

3. Laju pernapasan

ketika

beraktivitas

4. Tekanan darah

sistolik

5. Tekanan darah

diastolic

Daya tahan

Klien diharapkan

mampu untuk

menormalkan:

     Kinerja dari rutinitas

         Aktivitas

         Konsentrasi

         Kepulihan energy

setelah beraktivitas

         Tingkat oksigen

darah

dengan terapis

dalam

merncanakan dan

memonitor

program aktivitas

b. Tingkatkan

komitmen pasien

dalam

beraktivitas

c. Bantu

mengekplorasi

aktivitas yang

bemanfaat bagi

pasien

d. Bantu

mengidentifikasi

sumberdaya yang

dimiliki dalam

beraktivitas

e. Bantu

pasien/keluarga

dalam

beradaptasi

dengan

lingkungan

Manajemen energy

Intervensi yang dilakukan

a. Tentukan

pembatasan

aktivitas fisik

Page 38: tugas leukimia  askep.doc

pasien

b. Jelaskan tanda

yang

menyebabkan

kelemahan

c. Jelaskan

penyebab

kelemahan

d. Jelaskan apa dan

bagaimana

aktivitas yang

dibutuhkan untuk

membangun

energi

e. Monitor intake

nutrisi yang

adekuat

     

4.        Nyeri b.d agen cedera

biologis (efek

fisiologis dari

leukemia)

Tingkat Kecemasan

Klien diharapkan

mampu untuk :

1. Menghindari

perasaan

gelisah.

2. Menghindari

serangan panik

3. Menghindari

Rasa cemas

yang berlebihan 

4. Mengontrol

peningkatan

Mengurangi rasa cemas:

Intervensi yang dilakukan:

a. Tenangkan klien

dan melakukan

pendekatan.

b. Kaji perspektif

situasi stress

klien.

c. Berikan

informasi faktual

mengenai

diagnosis, terapi,

Page 39: tugas leukimia  askep.doc

denyut nadi.

5. Mengontrol

peningkatan

jumlah

pernafasan.

Tingkatan nyeri

Klien diharapkan

mampu untuk:

         Mengendalikan rasa

nyeri.

         Mengontrol diri

dari kehilangan nafsu

makan.

dan prognosis.

d. Bantu pasien

untuk untuk

meminimalisir

rasa cemas yang

timbul.

e. Kaji tanda-tanda

kecemasan baik

secara verbal

maupun non

verbal.

Menajemen nyeri

Intervensi yang dilakukan:

a. Ajarkan klien

tentang

bagaimana cara

mengontrol rasa

nyeri.

b. Ajarkan klien

teknik-teknik

relaksasi.

c. Ajarkan klien

bagaimana cara

menghindari diri

dari rasa cemas.

teknik-teknik

relaksasi.

d. Ajarkan klien

bagaimana cara

menghindari diri

Page 40: tugas leukimia  askep.doc

dari rasa cemas.

BAB IV

APLIKASI KASUS

4.1 Kasus

Page 41: tugas leukimia  askep.doc

Tn. Y datang ke Rumah Sakit Islam Tanggal 11 November dengan

keluhan utama nyeri tulang dan mengaku sering pingsan selama seminggu

terakhir. Setelah dilakukan pemeriksaan laboratorium didapat Hb 8 gr/dl,

trombosit 11.000 /mm3 , leukosit 8.000 / mm3. Setelah 3 hari dirawat klien belum

menunjukkan tanda-tanda semakin membaik, malah klien semakin sering pingsan.

4.2 Data Klinis

Nama : Tn. Y

Umur : 35 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : Karyawan swasta

Alamat : Rahasia

Status perkawinan : Menikah

Agama : Islam

TB : 181 cm

BB : 50 Kg

Datang ke RS : 11 November 2014

Ruang : UGD

No. Registrasi : 804548

Alasan masuk rumah sakit : Tn. Y masuk Rumah Sakit Islam dengan keluhan

utama nyeri tulang dan sering pingsan seminggu terakhir.

