skripsi rini lengkap
Transcript of skripsi rini lengkap
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu komoditi peternakan yang memberikan konstribusi yang cukup
besar terhadap gizi masyarakat adalah ternak kambing. Ternak kambing
merupakan ternak yang termasuk ke dalam ternak kecil yang memberikan manfaat
untuk memenuhi kebutuhan konsumsi daging. Selain itu, ternak kambing juga
merupakan ternak penghasil kulit, susu dan feses.
Dari aspek produksi daging, permintaan daging kambing di Indonesia
maupun di dunia juga mengalami peningkatan pesat selama 10 tahun terakhir ini.
Indonesia mengkonsumsi kambing sebagai salah satu sumber protein hewani yang
utama setelah sapi dan ayam. Pasokan daging kambing relatif terbatas karena
usaha peternakan kambing di Indonesia di dominasi oleh usaha rumah tangga
dengan skala pemilikian 4 – 10 ekor (Sarwono, 2007).
Daging kambing merupakan sumber protein hewan berkualitas tinggi
dengan risiko absorbi kolesterol yang rendah. daging kambing memiliki
kandungan lemak jenuh yang lumayan tinggi. Namun kandungan lemak tak
jenuhnya tidak lebih tinggi dibanding daging bewarna merah lain seperti daging
sapi atau daging babi.
Sudah menjadi rahasia umum dan merupakan salah satu kata kunci dalam
pemasaran, bahwa harga murah merupakan daya tarik terbesar atas terserapnya
suatu produk. Untuk itu, peranan harga jual dalam mendapatkan pasar memiliki
1
pengaruh yang cukup besar. Selanjutnya, bijaklah dalam menentukan harga dari
suatu komoditas. Jangan sampai harga tersebut melampaui harga eceran tertinggi
(HET) di suatu daerah. Hal tersebut dapat mengakibatkan produk sulit terjual dan
usaha tidak mudah untuk memperoleh pelanggan. Akibat lain yang dapat
ditimbulkan adalah dapat berurusan dengan pihak yang berwajib, disebabkan
penentuan harga yang lakukan tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku
(Firdaus, 2008).
Adapun besarnya populasi Kambing setiap kecamatan yang ada di Kota
Makassar, dapat di lihat pada tabel 1.
Tabel 1. Populasi Ternak Kambing Per Kecamatan di Kota Makassar Tahun 2010
NO Kecamatan Tahun 2010
1. Mariso 3152. Mamajang 1593. Tamalate 1,2314. Rappocini 1995. Makassar 4326. Ujung Pandang -7. Wajo -8. Bontoala 3709. Ujung Tanah 39910. Tallo 73311. Panakkukang 41512. Manggala 1,21113. Biringkanaya 883 14. Tamalanrea 827
Sumber : Data BPS Kota Makassar, 2010
Pada Tabel 1 menunjukkan bahwa populasi Kambing disetiap kecamatan
yang ada di Kota Makassar pada tahun 2010. Kecamatan yang paling terbanyak
populasi kambing adalah Kecamatan Tamalate, sedangkan populasi yang paling
kecil berada pada Kecamatan Rappocini.
2
Harga merupakan salah satu penentu keberhasilan suatu perusahaan karena
harga menentukan seberapa besar keuntungan yang akan diperoleh perusahaan
dari penjualan produknya baik berupa barang maupun jasa. Menetapkan harga
terlalu tinggi akan menyebabkan penjualan akan menurun, namun jika harga
terlalu rendah akan mengurangi keuntungan yang dapat diperoleh organisasi
perusahaan (Kotler, 2004). Harga jual ternak biasanya ditentukan berdasarkan
penampilan luar dari ternak tersebut atau dikenal dengan istilah “Performance
Eksterior”. Performance eksterior yang dinilai sebagai penentu harga jual ternak
adalah dilihat dari panjang tanduk, lingkar dada, panjang badan, dan tinggi
pundak ternak kambing tersebut, dimana pedagang pengecer hanya menggunakan
ilmu penaksiran dalam penjualan ternak kambing di lapangan karena pedagang
pengecer tidak menggunakan alat timbang untuk mengukur ternak kambing yang
akan di jualnya.
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan maka dilakukan penelitian
tentang “Pengaruh performance eksterior sebagai penentu harga jual ternak
kambing pada pedagang pengecer, di Makassar”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang tersebut maka dirumuskan:
1. Bagaimana metode penetapan harga jual kambing yang di lakukan oleh
pedagang pengecer di Makassar.
2. Bagaimana pengaruh performanse eksterior (Panjang Tanduk, Lingkar Dada,
Panjang Badan, Tinggi Pundak) sebagai penentu harga jual ternak kambing
pada pedagang pengecer, di Makassar.
3
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
Pengaruh performence eksterior sebagai penentu harga jual ternak kambing dan
bagaimana metode penetapan harga jual kambing yang dilakukan oleh pedagang
pengecer, di Makassar.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan antara lain :
1. Sebagai bahan informasi khusunya hasil yang diperoleh dari penilitian ini
bisa bermanfaat untuk peneliti selanjutnya.
2. Sebagai bahan informasi dan pertimbangan bagi pedagang pengecer dalam
menentukan harga jual ternak kambing berdasarkan performence
eksteriornya.
4
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum Ternak Kambing
Kambing merupakan binatang memamah biak yang berukuran sedang.
Kambing ternak (Capra aegagrus hircus) adalah subspesies kambing liar yang
secara alami tersebar di Asia Barat Daya (daerah "Bulan sabit yang subur" dan
Turki) dan Eropa. Kambing liar jantan maupun betina memiliki tanduk sepasang,
namun tanduk pada kambing jantan lebih besar. Umumnya, kambing mempunyai
jenggot, dahi cembung, ekor agak ke atas, dan kebanyakan berbulu lurus dan
kasar. Panjang tubuh kambing liar, tidak termasuk ekor, adalah 1,3 meter - 1,4
meter, sedangkan ekornya 12 sentimeter - 15 sentimeter. Bobot yang betina 50
kilogram - 55 kilogram, sedangkan yang jantan bisa mencapai 120 kilogram.
Kambing liar tersebar dari Spanyol ke arah timur sampai India, dan dari India ke
utara sampai Mongolia dan Siberia. Habitat yang disukainya adalah daerah
pegunungan yang berbatu-batu.
Klasifikasi ilmiah Kambing
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Artiodactyla
Famili : Bovidae
Upafamili : Caprinae
Genus : Capra
5
Spesies : C. aegagrus
Upaspesies : C. a. hircus
Kambing banyak dipelihara oleh penduduk pedesaan (Basuki, 1996).
Dijelaskan lebih lanjut, alasannya pemeliharaan kambing lebih mudah dilakukan
daripada ternak ruminansia besar. Kambing cepat berkembang biak dan
pertumbuhan anaknya juga tergolong cepat besar. Menurut Sarwono (2007), nilai
ekonomi, sosial, dan budaya beternak kambing sangat nyata. Dijelaskan lebih
lanjut, besarnya nilai sumber daya bagi pendapatan keluarga petani bisa mencapai
14-25 % dari total pendapatan keluarga dan semakin rendah tingkat per luasan
lahan pertanian, semakin besar nilai sumber daya yang diusahakan dari beternak
kambing. Pendapatan dan nilai tambah beternak kambing akan semakin nyata jika
kaidah-kaidah usaha peternakan diperhatikan. Kaidah-kaidah itu antara lain
penggunaan bibit yang baik, pemberian pakan yang cukup dari segi gizi dan
volume, tatalaksana pemeliharaan yang benar, serta memperhatikan permintaan
dan kebutuhan pasar (Hanum, 2010).
Ternak kambing merupakan ruminansia kecil yang mempunyai arti besar
bagi rakyat kecil yang jumlahnya sangat banyak. Ditinjau dari aspek
pengembangannya ternak kambing sangat potensial bila diusahakan secara
komersial, hal ini disebabkan ternak kambing memiliki beberapa kelebihan dan
potensi ekonomi antara lain tubuhnya relatif kecil, cepat mencapai dewasa
kelamin, pemeliharaannya relatif mudah, tidak membutuhkan lahan yang luas,
investasi modal usaha relatif kecil, mudah dipasarkan sehingga modal usaha cepat
berputar (Atmojo, 2007).
6
Menurut Suparman (2007) bahwa, kita mengenal salah satu bangsa
kambing yang tersebar diseluruh dunia yaitu kambing kacang. Kambing kacang
merupakan bangsa kambing lokal asli Indonesia. Tubuh kambing kacang kecil
dan relatif lebih pendek, jantan maupun betina bertanduk, leher pendek dan
punggung meninggi, warna bulu hitam, cokelat, merah, atau belang yang
merupakan kombinasi dari warna yang ada pada kambing tersebut, tinggi
kambing jantan dewasa rata-rata 60 cm – 70 cm, betina dewasa 50 cm – 60 cm,
berat badannya kambing jantan dewasa antara 25 – 30 Kg dan betina dewasa 15 –
25 Kg, kepala ringan dan kecil, telinga pendek dan tegak lurus mengarah keatas
depan. Kehidupannya sangat sederhana, memiliki daya adaptasi yang tinggi
terhadap kondisi alam setempat dan reproduksinya dapat digolongkan sangat
tinggi.
Ternak kambing merupakan salah satu ternak yang dikenal secara luas
oleh masyarakat karena sangat potensial untuk berkembang, selain dapat
menghasilkan daging dan kulit, kambing juga dapat menghasilkan susu yang nilai
bergizi lebih tinggi dibanding dengan susu dari ternak lainnya. Ternak kambing
yang banyak terdapat di Indonesia adalah kambing kacang dan kambing lokal.
Kambing kacang merupakan kambing asli dengan ukuran badan kecil, sedangkan
kambing lokal diduga merupakan percampuran antara kambing kacang dengan
berbagai jenis kambing pendatang. Semua kambing peliharaan itu dimanfaatkan
untuk penghasil daging dan kulit (Anonim, 2012).
7
A. Jenis Dan Macam-Macam Kambing Yang Ada Di Indonesia
Menurut Atmojo (2007) bahwa Jenis Dan Macam-Macam Kambing Yang
Ada Di Indonesia:
1. Kambing Kacang
Kambing kacang adalah ras unggul kambing yang pertama kali
dikembangkan di Indonesia. Badan kambing ini kecil. Tinggi gumba pada yang
jantan 60 sentimeter hingga 65 sentimeter, sedangkan yang betina 56 sentimeter.
Bobot pada kambing jantan bisa mencapai 25 kilogram, sedang kambing betina
seberat 20 kilogram. Telinganya tegak, berbulu lurus dan pendek. Baik kambing
betina maupun yang jantan memiliki dua tanduk yang pendek.
2. Kambing Peranakan Ettawa ( P.E )
Kambing Etawa didatangkan dari India yang disebut kambing Jamnapari.
Badannya besar, tinggi gumba kambing jantan 90 sentimeter hingga 127
sentimeter dan kambing betina hanya mencapai 92 sentimeter. Bobot yang jantan
bisa mencapai 91 kilogram, sedangkan betina hanya mencapai 63 kilogram.
Telinganya panjang dan terkulai ke bawah. Dahi dan hidungnya cembung. Baik
jantan maupun betina bertanduk pendek. Kambing jenis ini mampu menghasilkan
susu hingga tiga liter per hari. Keturunan silangan (hibrida) kambing Etawa
dengan kambing lokal dikenal sebagai sebagai kambing “Peranakan Etawa” atau
“PE”. Kambing PE berukuran hampir sama dengan Etawa namun lebih adaptif
terhadap lingkungan lokal Indonesia.
8
3. Kambing Jawarandu
Kambing Jawarandu merupakan kambing hasil persilangan antara
kambing Etawa dengan kambing Kacang. Kambing ini memliki ciri separuh mirip
kambing Etawa dan separuh lagi mirip kambing Kacang. Kambing ini dapat
menghasilkan susu sebanyak 1,5 liter per hari.
4. Kambing Saanen
Kambing Saenen berasal dari Saenen, Swiss. Baik kambing jantan maupun
betinanya tidak memliki tanduk. Warna bulunya putih atau krem pucat. Hidung,
telinga dan kambingnya berwarna belang hitam. Dahinya lebar, sedangkan
telinganya berukuran sedang dan tegak. Kambing ini merupakan jenis kambing
penghasil susu.
5. Kambing marica
Kambing Marica yang terdapat di Provinsi Sulawesi Selatan merupakan
salah satu genotipe kambing asli Indonesia yang menurut laporan FAO sudah
termasuk kategori langka dan hampir punah (endargement). Daerah populasi
kambing Marica dijumpai di sekitar Kabupaten Maros, Kabupaten Jeneponto,
Kabupaten Sopeng dan daerah Makassar di Propinsi Sulawesi Selatan.
