spondilitis tb
-
Upload
maulfi-proto -
Category
Documents
-
view
88 -
download
0
description
Transcript of spondilitis tb
Journal ReadingSPONDILITIS TUBERKULOSIS
Oleh :Maulfi Kholis
NPM. 09310058
Pembimbing :dr. H. Sunaryo, SpOT, SH, MHKes, FICS
KEPANITERAAN KLINIK SENIORFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
BAGIAN SMF BEDAH RSUD TASIKMALAYA 2014
Pendahuluan
• Infeksi spinal oleh tuberkulosis sangat berpotensi menyebabkan morbiditas serius, termasuk defisit neurologis dan deformitas tulang belakang yang permanen
• Diagnosis dini spondilitis TB sulit ditegakkan• Diagnosis biasanya baru dapat ditegakkan pada
stadium lanjut, saat sudah terjadi deformitas tulang belakang yang berat dan defisit neurologis yang bermakna seperti paraplegia
• Indonesia menempati peringkat ketiga sebagai negara dengan populasi penderita TB terbanyak
• 20% penderita TB paru akan mengalami penyebaran TB ekstraparu
• 11% dari TB ekstraparu adalah TB osteoartikular• setengah penderita TB osteoartikular
mengalami infeksi TB tulang belakang
Anatomi Vertebrae
Definisi
Spondilitis tuberkulosis (TB) atau dikenal dengan Pott’s disease adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis yang mengenai tulang belakang
Epidemiologi
• WHO: jumlah kasus TB baru terbesar terdapat di Asia Tenggara (34% insiden TB secara global) termasuk Indonesia
• 1-5% penderita TB mengalami TB osteoartikular• Separuh dari TB osteoartikular adalah spondilitis TB• Di negara berkembang, penderita TB usia muda
diketahui lebih rentan terhadap spondilitis TB daripada usia tua
• Sedangkan di negara maju, usia munculnya spondilitis TB biasanya pada dekade kelima hingga keenam
• TB osteoartikular banyak ditemukan pada penderita dengan HIV positif, imigran dari negara dengan prevalensi TB yang tinggi, usia tua, anak usia dibawah 15 tahun dan kondisi-kondisi defisiensi imun lainnya
• HIV positif → insiden TB diketahui 500 kali lebih tinggi
Etiologi
• Mycobacterium tuberculosis• Mycobacterium africanum (penyebab paling
sering tuberkulosa di Afrika Barat)• Bovine tubercle baccilus• non-tuberculous mycobacteria (banyak
ditemukan pada penderita HIV)
Patogenesis
• Droplet Mycobacterium tuberculosis masuk melalui saluran napas
• Menimbulkan fokus infeksi di jaringan paru (fokus primer/fokus Ghon)
• Menyebar secara limfogen → limfangitis lokal dan limfadenitis regional
• → Kompleks primer
• Menyebar secara hematogen/limfogen dan bersarang di seluruh tubuh
• Spondilitis TB dapat terjadi akibat penyebaran secara hematogen/limfogen melalui nodus limfatikus para-aorta dari fokus tuberculosis di luar tulang belakang yang sebelumnya sudah ada
• Dari paru-paru, kuman dapat sampai ke tulang belakang melalui pleksus venosus paravertebral Batson
• Lesi tuberkulosis pada tulang belakang dimulai dengan inflamasi paradiskus
• Setelah tulang mengalami infeksi, hiperemia, edema sumsum tulang belakang dan osteoporosis terjadi pada tulang
• Destruksi tulang terjadi akibat lisis jaringan tulang → tulang menjadi lunak dan gepeng
• Transmisi beban gravitasi vertebra torakal terletak pada setengah bagian anterior badan vertebra → lesi kompresi ditemukan pada bagian anterior → deformitas kifotik (gibbus)
Gibbus pada anak
