teori HNP

32
TINJAUAN PUSTAKA HNP (HERNIA NUKLEUS PULPOSUS) A. Definisi Hernia nukleus pulposus adalah suatu kondisi dimana menonjolnya sebagian atau seluruh bagian dari sentral nukleus pulposus kedalam kanalis vertebralis akibat degenerasi dari anulus fibrosus korpus intervertebralis, yang menyebabkan sakit punggung dan kaki akibat iritasi akar saraf tersebut. Nama lainnya yaitu: Lumbar radiculopathy, radiculopathy cervical, herniated intervertebral disk, intervertebral prolapsed disk, slipped disk, kerusakan saraf. B. Etiologi Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya HNP adalah aliran darah ke diskus berkurang, beban berat, dan ligamentum longitudinalis posterior menyempit. Jika beban pada diskus bertambah, annulus fibrosus tidak lagi kuat untuk menahan nukleus pulposus dari keluar ke kanalis vertebralis yang akhirnya menekan radiks sehingga timbul rasa nyeri. C. Anatomi Columna vertebralis adalah struktur tulang yang kompleks dan fleksibel yang merupakan pilar utama tubuh dan dibentuk oleh tulang-tulang tidak

description

HNP

Transcript of teori HNP

Page 1: teori HNP

TINJAUAN PUSTAKA

HNP (HERNIA NUKLEUS PULPOSUS)

A. Definisi

Hernia nukleus pulposus adalah suatu kondisi dimana menonjolnya

sebagian atau seluruh bagian dari sentral nukleus pulposus kedalam

kanalis vertebralis akibat degenerasi dari anulus fibrosus korpus

intervertebralis, yang menyebabkan sakit punggung dan kaki akibat iritasi

akar saraf tersebut. Nama lainnya yaitu: Lumbar radiculopathy,

radiculopathy cervical, herniated intervertebral disk, intervertebral

prolapsed disk, slipped disk, kerusakan saraf.

B. Etiologi

Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya HNP adalah aliran

darah ke diskus berkurang, beban berat, dan ligamentum longitudinalis

posterior menyempit. Jika beban pada diskus bertambah, annulus fibrosus

tidak lagi kuat untuk menahan nukleus pulposus dari keluar ke kanalis

vertebralis yang akhirnya menekan radiks sehingga timbul rasa nyeri.

C. Anatomi

Columna vertebralis adalah struktur tulang yang kompleks dan

fleksibel yang merupakan pilar utama tubuh dan dibentuk oleh tulang-

tulang tidak beraturan, disebut vertebrae. Vertebrae dikelompokkan

sebagai berikut :

Cervicales (7)

Thoracicae (12)

Lumbales (5)

Sacroles (5, menyatu membentuk sacrum)

Coccygeae (4, 3 yang bawah biasanya menyatu)

Page 2: teori HNP

Tulang vertebrae ini dihubungkan satu sama lainnya oleh

ligamentum dan tulang rawan. Bagian anterior columna vertebralis terdiri

dari corpus vertebrae yang dihubungkan satu sama lain oleh diskus

fibrokartilago yang disebut diskus invertebralis dan diperkuat oleh

ligamentum longitudinalis anterior dan ligamentum longitudinalis

posterior.

Page 3: teori HNP

Diskus invertebralis menyusun seperempat panjang columna

vertebralis. Diskus ini paling tebal di daerah cervical dan lumbal, tempat

dimana banyak terjadi gerakan columna vertebralis, dan berfungsi sebagai

sendi dan shock absorber agar columna vertebralis tidak cedera bila terjadi

trauma.

Diskus intervertebralis terdiri dari dua bagian utama : nukleus

pulposus di tengah dan annulus fibrosus disekelilingnya. Diskus

dipisahkan dari tulang yang diatas dan dibawanya oleh lempengan tulang

rawan yang tipis (hyalin cartilage plate).

