Tentir Virus - Modul Kulit Dan Jaringan Penunjang 2010
-
Upload
siska-akia -
Category
Documents
-
view
84 -
download
10
Transcript of Tentir Virus - Modul Kulit Dan Jaringan Penunjang 2010
1
INFEKSI VIRUS PADA KULIT DAN JARINGAN PENUNJANG
Welcome to the virus world :D mari kita berkenalan lebih dekat dengan virus2 yang sering
menyebabkan kelainan pada kulit, yaitu Herpes simpleks virus, Herpes zoster virus, Human
papilloma virus, dan Poxvirus. Sebelumnya harus inget dulu patogenesis infeksi virus secara
umum, yuk mari dibaca :)
PATOGENESIS VIRUS2
Langkah patogenesisnya ada lima :
Masuknya virus dan replikasi primer : berhubungan dengan tempat pertama
masuknya, misalnya lewat sal.nafas, sal.pencernaan, Nah disinilah tempat dia bereplikasi
pertama. Bisa juga langsung ke darah misalnya lewat tusukan jarum ky HIV, kalo udah gini,
tambah gampang dia menemukan sel yang ia sukai.
Penyebaran virus dan tropisme sel : Nah, kalo udah sukses bereplikasi di dekat tempat
ia masuk, dia bakal nyebar, terutama ke aliran darah (viremia) dan getah bening, proses ini
biasanya cepat. Trus kemana dia mengalir? Nah dia bakal cari tempat spesifiknya di organ
yang ia sukai, ini dia yang namanya kemampuan tropisme virus, soalnya dia nemu reseptor
yang cocok. Selain itu, bisa juga nyebar lewat neuron.
Cedera sel dan Penyakit klinis : Begitu udah nyampe di organ yang ia sukai, ia baru
akan bereplikasi dengan lebih baik sehingga bisa menyebabkan penampakan sitopatologi di
sel2 inang, malah bisa pada lisis nih sel2. Nah kalo banyak yang udah disfungsi, timbul deh
respon imun lebih kuat yang biasanya berhubungan dengan manifestasi klinis. Untuk virus
yang virulensinya tinggi, bisa dengan cepat merubah fisiologis, termasuk sistem hormonal.
Makanya tergantung juga sama organnya, kalo ketahannnya baik ky di epitel usus yang
gampang beregenerasi, ya si virus susah ngerusak selnya, tapi kalo kaya di otak yang sulit
beregenerasi, ya mudah deh bagi si virus membuat lesi yang luas.
Penyembuhan dari infeksi : kalo respon imunnya kuat dan berhasil memberantas virus
di tubuh, ya kalah deh virusnya. Tapi kalo nggak berhasil malah bisa nyebabkan inang mati.
Keuntungannya sih si virus jadi susah nyebar.
Pelepasan virus : Ini fase terpenting nih kalo virusnya infeksius banget. Bisa berpeluang
nyebar ke lingkungan. Pelepasan ini biasanya melalui tempat dimana ia masuk pertama kali.
PATOGENESIS LESI MUKOKUTANEUS AKIBAT INFEKSI
Tadi udah virus, kalo gitu sekarang mari kita bahas apa yang ditampakkan kulit ketika ada
infeksi virus? Lesi mukokutan lain yang mungkin terjadi:
1. Makula : lesi datar, berbatas tegas, semata-mata hanya perubahan warna. Ex:
eritema akibat vasodilatasi dan inflamasi.
2. Papula : massa padat berbatas tegas (sirkumskrip), menonjol di atas permukaan
kulit, diameter <0,5 cm. Bentuk dapat berupa kerucut, kubah, umblikasi.
3. Vesikel : gelembung berisi cairan serum, diameter <0,5cm, mempunyai dasar &
atap.
4. Ulkus : Hilangnya jaringan kulit sampai dermis, ditandai adanya tepi, dinding,
dasar, dan isi.
Nah tadi itu penampakan lesinya, terus kalo penyebab lesi terbagi menjadi tiga :
2
~ HERPES SIMPLEX VIRUS ~
Herpesviridae merupakan keluarga yang memilki banyak anggota virus. Salah
dua anggotanya adalah herpes Simplex tipe 1 sama 2. Ciri-ciri virus ini adalah
punya kapsid ikosahedral berselubung mengandung genom DNA rantai
ganda linier berukuran 150bp dan mengkode 70 polipeptida. Virus ini punya
kemampuan bereproduksi dengan cepat (1 siklus cuma 8-16 jam) dan sitolitik yang tinggi
(bisa nyampe nekrosis dan memanggil reaksi inflamasi).
PRODUKSI VIRUS3
Wah ini jadi nostalgia masa sama masa biomol nih, tapi gapapa, ilmu kan harus terus
diulang, oke? jadi gini nih, Awalnya, glikoproteinC virus melakukan pengenalan sama
heparan sulfat membran sel inang, terjadi beberapa ikatan antara glikoproteinB sama
glikosaminoglikan, Tapi interaksi ini labil dikuatin sm ikatan antara glikoproteinD ke
reseptor selular ky Nektin-1α, HevC, HevA (stabil) *reseptor2 ini berhubungan dengan
penyebaran virus antar sel sekitar fusi yang bergantung Ph berubah konformasi
genom keluar dari kapsid transkripsi, translasi maturasi Keluarnya virus via
eksositosis atau lisis.
Ekspresi gen akan menghasilkan beberapa protein: Immediate-Early-Late.
