Skripsi lengkap

download Skripsi lengkap

of 52

Transcript of Skripsi lengkap

BAB I PENDAHULUAN

I.1. LATAR BELAKANG Banyak fakta yang menyebabkan Air Susu Ibu (ASI) masih mendapat perhatian serius dari berbagai ahli kesehatan di dunia. Pada tahun 1989, UNICEF bersama WHO memperkenalkan Sepuluh Langkah Keberhasilan Menyusui dengan mengeluarkan sebuah Pernyataan Bersama mengenai Perlindungan, Promosi, dan Dukungan Menyusui: Peran Khusus Fasilitas Pelayanan Kesehatan Ibu. Setahun kemudian, pada tahun 1990 Deklarasi Innocenti menghimbau dunia agar mendukung pelaksanaan Sepuluh Langkah di semua fasilitas kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan ibu. Didalam deklarasi tersebut disepakati perlunya kampanye ASI melalui pekan ASI sedunia yang dilakukan pada setiap minggu pertama bulan Agustus (World BreastFeeding Week). Tujuannya adalah untuk menyadarkan kembali masyarakat betapa pentingnya ASI dan supaya ibu mau menyusui bayinya.1,2 Adapun Tema peringatan Pekan ASI Sedunia (PAS) Tahun 2010 adalah Breast Feeding: Just Ten Step! The Baby Friendly Way dengan tema nasional Menyusui: Sepuluh Langkah Menuju Sayang Bayi. Tema PAS 2010 ini sangat tepat untuk lebih menguatkan penerapan 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui (LMKM) khususnya di fasilitas pelayanan kesehatan. 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui tersebut adalah :

1

1. Fasilitas pelayanan kesehatan mempunyai kebijakan Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu (PP-ASI) tertulis yang secara rutin dikomunikasikan kepada semua petugas 2. Melakukan pelatihan bagi petugas dalam hal pengetahuan dan keterampilan untuk menerapkan kebijakan tersebut 3. Menjelaskan kepada semua ibu hamil tentang manfaat menyusui dan penatalaksanaannya dimulai sejak masa kehamilan, masa bayi lahir sampai umur 2 tahun termasuk cara mengatasi kesulitan menyusui 4. Membantu ibu mulai menyusui bayinya dalam 60 menit setelah melahirkan, yang dilakukan di ruang bersalin. Apabila ibu mendapat operasi Caesar, bayi disusui setelah 30 menit ibu sadar 5. Membantu ibu bagaimana cara menyusui yang benar dan cara mempertahankan menyusui meski ibu dipisah dari bayi atas indikasi medis 6. Tidak memberikan makanan atau minuman apapun selain ASI kepada bayi baru lahir 7. Melaksanakan rawat gabung dengan mengupayakan ibu bersama bayi 24 jam sehari 8. Membantu ibu menyusui semau bayi semau ibu, tanpa pembatasan terhadap lama dan frekuensi menyusui 9. Tidak memberikan dot atau kempeng kepada bayi yang diberi ASI

2

10. Mengupayakan terbentuknya Kelompok Pendukung ASI (KP-ASI) dan rujuk ibu kepada kelompok tersebut ketika pulang dari Rumah Sakit/Rumah

Bersalin/Fasilitas pelayanan kesehatan.2 Salah satu alasan utama pentingnya ASI adalah karena sangat bermanfaat untuk bayi pada awal kehidupannya. ASI diciptakan sebagai makanan yang mengandung zat gizi dan non-gizi paling lengkap dan cukup untuk bayi sejak lahir sampai usia 6 bulan (ASI Eksklusif). Kalau bayi lahir sampai enam bulan dengan hanya diberikan ASI saja, pertumbuhannya jauh lebih baik dibanding bayi yang tidak disusui. Pada periode usia tersebut bayi tidak dianjurkan untuk diberikan makanan apapun selain ASI. 1 Penelitian yang dilakukan oleh The Bellagio Survival Study Group (2003) pada 42 negara mengenai tingginya angka kematian anak dibawah umur 5 tahun dan cara pencegahan yang efektif. Sebagaimana yang diterbitkan oleh The Lancet tentang hasil penelitian tersebut, bahwa pada tahun 2003 diperkirakan terjadi 10,8 juta bayi meninggal sebelum berumur 5 tahun di 42 negara. Kemudian didapatkan bahwa ada banyak metode pencegahan yang efektif dengan biaya yang relatif rendah, tetapi porsi paling tinggi ternyata diberikan oleh pencegahan dengan metode pemberian ASI. Dari hasil penelitian, didapatkan bahwa ternyata sekitar 1.302 bayi atau sekitar 13% dari semua kematian bayi tersebut dapat dicegah dengan pemberian ASI. 3 Selain itu, penambahan makanan selain ASI pada usia yang terlalu dini dapat meningkatkan kesakitan (morbiditas). Bayi tersebut akan mudah terkena

3

infeksi saluran pencernaan maupun pernafasan. Angka kematian bayi di Indonesia yang cukup tinggi diantaranya disebabkan oleh tingginya kejadian infeksi saluran pencernaan dan pernafasan pada bayi. 1 Tabel 1.1 POLA PENYAKIT PENYEBAB KEMATIAN BALITA DI INDONESIA, HASIL SKRT 1995 DAN SURKESNAS 2001

Data sekunder, Tabel di atas menunjukkan bahwa pola penyakit penyebab kematian Balita menurut hasil SKRT 1995 dan Surkesnas 2001 tidak terlalu banyak mengalami perubahan, penyakit infeksi masih merupakan penyebab kematian terbanyak. Pada tahun 2001, kematian Balita yang tertinggi adalah kematian akibat Pneumonia (4,6 per 1.000 Balita), disusul oleh kematian akibat Diare (2,3 per 1.000 Balita). 4 Ironisnya penyakit-penyakit infeksi tersebut sebenarnya dapat dicegah hanya dengan pemberian ASI eksklusif. Pande (2009) melakukan penelitian untuk mengetahui perbedaan angka prevalensi ISPA bagian atas antara bayi usia 6-12 bulan yang diberi ASI eksklusif dengan bayi yang diberi PASI di Wilayah Kerja

4

Puskesmas Cisadea Kecamatan Blimbing Kota Malang, hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa terdapat perbedaan angka prevalensi ISPA bagian atas yang signifikan pada jumlah serangan ISPA saat usia 0-6 bulan dan saat usia 6-12 bulan serta lama serangan ISPA antara bayi usia 6-12 bulan yang diberi ASI eksklusif dengan bayi yang diberi PASI di Wilayah tersebut. Kesimpulannya ialah pemberian ASI Eksklusif sejak lahir akan cenderung dapat mencegah dan menjarangkan terjadinya serangan ISPA serta mempersingkat lamanya bayi saat menderita ISPA bagian atas, daripada bayi yang mendapatkan PASI (susu formula).5 Sebagai makanan terbaik bayi, ternyata ASI belum sepenuhnya dimanfaatkan oleh masyarakat, bahkan terdapat kecenderungan terjadi pergeseran penggunaan susu formula pada sebagian kelompok masyarakat. Data series Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) menunjukkan ibu-ibu yang memberikan ASI eksklusif hanya 52,0% (tahun 1997 ) dan 55,1% (tahun 2003) (BPS, 2003). Angka tersebut masih jauh dibandingkan dengan target pemberian ASI eksklusif di Indonesia tahun 2000 sebesar 80%.1 Seiring dengan menurunnya pemberian ASI eksklusi tersebut, terjadi pula peningkatan konsumsi susu formula. Hal ini dilaporkan pada hasil studi di Kota Bogor (2002) pada bayi usia 5-10 bulan sebanyak 54,6 % sudah mulai diberikan susu formula. Tingginya pemakaian susu formula di Indonesia juga ditemukan pada survei Yayasan Lembaga Konsumen (YLKI) dan Badan Kerja Peningkatan Penggunaan ASI (BKPP-ASI). Data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia

