Sinusitis

12
SINUSITIS Manusia memiliki sekitar 12 rongga di sepanjang atap dan bagian lateral kavum nasi. Sinus–sinus ini membentuk rongga di dalam beberapa tulang wajah, dan diberi nama sesuai dengan tulang tersebut, yaitu sinus maksilaris, sinus sfenoidalis, sinus frontalis, dan sinus etmoidalis. Sinus yang dalam keadaan fisiologis adalah steril, apabila klirens sekretnya berkurang atau tersumbat, akan menimbulkan lingkungan yang baik untuk perkembangan organisme patogen. Apabila terjadi infeksi karena virus, bakteri ataupun jamur pada sinus yang berisi sekret ini, maka terjadilah sinusitis. Sinusitis bakterial adalah diagnosis terbanyak kelima pada pasien dengan pemberian antibiotik. Berdasarkan fakta tersebut diatas, sinusitis adalah penyakit yang penting untuk diketahui oleh seorang praktisi kesehatan. Dan sinusitis yang paling banyak ditemukan adalah sinusitis maksilaris. Sinus maksilaris disebut juga antrum Highmore, merupakan sinus yang paling sering terinfeksi. Hal ini disebabkan karena ini merupakan sinus paranasal yang terbesar, letak ostiumnya lebih tinggi dari dasar, sehingga aliran sekret (drainase) dari sinus maksila hanya tergantung dari gerakan silia. Dasar sinus maksila adalah akar gigi (prosesus alveolaris), sehingga infeksi gigi dapat menyebabkan sinusitis maksilaris. Ostium sinus maksila terletak di meatus medius, di sekitar hiatus semilunaris yang sempit, sehingga mudah tersumbat. Penyebab sinusitis dapat virus, bakteri atau jamur. Dapat disebabkan oleh rinitis akut, infeksi faring (faringitis, adenoiditis, tonsilitis), infeksi gigi rahang atas M1, M2, M3, serta P1 dan P2), berenang dan menyelam, trauma, serta barotrauma. Faktor predisposisi berupa obstruksi mekanik, seperti deviasi septum, hipertrofi konka media, benda asing di hidung, polip serta tumor di dalam rongga hidung. Selain itu, rinitis kronik serta rinitis alergi juga menyebabkan obstruksi ostium sinus serta menghasilkan banyak sekret, yang merupakan media bagi pertumbuhan kuman. Faktor predisposisi yang lain

description

sinus

Transcript of Sinusitis

SINUSITIS

Manusia memiliki sekitar 12 rongga di sepanjang atap dan bagian lateral kavum nasi. Sinussinus ini membentuk rongga di dalam beberapa tulang wajah, dan diberi nama sesuai dengan tulang tersebut, yaitu sinus maksilaris, sinus sfenoidalis, sinus frontalis, dan sinus etmoidalis. Sinus yang dalam keadaan fisiologis adalah steril, apabila klirens sekretnya berkurang atau tersumbat, akan menimbulkan lingkungan yang baik untuk perkembangan organisme patogen. Apabila terjadi infeksi karena virus, bakteri ataupun jamur pada sinus yang berisi sekret ini, maka terjadilah sinusitis. Sinusitis bakterial adalah diagnosis terbanyak kelima pada pasien dengan pemberian antibiotik. Berdasarkan fakta tersebut diatas, sinusitis adalah penyakit yang penting untuk diketahui oleh seorang praktisi kesehatan. Dan sinusitis yang paling banyak ditemukan adalah sinusitis maksilaris. Sinus maksilaris disebut juga antrum Highmore, merupakan sinus yang paling sering terinfeksi. Hal ini disebabkan karena ini merupakan sinus paranasal yang terbesar, letak ostiumnya lebih tinggi dari dasar, sehingga aliran sekret (drainase) dari sinus maksila hanya tergantung dari gerakan silia. Dasar sinus maksila adalah akar gigi (prosesus alveolaris), sehingga infeksi gigi dapat menyebabkan sinusitis maksilaris. Ostium sinus maksila terletak di meatus medius, di sekitar hiatus semilunaris yang sempit, sehingga mudah tersumbat.Penyebab sinusitis dapat virus, bakteri atau jamur. Dapat disebabkan oleh rinitis akut, infeksi faring (faringitis, adenoiditis, tonsilitis), infeksi gigi rahang atas M1, M2, M3, serta P1 dan P2), berenang dan menyelam, trauma, serta barotrauma. Faktor predisposisi berupa obstruksi mekanik, seperti deviasi septum, hipertrofi konka media, benda asing di hidung, polip serta tumor di dalam rongga hidung. Selain itu, rinitis kronik serta rinitis alergi juga menyebabkan obstruksi ostium sinus serta menghasilkan banyak sekret, yang merupakan media bagi pertumbuhan kuman. Faktor predisposisi yang lain meliputi lingkungan berpolusi, udara dingin dan kering yang dapat mengakibatkan perubahan pada mukosa serta kerusakan silia.

