STUDI DESKRIPTIF MENGENAI SELF EFFICACY …elibrary.unisba.ac.id/files2/skr.11.50.07134.pdf ·...
Transcript of STUDI DESKRIPTIF MENGENAI SELF EFFICACY …elibrary.unisba.ac.id/files2/skr.11.50.07134.pdf ·...
STUDI DESKRIPTIF MENGENAI SELF EFFICACY TERHADAP
PEKERJAAN PADA PEGAWAI STAF BIDANG STATISTIK SOSIAL
DI BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA BARAT
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Islam Bandung untuk memenuhi
persyaratan dalam mengikuti sidang Sarjana Psikologi
Oleh :
Aprilia Putri Rahmadini
10050007134
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
BANDUNG
2011
i
ABSTRAK
APRILIA PUTRI RAHMADINI (10050007134). Studi Deskriptif mengenai Self Efficacy Terhadap Pekerjaan Pada Pegawai Staf Bidang Statistik Sosial di Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat.
Badan Pusat Statistik (BPS) merupakan Lembaga Pemerintah Non-Departemen yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden. Tujuan didirikannya BPS oleh Pemerintah adalah untuk menyediakan data statistik guna memenuhi kebutuhan dalam perencanaan dan evaluasi pembangunan Negara. Permasalahan yang terjadi BPS Provinsi Jawa Barat tidak dapat mencapai tujuan tersebut, karena BPS Provinsi Jawa Barat tidak mampu menyediakan data statistik sesuai kebutuhan. Data yang diberikan kepada unit kerja atau masyarakat yang membutuhkan adalah data yang lalu (tidak up to date) atau data yang tersedia saat itu saja. Ini mengakibatkan pengguna data bekerja dengan menggunakan data yang tidak akurat. Bidang Statistik Sosial memiliki waktu kerja yang relatif lebih lama dibandingkan dengan Bidang Statistik lainnya, namun memberikan data paling terlambat dengan alasan pertambahan jumlah penduduk setiap tahunnya yang semakin meningkat sehingga pengolahan data penduduk secara tidak langsung membutuhkan waktu yang lebih lama. Hal ini berkenaan dengan kinerja pegawai yang kurang optimal, ditandai dengan menyelesaikan tugas tidak tepat waktu, waktu kerja kurang efektif sehingga membutuhkan lembur untuk menyelesaikan tugas, kurang mau mengikuti pelatihan yang diselenggarakan BPS, kemudian merasa yakin bahwa mereka kurang memiliki kemampuan dalam menyelesaikan tugas karena merasa pekerjaan yang dilakukan selalu salah, keterbatasan kemampuan pada usia mereka saat ini (rata-rata usia masih produktif), sehingga dalam rapat pegawai menjadi kurang aspiratif.
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan suatu kejelasan mengenai self efficacy terhadap pekerjaan pada pegawai staf bidang Statistik Sosial di Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat. Subjek penelitian ini adalah pegawai staf bidang Statistik Sosial yang berjumlah 11 orang. Alat ukur self efficacy adalah kuesioner yang dikembangkan dari teori Albert Bandura. Pengolahan data menggunakan metode statistik deskriptif.
Berdasarkan hasil perhitungan statistik, diperoleh hasil bahwa secara rata-rata pegawai memiliki self efficacy yang tinggi. Dari ketiga dimensi self efficacy, dimensi yang paling menonjol adalah strength, kemudian yang kedua adalah generality, dan yang terakhir adalah level.
Keyword: BPS, Self Efficacy
ii
`ÉààÉ Ÿω ß# Ïk=s3 ムª!$# $ ²¡ ø tΡ ωÎ) $yγ yèó™ãρ 4 $ yγ s9 $ tΒ ôM t6|¡ x. $ pκ ön= tãuρ $ tΒ ôM t6|¡ tFø. $# 3 $ oΨ−/u‘ Ÿω !$ tΡ õ‹ Ï{# xσè?
β Î) !$uΖŠ Å¡ ®Σ ÷ρr& $ tΡ ù'sÜ ÷z r& 4 $oΨ−/u‘ Ÿωuρ ö≅Ïϑ óss? !$uΖ øŠ n=tã # \ô¹Î) $ yϑ x. … çμ tF ù=yϑ ym ’n? tã š⎥⎪Ï% ©! $# ⎯ ÏΒ
$ uΖ Î=ö6 s% 4 $ uΖ −/u‘ Ÿωuρ $ oΨù= Ïdϑ ysè? $tΒ Ÿω sπ s%$ sÛ $ oΨs9 ⎯Ïμ Î/ ( ß# ôã$# uρ $ ¨Ψtã öÏ øî$#uρ $oΨs9 !$ uΖôϑ ymö‘ $#uρ 4 |MΡ r&
$ uΖ9s9öθ tΒ $ tΡ öÝÁΡ $$sù ’n?tã ÏΘöθs) ø9$# š⎥⎪ÍÏ≈x6ø9$# ∩⊄∇∉∪
Artinya:
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ia
mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa
(dari kejahatan) yang dikerjakannya. (mereka berdoa): "Ya Tuhan Kami,
janganlah Engkau hukum Kami jika Kami lupa atau Kami tersalah. Ya Tuhan
Kami, janganlah Engkau bebankan kepada Kami beban yang berat sebagaimana
Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan Kami,
janganlah Engkau pikulkan kepada Kami apa yang tak sanggup Kami
memikulnya. beri ma'aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami.
Engkaulah penolong Kami, Maka tolonglah Kami terhadap kaum yang kafir."
(Q.S. Al Baqarah; 286)
iii
^âÑxÜáxÅut{~tÇ áxutzt| Ütát {ÉÜÅtà wtÇ átçtÇz~â?
^xÑtwt `tÅt wtÇ ctÑt? ^t~t~@~t~t~~â çtÇz áxÄtÄâ t~â utÇzzt~tÇ?
gxÅtÇ wtÇ ft{tutà? fxÜàt tÄtÅtÅtàxÜ çtÇz àxÄt{ ÅxÇxÅÑt~â?
fxÅÉzt ~tÜçt ~xv|Ä |Ç| ÅxÇ}tw| tãtÄ wtÜ| ~xáâ~áxátÇ wtÇ ~x}tçttÇ ‹
k
i
m
E
S
B
F
j
s
k
b
p
k
u
m
p
o
h
m
Denga
kehadirat A
indah dan
menyelesaik
EFFICACY
STATISTIK
BARAT, g
Fakultas Psi
Dalam
jauh dari ke
skripsi ini d
khilaf, dan d
bagi penulis
Tidak
pihak yang
kerendahan
untuk dituju
membalas se
Kesem
penulis sada
oleh karena
harapkan da
memperbaik
an segala k
llah SWT y
berkesan.
kan skripsi y
Y TERHAD
K SOSIAL
una meleng
kologi Univ
m hal ini pen
esempurnaan
dapat diman
dapat menja
serta pemba
lupa penulis
telah mem
hati tidak m
ukan pada p
egala kebaik
mpurnaan da
ar akan segal
itu segala s
ari semua p
ki kesalahan
KATA
kerendahan
yang telah m
Atas segal
yang berjudu
AP PEKER
DI BADAN
gkapi persy
versitas Islam
nulis menyad
n, akan tetap
nfaatkan ole
adi teman da
aca pada um
s ucapkan te
mbantu dala
mampu men
pihak-pihak
kannya.
an kebaikan
la kekuranga
saran dan kr
pihak agar d
di masa men
iv
A PENGAN
hati penulis
memberikan
la rahmat
ul STUDI DE
RJAAN PAD
N PUSAT S
aratan dalam
m Bandung.
dari bahwa s
pi meskipun
eh pembaca,
alam menyu
mumnya.
erima kasih y
am penyeles
ngungkapkan
yang telah
hanya milik
an serta kek
ritik yang si
dapat dijadi
ndatang.
TAR
s memanjat
perjalanan
dan hidaya
ESKRIPTIF
DA PEGAW
STATISTIK
m menempu
skripsi ini sa
n demikian p
, dapat men
usun kerangk
yang tiada te
saian skrips
n kata-kata
h membantu
k Dzat yang
khilafan yang
fatnya mem
ikan landasa
Ap
tkan puji d
hidup yang
ah-Nya pen
F MENGEN
WAI STAF
K PROVIN
uh ujian sa
angatlah sed
penulis men
njadi pengin
ka penambah
erhingga kep
si ini. Deng
yang baik d
, semoga A
Maha Kuas
g menyertai
mbangun sang
an bagi pen
Penul
prilia Putri R
dan syukur
luar biasa
nulis dapat
NAI SELF
F BIDANG
NSI JAWA
arjana dari
erhana dan
ngharapkan
ngat dalam
h wawasan
pada semua
gan segala
dan pantas
Allah SWT
sa sehingga
skripsi ini,
gat penulis
nulis untuk
lis,
Rahmadini
v
UCAPAN TERIMA KASIH
Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis tidak dapat berbuat banyak tanpa
adanya dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan rasa tulus dan ikhlas
penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya
kepada:
1. Kedua orang tuaku tercinta, AKBP (Purn.) H. Amiruddin Mahmud,
SMHK. & Hj. Salamah, yang merupakan sumber kehidupan, kasih sayang,
teladan, motivator terbesar dalam kehidupan penulis yang selalu sabar dan tak
henti-hentinya berdo’a untuk keberhasilan penulis. Terima kasih karena selalu
memberikan kesempatan untuk membuktikan rasa cinta dan kasih sayang
penulis. Selalu mendo’akan ananda. Engkau adalah damai, engkau adalah
cinta, engkau adalah harapan yang selalu menghiasi keindahan langit penulis.
Semoga Mama dan Papa selalu dalam perlindungan Allah SWT.
2. Saudaraku tersayang, Desy Arisandi, S.Psi.Psi, Apriansyah Putra, M.Kom,
Novitri Handayani drg., juga kepada kakak ipar dan keponakanku tersayang,
terima kasih atas perhatian dan pengertian yang selalu diberikan kepada
penulis selama ini, sampai akhirnya penulis sampai pada skripsi ini dan
menyelesaikannya.
3. Ibu Hj. Yuli Aslamawati, Dra., M.Pd. selaku pembimbing I yang telah
meluangkan waktunya untuk memberi bimbingan, pengetahuan, pemikiran
dan petunjuk kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini dari awal hingga
akhir, yang dengan sabar dan tidak pernah bosan ataupun menyerah untuk
vi
terus memberi semangat dan bimbingan yang begitu berarti. Terima kasih
untuk segala yang telah ibu berikan, tak ternilai harganya bagi penulis.
Semoga Allah senantiasa melindungi dan memudahkan segala urusan Ibu,
serta membalas semua kebaikan Ibu kepada penulis.
4. Kang Ali Mubarak, M.Psi. selaku pembimbing II yang telah meluangkan
waktunya memberikan bimbingan, membantu membukakan jalan pikir
penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Terima kasih atas semua yang telah
akang berikan. Semoga Allah SWT senantiasa memudahkan segala urusan
akang.
5. Bapak DR. H. Umar Yusuf, M.Si., Psikolog selaku Dekan Fakultas
Psikologi Universitas Islam Bandung
6. Kang Oki Mardiawan, M.Psi. selaku dosen wali penulis yang telah
memberi banyak arahan, nasihat, serta semangat kepada penulis selama
menjalankan perkuliahan di Universitas Islam Bandung hingga akhir skripsi.
7. Seluruh Dosen, staf, dan karyawan Fakultas Psikologi Universitas Islam
Bandung, yang selama ini telah banyak membantu dan memberikan ilmu
serta pengetahuan yang sangat berharga kepada penulis.
8. Bapak Drs. H. Lukman Ismail, M.A., selaku Kepala BPS Provinsi Jawa
Barat yang telah berkenan memberikan izin penulis untuk melakukan
penelitian di BPS Provinsi Jawa Barat.
9. Ibu Ir. Hj. Sri Daty, selaku Kepala Bagian Statistik Sosial BPS Provinsi
Jawa Barat yang telah memberikan izin peneliti untuk melakukan penelitian
di bidang yang beliau pimpin.
vii
10. Bapak Drs. H. Agus Praptono, M.Si., selaku Kepala Seksi Statistik
Kesejahteraan Rakyat yang telah banyak membantu penulis selama
melaksanakan penelitian.
11. Bapak Judiharto Trisnadi, S.ST, selaku Kepala Seksi Statistik Ketahanan
Sosial yang telah bersedia membantu peneliti selama melaksanakan
penelitian.
12. Bapak Adang Sutedja, S.Si, selaku Kepala Seksi Statistik Kependudukan,
dan segenap pegawai staf BPS Provinsi Jawa Barat Bidang Statistik Sosial
yang telah berkenan meluangkan waktu, memberi informasi yang dibutuhkan
penulis selama melaksanakan penelitian, serta berbagi pengalaman dan
pengetahuan di dunia kerja kepada penulis
13. Kak Dedy Fahlevi, M.Si., terima kasih atas segala bantuan dan dorongan
semangat yang diberikan kepada penulis, terutama dalam perhitungan
statistik.
14. Lianda Marta, Duan Andela Prisilla Ardi, dan Marissa Yudiasti, sahabat
yang selalu setia memberi semangat, menghibur, bersedia mendengar keluh
kesah penulis dari awal duduk di bangku perkuliahan hingga saat ini, hingga
terselesaikannya skripsi ini. Terima kasih banyak sahabat-sahabatku
tersayang.
15. Ikram Reza, A.Md., yang setia dan sabar menghadapi perubahan suasana
hati penulis, yang banyak berkorban untuk penulis menempuh jarak Jogja-
Bandung, maaf dan terima kasih banyak atas segala sesuatunya yang tak
viii
dapat penulis ungkapkan dan tak ternilai harganya oleh penulis. Semoga
Allah memberikan yang terbaik buat kita.
16. Rista Puspita, Titin Kartini, Dian Ratnasari, Nyi R. Asri Wihani,
Iznarita, dan semua teman-teman Psikologi ’07 yang telah memberi
petuah-petuahnya kepada penulis, memberi semangat, menghibur dan telah
banyak membantu selama perkuliahan penulis. Terima kasih banyak. Semoga
Allah kelak membalas kebaikan kalian semua.
17. Teman-teman Sanggar Bungong Jeumpa dan Asrama Aceh, yang
bersedia menghibur penulis disaat penulis jenuh dan sedih, berbagi
pengalaman dan pengetahuan. Terima kasih banyak atas segala sesuatunya,
meskipun kita baru berkenalan tapi kalian mampu menghibur penulis.
18. Teh Azizah dan Teh Tami, yang selalu setia menghibur penulis, memberi
nasihat, dan berbagi pengalaman kepada penulis. Terima kasih banyak.
Semoga Allah memudahkan segala urusan kalian.
19. Semua pihak yang tak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang telah banyak
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini serta memberikan do’a,
dorongan, dan dukungan kepada penulis, yang jauh secara fisik tetapi
semangatnya selalu terasa dalam hati, terima kasih banyak.
