Spondilitis TB Wisnu

50
BAB I PENDAHULUAN Tuberkulosis dikenal sejak 1000 tahun sebelum Masehi seperti yang tertulis dalam kepustakaan Sanskrit kuno. Nama “tuberculosis” berasal dari kata tuberculum yang berarti benjolan kecil yang merupakan gambaran patologik khas pada penyakit ini. 1 Tuberkulosis tulang belakang atau dikenal juga dengan spondilitis tuberkulosa selalu merupakan infeksi sekunder dari fokus di tempat lain dalam tubuh. 2,3 Tulang belakang lebih sering terkena dibandingkan dengan sendi tunggal lainnya. 2,4 Kemudian sendi panggul, lutut, dan tulang-tulang kaki, tulang-tulang lengan dan tangan jarang. 4 Sarang primernya biasanya adalah di dalam paru. Percival Pott (1793) adalah penulis pertama tentang penyakit ini dan menyatakan bahwa terdapat hubungan antara penyakit ini dengan deformitas tulang belakang yang terjadi, sehingga penyakit ini disebut juga penyakit Pott. 3,4,6 Etiologinya baru menjadi jelas setelah dalam tahun 1882 Robert Koch menemukan basil mikobakterium tuberkulosis. Penyakit ini juga dinamai Morbus Potti. 5 Spondilitis tuberkulosa merupakan peradangan granulomatosa yang bersifat kronis destruktif. 2,3 Basil ini sampai di dalam tulang belakang melalui penyebaran 1

description

spondilitis tb

Transcript of Spondilitis TB Wisnu

Page 1: Spondilitis TB Wisnu

BAB I

PENDAHULUAN

Tuberkulosis dikenal sejak 1000 tahun sebelum Masehi seperti yang tertulis

dalam kepustakaan Sanskrit kuno. Nama “tuberculosis” berasal dari kata

tuberculum yang berarti benjolan kecil yang merupakan gambaran patologik khas

pada penyakit ini.1

Tuberkulosis tulang belakang atau dikenal juga dengan spondilitis

tuberkulosa selalu merupakan infeksi sekunder dari fokus di tempat lain dalam

tubuh.2,3 Tulang belakang lebih sering terkena dibandingkan dengan sendi tunggal

lainnya.2,4 Kemudian sendi panggul, lutut, dan tulang-tulang kaki, tulang-tulang

lengan dan tangan jarang.4 Sarang primernya biasanya adalah di dalam paru.

Percival Pott (1793) adalah penulis pertama tentang penyakit ini dan menyatakan

bahwa terdapat hubungan antara penyakit ini dengan deformitas tulang belakang

yang terjadi, sehingga penyakit ini disebut juga penyakit Pott.3,4,6 Etiologinya baru

menjadi jelas setelah dalam tahun 1882 Robert Koch menemukan basil

mikobakterium tuberkulosis. Penyakit ini juga dinamai Morbus Potti.5

Spondilitis tuberkulosa merupakan peradangan granulomatosa yang bersifat

kronis destruktif.2,3 Basil ini sampai di dalam tulang belakang melalui penyebaran

hematogen dan menyerang satu atau lebih korpus vertebra yang mengakibatkan

destruksi tulang dan menyebar ke semua jaringan artikulasi. Lokalisasi paling

sering ditemukan pada regio torakolumbal dan jarang sekali pada regio servikal. 2

Terapi konservatif yang diberikan pada pasien tuberkulosa tulang belakang

sebenarnya memberikan hasil yang baik, namun pada kasus – kasus tertentu

diperlukan tindakan operatif serta tindakan rehabilitasi yang harus dilakukan

dengan baik sebelum ataupun setelah penderita menjalani tindakan operatif.10

1

Page 2: Spondilitis TB Wisnu

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Tulang Belakang

Tulang belakang (vertebra) terdiri dari 33 tulang: 7 buah tulang cervical,

12 buahtulang thoracal, 5 buah tulang lumbal, 5 buah tulang sacral dan 4

tulang coccygeus. Tulangcervical, thoracal dan lumbal membentuk columna

vertebralis, sedangkan tulang sacral dan coccygeus satu sama lain menyatu

membentuk dua tulang yaitu tulang sacrum dan coccygeus. Discus

intervertebralis merupakan penghubung antara dua corpus vertebra.

Gambar 1. Pembagian Tulang Belakang

Sistem otot ligamentum membentuk jajaran barisan (aligment) tulang

belakang dan memungkinkan mobilitas vertebra. Fungsi columna vertebralis

adalah menopang tubuh manusia dalam posisi tegak, yang secara mekanik

sebenarnya melawan pengaruh gaya gravitasi agar tubuh secara seimbang

tetap tegak. Vertebra cervical, thoracal, lumbal bila diperhatikan satu dengan

yang lainnya ada perbedaan dalam ukuran dan bentuk, tetapi bila ditinjau

2

Page 3: Spondilitis TB Wisnu

lebih lanjut tulang tersebut mempunyai bentuk yang sama. Corpus vertebra

merupakan struktur yang terbesar karena mengingat fungsinya sebagai

penyangga berat badan.

Gambar 2. Penampang melintang tulang belakang

Prosesus transversus terletak pada ke dua sisi corpus vertebra,

merupakan tempat melekatnya otot-otot punggung. Diantara dua buah tulang

vertebra terdapat discusintervertebralis yang berfungsi sebagai bentalan atau

"shock absorbers" bila vertebra bergerak discus intervertebralis terdiri dari

annulus fibrosus yaitu masa fibroelastik yang membungkus nucleus pulposus,

suatu cairan gel koloid yang mengandung mukopolisakarida.

Fungsi mekanik discus intervertebralis mirip dengan balon yang diisi

air yang diletakkandiantara ke dua telapak tangan. Keadaan ini terjadi pada

berbagai macam gerakan vertebra seperti fleksi, ekstensi, laterofleksi.

3

Page 4: Spondilitis TB Wisnu

Gambar 3. Anatomi Diskus Vertebralis

2.2 Definisi Spondilitis tuberkulosa atau tuberkulosis spinal yang dikenal pula dengan

nama Pott's disease of the spine atau tuberculous vertebral osteomyelitis. Spondilitis tuberkulosa merupakan fokus sekunder dari infeksi

tuberkulosis dengan penyebaran sebagian besar secara hematogen melalui

pembuluh darah arteri epifiseal atau melalui plexus vena batson. Pott’s disease merupakan bentuk tuberkulosis muskuloskeletal yang

paling berbahaya karena dapat menyebabkan destruksi tulang, deformitas,

dan paraplegia.

2.3 Insiden dan Epidemiologi

4

Page 5: Spondilitis TB Wisnu

Insidensi spondilitis tuberkulosa bervariasi di seluruh dunia dan

biasanya berhubungan dengan kualitas fasilitas pelayanan kesehatan

masyarakat yang tersedia serta kondisi sosial dinegara tersebut.

