Spondilitis Tb
-
Upload
sandraldira -
Category
Documents
-
view
31 -
download
2
description
Transcript of Spondilitis Tb
SONY NOVRIANDI SUSILO 1102010271
SPONDILITIS TUBERKULOSIS
PENDAHULUAN
Spondilitis tuberkulosa atau tuberkulosis spinal yang dikenal pula
dengan nama Pott’s disease of the spine atau tuberculous
vertebral osteomyelitis merupakan suatu penyakit yang banyak
terjadi di seluruh dunia.
Penyakit ini pertama kali dideskripsikan oleh Percival Pott pada
tahun 1779 yang menemukan adanya hubungan antara kelemahan
alat gerak bawah dengan kurvatura tulang belakang, tetapi hal
tersebut tidak dihubungkan dengan basil tuberkulosa hingga
ditemukannya basil tersebut oleh Koch tahun 1882, sehingga
etiologi untuk kejadian tersebut menjadi jelas.
Pada kasus-kasus pasien dengan tuberkulosa,
keterlibatan tulang dan sendi terjadi pada kurang
lebih 10% kasus.
Tulang belakang merupakan tempat yang paling
sering terkena tuberkulosa tulang (kurang lebih
50% kasus), diikuti kemudian oleh tulang panggul,
lutut dan tulang-tulang lain di kaki, sedangkan
tulang di lengan dan tangan jarang terkena.
Area torako-lumbal terutama torakal bagian bawah
(umumnya T 10) dan lumbal bagian atas
merupakan tempat yang paling sering terlibat
karena pada area ini pergerakan dan tekanan dari
weight bearing mencapai maksimum.
Defisit neurologis muncul pada 10-47% kasus
pasien dengan spondilitis tuberkulosa.
DEFINISI
Spondilitis tuberculosa adalah infeksi yang
sifatnya kronis berupa infeksi
granulomatosis disebabkan oleh kuman
spesifik yaitu mycubacterium tuberculosa
yang mengenai tulang vertebra.
ETIOLOGI
Bakteri penyebabnya
adalah Mycobacterium
tuberculosis.
Mycobacterium
tuberculosis merupakan
bakteri berbentuk batang
yang bersifat acid-
fastnon-motile dan tidak
dapat diwarnai dengan
baik melalui cara yang
konvensional.
Produksi niasin
merupakan karakteristik
Mycobacterium
tuberculosis
PATOFISIOLOGI
Infeksi tuberkulosa pada awalnya mengenai tulang
cancellous dari vertebra.
Area infeksi secara bertahap bertambah besar dan
meluas, berpenetrasi ke dalam korteks tipis korpus
vertebra sepanjang ligamen longitudinal anterior.
Terjadinya nekrosis perkijuan yang meluas
mencegah pembentukan tulang baru dan pada saat
yang bersamaan menyebabkan tulang menjadi
avascular sehingga menimbulkan tuberculous
sequestra, terutama di regio torakal.
Membagi perjalanan penyakit ini dalam 5 stadium yaitu:
1. Stadium implantasi.
Setelah bakteri berada dalam tulang,
maka bila daya tahan tubuh penderita
menurun, bakteri akan berduplikasi
membentuk koloni yang berlangsung
selama 6-8 minggu.
2. Stadium destruksi awal.
Setelah stadium implantasi, selanjutnya
terjadi destruksi korpus vertebra serta
penyempitan yang ringan pada diskus.
Proses ini berlangsung selama 3-6
minggu.
3. Stadium destruksi lanjut.
Pada stadium ini terjadi destruksi
yang masif, kolaps vertebra dan
terbentuk massa kaseosa serta
pus yang berbentuk cold abses
(abses dingin), yang terjadi 23
bulan setelah stadium destruksi
awal.
4. Stadium gangguan neurologis.
Tergantung beratnya kifosis dan
tekanan abses ke kanalis spinalis.
Dapat terjadi paraplegia, aktivitas
gerak terganggu.
5. Stadium deformitas residual (3-5 tahun setelah stadium implantasi)
Kifosis dan gibus bersifat permanen karena kerusakan vertebra yang masif di sebelah depan.