5

(SDKI, 2002) menunjukkan pada bayi berusia < 6 bulan yang menggunakan susu formula, yaitu sebanyak 76,6% pada bayi yang tidak disusui dan 18,1% pada bayi yang disusui.1 Promosi susu formula dilakukan sangat gencar diberbagai media massa. Produsen susu formula juga mulai mengalihkan promosi produknya dari iklan langsung ke konsumen ke promosi di institusi pelayanan kesehatan seperti rumah sakit (RS), rumah bersalin, dan tempat praktik bidan. Selain memasang poster dan kalender, juga dilakukan pemberian sampel gratis kepada ibu yang baru melahirkan. Semua praktik ini jelas melanggar Kode Etik Internasional Pemasaran Pengganti Air Susu Ibu (PASI) maupun peraturan pemerintah yang berlaku. 1 Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sukamdani,S.Ked (2010) didapatkan bahwa sekitar 66,67% rumah sakit/klinik bersalin atau 10 dari 15 sampel ternyata melakukan promosi susu formula pada masing-masing tempat. Dari kelima variabel yang menjadi bahan acuan penelitian ini, variabel mengenai menampilkan produk pengganti ASI/botol/dot dalam gerai juga termasuk poster dan plakat memiliki presentasi terbesar, yakni sekitar 53,33% atau sekitar 8 dari 15 rumah sakit/kllinik bersalin yang menjadi sampel penelitian. Beberapa rumah sakit bahkan menampilkan langsung produk tersebut di depan kamar perawatan bayi sehingga hal ini cenderung dapat menjadi perhatian tersendiri baik itu bagi ibu bayi maupun keluarga pasien. Bentuk promosi lain yang juga dilakukan di rumah sakit adalah melalui pemajangan barang-barang yang sebenarnya memiliki fungsi promosi dan

6

edukasi, tetapi memuat lambang/nama produk bersangkutan. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, didapatkan sekitar 40% atau 6 dari 15 rumah sakit/klinik yang menjadi sampel penelitian. Barang-barang ini sebagian besar dalam bantuk chart pertumbuhan, serta jadwal imunisasi dan di pajang sebagian besar di daerah poliklinik tempat keluarga pasien menunggu. Pada dasarnya tujuannya bagus, yakni untuk mensosialiasaikan mengenai jadwal imunisasi misalnya, tetapi dengan mencantumkan lambang/nama produk susu formula tertentu, maka hal tersebut melanggar ketentuan kode etik internasional mengenai pemasaran pengganti ASI. Fakta ini menimbulkan pertanyaan besar mengapa terjadi pelanggaran kode etik internasional mengenai pemasaran ASI, sehingga perlu dilakukan penelitian yang berkaitan dengan faktor-faktor yang berkaitan dengan pelaksanaa kode etik internasional tersebut oleh petugas kesehatan di RS/klinik bersalin. I.2. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan di atas, maka penulis merumuskan masalah penelitian yaitu apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan Kode Etik Internasional Pemasaran Pengganti ASI di RS/Klinik Bersalin? I.3. BATASAN PENELITIAN Kode Etik Internasional Pemasaran Pengganti ASI mengatur banyak subjek dan objek, mulai dari masyarakat umum dan ibu-ibu, sistem perawatan kesehatan, pihak-pihak yang dipekerjakan oleh pabrikan atau distributor, pembuatan label,

7

mutu dan pekerja kesehatan. Dalam penelitian ini, aspek yang akan diteliti hanya aspek petugas kesehatan. Dalam hal ini petugas kesehatan di RS/Klinik Bersalin. I.4. TUJUAN PENELITIAN I.4.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan Kode Etik Internasional Pemasaran Pengganti ASI I.4.2 Tujuan Khusus Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan Kode Etik Internasional Pemasaran ASI yaitu pengetahuan umum petugas kesehatan di RS/klinik bersalin, kebijakan RS/klinik bersalin tentang promosi dan penjualan produk Pengganti ASI, serta insentif dari produsen Pengganti ASI kepada petugas. I.5. MANFAAT PENELITIAN Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini antara lain : 1. Manfaat institiusional: Diharapkan hasil penelitian ini menjadi masukan dan sumber informasi bagi instansi terkait mengenai gambaran tentang punca hambatan pelaksanaan kode (etik) internasional pemasaran pengganti Air Susu Ibu (ASI) di rumah sakit/klinik bersalin di seluruh Kotamadya Makassar,

Propinsi Sulawesi Selatan dan mengambil langkah untuk mengatasi mengatasi masalah ini.

8

2. Manfaat ilmiah: Diharapkan bahan penelitian ini dapat dijadikan bahan bacaan bagi masyarakat awam, ibu-ibu terutamanya ibu hamil, petugas kesehatan dan peneliti supaya pengetahuan mereka mengenai kode (etik) internasional pemasaran pengganti Air Susu Ibu (ASI) ini dapat didalami. 3. Manfaat bagi peneliti: Merupakan pengalaman yang sangat berharga dalam memperluas wawasan dan pengetahuan melalui penelitian lapangan.

9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Kode (Etik) Internasional Pemasaran Pengganti Air Susu Ibu (ASI) Tujuan Kode Etik adalah untuk memberikan kontribusi bagi tersedianya nutrisi yang aman dan memadai bagi bayi, dengan melakukan perlindungan dan promosi pemberian ASI, dan dengan memastikan bahwa makanan pengganti ASI digunakan secara tepat, ketika hal itu dipandang perlu, berdasarkan informasi yang memadai dan melalui pemasaran dan distribusi yang tepat.6 Cakupan Kode Etik : Kode (etik) ini berlaku untuk pemasaran, dan praktek-praktek yang berkaitan dengannya, dari produk-produk berikut: pengganti ASI, termasuk formula bayi; produk-produk susu, makanan dan minuman lainnya termasuk makanan pelengkap dalam botol, ketika dipasarkan atau bila tidak, direpresentasikan sebagi cocok, dengan atau tanpa modifikasi, untuk digunakan sebagai pengganti sebagian ASI atau seluruhnya; atau seluruh ASI; botol dan dot untuk memberi makan. Hal tersebut juga berlaku atas kualitas dan ketersediaan, dan terhadap informasi yang berkaitan dengan penggunaannya.6

10

Berikut merupakan beberapa ringkasan ketentuan-ketentuan yang diatur dalam Kode WHO ini: 6 Masyarakat Umum dan Ibu Larangan iklan, promosi dari produk pengganti ASI yang ditujukan untuk masyarakat umum, pemberian (secara langsung ataupun tidak langsung) sampel produk, hadiah atau kontak langsung dalam bentuk apapun juga kepada perempuan hamil, ibu atau anggota keluarganya oleh

pabrik/distributor. Sistem Perawatan Kesehatan Berisi mengenai larangan menggunakan sarana kesehatan sebagai tempat untuk promosi produk cakupan Kode, larangan menampilkan produk dalam gerai khusus termasuk pamflet, serta plakat pada sarana kesehatan, serta pemberian bantuan dan atau hadiah yang menampilkan lambang produsen ataupun salah satu produk kepemilikan produsen. Pihak-pihak yang dipekerjakan oleh pabrik atau distributor Berisi tentang larangan bagi personil yang dipekerjakan oleh pabrik atau distributor untuk melaksanakan fungsi-fungsi pendidikan yang berhubungan dengan ibu hamil ibu bayi dan balita. Pembuatan label Harus berisi kata-kata pengumuman penting atau sepadannya yang menyebutkan keunggulan ASI, serta pernyataan bahwa penggunaan produk ini harus mendapatkan advis dari pekerja kesehatan serta peringatan akan

11

adanya gangguan kesehatan jika tidak digunakan sesuai petunjuk. Label juga harus berisi mengenai komposisi, penyimpanan serta tanggal kadaluarsa dengan memperhatikan kondisi setempat. Mutu Produk-produk makanan yang berada di dalam cakupan Kode (ini), ketika dijual atau didistribusikan, hendaknya memenuhi standar berlaku yang direkomendasikan oleh Komisi Codex Alimentarius dan juga Codex Kode (etik) Praktek-praktek Higienis untuk Makanan bagi Bayi dan Anak. Pekerja kesehatan Pekerja kesehatan hendaknya mendorong dan melindungi pemberian ASI serta tidak diiming-imingi dengan materi/finansial agar mempromosikan produk cakupan Kode, termasuk informasi yang diberikan kepada petugas kesehatan haru terbatas pada hal yang ilmiah dan faktual.

