Status Ujian Rizki
-
Upload
rizki-amaliah -
Category
Documents
-
view
212 -
download
0
description
Transcript of Status Ujian Rizki
UJIAN KASUS
ILMU KEDOKTERAN JIWA
Disusun oleh:
Rizki Amaliah
102011101067
Dokter Penguji :
dr. Alif Mardijana, Sp.KJ
FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS JEMBER
2014
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Ny. E
Umur : 42 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Sumber Sari Permai 1 Jember
Agama : Islam
Suku : Jawa
Status : Menikah
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Tgl pemeriksaan : 14 dan 17 April 2014
II. ANAMNESIS
Autoanamnesis dan heteroanamnesis dilakukan pada tanggal 14 April
2014 di poli Psikiatri dan 17 April 2014 di kediaman pasien.
III. KELUHAN UTAMA
Pasien tidak mau bicara.
IV. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Autoanamnesis (Poli Psikiatri, 14 April 2014)
Pasien datang dengan berpakaian rapih sesuai usia, rambut rapih tidak
acak-acakan. Pada saat disapa pasien hanya diam saja, kontak mata tidak ada
karena pandangan pasien hanya tertuju ke satu arah dan tidak melihat ke
pemeriksa. Pada saat ditanya siapa namanya pasien juga hanya diam. Ketika
disuruh untuk menuliskan namanya, pasien mau memegang bulpen yang
diberikan oleh pemeriksa namun pasien tidak menuliskan apa-apa di selembar
kertas yang sudah disediakan. Pasien hanya terdiam dan pandangannya kosong.
Pada saat anamnesis berlangsung tiba-tiba pasien tersenyum sendiri, lalu saat
ditanya kenapa tersenyum, apa melihat atau mendengar sesuatu yang lucu,
1
pasien hanya terdiam. Selama anamnesis dilakukan pasien hanya terdiam dan
tidak mengeluarkan satu kata pun.
Heteroanamnesis:
Anamnesis dilakukan kepada ibu pasien. Menurut ibunya, pasien sudah
hampir 2 minggu terakhir ini tidak mau bicara. Hal ini dimulai 1 minggu
setelah pasien melahirkan anak keduanya. Pada awalnya beberapa hari setelah
melahirkan pasien masih dalam keadaan normal seperti biasanya, masih bisa
diajak mengobrol, kemudian juga menyusui anaknya yang baru lahir. Namun
beberapa hari setelahnya tiba-tiba pasien menjadi pendiam, tidak mau
berbicara, bahkan tidak mau menggendong dan menyusui anaknya lagi.
Kemudian oleh keluarga dibawa pulang, setelah dibawa pulang ke rumah
pasien juga tetap diam tidak mau bicara. Makan dan minum juga terganggu,
untuk makan dan minum pasien harus disuapi terlebih dahulu oleh ibunya.
Menurut ibunya, setelah pulang dari rumah sakit kira-kira selama 7 hari pasien
tidak mau buang air besar. Kemudian oleh ibunya pasien dibawa ke puskesmas
dan dirawat selama 2 hari. Selama dirawat pasien bisa buang air besar. Namun
pasien tetap saja tidak mau bicara, pasien hanya mengatakan 1 atau 2 kata saja,
contohnya ketika disuapi oleh ibunya pasien hanya bilang “wareg, bu”.
Menurut ibunya, pasien dulu kira-kira 6 tahun yang lalu juga pernah
mengalami hal seperti ini, yaitu sebelum melahirkan anak pertamanya.
Awalnya pasien marah-marah lalu tiba-tiba menjadi pendiam. Kemudian
pasien dibawa ke RSD dr.Soebandi dan dirawat di Ruang Tulip selama 10 hari.
Setelah pulang dari rumah sakit, pasien sembuh dan normal kembali seperti
biasa. Namun pasien tidak rajin kontrol dan pengobatannya tidak dilanjutkan
ketika pasien sudah merasa membaik. Sebelumnya pasien pernah bercerai
dengan suami pertamanya, selama hampir 5 tahun pasien tidak menikah lagi,
pasien lalu bekerja sebagai pengasuh anak. Kemudian, pada tahun keenam
pasien menikah lagi dan dikaruniai anak yang sekarang baru berumur 20 hari.
Selama sakit pasien sekarang tinggal dengan kedua orang tuanya, sedangkan
suami dan anaknya tinggal di daerah Bintoro.
2
Autoanamnesis (Home visite 17 April 2014):
Pada saat pemeriksa datang, pasien sedang berbaring di atas kasur,
memakai baju tidur. Pasien tampak sedang tidur karena habis minum obat,
sehingga anamnesis tidak dapat dilakukan.
Heteoanamnesis:
Anamnesis dilakukan kepada ayah dan ibu pasien. Menurut ibu pasien,
keadaan anaknya sekarang ini sudah semakin membaik dan sudah banyak
perubahan yang terjadi diantaranya pasien sudah mulai berbicara walaupun
masih sedikit. Pasien mampu mengeluarkan kata-kata seperti “wareg, bu”
ketika sedang disuapi atau mengatakan “lemes bu”. Untuk makan dan minum
pasien masih belum bisa melakukannya sendiri dan harus disuapi oleh ibunya
karena pasien tidak pernah meminta atau menunjukkan kalau dia sedang lapar.
Ketika pasien disuruh makan jika merasa lapar pasien akan memakan
makanannya, tetapi jika pasien masih kenyang pasien akan menolak
makanannya. Kemudian untuk mandi dan buang air juga harus disuruh terlebih
dahulu, jika waktunya mandi ibunya akan membawanya ke kamar mandi, lalu
pasien akan mengambil cibuk dan mandi sendiri. Jika pasien merasa ingin
buang air besar pasien akan melakukannya berbarengan ketika mandi.