Bandung, Agustus 2011
Penulis
ix
DAFTAR ISI
Halaman
Abstrak………………………………………………………………….. i
Kata Pengantar........................................................................................ ii
Daftar Isi................................................................................................. vii
Daftar Tabel……………………………………………………………... x
Daftar Lampiran……………………………………………………….... xi
Bab I. Pendahuluan ………………………......................................... 1
1.1.Latar Belakang Masalah…………………………………….. 1
1.2. Identifikasi Masalah ………………………………………... 7
1.3. Tujuan Penelitian …………………………………………… 9
1.4. Kegunaan Penelitian………………………………………… 9
Bab II. Tinjauan Teoritis………….…………………………………….. 10
2.1. Self Efficacy ………………………………………………. 10
2.1.1 Pengertian Self Efficacy……………………………… 10
2.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Self Efficacy.. 11
2.1.3 Dimensi Self Efficacy………………………………… 13
2.1.4 Sumber-Sumber Self Efficacy…………………… 14
2.1.5 Proses-Proses yang Mempengaruhi Self Efficacy 17
2.1.6 Karakteristik Individu yang Memiliki Self Efficacy
tinggi dan rendah ……………………………….. 19
2.2 Kerangka Pikir…………………………………………….. 20
2.3 Skema Pemikiran………………………………………….. 27
Bab III. Metodologi Penelitian………………………………………... 28
3.1 Rancangan Penelitian….………………………………….. 28
x
3.2 Variabel-Variabel Penelitian……………………………… 28
3.3 Definisi Konseptual……………………………………….. 29
3.4 Definisi Operasional……………………………………… 29
3.5 Populasi…………………………………………………… 30
3.6 Alat Ukur………………………………………………….. 31
3.7 Validitas Alat Ukur………………………………………... 35
3.8 Uji Reliabilitas…………………………………………….. 36
3.9 Teknik Analisis Data……………………………………… 38
3.9.1Kategorisasi Skor Total dengan Variabel
Self Efficacy........................................................... 39
3.9.2 Kategorisasi Dimensi Pertama Self Efficacy
(Generality)........................................................... 40
3.9.3 Kategorisasi Dimensi Kedua Self Efficacy (Level).. 41
3.9.4 Kategorisasi Dimensi Ketiga Self Efficacy
(Strength).............................................................. 42
3.10 Prosedur Penelitian………………………………………… 43
Bab IV. Hasil dan Pembahasan..………………………………………. 45
4.1 Hasil Penelitian……………………………………………. 45
4.1.1 Deskripsi Statistik Self Efficacy…………………. 45
4.1.1.1 Hasil Kategorisasi Skor Total dengan
Variabel Self Efficacy ……………………. 45
4.1.1.2 Hasil Kategorisasi Dimensi Generality… 46
4.1.1.3 Hasil Kategorisasi Dimensi Level………. 47
4.1.1.4 Hasil Kategorisasi Dimensi Strength…… 48
4.2 Hasil Pengolahan Data……………………………………… 49
xi
4.2.1 Uji Normalitas…………………………………… 49
4.2.2 Analisis Faktor Dominan Self Efficacy………... 51
4.3 Pembahasan……………………………………………….. 51
Bab V. Kesimpulan dan Saran ……………………………………….. 58
5.1 Kesimpulan……………………………………………….. 58
5.2 Saran………………………………………………………. 58
Daftar Pustaka
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kisi-kisi alat ukur self efficacy
Tabel 3.2 Blue Print Self Efficacy
Tabel 4.1 Data Self Efficacy secara keseluruhan
Tabel 4.2 Dimensi Generality
Tabel 4.3 Dimensi Level
Tabel 4.4 Dimensi Strength
Tabel 4.5 Hasil Pengujian Normalitas Self Efficacy
Tabel 4.6 Hasil Uji Korelasi skor faktor dengan skor total Self Efficacy
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Hasil Uji Validasi Self efficacy
2. Hasil Uji Reliabilitas Self efficacy
3. Kuisioner Self efficacy
B A B I P E N D A H U L U A N | 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Suatu perusahaan dalam melaksanakan kegiatannya akan berusaha untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Satu hal yang harus
diperhatikan bersama yaitu bahwa keberhasilan berbagai aktivitas didalam
perusahaan untuk mencapai tujuan bukan hanya tergantung pada keunggulan
teknologi, dana operasi yang tersedia, sarana ataupun prasarana yang dimiliki
perusahaan, melainkan juga tergantung pada aspek sumber daya manusia.
Sumber daya manusia adalah faktor yang penting dalam menggerakkan dan
mengelola sumber daya lainnya agar berguna bagi kehidupan manusia. Betapa
pun canggihnya peralatan dan teknologi yang ada, bila dibandingkan dengan
peralatan yang sederhana dan dikerjakan secara sungguh-sungguh oleh tenaga
kerja berkualitas, maka hasil yang dicapai akan dapat lebih baik. Oleh karena
itulah tuntutan akan adanya pegawai yang berkinerja tinggi diperlukan dalam
suatu organisasi. Untuk mencapai kinerja yang tinggi dipengaruhi oleh banyak
faktor, yang secara garis besar terbagi menjadi dua yaitu faktor dari dalam diri
pegawai dan faktor dari luar pegawai. Adapun yang termasuk faktor dari dalam
diri pegawai antara lain, potensi yang dimiliki oleh pegawai sesuai dengan
pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya, motivasi kerja pegawai, dan hal-hal
lain yang berkenaan langsung dengan pegawai tersebut. Kemudian yang termasuk
B A B I P E N D A H U L U A N | 2
faktor dari luar diri pegawai antara lain, iklim kerja pegawai, interaksi sosial
pegawai di lingkungan kerja, gaya kepemimpinan atasan, tuntutan pekerjaan dan
upah kerja. Keberhasilan sebuah organisasi dalam mencapai tujuannya tergantung
bagaimana proses pencapaian tujuan bersama itu dapat berjalan dengan baik,
disertai dengan sumber daya manusia yang berkualitas.
Berkaitan dengan organisasi pemerintahan, tidak jarang kita mendengar
opini di tengah masyarakat bahwa kinerja pegawai pemerintah kerap kali
dipandang belum profesional dan belum berbasis kinerja. Pegawai Negeri Sipil
saat ini belum diarahkan untuk meningkatkan kualitas kerjanya agar lebih
memiliki sikap dan perilaku yang berlandaskan kepada pengabdian, kejujuran,
tanggung jawab, disiplin dan keadilan, sehingga dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya sebagai pegawai negeri berhasil dengan baik serta dapat memberikan
pelayanan dan pengayoman kepada masyarakat sesuai dengan tuntunan hati
nurani mereka.
Badan Pusat Statistik merupakan Lembaga Pemerintah Non-Departemen
yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden. Tujuan didirikannya BPS
oleh Pemerintah adalah untuk menyediakan data statistik guna memenuhi
kebutuhan dalam perencanaan dan evaluasi pembangunan Negara. Dalam hal ini,
BPS Provinsi Jawa Barat tidak dapat mencapai tujuan tersebut, karena BPS
Provinsi Jawa Barat belum mampu menyediakan data statistik sesuai kebutuhan.
Data yang diberikan kepada unit kerja atau masyarakat yang membutuhkan adalah
data yang lalu atau data yang tersedia saat itu saja. Ini merupakan hal yang fatal,
B A B I P E N D A H U L U A N | 3
karena mengakibatkan pengguna data bekerja dengan menggunakan data yang
tidak akurat.
Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat terdiri atas sebuah bagian (Bagian
Tata Usaha) dan beberapa bidang, yaitu Bidang Statistik Sosial, Bidang Statistik
Produksi, Bidang Statistik Produksi, Bidang Statitik Distribusi, Bidang Neraca
Wilayah dan Analisis Statistik, Bidang Integrasi Pengolahan dan Diseminasi
Statistik. Bidang Statistik Sosial memiliki waktu kerja yang relatif lebih lama
dibandingkan dengan Bidang Statistik lainnya, namun membutuhkan waktu yang
lama untuk memberikan data. Salah satu jenis kegiatan di statistik bidang sosial
ini adalah sensus penduduk. Hasil sensus penduduk sering terlambat
dipublikasikan ke masyarakat. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan
terhadap lima orang pegawai dari BPS Provinsi Jawa Barat Bidang Statistik
Sosial, keterlambatan pengumuman hasil pengolahan data Sensus Penduduk dari
tahun ke tahun merupakan hal yang sudah biasa terjadi, dikarenakan pada setiap
tahunnya jumlah penduduk semakin meningkat sehingga pengolahan data
penduduk secara tidak langsung membutuhkan waktu yang lebih lama.
Tugas yang harus dilaksanakan pegawai BPS Provinsi Jawa Barat bidang
Statistik Sosial pada dasarnya adalah melakukan pengumpulan, pengolahan,
analisis sederhana, serta evaluasi dan pelaporan statistik kependudukan, statistik
kesejahteraan rakyat, dan statistik ketahanan sosial. Dalam melaksanakan tugas
tersebut, para pegawai sampai saat ini belum mampu menyelesaikan tugasnya
dengan tepat waktu. Hampir keseluruhan pegawai di bidang Statistik Sosial ini
tidak memiliki target kerja yang ingin dicapai perhari, perminggu, perbulan,
B A B I P E N D A H U L U A N | 4
ataupun pertahunnya, sehingga ketika data harus segera disediakan, mereka harus
menambah jam kerja (lembur) atau bahkan membawa tugas pulang ke rumah.
Waktu kerja pegawai pun cenderung tidak digunakan secara efektif. Jam masuk
kantor setiap hari Senin hingga Jum’at pukul 07.30 WIB dengan jumlah jam kerja
8 jam 30 menit per hari (istirahat pukul 12.00 WIB – 13.00 WIB) dan pulang
pukul 16.00 WIB, khusus hari jum’at jumlah jam kerja menjadi 9 jam (istirahat
11.30 WIB – 13.00 WIB) dan pulang pukul 16.30 WIB. Berdasarkan informasi
yang diperoleh diketahui sebanyak 4 (empat) orang pegawai hadir tepat waktu
setiap harinya, sedangkan sisanya 7 (tujuh) orang sisanya sering datang terlambat.
Waktu istirahat siang sering diperpanjang karena ketika jam istirahat, tidak
seluruh pegawai menggunakannya untuk beristirahat. Namun, ketika jam istirahat
sudah berakhir, pegawai yang belum beristirahat tadi baru hendak beristirahat,
sehingga tak jarang sampai jam 14.00 ada pegawai yang baru kembali ke kantor.
Ketika jam kerja, pegawai juga sering minta izin keluar kantor karena urusan
pribadi. Ketika jam pulang seharusnya pukul 16.00 atau 16.30, mulai dari pukul
15.00 atau 15.30 para pegawai sudah mulai meninggalkan kantor.
Pada dasarnya BPS cukup selektif dalam melakukan penerimaan
pegawainya. Jalur masuk pegawai terbagi menjadi dua, yaitu jalur umum dan
khusus. Jalur umum diperuntukkan masyarakat umum dengan berbagai latar
belakang pendidikan yang diperlukan, sedangkan jalur khusus adalah untuk calon
pegawai yang berasal dari Sekolah Tinggi Ilmu Statistik (ikatan dinas). Untuk
pegawai yang diterima melalui jalur umum akan diberikan pelatihan sebelum
mereka mulai bekerja. Hal ini dilakukan demi menjaga kualitas dari pegawainya.
B A B I P E N D A H U L U A N | 5
Rata-rata masa kerja pegawai pun lebih dari 5 tahun bahkan ada yang telah
mencapai 15 tahun. Seharusnya dengan hal tersebut pegawai sudah terampil dan
mahir mengerjakan tugasnya.
Dalam melaksanakan tugasnya, pegawai merasa pekerjaan yang telah
dikerjakan selalu salah. Tugas yang mereka kerjakan tidak pernah berhasil
dikerjakan dalam satu kali pengerjaan dan harus berulang kali dikerjakan dengan
ketidaktahuan dimana letak kesalahannya. Akibatnya membuat mereka sering
dimarahi atasan. Hal ini menjadikan pegawai yakin bahwa sesungguhnya mereka
tidak mampu untuk melaksanakan tugas yang diberikan, meski sudah bertahun-
tahun kerja. Keyakinan akan ketidakmampuan mereka semakin diperkuat dengan
seringnya pegawai menolak diikutsertakan dalam pelatihan, karena merasa diri
tidak siap dan tidak mampu mengemban tanggung jawab pelatihan. BPS sering
mengadakan pelatihan yang berkaitan dengan pekerjaan, namun jumlah peserta
yang diikutsertakan dalam pelatihan seringkali terbatas, sesuai dengan anggaran
dana yang disediakan oleh BPS Pusat dan jenis pelatihan yang akan diadakan.
Pelatihan yang diadakan oleh BPS Pusat Jakarta biasanya dikoordinasikan kepada
setiap BPS Provinsi dalam hal pelaksanaannya. Dalam pemberian utusan
perwakilan peserta, terkadang peserta yang terpilih menolak untuk diikutsertakan
dalam pelatihan dengan berbagai alasan, diantaranya adalah alasan ketidaksiapan
diri baik dari usia dan kemampuan yang dimiliki rendah. Pada kenyataannya,
banyak pegawai yang merasa kapasitas memori dan kemampuan mereka sudah
berkurang, sehingga untuk mengemban tugas dan tanggung jawab pelatihan dirasa
berat, dan lebih memberi kesempatan pada rekan kerja yang lain, yang berminat
B A B I P E N D A H U L U A N | 6
untuk mengikuti pelatihan yang diadakan dan jika memang terpaksa karena
berkaitan dengan kurangnya Sumber Daya Manusia yang ada, mereka mengikuti
pelatihan tersebut. Berkaitan dengan pekerjaan sehari-harinya pegawai tidak
diberi pelatihan untuk menyelesaikan tugasnya, mengingat masa kerja mereka
yang lama. Mereka tidak mendapatkan umpan balik atas apa yang mereka
kerjakan, pekerjaan selalu dinilai salah atasan, sehingga pegawai kurang memiliki
pengalaman bagaimana seharusnya berhasil dalam bekerja dan kesempatan untuk
memperbaiki kinerja yang dinilai buruk. Hal ini membuat pegawai merasa tidak
memiliki kemampuan bekerja dengan baik. Pegawai pun menjadi tidak aspiratif
dalam rapat yang diselenggarakan BPS.
Berdasarkan hasil wawancara, keterlambatan dalam menyelesaikan tugas
menurut pegawai dikarenakan pegawai terkadang merasa tugas yang diberikan
sulit dan tidak sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki sehingga sulit
menyelesaikan dengan segera. Ditinjau berdasarkan latar belakang pendidikan
pegawai staff di BPS Provinsi Jawa Barat bidang Statistik Sosial yaitu SMA (tiga
orang), DIV STIS (tiga orang), S1 (satu orang) dan S2 (satu orang). Untuk Kepala
Seksi, DIV STIS (satu orang), S1 (satu orang),dan S2 (satu orang). Bila ditinjau
berdasarkan usia produktif, pegawai BPS Provinsi Jawa Barat di bidang Statistik
Sosial memiliki rata-rata usia berkisar 28 tahun sampai dengan 53 tahun, dengan
masa kerja secara rata-rata lebih dari lima tahun, bahkan ada yang telah bekerja
selama 18 tahun. Berdasarkan hal ini, dapat dikatakan usia para pegawai masih
tergolong usia produktif, tentunya dengan kemampuan yang masih tergolong siap
kerja.
B A B I P E N D A H U L U A N | 7
Dengan pertimbangan hal-hal di atas, peneliti merasa tertarik untuk meneliti
“Studi deskriptif self efficacy terhadap pekerjaan pada pegawai staf bidang
statistik sosial di Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat”.
1.2 Identifikasi Masalah
Saat bekerja, pegawai dihadapkan pada serangkaian tugas dan situasi kerja
yang menuntut karyawan tersebut mampu mengatasi situasi kerja tertentu dan
mampu menyelesaikan tugas. Berdasarkan pengamatan yang diperoleh bahwa
orang-orang yang gigih dalam bekerja akan mampu mengatasi situasi apabila
menemukan hambatan, pantang menyerah, dan selalu berusaha hingga tujuan
yang ditetapkan tercapai dengan baik. Perilaku tersebut salah satunya ditentukan
keyakinan diri terhadap kemampuan yang dimiliki. Aspek keyakinan akan
kemampuan diri ini merupakan salah satu karakteristik dari kepribadian yang
dinamakan self efficacy. Menurut Bandura, self efficacy merupakan belief atau
keyakinan seseorang bahwa ia dapat menguasai situasi dan menghasilkan hasil
(outcomes) yang positif (Santrock, 2001). Self efficacy menjelaskan bagaimana
orang merasa, berpikir, memotivasi dirinya, dan bertindak.
