suara desa edisi VII

64
1 www.suaradesa.com Edisi 07 15 Agustus - 15 September 2012 SUARA DESA SUARA DESA MAJALAH BULANAN EDISI 07 15 AGUSTUS - 15 SEPTEMBER 2012 Desa Sejahtera, Negara Berjaya Kades Bersatu Negara Pasti Maju Dua Kades Duel di Pilkada Nganjuk Waduk Makin Kritis AKDI, dari Jatim untuk Indonesia RUU Desa di Ujung Penantian

description

AKD Indonesia terbentuk. Dari dan untuk Desa se-Indonesia.

Transcript of suara desa edisi VII

Page 1: suara desa edisi VII

1www.suaradesa.com Edisi 07 15 Agustus - 15 September 2012 SUARA DESA

SUARA DESAMAJALAH BULANAN EDISI 07 15 AGUSTUS - 15 SEPTEMBER 2012

Desa Sejahtera, Negara Berjaya

Kades Bersatu Negara Pasti Maju

Dua Kades Dueldi Pilkada Nganjuk

Waduk Makin Kritis

Desa Sejahtera, Negara Berjaya

Kades Bersatu Negara Pasti Maju

AKDI, dari Jatim untuk Indonesia

Kades Bersatu AKDI, dari Jatim untuk IndonesiaAKDI, dari Jatim untuk IndonesiaAKDI, dari Jatim untuk Indonesia

RUU Desa di Ujung Penantian

Page 2: suara desa edisi VII

2 SUARA DESA www.suaradesa.com Edisi 07 15 Agustus - 15 September 2012

PT. Potensi Bumi PowerPT. Potensi Bumi NusaPT. Potensi Bumi BinkaraPT. Potensi Bumi JayaPT. Potensi Bumi PerkasaPT. Potensi Bumi MajuPT. Potensi Bumi MandiriPT. Potensi Bumi MakmurPT. Potensi Bumi InternationalPT. Potensi Bumi NanggroePT. Potensi Lombok PowerPT. Potensi Lombok EnergiPT. Potensi Lombok SaktiPT. Potensi Lombok NusaPT. Potensi Lombok BinkaraPT. Potensi Lombok JayaPT. Potensi Lombok PerkasaPT. Potensi Lombok MajuPT. Potensi Lombok MandiriPT. Potensi Lombok MakmurPT. Potensi Lombok InternationalPT. Potensi Entebe Power

PT. Potensi Entebe EnergiPT. Potensi Entebe SaktiPT. Potensi Entebe NusaPT. Potensi Entebe BinkaraPT. Potensi Entebe JayaPT. Potensi Entebe PerkasaPT. Potensi Entebe MajuPT. Potensi Entebe MandiriPT. Potensi Entebe MakmurPT. Potensi Entebe InternationalPT. Potensi Alam EntebePT. Potensi Alam NanggroePT. Potensi Alam LombokPT. Potensi Alam NusaPT. Potensi Alam InternationalPT. Potensi Bumi Lombok PowerPT. Potensi Bumi Lombok EnergiPT. Potensi Bumi Lombok SaktiPT. Potensi Bumi Lombok NusaPT. Potensi Bumi Lombok BinkaraPT. Potensi Bumi Lombok JayaPT. Potensi Bumi Lombok PerkasaPT. Potensi Bumi Lombok MajuPT. Potensi Bumi Lombok Mandiri

PT. Potensi Bumi Lombok MakmurPT. Potensi Bumi Lombok InternationalPT. Potensi Bumi Entebe PowerPT. Potensi Bumi Entebe EnergiPT. Potensi Bumi Entebe SaktiPT. Potensi Bumi Entebe NusaPT. Potensi Bumi Entebe BinkaraPT. Potensi Bumi Entebe JayaPT. Potensi Bumi Entebe PerkasaPT. Potensi Bumi Entebe MajuPT. Potensi Bumi Entebe MandiriPT. Potensi Bumi Entebe MakmurPT. Potensi Bumi Entebe InternationalPT. Asia Leads

PT. Asia Kelolartha Eramaju

PT. Potensi Bumi Energi

PT. Potensi Bumi Sakti

Page 3: suara desa edisi VII

3www.suaradesa.com Edisi 07 15 Agustus - 15 September 2012 SUARA DESA

INDEKS6-14

15-18

19-24

25-30

34-39

56-59

Kades bersatu, negara majuBersatu untuk tidak korupsiAKD, dari Jatim untuk IndonesiaJadilah pioneer, bukan follower RUU Desa di Ujung PenantianAyo, siap-siap kepung DPR Desa Kelola Anggaran NegaraBiar terlambat, asal selamat ! DPR studi banding desa ke BrasilYang benar belajar sepakbola ke Brasil

SaSa...Santai Saja

44-48

Satu halaman : Rp 5.000.000 (berwarna) Rp 3.000.000 (hitam putih)Setengah halaman : Rp 3.000.000 (berwarna) Rp 2.000.000 (hitam putih)Seperempat halaman : Rp 2.000.000 (berwarna) Rp 1.000.000 (hitam putih)

Harga eceran : Rp 15.000/eksemplarLangganan satu tahun : Rp 150.000 (termasuk ongkos kirim)

Pembina /Penasehat :R.H. Dwi Putranto Sulaksono

Pemimpin Umum :Samari (Ketua AKD Jatim)

Pemimpin Redaksi :Budi Harminto

Dewan Redaksi :R.H. Dwi Putranto Sulaksono, Samari, Moch. Moezamil, Tulus Setyo Utomo, Sugeng Budi-yono, Budi Harminto, Nur Fakih, M. F. Tony,

G.S. Sutanto

Redaktur Pelaksana :Nur Fakih, MF. Tony, GS. Santo

Reporter : T. Huda (Banyuwangi), Fatur Hadi (Situbondo),

Syamsu Sahal (Bondowoso), M. Hasan (Jember), R Ziqi (Malang), Ali Machmudi

(Lumajang), Fathoni (Pasuruan), Achmad Faiz (Probolinggo), Sujiwo (Kediri),

Hendra Yunantoro (Blitar), Sugiono (Nganjuk), Sakti Prawira (Tulung-

agung), Handrawan (Trenggalek), S. Prawiro (Madiun), Maksum Chairi (Magetan), Sumar-

sono (Ponorogo), Arie Wahyu (Pacitan), Achmad Zahni (Ngawi), Dodik Hendra

(Gresik), G Susanto (Sidoarjo), Irfan Bachmid (Mojokerto), Nurul (Jombang), Abdul “Willy” Barry

(Tuban), M. Mustika (Lamongan), Zaenal C.M. (Bojonegoro), Fatkul Amin (Bangkalan),

Aminullah (Pamekasan ), Kasiono (Sampang), Alan Nuari (Sumenep).

Kontributor : M. Jazuli (Pacitan), N Suseno (Ponorogo), Jael-ono (Madiun), Kusnindar (Ngawi), Sono Keling (Magetan), Rebo (Trenggalek), Ashrori (Tulun-gagung), Madini (Kediri), Pitoyo (Blitar), Edi

Santoso (Nganjuk), Robiul Usman (Jombang), Madra’i (Mojokerto), Anang Suhari (Sidoarjo),

Elok Dwi Cahyono (Pasuruan), Saifullah Mahdi (Gresik), Nugroho LA (Lamongan), Sudiono

(Bojonegoro), Mashyuri (Tuban), Didik GS (Ma-lang), Hernanto S (Batu), Poniran (Probolinggo), Sanan (Lumajang), Umami (Situbondo), Hanafi

(Bondowoso), Sugeng Budiyono (Jember), Agus Tarmidi (Banyuwangi). Rofi k (Bangkalan), Ahmad (Sampang), Saiful (Pamekasan), Moh.

Farqi (Sumenep).

Pemimpin Perusahaan : Budi Harminto

Sekretaris Redaksi : GS. Santo, Reza Pahlevi

Pracetak :Tatik AS, S. Rini

Alamat Redaksi: Kantor AKD Jatim

Komplek Pasar Wisata Juanda Blok D-1Desa Pabean Sedati, Sidoarjo.

Telp. 031-8679999Email:[email protected]

www.suaradesa.comwww.akdjatim.com

Diterbitkan oleh: Asosiasi Kepala Desa Jawa Timur

SUARA DESADESA SEJAHTERA, NEGARA BERJAYA

TARIF IKLANDua kepala desa duel di

Pemilukada Nganjuk, H. Saiful Anam, Kades Sidoharjo, Kec. Tanjunganom (sebelah kiri) dan H. Yusmanto, Kades

Selorejo, Kec. Bagor.

40-43

* FKPD Blitar Bangun Kekuatan Desa* Bawang Merah Stabil, Petani Belum Untung* Waspada, Jika Melalui Trenggalek-Pacitan

SUARA WILIS * Waduk Mulai Kritis* Jauh Mengayuh untuk “Mematri” Kehidupan Keluarga * Harga Tembakau di Ngawi Turun* Perempuan Penambang Pasir Sungai Grindulu

SUARA PANTURA* Dipicu Kalimireng, Pantura Jadi Kawasan Emas* Calon Bupati yang Sukses Bangun Desa * Ekonomi Siding Tak Pernah Genting

SUARA AREK * Musim Hujan, Diperkirakan November* Warga Simogirang Girang Prestasi Desa * Sejahtera di Tengah Gunung Sampah

SUARA MADURA * Egalitirianisme Bebek Madura Yang Panas* Desa Penghasil Ikan Terbesar* Desa Poreh Pusat Tikar Rakara

SOROTAN * RUU Desa di Ujung Penantian* Otonom Kelola Anggaran* Mencontoh Desa Brasil dan China

FOKUS * Kades Bersatu, Negara Maju* AKD, dari Jatim untuk Indonesia* Rapatkan Barisan, Galang Dukungan * Makmurkan Desa, Perkokoh NKRI

SUARA IJEN * Selamat Datang di Desa Kambing!* Desa Berbantal Limbah Ijen * Era Baru Pertanian Organik * Menuju Desa Wisata Kambing Etawa

SUARA SEMERU * Gagal Cegah TKI Ilegal * Jalibar Malang* Dari Batu Berburu Rumput ke Kediri* Wonokerto Menggeliat Berkat Jamur* Krupuk Lele Tinggi Kalsium di Yosowilangun

SUARA BRANTAS * Dua Kades Berebut Jadi Penguasa Kota Angin* Ditemukan, Saluran Air Peninggalan Kerajaan

49-53

Penggalian situs sejarah di Desa Pagu, Kecamatan Wates Kabupaten Kediri.

Page 4: suara desa edisi VII

4 SUARA DESA www.suaradesa.com Edisi 07 15 Agustus - 15 September 2012

UNEG UNEGUNEG UNEG Beda Suara Desa dan Derap Desa

BEBERAPA waktu lalu, saya berkun-jung ke rumah teman kepala desa. Saya melihat ada dua majalah yang meng-astanamakan “DESA”, yakni Suara Desa dan Derap Desa. Kata kepala desa, ke-duanya sama-sama dibagikan secara gratis. Setelah saya baca sekilas, ada perbedaan yang mencolok. Suara Desa lebih banyak menampilkan profi l dan per-soalan desa di masing-masing kabupa ten di Jawa Timur. Sedangkan Derap Desa lebih dominan berita kegiatan pecitraan Gubernur Jatim Soekarwo, Ketua PKK Ja-tim Nina Soekarwo, dan beberapa dinas di Peme rintahan Provinsi Jatim. Sebagai orang desa, saya lebih sreg dengan Suara Desa karena desa banget gitu loh. Sebe-narnya banyak yang ingin saya tanyakan, ter utama menyangkut pendanaan, apak-ah dari APBD atau bukan. Tapi sudahlah ......, maju terus saja Suara Desa. Jangan pernah berhenti menyuarakan aspirasi Wong Deso. Teruslah suarakan hati nura-ni Wong Cilik. Merdeka !

Minto, Ds Pepe Sedati, Sidoarjo

Redaksi :

Suara Desa diterbitkan oleh AKD Ja-tim, dan sepenuhnya didanai Pembina AKD Jatim R.H. Dwi Putranto Sulaksono. Suara Desa didedikasikan sebagai me-dia yang menyalurkan aspirasi kepala desa dan rakyat di desa, serta menyam-paikan persoalan di desa.

Terancam Hancur Lagi

DI DESA kami, Desa Ardimulyo dan Desa Toyomarto akan di aspal/hotmix . Seluruh

perlengkapan pengaspalan sudah siap di tempat. Semoga nantinya dapat menambah manfaat bagi warganya. Rusaknya jalan selama ini 85% karena mobil penganggkut sirtu (pasir batu) atau galian C dari penambangan ilegal yang saat ini masih aktif dan tidak ada kontribusi/pajak penambangan terhadap negara. Mohon ada tindakan dari penegak hukum dan kami mohon yang menangani kasus penambangan kalau bisa serahkan ke POLRES jangan POLSEK , karena dari tahun ke tahun tidak ada penyelesaian dan aman-aman saja karena POLSEK yangg menangani, ini bukan rahasia lagi bagi masyarakat. Cepat atau lambat, meski diperbaiki berulang kali, jalan yang sudah dihotmix akan rusak lagi, jika terus menerus dilewati truk sirtu. Terima kasih

Hendro Sasongko, Ds Toyomarto, Singosari, Malang

Lebih Jujurlah Banyuwangi

SELAMA mudik di Banyuwangi yang menjadi pusat perhatian saya adalah begitu banyaknya ucapan terima kasih warga di setiap desa dan kecamatan terhadap perbaikan jalan kepada Bupati Banyuwangi yang selama ini jarang terjadi. Memang tidak ada salahnya, namun hal itu seharusnya perbaikan dilaksanakan terlaksana lebih dulu baru disampaikan ucapan terima kasih. Hal ini berkaitan dengan belum diperbaikinya jalan Akhmad bin Hasan sebagai penghubung jalan raya Banyuwangi ke Licin dengan jalan Jelun Banjar yang keduanya amat sangat parah keadaannya dan tidak jarang motor terjatuh celaka karenanya. Lebih parah lagi jalan masuk Paspan ke Derek. Oleh karena itu melalui pengaduan ini, agar menjadi koreksi bagi pemberi dan penerima ucapan dimaksud untuk menyampaikan hal yang nyata dan tidak ditutup-tutupi. Besar kemungkinan dengan fasilitas jalan di tempat lainnya di Kabupaten Banyuwangi. Semoga tulisan ini membawa manfaat.

Zulfi adi Suprayitno, Prabumulih, Sumsel 31114

Page 5: suara desa edisi VII

5www.suaradesa.com Edisi 07 15 Agustus - 15 September 2012 SUARA DESA

Salam Sejahteralah Desaku !“Kades bersatu, tak bisa dikalahkan.” Begitulah

ung kapan beberapa kepala desa (Kades), menyambut penuh semangat gagasan berdirinya Asosiasi Kepala Desa Indonesia (AKDI).

Kepala desa bersatu menjadi impian dan obsesi mereka. Sejarah pergerakan bangsa ini mengajarkan, hanya dengan persatuan dan kesatuan, maka perjuangan lebih ringan dilakukan. “Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh.”

Mereka pun berharap, bersatunya para kades da-lam satu wadah profesional akan menyamakan visi, lu ruskan hati, dan satukan langkah. Potensi dan posisi strategis kepala desa baik dalam sistem pemerintahan maupun komunitas politik dapat dipahami dengan baik dan benar. Tentu untuk tujuan yang sama, yakni keberdayaan kepala desa sendiri dan kemajuan masyarakat desa.

Ya, kepala desa selain sebagai subjek otonom yang langsung bertanggung jawab kepada rak yat-nya dalam proses pemerintahan desa, sekaligus seb agai entitas politis dalam arti secara komunal. Kelompok kepala desa adalah kelompok politis yang memiliki posisi tawar yang sangat kuat da-lam rangka check and balancing dalam tatanan pe m erintahan. Juga sebagai kekuatan tandingan dari kekuatan-kekuatan politik yang ada.

Menurut Ketua AKD Jatim Drs. H. Samari, MM, posisi pemerintahan desa yang otonom merupakan satu modal dasar politik yang besar bagi para kepala desa untuk membangun satu kemandirin politik. Kepala desa sebagai jabatan yang didapat dari satu arena politik tentu secara konstan memiliki potensi politik yang konstan pula.

Meleburnya identitas parpol dan atribut-atribut golongan yang melekat menjadi personifi kasi diri kepala desa merupakan satu bentuk personifi kasi dukungan politik yang potensial. Pada diri kepala desalah identitas personal politik yang mandiri berada. Sebab kepala desa tidak dicalonkan oleh partai politik. Konteks tersebut memperkuat posisi kepala desa sebagai kekuatan politik yang otonom.

Demikian juga hubungan pemerintahan desa de ngan jenjang pemerintahan di atasnya terjalin secara interdependen. Artinya sangat temporal tapi tidak bisa intervensi. Pemerintahan desa benar-benar mandiri sesuai dengan amanat Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang otonomi daerah. Posisi ter-sebut sangat strategis karena pemerintahan yang berada di atasnya tidak bisa melakukan intervensi langsung pada ke ber-langsungan sistem pemerintahan di desa.

Dari segi politik, kepala desa sebagai kelompok politis memiliki posisi tawar yang sangat kuat jika dihadapkan dengan kekuatan politik manapun, terutama kekuatan infrastruktur politik yang ada pada level pemerintahan di atasnya. Satu potensi politis yang selama ini tidak pernah dipergunakan sebagaimana proporsinya. Mentalitas atas-bawah masih saja menjadi pola pikir para kepala desa

selama ini.“Keputusan apapun yang tidak didukung oleh ko-

mu nitas kepala desa tentu tidak akan bisa operasional. Satu posisi tawar yang sangat kuat namun sayang tidak pernah dimanfaatkan,”kata Castono.

Asumsi tersebut benar. Latar belakang kepala desa yang beragam menjadi tantangan tersendiri bagi terbentuknya kesepemahaman terhadap berbagai persoalan politik maupun pemerintahan. Demikian pula kondisi politik dan pemerintahan di sebuah wilayah (kabupaten) kerap sekali berpengaruh, bahkan mewarnai terhadap psikologi politik para kepala desa.

Seperti di sejumlah kabupaten di Jawa Timur, ke-be radaan wadah maupun organisasi kepala desa tidak

men dapatkan sambutan positif dari bupati. Bahkan se-cara diametral bupati menciptakan perbedaan dan sikap yang berseberangan dengan para kepala desa. Lalu para kepala desa masuk dan dipecah dalam kotak-kotak yang melemahkan secara politik.

Lalu ? Mau tidak mau harus dibangun satu kesadaran bersama dalam kelompok kepala desa tentang posisi tawar mereka dalam arena politik. Kesadaran ini akan memupus kesadaran nalar atas-bawah yang sudah sedemikian rupa “dilembagakan”. Opini publik yang perlu dikembangkan, yakni memberi kesempatan kepala desa dan pemerintahan desa untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengawal proses pemberdayaan dan pemajuan desa.

Kepala desa dan pemerintahan desa harus selalu dide-ngar kan suaranya, dilindingi martabatnya, dan diberikan hak-haknya. Lebih kongkrit lagi, “orang desa” harus diper-caya dan diberi kesempatan untuk menjalankan tata kelola pemerintahan dan “kenegaraan” dalam skala lebih kecil.

Memang harus disadari, pencapaian seperti itu tidak se mudah kita membalik tangan. Perlu perjuangan berat, me meras keringat dan mengerahkan tenaga ekstra. Na-mun segalanya akan lebih ringan dan cepat terwujud, jika para kepala desa dan wong deso bersatu menjadi satu ke kuatan yang massif, terstruktur, dan sistematis.

Ya, kepala desa bersatu, tak dapat dikalahkan. ***

budi harminto

Salam dari Desa

Bersatulah Pak Kades !

Page 6: suara desa edisi VII

6 SUARA DESA www.suaradesa.com Edisi 07 15 Agustus - 15 September 2012

Naik Kelas Berebut Kursi Jatim Satu

sudah merupakan keniscayaan. Hal itu sekaligus ke-butuhan dan hak kepala desa untuk meningkatkan ka pasitas dirinya, tentu saja agar berharga dan ber-manfaat bagi kelangsungan proses pembangunan di tanah air.

Tidak dapat dipungkiri, setelah berjalan 67 ta-hun Kemerdekaan Republik Indonesia, ada satu lang kah yang masih tertatih-tatih mewujudkan ci ta-cita proklamasi itu. Yakni, belum meratanya pem -bangunan di Indonesia. Desa yang notabene se-ba gai sokoguru sebuah negara masih banyak yang terbelakang. Ini tentunya tidak lepas dari political will yang baik dan benar dari pemerintah dan elit politik Indonesia bagi kemajuan desa.

Harus ada paradigma baru dalam membantu per-ce patan pembangunan di desa. Selain dibutuhkan “ang garan khusus” untuk desa, maka kepala desa sebagai motor penggerak pemerintahan di desa ha-rus memiliki pemikiran yang sama terhadap arah pem-bangunan dan pemajuan Indonesia. Tidak ada jalan lain, para kepala desa harus berhimpun menjadi satu kekuatan sosial yang politik dan dapat menjadi mitra bagi pemerintah. Ya, Asosiasi Kepala Desa In do nesia (AKDI) adalah wadah bagi perjuangan dan pe nyaluran aspirasi tersebut. Maka, kepala desa ber satu, negara pasti maju. Desa berdaya, negara pasti berjaya. (*)

Diakui atau tidak, kepala desa adalah u -jung tombak sistem pemerintahan di In-do nesia. Hampir seluruh program dan ke giatan pemerintahan bermuara di de -sa, seperti urusan KTP, penyaluran ban-

tuan hibah, distribusi pupuk, jual beli tanah, orang menikah/bercerai, bagi warisan, keluarga berencana, ibu hamil bayi sehat, hingga surat keterangan mis-kin. Sedikitnya ada “18 departeman” yang harus di-ker jakan kepala desa. Semuanya digerakkan oleh ke pala desa.

Ironisnya, perlakuan terhadap tugas dan peran pe-me rintahan desa (kepala desa) tidak jelas. Secara for-mal diperlakukan sebagai subordinasi pemerintahan di atasnya, namun tidak dibarengi dengan dukungan anggaran yang memadai sebagaimana pemerintahan kabupaten/kota, provinsi, dan pemerintahan pusat. Perlakuan terhadap pemerintahan desa juga selegenje alias tidak sama di setiap kabupaten. Misalnya, soal TPAPD (tunjangan penghasilan aparat pemerintahan desa), alokasi dana desa, masa jabatan kepala desa, dan sebagainya.

Di satu sisi, kondisi dan latar belakang kepala desa yang beragam tidak mendapat dukungan secara po litik agar mereka berdaya bagi kemajuan dan ke-sejahteraan masyarakat desa di negeri ini. Kepala de-sa dibiarkan “di luar pagar” sistem pemerintahan. Aki-batnya, kepala desa seperti pihak yang menjadi ajang “tombo butuh” untuk segala kegiatan pemerintahan mau pun sosial politik lainnya, terutama pemilihan u -mum langsung seperti pemilihan legislatif, bupati, gu-bernur hingga pemilihan presiden.

Dengan latar belakang seperti itulah, perlu adanya or ganisasi yang menyatukan kepala desa secara na-sional. Tujuannya agar kepala desa berdaya baik se-cara profesional, independen, dan amanah bagi ke-ma juan desa maupun masyarakat desa. Gagasan Pem bina AKD Jatim R.H. Dwi Putranto Sulaksono un tuk menyatukan kepala desa dan perangkat desa da lam satu wadah secara nasional perlu kiranya men-dapatkan dukungan dan sudah seharusnya dilakukan. Pembentukan organisasi kepala desa secara nasional

sudah merupakan keniscayaan. Hal itu sekaligus ke-butuhan dan hak kepala desa untuk meningkatkan ka pasitas dirinya, tentu saja agar berharga dan ber-DDiakui atau tidak, kepala desa adalah u -

jung tombak sistem pemerintahan di In-do nesia. Hampir seluruh program dan

Kades Bersatu, Negara Maju

PENGURUS AKD Jatim melakukan demo di depan Gedung DPR-RI menuntut disahkannya RUU Desa.

PENGURUS AKD Jatim melakukan audiensi dengan anggota Pansus RUU Desa dan pimpinan DPR.

Page 7: suara desa edisi VII

7www.suaradesa.com Edisi 07 15 Agustus - 15 September 2012 SUARA DESA

Naik Kelas Berebut Kursi Jatim Satu

Kades Bersatu, Negara Maju

Wajah Kepala Desa Klam pis Barat, Ke ca-ma tan Klam pis, Ka-bupaten Bang kalan, Madura, Husni Zaim,

tampak sumringah begitu disampai-kan rencana AKD Jatim melebarkan ke pak sayap perjuangannya menjadi berskala nasional. Sebab, selama ini peran AKD dalam mengawal program pro-warga desa sudah sangat dira-sakan rakyat. Bukan hanya memberi man faat kepada kades. “Memang su-dah saatnya (jadi AKDI)!” kata Husni Zaim kepada Suara Desa.

Sebagai alat perjuangan, AKD akan le bih “power full” bila ling kup nya le bih luas berskala nasional menjadi AKDI. Ten tu saja bila organisasi ini solid, pas-ti mampu mengayomi semua kepala desa di negeri ini sekaligus mengayomi semua warga desa di Indonesia.

“Kelak AKD Indonesia harus mem-punyai fi gure yang mampu mengayomi dan mengemban semua aspirasi kepala desa,” kata Husni Zaim.

Pria ini berharap asosiasi itu se ce-pat nya terbentuk. Selanjutnya di ha-rapkan ada fi gur kharismatik yang bisa menjalankan roda organisasi de ngan baik sehingga program-program di de-sa yang saat ini mandek akan bisa ber-jalan lagi.

“Kalau asosiasi ini (AKD Indonesia, Red.) terbentuk, maka masalah per kem-ba n gan di desa, seperti struktur desa, pasti akan tercover,” tutur Husni Zaim.

Sebab, imbuhnya, selama ini di pe me-rin tahan tingkat desa hanya kelu rahan saja strukturnya yang tersusun dengan ra pi, sementara untuk struktur di desa se lalu monoton dan tidak ter susun de-ngan baik. “Susunan di pemerintahan desa selama ini selalu amburadul, itu berbeda dengan su sun an pemerintahan di kelurahan,” tukasnya.

Oleh sebab itu, kata dia, dengan ter-ben tuknya AKD Indonesia, para ke-pala desa akan mempunyai payung hu kum. Mereka pun senang sebab ada jalur koordinasi dari atas ke bawah pa-rarel dengan sistem birokrasi. “Kami sa-ngat mengharapkan dengan berdirinya AKD Indonesia ini nantinya bisa meng-ayomi para kepala desa,” katanya.

Selain itu, kata Husni Zaim, dengan terbentuknya AKD Indonesia, para peng urus AKD Indonesia nantinya ju ga bisa memperjuangkan UU Desa un tuk segera disahkan. Dia lebih ber syukur bila ada klausul AKDI dalam UU Desa. “Kalau UU desa disahkan se luruh ke-pala desa se-Indonesia pasti ada ke-ber samaan, karena visi dan misinya sama,” paparnya.

Tak hanya Husni Zaim yang me-

AKD, dari Jatimuntuk Indonesia

FOKUS

Keberhasilan Asosiasi Kepala Desa (AKD) Jawa Ti-mur dalam mengawal program pro-desa membuat se jumlah kalangan meminta organisasi ini diperluas cakupannya menjadi nasional. Namanya AKD Indo-nesia. Para kepala desa pun merespon positif kela-hiran AKDI yang akan dideklarasikan pada Oktober atau Desember 2012 mendatang.

Budi Harminta, GS Santo, Nurfakih, Fathoni. M. Amin, Aminullah Elza,

Chipnal, Ali, Wahono

LAPORAN:

7www.suaradesa.com Edisi 07 15 Agustus - 15 September 2012www.suaradesa.com Edisi 07 15 Agustus - 15 September 2012www.suaradesa.com Edisi 07 15 Agustus - 15 September 2012 SUARA DESA

nyambut positif berdirinya AKD Indo-nesia. Beberapa kepala desa dari sean-tero Jawa Timur. Diantaranya Ketua AKD Jember Sugeng Budiyono, yang menilai adanya AKD Indonesia dapat memberi banyak manfaat. Selain men-jadi forum silahturahmi, juga sebagai wahana kepentingan bersama.

“AKDI jangan sampai berseberangan dan menjadi bemper atau alat per-juangan semata AKDI harusnya lebih dari itu,”kata Sugeng tanpa memerinci lebih jauh.

Menurut Sugeng, AKDI harus men-jadi kekuatan politik yang besar un-tuk mewujudkan kesejahteraan dan ke makmuran di desa. Selain itu, AKDI juga harus menjelma menjadi kekuatan pemberdayaan kepala desa maupun perangkat desa dalam kerangka system pemerintahan di Indonesia.

Menurut Wakil ketua AKD Jatim ini, sudah saatnya desa dan masyarakat de sa menjadi fokus pembangunan. Se-lama ini pemerintahan desa bersama ma syarakat desa selalu terpinggirkan dan dianggap bodoh. Padahal peme rin-tahan desa itu ujung tombak bagi per-baikan di negeri ini. Demikian saat ini sudah banyak kepala desa yang pintar-pintar dan berpendidikan tinggi.

“Sekarang bukan jamannya lagi me mandang desa dengan sebelah ma ta. Kalau Indonesia ingin menjadi Ne gara yang kuat, maka desa harus di berdayakan dan dimakmurkan lebih dulu,” ujar Sugeng,

yang juga Kades

Page 8: suara desa edisi VII

8 SUARA DESA www.suaradesa.com Edisi 07 15 Agustus - 15 September 20128 SUARA DESA www.suaradesa.com Edisi 07 15 Agustus - 15 September 2012www.suaradesa.com Edisi 07 15 Agustus - 15 September 2012www.suaradesa.com Edisi 07 15 Agustus - 15 September 2012

Keberadaan AKDI, kata dia, secara kelembagaan juga bisa membuat struk tur lembaga ini menjadi semakin jelas. Mulai tingkat pusat hingga tingkat daerah. “Karena itu kami sangat mendukung agar AKDI berdiri sebelum RUU Desa ditetapkan. Ini supaya pe merintah dan DPR RI mempertimbangkan keber adaan AKDI dan juga agar tertuang da lam RUU Desa itu, bahwa ada AKDI. Pokoknya yang pro-desa kita dukung,” kata Saiful, tegas.

Sedangkan Ketua AKD Lumajang Sanan me-nga kui sukses AKD Jatim me mang bisa dija di-kan contoh bagi embrio pembentukan AKD In-do nesia. Soal ini Sanan setuju saja. Hanya dia mengingatkan bahwa di setiap propinsi sudah ada asosiasi masing-masing yang menjadi wadah para kepala desa.

“Kalau menjadi AKD Indonesia saya kira ku-rang pas, selain tiap propinsi su dah ada asosiasi ma sing-masing, di tingkat nasional juga sudah ada or ganisasi kepala desa,” ujar Sanan.

Sanan khawatir adanya AKD In do nesia bisa memecah aso si a si di provinsi lain yang se la ma ini sudah bersama-sama mem per ju-angkan nasib kepala desa di ting-kat pusat.

Sedangkan dari Madiun, Kar-ji, Kades Kaligunting, Keca ma -tan Meja yan menyambut baik a danya AKD Indonesial. Hara-pannya, dengan AKD Indonesia perjuangan kepala desa lebih kuat dan lebih besar. Harapannya, ka-lau AKD menjadi AKDI mampun memperjuangkan nasib rakyat desa secara nasional. Demikian ju ga tentang masa jabatan pen-calonan Kepala Desa dapat di tin-jau ulang melalui UU Desa.

“Banyak Kepala Desa saat ini sudah tidak dapat lagi menjabat hanya karena kalah dengan politik uang, meski sangat dikehendaki warga desa.”ujar Karji.

Sementara Kepala Desa Banyu Sang kah Kecamatan Tanjung Bu mi, Bang kalan, Abd. Syukur

meng ung kapkan, fi gur yang memimpin AKD In-donesia nanti harus kuat. Selain itu harus pula betul-betul mampu memayungi dan mengemban aspirasi para kepala desa di seluruh Indonesia di tingkat nasional. “Ya fi gur AKD Indonesia itu harus amanah,” kata Abd. Syukur.

Di samping itu, kata dia, fi gur yang akan me-mimpin AKD Indonesia nanti juga bisa memikirkan kesejahteraan para kepala desa. Paling tidak calon Ketua AKD Indonesia bisa menaikkan honor para kades sebab kades tugas-tugasnya sangat berat tapi honornya sangat kecil.

“Ini penting sebab ka des juga manusia,” kata Syu kur, sedikit berkelakar. (*)

FOKUSTan jungrejo, Kec. Wuluhan ini.

Ketua Persatuan Kepala Desa Pa me kasan (Per-kasa) HM. Saiful juga merespon positif rencana AKD Jatim “bertiwikrama” menjadi AKDI. Hal itu karena manfaat organisasi para kades ini sudah dirasakan masyarakat secara luas. Apalagi perjuangan AKD Jatim mengawal UU Desa juga dirasakan secara nasional.

“Beberapa tahun terakhir peran Perkasa (nama AKD di Pamekasan, Red.) amat dirasakan, baik oleh ma syarakat ataupun pemerintah desa di Pa-mekasan. Organisasi ini mampu menjadi media penyalur as pirasi ke pen tingan desa kepada pemerintah ataupun para legislatif di Kabupaten Pamekasan,” katanya.

Saiful menggambarkan Perkasa iba rat jembatan. Un tuk itu Perkasa diharapkan bisa menggolkan ke inginan yang lahir dari bawah dan harus berada di atas kepentingan masyarakat pedesaan. Dan se-lama ini, telah terbukti manfaat dari berdirinya

or ganisasi para klebun ini. “Dibanding dulu, ba-nyak hal yang sudah bisa kita lakukan berkat Per-kasa ini mas,” ungkapnya.

Meski masih banyak kelemahan, se perti ter ba-tasnya dana, tingkat SDM ke pala desa yang “be-lum maksimal”, dan belum berjalannya fungsi ke lembagaan dengan baik, tapi dia tetap optimis Per kasa ke depan akan berkembang jika para ke-pa la desa kompak dan ber sungguh-sungguh dalam mengelola Perkasa.

“Sukses Perkasa di Pamekasan, dan sukses AKD Jatim, seharusnya di ja dikan acuan untuk suk sesnya mem bangun desa di seluruh Indonesia dengan membentuk AKDI,” kata Kades Kadur ini.

KETUA AKD Jatim Drs. Samari

memimpin demo para Kades di Jakarta.

Page 9: suara desa edisi VII

9www.suaradesa.com Edisi 07 15 Agustus - 15 September 2012 SUARA DESA 9www.suaradesa.com Edisi 07 15 Agustus - 15 September 2012www.suaradesa.com Edisi 07 15 Agustus - 15 September 2012www.suaradesa.com Edisi 07 15 Agustus - 15 September 2012 SUARA DESA

FOKUS

Sebagai embrio AKD Indo-ne sia, AKD Jatim siap men-ja di pelopor dan terus me-ra patkan barisan untuk

meng galang dukungan organisasi ke-pa la desa itu lebih menasional. Tar-getnya, minimal akhir tahun ini AKD Indonesia sudah terbentuk dan akan menjadi awal perjuangan kepala desa untuk mewujudkan kemajuan dan ke-makmuran desa.

“AKD Jatim akan menjadi embrio AKD Indonesia sebagai organisasi yang professional. independen, dan amanah,”ujar Pembina AKD Ja tim R.H. Dwi Putranto Sulaksono, se kali-gus inisiator AKD Indonesia.

Menurut R.H. Dwi Putranto Su lak-sono, tujuan AKD Indonesia semata-ma ta untuk wadah kepala desa dan perangkat desa untuk berkomunikasi dan menyalurkan aspirasi dalam skala nasional. AKD Indonesia akan menjadi motor dari upaya mewujudkan ke-mak muran di negeri ini, sekaligus mem perkuat dan memperkokoh NKRI (baca lebih jauh Wawancara Khusus Pembina AKD Jatim di hlm 11-14).

Gagasan pendirian AKD Indonesia men dapat dukungan sepenuhnya Ke-tua AKD Jatim Samari. Bahkan se-ge nap fungsionaris AKD Jatim siap menjadi pelopor untuk mewujudkan

hal tersebut. AKD Jatim akan terus me rapatkan barisan, sekaligus meng-galang dukungan dari provinsi lain.

“Ini adalah momentum yang tepat. AKD Indonesia akan mendorong desa sebagai paradigma pembangunan di tanah air,”ujar Samari.

Dalam pandangan Samari, bahwa desa sebagai sokoguru kehidupan ber bangsa dan bernegara selama ini dia baikan, serta tidak diurus dengan baik dan benar. Akibatnya, Indonesia terus terpuruk dalam banyak masalah, karena mengabaikan pembangunan di desa. Sebab desa merupakan pangkal kemakmuran sebuah negara. Jika de-sa sejahtera, maka negara akan ber-jaya.

Terkait hal itu, AKD Jatim sejak a wal sudah mengusulkan gagasan un tuk me majukan desa. Diantaranya soal Sekdes menjadi PNS, yang di ha-rap kan mampu mengawal tata kelola adminitratif da lam pemerintahan de sa. Demikian juga pada awal pen-dirian AKD Jatim pada tahun 2004 te lah digaungkan wacana “satu de-sa satu miliar”. Selain itu, juga tun-jangan atau insentif bagi kades mau-pun perangkat desa.

“Hal itu bukti para kepala desa yang tergabung dalam Asosiasi Kepala Desa Jawa Timur gigih memperjuangkan

ke se jahteraan kades, pe rangkat desa, dan war ga desa,” ujar Sa-mari, yang juga Kades Jrebeng, Kecamatan Du kun, Gresik ini.

Padahal sebelumnya tak pernah ada pe mi-kiran sekdes bisa ja di PNS dan adanya in-sen tif bagi pe rangkat de sa maupun kepala de sa. Demikian juga ke beradaan AKD Ja tim sangat membantu me-wujudkan aspirasi wong deso maupun ke pala desa. Juga mem bantu pro ses ke ber langsungan pe me rin tahan desa dan kesejahteraan desa.

“Sebelum ada AKD tidak pernah ada semua itu. ADD pun yang se-belumnya sangat kecil, tapi sekarang sudah Rp 100 juta lebih tiap desa Itu perjuangan kami se-

ke se jahteraan kades, pe rangkat desa, dan war ga desa,” ujar Sa-mari, yang juga Kades Jrebeng, Kecamatan Du kun, Gresik ini.

tak pernah ada pe mi-kiran sekdes bisa ja di PNS dan adanya in-sen tif bagi pe rangkat de sa maupun kepala de sa. Demikian juga ke beradaan AKD Ja tim sangat membantu me-wujudkan aspirasi deso desa. Juga mem bantu pro ses ke ber langsungan pe me rin tahan desa dan kesejahteraan desa.

tidak pernah ada semua itu. ADD pun yang se-belumnya sangat kecil, tapi sekarang sudah Rp 100 juta lebih tiap desa Itu perjuangan kami se-

gus inisiator AKD Indonesia.Menurut R.H. Dwi Putranto Su lak-

sono, tujuan AKD Indonesia semata-ma ta untuk wadah kepala desa dan perangkat desa untuk berkomunikasi dan menyalurkan aspirasi dalam skala nasional. AKD Indonesia akan menjadi motor dari upaya mewujudkan ke-mak muran di negeri ini, sekaligus mem perkuat dan memperkokoh NKRI (baca lebih jauh Wawancara Khusus Pembina AKD Jatim di hlm 11-14)

Gagasan pendirian AKD Indonesia men dapat dukungan sepenuhnya Ke-tua AKD Jatim Samari. Bahkan se-ge nap fungsionaris AKD Jatim siap menjadi pelopor untuk mewujudkan

Rapatkan Barisan, Galang

Dukungan

AKD Jatim akan menjadi embrio AKD Indonesia

sebagai organisasi yang professional. independen, dan

amanah.

