Status Ujian Tesan

82
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Data Dasar Peta Wilayah Puskesmas Banjarbaru Utara merupakan puskesmas yang mulai beroperasi pada bulan Agustus 2008. Wilayah yang dibawahi oleh Puskesmas Banjarbaru Utara merupakan wilayah yang berada di kawasan Banjarbaru Utara di mana terdapat dua kelurahan, yaitu Loktabat Utara dan Mentaos. Wilayah Loktabat Utara didominasi oleh pemukiman warga. Daerah pertanian dan perdagangan serta jasa hanya sedikit. Lokasi Puskesmas Banjarbaru Utara terdapat pada pusat kelurahan Loktabat Utara dan dikelilingi pemukiman, di mana akses yang dapat digunakan menggunakan transportasi darat karena akses utama melalui jalan. Wilayah Mentaos juga didominasi daerah pemukiman dan sebagian kecil daerah pemerintahan. Akses yang digunakan melalui transportasi darat.

description

PKM

Transcript of Status Ujian Tesan

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Data DasarPeta WilayahPuskesmas Banjarbaru Utara merupakan puskesmas yang mulai beroperasi pada bulan Agustus 2008. Wilayah yang dibawahi oleh Puskesmas Banjarbaru Utara merupakan wilayah yang berada di kawasan Banjarbaru Utara di mana terdapat dua kelurahan, yaitu Loktabat Utara dan Mentaos. Wilayah Loktabat Utara didominasi oleh pemukiman warga. Daerah pertanian dan perdagangan serta jasa hanya sedikit. Lokasi Puskesmas Banjarbaru Utara terdapat pada pusat kelurahan Loktabat Utara dan dikelilingi pemukiman, di mana akses yang dapat digunakan menggunakan transportasi darat karena akses utama melalui jalan. Wilayah Mentaos juga didominasi daerah pemukiman dan sebagian kecil daerah pemerintahan. Akses yang digunakan melalui transportasi darat.

Gambar 1.1 Peta Kelurahan Mentaos

Gambar 1.2 Peta Kelurahan Loktabat Utara

Keadaan Geografisa.Batas WilayahPuskesmas Banjarbaru Utara memiliki batas wilayah kerja sebagai berikut: Sebelah utara:Desa Cindai Alus Kabupaten Banjar Sebelah selatan:Kelurahan Loktabat Selatan Kecamatan Banjarbaru Selatan Sebelah timur:Kelurahan Sungai Paring Kecamatan Martapura Kota Sebelah barat:Kelurahan Banjarbaru Utara Kecamatan Landasan Ulinb.Keadaan Tanah dan IklimSebagian besar wilayah Kecamatan Banjarbaru Utara merupakan dataran rendah dan dataran tinggi serta memiliki tanah keras dan berpasir. Iklim yangberpengaruh adalah musim hujan dan musim kemarau.c.Jangkauan TransportasiPuskesmas Banjarbaru Utara berada di wilayah Kecamatan Banjarbaru Utara, Kota Banjarbaru dengan jarak 2 km dari pusat pemerintahan Kota Banjarbaru dan dapat ditempuh dalam waktu 15 menit melalui kondisi jalan yang baik. Jarak terjauh dari puskesmas adalah 4 km pada kelurahan Mentaos dan kelurahan Loktabat Utara yang terdekat. Seluruh wilayah dapat dijangkau menggunakan kendaraan roda 2 dan roda 4 sepanjang musim.d.Pembagian WilayahWilayah kerja Puskesmas Banjarbaru Utara memiliki luas 21,12 km2, terdiri atas 2 kelurahan, yaitu kelurahan Loktabat Utara dan kelurahan Mentaos. Wilayah kelurahan Loktabat Utara memiliki luas 14,24 km2 dengan jumlah penduduk sampai akhir tahun 2013 berjumlah 20.653 jiwa. Penduduk terbagi dalam 48 RT dan 10 RW, jumlah rumah sebanyak 5.167 buah. Wilayah kelurahan Mentaos memiliki luas 6,88 km2 dengan jumlah penduduk sampai akhir tahun 2013 berjumlah 9.900 jiwa. Penduduk terbagi dalam 18 RT dan 6 RW, jumlah rumah sebanyak 2.781 buah.Data DemografiDari data-data yang telah dikumpulkan pada Kecamatan Banjarbaru Utara hingga akhir tahun 2013, jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Banjarbaru Utara adalah 30.553 jiwa.

Tabel 1.1. Data Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Banjarbaru Utara Tahun 2013No.KelurahanLuas WilayahJumlah Penduduk

1.Loktabat Utara14,24 km220.653

2.Mentaos6,88 km29.900

Jumlah21,12 km230.553

Kepadatan penduduk di kelurahan Loktabat Utara rata-rata 1.450 jiwa/km2, sedangkan di kelurahan Mentaos rata-rata 1.438 jiwa/km2. Secara keseluruhan, kepadatan penduduk Kecamatan Banjarbaru Utara rata-rata 1.446 jiwa/km2. Menurut Undang-undang No.5 Tahun 1960, tingkat kepadatan penduduk di suatu daerah dapat dikelompokkan menjadi empat kategori, yaitu :1. Tidak padat :kepadatan penduduk mencapai 50 orang/km21. Kurang padat :kepadatan penduduk mencapai 51 - 250 orang/km21. Padat :kepadatan penduduk mencapai 250 - 400 orang/km21. Sangat padat :kepadatan penduduk melebihi 401 orang/km2Berdasarkan undang-undang tersebut, kepadatan penduduk wilayah Puskesmas Banjarbaru Utara termasuk ke dalam kategori sangat padat.

Gambar 1.3. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Wilayah Kerja Puskesmas Banjarbaru Utara Tahun 2013

Gambar 1.4. Presentase Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Banjarbaru Utara Tahun 2013

1.2 Tabel Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia di Wilayah Kerja Puskesmas Banjarbaru Utara Tahun 2013NoUmurJumlahPresentase

10-427218,6%

25-9383812,1%

310-1418996,2%

415-1927938,8%

520-24402813,1%

625-2921176,3%

730-3421076,4%

835-3916185,2%

940-44349111,4%

1045-4921216,5%

1150-5413544,4%

1255-5913424,3%

1360-6410453,4%

14>6516435,3%

Total30.553100%

Berdasarkan data pada tabel dan gambar di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar penduduk di wilayah kerja Puskesmas Banjarbaru Utara termasuk kedalam kelompok umur 20-24 tahun. Sedangkan yang paling sedikit adalah kelompok umur 60-64 tahun sehingga dapat dikatakan bahwa penduduk yang lanjut usia memiliki komposisi yang paling sedikit. Lebih jelasnya persentase atau jumlah penduduk berdasarkan usia produktif dapat diketahui dengan cara sebagai berikut :Penduduk (0-16) + penduduk (>65)

Usia Produktif =x 100%Penduduk (15-64)

Berdasarkan perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa usia produktif sebesar 54%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dari setiap 100 orang penduduk harus menanggung jumlah penduduk yang tidak produktif sebanyak 54 orang. Dengan melihat jumlah penduduk usia produktif lebih banyak dari usia non produktif, wilayah kerja Puskesmas Banjarbaru Utara mempunyai cukup sumber daya manusia (SDM) yang dapat didayagunakan untuk membantu penyelenggaraan program-program Puskesmas menuju visi dan misi puskesmas itu sendiri, seperti pengkaderan maupun sasaran program.Tabel 1.3. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan di Wilayah Kerja Puskesmas Banjarbaru Utara Tahun 2013No.Jenis PekerjaanJumlah (Orang)Persentase (%)

1.Tidak bekerja6.86622,47

2.Ibu rumah tangga5.80018,98

3.Pelajar6.08319,91

4.Pensiunan8272,71

5.PNS2.3807,79

6.TNI/POLRI4191,37

7.Pedagang4591,50

8.Petani1990,65

9.Karyawan swasta4.72015,45

10.Buruh6162,02

11.Lain-lain2.1847,15

Jumlah30.553100

Dengan mengetahui jenis pekerjaan penduduk yang berada di wilayah kerja Puskesmas Banjarbaru Utara, maka dapat menentukan tingkat pendidikan dan tingkat sosial ekonomi seseorang yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan. Pada penduduk di wilayah Banjarbaru Utara mayoritas penduduk tidak bekerja. Namun, harus ditelaah kembali proporsi jumlah penduduk berdasarkan usia, sehingga bisa dipastikan apakah tidak bekerja karena usia balita dan lansia atau memang tidak memiliki pekerjaan. Pekerjaan yang cukup banyak dimiliki yaitu PNS dan karyawan swasta, sehingga kemungkinan penduduk wilayah kerja Puskesmas Banjarbaru Utara memiliki tingkat sosial ekonomi menengah.Agama Islam merupakan agama yang rata-rata dianut oleh penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Banjarbaru Utara. Jumlah penduduk berdasarkan agama tersaji pada tabel dan grafik di bawah ini. Tabel 1.4. Data Agama yang Dianut oleh Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Banjarbaru Utara Tahun 2013No.AgamaJumlah (orang)Persentase (%)