Annulus fibrosus, terbagi menjadi 3 lapis:

Lapisan terluar terdiri dari lamella fibro kolagen yang berjalan

menyilang konsentris mengelilingi nukleus pulposus sehingga

bentuknya seakan-akan menyerupai gulungan (coiled spring)

Page 4: teori HNP

Lapisan dalam terdiri dari jaringan fibro kartilagenus

Daerah transisi.

Nukleus Pulposus adalah suatu gel yang viskus terdiri dari

proteoglycan (hyaluronic long chain) mengandung kadar air yang tinggi

(80%) dan mempunyai sifat sangat higroskopis. Nukleus pulposus

berfungsi sebagai bantalan dan berperan menahan tekanan atau beban.

Page 5: teori HNP

D. Patofisiologi

Protrusi atau ruptur nukleus pulposus biasanya didahului dengan

perubahan degeneratif yang terjadi pada proses penuaan. Kehilangan

protein polisakarida dalam diskus menurunkan kandungan air nukleus

pulposus. Perkembangan pecahan yang menyebar di anulus melemahkan

pertahanan pada herniasi nukleus. Setelah trauma (jatuh, kecelakaan, dan

stres minor berulang seperti mengangkat beban) kartilago dapat cedera.

Herniasi umumnya terjadi pada satu sisi dan jarang bersamaan

pada kedua sisi. Didaerah lumbal, herniasi lebih sering terjadi kearah

posterolateral dan menekan radiks saraf spinalis. Pada herniasi kearah

posterosentral, maka akan menekan medulla spinalis.

Pada umumnya HNP lumbal terjadi setelah cedera fleksi walaupun

penderita tidak menyadari adanya trauma sebelumnya. Trauma yang

terjadi dapat berupa trauma tunggal yang berat maupun akumulasi dari

trauma ringan yang berulang.

Page 6: teori HNP

Menurut gradasinya, herniasi dari nukleus pulposus dibagi atas:

1. Protruded intervertebral disc, nukleus terlihat menonjol ke satu arah

tanpa kerusakan annulus fibrosus.

2. Prolapsed intervertebral disc, nukleus berpindah tetapi masih didalam

lingkaran annulus fibrosus.

3. Extruded intervertebral disc, nukleus keluar dari annulus fibrosus dan

berada dibawah ligamentum longitudinal posterior.

4. Sequestrated intervertebral disc, nukleus telah menembus ligamentum

longitudinal posterior.

Sebagian besar HNP terjadi pada L4-L5 dan L5-S1 karena:

1. Daerah lumbal, khususnya daerah L5-S1 mempunyai tugas yang berat,

yaitu menyangga berat badan. Diperkirakan 75% berat badan disangga

oleh sendi L5-S1.

2. Mobilitas daerah lumbal terutama untuk gerak fleksi dan ekstensi

sangat tinggi. Diperkirakan hampir 57% aktivitas fleksi dan ekstensi

tubuh dilakukan pada sendi L5-S1.

Page 7: teori HNP

3. Daerah lumbal terutama L5-S1 merupakan daerah rawan karena

ligamentum longitudinal posterior hanya separuh menutupi permukaan

posterior diskus. Arah herniasi yang paling sering adalah postero

lateral.

E. Faktor Resiko

Ada beberapa faktor yang berpotensi menyebabkan HNP, dibagi

menjadi faktor resiko yang dapat dirubah (modifiable) dan tidak dapat

dirubah (unmodifiable).

Faktor resiko yang tidak dapat dirubah

1. Umur: makin bertambah umur resiko makin tinggi. Pertambahan usia

menyebabkan terjadi perubahan degeneratif yang berpengaruh pada

penurunan kemampuan menahan air yang dimiliki nukleus pulposus,

proteoglikan rusak, komponen mekanik memburuk yang akhirnya

melampaui tekanan maksimal dalam diskus sehingga mengakibatkan

penonjolan annulus.

