teori HNP
-
Upload
optie-ardha-phoenix -
Category
Documents
-
view
243 -
download
0
description
Transcript of teori HNP
TINJAUAN PUSTAKA
HNP (HERNIA NUKLEUS PULPOSUS)
A. Definisi
Hernia nukleus pulposus adalah suatu kondisi dimana menonjolnya
sebagian atau seluruh bagian dari sentral nukleus pulposus kedalam
kanalis vertebralis akibat degenerasi dari anulus fibrosus korpus
intervertebralis, yang menyebabkan sakit punggung dan kaki akibat iritasi
akar saraf tersebut. Nama lainnya yaitu: Lumbar radiculopathy,
radiculopathy cervical, herniated intervertebral disk, intervertebral
prolapsed disk, slipped disk, kerusakan saraf.
B. Etiologi
Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya HNP adalah aliran
darah ke diskus berkurang, beban berat, dan ligamentum longitudinalis
posterior menyempit. Jika beban pada diskus bertambah, annulus fibrosus
tidak lagi kuat untuk menahan nukleus pulposus dari keluar ke kanalis
vertebralis yang akhirnya menekan radiks sehingga timbul rasa nyeri.
C. Anatomi
Columna vertebralis adalah struktur tulang yang kompleks dan
fleksibel yang merupakan pilar utama tubuh dan dibentuk oleh tulang-
tulang tidak beraturan, disebut vertebrae. Vertebrae dikelompokkan
sebagai berikut :
Cervicales (7)
Thoracicae (12)
Lumbales (5)
Sacroles (5, menyatu membentuk sacrum)
Coccygeae (4, 3 yang bawah biasanya menyatu)
Tulang vertebrae ini dihubungkan satu sama lainnya oleh
ligamentum dan tulang rawan. Bagian anterior columna vertebralis terdiri
dari corpus vertebrae yang dihubungkan satu sama lain oleh diskus
fibrokartilago yang disebut diskus invertebralis dan diperkuat oleh
ligamentum longitudinalis anterior dan ligamentum longitudinalis
posterior.
Diskus invertebralis menyusun seperempat panjang columna
vertebralis. Diskus ini paling tebal di daerah cervical dan lumbal, tempat
dimana banyak terjadi gerakan columna vertebralis, dan berfungsi sebagai
sendi dan shock absorber agar columna vertebralis tidak cedera bila terjadi
trauma.
Diskus intervertebralis terdiri dari dua bagian utama : nukleus
pulposus di tengah dan annulus fibrosus disekelilingnya. Diskus
dipisahkan dari tulang yang diatas dan dibawanya oleh lempengan tulang
rawan yang tipis (hyalin cartilage plate).
Annulus fibrosus, terbagi menjadi 3 lapis:
Lapisan terluar terdiri dari lamella fibro kolagen yang berjalan
menyilang konsentris mengelilingi nukleus pulposus sehingga
bentuknya seakan-akan menyerupai gulungan (coiled spring)
Lapisan dalam terdiri dari jaringan fibro kartilagenus
Daerah transisi.
Nukleus Pulposus adalah suatu gel yang viskus terdiri dari
proteoglycan (hyaluronic long chain) mengandung kadar air yang tinggi
(80%) dan mempunyai sifat sangat higroskopis. Nukleus pulposus
berfungsi sebagai bantalan dan berperan menahan tekanan atau beban.
D. Patofisiologi
Protrusi atau ruptur nukleus pulposus biasanya didahului dengan
perubahan degeneratif yang terjadi pada proses penuaan. Kehilangan
protein polisakarida dalam diskus menurunkan kandungan air nukleus
pulposus. Perkembangan pecahan yang menyebar di anulus melemahkan
pertahanan pada herniasi nukleus. Setelah trauma (jatuh, kecelakaan, dan
stres minor berulang seperti mengangkat beban) kartilago dapat cedera.
Herniasi umumnya terjadi pada satu sisi dan jarang bersamaan
pada kedua sisi. Didaerah lumbal, herniasi lebih sering terjadi kearah
posterolateral dan menekan radiks saraf spinalis. Pada herniasi kearah
posterosentral, maka akan menekan medulla spinalis.