PEMBINA AKD Jatim R.H. Dwi Putranto Su lak sono bersama Gubernur Jatim Soekarwo menghadiri Musyawarah Daerah AKD Jatim di Hotel Utami.

Page 10: suara desa edisi VII

10 SUARA DESA www.suaradesa.com Edisi 07 15 Agustus - 15 September 201210 SUARA DESA www.suaradesa.com Edisi 07 15 Agustus - 15 September 2012www.suaradesa.com Edisi 07 15 Agustus - 15 September 2012www.suaradesa.com Edisi 07 15 Agustus - 15 September 2012

FOKUSmua di AKD Jatim,” kata Sanan, Ke-tua AKD Lumajang.

Sarkawi (45), Kepala Desa Lembung Kecamatan Galis, yang juga menjabat sebagai Koordinator Wilayah (Korwil) Madura AKD Jatim, juga menjelaskan pentingnya lembaga seperti AKD ataupun Perkasa di Pamekasan. Selain sebagai wadah para kades, Perkasa juga berperan sebagai mobilisator pembangunan di tingkat desa. Tanpa organisasi ini be-berapa desa di Pamekasan belum ten tu bisa maju seperti saat ini, sebab as pirasi warga tak akan tersampaikan ke pe-merintah. “Itulah tugas AKD atau Per-kasa,” katanya saat ditemui Suara Desa.

Namun menurut Kades dengan tiga anak ini, awalnya peran Perkasa da-lam hal kenaikan Tunjangan Perang-kat Aparatur Desa (TPAD) dan ke-na ik an Alokasi Dana Desa (ADD) se di kit menghadapi masalah sebab ter sendat akibat rumitnya birokrasi. Per kasa seringkali tidak dilibatkan sa-at pembahasan nasib para perangkat desa dan pembangunan desa, misalnya terkait dua program itu.

Hal itu, kata dia, karena Pemkab Pa mekasan kurang serius dalam me-ng awal kesejahteraan perangkat desa dan peningkatan pembangunan di tingkat desa. Namun pihaknya terus berjuang hingga akhirnya suara desa didengar dalam pembahasan RAPBD.

“Kita tidak tahu pasti lembaga ek se-kutif atau legislatif yang sudah meng-urangi kapasitas kepala desa yang ter-himpun dalam Perkasa sehingga kita ja rang dilibatkan saat pembahasan Ran cangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) tingkat ka bu-paten. Kami tak tahu sebabnya tapi kami terus mendesak agar dilibatkan” ujarnya.

Maka, pada tahun 2011, aspirasi Per-kasa agar Pemkab menaikkan TPAD, misalnya, akhirnya bi sa dikabulkan. Salah satu harapan pe rangkat desa a -gar kesejahteraannya dit ingkatkan ju-ga terwujud berkat usaha-usaha yang dilakukan para kepala desa yang ber-naung di bawah Perkasa.

Berdasarkan penuturan Sarkawi, TPAD yang sebelumnya hanya Rp 625.000 untuk perangkat dan Rp 750.000 bagi kepala desa, sejak 2011 TPAD dinaikkan menjadi Rp 750.000 bagi perangkat dan Rp 1.000.000 untuk kepala desa. Ini sungguh melegakan.

“Alhamdulillah ADD juga sama mas, mengalami peningkatan. Ya ten tunya semua ini hasil jerih payah kepala desa di Pamekasan yang dari dulu memperjuangkan kesejahteraan

dan pembangunan desanya,” kata Sar-kawi, sambil tersenyum.

Namun lain bila menyangkut Mu-sya warah Perencanaan Pem ba ngun an (Mus renbang). Sejatinya, Mus renbang di lakukan secara berjenjang dari ting-kat dusun, desa, kecamatan sam pai ke kabupaten, di mana ma sya rakat dan ke pala desa seharus pu la dilibatkan se cara aktif. Tapi di Pamekasan dan se jumlah daerah lain hal itu tidak berjalan dengan semestinya.

“Pengalaman kami, keterlibatan ke pala desa dalam kegiatan Musren-bang hanya sampai di tingkat keca-ma tan saja, di tingkat kabupaten kita selalu ditinggalkan oleh para pe mangku kebijakan,” kata Kades Sar kawi yang wilayahnya dipenuhi dengan tambak garam ini.

Fakta ini menyimpang dari tujuan di adakannya Musrenbang. Padahal se benarnya Musrenbang bertujuan me nam pung dan menetapkan ke-gi atan prio ritas sesuai kebutuhan ma syarakat yang diperoleh dari mu syawarah pe ren canaan sesuai ke butuhan utama ma syarakat dan pembangunan di tingkat dusun.

Pengurangan hak masyarakat atau kepala desa dalam forum Musrenbang kabupaten itu berarti juga telah meng-hilangkan prinsip partisipatif. Sebab keikutsertaan masyarakat dalam pem-bahasan pembangunan sangat menen-tukan suksesnya program pembangunan yang akan diberikan Pemerintah kepada desa. Karena itu sangat disayangkan jika peran serta masyarakat itu diputus han-ya sampai tingkat kecamatan.

Menanggapi hal itu, Sarkawi ber-harap melalui Perkasa agar ke depan hal yang merugikan ini tidak kem bali terulang. “Kita semua ingin mem-bangun desa, makanya ikutkan kepala desa dalam Musrenbang hingga Mu-

sren bang kabupaten,” pintanya.Bukan hanya tingkat kabupaten. Ben-

dahara AKD Jatim, Tulus Setyo Utomo, yang juga Kades Bandungrejo, Ke ca-ma tan Plumpang, Kabupaten Tuban, me nga takan, di tingkat provinsi juga sama. Dalam proses Musrenbang sudah seharusnya para kepala desa dili batkan untuk menyusun langkah-langkah strat-egis. Pa salnya kades ada lah pemimpin pemerintahan yang pa ling bersentuhan langsung dengan masyarakat. “Sebab kades paling tahu apa yang dibutuh-kan masyarakatnya,” katanya.

Tapi dalam Musrenbang Provinsi, ternyata AKD Jatim tidak pernah di-un dang. Ini sangat disayangkan. Mes-ki AKD sudah lama terbentuk tapi ti dak sekali pun dilibatkan untuk me-ngusulkan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat desa. “Padahal, kami yang tahu kondisi desa dan warga desa,” ka tanya.

Harapanya AKD Jatim, agar Guber-nur Jatim Soekarwo mengundang ke-pa la desa yang tergabung dalam AKD un tuk ikut dalam Musrenbang. AKD Ja tim mestinya diundang dan dilibat-kan. Alasannya yang tahu persis kebu-tuhan masyarakat secara nyata, yang ada di desa adalah kades. “Mulai ten-tang pembangunan, eko nomi mikro dan lain-lain yang tahu per sis ya kami-kami ini. Maka sudah seharusnya Gu-bernur Jatim mengundang atau meli-bat kan pengurus AKD Jatim dalam pro ses penyusunan program. Untuk itu kami akan mendesakkannya,” kata nya.

Begitu pula di tingkat nasional. Kelak bila sudah ada AKDI, para kades yang tergabung di dalamnya juga harus ikut terlibat aktif dalam proses penyusunan program pembangunan secara nasion-al. “Di sinilah letak pentingnya asosiasi ini di tingkat nasional. Namanya ya AKDI,” kata Tulus Setyo Utomo. (*)

Page 11: suara desa edisi VII

11www.suaradesa.com Edisi 07 15 Agustus - 15 September 2012 SUARA DESA

Makmurkan Desa, Perkokoh NKRI

R.H. Dwi Putranto Sulaksono soal Pendirian AKDI

AKD Jatim harus menjadi motor bagi terbentuknya or ga -nisasi kepala desa yang lebih besar. AKD Jatim harus men jadi embrio bagi terbentuknya Asosiasi Kepala Desa In donesia (AKDI). Se lanjutnya AKDI diharapkan mampu me nyosong era baru pembangunan Indonesia yang berbasis desa.

Semuanya dari desa, maka harus diawali dari desa, ser-ta un tuk kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat desa. Ma ka, sebuah keniscayaan bahwa kemajuan desa menjadi tolok ukur kemajuan negara. Masyarakat desa sejahtera, bangsa Indonesia juga sejahtera. Desa berdaya, negara pasti berjaya. Kepala desa bersatu, negara pasti maju.

Berikut ini kembali wawancara khusus Suara Desa de-ngan Pembina AKD Jatim R.H. Dwi Putranto Sulaksono, ter kait gagasan dan ide-idenya membentuk AKDI, di Ma-lang, 15 Agustus 2012.

Pak Dwi susah payah mendirikan AKD Jatim dan sudah miliaran rupiah dikeluarkan, malah seka-rang akan mendirikan AKD

Indonesia. Tujuan dan motivasi apa yang melandasi keinginan itu ?

Tujuan dan motivasi saya mendi-rikan AKD dan apa yang sudah dila ku-kan, adalah agar para kepala desa me-miliki visi yang sama terhadap pro ses kehidupan berbangsa dan ber negara. Kepala desa dengan la tar belakang yang beragam harus mampu menjadi bagian dalam upaya pembangunan In-donesia. Sudah bukan jamannya lagi menjadikan kepala desa dan masyarakat desa sebagai obyek, tapi mereka harus menjadi subyek bagi pembangunan di Indonesia.

AKD Jawa Timur yang sudah berdiri lebih dulu merupakan embrio dari pem-berdayaan pemerintahan desa. Konsep awal pembentukan AKD Jatim pada ta hun 2004 adalah bagaimana kita me ngedepankan peran pemerintahan desa sebagai pilar pendukung pemerin-tahan Indonesia secara nasional. Karena selama ini desa dikesampingkan, di-anak tirikan bahkan diperalat sebagai

kepentingan pemerintahan pusat mau-pun pemerintahan daerah di atasnya. Tidak ada niatan yang serius bagi peme-rintah untuk memakmurkan desa.

Pada tahap itu, maka harus menge-depankan peran pemerintahan desa untuk kemakmuran dalam skala be sar. Ini akan mengubah paradigma pem-bangunan untuk kembali memikirkan desa. Sebelumnya, masyarakat desa tidak punya suara, dan pemerintah tidak punya atensi sedikitpun pada ke maslahatan rakyat desa. Sehingga rakyat di desa merasa terpinggirkan, mereka ramai-ramai ke kota untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Ini saya kira buah simalakama yang harus dihadapi pemerintah. Kalau memajukan desa pasti tenaga kerja di kota akan berkurang karena mereka sudah merasa cukup kemampuannya. Kemudian pencapaian yang diingin-kan bisa terpenuhi semua. Jadi itu bisa menjadi sebuah balance antara rakyat di desa dan rakyat di kota. Itu pemikiran awal saya.

Dan ketika AKD Jatim ini lahir tum-buh dan berkembang secara pesat se-hingga mampu mewarnai peta per-

po litikan, termasuk dalam pere butan ke kuasaan. Siapapun yang maju sebagai bupati, gubernur, wakil bupati, wakil gubernur, dan seba gainya sampai pilpres pun, para kepala desa ikut berperan. Ak hirnya mereka menganggap tidak saatnya lagi mengandalkan partai, tidak mengandalkan bupati, bahkan gubernur sekalipun. Ternyata kepala desa mampu mempengaruhi pilihan yang nantinya akan mengarah pada seseorang kan didat. Nah ini artinya AKD sudah mempunyai nilai dan potensi yang dianggap sangat strategis, bagi sia papun yang punya kepentingan di daerah maupun di skala nasional.

Lalu visi dan misi apa yang akan dibawa atau diemban AKD Indonesia di masa mendatang ?

Visi dan misi apa yang akan dibawa dan diemban AKD Indonesia, saya kira hampir sama dengan AKD Jawa Timur, bahwa misi dan visinya adalah mengedepankan pemberdayaan masya rakat di desa dan mengutamakan ke sejah teraan rakyat di desa, meng efek tifkan pemerintahan di desa. Dengan adanya AKD Indonesia, maka mereka akan bekerja sama menjadi

WAWANCARA

Page 12: suara desa edisi VII

12 SUARA DESA www.suaradesa.com Edisi 07 15 Agustus - 15 September 2012

sebuah pilar bersama yang mempunyai net working erat dari Sabang sampai Me-rauke yang akan memperkuat inte-grasi di Indonesia, antar provinsi, kota, suku, agama, ras, yang ada di Indonesia. Mereka akan punya visi dan misi yang sama, yaitu memperkokoh NKRI menjadi satu kesatuan yang tidak mungkin dipi-sahkan. Tidak mungkin dicerai beraikan oleh kepentingan yang berbeda atau per-tikaian antar kepentingan dan sebagainya. Bahkan diadu kepentingan pihak asing sekali pun. Ini murni untuk persatuan dan ke satuan negara ini. Itu visi dan misinya.

Kemudian apa kepentingannya? AKD Indonesia harus dilahirkan

a tau pun dimunculkan, sekarang ini orang sudah sulit sekali membedakan bagaim ana nasionalisme. Bahkan era sekarang dengan era dulu itu beda. Dulu mengangkat bambu runcing saja mungkin sudah bisa menjadi simbolik bahwa mereka sudah mempunyai ji-wa nasionalisme. Nah sekarang, pa tri-otik adalah membangun desa, men se-jahterakan desa, memajukan desa dan mempersatukan desa di Republik In-donesia agar menjadi sebuah kesa tuan negara yang kokoh secara eko nomi, so sial, politik dan budaya.

Apakah nantinya AKD Indonesia akan berubah menjadi partai politik, se perti beberapa organisasi lainnya yang awalnya hanya organisasi kema syarakatan lalu berubah menjadi partai politik?

Ya enggak lah, kalau berubah men-jadi partai politik nanti jadi seperti Pa rade Nusantara, dan sebagainya. Gi ni lho, saya ini memajukan AKD

Ja wa Timur maupun AKD Indonesia ini karena posisi hidup saya sudah le v el satu. Pencapaian saya bukan pencapaian mencari pekerjaan, atau saya merasa belum cukup secara lahir batin, juga secara material orientasi saya belum cukup. Alhamdulillah saya bersyukur kepada Allah SWT, karena apapun yang saya dapatkan, Allah SWT sangat sayang sama saya. Lalu ada yang bertanya, nah ini saya mau apa ? Saya jawab, mengedepankan peran kepala desa untuk memajukan desa dan memakmurkan desanya. Ini otomatis akan memakmurkan rakyat Indonesia secara keseluruhan.

Nah kalau dari Jawa Timur su-

dah bagus, lalu melebar menjadi se Indonesia, maka akan menjadi per-kuatan yang kokoh yang tidak bisa digoyahkan dari manapun, dari eksternal maupun internal. Baik pa-ham dari ekonomi, sosial, budaya ti dak akan bisa. Disinilah kekuatan yang sebenarnya ketahanan nasional yang ada di Indonesia. Nah ini, ja-rang ada orang yang sangat paham, bah wa mereka rata-rata bertanya de mi kepentingan, berbicara untuk ke pentingan, dan berpikir untuk ke-pentingan. Ini yang repot. Kalau saya berpikir ya bagaimana apa adanya, apa yang saya yakini, ya apa yang saya anut. Jadi saya selalu percaya bahwa apa yang kau pikirkan dan apa yang kau lakukan harus sama. Paling penting lagi, apa yang anda niatkan pada hatimu, harus singkron. Kalau ini jadi satu, pasti otomatis akan menjadi sebuah gerakan yang bagus. Itulah nawaitu saya mendirikan AKD

In d onesia ini. Jadi kalau awalnya bukan partai

politik ya jangan partai politik. Na-manya saja sudah Asosiasi Kepala Desa Indonesia, masak jadi partai po-litik itu sudah nggak bener. Kecuali Partai Kepala Desa Indonesia, itu lain. Kalau namanya Asosiasi Kepala Desa jadi partai politik, itu nggak bener. Termasuk Parade Nusantara, se jak awal saya kurang sependapat bahwa Parade Nusantara akan men-jadi partai, saya yakin tidak akan bisa ditata. Karena apa, ini kelompok profesi kok menjadi kelompok kepen-tingan, itu nggak bisa. Misalnya, Par tai Bidan Indonesia, mana bisa?

Partai Tukang Bakso Indonesia, tidak bisa. Ini kan profesi, anda profesinya apa, kepala desa atau partai tukang becak Indonesia, ya nggak bisa.

Bagaimana kalau ada pemikiran, bah wa AKD Indonesia nantinya akan men jadi infrastruktur politik bagi Pak Dwi menjelang Pemilu Presiden 2014? Hal ini seperti yang dilakukan para to-koh nasional, seperti Wiranto dengan men dirikan Hanura-nya, Prabowo Su bi anto dengan Gerindra-nya, dan Su silo Bambang Yudhoyono dengan Demokrat-nya.

Ya, enggaklah. Saya bukan Pak Wiranto, Pak Pra bowo atau Pak Susilo Bambang Yu dhoyono, yang dari awal mereka ingin menjadi pemimpin nasional. Sa ya adalah orang yang sangat meng har gai apapun yang diberikan Allah SWT kepada saya. Saat ini saya harus bisa menyikapi segala sesuatu sebagai pemberian

sebuah pilar bersama yang mempunyai Ja wa Timur maupun AKD Indonesia ini karena posisi hidup saya sudah

WAWANCARA

R.H. Dwi Putranto Su lak sono saat

diwawacarai wartawan terkait

rencana pendirian AKD Indonesia.

Page 13: suara desa edisi VII

13www.suaradesa.com Edisi 07 15 Agustus - 15 September 2012 SUARA DESA

nggak ada yang paling goblok. Jadi artinya, pemerataan di segala bidang, di segala lini, untuk kesejahteraa Indonesia tanpa harus tersekat-sekat ... Jawa, Kalimantan, barat dan timur, atau manapun. Semua pemerataan.

Bagaimana gambaran Bapak meng-e nai organisasi AKD Indonesia ini nan tinya berperan dan berproses de-ngan elemen anak bangsa yang lain, seperti Parpol dan LSM seperti Parade Nusantara ?

Sudah dari awal tadi saya sam pai-kan, bahwa AKD ini akan menjadi sa lah satu pilar pemersatu bangsa, pi-lar penyeimbang beberapa LSM atau-pun organisasi lain, seperti Parade Nu santara ataupun Parpol mana pun. Karena ini adalah per sa tuan dari o rang-orang yang mem punyai profesi yang sama, yang mempunyai tugas, kewajiban dan pemahaman berbangsa dan bernegara yang sama. Demikian juga dengan asosiasi apapun yang lain, tetapi yang penting, kalau kepala desa adalah merupakan pilar pemerintahan yang paling dasar, paling terdepan, dan paling bawah yaitu di desa. Kalau itu bersatu, mereka melembaga da-lam suatu kesatuan yang utuh dan ko koh, maka akan menjadi pilar yang kuat, dan bisa mewarnai setiap lini elemen bangsa manapun akan men-jadi apapun yang diinginkan. Karena ti dak ada orang yang paling hebat, se mua teamwork. Jadi AKD ini akan ber gabung dengan LSM, par pol atau apa pun ketika berbicara me ngenai nasio nalisme.

Kepentingan rak yat banyak diatas segalanya. Tidak menyangkut area me reka hidup dan tinggal, dari mana, daerahnya mana, kemudian sukunya apa, agamanya apa, nggak ada itu. Se-mua sama. Makanya mengapa negara kita ini bhineka tung gal ika itu karena kita memang berbeda-beda, baik suku, agama, ras, serta asal-muasal, tetapi kita tetap satu. Satu apa, satu semangat. Bahwa kita merasa satu bangsa, satu bahasa, satu negara, yaitu Indonesia.

Apakah dalam pan dangan Pak Dwi, organisasi kepala desa dan perangkat desa yang ada saat ini sudah mampu mewarnai kehidupan sosial politik di masyarakat?

Saya bilang, 30% 70%. Tiga puluh du lu lah. Karena untuk mencapai ti ga puluh, itu kelihatan slow ya, te tapi kalau kita lihat kacamata

nggak ada yang paling goblok. Jadi

WAWANCARAAllah SWT ini dengan rasa syukur. Dan rasa syukur saya adalah ber bagi dengan orang lain apa yang saya punya, apa yang saya nikmati. Dan itu tidak harus saya menjadi pejabat atau seseorang yang mempunyai jabatan struktural formal di Republik Indonesia. Tapi, paling tidak saya bisa mewarnai bangsa Indo nesia ini dengan membuka lapangan pekerjaan kepada orang lain. Kemudian memberikan pencerahan de ngan ilmu, termasuk memberikan ban tuan bantuan moral dan material ke pada orang-orang yang memerlukan di manapun mereka berada. Misalnya kalau ada kasus kejadian luar biasa se perti bencana nasional, kelaparan, atau pe ristiwa lainnya, saya pasti akan tampil di situ.

Nah, kemudian menjelang Pemilu Presiden 2014, sah-sah saja orang me-nilai seperti apapun saya, saya tidak per nah membantah dan tidak pernah me ng iyakan. Saya membebaskan o -rang mempunyai interpretasi masing-ma sing. Pada prinsipnya manusia ada lah manusia yang merdeka dalam berpikir, tidak bisa dikekang. Karena itu adalah sudah hak dari manusia itu sendiri yang diberikan Allah yang tidak bisa dibandingkan dengan apapun, k e m u d i a n ingin menjadi

infrastruktur po litik, bagi saya insya Allah tidak, ka rena saya dari awal bukan orang po litik. Saya bukan orang yang tidak paham politik dan bukan orang yang sangat menggandrungi permainan politik.

Namun saya tahu politik, saya pa ham politik dan saya sangat mafhum dalam politik dalam kehidupan saya secara pribadi untuk kemajuan masyarakat. Jujur saja ketertarikan saya terhadap bi dang politik itu lebih bersifat apli-ka tif yang terstruktur untuk rakyat. Ba nyak contohnya, bagaimana saya men dapatkan kesempatan untuk meng -gunakan kekuatan politik saya untuk mem berikan percepatan pencapaian ke majuan masyarakat. Con tohnya pe-merataan pembangunan, pemerataan kesejahteraan, pember da yaan masya-rakat di desa. Dengan kekuatan polititk itulah, saya bisa mem punyai sebuah nilai untuk mem berikan peran lebih banyak kepada rakyat Indonesia, sebab tanpa power tidak bisa.

Nah politik disini adalah power, dan tanpa power kita tidak bisa ber buat lebih banyak, lebih efektif, lebih efi sien, tidak bisa mencapainya lebih cepat. Jadi harus begitu, karena po litik hanya sebagai alat saja untuk kita dalami sebagai sebuah penjiwaan kehidupan sehari-hari maupun selamanya. Politik hanya sebagai alat saja untuk berbuat lebih baik dan sebagainya. Itu perlu tanpa harus jadi tokoh politik ya.

Maaf, secara teknis pendirian organisasi secara nasional membutuhkan banyak pengorbanan dan pendanaan

yang besar. Apakah hal ini akan Bapak lakukan seb agaimana panjenengan membidani la hirnya AKD Jatim delapan tahun lalu ?

Insya Allah sama, mirip. Saya selalu berpikir begini, dari kepala desa, oleh kepala desa dan untuk kepala desa, yang mengarah kepada satu untuk se -

mua dan semua untuk satu. Apa satu itu? Yaitu rakyat adil makmur dan sejahtera

di desa. Otomatis bila di desa adil makmur dan sejahtera, maka negara pun akan demikian. Nggak ada yang paling pinter, nggak ada yang paling bodoh. Nggak ada yang paling kaya dan nggak ada yang paling miskin , nggak ada yang paling hebat,

Page 14: suara desa edisi VII

14 SUARA DESA www.suaradesa.com Edisi 07 15 Agustus - 15 September 2012

WAWANCARA

pen capaian, Alhamdulillah sudah ki ta syukuri, kita sudah mencetak beberapa proses yang ada di republik ini, mewarnai proses undang-undang, proses untuk pemberdayaan aparat di desa dan pemerintah di atasnya. Banyak produk yang tidak bisa saya sebutkan satu-persatu, tetapi itu su-dah dicatat dalam sejarah. Dan saya selalu tekankan kepada anggota AKD Jawa Timur, bahwa jadilah pencetak sejarah, jangan jadi saksi sejarah. Apalagi pelaku. Kalau pencetak kan pasti pelaku dan pasti menjadi saksi. Kalau pelaku belum tentu pencetak, tapi dia pasti saksi. Kalau saksi saja ya bukan pelaku dan bukan pencetak. Jadilah yang mencetak sejarah.

Karena hidup ini kan tidak tahu kapan akan berakhir, yang akan di ke nang adalah orang itu selama hi dupnya melakukan apa, berbuat apa, menghasilkan apa, berperan sebagai apa dalam kehidupan secara global. Lingkungannya, ke luarganya, dan lain sebagainya. Dan itu dari hal yang kecil sampai yang besar. Dari RT,RW, sampai lingkungan kelurahan, keca-matan, ka bupaten, provinsi, sampai ke ne ga ra. Jadi korelasinya adalah apa manfaatnya bagi orang banyak. Dan itu yang paling penting. Disisi agama pun kita diajari, orang yang paling beruntung adalah orang yang banyak gunanya bagi orang lain dan berbuat kebajikan dan kebaikan.

Apakah juga sudah mampu menjadi mitra birokrasi pemerintahan dalam proses pembangunan di tanah air ?

Bisa iya bisa tidak, tergantung jika bupati atau gubernur mau menyikapi peran AKD sendiri, apakah dia merasa waktu pencalonan juga didukung oleh oknum-oknum atau anggota-ang gota kita, atau tidak. Atau bahkan merasa head to head, berhadapan. Disitu faktor kedewasaan seorang pemimpin akan diuji. Nah kalau dia nggak dewasa akan balas dendam. Harusnya dirangkul baik yang men dukung maupun yang tidak men dukung. Akhirnya setelah jadi pemimpin, itu bukan pemimpin go longan atau partai, nggak ada. Ji-ka saya atau anda jadi bupati, terus anda selalu memikirkan dari suku

apa, dari RT mana, .... ya nggak usah jadi pemimpin semua, cukup ketua kelompok atau ketua geng saja.

Apakah organisasi kepala desa yang sudah ada mampu mempengaruhi arah kebijakan pemerintah, mulai dari ka bu-paten, provinsi hingga pemerintah pusat?

Secara signifi kan belum, tapi sudah mengarah kesana. Karena dalam bebe-rapa proses penyelenggaraan negara Indonesia ini sudah mampu ditengarai ada pengaruh-pengaruh dari apa yang pernah kita usulkan, kita pernah tuntut bahkan yang kita pernah usulkan, dan itu sudah pernah terjadi.

Ada seorang profesor mengingatkan, kondisi kepala desa antara di Jawa dan di luar Jawa itu beda. Ini akan menjadi persoalan bagi AKD nanti. Nah bagaimana

menghadapi keberagaman ini.Lho, sekarang saya mau tanya, anda

orang Jawa kan. Bisa bahasa Jawa kan, bisa bahasa Indonesia kan. Nah sama dengan itu, nggak ada dikotomi Jawa dan non Jawa. Kenapa nggak bilang, Indonesia dan non-Indonesia gitu. Kalau masih se mangatnya plural, semangatnya kebersamaan dalam per bedaan ya nggak masalah. Jadi kalau kita tarik garis lurusnya adalah bagaimana cara berkomuniaksi de-ngan baik, kemudian pemahaman per ma salahan. Memahami persoalan itu harus sama titik atau garisnya. Misalnya saya bilang begini : ini pisang, di Jawa bilang ini gedang. Nah, gedang di Sunda berarti pepaya. Ya kan?

Ya nggak bisa. Jadi pada prinsipnya, semua tergantung pada bagaimana kita berkomunikasi, bagaimana kita menyikapi secara tulus, kalau kita tidak pandai membaca perbedaan itu, kita akan menjadikan itu sebuah masalah. Kalau perbedaan itu menjadikan sebuah potensi kekayaan, keberagaman an tara semua suku yang ada di Indo nesia, itu menuju suatu

tujuan dan tekad bahwa bangsa kita akan men jadi bangsa yang besar. Nah termasuk ke napa beda nggak kepala desa an tara di Jawa dan luar Jawa, saya bi lang sama saja, tetap kepala desa, membawahi desa, mempunyai rakyat. Cuma, wilayahnya beda, rakyatnya beda, hanya itu. Tapi, kepentingan dan kewajibanya sama, memakmurkan de-sa, mengurusi proses nikah dan ce-rai, mengurus surat kelakuan baik, mengurus akta kelahiran, mengurus pernikahan. Ini tugas yang sama. Kalau mengkotak-kotakan, karena beda area, beda wilayah, no problem. Tinggal di samakan, kalau mereka tugasnya di sana seperti itu, nah bagaimana kita menyebutnya, .... tidak ada lain, ya mereka tidak ada kendala untuk dibeda-bedakan. Tapi mereka satu. One for all, all for one. Dari mereka,

oleh mereka, untuk mereka.

Ini pertanyaan ter ak-hir, mengapa Pak Dwi kok getol sekali ngu-rusi kepala desa dan pemberdayaan ma sya-rakat desa ? Apakah a da hal yang esensi dari semua itu ?

Begini lho Mas, cara berpikir saya, dan apa

kata hati saya, bahwa kita ini sebagai manusia merupakan khalifah di muka bumi. Kita diberi kekuasaan oleh Allah SWT untuk menjaga keseimbangan di muka bumi, demi kebaikan manusia itu sendiri. Tolong diingat Mas, ke-hi dupan manusia itu diawali dari de-sa. Banyak persoalan sumbernya di desa. Mulai dari persoalan sanitasi lingkungan, keselarasan eko sistem, per tanian, peternakan, perikanan, dan sebagainya. Bahkan per soalan ke manusiaan itu sendiri juga dimulai dari desa, seperti kemiskinan, pen-di dikan, pengangguran, kesehatan ibu-anak, kekurangan gizi, dan keter-belakangan, pangan, papan, sarana dan prasarana, juga menumpuk di desa. Saya sangat yakin, jika masalah-ma salah di desa dapat ditangani de-ngan baik, maka masalah bangsa dan negara ini juga akan dapat diatasi de-ngan baik. Karena itu, terhadap orang-orang desa maupun para kepala desa beserta perangkat pemerintahan desa, saya berpegangan pada sebuah fi losofi , bahwa dengarkan suaranya, jagalah martabatnya, dan berikanlah haknya. Tidak ada jalan lain ! (*)

Jangan jadi saksi sejarah. Apalagi pelaku. Kalau pencetak kan pasti pelaku dan pasti menjadi

saksi. Kalau pelaku belum tentu pencetak, tapi dia pasti saksi. Kalau saksi saja ya bukan pelaku

dan bukan pencetak. Jadilah yang mencetak sejarah.

Page 15: suara desa edisi VII

15www.suaradesa.com Edisi 07 15 Agustus - 15 September 2012 SUARA DESA

SuaraBanyuwangi

di Desa Kambing

S etiap menjelang Idul Adha bis-nis kambing selalu marak. Ba-nyak orang berjualan kambing di jalan-jalan. Termasuk di

la pangan desa. Salah satu kambing-kam bing itu didatangkan dari Desa Tle mung, Kalipuro, di ujung barat Ba-nyuwangi. Nama desa ini tenar berkat kambing. Padahal desa ini terbilang terpencil. Namun, berkat kerja keras ma syarakatnya nama desa yang be-ra da di lereng gunung ini terpatri di ting kat nasional. Ratusan keluarga pen duduk desa di lereng gunung ini men g gantungkan hidupnya pada usa-ha peternakan kambing.

Ada beberapa pemicu suburnya pe-ter nakan di sini secara turun-temurun. Sa lah satunya letak wilayahnya dekat areal perkebunan sehingga warga mudah mendapatkan makanan ternak dalam jumlah besar. Selain beternak, war ga di sini menggatungkan hidup pa da kebun kopi rakyat. Sebagian lagi menjadi buruh perkebunan milik pe merintah.

Peternakan kambing tumbuh su bur sejak Perhutani mengajak war ga untuk bekerja sama. Mereka dii zinkan me-ngambil daun-daun pohon pe nyangga di hutan. Syaratnya, peternak wa jib men jaga kawasan hutan dan tidak mengganggu tanaman inti seperti jati dan pinus.

Peternak tidak lagi sulit mencari pa-kan. Jumlah kambing yang dipelihara kian bertambah. Usaha peternakan pun berkembang. Tahun 2003, warga mu lai melirik jenis kambing etawa un tuk digemukkan. Bibitnya dibeli di Ka ligesing, Jawa Tengah. Kambing jenis ini memiliki banyak keunggulan dibanding kambing biasa. Selain harga jualnya mahal, perawatannya relatif lebih mudah.

Perkembangan ini mendorong war-ga membentuk kelompok peternak. War ga membentuk dua kelompok be-sar yakni Kelompok Ternak Harapan Kita dan Agung Tani. Bisnis peternakan kam bing ini akhirnya mendapat per-

ha tian Pemkab Banyuwangi. De sa Tle-mung lalu dijadikan pusat pe ter na kan kambing. Tahun 2005, Pemkab me m-berikan bantuan berupa 75 ekor bibit kambing etawa. Bibit ini di se rahkan ke dua kelompok peternak tersebut.

Peternak pun makin bersemangat. Per tengahan tahun 2007, Desa Tle-mung meraih juara II tingkat na sio nal berkat budi daya peternakan kam bing. “Ternyata kerja keras kami mem-buahkan hasil,” kata H. Mustofa, Ketua Kelompok Ternak Harapan Kita.

Desa Tlemung menyabet jua ra nasional karena berhasil me ngem-bangkan kambing etawa dengan baik se cara alami. Peternak tak hanya suk-ses dalam penggemukan daging. Da-lam perkembangannya mereka mampu mengolah susu kambing menjadi mi-numan dengan harga jual tinggi.

Dari bibit 75 ekor, dalam dua tahun pe ternak mampu mengembangkannya men jadi 780 ekor. Ini belum termasuk kam bing yang dimiliki secara pribadi oleh warga. Pesatnya peternakan ini di picu melimpahnya bahan pakan.

Kambing etawa tergolong ternak ta han penyakit. Tidak terlalu banyak ma kan, namun tubuhnya ba-nyak daging. Ini yang membuat kambing etawa memiliki da -ya jual tinggi. Har -ga kambing yang baru berumur sa tu tahun bisa Rp 1,5 juta lebih. Jika di-gemukkan dua ta-hun saja harganya bisa mencapai Rp 3 - 4 juta. Har ga ini makin melambung jika kambingnya makin ge-muk dan tampak besar.

Normalnya, kambing etawa ha nya kawin 3 bulan sekali. Bah kan ada yang tiap 6 bulan ba-ru minta kawin. Jika tidak sedang da lam waktunya kawin, kambing e tawa enggan berdekatan dengan la wan jenis. Ini beda jauh dengan

15SUARA DESA

nyak daging. Ini yang

hun saja harganya bisa mencapai Rp 3 - 4 juta. Har ga ini makin melambung jika kambingnya makin ge-muk dan tampak besar.

Normalnya, kambing etawa ha nya kawin 3 bulan sekali. Bah kan ada yang tiap 6 bulan ba-ru minta kawin. Jika tidak sedang da lam waktunya kawin, kambing e tawa enggan berdekatan dengan la wan jenis. Ini beda jauh dengan

kam bing biasa yang hampir seminggu sekali minta kawin.

Untuk merangsang agar mau kawin, peternak biasanya mencampur etawa be tina dengan kambing jantan biasa. Kam bing jantan biasa cenderung suka mendekati betina. Kondisi ini yang me-micu terjadinya perkawinan.

Pengembangbiakan kambing etawa le bih banyak menggunakan cara tra -disional. Caranya, menempatkan see-kor pejantan dalam tiap 20 ekor kam-bing betina. Pejantan etawa bergilir me layani kambing-kambing betina se cara alami.

Seiring perkembangan teknologi, pe ternak mulai menerapkan sistem ka-win suntik. Sejak tahun 2007, peternak tergiur pada modifi kasi keturunan cara ini. Hasilnya jauh lebih berkualitas. Ini langsung diikuti naiknya harga bi bit kambing. Bibit kambing yang ke palanya hitam memiliki harga jual tinggi. Dibanding warna biasa, har ga-nya bisa selisih Rp 200 ribu per ekor.

Dalam merawat kesehatan ter nak nya, warga menggunakan ramuan khu sus tra disional. Jika ternak sakit, pe ternak ti-dak langsung memanggil man tri hewan. “Jika penyakitnya pa rah baru memanggil petugas,” tutur Mus tofa. Ramuan yang digunakan ter buat dari bahan-bahan alami dicampur sedikit obat.

Sejak namanya terpatri di tingkat na-sional, daerah ini banyak dilirik se bagai ajang bisnis dan penelitian. Kambing asal Tlemung banyak diburu peternak dari luar Banyuwangi, seperti Jember dan Situbondo. Permintaan meningkat menjelang hari raya Idul Adha. Budi da-ya susu sedang dikembangkan se rius. Sayang, baru beberapa orang pe ternak yang serius menggarapnya. (gus)

di Desa Kambingdi Desa Kambingdi Desa Kambingkam bing biasa yang hampir seminggu sekali minta kawin.Selamat Datang

ha tian Pemkab Banyuwangi. De sa Tle-ha tian Pemkab Banyuwangi. De sa Tle-mung lalu dijadikan pusat pe ter na kan kambing. Tahun 2005, Pemkab me m-berikan bantuan berupa 75 ekor bibit kambing etawa. Bibit ini di se rahkan ke dua kelompok peternak tersebut.

Untuk merangsang agar mau kawin, peternak biasanya mencampur etawa peternak biasanya mencampur etawa be tina dengan kambing jantan biasa. be tina dengan kambing jantan biasa. Kam bing jantan biasa cenderung suka Kam bing jantan biasa cenderung suka mendekati betina. Kondisi ini yang me-mendekati betina. Kondisi ini yang me-micu terjadinya perkawinan.micu terjadinya perkawinan.

Pengembangbiakan kambing etawa Pengembangbiakan kambing etawa le bih banyak menggunakan cara tra -le bih banyak menggunakan cara tra -disional. Caranya, menempatkan see-disional. Caranya, menempatkan see-kor pejantan dalam tiap 20 ekor kam-bing betina. Pejantan etawa bergilir me layani kambing-kambing betina se cara alami.

Seiring perkembangan teknologi,

peternak biasanya mencampur etawa be tina dengan kambing jantan biasa. Kam bing jantan biasa cenderung suka !