DEFINISI Sinusitis adalah suatu peradangan pada sinus yang terjadi karena alergi atau infeksi virus, bakteri maupun jamur. Sinusitis bisa terjadi pada salah satu dari keempat sinus yang ada (maksilaris, etmoidalis, frontalis atau sfenoidalis). Bila mengenai beberapa sinus disebut multisinusitis, sedangkan bila mengenai semua sinus paranasal disebut pansinusitis. Dari semua jenis sinusitis, yang paling sering ditemukan adalah sinusitis maksilaris dan sinusitis ethmoidalis.

KLASIFIKASISecara klinis sinusitis dibagia atas :1. Sinusitis akut, bila infeksi beberapa hari sampai beberapa minggu.2. Sinusitis subakut, bila infeksi beberapa minggu hingga beberapa bulan.3. Sinusitis Kronis, bila infeksi beberapa bulah hingga beberapa tahun.Sedangkan berdasarkan penyebabnya sinusitis1. Rhinogenik (penyebab kelainan atau masalah di hidung), Segala sesuatu yang menyebabkan sumbatan pada hidung dapat menyebabkan sinusitis. Contohnya rinitis akut (influenza), polip, dan septum deviasi2. Dentogenik/Odontogenik (penyebabnya kelainan gigi), yang sering menyebabkan sinusitis infeksi adalah pada gigi geraham atas (pre molar dan molar). Bakteri penyebabnya adalahStreptococcus pneumoniae, Hemophilus influenza, Steptococcus viridans, Staphylococcus aureus, Branchamella catarhatis

ANATOMI SINUSManusia memiliki sekitar 12 rongga di sepanjang atap dan bagian lateral kavum nasi. Sinussinus ini membentuk rongga di dalam beberapa tulang wajah, dan diberi nama sesuai dengan tulang tersebut, yaitu sinus maksilaris, sinus sfenoidalis, sinus frontalis, dan sinus etmoidalis. Seluruh sinus dilapisi oleh epitel saluran pernafasan yang mengalami modifikasi, yang mampu mengkasilkan mukus, dan bersilia. Sekret yang dihasilkan disalurkan ke dalam kavum nasi. Pada orang sehat, sinus terutama berisi udara.Sinus maksilaris merupakan satu satunya sinus yang rutin ditemukan pada saat lahir. Sinus maksilaris terletak di dalam tulang maksilaris, dengan dinding inferior orbita sebagai batas superior, dinding lateral nasal sebagai batas medial, prosesus alveolaris maksila sebagai batas inferior, danfossa caninesebagai batas anterior.

