STATUS PASIEN
BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
RSUD UNDATA PALU
I. IDENTITAS PASIEN
1. Nama pasien : Ny. J
2. Umur : 47 tahun
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Pekerjaan : Ibu rumah tangga
6. Tanggal pemeriksaan : 25 September 2015
7. Ruangan : Pav. Seroja
II. ANAMNESIS
1. Keluhan utama :
Terasa gatal pada seluruh tubuh
2. Riwayat penyakit sekarang :
Pasien masuk RSUD Undata di ruang perawatan ‘seroja’ dengan
keluhan gatal pada seluruh tubuh. Gatal pada seluruh tubuh dirasakan
sejak ± 6 bulan yang lalu. Pasien sudah 2 kali masuk rumah sakit
dengan keluhan yang sama. Awalnya gatal hanya dirasakan pada
bagian punggung saat pasien dirawat di rumah sakit Tambu dengan
keluhan kaki diabetik. Pada daerah punggung terdapat tonjolan-
tonjolan kecil berwarna merah, tidak berisi cairan, dan sangat gatal.
Setelah 5 hari kemudian seluruh badannya menjadi berwarna merah
dan muncul bintik-bintik merah yang tidak berisi air, selain itu juga
kulit pasien terkelupas seperti bersisik tipis dan berwarna kehitaman
dan terasa sangat gatal.
Pasien sempat sembuh tapi kambuh kembali selang beberapa
minggu. Pasein dalam pengobatan DM sejak ± 1 tahun yang lalu.
Dulu pasien mengkonsumsi obat glibenclamide, tapi sekarang diganti
dengan metformin karena tidak cocok. Pasien juga mengatakan bahwa
pasien juga mengkonsumsi obat paracetamol pada saat sebelum
muncul gatal.
3. Riwayat penyakit terdahulu :
Pasien tidak memiliki riwayat alergi obat dan makanan sebelumnya
Pasien tidak pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya
4. Riwayat penyakit keluarga :
Tidak ada keluarga yang mengalami hal yang sama
III. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status generalis :
Kondisi umum : Sakit sedang
Status gizi : Baik
Kesadaran : Komposmentis
2. Tanda vital :
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 36°C
3. Hygiene : baik
4. Status dermatologis/venerologis :
Seluruh tubuh : tampak kemerahan pada seluruh tubuh,
terdapat makula hipopigmentasi, terdapat
skuama tipis berwarna kekuningan, juga
terdapat ekskoriasi
Kel. limfe : tidak ada pembesaran kelenjar limfe
IV. GAMBAR
Gambar 1. Tampak kemerahan pada
seluruh tubuh
Gambar 2. Terdapat makula
hipopigmentasi dan ekskoriasi
Gambar 3. Tampak skuama tipis berwarna kekuningan
V. RESUME
Pasien perempuan usia 47 tahun masuk RSUD Undata dengan
keluhan gatal pada selutuh badan. Gatal pada seluruh tubuh dirasakan sejak ±
6 bulan yang lalu. Pasien sudah 2 kali masuk rumah sakit dengan keluhan
yang sama. Awalnya gatal hanya dirasakan pada bagian punggung saat pasien
dirawat di rumah sakit Tambu dengan keluhan kaki diabetik. Pada daerah
punggung terdapat tonjolan-tonjolan kecil berwarna merah, tidak berisi
cairan, dan sangat gatal. Setelah 5 hari kemudian seluruh badannya menjadi
berwarna merah dan muncul bintik-bintik merah yang tidak berisi air, selain
itu juga kulit pasien terkelupas seperti bersisik tipis dan berwarna kehitaman
dan terasa sangat gatal. Status dermatologi : tampak kemerahan pada seluruh
tubuh, terdapat makula hipopigmentasi, terdapat skuama tipis berwarna
kekuningan, juga terdapat ekskoriasi
VI. DIAGNOSIS BANDING
1. Eritroderma
2. Dermatitis atopik
3. Psoriasis vulgaris
4. Dermatitis seboroik
VII. ANJURAN PEMERIKSAAN
1. Pemeriksaan Laboratorium
2. Histopatologi
VIII. DIAGNOSIS KERJA
Eritroderma
IX. PENATALAKSANAAN
1. Non medikamentosa
Hindari kebiasaan menggaruk luka untuk mencegah timbulnya infeksi
yang baru.
Hindari faktor pencetus
Mencegah hipotermi
Diet cukup protein
2. Medikamentosa
Topikal :
Krim asam fusidat 2%
Bethametasone valerat 0,1 %
Sistemik :
Prednison 4 x 10 mg
X. PROGNOSIS
1. Qua ed vitam : bonam2. Qua ed fungsionam : bonam3. Qua ed sanationam : dubia4. Qua ad cosmeticam : dubia
racik
PEMBAHASAN
`Pasien perempuan usia 47 tahun masuk RSUD Undata dengan keluhan
gatal pada selutuh badan. Gatal pada seluruh tubuh dirasakan sejak ± 6 bulan yang
lalu. Pasien sudah 2 kali masuk rumah sakit dengan keluhan yang sama. Awalnya
gatal hanya dirasakan pada bagian punggung saat pasien dirawat di rumah sakit
Tambu dengan keluhan kaki diabetik. Pada daerah punggung terdapat tonjolan-
tonjolan kecil berwarna merah, tidak berisi cairan, dan sangat gatal. Setelah 5 hari
kemudian seluruh badannya menjadi berwarna merah dan muncul bintik-bintik
merah yang tidak berisi air, selain itu juga kulit pasien terkelupas seperti bersisik
tipis dan berwarna kehitaman dan terasa sangat gatal. Status dermatologi : tampak
kemerahan pada seluruh tubuh, terdapat makula hipopigmentasi, terdapat skuama
tipis berwarna kekuningan, juga terdapat ekskoriasi.