12

II.2. DEFINISI6 1. Makanan pengganti ASI Setiap makanan yang dipasarkan atau sebaliknya, direpresentasikan sebagai pengganti ASI secara parsial atau total, apakah cocok atau tidak untuk keperluan itu. 2. Distributor Seseorang, perusahaan atau badan lainnya dalam sektor publik dan sektor swasta yang terlibat dalam usaha pemasaran (apakah secara langsung ataupun tidak langsung) pada tingkat grosir atau eceran dari suatu produk yang tercakup dalam Kode (etik) ini. Suatu distributor utama adalah agen penjualan, perwakilan,distributor nasional perusahaan 3. Sistem Perawatan Kesehatan Lembaga / instansi pemerintah dan non -pemerintah atau lembaga-lembaga swasta yang terlibat langsung maupun tidak langsung dalam perawatan kesehatan untuk itu, bayi dan perempuan hamil; dan lembaga-lembaga perawatan anak atau nursery. Sistem ini juga mencakup pekerja kesehatan yang berpraktek swasta. Untuk maksud-maksud dalam Kode etik ini, sistem perawatan kesehatan tidak mencakup apotek atau out-let (gerai) penjualan yang mapan. atau pialang dari sebuah

13

4. Pekerja kesehatan Seseorang yang bekerja dalam salah satu komponen suatu sistem perawatan, apakah profesional atau non-profesi, termasuk pekerja sukarela yang tidak dibayar. 5. Formula bayi Pengganti ASI yang diformulasikan secara industri sesuai dengan standar Codex Alimentarius yang berlaku, untuk memenuhi persyaratan nutrisi normal bayi sampai berumur antara empat dan enam bulan, dan disesuaikan dengan karakteristik fisiologis mereka. Formula bayi mungkin juga dipersiapkan di rumah, dalam hal mana formula itu dideskripsikan sebagai dibuat di rumah. 6. Label Setiap tag, cap, merek, gambar atau sesuatu yang sifatnya deskriptif, yang ditulis, dicetak, dan distensil, diterakan, di huruf/cetak timbul, atau dibuat cetak tekan pada, atau ditempelkan pada , suatu pengemas (periksa penjelasan di atas) dari setiap produk yang termasuk dalam Kode (etik) ini 7. Pabrikan Perusahaan atau badan (hukum) lain di sektor publik ataupun sektor swasta yang melakukan usaha atau fungsi (apakah secara langsung atau melalui agen atau melalui suatu badan (hukum) yang diawasi oleh, atau di bawah kontrak dengannya) membuat produk yang tercakup dalam Kode etik ini.

14

8. Pemasaran Promosi produk, pendistribusian, penjualan, iklan, pelayanan humas produk dan pelayanan informasi. 9. Personil Pemasaran Setiap orang yang fungsi - tugasnya meliputi pemasaran suatu produk atau produk-produk yang tercakup dalam Kode (etik) ini. 10. Sampel Produk yang diberikan tanpa biaya dalam jumlah tunggal atau jumlah yang kecil.

15

II.3. Air Susu Ibu versus Susu Formula7 Tabel 2.1 Perbedaan Kebaikan Pemberian ASI Berbanding Pemberian Susu Formula Dengan Botol Pemberian Susu Formula No. Pemberian ASI Dengan Botol 1 2 Bersih langsung dari sumbernya Langsung, mudah, gratis Mudah terkontaminasi Perlu peralatan, persiapan, dan biaya 3 Pertumbuhan normal rahang Diasosiasikan dengan kebutuhan perawatan gigi di masa mendatang 4 Membantu memulihkan tubuh ibu pasca melahirkan Disinyalir berhubungan dengan pendarahan pasca melahirkan, dan risiko lainnya 5 Membantu bayi mengontrol nafsu makannya 6 Menghemat pengeluaran keluarga Dapat mengarah pada pemberian makan berlebih Membantu menambah pemasukan industri susu formula dan menambah pengeluaran untuk jasa kesehatan

16

7

ASI mengandung 1000 bahan alami yang baik bagi bayi, termasuk sel darah putih, agen antibakteri dan antivirus, nutrien yang mudah terserap.

Formula mengandung bahan alami yang sedikit, termasuk di dalamnya minyak,nutrien yang sulit terserah tubuh, dll.

8

Komposisi ASI menyesuaikan dengan kebutuhan bayi

Komposisi formula tidak berubah, kecuali terjadi masalah dalam proses produksi

9

Non-alergen Species-specific

Ada bayi yang alergi terhadap susu sapi maupun susu soya. Susu sapi dan soya digunakan bukan karena susu tersebut merupakan yang terbaik untuk menggantikan ASI, namun karena tersedia (readily available) dan bersifat costeffective untuk industri

10

Membantu menjaga kesehatan bayi

Diasosiasikan dengan SIDS, dan berbagai masalah kesehatan bayi lainnya

17

II.4.

KEUNGGULAN ASI & MANFAAT MENYUSUI8 Keunggulan dan manfaat menyusui dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu: aspek gizi, aspek imunologik, aspek psikologi, aspek kecerdasan, neurologis, ekonomis dan aspek penundaan kehamilan. 1. Aspek Gizi. Manfaat Kolostrum a. Kolostrum mengandung zat kekebalan terutama IgA untuk melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi terutama diare. b.Jumlah kolostrum yang diproduksi bervariasi tergantung dari hisapan bayi pada hari-hari pertama kelahiran. Walaupun sedikit namun cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi. Oleh karena itu kolostrum harus diberikan pada bayi. c. Kolostrum mengandung protein,vitamin A yang tinggi dan mengandung karbohidrat dan lemak rendah, sehingga sesuai dengan kebutuhan gizi bayi pada hari-hari pertama kelahiran. d.Membantu mengeluarkan mekonium yaitu kotoran bayi yang pertama berwarna hitam kehijauan. Komposisi ASI ASI mudah dicerna, karena selain mengandung zat gizi yang sesuai, juga mengandung enzim-enzim untuk mencernakan zat-zat gizi yang terdapat dalam ASI tersebut.