Seperti yang terjadi di BPS Provinsi Jawa Barat khususnya bidang Statistik
Sosial, pegawai tidak segera menyelesaikan pekerjaannya, sehingga harus
menambah jam kerja atau bahkan membawa tugas pulang ke rumah ketika
mengejar data harus segera disediakan, merasa tidak mampu mengerjakan tugas
dengan optimal karena terkadang tugas yang diberikan atasan tidak sesuai
kemampuan atau terlalu berat, merasa tugas yang dikerjakan selalu salah, bila
diberikan kesempatan untuk mengikuti pelatihan sering menolak karena merasa
B A B I P E N D A H U L U A N | 8
tidak sanggup untuk mengemban tugas, dan ketika rapat pegawai pun kurang
aspiratif.
Bandura mengemukakan ciri-ciri dari individu yang memiliki self efficacy
yang rendah, antara lain menghindar dari tugas-tugas yang sulit, cepat menyerah,
memiliki aspirasi rendah, memikirkan kekurangan, kesulitan tugas, fokus pada
konsekuensi yang merugikan dari kegagalan. Orang dengan ciri seperti ini akan
mengalihkan perhatian dari pemikiran yang efektif, lambat pulih kembali setelah
kegagalan, lebih mudah stress dan depresi. Hal ini berkenaan kondisi yang terjadi
pada pegawai BPS Provinsi Jawa Barat bidang Statistik Sosial seperti yang telah
diungkap sebelumnya.
Sebagaimana yang dinyatakan oleh Bandura yaitu perilaku individu
merupakan fungsi dari individu dan lingkungannya (B = f (P.E)). Sehubungan
dengan keyakinan diri (self efficacy) yang terbentuk dalam diri pegawai, pegawai
memiliki keyakinan diri rendah didukung pula oleh kondisi lingkungan kerja
misalnya mengenai sikap atasan terhadap bawahan dimana atasan sebagai contoh
bagi bawahan dalam bekerja, bertindak kurang peduli terhadap bawahan, kurang
mengkontrol pekerjaan bawahan, kurang memberi support dan reward, tidak
memberikan feedback atas hasil kerja bawahan, menyerahkan pekerjaan penuh
terhadap bawahan, membuat pekerjaan yang mereka lakukan kurang bermakna
penting bagi mereka, sehingga mereka tidak bekerja secara maksimal dan
menghambat peran BPS sebagai penyedia data yang andal, efektif, dan efisien.
B A B I P E N D A H U L U A N | 9
Dengan demikian, berdasarkan penjelasan diatas didapatkan perumusan
masalah yaitu ”Studi deskriptif self efficacy terhadap pekerjaan pada pegawai
staf bidang statistik sosial di Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat”
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk
menggambarkan tentang self efficacy terhadap pekerjaan pada pegawai staf bidang
statistik sosial di Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat.
1.4 Kegunaan Penelitian
Beberapa manfaat yang dapat diperoleh, diantaranya adalah sebagai berikut:
Secara Teoretis
Memberikan sumbangan kajian teoritis pada ilmu pengetahuan khususnya
psikologi industri dan organisasi mengenai self efficacy.
Secara Praktis
a. Bagi Atasan
Agar menerapkan gaya kepemimpinan yang efektif, agar mampu
meningkatkan self efficacy (keyakinan diri) bawahan dalam bekerja.
b. Bagi Pemerintahan
Untuk memberikan masukan pada instansi pemerintah daerah di Badan
Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat untuk memperhatikan kebutuhan
pegawai sehingga kinerja pegawainya dapat dioptimalkan dan tujuan BPS
dapat terwujud. Kemudian sebagai bahan evaluasi program kerja pegawai.
B A B I I T I N J U A N T E O R I T I S | 10
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Self Efficacy
2.1.1 Pengertian Self Efficacy
Myers (1996) juga mengatakan bahwa self-efficacy adalah bagaimana
seseorang merasa mampu untuk melakukan suatu hal.
Selain itu Schunk (dalam Komandyahrini & Hawadi, 2008) juga
mengatakan bahwa self-efficacy sangat penting perannya dalam mempengaruhi
usaha yang dilakukan, seberapa kuat usahanya dan memprediksi keberhasilan
yang akan di capai.
Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Woolfolk (1993) bahwa self-
efficacy merupakan penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri atau tingkat
keyakinan mengenai seberapa besar kemampuannya dalam mengerjakan suatu
tugas tertentu untuk mencapai hasil tertentu.
Baron dan Byrne (2000) mengemukakan bahwa self efficacy merupakan
penilaian individu terhadap kemampuan atau kompetensinya untuk melakukan
suatu tugas, mencapai suatu tujuan, dan menghasilkan sesuatu.
Bandura (1997) mendefinisikan self-efficacy sebagai keyakinan seseorang
terhadap kemampuannya untuk mengatur dan melaksanakan tindakan-tindakan untuk
mencapai tujuan yang ditetapkan, dan berusaha untuk menilai tingkatan dan kekuatan di
seluruh kegiatan dan konteks.
B A B I I T I N J U A N T E O R I T I S | 11
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa self-efficacy adalah
keyakinan seorang individu terhadap kemampuannya untuk mengatur dan
melaksanakan tindakan untuk mencapai suatu tujuan dimana individu yakin
mampu untuk menghadapi segala tantangan dan mampu memprediksi seberapa
besar usaha yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan tersebut.
2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Self Efficacy
Menurut Bandura (1997) tinggi rendahnya self-efficacy seseorang dalam tiap
tugas sangat bervariasi. Hal ini disebabkan oleh adanya beberapa faktor yang
berpengaruh dalam mempersepsikan kemampuan diri individu. Menurut Bandura
(1997) ada beberapa yang mempengaruhi self-efficacy, antara lain:
1. Jenis kelamin
Orang tua sering kali memiliki pandangan yang berbeda terhadap
kemampuan laki-laki dan perempuan. Zimmerman (Bandura, 1997) mengatakan
bahwa terdapat perbedaan pada perkembangan kemampuan dan kompetensi laki-
laki dan perempuan. Ketika laki-laki berusaha untuk sangat membanggakan
dirinya, perempuan sering kali meremehkan kemampuan mereka. Hal ini berasal
dari pandangan orang tua terhadap anaknya. Orang tua menganggap bahwa wanita
lebih sulit untuk mengikuti pelajaran dibanding laki-laki, walaupun prestasi
akademik mereka tidak terlalu berbeda. Semakin seorang wanita menerima
perlakuan streotipe gender ini, maka semakin rendah penilaian mereka terhadap
kemampuan dirinya. Pada beberapa bidang pekerjaan tertentu para pria memiliki
B A B I I T I N J U A N T E O R I T I S | 12
self-efficacy yang lebih tinggi dibanding dengan wanita, begitu juga sebaliknya
wanita unggul dalam beberapa pekerjaan dibandingkan dengan pria.
2. Usia
Self-efficacy terbentuk melalui proses belajar sosial yang dapat berlangsung
selama masa kehidupan. Individu yang lebih tua cenderung memiliki rentang
waktu dan pengalaman yang lebih banyak dalam mengatasi suatu hal yang terjadi
jika dibandingkan dengan individu yang lebih muda, yang mungkin masih
memiliki sedikit pengalaman dan peristiwa-peristiwa dalam hidupnya. Individu
yang lebih tua akan lebih mampu dalam mengatasi rintangan dalam hidupnya
dibandingkan dengan individu yang lebih muda, hal ini juga berkaitan dengan
pengalaman yang individu miliki sepanjang rentang kehidupannya.
3. Tingkat pendidikan
Self-efficacy terbentuk melalui proses belajar yang dapat diterima individu
pada tingkat pendidikan formal. Individu yang memiliki jenjang yang lebih tinggi
biasanya memiliki self-efficacy yang lebih tinggi, karena pada dasarnya mereka
lebih banyak belajar dan lebih banyak menerima pendidikan formal, selain itu
individu yang memiliki jenjang pendidikan yang lebih tinggi akan lebih banyak
mendapatkan kesempatan untuk belajar dalam mengatasi persoalan-persoalan
dalam hidupnya.
4. Pengalaman
Self-efficacy terbentuk melalui proses belajar yang dapat terjadi pada suatu
organisasi ataupun perusahaan dimana individu bekerja. Self-efficacy terbentuk
B A B I I T I N J U A N T E O R I T I S | 13
sebagai suatu proses adaptasi dan pembelajaran yang ada dalam situasi kerjanya
tersebut. Semakin lama seseorang bekerja maka semakin tinggi self efficacy yang
dimiliki individu tersebut dalam pekerjaan tertentu, akan tetapi tidak menutup
kemungkinan bahwa self efficacy yang dimiliki oleh individu tersebut justru
cenderung menurun atau tetap. Hal ini juga sangat tergantung kepada bagaimana
individu menghadapi keberhasilan dan kegagalan yang dialaminya selama
melakukan pekerjaan.
2.1.3 Dimensi self-efficacy
Bandura (1997) mengungkapkan ada tiga dimensi self-efficacy, yakni:
a. Generality
Generality sejauh mana individu yakin akan kemampuannya dalam berbagai
situasi tugas, mulai dari dalam melakukan suatu aktivitas yang biasa dilakukan
atau situasi tertentu yang tidak pernah dilakukan hingga dalam serangkaian tugas
atau situasi sulit dan bervariasi. Generality merupakan perasaan kemampuan yang
ditunjukkan individu pada konteks tugas yang berbeda-beda, baik itu melalui
tingkah laku, kognitif dan afektifnya.
b. Level
Level berkaitan dengan derajat kesulitan tugas yang dihadapi. Penerimaan
dan keyakinan seeorang terhadap suatu tugas berbeda-beda, mungkin orang hanya
terbatas pada tugas yang sederhana, menengah atau sulit. Persepsi setiap individu
akan berbeda dalam memandang tingkat kesulitan dari suatu tugas. Ada yang
menganggap suatu tugas itu sulit sedangkan orang lain mungkin merasa tidak
B A B I I T I N J U A N T E O R I T I S | 14
demikian. Apabila sedikit rintangan yang dihadapi dalam pelaksanaan tugas, maka
tugas tersebut akan mudah dilakukan.
Dalam Zimerman (2003) Level terbagi atas 3 bagian yaitu:
1. Analisis pilihan perilaku yang akan dicoba, yaitu seberapa besar individu
merasa mampu atau yakin untuk berhasil menyelesaikan tugas dengan pilihan
perilaku yang akan diambil.
2. Menghindari situasi dan perilaku yang dirasa melampaui batas kemampuannya.
3. Menyesuaikan dan menghadapi langsung tugas-tugas yang sulit.
c. Strength
Strength merupakan kuatnya keyakinan seseorang mengenai kemampuan
yang dimiliki. Hal ini berkaitan dengan ketahanan dan keuletan individu dalam
pemenuhan tugasnya. Individu yang memiliki keyakinan dan kemantapan yang
kuat terhadap kemampuannya untuk mengerjakan suatu tugas akan terus bertahan
dalam usahannya meskipun banyak mengalami kesulitan dan tantangan.
Pengalaman memiliki pengaruh terhadap self-efficacy yang diyakini sesesorang.
Pengalaman yang lemah akan melemahkan keyakinan individu itu pula. Individu
yang memiliki keyakinan yang kuat terhadap kemampuan mereka akan teguh
dalam usaha untuk menyampaikan kesulitan yang dihadapi.
2.1.4 Sumber-sumber self-efficacy
Menurut Bandura (1994) ada sumber yang dapat mempengaruhi self
efficacy, yaitu:
B A B I I T I N J U A N T E O R I T I S | 15
1. Enactive mastery experience
Merupakan sumber informasi self-efficacy yang paling berpengaruh. Dari
pengalaman masa lalu terlihat bukti apakah seseorang mengarahkan seluruh
kemampuannya untuk meraih keberhasilan (Bandura, 1997). Umpan balik
terhadap hasil kerja seseorang yang positif akan meningkatkan kepercayaan diri
seseorang. Kegagalan di berbagai pengalaman hidup dapat diatasi dengan upaya
tertentu dan dapat memicu persepsi self-efficacy menjadi lebih baik karena
membuat individu tersebut mampu utuk mengatasi rintangan-rintangan yang lebih
sulit nantinya.
2. Vicarious experience
Merupakan cara meningkatkan self-efficacy dari pengalaman keberhasilan
yang telah ditunjukkan oleh orang lain. Ketika melihat orang lain dengan
kemampuan yang sama berhasil dalam suatu bidang atau tugas melalui usaha yang
tekun, individu juga akan merasa yakin bahwa dirinya juga dapat berhasil dalam
bidang tersebut dengan usaha yang sama. Sebaliknya self-efficacy dapat turun
ketika orang yang diamati gagal walaupun telah berusaha dengan keras. Individu
juga akan ragu untuk berhasil dalam bidang tersebut (Bandura, 1997). Peran
vicarious experience terhadap self-efficacy seseorang sangat dipengaruhi oleh
persepsi diri individu tersebut tentang dirinya memiliki kesamaan dengan model.
Semakin seseorang merasa dirinya mirip dengan model, maka kesuksesan dan
kegagalan model akan semakin mempengaruhi self-efficacy. Sebaliknya apabila
individu merasa dirinya semakin berbeda dengan model, maka self-efficacy
menjadi semakin tidak dipengaruhi oleh perilaku model (Bandura, 1997).
B A B I I T I N J U A N T E O R I T I S | 16
Seseorang akan berusaha mencari model yang memiliki kompetensi atau
kemampuan yang sesuai dengan keinginannya. Dengan mengamati perilaku dan
cara berfikir model tersebut akan dapat memberi pengetahuan dan pelajaran
tentang strategi dalam menghadapi berbagai tuntutan lingkungan (Bandura, 1997).
3. Verbal persuasion
Verbal digunakan secara luas untuk membujuk seseorang bahwa mereka
mempunyai kemampuan untuk mencapai tujuan yang mereka cari. Orang yang
mendapat persuasi secara verbal maka mereka memiliki kemauan untuk
menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan akan mengerahkan usaha yang lebih
besar daripada orang yang tidak dipersuasi bahwa dirinya mampu pada bidang
tersebut (Bandura, 1997).
4. Physiological state
Seseorang percaya bahwa sebagian tanda-tanda psikologis menghasilkan
informasi dalam menilai kemampuannya. Kondisi stress dan kecemasan dilihat
individu sebagai tanda yang mengancam ketidakmampuan diri. Level of arousal
dapat memberikan informasi mengenai tingkat self-efficacy tergantung bagaimana
arousal itu diinterpretasikan. Bagaimana seseorang menghadapi suatu tugas,
apakah cemas atau khawatir (self-efficacy rendah) atau tertarik (self-efficacy
tinggi) dapat memberikan informasi mengenai self-efficacy orang tersebut. Dalam
menilai kemampuannya seseorang dipengaruhi oleh informasi tentang keadaan
fisiknya untuk menghadapi situsasi tertentu dengan memperhatikan keadaan
fisiologisnya.
B A B I I T I N J U A N T E O R I T I S | 17
2.1.5 Proses-proses yang mempengaruhi self-efficacy
Menurut Bandura (1997), proses psikologis dalam self-efficacy yang turut
berperan dalam diri manusia ada 4 yakni proses kognitif, motivasional, afeksi dan
proses pemilihan/seleksi.