Protein yang termasuk Immediate/α Protein adalah protein yang terikat sm DNA,
gunanya buat apa? Buat memicu sintesis DNA dan transkripsi protein β, mungkin istilahnya
ky regulatornya. Kalo yang Early/β Protein itu berupa protein non-struktural dan
protein struktural minor seperti DNA polimerase or timidin kinase. Baru yang terakhir
adalah Late/γ Protein, yaitu protein struktural mayornya. Nah, baru matang deh si
virus dan siap keluar dari inang.
PROSES INFEKSI HSV
Kontak langsung infeksi membran mukosa/kulit yg terluka (kulit intak biasanya resisten
infeksi) bereplikasinya di tempat dimana ia menginfeksi berakibat invasi ujung saraf
perifer lokal jalan2 deh dia di sepanjang akson secara retrograde ke ganglia malah
tambah seneng dia (replikasi lebih), sebagian juga gak pengen pindah, malah tidur disini.
Penting juga nih, kalo si HSV ini bisa menyebabkan efek sitopatologi (nekrosis sel2
terinfeksi). Secara histopatologi, bakal keliatan Giant Cell berinti banyak.
KOK BISA LATEN?3
Nah, kalo udah keluar, dia bisa nyerang sel lain atau menetap di inang tersebut tanpa
memproduksi protein viralnya. Itu dia yang disebut dengan laten. Dia akan bersabar
menunggu waktu yang tepat buat nyerang :p Disini dia bukan berarti gak ngapa2in juga,
soalnya dia tetep ngehasilin transkrip tertentu, bernama LAT/Latency associated
transcript yang nggak diekspresikan jadi protein. LAT ini dipecah2 jadi microRNA.
Kata robin sih, miRNA LAT ternyata berperan dalam resistensi apoptosis, makanya si sel
terinfeksi bisa terus menyimpan virus2 ini tanpa ketauan sama sel imun. Gimana caranya?
Jadi, si miRNA LAT ini ngganggu translasi protein sel yg berfungsi buat induksi apoptosis.
Selain itu, LAT ini bisa menahan transkripsi protein2 fase litik virus, ky penyeimbangnya lah.
Yoo, inget2 lgi materi gimana si virus milih litik or lisogenik! Trus, Inget lagi! Tubuh nggak
bisa ngenalin sel terinfeksi karena virus2 ini gak ngehasilin protein viralnya *sistem imun
diboongin nih :3
CLINICAL LATENCY VS VIRUS LATENCY
Jangan nyampe bingung ya kalo denger clinical latency, beda sm fase laten virus, kalo
clinical latency itu keadaan si agen infeksi berada di tubuh dan bermultiplikasi tapi
asimptomatik (selama periode inkubasi). Jadi virus yg di clinical latency nggak dorman.
LATENNYA DIMANA?
Ini yg perlu diingat, tempat mendekam si HSV1 di ganglia trigeminal, nyerangnya
biasanya pas masih anak2, dan transmisi melalui kontak saliva. Kalo HSV2 di Ganglia
sakral, nyerang pas udah remaja, dan biasanya
transimisi lewat kontak seksual
REAKTIVASI DARI LATEN3
Trus kapan waktu yg tepat buat dia keluar? Tentu
aja pas keadaan imun inang turun, mis karena
stres atau penggunaan obat supresor imun jangka
panjang sehingga dia berani keluar dan
melakukan re-infeksi secara anterograde ke epitel.
Tekanan2 seperti itu ternyata bisa membuat
3
produksi LAT menurun, jadi yang menahan transkripsi protein fase litik nggak ada. jadi
bangun deh virus ini dari tidurnya dan memulai fase litiknya. Makanya jaga kesehatan baik2
buat yg pernah kena :p
DIMANA DIA BERADA?
Virus ini paling banyak berada di cairan vesikel (banyak ditemukan vesikel-vesikel
berkelompok), saliva, dan sekresi vagina. Penyebarannya dapat melalui kontak erat melalui
ciuman, berbagi benda yang terkontaminasi air liur yang mengandung HSV1, kontak
seksual, proses kelahiran dapat menjadi jalur infektif bagi HSV2 untuk masuk ke kulit bayi.
Selain itu, dapat juga terjadi autoinokulasi (penyebaran oleh si penderita sendiri, misal
karena digaruk) yang menginfeksi mata.
MANIFESTASI INFEKSI HSV
Hafalin ya! HSV1 Ensefalitis, Keratokonjungtivitis, Oral (Gingivostomatitis-Tonsilitis-
Labialis), Faringitis, Esofagitis, Trakeobronkhitis, Gladiotorum, Genital, Whitlow.
HSV2 Ensefalitis, Oral, Faringitis, Genital, Perianal, Whitlow, Neonatal HSV.
Manifestasi penyakit ini tergantung dengan jaringan yang terinfeksi, di mulut or di
otak or di genital, tentu aja kalo di otak, jadi makin berat hasilnya. Infeksi HSV primer
biasanya ringan dan asimtomatik, jarang terjadi penyakit sistemik. Penyebaran ke organ
lain tuh bisa terjadi pada individu yang immunocompromised.
RESPON IMUN KITA??
Yang menimbulkan gejala disini lebih dikarenakan efek imunopatologik termediasi sel
terhadap penyakit ini. Resolusi penyakit ini lebih ditekankan pada imunitas termediasi
seluler, soalnya antibodi nggak begitu bisa mengatasi. Mengapa? virus ini pandai
mengelabui sistem imun :O yaitu dengan menghindari antibodi inang dengan fusi antarsel
formasi sinsitia (multigiant cell dengan banyak nukleus).