ETIOLOGIBerbagai faktor infeksius dan nonifeksius dapat memberikan kontribusi dalam terjadinya obstruksi akut ostia sinus atau gangguan pengeluaran cairan oleh silia, yang akhirnya menyebabkan sinusitis. Penyebab nonifeksius antara lain adalah rinitis alergika, barotrauma, atau iritan kimia. Penyakit seperti tumor nasal atau tumor sinus (squamous cell carcinoma), dan juga penyakit granulomatus (Wegeners granulomatosisataurhinoskleroma) juga dapat menyebabkan obstruksi ostia sinus, sedangkan konsisi yang menyebabkan perubahan kandungan sekret mukus (fibrosis kistik) dapat menyebabkan sinusitis dengan mengganggu pengeluaran mukus.Infeksi sinusitis akut dapat disebabkan berbagai organisme, termasuk virus, bakteri, dan jamur. Virus yang sering ditemukan adalah rhinovirus, virus parainfluenza, dan virus influenza. Bakteri yang sering menyebabkan sinusitis adalahStreptococcus pneumoniae,Haemophilus influenzae, dan moraxella catarralis. Bakteri anaerob juga terkadang ditemukan sebagai penyebab sinusitis maksilaris, terkait dengan infeksi pada gigi premolar. Sedangkan jamur juga ditemukan sebagai penyebab sinusitis pada pasien dengan gangguan sistem imun, yang menunjukkan infeksi invasif yang mengancam jiwa. Jamur yang menyebabkan infeksi antara lain adalah dari spesiesRhizopus, rhizomucor, Mucor, Absidia, Cunninghamella, Aspergillus, dan Fusarium.EPIDEMIOLOGISinusitis adalah penyakit yang benyak ditemukan di seluruh dunia, terutama di tempat dengan polusi udara tinggi. Iklim yang lembab, dingin, dengan konsentrasipollenyang tinggi terkait dengan prevalensi yang lebih tinggi dari sinusitis. Sinusitis maksilaris adalah sinusitis dengan insiden yang terbesar. Data dari DEPKES RI tahun 2003 menyebutkan bahwa penyakit hidung dan sinus berada pada urutan ke-25 dari 50 pola penyakit peringkat utama atau sekitar 102.817 penderita rawat jalan di rumah sakit. PATOFISIOLOGIDalam keadaan fisiologis, sinus adalah steril. Sinusitis dapat terjadi bila klirens silier sekret sinus berkurang atau ostia sinus menjadi tersumbat, yang menyebabkan retensi sekret, tekanan sinus negatif, dan berkurangnya tekanan parsial oksigen. Lingkungan ini cocok untuk pertumbuhan organisme patogen. Apabila terjadi infeksi karena virus, bakteri ataupun jamur pada sinus yang berisi sekret ini, maka terjadilah sinusitis.