Page 16: suara desa edisi VII

16 SUARA DESA www.suaradesa.com Edisi 07 15 Agustus - 15 September 2012

Suara Situbondo

Desa Berbantal Limbah Ijen S ungai selama ini menjadi sum-

ber kehidupan. Tapi Sungai Ba nyuputih bagi warga Desa Bantal Kecamatan Asembagus

Ka bupaten Situbondo malah diam-diam menggerogoti hidup. Air yang de ras mengalir dari Gunung Ijen sa ngat asam, nyaris seperti air aki, hing ga mengancam hidup mereka. Na mun, kemiskinan menyebabkan war ga terpaksa menggunakan air itu selama bertahun-tahun. Bahkan, pa da musim kemarau panjang tahun ini, warga Desa Bantal sudah lama me-ngalami kekeringan. Dan paling awal mendapat bantuan air bersih.

Tini (30) yang ditemui sedang du duk di amben bambu bersama sua-mi, Slamet Haryadi (30), dan anak tung galnya, Nihari (11), mengaku hi dup dari air Sungai Banyuputih. Lo-kasi sungai sangat dekat dari ru mah gedeknya. Anak-anak hingga o rang tua mandi, menggosok gigi, men cuci beras, atau mengambil air su ngai untuk keperluan di rumah. Banyuputih artinya air putih. Ini ka rena pada mu-sim kemarau, warna air menjadi putih ke hijauan dan ber buih.

Sebagian besar warga desa ini ter-nyata mengalami masalah ke se hatan terkait dengan Sungai Banyuputih. Mu-lai gigi keropos hingga ginjal. Tini tidak ingat kapan gigi-gigi mereka men jadi co klat tua, keropos, dan ter kikis hingga bergerigi. Mereka pun tak me rasa aneh dengan gigi coklat itu karena semua tetangga mereka juga bergigi sama.

Namun, gigi-gigi itu sebenarnya ha nya etalase yang mengabarkan ten tang perusakan tubuh karena meng gunakan air yang memiliki kadar kea saman (pH) 3-4 (kadar pH air layak minum sekitar 7) dan bisa lebih asam lagi saat kemarau. Berbagai ma-cam penyakit dalam, seperti ginjal, menghantui warga.

Awalnya, warga Desa Bantal tak per nah menyangka air Sungai Ba-nyu putih yang membelah desa itulah yang merusak gigi. Hingga sejak 1997, nyaris seluruh tanaman padi di desa itu tiba-tiba mati. Sri Sumarti, pe neliti dari Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Ke gu-nung apian Yogyakarta, me nga ta kan,

ma syarakat desa awalnya me ngira ta naman padi itu mati karena lim bah pabrik tebu.

”Waktu kami teliti, ternyata itu di-sebabkan air asam dari Banyuputih,” ka ta Sri yang meneliti Ijen dan Ba-nyu putih sejak 1996. ”Banyuputih men dapat pasokan air dari Sungai Ba nyupahit yang berhulu di Kawah Ijen,” ungkapnya.

Sri menemukan, selama ratusan ta-hun, Kawah Ijen bocor dan mencemari Sungai Banyupahit yang merupakan hulu dari Sungai Banyuputih. Saat di-ukur, kadar keasaman Sungai Ba nyu-pahit bisa mencapai 0,8. Saat curah hu jan kurang, tingkat keasaman di Ka wah Ijen meningkat, demikian juga sungai-sungai yang mendapat pasokan airnya. Keasaman itu terbentuk lan-taran tingginya kandungan asam sul-fat, klorin, dan fosfor.

Sejak semula, pemerintah kolonial Be landa sebenarnya telah menyadari air asam ini saat membangun Dam Ba nyuputih pada 1911. Mereka meng-gu nakan air Banyuputih hanya untuk me ngairi tanaman tebu yang tahan air asam. Dam itu bisa mengairi lahan seluas 3.590 hektare.

Namun, sejak Indonesia merdeka, per kebunan itu perlahan berubah men jadi sawah. Warga juga mulai ting gal di sana, salah satunya keluarga Tini , generasi kedua yang tinggal di tem pat itu. ”Sapi saja hanya mau man di di sini, tidak mau meminum

SELAMET Hariyadi dan Tini terpaksa minum air limbah dari Kawah Ijen.

air ini, tetapi warga dulu selama ber tahun-tahun memakainya untuk minum,” ujar Sri.

Setelah kematian massal padi tahun 1997, warga akhirnya menyadari ba-haya Banyuputih. Sejak itu, sebagian warga membuat sumur gali. Namun, hanya sedikit orang yang mampu membuat sumur. Jangankan sumur, se bagian besar warga tak memiliki jamban. Sebanyak 45 persen atau 830 keluarga di desa itu merupakan buruh tani yang miskin.

Termasuk keluarga Tini yang mem -bayar Rp 10.000 per bulan ke pada Sapto, tetangganya yang me mi liki sumur. Uang itu untuk jatah dua ember air sehari. ”Untuk sikat gigi, mandi, cuci piring, cuci sayur, ter pak sa masih pakai air sungai,” kata Tini.

Namun, air sumur pun sebenarnya ter cemar. ”Tahun 2000-an kami me-ngambil 55 sampel air sumur war ga dan hasilnya kebanyakan terkon ta mi-nasi air asam,” ujar Sri.

Pengujian yang dilakukan Pus kes mas Asembagus di sumur warga pa da Maret 2011 juga menunjukkan ting ginya kadar fosfor. Surahman, pe tugas sanitasi dari Puskesmas Asem bagus, mengatakan, kan dungan fosfor dalam air sumur warga di sekitar Su ngai Banyuputih mencapai 1.680 part per million (ppm). Jumlah itu me lebihi ambang batas aman 1.500 ppm. Bahkan, pada Juni, ditemukan sumur war ga mengandung fosfor 1.930 ppm. (kcm)

Page 17: suara desa edisi VII

17www.suaradesa.com Edisi 07 15 Agustus - 15 September 2012 SUARA DESA

SuaraBondowoso

Era Baru Pertanian Organik

17www.suaradesa.com Edisi 07 15 Agustus - 15 September 2012www.suaradesa.com Edisi 07 15 Agustus - 15 September 2012www.suaradesa.com Edisi 07 15 Agustus - 15 September 2012 SUARA DESA

Desa Mangli, Kecamatan Pujer, Ka bupaten Bondowoso, ber-un tung punya warga yang is tiqomah hidup bertani.

Nur Kholik petani padi hibrida, cabe dan tomat, yang lahir di Bondowoso tang gal 10 Mei 1979, kini sukses me-ngem bangkan usaha taninya meski dia bukan sarjana pertanian.

Dia memilih pekerjaan sebagai pe-tani sejak tahun 1999 dengan 3 ko-mo ditas pertanian yaitu padi, cabe dan tomat. Lahan usaha taninya 2 hek tare, untuk padi 1 hektare, cabe 0,5 hektare dan tomat 0,5 hektare. Di samping berusaha memajukan usa ha taninya, Nur Kholik aktif pula me-majukan usaha petani lain. Hal ini terbukti dengan aktifnya dia sebagai Ke tua Kelompok Tani Sukatani dan se bagai Ketua Gapoktan Mitra Tani.

Berkat pelatihan yang diperolehnya dari Balai Pelatihan Pertanian Balong ge-bang Jawa Timur, Nur Kholik ber sa ma ke lompok taninya berhasil mengem-bang kan pembuatan Pupuk Organik Cair, MOL (Mikro Organisme Lokal) Ares Pisang dan MOL Rumen Sapi, serta pestisida nabati. Usaha pembuatan pupuk organik cair ini memanfaatkan urine sapi petani setempat dan menghasilkan pu puk organik cair sebesar 300 liter/bulan.

Harga per liter Rp 10.000 dan bia-ya produksi sebesar Rp. 1.200.000 se-hingga pendapatan per bulan sebesar Rp 1.800.000. Keuntungan yang didapat da ri usaha kelompok dibagi rata kepada ang gota. Selain mengembangkan pem -buatan agensia hayati, pestisida na bati dan pupuk organik cair, Nur Kho lik juga mengembangkan tanaman pa di dengan metode System of Rice In ten-si fi cation (SRI) yang didapatnya dari Se kolah Lapang -SRI. Varietas padi yang ditanam adalah padi hibrida In-tani-2 dengan produktivitas 10 ton GKP/ hektare dan dipasarkan dengan har ga jual Rp 2,7 juta/ton GKP. Da ri usaha tani padi hibrida ini Nur Kho-lik dapat memperoleh keuntungan ber sih sekitar 16 juta/ hektare. Ini me rupakan suatu pendapatan yang

cu kup besar. Berkat usaha yang keras dan respon yang baik terhadap inovasi teknologi sehingga usaha taninya maju. Hal ini mengantarkannya memperoleh prestasi sehingga menjadi Pemenang Lomba Petani Berprestasi dalam rangka Hari Krida Pertanian ke XXXVII se-Ka-bupaten Bondowoso.

Soal tanaman organik sendiri me-ru pakan program Bupati Bondowoso A min Said Husni yang terus meng kam-pa n yekan Pertanian Organik dengan Slogan Bondowoso Sebagai Pusat Perta-nian Organik (Botanik). Program ini dicanangkan sejak tahun 2008 lalu, kini sudah membuahkan hasil yang cukup maksimal.

Karena, pasar terhadap hasil pro-duk si pertanian organik terus terbuka lebar. Bahkan, sampai saat ini, per-min taan pasar terhadap produk-pro-duk pertanian organik belum bisa di-penuhi sepenuhnya oleh petani.

“Hal itu perlu campur tangan pe-me rintah agar percepatan pertanian or ganik bisa segera digenjot,” kata De-puti Pemimpin Bank Indonesia (BI) Je m ber Bidang Ekonomi Moneter, Dwi Suslamanto, saat seminar Upaya Pe ngentasan Kemiskinan Melalui Per ta nian Organik terpadu di Aula Bap pekab Bondowoso kemarin. Dia me-ngungkapkan sejumlah fakta be sar nya per mintaan pasar terhadap produksi per tanain organik. Bahkan menurutnya,

permintaan pasar tersebut sampai saat ini belum terpenuhi.

Dia mencontohkan cluster pertanian organik dengan komoditas padi di Banyu-wangi sampai saat ini belum mampu untuk memenuhi permintaan pasar. Bahkan untuk kebutuhan pasar lokal saja belum memenuhi. Artinya, kata dia, pasar hasil produksi pertanian organik sampai saat ini cukup terbuka lebar.

Dwi menambahkan, ada satu ken-dala yang sampai saat ini masih harus diatasi. Yaitu resiko pencemaran terha-dap pertanian organik. “Pertanian or ga-nik rawan risiko pencemaran dari la han sekitarnya yang tidak mengelola pertanian secara organik. Sehingga tan tangannya adalah bagaimana ha sil produksinya tetap organik,” ung kap nya.

Menurutnya, langkah strategis untuk mendorong percepatan pertanian orga-nik di masyarakat adalah dengan meli-batkan banyak pihak. Misalnya melalui peng-clusteran pertanian organik untuk berbagai komoditas. Menurutnya, sampai saat ini Bank Indonesia (BI) Jember sudah melakukan itu, mulai cluster kopi di Bondowoso, Jember, Situbondo dan Banyuwangi.

Selain itu, pemerintah daerah juga bisa mengambil peran melalui regu lasi percepatan pertanian organik. “Pe me-rintah daerah bisa mengeluarkan Perda misalnya tentang perlindungan kawasan pertanian organik,” ujarnya. (gus)

17www.suaradesa.com Edisi 07 15 Agustus - 15 September 2012 SUARA DESA

BUPATI beserta istri Didampingi Kepala Dinas Pertanian Wahyudi Tri Atmadji saat panen cabe hasil pertanian organik.

Page 18: suara desa edisi VII

18 SUARA DESA www.suaradesa.com Edisi 07 15 Agustus - 15 September 2012

JemberJemberJemberJemberSuara

W arga Jember mulai ge-mar budidaya kambing e ta wa. Padahal sebe-lum nya jarang yang be-

ter nak kambing jenis ini. Namun se-te lah tahu harga jualnya tergolong ting gi warga pun mulai melirik ter-nak etawa. Selain itu bentuk fi sik kam bing etawa jauh lebih besar jika di bandingkan kambing pada umum-nya. Yakni besarnya bisa mencapai 2 hingga 3 kali lipat dari kambing bia-sa, sehingga membuat warga senang me meliharanya.

Kepala Desa Sidomulyo Kecamatan Silo Kabupaten Jember, Marjono, me ngatakan, perlakuan untuk hewan ter nak ini juga berbeda mengingat kam bing etawa bisa memproduksi susu. Untuk mendapatkan susu yang ba ik dan maksimal, para peternak kam bing etawa harus merawat dengan baik. Misalnya memandikan hewan ter naknya ini dengan air hangat se ti-ap hari. Hal itu dilakukan agar hasil su su yang diperah bisa maksimal serta mengurangi bau keringat pada hewan ternak.

Selain itu, pakan yang diberikan ju ga berbeda dengan kambing pada u mumnya. Untuk kambing jenis ini biasanya peternak memberi pakan da un-daunan seperti sengon, lamtoro dan lainnya. Daun-daun itu baik untuk meningkatkan produksi susunya.

Setiap hari peternak bisa memerah su su kambing etawa 1 hingga 3 liter se tiap ekor kambing, tergantung ba-gai mana perlakuan peternak terhadap kam bing tersebut. Jika perlakuannya

ba gus, maka susu yang dihasilkan bisa mak simal, dan begitu juga sebaliknya. “Jika perlakuannya kurang baik maka su su yang dihasilkan sedikit, atau se-kitar 50% saja,” ujar Marjono.

Harga susu yang dihasilkan kambing eta w a bisa mencapai dua kali lipat da ri harga susu sapi. Hal ini karena man faat dan kandungan gizinya le-bih banyak dari susu sapi. Untuk per liternya harga susu kambing etawa berkisar Rp 30.000 hingga Rp 34.000. “Ka lau yang sudah melalui produksi pa brik bisa mencapai Rp 30.000 hing ga Rp34.000, sedangkan untuk kon sumsi masyarakat yang ada di De sa Sidumolyo, karena masih belum di produksi pabrik, maksudnya hanya di bungkus dengan plastik biasa, harga perliternya Rp 20.000 hingga Rp

25.000,” ujarnya.Marjono juga menjelaskan susu kam-

bing etawa yang ada di Desa Sidomulyo juga rentan terhadap perubahan iklim. Ka lau cara memasaknya kurang be-nar, misalnya terlalu masak atau ku rang masak, maka berpengaruh pa da kandungan gizinya. “Artinya kon disi semacam itu, untuk susu yang dikonsumsi masyarakat sekitar ini tidak dimasak, hanya disimpan da-lam lemari pendingin saja, agar bisa ber tahan lebih lama, antara 15 hari hingga 1 bulan, dengan kualitas yang ma sih baik,” ujarnya.

Marjono menambahkan, produksi he wan ternak jenis etawa di De sa Si-domulyo meskipun sudah men ca pai 70 ekor, menurutnya perlu dikem b angkan lagi, sehingga ekonomi masyarakat desa bisa terangkat secara signifi kan. Un tuk harga bibitan kambing etawa, pe rekornya bisa mencapai Rp 800.000 hingga Rp 1.000.000, sedangkan untuk pejantannya bisa mencapai Rp 4.000.000 hingga Rp 5.000.000.

Masih ada upaya lain guna me ma-sarkan susu kambing etawa yang terus dilakukan oleh Marjono selaku Kades Sidomulyo.

Misalnya dengan cara mem per ke-nalkan ke instansi-instansi yang ada agar lebih dikenal sehingga mem per-mudah sistem pemasarannya. “Untuk ke depannya, saya berharap agar po-ten si tersebut bisa menjadi booming dan Desa Sidomulyo nantinya dapat di jadikan sebagai desa wisata,” ha-rap nya. (ali)

Menuju Desa Wisata

ba gus, maka susu yang dihasilkan bisa mak simal, dan begitu juga sebaliknya. “Jika perlakuannya kurang baik maka

25.000,” ujarnya.Marjono juga menjelaskan susu kam-

bing etawa yang ada di Desa Sidomulyo

Menuju Desa WisataKambing Etawa

PETUGAS Dinas Peternakan memeriksa kambing milik warga.

Page 19: suara desa edisi VII

19www.suaradesa.com Edisi 07 15 Agustus - 15 September 2012 SUARA DESA

Kambing EtawaSalah satu dari lima orang yang

di tembak oleh Polisi Diraja Ma laysia bernama Ahmad Rom li, warga Dusun Klakah,

De sa Andung Biru, Kecamatan Tiris, Ka bupaten Probolinggo. Jenazahnya di berangkatkan dari Kuala Lumpur, Ma laysia, menuju Bandara Juanda, Su -rabaya, dan tiba di rumah duka, Sab tu (15/9). Camat Tiris, Didik Ha romain, mengatakan, keluarga Rom li tam paknya telah ikhlas mene ri ma ke ma tian Ahmad Romli. Yang me na rik Romli sendiri bu-kanlah TKI resmi. Informasi dari Kepala Dinas Te naga Kerja dan Transmigrasi (Dis na kertrans) Probolinggo, Santiono, Romli tidak tercatat sebagai TKI mela-lui jalur resmi. Ka renanya, pihaknya tak bisa berbuat ba nyak kecuali hanya memberikan sa ran kepada keluarga korban. Tahun 2011, kata Santiono, TKI yang resmi ber jumlah 17 orang. “Lebih banyak yang ilegal dari pada yang resmi,” ungkapnya.

Almarhum Ahmad Romli dikenal se bagai orang baik oleh warga Dusun Krajan, Desa Andong Biru, Kecamatan Tiris. Sebelum menjadi TKI tiga tahun lalu, Romli adalah seorang petani ko-pi dan jagung di desa yang berada di dataran tinggi di lereng Gunung Gam bir, perbatasan sebelah Timur Ka bupaten Probolinggo dan Jember. “Dia orang baik. Bagi warga, dia se-or ang pengayom masyarakat,” kata Ro’i, kerabat Romli saat ditemui di ru mah duka di Desa Andong Biru, Ju-mat 14 September 2012. Keberadaan Rom li di desa sebelum berangkat ke Malaysia menjadi TKI, dirasakan war ga telah membuat warga merasa aman dan nyaman. Bahkan, setelah pu lang dari Malaysia, rencananya Romli akan dijadikan sebagai carik di desanya oleh kepala desa.

Kisah tragis Romli bukan kasus per tama. Juni 2012 lalu 2 TKI warga Lumajang juga ditembak mati di Ne-

geri Jiran. Keduanya tercatat atas na ma Hasbullah (25), warga Dusun Krajan, Desa Sumberpetung, Kecama-tan Ranuyoso dan Sumardiono (35), warga Dusun Krajan, Desa Grobogan Kecamatan Kedungjajang. Lagi-lagi keduanya TKI ilegal. Dan lagi-lagi di-tuduh sebagai pelaku kriminal.

Kasus lain menyangkut TKI ilegal ter jadi di Malang. Pada tanggal 18 Pe bruari 2011, Paguyuban Paseban yang terletak di Desa Kanigoro, Keca-matan Pa gelaran Kabupaten Malang, ke da ta ngan keluarga TKI yang me-ning gal di Malaysia. Keluarga mence-ritakan kro nologi permasalahan nya. Saat itu Mus tofa -- kakak TKI -- me-nyampaikan bahwa TKI itu mening-gal bukan ka rena kecelakaan atau hal yang lain yang ada kaitannya dengan ma jikan. TKI satu anak itu mening-gal karena penyakit darah beku yang menyebar ke saraf otak. Karena adiknya di Malaysia berstatus ilegal, Mus tofa meminta saran kepada pihak paguyuban tersebut bagaimana bisa memulangkan jenazahnya.

Saat itu jugak advokasi Mekarwa-ngi menghubungi saudara sepupu dan istri TKI itu di Malaysia hingga menda-patkan Informasi bahwa Zu ba idi alias

Hasan Bisri meninggal ka rena sakit di Rumah sakit Sungai Bulu Selangor Malaysia. Setelah men dapatkan infor-masi dari istri dan saudaranya yang sama-sama bekerja di Malaysia, nama yang tercantum di Pasport ternyata bukan Zubaidi me lainkan Hasan Bis-ri. Setelah itu tim Mekarwangi men-ghubungi pihak Mus pika Pagelaran karena ini pembe rangkatan TKI se-cara ilegal dengan ca ra memanipulasi dokumen. Mereka lalu melibatkan aparat kepolisian, Camat Pagelaran dan Perangkat Desa Brongkal menda-tangi Rumah Duka meminta penjela-san ke pihak keluarga.

Setelas berdiskusi selama satu jam le bih dengan pihak keluarga, dari pi-hak kepolisian sepakat mendatangkan tim dokter asal Kabupaten Malang untuk melakukan otopsi guna me -mastikan apakah benar Hasan Bisri betul-betul keluarga Mustofa. Se telah mendapatkan penjelasan, ba ru proses pemulangan dilakukan, de ngan meli-batkan UPT3TKI di Jawa Ti mur dan BP2TKI agar mengkondi sikan pemu-langan Jenazah Zubaidi me ngingat dia TKI ilegal. Jenazah ak hirnya bisa diterbangkan dengan M alaysia Air-line ke rumah duka. (gus)

SUARASEMERU

alah satu dari lima orang yang di tembak oleh Polisi Diraja

geri Jiran. Keduanya tercatat atas na ma Hasbullah (25), warga Dusun

Hasan Bisri meninggal ka rena sakit di Rumah sakit Sungai Bulu Selangor

Gagal Cegah TKI Ilegal

PARA TKI yang dipulangkan dari Malaysia tiba di tanah air.

Page 20: suara desa edisi VII

20 SUARA DESA www.suaradesa.com Edisi 07 15 Agustus - 15 September 2012

Suara

Sejumlah pengendara senang de ngan pengoperasian jalan lin tas barat (Jalibar) yang meng hubungkan antara Keca-

mat an Kepanjen-Ngajum Kabupaten Ma lang. Uji coba pengoperasian Ja libar diperpanjang hingga akhir Sep tem ber 2012 lalu. Padahal rencana se mula hanya hingga H+7 Lebaran lalu.

“Enak, lebih cepat sebab tak ter je bak macet di Kepanjen. Jalan al ter natif ini sangat membantu. Tapi sayang kalau malam masih gelap sebab masih belum ada lampu npenerangan jalannya,” kata M. Sulthoni, warga Ma lang, yang baru saja pulang dari me ngunjungi neneknya di Blitar, ke marin.

Sulthoni tahu Jalibar hanya dibuka untuk ujicoba. Namun dia berharap bi sa dilakukan sistem buka tutup saat di lakukan pengerjaan pembenahan lan jutan jalan ini hingga tahun 2013 mendatang. “Jadi, jangan ditutup to-tal,” katanya.

M. Anwar, Kepala Dinas Bina Mar ga Kabupaten Malang, Minggu (9/9) lalu membenarkan kalau ujicoba di per-panjang sampai akhir September. “Ya, sekalian juga untuk uji coba jalan. Nanti kalau kami mulai pengerjaan median jalan, Jalibar akan kami tutup lagi demi keamanan pengerjaan,” ka tanya.

Dengan adanya jalibar ini, pe-ngendara cukup diuntungkan. Sebab ji ka ingin ke arah Blitar, cukup le -wat jalan tembus ini dan tidak per lu masuk ke Kota Kepanjen yang ka-

dang pa dat lalu lintasnya. Menurut An war, pemasangan median jalan diperkirakan akan dimulai pada awal Oktober hingga Desember 2012. Selain itu, jalannya juga masih perlu satu kali overlay (dilapisi) aspal. “Jalan ini a kan dioperasikan secara resmi pada ta hun depan,” papar Anwar.

Sebelumnya warga mengeluhkan fa silitas penerangan jalan umum (PJU) yang belum tersedia di Jalibar Malang. Saat itu menghadapi jalur mu dik Lebaran, Kapolres Malang telah memerintahkan anggotanya un-tuk berjaga 24 jam penuh di Jalibar sepanjang 5,3 km itu.

“Kalau tidak ada PJU, tiap malam pasti rawan di daerah sana. Jadi se-lama difungsikan, nanti anggota Polres Malang akan melakukan penjagaan dan patroli di sana selama 24 jam pe nuh,” tegas AKBP Rinto Djatmono, Kapolres Malang.

Rinto mengakui difungsikannya Ja libar ini bisa mengurangi tingkat ke-padatan lalu lintas di Kepanjen, ter masuk selama musim mudik Lebaran lalu. Arus mudik dari arah kota Malang menuju Blitar jelas meningkatkan ke padatan lalu lintas yang melewati ka w asan Kabupaten Malang. “Saat ke padatan tinggi, petugas di lapangan memberi pengarahan agar pengguna jalan lewat jalan alternatif ini,” kata nya.

Sebelumnya Dinas Perhubungan, Ko munikasi, dan Informatika (Dis-hub kominfo) Kabupaten Malang me-

nga jukan anggaran sebesar Rp1,9 mi liar guna memenuhi kelengkapan Ja libar. Kepala Dishubkominfo Ka bu -paten Malang, Nazarudin Selian H.T., mengatakan pembangunan Ja li bar tersebut berada di tiga desa dua di an taranya berada wilayah Ke ca ma-tan Kepanjen, serta satu be ra da di Ke ca matan Ngajum. Jalibar ter sebut, u jarnya, merupakan jalan al ternatif yang menghubungkan Ka bupaten Ma lang dan Kabupaten Blitar sepanjang 5 km.

“Namun sampai saat ini Pemkab Ma-lang belum mengalokasikan anggaran untuk memenuhi perlengkapan untuk Jalibar tersebut. Sementara sebagai ja lan alternatif keberadaan Jalibar ku rang beberapa persen lagi untuk segera bisa dilalui kendaraan,” kata Nazarudin di Malang.

Karena itu, sebelum dibuka un tuk jalan umum, Dishubkominfo me-ngajukan anggaran ke Pemkab sebesar Rp1,9 miliar. Dana itu digunakan un tuk membuat Rambu Petunjuk Peng gunaan Jalan (RPPJ), warning light, dan marka jalan sepanjang 5 km. “Kelengkapan itu merupakan standar yang harus dipenuhi untuk jalan raya. Sehingga sebelum jalan dibuka untuk umum, perlengkapan jalan harus su-dah terpasang,” katanya.

Jika rambu lalu-lintas belum ter-pa sang, dikhawatirkan terjadi ke-celakaan mengingat jalan al ter-na tif itu difungsikan untuk me-me cah kemacetan di pusat Kota Ke panjen. “Sehingga sebagai upaya me ngantisipasi kecelakaan rambu-rambu lalu-lintas dan fasilitas lainnya sudah harus terpasang,” katanya.

Pada anggaran tahun 2011, je las-nya, belum ada anggaran dana un tuk memenuhi kelengkapan Ja li bar ter sebut dari Pemkab Malang baik me lalui APBD maupun Perubahan Ang garan Keuangan (PAK). Sehingga pi haknya pada tahun depan akan me ngajukan anggaran guna memenuhi per lengakapan jalan Jalibar tersebut. (gus)

dang pa dat lalu lintasnya. Menurut nga jukan anggaran sebesar Rp1,9

Masih Gelap

Malang

Masih GelapMasih GelapJalibar Malang

20 SUARA DESA www.suaradesa.com Edisi 07 15 Agustus - 15 September 2012

Page 21: suara desa edisi VII

21www.suaradesa.com Edisi 07 15 Agustus - 15 September 2012 SUARA DESA

SuaraBatu

Dari Batu Berburu Rumput ke Kediri

Ratusan peternak sapi perah di Batu

saat ini sedang mengalami beban berat. Sebab, saat

musim kemarau panjang seperti

sekarang mereka sulit mencari rumput untuk pakan ternak.

Tidak tanggung-tanggung, mereka harus keluar kota untuk memenuhi kebutuhan pakan

ternak itu.

21SUARA DESA

KHUSNUL YAKIN dengan ternak sapi perahnya.

KHUSNUL YAKIN ternak sapi perahnya.

bilang panjang. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan rumput, segala cara ditempuh. Bisa jadi ke Jombang, Kediri, Pasuruan, ha rus dia dijalani untuk memenuhi ke bu-tu han rumput tersebut. Biasanya, kalau men cari rumput berombongan dengan me ngendarai mobil pikap bak terbuka. Satu mobil biasanya sampai 2-3 peternak sapi.

“Sudah sekitar 10 hari ini terpaksa ha-rus keluar kota untuk dapat rumput. Ini ki ta lakukan karena rumput di seputaran Batu sudah habis,” katanya, kemarin.

Peternak yang memiliki 4 ekor sapi pe-rah ini menambahkan agar sapi-sapinya tetap bertahan produksinya, rumput yang diberikan harus tetap seperti biasanya. “Kondisi seperti sekarang yang penting sapi-sapi ini tetap kenyang,” katanya.

Daerah pencarian rumput itu dicari di per sawahan. Di sana bisa mendapatkan je -rami. “Kalau kondisi seperti sekarang jera-

mi tetap kita berikan, di tun jang dengan makanan tambahan lain,” katanya.

Dengan pola itu, kata dia, pro-duksi susu sapi akan tetap stabil. Ka lau biasanya seekor sapi bisa ha silkan 15 liter per hari, dia ber-usaha bisa tetap seperti itu. Me-nurut dia, kondisi seperti ini biaya produksi membengkak luar biasa. Kalau biasanya hanya untuk beli tambahan makanan suplemen, ki-ni tidak hanya itu. Menambah bia-ya transportasi mencari rumput termasuk tambahan beli rumput atau tebon (daun jagung muda).

Kini, ratusan peternak itu ha-nya berharap musim kemarau ini segera berakhir.

“Ya kini hanya bisa berharap agar mudah lagi da pat rumput,” pungkasnya. (juned)

Sejak seminggu terakhir ini, pe ter-nak sapi perah tidak bisa santai. Hal itu seperti diceritakan Khusnul Ya kin (40), peternak sapi di Du-

sun Srebet Kidul, Desa Pesanggrahan Ke-ca matan Batu. Dia mengungkapkan, usai salat Subuh seperti biasa dia harus masuk kandang, merawat sapi dilanjutkan dengan memerah susu sapi. Kemudian setor ke pos penampungan susu terdekat.

Nah, kalau biasanya usai setor susu bisa santai sejenak di rumah, namun kini tidak bisa dilakukan. Sebab dia harus beraksi pagi-pagi agar segera mendapatkan rumput karena rumput yang dicari lokasinya cukup jauh. Padahal siang hari harus sudah ada di kandang lagi untuk memberikan pakan ternak. Termasuk memerah susu sapi. “Ya, terpaksa pagi-pagi sudah keluar rumah agar dapat rumput. Kemarin ke Jombang, besok mungkin ke Pasuruan,” katanya.

Dia melanjutkan, kemarau saat ini ter-

Page 22: suara desa edisi VII

22 SUARA DESA www.suaradesa.com Edisi 07 15 Agustus - 15 September 2012

Dengan kemunculan ikan hiu tutul itu para nelayan menyakini, akan mem bawa keberuntungan bagi pa ra nelayan setempat yakni akan men-

da patkan tangkapan ikan yang melimpah. “Al-ham dulillah, sejak adanya ikan hiu di Perairan Pasuruan ini membawa berkah tersendiri, seka-rang perahunya disewakan kepada pengunjung. Untuk menonton ikan ini dari jarak dekat, pe-ngun jung cukup membayar Rp5.000 per orang,” terang Suparman, nelayan Lekok, Kabupaten

Pasuruan.Puluhan hiu tutul tersebut sejak akhir pekan

Agustus mulai nampak di perairan laut Pasu-ruan, tepatnya satu mil dari Desa Jatirejo Keca-matan Lekok Kabupaten Pasuruan. Meski tidak ter lihat dari bibir pantai, namun banyak warga yang penasaran. Sehingga mereka pun menyewa

perahu nelayan untuk bisa melihat lebih dekat.Ikan yang berukuran cukup besar ini memang

terlihat menakjubkan. Mereka tampak asyik bere-nang dan tidak merasa terganggu dengan kehadiran warga yang mendekat dengan perahu nelayan.

Kawanan hiu tutul ini pun tidak agresif dan terlihat jinak tidak seperti jenis hiu lainnya yang biasanya ganas. Bahkan ikan dengan kulit hitam bintik-bintik putih ini mendekat beberapa kali ke perahu nelayan.

”Saya penasaran sekali melihat ikan hiu dekat karena ikannya cukup besar, sekitar empat meter-an. Dilihat dari dekat asyik juga. mereka juga ber-sahabat dengan manusia,” kata Bagus Setiawan, warga Grati, Kabupaten Pasuruan. (bh, tni)

Puluhan ekor ikan hiu tu tul nyambangi warga Pa-suruan dengan menampak-

kan diri di perairan Laut Pasuruan. Penampakan

ikan raksasa yang banyak dijumpai di perairan Aus-tralia Laut Pasuruan men-jadikan berkah tersendiri

bagi nelayan sekitar. Hal itu dibuktikan den-

gan perhatian warga sekitar membanjiri pantai Pasuru-

an. Banyak diantaranya yang kemudian menyewa

perahu nelayan sekadar un-tuk melihat lebih dekat raja

lautan tersebut.

Puluhan ekor ikan hiu tu tul nyambangi warga Pa-

Suara

Puluhan ekor ikan hiu

Pasuruan

PULUHAN ekor ikan hiu tutul muncul di perairan Laut Pasuruan, tepatnya pada satu mil Desa Jatirejo Kecamatan Lekok Kabupaten Pasuruan beberapa waktu.

Hiu Tutul Nyambangi Pantai Pasuruan

Page 23: suara desa edisi VII

23www.suaradesa.com Edisi 07 15 Agustus - 15 September 2012 SUARA DESA

Desa Wonokerto, Kabupaten Pro bolinggo, tampak se ma-kin menggeliat dengan ada-nya budi daya jamur yang

dilakukan warganya. Salah satunya Su darusman (42). Pria ini setiap pa gi harus mencermati jamur-jamur yang dibudidayakannya di sebuah ba-ngun an berdinding gedek yang ada di sebelah rumahnya. Sebab, lengah se dikit saja, jamur-jamur itu akan mati atau tumbuh kurang sehat.

“Jika tidak diamati hasilnya kurang ba gus,” ujar Sudarusman ketika di te-mui usai melihat kondisi jamur yang di budidakannya dalam bangunan ber-ukuran 3x6 meter itu.

Budi daya jamur yang dilakukan warga di wilayah itu merupakan salah satu upaya membangkitkan kembali ekonomi warga, setelah terjadi erupsi Bromo yang mempunyai ketinggian 2.392 meter di atas permukaan laut itu. Menurutnya, mayoritas lahan per -tanian di Desa Wonokerto rusak aki bat erupsi pada tahun 2010, se hingga tidak bisa dimanfaatkan ka rena banyaknya pasir akibat letusan gu-nung. “Sejak saat itulah, warga mulai melakukan budi daya jamur sebagai pengganti lahan pertanian yang rusak akibat erupsi,” tuturnya.

Sudarusman optimistis budi da ya jamur jenis kancing atau “cham pig-non” yang dilakukan warga me mi liki pro spek cerah sebab potensi pa sar nya cukup besar. Hal itu terbukti war ga desa sempat mendapatkan per min taan jamur mencapai 300 ton per ta hun. Namun mereka baru sanggup me menuhi 1 ton jamur per tahunnya. “Bu di daya jamur ini adalah alternatif yang bisa dilakukan warga, sebab se lain pasarnya bagus, juga tidak terlalu menghabiskan banyak lahan,” ucapnya.

Warga lain, Totok, mengaku, budi da ya jamur yang dikembangkan war-ga desa secara perlahan-lahan mam pu menggeliatkan ekonomi war ga setelah adanya bencana erupsi be berapa waktu lalu. Warga Desa W o nokerto yang mengandalkan la han pertanian dalam menggerakkan eko nomi keluarga tidak bisa tinggal di am setelah terjadinya e rupsi, sebab ke butuhan ekonomi ke-luarga harus te rus berjalan.

Dikatakan, budi daya jamur sangat

me nguntungkan, sebab dalam jangka wak tu tiga bulan, jamur yang ditanam su dah dapat dipanen berkali-kali de ngan harga 1 kwintal mencapai Rp12 ribu untuk jenis yang bagus, se dangkan jenis yang tidak bagus harganya mencapai Rp8 ribu. Hal ini berbeda dengan tanaman lain seperti kentang yang sebelumnya ditanam warga, yang masa panennya sekali da-lam tiga bulan. “Melakukan budi daya jamur dibutuhkan kesabaran dan aktif memantau kondisi jamur, sehingga bisa didapat hasil maksimal selama tiga bulan berturut-turut,” tukasnya.

Desa Wisata Jamur

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pa-ri wisata (Disbudparta) Probolinggo, Tu tuk Edi Utomo mengaku senang de-ngan budi daya jamur yang dilakukan warga itu. Sebab hal itu dapat men-jadi salah satu alternatif wisata di ka wasan Gunung Bromo, selain men jual keindahan pemandangan gu nung. Dikatakan, setelah terjadi bencana erupsi beberapa waktu lalu Pemkab Probolinggo terus berupaya menonjolkan sejumlah produk ung-gulan di setiap desa, termasuk mem-buka potensi wisata lain di wilayah sekitar Gunung Bromo.

“Kita harap dengan adanya budi da-ya jamur, pendapatan masyarakat di De sa Wonokerto, Kecamatan Sukapura

ini bisa meningkat,” ujarnya.Ide awal budi daya jamur, kata

dia, datang dari kalangan akademisi dan sejumlah jurnalis ketika melihat tidak berfungsinya kembali secara ce pat lahan di sekitar Bromo pasca-e rupsi. Ide itu memanfaatkan potensi iklim yang dingin dan mendukung kelembapan udara di wilayah itu untuk berkembang biaknya jamur.

“Sekitar bulan November dan De-sember 2011 muncul ide itu, kemudian menawarkan konsep budi daya jamur kepada Kadin, dan disambut positif,” paparnya. Bahkan, kata Edi, Bank In donsia juga telah membina petani jamur melalui program tanggung ja-wab sosial perusahaan (CSR) serta mem berikan bantuan untuk petani mulai dari pengadaan bibit, sarana dan prasarana produksi, serta penjualan. Edi berharap, dengan adanya budi daya jamur ini dapat dijadikan tong-gak bangkitnya kembali ekonomi warga Tengger pasca-erupsi.

Dan bagi wisatawan yang ber kun-jung ke Bromo dapat memiliki alter natif pi lihan ketika berkunjung ke gu nung yang terletak di empat wilayah itu, yakni Kabupaten Probolinggo, Pa su ru-an, Lumajang, dan Kabupaten Ma lang. “Adanya budi daya jamur yang di la ku-kan oleh warga ini, terbukti dapat mem-bangkitkan sektor pariwisata dalam be-be rapa tahun terakhir,” tuturnya. (bd)

DDesa Wonokerto, Kabupaten Pro bolinggo, tampak se ma-

Wonokerto Menggeliat Berkat JamurWonokerto Menggeliat Berkat JamurWonokerto Menggeliat Berkat Jamur

Suara

Wonokerto Menggeliat Berkat JamurWonokerto Menggeliat Berkat JamurWonokerto Menggeliat Berkat JamurWonokerto Menggeliat Berkat JamurProbolinggo

BUDIDAYA jamur semakin digemari warga Wonokerto.

