Spondilitis Tb

39
BAB I PENDAHULUAN Tuberkulosis tulang belakang atau dikenal juga dengan spondilitis tuberkulosa merupakan peradangan granulomatosa yang bersifat kronik destruktif oleh mycobacterium tuberculosa. Tuberkulosis tulang belakang selalu merupakan infeksi sekunder dari fokus di tempat lain dalam tubuh. Percivall Pott ( 1793 ) yang pertama kali menulis tentang penyakit ini dan menyatakan bahwa terdapat hubungan antara penyakit ini dengan deformitas tulang belakang yang terjadi, sehingga penyakit ini disebut juga sebagai penyakit Pott. Spondilitis ini paling sering ditemukan pada vertebra T8 – L3, dan paling jarang pada vertebra C1-2. Spondilitis tuberkulosa biasanya mengenai korpus vertebra, tetapi jarang mengenai arkus vertebra. Spondilitis tuberkulosa merupakan 50 % dari seluruh tuberkulosis tulang dan sendi yang terjadi. Di Ujung Pandang insidens spondilitis tuberkulosa ditemukan sebanyak 70%. Sering mengenai vertebra 40 – 50 %, panggul 30% dan sendi lutut dan sendi – sendi lainnya. Dapat disertai dengan adanya tuberkulosis paru – paru. ETIOLOGI Tuberkulosis tulang belakang merupakan infeksi sekunder dari tuberkulosis di tempat lain di tubuh, 90 – 95 % disebabkan oleh mycobacterium tuberculosa tipik ( 2/3 dari tipe human dan 1/3 1

description

ddf

Transcript of Spondilitis Tb

BAB IPENDAHULUAN

Tuberkulosis tulang belakang atau dikenal juga dengan spondilitis tuberkulosa merupakan peradangan granulomatosa yang bersifat kronik destruktif oleh mycobacterium tuberculosa. Tuberkulosis tulang belakang selalu merupakan infeksi sekunder dari fokus di tempat lain dalam tubuh. Percivall Pott ( 1793 ) yang pertama kali menulis tentang penyakit ini dan menyatakan bahwa terdapat hubungan antara penyakit ini dengan deformitas tulang belakang yang terjadi, sehingga penyakit ini disebut juga sebagai penyakit Pott. Spondilitis ini paling sering ditemukan pada vertebra T8 L3, dan paling jarang pada vertebra C1-2. Spondilitis tuberkulosa biasanya mengenai korpus vertebra, tetapi jarang mengenai arkus vertebra. Spondilitis tuberkulosa merupakan 50 % dari seluruh tuberkulosis tulang dan sendi yang terjadi. Di Ujung Pandang insidens spondilitis tuberkulosa ditemukan sebanyak 70%. Sering mengenai vertebra 40 50 %, panggul 30% dan sendi lutut dan sendi sendi lainnya. Dapat disertai dengan adanya tuberkulosis paru paru.ETIOLOGITuberkulosis tulang belakang merupakan infeksi sekunder dari tuberkulosis di tempat lain di tubuh, 90 95 % disebabkan oleh mycobacterium tuberculosa tipik ( 2/3 dari tipe human dan 1/3 dari tipe bovin ) dan 5 10 % oleh mycobacterium tuberculosa atipik. Lokalisasi spondilitis tuberkulosa terutama pada daerah vertebra torakal bawah dan lumbal atas, sehingga diduga adanya infeksi sekunder dari suatu tuberkulosa traktus urinarius, yang penyebarannya melalui pleksus Batson pada vena