Spondilitis tuberkulosa merupakan 50% dari seluruh tuberkulosis tulang

dan sendi. Pada negara yang sedang berkembang, sekitar 60% kasus terjadi

pada usia dibawah usia 20 tahun sedangkan pada negara maju, lebih sering

mengenai pada usia yang lebih tua. Meskipun perbandingan antara pria dan

wanita hampir sama, namun biasanya pria lebih sering terkena dibanding

wanita yaitu 1,5:2,1. Umumnya penyakit ini menyerang orang-orang yang

beradadalam keadaan sosial ekonomi rendah.4

Dari seluruh kasus tersebut, tulang belakang merupakan tempat yang

paling sering terkena tuberkulosa tulang (kurang lebih 50% kasus), diikuti

kemudian oleh tulang panggul, lutut dan tulang-tulang lain di kaki,

sedangkan tulang di lengan dan tangan jarang terkena. Areatorako-lumbal

terutama torakal bagian bawah (umumnya T10) dan lumbal bagian atas

merupakan tempat yang paling sering terlibat karena pada area ini

pergerakan dan tekanan dari weight bearing mencapai maksimum, lalu

dikuti dengan area servikal dan sakral.5,6

Banerjee melaporkan pada 499 pasien dengan spondilitis tuberkulosa,

radiologis memperlihatkan 31% fokus primer adalah paru-parudan dan

kelompok tersebut 78% adalah anak-anak, sedangkan 69% sisanya

memperlihatkan foto rontgen paru yang normal dan sebagian besar adalah

dewasa.

2.4 Etiologi

Spondilitis tuberkulosa disebabkan oleh karena bakteri berbentuk basil

(basilus). Bakteri yang paling sering menjadi penyebabnya adalah

Mycobacterium tuberculosis.3,4

Mycobacterium tuberculosis merupakan bakteri berbentuk batang yang

bersifat acid fast non-motile atau disebut pula sebagai basil tahan asam

(BTA). Dipergunakan teknik Ziehl- Nielson untuk memvisualisasikannya.

5

Page 6: Spondilitis TB Wisnu

Bakteri tumbuh secara lambat dalam media egg-enriched dengan periode 6-

8 minggu. Produksi niasin merupakan karakteristik Mycobacterium

tuberculosis dan dapat membantu untuk membedakannya dengan spesies

lain.

Lokalisasi spondilitis tuberkulosa terutama pada daerah vertebra torakal

bawah dan lumbal atas, sehingga didugaadanya infeksi sekunder dari suatu

tuberkulosa traktus urinarius, yg penyebarannyamelalui pleksus Batson pada

venaparavertebralis.Meskipun menular, tetapi orang tertular tuberculosis

tidak semudah tertular flu.3,4

2.5 Patologi

Tuberkulosa pada tulang belakang dapat terjadi karena penyebaran

hematogen atau penyebaran langsung nodus limfatikus para aorta atau

melalui jalur limfatik ke tulang dari fokus tuberkulosa yang sudah ada

sebelumnya di luar tulang belakang. Pada penampakannya, fokus infeksi

primer tuberkulosa dapat bersifat tenang. Sumber infeksi yang paling sering

adalah berasal dari sistem pulmoner dan genitourinarius. Penyebaran basil

dapat terjadi melalui arteri intercostal atau lumbar yang memberikan suplai

darah ke dua vertebrae yang berdekatan, yaitu setengah bagian bawah

vertebra diatasnya dan bagian atas vertebra di bawahnya atau melalui

pleksus batson's yang mengelilingi columna vertebralis yang menyebabkan

banyak vertebra yang terkena. Hal inilah yang menyebabkan pada kurang

lebih 70% kasus, penyakit ini diawali dengan terkenanya dua vertebra yang

berdekatan, sementara pada 20% kasus melibatkan tiga atau lebih

vertebra.3,5

6

Page 7: Spondilitis TB Wisnu

Gambar 4. Aliran pembuluh darah tulang belakang

Walaupun semua vertebrae dari columna vertebralis dapat diserang

namun yang terbanyak menyerang bagian thorax. Penyakit ini juga dapat

menjalar, sehingga akhirnya corpus vertebrae tidak lagi kuat untuk menahan

berat badan dan seakan-akan hancur sehingga dengan demikian columna

vertebralis membengkok. Kalau hal ini terjadi pada bagian thorax, maka

akan terdapat pembengkokan hyperkyphose yang kita kenal sebagai gibbus.

Sementara itu proses dapat menimbulkan gejala-gejala lain, diantaranya

dapat terkumpulnya nanah yang semakin lama semakin banyak, nanah ini

dapat menjalar menuju ke beberapa tempat diantaranya dapat berupa:7,8

1. Suatu abses paravertebrae, abses terlihat dengan bentuk spoel di kiri-

kanan columna vertebralis.

2. Abses dapat pula menembus ke belakang dan berada di bawah fasia dan

kulit di sebelah belakang dan di luar columna vertebralis merupakan

suatu abscess akan tetapi tidak panas. Umumnya abscess ini dinamakan

7

Page 8: Spondilitis TB Wisnu

abses dingin. Abses dingin umumnya berhubungan dengan abscess

tuberculose/Infeksi tuberculose.

3. Dapat pula abses menjalar mengelilingi tulang rusuk, sehingga

merupakan senkung's abscess yang terlihat di bagian dada penderita.

4. Abses juga dapat menerobos ke pleura sehingga menimbulkan

emfisema.

5. Pada leher dapat juga terjadi abscess yang terletak dalam pharynx

sehingga merupakan abses retropharyngeal.

6. Dapat pula abses terlihat sebagai abses supraclavicular.

7. Pada lumbar spine abscess dapat turun melalui musculus iliopsoas yang

kemudian menurunsampai terjadi abses besar yang terletak di bagian

dalam dari paha.

Semua abses tersebut di atas dapat menembus kulit dan menyebabkan

timbulnya fistel yang bertahun-tahun. Kecuali abses-abses tersebut di atas,

tuberculose pada vertebrae dapat pula memberikan komplikasi, ialah

paraplegia, umumnya disebut Pott's paraplegia. Komplikasi ini disebabkan

karena adanya tekanan pada medulla spinalis.2,4

Gambar 5. Spondilitis tuberkulosis A) Gibus torakolumbal dengan hipertonus erektor trunkus. Penderita menyandarkan diri pada ekstremitas atas; B) 1. Rarefaksi bagian anterior vertebra mulai nampak penyempitan diskus intervertebralis, 2. Rarefaksi meluas, penyempitan jelas, 3. Kompresi vertebra bagian ventral, terjadinya gibus, kompresi medulla spinalis

Sorrel-dejerine mengklasifikasikan Pott's paraplegia menjadi:

1. Early onset paresis

Terjadi kurang dari dua tahun sejak onset penyakit

2. Late onset paresis

Terjadi setelah lebih dari dua tahun sejak onset penyakit

Sementara itu Seddon dan Butler memodifikasi klasifikasi sorrel menjadi

tiga tipe:

1. Type I (paraplegia of active disease)

8

Page 9: Spondilitis TB Wisnu

Berjalan akut onset dini, terjadi dalam dua tahun pertama sejak onset

penyakit, dan dihubungkandengan penyakit yang aktif. Dapat membaik

(tidak permanen).

2. Type II

Onsetnya juga dini, dihubungkan dengan penyakit yang aktif, bersifat

permanen bahkanwalaupun infeksi tuberkulosa menjadi tenang.

Penyebab timbulnya paraplegia pada tipe I dan II dapat disebabkan

oleh karena :

a. Tekanan eksternal pada korda spinalis dan duramater dapat

disebabkan oleh karena adanya granuloma di kanalis spinalis,

adanya abses,material perkijuan, sekuestra tulang dan diskus atau

karena subluksasi atau dislokasi patologis vertebra. Secara klinis

pasien akan menampakkan kelemahan alat gerak bawah dengan

spastisitas yang bervariasi, tetapi tidak tampak adanya spasme otot

involunter dan reflek Withdrawal.

b. Invasi duramater oleh tuberkulosa tampak gambaran

meningomielitis tuberkulosa atau araknoiditis tuberkulosa. Secara

klinis pasien tampak mempunyai spastisitas yang berat dengan

spasme otot involunter dan reflek Withdrawal. Prognosis tipe ini

buruk dan bervariasi sesuaidengan luasnya kerusakan korda

spinalis. Secara umum dapat terjadi inkontinensia urin dan feses,

gangguan sensoris dan paraplegia.