4.3 Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian Keperawatan

a. Riwayat kesehatan

Page 42: tugas leukimia  askep.doc

Riwayat kesehatan sekarang

Tn. Y masuk Rumah Sakit Islam dengan keluhan utama nyeri tulang dan

sering pingsan seminggu terakhir. TTV Tn. Y : RR= 24 x/menit, Nadi = 70

x/menit, suhu = 370 C, TD = 90/60 mmHg. Saat pengkajian klien mengaku, nafsu

makannya menurun dan merasa nyeri tulang. Klien juga mengaku sering pingsan

selama seminggu terakhir.

Riwayat kesehatan dahulu

Sebelumnya, Tn. Y pernah dirawat dengan diagnosa anemia. Klien sering

merasa lemas dan lesu disaat bekerja dan sering pingsan saat bekerja.

Riwayat kesehatan keluarga

Dari riwayat kesehatan sebelumnya, Keluarga Tn. Y tidak ada yang

menderita penyakit yang sama dengan klien.

b. Pemeriksaan Fisik

Vital sign

TB : 181 cm

BB : 50 kg

RR : 24x/menit

TD : 90/60 mmHg

Nadi : 70 x/menit

Suhu : 370 C

Pemeriksaan kepala

Inspeksi :

Bentuk : simetris

Rambut: warna rambut hitam dan beruban, tidak ada ketombe

Palpasi: tidak terdapat benjolan, dan nyeri tekan

Pemeriksaan mata

Inspeksi

Konjungtiva : anemis

Sclera : tidak ikterus

Page 43: tugas leukimia  askep.doc

Pemeriksaan hidung

Inskpeksi: bentuk hidung simetris, tidak ada polip maupun peradangan,

tidak ada sekret.

Palpasi :ntidak terdapat nyeri tekan.

Pemeriksaan mulut

Inspeksi : bibir pucat, sudut bibir pecah-pecah, gusi berdarah.

Pemeriksaan telinga

Inspeksi : simetris kiri dan kanan

Palpasi : tidak ada nyeri tekan. Fungsi pendengaran normal.

Pemeriksaan leher

Inspeksi : tidak ada pembesaran getah bening

Palpasi : tidak ada pembesaran getah bening kelenjer tiroid

Pemeriksaan thorak

Jantung

Inspeksi : iktus terlihat

Palpasi : iktus teraba.

Perkusi : redup

Auskultasi : terdengar bunyi jantung 1 dan 2 normal.

Paru- paru

Inspeksi : simetris kiri dan kanan saat inspirasi dan ekspirasi

Palpasi : vokal femoris teraba, simetris kiri dan kanan.

Perkusi : sonor

Auskultasi : bunyi nafas vesikuler.

Pemeriksaan abdomen

Inspeksi : tidak terdapat lesi, tidak ada luka bekas operasi.

Auskultasi : bising usus normal 15 x / menit.

Palpasi : Terdapat nyeri tekan

Page 44: tugas leukimia  askep.doc

Perkusi : bunyi tympani untuk semua daerah abdomen

Pemeriksaan Ekstremitas

Ekstremitas atas: tangan kanan terpasang infus, pergerakan lemah.

Terdapat memar dan bercak-bercak hitam di tangan kiri.

Ekstremitas bawah : pergerakan lemah

Nyeri di persendian dan tulang.

Pemeriksaan Labor

Hemoglobin : 8 gram / dl (rendah)

Leukosit : 8.000 / mm3 (normal)

Trombosit : 11.000 / mm3 (rendah)

2. Analisis Data

No. Data Diagnosa

1. DS :

1. Klien mengatakan lemah

2. Klien mengatakan aktivitasnya

menurun

3. Klien mengatakan sering pingsan

   DO

         Hb : 8 gr/dl

         Trombosit : 11.000/mm3

         RR : 26 x / menit

         TD : 90/60 mmHg

         Suhu : 37 0C

         Bibir klien tampak pucat

         Wajah klien tampak pucat

         Konjungtiva anemis

Intoleransi aktivitas b.d

kelemahan umum (anemia)

Page 45: tugas leukimia  askep.doc

2. DS :

1. Klien mengatakan menstruasinya

tidak teratur

2. Klien mengaku mudah memar saat

trauma

DO :

         Trombosit : 11.000/mm3

          Hb : 8 gr/dl

         Terdapat memar dan bercak-bercak

hitam di tangan kiri.

