Status Pasien Ujian

14
STATUS PASIEN BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN RSUD UNDATA PALU I. IDENTITAS PASIEN 1. Nama pasien : Ny. J 2. Umur : 47 tahun 3. Jenis kelamin : Perempuan 4. Agama : Islam 5. Pekerjaan : Ibu rumah tangga 6. Tanggal pemeriksaan : 25 September 2015 7. Ruangan : Pav. Seroja II. ANAMNESIS 1. Keluhan utama : Terasa gatal pada seluruh tubuh 2. Riwayat penyakit sekarang : Pasien masuk RSUD Undata di ruang perawatan ‘seroja’ dengan keluhan gatal pada seluruh tubuh. Gatal pada seluruh tubuh dirasakan sejak ± 6 bulan yang lalu. Pasien sudah 2 kali masuk rumah sakit dengan keluhan yang sama. Awalnya gatal hanya dirasakan pada bagian punggung saat pasien dirawat di rumah sakit Tambu dengan keluhan kaki diabetik. Pada daerah punggung terdapat tonjolan-tonjolan kecil berwarna

description

ks

Transcript of Status Pasien Ujian

Page 1: Status Pasien Ujian

STATUS PASIEN

BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN

RSUD UNDATA PALU

I. IDENTITAS PASIEN

1. Nama pasien : Ny. J

2. Umur : 47 tahun

3. Jenis kelamin : Perempuan

4. Agama : Islam

5. Pekerjaan : Ibu rumah tangga

6. Tanggal pemeriksaan : 25 September 2015

7. Ruangan : Pav. Seroja

II. ANAMNESIS

1. Keluhan utama :

Terasa gatal pada seluruh tubuh

2. Riwayat penyakit sekarang :

Pasien masuk RSUD Undata di ruang perawatan ‘seroja’ dengan

keluhan gatal pada seluruh tubuh. Gatal pada seluruh tubuh dirasakan

sejak ± 6 bulan yang lalu. Pasien sudah 2 kali masuk rumah sakit

dengan keluhan yang sama. Awalnya gatal hanya dirasakan pada

bagian punggung saat pasien dirawat di rumah sakit Tambu dengan

keluhan kaki diabetik. Pada daerah punggung terdapat tonjolan-

tonjolan kecil berwarna merah, tidak berisi cairan, dan sangat gatal.

Setelah 5 hari kemudian seluruh badannya menjadi berwarna merah

dan muncul bintik-bintik merah yang tidak berisi air, selain itu juga

kulit pasien terkelupas seperti bersisik tipis dan berwarna kehitaman

dan terasa sangat gatal.

Pasien sempat sembuh tapi kambuh kembali selang beberapa

minggu. Pasein dalam pengobatan DM sejak ± 1 tahun yang lalu.

Dulu pasien mengkonsumsi obat glibenclamide, tapi sekarang diganti

Page 2: Status Pasien Ujian

dengan metformin karena tidak cocok. Pasien juga mengatakan bahwa

pasien juga mengkonsumsi obat paracetamol pada saat sebelum

muncul gatal.