3. Type III / yang berjalan kronis

Onset paraplegi terjadi pada fase lanjut. Tidak dapat ditentukan apakah

dapat membaik. Bisa terjadi karena tekanan corda spinalis oleh

granuloma epidural, fibrosis meningen danadanya jaringan granulasi

serta adanya tekanan pada corda spinalis, peningkatan deformitaskifotik

ke anterior, reaktivasi penyakit atau insufisiensi vaskuler (trombosis

pembuluh darahyang mensuplai corda spinalis).

Klasifikasi untuk penyebab Pott's paraplegia Ini sendiri dijabarkan oleh

Hodgson menjadi:

9

Page 10: Spondilitis TB Wisnu

1. Penyebab ekstrinsik :

1.1.Pada penyakit yang aktif

a. Abses (cairan atau perkijuan)

b. Jaringan granulasi

c. Sekuester tulang dan diskus

d. Subluksasi patologis

e. Dislokasi vertebra

1.2.Pada penyakit yang sedang dalam proses penyembuhan

a. Transverse ridge dari tulang anterior ke corda spinalis

b. Fibrosis duramater

2. Penyebab intrinsik :

menyebarnya peradangan tuberkulosa melalui duramater melibatkan

meningen dan corda spinalis.

3. Penyebab yang jarang: trombosis corda spinalis yang infektif, spinal

tumor syndrome.

Berdasarkan lokasi infeksi awal pada korpus vertebra dikenal empat

bentuk spondilitis:

1. Peridiskal / paradiskal

Infeksi pada daerah yang bersebelahan dengan diskus (di area metafise

di bawah ligamentum longitudinal anterior / area subkondral).

Banyakditemukan pada orang dewasa dapat menimbulkan kompresi,

iskemia dan nekrosis diskus.Terbanyak ditemukan diregio lumbal.

2. Sentral infeksi

Terjadi pada bagian sentral korpus vertebra, terisolasi sehingga

disalahartikan sebagai tumor. Sering terjadi pada anak-anak. Keadaan

ini sering menimbulkan kolaps vertebra lebih dini dibandingkan dengan

tipe lain sehingga menghasilkan deformitas spinal yang lebih hebat.

Dapat terjadi kompresi yang bersifat spontan atau akibat trauma.

Terbanyak di temukan di regio torakal.

3. Anterior infeksi

10

Page 11: Spondilitis TB Wisnu

Terjadi karena perjalanan perkontinuitatum dari vertebra di atas dan

dibawahnya. Gambaran radiologisnya mencakup adanya Scalloped

karena erosi di bagian anterior dari sejumlah vertebra (berbentuk baji).

Pola ini diduga disebabkan karena adanya pulsasi aortik yang

ditransmisikan melalui abses prevertebral dibawah ligamentum

longitudinal anterior atau karena adanya perubahan lokal dari suplai

darah vertebral.

4. Bentuk atipikal

Dikatakan atipikal karena terlalu tersebar luas dan fokus primernya

tidak dapat diidentifikasikan. Termasuk didalamnya adalah tuberkulosa

spinal dengan keterlibatan lengkung syaraf saja dan granuloma yang

terjadi di canalis spinalis tanpa keterlibatan tulang (tuberkuloma), lesi di

pedikel, lamina, prosesus transversus dan spinosus, serta lesi artikuler

yang berada di sendi intervertebral posterior.

Proses infeksi Myocobacterium tuberculosis akan mengaktifkan

chaperonin 10 yang merupakan stimulator poten dari proses resorpsi tulang

sehingga akan terjadi destruksi korpus vertebra dianterior. Proses perkijuan

yang terjadi akan menghalangi proses pembentukan tulang reaktif dan

mengakibatkan segmen tulang yang terinfeksi relatif avaskular sehingga

terbentuklah sequester tuberkulosis. Destruksi progresif di anterior akan

mengakibatkan kolapsnya corpus vertebra yang terinfeksi dan terbentuklah

kifosis (Angulasi posterior ) tulang belakang. Proses terjadinya kifosis dapat

terus berlangsung walaupun telah terjadi resolusi dari proses infeksi. Kifosis

yang progresif dapat mengakibatkan problem respirasi dan paraplegi.

Dengan adanya peningkatan sudut kifosis di regio torakal, tulang-tulang iga

akan menumpuk menimbulkan bentuk deformitas rongga dada berupa

Barrel Chest. Infeksi akhirnya menembus korteks vertebra dan membentuk

abses paravertebral. Diseminasi lokal terjadi melalui penyebaran hematogen

dan penyebaran langsung dibawah ligamentum longitudinal anterior.

Apabila telah terbentuk abses paravertebral, lesi dapa turun mengikuti alur

fascia muskulus psoas yang dapat mencapai trigonum femoralis.

11

Page 12: Spondilitis TB Wisnu

2.6 Patofisiologi

Basil Tb masuk ke dalam tubuh sebagian besar melalui traktus

respiratorius. Pada saat terjadi infeksi primer, karena keadaan umum yang

buruk maka dapat terjadi basilemia. Penyebaran terjadi secara hematogen.

Basil Tb dapat tersangkut di paru, hati limpa, ginjal dan tulang. Enam

hingga delapan minggu kemudian, respons imunologik timbul dan fokus

tadi dapat mengalami reaksi selular yang kemudian menjadi tidak aktif atau

mungkin sembuh sempurna. Vertebra merupakan tempat yang sering

terjangkit tuberkulosis tulang. Penyakit ini paling sering menyerang corpus

vertebra. Penyakit ini pada umumnya mengenai lebih dari satu vertebra.

Infeksi berawal dari bagian sentral, bagian depan, atau daerah epifisial

corpusvertebra. Kemudian terjadi hiperemi dan eksudasi yang menyebabkan

osteoporosis dan perlunakan corpus. Selanjutnya terjadi kerusakan pada

korteks epifise, discus intervertebralis dan vertebra sekitarnya. Kerusakan

pada bagian depan corpus ini akan menyebabkan terjadinya kifosis yang

dikenal sebagai gibbus. Berbeda dengan infeksi lain yang cenderung

menetap pada vertebra yang bersangkutan, tuberkulosis akan terus

menghancurkan vertebra di dekatnya. Kemudian eksudat (yang terdiri atas

serum, leukosit, kaseosa, tulang yang fibrosis serta basil tuberkulosa)