Infeksi primer terjadi pada seseorang yang tidak memiliki antibodi. Pada sebagian
besar orang yang telah menghasilkan antibodi juga dapat terjadi kekambuhan lesi.
Imunitas terutama selular dapat membatasi perkembangan virus setempat
sehingga kekambuhan lesi tidak begitu luas dan tidak berat.
GAMBARAN KLINIS HSV1
HSV1 Ket HSV2 Ket
Primary gingivostomatitis in a chlid,thin-walled vesicles on an erythematous base rupture-ulcers
Genital herpes – adult man
acute gingivostomatitis in an adult (primary infection)
Vulvovaginitis in a child
Herpetic lesion on the tongue of an adult, heavily coated and small round vesicles
on the vulva of an adult woman
Primary infection of the skin, by direct contact to any part of body
Herpetic infection of the eye (HSV 1 or 2), primary, recurrent or neonatal eye infections
Hepes simplex mimicking herpes zoster
on cervix of an adult woman. Genital herpes lesions may be found on the vulva, vagina or cervix, perineum or buttocks
Stomatitis with secondary lesion on skin, the face, neck and chest
HSV1 Ket
Recurrent infection vesicles on an erythematous base, pustules, heal without scars
Herpetic whitlow, nurses and doctors
4
DIAGNOSIS LAB HSV
Spesimen diambil dari swap ke dasar vesikel trus diliat pake
metode giemsa, tranck smear liat apa ada sel multigiant,
dan badan inklusi asidik Cowdry tipe A didalam nukleusnya.
Virus bisa diisolasi dari lesi herpetik (kulit, konea, otak, usapan
tenggorokan, SSP, tinja, baik selama infeksi primer maupun fase
asimtomatik). Trus kultur dan liat dalam 2-3 hari kalo sel2nya
berubah (efek sitopatik). Kalo berubah, mesti diikuti test
netralisasi atau imunofloresensi dengan antibodi yang spesifik.
Buat ngebedain tipe virus HSV1 dan HSV2
Tes ini mengidentifikasi antibodi yang muncul saat 4-7 hari
setelah infeksi, ngukurnya bisa pake tes netralisasi, ELISA,
imunofluoresensi dan akan mencapai puncak setelah 2-4 minggu,
kemudian menetap dengan fluktuasi minor. Nilai diagnostik dari
serology assay bergantung dengan jumlah antigen multipel
terbatas yang diekspresikan oleh HSV1 dan HSV2.
TREATMENT INFEKSI HSV
Untuk memusnahkan virus yang membandel ini, terapi yang pasti digunakan ya antiviral
yang berguna untuk mencegah atau memperpendek masa infeksi primer atau
herpes kambuhan. Pada orang yang normal, Penggunaan acyclovir dapat mengurangi
durasi gejala dan penyebaran virus pada gingivostomatitis herpetic primer. Hmm, tapi
penggunaannya mesti 48 jam sebelum manifestasi. Yang penting diingat juga bahwa tak
satu pun obat antiviral yang dapat mengeliminasi infeksi laten. Obatnya apa aja??
Acyclovir, Valacyclovir, Adenosine Arabinose, Trifluridine, Penciclovir, Famciclovir, dan
Iododeoxyuridine.
PENCEGAHAN INFEKSI HSV
Hindari kontak dengan lesi herpetik, pake sarung tangan yg bener untuk petugas
kesehatan, cuci tangan pake sabun, untuk yang punya riwayat herpes genital, ya hindari
hub.seksual kalo lagi ada gejala prodromal/lesi , dan sayangnya nggak ada vaksin buat
mencegah penyakit ini.
Akhirnya kita mengenal baik yang namanya HSV hhe ....
HSV: “Senang berkenalan denganmu,
semangat kenalan sm teman2ku yang lain ya!”
-______-“ Maaf ya bila ada kekurangan :). (Hasna Afifah)
Referensi
1. University of pennsylvania School of Medicine 2006 june 13. Infected for life: How Herpes Simplex
Virus uses MicroRNA to hide out in cells.
2. Saidah Rina. Jawets, Melnick, Adelberg. Mikrobiologi Kedokteran: Patogenesis dan Pengendalian
Penyakit Virus. Jakarta. Buku Kedokteran EGC. 2004. p404-408
3. MicroRNA expressed by HSV-1 during latent infection regulate viral mRNAs. Journal Nature 2 July
2008
~ VARICELLA-ZOSTER VIRUS ~
DEFINISI
Virus varicella-Zoster ini menyebabkan dua macam penyakit yaitu Varicella dan Zoster.
Varicella umumnya muncul pada infeksi primer dan Zoster muncul sebagai aktifasi dari virus
varicella yang telah “menginap” di neuron manusia. Agar tidak salah, marilah kita
memperhatikan definisi berikut:
Varicella yang sering disebut juga cacar air adalah infeksi virus yang mudah menyebar dari
satu individu ke individu lain dan memiliki manifestasi klinik berupa kemunculan vesikel
yang umumnya dijumpai pada anak-anak.
Zoster yang dapat juga disebut sebagai shingles adalah penyakit sporadis yang muncul
pada orang dewasa ataupun individu yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang
terganggu. Memiliki ciri khas berupa kerusakan kulit yang sesuai dengan ganglion sensoris.
Lesi ini mirip dengan varicella.
Sitopatologi
Identifikasi
dan isolasi
viral
Serologi
PCR
5
BAGAIMANA VARICELLA ZOSTER VIRUS MENYEBAR?