2. Jenis kelamin: laki-laki lebih banyak dari wanita

3. Riwayat cedera punggung atau HNP sebelumnya.

Faktor resiko yang dapat dirubah

1. Pekerjaan dan aktivitas: duduk yang terlalu lama, mengangkat atau

menarik barang-barang berat, sering membungkuk atau gerakan

memutar pada punggung, latihan fisik yang berat, paparan pada vibrasi

yang konstan seperti supir.

2. Olahraga yang tidak teratur, mulai latihan setelah lama tidak berlatih,

latihan yang berat dalam jangka waktu yang lama.

3. Merokok. Nikotin dan racun-racun lain dapat mengganggu

kemampuan diskus untuk menyerap nutrien yang diperlukan dari

dalam darah.

4. Berat badan berlebihan, terutama beban ekstra di daerah perut dapat

menyebabkan strain pada punggung bawah.

Page 8: teori HNP

5. Batuk lama dan berulang

F. Diagnosis

Anamnesis

Manifestasi klinis yang timbul juga tergantung pada lokasi HNP terjadi:

1. Postero-lateral: disamping nyeri pinggang, juga akan memberikan

gejala dan tanda-tanda sesuai dengan radiks dan saraf mana yang

terkena.

2. Postero-sentral: mengakibatkan nyeri pinggang oleh karena menekan

ligamentum longitudinal yang bersifat peka nyeri. Mengingat bahwa

medulla spinalis berakhir pada vertebra L1 atau tepi atas L2, maka

HNP kearah postero-sentral vertebra L2 tidak akan melibatkan medulla

spinalis. Yang mungkin terkena adalah kauda equina, dengan gejala

dan tanda berupa rasa nyeri yang dirasakan mulai dari pinggang,

daerah perineum, tungkai sampai kaki, refleks lutut dan tumit

menghilang yang sifatnya unilateral atau asimetris.

Adanya nyeri di pinggang bagian bawah yang menjalar ke bawah

(mulai dari bokong, paha bagian belakang, dan tungkai bawah bagian

atas). Sifat nyeri disebabkan oleh HNP adalah:

1. Nyeri mulai dari bokong, menjalar ke bagian belakang lutut,

kemudian ke tungkai bawah. (sifat nyeri radikuler).

2. Nyeri semakin hebat bila penderita mengejan, batuk, mengangkat

barang berat.

3. Nyeri bertambah bila ditekan antara daerah disebelah L5 – S1

(garis antara dua krista iliaka).

4. Nyeri spontan

Sifat nyeri adalah khas, yaitu dari posisi berbaring ke duduk nyeri

bertambah hebat. Sedangkan bila berbaring nyeri berkurang atau hilang.

Page 9: teori HNP
Page 10: teori HNP

Pemeriksaan fisis

Pada posisi berdiri tampak adanya skoliosis.

Pada posisi terlentang dapat dilakukan tes provokasi sbb:

1. Tes untuk meregangkan saraf iskhiadikus.

a. Tes Laseque (straight leg raising = SLR)

Dilakukan fleksi tungkai yang sakit dalam posisi lutut

ekstensi. Tes normal bila tungkai dapat difleksikan hingga 80-

90 derajat. Tes positif bila timbul rasa nyeri di sepanjang

perjalanan saraf iskhiadikus sebelum tungkai mencapai

kecuraman 70 derajat. Tes ini terutama meregangkan saraf

spinal L5 dan S1, sedangkan yang lain kurang diregangkan.

Beberapa variasi dari tes ini adalah dorsofleksi kaki yang akan

menyebabkan nyeri bertambah (Bragard’s sign) atau

dorsofleksi ibu jari kaki (Sicard’s sign).

b. Tes Laseque menyilang / crossed straight leg raising test (Tes

O’Conell).

Tes ini sama dengan tes Laseque tetapi yang diangkat tungkai

yang sehat. Tes positif bila timbul nyeri radikuler pada tungkai

yang sehat (biasanya perlu sudut yang lebih besar untuk

menimbulkan nyeri radikuler dari tungkai yang sakit).