18

ASI mengandung zat-zat gizi berkualitas tinggi yang berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan bayi/anak. Selain mengandung protein yang tinggi, ASI memiliki perbandingan antara Whei dan Casein yang sesuai untuk bayi. Rasio Whei dengan Casein merupakan salah satu keunggulan ASI dibandingkan dengan susu sapi. ASI mengandung whey lebih banyak yaitu 65:35. Komposisi ini menyebabkan protein ASI lebih mudah diserap. Sedangkan pada susu sapi mempunyai perbandingan Whey :Casein adalah 20 : 80, sehingga tidak mudah diserap. Komposisi Taurin, DHA dan AA pada ASI Taurin adalah sejenis asam amino kedua yang terbanyak dalam ASI yang berfungsi sebagai neuro-transmitter dan berperan penting untuk proses maturasi sel otak. Percobaan pada binatang menunjukkan bahwa defisiensi taurin akan berakibat terjadinya gangguan pada retina mata. Decosahexanoic Acid (DHA) dan Arachidonic Acid (AA) adalah asam lemak tak jenuh rantai panjang (polyunsaturated fatty acids) yang diperlukan untuk pembentukan sel-sel otak yang optimal. Jumlah DHA dan AA dalam ASI sangat mencukupi untuk menjamin pertumbuhan dan kecerdasan anak. Disamping itu DHA dan AA dalam tubuh dapat dibentuk/disintesa dari substansi pembentuknya (precursor) yaitu masing-masing dari Omega 3 (asam linolenat) dan Omega 6 (asam linoleat).

19

2. Aspek Imunologik ASI mengandung zat anti infeksi, bersih dan bebas kontaminasi. Immunoglobulin A (Ig.A) dalam kolostrum atau ASI kadarnya cukup tinggi. Sekretori Ig.A tidak diserap tetapi dapat melumpuhkan bakteri patogen E. coli dan berbagai virus pada saluran pencernaan. Laktoferin yaitu sejenis protein yang merupakan komponen zat kekebalan yang mengikat zat besi di saluran pencernaan. Lysosim, enzym yang melindungi bayi terhadap bakteri (E. coli dan salmonella) dan virus. Jumlah lysosim dalam ASI 300 kali lebih banyak daripada susu sapi. Sel darah putih pada ASI pada 2 minggu pertama lebih dari 4000 sel per mil. Terdiri dari 3 macam yaitu: Brochus-Asociated Lympocyte Tissue (BALT) antibodi pernafasan, Gut Asociated Lympocyte Tissue (GALT) antibodi saluran pernafasan, dan Mammary Asociated Lympocyte Tissue (MALT) antibodi jaringan payudara ibu. Faktor bifidus, sejenis karbohidrat yang mengandung nitrogen, menunjang pertumbuhan bakteri lactobacillus bifidus. Bakteri ini menjaga keasaman flora usus bayi dan berguna untuk menghambat pertumbuhan bakteri yang merugikan. 3. Aspek Psikologik Rasa percaya diri ibu untuk menyusui : bahwa ibu mampu menyusui dengan produksi ASI yang mencukupi untuk bayi. Menyusui dipengaruhi

20

oleh emosi ibu dan kasih saying terhadap bayi akan meningkatkan produksi hormon terutama oksitosin yang pada akhirnya akan

meningkatkan produksi ASI. Interaksi Ibu dan Bayi: Pertumbuhan dan perkembangan psikologik bayi tergantung pada kesatuan ibu-bayi tersebut. Pengaruh kontak langsung ibu-bayi : ikatan kasih sayang ibu-bayi terjadi karena berbagai rangsangan seperti sentuhan kulit (skin to skin contact). Bayi akan merasa aman dan puas karena bayi merasakan kehangatan tubuh ibu dan mendengar denyut jantung ibu yang sudah dikenal sejak bayi masih dalam rahim. 4. Aspek Kecerdasan Interaksi ibu-bayi dan kandungan nilai gizi ASI sangat dibutuhkan untuk perkembangan system syaraf otak yang dapat meningkatkan kecerdasan bayi. Penelitian menunjukkan bahwa IQ pada bayi yang diberi ASI memiliki IQ point 4.3 point lebih tinggi pada usia 18 bulan, 4-6 point lebih tinggi pada usia 3 tahun, dan 8.3 point lebih tinggi pada usia 8.5 tahun, dibandingkan dengan bayi yang tidak diberi ASI. 5. Aspek Neurologis Dengan menghisap payudara, koordinasi syaraf menelan, menghisap dan bernafas yang terjadi pada bayi baru lahir dapat lebih sempurna.

21

6. Aspek Ekonomis Dengan menyusui secara eksklusif, ibu tidak perlu mengeluarkan biaya untuk makanan bayi sampai bayi berumur 4 bulan. Dengan demikian akan menghemat pengeluaran rumah tangga untuk membeli susu formula dan peralatannya. 7. Aspek Penundaan Kehamilan Dengan menyusui secara eksklusif dapat menunda haid dan kehamilan, sehingga dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi alamiah yang secara umum dikenal sebagai Metode Amenorea Laktasi (MAL).

22

BAB III KERANGKA KONSEP

III.1. DASAR PEMIKIRAN VARIABEL YANG DITELITI Pelaksanaan Kode Etik Internasional Pemasaran Pengganti ASI

dimungkinkan karena berbagai faktor. Sehingga dari faktor-faktor tersebut diambil 8 variabel yaitu pengetahuan umum petugas kesehatan tentang keunggulan ASI eksklusif, pengetahuan umum petugas kesehatan tentang undang-undang yang melindungi pemberian ASI, mengikuti

pelatihan/sosialisasi tentang ASI eksklusif atau Kode Etik Internasional PemasaranPengganti ASI, pengetahuan petugas kesehatan tentang isi Kode Etik Internasional PASI bahwa dilarang menampilkan lambang/nama produsen Pengganti Asi/dot/botol pada sarana kesehatan, dilarang menampilkan produk PASI/dot/botol dalam gerai juga termasuk poster dan plakat, dilarang menerima hadiah dari produsen/distributor yang menampilkan lambang produsen, dilarang menerima barang-barang bantuan dari produsen/distributor yang menampilkan lambang salah satu produk produsen dan dilarang menjual produk Pengganti ASI/dot/botol kepada ibu/keluarga. Selain itu juga untuk mengetahui ada tidaknya kebijakan RS/klinik bersalin tentang promosi dan penjualan produk Pengganti ASI/dot/botol, serta ada tidaknya insentif dari produsen kepada petugas.

23

Petugas yang memiliki pengetahuan tentang kelebihan pemberian ASI eksklusif akan mempengaruhi jumlah pemberian ASI eksklusif yang dengan sendirinya dapat menekan angka kematian bayi. Namun adanya petugas kesehatan yang memiliki pengetahuan tentang ASI eksklusif tidak cukup untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai jika tidak terdapat kebijakan yang melindungi pemberian ASI eksklusif dari RS/klinik bersalin sendiri. Sedangkan adanya insentif dari produsen Pengganti ASI (PASI) kepada petugas kesehatan ataupun RS/klinik bersalin dapat mempengaruhi

pelaksanaan Kode Etik Internasional Pemasaran Pengganti ASI (PASI) sekalipun petugas kesehatan telah memiliki pengetahuan tentang ASI eksklusif yang cukup dan telah ada kebijakan yang mengatur pemasaran Pengganti ASI (PASI).