menyebar ke depan, di bawah ligamentum longitudinal anterior dan

mendesak aliran darah vertebra di dekatnya. Eksudat ini dapat menembus

ligamentum dan berekspansi ke berbagai arah di sepanjang garis ligament

yang lemah. Pada daerah cervical,eksudat terkumpul di belakang fasia para

vertebralis dan menyebar ke lateral di belakang muskulus sterno

kleidomastoideus. Eksudat dapat mengalami protrusi ke depan dan

menonjol ke dalam faring yang dikenal sebagai abses faringeal. Abses dapat

berjalan ke mediastinum mengisi tempat trakea, esophagus, atau cavum

pleura. Abses pada vertebra thoracalis biasanya tetap tinggal pada daerah

thoraks setempat menempati daerah paravertebral, berbentuk massa yang

menonjol dan fusiform. Abses pada daerah ini dapat menekan medulla

12

Page 13: Spondilitis TB Wisnu

spinalis sehingga timbul paraplegia. Abses pada daerah lumbal dapat

menyebar masuk mengikuti muskulus psoas dan muncul di bawah

ligamentum inguinal pada bagian medial paha. Eksudat juga dapat

menyebar ke daerah krista iliaka dan mungkin dapat mengikuti pembuluh

darah femoralis pada trigonum scarpei atau regio glutea. Menurut Gilroy

dan Meyer (1979), abses tuberkulosis biasanya terdapat pada daerah

vertebra thoracalis atas dan tengah, tetapi menurut Bedbrook (1981) paling

sering pada vertebrathoracalis 12 dan bila dipisahkan antara yang menderita

paraplegia dan nonparaplegia maka paraplegia biasanya pada vertebra

torakalis 10 sedang yang non paraplegia pada vertebralumbalis.3,5

Penjelasan mengenai hal ini sebagai berikut, arteri induk yang

mempengaruhi medulla spinalis segmen thoracal paling sering terdapat pada

vertebra T8-L1 sisikiri. Trombosis arteri yang vital ini akan menyebabkan

paraplegia. Faktor lain yang perludiperhitungkan adalah diameter relatif

antara medulla spinalis dengan canalis vertebralisnya. Intumesensia

lumbalis mulai melebar kira-kira setinggi vertebra T10, sedang canalis

vertebralis di daerah tersebut relatif kecil. Pada vertebra L1, canalis

vertebralisnya jelas lebih besar oleh karena itu lebih memberikan ruang

gerak bila ada kompresi dari bagiananterior. Hal ini mungkin dapat

menjelaskan mengapa paraplegia lebih sering terjadi pada lesi setinggi

vertebra T10.4,7

Kerusakan medulla spinalis akibat penyakit pott terjadi melalui

kombinasi 4 faktor yaitu :

1. Penekanan oleh abses dingin

2. Iskemia akibat penekanan pada arteri spinalis

3. Terjadinya endarteritis tuberkulosa setinggi blokade spinalnya

4. Penyempitan kanalis spinalis akibat angulasi korpus vertebra yang rusak

Perjalanan penyakit spondilitis tuberkulosa terdiri dari lima stadium yaitu:

1. Stadium implantasi

13

Page 14: Spondilitis TB Wisnu

Setelah bakteri berada dalam tulang, apabila daya tahan tubuh penderita

menurun, bakteri akan berduplikasi membentuk koloni yang berlangsung

selama 6-8 minggu. Keadaan ini umumnya terjadi pada daerah

paradiskus dan pada anak-anak pada daerah sentral vertebra.

2. Stadium destruksi awal

Selanjutnya terjadi destruksi korpus vertebra dan penyempitan yang

ringan pada diskus. Proses ini berlangsung selama 3-6 minggu.

3. Stadium destruksi lanjut

Pada stadium ini terjadi destruksi yang masif, kolaps vertebra, dan

terbentuk massa kaseosa serta pus yang berbentuk cold abses, yang tejadi

2-3 bulan setelah stadium destruksi awal. Selanjutnya dapat terbentuk

sekuestrum dan kerusakan diskus intervertebralis. Pada saat ini terbentuk

tulang baji terutama di depan (wedging anterior) akibat kerusakan korpus

vertebra sehingga menyebabkan terjadinya kifosis atau gibbus.

4. Stadium gangguan neurologis

Gangguan neurologis tidak berkaitan dengan beratnya kifosis yang

terjadi tetapi ditentukan oleh tekanan abses kekanalis spinalis.Vertebra

torakalis mempunyai kanalis spinalis yang kecil sehingga gangguan

neurologis lebih mudah terjadi di daerah ini.

Apabila terjadi gangguan neurologis, perlu dicatat derajat kerusakan

paraplegia yaitu:

Derajat I

Kelemahan pada anggota gerak bawah setelah beraktivitas atau

berjalan jauh. Pada tahap ini belum terjadi gangguan saraf sensoris.

Derajat II

Kelemahan pada anggota gerak bawah tetapi penderita masih dapat

melakukan pekerjaannya.

Derajat III

Kelemahan pada anggota gerak bawah yang membatasi gerak atau

aktivitas penderita disertai dengan hipoestesia atau anestesia.

14

Page 15: Spondilitis TB Wisnu

Derajat IV

Gangguan saraf sensoris dan motoris disertai dengan gangguan

defekasi dan miksi. TBC paraplegia atau Pott paraplegia dapat

terjadi secara dini atau lambat tergantung dari keadaan

penyakitnya.

5. Stadium deformitas residual

Stadium ini terjadi kurang lebih 3-5 tahun setelah stadium

implantasi. Kifosis atau gibus bersifat permanen karena kerusakan

vertebra yang masif di depan.

2.7 Gambaran Klinis

Gambaran klinis spondilitis tuberkulosa bervariasi dan tergantung pada

banyak faktor7. Biasanya onset Pott's disease berjalan secara mendadak dan

berevolusi lambat. Durasi gejala-gejala sebelum dapat ditegakkannya suatu

diagnosa pasti bervariasi dari bulan hingga tahun. Sebagian besar kasus

didiagnosa sekurangnya dua tahun setelah infeksi tuberkulosa.

Gambaran spondilitis tuberkulosa antara lain:5,7

- badan lemah/lesu,

- nafsu makan berkurang,

- berat badan menurun,

- suhu subfebril terutama pada malam hari serta sakit pada punggung,

pada anak-anak sering disertai dengan menangis pada malam hari.

- pada awal dapat dijumpai nyeri intercostal yaitu nyeri yang menjalar

dari tulang belakang ke garis tengah keatas dada melalui ruang

intercosta, hal ini karenatertekannya radiks dorsalis ditingkat thoracal

- nyeri spinal yang menetap, terbatasnya pergerakan spinal.

Kelainan neurologis terjadi pada sekitar 50% kasus karena proses destruksi

lanjut berupa :

- paraplegia, paraparesis, ataupun nyeri radix saraf, akibat penekanan

medulla spinalisyang menyebabkan kekakuan pada gerakan berjalan

dan nyeri,

15

Page 16: Spondilitis TB Wisnu

- gambaran paraplegia inferior kedua tungkai bersifat umn dan adanya

batas deficitsensorik setinggi tempat gibus/lokalisasi nyeri intercostal

- pemeriksaan fisik :

o adanya gibus dan nyeri setempat

o spastisitas

o hiperreflesia tendon lutut/achilles dan

o reflex patologik pada kedua belah sisi

o batas deficit sensorik akibat mielitis transversa dan gangguan

miksi jarang dijumpai

Spondylitis corpus vertebra dibagi menjadi tiga bentuk:8,9

1. Pada bentuk sentral.

Detruksi awal terletak di sentral corpus vertebra, bentuk ini sering

ditemukan pada anak.

2. Bentuk paradikus.

Terletak di bagian corpus vertebra yang bersebelahan dengan discus

intervertebral, bentuk inisering ditemukan pada orang dewasa.

3. Bentuk anterior.

Dengan lokus awal di corpus vertebra bagian anterior, merupakan

penjalaran per kontinuitatumdari vertebra di atasnya.