2. Tes untuk menaikkan tekanan intratekal.

a. Tes Naffziger

Dengan menekan kedua vena jugularis selama 2 menit atau

dengan melakukan kompresi dengan ikatan sfigmomanometer

selama 10 menit tekanan sebesar 40mmHg sampai pasien

merasakan penuh di kepala. Dengan penekanan tersebut

mengakibatkan tekanan intrakranial meningkat yang akan

diteruskan ke ruang intratekal sehingga akan memprovokasi

nyeri radikuler bila ada HNP.

Page 11: teori HNP

b. Tes Valsava

Dalam berbaring atau duduk, pasien disuruh mengejan. Nyeri

timbul ditempat lesi yang menekan radiks spinalis daerah

lumbal.

Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan radiologis

a. Foto polos vertebrae

Sebaiknya dilakukan dari 3 sudut pandang yaitu AP, lateral

dan oblique. Informasi yang diperoleh dari pemeriksaan ini adalah:

Adanya penyempitan ruang intervertebralis dapat mengindikasikan

adanya HNP.

Pada HNP dapat juga dilihat skoliosis vertebra kesisi yang sehat

dan berkurangnya lordosis lumbalis

Dapat menyingkirkan kemungkinan kelainan patologis lainnya

seperti proses metastasis, fraktur kompresi.

b. Mielografi

Mielografi adalah suatu pemeriksaan radiologis dengan

tujuan melihat struktur kanalis spinalis dengan memakai kontras.

Bahan kontras dibagi atas kontras negatif yaitu udara dimana

sekarang sudah tidak dipakai lagi dan kontras positif yang larut

dalam air (misal: Dimer-X, Amipaque, Conray 280). Adapun

prosedur mielografi adalah sbb:

Mielografi asendens:

Zat kontras disuntikkan kedalam ruang subarachnoid

melalui pungsi lumbal. Pada fluroskopi kolom zat kontras tampak

jelas karena tidak tembus oleh sinar rontgen, sehingga terlihat

radiopak. Dengan merendahkan ujung rostral kolumna vertebralis,

maka kolom zat kontras akan bergerak ke rostral. Apabila ruang

subarachnoid tersumbat oleh karena proses desak ruang ekstradural

Page 12: teori HNP

atau intradural-ekstrameduler menindih medulla spinalis, maka

kolom zat kontras terhalang (berhenti).

Mielografi desendens:

Zat kontras dimasukkan kedalam sisterna serebromedularis

melalui pungsi oksipital. Dengan fluoroskopi kolom zat kontras

diikuti pengalirannya kearah kaudal bila ujung kaudal kolumna

vertebralis direndahkan. Blok yang diperlihatkan berarti batas atas

proses desak ruang yang menghasilkan sindrom kompresi medula

spinalis. Zat kontras yang ditindihi oleh masa secara langsung atau

tak langsung memperlihatkan bentuk yang khas sesuai sifat

kompresi tersebut. Konfigurasi defek kontras memberikan

informasi mengenai lokasi proses desak ruang yang menindihi

medula spinalis. Foto-foto yang diambil dalam posisi: prone

dengan sinar AP, lateral, oblik (kalau perlu), prone dengan sinar

horizontal (kalau perlu).

Gambaran khas pada HNP adalah terlihat adanya indentasi

pada kolom zat kontras di diskus yang mengalami herniasi. HNP

yang besar dapat menyebabkan blokade total kanalis spinalis

sehingga sering dicurigai sebagai tumor. Kelainan yang ditemukan

pada mielografi yaitu HNP, tumor ekstra dan intradural, kelainan

kongenital serta arakhnoiditis.

c. Magnetic Resonance Imaging

.Keunggulan MRI adalah:

1. Sangat sensitif untuk menilai morfologi jaringan lunak

2. Mampu menghasilkan penampang dalam berbagai arah

potongan tanpa mengubah posisi pasien

3. Tidak menggunakan sinar radiasi

4. Dapat membedakan antara jaringan padat, lemak/non

lemak, cairan, umur perdarahan dan pembuluh darah

Page 13: teori HNP

5. Tidak invasive

Pada MRI, dapat terlihat gambaran bulging diskus (annulus

intak), herniasi diskus (annulus robek) dan dapat mendeteksi

dengan baik adanya kompresi akar-akar saraf atau medula spinalis

oleh fragmen diskus.