24

III.2. KERANGKA KONSEP : Diagram 3.1: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN KODE ETIK PEMASARAN PENGGANTI ASI (PASI) Pengetahuan umum tentang kelebihan/keuntungan ASI eksklusif Pengetahuan tentang Undang-undang yang melindungi Pelatihan/sosialisasi tentang ASI eksklusif Pelatihan/sosialisasi tentang Kode Etik Internasional Menampilkan lambang/nama produsen Pengganti ASI/dot/botol pada sarana kesehatan Menampilkan produk PASI/dot/botol dalam gerai juga termasuk poster dan plakat Barang-barang hadiah dari produsen/distributor yang menampilkan lambang produsen Barang-barang bantuan dari produsen/distributor yang menampilkan lambang salah satu produk produsen Menjual produk Pengganti ASI/dot/botol kepada ibu/keluarga Variabel yang diteliti25

Pengetahuan umum petugas kesehatan tentang tentang kode etik Internasional PASI dan ASI eksklusif

Mengikuti pelatihan/ tentang ASI eksklusif atau Kode Etik Internasional PASI Pelaksanaan kode etik Internasional PASI Pengetahuan petugas kesehatan tentang isi kode etik Internasional PASI

Kebijakan RS/Klinik Bersalin tentang pemberian ASI eksklusif dan promosi produk PASI

Insentif dari produsen PASI kepada petugas

III.3. DEFENISI OPERASIONAL III.3.1. Wilayah Makassar I Wilayah Makassar I merupakan : Kecamatan Ujung Tanah, Tallo, Bontoala, dan Wajo. Gambar 3.1 : Peta Wilayah Makassar9

Seperti disebutkan sebelumnya bahwa wilayah Makassar yang diambil tidak semuanya karena keterbatasan sumber daya dan waktu. Untuk penelitian dengan tema ini, wilayah Makassar dibagi menjadi empat wilayah yakni wilayah I, wilayah II, wilayah III dan wilayah IV. III.3.2 Pengetahuan umum petugas kesehatan a. ASI eksklusif Definisi operasional : Responden mengetahui kelebihan pemberian ASI eksklusif yang diukur dengan pertanyaan apakah responden tahu tentang kelebihan pemberian ASI dan responden diminta untuk menyebutkan minimal 2 kelebihan ASI eksklusif. Kriteria objektif : 1. Tahu 2. Tidak tahu

26

b. Undang-undang tentang ASI eksklusif Definisi operasional : Responden mengetahui undang-undang tentang ASI eksklusif yang diukur dengan pertanyaan apakah responden tahu tentang undangundang yang melindungi pemberian ASI eksklusif dan responden diminta menyebutkan minimal 1 undang-undang dan tidak dituntut untuk menjawab dengan lengkap undang-undang yang bersangkutan. Kriteria objektif : 1. Tahu 2. Tidak tahu III.3.3 Mengikuti pelatihan/sosialisasi a. ASI eksklusif Definisi operasional : responden pernah mengikuti pelatihan/sosialisasi tentang pemberian ASI eksklusif yang diukur dengan pertanyaan apakah responden pernah mengikuti pelatihan/sosialisasi tentang pemberian ASI eksklusif. Kriteria objektif : 1. Pernah 2. Tidak pernah b. Kode Etik Internasional Pemasaran Pengganti ASI (PASI) Definisi operasional : Responden pernah mengikuti pelatihan/sosialisasi tentang Kode Etik Internasional Pemasaran Pengganti ASI (PASI) yang diukur dengan pertanyaan apakah responden pernah mengikuti pelatihan/sosialisasi tentang Kode Etik Internasional Pemasaran Pengganti ASI (PASI). Kriteria objektif : 1. Pernah 2. Tidak pernah

27

III.3.4 Mengetahui isi Kode Etik Internasional Pemasaran Pengganti ASI (PASI) a. Larangan untuk menampilkan nama produsen PASI/dot/botol pada sarana kesehatan Definisi operasional : Responden mengetahui larangan untuk menampilkan nama produsen PASI/dot/botol pada sarana kesehatan yang diukur dengan pertanyaan apakah responden mengetahui larangan menampilkan nama produsen

PASI/dot/botol pada sarana kesehatan. Kriteria objektif : 1. Tahu 2. Tidak tahu b. Mengetahui larangan menampilkan produk PASI/dot/botol Definisi Operasional : Responden mengetahui larangan menampilkan Produk baik itu berupa susu formula, dot, maupun botol dalam gerai, juga termasuk, plakat maupun poster yang diukur dengan pertanyaan apakah responden mengetahui larangan menampilkan Produk baik itu berupa susu formula, dot, maupun botol dalam gerai, juga termasuk, plakat maupun poster. Kriteria objektif : 1. Tahu 2. Tidak tahu c. Mengetahui larangan menampilkan Barang-barang hadiah dari

produsen/distributor yang menampilkan lambang produsen Definisi operasional : Responden mengetahui larangan menampilkan barang hadiah dari produsen/distributor yaitu barang-barang yang tidak digunakan untuk

28

edukasi maupun promosi kesehatan yang menampilkan lambang produsen yang diukur dengan pertanyaan apakah responden mengetahui larangan menampilkan barang hadiah dari produsen/distributor yang menampilkan lambang produsen. Kriteria objektif : 1. Tahu 2. Tidak tahu d. Mengetahui larangan menampilkan barang-barang bantuan dari

produsen/distributor yang menampilkan lambang salah satu produk produsen PASI/dot/botol Definisi operasional : Responden mengetahui larangan menampilkan barangbarang bantuan dari produsen/distributor yaitu barang-barang sumbangan produsen yang berfungsi untuk edukasi maupun promosi kesehatan yang menampilkan lambang salah satu produk produsen yang diukur dengan pertanyaan apakah responden mengetahui larangan menampilkan barang-barang bantuan dari produsen yang menampilkan lambang salah satu produsen PASI. Kriteria objektif : 1. Tahu 2. Tidak tahu e. Mengetahui larangan menjual produk PASI/dot/botol kepada ibu/keluarga bayi Responden mengetahui larangan menjual produk PASI/dot/botol kepada ibu/keluarga bayi yang baru melahirkan yang diukur dengan pertanyaan apakah

29

responden mengetahui larangan menjual produk PASI/dot/botol kepada ibu/keluarga bayi yang baru melahirkan Kriteria objektif : 1. Tahu 2. Tidak tahu III.3.5 Kebijakan RS/Klinik Bersalin tentang pemberian ASI eksklusif dan promosi produk PASI Kebijakan RS/Klinik Bersalin tentanglarangan promosi/penjualan dan promosi produk PASI yang diukur dengan pertanyaan apakah ada Kebijakan RS/Klinik Bersalin tentanglarangan promosi/penjualan dan promosi produk PASI. Kriteria Objektif : 1. Ada 2. Tidak ada III.3.9 Insentif dari produsen/distributor PASI kepada petugas kesehatan Insentif berupa uang/barang bagi petugas kesehatan dan/atau RS/Klinik Bersalin dari produsen/distributor PASI yang diukur dengan pertanyaan apakah ada insentif berupa uang/barang bagi petugas kesehatan dan/atau RS/Klinik Bersalin dari produsen/distributor PASI Kriteria Objektif : 1. Ada 2. Tidak ada

30

BAB IV METODE PENELITIAN

IV.1

JENIS PENELITIAN Merupakan studi cross-sectional dalam bentuk deskriptif yang dilakukan dengan cara wawancara petugas kesehatan berdasarkan kuesioner. Peneliti akan turun ke lapangan langsung dan melakukan wawancara dengan petugas kesehatan dengan menggunakan kuesioner sebagai panduan.

IV.2

WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Waktu pelaksanaan penelitian ini yaitu waktu kepaniteraan antara tanggal 20 Disember 2010 - 2 Januari 2011. Penelitian dilakukan bertempat di Rumah sakit/Klinik bersalin di wilayah Makassar I. Sementara itu, wilayah Makassar II ,Makassar III, Makassar IV berada diluar cakupan penelitian ini.

IV.3

POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petugas kesehatan di wilayah Makassar 2. Sampel Sampel penelitian ini adalah petugas rumah sakit/klinik bersalin di wilayah Makassar I (total sampling)

31

IV.4

INSTRUMEN PENELITIAN Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diambil langsung dari hasil wawancara penulis dengan petugas kesehatan. Instrumen penelitian ini berupa kuisioner yang berisi variabel yang diteliti.

IV.5

TEKNIK PENGAMBILAN DATA Data pada penelitian ini diambil secara langsung dengan melakukan wawancara dengan petugas kesehatan dengan pertanyaan yang ada di dalam kuesioner yang berisi variabel yang diteliti.