Pada dasarnya patofisiologi darisinusitisdipengaruhi oleh 3 faktor yaitu obstruksi drainasesinus (sinus ostia), kerusakan pada silia, dan kuantitas dan kualitas mukosa. Sebagian besar episode sinusitisdisebabkan oleh infeksi virus. Virus tersebut sebagian besar menginfeksi saluran pernapasan atas sepertirhinovirus, influenzaAdan B,parainfluenza, respiratory syncytial virus, adenovirusdanenterovirus. Sekitar 90 % pasien yang mengalami ISPA akan memberikan bukti gambaran radiologis yang melibatkansinus paranasal. Infeksi virus akan menyebabkan terjadinya oedem pada dinding hidung dansinussehingga menyebabkan terjadinya penyempitan atau obstruksi padaostium sinus, dan berpengaruh pada mekanisme drainase dalam sinus. Selain itu inflamasi,polyps, tumor, trauma, scar,anatomic varian,dannasal instrumentationjuga menyebabkan menurunya patensisinus ostia.Virus yang menginfeksi tersebut dapat memproduksi enzim danneuraminidaseyang mengendurkan mukosasinusdan mempercepat difusi virus pada lapisan mukosilia. Hal ini menyebabkan silia menjadi kurang aktif dan sekret yang diproduksisinusmenjadi lebih kental, yang merupakan media yang sangat baik untuk berkembangnya bakteri patogen. Silia yang kurang aktif fungsinya tersebut terganggu oleh terjadinya akumulasi cairan padasinus. Terganggunya fungsi silia tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kehilangan lapisan epitel bersilia, udara dingin, aliran udara yang cepat, virus, bakteri,environmental ciliotoxins, mediator inflamasi, kontak antara dua permukaan mukosa, parut,primary cilliary dyskinesia (Kartagener syndrome).Adanya bakteri dan lapisan mukosilia yang abnormal meningkatkan kemungkinan terjadinya reinfeksi atau reinokulasi dari virus. Konsumsi oksigen oleh bakteri akan menyebabkan keadaan hipoksia di dalamsinusdan akan memberikan media yang menguntungkan untuk berkembangnya bakterianaerob.Penurunan jumlah oksigen juga akan mempengaruhi pergerakan silia dan aktivitas leukosit.Sinusitiskronis dapat disebabkan oleh fungsi lapisan mukosilia yang tidak adekuat, obstruksi sehingga drainase sekret terganggu, dan terdapatnya beberapa bakteri patogen.Antrum maksila mempunyai hubungan yang sangat dekat dengan akar gigi pre molar dan molar atas. Hubungan ini dapat menimbulkan problem klinis seperti infeksi yang berasal dari gigi dan fistula oroantral dapat naik ke atas dan menimbulkan infeksi sinus. Sinusitis maksila diawali dengan sumbatan ostium sinus akibat proses inflamasi pada mukosa rongga hidung. Proses inflamasi ini akan menyebabkan gangguan aerasi dan drainase sinus. Keterlibatan antrum unilateral seringkali merupakan indikasi dari keterlibatan gigi sebagai penyebab. Bila hal ini terjadi maka organisme yang bertanggung jawab kemungkinan adalah jenis gram negatif yang merupakan organisme yang lebih banyak didapatkan pada infeksi gigi daripada bakteri gram positif yang merupakan bakteri khas pada sinus.Penyakit gigi seperti abses apikal, atau periodontal dapat menimbulkan gambaran radiologi yang didominasi oleh bakteri gram negatif, karenanya menimbulkan bau busuk. Pada sinusitis yang dentogennya terkumpul kental akan memperberat atau mengganggu drainase terlebih bila meatus medius tertutup oleh oedem atau pus atau kelainan anatomi lain seperti deviasi, dan hipertropi konka. Akar gigi premolar kedua dan molar pertama berhubungan dekat dengan lantai dari sinus maksila dan pada sebagian individu berhubungan langsung dengan mukosa sinus maksila. Sehingga penyebaran bakteri langsung dari akar gigi ke sinus dapat terjadi.

MANIFESTASI KLINISManifestasi klinis sinusitis sangat bervariasi. Keluhan utama yang paling sering ditemukan adalah tidak spesifik, dan dapat berupa sekret nasal purulen, kongesti nasal, rasa tertekan pada wajah, nyeri gigi, nyeri telinga, demam, nyeri kepala, batuk, rasa lelah, halitosis, atau berkurangnya penciuman. Gejala seperti ini sulit dibedakan dengan infeksi saluran nafas atas karena virus, sehingga durasi gejala menjadi penting dalam diagnosis. Pasien dengan gejala diatas selama lebih dari 7 hari mengarahkan diagnosis ke arah sinusitis.Sinusitis maksilaris akut biasanya menyusul infeksi saluran napas atas yang ringan. Alergi hidung kronik, benda asing, dan deviasi septum nasi merupakan faktor-faktor predisposisi lokal yang paling sering ditemukan. Gejala infeksi sinus maksilaris akut berupa demam, malaise, dan nyeri kepala yang tak jelas yang biasanya reda dengan pemberian analgetik biasa seperti aspirin.Pada sinusitis maksila nyeri terasa di bawah kelopak mata dan kadang menyebar ke alveolus hingga terasa di gigi. Nyeri alih dirasakan di dahi dan depan telinga. Wajah terasa bengkak, penuh, dan gigi terasa nyeri pada gerakan kepala mendadak, misalnya sewaktu naik atau turun tangga. Seringkali terdapat nyeri pipi khas yang tumpul dan menusuk, serta nyeri pada palpasi dan perkusi. Selama berlangsungnya sinusitis maksilaris akut, pemeriksaan fisik akan mengungkapkan adanya pus dalam hidung. Sekret mukopurulen dapat keluar dari hidung dan terkadang berbau busuk. Batuk iritatif non produktif seringkali ada.Gambaran radiologik sinusitis akut mula-mula berupa penebalan mukosa, selanjutnya opasifikasi sinus lengkap akibat mukosa yang membengkak hebat, atau akibat akumulasi cairan yang memenuhi sinus. Biakan bakteri yang muncul biasanya Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, bakteri anaerob, Branghamella catarrhalis. Jika tidak mendapatkan penanganan yang adekuat Sinusitis maksilaris akut dapat berubah menjadi sinusitis maksilaris kronis yang berlangsung selama beberapa bulan atau tahun.