1.Islam29.41096,22

2.Kristen9943,25

3.Katolik120,04

4.Hindu1030,34

5.Budha290,09

6.Lainnya170,06

Jumlah30.553100

Taraf pendidikan penduduk di wilayah kerja Puskesmas Banjarbaru Utara sudah cukup tinggi, di mana rata-rata tingkat pendidikannya adalah lulusan SMA atau sederajat. Dengan tingginya tingkat pendidikan, maka kesadaran akan pentingnya kesehatan akan lebih baik sehingga pemahaman terhadap pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat juga dapat memenuhi sasaran. Selain itu, diharapkan pula agar masyarakat tersebut dapat berpotensi untuk dijadikan kader puskesmas dalam upaya pelaksanaan program puskesmas. Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan tersaji pada tabel di bawah ini. Tabel 1.5. Data Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Banjarbaru Utara Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2013No.PendidikanJumlah (orang)Persentase (%)

1. Tidak/belum sekolah4.27113,97

1. Tidak tamat SD/sederajat3.94812,92

1. Tamat SD/sederajat3.50611,47

1. Tamat SMP/sederajat4.49414,70

1. Tamat SMA/sederajat9.62131,48

1. Diploma I/II3941,28

1. Diploma III/S.Muda8052,63

1. Diploma IV/S-13.21310,51

1. Strata II3010,98

Jumlah30.553100

Gambaran Umum Puskesmas Banjarbaru Utara1. Struktur OrganisasiStruktur organisasi Puskesmas Banjarbaru Utara berdasarkan Peraturan Walikota Banjarbaru Nomor 21 Tahun 2008 tanggal 28 Nopember 2008 tediri atas:Kepala PuskesmasBahrul Ilmi, S.KM, MMKepala Bag. Tata UsahaMasdinahFungs. Dokterdr. Nina Puspitasaridr. Rita Ervinadr. Juhai Triyantidr. Dwidr. DiahFungs. Dokter Gigidrg. Erna Suryantidrg. HalidaFungs. PerawatTuti, AMKPahlul, AMKMarlinda, AMKImelda, AMKEka, AMKFungs. BidanHajimah, Am.KebSiti Basiah, Am.KebFatmawati, SSTNeneng, Am.KebNurwasilah, Am.KebRica, Am.KebRina, Am.KebYustina, Am.KebYanti, Am.KebHiwayan, Am.KebNoorhidayah, Am.KebNurmaulidah, Am.KebFungs. NutrisionisMashul, AmgJessie ApridaFungs. Penata LabSiti LatifahEndang, Amd.AkFungs. ApotekerFeni, S.si, AptFungs. Asisten ApotekerDiany KFatimatulFungs. Perawat GigiNurul Husna, AmdZuraidahPomdiani, AmkgYuliaFungs. SanitarianMarianiHeldawatiSuparmi

Gambar 1.5. Struktur Organisasi Puskesmas Banjarbaru Utara

1. Gambaran Sumber Data Puskesmas Banjarbaru UtaraSarana KesehatanSistem pelayanan kesehatan berkembang sangat pesat, di mana pembangunan fasilitas kesehatan semakin meningkat dengan harapan dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat. Fasilitas kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Banjarbaru Utara sebagai berikut.Tabel 1.6. Fasilitas Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Banjarbaru UtaraNo.Sarana KesehatanJumlah

1.Puskesmas induk1 buah

2.Puskesmas pembantu1 buah

3.Rumah sakit3 buah

4.Posyandu Balita10 buah

5.Poskesdes1 buah

6.Posyandu manula2 buah

Tabel 1.7. Sumber Daya Fisik di Puskesmas Banjarbaru UtaraFasilitasKondisi

Ruang loket/pendaftaranBaik

Ruang poli umumBaik

Ruang poli anak/MTBSBaik

Ruang KIA/KBBaik

Ruang poli gigiBaik

Ruang imunisasiBaik

Ruang apotekBaik

Ruang kesehatan lingkunganBaik

Ruang tata usaha/administrasiBaik

Ruang laboratoriumBaik

Ruang P2MBaik

Ruang giziBaik

Ruang kepala puskesmasBaik

WC/kamar mandiBaik

GudangBaik

Tabel 1.8. Sarana Penunjang di Puskesmas Banjarbaru UtaraNo.Sarana PenunjangJumlahKondisi

1.Kendaraan roda 42Baik

2.Kendaraan roda 27Baik

3.Sterilisator listrik4Baik

4.Imunisasi kit2Baik

5.Vaccine carrier7Baik

6.Lemari es3Baik

7.Minor surgery set3Baik

8.Laboratorium sederhanaLengkapBaik

9.Emergency kit1Baik

10.Surgical setLengkapBaik

11.Peralatan gigiLengkapBaik

12.Peralatan KIALengkapBaik

Tenaga KesehatanTabel 1.9. Sumber Daya Tenaga Kerja di Puskesmas Banjarbaru UtaraNoNAMA / NIPJABATANPENDIDIKAN TERAKHIRKET

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

31

32Bahrul Ilmi,SKM,MM19700906 199002 1 001Masdinah 19690918 198912 2 001drg.Erna Suryati 19661004 199303 2 009dr.Diah Ratih S,MM19580413 198802 2 001Hajimah S.Taruno,SST19600412 198011 2 003Siti Basiyah 19610709 198401 2 001Mariani 19630905 198512 2 003Zuraidah 19620826 198502 2 002Heldawati19661215 198801 2 003dr.Juhai Triyanti A1974088 200604 2 025Imawati,S.Gz19770412 200012 2 004Nurul Awliya,SKM,M.Kes

Fatmawati.S.ST19690704 199003 2 010Neneng Suriyawati AM.Keb 19720801 199202 2 003Fenni Narulita , S.SiApt19850925 200903 2 004dr.Rita Ervina19840531 201101 2 003dr.Nina Puspitasari19850928 201101 2 002dr.Dwi Hidayanti19810523 201101 2 003drg.Halida Chaerani19840209 201101 2 003Maslimah Elyati,SKM19681202 198903 2 003Romdiani Arisanti ,A.M.Kg19740918 199403 2 001Nurul Husna ,A.M.Kg19830830 200501 2 007Noorwasillah,SST19720115 200003 2 003Nurmaulidah ,SST19780228 200604 2 024Suparmi19700325 199703 2 004Pahlul Dikamal ,A.M.Kep19741025 200903 1 003Tuti Handayani ,A.M.Kep19840123 200903 2 007Siti Latifah 19730803 199703 2 007Rica Agustina,AM.Keb19850804 200903 2 012Rina Amalia,AM.Keb19870513 200903 2 008Norhidayah,AM.Keb19781002 201001 2 003Endang Rahayu,AK19840605 200804 2 002Kepala PuskesmasKasubbag TU

Dokter Gigi UtamaDokter

Bidan Muda

Bidan Penyelia

Sanitarian PenyeliaPerawat Gigi PenyeliaSanitarian penyeliaDokter Muda

Nutrisonis Pertama Epidemiologi MudaBidan Muda

Bidan Penyelia

Apoteker

Dokter Pertama

Dokter Pertama

Dokter Pertama

Dokter Gigi PertamaPromkes

Per. Gigi Pelak. LanjutanPer. Gigi Pelak LanjutanBidan Pertama

Bidan pertama

Sanitarian pelk.LanjutanPerawat PelaksanaPerawat Pelaksana Pranata Lab.Kes.PelaksBidan Pelaksana Bidan PelaksanaBidan PelaksanaPran.lab.Kes PelaksanaS 2

S P R G

S 1

S 2

D IV

D I

D I

S P R G

D I

S 2

S 1

S 2

D IV

D III

S 1

S 1

S 1\

S 1

S 1

S 1

D III

D III

D IV

D IV

D I

D III

D III

S M A K

D III

D III

D III

D IIIStruktural

Struktural

Fungsional

Fungsional

Fungsional

Fungsional

Fungsional

Fungsional

Fungsional

Fungsional

Fungsional

Fungsional

Fungsional

Fungsional

Fungsional

Fungsional

Fungsional

Fungsional

Fungsional

Fungsional

Fungsional

Fungsional

Fungsional

Fungsional

Fungsional

Fungsional

Fungsional

Fungsional

Fungsional

Fungsional

Fungsional

Dengan sumber daya manusia yang memiliki jenjang pendidikan yang tinggi, maka diharapkan kualitas pelayanan kesehatan dan pelaksanaan program menjadi maksimal.Upaya Pokok Puskesmas Banjarbaru UtaraDalam pelaksanaan kegiatan Puskesmas Banjarbaru Utara melaksanakan program kerja Puskesmas secara terpadu, artinya dalam melaksanakan kegiatan yang ada di Puskesmas dilaksanakan secara bersama-sama dengan program lain yang terkait yang ada di Puskesmas Program kerja Puskesmas tersebut meliputi :a.6 (enam) program wajib yang dilaksanakan1. Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana (KIA-KB)1. Promosi Kesehatan ( Promkes )1. Kesehatan Lingkungan1. Perbaikan Gizi1. Pengobatan 1. Pencegahan, Pemberantasan Penyakit Menular (P3M).b.Upaya program pengembangan yang dilaksanakan1. Program Kesehatan Mata1. Program Kesehatan Jiwa1. Program Perawatan Kesehatan Masyarakat ( PHN )1. Program Usaha Kesehatan Sekolah ( UKS )1. Program Usaha Kesehatan Gigi Sekolah ( UKGS )1. Program Usaha kesehatan Gigi Masyarakat Desa ( UKGMD )1. Program Kesehatan Kerja 1. Program Kesehatan Olahragac.Program penunjang yang dilaksanakan1.. Pelayanan Laboratorium sederhana 2. Pelayanan Obat ( Apotik )d.Pelayanan administrasi dan tata usaha 1.R/R( Simpus )

B.Data KhususTabel 1.10. 10 Penyakit terbanyak selama tahun 2013 di wilayah kerja Puskesmas Banjarbaru Utara Banjarbaru NoJenis PenyakitKode PenyakitJumlah

1.