Pada umumnya HNP lumbal terjadi setelah cedera fleksi walaupun
penderita tidak menyadari adanya trauma sebelumnya. Trauma yang
terjadi dapat berupa trauma tunggal yang berat maupun akumulasi dari
trauma ringan yang berulang.
Menurut gradasinya, herniasi dari nukleus pulposus dibagi atas:
1. Protruded intervertebral disc, nukleus terlihat menonjol ke satu arah
tanpa kerusakan annulus fibrosus.
2. Prolapsed intervertebral disc, nukleus berpindah tetapi masih didalam
lingkaran annulus fibrosus.
3. Extruded intervertebral disc, nukleus keluar dari annulus fibrosus dan
berada dibawah ligamentum longitudinal posterior.
4. Sequestrated intervertebral disc, nukleus telah menembus ligamentum
longitudinal posterior.
Sebagian besar HNP terjadi pada L4-L5 dan L5-S1 karena:
1. Daerah lumbal, khususnya daerah L5-S1 mempunyai tugas yang berat,
yaitu menyangga berat badan. Diperkirakan 75% berat badan disangga
oleh sendi L5-S1.
2. Mobilitas daerah lumbal terutama untuk gerak fleksi dan ekstensi
sangat tinggi. Diperkirakan hampir 57% aktivitas fleksi dan ekstensi
tubuh dilakukan pada sendi L5-S1.
3. Daerah lumbal terutama L5-S1 merupakan daerah rawan karena
ligamentum longitudinal posterior hanya separuh menutupi permukaan
posterior diskus. Arah herniasi yang paling sering adalah postero
lateral.
E. Faktor Resiko
Ada beberapa faktor yang berpotensi menyebabkan HNP, dibagi
menjadi faktor resiko yang dapat dirubah (modifiable) dan tidak dapat
dirubah (unmodifiable).
Faktor resiko yang tidak dapat dirubah
1. Umur: makin bertambah umur resiko makin tinggi. Pertambahan usia
menyebabkan terjadi perubahan degeneratif yang berpengaruh pada
penurunan kemampuan menahan air yang dimiliki nukleus pulposus,
proteoglikan rusak, komponen mekanik memburuk yang akhirnya
melampaui tekanan maksimal dalam diskus sehingga mengakibatkan
penonjolan annulus.
2. Jenis kelamin: laki-laki lebih banyak dari wanita
3. Riwayat cedera punggung atau HNP sebelumnya.
Faktor resiko yang dapat dirubah
1. Pekerjaan dan aktivitas: duduk yang terlalu lama, mengangkat atau
menarik barang-barang berat, sering membungkuk atau gerakan
memutar pada punggung, latihan fisik yang berat, paparan pada vibrasi
yang konstan seperti supir.
2. Olahraga yang tidak teratur, mulai latihan setelah lama tidak berlatih,
latihan yang berat dalam jangka waktu yang lama.
3. Merokok. Nikotin dan racun-racun lain dapat mengganggu
kemampuan diskus untuk menyerap nutrien yang diperlukan dari
dalam darah.
4. Berat badan berlebihan, terutama beban ekstra di daerah perut dapat
menyebabkan strain pada punggung bawah.
5. Batuk lama dan berulang
F. Diagnosis
Anamnesis
Manifestasi klinis yang timbul juga tergantung pada lokasi HNP terjadi:
1. Postero-lateral: disamping nyeri pinggang, juga akan memberikan
gejala dan tanda-tanda sesuai dengan radiks dan saraf mana yang
terkena.
2. Postero-sentral: mengakibatkan nyeri pinggang oleh karena menekan
ligamentum longitudinal yang bersifat peka nyeri. Mengingat bahwa
medulla spinalis berakhir pada vertebra L1 atau tepi atas L2, maka
HNP kearah postero-sentral vertebra L2 tidak akan melibatkan medulla
spinalis. Yang mungkin terkena adalah kauda equina, dengan gejala
dan tanda berupa rasa nyeri yang dirasakan mulai dari pinggang,
daerah perineum, tungkai sampai kaki, refleks lutut dan tumit
menghilang yang sifatnya unilateral atau asimetris.