2.8 Diagnosis

Anamnesis dilakukan untuk mendapatkan keterangan dari pasien,

meliputi keluhan utama, keluhan sistem badan,riwayat penyakit sekarang,

riwayat penyakit dahulu, dan riwayat penyakit keluarga atau lingkungan.5,6

Gambaran adanya penyakit sistemik, kehilangan berat badan, keringat

malam,demam yang berlangsung secara intermitten terutama sore dan

malam hari serta Cachexia. Pada pasien anak-anak, dapat juga terlihat

berkurangnya keinginan bermain di luar rumah. Sering tidak tampak jelas

pada pasien yang cukup gizi sementara pada pasien dengan kondisi kurang

gizi, demam (terkadang demam tinggi), hilangnya berat badan dan

berkurangnya nafsu makan akan terlihat dengan jelas. Adanya riwayat batuk

16

Page 17: Spondilitis TB Wisnu

lama (lebih dari 3 minggu) berdahak atau berdarah disertai nyeri dada. Pada

beberapa kasus di afrika terjadi pembesaran dari nodus limfatikus, tuberkel

disubkutan, dan pembesaran hati dan limpa.7,8

Pada pemeriksaan fisik nyeri terlokalisir pada satu regio tulang belakang

atau berupa nyeri yang menjalar. Infeksi yang mengenai tulang servikal

akan tampak sebagai nyeri di daerah telinga atau nyeri yang menjalar ke

tangan. Lesi di torakal atas akan menampakkan nyeri yang terasa di dada

dan intercostal. Pada lesi di bagian torakal bawah maka nyeri dapat berupa

nyeri menjalar ke bagian perut. Rasa nyeri ini hanya menghilang dengan

beristirahat. Untuk mengurangi nyeri pasien akan menahan punggungnya

menjadi kaku.6

Pola jalan merefleksikan rigiditas protektif dari tulang belakang. Langkah

kaki pendek,karena mencoba menghindari nyeri di punggung.7 Bila infeksi

melibatkan area servikal maka pasien tidak dapat menolehkan kepalanya,

mempertahankan kepala dalam posisi ekstensi dan duduk dalam posisi dagu

disangga olehsatu tangannya, sementara tangan lainnya di oksipital.

Rigiditas pada leher dapat bersifat asimetris sehingga menyebabkan

timbulnya gejala klinis torticollis. Pasien juga mungkin mengeluhkan rasa

nyeri di leher atau bahunya. Jika terdapat abses, maka tampak

pembengkakan di kedua sisi leher. Abses yang besar, terutama pada anak,

akan mendorong trakhea ke Sternal notch. Sehingga akan menyebabkan

kesulitan menelan dan adanya stridor respiratoar, sementara kompresi

medulla spinalis pada orang dewasa akan menyebabkan tetraparesis.9,10

Dislokasi atlantoaksial karena tuberkulosa jarang terjadidan merupakan

salah satu penyebab kompresi Cervicomedullary. Di negara yang sedang

berkembang. Hal ini perlu diperhatikan karena gambaran klinisnya serupa

dengantuberkulosa di regio servikal.11

Infeksi di regio torakal akan menyebabkan punggung tampak menjadi

kaku. Bila berbalik menggerakkan kakinya, bukan mengayunkan dari sendi

panggulnya. Saat mengambil sesuatu dari lantai ia menekuk lututnya

sementara tetap mempertahankan punggungnya tetapkaku (coin test) jika

17

Page 18: Spondilitis TB Wisnu

terdapat abses, maka abses dapat berjalan di bagian kiri atau

kananmengelilingi rongga dada dan tampak sebagai pembengkakan lunak

dinding dada. Jika menekan abses ini berjalan ke bagian belakang maka

dapat menekan korda spinalis danmenyebabkan paralisis.5,10

Di regio lumbar : abses akan tampak sebagai suatu pembengkakan lunak

yang terjadi di atas atau di bawah lipat paha. Jarang sekali pus dapat keluar

melalui fistel dalam pelvis dan mencapai permukaan di belakang sendi

panggul. Pasien tampak berjalan dengan lutut dan hip dalam posisi fleksi

dan menyokong tulang belakangnya dengan meletakkan tangannya diatas

paha. Adanya kontraktur otot psoas akan menimbulkan deformitas fleksi

sendi panggul.7,17,18

Tampak adanya deformitas, dapat berupa : kifosis (gibbus/angulasi tulang

belakang), adanya gejala dan tanda dari kompresi medula spinalis (defisit

neurologis). Terjadi pada kurang lebih 10-47% kasus. Insidensi paraplegia

pada spondilitis lebih banyak di temukan pada infeksi di area torakal dan

servikal. Jika timbul paraplegia akan tampak spastisitas dari alat gerak

bawah dengan refleks tendon dalam yang hiperaktif, pola jalan yang spastik

dengan kelemahan motorik yang bervariasi. Dapat pula terjadi gangguan

fungsi kandung kemih dan anorektal. Pembengkakan di sendi yang berjalan

lambat tanpa disertai panas dan nyeri akut seperti pada infeksi septik. Onset

yang lambat dari pembengkakan tulang ataupun sendi mendukung bahwa

hal tersebut disebabkan karena tuberkulosa.

Pada palpasi, bila terdapat abses maka akan teraba massa yang

berfluktuasi dan kulit diatasnya terasa sedikit hangat (disebut cold abses,

yang membedakan dengan abses piogenik yang teraba panas). Dapat

dipalpasi di daerah lipat paha, fossa iliaka, retropharynx, atau di sisi leher

(di belakang otot sternokleidomastoideus), tergantung dari level lesi. Dapat

juga teraba disekitar dinding dada. Perlu diingat bahwa tidak ada hubungan

antara ukuran lesi destruktif dan kuantitas pus dalam cold abscess. Spasme

otot protektif disertai keterbatasan pergerakan di segmen yang terkena.7,9

Pada perkusi, secara halus atau pemberian tekanan diatas prosesus spinosus

18

Page 19: Spondilitis TB Wisnu

vertebrae yang terkena, sering tampak tenderness. Pada auskultasi, keadaan

paru tidak ditemukan kelainan.

Pemeriksaan penunjang:

1. Laboratorium:

Laju endap darah meningkat (tidak spesifik), dari 20 sampai lebih

dari100mm/jam.

Tuberculin skin test /Mantoux test /Tuberculine purified protein

derivative(ppd) positif. Hasil yang positif dapat timbul pada kondisi

pemaparan dahulu maupun yang baru terjadi oleh Mycobacterium.

Tuberculin skin test ini dikatakan positif jika tampak area berindurasi,

kemerahan dengan diameter ³ 10mm di sekitar tempat suntikan 48-72

jamsetelah suntikan.Hasil yang negatif tampak pada ± 20% kasus

dengan tuberkulosis berat (tuberkulosis milier) dan pada pasien yang

immunitas selulernya tertekan (seperti baru saja terinfeksi, malnutrisi

atau disertai penyakit lain)

Uji kultur biakan bakteri dan BTA ditemukan Mycobacterium.

Biopsi jaringan granulasi atau kelenjar limfe regional.

Pemeriksaan hispatologis ditemukan tuberkel.

Kultur urin pagi (membantu bila terlihat adanya keterlibatan ginjal),

sputum dan bilas lambung (hasil positif bila terdapat keterlibatan

paruparu yang aktif)

Apus darah tepi menunjukkan leukositosis dengan limfositosis yang

bersifatrelatif.

Tes darah untuk titer anti-staphylococcal dan anti-streptolysin

haemolysins,typhoid, paratyphoid dan brucellosis (pada kasus-kasus

yang sulit dan pada pusat kesehatandengan peralatan yang cukup

canggih) untuk mmenyingkirkan diagnosa banding.