VZV masuk melalui saluran pernafasan
dan menyebar melalui sistem limfa,
sistem limfa ini akan membawa virus
tersebut ke hati, spleen dan juga sistem
retikoloendothelial. Di sistem
retikuloendothelial umumnya VZV
menginfeksi sel-sel epithelial, fibroblast,
T cell Dari sini akan terjadi proses
penyebaran virus yang disebut viremia
menuju dua organ sasaran yaitu kulit
dan neuron. Di neuron, infeksi virus
akan menjadi laten, dimana virus dapat
kambuh sewaktu-waktu menyebabkan
Zoster. Di kulit, varicella akan
membentuk progressi vesikel dengan urutan: makula papula vesikel pustul
krusta.
BAGAIMANA VIRUS VZV REAKTIVASI?
VZV menginfeksi neuron. Prosesnya adalah ketika infeksi awal, virus akan masuk dan
menuju nervus spinalis, virus akhirnya akan menginfeksi dorsal root ganglion dari nervus
spinalis dan akan tinggal disana. Apabila kondisi pasien sedang menurun, misalnya
disebabkan karena stress, maka virus ini akan relaps dan menyebabkan munculnya
manifestasi klinis.
DIAGNOSIS VIRUS VARICELLA-ZOSTER
Sitologi:
Kerokan di dasar vesikel varicella apabila diamati dibawah mikroskop akan
menghasilkan sel yang: multinucleated giant cell, cowdry type A acidophilic
intranuclear inclusion body
Sampel : skin lession, spesimen respiratori dan biopsi organ
Fluorescent test menggunakan antibodi untuk antigen membran
Deteksi Antigen dan PCR:
Sensitif
Isolasi Virus:
Isolasi virus biasanya tidak dilakukan karena virus bersifat labil dan tidak dapat
bereplikasi dengan mudah di tabung uji
Serologi:
Tes serologi dilakukan untuk mendeteksi antibodi dan mengetahui siapa yang kebal
terhadap virus varisela
MANIFESTASI KLINIS
Varicella:
Dimulai dengan malaise dan panas dilanjutkan dengan luka di daerah dada dialnutkan
ke muka, tangan, mukosa pharyngeal di mulut
MAKULA,PAPULA,VESIKEL dan KRUSTA sama2 terlihat di tubuh pada suatu waktu
Lesi terjadi selama kurang lebih 5 hari
Dapat terjadi komplikasi namun, komplikasi ini jarang terdapat pada anak yang memliki
imun sistem yang kuat yang berupa encephalitis dengan kematian atau pneumoniae
Pada kehamilan, infeksi varicella dapat menyebabkan kelahiran prematur dan juga
congenital varicella syndrome
Zoster:
Muncul pada pasien yang menderita gangguan sistem imun, lanjut usia ataupun
mereka yang sehat
Awalnya lesi akan terasa SAKIT
Kumpulan vesikel akan muncul di daerah kulit yang terkena
Biasanya menyerang bagian dada, kepala dan leher
Pada 15 % kasus dapat menyerang saraf mata di persarafan trigeminal
Zoster dapat menimbulkan komplikasi berupa neuralgia post herpetic dan juga
pneumonia
Congenital varicella syndrome
Sindrom ini terjadi apabila bayi sebelum lahir terinfeksi oleh virus varicella, infeksi ini
memliki ciri khas sebagai berikut:
6
Atropi tungkai
Gangguan sistem saraf otonom
Microcephaly dan atrofi korteks
Kejang-kejang dan retardasi mental
Chorioretinitis, microphtalmia dan juga katarak
Terapi yang diberikan pada congenital varicella syndrom adalah acyclovir yang
diberikan secara intravenous.
PENGOBATAN VARICELLA:
Pengobatan varicella diberikan pada orang dewasa atau orang yang mengalami gangguan
status imun yang terinfeksi oleh VZV atau herpes zoster. Pada anak-anak biasanya tidak
diberikan pengobatan. Biasanya pengobatan dilakukan dengan antivirus yaitu acyclovir,
famciclovir dan valacyclovir
KONTROL DAN PENCEGAHAN VARICELLA:
Untuk pasien yang mengalami penurunan daya tahan tubuh:
Pasien akan diberikan varicella-zoster immunoglobulin yang berfungsi mencegah
penyebaran viremic yang menyebabkan penyakit ini, namun hal ini tidak efektif untuk
terapi.
Vaksin yang hidup namun dilemahkan
Pemberian vaksin yang hidup namun dilemahkan ini dapat menimbulkan antibodi yang
bersifat protektif dan immunitas yang disebabkan oleh sel.
Epidemiologi
Virus varicella dan zoster muncul di seluruh dunia. Varicella dapat menular dengan mudah
dan sangat banyak ditemukan pada anak-anak sedangkan zoster muncul secara sporadis
dan umumnya dijumpai pada orang dewasa. Varicella tersebar melalui udara ataupun
kontak langsung. (Aldo Ferly)
~ HPV (HUMAN PAPILLOMA VIRUS) ~
Virus ini sekarang tergolong family papillomaviridae yang dulunya pernah masuk ke
papovaviridae. Susunan genom papilomavirus lebih rumit. HPV ini banyak tipenya
setidaknya lebih dari 100 dan 10% di antaranya berbeda dalam sekuens gen L1. Uji in
vitro infektivitas tidak tersedia sehingga isolat papilomavirus dikelompokkan berdasar
kriteria molekular.
Di bawah ini adalah sifat penting dari Papilomavirus
Virion: ikosahedral, diameter 55 nm
Komposisi: DNA (10%), protein (90%)
Genom: DNA untai ganda, sirkular, berat molekul 5 juta, 8 kbp (kilo base pairs).