Page 14: teori HNP

2. Pemeriksaan neurofisiologi

Pemeriksaan EMG dapat membedakan lesi radiks dengan

saraf perifer atau iritasi radiks dengan kompresi radiks. Pada iritasi

radiks akan terlihat potensial yang besar dan polifasik dengan

durasi yang melebar pada otot-otot segmen yang bersangkutan.

Sedangkan pada kompresi radiks, selain temuan seperti diatas juga

terlihat adanya fibrilasi dengan atau tanpa positif sharp waves pada

otot-otot segmen yang bersangkutan atau pada otot-otot

paravertebral. Menghilangnya H-refleks pada satu sisi atau

perbedaan H-refleks >1,5 milidetik pada kedua sisi menunjukkan

adanya kompresi radiks.

3. Pemeriksaan laboratorium

Kadar kalsium, fosfat, alkali dan acid phosphatase serta

glukosa darah perlu diperiksa karena beberapa penyakit seperti

penyakit tulang metabolik, tumor metastasis pada vertebra dan

mononeuritis diabetika dapat menimbulkan gejala menyerupai

gejala HNP.

4. Pungsi lumbal

Manfaat tindakan ini tidak terlalu bermakna. Bila terjadi

blokade total maka dijumpai peningkatan kadar protein LCS dan

tes Queckenstedt positif.

G. Diagnosis Banding

Diagnosis banding untuk HNP adalah:

1. Neuropati diabetika (neuropati iskhiadikus/ femoralis)

2. Tumor daerah vertebra

3. Fraktur vertebra

4. Spondilosis

Page 15: teori HNP

5. Proses inflamasi tulang belakang di sekitar L5, S1 dan S2

misalnya; arthritis sakroiliaka atau bursitis m. piriformis.

6. “Entrapment neuritis” dari n.iskhiadikus.

7. Neuritis iskiadikus primer.

H. Penatalaksanaan

1. Terapi Konservatif

Tujuan terapi konservatif adalah mengurangi iritasi saraf, memperbaiki

kondisi fisik pasien dan melindungi serta meningkatkan fungsi tulang

punggung secara keseluruhan. Perawatan utama untuk diskus hernia

adalah diawali dengan istirahat dengan obat-obatan untuk nyeri dan

anti inflamasi, diikuti dengan terapi fisik. Dengan cara ini, lebih dari

95% penderita akan sembuh dan kembali pada aktivitas normalnya.

Beberapa persen dari penderita butuh untuk terus mendapat perawatan

lebih lanjut yang meliputi injeksi steroid atau pembedahan. Terapi

konservatif meliputi ;

Tirah baring

Tujuan tirah baring untuk mengurangi nyeri mekanik dan

tekanan intradiskal,lama yang dianjurkan adalah 2-4 hari. Tirah

baring terlalu lama akan menyebabkan otot melemah. Pasien

dilatih secara bertahap untuk kembali ke aktifitas biasa. Posisi

tirah baring yang dianjurkan adalah dengan menyandarkan

punggung,lu tu t da n punggung bawa h pada pos i s i

s e d ik i t f l ek s i . F l e ks i r i ngan da r i ve r t e b ra lumbosakral

akan memisahkan permukaan sendi dan memisahkan aproksimasi

jaringan yang meradang.

2. Medikamentosa

Analgetik dan NSAID.

Pelemas otot: digunakan untuk mengatasi spasme otot.

