tb milier 2

3
Manifestasi Klinis Manifestasi klinis dari TB milier dapat bermacam-macam, bergantung pada banyaknya kuman dan jenis organ yang terkena. Gejala yang sering dijumpai adalah keluhan kronik yang tidak khas, seperti anoreksia dan berat badan turun atau gagal tumbuh (dengan demam ringan atau tanpa demam), demam lama dengan penyebab yang tidak jelas, serta batuk dan tidak napas. Di bagian Ilmu Kesehatan Anak RS Dr. Soetomo Surabaya, mulai dari tahun 1999 sampai dengan tahun 2003, didapatkan 43 pasien TB milier, 56 % dibawa ke RS dengan keluhan utama batuk dan sesak napas, 19 % kejang, dan 16 % menderita demam berkepanjangan tanpa penyebab yang jelas. Tuberkulosis milier juga dapat diawali dengan serangan akut berupa demam tinggi yang sering hilang timbul (remittent), pasien tampak sakit berat dalam beberapa hari, limfadenopati superfisial dan hepatomegali akan terjadi dalam beberapa minggu. Demam kemudian bertambah tinggi suhunya dan berlangsung terus-menerus/kontinu. Demam tersebut terjadi tanpa disertai gejala saluran napas atau disertai gejala minimal, dan rontgen paru biasanya masih tampak normal. Beberapa minggu kemudian, pada hampir di semua organ, terbentuk tuberkel difus yang multiple, terutama di paru, limpa, hati, dan sumsum tulang. Gejala klinis biasanya timbul akibat gangguan pada paru, yaitu gejala respiratorik seperti batuk dan sesak napas disertai ronki atau mengi. Pada kelainan paru yang telah lanjut, timbul sindrom sumbatan alveolar, sehingga dapat dijumpai gejala distres pernapasan, hipoksia, pneumotoraks, dan pneumomediastinum. Dapat juga terjadi gangguan fungsi organ, kegagalan multiorgan, serta syok. Gejala lain yang dapat ditemukan adalah kelainan kulit berupa tuberkoloid, gejala nekrotik, nodul, atau purpura. Tuberkel koloid ditemukan pada 13-87 % pasien, dan jika ditemukan dini dapat merupakan tanda yang sangat spesifik dan sangat membantu diagnosis Tuberkulosis milier.

description

tb

Transcript of tb milier 2

Page 1: tb milier 2

Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis dari TB milier dapat bermacam-macam, bergantung pada banyaknya kuman dan jenis organ yang terkena. Gejala yang sering dijumpai adalah keluhan kronik yang tidak khas, seperti anoreksia dan berat badan turun atau gagal tumbuh (dengan demam ringan atau tanpa demam), demam lama dengan penyebab yang tidak jelas, serta batuk dan tidak napas. Di bagian Ilmu Kesehatan Anak RS Dr. Soetomo Surabaya, mulai dari tahun 1999 sampai dengan tahun 2003, didapatkan 43 pasien TB milier, 56 % dibawa ke RS dengan keluhan utama batuk dan sesak napas, 19 % kejang, dan 16 % menderita demam berkepanjangan tanpa penyebab yang jelas.

Tuberkulosis milier juga dapat diawali dengan serangan akut berupa demam tinggi yang sering hilang timbul (remittent), pasien tampak sakit berat dalam beberapa hari, limfadenopati superfisial dan hepatomegali akan terjadi dalam beberapa minggu. Demam kemudian bertambah tinggi suhunya dan berlangsung terus-menerus/kontinu. Demam tersebut terjadi tanpa disertai gejala saluran napas atau disertai gejala minimal, dan rontgen paru biasanya masih tampak normal. Beberapa minggu kemudian, pada hampir di semua organ, terbentuk tuberkel difus yang multiple, terutama di paru, limpa, hati, dan sumsum tulang. Gejala klinis biasanya timbul akibat gangguan pada paru, yaitu gejala respiratorik seperti batuk dan sesak napas disertai ronki atau mengi. Pada kelainan paru yang telah lanjut, timbul sindrom sumbatan alveolar, sehingga dapat dijumpai gejala distres pernapasan, hipoksia, pneumotoraks, dan pneumomediastinum. Dapat juga terjadi gangguan fungsi organ, kegagalan multiorgan, serta syok.