paravertebralis.PATOFISIOLOGIPenyakit ini pada umumnya mengenai lebih dari satu vertebra. Infeksi berawal dari bagian sentral, bagian depan atau daerah epifisial korpus vertebra. Kemudian terjadi hiperemi dan eksudasi yang menyebabkan osteoporosis dan perlunakan korpus. Selanjutnya terjadi kerusakan pada korteks epifisis, diskus intervertebralis, dan vertebra sekitarnya. Kerusakan pada bagian depan korpus ini akan menyebabkan terjadinya kifosis. Kemudian eksudat ( yang terdiri atas serum, leukosit, kaseosa, tulang yang fibrosis serta basil tuberkulosa ) menyebar ke depan, di bawah ligamentum longitudinal anterior. Eksudat ini dapat menembus ligamentum dan berekspansi ke berbagai arah di sepanjang garis ligamen yang lemah. Pada daerah servikal, eksudat terkumpul di belakang fasia paravertebralis dan menyebar ke lateral di belakang muskulus sternokleidomastoideus. Abses pada vertebra thorakalis biasanya tetap tinggal pada daerah thoraks setempat menempati daerah paravertebral, berbentuk massa yang menonjol dan fusiform. Abses pada daerah ini dapat menekan medula spinalis sehingga timbul paraplegia. Abses pada daerah lumbal dapat menyebar masuk mengikuti muskulus psoas dan muncul di bawah ligamentum inguinal pada bagian medial paha. Eksudat juga dapat menyebar ke daerah krista iliaka dan mungkin dapat mengikuti pembuluh darah femoralis pada trigonum skarpei atau regio glutea. Stadium perjalanan penyakit ;1. Stadium Implantasi. Setelah bakteri berada dalam tulang, maka bila daya tahan tubuh penderita menurun, bakteri akan berduplikasi membentuk koloni yang berlangsung selama 6 8 minggu. Keadaan ini umumnya terjadi pada daerah paradiskus dan pada anak anak umumnya pada daerah sentral vertebra.2. Stadium Destruksi Awal. Setelah stadium implantasi, selanjutnya terjadi destruksi korpus vertebra serta penyempitan yang ringan pada diskus. Proses ini berlangsung selama 3-6 minggu. 3. Stadium Destruksi Lanjut. Pada stadium ini terjadi destruksi yang masif, kolaps vertebra dan terbentuk massa kaseosa serta pus yang berbentuk cold abses (abses dingin), yang terjadi 2 3 bulan setelah stadium destruksi awal. Selanjutnya dapat terbentuk sekuestrum serta kerusakan diskus intervertebralis. Pada saat ini terbentuk tulang baji terutama di sebelah depan (wedging anterior) akibat kerusakan korpus vertebra, yang menyebabkan terjadinya kifosis atau gibus.4. Stadium Gangguan Neurologis. Gangguan neurologis tidak berkaitan dengan beratnya kifosis yang terjadi, tetapi terutama ditentukan oleh tekanan abses ke kanalis spinalis. gangguan ini ditemukan 10% dari seluruh komplikasi spondilitis tuberkulosa. Vertebra thorakalis mempunyai kanalis spinalis yang lebih kecil sehingga gangguan neurologis lebih mudah terjadi pada daerah ini. Bila terjadi gangguan neurologis, maka perlu dicatat derajat kerusakan paraplegia, yaitu :