Page 24: suara desa edisi VII

24 SUARA DESA www.suaradesa.com Edisi 07 15 Agustus - 15 September 2012

K rupuk biasanya hanya dikenal berbahan ikan laut atau udang. Jarang pakai ikan lele. Nah war ga Desa Yosowilangun

Ke camatan Yosowilangun Kabupaten Lu majang mengenalkan krupuk ikan lele. Dan hasilnya ternyata banyak di minati oleh masyarakat. Hal itu ter-li hat saat berlangsungnya pameran tek nologi di Mataram NTB beberapa wak tu lalu.

Meski masih dianggap asing ter nyata kehadiran krupuk lele mampu mem-buat pengunjung pameran tersebut pe nasaran. Maka, dalam waktu sekejap kru puk lele itu amblas diborong pem-beli. Apalagi krupuk lele selain ra sanya enak dan kandungan gizinya sa ngat tinggi, pembuatannya pun tidak terlalu rumit dan cukup menggunakan pe-ralatan tradisional. Diharapkan krupuk lele itu nantinya bisa menggeser po-pu laritas krupuk udang yang lebih di kenal sejak dulu oleh masyarakat. Se bab, selain harganya lebih murah, ju ga karena ketersediaan bahan dasar kru puk tersebut yakni lele sangat m e limpah di Desa Yosowilangun me-

SuaraLumajang

ngingat sengaja dibudidayakan oleh warga.

Menurut Kotijah, salah satu pemilik ho me industry krupuk lele di Desa Yo-sowilangun, pembuatan krupuk lele sudah berlangsung sejak satu tahun la lu. Saat itu dilakukan hanya untuk me ngatasi kebosanan masyarakat ter-hadap pecel lele. Dari situlah timbul ke inginan untuk mencoba membuat kru puk lele. Dan begitu krupuk lele de ngan harga terjangkau dilempar ke pa saran, ternyata di luar dugaan sa ngat diminati o leh masyarakat. “Permintaan pe-san an krupuk le le terus me-ningkat, na-mun karena ke terbatasan pe ra latan me-nyebabkan permintaan t e r s e b u t

sulit dipenuhi,” ujarnya.Proses pembuatan krupuk ini juga

ti dak ada bedanya dengan krupuk u dang. Terlebih dulu lele dibersihkan bagian organ dalamnya sebelum diolah menjadi krupuk. Selanjutnya lele dari bagian kepala dimasak dalam panci pre sto, sehingga tidak ada bagian yang terbuang. Lalu dicampur bumbu se bagai penyedap, diaduk dengan adonan tepung tapioka, setelah melalui pro ses layaknya pembuatan krupuk pa-da umumnya, lantas krupuk itu diiris-iris, dan selanjutnya dijemur.

Dalam satu minggu Ko tijah bisa meng hasilkan kru puk

le le mentah se-banyak 20 kg, harga 1 kg kru-

puk lele men tah Rp 25.000. “Kalau

harga 1 kg krupuk lele goreng sedikit

lebih mahal yakni Rp 45.000,” ujarnya.

Sementara itu Su -tinah yang juga pem -

buat krupuk lele, men-jelaskan, agar krupuk

lele ini bisa lebih di ke-nal oleh masyarakat ada

ki at jitu yang sudah dilakukanya. Dia mengedarkan krupuk lele di ling-kungan masyarakat sekitar.

“Saat ini kami juga tengah berupaya agar krupuk lele itu bisa dijadikan oleh-oleh khas Lumajang, sehingga bisa menembus pasar swalayan atau pu sat perbelanjaan di kota,” ujarnya.

Selain itu Sutinah berharap proses pe ngolahan krupuk lele nantinya ti dak lagi menggunakan peralatan tra di-sional, karena itu dirinya berharap ada bantuan peralatan canggih khususnya dari Pemkab Lumajang untuk proses pem buatan krupuk lele.

“Krupuk lele itu bisa menambah kebutuhan kalsium bagi para manula,” pungkasnya. (ali)

Krupuk Lele

ngingat sengaja dibudidayakan oleh ngingat sengaja dibudidayakan oleh ngingat sengaja dibudidayakan oleh sulit dipenuhi,” ujarnya.

Krupuk LeleKrupuk LeleKrupuk LeleKrupuk LeleKrupuk LeleKrupuk LeleKrupuk LeleKrupuk LeleKrupuk LeleKrupuk LeleKrupuk LeleTinggi Kalsiumdi Yosowilangun

rupuk biasanya hanya dikenal berbahan ikan laut atau udang. Jarang pakai ikan lele. Nah

LumajangLumajangLumajangLumajangLumajangLumajangLumajangLumajangLumajangLumajangLumajangLumajangLumajang

Krupuk LeleKrupuk LeleKrupuk LeleKrupuk LeleKrupuk LeleKrupuk LeleTinggi KalsiumTinggi KalsiumTinggi KalsiumTinggi KalsiumTinggi KalsiumKrupuk LeleTinggi KalsiumKrupuk LeleTinggi Kalsiumdi Yosowilangundi Yosowilangundi Yosowilangundi Yosowilangundi Yosowilangun

da umumnya, lantas krupuk itu diiris-iris, dan selanjutnya dijemur.

Dalam satu minggu Ko tijah bisa meng hasilkan kru puk

le le mentah se-banyak 20 kg, harga 1 kg kru-

puk lele men tah Rp 25.000. “Kalau

harga 1 kg krupuk lele goreng sedikit

lebih mahal yakni Rp 45.000,” ujarnya.

Sementara itu Su -tinah yang juga pem -

buat krupuk lele, men-jelaskan, agar krupuk

lele ini bisa lebih di ke-nal oleh masyarakat ada

ki at jitu yang sudah dilakukanya.

pa saran, ternyata di luar dugaan sa ngat diminati o leh masyarakat. “Permintaan pe-san an krupuk le le terus me-ningkat, na-mun karena ke terbatasan pe ra latan me-nyebabkan permintaan

Dua Kades Berebut Jadi Penguasa Kota Angin

Page 25: suara desa edisi VII

25www.suaradesa.com Edisi 07 15 Agustus - 15 September 2012 SUARA DESA

Krupuk LeleTinggi Kalsiumdi Yosowilangun

Dua kepala desa di Kabupaten Nganjuk, berebut menjadi penguasa kota angin, Anjuk-ladang. Mereka ada lah H.

Yusmanto SH, Kepala Desa Selorejo, Kec. Bagor dan H. Syaiful Anam SPd MSi, Kepala Desa Sidorejo, Kec. Tan-junganom. Keduanya, macung da-lam pemilukada yang akan digelar 12 Desember tahun ini, menantang in-cumbent H. Taufi kurrahman.

Yusmanto akan dapuk menjadi ca lon orang nomor satu di Nganjuk ber pa sangan dengan Gatot Nursalim. Se dang kan Kades Sidorejo, Mbah A nam, pang gilan H. Syaiful Anam, akan men dam pingi Cabup Nyono Jo yoastro. U nik nya, ke-duanya ti dak meng -gu nakan ken da ra an par tai, tapi be rang kat me lalui jalur in de pen-den. Mereka pun sudah mendaftar ke KPU Kab. Nganjuk dalam pesta de mokrasi Desember nanti.

Kedua mbah lurah ini ‘nekad’ macung, ka rena merasa prihatin dengan pemerintahan Nganjuk saat ini. Me reka menilai,

p e n g u a s a Ngan juk saat

ini ku rang mem per hatikan aspirasi ma sya rakat desa. Pe-me rintahan desa, ter-uta ma kepala desa, di-perlakukan seperti a nak kecil, yang hanya boleh menetek ibunya.

Sementara desa, ti-dak diberi keleluasaan untuk mengatur rumah tanggannya sendiri. Se-mua program sudah di-

SUARA BRANTAS

DDua kepala desa di Kabupaten Nganjuk, berebut menjadi penguasa kota angin, Anjuk-ladang. Mereka ada lah H.

Yusmanto SH, Kepala Desa Selorejo, Kec. Bagor dan H. Syaiful Anam SPd

Dua Kades Berebut Jadi Penguasa Kota Angin

Biodata : Calon Bupati Nganjuk

Nama : H. Yusmanto SHTTG : Nganjuk, 02 Oktober 1957Istri : Hj. Yetty Sisworini, SE MMPutra : Yogi Dirgantara SHPendidikan : SDN Selorejo I, tamat 1970 SMP Negeri 1 Nganjuk, tamat 1973 SMA Negeri 2 Nganjuk taman 1976 FH Universitas Negeri Jember lulus tahun 1982Pekerjaan : Kepala Desa Selorejo Periode I 1985 - 1992 Periode II 1993 - 2001 Periode III 2003 - 2013

Partai pengusung: Independen

ten tukan dan didesain dari atas dan desa tinggal menerima paket matengan dari pemda. Itupun desa sering tidak mengetahui program macam apa yang diturunkan ke desa.

“Memang ada musrenbang keca-mat an, musrenbang kabupaten. Ta pi semua itu hanya formalitas. Sub stan-sinya tidak ada sama sekali dengan program yang diusulkan desa. Semua sudah dipatok dari atas. Kita disuruh menerima apa adanya dan tinggal men jalankan. Jadi selama ini desa di-

BiodataCalon Wakil Bupati Nganjuk

Nama : H. Syaiful Anam SPd, MSiTTG : Nganjuk, 17 Juli 1967Istri : Hj. Nurul HidayatiAnak : 1. Alvina Afi fatul Maulida Saif (12) 2. Aziziyah Hidayahra Maulida Saif (7)Pendidikan : SDN Warujayeng IV SMP Darussalam, Ngrempyang, Waru-jayeng MA Darussalam, Ngrempyang, Warujayeng Sarjana (S1) STIT Paciran, Lamongan Sarjana (S2) Wijaya PutraPekerjaan : Kepala Desa Sidorejo, Kec. TanjunganomPartai pengusung : Independen

25www.suaradesa.com Edisi 07 15 Agustus - 15 September 2012 SUARA DESA

Page 26: suara desa edisi VII

26 SUARA DESA www.suaradesa.com Edisi 07 15 Agustus - 15 September 2012

perlakukan seperti anak kecil,“ kata Pak Yus, sapaan Yusmanto.

Ia juga mengungkapkan keti dak -adilan pemerintah daerah mem per la-kukan antara desa satu dengan lain-nya. Menurutnya, pemerintah dae rah di bawah penguasa sekarang hanya un tuk memuaskan orang-orangnya. Pro gram pembangunan sama sekali tidak berorientasi pada kepentingan masyarakat desa.

“Kalau ingin masyarakat Kabupaten Nganjuk sejahtera, ya desa harus le-bih diperhatikan dan diberdayakan. Jangan seperti sekarang, masyarakat desa hanya dijawil kalau mau ada bu-tuhnya. Malah ada desa yang nyaris tidak terurus, tapi sebaliknya ada de sa yang terus menerus mendapat pro gram,“ sindir Pak Yus, seraya membeberkan perlakuan tidak adil pemerintah daerah terhadap desa satu dengan desa lainnya.

Karena itu ke depan, tambah bapak satu anak ini, praktek pemerintahan seperti ini harus segera diakhiri. Ia berjanji, jika terpilih menjadi o -rang nomor satu di Kab. Nganjuk, di rinya akan lebih memperhatikan ma syarakat desa dengan melibatkan pemerintahan desa sebagai ujung tombaknya. Sehingga pada gilirannya masyarakat desa bisa lebih sejahtera.

Menurutnya, beberapa pro gram yang akan menjadi fokus pe me rin ta-hannya nanti antara lain bidang per-tanian dan pemberdayaan UMKM. Bi dang per tanian menjadi fokus ga rapan, karena mayoritas warga Nganjuk ada lah petani. Sedangkan sektor riil UMKM, diharapkan mampu membuka lapangan kerja sebanyak-banyaknya, sehingga membangkitkan ekonomi kerakyatan.

Nada hampir sama disampaikan Kades Sidorejo, Syaiful Anam, yang men calonkan diri menjadi calon wa-kil bupati berpasangan dengan Nyo-

no Jo yoastro. Menurutnya, peme-rin tah an Nganjuk saat ini sudah ha rus direformasi total. Sebab, ba-nyak prilaku oknum pemerintahan yang melenceng dengan semangat reformasi.

Terbukti sampai sekarang masih banyak pungutan dalam setiap ber-urusan dengan layanan di peme rin tah. Juga dugaan praktek jual beli ja batan di birokrasi, sekarang ini su dah seperti bukan rahasia lagi. Belum lagi urusan dengan proyek-proyek pemerintah, pungu tan seperti sudah lazim.

Karena itu, tidak ada cara lain un tuk mereformasi pemerintahan di Kab. Nganjuk, kecuali dengan meng ganti bupati dan wakilnya dalam pemilukada Desember nanti. “Kalau masyarakat ingin maju, ingin sejahtera, tidak ada kata lain, selain penguasa sekarang ya harus diganti,“ katanya dengan nada tinggi.

Dalam hal pemerintahan, tandas Mbah Anam, penguasa Ngajuk seka-rang ini cenderung mengabaikan pe ran pemerintah desa. Pemerintah desa se-perti tidak punya kuasa apa-apa. Semua serba sentralistik dibawah kekuasaan bupati. “Makanya jangan heran kalau ada desa yang setiap tahun dapat pro-yek dari pemerintah kabupaten, tapi sebaliknya ada desa yang sama sekali tidak pernah tersentuh program pe me-rintah. Mereka yang mau men de kat ya otomatis sering dapat, ta pi ka lau tidak mau mendekat, ya ja ngan ha-rap mendapat bantuan,“ tan das ba pak dua anak ini seraya me nyerukan ma-

syarakat Nganjuk untuk melakukan pe rubahan bersama.

Terlepas bagaimana hasilnya Pil-kada nanti, keberanian kedua ka-des macung bupati Nganjuk itu me -mang patut mendapat apresiasi. Ter lebih keduanya maju melalui ja-lur independen, bukan melalui partai politik. Sehingga kebutuhan logistik dan sistem dukungan yang harus di-la lui saat pencalonan jauh lebih rumit dibanding melalui par tai. Mereka harus berjuang untuk men dapat dukungan dari orang per orang.

Karena itu, semangat kedua kepala desa di Nganjuk ini patut menjadi con-toh kades lainnya di Jawa Timur. Sia-papun orangnya, tak terkecuali para ke pala desa, di era demokrasi terbuka se perti sekarang ini, mempu nyai ke-sem patan dan peluang yang sama un-tuk meraih kekuasan yang lebih tinggi.

Dan, M. Amin, Bupati Ponorogo yang sekarang adalah salah satu buk ti kepala desa pemberani yang tak ta kut memanfaatkan peluang. Ia, yang mantan Kepala Desa Tonasan, Kecamatan Kauman ini, kini menjadi orang nomor satu di kota reog melalui pilihan langsung rakyat. Nah, siapa kades yang mau menyusul jejak M. Amin ? (*)

SuaraNganjuk

Pendopo Kabupaten

Nganjuk.

Page 27: suara desa edisi VII

27www.suaradesa.com Edisi 07 15 Agustus - 15 September 2012 SUARA DESA

SuaraKediri

Selama sepekan ini beberapa arkeolog dari balai peles-tarian peninggalan purba kala (BP3) Trowulan, Mojo kerto,

melakukan ekskavasi si tus di Desa Pagu, Kecamatan Wates, Kediri, Jawa Timur. Peng galian yang dilakukan oleh tim yang terdiri dari 13 orang itu menemukan struktur bangunan yang mirip saluran air peninggalan zaman kerajaan.

Struktur yang terbangun dari susunan batu bata merah tersebut mempunyai tinggi 150 cm dan terkubur dalam tanah sedalam 3 hingga 4 meter. Petugas melakukan penggalian sporadis hingga se ba-nyak 9 titik dengan radius 1 kilo-meter untuk mendapatkan alur

saluran air tersebut.“Fungsi utamanya belum jelas

karena kita belum dapat gambaran detailnya. Namun, kita asumsikan struktur ini merupakan saluran air karena mempunyai kemiripan dengan saluran air yang ditemukan di Magetan, Ponorogo, maupun Pasuruan,” kata Danang Wahyu Utomo, salah seorang arkeolog, saat ditemui di lokasi penggalian situs, Minggu (9/9/2012).

Saluran air tersebut terhubung dari sumber mata air di desa ter-sebut, yang terdapat pohon be-

ringin besar. Namun sayang, para arkeolog masih belum terpuaskan karena belum menemukan muara salurannya. Penelusuran hingga 1 kilometer itu hanya menemukan struktur saluran air. “Asumsi saya pasti ada kolamnya. Tapi di mana, ini yang masih terus kita cari,” imbuh Danang.

Selain itu juga belum diketahui pasti dari zaman kerajaan apa-kah saluran itu dibangun. Sela ma penggalian, petugas tidak mene-mukan adanya penemuan benda yang spesifi k dan simbolis yang dapat menguatkan ciri-ciri sebuah benda dibuat pada masa tertentu, seperti gerabah ataupun keramik.

Petugas hanya menemukan struk-tur batu atau p e n d a p a , p e n d a p a ,

saluran air tersebut.“Fungsi utamanya belum jelas

karena kita belum dapat gambaran detailnya. Namun, kita asumsikan

Ditemukan, Saluran Air Peninggalan Kerajaan

dan korelasinya dengan saluran air itu juga belum diung kap. Penelitian terhadap batu bata sebagai material yang digunakan dalam struktur bangunan juga memerlukan pro ses uji laboratorium sehingga me makan waktu cukup panjang.

Batu bata tersebut terdiri dari dua ukuran. Ukuran pertama de-ngan panjang 42 cm, tinggi 8 cm, dan lebar 20 cm. Ukuran kedua dengan panjang 38 cm, tinggi 7 cm, dan lebar 20 cm. Penggalian perdana yang dilakukan di areal pekarangan warga dan aliran sungai tersebut difokuskan pada pembersihan dan pemetaan situs.

Ke depannya, ekskavasi lanjutan akan dilakukan untuk mendapatkan gambaran menyeluruh tentang bentuk maupun fungsi bangunan tersebut. (kc,tni)

worldpres.comTIM Arkeologi saat menggali peninggalan di salah satu titik di Desa Pagu, Kecamatan Wates Kabupaten Kediri (foto atas). Salah satu saluran air yang berada di tepi sungai Desa Pagu.

Page 28: suara desa edisi VII

28 SUARA DESA www.suaradesa.com Edisi 07 15 Agustus - 15 September 2012

Suara Blitar

FKPD Blitar Bangun Kekuatan Desa

FAKIHUDIN Ketua FKPD Kabupaten Blitar

28 SUARA DESA www.suaradesa.com Edisi 07 15 Agustus - 15 September 2012www.suaradesa.com Edisi 07 15 Agustus - 15 September 2012www.suaradesa.com Edisi 07 15 Agustus - 15 September 2012

Setiap kepala desa (kades) di-tuntut mampu meningkatkan ke sejahteraan masyarakat de-sa. Untuk itu kades harus

pu nya basic kekuatan. Salah satu caranya dengan membangun organisasi yang kuat guna meningkatkan kapa-sitas diri sang kades sebagai posisi tawar dalam menjalankan roda pe-merintahan desa. Dalam konteks inilah keberadaan organisasi yang menaungi kades dan perangkat desa menjadi sangat penting perannya.

Karena itu, sebagai Ketua Fo rum Komunikasi Perangkat Desa (FKPD) Kabupaten Blitar, M. Fakihudin, pun ber usaha agar organisasi berbasis de sa ini bisa memiliki power yang di-per hitungkan oleh pemerintah kabu-paten. Bagi Fakihudin, keberadaan or ganisasi yang menyatukan para perangkat desa tersebut bukan hanya sebuah kebutuhan. Namun sudah me rupakan kewajiban yang harus dimiliki oleh para perangkat desa untuk menyeimbangkan kekuatan antara desa dengan pemerintah.

Sebab, diakui atau tidak, keberadaan forum tersebut memberikan angin segar yang dapat meningkatkan berbagai kapasitas desa dalam mengembangkan dan memajukan desa - desa, khususnya yang ada di wilayah Kabupaten Blitar. Keberadaan FKPD pun merupakan bagian yang sangat penting dan harus ada di setiap desa. “Sebab dengan begitu maka keberadaan FKPD mampu

menjadi bagian dalam meningkatkan kesejahteraan desa,” terangnya kepada Suara Desa.

Fakih menjelaskan, keberadaan organisasi milik desa ini secara nyata telah memberikan dampak positif terhadap perkembangan desa. Salah satunya terlihat dari peningkatan dalam TPAPD yang diberikan oleh pemerintah pada desa. Di sisi lain keberadaan forum ini juga diharapkan mampu melakukan pengawalan pa-da setiap kebijakan yang dibuat oleh pemerintah untuk desa. Untuk itu dia mencontohkan saat ini FKPD Ka-bu paten Blitar tengah mengawal keberadaan peraturan daerah (Perda) tentang pembentukan pasar desa. “Saat ini salah satu tugas forum adalah kami melakukan pengawalan terhadap pembentukan perda tentang pasar desa yang tengah dibahas di gedung DPRD,” tuturnya.

Diharapkan dengan terbentuknya perda pasar desa keberadaan desa akan dapat mandiri dengan mendapatkan PAD dari kebijakan pasar desa. Sehingga upaya melakukan peningkatan PAD desa dengan sendirinya dapat tercapai.

“Tapi tidak hanya pasar desa yang menjadi tujuan kami. Masih banyak lagi upaya melakukan peningkatan kesejahteraan desa yang harus kami lakukan melalui keberadaan FKPD ini,” ungkapnya. Dia menambahkan selain me lakukan pengawalan terhadap ke ber-adaan pasar desa saat ini pihaknya juga

tengah mendorong upaya pelimpahan kewenangan dari pemerintah kabupaten Blitar pada desa.

Pelimpahan kewenangan tersebut diharapkan pula dengan dibuatkan perda yang mengatur mengenai me ka-nismenya. “Kami berharap keberadaan FKPD akan dapat melakukan berbagai upaya dan langkah nyata untuk terus melakukan pendampingan dalam mengawal kebijakan pemerintah kabu paten. Semua itu hanya bisa kita lakukan secara bersama - sama dalam wadah forum FKPD),” tukasnya. (hyuan)

Page 29: suara desa edisi VII

29www.suaradesa.com Edisi 07 15 Agustus - 15 September 2012 SUARA DESA

galek, Lasmianto, tidak membantah. Dia membenarkan bila memang dila-kukan penambalan terhadap sejumlah ruas/badan jalan di jalur Trenggalek-Pacitan itu.

Ia mengatakan perawatan rutin tersebut dilakukan sejak sebulanan lalu. Menurut dia, itu dilakukan untuk mengantisipasi arus mudik mau pun balik pada musim lebaran kemarin. Alasannya, memang banyak jalan yang sudah mengalami bolong-bolong.

Meski begitu, Lasmianto tak me-nying gung sama sekali masalah keru-sakan sebagian badan JLS yang berada di wilayahnya maupun di Kabupaten Pacitan. Alasannya, karena perbaikan lebih dikonsentrasikan di jalur antara perbatasan Panggul-Dongko hingga Kecamatan Karangan.

“Perbaikan bersifat sementara di jalur Dongko-Trenggalek, karena se-telah Lebaran direncanakan untuk melakukan perbaikan total. Bahkan, juga akan dilakukan pelebaran dari lima meter menjadi tujuh meter di sepanjang jalan tersebut,” jelasnya.

Karena itu, dia pun mengimbau agar masyarakat yang melintas di jalur tersebut diminta berhati-hati dan waspada bila melewati jalur alternatif JLS itu. Sebab, kondisi jalannya me-mang banyak yang mengalami tambal sulam. (an,tni)

galek, Lasmianto, tidak membantah.

Trenggalek

Bagi para pengguna jalan raya jalur lintas selatan (JLS), terutama jurusan Trenggalek-Pacitan harus ekstra hati-

hati. Pasalnya, di sepanjang jalur ter sebut masih jalan banyak yang ru sak dan hanya dilakukan “tambal sulam” akibat aspal yang mengelupas ataupun rusak. Padahal, jalan tersebut baru berumur sekitar dua tahun.

Jalan yang mengalami “tambal sulam” aspal pada badan jalan itu ter bentang pada jalan sepanjang lima kilo meter. Permukaan JLS yang merupakan proyek nasional tersebut ditambal sulam karena banyak yang bolong tergerus air.

Selain itu, akibat tambal sulam ter-sebut permukaan jalur lintas selatan yang menghubungkan dua wilayah pesisir di ujung barat Provinsi Jawa Timur itu tidak lagi rata. Jalan ter-lihat bergelombang. Kondisi jalan se macam itu bisa menyebabkan ken-daraan tidak bisa melaju dengan te-nang dan nyaman.

“Mungkin karena kontur tanahnya labil atau mungkin juga karena kua-litas aspal yang jelek. Kerusakan su-

dah terjadi sejak setahun lalu,” tutur Asikin, sopir angkutan dari Kecamatan Panggul, Kabupaten Trenggalek.

Selain dua faktor itu, warga sekitar me nyebut guyuran serta gerusan air selama musim penghujan ikut an-dil terjadinya kerusakan badan ja-lan nasional tersebut. Sebab, jalan ber aspal jika kena air dan dilalui ken daraan berat bisa menyebabkan tergerus dan rusak, lalu bolong.

Indikasi itu setidaknya terlihat dari permukaan aspal yang kini lebih kasar dibandingkan dengan kondisi saat baru dibangun. Banyak permukaan ja lan yang mengalami tambal sulam. Bahkan, ada beberapa bolongan yang masih belum sempat ditambal sulam.

Menanggapi hal itu, Kepala TU Balai Besar Jalan Nasional Jatim-Ja-teng untuk wilayah Kabupaten Treng-

Waspada, Jika Melalui Trenggalek-Pacitan

JLS yang melintasi Panggul, Dongko, Suruh, Karangan dan masuk Kota Trenggalek.

Page 30: suara desa edisi VII

30 SUARA DESA www.suaradesa.com Edisi 07 15 Agustus - 15 September 2012

TulungagungTulungagungTulungagungTulungagungSuara

penjualannya menggunakan sepeda motor, kemudia pada tahun 2007 Sla-met menggunakan mobil pickup de-ngan jangkauan pemasaran wilayah kota Tulungagung, Blitar, Malang, Batu, Trenggalek, Kediri, Kertosono, Jombang dan Surabaya.

Saat ini krupuk rambak merk UD Harapan Jaya miliknya telah mencapai omset 2,5 juta rupiah per hari. Ia dibantu 7 karyawan perempuan dan 5 karyawan laki-laki yang diberi upah kerja rata-rata 25 ribu rupiah per hari. Untuk memperbesar volume usaha, Hartini Slamet bulan Juni 2011 membeli mesin oven berkapasitas 60 kg sehingga dalam 1 hari dapat memproses 120 kg (2 kali pengolahan). Selain itu Hartini juga membuka kios di depan stasiun Tulungagung dan menambah aneka macam camilan, seperti krupuk ceker ayam, krupuk kuku macan, krupuk bawang, kripik ubi ungu, kripik gadung, sous kering dan kripik tempe.

“Usaha kita seperti ini setelah jatuh bangun diterpa perlbagai masalah seperti karyawan yang sudah ahli pindah tempat kerja, persaingan antar pengusaha krupuk rambak maupun kekurangal modal usaha,” katanya. (nf)

Pengrajin Krupuk Rambak Kekurangan Kulit Kerbau

Kalimantan.”Kalau kulit sapi, kami tidak mengalami kesulitan, bahkan stoknya melimpah, tetapi kalau kulit kerbau sulit didapat,” ujar Arifi n.

Zaenab pengusah krupuk di Desa Sembung mengakui setiap dua minggu sekali dirinya mendatangka kulit kerbau dari NTT melalui mitra kerjanya di sana.”Rata-rata dalam seminggu kami mendatangkan kulit kerbau sebanyak 2 kwintal,” kata pemilik usaha krupuk rambak “Lestari” ini.

Karena lebih banyak diminati pa sar dan bahan bakunya lebih sulit, se cara otomatis, harga krupuk rambak dari kulit kerbau jauh lebih mahal dari kulit sapi. Harga satu bungkus krupuk rambak kulit kerbau mencapai Rp95.000 per bungkus, sedangkan krupuk rambak sapi hanya Rp75.000 per bungkus. “Faktornya ya itu tadi, bahan sulit dan peminat lebih banyak dibanding krupuk rambak dari kulit sapi,” kata Djaenab.Desa Sembung merupakan salah satu sentra krupuk rambak di Kecamatan Kota Tulungagung. Hampir semua rumah tangga di desa ini memproduksi krupuk yang terbuat dari kulit sapi dan kerbau.Industri rumah tangga jenis ini, menurut Djaenab, merupakan usaha turun temurun warga di Desa Sembung. Kedua orang tuanya juga produsen krupuk rambak.

Kisah sukses bisnis krupuk rambak juga dinikmati Slamet Mujito pewaris dari Mbah Tawi yang memulai usahanya sejak 1945. Menurut Slamet, “Awalnya saya tidak tertarik untuk meneruskan usaha krupuk rambak. Karena selain sulit membuat, menjualnya juga sulit. Namun berkat semangat dan dorongan sang istri yang dinikahi tahun 1997, dengan senang hati ia meneruskan usaha orang tuanya itu.

Tahun 2000 penjualan krupuk masih menggunakan sepeda onthel. Roda kehidupan mulai berubah pola

Daerah terjepit bukit berbatuan lalu menjadikannya miskin? Contohlah Tulungagung. Ka bupaten di bibir laut Se-

latan ini, memiliki potensi alam yang besar, namun justru karena sumber daya manusianya yang unggul, Tu-lungagung tampil sebagai daerah yang kaya dengan home industry.

Di setiap daerah memiliki potensi yang tumbuh berbeda dengan daerah lainnya. Desa pengrajin konveksi, de-sa batik, desa produsen peralatan dan asesoris TNI/Polri dan desa kru-puk rambak semua tetap bertahan meskipun sering digoyang pesaing dari dalam negri dan luar negri.

Pengusaha konveksi misalnya, se-jak diserbu baju-baju model terbaru ber harga murah dari China, ozet pen-jualannya turun drastis kalah bersaing. Pengusaha konveksi pun harus ber putar otak untuk bisa berkembang meng-hadapi serbuan pasar.

Ini berbeda dengan krupuk rambak. Meskipun belum disaingi produk luar negri, krupuk rambak juga mengalami penurunan produk akibat kekurangan bahan baku, terutama krupuk rambak dari kulit kerbau.”Saat ini sudah semakin seret bahan baku rambak dari kulit kerbau,” kata Arifi n pengusaha krupuk rambak dari Desa Sembung, Tulungagung.

Kulit kerbau menurut pengrajin rumah tangga telah menjadi produk unggulan desa. Rasanya lebih renyah dan lebih gurih dibanding dengan krupuk berbahan baku dari kulit sapi. Harga krupuk rambak kulit kerbau juga lebih tinggi, sehingga keuntungannya juga lebih bagus.

Namun akibat jumlah persediaan kulit kerbau terbatas, padahal jumlah permintaan terus meningkat akhirnya banyak warga yang mendatangkan kulit kerbau dari luar Pulau Jawa se perti Nusa Tenggara Timur dan

RAMBAK kerbau matang ini mudah didapatkan di aneka toko yang

menyediakan camilan oleh-oleh khas Tulungagung di deretan toko sekitar

stasiun KA.

Page 31: suara desa edisi VII

31www.suaradesa.com Edisi 07 15 Agustus - 15 September 2012 SUARA DESA 31www.suaradesa.com Edisi 07 15 Agustus - 15 September 2012www.suaradesa.com Edisi 07 15 Agustus - 15 September 2012www.suaradesa.com Edisi 07 15 Agustus - 15 September 2012 SUARA DESA

PELUANG USAHA

Tidak selalu usaha itu dimulai dengan modal besar dan konsep modern. Dewi Kumbiati yang suka menyajikan minuman kopi bagi

tamunya ini mendapat ide untuk membuat hidangan kopi rempah.

Pahitnya kopi yang panas tersamarkan oleh rasa cengkeh, kapulaga, jahe, dan kayu manis yang memberi efek hangat pada tubuh. Kombinasi bahan tersebut ternyata cocok untuk hawa dingin di area Jombang yang berdekatan dengan area Wonosalam.

”Salah satu tamu suka dan dia menganjurkan supaya kopi rempah buatan saya didaftarkan ke Disperindag Kabupaten Jombang,” tutur perempuan 47 tahun ini.Iapun mengantongi sertifi kat P-IRT atau industri rumah tangga karena awal usahanya mulai dibuat di rumahnya sendiri.

Waktu itu, kemasan kopi rempah bermerek Dewi Kumbiati masih berupa plastik dan kertas HVS. Belum sebagus sekarang yang sudah memperhatikan de-sain dan bentuk kemasan ber-bahan aluminium foil dan kertas karton. ”Disperindag Jombang meng ikutsertakan saya ke diklat pembuatan kemasan. Jadi, saya lebih memahaminya,” kata pe-rempuan asli Bangil ini.

Setelah itu, dia mengedarkan kopi buatannya. Dari modal awal sebesar Rp 150.000, selama tiga bulan Dewi Kumbiati mampu menerima pendapatan Rp 3 juta. Produk minuman instan ini bisa ditemui di toko makanan minuman di depan Stadion Jom bang. Jenis kopi yang digunakan adalah robusta dan excelsa. Kedua jenis itudiperoleh dari gudang pasar di sekitar Jombang saja.

Kopi-kopi itu berasal dari per-kebunan Wonosalam, Jombang. Ba-han temulawak juga didapat dari area Jombang, tetapi karena tidak sebanyak kopi dan jahe, maka kebutuhannya se-lama tiga bulan ini masih 25 kg. “Jahe merah saya beli dari Ponorogo. Untuk Juni hingga Agustus 2012 saya sudah stok dua kuintal,” paparnya.

Beberapa kali, Dewi Kumbiati turut serta dalam pameran makanan dan minuman di berbagai kota. Misalnya Pekan Raya Jakarta pada Juni 2012 lalu. Pameran ini juga membuka pintu jaringan usaha, pesanan banyak berdatangan. Kopi

Lebih Bergengsi

rempah buatannya juga banyak disukai orang Malaysia, Belanda, dan Jepang.

Satu kemasan kopi rempah seberat 100 gram harganya Rp 15.000, serta minuman temulawak dan jahe Rp 10.000 per kemasan. ”Ide ini muncul karena memang saya suka kopi dan menghidangkannya untuk tamu,” ucap Dewi Kumbiati.

Selain itu, aktivitas bisnis seperti ini dapat mengisi waktunya yang kebanyakan kosong. Sempat ia tidak yakin bahwa usahanya akan laku dan disukai orang. Namun, kehidupan yang membosankan di desa membuatnya berubah pikiran. ”Lha, saya terus mau ngurusi apa di desa? Akhirnya saya mencoba mencari kegiatan lain yang menguntungkan,” terangnya.

Sebelumnya, Dewi Kumbiati bekerja di bidang bimbingan dan konseling di se-buah perusahaan. Sekarang dia hanya me-nerima tawaran konseling freelance yang bisa disambi menyelesaikan usaha kopi rempahnya di rumah Jombang. (so, tni)

Merebaknya kafe minuman kopi instan dengan ragamcampuran rasa dan bahan, kian menggeser sajian kopi murni

khas. Dewi Titik Ratna Kumbiati mencoba meracik kopi dengan bumbu rempah dan dikemas menarik.

rempah buatannya juga banyak disukai orang Malaysia, Belanda, dan Jepang.

gram harganya Rp 15.000, serta minuman temulawak dan jahe Rp 10.000 per kemasan. ”Ide ini muncul karena memang saya suka kopi dan menghidangkannya untuk tamu,” ucap Dewi Kumbiati.

dapat mengisi waktunya yang kebanyakan kosong. Sempat ia tidak yakin bahwa usahanya akan laku dan disukai orang. Namun, kehidupan yang membosankan di desa membuatnya berubah pikiran. ”Lha, saya terus mau ngurusi apa di desa? Akhirnya saya mencoba mencari kegiatan lain yang menguntungkan,” terangnya.

di bidang bimbingan dan konseling di se-buah perusahaan. Sekarang dia hanya me-nerima tawaran konseling freelance yang bisa disambi menyelesaikan usaha kopi rempahnya di rumah Jombang.

Lebih BergengsiLebih BergengsiMeracik Kopi (Agar)

DEWI KUMBIATI dengan produk kopi rempahnya.

Page 32: suara desa edisi VII

32 SUARA DESA www.suaradesa.com Edisi 07 15 Agustus - 15 September 2012

LENSA DESALENSA DESA

32 SUARA DESA www.suaradesa.com Edisi 07 15 Agustus - 15 September 2012www.suaradesa.com Edisi 07 15 Agustus - 15 September 2012www.suaradesa.com Edisi 07 15 Agustus - 15 September 2012

Pembina AKD Jatim R.H. Dwi Putranto

Sulaksono menun-jukkan Suara Desa

kepada Wakil Ketua MPR Ahmad Farhan

Hamid, Jumat 30 September 2012.

Juga memberikan penjelasan men-

genai berbagai isi Suara Desa kepada

mantan Bupati Aceh Besar, NAD, Dr.

Bukhari Daud di Kantor Dwiyuna

Jaya Foundation, di Banda Aceh.

Pembina AKD Jatim R.H. Dwi Putranto Sulaksono

memberikan pengarahan kepada pengurus harian

AKD Jatim dalam acara buka puasa bersama, di Malang,

15 Agustus 2012.

Dua petani Desa Klotok, Plumpang

Tuban saat memanen benih

untuk selanjutnya ditanaman di lahan-

lahan yang telah disediakan.

Pemandangan Kemarau. Sejumlah kendaraan melintas di kawasan hutan jati di Desa Dander, Kecamatan Dander,

Bojonegoro, Jawa Timur, Jumat (14/9). Kawasan hutan yang meranggas daunnya itu, selain pengaruh musim kemarau,

sebagian lainnya ada yang di “teres” (kulitnya dipotong) agar pohon jati menjadi kering dan mati, sebelum ditebang.

ditanaman di lahan-

Pemandangan Kemarau. Sejumlah kendaraan melintas di

Pembina AKD Jatim R.H. Dwi Putranto Sulaksono bersama beberapa pengurus harian membahas usulan perubahan RUU Desa bersama salah lawyer terkenal di Jakarta Farhat Abas dan Wakil Bendahara Partai Hanura Silvi S Haiz di Jakarta.

Page 33: suara desa edisi VII

33www.suaradesa.com Edisi 07 15 Agustus - 15 September 2012 SUARA DESAwww.suaradesa.com Edisi 07 15 Agustus - 15 September 2012www.suaradesa.com Edisi 07 15 Agustus - 15 September 2012www.suaradesa.com Edisi 07 15 Agustus - 15 September 2012

Ketua AKD Jatim H Samari didampingi Robiul Usman (kedua

dari kanan) dan Pitoyo (paling kanan) berdialog dengan Nyono

Suharli calon Bupati Jombang (kedua dari kiri).

Bersama beberapa pengurus har-ian AKD Jatim berdialog dengan Pembina AKD Jatim RH Dwi Pu-tranto Sulaksono usai salat Isya’ di masjid di kawasan Slipi Jakarta.