Protein: 2 protein struktural; histon seluler mengondensasi DNA di dalam virion
Selubung: -
Replikasi: terjadi di nukleus
Karakteristik dominan:
Menstimulasi sintesis DNA sel
Kisaran pejamu dan tropisme jaringan terbatas
Penyebab bermakna kanker pada manusia, khususnya kanker serviks
Onkoprotein virus berinteraksi dengan protein penekan tumor seluler
Virus DNA tidak secara langsung merangsang pertumbuhan abnormal (seperti virus RNA), namun bekerja dengan mengganggu proses yang secara normal membatasi pertumbuhan sel.
PATOGENESIS
Kulit dan mukosa yang terinfeksi menginduksi pembentukan tumor jinak yang terlokalisasi
dan beberapa lesi dapat berubah menjadi karsinoma.
Berdasarkan ditemukannya DNA virus secara relatif pada kanker tertentu, HPV tipe 16 dan
18 dianggap memiliki risiko kanker yang tinggi. Yang kurang berisiko adalah tipe 31,
33, 35, 39, 45, 51, 52, dan 56. (bersumber dari Jawetz). Tapi klo dari slide 16, 18, 30, 31,
33, 35, 39, 45, 51, 52, 56 semuanya berisiko tinggi dan menyebabkan kanker serviks. Tipe
7
6 dan 11 diklasifikasikan berisiko rendah. HPV tipe 5 dan 8 sering menyebabkan kanker
pada kulit yang sering terpapar sinar matahari.
Banyak tipe HPV yang dianggap jinak. Semua kanker yang disebabkan oleh HPV lebih
sering terjadi pada pasien HIV/ AIDS.
DNA-nya berbentuk sirkular dengan 3 bagian utama yaitu regulatory region (URR:
upstream regulatory region), early genes (E1, E2, E4, E5, E6, dan E7), dan late genes
(L1 dan L2). Yang fungsinya akan dijelaskan selanjutnya!
Protein HPV
o E1: mengikat DNA pada ORI (origin of replication), memiliki aktivitas helikase, dan
berperan dalam memulai replikasi DNA virus.
o E2: mengikat DNA, membantu E1, dan mengatur sintesis mRNA.
o E4: merusak sitokeratin untuk meningkatkan pengeluaran.
o E5: mengaktivasi reseptor EGF untuk meningkatkan pertumbuhan.
o E6: berikatan dengan protein supresor tumor p53.
o E7:berikatan dengan protein supresor tumor p105RB.
Begitu sel menginfeksi, E1 dan E2 diekspresikan terlebih dahulu. Level yang tinggi dari E2
dapat menekan E6/E7 yang bersifat onkogen. Namun ketika genom sel inang dan HPV
terintegrasi maka fungsi E2 terganggu E6/E7 tidak mampu ditekan. E6/E7
menginaktivasi protein supresor tumor seperti dijelaskan sebelumnya. E6 memiliki aktivitas
ligase ubiquitin yang ketika berikatan dengan p53, p53 ditargetkan untuk dihancurkan oleh
proteasom. Di lain sisi, E7 berikatan dengan protein Rb sehingga menghalangi pengikatan
faktor transkripsi E2F host. Akibatnya, sekarang si E2F bebas untuk mengikat promoter gen
seperti c-myc yang menyebabkan sel berproliferasi. Fungsi dari L1 dan L2 adalah
membentuk protein struktural untuk proses enkapsidasi (proses memasukkan asam
nukleat ke dalam partikel virus).
Oh ya, onkogen sendiri adalah gen-gen yang sebenarnya berperan dalam
proliferasi namun telah mengalami mutasi. Onkogen ini terintegrasi dengan partikel virus
dan pada saat teraktivasi, dia dapat diinfeksikan ke dalam sel host (sel target virus).
Nantinya, onkogen mengubah sel normal menjadi kanker. Onkogen pada HPV sendiri tidak
cukup untuk menyebabkan kanker tentunya ada faktor lain.
REPLIKASI VIRUS:
8
Ternyata virus HPV gak bisa bereplikasi pada epitel selapis. Hal ini disebabkan oleh
ketergantungan virus pada faktor spesifik yang terdapat pada bagian diferensiasi sekuensial
sel epitel seperti pada keratinosit epitel berlapis ( yang terus menerus berdiferensiasi
dari stratum basale stratum korneum). Jadi gak heran, klo virus ini menginfeksi kulit
dan membran mukosa. Nah, masih ingat kan klo proses keratinisasi paling aktif pada
stratum granulosum?:) Itu juga penyebabnya kenapa sintesis DNA HPV paling aktif
pada stratum tersebut. Akan tetapi, ekspresi gen akhir (protein kapsid) paling aktif
lapisan teratas keratinosit yang berdiferensiasi yaitu pada stratum korneum. Pada
stratum basale sendiri, aktivitas replikasinya rendah tapi di bagian ini dapat ditemukan
asam nukleat virus.
Tubuh tidak tinggal diam dan berusaha melawan infeksi melalui imunitas
bawaan maupun seluler. Akan tetapi, terkadang ekspresi antigennya sedikit sehingga si
HPV aman bersembunyi atau HPV menekan sistem imun. Selain itu, terdapat
periode laten HPV dimana begitu menginfeksi dia tidak langsung menimbulkan penyakit
tetapi dibutuhkan waktu beberapa bulan sampai tahun.