POTT’S PARAPLEGI
1. Early onset paresis 2. Late onset paresis
Sementara itu Seddon dan Butler memodifikasi klasifikasi Sorrel menjadi 3 tipe:1. Type 12. Type 2 (Tekanan eksternal pada korda
spinalis duramater dan Invasi duramater oleh tuberkulosa)
3. Type 3
PENEGAKKAN DIAGNOSA
1. Anamnesa Gambaran adanya penyakit sistemik
Adanya riwayat batuk lama (lebig dari 3 minggu) berdahak
atau berdarah disertai nyeri dada.
Nyeri terlokalisir pada satu regio tulang belakang atau
berupa nyeri yang menjalar.
Pola jalan merefleksikan rigiditas protektif dari tulang
belakang
Bila infeksi melibatkan area servikal maka pasien tidak
dapat menolehkan kepalanya.
Infeksi di regio torakal akan menyebabkan punggung
tampak menjadi kaku
Diregio lumbal abses akan tampak sebagai suatu
pembengkakan lunak yang terjadi diantara lipat paha.
Adanya tanda dan gejala kompresi medula spinalis
Pembengkakan di sendi yang berjalan lambat tanpa
disertai panas dan nyeri akut seperti pada infeksi septik.
2. Pemeriksaan Fisik Tampak ada deformitas, dapat
berupa : kifosis
Bila terdapat abses maka akan
teraba massa yang berfluktuasi dan
kulit diatasnya terasa sedikit
hangat
Spasme otot protektif disertai
keterbatasan pergerakan disegmen
yang terkena
Pada perkusi secara halus sering
tampak tenderness.
3. Pemeriksaan penunjang
Laboratorium
a. Laju endap darah
b. Tuberculin skin test
c. Kultur urin pagi
d. Apus darah tepi
e. Cairan serebrospinal
Radiologis
a. Foto rontgen dada dilakukan pada seluruh pasien untuk
mencari bukti adanya TB di paru.
b. Foto polos seluruh tulang belakang juga diperlukan untuk
mencari bukti adanya TB di tulang belakang.
c. Rontgen dari arah antero-posterior dan lateral
d. Tampak lesi osteolitik di bagian anterior superior atau sudut
inferior corpus vertebrae.
e. Pada pasien dengan deformitas gibbus karena infeksi sekunder
TB yang sudah lama akan tampak tulang vertebra yang
mempunyai rasio tinggi lebih besar dari lebarnya.
f. Terlihat keterlibatan jaringan lunak, seperti abses paravertebral
dan psoas.
CT Scan
Terutama bermanfaat untuk memvisualisasi regio
torakal dan keterlibatan iga yang sulit dilihat pada foto
polos.
Magnetic Resonanse Imaging (MRI)
a. Untuk membedakan komplikasi yang bersifat
kompresif dengan yang bersifat non kompresif pada
tuberkulosa tulang belakang.
b. Membantu memutuskan pilihan manajemen apakah
akan bersifat konservatif atau operarif .
c. Membantu menilai respon terapi.
d. Kerugiannya adalah dapat terlewatinya fragmen
tulang kecil dan klasifikasi di abses.
d. Neddle biopsi/ operasi eksplorasi
e. Aspirasi pus paravetrebal yang diperiksa secara
mikroskopis.
DIAGNOSIS BANDING
1. Infeksi piogenik
2. Infeksi enterik
3. Tumor/ penyakit keganasan
4. Scheurmann’s disease
TERAPI
Terapi konservatif a. Pemberian nutrisi gizib. Pemberian kemoterapi atau terapi anti tuberkulosa
Resistensi primer Resistensi sekunder
c. Istirahat tirah baring
Terapi operatif a. Indikasi absolut b. Indikasi relatif
PENCEGAHAN
Vaksin Bacillus Calmette-Guerin (BCG)
BCG akan menstimulasi immunitas, meningkatkan daya
than tubuh tanpa menimbulkan hal-hal yang membahayakan.
Vaksinasi ini bersifat aman tetapi efektifitas untuk
pencegahannya masih kontroversial.
KOMPLIKASI
1. Cedera corda spinalis 2. E mpyema tuberkulosa
PROGNOSIS
1. Mortalitas 2. Relaps3. Kifosis 4. Defsit neurologis 5. Usia
THANKYOU