Page 16: teori HNP

Opi o id : t i d ak t e rbuk t i l e b ih e f ek t i f da r i a na lge t ik

b i a sa . Pe m aka ian jangka panjang dapat menyebabkan

ketergantungan.

Kortikosteroid oral: pemakaian masih menjadi kontroversi

namun dapat dipertimbangkan pada kasus HNP berat untuk

mengurangi inflamasi.

Analgetik ajuvan: dipakai pada HNP kronis

3. Terapi Fisik

Traksi pelvis

Menurut panel penelitian di Amerika dan Inggris traksi

pelvis tidak terbukti bermanfaat. Penelitian yang

membandingkan tirah baring, korset dan traksi dengan tirah baring

dan korset saja tidak menunjukkan perbedaan dalam kecepatan

penyembuhan.

Diatermi atau kompres panas/dingin

Tujuannya adalah mengatasi nyeri dengan mengatasi inflamasi dan

spasme otot. keadaan akut biasanya dapat digunakan kompres

dingin, termasuk bila terdapat edema.Untuk nyeri kronik dapat

digunakan kompres panas maupun dingin.

Korset lumbal

Korset lumbal tidak bermanfaat pada HNP akut namun

dapat digunakan untuk mencegah timbulnya eksaserbasi akut

atau nyeri HNP kronis. Sebagai penyangga korsetdapat

mengurangi beban diskus serta dapat mengurangi spasme.

Latihan

Direkomendasikan melakukan latihan dengan stres

minimal punggung seperti jalan kaki, naik sepeda atau

berenang. Latihan lain berupa kelenturan dan penguatan.

Latihan bertujuan untuk memelihara fleksibilitas

fisiologik, kekuatan otot, mobilitas sendi dan jaringan

Page 17: teori HNP

lunak. Dengan latihan dapat terjadi pemanjangan otot,

ligamen dan tendon sehingga aliran darah semakin meningkat.

Proper Body Mechanics

P as i en pe r l u mendapa t penge t ahuan m engena i s i kap

tubuh yang ba ik un tuk  mencegah terjadinya cedera

maupun nyeri. Beberapa prinsip dalam menjaga

posisipunggung adalah sebagai berikut:

o Dalam posisi duduk dan berdiri, otot perut

ditegangkan, punggung tegak danlurus. Hal ini akan

menjaga kelurusan tulang punggung.

o Ke t ika aka n tu run da r i t e mpa t t i du r pos i s i

punggung d ideka tkan ke p i ngg i r   t em pa t t i du r .

Guna kan t angan dan l engan un tuk menga ngka t

panggu l da n berubah ke posisi duduk. Pada saat akan

berdiri tumpukan tangan pada pahauntuk membantu posisi

berdiri.

o Posisi tidur gunakan tangan untuk membantu mengangkat dan

menggeser posisipanggul.

o S aa t duduk , l engan m emban t u menya ngga badan .

S aa t a kan be rd i r i badan diangkat dengan bantuan

tangan sebagai tumpuan.

o Saat mengangkat sesuatu dari lantai, posisi lutut ditekuk seperti

hendak jongkok,punggung tetap dalam keadaan lurus dengan

mengencangkan otot perut. Dengan punggung l u ru s ,

beban d i angka t de ngan ca r a me l u ruska n kak i .

Beban yang diangkat dengan tangan diletakkan sedekat

mungkin dengan dada.

o Jika hendak berubah posisi, jangan memutar badan. Kepala,

punggung dan kakiharus berubah posisi secara bersamaan.

Page 18: teori HNP

o Hindari gerakan yang memutar vertebra. Bila perlu, ganti wc

jongkok dengan wcduduk se h ingga m emudahka n

ge raka n dan t i da k mem beban i punggung s aa t

bangkit.

4. Pembedahan

Terapi bedah berguna untuk menghilangkan penekanan dan iritasi

saraf sehingga nyeri dan gangguan fungsi akan hilang.

Tindakan operatif  HNP harus berdasarkanalasan yang kuat yaitu

berupa:

Defisit neurologik memburuk.