1. Proses kognitif
Proses kognitif merupaka proses berfikir, didalamya termasuk pemerolehan,
pengorganisasian, dan penggunaan informasi. Kebanyakan tindakan manusia
bermula dari sesuau yang difikirkan terlebih dahulu. Individu yang memiliki self-
efficacy yang tinggi lebih senang membayangkan tentang kesuksesan. Sebaliknya
individu yang self efficacy-nya rendah lebih banyak membayangkan kegagalan
dan hal-hal yang dapat menghambat tercapainya kesuksesan (Bandura, 1997).
Bentuk tujuan personal juga dipengaruhi oleh penilaian akan kemampuandiri.
Semakin seseorang mempersepsikan dirinya mampu maka individu akan semakin
membentuk usaha-usaha dalam mencapai tujuannnya dan semakin kuat komitmen
individu terhadap tujuannya (Bandura, 1997).
2. Proses motivasi
Kebanyakan motivasi manusia dibangkitkan melalui kognitif. Individu
memberi motivasi/dorongan bagi diri mereka sendiri dan mengarahkan tindakan
melalui tahap pemikiran-pemikiran sebelumnya. Kepercayaan akan kemampuan
diri dapat mempengaruhi motivasi dalam beberapa hal, yakni menentukan tujuan
yang telah ditentukan individu, seberapa besar usaha yang dilakukan, seberapa
tahan mereka dalam menghadapi kesulitan-kesulitan dan ketahanan mereka dalam
menghadapi kegagalan (Bandura, 1997). Menurut Bandura (1997), ada tiga teori
B A B I I T I N J U A N T E O R I T I S | 18
motivator, teori pertama yaitu causal attributions (atribusi penyebab), teori ini
mempengaruhi motivasi, usaha dan reaksi-reaksi individu. Individu yang memiliki
self efficacy tinggi bila mengahadapi kegagalan cenderung menganggap kegagalan
tersebut diakibatkan usaha-usaha yang tidak cukup memadai. Sebaliknya individu
yang self-efficacy-nya rendah, cenderung menganggap kegagalanya diakibatkan
kemampuan mereka yang terbatas. Teori kedua outcomes experience (harapan
akan hasil), motivasi dibentuk melalui harapan-harapan. Biasanya individu akan
berperilaku sesuai dengan keyakinan mereka tentang apa yang dapat mereka
lakukan. Teori ketiga goal theory (teori tujuan), dimana dengan membentuk
tujuan terlebih dahulu dapat meningkatkan motivasi.
3. Proses afektif
Proses afeksi merupakan proses pengaturan kondisi emosi dan reaksi
emosional. Menurut Bandura (1997) keyakinan individu akan coping mereka turut
mempengaruhi level stres dan depresi seseorang saat mereka menghadapi situasi
yang sulit. Persepsi self-efficacy tentang kemampuannya mengontrol sumber stres
memiliki peranan penting dalam timbulnya kecemasan. Individu yang percaya
akan kemampuannya untuk mengontrol situasi cenderung tidak memikirkan hal-
hal yang negatif. Individu yang merasa tidak mampu mengontrol situasi
cenderung mengalami level kecemasan yang tinggi, selalu memikirkan
kekurangan mereka, memandang lingkungan sekitar penuh dengan ancaman,
membesar-besarkan masalah kecil, dan terlalu cemas pada hal-hal kecil yang
sebenarnya jarang terjadi (Bandura, 1997).
B A B I I T I N J U A N T E O R I T I S | 19
4. Proses seleksi
Kemampuan individu untuk memilih aktivitas dan situasi tertentu turut
mempengaruhi efek dari suatu kejadian. Individu cenderung menghindari aktivitas
dan situasi yang diluar batas kemampuan mereka. Bila individu merasa yakin
bahwa mereka mampu menangani suatu situasi, maka mereka cenderung tidak
menghindari situasi tersebut. Dengan adanya pilihan yang dibuat, individu
kemudian dapat meningkatkan kemampuan, minat, dan hubungan sosial mereka
(Bandura, 1997)
2.1.6 Karakteristik individu yang memiliki self-efficacy tinggi dan self
efficacy rendah
Karakteristik individu yang memiliki Self-efficacy yang tinggi adalah ketika
individu tersebut merasa yakin bahwa mereka mampu menangani secara efektif
peristiwa dan situasi yang mereka hadapi, tekun dalam menyelesaikan tugas-
tugas, percaya pada kemampuan diri yang mereka miliki, memandang kesulitan
sebagai tantangan bukan ancaman dan suka mencari situasi baru, menetapkan
sendiri tujuan yang menantang dan meningkatkan komitmen yang kuat terhadap
dirinya, menanamkan usaha yang kuat dalam apa yang dilakukannya dan
meningkatkan usaha saat menghadapi kegagalan, berfokus pada tugas dan
memikirkan strategi dalam menghadapi kesulitan, cepat memulihkan rasa mampu
setelah mengalami kegagalan, dan menghadapi stressor atau ancaman dengan
keyakinan bahwa mereka mampu mengontrolnya (Bandura, 1997).
Karakteristik individu yang memiliki Self-efficacy yang rendah adalah
individu yang merasa tidak berdaya, cepat sedih, apatis, cemas, menjauhkan diri
B A B I I T I N J U A N T E O R I T I S | 20
dari tugas-tugas yang sulit, cepat menyerah saat menghadapi rintangan, aspirasi
yang rendah dan komitmen yang lemah terhadap tujuan yang ingin di capai, dalam
situasi sulit cenderung akan memikirkan kekurangan mereka, beratnya tugas
tersebut, dan konsekuensi dari kegagalannya, serta lambat untuk memulihkan
kembali perasaan mampu setelah mengalami kegagalan (Bandura, 1997).
2.2 Kerangka Pikir
Setiap orang memiliki kemampuan yang berbeda dalam menahan beban
kerja pekerjaannya. Terdapat batasan kemampuan yang mereka miliki untuk
bertanggung jawab pada beban kerja tersebut, bergantung pada tingkat
kematangan atau kedewasaan. Didalam bekerja, pegawai akan dihadapkan pada
serangkaian tugas dan situasi kerja yang menuntut pegawai tersebut mampu
mengatasi situasi kerja tertentu dan mampu menyelesaikan tugas. Pada dasarnya
bawahan di BPS Provinsi Jawa Barat ini dipilih dengan cara yang cukup selektif.
Melalui seleksi nasional dan ikatan dinas dari Sekolah Tinggi Ilmu Statistik yang
salah satu tujuannya juga adalah untuk mendapatkan sumber daya manusia yang
berkualitas dan siap kerja. Untuk pegawai yang lolos seleksi Nasional, akan
diberika pelatihan terlebih dahulu sebelum mulai bekerja. Pegawai staff di BPS
Provinsi Jawa Barat bidang Statistik Sosial ini telah memiliki masa kerja secara
rata-rata lebih dari 5 tahun. Seharusnya pegawai tersebut sudah mahir dalam
melaksanakan tugas mereka.
Berdasarkan pengamatan yang diperoleh bahwa orang-orang yang gigih
dalam bekerja mampu mengatasi situasi apabila menemukan hambatan, pantang
menyerah, dan selalu berusaha hingga tujuan yang ditetapkan tercapai dengan
B A B I I T I N J U A N T E O R I T I S | 21
baik. Perilaku tersebut salah satunya ditentukan oleh keyakinan diri terhadap
kemampuan yang dimiliki. Aspek keyakinan akan kemampuan diri ini merupakan
salah satu karakteristik dari kepribadian yang dinamakan self efficacy. Dari sudut
pandang teori kognitif sosial (Bandura, 1986), self efficacy dianggap utama dalam
membangun menghubungkan kemampuan dengan kinerja. Self efficacy adalah
kepercayaan diri seseorang untuk merancang dan melaksanakan kegiatan dan
mencapai hasil yang diharapkan.
Ada empat faktor yang mempengaruhi self efficacy individu menurut
Bandura (1997), pertama adalah jenis kelamin. Mayoritas pegawai staff di BPS
bidang Statistik Sosial adalah perempuan. Berdasarkan beberapa penelitian,
semakin seorang perempuan menerima perbedaan perlakuan stereotype gender,
maka semakin rendah penilaian mereka terhadap kemampuan dirinya. Stereotype
mengenai keunggulan laki-laki dibanding perempuan dalam berbagai hal. Kedua
adalah usia, self efficacy terbentuk melalui proses belajar sosial yang dapat
berlangsung selama masa kehidupan. Individu yang lebih tua cenderung memiliki
rentang waktu dan pengalaman yang lebih banyak dalam mengatasi suatu hal jika
dibandingkan yang lebih muda. Pada kenyataannya, yang terjadi di BPS Provinsi
Jabar ini tidak seperti demikian. Pertambahan usia yang mereka alami dihayati
sebagai hal yang membuat berkurangnya kemampuan yang mereka miliki.
Pegawai merasa menjadi cepat lupa, letih, dan tidak sanggup mengemban
tanggung jawab pekerjaan yang sulit (dalam usia yang tergolong masih produktif).
Ketiga adalah tingkat pendidikan. Individu yang memiliki jenjang pendidikan
yang lebih tinggi biasanya memiliki self efficacy yang lebih tinggi, karena pada
B A B I I T I N J U A N T E O R I T I S | 22
dasarnya mereka lebih banyak belajar dan menerima pendidikan formal. Seperti
yang diketahui bahwa latar belakang mayoritas pegawai staff adalah lulusan SMA
dengan masa kerja di BPS mayoritas lebih dari 5 tahun. Pegawai staff ini
diperoleh melalui seleksi yang cukup ketat, dilakukan training terlebih dahulu
terhadap pegawai baru, dan rata-rata usia pegawai masih tergolong produktif.
Dengan demikian, idealnya pegawai telah memiliki pengalaman yang cukup
dalam bekerja. Mampu menguasai segala bentuk pekerjaan yang diberikan.
Namun, yang terjadi dengan latar belakang pendidikan dan masa kerja yang lama,
pengalaman kerja yang diperoleh pegawai adalah kosong karena tidak ditunjang
dengan keberhasilan dalam bekerja. Hal ini berkaitan juga dengan faktor keempat
yaitu pengalaman. Self efficacy terbentuk sebagai suatu proses adaptasi dan
pembelajaran yang ada dalam situasi kerjanya tersebut. Semakin lama seseorang
bekerja, maka semakin tinggi self efficacy yang dimiliki individu tersebut dalam
pekerjaan tertentu, namun tidak menutup kemungkinan bahwa self efficacy yang
dimiliki individu tersebut justru cenderung menurun atau tetap, tergantung
pengalaman keberhasilan dan kegagalan yang dialami. Pengalaman gagal lebih
didapat pegawai staff dibanding pengalaman keberhasilannya dalam mengerjakan
pekerjaan membuat self efficacy pegawai cenderung rendah, yang sekaligus
menunjukkan kondisi dimana pegawai merasa tidak mampu terhadap apa yang
mereka kerjakan atau apa yang menjadi tugas mereka, pegawai kurang memiliki
keyakinan diri (self efficacy) sehingga usaha dalam mewujudkan harapan mereka
pun kurang.
B A B I I T I N J U A N T E O R I T I S | 23
Self efficacy juga memiliki dimensi-dimensi yaitu Level, berkaitan dengan
derajat kesulitan tugas yang dihadapi. Penerimaan dan keyakinan seseorang
terhadap suatu tugas berbeda-beda, mungkin seseorang hanya terbatas pada tugas
yang sederhana, menengah atau sulit. Persepsi setiap individu akan berbeda dalam
memandang tingkat kesulitan dari suatu tugas. Generality, sejauh mana individu
yakin akan kemampuannya dalam berbagai situasi tugas, mulai dari dalam
melakukan suatu aktivitas yang biasa dilakukan atau situasi tertentu yang tidak
pernah dilakukan hingga dalam serangkaian tugas atau situasi sulit dan bervariasi.
Strength, merupakan kuatnya keyakinan seseorang mengenai kemampuan yang
dimiliki. Hal ini berkaitan dengan ketahanan dan keuletan individu dalam
pemenuhan tugasnya. Individu yang memiliki keyakinan dan kemantapan yang
kuat terhadap kemampuannya untuk mengerjakan suatu tugas akan terus bertahan
dalam usahannya meskipun banyak mengalami kesulitan dan tantangan.
Selain itu Bandura juga mengemukakan terdapat empat sumber yang
mempengaruhi self efficacy individu, yaitu Enactive mastery experience,
Vicarious experience, Verbal persuasion, dan Physiological state. Enactive
mastery experience, merupakan sumber informasi self-efficacy yang paling
berpengaruh. Dari pengalaman masa lalu terlihat bukti apakah seseorang
mengarahkan seluruh kemampuannya untuk meraih keberhasilan (Bandura, 1997).
Umpan balik terhadap hasil kerja seseorang yang positif akan meningkatkan
kepercayaan diri seseorang. Kegagalan di berbagai pengalaman hidup dapat
diatasi dengan upaya tertentu dan dapat memicu persepsi self-efficacy menjadi
lebih baik karena membuat individu tersebut mampu utuk mengatasi rintangan-
B A B I I T I N J U A N T E O R I T I S | 24
rintangan yang lebih sulit nantinya. Kenyataan yang terjadi di BPS Provinsi
bidang Statistik Sosial ini, pegawai kurang mendapatkan feedback dari atasan.
Sehingga kurang mendapatkan gambaran akan keberhasilan pekerjaan yang
mereka lakukan. Berikutnya adalah Vicarious experience, merupakan cara
meningkatkan self-efficacy dari pengalaman keberhasilan yang telah ditunjukkan
oleh orang lain. Ketika melihat orang lain dengan kemampuan yang sama berhasil
dalam suatu bidang/tugas melalui usaha yang tekun, individu juga akan merasa
yakin bahwa dirinya juga dapat berhasil dalam bidang tersebut dengan usaha yang
sama. Sebaliknya self-efficacy dapat turun ketika orang yang diamati gagal
walaupun telah berusaha dengan keras. Individu juga akan ragu untuk berhasil
dalam bidang tersebut (Bandura, 1997). Peran vicarious experience terhadap self-
efficacy seseorang sangat dipengaruhi oleh persepsi diri individu tersebut tentang
dirinya memiliki kesamaan dengan model. Semakin seseorang merasa dirinya
mirip dengan model, maka kesuksesan dan kegagalan model akan semakin
mempengaruhi self-efficacy. Sebaliknya apabila individu merasa dirinya semakin
berbeda dengan model, maka self-efficacy menjadi semakin tidak dipengaruhi
oleh perilaku model (Bandura, 1997). Seseorang akan berusaha mencari model
yang memiliki kompetensi atau kemampuan yang sesuai dengan keinginannya.