Eritoderma berasal dari bahasa Yunani, yaitu erythro- (red = merah) +
derma, dermatos (skin = kulit). Eritroderma adalah kelainan kulit yang ditandai
dengan adanya eritema universalis (90-100%), biasanya disertai skuama. Bila
eritemanya antara 50-90% dinamai pre-eritroderma. Pada definisi tersebut yang
mutlak harus ada ialah eritema, sedangkan skuama tidak selalu terdapat, misalnya
pada eritroderma karena alergi obat secara sistemik, pada mulanya tidak disertai
skuama, baru kemudian pada stadium penyembuhan timbul skuama. 1,2
Pada eritroderma yang kronik, eritroderma tidak begitu jelas, karena
bercampur dengan hiperpigmentasi. Eritroderma dapat timbul sebagai perluasan
dari penyakit kulit yang telah ada sebelumnya (psoriasis, dermatitis atopik dan
dermatosis spongiotik lainnya), reaksi hipersensitivitas obat (antiepilepsi,
antihipertensi, antibiotika, calcium channel blocker, dan bahan topikal), penyakit
sistemik termasuk keganasan, serta idiopatik (20%).1,2,3
Secara morfologis gambaran eritroderma menyerupai beberapa kelainan
kulit dan penyakit sistemik, begitu pula akibat alergi obat-obatan tertentu, berikut
klasifikasi eritroderma:
1. Eritroderma yang disebabkan oleh alergi obat secara sistemik.
Keadaan ini banyak ditemukan pada dewasa muda. Obat yang dapat
menyebabkan eritroderma adalah arsenik organik, emas, merkuri (jarang),
penisilin, barbiturat. Insiden ini dapat lebih tinggi karena kebiasaan
masyarakat sering melakukan pengobatan sendiri dan pengobatan secara
tradisional.10 Waktu mulainya obat masuk ke dalam tubuh hingga timbul
penyakit bervariasi dapat segera sampai 2 minggu. Gambaran klinisnya adalah
eritema universal. Bila ada obat yang masuk ke dalam tubuh lebih dari satu
diduga sebagai penyebabnya ialah obat yang paling sering menyebabkan
alergi.
2. Eritroderma yang disebabkan oleh perluasan penyakit kulit.
Eritroderma et causa psoriasis, merupakan eritroderma yang paling
banyak ditemukan dan dapat disebabkan oleh penyakit psoriasis maupun
akibat pengobatan psoriasis yang terlalu kuat.14 Dermatitis seboroik pada bayi
juga dapat menyebabkan eritroderma yang juga dikenal sebagai penyakit
Leiner. Etiologinya belum diketahui pasti. Usia penderita berkisar 4-20
minggu. Ptyriasis rubra pilaris yang berlangsung selama beberapa minggu
dapat pula menjadi eritroderma. Selain itu yang dapat menyebabkan
eritroderma adalah pemfigus foliaseus, dermatitis atopik dan liken planus.2,10
3. Eritroderma akibat penyakit sistemik.
Berbagai penyakit atau kelainan alat dalam termasuk infeksi fokal
dapat memberi kelainan kulit berupa eritroderma. Jadi setiap kasus
eritroderma yang tidak termasuk akibat alergi obat dan akibat perluasan
penyakit kulit harus dicari penyebabnya, yang berarti perlu pemeriksaan
menyeluruh (termasuk pemeriksaan laboratorium dan sinar X toraks), untuk
melihat adanya infeksi penyakit pada alat dalam dan infeksi fokal. Ada
kalanya terdapat leukositosis namun tidak ditemukan penyebabnya, jadi
terdapat infeksi bakterial yang tersembunyi (occult infection) yang perlu
diobati.2
Umumnya pengobatan eritroderma dengan kortikosteroid. Pada golongan
I, yang disebabkan oleh alergi obat secara sistemik, dosis prednison 3 x 10 mg – 4
x 10 mg. Penyembuhan terjadi cepat, umumnya dalam beberapa hari- beberapa
minggu. Pada golongan II akibat perluasan penyakit kulit juga diberikan
kortikosteroid. Dosis mula prednison 4 x 10 mg – 4 x 15 mg sehari. Jika setelah
beberapa hari tidak tampak perbaikan dosis dapat dinaikkkan. Setelah tampak
perbaikan, dosis diturunkan perlahan-lahan. Jika eritroderma terjadi akibat
pengobatan dengan ter pada psoriasis, maka obat tersebut harus dihentikan.
Eritroderma karena psoriasis dapat pula diobati dengan etretinat. Lama
penyembuhan golongan II ini bervariasi beberapa minggu hingga beberapa bulan,
jadi tidak secepat golongan I. 2
DAFTAR PUSTAKA
1. Djuanda A. Dermatosis eritroskuamosa. Ilmu penyakit kulit dan kelamin.
5th ed. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007.p;197-
200.
2. Grant-Kels JM, Bernstein ML, Rothe MJ. Exfoliative Dermatitis In: Wolff
K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, leffell DJ, editors.
Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. 7th ed. New York:
McGraw-Hill Book Co; 2008. p.225–32.
3. Gibson LE, Perry HO. Papulosquamous Eruption and Exfoliative
Dermatitis. In: Moschella, Hurley, editors. Dermatology. 3rd ed.
Philadelphia: WB Saunders Co;1992. p. 607–46.
KASUS UJIAN
ERITRODERMA
Oleh :
Nama : Syarah Dwi Saraswati
Stambuk : N 111 14 057
Pembimbing : Dr. Seniwaty Ismail, Sp.KK
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2015