IV.6

PENGOLAHAN DATA 1. Editing 2. Koding : memeriksa kembali kebenaran pengisian data : pemberian nilai pada jawaban-jawaban yang sudah lengkap dan memenuhi 3. Tabulasi: data diolah dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi untuk masing-masing variabel penelitian dengan menggunakan microsoft excel dan penjelasan dalam bentuk narasi.

IV.7

ETIKA PENELITIAN Dalam melakukan penelitian, peneliti memandang perlu adanya rekomendasi dari pihak pemerintah propinsi hingga kotamadya Makassar. Dalam penelitian ini peneliti melakukan konfirmasi kepada responden dengan memberikan penjelasan mengenai penelitian ini dan meminta yang bersangkutan untuk menandatagani

32

surat persetujuan. Hal ini seperti disebutkan sebelumnya dilakukan agar hasil yang didapatkan sesuai dengan kenyataan yang terjadi di lapangan/ menghindari bias. Hasil penelitian tidak akan menyebutkan nama maupun inisial dari instansi terkait. Untuk menjaga kerahasiaan peneliti hanya akan mencantumkan kode sampel dimana kerahasiaan informasi sampel dijamin oleh peneliti dan hanya akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.

33

BAB V HASIL PENELITIAN

V.1.

Responden mengikuti penelitian ini terdiri daripada: Kami merencanakan bahwa 2-3 petugas kesehatan diwawancarai disetiap Rumah Sakit/Klinik Bersalin yang diteliti sehingga target awal sampel adalah sebanyak 22 sampel. Akan tetapi dari 11 RS/Klinik bersalin yang diteliti, satu tidak dapat diteliti atas kendala biaya yang harus dikeluarkan untukmelakukan penelitian, 1 tidak dapat ditemui, dan 2 lagi tidak dapat di wawancarai atas kendala tiada ijin dari direktor rumah sakit. Hal ini disebabkan oleh direktor berada didalam rangka tugas/acara diluar kota sehingga keterbatasan waktu penelitian kami tidak mengijinkan untuk penelitian diteruskan di RS/Klinik Bersalin tersebut. Akhirnya, sampel yang terkumpul adalah sebanyak 17 sampel (n=17) dari 7 RS/Klinik Bersalin yang bersetuju untuk berpatisipasi didalam penelitian ini. Dari 17 orang petugas kesehatan yang mengikuti penelitian ini, 14 orang adalah bidan dan 3 lainnya adalah perawat yang bertugas di bahagian pelayanan kesehatan ibu dan anak.

34

V.2.

Pengetahuan umum tentang ASI eksklusif dan Kode Etik Pemasaran Susu Pengganti Air Susu (PASI) Internasional

f. Pengetahuan umum tentang keunggulan/keuntungan pemberian ASI eksklusif Adapun haslinya dapat dilihat pada tabel berikut: Table 5.1a Distribusi Petugas Kesehatan Berdasarkan Pengetahuan umum tentang

keunggulan/keuntungan pemberian ASI eksklusif n Variabel Kategori (n = 17) Keunggulan/keuntungan pemberian ASI eksklusif Sumber: Data Primer,2011 Pada table diatas dapat dilihat bahwa 100% atau kesemua 17 petugas kesehatan tahu tentang keunggulan/keuntungan pemberian ASI eksklusif dan mampu menyatakan minimal 2 keunggulan/keuntungan ASI. g. Pengetahuan umum tentang undang-undang/kode etik pemberian ASI eksklusif Adapun haslinya dapat dilihat pada tabel berikut: yang melindungi Tahu Tidak Tahu 17 0 100 0 %

35

Table 5.1b Distribusi petugas kesehatan berdasarkan pengetahuan umum tentang undangundang/kode etik yang melindungi pemberian ASI eksklusif n Variabel Kategori (n = 17) Undang-undang/kode etik yang melindungi pemberian ASI eksklusif Sumber: Data Primer,2011 Pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa tidak ada satu pun petugas kesehatan yang tahu tentang undang-undang yang melindungi pemberian ASI eksklusif atau kode etik internasional pemasaran PASI. h. Sumber informasi Disebabkan tidak ada petugas kesehatan yang mengetahui tentang kode etik internasional pemasaran PASI, variabel diatas tidak dapat dinilai oleh kami. Tahu Tidak Tahu 0 17 0 100 %

36

V.3.

Mengikuti

pelatihan/sosialisasi

tentang

ASI

eksklusif/Kode

Etik

Internasional Pemasaran PASI a) Mengikuti pelatihan/sosialisasi tentang ASI eksklusif Adapun haslinya dapat dilihat pada tabel berikut: Table 5.3a Distribusi Petugas Kesehatan Berdasarkan Pernah atau Tidaknya Mengikuti Pelatihan/Sosialisasi Tentang ASI Eksklusif n Variabel Kategori (n = 17) Mengikuti pelatihan/sosialisasi tentang ASI eksklusif Sumber: Data Primer,2011 Pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa petugas kesehatan yang pernah mengikuti pelatihan/sosialisasi tentang ASI eksklusif adalah 4 orang atau sekitar 23,53%. Sedangkan petugas kesehatan yang tidak pernah mengikuti pelatihan/sosialisasi tentang ASI eksklusif adalah sekitar 76,47% atau 13 orang. Pernah Tidak Pernah 4 13 23,53 76,47 %

37

b) Mengikuti pelatihan/sosialisasi tentang Kode Etik Internasional Pemasaran PASI Adapun haslinya dapat dilihat pada tabel berikut Table 5.3b Distribusi Petugas Kesehatan Berdasarkan Pernah atau Tidaknya Mengikuti pelatihan/sosialisasi tentang Kode Etik Internasional Pemasaran PASI n Variabel Kategori (n = 17) Mengikuti pelatihan/sosialisasi tentang Kode Etik Internasional Pemasaran PASI Sumber: Data Primer,2011 Pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa tidak ada petugas kesehatan yang pernah mengikuti pelatihan/sosialisasi tentang Kode Etik Internasional Pemasaran PASI. Mereka menyatakan tidak pernah mendengar atau mengetahui akan kewujudan Kode Etik Internasional ini. Tidak Pernah 17 100 Pernah 0 0 %

38

V.4.

Menampilkan lambang/nama produsen pengganti ASI/dot/botol pada sarana kesehatan melanggar undang-undang Adapun haslinya dapat dilihat pada tabel berikut: Table 5.4 Distribusi petugas kesehatan berdasarkan pengetahuan bahwa menampilkan lambang/nama produsen Pengganti ASI/dot/botol pada sarana kesehatan melanggar undang-undang n Variabel Kategori (n = 17) Menampilkan lambang/nama Tahu 3 17,64 % %

produsen pada sarana kesehatan melanggar undang-undang Sumber: Data Primer,2011 Pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa petugas kesehatan yang tahu menampilkan lambang/nama produsen Pengganti ASI/dot/botol pada sarana kesehatan adalah melanggar undang-undang adalah sebanyak 3 orang atau sekitar 17,64%. Sedangkan petugas kesehatan yang tidak tahu adalah sekitar 82,35% atau 14 orang. Dari petugas kesehatan yang tahu bahwa menampilkan lambang/nama produsen Pengganti ASI/dot/botol pada sarana kesehatan adalah melanggar undang-undang, ada yang menyatakan tahu tetapi tidak pasti. Tidak Tahu 14 82,35 %

39

V.5.