MEKANISME PENYEBARAN PAPILLOMAVIRUS DALAM TUBUH
Papillomavirus inokulasi di epithelium tangan, kaki, tenggorokan, dan serviks
multiplikasi lokal kutil bisa menjadi tranfsormasi sel dan resolusi (laten).
PENYAKIT TERKAIT HPV
Sindrom Tipe HPV
Sering Jarang
Sindrom Kutaneus
Plantar wart (kutil telapak kaki) 1,2 4,63
Common wart (kutil umum) 2, 4, 27, 57 1, 7, 26, 29
Flat wart (kutil datar) 3, 10 27, 28, 41
Epidermodisplasia verukiformis 5, 8, 17, 20, 36
9, 12, 14, 15, 19, 21-25, 38, 47, 50
Sindrom Mukosal
Papilloma laryngeal 6,11 -
Papilloma Oral 6,11 2,16
Papilloma konjungtiva 11 -
Kondiloma akuminatum 6,11 1, 2, 10, 16, 30, 44, 45
Neoplasia intraepithelial servikal, kanker
16, 18 11, 31, 33, 35, 42-44, 51-53, 56, 58, 59, 66, 68, 73, 82
SINDROM KLINIS
Skin Warts (Kutil Kulit)
Biasanya terdapat pada tangan dan kaki serta sering terjadi pada anak-anak atau remaja
awal. Kutil atau veruka ini disebabkan oleh hyperplasia epidermis oleh HPV tipe
tertentu. Tersebar secara kosmopolit dan menular melalui kontak kulit maupun
autoinookulasi. Dapat dibagi menjadi:
A. Veruka vulgaris (kutil umum/ common warts)
Terutama menyerang anak-anak tetapi terdapat juga pada orang dewasa dan orang
tua.
Tempat predileksinya di ekstremitas bagian ekstensor tetapi penyebarannya dapat ke
bagian tubuh lain termasuk ekstensor.
Bentuk lentikular atau plakat jika telah berkonfluesi.
Kutil di daerah muka dan kulit kepala disebut verukosa filiformis karena berbentuk
sebagai penonjolan yang tegak lurus terhadap permukaan kulit dan permukaannya
verukosa.
B. Veruka plantaris (kutil telapak kaki/ deep plantar warts)
Tempat predileksi telapak kaki.
Bentuknya seperti cincin yang keras dengan bagian tengah agak lunak dan berwarna
kekuning-kuningan.
Timbul nyeri ketika berjalan akibat penekanan massa yang terdapat di daerah cincin.
C. Veruka plana juvenilis (kutil datar/ flat warts)
Besarnya miliar atau lentikular yang permukaannya licin dan rata, berwarna sama
dengan kulit atau agak kecoklatan.
Tempat predileksi di muka dan leher, dorsum pedis dan manus, pergelangan tangan
serta lutut.
9
Ketiga jenis kutil ini biasanya bersifat asimptomatik meskipun nyeri dan bisa berdarah.
Penyembuhan tanpa pengobatan dapat terjadi dalam waktu 1-5 tahun. Selain itu, jarang
sekali ada kutil yang dapat berkembang menjadi karsinoma verukosa karena plantar,
common, dan flat warts bersifat jinak.
Epidermodislplasia Verukiformis
Merupakan genodermatosis autosomal resesif pada kromosom 17. Lesinya tidak
menular pada orang normal, tetapi tidak bagi orang dengan kelainan kromosom 17. Terkait
dengan HPV tipe 2,3,10,5,9,12,14,15, 17. Bentuknya bisa seperti papul pada kutil
datar (flat warts) tapi lebih sering seperti macula pada panu (Phtiriasis versicolor) yang
menutupi torso dan ekstremitas bagian atas. Munculnya paling banyak pada dekade
perrtama kehidupan. Selain itu, epidermodisplasia verukiformis dapat berubah ganas
menjadi karsinoma kutaneus terutama pada bagian tubuh yang sering terpapar sinar
matahari.
Kutil Anogenital (Anogenital Warts)
Merupakan kutil genital atau disebut kondiloma akuminatum yang terdapat pada epitel
skuamosa pada genitalia eksterna atau perianal. Kondiloma akuminatum 90%
disebabkan oleh HPV 6 dan 11. Jarang yang berkembang menjadi ganas. Penyakit ini
tergolong penyakit akibat hubungan seksual.
Karsinoma Invasif Serviks (Neoplasia Cervical)
Paling sering disebabkan oleh HPV tipe 16 dan 18 dan menyerang saluran genital wanita
(seperti serviks). Perlu ditekankan nih bahwa sebagian besar kanker serviks itu berasal dari
kelainan epitel prekursor yang disebut sebagai CIN (cancer intraepithelial neoplasia).
CIN dibagi menjadi: CIN I (dysplasia ringan), CIN II (dysplasia sedang), dan CIN III
(dysplasia berat dan karsinoma in situ). CIN I dan II dapat menghilang sendiri pada 40-
70% kasus.
Jadi perubahannya berawal dari:
CIN ringan CIN sedang-parahkarsinoma in situ kanker.
Bagaimana HPV 16 dan 18 menyebabkan karsinoma invasif serviks?Ternyata HPV 16 dan 18
ini terintegrasi ke dalam genom sel penjamu mengkode protein menghambat TP 53
dan RB 1 di sel epitell sasaran serta mengaktifkan gen siklus sel seperti siklin E sehingga
terjadi proliferasi sel yang tidak terkendali.
Faktor risiko CIN dan karsinoma invasif adalah usia dini ketika pertama kali berhubungan
seksual, gonta-ganti pasangan seksual, dan infeksi persisten oleh HPV dengan risiko tinggi.