DIAGNOSAKriteria diagnosis sinusitis :Gejala mayorGejala minor

Nyeri atau rasa tertekan pada wajahSakit kepala

Sekret nasal purulenBatuk

DemamRasa lelah

Kongesti nasalRasa lelah

Obstruksi nasalHalitosis

Hiposmia atau anosmiaNyeri gigi

Diagnosis memerlukan dua kriteria mayor atau satu kriteria mayor dengan dua kriteria minor pada pasien dengan gejala lebih dari 7 hari.

PEMERIKSAAN PENUNJANGTerdapat beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan, yaitu:1. Pemeriksaan transluminasi.Pada pemeriksaan transluminasi, sinus yang sakit akan tampak suram atau gelap. Hal ini lebih mudah diamati bila sinusitis terjadi pada satu sisi wajah, karena akan nampak perbedaan antara sinus yang sehat dengan sinus yang sakit.2. PencitraanDengan foto kepala posisi Waters, PA, dan lateral, akan terlihat perselubungan atau penebalan mukosa atauair-fluid levelpada sinus yang sakit. CT Scan adalah pemeriksaan pencitraan terbaik dalam kasus sinusitis.3. KulturKarena pengobatan harus dilakukan dengan mengarah kepada organisme penyebab, maka kultur dianjurkan. Bahan kultur dapat diambil dari meatus medius, meatus superior, atau aspirasi sinus.4. Rontgen gigiDilakukan untuk mengetahui apakah sudah timbul abses atau belum.PENATALAKSANAANTujuan utama penatalaksanaan sinusitis adalah:1. Mempercepat penyembuhan2. Mencegah komplikasi3. Mencegah perubahan menjadi kronik.Sinusitis akut dapat diterapi dengan pengobatan (medikamentosa) dan pembedahan (operasi). Penatalaksanaan yang dapat diberikan pada pasien sinusitis akut, yaitu:1. Antibiotik. Berikan golongan penisilin selama 10-14 hari meskipun gejala klinik sinusitis akut telah hilang.2. Dekongestan lokal. Berupa obat tetes hidung untuk memperlancar drainase hidung.3. Analgetik. Untuk menghilangkan rasa sakit.4. Irigasi Antrum. Indikasinya adalah apabila terapi diatas gagal dan ostium sinus sedemikian edematosa sehingga terbentuk abses sejati. Irigasi antrum maksilaris dilakukan dengan mengalirkan larutan salin hangat melalui fossa incisivus ke dalam antrum maksilaris. Cairan ini kemudian akan mendorong pus untuk keluar melalui ostium normal.5. Menghilangkan faktor predisposisi dan kausanya jika diakibatkan oleh gigi6. Diatermi gelombang pendek selama 10 hari dapat membantu penyembuhan sinusitis dengan memperbaiki vaskularisasi sinus.Pembedahan (operasi) pada pasien sinusitis akut jarang dilakukan kecuali telah terjadi komplikasi ke orbita atau intrakranial. Selain itu nyeri yang hebat akibat sekret yang tertahan oleh sumbatan dapat menjadi indikasi untuk melakukan pembedahanDIAGNOSA BANDING

Diagnosos banding sinusitis adalah luas, karena tanda dan gejala sinusitis tidak sensitif dan spesifik. Infeksi saluran nafas atas, polip nasal, penyalahgunaan kokain, rinitis alergika, rinitis vasomotor, dan rinitis medikamentosa dapat datang dengan gejala pilek dan kongesti nasal.Rhinorrheacairan serebrospinal harus dipertimbangkan pada pasien dengan riwayat cedera kepala. Pilek persisten unilateral dengan epistaksis dapat mengarah kepada neoplasma atau benda asing nasal.Tension headache,cluster headache, migren, dan sakit gigi adalah diagnosis alternatif pada pasien dengan sefalgia atau nyeri wajah. Pasien dengan demam memerlukan perhatian khusus, karena demam dapat merupakan manifestasi sinusitis saja atau infeksi sistem saraf pusat yang berat, seperti meningitis atau abses intrakranial.