Adanya nyeri di pinggang bagian bawah yang menjalar ke bawah
(mulai dari bokong, paha bagian belakang, dan tungkai bawah bagian
atas). Sifat nyeri disebabkan oleh HNP adalah:
1. Nyeri mulai dari bokong, menjalar ke bagian belakang lutut,
kemudian ke tungkai bawah. (sifat nyeri radikuler).
2. Nyeri semakin hebat bila penderita mengejan, batuk, mengangkat
barang berat.
3. Nyeri bertambah bila ditekan antara daerah disebelah L5 – S1
(garis antara dua krista iliaka).
4. Nyeri spontan
Sifat nyeri adalah khas, yaitu dari posisi berbaring ke duduk nyeri
bertambah hebat. Sedangkan bila berbaring nyeri berkurang atau hilang.
Pemeriksaan fisis
Pada posisi berdiri tampak adanya skoliosis.
Pada posisi terlentang dapat dilakukan tes provokasi sbb:
1. Tes untuk meregangkan saraf iskhiadikus.
a. Tes Laseque (straight leg raising = SLR)
Dilakukan fleksi tungkai yang sakit dalam posisi lutut
ekstensi. Tes normal bila tungkai dapat difleksikan hingga 80-
90 derajat. Tes positif bila timbul rasa nyeri di sepanjang
perjalanan saraf iskhiadikus sebelum tungkai mencapai
kecuraman 70 derajat. Tes ini terutama meregangkan saraf
spinal L5 dan S1, sedangkan yang lain kurang diregangkan.
Beberapa variasi dari tes ini adalah dorsofleksi kaki yang akan
menyebabkan nyeri bertambah (Bragard’s sign) atau
dorsofleksi ibu jari kaki (Sicard’s sign).
b. Tes Laseque menyilang / crossed straight leg raising test (Tes
O’Conell).
Tes ini sama dengan tes Laseque tetapi yang diangkat tungkai
yang sehat. Tes positif bila timbul nyeri radikuler pada tungkai
yang sehat (biasanya perlu sudut yang lebih besar untuk
menimbulkan nyeri radikuler dari tungkai yang sakit).
2. Tes untuk menaikkan tekanan intratekal.
a. Tes Naffziger
Dengan menekan kedua vena jugularis selama 2 menit atau
dengan melakukan kompresi dengan ikatan sfigmomanometer
selama 10 menit tekanan sebesar 40mmHg sampai pasien
merasakan penuh di kepala. Dengan penekanan tersebut
mengakibatkan tekanan intrakranial meningkat yang akan
diteruskan ke ruang intratekal sehingga akan memprovokasi
nyeri radikuler bila ada HNP.
b. Tes Valsava
Dalam berbaring atau duduk, pasien disuruh mengejan. Nyeri
timbul ditempat lesi yang menekan radiks spinalis daerah
lumbal.
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan radiologis
a. Foto polos vertebrae
Sebaiknya dilakukan dari 3 sudut pandang yaitu AP, lateral
dan oblique. Informasi yang diperoleh dari pemeriksaan ini adalah:
Adanya penyempitan ruang intervertebralis dapat mengindikasikan
adanya HNP.
Pada HNP dapat juga dilihat skoliosis vertebra kesisi yang sehat
dan berkurangnya lordosis lumbalis
Dapat menyingkirkan kemungkinan kelainan patologis lainnya
seperti proses metastasis, fraktur kompresi.
b. Mielografi
Mielografi adalah suatu pemeriksaan radiologis dengan
tujuan melihat struktur kanalis spinalis dengan memakai kontras.
Bahan kontras dibagi atas kontras negatif yaitu udara dimana
sekarang sudah tidak dipakai lagi dan kontras positif yang larut
dalam air (misal: Dimer-X, Amipaque, Conray 280). Adapun
prosedur mielografi adalah sbb:
Mielografi asendens:
Zat kontras disuntikkan kedalam ruang subarachnoid
melalui pungsi lumbal. Pada fluroskopi kolom zat kontras tampak
jelas karena tidak tembus oleh sinar rontgen, sehingga terlihat
radiopak. Dengan merendahkan ujung rostral kolumna vertebralis,
maka kolom zat kontras akan bergerak ke rostral. Apabila ruang
subarachnoid tersumbat oleh karena proses desak ruang ekstradural
atau intradural-ekstrameduler menindih medulla spinalis, maka
kolom zat kontras terhalang (berhenti).