3. Riwayat penyakit terdahulu :

Pasien tidak memiliki riwayat alergi obat dan makanan sebelumnya

Pasien tidak pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya

4. Riwayat penyakit keluarga :

Tidak ada keluarga yang mengalami hal yang sama

III. PEMERIKSAAN FISIK

1. Status generalis :

Kondisi umum : Sakit sedang

Status gizi : Baik

Kesadaran : Komposmentis

2. Tanda vital :

Tekanan darah : 120/80 mmHg

Nadi : 80 x/menit

Respirasi : 20 x/menit

Suhu : 36°C

3. Hygiene : baik

4. Status dermatologis/venerologis :

Seluruh tubuh : tampak kemerahan pada seluruh tubuh,

terdapat makula hipopigmentasi, terdapat

skuama tipis berwarna kekuningan, juga

terdapat ekskoriasi

Kel. limfe : tidak ada pembesaran kelenjar limfe

Page 3: Status Pasien Ujian

IV. GAMBAR

Gambar 1. Tampak kemerahan pada

seluruh tubuh

Gambar 2. Terdapat makula

hipopigmentasi dan ekskoriasi

Gambar 3. Tampak skuama tipis berwarna kekuningan

Page 4: Status Pasien Ujian

V. RESUME

Pasien perempuan usia 47 tahun masuk RSUD Undata dengan

keluhan gatal pada selutuh badan. Gatal pada seluruh tubuh dirasakan sejak ±

6 bulan yang lalu. Pasien sudah 2 kali masuk rumah sakit dengan keluhan

yang sama. Awalnya gatal hanya dirasakan pada bagian punggung saat pasien

dirawat di rumah sakit Tambu dengan keluhan kaki diabetik. Pada daerah

punggung terdapat tonjolan-tonjolan kecil berwarna merah, tidak berisi

cairan, dan sangat gatal. Setelah 5 hari kemudian seluruh badannya menjadi

berwarna merah dan muncul bintik-bintik merah yang tidak berisi air, selain

itu juga kulit pasien terkelupas seperti bersisik tipis dan berwarna kehitaman

dan terasa sangat gatal. Status dermatologi : tampak kemerahan pada seluruh

tubuh, terdapat makula hipopigmentasi, terdapat skuama tipis berwarna

kekuningan, juga terdapat ekskoriasi

VI. DIAGNOSIS BANDING

1. Eritroderma

2. Dermatitis atopik

3. Psoriasis vulgaris

4. Dermatitis seboroik

VII. ANJURAN PEMERIKSAAN

1. Pemeriksaan Laboratorium

2. Histopatologi

VIII. DIAGNOSIS KERJA

Eritroderma

IX. PENATALAKSANAAN

1. Non medikamentosa

Hindari kebiasaan menggaruk luka untuk mencegah timbulnya infeksi

yang baru.

Page 5: Status Pasien Ujian

Hindari faktor pencetus

Mencegah hipotermi

Diet cukup protein

2. Medikamentosa

Topikal :

Krim asam fusidat 2%

Bethametasone valerat 0,1 %

Sistemik :

Prednison 4 x 10 mg

X. PROGNOSIS

1. Qua ed vitam : bonam2. Qua ed fungsionam : bonam3. Qua ed sanationam : dubia4. Qua ad cosmeticam : dubia

racik

Page 6: Status Pasien Ujian

PEMBAHASAN

`Pasien perempuan usia 47 tahun masuk RSUD Undata dengan keluhan

gatal pada selutuh badan. Gatal pada seluruh tubuh dirasakan sejak ± 6 bulan yang

lalu. Pasien sudah 2 kali masuk rumah sakit dengan keluhan yang sama. Awalnya

gatal hanya dirasakan pada bagian punggung saat pasien dirawat di rumah sakit

Tambu dengan keluhan kaki diabetik. Pada daerah punggung terdapat tonjolan-

tonjolan kecil berwarna merah, tidak berisi cairan, dan sangat gatal. Setelah 5 hari

kemudian seluruh badannya menjadi berwarna merah dan muncul bintik-bintik

merah yang tidak berisi air, selain itu juga kulit pasien terkelupas seperti bersisik

tipis dan berwarna kehitaman dan terasa sangat gatal. Status dermatologi : tampak

kemerahan pada seluruh tubuh, terdapat makula hipopigmentasi, terdapat skuama

tipis berwarna kekuningan, juga terdapat ekskoriasi.

Eritoderma berasal dari bahasa Yunani, yaitu erythro- (red = merah) +

derma, dermatos (skin = kulit). Eritroderma adalah kelainan kulit yang ditandai

dengan adanya eritema universalis (90-100%), biasanya disertai skuama. Bila

eritemanya antara 50-90% dinamai pre-eritroderma. Pada definisi tersebut yang

mutlak harus ada ialah eritema, sedangkan skuama tidak selalu terdapat, misalnya

pada eritroderma karena alergi obat secara sistemik, pada mulanya tidak disertai

skuama, baru kemudian pada stadium penyembuhan timbul skuama. 1,2

Pada eritroderma yang kronik, eritroderma tidak begitu jelas, karena

bercampur dengan hiperpigmentasi. Eritroderma dapat timbul sebagai perluasan

dari penyakit kulit yang telah ada sebelumnya (psoriasis, dermatitis atopik dan

dermatosis spongiotik lainnya), reaksi hipersensitivitas obat (antiepilepsi,

antihipertensi, antibiotika, calcium channel blocker, dan bahan topikal), penyakit

sistemik termasuk keganasan, serta idiopatik (20%).1,2,3

Secara morfologis gambaran eritroderma menyerupai beberapa kelainan

kulit dan penyakit sistemik, begitu pula akibat alergi obat-obatan tertentu, berikut

klasifikasi eritroderma:

1. Eritroderma yang disebabkan oleh alergi obat secara sistemik.

Page 7: Status Pasien Ujian

Keadaan ini banyak ditemukan pada dewasa muda. Obat yang dapat

menyebabkan eritroderma adalah arsenik organik, emas, merkuri (jarang),

penisilin, barbiturat. Insiden ini dapat lebih tinggi karena kebiasaan

masyarakat sering melakukan pengobatan sendiri dan pengobatan secara

tradisional.10 Waktu mulainya obat masuk ke dalam tubuh hingga timbul

penyakit bervariasi dapat segera sampai 2 minggu. Gambaran klinisnya adalah

eritema universal. Bila ada obat yang masuk ke dalam tubuh lebih dari satu

diduga sebagai penyebabnya ialah obat yang paling sering menyebabkan

alergi.

2. Eritroderma yang disebabkan oleh perluasan penyakit kulit.

Eritroderma et causa psoriasis, merupakan eritroderma yang paling

banyak ditemukan dan dapat disebabkan oleh penyakit psoriasis maupun

akibat pengobatan psoriasis yang terlalu kuat.14 Dermatitis seboroik pada bayi

juga dapat menyebabkan eritroderma yang juga dikenal sebagai penyakit

Leiner. Etiologinya belum diketahui pasti. Usia penderita berkisar 4-20

minggu. Ptyriasis rubra pilaris yang berlangsung selama beberapa minggu

dapat pula menjadi eritroderma. Selain itu yang dapat menyebabkan

eritroderma adalah pemfigus foliaseus, dermatitis atopik dan liken planus.2,10

3. Eritroderma akibat penyakit sistemik.

Berbagai penyakit atau kelainan alat dalam termasuk infeksi fokal

dapat memberi kelainan kulit berupa eritroderma. Jadi setiap kasus

eritroderma yang tidak termasuk akibat alergi obat dan akibat perluasan

penyakit kulit harus dicari penyebabnya, yang berarti perlu pemeriksaan

menyeluruh (termasuk pemeriksaan laboratorium dan sinar X toraks), untuk

melihat adanya infeksi penyakit pada alat dalam dan infeksi fokal. Ada

kalanya terdapat leukositosis namun tidak ditemukan penyebabnya, jadi

terdapat infeksi bakterial yang tersembunyi (occult infection) yang perlu

diobati.2

Umumnya pengobatan eritroderma dengan kortikosteroid. Pada golongan

Page 8: Status Pasien Ujian

I, yang disebabkan oleh alergi obat secara sistemik, dosis prednison 3 x 10 mg – 4

x 10 mg. Penyembuhan terjadi cepat, umumnya dalam beberapa hari- beberapa

minggu. Pada golongan II akibat perluasan penyakit kulit juga diberikan

kortikosteroid. Dosis mula prednison 4 x 10 mg – 4 x 15 mg sehari. Jika setelah

beberapa hari tidak tampak perbaikan dosis dapat dinaikkkan. Setelah tampak

perbaikan, dosis diturunkan perlahan-lahan. Jika eritroderma terjadi akibat

pengobatan dengan ter pada psoriasis, maka obat tersebut harus dihentikan.

Eritroderma karena psoriasis dapat pula diobati dengan etretinat. Lama

penyembuhan golongan II ini bervariasi beberapa minggu hingga beberapa bulan,

jadi tidak secepat golongan I. 2

DAFTAR PUSTAKA

Page 9: Status Pasien Ujian

1. Djuanda A. Dermatosis eritroskuamosa. Ilmu penyakit kulit dan kelamin.

5th ed. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007.p;197-

200.

2. Grant-Kels JM, Bernstein ML, Rothe MJ. Exfoliative Dermatitis In: Wolff

K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, leffell DJ, editors.

Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. 7th ed. New York:

McGraw-Hill Book Co; 2008. p.225–32.

3. Gibson LE, Perry HO. Papulosquamous Eruption and Exfoliative

Dermatitis. In: Moschella, Hurley, editors. Dermatology. 3rd ed.

Philadelphia: WB Saunders Co;1992. p. 607–46.

KASUS UJIAN

Page 10: Status Pasien Ujian

ERITRODERMA

Oleh :

Nama : Syarah Dwi Saraswati

Stambuk : N 111 14 057

Pembimbing : Dr. Seniwaty Ismail, Sp.KK

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS TADULAKO

PALU

2015