Menampilkan produk PASI/dot/botol dalam gerai termasuk juga poster dan plakat termasuk melanggar undang-undang. Adapun haslinya dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 5.5 Distribusi petugas kesehatan berdasarkan pengetahuan bahwa menampilkan produk PASI/dot/botol dalam gerai termasuk juga poster dan plakat adalah melanggar undang-undang n Variabel Kategori (n = 17) %

Menampilkan produk PASI/dot/botol dalam gerai termasuk juga poster dan plakat melanggar undang-undang Sumber: Data Primer,2011

Tahu

3

17,64 %

Tidak Tahu

14

82,35 %

Pada tabel di atas, dapat dilihat petugas kesehatan yang tahu bahwa menampilkan produk PASI/dot/botol dalam gerai termasuk juga poster dan plakat termasuk melanggar undang-undang adalah sebanyak 3 orang atau sekitar 17,64%. Sedangkan petugas kesehatan yang tidak tahu adalah sekitar 82,35% atau 14 orang. Dari petugas kesehatan yang tahu bahwa menampilkan produk PASI/dot/botol dalam gerai termasuk juga poster dan plakat termasuk melanggar undang-undang, ada yang menyatakan tahu tetapi tidak pasti.

40

V.6.

Menerima barang-barang hadiah dari produsen/distributor yang terdapat lambang produsen PASI adalah dilarang Adapun haslinya dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 5.6 Distribusi petugas kesehatan berdasarkan pengetahuan bahwa menerima barangbarang hadiah dari produsen/distributor yang terdapat lambang produsen PASI adalah dilarang n Variabel Kategori (n = 17) Menerima barang-barang hadiah dari Tahu 3 17,64 %

produsen/distributor yang terdapat lambang produsen PASI adalah dilarang Sumber: Data Primer,2011 Pada tabel di atas, dapat dilihat petugas kesehatan yang tahu bahwa menerima barang-barang hadiah dari produsen/distributor yang terdapat lambang produsen PASI adalah dilarang adalah 3 orang atau sekitar 17,64%. Sedangkan petugas kesehatan yang tidak tahu adalah sekitar 82,35% atau 14 orang. Tidak Tahu 14 82,35

41

V.7.

Menerima barang-barang bantuan dari produsen/distributor yang menampilkan lambang produsen PASI/dot/botol adalah dilarang. Adapun haslinya dapat dilihat pada tabel berikut: Table 5.7 Distribusi petugas kesehatan berdasarkan menerima barang-barang bantuan dari produsen/distributor yang menampilkan lambang produsen PASI/dot/botol adalah dilarang. n Variabel Kategori (n = 17) %

Menerima barang-barang bantuan dari Tahu produsen/distributor yang menampilkan lambang produsen Tidak Tahu PASI/dot/botol adalah dilarang Sumber: Data Primer,2011 Pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa distribusi petugas kesehatan berdasarkan pengetahuan bahwa menerima barang-barang bantuan dari produsen/distributor yang menampilkan lambang produsen PASI/dot/botol adalah dilarang adalah 3 orang atau 17,64%. Sedangkan petugas kesehatan yang tidak tahu adalah sekitar 82,35% atau 14 orang. Barang-barang tersebut paling banyak perupa carta pertumbuhan serta jadwal imunisasi tetapi disertai dengan lambang produk susu formula yang termasuk dalam cakupan kode etik internasional yakni susu untuk bayi dibawah 6 bulan. 14 82,35 3 17,64

42

V.8. Menjual produk PASI/dot/botol kepada ibu/keluarga bayi adalah melanggar undang-undang. Adapun haslinya dapat dilihat pada tabel berikut: Table 5.8a Distribusi petugas kesehatan berdasarkan pengetahuan bahwa menjual produk PASI/dot/botol kepada ibu/keluarga bayi adalah melanggar undang-undang n Variabel Kategori (n = 17) Menjual produk PASI/dot/botol kepada ibu/keluarga bayi adalah melanggar undang-undang Sumber: Data Primer,2011 Pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa distribusi petugas kesehatan berdasarkan pengetahuan bahwa menjual produk PASI/dot/botol kepada ibu/keluarga bayi adalah melanggar undang-undang adalah 9 orang atau 52,94%. Sedangkan petugas kesehatan yang tidak tahu adalah sekitar 47,06% atau 8 orang. Tidak Tahu 8 47,06 Tahu 9 52,94 %

43

Table 5.8b Distribusi petugas kesehatan berdasarkan pernah atau tidaknya menjual produk PASI/dot/botol kepada ibu/keluarga bayi n Variabel Kategori (n = 17) Menjual produk PASI/dot/botol kepada ibu/keluarga bayi Sumber: Data Primer,2011 Pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa distribusi petugas kesehatan yang pernah menjual produk PASI/dot/botol kepada ibu/keluarga bayi adalah 14 orang atau 82,35%. Sedangkan petugas kesehatan yang tidak pernah adalah sekitar 17,64% atau 3 orang. Rata-rata petugas kesehatan yang pernah menjual atau menganjurkan produk PASI/dot/botol kepada ibu/keluarga bayi memberi alasan bahwa ibu baru melahirkan atau air susu ibu kurang. Pernah Tidak Pernah 14 3 82,35 17,64 %

44

V.9.

Kebijakan RS/Klinik Bersalin tentang pemberian ASI eksklusif dan promosi produk PASI Adapun haslinya dapat dilihat pada tabel berikut: Table 5.9a Distribusi petugas kesehatan berdasarkan kebijakan RS/Klinik Bersalin tentang pemberian ASI eksklusif dan promosi produk PASI Variabel Kategori Ada n (n = 17) 12 2 3 4 0 13 70,59 11,76 17,65 23,53 0 76,47 %

Memiliki aturan tentang Tidak Ada pemberian ASI eksklusif Tidak Tahu Memiliki aturan tentang promosi dan penjualan produk PASI Sumber: Data Primer,2011 Pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa sekitar 70,59% atau 12 orang petugas kesehatan menyatakan bahwa RS/Klinik Bersalin tempat mereka bekerja mempunyai aturan tentang pemberian ASI eksklusif, 11,76% atau 2 orang menyatakan tidak ada dan 17,65% atau 3 orang petugas kesehatan menyatakan tidak tahu atau tidak pasti. Manakala 4 orang petugas kesehatan atau sekitar 23,53% menyatakan ada kebijakan dari RS/Klinik Bersalin tentang aturan menjual produk PASI/dot/botol, tidak ada yang menyatakan tidak ada dan 76,47% atau 13 orang menyatakan tidak tahu atau tidak pasti. Ada Tidak Ada Tidak Tahu

45

Table 5.9b Distribusi petugas kesehatan berdasarkan keadaan di RS/Klinik Bersalin mereka bekerja No Variabel . 1 Terdapat lambang/nama produsen PASI 2 Ditampilkan produk PASI di etalase, dan/atau pada poster dan plakat 3 Terdapat barang-barang bantuan dari produsen/ distributor yang menampilkan lambang produsen PASI 4 Terdapat barang-barang hadiah dari produsen/distributor yang menampilkan lambang produsen PASI 5 Menjual produk PASI/dot/botol kepada ibu/keluarga Sumber: Data Primer,2011 Pada tabel di atas, dapat dilihat sekitar 76,47% atau 13 orang petugas Tidak Ya Tidak 4 15 2 23,53 88,24 11,76 Tidak Ya 4 13 23,53 76,47 Ya Tidak Ya Tidak Ya Kategori (n = 17) 13 4 13 4 13 76,47 23,53 76,47 23,53 76,47 n %

menyatakan RS/Klinik Bersalin tempat mereka bekerja terdapat lambang/nama produsen PASI, sedangkan 4 lagi atau sekitar 23,53% menyatakan tidak. Demikian juga pada variable kedua, sekitar 76,47% atau 13 orang petugas menyatakan RS/ Klinik Bersalin tempat mereka bekerja ada ditampilkan produk

46

PASI di etalase, dan/atau pada poster dan plakat, sedangkan 4 lagi menyatakan tidak. Berdasarkan variable ketiga, 13 orang atau sekitar 76,47% petugas kesehatan menyatakan terdapat barang-barang bantuan dari produsen/distributor yang menampilkan lambang produsen PASI ditempat mereka bekerja dan 4 lagi menyatakan tidak. Pada tabel diatas dapat dilihat, 76,47% atau 13 orang petugas kesehatan menyatakan terdapat barang-barang hadiah dari produsen/distributor yang menampilkan lambang produsen PASI di RS/Klinik Bersalin sedangkan 4 lain menyatakan tidak. Terakhir, hampir semua petugas kesehatan menyatakan RS/Klinik Bersalin tempat mereka bekerja ada menjual produk PASI/dot/botol kepada ibu/keluarga kecuali 11,76% menyatakan tidak.