Mielografi desendens:
Zat kontras dimasukkan kedalam sisterna serebromedularis
melalui pungsi oksipital. Dengan fluoroskopi kolom zat kontras
diikuti pengalirannya kearah kaudal bila ujung kaudal kolumna
vertebralis direndahkan. Blok yang diperlihatkan berarti batas atas
proses desak ruang yang menghasilkan sindrom kompresi medula
spinalis. Zat kontras yang ditindihi oleh masa secara langsung atau
tak langsung memperlihatkan bentuk yang khas sesuai sifat
kompresi tersebut. Konfigurasi defek kontras memberikan
informasi mengenai lokasi proses desak ruang yang menindihi
medula spinalis. Foto-foto yang diambil dalam posisi: prone
dengan sinar AP, lateral, oblik (kalau perlu), prone dengan sinar
horizontal (kalau perlu).
Gambaran khas pada HNP adalah terlihat adanya indentasi
pada kolom zat kontras di diskus yang mengalami herniasi. HNP
yang besar dapat menyebabkan blokade total kanalis spinalis
sehingga sering dicurigai sebagai tumor. Kelainan yang ditemukan
pada mielografi yaitu HNP, tumor ekstra dan intradural, kelainan
kongenital serta arakhnoiditis.
c. Magnetic Resonance Imaging
.Keunggulan MRI adalah:
1. Sangat sensitif untuk menilai morfologi jaringan lunak
2. Mampu menghasilkan penampang dalam berbagai arah
potongan tanpa mengubah posisi pasien
3. Tidak menggunakan sinar radiasi
4. Dapat membedakan antara jaringan padat, lemak/non
lemak, cairan, umur perdarahan dan pembuluh darah
5. Tidak invasive
Pada MRI, dapat terlihat gambaran bulging diskus (annulus
intak), herniasi diskus (annulus robek) dan dapat mendeteksi
dengan baik adanya kompresi akar-akar saraf atau medula spinalis
oleh fragmen diskus.
2. Pemeriksaan neurofisiologi
Pemeriksaan EMG dapat membedakan lesi radiks dengan
saraf perifer atau iritasi radiks dengan kompresi radiks. Pada iritasi
radiks akan terlihat potensial yang besar dan polifasik dengan
durasi yang melebar pada otot-otot segmen yang bersangkutan.
Sedangkan pada kompresi radiks, selain temuan seperti diatas juga
terlihat adanya fibrilasi dengan atau tanpa positif sharp waves pada
otot-otot segmen yang bersangkutan atau pada otot-otot
paravertebral. Menghilangnya H-refleks pada satu sisi atau
perbedaan H-refleks >1,5 milidetik pada kedua sisi menunjukkan
adanya kompresi radiks.
3. Pemeriksaan laboratorium
Kadar kalsium, fosfat, alkali dan acid phosphatase serta
glukosa darah perlu diperiksa karena beberapa penyakit seperti
penyakit tulang metabolik, tumor metastasis pada vertebra dan
mononeuritis diabetika dapat menimbulkan gejala menyerupai
gejala HNP.
4. Pungsi lumbal
Manfaat tindakan ini tidak terlalu bermakna. Bila terjadi
blokade total maka dijumpai peningkatan kadar protein LCS dan
tes Queckenstedt positif.
G. Diagnosis Banding
Diagnosis banding untuk HNP adalah:
1. Neuropati diabetika (neuropati iskhiadikus/ femoralis)
2. Tumor daerah vertebra
3. Fraktur vertebra
4. Spondilosis
5. Proses inflamasi tulang belakang di sekitar L5, S1 dan S2
misalnya; arthritis sakroiliaka atau bursitis m. piriformis.
6. “Entrapment neuritis” dari n.iskhiadikus.
7. Neuritis iskiadikus primer.
H. Penatalaksanaan
1. Terapi Konservatif
Tujuan terapi konservatif adalah mengurangi iritasi saraf, memperbaiki
kondisi fisik pasien dan melindungi serta meningkatkan fungsi tulang
punggung secara keseluruhan. Perawatan utama untuk diskus hernia
adalah diawali dengan istirahat dengan obat-obatan untuk nyeri dan
anti inflamasi, diikuti dengan terapi fisik. Dengan cara ini, lebih dari
95% penderita akan sembuh dan kembali pada aktivitas normalnya.