• Cold abscess terbentuk jika infeksi spinal telah menyebar ke otot psoas (disebut juga abses psoas) atau jaringan ikat sekitar
• Cold abscess dibentuk dari akumulasi produk likuefaksi dan eksudasi reaktif proses infeksi
• Abses ini sebagian besar dibentuk dari leukosit, materi kaseosa, debris tulang, dan tuberkel basil
• Defisit neurologis oleh kompresi ekstradural medula spinalis dan radiks terjadi akibat banyak proses, yaitu: penyempitan kanalis spinalis oleh abses paravertebral, subluksasio sendi faset patologis, jaringan granulasi, vaskulitis, trombosis arteri/vena spinalis, kolaps vertebra, abses epidural, invasi duramater secara langsung
• Selain itu, invasi medula spinalis dapat juga terjadi secara intradural melalui meningitis dan tuberkulomata sebagai space occupying lesion
Manifestasi klinis• Demam lama• Diaforesis nokturnal Gejala TB• Batuk lama klasik• Penurunan berat badan• Nyeri lokal tidak spesifik pada daerah vertebra
yang terinfeksi• Deformitas berupa kifosis• Defisit neurologis: paraplegia, paresis,
hipestesia, nyeri radikular, sindrom kauda equina
Pemeriksaan penunjang
Sinar-X• Pada fase awal, akan tampak lesi osteolitik pada
bagian anterior badan vertebra dan osteoporosis regional, penyempitan ruang diskus intervertebralis
• Pada fase lanjut, kerusakan bagian anterior semakin memberat dan membentuk angulasi kifotik (gibbus). Bayangan opak yang memanjang paravertebral dapat terlihat, yang merupakan cold abscess
CT-scan• CT-scan dapat memperlihatkan dengan jelas
sklerosis tulang, destruksi badan vertebra, abses epidural, fragmentasi tulang, dan penyempitan kanalis spinalis
MRI• MRI merupakan pencitraan terbaik untuk
menilai jaringan lunak. Kondisi badan vertebra, diskus intervertebralis, perubahan sumsum tulang, termasuk abses paraspinal dapat dinilai dengan baik dengan pemeriksaan ini.
Biopsi dan pemeriksaan mikrobiologis• Untuk memastikan diagnosis secara pasti,
perlu dilakukan biopsi tulang belakang atau aspirasi abses
• Kultur sebaiknya diikuti dengan uji resistensi OAT
Pemeriksaan laboratoris• Polymerase Chain Reaction (PCR) dapat digunakan
untuk mendeteksi DNA kuman tuberkulosis• Laju endap darah (LED) biasanya meningkat• Peningkatan kadar C-reactive protein (CRP)
diasosiasikan kuat dengan formasi abses• Spesimen sputum memberikan hasil positif hanya
jika proses infeksi paru sedang aktif• Uji Mantoux positif hanya memberi petunjuk
tentang paparan kuman TB sebelumnya atau saat ini
Studi di Malaysia mengemukakan bahwa kelainan hematologis yang paling sering ditemukan pada pasien spondilitis TB adalah anemia normositik normokrom, trombositosis dengan/tanpa peningkatan LED dan leukositosis
Klasifikasi
• Klasifikasi Pott’s paraplegia• Klasifikasi klinikoradiologis• Klasifikasi Gulhane Askeri Tip Akademisi
(GATA) untuk spondilitis TB• ASIA Impairment Scale
Klasifikasi Pott’s paraplegiaStadium Gambaran klinis
I. Tidak terdeteksi/ terabaikan (negligible)
Pasien tidak sadar akan gangguan neurologis, klinisi menemukan adanya klonus pada ekstensor plantaris dan pergelangan kaki.
II. Ringan Pasien menyadari adanya gangguan neurologis, tetapi masih mampu berjalan dengan bantuan.
III. Moderat Tidak dapat berpindah tempat (non-ambulatorik) karena kelumpuhan (dalam posisi ekstensi) dan defisit sensorik di bawah 50 persen.