Infeksi Akut Lain pada Saluran Pernapasan Bagian Atas1804

3483

2.Commond Cold (Nasopharingitis Akut)18013051

3.Penyakit Pulpa dan Jaringan Periapikal20052114

4.

Penyakit Lain pada Saluran Pernapasan Bagian Atas1806

1580

5.

Penyakit lain pada Otot dan Jaringan Pengikat4099

1196

6.Dermatitis Lain3810922

7.Diare dan Gastro entritis non spesipik0105677

8.Penyakit Gusi dan Jaringan Periodental2006618

9.Gastritis 2102580

10.Hipertensi primer1601491

Jumlah14712

Sumber : Laporan tahunan Puskesmas Banjarbaru Utara 2013Tabel 1.11. 10 Penyakit terbanyak pada balita Tahun 2013 di wilayah kerja Puskesmas Banjarbaru UtaraNoJenis PenyakitKode PenyakitJumlah

1.Commond Cold (Nasopharingitis Akut )1801223

2.

Infeksi Akut Lain pada Saluran Pernapasan Bagian Atas1804129

3.Diare0105107

4.Pharingitis180291

5.Pneumonia190265

6.Dermatitis Lain381051

7.Stomatitis201029

8.Konjungtivitis120322

9.Atopic dermatitis380621

10.Scabies070818

Jumlah756

Tabel 1.12 Data Penyuluhan Kesehatan Di Puskesmas Banjarbaru Utara Periode Januari sampai Agustus Tahun 2014 Jenis KegiatanJanuariFebruariMaretApril MeiJuniJuliAgustus

Penyuluhan kesehatan

KIA/KB155112213

P2M04500445

Kesehatan Lingkungan011000352

Obat Berbahaya00000000

Gigi dan Mulut01312113

Kesehatan Jiwa00000000

Peran serta Masyarakat00101101

Petugas yg melaksanakan penyuluhan1520111014121416

Jumlah kader kesehatan yang dilatih00000000

Sumber : Laporan Bulanan Puskesmas Banjarbaru Utara Tahun 2014Tabel 1.13 Data Jumlah Kader di Wilayah Kerja Puskesmas Banjarbaru Utara Tahun 2013No.Nama PosyanduJumlah Kader yang Ada (Orang)Jumlah Kader yang Aktif

1.Kembang Culan75

2.Asparagus97

3.Kejora98

4.Seroja 75

5.Teratai54

6.Wijaya Kusuma96

7.Seruni75

8.Tulip65

9.Aster75

10.Kembang Tanjung85

11.Sakura76

12.Kembang Pinus76

Jumlah8873

Tabel 1.14 Distribusi Kader kesehatan Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas Banjarbaru Utara Tahun 2013Tingkat Pendidikan kaderJumlah kader Persentase (%)

Tidak Tamat SD/SederajatTamat SD/SederajatTamat SLTP/SederajatTamat SLTA/SederajatPerguruan Tinggi363302222,5253,3825,4018,631,67

Jumlah118100

Sumber : Data kader kesehatan Puskesmas Banjarbaru Utara Tahun 2013Tabel 1.15 Cakupan Program Perbaikan Gizi Puskesmas Banjarbaru Utara 2014NO.PROGRAM/KEGIATANSASARANTARGETREALISASIPERSENTASEPENCAPAIAN

1Cakupan SKDN

S ( Jumlah Balita )26912691

K ( Jumlah Balita memiliki KMS)2691262897,66

D (Jumlah Balita ditimbang)2691210678,26

N (Jumlah Balita yang naik)2691197276,99

2Pencapaian Indikator Penimbangan

K/S ( Hasil Liputan program)2691100262897,66

D/S ( Tingkat Partisipasi Masyarakat)269185210678,26

N/D' ( Tingkat keberhasian Program)210685168580,00

D/K (Tingkat kelangsungan penimbangan)262885210680,13

N/S (Hasil Pencapaian Program)269180197273,28

T/D' (Tingkat Jumlah balita yang T )21061346,64

3Distribusi Vitamin A :

Bayi (6 11 bulan)2928327794,86

Balita (1 - 5 tahun)210783206898,15

4Distribusi Tablet Fe pada bumil :

Fe 16428152181,15

Fe 36428152882,24

5Pengukuran TBABS

Kategori Status Gizi berdasarkan TB/U

NO.PROGRAM/KEGIATANSATUANTARGETREALISASIPERSENTASEPENCAPAIAN

Laki-Laki :356

Sangat Pendek1,46 %00

Pendek31,54%30,84

Normal68%35329,16

Perempuan:286

Sangat Pendek1,46%31,06

Pendek31,54%144,90

Normal68%26994,06

6Pemantauan Garam beryodium:

RT dengan garam beryodium cukup2068520198,10

Desa dengan kategori baik2852100

7Pemantauan Balita BGM

Jumlah BGM511,89

BGM kasus Baru90,33

Persentase Balita BGM(BGM/D)26910,76%51/26911,89

8Pemantauan Pertumbuhan Balita di PAUD/TK96486%902

Normal86%90293,57

Kurus86%30,31

Kurus Sekali7,46%00

Gemuk5%596,12

9Pemantauan Status Gizi (PSG)300

Kategori BB/TB:

Normal86%24782,33

Kurus86%227,33

Kurus Sekali7,46%00

Gemuk5%3110,3

Kategori BB/U300

Buruk1,46%00

Kurang7,46%5117

Baik86%23478

Lebih5%248

Kategori TB/U:300

Pendek32%3511,67

Normal68%26588,33

10Pemberian PMT-Pemulihan:

Balita BGM51

11Konsultasi Gizi (Pojok Gizi) dalam gedung208

1.3 Latar BelakangBalita adalah istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak prasekolah (3-5 tahun). Balita merupakan kelompok masyarakat yang rentan gizi buruk. Pada kelompok tersebut mengalami siklus pertumbuhan dan perkembangan yang membutuhkan zat-zat gizi yang lebih besar dari kelompok umur yang lain sehingga balita paling mudah menderita kelainan gizi. Kejadian gizi buruk seperti fenomena gunung es dimana kejadian gizi buruk dapat menyebabkan kematian (4).Undang-undang nomor 23 tahun 2002 mewajibkan pemerintah, masyarakat termasuk dunia usaha memenuhi hak-hak anak, yaitu kelangsungan hidup, pertumbuhan dan perkembangannya serta perlindungan demi kepentingan terbaik anak. Di bidang kesehatan, pemerintah wajib menyediakan fasilitas dan menyelenggarakan upaya kesehatan yang komprehensif bagi anak melalui upaya kesehatan promotif, preventif,kuratif dan rehabilitatif yang optimal. Kesehatan bukanlah tanggung jawab pemerintah saja namun merupakan tanggung jawab bersama pemerintah dan masyarakat termasuk swasta (4).Berita munculnya kembali kasus gizi buruk yang diawali di Propinsi NTT, NTB, Lampung yang diikuti oleh propinsi-propinsi lainnya menunjukkan bahwa masalah gizi masyarakat kita masih rawan. Secara nasional, pada tahun 2003 terdapat sekitar 27.5% balita menderita gizi kurang, namun demikian terdapat 110 kabupaten/kota mempunyai prevalensi gizi kurang (termasuk gizi buruk) diatas 30%, yang menurut WHO dikelompokkan sangat tinggi. Kondisi ini sangat memprihatinkan, karena mengancam kualitas sumberdaya manusia kita dimasa mendatang (4).Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2007 prevalensi gizi buruk dan gizi kurang sebesar 26,6% (rentang 17-35,6%), prevalensi masalah pendek sebesar 41,8% (rentang 27,8 50,4%) dan prevalensi gizi sangat kurus pada balita masih cukup tinggi yaitu sebesar 7,8 % (rentang 3,7 17,0 %). Presentase penimbangan 6 bulan terakhir umur 6 59 bulan sebesar 38,5% (5).Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Tahun 2010 presentase balita gizi kurang dan buruk terjadi penurunan sebesar 23%, Provinsi Kalimantan Selatan berada pada peta berwarna merah > 20% (termasuk dalam 15provinsi terendah) dan balita dengan prevalensi masalah pendek sebesar 39,4%. Walaupun terjadi penurunan dibanding tahun 2007 tapi presentase balita gizi kurang dan buruk masih sangat tinggi diatas rata-rata nasional (5).