6. Kambing Boer
Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan dan telah menjadi ternak yang
ter-registrasi selama lebih dari 65 tahun. Kata “Boer” artinya petani. Kambing
Boer merupakan satu-satunya kambing pedaging Kambing ini dapat mencapai
berat dipasarkan 35 – 45 kg pada umur lima hingga enam bulan, dengan rataan
pertambahan berat tubuh antara 0,02 – 0,04 kg per hari
9
Jenis Pakan
Menurut Budi Pratomo (1986) bahwa jenis-jenis pakan yaitu:
1. Hijauan Segar
Hijauan segar adalah semua bahan pakan yang diberikan kepada
ternakdalam bentuk segar, baik yang dipotong terlebih dahulu (oleh manusia)
maupun yang tidak (disengut langsung oleh ternak). Hijauan segar umumnya
terdiri atas daun-daunan yang berasal dari rumput-rumputan, tanaman
bijibijian/jenis kacang-kacangan.
Rumput-rumputan merupakan hijauan segar yang sangat disukai ternak,
mudah diperoleh karena memiliki kemampuan tumbuh tinggi, terutama di daerah
tropis meskipun sering dipotong/disengut langsung oleh ternak sehingga
menguntungkan para peternak/pengelola ternak. Hijauan banyak mengandung
karbohidrat dalam bentuk gula sederhana, pati dan fruktosa yang sangat berperan
dalam menghasilkan energi.
a. Rumput-rumputan
Rumput Gajah (Pennisetum purpureum), rumput Benggala (Penicum
maximum), rumput Setaria (Setaria sphacelata), rumput
Brachiaria(Brachiaria decumbens), rumput Mexico (Euchlena mexicana)
dan rumput lapangan yang tumbuh secara liar.
b. Kacang-kacangan
Lamtoro (Leucaena leucocephala), stylo (Sty-losantes guyanensis), centro
(Centrocema pubescens), Pueraria phaseoloides, Calopogonium
muconoides dan jenis kacang-kacangan lain.
10
c. Daun-daunan
Daun nangka, daun pisang, daun turi, daun petai cina dll.
2. Jerami dan hijauan kering
Termasuk kedalam kelompok ini adalah semua jenis jerami dan hijauan
pakan ternak yang sudah dipotong dan dikeringkan. Kandungan serat kasarnya
lebih dari 18% (jerami, hay dan kulit biji kacang-kacangan).
3. Silase
Silase adalah hijauan pakan ternak yang disimpan dalam bentuk segar
biasanya berasal dari tanaman sebangsa padi-padian dan rumput-rumputan.
4. Konsentrat (pakan penguat)
Contoh: dedak padi, jagung giling, bungkil kelapa, garam dan mineral.
Manfaat Pakan
Menurut Kartadisastra, H.R. (1997) bahwa ada beberapa manfaat pakan
yaitu:
1. Sumber energi
Termasuk dalam golongan ini adalah semua bahan pakan ternak yang
kandungan protein kasarnya kurang dari 20%, dengan konsentrasi serat kasar di
bawah 18%. Berdasarkan jenisnya, bahan pakan sumber energi dibedakan menjadi
empat kelompok, yaitu:
a. Kelompok serealia/biji-bijian (jagung, gandum, sorgum)
b. Kelompok hasil sampingan serealia (limbah penggilingan)
c. Kelompok umbi (ketela rambat, ketela pohon dan hasil sampingannya)
11
d. Kelompok hijauan yang terdiri dari beberapa macam rumput (rumput gajah,
rumput benggala dan rumput setaria).
2. Sumber protein
Golongan bahan pakan ini meliputi semua bahan pakan ternak yang
mempunyai kandungan protein minimal 20% (berasal dari hewan/tanaman).
Golongan ini dibedakan menjadi 3 kelompok:
a. Kelompok hijauan sebagai sisa hasil pertanian yang terdiri atas jenis
daun-daunan sebagai hasil sampingan (daun nangka, daun pisang,
daun ketela rambat, ganggang dan bungkil)
b. Kelompok hijauan yang sengaja ditanam, misalnya lamtoro, turi,
kaliandra, gamal dan sentero
c. Kelompok bahan yang dihasilkan dari hewan (tepung ikan, tepung
tulang dan sebagainya).
3. Sumber vitamin dan mineral
Hampir semua bahan pakan ternak, baik yang berasal dari tanaman
maupun hewan, mengandung beberapa vitamin dan mineral dengan konsentrasi
sangat bervariasi tergantung pada tingkat pemanenan, umur, pengolahan,
penyimpanan, jenis dan bagian-bagiannya (biji, daun dan batang). Disamping itu
beberapa perlakuan seperti pemanasan, oksidasi dan penyimpanan terhadap bahan
pakan akan mempengaruhi konsentrasi kandungan vitamin dan mineralnya. Saat
ini bahan-bahan pakan sebagai sumber vitamin dan mineral sudah tersedia di
pasaran bebas yang dikemas khusus dalam rupa bahan olahan yang siap
12
digunakan sebagai campuran pakan, misalnya premix, kapur, Ca2PO4 dan
beberapa mineral.
Konsumsi Pakan
Menurut Budi Pratomo (1986) bahwa Ternak ruminansia yang normal
(tidak dalam keadaan sakit/sedang berproduksi), mengkonsumsi pakan dalam
jumlah yang terbatas sesuai dengan kebutuhannya untuk mencukupi hidup pokok.
Kemudian sejalan dengan pertumbuhan, perkembangan kondisi serta tingkat
produksi yang dihasilkannya, konsumsi pakannya pun akan meningkat pula.
Tinggi rendah konsumsi pakan pada ternak ruminansia sangat dipengaruhi oleh
faktor eksternal (lingkungan) dan faktor internal (kondisi ternak itu sendiri).
a. Temperatur Lingkungan
Ternak ruminansia dalam kehidupannya menghendaki temperatur lingkungan
yang sesuai dengan kehidupannya, baik dalam keadaan sedang berproduksi
maupun tidak. Apabila terjadi perubahan kondisi lingkungan hidupnya, maka
akan terjadi pula perubahan konsumsi pakannya. Konsumsi pakan ternak biasanya
menurun sejalan dengan kenaikan temperatur lingkungan. Makin tinggi
temperatur lingkungan hidupnya, maka tubuh ternak akan terjadi kelebihan
panas, sehingga kebutuhan terhadap pakan akan turun. Sebaliknya, pada
temperatur lingkungan yang lebih rendah, ternak akan membutuhkan pakan
karena ternak membutuhkan tambahan panas.
b. Palatabilitas
Palatabilitas merupakan sifat performansi bahan-bahan pakan sebagai
akibat dari keadaan fisik dan kimiawi yang dimiliki oleh bahan-bahan pakan yang
13
dicerminkan oleh organoleptiknya seperti kenampakan, bau, rasa (hambar, asin,
manis, pahit), tekstur dan temperaturnya.
Selera sangat bersifat internal, tetapi erat kaitannya dengan keadaan “lapar”.
Pada ternak ruminansia, selera merangsang pusat saraf (hyphotalamus) yang
menstimulasi keadaan lapar. Ternak akan berusaha mengatasi kondisi ini dengan
cara mengkonsumsi pakan. Dalam hal ini, kadang-kadang terjadi kelebihan
konsumsi (overat) yang membahayakan ternak itu sendiri.
c. Konsentrasi Nutrisi
Konsentrasi nutrisi yang sangat berpengaruh terhadap konsumsi pakan adalah
konsentrasi energi yang terkandung di dalam pakan. Konsentrasi energi pakan ini
berbanding terbalik dengan tingkat konsumsinya. Makin tinggi konsentrasi energi
di dalam pakan, maka jumlah konsumsinya akan menurun. Sebaliknya, konsumsi
pakan akan meningkat jika konsentrasi energi yang dikandung pakan rendah.
Kambing banyak dipelihara oleh penduduk pedesaan (Basuki, 1996).
Dijelaskan lebih lanjut, alasannya pemeliharaan kambing lebih mudah dilakukan
daripada ternak ruminansia besar. Kambing cepat berkembang biak dan
pertumbuhan anaknya juga tergolong cepat besar. Menurut Sarwono (2007), nilai
ekonomi, sosial, dan budaya beternak kambing sangat nyata. Dijelaskan lebih
lanjut, besarnya nilai sumber daya bagi pendapatan keluarga petani bisa mencapai
14-25 % dari total pendapatan keluarga dan semakin rendah tingkat per luasan
lahan pertanian, semakin besar nilai sumber daya yang diusahakan dari beternak
kambing. Pendapatan dan nilai tambah beternak kambing akan semakin nyata jika
kaidah-kaidah usaha peternakan diperhatikan. Kaidah-kaidah itu antara lain
14
penggunaan bibit yang baik, pemberian pakan yang cukup dari segi gizi dan
volume, tatalaksana pemeliharaan yang benar, serta memperhatikan permintaan
dan kebutuhan pasar (Hanum, 2010).
Ternak kambing merupakan ruminansia kecil yang mempunyai arti besar
bagi rakyat kecil yang jumlahnya sangat banyak. Ditinjau dari aspek
pengembangannya ternak kambing sangat potensial bila diusahakan secara
komersial, hal ini disebabkan ternak kambing memiliki beberapa kelebihan dan
potensi ekonomi antara lain tubuhnya relatif kecil, cepat mencapai dewasa
kelamin, pemeliharaannya relatif mudah, tidak membutuhkan lahan yang luas,
investasi modal usaha relatif kecil, mudah dipasarkan sehingga modal usaha cepat
berputar (Atmojo, 2007).
Menurut Suparman (2007) bahwa, kita mengenal salah satu bangsa
kambing yang tersebar diseluruh dunia yaitu kambing kacang. Kambing kacang
merupakan bangsa kambing lokal asli Indonesia. Tubuh kambing kacang kecil
dan relatif lebih pendek, jantan maupun betina bertanduk, leher pendek dan
punggung meninggi, warna bulu hitam, cokelat, merah, atau belang yang
merupakan kombinasi dari warna yang ada pada kambing tersebut, tinggi
kambing jantan dewasa rata-rata 60 cm – 70 cm, betina dewasa 50 cm – 60 cm,
berat badannya kambing jantan dewasa antara 25 – 30 Kg dan betina dewasa 15 –
25 Kg, kepala ringan dan kecil, telinga pendek dan tegak lurus mengarah keatas
depan. Kehidupannya sangat sederhana, memiliki daya adaptasi yang tinggi
terhadap kondisi alam setempat dan reproduksinya dapat digolongkan sangat
tinggi.
15
Ternak kambing merupakan salah satu ternak yang dikenal secara luas
oleh masyarakat karena sangat potensial untuk berkembang, selain dapat
menghasilkan daging dan kulit, kambing juga dapat menghasilkan susu yang nilai
bergizi lebih tinggi dibanding dengan susu dari ternak lainnya. Ternak kambing
yang banyak terdapat di Indonesia adalah kambing kacang dan kambing lokal.
Kambing kacang merupakan kambing asli dengan ukuran badan kecil, sedangkan
kambing lokal diduga merupakan percampuran antara kambing kacang dengan
berbagai jenis kambing pendatang. Semua kambing peliharaan itu dimanfaatkan
untuk penghasil daging dan kulit (Anonim, 2012).
2.2 Arti Ekonomi Ternak Kambing
Beternak kambing sebenarnya banyak keuntungan bila dibandingkan
dengan kemungkinan kerugian yang diderita. Beternak kambing sudah
memasyarakat, seperti ayam, itik maupun lembu. Pemeliharaan kambing tidak
menuntut banyak persyaratan khusus dalam pemeliharaan. Kemudian satu faktor
yang sangat penting dan menggembirakan adalah hampir setiap orang suka daging
kambing, juga banyak masakan-masakan yang dibuat dengan bahan utama daging
kambing. Selain itu kambing juga menghasilkan susu yang dapat diminum dan
mempunyai khasiat hebat untuk mengurangi rasa sakit dari penyakit maag
(Muljana, 2001).
Murtidjo (1993) bahwa secara ekonomis ternak kambing memiliki
beberapa kelebihan dibandingkan dengan ternak ruminansia lainnya, diantaranya:
- Tubuh ternak kambing relatif kecil dan cepat dewasa kelamin, sehingga usaha
tidak memiliki keuntungan ekonomis yang cukup tinggi.
16
- Kambing merupakan ternak ruminansia kecil, yang dalam pemeliharaan tidak
memerlukan lahan/tanah yang luas.
- Investasi usaha ternak kambing membutuhkan modal relatif kecil, sehingga
setiap investasi lebih banyak unit produksi yang dapat dicapai.
- Modal usaha untuk ternak kambing lebih cepat berputar, karena ternak
kambing lebih cepat dewasa kelamin dan dapat lebih cepat dipotong
dibandingkan dengan ternak ruminansia besar.
- Karkas kambing yang kecil akan lebih mudah dijual sehingga relatif lebih
cepat dikomsumsi.
Beternak kambing akan memberikan keuntungan dan tambahan
penghasilan bagi peternak, karena cepat berkembang biak. Selain itu juga tidak
memerlukan modal yang banyak dan cara pemeliharaannya mudah. Hal ini sangat
didukung dengan keadaan-keadaan di Sulawesi Selatan. Karena daerah ini
mempunyai kekayaan akan berbagai tanaman yang bisa dimanfaatkan sebagai
sumber pakan ternak kambing (Anonim, 2012).