From:J Craniovertebr Junction Spine. 2010 Jul-Dec; 1(2): 7485. doi:10.4103/0974-8237.77671

Pada penyakit yang masih aktif, paraplegia terjadi oleh karena tekanan ekstradural dari abses paravertebral atau akibat kerusakan langsung sumsum tulang belakang oleh adanya granulasi jaringan. Paraplegia pada penyakit yang sudah tidak aktif atau sembuh terjadi oleh karena tekanan pada jembatan tulang kanalis spinalis atau oleh pembentukan jaringan fibrosis yang progresif dari jaringan granulasi tuberkulosa. Tuberkulosis paraplegia terjadi secara perlahan dan dapat terjadi destruksi tulang disertai angulasi dan gangguan vaskuler vertebra. 5. Stadium deformitas residual. Stadium ini terjadi kurang lebih 3 5 tahun setelah timbulnya stadium implantasi. Kifosis atau gibus bersifat permanen oleh karena kerusakan vertebra yang masif di sebelah depan.

GAMBARAN KLINISPenderita memperlihatkan gejala sakit kronik dan mudah lelah, demam subfebris terutama pada malam hari, anoreksia, berat badan menurun, berkeringat pada malam hari, takikardia dan anemia.Nyeri dan kaku punggung merupakan keluhan yang pertama kali muncul. Spasme otot punggung terjadi sebagai suatu mekanisme pertahanan menghindari pergerakan pada vertebra. Saat pasien tidur, spasme otot hilang dan memungkinkan terjadinya pergerakan tapi kemudian nyeri timbul lagi. Gejala ini dikenal sebagai night cry umumnya terdapat pada anak-anak. Kemudian dapat terjadi deformitas, lordosis normal akan berkurang. Gejala neurologik dapat terjadi karena, subluksasi antar vertebra, penekanan medula spinalis atau radiks saraf serta diskus oleh tulang, terbentuknya abses, reaksi terhadap infeksi lokal, terjadinya vaskulitis tuberkulosa.Pada vertebra servikal atas ditemukan gejala kaku leher, nyeri vertebra yang menjalar ke oksipital atau lengan yang dirasakan lebih hebat bila ditekan ke kaudal sedangkan pada vertebra servikal bawah dan torakal atas, ditemukan gejala kekakuan, kifosis angular sampai gibbus, nyeri sepanjang pleksus brakialis. Abses retrofaringeal supraklavikular dan mediastinal jarang menyebabkan gangguan saraf spinal.Pada daerah torakal dan lumbal dapat ditemukan kifosis angular sampai gibbus, nyeri pada daerah tersebut yang menjalr ke ekstremitas bawah, khususnya daerah lateral paha. Juga dapat ditemukan abses iliaka atau abses psoas.Pada daerah lumbosakral dapat dijumpai gejala lokal seperti nyeri menyebar ke ekstremitas bawah, abses psoas, gangguan gerak pada sendi panggul dan deformitas.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

FISIOLOGI TULANGSistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh yang bertanggung jawab terhadap pergerakan tubuh. Sistem ini terdiri dari tulang dan otot.Secara makroskopik tulang dibedakan menjadi dua macam, yaitu : tulang spongiosa trabekular dan tulang kompakta. Tulang spongiosa trabekular, seperti anyaman yang terdiri atas beberapa lamella dan osteosit yang saling berhubungan oleh kanalikuli. Sedangkan tulang kompakta, merupakan tulang yang tersusun dari osteon.TulangTulang atau jaringan oseosa merupakan bentuk kaku jaringan ikat. Jaringan ini terdiri atas sel-sel dan matriks intersel. Matriks mengandung unsur organik, yaitu serat-serat kolagen dan unsur anorganik yang menyusun dua pertiga berat tulang, yaitu kalsium fosfat. Fungsi Tulang1. Fungsi utama penyokong dan pemberi bentuk tubuh2. Tempat melekat struktur yang lebih lunak misalnya, otot tan tendon3. Membentuk ruangan dan melindungi organ dalam tubuh misalnya, tulang tengkorak melindungi otak dan tulang belakang melindungi medulla spinalis4. Hemopoiesis, tempat produksi sel darah yaitu di dalam sumsum tulang5. Tempat penyimpanan kalsium dan fosfat6. Bersama otot membentuk alat gerakBentuk Tulang1. Ossa longa, tulang panjang: os femur2. Ossa brevia, tulang pendek: ossa carpaliae3. Ossa plana, tulang gepeng: sternum4. Ossa irregular, tulang tak beraturan: vertebrae5. Ossa pneumaticae, tulang rongga udara: os ethmoidalis

Struktur TulangSel Tulang1. Osteoblas merupakan sel pembangun tulang yang menyereksikan kolagen dan konstituen lain jaringan tulang.2. Osteofit merupakan sel tulang matur yang berfungsi dalam resorpsi tulang untuk mempertahankan bentuk yang optimum.3. Osteoklas. Sel tulang yang berfungsi untuk memelihara bentuk tulang saat pertumbuhan dan untuk menyikirkan sisa kalus yang dibentuk saat penyembuhan fraktur. Tulang Berongga Sesuai dengan namanya tulang spongiosa memiliki banyak rongga. Rongga tersebut diisi oleh sumsum merah yang dapat memproduksi sel-sel darah. Tulang spongiosa terdiri dari kisi-kisi tipis tulang yang disebut trabekula.ANATOMIKolumna VertebraeKolumna vertebrae terdiri dari serangkaian tulang tak beraturan yang disebuttulang belakang, dipisahkan satu sama lain oleh diskus intervertebrae kartilago. Tulang vertebra berfungsi untuk melindungi sumsum tulang belakang, menunjang tulang tengkorak dan memudahkan pergerakan, berhubungan dengan tulang rusuk dan menjadi tempat perlekatan otot. Diskus intervertebrae kartilago membuat tulang vertebrae lebih fleksibel dalam pergerakannya.Kolumna vertebrae terdiri dari 33 ruas vertebrae. Terdiri dari 7 servikal, 12 torakal, 5 lumbal, 5 sakral, dan 4 coccygeal. Setiap vertebrae dipisahkan oleh diskus intervertebralis fibrokartilaginosa, susunan struktural ini memungkinkan gerakan terbatas antara vertebra yang berdekatan tetapi gerakan yang luas pada kolumna vertebra secara keseluruhan. Bagian yang terbuka antar vertebra disebut foramina intervertebalis tempat berjalannya saraf spinal.