AKD Jatim berdialog dengan staf ahli Ketua Pansus RUU Desa DPR RI Andi Rusnadi di Jakarta.

www.suaradesa.com Edisi 07 15 Agustus - 15 September 2012 33www.suaradesa.com Edisi 07 15 Agustus - 15 September 2012 SUARA DESAwww.suaradesa.com Edisi 07 15 Agustus - 15 September 2012www.suaradesa.com Edisi 07 15 Agustus - 15 September 2012www.suaradesa.com Edisi 07 15 Agustus - 15 September 2012

Ketua AKD Jatim H Samari didampingi Robiul Usman (kedua

dari kanan) dan Pitoyo (paling kanan) berdialog dengan Nyono

Suharli calon Bupati Jombang (kedua dari kiri).

www.suaradesa.com Edisi 07 15 Agustus - 15 September 2012

Bersama beberapa pengurus har-ian AKD Jatim berdialog dengan Pembina AKD Jatim RH Dwi Pu-tranto Sulaksono usai salat Isya’ di masjid di kawasan Slipi Jakarta.

Bersama beberapa pengurus har-ian AKD Jatim berdialog dengan Pembina AKD Jatim RH Dwi Pu-tranto Sulaksono usai salat Isya’ di masjid di kawasan Slipi Jakarta.

Bersama beberapa pengurus har-ian AKD Jatim berdialog dengan Pembina AKD Jatim RH Dwi Pu-tranto Sulaksono usai salat Isya’ di masjid di kawasan Slipi Jakarta.

AKD Jatim berdialog dengan staf ahli Ketua Pansus RUU Desa DPR RI Andi Rusnadi di Jakarta. AKD Jatim berdialog dengan staf ahli Ketua Pansus RUU Desa DPR RI Andi Rusnadi di Jakarta.

MUSIM kemarau di Bulan Ramadhan menjadi berkah para petani blewah/garbis di Dusun Pagar, Desa Sawotratap, Kec. Gedangan, Kab. Sidoarjo. Betapa tidak, dengan harga mencapai Rp 6.000 per kilogram para petani mampu untung bersih 4-5 kali lipat dari modal awal. Salah satunya, Cak No. Bermodal Rp 8 juta di lahan sekitar satu hektar mampu menangguk hasil sekitar Rp 40 juta.

Page 34: suara desa edisi VII

34 SUARA DESA www.suaradesa.com Edisi 07 15 Agustus - 15 September 2012

etak generasi Islam yang unggul di kancah internasional.

”Lahirnya kiai-kiai besar itu jika diu-rut bersumber dari Kyai Ageng Hasan Besari pendiri Ponpes Tegalsari, Pono-rogo,” jelas Habib Suwarno (keturunan kesembilan dari Kyai Ageng Hasan Be-sari ) kepada Suara Desa.

Namun kebesaran pondok yang berdiri di Desa Tegal Sari, kecamatan Jetis, ini kini hanya menyisakan arte-fak-artefak dan banbgunan heritage yang masih berdiri merana. Masjid kuno peninggalan Kyai Besari tem-pat para santri tidur dan belajar ilmu agama ini pada 1977 direhab tanpa memperhatikan nilai-nilai sejarah, se-hingga banyak sudut bangunan yang tidak asli lagi, padahal dari masjid ini Kyai Besari berhasil mengislamkan masyarakat Ponorogo dan kawasan Gunung Lawu. ”Meski pada tahun berikutnya di re hab dan diusahakan kembali pada bangunan aslinya masih tetap tidak bisa,” katanya.

Masjid tua ini tampak megah de-ngan 36 tiangnya yang menggambar-kan jumlah wali songo (3 + 6 = 9.) Tata letak pintu dan jendela masjid juga tiang - tiang terbuat dari kayu ja ti tanpa menggunakan pasak me-nyerupai arsitektur Masjid Agung Demak. Di Ponpes Tegalsari ini juga tersimpan kitab berusia 400 tahun yang ditulis oleh Ronggo Warsito santri Kyai Hasan Besari.

Komplek Masjid terdiri dari 3 ba-gi an; Dalem gede dulunya merupakan pusat pemerintahan. 2. Masjid. 3. Kom-plek makam Kyai Ageng Hasan Besari beserta keturunanya. “Dan kesederha-naan bisa dilihat dari simbol kubah di atas masjid yang hanya terbuat dari gen tong tanah berukuran kecil. Yang pasti, seluruh bangunan khususnya ti-ang-tiang masjid, meski sudah berumur ratusan tahun, hingga saat ini masih utuh seperti ketika dulu dibangun oleh Kiai Ageng Besari,” katanya. (mar)

SUARAWILIS

etak generasi Islam yang unggul di kancah internasional.

”Lahirnya kiai-kiai besar itu jika diu-

Penjaga MataramanPondok pesantren Tegalsari,

Je tis, Ponorogo penjaga Mata-raman yang kokoh sepanjang ma sa. Meski kejayaannya te-

lah hampir punah, warisan ponpes yang didirikan Kyi Ageng Hasan Be-sari pada 1742 ini, telah menyebar-kan virus keberagaman yang kuat di ka wasan Mataraman.

Berkat ajaran Kyia Hasan Besari, pa ra santrinya banyak menempati po sisi penting dalam pelbagai profe-si. Sunan Paku Buwono II atau lebih dikenal Sunan Kumbul, Bagus Burhan yang dikenal sebagai Raden Ngabei Rong go Warsito adalah seorang fi lo-suf dan pujangga jawa yang masyur, Ba gus Harun atau yang lebih dikenal de ngan Kyai Ageng Basyariyah dari Se wulan, HOS Cokroaminoto tokoh pergerakan nasional yang juga men-jadi guru Soekarno sekaligus mertua-nya, serta kiai besar lainnya.

Santri besarnya adalah Bagus Darso yang dikenal dengan sebutan KH Ab-dul Manan yang mendirikan Pondok Pe santren Termas, Pacitan pada 1830. Ke besaran pondok ini selain sam pai

ini masih berdiri di Ujung Se latan Ja-wa Timur dengan ribuan san trinya, alum ninya juga menjadi o rang-orang penting di negeri ini, se but saja misal-nya Prof. DR H Mukti Ali, MA, mantan Mentri Agama di e ra orde baru.

Para kiai besar yang pernah me nge-nyam di PP Termas bisa disebutkan antara lain, Kyai Maksum Lasem Rem-bang, Kyai Abdul Hamid Pasuruan, Kyai Muslih Mranggen Demak, dan Kyai Muhammad Munawwir Kra pyak serta Kyai Arwani Kudus. Selain itu juga ada Kyai Faqih Gresik, Kyai Ali Maksum, Krapyak Yogyakarta, Kyai Makhrus Ali Kediri, Kyai Inayat Banten, Kyai Adnan Trenggalek, dan Kyai Mas-duki, Cirebon, Jendral Sarbini Jakarta serta Jedral Abdul Mannan, Surabaya,

Masih banyak lagi kyai besar lain-nya yang juga memiliki ponpes be-sar dan semuanya telah melahirkan tokoh-tokoh nasional yang kelak me-warnai keberagamaan di negeri nu-santara ini. Sebut saja misalnya Kyai Ahmad Sahal pendiri ponpes Gontor Ponorogo yang juga turut menjaga bumi Mataraman yang mampu menc-

34 SUARA DESA www.suaradesa.com Edisi 07 15 Agustus - 15 September 2012

BANGUNAN tua Masjid Tegalsari, Jetis Ponorogo.

Page 35: suara desa edisi VII

35www.suaradesa.com Edisi 07 15 Agustus - 15 September 2012 SUARA DESA

SuaraMagetan

Aneka Ayam Panggang Bu Setu Menggoda Selera

Ayam panggang Nggandu, ya begitulah kebanyakan orang mengenalnya centra masakan ayam panggang

ini. Warung ayam Nggandu yang se lalu ramai pembeli itu terletak se-kitar 2 kilometer arah utara pa brik gula Purwodadi, Kecamatan Ka -rangrejo, Magetan. Setiap hari, wa-rung ayam panggang yang dikelola Bu Setu ini nyaris tidak pernah sepi.

Karena itu, tidak ada salahnya, jika anda berkunjung ke Magetan atau tengah melewati Nggandu, ja ngan lupa untuk mencoba ke nik-ma tan ayam panggang Nggandu. Di warung yang dikelola Bu Setu ini, beraneka menu olahan ayam panggang ada di sini. Yang istimewa lagi, ayam panggang di sini dijamin asli ayam kampung.

Untuk urusan menu, di warung Bu Setu ini anda bisa merasakan nik -matnya aneka masakan khas ayam panggang Magetan. Ada ayam pang-gang urap, ayam panggang botok pelas, ayam panggang sambel ko-rek, ayam panggang bumbu rujak, ayam panggang bumbu lodho dan

nya Rp 60.000, anda sudah men-dapatkan satu ayam panggang de-ngan menu yang beraneka jenis, di tambah minuman segar sebagai penghantarnya.

Saat ini dengan tenaga pembantu 30 orang, Bu Setu setiap hari biasa memanggang 20 sampai 50 ekor ayam. Sedangkan pada musim li-buran atau musim-musim tertentu, seperti hajatan, kesibukan warung Bu Setu semakin betambah. Ia bisa sampai menghabiskan ayam hingga 1.000 ekor.

“Saya sudah lama menjadi pe-langgan warung Bu Setu ini. Apa-lagi kalau pas lebaran atau ada aca-ra-acara tertentu, saya pasti pesan di sini. Maklum, rasanya sudah me-nyatu dengan lidah kita. Rasa ayam olahan Bu Setu ini sangat khas, ber beda dengan ayam panggang di warung lainnya,” terang Marmi, sa-lah satu penggemar ayam panggang Bu Setu mengomentari.(maksum)

la in-lainnya. Anda tinggal pilih se-suai dengan selera.

Dengan racikan bumbu khas Bu Setu, akan membuat lidah kita se-rasa ingin terus menikmatinya. Yang membedakan dengan ayam pang gang lainnya adalah rasa bum -bunya yang begitu meresap, sea kan menyatu dengan daging ayam. Ke-nikmatan ayam panggang Bu Setu itu semakin terasa dengan sam-balnya yang khas, sehingga me-nambah selera makan kita.

“ Bumbu ayam saya sebetulnya tidak ada rahasianya, semuanya sa ma dengan bumbu panggang di-ma na-mana tempat, terdiri dari bawang merah, bawang putih, ke-miri, kunyit, dan bumbu- bumbu la-innya sama. Kalau sampai sekarang banyak orang tertarik makan di sini, itu semata-mata karena kami bisa mempertahankan mutu dan banyak sedikitnya bumbu yang diberikan,” jelas Bu Setu merendah.

Soal harga makanan, ayam pang gang Bu Setu untuk ukuran Ma getan tidak terlalu mahal, se-banding dengan kepuasaan yang di peroleh konsumen. Dengan ha-

BU SETU (kiri) pemilik warung ayam panggang Nggandu bersama karyawannya.

Page 36: suara desa edisi VII

36 SUARA DESA www.suaradesa.com Edisi 07 15 Agustus - 15 September 2012

SuaraMadiun

Waduk Makin Kritis

Kondisi serupa terjadi di Waduk Notopuro. Dari daya tampung mak-simal 2,4 juta meter kubik air, kini tersisa 680.000 meter kubik atau sekitar 28 persen. Padahal, waduk ini diandalkan untuk mengairi 2.433 hektar sawah.

Waduk Kedungbrubus dengan ka pasitas maksimal 2,3 juta meter kubik mengairi 521 hektar sawah juga belum berfungsi karena belum dibangunnya saluran irigasi. Air yang ada di waduk ini akhirnya dialirkan untuk mengisi Waduk Notopuro supaya tidak sampai kering.

Saluran irigasi pertanian di se-jumlah daerah di Provinsi Jawa Te-ngah juga hingga saat ini rusak dan terganggu. Kondisi ini menyebabkan produktivitas tanaman pangan di Kabupaten Kendal, Grobogan, dan

Kondisi sejumlah waduk dan irigasi di berbagai daerah di JawaTimur dan Jawa Te ngah mulai kritis. Itu

di picu pasokan air yang menyusut ta jam, terancam mengering, serta di perparah tingginya sedimentasi di dasar waduk. Kondisi ini mengancam kelangsungan ribuan hektar sawah.

Di Kabupaten Madiun, Jawa Ti-mur, waduk-waduk itu yakni Wa-duk Dawuhan yang terletak di Ke ca-matan Wonoasri, Waduk Notopuro di Kecamatan Pilangkenceng, dan Wa duk Kedungbrubus di Kecamatan Pi langkenceng, serta Waduk Be ning di Kecamatan Saradan.Wa duk Da-wuhan, Wonoasri, yang ka pa sitas maksimalnya 5,180 juta meter ku-bikini airnya tersisa sekitar 800.000 meter kubikatau 15 persen dari da-ya tampung. Dengan kon disi itu di-per kirakan Waduk Dawuhan hanya mampu bertahan maksimal 50 hari.

”Apabila terjadi kemarau panjang, artinya tidak ada hujan dalam 50 ha ri mendatang, dipastikan Waduk Dawuhan benar-benar kering. Pada-hal, waduk ini diandalkan untuk me ng airi 1.273 hektar sawah di Kecamatan Wonoasri,” kata Asisten Perekonomian dan Pembangunan Kabupaten Madiun Budi Tjahjono, Selasa (6/9), di Madiun.

Berdasarkan pantauan di lapangan, kondisi waduk tampak mengering. Warga setempat memanfaatkan sedi-mentasi dan surutnya air dengan membuka ladang pertanian di sekitar da sar waduk. Mereka menanam ber-bagai jenis tanaman palawija dan sayur-sayuran.

Kabupaten Kendal, Grobogan, dan

Sebuah perahu dibiarkan oleh pemilikinya di atas lumpur yang kering merekah di Waduk Dawuhan, Desa Plumpungrejo, Kec. Wonoasri, Kab. Madiun.

WARGA memanfaatkan lahan waduk untuk bercocok tanam.

Jepara menurun.Di Kabupaten Kendal, misalnya, iri-

gasi primer yang mengairi 110 hektar sawah di Desa Boja, Kecamatan Boja, juga rusak. Irigasi yang bersumber pada cek dam Sungai Blorong jebol se panjang 50 meter akibat terjangan banjir bandang pada Januari dan April 2011. Slamet (54), warga Du-sun Pilang, Boja, mengatakan, dua kali petani memperbaiki irigasi yang rusak dari dana yang dikumpulkan swadaya sebesar Rp 15 juta.

Mereka memasang bronjong dan tiang penyangga saluran dengan anyam an bambu berisi batu. Adapun saluran irigasi dibuat dengan sam-bungan drum-drum yang dipotong menjad dua.

Sebelum irigasi diperbaiki secara swadaya, petani menyedot air dari Sungai Blorongkarena area per-sawahan lebih tinggi dari sungai. Total biaya tersebut meliputi Rp 90.000 untuk bensin dan Rp 150.000 untuk operator pompa. (kp,tni)

Page 37: suara desa edisi VII

37www.suaradesa.com Edisi 07 15 Agustus - 15 September 2012 SUARA DESA

PonorogoPonorogoPonorogoSuara

Lelaki tua ini tinggal bersama keluarganya di Desa Pohijo, Kecamatan Sampung, Kabupaten Ponorogo, perbatasan Ponorogo-Wonogiri Jawa Tengah. Dengan menggendong semangat yang

sepertinya tidak ikut menua seperti usianya, pria asal Kota Trenggalek ini menawarkan jasa patri di sepanjang Jl Raya Ponorogo-Madiun.

“Mau kerja apa lagi dengan umur segini? Mau jadi sopir, penglihatan saya sudah berkurang. Anak-anak saya masih sekolah semua. Kalau nggak begini, keluarga saya mau makan apa? Yang jelas, saya tetap bersyukur, karena tidak pernah sakit,” kata Sumijan yang mengaku pernah ikut berjuang melawan Belanda di daerah Semarang, Jawa Tengah itu, Sabtu (8/6).

Mendapatkan uang antara Rp 30 ribu-50 ribu dalam sehari adalah rezeki yang terhitung luar biasa untuk Su mijan. Karena tak jarang dia pulang dengan tangan hampa. Tak jarang aktivitas kelilingannya itu berakhir tanpa hasil. Ketika tidak ada pemasukan, “Saya lang-sung berfi kir, haricini pasti tidak makan lagi. mungkin hanya ngopi dan merokok,“ kata Sumijan.

Biasanya, sekali patri kompor atau panci, dia hanya mendapat upah antara Rp 5 ribu -10 ribu. Dengan ang-ka rendah itu, kadang-kadang konsumennya masih me nawar. Berhubung dia juga butuh uang, daripada transaksi harus batal, dia manut juga menurunkan harga jasanya.

Sumijan mengaku, sejak berhenti bekerja sebagai sopir bus karena faktor usia, tahun 2001 lalu, kondisi keuangan keluarganya jadi serba cingkrang. Tapi dia mengaku tetap bersyukur karena istri dan anak-anaknya bisa memahami dan menerima keadaan sekarang.

“Dulu saat saya masih menjadi sopir, rezeki ada saja. Tapi, setelah berhenti bekerja karena usia, saya baru merasakan hidup ini terasa sulit. Lebih-lebih lagi saat anak-anak naik kelas masuk ajaran baru di sekolah,”jelasnya.

Bagi Sumijan, sepeda onthelnya itu ibarat istrinya yang kedua. Ke mana pun dia pergi, sepeda itulah yang setia menemani, baik dalam keadaan susah maupun se-nang dalam melakoni profesinya. Sepedanya tidak per-nah menyusahkan dirinya. Berbagai medan, baik saat jalan rusak maupun becek, sepeda itu tidak pernah ngadat.

“Suatu hari saya pernah mendapat uang lumayan,

eh tiba-tiba sepeda saya rusak. Tapi kalau saya sedang kesusahan tidak pernah ngadat,” jelas Sumijan. Sepeda itu dibelinya sepuluh tahun lalu, dari uang hasil pe sa-ngon. Harganya Rp 200 ribu.

Sulaiman mengaku, sebenarnya dia ingin sekali pu-lang kampung. Karena kondisi keuangan yang serba nge pres, keinginan itupun dikubur dalam-dalam. Dia lebih mengutamakan uang untuk “mematri” ke lang-sungan hidup keluarganya. (mar)

elaki tua ini tinggal bersama keluarganya di eh tiba-tiba sepeda saya rusak. Tapi kalau saya sedang

Jauh Mengayuh untuk“Mematri” Kehidupan Keluarga

Soal tanggung jawab pada keluarga, pria 72 tahun ini layak dijadikan panutan. Usia senja tak menghalangi Sumijan yang hidup di bawah garis kemiskinan untuk terus menghidupi

keluarganya. Bahkan setiap hari dia harus mengayuh sepeda ontelnya berputar-putar puluhan kilometer, Jalur Ponorogo- Madiun dia selesaikan dengan kayuhannya dengan membawa

peralatan matri seberat 20 kg, dia berusaha mematri kelangsungan hidupnya.

SUMIJAN dengan sepeda onthelnya saat menjalankan aktivi-tas mematri.

Page 38: suara desa edisi VII

38 SUARA DESA www.suaradesa.com Edisi 07 15 Agustus - 15 September 2012

SuaraNgawi

rangnya.Selain itu, para petani juga terpaksa panen awal.

Yakni pada usia tanaman sekitar 70 sampai 80 hari. Padahal, idealnya masa petik pertama tembakau itu berusia 90 hari. “Kami terpaksa memanen lebih awal karena memang kondisi pasar tidak menguntungkan kami. Jika tidak demikian kami akan semakin rugi,” tambahnya.

Ketua APTI Ngawi Waskito membenarkan jika harga tembakau di wilayahnya saat ini anjlok. Turunnya harga tersebut dipengaruhi oleh beberapa hal. Di antaranya

adalah hasil produksi yang melimpah dan mencuatnya wacana pemerintah terkait RPP tembakau.

“Stok di pasaran yang me-limpah dan wacana RPP tem-bakau ikut berperan dalam turunnya harga saat ini. Tahun ini Kabupaten Ngawi meng-alami peningkatan produksi se kitar 20 hingga 30 persen jika dibanding tahun lalu,” ujar Waskito.

Peningkatan produksi ter-se but seiring dengan ber-tam bahnya luasan lahan tem bakau di Ngawi. Dimana pada tahun 2011 luas lahan tembakau mencapai 1.200 hektare dan saat ini menjadi 1.600 hektare. (an, tni)

Harga daun tembakau petikan di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, pada musim panen kali ini turun signifi kan akibat stok yang melimpah.

Setu (65), petani tembakau di Kecamatan Karangjati, Ka bupaten Ngawi, Selasa mengatakan, saat ini harga tembakau hanya mencapai Rp10.000 per kilogram. Pa-dahal pada musim panen tahun lalu, harga masih ber-kisar antara Rp15.000 hingga Rp18.000 per kilogram. “Selama ini harga tembakau ditentukan pabrikan dan petani tidak mampu mempengaruhi harga yang di-tetapkan pabrikan itu. Sehingga, selalu petani yang menjadi korban,” ujarnya.

Ia menilai harga di pasaran sering dijadikan per-mainan oleh kalangan tertentu akibat tidak adanya harga pembelian dari pemerintah. Dengan tidak adanya pagu harga dari pemerintah tersebut, nasib petani tembakau semakin terpuruk.

Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) setempat juga tidak maksimal dalam memfalisitasi kebutuhan pe tani dengan pemerintah guna mengatasi anjloknya harga tembakau ini. Bahkan, turunnya Dana Bagi Hasil Cukai dan Tembakau (DBHCT) juga tidak pernah sampai ke tangan petani tembakau. “Bantuan dari pemerintah se lama ini hanya pisau rajang yang harganya tidak se berapa. Itupun bantuan pada tahun 2011 lalu,” te-

Harga Tembakau di Ngawi Turun

PETANI di Ngawi mengeluh harga tembakau di wilayahnya saat anjlok.

Page 39: suara desa edisi VII

39www.suaradesa.com Edisi 07 15 Agustus - 15 September 2012 SUARA DESA

PacitanPacitanPacitanSuara

39www.suaradesa.com Edisi 07 15 Agustus - 15 September 2012www.suaradesa.com Edisi 07 15 Agustus - 15 September 2012www.suaradesa.com Edisi 07 15 Agustus - 15 September 2012 SUARA DESA

Sungai Grindulu, Pacitan banyak membawa manfaat bagi warga sekitar. Selain batu kali, pasir, dan berbagai jenis ikan, Sungai

Grindulu juga dikenal dengan keindahan pemandangannya. Perbukitan di Desa Gedangan, Kec. Tegalombo yang meng hijau dengan jalanan aspal yang meliuk liuk membentang layaknya ular, dipadukan dengan gemericik air Sungai Grindulu semakin menambah indah panoramanya.

Di balik perbukitan menghijau dan batu–batuan khas Sungai Grin-du lu ditambah arus kali yang deras di sekitar Desa Gedangan, terdapat na fas kehidupan lain. ”Ada nafas kehidupan para penambang pasir sungai. Pekerjaan yang pada umumnya dilakukan para kaum lelaki di Sungai Grindulu, Gedangan dilakukan para wanita. Mereka memanfaatkan pasir sungai untuk mencari nafkah kese-hariannya,” Kata Muji warga desa.

Dengan berbekal ban pelampung, di atasnya diberi andangan yang di-sambung satu dengan yang lain de-retan sampan penambang pasir itu menelusuri sungai bagaikan naga berenang diatas air. Sesampainy di lokasi penambangan, Kasmiati turun ke dasar sungai menggali pasir dengan skop dan diangkatnya ke pera.”Saya mulai mengambil pasir dengan skop sambil berendam. kalau jarak pengambilannya lebih dekat dari lokasi penimbunan saya dapat menghasilkan pasir lebih banyak,”jelas Kasmiati.

Sedikit demi sedikit akhinya pasir menggunung memadati perahu kecil dan saat itu juga para wanita itu mendayungnya mendekati tepian su-ngai untuk memindahkan pasir ke atas daratan. Butuh tenaga ekstra untuk menekuni sebagai penambang pasir, tetapi berkat tuntutan hidup, semuanya dijalani Kasmiati dengan ringan.

”Habis mau kerja apalagi. La-han pertanian kami tidak punya, sementara kami membutuhkan uang

bagi kaum wanita desa ini. Sungai mengering, pasir sulit didapat dan pola penambangannya lebih berat karena pasir harus diangkut manual tanpa menggunakan rakitan ban bekas.

Untuk memenuhi pesanan pasir sebanyak satu truk berukuran sedang saja, mereka dapat memenuhinya dalam waktu seminggu. Disaat-saat seperti inilah, mereka harus pandai menyiasati hidup, mengatur pengeluaran sebijak mungkin.”Untungnya dapat jatah be ras raskin, sehingga bisa mengurangi be ban ekonomi keluarga di saat pe ma sukan dari pasir berkurang,”kata kasmiati.

Kian hari pasir Sungai Gedangan makin menyusut dan dalam, namun itu tak menyurutkan semangat Kasmiati dan penambang pasir lainnya untuk terus menggali dan menggali dengan peralatan sederhana.

Banjir yang biasanya ditakuti ba-nyak orang, justru diharapkan oleh para penambang pasir di Sungai Ge-dangan karena dalam kondisi seperti itu, pasir melimpah dan itu berarti pemasukan yang besar bagi mereka. Waktu terus berjalan, namun Kasmiati tak pernah lupa memperbaiki nasib hidupnya. Ia hanya punya satu cara, dengan berdoa dan kerja keras serta ke tulusan menghidupi keluarga ser-ta memberikan pendidikan yang ter-baik bagi sang anak. Kasmiati sa dar betul, hidup memang keras, ka rena itu butuh perjuangan untuk mem-pertahankannya, tanpa harus menjadi beban bagi orang lain.

“Setiap hari uang hasil penjualan pasir disisihkan untuk ditabung. De-ngan cara inilah, saya dapat me nye-kolahkan anak,” ujar Kasmiati. (awi)

untuk membiayai sekolah anak dan kebutuhan hidup sehari hari, se-mentara kebutuhan bahan pokok semakin naik,” kata Kasmiati sambil berendam mengambil pasir. Sudah satu tahun dia menjalani profesi ini.

Setiap hari Kasmiati dan kawan-ka-wannya sesama perempuan desa be-rangkat pagi dan pulang sore. Dinginnya air dan panasnya terik matahari tidak dirasakan sebagai be ban derita, sebab yang dipentingkan bagi ibu rumah tanga itu adalah men dapatkan lembaran rupiah dari penjualan pasirnya.

Kasmiati menceritakan, pola penam-bangan pasir sebelum menggunakan pelampung dari rakitan ban bekas, dirinya menggendong pasir itu dengan cara naik turun ke sungai untuk menggali pasir dan mengangkatnya ke atas daratan. Hasilnya kurang mak simal dan banyak mengeluarkan tenaga.”Bekerja selama tiga hari baru dapat satu rit, sekarang dengan cara ban terapung dan direnteng kemudian ditarik diatas air dapat menghasilkan pasir lebih cepat, dalam satu hari bisa mengumpulkan sebanyak satu truk pasir berukuran sedang,” tuturnya.

Setiap satu truk pasir dihargai Rp 60 ribu. Hasil penjualan ini kemudian dibagi berdua, sebab setiap satu sam-pan membutuhkan dua orang pekerja, satu orang mengambil pasir dari sungai dan lainnya di atas perahu. Dengan demikian, masing-masing penam bang bisa mengantongi upah Rp 30 ribu/hari, cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup esok harinya.

Namun derita bagi perempuan pe nambang pasir itu, jika musim ke-marau tiba. Inilah masa paceklik

PacitanPacitan

Sungai Grindulu, Pacitan banyak membawa manfaat bagi warga sekitar. Selain batu kali, pasir,

Perempuan Penambang Pasir Sungai Grindulu

39www.suaradesa.com Edisi 07 15 Agustus - 15 September 2012 SUARA DESA

Page 40: suara desa edisi VII

40 SUARA DESA www.suaradesa.com Edisi 07 15 Agustus - 15 September 201240 SUARA DESA www.suaradesa.com Edisi 05 15 Juni - 15 Juli 201240 SUARA DESA www.suaradesa.com Edisi 06 15 Juli - 15 Agustus 2012

Kawasan Pantura Gresik-Tu-ban akan menjadi daerah pen dulang emas paling su-bur di abad ini. Pelabuhan

internasional Kalimireng di Manyar, Gresik bakal menjadi pematiknya. Kapal dagang dalam dan luar negeri akan menjadikannya sebagai tujuan utama, apalagi dalam perencanaannya, kawasan indutsri dan fasilitas pendukung lainnya turut dibangun untuk memperkuat daya tarik Pelabuhan Kalimireng.

Dengan Desa Manyar kelak menjadi kota pelabuhan yang memiliki fa si-litas paling lengkap. Hal ini seka ligus sebagai penegasan bahwa Gresik adalah kota pelabuhan dan perdagangan sebagaimana pada masa kejayaannya yang dialaminya pada abad XII. Pada saat itu, pelabuhan Gresik menjadi pendaratan paling utama bagi kapal-kapal dagang dari dalam negeri maupun luar negeri, setelah pelabuhan Tuban mati. Kehadiran para tajir dari Gujarat yang bertujuan ganda; berdagang dan berdakwa, memanfaatkan pelabuhan Gresik sebagai tempat bersandar.

“Jadi sejak lama Gresik ini menjadi pusat perdagangan dan kebudayaan. Kehadiran banyak suku bangsa di daerah ini menambah identitas Gresik sebagai kota internasional,” ujar pakar sejarah Dra. Hj Wanda Mentini.

Pembangunan pelabuhan Kalimireng dirintis sejak 10 tahun lalu. Proses pe rizinan yang panjang ditunjang kon fl ik kepentingan pelbagai pihak mengakibatkan rencana pembangunan Kalimireng macet. Pada saat jedah itu, Pemkab Lamongan memberanikan diri

untuk menjadikan kawasan panturanya sebagai pelabuhan internasional meng-gan tikan posisi Kalimireng.

Penataan tata ruang di kawasan Pantura Gresik tertuang dalam Perda No 8/2011. Rencana Tata Ruang Wilayah tersebut juga telah disetujui pemerintah propinsi. Untuk mewujudkannya, saat ini telah disiapkan lahan seluas 3 ribu hektar yang akan dimanfaatkan untuk kawasan industri dan pergudangan sebagai pendukung rencana pem-bangunan Pelabuhan Kalimireng. La-han yang akan digunakan untuk pem-bangunan Kalimireng sendiri disiapkan seluas 8 ratus hektar.

Pilihan lokasi di Manyar dinilai tepat, karena kedalaman pantainya menurut Ketua Kadinda Jatim Ir Muchayat sangat baik dibanding Sura-baya maupun kabupaten lainnya. Itu sebabnya mengapa banyak per-usahaan yang tertarik untuk memiliki pelabuhan sendiri di Gresik, seperti PT Semen Gresik, PT Smelting, PLTGU, PT Maspion, PT Petro Kimia dan lain-nya.”Dibanding pantai lainnya, Gresik me miliki lokasi yang sangat tepat pembangunan pelabuhan,” ujarnya.

Beberapa warga Manyar menu-turkan pelabuhan Kalimireng adalah rencana lama yang diisukan sebagai pelabuhan internasional. Beberapa investor luar negri beberapa kali ber-kunjung ke Manyar, tetapi pulang dan tidak kembali lagi. Hal itu juga dilakukan pemodal lokal yang mencoba untuk merebut proyek raksasa ini, tetapi sampai saat ini belum juga kembali bertemu dengan

Dipicu Kalimireng, Pantura Jadi Kawasan Emas

SUARA PANTURA

warga.“Namun anehnya, meski isu

itu menggelinding dan tidak jelas arahnya, penguasaan lahan di sekitar Manyar oleh investor dalam dan luar negri terus berlangsung,” kata H. Masykur tokoh masyarakat Manyar.

Para pemburu tanah juga tidak pernah berhenti blusukan ke kam-pung-kampung untuk mencari war ga yang akan menjual lahannya. “Hampir setiap hari para tengkulak tanah merayu warga agar menjual tanahnya. Ada warga yang sudah terlanjur menjual dan masih banyak yang mempertahankanya,” kata Masykur.

Mengenai harga, semua kepala desa di kawasan Manyar, Bunga, Ujung Pangkah dan Panceng sudah diminta agar tidak ikut menjadi spekulan tanah. Hal ini diharapkan sebagai langkah penting untuk mencegah agar harga tanah tidak dimainkan para pemilik modal yang tujuannya untuk mengeruk untung lebih awal dari proyek besar ini.”Kita semua sudah diminta untuk menjaga agar harga tanah tetap stabil tidak melonjak naik, sebab jika harga tanah meninggi jelas proyek pelabuhan internasional ini akan mengalami hambatan,” ujar seorang kades di Manyar.

Pantauan Suara Desa, tanah-tanah di bibir pantai sampai di pinggir jalan sepanjang pantura saat ini sudah banyak yang dilirik investor. Beberapa tanah tambak di pinggiran jalan sudah menjadi daratan dan hak kepemilikannya sudah berpindah tangan ke pemilik modal besar.”Coba tunjukkan di mana ada tanah kosong di sepanjang Manyar yang bukan milik orang luar Gresik,”katanya.

Akankah Pelabuhan Kalimireng akan gagal lagi, atau justru dengan ke hadiran spekulan tanah itu justru mempercepat pemerintah untuk se-gera menguasai lahan langsung dari petani.”Jika lahan sudah dikuasai proyek cepat terealisasi, sebaliknya jika lahan sudah dikuasai spekulan tentu deal-dealnya membutuhkan waktu lama selain harganya juga akan melambung tinggi,” jelas Nizar pemburu tanah Manyar.(nf)

KAWASAN Desa Manyar, Gresik bakal ramai dengan dibangunnya Pelabuhan Internasional Kalimireng.

40 SUARA DESA www.suaradesa.com Edisi 07 15 Agustus - 15 September 2012

Page 41: suara desa edisi VII

41www.suaradesa.com Edisi 07 15 Agustus - 15 September 2012 SUARA DESA

SuaraBojonegoro

H Moh. Choiri SH MSi, mantan Ke pala Desa Plesungan, Ke-ca matan Kapas, Kabupaten Bo jonegoro, sudah teruji

mem bangun masyarakat desa. Kini pe-ngusaha sukses ini ingin melebarkan sa yap pengabdian membangun wila-yah Bumi Malowopatih dengan maju men calonkan diri sebagai calon Bu-pati Bojonegoro pada Pemilukada yang digelar pada November men da-tang.

Bagi Moh. Choiri kata kuncinya ada lah kepemimpinan sebab pola ke-pe mimpinan merupakan salah satu fak tor terpenting dalam menjalankan ro da pemerintahan. Karena karakter dan pemikiran sang pemimpin-lah yang akan mempengaruhi kesuksesan da lam proses pemerintahan tersebut.

Untuk itu, Moh. Choiri, Kepala De sa Plesungan, Kecamatan Kapas, Ka bupaten Bojonegoro yang me ngun-durkan diri dari jabatannya beberapa wak tu lalu itu memiliki cara tersendiri saat memajukan desanya. Menurut dia, dalam pemerintahan desa banyak as pek yang perlu diperhatikan o leh seorang kades, di antaranya pe ning-katan SDM, sosial dan budaya, hing-ga kesejahteraan masyarakat. Lalu ad ministrasi pemerintahan hingga pem berdayaan pemuda. Semua ha-rus diperhatikan serius sehingga bisa mewujudkan masyarakat yang man-diri dan berkembang.

Mas Ambik--panggilan akrab H. Moh. Choiri—mengatakan, bah-wa dirinya dalam menjalankan ke p emimpinan memiliki slogan

“Manusia Wajib Berusaha tapi Jangan Menuntut Hasil. Karena

Allah SWT yang Menentukan Hasilnya”. Dengan fi losofi itu dia berhasil membangun desanya. Dan dengan fi losofi itu pula dia yakin bisa membawa masyarakat Bojonegoro lebih sejahtera lagi.

Dia memberi contoh ma-salah budaya, sosial, dan kea-

ga maan. Desa Plesungan hingga sa at ini masih ada adat istiadat yang te tap dipertahankan masyarakat yak ni menggelar acara syukuran di se bu ah tempat yang dikeramatkan. Hal ini butuh pendekatan tersendiri. Bila ti dak mendapat perhatian serius bagi ma-syarakat muslim tentu akan menjadi syi rik. Di sisi lain jika salah menentukan si kap kepada masyarakat juga akan menjadi persoalan konfl ik sosial antara masyarakat dengan pemerintah desa.

Karena itu langkah yang ditempuh sua mi dari Hj Masita ini tetap mem-biarkan tradisi itu tapi secara perlahan memberikan pemahaman, bahwa yang dilakukan tersebut hanyalah sebagai menjaga budaya bangsa. Tempat tetap di situ tapi niatnya diperbaiki. “Kita ada karena ada leluhur, melakukan syu kuran di mana pun tempatnya bo-leh. Yang penting niat kita tidak boleh sa lah,” ungkapnya.

Dalam bidang peningkatan ke se-jahteraan dan kesadaran masyarakat,

man tan Kades yang juga bakal calon Bupati Bojonegoro yang diusung Nah dlatul Ulama (NU) dan sejumlah parpol ini memiliki alat ukur yang ti dak terbantahkan. Yakni jumlah he wan kurban saat hari raya Idul Adha tahun 2008 sebanyak 10 kam-bing dan 1 sapi. Lalu tahun 2011 me ningkat menjadi 9 sapi serta 58 kam bing. “Ini tentu pertanda baik ba gi kondisi masyarakat. Selain ada nya peningkatan kesejahteraan, juga adanya kesadaran masyarakat yang meningkat. Sehingga tiap tahun selalu mengalami peningkatan jumlah hewan kurban,” jelasnya.

Soal peningkatan kesadaran ma-syarakat juga bisa dilihat dari me-nurunnya tingkat tindak pidana yang dilakukan masyarakat Desa Plesungan. Saat pengusaha sukses yang lahir di Bo jonegoro, 4 Mei 1965 ini menjabat se bagai Kades pada tahun 2008 si-lam, sebanyak 21 tindak pidana dan menjadi tertinggi di Kecamatan Ka pas. Sedangkan pada tahun 2001 hanya 4 kejadian tindak pidana. Ada penurunan sangat drastis.

Sementara itu faktor lain yang mem-pengaruhi peningkatan kesejahteraan ma syarakat miskin adalah memupuk si kap dermawan kepada sesama. Ka-rena dalam satu desa sudah tentu ada sejumlah warga yang tergolong mampu secara ekonomi dan ada pula yang belum beruntung. (cipnal)

“Manusia Wajib Berusaha tapi Jangan Menuntut Hasil. Karena

man tan Kades yang juga bakal calon Bupati Bojonegoro yang diusung

Calon Bupati yangSukses Bangun Desa Calon Bupati yangCalon Bupati yang

Jangan Menuntut Hasil. Karena Allah SWT yang Menentukan

Hasilnya”. Dengan fi losofi itu dia berhasil membangun desanya. Dan dengan fi losofi itu pula

salah budaya, sosial, dan kea-ga maan. Desa Plesungan hingga

“Manusia Wajib Berusaha tapi Jangan Menuntut Hasil. Karena

Sukses Bangun Desa Sukses Bangun Desa

H. MOH. CHOIRI SH MSi

CALON bupati H. Moh. Choiri SH MSi berpose bersama tim suksesnya setelah melakukan pendaftaran di KPU Bojonegoro.