Pungsi lumbal didapati tekanan cairan serebrospinalis rendah.

Cairan serebrospinal dapat abnormal (pada kasus dengan

meningitistuberkulosa). Normalnya cairan serebrospinal tidak

19

Page 20: Spondilitis TB Wisnu

mengeksklusikan kemungkinan infeksi pemeriksaan cairan

serebrospinal secara serial akan memberikan hasil yang lebih baik,

cairan serebrospinal akan tampak:

Xantokrom

Bila dibiarkan pada suhu ruangan akan menggumpal.

Pleositosis (dengan dominasi limfosit dan mononuklear). Pada

tahap akut responnya bisa berupa neutrofilik seperti pada

meningitis piogenik.

Kandungan protein meningkat.

Kandungan gula normal pada tahap awal tetapi jika gambaran

klinis sangat kuatmendukung diagnosis, ulangi pemeriksaan

Pada keadaan arachnoiditis tuberkulosa (radiculomyelitis),

punksi lumbal akan menunjukkan Genuine dry tap. Pada pasien

ini adanya peningkatan bertahap kandungan protein

menggambarkan suatu blok spinal yang mengancam dan sering

diikuti dengan kejadian paralisis. Pemberian steroid akan

mencegah timbulnya hal ini. Kandungan protein cairan

serebrospinal dalam kondisi spinal terblok spinal

dapatmencapai 1-4G/100ML.

Kultur cairan serebrospinal. Adanya basil tuberkel merupakan

tes konfirmasi yangabsolut tetapi hal ini tergantung dari

pengalaman pemeriksa dan tahap infeksi.

2. Radiologis5,7

Gambaran Radiologi, badan vertebra dapat terkena pertama di tiga

bagian- batas bawah dan atas diskus, di bagian tengah, dan anterior di

bawah periosteum. Diskus seringkali terkikis. Dua atau lebih vertebra

dapat terkena. Tomografi dapat menunjukkan bahwa lesi lebih luas

daripada yang ditunjukkan foto polos. Karena bagian anterior vertebra

seringkali terkena, kifos atau gibbus akan muncul, dan skoliosis juga

dapat terjadi. Abses terbentuk lebih awal dan mudah dilihat pada regio

20

Page 21: Spondilitis TB Wisnu

torakal. Pada regio lumbal, bulging lateral dari garis psoas dapat terjadi.

Abses dapat meluas dan dapat berkalsifikasi.15

Gambar 6. A) Foto polos menunjukkan gambaran tipikal pada spondilitis tuberkulosis. Terdapat

massa jaringan lunak paraspinal yang luas. B) Foto koronal vertebra torakal menunjukkan

kerusakan pada diskus intervertebralis pada titik dimana pelebaran paraspinal maksimal dan

perubahan ini berhungan dengan perubahan sinyal dari vertebra. C)Gambaran sagital menunjukkan

peningkatan sinyal pada badan vertebra yang berdekatan dengan massa jaringan lunak anterior dan

posterior, dengan massa tersebut mengindentasi kanalis spinalis dan menekan nervus yang

berdekatan.

Gambarannya bervariasi tergantung tipe patologi dan kronisitas infeksi.

Foto rontgen dada dilakukan pada seluruh pasien untuk mencari bukti

adanyatuberkulosa di paru (2/3 kasus mempunyai foto rontgen yang

abnormal).

Foto polos seluruh tulang belakang juga diperlukan untuk mencari

bukti adanya tuberkulosa di tulang belakang. Tanda radiologis baru

dapat terlihat setelah 3-8 minggu onset penyakit.

Jika mungkin lakukan rontgen dari arah antero-posterior dan lateral.

21

Page 22: Spondilitis TB Wisnu

Gambar 7. Spondilitis Tb. Radiografi lateral menunjukan hilangnya ruang diskus (panah lurus) dengan destruksi pelat ujung yang berdekatan (panah melengkung), dan pendesakan di anterior.

Gambar 8. Penyebaran subligamentum dari tuberkulosis spinal. Gambaran radiografi lateral menunjukan erosi pada tepi anterior corpus vertebra disebabkan oleh abses jaringan lunak sekitar.

Tahap awal tampak lesi osteolitik di bagian anterior superior atau

sudut inferior corpusvertebrae, osteoporosis regional yang kemudian

berlanjut sehingga tampak penyempitan diskus intervertebralis yang

berdekatan, serta erosi corpus vertebrae anterior yang berbentuk

Scalloping karena penyebaran infeksi dari area subligamentous

Infeksi tuberkulosa jarang melibatkan pedikel, lamina, prosesus

transversus atau prosesus spinosus.

Keterlibatan bagian lateral corpus vertebra akan menyebabkan

timbulnya deformitas scoliosis (jarang)

22

Page 23: Spondilitis TB Wisnu

Pada pasien dengan deformitas gibbus karena infeksi sekunder

tuberkulosa yang sudah lama akan tampak tulang vertebra yang

mempunyai rasio tinggi lebih besar dari lebarnya (vertebra yang

normal mempunyai rasio lebar lebih besar terhadap tingginya). Bentuk

ini dikenal dengan nama Long vertebra atau Tall vertebra.

Computed tomography scan terutama bermanfaat untuk

memvisualisasi regio torakal dan keterlibatan costa yang sulit dilihat

pada foto polos. Keterlibatan lengkung syaraf posterior seperti pedikel

tampak lebih baik dengan ct scan. CT scan memberi gambaran tulang

secara lebih detail dari lesi irreguler, skelerosis, kolaps diskus, dan

gangguan sirkumferensi tulang.

Gambar 9. Spondilitis Tuberkulosis. CT Scan axial menunjukan destruksi litik corpus vertevra (panah hitam) dengan keterlibatan abses jaringan lunak (panah putih).

Gambar 10. Abses psoas terkalsifikasi. CT Scan axial menunjukan abses bilateral tuberkulosis psoas dengan kalsifikasi perifer (panah)

23

Page 24: Spondilitis TB Wisnu

Gambar 11. Spondilitis TB. A) CT Scan potongan aksial menujukkan pola tulang yang terpisah-pisah. B) Abses jaringan lunak paraspinal yang luas dengan kalsifikasi awal di dindingnya.3

Magnetic resonance imaging (MRI) mempunyai manfaat besar untuk

membedakan komplikasi yang bersifat kompresif dengan yang bersifat

non kompresif pada tuberkulosa tulang belakang. MRI mengevaluasi

infeksi diskus intervertebralis dan osteomielitis tulang belakang serta

menunjukkan adanya penekanan saraf.

Gambar 12. Spondilitis Tuberkulosis. MRI potongan sagital T2 menunjukan area dengan peningkatan intensitas disebabkan edema corpus invertebral disertai penyempitan diskus

(panah putih), dan penyebaran ke kanalis spinalis (panah hitam).

24

Page 25: Spondilitis TB Wisnu

Gambar 13. MRI menunjukkan

spondilitis TB pada T10-T12. Spondilitis TB menyebabkan kerusakan dan angulasi kolumna

vertebra.10

Gambar 14. MRI T1 pada pasien

yang sama, yang menunjukkan

kerusakan vertebra C6-C7.10

3. Neddle biopsi/ operasi eksplorasi (Costotransversectomi )

Dari lesi spinal mungkin diperlukan pada kasus yang sulit tetapi

membutuhkan pengalaman dan pembacaan histologi yang baik (untuk

menegakkan diagnosa yang absolut) (berhasil pada50% kasus).