Gambar 1.6 Prevalensi status gizi menurut provinsi di IndonesiaSalah satu bentuk deteksi dini anak gizi buruk adalah dengan melihat data rutin hasil penimbangan anak di posyandu atau menggunakan hasil pemeriksaan di Puskesmas (3).

Gambar 1.7 Bagan pendeteksian gizi burukDapat dilihat pada bagan diatas, garda depan terdeteksinya anak gizi buruk adalah dengan hasil pemeriksaan BB (Berat Badan), TB (Tinggi Badan) dan LiLA (Lingkar Lengan Atas) yang dilakukan di pusat kesehatan tingkat pertama yaitu puskesmas, pustu, polindes dan puskesmas. Namun, menurut data di Puskesmas Banjarbaru Utara, kesadaran masyarakat untuk mengukur tinggi badan dan berat badan balitanya di posyandu terdekat atau di puskesmas masih kurang. Hal ini dapat dilihat dari hasil laporan tahunan 2013 Puskesmas Banjarbaru Utara di bagian partisipasi program dimana partisipasi program merupakan hasil dari yang ditimbang dibagi dengan data balita yang seharusnya ditimbang. Hasil yang baru direalisasi sekitar 78,26% dan jumlah anak BGM (Bawah Garis Merah) di daerah asuhan Puskesmas sebanyak 51 anak (6,1).

1.4. TUJUAN PENULISAN Tujuan penulisan ini adalah untuk menentukan alternatif pemecahan masalah agar kesadaran masyarakat akan pentingnya pengukuran berat badan rutin di posyandu atau puskesmas meningkat.

BAB IIPERMASALAHAN

2.1 Identifikasi MasalahData yang telah disajikan di atas menunjukkan masalah-masalah yang dimiliki Puskesmas Banjarbaru Utara. Permasalahan pada puskesmas banjarbaru utara adalah mengapa angka cakupan penimbangan balita (D/S) setiap bulan di posyandu masih rendah?

2.2 Identifikasi Penyebab MasalahMelalui data yang disajikan diatas, situasi yang dihadapi oleh puskesmas Banjarbaru Utara dapat dianalisis sebab dan akibatnya, yaitu:POHON ANALISIS MASALAHTidak ada jadwal rutin penyuluhan gizi

Anggaran untuk mengadakan penyuluhan gizi kurangKurangnya kader yang terlatih

Rendahnya cakupan penimbangan balita setiap bulan di posyandu wilayah kerja Puskesmas Banjarbaru UtaraSEBABTerdapat kasus balita BGM AKIBATRendahnya pasrtisipasi dari masyarakat untuk melakukan penimbangan di posyandu

Gambar 2.1 Pohon Analisis Masalah kurangnya angka cakupan penimbangan balita setiap bulan di wilayah kerja Puskesmas Banjarbaru Utara

2.3 Prioritas Masalah Untuk menentukan prioritas masalah tersebut di atas dapat ditentukan dengan metode PACO-HENDES yang memperhitungkan mengenai :a. Besarnya masalah (Magnitude)Adalah besarnya pengaruh masalah terhadap derajat kesehatan masyarakat yang mencakup seberapa banyak penduduk atau masyarakat yang terkena dampak diberi skor 1 5 yaitu :1. Hanya sebagian kecil masyarakat2. Sebagian kecil masyarakat3. Hanya sebagian besar masyarakat4. Sebagian besar masyarakat5. Hampir seluruh masyarakatb. Seberapa jauh masalah dapat diselesaikan (Vulnerability)Adalah tersedianya suatu cara atau metode untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi. Diberi skor 1-2 yaitu:1. Tidak ada cara yang efektif2. Ada cara yang efektif c. Derajat kepentingan diselesaikannya masalah (Importancy)Adalah besarnya kepentingan terhadap derajat kesehatan masyarakat apabila masalah dapat diselesaikan. Diberi skor 1 5 yaitu :1. Tidak ada kepentingan2. Kepentingannya sangat rendah3. Kepentingannya cukup rendah4. Kepentingannya cukup tinggi5. Kepentingannya sangat tinggid. Biaya (Cost)Adalah biaya yang diperlukan untuk mengatasi masalah tersebut relatif rendah. Diberi skor 1 5 yaitu :1. Sangat tidak murah2. Tidak murah3. Cukup murah4. Murah5. Sangat murahBerdasarkan faktor-faktor di atas dapat ditentukan prioritas masalah sebagai berikut:Tabel 2.1. Penentuan Prioritas MasalahNoMasalahKriteriaNilai kompositRankingprioritas

MVICM x I x VC

1.Tidak ada jadwal rutin penyuluhan gizi124424

2.Kurangnya kader terlatih425313,31

3.Anggaran untuk mengadakan penyuluhan gizi kurang424483

Berdasarkan pembobotan masalah tersebut di atas, maka dapat diketahui bahwa prioritas masalah yang diterapkan ialah kurangnya kader yang terlatih.Dari hasil penentuan prioritas masalah berdasarkan pembobotan tersebut maka didapatkan permasalahan utama yaitu kurangnya kader terlatih di posyandu wilayah kerja Puskesmas Banjarbaru Utara. Dari permasalahan tersebut kemudian dicari lagi akar masalah atau penyebab dari masalah tersebut dengan memakai alat pemecahan masalah berupa pohon analisis.

.