Resiko perdarahan b.d

trombositopenia

3. DS:

1. Klien mengatakan nyeri tulang

DO :

         TD : 90/60 mmHg

         Nadi : 100x/menit

         Suhu : 37 0C

         RR : 26 x / menit

         BB : 45 Kg

         TB : 160 cm

       Adanya nyeri tekan pada persendian

Nyeri berhubungan dengan

agen cedera biologis (efek

fisiologis dari leukemia)

c. Perumusan NANDA,NOC,NIC sesuai kasus

No. NANDA NOC NIC

1. Intoleransi

aktivitas b.d

kelemahan umum

Setelah dilakukan

tindakan

keperawatan selama

a. Kolaborasi dengan

terapis dalam

merncanakan dan

Page 46: tugas leukimia  askep.doc

(anemia) 3x24 jam, klien

diharapkan mampu

untuk menormalkan:

         Kepulihan

energy setelah

beraktivitas

        

memonitor program

aktivitas

b. Monitor respon

emosional, fisik,

sosial dan spiritual

c. Tentukan

pembatasan aktivitas

fisik pasien

d. Jelaskan tanda yang

menyebabkan

kelemahan       

2. Resiko

perdarahan b.d

trombositopenia

Setelah dilakukan

tindakan

keperawatan selama

3x24 jam, klien

diharapkan mampu

untuk menormalkan:

Gumpalan

pembentukan :

Hb

Perdarahan

        

1. Monitor kemungkinan

terjadinya perdarahan

pada pasien

2. Catat kadar HB dan Ht

setelah pasien mengalami

kehilangan banyak darah

3. Pantau gejala dan tanda

timbulnya perdarahan

yang berkelanjutan 9cek

sekresi pasien baik yang

terlihat maupun yang

tidak disadari perawat)

4. Pantau factor koagulasi,

termasuk protrombin (Pt),

waktu paruh

tromboplastin (PTT),

fibrinogen, degradasi

fibrin, dan kadar platelet

dalam darah)

Page 47: tugas leukimia  askep.doc

        

3. Nyeri

berhubungan

dengan agen

cedera biologis

(efek fisiologis

dari leukemia)

Setelah dilakukan

tindakan

keperawatan selama

3x24 jam, klien

diharapkan mampu

untuk :

         Mengendalikan

rasa nyeri.

1. Ajarkan klien tentang

bagaimana cara

mengontrol rasa nyeri.

2. Ajarkan klien teknik-

teknik relaksasi.

3. Ajarkan klien bagaimana

cara menghindari diri

dari rasa cemas. teknik-

teknik relaksasi.

4. Ajarkan klien bagaimana

cara menghindari diri

dari rasa cemas.

Page 48: tugas leukimia  askep.doc

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Leukimia adalah keganasan pada organ pembuat sel darah, berupa

proliferasi patologis sel hemapoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan

sum-sum tulang dalam membentuk sel darah normal dan disertai infiltrasi ke

organ-organ lain. Etiologi dari leukemia belum diketahui secara pasti, namun ada

beberapa factor predisposisi penyabab dari leukemia, diantaranya : sel darah

putih yang kemungkinan berproliferasi secara tidak terkendali sebagai penyebab

tersering, kemudian karena radiasi, zat kimia, gangguan imunologik, virus dan

factor genetik.

5.2 Saran

1. Perawat disarankan untuk memberi dukungan kepada pasien agar

semangat menjalani hidup

2. Perawat disarankan untuk memberikan usaha maksimal untuk

mempertahankan hidup pasien, dan menganjurkan pasien maupun

keluarga untuk tidak putus asa terhadap kemungkinan buruk yang akan

terjadi, serta menganjurkan pasien untuk selalu mengikuti terapi yang

dianjurkan.

Page 49: tugas leukimia  askep.doc

3. Perawat juga harus memperhatikan personal hygiene pasien untuk

mengurangi dampak bertambah parahnya penyakit leukemia pasien.

DAFTAR PUSTAKA

Price, Sylvia A. 2002. Patofisiologi: Konsep klinis Proses-proses penyakit.

Jakarta: EGC

Brunner & Suddarth. Keperawatan Medikal Bedah Volume 2 ed.8. Jakarta: EGC

Taylor, Cynthia M. 2003. Diagnosis Keperawatan dengan Rencana Asuhan edisi

10. Jakarta: EGC.