Struktur VertebraeKorpus setiap vertebrae berada di sisi anterior. Ukurannya bervariasi bergantung pada tempatnya. Korpus vertebra terkecil adalah bagian servikal dan menjadi lebih besar menuju regio lumbalis.Arkus vertebrae membungkus foremen vertebrae yang besar. Area ini berada di belakang vertebrae, dan membentuk dinding posterior dan lateral foramen vertebrae. Dinding lateral dibentuk di lempeng tulang yang disebut pedikel, dan dinding posterior dibentuk oleh lamina. Area penonjolan dimana pedikel bertemu dengan lamina adalah tonjolan lateral atau procesus transversum dan tonjolan dimana dua lamina bertemu disebut procesus spinosus. Foramina vertebrae membentuk saluran yang berisi medula spinalis.1. Servikalis. Tulang vertebrae servikalis yang pertama adalah atlas dan dibawahnya adalah aksis. Atlas adalah cincin tulang yang tidak memiliki badan atau procesus spinosus, walaupun memiliki dua procesus transversum yang pendek. Atlas memiliki dua sisi yang gepeng yang membentuk persendian dengan tulang oksipital, merupakan sendi kondoloid yang memungkinkan gerakan menganggukan kepala.Aksis memiliki badan kecil dengan tonjolan kecil yang disebut procesus odontoid. Struktur ini membentuk persendian dengan tulang atlas yang memungkinkan pergerakn kepala kesamping kiri dan kanan.Prominens vertebrae adalah vertebrae servikal 7. Vertebrae ini memiliki tonjolan spinosa yang panjang dan bermuara di tuberkel yang membengkak, yang dengan mudah dapat teraba di pangkal leher. 2. Torakal. Vertebrae ini berukuran lebih besar daripada servikalis karena bagian kolum vertebrae ini harus menopang lebih besar berat badan. Badan vertebrae dan procesus transersum membentuk persendian dengan iga.

3. Lumbalis. Vertebrae ini merupakan vertebrae terbesar karena harus menopang bagian tubuh bagian atas. Lumbalis memiliki procesus spinosus untuk tempat melekat otot.

4. Sakrum. Vertebrae ini terdiri atas lima vertebrae rudimenter yang menyatu untuk membentuk tulang berbentuk segitiga atau baji dengan permukaan anterior yang cekung. Bagian atas sakrum, membentuk persendian dengan vertebrae lumbalis kelima. 5. Koksigis. Terdiri atas 4 vertebrae terminal yang menyatu membentuk tulang segitiga yang sangat kecil, bagian basal yang luas membentuk persendian dengan ujung sakrum.Gerakan Kolumna VertebraeGerakan diantara tulang kolum vertebrae sangat terbatas. Gerakan ini meliputi gerakan fleksi, ekstensi, lateral-fleksi dan rotasi.Kolumna vertebrae terdiri atas bagian-bagian berikut ini:1. Diskus intervertebralis yang memisahkan badan vertebrae yang saling berdekatan. Diskus ini terdiri atas fibro-kartilago (annulus fibrosus) dan inti sentral materi gelatin yang lembut nukleus pulposa. Diskus ini paling tipis di bagian servikal dan paling tebal dibagian lumbalis. Ligamen longitudinal posterior di kanal vertebra menjaga diskus ini tetap pada tempatnya. Diskus ini memiliki fungsi shock absorber, bantalan penahan goncangan dan sendi kartilago yang menyebabkan fleksibilitas kolum vertebrae.2. Ligamen kolum vertebrae un tuk mempertahankan posisi vertebrae dan diskus intervertebrae. Ligamen ini terdiri atas bagian-bagian berikut ; Ligamen transversum mempertahankan hubungan yang tepat antara procesus odontoid aksis dan atlas. Ligamen longitudinal anterior yang memanjang di kolum vertebrae dan berada di anterior badan vertebrae. Ligamen longitudinal posterior berda di kanal vertebrae dan di sepanjang kolum. Ligamen flava menghubungkan lamina vertebrae yang berdekatan. Ligamen interspinosus dan supraspinosus menghubungkan procesus spinosus, yang memanjang dari oksiput ke sakrum.