IV. Berat Stadium III + kelumpuhan dalam posisi fleksi, defisit sensorik di atas 50 persen, dan gangguan sfingter.
Klasifikasi klinikoradiologis
Stadium Gambaran klinikoradiologisDurasi
perjalanan penyakit
I. Pre-destruktif Kurvatura lurus, spasme otot perivertebral, hiperemia tampak pada skintigrafi , MRI menunjukkan edema sumsum tulang.
< 3 bulan
II. Destruktif awal
Penyempitan ruang diskus, erosi paradiskal. MRI memperlihatkan edema dan kerusakan korteks vertebra, CT scan menunjukkan erosi marginal dan kavitasi.
2–4 bulan
III. Kifosis ringan
2–3 vertebra terkena (angulasi 10o-30o) 3–9 bulan
IV. Kifosis moderat
>3 vertebra terkena (angulasi 30o–60o) 6–24 bulan
V. Kifosis berat >3 vertebra (angulasi >60o) >2 tahun
Klasifikasi Gulhane Askeri Tip Akademisi (GATA) untuk spondilitis TB
Tipe Lesi PenatalaksanaanIA Lesi vertebra dan degenerasi diskus 1
segmen, tanpa kolaps,abses, ataupun defisit neurologis.
Biopsi perkutan danKemoterapi
IB Adanya cold abscess, degenerasi diskus 1 atau lebih, tanpa kolaps ataupun defisit neurologis.
Drainase abses dandebridemen anterior/ posterior
II Kolaps vertebra, Cold abscess, Kifosis, Deformitas stabil, dengan/tanpadefisit neurologis, Angulasi sagital < 20o
1. debridemen dan fusi anterior2. dekompresi jika terdapat
defisit neurologis3. tandur strut kortikal untuk fusi
III Kolaps vertebra berat, Cold abscess, Kifosis berat, Deformitas tidak stabil, dengan/tanpa defisit neurologisAngulasi sagital ≥ 20o
Penatalaksaan no II+ instrumentasi anterior/posterior
Lesi vertebra dan degenerasi diskus 1 segmen, tanpa kolaps, abses, ataupun defisit neurologis.
Adanya cold abscess, degenerasi diskus 1 atau lebih, tanpa kolaps ataupun defisit neurologis.
•Kolaps vertebra•Cold abscess•Kifosis•Deformitas stabil, dengan/tanpa defisit neurologis•Angulasi sagital < 20o
•Kolaps vertebra berat•Cold abscess•Kifosis berat•Deformitas tidak stabil, dengan/tanpa defisit neurologis•Angulasi sagital ≥ 20o
ASIA Impairment ScaleStadium Gambaran neurologis
A. Complete Tidak ada fungsi motorik atau sensorik yang utuh pada segmen S4-5
B. Incomplete Fungsi sensorik utuh, fungsi motorik tidak utuh di bawah segmen lesi neurologis dan segmen S4-5
C. Incomplete Fungsi motorik masih utuh di bawah segmen lesi neurologis, dan lebih dari separuh otot kunci di bawah segmen lesi neurologis setidaknya memiliki kekuatan motorik di bawah 3
D. Incomplete Sama seperti C, namun dengan kekuatan motorik di atas 3
E. Normal Fungsi motorik dan sensorik normal
Tatalaksana
Medikamentosa• WHO menyarankan kemoterapi diberikan
setidaknya selama 6 bulan• British Medical Research Council menyarankan
bahwa spondilitis TB torakolumbal harus diberikan kemoterapi OAT selama 6–9 bulan
• Untuk pasien dengan lesi vertebra multipel, tingkat servikal, dan dengan defisit neurologis belum dapat dievaluasi, namun beberapa ahli menyarankan durasi kemoterapi selama 9–12 bulan
OAT
Kategori I (kasus baru dengan TB ekstraparu, termasuk TB spinal)
• 2 HRZE (HRZS) 4HR, atau• 2 HRZE(HRZS) 4H3R3, atau• 2 RHZE(HRZS) 6HE
Kategori II (kasus gagal pengobatan, relaps, drop-out)
• 2RHZES 5HRE, atau• 2HRZES 5H3R3E3