Page 42: suara desa edisi VII

42 SUARA DESA www.suaradesa.com Edisi 07 15 Agustus - 15 September 2012

Suara Tuban

S atu desa datangkan puluhan potensi holtikultura. Itulah Desa Siding, Kec. Bancar, Tu-ban. Di desa yang berbatasan

dengan Jateng ini, memiliki potensi e ko nomi yang cukup besar untuk me ningkatkan pendapatan warga.

Tanaman cabe misalnya tumbuh su bur di lahan milik warga desa. Pe tani menggantungkan hidupnya dari tanaman yang harganya sering menggegerkan pundi-pundi ibu rumah tang-ga. ”Naik turunnya ca-be bagi petani masih me nguntungkan. Ke-tika harga turun, pe-ta ni masih untung mes ki kecil dan saat har ganya naik drastis ke untungannya juga bertambah besar,” kata Kades Siding, Imam Puri.

Menurut dia, yang leb ih menakutkan bagi petani adalah se rangan hama. Ta-naman menjadi ru-sak, daunnya penuh penyakit berwarna putih, buah cabenya pun menjadi om pong tidak bisa dijual. Ada juga ca be mendadak ma ti, padahal siap di panen ada juga se telah dipelihara se lama sebulan ta nam an tiba-tiba la yu dan kering ke mudian mati.

Serangan virus pa da cabe di Desa Si ding itu, menurut Imam pernah terjadi beruntun pada tahun 2008 disusul ke mu dian pada tahun 2009. Selama dua ta hun itu, semua cabe milik petani diserang penyakit yang mengakibatkan cabe hasil pa nennya jelek karena kulitnya ber kerut se-hing ga harganya menjadi me ng ekerut ju ga.”Kalau sudah begini, apa yang bisa diharapkan, mes kipun harga ca be melambung ting gi, petani tetap ti dak bisa menjual hasil panennya,” katanya.

Bagi warga desa, cabe menjadikan ta naman utama. Menurut Imam la-han pertanian untuk padi nyaris ti-dak ada, karena tidak banyak warga yang memiliki lahan sawah yang lu as, sehingga dengan la han pertanian yang

sempit harus di-manfaatkan untuk t a n a m a n h o l -tikultura yang he-mat lahan seperti cabe. “Lihat saja, saat harga cabe me lambung tinggi, ba nyak warga yang memiliki la-han sempit me-

man faatkannya untuk budidaya ca-be,”ujarnya.

Tanaman cabe yang semakin populer itu mendorong warga De sa Siding untuk tetap menanam cabe. Kini warga melakukan pembibitan. Bibitnya diambilkan dari kupasan ca be terakhir, biasanya sebanyak 1-2 ka leng. Ada areal yang sekali didederi (di taburi) benih, bisa langsung tum-buh. Tapi, ada juga yang tiga kali di de der, malah gagal hidup.

Desa Siding dihuni warga yang kre atif. Kades Imam Puri selalu mem-beri contoh bagaimana mengatasi ke sulitan, termasuk saat gagal panen ca be. Dia memberi contoh dengan me n datangkan bibit jagung putih di tengah ramai-ramainya petani me nanam jagung kuning.”Saat itu har ga bibitnya sangat murah tetapi hasilnya sangat tinggi, sehingga warga meninggalkan jagung kuning berganti dengan jagung putih,” tuturnya.

Namun diakui, setiap bibit baru

se lalu beresiko gagal, sehingga saat ja gung putih sudah diserang hama, warg a desa kembali menanam jagung kuning yang saat itu harganya juga mulai naik dari Rp 2.000 menjadi Rp 3.000. Dengan banyak ragam jenis ta naman produktif ini, petani selalu sedia payung agar saat hujan penyakit. ekonomi warga tetap hidup.

Ketela gendruwo juga menjadi ta-naman pendamping yang memiliki ni lai jual cukuo mahal. Cara ta-nam nya yang mudah, ditunjang pe-ra watannya yang cendrung ringan menggeret minat petani desa untuk memanfaatkan lahan sempitn ya agar mengeluarkan keuntungan sebesar-besarnya.”Pembelinya dari Rembang dan Pati, selain membeli hasil panen para tengkulak itu juga menawarkan bibit murah, sehingga warga desa pun menanamnya. Dan alhamdulillah dengan beragam jenis tanaman ini warga selalu untung,”tuturnya.

Meski banyak tanaman, Desa Siding menurut Imam juga menghasilkan legen dari pohon siwalan. Setiap pagi dan sore pohon itu mengeluarkan air legen yang bisa dijadikan untuk minuman sehat dan juga bisa difermentasi menjadi tuak yang memabukkan, bahkan dengan cara sederhana air legen itu bisa diubah menjadi gula aren.”Jadi ekonomi warga tetap aman, meski situasinya agak genting karena satu tanaman gagal pa-nen misalnya,” ujar Imam.(nf)

SS atu desa datangkan puluhan potensi holtikultura. Itulah

Ekonomi Siding Tak Pernah Genting

sempit harus di-manfaatkan untuk t a n a m a n h o l -tikultura yang he-mat lahan seperti cabe. “Lihat saja, saat harga cabe me lambung tinggi, ba nyak warga yang memiliki la-han sempit me-

PETANI cabe saat mengecek tanaman cabenya yang rawan ter se-rang hama.

Page 43: suara desa edisi VII

43www.suaradesa.com Edisi 07 15 Agustus - 15 September 2012 SUARA DESA

catatan Pemkab Lamongan kri sis air bersih akibat kemarau di Lamongan meluas dari tujuh ke ca matan menjadi 13 kecamatan. Me nurut data Badan Pe-nanggulan Ben cana Daerah Lamongan, seba nyak 69 desa di 13 kecamatan kini mengalami krisis air bersih.

Kecamatan yang mengalami keke-ringan adalah Kecamatan Deket, Turi, Sukodadi, Pucuk, Lamongan, Sarirejo, Kembangbau, Karang Binangun, Ti-kung, Kedungpring, Sambeng, Mo do dan Glagah. Akibat kekurangan air bersih, warga menggunakan air telaga yang kotor untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Sebab, sumur-sumur mereka telah mengering akibat tidak ada hujan lebih dua bulan terakhir.

Dampak lainnya dari kekeringan ini adalah sawah penduduk sebagian besar mangkrak tidak bisa ditanami bahkan sawah yang sudah ditanami padi semuanya dinyatakan puso. Meski kekeringan ters meluas, bebe rapa warga desa masih bisa memanen jagung dan kedelai.

Kekeringan areal pertanian di La-mongan diperparah dengan menge-ringnya Waduk Prijetan di Kecamatan Kedungpring dan menyusutnya wa-duk Gondang di Kecamatan Sugio. Kapasitas normal waduk Prijetan 9 juta meter kubik (m3) tetapi kini kering kerontang tanah waduk pun merekah belah. Kapasitas waduk Gondang 23 juta m3 tinggal sekitar 15 persen. Akibatnya, lahan pertanian di wilayah Gondang, Sugio, Lamongan, Turi, Kedungpring, Kembangbahu, Mantup, Sugio, dan Babat Selatan kesulitan air.

Menurut Nur Hadi, droping air bersih dari pemerintah kurang merata, sehingga warga desa tetap saja dengan caranya sendiri memenuhi kebutuhan air.”Kalau memang terpaksa harus memanfaatkan air galon untuk keper-luan selain untuk minum dan masak,|” ujarnya.(nf)

Warga Dusun Dugo, Desa Kedung sari, Kec. Kembangbau Lamongan su dah terbiasa dengan

derita musim kemarau panjang. Ke-kurangan air yang dideritanya setiap tahun diatasi dengan berburu air dari sumber air di bebera desa tetangga yang jarak tempuhnya kadang mencapai 15 sampai 20 kilometer.

Menurut seorang warga, jarak tempuh jauh itu pada saat ini bisa di ringankan dengan adanya sepeda motor, sebab pada 15 tahun lalu, war-ga harus memikulnya sendiri se lain menggunakan sepeda roda dua.”Tidak jarang sesampai di rumah, air dalam jirigen kosong karena tumpah di jalan,” ujar Sujito.

Lebih menyedihkan lagi, kata dia, saat itu jalan desa masih berbatuan yang menyulitkan bagi warga untuk memenuhi kebutuhan air bagi keluar-ganya secara cepat. “Tidak jarang, siang berangkat sore baru tiba. Itu pun hanya dapat sekitar 4 jirigen air,” tuturnya.

Kondisi seperti itu, terus berlangsung sampai era reformasi ini. Kebutuhan air warga tetap dipenuhi dari air tandon yang tertampung dalam waduk kecil di belakang rumah. Setiap rumah di dusun ini selalu dilengkapi waduk penampungan sebagai persediaan ter hadap kebutuhan air baik untuk mandi, cuci, minum dan memasak.

Pemerintah, kata dia, pernah mem-bangun jaringan pipa PDAM untuk menyediakan kebutuhan air bersih. “Dengan pipa PDAM itu, warga sedikit tersenyum karena sudah tidak lagi pergi jauh-jauh untuk mencari air. Pada musim kemarau air sering macet tetapi masih kami maklumi dibanding beberapa tahun lalu harus berebut air di desa-desa sumber air,” tuturnya.

Namun, saat ini, pipa PDAM itu hanya tinggal kenangan. Air bersih yang biasanya mancur itu macet dan tidak pernah bisa dimanfaatkan lagi. Warga akhirnya harus menjalani hidup tanpa air bersih dan hanya dipenuhi dari bak penampungan yang kadang sudah keruh bercampur lumpur tetap digunakan untuk memenuhi pelbagai kebutuhan air.

Begitu pula, kata |Nur Hadi, Kasun Dugo, pada musim kemarau ini warga harus mengulang kehidupan lamanya, yaitu mencari air dari desa-desa yang memiliki waduk besar. Susahnya, se telah berjalan cukup jauh dan akan meng-ambil air, warga desa melarang war ga desa lain untuk mengambil air karena persediaan airnya sudah me nipis.

“Dengan demikian harus pergi ke tempat lain lagi agar bisa dapat air. Un tungnya saat ini sudah banyak ken-daraan untuk mengangkut air,” ujarnya.

Pada musim kemarau tahun ini, sudah banyak warga desa di Lamongn menjerit akibat kekurangan air. Da lam

Warga Dusun Dugo, Desa Kedung sari, Kec. Kembangbau Lamongan

Pemerintah, kata dia, pernah mem-bangun jaringan pipa PDAM untuk menyediakan kebutuhan air bersih.

Berburu Air di Musim Kemarau Berburu Air Berburu Air

SuaraLamongan

Page 44: suara desa edisi VII

44 SUARA DESA www.suaradesa.com Edisi 07 15 Agustus - 15 September 2012

SUARA AREK

rahnya yang mana. Waktu musim hujan ini tidak ada perbedaan dan hampir sama dengan sebelumnya,” ujar Prakirawan BMKG Juanda, Taufi q Hermawan beberapa waktu lalu.

Ia menerangkan, untuk daerah Su ra baya dan Sidoarjo, musim hu jan di perkirakan masuk pada No vem ber. Se dangkan untuk daerah Pasuruan, Probolinggo, Situbondo, Ba nyuwangi, juga bervariatif. “Ada yang masuk Desember da sa rian pertama, ada De sember da sa rian ketiga juga ada No vem ber da sarian ketiga variatif,” tuturnya.

Sementara untuk daerah Jember, Bondowoso, Lumajang, musim hu-jannya diperkirakan akhir Oktober atau pertengahan November. “Kalau Jember diperkirakan Oktober dasarian ketiga. Bondowoso November da sa rian kedua dan Lumajang hampir sama dengan

juga bervariatif. “Ada yang masuk Diperkirakan November

Bondowoso,” katanya.Untuk wilayah Malang dan seki-

tarnya seperti Batu maupun Kota Malang, diperkirakan terjadi pada November dasarian pertama. Semen-tara wilayah Gresik, Lamongan, Bojo negoro dan Tuban, diperkirakan masuk musim hujan pada November minggu ketiga. Mojokerto, Jombang, Nganjuk juga diperkirakan sama ter-jadi pada November dasarian kedua.

“Madiun diperkirakan pada No-vem ber dasarian kedua. Magetan sama dengan Madiun. Ngawi pada Ok tober dasarian kedua, agak awal dibandingkan dengan daerah pantura atau daerah lainnya,” terangnya.

Ia mengatakan, musim hujan di Indonesia atau daerah Jawa Timur, bukan disebabkan karena dampak dari badai. Namun, faktornya lebih banyak dipengaruhi oleh pergerakan angin dan gerak semu Matahari. “Untuk musim, di Indonesia berbeda di bandingkan dengan negara lain, karena Indonesia masuk di ekuator atau di zona khatulistiwa,” ujarnya.

Ketika ditanya lebih lanjut mengenai kekeringan yang terjadi di beberapa daerah di Jatim, Taufi q me negaskan, musim kemarau masih normal dan BMKG tidak mem be ri kan warning soal kekeringan.

“Masalah kekeringan sebenarnya tergantung pada daerah masing-masing. Artinya, BMKG hanya mem berikan prakiraan musimnya saja. Tapi untuk kekeringan sendiri, ter gan tung geografi s daerah masing-masing. Misalnya daerah Bojonegoro kan tidak sama dengan Malang,” je lasnya.(tni)

rahnya yang mana. Waktu musim rahnya yang mana. Waktu musim hujan ini tidak ada perbedaan dan hampir sama dengan sebelumnya,” ujar Prakirawan BMKG Juanda, Taufi q Hermawan beberapa waktu lalu.

Ia menerangkan, untuk daerah Su ra baya dan Sidoarjo, musim hu jan di perkirakan masuk pada No vem ber. Se dangkan untuk daerah Pasuruan, Probolinggo, Situbondo, Ba nyuwangi, juga bervariatif. “Ada yang masuk juga bervariatif. “Ada yang masuk

Diperkirakan NovemberDiperkirakan NovemberDiperkirakan

Musim Hujan,

M usim hujan kali ini diperkirakan tidak ada perbedaan dibanding de ngan musim hujan

sebelumnya. Dari perkiraan BMKG Juanda, untuk musim hujan di Jawa Timur bervariatif dan dimulai sekitar Oktober dasarian (10 hari) kedua.

“Musim hujan tergantung dae-

Page 45: suara desa edisi VII

45www.suaradesa.com Edisi 07 15 Agustus - 15 September 2012 SUARA DESA

SuaraGresik

“Kunir memang lagi ngetrend di kawasan sini. Cara tanamnya gam-pang, tidak banyak penyakit, tidak banyak butuh air, sedikit pupuk tetapi jualnya cukup gampang. Setiap musim panen tiba desa ini menjadi ramai dengan tengkulak yang datang dari pelbagai daerah,”tuturnya.

Car tanam kunir cukup sederhana. Lahan dipersiapkan dengan men-cang kul tanah dan ditaburi pupuk kandang. Setelah beberapa hari, bibit kunir ditanam dengan jarak 30 cm. Setiap titik tanam bisa diisi 2 sampai 4 bibit dengan harapan pada saat panen jumlahnya melimpah. Bibit yang ditanam dipilih dari kunir yang sudah tua dan memiliki ruas banyak.

Menurut Anwar pada awal tanam dibutuhkan air yang cukup, namun setelah itu petani hanya membersihkan tanaman liar yang tumbuh di sekitar. Pada masa pertumbuhan kunir cepat membusuk jika terlalu banyak air yang menggenanginya, sehingga se-tiap ada air yang masuk ke lahan per-tanian harus segera dialirkan. “Pada usia sekitar 3 bulan, perlu diberi pu-puk pabrik untuk mempercepat per-tumbuhan sekaligus agar tanaman tumbuh lebih subur,”katanya.

Dengan pola tanam seperti ini, petani kunir memiliki waktu ko song yang cukup banyak dan dapat di gu-nakan untuk melakukan pekerjaan pro-duktif lainnya, seperti menjadi te naga pendidik, kuli bangunan, pe da gang kaki lima maupun pekerjaan di luar kota. Nilai tambah dari usaha budidaya kunir ini bagi petani bisa meningkatkan pendapatannya.”Warga yang belum dapat pekerjaan bisa menggantungkan hdupnya dari kunir sementara warga yang sudah bekerja akan memiliki pendapatan ganda,”| ujarnya.

Dijelaskan, harga kunir sampai saat ini stabil selalu di atas angka Rp 2500/Kg dan harganya terus naik di saat menjelang musim tanam yang diawali sekitar Bulan Oktober ini harganya bisa mencapai Rp 5 ribu/Kg. Dengan masa tanam selama 8 bulan, kunir sudah bisa dipanen. (nf)

“Kunir memang lagi ngetrend di kawasan sini. Cara tanamnya gam-

Kunir Wedoro Kualitas Dunia

Desa Wedoroanom, Kec. Dri-yo rejo, Gresik sudah lama dikenal tandus, tanahnya kering dan kurang air. Na-

mun desa yang berdampingan dengan kawasan Surabaya ini, kini sudah mendunia karena kunir sejenis tanaman empon-empon yang diproduksinya di-buru banyak pedagang untuk pel bagai kepentingan terutama untuk pem-buatan jamu atau obat-obatan herbal.

KunirDesa Wedoroanom memiliki warna yang khas, aroma yang dike-luarkannya juga jauh lebih sedap dibanding kunir dari desa lain di Jatim.”Itu sebabnya, kunir kawasan Gresik Selatan ini diburu banyak pe-da gang karena kualitasnya yang sa-ngat bagus dan bisa jadi sejenis ku-nir terbaik di dunia,” kata Budin (45) seorang tengkulak Gresik.

Budidaya tanam empon-empon ini dimulai sejak tahun 2000-an. Lahan yang luas membentang sejauh mata memandang dibiarkan mangkrak oleh pemiliknya. Selain tadus, sulit berharap mendatangkan untung dari bercocok tanam di lahan kering ini. Hal ini menyebabkan, banyak warga desa memilih mata pencaharian lain seperti menjadi karyawan pabrik atau bekerja di sektor informal lainnya.

Di balik tanah tandus itu, justru tanahnya mengandaung unsur yang paling digemari tanamn kunir. War-na tanahnya yang kehitaman dan berpasir serta terjafdi bongkahan pada musim kemarau adalah sejenis tanah yang paling cocok untuk dijadikan

budidaya tanaman kunir. Sifat orga-nik tanah seperti itu terhampar luas di kawasan Desa Wedoroanom dan sekitarnya, sehingga warga desa be-ramai-ramai menggarap lahan ko-song, apalagi setelah beberapa petani sukses menjadi petani kunir.

Menurut Anwar Ketua RT di Desa Wedoroanom, pada awal musim pa nen harga kunisnya mencapai Rp 3.500/Kg dan harganya terus menaik pada saat jumlah stok di rumah penduduk mulai menipis. |”Kalau sudah tidak ada stok itu para tengkulak siap memberi haga tinggi, bahkan dengan harga Rp 5 ribu/Kg akan dibeli, tetapi banyak petani tidak menjualnya, karena per se diaan yan ada dipakai untuk pem bibitan,”ujarnya.

Anwar termasuk petani sukses, se lama dua tahun ini, keuangan ru-mah tangganya dicukupi dari kunir termasuk untuk membeli beberapa kendaraan roda dua dan membayai pendidikan putra-putrinya. Padahal, kata dia, lahan yang ditanaminya itu tidak terlalu luas hanya sekitar 2500 metr persegi tetapi bisa menghasilkan puluhan ton kunir dan jika ditambah dengan lahan orang lain yang juga dtanaminya setiap tahun dia bisa meraup laba lebih dari Rp 30 juta.

45www.suaradesa.com Edisi 07 15 Agustus - 15 September 2012 SUARA DESA

Page 46: suara desa edisi VII

46 SUARA DESA www.suaradesa.com Edisi 07 15 Agustus - 15 September 2012

SuaraSidoarjo

Setelah meraih sederet pres -tasi diraih, Desa Si mo girang kini ditetapkan men jadi la-boratorium desa per contohan.

Usaha memajukan de sa, muncul dari seorang Kades Mul yaningsiti Dwi Rusrini, S. Pd yang se lalu meniatkan hasil karyanya un-tuk ibadah.

Desa berpenduduk 3,9 ribu jiwa itu semula memiliki infrastruktur ser ba terbatas. Itu sebabnya, saat dia macung kepala desa bertekad me ma-jukan desanya dengan kerja keras. Buk tinya, setelah dia terpilih menjadi pe mimpin desa, banyak pembangunan in frastruktur yang direalisasi. Jem bat-an, misalnya, yang dulu terbuat dari bambu atau sesek, kini sudah menjadi jem batan beton. Arus lalu lintas yang me lewati jembatan baru itu menjadi lan car dan banyak warga yang me man-cfaatkannya untuk banyak ke perluan.

Dicontohkan lagi, dahulu jalan de sa nol paving, kini setelah era ke pemimpinannya hampir semua wi layahnya sudah terpasang paving se hingga jalanan tidak lagi terlihat ku muh. Banyak bantuan mengalir ke desanya, baik dari program pe me-rintah maupun swasta. Selain pem-bangunan fi sik, kades juga berhasil meningkatkan prestasi desa dan warganya mulai tingkat kabupaten sampai Jatim.

Diantara prestasi itu adalah bi-dang PPIP (Program Pembangunan In frastruktur Pedesaan), BKAD Ge-mi lang menyabet juara II tingkat Pro-vinsi Jawa Timur, dan dalam lomba ba lita sehat se-Kabupaten Sidoarjo wa kil desa atas nama Falisah (51 bu-lan) mendapat juara III. Selain itu, Simogirang juga menganatarkan pe-

mu danya menjadi juara III Pemuda Pe-lopor Juara III se-Kabupaten Sidoarjo begitu pula lomba Bidan Desa Teladan, desanya berhasil mengantarkan Bi-dang Titik Winarti merebut juara III se-Kabupaten Sidoarjo.

Kemudian Simogirang menjadi de sa terpilih untuk padat karya bagi ga kin (keluarga miskin) melalui

pem bangunan infrastruktur, dengan kom posisi 5 jam kerja dengan ho-norarium sebesar Rp 40 ribu per hari. Selain itu, Simogirang ju ga di jadikan laboratorium desa per-con tohan. Prestasinya bertambah leng kap setelah menerima bantuan ko lam ikan dari Menteri Tenaga Ker ja Muhaimin Iskandar, ketika me-ngadakan kunjungan di kabupaten Si doarjo.

Deretan prestasi itu berkat kerja ke-ras Kades Mulyaningsiti Dwi Rusrini, S. Pd yang selalu siap membantu war ga dalam segala bidang. Kedua mo bilnya diserahkan untuk ambulan de sa agar bisa dipakai warganya yang butuh angkutan secara cepat,

nyaman ke rumah sakit. Hal ini di-la kukan mengingat pengalaman se-be lumnya, ketika itu ikut membantu sa lah satu warganya yang masuk ru mah sakit. “Kebetulan warganya ter golong tidak mampu membayar bia ya rumah sakit, atau membayar biaya ambulan, sampai BPKB (Buku Pe milik Kendaraan Bermotor) pun saya jadikan jaminan ke rumah sakit,” ujarnya.

Mengingat pengalaman seperti itu, Rini tergerak untuk menyediakan mo bil pribadi yang dibutuhkan ba-gi warganya yang tidak mampu. Bah kan sopir dan bensin pun gratis. Per nah sesekali mobil satu masih di pakai dan belum datang, mobil la-innya juga belum datang, akhirnya mo bil ketiganya disiapkan jika di bu-tuhkan untuk membantu warga yang mengalami masalah kesehatan. Bah-kan, pernah juga salah satu warganya meninggal dunia kecebur sungai, dia turun tangan langsung membantu me ngurus jenazahnya.

“Kadang yang membuat saya sedih ada lah ketika mendapat bantuan te-tapi bantuan tersebut saat dibagikan ke warga ternyata tidak merata,” je lasnya.

Bidang pendidikan, Mulyaningsiti D wi Rusrini mantan guru PAUD 1988-207 memiliki kepedulian tinggi ter hadap pendidikan anak-anak. Di se kitar balai desanya yang berdiri TK dijadikannya sebagai media ko mu ni-kasi dengan warga desanya yang ikut mengantarkan anak-anaknya se kolah. (Wahono)

Warga Simogirang

SSmu danya menjadi juara III Pemuda Pe-

Girang Prestasi

Desa

Mul yaningsiti Dwi Rusrini, S. Pd

IBU-ibu PKK berpose di depan Balai Desa

Simogirang.

Page 47: suara desa edisi VII

47www.suaradesa.com Edisi 07 15 Agustus - 15 September 2012 SUARA DESA

SuaraMojokerto

truk adalah sampah-sampah. ’’Ya dari mengangkut sampah inilah

sa ya bisa mendapatkan uang, lumayan da ripada menganggur di rumah,’’ te-rang Sugito (23), pemuda desa se tem-pat. Sugito adalah salah satu pemuda di Desa Kejagan yang bisa mencari uang dengan sampah. Tidak jauh dari ak tivitas Sugito dan teman-temannya, pa sangan suami istri, Ponawi dan Su-mar ni, tampak serius pula melepas tu-tup gelas plastik sisa air kemasan. Satu per satu dengan cekatan keduanya me lepas dan membersihkan gelas air ke masan tersebut.

Ponawi yang sudah berusia 53 tahun mengaku sudah tujuh tahun mencari nafkah dengan menjual sampah-sam-pah plastik. ’’Kalau sampah plastik ini didatangkan dari Pasuruan, nantinya dijual lagi ke pabrik-pabrik di Surabaya ataupun di Sidoarjo,’’ terang kakek dari empat cucu ini.

Hal senada juga dikatakan oleh Su-marni. ’’Selain sampah plastik, kami ju ga menerima sampah sandal bahkan tu lang sapi,’’ ujarnya. Nenek berusia 50 tahun ini mengaku, dia membeli sam pah-sampah ini seharga Rp 2.500 per kilogram dan dijual lagi seharga Rp 4.000 per kilogram. ’’Belinya ya dari pemulung yang datang di sini, mereka juga kebanyakan warga di sekitar sini,’’ terangnya.

Aktivitas jual beli sampah memang selalu terjadi di desa yang terkenal dengan sebutan desa pengumpul sam-pah ini. Kebanyakan, mereka mela-kukan pekerjaan ini sejak turun temu-run. Bahkan, ada sebagian mewarisi usaha orang tua mereka. ’’Saya mem-beli sampah-sampah awalnya juga da ri orang tua, ya alhamdulillah bisa menjadi besar,’’ terang Utami, salah seorang pengepul.

Selain pengepul sampah, di desa ini juga ada yang disebut penambang sampah. Salah satunya adalah Imam (29). Mendapatkan hasil yang menjanjikan dan bekerja dengan santai, tanpa ada paksaan ini, kata Imam, membuat teman-temannya sesama penambang sampah ingin bekerja hingga malam hari. Bahkan, ada juga penambang sampah yang belum menikah sampai malas untuk pulang ke rumah.

’’Semua ini karena bekerja di sini (mencari sampah) tidak ada paksaan dan target. Dan juga tidak ada jam kerja. Jadi, kapan saja kami boleh bekerja. Ini membuat saya senang kerja di sini,’’ kata Imam, pekerja yang masih bujangan. (gus)

Sejahtera di Tengah Gunung Sampah

duduk Desa Kejagan hanya 5.300 ji-wa. “Oleh karena itu saya berharap de ngan kedatangan Bapak Bupati da-pat memberikan bantuan-bantuan be-ru pa mesin penggiling plastik, demi peningkatan pembangunan di Desa Kejagan,” harapnya.

Ya, sebagian daerah menganggap sam pah menjadi masalah. Bahkan, sam pah juga bisa mengakibatkan kon-fl ik. Namun, di Desa Kejagan, Keca ma-tan Trowulan, sampah bisa menjadi sum ber penghidupan mayoritas warga.

Rumah-rumah bertingkat dengan

tumpukan sampah yang tinggi terlihat jelas di sepanjang jalan menuju Desa Kejagan. Aktivitas membongkar sam-pah di atas truk kerapkali terlihat di sepanjang jalan menuju desa ini. Wajar bila desa ini menjadi jujukan pekerja dari desa lain.

Lihat saja di salah satu rumah per-ma nen, puluhan orang tampak terlihat si buk membawa tumpukan karung be risi sampah-sampah kering ke atas se buah truk. Tubuh laki-laki berbadan ke kar dengan mengenakan kaos singlet ber warna putih ini tidak sedikit pun me rasa lelah apalagi jijik. Padahal, me reka tahu yang diangkutnya ke atas

Desa Kejagan, Kecamatan Tro -wu lan, Kabupaten Mojo kerto, ter masuk unik. Sebagian be-sar warga desa ini bangga

men jadi pengepul barang bekas. Maklum me reka termasuk go longan pengusaha. Bah kan, Kepala Desa Kejagan, Hariyono, tak ragu me mamerkan potensi desanya di hadapan Bupati Mojokerto, Mustofa Ka mal Pasa (MKP), yang melaksanakan ke giatan sambang desa di Balai Desa Ke-jagan, Selasa (11/9) lalu.

Hariyono menyampaikan , luas wi-la yah Desa Kejagan 263 hektare yang

terbagai menjadi 5 dusun yaitu Du-sun Kejagan, Wonoasri, Sido mul yo, Tumenggungan, dan Muteran. De-ngan jumlah penduduk 5.300 jiwa, sebagian besar masyarakat ma ta pen cahariannya sebagai pe mu lung. “Da ri seluruh jum lah pen duduk se-per tiganya ada lah sebagai peng usa-ha, sehingga se lu ruh masyarakat ti dak ada yang peng angguran, se-mua bekerja kecuali yang sakit dan pemalas,” kata Hariyono.

Selain itu Desa Kejagan mampu me-nyerap tenaga kerja dari luar daerah, da lam sehari jumlahnya mencapai 10.000 pekerja. Padahal jumlah pen-

BUPATI Mojokerto, Mustofa Kamal Pasa sambang desa ke Desa Kejagan, Kecamatan Trowulan, Selasa (11/9).BUPATI Mojokerto, Mustofa Kamal Pasa sambang desa ke Desa Kejagan, Kecamatan

Page 48: suara desa edisi VII

48 SUARA DESA www.suaradesa.com Edisi 07 15 Agustus - 15 September 2012

Kemarau, Harga Tembakau Malah Jatuh

Suara Jombang

IBU-ibu memilah-milah daun tembakau.

Teriknya matahari dimusim ke marau saat ini seperti tak dihiraukan Sunarto warga Desa Mandurogesing Kabuh

Jombang. Dengan berbekal topi dan balutan kain kaos, petani yang sudah bergelut dengan daun tembakau pu-luhan tahun ini me metik daun-daun Emas yang pernah membuat petani di kawasan Utara Brantas Jombang ini berjaya dan dikenal sebagai daerah penghasil tembakau.

Harapan untuk bisa bangkit dari tanaman tembakau seperti beberapa tahun lalu ini nampaknya akan pupus. Pasalnya, harga daun tembakau pada musim panen tahun ini jauh dari keuntungan. Meski kemarau panjang dengan terik panas yang menyengat, harga daun tembakau malah terjun payung.” Harga tembakau yang awal-nya 4.000 rupiah perkil ogram kali ini merosot menjadi 1.500 rupiah per kilogram,”ujar Narto seraya meng usap keringat yang membasahi raut wajah keriputnya saat ditemui di areal persawahan miliknya.

Padahal, lanjut lelaki yang mengaku

memiliki lahan seluas 2 hektar ini mengatakan, tembakau pada musim kemarau kali ini menjadi tumpuhan petani. “ Harga tembakau normal, se harusnya berkisar antara Rp 2.500 hingga Rp 3.000 perkilogram. Akibat turunnya harga tembakau kerugian yang harus ditanggung petani men-capai 70 persen,”tandasnya seraya mengatakan pada tahun 2011 lalu, harga tembakau mampu menembu sangka Rp 4000 hingga Rp 4500 per-kilogram.

Anjloknya harga daun emas yang pernah membuat petani Utara Brantas Jombang berjaya ini juga dirasakan Muslimin petani tembakau di Desa Katemas Kecamatan Kudu. Anjloknya harga tembakau pada musim panen kali ini membuat para petani terancam rugi. Mereka ter an cam tidak balik modal padahal kini mereka butuh modal yang tidak sedikit agar bisa kembali me na nam.” Selain harganya rendah, saat ini juga sulit mencari pembeli. Jadinya banyak tembakau yang tetap dibiarkan mengering di batang meski sudah waktunya panen,’’ kata Muslimin mengatakan.

Saat ini, tembakau kering hanya dihargai Rp 12 ribu hingga Rp 15 ribu per kilogram. Padahal normalnya bisa sampai Rp 30 ribu per kilogram. ’’Harga itu masih bisa turun lagi jika terus tidak ada pembeli,’’ paparnya seraya mengatakan, selain belum ada pembeli, warga tidak memanen tembakaunya juga karena tak punya biaya panen. Sebab saat ini, upah kuli angkut dari sawah ke truk sudah

Rp 20 ribu per enam jamnya.Meskihargatembakaujatuh, baik

Nar to maupun Muslimin mengaku terpaksa menjual hasil panennya lantaran membutuhkan uang sebagai ganti biaya produksi. ”Kalau tidak dijual, kita malah merugi banyak, terpaksa dijual meski merugi,”ujar Narto terlihat pasrah.

Menyikapi hal ini, Ketua Lem baga Pengembangan Pertanian NU (LPPNU) M Subhan mendesak agar Pemkab segera melakukan in ter vensi untuk membantu petani tem bakau. ’’Caranya adalah de ngan menggunakan dana bagi ha sil cukai yang mencapai Rp 11 mi liar yang diterima Jombang itu untuk membantu petani tembakau Jombang,’’ jelasnya.

Sebab sesuai ketentuan, dana itu juga harus dialokasikan untuk penguatan petani tembakau baik saat maupun pasca panen. ’’Caranya gampang, dari dana itu beri alokasi ban tuan modal ke petani melalui kelompok tani,’’ ungkapnya.

Bantuan modal itu nantinya bisa digunakan untuk memanen, me nyim-pan tembakaunya di rumah hingga kering, serta mulai kembali menanam lagi tanpa harus tergesa-gesa men-jual tembakaunya. Nah, setelah har ga kembali normal, baru petani menjual tembakau kering yang sudah disimpannya itu. ’’Sebab rendahnya harga tembakau sekarang ini ada-lah akibat permainan tengkulak, makanya kalau pemerintah tidak mau membantu sudah pasti petani kita akan hancur,’’ tandasnya. (bh,tni)

Page 49: suara desa edisi VII

49www.suaradesa.com Edisi 07 15 Agustus - 15 September 2012 SUARA DESA

Uwek...uwek...uwek. Itu sua-ra bebek saat hidup, tetapi setelah bebek dipotong dan dimasak dengan ra-

muan bumbu khas Madura, ra sanya tak tertandingi; gurih, pedas bercam-pur kecut yang berasal dari mangga muda. Saat itu juga, ke ringat pengge-mar kuliner mengucur deras diiringi mulut mendesis-desis terserang rasa pedas.

Itulah dahsyatnya masakan bebek Madura. Nikmatnya tidak hilang se-cepat perputaran waktu, terkenang sampai pulang. Bebek turut men-gibarkan Madura sebagai daerah pa-nas, pertempuran beragam bumbu yang bercampur aduk dalam potong-an daging menawarkan rasa seorang pembe rani.

”Keberanian merasakan pa nasnya sambal bebek Ma-dura membuat setiap orang ketagihan untuk menikmati terus hawa panas Madura le-wat masakan bebeknya,” kata seorang penggemar bebek Ma-dura M Basuki asal Gresik.

Lihatlah mislanya di warung bebek Sinjay, di Desa Ketengan, Burneh, Bangkalan. Pembeli datang silih berganti mengantri untuk menikmati kekhasan ma-sakan asli orang Madura. Buka setiap hari, tetapi sedikit terlam-bat semua menu yang disajikan telah habis diserbu para penggemar kuliner yang kadang datang ke Ma-dura hanya untuk menikmati bebek Sinjay.

Warung bebek Sinjay awalnya dibangun sederhana di pinggir jalan raya Bangkalan-Sampang. Berkat masakannnya yang sensasional mem-buat lidah bergoyang, apalagi da ging bebeknya yang empuk nan gurih ditambah sambalnya yang pedas ber-campur dengan irisan buang mangga

muda membuat air liur mengalir deras.

Itu sebabnya, konsumennya pun setiap hari membludak apalagi pada hari libur, parkir mobil semrawut berebut tempat agar dengan segera bisa menikmati sajian bebek Sinjay. Dengan mengeluarkan uang berkisar Rp 20 ribu sudah mendapatkan menu komplit dan istimewa dan setiap peng unjung yang datang sebagian besar pulang menenteng bungkusan nasi bebek Sinjay.

Ledakan jumlah pengunjung itu

turut meledakkan jumlah bebek yang harus dipotong setiap harinya yang mencapai 700 sampai 800 ekor. Ini sebuah angka cukup tinggi, se-bab jika dihitung setiap hari warung bebek sinjay mampu mengantongi lebih dari Rp 25 juta/hari.”Nikamati semua pemberian Allah swt dan di-niatkan semua usahanya untuk iba-dah,” kata Muslihah pemilik warung Bebek Sinjay.

Sebagai warung yang sudah terke-nal dan memiliki penggemar dari pelbagai profesi, dia enggan mem-beberkan kunci rahasia masakan-nya. Pengunjung hanya bisa melihat bagaimana bebek disajikan dan cara penyajiannya.

”Anehnya, meskipun layanannya semrawut warung bebek ini tetap di s erbu dan siapa pun tetap sabar ngantri cukup lama,” kata seorang pebisnis asal Surabaya.(nf)

SUARA MADURAMADURAMADURA

Uwek...uwek...uwek. Itu sua-ra bebek saat hidup, tetapi

Egalitirianisme Bebek Madura yang Panas

KONGRES swasembada garam di Bangkalan ikuti para petani garam se-Indonesia.

setiap hari, tetapi sedikit terlam- muda

turut meledakkan jumlah bebek yang harus dipotong setiap harinya yang mencapai 700 sampai 800 ekor. Ini sebuah angka cukup tinggi, se-bab jika dihitung setiap hari warung bebek sinjay mampu mengantongi lebih dari Rp 25 juta/hari.”Nikamati semua pemberian Allah swt dan di-niatkan semua usahanya untuk iba-dah,” kata Muslihah pemilik warung

WARUNG bebek Sinjay, di Desa Ketengan, Burneh, Bangkalan yang selalu ramai pengunjung.

Page 50: suara desa edisi VII

50 SUARA DESA www.suaradesa.com Edisi 07 15 Agustus - 15 September 2012

bah. Padahal kondisi lingkungan dan nelayannya sendiri berubah. Jum lah nelayan pun semakin banyak.