Ternak kambing di Indonesia dipelihara sebagai tabungan, penghasil
pupuk kandang, penghasil daging, susu dan kulit serta untuk meningkatkan status
sosial bagi pemiliknya. Pemeliharaan ternak kambing dilakukan secara sederhana,
sebagai usaha sambilan untuk tambahan penghasilan keluarga. Selain sebagai
usaha sambilan, beternak kambing dapat pula dijadikan sumber mata pencaharian,
kalau petani peternak punya modal cukup, punya perhatian khusus terhadap
budidaya dan perkembangan ternaknya, mampu menerapkan manajemen usaha
17
yang baik, tahu ilmu dagang dan tidak buta perkembangan harga pasar (Sarwono,
2007).
2.3 Performance Eksterior Ternak Kambing
Ukuran-ukuran tubuh merupakan faktor yang banyak berhubungan dengan
performance ternak. Penggunaan ukuran-ukuran badan, sangat baik untuk berat
badan maupun untuk mengetahui sifat keturunan dan produksi, sehingga dengan
memakai ukuran-ukuran badan dapat menilai performance ternak (Setiadi, 2003).
Kambing Kacang memiliki warna bulu biasanya hitam, coklat dan
kadangkala terdapat tompok-tompok putih dikaki atau badan.Rata-rata ketinggian
55-60 cm. Kadar kelahiran kembar adalah baik dan pengeluaran susu adalah
sedikit yaitu 0.3 kg/hari (3 bulan pertama) dan 0.2 kg/hari (4-6 bulan). Berat lahir
ialah 1.6 kg (Jantan) dan 1.8 kg (Betina) manakala berat dewasa , 25-30 kg
(Jantan) dan 20-25 kg (Betina).
Santosa (2002) menyatakan cara pengukuran panjang tanduk, lingkar
dada, panjang badan dan tinggi pundak pada ternak kambing adalah sebagai
berikut:
1. Panjang Tanduk : diukur menggunakan tongkat ukur mulai dari pangkal
tanduk sampai ujung tanduk
2. Lingkar dada : diukur dengan pita meter melingkar dada kambing tepat
dibelakang kaki depan
3. Panjang badan : diukur secara lurus dengan tongkat ukur dari siku sampai
benjolan tulang tapis
18
4. Tinggi pundak : diukur lurus dengan tongkat ukur dari titik tertinggi puncak
sampai tanah.
Ciri-ciri kambing Kacang adalah antara lain bulu pendek
dan berwarna tunggal (putih, hitam dan coklat). Adapula yang
warna bulunya berasal dari campuran ketiga warna tersebut.
Kambing jantan maupun betina memiliki tanduk yang berbentuk
pedang, melengkung ke atas sampai ke belakang. Telinga
pendek dan menggantung. Janggut selalu terdapat pada jantan,
sementara pada betina jarang ditemukan. Leher pendek dan
punggung melengkung. Kambing jantan berbulu surai panjang
dan kasar sepanjang garis leher, pundak, punggung sampai ekor
(Setiadi, 2003).
Tingkat kesuburan kambing Kacang tinggi dengan kemampuan hidup dari
lahir sampai sapih 79,4%, sifat prolifik anak kembar dua 52,2%, kembar tiga
2,6% dan anak tunggal 44,9%. Kambing Kacang dewasa kelamin rata-rata umur
307,72 hari, persentase karkas 44-51%. Rata-rata bobot anak lahir 3,28 kg dan
bobot sapih (umur 90 hari) sekitar 10,12 kg..
Kambing Kacang adalah salah satu kambing lokal di Indonesia dengan
populasi yang cukup tinggi dan tersebar luas. Kambing kacang memiliki ukuran
tubuh yang relatif kecil, memiliki telinga yang kecil dan berdiri tegak. Kambing
ini telah beradaptasi dengan lingkungan setempat, dan memiliki keunggulan pada
tingkat kelahiran. Beberapa hasil pengamatan menunjukkan bahwa litter sizenya
adalah 1.57 ekor (SETIADI 2003). kambing ini memiliki keterbatasan dengan
19
rataan bobot badan dewasa yang cukup rendah yaitu sekitar 20–25 kg, dengan
tinggi pundak pada jantan dewasa dan betina dewasa adalah 53,80 ± 2,88 cm dan
52,00 ± 7,38 cm (SETIADI et al., 1997). Kambing ini memiliki tanduk baik
jantan maupun betina. Secara umum warna tubuhnya adalah gelap dan coklat.
Tabel 2. Rataan morfologis kambing kacang
Parameter Kambing KacangBetina
Kambing KacangJantan
Panjang Pundak 50,33 ± 6,72 55Tinggi Pundak 52,00 ± 7,38 55,7Tinggi Pinggul 58,40 ± 1,67 58,4
Lebar Dada - -Lingkar Dada 64,77 ± 5,80 67,6
Panjang Tanduk 7,82 ± 0,95 7,8 Panjang Telinga 14,99 ± 1,05 4,5
Panjang Ekor 11,97 ± 0,57 12 Lebar Ekor 2 2,5
Sumber : Setiadi et al,1997
Panjang Tanduk. Rataan panjang tanduk kambing betina dewasa adalah
7, 82 ± 0, 95 cm dan pada jantan 7,8 cm. Kambing jantan maupun betina memiliki
tanduk yang berbentuk pedang, melengkung ke atas sampai ke belakang. Baik
betina maupun yang jantan memiliki dua tanduk yang pendek.
Panjang Badan. Rataan panjang badan kambing betina dewasa adalah
56,64 ± 4,67 cm dan pada jantan 55 cm . Angka ini lebih tinggi dari yang didapat
SETIADI et al., (1997), dimana panjang badan betina dewasa 50,33 ± 6,72 cm.
Semakin bertambahnya umur kambing, panjang badan juga meningkat.
Tinggi Pundak. Rataan tinggi pundak kambing Kacang betina dewasa adalah
52,45 ± 2,91 cm. Sedangkan SETIADI et al., (1997) mendapatkan ukuran tinggi
pundak pada kambing kacang betina dewasa 52,00 ± 7,38 cm.
20
Lingkar Dada. Kambing Kacang betina dewasa mempunyai lingkar dada 54,09 ±
3,27 cmv. Angka ini jauh lebih rendah dari yang didapat SETIADI et al., (1997),
dimana lingkar dada betina dewasanya 64,77 ± 5,80 cm
2.4 Penentu Harga Ternak Kambing
Basuki, N (1996) bahwa harga adalah suatu tingkat kemampuan sesuatu
barang untuk ditukar dengan barang, harga merupakan ukuran nilai dari barang
dan jasa. Harga adalah sejumlah uang yang dibutuhkan untuk mendapatkan
sejumlah kombinasi dari barang beserta pelayanannya.
Harga merupakan pengorbanan ekonomis yang dilakukan pelanggan untuk
memperoleh produk atau jasa. Selain itu harga adalah salah satu faktor penting
bagi konsumen dalam mengambil keputusan untuk melakukan transaksi atau tidak
(Manulang, 1994).
Harga jual ditetapkan oleh pembeli dan penjual dalam suatu proses tawar
menawar, penjualan akan meminta harga jual yang lebih tinggi diharapkan akan
diterima, sedangkan pembeli akan menawar lebih rendah yang diharapkan akan
dibayarnya dengan tawar menawar dan mereka akan sampai pada suatu
kesepakatan tentang harga (Kotler, 1992:49)
Menurut Kotler (2004) bahwa: “Penetapan harga jual adalah proses
penentu apa yang akan diterima suatu perusahaan dalam penjualan produknya”.
Perusahaan melakukan penetapan harga dengan berbagai cara. Pada perusahaan-
perusahaan kecil harga biasanya ditetapkan oleh manajemen puncak bukannya
oleh bagian pemasaran. Sedangkan pada perusahaan-perusahaan besar penetapan
harga biasanya ditangani oleh manajer divisi dan lini produk. Bahkan disini
21
manajemen puncak juga menetapkan tujuan dan kebijakan umum penetapan harga
serta memberikan persetujuan atas usulan harga dari manajemen dibawahnya.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa harga jual adalah sejumlah
biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk memproduksi suatu barang atau jasa
ditambah dengan persentase laba yang diinginkan perusahaan, karena itu untuk
mencapai laba yang diinginkan oleh perusahaan salah satu cara yang dilakukan
untuk menarik minat konsumen adalah dengan cara menentukan harga yang tepat
untuk produk yang terjual. Harga yang tepat adalah harga yang sesuai dengan
kualitas produk suatu barang, dan harga tersebut dapat memberikan kepuasan
kepada konsumen (Kotler, 2004).
Downey dan Ericson (1992), bahwa “Ada sejumlah cara dalam
menentukan harga, tetapi cara apapun yang digunakan seharusnya
memperhitungkan faktor-faktor situasional. Faktor-faktor itu meliputi:
1. trategi perusahaan dan komponen-komponen lain didalam bauran
pemasaran.
2. Perluasan produk sedemikian rupa sehingga produk dipandang berbeda dari
produk-produk lain yang bersaing dalam mutu atau tingkat pelayanan
konsumen.
3. Biaya dan harga pesaing.
4. Ketersediaan dan harga dari produk pengganti.
Menurut Saefuddin (2002) bahwa Dalam menentukan harga jual, ada
beberapa parameter yang harus dicermati agar kualitas produk bisa dipertahankan
22
atau bahkan ditingkatkan sedangkan dari harga penjualan usaha tersebut tidak
mengalami kerugian bahkan mendapatkan keuntungan, strateginya adalah :
- Untuk mendapatkan harga modal awal (bahan baku) yang rendah/murah
didapat dengan cara membeli langsung dari produsen atau membuat produk
sendiri. Dengan demikian kita bisa mendapatkan kisaran harga yang tidak
terlalu tinggi dibanding para pesaing.
- Strategi berikutnya adalah sebaiknya jangan terlalu tinggi/besar dalam
menentukan tingkat keuntungan bagi perusahaan. Hal ini dapat disiasati
dengan cara menjual dengan kuantitas yang banyak.
- Hendaknya harga yang ditawarkan kepada konsumen cukup kompetitif
dengan harga produk pesaing.
- Lakukan efisiensi dan efektifitas biaya operasional sehari-hari untuk menekan
biaya produksi.
Sedikit banyak Informasi yang diperoleh konsumen mempengaruhi
terjadinya satu transaksi karena konsumen mempunyai informasi atau referensi
untuk membandingkan harga produk yang satu dengan produk yang lain dan
dengan produk alternatif. Konsumen dalam upaya memutuskan pengambil
keputusan pembelian suatu produk dipengaruhi dan dikenal dengan istilah
peranan price awareness dan prices consciousness. Adapun yang dimaksud
dengan price awareness adalah kemampuan individu/konsumen untuk mengingat
harga baik harga produk itu sendiri maupun harga produk kompetitor untuk
dijadikan referensi. Sedangkan pengertian dari price consciousness adalah
kecenderungan konsumen untuk mencari perbedaan harga (Seragih 2001),
23
Penetapan harga telah memiliki fungsi yang sangat luas di dalam program
pemasaran. Menetapkan harga berarti bagaimana mempertautkan produk kita
dengan aspirasi sasaran pasar, yang berarti pula harus mempelajari kebutuhan,
keinginan, dan harapan konsumen. Berbicara harga berarti bicara tentang citra
kualitas dan seberapa tinggi ekslusifitasnya. Tinggi rendahnya harga sangat
berpengaruh terhadap persepsi kualitas, sehingga ikut menentukan citra terhadap
sebuah merek atau produk. Dalam persepsi konsumen sering berlaku logika
bahwa harga yang mahal berarti kualitas bagus dan harga yang murah berarti
kualitasnya kurang. Pada tingkat tertentu menetapkan harga berarti juga berbicara
mengenai ekslusifitas. Walaupun harus mempertimbangkan berbagai faktor lain
terkait, secara kasar dapat dikatakan bahwa makin tinggi harga yang ditetapkan
secara relatif terhadap kompetitor, makin eksklusif pula konsumen sasarannya.
Seolah seperti piramida. Makin ke puncak makin kecil, makin tinggi harga yang
ditetapkan makin sedikit konsumen yang disasar (Kotler, 1990).
Penetapan harga juga berbicara mengenai variasi produk. Jika produknya
bervariasi tetapi ditetapkan dengan harga yang sama maka persepsi yang muncul
adalah kesamaan kualitas sebagai cerminan variasi produk secara horisontal. Juga
dapat dipakai untuk menjelaskan variasi produk secara vertikal dengan kualitas
yang bertingkat (Manulang, 1994).