BAB IIIPEMERIKSAAN RADIOLOGIGAMBARAN RADIOLOGITuberkulosa tulang paling sering ditemukan di daerah torakal bagian bawah dan lumbal bagian atas sedangkan daerah servikal dan sakral sangat jarang ditemukan. Penemuan klasik spondilodisitis berupa kerusakan dua atau lebih vertebra yang saling berdekatan, vertebra yang saling beradu, infeksi diskus, dan yang paling umum adalah adanya massa paraspinal. Infeksi biasanya bermula pada sudut korpus vertebra superior atau inferior anterior yang berdekatan dengan discovetebral junction, dan menyebar melalui subligamen dan penetrasi dari subchondral plate. Seiring dengan progresivitas penyakit, kortex lateral dan anterior vertebra dapat hancur yang mengakibatkan kolaps, kyfosis dan instabilitas vertebra. Karena diskus bersifat avaskular, infeksi diskus muncul belakangan dan ditandai dengan penyempitan sekunder pada diskus hingga terjadi herniasi diskus ke dalam korpus vertebra yang kolaps. Maka nutrisi untuk diskus juga terpengaruh. Kolapsnya beberapa vertebra akibat terbentuknya kavitas intraosseus mengakibatkan suatu ciri khas deformitas yaitu gibbus. Terkadang elemen-elemen posterior tulang belakang juga dapat ikut serta dalam proses tersebut. Belakangan temuan tersebut dilaporkan sebagai karakteristik khas yang muncul pada TB dan tidak ditemukan pada kasus infeksi piogenik tulang belakang. Keterlibatan dari lengkung saraf baik dengan atau tanpa lesi pada korpus vertebra. Pola tipikal lainnya dari keterlibatan TB tulang belakang terdiri dari infeksi satu vertebra atau beberapa vertebra yang tidak berhubungan atau (skip lesions). Infeksi paravetebral dan atau jaringan lunak epidural yang diikuti dengan pembentukan abses mungkin menandai jarak yang dapat dipertimbangkan di bawah ligamen anterior atau posterior longitudinal dan dapat dikeluarkan dari traktus sinus di lokasi yang tidak umum seperti lipat paha, pantat atau dada. Infeksi paraspinal mungkin dapat melibatkan otot iliopsoas, yang menjadi abses psoas dan dapat meluas ke dalam lipat paha dan paha itu sendiri. Kalsifikasi abses tersebut dapat dilihat sebagai tanda patognomonik tuberkulosis dan paling baik dilihat dengan CT-scan.

Clinico-radiological classification of typical tubercular spondylitis :

From:J Craniovertebr Junction Spine. 2010 Jul-Dec; 1(2): 7485. doi:10.4103/0974-8237.77671

FOTO POLOSFoto polos dari spondilitis TB dapat menunjukkan penurunan dari tinggi vertebra, penyempitan jarak antar diskus, erosi, sulit membedakan antar korpus vertebra, massa paravetebra, dan kalsifikasi dari jaringan lunak. Meskipun demikian foto polos tidak sensitif sebagai deteksi awal pada TB vertebra. Penyempitan jarak antar diskus mungkin tidak signifikan dan kerusakan vertebra hanya bisa dideteksi bila kerusakan trabekular lebih dari 50%. Abses paravetebral sulit dikenali pada bagian tulang belakang torakal bahkan dengan penetrasi yang cukup atau hanya dapat terlihat samar-samar asimetris atau bayangan psoas yang bulging. Penilaian foto polos hanya terbatas pada lengkung tulang belakang terutama di torakal. Pada akhirnya tidak ada temuan foto polos yang spesifik atau patognomonik dari infeksi piogenik tulang belakang, dan temuan gejala klinis dengan progresivitas penyakit sangat penting.

Lateral Radiograph :Anterior collapse of L1, L2 vertebrae with loos of disk space ( * ).Central lucencies within the L1 vertebrae ( * ).Anterior collapse of L1,L2 vertebrae with loss of diskspace. (*).Central lucencies within the L1vertebrae (*).

Lucent area in lateral aspect of adjacent vertebral bodies erosions (*). Loss of intervertebral disk space (*).