Gangguan otonom (miksi, defekasi, seksual).

Paresis otot tungkai bawah

d.1. Disektomi : Mengangkat fragmen herniasi atau yang keluar dari

diskus intervertebral

d.2. Laminektomi : Mengangkat lamina untuk memajankan elemen

neural pada kanalis spinalis, memungkinkan ahli

bedah untuk menginspeksi kanalis spinalis,

mengidentifikasi dan mengangkat patologi dan

menghilangkan kompresi medula dan radiks.

Page 19: teori HNP

d.3. Laminotomi : Pembagian lamina vertebra.

d.4. Disektomi dengan peleburan.

Pada  discectomy,  sebagian  dari  discus  intervertebralis

diangkat  untuk mengurangi  tekanan  terhadap  nervus.

Discectomy  dilakukan untuk memindahkan bagian yang

menonjol dengan general anesthesia. Hanya sekitar 2 – 3

hari tinggal dirumah sakit. Akan diajurkan untuk berjalan

pada hari pertama setelah operasi untuk mengurangi resiko

pengumpulan darah. Untuk sembuh total memakan waktu

beberapa minggu. Jika lebih dari satu diskus yang harus

ditangani jika ada masalah lain selain herniasi  diskus.

Operasi  yang  lebih  ekstensif  mungkin  diperlukan  dan

mungkin memerlukan waktu yang lebih lama untuk sembuh

(recovery).

d.5. Microdisectomy

Pilihan  operasi  lainnya  meliputi  mikrodiskectomy,  prosedur

memindahkan fragmen of nucleated disk melalui irisan yang

sangat kecil dengan menggunakan raydan  chemonucleosis.

Chemonucleosis  meliputi  injeksi  enzim  (yang  disebut

Page 20: teori HNP

chy mopapa in ) ke da l am he r n i a s i d i s kus un t uk

me l a ru tkan s ub s t a ns i ge l a t i n ya n g menonjol.

Prosedur ini merupakan salah satu alternatif disectomy

pada kasus-kasus tertentu.

I. Prognosis (Mansjoer, Arif et all, 2007)

Sebagian besar pasien akan membaik dalam 6 minggu dengan terapi

konservatif.

Sebagian kecil berkembang menjadi kronik meskipun sudah diterapi.

Pada pasien yang dioperasi : 90% membaik terutama nyeri tungkai,

kemungkinan terjadinya kekambuhan adalah 5%.

J. Komplikasi

Komplikasi yang dapat timbul dari hernia nukleus pulposus adalah

atrofi otot-otot ekstremitas inferior. Otot-otot yang mengalami atrofi

tergantung dari radix saraf yang mengalami lesi. Lesi pada radix saraf L4

menyebabkan atrofi pada m.quadriceps femoris, lesi pada radix saraf S1

menyebabkan atrofi pada m.gastroknemius dan m.soleus. Atrofi yang

tidak mendaptkan rehabilitasi akan menyebabkan kelumpuhan ekstremitas

inferior (Sufitni, 1996).

K. Pencegahan (Yulvitrawasih, 2011)

Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah

terjadinya herniasi nucleus pulposus yaitu mengurangi aktivitas fisik yang

berat seperti mengangkat barang yang berat atau selalu membungkuk

terutama bagi orang lanjut usia.

Bila terjadi fraktur atau dislokasi harus ditangani sesegera mungkin

untuk menghindari komplikasinya terhadap diskus intervertebralis yang

pada akhirnya memperbesar kemungkinan untuk mengalami herniasi

nukleus pulposus.

Page 21: teori HNP

Cara-cara mengangkat dan mengangkut yang baik :

Beban diusahakan menekan pada otot tungkai yang kuat dan sebanyak

mungkin otot tulang belakang yang lebih lemah dibebaskan dari

pembebanan.

Momentum gerak badan dimanfaatkan untuk mengawali gerakan.

Hal-hal yang harus diperhatikan sbb :

Pegangan harus tepat.