Kegiatan sehari-hari pasien hanya makan, nonton tv, dan tidur, kadang-
kadang ibu pasien mengajak jalan-jalan disekeliling kompleks rumahnya atau
diajak duduk-duduk di depan rumah untuk mendapatkan udara yang segar,
namun pasien hanya duduk tanpa memperhatikan lingkungan sekitarnya.
Ketika dibawa berjalan-jalan pasien hanya diam sambil mengikuti ibunya.
Ketika pemeriksa bertanya apakah pasien pernah menanyakan anaknya yang
masih bayi, menurut ibu pasien, pasien tidak pernah menanyakan sedikitpun
tentang anaknya. Kemudian ketika ditanya apakah suaminya sering berkunjung
melihat istrinya, menurut ibu pasien bahwa menantunya tersebut setiap hari
sehabis magrib setelah pulang kerja selalu datang berkunjung, suaminya juga
sering mengajak mengobrol sambil bercanda, namun istrinya itu tetap saja
diam.
3
Pemeriksa juga bertanya apa ada masalah dengan pernikahan pertama
pasien, ibu pasien menjawab kalau anaknya tidak pernah bercerita mengenai
rumah tangganya. Ibunya hanya mengetahui kalau pernikahan pertama
anaknya hanya berlangsung selama 1 tahun, anaknya bercerai setelah anaknya
itu sembuh dari sakitnya dan cucunya yang sekarang berumur 6 tahun itu
tinggal dengan ayahnya dan hanya bertemu dengan anaknya itu setiap lebaran
saja. Setelah bercerai pasien beraktivitas seperti biasa dan memutuskan untuk
bekerja sebagai pengasuh anak, namun setelah pernikahannya yang kedua
pasien memutuskan untuk berhenti bekerja. Pemeriksa bertanya bagaimana
kepribadian pasien sehari-hari sebelum sakit, ibunya menjawab bahwa pasien
itu tipe orang yang selalu ceria, namun sedikit tertutup dan tidak pernah
mengeluh ada masalah. Dengan teman-temannya juga baik, kadang-kadang
temannya datang berkunjung, kemudian hubungan dengan tetangga dan
lingkungannya juga tidak ada masalah.
V. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Pasien sebelumnya pernah menderita gejala yang sama tahun 2008.
VI. RIWAYAT PENGOBATAN
Pasien pernah mendapat obat ketika dirawat di RSD dr. Soebandi 6 tahun lalu.
VII. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit dengan gejala yang
sama dengan pasien.
VIII. RIWAYAT SOSIAL
Faktor Premorbid : Pasien orang yang ceria dan pandai bergaul.
Faktor Pendidikan : Pasien merupakan lulusan SMA.
Faktor Keturunan : -
Faktor Organik : -
Faktor Pencetus : Tidak dikeahui
4
Faktor Psikososial : Pasien pernah menikah 2 kali, dan memiliki 2 orang
anak. Hubungan pasien dengan keluarga dan
lingkungannya baik.
IX. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Interna
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda Vital : TD = 110/70 mmHg RR: 18 x/menit
N: 80 x/menit T: 36,5 0C
Kepala-Leher : a/i/c/d = -/-/-/-
Thorax : Cor : S1 S2 tunggal
Pulmo: Vesikuler +/+, Rhonki -/-, Wheezing -/-
Abdomen : Flat, Bising Usus Normal, Timpani
Ekstremitas : Akral hangat pada keempat ekstremitas
Tidak ada oedema pada keempat ekstremitas
2. Status Psikiatri
Kesan Umum : Pasien berpakaian rapi dan bersih, sesuai umur.
Rambut terawat dengan baik.
Kontak : mata (-), verbal (-)
Kesadaran : kualitatif : berubah
kuantitatif : GCS 4-5-6
Afek/Emosi : dangkal/ tumpul
Proses Berpikir : bentuk : sde
arus : sde Mutisme
isi : sde
Persepsi : sde
Kemauan : menurun
Intelegensi : dalam batas normal
Psikomotor : menurun
Tilikan : 1 ( Penyangkalan total terhadap penyakitnya. )
5
X. DIAGNOSIS BANDING
- Gangguan Katatonik Organik
- Stupor Disosiatif
XI. DIAGNOSIS MULTIAXIAL
Aksis I : F. 20.23 Skizofrenia Katatonik Episodik Berulang.
Aksis II : Z 03.2 Tidak Ada Diagnosis Aksis II
Aksis III : -
Aksis IV : pencetus tidak diketahui
Aksis V : GAF Scale 30-21 Disabilitas berat dalam komunikasi dan daya
nilai, tidak mampu berfungsi hampir semua bidang.
XII. TERAPI
1. Edukasi
Penjelasan kepada keluarga mengenai kondisi yang dialami pasien agar
pasien dan keluarga mampu memahami dan menerima keadaan tersebut.
Meminta keluarga pasien agar memberikan dukungan moral kepada
pasien.
Memberitahukan kepada keluarga agar membantu pasien dalam minum
obat secara teratur, dan jika obat habis pasien harus kontrol.
2. Farmakoterapi
Haloperidol 2 x 5 mg
Hexymer 2 x 2 mg
XIII. PROGNOSIS
Dubia ad bonam karena:
Kepribadian Premorbid (ceria dan mudah bergaul) : baik
Onset (usia dewasa) : baik
Faktor keturunan (tidak ada) : baik
Faktor pencetus (tidak diketahui) : buruk
Perhatian keluarga (cukup) : baik
Ekonomi (cukup) : baik
6
Pemberian obat (lekas diberikan obat) : baik
7