Dosis Rekomendasi OAT pada anak (di bawah 12 tahun) dan dewasa
Obat
Dosis mg/kgBB (dosis maksimum)
HarianDua kali seminggu
Tiga kali seminggu
Anak Dewasa Anak Dewasa Anak Dewasa
INH 10-20 5 20-40 15 20-40 15
RIF 10-20 10 10-20 10 10-20 10
PRZ 15-30 15-30 50-70 50-70 50-70 50–70
ETB 15-25 15-25 50 50 25-30 25–30
SM 20–40 12–18 25–30 25–30 25–30 25–30
Pembedahan
Indikasi pembedahan1) defisit neurologis akut, paraparesis, atau paraplegia2) deformitas tulang belakang yang tidak stabil atau
disertai nyeri, dalam hal ini kifosis progresif (30o
untuk dewasa, 15o untuk anak-anak)3) tidak responsif kemoterapi selama 4 minggu4) abses luas5) biopsi perkutan gagal untuk memberikan diagnosis6) nyeri berat karena kompresi abses
Pembedahan drainase abses• Setelah terjadi pembentukan abses (cold
abscess) dan degenerasi setidaknya dua diskus, maka drainase harus dilakukan
• Abses dapat menekan medula spinalis sehingga terjadi gangguan neurologis
• Tindakan ini dapat mencegah progresi perburukan gejala neurologis dan mencegah kolaps vertebra
Pembedahan debridemen dan koreksi kifosis• Karena lesi TB spinal biasanya di bagian
anterior badan vertebra, dekompresi anterior sangat direkomendasikan banyak ahli
• Instrumentasi kemudian dilakukan untuk stabilisasi tulang belakang, untuk melindungi tandur anterior yang disisipkan, dan sekaligus untuk menjaga koreksi kifosis
Pembedahan invasif minimal1) fusi dan debridemen anterior dengan video-
assisted thoracoscopic surgery (VATS)2) pemasangan pedicle screw posterior secara
invasif minimal, diikuti fusi dan debridemen posterolateral mini-open
Kedua teknik ini dapat menghasilkan fusi vertebra yang adekuat, disertai dengan perbaikan postur, fungsional dan neurologis yang memuaskan.
Tirah baring, imobilisasi, dan fisioterapi
• Terapi pada penderita spondilitis TB dapat pula berupa tirah baring disertai dengan pemberian kemoterapi, dengan atau tanpa imobilisasi
• Tindakan ini biasanya dilakukan pada penyakit yang telah lanjut atau bila tidak tersedia keterampilan dan fasilitas yang cukup untuk melakukan operasi tulang belakang, atau bila terdapat permasalahan teknik operasi yang dianggap terlalu berbahaya
• Jenis imobilisasi spinal tergantung pada tingkat lesi
• Pada daerah servikal dapat diimobilisasi dengan jaket Minerva; pada daerah vertebra torakal, torakolumbal dan lumbal bagian atas dapat diimobilisasi menggunakan body cast jacket
• Sedangkan pada lumbal bawah, lumbosakral, dan sakral dilakukan imobilisasi dengan body jacket atau korset dari gips yang disertai dengan fiksasi salah satu sisi panggul
• Fisioterapi diperlukan sepanjang ditemukan adanya gangguan fungsional
• Dalam hal ini gangguan fungsional dikaitkan dengan cedera medula spinalis yang menimbulkan kelumpuhan motorik, sensorik, dan autonom
• Intervensi fisioterapi yang diberikan disesuaikan dengan modalitas yang terganggu
PrognosisPrognosis pasien spondilitis TB dipengaruhi oleh:
1) Usia2) deformitas kifotik3) letak lesi4) defisit neurologis5) diagnosis dini6) Kemoterapi7) fusi spinal8) Komorbid9) tingkat edukasi dan sosioekonomi.
TERIMAKASIH