Gejala lain yang dapat ditemukan adalah kelainan kulit berupa tuberkoloid, gejala nekrotik, nodul, atau purpura. Tuberkel koloid ditemukan pada 13-87 % pasien, dan jika ditemukan dini dapat merupakan tanda yang sangat spesifik dan sangat membantu diagnosis Tuberkulosis milier.

Meningitis TB dan peritonitis TB dapat ditemukan pada 20-40 % pasien yang penyakitnya udah berat. Sakit kepala kronik atau berulang biasanya merupakan gejala telah terjadinya meningitis dan merupakan indikasi untuk melakukan pungsi lumbal. Peritonitis TB ditandai oleh keluhan nyeri atau pembengkakan abdomen.

Lesi milier dapat terlihat pada rontgen paru dalam waktu 2-3 minggu setelah penyebaran kuman secara hematogen. Gambarannya sangat khas, berupa tuberkel halus yang tersebar merata di seluruh lapangan paru, dengan bentuk yang khas dan ukuran yang hampir seragam (1-3 mm). Lesi kecil dapat bergabung membentuk lesi yang lebih besar, kadang0kadang membentuk infiltrat yang halus. Sekitar 1-2 minggu setelah timbulnya penyakit, lesi yang tidak teratur seperti kepingan salju dapat dilihat pada rontgen paru.

Page 2: tb milier 2

Diagnosis

Diagnosis TB milier pada anak dibuat berdasarkan adanya riwayat kontak dengan pasien TB dewasa yang infeksius (BTA positif), gambaran radiologis yang khas, gambaran klinis, serta uji tuberkulin yang positif. Uji tuberkulin tetap merupakan alat bantu diagnosis TB yang penting pada anak. Uji tuberkulin negatif pada lebih dari 40 % TB diseminata. Pemeriksaan sputum atau bilasan lambung dan kultur M. Tuberculosis tetap penting dilakukan. Pemeriksaan BTA akan menunjukkan hasil positif pada 30-50 % pasien. Namun, untuk diagnosis dini, pemeriksaan sputum atau bilasan lambung kurang sensitif dibandingkan dengan pemeriksaan bakteriologik dan histologik dari biopsi hepar atau sumsum tulang. Untuk menentukan diagnosis meningitis TB, pungsi lumbal sebaiknya dilakukan pada setiap[pasien Tuberkulosis milier walaupun belum tombul kejang atau penurunan kesadaran

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Untuk membantu mendiagnosis penyakit TB milier dapat dilakukan pemeriksaan penunjang antara lain ;1. Uji tuberkulin.Disebut juga Mantoux Test, dilakukan dengan cara menyuntikkan 0,1 ml PPD-RT 23 2TU, PPD-S5 TU atau OT 1/2000 secara intrakutan. Pembacaan dilakukan 48-72 jam setelah penyuntikandan diukur diameter melintang dari indurasi yang terjadi. Indurasi 0-4 mm negatif, indurasi 5-9mm masih meragukan, diameter lebih dari 10 mm jelas positif.2. Pemeriksaan radiologis.Gambaran radiologis TB milier sangat khas, berupa tuberkel halus (millii) yabg tersebar merta(difus) di seluruh lapangan paru, dengan bentuk yang khas dan ukuran yang hampir seragam (1-3 mm).(1)3. Pemeriksaan bakteriologis.Penemuan kuman TB memastikan diagnosis TB, tetapi tidak ditemukannya kuman TB bukanberarti tidak menderita TB. Pemeriksaan bakteriologis terdiri dari 2 cara, yaitu pemeriksaanmikroskop hapusan langsung untuk menemukan kuman TB dan pemeriksaan biakan kuman.4. Pemeriksaan patologi anatomi.Pemeriksaan patologi anatomi tidak dilakukan secara rutin.