“Saya harap satu-satunya TPI di Bangkalan ini diperhatikan, masak sudah puluhan tahun kondisinya te-tap dibiarkan,” katanya berharap. Meski namanya ngetop sebagai peng hasil ikan terbesar di Kabupaten Bang kalan, namun pada musim ke-marau panjang akibat cuaca ekstrem yang terjadi beberapa bulan terakhir ini membuat masyarakat nelayan di Keca matan Tanjung Bumi kesulitan untuk menangkap ikan besar pada saat melaut. Meskipun sulit mendapat tangkapan ikan besar tapi hal itu tidak terlalu berpengaruh terhadap penghasilan para nelayan di desa tersebut.

Dari pantauandi pasar tradisional Kecamatan Tanjung Bumi penjulan ikan yang dilakukan isteri nelayan tam pak normal. Walaupun ha-sil tangkapannya terbilang lumayan bagus, namun satu hal yang mungkin membedakan pada saat musim kemarau seperti sekarang ini, hasil tangkapan ikan besar sudah mulai langka. Maemunah, istri nelayan yang menjual hasil tangkapan ikan hasil melaut suaminya, mengatakan, mu -

sim kemarau panjang ini tidak ter-lalu berpengaruh terhadap hasil tangkapan ikan. “Hasil tangkapan ikan nelayan di sini memang ti dak terlalu terpengaruh dengan mu-sim kemarau belakangan ini. Hasil tangkapan tetap banyak,” tutur Ma-emunah.

Dikatakan dia, yang membedakan dengan tahun sebelumnya adalah jenis dan ukuran ikannya yang ditangkap saat ini hanya berukuran antara 15 cm- 25 cm. Sedangkan untuk tang-kapan ikan besar semakin langka. Meskipun dapat, jumlahnya bisa dihitung dengan jari tangan.

Hal senada juga diungkapkan oleh Kiptiyeh. Menurutnya, ikan be sar meru pakan salah satu andalan ne-layan untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar. Sejak bulan puasa seakan- akan ikan besar di perairan Bangkalan menghilang dan sulit didapat. “Apa mungkin karena tidak tahan dengan iklim kemarau se hingga ikan besar melakukan migrasi ke da-erah lain, saya kurang tahu mas,” ujar nya. (min)

Desa Banyu Sangkah Keca-ma tan Tanjung Bumi, meru-pakan satu-satu nya desa penghasil ikan terbesar di

Ka bupaten Bangkalan. Desa de ngan jumlah penduduk sebanyak 4 ribu jiwa ini 95 persen warganya ber-pro fesi sebagai ne layan. Setiap hari terlihat aktivitas nelayan hilir mudik menyiapkan diri melaut. Sekujur pan tai dipenuhi warga yang memanen rezeki ikan. Selain itu para wanita juga melakukan aktivitas menjual ha sil tangkapan di pasar desa. Per-eko nomian desa ini menggeliat de-ngan banyaknya transaksi ikan-ikan terse but.

“Ibu-bunya menjual ikan di pasar, sementara para bapak pergi ke laut mencari ikan. Pokoknya 95 persen pen du duk kami ini nelayan,” terang Kepala Desa Banyu Sangkah, Abd. Syukur.

Dan karena dikenal sebagai peng-hasil ikan terbesar, Desa Banyu Sangkah juga merupakan satu sa-tu nya desa yang ikut memberikan kontribusi terhadap peningkatan PAD. “Ya kon tribusi desa kami itu sebesar Rp 35 juta setiap tahunnya,” tutur Abd. Syukur.

Kades Banyu Sangkah mengha-rapkan agar pemerintah memberikan perhatian khusus kepada desa ini de-ngan memberikan perhatian kepada Tempat Pelelangan Ikan (TPI) yang dibagun sejak tahun 80-an tapi hing -ga saat ini kondisinya tidak beru-

bah. Padahal kondisi lingkungan dan nelayannya sendiri berubah. Jum lah Desa Banyu Sangkah Keca-

ma tan Tanjung Bumi, meru-

Desa Penghasil Ikan Terbesar

SuaraBangkalan

DESA Banyu Sangkah, Kecamatan Tanjung

Bumi, Bangkalan.

PARA isteri nelayan di kecamatan Tanjung

Bumi saat menjual hasil tangkapan suaminya.

Page 51: suara desa edisi VII

51www.suaradesa.com Edisi 07 15 Agustus - 15 September 2012 SUARA DESA

(Bangkalan, Sampang, Pamekasan dan Sumenep) sudah dipenuhi produk bermerk Gajah Tunggal Jaya begitu pula dengan Surabaya dan kota besar lainnya di Jatim.”Alhamdulillah jum-lah permintaan terus bertambah,” ujar Musakkar.

Dia bercerita, meski hanya meng-enyam pendidikan setingkat SMA, di rinya optimistis bisa menjadi be sar berkat semangat kerja tinggi pantang putus asa. Teknik pembuatan dan-dang, open dan lainnya dipelajari secara otodidak, begitu pula cara penjualannya harus dilakukan sen-diri, setiap ada pesanan langsung ba rang diantarkan sendiri ke alamat ru mah sehingga semua konsumen me rasa mendapat pelayanan yang bagus. “Kita harus jemput bola, ak-tif menawarkan ke pembeli agar tahu secara langsung apa yang dikehendaki konsumen,”tuturnya.

Dari disain dandang yang dibuatny memiliki ukuran bervariasi mulai ukuran 1/5 kg, 1 kg, 2 kg hingga yang paling besar 30 kg. Setelah di-teliti dari hasil penjualan ternyata dandang berukran 10 Kg ke bawah yang paling diminati. Ini berarti, se-tiap memproduksi barang harus meng-utamakan ukuran yang laris dijual sementara lainnya tetap dipro duksi

dalam jumlah terbatas.Angka produksinya semakin me-

ning kat memaksa dirinya menambah karyawan menjadi 45 orang. Selu-ruh pekerjanya berasal dari Desa Pe-cang gaan, sehingga kehadiran usaha home industry ini turut membantu menurunkan angka pengangguran dan juga dapat meningkatkan kese-jahteraan warga desa.

Dijelaskan, sebagai orang desa, para pekerja itu harus diberi teori singkat cara pembuatan barang-ba-rang kebutuhan dapur ini dan se-lanjutnya langsung dipraktikkan. Berkat ketram pilannya, setiap kar-yawan bisa meng er jakan lebih cepat, lebih bagus dan tentunya peng-hasilannya lebih besar.

Sistem penggajiannya dihitung ber dasarkan borongan yang dihi-tung dari jumlah lembar plat alu-mi nium yang digarap. Artinya se-makin banyak plat aluminium yang digarap maka semakin besar pen-da patannya. Dengan demikian, da-lam perhitungannya, pendapatan kar yawannya setiap minggu bisa mencapai Rp 800 ribu/bulan.

”Jika dikalikan selama 4 minggu, setiap karyawan bisa membawah pulang sekitar Rp 3,2 juta,” ujar Musakkar.

Itu juga diikuti dengan bahan baku aluminium yang harus bertambah. Setiap bulannya, dibutuhkan sekitar 3 ton aluminum yang dibeli di Surabaya, agar semua permintaan pe langgan bisa terpenuhi, apalagi jika musim panen tembakau dan Bulan Maulud jumlah produksinya meningkat berkali lipat.

Menurut Musakkar, sisa alu mu-nium yang tidak terpakai disimpan karena memiliki nilai tinggi yaitu se besar Rp 20 ribu/Kg. Dalam satu bulan, pemilik tiga stand di Pasar Sampang ini dapat menjual 150 sam pai 200 Kg sisa alumunium. “Semua sisa plat aluminium ini tidak ada yang terbuang sia-sia, karena dapat mendatangkan rupiah untuk menambah modal,” katanya.

Apalagi saat ini, pihaknya selalu ber harap agar pemerintah aktif mem-bina kelompok usaha kecil ini dengan mengadakan pelatihan, membuka peluang pasar.”Tetapi yang lebih penting perlu ada kucuran dana,” ha rapnya.(nf, ratu ibu)

Jiwa pengusaha tidak kenal tempat dan waktu. Seman-gat berusaha tanpa putus asa harus dinomorsatukan agar

meraih sukses seperti yang dilakoni Musakkar warga Desa Pecanggaan, Kec. Torjun, Sampang pemilik UD Gajah Tunggal Jaya produses peralat-an dapur.

Usaha pembuatan alat-alat dapur seperti dandang, langseng dan open yang dikerjakan Musakkar dengan dibantu dua karyawannya berkembang cepat. Awalnya hanya memproduksi sekitar 30 dandang/hari dan cara penjualannya pun sangat manual dengan cara menawarkan door to door ke rumah. Modalnya saat awal meirintis usaha pada tahun 2000-an hanya sebesar Rp 50 juta dan dibantu 2 orang kayawan.

Tetapi berkat keuletan dan semangat kerjanya yang tinggi, mantan karyawan home industry di Surabaya ini berhasil meningatkan produksinya sebanyak 4000 unit setiap bulan. Hal itu menunjukkan, kualitas produknya tergolong bagus disukai konsumen, sehingga meningkatkan jumlah per-mintaan.

Selain itu, saat ini, pihaknya juga berhasil memperluas jaringan pema sarannya. Kawasan Madura

Suara

dalam jumlah terbatas.

Sampang

PETANI tembakau di Sampang saat menjual segala bentuk perhiasan untuk modal perawatan tanaman tembakaunya.PETANI tembakau di Sampang saat menjual segala bentuk perhiasan untuk modal perawatan tanaman tembakaunya.

(Bangkalan, Sampang, Pamekasan dan Sumenep) sudah dipenuhi produk

ber dasarkan borongan yang dihi-tung dari jumlah lembar plat alu-mi nium yang digarap. Artinya se-makin banyak plat aluminium yang digarap maka semakin besar pen-da patannya. Dengan demikian, da-da patannya. Dengan demikian, da-lam perhitungannya, pendapatan kar yawannya setiap minggu bisa mencapai Rp 800 ribu/bulan.

iwa pengusaha tidak kenal tempat dan waktu. Seman-

Dari Karyawan Menjadi Juragan

PENGUSAHA alat dapur di pecanggan sampang.

Page 52: suara desa edisi VII

52 SUARA DESA www.suaradesa.com Edisi 07 15 Agustus - 15 September 2012

K emarau panjang yang me-landa Kabupaten Pa mekasan berdampak bu ruk pada beberapa sektor kehidupan

dan kebutuhan masyarakat. Dari 10 kecamatan sebagian wilayah meng-alami kekeringan yang cukup parah, seperti di Desa Bujur Timur Kecamatan Batumarmar. Di desa ini, kebutuhan konsumsi air bersih, masyarakat harus rela antri di satu sumur berjam-jam untuk mendapatkan air.

“Kami satu bulan terakhir sudah terbiasa antri di sumur ini bersama masyarakat yang lain. Wilayah kami kekeringan, sehingga sulit buat mi-num dan mandi” ungkap Subairy (29), warga Bujur Timur saat ditemui Suara Desa saat menimba air.

Selain krisis air, dampak lain yang terjadi akibat kemarau panjang adalah mengeringnya lahan pertanian yang sulit ditanami pelbagai jenis tanaman produktif. Rumput hijau untuk pakan ternak juga turut mengering, warga harus berburu rumputan ke daerah lain yang masih ditumbuhi rumput tersebut.

Untuk diketahui, kebanyakan ma-

sya rakat Pamekasan berprofesi sebagai petani dan peternak. Komoditas ter-nak yang bisa dikembangkan di dae-rah tropis seperti Pamekasan adalah sapi, kambing dan ayam. Khusus pe ng -gemukan komoditas sapi, masya ra kat menggantungkan pada tumbuh-tum buh-an dan dedauan sebagai pakan utama.

Ketersediaan pakan dari tanaman hijau ini sangat mempengaruhi per -kem bangan pertumbuhan sapi pe-daging. Jamaludin, peternak asal Desa Sokalelah Kecamtan Ka dur menuturkan bahwa selama ini pakan sapi yang diberikan pada hewan peliharaannya hanya rumput dan daun, tanpa diberi pakan konsentrat.

“Pakan sapi kami hanya berasal da-ri alam tanpa dibantu pakan buatan.

Biaya belinya tidak ada karena buat saya harganya mahal mas” ujarnya sambil menunjukkan sapinya.

Masa penggemukan yang di bu tuh-kan peternak sapi Pamekasan an tara satu hingga dua tahun. Masa penggemukan yang panjang ini dimaksudkan agar ha-sil ternak sapinya gemuk dan bisa terjual mahal karena bobotnya me ningkat.

”Tentunya, pe me liharaan sa pi berbeda dengan pe meliharaan hewan ternak lain-nya, memerlukan perawatan maksimal setiap harinya,” kata Jamaludin.

Bagi kebanyakan orang, beternak sapi merupakan kebutuhan hidup. Di tengah sulitnya lapangan pekerjaan bagi masyarakat pedesaan, pilihan terakhir selain bertani adalah be ter nak sapi untuk mendapatkan keun tungan besar. “Kalau cuma mengandalkan hasil pertanian, tidak cukup untuk dimakan satu bulan, Mas. Makanya harapan satu-satunya dengan beternak sapi agar keluarga kami punya tabungan penghasilan,” ungkap Sukriyanto warga Batubintang Kecamatan Batumarmar.

Ya, memang betul. Beternak sapi bisa bernilai ekonomis dan ka ya manfaat. Tidak hanya untuk kon sumsi, tenaga sapi juga bisa dijadikan alat membajak sawah. Meskipun tergolong tradisional, para petani tetap menggunakan tenaga sapi guna mengola lahan sawahnya ketika musim tanam tiba. Menurut pe-nu turan Jamaludin, warga Sokalelah, ongkos yang harus dibayarkan kepada tukang bajak sawah antara 40.000 sam-pai 45.000 rupiah persetengah hari.

Bukan hanya untuk dipekerjakan dan dipajang saja, daging sapi bernilai gizi tinggi. Karena itulah, omset pen-jualan sapi pada periode tiga bulan ke depan akan mengalami peningkatan. Seperti yang terjadi di Pasar Keppo De-sa Polagan Kecamatan Galis, sebuah pasar hewan paling besar yang sudah menyumbangkan Pendapatan Asli Dae -rah (PAD) ke APBD Pamekasan ini transaksi jual beli sapi meningkat tajam.

Pasar Keppo yang memiliki hari pa-saran pada setiap Sabtu dan Selasa ini mampu menampung ratusan sapi. Wa-laupun harga sapi meningkat mahal, tidak mengurangi permintaan kon su-men baik untuk dipelihara ataupun un tuk dipotong guna dijual dagingnya. “Selama 3 bulan ke depan harga sa pi tetap mahal, Mas, karena selain pe ra-yaan Idul Fitri, nanti masih ada Hari Ra ya Idul Adha” ungkap Mahmud, pe-dang sapi saat ditemui Suara Desa.

Sementara itu, untuk penjualan khu -sus daging sapi, kondisinya sama. Ma -halnya harga sapi berpengaruh ke pada harga daging sapi di rumah pe motongan hewan atau di pasar. Me nurut Hadiri, pemilik rumah po tong hewan asal Desa Banyupelle Ke camatan Palengaan harga daging saat ini mencapai Rp 55.000 hingga Rp 60.000/Kg. “Semenjak Bu lan Puasa hingga Hari Raya Idul Adha harga da ging sapi cukup tinggi,” ujarnya. (amin)

K emarau panjang yang me-landa Kabupaten Pa mekasan

sya rakat Pamekasan berprofesi sebagai petani dan peternak. Komoditas ter-

nya, memerlukan perawatan maksimal setiap harinya,” kata Jamaludin.

Bagi kebanyakan orang, beternak sapi merupakan kebutuhan hidup. Di tengah sulitnya lapangan pekerjaan bagi masyarakat pedesaan, pilihan terakhir selain bertani adalah be ter nak sapi untuk mendapatkan keun tungan besar. “Kalau cuma mengandalkan hasil pertanian, tidak cukup untuk dimakan satu bulan, Mas. Makanya harapan

Musim Kemarau, Harga Sapi MemukauMusim Kemarau,Musim Kemarau,Musim Kemarau,

SuaraPamekasan

PARA pedagang melakukan jual beli di Pasar Sapi Pamekasan.

Page 53: suara desa edisi VII

53www.suaradesa.com Edisi 07 15 Agustus - 15 September 2012 SUARA DESA 53SUARA DESA

Siapa yang tidak akan kenal a kan Desa Poreh, Kecamatan Lenteng, Kabupaten Sumenep, bahwa Desa tersebut adalah

sebagai sentra tikar yang terbuat dari daun pohon siwalan. Bahkan 90% da ri penduduknya berprofesi sabagai pengrajin membuat tikar rakara. Lalu bagaimana aktifi tas keseharian dan cara memproduknya?

Jika kita melintasi atau masuk ke Desa Poreh Kecamatan Lenteng, maka kita akan menemui suatu keguyuban aktifi tas warganya. Bahkan jika kita telisik lebih jauh lagi atau dengan jeli memperhatikan sepertinya di setiap warga mempunyai pohon siwalan yang dikenal sebagai bahan membuat gula merah.

Ternyata pohon yang dikenal cu-kup kuat untuk bahan bangunan itu, daunnya jika dianyam menjadi ti kar. Manfaat tikar daun lontar ini, biasanya dibuat pembungkus tem-bakau yang bakal disimpan dalam gu-dang. Itu sebabnya, tikar daun lontar ter sebut sangat terkenal terutama bagi ka langan petani tembakau.

Kebutuhan terhadap tikar bertam-bah besar jika musim panen tembakau ti ba, sehingga para pengrajin tikar op timistis produknya tetap diminati ka rena mempunyai pasar yang cukup ce rah. Hal ini membuat warga desa meng gantungkan hidupnya dari anya-m an daun lontar. Pendapatan yang di terimanya cukup tinggi yang men-jadikan kehidupan warga te tap survife

dalam kondisi apa pun.Wajar saja jika dusun itu

d i se but sebagai dusun tikar da un si walan atau orang me-nyebutnya tikar rakara. Hal itu bisa dilihat da ri keseharian war ga –yang bia sanya kaum ha wa aktifi tasnya mem buat ti-kar rakara. Bahkan 90% dari penduduknya berprofesi sebagai pengrajin tikar rakara.

Untuk membuat tikar rakara warga cukup mengambil bahan tikar di se be-lah rumah saja, karena memang setipa ru mah sudah berdiri pohon siwalan yang siap melayani para kaum ibu. Un tuk menjadikan sebuah tikar yang si ap pakai atau siap jual memang tidak ter lalu sulit atau tidak akan memakan wak tu lama. Artinya sangat mudah dan gampang lebih-lebih bagi mereka yang sudah trampil.

Adapun cara membuatnya, pertama mereka mengumpulkan daun siwalan se cukupnya lalu dikeringkan cukup

di jemur satu hari saja sudah siap di anyam pada malam harinya. Bagi yang sudah trampil biasanya mereka menghasilkan 4 hingga 5 lembar ti kar dalam seharinya. Itu kalau di -kerjakan tidak ngoyo, tapi jika be -kerja dengan se dikit ngoyo me reka bisa memproduksi 8 hing ga 9 lembar

tikar rakara da lam sehari. “Untuk menjadikan sa tu lembar tikar bagi kami yang cu kup makan waktu 1 jam me nganyam sudah pekerjaan sehari-ha ri,” aku salah seorang warga saat diwawancari Suara Desa beberapa minggu yang lalu.

Saking larisnya tikar rakara yang di buat oleh warga yang u mumnya ka um hawa itu, belum

ja dipun sudah ada yang ngorder. Ar tinya jika ingin bo rong ya inden du lu pada pengrajin, karena jika ti-dak jangan harap dapat ba rang. Ja di mereka para pengrajin itu tidak me-masarkan sendiri, sebab, pa ra pem beli datang sendiri ke sentra-sen tra.

“Mereka para pembeli datang sen diri kesini. Sebab jika tidak ya ti dak bakal dapat barang,” terang Sukiye yang me mang kesehariaanya menganyam tikar sejak masih anak-anak.

Lalu harganya? Harga perlembar tikar hanya Rp 8 ribu. (alan)

di jemur satu hari saja sudah siap

Suara

di jemur satu hari saja sudah siap di anyam pada malam harinya. Bagi di jemur satu hari saja sudah siap

Sumenep

a kan Desa Poreh, Kecamatan Lenteng, Kabupaten Sumenep, bahwa Desa tersebut adalah

sebagai sentra tikar yang terbuat dari

di jemur satu hari saja sudah siap di anyam pada malam harinya. Bagi yang sudah trampil biasanya mereka menghasilkan 4 hingga 5 lembar ti kar dalam seharinya. Itu kalau di -kerjakan tidak ngoyo, tapi jika be -kerja dengan se dikit ngoyo me reka bisa memproduksi 8 hing ga 9 lembar

tikar rakara da lam sehari. “Untuk menjadikan sa tu lembar tikar bagi kami yang cu kup makan waktu 1 jam me nganyam sudah pekerjaan sehari-ha ri,” aku salah seorang warga saat diwawancari

di jemur satu hari saja sudah siap Desa Poreh

Siapa yang tidak akan kenal a kan Desa Poreh, Kecamatan iapa yang tidak akan kenal a kan Desa Poreh, Kecamatan

menghasilkan 4 hingga 5 lembar ti kar dalam seharinya. Itu kalau di -kerjakan tidak ngoyo, tapi jika be -kerja dengan se dikit ngoyo me reka bisa memproduksi 8 hing ga 9 lembar

tikar rakara da lam sehari. “Untuk menjadikan sa tu lembar tikar bagi kami yang cu kup makan

Pusat Tikar Rakara

seorang warga saat diwawancari Suara Desa beberapa minggu yang lalu.

yang di buat oleh warga yang u mumnya ka um hawa itu, belum

waktu 1 jam me nganyam sudah pekerjaan sehari-ha ri,” aku salah seorang warga saat diwawancari

menjadikan sa tu lembar tikar bagi kami yang cu kup makan

53www.suaradesa.com Edisi 07 15 Agustus - 15 September 2012 SUARA DESA

Page 54: suara desa edisi VII

54 SUARA DESA www.suaradesa.com Edisi 07 15 Agustus - 15 September 2012

Kiprah seorang kepala desa untuk mem-bangun desa agar lebih maju, tentu san-gat diharapkan warga. Maka Wadiyem yang terpilih menjadi Kades Ngendut,

Kecamatan Balong periode 2012-2018 akan mendisain program kerja yang terbaik bagi desa, sehingga apa yang dicita-citakan se-luruh warganya bisa diwujudkan dalam enam tahun mendatang.

Perencanaan yang tinggi, baik bagi Wadiyem tidak akan bermakna jika seorang pemimpin tidak mampu melaksanakannya

dalam pelbagai bentuk kegiatan nyata. ”Warga desa itu hanya butuh kerja nyata. Itu sebabnya de ngan segala kemampuan yang saya miliki akan saya kerahkan

demi pem bangunan di desa,”ujarnya.

Menjadi sosok ka des perempuan, meng alah-

kan bumbung kosong dalam pertarungan pil kades beberapa wak tu lalu, baginya

menjadi hal baru. Dukungan penuh sang suami yang sebelumnya menjabat sebagai Kepala Desa Ngendut satu periode sebelumnya menjadikannya bertekat bulat melaksanakan program kerja untuk terciptanya kemajuan lebih di Desa Ngendut. Pengalaman sang suami, Damun, diyakininya menjadi tambahan pengalaman dan spirit untuk dirinya berkiprah memimpin lebih baik lagi.

“Alhamdulillah. Dukungan penuh suami dalam mengemban tugas memimpin Desa Ngendut tentu me-miliki arti yang besar. Setidaknya pengalaman suami men-jadi modal saya bisa menjalankan tugas secara maksimal,” kata Wadiyem, Kamis (15/3). Wanita kelahiran Ponorogo 29 Maret 1979, Resmi menjadi Kades Ngendut usai dilantik Bupati Amin di Pendopo Kabupaten. Bahkan ia saat ini mengaku sudah mulai ambil start mempersiapkan sejumlah program kerja di desanya. Diantaranya yakni program penataan lembaga desa dan system mekanisme pembangunan demi terciptanya percepatan pembangunan bagi fi sik maupun non fi sik.

“Saya memiliki misi bisa terjalinnya kebersamaan antara semua lembaga desa dan masyarakat Desa Ngendut lebih maju. Dan tentunya saya mengharapkan dukungan dari semua pihak dalam menjalankan amanah memajukan Desa Ngendut secara lebih maksimal,” harapnya. (rno)

Hasil kerajinan kita jual melalui pameran baik di Mo-jokerto maupun di luar wilayah Mojokerto. Jika ada pesanan banyak maka akan dibuat bersama-sama.

Namun jiga tidak ada, cukup menitipkan hasil kerajinan ke koperasi,” kata Suparlik, beberapa wak tu lalu. Menurutnya, pembuatan kerajinan clay sangat mu dah. Selain semua bahan mudah di-cari juga mu dah membuatnya dan tidak membu-tuhkan wak tu yang lama. Semua bahan dicampur kemudian dibentuk sesuai keinginan dan diberi warna. Kemudian hasilnya dikeringkan dengan cara diangin-angin selama dua jam.

“Setelah kering, kemudian dipernis agar hasil-nya bagus dan terhindar dari jamur. Satu jenis hasil kerajinan tidak membutuhkan waktu hingga satu hari cukup beberapa jam saja, hanya menung-gu kering saja yang lama. Untuk jenis dan bentuk, dari kreasi kita sendiri. Biasanya kita cari dari gambar-gambar yang ada di sekitar,” kata Kades yang murah senyum ini.

Desa Tanjungan terletak di wilayah Utara Sun-gai Brantas dan dikenal memiliki obyek wisata Wa duk Tanjungan. Selain menjadi kepala desa, ia aktif membina ibu-ibu tim pengerak PPK dan rem-aja Karang Taruna di desanya. Pembuatan keraji-nan clay dilakukan sejak tahun 2009 lalu. (bdh)

Hasil kerajinan kita jual melalui pameran baik di Mo-jokerto maupun di luar wilayah Mojokerto. Jika ada

Suparlik, Kades Tanjungan, Mojokerto

Tularkan Bikin Kerajinan Clay

KKiprah seorang kepala desa untuk mem-bangun desa agar lebih maju, tentu san-gat diharapkan warga. Maka Wadiyem yang terpilih menjadi Kades Ngendut, yang terpilih menjadi Kades Ngendut,

Kecamatan Balong periode 2012-2018 akan

menjadi hal baru. Dukungan penuh sang suami yang sebelumnya menjabat sebagai Kepala Desa Ngendut satu periode sebelumnya menjadikannya bertekat bulat melaksanakan program kerja untuk terciptanya kemajuan lebih di Desa Ngendut. Pengalaman sang suami, Damun,

Wadiyem, Kades Ngendut, Ponorogo

Didukung Suami, Ngendut Harus Maju

Maraknya keraji-nan clay, mem-bu at Suparlik, Kades Tanjung-

an, Kecamatan Kemlagi, Mo jokerto, getol menular-kannya kepada ibu-ibu

PKK dan karang taruna di desanya. Selain itu me ngisi waktu, juga un-tuk tambahan menutup ke butuhan dapur.

“Hasil kerajinan terse-but dapat dijual mulai har ga Rp1.500 sampai de ngan Rp20 ribu,”kata Suparlik, sambil menun-

jukkan karyanya. Kerajinan clay berasal dari bahan tepung beras,

tepung maizena, bensoat, dan lem sebagai perekat ini. Dari bahan-bahan itu dapat dibuat berbagai je nis kerajinan tangan, seperti gantungan kunci, tem pat pensil, bros, jepit dan pigura.

Menurut Suparlik, pembuatannya dilakukan se cara berkelompok maupun perorangan, bisa di-kerjakan di balai desa atau dibawa pulang ke ru mah.

Suparlik, Kades Tanjungan, MojokertoSuparlik, Kades Tanjungan, MojokertoSuparlik, Kades Tanjungan, Mojokerto

Tularkan Bikin Kerajinan Clay Suparlik, Kades Tanjungan, Mojokerto

Tularkan Bikin Kerajinan Clay Suparlik, Kades Tanjungan, Mojokerto

Tularkan Bikin Kerajinan Clay

MMMMMMMMan, Kecamatan Kemlagi,

Mo jokerto, getol menular-kannya kepada ibu-ibu

PKK dan karang taruna di desanya. Selain itu me ngisi waktu, juga un-tuk tambahan menutup ke butuhan dapur.

but dapat dijual mulai har ga Rp1.500 sampai de ngan Rp20 ribu,”kata Suparlik, sambil menun-

jukkan karyanya.

PAMONG KITA

Page 55: suara desa edisi VII

55www.suaradesa.com Edisi 07 15 Agustus - 15 September 2012 SUARA DESA

Julita Joylita Wahyu Mumpuni (43) mencermati, setelah suami berangkat kerja dan anak-anak pergi sekolah, sebagian besar

ibu rumah tangga itu menganggur sejak pukul 09.00. Ide kreatifnya muncul setelah menyaksikan eceng gondok tumbuh liar di waduk kecil belakang rumahnya di Kebraon, Surabaya.

Setelah diiijinkan untuk mengambil eceng gondok, Julita tidak tahu untuk apa tumbuhan gulma itu. Maka dibiar-kanlah tanaman itu tergeletak di lan-tai sampai beberapa hari kemudian mengering. “Di saat itu mengering terlihat tekstur batang enceng gondok yang indah dan semakin bernilai seni jika dijadikan lilitan tampar,”ujarnya.

Perempuan yang lama hidup di Malang ini merangkai enceng gondok itu menjadi sebuah sarung bantal. Pro duk pertamanya itu ternyata me-narik minat seorang temannya yang bersemangat untuk memasarkan ke Jepang.”Tak disangka, orang Jepang yang ditawari teman saya langsung me mesan 10.000 unit kreasi eceng gon dok,” kata Julita.

Kaget dan hampir tidak percaya,

Suparlik, Kades Tanjungan, Mojokerto

Tularkan Bikin Kerajinan Clay

tetapi peluang emas itu harus segera ditangkap secepatnya. Dia mencari orang yang mau membantu memenuhi order tersebut. Ibu-ibu rumah tangga yang mau diajari untuk membuat kerajinan dari eceng gondok diajak untuk membangun bisnis baru dari tanaman yang sering memacetkan air sungai itu.

Dari sanalah kemudian kreasi eceng gondok mulai berkembang di Surabaya. Tak hanya sarung bantal, kini produknya pun semakin semakin beragam. Mulai tas perempuan, wall-paper, tikar eceng gondok, bahkan sam pai kursi eceng gondok.

Jumlah permintaan kreasi Julita se-makin meningkat, sehingga dia harus membentuk kerja jaringan dengan mem-buka sistem waralaba. Ibu rumah tangga yang berminat masuk jaringannya, akan diajari merancang beragam kreasi berbahan baku eceng gondok.”Banyak yang menyebut saya bodoh, tetapi saya meyakini bahwa rizki itu dari Tuhan, semakin banyak yang menikmati hasil karya saya semakin banyak pula yang akana saya dapat,” tuturnya.

Melalui waralaba itu, setiap Julita me ne rima order selalu diberikan ke-

pada ibu rumah tangga yang menjadi mitra kerjanya yang berjumlah lebih dari 300 orang. Bahkan, menurut Ju lita, mitra kerjanya itu juga sudah banyak mewariskan ilmunya kepada ibu rumah tannga yang lain, sehingga kerja jejaring itu telah membuka peluang usaha baru bagi kaum perempuan.”Artinya semakin banyak jaringan yang terbentuk semakin banyak pula wanita yang berdayaguna,”ujarnya.

Para mitra binaan pun tak terikat harus bekerja untuk Julita. Mereka bisa memproduksi kerajinan eceng gondok sendiri, dengan merek sendiri, dan dijual sendiri. “Saya bangga karena binaannya kini telah menjadi pengusaha sukuses tanpa ada yang ter-ganggu. Buktinya usaha saya ini sudah mampu menembus pasar dunia seperti Amerika, Brunai dan Prancis,” katanya.

Selain melalang buana ke berbagai negara, berkat eceng gondok pula Julita berhasil meraih berbagai penghargaan. Tahun 2001 ia menerima penghargaan “Clean up the world” dari United Nation Enviroment Program (UNEP) badan PBB yang bergerak di bidang lingkungan. Kemudian pada tahun 2004, Julita juga menerima penghargaan Kalpataru dari Presiden Megawati. Ada pula penghargaan dari World Bank pada 2005 karena membantu menanggulangi kemiskinan dengan mengajak perempuan mem-buat kerajinan, untuk menambah penghasilan keluarga.

Lewat pengembangan ekonomi itu, kaum perempuan lebih mandiri secara fi nansial. Dari catatan KDRT, banyak kaum perempuan yang menderita secara lahir dan fi sik karena faktor ekonomi. Untuk memerangi kekerasan dalam rumah tangga itu, maka istri harus produktif.

“Suami sering emosional dan ringan tangan karena sering dimintai uang. Namun setelah ibu rumah tangga itu sudah mandiri secara fi nansial dan mempunyai penghasilan sendiri, jumlah KDRT bisa turun,”ujarnya.(nf)

KiprahPerempuan

dan dijual sendiri. “Saya bangga karena binaannya kini telah menjadi pengusaha sukuses tanpa ada yang ter-ganggu. Buktinya usaha saya ini sudah mampu menembus pasar dunia seperti Amerika, Brunai dan Prancis,” katanya.

Selain melalang buana ke berbagai negara, berkat eceng gondok pula Julita berhasil meraih berbagai penghargaan. Tahun 2001 ia menerima

Perangi KDRT Lewat Kreasi Enceng Gondok

Julita Joylita Wahyu Mumpuni

Di tangan perempuanlah jatuh dan bangunnya sebuah bangsa. Bagaimana bangsa bisa maju bersaing dengan lainnya, jika setiap

hari kerja kaum perempuan hanya membuang waktu untukmenjaga rumah tanpa ada kegiatan produkitf.

55www.suaradesa.com Edisi 07 15 Agustus - 15 September 2012 SUARA DESA

Page 56: suara desa edisi VII

56 SUARA DESA www.suaradesa.com Edisi 07 15 Agustus - 15 September 2012

maupun dari mulut ke mulut, yang akhirnya berkembang di kalangan kepala desa dan pemerintahan desa.

Penasaran dengan berita itu, sejumlah pengurus harian AKD Jatim, kembali men-da tangi DPR RI pada 17-19 September 2012. Intinya, menanyakan kembali “nasib” pembahasan RUU Desa. Hasilnya, baik UU Desa maupun UU Pemda akan disahkah, pa-ling cepat Oktober atau November tahun ini.

Walidi, staf sekretariat Komisi II DPR me nyebutkan, berdasarkan agenda yang dibuat Pansus RUU Desa dan RUU Pem-da, pada September hingga Oktober ada-lah pengisian DIM (daftar inventarisasi masalah) dari fraksi-fraksi, yang kemudian disusul pembahasan DIM bersama peme-

rintah pada bulan November. Proses ini biasanya berlangsung tiga bulan, dan di-harapkan sebelum reses pada Desember 2012 ini, sudah disahkan dalam paripurna.

Bahkan kalau RUU Desa dan RUU Pemda tidak selesai pada akhir tahun 2012, Wakil Ketua DPR RI Priyo Budi Santoso terpaksa menyalahkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Hal ini karena aparat desa mengancam tidak akan membantu pemerintah sehingga akan melumpuhkan birokrasi.

“Ini menunjukkan Presiden SBY sebagai kepala pemerintahan tidak berpihak kepada pembangunan desa,” tegas Priyo.

Tak hanya Priyo Budi Santoso, be-berapa anggota DPR lainnya juga sepakat bahwa RUU Desa harus tuntas tahun ini. Diantaranya, Ketua Pansus RUU De sa Ahmad Muqowam, dengan tegas mengungkapkan UU Desa harus segera disahkan. Demikian wakil Ketua Pansus Budiman Sujatmiko menegaskan, sudah

maupun dari mulut ke mulut, yang

rintah pada bulan November. Proses ini biasanya berlangsung tiga bulan, dan di-harapkan sebelum reses pada Desember 2012 ini, sudah disahkan dalam paripurna.

Bahkan kalau RUU Desa dan RUU Pemda tidak selesai pada akhir tahun 2012, Wakil Ketua DPR RI Priyo Budi

di Ujung Penantiandi Ujung Penantiandi Ujung Penantiandi Ujung PenantianRUU Desa

Pelan tapi pasti, pem-bahasan RUU Desa

menapaki ujung target waktu akhir tahun 2012.

Impian AKD Jatim ten tang ‘satu miliar

satu desa’ mendapat sambutan positif baik

dari pemerintah maupun anggota DPR. Namun usulan perpanjangan

ma sa jabatan dari 6 menjadi 8 tahun

dan penghapusan pe-riodisasi jabatan tam-

paknya masih harus diperjuangkan lebih

ke ras lagi. Karena itulah, beberapa pengurus ha-

rian AKD Jatim mencari kepastian tentang dua

hal tersebut di DPR RI, Jakarta, 17-19

September 2012.

ancangan UU tentang Desa (RUU Desa) akan disahkan menjadi UU Desa pada Oktober-November 2012 ini.” Demikian berita yang tersiar lewat media

“R

56 SUARA DESA www.suaradesa.com Edisi 07 15 Agustus - 15 September 2012

PENGURUS AKD Jatim menemui Ketua Pansus RUU Desa DPR-RI Ahmad Muqowam (kiri).

Page 57: suara desa edisi VII

57www.suaradesa.com Edisi 07 15 Agustus - 15 September 2012 SUARA DESA

kepala desa dan perangkat desa untuk bersatu,”ujar Samari, Kades Jrebeng, Kec. Dukun, Gresik ini.

Hal senada juga disampaikan drg. Anang Suheri, Kades Kepatihan, Tu-langan, Sidoarjo, bahwa kepala desa harus berani ngluruk ke Jakarta lagi, jika RUU Desa tidak segera disahkan dan menjadi landasan berbijak bagi pembangunan dan pemberdayaan ma syarakat desa.

“Jika terasa ada pembiaran ter ha-dap nasib pengesahan RUU Desa, saya sudah sepakat dengan teman-teman di Sidoarjo, kami akan serbu Jakarta,”ujar kades muda yang energik ini.

Meskipun masih akan menempuh cara pengerahan massa, menurut wakil sekretaris AKD Ja tim Robiul Usman, AKD Jatim tetap akan mengedepankan dialog dan lobi-lobi hingga detik-detik terakhir. Baginya aksi penge rahan massa merupakan senjata pamungkas. Sebab unjuk rasa mudah disusupi massa tak dikenal, sehingga akan merugikan imej AKD Jatim sendiri.

Bersama Pembina AKD Jatim R.H. Dwi Putranto Sulaksono,

pengurus AKD Jatim menemui

F a r h a t Abbas, yang dikenal sebagai praktisi hukum dan lawyer beberapa partai di DPR untuk melakukan percepatan pembahasan dan pengesahan RUU Desa, bersama Wakil Bendahara Partai Hanura Silvi S Haiz. Baik Farhat maupun Silvi diharapkan memberikan masukan kepada beberapa partai, bahwa usulan AKD Jatim merupakan usaha mensejahterakan masyarakat desa, sekaligus untuk memenuhi hak dan kebutuhan mendasar bagi kemajuan desa agar dimasukkan dalam UU Desa.