47

V.10. Petugas kesehatan menerima insentif dari produsen/distributor PASI Adapun haslinya dapat dilihat pada tabel berikut: Table 5.10 Distribusi petugas kesehatan berdasarkan ada tidaknya menerima insentif dari produsen/distributor PASI. n Variabel Kategori (n = 17) Ada menerima insentif dari Tidak Ada produsen/distributor PASI Tidak Tahu Sumber: Data Primer,2011 Variabel ini tidak dapat dinilai karena 76,47% reponden tidak menjawab pertanyaan yang diberikan. Hal ini dikatakan berhubungan dengan hal-hal administrasi serta bersifat peribadi. 13 76,47 4 23,53 0 0 %

48

BAB VI PEMBAHASAN

Dari hasil penelitian didapati semua petugas kesehatan yang bertugas dibidang pelayanan kesehatan ibu dan anak mengetahui keunggulan/keuntungan ASI eksklusif pada bayi, tetapi tidak ada diantara 17 responden ini mengetahui mengenai Kode (Etik) Internasional Pemasaran PASI. Hal ini sangat memprihatinkan karena kode etik ini sudah ada sejak tahun1981, dimana pada persidangan Dewan Kesehatan Dunia (WHA) ke- 34, kodeini telah direkomendasikan supaya diterapkan ke dalam regulasi/undang-undang perlindungan kesehatan oleh Negara-Negara Anggota Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).6 Republik Indonesia (RI) sendiri telah mengadopsi bagian dari Kode (Etik) Internasional Pemasaran PASI seawal tahun 1985 dengan mengeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) RI No.240/1985 tentang PASI. Peraturan ini kemudian disempurnakan dengan Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) RI No.

237/Menkes/SK/IV/1997 tentang pemasaran PASI.5 Sayang sekali kebijakan pemerintah tidak tuntas karena tidak disosialisasikan kepada petugas kesehatan. Ini dibuktikan melalui hasil penelitian dimana, tidak ada petugas kesehatan yang pernah mengikuti pelatihan/sosialisasi mengenai Kode (Etik) Internasional Pemasaran PASI. Sehubungan dengan ini, hasil penelitian menunjukkan petugas kesehatan memiliki pengetahuan umum yang cetek mengenai undang-undang yang terkait dengan kode etik internasional dimana rata-rata menunjukkan hanya sekitar 17,64% dari 17 orang petugas yang mempunyai idea kasar mengenai pelanggaran yang dilakukan, selebihnya menyatakan tidak pasti dan tidak tahu. Walaupun yang demikian, sekitar 52,94% atau

49

sekitar 9 dari 17 petugas kesehatan yang diteliti mengetahui bahwa menjual produk PASI/dot/botol kepada ibu/keluarga bayi merupakan satu pelanggaran undang-undang. Merujuk kepada Pasal 6 dan Pasal 7 Kode (Etik) Internasional Pemasaran PASI menyatakan bahwa semua sarana dan petugas kesehatan seharusnya tidak boleh berpartisipasi didalam apa jua bentuk promosi PASI.5,6 Akan tetapi, hasil penelitian membuktikan berlakunya penyimpangan dimana hampir semua petugas kesehatan pernah melakukan pelanggaran maksimal kelima-lima aspek kode etik yang dinilai. Survei UNICEF Indonesia pada tahun 2004 menunjukkan sarana dan petugas kesehatan RI telah melakukan pelanggaran pada hampir semua isi kode etik internasional. Hal ini dipercayai akibat dari lemahnya pengawasan pemasaran dan promosi susu formula di Indonesia sehingga menjadi salah satu hal yang mempengaruhi kurangnya pemberian ASI Eksklusif.5 Pada dasarnya, promosi PASI cenderung memiliki metode yang sama dan masih tetap mematuhi peraturan, hanya saja bentuk promosi yang dilakukan sering dipelesetkan. Akan tetapi, hal ini dapat dikawal sekiranya ada kebijakan dari RS/Klinik bersalin mengenai pemberian ASI eksklusif atau penjualan PASI. Dari hasil penelitian sekitar 70,59% petugas kesehatan menyatakan bahwa RS/Klinik Bersalin tempat mereka bekerja mempunyai aturan tentang pemberian ASI eksklusif, malangnya hanya 23,53% menyatakan ada kebijakan dari RS/Klinik Bersalin tentang aturan menjual produk PASI/dot/botol.

50

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

7.1

Kesimpulan Setelah melakukan penelitian mengenai Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Kode (Etik) Internasional Pemasaran Susu Pengganti Air Susu Ibu (PASI) di RS/Klinik Bersalin di Wilayah Makassar I, maka diperoleh

kesimpulan sebagai berikut: Semua petugas kesehatan mengetahui keunggulan/keuntungan ASI eksklusif pada bayi, tetapi mereka tidak tahu mengenai Kode (Etik) Internasional Pemasaran PASI. Sekitar 23,53% dari 17 orang petugas kesehatan pernah mengikuti

sosialisasi/pelatihan mengenai ASI eksklusif , akan tetapi tidak ada petugas yang pernah mengikuti pelatihan/ sosialisasi mengenai Kode etik internasional pemasaran PASI. 52,94% dari 17 petugas kesehatan mengetahui bahwa menjual produk PASI/dot/botol kepada ibu/keluarga bayi merupakan satu pelanggaran undangundang, akan tetapi sekitar 88,24% petugas kesehatan mengaku pernah menjual produk PASI/dot/botol kepada ibu/keluarga bayi. Hanya 23,53% menyatakan ada kebijakan dari RS/Klinik Bersalin tentang aturan menjual produk PASI/dot/botol. Variabel ini tidak dapat dinilai karena 76,47% tidak menjawab pertanyaan.

51

7.2

Saran Berdasarkan kesimpulan yang telah dinyatakan sebelumnya, saran-saran yang diberikan adalah: 1. Memberi penyuluhan awal kepada petugas kesehatan mengenai undang-undang yang berkaitan dengan Kode (Etik) Internasional Pemasaran PASI. 2. Melakukan pelatihan/sosialisasi petugas kesehatan mengenai peranan mereka didalam Kode (Etik) Internasional Pemasaran PASI dan undang-undang yang berkaitan. 3. Pengawasan yang lebih ketat terhadap peraturan perlindungan ASI dan pemasaran PASI yang sedia supaya pelaksanaannya menjadi lebih efektif. 4. Mengupayakan sarana pelayanan kesehatan mendukung perilaku menyusui yang optimal melalui penerapan 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui. 5. Pemerintah harus lebih aktif dalam mempromosikan ASI eksklusif melalui pelbagai media termasuk memperbanyakkan pajangan iklan seperti di papan iklan, pengangkutan awam, koran, dan sebagainya agar kesedaran ASI eksklusif dapat ditingkatkan.

52