2.5 Metode Penetapan Harga
Ada beberapa metode yang dapat digunakan sebagai rancangan dan
variasi, dalam penetapan harga menurut Supriyono (1997), harga dapat ditentukan
atau dihitung :
24
1. Harga didasarkan pada biaya total ditambah laba yang diinginkan (cost plus
pricing method). Metode penetapan harga ini adalah metode yang paling
sederhana di mana penjualan atau produsen menetapkan harga jual untuk satu
barang yang besarnya sama dengan jumlah biaya per unit ditambah dengan
suatu jumlah untuk laba yang diinginkan (margin) pada tiap-tiap unit tersebut
sehingga formula menjadi: Cost plus pricing method = Biaya total + laba =
Harga jual. Metode ini mempertimbangkan bahwa ada bermacam macam
jenis biaya dan biaya ini dipengaruhi secara berbeda oleh kenaikan atau
penurunan keluaran (output) = hasil nyata
2. Harga yang berdasarkan pada keseimbangan antara permintaan dan suplai.
Metode penetapan harga yang lain adalah metode menentukan harga terbaik
demi tercapainya laba yang optimal melalui keseimbangan antara biaya
dengan permintaan pasar. Metode ini memang paling cocok bagi perusahaan
yang tujuan penetapan harga-harganya memaksimalkan laba. Dalam
menentukan harga dan mendaya gunakannya tentunya perlu pemahaman
tentang konsep-konsep istilah berikut seperti:
1) Biaya tetap total (Total fixed cost).
2) Biaya variabel (Variable cost).
3) Biaya total (Total cost).
4) Biaya marginal (Marginal cost).
Analisa suplai dan permintaan yang dipakai sebagai dasar penetapan harga
kurang didayagunakan dalam kalangan bisnis. Menurut mereka analisa ini hanya
bisa dipakai untuk mempelajari perkembangan harga masa lalu, tidak bisa
25
didayagunakan sebagai pegangan praktis dalam penetapan harga sekarang dan
akan datang.
3. Penetapan harga yang ditetapkan atas dasar kekuatan pasar. Penetapan harga
yang ditetapkan atas dasar kekuatan pasar adalah suatu metode penetapan
harga yang berorientasi pada kekuatan pasar di mana harga akan menentukan
harga jualnya setelah menambah harga.
4. Penetapan harga atas dasar kekuatan pasar. Penetapan harga ini merupakan
suatu metode penetapan harga yang berorientasi pada kekuatan pasar dimana
harga jual dapat ditetapkan sama dengan harga jual pesaing, di atas harga
pesaing atau di bawah harga pesaing.
a. Penetapan harga sama dengan harga saingan. Penetapan harga seperti ini
memang akan lebih menguntungkan jika dipakai pada saat harga dalam
persaingan itu tinggi. Dan pada umumnya digunakan oleh penjual untuk
barang-barang standar.
b. Penetapan harga di bawah harga saingan. Penetapan harga seperti ini biasanya
digunakan oleh para pengecer dan seringkali produsen tidak mengetahui
adanya praktek-praktek yang demikian. Pengecer pada dasarnya melihat
bahwa nama baik produsen ikut membawa nama baik pengecer.
Menurut Sudjana (2001) menyatakan bahwa metode penetapan harga
sebagai berikut:
a. Menghitung seluruh biaya tiap unit ditambah marjin tertentu (laba yang
dikehendaki).
26
b. Menghitung terlebih dulu titik pulang pokok penjualan atau Break Even
Point, yaitu titik di mana jumlah penerimaan penjualan persis sama dengan
seluruh biaya yang dikeluarkan (Total Revenue = Total Cost), apabila
penjualan berada di bawah BEP, maka perusahaan menderita kerugian.
c. Menetapkan harga yang setinggi-tingginya. Hal ini biasanya mempunyai
tujuan:
1. Untuk berjaga-jaga terhadap kekeliruan di dalam penetapan harga
2. Untuk mempertinggi kualitas/mutu produk
3. Untuk mencapai keuntungan per kesatuan produk yang tinggi.
Kelemahan metode ini ialah:
a. Sulit untuk menemukan pembeli yang bersedia membeli produk baik produk itu
masih baru maupun yang telah berada pada tahap kejenuhan.
b. Memberi kesempatan kepada pesaing untuk merebut konsumen.
c. Menetapkan harga yang serendah-rendahnya. Strategi ini dapat dipakai apabila
perusahaan menginginkan volume penjualan yang tinggi dan laba tiap kesatuan
produk relatif rendah. Namun demikian strategi ini dirasa lebih agresif dapat
memperkuat kedudukan perusahaan di pasar.
Dalam penetapan harga, sering kita jumpai harga ditetapkan secara:
a. Psikologis. Penetapan harga ini biasanya diberikan pada para penyalur atau
pengecer.
b. Bertingkat. Penetapan ini juga lebih sering digunakan oleh pengecer daripada
pedagang besar atau oleh perusahaan sendiri.
27
c. Pemberian potongan pembelian. Di sini penjual memberikan potongan
(discount) yaitu, pengurangan dari harga yang ada dan potongan ini
diwujudkan dalam bentuk tunai.
Beberapa jenis potongan pembelian yaitu :
a. potongan kuantitas,
b. potongan tunai,
c. Potongan dagang
d. Geografis.
Penjualan kadangkala membedakan harga produk untuk daerah penjualan
yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan untuk pengiriman keluar kota/keluar pulau
harus, ditambah ongkos kirim atau ongkos angkut. Sehingga bisa ditanggung
seluruhnya oleh penjual atau pembeli dapat pula ditanggung secara bersama –
sama yaitu masing-masing menanggung sebagian saja.
2.6 Faktor-faktor Penentu Harga Jual
Menurut Kotler (2004) bahwa Faktor-faktor yang mempengaruhi penentu
harga jual yaitu laba, biaya produksi, dan faktor ekstern. Sedangkan secara umum
ada dua faktor utama yang perlu dipertimbangkan dalam menetapkan harga jual, yaitu
faktor internal perusahaan dan faktor lingkungan eksternal perusahaan.
1. Faktor internal perusahaan yang dipertimbangkan dalam menetapkan harga jual akan
meliputi :
a. Tujuan pemasaran perusahaan.
Tujuan ini bisa berupa maksimisasi laba, mempertahankan kelangsungan
hidup perusahaan, meraih pangsa pasar yang besar, menciptakan kepemimpinaan
28
dalam kualitas, mengatasi persaingan, melaksanakan tanggung jawab sosial dan
lain-lain.
b. strategi bauran pemasaran.
Harga hanyalah salah satu komponen dari bauran pemasaran. Oleh karena
itu, harga perlu dikoordinasikan dan saling mendukung dengan bauran pemasaran
lainnya, yaitu produk,distribusi, dan promosi.
c. Biaya
Biaya sebagai faktor yang menentukan harga minimal yang harus
ditetapkan agar perusahaan tidak mengalami kerugian. Oleh karena itu setiap
perusahaan pasti menaruh perhatian pada aspek struktur biaya (tetap dan variabel),
serta jenis-jenis biaya lainnya.
d. Organisasi
Manajemen perlu memutuskan siapa di dalam organisasi yang harus
menetapkan harga. Setiap perusahaan hars menangani masalah penetapan
harga menurut cara masing-masing. Dalam Pasar Industri, pata wiraniaga
(salespeople) diperkenalkan untuk bernegosiasi dengan pelanggannya guna
menetapkan rentang (range) harga tertentu.
2. Faktor eksternal perusahaan yang dipertimbangkan dalam menetapkan harga
jual akan meliputi :
a. Sifat pasar dan permintaan. Setiap perusahaan perlu memahami sifat pasar.
Memperhatikan sifat pasar dan permintaan yang dihadapinya akan diupayakan
melalui serangkaian pertanyaan apakah pasar termasuk pasar persaingan
29
sempurna, persaingan monopolistik, oligopoli,atau monopoli. Faktor lain
yang tidak kalah pentingnya adalah elastisitas permintaan.
b. Persaingan merupakan kekuatan pokok yang mempengaruhi persaingan
dalam suatu industri ada lima, yaitu persaingan dalam industri yang bersangkutan,
produk substitusi, pemasok, pelanggan dan ancaman pendatang baru.
c. Unsur-unsur lingkungan eksternal lainnya. Selain faktor-faktor tersebut,
perusahaan juga perlu memperhatikan faktor kondisi ekonomi (inflasi, boom
atau resesi, tingkat bunga), kebijakan dan peraturan pemerintah dan aspek
sosial (kepedulian terhadap lingkungan).
2.7 Pedagang Pengecer
Harus disadari pula bahwa keberadaan pedagang mengeruk keuntungan
dari jerih payah petani. Tidak tepat kiranya kalau dianggap pedagang pengeruk
keuntungan dari jerih payah petani. Walaupun ini merupakan dilema, tetapi tanpa
petani tidak akan berbuat banyak karena pedagang merupakan penyalur antara
produsen dengan konsumen, dan mereka juga membutuhkan biaya, manajemen
dan tenaga kerja, serta keahlian dan keberanian yang khusus. Jadi, wajar kalau
mereka mengambil keuntungan dari usaha yang dilakukannnya. Kalau tingkat
keuntungan yang diambil pedagang tidak layak,maka disinilah dibutuhkan campur
tangan pemerintah, paling tidak untuk memperpendek rantai pemassaran yang
berjalan (Daniel, 2002)
Pedagang pengecer merupakan aktifitas dari jalur pemasaran. Mereka
inilah yang berhadapan langsung dengan ko nsumen di pasar. Pedagang pengecer
menerima atau membeli bisa dari peternak, pedagang pengumpul,maupun
30
pedagang besar. Tentu saja jalur pemasarannnya akan berbeda jika hal ini terjadi.
Namun, terpenting pada pedagang pengecer ini adalah mereka mengetahui
langsung keadaan konsumen (Sutisnah, 2002).
Kotler (1997: 198) bahwa penjualan barang dan jasa langsung kepada
konsumen akhir untuk penggunaan sifatnya pribadi, bukan bisnis. Badan usaha
yang melakukan penjualan ini, apakah seorang produsen, pemborong atau
pengecer yang melakukan penjualan secara eceran. Tak soal bagaimana barang
atau jasa itu dijual (di toko, di jalan, atau dirumah konsumen). Sebaiknya seorang
pengecer atau toko pengecer adalah segala usaha bisnis yang volume
penjualannnya terutama berasal dari penjualan eceran.
Kerangka Pikir
Penetapan harga telah memiliki fungsi yang sangat luas di dalam program
pemasaran. Menetapkan harga berarti bagaimana mempertaukan produk kita
dengan aspirasi sasaran pasar, yang berarti pula harus mempelajari kebutuhan,
keinginan, dan harapan konsumen. Berbicara harga berarti bicara tentang
kualitas dan seberapa tinggi ekslusifitasnya.
Harga yang terbentuk merupakan kesepakatan antara konsumen dan pengecer
dengan pengecer dengan pertimbangan penampilan fisik (performance eksterior),
yaitu panjang tanduk, lingkr dada, panjang badan, dan tinggi pundak.
Panjang Tanduk pengecerLingkar DadaTinggi pundak Panjang badan HARGA JUAL
konsumen
31
PE
Gambar 1. Bagan kerangka pikir
Hipotesis Penelitian
H1 = Performance eksterior (Panjang Tanduk, Lingkar Dada, Panjang Badan dan
Tinggi Pundak) berpengaruh sebagai penentu harga jual ternak kambing
pada pedagang pengecer, di Makassar.
Ho = Performance eksterior (Panjang Tanduk, Lingkar Dada,Panjang Badan dan
Tinggi Pundak) tidak berpengaruh sebagai penentu harga jual ternak
kambing pada pedagang pengecer, di Makassar.
32
BAB IIIMETODE PENELITIAN
2.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan yaitu bulan agustus sampai
september 2012, bertempat di Makassar.
2.2 Jenis Penelitian
Jenis Penelitian adalah Kuantitatif Eksplanatori yang bertujuan
menjelaskan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen, dalam hal
ini melihat pengaruh performanse eksterior (panjang tanduk, lingkar dada,
panjang badan dan tinggi pundak) sebagai penentu harga jual ternak kambing
pada pedagang pengecer, di Makassar.
2.3 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh transaksi penjualan ternak
kambing yang dilakukan oleh pedagang pengecer di Makassar. Dan untuk
mempermudah dalam pengambilan sampel dilakukan cluster dengan membagi
kota Makassar menjadi 4 wilayah yaitu utara (sudiang), timur (perintis
kemerdekaan), selatan (syech yusuf) dan barat (jln sembilan). Pada setiap cluster
akan ditetapkan 1 pedagang pengecer.
33
2.4 Metode Pengumpulan Data
Metode pengambilan data yang digunakan pada penelitian ini yaitu:
1. Observasi, yaitu melakukan pengamatan dan pengukuran langsung panjang
tanduk, lingkar dada, panjang badan dan tinggi pundak terhadap ternak
kambing yang akan di jual oleh pedagang pengecer.
2. Wawancara, yaitu pengumpulan data yang dilakukan melalui interview
langsung dengan pedagang pengecer di Makassar.
2.5 Jenis Dan Sumber Data
Adapun jenis data yang dipergunakan dalam penelitian yaitu:
Data Kuantitatif adalah pengolahan data dengan kaidah-kaidah matematik
terhadap data angka. Angka dapat merupakan representasi dari suatu kuantitatif
maupun angka sebagai hasil konversi dari suatu kualitatatif, yakni data kualitatif
yang dikuantifikasikan, contohnya panjang tanduk, lingkar dada, panjang badan,
tinggi pundak dan harga. Berdasarkan hasil dari observasi yang telah diolah
Adapun sumber data yang dipergunakan pada penelitian ini yaitu:
1. Data primer yaitu data yang bersumber dari hasil observasi dan wawancara
langsung terhadap pedagang pengecer di Makassar.