BAB IIIPEMBAHASAN

Pertumbuhan anak dapat dinilai dengan memantau berat badan (BB), tinggi badan atau panjang badan (TB atau PB), lingkar kepala (LK) dan lingkar lengan atas (LLA). Pengukuran BB paling banyak digunakan karena paling mudah dikerjakan yang akan memberikan gambaran massa jaringan, termasuk cairan tubuh. Disamping itu ukuran BB juga sangat peka terhadap adanya kelainan atau penyakit yang terjadi pada anak. Selain itu berat badan juga sangat mudah dipengaruhi oleh keadaan mendadak, seperti terserang infeksi atau diare, konsumsi makanan yang menurun. Sebagai indikator status gizi, barat badan dalam bentuk indeks berat menurut umur (BB/U) dan berat menurut tinggi badan (BB/TB) memberikan gambaran keadaan kini. Pengukuran BB sebaiknya dilakukan setiap bulan untuk anak usia < 5 tahun dan 2 kali setahun untuk anak >5 tahun (7).Pertumbuhan anak dikatakan baik, apabila (7) :1. Berat badan anak menunjukkan kenaikan pada penimbangan setiap bulannya, berpedoman pada KMS berat badan anak berada sekitar daerah warna hijau pada KMS.2. Arah grafik berat badan anak sesuai dengan arah garis kelengkungan pada KMS3. Berpedoman pada kalender tumbuh kembang balita, apabila berat badan anak berada di daerah hijau pada grafik pertumbuhan.Bila jumlah asupan zat gizi sesuai dengan yang dibutuhkan, maka disebut gizi seimbang atau gizi baik. Bila jumlah asupan zat gizi kurang dari yang dibutuhkan disebut gizi kurang, sedangkan bila jumlah asupan zat gizi melebihi dari yang dibutuhkan disebut gizi lebih. Dalam keadaan gizi yang baik dan sehat atau bebas dari penyakit, pertumbuhan seorang anak akan normal, sebaliknya bila dalam keadaan gizi tidak seimbang, pertumbuhan seorang anak akan terganggu, misalnya anak tersebut akan kurus, atau pendek (7).Pada anak normal pertumbuhan dan perkembangan ditandai dengan kesehatan yang baik dan gizi seimbang/baik. Salah satu cara terbaik untuk mengukur kesehatan seorang anak adalah dengan mengukur pertumbuhannya, dan salah satu cara termudah untuk mengukur pertumbuhan adalah dengan menimbang berat badan anak secara teratur dan membandingkannya dengan berat badan standar sesuai umur (7).Apabila pertumbuhan anak tidak sesuai dengan yang seharusnya maka dapat dikatakan telah terjadi penyimpangan pertumbuhan anak, ini bisa dinilai dengan berpatokan pada KMS atau kalender, harus diperhatikan arah grafik pertumbuhan(7):1. arah grafik naik dan berada di jalur hijau, pertumbuhan anak baik.2. Arah grafik mendatar, pertumbuhan anak kurang baik3. Arah grafik menurun bahkan sampai di bawah jalur hijau, pertumbuhan anak jelek atau berbahaya4. Grafik jauh diatas warna hijau, anak terlalu gemuk.Penimbangan harus sebulan sekali untuk balita, agar dibuat grafik pertumbuhan. Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang pesat, namun seringkali anak balita rentan mengalami kekurangan gizi, dikarenakan berbagai faktor resiko yang dapat menyebabkan penyimpangan pertumbuhan, yaitu:1. Kelainan bawaan, terutama kelainan pada saluran cerna2. Penyakit infeksi yang bersifat akut (diare, ISPA), atau kronis (TB paru)3. Penyakit parasit; kecacingan, malaria4. Pemasukan makanan yang kurang; anak tidak mau makan/ nafsu makan yang kurang, yang dimakan tidak ada (miskin), kurangnya pengetahuan orang tua tentang makanan yang bergizi5. Budaya masyarakat; anak tidak boleh makan makanan yang berasal dari binatang karena takut kecacinganGizi kurang secara umum adalah istilah umum yang terjadi ketika kekurangan beberapa atau seluruh elemen nutrisi yang penting bagi tubuh. Ada 2 bentuk dasar malnutrisi, yaitu (8):1. Kurang energi dan protein (KEP) yaitu kurang cukup protein (dari daging atau sumber lain) dan makanan yang menyediakan energi (diukur dalam kalori)2. Defisiensi mikronutrien (vitamin dan mineral)Proses metabolik anak relatif lebih aktif dibandingkan dengan orang dewasa. Anak membutuhkan lebih banyak makanan untuk tiap kilogram berat badan karena sebagian dari makanan tersebut harus digunakan untuk pertumbuhan. Keperluan ini dapat dipenuhi dengan pemberian makanan yang mengandung cukup kalori, selain kalori dalam makanan harus cukup tersedia protein, karbohidrat, mineral, air, vitamin dan beberapa asam lemak dalam jumlah tertentu. Apabila jumlah minimal keperluan tersebut tidak dapat dipenuhi dalam waktu lama akan timbul gejala gizi kurang (9).Untuk tingkat Puskesmas, penentuan KEP dapat dialakukan dengan penimbangan berat badan dibandingkan dengan umur, penggunaan KMS, dan tabel BB/U baku Median WHO-NCHS (10). KEP berdasarkan klasifikasi dan istilah yang digunakan sesuai dengan hasil lokakarya antropometri gizi, 29-31 Mei 1975 dibagi menjadi 3 yaitu (10):1. KEP ringan bila berat badan menurut umur (BB/U) = 80-70% baku median WHO-NCHS dan/atau berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) = 90-80%. Pada KMS, dikatakan KEP ringan apabila penimbangan berat badan terletak pada pita warna kuning2. KEP berat bila berat badan menurut umur (BB/U) 60% baku median WHO-NCHS dan/atau berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) < 70% baku median WHO-NCHS. KEP berat ini yang sering disebut sebagai gizi buruk. Pada KMS tidak ada garis pemisah KEP berat/gizi buruk dan KEP sedang, sehingga untuk memnentukan KEP berat/gizi buruk digunakan tabel BB/U baku median WHO-NCHS.Gejala penyakit KEP ringan biasanya bersifat tidak jelas, hanya terlihat bahwa berat badan anak lebih rendah dibandingkan anak seumurnya. Berbeda dengan KEP berat yang memberikan gambaran klinik yang khas, misalnya kwashiorkor (edema, wajah membulat, mata sembab, pandangan mata sayu, rambut tipis kemerahan seperti warna jagung, hepatomegali, terdapat crazy pavement dermatosis, sering disertai adanya penyakit infeksi), marasmus (tampak sangat kurus sehingga tampak kulit terbalut tulang, wajah seperti orang tua, baggy pants, mata cekung, cengeng dan rewel, perut cekung, iga gambang, lapisan lemak tipis, dan sering disertai infeksi), atau campuran marasmus-kwashiorkor (8,9).Salah satu program perbaikan gizi adalah pemantauan pertumbuhan yang menitikberatkan pada upaya pecegahan dan peningkatan gizi anak. Kegiatan pemantauan pertumbuhan di Indonesia telah dilaksanakan sejak tahun 1974 melalui penimbangan bulanan di posyandu dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS). Gizi kurang pada balita tidak terjadi secara tiba-tiba, tetapi diawali dengan kenaikan berat badan anak yang tidak cukup. Penimbangan secara rutin dan teratur setiap bulan di posyandu dapat mendeteksi lebih awal memburuknya keadaan gizi anak balita tersebut (7).Posyandu adalah suatu bentuk kepaduan dari dua atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh masyarakat. Kegiatan-kegiatan yang dipadukan khususnya adalah program KIA, KB, gizi, imunisasi dan penanggulangan diare. Kegiatan di posyandu merupakan kegiatan yang melibatkan partisipasi masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan masyarakat oleh masyarakat dan untuk masyarakat yang dilaksanakan oleh kader-kader kesehatan yang telah mendapatkan pendidikan dan pelatihan dari tim puskesmas mengenai pelayanan kesehatan dasar (11).Ada beberapa syarat dibentuknya sebuah posyandu, yaitu sebagai berikut (12):1. penduduk RW tersebut paling sedikit terdapat 100 orang balita2. terdiri dari 120 kepala keluarga3. disesuaikan dengan kemampuan petugas (bidan desa)4. jarak antara kelompok rumah, jumlah KK dalam suatu tempat atau kelompok tidak terlalu jauhUntuk menjalankan kegiatannya, posyandu memerlukan tenaga yang cukup. Untuk itu diperlukan kader yang merupakan tenaga yang berasal dari masyarakat. Dalam satu posyandu idealnya memiliki minimal 5 orang kader aktif. Yang dimaksud dengan kader aktif adalah kader yang masih ikut serta dalam kegiatan posyandu dan menjalankan tugas dan fungsinya (seperti yang tertera di bawah). Kader posyandu dipilih oleh pengurus Posyandu dari anggota masyarakat yang tersedia, mampu dan memiliki waktu untuk menyelenggarakan kegiatan Posyandu, berjiwa sosial dan mau bekerja secara relawan, mengetahui adat istiadat serta kebiasaan masyarakat, dan dapat diterima oleh masyarakat setempat (12).Agar kegiatan posyandu dapat berjalan, maka kader dan pemuka masyarakat mempunyai peran untuk menumbuhkan kesadaran pada warga, bahwa posyandu adalah milik warga. Pemerintah, khususnya petugas hanya bersifat membantu. Dilihat dari indikator yang telah ditetapkan oleh Departemen Kesehatan RI, posyandu secara umum dibedakan menjadi 4, yaitu (12):

1. Posyandu PratamaPosyandu Pratama adalah Posyandu yang belum mantap, yang ditandai oleh kegiatan bulanan Posyandu belum terlaksana secara rutin serta jumlah kader terbatas yakni kurang dari 5 (lima) orang. Penyebab tidak terlaksananya kegiatan rutin bulanan Posyandu, disamping jumlah kader yang terbatas, dapat pula karena belum siapnya masyarakat. Intervensi yang dapat dilakukan untuk perbaikan peringkat adalah memotivasi masyarakat serta menambah jumlah kader.2. Posyandu MadyaPosyandu Madya adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader sebanyak 5 orang atau lebih, tetapi cakupan kelima kegiatan utamanya masih rendah yaitu < 50%. Intervensi yang dapat dilakukan untuk perbaikan peringkat adalah meningkat cakupan dengan mengikut sertakan tokoh masyarakat sebagai motivator serta lebih menggiatkan kader dalam mengelola kegiatan Posyandu.3. Posyandu PurnamaPosyandu Purnama adalah Posyandu yang sudah melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun dengan rata-rata jumlah kader sebanyak 5 (lima) orang atau lebih. Cakupan utamanya > 50% serta mampu menyelenggarakan program tambahan seta telah memperoleh sumber pembiayaan dari dana sehat yang dikelola oleh masyarakat yang pesertanya masih terbatas yakni kurang dari 50% KK di wilayah kerja Posyandu.