Beberapa persen dari penderita butuh untuk terus mendapat perawatan
lebih lanjut yang meliputi injeksi steroid atau pembedahan. Terapi
konservatif meliputi ;
Tirah baring
Tujuan tirah baring untuk mengurangi nyeri mekanik dan
tekanan intradiskal,lama yang dianjurkan adalah 2-4 hari. Tirah
baring terlalu lama akan menyebabkan otot melemah. Pasien
dilatih secara bertahap untuk kembali ke aktifitas biasa. Posisi
tirah baring yang dianjurkan adalah dengan menyandarkan
punggung,lu tu t da n punggung bawa h pada pos i s i
s e d ik i t f l ek s i . F l e ks i r i ngan da r i ve r t e b ra lumbosakral
akan memisahkan permukaan sendi dan memisahkan aproksimasi
jaringan yang meradang.
2. Medikamentosa
Analgetik dan NSAID.
Pelemas otot: digunakan untuk mengatasi spasme otot.
Opi o id : t i d ak t e rbuk t i l e b ih e f ek t i f da r i a na lge t ik
b i a sa . Pe m aka ian jangka panjang dapat menyebabkan
ketergantungan.
Kortikosteroid oral: pemakaian masih menjadi kontroversi
namun dapat dipertimbangkan pada kasus HNP berat untuk
mengurangi inflamasi.
Analgetik ajuvan: dipakai pada HNP kronis
3. Terapi Fisik
Traksi pelvis
Menurut panel penelitian di Amerika dan Inggris traksi
pelvis tidak terbukti bermanfaat. Penelitian yang
membandingkan tirah baring, korset dan traksi dengan tirah baring
dan korset saja tidak menunjukkan perbedaan dalam kecepatan
penyembuhan.
Diatermi atau kompres panas/dingin
Tujuannya adalah mengatasi nyeri dengan mengatasi inflamasi dan
spasme otot. keadaan akut biasanya dapat digunakan kompres
dingin, termasuk bila terdapat edema.Untuk nyeri kronik dapat
digunakan kompres panas maupun dingin.
Korset lumbal
Korset lumbal tidak bermanfaat pada HNP akut namun
dapat digunakan untuk mencegah timbulnya eksaserbasi akut
atau nyeri HNP kronis. Sebagai penyangga korsetdapat
mengurangi beban diskus serta dapat mengurangi spasme.
Latihan
Direkomendasikan melakukan latihan dengan stres
minimal punggung seperti jalan kaki, naik sepeda atau
berenang. Latihan lain berupa kelenturan dan penguatan.
Latihan bertujuan untuk memelihara fleksibilitas
fisiologik, kekuatan otot, mobilitas sendi dan jaringan
lunak. Dengan latihan dapat terjadi pemanjangan otot,
ligamen dan tendon sehingga aliran darah semakin meningkat.
Proper Body Mechanics
P as i en pe r l u mendapa t penge t ahuan m engena i s i kap
tubuh yang ba ik un tuk mencegah terjadinya cedera
maupun nyeri. Beberapa prinsip dalam menjaga
posisipunggung adalah sebagai berikut:
o Dalam posisi duduk dan berdiri, otot perut
ditegangkan, punggung tegak danlurus. Hal ini akan
menjaga kelurusan tulang punggung.
o Ke t ika aka n tu run da r i t e mpa t t i du r pos i s i
punggung d ideka tkan ke p i ngg i r t em pa t t i du r .
Guna kan t angan dan l engan un tuk menga ngka t
panggu l da n berubah ke posisi duduk. Pada saat akan
berdiri tumpukan tangan pada pahauntuk membantu posisi
berdiri.
o Posisi tidur gunakan tangan untuk membantu mengangkat dan
menggeser posisipanggul.
o S aa t duduk , l engan m emban t u menya ngga badan .
S aa t a kan be rd i r i badan diangkat dengan bantuan
tangan sebagai tumpuan.
o Saat mengangkat sesuatu dari lantai, posisi lutut ditekuk seperti
hendak jongkok,punggung tetap dalam keadaan lurus dengan
mengencangkan otot perut. Dengan punggung l u ru s ,
beban d i angka t de ngan ca r a me l u ruska n kak i .