2. Data sekunder yaitu data yang diporeleh dari hasil instansi terkait dengan
penelitian.
2.6 Analisis Data
Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Regresi Linear
berganda yang bertujuan untuk mengetahui/memprediksi adanya pengaruh
34
performance eksterior sebagai penentu harga jual ternak kambing pada pedagang
pengecer di, Makassar. Dengan menggunakan SPSS 17 for windows.
Adanya persamaan dari regresi berganda adalah sebagai berikut (Algifari, 2000)
Y = a+ b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e
Keterangan :
Y = harga ternak yang dijual (Rp/ekor)
a = konstanta
X1= panjang tanduk(cm)
X2 = lingkar dada (cm)
X3 = panjang badan (cm)
X4 = tinggi pundak (cm)
b1 b2 b3 dan b4 = koefisien regresi variable X1,X2,X3, dan X4
e = standar error
Untuk mengetahui pengaruh secara bersama-sama panjang tanduk (X1),
lingkar dada (X2), panjang badan (X3), tinggi pundak (X4) terhadap harga ternak
yang dijual (Y) digunakan uji F pada taraf kepercayaan 95 %.Untuk mengetahui
pengaruh secara individu (parsial) variable panjang badan (X1), dan tinggi pundak
(X2) terhadap harga ternak yang dijual (Y) digunakan uji t pada taraf kepercayaan
95 %
2.7 Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini variabel jumlah ternak yang diteliti sebanyak 80 ekor
ternak kambing dari empat wilayah yang mewakili makassar, dari penelitian ini,
kami hanya mengukur badan atau performance eksterior dari setiap ekor ternak
35
kambing yang terjual seperti panjang tanduk, lingkar dada, panjang badan dan
tinggi pundak. Jadi dalam penelitian ini kami hanya mendekteksi pengaruh
performance eksterior terhadap nilai transaksi yang terjadi antara pedagang
pengecer dan konsumen
2.8 Konsep Operasional
1. Performance eksterior adalah penampilan luar ternak yaitu :
a. Pengukuran panjang tanduk (cm) menggunakan tongkat ukur mulai dari
pangkal tanduk sampai ujung tanduk.
b. Pengukuran lingkar dada (cm) menggunakan pita ukur dengan melilitkan
pita ukur disekeliling rongga dada belakang kaki depan, tepatnya pada
bagian rusuk ke-lima (Os costa).
c. Pengukuran panjang badan (cm) menggunakan tongkat ukur mulai dari
benjolan siku depan (Tuber humerus pada Os humerus) sampai benjolan
tulang tapis (tuber ischiadicum pada Os coxa).
d. Pengukuran tinggi pundak (cm) menggunakan tongkat ukur mulai dari titik
tertinggi pundak (Os vertebrae thoracalis III) ke tanah.
2. Pedagang pengecer adalah pedagang perantara yang membeli ternak kambing
dari peternak kemudian membawa kekiosnya yang berupa kandang dan
menjualnya ke konsumen akhir
3. Harga jual ternak kambing adalah harga yang di terima pedagang pengecer dari
penjualan ternak kambing yang terjadi dengan konsumen.
36
BAB VKEADAAN UMUM RESPONDEN
5.1 Keadaan Umum Responden
5.1.1 Umur Responden
Sumber daya manusia adalah salah satu faktor pendukung keberhasilan
suatu usaha dimana termasuk dalam hal ini umur seseorang. Umur seorang
pedagang pengecer berpengaruh terhadap kerja, sebab umur erat kaitannya dengan
kemampuan kerja serta pola pikir dalam menentukan corak dan bentuk serta pola
manajemen yang diterapkan dalam usaha. Berdasarkan hal inilah, maka peranan
tingkatan umur bagi peternak tidak dapat diabaikan. Klasifikasi umur responden
pada Pedagang Pengecer di Makassar dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Umur Pedagang Pengecer Kambing di MakassarNo Umur (Tahun) Frekuensi (Orang) Persentase (%)1.2.3.4.5.6.
25 - 29,5629,57 – 34,1234,13 – 38,6838, 67 – 43,2443,24 – 47,8047,81 – 55
11---2
2525---
50Total 4 100%
Sumber: Data Primer Yang Telah Diolah, 2012.
Dalam Tabel 3 nampak bahwa umumnya responden masih tergolong usia
produktif, yaitu antara 25 tahun sampai dengan 55 tahun. Adapun jumlah tertinggi
adalah responden dengan tingkat umur 47,81 sampai dengan 55 tahun yaitu
sebanyak 2 orang atau 25 % dan terendah dengan responden dengan tingkat umur
yaitu 25 tahun sampai dengan 29,56 tahun dan 29,57 tahun sampai 34,12 tahun
37
yaitu sebanyak 2 orang atau 50 % . Dengan melihat komposisi tersebut maka
dapat dikatakan bahwa sebagian besar responden berada dalam usia produktif.
5.1.2 Jenis Kelamin
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, jenis kelamin reponden yaitu
pedagang pengecer kambing di makassar dapat dilihat pada Tabel 4 :
Tabel 4. Jenis Kelamin Pedagang Pengecer Kambing di Makassar.No Tingkat Pendidikan Frekuensi (Orang) Persentase (%)1.2.
LakilakiPerempuan
4-
1000
Total 4 100%Sumber: Data Primer Yang Telah Diolah, 2012.
Berdasarkan Tabel 4 terlihat bahwa semua responden berjenis kelamin
laki-laki, hal ini dikarenakan kaum lelaki memang bekerja untuk menafkahi
keluarga sedangkan perempuan hanya mengurus anak, pekerjaan rumah tangga,
dan terkadang turut membantu suami bekerja diladang pertanian.
5.1.3 Tingkat Pendidikan
Indikator lain yang dianggap berpengaruh terhadap keberhasilan suatu
usaha pedagang pengecer adalah tingkat pendidikan. Perbedaan tingkat
pendidikan akan menyebabkan pula perbedaan cara dan pola pikir pedagang
pengecer dalam mengadopsi berbagai inovasi dan teknologi yang dapat
meningkatkan produktifitas dan efisiensi usaha. Tingkat pendidikan adalah strata
pendidikan formal tertinggi yang berhasil dicapai oleh pedagang pengecer sampai
pada saat penelitian dilakukan. Klasifikasi responden berdasarkan kategori tingkat
pendidikan formal dapat dilihat pada Tabel 5.
38
Tabel 5. Tingkat Pendidikan Pedagang Pengecer di MakassarNo Tingkat Pendidikan Frekuensi (Orang) Persentase (%)1.2.3.4.5.
Tidak SekolahSD/SederajatSMP/SederajatSMA/SederajatS1
-3-1-
-75-
25-
Total 4 100%Sumber: Data Primer Yang Telah Diolah, 2012.
Berdasarkan Tabel 5 terlihat bahwa klasifikasi responden berdasarkan
tingkat pendidikanyang terdiri dari SD, SMP, SMA dan S1. Adapun jumlah
responden terbanyak yaitu tingkat pendidikan SD sebanyak 3 orang dengan
persentase 75%, sedangkan jumlah responden terkecil yaitu SMA sebanyak 1
orang dengan persentase 25%. Melihat kenyataan tersebut dapat dikatakan bahwa
kesadaran akan pentingnya pendidikan masyarakat kota Makssar belum cukup
baik.
5.1.4 Jumlah Tanggungan Keluarga
Jumlah tanggungan keluarga dalam suatu rumah tangga adalah tanggungan
keluarga yang terdiri dari kepala rumah tangga, istri dan anak serta anggota
keluarga lainnya yang menjadi tanggungan dari kepala keluarga. Dapat dilihat
pada Tabel 6.
Tabel 6. Jumlah Tanggungan Keluarga Pedagang Pengecer Kambing di Makassar.
No Jumlah Tanggungan Keluarga (orang)
Frekuensi Persentase (%)
1.2.3.4.
1 – 23 – 45 – 67 – 8
112-
252550-
Total 4 100%Sumber: Data Primer Yang Telah Diolah, 2012.
39
Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa responden yang memiliki jumlah
tanggungan keluarga yang paling banyak adalah antara 5 orang sampai dengan 6
orang, yakni sebanyak 2 orang dengan persentase 50%, sedangkan yang paling
sedikit adalah responden dengan jumlah tanggungan keluarga antara 1-2 orang
sebanyak 1 orang dengan persentase 25%.
40
BAB VIHASIL DAN PEMBAHASAN
6.1 Metode Penetapan Harga
Pedagang Pengecer merupakan pedagang perantara yang membeli ternak
kambing dari peternak kemudian membawa kekiosnya yang berupa kandang dan
menjualnya ke konsumen akhir. Adapun metode penetapan harga ternak kambing
yang dilakukan pedagang pengecer di kota makassar dengan cara penetapan harga
berdasarkan biaya (cost-based Pricing), penetapan harga dengan pendekatan biaya
dalam hal ini pedagang pengecer ternak kambing di kota makassar yaitu
penetapan harga mark-up dimana para pedagang pengecer membeli ternak
kambingnya di peternak kemudian dijual kembali dengan menambahkan harga
jual untuk mendapatkan keuntungan dan menutupi biaya-biaya yang ada seperti
biaya pakan, obat dan pekerja. Walaupun terdapat biaya biaya yang dikeluarkan
selama proses penjualan atau menunggu pembeli, pihak pedagang tidak dapat
melakukan identifikasi biaya perekor, baik pakan maupun obat obatan,karena bagi
mereka dianggap tidak terlalu besar dan sulit diperhitungkan karena jumlah
kambing didalam kandang penjualan selalu berubah, yang penting menurut
pedagang pengecer adalah kambing terjual dan ada selisih dari harga beli.
Secara teoritis dalam menetapkan harga, produsen dapat menetapkan
dengan beberapa alternatif seperti di bawah ini (Sudjana, 2001):
a. Penetapan harga berdasarkan biaya (cost-based pricing).
Suatu strategi penetapan harga yang lama, dimana harga ditentukan
berdasarkan jumlah biaya per satuan produk yang keluar ditambah dengan
41
keuntungan yang diharapkan. Beberapa metode penetapan harga dengan
pendekatan biaya:
Penetapan Harga Biaya Plus (Cost Push Pricing Method)
Dengan metode ini, harga jual per unit ditentukan dengan menghitung
jumlah seluruh biaya per unit ditambah jumlah tertentu untuk menutupi laba
yang dikehendaki pada unit tersebut (disebut margin).
Penetapan Harga Mark-Up
Yaitu dimana para pedagang membeli barang-barang dagangannya
untuk dijual kembali dan harga jualnya dengan menambahkan mark-up tertentu
terhadap harga beli.
Penetapan harga Break–Even
Yaitu penetapan harga yang didasarkan pada permintaan pasar dan masih
mempertimbangkan biaya. Perusahaan dikatakan break-even apabila
penerimaan sama dengan biaya yang dikeluarkannya, dengan anggapan bahwa
harga jualnya sudah tertentu.
b. Penetapan harga berdasarkan harga competitor.
Penetapan harga dilakukan dengan menggunakan harga competitor sebagai
referensi, dimana dalam pelaksanaannya lebih cocok untuk produk yang
standar dengan kondisi pasar oligopoli. Untuk menarik dan meraih para
konsumen dan para pelanggan, perusahaan biasanya menggunakan strategi
harga. Penerapan strategi harga jual juga bisa digunakan untuk mensiasati para
pesaingnya, misalkan dengan cara menetapkan harga di bawah harga pasar
dengan maksud untuk meraih pangsa pasar.
42
c. Pendekatan harga berdasarkan permintaan (demand-based pricing).
Proses penetapan harga yang didasari persepsi konsumen terhadap value yang
diterima (price value), sensitivitas harga dan perceived quality. Untuk
mengetahui value dari harga terhadap kualitas, maka analisa Price Sensitivity
Meter (PSM) merupakan salah satu bentuk yang dapat digunakan. Pada analisa
ini konsumen diminta untuk memberikan pernyataan dimana konsumen merasa
harga murah, terlalu murah, terasa mahal dan terlalu mahal dan dikaitkan
dengan kualitas yang diterima
Dari perbandingan teori penetapan harga yang ada dengan apa dilakukan
oleh pedagang, dapat dinyatakan bahwa pedagang pengecer tidak melakukan
penetapan berdasarkan persaingan dan permintaan, akan tetapi berdasarkan
biaya. Dengan mempertimbangkan bahwa pedagang pengecer tidak
melakukan perhitungan biaya perekor dan sama sekali tidak berusaha
memperhitungkan nilai pulang pokok berdasarkan biaya yang dikeluarkan,
akan tetapi pedagang hanya menambahkan suatu nilai tertentu yang
diperkirakan layak berdasarkan kondisi ternak kambing yang dijual pada saat
terjadi transaksi, dapat disimpulkan bahwa metoda penetapan harga yang
dilakukan oleh pedagang pengecer berdasarkan metoda “mark up pricing”.