4. Posyandu MandiriPosyandu Mandiri adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun dengan rata-rata kader sebanyak 5 (lima) orang atau lebih. Cakupan dari kegiatan utamanya > 50%, mampu menyelenggarakan program tambahan serta telah memperoleh sumber pembiayaan dari dana sehat yang dikelola masyarakat yang pesertanya lebih dari 50% KK yang bertempat tinggal di wilayah kerja Posyandu Intervensi yang dilakukan bersifat pembinaan termasuk pembinaan dana sehat, sehingga terjamin kesinambungannya.Mengingat kegiatan gizi tergabung dalam pelayanan kesehatan terpadu (posyandu), maka kader gizi juga kader posyandu. Kader gizi bertugas membantu tenaga gizi melaksanakan penyuluhan program gizi masyarakat. Mereka adalah anggota masyarakat yang telah memperoleh latihan penanggulangan masalah gizi dan membantu kegiatan gizi di daerahnya. Supaya kader posyandu dapat melakukan tugas gizi dengan sebaik-baiknya perlu memperoleh latihan terlebih dahulu. Mereka yang telah memperoleh latihan masih perlu mendapatkan latihan tambahan untuk meningkatkan kemampuan dalam tugasnya. Latihan kader posyandu dalam bidang gizi merupakan kegiatan penting yang harus dilaksanakan oleh petugas gizi puskesmas (13).Dalam program gizi, terdapat 2 kader yang sangat penting, yaitu:1. Memotivasi ibu rumah tangga bahwa penimbangan badan secara teratur mempunyai manfaat, antara lain, untuk mengetahui sedini mungkin adanya gangguan tumbuh kembang anak agar intervensi untuk mencegah hambatan tumbuh kembang tubuh anak dapat dilakukan pada tingkat yang paling dini Untuk mendeteksi apakah anak menderita suatu penyakit2. Meyakinkan ibu bahwa dengan mengetahui secara dini keadaan status gizi balita maka dapat segera diatasi, kemungkinan gangguan pertumbuhan yang berdampak pada gangguan fisik dan mental anak dapat dicegah3. Meyakinkan para ibu bahwa gizi buruk pada anak dapat semakin memperburuk keadaan anak jika anak mengalami sakit dan gizi buruk itu sendiri dapat menurunkan kekebalan anak terhadap suatu penyakit4. Mengajak ibu yang memiliki balita untuk secara teratur menimbangkan balitanyaUntuk menunjang pengembangan program gizi diperlukan kualitas kader yang baik. Untuk meningkatkan kualitas kader diperlukan pelatihan, pembinaan dan penyegaran kader. Pembinaan kader posyandu dilakukan 3 bulan sekali guna membina hubungan silaturahmi antar kader serta peningkatan ketrampilan di dalam kegiatan posyandu dan pelatihan kader posyandu dilakukan terhadap kader-kader baru posyandu supaya mahir dan terampil dalam kegiatan posyandu (8).Sedangkan puskesmas menurut Depkes RI 1991 adalah organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat dan memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok (11).Tujuan ini hanya dapat diwujudkan oleh petugas dan peran serta masyarakat. Dalam pasal 5 UU Kesehatan No. 23 tahun 1992 menyatakan bahwa setiap orang wajib untuk ikut serta dalam memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan perorangan, keluarga serta lingkungan. Kesehatan yang ingin dicapai adalah keadaaan kesejahteraan dari badan jiwa dan sosial orang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (11).Puskesmas adalah sarana kesehatan terdepan yang memberi pelayanan kesehatan termasuk pelayanan gizi pada masyarakat. Pelayanan Gizi di Puskesmas meliputi : 1) Peningkatan pendidikan gizi dengan cara menyiapkan kerangka kebijakan dan menyusun strategi pendidikan gizi masyarakat, 2). mengembangkan materi KIE gizi, 3). menyebarluaskan materi pendidikan melalui institusi pendidikan formal, non formal dan institusi masyarakat, 4) menyelenggarakan promosi secara berkelanjutan, 5) meningkatkan kemampuan melalui pelatihan teknis dan manajemen serta 6) pembinaan dan peningkatan kemampuan petugas dalam program perbaikan gizi. Selain itu, di puskesmas juga terdapat program untuk menanggulangi Kurang Energi Protein (KEP) berupa pemantauan dan promosi kesehatan dan program suplementasi. Puskesmas juga memperdayakan masyarakat guna meningkatnya program gizi dengan cara pemilihan kader (14). Berdasarkan data menurut laporan tahunan 2013 penimbangan balita Puskesmas Banjarbaru Utara, pencapaian program pemantauan pertumbuhan balita di Puskesmas Banjarbaru Utara masih belum mencapai target. Menurut laporan tersebut jumlah balita yang datang menimbang berat badan ke Posyandu/Puskesmas lebih kecil dari jumlah seluruh balita yang ada di wilayah kerja Puskesmas Banjarbaru Utara. Dari data tersebut juga didapatkan hanya sebagian kecil balita yang naik berat badannya.Pencapaian liputan program (K/S) tahun 2013 pada bulan Januari sampai Desember hanya mencapai 97,66% (target 100%), ini berarti masih ada balita yang berada di wilayah kerja Puskesmas Banjarbaru Utara belum memiliki Kartu Menuju Sehat (KMS). Data tersebut diikuti oleh tingkat partisipasi masyarakat dimana hanya mencapai 78,26% (target 85%), keberhasilan program (N/D) hanya mencapai 80,00% (target 85%), kelangsungan penimbangan (D/K) hanya mencapai 80,13% (target 85%), bahkan tingkat pencapaian program (N/S) masih dibawah target yaitu 73,28% (target 80%).Pencapaian kelangsungan penimbangan (D/K) pada bulan Januari sampai Desember 2013 masih jauh dari target 85%, yakni hanya 80,13%. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak balita yang tidak secara rutin ditimbang setiap bulannya. Pemantauan pertumbuhan balita yang paling penting adalah bagaimana grafik berat badan anak tersebut yang hanya dapat dinilai bila anak ditimbang secara teratur. Keteraturan ini juga berperan untuk mencegah terjadinya gizi buruk pada anak karena apabila telah terjadi penurunan grafik berat badan walaupun belum mencapai garis merah, dapat diantisipasi lebih dini oleh petugas kesehatanJumlah gizi kurang di wilayah kerja Puskesmas Banjarbaru Utara pada bulan Januari sampai Desember tahun 2013 berjumlah 51 kasus, hal ini menunjukkan prevalensi gizi kurang di wilayah kerja Puskesmas Banjarbaru Utara masih tinggi. Namun, pencapaian yang didapat masih belum memuaskan mengingat masih banyak balita yang tidak ditimbang sehingga masih mungkin ada kasus gizi kurang yang belum tercatat. Hal ini menunjukkan masih rendahnya kesadaran masyarakat mengenai pemantauan tingkat kesehatan anaknya secara berkala. Padahal hal ini sangat penting untuk mendeteksi secara dini adanya gizi kurang dan adanya penyakit yang diderita oleh anak secara dini agar bisa segera diambil langkah-langkah untuk menanggulanginya sehingga tidak jatuh ke keadaan yang lebih parah. Kesehatan balita yang baik memegang peranan yang sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya sehingga dapat menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas.Program gizi yang dilakukan oleh Puskesmas Banjarbaru Utara guna mencegah dan menangani masalah gizi adalah sebagai berikut:1. Penimbangan bayi dan balita di puskesmas dan posyanduDari data diketahui bahwa tahun 2013 penimbangan balita indikator K/S, N/D, N/S, D/S dan D/K belum sesuai dengan target yang ditetapkan, artinya cakupan program belum mencapai target.Masing-masing indikator memiliki arti sebagai berikut: K/S yang masih dibawah target (100%) menggambarkan cakupan kegiatan penimbangan ini dapat menjangkau balita yang ada di wilayah kerja puskesmas Puskesmas Banjarbaru Utara, dengan kata lain belum semua bayi yang ada di wilayah kerja Puskesmas Banjarbaru Utara memiliki KMS. N/S yang masih di bawah target (80%) menggambarkan tingkat pencapaian program gizi yang masih rendah. Dari semua balita yang ada di wilayah kerja puskesmas hanya 73,28 % balita yang mengalami kenaikkan berat badan. D/S yang masih di bawah target (85%) menggambarkan penimbangan tidak dilakukan pada semua dari balita yang ada di wilayah kerja Puskesmas Banjarbaru Utara 78,26% balita yang ditimbang. D/K yang masih di bawah target (85%) menggambarkan kelangsungan penimbangan yang masih rendah. Dengan indikator ini dapat diketahui tingkat kemantapan pengertian dan motivasi orang tua untuk menimbangkan anaknya secara teratur. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hanya 80,13% orang tua yang patuh menimbangkan balitanya setiap bulan. N/D menggambarkan hasil penimbangan. Dari seluruh balita yang ditimbang secara rutin, 80,00% mengalami kenaikkan berat badan.Dari hasil diatas, kesimpulan yang bisa diperoleh:1. Jumlah balita yang dibawa ke puskesmas dan posyandu (untuk ditimbang) masih rendah. Dari data yang ada diketahui bahwa: Fasilitas puskesmas/posyandu dalam keadaan baik. Sarana dan prasarana puskesmas/posyandu dalam keadaan baik Sarana dan prasarana untuk menjangkau puskesmas/posyandu dalam keadaan baik. Sehingga permasalahan yang ada kemungkinan karena: Partisipasi masyarakat yang masih rendah dalam program gizi puskesmas sehingga mereka kurang aktif membawa balitanya untuk ditimbang. Promosi dan pemberian informasi (KIE) petugas maupun kader Puskesmas Banjarbaru Utara yang masih kurang.2.Jumlah balita yang berat badannya naik saat ditimbang masih rendah. Kenaikan berat badan berhubungan dengan status gizi.2. Monitoring status giziMeskipun 86 % bayi dan balita di wilayah Puskesmas Banjarbaru Utara berstatus gizi baik akan tetapi pihak puskesmas tetap melakukan tindakan monitoring kenaikan dengan pemantauan timbangannya melalui KMS. Adapun tujuannya adalah: Mengetahui perkembangan status gizi Mengetahui adanya bayi, anak balita yang mempunyai status gizi baik, kurang ataupun gizi buruk, agar dapat diadakan cara penanggulangan untuk mengatasi dan meningkatkan status gizi masyarakat sedini mungkin.3. Pemberian makanan tambahan (PMT) MP-ASI pada balita gizi kurang/burukBerdasarkan data, bahwa sebanyak 51 balita gizi kurang di wilayah kerja Puskesmas Banjarbaru Utara telah mendapatkan PMT berupa biskuit dan susu. 4. Penyuluhan giziProgram penyuluhan oleh pihak Puskesmas Banjarbaru Utara Banjarmasin, dalam pelayanan kesehatannya didukung oleh 73 kader aktif posyandu. Akan tetapi penyuluhan yang mengangkat materi tentang gizi balita masih kurang. Selain itu, masih banyak kader yang belum pernah diberikan pelatihan5. Konsultasi giziPihak Puskesmas Banjarbaru Utara Banjarmasin juga melakukan upaya lintas program untuk mencegah dan menangani masalah gizi balita dengan media konsultasi gizi (penyuluhan gizi perorangan). Hal tersebut sangat efektif karena saat konsultasi dapat diberikan solusi untuk masalah gizi dan pengaturan diet yang tepat secara individual.Ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan kurangnya partisipasi masyarakat dalam penimbangan balitanya di wilayah kerja Puskesmas Banjarbaru Utara Banjarmasin yaitu :1. Kurangnya pengetahuan ibu yang masih memiliki balita mengenai pentingnya penimbangan secara rutin balitanya baik di Posyandu atau Puskesmas. Perilaku ibu yang kebanyakan setelah usia 1 tahun atau setelah imunisasi balitanya lengkap berhenti menimbangkan balitanya secara teratur.2. Masih banyaknya masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Banjarbaru Utara yang berpendidikan rendah. Hal ini akan sangat berpengaruh pada tingkat pengetahuan mereka mengenai pentingnya arti kesehatan, khususnya bagi balita mereka, termasuk di dalamnya dengan melakukan penimbangan balitanya secara rutin sehingga mengakibatkan kurangnya partisipasi masyarakat untuk melakukan penimbangan bayi dan balitanya secara rutin.3. Kegiatan penimbangan dilakukan setiap kegiatan Posyandu tetapi pada setiap kegiatan sangat jarang diadakan penyuluhan khususnya tentang pentingnya penimbangan teratur dan kegunaan jangka panjang. Ini tentunya dirasa sangat kurang apalagi kalau melihat masih banyaknya penduduk di wilayah kerja Puskesmas Banjarbaru Utara yang berpendidikan kurang yang tentunya memerlukan penyuluhan yang lebih sering dan lebih intensif supaya bisa memahami dan mampu melaksanakan isi penyuluhan. Penyuluhan tentang gizi ini sangat penting untuk memberikan kesadaran bagi masyarakat tentang pentingnya penimbangan balita secara teratur demi mendapatkan kualitas kesehatan yang baik bagi bayi dan balita mereka, termasuk di dalamnya melalui penimbangan balita secara teratur.4. Kurangnya kegiatan lapangan, kegiatan penimbangan selama ini petugas puskesmas atau posyandu dan kader di Puskesmas Banjarbaru Utara hanya menunggu kedatangan ibu untuk membawa balitanya ke puskesmas atau ke posyandu. Masih banyaknya kasus balita dengan gizi kurang yang tidak terdeteksi karena petugas hanya menunggu, diharapkan petugas dan kader aktif mengunjungi balita yang tidak datang ke posyandu dan menanyakan masalahnya sehingga dapat dicari jalan keluarnya secara bersama-sama.5. Sistem pencatatan dan pelaporan hasil penimbangan bulanan Posyandu ke Puskesmas Banjarbaru Utara yang belum seragam dan tidak adanya tindak lanjut terhadap hasil penimbangan tersebut. Hal ini banyaknya kader posyandu Puskesmas Liang Anggang Banjarbaru yang belum paham tentang pentingnya pencatatan dan pelaporan hasil penimbangan. Menurut Prof. Soekirman pakar gizi senior IPB, fungsi Posyandu saat ini tidak seperti dulu lagi artinya memang ada kegiatan penimbangan berat badan anak, tetapi tidak ada tindak lanjut dari hasil penimbangan tersebut dan ibu juga tidak mengerti manfaatnya. Karena masyarakat merasa tidak ada tindak lanjut itulah maka masyarakat menjadi malas untuk ikut berpartisipasi dalam penimbangan balita di puskesmas maupun posyandu termasuk di wilayah kerja Puskesmas Banjarbaru Utara Banjarmasin.Terkait kurangnya partisipasi masyarakat dalam penimbangan balitanya di wilayah kerja Puskesmas Banjarbaru Utara sehingga sulit mendeteksi secara dini kejadian balita bawah garis merah, diperlukan pengoptimalan kader posyandu untuk melakukan kegiatan sebagai bertikut :a. Edukasi keluargaMemberi informasi kepada ibu yang memiliki bayi dan balita untuk membawa anaknya ke tempat pelayanan kesehatan untuk menimbang berat badan untuk mengetahui dan menilai status gizi, meskipun anaknya tidak dalam keadaan sakit.b. Konsultasi giziKegiatan berupa wawancara pola makanan/menu serta membaca hasil laboratorium, serta penimbangan setiap bayi dan balita yang datang ke Posyandu dan mencatatnya di KMS.c. Deteksi bayi gizi kurang dan burukKegiatan dilakukan melalui penimbangan dan pencatatan berat badan bayi balita di posyandud. Pemberian MP-ASI pada balita KEPKegiatan dilakukan melalui konsultasi gizi dan makanan tambahan, memberikan nasihat kepada orang tua, peragaan penyiapan makanan untuk KEP berat, merujuk balita ke RS bila disertai penyakit penyerta, evaluasi berat badan tiap 2 minggu dan pencatatan & pelaporan perkembangan.Sasaran program ini adalah bayi diatas 3 bulan dengan kegiatan berupa pembagian biskuit, bubur dan susu.Dengan demikian permasalahan tersebut akan dapat diatasi melalui peran serta aktif dari kader Posyandu di wilayah kerjanya masing-masing dengan memberikan penyuluhan yang intensif, yang dapat dilakukan setiap bulannya berbarengan dengan kegiatan penimbangan atau PMT penyuluhan di Posyandu. Penyuluhan harus diberikan secara jelas dan mudah dimengerti oleh masyarakat di mana kader itu berada. Diharapkan akan terjadi peningkatan kesadaran ibu untuk membawa anaknya dalam kegiatan penimbangan bulanan di Posyandu atau Puskesmas secara teratur.Masalah kurangnya kunjungan balita setiap bulannya ke puskesmas maupun posyandu dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Menurut Notoatmodjo, faktor faktor yang mempengaruhi tediri dari faktor yang memudahkan, faktor yang memungkinkan dan faktor yang memperkuat. Faktor yang memudahkan dimaksudkan disini adalah faktor pendidikan, pengetahuan, pendapatan dan pekerjaan orang tua. Faktor yang memungkinkan ialah berasal dari fasilitas kesehatan itu sendiri berupa kelengkapan sarana maupun jarak sarana kesehatan dari tempat tinggal dan faktor yang memperkuat adalah faktor yang berasal dari petugas kesehatan seperti sikap dan perilaku kader, keaktifan petugas pembina dan dukungan lembaga terkait (15). Di wilayah Puskesmas Banjarbaru Utara menurut data demografinya, penduduk rata-rata bekerja sebagai PNS ataupun Pegawai Swasta sehingga tidak memungkinkan untuk mengantarkan anak balitanya melakuakan penimbangan ke posyandu. Jumlah TK dan penitipan anak yang cukup banyak di wilayah kerja Puskesmas Banjarbaru Utara dapat disimpulkan bahwa anak balita banyak yang dititipkan di tempat penitipan dan disekolahkan di TK sehingga balita tidak memungkinkan untuk datang ke posyandu.