Dengan mengamati perilaku dan cara berfikir model tersebut akan dapat memberi
pengetahuan dan pelajaran tentang strategi dalam menghadapi berbagai tuntutan
lingkungan (Bandura, 1997). Rekan sekerja merupakan model bagi pegawai. Bila
rekan kerja lain yang dinilai cukup ulet dalam bekerja mengalami hal yang sama
dalam bekerja, selalu ditegur atasan dan mengerjakan pekerjaan berulang kali. Hal
B A B I I T I N J U A N T E O R I T I S | 25
ini membuat sebagian besar pegawai lainnya merasa senasib dan menjadi kurang
terdorong untuk kembali menyelesaikan tugas mereka, karena menganggap akan
mengalami hal yang sama, pekerjaan mereka kembali disalahkan dan harus
dikerjakan ulang. Verbal persuasion, verbal digunakan secara luas untuk
membujuk seseorang bahwa mereka mempunyai kemampuan untuk mencapai
tujuan yang mereka cari. Orang yang mendapat persuasi secara verbal maka
mereka memiliki kemamuan untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan
akan mengerahkan usaha yang lebih besar daripada orang yang tidak dipersuasi
bahwa dirinya mampu pada bidang tersebut (Bandura, 1997). Pada situasi di BPS
Provinsi Jawa Barat Bidang Statistik Sosial ini, Verbal persuasion dapat diperoleh
pegawai dari sesama rekan kerja dan melalui atasan. Terakhir adalah
Physiological state, kepercayaan seseorang bahwa sebagian tanda-tanda
psikologis menghasilkan informasi dalam menilai kemampuannya. Kondisi stress
dan kecemasan dilihat individu sebagai tanda yang mengancam ketidakmampuan
diri. Level of arousal dapat memberikan informasi mengenai tingkat self-efficacy
tergantung bagaimana arousal itu diinterpretasikan. Bagaimana seseorang
menghadapi suatu tugas, apakah cemas atau khawatir (self-efficacy rendah) atau
tertarik (self-efficacy tinggi) dapat memberikan informasi mengenai self-efficacy
orang tersebut. Dalam menilai kemampuannya seseorang dipengaruhi oleh
informasi tentang keadaan fisiknya untuk menghadapi situasi tertentu dengan
memperhatikan keadaan fisiologisnya. Pada pegawai bawahan bidang Statistik
sosial ini, terbentuk pemikiran bahwa dengan usia mereka saat ini, mudah letih
B A B I I T I N J U A N T E O R I T I S | 26
dan cenderung pelupa, sehingga tidak mampu untuk menyelesaikan tugas yang
sulit. Sehingga pegawai pun kurang tertarik untuk segera menyelesaikan tugas.
Kondisi yang terjadi pada pegawai adalah pegawai merasa tugas yang diberi
atasan terkadang tidak sesuai, tugas yang diberikan sulit (Level). Pegawai merasa
tidak memiliki kemampuan dalam menyelesaikan pekerjaan (Strength). Pegawai
menganggap pekerjaan yang mereka lakukan selalu salah (Generality). Pegawai
bertahan pada situasi kerja seperti demikian dalam kurun waktu tahunan, proses
kerja mereka tidak maksimal. Pegawai merasa tidak berdaya, cepat sedih, cemas,
menjauhkan diri dari tugas-tugas yang sulit, cepat menyerah saat menghadapi
rintangan, aspirasi yang rendah dan komitmen yang lemah terhadap tujuan yang
ingin di capai, dalam situasi sulit cenderung akan memikirkan kekurangan
mereka, beratnya tugas tersebut, dan konsekuensi dari kegagalannya, serta lambat
untuk memulihkan kembali perasaan mampu setelah mengalami kegagalan.
Sehingga akibat yang muncul terlambat mempublikasi data yang menjadi kegiatan
utama bagi BPS merupakan hal yang fatal. Ini disebabkan karena pegawai kurang
memiliki pengalaman berhasil dalam bekerja. Pengalaman ini memiliki pengaruh
terhadap self-efficacy yang diyakini sesesorang. Pengalaman yang lemah akan
melemahkan keyakinan individu.
B A B I I T I N J U A N T E O R I T I S | 27
2.3 Skema Pemikiran
Sumber Faktor
Dimensi
1. Enactive mastery experience 2. Vicarious Experience 3. Verbal persuasion 4. Physiological State
1. Jenis kelamin 2. Usia 3. Tingkat Pendidikan 4. Pengalaman
• Level • Generality • Strength
Self Efficacy Pegawai Rendah
Tampilan perilaku pegawai yang tampak
Pegawai merasa pekerjaan yang dilakukan selalu salah Pegawai merasa tugas yang diberikan atasan terlalu
sulit Pegawai kesulitan dalam bekerja dan cepat menyerah Pegawai merasa tidak berkompeten dalam mengerjakan
tugas yang diberi Tidak menyelesaikan tugas dengan segera Ketika rapat pegawai tidak mengeluarkan aspirasinya Ketika diberi pelatihan, menolak diikutsertakan
B A B I I I M E T O D O L O G I P E N E L I T I A N | 28
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
metode deskriptif, yaitu suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia,
suatu objek, suatu set kondisi, suatu pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada
masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk memberikan
gambaran mengenai fenomena yang diselidiki.
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah berupa survei dan
penggunaan kuisioner sebagai alat pengumpul data yang pokok. Metode survei
adalah penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala yang
ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual. Penyelidikan dilakukan
dalam waktu yang bersamaan terhadap sejumlah individu atau unit, baik secara
sensus atau dengan menggunakan sampel (M Nazir, metode penelitian 1999).
3.2 Variabel – Variabel Penelitian
Untuk memperoleh data dalam penelitian ini maka diperlukan pengukuran
terhadap variable. Adapun variabel yang diukur pada penelitian adalah Self
Efficacy
B A B I I I M E T O D O L O G I P E N E L I T I A N | 29
3.3 Definisi Konseptual
• Self Efficacy
Self-efficacy merupakan keyakinan seseorang terhadap kemampuannya
untuk mengatur dan melaksanakan tindakan-tindakan untuk mencapai tujuan yang
ditetapkan, dan berusaha untuk menilai tingkatan dan kekuatan di seluruh kegiatan
dan konteks. (Bandura).
3.4 Definisi Operasional
Adapun definisi operasional variabelnya sebagai berikut :
• Self Efficacy
Keyakinan individu terhadap kemampuannya untuk mengatur dan
melaksanakan tindakan untuk mencapai suatu tujuan dimana individu yakin
mampu menghadapi tingkat kesulitan tugas dimana situasinya tidak menentu
mengandung unsur kekaburan, tidak dapat diprediksi dan penuh tekanan (level),
yakin mampu dalam berbagai situasi permasalahan (generality) dan memiliki
keyakinan yang kuat (strength) akan kemampuan yang dimiliki. Dimensi dari
variable self efficacy yaitu:
1. Level, berkaitan dengan derajat kesulitan tugas yang dihadapi. Penerimaan
dan keyakinan seeorang terhadap suatu tugas berbeda-beda, mungkin orang hanya
terbatas pada tugas yang sederhana, menengah atau sulit. Persepsi setiap individu
akan berbeda dalam memandang tingkat kesulitan dari suatu tugas.
B A B I I I M E T O D O L O G I P E N E L I T I A N | 30
2. Generality, sejauh mana individu yakin akan kemampuannya dalam
berbagai situasi tugas, mulai dari dalam melakukan suatu aktivitas yang biasa
dilakukan atau situasi tertentu yang tidak pernah dilakukan hingga dalam
serangkaian tugas atau situasi sulit dan bervariasi.
3. Strength, merupakan kuatnya keyakinan seseorang mengenai kemampuan
yang dimiliki. Hal ini berkaitan dengan ketahanan dan keuletan individu dalam
pemenuhan tugasnya. Individu yang memiliki keyakinan dan kemantapan yang
kuat terhadap kemampuannya untuk mengerjakan suatu tugas akan terus bertahan
dalam usahannya meskipun banyak mengalami kesulitan dan tantangan.
3.5 Populasi
Secara teoritis, penelitian ini merupakan penelitian populasi, sehingga
semua anggota populasi menjadi subjek penelitian. Penelitian populasi adalah
penelitian yang dilakukan terhadap lingkup yang luas dengan semua subjek
penelitian dan kesimpulan berlaku bagi semua subjek penelitian (Suharsimi
Arikunto, 1995: 205) Penelitian ini dilakukan di Badan Pusat Statistik Provinsi
Jawa Barat Populasi dalam penelitian ini adalah pegawai staff di BPS Bidang
Statistik Sosial sebanyak 11 orang. Untuk melaksanakan uji coba alat ukur,
diambil seluruh anggota populasi. Hal ini disesuaikan dengan kepentingan
penelitian yang dilakukan maka perlu dilakukan pengamatan terhadap seluruh
subjek penelitian.
B A B I I I M E T O D O L O G I P E N E L I T I A N | 31
3.6 Alat Ukur
Untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian ini peneliti,
Alat ukur yang digunakan berupa skala psikologis guna mengungkap variabel
yang hendak diteliti, yaitu self efficacy.
Pengukuran mengenai self efficacy dilakukan dengan menggunakan skala
yang dikembangkan berdasarkan aspek-aspek self efficacy dari Albert Bandura
(1995).
Skala dalam penelitian ini menggunakan jenis skala model Semantic
Differential yang telah dimodifikasi berdasarkan aspek-aspek dari variabel self
efficacy. Responden dihadapkan pada sejumlah skala semantik. Responden
diminta untuk melakukan penilaian terhadap suatu konsep tertentu dalam suatu
skala bipolar dengan 10 buah titik. Skala bipolar adalah suatu skala dari dua kutub
yang berlawanan. Penilaian diberikan pada suatu ruangan semantik yang dianggap
paling tepat oleh responden tersebut. Responden yang dijadikan sampel dalam
penelitian ini harus memberikan pendapatnya terhadap pernyataan yang diajukan.
Alat ukur pada skala ini berjumlah 35 item yang jawabannya didapat sesuai
dengan skor yang diberikan oleh sampel penelitian. Jawaban bergerak dari 0, 10,
20, 30, 40, 50, 60, 70, 80, 90, 100. Semakin mendekati 100, maka menunjukkan
responden memiliki tingkat keyakinan yang tinggi. Semakin mendekati 0, maka
menunjukkan responden memiliki tingkat keyakinan yang rendah.
B A B I I I M E T O D O L O G I P E N E L I T I A N | 32
Tabel 3.1
Kisi- kisi Alat Ukur Self Efficacy
Aspek Indikator Item No. Item
Generality (keluasan tugas) individu yakin
mengenai kemampuannya
menghadapi berbagai situasi permasalahan)
1. Individu yakin dapat melakukan pengumpulan data pada masing-masing bidang ( statistik kependudukan, statistik kesejahteraan rakyat, & statistik ketahanan sosial)
2. Individu yakin dapat melakukan pengolahan data pada masing-masing bidang ( statistik kependudukan, statistik kesejahteraan rakyat, & statistik ketahanan sosial)
3. Individu yakin dapat melakukan analisis pada masing-masing bidang ( statistik kependudukan, statistik kesejahteraan rakyat, & statistik ketahanan sosial)
4. Individu yakin dapat melakukan evaluasi pada masing-masing bidang ( statistik kependudukan, statistik kesejahteraan rakyat, & statistik ketahanan sosial)
5. Individu yakin dapat melakukan pelaporan pada masing-masing bidang ( statistik kependudukan, statistik kesejahteraan rakyat, & statistik ketahanan sosial)
6. Individu yakin dapat melakukan pengembangan statistik pada masing-masing bidang ( statistik kependudukan, statistik kesejahteraan rakyat, & statistik ketahanan sosial)
1. Mengumpulkan data penduduk secara lengkap
1,4,7,10,13,16,19,22,
25,28,31,33, 35
2. Menyediakan data yang diperlukan sebelum waktunya tanpa dimarah atasan terlebih dahulu
3. Memecahkan persoalan yang berkaitan dengan pengolahan data
4. Menyelesaikan pengolahan data tanpa harus dikontrol terus oleh atasan
5. Mengumpulkan data dan langsung mengolahnya pada saat itu
6. Keakuratan pekerjaan yang saya selesaikan ketika saya menganalisis data
7. Merasa tertantang mengerjakan analisis data yang sulit
8. Mengevaluasi data secara objektif
9. Memperbaiki laporan pertanggungjawaban hingga benar.
10. Menyelesaikan laporan tanpa harus lembur
11. Meskipun dihadapkan pada beberapa tugas oleh atasan, saya tetap mampu mengerjakannya sekaligus.
12. Menyampaikan materi pelatihan pada rekan lain, meskipun hal tersebut bukan merupakan tugas pokok saya,
13. Menciptakan program-program baru yang berhubungan dengan pengembangan statistik di Bidang Sosial ini.
B A B I I I M E T O D O L O G I P E N E L I T I A N | 33
Level (keyakinan
individu terhadap
kemampuannya menghadapi
tingkat kesulitan tugas,
dimana situasinya tidak
menentu mengandung
unsur kekaburan, tidak dapat
diprediksi, dan penuh tekanan)
1. Individu yakin mampu menghadapi kesulitan yang berkaitan dengan pengumpulan data pada masing-masing bidang ( statistik kependudukan, statistik kesejahteraan rakyat, & statistik ketahanan sosial)
2. Individu yakin mampu menghadapi kesulitan yang berkaitan dengan pengolahan data pada masing-masing bidang ( statistik kependudukan, statistik kesejahteraan rakyat, & statistik ketahanan sosial)
3. Individu yakin mampu menghadapi kesulitan yang berkaitan dengan analisis data pada masing-masing bidang ( statistik kependudukan, statistik kesejahteraan rakyat, & statistik ketahanan sosial)
4. Individu yakin mampu menghadapi kesulitan yang berkaitan dengan evaluasi pada masing-masing bidang ( statistik kependudukan, statistik kesejahteraan rakyat, & statistik ketahanan sosial)
5. Individu yakin mampu menghadapi kesulitan yang berkaitan dengan pelaporan pada masing-masing bidang ( statistik kependudukan, statistik kesejahteraan rakyat, & statistik ketahanan sosial)
6. Individu yakin mampu menghadapi kesulitan yang berkaitan dengan pengembangan statistik pada masing-masing
1. Membantu menyelesaikan tugas rekan kerja dibidang lain.
2,5,8,11,14,17,20,23,26,29
2. Mengumpulkan data meski bukan di bidang saya
3. Mengayomi orang-orang freelance ketika penginputan data sensus penduduk dilakukan
4. Mengendalikan diri untuk tetap bekerja secara optimal ketika penginputan data sensus penduduk memerlukan banyak tenaga kerja.
5. Mengikuti pelatihan apa saja yang diadakan BPS, sekalipun bukan dibidang saya.
6. Bersedia ditempatkan dimana saja ketika proses pemantauan pengumpulan data berlangsung.
7. Berdiskusi dengan rekan lain dalam pembentukan program baru berhubungan yang dengan pengembangan statistik di Bidang Sosial
8. Kelancaran dalam melakukan pengecekan kembali data yang sudah terkumpul di BPS Provinsi
9. Kelancaran dalam mengelompokkan data sensus penduduk berdasarkan informasi yang sudah terkumpul
10. Kelancaran dalam proses pengumpulan data dari BPS Kabupaten berkaitan dengan ketidaklengkapan data yang diminta.
B A B I I I M E T O D O L O G I P E N E L I T I A N | 34
Tabel 3.2
Blue Print Self Efficacy
Aspek No. Item Jumlah Generality 1,4,7,10,13,16,19,22,25,28,31,33,35 13
Level 2,5,8,11,14,17,20,23,26,29 10 Strength 3,6,9,12,15,18,21,27,30,32,34 12
Total Item 35
bidang ( statistik kependudukan, statistik kesejahteraan rakyat, & statistik ketahanan sosial)
Strength (keyakinan
individu terhadap
kemampuan yang dimiliki)
1. Memiliki ketahanan diri 2. Memiliki keuletan diri 3. Memiliki keyakinan &
kemantapan yang kuat 4. Memiliki keteguhan
dalam menghadapi kesulitan
1. Memenuhi tuntutan tugas yang tinggi dari atasan saya.
3,6,9,12,15,18,21,24,27,30,
32,24
2. Mencapai mutu tinggi apabila target yang ditentukan tinggi
3. Melakukan tugas yang dirasa sulit sekalipun
4. Mempertahankan posisi di bidang yang ditekuni saat ini karena keahlian saya ada disini
5. Mempelajari program analisis hingga mahir menggunakannya
6. Membantu rekan kerja lain dalam mengerjakan tugasnya agar saya juga mampu mengerjakan sendiri ketika tugas tersebut menjadi tanggung jawab saya
7. Mengkoreksi hasil kerja dengan teliti
8. Percaya diri ketika menyerahkan tugas pada atasan
9. Tugas yang dikerjakan terhindar dari kesalahan sehingga tidak perlu dikerjakan berulang kali
10. Bekerja secara optimal dengan kemampuan dimiliki
11. Tetap fokus menyelesaikan tugas sementara atasan mendesak segera menyiapkan data yang diperlukan
12. Pantang menyerah hingga masalah saya teratasi
B A B I I I M E T O D O L O G I P E N E L I T I A N | 35
3.7 Validitas Alat Ukur
Validitas adalah ketepatan mengukur konstruk, menyangkut: “what the test
measure and how well it does” (Anastasi, 1990), atau “apakah alat tes memenuhi
fungsinya sebagai alat ukur psikologis?” (Nunnaly, 1978).