Metoda ini memungkinkan pedagang pengecer melakukan subsidi silang
terhadap ternak kambing yang terpaksa dijual lebih murah karena berbagai
pertimbangan, misalnya aspek kondisi kesehatan dan cacat atau tidaknya
seekor ternak kambing.
43
6.2 Hasil Pengukuran Performance Eksternal Ternak Kambing
Ukuran tubuh merupakan faktor yang banyak berhubungan dengan
performance ternak. Penggunaan ukuran badan sangat baik untuk berat badan
maupun untuk mengetahui sifat keturunan dan produksi, sehingga dengan
memakai ukuran – ukuran badan dapat menilai performance ternak. Hasil
pengukuran performanc ternak kambing sebagai berikut :
a. Panjang Tanduk
Panjang tanduk diukur dengan pita meter. Dari hasil penelitian maka
didapatkan ukuran panjang tanduk kambing pada pedagang pengecer,
Makassar dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Panjang Tanduk Ternak Kambing Di Pedagang Pengecer, Makassar.
No Panjang Tanduk Frekuensi (ekor) Persentase (%)1.2.3.
3-67-1011-13
67121
83,7515
1,25Total 80 100%
Sumber: Data Primer Yang Telah Diolah, 2012.
Berdasarkan tabel 7 menunjukkan bahwa panjang tanduk berada pada 3
cm sampai 13 cm, panjang tanduk yang paling dominan berada pada 6 – 3 cm
sebanyak 67 orang dengan persentase 83,75%, sedangkan panjang tanduk dengan
frekuensi paling rendah berada pada interval 13 – 11 cm sebanyak 1 orang dengan
persentase 1,25%.
44
b. Lingkar Dada
Lingkar dada diukur dengan pita meter melingkar dada kambing di belakang
kaki depan. Dari hasil penelitian maka didapatkan ukuran lingkar dada kambing di
Makassar dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8 . Lingkar Dada Ternak Kambing Di Pedagang Pengecer, Makassar.
No Lingkar dada Frekuensi (ekor) Persentase (%)1.2.3.
50-6061-7172-82
53207
66,2525
8,75Total 80 100%
Sumber: Data Primer Yang Telah Diolah, 2012.
Berdasarkan tabel 8 menunjukkan bahwa lingkar dada berada pada 82 cm
sampai pada 50 cm. lingkar dada yang paling dominan berada pada interfal 60 –
50 cm dengan 53 orang berada pada persentase 66,25% sedangkan pada frekuensi
terkecil berada pada interfal 82 – 72 cm sebanyak 7 orang dengan persentase
8,75%.
c. Panjang Badan
Panjang badan diukur secara lurus dengan tongkat ukur dari siku
(humerus) sampai benjolan tulang tapis (tuber ischii). Dari hasil penelitian maka
didapatkan ukuran panjang badan kambing pada pedagang pengecer di Makassar
dapat dilihat pada Tabel 9..
Tabel 9 . Panjang Badan Ternak Kambing Pada Pedagang Pengecer Di Makassar
No Panjang badan Frekuensi (ekor) Persentase (%)1.2.3.
48-5758-6768-77
383012
47,537,515
Total 80 100%Sumber: Data Primer Yang Telah Diolah, 2012.
45
Berdasarkan Tabel 9 menunjukkan bahwa panjang badan berada pada 48
cm dan tertinggi di 77 cm, panjang badan yang paling dominan berada pada 57-48
cm dengan jumlah frekuensi 38 orang dan persentase 47,5% sedangkan panjang
badan yang paling rendah dengan interfal 77 – 68 cm dengan jumlah frekuensi
12 orang dan perasentasi 15%.
d. Tinggi Pundak
Dari hasil penelitian maka di dapatkan ukuran pundak kambing pada
pedagang pengecer di Makassar dapat dilihat pada tabel 10.
Tabel 10 . Tinggi pundak kambing pada pedagang pengecer di Makassar.
No Tinggi pundak Frekuensi (ekor) Persentase (%)1.2.3.
52-6061-6970-78
50282
62,5352,5
Total 80 100%Sumber: Data Primer Yang Telah Diolah, 2012.
Berdasarkan Tabel 10 menunjukkan, bahwa tinggi pundak berada pada 52
cm dan tertinggi di 78 cm, tinggi pundak yang paling dominan berapa pada
interfal 60-52 dengan jumlah frekuensi 50 orang dengan persentase 62,5%
sedangkan pada interfal 78-70 cm memiliki frekuensi 2 orang dengan persentase
2,5%.
e. Harga Kambing
Tinggi pundak diukur lurus dengan tongkat ukur dari titik tertinggi
puncak. Dari hasil penelitian maka didapatkan harga kambing pada pengecer di
Makassar dapat dilihat pada Tabel 11
.
46
Tabel 11 . Harga Kambing Pada Pedagang Pengecer Di Makassar
No Harga Frekuensi (ekor) Persentase (%)1.2.3
700.000-1.490.0001.490.001-2.280.0012.280.002-3.070.002
46322
57,5402,5
Total 80 100%Sumber: Data Primer Yang Telah Diolah, 2012.
Berdasarkan Tabel 11, bahwa harga kambing berkisar antara Rp 700.000
sampai Rp3.070.002. adapun harga kambing yang paling dominan adalah pada
interfal Rp 1.490.00-700.000 dengan jumlah frekuensi 46 orang dan persentase
26,56% sedangkan harga kambing yang paling rendah berada pada interfal
Rp3.070.002-2.280.002 dengan frekuensi 2 orang dan persentase 2,5%.
6.3 Uji Asumsi Klasik
Menurut Sarjono dan Winda (2011), model regresi linear dapat disebut
sebagai model yang baik jika memenuhi asumsi klasik. Oleh karena itu, uji asumsi
klasik sangat diperlukan sebelum melakukan uji analisis regresi. Uji asumsi klasik
terdiri atas uji normalitas, uji heterokedatisitas, uji multikorelasi, uji linearitas, dan
uji autokorelasi.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dimaksudkan untuk menguji apakah variabel dependen,
variabel independen atau keduanya dari suatu model regresi memiliki distribusi
data normal atau mendekati normal. Model regresi yang baik adalah yang
memiliki distribusi normal atau mendekati normal.
47
Gambar 2. Hasil Uji Normalitas
Berdasarkan gambar 2 pada histogram maupun normal probability plot.
Dapat dilihat, bahwa pada histogram, data dikatakan memiliki data berbentuk
seperti lonceng. Sedangkan pada normal probability plot ada penyebaran titik-titik
disekitar garis diagonal dan penyebarannya mengikuti arah garis diagonal, hal ini
berarti data tersebar berdistribusi normal.
48
2. Uji Heterokedatisitas
Menurut Wijaya (2009) dalam Sarjono dan Winda (2011),
heterokedatisitas menunjukkan bahwa varians variabel tidak sama untuk semua
pengamatan/observasi. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan
yang lain tetap maka disebut homokedatisitas. Model regresi yang baik adalah
terjadi homokedatisitas dalam model, atau dengan perkataan lain tidak terjadi
heterokedatisitas. Dalam penelitian ini, uji heterokedatisitas digunakan adalah uji
scatterplot yang dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Uji Heterokedatisitas
Dari scatterplot pada Gambar 3 terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak,
baik di bagian atas angka 0 atau di bagian bawah angka 0 dari sumbu vertikal atau
sumbu Y. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
heterokedatisitas dalam model regresi ini.
49
3. Uji Multikorelasi
Uji multikorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah hubungan diantara
variabel bebas memiliki masalah multikorelasi (gejala multikolinieritas) atau
tidak. Multikorelasi adalah korelasi yang sangat tinggi atau sangat rendah yang
terjadi pada hubungan di antara variabel bebas. Uji multikorelasi perlu dilakukan
apabila jumlah variabel bebas lebih dari satu. Uji multikorelasi dalam penelitian
ini dapat dilihat pada Tabel 11 .
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 X1 .815 1.227
X2 .468 2.137
X3 .394 2.537
X4 .593 1.687
a. Dependent Variable: Y
Tabel 11. Uji multikorelasi
Berdasarkan Tabel 11 terlihat nilai VIF variabel independen yang terdiri
dari panjang tanduk (X1) = 1,227, lingkar dada (X2) = 2,137, panjang badan (X3)
= 2,537, tinggi pundak (X4) = 1,687 masing-masing < 10, maka dapat disimpulkan
tidak terjadi gejala multikolinieritas diantara variabel bebas. Hal ini dijelaskan
oleh Sarjono dan Winda (2011), untuk uji multikorelasi dilihat dari nilai VIF,
dimana jika VIF < 10 maka tidak terjadi gejala multikolinieritas diantara variabel
bebas, dan jika VIF > 10 maka terjadi gejala multikolinieritas diantara variabel
bebas.
50
4. Uji Validitas
Untuk menguji validitas, yang diperhatikan tabel item total berikut dengan
melihat nilai r hitung pada kolom Corrected Item- Total Correlation. Uji Validitas
dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 12.
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
P1 1.3346E6 1.599E11 .285 7.799E-5P2 1.3345E6 1.599E11 .477 6.075E-5P3 1.3345E6 1.599E11 .646 5.084E-5P4 1.3345E6 1.599E11 .825 5.357E-5P5 184.1500 274.357 .734 .762
Tabel 12. Uji Validitas
Berdasarkan tabel 12 bahwa suatu item pertanyaan dikatakan valid jika
Corrected Item-Total correlation (r hitung) lebih besar daripada r tabel. r tabel
dalam penelitian ini adalah 0,19 yang dapat dilihat pada Lampiran.
a. r hitung untuk item pertanyaan 1 adalah 0,285
b. r hitung untuk item pertanyaan 2 adalah 0,477
c. r hitung untuk item pertanyaan 3 adalah 0,646
d. r hitung untuk item pertanyaan 4 adalah 0,825
e. r hitung untuk item pertanyaan 4 adalah 0,734
Dari kelima pertanyaan memiliki nilai r hitung lebih besar dari nilai r
tabel. oleh karena itu disimpulkan bahwa keempat pertanyaan dikatakn valid.
51
5. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 13 Reliability
Statistics berikut ini
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
7.598E-5 5
Tabel 13. Uji Reliabilitas
Berdasarkan tabel 13 bahwa suatu kuesioner dikatakan relieble jika nilai
Cronbach’s Alpha > 0,60. Dengan melihat tabel Reliability Statistics, kita dapat
mengetahui nilai Cronbach’s Alpha = 7,598E-5 dengan jumlah item pertanyaan 5.
Dengan demikian kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini reliebel.
6.3 Analisis Regresi Linear Berganda Pengaruh Performance Eksterior Sebagai Penentu Harga Jual Ternak Kambing Pada Pedagang Pengecer, Di Makassar
Untuk mengetahui pengaruh performance eksterior sebagai penentu harga
jual ternak kambing pada pedagang pengecer, di Makassar digunakan analisis
regresi linear berganda dengan menggunakan bantuan komputer program SPSS
16,00 for windows. Adapun yang menjadi variabel pada penelitian ini yaitu terdiri
atas variabel bebas (independen) meliputi panjang tanduk (X1), lingkar dada
(X2), panjang badan (X3), dan tinggi pundak (X4). Sementara untuk variabel
terikat (dependen) adalah harga jual kambing (Y). Adapun hasil perhitungan
analisis regresi linear berganda dapat dilihat pada Tabel 14.
52
Tabel 14. Rekapitulasi Hasil Analisis Regresi Linear Berganda Pengaruh Performance Eksterior Sebagai Penentu Harga Jual Ternak Kambing Pada Pedagang Pengecer, di Makassar.
VariabelBebas
VariabelTerikat
KoefisienRegresi (B)
t Hitung Sig Keterangan
Konstanta Harga Jual -2660032,497 -8,185 .000X1 (y) 9885.564 .574 .567X2 -92.082 -.016 .987X3 11235.939 1.979 .051 Signifikan X4 55204.600 8.495 .000 Signifikan Multiple R = 0,841, R Square =0,707; Sign = 0,000 ; F Hitung = 45,194; F tabel = 2,81 ; t tabel = 1.66
Sumber : Data Primer Setelah diolah, 2012.
Untuk mengetahui pengaruh variabel bebas (independen) terhadap variabel
terikat (dependen) secara bersama-sama (simultan) maka dilakukan uji F, dalam
analisa ini dilakukan dengan membandingkan antara nilai F hitung dengan F tabel,
pada taraf kepercayaan 95% atau α = 0,05. Jika nilai F hitung lebih besar dari pada F
tabel, maka dengan demikian varabel bebas (independen) secara bersama-sama
berpengaruh nyata (signifikan) terhadap variabel terikat (dependen).
Dari hasil perhitungan di peroleh F hitung sebesar 45,194 sedangkan nilai F
tabel 2,81, berarti F hitung lebih besar dari F tabel (45,194 > 2,81) hal ini menunjukkan
bahwa variabel panjang tanduk (X1), lingkar dada (X2), panjang badan (X3), tinggi
pundak (X4) secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap harga jual
kambing pada pedagang pengecer di makassar.