BAB IVPEMECAHAN MASALAH

4.1 Solusi Untuk Permasalahan Yang AdaDalam upaya meningkatkan cakupan penimbangan balita (D/S) di posyandu wilayah kerja Puskesmas Banjarbaru Utara maka diperlukan suatu alternatif pemecahan permasalahan yang melibatkan petugas kesehatan dan kader posyandu. Alternatif pemecahan masalah yang dapat dilakukan adalah:1. Jumlah kader yang sudah mencukupi memungkinkan untuk melakukan penyuluhan rutin saat ada kegiatan bulanan 2. Melakukan penyuluhan rutin agar masyarakat tertarik untuk berkunjung ke posyandu setiap bulan3. Melakukan pelatihan kader atau mengganti kader yang tidak aktif dengan cara melakukan pemilihan kader baru4. Kader melakukan kunjungan rumah bagi balita yang belum datang ke posyandu dan memberikan penyuluhan personal agar bulan depan dapat mengunjungi posyandu5. Posyandu bekerja sama dengan bidan dan perawat yang praktek mandiri untuk mengumpulkan data BB dan TB balita yang diperiksakan disana.6. Bagian gizi Puskesmas Banjarbaru Utara dibantu kader posyandu melakukan penimbangan di TK7. Melakukan lomba balita sehat setiap tahun agar ibu-ibu semangat untuk membawa anak mereka ke posyandu4.2 Prioritas Pemecahan MasalahKriteria pemecahan masalah menurut metode PAHO yaitu:a. Magnitude :1. Sangat tidak menyelesaikan masalah2. Tidak menyelesaikan masalah3. Cukup menyelesaikan masalah4. Menyelesaikan masalah5. Sangat menyelesaikan masalahb. Vulnerability1. Alternatif pemecahan masalah tidak efektif digunakan2. Alternatif pemecahan masalah efektif digunakanc. Importancy1. Tidak ada kepentingan untuk pemecahan masalah2. Kepentingannya sangat rendah untuk pemecahan masalah3. Kepentingannya cukup rendah untuk pemecahan masalah4. Kepentingannya cukup tinggi untuk pemecahan masalah5. Kepentingannya sangat tinggi untuk pemecahan masalahd. Cost1. Sangat tidak murah2. Tidak murah3. Cukup murah4. Murah 5. Sangat murahAlternatif pemecahan masalah tersebut kemudian diberi pembobotan untuk menentukan prioritas pemecahan masalah. Alternatif masalah dapat dilihat pada tabel berikut :Tabel 4.1. Penentuan Prioritas Alternatif Pemecahan MasalahNoPemecahan Masalah