Papilloma Laryngeal
Merupakan neoplasma jinak biasanya di pita suara yang membentuk tonjolan seperti
buah beri dengan diameter < 1 cm. Papiloma biasanya ditemukan tunggal pada orang
dewasa sedangkan pada anak jumlahnya bisa multipel dan disebut sebagai papilomatosis
laring juvenilis. Biasanya, papiloma ini ditransmisikan oleh ibu yang memilki
kondiloma. Kondiloma bisa tertelan pada saat proses kelahiran. Lesi ini disebabkan oleh
HPV tipe 6 dan 11 (umumnya disebabkan oleh HPV 11), tidak menjadi ganas, dan
sering menghilang spontan pada saat pubertas. Pada anak, papiloma cenderung
kambuh setelah eksisi.
DIAGNOSIS LABORATORIUM
Tujuan: mendeteksi HPV dan mengidentifikasi HPV dengan risiko tinggi.
Sitologi (sel koilositosis = sel epitel gepeng yang intinya udah hiperkromatik
yang dikelilingi oleh vakuolisasi perinuklear yang besar akibat sitopatik
virus). Koilositosis ini dapat dilihat dengan pewarnaan papanicolaou (pap smear) dan
biopsi servikal. Gambar selnya bisa dilihat diwah ini!
Mikroskop elektron
Immunofloresensi dan immunostaining
Hibridisasi asam nukleat
10
Polymerase chain reaction (PCR)
PCR dan hibridisasi :untuk menentukan tipe dan mendeteksi HPV dengan
risiko tinggi.
TERAPI
Dapat dilakukan dengan pembedahan, agen kaustik (larutan Ag2NO3 25%, asam
trikloroasetat 50%, dan fenol likuifaktum), krioterapi (=bedah beku dengan CO2,N2, dan
N2O), dan inhibitor sintesis DNA (5-fluoroasil).
PENCEGAHAN
1. Mencegah kontak langsung dengan jaringan yang terinfeksi.
2. Vaksinasi dapat dengan partikel seperti virus kosong yang terdiri dari protein L1 dan
L2. Ada pula vaksin bivalen (vaksin yang diberikan untuk HPV 16 dan 18) dan
tetravalent (selain 16 dan 18, juga untuk HPV 6 dan 11) yang bersifat profilaktik
(menolak penyakit).
3. Sedangkan vaksin untuk HPV kulit belum tersedia. (Herliani Dwi Putri Halim)
REFERENSI:
1. 1.Brooks GF, Butel JS, Morse SA. Jawetz: Mikrobiologi Kedokteran. Edisi 23. Jakarta:EGC. 2004,
hal.610-612.
2. 2.Marks DB, Marks AD, Smith CM. Biokimia Kedokteran Dasar. Jakarta:EGC. 2006, hal. 263.
3. 3.Kumar, Cotrans, Robbins. Buku Ajar Patologi. Edisi 7. Jakarta: EGC. 2007, hal. 767-70.
~ POXVIRUS ~
Kelompok Poxvirus merupakan virus
yang paling besar dan paling
kompleks. Infeksi dari virus ini
memiliki karakterisasi berupa ruam,
namun ada juga menyebabkan lesi
proliferatif. Jenis infeksi yang paling
populer dari virus ini adalah infeksi
Variola.
Karakteristik dari Poxvirus adalah:
Virion: kompleks, berbentuk oval/batu-bata, panjang 400 nm, diameter 230 nm, ada
rigi pada permukaan luar, berisi inti dan badan lateral
Komposisi: DNA (3%), protein (90%), lipid (5%)
Genom: Double-stranded DNA dan linear, berukuran 130-375 kbp, memiliki terminal
loops, komposisi Guanin dan Sitosin yang sedikit
Protein: Virion terdiri lebih dari 100 polipeptida, banyak enzim pada inti mis. enzim
untuk transkripsi
Sangat resisten terhadap inaktivasi
Adanya virus-encoded proteins membantu virus ini u/ menghidar dari sistem imun host.
Poxvirus dibagi menjadi 2 subfamili berdasarkan apakah dia mengineksi vertevrata atau
serangga. Vertebrata Poxvirus dibagi lagi menjadi 8 tipe. Semua Poxvirus yang menginfeksi
vertebrata memiliki antigen nucleoprotein yang sama pada lapisan inti. Terdapat serologic
cross-reactivity di antara virus dengan genus yang sama. Sehingga, imunisasi dengan virus
vaccinia dapat melindungi host dari anggota lain Orthopoxvirus, tetapi tidak untuk genus
lain.
Kebanyakan Poxvirus yang menginfeksi manusia adalah tipe Orthopoxvirus, Parapoxvirus,
beberapa Yatapoxvirus dan Molluscipoxvirus. Berikut adalah anggota dari Poxvirus yang
dapat menginfeksi manusia:
11
REPLIKASI POXVIRUS
Berikut adalah langkah-langkah replikasi Poxvirus pada sel host:
1. Attachment, Penetrasi, dan Uncoating
2. Replikasi viral DNA dan sintesis dari protein virus
3. Maturasi
4. Virus-encoded host modifier genes.
Virus-encoded host modifier genes tergolong early genes yang berhubungan dengan
EGF (Epitelial Growth Factor) dan TGF-alpha. Sel yang terinfeksi virus akan
memproduksi Growth Factor yang mirip dengan EGF. Beberapa gen dari poxvirus akan
memproduksi protein yang menyerupai reseptor Interferon-γ, reseptor IL-1, dan
protein yang berikatan dengan komplemen (complement binding protein). Adanya
protein ini dapat membantu virus untuk menghambat mekanisme imun host. Berikut
adalah skema replikasinya:
INFEKSI POXVIRUS PADA MANUSIA (VACCINIA & VARIOLA)
Smallpox merupakan salah satu anggota Poxviridae yang untungnya telah
punah/tereradikasi. Tingkat mortalitas yang disebabkan oleh variola sempat mencapai 25%,
dan kini hanya 1% saja. Tahun 1798, Edward Jenner memperkenalkan vaksinasi dengan
cowpox yang dilemahkan. Tahun 1967, smallpox menjadi endemik di 33 negara, mencapai
10-15 juta pertahun, karena itu WHO mengkampanyekan pemusnahan smallpox. Kasus
smallpox pun semakin berkurang, dan penduduk yang negaranya mengalami endemik
smallpox telah tervaksinasi. Tahun 1975, dilaporkan kasus terakhir di Asia dan tahun 1977
di Somalia. AKHIRNYA, tahun 1979 smallpox benar-benar dideklarasikan telah PUNAH.
(Ciee…..)
CARA PENYEBARAN VIRUS SMALLPOX DI TUBUH:
Gejala klinis dari infeksi Smallpox adalah:
Masa inkubasi 5-17 hari
Terdapat dua tipe variola yaitu mayor (tingkat kematian 15%-40%) dan variola minor
(tingkat kematian kurang dari 1%).
Demam, Sakit kepala, Nyeri punggung
Terdapat ruam vesikulopapular:
o Lesi yang ditemukan akan berada pada tahap perkembangan yang sama (misalnya:
vesikel ya vesikel aja, kalau papul ya papul aja)
o Penyebaran ruamnya sentrifugal (dari sentral ke luar)
Ada peran dari organ dalam (ginjal, hati, paru-paru)
12
Terdapat serologic cross-reactivity di antara virus dengan genus Orthopoxvirus. Vaksinasi
dengan vaccinia dapat melindungi seseorang dari variola untuk jangka waktu kira-kira 5
tahun. Antibodi saja tidak cukup untuk proses penyembuhan dari infeksi. Pada manusia,
neutralizing antibodies terbentuk dalam beberapa hari setelah onset smallpox, tetapi tidak
dapat mencegah progresi lesi. Sehingga, dibutuhkan imunitas cell-mediated yang
sebenarnya lebih diutamakan.
MOLUSCUM CONTAGIOSUM
Molluscum contagiosum merupakan tumor epidermal yang jinak, disebabkan
molluscipoxvirus dan hanya terjadi pada manusia.
Lesi yang ditimbulkan mirip dengan kutil (wart-like), dimulai dengan papul mirip
mutiara kemudian berkembang menjadi nodul yang memiliki “pusat”. Biasa ditemukan di
batang tubuh, genital, dan ekstrimitas bagian proksimal. Pada kasus molluscum
contagiosum, akan tampak pula hipertrofi keratinosit epidermal serta hiperplasi dari sel
basal. Transmisi dapat melalui kontak langsung maupun tidak langsung (handuk, kolam
renang).
Masa inkubasi yang dibutuhkan 2-8 minggu, namun dapat juga mencapai 6 bulan.
Virus ini juga merupakan immunogen yang buruk (Pada 1 dari 3 pasien tidak diproduksi
antibodi untuk melawan virus ini). Pada pasien AIDS, lesi dapat ditemukan diseluruh tubuh
dan dapat kambuh kembali.
DIAGNOSIS POXVIRUS
Diagnosa smallpox dapat menggunakan pemeriksaan laboratorium yaitu
1) Isolasi dan identifikasi virus:
Spesimen berasal dari lesi atau cairan vesikular
Stabilitas baik: tetap dapat hidup pada spesimen untuk jangka waktu mingguan
walaupun tanpa refrigasi (pendingin)
Inokulasi ke membran korioalantois pada embrio ayam (sekitar 2-3 hari):
o Vaccinia: besar, dengan inti nekrotik
o Variola: lebih ekcil
o Cowpox dan monkeypox: terdapat bintik hemoragik
Molluscum contagiosum: tidak dapat dikulturkan
2) Mikroskopi electron
3) Deteksi antigen virus
4) PCR
5) Serologi
Tidak dapat dibedakan antar sesama orthopoxvirus
Antibodi muncul pada minggu pertama infeksi
Untuk mendeteksi antibodi tersebut: HI, Nt, ELISA, RIA, Immunofluorescence
TATA LAKSANA POXVIRUS
Immunoglobulin Vaccinia: Indikasinya adalah inokulasi yang accidental vaksin pada
mata dan eczema vaccinatum
Methisazone digunakan sebagai profilaksis (pencegahan penyakit)
Cidofovir: menunjukkan aktivitas untuk melawan poxvirus secara in vivo dan in vitro
VAKSINASI DENGAN VACCINIA
Vaccinia merupakan salah satu vektor untuk memperkenalkan gen asing dalam rangka
imunisasi. Waktu imunisasi yang pertama kali adalah pada umur sekitar 1 sampai 2 tahun.
Vaksinasi ulang dengan interval 3 tahun. Reaksi dari vaksinasi yang dapat terjadi yaitu:
Vaksinasi pertama: papul dengan hyperemia ukuran bertambah vesikel pustul
desikasi (lengkap pada hari ke 12)
Revaksinasi: lesi vesikular atau pustular atau indulation yang mengelilingi lesi sentral
(berupa ulkus atau keropeng). (Davrina Rianda Davron)