Beban yang diangkat dengan tangan diletakkan sedekat
mungkin dengan dada.
o Jika hendak berubah posisi, jangan memutar badan. Kepala,
punggung dan kakiharus berubah posisi secara bersamaan.
o Hindari gerakan yang memutar vertebra. Bila perlu, ganti wc
jongkok dengan wcduduk se h ingga m emudahka n
ge raka n dan t i da k mem beban i punggung s aa t
bangkit.
4. Pembedahan
Terapi bedah berguna untuk menghilangkan penekanan dan iritasi
saraf sehingga nyeri dan gangguan fungsi akan hilang.
Tindakan operatif HNP harus berdasarkanalasan yang kuat yaitu
berupa:
Defisit neurologik memburuk.
Gangguan otonom (miksi, defekasi, seksual).
Paresis otot tungkai bawah
d.1. Disektomi : Mengangkat fragmen herniasi atau yang keluar dari
diskus intervertebral
d.2. Laminektomi : Mengangkat lamina untuk memajankan elemen
neural pada kanalis spinalis, memungkinkan ahli
bedah untuk menginspeksi kanalis spinalis,
mengidentifikasi dan mengangkat patologi dan
menghilangkan kompresi medula dan radiks.
d.3. Laminotomi : Pembagian lamina vertebra.
d.4. Disektomi dengan peleburan.
Pada discectomy, sebagian dari discus intervertebralis
diangkat untuk mengurangi tekanan terhadap nervus.
Discectomy dilakukan untuk memindahkan bagian yang
menonjol dengan general anesthesia. Hanya sekitar 2 – 3
hari tinggal dirumah sakit. Akan diajurkan untuk berjalan
pada hari pertama setelah operasi untuk mengurangi resiko
pengumpulan darah. Untuk sembuh total memakan waktu
beberapa minggu. Jika lebih dari satu diskus yang harus
ditangani jika ada masalah lain selain herniasi diskus.
Operasi yang lebih ekstensif mungkin diperlukan dan
mungkin memerlukan waktu yang lebih lama untuk sembuh
(recovery).
d.5. Microdisectomy
Pilihan operasi lainnya meliputi mikrodiskectomy, prosedur
memindahkan fragmen of nucleated disk melalui irisan yang
sangat kecil dengan menggunakan raydan chemonucleosis.
Chemonucleosis meliputi injeksi enzim (yang disebut
chy mopapa in ) ke da l am he r n i a s i d i s kus un t uk
me l a ru tkan s ub s t a ns i ge l a t i n ya n g menonjol.
Prosedur ini merupakan salah satu alternatif disectomy
pada kasus-kasus tertentu.
I. Prognosis (Mansjoer, Arif et all, 2007)
Sebagian besar pasien akan membaik dalam 6 minggu dengan terapi
konservatif.
Sebagian kecil berkembang menjadi kronik meskipun sudah diterapi.
Pada pasien yang dioperasi : 90% membaik terutama nyeri tungkai,
kemungkinan terjadinya kekambuhan adalah 5%.
J. Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul dari hernia nukleus pulposus adalah
atrofi otot-otot ekstremitas inferior. Otot-otot yang mengalami atrofi
tergantung dari radix saraf yang mengalami lesi. Lesi pada radix saraf L4
menyebabkan atrofi pada m.quadriceps femoris, lesi pada radix saraf S1
menyebabkan atrofi pada m.gastroknemius dan m.soleus. Atrofi yang
tidak mendaptkan rehabilitasi akan menyebabkan kelumpuhan ekstremitas
inferior (Sufitni, 1996).
K. Pencegahan (Yulvitrawasih, 2011)
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah
terjadinya herniasi nucleus pulposus yaitu mengurangi aktivitas fisik yang
berat seperti mengangkat barang yang berat atau selalu membungkuk
terutama bagi orang lanjut usia.
Bila terjadi fraktur atau dislokasi harus ditangani sesegera mungkin
untuk menghindari komplikasinya terhadap diskus intervertebralis yang
pada akhirnya memperbesar kemungkinan untuk mengalami herniasi
nukleus pulposus.