Nilai R menunjukkan korelasi berganda, yaitu korelasi antara variabel
independen terhadap variabel dependen. Nilai R berkisar antara 0 – 1, jika
mendekati 1, maka hubungan semakin erat. Sebaliknya jika mendekati 0, maka
hubungannya semakin lemah. Angka R yang didapatkan 0,841, artinya korelasi
antara variabel independen panjang tanduk (X1), lingkar dada (X2), panjang badan
53
(X3), tinggi pundak (X4) terhadap harga jual kambing (Y) sebesar 0,841. Hal ini
berarti terjadi hubungan yang sangat erat karena mendekati 1.
Nilai R Square (R2) atau kuadrat R menunjukkan koefisien determinasi.
Angka ini akan diubah ke bentuk persen, artinya persentase sumbangan pengaruh
variabel independen panjang tanduk (X1), lingkar dada (X2), panjang badan (X3),
tinggi pundak (X4) terhadap variabel dependen harga jual kambing (Y) sebesar
0,707 atau 70,7%, sedangkan sisanya sebesar 29,3% dipengaruhi oleh variabel
lain yang yang tidak dimasukkan dalam model ini.
Setelah melakukan uji F, maka untuk mengetahui pengaruh variabel bebas
terhadap variabel terikat secara sendiri-sendiri, maka dilakukan uji t pada uji t
dilakukan dengan membandingkan antara nilai t hitung dengan t tabel pada taraf
kepercayaan 95% atau α = 0,05, jika t hitung lebih besar dari pada t tabel, maka
variabel bebas secara individu berpengaruh nyata terhadap variabel terikat.
Adapun hasil pengujian variabel terikat secara individu adalah sebagai berikut:
a. Pengaruh Variabel Panjang Tanduk(X1) Terhadap Harga Jual Kambing (Y) Pada Pedagang Pengecer Di Makassar
Untuk dapat mengetahui bahwa panjang tanduk mempengaruhi harga jual
kambing dengan melihat hasil dari uji t atau uji hipotesis. Hasil Uji t atau uji
hipotesis dapat dilihat pada tabel 7 dimana nilai t hitung untuk variabel panjang
ttanduk terhadap harga jual kambing menunjukkan nilai t hitung = 0,574 lebih
kecil dari t tabel = 1,66. Dengan demikian dapat diketahui bahwa berdasarkan hasil
penelitian ini panjang tanduk tidak signifikan mempengaruhi harga jual kambing
.
54
b. Pengaruh Variabel Lingkar Dada (X2) Terhadap Harga Jual Kambing (Y) Pada Pedagang Pengecer Di Makassar
Untuk dapat mengetahui bahwa lingkar dada mempengaruhi harga jual
kambing dengan melihat hasil dari uji t atau uji hipotesis. Hasil Uji t atau uji
hipotesis dapat dilihat pada table 8 dimana nilai t hitung untuk variabel panjang
ttanduk terhadap harga jual kambing menunjukkan nilai t hitung = -0,016 yang
lebih kecil dari t tabel = 1,66. Dengan demikian dapat diketahui bahwa berdasarkan
hasil penelitian ini lingkar dada tidak signifikan mempengaruhi harga jual
kambing.
c. Pengaruh Variabel Panjang Badan (X3) Terhadap Harga Jual Kambing (Y) Pada Pedagang Pengecer Di Makassar
Untuk dapat mengetahui bahwa panjang badan mempengaruhi harga jual
kambing dengan melihat hasil dari uji t atau uji hipotesis. Hasil Uji t atau uji
hipotesis dapat dilihat pada table 9 dimana nilai t hitung untuk variabel panjang
badan terhadap harga jual kambing menunjukkan nilai t hitung = 1,979 yang
lebih besar dari t tabel = 1,66. Dengan demikian dapat diketahui bahwa berdasarkan
hasil penelitian ini panjang badan secara signifikan mempengaruhi harga jual
kambing.
d. Pengaruh Variabel Tinggi Pundak.(x4) Terhadap Harga Jual Kambing (y) Pada Pedagang Pengecer Di Makassar
Untuk dapat mengetahui bahwa tinggi pundak mempengaruhi harga jual
kambing dengan melihat hasil dari uji t atau uji hipotesis. Hasil Uji t atau uji
hipotesis dapat dilihat pada table 10 dimana nilai t hitung untuk variabel tinggi
pundak terhadap harga jual kambing menunjukkan nilai t hitung = 8,495 yang
lebih besar dari t tabel = 1,66. Dengan demikian dapat diketahui bahwa berdasarkan
55
hasil penelitian ini tinggi pundak secara signifikan mempengaruhi harga jual
kambing
Karena pada pengujian awal variabel panjang tanduk (X1), dan lingkar
dada (X2) tidak signifikan terhadap harga jual maka dilakukan pemodelan ulang
terhadap variabel yang signifikan yaitu variabel panjang badan (X3), dan tinggi
pundak (X4), untuk mempermudah persamaan yang lebih baik untuk memprediksi
harga.
6.4 Analisis Regresi Linear Berganda Pengaruh Performance Eksterior Sebagai Penentu Harga Jual Ternak Kambing Pada Pedagang Pengecer, Di Makassar
Adapun rekapitulasi hasil analisis terhadap variabel panjang badan (X3)
dan tinggi pundak (X4) di tunjukkan pada tabel 13.
Tabel 15. Rekapitulasi Hasil Analisis Regresi Linear Berganda Pengaruh Performance Eksterior Sebagai Penentu Harga Jual Ternak Kambing Pada Pedagang Pengecer, di Makassar.
VariabelBebas
VariabelTerikat
KoefisienRegresi (B)
t Hitung Sig Keterangan
Konstanta Harga Jual -2665046.870 -8.970 .000X3 (Y) 11725.962 2.573 .012 Signifikan X4 55564.053 8.683 .000 Signifikan Multiple R = 0,840, R Square =0,705; Sign = 0,000 ; F Hitung = 92.178; F tabel = 2,81 ; t tabel = 1.66
Sumber : Data Primer Setelah diolah, 2012.
Hasil perhitungan yang ditunjukkan pada Tabel 15 maka dapat diketahui
koefisien regresi masing-masing variabel bebas (independen) dan nilai konstanta
sehingga dapat dibentuk suatu persamaan sebagai berikut :
Y = -2665046.870+11725.962X3 + 55564.053X4+ e
56
Dari persamaan regersi linear berganda diperoleh koefisien regresi yaitu
untuk variabel panjang badan (X3) dan tinggi pundak (X4) memiliki pengaruh
positif artinya setiap kenaikan nilai variabel panjang badan (X3), tinggi pundak
(X4) akan menyebabkan kenaikan harga jual kambing (Y).
Adapun nilai konstanta sebesar -2665046.870 menunjukkan bahwa pada
saat nilai variabel bebas yaitu panjang badan (X3), tinggi pundak (X4) sama
dengan nol, maka harga jual kambing (Y) akan bernilai Rp. -2665046.870.
Untuk mengetahui pengaruh variabel bebas (independen) terhadap variabel
terikat (dependen) secara bersama-sama (simultan) maka dilakukan uji F, dalam
analisa ini dilakukan dengan membandingkan antara nilai F hitung dengan F tabel,
pada taraf kepercayaan 95% atau α = 0,05. Jika nilai F hitung lebih besar dari pada F
tabel, maka dengan demikian varabel bebas (independen) secara bersama-sama
berpengaruh nyata (signifikan) terhadap variabel terikat (dependen).
Dari hasil perhitungan di peroleh F hitung sebesar 92,178 sedangkan nilai F
tabel 2,81, berarti F hitung lebih besar dari F tabel (92,178 > 2,81) hal ini menunjukkan
bahwa variabel panjang badan (X3) dan tinggi pundak (X4) secara bersama-sama
berpengaruh signifikan terhadap harga jual kambing pada pedagang pengecer di
makassar.
Nilai R menunjukkan korelasi berganda, yaitu korelasi antara variabel
independen terhadap variabel dependen. Nilai R berkisar antara 0 – 1, jika
mendekati 1, maka hubungan semakin erat. Sebaliknya jika mendekati 0, maka
hubungannya semakin lemah. Angka R yang didapatkan 0,840, artinya korelasi
antara variabel independen (X3) dan tinggi pundak (X4) terhadap harga jual
57
kambing (Y) sebesar 0,840. Hal ini berarti terjadi hubungan yang sangat erat
karena mendekati 1.
Nilai R Square (R2) atau kuadrat R menunjukkan koefisien determinasi.
Angka ini akan diubah ke bentuk persen, artinya persentase sumbangan pengaruh
variabel independen panjang badan (X3), tinggi pundak (X4) terhadap variabel
dependen harga jual kambing (Y) sebesar 0,705 atau 70,5%, sedangkan sisanya
sebesar 29,5% dipengaruhi oleh variabel lain yang yang tidak dimasukkan dalam
model ini.
Setelah melakukan uji F, maka untuk mengetahui pengaruh variabel bebas
terhadap variabel terikat secara sendiri-sendiri, maka dilakukan uji t pada uji t
dilakukan dengan membandingkan antara nilai t hitung dengan t tabel pada taraf
kepercayaan 95% atau α = 0,05, jika t hitung lebih besar dari pada t tabel, maka
variabel bebas secara individu berpengaruh nyata terhadap variabel terikat.
Adapun hasil pengujian variabel terikat secara individu adalah sebagai berikut:
a. Pengaruh Variabel Panjang Badan (X3) Terhadap Harga Jual Kambing (Y) Pada Pedagang Pengecer Di Makassar
Untuk dapat mengetahui bahwa panjang badan mempengaruhi harga jual
kambing dengan melihat hasil dari uji t atau uji hipotesis. Hasil Uji t atau uji
hipotesis dapat dilihat pada table 9 dimana nilai t hitung untuk variabel panjang
badan terhadap harga jual kambing menunjukkan nilai t hitung = 2,573 yang
lebih besar dari t tabel = 1,66. Dengan demikian dapat diketahui bahwa berdasarkan
hasil penelitian ini panjang badan secara signifikan mempengaruhi harga jual
kambing.
58
a. Pengaruh Variabel Tinggi Pundak.(X4) Terhadap Harga Jual Kambing (Y) Pada Pedagang Pengecer Di Makassar
Untuk dapat mengetahui bahwa tinggi pundak mempengaruhi harga jual
kambing dengan melihat hasil dari uji t atau uji hipotesis. Hasil Uji t atau uji
hipotesis dapat dilihat pada table 10 dimana nilai t hitung untuk variabel tinggi
pundak terhadap harga jual kambing menunjukkan nilai t hitung = 8,683 yang
lebih besar dari t tabel = 1,66. Dengan demikian dapat diketahui bahwa berdasarkan
hasil penelitian ini tinggi pundak secara signifikan mempengaruhi harga jual
kambing
59
BAB VIIKESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Dari hasil dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
a. Metode penetapan harga yang dilakukan para pedagang pengecer pada untuk
menetapkan harga jual ternak kambing adalah berdasarkan biaya (cost based
pricing) dimana para pedagang pengecer membeli ternak kambingnya di
peternak kemudian dijual kembali dengan menambahkan nilai tertentu untuk
mendapatkan keuntungan (metoda mark up pricing)
b. Secara bersama sama, variabel panjang tanduk, lingkar dada, panjang badan
serta tinggi pundak berpengaruh signifikan dalam penetapan harga jual ternak
kambing, namun secara parsial panjang tanduk dan lingkar dada tidak
signifikan secara statistik.
7. 2 Saran
a. Pada kenyataannya pedagang pengecer tidak memperhatikan panjang tanduk,
lingkar dada sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan harga ternak
kambing yang akan dijual kepada konsumen, sementara secara teoritis panjang
tanduk akan berhubungan dengan umur kambing yang pada gilirannya akan
berkaitan dengan kualitas daging sedangkan lingkar dada akan berhubungan
dengan jumlah karkas, oleh karena itu disarankan agar transaksi kambing tetap
memperhitungkan kedua variabel tersebut.
60
b. Untuk kondisi perdagangan kambing ditingkat pedagang pengecer, maka para
pelaku pasar dan konsumen dapat memprediksi harga kambing dengan
mengikuti persamaan sebagai berikut :
Y= -2665046.870 + 11725.962 X3 + 55564.053 X4 + E
61
DAFTAR PUSTAKA
Algifari. 2000. Analisis Regresi (Teori, kasus dan Solusi). Bpfe Yogyakarta. Yogyakarta.
Anonim. 2012. Budidaya Ternak Kambing. Diakses pad tanggal 8 juli 2012. Makassar
Atmojo, A, T. 2007. Apa Khasiat Susu dan Daging Kambing. http://triatmojo. wordpress.com/2007/01/15/apa-khasiat-susu-dan-daging-ka mbing/. Diakses Tanggal 26 Juni 2012.