PENCEGAHAN Cara pencegahan penyakit sinusitis dapat dikatakan bervariasi karena banyaknya faktor yang melatarbelakangi terjadinya penyakit sinus ini. Untuk mencegah terjadinya penyakit sinusitis atau mencegah kekambuhannnya, kita harus menghindari faktor-faktor yang dapat meyebabkan terjadinya penyakit sinusitis, di samping juga melakukan koreksi terhadap keadaan atau kelainan yang dapat melatarbelakangi terjadinya penyakit sinus ini. Seorang penderita penyakit sinusitis walaupun telah menjalani pengobatan dan operasi, akan dapat mengalami kekambuhan apabila tidak menghindari faktor-faktor penyebabnya, atau tidak dilakukan koreksi terhadap keadaan atau kelainan yang melatarbelakanginya. Lebih baik mencegah daripada mengobati.

Sinusitis maksilarislebih disebabkan oleh masalah gigi atau disebut dengansinusitis dentogen. Ini merupakan peradangan padasinus maksilarisyang berasal dariinfeksi gigi. Penyebabnya karena ada gigi ganggren (rusak/luka) pada sisi yang sama dengan sinus. Sedangkan menurut drg. Roberto Simandjuntak, MS, SpBM perjalanansinusitis dentogenini dimulai dari kerusakan gigi akibat gigi yang tidak dirawat dengan baik sehingga mengakibatkan terjadinya infeksi. Infeksi yang tidak ditangani menyebabkan penyebaran infeksi, dan sinus maksilaris merupakan salah satu tempat penyebaran karena letaknya sedikit diatas gigi. Bila tak ditemukan penyebab keluhan sinusitis saat pasien yang datang ke dokter THT, maka dokter THT akan merujuk pasien ke dokter gigi. Sebaliknya bila pasien datang dengan keluhan pusing dan hidung buntu ke dokter gigi, maka dokter gigi juga akan merujuk pasien ke dokter THT.Pemeriksaan yang biasa dilakukan adalah pemeriksaanTransiluminasi(pemeriksaan dengan cahaya untuk menilai rongga sinus), yang dilanjutkan dengan pemeriksaan radiologi (foto Rontgen) serta pemeriksaan biakan kuman dari sekret/lendir rongga hidung. Sedangkan pengobatannya sendiri tergantung pada penyebabnya. Antibiotika hanya diberikan untuk sinusitis yang disebabkan oleh infeksi bakteri, tidak untuk sinusitis yang disebabkan oleh infeksi virus atau alergi. Selain antibiotika, obat golongan dekongestan juga digunakan untuk mengurangi gejala penyumbatan. Obat golongan analgetik-antipiretik untuk mengurangi rasa nyeri dan demam. Bila pengobatan yang dilakukan tidak berhasil maka kadang-kadang diperlukan suatu tindakan pembedahan, dengan tujuan untuk membuka dan membersihkan daerah sinus paranasal yang menjadi sumber penyumbatan dan infeksi sehingga ventilasi dan drainase dapat lancar kembali.Untuk menghindarisinusitis maksilarisDrg. Roberto menganjurkan agar kita rajin membersihkan gigi dengan baik. Melakukan kontrol gigi rutin setiap 6 bulan. Melakukan perawatan gigi dengan baik, tambal yang berlubang. Dan yang terakhir adalah mengubah gaya hidup dan kebiasaan yang memicu terjadinya sinusitis seperti udara malam, konsumsi rokok, kopi dll.