Central lucency (*) with surrounding sclerosis suggesting chronic infection (*)

Lateral radiograph of spinal TB in a 23 yo man showing endplate erosion, loss of disk space (*), and anterior compression fracture of the lumbar spine.

Lateral radiograph of 56 yo man with Potts disease with additional features of sclerosis at vertebral endplates that have undergone severe compression and erosion (*).

Frontal radiograph 45 yo female. Note compression fracture with loss of intervertbral disk space (*).

Lateral radiograph of 56 yo male. Similarly, note compression fracture and secondary osteosclerosis (*).

72 yo Male with long history of spinal TB.Note : collapse of multiple thoracic vertebrae (*) with resulting bowing in of ribs (*). Paraspinal abscess seen with circular calcified mass (*).

72 yo Male with long history of spinal TB.Collapse of multiple thoracic vertebrae (*) resulting in severe kyphosis (*).

Computed TomographyCT sangat penting dalam menampilkan tanda awal infeksi tulang yang sangat kecil dan invasi ke jaringan lunak dan tulang. Kerusakan end plate, fragmentasi vetebra, dan kalsifikasi paravetebral mudah terlihat. Setelah pemberian kontras intravena abses paravetebral dan epidural nampak menebal, berbatas tegas noduler dan traktus sinus dapat terlihat. Penyinaran yang terlalu keras dapat mengurangi gambaran untuk mendeteksi kelainan halus pada epidural.

Patient 37-year-old male immigrant with spinal pain caused by T8 tuberculous spondylitis complicated by vertebral collapse. CT of the chest clearly demonstrates paravertebral mass showing peripheral enhancement.Patient 26-year-old Senegal born man presenting with chronic low back pain, paresthesia and paraparesis of the lower limbs caused by tuberculous T11-T12 spondylodiscitis and epidural abscess. A, CT shows bone destruction centrally and posterior located in the vertebral body and destruction of posterior border T12.

Noncontrast axial CTLarge psoas abscess (*) with central calcification (*) these features are highly diagnostic of spinal TB.

Noncontrast axial CTExtensive vertebral body destruction causing bony fragments (*). Destruction of cancellous bone indicated by hypoattenuation of central vertebral body (*).

Patient 41-year-old Kosovo born woman with thoracic pain of several months duration caused by spondylodiscitis T7-T8. CT shows osteolytic lesion located anterolaterally in the vertebral body T8 and paravertebral abscess. Heterotopic calcifications are seen within the abscess.

Magnetic Resonance ImagingKemampuan multiplanar dan kontras jaringan yang baik membuat MRI menjadi pilihan utama dalam evaluasi dan follow up spondilitis. Keuntungan utama MRI dibandingkan dengan CT scan dan foto polos yaitu, lebih sensitif dalam mendeteksi adanya peradangan awal pada sumsum tulang belakang dan infilrat pada end plate di tulang belakang. MRI sangat berguna dalam menggambarkan abses paravetebral, epidural, dan intraosseus serta dalam mengevaluasi kompresi saraf dan adanya lesi intramedular.STIR : short inversion time inversion recovery

Patient 37-year-old male immigrant with spinal pain caused by T8 tuberculous spondylitis complicated by vertebral collapse. Coronal contrast-enhanced T1 weighted image shows marked height loss of the vertebral body, sparing of the intervertebral disc and enhancing paravertebral inflammatory mass.Patient 37-year-old male immigrant with spinal pain caused by T8 tuberculous spondylitis complicated by vertebral collapse. STIR MR image confirms vertebral collapse, relative sparing of the intervertebral disc, and shows convex posterior cortex. The vertebral body is hyperintense on STIR MR images.

Sagittal T2-weightedSagittal T1-weighted

Patient 26-year-old Senegal born man presenting with chronic low back pain, paresthesia and paraparesis of the lower limbs caused by tuberculous T11-T12 spondylodiscitis and epidural abscess. Sagittal STIR MR image shows vertebral lesion characterized by increased signal intensity on T1-weighted image and high signal intensity on T2-weighted and STIR image. These findings are consistent with intraosseous abscess. Destruction of the upper endplate T12 is noted with T11-T12 disk involvement. Sparing of the lower endplate T12 and normal intervertebral disk T12-L1 is noted. A large subligamentous abscess is present and epidural involvement noted.