Basuki, N. 1996. Tingkat Penawaran Ternak Kambing Rakyat Pada Tingkat Petani-Peternak di Kecamatan Bontomatene Kabupaten Wajo. Skripsi Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin.
Budiharjo, Marzuki dan Rianto. 2009. Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Peternak dalam Pengambilan Keputusan Manajemen Usaha Ternak Kambing di Kota Smarang, (Skripsi), Fakultas Peternakan Universitas diponegoro, Semarang.
Downey, W.D,. Ericson, S.P. 1992. Manajemen Agribisnis. Erlangga. Jakarta.
Daniel, M. 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. Bumi Aksara, Jakarta.
Firdaus, M. 2008. Manajemen Agribisnis. Bumi Aksara, Jakarta
Hanum, R. 2010. Laporan PKL. http://ridwanhanum.wordpress.com/. Diakses Pada Tanggal 24 Juli 2012.
Kartadisastra, H.R. (1997). Penyediaan & Pengelolaan Pakan ternak
Kotler. P. 1990. Manajemen Pemasaran, Analisis Perencanaan dan Pengendalian Edisi Kedua. Erlangga. Jakarta.
______ 1992. Manajemen Pemasaran. Cetakan Ke V. Erlangga, Jakarta.
______ 1997. Manajemen Pemasaran. Analisis, Perencanaan, Inplementasi, dan Pengendalian, Jilid 6. Erlangga, Jakarta.
______ 2004. Manajemen Pemasaran. Analisis. Alih Bahasa oleh Hendra Teguh, dkk. Erlangga, Jakarta.
Manulang, M. 1994. Pengantar Ekonomi Perusahaan. Penerbit Liberty. Jakarta.
62
Muljana, W. 2001. Cara Beternak Kambing. Aneka Ilmu. Semarang
Murtidjo . 1993. Memelihara Kambing Sebagai Ternak Potong dan Perah Kanisius. Yogyakarta.
Saefuddin. 2002. Harga dan Marjin Pemasaran. Penerbit Universitas Indonesia, Ibnu Khaldun, Bogor.
Sarwono. B. 2007. Beternak Kambing Unggul. Penebar Swadaya, Jakarta
Seragih. 2001. Agribisnis Berbasis peternakan, Kumpulan Pemikiran. Penerbit USESE dan pusat studi pembangunan IPB, Bogor.
Setiadi, B. 2003. Alternatif konsep pembibitan dan Pengembangan Usaha Ternak Kambing. Makalah Sarasehan “Potensi Ternak Kambing dan Propek Agribisnis Peternakan", 9 September 2003 diBengkulu.
Setiadi, B., D. Priyanto dan M. Martawijaya. 1997. Komparatif Morfologik Kambing. Laporan Hasil Penelitian APBN 1996/1997. Balai Penelitian Ternak Ciawi, Bogor
Sudjana, S. 2001. Pengantar Teori Mikro Ekonomi . PT. RajaGrafindo Persada. Jakarta
Suparman. 2007. Beternak Kambing. Azka Press. Jakarta.
Supriyono, R.A. 1997. Akuntansi Biaya dan Penentuan Harga Pokok. BPFE. Yogyakarta
Sutisnah. 2002. Perilaku Konsumen dan Komunitas Pemasaran. PT. Remaja Rosda Karya, Bandung.
63
Lampiran 1. Identitas Responden Pedagang Pengecer Di Makassar
No Nama Umur Jenis Kelamin
Tingkat pendidikan
Tanggungan Keluarga
1. H. Nunu 55 Laki-laki SD 6
2. Pandi 25 Laki-laki SD 2
3. Rudi 30 Laki-laki SMA 3
4. H. Saha 48 Laki-laki SD 5
Lampiran 2 . Data Panjang Tanduk, Lingkar Dada, Panjang Badan, Tinggi Pundak dan Harga Ternak Kambing Pada Pedagang Pengecer Di Makassar.
No Panjang Tanduk
Lingkar Dada
Panjang Badan
Tinggi Pundak Harga Jenis
Kelamin1 5 56 61 66 1100000 Betina2 5 50 51 56 1200000 Jantan3 7 56 59 61 1700000 Jantan4 3 58 53 54 1000000 Betina5 8 72 74 76 3000000 Jantan6 6.5 58 71 69 2500000 Betina7 5 56 61 65 1100000 Jantan8 5 55 60 64 1300000 Jantan9 4 55 58 60 1600000 Jantan10 4 56 60 65 1600000 Betina11 4 55 58 64 1750000 Jantan12 5 57 55 60 1600000 Jantan13 5 55 58 67 1750000 Jantan14 4 56 51 58 1200000 Betina15 4 55 58 67 1900000 Jantan16 5 55 55 60 1500000 Jantan17 5 55 51 65 1600000 Betina18 6 56 53 64 1500000 Betina19 6 58 59 62 1750000 Jantan20 5 56 50 54 1300000 Jantan21 4 55 46 55 800000 Betina22 5.5 63 61 57 1200000 Jantan23 10 70 67 61 1750000 Jantan24 12 79 73 63 1250000 Betina25 9 72 68 67 1900000 Jantan26 4 56 49 55 800000 Betina27 4 58 48 58 1000000 Betina28 4.5 58 60 57 1100000 Betina29 5 70 60 65 1750000 Jantan30 5 69 65 64 1750000 Jantan31 4 58 67 58 1600000 Jantan32 4 58 55 56 1000000 Betina33 4 72 60 63 1750000 Jantan34 7.5 72 60 63 1750000 Jantan35 6 72 56 64 1600000 Jantan36 5 56 55 57 1200000 Betina
65
37 5 71 65 62 1750000 Jantan38 4 72 70 60 1750000 Jantan39 5 55 48 55 1000000 Betina40 5 58 50 56 1200000 Betina41 4 57 51 55 800000 Jantan42 3 58 54 56 850000 Jantan43 7 70 71 63 1500000 Jantan44 5 65 65 58 1000000 jantan 45 4 58 53 52 800000 Betina46 7 63 55 54 1000000 Betina47 5 69 70 63 1500000 Jantan48 3 60 67 58 1500000 Jantan49 4 55 50 52 850000 Betina50 5 56 54 55 1000000 Jantan51 5 60 65 58 1250000 Jantan52 4 61 68 60 1300000 Jantan53 3 65 65 58 1300000 Jantan54 4 57 52 55 1000000 Betina55 4 65 55 53 1200000 Jantan56 8 68 57 56 1250000 Jantan57 4 65 64 60 1400000 Jantan58 5 52 50 52 800000 Jantan59 4 57 51 55 700000 Betina60 7 70 68 63 1500000 Jantan61 4 71 69 72 1750000 Jantan62 6 57 54 55 900000 Betina63 5 52 50 53 1000000 Jantan64 4 65 65 58 1200000 Jantan65 6 56 53 55 900000 Betina66 6 57 55 58 1100000 Jantan67 4 60 58 57 1100000 Betina68 8 65 67 64 1500000 Jantan69 4 64 63 61 1500000 Jantan70 4 60 54 59 1300000 Jantan71 5 58 55 53 900000 Betina72 5 55 57 53 900000 Betina73 7 60 65 57 1500000 Jantan74 4 70 68 69 1750000 Jantan75 4 56 55 57 1000000 Betina76 4 55 57 58 1000000 Betina77 5 65 64 67 1500000 Jantan78 8 55 50 57 900000 Betina
66
79 5 57 51 55 1200000 Jantan80 4 60 68 59 1500000 Jantan
Lampiran 3. Analisis Regresi Linear Berganda Panjang Tanduk, Lingkar dada, Panjang Badan, Tinggi Pundak terhadap Harga Ternak Kambing pada Pedagang Pengecer Di Makassar.
67
REGRESSION /DESCRIPTIVES MEAN STDDEV CORR SIG N /MISSING LISTWISE /STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA CHANGE /CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10) /NOORIGIN /DEPENDENT Y /METHOD=ENTER X1 X2 X3 X4 /SCATTERPLOT=(Y ,*ADJPRED) /RESIDUALS HIST(ZRESID) NORM(ZRESID)
/SAVE PRED.
SAVE OUTFILE='E:\Proposal rini\xxx.sav'
/COMPRESSED.
Regression
Notes
Output Created 10-Oct-2012 19:43:54CommentsInput Active Dataset DataSet0
Filter <none>Weight <none>Split File <none>N of Rows in Working Data File
80
Missing Value Handling
Definition of Missing User-defined missing values are treated as missing.
Cases Used Statistics are based on cases with no missing values for any variable used.
68
Syntax REGRESSION /DESCRIPTIVES MEAN STDDEV CORR SIG N /MISSING LISTWISE /STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA CHANGE /CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10) /NOORIGIN /DEPENDENT Y /METHOD=ENTER X1 X2 X3 X4 /SCATTERPLOT=(Y ,*ADJPRED) /RESIDUALS HIST(ZRESID) NORM(ZRESID) /SAVE PRED.
Resources Processor Time 00:00:01.856Elapsed Time 00:00:02.141Memory Required
2300 bytes
Additional Memory Required for Residual Plots
888 bytes
Variables Created or Modified
PRE_1Unstandardized Predicted Value
[DataSet0]
69
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
Harga 1.3344E6 3.99810E5panjang tanduk 5.1375 1.60887lingkar dada 60.6625 6.38420panjang badan 58.7750 7.01531tinggi pundak 59.5750 4.99563
Correlations
Harga panjang tanduk lingkar dada panjang badan
Pearson Correlation Harga 1.000 .285 .477 .646
panjang tanduk .285 1.000 .423 .313
lingkar dada .477 .423 1.000 .697
panjang badan .646 .313 .697 1.000
tinggi pundak .825 .267 .470 .634
Sig. (1-tailed) Harga . .005 .000 .000
panjang tanduk .005 . .000 .002
lingkar dada .000 .000 . .000
panjang badan .000 .002 .000
tinggi pundak .000 .008 .000 .000
N Harga 80 80 80
panjang tanduk 80 80 80
lingkar dada 80 80 80
panjang badan 80 80 80
tinggi pundak 80 80 80
70
Variables Entered/Removedb
ModelVariables Entered
Variables Removed Method
1 tinggi pundak , panjang tanduk , lingkar dada, panjang badan a
. Enter
a. All requested variables entered.c. Dependent Variable: harga
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R SquareStd. Error of the Estimate
Change Statistics
R Square Change F Change df1 df2
1 .841a .707 .691 2.22196E5 .707 45.194 4
a. Predictors: (Constant), tinggi pundak , panjang tanduk , lingkar dada, panjang badan b. Dependent Variable: harga
71
ANOVAb
ModelSum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 8.925E12 4 2.231E12 45.194 .000a
Residual 3.703E12 75 4.937E10
Total 1.263E13 79
a. Predictors: (Constant), tinggi pundak , panjang tanduk , lingkar dada, panjang badan b. Dependent Variable: harga
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.B Std. Error Beta
1 (Constant) -2.660E6 324997.720 -8.185 .000
panjang tanduk 9885.564 17212.820 .040 .574 .567
lingkar dada -92.082 5724.164 -.001 -.016 .987
panjang badan 11235.939 5676.320 .197 1.979 .051
tinggi pundak 55204.600 6498.852 .690 8.495 .000
a. Dependent Variable: harga
72
Residuals Statisticsa
Minimum Maximum MeanStd.
Deviation N
Predicted Value 8.0688E5 2.4394E6 1.3344E6 3.36119E5 80Std. Predicted Value -1.569 3.288 .000 1.000 80Standard Error of Predicted Value
3.195E4 1.170E5 5.332E4 15689.939 80
Adjusted Predicted Value
8.0488E5 2.3323E6 1.3341E6 3.36483E5 80
Residual -6.13135E
5
5.60569E5
.00000 2.16498E5 80
Std. Residual -2.759 2.523 .000 .974 80Stud. Residual -2.852 2.753 .001 1.024 80Deleted Residual -
6.91212E5
6.67718E5
2.63197E2
2.40126E5 80
Stud. Deleted Residual -3.000 2.885 -.001 1.046 80Mahal. Distance .646 20.931 3.950 3.209 80Cook's Distance .000 .537 .023 .072 80Centered Leverage Value
.008 .265 .050 .041 80
a. Dependent Variable: harga
73
74
75
RIWAYAT HIDUP
Rini (I311 08 258) lahir di Labolong(Pinrang) pada
tanggal 05 September 1989, sebagai anak ke lima dari
tujuh bersaudara dari pasangan bapak H. Abdullah Side
dan ibuHj. Hasnah. Jenjang pendidikan formal yang
pernah ditempuh adalah SDN Inpres lulus tahun 2001.
Kemudian setelah lulus di SD penulis
melanjutkan pendidikan lanjutan pertama pada SMPN 3 Mattiro Sompe dan
lulus pada tahun 2003, kemudian melanjutkan pendidikan tingkat menengah atas
pada SMA Negeri 16 Makassar dan lulus pada tahun 2007.
Setelah menyelesaikan SMA, penulis diterima di Perguruan Tinggi Negeri
(PTN) melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN)
di Jurusan Sosial Ekonomi, Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin,
Makasssar dan lulus pada tahun 2012.
76