Cara untuk mengetahui validitas suatu alat ukur adalah dengan cara
mengkorelasikan antara skor yang diperoleh dengan hasil penjumlahan semua
skor item. Korelasi antara skor item dengan skor total haruslah signifikan
berdasarkan ukuran statistik tertentu. Bila sekiranya skor semua item yang
disusun berdasarkan konsep berkorelasi dengan skor total, maka dapat dikatakan
bahwa alat ukur tersebut mempunyai validitas atau dengan kata lain bila terdapat
korelasi positif antara skor tiap item dengan skor total, maka hubungan yang ada
sifatnya konsisten atau sejalan dengan konsep teoritiknya. Validitas ini disebut
Validity Constract, yaitu untuk mengetahui apakah alat ukur yang sesuai dengan
teori yang mendasarinya atau apakah definisi operasional yang digunakan, searti
dengan definisi teoritis dari variabel yang diukur (Ulber Silalahi, 1999).
Interpretasi mengenai koefisien korelasi didasarkan pada kriteria menurut
Guillford, yaitu:
Interval Korelasi Tingkat Hubungan 0,9 -1,0 korelasi sangat tinggi dapat digunakan 0,7 -0,9 korelasi tinggi dapat digunakan
0,4-0,7 korelasi cukup dapat digunakan 0,2-0,4 korelasi rendah dapat digunakan 0,0-0,2 korelasi sangat rendah dapat digunakan
B A B I I I M E T O D O L O G I P E N E L I T I A N | 36
Penelitian ini menggunakan studi populasi, oleh karena itu dalam analisis
statistik tidak digunakan uji signifikansi ataupun menggunakan hipotesis statistik.
Penelitian yang melakukan pengujian hipotesis statistik adalah penelitian yang
mnggunakan data sampel. Bila peneliti merumuskan hipotesis penelitian dan ingin
mengujinya dengan menggunakan data populasi (bukan sampel) maka peneliti
tidak akan menguji hipotesis statistik (Sugiono, 2003).
Berdasarkan hasil uji coba alat ukur, didapatkan validitas instrument atau
koefisien validasi untuk skala self efficacy menggunakan SPSS versi 18.0.
Diperoleh hasil sebagai berikut:
Berdasarkan hasil perhitungan statistik terhadap uji validitas self efficacy
didapatkan 35 item yang valid. Adapun besar koefisien validitasnya sebagai
berikut:
Koefisien Validitas = ∑ nilai korelasi yang valid : ∑ item yang valid
= 24,239 : 35
= 0,692543(item terpakai)
3.8 Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas yang akan digunakan oleh peneliti adalah Single
Administration Methods yaitu dengan cara pengelompokkan random atau acak
yaitu metode pengukuran tunggal yang dilaksanakan melalui proses hanya satu
kali dengan membagi skor subjek menjadi dua bagian. Penggunaan metode ini
dinilai lebih efisien dibandingkan test retest atau pengukuran pengulangan. Satu
kali pengukuran dimaksudkan agar subjek ukur tidak mengalami kelelahan dan
B A B I I I M E T O D O L O G I P E N E L I T I A N | 37
terjadi perubahan performance karena latihan, perkembangan dan kematangan
yang disebabkan dua kali pengukuran (Hasanuddin Noor, 2009:153). Alasan
digunakan uji reliabilitas ini adalah karena proses pengukuran yang dilakukan
hanya satu kali.
Adapun prosedur yang akan digunakan dalam metode ini adalah sebagai
berikut:
- Nilai untuk pengujian reliabilitas berasal dari skor-skor item angket yang valid,
yang tidak valid tidak dilibatkan dalam pengujian reliabilitas.
- Adapun kriteria dalam menetapkan derajat reliabilitas dapat digunakan kriteria
hasil penelitian Guilford (1965) dalam (Hasanuddin Noor, 2009:158) yaitu:
Koefisien Derajat Korelasi < 0,20 Tidak ada korelasi
0,20 – 0,40 Korelasi rendah 0,41 – 0,70 Korelasi tinggi 0,71 – 1,00 Korelasi tinggi sekali
Berikut untuk perhitungan reliabilitas self efficacy dilakukan berdasarkan
teknik Split Half, Alpha Cronbach dilakukan peneliti dengan menggunakan SPSS
18.0 for MS. Windows. Setelah dilakukan uji reliabilitas, maka didapatkan hasil
untuk skala self efficacy r = 0,971. Dengan demikian instrument ini memiliki
reliabilitas yang baik (korelasi tinggi sekali) sesuai dengan kriteria yang telah
dikemukakan sebelumnya.
B A B I I I M E T O D O L O G I P E N E L I T I A N | 38
3.9 Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisa dengan teknik korelasi
yaitu untuk menggambarkan hubungan antara gaya kepemimpinan dengan self
efficacy. Kemudian diolah dengan menggunakan uji regresi, karena data
berbentuk kategorial.
Untuk mengklasifikasikan masing-masing responden dilakukan kategorisasi
terhadap persentase total skor jawaban responden pada masing-masing aspek
dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Menghitung jumlah skor jawaban responden pada masing-masing aspek
2. Menghitung jumlah skor maksimal yang mungkin diperoleh responden
3. Menghitung persentase skor jawaban responden pada masing-masing aspek
tiap variabel menggunakan rumus sebagai berikut:
∑ Skor
Persentase Skor = X 100
Skor Maksimal
4. Menghitung rata-rata persentase skor jawaban responden pada masing-masing
aspek tiap variabel menggunakan rumus sebagai berikut:
∑ Persentase Skor
Rata-Rata Persentase Skor = X 100
Jumlah Responden
5. Mengklasifikasikan persentase skor jawaban responden pada masing-masing
aspek variabel dengan menggunakan Distribusi skor.
B A B I I I M E T O D O L O G I P E N E L I T I A N | 39
Setelah diuji secara statistik dapat diketahui hubungan antara gaya
kepemimpinan atasan terhadap self efficacy pegawai staff.
3.9.1 Kategorisasi Skor Total dengan Variabel Self Efficacy
Kategorisasi digunakan untuk memberikan gambaran yang lebih umum
mengenai self efficacy. Kategorisasi yang dilakukan adalah kategorisasi variabel
dan kategorisasi dimensi. Untuk memudahkan pembahasan dan interpretasi
terhadap data yang diperoleh, maka data tersebut dikategorisasikan ke dalam dua
kategori, yaitu self efficacy rendah dan self efficacy tinggi. Self efficacy yang
tinggi dapat diartikan bahwa subjek memiliki keyakinan diri yang tinggi bahwa ia
mampu menampilkan perilaku yang dibutuhkan untuk menjalankan pekerjaannya.
Sedangkan self efficacy yang rendah diartikan bahwa subjek memiliki keyakinan
yang rendah bahwa ia mampu menampilkan perilaku yang dibuthkan untuk
menjalankan pekerjaannya.
Kategorisasi diperoleh dengan melakukan distribusi frekuensi, yaitu:
1. Menentukan hasil skor tertinggi yang mungkin dicapai, yaitu seratus dikali
jumlah item yang terdapat dalam alat ukur.
2. Menentukan hasil skor terendah yang mungkin dicapai, yaitu nol dikali
jumlah item yang terdapat dalam alat ukur.
3. Menentukan selisih skor tertinggi dan terendah, kemudian dibagi dengan
jumlah kategori yang diinginkan, yaitu dua kategori.
Dari hasil perhitungan maka kategorisasi untuk variabel self efficacy adalah
sebagai berikut:
B A B I I I M E T O D O L O G I P E N E L I T I A N | 40
SELF EFFICACY
Kemungkinan skor terendah = Minimal skor x Jumlah item yg valid
= 0 x 35 = 0
Kemungkinan skor tertinggi = Maksimal skor x Jumlah item yg valid
= 100 x 35 = 3500
Rentang = 3500 - 0
= 3500
Banyaknya kelas = 3500 : 2
= 1750
Kategori
0 1750 3500
3.9.2 Kategorisasi Dimensi Pertama Self Efficacy (Generality)
Dimensi generality terdiri atas 13 item. Kategorisasi yang digunakan dalam
dimensi ini dibagi menjadi dua kategori, yaitu tinggi dan rendah. Generality yang
tinggi dapat diartikan bahwa subjek memiliki keyakinan yang tinggi akan
kemampuannya dalam menggeneralisasikan tugas dan pengalaman dalam
menghadapi tugas lain. Sedangkan generality yang rendah diartikan bahwa subjek
memiliki keyakinan yang rendah akan kemampuannya dalam
menggeneralisasikan tugas dan pengalaman dalam menghadapi tugas lain.
Kategorisasi diperoleh dengan melakukan distribusi frekuensi, yaitu:
Kategori Skor Total
Self efficacy rendah 0 – 1750
Self efficacy tinggi 1751 – 3500
B A B I I I M E T O D O L O G I P E N E L I T I A N | 41
1. Menentukan hasil skor tertinggi yang mungkin dicapai, yaitu seratus dikali
jumlah item yang terdapat dalam dimensi generality.
2. Menentukan hasil skor terendah yang mungkin dicapai, yaitu nol dikali
jumlah item yang terdapat dalam dimensi generality.
3. Menentukan selisih skor tertinggi dan terendah, kemudian dibagi dengan
jumlah kategori yang diinginkan, yaitu dua kategori.
Dari hasil perhitungan maka kategorisasi untuk dimensi self efficacy yaitu
generality adalah sebagai berikut:
Kategori Skor Total
Generality rendah 0 – 650
Generality tinggi 651 – 1300
3.9.3 Kategorisasi Dimensi Kedua Self Efficacy (Level)
Dimensi level terdiri atas 10 item. Kategorisasi yang digunakan dalam
dimensi ini dibagi menjadi dua kategori, yaitu tinggi dan rendah. level yang tinggi
dapat diartikan bahwa subjek memiliki keyakinan yang tinggi untuk dapat
mengatasi kesulitan dan tantangan dari tugas yang dihadapi. Sedangkan level yang
rendah diartikan bahwa subjek memiliki keyakinan yang rendah untuk dapat
mengatasi kesulitan dan tantangan dari tugas yang dihadapi.
Kategorisasi diperoleh dengan melakukan distribusi frekuensi, yaitu:
1. Menentukan hasil skor tertinggi yang mungkin dicapai, yaitu seratus dikali
jumlah item yang terdapat dalam dimensi level.
B A B I I I M E T O D O L O G I P E N E L I T I A N | 42
2. Menentukan hasil skor terendah yang mungkin dicapai, yaitu nol dikali
jumlah item yang terdapat dalam dimensi level.
3. Menentukan selisih skor tertinggi dan terendah, kemudian dibagi dengan
jumlah kategori yang diinginkan, yaitu dua kategori.
Dari hasil perhitungan maka kategorisasi untuk dimensi self efficacy yaitu
level adalah sebagai berikut:
Kategori Skor Total Level rendah 0 - 500 Level tinggi 501 - 1000
3.9.4 Kategorisasi Dimensi Ketiga Self Efficacy (Strength)
Dimensi strength terdiri atas 12 item. Kategorisasi yang digunakan dalam
dimensi ini dibagi menjadi dua kategori, yaitu tinggi dan rendah. Strength yang
tinggi dapat diartikan bahwa subjek memiliki keyakinan yang kuat sehingga tidak
mudah menyerah dan tetap melakukan berbagai usaha untuk mengatasi situasi
yang sulit dalam pekerjaannya. Sedangkan Strength yang rendah diartikan bahwa
subjek memiliki keyakinan yang lemah mudah menyerah dan kurang melakukan
berbagai usaha untuk mengatasi situasi yang sulit dalam pekerjaannya
Kategorisasi diperoleh dengan melakukan distribusi frekuensi, yaitu:
1. Menentukan hasil skor tertinggi yang mungkin dicapai, yaitu seratus dikali
jumlah item yang terdapat dalam dimensi strength.
2. Menentukan hasil skor terendah yang mungkin dicapai, yaitu nol dikali
jumlah item yang terdapat dalam dimensi strength.
B A B I I I M E T O D O L O G I P E N E L I T I A N | 43
3. Menentukan selisih skor tertinggi dan terendah, kemudian dibagi dengan
jumlah kategori yang diinginkan, yaitu dua kategori.
Dari hasil perhitungan maka kategorisasi untuk dimensi self efficacy yaitu
strength adalah sebagai berikut:
Kategori Skor Total Strength rendah 0 - 600 Strength tinggi 601 - 1200
3.10 Prosedur Penelitian
Pada penelitian ini terdiri dari empat (4) tahap, yaitu:
1. Tahap persiapan
a. Menetapkan masalah yang akan diteliti yaitu gaya kepemimpinan dan self
efficacy
b. Menetapkan lokasi dan populasi penelitian.
c. Menentukan teknik pengambilan data
d. Menentukan alat ukur yang akan digunakan dalam penelitian
2. Tahap pengambilan data
a. Mencari data sampel penelitian yang sesuai dengan kriteria yang telah
ditentukan.
b. Mendatangi populasi tersebut untuk menjelaskan maksud penelitian dan
meminta kesediaan untuk bekerja sama dalam penelitian.
c. Melaksanakan pengambilan data dengan meminta subyek penelitian untuk
mengisi atau menjawab beberapa data pendukung penelitian.
B A B I I I M E T O D O L O G I P E N E L I T I A N | 44
d. Melakukan pengambilan data kepada subyek penelitian untuk mengisi alat
ukur.
3. Tahap Pengolahan data
a. Melakukan skoring hasil pengisian kuesioner
b. Melakukan uji persentase yang mendukung data dalam penelitian ini.
4. Tahap Pembahasan
a. Mendeskripsikan hasil perhitungan statistik
b. Membahas dan menarik kesimpulan dari penelitian.
c. Memberikan saran dari penelitian yang telah dilakukan.
d. Mengkonsultasikan hasil penelitian yang diperoleh dengan pembimbing
untuk menyempurnakan hasil laporan penelitian.
B A B I V H A S I L D A N P E M B A H A S A N | 45
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Deskripsi Statistik Self efficacy
4.1.1.1 Hasil Kategorisasi Skor Total dengan Variabel Self Efficacy
Tabel 4.2
Data Self Efficacy Secara Keseluruhan
NO. Skor Total
Skor Minimal
Skor Maksimal
Kategori
1. 3041 0 3500 Tinggi 2. 2910 0 3500 Tinggi 3. 2565 0 3500 Tinggi 4. 2830 0 3500 Tinggi 5. 3130 0 3500 Tinggi 6. 2300 0 3500 Tinggi 7. 2930 0 3500 Tinggi 8. 3220 0 3500 Tinggi 9. 2490 0 3500 Tinggi 10. 2530 0 3500 Tinggi 11. 2740 0 3500 Tinggi
Kategori Frekuensi % Self efficacy rendah 0 0% Self efficacy tinggi 11 100%
B
a
s
4
B A B I V
Berd
atau 100% p
self efficacy
4.1.1.2 Hasi
No.