Lengan harus berada sedekat mungkin dengan badan dan dalam posisi

lurus.

Punggung harus diluruskan.

Dagu ditarik segera setelah kepala bisa ditegakkan lagi pada permulaan

gerakan. Dengan mengangkat kepala dan sambil menarik dagu, seluruh

tubuh belakang diluar.

Mengimbangi momentum yang terjadi dalam posisi mengangkat.

Berat badan dimanfaatkan untuk menarik dan mendorong, serta gaya

untuk gerakan dan perimbangan.

Beban diusahakan berada sedekat mungkin terhadap garis vertikal yang

melalui pusat gravitasi tubuh.

Untuk menerapkan kedua prinsip kinetik itu setiap kegiatan

mengangkat dan mengangkut harus dilakukan sebagai berikut:

Posisi kaki dibuat sedemikian rupa sehingga dapat mengimbangi

momentum yang terjadi dalam posisi mengangkat.

Berat badan dimanfaatkan untuk menarik dan mendorong, serta gaya

untuk gerakan dan perimbangan.

Beban diusahakan berada sedekat mungkin terhadap geris vertikal yang

melalui pusat gravitasi tubuh.

Hal yang patut diingat untuk efisiensi kerja dan kenyamanan kerja,

yaitu hindari manusia sebagai alat utama untuk kegiatan mengangkat dan

mengangkut.

Page 22: teori HNP
Page 23: teori HNP
Page 24: teori HNP

DAFTAR PUSTAKA

1. Bose K, Lee EH. 1986. Symtomatic Treatment of Lower Back Pain.

Med. Progress; 13 (10):25-30.

2. Effendi Z & Santosa CH. 1980. Low Back Pain di Poliklinik

Rematologi RS Dr Sutomo. Surabaya: Naskah lengkap Simposium Low

Back Pain.

3. Jong, Syamsuhidayat. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.

4. Judana A & Diwirjo S. 1983. Peranan Neurologi dalam masalah Low

Back Pain. Jakarta: Simposium Nyeri Pinggang Bawah. Fakultas

Kedokteran UI.

5. Kapandji, I. A. 1990. The Physiologi of Joints; Volume three. Churchill

Livingstone, USA.

6. Kevin. 2011. Hernia Nucleus Pulposus (Saraf terjepit). Available at

http://Klinik Ortopedi Singapura.htm. diakses tanggal 25 November

2011.

7. Langran, Mike. 2006. Spinal Injuries. Available at http://www.ski-

injury.com/spinal1.htm. diakses tanggal 25 November 2011.

8. Mansjoer, Arief, dkk. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 2.

Jakarta: Penerbit FK UI.

9. Partono M. 2009. Mengenal Nyeri pinggang. available at

http://mukipartono.com/mengenalnyeri-pinggang-hnp.htm. diakses

tanggal 25 November 2011.

10. Ratihastarida. 2009. Hernia Nukleus Pulposus. Available at http://

patofisiologi-hernia-nucleus-pulposus.html. diakses tanggal 25

November 2011.

11. Sidharta Priguna. 1999. Neurologi Klinis Dasar. Edisi IV. Jakarta: PT

Dian Rakyat. 87-95.

Page 25: teori HNP

12. Snell, S.Richard. 1997. Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran;

Bagian Ketiga. Alih Bhasa Jan Tambayong. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteraan.

13. Sufitni. 1996. Diagnosis topik neurologi. Edisi 2. Jakarta : Penerbit

buku kedokteran EGC.

14. Suharso & Harsono. 1985. Epidemiologi Nyeri Pinggang Bawah di

Poliklinik Saraf RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Yogyakarta:

Simposium Nyeri Pinggang Bawah Pertemuan regional II.

15. Yulvitrawasih. 2011. Hindari HNP. available at http://rumah-sakit-

islam-cempaka-putih-Index2.php.htm. 2011. diakses tanggal 25

November 2011.