Axial

Patient 26-year-old Senegal born man presenting with chronic low back pain, paresthesia and paraparesis of the lower limbs caused by tuberculous T11-T12 spondylodiscitis and epidural abscess. Sagittal contrast-enhanced T1-weighted MR image shows peripheral enhancement of intraossous and paravertebral abscess. Enhancement of vertebral disk T11-T12 representing discitis is seen. Marked enhancement of epidural-leptomeningeal complex encasing spinal cord is noted. The nonenhancing extradural area represents epidural abscess.

Sagittal T2W (Images 1-3) and axial T1W (Image 4)High intensity activity in T12 to L3 vertebrae indicative of infection (*) (*). Complete destruction of vertebral bodies with osseous retropulsion into the spinal canal, causing cauda equina (*). On axial view, note destruction of vertebral body with loss of circular shape(*).Patient 41-year-old Kosovo born woman with thoracic pain of several months duration caused by spondylodiscitis T7-T8. Sagittal T2-weighted shows decreased signal intensity on T1 weighted MR image of both vertebral bodies and disc space T7-T8 with destruction of the opposed end plates. T2-weighted MR image shows increased signal intensity in the vertebral disc and areas of markedly decreased signal intensity in the vertebral bodies T7 and T8. Anterior subligamentous abscess, epidural involvement and extension of inflammation in T6 with preservation of the lower endplate is noted.Sagittal T1-weighted

Patient 41-year-old Kosovo born woman with thoracic pain of several months duration caused by spondylodiscitis T7-T8. Axial contrast-enhanced T1-weighted image shows peripheral enhancement of paravertebral abscess and marked enhancement of epidural involvement. Epidural involvement results in displacement of spinal cord.

Patient 36-year-old woman with long history of drug abuse presenting with acute onset of paraplegia. Sagittal STIR MR image shows extensive spondylodiscitis of T8-T10 characterized by destruction of vertebral bodies and disc spaces. Large paravertebral and epidural abscesses are noted, which are of high signal intensity on T2-weighted (not shown) and STIR images.

BAB IVPENUTUP

KESIMPULANTuberkulosis tulang belakang atau dikenal juga dengan spondilitis tuberkulosa merupakan peradangan granulomatosa yang bersifat kronik destruktif oleh mycobacterium tuberculosa. Spondilitis ini paling sering ditemukan pada vertebra T8 L3, dan paling jarang pada vertebra C1-2. Sering mengenai vertebra 40 50 %, panggul 30% dan sendi lutut dan sendi sendi lainnya.Pemeriksaan radiologi yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis Tuberkulosis tulang belakang adalah foto polos, CT scan dan MRI. Tetapi pemeriksaan radiologis pilihan pertama untuk tuberkulosis spondilitis adalah foto polos, karena foto polos dapat menggambarkan kelainan tulang yang terjadi berupa tanda litik lusen di bagian anterior vertebra, penyempitan diskus, erosi end plate, sklerotik akibat infeksi kronik, fraktur kompresi, korpus vertebra kolaps, dan kifosis (gibbus). Selain itu foto polos lebih murah, efektif dan tersedia secara universal.

DAFTAR PUSTAKA

1. Waugh, Anne and Allison Grant. 2011. Basics of Anatomy and Physiology. Elsevier.2. Harold, Ellis. 2006. Clinical Anatomy. 11 Ed. Blackwell Publishing.3. www.rbrs.org/dbfiles/journalarticle_0256.pdf. Journal Belge de Radiologie - Belgisch Tijdschrift voor Radiologie. JBR-BTR. 2005 Mar-Apr;88(2):92-74. www.jkscience.org/archive/volume62/andres.pdf. Andersson Lesion in Ankylosing Spondylitis. 2004 April-June; Volume 6 (2): 98-100.5. http://www.ppti.info/index.php/component/content/article/46-arsip-ppti/152-tb-tulang6. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3075833/. J Craniovertebr Junction Spine. 2010 Jul-Dec; 1(2): 7485.7. http://radiographics.rsna.org/content/25/3/559.full.pdf+html. Spinal Changes in Patients with Spondyloarthritis: Comparison of MR Imaging and Radiographic Appearances. RadioGraphics 2005; 25:559570.8. eradiology.bidmc.harvard.edu/Learning Lab/musculo/Safo.pdf. A radiological Review of Tuberculous Spondylitis. Gillian Lieberman, MD. April : 2009.

31