Cara-cara mengangkat dan mengangkut yang baik :
Beban diusahakan menekan pada otot tungkai yang kuat dan sebanyak
mungkin otot tulang belakang yang lebih lemah dibebaskan dari
pembebanan.
Momentum gerak badan dimanfaatkan untuk mengawali gerakan.
Hal-hal yang harus diperhatikan sbb :
Pegangan harus tepat.
Lengan harus berada sedekat mungkin dengan badan dan dalam posisi
lurus.
Punggung harus diluruskan.
Dagu ditarik segera setelah kepala bisa ditegakkan lagi pada permulaan
gerakan. Dengan mengangkat kepala dan sambil menarik dagu, seluruh
tubuh belakang diluar.
Mengimbangi momentum yang terjadi dalam posisi mengangkat.
Berat badan dimanfaatkan untuk menarik dan mendorong, serta gaya
untuk gerakan dan perimbangan.
Beban diusahakan berada sedekat mungkin terhadap garis vertikal yang
melalui pusat gravitasi tubuh.
Untuk menerapkan kedua prinsip kinetik itu setiap kegiatan
mengangkat dan mengangkut harus dilakukan sebagai berikut:
Posisi kaki dibuat sedemikian rupa sehingga dapat mengimbangi
momentum yang terjadi dalam posisi mengangkat.
Berat badan dimanfaatkan untuk menarik dan mendorong, serta gaya
untuk gerakan dan perimbangan.
Beban diusahakan berada sedekat mungkin terhadap geris vertikal yang
melalui pusat gravitasi tubuh.
Hal yang patut diingat untuk efisiensi kerja dan kenyamanan kerja,
yaitu hindari manusia sebagai alat utama untuk kegiatan mengangkat dan
mengangkut.
DAFTAR PUSTAKA
1. Bose K, Lee EH. 1986. Symtomatic Treatment of Lower Back Pain.
Med. Progress; 13 (10):25-30.
2. Effendi Z & Santosa CH. 1980. Low Back Pain di Poliklinik
Rematologi RS Dr Sutomo. Surabaya: Naskah lengkap Simposium Low
Back Pain.
3. Jong, Syamsuhidayat. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.
4. Judana A & Diwirjo S. 1983. Peranan Neurologi dalam masalah Low
Back Pain. Jakarta: Simposium Nyeri Pinggang Bawah. Fakultas
Kedokteran UI.
5. Kapandji, I. A. 1990. The Physiologi of Joints; Volume three. Churchill
Livingstone, USA.
6. Kevin. 2011. Hernia Nucleus Pulposus (Saraf terjepit). Available at
http://Klinik Ortopedi Singapura.htm. diakses tanggal 25 November
2011.
7. Langran, Mike. 2006. Spinal Injuries. Available at http://www.ski-
injury.com/spinal1.htm. diakses tanggal 25 November 2011.
8. Mansjoer, Arief, dkk. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 2.
Jakarta: Penerbit FK UI.
9. Partono M. 2009. Mengenal Nyeri pinggang. available at
http://mukipartono.com/mengenalnyeri-pinggang-hnp.htm. diakses
tanggal 25 November 2011.
10. Ratihastarida. 2009. Hernia Nukleus Pulposus. Available at http://
patofisiologi-hernia-nucleus-pulposus.html. diakses tanggal 25
November 2011.
11. Sidharta Priguna. 1999. Neurologi Klinis Dasar. Edisi IV. Jakarta: PT
Dian Rakyat. 87-95.
12. Snell, S.Richard. 1997. Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran;
Bagian Ketiga. Alih Bhasa Jan Tambayong. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteraan.
13. Sufitni. 1996. Diagnosis topik neurologi. Edisi 2. Jakarta : Penerbit
buku kedokteran EGC.
14. Suharso & Harsono. 1985. Epidemiologi Nyeri Pinggang Bawah di
Poliklinik Saraf RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Yogyakarta:
Simposium Nyeri Pinggang Bawah Pertemuan regional II.
15. Yulvitrawasih. 2011. Hindari HNP. available at http://rumah-sakit-
islam-cempaka-putih-Index2.php.htm. 2011. diakses tanggal 25
November 2011.