25

Page 26: Spondilitis TB Wisnu

2.9 Diagnosis Banding3,5

1. Osteitis piogen : khasnya demam lebih cepat timbul

2. Poliomielitis : paresis/paralisis tungkai, skoliosis dan bukan kifosis

3. Skoliosis idiopatik : tanpa gibbus dan tanda paralisis

4. Penyakit paru dengan bekas empiema : tulang belakang bebas penyakit

5. Metastasis tulang belakang : tidak mengenai diskus, adanya karsinoma

prostat

6. Kifosis senilis : kifosis tidak local, osteoporosis seluruh kerangka

2.10 Penatalaksanaan

Pengobatan terdiri atas:10

1. Terapi konservatif

Terapi konservatif berupa, tirah baring (bed rest), memberi korset

yang mencegah gerakan vertebra /membatasi gerak vertebra, memperbaiki

keadaan umum penderita.

Terapi pasien spondilitis tuberkulosa dapat pula berupa local rest pada

turning frame / plaster bed atau continous bed rest disertai dengan

pemberian kemoterapi. Tindakan ini biasanya dilakukan pada penyakit

yang telah lanjut dan bila tidak tersedia keterampilan dan fasilitas yang

cukup untuk melakukan operasi radikal spinal anterior, atau bila terdapat

masalah teknik yang terlalu membahayakan. Istirahat dapat dilakukan

dengan memakai gips untuk melindungi tulang belakangnya dalam posisi

ekstensi terutama pada keadaan yang akut atau fase

aktif. Pemberian gips ini ditujukan untuk mencegah pergerakan dan

mengurangi kompresi dan deformitas lebih lanjut.

Istirahat di tempat tidur dapat berlangsung 3-4 minggu, sehingga

dicapai keadaan yang tenang dengan melihat tanda-tanda klinis, radiologis

dan laboratorium. Secara klinis ditemukan berkurangnya rasa nyeri,

hilangnya spasme otot paravertebral, nafsu makan dan berat badan

meningkat, suhu badan normal. Secara laboratoris menunjukkan

26

Page 27: Spondilitis TB Wisnu

penurunan laju endap darah, Mantoux test umumnya < 10 mm. Pada

pemeriksaan radiologis tidak dijumpai bertambahnya destruksi tulang,

kavitasi ataupun sekuester. Pemasangan gips bergantung pada level lesi.

Pada daerah servikal dapat diimobilisasi dengan jaket Minerva, pada

daerah vertebra torakal, torakolumbal dan lumbal atas diimobilisasi

dengan body cast jacket; sedangkan pada daerah lumbal bawah,

lumbosakral dan sakral dilakukan immobilisasi dengan body jacket atau

korset dari gips yang disertai dengan fiksasi salah satu sisi panggul. Lama

immobilisasi berlangsung kurang lebih 6 bulan, dimulai sejak penderita

diperbolehkan berobat jalan.

Terapi untuk Pott’s paraplegia pada dasarnya juga sama yaitu

immobilisasi di plaster shell dan pemberian kemoterapi. Pada kondisi ini

perawatan selama tirah baring untuk mencegah timbulnya kontraktur pada

kaki yang mengalami paralisa sangatlah penting. Alat gerak bawah harus

dalam posisi lutut sedikit fleksi dan kaki dalam posisi netral. Dengan

regimen seperti ini maka lebih dari 60% kasus paraplegia akan membaik

dalam beberapa bulan. Hal ini disebabkan oleh karena terjadinya resorpsi

cold abscess intraspinal yang menyebabkan dekompresi.

2. Pengobatan anti tuberkulosa standar pengobatan di indonesia berdasarkan

program P2TB paru adalah :

a. Kategori 1

Untuk penderita baru bta (+) dan bta(-)/rontgen (+), diberikan dalam 2

tahap ;

tahap 1 :

o rifampisin 450 mg, etambutol 750 mg, inh 300 mg dan

pirazinamid 1.500MG.

o Obat ini diberikan setiap hari selama 2 bulan pertama (60

kali).

tahap 2:

o rifampisin 450 mg, inh 600 mg,

27

Page 28: Spondilitis TB Wisnu

o diberikan 3 kali seminggu (intermitten)selama 4 bulan (54

kali)

b. Kategori 2

Untuk penderita bta(+) yang sudah pernah minum obat selama sebulan,

termasuk penderita dengan bta (+) yang kambuh/gagal yang diberikan

dalam 2 tahap yaitu :

tahap 1

o Diberikan streptomisin 750 mg , inh 300 mg, rifampisin 450

mg,pirazinamid 1500MG dan etambutol 750 mg.

o Obat ini diberikan setiap hari ,streptomisin injeksi hanya 2

bulan pertama (60 kali) dan obat lainnya selama 3 bulan (90

kali).

tahap 2

o Diberikan inh 600 mg, rifampisin 450 mg dan etambutol

1250 mg.

o Obat diberikan 3 kali seminggu (intermitten) selama 5 bulan

(66 kali).

kriteria penghentian pengobatan yaitu apabila keadaan umum penderita

bertambah baik, laju endap darah menurun dan menetap, gejala-gejala

klinis berupa nyeri dan spasme berkurang serta gambaran radiologik

ditemukan adanya union pada vertebra.

3. Terapi operatif

Yang dilakukan berupa debrideman dan penggantian korpus vertebra

yang rusak dengan tulang spongiosa/kortiko - spongiosa. Indikasi

pembedahan pada spondilitis TB secara umum sebagai berikut: 1) defisit

neurologis akut, paraparesis, atau paraplegia. 2) deformitas tulang

belakang yang tidak stabil atau disertai nyeri, dalam hal ini kifosis

progresif (30º untuk dewasa, 15º untuk anakanak). 3) tidak responsif

kemoterapi selama 4 minggu. 4) abses luas. 5) biopsi perkutan gagal untuk

memberikan diagnosis. 6)nyeri berat karena kompresi abses.

28

Page 29: Spondilitis TB Wisnu

Sementara itu, satu-satunya kontraindikasi pembedahan pada pasien

spondilitis TB adalaha kegagalan jantung dan paru. Pada keadaan ini

kegagalan jantung dan paru harus ditangani terlebih dahulu untuk

menyelamatkan jiwa pasien.

Dengan berkembangnya penggunaan OAT yang efektif, terapi

pembedahan relatif ditinggalkan sebagai penatalaksanaan utama pada

spondilitis TB. Pilihan teknik bedah tulang belakang pada spondilitis

sangat bervariasi, namun pendekatan tindakan bedah yang baku dan

empiris masih belum ada. Setiap kasus harus dinilai keadaanya secara

individual. Pada pasien yang direncanakan dioperasi, kemoterapi tetap

harus diberikan, minimal 10 hari sebelum operasi OAT harus sudah

diberikan. Kategori regimen OAT yang diberikan disesuaikan jenis kasus

yang ada dan dilanjutkan sesuai kategori masing-masing.

Tindakan bedah yang dapat dilakukan pada spondilitis TB meliputi

drainase abses; debridemen radikal; penyisipan tandur tulang;

artrodesis/fusi; penyisipan tandur tulang; dengan atau tanpa instrumentasi/

fiksasi, baik secara anterior maupun posterior dan osteotomi.