KaGeneraGener
H A S I L
dasarkan tabe
pegawai staf
yang tinggi.
il Kategoris
Responden 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
ategori ality rendah rality tinggi
D A N P E
el perhitung
f bidang Stat
.
asi Dimensi
Dim
Total Sk11351095940
10301160910
10701220915930
1020
0
0.5
1
Self EfRen
E M B A H
gan diatas di
tistik Sosial d
i Pertama S
Tabel 4.3
ensi Genera
kor Tot
0 0
0 0
0
Frekuens0
11
fficacy ndah
Self ETin
A S A N
iketahui bahw
di BPS Prov
Self Efficacy
ality
tal Skor Max1300 1300 1300 1300 1300 1300 1300 1300 1300 1300 1300
si
fficacy nggi
wa sebanyak
vinsi Jabar in
y (Generality
x. Kategotinggitinggitinggitinggitinggitinggitinggitinggitinggitinggitinggi
% 0
100%
| 46
k 11 orang
ni memiliki
y)
ori i i i i i i i i i i i
%
B
o
m
4
B A B I V
Berdas
orang atau 1
memiliki dim
4.1.1.3 Hasi
R
KaLeveLev
H A S I L
sarkan hasil
100% pegaw
mensi genera
il Kategoris
No. Responden
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
ategori el rendah
vel tinggi
D A N P E
l perhitunga
wai staf bida
ality yang tin
asi Dimensi
Di
Total Skor
879 795 775 810 880 555 840 910 690 760 780
0
0.5
1
GeneRen
E M B A H
an diatas ma
ang Statistik
nggi pada se
i Kedua Self
Tabel 4.4
imensi Leve
Total S
1010101010101010101010
Frekuens0
11
erality ndah
GeneTin
A S A N
aka diketahu
k Sosial di B
elf efficacy m
lf Efficacy (L
el
kor Max.
000 000 000 000 000 000 000 000 000 000 000
si
erality nggi
ui bahwa se
BPS Provins
mereka.
Level)
Kategori
tinggi tinggi tinggi tinggi tinggi tinggi tinggi tinggi tinggi tinggi tinggi
% 0%
100%
| 47
ebanyak 11
si Jabar ini
%
B
o
m
4
B A B I V
Berdas
orang atau 1
memiliki dim
4.1.1.4 Hasi
No. Re
KaStrengStren
H A S I L
sarkan hasil
100% pegaw
mensi level y
il Kategoris
esponden 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
ategori gth rendah
ngth tinggi
D A N P E
l perhitunga
wai staf bida
yang tinggi p
asi Dimensi
Dim
Total Skor1027 1020 850 990
1090 835
1020 1090 885 840 940
0
0.5
1
LeRen
E M B A H
an diatas ma
ang Statistik
pada self effi
i Ketiga Self
Tabel 4.5
mensi Streng
Total S11111111111
Frekuens0
11
evel ndah
LevTing
A S A N
aka diketahu
k Sosial di B
ficacy mereka
lf Efficacy (S
gth
Skor Max. 1200 1200 1200 1200 1200 1200 1200 1200 1200 1200 1200
si
vel ggi
ui bahwa se
BPS Provins
a.
Strength)
Kategotinggitinggitinggitinggitinggitinggitinggitinggitinggitinggitinggi
% 0%
100%
| 48
ebanyak 11
si Jabar ini
ori i i i i i i i i i i i
%
B
B
a
d
4
d
d
4
d
C
f
P
m
B A B I V
Berdasarkan
atau 100% p
dimensi stre
4.2 Hasil
Pada b
dengan anali
dan penjelas
4.2.1 Uji No
Beriku
dapat dilaku
Chi Kuadrat
Penguj
for Windows
Pengujian N
Denga
menggunaka
H A S I L
n hasil perhi
pegawai staf
ength yang ti
Pengolahan
bab ini aka
isis dan pem
san-penjelasa
ormalitas
ut dilakukan
ukan untuk m
t untuk meng
ujian normali
s.
Normalitas
an berdasark
an Spss 18.0
0
0.5
1
D A N P E
itungan diat
f bidang Stat
inggi pada se
n Data
an dibahas
mbahasan, ya
an teoritis.
pengujian n
menguji nor
guji normalit
itas data den
Data Self Ef
kan data ten
0, maka didap
0
5
1
Strength R
E M B A H
as maka dik
tistik Sosial d
elf efficacy m
hasil-hasil p
ang didasark
normalitas da
rmalitas data
tas data.
ngan Chi Ku
Efficacy
ntang Self E
patkan hasil
Rendah Streng
A S A N
ketahui bahw
di BPS Prov
mereka.
pengolahan
kan pada hasi
ata. Terdapa
a. Pada kese
uadrat dilaku
Efficacy dila
sebagai beri
gthTinggi
wa sebanyak
vinsi Jabar in
data yang
il perhitunga
at beberapa t
empatan ini
ukan dengan
akukan uji
ikut:
| 49
k 11 orang
ni memiliki
dilengkapi
an statistik,
eknik yang
digunakan
SPSS 18.0
normalitas
B A B I V H A S I L D A N P E M B A H A S A N | 50
TABEL 4.8 Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Sum Mean Std. Deviation
Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic
self_efikasi 11 2300.00 3220.00 30686.00 2789.6364 87.90101 291.53465
Valid N (listwise) 11
Test Statistics
self_efikasi
Chi-Square .000a df 10
Asymp. Sig. 1.000 a. 11 cells (100,0%) have expected frequencies less
than 5. The minimum expected cell frequency is 1,0.
Berdasarkan perhitungan tersebut, didapatkan nilai Chi Kuadrat hitung =
0,0. Dengan dk = 5 dan taraf kesalahan 5%, maka harga Chi Kuadrat Tabel =
11,070. Karena nilai Chi Kuadrat hitung lebih kecil dari nilai Chi Kuadrat Tabel
(0,0 < 11,070) , maka distribusi self efficacy tersebut normal.
Berdasarkan instrumen penelitian, secara statistik didapati bahwa kedua
variabel berasal dari data yang berdistribusi normal. Oleh karena itu, dalam
penelitian ini akan ditempuh teknik statistik parametris. Dengan teknik parametris,
peneliti tidak perlu melakukan pengujian hipotesis.
B A B I V H A S I L D A N P E M B A H A S A N | 51
4.2.2 Analisis Faktor Dominan Self Efficacy
Tabel 4.12
Hasil Uji Korelasi Skor Faktor dengan Skor Total
No. ASPEK r 1. Generality 0,713446 2. Level 0,619803 3. Strength 0,731853
Berdasarkan kriteria yang diatas diketahui bahwa dimensi yang memberi
kontribusi terbesar bagi self efficacy adalah dimensi strength yaitu sebesar
0,731853 (korelasi tinggi). Dalam artian dimensi strength memiliki hubungan
yang sangat erat dengan variabel self efficacy. Kemudian dimensi kedua yang
turut memberi kontribusi besar bagi self efficacy adalah aspek generality yaitu
sebesar 0,713446. Perbedaan antara aspek strength dan aspek generality tidak
berbeda jauh. Aspek terakhir yang cukup berkontribusi adalah aspek level yaitu
sebesar 0,619803.
4.3 Pembahasan
Terdapat beberapa dimensi self efficacy pegawai, yaitu generality, level, dan
strength. Strength merupakan dimensi yang paling menunjang tingginya self
efficacy pegawai staf BPS Bidang Statistik Sosial ini memiliki nilai korelasi yang
tinggi sebesar 0,73. Strength merupakan kuatnya keyakinan seseorang mengenai
kemampuan yang dimiliki. Hal ini berkaitan dengan ketahanan dan keuletan
individu dalam pemenuhan tugasnya. Individu yang memiliki keyakinan dan
kemantapan yang kuat terhadap kemampuannya untuk mengerjakan suatu tugas
B A B I V H A S I L D A N P E M B A H A S A N | 52
akan terus bertahan dalam usahanya meskipun banyak mengalami kesulitan dan
tantangan. Pengalaman memiliki pengaruh terhadap self-efficacy yang diyakini
sesesorang. Pengalaman yang lemah akan melemahkan keyakinan individu itu
pula. Individu yang memiliki keyakinan yang kuat terhadap kemampuan mereka
akan teguh dalam usaha untuk menyampaikan kesulitan yang dihadapi. Dengan
mengandalkan pengalaman dan masa kerja yang cukup lama di BPS Provinsi
Bidang Statistik Sosial ini, pegawai merasa sangat yakin mampu mengerjakan
tugas yang diberikan, sehingga aspek ini adalah aspek yang paling menunjang
tingginya self efficacy pegawai staf.
Kemudian dimensi kedua yang menjadi indikasi adalah generality sebesar
memiliki nilai korelasi tinggi sebesar 0,71. Pada aspek Generality diketahui sejauh
mana individu yakin akan kemampuannya dalam berbagai situasi tugas, mulai
dalam melakukan suatu aktivitas yang biasa dilakukan atau situasi tertentu yang
tidak pernah dilakukan hingga dalam serangkaian tugas atau situasi sulit dan
bervariasi. Generality merupakan perasaan kemampuan yang ditunjukkan
individu pada konteks tugas yang berbeda-beda, baik itu melalui tingkah laku,
kognitif dan afektifnya. Pegawai staf memiliki keyakinan yang tinggi dalam
menghadapi berbagai tugas yang diemban, baik meliputi pengumpulan data,
pengolahan data yang sudah terkumpul, kemudian menganalisisnya,
mengevaluasi, serta melaporkan hasil pengolahan data tersebut dan terakhir
pengembangan statistik. Perbedaan antara aspek strength dan aspek generality
tidak berbeda jauh.
B A B I V H A S I L D A N P E M B A H A S A N | 53
Dimensi terakhir yang cukup mendominasi adalah level yang memiliki
korelasi yang tinggi sebesar 0,619. Level berkaitan dengan derajat kesulitan tugas
yang dihadapi. Penerimaan dan keyakinan seseorang terhadap suatu tugas
berbeda-beda, mungkin orang hanya terbatas pada tugas yang sederhana,
menengah atau sulit. Persepsi setiap individu akan berbeda dalam memandang
tingkat kesulitan dari suatu tugas. Ada yang menganggap suatu tugas itu sulit
sedangkan orang lain mungkin merasa tidak demikian. Apabila sedikit rintangan
yang dihadapi dalam pelaksanaan tugas, maka tugas tersebut akan mudah
dilakukan. Demikian halnya yang terjadi di BPS, terdapat variasi dalam
penghayatan tugas yang dimiliki setiap pegawai. Namun sebagian besar pegawai
menghayati bahwa mereka mampu untuk melakukan tugas yang mereka miliki,
hal ini ditunjang dengan masa kerja mereka yang lama di bidang ini dan memiliki
banyak pengalaman dalam menyelesaikan tugas, sehingga aspek ini turut
menunjang self efficacy mereka yang tinggi.
Berdasarkan hasil perhitungan statistik norma ideal mengenai self efficacy
pegawai BPS diketahui bahwa secara keseluruhan pegawai BPS ini memiliki
profil self efficacy yang tinggi. Namun terdapat satu dimensi yang sedikit lebih
rendah dari kedua dimensi lainnya, yaitu dimensi level. Dimensi ini berkenaan
dengan keyakinan seseorang mengenai kemampuan mereka dalam menyelesaikan
tugas. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa pegawai memliki
keterampilan dan kemauan yang cukup dalam bekerja namun kurang yakin
mengenai kemampuan yang mereka miliki. Dalam membentuk self efficacy
terdapat beberapa sumber yang perlu diperhatikan, antara lain Enactive mastery
B A B I V H A S I L D A N P E M B A H A S A N | 54
experience, Vicarious experience, Verbal persuasion, dan Physiological state.
Pada Enactive mastery experience begitu ditekankan pentingnya feedback atasan
atas pekerjaan yang telah diselesaikan bawahan. Pada Vicarious experience,
pengalaman keberhasilan yang telah ditunjukkan oleh orang lain. Ketika melihat
orang lain dengan kemampuan yang sama berhasil dalam suatu bidang atau tugas
melalui usaha yang tekun, individu juga akan merasa yakin bahwa dirinya juga
dapat berhasil dalam bidang tersebut dengan usaha yang sama. Sebaliknya self-
efficacy dapat turun ketika orang yang diamati gagal walaupun telah berusaha
dengan keras. Individu juga akan ragu untuk berhasil dalam bidang tersebut
(Bandura, 1997). Hal ini didapat pegawai dari rekan sekerja di Bidang Statistik
Sosial ini. Ketika rekan sekerja yang dinilai cukup ulet dalam bekerja, tidak
mendapatkan feedback, membuat rekan lain membandingkan dengan diri mereka
dan mengganggap bahwa mereka juga akan mengalami hal yang sama dengan
rekan kerja yang ulet tersebut. Hal ini cukup membuat pegawai staf kurang
termotivasi untuk segera menyelesaikan tugas. Berikutnya Verbal persuasion,
tidak dipungkiri meskipun pegawai merasa yakin mampu melaksanakan tugas,
adanya kontribusi atasan dalam mengontrol, mengarahkan tugas, dan
pelaksanaannya tetap penting untuk dilakukan. Kemudian Physiological state, hal
ini berkaitan dengan penilaian pegawai staf sendiri terhadap kemampuan yang
dimilikinya berkenaan dengan kondisi psikis mereka, meliputi kondisi fisik dan
kecemasan mereka dalam menghadapi berbagai tugas. Rasa ketertarikan mereka
terhadap tugas yang diemban turut mempengaruhi self efficacy mereka.
B A B I V H A S I L D A N P E M B A H A S A N | 55
Diluar hal tersebut terdapat faktor-faktor lain yang sulit dikontrol peneliti,
yang turut mempengaruhi self efficacy pegawai BPS yang secara rata-rata
memiliki self efficacy tinggi antara lain jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan,
dan pengalaman. Berhubungan dengan jenis kelamin, banyak orang tua yang
memiliki pandangan berbeda mengenai jenis kelamin laki-laki dan perempuan.
Zimmerman (Bandura, 1997) mengatakan bahwa terdapat perbedaan pada
perkembangan kemampuan dan kompetensi laki-laki dan perempuan. Di BPS
Provinsi Jawa Barat bidang Statistik Sosial mayoritas pegawainya adalah
perempuan. Ketika laki-laki berusaha untuk sangat membanggakan dirinya,
perempuan sering kali meremehkan kemampuan mereka. Hal ini berasal dari
pandangan orang tua terhadap anaknya. Orang tua menganggap bahwa wanita
lebih sulit untuk mengikuti pelajaran dibanding laki-laki, walaupun prestasi
akademik mereka tidak terlalu berbeda. Semakin seorang wanita menerima
perlakuan streotipe gender ini, maka semakin rendah penilaian mereka terhadap
kemampuan dirinya. Pada beberapa bidang pekerjaan tertentu para pria memiliki
self-efficacy yang lebih tinggi dibanding dengan wanita, begitu juga sebaliknya
wanita unggul dalam beberapa pekerjaan dibandingkan dengan pria, seperti yang
terjadi di BPS ini.
Faktor berikutnya adalah usia. Secara rata-rata usia pegawai BPS Provinsi
Jawa Barat Bidang Statistik Sosial ini sekitar 28 tahun sampai dengan 53 tahun.