Menurut Samari, kebutuhan da sar itu antara lain percepatan pembangu-nan di desa melalui anggaran satu mil-iar satu desa. Selain itu, masa jabatan ka des delapan tahun, penghapusan perio desasi, dibolehkannya kades da-lam ke pengurusan partai politik, dan pengangkatan perangkat menjadi PNS.

Baik Farhat maupun Silvi setuju ten tang percepatan kemajuan dan pembangunan desa. Menurut mer-eka, selama ini memang terjadi ke-timpangan yang sangat tajam di desa. Kemajuan sebuah negara dapat diukur dari kemakmuran dan kes-ejahteraan di desa. (*)

di Ujung Penantian

saatnya Indonesia memiliki UU Desa sebagai payung hukum bagi pembangunan di desa. Diakui atau tidak, pembangunan desa menjadi tolok ukur keberhasilan sebuah negara.

Sedangkan Sekjen Partai Amanat Nasional (PAN) Taufi k Kurniawan sa ngat mendukung sepenuhnya per-juangan kepala desa dan perangkat desa agar rancangan undang-undang (RUU) desa disahkan menjadi undang-undang (UU).

Bahkan pimpinan DPR lainnya, seperti Marzuki Alie dan Anis Mata, serta semua fraksi di DPR sangat men-dukung disahkannya UU Desa. Mem-per juangkan desa bukan atas nama fraksi, tapi atas nama merah putih. Desa adalah intisari pembangunan.

“Kesejahteraan desa adalah tolok ukur keberhasilan reformasi. Kita ingat kan pemerintah tidak hanya banyak bicara, tapi harus ada bukti kalau benar-benar peduli terhadap rakyat kecil, terutama yang ada di desa,” kata Taufi k.

Untuk mewujudkan keinginan para kepala desa tidaklah sulit dan perlu biaya besar. Sebab alokasi anggaran untuk desa sudah ada dalam APBN, tinggal melakukan penekanan saja. Masalah pem ba-ngunan ekonomi desa, alokasi sampai dengan inovasinya dikoordinasi oleh kepala desa.

Ketua AKD Jatim Drs. H. Samari, MM pun mengancam, jika hingga akhir tahun ini tidak ada tanda-tanda akan dis-ahkan, pihaknya akan melakukan demo, seper-ti yang pernah dilakukan pada tanggal 3 Oktober 2010. Bahkan AKD Jatim juga mengancam mendudu-ki atau mengepung Gedung DPR RI sampai RUU Desa disahkan.

“Kita ingin perjuangan yang sudah dilakukan sejak 2004 ini harus ada ujungnya. Ini momentum baik bagi

RUU Desa

57www.suaradesa.com Edisi 07 15 Agustus - 15 September 2012 SUARA DESA

PENGURUS AKD Jatim didampingi pembina Pembina AKD Jatim R.H. Dwi Putranto Sulaksono (kiri) menyerahkan usulan kepada Farhat Abbas (kedua dari kanan), praktisi hukum dan lawyer beberapa partai di DPR RI

Page 58: suara desa edisi VII

58 SUARA DESA www.suaradesa.com Edisi 07 15 Agustus - 15 September 2012

Otonom Kelola Anggaran desa. Dengan begitu UU Desa nantinya akan membuat desa semakin kuat. Karena desa akan punya wewenang sendiri. UU Desa untuk penguatan desa dan melindungi hak-hak de-sa. Hak atas tanah, air, dan lain sebagainya.

“Pemerintah ingin ada penguatan desa dengan pemberian peraturan kewenangan mengelola anggaran,”kata Mendagri Gamawan Fauzi.

Hanya, besarannya akan disesuaikan dengan kemampuan postur APBN. Selain itu, pemerintah juga mengarahkan a gar provinsi ikut memperhatikan dana pembangunan de-sa. Kalau dulu hanya kabupaten, sekarang provinsi harus mengalokasikan dana kepada desa.

Apalagi dalam penilaian Gamawan, sejumlah 60 per-sen pembagian Alokasi Dana Desa (ADD) di Indonesia me langgar aturan. Perbedaan pemahaman bupati/walikota mengenai pendanaan tersebut dinilai menjadi penyebabnya. Kemendagri menemukan sebagian besar Pembagian ADD belum sesuai dengan petunjuk dari pusat.

Perbedaan pemahaman kepala daerah kabupaten/kota me ngenai pendanaan desa dinilai menjadi penyebabnya. Di mana hanya 40 persen bupati/walikota melaksanakan pen danaan desa berdasarkan peraturan pemerintah No 72 tahun 2005 tentang pendanaan desa. Selebihnya, daerah mengeluarkan aturan berupa Perda untuk mengatur hal tersebut.

Hal itu nantinya akan dikoreksi dalam UU Desa untuk perubahan UU 32 tahun 2004. Dimana pendanaan desa harus terlebih dahulu dianggarkan dalam draft rencana anggaran dan pendapatan desa selama setahun. Sehingga tidak ada lagi pengalokasian dana pada pertengahan ta-hun. Ini akan menyulitkan pengawasan dan rawan di se-lewengkan.

Meski ada penguatan,pemerintah tetap menjaga tra -disi dan lokalitas desa. Hal itu dilakukan dengan mem-pertahankan nama yang berbeda-beda, seperti desa, nagari, kampung.

Kemudian juga mempertahankan segala sesuatu di dalam desa, seperti irigasi desa,pasar desa, dan jalan desa. Untuk mempertahankan keaslian desa, perangkat desa tidak boleh dijadikan PNS karena tidak mempresentasikan desa lagi, tetapi sebuah negara. (*)

Diakui atau tidak, selama hampir 67 tahun kemer-dekaan Republik Indonesia, posisi dan cara pan dang terhadap desa tidak ada perubahan sig-nifi kan. Semua pihak belum ada yang berpikir

membangun perubahan desa melalui paradigma baru. Wajar, kalau banyak yang menilai, bahwa desa tidak mendapatkan perhatian serius sebagai bagian yang mendasar dalam pem-bangunan Indonesia.

Kini yang tertanam di benak masyarakat ataupun elite bangsa tentang desa adalah tidak adanya perhatian dari pemerintah. Hal itu dapat ditunjukkan anggaran yang masuk desa masih sangat sedikit, kurang dari 100 juta per tahun per desa. Malah, desa-desa di Pulau Jawa hanya sekitar Rp 70 juta per desa dalam setahun.

Karena itulah, Panitia Khusus Rancangan Undang-Un-dang Desa (Pansus RUU Desa) menegaskan pembangunan nasional harus bertumpu pada desa. Karena itu, paradigmanya harus diubah agar prosesnya lebih baik dan merata. Kalau tak dibuat paradigma baru tentang pembangunan desa maka tidak akan ada perubahan.

Ketua Pansus RUU Desa Ahmad Muqowam pun me ne-gaskan, paradigma perubahan pembangunan desa itu bisa dilakukan melalui aturan. Dalam hal ini, RUU Desa ha-rus memuat konsep dan paradigma ideal membangun de-sa. Menurutnya, Indonesia harus belajar dari China yang berhasil menempatkan desa sebagai sendi utama kemajuan negara.

“Di China itu, membangun desa dilakukan dengan ko mit-men yang kuat. Mereka tak pakai UU, tapi komitmennya tegas dilaksanakan karena mereka memang membangun negara dari desa,”ujar politisi PPP kelahiran Desa Warujayeng, Ngan juk ini.

Ketentuan hukum tentang desa yang selama ini diatur dalam UU nomor 32 tahun 2004 tentang otonomi daerah akan dipecah menjadi tiga. Yakni Undang-undang Pemerintahan Daerah, Undang-undang Pemilihan Kepala Daerah, dan Undang-undang tentang Desa. “Pemecahan” itu diharapkan sebagai landasan konstitusi bagi pembangunan di desa.

Diantaranya usulan agar ada pemberian kewenangan atau otonomi pengelolaan anggaran dalam draf RUU Desa. Besarannya diharapkan mencapai Rp 1 miliar untuk satu

Di mana hanya 40 persen bupati/walikota melaksanakan pen danaan desa berdasarkan peraturan pemerintah No 72

Kemudian juga mempertahankan segala sesuatu di dalam desa, seperti irigasi desa,pasar desa, dan jalan desa. Untuk mempertahankan keaslian desa, perangkat desa tidak boleh dijadikan PNS karena tidak mempresentasikan desa

58 SUARA DESA www.suaradesa.com Edisi 07 15 Agustus - 15 September 2012

PENGURUS AKD Jatim berdialog dengan staf ahli Komisi II DPR RI di ruang Sekretariat.

Page 59: suara desa edisi VII

59www.suaradesa.com Edisi 07 15 Agustus - 15 September 2012 SUARA DESA

China dan Brasil dua ne ga ra yang memiliki sis tem pe nye-lenggaraan peme rin tahan de-sa yang berbeda, te tapi desa

di kedua negara ini menjadi tulang pung gung pembanguan negera paling pen ting. China membangun desa tan-pa didukung aturan perundang-un da-ngan, sebab semuanya, terutama pe-merintah, memiliki komitemen tinggi untuk menjadikan desa sebagai pusat pertumbuhan.

Hal ini berbeda dengan di Brasil yang tidak mengenal struktur pemerintahan desa secara formal, sebab kegiatannya di sentralisasikan ke pemerintahan ting kat kabupaten. Tetapi masyarakat didorong memiliki kemandirian tinggi un tuk merencanakan, mengusulkan ang garan dan menggunakannya secara bot tom up, sehingga desa di Brasil me-miliki kemandirian yang tinggi. “yang patut dicontoh dari Brasil adalah pem berdayaan mayarakat lokal yang bersifat non formal dengan tokoh masyarakat sebagai kekuatan utama untuk memandirikannya. Tetapi pe-ran pemerintah sangat signifi kan da-lam mengatur tata kelola keuangan,” kata Subyakto anggota Pansur dari FPDIP

Brasil menerapkan po-

Otonom Kelola Anggaran

Brasil menerapkan po-

59www.suaradesa.com Edisi 07 15 Agustus - 15 September 2012 SUARA DESA

la pengang garan yang bersifat bottom up dan transparan. Diawali de ngan usulan masyarakat lokal yang di-berikan kepada pemerintah yang ke mudian dikirim ke pusat untuk ditin daklanjuti. Semua rancangan ini dibuat secara informal, oleh tokoh masyarakat.

Menariknya lagi, kerja kolektif masyarakat Brasil yang memproduksi hasil pertanian secar bersama, begitu pula kemampuannya mengakses pasar, sehingga produk pertanian Brasil bisa menembus pasar luar negeri. Dengan pe ngelolaan produksi bersama, mem buat badan-badan usaha ber-sama di Brasil, semua kesulitan yang dihadapi petani bisa diatasi.“Bra sil adalah negara yang me ne-rapkan proses Participatory Budgeting. Di mana dalam penyusunan anggaran untuk pemenuhan infrastruktur, se-mua tokoh dari berbagai organisasi dilibatkan,” Budiman Sudjatmiko

Sistem pemberdayaan desa di Chi-na berbeda

lagi. Negeri tirai bambu ini benar-be-nar memprosisikan desa sebagai pi-lar utama pembangunan negara.“Di China itu, membangun desa dilakukan dengan komitmen yang kuat. Mereka tak pakai UU, tapi komitmennya te-gas dilaksanakan karena mereka me-mang membangun negara dari desa,” ungkapnya.

Komitemen itu diwujudkan kese-riusan pemerintah China dengan me-nugaskan wakil perdana menteri yang dibantu 20 menteri untuk mengurus 40.400 desa. Pembangunan desa, lan-jut Muqowam, diikuti dengan pen de-legasian kewenangan yang dikuatkan dengan pemberian dana dalam me lak-sa nakan program.

“Sebanyak 40.400 desa di China di-dukung kewenangan dan dana yang kuat. Dengan sistem dan komitmen yang sudah ada, China berani meng-anggarkan dana 20% APBNnya untuk pembangunan desa,” terangnya.

Lebih jauh Muqowam mengatakan, pendelegasian dan penguatan dengan pemberian dana APBN itu sangat pen -ting. Dana tanpa kewenangan tak a kan ada hasil, dan kewenangan tanpa du -kungan dana juga tak akan ada hasil. Kom binasi dua ini kemudian di per-tang gungjawabkan ke tiga pintu, yakni kepada masyarakat desa, birokrasi,dan par tai politik. “Jabatan lima atau delapan tahun tak masalah. Dana 10% APBN untuk dana desa juga terlalu kecil. Saya sudah usul 20%,”terangnya.

Wakil Ketua Pansus RUU Desa Bu-diman Sudjatmiko membangun desa ha rus memberi ruang seluas-luasnya kepada generasi desa untuk berinisiatif, sehingga tidak selalu meggantungkan UU untuk bisa bergerak dinamis. “UU akan efektif kalau ada agensi sosialnya jalan. Kalau mengandalkan birokrasi tak akan jalan,”terangnya.(nf)

China dan Brasil dua ne ga ra yang memiliki sis tem pe nye-

Mencontoh Desa Brasil dan China

PETANI desa di

Cina.

Pertanian di Brasil

Page 60: suara desa edisi VII

60 SUARA DESA www.suaradesa.com Edisi 07 15 Agustus - 15 September 2012

UeeenakUeeenakUeeenakUeeenakUeeenakUeeenakUeeenakUeeenakUeeenakUeeenakUeeenakUeeenakRek...

Sego Romo

pakah Krawu makanan khas Gre-sik? Jawabnya bukan. Krawu hasil masakan warga pendatang dari Ma-dura. Masakan khas Gresik bernama

sego romo. Tidak semua orang, termasuk war ga Gresik sendiri akrab dengan sego romo yang hanya dijual pada pagi dan sore hari saja dan tempat penjualannya pun tidak semarak nasi krawu, sebab bakulnya hanya menggelar dagangannya di sekitar pasar lama.

Disebut sego romo karena awalnya dibuat war ga Desa Romo, Manyar. Saat itu, ada seorang pe rempuan mondar-mandir kebingungan un tuk memenuhi kebutuhan keluarganya. La lu datanglah seorang waliyullah yang me -nasehatinya agar menjual desanya yang ber -nama Romo. Tanpa didukung penafsiran men-dalam terhadap nasehat waliyullah, perempuan itu langsung pulang ke rumah mengambil bahan-bahan yang ada mulai tepung beras, lombok, bawang dan lainnya.

Bahan-bahan itu dimasak dan jadilah bubur un tuk melumeri nasi. Dia menjajakannya sam-

bil berteriak Sego Romo. Masakannya laris manis dan perempuan itu hidup mapan se-jahtera. Sego Romo sampai saat ini tetap dijual dengan menjajakan dari satu tempat ke tempat lain berkeliling kampung di kota dan ada juga menjualnya dengan duduk menetap di sekitar Kali Tutup di samping Pasar Lama, Gresik.

“Tidak ada Sego Romo yang dijual di wa rung-warung maupun depot. Penggemar ku liner juga tidak akan menemukan depot atau warung sego romo,” kata pecinta kuliner Gresik Syaikhu.

Melihat Sego Romo kali pertama, pasti ter-ingat bubur sum. Sebab, yang tampil secara fi sik adalah pincukan daun pisang berisi nasi atau lontong yang dilumeri bubur berwarna coklat dengan tambahan kremesan krupuk rambak yang dihancurkan. Untuk menikmatinya sego disajikan dalam pincuk daun pisang, sehingga terlihat segar membikin lidah menari-nari sa-at mengkonsumsinya apalagi jika ditambah sam bal pedas yang dicampuri kremesan udang untuk menambah rasa khasnya.

Tumpukan sego, sayur kucuk yaitu sejenis sayur kangkung yang tumbuh subur di tambak, krupuk ikan itu dilumpuri bubur romo yang berwarna oranye kemerahan

ditambah dengan ditambah dengan sambal dan koya yang ter buat dari kelapa yang disangrai.”Di sinilah ke khasan rasanya, gurih, pedas bercampur jadi satu sehingga menimbulkan rasa yang sulit diu capkan, karena di dalamnya ada bahan yang tidak biasa digunakan pada makanan yang umum,” ujarnya.

Mbah Dewi yang biasa menggelar da gang-annya di Jl Abdul Karim mengatakan, bubur romo terbuat dari tepung beras, lombok yang mneyebabkan warnanya yang oranye ke-merahan,santan, dan bawang putih. Tak seperti bubur biasa yang sedikit kasar, romo memiliki tekstur yang lembut karena terbuat dari tepung beras. “Bila memakan sego romo, rasa gurih dan lembut berasal dari buburnya yang khas. Ra sa krupuk ikan yang dilabur de ngan bubur ber sanding dengan rasa sayuran. meng gunakan lontong ataupun nasi sama enaknya, tergantung pembeli,” kata penjual Sego Romo yang sudah 20 tahun menekuni usa hanya ini.

Mbah Waroh (75) atau biasa dipanggil Wak Roh biasa mangkal di Jl Abdul Karim, tetapi jika tidak habis, dengan badan yang sudah ren ta ini berkeliling menjajakan sego romo ber keliling sam pai habis.“Ya memang dari dulu saya seperti ini. Kalau ndak habis ya saya ider keliling kam p-ung. Biasanya jam 1 atau 2 siang habis,” ka tanya. Memasak sego romo selalu dimulai pada jam 12 malam setelah pada siang harinya berbelanja membeli tepung beras, bumbu dan kelapa. Me-nurut dia, memasak bubur romo tidak boleh di-tinggal, karena harus sering diaduk biar hasilnya rata dan tidak menggumpal. Tetapi se bagian pembeli kadang minta kerak atau in tip nya karena rasanya lebih gurih. Kalau ingin berpetualang dengan rasa nasi romo, boleh mencicipinya sambil duduk di atas dingklik kecil di pagi hari.(nf)

Sego RomoSego Romo

“Tidak ada Sego Romo yang dijual di wa rung-warung maupun depot. Penggemar ku liner juga tidak akan menemukan depot atau warung sego romo,” kata pecinta kuliner Gresik Syaikhu.

Melihat Sego Romo kali pertama, pasti ter-ingat bubur sum. Sebab, yang tampil secara fi sik adalah pincukan daun pisang berisi nasi atau lontong yang dilumeri bubur berwarna coklat dengan tambahan kremesan krupuk rambak yang dihancurkan. Untuk menikmatinya sego disajikan dalam pincuk daun pisang, sehingga terlihat segar membikin lidah menari-nari sa-at mengkonsumsinya apalagi jika ditambah sam bal pedas yang dicampuri kremesan udang untuk menambah rasa khasnya.

sayur kangkung yang tumbuh subur di tambak, krupuk ikan itu dilumpuri bubur romo yang berwarna oranye kemerahan

ditambah dengan ditambah dengan sambal dan koya yang ter buat dari kelapa yang disangrai.”Di sinilah ke khasan rasanya, gurih, pedas bercampur Sego RomoSego Romo diu capkan, karena di dalamnya ada bahan yang tidak biasa digunakan pada makanan yang umum,” ujarnya.

Mbah Dewi yang biasa menggelar da gang-annya di Jl Abdul Karim mengatakan, bubur

Sego RomoSego RomoNikmatnya

pakah Krawu makanan khas Gre-sik? Jawabnya bukan. Krawu hasil

annya di Jl Abdul Karim mengatakan, bubur romo terbuat dari tepung beras, lombok yang mneyebabkan warnanya yang oranye ke-merahan,santan, dan bawang putih. Tak seperti bubur biasa yang sedikit kasar, romo memiliki tekstur yang lembut karena terbuat dari tepung beras. “Bila memakan sego romo, rasa gurih dan lembut berasal dari buburnya yang khas. Ra sa krupuk ikan yang dilabur de ngan bubur

annya di Jl Abdul Karim mengatakan, bubur romo terbuat dari tepung beras, lombok yang mneyebabkan warnanya yang oranye ke-merahan,santan, dan bawang putih. Tak seperti bubur biasa yang sedikit kasar, romo memiliki

NikmatnyaNikmatnyaNikmatnyaNikmatnyaNikmatnyaNikmatnyaSulit Diucapkan

Page 61: suara desa edisi VII

61www.suaradesa.com Edisi 07 15 Agustus - 15 September 2012 SUARA DESA

JamurJamur yang terse-

dia di supermarket seharusnya aman un-tuk dikonsumsi, tetapi para penggemar jamur perlu berhati-hati karena banyak spesies dapat sangat berbahaya bahkan mematikan. Sekitar 100 spesies jamur dikabarkan berbahaya bagi manusia, den-gan gejala mulai dari sakit kepala hingga ke-jang bahkan kematian. Pada tahun 2010 se-jumlah kecil jamur yang disebut Little White dianggap bertanggungjawab atas kematian sekitar 400 orang di Cina.

CabaiCabai terkenal karena pedasnya, yang

membuatnya sangat terkenal. Kendati be-gitu, ternyata kepedasan tersebut dihasilkan dari senyawa kimia (capsaicin) yang da-

pat menyebabkan efek keracunan seperti sakit pe-rut, gatal-gatal, dan dalam ka-sus paling parah, dapat berujung pada kematian. Bagi kebanyakan orang, mengon-sumsi cabai han-ya sedikit berba-

haya, namun capsaicin memang paling baik dibatasi dalam konsumsinya, jadi pastikan untuk tidak terlalu banyak memakannya dan hindari kompetisi makan makanan pedas!

Minyak rapeseedAda banyak kontroversi tentang minyak

yang tampak alami dan tidak berbahaya ini, namun anggapan umum menyatakan bahwa minyak rapeseed memiliki banyak efek negatif pada kesehatan. Laporan menyatakan bahwa tumbuhan rape, yang merupakan sumber dari minyak tersebut, sangat beracun, dan efek samping mengonsumsi minyaknya antara lain adalah masalah pernapasan dan kebutaan.

BerasTidak diragukan lagi, beras memiliki

banyak manfaat kesehatan. Kendati begitu, sebuah penelitian mengungkapkan, satu dari lima kemasan beras panjang Amerika mengandung zat beracun dengan tingkat berbahaya, sementara penelitian lainnya menemukan terdapat kadar arsenik dalam susu beras dan beras bayi. Meskipun se-mangkuk nasi berisiko relatif kecil dalam menyebabkan masalah kesehatan jangka panjang, konsumsi arsenik dengan kadar tinggi erat kaitannya dengan kanker.

Biji palaMeskipun biji pala memiliki manfaat kes-

ehatan, namun juga dapat sangat berbaha-ya jika dikonsumsi dalam jumlah besar. Biji pala mengandung zat beracun yang disebut

myristicin, porsi sedang dari biji pala dapat menyebabkan halusinasi, sementara dalam jumlah besar biji pala dapat menyebabkan kejang, berdebar-debar, mual, dehidrasi, dan kematian.

Apel non-organikKarena apel rawan menjadi tempat

berkembang biak serangga, para petani ser-ing melapisi buah dengan bahan kimia pes-tisida dan fungisida, beberapa di antaranya akan menyerap ke dalam dagingnya. Untuk meminimalkan risiko kese hatan, cobalah un-tuk membeli apel organik kapan pun Anda bisa, atau seti daknya kupas kulitnya sebelum makan.

Salmon ternakSebuah penelitian menemukan, 13 racun

berbeda — antara lain PCB, yang diklasifi kasi-kan sebagai sebuah kemungkinan karsinogen manusia oleh Badan Perlindungan Lingkun-gan (EPA) — berada pada tingkat yang lebih tinggi dalam salmon yang dibesarkan di peter-nakan daripada yang terdapat dalam salmon liar. Karena kemungkinan bahaya kesehatan akibat mengonsumsi racun tersebut, dianjur-kan untuk mengurangi porsi dari salmon ter-nak (petunjuknya adalah dengan mengurangi setengah porsi per bulan, bergantung dari mana salmon tersebut berasal) atau beralih mengonsumsi salmon liar.

Popcorn microwaveMeskipun makan popcorn microwave

tidak diyakini berbahaya bagi kesehatan, namun ditemukan bahwa popcorn dengan bumbu mentega mengandung bahan kimia berbahaya (diacetyl) dalam bumbu tersebut yang melepaskan gas beracun ketika di-masukkan ke dalam microwave.

Meskipun sejauh ini hal tersebut se-bagian besar hanya dialami oleh pekerja pabrik — dengan banyak timbulnya penyakit paru-paru yang disebut sebagai “paru-paru popcorn” — seorang konsumen kini diketa-hui juga mengidap gangguan paru-paru aki-bat racun tersebut.

Namun, ini jelas tidak dapat menjadi pa-tokan, karena penderita tersebut mengaku bahwa ia mengonsumsi popcorn microwave setidaknya dua kali sehari selama 10 hingga 12 tahun. Jika Anda makan dalam jumlah sedikit, mungkin paling aman untuk mengonsumsinya di rumah, hanya berhati-hatilah untuk menghindari gas ketika membuka kemasan popcorn tersebut.

KentangKentang mungkin terlihat cukup

aman, tapi apakah Anda tahu bahwa kentang sebenarnya berasal dari ke-luarga yang sama dari tanaman beracun Solanaceae? Kentang memiliki risiko ter-tentu untuk kesehatan kita karena mengand-ung senyawa beracun yang dikenal dengan glycoalkaloids, yang paling mengkhawatir-

Segar 10 Makanan Ternyata Beracun

kan adalah solanin yang memengaruhi saraf dan sistem pencernaan, menyebabkan sakit kepala, lemas, limbung, diare dan muntah dan lain-lain.

Keracunan kentang sangat jarang ter-jadi, tapi hindarilah kentang yang sudah berkecambah — yang cenderung memiliki konsentrasi glycoalkaloids yang lebih tinggi — dan kentang yang telah berubah hijau. Meski warna hijau dalam kentang sendiri tidak berbahaya, hal tersebut menunjukkan bahwa kentang telah terpapar cahaya ma-tahari, yang dapat juga mendorong tingkat solanin untuk naik di atas kadar yang aman.

KacangKacang tidak hanya menjadi salah

satu penyebab alergi makanan yang pal-ing umum, tetapi juga dapat berbahaya bagi orang-orang yang tidak menderita al-ergi. Kacang lebih baik dihindari oleh orang-orang yang mempunyai masalah dengan ginjal atau kantung empedu karena men-gandung oxalates yang dapat mengkristal dan menyebabkan batu pada ginjal dan kantung empedu.

Namun, bahkan bagi kita semua, kacang dapat beracun oleh karena kerentanan ka-cang terhadap jamur dan afl atoksin (kars-inogen yang sangat beracun) yang dihasil-kan oleh jamur yang disebut Aspergillus fl avus yang menyerang kacang. Jika Anda tidak bisa menolak untuk mengemil kacang, cobalah untuk membeli kacang yang diprod-uksi di daerah-daerah kering, karena risiko afl atoxins lebih rendah. (dc,tni)

Ketika dikonsumsi sedikit, makanan berikut ini memang tidak meng-ganggu kesehatan Anda. Tetapi dalam jumlah besar, mereka bisa mem-

beri dampak yang lebih merugikan dari yang Anda kira.

myristicin, porsi sedang dari biji pala dapat menyebabkan halusinasi, sementara dalam jumlah besar biji pala dapat menyebabkan kejang, berdebar-debar, mual, dehidrasi, dan kematian.

pat menyebabkan efek keracunan seperti sakit pe-rut, gatal-gatal, dan dalam ka-sus paling parah, dapat berujung pada kematian. Bagi kebanyakan orang, mengon-sumsi cabai han-ya sedikit berba-

Surdes Siap ke Desa Anda

Komitmen Suara Desa (Surdes) adalah menyalurkan dan menyuarakan aspirasi maupun prestasi Wong nDeso. Maka, segenap wartawan Surdes siap mendengarkan dan melaporkan situasi- kondisi di desa Anda. Tak peduli harus menyeberangi lautan, mendaki gunung, dan merambah hutan sekalipun , Surdes siap dan dengan senang hati datang ke desa Anda. Jangan khawatir

! Dijamin gratis ... tis ... tis .... ! Tanpa dipungut biaya sepeser pun !

Silakan hubungi atau sms:

Reza Pahlevi031-8669999, 08970491419

Nur Fakih 031-70877819, 081234646403

Page 62: suara desa edisi VII

62 SUARA DESA www.suaradesa.com Edisi 07 15 Agustus - 15 September 2012

Budidaya Lele dengan Kolam Terpal

Teknologi Tepat Guna

Budidaya lele adalah salah satu bisnis yang cukup menjanjikan. Betapa tidak permintaan pasar akan ketersediaan ikan lele

semakin besar dari tahun ke tahun. Dalam hal ini ikan lele yang paling mudah dibudidayakan adalah ikan lele dumbo. Selain memiliki tekstur daging yang renyah sehingga diminati banyak orang, ikan lele dumbo juga merupakan jenis lele yang cepat besar, dan dalam perawatannya juga sangat mudah dilakukan. Meski kondisi air tempat memelihara ikan lele dumbo tidak terlalu bersih, tetapi ikan ini terbukti dapat bertahan hidup dan berkembang dengan baik.

Salah satunya yang sekarang lagi ngetren adalah memelihara ikan lele di kolam terpal. Dengan membudidayakan iklan lele melalui terpal, maka salah satu keuntungan yang bisa didapatkan adalah usaha ini dapat dijalankan meski modal yang tersedia tidak terlalu besar.

Dalam budidaya ikan lele di kolam terpal dapat dijalani dengan dua tujuan, yaitu sebagai pembibitan dan juga sebagai konsumsi. Bila kita memilih budidaya ikan lele sebagai pembibitan juga merupakan pilihan yang sangat tepat, sebab kebutuhkan akan bibit ikan lele juga selalu semakin meningkat setiap saat. Selain itu budidaya ikan lele dengan tujuan konsumsi juga merupakan pilihan yang tidak salah, sebab kebutuhan akan ikan lele untuk bahan konsumsi juga semakin hari semakin meningkat pula.

Budidaya Iklan Lele untuk Pembibitan

HAL yang perlu diketahui bila ingin membudidayakan ikan lele, khusus pada bidang pembibitan adalah saat pemijahan dan penetesan telur lele. Setelah menetas bibit ikan lele dapat dijual kepada peternak lain untuk dibesarkan atau dipelihari kembali hingga besar. Karena bibit lele langsung bisa dijual ketika menetas, sehingga merupakan salah satu peluang usaha yang cukup menjanjikan.

Penyediaan bibit ikan lele dengan ukuran 2-3 cm dapat tercapai ketika

usia penetasan sudah mencapai sebulan. Umumnya pemeliharaan bibit dilakukan di kolom berlumpur atau sawah yang memerlukan lahan yang relatif lebih luas. Tetapi pemeliharaan bibit ikan lele juga sebenarnya bisa dilakukan di kolam terpal, meski hal ini tidak bisa dilukan dalam jumlah polulasi bibit yang terlalu besar. Agar bibit ikan lele cepat besar ketika memiliharanya pada kolam terpal, maka hal yang harus dilakukan adalah memberikan makanan berupa pelet yang cukup setiap harinya.

Untuk menjadikan bibit ikan lele hingga ukuran 5-7 cm, maka perlu waktu hingga 2 bulan. Setelah bibit men capai ukuran ini, maka sejatinya sudah bisa dijual sebagai bibit yang mendatangkan profi t bagi peternak.

Budidaya Ikan Lele untuk Konsumsi

LELE untuk keperluan konsumsi dapat dipelihara ketika mencapai ukuran 5-7 cm. Ukuran bibit yang lebih besar, akan lebih baik pula untuk dibudidayakan. Agar panen ber-langsung dengan cepat, yaitu sekitar 3-4 bulan masa budidaya, maka ikan harus diberi makanan ekstra dan optimal. Budidaya ikan lele untuk konsumsi dinilai cukup mudah, sebab ikan dengan ukuran lebih besar akan lebih tahan terhadap penyakit.

Persiapan Pembuatan Kolam Terpal

HAL yang paling utama dilakukan ketika ingin membudidayakan ikan lele untuk tujuan konsumsi adalah mempersiapakan tempat budidaya. Dalam hal ini dilakukan di kolam terpal, sehingga pembuatan kolam terpal adalah hal yang paling penting untuk dilakukan.

Dalam persiapan kolam terpal di-bu tuhkan material berupa terpal dan persiapan perangkat pendukung lainnya. Untuk 100 ekor ikan lele, maka kolam yang harus dipersiapkan adalah dengan ukuran 2 x 1x 0.6 meter. Pembuatan kolam bisa dilakukan dengan menggali tanah dan kemudian diberi terpal atau dengan membuat rangka dari kayu dan kemudian diberi terpal. Cara menggali tanah diberi terpal paling tepat karena membuat kondisi terpal tahan lama.

Kolam terpal yang sudah tersedia, kemudian diisi dengan air yang tidak terlalu dalam terlebih dahulu. Untuk bi bit ikan lele yang berukuran 5-7 cm bisi diisi dengan air 40 cm. Hal ini dilakukan agar anakan ikan tidak me rasa capek naik turun dari dasar kolam untuk mengambil oksigen. (tn)

62 SUARA DESA www.suaradesa.com Edisi 07 15 Agustus - 15 September 2012

Page 63: suara desa edisi VII

63www.suaradesa.com Edisi 07 15 Agustus - 15 September 2012 SUARA DESA

Berwisata ke Pantai Lombang, Kabupaten Sumenep, sungguh menyenangkan. Lokasi wisata ini memiliki panorama nan in-

dah. Sebuah pantai dengan hamparan pasir putih sepanjang kurang lebih 12 km, ditumbuhi cemara udang sebagai ta-naman khas dan langka, yang hanya ada di Indonesia dan China.

Secara geografi s, Pantai Lombang ter-letak sekitar 30 km arah timur laut Su menep, tepatnya di Desa Lombang, Ke camatan Batang-Batang. Letaknya yang berada di kawasan laut utara Jawa me mungkinkan para wisatawan melihat ke indahan matahari terbit dan deburan ombak.

Untuk menuju ke Pantai Lombang, sa-rana transportasinya cukup memadai, meski untuk beberapa rute masih kurang ter sedia jasa angkutan. Perjalanan ke Pantai Lom-bang dapat ditempuh pula meng gunakan angkutan pedesaan dari Bang kalan ke Desa Legung, kemudian di lan jutkan meng-gunakan ojek menuju lokasi.

Para turis yang berkunjung bukan hanya wisatawan nusantara tapi juga mancanegara. Namun para wisatawan akan lebih antusias bila ada pesta rakyat ketupatan yang digelar satu minggu setelah Idul Fitri, sebab di pantai ini banyak atraksi budaya. Misalnya pentas musik dan pentas kesenian tradisional yang ditampilkan selama satu minggu penuh oleh warga sekitar.

Dalam perayaan Lebaran Idul Fitri 1433 Hijriyah beberapa waktu lalu mi-salnya. Ribuan wisatawan yang se bagian besar menggunakan mobil dengan pelat nopol luar kota mengunjungi Pantai Lombang. Khususnya saat hari raya ke tupat. Jumlah pengunjung ke Pantai Lombang sejak Minggu (19/8) hingga Rabu, sekitar 2.200 orang.

“Namun, jumlah riilnya bisa di atas angka itu, karena sebagian pengunjung

BBerwisata ke Pantai Lombang, erwisata ke Pantai Lombang, Kabupaten Sumenep, sungguh menyenangkan. Lokasi wisata

Pesona Pantai Berpagar Cemara Udang

masuk ke Pantai Lombang melalui ja-lur alternatif atau di luar pintu utama yang dijaga oleh kami,” kata Sekretaris Majelis Silaturrahmi Selendang Hitam, MH Baijuri, di Sumenep.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, Pan tai Lombang, di Kecamatan Batang Ba tang, dikelola oleh pihak ketiga, yang pada tahun ini dipercayakan pada Majelis Silaturrahmi Selendang Hitam. Khususnya selama pelaksanaan pesta ketupat atau rangkaian acara pada masa Lebaran.

“Sesuai perjanjian dengan pimpinan Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pe mu-da, dan Olahraga (Disbudparpora) Su-menep, kami mengelola Pantai Lombang selama sebelas hari sejak Minggu hingga Rabu (29/8),” katanya.

Dia mengatakan, pihaknya menyu guh-kan aneka hiburan rakyat kepada peng-unjung pada Sabtu (25/8) dan Minggu (26/8) yang menjadi puncak kun jungan pada masa pesta ketupat di Pantai Lom-bang. Sebagian besar pengunjung yang datang ke Pantai Lombang pada Minggu hingga Rabu menggunakan mobil dengan pelat nopol luar kota. “Kami menduga me-reka perantau asal Sumenep yang pu lang kampung pada Lebaran dan menyem-patkan berkunjung ke Pantai Lombang,”

ucap nya.Baijuri juga mengemu-

kakan, saat itu jumlah peng unjung pada Sabtu

dan Minggu, sekitar lima ribu orang. Sesuai pengalaman tahun-

tahun sebelumnya, pengunjung yang datang ke Pantai Lombang pada puncak masa pesta ketupat adalah warga Sumenep dan sekitarnya. “Ya tiga kabupaten lainnya di Pulau Madura,” katanya.

Selama masa pesta ketupat, tiket masuk ke Pantai Lombang ditetapkan sebesar Rp5.000 per orang, dari biasanya Rp2.000 per orang. Hal itu sudah terjadi setiap tahun, karena pengelola harus menyuguhkan aneka hiburan rakyat kepada para pengunjung.

Di pantai ini pula kita menjumpai ham-paran pasir putih bersih yang dipagari cemara udang yang menambah sejuk dan indahnya suasana pantai. Apalagi ketika momen matahari akan tenggelam sehingga tidak jarang banyak anak muda memilih berkemah di sekitar pantai ini.

Selain untuk dinikmati keindahannya, tem pat wisata ini juga cocok untuk be-renang, snorkeling atau olahraga lain. Apalagi, saat ini berbagai fasilitas juga sudah tersedia untuk keperluan berkemah, walaupun masih butuh pem-benahan dan peningkatan pelayanan. Pada libur tahun baru, pengunjung Pantai Lombang didominasi pasangan muda-mudi yang mengendarai motor melalui pintu masuk resmi.

Perlu Anda ketahui, pantai ini merupa-kan salah satu objek wisata terbaik di Kabupaten Sumenep. Tak heran, wi-satawan mancanegara (wisman) pun banyak yang terpikat pada keindahan pantai dan cemara udangnya itu. Ini mungkin karenan cemara udang merupakan tanaman khas dan langka di dunia. Pohon cemara ini tidak tegak seperti pohon-pohon cemara umumnya, melainkan sedikit membungkuk, menye-rupai udang. Yang juga tergolong unik karena di pantai ini tidak ada sama sekali pohon kelapa yang lazim tumbuh di sepanjang pantai. (* ara)

63www.suaradesa.com Edisi 07 15 Agustus - 15 September 2012 SUARA DESA

Page 64: suara desa edisi VII

64 SUARA DESA www.suaradesa.com Edisi 07 15 Agustus - 15 September 2012

Berbakti untuk bangsa dan negara, serta loyal kepada pemimpin. Senantiasa membersihkan hati untuk meluruskan niat dan langkah, serta membulatkan tekad menjaga amanah, demi terwujudnya kemakmuran dan kesejahteraan rakyat di desa. Desa sejahtera, negara berjaya. Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) semakin kuat dan kokoh.