KriteriaNilai komposit

RankingPrioritas

MVICM x I x VC

1

Jumlah kader yang sudah mencukupi memungkinkan untuk melakukan penyuluhan rutin saat ada kegiatan bulanan 324383

2Melakukan pelatihan kader atau mengganti kader yang tidak aktif dengan cara melakukan pemilihan kader baru424310,61

3Melakukan penyuluhan rutin agar masyarakat tertarik untuk berkunjung ke posyandu setiap bulan323364

4Kader melakukan kunjungan rumah bagi balita yang belum datang ke posyandu dan mendata BB TB balita serta memberikan penyuluhan personal agar bulan depan dapat mengunjungi posyandu323292

5Posyandu bekerja sama dengan bidan dan perawat yang praktek mandiri untuk mengumpulkan data BB dan TB balita yang diperiksakan disana424483

6Melakukan lomba balita sehat setiap tahun agar ibu-ibu semangat untuk membawa anak mereka ke posyandu323292

7Bagian gizi Puskesmas Banjarbaru Utara dibantu kader posyandu melakukan penimbangan di TK dan tempat penitipan anak423383

Berdasarkan hasil pembobotan dari table 16 di atas maka prioritas pemecahan masalah tentang rendahnya cakupan penimbangan balita di posyandu adalah dengan mengadakan pelatihan dan penyuluhan kader yang terprogram dan dievaluasi.Dari beberapa alternatif pemecahan masalah tersebut, maka prioritas yang dilakukan adalah dengan dengan mengadakan pelatihan dan penyuluhan kader yang terprogram dan dievaluasi melalui kegiatan penyegaran kader Posyandu, agar lebih aktif dan rutin melaksanakan kegiatan Posyandu dalam mendeteksi dan menanggulangi kasus BGM satu kali setiap bulannya dan memperbaiki sistem pencatatan dan pelaporan hasil penimbangan bulanan di Posyandu, sehingga dapat digunakan sebagai bahan evaluasi antara Puskesmas, kader dan masyarakat.Indikator keberhasilan yaitu jika jumlah balita yang ditimbang mengalami peningkatan setiap bulannya lebih dari 80%, tidak ada lagi kasus baru BGM di wilayah kerja Puskesmas Banjarbaru Utara Banjarmasin, dan adanya laporan kegiatan aktif dari kader masing-masing posyandu dalam usaha meningkatkan gizi masyarakat khususnya bayi dan balita di wilayah kerja Puskesmas Banjarbaru Utara.

4.3 Perencanaan Tindakan Pemecahan MasalahAdapun rencana tindakan pemecahan masalah dapat diuraikan sebagai berikut:1. Perencanaan (planning)a. Tujuan : optimalisasi kader posyandu sehingga dapat (1) memahami program-program gizi serta (2) dapat memberikan penyuluhan yang praktis dan jelas kepada masyarakat sehingga diharapkan kelak dapat meningkatkan partisipasi masyarakat yaitu ibu untuk teratur menimbang balitanya setiap bulan sehingga diharapkan dapat mendeteksi secara dini kejadian bayi dan balita BGM.b.Menentukan kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut yaitu Penyuluhan dan Pelatihan Gizi terhadap Kader Posyanduc.Pembentukkan panitia yang terdiri dari petugas puskesmas Puskesmas Banjarbaru Utara Banjarmasin di bidang gizi, dokter, perawat dan petugas tata usaha.d.Menentukan sasaran kegiatan : Perwakilan kader masing-masing posyandu di wilayah kerja Puskesmas Banjarbaru Utara (minimal 1 posyandu diwakili 2 kader), diutamakan kader yang belum pernah mengikuti pelatihan sebelumnya.e.Menentukan metode yang dilakukan: metode ceramah, diskusi dan tanya jawab serta pelatihan penyuluhan gizi.f. Menentukan pemberi materi penyuluhan: Dokter, ahli Gizi.g.Menentukan perangkat yang diperlukan: modul, perangkat presentasi berupa laptop dan proyektor, alat peraga dan alat tulish.Menentukan tempat kegiatan: Ruang rapat Puskesmas Banjarbaru Utara, atau tempat yang disetujui untuk diadakan acara.i.Menentukan waktu kegiatan : Hari Sabtu atau Minggu, pukul 09.00-13.00 Witaj.Menentukan sumber pendanaan : dana operasional tahunan puskesmas2. Panitia (organizing) Melakukan rapat pembentukan panitia pelaksana, persiapan, dan waktu dilaksanakannya Pelatihan kader posyandu balita di wilayah kerja Puskesmas Banjarbaru Utara.A. Pelaksana RapatPenyelenggara : Pemegang program Gizi Puskesmas Banjarbaru UtaraPimpinan rapat: Kepala Puskesmas Banjarbaru UtaraPeserta rapat: Seluruh Staf Puskesmas Banjarbaru Utara Hari/Tanggal: Sabtu, 31 Februari 2015 (12.00-14.00 WITA)B. Materi RapatPengenalan program-program gizi serta cara memberikan penyuluhan yang praktis dan jelas kepada masyarakat. C. Target RapatMemahami program-program gizi serta dapat memberikan penyuluhan yang praktis dan jelas kepada masyarakatD. PendanaanSumber dana operasional puskesmasE. SaranaPeralatan yang tersedia di Puskesmas, penimbang berat badan portable dan meteran dinding portable.F. EvaluasiEvaluasi hasil kegiatan program berupa laporan dari kader posyandu, partisipasi masyarakat yang meningkat yaitu ibu untuk teratur menimbang balitanya setiap bulan.3. Pelaksanaan Kegiatan A. Penyelenggara: Bagian Gizi Puskesmas Banjarbaru UtaraB. Pelaksana: Perwakilan dari staf bagian Gizi Puskesmas Banjarbaru UtaraC. Sasaran: Kader posyandu D. Waktu Kegiatan : Senin (10.00-12.00)E. Tempat: Puskesmas Banjarbaru Utara F. Dana: Dana Operasional Tahunan PuskesmasG. Kegiatan: Penyuluhan dan Pelatihan Gizi terhadap Kader Posyandu 4. Evaluasi Jangka Pendek Dilakukan pencatatan dan pendataan mingguan jumlah balita yang melakukan penimbangan, partisipasi masyarakat untuk datang ke posyandu dan melakukan penimbangan meningkat 10% Jangka MenengahPeningkatan partisipasi masyarakat yang datang ke posyandu untuk menimbang BB balita sebanyak 25% Jangka Panjangangka KEP menurun

Tabel 4.2. Jadwal Kegiatan Kerjasama Mengenai Cakupan PenimbanganNoKegiatanPelaksanaan

1.Rapat Koordinasi dan konsolidasi Tingkat Puskesmas dengan melibatkan pihak kader dan pihak RT31 Januari 2015

2.Pelaksanaan 2 Februari 2015

3.Evaluasi Jangka Pendek Jangka Menengah Jangka Panjang- laporan mingguan- Setiap 1 bulan- Setiap akhir tahun

BAB VPENUTUP

A. KesimpulanMasih rendahnya cakupan penimbangan balita di seluruh posyandu binaan Puskesmas Banjarbaru Utara dapat disebabkan oleh beberapa sebab, yaitu sebab dari orang tua balita, sarana dan prasarana posyandu ataupun dapat dari petugas posyandu. Kemungkinan penyebab rendahnya cakupan penimbangan balita di posyandu binaan puskesmas Banjarbaru Utara adalah kurangnya kader yang terlatih. Oleh karena itu, dengan metode PAHO didapatkan penyelesaian masalah berupa melakukan pelatihan kader atau mengganti kader yang tidak aktif dengan cara melakukan pemilihan kader baru di wilayah binaan Puskesmas Banjarbaru Utara. Dengan dilakukannya pelatihan kader atau penggantian kader yang tidak aktif di wilayah binaan Puskemas Banjarbaru Utara diharapkan dapat mendeteksi secara cepat terjadinya gizi buruk dan meningkatkan nilai cakupan penimbangan (D/S).

B. SaranPelaksanaan sosialisasi lebih sering digalakkan dan melibatkan tokoh-tokoh masyarakat dan mengadakan perlombaan yang diadakan di posyandu sehingga dapat menarik perhatian masyarakat