Terapi operatif juga biasanya selain tetap disertai pemberian

kemoterapi, dikombinasikan dengan 6-12 bulan tirah baring dan 18-24

bulan selanjutnya menggunakan spinal bracing. Pada pasien dengan lesi-

lesi yang melibatkan lebih dari dua vertebra, suatu periode tirah baring

diikuti dengan sokongan eksternal dalam TLSO direkomendasikan hingga

fusi menjadi berkonsolidasi. Operasi pada kondisi tuberculous

radiculomyelitis tidak banyak membantu. Pada pasien dengan

intramedullary tuberculoma, operasi hanya diindikasikan jika ukuran lesi

tidak berkurang dengan pemberian kemoterapi dan lesinya bersifat soliter.

Hodgson dan kawan-kawan menghindari tindakan laminektomi

sebagai prosedur utama terapi Pott’s paraplegia dengan alasan bahwa

eksisi lamina dan elemen neural posterior akan mengangkat satu-satunya

struktur penunjang yang tersisa dari penyakit yang berjalan di anterior.

Laminektomi hanya diindikasikan pada pasien dengan paraplegia karena

29

Page 30: Spondilitis TB Wisnu

penyakit di laminar atau keterlibatan corda spinalis atau bila paraplegia

tetap ada setelah dekompresi anterior dan fusi, serta mielografi

menunjukkan adanya sumbatan.

2.11 Komplikasi3,5

Cedera corda spinalis ( Spinal cord injury).

Dapat terjadi karena adanya tekanan ekstradural sekunder karena pus

tuberkulosa, sekuestra tulang, sekuester dari diskus intervertebralis

(contoh : Pott's paraplegia - prognosa baik) atau dapat juga

langsungkarena keterlibatan korda spinalis oleh jaringan granulasi

tuberkulosa (contoh :menigomyelitis - prognosa buruk). Jika cepat

diterapi sering berespon baik (berbedadengan kondisi paralisis pada

tumor). MRI dan Mielografi dapat membantu membedakan paraplegi

karena tekanan atau karena invasi dura dan corda spinalis.

Empyema tuberkulosa karena rupturnya abses paravertebral di torakal ke

dalam pleura.

2.12 Prognosis

Prognosis pasien dengan spondilitis tuberkulosa sangat tergantung dari

usia dan kondisi kesehatan umum pasien,derajat berat dan durasi defisit

neurologis serta terapi yang diberikan.

1. Mortalitas

Mortalitas pasien spondilitis tuberkulosa mengalami penurunan seiring

dengan ditemukannya kemoterapi (menjadi kurang dari 5%, jika pasien

didiagnosa dini dan patuh dengan regimen terapi dan pengawasan ketat).

2. Relaps

Angka kemungkinan kekambuhan pasien yang diterapi antibiotik dengan

regimen medis saat ini dan pengawasan yang ketat hampir mencapai 0%.

3. Kifosis

Kifosis progresif selain merupakan deformitas yang mempengaruhi

kosmetis secara signifikan, tetapi juga dapat menyebabkan timbulnya

30

Page 31: Spondilitis TB Wisnu

defisit neurologis atau kegagalan pernafasan dan jantung karena

keterbatasan fungsi paru. Rajasekaran dan Soundarapandian dalam

penelitiannya menyimpulkan bahwa terdapat hubungan nyata antara

sudut akhir deformitas dan jumlah hilangnya corpus vertebra.

4. Defisit neurologis

Defisit neurologis pada pasien spondilitis tuberkulosa dapat membaik

secara spontan tanpa operasi atau kemoterapi. Tetapi secara umum,

prognosis membaik dengan dilakukannya operasi dini.

5. Usia

Pada anak-anak, prognosis lebih baik dibandingkan dengan orang dewasa

31

Page 32: Spondilitis TB Wisnu

BAB III

KESIMPULAN

Spondilitis tuberculosa adalah infeksi yang sifatnya kronis berupa infeksi

granulomatosis disebabkan oleh kuman spesifik yaitu mycobacterium tuberculosa

yang mengenai tulang vertebra. Tuberkulosis tulang belakang merupakan infeksi

sekunder dari tuberkulosis di tempatlain di tubuh, 90-95% disebabkan oleh

mycobacterium tuberkulosis tipik (2/3 dari tipe humandan 1/3 dari tipe bovin) dan

5-10% oleh mycobacterium tuberkulosa atipik. Kuman ini berbentuk batang,

mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan. Oleh karena

itu disebut pula sebagai basil tahan asam. Kuman TB cepat mati dengan sinar

matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap

dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dorman, tertidur lama selama

beberapa tahun. Secara klinik gejala tuberkulosis tulang belakang hampir sama

dengan gejalatuberkulosis pada umumnya, yaitu badan lemah/lesu, nafsu makan

berkurang, berat badanmenurun, suhu sedikit meningkat (subfebril) terutama pada

malam hari serta sakit pada punggung. Pada stadium awal ini belum ditemukan

deformitas tulangvertebra, demikian pula belum terdapat nyeri ketok pada

vertebra yang bersangkutan. Nyeri spinal yang menetap,terbatasnya pergerakan

spinal, dan komplikasi neurologis merupakan tanda terjadinya destruksiyang lebih

lanjut. Kelainan neurologis terjadi pada sekitar 50% kasus, termasuk akibat

penekanan medulla spinalis yang menyebabkan paraplegia, paraparesis, ataupun

nyeri radixsaraf. Tanda yang biasa ditemukan di antaranya adalah adanya kifosis

(gibbus), bengkak padadaerah paravertebra, dan tanda-tanda defisit neurologis

seperti yang sudah disebutkan di atas.

32

Page 33: Spondilitis TB Wisnu

DAFTAR PUSTAKA

1. Wim de jong, Spondilitis Tuberculosis, dalam buku ajar ilmu bedah, EGC

: Jakarta

2. Dian. TA., Conservative or Operatpive Management on Pediatric

Spondylitis Tuberculosis, 2000. accessed on 12 july 2015, available from

http://medlinux.blogspot.com/2007/09/spondylitis-tuberkulosa

3. Rasjad. C., 2001. Pengantar ilmu bedah ortopedi, jakarta

4. Rahyussalim., Rukmana. A., Ismail. HD., Lubis. AM., Kurniawati. T. New

Evidance of Spondylitis Tuberculosis : Pyogenic Microorganism

Contamination or Mixed Infection. 2011. Cited on Aug 15 2015. Website :

www.thejournalofindonesiaorthopaedic.org

5. Nataprawira. HM., Rahim. AH., Dewi. MM., Ismail. Y. Comparation

Between Operative and Conservative Therapy in Spondylitis Tuberculosis

in Hasan Sadikin Hospital Bandung. 2008. Cited on Aug 15 2015.

Website : www.saripediatri.com

6. Dewi. LK., Edi. A., Suarthana. E., 2000. Spondilitis tuberkulosa dalam

Mansjoer A, Suprohaita,Wardhani WI, Setiowulan W kapita selekta

kedokteran. Media Aesculapius : Jakarta

7. Hidalgo. JA., Alangaden. G. Pott Disease (Tuberculous Spondylitis) in:

http://www.emedicine.medscape.com. Cited on Aug 15 2015

8. Todar. K. Mycobacterium Tuberculosis and Tuberculosis. 2008. Cited on

Aug 15 2015. Website : www.textbookbacteriology.net

9. Rasouli. MR., Mirkoohi. M., Vaccaro. AR., Yarandi. KK., Movaghar. VR.

Spinal Tuberculosis : Diagnosis and Management. 2012. Cited on Aug 15

2015. Website : http://www.creativecommons.org/licenses/by-nc/3.0/

10. Zuwanda., Janitra. R. Diagnosis dan Penatalaksanaan Spondilitis Tuberculosa. 2000. Cited Aug 15 2015. Website : www.kalbemed.com/events.aspx

33