Self-efficacy terbentuk melalui proses belajar sosial yang dapat berlangsung
selama masa kehidupan. Individu yang lebih tua cenderung memiliki rentang
waktu dan pengalaman yang lebih banyak dalam mengatasi suatu hal yang terjadi
B A B I V H A S I L D A N P E M B A H A S A N | 56
jika dibandingkan dengan individu yang lebih muda, yang mungkin masih
memiliki sedikit pengalaman dan peristiwa-peristiwa dalam hidupnya. Individu
yang lebih tua akan lebih mampu dalam mengatasi rintangan dalam hidupnya
dibandingkan dengan individu yang lebih muda, hal ini juga berkaitan dengan
pengalaman yang individu miliki sepanjang rentang kehidupannya.
Selanjutnya bila ditinjau berdasarkan latar belakang pendidikan pegawai
staff di BPS Provinsi Jawa Barat bidang Statistik Sosial yaitu SMA (tiga orang),
DIV STIS (tiga orang), S1 (satu orang) dan S2 (satu orang). Untuk kepala seksi,
DIV STIS (satu orang), S1 (satu orang), dan S2 (satu orang). Latar belakang
pendidikan turut mempengaruhi self efficacy seseorang. Self-efficacy terbentuk
melalui proses belajar yang dapat diterima individu pada tingkat pendidikan
formal. Individu yang memiliki jenjang yang lebih tinggi biasanya memiliki self-
efficacy yang lebih tinggi, karena pada dasarnya mereka lebih banyak belajar dan
lebih banyak menerima pendidikan formal, selain itu individu yang memiliki
jenjang pendidikan yang lebih tinggi akan lebih banyak mendapatkan kesempatan
untuk belajar dalam mengatasi persoalan-persoalan dalam hidupnya.
Faktor terakhir yang turut mempengaruhi self efficacy adalah pengalaman.
Berdasarkan hasil wawancara dan data yang diperoleh dari kuisioner yang
dibagikan terhadap sejumlah responden, secara keseluruhan masa kerja pegawai
di BPS Provinsi diatas 5 tahun bahkan mencapai 15 tahun lebih. Self efficacy
terbentuk melalui proses belajar yang dapat terjadi pada suatu organisasi ataupun
perusahaan dimana individu bekerja. Self efficacy terbentuk sebagai suatu proses
B A B I V H A S I L D A N P E M B A H A S A N | 57
adaptasi dan pembelajaran yang ada dalam situasi kerjanya tersebut. Semakin
lama seseorang bekerja maka semakin tinggi self efficacy yang dimiliki individu
tersebut dalam pekerjaan tertentu, akan tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa
self efficacy yang dimiliki oleh individu tersebut justru cenderung menurun atau
tetap. Hal ini juga sangat tergantung kepada bagaimana individu menghadapi
keberhasilan dan kegagalan yang dialaminya selama melakukan pekerjaan.
B A B V K E S I M P U L A N D A N S A R A N | 58
58
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan oleh peneliti, maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa self efficacy pegawai termasuk dalam kategori tinggi,
baik secara keseluruhan ataupun per dimensi (generality, level, dan strength).
5.2 Saran
Penelitian ini dapat dimanfaatkan maupun dikembangkan dengan
memperhatikan beberapa saran berikut:
1. Saran untuk pengembangan ilmu
a. Bagi penelitian selanjutnya yang sejenis, lebih baik agar ruang lingkup
populasi diperluas dengan jumlah sampel yang lebih banyak. Diharapkan
dengan populasi yang diperluas, maka hasil yang dicapai dapat diambil
suatu generalisasi yang lebih luas pula.
b. Bagi penelitian selanjutnya, dapat dicari sampel dengan karakteristik
yang lebih beranekaragam karakteristik individual dan karakteristik
lingkungan kerjanya dengan tetap memperhatikan jumlah dan
pengontrolan variabel-variabel pengganggu. Dengan bervariasinya
karakteristik sampel dapat diperoleh hasil lebih mendalam berkaitan
dengan analisis pembahasan berdasarkan teori self efficacy.
B A B V K E S I M P U L A N D A N S A R A N | 59
59
c. Bagi penelitian selanjutnya, penelitian mengenai self efficacy dapat
dihubungkan dengan teori psikologi lain, misalnya motivasi kerja
pegawai. Sehingga didapatkan gambaran yang lebih mendalam mengenai
teori self efficacy.
2. Saran Praktis untuk instansi terkait
Berkenaan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan adapun saran yang
dapat diberikan adalah perlunya memberikan pelatihan yang berkaitan
dengan peningkatan keterampilan pegawai dalam melaksanakan tugas, guna
mencapai kinerja yang optimal dan mempertahankan self efficacy yang
sangat tinggi yang dimiliki pegawai staf BPS Provinsi Bidang Statistik
Sosial.
DAFTAR PUSTAKA
Hersey, Paul & Ken Blanchard. 1982. Manajemen Perilaku Organisasi:
Pendayagunaan Sumber Daya Manusia. Edisi Keempat. Jakarta. Penerbit
Erlangga.
Bandura, Albert. 1997. SELF-EFFICACY: The Exercise of Control. Stanford
University. New York. W.H. Freeman and Company.
Wahjosumidjo. 1933. Kepemimpinan dan Motivasi. Cetakan 3. Jakarta. Penerbit
Ghalia Indonesia.
Rahayu, Makmuroh Sri. 2007. Diktat Kuliah Metode Penelitian I. Bandung.
Fakultas Psikologi Universitas Islam Bandung.
Diktat Psikologi Organisasi. Universitas Islam Bandung: Fakultas Psikologi.
Untuk kalangan sendiri.
Anwar, Astrid Indi Dwisty. 2010. Hubungan antara self efficacy dengan
kecemasan berbicara di depan umum pada mahasiswa fakultas psikologi
Universitas Sumatera Utara. Skripsi tidak diterbitkan. Sumatera Utara.
Keputusan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 121 tahun 2001. Organisasi dan
Tata Kerja Perwakilan BPS di Daerah.
Noor, Drs. Hasanuddin, M.Sc. 2009. Aplikasi Dalam Penyusunan Instrumen
Pengukuran Perilaku. Psikometri. Cetakan kesatu. Penerbit Fakultas
Psikologi Unisba. Bandung
Ronald K. Hambleton; Ray Gumpert. The Validity of Hersey and Blanchard’s
Theory of Leader Effectiveness. Group & Organizations Studies (pre-1986);
Jun 1982; 7, 2; ABI/INFORM Global. Page 225
John E. Jones. Instrumentation. Group & Organization Studies (pre-1986); Dec
1977; 2, 4; ABI/INFORM Global. Page 510
Paul Hersey. Situational Leaders. Leadership Excellence; Feb 2009; 26, 2;
ABI/INFORM Global. Page 12
Gillian Stewart. SITUATIONAL LEADERSHIP. MATCHING TEACHER
TUTOR LEADERSHIP STYLE TO BEGINNING TEACHER
MATURITY LEVEL. Adapted for the Induction/EPD process from Paul
Hersey, Kenneth H Blanchard and Joseph W Keilty. As applied by the
Centre for Leadership Studies (1979).
Paul Hersey and Kenneth H. Blanchard. Leadership Effectiveness and
Adaptability Description (LEAD)
Prof.Dr.Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Administrasi dilengkapi dengan
Metode R & D. Penerbit Alfabeta. Bandung
Sumber lain:
www.bps.go.id
LAMPIRAN
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
FAKULTAS PSIKOLOGI
1
KATA PENGANTAR
Dalam rangka pembuatan skripsi untuk menempuh ujian sarjana di Fakultas
Psikologi Universitas Islam Bandung, saya bermaksud mengadakan penelitian di
Instansi tempat saudara bekerja. Untuk itu saya mohon bantuan dan kerjasama
saudara.
Bantuan dan kerjasama yang saudara berikan sangat berarti bagi perolehan
data yang saya butuhkan. Saya mohon kesediaan saudara untuk mengisi kuesioner
yang saya berikan.
Diharapkan saudara memberikan jawaban yang sejujurnya dan sesuai
dengan perasaan, pikiran, dan kebiasaan saudara dalam bekerja. Angket ini bukan
merupakan suatu tes karena tidak ada jawaban yang benar atau salah. Jawaban-
jawaban yang saudara berikan tidak ada hubungannya dengan penilaian dari
atasan atau perusahaan atau instansi.
Tujuan dari kuesioner ini yaitu hanya akan dijadikan data untuk penelitian
skripsi saya.
Atas kesediaan dan kerjasama saudara saya ucapkan terima kasih.
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
FAKULTAS PSIKOLOGI
2
SELF EFFICACY
PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER
Kuesioner ini di desain untuk membantu kita memperoleh pemahaman yang lebih
baik mengenai jenis hal-hal yang membuat kesulitan kita (pegawai) dalam melaksanakan
berbagai kegiatan.
Pada halaman berikut terdapat sejumlah pernyataan mengenai hal-hal yang
berkaitan dengan pekerjaan saudara sekarang serta situasi dan kondisi kerja di instansi
tempat saudara bekerja.
Harap nilai bagaimana keyakinan anda dalam melakukan sesuatu dengan
menuliskan sejumlah nomor. Jawaban anda akan dijaga kerahasiaannya dan tidak akan
diidentifikasi melalui nama. Nilai tingkat keyakinan anda dengan memilih sebuah angka
dari 0 sampai 100 dengan menggunakan skala yang diberikan dibawah ini:
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Tidak dapat Cukup yakin Sangat yakin
mengerjakan semuanya dapat melakukannya dapat melakukannya
Contoh:
Mengendarai motor atau mobil dengan hati-hati. . . .
Bila saudara merasa sangat yakin mampu mengendarai motor atau mobil dengan
hati-hati, maka saudara tuliskan seperti berikut:
Mengendarai motor atau mobil dengan hati-hati. 100
Terima kasih & Selamat Bekerja
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
FAKULTAS PSIKOLOGI
3
No. PERNYATAAN SKOR
1. Mengumpulkan data penduduk secara lengkap
2. Membantu menyelesaikan tugas rekan kerja dibidang lain
3. Memenuhi tuntutan tugas yang tinggi dari atasan saya.
4. Menyediakan data yang diperlukan sebelum waktunya tanpa ditegur
atasan terlebih dahulu
5. Mengumpulkan data meski bukan di bidang saya
6. Mencapai mutu tinggi apabila target yang ditentukan tinggi
7. Memecahkan persoalan yang berkaitan dengan pengolahan data
8. Mengayomi orang-orang freelance ketika penginputan data sensus
penduduk dilakukan
9. Melakukan tugas yang dirasa sulit sekalipun
10. Menyelesaikan pengolahan data tanpa harus dikontrol terus oleh atasan
11. Mengendalikan diri untuk tetap bekerja secara optimal ketika
penginputan data sensus penduduk memerlukan banyak tenaga kerja.
12. Mempertahankan posisi di bidang yang ditekuni saat ini karena keahlian
saya ada disini
13. Mengumpulkan data dan langsung mengolahnya pada saat itu
14. Mengikuti pelatihan apa saja yang diadakan BPS, sekalipun bukan
dibidang saya.
15. Mempelajari program analisis hingga mahir menggunakannya
16. Keakuratan pekerjaan yang saya selesaikan ketika saya menganalisis
data
17. Melakukan pemantauan secara intensif dalam proses pengumpulan data
yang belum lengkap di BPS Kabupaten
18. Membantu rekan kerja lain dalam mengerjakan tugasnya agar saya juga
mampu mengerjakan sendiri ketika tugas tersebut menjadi tanggung
jawab saya
19. Merasa tertantang mengerjakan analisis data yang sulit
20. Berdiskusi dengan rekan lain dalam pembentukan program baru
berhubungan yang dengan pengembangan statistik di Bidang Sosial
21. Mengkoreksi hasil kerja dengan teliti
22. Mengevaluasi data secara objektif
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
FAKULTAS PSIKOLOGI
4
23. Kelancaran dalam melakukan pengecekan kembali data yang sudah
terkumpul di BPS Provinsi
24. Percaya diri ketika menyerahkan tugas pada atasan
25. Memperbaiki laporan pertanggungjawaban hingga benar.
26. Kelancaran dalam mengelompokkan data sensus penduduk berdasarkan
informasi yang sudah terkumpul
27. Tugas yang dikerjakan terhindar dari kesalahan sehingga tidak perlu
dikerjakan berulang kali
28. Menyelesaikan laporan tanpa harus lembur
29. Kelancaran dalam proses pengumpulan data dari BPS Kabupaten
berkaitan dengan ketidaklengkapan data yang diminta.
30. Tetap bekerja secara optimal ketika tubuh kurang fit
31. Meskipun dihadapkan pada beberapa tugas oleh atasan, saya tetap
mampu mengerjakannya sekaligus.
32. Tetap fokus menyelesaikan tugas sementara atasan mendesak segera
menyiapkan data yang diperlukan
33. Menyampaikan materi pelatihan pada rekan lain, meskipun hal tersebut
bukan merupakan tugas pokok saya,
34. Pantang menyerah menyelesaikan tugas, meskipun rekan kerja kerap
kali mencemooh hasil kerja saya
35. Menciptakan program-program baru yang berhubungan dengan
pengembangan statistik di Bidang Sosial ini.
DATA KESELURUHAN SELF EFFICACY
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 95 87 95 85 80 87 95 90 80 85 97 80 80 90 70 80 90 75 90 75 85 80 90 90 90 75 90 80 80 80 70 80 70 85 70 75 80 80 80 90 60 80 80 80 80 70 90 80 80 80 80 70
100 70 80 80 70 100 80 100 80 100 100 100 80 80 65 70 80 60 80 75 20 70 85 30 50 70 80 80 90 80 80 90 70 80 80 80 90 70 80
100 100 100 100 60 80 100 100 100 100 100 100 10080 50 80 80 50 80 60 70 70 80 80 50 50 80 70 70 80 70 70 60 80 70 100 80 80 7080 80 80 80 80 80 70 80 70 80 80 80 80
0,77823 0,60169 0,78317 0,59028 0,3735 0,59769 0,71441 0,78984 0,82817 0,4192 0,83159 0,80249 0,6882
14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 85 80 85 85 90 80 90 90 90 95 90 90 90 85 80 80 90 70 75 80 80 85 85 80 85 85 85 90 90 75 80 70 75 75 75 75 70 80 70 75 75 70 80 70 80 80 80 80 90 90 90 80 90 90 90 90 100 80 100 80 100 100 100 100 100 80 100 100 100 100 60 60 70 60 70 65 60 70 60 65 80 70 60 70 90 90 90 80 80 80 80 90 90 90 80 90 90 80 100 80 80 100 100 100 100 100 100 100 100 100 70 70 80 70 75 85 70 70 50 80 75 75 80 80 70 80 100 80 70 60 80 80 80 70 70 70 70 70 80 60 80 70 80 70 80 70 80 80 80 70 80 90 80 80
0,58376 0,6602 0,7477 0,7204 0,85623 0,83986 0,86058 0,93728 0,96858 0,81457 0,79937 0,92121 0,63209 0,52799
DATA KESELURUHAN SELF EFFICACY
28 29 30 31 32 33 34 35 Skor Total
Skor Maksimal
85 80 85 90 85 85 80 90 3041 3500 90 80 90 85 85 75 90 85 2910 3500 65 70 50 60 60 65 65 55 2565 3500 80 80 80 80 80 80 90 60 2830 3500 80 80 80 80 70 80 100 80 3130 3500 80 75 75 75 60 60 80 40 2300 3500 80 80 90 90 90 80 90 80 2930 3500 100 80 80 80 80 60 100 100 3220 3500 75 80 75 75 75 75 75 40 2490 3500 70 70 60 60 60 70 70 50 2530 3500 80 80 80 80 80 80 80 70 2740 3500
0,68044 0,60982 0,55975 0,61701 0,6524 0,36742 0,77751 0,94225 30686